Jumat, 10 Mei 2013

Your Daily digest for Cerita Seks Bokep Dewasa

Ping your blog, website, or RSS feed for Free
Cerita Seks Bokep Dewasa
Cerita Sex - Ibu Dosen Selingkuhanku
May 10th 2013, 13:31

        Ini bermula pada waktu itu aku lagi kuliah di semester VI di salah satu PTS di Bandung. Ceritanya saat itu aku lagi putus dengan pacarku dan memang dia tidak tahu diri, sudah dicintai malah bertingkah, akhirnya dari cerita cintaku cuma berumur 2 tahun saja. Waktu itu aku tinggal berlima dengan teman satu kuliah juga, kita tinggal serumah atau ngontrak satu rumah untuk berlima. Kebetulan di rumah itu hanya aku yang laki-laki. Mulanya aku bilang sama kakak perempuanku, "Sudah, aku pisah rumah saja atau kos di tempat", tapi kakakku ini saking sayangnya padaku, ya saya tidak diperbolehkan pisah rumah. Kita pun tinggal serumah dengan tiga teman wanita kakakku.
Ada satu diantara mereka sudah jadi dosen tapi di Universitas lain, Ibu Tania namanya. Kita semua memanggilnya Ibu maklum sudah umur 40 tahun tapi belum juga menikah. Ibu Tania bertanya, "Eh, kamu akhir-akhir ini kok sering ngelamun sih, ngelamunin apa yok? Jangan-jangan ngelamunin yang itu.."
"Itu apanya Bu?" tanyaku.
Memang dalam kesehari-harianku, ibu Tania tahu karena aku sering juga curhat sama dia karena dia sudah kuanggap lebih tua dan tahu banyak hal. Aku mulai cerita,
"Tahu nggak masalah yang kuhadapi? Sekarang aku baru putus sama pacarku", kataku.
"Oh.. gitu ceritanya, pantesan aja dari minggu kemarin murung aja dan sering ngalamun sendiri", kata Ibu Tania.
Begitu dekatnya aku sama Ibu Tania sampai suatu waktu aku mengalami kejadian ini. Entah kenapa aku tidak sengaja sudah mulai ada perhatian sama Ibu Tania. Waktu itu tepatnya siang-siang semuanya pada kuliah, aku sedang sakit kepala jadinya aku bolos dari kuliah. Siang itu tepat jam 11:00 siang saat aku bangun, eh agak sedikit heran kok masih ada orang di rumah, biasanya kalau siang-siang bolong begini sudah pada nggak ada orang di rumah tapi kok hari ini kayaknya ada teman di rumah nih. Aku pergi ke arah dapur.
"Eh Ibu Tania, nggak ngajar Bu?" tanyaku.
"Kamu kok nggak kuliah?" tanya dia.
"Habis sakit Bu", kataku.
"Sakit apa sakit?" goda Ibu Tania.
"Ah.. Ibu Tania bisa aja", kataku.
"Sudah makan belum?" tanyanya.
"Belum Bu", kataku.
"Sudah Ibu Masakin aja sekalian sama kamu ya", katanya.
Dengan cekatan Ibu Tania memasak, kita pun langsung makan berdua sambil ngobrol ngalor ngidul sampai-sampai kita membahas cerita yang agak berbau seks. Kukira Ibu Tania nggak suka yang namanya cerita seks, eh tau-taunya dia membalas dengan cerita yang lebih hot lagi. Kita pun sudah semakin jauh ngomongnya. Tepat saat itu aku ngomongin tentang perempuan yang sudah lama nggak merasakan hubungan dengan lain jenisnya.
"Apa masih ada gitu keinginannya untuk itu?" tanyaku.
"Enak aja, emangnya nafsu itu ngenal usia gitu", katanya.
"Oh kalau gitu Ibu Tania masih punya keinginan dong untuk ngerasain bagaimana hubungan dengan lain jenis", kataku.
"So pasti dong", katanya.
"Terus dengan siapa Ibu untuk itu, Ibu kan belum kawin", dengan enaknya aku nyeletuk.
"Aku bersedia kok", kataku lagi dengan sedikit agak cuek sambil kutatap wajahnya. Ibu Tania agak merah pudar entah apa yang membawa keberanianku semakin membludak dan entah kapan mulainya aku mulai memegang tangannya. Dengan sedikit agak gugup Ibu Tania kebingungan sambil menarik kembali tangannya, dengan sedikit usaha aku harus merayu terus sampai dia benar-benar bersedia melakukannya.
"Okey, sorry ya Bu, aku sudah terlalu lancang terhadap Ibu Tania", kataku.
"Nggak, aku kok yang salah memulainya dengan meladenimu bicara soal itu", katanya.
Dengan sedikit kegirangan, dalam hatiku dengan lembut kupegang lagi tangannya sambil kudekatkan bibirku ke dahinya. Dengan lembut kukecup keningnya. Ibu Tania terbawa dengan situasi yang kubuat, dia menutup matanya dengan lembut. Juga kukecup sedikit di bawah kupingnya dengan lembut sambil kubisikkan, "Aku sayang kamu, Ibu Tania", tapi dia tidak menjawab sedikitpun.
Dengan sedikit agak ragu juga kudekatkan bibirku mendekati bibirnya. Cup.. dengan begitu lembutnya aku merasa kelembutan bibir itu. Aduh lembutnya, dengan cekatan aku sudah menarik tubuhnya ke rangkulanku, dengan sedikit agak bernafsu kukecup lagi bibirnya. Dengan sedikit terbuka bibirnya menyambut dengan lembut. Kukecup bibir bawahnya, eh.. tanpa kuduga dia balas kecupanku. Kesempatan itu tidak kusia-siakan. Kutelusuri rongga mulutnya dengan sedikit kukulum lidahnya. Kukecup, "Aah.. cup.. cup.. cup.." dia juga mulai dengan nafsunya yang membara membalas kecupanku, ada sekitar 10 menitan kami melakukannya, tapi kali ini dia sudah dengan mata terbuka. Dengan sedikit ngos-ngosan kayak habis kerja keras saja.
"Aah.. jangan panggil Ibu, panggil Tania aja ya!
Kubisikkan Ibu Tania, "Tania kita ke kamarku aja yuk!".
Dengan sedikit agak kaget juga tapi tanpa perlawanan yang berarti kutuntun dia ke kamarku. Kuajak dia duduk di tepi tempat tidurku. Aku sudah tidak tahan lagi, ini saatnya yang kutunggu-tunggu. Dengan perlahan kubuka kacing bajunya satu persatu, dengan lahapnya kupandangi tubuhnya. Ala mak.. indahnya tubuh ini, kok nggak ada sih laki-laki yang kepengin untuk mencicipinya. Dengan sedikit membungkuk kujilati dengan telaten. Pertama-tama belahan gunung kembarnya. "Ah.. ssh.. terus Ian", Ibu Tania tidak sabar lagi, BH-nya kubuka, terpampang sudah buah kembar yang montok ukuran 34 B. Kukecup ganti-gantian, "Aah.. ssh.." dengan sedikit agak ke bawah kutelusuri karena saat itu dia tepat menggunakan celana pendek yang kainnya agak tipis dan celananya juga tipis, kuelus dengan lembut, "Aah.. aku juga sudah mulai terangsang.
Kusikapkan celana pendeknya sampai terlepas sekaligus dengan celana dalamnya, hu.. cantiknya gundukan yang mengembang. Dengan lembut kuelus-elus gundukan memek itu, "Aah.. uh.. ssh.. Ian kamu kok pintar sih, aku juga sudah nggak tahan lagi", sebenarnya memang ini adalah pemula bagi aku, eh rupanya Tania juga sudah kepengin membuka celanaku dengan sekali tarik aja terlepas sudah celana pendek sekaligus celana dalamku. "Oh.. besar amat kontolmu", katanya. Kira-kira 18 cm dengan diameter 2 cm, dengan lembut dia mengelus zakarku, "Uuh.. uh.. shh.." dengan cermat aku berubah posisi 69, kupandangi sejenak gundukannya dengan pasti dan lembut. Aku mulai menciumi dari pusarnya terus turun ke bawah, kulumat kewanitaannya dengan lembut, aku berusaha memasukkan lidahku ke dalam lubang vaginanya, "Aah.. uh.. ssh.. terus Ian", Tania mengerang. "Aku juga enak Tania", kataku. Dengan lembut di lumat habis kepala kemaluanku, di jilati dengan lembut, "Assh.. oh.. ah.. Tania terus sayang", dengan lahap juga kusapu semua dinding lubang kemaluannya, "Aahk.. uh.. ssh.." sekitar 15 menit kami melakukan posisi 69, sudah kepengin mencoba yang namanya bersetubuh. Kurubah posisi, kembali memanggut bibirnya.
Sudah terasa kepala kemaluanku mencari sangkarnya. Dengan dibantu tangannya, diarahkan ke lubang kewanitaannya. Sedikit demi sedikit kudorong pinggulku, "Aakh.. sshh.. pelan-pelan ya Ian, aku masih perawan", katanya. "Haa.." aku kaget, benar rupa-rupanya dia masih suci. Dengan sekali dorong lagi sudah terasa licin. Blesst, "Aahk.." teriak Tania, kudiamkan sebentar untuk menghilangkan rasa sakitnya, setelah 2 menitan lamanya kumulai menarik lagi batang kontolku dari dalam, terus kumaju mundurkan. Mungkin karena baru pertama kali hanya dengan waktu 7 menit Tania.. "Aakh.. ushh.. ussh.. ahhkk.. aku mau keluar Ian", katanya. "Tunggu, aku juga sudah mau keluar akh.." kataku. Tiba-tiba menegang sudah lubang kemaluannya menjepit batang kemaluankudan terasa kepala batang kemaluanku disiram sama air surganya, membuatku tidak kuat lagi memuntahkan..
"Crot.. crot.. cret.." banyak juga air maniku muncrat di dalam lubang kemaluannya. "Aakh.." aku lemas habis, aku tergeletak di sampingnya. Dengan lembut dia cium bibirku, "Kamu menyesal Ian?" tanyanya. "Ah nggak, kitakan sama-sama mau." Kami cepat-cepat berberes-beres supaya tidak ada kecurigaan, dan sejak kejadian itu aku sering bermain cinta dengan Ibu Vivien hal ini tentu saja kami lakukan jika di rumah sedang sepi, atau di tempat penginapan apabila kami sudah sedang kebelet dan di rumah sedang ramai. sejak kejadian itu pada diri kami berdua mulai bersemi benih-benih cinta, dan kini Ibu Vivien menjadi pacar gelapku.



Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Nikmatnya Lubang-lubang Tetanggaku
May 10th 2013, 13:30

Perkenalkan, namaku Andi. Aku kuliah di sebuah PTN terkenal di kotaku. Aku mempunyai tetangga perempuan yang masih bersekolah di SMU, namanya Vina. Vina adalah gadis keturunan Chinese. Ia mempunyai wajah yang manis, dan mata yang sipit terlihat indah dibalik kacamatnya. Kulitnya putih bersih, dengan bulu-bulu halus menghias lengannya.

Sebenarnya aku sudah lama tertarik sama dia, karena tubuhnya yang menggairahkan sekali. Dia suka mengenakan kaos ketat dengan warna cerah. ketika kami bertemu, aku suka curi pandang lengan atasnya yang putih bersih dan ketiaknya yang gemuk dengan beberapa rambut tipis di tengahnya. Vina bertubuh agak pendek, sekitar 158 cm dan menggairahkan. Yang paling menonjol Vina tubuhnya yaitu payudaranya yang cukup montok ukurannya sekitar 34B dan pantatnya yang padat berisi. Ketika kami mengobrol dijalan aku sering memperhatikan orang-orang yang melewati kami, mereka selalu melirik ke arah payudara Vina dan pantatnya yang semontok pantat Nafa Urbach, berharap bisa meremas-remasnya.

Setiap hari Vina pulang sekitar jam 5 sore, karena ia kut les setelah pulang sekolah. Aku sedang dirumah, Vina main kerumahku setelah ia pulang dari les. Dan setiap kali Vina mengobrol selalu kugoda dan kuajak kekamarku. Namun sutau hari, karena aku dengan alasan ingin memeperlihatkan sesuatu, Vina mau juga. Dan kebetulan rumahku sedang tidak ada orang, karena mereka sedang keluar kota. Dikamarku, kutunjukkan novel terbaru "Harry Potter & The Chamber's of Secret", karangan J. K. Rowling. Vina selalu menanti-nanti terbitnya Novel tersebut.

Kira-kira waktu itu sekitar jam setengah delapan malam. Ketika aku bermain game di computer, Vina sedang asyik membaca buku di lantai dan membelakangiku. Ketika aku menengok kebelakang, terlihatlah pantatnya yang terbalut celana panjang. Menantang kejantananku untuk disarangkan ke dalam bongkahan pantatnya yang montok itu. Gadis itu tidak sadar kalau pantatnya sedang ku perhatikan. Rupanya memang tidak sadar kalau sedang kuperhatikan.

Baru beberapa menit kemudian Vina membalikkan badannya, aku segera mengalihkan pandanganku ke computer. Vina lalu melihat sebentar game yang sedang kumainkan, lalu ia kembali membaca lagi di lantai tepat disamping bawah kursiku. Ketika kulihat ia kembali, sungguh pemandangan yang sangat membuat keringat dinginku keluar. Kulihat payudaranya yang terbungkus bra di balik kaosnya yang rada longgar karena ukurannya yang cukup besar. Terlihat jelas sekali dari atas, bagian atas kulit payuara Vina yang putih sekali, lebih putih dari kulit lengan dan wajahnya yang sudah sangat putih. Suasana memang sepi disekitar rumahku, namun bagi penduduk sekitar cukup aman untuk dihuni.

Ketika nafsuku sudah tak tertahankan lagi. Kurangkul tubuh Vina, dan kubekap mulutnya.
"Eegghh, mmpphh.. mmphh", Vina berusaha berteriak.
Kulumat bibirnya agar ia tidak bersuara. Sambil tanganku mengambil tali pramuka di dekatku. Lalu kuikat kedua lengannya ke belakang. Beberapa menit kemudian, rontaan Vina mulai melemah.
"Ndi. apa yang kamu lakukan".
Vina berteriak begitu mulutnya berhasil lepas dari mulutku.

Dengan cepat, kulumat lagi mulut Vina. Kuhisap-hisap mulut dan lidahnya. kujelajahi rongga mulutnya dengan lidahku. Air liur Vina yang kuhisap, meluber keluar membasahi pipi dan sekitar bibirnya yang mungil merah merekah. Kuteguk nikmat air liur cewek Chinese itu. Belum sempat ia bersuara ketika kulepas bibirku di bibirnya, ku masukkan batang kontolku ke dalam mulutnya. Sambil kujambak rambutnya dan kumaju-mundurkan kepalanya.

"Ouuhh, mm.", aku melenguh keenakan, di penisku.
Aku merasakan penisku basah, dan dingin di dalam mulut Vina. lalu kubopong gadis itu ke atas tempat tidurku. Setelah mengunci pintu. Aku kembali ke tempat tidurku yang cukup besar. Kutelepon Irfan, temanku untuk membantu menyetubuhi si Vina. Tak lama kemudian, temanku Irfan. Mereka senang sekali kuajak.

Setelah kuikat kedua lengan vina ke masing-masing sudut ranjang, sedangkan kedua kakinya dipegangi kedua Irfan. Kulepaskan satu persatu pakaian Vina, hingga akhirnya Vina hanya memakai Celana Dalam putih dan BH kremnya. Payudaranya menyembul di bagian atas BH-nya. Kulit payudara Vina putih sekali, kontras dengan warna BH-nya. Melihat keadaan tubuh gadis itu, nafsuku menjadi naik. Kontolku menegang, tapi aku masih bisa menahan diri. Tapi tanganku mulai meraba-raba seluruh bagian tubuh gadis itu. Pahanya yang putih mulus sekali, terasa lembut sat ku elus-elus, dan empuk saat kuremas-remas sambil kujilati hingga pahanya basah oleh air liurku.

Setelah melakukan semua itu, Aku melepaskan semua pakaianku hingga telanjang bulat dengan kondisi kontolku yang udah tegang. Tanpa membuang waktu kudekati Vina yang masih memohon agar dilepaskan. Vina berusaha memberontak Tapi dengan cepat kedekap tubuh gadis itu, dekapanku cukup kuat, Vina hanya bisa terisak-isak menangis. Gadis itu seakan tak berdaya ketika Aku mulai meremas-remas payudaranya yang lumayan besar dan kenyal itu dengan masih dibungkus BH-nya. Sambil menikmati musik house, Lama kelamaan aku menjadi tambah bernafsu, dengan kasar kutarik BH gadis itu dan kulemparkan. Di depan mataku terpampang payudara gadis itu yang putih dengan puting mungil merah muda yang indah sekali Aku meremas-remas payudara gadis Chinese itu dengan sekuat tenaga.

"Aakkhh, saakkii..iitt. Ndi, sakkii. it, ampuu..unn. Ndii", Vina meraung-raung kesakitan.
Dadanya menempel erat kedadaku dan akupun merasa ada daging kenyal yang hangat. Aku terus melumat bibirnya, sementara tangan kananku dengan leluasa mengelus-ngelus pahanya yang mulus dan pantatnya yang kenyal. Tangan kiriku meremas-remas payudara kirinya. Kudengar lenguhan-lenguhan kenikmatan dari Vina. Aku lepaskan mulutku dan kuciumi lehernya hingga ke payudaranya, kusedot susunya yang kiri sementara tangan kananku meremas-remas yang kanan. Kutindihi tubuhnya sambil menyedot-nyedot susunya secara bergantian. Saya jilati kedua payudaranya sambil saya gigit dengan keras putingnya yang merah itu.
"Uufh, sakii..iit, oufhh, ohh, oohh saki..iit, ohh".
Vina merintih sambil menangis sesenggukan. Sementara itu aku terusin permainan lidah aku ke arah perutnya yang rata itu, aku berhenti di bagian pusar dan konsentrasi di bagian itu sambil ngeremes bokongnya yang padat, kedua tanganku selipin ke bokongnya dan pelan-pelan aku lucuti celana dalamnya ke bawah.

Tampaklah sebuah pemandangan yang luar biasa indahnya. CD nya dan kurasakan rambut hitam yang masih jarang mengelilingi vaginanya. kuraih klitorisnya dan ku gosok-gosok dengan jari tengahku.
"Oohh, jangaann, sudaahh oufhh, jaa, ngaa, an, oohh".
Dia merintih merasakan nikmat yang dalam karena klitorisnya kugosok sementara lidahku tetap bermain menyedot-nyedot payudaranya yang besar bulat kencang itu, seakan-akan menantang ke arahku. Kupegangi bagian bawah payudara Vina, mulutku menciumi dan mengisap-isap kedua puting susu Vina secara bergantian. Buah dada Vina yang sebelah kanan menjadi sasaran mulutku. Buah dada Vina yang gemuk itu hampir masuk semuanya ke dalam mulutku dan mulai kusedot-sedot dengan lahap.

"Aakkhh, ouughh, sakkii..iitt,". tiba-tiba Vina berteriak keras sekali karena sebagian besar payudaranya yang masuk kedalam mulutku, aku kunyah-kunyah susu kanannya seperti mengunyah daging.
Aku merasakan ada kulit payudara Vina yang sobek, sehingga darah susunya keluar. Dan kutelan sebagian darah susu Vina yang keluar. Lidahku kumainkan pada puting susu Vina yang bereaksi menjadi keras sekali. Terasa sesak napas Vina menerima perlakuanku pada kedua buah dadanya. Badan Vina terasa makin lemas dan dari mulutnya terus mengeluarkan erangan,

"Ssshh, sshh, aahh, aahh, sshh, sshh, jangaann, suudaahh.. aku mohoonn".
Vina terus mengerang. mulutku terus berpindah-pindah dari buah dada yang kiri, ke yang kanan, mengisap-isap dan menjilat-jilat kedua puting buah dada Vina secara bergantian selama kurang lebih lima belas menit. Tubuh Vina benar-benar telah lemas menerima perlakuanku ini. Matanya terpejam pasrah dan kedua buah dada dan putingnya telah benar-benar mengeras. Aku mulai maraba bulu-bulu halus yang tumbuh lebat di vagina Vina. Ia mulai merintih lagi menahan rangsangan pada vaginanya.

Irfan tidak tahan dengan pemandangan indah itu. Ia lalu memegang kepala Vina, kemudian melumat bibirnya yang tipis dengan bulu-bulu halus di antara bibir dan hidungnya. Mulut irfan mulai menjilati leher Vina, lalu turun ke dadanya. Terasa oleh Vina mulut Irfan menghisapi puting susunya pertama yang kiri lalu sekarang pindah ke kanan. Kemudian Vina menjerit ketika Irfan mengigit puting susunya sambil menariknya dengan giginya.
"Diem, Jangan berisik", Irfan menampar pipi kiri Vina dengan keras, hingga berkunang-kunang.
Vina hanya bisa menangis sesenggukan.
"Gue bilang diem. dasar", sembari berkata itu si Gondrong menampar buah dada Vina, sampai sebuah cap tangan berwarna merah terbentuk di payudara kiri Vina.

Lalu Irfan melepas celana jeansnya dan kemudian Cdnya. Irfan menduduki kedua susu Vina. Lalu ia mencoba membuka mulut Vina, dan mengarahkan kontolnya dan menggesek-gesekkan kepala penisnya di bibir Vina. Lalu ia menampar-nampar kedua pipi Vina sampai memerah. Tanpa mendapat perlawanan yang berarti dari Vina, kepala penis Irfan telah terjepit di antara kedua bibir mungil Vina, Akhirnya Mulut Vina terbuka, dengan memaksa, Irfan menarik kepalaVina akhirnya penisnya masuk juga kedalam mulut Vina. Benda itu hanya masuk bagian kepala dan sedikit batangnya saja ke dalam mulut Vina yang kecil, itupun sudah terasa penuh benar.

Vina hampir sesak nafas dibuatnya. Vina dipaksa menjilat dan menyedoti penis Irfan, jika menolak Irfan akan terus menampar pipi Vina. Karena tidak tahan Vina mulai menjilati penis Irfan.
Dia langsung mendesah pelan"Aakkhh, aakkhh.", sambil ikut membantu Vina memaju-mundurkan penis saya di dalam mulutnya.
"Aakk, akk, nikmat sayyaangg".
Kelihatan Vina bekerja keras, menghisap, mengulum serta mempermainkan batang itu keluar masuk ke dalam mulutnya.

Tak lama kemudian penis Irfan menyemburkan spermanya banyak sekali di dalam mulut Vina.
"Ooohh, oouuh", Irfan melenguh panjang, merasakan nikmat berejakulasi di mulut gadis Chinese yang cantik dan putih ini.
Vina terpaksa menenggak seluruh sperma Irfan, sedangkan sisanya meluber keluar membasahi bibir dan dagunya. Vina semakin mendesah-desah karena kemaluannya kujilati dengan buasnya. Apalagi tanganku saat itu tidak lepas meremas-remas payudara gadis itu.

Kubuka lebar pahanya kudekatkan ujung kontolku ke arah selangkangan gadis itu yang masih menggunakan celana dalam. Kugesek-gesekkan kontolku di sekitar liang memek gadis itu. Vina merasakan adanya sesuatu yang meraba-raba kemaluannya. Tiba-tiba Vina teriak keras sekali. Tapi dengan cepat kedekap tubuh gadis itu. Batang kemaluanku yang besar dan panjang ini aku coba kumasukkan dengan paksa ke liang kemaluan Vina yang masih sangat sempit, Ketika penisku merobek keperawanannya, ia berteriak kesakitan sambil mengangis, dan aku merasakan penisku telah dibasahi oleh darah segar keperawanannya, tapi aku tidak ambil peduli. Dari wajah Vina terlihat dia menahan sakit yang amat sangat.

Sementara itu si Irfan dengan ganasnya beradu lidah dengan Vina sambil tangannya turut bekerja meremas dan memilin-milin puting susunya yang masih kecil. Aku masih asyik memaju-mundurkan pantatku dengan cepat. Aku mengebor memeknya dengan kecepatan tinggi sambil kedua tanganku meremas pahanya yang putih mulus dan pantatnya yang sekal, Tangisan Vina semakin keras meraung-raung. Akhirnya tubuh Vina mengejang sampai bergetar. Air mani Vina mengalir melalui rongga vaginanya mengguyur penisku yang tertanam di dalam vaginanya. Sedangkan aku masih menjilati payudaranya, dia mengalami orgasme hebat beberapa saat sampai akhirnya melemas tangisannya samar-samar menghilang.

Lalu kubalik tubuhku, sehingga posisi tubuh Vina sekarang berada diatasku. Dengan posisi berbaring, kupeluk punggung Vina sambil menaik-turunkan pantatnya sehingga aku merasa semakin nikmat karena pijitan vaginanya. Aku semakin mempercepat gerakan sehingga membuat adegan yang kami lakukan semakin panas karena Vina terus meronta sambil mendesah. Aku terus memompa liang peranakannya dari bawah, sambil kedua tanganku mencengkram dan meremas dengan kasar kedua buah bongkahan pantat Vina yang padat sekali. Tangan Irfan masih memainkan puting susu Vina sambil sesekali menarik-narik payudaranya yang kenyal itu.

Setengah jam terus berlalu dan aku mulai merasakan seolah-olah akan ada ledakan dalam diriku dan Vina. Aku mengetahui bahwa dia akan klimaks lagi karena Vina semakin kuat mendesah, kupercepat menggenjot tubuhnya. Aku semakin tidak tahan dan kusemprotkan cairan kejantananku ke dalam liang kewanitaannya dan di saat yang bersamaan pula, Vina berteriak dengan disertai getaran hebat sambil seluruh tubuhnya mengejang. Penisku terasa seperti sedang di"pipis"in olehnya karena ada cairan yang mulai membasahi penisku. Vina mengalami orgasmenya yang kedua. Setelah 46 menit kami bersama-sama melepaskan nafsu

Lalu Irfan mendekati tubuh Vina, ia menarik pinggul Vina.
"Ampun. sudaahh, jangan terusin, biarkan saya pulang" rengek Vina sambil minta belas kasihan.
"Heh.. diam kamu" hardik Irfan.
"Ayo nungging, aku mau liat memek dan pantat seksi kamu dari belakang".
Irfan mengangkat pinggul Vina sehingga posisi Vina sekarang nungging.
"Hahaha. begitu manis. Waw.. bagus sekali pantat kamu", sambil Irfan mendekatkan mulutnya ke memek Vina.
Dengan jari Irfan menusuk memek Vina yang menggelinjang menahan sesuatu.

Dan Irfan dengan buasnya, menjilatin anus Vina yang berwarna kemerah-merahan. sambil sesekali ujung lidah Irfan dimasukin ke lubang anus cewek chinese itu dan menjilatinya. Tanpa disadari oleh Vina. apa yang akan dilakukan Irfan selanjutnya.
Sekonyong-konyong Vina menjerit"Aauu. aauu. aakhh".
Rupanya penis Irfan telah menembus lubang memek Vina yang sudah basah dipenuhi lendir kenikmatan dan spermaku. Dengan buasnya Irfan menggenjot terus memek Vina dari belakang (doggy style) Vina hanya bisa merasakan sakit di liang kemaluannya karena di sodok2 dengan penis Irfan yang besar dan panjang. Sambil kepala dan payudaranya terayun-ayun karena sodokan penis Irfan, Vina memohon ampun.

"Ampun, sakit sekali, aauu. sudah pak, sakit.. sakiitt".
Vina terus memohon sambil berlinang air mata, mendapat perlakukan kasar dari Irfan. Makin lama Irfan makin keras mendorong-dorong memek Vina, dengan desisan panjang.
"Sstt. sstt. aahh".
Irfan menahan nikmat luar biasa.
"Nich. aku mau keluar. ayo cepet goyangin pantat kamu.. plak.. plak.." sesekali Irfan menampar pantat indah milik Vina, sehingga pantat Vina mulai memerah.
"Aahh. sakiitt, huuhh. aach".
Sambil mendorongkan penisnya, sekali hentak keluar sperma Irfan memenuhi liang vagina Vina.
"Aachh.. ccroott, crrott, gue, *******. lobang, loe.. bangsatt".
Irfan mengumpat. lalu Irfan menarik penisnya. darah bercampur air mani Irfan dan Vina keluar mengalir membasahi paha Vina yang masih tegak. Lalu Irfan berbaring di samping tubuh Vina yang setengah tidak sadar.

setelah istirahat sejenak nafsu kami mulai naik kembali.
"Fan coba kita main berdua"
Irfan mengambil posisi tidur sedangkan Vina didudukan diatas tubuhnya, sambil penis Irfan diarahkan ke lubang Vagina Vina. Vina dengan mimik muka memohon ampun, Irfan makin tambah beringas. Akhirnya sekali dorongan tembuslah memek Vina yang selama ini dia rawat, sekarang di koyak-koyak oleh Irfan kembali. 2 orang yang sangat kehausan sex.
"Aduuhh.. sakkiitt. sudahh. kumohoonn" Vina menjerit kesakitan.
Namun Irfan tidak mempedulikan rintihan dari mulut Vina, dia makin kasar menyodok-nyodokan penisnya sementara itu aku telah berdiri di atas mereka berdua, dan mendorongkan tubuh Vina untuk amBLi posisi membungkuk, dan dengan kasar jariku mulai meraba-raba pantat Vina yang montok putih mulus sambil mempermainkan jari tengahku untuk mengobel lubang anus Vina.

"Waw.. Rupanya anusnya masih perawan nih. lobangnya kecil banget" seruku sambil mengarahkan batang penisku ke anus Vina.
Setelah mengolesi handbody pada batang penisku agar tidak lecet, aku berusaha memasukan penisku ke lubang anus Vina.
"Vin pantat loe gue sodomi ya? pantat loe montok banget sih. Pasti jepitannya kenceng nih", Aku berteriak kepadanya sambil meremas pantatnya yang putih sekali.
"Jangan. jangan. ampun. jangan disitu. Ndii. sakiitt. periihh" jerit dan ratapan Vina dengan nada memelas.
Tapi aku tidak mempedulikan rintihan Vina, makin keras aku memasukan batang kemaluan aku. Untuk beberapa saat memang sulit bagi penisku untuk berhasil masuk, karena memang lubangnya sangat sempit.

Namun aku penasaran untuk segera melesakkan batang kemaluanku ke dalam duburnya. Dan akhirnya setelah berusaha membuka pantat Vina, tembuslah lubang anus Vina disodok batang kemaluanku. Rasa sakit tiada tara kembali dirasakan didaerah selangkangannya. Setelah itu pantat Vinapun kusodok-sodok dengan keras, kedua tanganku meraih payudara Vina serta meremas-remasnya. Setengah jam lamnya aku menyodomi Vina, waktu yang lama bagi Vina yang semakin tersiksa itu. Lubang dubur Vina terus menerus mengeluarkan darah melalui sela-sela penisku yang tertanam dipantatnya.

"Eegghh, aakkhh, oohh", dengan mata merem-melek serta tubuh tersodok-sodok dari atas dan bawah, Vina merintih-rintih.
Sementara itu kedua payudaranya diremas-remas oleh kedua tanganku. Sedangkan Irfan dengan asyiknya menyodok-nyodok memek Vina dari bawah. Lengkaplah sudah dua lobang yang berdekatan telah di tembus oleh dua batang penis aku dan Irfan yang haus sex. Vina hanya bisa meringis menahan sakit yang luar biasa karena selama ini ia tidak pernah menahan rasa sakit seperti itu.

"Ndi, ayo kita sudahi permainan ini bareng, loe sodok dari atas, gue sodok dari bawah dan kita koyak memek dan dubur cewek ini, dan kita penuhi dengan pejuh kita", Irfan menyeru.
Beberapa menit kemudian kami berdua mengerang menahan nikmat yang luar bisa, dan hampir bersamaan kami memuncratkan sperma berbarengan.
"Aachh., keluuarr.. hhmm.. sstt. nikmat sekali"
"Ooohh." Vina mengerang merasakan air mani kami membanjiri liang dubur dan vaginanya.
Setelah berhenti sejenak kami akhirnya terkulai, begitu juga Vina yang terhimpit oleh kedua pria yang telah menggaulinya hanya bisa tergolek lemas sambil menangis sesenggukan meratapi nasibnya yang malang.

Kami sempat mengabadikan persetubuhan kami melalui handycam milik Irfan. dan kami berjanji tidak akan menyebarkannya ke internet, asalkan Vina tutup mulut dan bersedia kami setubuhi. Sampai sekarang aku dan irfan masih sering menyetubuhi tubuh Vina. Kami salurkan hasrat sex kami yang besar ini dengan mengoral mulut Vina, menyodomi pantatnya, dan mengebor memeknya. Hingga sekarang kedua payudara Vina semakin besar, karena terlalu sering kami remas-remas dan kami sedoti. Ukuran branya sekarang 38B, dan puting susunya merah melebar. Setelah persetubuhan, kami selalu meminumkan pil anti Hamil ke Vina. Sampai sekarang Vina tidak merasakan gejala-gejala kehamilan.

*****

Sekian para pembaca yang setia, saya mohon maaf jika ada yang merasa dirugikan. Jika ada kritik, komentar, saran, atau pertanyaan jangan ragu mengirimkan e-mail yang tertera di paling bawah halaman ini. Saya ucapkan terima kasih kepada rekan anggota PAS Team yang sedang sibuk ikut fight against USA on cyber. Juga buat para Linuxer sejagat"Modification Moving On". Dan khususnya bagi para pembaca setia 17Tahun.com"Let's Ride the Girls & Make Them Cry". Special thank's buat pihak 17th Network, Corp. yang telah menampilkan cerita saya. Ketemu lagi di lain kesempatan.

E N D


       Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Anak Gadis Ibu Kos
May 10th 2013, 13:27


Waktu itu usiaku 23 tahun. Aku duduk di tingkat akhir suatu perguruan tinggi teknik di kota Bandung. Wajahku ganteng. Badanku tinggi dan tegap, mungkin karena aku selalu berolahraga seminggu tiga kali. Teman-¬temanku bilang, kalau aku bermobil pasti banyak cewek yang dengan sukahati menempel padaku. Aku sendiri sudah punya pacar. Kami pacaran secara serius. Baik orang tuaku maupun orang tuanya sudah setuju kami nanti menikah. Tempat kos-ku dan tempat kos-nya hanya berjarak sekitar 700 m. Aku sendiri sudah dipegangi kunci kamar kosnya. Walaupun demikian bukan berarti aku sudah berpacaran tanpa batas dengannya. Dalam masalah pacaran, kami sudah saling cium-ciuman, gumul-gumulan, dan remas-remasan. Namun semua itu kami lakukan dengan masih berpakaian. Toh walaupun hanya begitu, kalau "voltase'-ku sudah amat tinggi, aku dapat 'muntah" juga. Dia adalah seorang yang menjaga keperawanan sampai dengan menikah, karena itu dia tidak mau berhubungan sex sebelum menikah. Aku menghargai prinsipnya tersebut. Karena aku belum pernah pacaran sebelumnya, maka sampai saat itu aku belum pernah merasakan memek perempuan.

Pacarku seorang anak bungsu. Kecuali kolokan, dia juga seorang penakut, sehingga sampai jam 10 malam minta ditemani. Sehabis mandi sore, aku pergi ke kosnya. Sampai dia berangkat tidur. aku belajar atau menulis tugas akhir dan dia belajar atau mengerjakan tugas-tugas kuliahnya di ruang tamu. Kamar kos-nya sendiri berukuran cukup besar, yakni 3mX6m. Kamar sebesar itu disekat dengan triplex menjadi ruang tamu dengan ukuran 3mX2.5m dan ruang tidur dengan ukuran 3mX3.5m. Lobang pintu di antara kedua ruang itu hanya ditutup dengan kain korden.

lbu kost-nya mempunyai empat anak, semua perempuan. Semua manis-manis sebagaimana kebanyakan perempuan Sunda. Anak yang pertama sudah menikah, anak yang kedua duduk di kelas 3 SMA, anak ketiga kelas I SMA, dan anak bungsu masih di SMP. Menurut desas-desus yang sampai di telingaku, menikahnya anak pertama adalah karena hamil duluan. Kemudian anak yang kedua pun sudah mempunyai prestasi. Nama panggilannya Ika. Dia dikabarkan sudah pernah hamil dengan pacarya, namun digugurkan. Menurut penilaianku, Ika seorang playgirl. Walaupun sudah punya pacar, pacarnya kuliah di suatu politeknik, namun dia suka mejeng dan menggoda laki-laki lain yang kelihatan keren. Kalau aku datang ke kos pacarku, dia pun suka mejeng dan bersikap genit dalam menyapaku.

lka memang mojang Sunda yang amat aduhai. Usianya akan 18 tahun. Tingginya 160 cm. Kulitnya berwarna kuning langsat dan kelihatan licin. Badannya kenyal dan berisi. Pinggangnya ramping. Buah dadanya padat dan besar membusung. Pinggulnya besar, kecuali melebar dengan indahnya juga pantatnya membusung dengan montoknya. Untuk gadis seusia dia, mungkin payudara dan pinggul yang sudah terbentuk sedemikian indahnya karena terbiasa dinaiki dan digumuli oleh pacarnya. Paha dan betisnya bagus dan mulus. Lehernya jenjang. Matanya bagus. Hidungnya mungil dan sedikit mancung. Bibirnya mempunyai garis yang sexy dan sensual, sehingga kalau memakai lipstik tidak perlu membuat garis baru, tinggal mengikuti batas bibir yang sudah ada. Rambutnya lebat yang dipotong bob dengan indahnya.

Sore itu sehabis mandi aku ke kos pacarku seperti biasanya. Di teras rumah tampak Ika sedang mengobrol dengan dua orang adiknya. Ika mengenakan baju atas 'you can see' dan rok span yang pendek dan ketat sehingga lengan, paha dan betisnya yang mulus itu dipertontonkan dengan jelasnya.

"Mas Bob, ngapel ke Mbak Dina? Wah… sedang nggak ada tuh. Tadi pergi sama dua temannya. Katanya mau bikin tugas," sapa Ika dengan centilnya.

"He… masa?" balasku.

"Iya… Sudah, ngapelin Ika sajalah Mas Bob," kata Ika dengan senyum menggoda. Edan! Cewek Sunda satu ini benar-benar menggoda hasrat. Kalau mau mengajak beneran aku tidak menolak nih, he-he-he…

"Ah, neng Ika macam-macam saja…," tanggapanku sok menjaga wibawa. "Kak Dai belum datang?"

Pacar Ika namanya Daniel, namun Ika memanggilnya Kak Dai. Mungkin Dai adalah panggilan akrab atau panggilan masa kecil si Daniel. Daniel berasal dan Bogor. Dia ngapeli anak yang masih SMA macam minum obat saja. Dan pulang kuliah sampai malam hari. Lebih hebat dan aku, dan selama ngapel waktu dia habiskan untuk ngobrol. Atau kalau setelah waktu isya, dia masuk ke kamar Ika. Kapan dia punya kesempatan belajar?

"Wah… dua bulan ini saya menjadi singgel lagi. Kak Dai lagi kerja praktek di Riau. Makanya carikan teman Mas Bob buat menemani Ika dong, biar Ika tidak kesepian… Tapi yang keren lho," kata Ika dengan suara yang amat manja. Edan si playgirl Sunda mi. Dia bukan tipe orang yang ngomong begitu bukan sekedar bercanda, namun tipe orang yang suka nyerempet-nyerempet hat yang berbahaya.

"Neng Ika ini… Nanti Kak Dainya ngamuk dong."

"Kak Dai kan tidak akan tahu…"

Aku kembali memaki dalam hati. Perempuan Sunda macam Ika ini memang enak ditiduri. Enak digenjot dan dinikmati kekenyalan bagian-bagian tubuhnya.

Aku mengeluarkan kunci dan membuka pintu kamar kos Dina. Di atas meja pendek di ruang tamu ada sehelai memo dari Dina. Sambil membuka jendela ruang depan dan ruang tidur, kubaca isi memo tadi. 'Mas Bobby, gue ngerjain tugas kelompok bersama Niken dan Wiwin. Tugasnya banyak, jadi gue malam ini tidak pulang. Gue tidur di rumah Wiwin. Di kulkas ada jeruk, ambil saja. Soen sayang, Dina'

Aku mengambil bukuku yang sehari-harinya kutinggal di tempat kos Di. Sambil menyetel radio dengan suara perlahan, aku mulai membaca buku itu. Biarlah aku belajar di situ sampai jam sepuluh malam.

Sedang asyik belajar, sekitar jam setengah sembilan malam pintu diketok dan luar. Tok-tok-tok…

Kusingkapkan korden jendela ruang tamu yang telah kututup pada jam delapan malam tadi, sesuai dengan kebiasaan pacarku. Sepertinya Ika yang berdiri di depan pintu.

"Mbak Di… Mbak Dina…," terdengar suara Ika memanggil-manggil dan luar. Aku membuka pintu.

"Mbak Dina sudah pulang?" tanya Ika.

"Belum. Hari ini Dina tidak pulang. Tidur di rumah temannya karena banyak tugas. Ada apa?"

"Mau pinjam kalkulator, mas Bob. Sebentar saja. Buat bikin pe-er."

"Ng… bolehlah. Pakai kalkulatorku saja, asal cepat kembali."

"Beres deh mas Bob. Ika berjanji," kata Ika dengan genit. Bibirnya tersenyum manis, dan pandang matanya menggoda menggemaskan.

Kuberikan kalkulatorku pada Ika. Ketika berbalik, kutatap tajam-tajam tubuhnya yang aduhai. Pinggulnya yang melebar dan montok itu menggial ke kiri-kanan, seolah menantang diriku untuk meremas¬-remasnya. Sialan! Kontholku jadi berdiri. Si 'boy-ku ini responsif sekali kalau ada cewek cakep yang enak digenjot.

Sepeninggal Ika, sesaat aku tidak dapat berkonsentrasi. Namun kemudian kuusir pikiran yang tidak-tidak itu. Kuteruskan kembali membaca textbook yang menunjang penulisan tugas sarjana itu.

Tok-tok-tok! Baru sekitar limabelas menit pintu kembali diketok.

"Mas Bob… Mas Bob…," terdengar Ika memanggil lirih.

Pintu kubuka. Mendadak kontholku mengeras lagi. Di depan pintu berdiri Ika dengan senyum genitnya. Bajunya bukan atasan 'you can see' yang dipakai sebelumnya. Dia menggunakan baju yang hanya setinggi separuh dada dengan ikatan tali ke pundaknya. Baju tersebut berwarna kuning muda dan berbahan mengkilat. Dadanya tampak membusung dengan gagahnya, yang ujungnya menonjol dengan tajam dan batik bajunya. Sepertinya dia tidak memakai BH. Juga, bau harum sekarang terpancar dan tubuhnya. Tadi, bau parfum harum semacam ini tidak tercium sama sekali, berarti datang yang kali ini si Ika menyempatkan diri memakai parfum. Kali ini bibirnya pun dipolesi lipstik pink.

"Ini kalkulatornya, Mas Bob," kata Ika manja, membuyarkan keterpanaanku.

"Sudah selesai. Neng Ika?" tanyaku basa-basi.

"Sudah Mas Bob, namun boleh Ika minta diajari Matematika?"

"0, boleh saja kalau sekiranya bisa."

Tanpa kupersilakan Ika menyelonong masuk dan membuka buku matematika di atas meja tamu yang rendah. Ruang tamu kamar kos pacarku itu tanpa kursi. Hanya digelari karpet tebal dan sebuah meja pendek dengan di salah satu sisinya terpasang rak buku. Aku pun duduk di hadapannya, sementara pintu masuk tertutup dengan sendirinya dengan perlahan. Memang pintu kamar kos pacarku kalau mau disengaja terbuka harus diganjal potongan kayu kecil.

"Ini mas Bob, Ika ada soal tentang bunga majemuk yang tidak tahu cara penyelesaiannya." Ika mencari-cari halaman buku yang akan ditanyakannya.

Menunggu halaman itu ditemukan, mataku mencari kesempatan melihat ke dadanya. Amboi! Benar, Ika tidak memakai bra. Dalam posisi agak menunduk, kedua gundukan payudaranya kelihatan sangat jelas. Sungguh padat, mulus, dan indah. Kontholku terasa mengeras dan sedikit berdenyut-denyut.

Halaman yang dicari ketemu. Ika dengan centilnya membaca soal tersebut. Soalnya cukup mudah. Aku menerangkan sedikit dan memberitahu rumusnya, kemudian Ika menghitungnya. Sambil menunggu Ika menghitung, mataku mencuri pandang ke buah dada Ika. Uhhh… ranum dan segarnya.

"Kok sepi? Mamah, Ema, dan Nur sudah tidur?" tanyaku sambil menelan ludah. Kalau bapaknya tidak aku tanyakan karena dia bekerja di Cirebon yang pulangnya setiap akhir pekan.

"Sudah. Mamah sudah tidur jam setengah delapan tadi. Kemudian Erna dan Nur berangkat tidur waktu Ika bermain-main kalkulator tadi," jawab Ika dengan tatapan mata yang menggoda.

Hasratku mulai naik. Kenapa tidak kusetubuhi saja si Ika. Mumpung sepi. Orang-orang di rumahnya sudah tidur. Kamar kos sebelah sudah sepi dan sudah mati lampunya. Berarti penghuninya juga sudah tidur. Kalau kupaksa dia meladeni hasratku, tenaganya tidak akan berarti dalam melawanku. Tetapi mengapa dia akan melawanku? jangan-jangan dia ke sini justru ingin bersetubuh denganku. Soal tanya Matematika, itu hanya sebagai atasan saja. Bukankah dia menyempatkan ganti baju, dari atasan you can see ke atasan yang memamerkan separuh payudaranya? Bukankah dia datang lagi dengan menyempatkan tidak memakai bra? Bukankah dia datang lagi dengan menyempatkan memakai parfum dan lipstik? Apa lagi artinya kalau tidak menyodorkan din?

Tiba-tiba Ika bangkit dan duduk di sebelah kananku.

"Mas Bob… ini benar nggak?" tanya Ika.

Ada kekeliruan di tengah jalan saat Ika menghitung. Antara konsentrasi dan menahan nafsu yang tengah berkecamuk, aku mengambil pensil dan menjelaskan kekeliruannya. Tiba-tiba Ika lebih mendekat ke arahku, seolah mau memperhatikan hal yang kujelaskan dan jarak yang lebih dekat. Akibatnya… gumpalan daging yang membusung di dadanya itu menekan lengan tangan kananku. Terasa hangat dan lunak, namun ketika dia lebih menekanku terasa lebih kenyal.

Dengan sengaja lenganku kutekankan ke payudaranya.

"Ih… Mas Bob nakal deh tangannya," katanya sambil merengut manja. Dia pura-pura menjauh.

"Lho, yang salah kan Neng Ika duluan. Buah dadanya menyodok-nyodok lenganku," jawabku.

lka cemberut. Dia mengambil buku dan kembali duduk di hadapanku. Dia terlihat kembali membetulkan yang kesalahan, namun menurut perasaanku itu hanya berpura-pura saja. Aku merasa semakin ditantang. Kenapa aku tidak berani? Memangnya aku impoten? Dia sudah berani datang ke sini malam-malam sendirian. Dia menyempatkan pakai parfum. Dia sengaja memakai baju atasan yang memamerkan gundukan payudara. Dia sengaja tidak pakai bra. Artinya, dia sudah mempersilakan diriku untuk menikmati kemolekan tubuhnya. Tinggal aku yang jadi penentunya, mau menyia-siakan kesempatan yang dia berikan atau memanfaatkannya. Kalau aku menyia-siakan berarti aku band!

Aku pun bangkit. Aku berdiri di atas lutut dan mendekatinya dari belakang. Aku pura-pura mengawasi dia dalam mengerjakan soal. Padahal mataku mengawasi tubuhnya dari belakang. Kulit punggung dan lengannya benar-benar mulus, tanpa goresan sedikitpun. Karena padat tubuhnya, kulit yang kuning langsat itu tampak licin mengkilap walaupun ditumbuhi oleh bulu-bulu rambut yang halus.

Kemudian aku menempelkan kontholku yang menegang ke punggungnya. Ika sedikit terkejut ketika merasa ada yang menempel punggungnya.

"Ih… Mas Bob jangan begitu dong…," kata Ika manja.

"Sudah… udah-udah… Aku sekedar mengawasi pekerjaan Neng Ika," jawabku.

lka cemberut. Namun dengan cemberut begitu, bibir yang sensual itu malah tampak menggemaskan. Sungguh sedap sekali bila dikulum-kulum dan dilumat-lumat. Ika berpura-pura meneruskan pekerjaannya. Aku semakin berani. Kontholku kutekankan ke punggungnya yang kenyal. Ika menggelinjang. Tidak tahan lagi. tubuh Ika kurengkuh dan kurebahkan di atas karpet. Bibirnya kulumat-lumat, sementara kulit punggungnya kuremas-remas. Bibir Ika mengadakan perlawanan, mengimbangi kuluman-¬kuluman bibirku yang diselingi dengan permainan lidahnya. Terlihat bahkan dalam masalah ciuman Ika yang masih kelas tiga SMA sudah sangat mahir. Bahkan mengalahkan kemahiranku.

Beberapa saat kemudian ciumanku berpindah ke lehernya yang jenjang. Bau harum terpancar dan kulitnya. Sambil kusedot-sedot kulit lehernya dengan hidungku, tanganku berpindah ke buah dadanya. Buah dada yang tidak dilindungi bra itu terasa kenyal dalam remasan tanganku. Kadang-kadang dan batik kain licin baju atasannya, putingnya kutekan-tekan dan kupelintir-pelintir dengan jari-jari tanganku. Puting itu terasa mengeras.

"Mas Bob Mas Bob buka baju saja Mas Bob…," rintih Ika. Tanpa menunggu persetujuanku, jari-jari tangannya membuka Ikat pinggang dan ritsleteng celanaku. Aku mengimbangi, tall baju atasannya kulepas dan baju tersebut kubebaskan dan tubuhnya. Aku terpana melihat kemulusan tubuh atasnya tanpa penutup sehelai kain pun. Buah dadanya yang padat membusung dengan indahnya. Ditimpa sinar lampu neon ruang tamu, payudaranya kelihatan amat mulus dan licin. Putingnya berdiri tegak di ujung gumpalan payudara. Putingnya berwarna pink kecoklat-coklatan, sementara puncak bukit payudara di sekitarnya berwarna coklat tua dan sedikit menggembung dibanding dengan permukaan kulit payudaranya.

Celana panjang yang sudah dibuka oleh Ika kulepas dengan segera. Menyusul. kemeja dan kaos singlet kulepas dan tubuhku. Kini aku cuma tertutup oleh celana dalamku, sementara Ika tertutup oleh rok span ketat yang mempertontonkan bentuk pinggangnya yang ramping dan bentuk pinggulnya yang melebar dengan bagusnya. Ika pun melepaskan rok spannya itu, sehingga pinggul yang indah itu kini hanya terbungkus celana dalam minim yang tipis dan berwarna pink. Di daerah bawah perutnya, celana dalam itu tidak mampu menyembunyikan warna hitam dari jembut lebat Ika yang terbungkus di dalamnya. Juga, beberapa helai jembut Ika tampak keluar dan lobang celana dalamnya.

lka memandangi dadaku yang bidang. Kemudian dia memandang ke arah kontholku yang besar dan panjang, yang menonjol dari balik celana dalamku. Pandangan matanya memancarkan nafsu yang sudah menggelegak. Perlahan aku mendekatkan badanku ke badannya yang sudah terbaring pasrah. Kupeluk tubuhnya sambil mengulum kembali bibirnya yang hangat. Ika pun mengimbanginya. Dia memeluk leherku sambil membalas kuluman di bibirnya. Payudaranya pun menekan dadaku. Payudara itu terasa kenyal dan lembut. Putingnya yang mengeras terasa benar menekan dadaku. Aku dan Ika saling mengulum bibir, saling menekankan dada, dan saling meremas kulit punggung dengan penuh nafsu.

Ciumanku berpindah ke leher Ika. Leher mulus yang memancarkan keharuman parfum yang segar itu kugumuli dengan bibir dan hidungku. Ika mendongakkan dagunya agar aku dapat menciumi segenap pori-pori kulit lehernya.

"Ahhh… Mas Bob… Ika sudah menginginkannya dan kemarin… Gelutilah tubuh Ika… puasin Ika ya Mas Bob…," bisik Ika terpatah-patah.

Aku menyambutnya dengan penuh antusias. Kini wajahku bergerak ke arah payudaranya. Payudaranya begitu menggembung dan padat. namun berkulit lembut. Bau keharuman yang segar terpancar dan pori-porinya. Agaknya Ika tadi sengaja memakai parfum di sekujur payudaranya sebelum datang ke sini. Aku menghirup kuat-kuat lembah di antara kedua bukit payudaranya itu. Kemudian wajahku kugesek-gesekkan di kedua bukit payudara itu secara bergantian, sambil hidungku terus menghirup keharuman yang terpancar dan kulit payudara. Puncak bukit payudara kanannya pun kulahap dalam mulutku. Kusedot kuat-kuat payudara itu sehingga daging yang masuk ke dalam mulutku menjadi sebesar-besarnya. Ika menggelinjang.

"Mas Bob… ngilu… ngilu…," rintih Ika.

Gelinjang dan rintihan Ika itu semakin membangkitkan hasratku. Kuremas bukit payudara sebelah kirinya dengan gemasnya, sementara puting payudara kanannya kumainkan dengan ujung lidahku. Puting itu kadang kugencet dengan tekanan ujung lidah dengan gigi. Kemudian secara mendadak kusedot kembali payudara kanan itu kuat-kuat. sementara jari tanganku menekan dan memelintir puting payudara kirinya. Ika semakin menggelinjang-gelinjang seperti ikan belut yang memburu makanan sambil mulutnya mendesah-desah.

"Aduh mas Booob… ssshh… ssshhh… ngilu mas Booob… ssshhh… geli… geli…," cuma kata-kata itu yang berulang-ulang keluar dan mulutnya yang merangsang.

Aku tidak puas dengan hanya menggeluti payudara kanannya. Kini mulutku berganti menggeluti payudara kiri. sementara tanganku meremas-remas payudara kanannya kuat-kuat. Kalau payudara kirinya kusedot kuat-kuat. tanganku memijit-mijit dan memelintir-pelintir puting payudara kanannya. Sedang bila gigi dan ujung lidahku menekan-nekan puting payudara kiri, tanganku meremas sebesar-besarnya payudara kanannya dengan sekuat-kuatnya.

"Mas Booob… kamu nakal…. ssshhh… ssshhh… ngilu mas Booob… geli…" Ika tidak henti-hentinya menggelinjang dan mendesah manja.

Setelah puas dengan payudara, aku meneruskan permainan lidah ke arah perut Ika yang rata dan berkulit amat mulus itu. Mulutku berhenti di daerah pusarnya. Aku pun berkonsentrasi mengecupi bagian pusarnya. Sementara kedua telapak tanganku menyusup ke belakang dan meremas-remas pantatnya yang melebar dan menggembung padat. Kedua tanganku menyelip ke dalam celana yang melindungi pantatnya itu. Perlahan¬-lahan celana dalamnya kupelorotkan ke bawah. Ika sedikit mengangkat pantatnya untuk memberi kemudahan celana dalamnya lepas. Dan dengan sekali sentakan kakinya, celana dalamnya sudah terlempar ke bawah.

Saat berikutnya, terhamparlah pemandangan yang luar biasa merangsangnya. Jembut Ika sungguh lebat dan subur sekali. Jembut itu mengitari bibir memek yang berwarna coklat tua. Sambil kembali menciumi kulit perut di sekitar pusarnya, tanganku mengelus-elus pahanya yang berkulit licin dan mulus. Elusanku pun ke arah dalam dan merangkak naik. Sampailah jari-jari tanganku di tepi kiri-kanan bibir luar memeknya. Tanganku pun mengelus-elus memeknya dengan dua jariku bergerak dan bawah ke atas. Dengan mata terpejam, Ika berinisiatif meremas-remas payudaranya sendiri. Tampak jelas kalau Ika sangat menikmati permainan ini.

Perlahan kusibak bibir memek Ika dengan ibu jari dan telunjukku mengarah ke atas sampai kelentitnya menongol keluar. Wajahku bergerak ke memeknya, sementara tanganku kembali memegangi payudaranya. Kujilati kelentit Ika perlahan-lahan dengan jilatan-jilatan pendek dan terputus-putus sambil satu tanganku mempermainkan puting payudaranya.

"Au Mas Bob… shhhhh… betul… betul di situ mas Bob… di situ… enak mas… shhhh…," Ika mendesah-desah sambil matanya merem-melek. Bulu alisnya yang tebal dan indah bergerak ke atas-bawah mengimbangi gerakan merem-meleknya mata. Keningnya pun berkerut pertanda dia sedang mengalami kenikmatan yang semakin meninggi.

Aku meneruskan permainan lidah dengan melakukan jilatan-jilatan panjang dan lubang anus sampai ke kelentitnya.

Karena gerakan ujung hidungku pun secara berkala menyentuh memek Ika. Terasa benar bahkan dinding vaginanya mulai basah. Bahkan sebagian cairan vaginanya mulai mengalir hingga mencapai lubang anusnya. Sesekali pinggulnya bergetar. Di saat bergetar itu pinggulnya yang padat dan amat mulus kuremas kuat-kuat sambil ujung hidungku kutusukkan ke lobang memeknya.

"Mas Booob… enak sekali mas Bob…," Ika mengerang dengan kerasnya. Aku segera memfokuskan jilatan-jilatan lidah serta tusukan-tusukan ujung hidung di vaginanya. Semakin lama vagina itu semakin basah saja. Dua jari tanganku lalu kumasukkan ke lobang memeknya. Setelah masuk hampir semuanya, jari kubengkokkan ke arah atas dengan tekanan yang cukup terasa agar kena 'G-spot'-nya. Dan berhasil!

"Auwww… mas Bob…!" jerit Ika sambil menyentakkan pantat ke atas. sampai-sampai jari tangan yang sudah terbenam di dalam memek terlepas. Perut bawahnya yang ditumbuhi bulu-bulu jembut hitam yang lebat itu pun menghantam ke wajahku. Bau harum dan bau khas cairan vaginanya merasuk ke sel-sel syaraf penciumanku.

Aku segera memasukkan kembali dua jariku ke dalam vagina Ika dan melakukan gerakan yang sama. Kali ini aku mengimbangi gerakan jariku dengan permainan lidah di kelentit Ika. Kelentit itu tampak semakin menonjol sehingga gampang bagiku untuk menjilat dan mengisapnya. Ketika kelentit itu aku gelitiki dengan lidah serta kuisap-isap perlahan, Ika semakin keras merintih-rintih bagaikan orang yang sedang mengalami sakit demam. Sementara pinggulnya yang amat aduhai itu menggial ke kiri-kanan dengan sangat merangsangnya.

"Mas Bob… mas Bob… mas Bob…," hanya kata-kata itu yang dapat diucapkan Ika karena menahan kenikmatan yang semakin menjadi-jadi.

Permainan jari-jariku dan lidahku di memeknya semakin bertambah ganas. Ika sambil mengerang¬-erang dan menggeliat-geliat meremas apa saja yang dapat dia raih. Meremas rambut kepalaku, meremas bahuku, dan meremas payudaranya sendiri.

"Mas Bob… Ika sudah tidak tahan lagi… Masukin konthol saja mas Bob… Ohhh… sekarang juga mas Bob…! Sshhh. . . ," erangnya sambil menahan nafsu yang sudah menguasai segenap tubuhnya.

Namun aku tidak perduli. Kusengaja untuk mempermainkan Ika terlebih dahulu. Aku mau membuatnya orgasme, sementara aku masih segar bugar. Karena itu lidah dan wajahku kujauhkan dan memeknya. Kemudian kocokan dua jari tanganku di dalam memeknya semakin kupercepat. Gerakan jari tanganku yang di dalam memeknya ke atas-bawah, sampai terasa ujung jariku menghentak-hentak dinding atasnya secara perlahan-lahan. Sementara ibu jariku mengusap-usap dan menghentak-hentak kelentitnya. Gerakan jari tanganku di memeknya yang basah itu sampai menimbulkan suara crrk-crrrk-crrrk-crrk crrrk… Sementara dan mulut Ika keluar pekikan-pekikan kecil yang terputus-putus:

"Ah-ah-ah-ah-ah…"

Sementara aku semakin memperdahsyat kocokan jari-jariku di memeknya, sambil memandangi wajahnya. Mata Ika merem-melek, sementara keningnya berkerut-kerut.

Crrrk! Crrrk! Crrek! Crek! Crek! Crok! Crok! Suara yang keluar dan kocokan jariku di memeknya semakin terdengar keras. Aku mempertahankan kocokan tersebut. Dua menit sudah si Ika mampu bertahan sambil mengeluarkan jeritan-jeritan yang membangkitkan nafsu. Payudaranya tampak semakin kencang dan licin, sedang putingnya tampak berdiri dengan tegangnya.

Sampai akhirnya tubuh Ika mengejang hebat. Pantatnya terangkat tinggi-tinggi. Matanya membeliak-¬beliak. Dan bibirnya yang sensual itu keluar jeritan hebat, "Mas Booo00oob …!" Dua jariku yang tertanam di dalam vagina Ika terasa dijepit oleh dindingnya dengan kuatnya. Seiring dengan keluar masuknya jariku dalam vaginanya, dan sela-sela celah antara tanganku dengan bibir memeknya terpancarlah semprotan cairan vaginanya dengan kuatnya. Prut! Prut! Pruttt! Semprotan cairan tersebut sampai mencapai pergelangan tanganku.

Beberapa detik kemudian Ika terbaring lemas di atas karpet. Matanya memejam rapat. Tampaknya dia baru saja mengalami orgasme yang begitu hebat. Kocokan jari tanganku di vaginanya pun kuhentikan. Kubiarkan jari tertanam dalam vaginanya sampai jepitan dinding vaginanya terasa lemah. Setelah lemah. jari tangan kucabut dan memeknya. Cairan vagina yang terkumpul di telapak tanganku pun kubersihkan dengan kertas tissue.

Ketegangan kontholku belum juga mau berkurang. Apalagi tubuh telanjang Ika yang terbaring diam di hadapanku itu benar-benar aduhai. seolah menantang diriku untuk membuktikan kejantananku pada tubuh mulusnya. Aku pun mulai menindih kembali tubuh Ika, sehingga kontholku yang masih di dalam celana dalam tergencet oleh perut bawahku dan perut bawahnya dengan enaknya. Sementara bibirku mengulum-kulum kembali bibir hangat Ika, sambil tanganku meremas-remas payudara dan mempermainkan putingnya. Ika kembali membuka mata dan mengimbangi serangan bibirku. Tubuhnya kembali menggelinjang-gelinjang karena menahan rasa geli dan ngilu di payudaranya.

Setelah puas melumat-lumat bibir. wajahku pun menyusuri leher Ika yang mulus dan harum hingga akhirnya mencapai belahan dadanya. Wajahku kemudian menggeluti belahan payudaranya yang berkulit lembut dan halus, sementara kedua tanganku meremas-remas kedua belah payudaranya. Segala kelembutan dan keharuman belahan dada itu kukecupi dengan bibirku. Segala keharuman yang terpancar dan belahan payudara itu kuhirup kuat-kuat dengan hidungku, seolah tidak rela apabila ada keharuman yang terlewatkan sedikitpun.

Kugesek-gesekkan memutar wajahku di belahan payudara itu. Kemudian bibirku bergerak ke atas bukit payudara sebelah kiri. Kuciumi bukit payudara yang membusung dengan gagahnya itu. Dan kumasukkan puting payudara di atasnya ke dalam mulutku. Kini aku menyedot-sedot puting payudara kiri Ika. Kumainkan puting di dalam mulutku itu dengan lidahku. Sedotan kadang kuperbesar ke puncak bukit payudara di sekitar puting yang berwarna coklat.

"Ah… ah… mas Bob… geli… geli …," mulut indah Ika mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. bagaikan desisan ular kelaparan yang sedang mencari mangsa.

Aku memperkuat sedotanku. Sementara tanganku meremas-remas payudara kanan Ika yang montok dan kenyal itu. Kadang remasan kuperkuat dan kuperkecil menuju puncak bukitnya, dan kuakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jariku pada putingnya.

"Mas Bob… hhh… geli… geli… enak… enak… ngilu… ngilu…"

Aku semakin gemas. Payudara aduhai Ika itu kumainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit payudara kadang kusedot besarnya-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang kusedot hanya putingnya dan kucepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain kadang kuremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya kupijit-pijit dan kupelintir-pelintir kecil puting yang mencuat gagah di puncaknya.

"Ah… mas Bob… terus mas Bob… terus… hzzz… ngilu… ngilu…" Ika mendesis-desis keenakan. Hasratnya tampak sudah kembali tinggi. Matanya kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhnya ke kanan-kini semakin sening fnekuensinya.

Sampai akhirnya Ika tidak kuat mehayani senangan-senangan keduaku. Dia dengan gerakan eepat memehorotkan celana dalamku hingga tunun ke paha. Aku memaklumi maksudnya, segera kulepas eelana dalamku. Jan-jari tangan kanan Ika yang mulus dan lembut kemudian menangkap kontholku yang sudah berdiri dengan gagahnya. Sejenak dia memperlihatkan rasa terkejut.

"Edan… mas Bob, edan… Kontholmu besar sekali… Konthol pacan-pacanku dahulu dan juga konthol kak Dai tidak sampai sebesar in Edan… edan…," ucapnya terkagum-kagum. Sambil membiankan mulut, wajah, dan tanganku terus memainkan dan menggeluti kedua belah payudaranya, jan-jari lentik tangan kanannya meremas¬remas perlahan kontholku secara berirama, seolah berusaha mencari kehangatan dan kenikmatan di hiatnya menana kejantananku. Remasannya itu mempenhebat vohtase dam rasa nikmat pada batang kontholku.

"Mas Bob. kita main di atas kasur saja…," ajak Ika dengan sinar mata yang sudah dikuasai nafsu binahi.

Aku pun membopong tubuh telanjang Ika ke ruang dalam, dan membaringkannya di atas tempat tidun pacarku. Ranjang pacarku ini amat pendek, dasan kasurnya hanya terangkat sekitar 6 centimeter dari lantai. Ketika kubopong. Ika tidak mau melepaskan tangannya dari leherku. Bahkan, begitu tubuhnya menyentuh kasur, tangannya menanik wajahku mendekat ke wajahnya. Tak ayal lagi, bibirnya yang pink menekan itu melumat bibirku dengan ganasnya. Aku pun tidak mau mengalah. Kulumat bibirnya dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara tanganku mendekap tubuhnya dengan kuatnya. Kuhit punggungnya yang halus mulus kuremas-remas dengan gemasnya.

Kemudian aku menindih tubuh Ika. Kontholku terjepit di antara pangkal pahanya yang mulus dan perut bawahku sendiri. Kehangatan kulit pahanya mengalir ke batang kontholku yang tegang dan keras. Bibirku kemudian melepaskan bibir sensual Ika. Kecupan bibirku pun turun. Kukecup dagu Ika yang bagus. Kukecup leher jenjang Ika yang memancarkan bau wangi dan segarnya parfum yang dia pakai. Kuciumi dan kugeluti leher indah itu dengan wajahku, sementara pantatku mulai bergerak aktif sehingga kontholku menekan dan menggesek-gesek paha Ika. Gesekan di kulit paha yang licin itu membuat batang kontholku bagai diplirit-plirit. Kepala kontholku merasa geli-geli enak oleh gesekan-gesekan paha Ika.

Puas menggeluti leher indah, wajahku pun turun ke buah dada montok Ika. Dengan gemas dan ganasnya aku membenamkan wajahku ke belahan dadanya, sementara kedua tanganku meraup kedua belah payudaranya dan menekannya ke arah wajahku. Keharuman payudaranya kuhirup sepuas-puasku. Belum puas dengan menyungsep ke belahan dadanya, wajahku kini menggesek-gesek memutar sehingga kedua gunung payudaranya tertekan-tekan oleh wajahku secara bergantian. Sungguh sedap sekali rasanya ketika hidungku menyentuh dan menghirup dalam-dalam daging payudara yang besar dan kenyal itu. Kemudian bibirku meraup puncak bukit payudara kiri Ika. Daerah payudara yang kecoklat-coklatan beserta putingnya yang pink kecoklat-coklatan itu pun masuk dalam mulutku. Kulahap ujung payudara dan putingnya itu dengan bernafsunya, tak ubahnya seperti bayi yang menetek susu setelah kelaparan selama seharian. Di dalam mulutku, puting itu kukulum-kulum dan kumainkan dengan lidahku.

"Mas Bob… geli… geli …," kata Ika kegelian.

Aku tidak perduli. Aku terus mengulum-kulum puncak bukit payudara Ika. Putingnya terasa di lidahku menjadi keras. Kemudian aku kembali melahap puncak bukit payudara itu sebesar-besarnya. Apa yang masuk dalam mulutku kusedot sekuat-kuatnya. Sementara payudara sebelah kanannya kuremas sekuat-kuatnya

dengan tanganku. Hal tersebut kulakukan secara bergantian antara payudara kiri dan payudara kanan Ika. Sementara kontholku semakin menekan dan menggesek-gesek dengan beriramanya di kulit pahanya. Ika semakin menggelinjang-gelinjang dengan hebatnya.

"Mas Bob… mas Bob… ngilu… ngilu… hihhh… nakal sekali tangan dan mulutmu… Auw! Sssh… ngilu… ngilu…," rintih Ika. Rintihannya itu justru semakin mengipasi api nafsuku. Api nafsuku semakin berkobar-kobar. Semakin ganas aku mengisap-isap dan meremas-remas payudara montoknya. Sementara kontholku berdenyut-denyut keenakan merasakan hangat dan licinnya paha Ika.

Akhirnya aku tidak sabar lagi. Kulepaskan payudara montok Ika dari gelutan mulut dan tanganku. Bibirku kini berpindah menciumi dagu dan lehernya, sementara tanganku membimbing kontholku untuk mencari liang memeknya. Kuputar-putarkan dahulu kepala kontholku di kelebatan jembut di sekitar bibir memek Ika. Bulu-bulu jembut itu bagaikan menggelitiki kepala kontholku. Kepala kontholku pun kegelian. Geli tetapi enak.

"Mas Bob… masukkan seluruhnya mas Bob… masukkan seluruhnya… Mas Bob belum pernah merasakan memek Mbak Dina kan? Mbak Dina orang kuno… tidak mau merasakan konthol sebelum nikah. Padahal itu surga dunia… bagai terhempas langit ke langit ketujuh. mas Bob…"

Jan-jari tangan Ika yang lentik meraih batang kontholku yang sudah amat tegang. Pahanya yang mulus itu dia buka agak lebar.

"Edan… edan… kontholmu besar dan keras sekali, mas Bob…," katanya sambil mengarahkan kepala kontholku ke lobang memeknya.

Sesaat kemudian kepala kontholku menyentuh bibir memeknya yang sudah basah. Kemudian dengan perlahan-lahan dan sambil kugetarkan, konthol kutekankan masuk ke liang memek. Kini seluruh kepala kontholku pun terbenam di dalam memek. Daging hangat berlendir kini terasa mengulum kepala kontholku dengan enaknya.

Aku menghentikan gerak masuk kontholku.

"Mas Bob… teruskan masuk, Bob… Sssh… enak… jangan berhenti sampai situ saja…," Ika protes atas tindakanku. Namun aku tidak perduli. Kubiarkan kontholku hanya masuk ke lobang memeknya hanya sebatas kepalanya saja, namun kontholku kugetarkan dengan amplituda kecil. Sementara bibir dan hidungku dengan ganasnya menggeluti lehernya yang jenjang, lengan tangannya yang harum dan mulus, dari ketiaknya yang bersih dari bulu ketiak. Ika menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan.

"Sssh… sssh… enak… enak… geli… geli, mas Bob. Geli… Terus masuk, mas Bob…"

Bibirku mengulum kulit lengan tangannya dengan kuat-kuat. Sementara gerakan kukonsentrasikan pada pinggulku. Dan… satu… dua… tiga! Kontholku kutusukkan sedalam-dalamnya ke dalam memek Ika dengan sangat cepat dan kuatnya. Plak! Pangkal pahaku beradu dengan pangkal pahanya yang mulus yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya. Sementara kulit batang kontholku bagaikan diplirit oleh bibir dan daging lobang memeknya yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi: srrrt!

"Auwww!" pekik Ika.

Aku diam sesaat, membiarkan kontholku tertanam seluruhnya di dalam memek Ika tanpa bergerak sedikit pun.

"Sakit mas Bob… Nakal sekali kamu… nakal sekali kamu…." kata Ika sambil tangannya meremas punggungku dengan kerasnya.

Aku pun mulai menggerakkan kontholku keluar-masuk memek Ika. Aku tidak tahu, apakah kontholku yang berukuran panjang dan besar ataukah lubang memek Ika yang berukuran kecil. Yang saya tahu, seluruh bagian kontholku yang masuk memeknya serasa dipijit-pijit dinding lobang memeknya dengan agak kuatnya. Pijitan dinding memek itu memberi rasa hangat dan nikmat pada batang kontholku.

"Bagaimana Ika, sakit?" tanyaku

"Sssh… enak sekali… enak sekali… Barangmu besar dan panjang sekali… sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru lobang memekku…," jawab Ika.

Aku terus memompa memek Ika dengan kontholku perlahan-lahan. Payudara kenyalnya yang menempel di dadaku ikut terpilin-pilin oleh dadaku akibat gerakan memompa tadi. Kedua putingnya yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadaku yang bidang. Kehangatan payudaranya yang montok itu mulai terasa mengalir ke dadaku. Kontholku serasa diremas-remas dengan berirama oleh otot-otot memeknya sejalan dengan genjotanku tersebut. Terasa hangat dan enak sekali. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala kontholku menyentuh suatu daging hangat di dalam memek Ika. Sentuhan tersebut serasa menggelitiki kepala konthol sehingga aku merasa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat.

Kemudian aku mengambil kedua kakinya yang kuning langsat mulus dan mengangkatnya. Sambil menjaga agar kontholku tidak tercabut dari lobang memeknya, aku mengambil posisi agak jongkok. Betis kanan Ika kutumpangkan di atas bahuku, sementara betis kirinya kudekatkan ke wajahku. Sambil terus mengocok memeknya perlahan dengan kontholku, betis kirinya yang amat indah itu kuciumi dan kukecupi dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang kuciumi dan kugeluti, sementara betis kirinya kutumpangkan ke atas bahuku. Begitu hal tersebut kulakukan beberapa kali secara bergantian, sambil mempertahankan rasa nikmat di kontholku dengan mempertahankan gerakan maju-mundur perlahannya di memek Ika.

Setelah puas dengan cara tersebut, aku meletakkan kedua betisnya di bahuku, sementara kedua telapak tanganku meraup kedua belah payudaranya. Masih dengan kocokan konthol perlahan di memeknya, tanganku meremas-remas payudara montok Ika. Kedua gumpalan daging kenyal itu kuremas kuat-kuat secara berirama. Kadang kedua putingnya kugencet dan kupelintir-pelintir secara perlahan. Puting itu semakin mengeras, dan bukit payudara itu semakin terasa kenyal di telapak tanganku. Ika pun merintih-rintih keenakan. Matanya merem-melek, dan alisnya mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah.

"Ah… mas Bob, geli… geli… Tobat… tobat… Ngilu mas Bob, ngilu… Sssh… sssh… terus mas Bob, terus…. Edan… edan… kontholmu membuat memekku merasa enak sekali… Nanti jangan disemprotkan di luar memek, mas Bob. Nyemprot di dalam saja… aku sedang tidak subur…"

Aku mulai mempercepat gerakan masuk-keluar kontholku di memek Ika.

"Ah-ah-ah… benar, mas Bob. benar… yang cepat… Terus mas Bob, terus…"

Aku bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihan Ika. tenagaku menjadi berlipat ganda. Kutingkatkan kecepatan keluar-masuk kontholku di memek Ika. Terus dan terus. Seluruh bagian kontholku serasa diremas¬-remas dengan cepatnya oleh daging-daging hangat di dalam memek Ika. Mata Ika menjadi merem-melek dengan cepat dan indahnya. Begitu juga diriku, mataku pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yang luar biasa.

"Sssh… sssh… Ika… enak sekali… enak sekali memekmu… enak sekali memekmu…"

"Ya mas Bob, aku juga merasa enak sekali… terusss… terus mas Bob, terusss…"

Aku meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kontholku pada memeknya. Kontholku terasa bagai diremas-remas dengan tidak karu-karuan.

"Mas Bob… mas Bob… edan mas Bob, edan… sssh… sssh… Terus… terus… Saya hampir keluar nih mas Bob…

sedikit lagi… kita keluar sama-sama ya Booob…," Ika jadi mengoceh tanpa kendali.

Aku mengayuh terus. Aku belum merasa mau keluar. Namun aku harus membuatnya keluar duluan. Biar perempuan Sunda yang molek satu ini tahu bahwa lelaki Jawa itu perkasa. Biar dia mengakui kejantanan orang Jawa yang bernama mas Bobby. Sementara kontholku merasakan daging-daging hangat di dalam memek Ika bagaikan berdenyut dengan hebatnya.

"Mas Bob… mas Bobby… mas Bobby…," rintih Ika. Telapak tangannya memegang kedua lengan tanganku seolah mencari pegangan di batang pohon karena takut jatuh ke bawah.

lbarat pembalap, aku mengayuh sepeda balapku dengan semakin cepatnya. Bedanya, dibandingkan dengan pembalap aku lebih beruntung. Di dalam "mengayuh sepeda" aku merasakan keenakan yang luar biasa di sekujur kontholku. Sepedaku pun mempunyai daya tarik tersendiri karena mengeluarkan rintihan-rintihan keenakan yang tiada terkira.

"Mas Bob… ah-ah-ah-ah-ah… Enak mas Bob, enak… Ah-ah-ah-ah-ah… Mau keluar mas Bob… mau keluar… ah-ah-ah-ah-ah… sekarang ke-ke-ke…"

Tiba-tiba kurasakan kontholku dijepit oleh dinding memek Ika dengan sangat kuatnya. Di dalam memek, kontholku merasa disemprot oleh cairan yang keluar dari memek Ika dengan cukup derasnya. Dan telapak tangan Ika meremas lengan tanganku dengan sangat kuatnya. Mulut sensual Ika pun berteriak tanpa kendali:

"…keluarrr…!"

Mata Ika membeliak-beliak. Sekejap tubuh Ika kurasakan mengejang.

Aku pun menghentikan genjotanku. Kontholku yang tegang luar biasa kubiarkan diam tertanam dalam memek Ika. Kontholku merasa hangat luar biasa karena terkena semprotan cairan memek Ika. Kulihat mata Ika kemudian memejam beberapa saat dalam menikmati puncak orgasmenya.

Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan tangannya pada lenganku perlahan-lahan mengendur. Kelopak matanya pun membuka, memandangi wajahku. Sementara jepitan dinding memeknya pada kontholku berangsur-angsur melemah. walaupun kontholku masih tegang dan keras. Kedua kaki Ika lalu kuletakkan kembali di atas kasur dengan posisi agak membuka. Aku kembali menindih tubuh telanjang Ika dengan mempertahankan agar kontholku yang tertanam di dalam memeknya tidak tercabut.

"Mas Bob… kamu luar biasa… kamu membawaku ke langit ke tujuh," kata Ika dengan mimik wajah penuh kepuasan. "Kak Dai dan pacar-pacarku yang dulu tidak pernah membuat aku ke puncak orgasme seperti ml. Sejak Mbak Dina tinggal di sini, Ika suka membenarkan mas Bob saat berhubungan dengan Kak Dai."

Aku senang mendengar pengakuan Ika itu. berarti selama aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku selalu membayangkan kemolekan tubuh Ika dalam masturbasiku, sementara dia juga membayangkan kugeluti

dalam onaninya. Bagiku. Dina bagus dijadikan istri dan ibu anak-anakku kelak, namun tidak dapat dipungkiri bahwa tubuh aduhai Ika enak digeluti dan digenjot dengan penuh nafsu.

"Mas Bob… kamu seperti yang kubayangkan. Kamu jantan… kamu perkasa… dan kamu berhasil membawaku ke puncak orgasme. Luar biasa nikmatnya…"

Aku bangga mendengar ucapan Ika. Dadaku serasa mengembang. Dan bagai anak kecil yang suka pujian, aku ingin menunjukkan bahwa aku lebih perkasa dari dugaannya. Perempuan Sunda ini harus kewalahan menghadapi genjotanku. Perempuan Sunda ini harus mengakui kejantanan dan keperkasaanku. Kebetulan aku saat ini baru setengah perjalanan pendakianku di saat Ika sudah mencapai orgasmenya. Kontholku masih tegang di dalam memeknya. Kontholku masih besar dan keras, yang hams menyemprotkan pelurunya agar kepalaku tidak pusing.

Aku kembali mendekap tubuh mulus Ika, yang di bawah sinar lampu kuning kulit tubuhnya tampak sangat mulus dan licin. Kontholku mulai bergerak keluar-masuk lagi di memek Ika, namun masih dengan gerakan perlahan. Dinding memek Ika secara berargsur-angsur terasa mulai meremas-remas kontholku. Terasa hangat dan enak. Namun sekarang gerakan kontholku lebih lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti karena adanya cairan orgasme yang disemprotkan oleh memek Ika beberapa saat yang lalu.

"Ahhh… mas Bob… kau langsung memulainya lagi… Sekarang giliranmu… semprotkan air manimu ke dinding-dinding memekku… Sssh…," Ika mulai mendesis-desis lagi.

Bibirku mulai memagut bibir merekah Ika yang amat sensual itu dan melumat-lumatnya dengan gemasnya. Sementara tangan kiriku ikut menyangga berat badanku, tangan kananku meremas-remas payudara montok Ika serta memijit-mijit putingnya, sesuai dengan mama gerak maju-mundur kontholku di memeknya.

"Sssh… sssh… sssh… enak mas Bob, enak… Terus… teruss… terusss…," desis bibir Ika di saat berhasil melepaskannya dari serbuan bibirku. Desisan itu bagaikan mengipasi gelora api birahiku.

Sambil kembali melumat bibir Ika dengan kuatnya, aku mempercepat genjotan kontholku di memeknya. Pengaruh adanya cairan di dalam memek Ika, keluar-masuknya konthol pun diiringi oleh suara, "srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret…" Mulut Ika di saat terbebas dari lumatan bibirku tidak henti-hentinya mengeluarkan rintih kenikmatan,

"Mas Bob… ah… mas Bob… ah… mas Bob… hhb… mas Bob… ahh…"

Kontholku semakin tegang. Kulepaskan tangan kananku dari payudaranya. Kedua tanganku kini dari ketiak Ika menyusup ke bawah dan memeluk punggung mulusnya. Tangan Ika pun memeluk punggungku dan mengusap-usapnya. Aku pun memulai serangan dahsyatku. Keluar-masuknya kontholku ke dalam memek Ika sekarang berlangsung dengan cepat dan berirama. Setiap kali masuk, konthol kuhunjamkan keras-keras agar menusuk memek Ika sedalam-dalamnya. Dalam perjalanannya, batang kontholku bagai diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding memek Ika. Sampai di langkah terdalam, mata Ika membeliak sambil bibirnya mengeluarkan seruan tertahan, "Ak!" Sementara daging pangkal pahaku bagaikan menampar daging pangkal pahanya sampai berbunyi: plak! Di saat bergerak keluar memek, konthol kujaga agar kepalanya yang mengenakan helm tetap tertanam di lobang memek. Remasan dinding memek pada batang kontholku pada gerak keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak masuknya. Bibir memek yang mengulum batang kontholku pun sedikit ikut tertarik keluar, seolah tidak rela bila sampai ditinggal keluar oleh batang kontholku. Pada gerak keluar ini Bibir Ika mendesah, "Hhh…"

Aku terus menggenjot memek Ika dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak. Remasan yang luar biasa kuat, hangat, dan enak sekali bekerja di kontholku. Tangan Ika meremas punggungku kuat-kuat di saat kontholku kuhunjam masuk sejauh-jauhnya ke lobang memeknya. beradunya daging pangkal paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak! Pergeseran antara kontholku dan memek Ika menimbulkan bunyi srottt-srrrt… srottt-srrrt… srottt-srrrtt… Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecil yang merdu yang keluar dari bibir Ika:

"Ak! Uhh… Ak! Hhh… Ak! Hhh…"

Kontholku terasa empot-empotan luar biasa. Rasa hangat, geli, dan enak yang tiada tara membuatku tidak kuasa menahan pekikan-pekikan kecil:

"lka… Ika… edan… edan… Enak sekali Ika… Memekmu enak sekali… Memekmu hangat sekali… edan… jepitan memekmu enak sekali…"

"Mas Bob… mas Bob… terus mas Bob rintih Ika, "enak mas Bob… enaaak… Ak! Ak! Ak! Hhh… Ak! Hhh… Ak! Hhh…"

Tiba-tiba rasa gatal menyelimuti segenap penjuru kontholku. Gatal yang enak sekali. Aku pun mengocokkan kontholku ke memeknya dengan semakin cepat dan kerasnya. Setiap masuk ke dalam, kontholku berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan langkah masuk sebelumnya. Rasa gatal dan rasa enak yang luar biasa di konthol pun semakin menghebat.

"Ika… aku… aku…" Karena menahan rasa nikmat dan gatal yang luar biasa aku tidak mampu menyelesaikan ucapanku yang memang sudah terbata-bata itu.

"Mas Bob… mas Bob… mas Bob! Ak-ak-ak… Aku mau keluar lagi… Ak-ak-ak… aku ke-ke-ke…"

Tiba-tiba kontholku mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya. Aku tidak mampu lagi menahan rasa gatal yang sudah mencapai puncaknya. Namun pada saat itu juga tiba-tiba dinding memek Ika mencekik kuat sekali. Dengan cekikan yang kuat dan enak sekali itu. aku tidak mampu lagi menahan jebolnya bendungan dalam alat kelaminku.

Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala kontholku terasa disemprot cairan memek Ika, bersamaan dengan pekikan Ika, "…keluarrrr…!" Tubuh Ika mengejang dengan mata membeliak-beliak.

"Ika…!" aku melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuh Ika sekuat-kuatnya, seolah aku sedang berusaha rnenemukkan tulang-tulang punggungnya dalam kegemasan. Wajahku kubenamkan kuat-kuat di lehernya yang jenjang. Cairan spermaku pun tak terbendung lagi.

Crottt! Crott! Croat! Spermaku bersemburan dengan derasnya, menyemprot dinding memek Ika yang terdalam. Kontholku yang terbenam semua di dalam kehangatan memek Ika terasa berdenyut-denyut.

Beberapa saat lamanya aku dan Ika terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali, sampai-sampai dari alat kemaluan, perut, hingga ke payudaranya seolah terpateri erat dengan tubuh depanku. Aku menghabiskan sisa-sisa sperma dalam kontholku. Cret! Cret! Cret! Kontholku menyemprotkan lagi air mani yang masih tersisa ke dalam memek Ika. Kali ini semprotannya lebih lemah.

Perlahan-lahan tubuh Ika dan tubuhku pun mengendur kembali. Aku kemudian menciumi leher mulus Ika dengan lembutnya, sementara tangan Ika mengusap-usap punggungku dan mengelus-elus rambut kepalaku. Aku merasa puas sekali berhasil bermain seks dengan Ika. Pertama kali aku bermain seks, bidadari lawan mainku adalah perempuan Sunda yang bertubuh kenyal, berkulit kuning langsat mulus, berpayudara besar dan padat, berpinggang ramping, dan berpinggul besar serta aduhai. Tidak rugi air maniku diperas habis-habisan pada pengalaman pertama ini oleh orang semolek Ika.

"Mas Bob… terima kasih mas Bob. Puas sekali saya. indah sekali… sungguh… enak sekali," kata Ika lirih.

Aku tidak memberi kata tanggapan. Sebagai jawaban, bibirnya yang indah itu kukecup mesra. Dalam keadaan tetap telanjang, kami berdekapan erat di atas tempat tidur pacarku. Dia meletakkan kepalanya di atas dadaku yang bidang, sedang tangannya melingkar ke badanku. Baru ketika jam dinding menunjukkan pukul 22:00, aku dan Ika berpakaian kembali. Ika sudah tahu kebiasaanku dalam mengapeli Dina, bahwa pukul 22:00 aku pulang ke tempat kost-ku sendiri.

Sebelum keluar kamar, aku mendekap erat tubuh Ika dan melumat-lumat bibirnya beberapa saat.

"Mas Bob… kapan-kapan kita mengulangi lagi ya mas Bob… Jangan khawatir, kita tanpa Ikatan. Ika akan selalu merahasiakan hal ini kepada siapapun, termasuk ke Kak Dai dan Mbak Dina. Ika puas sekali bercumbu dengan mas Bob," begitu kata Ika.

Aku pun mengangguk tanda setuju. Siapa sih yang tidak mau diberi kenikmatan secara gratis dan tanpa ikatan? Akhirnya dia keluar dari kamar dan kembali masuk ke rumahnya lewat pintu samping. Lima menit kemudian aku baru pulang ke tempat kost-ku.



       
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Sang Penari Bali, Memang Ganas.....
May 10th 2013, 13:26

Perkenalkan Namaku Agus seorang PNS di Bali, untuk kerahasiaan aku tidak akan menuliskan tahun terjadinya peristiwa ini dan nama asli. Namun cerita ini adalah benar adanya.

Bulan November aku mengikuti prajabatan PNS, yah tak ada yang kukenal di prajabatan ini, karena itu aku berusaha untuk mencari teman sebanyak-banyaknya. Pagi itu adalah jam pertama, aku duduk di bangku kelas bagian tengah, kulirik kiri dan kanan. tak ada yanmg kukenal, namun ada satu yang menarik perhatianku, seorang gadis cantik duduk tak jauh dariku, dia nampak ramah dan selalu tersenyum, kulitnya sawo matang, namun bagiku dia terlihat yang paling cantik di kelas. Dia lalu memperkenalkan diri.

"Nama saya Ni Ketut Dede Ariyani, aku guru tari Bali, nama kamu siapa? kok ngeliatin terus sih?"
Aku jadi salah tingkah, lalu aku menjawab,
"Maaf ya mbok tut, nama saya Agus, abis ga ada yang dikenal sih…"
"Sekarang kan udah kenal,emang umur kamu berapa? kok manggil mbok"
"25 mbok, emang kenapa?"
"oh, emang bener kamu manggil aku mbok, umur aku 28."
"Oh…"

Meskipun dia bilang umurnya 28 tapi dia tidak terlihat setua itu, perawakannya lebih pendek dari aku dan badannya sintal. Sejak perkenalan itu kami sering ngobrol berdua pada waktu prajabatan selama 2 minggu itu, smsan dan telpon-telponan, dia juga sering ditengok sama cowok yang sama temen-temen aku dipanggil raksasa, Dede bilang sih itu tunangannya, aku kesel juga tapi apa daya aku cuma bisa senyum, tapi memang pada waktu itu aku belum merasakan apa-apa.

Pada waktu sehari sebelum penutupan dia bilang begini,
"Gus, nanti abis penutupan kita jalan-jalan yuk!?"
"ayuk", kataku dengan senang hati, "emang mau kemana mbok?"
"yah, ke bioskop atau kemana gitu."
"oke.."

saat itu tiba, aku dah siap-siap untuk penutupan dan tak lupa aku membawa pakaian ganti, begitu selesai penutupan kami pergi ke bioskop, kami nonton dan sengaja memilih bangku paling pinggir, entah kenapa aku mulai berpikiran kotor, lalu aku memeluk dia, dia tidak menolak. Lalu aku beranikan diri untuk mencium dia, dia malah menyambut ciumanku dengan hangat. Kami berciuman lama sekali, aku melumat bibirnya dengan penuh nafsu, setelah beberapa menit dia berkata,
"ternyata perasaan gak bisa bohong ya."
"iya…"

Aku tak ragu lagi untuk memeluk dan menciumnya bahkan aku berani memegang payudaranya dari dalam bajunya sementara dia juga memegang dadaku, akhirnya kami selesai nonton film lalu aku berkata,
"De..putusin cowok kamu ya, trus nikah ma aku."
"Ga bisa gus, aku ma dia dah lebih dari pacaran kami dah biasa begituan, tinggal dibantenin aja kami dah jadi suami istri…"
Aku kecewa dan marah tapi ga bisa apa-apa, akhirnya aku bilang,
"Terserah."

Aku tidak pernah ngehubungi dia selama beberapa hari, akhirnya aku berpikir normal aku tidak mungkin masuk ke dalam kehidupannya, yah… aku akhirnya menghubungi dia lagi dan kami ngobrol seperti biasa tanpa ada masalah lagi dan pada suatu saat dia mengajak aku makan di ayam wong Solo.
Aku sebagai orang yang lebih miskin dari dia jelas tidak menolak. Kami pergi kesana terus kami memesan meja di tempat bebas rokok yang sepi dan tertutup.

Setelah selesai makan, aku dan dia yang duduk bersebelahan menumpahkan rasa kangen. Kami saling mencium, saling melumat dan saling memegang. Aku berkata padanya,
"De, aku pingin buat cupang di leher kamu."
"Coba aja!"
Aku mencoba menghisap lehernya untuk membuat cupang tetapi gagal, dia lalu tertawa sambil berkata,
"He… he… he… bukan gitu caranya, nih aku contohin", dia mulai beraksi. Entah bagaimana caranya dia mengisap, yang jelas rasanya aku melayang-layang, aku cuma mendesah,
"Ah… ah…"
"Tuh kan, dah merah", kata dia sambil menunjuk leher aku.
"Dasar… De, kita pulang yuk."
"ayuk."
Dede lalu membayar makanan sementara aku langsung menuju mobilnya.

Sesampai di rumah, pikiranku kacau karena cupang itu, aku langsung nge-sms dia,
"De… aku kepingin cupangnya bukan di leher, aku pingin di dada, aku juga pingin buat cupang di dada kamu."
Aku kira dia marah, tapi dia malah ngebalas,
"Gus, aku sayang ma kamu, kalau kamu buat cupang di dadaku boleh kok, selain itu sebagai tanda sayang aku, aku pingin 3d."
"Apaan tuh 3d?", balasku.
"Diputer, Dijilat trus Dicelupin."
"Hah!! Beneran? Atau becanda nih?"
"beneran, masak aku main-main."
"Kapan kamu mau? Tapi aku belum pernah lho sayang, apa mesti pake pengaman?"
"Aku pinginnya ga pake, tapi kalau kamu ragu lebih baik pake aja, waktunya nanti aja kalau ada kesempatan, gimana?"
"Oke deh, met istirahat ya sayang…"
"Istirahat apaan aku kan harus nari di Hotel sayang, nanti kalau aku ga balas berarti aku masih sibuk atau ada si dia sama aku."
"Ya deh, met kerja ya sayang."

Yah, ini adalah jadwal harian dia, dia adalah seorang penari Bali dan kadang dia nari di hotel kadang malah sampai ke luar negeri.
Lama aku menunggu waktu itu, akhirnya aku mendapat kesempatan pelatihan 4 hari. Tetapi karena kecerdikan panitia pelatihan itu hanya 3 hari. Berarti aku hanya punya waktu 1 hari. Aku langsung nge-sms dia,
"De… besok ga ngajarkan? Kita laksanakan rencana kita yuk?"
"ayuk, nanti aku jemput dimana?"
"Jemput aku ditempat pelatihan di Jalan Hayam wuruk."
"Oke!"

Besoknya aku sudah menunggu dia di tempat pelatihan. Beberapa menit kemudian dia tiba. Aku langsung naik ke mobilnya dan ganti baju di dalamnya. Aku yang udah nafsu lalu bilang,
"Kita mau kemana? ayuk", Dede memakai baju yang agak ngepres di badannya, sementara di bagian bawah dia hanya mengenakan kain pantai, ketika aku lirik ternyata dia tidak mengunnakan apa-apa selain kain pantai dan tentu saja cd.
"Jangan gitu, kita makan dulu yuk…"
Kami lalu makan, selanjutnya kami menuju bungalow di Kuta, namun sebelumnya kami sudah membeli makan siang terlebih dahulu.
Sesampainya di kamar bungalow, dia lalu menutup pintu, aku yang udah nafsu langsung menyerbunya. Dia lalu berkata,
"Ga jadi ah…"
"Trus kita ngapain kesini?"
"ngobrol sambil tiduran."
"Enak aja", aku langsung menyerbu dia berusaha melepas bajunya dan kain pantainya, lalu dia bilang,
"Sabar dong sayang."

Dede lalu mematikan lampu, lalu menutup korden yang tadi belum tertutup, aku memang udah nafsu liat kemolekan dia jadi ga memperhatikan itu. Akhirnya aku menyerbu dia, kali ini aku tidak menemuka perlawanan berarti, dia udah siap. Aku mencium dia dengan nafsu, lalu melepas bajunya dan kain pantainya, tubuhnya kini hanya ditutupi BH dan CD. Dia lalu bilang,
"Gus… Aku pernah dioperasi di payudara dulu ada tonjolannya."
BHnya aku lepas lalu aku menciumi payudaranya dengan lembut,
"ehm… ehm…"
"Gus… ka… mu… be….bbener lembut… ah ah ahh.."
Desahannya membuat aku bernafsu, lalu aku melepas bajuku dan celana ku sehingga aku telanjang di depan dia, CD diapun kulepas, dia lalu berkata,
"Gus… pake kondom dulu ya sayang…"
Dia lalu memakaikan aku kondom, aku yang masih awam langsung saja memasukkan punyaku ke dalam vaginanya. Beberapa menit kemudian aku udah keluar, yah karena aku belum pengalaman, dia melepas kondomku dan berkata,
"Ga apa-apa kan baru pertama."
Belum berapa menit nafsuku naik lagi. Aku langsung menyentuh payudaranya, kali ini dia lebih pintar dia lalu berkata,
"Gus… sekarang kamu di bawah ya, aku yang di atas."
aku rebah di bawah, dia pelan-pelan memasukkan penisku ke vaginanya,
"uh… enak sekali…", aku mendesah.
Diapun mendesah,
"Ah… ah… nikmat sekali….ah… ah…"
Goyangannya betul-betul luar biasa, aku sampai merem melek, bodynya yang sintal bergoyang di atasku, aku memegang payudaranya sambil sesekali menciumnya,
"ah… nikmat sekali rasanya", ditengah-tengah kenikmatan itu tiba-tiba dia mengejang dan melepaskan vaginanya sambil terengah-engah.
"Aku belum keluar kok dah selesai De?"
"Cape… dan kayanya dah keluar Gus."
Aku langsung menindihnya dan memasukkan penisku ke vaginanya dan mengocoknya dengan cepat karena tanggung pkirku, akhirnya,
"ah…"
Spermaku tumpah, aku langsung menarik penis ku keluar dan langsung mengeluarka spermaku di perutnya. Dede lalu berkata,
"Sekarang gantian, aku yang belum keluar nih."
"Yah…"
Aku lalu memasukkan jariku ke vaginanya dan mengocoknya.
"ah..ah…ah…ah…", Dede mendesah keras.
"gimana De, enak kan?"
"enak banget… ah…ah… ah…"
Tiba-tiba dia memeluk aku erat sekali sambil mencium dada aku hingga cupang.
Kamipun tertidur, dan sorenya pulang.

Kami masih kontak beberapa minggu, hingga ada satu kejadian jelek yang aku dan dia alami. Kami nonton di bioskop berdua dan disudut seperti biasa, selanjutnya kami berciuman, lalu tanganku bergerilya ke selangkangannya, tangan dia pun juga sama. Aku memasukkan tanganku ke vaginanya dan tangannya juga mulai mengocok penisku
"Ah… ah… ah…" Desahan kami berdua berirama.
Akhirnya tanganku terasa basah dan dia mengejang… Aku sama sekali belum keluar tapi film keburu selesai. Di perjalanan pulang akhirnya kami ribut, karena dia ingin pisah dariku dan kembali ke tunangannya. Aku berusaha membela diri tapi dia sudah berketetapan.
Akhirnya kami berpisah dan aku tidak pernah bertemu dengan dia sampai akhirnya dia menikah dengan tunangannya yang juga penari.

TAMAT


       Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Dewi, threesome dengan doni dan tuti
May 10th 2013, 13:26


Selama 1 minggu ini Dewi betul-betul beristirahat dari petualangan liarnya, ia sedang berusaha memulihkan kembali otot-otot vaginanya kembali normal setelah selama 1 minggu vaginanya dihajar oleh batang kemaluan Dave yang besar dan panjang, Dewipun rajin meminum jamu yang dapat mengembalikan otot-otot vaginanya kembali normal. Selama 1 minggu ini Dewi masih merasakan vaginanya yang sedikit perih akibat hajaran batang kemaluan Dave, tapi walaupun ia merasakan perih di vaginanya tapi Dewi merasa puas dengan terjangan-terjangan batang kemaluan Dave, negro teman suaminya itu, masih terbayang dalam benaknya bagaimana enaknya disetubuhi oleh penisnya Dave yang hitam, besar dan panjangnya melebihi batang kemaluan yang pernah ia rasakan selama ini, ukuran penisnya Dave itu hampir 2x dari ukuran batang kemaluan para lelaki yang pernah memuaskan ia. Setelah 1 minggu lamanya Dewi meminum jamu dan berhenti melakukan persetubuhan, Dewi mulai merasakan perih di vaginanya berangsur hilang, hari ini Dewi merasakan vaginanya sudah tidak perih lagi, hatinya membatin hari ini ia dapat merasakan lagi kejantanan para lelaki. Hari ini matahari masih malu-malu untuk menampakkan sinarnya, rumah Hendro masih terlihat sepi, kesibukan yang ada hanya didapur dan ditempat cuci, para pembantunya Hendro sudah terlihat dengan kegiatan masing-masing, terlihat Tuti dan Narti sibuk membenahi rumah dan kamar, sementara Ani sibuk dengan mencuci pakaian, Pono sendiri sedang membenahi taman di depan rumah. Terlihat sebuah mobil meluncur kearah rumah kediaman Hendro, dari balik mobil turun seseorang dan menghampiri pintu gerbang, ia melihat Pono yang sedang asyik memotong rumput di halaman, dari balik pintu gerbang orang tersebut lalu memanggil Pono, yang dipanggilpun segera menghampiri pintu gerbang.

"Eh, aden , baru datang," tanya Pono setelah mengetahui bahwa yang dating adalah tuan mudanya.

"Hhhmm, iya nih baru sampai, tolong bukain pintunya, Pon," sahut Doni.

"Baik, Den," jawab Pono.

Pintu gerbang segera dibuka oleh Pono dan Donipun segera mengemudikan mobilnya langsung menuju garasi, sementara Pono setelah menutup pintu gerbang kembali dengan kegiatannya. Donipun melangkah masuk kerumah, yang pertama ia tuju adalah kamar mamih tirinya, ia merasa sudah kangen dengan pelukan mamih tirinya, dengan ciumannya, dengan kulumannya dan dengan jepitan vaginanya. Hanya dengan membayangkan semua itu membuat batang kemaluannya berdiri tegak.

Doni tidak melihat ke 3 pembantunya saat ia menuju kekamar mamihnya itu, saat itu Tuti dan Narti sedang berada di kamar Doni, membersihkan kamar tuan mudanya itu, sementara Ani sendiri masih asyik dengan kegiatannya ditempat cuci, setibanya didepan kamar mamihnya, Doni dengan perlahan membuka pintu kamar mamihnya, kemudian ia menutup pintu kamar tersebut dengan perlahan setelah berada didalam kamar, langkah kakinya menuju kearah tempat tidur mamihnya, Doni melihat Dewi masih tertidur dengan lelap, dengan perlahan-lahan ia melangkahkan kakinya, kemudian dengan perlahan juga ia duduk di samping mamihnya yang masih tertidur itu. Dengan perlahan ia menyibakkan selimut yang menutupi tubuh mamihnya itu. Donipun tersenyum melihat tubuh Dewi yang sudah tidak tertutupi oleh selimut, karena ia melihat tubuh Dewi yang hanya berbalutkan daster tipis, sehingga kedua payudaranya terbayang, kedua putingnya tercetak didaster tersebut. Dengan perlahan kedua tangannya mulai menjamah kedua payudara tersebut dan meremas perlahan, selain itu Doni mulai mengecup perlahan bibir Dewi. Remasan-remasan kedua tangan Doni di payudara Dewi, dan kecupan-kecupan ringan dibibir Dewi, membuat Dewi tersentak dari tidurnya, Dewi kaget karena merasakan kedua payudaranya ada yang meremas dan bibirnya ada yang mengecup. Matanya terbuka, dan mulutnya terbuka untuk berteriak, saat itu juga Doni mencium bibir mamihnya yang terbuka itu dan memasukkan lidahnya kedalam rongga mulutnya, lidahnya mulai bermain dan dilangit-langit dan lidah Dewi. Mendapat serangan yang mendadak itu Dewi gelagapan dan matanya semakin terbelalak, tapi setelah matanya menangkap raut muka yang ia kenal dan wajah itu adalah wajah anak tirinya, Doni. Hasrat untuk marahnya hilang, ciuman Doni ia balas. Lidah Doni yang bermain di rongga mulutnya ia balas, kedua lidah mereka saling bertautan, remasan tangan Doni semakin menjadi. Dewi dibuatnya mendesah, nafas keduanya memburu, nafsu birahi mereka memuncak. Tangan kiri Dewi meraih belakang kepala Doni, seolah tidak mau melepaskan Doni untuk terus mencumbunya, tangan kanannya merayap keselangkangan Doni, mengelus-elus batang kemaluan Doni yang sudah tegang dari balik celananya, tangan Donipun semakin asyik meremas-remas kedua payudara Dewi yang ukurannya sama dengan ukuran artis "JUPE", desahan-desahan dan lenguhan-lenguhan kerap terdengar dari mulut mereka berdua, tidak puas dengan hanya mengelus-elus batang kemaluan Doni dari luar. Tangan kanan Dewi mulai beraksi dengan mencoba membuka kancing dan resleting celana Doni. Setelah berhasil membuka celana Doni, tangan Dewi segera menyelusup masuk kedalam CD Doni, batang kemaluan Doni yang sudah tegang segera diremasnya, akibatnya Doni menggelinjang mendapat serangan itu, saat mereka asyik bercumbu itu tiba-tiba terdengar ketukan di pintu kamar, keduanya segera menghentikan kegiatan mereka.


Doni

"Yaaa….," sahut Dewi dengan nafas yang masih tersengal-sengal, dan mulutnya tersenyum ke Doni, lalu ia mengecup mesra bibir Doni.

"Bu…maaf, kamarnya mau dibersihkan sekarang," terdengar suara Tuti menjawab.

"Hmmm….ya boleh, masuk saja," jawab Dewi

Doni kemudian memandang Dewi seolah memprotes jawaban mamihnya itu, karena dia merasa hasrat birahinya yang sudah lama terpendam belum tersampaikan. Dewi hanya tersenyum sambil mengecup kembali bibir Doni.

"Kamar mandi dulu aja, Tut, yang kamu bersihkan," sahut Dewi.

"Baik, bu," jawab Tuti,

"Eh..ada den Doni, kapan datang, Den?" tanya Tuti yang saat itu menyadari ada Doni di kamar nyonyanya ini.

"Barusan saja," jawab Doni dengan tersenyum dan memandangi Tuti

Ia menyadari bahwa Tuti seorang cewek yang manis, kulitnya kuning langsat, bentuk tubuhnyapun sempurna, langsing, kedua payudaranyapun nampaknya tidak terlalu besar. Hatinya membatin suatu hari aku harus merasakan tubuhnya. Doni memandangi tubuh Tuti sampai menghilang ke dalam kamar mandi. Dewi yang melihat tingkah anaknya itu tersenyum, kemudian ia berbisik ditelinga anaknya,

"Pasti kamu sedang membayangkan tubuh Tuti telanjang, dan pasti kamu berharap untuk bisa menyetubuhinya,"bisik Dewi sambil menjilat telinga anaknya.

"Ah..mamih, gak lah,"jawab Doni perlahan dan tersipu, saat jalan pikirannya diketahui oleh mamihnya itu.

"hehehe… kamu jangan bohong Don, dari cara matamu menatap tubuhnya, mamih langsung tahu,"bisik Dewi kembali.

"Kamu pengen nyobain tubuhnya sekarang, itu juga kalau kamu mau….,"goda Dewi.

"eeh…emang bisa,"tanya Doni penasaran.

"Mau…atau tidak," Dewi kembali menggoda.

"Hhhmmmm….mau, mih, tapi mamih?,"dengan malu Doni mengiyakan.

"Hmmmm…kita main bertiga aja, kamu kuat gak?" tawar Dewi.

Dewi tidak tahu bahwa Doni sebelumnya sudah menelan obat kuat, karena Doni ingin menyetubuhi mamihnya dan memberinya kepuasan.

"kalau soal itu gak usah khawatir,"jawab Doni tersenyum.

"Oke kalau begitu," sahut Dewi.

"Kamu sembunyi dulu sana , terus lepas bajumu semua, biar mamih yang ngatur, nanti kalau mamih kasih tanda kamu keluar," Dewi menyuruh Doni sembunyi.

"Hhhmmm.. oke mih,"Sahut Doni sambil beranjak menuju ke ruangan tempat berganti pakaian.

"Tut, Tuti…sini sebentar," Dewi memanggil Tuti.

"Ya bu," sahut Tuti yang segera menghampiri nyonyanya ini.

Saat itu Dewi sedang duduk dipinggiran tempat tidurnya, Tuti sedikit ternganga saat sampai di tempat Dewi duduk, karena ia melihat tubuh nyonyanya terbayang dengan jelas dari balik daster tipisnya, Tuti melihat kedua payudara nyonyanya yang indah dan besar dihiasi kedua putingnya yang kemerahan, sementara diselangkangannya Tuti melihat bayangan hitam, Tuti menyadari bahwa nyonyanya ini tidak mengenakan pakaian dalam dibalik dasternya yang tipi situ.

"Sini, Tut, duduk sini," Sahut Dewi sambil menepuk pinggiran tempat tidur disebelah kirinya.

"Ahh..gak usah Bu, biar saya disini saja, daster saya basah, Bu," jawab Tuti sungkan untuk duduk disamping nyonyanya ini.

"Eh..gak apa-apa, sini duduk, saya mau tanya sesuatu,"kata Dewi.

Dengan berat hati akhirnya Tuti duduk disebelah Dewi,

" Ada apa Bu? Ehh..den Doni sudah ke mana, Bu?" tanya Tuti.

"Ohh..Doni kembali kekamarnya, ini Tut, saya mau tanya, kamu sudah berapa lama menjanda,"tanya Dewi

"Ohh..kira-kira 1 tahun setengah, Bu, memang kenapa, Bu?"jawab Tuti sambil bertanya.

"Kamu gak kangen sama itunya lelaki," tanya Dewi sambil tersenyum.

"Maksud ibu?"tanya Tuti yang masih belum mengerti maksud Dewi.

"Itu lho, Tut, selama satu setengah tahun kamu gak merasa kesepian, tidur gak ada yang meluk, lalu gak pernah melakukan hubungan suami istri?" Dewi menjelaskan.

"Ohh itu, eehhh..gimana yach, Bu, malu..jadinya..kangen sih lalu kalau kesepian sich udah pasti, Bu, kalau yang satu itu, gimana yach, malu Bu.."jawab Tuti tersipu.


Tuti

"kenapa malu, Tut, kan hanya kita berdua aja, kenapa harus malu sama saya, kan kita sama-sama wanita,"desak Dewi

"Eeehhh…kadang-kadang sich kepengen juga, Bu." Jawab Tuti malu-malu.

"terus kalau lagi kepengen begituan, kamu ngapain,"kembali Dewi mendesak.

"Iiihh…ibu..malu ah….,"kata Tuti

"Ayo dong Tut, kenapa harus malu, ini kan hanya kita berdua saja yang tahu," Dewi terus mendesak.

"Aaahh…ibu, saya..hhmmm..saya…paling kalau lagi kepengen begituan…eehhh…. Saya….eeehh….saya…. punya saya… aaahh..malu…,"jawab Tuti malu, pipinya berona merah karena malu, Doni yang mengintip semakin bernafsu melihat Tuti yang tersipu malu semakin terlihat manisnya.

"Punyamu diapain,"desak Dewi.

"Ihhh..ibu…masa saya harus bilang..,"kata Tuti

"Ayo, dong Tut, punyamu diapain,"desak Dewi kembali.

"Itu lho, Bu…di ..raba…di elus-elus sama tangan saya…sampai saya..puas," jawab Tuti tersipu malu, rona merah dipipinya semakin terlihat.

"Oohh..hanya dielus-elus sama tangan kamu sendiri,"kata Dewi, sambil tangan kirinya mengusap-usap punggung Tuti, Tuti menggelinjang kegelian oleh rabaan tangan Dewi.

"Aaah…geli, Bu,"kata Tuti

"Kamu mau tolongin saya, saya juga sudah lama tidak merasakan punyanya laki-laki,"kata Dewi

"Eehh..Bu, gimana caranya Bu, saya kan perempuan?"kata Tuti bingung

"Kamu lakukan dengan tanganmu, kamu lakukan seperti kamu lakukan kepunyaanmu," kata Dewi

"maksud ibu,"tanya Dewi bingung

Dewi kemudian meraih tangan Tuti lalu meletakkan tangannya tersebut diselangkangannya, Dewi membuka kedua kakinya, dan mengangkat dasternya, tangan Tuti lalu ia gerakkan di vaginanya. Tuti terperanjat dengan ulah majikannya ini, tapi karena kasihan dengan majikannya ini, iapun lalu mengikuti kemauan majikannya ini. Tangannya bergerak perlahan mengelus-elus vagina Dewi, tak lama kemudian Dewipun mulai beraksi, tangan kanannya menyelusup ke dalam daster Tuti dan menyelinap kedalam Bra Tuti. Payudara Tuti langsung diremas-remasnya, sementara tangan kirinya mengusap-usap punggung Tuti. Tuti kaget mendapat perlakuan seperti itu,

"Eeehh..Bu, jangan, Bu….ooohhh…jjaaanngan…,"tolak Tuti sambil mendesah, karena ia sudah merasakan gairah birahinya yang mulai timbul.

Mulut berkata jangan, tapi tubuh Tuti tidak menolak dengan perlakuan Dewi, tangan Tutipun semakin aktif bermain di vagina Dewi, hasrat birahi kedua wanita ini dengan perlahan bangkit. Permainan mereka semakin menjadi. Entah sejak kapan tubuh mereka berdua sudah telanjang. Dari posisi duduk di pinggiran ranjang, sekarang posisi mereka sudah di atas ranjang. Tuti terbaring mendesah-desah menikmati jilatan-jilatan lidah Dewi di vaginanya dan hisapan-hisapan yang mendera kelentitnya, perasaan Tuti melambung tinggi, tubuhnya menggelinjang menikmati serangan-serangan Dewi di vagina dan kelentitnya.

"Oooohhh… ssshhh …aaahhh …sshhh ..aahhh ….ooohhh …,"Tuti mendesah.

"Hhhmmm…ssllrrppp…ssllrrppp…enaak..Tut, ssslrrppp.. ssllrrrppp," tanya Dewi sambil tetap menghisap kelentit Tuti dan menjilati vagina Tuti.

"Ooohh…hheeehee..enaaaakk… Bu, nikmaatt…Bu," jawab Tuti

Tak lama kemudian Dewi memutar tubuhnya sambil mulutnya tetap bermain di selangkangan Tuti, ia menempatkan bagian selangkangannya tepat diatas muka Tuti,

"Slllrrppp… kamu ssllrrpp…juga jilati dan hisap punyaku, Tut, ssslrrppp… sslrrppp,"kata Dewi.

"Ooohhh…iiiyaaaa…Bu…, aaaahhhh…sllrrppp….ssllrrppp…aaahh…," Tuti menuruti kehendak nyonya majikannya ini.

"Ooohh…ssslllrrppp….aaaghhh…Tut, itilku dihissaaappp…juga…Tut, ssslrppp…," Dewi mendesah

Doni yang melihat pemandangan itu semakin terangsang, penisnya semakin mengeras. Dengan sabar Doni menunggu kode dari mamihnya, walaupun hatinya ingin segera memasukkan penisnya ke vagina Tuti dan Dewi, nafasnya memburu tanda nafsu birahinya semakin meninggi. Sementara itu di ranjang aksi kedua wanita ini semakin menggila, keduanya saling menghisap dan mengerang silih berganti. Terlihat Dewi memberi kode kepada Doni untuk masuk ke arena pertempuran. Kedatangan Doni tidak diketahui oleh Tuti yang saat itu sibuk menikmati jilatan dan hisapan Dewi dan juga sibuk dengan aksi mulutnya di vagina Dewi. Dengan pelan-pelan Doni naik ke atas ranjang, ia melihat vagina Tuti yang sedang dijilati oleh mamihnya, lubang vaginanya yang sengaja Dewi buka terlihat jelas kemerahan. Doni melihat dalaman lubang itu berdenyut-denyut, saat mamihnya menghisap kelentitnya. Dengan perlahan Doni menyelipkan kepala penisnya ke lubang tersebut. Sleeeppppp…kepala penisnya terjepit di lubang vagina Tuti. Tuti yang merasakan lesakan di lubang kemaluannya tersentak, tapi ia tidak bisa bergerak banyak karena tubuhnya sedang di tindih oleh tubuh Dewi, tubuhnya yang mungil tidak dapat berbuat apa-apa, dan ia tidak mengetahui apa yang mengganjal di lubang kemaluannya itu.

"OOuughhh….aaapaa… itu Bu, aapa.. yang masuk ke dalam memek saya?" tanya Tuti kaget

"Tenang, Tut, tenang, nikmati saja penisnya Doni, pasti kamu gak kecewa," jawab Dewi menenangkan.

"Eeehhh…jangan, Jangan….dimasukkan Den, den, jangan…Aaghhhh….Ppelaaan… den…peellaannn…aagggghh…kontolmu besar sekali den…ooougghh…robeeekk.. memekku," Tuti menjerit saat Doni mulai meneroboskan penisnya ke dalam lubang vagina Tuti.

Perlahan tapi pasti batang kemaluan Doni mulai menyeruak lubang vagina Tuti yang sudah lama tidak pernah dikunjungi oleh batang kemaluan lelaki ini, sedikit demi sedikit penisnya Doni mulai terbenam dalam lubang vagina Tuti, Bleeessss…bleeeessss…Bleesssss….dan bleesssssssss…Dengan sekali hentak Doni mendorong masuk semua batang kemaluannya sehingga terbenam seluruhnya di dalam lubang kenikmatan Tuti.

"Aaaagghhh… vaginamu sempit juga…Tut," Doni mengerang keenakan merasakan jepitan ketat vagina Tuti.

"Oooghhh…. Ssaaakkittt…. Aaahhh…. Hmmmm…aaaaghhh… den…cabut..den.. ," Tuti mengerang kesakitan merasakan penisnya Doni yang memenuhi rongga kewanitaannya.

"Sabar..Tut.. nanti juga gak sakit… itu karena kamu sudah lama tidak merasakan batang kemaluan lelaki," Dewi menenangkan.

Doni mendiamkan penisnya dalam jepitan vagina Tuti, Dewi mulai kembali menjilati kelentit Tuti. Jilatan yang dilakukan Dewi perlahan-lahan mulai menghilangkan rasa sakit di vagina Tuti akibat lesakan penisnya Doni, tapi bukan hanya Tuti yang menikmati jilatan Dewi itu, Doni pun ikut merasakan jilatan mamihnya dipangkal selangkangannya, karena posisi pangkal selangkangannya berdekatan dengan posisi kelentit Tuti sehingga jilatan Dewi dapat Doni rasakan juga, Doni merasakan lidah mamihnya menyapu-nyapu pangkal selangkangannya. Doni merasakan kenikmatan yang sedikit berbeda.

"Ooohhh….ssshhh….ooohhh….sshhhh…,"erangan Tuti mulai terdengar lagi, isak tangisnya telah berganti dengan lenguhan nikmat akibat jilatan Dewi.

Tuti sudah mulai tidak merasakan sakit di vaginanya, tapi ia merasakan enak akibat vaginanya dipenuhi oleh penisnya Doni, Doni sendiri mulai merasakan vagina Tuti berdenyut-denyut, seolah meremas-remas penisnya dengan lembut. Dengan tidak menunggu lebih lama lagi Doni mulai mengeluar masukkan penisnya di lubang vagina Tuti. Sssrtttt…. Bleeessss…. Srrttttt…. Bleeeesss…. Sssrrttt…. Bleeessss…..Dewi yang masih asyik menjilati kelentit Tuti, melihat bagaimana penisnya Doni keluar masuk di vagina Tuti dengan perlahan, dan iapun mendengar suara desahan keenakan dari Tuti, menyadari bahwa Tuti sudah dapat menikmati lesakan-lesakan penisnya Doni.

Dewi bangkit dari posisinya, ia berbaring di samping Tuti, sambil tangannya bermain di payudara Tuti. Kedua payudara Tuti silih berganti ia remas-remas dan ia hisap-hisap, jilatannya bermain di kedua putingnya, gigitan-gigitan lembut ia lakukan juga di kedua putingnya tersebut, akibatnya erangan dan desahan nikmat Tuti semakin kerap terdengar. Tuti merasakan keenakan yang sangat luar biasa yang belum pernah ia alami selama ia berhubungan dengan seks dengan suaminya, batang kemaluan Doni yang besar memenuhi rongga wanitanya, gesekan-gesekan penisnya Doni di dinding vaginanya terasa sangat erat, di tambah dengan hisapan dan jilatan serta gigitan Dewi di kedua payudara dan putingnya, Tuti merasakan keenakan, matanya kadang terpejam kadang mendelik, mulutnya mendesah dan mengerang.

"OOuughh….eenaaakk…aaaghhh….ssshhh… den…enaaak… kontolmu… enak den… aahhh…genjot terusss..memekku… yaaaaaahhh….," Tuti mendesah keenakan.

"Ssshhh…uuughhh… memekmu…seempiittt…Tut, enaaakk… ******!" Donipun mengerang kenikmatan.

"Hhhmmm…ssslrrppp…ssslrrppp…, betull kan Tut, kamu pasti enak..sslrrppp…," gumam Dewi

"Iiiiyyaaaahhh… buuu… ooougghh… penisnya den Doni…. Enaaakk.. besaarr… lebih bessaaar… dari padaaaaa… punya suamiku… aaaagghhh…,"erang Tuti.

Nampak kepala Tuti bergoyang kekiri dan kekanan, kadang-kadang terangkat saat lesakan penisnya Doni masuk lebih dalam di lubang vaginanya, lenguhan dan desahannya semakin sering terdengar, gairah birahinya yang terpendam selama satu setengah tahun hari ini terlampiaskan, gejolak birahinya meledak-ledak menikmati sodokan-sodokan penisnya Doni, Tuti merasakan puncak pendakian birahinya akan segera tercapai, ia merasakan lahar kenikmatannya akan segera meletup,

"Ooohhh….den….terussss….genjot memekku yang cepaaatt…den, yang kuaaat… den….aaawwww….teeruusss…dennn….yaaah…beegitttuuu…d eeen… makiiiinn ceppaatt… aaaghhh…dennn… makin kuaaatt…deen…Aaaakuuuu…oooghhhh… mmmau..kheluuarrrrr… den…oohh..enaaaakkkk" Tuti mengerang sejadi-jadinya merasakan nikmatnya digenjot oleh Doni.

Mendengar erangan Tuti, Doni semakin mempercepat keluar masuk penisnya di dalam lubang vagina Tuti, dan saat Doni merasakan kedutan kuat di batang kemaluannya iapun lalu menekan penisnya sekuat-kuatnya kedalam lubang kenikmatan Tuti, dan sssrrrrrrr…. Sssrrrrr……. Sssrrrrrrr….. Sssssrrrrrr…… lubang vagina Tuti akhirnya menyemburkan lahar kenikmatannya yang sudah terpendam selama satu setengah tahun.

"Ooouugghhh…deeennn…. Eeenaaaakkk….. nikkmaaattt….,hhhmmmm," Tuti mengerang keenakan saat vaginanya mulai menyemburkan cairan kenikmatannya.

Doni mendiamkan sejenak penisnya dalam lubang vagina Tuti, untuk memberi kesempatan kepada Tuti menikmati puncak kenikmatan yang diraihnya, dan Doni merasakan vagina Tuti berkedut-kedut dengan kuat seiring dengan menyemburnya cairan kenikmatannya. Terlihat nafas Tuti masih memburu, matanya terpejam, dimulutnya tersungging senyuman kepuasan, untuk pertama kalinya Tuti merasakan kenikmatannya bersetubuh dan untuk pertama kalinya juga Tuti mencapai puncak orgasmenya, selama menikah dan melakukan hubungan badan dengan suaminya belum pernah Tuti merasakan kenikmatan bersetubuh apalagi sampai orgasme, selama ia menikah yang ia lakukan hanya melayani suaminya saja, apalagi kalau suaminya melakukan hubungan seks tidak pernah melakukan pemanasan dulu seperti yang ia dapatkan sekarang ini. Setelah nafasnya mereda Tutipun membuka kedua matanya, tapi ia jadi tersipu malu saat tahu bahwa kedua majikannya sedang menatap dirinya, mukanya langsung memerah, kedua tangannya secara otomatis menutupi kedua payudaranya, ia merasa malu, terutama kepada majikan mudanya itu, dari pertama ia bekerja dirumah ini, sering ia mencuri pandang kepada majikan mudanya ini, dan ia sering membicarakan kerupawanan majikan mudanya itu dengan Narti dan Ani, kedua temannya itu juga sering mencuri-curi pandang majikan mudanya itu. Gerakan tangan Tuti yang menutupi kedua payudaranya itu, membuat Doni dan Dewi tersenyum, apalagi Doni yang penisnya masih terbenam dilubang kenikmatan Tuti, tersenyum lebar dengan perbuatan Tuti tersebut.

Dengan perlahan-lahan Doni mulai kembali memaju mundurkan penisnya di lubang kenikmatan Tuti, Tuti yang masih tersipu malu terhenyak dengan ulah Doni, iapun melenguh merasakan gesekan batang kemaluan Doni di dinding vaginanya, mukanya semakin memerah saat kedua tangan Doni mulai menggerayangi kedua payudaranya yang sedang ditutupi oleh tangannya, tangan Doni mulai menyingkirkan tangan Tuti sehingga kembali payudaranya yang masih ranum dan tidak terlalu besar terpampang dimata Doni, kemudian diremas-remasnya kedua bukit kembar itu sambil tetap menggenjot penisnya keluar masuk lubang vagina Tuti dengan perlahan, erangan Tutipun kembali terdengar, nafsu birahinya yang tadi sudah padam, perlahan mulai menyala kembali. Irama genjotan Doni yang pelan tapi teratur, membuat Tuti merem-melek menikmati sensasi gesekan penisnya Doni di dinding vaginanya, lenguhan dan desahannya kerap terdengar dari mulutnya, apalagi remasan tangan Doni dan pilinan jemarinya bermain di kedua payudaranya dan kedua putingnya yang semakin menegang, Tuti merasakan kenikmatan yang sangat dan terutama ia merasa senang bahwa majikan mudanya ini sedang menyetubuhinya, ia juga bangga bahwa majikan mudanya ini sedang menikmati lubang vaginanya.

"OOoohhh…den… aaaghh…den…enak… den…penismu…enak sekali.. terus den genjot vaginaku…aaaghh…hhhmmm…aaaagghh..,"desah Tuti.

"Enak..Tut, oooogghh… vaginamu..juga enak…,"Donipun mengerang keenakan merasakan jepitan vagina Tuti di penisnya.

Dewi yang melihat Doni mulai menggenjot Tuti kembali, iapun beranjak kearah Doni. Tubuh Doni ia peluk dari belakang dan Dewipun mulai menciumi punggung, telinga, tengkuk Doni, dan salah satu tangannya bergantian mengelus-elus antara dada Doni dan biji peler Doni, Doni yang merasakan serangan Dewipun mulai melenguh, ia merasakan sensasi nikmat yang berbeda, terutama saat tangan mamihnya mengelus-elus biji pelernya yang sedang bergoyang akibat ia sedang memaju mundurkan penisnya dilubang vagina Tuti, ciuman Dewi di punggung dan tengkuknya membuat ia merinding kegelian.

Penisnya semakin gencar keluar masuk di vagina Tuti, gerakannya semakin bertambah cepat, Tuti yang merasakan penisnya Doni semakin gencar keluar masuk dilubang vaginanya bertambah melenguh, desahan dan erangannya semakin menjadi, cairan pelicin semakin banyak mengalir dari lubang vaginanya, bercampur dengan cairan pelicin yang keluar dari penisnya Doni, akibatnya lubang vaginanya semakin basah, suara berkecipak aneh terdengar akibat beradunya kedua kemaluan Tuti dan Doni. Bagi Doni dan Tuti suara ini menambah gairah birahi mereka, nafsu birahi mereka semakin membara seiring dengan semakin kerasnya suara berkecipak dari kemaluan mereka.

"Oooogghhh… Den. Enaaaak… teruss.. genjot…teruss….yyaaaahh… aaahhh.. Den kontolmu… betul-betull enaaakk…terus den terus…. Genjot teruss…vaginaku ooooohhh.. den… ooohhh…," Tuti merintih-rintih keenakan.

Sambil kedua tangannya tetap meremas-remas kedua payudara Tuti, genjotan-genjotan Donipun semakin bertambah cepat, sementara itu Doni merasakan elusan-elusan di biji pelernya berubah dengan remasan-remasan lembut, tangan mamihnya tidak mau lepas dari biji pelernya yang sedang bergoyang-goyang seirama dengan gerakan maju mundur penisnya.

"Hhmmm…enak. Sayang … enak vaginanya Tuti…hhmmmm…jangan lupa sayang sisakan buat mamihmu ini…sisakan kontolmu itu sayang….hhmmmm.,"Dewi berbisik lirih di telinga Doni

"Oouughh…sshh…aagghhh… pasti mih, penisku ini selalu buat mamih, eenaaakk mih, seret…dan rapet…semppitt…ooogghh….,"jawab Doni

"Oohhh… Den… Ooohhh… percepat genjotanmu.. den… aaaghh..aaakhuu.. mau keeluaarrr…laaggiii…iyaaa deenn….," rintih Tuti yang merasakan puncak kenikmatannya akan ia raih kembali untuk kedua kalinya.

Doni tersenyum mendengar jeritan Tuti, hatinya membatin obat kuat yang kuminum betul-betul ampuh, untuk kedua kalinya Tuti kembali mau meraih puncak kenikmatannya,

"Hhhmmm…aaggghhh… keluarin Tut, keluarin….enaaakk.. Tut….kontolku enak… ini terima kontolku…aaaghhh,"kata Doni sambil mempercepat genjotannya.

"Iyyaaahh.. den…iyaaaahhh… kontolmu enaaak..sekaliii…ooooughhh.. den aku gak kuat lagi den…aaaghhh…den….aaaghh…aaakku keluar deeenn…,"Tuti menjerit keenakan dan,

Sssssrrrrrrr….. Ssssrrrrrr…. Sssssrrrrrr… Ssrrrrrrr….. Ssssrrrrrr….. vagina Tuti memuntahkan lahar kenikmatan untuk kedua kalinya, lubang vaginanya semakin basah oleh cairan kenikmatannya. Nafas Tuti memburu menikmati puncak pendakian yang berhasil ia raih untuk kedua kalinya, dadanya naik turun seirama dengan nafasnya, kedua payudaranya bergoncang dengan perlahan mengikuti naik turun dadanya. Doni mendiamkan penisnya terbenam di lubang vagina Tuti untuk memberikan kesempatan kepada Tuti menikmati sensasi orgasmenya. Dewi tersenyum melihat Tuti kelojotan untuk kedua kalinya oleh terjangan penisnya Doni, dan ia kagum melihat stamina Doni yang berhasil mengalahkan Tuti dua kali sementara Doni sendiri belum. Dewi terkejut karena dulu Doni selalu kalah bila bermain dengannya, Dewi jadi semakin penasaran ingin merasakan lagi kenikmatan disodok oleh penisnya Doni, Dewi penasaran apakah ia akan kalah seperti Tuti atau ia dapat mengatasi keperkasaan anaknya, Dewi tidak tahu bahwa Doni telah minum obat kuat sebelum pertarungan ini. Dewi memagut bibir Doni dengan penuh nafsu, vaginanya sudah ia rasakan sangat gatal ingin segera menikmati sodokan-sodokan penisnya Doni, lidahnya menerobos kerongga mulut Doni, yang disambut oleh Doni dengan penuh nafsu juga sementara penisnya Doni masih terbenam dilubang vaginanya Tuti, keduanya asyik berciuman sementara Tuti yang masih menikmati sisa-sisa orgasmenya melihat pemandangan ini dimana kedua ibu dan anak majikannya asyik berpagutan dengan penuh nafsu. Sementara Tuti melihat tangan Doni mulai meremas-remas kedua payudara Dewi, desahan-desahan birahi mereka terdengar, sementara Tuti merasakan vaginanya yang masih disumpal oleh penisnya Doni dan ia merasakan penisnya Doni itu semakin mengeras dan berdenyut-denyut, walaupun sudah dua kali Tuti mencapai orgasme, tapi ia masih ingin merasakan lagi kemaluan majikan mudanya yang ganteng ini, tapi ia tahu diri untuk melihat atraksi yang akan dilakukan oleh Dewi. Dewipun mendorong tubuh Doni sehingga penisnya terlepas dari jepitan vagina Tuti, plooop…. Saat penisnya Doni terlepas dari jepitan vagina Tuti, dan Tuti melihat penisnya Doni itu bergoyang setelah terlepas dari jepitan vaginanya.

Tubuh Doni mengikuti dorongan Dewi, sehingga tubuh Doni berbaring di tempat tidur tersebut, Dewipun mengikuti dorongannya dengan menaiki tubuh Doni perlahan, selama itu kedua mulut mereka tidak terlepas berpagutan dengan mesra dan penuh nafsu. Dewipun mulai menggesek-gesekkan vaginanya di batang kemaluan Doni, sehingga membuat penisnya itu semakin keras, dengan tidak sabar Dewi mulai meraih kemaluan anak tirinya itu, diarahkannya kelubang vaginanya. Slleeeeppppp….. penis Doni terjepit oleh bibir vagina Dewi dan bleesssss…penis Doni mulai menyeruak di lubang vagina tersebut saat Dewi mulai mendorong pantatnya, lalu bleeessss….. penis itu semakin masuk kedalam lubang vagina tersebut seiring dengan dorongan pantat Dewi, dan akhirnya terbenam seluruhnya di lubang kenikmatan Dewi, setelah dengan sekali hentakan kuat Dewi mendorong pantatnya lebih kebelakang,

"Aaaghhhh….. Doon , masuk semua kontolmu….di memekku….aaaahhh sudah lama tidak kurasakan besarnya penismu ini….oooogghhhh,"Dewi melenguh merasakan penisnya Doni yang terbenam di lubang vaginanya.

"Miiihhhh… aaaaghhh…memeknya masih sempit saja…aaaahhh…enak..Mih..enak," Donipun mengerang keenakan merasakan sempitnya lubang vagina Dewi.

Tanpa menunggu lama, Dewi mulai menggerakkan pantatnya maju mundur, sehingga penis Doni keluar masuk dengan sendirinya, sementara Dewi menggoyang pantatnya. Bibirnya semakin bernafsu memagut bibir Doni, tubuh keduanya seolah menyatu, mata Tuti terbelalak melihat aksi nyonya majikannya ini, Tuti tidak menyangka nyonya majikannya yang lembut bias beraksi liar seperti yang ia saksikan sekarang. Dewi yang sudah berpuasa selama satu minggu inipun semakin liar beraksi diatas tubuh Doni, goyangan pantatnya betul-betul hebat, kadang-kadang pantatnya maju-mundur, kadang-kadang pantatnya ia putar-putar, Dewi yang sedang beraksi merasakan penisnya Doni menyodok-nyodok lubang kemaluannya dengan keras dan tegang, kadang-kadang ia rasakan penisnya Doni seperti sedang mengebor kemaluannya saat ia putar pantatnya.

"Ooohhhh…enak…Don, enaknya penismu….aaaahhh…hhmmmmhh…aaaaghh kamu enak Don, enak vagina mamih…aaahhh….,"Dewi merintih keenakan.

"Aaaghh… Mih, nikmmat sekali…vagina mamih betul-betul legit…ooohhh… Mih, terus mih goyang terus…ooohhh…putar mih, putar," Doni mengerang merasakan keenakan penisnya yang sedang keluar masuk di vagina Dewi dan kadang-kadang ia merasakan penisnya seperti diputar-putar saat Dewi memutar pantatnya.

Saat itu Dewi sedang dalam posisi menduduki Doni, sambil memaju mundurkan pantatnya dengan penuh semangat, Tuti melihat kedua payudara Dewi bergoyang seiring dengan maju mundur pantatnya, lalu dengan memberanikan diri Tuti mulai mendekati Dewi, dan mulai meremas-remas kedua payudara Dewi, tidak hanya tangannya yang beraksi, tapi mulut Tutipun mulai ikut beraksi kedua payudara Dewi silih berganti ia jilati dan hisap-hisap, kedua putingnya tak luput dari jilatan dan hisapan Tuti, sehingga kedua putingnya Dewi semakin mengeras.

"Aaaghhh…Tut, hisapp…yaaah…oohhh…terus hisapp… ooohhh…,"Dewi mendesah keenakan menikmati serangan Tuti dipayudaranya dan serangan penisnya Doni di kemaluannya.

Gerakannya maju mundurnya semakin bertambah cepat, dengan berpegangan di tubuh Tuti yang sedang asyik bermain dipayudaranya, Dewipun mengangkat pantatnya sedikit dan semakin gencar memaju mundurkan pantatnya tersebut, akibatnya penisnya Donipun semakin gencar menyodok-nyodok vagina Dewi, gerakan Dewi mulai tidak beraturan, tubuhnya kadang-kadang mengejang, nampaknya Dewi hamper mencapai puncak kenikmatannya.

"Aaagghh….Don,, enaaak…sekaliiii…Don, ooogghhh…..aaakuu…mau keluar Don, aaagghhh…penismu memang ….nnniiikkkmaaat,"Dewi mengerang dan …

"Doooonnniiiii, aaaaghhhh….mmaammihh keluar… sayang…aaaahhh…. Nikmat ssaaayyyaangg…..oooghhhh….,"Dewi merintih, tubuhnya mengejang saat vaginanya memuntahkan lahar kenikmatannya,

Sssrrrrrrr….. sssrrrrrr… ssssrrrrr….. sssrrr….. sssrrrr…. Lahar kenikmatan Dewi menyembur membasahi batang kemaluan Doni yang sedang berada dalam jepitan vaginanya itu.

"Enaaaakk…mih, eeenaaakk… penisku …Mih., keluarin mih…keluariin ooohhh," Donipun merintih

Doni melihat tubuh mamihnya mengejan-ejan, sementara itu Tuti yang sedang menghisap-hisap payudara Dewi merasakan tubuh nyonya majikannya itu bergetar dengan hebat, saat ia mendengar teriakannya yang memberitahukan bahwa dirinya telah mencapai puncak kenikmatannya. Tubuh Dewi bergetar dengan hebatnya saat ia merengkuh puncak kenikmatannya, dinding vaginanya berkedut dengan kuat seperti yang dirasakan oleh Doni pada batang kemaluannya, seolah-olah meremas-remas penisnya itu, sambil berpegangan pada tubuh Tuti yang masih memainkan kedua payudaranya, Dewi menikmati sensasi orgasmenya kali ini, ia harus mengakui bahwa sekarang ini ia dikalahkan oleh anaknya dalam pertempuran ini, nafasnya masih terdengar memburu, hisapan dan remasan Tuti dikedua payudaranya semakin menambah nikmatnya orgasme kali ini, dimulutnya tersungging senyum kepuasan, matanya masih terpejam menikmati puncak kenikmatan yang berhasil ia raih. Kedutan-kedutan dinding vagina Dewi mulai berhenti, nafas Dewi mulai kembali normal, tubuh Dewi mulai bergerak maju mundur dengan perlahan, dan penisnya Donipun keluar masuk lagi di lubang vagina Dewi, Dewipun mengangkat kepala Tuti yang sedang asyik mempermainkan payudaranya, dilumatnya bibir Tuti dengan penuh nafsu, lidahnya menerobos kedalam rongga mulut Tuti, dan menari-nari didalam mulut Tuti, Tuti yang mendapat serangan yang mendadak menjadi kaget, karena belum pernah selama ini ada orang yang mencumbunya seperti itu apalagi wanita, matanya terbelalak, tapi setelah tangan Dewi mulai meremas-remas payudaranya.

Tutipun mulai mendesah, tak mau kalah dengan aksi Dewi, Tutipun membalas serangan Dewi, tangannya mulai meremas-remas payudara Dewi, mulutnya mulai belajar membalas lumatan yang dilakukan oleh Dewi, lidahnya mulai ikut menari dengan lidah Dewi, lidah mereka bergiliran menerobos mulut mereka. Bagian tubuh atas Dewi sedang asyik bertempur dengan Tuti, sementara bagian bawahnya asyik menggoyang-goyang penisnya Doni, setelah Dewi mengeluarkan lahar kenikmatannya, lubang vaginanya menjadi basah sehingga penisnya Doni lebih leluasa keluar masuk, melihat aksi kedua wanita itu Donipun tidak mau tinggal diam saja, iapun mulai menaik turunkan pantatnya seiring gerakan maju mundur Dewi, saat Dewi memajukan pantatnya Donipun menurunkan pantatnya, dan saat Dewi memundurkan pantatnya Donipun menimpali dengan menaikkan pantatnya sehingga penisnya lebih dalam menerobos lubang vagina Dewi. Tangan Donipun tidak mau ketinggalan, dengan tangan kanannya mulai beraksi di vagina Tuti yang posisinya kebetulan sedang membelakangi dia, dengan lembut digosok-gosoknya vagina Tuti dari belakang, sampai ke kelentitnya, sehingga membuat vagina Tuti semakin basah, Tuti yang mendapat serangan atas bawah mulai mendesah-desah, Dewipun mengalami hal yang serupa terutama saat Doni menaikkan pantatnya sehingga penisnya masuk lebih dalam di vaginanya, iapun melenguh-lenguh, suara desahan, erangan, lenguhan mereka bertiga saling bersahutan, keringat sudah membanjiri tubuh mereka bertiga.

"Oooohhhhh….hhhmmmm….aaaahhh…hhmmmm… ssshhh… hhmmm… aaahhh," desah Dewi keenakan.

"Hhhmmm…aaahhh….ooougghh…hhhhmmm ..sshhhh…aaaahhh…hhhmmmmm," Tutipun mendesah keenakan.

"Oouughhhh…Mih, vaginamu enak sekali…aaaghhh… ooohhh… terus goyang, Mih, terus, yaaa…aaahhh…,"erang Doni menikmati goyangan Dewi.

Tubuh Dewi menggelinjang saat tangan kiri Tuti mulai merambah selangkangannya, tangan Tuti mulai menggosok-gosok kelentitnya dengan lembut, kadang-kadang jari jemari Tuti memilin-milin kelentit tersebut, gosok-pilin, gosok-pilin tangan Tuti bergantian melakukan hal tersebut di kelentit Dewi, Dewi semakin merasakan keenakan mendapat perlakuan tangan Tuti di kelentitnya tersebut. Saat tangannya sibuk dengan vagina Dewi, Tutipun mendapat serangan yang lebih hebat dari tangan Doni, tangan Doni yang tadinya hanya mengelu-elus vagina Tuti dari luar, sekarang jari tengah Doni mulai menerobos masuk kedalam lubang kenikmatan Tuti, Tutipun terhenyak oleh gerakan jari Doni,

Tuti mulai merasakan gesekan-gesekan tangan Doni didinding vaginanya, memang tidak seketat saat penisnya Doni yang menggesek dinding vaginanya, jari tengah Doni mengocok vagina Tuti seiring dengan kocokan kontoknya di vagina Dewi, kedua wanita ini yang vaginanya sedang dikocok oleh Doni semakin mengerang-erang keenakan. Tidak cukup dengan jari tengahnya saja, Donipun mulai memasukkan jari manisnya kedalam vagina Tuti, Tuti semakin keenakan dengan bertambahnya jari tangan Doni yang masuk di lubang vaginanya, gesekan-gesekan yang dirasakan oleh Tuti di dinding vaginanya bertambah, gerakan tangan Doni yang mengocok vagina Tuti kadang-kadang diselingi dengan menggoyang kekekiri-kekanan kedua jarinya persis dibelakang kelentitnya berada dan ibu jarinya bergerak dikelentitnya, sehingga membuat Tuti semakin menggelinjang merasakan gesekan dilubang vaginanya dan dikelentitnya.

"Oooohhhh.. den, ooohhh…hhhmmm…eeenaaak… Den… hhhmmm.. terus… Den," erang Tuti keenakan.

"Oooohhh…. Itilku… Tut, itilku gesek…terus… ooogghhh…Don, tekan lebih dalam, kontolmu itu Don….lesakkan … sodok..memek mamihmu ini…aaagghh," Dewi mengerang-erang menikmati sodokan batang kemaluan Doni dan gesekan tangann Tuti di kelentitnya.

"Aaaghh….kaliaann…juga enak…oooghhh…begini Mih, enak Tut….aaahhh," erang Doni sambil menekan penisnya lebih dalam dilubang vagina Dewi, dan jari-jemarinya semakin aktif menggesek kelentit dan dinding vagina Tuti.

Dewi dan Tuti betul-betul menikmati gocekan-gocekan Doni di lubang kemaluan mereka, dan Donipun menikmati jepitan vagina Dewi di penisnya, tubuh mereka semakin banjir oleh keringat, mereka bertiga berpacu untuk mencapai puncak kenikmatan mereka, suara lenguhan dan erangan mereka semakin sering terdengar,

"Oooghhh…enak….enak…Don…terus sayaaang…sodok lebih dalam memek mamihmu iiinnnii….aaaaggghhh…iiiyaaa…terusss…Don…terusss…b uat mamihmu ini puaaasss….sssaaayyaaang…aaaaghhh….," Dewi mengerang-erang keenakan.

"Ddeeeennn….aaaghh…eeenaak…Den…terusss…goyang…tang anmu…Denn… aagghhh…tekan..Den…tekaaan…lebih kuat…Den…aaagghh…enaaak," erang Tuti menikmati tekanan jari jemari Doni di kelentit dan dinding vaginanya.

Donipun semakin menyodokkan penisnya lebih dalam lagi kedalam vagina Dewi, sehingga pangkal selangkangan mereka berdua sering beradu akibatnya dan menimbulkan suara plak-plok yang aneh, yang menambah gairah birahi mereka semakin membara, dan tangannyapun semakin aktif dan kuat menekan-nekan kelentit Tuti dan dinding vaginanya. Donipun merasakan kenikmatan yang sangat saat penisnya melesak lebih dalam dirongga vagina Dewi, ia merasakan ujung kepala penisnya bersentuhan dengan dinding rahim Dewi,

"Aaaaaghhh…. Mih, enak sekali vaginamu ini…oooughhh…,"erang Doni

Dan, tubuh Tuti terlihat mulai mengejang dan mengejut-ngejut, Tuti merasakan desakan lahar kenikmatannya yang hendak menerobos keluar dari lubang vaginanya tidak dapat ia pertahankan lagi, dengan melenguh panjang Tutipun akhirnya memuntahkan lahar kenikmatannya. Sssrrrr…. Ssssrrrrrr… ssssrrrrr… sssrrrrr… ssssrrrr… sssrrrr…. Sssssrrr….. vaginanya memuntahkan cairan kenikmatan untuk yang ketiga kalinya, tapi kali ini cairan yang dikeluarkan sangat banyak dan mengalir turun serta membasahi tangan Doni.

"OOOuughhhh… Den, aaku keluar laagii….aaaaghh…enakk…Den…enak…sekali. ooooggghhhh…. Den…..,"Tuti mengerang, tubuhnya bergetar dengan hebatnya, pantatnya mengejang, lubang vaginanya berkedut dengan sangat kuat seiring dengan menyemburnya cairan kenikmatannya.

Dewi yang tahu bahwa Tuti mengalami orgasme lagi, menambah sensasi kenikmatan yang sedang dirasakan oleh Tuti dengan meremas-remas kedua payudara Tuti, sambil tetap memaju mundurkan pantatnya dengan cepat, remasan tangan Dewi di kedua payudaranya menambah kenikmatan buat Tuti, tubuh Tuti semakin bergetar, nafasnya terengah-engah, akhirnya tubuh Tuti ambruk kedua kakinya tidak kuat lagi menopang tubuhnya, Tuti merasakan kakinya yang sedang berlutut menjadi lemas karena puncak kenikmatan yang berhasil ia raih.

Setelah Tuti ambruk di samping mereka, Dewi mulai memeluk Doni dan mulai menaik-turunkan pantatnya dengan cepat, sementara Doni dengan kedua tangannya mulai memegang dan meremas-remas kedua bongkah pantat mamihnya itu, dan juga mulai mengimbangi gerakan mamihnya, saat mamihnya menurunkan pantatnya ke bawah tangannya membantu dengan menekan pantat tersebut kebawah dan menyodokkan penisnya keatas, gerakan mereka berdua semakin bertambah cepat, nafas keduanyapun semakin memburu dan terengah-engah. Kedua mulut merekapun sibuk saling melumat dan lidah keduanya sibuk menari, desahan dan lenguhan mereka semakin menjadi, gerakan mereka semakin liar, goyangan mereka semakin cepat dan tidak beraturan,

"Oooughhh…hhhhmmm…Don,. Hhhmmm…ssslrrppp… aaaaghh…terus…ssslrpp.. aaagghh lebih cepat sayaang… ssslrppp..hhmmmm…,"Dewi melenguh sambil tetap memagut bibir Doni.

"Oooghh…sssshhhh…aaahh…hhhmmm… iiyaaa… Mih…. Aakuu mau keluar.. aaaaaghhh…. Mih…," lenguh Doni sambil mempercepat gerakannya.

Penis Doni semakin cepat keluar masuk di lubang vagina Dewi, tangan Doni semakin kuat meremas kedua bongkah pantat Dewi, dan semakin kuat menekan pantat Dewi kebawah saat ia mendorong keatas penisnya tersebut.

"Iiiyaaa… barengan kita Don, Mamih…jugaa…mau kellluaar…oooghhh… Dooon ," Dewipun mengerang.

Dengan hentakan kuat Doni menekan penisnya dalam-dalam di lubang vagina Dewi, sementara kedua tangannya meremas dengan kuatnya dan menekan kebawah pantat Dewi, tubuh Donipun mengejang, pada saat bersamaan tubuh Dewipun bergetar dengan hebat, vaginanyapun berkedut dengan kuat. Crreeeettt…..ssssrrrrrr….ccreeeettt…..ssssrrrrr, batang kemaluan Doni menyemburkan air maninya berbarengan dengan vagina Dewi yang menyemprotkan cairan kenikmatannya, Dewi merasakan hangat pada dinding vaginanya akibat siraman spermanya Doni, sementara Doni merasakan penisnya menjadi hangat akibat disirami oleh cairan kenikmatan Dewi, dan Doni juga merasakan dinding vagina Dewi meremas-remas kuat batang penisnya, sementara Dewi juga merasakan penisnya Doni berkedut-kedut dengan kuat. Terdengar nafas mereka berdua terengah-engah, kedua tubuh mereka seolah menyatu, keringat mereka berdua membanjiri sprei, senyum kepuasan menghiasi ketiga orang ini, mereka bertiga betul-betul merasa puas dengan permainan seks pagi ini, ketiganya terkapar kelelahan kehabisan tenaga.






       
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Perawanku Hilang di Hotel oleh Bapak-bapak
May 10th 2013, 13:25

Udara luar yang dingin membuat kulit Nita merinding. Jaket yang dibawanya dari rumah dipakainya dengan cepat. Ketika keluar rumah itulah kakinya seperti melangkah berat. Setidaknya ada dua perasaan yang timbul dalam hatinya. Di satu sisi, dirinya enggan pergi malam ini. Di sisi lain ia harus pergi meninggalkan rumahnya yang terbuat dari anyaman bambu tersebut. Istirahat total setelah seharian banting tulang begitu sangat dibutuhkan. Namun untuk istirahat dirinya tidak tega. Kejaran kebutuhan hidup selalu menghantuinya setiap waktu.
Malam semakin larut. Jalan-jalan yang dilewati Nita seakan ogah untuk menyapanya. Nita sendirin di jalanan. Pekerjaan seperti itu sekarang ia lakukan untuk pertama kalinya sebagai wanita. Iya dia mangkal di tempat para pekerja seks melakukan pekerjaannya. Di bawah lampu remang-remang ia berdiri. Menanti lelaki hidung belang yang akan menggunakan jasanya.
"Kau harus sabar," kata-kata Heni menggugah semangatnya kembali.
Heni adalah teman curhat Nita. Mereka sekampung namun beda RT. Siang tadi mereka berdua melakukan pembahasan mengenai malam yang akan dilakukan ketika akan menggaet lelaki hidung belang.
"Jika engkau mau, ikuti aku saja," Heni menyarankan kepada Nita. Nita masih saja bingung mendengar saran temannya itu.
"Kalau nanti masyarakat tahu gimana tentang seks bebas ini?"Tanya Nita kemudian.
"Masyarakat kan membiarkannya. Negara juga. Malah melindungi hal ini. Seakan mereka sudah terlena dengan jabatan mereka. Diam saja lah dengan kepentingan mereka. Jadi mereka akan diam kepada kita."
Heni hanya menganggukkan kepala tanda setuju. Benar juga kata Heni, begitu bisik Nita dalam hati. Keiyaannya membenarkan katakata Heni tersebut membuat tubuh Nita mudah untuk dimasuki setan. Perlahan demi sedikit iblis masuk dalam hatinya, dan niat itu dilakukannya malm ini.
Hilir mudik sepeda motor menerawangi tubuh Nita dengan lampunya. Sepeda motor kadang-kadang mobil mewah datang menghampiri tempat itu. Biasanya setelah berbincang-bincang sebentar dengan wanita yang dipilihnya, pengendara kemudian memboncengkan wanita itu. Pergi entah kemana.
Nita tidak putus asa. Demi uang yang ia butuhkan, Nita rela berdiri menanti siapa yang ditunggunya. Akhirnya tanpa panjangnya waktu, sebuah mobil menghampirinya.
"Malam.." sapa orang yang ada di dalam mobil itu ramah.
"Iya malam bapak,,," Nita menjawabnya dengan senyuman yang dibuat manis.
"Sepi?" Tanya bapak itu kemudian. Nita hanya mengangguk.
Setelah mengobrol sedikit, keduanya kemudian menuai kesepakatan. Bapak yang ada di dalam mobil tersebut mempersilakan Nita untuk masuk ke dalam mobinya yang tergolong masih baru tersebut.
"Jadi kita akan menginap dimana ini?' bapak tadi bertanya kepada Nita.
"Terserah bapak. Aku ikuti saja mau bapak, asal sesuai dengan perjanjian semula."
"Gimana kalau di hotel?
"Oke aku setuju."
Malam semakin larut saja. Rasa kantuk membanjiri mata Nita. Namun demi uang yang ia dapatkan, ia rela menahan kantuk itu untuk beberapa jam lagi. Suara mobil yang ia kendarai tidak terdengar keras. Bapak itu sesekali memandangi wajah Nita. Ia hanya tersenyum.
Singkat cerita, mereka berdua sudah sampai di hotel. Setelah memesan kamar merekan langsung masuk kamar yang dipesan tersebut.
Nita masuk kamar hotel. Kemudian diikuti bapak tadi. Setelah mengunci pintu kamar, bapak tadi memegang lengan Nita.
"Maaf bapak sabar ya. Aku mau mandi sebentar."
Bapak itu mengangguk setengah menyesal. Dilepasnya lengan Nita tersebut untuk mandi sebentar. Pikirnya mungkin bisa lebih wangi.
***

"Apa bapak tidak malu meniduriku?" Tanya Nita setelah keluar dari kamar mandi. Tubuhnya hanya berbalutkan sehelai handuk.
"Kenapa harus malu. Aku punya uang. Bisa memberimu uang lebih akan hal itu."
Nita terdiam. Sungguh malang nasib dirinya harus bermalam dengan orang yang secara umur bisa dikata sebagai bapaknya ini. Tapi dirinya masih bisa bersyukur, orang ini tak sekejam yang ia kira sebelumnya.
"Sudah berapa kali bapak melakukan ini kepada wanita?" Nita kemudian tanya kembali.
"Belum pernah." Bapak itu menjawab singkat.
"Hmmm lantas kenapa bapak ke tempat dimana kau berdiri tadi?"
"Aku sedang broken home. Aku ingin mencari hiburan. Istriku sedang marah-marah kepadaku."
"Bapak masih ingin melanjutkan rencana bapak untuk mencari hiburan malam ini?"
Bapak itu mengangguk.
"Pak, apa hanya dengan mencari hiburan masalah bapak bisa terselesaikan? Tidakkah bapak ingat dengan putri bapak di rumah? Bapak tadi bilang, anak bapak seusia saya. Apa bapak tidak malu jika mencari hiburan dengan wanita seusia anak bapak sendiri?"
"Maksudnya?"
"Yah, maaf bapak. Jika memang nanti bapak jadi membutuhkan hiiburan dariku, apa bapak tidak malu meniduri aku yang seumuran dengan anak bapak? Coba dibayangkan, jika saya ini anak bapak sendiri, apa tega?"
"Tidak tega. Berarti aku harus mencari yang lebih tua darimu, begitu maksudmu?"
"Saya rasa begitu. Tapi apa bapak juga tidak malu jika bapak meniduri wanita yang bukan hak bapak? Dimana harkat dan martabat bapak? Coba bapak bayangkan, apa bapak rela jika anak bapak, istri bapak atau bahkan ibu kandung sendiri diperlalukan seperti itu oleh orang lain? Apa bapak rela?"
"Tidak juga."
"Hmmm bapak- bapak. Bukan cara seperti itu untuk mengurai masalah bapak. Kalau memang bapak sudah cerai, bisa menikah lagi bukan. Masih ada jalan panjang untuk beribadah kepadaNya. Kalaupun keluarga bapak masih bisa diperbaiki, istri pasti akan menurut. Asal bapak jangan nakal lagi? Iya kan? Ingat bapak, melakukan hubungan layaknya suami istri yang tidak halal itu dosa,"
Bapak itu terdiam. Dalam bayangannya sekarang bukan masalah untuk meniduri Nita. Tapi yang ada dalam pikirannya ialah, ia membayangkan sedang meniduri anak perempuan sendiri, tidaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkkk. Hati bapak itu menjerit.




Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

cerita Sex - Pembalasaann.....
May 10th 2013, 03:06



Pagi itu, sekitar jam 8.00, aku pergi ke Glodok, masa liburan ingin nostalgia melihat "kota" Jakarta, selama ini aku jarang ke arah sana. Dengan menumpang bus patas AC, aku ke sana, kalau bawa mobil selain susah cari parkir, capek kalau harus selalu injak kopling, tahu sendiri khan kodok tuaku, keras banget koplingnya. Suasana masih berdesakkan bersama-sama dengan orang pergi ke kantor.

Bus Patas AC, yang mestinya cePAT terbatAS, penuh sesak, segarnya AC digantikan oleh semerbak parfum berbagai jenis, mirip dengan department store yang khusus menjual parfum. Masih teringat saat dulu Bus ini muncul pertama kali, sopir menggunakan dasi, full music, AC yang sangat dingin, berhenti hanya pada halte tertentu, penumpang tak diijinkan berdiri, dengan jarak antar bus diatur sedemikian rupa melaui radio komunikasi sehingga jaraknya tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh, selain itu selalu berjalan di jalur cepat. Harga karcisnya masih 900 (pakai karcis lho, inget dulu masih sekolah harus berdesakkan-desakkan untuk mendapatkan "karcis pelajar" di bawah tugu lapangan banteng; sekarang hanya bus luar kota saja yang pakai karcis).

Jalanan mulai macet, tetapi aku bersyukur kemacetan ini membuatku bisa mengamati sekitar lebih lama. Setelah masuk kawasan Harmoni, aku mulai melihat-lihat kawasan itu, di pojok kanan, masih berdiri megah hotel Mxxxxx, yang selalu terisi "mahluk halus" setiap kamarnya, dan dengan ramah akan menyapa kita, untuk masuk dan melakukan aktifitas tak lebih dari dua jam, aku jadi ingat saat dulu pertama kali menginjakkan kawasan ini, saat ditraktir temen ke tempat ini.

Tak lama sebelah kiri ada gedung bekas terbakar, musibah saat kerusuhan dulu, Kxxx Cxxxx; dengan simbol gambar kartu raja, rasanya belum "komplit" jadi buaya kalau belum masuk sini, jadi inget waktu masuk dulu, eh uangnya kurang, kasian deh lu. Jadi cari ATM di kawal oleh room boy.

Sebelah kanan lagi, ada "Pxxx Pxxxx", ini merupakan tempat "wajib" bagi para hidung belang, terlintas; dahulu bagaimana merahnya wajahku saat pertama kali diplonco oleh rekanku, di sinilah pertama kali aku telanjang di hadapan lawan jenisku.

Tak jauh dari situ, terhampar di kanan dan kiri, amusement centre. Di sebelah kanan ada beberapa lorong (jalan kecil), dengan papan nama cukup jelas terlihat dari jalan Gajah Mada, yakni jalan yang kulalui, beberapa nama yang cukup terkenal untuk para hidung belang, seperti "Kxxxxxx", "Mxxxxx Mxx", "Bxxxxxx Mxxxx", dan lain-lain, nama yang aku ingat karena meninggalkan kesan yang ringan dan yang lucu.

Tak lama sampai lah aku di kawasan Glodok.

"Kiri, bang," kataku.

Bus tidak berhenti, masih jalan perlahan, aku sudah disuruh turun. Masih inget dulu saat masih sekolah, ada yang teriak:

"Tunggu, tunggu, perempuan bunting turun," kata kondektur kepada sopir bus, untuk menghentikan laju kendaraannya.
"Kaki kiri turun dulu!" ucapnya lagi.

Maklum sudah lama nggak naik bus. Jadi inget semboyan dulu, kuturunkan kaki kiriku, belum selesai kaki kananku menyentuh tanah, bus sudah melaju, saat keseimbanganku doyong ke kanan segera ku tahan dengan kaki kananku, uh dasar. Maklum sih, rebutan ruang kosong di jalan macet!

Aku menuju, jembatan toko, nggak belanja hanya lihat-lihat saja, hingga sampai di pertokoan Glodok, yang di depannya banyak penjual cd. Berbagai macam jenis film baik yang "aksi" atau yang "membuat ereksi" terpampang di lapak-lapak penjual vcd.

"Bos, vcd, bos, yang main orang bandung boss," tawar si pedagang, kulihat covernya, persis seperti yang di internet. Aku lalui saja, pura-pura nggak butuh, padahal aku memang ingin beli.

"Bos, vcd, bos, ratu goyang boss, asli indonesia, murah bos, hanya 35 aja," tawar pedagang lain.

Hari masih pagi, jadi belum banyak pembeli barang-barang elektronik. Aku berjalan terus hingga ke ujung, akhirnya aku jalan ke belakang, dan akhirnya aku naik ke lantai dua. Belum banyak perubahan gedung, saat pertama kali aku ke sini sekitar awal tahun delapan puluhan, yang tetap hanya aromanya, ada dupa cina, terkadang bau keringat antara pembeli dan pejual.

Saat di lantai dua, aku ditawari vcd, yang sama, harganya hanya sepuluh ribu saja, kemudian dia juga menawarkan beberapa film yang lain, dengan harga cukup murah, aku mencoba menawar, dan akhirnya diberi, dan aku beli semua.

Setelah capek, keliling, aku ingin ke toilet. Saat aku mau keluar untuk memasukkan uang logam ke dalam kotak,

"Pak, hapenya jangan ditaruh di saku depan, pak. Banyak copet di sini, hampir setiap hari ada saja yang kecopetan hape," katanya, segera kumasukkan HP-ku kedalam saku celana.
"Terima kasih mas!" kataku

Waduh, panggilan alam nih, perutku mulai berbunyi, aku keluar dari kawasan Glodok, dan menuju ke seberang di bawah "jembatan toko", dulu ada rumah makan padang sederhana, eh ternyata masih ada. Saat aku pesan makanan nampak si Bapak yang dulu selalu melayani pembeli sudah mulai tua dan hanya sebagai kasir saja, waktu telah berjalan.

Usai makan aku nyebrang lagi, mencari bus ke arah Kampung Rambutan. Waktu menunjukkan jam 13.00, sudah agak jarang penumpang, tetapi tidak kosong, kebanyakan penumpang yang melakukan bisnis, bukan pegawai seperti tadi pagi. Aku masuk dari pintu depan, kucari tempat duduk di bagian depan yang berisi dua orang.

Kebanyakan penuh, hingga aku mendapatkan bangku ke dua dari pintu belakang, yang berisi hanya dua orang. Belum lama aku duduk, saat bus berjalan perlahan sudah ada seorang pria tinggi besar duduk di sampingku. Tidak berapa lama bus penuh dengan penumpang, hanya penuh tempat duduk, belum ada yang berdiri.

Tidak lama banyak pedagang asongan yang menjajakan dagangannya, belum selesai menjajakan, pengamen mulai membawakan sebuah lagu, kemudian saat pengamen selesai, diisi lagi dengan membawa sajak. Bus hampir tak pernah kosong dengan orang yang mencari sesuap nasi.

Saat tiba di depan Hayam Wuruk Plaza,

"Mas, coba lihat tas hitamnya!" katanya.
"Apa urusannya anda melihat tasku?" kataku.
"Saya polisi," katanya sambil berdiri dan membuka sebagian jaketnya, dan menunjukkan borgol.
"Mana tanda pengenal anda?" tanyaku.
"Kamu ini melawan petugas," katanya agak keras sambil berdiri hingga sebagian penumpang memalingkan wajah ke sumber suara, aku pun mencoba berdiri, tetapi ada cerobong ac, hingga tidak bisa berdiri tegak, kemudian ada dua pria berwajah kasar berjalan cepat dari belakang dan dari depan, menutup jalanku.

Aku segera berpikir keras, kalau aku melakukan tindakan yang konyol, bisa jadi aku diteriakin maling. Banyak penumpang melihat ke diriku, detik-demi detik, aku berpikir secepat Intel Titanium. Akhirnya segera kutekan tombol HP-ku "Si Emen" dan memutar hingga antenanya di bagian bawah, agar microphone-nya bisa menangkap pembicaranku, tanpa diketahui oleh mereka, sehingga On-Line dengan beberapa rekanku sekaligus. Mereka akan mendapatkan nomorku, tetapi tanpa suara yang nggak jelas, atau direspon mereka tetapi aku tidak merespon panggilan mereka hanya ada beberapa suara ketukan saja, artinya bisa jadi aku dalam bahaya (atau tertekan karena tidak dikunci!).

"Ayo cepat keluar ikut ke kantor," kata yang pria yang belakang.

Dengan keyakinan HP-ku sudah online, aku segera keluar dari bus. Saat keluar dari bus, mereka membuat formasi mengurung, satu di depanku, yang dua ada di kanan dan kiri, sementara di belakang adalah tanah kosong dengan pagar biru. Kalau aku lari, bisa konyol.

Si pria yang di kanan, memberhentikan taksi; yang tidak terkenal dan kemungkinan tidak ada radio panggilnya; aku dimasukkan di kursi belakang dan diapit oleh dua orang, yang satu duduk di bagian depan, samping pengemudi taksi. Tidak ada tanda pengenal pengemudi taksi, juga tak ada radio komunikasi, wah kacau nih.

Begitu melewati perempatan Harmoni ke arah Pasar Baru, aku segera mengatakan (agar suaraku bisa masuk melalui HP-ku)

"Itu pos Polisi di perempatan Harmoni," kataku.
"Tidak, kita ke kantorku saja," kata yang depan sambil menunjuk ke kaca depan, tampak sekilas gambar tato. Wah ini sih polisi gadungan.

Aku di interogasi singkat, setelah merebut tas hitamku yang berisi vcd.

"Kamu tentara?" katanya.
"Bukan!" jawabku, mungkin melihat potongan rambutku serta sepatu bootku.
"Coba lihat KTPnya!" katanya.

Saat KTP kuserahkan, pria satunya merebut dompetku, dan tampak di lengan bagian dalam juga ada gambar tato. Wah ini sih penodongan. Tak lama mereka berdua memeriksa seluruh badanku, mulai dari betis, hingga ketiak, mereka pikir aku polisi atau tentara, mereka takut mungkin aku membawa sangkur atau senjata api, termasuk bagian kelaminku pun kena rabaannya, ih jijey, homo kali nih orang, dari pandanganku koq nafsu bener nih orang sama aku, amit-amit deh.

Setelah melewati Pasar Baru, berhenti di lampu merah, di jalan Gunung Sahari. (Ini khan arena tempat berantem lawan "captun" dulu, nggak tahu sekarang; sempet-sempetnya masih bernostalgia). Tiba-tiba di samping kanan taksiku berhenti sepeda motor bebek, dikendarai seorang pria dengan rambut gondrong dengan helm wanita dan menggunakan kaca mata hitam serta kumis yang tebal namun rapi, tampak di telinga bagian kanan ada kabel handsfree ke HP "Si Emen" di pinggangnya, sambil menggigit bibir bagian bawahnya. Sepertinya aku kenal, eh iya dia khan, si Roy.

Aku ganti menggigit bibir bagian bawahku, untuk merespon pesan bahwa aku menerima pesannya. Dia membalas dengan mengangkat dagu ke arahku, sambil pura-pura menggaruk aku menoleh ke samping kiri, tampak seorang pengendara sepeda motor warna hitam dengan helm hitam tertutup dengan kaca cukup gelap menggunakan jaket kulit hitam, dia melihatku dan menundukan kepala, akupun melakukan hal yang sama, kalau lihat dari motor, jaket serta helmnya, aku tahu ini sih, si Ari.

Saat lampu hijau, segera Ari melesat lebih dahulu, sementara Roy, berjalan perlahan menjaga jarak. Beberapa saat kemudian HP pria yang mengaku polisi berbunyi, dan

"Siap pak, ya, saya menuju lokasi pak," katanya.
"Baik pak, segera pak," katanya lagi.
Wah, jangan-jangan ke markas mereka, bisa kacau nih rencana, pikirku dalam hati.

Dengan kondisi seperti ini aku agak tenang dan mengikuti apa yang mereka inginkan. Aku baru ingat saat pembelian vcd tadi, dia sengaja memberikan harga yang cukup murah, nggak tahunya dia salah satu komplotan yang ikut menjebak, dan akupun baru ingat dia mempunyai HP di pinggangnya, kemungkinan besar tanpa mengikutiku dia cukup menghubungi rekannya yang ada di pinggir jalan tadi, bila perlu nunggu aku sampai selesai makan. Cerdik juga, komplotan ini.

Taksi lurus menuju ke arah Kemayoran. Kemarin aku dengar berita belum lama ini di daerah ini terjadi pembunuhan, akibat korban tidak memberikan uang yang diminta. Saat melalui bekas bandara itu, aku lihat ada motor dua tak dengan kecepatan tinggi, si Ari sedang mendahului taksiku.

Kemudian melalui jalan-jalan kecil dan melalui di bagian belakang ITC Cempaka Putih, saat itu dia mengambil kartu ATM-ku dan menanyakan passwordnya; dia memaksa untuk berdamai dengan cara memberikan sejumlah uang, oleh sebab itu kartu ATM-ku diambilnya, kemudian menuju ke ATM yang berjarak dua puluh meter dariku. Aku masih di dalam taksi dengan dua orang penodong, yang akan mengambil uangku melalui ATM menggunakan topi (agar tidak terekam di kamera ATM). Segaja aku mengikuti mereka guna mendapatkan barang bukti, bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, toh beberapa rekan sudah siaga.

Dari kaca spion di sebelah kanan sopir, kulihat agak jauh di belakang Roy sedang bicara sendiri, kemungkinan melalui fasilitas handsfree. Sementara Ari ada beberapa meter di depan dekat tukang rokok, tak lama dari kaca spion dalam taksi, aku lihat ada Montera hitam, masuk ke pelataran parkir bank, dengan nomor polisi 4 dari kota Pasuruan berakhiran RI.

Koq jadi ngumpul, pasti itu mbak Nawang SARI, dengan potongan rambut pendek dan dengan kacamata hitam, sementara disampingnya samar-samar aku lihat, mbak Ila, dengan rambut dikuncir ekor kuda (karena dia menoleh ke kiri memperhatikan sebelah kiri mobil untuk masuk ke perparkiran). Suasana agak sepi saat itu.

Tak lama Pria yang memakai topi kembali ke taksi, dan memerintahkan taksi untuk jalan. Saat ia keluar, Montera hitampun ikut keluar, tetapi tidak mendahului taksi. Saat mobil berjalan, kira-kira beberapa ratus meter sebelum lampu merah Coca-Cola, By Pass.

Dengan gerakan yang sangat cepat, Ari mencoba menyalib dari kanan ke kiri dan bersenggolan dengan taksi yang kutumpangi, dan segera bangkit menghampiri supir taksi. Roy ada di sebelah kiri taksi dengan senjata api genggam, membuka pintu kiri depan dan memerintahkan penumpangnya agar segera masuk ke Montera. Di kanan taksi, Montera berhenti mendadak, dari dalam Montera keluar Dudung dengan senjata api genggam di tangan, dan memerintahkan penumpang taksi untuk masuk ke Montera, termasuk diriku.

Semua kejadian sangat cepat dan jalanan agak sepi waktu itu, saat semua penumpang taksi telah masuk semua segera Montera melarikan diri. Tinggal Ari dan Roy di lapangan, kulihat dari kaca belakang mobil nampak Roy memberikan ongkos taksi yang ditinggalkan penodong tadi.

Montera segera menuju ke pusat pergudangan, setelah parkir, tak berapa lama, diikuti oleh Roy dan Ari. Segera kaki dan tangan para penodong diikat di Scraff Holder dengan borgol.

Mereka nampaknya shock, dengan kejadian tadi yang begitu cepat. Mbak Nawangsari segera turun dan memberikan tamparan yang cukup keras di kedua pipi masing-masing penodong. Nampaknya dia begitu gemes dengan ulah mereka. Ari mengambil dompet para penodong serta amplop berisi uang yang baru diambil dari ATM. Jumlahnya lima juta, persis dengan batas maksimum yang boleh diambil melalui ATM dalam sehari dari tabunganku. Ternyata mereka tidak membawa senjata tajam atau senjata api.

"Ampun bu, ampun pak," rengek mereka.
"Udah mbak, jangan disakiti," kata Roy sambil cengengesan.
"Kemarin temenku juga kena sama mereka, sepertinya mereka spesialis nodong pembeli VCD," kata mbak Nawangsari, dia menggunakan rok kulit agak mini dan kaos ketat putih dan jaket kulit hitam, kontras dengan kulitnya yang putih bersih, tampak di paha dan sekitar betisnya ditumbuhi bulu-bulu halus.

Setelah diikat, mereka disemprot dengan air hydrant, Ari yang punya kerjaan nyiram penodong. Mbak Ila segera mengambil sangkurnya dari balik celana jins di bagian betisnya. Kemudian dia menyobek semua pakaian yang dikenakan oleh penodong, kemudian Ari menyemprot lagi, terutama pada bagian yang tadi tertutup oleh pakaian mereka.

Tampak kemaluan mereka mengkerut, sama seperti perasaan mereka. Setelah itu Scraff Holder dirobohkan oleh Dudung, hingga mereka terlentang basah kuyup.

Ari, Roy, dan Dudung segera membentuk ruang berbentuk huruf "U" dengan mendirikan Scarff Holder yang lain agar menjadi ruangan ukuran lima meter kali lima meter, dan menutup sekelilingnya dengan plastik warna biru (biasa digunakan untuk melindungi bangunan dari hujan), kemudian memasang lampu neon 2x40W sebanyak sepuluh buah, secara berdiri tegak bersandar pada plastik biru yang menutupi Scraff Holder, dua di kanan penodong paling kanan dan dua di kiri penodong paling kiri, sedangkan enam lagi di bagian atas kepala penodong, masing-masing dua lampu tiap kepala penodong.

Sambil mereka bekerja, terdengar para penodong memohon ampun. Setelah lampu terpasang dan dimasukkan ke sumber listrik ruang menjadi terang benderang. Setelah itu,

"Kita apain mereka?" kata mbak Ila.
"Bunuh aja deh, kita jual jeroannya, percuma dikasih ke polisi juga ntar begitu lagi," jawab Roy.
"Jangan, kita panggil aja mbak Nining, ntar kita bikin seperti ini," jawab Ari, sambil menunjukkan vcd yang aku beli.

"OK, setuju," jawab mbak Nawangsari, sambil melepaskan celana dalamnya sambil berdiri dan melemparkan ke atas Montera, kemudian berjalan melangkahi kepala para penodong.

Ari segera menelpon Mbak Nining untuk segera bergabung, Saat itu waktu menunjukkan jam 16.00, setelah mbak Nawangsari selesai membuat para penodong ereksi (bisa-bisanya lagi tertawan koq ereksi, dasar lelaki), segera dia menutup mata para penodong dengan memasangkan kaca mata untuk pekerjaan las, yang sangat gelap.

Sementara itu Roy mengambil kamera dari dalam Montera dan menghubungkan ke sumber listrik, Dudung merangkai tripod untuk dudukan kamera.

"Sar, coba deh, kamu duluan," kata Roy, sambil memfokuskan mbak Nawangsari yang sedang memakai cd-nya kembali, setelah cd terpasang, dia bukannya menjawab malah membalas dengan mengepalkan tangannya dengan jempol terjepit jari telunjuk dan jari tengah, sableng.

Tak lama Mbak Nining dateng, bersama temannya Mbak Monika. Yang diundang satu yang dateng dua orang,

"OK, siap, langsung," kata Ari.
"Siap," mbak Nawangsari yang menjawab sambil memberikan kode jari telunjuknya di depan mulutnya, seolah-olah ingin mengatakan jangan berisik.

Aku, Ari, Dudung, mbak Nawangsari, mbak Ila, serta mbak Monika duduk manis di belakang kamera yang sedang diarahkan oleh Roy, sambil menunjukan jarinya ke atas, yang artinya sudah mulai "Recording". Sementara mbak Nining segera memulai aksinya, dia langsung meng-oral penodong yang di kiri sambil menghadap ke arah kamera. Roy mengambil sebagian wajah Mbak Nining, hanya bagian mulutnya yang monyong dengan latar belakang wajah penodong yang menggunakan kacamata las asitelin.

Dijilati buah zakarnya, ujung kemaluannya, dan akhirnya dimasukkan semua ke dalam mulutnya hingga habis, kemudian mulai bergerak naik turun, setelah cukup keras, dia memasukkan ke dalam anusnya, oups langsung anal, dengan membelakangi kamera.

Saat dia menaikkan pantatnya terdengar suara,

"ekh ekh," suaranya mbak Nawangsari, sementara mbak Nining tidak bersuara hanya menggigit bibir bawahnya saja (oleh sebab itu kita selalu menggunakan kode ini, untuk memperkenalkan diri kita dalam penyamaran). Saat mbak Nawangsari bersuara, tanpa diberi komando, kemaluan ke dua penodong di sebelah seperti kondom ditiup, segera menggelembung; mereka nggak tahu kalau dihadapan mereka ada kamera dan para penonton! Semua penonton tersenyum, mbak Monika sampai menggigit telunjuknya untuk menahan tawa, Mbak Ila menutup mulutnya dengan ke dua tangan.

Penodong merasakan sensasi yang luar biasa, dalam gelap, karena ke dua matanya tertutup kaca mata las, serta jepitan anusnya. Mencoba menarik kakinya tetapi tertahan oleh borgol, berusaha pula menarik tangannya juga terborgol. Nggak lama badan penodong kaku dan tak lama lemas, dan...

"ehhhaaaaah," jeritnya. Roy meng-close-up wajah penuh orgasme itu.

Dia mengalami ejakulasi, kemaluan si penodong masih tertanam di dalam anus mbak Nining.

Beberapa saat kemudian, mbak Nining berdiri, dan dengan gayanya berusaha agar sperma tidak tumpah dari anusnya, dia mencoba menahan laju sperma dengan mengkerutkan lubang anusnya dan melangkah sambil jongkok hingga lubang anusnya tepat diatas mulut penodong, kemudian melepas kerutan anusnya sehingga sperma jatuh ke mulut si penodong, dia merasakan jijik dan menggeleng-gelengkan kepalanya, hasilnya sperma tidak masuk ke mulut tetapi ada yang masuk ke lubang hidung. Hiiik jijey. Roy tetap meng-close-up.

Setelah tidak ada yang menetes, Mbak Nining mengedan hingga anusnya keluar menggelembung. Keluar sisa sperma yang sedikit menguning dan di ikuti suara kentut.

Langsung penonton bubar, segera melarikan diri menahan bau yang minta ampun. Ari mencari blower AC yang belum terpasang untuk meniup wangi semerbak yang ada, hingga kemaluan ke dua penodong yang tadi sempat berdiri tegak langsung rubuh.

Untuk diketahui mbak Nining itu nama di malam hari, kalau siang namanya mas Nanang, dia WAnita tapi aDAM, yang biasa mangkal di jalanan, juga sebagai sumber info buat kita, sebagai imbalan atas bantuannya kami berikan sesajen tiga orang ini.

Para penodong pikir mereka main sama mbak Nawangsari, padahal sama mbak Nining! Saat tadi melihat mbak Nawangsari nggak pake cd, bayangannya udah jauh entah kemana. Padahhhaaaaalll. Huekks.

Kemudian penodong berikutnya mendapat giliran, hingga penodong terakhir, dengan perlakuan yang sama. Sampai-sampai lubang anusnya mbak Nining susah nutupnya, jalannya sudah nggak bener lagi, seperti koboi janggo.

Agar perlawanan mereka tidak surut, mbak Nining segera membersihkan diri dan duduk di antara penonton, kini tiba giliran mbak Monika, dia melepaskan seluruh pakaiannya, dia seorang pelacur senior, dia juga sebagai informan dan sebagai balasannya kita berikan sajen seperti ini. Dia seorang wanita tulen, pekerja seks di sebuah panti pijat, dan kabarnya penderita HIV/AIDS.

Sebelum mbak Monika mengambil giliran, Ari menyemprot mereka dengan air hydrant lagi, agar bersih. Semprotan cukup hati-hati mengingat ada lampu neon di atas kepala dan di samping penodong.

Setelah selesai mbak Monika mulai mencium bibir penodong bergantian, kemudian menggesek-gesekkan vaginanya ke hidung penodong, dia takut mengarahkan ke mulut penodong, takut digigit nampaknya. Dasar, udah ejakulasi masih siap berdiri lagi, langsung mbak Monika memasukkan ke vaginanya, dan melakukan gerakan pemompaan, sambil mengeluarkan desahan, denger suara wanita berdesah, penodong di sebelah ereksi bareng. Momen yang baik segera Roy mengambil gambarnya.

Kali ini mbak Monika melakukan pertukaran sperma, saat penodong pertama ejakulasi dia menumpahkan ke penodong ke dua, begitu pula yang lain. Jijik campur ereksi dan suara erangan membuat mereka tidak surut, setelah mereka bertiga ereksi, mbak Monika melepaskan kacamata las, nampak mereka kaget dengan pemandangan yang ada.

Terakhir mereka disemprot air hydrant oleh Roy, dan mengikat mereka, selanjutnya kita mendudukan mereka dan melihat ke televisi untuk Replay adegan yang mereka lakukan. Mereka tak berani melihat hanya tertunduk sambil melirik saja.

Waktu sudah mendekati tengah malam, ke tiga penodong dibuang Dudung, di sekitar rawa-rawa bandara.
Pagi harinya kaset video sudah digandakan menjadi tiga. Ila, Roy dan Dudung masing-masing membawa satu dan pergi ke pusat transfer kaset ke VCD, mereka membayar sebagian, sisanya kalau sudah jadi, padahal mereka tidak akan kembali lagi. Akhirnya satu dari pusat transfer itu membocorkan ke umum, jadi lah VCD itu beredar ke masyarakat.

Beberapa minggu kemudian kita tidak ada laporan mengenai penodongan ala VCD di bus-bus kota. Yang terjadi sebuah judul lagi "vcd dewasa" dengan judul "Lautan Asmara 3".       Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Aku Dipuaskan Hewan Asuhanku
May 10th 2013, 03:04

Namaku Natalia, panggilanku Lia namun banyak juga yang menyapaku Nat. Usiaku 28 tahun dengan tinggi badan 170 cm. Sehari-hari aku magang di Kebun Binatang Surabaya (KBS) sesuai dengan statusku sebagai dokter hewan lulusan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.

Aku bukanlah satu-satunya dokter hewan di KBS, masih ada empat orang dokter hewan lainnya dan aku termasuk yang paling muda di antara mereka. Hanya ada seorang dokter hewan cowok di KBS, dan aku paling cantik di antara ketiga dokter hewan cewek yang bertugas di KBS.

Walau usiaku paling muda di antara mereka namun aku tetap masih kalah lincah bila dibandingkan dengan mereka. Bukannya karena fisikku cacat namun dikarenakan busana yang kukenakan sehari-hari membuatku tidak selincah mereka yang menggunakan celana panjang selama bertugas sehari-hari. Aku tidak terbiasa memakai celana panjang sehingga penampilanku memang jadi terkesan feminin sekali.

Sehari-hari aku terbiasa memakai rok mini yang bawahannya lebar sedangkan bagian atasan aku lebih suka memakai T Shirt tanpa lengan yang lebih cocok disebut singlet. Namun kalau saat bertugas aku lebih suka memakai hem longgar lengan pendek, karena kalau aku menggunakan T Shirt tanpa lengan waktu bekerja, selain terlihat kurang sopan, juga bisa membuat orang lain khususnya cowok rekan kerjaku tidak bisa bekerja dengan tenang.

Kegemaranku berpakaian ini disebabkan karena keseharianku yang selalu tampil tanpa BH. Memang sejak kecil aku tidak terbiasa dan tidak suka memakai BH hingga saat ini kebiasaan tersebut masih terbawa-bawa, dan jangan heran kalau sampai dengan saat ini pun aku sendiri tidak mengetahui ukuran payudaraku yang montok dan sintal, karena aku memang tidak pernah membeli BH. Bentuk payudaraku memang indah dan ranum walaupun ukurannya sedang-sedang saja. Warna puting susuku yang merah muda dan sedikit kecoklatan ini membuatku lebih percaya diri walau tidak pernah mengenakan BH.

Koleksi CD-ku cukup banyak dengan aneka warna, namun modelnya hanya dua macam, yaitu model G String dan model berenda yang mini sekali. Antara kedua model itu bentuknya sama satu sama lain, hanya saja yang satu terbuat dari seutas tali nylon dan yang yang satu lagi terbuat dari renda yang lebarnya tak lebih dari sebuah jari saja. Cara mengenakannya cukup dilingkarkan di pinggangku, kecuali yang G String ada ikatannya di sisi kanan kiri pinggangku. Selebihnya tersambung di bagian belakang pinggang terus turun ke bawah melalui celah belahan pantatku, melilit melewati selangkanganku, terus ke depan dan tersambung dengan secarik kain sutera tipis berbentuk segi tiga yang hanya berfungsi menutupi liang vaginaku hingga bulu-bulu kemaluanku tidak mampu tertampung semua. Ujung-ujungnya yang lembut tersembul keluar dan terkadang menimbulkan rasa geli saat aku melangkah karena ujung-ujung bulu kemaluanku itu tadi menggesek-gesek lipatan pangkal pahaku. Tak jarang aku juga merasakan kalau lipatan ujung CD-ku agar tergesek ke samping saat kukenakan dan akibatnya sebelah bibir vaginaku jadi tersembul keluar, untung saja masih ada rok miniku yang menutupinya.

Dengan model penampilanku yang demikian, aku tidak bisa berkeliling area KBS naik sepeda seperti rekan-rekanku lainnya. Saat mengontrol dari satu kandang ke kandang lainnya, aku terpaksa harus tetap berjalan kaki saja, sekalian agar sehat, pikirku. Namun apa bila ada panggilan yang bersifat emergency, dari kandang yang agak jauh dari klinik apa bila ada hewan yang sakit maka mau tidak mau aku harus bergegas juga dengan menggunakan sepeda yang memang telah disediakan untuk transportasi petugas di dalam KBS. Tentunya yang senang adalah para pengasuh hewan (keeper) yang berjaga di kandang-kandang yang kulewati, termasuk para pengunjung dan pemilik kios dimana aku lewat, karena mereka dapat tontonan gratis melihat pahaku yang mulus terbuka lebar saat aku mengayuh sepeda melintasi mereka.

Itulah sedikit ilustrasi tentang diriku, yang kuceritakan kembali untuk mengawali kisahku yang baru ini.

Sudah tiga bulan ini aku mendapat tugas mengasuh dua ekor anak singa yang baru saja melahirkan tapi induknya enggan mengasuh anaknya sehingga kami para tim medis memutuskan agar anak singa tersebut segera dipisah dari induknya dan dirawat di ruang karantina yang letaknya berhadap-hadapan dengan klinik kesehatan hewan.

Mungkin karena dianggap paling yunior di antara mereka, maka oleh para dokter hewan senior aku ditugaskan mengasuh dan memberikan susu pada kedua bayi singa tersebut. Tugasku adalah memberikan susu setiap dua jam sekali, termasuk menggendongnya keluar untuk berjemur setiap pagi. Maka tak heranlah kedua anak singa ini menjadi sangat manja dan jinak sekali denganku.

Saat ini kedua anak singa tersebut usianya sudah tiga bulan dan frekwensiku memberikan susu pun jaraknya sudah mulai berkurang, sekarang sudah menjadi setiap empat jam sekali tetapi volume susu yang diminumnya juga sudah lebih banyak lagi. Keduanya tumbuh sehat dan juga sudah bisa meloncat sana sini sambil berlari kecil dengan riangnya. Waktuku belakangan ini jadi lebih banyak tersita untuk berada di ruang karantina merawat kedua bayi singa yang lucu ini.

Kalau pada awal-awalnya aku harus memangku mereka dan memberikan minum susu dari dot, kini mereka sudah bisa minum sendiri dari mangkuk yang kusodorkan. Keduanya langsung menjilati isi mangkuk dengan rakusnya, tak butuh waktu lama untuk menghabiskan semangkuk susu yang kuberikan.

Pagi ini aku seperti biasanya begitu sampai di KBS langsung datang ke ruang karantina untuk mengunjungi dua ekor singa anak asuhku. Mereka meloncat kesana kemari dengan gembiranya menyambut kedatanganku. Langsung saja kubuatkan susu yang kuseduh dengan air hangat dan kuletakkan dalam mangkuk kemudian kusodorkan pada mereka. Sambil berjongkok di hadapan mereka, kuperhatikan keduanya melalap habis susu dalam mangkuk yang kuberikan, dan dalam waktu sekejap saja mereka telah menjilat habis susu itu.

Lalu keduanya memandangku seakan ingin minta tambah. Dan matanya kemudian memandang heran ke selangkanganku yang terbuka saat aku berjongkok. Mungkin mereka terheran-heran melihat gundukan daging yang tersembul di tengah-tengah pangkal pahaku. Naluri ingin tahunya sangat kuat hingga mereka merangkak maju dan mengenduskan hidungnya di selangkanganku. Hidungnya mendekati dan mencium bagian luar vaginaku hingga dapat kurasakan hembusan napasnya yang menerpa lipatan pangkal pahaku.

Aku sedikit ragu dan ingin segera berdiri, namun niatku segera kuurungkan saat terasa ada sesuatu yang kasar dan lunak mengelus bagian luar vaginaku. Rupanya si anak singa tadi menjilati CD-ku sebagai perwujudan rasa ingin tahunya. Hal ini membuatku terangsang karena jilatan tadi ternyata menyentuh sebelah bibir vaginaku yang kebetulan menyembul keluar dari ujung lipatan secarik kain sutera yang menutupi bagian liang vaginaku itu.

Pelan-pelan tanganku memasuki rok miniku untuk melepas ikatan CD di samping kiri kanan pinggangku. Rok miniku dengan bawahan longgar itu terbuka lebar saat aku berjongkok sehingga tidak menyulitkanku untuk melakukan aktifitas tersebut. Dengan sekali tarik maka terlepaslah sudah dan penutup vaginaku pun tertanggal begitu saja.

Kedua ekor anak singa itu tetap berebutan menjilati sekitar selangkanganku. Secara bergantian mereka menjilati pangkal pahaku, dan yang paling disukainya adalah menjilati bagian vaginaku yang langsung membasah karena aku begitu terangsang oleh jilatannya.

Aku sudah tidak mampu untuk berjongkok lebih lama lagi hingga aku pun terjengkang duduk di lantai. Lama kelamaan aku pun sedikit merebahkan badanku. Pinggangku kujadikan tumpuan untuk menumpu tubuhku, kakiku kuangkat dengan bantuan tanganku di pangkal lutut. Kukangkangkan selebar mungkin untuk memberikan sedikit ruang gerak agar kedua ekor anak singa ini lebih leluasa lagi menjilati sekitar selangkanganku.

Cairan bening yang terus mengalir keluar dari dalam liang vaginaku membuat keduanya lebih rakus lagi menjilati bagian luar vaginaku, mungkin karena rasanya yang sedikit asin hingga membuat mereka berdua lebih bergairah, karena secara teoretis semua hewan suka merasakan sesuatu yang rasanya sedikit asin.

Kuletakkan kedua kakiku di lantai dengan posisi tetap mengangkang sedangkan tangan kiriku menopang ke lantai agar badanku tidak terjengkang di lantai sementara tangan kananku membuka kancing bagian atas hemku yang longgar. Tanganku kususupkan ke dalam hemku meraih dan meremas payudaraku yang sudah mengeras pertanda birahiku sudah mencapai puncaknya.

Kupilin-pilin puting susuku dengan jari sehingga aku menggelinjang dan bulu kuduk di belakang leherku seakan berdiri semua rasanya. Sementara itu kedua ekor anak singa ini terus menerus secara bergantian menjilati vaginaku yang sudah sejak tadi tanpa ditutupi oleh sehelai benang pun. Lidahnya yang kasar tetapi lunak itu menjilati bibir-bibir vaginaku dari bawah hingga ke atas secara teratur. Tak jarang jilatannya yang mengandung sedikit tekanan ke vaginaku ini mengenai ujung-ujung klitorisku.

"Hzz.. Zzt! Hzz.. Zzt! Hzz.. Zzt!" Hanya suara itu yang bisa keluar dari mulutku berulang-ulang menahan gejolak kenikmatan yang mengalir dari pangkal pahaku, terus mengalir ke atas sampai ke ubun-ubun kepalaku.

Aku sudah pernah mendapatkan jilatan di vaginaku, namun jilatan yang kurasakan kali ini lain dari pada yang lain. Lidah-lidah anak singa ini lemas, lunak dan sedikit kasar saat menyentuh bibir vagina dan ujung klitorisku. Tiba-tiba ada semacam ledakan dahsyat di bagian pangkal pahaku. Badanku tiba-tiba menggigil dan sedikit kejang, diiringi tumpahnya lahar pelumasku keluar dari dalam rahim menuju ke liang vaginaku.

Tzee.. Eerrt! Tzee.. Eerrt! Tzee.. Eerrt! Aku dapat merasakan semburan lahar hangat yang deras sekali hingga merembes keluar menembus melalui lubang vaginaku. Cairan lendir pelumasku serta merta langsung saja dijilat oleh kedua ekor anak singa ini bergantian. Dengan rakusnya mereka menjilati vaginaku hingga tetes terakhir hingga vaginaku menjadi bersih dan kering kembali.

Aku menarik napas panjang melepas sisa-sisa kenikmatan yang baru saja kualami. Aku tanpa sengaja mendapatkan suatu pengalaman baru dalam menyalurkan hasrat sex-ku, mungkin tidak semua wanita di dunia ini beruntung dapat mengalami dan merasakan hal-hal yang pernah kualami dalam dunia kenikmatan sex.

Aku pun tahu bahwa seandainya pengalamanku ini kuceritakan di situs sumbercerita.com pasti banyak pembaca yang tidak akan percaya begitu saja dengan pengalamanku yang satu ini. Namun bagiku itu tidak penting, yang penting bagiku adalah bagaimana aku bisa berbagi dengan menceritakan pengalamanku dengan apa adanya lewat situs ini.

Aku pun tidak berani mencoba-coba untuk mengulangi peristiwa itu lagi, karena kedua anak singa ini walau bagaimanapun juga mereka tetap termasuk dalam golongan binatang buas pemakan daging. Aku khawatir bahwa pada suatu saat kelak tanpa kusadari akan ada bagian di selangkanganku yang iritasi karena jilatannya. Hal ini akan berbahaya sekali karena biasanya binatang buas paling tidak tahan mencium bau darah, mereka akan jadi beringas dan penciuman mereka cukup tajam untuk hal yang satu itu. Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Hadiah istimewa
May 10th 2013, 03:03

Perkenalkan namaku Lia, aku berumur 28 tahun, sudah menikah tetapi belum berniat memiliki anak karena masih berkonsentrasi dengan karier dan pendidikanku. Aku bekerja pada salah satu bank swasta ternama di Jakarta. Menurut temantemanku aku dikaruniakan bentuk tubuh yang seksi, mungkin karena ukuran dada dan pinggulku yang sangat menggoda.

Sebenarnya belum terlalu lama aku berhubungan dengan situs ini, kurang lebih baru sekitar 6 bulan yang lalu, itu juga karena diperkenalkan oleh suamiku. Oleh karena itu aku mau kirim pengalaman pribadiku ini, supaya fair kali ya, selama ini kan aku hanya membaca kisah dari orang lain, sekarang gantian aku mau bercerita.

Aku dan suamiku baru menikah sekitar 8 bulan, bagiku suamiku adalah guru sexku yang paling luar biasa, terkadang aku sampai kewalahan menghadapi gairahnya yang begitu tinggi. Sebelum menikah mungkin aku adalah gadis yang lugu, sex adalah hal yang tabu bagiku, tetapi begitu merasakan nikmatnya sex, aku begitu merindukannya setiap waktu.

Suamiku seorang yang inovatif dalam urusan ranjang, dari aku yang lugu menjadi aku yang liar dan haus sex dibuatnya. Terkadang dalam bersetubuh kami menggunakan alat bantu, kami mempunyai beberapa alat bantu seperti butterfly, kondom sambung dan vibrator. Dari semua alat bantu tersebut semuanya memberikan kenikmatan yang berbedabeda, tetapi favoritku adalah vibrator.

Wah sambil menulis ini aku jadi membayangkan kontol silikon itu maju mundur didalam vaginaku. Kelebihan dari vibrator itu selain bisa maju mundur secara otomatis tetapi juga dapat memberikan sensasi luar biasa menjelang aku orgasme karena sambil maju mundur vibrator itu dapat disetel bergetar. Bagi para istri coba deh, apalagi sekarang alat bantu sex mudah sekali diperoleh. Terkadang kalau lagi "on" aku juga suka masturbasi dengan alat bantu. Suamiku sangat senang melihat aku bermasturbasi. Sebenarnya dia yang pertama kali mengajarkan masturbasi kepadaku, dan dia tidak keberatan apabila aku bermasturbasi didepan dia, malah katanya aku sangat seksi dan merangsang, kalau sudah begitu masturbasiku pasti berganti dengan persetubuhan yang liar dan panas.

Selain menggunakan alat bantu, kami juga suka bersetubuh ditempattempat yang tidak lazim, bosan kalu ditempat tidur terus kata suamiku. Kami pernah bersetubuh di taman depan rumah dimana tingkat ketahuan sama orang lainnya sangat tinggi. Seru sekali nikmat sambil degdegan. Selain itu kami pernah bersetubuh diatas balkon sebuah apartemen terkemuka di Jakarta, kalau penghuni kamar sebelah ke balkon juga, wah gimana jadinya, tetapi itulah kenikmatannya. Kami juga pernah bersetubuh dikolam renang salah satu hotel di Bali dan hampir ketahuan, ternyata enaklo bersetubuh didalam air, sensasinya sungguh luar biasa.

Sebenarnya bukan itu yang mau aku ceritakan. Aku mau bercerita tentang hadiah ulang tahun yang diberikan oleh suamiku bulan yang lalu, tepat pada usiaku yang ke-28. Pada waktu itu kami sepakat merayakan disebuah hotel, hanya aku dan suamiku. Hotelnya ada di kawasan Slipi, kami menyewa salah satu kamar yang ada dilantai 21. Memang dari rumah aku sudah menduga bahwa ada kejutan yang sangat merangsang yang akan diberikan oleh suamiku, tetapi aku tidak menduga betapa luar-biasanya kejutan tersebut.

Saat makan malam suamiku memberikan ucapan selamat ulang tahun kepadaku.
"Selamat ulang tahun Sayang".
Kemudian dia mengambil sesuatu dari saku celananya, sebuah kotak hitam kecil dan membukanya di hadapanku. Wah sebuah kalung dari emas putih bermatakan berlian, aku senang sekali karena walaupun buas diranjang suamiku sangat romantis.
"Sini aku pakaikan" kata suamiku seraya memakaikan kalung tersebut.
"Terima kasih ya Mas" kataku.
"Itu masih hadiah pembukaan Sayang, masih ada paket hadiah yang lainnya" katanya.
"Apaan tuh Mas, jangan main rahasiarahasiaan dong" kataku lagi.
"Sekarang kita selesaikan makam malamnya nanti hadiah utamanya diberikannya di dalam kamar" katanya genit.

Rasanya aku tahu apa hadiah utamanya kataku dalam hati, pasti dia memberikan sex toys baru lagi. Tak lama kami menyelesaikan makan malam kami, setelah berjalanjalan sebentar melihatlihat pemandangan di lobby, suamiku mengajakku kembali ke kamar.
"Mau lihat hadiah utamanya nggak?" katanya, aku hanya tersenyum.
"Bikin penasaran orang aja" kataku.
"Aku kan mau memberikan sesuatu yang beda, Sayang" katanya lagi.
Tak lama sampailah kami di kamar. Suamiku menyalakan TV dan aku masih bertanyatanya dalam hati mengenai kejutan dari suamiku.
"Siap untuk kejutannya, Sayang" katanya sambil mencium bibirku dengan lembut.
Itulah suamiku, dia sangat tahu bagaimana memperlakukan perempuan. Kamipun mulai berciuman, ternyata ini toh kejutannya kataku, tetapi masa cuma ini sih, yang seperti ini kan tiap hari kami lakukan.

Saat aku sedang terbuai ketika payudaraku dicumbu oleh suamiku, bel kamar berbunyi kembali, suamiku memintaku untuk membuka pintu.
"Selamat malam, Mbak' apakah ini kamar Pak Indra?" seorang pemuda bertanya kepadaku.
"O iya benar, ayo masuk. Pak Indranya ada kok di dalam" dalam hati aku mengomel kok datang di saat yang nggak tepat sih, orang lagi mau asik diganggu.
"Halo Ivan, ayo silakan duduk jangan sungkan, perkenalkan ini Lia istri saya".
"Ivan", kata pemuda tersebut sambil menyodorkan tangannya.
"Lia", kataku singkat.
"Bawa pesanan saya Van?", tanya suamiku.
"Bawa Mas", katanya sampil menyerahkan sesuatu kepada suami saya.
Rupanya sebotol champagne.

"Hari ini Mbak Lia ulang tahun Van, kita harus memberikan hadiah yang khusus, sekarang tolong persiapkan dong", kata suamiku meminta si Ivan menyiapkan minuman tersebut.
"Baik Mas" kata Ivan sambil tersenyum.
Tak lama Ivan datang dengan 3 gelas champagne.
"Mari kita bersulang", kata suamiku sambil membagikan gelas.
"Demi kebahagiaan kamu, Sayang" kata suamiku lagi.
Kami menghabiskan isi gelas tersebut. Setelah itu kami ngobrol tentang bebagai hal, dari politik sampai ke lelucon porno, tetapi ketika ngobrol aku kok merasa begitu horny, aku terangsang sekali.

Nafasku turun naik seolaholah tidak mampu menahan birahi dan apabila aku menggeser pantatku dari tempat tidur. Sedikit gesekan pada vagina saja memberikan rangsangan yang sungguh luar biasa, aku tak tahan lagi tetapi aku masih sadar karena aku melihat masih ada Ivan di situ.

"Mas", kataku lirih sambil menahan gejolak birahi, maksudku agar menyuruh Ivan pulang dan kami dapat melanjutkan pertempuran yang tertunda.
Tapi suamiku malah berkata, "Siap buat hadiahnya Sayang?".
Tangan suamiku meremas perlahan payudaraku dan bibirnya melumat bibirku. Sekarang aku sudah lupa diri, setiap remasan pada payudaraku membuat aku tidak peduli lagi bahwa ada orang lain dikamarku. Satu demi satu kancing bajuku terlepas.

Suamiku terus mencumbuku, karena sudah tidak tahan aku juga merespon rangsangan suamiku, malam itu setiap sentuhan maupun remasan rasanya lebih nikmat satu juta kali dibading biasanya. Aku telanjang bulat sekarang, aku terus merasakan nikmatnya remasan di payudaraku, suamiku meminta aku telentang kemudian dia membuka kedua pahaku dan menjilati seluruh kemaluanku.
"Aaaccrhh..", aku menggelinjang nikmat.
Klitorisku distimulasi dengan sedemikian nikmatnya. Sambil merasakan nikmat pada vaginaku, aku meremas payudaraku sendiri, suamiku rupanya mengerti sambil menjilati vaginaku tangannya membantu meremas payudaraku dan memilin putingku. Mataku terpejam nikmat, hebat sekali suamiku malam ini, lebih hebat dari biasanya.

Dari vagina sekarang dia menjilati seluruh payudaraku dan putingku, aku hanya bisa terpejam nikmat. Antara sadar atau tidak sadar aku merasa saat memegang rambut suamiku rasanya kok berbeda. Betapa terkejutnya aku ketika aku membuka mataku bukannya suamiku yang ada didepanku tetapi si Ivan yang sudah telanjang bulat juga, aku terkejut, aku mau marah tetapi tidak bisa, kenikmatandemi kenikmatan yang kuperoleh mengalahkan segalanya. Kulihat suamiku duduk di kursi di samping ranjang sambil menguruturut kontolnya.
"Mas, kamu..", kataku tak sanggup meneruskan katakataku karena menahan nikmat.
"Nikmati saja hadiahnya Mas", katanya.

Akupun melihat diapun sudah dikuasai nafsu melihat istrinya dicumbu sedemikian rupa. Akupun memutuskan untuk menikmati saja malam ini karena aku tidak dapat berhenti lagi dan sudah terlanjur. Ivan memintaku untuk berjongkok, kemudian mengarahkan kontolnya kemukaku, aku mengerti dengan segera saja kusambar dan kumasukan kedalam mulutku, kuhisap dan kunikmati sedemikian rupa. Ivan menggelinjang sedemikian rupa, menahan nikmat.
"Teruus Mbak Lia, teruuss..", katanya meracau.

Kontol Ivan ukurannya sama seperti suamiku hanya lebih banyak uratnya dan kepalanya lebih besar. Kalau ditaksir umurnya mungkin baru sekitar 1819 tahun. Sambil terus meng-oral kontolnya si Ivan aku merasa payudaraku ada yang meremas dari belakang, ternyata adalah suamiku. Aku tambah tidak karuan saja menahan serangan nikmat dari dua lakilaki.
"Masukan sekarang Van, masukan sekarang..", pintaku.
Dengan lembut Ivan memasukan kontolnya ke dalam vaginaku, setiap pergerakan mili demi mili dari kontol Ivan memberikan sensasi yang tidak tertahankan. Ivan terus memompa kontolnya didalam vaginaku, sementara itu suamiku mengarahkan kontolnya ke dalam mulutku, jadilah vagina dan mulutku dientot oleh dua lakilaki. Hanya sekitar 5 menit aku diperlakukan demikian aku segera mendapatkan orgasmeku.
"Aku mau sampai", kataku dengan mulut masih penuh oleh kontol suamiku.
Akhirnya, "Aaarrcchh ..", Aku mengejan hebat, aku merasakan seluruh otot kewanitaanku berkontraksi, pandanganku menjadi gelap rasanya.

Setelah itu kami masih terus mencoba gaya ini dan itu karena kedua lakilaki ini mempunyai keperkasaan yang luar biasa di ranjang, baru setelah orgasmeku yang keempat suamiku memuntahkan spermanya didalalam vaginaku dan tak lama Ivan memuntahkan spermanya juga didalam vaginaku. Setelah itu kami pun tertidur kelelahan. Saat aku tidur terasa ada yang menciumku.

"Selamat pagi Sayang, gimana hadiahnya semalam?", ternyata suamiku membangunkanku.
"Mas kok tega sih, aku kan istrimu, kok rela sih istrinya ditiduri orang", kataku.
"Kamu menikmatinya nggak?", dia balik bertanya.
Jujur dalam hati belum pernah aku mendapatkan kenikmatan sedemikian rupa, satu kontol aja sudah enak apalagi dua. Aku hanya terdiam.
"Ya sudah kalau kamu marah aku minta maaf", kata suamiku.
"Mas, aku kok bisa terangsang banget sih semalam, memangnya yang diminum apa sih?", tanyaku.
"Cuma segelas champagne kok, tetapi di gelas kamu ditambah dengan beberapa tetes spanish fly", katanya sambil tersenyum.

Pantas, umpatku dalam hati, aku begitu terangsang, mungkin kalau dalam kondisi normal aku belum tentu mau ber threesome ria seperti semalam. Kulihat Ivan masih tertidur pulas.
"Ivan itu siapa sih" tanyaku pada suamiku.
"O.. dia gigolo, aku menyewanya untuk kamu, tenang, dia bersih kok", jawab suamiku.
Pantas goyangan dan pompaannya begitu professional.
"Tapi kamu puas kan sama hadiahnya?", tanya suamiku lagi.

Aku hanya tersenyum, aku nggak mau munafik semalam aku sangat menikmatinya dan mungkin suatu saat rindu untuk mengulanginya lagi. Jujur aku merasa menjadi wanita sejati semalam.
"Ya sudah kalau kamu menikmatinya, aku ke bawah dulu mau cari rokok, ini sisa pembayaran buat si Ivan, nanti serahkan saja ke dia", kata suamiku sambil pergi meninggalkan kamar.

Di dalam kamar aku termenung mengingat kejadian semalam, sungguh luar biasa, sungguh fantastis. Tibatiba mataku tertuju kepada Ivan dalam hati aku memuji ganteng juga, badannya sangat atletis. Dalam hatiku terbersit keinginan untuk menikmati Ivan saat suamiku tidak ada, bukankah nggak masalah kalaupun suamiku sampai tahu, bukankah semalam si Ivan juga sudah menikmati vaginaku di depan suamiku.

Untuk memuaskan penasaranku bagaimana bersetubuh dengan gigolo maka dengan lembut aku membangunkan si Ivan dengan cara menghisap kontolnya yang masih kecil, perlahanlahan kontol itupun menjadi besar, gagah, berotot dan menjulang. Ivan terbangun, aku minta dipuaskan Ivan dengan cara gigolo yang paling profesional, kami mengulanginya dua kali ditempat tidur dan dikamar mandi, kami mandi bersama. Sekali lagi aku sangat puas. (nggak usah dibahas mengenai gayanya ya.. karena sama seperti cerita yang lain ya begitubegitu juga, yang berbeda cuma nikmatnya aja)

Sampai saat ini aku masih terkenang dengan kejadian itu, tetapi aku tidak pernah lagi berhubungan seks dengan lelaki lain, biar bagaimanapun bagi wanita seks harus didukung dengan cinta, yang aku lakukan dulu juga karena aku mencintai suamiku. Tetapi kalau di kemudian hari suamiku mengajakku ber-threesome lagi, tentu saja aku tidak keberatan. Malahan sekarang terlintas di benakku bagaimana jika melakukan foursome atau gangbang sekalian. Walau begitu kenangan tersebut akan kupakai untuk berfantasi saat bersetubuh dengan suamiku ataupun bermasturbasi.

Demikian kisahku, mohon komentarnya, mohon maaf kalau tulisannya nggak begitu bagus buat dibaca, habis ini tulisan pertamaku sih. Kalau ada komentar silakan hubungi aku, aku nggak membatasi lakilaki atau perempuan, boleh kok semuanya menghubungiku. (terutama buat perempuan yang sudah jenuh sama permainan seksnya selama ini, mari kita sharing, aku punya beberapa tips yang ingin kubagikan) Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

cerita sex - ML dengn istri temanku
May 10th 2013, 03:01

Isteri ku punya teman yang bernama Ena. Ena adalah seorang janda yang
masih muda belia yang sudah ku anggap seperti adikku sendiri. Ena
anaknya cantik, manis, dan yang pasti toketnya pas untuk tangan yang
pengen remes toketnya yang imut itu. Singkatnya, Ena manis, kulitnya
bersih kuning langsat. Aku dan isteriku hanya tinggal berdua saja
dirumah di salah satu kota di RIAU.
Sebelum berpacaran dengan Edi, Ena dulunya sering tidur di rumah ku,
Boleh dikatakan rumah kami sudah diangapnya seperti rumahnya sendiri.
Sampai-sampai kalau Ena nginap dirumahku, kami selalu tidur bertiga di
kamar dalam satu kasur. Isteri ku Sediktipun tak pernah menaruh rasa
cemburu terhadap aku dengan Ena. Sangking percayanya, jika pagi
isteriku keluar rumah mencari sarapan, aku dan Ena yang dalam keadaan
tidur sering di tinggalkan berduaan saja. Terus terang, dari
kecantikan dan penampilan Ena yang seksi, ditambah lagi karena aku
sering melihat Ena yang tertidur diatas kasurku hanya menggunakan
celana pendek dan kaos t-shirt tipis yang tersingkap, bahkan aku
sering mendapat kesempatan melihat sealakangan nya yang terbbuka dari
celah celana pendeknya yang tersingkap saat Ena sedang tidur, trus di
tambah lagi dengan sikap ema yang juga sering seakan memancingku.
Tentunya sebagai lelaki normal nafsu kelelakian ku jadi tidak
terkontrol hingga memuncak. Demi dapat memuaskan hasrat setan ku yang
pingin sekali merasakan bagaimana rasanya ML dengan Ena. .
Waktu itu persisnya malam Senin, bulan agustus tahun 2010, tgl nya aku
lupa. Tepat sekitar pukul 22.15 Wib, terdengar pintu rumah kami
seperti ada yang mengetok. Saat pintu kubuka dan kulihat ternyata yang
datang Ena bersama Edi pacar barunya. Ketika mereka ku suruh masuk,
Ena pun langsung menyakan isteriku.
" Mana Bety bang" ujarnya menanyakan isteriku "tuh dibelakang lagi
goreng kerupuk" jawabku.
Melihat Ena yang langsung saja berlalu meninggalkan Edi pacar nya,
aku pun mempersilahkan Edi untuk duduk di kursi yang berada di ruangan
tengah di mana aku sedang menonton tv. Hingga akhirnya terlibat
perbincangan ku dangan Edi.
Tak terasa hampir satu jam kami berbincang, kulihat sambil berkata Edi
seperti sedang melihat jam yang ada di tangan kirinya "Wahh ternyata
udah larut malam" ketus Edi.
" Emangnya udah jam berpa Di?" tanyaku balik.
Ternyata tak terasa jam sudah menunjukan hampir pulkul 12.00 malam.
Setelah tau udah tengah malam, Edi pun bergegas bangun dari tempat
duduknya.
"Nanti ajalah pulangnya Di" kataku, " G enak bang, ini udah malam saya
harus pamt" ujar Edi sembari langsung melangkah mau keluar.
" Na… ni Edi mau pulang" kataku membritahu Ena, " Iya bang… ini aku
kedepan" ujar Ena cepat-cepat sambil berlari kecil dari arah dapur
keluar.
Karena ku pikri Ena juga pulang bersama Edi, akhirnya akupun keluar
untuk mengunci pintu rumah. Namun baru saja aku melangkah hendak
kedepan, aku kaget. diruangan tengah dikursi tamu rumah ku, aku
melihat sebuah pertunjukan adegan panas antara Ena dengan pacarnya
sedang berciuman. Takut ketahuan aku pun langsung balik kanan, hingga
tak lama kemudian setelah tedengar bunyi sepeda motor Edi pergi,
akupun kembali keluar untuk mengunci pintu. Namun apa yang kulihat
ternyata Ena tidak ikut.
"Tak ikut Adi Na ?" tanyakua pada Ena. " Tidak bang, malam ini aku
nginap disini aja, kan udah lama juga aku tak nginap disini" ujar Ena.
"Ya udah, udah di kunci G pitunya" tanyaku pada Ena. "Udah bang"
ujarnya menjawab.
Sudah tak merasa canggung lagi, kulihat Ena pun langsung masuk kekamar
tidur ku dan akupun melangkah kedapur untuk mencari isteriku namun
kulihat isteriku tidak ada lagi didapur. Karena penasaran akhirnya
akupun melangkah menuju kamar. dari pintu kamar yang sedikit terbuka
kulihat ternyata isteriku sudah terbaring dan tertidur pulas di kasur.
"Aneh…..tadi kulihat Ena masuk kekamr ini tapi koq G ada ya" gumam ku
dalam hati sambil membuka pintu serdikit lebih lebar. Tapi apa yang ku
dapati…… Aku melihat saat itu Ena dalam keadaan setengah Bugil sedang
mengganti pakaian nya.
" Woww…. " Kataku dalam hati. Aku terpana melihat keseksian tubuhnya,
jantung ku pun berdegub kencang, tak sekedip pun kusia-siakan
pandangan ku untuk melihat tubuh Ena saat itu.
Takut diketahui Ena, saat ku lihat Ena siap berganti pakaian dan
sepertinya mau melangkah keluar, aku pun bergegas kembali keruangan
tengah langsung aku duduk dilantai sambil pura-pura sedang menonton tv
Untungnya cepat, karena tak lama setelah itu kulihat Ena keluar dari
kamar, "kalau tidak bisa malu aku jika dia tau perbuatan ku tadi"
uajar ku dalam hati.
Entah apa yang sedang di buat Ena di dapur, saat itu yang terdengar
hanya bunyi sendok beradu dengan gelas"
Tak lama Ena muncul, "Abang mau minum teh ya?" Tanya Ena pada ku.
"Terserah Ena ajalah" jawabku.
"Ya udah, klu gitu abang minum teh aja ya?" tanyanya lagi sambil
menaruh teh yang di buatnya di atas meja buatku, "Maksih ya" jawabku
sambil memperhatikan belahan dada Ena yang membungkal tepat tak jauh
di depan ku saat dia menghidangkan teh itu. Sesekali kulirik betis Ena
yang mulus sambil ku telan ludahku, karena terpesona melihat betis Ena
yang mulus bersih yang hanya mengenakan celana pendek.
Itulah sikap Ena, dia selalu saja seperti sengaja menggodaku dengan
cara nya yang selalu bolak balik di hadapanku yang menurut ku itu
hanyalah akal-akalan nya mencari perhatianku.
Meskipun demikian, di depan Ena aku selalu menjaga sikapku yg seakan
tak pengaruh dgn tingkahnya itu, padahal kalau pas lagi suasananya
seperti itu, jantung ku selalu berdegub tak keruan.
Seperti biasanya malam itu tidak ada apapun yang terjadi. Setelah
hampir setelah satu jam Ena masuk ke kamar, matakupun terasa
mengantuk, dan aku pun memilih untuk masuk juga kekamar untuk tidur.
Saat aku masuk kamar, sebelum baring di sebelah isteriku aku kembali
dapat tontonan vulgar. Ku tatap Ena yang sudah tertidur dengan posisi
membelakakngi isteriku. Saking pendek celana nya, pantat nya yang
montok dan mulus itu dapat kulihat dengan jelas sekali.
Terbayangkan dibenak ku saat itu, aku menyetubuhi Ena ala Doggie.
"Pasti nikmat sekali" gerutu ku.
Sambil aku terbaring tepat di sebelah isteriku, kupejamkan mataku.
Sambil kuberhayal akhirnya akupun teridur.
Rasanya baru aja tidur tau-tau aku dibangunkan, namun saat aku sadar
dan membuka mataku, kulihat ternyata waktu itu jam sedang telah
menunjukan pukul 05.00 Wib pagi.
Melihat mata ku terbuka, isteriku pun berkata, Bang… "Aku pergi
kerumah ibu dulu ya?"Aku mau nemani ibu masak untuk kenduri nanti
senja" ujar isteriku. Aku yg masih mengantuk langsung menjawab "ya
udah, pergilah" ujarku. "Nanti sampaikan juga sama Ena ya bang" ujar
isteriku menitip pesan padaku. "Ya…ya…" jawabku.
Tak lama setelah kudengar suara pintu di tutup yang aku tau isteriku
sudah pergi. Namun setelah ku toleh kesamping ternyata aku baru sadar
bahwa ada Ena di sampingku. Otak ku yang memang sudah kotor, membuat
mata ku jadi segar dan memilih untuk bangun dan bergegas kekamar madi
untuk mengggosok gigiku.
Saat aku kembali kekamar dan hendak berbaring lagi, kulihat Ena pun
terjaga dan bangun dari tempat tidur. Serupa dengan apa yang ku
lakukan, Ena pun langsung menuju kamar mandi dan tak lama setelah itu
dia kembali lagi kekamar.
Seperti tak ada kejadian, Tanpa banyak bertanya Ena pun kembali
berbaring dikasur tepat disebelahku. "Ini kesempatan baik, aku harus
dapat mengolah Ena" tutur ku dalam Hati.
Entah Ena sudah kembali tertidur atau tidak, dengan posisinya yang
membelakangiku, akupun langsung memulai aksiku, pertama kukumpulkan
keberanian untuk mulai dengan dengan tangan gemetar aku berpura-pura
bahwa aku sedang teridur tanpa sengaja memeluk Ena dari belakang.
Awalnya aku gugup sekali, tapi kapan lagi ada kesempatan seperti ini,
pikirku.
Dengan perasaan yang sangat gugup aku mencoba memberanikan diri untuk
pura-pura tak sadar telah memeluknya. Saat tangan ku sudah mulai
medarat di pinggang nya (Posisi memeluknya dari belakang), aku sama
sekali tak merasakan berontakan dari nya. aku tak peduli dia tertidur
atau pura2, kali ini aku bukan hanya meletakan tangan ku di tubuhnya
saja, tapi tangan ku sudah mulai mencari dan mulai raba2 dadanya yang
masih dalam bungkus bajunyanya, tepat dibagian buah dadanya. Karena
Ena masih diam juga, akhirnya aku mencoba untuk lebih berani dengan
memasukan tangan ku kedalam baju nya untuk mencari dan meremas susunya
yg sdh lama aku idamkan. Hanya dalam waktu singkat aku berhasil
membuka penyangkut Bra nya hingga Branya dapat kutanggalkan. Sempat
curiga di benak ku, bahwa sebenarnya Ena hanya pura-pura tidur. saya
penasaran… Karena saat ku mainkan pentlil susunya, meski samar2, ku
dengar desahan ema keluar dari birbinya. Nafsuku yang semakin
mebeludak membuatku semakin berani dan tak terkendali, hingga
Saat tubuhnya nya berbalik menghadapku yg ada di benak ku saat itu
"aku ingin sekali melumat bibirnya". Sejenak aku tatap wajahnya dari
dekat, dan aku akui ternyata Ena memang cantik. Tanpa berpikir panjang
dan ragu-ragu lagi aku mulai isep mulutnya.. dan ia bergerak
pelan..aku kaget..kemudian aku lepas ciuman ku… Ena tampak tertidur
lagi. trus aku cium lagi bibirnya sambil tangan aku membelai-belai
teteknya masih dalam bungkus bajunya… Aku jadi penasaran., ia betul2
tidur atau tidak..Aku takut juga.. dengan jantung yang berdegub
semakin kencang lantaran gugup, dengan nekatnya akupun langsung
melumat bibir Ena. Kukecup bibir Ena perlahan… "Oh… " kutarik napasku
dan sejenak kurasakan aroma napas Ena "sdh lama aku menantikan
kesempatan seperti ini" tukas klu dalam hati. Saat ku coba menjilati
bibir nya, teryata barulah aku tau bahwa ternyata Ena hanya pura-pura
tidur. Entah mungkin sdh terangsang dengan rangsangan ku, aku kaget
setengah mati ternyata bibirku pun dilumat nya. "Abang nakal…."
Bisiknya sambil mendesah ditelingaku.
"My God…….semoga saja ini bukan mimpi" Ragu bercampur rasa tidak
percaya dalam hati, akupun mulai memasukan lidah ku kemulutnya. Dalam
keadaan yang masih gugup bercampur nafsu dan rasa tidak percaya,
sambil terus kulumat bibrinya, akupun mulai menikmati kedua payudara
Ena dengan kedua tanganku. Perlahan tetapi pasti kujelajahi kedua
bukit kembar yang untuk pertama kalinya kudapati tanpa sebuah
perjuangan yang berarti. Semakin lama aku permainkan dengan sekali dua
kali kucubit putingnya yang menonjol menantang, mengalunlah suara yang
terengah-engah, "Oohh.. Bannng.. ohhkh.. aku juga sudah lama penegen
gini sama abang.." dan suara itu, ya.. suara itu membangkitkan
kemaluanku dengan cepat tegak berdiri dan sialan! Ena menyadari itu…
Diam-diam kurasakan tangan Ena ternyata sudah berada di balik celana
jeans ku meremas-remas jakar ku. Sungguh aku terbuai oleh sentuhan
tangan Ena yang memain-mainkan kontolku. Sesekali tangannya juga
meremas buah jakarku, pelan tapi pasti. Entah setan apa yang telah
merasuk, tanpa permisi tiba-tiba Ena melorotkan celana Jeans-ku hingga
CD-ku sampai aku benar-benar bugil "Wow.. Bang, punya abang sudah
minta segera diberi sentuhan nih.. woowww.. burung abang bengkok..
bisa masuk nggak ya? Ohhkh…." Jujur saja sebenarnya burungku
tidaklah istimewa, batangnya bengkok dan diameternya lumayan. Aku
sempat ragu juga apa bisa memuaskan Ena, maklum ini pengalaman
pertamaku dgn nya.
Sambil terus kami berciuman, perlahan tanganku juga mencoba melorotkan
celana pendek yang masih dikenakan Ena. Buset! Ternyata Ena sudah
tidak pakai CD sehingga hanya dalam hitungan detik dan sebelah tangan
saja aku sudah dapat membuat nya bugil. Tanpa ragu-ragu akupun
langsung mengubah posisi dengan membalikan tubuh Ena hingga posisi ku
sekarang berada diatas tubuhnya.
Sebelum mulai kuserang bagian bawahnya, aku kembali melumat bibir Ena
dengan penuh mesranya. Ternyata apa yang kuperbuat tak dpt ditahan
oleh Ena, Ena tiba-tiba saja bangun. Dengan posisi setengah berjongkok
Ena berdiri sambil menarik tanganku, memberi tanda agar aku juga
melakukan posisi yang sama dengan nya. Dalam keadaan sama-sama
setengah jongkok saling berhadapan kami kembali saling berciuman
semakin liar dan saling kami memainkan kemaluan satu sama lain. Puas
dengan gaya itu, Aku turun dari ranjang dan meminta ema juga turun.
Saat kami telah sama-sama sudah saling berdiri dan berhadapan tanpa di
instruksi Ena langsung mengambil posisi jongkok sambil mengarahkan
kontol ku yang dari tadi digenggamnya kearah mulutnya. Perlahan tapi
pasti, Ena mulai mengulum dan memain-mainkan kontolku dengan lidahnya.
Ena, hisap sayang…" bisikku pelan. Sudah lama aku ingin sekali
merasakan sentuhan bibir Ena yang sangat seksi itu menelan kontolku
kedalam mulutnya.
Sesekali aku tersentak menarik pantat ku kebelakang saat merasakan
ngilu ketika Ena menjilati lubang kontolku. "Enak
ma……OooooKkhhhh……Terus…!!" Tak tahaan dengan permainan Ena, aku pun
menarik tangan nya meminta nya berdiri dan menyudahi hisapan kontolku
dimulutnya. Tepat di tepi ranjang aku baringkan Ena di kasur dengan
posisi tengkurap dan sedikit ku ganjal bagian perut nya dengan bantal,
dan dengan posisi kakinya melipat diatas ranjang, hingga terlihat lah
menyembul vagina Ena yang terlihat baru habis dicukur bak sebuah apam
yang menantang di bawah anusnya. Perlahan ku dekatkan wajahku diantara
belahan pantat Ena, tercium di hidung ku aroma vagina nya yang semakin
memacu adrenalinku untuk menikmati vagina Ena. Saat wajahku semakin
mendekat di belahan pantatnya, pertama aku mulai menjilati anusnnya,
dengan lahap ku jilat lubang anusnya hingga bibir vagina nya yg tampak
kecoklatan itu, "Bannnng………….. Enak bang…" Owhhhh….." desahEn semakin
membuat nafsuku terbakar mendengar erangan kenikmatan yang
dirasakannya. Saat ku coba menusukan lidahku keliang vaginanya, Ena
sesaat tersentak mengankat pantatnya, seakan ingin menelan seluruh
lidahku agar masuk lebih dalam lagi kaedalam liang vaginanya yang
sudah basah membecek " Udah bang……sekarang masukin bang…." Pinta Ena
merangsang.
Sudah seperti layaknya suami dan istri, kami seakan lupa dengan segalanya,
Aku yang juga sudah tak tahan lagi, dan segera berdiri sambil menuntun
kontol ku ke bibir vagina nya, sebelumnya kutusukkan kontol ku ke
bibir vaginanya ku oles-oleskan dulu kepala kontolku di bibir lubang
vaginanya yang basah itu. Ena yg memang nafsunya sudah memuncak,
dengan sigap tangan nya merampas kontol untuk menuntun ke vaginanya.
"Masukkan bang…. Tekan sekarang bang" sambil dia meletak kan kepala
kontolku tepat di bibir kelentitnya yang kecoklatan itu sambil ia
mengangkat pantatnya sedikit lebih tinggi hingga agak menungging
karena tak sabar lagi. Dengan perlahan kutekan kontol ku di bibir
vaginanya, jelas sekali terlihat kepala jakar ku saat itu menyeruak
masuk dibelahan bibir vagnina Ena yang sudah sangat basah, Tanpa waktu
yang lama kontolku berhasil kutanamkan seluruhnya kedalam lubang
vagina Ena "Ooooohhhh…. Baaang…. Tekan lagi bang,,,," pinta Ena mulai
meracau. "sejenak kuterdiam merasakan kontolku hangat di dalam
pepeknya. Dengan perlahan aku pun mulai menggenjot pepek Ena yang
basah. Kunaikan sebelah kaki kiriku katas ranjang sambil kedua tangan
ku berpegang pada pinggul Ena yang posisinya sedikit menungging,
sambil aku mulai menarik dan kembali memasukan kontol ku pelan hingga
pada tempo yang sedikit kencang. Ploook!….Pleek!…… "Bang…enak
bang….. erang Ena merasakan kenikmatan sambil dia menggoyangkan
pantantnya seperti lagi ngebor. "Ooooowh…
Erangan nikmat kami berdua, terdengar sangat romantis saat itu.
"Pepek Ena ternyata masih sempit….mgkn karena lama tak dijejal dengan
kontol" Gerutuku sambil menarik keluar kontolku dari lubang
vaginanya. "Kenapa di cabut bang? Tanya Ena padaku. " Ena berdirilah"
Ujarkan menjawab, sambil ku tarik tangan nya. Dalam posisi berdiri dan
saling berhadapan, tanpa aba-aba kami pun kembali berciuman dan saling
melumat bibir satu sama lain. Dengan penuh nafsunya aku julurkan
lidahku kedalam mulutnya, sambil kedua tanganku meremas-remas pantat
Ena, dia pun sayik mengocok kontolku dengan tangannya.
"Bang….. masukin lagi ya" pinta Ena dengan penuh manja sambil
menggenggam kontolku mengarahkan ke bibir vaginanya yang semakin
basah. "iya" bisikku pelan ditelinganya. Tanpa buang waktu lagi,
sambil kuangkat sebelah kakinya keatas kasur aku kutekan pantatku
kembali hingga seluruh kontolku pun masuk kedalam liang vaginanya yang
sudah banjir. Hangat sekali rasanya kontolku didalam lubang vaginanya.
Hampir 20 menit kami main dalam posisi berdiri sambil saling terus
berciuman. Seperi diringi irama, aku terus menggenjot mengeluar
masukan kontolku kedalam liang vagina Ena, Ena pun terus merintih ke
enakan sambil terus menggoyangkan pantatnya seperti inul yang lagi
ngebor. Sesekali juga kujilati leher ema hingga sisi telinganya,
kurasakan di mulutku terasa agak asin oleh keringat Ena.
"Capek bang…….. kita ganti posisi yok" Pintanya manja. "Boleh…"
jawabku sambil menarik kontolku keluar dari vaginanya. " Sebentar
ya…." Kata ku sambil meraih handuk yang tergantung di dinding pintu
sambil melihat tubuhku dan tubuh Ena serta rambutnya yang basah oleh
keringat seperti baru habis mandi. Dengan mesra saat ku usap handuk di
rambut dan ku lap seluruh tubuhnya yang basah oleh keringat, Ena pun
terus saja memain-mainkan kontolku. " sini aku lap kan juga tubuh
abang" ujar Ena menarik handuk yang ada ditanganku. Sambil matanya
sesekali menatap wajahku, ema pun ganti mengelapkan tubuh ku dengan
handuk yang tadi kugunakan untuk mengeringkan keringat di tubuhnya.
Sambil melemparkan handuk yang ada di tangannya, tanpa aba-aba Ena
langsung naik keatas ranjang sambil tangan nya menarik tanganku seraya
memintaku mengikuti nya. Entah apa maksudnya, kulihat ema maraih dua
buah bantal lalu meletakkan bantal tersebut berlapis dua tepat di sisi
ranjang yang menempel dinding. "Gaya apa ni ya?" gerutuku bertanya
dalam hati. Belum habis pertanyaanku tadi, kulihat Ena langsung duduk
di atas bantal tadi sambil membentangkan kedua kakinya mengahadapku. "
Ooohh… dia mau main posisi duduk" jawabku sendiri dalam hati sambil ku
terpegun seakan masih tidak percaya dengan apa yang kualami, kulihat
vagina Ena yang berwarna kecoklatan tanpa bulu itu tanpak jelas seakan
menunggu kehadiran kontolku. " Sini lah bang…." Pinta Ena. " Eh, i
iya" jawabku terbata-bata.
Dengan poisi yang di inginkan Ena terpaksa aku pun mendekati nya
dengan setengah jongkok, berdiri hanya dengan lutut dengan kaki ku
melipat aku pun mendekati tubuh Ena. Baru saja aku mendekat, dengan
ganasnya ema langsung menarik leherku dan langsung mencium dan
melumati bibirku. "Ooh… kami kembali terbuai" Sambil saling berciuman,
aku memain-mainkan bibir vaginanya, Ena pun asyik mengocok-ngocok
kontolku.
Puas berciuman, kulihat Ena menatap ku. " Kenapa Yang…?" Tanyaku
padanya. Sambil menggeleng-gelengkan kepalanya seraya menjawab
pertanyaanku, tanpa kata-kata kulihat wajahnya tersenyum sambil
tangannya menarik kontolku yang kini sudah berada dibibir vaginanya.
"Oh…" jawabku dalam hati yang mengerti apa yang dimaukan Ena.
Dengan perlahan aku mulai kembali menusukan kontolku ke dalam vagina
Ena, perlahan tapi pasti akhirnya seluruh batang penisku kembali
menyeruak masuk tertanam seluruhnya di liang vaginanya. Sambil kembali
ku goyang maju mundur pantatku agar penisku keluar masuk menancap
pepek Ena, pantat emapun terus bergoyang mengimbangi goyangan ku.
Dalam posisi berduduk, aku merasakan kontolku hangat menyentuh diding
vagina eEna. Sambil saling memeluk kami terus saling berciuman dengan
penuh lembutnya dan terus salinng bergoyang,
"Baaaaang…..!!!" tiba-tiba kurasakan tangan Ena saat itu erat
mencengkram bahu ku seraya semakin mempercepat goyangan ngebornya
mempelintir kontolku yang keluar masuk menancap liang vaginanya.
"Akuuu…. Maauuu, Ooohhhhh………!!!" teriak Ena yang ternyata sudah
mencapai klimaks. "Abang sedikit lagi ni….!!" Jawabku sambil juga
mempercepat goyangan pantatku maju mundur, kurasakan kontol ku hangat
terendam oleh air kepuasan yang keluar dari rahim nya
"ooooohhhhhh….!!" Teriak ku membalas rintihan Ena dengan memeluknya
semakin erat menancapkan kontolku dan menenkan nya kuat.
Croooot..crooot..!! air maniku pun tumpah membanjiri vagina ema.
"Abang….. Tekan lebih kuat lagi!! Pinta Ena sambil memeluku dan
menekan pantat ku seakan hendak menelan kontol ku dengan vaginanya.
Cukup lama kami terdiam dalam posisi saling berpelukan merasakan
nikmatnya detik-detik akhir dari permainan kami. Sebelum melepaskan
kontolku dari vaginanya, masih dalam posisi berpelukan kami kembali
Saling berciuman, perlahan dengan mesranya, hingga saat aku hendak
mencabut kemaluanku dari vaginanya, ku kecup kening Ena lalu kubisikan
ditelinganya "Kita istirahat yok" ajak ku sambil merebahkan tubuhnya
diatas kasur. Seakan tak mau terpisahkan, dalam kedaan terbaring ema
langsung bangkit dan langsung merebahkan tubuhnya tepat diatas tubuhku
"ini hanya rahasia kita berdua ya bang" ucap Ena sambil kurasakan
tangan Ena yang mengusap-usap kemaluanku yang sudah lemas terkulai.
"Iya, ini Cuma rahasia kita" jawabku sambil membelai rambutnya dengan
penuh mesra, yang seakan kami saat itu adalah sepasang kekasih yang
saling menyinta.
"Eh.. jangan tidur dulu" ucapku sadar bahwa hari pun sudah siang. "iya
ya bang…. Aku mandi dulu ya" Jawab Ena seakan mengerti apa maksudku
yang takut kalau tiba-tiba nanti isteriku datang. Usai Mandi, seperti
layaknya sepasang suami isteri, tak seperti biasanya kali ini tanpa
malu-malu kulihat Ena santai saja berbugil ria didepanku melepaskan
handuknya ketika hendak berpakaian. Selesai mengenakan pakaian nya,
Ena langsung mendekati dan langsung mencium keningku. Karena memang
posisiku masih dalam keadaan telanjang, dangan santai pula tangan Ena
pun membelai-belai kemaluanku yang terkulai lemas. "Woowww… dia bangun
lagi!!" Teriak Ena mengejutkan ku sambil kulihat wajahnya mendekati
kontolku yang kembali keras menegang. "Sayang… sudah duyu ya…
"ujarnya manja. "Tanggung jawab dong" ucapku selamba mennyinggungnya.
"Aku pulang dulu, ntar klu memang si dia tidak pulang abang telpn aja
aku" ujarnya . "Dedek sabar ya" cumbunya seakan mengajak kontolku yang
ada ditangan nya berbicara. "Ya udah" jawabku seakan kesal.
"Daaaaghhhh…" tukas nya sambil melambai "Mmmuachh…." Seraya Ena ber
KissbBy kearahku sambil tersenyum berjalan keluar dari kamar berlalu
meninggalkan ku. Setelah itu aku pun teridur pulas.
Nah… sejak hari itu, setiap ada kesempatan kami selalu melakukan
hubungan sex. Terkadang kalu dia lagi sendiri dirumahnya, dia
menelponku dan kamipun melakukan hubungan sex. Dirumahnya. Sekian lama
hubungan kami, aku dengan isteriku, Ena dengan pacarnya baik-baik
saja. Bahkan, hingga kini hubungan intim kami masih terjaga
kerahasiaan nya alias tidak ada siapapun yang tau. Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Ping your blog, website, or RSS feed for Free

Tidak ada komentar:

Posting Komentar