Sabtu, 11 Mei 2013

Your Daily digest for Cerita Seks Bokep Dewasa

Ping your blog, website, or RSS feed for Free
Cerita Seks Bokep Dewasa
Cerita Sex - Derita Seorang Gadis Sexy diperkosa
May 11th 2013, 12:26


Tamara Blezynski dan suaminya, turun dari mobil di depan rumah mereka. Mereka baru saja berkunjung ke kerabat mereka di Bandung, dan pada pukul 11 malam ini baru bisa sampai di rumah. Pada saat mereka berdua turun dari mobil, tiba-tiba ada Panther hitam yang mendekati sambil menyalakan lampu mobil yang sangat terang. Karena silau dan kaget, Tamara tidak langsung sadar bahwa mobil tersebut telah ada di sampingnya. Segera saja pintu Panther itu terbuka dan tiga pasang tangan keluar dari dalam mobil. Yang pertama memegang tangan kiri, yang kedua menarik tangan kanannya, dan yang ketiga meraih pinggangnya dan menarik tubuhnya masuk ke Panther. Setelah Tamara masuk ke dalam. Panther tersebut langsung tancap gas.

Di dalam mobil, Tamara melihat ada lima orang yang bertampang beringas yang pertama dipanggil Boss oleh yang lain, ada juga yang Botak, yang satu lagi bermuka Bopeng dan di sampingnya ada salah satu matanya ditutup kain hitam ala bajak laut. Sedangkan di depan ada lagi yang berambut Jabrik.

"Lepaskan! Apa-apaan ini?! Tolong!" teriak Tamara sambil meronta-ronta, sementara ada tangan-tangan penculiknya menggerayangi tubuhnya. Ada yang meremas pinggulnya, mengelus pahanya, dan yang membuat Tamara menjerit kesakitan adalah Boss dan Botak yang meremas payudaranya keras-keras.
"Aaaah, jangan! Jangan! Lepaskan saya! Tolong!" erang Tamara sambil berontak tanpa hasil.
Para penculik tersebut membuat Tamara seperti boneka selama perjalanan ke markas penculik tersebut. Akhirnya Panther tersebut berhenti dan dengan dipegangi oleh 4 orang masing-masing di tangan dan kaki, Tamara yang sudah kelelahan meronta selama perjalanan digotong masuk ke sebuah ruangan. Dalam ruangan itu hanya ada satu ranjang dan lemari besi.

"Ikat dia!" Boss menyuruh 4 anak buahnya mengikat tangan dan kaki Tamara ke sudut-sudut ranjang, sehingga tubuh Tamara membentuk huruf X, kaki dan tangannya membuka lebar.
"Gimana sekarang Boss?" tanya Jabrik sambil menjilati bibirnya. Dia sudah sangat terangsang, batang kemaluannya sudah menegang dari tadi.
"Kita giliran! Pertama gue, trus selanjutnya loe gantian!" putus sang Boss, "Sekarang loe semua telanjangin aja dulu dia."
"Jangan! Jangan! Lepaskan!" Tamara mulai meronta-ronta lagi ketika Botak, Mata Satu, dan yang lainnya mendekatinya dan langsung merobek-robek bajunya sampai dia telanjang bulat. Tamara menangis sekeras-kerasnya sambil terus berusaha melepaskan diri.

"Wow, bodinya oke banget" seru Botak, "Gila, bunder ama sih loe. Gue taruhan pasti enak banget ngisep puting susu loe!" Setelah itu mereka semua langsung melepas pakaiannya masing-masing. Tamara menggigil ketakutan melihat ukuran kejantanan mereka yang luar biasa besarnya. Sementara anak buahnya menggerayangi tubuh Tamara dari pinggir ranjang, sang Boss langsung naik ke atas ranjang dan mengambil posisi di atas Tamara.

"Gimana? Loe udah siap kan Sayang? Tenang aja loe bakal ngerasain yang belon pernah loe rasain lewat suami loe!" kata si Boss sambil mengocok batang kemaluannya agar benar-benar tegang.
"Jangan! Lepaskan saya! Saya janji tidak lapor polisi!" mohon Tamara sambil menangis.
"Hush! Kita di sini mau senang-senang Sayang! Masa loe mau pergi dulu!" kata si Boss sambil mulai mengarahkan batang kejantanannya ke liang senggama Tamara.

"Jangan.. jangan.. saaakkkit, jaangaaakkkhh" Tamara berteriak-teriak ketika si Boss mulai mendorong masuk batang kejantanannya.
"Buset! Sempit amat memek loe.. Loe seminggu maen berapa kali sih ama suami loe?!" dengus si Boss sambil terus mendorong batang kejantanannya yang baru bisa masuk sampai kepala, sementara Tamara menjerit sejadi-jadinya, karena selain masih sempit, liang kewanitaannya juga kering sekali sehingga setiap si Boss mendorong batang kejantanannya sakitnya bukan main.

"Jangan! Ampun! Sakit sekali! Saya nggak kuat! Ampuungghhh" Tamara kembali mendengus kesakitan ketika si Boss mulai mendorong-dorong batang kejantanannya lagi.
"Dorong sekalian aja Boss!" saran Bopeng sesaat waktu dia berhenti mengisap-isap puting susu Tamara.
"Oke Sayang! Loe siap ya! Gue mau dorong loe sekali lagi", si Boss bersiap sambil mengusap keringat di dadanya, Tamara merintih-rintih ketika sodokan si Boss berhenti sejenak. "Sakit sekkhhh.. Aaarrgghhh.. aaakkhhh..." si Boss mendorong keras-keras batang kejantanannya sambil memegangi pinggul Tamara. Hasilnya seluruh batang kejantanannya bisa masuk sambil diiringi jeritan Tamara yang melengking tinggi. Setelah itu mulailah si Boss bergerak maju mundur perlahan, setiap tarikan dan dorongan semuanya diiringi oleh erangan Tamara.

Akhirnya setelah 15 menit maju mundur, si Boss mulai bergerak makin cepat. Tamara yang sudah kelelahan mengerang dan lemas, mulai merasakan sakit yang menggigit liang kewanitaannya, sementara si Boss makin cepat maju mundur sampai seluruh ranjang berguncang-guncang.

"Sakittt! Aaah, ampuuun! Ampuun..." Tamara tak berdaya, tubuhnya juga terbanting-banting di ranjang seirama dengan gerakan si Boss. Tubuh Tamara juga sekarang berkilau karena air liur yang dari lidah-lidah penculiknya yang menjilati tubuhnya dari paha sampai wajahnya. Sekarang si Mata Satu sedang mengigiti puting susunya sementara si Bopeng menjilati wajahnya. Si Jabrik meremas-remas susunya dan si Botak meraba sisa tubuh Tamara yang lain.

"Eeeggh, gue mau keluar Sayang, eegh.. eegh.. eegh.." dengus si Boss "Yaa.. ya.. gue keluarin Sayang, akk.. eaaah.. eaaahh.." tubuh si Boss mengejang sesaat sambil mendorong batang kejantanannya masuk ke liang kemaluan Tamara. Dari batang kejantanannya keluar sperma yang saking banyaknya sampai menetes keluar.

"Aaaah! Gue puas bener nih! Gimana dengan loe Sayang?" perlahan si Boss menarik keluar batang kejantanannya yang lemas.
"Ampun, sakit sekali! Saya mohon, ampun.." erang Tamara lirih karena kesakitan dan kecapaian diperkosa si Boss selama 20 menit lebih.
"Oke sekarang giliran loe semua, jangan rebutan, dia udah jadi milik kita sekarang! Gue mau duduk dulu biar ****** gue bisa istirahat!" si Boss berkata sambil bersila di lantai, "Lo semua tunjukin gue kalo loe jantan oke?!"
"Beres Boss", seru mereka serempak.
"Sekarang gue duluan!" si Jabrik naik ke atas ranjang.
"Halo Tamara sayang! Kita mulai aja ya! Gue jamin punya gue lebih besar dari Boss!" Tamara kembali membelalakkan mata sambil berteriak.

Tak lama kemudian ****** besar milik si Jabrik sudah menyodok liang kewanitaan Tamara yang sudah tidak karuan bentuknya dan sodokan ganas ini membuat Tamara meneteskan air matanya. Berjam-jam lamanya Tamara mesti menerima siksaan dari laki-laki yang sudah lapar akan seks dan tubuh Tamara yang sangat seksi dan menggairahkan itu. Setelah mereka semua puas menyemprotkan cairan kenikmatan mereka ke dalam liang kemaluanTamara. Mereka menampar Tamara sehingga tamara menjadi pingsan dan ketika dia sadar, dia sudah berada di sebuah hutan yang dia sendiri tidak pernah mengenalnya sebelumnya.

Tak lama kemudian, Tamara melihat sebuah cahaya lampu senter di kejauhan dan dia berpikir bahwa sebentar lagi dia bisa melaporkan kejadian yang baru saja dia alami ke polisi. Tetapi sayang sekali karena dugaan dia salah sama sekali. Cahaya cahaya lampu itu berasal dari pemuda-pemuda desa dan ketika mereka melihat tubuh Tamara yang seksi dan panas itu, mereka tidak menolong Tamara tetapi mereka malah memperkosa Tamara. Sungguh pedih hati Tamara menerima kenyataan bahwa dia harus melayani 20 pemuda pemuda sekaligus. Ada beberapa pemuda yang menjilati payudaranya yang gempal, ada yang memasukkan kejantanannya ke dalam liang kewanitaan Tamara yang penuh dengan sperma yang sudah tidak tahu lagi milik siapa sperma itu dan ada pula yang menancapkan batangannya ke dalam anus Tamara dan mulut Tamara yang indah sekarang mesti melayani batang kemaluan dari 3 pemuda dan dia mesti menjilatinya satu persatu sehingga tak lama kemudian wajah cantik Tamara sudah dihiasi oleh sperma pemuda-pemuda itu. Setelah mereka semua puas memuaskan nafsu bejat mereka, mereka meninggalkan Tamara seorang diri di hutan yang gelap itu.


TAMAT


       
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Nikmatnya anak SMU
May 11th 2013, 12:25


"Hallo Wulan... " "Iya Dit, pa kabar?" "Baik, kamu sekarang ada dimana?" "Aku lagi di Rumah temanku nih, main donk kesini teman-teman ku pingin kenalan sama kamu... ", katanya "Oooo... di daerah mana rumah teman kamu?" tanyaku. "Daerah Bendungan, Ciawi, dateng ya sekarang" "Iya deh nanti kalau aku dah deket aku telpon ya" kataku "Kalau gitu aku tunggu ya,... ", katanya lagi

Lalu aku pun meluncur ke arah Bendungan dan sekitar 20 menit akupun sampai di tempat yang telah dijanjikan. "Hallo Wulan, aku dah di depan nih... ", kataku "Ok aku keluar ya, sabar... "

Lalu munculah seorang gadis yang sangat seksi tingginya sekitar 168 dengan berat sekitar 40kg, woww... buah dadanya lebih besar dari pada punya Wulan. Lalu dia menghampiri mobilku dan mengetuknya. "Iya, ada apa?", jawabku dengan mataku yang tak lepas dari buah dadanya yang montok itu. "Adit ya... ", kata dia. "Iya", kataku. "Aku Farah biasa dipanggil Baba, temennya Wulan yang punya rumah, masuk yuk... ", katanya dengan senyum nakalnya. "Oh... yuk", jawabku agak sedikit tergagap.

Wah, bakal ada pesta besar nih pikirku dalam hati. Sesampai dikamarnya aku disambut dengan pelukan dan ciuman oleh Wulan dan aku diperkenalkan kepada 3 temennya yang lain yang satu bernama Farah, Icut dan Sherly. Dan harus kuakui mereka bertiga tidak kalah menggiurkannya dengan si Beane biasa dipanggil Bea.

Tiba-tiba Wulan membuka omongan yang bagiku sifatnya hanya basa-basi dan kemudian diteruskan oleh teman-temannya dan lama-kelamaan omongan kami berlanjut ke arah selangkangan. Dan tiba-tiba dari arah belakang ada yang memelukku saat aku akan menengok, dengan cepatnya Bea mencium bibirku dengan liarnya, maka akupun tak kalah bernafsunya aku balas dengan liarnya pula.

Dan ternyata yang memelukku dari belakang adalah Wulan dia terus menciumi leherku dan terus turun ke bawah mencoba membuka bajuku sementara aku masih saja berciuman dengan Bea. Ketika bajuku dilepaskan oleh Wulan tiba-tiba ada tangan yang membuka celanaku termasuk celana dalamku maka langsung saja adekku yang telah tegang sedari tadi keluar dari sarangnya. Dan seketika itu juga "Adekku" langsung dilahap dengan liarnya setelah aku lihat ternyata Farah dengan ganasnya sedang mengulum kemaluanku.

Saat aku sedang diserang oleh tiga wanita ini aku sempat mencari kemana Icut dan Sherly ternyata mereka ada di sofa dekat situ dan keduanya sudah telanjang bulat dan aku lihat Sherly sedang menjilati vagina Icut dan Icut pun mendesah-desah dan meliuk-liukan badannya diatas sofa tersebut sementara aku sendiri sedang kewalahan menangani seranga dari tiga wanita ini, maka aku tidak memperhatikannya.

Langsung saja aku buka baju Bea yang terdekat dengan aku dan ketika Bea sedang membuka seluruh bajunya aku tarik Farah keatas dan kami pun berciuman sementara itu wulan menggantikan posisi Farah mengulum kemaluanku. Begitu pula dengan Farah aku buka bajunya dan posisinya digantikan oleh Wulan sedangkan posisi Wulan digantikan oleh Bea, wow... ternyata kuluman Bea lebih enak dari pada Wulan dan Farah sampai akhirnya aku merebahkan diri di sofa.

setelah Wulan melepas bajunya, langsung saja Wulan memegang kemaluanku dan diarahkannya ke liang vaginannya yang ternyata sudah basah sedari tadi setelah pas maka diturunkan pantatnya perlahan-lahan hingga akhirnya... Bless... , "Aah... ", desah Sherly. Sementara Wulan sedang asiknya menaik turnkan pantatnya diatasku, maka aku tarik Bea keatasku dan aku menjilati vaginanya. "Ahh... enak Dit terus Dit ohh... " desah Bea. "Ahh... ohh.sst" desah Wulan yang bersahut-sahutan dengan Bea dan Icut. "Ohh... yess lick my pussy Dit ohh yess sst" racau Bea ketika klitorisnya aku hisap-hisap.

Sementara itu aku tarik pula si Farah dan aku masukan jari tengahku ke liang vaginanya sehingga membuat Farah meracau dan meliuk-liukan badannya. "Ohh yes Dit enak Dit dalem lagi Dit ohh... " racau Farah. Sementara setelah berada dalam posisi seperti selama kurang lebih 15 menit akhirnya Wulan menggenjotnya semakin cepat dan mengerang. "Ahh... Dit aku keluar Dit ah... " desah Wulan dan seketika itu pula tubuhnya melemas dan menggelimpang disampingku dan ternyata tanpa aku sadari dibawahku sudah ada si Icut yang dengan cepatnya langsung melumat kemaluanku maka aku pun menggeliat menahan nikmat hisapan Icut dan Bea segera turun dari mulutku dan memasukan kemaluanku ke vaginanya dan langsung digoyangkannya naik turun dan kadang memutar, sementara Farah tidak mau kehilangan kesempatan maka dia menyodorkan vaginannya ke mulutku dan akupun menjilati dan mengihisap-hisap vaginanya.

Setelah 5 menit aku jilati vagina nya maka tubuh Farah mengejang dan dia berteriak, "Dit ahh... aku keluar Dit... ah... " sambil menekan vaginanya ke mulutku langsung saja aku menghisap vaginanya kuat-kuat dan aku merasakan mengalir deras cairan dari vaginanya yang langsung aku sedot dan aku telan habis.

Setelah Farah merebahkan diri di sampingku ternyata Icut juga tidakmau ketinggalan dia menaiki aku dan kembali aku disodorkan vagina ke 3 siang ini yang langsung aku lumat habis baru aku memulai menjilati vagina Icut, Bea yang masih bergoyang diatasku akhirnya mengerang kuat. "Dit aku keluar Dit ah... sst ahh... " racaunya. Terasa sekali cairanya mengalir deras mambahasi kemaluanku dan seketika itu pula ubuhnya melemas dan menggelimpang disampingku dan ternyata Icut sudah tidak tahan dan langsung menurunkan tubuhnya ke bawah dan memasukan penisku ke vaginanya dan... "Ahh... sst ahh... Dit mentok Dit... ah... " desahnya. Sedangkan Sherly yang sedari tadi hanya melihat sambil masturbasi sendiri aku tarik keatasku dan aku jilat dan hisap vaginannya "Ohh yess ohh lick it honey oh... " desah Sherly. Setelah 10 menit Icut diatasku dan menggoyangkan pinggulnya akhirnya dia pun mengalami klimaks.

Sementara aku sendiri yang sedari tadi belum keluar karena tidak konsentrasi maka setelah Sherly rebah di sampingku maka aku membalikan badan hingga Sherly berada di bawahku dan perlahan-lahan aku masukan penisku ke vaginanya terasa sangat sempit, ketika kepala penisku mulai menyeruak masuk hingga Sherly berteriak. "Ahh... pelan-pelan Dit sakit" Maka perlahan-lahan aku masukan lagi setelah setengahnya masuk aku diamkan sebentar agar vagina Icut terbiasa karena aku melihat Sherly mengerenyitkan dahinya menahan sakit setelah Sherly tenang maka aku sorong pantatku dan akhirnya seluruh penisku berada dalam vagina Sherly "Ahh DIt sakit ah... " desah Sherly.

Dan perlahan-lahan Sherly mulai menggoyangkan pinggulnya maka aku pun menggenjot pantatku keluar masuk. Terasa semppit sekali vagina Sherly dan ketika aku melirik kebawah aku melihat ada teesan darah keluar dari vaginanya yang akhirnya baru aku ketahui bahwa memang Sherly masih perawan, tidak seperti yang lainnya yang sudah tidak perawan apalagi Icut vaginanya sudah tidak kencang mungking sering dipake sama pacarnya. "Ahh... sst... terus Dit enak Dit oh... dalam lagi Dit... " racau Sherly. Maka aku menarik Icut kepinggiran tempat tidur dengan posisi kakinya berada di bahu aku sementara aku berdiri memang Sherly tidak kelihatan seperti anak SMU dengan tingginya sekitar 165 dan buah dadanya berukuran 36 B. ter

Setelah 10 menit aku menggenjot Sherly akhirnya dia pun mengerang. "Man aku keluar Man ohh... Dit... " Namun aku tidak perduli aku terus menggenjot Sherly karena aku sendiri mengejar klimaks ku, setelah itu aku balikan tubuh Sherly sambil terus menggenjotnya hingga akhirnya Icut berada dalam posisi menungging dan aku terus menggenjotnya dari belakang sambil meremas buah dadanya 36Bnya yang mengayun-ayun.

Ketika aku sedang menggenjot dari arah bawah belakang aku merasakan ada yang menjilati buah pelirku dan ternya Bea sudah bangun lagi sehingga setelah 10 menit aku menggenjot Sherly dari belakang dia pun mengalami orgasme kembali. "Ahh Dit aku keluar lagi Dit ah... " dan seketika itu tubuhnya benar-benar melemas melihat kondisinya yang seperti itu maka aku tidak tega dan langsung aku tarik Bea untuk mengangkang dan aku tusukan penisku ke vaginanya dan Bea dengan posisi dibawah mendesah-desah seperti orang yang kepedasan. "Ahh... DIt terus Dit... esst enak Dit terus Dit oh... " racaunya. "Enak Bea, aah... esst ahh", racauku tidak karuan karena merasakan sedotan-sedotan di vagina Bea yang kata orang-orang 'empot ayam'. Maka dengan semangatnya aku menggenjot BEa dan setelah 10 menit BEa berkata, "Dit aku mau keluar Dit... Dit ahh" "Ntar Bea gue juga mau keluar barengan ya ahh" kataku. Akhirnya, "Dit gue nggak kuat Dit ah... ", ser... ser... ser... , terasa deras sekali semprotan BEa. "Ahh gue juga Bea ah... ", crot... crot... crott... , akhirnya akupun orgasme bersamaan.

Akhirnya Kamipun ketiduran dengan posisi aku diatas Bea. Kira-kira aku tertidur 15 menit tiba-tiba aku merasakan penisku dijilat-jilat dan dihisap-hiasap setelah aku membuka mataku ternyata Farah sedang mengulum penisku. Maka seketika itu juga aku langsung meracau, "Ah... ohh... enak FArah terus Farah" Tapi Farah tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang ada dia langsung naik keatas tubuhku dan memasukkan penisku ke liang vagiannya, memang dari 'peperangan' tadi hanya Farah yang belum merasakan penisku maka ketika yang lain lain sedang tidur Farah memanfaatkan momen tersebut sebaik-baiknya.

Terus dia menggoyangkan pinggulnya. "Ahh... esst enak Dit... " Aku pun merasakan keenakan dengan goyangan Farah, goyangannya benar-benar seperti penari ular dia memutar-mutarkan pantatnya diatas penisku. Lama dia melakukan itu hingga akhirnya kami keluar bersamaan. "Ahh Dit enak Dit ayo Dit keluarin barengan ohh... " Akhirnya, "FArah aku mau keluar ahh ohh crot... crot... " Kami pun lemas dan Farah menciumku bibirku mesra "Makasih ya Dit, enak lho bener yang Wulan bilang" katanya. "Emang Wulan bilang apa?" tanyaku penasaran. "Kontolku kamu enak, kamu bisa bikin ceweq ketagihan nanti lagi ya" katanya. Aku hanya tersenyum dan memeluk dia.

Akhirnya aku pun menginap disitu dan kami ber-enampun melakukannya berulang kali. Kadang aku mengeluarkan spermaku di dalam vagina Bea, Icut, Wulan, Sherly ataupun Farah secara bergantian. Hingga sekarang pun kami masih sering melakukan kadang satu lawan satu, kadang three some, ataupun langsung berenam lagi. Sudah lebih dari 2 bulan saya tidak pernah berhubungan intim dengan mereka lagi dikarenakan saya harus kuliah di Bandung tapi saya masih sering berkomunikasi melalui telepon dengan mereka. Kabar terakhir yang saya dapat dari Sherly mereka berlima lulus ujian sekolah.



       
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Akibat Main Mobil Goyang
May 11th 2013, 12:24


Hari Rabu adalah hari yang paling melelahkan bagiku ketika semester 5, bagaimana tidak, hari itu aku ada 3 mata kuliah, dua yang pertama mulai jam 9 sampai jam 3 dan yang terakhir mulai jam 5 sampai jam 7 malam, belum lagi kalau ada tugas bisa lebih lama deh. Ketika itu aku baru menyerahkan tugas diskusi kelompok sekitar jam 7 lebih. Waktu aku dan teman sekelompokku, si Dimas selesai, di kelas masih tersisa 6 orang dan Pak Didi, sang dosen.
"Bareng yuk jalannya, parkir dimana Ci ?" ajak Dimas
"Jauh nih, di deket psikologi, rada telat sih tadi"
Dimas pulang berjalan kaki karena kostnya sangat dekat dengan kampus. Sebenarnya kalau menemaniku dia harus memutar agak jauh dari jalan keluar yang menuju ke kostnya, mungkin dia ingin memperlihatkan naluri prianya dengan menemaniku ke tempat parkir yang kurang penerangan itu. Dia adalah teman seangkatanku dan pernah terlibat one night stand denganku. Orangnya sih lumayan cakep dengan rambut agak gondrong dan selalu memakai pakaian bermerek ke kampus, juga terkenal sebagai buaya kampus.

Malam itu hanya tinggal beberapa kendaraan saja di tempat parkir itu. Terdengar bunyi sirine pendek saat kutekan remote mobilku. Akupun membuka pintu mobil dan berpamitan padanya. Ketika aku menutup pintu, tiba-tiba aku dikejutkan oleh Dimas yang membuka pintu sebelah dan ikut masuk ke mobilku.
"Eeii…mau ngapain lo ?" tanyaku sambil meronta karena Dimas mencoba mendekapku.
"Ayo dong Ci, kita kan udah lama ga ngentot nih, gua kangen sama memek lu nih" katanya sambil menangkap tanganku.
"Ihh..ga mau ah, gua cape nih, lagian kita masih di tempat parkir gila !" tolakku sambil berusaha lepas
Karena kalah tenaga dia makin mendesakku hingga mepet ke pintu mobil dan tangan satunya berhasil meraih payudaraku lalu meremasnya
"Dimas…jangan…ga mmhhh !!" dipotongnya kata-kataku dengan melumat bibirku

Jantungku berdetak makin kencang, apalagi Dimas menyingkap kaos hitam ketatku yang tak berlengan dan tangannya mulai menelusup ke balik BH-ku. Nafsuku terpancing, berangsur-angsur rontaanku pun melemah. Rangsangannya dengan menjilat dan menggigit pelan bibir bawahku memaksaku membuka mulut sehingga lidahnya langsung menerobos masuk dan menyapu telak rongga mulutku, mau tidak mau lidahku juga ikut bermain dengan lidahnya. Nafasku makin memburu ketika dia menurunkan cup BH ku dan mulai memilin-milin putingku yang kemerahan. Teringat kembali ketika aku ML dengannya di kostnya dulu. Kini aku mulai menerima perlakuannya, tanganku kulingkarkan pada lehernya dan membalas ciumannya dengan penuh gairah. Kira-kira setelah 5 menitan kami ber-French kiss, dia melepaskan mulutnya dan mengangkat kakiku dari jok kemudi membuat posisi tubuhku memanjang ke jok sebelah. Hari itu aku memakai bawahan berupa rok dari bahan jeans 5cm diatas lutut, jadi begitu dia membuka kakiku, langsung terlihat olehnya pahaku yang putih mulus dan celana dalam pink-ku.

"Lu tambah nafsuin aja Ci, gua udah tegangan tinggi nih" katanya sambil menaruh tangannya dipahaku dan mulai mengelusnya.
Ketika elusannya sampai di pangkal paha, diremasnya daerah itu dari luar celana dalamku sehingga aku merintih dan menggeliat. Reaksiku membuat Dimas makin bernafsu, jari-jarinya mulai menyusup ke pinggiran celana dalamku dan bergerak seperti ular di permukaannya yang berbulu. Mataku terpedam sambil mendesah nikmat saat jarinya menyentuh klistorisku. Kemudian gigitan pelan pada pahaku, aku membuka mata dan melihatnya menundukkan badan menciumi pahaku. Jilatan itu terus merambat dan semakin jelas tujuannya, pangkal pahaku. Dia makin mendekatkan wajahnya ke sana sambil menaikkan sedikit demi sedikit rokku. Dan…oohh…rasanya seperti tersengat waktu lidahnya menyentuh bibir vaginaku, tangan kanannya menahan celana dalamku yang disibakkan ke samping sementara tangan kirinya menjelajahi payudaraku yang telah terbuka.

Aku telah lepas kontrol, yang bisa kulakukan hanya mendesah dan menggeliat, lupa bahwa ini tempat yang kurang tepat, goyangan mobil ini pasti terlihat oleh orang di luar sana. Namun nafsu membuat kami terlambat menyadari semuanya. Di tengah gelombang birahi ini, tiba-tiba kami dikejutkan oleh sorotan senter beserta gedoran pada jendela di belakangku. Bukan main terkejutnya aku ketika menengok ke belakang dan melihat dua orang satpam sampai kepalaku kejeduk jendela, begitu juga Dimas, dia langsung tersentak bangun dari selangkanganku. Satu dari mereka menggedor lagi dan menyuruh kami turun dari mobil. Tadinya aku mau kabur, tapi sepertinya sudah tidak keburu, lagian takutnya kalau mereka mengejar dan memanggil yang lain akan semakin terbongkar skandal ini, maka kamipun memilih turun membicarakan masalah ini baik-baik dengan mereka setelah buru-buru kurapikan kembali pakaianku.

Mereka menuduh kami melakukan perbuatan mesum di areal kampus dan harus dilaporkan. Tentu saja kami tidak menginginkan hal itu terjadi sehingga terjadi perdebatan dan tawar-menawar di antara kami. Kemudian yang agak gemuk dan berkumis membisikkan sesuatu pada temannya, entah apa yang dibisikkan lalu keduanya mulai cengengesan melihat ke arahku. Temannya yang tinggi dan berumur 40-an itu lalu berkata
"Gini saja, bagaimana kalau kita pinjam sebentar cewek kamu buat biaya tutup mulut ?"
Huh, dasar pikirku semua laki-laki sama saja pikirannya tak jauh dari selangakangan. Rupanya dalam hal ini Dimas cukup gentleman juga, walaupun dia bukan pacarku, tapi dia tetap membelaku dengan menawarkan sejumlah uang dan berbicara agak keras pada mereka. Di tengah situasi yang mulai memanas itu akupun maju memegangi tangan Dimas yang sudah terkepal kencang.
"Sudahlah Mas, ga usah buang-buang duit ama tenaga, biar gua aja yang beresin" kataku "ok, bapak-bapak saya turuti kemauan kalian tapi sesudahnya jangan coba ungkit-ungkit lagi masalah ini !"

Walaupun Dimas keberatan dengan keputusanku, namun dia mau tidak mau menyerah juga. Aku sendiri meskipun kesal tapi juga menginginkannya untuk menuntaskan libidoku yang tanggung tadi, lagipula bermain dengan orang-orang seperti mereka bukan pertama kalinya bagiku. Singkat cerita kamipun digiring mereka ke gedung psikologi yang sudah sepi dan gelap, di ujung koridor kami disuruh masuk ke suatu ruangan yang adalah toilet pria. Salah seorang menekan sakelar hingga lampu menyala, cukup bersih juga dibanding toilet pria di fakultas lainnya pikirku.
"Nah, sekarang kamu berdiri di pojok sana, perhatiin baik-baik kita ngerjain cewek lu !" perintah yang tinggi itu pada Dimas.
Di sudut lain mereka berdiri di sebelah kanan dan kiriku menatapi tubuhku dalam pakaian ketat itu. Sorot mata mereka membuatku nervous dan jantungku berdetak lebih cepat, kakiku serasa lemas bak kehilangan pijakan sehingga aku menyandarkan punggungku ke tembok.

Kini aku dapat melihat nama-nama mereka yang tertera di atas kantong dadanya. Yang tinggi dan berusia sekitar pertengahan 40 itu namanya Egy, dan temannya yang berkumis itu bernama Romli. Pak Egy mengelusi pipiku sambil menyeringai mesum.
"Hehehe…cantik, mulus…wah beruntung banget kita malam ini !" katanya
"Kenalan dulu dong non, namanya siapa sih ?" tanya Pak Romli sambil menyalami tanganku dan membelainya dari telapak hingga pangkalnya, otomatis bulu-buluku merinding dan darahku berdesir dielus seperti itu.
"Citra" jawabku dengan agak bergetar.
"Wah Citra yah, nama yang indah kaya orangnya, pasti dalemnya juga indah" Pak Egy menimpali dan disambut gelak tawa mereka.

"Non Citra coba sun saya dong, boleh kan ?" pinta Pak Romli memajukan wajahnya
Aku tahu itu bukan permintaan tapi keharusan, maka kuberikan satu kecupan pada wajahnya yang tidak tampan itu.
"Ahh…non Citra ini di mobil lebih berani masa di sini cuma ngecup aja sih, gini dong harusnya" Kata Pak Egy seraya menarik wajahku dan melumat bibirku.
Aku memejamkan mata mencoba meresapinya, dia makin ganas menciumiku ditambah lagi tangannya sudah mulai meremas-remas payudaraku dari luar. Lidahnya masuk bertemu lidahku, saling menjilat dan berpilin, bara birahi yang sempat padam kini mulai terbakar lagi, bahkan lebih dahsyat daripada sebelumnya. aku makin berani dan memeluk Pak Egy, rambutnya kuremas sehingga topi satpamnya terjatuh. Sementara dibawah sana kurasakan sebuah tangan yang kasar meraba pahaku. Aku membuka mata dan melihatnya, disana Pak Romli mulai menyingkap rokku dan merabai pahaku.

Pak Egy melepas ciumannya dan beralih ke sasaran berikutnya, dadaku. Kaos ketatku disingkapnya sehingga terlihatlah buah dadaku yang masih terbungkus BH pink, itupun juga langsung diturunkan.
"Wow teteknya montok banget non, putih lagi" komentarnya sambil meremas payudara kananku yang pas di tangannya.
Pak Romli juga langsung kesengsem dengan payudaraku, dengan gemas dia melumat yang kiri. Mereka kini semakin liar menggerayangiku. Putingku makin mengeras karena terus dipencet-pencet dan dipelintir Pak Egy sambil mencupangi leher jenjangku, dia melakukannya cukup lembut dibandingkan Pak Romli yang memperlakukan payudara kiriku dengan kasar, dia menyedot kuat-kuat dan kadang disertai gigitan sehingga aku sering merintih kalau gigitannya keras. Namun perpaduan antara kasar dan lembut ini justru menimbulkan sensasi yang khas.

Tak kusadari rokku sudah terangkat sehingga angin malam menerpa kulit pahaku, celana dalamku pun tersingkap dengan jelas. Pak Romli menyelipkan tangannya ke balik celana dalamku sehingga celana dalamku kelihatan menggembung. Tangan Pak Egy yang lainnya mengelusi belakang pahaku hingga pantatku. Nafasku makin memburu, aku hanya memejamkan mata dan mengeluarkan desahan-desahan menggoda. Aku merasakan vaginaku semakin basah saja karena gesekan-gesekan dari jari Pak Romli, bahkan suatu ketika aku sempat tersentak pelan ketika dua jarinya menemukan lalu mencubit pelan biji klitorisku. Reaksiku ini membuat mereka semakin bergairah. Pak Romli meraih tangan kiriku dan menuntunnya ke penisnya yang entah kapan dia keluarkan.
"Waw…keras banget, mana diamaternya lebar lagi" kataku dalam hati "bisa mati orgasme nih gua"
Aku mengocoknya perlahan sesuai perintahnya, semakin kukocok benda itu makin membengkak saja.

Pak Romli menarik tangannya keluar dari celana dalamku, jari-jarinya basah oleh cairan vaginaku yang langsung dijilatinya seperti menjilat madu. Kemudian aku disuruh berdiri menghadap tembok dan menunggingkan pantatku pada mereka, kusandarkan kedua tanganku di tembok untuk menyangga tubuhku.
"Asyik nih, malam ini kita bisa ngerasain pantat si non yang putih mulus ini" celoteh Pak Romli sambil meremasi bongkahan pantatku yang sekal.
Aku menoleh ke belakang melihat dia mulai menurunkan celana dalamku, disuruhnya aku mengangkat kaki kiri agar bisa meloloskan celana dalam. Akhirnya pantatku yang sudah telanjang menungging dengan celana dalamku masih menggantung di kaki kanan.
"Pak masukin sekarang dong" pintaku yang sudah tidak sabar marasakan batang-batang besar itu menjejali vaginaku.
"Sabar non, bentar lagi, bapak suka banget nih sama memek non, wangi sih !" kata Pak Romli yang sedang menjilati vaginaku yang terawat baik.

Pak Usep mendorong penisnya pada vaginaku, walaupun sudah becek oleh lendirku dan ludahnya, aku masih merasa nyeri karena penisnya yang tebal tidak sebanding ukurannya dengan liang senggamaku. Aku merintih kesakitan merasakan penis itu melesak hingga amblas seluruhnya. Tanpa memberiku waktu beradaptasi, dia langsung menyodok-nyodokkan penisnya dengan kecepatan yang semakin lama semakin tinggi. Pak Egy sejak posisiku ditunggingkan masih betah berjongkok diantara tembok dan tubuhku sambil mengenyot dan meremas payudaraku yang tergantung persis anak sapi yang sedang menyusu dari induknya. Pak Romli terus menggenjotku dari belakang sambil sesekali tangannya menampar pantatku dan meninggalkan bercak merah di kulitnya yang putih. Genjotannya semakin mambawaku ke puncak birahi hingga akupun tak dapat menahan erangan panjang yang bersamaan dengan mengejangnya tubuhku.

Tak sampai 5 menit dia pun mulai menyusul, penisnya yang terasa makin besar dan berdenyut-denyut menggesek makin cepat pada vaginaku yang sudah licin oleh cairan orgasme.
"Ooohh…oohh…di dalam yah non…udah mau nih" bujuknya dengan terus mendesah
"Ahh…iyahh..di dalam aja…ahh" jawabku terengah-engah di tengah sisa-sisa orgasme panjang barusan.
Akhirnya diiringi erangan nikmat dia hentikan genjotannya dengan penis menancap hingga pangkalnya pada vaginaku, tangannya meremas erat-erat pinggulku. Terasa olehku cairan hangat itu mengalir memenuhi rahimku, dia baru melepaskannya setelah **annya selesai. Tubuhku mungkin sudah ambruk kalau saja mereka tidak menyangganya kuhimpun kembali tenaga dan nafasku yang tercerai-berai. Setelah mereka melepaskan pegangannya, aku langsung bersandar pada tembok dan merosot hingga terduduk di lantai. Kuseka dahiku yang berkeringat dan menghimpun kembali tenaga dan nafasku yang tercerai-berai, kedua pahaku mekangkang dan vaginaku belepotan cairan putih seperti susu kental manis.

"Hehehe…liat nih, peju gua ada di dalam memek cewek lu" kata Pak Romli pada Dimas sambil membentangkan bibir vaginaku dengan jarinya, seolah ingin memamerkan cairan spermanya pada Dimas yang mereka kira pacarku.
Opps…omong-omong tentang Dimas, aku hampir saja melupakannya karena terlalu sibuk melayani kedua satpam ini, ternyata sejak tadi dia menikmati liveshow ini di sudut ruangan sambil mengocok-ngocok penisnya sendiri. Kasihan juga dia pikirku cuma bisa melihat tapi tidak boleh menikmati, dasar buaya sih, begitu pikirku. Sekarang, Pak Romli menarik rambutku dan menyuruhku berlutut dan membersihkan penisnya, Pak Egy yang sudah membuka celananya juga berdiri di sebelahku menyuruhku mengocok penisnya. Hhmmm…nikmat sekali rasanya menjilati penisnya yang berlumuran cairan kewanitaanku yang bercampur dengan sperma itu, kusapukan lidahku ke seluruh permukaannya hingga bersih mengkilap, setelah itu juga kuemut-emut daerah helmnya sambil tetap mengocok milik Pak Egy dengan tanganku. Aku melirik ke atas melihat reaksinya yang menggeram nikmat waktu kugelikitik lubang kencingnya dengan lidahku.

"Hei, udah dong gua juga mau disepongin sama si non ini" potong Pak Egy ketika aku masih asyik memain-mainkan penis Pak Romli
Pak Egy meraih kepalaku dan dibawanya ke penisnya yang langsung dijejali ke mulutku. Miliknya memang tidak sebesar Pak Romli, tapi aku suka dengan bentuknya lebih berurat dan lebih keras, ukurannya pun pas dimulutku yang mungil karena tidak setebal Pak Romli, tapi tetap saja tidak bisa masuk seluruhnya ke mulut karena cukup panjang. Aku mengeluarkan segala teknik menyepongku mulai dari mengulumnya hingga mengisap kuat-kuat sampai orangnya bergetar hebat dan menekan kepalaku lebih dalam lagi. Waktu sedang enak-enak menyepong, tiba-tiba Dimas mengerang, memancingku menggerakkan mata padanya yang sedang orgasme swalayan, spermanya muncrat berceceran di lantai. Pasti dia sudah horny banget melihat adegan-adegan panasku.

Merasa cukup dengan pelayanan mulutku, Pak Egy mengangkat tubuhku hingga berdiri, lalu dihimpitnya tubuhku ke tembok dengan tubuhnya, kaki kananku diangkat sampai ke pinggangnya. Dari bawah aku merasakan penisnya melesak ke dalamku, maka mulailah dia mengaduk-aduk vaginaku dalam posisi berdiri. Berulang-ulang benda itu keluar-masuk pada vaginaku, yang paling kusuka adalah saat-saat ketika hentakan tubuh kami berlawanan arah, sehingga penisnya menghujam vaginaku lebih dalam, apalagi kalau dengan tenaga penuh, kalau sudah begitu wuihh….seperti terbang ke surga tingkat tujuh rasanya, aku hanya bisa mengekspresikannya dengan menjerit sejadi-jadinya dan mempererat pelukanku, untung gedung ini sudah kosong, kalau tidak bisa berabe nih. Sementara mulutnya terus melumat leher, mulut, dan telingaku, tanganya juga menjelajahi payudara, pantat, dan pahaku. Gelombang orgasme kini mulai melandaku lagi, terasa sekali darahku bergolak, akupun kembali menggelinjang dalam pelukannya. Saat itu dia sedang melumat bibirku sehingga yang keluar dari mulutku hanya erangan-erangan tertahan, air ludah belepotan di sekitar mulut kami. Di sudut lain aku melihat Pak Romli sedang beristirahat sambil merokok dan ngobrol dengan Dimas.

Pak Egy demikian bersemangatnya menyetubuhiku, bahkan ketika aku orgasmepun dia bukannya berhenti atau paling tidak memberiku istirahat tapi malah makin kencang. Kakiku yang satu diangkatnya sehingga aku tidak lagi berpijak di tanah disangga kedua tangan kekar itu. Tusukan-tusukannya terasa makin dalam saja membuat tubuhku makin tertekan ke tembok. Sungguh kagum aku dibuatnya karena dia masih mampu menggenjotku selama hampir setengah jam bahkan dengan intensitas genjotan yang stabil dan belum menunjukkan tanda-tanda akan klimaks. Sesaat kemudian dia menghentikan genjotannya, dengan penis tetap menancap di vaginaku, dia bawa tubuhku yang masih digendongnya ke arah kloset. Disana barulah dia turunkan aku, lalu dia sendiri duduk di atas tutup kloset.

"Huh…capek non, ayo sekarang gantian non yang goyang dong" perintahnya
Akupun dengan senang hati menurutinya, dalam posisi seperti ini aku dapat lebih mendominasi permainan dengan goyangan-goyangan mautku. Tanpa disuruh lagi aku menurunkan pantatku di pangkuannya, kuraih penis yang sudah licin itu dan kutuntun memasuki vaginaku. Setelah menduduki penisnya, aku terlebih dahulu melepaskan baju dan bra-ku yang masih menggantung supaya lebih lega, soalnya badanku sudah panas dan bemandikan keringat, yang masih tersisa di tubuhku hanya rokku yang sudah tersingkap hingga pinggang dan sepasang sepatu hak di kakiku. Aku menggoyangkan tubuhku dengan gencar dengan gerakan naik-turun, sesekali aku melakukan gerakan meliuk sehingga Pak Egy mengerang karena penisnya terasa diplintir. Kedua tangannya meremasi payudaraku dari belakang, mulutnya juga aktif mencupangi pundak dan leherku.

Tiba-tiba aku dikejutkan oleh tangan besar yang menjambak rambutku dan mendongakkan wajahku ke atas. Dari atas wajah Pak Romli mendekat dan langsung melumat bibirku. Dimas yang sudah tidah bercelana juga mendekatiku, sepertinya dia sudah mendapat ijin untuk bergabung, dia menarik tanganku dan menggenggamkannya pada batang penisnya.
"Mmpphh…mmmhh !" desahku ditengah keroyokan ketiga orang itu.
Toilet yang sempit itu menjadi penuh sesak sehingga udara terasa makin panas dan pengap.
"Ayo dong Ci…emut, sepongan lu kan mantep banget" Dimas menyodorkan penisnya kemulutku yang langsung kusambut dengan kuluman dan jilatanku, aku merasakan aroma sperma pada benda itu, lidahku terus menjelajah ke kepala penisnya dimana masih tersisa sedikit cairan itu, kupakai ujung lidah untuk menyeruput cairan yang tertinggal di lubang kencingnya. Ini tentu saja membuat Dimas blingsatan sambil meremas-remas rambutku. Aku melakukannya sambil terus bergoyang di pangkuan Pak Egy dan mengocok penisnya Pak Romli, sibuk sekali aku dibuatnya.

Sesaat kemudian penisnya makin membesar dan berdenyuk-denyut, lalu dia menepuk punggungku dan menyuruhku turun dari pangkuannya. Benar juga dugaanku, ternyata dia ingin melepaskan maninya di mulutku. Sekarang dengan posisi berlutut aku memainkan lidahku pada penisnya, dia mulai merem-melek dan menggumam tak jelas. Seseorang menarik pinggangku dari belakang membuat posisiku merangkak, aku tidak tahu siapa karena kepalaku dipegangi Pak Egy sehingga tidak bisa menengok belakang. Orang itu mendorongkan penisnya ke vaginaku dan mulai menggoyangnya perlahan. Kalau dirasakan dari ukurannya sih sepertinya si Dimas karena yang ini ukurannya pas dan tidak menyesakkan seperti milik Pak Romli. Ketika sedang enak-enaknya menikmati genjotan Dimas penis di mulutku mulai bergetar
"Aahhkk…gua mau keluar…non" Pak Egy kelabakan sambil menjambaki rambutku dan creett…creett, beberapa kali **an menerpa menerpa langit-langit mulutku, sebagian masuk ke tenggorokan, sebagian lainnya meleleh di pinggir bibirku karena banyaknya sehingga aku tak sanggup menampungnya lagi.

Aku terus menghisapnya kuat-kuat membuatnya berkelejotan dan mendesah tak karuan, sesudah **annya berhenti aku melepaskannya dan menjilati cairan yang masih tersisa di batangnya. Dengan klimaksnya Pak Egy, aku bisa lebih berkonsentrasi pada serangan Dimas yang semakin mengganas. Tangannya merayap ke bawah menggerayangi payudaraku. Dimas sangat pandai mengkombinasikan serangan halus dan keras, sehingga aku dibuatnya melayang-layang. Gelombang orgasme sudah diambang batas, aku merasa sudah mau sampai, namun Dimas menyuruhku bertahan sebentar agar bisa keluar bersama. Sampai akhirnya dia meremas pantatku erat-erat dan memberitahuku akan segera keluar, perasaan yang kutahan-tahan itu pun kucurahkan juga. Kami orgasme bersamaan dan dia menumpahkannya di dalamku. Vaginaku serasa banjir oleh cairannya yang hangat dan kental itu, sperma yang tidak tertampung meleleh keluar di daerah selangakanganku.

Aku langsung terkulai lemas di lantai dengan tubuh bersimbah peluh, untung lantainya kering sehingga tidak begitu jorok untuk berbaring di sana. Vaginaku rasanya panas sekali setelah bergesekan selama itu, dengan 3 macam penis lagi. Lututku juga terasa pegal karena daritadi bertumpu di lantai. Setelah merasa cukup tenaga, aku berusaha bangkit dibantu Dimas. Dengan langkah gontai aku menuju wastafel untuk membasuh wajahku, lalu kuambil sisir dari tasku untuk membetulkan rambutku yang sudah kusut. Aku memunguti pakaianku yang berserakan dan memakainya kembali. Kami bersiap meninggalkan tempat itu
"Lain kali kalo ngentot hati-hati, kalau ketangkap kan harus bagi-bagi" begitu kata Pak Egy sebagai salam perpisahan disertai tepukan pada pantatku.

"Ci…Ci….sori dong lu marah ya !" kata Dimas yang mengikutiku dari belakang dalam perjalananku menuju tempat parkir.
Dengan cueknya aku terus berjalan dan menepis tangannya ketika menangkap lenganku, dia jadi tambah bingung dan memohon terus. Setelah membuka pintu mobil barulah aku membalikkan badanku dan memberi sebuah kecupan di pipinya seraya berkata
"Gua ga marah kok, malah enjoy banget, lain kali kita coba yang lebih gila yah, see you, good night"
Dimas hanya bisa terbengong di tengah lapangan parkir itu menyaksikan mobilku yang makin menjauh darinya.



       
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Dicumbu seniorku yang ganteng
May 11th 2013, 12:23


Kisahku yang sebenarnya terjadi pada saat aku duduk di bangku SMA. Aku bergabung dalam sebuah grup yang bergerak di bidang bertualang di alam terbuka.
Mendaki gunung, menjelajah, berkemah adalah aktifitas grupku dan di grup itulah aku mengenal salah seorang seniorku.
Usianya waktu itu 35 tahun, sudah beristri dan punya anak dua. Namanya Kak Dani. Orangnya baik, pandai bergaul, pintar memainkan gitar dan keyboard dan Kak Dani sering menghibur kami semua ketika beristirahat di arena kegiatan.

Beliau sangat berwibawa dan menyayangi kami semua dan dari seringnya aku bergiat dengan dia, dalam hatiku sering muncul perasaan "lain" kepadanya. Sungguh, aku menyukai dia sebagai seorang lelaki ketimbang sebagai senior tetapi aku pendam dalam-dalam saja perasaan itu karena aku takut akan menghancurkan rumah tangganya dan aku juga malu pada kawan-kawanku.
Lama ku simpan perasaan itu dan semakin hari semakin besar menyesak dalam hatiku tapi tetap saja ku pendam.

Hingga pada suatu ketika grupku merencanakan kegiatan pengembaraan melewati daerah Pantai Selatan ( Sindangbarang ke Cidaun ) dan untuk kegiatan tersebut harus melakukan survey medan terlebih dahulu. Kak Dani akan melakukan survey medan dan menawarkan siapa yang mau ikut dalam survey ? Semua tidak ada yang siap karena mereka tau bahwa Kak Dani kalau sudah berjalan, dia sering berjalan cepat sehingga sering kami tertinggal.
Iseng-iseng aku mengacungkan tangan sambil berkata "Saya siap, Kak." Kak Dani melihat padaku lalu bertanya "Kamu gak kan rewel nanti di jalan, Er ?". "Siap, saya janji gak kan rewel" dan aku disoraki oleh teman-temanku. Kak Dani menyetujui keinginanku dan sungguh, aku merasa bahagia sekali karena itu berarti aku akan berjalan hanya berdua dengannya.

Pada hari yang sudah ditentukan, berangkatlah aku dengan Kak Dani. Dari Bandung perjalanan dimulai dengan menggunakan motor menuju Sindangbarang.
Selama di jalan Kak Dani bercerita tentang asal muasalnya menjadi petualang, tentang hobbynya bermain musik dan diapun meminta aku bercerita tentang keluargaku, hobbyku dan semua. Katanya supaya tidak ngantuk karena perjalanan ke Sindangbarang itu cukup jauh.
Rencananya, setibanya di Sindangbarang, motor akan dititipkan pada kawannya yang suka ke Bandung dan kami akan berjalan kaki ke Cidaun.
Tiga kilometer sebelum kota Kecamatan Sindangbarang hari sudah menunjukkan pukul 15.30, cuaca mendung menyambut kehadiran kami dan sesuai rencana motor Kak Dani akhirnya dititipkan. Temannya sempat menyuruh kami bermalam di rumahnya tetapi Kak Dani bilang tanggung, untuk mempersingkat waktu jadi kami tetap jalan saja. Teman Kak Dani akhirnya melepas kepergian kami dengan janji akan membawa motor Kak Dani kembali ke Bandung.

Kami kemudian mulai berjalan menuju titik pertama dalam rencana peta. Sepanjang jalan kami ngobrol ngalor ngidul sehingga tiba-tiba saja hujan turun dan kami berlarian mencari tempat berteduh. Kebetulan saat itu kami berada di jalan yang sepi banyak pepohonan dan akhirnya kami menemukan sebuah dangau yang agak menjorok ke dalam menjauhi jalan. Kesanalah kami tuju untuk berteduh.
Baju kami agak basah dan aku menggigil kedinginan sehingga Kak Dani lalu berinisiatif memelukku dan aku diam saja saat tangannya merengkuh tubuhku dan merapakan tubuhku ke tubuhnya.
Walaupun pakaian kami agak basah tetapi saat tubuh-tubuh kami serapat ini, kehangatan itu muncul dan terasa olehku. Aku sandarkan kepalaku pada dada bidang Kak Dani dan aku resapi pelukan kokoh tangannya dan aku rasakan degup jantung Kak Dani yang sedikit lebih keras …… sungguh aku merasa bahagia sekali bisa berada di pelukan orang yang selama ini aku kagumi dan ketika aku sedikit menggigil, Kak Dani menggamit daguku sehingga aku dapat dekat dengan wajahnya. Nafasnya terasa hangat menerpa wajahku dan ketika gigiku gemeletuk karena merasa dingin, tiba-tiba saja Kak Dani menempelkan bibirnya ke bibirku. Ooooh …. Dia menciumku. Mula mula hanya nempel lalu perlahan-lahan lidahnya berusaha masuk ke mulutku. Aku pasrah, kubuka sedikit mulutku sehingga lidahnya akhirnya menggeluti lidahku. Aku pasrah, aku bahagia dan aku rela dicumbu oleh lelaki ini. Ciumannya membuat tubuhku mulai menghangat. Tangannya yang tadinya ada di bahuku sekarang mulai bergerak lembut ke dadaku dan kemudian Kak Dani mulai meremas dengan lembut dan aku menggelinjang karena geli. Ciumannya sekarang menjalar ke telingaku, leher, tengkukku sehingga aku terus menggelinjang …. " Kaaaakkkk …. Ooohhhh …." Hanya itu yang keluar dari mulutku karena aku merasa geli tidak ketulungan. Getaran tubuhku semakin meningkat dan kurasakan sesuatu getaran aneh, hanya getaran ini lebih dahsyat dari yang pertama, ternyata payudaraku diremas olehnya. Aku merasa melayang, sengatan kenikmatan yang baru ini kualami, dipilin-pilinnya putingku, tak sadar desahku semakin mengeras karena kenikmatan yang melandaku. Tangannya bermain lincah di kedua dadaku sehingga tubuhku lemas tetapi terkejang-kejang nikmat. Aku sudah tidak tau lagi ini tempat apa, cuaca bagaimana, otak dan seluruh ragaku sepenuhnya meresapi kenikmatan cumbuan lelaki ini.
Tiba-tiba Kak Dani menghentikan cumbuannya, dia kemudian menatapku lalu berkata "Er, kamu baru ngalami ini ?"
Aku tertunduk malu, tak sanggup ku tatap matanya yang lembut menatapku dan akhirnya malu malu kuanggukkan kepalaku.
"Maafkan Kakak sudah nakal yaa …" sambil dia kecup pipiku lalu merapihkan bajuku yang ternyata kancingnya sudah terlepas dari lubangnya. Setelah bajuku tertutup lagi, aku segera duduk bersandar di tiang dangau sementara Kak Dani segera membuat perapian kecil dengan menggunakan paraffin, mengeluarkan nesting dan menuangkan air untuk dipanaskan. Terampil sekali dia melakukannya dan sesekali dia menatapku sambil tersenyum …. duh, senyumnya, aku membatin.
Setelah air mendidih, Kak Dani membuatkan 2 cangkir teh lalu dia berikan segelas kepadaku. Dia lalu mematikan api dan mengembalikan alat-alat ke ranselnya lalu dia duduk di sebelahku, menghisap rokok dan menikmati air teh yang hangat.
"Er, kamu gak nyesel dengan apa yang terjadi tadi ?" tanyanya memecah keheningan. Aku kaget tetapi kemudian ku jawab "Tidak Kak, Er tidak apa-apa".
"Kakak gak tau kenapa jadi senakal itu yaa ?" katanya lagi sambil memandang jenaka padaku. "Aaaahh .. kakak …." kataku sambil memukul bahunya tapi hatiku sennaaaanng sekali.
Tanganku dipegangnya lalu dia genggang dan dia kecup dengan lembut. Aku tergetar, jantungku kembali berdebar ….. tapi kemudian Kak Dani bilang "Sebentar lagi hujan reda … yuk, kita siap-siap. Mau ganti baju dulu dengan yang kering ?" tanyanya. Aku menggeleng karena bajuku tidak terlalu basah karena bahannya agak sedikit tebal.
Setelah hujan benar-benar reda, kami lanjutkan perjalanan dan akhirnya pukul 18.30 kami tiba di Kota Kecamatan Sindangbarang.

Kami cari tempat untuk makan dan setelah kami temukan, makanlah kami di sana. Usai makan, sambil merokok, Kak Dani bertanya padaku apakah aku siap untuk jalan malam sampai jam 21 atau bagaimana ?
"Jujur ya Kak, Er pegel seharian duduk di motor … jadi kalau boleh, Er ingin malam ini istirahat di sini saja, besok kita lanjutkan. Kakak juga tentunya cape kan nyetir motor dari pagi ?" jawabku.
"Ya sudah, kita cari penginapan. Disini ada beberapa yg harganya tidak mahal", jawabnya.

Setelah membayar ke pemilik warung nasi, kami jalan lagi mencari penginapan dan akhirnya ketemu. Tidak mewah memang tetapi bersih dan asri sehingga aku setuju ketika Kak Dani .memilih penginapan ini.
Kami membayar sewa kamar untuk semalam dan setelah mengisi buku administrasi, kami diantar pegawai penginapam menuju kamar.
Di kamar itu ranjangnya ada 2, kamar mandi di dalam tapi tidak ada tv dan pegawai penginapan hanya mengantarkan sebuah teko plastik dan 2 gelas kosong. Tidak masalah, toh kami membawa perlengkapan untuk mandi dan masak ringan.

Kakak lalu mempersilahkan aku untuk mandi dengan pesan jangan lama-lama karena hari sudah malam dan akupun segera membawa pakaian ganti dan alat kebersihan lalu mandi.
Ketika keluar kamar mandi, aku melihat Kak Dani tengah tertidur di ranjang hanya memakai celana panjang bertelanjang dada. Aku sempat menatap wajahnya yang begitu tenang meski terlihat kelelahan. Perlahan ku bangunkan dia "Kak … kak …" sambil ku goyang-goyangkan lengannya. Dia terbangun, menatapku sebentar lalu dia meminta handuk dan tas kecil alat kebersihan lalu pergi ke kamar mandi. Tak lama kemudian kudengar guyuran air. Aku sendiri segera memasak air dengan menggunakan paraffin. Tiba-tiba terdengar suaranya memanggilku "Er … maaf, ambilkan kaos oblong sama sarung Kakak di ransel"
Aku segera membuka ranselnya, kuambil apa yang dia minta. Ku ketuk pintu kamar mandi dan ketika terbuka sedikit, tangannya menerima kaos dan sarung lalu pintu tertutup lagi.
Tak lama kemudian Kak Dani keluar dari kamar mandi lalu menggantungkan handuk basah di kapstok dan menyerahkan tas kebersihan padaku.
Saat dia tengah duduk di beranda, aku hampiri dia sambil menyerahkan minuman kopi instant kesukaannya.
"Makasih Er, duduklah …." dia mempersilahkan aku duduk di kursi kosong di sebelahnya.
Aku duduk kemudian kami ngobrol tentang rencana jalan besok dilanjutkan dengan obrolan ringan. Kadang aku tertawa, cemberut mendengar guyonannya.

Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 21 sehingga Kak Dani mengajakku masuk kamar.
Aku berbaring di ranjangku dan Kak Dani kulihat sedang menulis buku catatan.
"Er … kamu pegal ndak badannya ?" tanyanya sambil menutup buku catatannya.
"Iya Kak … " jawabku singkat.
"Mau sama Kakak dipijetin ?" dia bertanya lagi.
"Mau Kak tapi … Kakak juga cape kan ?" jawabku sambil balik bertanya.
"Ya gantian dong" jawabnya sambil berjalan ke arahku.
Mula-mula tangannya memijati bahuku yang pegal terbebani ransel seharian, lalu tengkukku. Pijatannya terasa nyaman lalu "Er, ada body lotion ? Kalau pake bodylotion lebih enak, jadi tidak kesat kulitnya" katanya. Aku bilang saja ada di tas dan kemudian dia mengambilnya.
"Er … kaosnya Kakak angkat yaa ?" tanyanya. Deg … aku kaget tapi benar juga, bagaimana lotion mau dibalurkan kalau aku masih pakai kaos ?
"Tapi Kakak janji gak kan nakal …" jawabku sambil melihat ke tembok karena aku malu melihat wajahnya.
"Ya, kakak tidak akan nakal …. asal ……" dia potong kata-katanya.
"Asal apa … hayo … ??" jawabku sambil membalikkan tubuhku sehingga setengah terlentang dan kupegang tangannya dengan kedua tanganku.
"Asal Er tidak menggoda Kakak dengan wajah cantikmu ….." jawab kakak sambil merebahkan tubuhku.
Aku tertawa ( senang dan bahagia ) dengan jawabannya lalu ketika Kak Dani menyuruhku untuk berbaring telungkup.
Kembali Kak Dani memijat bahuku tapi kemudian dia bertanya
"Er, bagaimana lotion ini bisa Kakak gunakan kalau kamu masih pakai baju ? Kakak buka yaa bajunya …." Sambil dia membuka bajuku dan aku yang masih merasakan keindahan tadi di dangau diam saja, bahkan ku angkat tanganku agar bajuku mudah terlepas.
Saat bajuku terlepas, aku segera tengkurap karena aku mrasa jengah berpakaian setengah terbuka di hadapan lelaki ini.
Saat aku tengkurap lagi, Kak Dani mulai membalurkan lotion di bahu dan punggunggku dan saat dia mulai memijat aku terpejam merasakan kenikmatan dan … terasa pengait bhku dilepaskan olehnya …
"Kakkk …. janji gak kan nakal …." ucapku tanpa melihat wajahnya.
"Iya … ndak, Kakak gak akan nakal" jawabnya.
Pijatannya merambat turun dari bahu ke punggungku dan aku merasakan enaknya pijatannya. Saat tangannya memijat punggungku,sesekali jemarinya menyentuh tepian buah dadaku dan aku merasa seperti tersengat tetapi aku diam saja karena memang enak. Agak lama tangan kakak menyenggol-nyenggol bagian ini kemudian baru bergerak ke bawah.
"Er, mau dipijat semuanya atau cukup sampai sini ?" tanyanya.
"Erni takut Kak …. " jawabku menggantung dan Kak Dani melihat keraguanku sehingga akhirnya pijatannya mulai menurun mengarah ke bongkahan pantatku. Otomatis celana piyama dan cdku turun terdorong dan aku tidak tahu harus bagaimana, antara malu, suka, takut, bercampur aduk dalam hatiku tetapi karena aku percaya lelaki ini baik, akhirnya aku diam saja. Kutahan erangan kenikmatanku saat tangannya memijiti/meremas pantatku lalu turun ke pahaku sambil terus menurunkan pakaian bagian bawahku hingga ketika pijatannya sampai ke betisku, aku tersentak kaget karena tubuhku sudah telanjang.
"Kakaaakkkk …. ?!!" aku segera mengambil bantal menutupi dada dan kemaluanku dan segera aku bergerak ke sudut ranjang. Aku panik, malu dan bingung karena meski bagaimana, aku belum pernah bertelanjang di depan lelaki manapun. Aku sampai ingin menangis karena malu yang luar biasa.
"Er, kenapa ? Kakak tidak mencelakakan kamu kan ?' dia bertanya sambil mendekatiku. Aku semakin merungkut ke sudut ranjang tapi karena aku sudah terpojok akhirnya Kak Dani dapat menyentuhku dan menarik tubuhku untuk masuk dalam pelukannya. Agak memaksa memang karena aku masih merasa takut tapi karena sentuhannya begitu lembut, akhirnya aku masuk juga dalam pelukannya.
Kak Dani lalu memelukku, melindungi tubuhku sambil membelai kepala dan rambutku.
"Er, jangan takut …. Kakak tidak akan berbuat yang tidak kamu suka. Kakak tau bahwa kamu anak yang baik dan kewajiban Kakak menjagamu agar tetap baik. Dah … jangan takut lagi yaa ?" tanyanya sambil mengecup rambutku.
Aku diam karena masih bingung lalu akhirnya Kak Dani membaringkan tubuhku. Aku masih memeluk bantal untuk menutupi ketelanjanganku. Kak Dani kemudian berbaring di sebelahku dan memeluk tubuhku hingga posisiku menjadi miring terhalangi oleh bantal.
Dengan lembut dia belai kepalaku dan dengan kondisi kamar yang hening membuatku berangsur merasa tenang serta nyaman.
Belaiannya sekarang bergerak ke belakang telingaku, jari-jarinya bermain di belakang telingaku sehingga aku merinding, terus dari telingaku jarinya bergerak ke tengkukku … aku menggelinjang dan mendesah kegelian. "Kkkaaakkkkk ….." akhirnya desahku keluar.
Jarinya masih terus bermain di situ sehingga aku mulai merasa ada yang aneh dalam tubuhku, aku merintih perlahan merasakan tarian jarinya. Mataku sesekali melihat wajahnya tetapi lebih banyak ku pejamkan mataku karena merasakan kenikmatan jemarinya.

Lalu kurasakan hembusan nafas di wajahku, aku melirik, ternyata wajah Kak Dani sudah begitu dekat dengan wajahku, matanya begitu tajam menatapku dan akhirnya ku pejamkan mataku saat bibirnya menyentuh bibirku. Tak terasa aku memejamkan mata dan menikmati kecupan dan kulumannya di bibirku. Kenikmatan yang tadi terjadi di dangau kembali terulang dan suasana disini lebih nyaman daripada di dangau. Kubuka sedikit mulutku hingga akhirnya lidahnya bergerak lembut menggeluti lidahku. Getaran-demi getaran kurasakan dan tubuhku terasa melayang, tidak mempunyai beban, terasa ringan sekali seolah terbang. Otakku seakan buntu, tidak dapat berpikir jernih, yang kutahu aku mengikuti saja karena pengalaman ini belum pernah aku rasakan seumur hidup, antara takut dan nikmat. Perlahan tapi pasti tangannya menyentuh payudaraku. Mulanya hanya rabaan lembut lalu akhirnya jadi remasan yang membut aku merasa melayang hebat, dimana kedua tangan Kak Dani meraih payudaraku dari bagian atas turun ke bawah, sesampai di putingku remasan berubah menjadi pilinan dengan jari, aku sempat membuka mata, tetapi hanya sesaat, getaran aneh berubah menjadi sengatan. Sengatan kenikmatan yang baru ini kualami, tak sadar ku keluarkan desahan pelan.

Perlahan sekali, sangat perlahan bantal yang menghalangi tubuhku dengan tubuhnya ditariknya perlahan dan aku sudah tidak peduli lagi karena aku sedang merasakan kenikmatan yang baru ku alami. Ciumannya lalu mulai bergerak perlahan ke leherku dan disana lidahnya menari dengan tarian yang mampu membuatku terkejang-kejang nikmat sehingga dari mulutku keluar sudah desah dan rintihan tiada henti dan kenikmatan itu semakin bertambah dengan remasan lembut tangannya di payudaraku. Aku sudah tidak bisa menolak lagi, kubiarkan saja semua berjalan apa adanya. Aku hanya mampu terpejam, merintih, menggelinjang dalam kenikmatan sehingga akhirnya akupun balas memeluk tubuhnya.
Sekarang ….. oooohhhhh …. Lidah mulai turun ke buah dadaku dan tangannya masih bermain lembut di dada yang satu. Aku terbeliak dan meremas rambutnya ketika lidahnya mencucupi putingku …. "Addduuuhhhh …. Kakkkaaaakkkkk ….. oooohhhhh …." racauku. Setelah menelentangkan tubuhku, giliran dadaku yang sebelah kiri diperlakukan yang sama ….. aaaaahhhhhhh …. aku sudah terbakar, terbakar oleh kenikmatan yang disodorkan oleh seniorku.

Lidahnya terus bergerak ke bawah, menuju pusarku dan kembali aku terkejang-kejang. Aku sudah kehilangan akal sehat, hanya bisa diam dan menikmati setiap jilatannya. Takut bercampur geli, nikmat yang tak terkira berkecamuk di dalam dadaku.
Namun kesadaranku sempat muncul ketika jilatannya sudah mendekati selangkanganku. Kurapatkan kedua pahaku karena takut tetapi ketika matanya menatapku, akhirnya aku diam saja. Ku jambak rambutnya dan lama kelamaan tanpa kusadari kedua pahaku membuka dan semakin lebar. Posisi ini memudahkannya untuk mencumbu kemaluanku yang berbulu meski tidak terlalu lebat. Mula-mula jilatannya hanya di bagian atas tetapi ketika tiba di belahan bawah, tubuhku sontak terbangun merasakan sesuatu yang sulit aku ungkapkan. Aku semakin mendesah dan tanganku menjambak rambutnya, menarik-narik kaosnya, meremas sprei dan apa saja yang bisa ku gapai. Aku terlonjak, menahan rasa yang tak bisa ku bendung dan akhirnya aku merasakan sesuatu yang tidak bisa kuungkapkan …….. "Kakkkkkaaaaakkkkkk ……… oooooouuuuuhhhhhh " aku mengejan untuk menahan itu tapi akhirnya aku merasakan sesuatu itu keluar dari dalam kemaluanku, kemaluanku basah… bahkan banjir…
Tubuhku langsung terhempas dan aku tak perduli pahaku terbuka mempertontonkan kemaluanku. Lemas, nikmat dan aahhh … aku tak bisa mengungkapkannya.


Kemudian Kak Dani membaringkan tubuhnya di sebelahku dan baru ku sadari ternyata dia sudah bertelanjang dada dan saat ku lirik sekilas ke bawah, dia hanya menggunakan celana dalam saja … entah kapan dia membukanya. Kulihat Kak Dani menatapku dengan lembut, tersenyum dan membelai rambutku.
"Sakit Er ….?" tanyanya sambil menatapku.
" Tidak Kak tapi ….. aaahhhh, Kakak ….. Er maluuuu ….." lalu ku peluk tubuhnya, kususupkan kepalaku ke lehernya. Kurapatkan dadaku ke dada bidangnya dan ku belit kakinya dengan sebelah kakiku. Pahaku merapat ke pahanya dan aku sempat menyentuh sesuatu yang tegang tapi aku tak begitu perhatikan.
"Er, yang barusan kamu rasakan itu adalah apa yang dicari oleh pasangan-pasangan yang memadu asmara" katanya saat aku rebahkan kepalaku di dadanya dan tangannya membelai punggung telanjangku.
"Er merasa aneh Kak …. koq begitu sih rasanya" kataku.
"Bukan sesuatu yang aneh. Itu terjadi karena kamu sudah terangsang oleh cumbuan Kakak sehingga akhirnya kamu sampai pada puncaknya yang disebut orgasme" jelasnya.
"Or ….apa Kak" tanyaku karena bahasa asing ini.
"Orgasme, Sayang" katanya sambil mengecup bibirku.
"Er takut Kak …." kataku
"Takut kenapa ?"
"Takut …. Eeeeuuuu …. Hamil" jawabku ragu.
Kak Adi terkekeh lalu dia kembali kecup bibirku lalu berkata " Er …. Er …. mana mungkin kamu hamil kalau tidak adanya kontak kelamin diantara kita tadi ? Kan Kakak hanya memainkan lidah Kakak di kemaluanmu lalu kamu … gituu deh" kembali dia terkekeh dan aku mencubit dadanya karena malu dan lega.
"Eh … aduh, sakit Er …" tubuhnya terlonjak karena cubitanku.
"Kakak dah ingkar janji …. Kakak ternyata nakal" kataku sambil menyandarkan daguku ke dadanya sehingga aku bias menatap wajahnya.
"Tapi kamu suka kan ?" jawabnya sambil mencium bibirku. Ku sambut ciumannya dengan rasa bahagia dan ku balas lumatannya tanpa rasa malu lagi.
Setelah ciuman terlepas, Kakak lalu menjelaskan tentang berbagai hal soal sex dan bersetubuh sehingga akhirnya aku mengerti. Kami ngobrol di ranjang sambil berbaring lalu akhirnya Kak Dani kembali menggeluti tubuhku dan yang kali ini ku balas gulatannya dengan penuh gelora.
Tapi aku sempat kaget juga ketika Kak Dani membimbing tanganku untuk memegang batang kemaluannya … aku sempat menggeleng tapi karena bujukannya akhirnya aku pegang juga batang kemaluannya.
Kak Dani ajari aku bagaimana memperlakukan batang kemaluan lelaki bila kondisinya sudah begini dan memang aku merasa aneh dan geli dengan bagian tubuh lelaki yang baru kulihat sedekat ini. Keras tapi tidak seperti kayu, lembek tapi tidak membengkok karena keras.
Mulanya tangaku digenggam, diajarkan cara menggerakan tanganku naik turun naik turun dan lama-ama aku jadi lancar juga melakukannya. Ku lihat ekspresinya begitu kenikmatan dan aku berusaha memainkan batang kemaluannya lebih cepat.
"Tenang Er, jangan keras-keras. Perlahan saja …." bisiknya sambil membelai punggung telanjangku.
Ada desiran lagi saat tangannya membelai-belai punggungku dan meremas bongkahan pantatku. Lalu Kak Dani kembali menciumku, meremas dadaku dan aku menyambut itu dengan penuh gairah Karena aku sudah merasakan kenikmatan yang tadi kuraih saat digelutinya.

Kali ini Kak Dani suka terkejang-kejang sambil sesekali menyebut namaku perlahan di sela-sela cumbuannya dan kemudian tubuhku kembali ditelentangkan. Sekarang dengan posisi seperti ini, Kak Dani mencumbuku lebih panas dari yang pertama dan aku membalasnya karena aku ingin merasakan kenikmatan yang tadi lagi.

Saat aku sudah sangat terbuai lalu Kak Dani membuka pahaku dan menahannya dengan kedua lututnya. Aku tersadar ……
"Kak …. Jangan …. Jangan Kak ……" aku mendorong tubuhnya dan sebelah tanganku menutup kemaluanku.
"Er … ndak apa-apa, Kak cuma ingin melakukan petting saja …. Gak apa-apa … Kakak tidak akan mencelakaimu ….. ayolah" jawabnya dengan nafas memburu dan menarik tanganku untuk tidak menutupi kemaluanku.
Dengan ragu aku akhirnya melepaskan tanganku dan kemudian Kak Dani menempelkan kepala kemaluannya di belahan lubang kemaluanku.

Kurasakan kepala kemaluannya bergerak menggesek bibir kemaluanku, menyentuh daging kecil di atasnya terus kembali lagi ke bawah dan berulang-ulang hingga akhirnya aku kembali kegelian.
Ku peluk tubuhnya, ku ciumi bibirnya sambil kumasukan lidahku sementara gerakan kemaluannya terus menerus menggesek belahan lubang kemaluanku sehingga aku juga merasakan sensasi yang sama seperti waktu lidahnya membelai-belai belahan kemaluanku. Sadar atau tidak, pinggulkupun kemudian bergerak perlahan mengimbangi gerakan kemaluannya dan akhirnya aku kembali mengejang … seperti ada yang meledak di selangkanganku, rasa nikmat tadi kembali terulang. Ku rengkuh tubuhnya sambil ku gigit bahunya dan tak lama kemudian Kak Danipun meregang. Dia kocok batang kemaluannya dan ….. kusaksikan ada cairan putih kental keluar dari lubang kencingnya, berjatuhan di perutku. Aku yang masih merasakan nikmat tidak bisa berbuat apa-apa ketika melihat tubuh Kak Dani meregang sambil mengocok batang kemaluannya dan kemudian menyemburlah cairan itu.
Setelah Kak Dani terbaring dengan nafas memburu, aku raba cairan itu … kental tapi tak sekental putih telur lalu kulihat batang kemaluannya mulai mengendur ketegangannya.
Kemudian, Kak Dani memelukku dan berkata "Makasih Er, maafkan Kakak mengotori tubuhmu".
"Gak apa Kak …. Er senang melihat Kakak seperti tadi" jawabku sambil mengecup bibirnya.
Kami sempat istirahat sejenak lalu kemudian kami berdua ke kamar mandi membersihkan tubuh telanjang kami.

Malam itu, kami melakukan sekali lagi ( baru ku tahu bahwa itu namanya petting ) dan kali kedua kami lakukan itu, aku sudah tidak ragu dan takut lagi karena aku percaya bahwa Kak Dani memang sayang padaku ….. 




       
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Kegilaan Di Sekolah
May 11th 2013, 12:22


Namaku risa atau biasanya dipanggil icha. aku memiliki wajah yg sedikit indo didukung dengan badanku yg kata teman2ku seksi. aku baru saja lulus smu. cerita ini adalah pengalaman sewaktu aku masih duduk di bangku sma kelas 1. Hari ini pelajaran yg diberikan belum terlalu banyak karena kami masih dalam tahap2 transisi dari murid smp menjadi murid smu. Tak terbayang olehku dapat masuk ke smu yg masih tergolong favorit di ibu kota ini. impianku sejak dulu adalh memakai sragam putih abu2 karena seragam ini memiliki model rok yg lebih membuatku kelihatan seksi.

diantara teman2 baruku ada seorang co yg amat menarik perhatianku, sebut saja namanya indra. membayangkan wajahnya saja bisa membuatku terangsang. aku sering melakukan masturbasi sambil membayangkan indra. walaupun sering bermasturbasi tp saat itu akku belum pernah bercinta atau ngentot, bahkan petting jg belum. entah setan apa yg masuk ke dalam otakku hari itu karena aku berencana untuk menyatakan cinta kpd indra. maka saat istirahat aku memanggil indra, "dra, gw gk tau gmn ngomongnya..." aku benar2 kalut saat itu ingin mundur tp udah telat. "dra gw sayang ma elo, lo mau kan jd cowo gw?" aku merasa amat malu saat itu, rasanya seperti ditelanjangi di kelas (paling tidak sampai SEKARANG aku masih memakai seragam lengkap. indra hanya tersenyum, "nanti aja ya gw jawabnya pas pulang".

selama jam pelajaran pikiranku tak menentu, "gimana kalo indra gak mau?" dalam hatiku "pasti gw jd bahan celaan!" berbagai pertanyaan terus mengalir di otakku. untungnya pelajaran belum begitu maksimal. bel pulang pun berdering, jantungku berdegup cepat. aku hanya duduk menunggu di bangkuku, aku tidak memiliki keberanian untuk menghampiri indra dan menanyakan jawabannya. saat kelas sudah berangsur sepi indra menghampiriku "bentar ya cha, gw dipanggil bentar" katanya. aku menunggu sendirian di kelas. "jangan2 indra ingin agar sekolah sepi dan mengajakku bercinta?" kepalaku penuh pertanyaan, hingga aku sama sekali tidak dapat berpikir sehat. dalam penantianku tiba2 ada orang datang. aku kecewa karena bukan indra yg datang melainkan malik dan ardy dari kelas I-3. mereka menghampiriku, malik didepanku dan ardy disampingku. perlu diketahui mereka bisa dikatakan sangat jauh dari tampan. dengan kulit yg hitam dan badan yg kurus kering, aku rasa akan menyulitkan mereka untuk mendapatkan pacar di sekolah ini. "lagi nugguin indra cha?" kata malik. "koq tau?" kataku "tadi indra cerita." apa2an nih indra pake cerita segala dalam hatiku. "lo suka ma indra ya cha?" tanya malik lagi. aku cuma diam saja. "koq diem?" kata ardy. "males aja jawabnya" kataku

perasaan bt mulai menjalar tp aku harus menahan karena pikirku ardy dan malik adalah teman indra. "koq lo bisa suka ma indra sih cha?" tanya ardy tp kali ini sambil merapatkan duduknya kepadaku dan menaruh tangannya di pahaku. "indra ganteng n gak kurang ajar kayak lo!" sambil menepis tangannya dari pahaku. "kurang ajar kaya gimana maksud lo?" tanya ardy lag i sambil menaruh tangannya lg di pahaku dan mulai mengelus2nya "ya kayak gini!" jawabku sambil menunjuk tangannya tp tidak menepisnya karena aku mulai terangsang dan berpikir mungkin mereka disuruh indra. "tapi enak kan?" kali ini malik ikut bicara. ardy mulai mengelus2 pangkal pahaku. aku pura2 berontak padahal dalam hati aku ingin dia melanjutkannya. "udah jangan sok berontak" kata malik sambil menunjukkan cengiran lebarnya. makin lama usapannya membuatku membuka lebar pahaku. "td bilang kita kurang ajar, eh skarang malah ngangkang." "nantangin yah?" kata malik. dia menggeser bangku di depan mejaku dan mulai masuk ke kolong mejaku. sekarang ardy berganti mengerjai payudaraku, tangan kirinya mengusap payudara kananku sedangkan mulutnya menciumi dan menghisap payudarakiriku sehingga seragamku basah tepat di daerah payudaranya saja. malik yg berada di kolong meja menjilat2 paha sampai pangakal pahaku dan sesekali lidahnya menyentuh memekku yg msh terbungkus cd tipisku yg berwarna putih. perbuatan mereka membuatku menggelinjang dan sesaat membuatku melupakan indra. ardy melepas kancing kemeja seragamku satu persatu dan kemudian melempar seragam itu entah kemana. merasa kurang puas ia pun melepas dan melempar braku. lidahnya menari2 di putingku membuatnya menjadi semakin membesar. "ough dy udah dong, gimana nanti kalo ketauan" kataku "tenang aja guru dah pada pulang" kata malik dari dalam rokku. sedangkan ardy terus mengerjai kedua payudaraku memilinnya, meremas, memghisap, bahkan sesekali menggigitnya. aku benar2 tak berdaya saat ini, tak berdaya karena nikmat. aku merasakan ada sesuatu yg basah mengenai vaginaku, aku rasa malik menjilatinya. aku tak dapat melihatnya karena tertutp oleh rokku.

perlakuan mereka sungguh membuatku melayang. aku merasa kemaluanku sudah amat basah dan malik menarik lepas cdku dan melemparnya juga. ia menyingkap rokku dan terus mnjilati kemaluanku. tak berapa lama aku merasa badanku menegang. aku sadar aku akan orgasme. aku merasa amat malu karena menikmati permainan ini. aku melenguuh panjang, setengah berteriak. aku mengalami orgasme di depan 2 orang buruk rupa yg baru aku kenal. "hahahaha.." mereka tertawa berbarengan. "ternyata lo suka juga yah?" kata ardy sambil tertawa. "jelas lah" sambung malik "smp dia kan dulu terkenak pecunnya" kata2 mereka membuat telingaku panas. kemudian mereka mengangkatku dan menelentangkanku di lantai. mreka membuka pakainnya "oh.." ini pertama kalinya aku melihat penis secara langsung. biasanya aku hanya melihat di film2 porno. malik membuka lebar pahaku dan menaruh kakiku di atas pundaknya. pelan2 ia memasukkan penisnya ke liang senggamaku. "ough, sakit lik" teriakku "tenang cha, entar juga lo keenakan" kata malik " ketagihan malah "sambung ardy"

perlahan2 ia mulai menggenjotku, rasanya perih tp nikmat. sementara ardy meraih tanganku dan menuntunnya ke penis miliknya. ia memintaku mengocoknya. malik memberi kode kepada ardy, aku tidak mengerti maksudnya. ardy mendekatkan penisnya kemulutku dan memintaku mengulumnya. aku mejilatinya sesaat dan kemudian me masukkannya ke mulutku. "isep ****** gw kuat2 cha" katanya. aku mulai menghisap dan mengocoknya dgn mulutku. tampaknya ini membuatnya ketagihan. ia memaju mundurkan pingangnya lebih cepat. disaaat bersamaan malik menghujamkan penisnya lebih dalam. "mmmffhh" aku ingin berteriak tp terhalang oleh penis ardy. rupanya arti dr kode mereka ini, agar aku tak berteriak. aku sadar ke virginanku diambil mereka, oleh orang yg baru beberapa hari aku kenal. "ternyata masih ada juga nak smp sb yg masih virgin" "memek ce virgin emang paling enak" kata malik. dia menggenjotku semakin liar, dan tanpa sadar goyangan pingulku dan hisapanku terhadap penis ardy jg semakin cepat. tak lama aku orgasme untuk yg kedua kalinya. akupun menjadi sangat lemas tp karena goyangan malik malik semakin liar aku pun juga tetap bergoyang dan meghisap dengan liarnya. tak lama malik menarik keluar penisnya dan melenguh panjang disusul deerasnya **an maninya ke perutku. ia merasa puas dan menyingkir.

sudah 45 menit aku menghisap penis ardy tp ia tak kunjung orgasme jg. ia mencabut penis dari mulutku, aku pikir ia akan orgasme tp aku salah. ia telentang dan memintaku naik diatasnya. aku disetubuhi dengan gaya woman on top. aku berpegangan pada dadanya agar tidak jatuh, sedangkan ardy leluasa meremas susuku. sekitar 10 menit dengan gaya ini tiba2 malik mendorongku dan akupun jatuh menindih ardy. malik menyingkap rokku yg selama bergaya woman on top telah jatuh dan menutupi bagian bawahku. ia mulai mengorek2 lubang anusku. aku ingin berontak tapi aku tidak ingin saat ini selesai begitu saja. jadi aku biarkan ia mengerjai liang duburku. tak lama aku yg sudah membelakanginya segera ditindah. penisnya masuk ke dalam anusku dengan ganas dan mulai mengaduk2 duburku. tubuhku betul2 tersa penuh. aku menikmati keadaan ini. sampai akhirnya ia mulai memasukkan penuh penisnya ke dalam anusku. aku merasakan perih dan nikmat yg tidak karuan. jadilah aku berteriak2 sekeras2nya. aku yg kesakitan tdk membuat mereka iba tetapi malah semakin bersemangat menggenjotku. sekitar 15 menit mereka membuatku menjadi daging roti lapis dan akhirnya aku orgasme lagi untuk yg kesekian kalinya. kali ini aku berteriak amat keras dan kemudian jatuh lemas menindih ardy. saat itu penjaga sekolah masuk tanpa aku sadar dan menonton aku yg sedang dikerjai 2 orang biadab ini.

goyangan mereka semakin buas menandakan mereka akan segera orgasme. aku yg sudah lemas hanya bisa pasrah saja menerima semua perlakuan ini. tak lama mereka berdua memelukku dan melenguh panjang mereka menyemprotkan maninya di dalam kedua liangku. aku dapat merasakan cairan itu mengalir keluar karena memekku tidak cukup menampungnya. mereka mencabut kedua penis mereka. aku yg lemas dan hampir pingsan langsung tersadar begitu mendengar ardy berkata "nih giliran pak maman ngerasain icha" aku melihat penjaga sekolah itu telah telanjang bulat dan penisnya yg lebih besar dari ardy dan malik dengan gagahnya mengangkangiku seakan menginginkan lubang untuk dimasuki. ia menuntun penisnya kemulutku untuk kuhisap. aku kewalahan karena ukurannya yg sangat besar. melihat aku kewalahan tampaknya ia berbaik hati mencabutnya. tetapi sekarang ia malah membuatku menungging. ia mengorek2 kemaluanku yang sudah basah sehingga makin lama akupun mengangkat pantatku. aku sungguh takut ia menyodomiku.

akhirnya aku bisa sedikit lega saat penisnya menyentuh bibir kemaluanku. dua jarinya membuka memekku sedangkan penisnya terus mencoba memasukinya. entah apa yg aku pikirkan, aku menuntun penisnya masuk ke memekku. ia pun mulai menggoyangnya perlahan. aku secara tak sadar mengikuti irama dari goyangannya. rokku yag tersinggkap dibuka kancingnya dan dinaikkannya sehingga ia melepas rok abu2ku melalui kepalaku. saat ini aku telah telanjang bulat. tangannya meremas payudaraku dan terus menggerayangi tubuhku. disaat2 kenikmatan aku tak sengaja menoleh dan melihat indra duduk di pojok. dewi teman sebangkuku megoralnya yg lebih mengagetkan ia memegang handycam dan itu menagarah ke diriku. aku kesal tp terlalu horny untuk berontak. akhirnya aku hanya menikmati persenggamaan ini sambil direkam oleh orang yg aku sukai.

pak maman semakin ganas meremas dadaku gerakannya pun semakin cepat. tapi entah kenapa dari tadi aku selalu lebih dulu orgasme dibandingkan mereka. aku berteriak panjang dan disusul pak maman yang menjambak rambutku kemudian mencabut penisnya dan menyuruhku meghisapnya. ia berteriak tak karuan. menjambakku, meremas2 dadaku sampai akhirnya ia menembakan maninya di mulutku. terdengar entah malik, ardy, atau indra yang berteriak telan semuanya. aku pun menelannya. mereka meninggalkanku yg telanjang di kelas sendirian. setelah mereka pergi aku menangis sambil mencari2 seragamku yg mereka lempar dan berserakan di ruang kelas. aku menemukan braku telah digunting tepat di bagian putingnya dan aku menemukan cdku di depan kelas telah dirobek2. sehingga aku pulang tanpa cd dan bra yg robek bagian putingnya. di dekat tasku ada sepucuk memo yg bertuliskan

"TERIMA KASIH TEMEN2 GW BOLEH PAKE BADAN LO, LO LEBIH COCOK JADI PECUN GW DARIPADA JADI CEWE GW" tertanda " INDRA



       
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Perjakaku lenyap di tangan tukang pijat
May 11th 2013, 12:21

Sebagai seorang konsultan aku sering pergi keluar kota dan menginap di hotel bisa sampai berbulan-bulan lamanya. Seringnya menginap sekamar bareng dengan anggota tim lainnya namun kadang juga menginap sendirian. Pekerjaanku yang bersifat projek jelas sering menuntut waktu ekstra dan kerja keras sehingga membuatku mengalami keletihan baik fisik dan mental. Kalau sudah begitu aku segera mencari tukang pijat untuk mengendorkan urat saraf yang telah amat tegangnya.

Giliranku kali ini mendapatkan projek di kota B yang berhawa sejuk dan merupakan kota idolaku. Dulu aku sempat lama berdiam di kota ini ketika kuliah di salah satu perguruan tinggi ternama di negeri ini. Sebagaimana projek-projek lain yang sering kukerjakan maka tidak ada perkecualian projek ini juga menuntut energi dan pikiran ekstra keras karena ketatnya jadwal. Salah satu hal yang menyebalkan di kota ini adalah masalah taxi yang buruk kondisinya dan lagi jarang mau menggunakan argo sehingga harus selalu melakukan negosiasi terlebih dahulu. Oleh sebab itu sering aku mencari hotel terdekat dengan lokasi projek sehingga dapat dicapai dengan jalan kaki hanya beberapa menit.

Minggu ini adalah puncak-puncaknya pekerjaan sehingga keletihan amat sangat terasa. Hal ini menyebabkan aku malas pulang week end ke kota J di mana aku tinggal. Kurencanakan Sabtu pagi besok saja untuk pulang menggunakan kereta api. Karena anggota tim lain selalu pulang ke J (semuanya berdomisili di J) di akhir minggu maka kini tinggal aku sendirian.

Setelah makan malam di restoran hotel aku masuk ke kamar sambil nonton acara-acara TV. Berhubung hotel ini bukan hotel mewah maka channel acara TV-nya pun terbatas, untuk mengirit ongkos operasional kali. Setelah satu jam aku mulai dihinggapi kejenuhan. Mau tidur masih amat susah karena malam begitu larut, baru jam 8an, dan badan yang amat letih ternyata malah membuat sulit untuk segera beristirahat tidur. Tiba-tiba aku teringat biasanya hotel ada info layanan pijat. Kucari-cari brosurnya tidak kutemukan. Tanpa kurang akal kutelpon operator untuk menanyakan apakah di hotel ini bisa dicarikan tukang pijat. Ah lega rasanya ketika dijawab bisa dan akan segera diantar.

Sambil menunggu kedatangan tukang pijat aku mulai mencoba kembali menikmati acara-acara di layar TV. Tapi ternyata pikiranku sudah mulai melantur membayangkan nikmatnya ketika badan yang pegal hebat ini akan mendapatkan terapi pijat yang pasti akan memanjakan urat dan saraf-saraf yang telah mulai menuntut untuk dirilekskan sejak beberapa hari ini. Ah beginilah nikmatnya masih bujangan (sebagai lelaki berusia 35 aku jelas termasuk telat menikah, hehe biarin masih enak sendiri kok), waktu masih bisa diatur sesuka hati. Coba kalau berkeluarga sebagaimana kawan-kawanku itu, pasti mereka harus buru-buru pulang sementara masih harus berjuang untuk mendapatkan tiket kereta karena penuhnya calon penumpang di akhir minggu.

Sejam kemudian ada suara ketukan pintu, ah sudah datang, batinku dengan girang. Ketika kubuka aku agak sedikit heran karena tukang pijatnya ibu-ibu berumur 45-an lebih kira-kira. Tinggi tubuh sekitar 155 cm, berkulit kuning bersih, wajah sudah menunjukkan usianya yang memang sudah matang. Dengan mengenakan jaket kain dan bercelana jean yang agak ketat. Dengan santunnya dia permisi untuk masuk. Kupersilakan dia masuk sementara pengantarnya yang adalah bell boy kemudian pergi meninggalkannya.

Setelah di dalam kamar kupersilakan duduk dulu di kursi pojok kamar. Aku ijin sebentar ke toilet untuk pipis karena aku memang termasuk orang yang nggak tahan dingin (sudah di kota yang dingin ber-AC pula) sehingga sering pipis. Daripada nanti pas ditengah-tengah aksi pemijatan aku kebelet mendingan kukeringkan dulu kantong pipisku. Kan nggak nyaman pas lagi merem-melek dipijat eh kebelet pipis, pasti akan merepotkan.

Setelah selesai dari toilet kulepas kaos dan celana pendekku sehingga tinggal CD saja. Lalu kulihat ibu itu membuka jaketnya sehingga hanya memakai kaos ketat hitam saja. Wah ternyata si ibu ini masih bagus juga badannya, kelihatan perut masih kencang. Tanpa banyak buang waktu langsung aku tengkurap di atas ranjang. Ibu tukang pijat mendekat dan mengatakan maaf serta mohon ijin untuk mulai pemijatan. Pertama yang dipijat adalah telapak kaki. Ah nyamannya. Telapak kakiku yang telah kaku-kaku ditekan-tekan dan kemudian diurut.

Aku tak mau banyak bicara agar Si Ibu lebih fokus pada pekerjaannya dan aku konsentrasi agar kenikmatan yang kuraih dari pijatan-pijatan maksimal. Setelah selesai dari telapak kaki mulailah naik menuju ke betisku yang tak kalah kakunya. Rupanya betis kaku kalau dipijat menimbulkan rasa nyeri sehingga aku sedikit meringis. Rupanya Si Ibu tahu kesakitanku lalu sedikit dikurangi tekanannya. Selesai ditekan-tekan kemudian diurut-urut. Untuk urut dipakailah cream agar licin.

Begitu sampai menuju paha tiba-tiba kudengar suaranya..

"Den, maaf CD-nya dilepas saja biar nggak kotor kena minyak. Maaf ya."

Karena logis alasannya ya kulepas saja meskipun membuatku kikuk (aku sering dipijat tetapi biasanya pria tuna netra). Aku lepas CD-ku dengan hanya mengangkat pantat terus kuperosotkan keluar dari kaki. Menurutku Si Ibu nggak dapat melihat "adikku". Lalu aku mapan lagi agar pijatan dapat diteruskan. Mulanya paha luar yang mendapatkan giliran. Setelah kedua sisi paha luar selesai baru dilanjutkan dengan paha dalam. Dengan mengurut dari arah bawah menuju atas, stop press!! Bisakah anda bayangkan?

Jari-jarinya, kayaknya ibu jarinya (aku nggak bisa lihat sih) secara halus menyenggol kantong-kantong kejantananku. Serr. Kudiamkan. Kemudian pantatku mulai dijamahnya dengan cara melingkar dari bawah ke atas luar terus turun masuk ke dalam dan berakhir di.. Ujung selangkangan persisnya tengah-tengah antara kedua kantong kejantananku. Serr. Serr. Uenak sekali. Aku heran agak lama juga dia ini bermain di wilayah sensitif ini. Tapi biarlah, enak ini. Hehe. Eh ketika sedang enak-enaknya menikmati jari-jari lihainya yang baru pertama kali kunikmati sensasi kenikmatan tiada tara ini berlangsung tiba mulai naik ke arah pinggang. Agak kecewa juga, tapi kutahan biarlah dia menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan prosedur standar pemijatan yang dia praktekkan.

Begitu selesai dengan leher belakang sebagai bagian teratas yang dirambahnya, tiba-tiba dengan 'cool'-nya memerintahkan untuk telentang. Wah kacau ini. Bisa ketahuan nih kalau adikku ternyata telah terjaga. Tapi ya sudahlah biarkan segalanya berlalu dengan alamiah. Yang sudah telanjur tegak biarlah begitu. Hehe.

Mulai lagi Si Ibu dari bawah yaitu bagian depan telapak kaki. Mulai saat ini sudah tidak mampu lagi kunikmati pijatan dari detik ke detik dan setiap inchi anggota tubuhku. Aku hanya memikirkan apa yang akan dia lakukan ketika sudah merembet ke arah paha. Gara-gara pikiranku sudah terpandu oleh kerja hormon testosteronku maka jelas sudah, adikku semakin percaya diri untuk mengeras sebelum sentuhan terjadi.

Akhirnya tiba juga saat-saat yang kunantikan. Rupanya teknik yang dia lakukan di bagian pantatku tadi dipraktekkan juga di bagian depan. Aduh Mami, enaknya minta ampun, eh nambah. Sempat kutatap wajahnya, kulihat sekilas-sekilas dia melirik adikku. Hmm rupanya dia ingin tahu efek pijatannya apakah membuahkan hasil atau tidak. Dan tidak salah dia. Sukses besar. Bahkan si adik telah sedikit menitikkan cairan.

Ketika itu dia mencuri pandang ke aku. Aku menangkapnya. Mulai kuamati wajahnya untuk melihat lebih jelas seperti apa sebenarnya tampang Ibu ini. Biasa aja. Tidak menarik. Bahkan sudah ada beberapa kerutan. Sedikit. Tidak terlalu muluslah wajahnya. Tapi tidak berpengaruhlah itu karena nyatanya adikku tetap saja berdiri kayak tonggak, sedikit miring karena gravitasi.

Lagi asyik-asyiknya melayang-layang imajiku akibat aksi pijatan-pijatan yang berbentuk lingkaran-lingkaran itu tiba-tiba rambahannya sudah menuju perut. Ah. Sedikit down. Sedikit kecewa. Tunggu dulu, rupanya ketika di perut masih ada harapan untuk mendapatkan sentuhan-sentuhan dahsyat itu. Ketika gerak maju-mundur di perut dengan formasi melingkar luar-dalam juga, ternyata setiap mundur gerakannya dibablaskan sehingga si adik tetap bisa menikmati sentuhan-sentuhan. Bedanya sekarang yang mendapatkan anugerah adalah bagian kepala adik. Sip. Sip bener ini. Kok ya ada tukang pijat sehebat ini. Apakah karena sudah ibu-ibu maka pengalamannya memijat bertahun-tahun yang membuatnya menjadi piawai begini? Mustinya iya.

Lalu, akhirnya pijatan di akhir bagian dada. Begitu selesai..

"Mau diapain lagi Den?"
"Maksud Ibu?" Tukasku.

Tersenyum simpul dia dan.. Tahu-tahu tangannya pura-pura pijat-pijat lagi di selangkangan tetapi dengan titik kontak gesekan ke 'adik' semakin besar dan lama.

"Oh tahu aku maksudnya", pikirku.

Tanpa kujawab mulai kuelus punggungnya (dia duduk di pinggir ranjang dengan membelakangi). Dia diam dan mulai berani hanya mengelus khusus adikku saja, tidak lagi pura-pura menyentuh bagian lain. Kusingkap pelan kaosnya. Astaga, rupanya kondisi dalamnya terawat mulus. Tak kusangka padahal sudah seumur itu. Menggelegaklah kelelakianku. Tanpa terkontrol lagi aku yang tadinya telentang bangkit duduk sehingga punggungnya berhadapan dengan tubuh depanku dan tanganku yang kiri menyingkap kaosnya lebih ke atas lagi sementara yang kanan ke depan menjamah sang.. Tetek.

Dia sengaja mencondongkan dirinya ke arahku agar lebih mepet. Kulepas kaosnya dan dibantu dia sehingga sekarang setengah telanjang dia. Eits! Bulu keteknya nggak dicukur. Gairahku malah semakin meledak, kubalikkan badannya agar menghadapku. Dia menunduk mungkin malu atau minder karena umur atau ketidak cantikannya, entahlah, yang pasti dia telah dengan ahlinya melepaskan 'nafsuku' dari kandangnya. Kurebahkan dia dengan masih tetap pakai BH karena aku lebih suka menjamah teteknya dengan cara menyelinapkan tangan.

Kuserbu keteknya yang berbulu agak lebat itu (kering tanpa 'burket', kalaupun 'burket' toh nafsuku belum tentu turun) sambil terus meremas tetek. Kutindih dia. Celana jeans masih belum dilepas. Kususupkan tangan kananku ke dalamnya. Menyentuh veginya. Basah. Kupindahkan serangan ciumanku ke lehernya. Mendesah. Lalu mengerang-mengerang lembut dia. Kehabisan nafas aku, ketika kutarik kepalaku naik untuk mengambil udara ditarik lagi kepalaku. Ah rupanya 'G-Spot'nya ada di leher belakang telinga sebelah kanan. Kuhajar lama dengan dengusan napas hidungku di wilayah itu. Semakin liar polahnya. Tangan kananku semakin dibasahi dengan banyak cairan. Kulepas tanganku dan kusuruh dia bangkit.

"Lepaskan BH dan celana ya".

Tanpa tunggu lama wajahnya yang sudah merah merona itu mengangguk dan cepat-cepat semua yang kuingin lepas dilepasnya. Kupandangi sebentar teteknya, masih lumayan bulat. Kupandangi veginya, wow alangkah lebatnya. Kurebahkan lagi dengan segera. Kutindih lagi dia. Mengerang hebat. Nafasku memburu berat. Kukangkangkan pahanya. Dan bless.. Rudalku telah menghunjam 'vegi'nya yang telah banjir itu. Kusodok-sodok sekuat tenaga. Semakin keras erangannya. Kuseret pahanya ke pinggir ranjang, dengan berdiri kuangkat kakinya menumpang di pundakku, kuarahkan kembali rudalku menuju veginya yang lenyap ditelan jembut. Kusibakkan terlebih dulu, lalu bless.. Bless.

"Argh.. Arghh.. Yang cepeth Denn Arghh.. Kencangin laggih Denn.. Auhh.. Ahh.."

Menjelang 10 menit mulai terasa hangat adikku.

"Akkhu.. Sudahh mauu.. Kelluaar.. Bikk.. Ahh.. Ahh".
"Akkh.. Bibikh.. Jugah.. Denn. Ahh.. Argh".

Dan tanpa dapat dibendung lagi jebollah lahar panas dari rudalku menyemburi lembahnya yang rimbun itu. Pada saat yang bersamaan. Sensasi kimiawi dari surga telah mengurasku menuju keletihan. Entah kenapa badanku yang sebelumnya sudah letih banget ternyata masih mampu mengeluarkan tenaga sebesar ini. Ibu ini memang lihai. Luar biasa kuakui.

Setelah berbaring-baring sekitar 15 menit Si Ibu minta ijin ke toilet untuk bersih-bersih diri. Kusiapkan amplop untuk memberinya kompensasi atas jasa kenikmatan luar biasa yang baru sekali ini kurasakan seumur hidupku. Tanpa dibukanya amplop itu sambil mengucapkan terima kasih dengan sopan, dia keluar kamar setelah mengenakan jaketnya kembali.

Sejak mengenal kenikmatan 'pijat hotel' itu, aku mulai sering mencoba-coba. Di kota B banyak sekali panti-panti yang berkedok pijat namun sesungguhnya yang ditawarkan adalah lebih dari sekadar pijat. Awalnya kucoba yang muda-muda dan cantik, akhirnya aku kembali mencari yang telah senior karena yang masih muda kuanggap belum banyak pengalaman dan tidak banyak kenikmatan yang kuraih. Di samping itu lebih aman secara kesehatan dengan yang tua karena jarang dipakai, sementara yang muda dan cantik laris diantri banyak pria dari berbagai lapisan dan dengan kondisi kesehatan yang sulit terkontrol pula.

*****

Demikianlah kisah keperjakaanku yang hilang di tangan sang Ibu Pemijat. Aku tidak menyesal. Bahkan malah sulit melupakannya. Yang kusesali adalah mengapa kenikmatan yang sedemikian dahsyatnya baru kuketahui setelah setua ini.



       Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Tita dan dua anak Jalanan
May 11th 2013, 02:55

Namaku Tita, kali ini aku kembali menceritakan kisah sex-ku. Kejadian ini terjadi sekitar 2 tahun lalu, usiaku saat itu 27 tahun. Aku mulai mengenal dunia sex lewat pacarku waktu SMA. Tapi aku tidak pernah melakukan hal-hal yang terlalu jauh dengan pacarku waktu itu.

Aku kehilangan keperawanan pada usia 26 tahun di tangan adik kandungku sendiri (baca : pengalaman dengan adik laki-lakiku). Kejadian itu menjadikan aku gadis yang mudah terangsang, walaupun aku tidak pernah melakukan sex dengan sembarang orang, kecuali adikku itu. Di saat aku tidak dapat menahan birahi sedangkan adikku tidak ada di rumah, aku pasti melakukan masturbasi dengan tangan, tapi tidak pernah dengan vibrator atau benda-benda lainnya. Karenanya vaginaku masih memiliki bentuk seperti perawan.

Bagi yang belum mengenal aku secara fisik, aku memiliki tinggi badan 160 cm ditunjang berat badan sekitar 48 kg, kulitku berwarna kuning langsat. Rambut lurus milikku yang berwarna hitam dengan panjang sebahu menghiasi wajahku yang manis, awet muda dan tentunya seperti anak baik-baik. Ukuran payudaraku juga tidak besar, bahkan termasuk kecil namun kencang.

Kejadian yang aku alami adalah sebuah kejadian yang tidak disengaja, tetapi membawa kenikmatan yang luar biasa. Saat itu hari Jumat, aku baru pulang dari kantor sekitar jam setengah 6 sore. Aku pulang sendirian dengan menaiki mobil omprengan menuju rumahku di daerah Cibubur. Udara yang dingin dan awan yang mendung saat itu, membuat aku kuatir akan turun hujan deras.

Karena jalur terakhir yang dilewati omprengan tersebut masih cukup jauh dari rumahku, aku turun di jalan dan mengambil jalan pintas untuk sampai ke jalan raya, kemudian naik angkot dari situ. Tapi sebelum sampai jalan raya, tiba-tiba hal aku kuatirkan terjadi, hujan turun sangat deras.

"Aduh! Mana aku tidak bawa payung lagi..." keluhku.

Karena bukan daerah pertokoan, maka aku tidak menemukan adanya tempat yang bisa digunakan untuk berteduh. Aku sempat bingung, karena aku hanya menggunakan tas kerjaku yang bisa untuk menutup bagian kepalaku saja. Akhirnya di saat aku mencari-cari tempat berlindung dari hujan, aku melihat bangunan rumah yang sudah cukup tua, tapi bisa aku gunakan untuk berteduh, Aku berlari kecil ke rumah itu, sesampainya disitu aku berteduh di depan terasnya.

Hari itu aku memakai pakaian kemeja putih dan rok yang pendeknya sedikit di atas lutut berwarna hitam. Kemeja putihku yang tidak sempat terlindung dari guyuran hujan menjadi basah, braku terlihat sedikit tembus. Untung saja braku berwarna putih, jadi tidak terlalu kontras dengan kemejaku. Namun tetap saja aku terlihat cukup sexy dengan pakaianku ini. Aku baru memperhatikan kalau tidak ada orang di daerah itu. Padahal daerah perumahan ini biasanya cukup ramai oleh orang yang lalu lalang.

"Mungkin karena hujan deras orang jadi malas keluar..." pikirku.

Sambil menunggu hujan reda, aku mengisi waktu dengan browsing internet lewat HP-ku. Sedang enak-enaknya melihat status teman-temanku di Facebook, tiba-tiba dari dalam rumah yang aku gunakan untuk berteduh, muncul seorang anak yang aku taksir umurnya masih sekitar 13-14 tahun. Penampilannya lusuh dan tidak terurus, seperti anak jalanan.

Anak itu tersenyum ramah kemudian menyapaku "Kehujanan ya Mbak...?"

"Iya nih Dik, mana makin deras saja hujannya..." jawabku sambil membalas senyumannya.

"Masuk aja ke dalam rumah Mbak..." dengan sopan anak itu mempersilahkan aku masuk.

Aku sempat segan untuk mengikuti ajakannya, tapi setelah aku pikir-pikir udara diluar sangat dingin dan hujannya juga semakin bertambah besar. Lagipula, aku juga tidak sempat berpikir yang aneh-aneh tentang anak ini. Akhirnya aku masuk juga mengikuti anak itu. Sesampainya di dalam, rumah itu ternyata kotor sekali dan sudah tidak terawat, tidak jauh berbeda dari penampakan luarnya. Di dalamnya juga tidak ada perabotan sama sekali, sekilas yang aku lihat hanya ada tumpukan baju-baju kotor, botol-botol bekas dan gitar kecil yang bergeletakan begitu saja di bawah.

Ternyata anak itu tidak sendirian, aku melihat ada satu anak lagi yang sedang tidur-tiduran beralaskan lembaran-lembaran kardus bekas. Melihat kedatanganku anak tadi langsung terbangun. Anak itu juga aku taksir usianya tidak jauh berbeda dengan yang pertama tadi. Aku memperkenalkan diri ke mereka, kemudian aku tanya nama kedua anak tersebut. Anak yang mengajakku masuk mengaku bernama Udin dan yang sedang tidur-tiduran tadi bernama Dodo.

Kemudian Udin mempersilahkanku duduk lesehan beralaskan lembaran-lembaran kardus yang tadi digunakan Dodo untuk tidur-tiduran. Karena aku melihat kelakuan mereka berdua sopan dan ramah, aku mulai merasa nyaman untuk ikut bergabung dengan mereka. Aku membuka sepatu kerjaku, menaruh tasku dan ikut duduk bersama kedua anak itu di atas kardus. Aku mengajak mereka berdua mengobrol, dari obrolan itu akhirnya aku tau, kalau rumah ini sudah lama kosong ditinggal penghuninya. Dan seperti dugaanku sebelumnya, keduanya adalah anak-anak jalanan. Sebelumnya, mereka tinggal berpindah-pindah, mulai dari emperan toko sampai kolong jembatan. Sehingga ketika menemukan ada rumah kosong, mereka memanfaatkannya untuk tempat tinggal.

"Pantas saja mereka bisa tinggal di dalam rumah ini seenaknya" kataku dalam hati.

Mereka juga tidak tinggal bersama dengan keluarganya, karena mereka tidak pernah tau siapa keluarga mereka. Mereka berdua masih berusia 14 tahun. Walaupun seharusnya mereka sudah duduk di bangku SMP, namun keduanya mengaku tidak pernah merasakan bangku sekolah sejak kecil. Karena menurut mereka, untuk mencari uang makan saja sudah sangat sulit. Mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan cara mengamen di jalanan dan angkutan umum, walaupun terkadang mereka juga tidak jarang untuk mengemis. Mereka juga bertanya kepadaku mulai dari dimana aku tinggal, tempat aku bekerja, sampai apakah sudah punya pacar atau belum.

Setelah aku perhatikan, Udin yang berambut keriting, memiliki muka bopengan khas anak jalanan, badannya yang kurus dipadu dengan kulitnya yang hitam legam karena terjemur sinar matahari, tinggi badannya lebih pendek dari aku, mungkin sekitar 150 cm. Sedangkan si Dodo, tidak jauh berbeda dari temannya, tingginya sekitar 145 cm, kepalanya botak seperti tuyul, kulit hitam, wajahnya lebih buruk dari Udin dan ditambah lagi giginya yang tonggos.

Selagi asyik mengobrol dengan mereka, aku sesekali menangkap mata Udin dan Dodo berusaha mencuri-curi melihat ke arah pahaku maupun dadaku. Mungkin karena kemejaku yang tembus dan rokku yang sedikit terangkat karena duduk lesehan. Tapi aku berpikir anak umur segitu memang sedang penasaran dengan lawan jenisnya. Apalagi anak jaman sekarang yang lebih cepat dewasa. Aku kemudian jadi teringat pengalamanku sex dengan adikku, makanya aku juga jadi agak horny dan berpikiran aneh-aneh.

Aku tiba-tiba nyeletuk "Hayo, kalian lagi pada lihat-lihat apa? Masih pada kecil udah lihat-lihat kayak gitu..."

Mereka tersipu dan tertunduk malu. Mereka diam, tidak berani menjawab pertanyaanku.

"Emang kalian udah pada ngerti? Kok udah berani lihat-lihat ke tubuh Mbak sih?" lanjutku.

"Udah ngerti dong Mbak! Soalnya Mbak Tita tuh orangnya manis, ditambah lagi bajunya tembus... ****** saya jadi ngaceng neh..." jawab Udin dengan kata-katanya yang kasar tapi polos.

Aku juga bisa maklum karena dia anak jalanan, jadi pasti omongannya memang kasar seperti itu. Tapi gila juga, ini anak masih kecil, tapi udah berani-beraninya ngomong kayak gitu ke wanita yang lebih dewasa. Tapi justru hal itu yang semakin menambah keisenganku.

Terus aku meledek lagi ke mereka "Mbak gak percaya kalo itu-nya kalian udah bisa berdiri. Kan kalian berdua masih kecil...?"

Mungkin karena merasa tertantang dan tidak terima dibilang seperti itu, tiba-tiba Udin berdiri di depanku lalu berkata "Kita taruhan aja ya Mbak. Kalo ternyata omongan Mbak yang benar, alias punya kami belum bisa berdiri, kami janji gak akan lihat-lihat tubuh Mbak lagi. Tapi kalo ternyata ****** kami bisa berdiri, Mbak mau ngasih apa...?"

Gila juga anak ini membuat aku jadi benar-benar bingung mau jawab apa.

Akhirnya aku bilang "Gak tau ah. Mbak Tita bingung nih...! Terserah kalian aja deh mau minta apa kalau kalian menang taruhan..."

Lalu Udin berbisik-bisik kepada Dodo. Sepertinya mereka sedang membicarakan sesuatu yang tidak baik, karena aku melihat Udin dan Dodo berdiskusi sambil tertawa tertahan.

Setelah selesai berdiskusi, akhirnya Udin berkata "Mbak Tita mau tau ****** kami bisa ngaceng apa nggak kan? Berarti Mbak harus lihat ****** kami berdua. Nah, kalo kami yang menang gimana kalo sebagai taruhannya kami juga gantian melihat memeknya Mbak?"

"Dasar bocah cabul…!!!" umpatku dalam hati.

Terus terang aku kaget dengan permintaan mereka, aku tidak menyangka kalau Udin akan bicara seperti itu. Tapi karena sudah telanjur bilang terserah sama mereka, makanya aku dengan nada malas-malasan bilang iya saja. Kemudian Udin yang masih berdiri didepanku mulai memelorotkan celana pendek dan juga celana dalamnya. Dan hal yang tadinya aku ragukan ternyata benar-benar terjadi.

Penis Udin ternyata sudah mengacung tegak! Berarti aku hanya tinggal berharap kalau penis Dodo tidak akan berdiri. Melihat Udin sudah membuka celananya, Dodo pun pelan-pelan juga mulai membuka celana pendeknya yang dekil, beserta celana dalamnya. Aku benar-benar merasa deg-degan, apalagi saat aku melihat penis Dodo justru lebih tegak dan lebih menantang dibanding punya Udin. Walaupun panjang kedua penis mereka hanya sekitar 11-12 cm, mungkin memang sesuai dengan anak seusianya, tapi tetap saja aku kalah taruhan. Sekarang tubuh mereka berdua hanya ditutupi oleh baju yang sudah lusuh dan kotor. Aku sangat berharap mereka tidak jadi menagih 'janji' taruhanku. Tapi ternyata kenyataan berkata lain.

"Sekarang giliran kami yang lihat memeknya Mbak Tita. Karena Mbak kalah taruhan, dan harus nepatin janji ke kami..." sambil tersenyum nakal Udin mengatakannya kepadaku.

Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi selain bilang "Ya udah deh Mbak mengaku kalah. Sekarang kalian boleh lihat punya Mbak deh. Tapi kalian buka rok Mbak sendiri ya...?"

"Mbak Tita tiduran aja, biar kami lebih enak ngeliat memek Mbak..." Dodo pun ikut ambil suara.

Mungkin karena aku juga sudah terangsang, makanya aku menurut saja. Aku berbaring di lembaran-lembaran kardus yang sudah lusuh itu. Udin mulai memegang ujung rokku dan pelan-pelan menyingkapnya ke atas sampai batas pinggang. Aku benar-benar merasa malu sekaligus terangsang karena kejadian ini. Aku memilih memejamkan kedua mataku saja, tidak lama kemudian aku merasakan ada tangan yang menarik celana dalamku ke bawah sampai batas mata kakiku.

Di tengah-tengah aku sedang memejamkan mata, aku mendengar salah satu dari mereka berbisik ke yang lain "Memek Mbak Tita bentuknya bagus...! Masih rapet, botak lagi... Beda banget sama memek cewek yang sering kita liat di majalah bekas ya!?"

"Sialan! Masa vaginaku dibandingkan dengan milik cewek di majalah murahan sih..!" aku menggumam kesal.

Aku yang penasaran dengan yang mereka lakukan, memberanikan diri untuk membuka mata. Sungguh kejadian yang sangat membuatku deg-degan. Aku melihat kedua anak itu sedang melihat memekku dari jarak yang sangat dekat. Aku sangat malu, bagaimana tidak, vaginaku yang licin tanpa bulu sedang dilihat oleh dua orang anak, dimana mereka masih di bawah umur. Namun mungkin hal itu yang membuatnya menjadi sensasi tersendiri. Aku kembali memejamkan mataku, tapi tidak berapa lama aku terpejam, aku merasakan ada tangan yang menyentuh bibir vaginaku, aku kaget dan terlonjak.

Aku membuka mataku dan berteriak "Eh! Apa-apaan kamu Do!! Kan Mbak bilang perjanjiannya kalian cuma ngeliat aja! Gak lebih kan...?" kataku dengan nada tinggi karena marah.

"Tolong dong Mbak Tita, kami pengen banget ngerasain megang-megang memek. Dikit aja kok! Kami kali ini janji deh cuma megang aja. Boleh ya Mbak...?" kata Dodo dengan nada memohon.

"Ngeliatin memek Mbak Tita bikin kami tambah konak sih..." timpal Udin.

Entah kenapa saat itu aku hanya bisa berkata "Ya udah. Tapi beneran ya cuma megang doang? Sebentar aja dan jangan minta macam-macam lagi..."

Mendengar jawabanku, wajah mereka langsung terlihat senang. Tanpa berkata apa-apa lagi, mereka langsung berebut untuk menyentuh vaginaku, jari-jari mereka yang kasar dan kotor mengelus-ngelus bibir vaginaku. Aku mulai merasa terangsang, kakiku yang awalnya hanya lurus saja, pelan-pelan semakin aku lebarkan. Sekarang kakiku sudah dalam posisi mengangkang, sehingga tangan-tangan mereka berdua dapat lebih leluasa. Sungguh pemandangan yang mengusik birahi, seorang wanita kantoran berparas manis dan imut, berkulit bersih, sedang dikerjai oleh dua orang anak jalanan yang berpenampilan kumal.

"Gitu dong Mbak, mulai nikmatin yah?… Asyik kan...!" ejek Udin.

"Dijamin deh kami berdua pasti muasin Mbak Tita..." Dodo ikut menambahkan sambil terus mengelus-elus vaginaku.

"Sial! Sekarang aku benar-benar terangsang!" aku mengumpat diriku dalam hati yang mulai menerima rangsangan-rangsangan yang di berikan kedua anak ini.

"Memek Mbak Tita masih rapet banget...!! Dodo pasti betah banget maenan memek Mbak seharian..." puji Dodo yang tidak aku tanggapi.

Entah jari siapa yang mulai menempel mengikuti jalur belahan vaginaku dan tak lagi hanya sekedar menyentuh-nyentuh ataupun menggesek-gesek bibir vaginaku. Jari-jari mereka itu sesekali didesak-desakan masuk, sekaligus berulang kali mencari klitorisku dan memainkan jarinya disana. Cukup lama dirangsang oleh kedua anak jalanan itu, vaginaku mulai terasa basah. Secara tidak sadar, aku mulai mengeluarkan lenguhan-lenguhan nikmat. Aku benar-benar sudah tidak ingin menghentikan perbuatan mereka, dan mereka sepertinya tau kalau aku sudah terangsang berat sehingga mereka semakin berbuat berani.

"Ouuhh.. Aaah.. Aaaahh..." aku merintih saat jari-jari mereka bermain semakin liar di dalam vaginaku.

"Mbak Tita tadi gak mau, tapi begitu udah dipegang-pegang memeknya malah keenakan..." ujar Udin bernada meledek.

Dodo sepertinya tidak mau lagi berebut dengan Udin untuk menjamah vaginaku. Sekarang Dodo mulai memindahkan tangannya untuk menelusup kebalik kemejaku yang masih dalam keadaan tertutup. Aku memekik pelan saat tangan Dodo menemukan gundukan kembar di dadaku. Rangsangan di tubuhku semakin menjadi-jadi.

"Ahhh... kalian nakaaal bangett siiihhhh..." aku mendesah semakin kencang.

Tangan Dodo kemudian mulai membuka satu-persatu kancing kemejaku. Dan setelah semuanya terbuka dia menariknya ke atas. Tanpa aku sadari, akupun membantu dengan sedikit mengangkat punggungku dan meluruskan tanganku keatas sampai kemejaku lepas. Kemudian Dodo melanjutkan dengan melepas Bra-ku sebelum melemparnya entah kemana.

"Wuih, teteknya Mbak mantep banget! Biar kecil tapi kenceng...!" sahut Dodo sambil meremas payudaraku dengan gemas.

Kini aku hanya tinggal memakai rok, yang sudah tersingkap dipinggangku. Sementara Udin masih sibuk memainkan jari-jarinya di vaginaku. Kadang ia memainkan klitorisku, vaginaku pun makin basah karenanya. Di saat bersamaan, Dodo mulai memilin-milin putingku, dirangsang seperti itu aku benar-benar sudah terangsang hebat.

"Enak gak Mbak teteknya diisep kayak gini...? Mmmhhh.... Mmmmhh..." tanya Dodo sambil terus menyusu di dadaku.

"Aaah… i.. iya-a... e-e-enaaakk.. bangeeeettt.." kataku tersengal-sengal.

Vagina dan payudaraku sekarang sedang dipermainkan secara bersamaan oleh anak-anak kecil, tapi aku tidak berdaya karena nafsuku yang memuncak sehingga aku tidak mampu menolak perbuatan mereka. Dodo fokus meremas-remas payudaraku, tidak hanya diremas-remas tapi juga memuntir-muntir putingku. Dengan leluasa Udin menggesek-gesek bagian tubuh yang paling rahasia milikku itu. Hampir 5 menit kini liang vaginaku sudah becek dan menimbulkan bunyi kecipak karena gerakan jari-jari Udin yang semakin terbiasa.

"Aaahh.. jangan dilepas..." jeritku saat tangan Udin mengangkat tangannya dari vaginaku yang sudah basah itu dan bergerak mengelus-elus paha dan meremas pantatku.

Lalu dengan jarinya, Udin menggerayangi lagi bibir vaginaku yang sudah terasa becek itu dan menggesek dengan cepat. Aku melenguh penuh nikmat sambil meregangkan badanku, lalu tersentak hebat saat jari itu menusuk masuk dan menemukan klitorisku. Sambil menggigit bibir dan memejamkan mata, aku berusaha menahan orgasmeku. Aku tidak pernah mengira bahwa diriku dapat dibuat hampir klimaks oleh seorang anak kecil. Jari Udin bergerak semakin cepat menggesek-gesek bibir luar vaginaku dan kadang-kadang menekan-nekan klitorisku.

Kini Udin mulai memasukan jarinya untuk membelah vaginaku. Jarinya mulai menusuk masuk, aku reflek mendesah ketika jemarinya ia desak masuk. Aku menatap lirih pada Udin, aku hanya bisa pasrah saat Udin mendesakkan jemarinya lagi ke dalam vaginaku. Aku dapat merasakan bagaimana jari kecilnya itu seolah sebuah penis yang masuk dalam vaginaku, sedikit demi sedikit jari tengahnya itu masuk lebih dalam lagi, aku hanya bisa mengigit bibirku lebih keras lagi, sementara desahan-desahan pelan masih saja keluar dari mulutku.

"Emmm...Enak Din... Uhhh…" kataku membisik.

Basahnya vaginaku oleh cairan cinta membuat Udin kian mudah mengerjaiku, jarinya tertambat di dalam sebelum mulai bergerak naik turun. Seolah ada penis yang sedang menyetubuhiku, kakiku menjadi begitu lemas, jarinya begitu cepat merangsangku. Sampai akhirnya akupun tidak kuat lagi untuk menahan rangsangan terus-menerus dan sepertinya aku sudah akan mencapai orgasme. Tubuhku mengejang kuat dan tanganku mencengkeram ujung kardus.

"Enak ya Mbak diginiin??" tanya Udin.

"Aagghhhhhh Udiiinnn...!! Ssssshhhh... Enaaaakk bangeeettt... Ougghhh... Teruusss Din... Jangan berhentiii.... Udiiinn...!! Aaahhh.... Mbak keluaarrr Din..." aku meneriakkan namanya saat hampir mencapai orgasme.

Pantatku sampai terangkat ke atas ketika akhirnya aku meraih orgasmeku. Aku merasa lemas, keringat bercucuran di tubuhku padahal saat itu udara cukup dingin.

"Mbak Tita kok cepet banget keluarnya sih...!? Memeknya jadi becek gini..." ejek Udin saat aku mencapai orgasmeku.

"Din... Aaah... Habisnya kamu... Hebaaat banget.... Aaaah... Mbak gak bisa naha-an lama-a..." jawabku sambil terengah-engah.

"Dod, gue udah ngebuat Mbak Tita ngecrot dong...!! Hahahahaha…" tawa nakal Udin menggema di seluruh ruangan.

Mungkin karena lelah memainkan vaginaku, Udin menghentikan gesekan tangannya. Tapi Dodo yang tidak mau kalah dengan temannya bukannya berhenti, dia malah mulai mengganti tangannya dengan bibirnya, dia menunduk, mendekatkan mukanya ke payudaraku, dan sejurus kemudian puting sebelah kananku sudah dilumatnya. Sedangkan payudaraku yang kiri diremas-remas dengan oleh tangannya yang hitam. Pelan-pelan libidoku mulai bangkit lagi akibat rangsangan dari Dodo pada payudaraku. Putingku kini sudah mancung dan mengeras. Tangan Dodo terus meremas-remas payudaraku, tampaknya ia begitu menyukai bentuk payudaraku itu yang termasuk kecil ukurannya. Ia menghisap payudaraku bergantian, kanan dan kiri. Dodo menjilati seluruh permukaannya sambil masih terus meremas-remas puting payudaraku.

"Ouh... Do…. teruuus... jilaaatin putiiniinngg Mbak… ouhhhh…" desahku sambil mengigit bibirku menahan gejolak didadaku.

Aku terkejut sesaat, ketika kurasakan tangan Udin mulai mengelus-elus kedua pahaku. Dengan leluasa Udin menjelajahi setiap jengkal pahaku yang mulus itu tanpa penolakan, kulit pahaku yang lembut terasa hangat dalam usapan tangan kasar Udin. Karena belaian-belaian yang dilakukannya ini membuat aku semakin menggelinjang karena birahiku sudah mulai muncul lagi.

"Wah pahanya Mbak Tita mulus banget deh..." Udin mulai memuji kemulusan pahaku.

Sementara Dodo masih sibuk mengulum dan meremas putingku Udin secara tiba-tiba berkata padaku "Mbak Tita sekarang saatnya Udin nyicipin memek Mbak yah..."

Tanpa aku sempat menjawab, Udin mulai menjilati vaginaku dengan lidahnya. Aroma khas dari vaginaku membuat Udin semakin bernafsu menjilatinya. Vaginaku pasti begitu harum karena aku rawat dengan baik, Udin pun semakin bernafsu karenanya. Tubuhku yang berpeluh keringat sama sekali tidak berbau, malah aroma wangi semakin kuat tercium oleh Udin dan Dodo seakan-akan keringatku wangi. Semakin berkeringat, tubuhku semakin wangi menggoda, nafsu mereka semakin meloncat tinggi sehingga Dodo pun mencumbui dan menjilati payudara dan vaginaku.

"Mbaak, enaaakk banget rasaaa... Slurrrpp... memeknyaa.... Slurrpp... Slurrrpp..." puji Udin sambil terus menjilati vaginaku.

Sementara itu Dodo masih terlihat asyik menjilati dan mengisap puting susuku. Sambil meremas payudaraku dengan keras, sesekali Dodo juga menggigit dan menarik puting susuku dengan giginya, sehingga aku merasa kesakitan sekaligus nikmat. Namun ketika Dodo mendengar Udin menikmati sekali menjilat vaginaku, Dodo pun tidak mau ketinggalan untuk merasakan cairan cinta yang terus menerus keluar dari vaginaku. Dodo kemudian ikut ambil bagian untuk menjilati vaginaku.

Sekarang lidah mereka berdua menempel di pinggiran vaginaku, seolah berlomba merangsangku. Sambil terus menjilati vaginaku, tangan mereka mengelus-elus kedua pahaku, mereka terus berusaha merangsangku lebih dan lebih lagi. Aku semakin dibuat tak berdaya dengan kenikmatan yang mereka berikan, rasanya seluruh klitorisku ditekan-tekan dengan rasa nikmat yang berbeda dari sentuhan jemari. Lidah mereka yang menyelusur mulai dari pahaku hingga kebibir kemaluan membuat tubuhku kian sensitif terbakar kenikmatan birahi yang tak tertahan, aku mendesah-desah nikmat.

"Sedaaap banget ya Din! Mana wangi lagi! Memek Mbak Tita emang nikmaaat.." kata Dodo kepada Udin sambil melanjutkan mengecup dan menjilati bibir vaginaku.

"Huehehe… bener kan Do? Enak banget kan rasanya...!? Memek Mbak Tita sampe banjir kayak gini. Ternyata Mbak juga napsu yah!? Udin suka banget sama memek Mbak... Hhhhmhh…. Sslluurrpp... cairannya juga manis!" Udin mengakhiri kata-katanya dengan menghirup lendir vaginaku.

Sesaat kemudian, aku melihat Udin melepas celana dalamku yang masih ada di ujung kakiku, kemudian menurunkan rokku hingga aku sekarang sudah bugil tanpa sehelai benangpun. Setelah selesai, Udin menyuruh agar Dodo menyingkir dari vaginaku.

"Minggir dulu sana, gue pengen ngentot nih...! Kita kasih liat ke Mbak Tita biar masih kecil kita bisa bikin dia lebih puas...!" kata Udin.

Dodo pun menuruti saja apa yang dikatakan oleh Udin. Udin mengambil posisi duduk dengan kedua lututnya tepat ditengah-tengah kedua pahaku yang mengangkang. Dia memegang penisnya dan menempelkannya di bibir vaginaku. Dia mulai menggesekannya di bibir vaginaku, aku melenguh lagi dan aku seperti tersadar saat aku rasakan Udin mulai berusaha mendorong penisnya masuk ke dalam vaginaku.

"Mbak Tita mau kan nikmatin ****** Udin?" tanya Udin yang sekarang sudah dikuasai hawa nafsu.

"Jangan dimasukin Din... Mbak gak mau!" kataku bernada memohon.

"Udin udah gak tahan pengen ngentotin Mbak Tita..." kata Udin yang tetap memaksa memasukkan penisnya ke dalam vaginaku.

Tapi walaupun mulutku berusaha mencegah, tapi tubuhku tidak berusaha menghindar saat Udin kembali berusaha mendorongnya. Akhirnya bagian kepala penis Udin berhasil menyeruak ke dalam vaginaku.

"Pelan-pelan ya…. Auughh... Aaahhh..." aku mendesah.

Udin kembali mendorongnya sampai penisnya sudah masuk setengahnya.

"Enaaakk banget Diiin.... Ayo Din... teruuuusss Diiin...." pintaku yang semakin merasa nikmat.

"Mbak sudah gak tahaaaan lagi! Masukiiinn semuaaaaannyyaa... Aaaahh..." aku mulai tidak tahan dengan rangsangan yang datang.

Mendengar aku yang sudah terangsang berat, dia mendorong sekuat tenaga sampai akhirnya penisnya masuk semua ke dalam vaginaku. Badan Udin semakin menegang dan mengejang keras disertai lolongan ketika kemaluannya berhasil menembus ke dalam liang vaginaku yang masih sempit tersebut. Setelah berhasil menanamkan seluruh batang kemaluannya di dalam lubang vaginaku, Udin mulai menggenjotnya mulai dengan irama perlahan-lahan hingga cepat.

"Uuhhh… Aaaanjing..!!!! Enaaak beneeer ngentot sama Mbak Tita… Aaahhh..." Kata Udin bersemangat.

Lendir pun mulai mengalir dari sela-sela kemaluanku yang sedang disusupi kemaluan anak itu. Rintihanku pun semakin teratur dan berirama mengikuti irama gerakan Udin. Pelan-pelan Udin mulai mengeluarkan penisnya sampai ujung, kemudian mendorongnya lagi. Lama-lama aku semakin merasa nikmat. Dan sekarang aku merasakan nikmat yang teramat sangat, ketika penis Udin terus keluar masuk di vaginaku.

"Gimana rasanya dientot sama Udin Mbak? Enak kan? Gak usah pura-pura gak mau lah...!" tanya Udin melecehkan aku.

Namun dilecehkan seperti itu bukan membuat aku marah, tapi malah membuat aku semakin terangsang.

"Aaaahhh... Aaaahh... terus Din... nikmaaat bangeeet!! Ouughhh...Enaaakk..." aku mendesah nikmat.

"Gimana rasanya ngentot sama Mbak Tita Din?" tanya Dodo, yang dari tadi hanya melongo saja, dengan nada penasaran.

"Nikmaaaat banget Do...! Sempit...!!! Enaaakk!!" jawab Udin saat tengah menyetubuhiku.

"Udiinnn… Aaaahhh... Aaahh!" desahku pasrah.

"Aduh enak banget Do... Bener-bener bikin ketagihan nih...! Kapan lagi bisa ngentot cewek kantoraan...!" lanjut Udin yang sepertinya sengaja membuat Dodo iri.

Saat itu aku sudah tidak perduli lagi dengan siapa dan dimana aku disetubuhi. Aku sudah pasrah dan sudah tidak merasa seperti wanita baik-baik. Kedua anak ini memang sudah merendahkan derajatku.

"Aaaah, memek Mbak Tita emang enak!! Sempit dan seret banget... Aaahh Mbaaaakkk..." desah Udin semakin kencang.

Sementara aku melihat Dodo malah asyik menonton kami. Udin semakin cepat mengocok penisnya di vaginaku. Dia menekan penisnya semakin dalam dan semakin cepat. Tapi saat kukira Dodo hanya ingin menonton saja, ternyata ia tidak mau ketinggalan, penisnya menggantung tegak di hadapanku. Penis Dodo membuatku terbelalak, penis itu sudah begitu tegak dan lebih panjang dari ketika pertama kali aku melihatnya, meski tetap saja tidak terlalu panjang dan tebal.

"Mbak Tita, kocokin ****** Dodo dong..." Dodo memintaku mengocok penisnya.

Aku yang sudah terangsang mengikuti saja apa mau Dodo. Sementara aku sedang mengocok-ngocokan penisnya dalam dekapan tanganku yang halus, ternyata payudaraku masih menjadi mainan Dodo. Payudaraku diremasnya berulang-ulang sambil memainkan putingnya, menarik-narik semaunya membuatku merintih sakit bercampur nikmat diantara penis Dodo.

Tidak lama kemudian Dodo mengarahkan kepalaku ke arah kemaluannya dan berkata "Cukup Mbak pake tangannya. Sekarang sepongin ****** Dodo ya Mbak..."

Ternyata tidak cukup puas dengan hanya dikocok oleh tanganku, Dodo menyuruhku untuk menghisap penisnya. Kemudian aku membuka mulutku, dengan bantuan tanganku aku menarik penis Dodo dan mulai menjilatinya dari bagian kepala hingga buah zakarnya. Aku terus melanjutkan dengan mengecup kembali kepala penisnya dan memakai ujung lidahku untuk menggelikitiknya. Kemudian lidahku turun menjalari permukaan benda itu, sesekali kugesekkan pada wajahku yang halus, kubuat penisnya basah oleh liurku. Bibirku lalu turun lagi ke pangkalnya yang belum ditumbuhi bulu-bulu sama sekali, buah zakarnya kujilati dan yang lainnya kupijat dalam genggaman tanganku.

"Cepat dong Mbak isepin ****** Dodo. Jangan cuman dijilat-jilat aja..." perintah Dodo kepadaku.

Dodo kemudian memintaku untuk menghisap penisnya yang sudah basah dengan air liurku, aku mulai memasukkan penisnya itu ke mulutku. Kuemut perlahan dan terus memijati buah zakarnya. Sesekali pula ia menarik penisnya dari mulutku, dan memintaku menggunakan lidahku lagi untuk membelai seluruh batang kemaluannya. Sesekali aku menghisap buah zakarnya yang membuat Dodo melayang nikmat, sebelum kembali harus menikmati penis itu dalam mulutku. Akhirnya penis Dodo aku kulum semua karena ukurannya yang tidak terlalu panjang, sesuai dengan mulutku yang mungil. Aku terus menghisap penis itu dengan nikmat dan lidahku yang basah dan panas itu terus menjilati dengan cepat.

"Uuuugghhh… Mbak jago bangeeeet ngisepnya...!" teriak Dodo menikmati setiap hisapan dan jilatanku pada penisnya.

Kulihat ekspresi Dodo meringis dan merem-melek waktu penisnya kumain-mainkan di dalam mulutku. Kujilati memutar kepala kemaluannya sehingga memberinya kehangatan sekaligus sensasi luar biasa. Semakin kuemut benda itu semakin keras. Aku memasukkan mulutku lebih dalam lagi sampai kepala penisnya menyentuh langit-langit tenggorokanku.

"Sluurrp...Suka gak Do... Mbak isepin...Sluurrpp... kayak gini...? Sluurrrppp..." tanyaku sambil terus menghisap penisnya.

"Oughhh enak banget Mbak..." Dodo mengomentari apa yang kulakukan dengan penisnya.

Dodo tampak semakin menikmati, ia terus menyodok-nyodokan penisnya, aku berusaha menggunakan tanganku menahan pinggulnya namun aku tak berdaya, Dodo masih terus berusaha menyodok-nyodokan penisnya.

Di saat aku sedang sibuk mengulum penis Dodo, tiba-tiba Udin berkata "Aaaahh Mbaaakkkk, aku mao keluaaar..."

Aku yang kaget melepas kulumanku pada Dodo dan berteriak "Jangan keluar di dalem Diinn...!! keluarinnya di luar ajaaa... Mbaak gaak mau ha...." aku berusaha membujuk Udin di tengah kenikmatan yang melanda kami berdua.

Namun belum sempat aku menyelesaikan kata 'hamil', aku merasakan ada cairan yang menyemprot sangat banyak di dalam dinding vagina dan dirahimku.

"Aaaagggghhhhhhhhhh... Enaaak bangeeeet Mbaaak...!!" Udin melenguh panjang.

Berkali-kali Udin memuncratkan spermanya memenuhi cekungan liang senggamaku. Ia membiarkan batang penisnya tertancap dalam kemaluanku beberapa saat sambil meresapi sisa orgasme hingga tuntas. Sebelum akhirnya dia lemas dan penisnya tercabut dari vaginaku. Udin kini terbaring di sampingku karena kelelahan akibat pergumulan tadi.

Melihat Udin yang sudah terkapar, aku melanjutkan mengulum penis Dodo dengan posisi duduk. Sapuan lidah dan hisapanku membuat Dodo semakin terbang ke awang-awang dan makin mempercepat gerakan pinggulnya yang tepat berada di depan wajahku. Sesekali aku tersedak karena Dodo 'menyetubuhi' mulutku.

"Aaah… sedooot terus Mbak!" ceracaunya menikmati hisapan penisnya di mulutku.

Setelah beberapa lama kuhisap, benda itu mulai berdenyut-denyut, sepertinya mau keluar. Aku semakin gencar memaju-mundurkan kepalaku mengemut benda itu. Dodo semakin merintih keenakan dibuatnya, tanpa disadarinya pinggulnya juga bergerak maju-mundur semakin cepat di mulutku.

"Aahh.. sssshhhh.. hhmmh... Dodo keluaaarr Mbaakk...!!" desahnya dengan tubuh menggeliat.

Anak itu mendesah dan menumpahkan spermanya di rongga mulutku. Aku yang merasakan semburan dahsyat di mulutku tersentak dan kaget, cairan itu begitu banyak dan kental, serta berbau tidak sedap. Aku sebenarnya ingin menarik mulutku dari penis Dodo dan memuntahkan spermanya. Namun pegangan tangan Dodo pada kepalaku keras sekali, sehingga dengan terpaksa aku menelan sebagian besar cairan putih kental itu. Kulirikan mataku ke atas melihat Dodo merintih sambil mendongak ke atas.

"Oohh… Enaaak Mbak… Telen terus peju Dodo Mbaakk… Iyaaahh… Enaaaak!" Dodo melenguh keenakan sambil mengeluarkan isi penisnya sampai benda itu menyusut di mulutku.

Tidak jauh berbeda dengan kondisi Udin, Dodo pun ambruk dalam posisi duduk. Wajahnya terlihat lelah tapi puas, badannya juga sudah bermandikan keringat. Sementara aku yang cukup lelah melayani dua anak ini, beristirahat sejenak dan mengambil posisi tidur di sebelah Udin. Namun karena aku belum merasakan orgasme lagi masih merasa 'gantung'. Aku menunggu inisiatif Dodo melanjutkan pekerjaan Udin untuk menyetubuhiku, tapi Dodo ternyata malah diam saja. Mungkin ia masih dalam kondisi lemas karena spermanya keluar sangat banyak di mulutku.

Aku yang dilanda birahi tinggi jadi tidak sabar. Aku bangun dari tidurku, dan mencium bibir Dodo dengan penuh nafsu hingga bibirnya basah. Tanpa diperintah, lidah Dodo menari-nari di bibirku. Lidah itu kemudian menjulur ke dalam mulutku. Aku yang tidak perduli dengan bau mulut Dodo yang tidak sedap, malah membuka mulutku dengan lebar dan membalas mengisap lidah Dodo dengan penuh gairah. Dodo merangkul leherku dan mulutnya benar-benar beradu dengan mulut milikku. Air liur kami saling bertukar. Aku menelan liur Dodo sementara Dodo menelan liurku penuh selera. Kami saling berpagutan dalam posisi duduk selama kurang lebih 10 menit.

Merasa sudah cukup untuk membangkitkan gairah Dodo kembali, aku dorong dodo yang dalam posisi duduk sampai Dodo terjatuh dalam posisi terlentang. Aku duduk di atas paha Dodo, dan memegang penisnya yang masih dalam keadaan tegang kemudian mengarahkan ke vaginaku yang masih belepotan sperma Udin dan bercampur dengan cairan pelumas vaginaku. Jadi aku sekarang sedang berada dalam posisi 'Woman On Top'. Aku mulai mendorong pantatku ke bawah setelah ujung penis Dodo tepat di mulut vaginaku.

"Aahhhhhh Dodooo..." aku mulai mendesah.

Penisnya Dodo agak susah masuk, karena walaupun badannya lebih pendek dari Udin, tapi penisnya ternyata masih lebih besar dari punya Udin. Kemudian Dodo membantu dengan mendorong pantatnya sendiri ke atas, dan akhirnya penis Dodo masuk seluruhnya ke vaginaku. Aku mulai naik turun diatas tubuh Dodo, dan tangan Dodo pun secara naluriah mulai meremas lagi payudaraku yang bergoyang-goyang karena hentakan tubuhku.

"Aaahhh Dooo.. Mbak ngerasaaa enakk bangeeeettt... Aaaahh...." aku tidak tahan untuk tidak mendesah.

Sampai sekitar 15 menit di dalam posisi itu, aku melihat dodo sudah mulai mempercepat dorongan pantatnya ke atas. Sepertinya Dodo sudah akan mencapai orgasme untuk kedua kalinya. Akupun tidak mau kalah, aku bergerak semakin cepat biar dapat mencapai orgasme bersamaan.

"Mbaaakkkkkk.... ahhhhhhhhhh Dodo mauuu keluaaaaar laagiiii Mbaakkk..." Dodo setengah berteriak.

"Tahaaan seeebentar lagi Doo...! Mbak juga bentaaarr lagi keluaaarrr.... Aaghhh...." aku makin merasa nikmat.

Tak lama kemudian, akhirnya tubuh Dodo pun mengejang keras. Dan akhirnya "croooott croottt.. " lagi-lagi rahimku ditembak banyak sperma tapi kali ini milik Dodo. Akupun merasakan orgasme untuk yang kedua kalinya . Badanku lemas dan jatuh di atas tubuh Dodo, dengan penisnya masih di dalam vaginaku. Aku melirik ke samping, ternyata Udin tertidur pulas karena lelah.

"Dasar anak-anak! Udah keenakan tinggal tidur deh..." bathinku.

Setelah agak kuat aku bangun dari atas tubuh Dodo. Aku mengambil tasku dan meraih tissue basah dari dalamnya. Aku membersihkan vagina dan pahaku yang sudah banjir dengan sperma kedua anak itu dengan tissue itu. Aku mengambil dan memakai kembali celana dalam dan rokku yang berserakan, kemudian aku meraih bra dan kemejaku yang sudah lumayan kering. Setelah berpakaian lengkap aku pun berpamitan.

"Dodo, Mbak Tita pulang dulu ya. Tolong sampaikan ke Udin nanti..." karena Udin masih tertidur pulas, maka aku hanya berpamitan dengan Dodo.

Dodo mengiyakan dengan wajah kecewa. Mungkin dia merasa tidak akan pernah mengalami situasi seperti ini lagi. Tapi siapa yang akan pernah tau? Namun satu hal yang pasti, baik bagi Dodo maupun Udin, mereka tidak akan pernah bisa melupakan pengalaman yang didapatnya dariku. Pengalaman itu pasti akan menjadi kesan tersendiri dalam kehidupan mereka berdua.

"Makasih ya Mbak Tita udah ngebolehin kami berdua nyicipin badan Mbak yang nikmat... hehehe..." kata Dodo dengan kurang ajar.

Aku hanya menjawab dengan anggukan kepala saja. Ada rasa sesal, benci sekaligus kepuasan tersendiri di dalam diriku. Kemudian aku bergegas berjalan ke luar rumah, ternyata hujan masih belum reda, walaupun hanya tinggal gerimis kecil saja. Namun aku harus memberanikan diri untuk pulang, kalau tidak pasti nanti kedua anak itu minta yang aneh-aneh lagi. Kemudian aku setengah berlari menuju ke arah jalan raya sambil menutupi kepalaku dengan tas.

Tidak berapa lama setelah sampai di jalan raya, angkot yang menuju rumahku sedang lewat. Di dalam angkot aku melihat ke jam tanganku, dan waktu sudah menunjukkan pukul 9 kurang. Tidak terasa sudah lama sekali aku menghabiskan waktu di rumah itu. Aku juga melihat HP-ku sudah ada banyak miscall dan SMS dari pacar serta ibuku. Ternyata selagi aku 'bermain' dengan Udin dan Dodo, aku tidak tau kalau HP-ku bergetar, mungkin saking aku menikmatinya. Aku membalas SMS mereka dan menjelaskan bahwa tadi aku sempat berteduh dahulu sambil menunggu hujan reda, dan aku tidak berani membalas SMS atau mengangkat telepon dari mereka karena takut dijahati. Moga-moga saja mereka berdua tidak curiga, karena tidak biasanya aku belum pulang sampai jam 9 tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

Sesampainya di rumah aku langsung mandi untuk membersihkan diriku. Selagi mandi sebenarnya aku menyesali, kenapa harus kedua anak jalanan itu yang memuaskan birahiku. Itulah pertama kalinya aku bersetubuh dengan orang lain selain adikku. Aku juga bersyukur, ternyata aku tidak hamil dari perbuatanku dengan anak-anak jalanan itu.       Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Rini Ayam Kampus
May 11th 2013, 02:54

Malam itu seusai rapat organisasi, aku segera menstart motorku untuk pulang. Rasanya pengin sekali segera sampai di rumah, makan, lalu tidur. Tetapi baru saja sampai di gerbang depan kampus seseorang menyapaku, dan ketika aku toleh arah suara itu ternyata Rini, anak fakultas ekonomi. Ngapain anak ini sendirian di gerbang?

Belum pulang, Rin?
Belum Den, habis nungguin bis lewat, lama amat. Jawabnya sambil berkedip-kedip genit.
Bis lewat ditungguin, gue antar deh?
Bener situ mau nganterin?
Yah, pokoknya nggak gratis. Situ tau sendiri deh. Ujarku menggoda.
Ah, bisa aja.

Rini mencubit kecil pinggangku lalu segera naik ke boncengan. Tangannya melingkat erat di pinggangku, lalu melajulah motor di ramainya jalanan. Lama-kelamaan si Rini malah menempelkan dadanya di punggungku. Tau nggak, rasanya benar-benar empuk dan hangat. Wuih, terasa bener kalau dia nggak pake beha. Sebagai laki-laki normal, wajar dong kalo batang penisku tiba-tiba menegang.

Den, gimana kalo kita mampir ke taman kota? Aku dengar ada dangdutan di sana. Bisik Rini dekat di telinga kiriku.
Seleramu dangdut juga ya?

Rini kembali mencubit pinggangku, tapi kemudian mengelus-elus dadaku. Tengkukku mulai merinding. Ada maunya nih anak, pikirku waktu itu. Mungkin aku sedang dihadapkan salah satu ayam kampus, nih. OK, siapa takut!

Aku segera membelokkan sepeda motor ke taman kota. Lalu mencari tempat yang agak remang tapi cukup strategis untuk menikmati isi panggung yang terletak di tengah taman kota itu. Panggung yang kira-kira berukuran 66 meter itu tampak meriah dikelilingi ratusan pengunjung. Irama dangdut menggema memekakkan telinga.

Den, sini dong? Sini, duduk sama aku.
Aku duduk di belakang Rini yang masih duduk di boncengan motorku. Gadis itu nampaknya asyik benar mengikuti irama dangdut. Sedang aku lebih tertarik memelototi tubuh penyanyinya dibanding suaranya yang menurutku biasa saja.

Beberapa orang penyayi bergoyang hot membangkitkan gelora birahi para pria yang memandangnya, termasuk aku. Pandanganku beralih kepada Rini. Sayang aku hanya bisa memandang ubun-ubunnya saja. Aroma wangi menebar dari rambutnya yang bisa dibilang bagus, aroma yang eksotik. Kalau saja ada kesempatan, desahku.

Den, kok diam saja? Belum pernah lihat orang goyang ya?
Bukannya gitu, cuman gila aja mandang tuh cewek. Berani bener joget kayak gitu,
Ah, segitu saja. Coba kemarikan tanganmu!

Aku mengulurkan tangan kananku. Astaga, gadis itu memasukkan tanganku di balik bajunya sehinga tanganku benar-benar bisa merasakan kegemukan dadanya. Keringat dinginku tiba-tiba merembes, dadaku bergemuruh.

Rin, apa-apaan kamu ini? Ujarku lirih tanpa menarik kembali tanganku.
Kamu nggak suka ya? Tanya Rini kalem.
Engh.. Bukannya begitu..anu Jawabku tergagap.
Aku tau kamu suka. Aku juga suka Den, jadi nggak ada masalah kan? Kata Rini menoleh ke padaku.
I..iya sih.

Yah, begitulah. Akhirnya aku punya kesempatan. Tanganku membelai-belai dada Rini dengan bebasnya. Mempermainkan putingnya dengan gemas, kupelintir kesana kemari. Gadis itu bukannya kesakitan, tapi malah mendesah-desah kegirangan. Aku sendiri sudah nggak tahu berapa kali menelan ludah. Rasanya ingin memelintir puting itu dengan mulutku. Rupanya tangan kiriku mulai iri, lalu segera menyusul tangan kananku menerobos masuk di balik baju Rini. Meremas-remas kedua bukit yang tak terlihat itu.

Den, Deni.. tangan-tanganmu benar-benar nakal. Hoh.. aduh.. geli Den, Desah Rini menjambak rambutku yang cukup gondrong.
Rin, aku suka sekali.. bagaimana kalau kita..
Uhg.. heeh, iya.. aku mau.

Aku segera menghentikan kegiatanku mengobok-obok isi baju Rini. Lalu kami segera menuju sebuah hotel yang tak jauh dari taman kota. Tiada kami peduli dengan beberapa pasang mata yang memandangi kami dengan sejuta pikiran. Masa bodoh, yang penting aku segera bisa mengencani Rini.**

Segera aku bayar uang muka sewa kamar, lalu kami melenggang ke kamar 51. Rini yang sedari tadi memeluk tubuhku kini tergeletak di atas springbed. Matanya yang sayu bagai meminta, tangannya melambai-lambai. Aku langsung saja membuka kancing bajuku hingga bertelanjang dada.

Den.. sudah lama aku inginkan kamu,
Oya? Kenapa tak bilang dari dulu? Ujarku sambil melepas kancing baju Rini.

Benarlah kini tampak, dua bukit kenyal menempel di dadanya. Tangan Rini membelai-belai perutku. Rasanya geli dan uh.. lagi-lagi aku merinding. Kutekan-tekan kedua putingnya, bibir gadis itu mengulum basah. Matanya yang semakin memejam membuat birahiku semakin terkumpul menyesakkan dada.

Den.. ayo.. kamu tak ingin mengulumnya? Ayo masukkan ke mulutmu.
Heh.. iya, pasti!

Aku segera mengangkangi Rini lalu berjongkok diatasnya, lalu menunduk mendekati dadanya. Kemudian segera memasukkan bukit kenyal itu ke dalam mulutku. Aku hisap putingnya perlahan, tapi semakin aku hisap rasanya aku pingin lebih sehingga semakin lama aku menghisapnya kuat-kuat. Seperti dalam haus yang sangat. Ingin rasanya aku mengeluarkan isi payudara Rini, aku tekan dan remas-remas bukit gemuk itu penuh nafsu. Rini merintih-rintih kesakitan.

Den.. hati-hati dong, sakit tahu! Perlahan.. perlahan saja Ok? Heh.. Yah, gitu.. eeh hooh..

Busyet, baru menghisap payudara kiri Rini saja spermaku sudah muncrat. Batang penisku terasa berdenyut-denyut sedikit panas. Rini bergelinjangan memegangi jeans yang aku pakai, seakan ingin aku segera melorotnya. Tapi aku belum puas mengemut payudara Rini. Aku pingin menggilir payudara kanannya. Tapi ketika pandanganku mengarah pada bukit kanan Rini, wuih! Bengkak sebesar buah semangka. Putingnya nampak merah menegang, aku masih ingin memandanginya. Tapi Rini ingin bagian yang adil untuk kedua propertinya itu.

Ayo Den, yang adil dong.. Katanya sambil menyuguhkan payudara kanannya dengan kedua tangannya.

Aku memegangi payudara kanan Rini, mengelusnya perlahan membuat Rini tersenyum-senyum geli. Ia mendesah-desah ketika aku pelintir putingnya ke kanan dan ke kiri. Lalu segera mencomot putingnya yang tersipu dengan mulutku. Puting itu tersendal-sendal oleh lidahku.
Deni.. dahsyat banget, uaohh.. enak.. ayo Den.. teruss..

Rini menceracau tak karuan, tangannya menjambak-jambak rambut gondrongku. Kakinya bergelinjang-gelinjang kesana kemari. Binal juga gadis ini, pikirku. Aku berpindah menyamping, menghindari sepakan kaki Rini. Jangan sampai penisku terkena sepakan kakinya, bisa kalah aku nanti. Justru dengan menyamping itulah Rini semakin bebas. Bebas membuka resleting jeans yang dipakainya. Tapi dasar binal! Gerakannya yang tak karuan membuat kami berguling jatuh di lantai kamar. Dan payudara kanannya lolos dari kulumanku.

Gimana sih, Rin? Jangan banyak gerak dong! Ujarku sedikit kesal.
Habis kamu ganas banget sih.. Hiburnya dengan tatapan menggoda.

Untuk mengobati kekesalan hatiku Rini segera membuka semua pakaiannya tanpa kecuali. Jelaslah sudah tubuh mungil Rini yang mempesona. Air liurku segera terbit, inginnya mengganyang tubuh mungil itu.

Tubuhnya yang meliuk-liuk semampai, dua payudaranya yang nampak ranum bengkak sebesar buah semangka, perutnya yang langsing bagai berstagen tiap hari, ahh.. Lalu, bagian kewanitaannya! Uhh, pussy itu cukup besar dengan bulu-bulu basah yang menghiasinya. Pahanya yang sekal membuatku ingin mengelusnya, dan betisnya yang mulus nan langsat.. ehmm.. Maka dengan tergesa-gesa aku melucuti pakaianku, tanpa terkecuali!

Wah! Pistolmu besar Den! Kata Rini yang segera berjongkok dan meremas gemas batang penisku yang sudah sangat tegang.
Auh.. jangan begitu, geli kan? Jawabku menepis tangannya.
Jangan malu-malu, pistol sebesar ini, pasti ampuh.

Rini terus saja membelai-belai batang penisku yang ukurannya bisa dibilang mantap. Semakin lama batang penisku semakin menegang, rasanya mau meledak saja. Tubuhku bagai tersiram air hangat yang kemudian mengalir di setiap sendi darahku.

Engh, auh.. Aku berdehem-dehem asyik saat Rini asyik memainkan jemari tangannya pada batang penisku.

Telunjuk dan ibu jarinya membentuk lingkaran yang kemudian digerak-gerakkan keluar masuk batang penisku. Layaknya penisku bermain hula hop. Spermaku mencoba meyeruak keluar, tapi aku tahan dengan sekuat tenaga. Aku remas-remas rambut panjang Rini.

Tapi kemudian Rini yang semakin gemas segera memasukkan batang keperkasaanku itu ke dalam liang mulutnya. Lalu dia mengemutnya bagai mengemut es lilin.

Ehg.. ehmm..
Terdengar suara desisan Rini bagai sangat menikmati batang penisku, begitupun aku. Bagaimana tidak, bibir tebal Rini segera melumat kulit penisku, lalu lidah Rini menjilat-jilat ujungnya. Nafasku serasa putus, keringatku merembes dari segala arah. Sedang Rini bagai kesetanan, terus saja menciptakan sejuta keindahan yang siap diledakkan.

Crot.. crot.. Tak ada yang bisa menahannya lagi. Spermaku keluar menyembur ke liang mulut Rini. Gadis itu nampak sedikit tersedak, beberapa sperma muncrat keluar mulutnya dan kemudian membasahi pangkal penisku.

Ehmm.. ehmm.. keluarkan teruss.. ehmm, Ujar Rini dengan mulut yang penuh dengan cairan spermaku.
Srup, srup, ia meminumnya dengan semangat sambil tangannya menggelayut di pahaku. Ujung penisku dikenyot-kenyot membuat geloraku makin berdenyut-denyut.

Karena tak tahan maka tak ayal lagi aku segera menubruknya. Menindih tubuh mungilnya lalu melahap bibir nakalnya. Lidah kami bergelut di dalam, menggigit-gigit gemas dan penuh nafsu. Tak peduli Rini merintih-rintih. Entah karena aku terlalu rakus mengganyang bibirnya, atau berat menahan tindihanku. Yang pasti rintihan Rini terdengar sangat merdu di telingaku.

Maka setelah puas mencumbui bibirnya aku segera beralih kepada pussy-nya. Benda keramat itu entah sudah berapa kali kebobolan, aku tak peduli. Kali ini ganti kau yang kukerjain, pikirku.

Langsung saja aku lebarkan paha Rini sehingga jelas pussy berumput yang sangat basah itu. Jemariku memainkan daging gemuk itu. menyusuri perbukitan yang berlorong. Lalu memelintir klitorisnya ke kanan dan ke kiri. Surr.. menyembur lagi cairan kewanitaan Rini. Bening menetes diantara jemariku.

Den.. tunggu apa.. ayo dong..
Aku datang sayang.

Wajahku segera mendekat ke pussy Rini. Lalu tanganku sedikit membuka si pussy sehingga aku bisa menikmati goa kenikmatan itudengan mataku walau hanya sebentar. Srup, srup, aku jilati pussy basah itu. Lidahku sengaja mencari-cari lubang yang mungkin bisa kutembus. Lidahku semakin ke dalam. Mempermainkan klitorisnya yang kenyal. Tanganku pun menyempurnakan segalanya. Bermain-main di payudara Rini yang semakin tegang, mengeras. Sayup-sayup terdengar suara erangan Rini. Aku harap gadis itu juga menikmatinya.

Ayouhh Den, masukk, aku tak tahan lagi..
Suara gadis itu terdengar lemah, mungkin sudah keletihan. Aku pun sudah cukup puas beranal ria. So, tunggu apa lagi?? Aku meminta Rini untuk menungging. Gadis itu menurut dengan wajah letih namun penuh semangat. Kemudian aku segera memasukkan penisku ke lubang kawinnya. Mudah. Sekali hentakan sudah masuk. Lalu kucabut dan kumasukkan berkali-kali. Lalu kubiarkan terbenam di dalam beberapa menit.

Eghh.. Rini menahan rasa nikmat yang kemudian tercipta.
Tubuhnya sedikit mengejang tapi kemudian bergoyang-goyang mengikuti gerakan penisku. Aku segera mengocok penisku dengan kekuatan penuh. Dan kemudian.. kembali spermaku muncrat keluar memenuhi lubang kawin Rini.

Beberapa saat kami saling menikmati kenikmatan itu. darahku seakan berhenti mengalir seperti ada hawa panas yang menggantikan aliran darahku. Seluruh persendian terasa tegang, tapi kemudian seperti ada rasa kepuasan yang tak bisa terucapkan.

Hingga kemudian aku mencabut kembali batang penisku dari pussy Rini. Gadis itu kembali terlentang di lantai kamar hotel. Sedang aku segera menghempaskan tubuhku di atas kasur. Dinginnya lantai kamar yang menyentuh jemari kakiku tak bisa mengalahkan panasnya suasana kamar itu. Bau keringat kami berbaur.

Namun tiba-tiba batang penisku yang sudah mulai mengendur tersentuh kulit halus wanita. Ketika aku mendongakkan wajah ternyata Rini yang telah duduk di depan kakiku sambil mengelus-elus batang penisku.

Den, kamu hebat banget. Aku benar-benar puas.
Ehng.. kamu juga. Sekarang kamu mau minta apa??

Gadis itu masih diam sambil terus mempermainkan batang penisku. Gawat, bisa-bisa bangun lagi batang penisku. Bisa perang lagi nih, dobel dong tarifnya.

Kamu minta apa? HP? Duit?
Aku minta.. minta lagi deh, Kata Rini yang kemudian kembali mengenyot batang penisku.
Waduh, bisa-bisa lembur nih!, pikirku.       Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Kado Ulangtahun dari Tante
May 11th 2013, 02:52

Kado ultah dari Tante Ning
Barangkali aku ditakdirkan untuk selalu mempunyai skandal sex. Setelah berusaha setia selama 3 tahun menikah, ternyata akhirnya aku berselingkuh, bahkan dengan pembantu (lihat IMAH BABUKU SAYANG 1 & 2). Rasanya memang lebih nikmat kalau hubungan itu menyerempet-nyerempet bahaya. Semakin berisiko, semakin besar sensasinya.


Sebelum aku menikah, pengalaman seksualku cukup banyak, sebagian besar pasti berisiko tinggi seperti itu. Antara lain: dengan dosen, dengan teman adikku, dengan pacar teman, dengan adik pacar, dan masih banyak lagi. Semua itu mungkin dipengaruhi oleh pengalaman pertamaku, perjakaku direnggut oleh perempuan yang masih terhitung tanteku sendiri, sepupu jauh ibuku.


Itu terjadi ketika aku berumur 17 tahun, kelas 2 SMU. Sudah lama sekali, tapi kesannya yang mendalam membuat aku tidak akan pernah bisa lupa. Aku bahkan bisa mengingatnya dengan detil, dan kenangan itu selalu membuat aku terangsang.


Aku memanggilnya Tante Ning. Orangnya baik, supel dan enak diajak ngobrol. Wajahnya sih relatif, tapi menurutku lumayan manis. Yang jelas, kulitnya putih mulus dan body-nya mantap. Waktu itu umurnya sekitar 25 sampai 30 tahun, punya satu anak laki-laki yang masih kecil.


Keluarga Tante Ning tinggal di Surabaya. Dia sendiri tinggal di Jakarta selama satu tahun untuk mengikuti suatu pendidikan. Selama di Jakarta, dia tinggal di rumah kami. Kebetulan rumah kami cukup besar, dan ada satu kamar kosong yang memang disediakan untuk tamu.


Sebenarnya Tante Ning itu bukan type perempuan yang nakal. Setahuku dia termasuk perempuan baik-baik, dan rumah tangganya pun kelihatan rukun-rukun saja. Tapi yang jelas dia kesepian selama tinggal di Jakarta. Dia butuh sex. Kebetulan di sini boleh dibilang cuma aku cowok yang dekat dengan dia. Jadi, kukira wajar kalau akhirnya affair itu terjadi. Lagipula, kukira Tante Ning memang termasuk perempuan yang besar nafsu sex -nya.


Sejak peristiwa yang pertama, kami seperti ketagihan. Kami ML kapan saja, setiap ada kesempatan. Di kamar, di dapur, di kamar mandi, di hotel, di mana saja. Demi menyalurkan nafsuku yang seakan tak pernah surut pada Tante Ning, aku bahkan jadi sering bolos ataupun kabur dari sekolah, dan tanteku yang manis dan sexy itu selalu siap meladeniku.


Akibatnya, tahun itu aku tidak naik kelas. Semua orang kaget, hanya Tante Ning yang maklum. Dia bilang, walaupun aku tidak naik kelas, tapi aku "lulus" sebagai laki-laki. Harus kuakui, Tante Ning adalah guruku yang terbaik dalam hal yang satu itu.


Untungnya affair itu tidak berlanjut sampai ketahuan orang. Begitu Tante Ning kembali ke Surabaya, boleh dibilang hubungan kami berakhir, walaupun di awal-awal sesekali kami masih melakukannya (kalau Tante Ning datang ke Jakarta).


Aku lupa, Tante Ning mengikuti pendidikan apa di Jakarta. Dia kursus sore hari dan pulangnya sudah agak malam, sekitar jam 8. Oleh karena itu, aku mendapat tugas menjemput naik motor. Awalnya sebel juga jadi "tukang ojek" begitu. Untung cuma 2 kali seminggu. Tapi, lama-lama aku malah senang.


Kami cepat sekali menjadi akrab. Tante Ning tidak canggung-canggung lagi memeluk pinggangku bila kami berboncengan naik motor. Sesekali aku dapat merasakan tonjolan buah dadanya yang menekan empuk punggungku. Itu makanya aku jadi senang. Waktu itu terus terang aku belum punya pacar, jadi bersentuhan dengan perempuan adalah pengalaman yang sangat menyenangkan bagiku.


Hari itu aku berulang tahun yang ke 17. Pagi-pagi sebelum berangkat sekolah, orang tua dan adikku memberi selamat. Cuma Tante Ning yang tidak. Aku jadi sebel. Apakah aku betul-betul cuma dianggap sebagai "tukang ojek" selama ini? Tapi ternyata dia memilih cara lain. Ketika aku sedang membereskan tas sekolahku di dalam kamar, Tante Ning masuk. Kukira dia mau memberi ucapan selamat, tapi ternyata tidak juga. Dia bilang, seharusnya sweet seventeen dirayakan secara khusus. "Nggak ada uang," jawabku asal-asalan. Tante Ning mengusap pipiku.


"Nanti sore kita rayain berdua," katanya, suaranya pelan sekali. "Tante mau kasih kado spesial buat kamu."


Aku jadi deg-degan. Di sekolah, pikiranku ngelantur tidak karuan, ulanganku jadi jeblok banget. Aku penasaran, apa betul Tante Ning mau memberi kado spesial. Entah kenapa, aku mulai membayangkan yang bukan-bukan.


Karena tidak sabar, ketika jam istirahat aku ke telepon umum di seberang jalan. (Waktu itu belum ada HP). Di rumah cuma ada Tante Ning dan si Mbok. Aku hampir-hampir tidak bisa ngomong waktu denger suara Tante Ning yang merdu. Dengan lugu, akhirnya aku berterus terang bahwa aku penasaran. Kata Tante Ning,


"Selama ini kamu baik sekali sama Tante. Jadi, kamu boleh minta apa pun yang kamu mau." "Kalau Tante sendiri mau kasih apa?" tanyaku. "Ya nanti dong!" "Nggak sabaran nih!" "Pulang aja sekarang kalau nggak sabar. Bisa kabur, kan?" "Tapi nanti aku ada ulangan!" "Ya udah, terserah kamu!"


Aku jadi tambah penasaran. Obrolan di telepon membuat pikiranku bertambah jorok. Entah bagaimana, feeling-ku mengatakan bahwa Tante Ning "naksir" aku. Maka, tanpa berpikir panjang lagi, aku langsung pulang saat itu juga. Kukebut motorku.


Tante Ning tersenyum ketika membukakan pintu. "Si Mbok baruuuuu aja ke pasar!" katanya tanpa kutanya, seperti memberi isyarat bahwa situasi rumah benar-benar aman untuk kami. Aku jadi tambah deg-degan. Pikiran jorokku bertambah. Lebih-lebih saat itu Tante Ning mengenakan daster yang potongannya rada sexy.


"Kadonya mana?" tanyaku tidak sabar. "Nanti dulu dong!" jawab Tante Ning. Lalu aku disuruh menunggu di ruang duduk keluarga, sementara dia masuk ke kamar. Aku duduk di sofa sambil membuka sepatu. Tidak lama, Tante Ning keluar kamar, tapi aku tidak melihat dia membawa kado. Sambil memandangi dia berjalan ke arahku, aku berpikir, "Ngapain dia tadi masuk kamar?" Aku menemukan jawabannya beberapa saat kemudian, ketika kelihatan olehku kedua puting susunya membayang di balik daster. Rupanya di kamar tadi dia cuma membuka BH. Lalu, mana kadonya?


"Merem dong!" kata Tante Ning sambil duduk di sebelahku. Aku menurut, kupejamkan mataku. Jantungku semakin bergemuruh. Kurasakan kelelakianku mulai bangkit, anuku mulai mengeras. Lebih-lebih ketika kurasakan nafas Tante Ning dekat sekali dengan mukaku. Aku ingin membuka mata, tetapi takut. Maka aku terus memejamkan mata rapat-rapat, sampai kurasakan Tante Ning mengecup pipiku. Lembut sekali. Kiri dan kanan.


"Itu kadonya?" tanyaku memberanikan diri beberapa saat kemudian. Tante Ning tersenyum. "Itu kado spesial dari Tante," katanya lembut. "Tapi kalau kamu mau yang lain, kamu boleh minta. Apapun yang kamu mau…." "Aa…aa…aku… tidak berani…" jawabku terbata-bata. "Padahal kamu kepingin sesuatu?" dia mendesak sambil merapatkan body-nya. Aku semakin deg-degan. Tonjolan toketnya yang montok menekan lembut lenganku. Aku tidak berani membalas tatapan matanya. "Bilang dong…" suara Tante Ning semakin lembut. Wajahnya semakin dekat, aku jadi semakin tidak berani mengangkat wajah. Sampai tiba-tiba kulihat tangannya merayap… meraba selangkanganku!


Aku terkejut, bercampur malu karena ketahuan saat itu aku sudah "ngaceng". Aku tidak tahu bagaimana ekspresi Tante Ning waktu itu, karena aku tetap belum berani melihat wajahnya, tetapi yang jelas dia malah memijit-mijit tonjolan batang kemaluanku yang tentu saja jadi semakin keras.


"Tante... aku..." Aku semakin tidak enak hati, sementara nafsuku semakin tinggi. "Vaaan, kamu udah gede sekarang….," bisik Tante Ning. "Udah 17 tahun, udah dewasa…" "Maksud Tante, aku boleh…." "Kamu boleh apapun yang kamu mau, Sayang!"


Berkata begitu, Tante Ning menerkam mulutku dengan bibirnya. Aku sejenak terkejut dengan serbuan ganas mulut Tante Ning yang kian binal melumat-lumat mulutku, mendesak-desaknya ke dalam dengan buas. Sementara jemari kedua tangannya menggerayangi seluruh bagian kulit tubuhku, terutama pada bagian punggung, dada, dan selangkanganku. Tidak karuan lagi, aku jadi terangsang. Kini aku berani membalas ciuman buas Tante Ning. Nampaknya Tante Ning tidak mau mengalah, dia bahkan tambah liar lagi. Kini mulut Tante Ning merayap turun ke bawah, menyusuri leher dan dadaku. Kemeja seragamku entah kapan dibukanya, tahu-tahu sudah teronggok di lantai. Beberapa cupangan yang meninggalkan warna merah menghiasi leher dan dadaku. Lalu dengan liar Tante Ning membawaku turun ke karpet, dibukanya celana panjang abu-abuku, demikian pula celana dalamku dilucutinya dengan gerakan tergesa-gesa. Aku menjadi telanjang bulat.


"Oohhh…. Ivaaan…., Tante nggak nyangka, punyamu bagus juga…." seru bergairah Tante Ning sambil memasukkan batang kejantananku ke dalam mulutnya, dan mulailah dia mengulum-ngulum, sesekali dibarengi dengan menyedot-nyedot. Sementara tangan kanannya mengocok-ngocok batang kejantananku, sedang jemari tangan kirinya meremas-remas buah kemaluanku. Aku hanya mengerang-erang merasakan sensasi yang nikmat tiada taranya.


Pada satu kesempatan, aku berhasil mencopot daster Tante Ning, sehingga dia tinggal mengenakan celana dalam saja. Aku sangat terkejut saat melihat ukuran buah dadanya. Luar biasa besarnya. Bulat, montok, masih sangat kencang walaupun dia sudah beranak satu. Nafsuku jadi semakin tidak terkendali. Tanpa malu-malu, aku merintih-rintih sembari mengatakan bahwa aku merasa enak luar biasa. Sampai akhirnya kulihat Tante Ning menurunkan celana dalamnya sendiri. Dia bugil di hadapanku! Aku sempat berpikir waras, kami tidak boleh melakukan semua ini! Tapi waktu itu Tante Ning sudah menduduki kedua pahaku yang mengangkang. Kemaluannya yang berbulu rimbun tepat menempel di batang kemaluanku. Aku menelentang pasrah.


"A..a..aku… tttakut, Tante…," kataku ketika kurasakan Tante Ning mulai menyusup-nyusupkan batang penisku ke dalam lubang vaginanya yang basah. Tante Ning tidak peduli, kurasakan ujung batang penisku sudah masuk. Tapi bagaimanapun Tante Ning mengalami kesulitan karena aku masih setengah hati.


Tante Ning menciumi mukaku. Bibirku dilumatnya kembali, lalu lidahnya menjulur-julur menjilat-jilat. Sementara itu, tangan kanannya terus berusaha menjejal-jejalkan batang penisku ke dalam lubang surgawi miliknya.


"Ivan, please..," desahnya di telingaku. "Kamu udah gede, kamu udah boleh, Van…"


Entah bagaimana, nafsuku kembali berkobar. Batang kemaluanku yang tadinya mulai agak kendor karena aku ketakutan, kini kembali menegang keras. Tante Ning kegirangan, mukaku diciuminya dengan gemas. Pinggulnya bergerak-gerak sementara tangan kirinya terus menuntun batang kemaluanku memasuki vaginanya. Uhhh, nikmat luar biasa. Aku menggigit bibir. Sleeeppp… terasa batang kemaluanku melesak semakin dalam. Inci demi inci, sampai akhirnya masuk semua. Tante Ning merintih pelan menyebut namaku, "Ivvvaaaannnn….."


Tanteku yang manis itu mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya. Maju, mundur, kiri, kanan, berputar-putar. Nikmatnya sungguh tidak terkatakan. Batang penisku serasa disedot dan dipelintir-pelintir. Aku belum pernah merasakan surga dunia senikmat itu, maka aku tidak tahan. Baru beberapa goyangan, tanpa dapat kucegah sedetikpun, aku "muncrat". Air maniku menyembur-nyembur entar berapa kali, menyirami vagina Tante Ning yang kurasakan berkedut-kedut. Itulah untuk pertama kalinya aku mencapai orgasme yang sesungguhnya, setelah sekian lama aku hanya dapat merasakannya dengan "ngocok" di kamar mandi.


Aku tidak tahu bagaimana perasaan Tante Ning waktu itu. Aku juga belum mengerti bahwa waktu itu dia sangat kecewa karena birahinya tidak mencapai puncak. Yang jelas, kami sama-sama terdiam untuk beberapa saat. Perasaanku tidak karuan. Menyesal, takut, malu, campur aduk jadi satu.


Tiba-tiba Tante Ning menangis sesenggukan. Aku jadi semakin tidak enak hati. Dengan sok gentle, aku memeluk tubuhnya yang telanjang dari belakang. Aku meminta maaf dan berusaha membujuk. Tapi kata Tante Ning, dia justru malu telah menjerumuskan aku.


"Tapi aku nggak nyesel kok, Tante…," kataku. Tante Ning memalingkan mukanya menatapku. "Betul?" tanyanya. Aku mengangguk. Entah kenapa, tahu-tahu "anu"ku berdiri lagi. Kulihat muka Tante Ning memerah, dia pasti dapat merasakan karena batang penisku yang menegang itu menempel rapat pada pantatnya. Dia lalu membalikkan tubuhnya dan kami berpelukan. Entah siapa yang memulai, kami lalu berciuman bibir. Nafsuku berkobar-kobar lagi.


Tante Ning mengajakku masuk ke kamar. Dengan tubuh bugil, kami berangkulan menuju kamar Tante Ning di belakang. Tiba di sana, Tante Ning rebah duluan di atas ranjang. Aku menyusul. Dua-tiga kali Tante Ning masih bertanya lagi, apakah betul aku tidak menyesal dan tidak menganggapnya sebagai perempuan murahan. Lalu kami berciuman bibir, lama dan penuh nafsu. Kurasakan batang kemaluanku sudah luar biasa keras, aku siap untuk meniduri tanteku sekali lagi. Tapi kata Tante Ning, kali ini aku harus sabar. Aku harus bisa membuat Tante Ning mencapai puncak kenikmatan seperti yang tadi kualami. Maka, dia mengajariku segala macam teknik merangsang birahi perempuan.


Dimulai dari berciuman. Dia mengajariku cara-cara memainkan mulut dan lidah. Setelah kuikuti, ternyata memang lebih enak. Lalu dia menyuruhku menciumi lehernya. Aku berhasil membuat sebuah cupangan, tapi Tante Ning lekas-lekas mengingatkan bahwa cupangan di leher akan mudah ketahuan orang. Maka, dia minta aku mencupang toketnya. Tanpa diminta pun, aku akan dengan senang hati melakukan itu. Toketnya itu luar biasa bagus. Putih, besar, bulat, kencang dan padat. Aku mencium dan meremas-remas seperti tanpa rasa puas. Dan aku jadi tambah bernafsu karena perbuatanku itu membuat Tante Ning menggelepar-gelepar keenakan. Dia bahkan jadi seperti tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Mulutnya mulai mengeluarkan kata-kata jorok, di tengah-tengah desahan dan rintihannya.


Aku sebenarnya sudah sangat tidak sabar, ingin segera memasukkan senjataku lagi ke dalam lubang surgawi Tante Ning. Tapi Tante Ning belum memberi isyarat untuk itu. Dia malah memintaku mencumbui selangkangannya dulu.


"Sini, Sayang..., ciumin ini Tante …," pintanya sambil berbaring telentang dan membuka kedua belah pahanya lebar-lebar.


Tanpa membuang waktu lagi, aku terus menyerudukkan mulutku pada celah vagina Tante Ning yang merekah minta diterkam. Benar-benat lezat. Vagina Tante Ning mulai kulumat-lumat tanpa karuan lagi, sedangkan lidahku menjilat-jilat deras seluruh bagian liang vaginanya yang telah dibanjiri lendir. Berulangkali kugelitik kelentitnya dengan ujung lidah sambil kukenyot dalam-dalam. Rambut kemaluan Tante Ning lebat dan rindang. Cupangan merah pun kucap pada seluruh bagian daging vagina Tante Ning yang menggairahkan ini. Tante Ning hanya menggerinjal-gerinjal kegelian dan sangat senang sekali nampaknya. Kulirik tadi, Tante Ning terus-menerus melakukan remasan pada buah dadanya sendiri sambil sesekali memelintir puting-putingnya. Berulang kali mulutnya mendesah-desah dan menjerit kecil saat mulutku menciumi mulut vaginanya dan menarik-narik daging kelentitnya.


"Ooohhhhh, Ivvvaaannn..., enak banget, Sayaaang… Teruuss…., teruuuuussssss….. Please…, yaaaahhhhhh "


Beberapa menit kemudian, aku merayap lembut menuju perut Tante Ning, dan terus merapat di seluruh bagian buah dadanya. Dengan ganas aku menyedot-nyedot puting payudaranya yang kini mengeras dan membengkak. Kembali kubuat beberapa cupangan di buah dadanya. Berulang kali jemariku memilin-milin gemas puting-puting susu Tante Ning secara bergantian, kiri dan kanan. Aku kini benar-benar tidak tahan lagi untuk menyetubuhi Tanteku. Tanpa menunggu komando dari Tante Ning, aku membimbing masuk batang kemaluanku pada liang vaginanya.


Tapi Tante Ning masih sempat mengubah posisi. Seperti yang pertama, kembali dia berada di atas. Ternyata itu memang disengaja oleh Tante Ning karena posisi begitu lebih menguntungkan aku. Aku jadi lebih tahan, sebaliknya Tante Ning akan cepat mencapai orgasme.


Benar saja. Tante Ning langsung menggenjot cepat karena rupanya dia sudah sangat keenakan dan hampir mencapai puncak. Aku menelentang saja sembari meremas-remas toket montoknya yang bergelantungan terkontal-kantil. Sesekali aku mengangkat pantat mengikuti komando Tante Ning. Tidak begitu lama, Tante Ning mengajakku segera membalik posisi.


"Ooouhkk.. yeaaah... ayoo.. ayooo... genjot Vaaannn..!" teriak Tante Ning saat merasakan batang kejantananku mulai menikam-nikam liar vaginanya. Dalam posisi di atas, gerakanku lebih leluasa. Aku semakin meningkatkan irama keluar masuk batang kemaluanku. Tante Ning hanya berpegangan pada kedua tanganku yang terus meremas-remas sepasang buah dadanya. Kedua kakinya mengangkang lebar, pinggulnya terangkat-angkat seirama dengan hunjaman batang kemaluanku.


"Blesep... sleeep... blesep..!" suara senggama yang sangat indah mengiringi dengan alunan lembut. Tante Ning mendesah, mengerang, dan merintih-rintih.


"Aaaarghh…, enak sekali, Ivaaannnn….., Tante suka kontol kamuhhh… Terus, Sayaaang…, teruuuussssss….., ssssshhhhhh….., aaaaarrggghhhhh…."


Aku semakin bersemangat, kusodok-sodokkan batang penisku semakin kuat dan cepat. Itulah nikmat bersetubuh yang pertama kali kurasakan. Aku masih belum bisa bertahan lama saking enaknya. Hanya beberapa menit, puncak klimaks itu kucapai dengan sangat sempurna, "Creeet... crooot... creeet..!"


Pada saat hampir bersamaan, tubuh Tante Ning mengejang, pinggulnya terangkat tinggi-tinggi.


"Oooorrrrgghh.. sssssshhhhh... aaarrrgghhhh..," seru Tante Ning menggelepar-gelepar ketika menggapai puncak kenikmatannya. "Tanteeehhh.……." "Oooohhhh, Ivaann…. Teken terus, Vaan, Tante masih enak…, teken terus, yaahhh…" "Ivan kayak mimpi, Tante….," bisikku polos. "Hm-mm, Tante juga, mimpi di surga… Peluk Tante, Sayang…"


Selanjutnya, dengan batang kemaluan yang masih tetap menancap erat pada vagina Tante Ning, aku jatuh tertidur. Tante Ning juga. Kami baru terbangun ketika si Mbok pulang dari pasar.       Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Kisah Antara Majikan dan Pembantu
May 11th 2013, 02:51

Sudah dua tahun dia bekerja dirumahku sebagai house keeper. Segala urusan tetek bengek rumah kuserahkan padanya. Aku hanya perlu mentransfer gaji ke ATMnya tiap bulan, dan segalanya beres, mulai dari memasak, mencuci sampai membayar semua rekening tagihan bulanan.


Sebagai eksekutif muda, aku memang terlalu sibuk untuk lebih memperhatikannya. Sepanjang segalanya beres, tak ada masalah buatku. Namanya Anggun, asal Solo. Aku menemukan dia dari agen pembantu rumah tangga. Sebetulnya aku termasuk beruntung karena Anggun bukanlah type pembantu rumah tangga biasa. Dari apa yang kutahu, dia cerdas, bersih, rajin tetapi sedikit misterius. Usianya dua puluh delapan tahun, sama denganku. Hubunganku dengannya hanya sebatas majikan dan pembantu walaupun pada prakteknya, aku tidak pernah memperlakukannya sebagai pembantu. Dia bagiku adalah teman, meski komunikasi diantara kami sangat minim. Kami tinggal berdua di rumahku, di kawasan Thamrin kota Madiun.

Kisah yang bermakna bagiku ini dimulai ketika aku terserang Typus. Harus dirawat inap selama dua minggu di Rumah Sakit. Sepanjang minggu itu, dia terus menjenguk dan menjagaku karena perawat hanya sesekali memeriksa keadaanku. Aku bisa merasakan betapa perhatiannya dia. Adalah wajar, selaku posisiku sebagai majikan, begitulah aku menilai. Rawat inap itu dilanjutkan dengan istirahat di rumah selama seminggu total. Hingga pada suatu pagi..
"Mas.. saatnya mandi."
"Mandi? Bukankah aku belum boleh mandi?" tanyaku heran.
"Iya.. tapi mandi yang ini khusus, tubuh Mas dilap dengan handuk yang dibasuh air hangat", katanya menerangkan.
"Ooo.. baiklah", sambungku lagi.
"Permisi Mas.."

Dia segera membuka bajuku satu persatu dengan hati-hati. Kerjanya yang cekatan bahkan melebihi perawat kemarin. Sedikit demi sedikit tubuhku mulai bersih. Hingga akhirnya sampai juga di daerah selangkangan. Dia memandangku sejenak.
"Silakan saja", kataku memutus kebimbangannya.
"Kok masih tidur Mas.."
"Apanya?"
"Itu.." katanya sambil menunjuk batang kemaluanku. Aku agak kaget juga.
"Dia juga ikut-ikutan sakit", balasku karena tidak tahu apa lagi yang mesti kukatakan.

Dia segera membersihkan daerah keramatku dengan lembut. Aku memperhatikan kerjanya saat itu. Dia sesekali memandangku tanpa rasa sungkan. Pada saatnya tanpa terasa, batang kemaluanku mulai naik karena sentuhan-sentuhan menawan tepat di area senjata pamungkasku itu.
"Jangan nakal dong Mas..", katanya sambil tersenyum penuh arti kepadaku.
Aku hanya bisa terdiam. Terus terang aku malu juga.
"Saya tidurkan lagi ya Mas.."
"Apanya yang ditidurkan?"
"Punya Mas.. kalau bangun gitu.. saya nggak bisa konsentrasi."
"Hah? Car.. ann. nya", kalimatku terpotong karena tiba-tiba dia melempar handuk ke lantai dan mencengkeram batang kemaluanku. Diusap-usapnya lembut. Wajahnya langsung didekatkan ke arah selangkanganku. Tanpa bicara langsung dikulumnya batang itu dengan mantap. "Ohh.. ahhsshh.." Dengan rakus diemutnya kemaluanku, dijilati, dikulum dan dikocok-kocok pakai tangan bergantian. Aku hanya bisa merasakan kenikmatan ini dengan nafas yang mulai sesak karena nafsu. Dia melakukannya dengan sangat indah. Aku tenggelam dalam kenikmatan kilat yang tiada tara, hingga akhirnya..

"Aku mauu.. ke.luarhh.. ashh."
"Ya udah keluarin aja Mas.."
"Di mulut kamu?"
"He eh.." katanya singkat. Dia mempercepat gerakan kepalanya. Aku merasa enak sekali apalagi di saat spermaku akan memancar keluar. Kupegang kepalanya erat, dan.., "Ahh.." aku berseru hebat tatkala maniku menyembur di dalam mulutnya. Sebagian berceceran di bibirnya karena pancaran mani itu banyak. Batang kemaluanku pun dijilatinya sampai bersih. Dia tersenyum, melihatku babak belur dalam permainan ini. Anggun mengerjaiku dengan cara yang professional. Sungguh dia tidak terkesan murahan.

"Nah, sekarang saya sudah bisa tenang kerjanya, punya Mas udah terlelap lagi.." bisiknya mesra.

Batang kemaluanku memang sudah mengendur karena mengalami ejakulasi. Dia teruskan kerjanya di bagian kaki. Aku hanya bisa terpaku seperti orang bodoh.
"Kamu mengerti betul akan laki-laki.. kamu udah pengalaman ya?" tanyaku setengah begurau ketika kerjanya sudah rampung.
"Pengalaman apa Mas?" tanyanya penasaran.
"Cara kamu tadi sungguh bikin aku hampir mati keenakan."
"Ah.. saya cuma nonton CD yang saya sewa di pasar."
"Masa sih? Kamu suka nonton gituan ya?" selidikku.
"Nggak.. lagi bosan aja, habis Mas nggak pernah peduli ama saya.. Saya kan kesepian Mas.."
"Upss.." aku disudutkan langsung, telak sekali.
"Emangnya kamu suka diperhatikan ya?" tanyaku dengan perasaan tidak nyaman.
"Ya.. boleh dibilang begitu, emang salah?"
"Nggak juga sih, kalau begitu aku salah.. lain kali aku pasti lebih memperhatikan kamu", kataku meyakinkannya, dengan rasa penasaran yang belum hilang.
"Anggun.. kamu udah pernah bercinta belum?" tanyaku tanpa basa-basi lagi.
"Menurut Mas gimana?"
"Mana aku tahu?"
"Bentar Mas.."

Dia segera duduk di dekatku. Roknya disingkap sampai atas hingga yang tampak hanya celana dalamnya yang berwarna hitam.
"Nih, silakan Mas periksa deh, biar yakin gitu", timpalnya seraya menantang. CD itu langsung dilepaskan sampai terbuka, dengan gaya menantang disibakkannya rambut halus yang mengitari liang kewanitaannya. Terlihatlah lubang kemaluannya yang berwarna merah muda dan segar. Darahku langsung terkesiap.
"Ayo Mas.. diperiksa, kok cuman bengong aja sih?"
Aku tak bisa berkata-kata lagi. Jika aku memeriksa, gimana caranya. Itu kan tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Walau demikian, naluri laki-lakiku langsung menyeruak tatkala Anggun mengelus-elus barangnya sendiri. Batang kemaluanku langsung bangkit lagi, kali ini getarannya lebih keras, hingga batang kemaluanku berdenyut hebat.

"Lho, ditanya kok malah punya Mas yang menyahut.. nakal ah."
Dia segera memakaikan lagi celana dalamnya. Kutangkap tangannya, agar CD itu tidak menutupi liang kewanitaannya.
"Anggun.. aku sudah nggak tahan.. sini dong.."
"Eitss.. ntar dulu Mas, ada syaratnya", katanya lagi yang membuat kepalaku terasa mau meledak menahan nafsu yang manjadi-jadi.
"Apa.. ayo cepat sebutkan syaratnya", pintaku terbata-bata. Sungguh aku tak tahan lagi.
"Syaratnya nggak banyak.. Mas hanya harus mencintai aku dulu, baru punyaku yang ini terserah mau Mas apain", katanya mantap seraya menunjuk liang kewanitaannya. Bagaikan tersambar petir aku mendengar permintaannya itu. Selama hidup aku memang tidak pernah merasa mencintai seorang wanita. Tanpa bermaksud menyombongkan diri, wanita secantik apapun pasti selalu takluk padaku, disebabkan banyak hal. Yang pertama karena aku memang punya tanda fisik yang bagus, menurun dari mamaku yang berdarah Spanyol-Israel dan papaku yang berdarah Batak. Yang kedua, karena sejak kecil, kehidupan ekonomiku memang sangat mapan. Jadi rasanya tidak terlalu berlebihan kalau aku mengatakan demikian.

"Aku nggak akan berbohong padamu, aku tidak mencintai kamu.. setidaknya saat ini.. kenapa harus memakai cinta segala?" tanyaku.
"Kalau begitu, lupakan saja punya saya Mas.. itu bukan untuk Mas..permisi", katanya segera mengenakan CD-nya dan berlalu. Aku langsung menangkap tangannya, kulihat kesedihan di wajahnya.
"Anggun.. aku.. udah nggak tahann.. ayolahh.."
"Maaf Mas, kalau Mas memaksa, mulai sekarang saya berhenti kerja di sini.."
Aku tak bisa berkata-kata lagi. Dia meninggalkan aku dalam kondisi mengenaskan. Betapa tidak, gairahku dibuatnya terkatung-katung.

Sejak peristiwa itu perasaan bersalahku selalu muncul. Aku tidak melihatnya bekerja sebagaimana biasa. Kucari ke mana-mana, ternyata dia sedang berbaring di kamarnya, pakai selimut.
"Kenapa kamu?" tanyaku.
"Aku sakit Mas.. nggak enak badan", mimiknya lelah dan pucat.
Kuraba keningnya, memang agak hangat. Entah kenapa, aku jadi begitu kasihan padanya. Aku merasa kalau ada bagian dari diriku yang sakit juga. Ahh.. inikah namanya cinta? Segera kutelepon dokter pribadiku. Anggun diperiksa dan diberi beberapa obat. Sejak Anggun sakit, aku pulang dari kantor lebih cepat. Aku hanya menangani bisnis utama. Pekerjaan lain yang agak ringan kuserahkan pada sekretarisku.

"Mas, Saya mau mandi, udah tiga hari berbaring terus.. kan bau Mas.."
"Lho.. kan kamu belum sembuh benar, dokter bilang seminggu ini kamu harus istirahat."
"Mandi lap aja Mas, tolong yah Mas", pintanya kemudian.
Aku bergegas mengambil handuk kecil, membasuhnya dengan air hangat. Perlahan-lahan kubuka bajunya satu persatu. Sekarang dia sudah telanjang bulat. Dalam keadaan sakit pun, dia bahkan kelihatan tetap cantik dan seksi. Luar biasa, pikirku. Kurasakan batang kemaluanku perlahan naik ketika usapan handukku merambah bagian dadanya.

"Ohh.. lamain dikit di situ Mas.. aah.."
"Kenapa?"
"Enak sih", katanya menggoda.
Aku hanya tersenyum. Kulap dengan perlahan. Puting susunya sejak tadi sangat menggodaku. Karena tak kuat menahan birahi..segera kupagut, kujilati. "Oughh.. Mashh.. kerjaa.. nyahh.. kan belum.. selesai.. Masshh.."
Aku tidak peduli. Aku tahu dia pun menikmatinya. Kuremas-remas payudaranya dan tanganku kemudian beranjak menuju ke selangkangannya. Pahanya langsung dirapatkan. Tanganku terhimpit tepat di liang kewanitaannya.

"Kenapa?"
"Janganh.. nakal Masshh.."
"Aku memang nakal.. terus kenapa?" kataku dan langsung memeluknya. Kulumat bibirnya sampai dia megap-megap, tapi tertawa senang. Kulepas bajuku sendiri, sesekali dibantunya. Kini kami sudah sama-sama telanjang bulat. Kutindih dia dan kujilati bibirnya. Lidahku kumasukkan ke mulutnya sementara tanganku terus mengelus permukaan lubang kemaluannya. "Ssshh.. Mass.. terushh Mas.. ashh.." Ciumanku turun ke dada. Satu persatu jilatanku mendarat di permukaan bukit kembarnya yang merangsang. Putingnya kusedot-sedot sampai berbunyi keras. Dia menggelinjang penuh nafsu. Nafasnya tersengal-sengal. Kuciumi perutnya dan tanganku mengusap-usap pahanya. Anggun semakin terlena. Dia terkulai pasrah. Aku merasa semakin perkasa. Sesampainya di bawah, kubuka pahanya dan kutekuk. Liang senggamanya langsung kuserbu. Liang itu tetap wangi meski dia tidak mandi tiga hari.

"Masshh.. yang itu.. jangghh.." belum sempat dia meneruskan kalimatnya, langsung kujilati dengan ganas. Kumulai dari permukaannya. "Ahhsshh.. shh.." dia menggoyang pinggulnya sampai mulutku timbul tenggelam di lembah surganya. Kumasukkan lidahku agak ke dalam, dia semakin bergetar dan mulai menjerit-jerit. Ouugghh.. Masshh!" dia berteriak lantang sembari menjambak rambutku ketika kusedot klitorisnya dan kukait-kait dengan nakal. Kali ini tanganku bergerilya lagi di susu segarnya. Sepuluh menit kemudian, cairan yang hangat dan bening keluar dari liang kewanitaannya membasahi mulutku. Dia mengerang seperti kesetanan tatkala cairan itu mengalir. Mulutku sampai becek karena aku terus menjilati lubang kemaluannya. Cairan itu makin lama makin membanjiri selangkangannya. Aku sampai tak tahu lagi yang mana air ludahku, yang mana cairannya. Benar-benar basah.

"Masshh.. yang itu milik Masshh.. terserah Masshh.. cepatt Mashh.. Anggun udah nggak kuat.. Masshh.. tolonglah.. ashh.." dia memohon sambil ngos-ngosan.
Aku jadi teringat peristiwa kemarin. Aku bangkit dan pura-pura berlalu meninggalkannya tergeletak.
"Mashh.. mau ke mana? Lebih.. baik bunuh Anggun aja.. Mas.. Mash.." dia berteriak-teriak memanggilku. Aku mendekatinya lagi.
"Dengan satu syarat", kataku santai, walaupun sebenarnya batang kemaluanku pun sudah tak tahan lagi.
"Apah.. ayo.. Mashh.. jangan siksa Anggun dong.. hhssh.." bicaranya makin tidak karuan menahan getaran dahsyat yang kuhadiahkan. Saat itu dia bicara manja sekali.
"Kamu hanya harus mencintai aku dulu", kataku lagi seperti yang diucapkannya dulu.

Tiba-tiba dia terkesiap. Dipandanginya aku setengah tak percaya. Dia bangkit dan menghambur ke pelukanku. Dibenamkannya wajah mungilnya ke dadaku.
"Oh.. Mas Brando, dari dulu Anggun udah cinta ama Mas.. Anggun bahagia sekali Mas.. Anggun cinta ama Mas Brando", dia menyemburkan kalimat panjang itu setengah terharu.
"Aku juga mencintai kamu Anggun.. sungguh", balasku jujur.
Dipandanginya aku dan langsung duduk di pangkuanku. Bibirku langsung dipagutnya dengan gemas. Yang kurasakan saat itu adalah perpaduan nafsu dan rasa sayang. Aku langsung membayangkan seks indah yang romantis. Sesekali kurasakan juga batang kemaluanku bergesekan dengan perutnya yang mulus. Dia menegakkan tubuhnya. Dadanya yang putih berhadapan dengan wajahku. Langsung kujilati dan kusedot-sedot dengan bergairah. Dia menggeliat liar dan menggoyangkan pinggulnya tak karuan. Gairahku makin meninggi.

"Anggun.. Mas masukin ya sayang.."
"Iyahh.. Mashh.. Anggunh juga udah.. nggak sabaran pingin bercinta ama Masshh.." balasnya.
Dipegangnya batang kemaluanku dan diarahkannya ke lubang yang sangat nikmat itu. "Aoohh.. shh.. Ahh.. Anggun.. ohh.." Digoyangnya terus pantatnya hingga terasa batang kemaluanku bagai dipijat-pijat dan diremas-remas. Nikmat sekali. Dia menggelinjang dan berteriak, sesekali mengerang, kemudian mendesis liar. Dia menari-nari di atas pangkuanku sambil meremas-remas payudaranya sendiri. Kadang-kadang dia juga mengelus dadaku yang dipenuhi bulu-bulu.

"Mass.. berhenti dulu, Anggunhh mau ganti posisi.." Segera dia merangkak membelakangiku. Sambil melirik ke belakang, dia merangkak sambil pantatnya bergoyang aduhai. Liang kewanitaannya yang basah kuyup tampak menggoda. Kususul dia dari belakang, kutusukkan batang kemaluanku. Dia berseru manja, membuat batang kemaluanku makin gatal rasanya. Aku merasa sedap sekali. Saat itu aku tahu Anggun sudah tidak perawan lagi. Namun kuurungkan hingga permainan ini usai.

"Mass.. Anggunnhh mau.. nyampe.." dia terbata ketika orgasme akan didapatnya lagi. Sodokanku kupercepat namun tetap terkontrol.
"Aughh.. ohh.. nikkmat.. Mashh.."
Aku meremas payudaranya lembut ketika orgasme diraihnya.
"Sekarang giliranku, Sayang", bisikku lembut di telinganya. Dia cuma tersenyum. Dibalikkannya tubuhnya dan memegang batang kemaluanku. Dia langsung mengulumnya penuh gairah. Dijilatinya dan dikocoknya lembut perlahan secara bergantian. "Ohh.." aku semakin merasa orgasme akan segera datang. Kuraih tubuhnya. "Enak.. mana Nggun? Kamu yang nentuin sekarang.. shh.."
"Aku di atas Mas.. Mas telentang aja.."

Akupun telentang, dia duduk di atasku dan mengarahkan batang kemaluanku ke liang kewanitaannya. Digoyangnya sambil terkadang menyambar bibirku tiba-tiba. Kami semakin hanyut. Pantatnya kuremas-remas gemas. Dadanya bergoyang-goyang seirama dengan tarian sensualnya. "Anggun.. aku mau keluar.. tahann.. yahh.. say.. sayang.." aku berseru sambil menyodok liang kewanitaannya sekuat tenaga. Dia memekik. Akhirnya kami terkulai dan terdampar berdampingan. Lumayan untuk pasangan yang baru sembuh. Dipeluknya aku dan diciuminya. Kami berpelukan dengan mesranya. Lama kami terdiam dan tenggelam dalam kebahagiaan. Kukecup bibir dan keningnya. Dia hanya melenguh pelan.

"Aku bukan yang pertama", desisku.
Anggun bangkit dan memandangku dengan perasaan bersalah.
"Apa Mas kecewa karena Anggun nggak virgin lagi?"
Kupandangi dia lalu tersenyum, kupeluk dengan rasa sayang.
"Bukan itu sayang, aku mencintaimu apa adanya.. hanya saja mungkin sangat nikmat bila menikmati tubuhmu ketika masih utuh", balasku meyakinkan sambil main mata padanya.
"Lagipula.. aku juga tidak terlalu suci untukmu.." lanjutku lagi.
"Ah, Mas nakal sih", dicubitnya hidungku. Dia menarik nafas dalam-dalam.
"Anggun memang pertama kali disetubuhi sepupu, dia cinta pertama.. dulu aku sangat memujanya, ternyata dia brengsek.."
"Apa cintamu padanya dulu sebesar cintamu padaku sekarang?" selidikku dengan nada cemburu.
"Aku menyerahkan kehormatanku karena dulu cintaku sangat besar Mas. Sekarang, Mas harus berjuang untuk mendapatkan seluruh cinta Anggun.."

Aku tertegun. Sungguh wanita itu luar biasa.
"Lalu apa yang harus aku lakukan, agar kamu mencintaiku dengan segenap hati dan melebihi si brengsek itu?"
Dia menatapku mesra. Ditindihnya aku.
"Yang pertama, Mas harus memberikan seluruh cinta Mas padaku. Yang kedua, menikahlah dengan Anggun supaya Mas lebih bertanggung jawab dan perhatian sama Anggun.. dan yang ketiga.." Dia langsung mencengkeram batang kemaluanku erat, aku meringis tapi enak, "Ini milik Anggun, ini hanya boleh dimasukkan ke dalam punya Anggun, dan.."
"Dan apalagi?" tanyaku tak sabar.
Dibimbingnya tanganku ke liang kewanitaannya, dan mengelusnya bersama-sama.
"Mulai sekarang, ini seutuhnya untuk Mas Brando.."
"Ahh.. aku mencintaimu Anggun."
"Anggun juga Mas.."
Dan kami pun saling memagut dengan ganasnya. Beragam duel seru kami nikmati lagi hingga menjelang pagi. Segala gaya yang dia tahu sudah kami praktekkan, demikian juga posisi-posisi yang aku tahu. Sampai kami kelelahan dan tertidur pulas.

Akhirnya, aku hanya bisa mengatakan kepada pembaca sekalian bahwa seks juga bisa membuat kita mengenal pasangan lebih jauh. Ini terdengar kebarat-baratan, tapi itulah kenyataannya. Jangan kita meneruskan kebiasaan munafik kita, supaya tingkat perceraian di Indonesia bisa ditekan semaksimal mungkin. Well, dalam waktu dekat kami akan menikah di Madiun.

Kisah yang bermakna bagiku ini dimulai ketika aku terserang Typus. Harus dirawat inap selama dua minggu di Rumah Sakit. Sepanjang minggu itu, dia terus menjenguk dan menjagaku karena perawat hanya sesekali memeriksa keadaanku. Aku bisa merasakan betapa perhatiannya dia. Adalah wajar, selaku posisiku sebagai majikan, begitulah aku menilai. Rawat inap itu dilanjutkan dengan istirahat di rumah selama seminggu total. Hingga pada suatu pagi.."Mas.. saatnya mandi.""Mandi? Bukankah aku belum boleh mandi?" tanyaku heran."Iya.. tapi mandi yang ini khusus, tubuh Mas dilap dengan handuk yang dibasuh air hangat", katanya menerangkan."Ooo.. baiklah", sambungku lagi."Permisi Mas.."
Dia segera membuka bajuku satu persatu dengan hati-hati. Kerjanya yang cekatan bahkan melebihi perawat kemarin. Sedikit demi sedikit tubuhku mulai bersih. Hingga akhirnya sampai juga di daerah selangkangan. Dia memandangku sejenak."Silakan saja", kataku memutus kebimbangannya."Kok masih tidur Mas..""Apanya?""Itu.." katanya sambil menunjuk batang kemaluanku. Aku agak kaget juga."Dia juga ikut-ikutan sakit", balasku karena tidak tahu apa lagi yang mesti kukatakan.
Dia segera membersihkan daerah keramatku dengan lembut. Aku memperhatikan kerjanya saat itu. Dia sesekali memandangku tanpa rasa sungkan. Pada saatnya tanpa terasa, batang kemaluanku mulai naik karena sentuhan-sentuhan menawan tepat di area senjata pamungkasku itu."Jangan nakal dong Mas..", katanya sambil tersenyum penuh arti kepadaku.Aku hanya bisa terdiam. Terus terang aku malu juga."Saya tidurkan lagi ya Mas..""Apanya yang ditidurkan?""Punya Mas.. kalau bangun gitu.. saya nggak bisa konsentrasi.""Hah? Car.. ann. nya", kalimatku terpotong karena tiba-tiba dia melempar handuk ke lantai dan mencengkeram batang kemaluanku. Diusap-usapnya lembut. Wajahnya langsung didekatkan ke arah selangkanganku. Tanpa bicara langsung dikulumnya batang itu dengan mantap. "Ohh.. ahhsshh.." Dengan rakus diemutnya kemaluanku, dijilati, dikulum dan dikocok-kocok pakai tangan bergantian. Aku hanya bisa merasakan kenikmatan ini dengan nafas yang mulai sesak karena nafsu. Dia melakukannya dengan sangat indah. Aku tenggelam dalam kenikmatan kilat yang tiada tara, hingga akhirnya..
"Aku mauu.. ke.luarhh.. ashh.""Ya udah keluarin aja Mas..""Di mulut kamu?""He eh.." katanya singkat. Dia mempercepat gerakan kepalanya. Aku merasa enak sekali apalagi di saat spermaku akan memancar keluar. Kupegang kepalanya erat, dan.., "Ahh.." aku berseru hebat tatkala maniku menyembur di dalam mulutnya. Sebagian berceceran di bibirnya karena pancaran mani itu banyak. Batang kemaluanku pun dijilatinya sampai bersih. Dia tersenyum, melihatku babak belur dalam permainan ini. Anggun mengerjaiku dengan cara yang professional. Sungguh dia tidak terkesan murahan.
"Nah, sekarang saya sudah bisa tenang kerjanya, punya Mas udah terlelap lagi.." bisiknya mesra.
Batang kemaluanku memang sudah mengendur karena mengalami ejakulasi. Dia teruskan kerjanya di bagian kaki. Aku hanya bisa terpaku seperti orang bodoh."Kamu mengerti betul akan laki-laki.. kamu udah pengalaman ya?" tanyaku setengah begurau ketika kerjanya sudah rampung."Pengalaman apa Mas?" tanyanya penasaran."Cara kamu tadi sungguh bikin aku hampir mati keenakan.""Ah.. saya cuma nonton CD yang saya sewa di pasar.""Masa sih? Kamu suka nonton gituan ya?" selidikku."Nggak.. lagi bosan aja, habis Mas nggak pernah peduli ama saya.. Saya kan kesepian Mas..""Upss.." aku disudutkan langsung, telak sekali."Emangnya kamu suka diperhatikan ya?" tanyaku dengan perasaan tidak nyaman."Ya.. boleh dibilang begitu, emang salah?""Nggak juga sih, kalau begitu aku salah.. lain kali aku pasti lebih memperhatikan kamu", kataku meyakinkannya, dengan rasa penasaran yang belum hilang."Anggun.. kamu udah pernah bercinta belum?" tanyaku tanpa basa-basi lagi."Menurut Mas gimana?""Mana aku tahu?""Bentar Mas.."
Dia segera duduk di dekatku. Roknya disingkap sampai atas hingga yang tampak hanya celana dalamnya yang berwarna hitam."Nih, silakan Mas periksa deh, biar yakin gitu", timpalnya seraya menantang. CD itu langsung dilepaskan sampai terbuka, dengan gaya menantang disibakkannya rambut halus yang mengitari liang kewanitaannya. Terlihatlah lubang kemaluannya yang berwarna merah muda dan segar. Darahku langsung terkesiap."Ayo Mas.. diperiksa, kok cuman bengong aja sih?"Aku tak bisa berkata-kata lagi. Jika aku memeriksa, gimana caranya. Itu kan tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Walau demikian, naluri laki-lakiku langsung menyeruak tatkala Anggun mengelus-elus barangnya sendiri. Batang kemaluanku langsung bangkit lagi, kali ini getarannya lebih keras, hingga batang kemaluanku berdenyut hebat.
"Lho, ditanya kok malah punya Mas yang menyahut.. nakal ah."Dia segera memakaikan lagi celana dalamnya. Kutangkap tangannya, agar CD itu tidak menutupi liang kewanitaannya."Anggun.. aku sudah nggak tahan.. sini dong..""Eitss.. ntar dulu Mas, ada syaratnya", katanya lagi yang membuat kepalaku terasa mau meledak menahan nafsu yang manjadi-jadi."Apa.. ayo cepat sebutkan syaratnya", pintaku terbata-bata. Sungguh aku tak tahan lagi."Syaratnya nggak banyak.. Mas hanya harus mencintai aku dulu, baru punyaku yang ini terserah mau Mas apain", katanya mantap seraya menunjuk liang kewanitaannya. Bagaikan tersambar petir aku mendengar permintaannya itu. Selama hidup aku memang tidak pernah merasa mencintai seorang wanita. Tanpa bermaksud menyombongkan diri, wanita secantik apapun pasti selalu takluk padaku, disebabkan banyak hal. Yang pertama karena aku memang punya tanda fisik yang bagus, menurun dari mamaku yang berdarah Spanyol-Israel dan papaku yang berdarah Batak. Yang kedua, karena sejak kecil, kehidupan ekonomiku memang sangat mapan. Jadi rasanya tidak terlalu berlebihan kalau aku mengatakan demikian.
"Aku nggak akan berbohong padamu, aku tidak mencintai kamu.. setidaknya saat ini.. kenapa harus memakai cinta segala?" tanyaku."Kalau begitu, lupakan saja punya saya Mas.. itu bukan untuk Mas..permisi", katanya segera mengenakan CD-nya dan berlalu. Aku langsung menangkap tangannya, kulihat kesedihan di wajahnya."Anggun.. aku.. udah nggak tahann.. ayolahh..""Maaf Mas, kalau Mas memaksa, mulai sekarang saya berhenti kerja di sini.."Aku tak bisa berkata-kata lagi. Dia meninggalkan aku dalam kondisi mengenaskan. Betapa tidak, gairahku dibuatnya terkatung-katung.
Sejak peristiwa itu perasaan bersalahku selalu muncul. Aku tidak melihatnya bekerja sebagaimana biasa. Kucari ke mana-mana, ternyata dia sedang berbaring di kamarnya, pakai selimut."Kenapa kamu?" tanyaku."Aku sakit Mas.. nggak enak badan", mimiknya lelah dan pucat.Kuraba keningnya, memang agak hangat. Entah kenapa, aku jadi begitu kasihan padanya. Aku merasa kalau ada bagian dari diriku yang sakit juga. Ahh.. inikah namanya cinta? Segera kutelepon dokter pribadiku. Anggun diperiksa dan diberi beberapa obat. Sejak Anggun sakit, aku pulang dari kantor lebih cepat. Aku hanya menangani bisnis utama. Pekerjaan lain yang agak ringan kuserahkan pada sekretarisku.
"Mas, Saya mau mandi, udah tiga hari berbaring terus.. kan bau Mas..""Lho.. kan kamu belum sembuh benar, dokter bilang seminggu ini kamu harus istirahat.""Mandi lap aja Mas, tolong yah Mas", pintanya kemudian.Aku bergegas mengambil handuk kecil, membasuhnya dengan air hangat. Perlahan-lahan kubuka bajunya satu persatu. Sekarang dia sudah telanjang bulat. Dalam keadaan sakit pun, dia bahkan kelihatan tetap cantik dan seksi. Luar biasa, pikirku. Kurasakan batang kemaluanku perlahan naik ketika usapan handukku merambah bagian dadanya.
"Ohh.. lamain dikit di situ Mas.. aah..""Kenapa?""Enak sih", katanya menggoda.Aku hanya tersenyum. Kulap dengan perlahan. Puting susunya sejak tadi sangat menggodaku. Karena tak kuat menahan birahi..segera kupagut, kujilati. "Oughh.. Mashh.. kerjaa.. nyahh.. kan belum.. selesai.. Masshh.."Aku tidak peduli. Aku tahu dia pun menikmatinya. Kuremas-remas payudaranya dan tanganku kemudian beranjak menuju ke selangkangannya. Pahanya langsung dirapatkan. Tanganku terhimpit tepat di liang kewanitaannya.
"Kenapa?""Janganh.. nakal Masshh..""Aku memang nakal.. terus kenapa?" kataku dan langsung memeluknya. Kulumat bibirnya sampai dia megap-megap, tapi tertawa senang. Kulepas bajuku sendiri, sesekali dibantunya. Kini kami sudah sama-sama telanjang bulat. Kutindih dia dan kujilati bibirnya. Lidahku kumasukkan ke mulutnya sementara tanganku terus mengelus permukaan lubang kemaluannya. "Ssshh.. Mass.. terushh Mas.. ashh.." Ciumanku turun ke dada. Satu persatu jilatanku mendarat di permukaan bukit kembarnya yang merangsang. Putingnya kusedot-sedot sampai berbunyi keras. Dia menggelinjang penuh nafsu. Nafasnya tersengal-sengal. Kuciumi perutnya dan tanganku mengusap-usap pahanya. Anggun semakin terlena. Dia terkulai pasrah. Aku merasa semakin perkasa. Sesampainya di bawah, kubuka pahanya dan kutekuk. Liang senggamanya langsung kuserbu. Liang itu tetap wangi meski dia tidak mandi tiga hari.
"Masshh.. yang itu.. jangghh.." belum sempat dia meneruskan kalimatnya, langsung kujilati dengan ganas. Kumulai dari permukaannya. "Ahhsshh.. shh.." dia menggoyang pinggulnya sampai mulutku timbul tenggelam di lembah surganya. Kumasukkan lidahku agak ke dalam, dia semakin bergetar dan mulai menjerit-jerit. Ouugghh.. Masshh!" dia berteriak lantang sembari menjambak rambutku ketika kusedot klitorisnya dan kukait-kait dengan nakal. Kali ini tanganku bergerilya lagi di susu segarnya. Sepuluh menit kemudian, cairan yang hangat dan bening keluar dari liang kewanitaannya membasahi mulutku. Dia mengerang seperti kesetanan tatkala cairan itu mengalir. Mulutku sampai becek karena aku terus menjilati lubang kemaluannya. Cairan itu makin lama makin membanjiri selangkangannya. Aku sampai tak tahu lagi yang mana air ludahku, yang mana cairannya. Benar-benar basah.
"Masshh.. yang itu milik Masshh.. terserah Masshh.. cepatt Mashh.. Anggun udah nggak kuat.. Masshh.. tolonglah.. ashh.." dia memohon sambil ngos-ngosan.Aku jadi teringat peristiwa kemarin. Aku bangkit dan pura-pura berlalu meninggalkannya tergeletak."Mashh.. mau ke mana? Lebih.. baik bunuh Anggun aja.. Mas.. Mash.." dia berteriak-teriak memanggilku. Aku mendekatinya lagi."Dengan satu syarat", kataku santai, walaupun sebenarnya batang kemaluanku pun sudah tak tahan lagi."Apah.. ayo.. Mashh.. jangan siksa Anggun dong.. hhssh.." bicaranya makin tidak karuan menahan getaran dahsyat yang kuhadiahkan. Saat itu dia bicara manja sekali."Kamu hanya harus mencintai aku dulu", kataku lagi seperti yang diucapkannya dulu.
Tiba-tiba dia terkesiap. Dipandanginya aku setengah tak percaya. Dia bangkit dan menghambur ke pelukanku. Dibenamkannya wajah mungilnya ke dadaku."Oh.. Mas Brando, dari dulu Anggun udah cinta ama Mas.. Anggun bahagia sekali Mas.. Anggun cinta ama Mas Brando", dia menyemburkan kalimat panjang itu setengah terharu."Aku juga mencintai kamu Anggun.. sungguh", balasku jujur.Dipandanginya aku dan langsung duduk di pangkuanku. Bibirku langsung dipagutnya dengan gemas. Yang kurasakan saat itu adalah perpaduan nafsu dan rasa sayang. Aku langsung membayangkan seks indah yang romantis. Sesekali kurasakan juga batang kemaluanku bergesekan dengan perutnya yang mulus. Dia menegakkan tubuhnya. Dadanya yang putih berhadapan dengan wajahku. Langsung kujilati dan kusedot-sedot dengan bergairah. Dia menggeliat liar dan menggoyangkan pinggulnya tak karuan. Gairahku makin meninggi.
"Anggun.. Mas masukin ya sayang..""Iyahh.. Mashh.. Anggunh juga udah.. nggak sabaran pingin bercinta ama Masshh.." balasnya.Dipegangnya batang kemaluanku dan diarahkannya ke lubang yang sangat nikmat itu. "Aoohh.. shh.. Ahh.. Anggun.. ohh.." Digoyangnya terus pantatnya hingga terasa batang kemaluanku bagai dipijat-pijat dan diremas-remas. Nikmat sekali. Dia menggelinjang dan berteriak, sesekali mengerang, kemudian mendesis liar. Dia menari-nari di atas pangkuanku sambil meremas-remas payudaranya sendiri. Kadang-kadang dia juga mengelus dadaku yang dipenuhi bulu-bulu.
"Mass.. berhenti dulu, Anggunhh mau ganti posisi.." Segera dia merangkak membelakangiku. Sambil melirik ke belakang, dia merangkak sambil pantatnya bergoyang aduhai. Liang kewanitaannya yang basah kuyup tampak menggoda. Kususul dia dari belakang, kutusukkan batang kemaluanku. Dia berseru manja, membuat batang kemaluanku makin gatal rasanya. Aku merasa sedap sekali. Saat itu aku tahu Anggun sudah tidak perawan lagi. Namun kuurungkan hingga permainan ini usai.
"Mass.. Anggunnhh mau.. nyampe.." dia terbata ketika orgasme akan didapatnya lagi. Sodokanku kupercepat namun tetap terkontrol."Aughh.. ohh.. nikkmat.. Mashh.."Aku meremas payudaranya lembut ketika orgasme diraihnya."Sekarang giliranku, Sayang", bisikku lembut di telinganya. Dia cuma tersenyum. Dibalikkannya tubuhnya dan memegang batang kemaluanku. Dia langsung mengulumnya penuh gairah. Dijilatinya dan dikocoknya lembut perlahan secara bergantian. "Ohh.." aku semakin merasa orgasme akan segera datang. Kuraih tubuhnya. "Enak.. mana Nggun? Kamu yang nentuin sekarang.. shh..""Aku di atas Mas.. Mas telentang aja.."
Akupun telentang, dia duduk di atasku dan mengarahkan batang kemaluanku ke liang kewanitaannya. Digoyangnya sambil terkadang menyambar bibirku tiba-tiba. Kami semakin hanyut. Pantatnya kuremas-remas gemas. Dadanya bergoyang-goyang seirama dengan tarian sensualnya. "Anggun.. aku mau keluar.. tahann.. yahh.. say.. sayang.." aku berseru sambil menyodok liang kewanitaannya sekuat tenaga. Dia memekik. Akhirnya kami terkulai dan terdampar berdampingan. Lumayan untuk pasangan yang baru sembuh. Dipeluknya aku dan diciuminya. Kami berpelukan dengan mesranya. Lama kami terdiam dan tenggelam dalam kebahagiaan. Kukecup bibir dan keningnya. Dia hanya melenguh pelan.
"Aku bukan yang pertama", desisku.Anggun bangkit dan memandangku dengan perasaan bersalah."Apa Mas kecewa karena Anggun nggak virgin lagi?"Kupandangi dia lalu tersenyum, kupeluk dengan rasa sayang."Bukan itu sayang, aku mencintaimu apa adanya.. hanya saja mungkin sangat nikmat bila menikmati tubuhmu ketika masih utuh", balasku meyakinkan sambil main mata padanya."Lagipula.. aku juga tidak terlalu suci untukmu.." lanjutku lagi."Ah, Mas nakal sih", dicubitnya hidungku. Dia menarik nafas dalam-dalam."Anggun memang pertama kali disetubuhi sepupu, dia cinta pertama.. dulu aku sangat memujanya, ternyata dia brengsek..""Apa cintamu padanya dulu sebesar cintamu padaku sekarang?" selidikku dengan nada cemburu."Aku menyerahkan kehormatanku karena dulu cintaku sangat besar Mas. Sekarang, Mas harus berjuang untuk mendapatkan seluruh cinta Anggun.."
Aku tertegun. Sungguh wanita itu luar biasa."Lalu apa yang harus aku lakukan, agar kamu mencintaiku dengan segenap hati dan melebihi si brengsek itu?"Dia menatapku mesra. Ditindihnya aku."Yang pertama, Mas harus memberikan seluruh cinta Mas padaku. Yang kedua, menikahlah dengan Anggun supaya Mas lebih bertanggung jawab dan perhatian sama Anggun.. dan yang ketiga.." Dia langsung mencengkeram batang kemaluanku erat, aku meringis tapi enak, "Ini milik Anggun, ini hanya boleh dimasukkan ke dalam punya Anggun, dan..""Dan apalagi?" tanyaku tak sabar.Dibimbingnya tanganku ke liang kewanitaannya, dan mengelusnya bersama-sama."Mulai sekarang, ini seutuhnya untuk Mas Brando..""Ahh.. aku mencintaimu Anggun.""Anggun juga Mas.."Dan kami pun saling memagut dengan ganasnya. Beragam duel seru kami nikmati lagi hingga menjelang pagi. Segala gaya yang dia tahu sudah kami praktekkan, demikian juga posisi-posisi yang aku tahu. Sampai kami kelelahan dan tertidur pulas.
Akhirnya, aku hanya bisa mengatakan kepada pembaca sekalian bahwa seks juga bisa membuat kita mengenal pasangan lebih jauh. Ini terdengar kebarat-baratan, tapi itulah kenyataannya. Jangan kita meneruskan kebiasaan munafik kita, supaya tingkat perceraian di Indonesia bisa ditekan semaksimal mungkin. Well, dalam waktu dekat kami akan menikah di Madiun. Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita sex - affair dengan diana warteg
May 11th 2013, 02:50

Nama saya Heru, saat itu saya berumur 25 tahun, telah berkeluarga dengan istri bernama Meri, serta telah dikaruniai dua orang anak yang pertama berumur 3 tahun dan kedua berumur 1 tahun. Cerita ini bermula dari kebiasaan saya yang sering nongkrong di warteg di komplek tempat saya tinggal pada waktu santai.
Pemilik Warteg itu adalah sepasang pengantin baru yang baru 7 bulan menikah. Penjaganya adalah istri dari pengantin baru tersebut yang bernama Diana, sedangkan suaminya adalah seorang sopir bus AKAP, yang sering bertugas sampai berhari-hari baru pulang dan bernama Juanda. Saya dan istri sayapun kenal baik dan akrab dengan mereka.
Pada suatu hari yang telah saya lupa tanggalnya saya kembali nongkrong di Warteg itu yang pada saat itu suasana sudah mulai sepi karena hari sudah menjelang malam. Pada saat itu Diana sedang berkemas-kemas untuk menutup wartegnya. Saya lalu mengajak Diana mengobrol sambil dia berkemas-kemas.
"Kok sendirian Yan?" tanya saya. (Saya memanggilnya Dian/Yan)
"Iya nih Kak, Kak Juandanya tadi pagi baru berangkat!"
"Kemana?"
"Katanya hari ini tujuan Jakarta, dan sampai 8 hari baru bisa pulang," katanya.
"Oh ya Kak saya tinggal dulu ya, mau mandi, habis dari tadi rame sih belum sempat mandi," katanya lagi. Lalu Diana masuk ke dalam rumahnya untuk mandi.
Setelah setengah jam Diana keluar lagi dengan rambut yang masih basah, dan memakai daster yang membuat saya menahan napas karena kalau kena lampu kelihatan BH dan CDnya yang menerawang dari balik daster yang dipakainya, serta membawa secangkir kopi untukku, dan duduk di kursi yang ada di depanku. Harum sabun mandi yang dipakai saat mandi masih tercium saat Diana duduk, dan ini membuat nafsu saya agak tergugah dan jalantol saya mulai ngaceng.
"Diminum Kak kopinya," katanya mempersilakan.
"Terima kasih," jawabku sambil menghirup kopi yang disuguhkan.
"Apa enggak takut ditinggal sendirian," tanyaku memulai obrolan.
"Ya enggaklah, kan tetangga di sekitar sini baik-baik Kak?" jawabnya.
Lalu obrolan kami terus berlanjut dan haripun bertambah malam. Karena suasana yang mulai sepi saya mencoba memancingnya dengan obrolan yang dapat membangkitkan gairah.
"Yan kamu nggak kesepian ditinggal suamimu berhari-hari gini?"
"Mau gimana lagi Kak, namanya juga tuntutan pekerjaan"
"Kasihan! Masa pengantin baru ditinggal kedinginan kaya gini"
"Ih, siapa lagi yang kedinginan?" jawabnya agak centil.
Merasa ada respon sayapun tambah semangat.
"Ya kan kasihan, orang pengantin baru itu biasanya kan kalau tidur selalu berpelukan biar tidak kedinginan"
"Siapa bilang kalau pengantin baru itu kalau tidur selalu berpelukan?"
"Buktinya kakak semasa pengantin baru selalu tidur berpelukan."
"Enak dong Mbak Meri selalu tidur dipeluk kakak"
"Ya begitulah, kalau kamu mau, saya juga mau tidur pelukin kamu," kata saya sambil bercanda.
"Ih kakak ini Piktor (pikiran kotor) deh"
"Emang Mbak Meri boleh kakak tidur pelukin cewek lain?" sambungnya.
"Ya jangan ketahuan dong," jawabku, sambil aku memandang wajah cantiknya dan menanti responnya.
Diana lalu memandangku dengan tatapan yang menggoda.
"Kalau kakak tidur pelukin saya dan ketahuan Mbak Meri gimana hayoo?"
"Nggak mungkin ketahuan kalau kamu mau," pancingku sambil bergeser duduk disampingnya, dan kugenggam tangannya yang tampak bergetar, dan ternyata Diana diam saja.
"Jangan disini Kak nanti ada orang lihat," katanya.
Karena mendapat angin aku mengajak Diana masuk ke dalam rumahnya. Begitu masuk ke dalam rumahnya saya langsung menutup pintu dan memeluk Diana dari belakang. Semula dia menolak dengan alasan takut ketahuan. Aku yang sudah dikuasai nafsu terus merayu Diana yang masih ragu. Aku sudah tidak peduli apa-apa lagi kecuali menikmati tubuh Diana yang cantik ini. Aku membalikkan tubuh Diana dan langsung melumat bibirnya yang sexy itu.
"Mmhh," desah Diana.
Aku terus menyerangnya dengan bergairah. Tangankupun tak tinggal diam, aku meremas buah dadanya yang montok dari balik dasternya.
"Mmhh Kak," desahnya yang mulai terangsang.
Aku lalu membopong tubuh Diana ke kamarnya yang ditunjuk Diana dan merebahkannya di ranjang yang merupakan ranjang pengantin Diana. Lalu aku berdiri dan membuka baju dan celana panjangku agar tidak kusut, dan yang tertinggal hanya celana dalamku.
Kontolku yang dari tadi ngaceng tampak menonjol di balik CDku. Lalu aku mendekati Diana yang terbaring diranjang sambil memandangku. Aku kembali mengulum bibirnya yang sexy itu sambil tanganku mengelusi pahanya yang putih. Diana menyambut ciumanku dengan bernafsu. Setelah puas aku melanjutkan ciumanku ke lehernya yang jenjang dan secara perlahan-lahan aku membuka dasternya, dan dilanjutkan dengan BH dan CDnya. Kini tubuh Diana yang mulus terpampang pasrah di ranjang. Kemudian aku menciumi buah dadanya yang kiri sedangkan tanganku meremas buah dadanya yang kanan.
"Aww... geli Kak," rintihnya yang membuat aku tambah bersemangat.
"Buah dada kamu bagus Yan" kataku.
"Emang punya Mbak Meri jelek ya?" tanyanya menggodaku.
"Bagusan punya kamu" kataku merayunya.
"Aahh enak Kak, terus Kak, isap Kak yang kuaat" rintihnya.
Setelah puas dengan buah dadanya ciumanku aku lanjutkan ke bawah menyusuri perutnya yang ramping terus ke bawah hingga menyentuh bulu bulu halus diatas memeknya. Lalu aku mulai menjilati memeknya yang telah basah oleh cairan birahi.
"Aahh enak Kak, diapain Kak memekku," rintihnya.
"Terus Kak aahh!! Enak sekali Kak, Kak juanda tidak pernah mau begini Kak aahh!!" rintihnya lagi.
Sesaat kemudian Diana menekan kepalaku semakin dalam di memeknya, dan ternyata dia mendapat orgasmenya yang pertama. Kemudian aku naik untuk mencium bibirnya kembali dan disambut dengan buas oleh Diana.
"Enak nggak Yan?" tanyaku.
"Enak sekali Kak," jawabnya
"Emang Juanda nggak pernah ya?"
"Enggak Kak, jijik katanya"
"Tolol sekali dia," batinku.
"Buka dong Kak CDnya"
"Diana dong bukain"
"Ih Kak Heru manja deh," katanya sambil membuka CDku.
Kontolku yang sudah tegang dari tadi langsung meloncat keluar begitu CD ku diturunkan oleh Diana. Tampak Diana terbelalak melihat kontolku.
"Besar sekali Kak," katanya kaget.
"Emang punya suamimu kecil ya?" tanyaku.
"Paling setengah dari punya kakak," katanya sambil meremas kontolku.
"Aahh enak Yan" desahku
"Enak nggak Kak jalantol sebesar ini masuk dimemekku nanti?" tanyanya.
Aku tersenyum sambil mengangguk.
"Jilati Yan" pintaku.
Lalu Diana menunduk untuk mencium Kontolku yang super menurutnya.
"Aahh enak, enak Yan jilati terus Yan aahh!!" rintihku.
Lalu Diana memasukkan kontolku ke dalam mulutnya, dan mengulum kontolku. Tampak Diana kesusahan mengulum kontolku yang besar didalam mulutnya. Setelah beberapa saat aku menarik Diana keatas dan membaringkannya secara telentang. Diana mengerti dan segera membuka pahanya lebar lebar. Aku segera mengarahkan kontolku dan menyentuh lobang memeknya yang semakin banjir oleh cairannya.
"Lambat-lambat Kak, aku belum pernah dimasuki jalantol sebesar itu" pintanya.
Aku tersenyum memandangnya sambil mengangguk.
"Aaww... Kak, sakit Kak aahh!!"
Aku menghentikan dorongan pantatku dan mendiamkannya sejenak. Setelah Diana tenang kembali aku mendorong laju kontolku ke dalam memeknya.
"Aaww Kak enak!! Terus Kak enak, jalantol kakak enak Kak, aawwuuhh enak jalantol kakak besar enak," erangnya dengan liar.
Mendengar itu aku tambah bersemangat untuk memompa kontolku didalam memeknya. Kemudian aku memeluknya sambil berbisik ditelinganya,
"Enak nggak jalantol kakak?"
"Oohh enak sekali Kak, jalantol kakak enak sekali, besar panjang sampai sesak memek diana" racaunya dengan Vulgar.
Mendengar itu aku terpancing untuk melayani racau Vulgarnya.
"Enak mana jalantol kakak dengan jalantol suamimu?" tanyaku.
"Lebih enak jalantol kakak, jalantol kakak tiada duanya oohh!! Aahh" rintihnya.
"Memek kamu juga enak, legit juga sempit sepeti perawan" kataku.
Mendengar itu Diana lalu bertanya,
"Enakan mana memek Diana dengan memek Mbak Meri aaww!! Oohh!!"
"Sama sama enak, tapi lebih enak punya Diana karena masih sempit," jawabku sambil terus memompa kontolku.
Tak lama kemudian aku merasa akan segera meledak begitu juga dengan Diana.
"Aahh aku mau keluar Yan"
"Diana juga Kak"
"Kita keluarkan sama sama Yan, aahh!! Oohh keluarkan dimana Yan?"
"Keluarkan didalam saja Kak aahh," jerit panjang Diana, lalu akupun menyusul.
"Aahh!!" jeritku sambil memeluk erat Diana.
Kemudian kami berdua terkulai lemas setelah pertempuran panjang itu. Aku mencium kening Diana lalu mengecup bibirnya.
"Terima kasih Yan"
"Sama-sama Kak"
Lalu aku segera turun dari ranjang dan berpakaian karena tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Sebelum pulang aku kembali menghampiri Diana yang masih tergolek lemas di ranjang dan melumat bibirnya, sambil berjanji untuk mengulanginya.
Setelah dirumah ternyata istri dan anak-anak telah tidur.
Dan pada saat suami Diana tak ada di rumah kamipun kembali melakukannya, baik di rumahnya maupun di hotel, sampai suami Diana berhenti dari pekerjaanya, karena Diana telah melahirkan bayi dan harus merawat bayinya.
Sampai saat ini saya dan Diana masih tidak dapat memperhitungkan sebenarnya bayi yang dilahirkannya itu merupakan benih dari siapa, apakah benih dariku atau suaminya, karena kalau dilihat secara teliti wajah sang bayi sangat mirip suaminya tetapi badan si bayi sangat mirip denganku. Namun demikian masalah ini sampai sekarang tidak pernah dipermasalahkan oleh suami Diana sehingga perselingkuhanku dengan Diana tidak pernah terbongkar dan kami dua keluarga tetap bersahabat dan tetap akrab.       Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

cerita sex - Keponakanku, selingkuhan istriku
May 11th 2013, 02:49

Dian

Aku, Rudi, dan istriku, Dian, memiliki selisih usia sekitar 6 tahun. Kami berdua telah menikah selama 5 tahun, dan telah dikaruniai 2 orang anak yang sangat lucu. Aku bekerja sebagai karyawan swasta, dan istriku hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Kehidupan kami biasa saja, bahkan terlalu biasa. Awal perkenalan kami adalah ketika kami berdua sama-sama tersesat dalam perjalanan wisata ke Yogjakarta. Dan dari situ, aku merasakan indahnya jatuh cinta kepada calon istriku di pandangan pertama. Karena tak beberapa lama setelah pertemua kami, aku langsung melamar dan menikahinya.
Bagiku, Dian adalah sosok wanita yang sangat cantik. Wajahnya bulat, berambut hitam lurus sepundak, berkulit putih, berkaki panjang dan yang paling membuatku semakin jatuh cinta adalah, senyum dan tatapan matanya, yang mampu membuat dunia seolah berhenti berputar. Aku pikir, perbedaan usia kami bukanlah sebuah kendala. Sehingga ketika ia berulang tahun ke 18 tahun, sebuah pernikahan sederhana langsung aku persembahkan padanya.

***

"Kita pasti bisa menghadiri acara si Ratu khan mas…?" Tanya Dian dengan senyum andalannya.
Tanpa menjawab pertanyaannya, aku hanya mengangguk sambil membalas senyum istriku.
"Kamu memang suami adek yang paling pengertian…" girang istriku.
Dengan nada yang masih antusias karena kegiranganan, Dian langsung kembali meneruskan acara telephonnya dengan kakaknya.
"Selama kamu senang, aku pun bisa senang dek…" ucapku dalam hati.
Andai saja aku bisa meramalkan kejadian beberapa waktu kedepan, aku pasti tak akan mengijinkan istriku pergi ke acara pernikahan itu. Karena semenjak acara pernikahan itu, semua kisah cinta dan pernikahan kami berubah 180 derajat.

***

Hari H pun telah mendekat. Beberapa hari lagi, pernikahan yang semua akomodasi, penginapan dan konsumsi sudah dipersiapkan oleh keluarga Ratu dan Putra, akan segera dilaksanakan. Dari kotaku berada, kami berangkat berempat. Aku, istriku, Dwita (kakak iparku), dan Romy (anak Dwita), naik pesawat paling pagi menuju Semarang. Sengaja kami tak mengajak kedua anak kami, karena kami pikir, perjalanan kami ke Semarang cukup jauh, mau tak mau kedua buah hatiku aku titipkannya ke kerabat terdekat. Sebenarnya, aku dan Dwita sangatlah jarang bertemu, sehingga untuk mengakrabkan diri, istriku memintaku untuk bertukar tempat duduk dengan kakaknya. Aku duduk bersebelahan dengan Dwita, sedangkhan Dian duduk bersebelahan dengan Romy.
*"Okelah… untuk sementara ini aku agak menjauh dari istriku…. Toh hanya beberapa hari ini saja..." batinku, sambil mulai membuka percakapan dengan Dwita.
*Selama perjalanan, perbincanganku dengan Dwita berjalan cukup seru. Dwita orangnya cukup santai dan pandai suka bercanda. Sifat mudah bergaul itu menurun kepada Romy, anaknya. Karena dari sepenglihatanku, tak henti-hentinya istriku tertawa akan semua cerita yang dibawakan keponakannya itu. Pada awalnya, aku sama sekali tak memperhatikan percakapan antara istriku dan keponakannya, karena pada saat yang bersamaan, aku juga sedang seru bercakap-cakap dengan Dwita. Namun ketika Dwita sudah mulai mengantuk dan pada akhirnya tertidur, aku baru sadar jika percakapan istriku dengan kekeponakannya agak sedikit 'menjurus' ke hal-hal berbau mesum. Mereka sepertinya sudah terbiasa membicarakan ke-mesum-an diantara mereka, karena dari gaya bicaranya, mereka terlihat begitu santai dan akrab. Mungkin karena mereka sudah berteman baik sejak kami menikah dan Romy hanyalah seorang anak kecil yang baru menginjak remaja, aku jadi mulai menganggapnya lumrah. Waktu itu, Romy masih berusia sekitar 15 tahun, bertubuh tinggi kurusa namun maskulin dan energik. Berkulit gelap dan memiliki wajah mirip Dwita, tidak termasuk ganteng memang. Sehingga perlahan, api cemburu mulai menyala di dalam dadaku ketika mengawasi gerak-gerik mereka.

***

Tak beberapa lama, kami tiba di Semarang dengan selamat. Turun dari pesawat, kami langsung menuju ke hotel sembari menyiapkan diri untuk menghadiri acara pernikahan yang akan diadakan di sore harinya. Acara pernikahan Ratu dan putra pun berjalan dengan lancar, tak ada kendala sedikitpun. Di penghujung acara, sebelum para undangan akan berpamitan, ada sebuah permintaan dari kedua orang tua mempelai yang meminta kami semua supaya menghadiri acara informal keesokan paginya. Acara informal yang memiliki agenda untuk saling mengenal kedua keluarga secara lebih dekat. Dan karena acaranya tak formal dan berlokasi di dekat pantai, kami diminta untuk mengenakan pakaian sesantai mungkin. Keesokan harinya, acara informal itupun berlangsung dengan tak kalah meriahnya dengan acara pernikahan. Ada* berbagai macam acara, mulai dari acara sambutan pagi, acara makan-makan, acara karaoke, hingga acara permainan yang harus dimainkan oleh semua orang, termasuk aku dan istriku. Pagi itu, Dian terlihat begitu cantik dalam tanktop dan celana jeans pendeknya. Dengan tinggi 165 cm, payudara 36C yang menggantung di depan dadanya terlihat begitu menggoda. Selalu bergoyang kesana kemari setiap ia bergerak. Ditambah lagi dengan sinaran panas matahari yang menerpa kulit putihnya, membuat payudara itu terlihat begitu ranum. Putih dengan rona merah. Satu lagi yang aku banggakan dari sosok istriku adalah, keahliannya dalam menggoda setiap lelaki. Memamerkan perut ramping tanpa lemak dan pantat bulat yang hanya dibungkus dengan celana jeans pendeknya, membuat hampir semua orang tak ada yang percaya jika Dian telah menikah dan memiliki 2 orang anak. Tak beberapa lama, acara permainan pun dimulai. Untuk membuat semua hadirin yang hadir dalam acara informal itu dapat ikut serta dalam permainan, presenter dengan pintarnya membagi kami dalam beberapa kelompok. Tiba-tiba aku sadar, jika mayoritas undangan yang datang untuk mengikuti permainan berusia cukup muda, dan entah kenapa, aku mendadak merasa sudah terlalu tua untuk mengikuti semua permainan yang akan dilakukan. Aku lebih memilih duduk di sudut taman, dan melihat mereka ketika melakukan permainan-permainan tersebut. Kami dan para undangan lainnya saling tertawa melihat permainan yang mulai berjalan. Hingga pada sebuah kesempatan, ada giliran satu permainan yang mengharuskan aku dan istriku untuk maju ke tengah. Namun karena malu, aku hanya bisa menolak dan tersenyum sambil berdada-dada ria.
"Ayo Rud… maju…. Ini hanya permainan…" teriak beberapa undangan.
Berbeda denganku, Dian terlihat begitu antusias untuk bisa tampil. Dia berulang kali menarik-narik lenganku untuk mengajakku ketengah hadirin. Tapi, karena aku bersikeras menolak dan lebih memilih untuk ingin melewatkan kesempatan ikut permainan itu, akhirnya Dian pun menyerah.

"Supaya adil, apakah pak Rudi mempersilakan ibu Dian supaya bisa bermain game dengan orang lain? " Tanya sang presenter tiba-tiba.
"Hmmm… boleh deh…." Jawabku singkat, saat itu aku hanya ingin acara permainan ini cepat-cepat selesai dan kami bisa segera kembali ke hotel.
"Pak Rudi yakin…?" Tanya presenter itu lagi "Game ini bakal melibatkan beberapa adegan gosok menggosok kulit loohh… hehehe" tambahnya lagi, seolah-olah menantang saya untuk berpartisipasi.
Tapi aku tetap pada pendirian awalku. "Iya… bolehlah… " jawabku lagi.
"Okelah kalo begitu… untuk mempersingkat waktu… Ibu Dian mau memilih untuk berpartner dengan siapa...? tanya sang presenter sambil menyodorkan mic kearah Dian.
"Romy…. " jawab singkat istriku.
"Oke Romy…. Lelaki yang sangat beruntung, ayo segera maju…." Tutup sang presenter sambil kembali meneruskan acara permainan itu.
Tiga permainan akan dimainkan. Yang pertama adalah permainan memindahkan buah apel yang hanya boleh dibawa dengan cara meletakkannya diantara dahi peserta lomba. Ada sedikit perasaan aneh ketika melihat Dian dan Romy waktu menyelesaikan permainan. Mereka begitu menikmatinya. Terlebih Karena permainan ini mengharuskan kedua wajah peserta saling berdekatan, sehingga jika dilihat dari jauh, wajah istriku dan Romy terlihat seperti sedang berciuman. Namun karena pasangan istriku dan beberapa belas pasangan lainnya berhasil, dan masuk ke dalam nominasi permainan berikutnya, aku dapat meredam rasa aneh itu. Lomba kedua adalah lomba gendong pasangan sambil menyelesaikan beberapamacam perintah, seperti jogged, berlari, ataupun mengambil sebuah barang yang disangkutkan diatas ranting pohon. Untuk lomba kali ini, rasa aneh yang ada di dalam dadaku, mulai berubah menjadi api cemburu. Karena dalam permainan ini, Romy harus menggendong istriku diatas pundaknya. Sehingga vagina istriku berada di tengkuk Romy, payudara besar istriku juga tak jarang bersandar di kepala belakang Romy. Dan lagi,* beberapa kali aku melihat tangan Romy meraba-raba dan pantat istriku guna menjaga keseimbangan. Tapi karena aku lihat konteksnya hanyalah sebatas sebuah permainan, aku bisa menerimanya. Dan sekarang tiba di lomba ketiga. Lomba dimana Dian dan tiga pasangan lain berhasil masuk nominasi finalis. Lomba ketiga adalah lomba terakhir guna menentukan pemenang. Sang presenter sedikit menjelaskan beberapa aturan permainan, dan juga menjelaskan jika itu adalah lomba yang sedikit 'berani' dan banyak adegan mesumnya.
*"Iya… tidak apa-apa…." jawabku singkat sambil tersenyum, ketika presenter itu kembali bertanya apakah aku merpersilakan istriku* bermain dengan lelaki lain.

"Lomba ketiga adalah lomba memindahkan koin dari dahi peserta wanita kearah pusar…" ujar sang presenter.
"Ah… itu mah lomba yang mudah…" batinku dalam hati sambil mengambil nafas lega.
"Cuman… cara memindahkannya bukan dengan tangan" tambah sang presenter "Melainkan dengan…… lidah"
*"Wow wow wow… ini benar-benar lomba yang mesum…" Pikirku. Tapi aku tak bisa berbuat apa-apa lagi, karena selain aku sudah mengiyakan permintaan presenter, aku juga malu jika harus merusak mood Dian yang sebentar lagi bisa saja menang.
*"Pemenang lomba ini adalah makan malam romantic dan sebuah iphone untuk masing-masing peserta…" teriak sang presenter sambil diikuti teriakan seru para penonton.
*4 buah meja, diletakkan berdekatan diantara para peserta. Dan para peserta wanita diminta untuk tidur terletang. Sebuah koin kecil, diberikan panitia kepada peserta pria supaya diletakkan pada dahi pasangan wanitanya. Bagiku, itu adalah lomba yang sangat seksi. Terlebih melihat tubuh istriku yang pagi itu hanya terbalut dalam tanktop tipis* dan celana pendek, semakin membuat perlombaan terakhir ini terasa makin menggairahkan. Saking menggairahkannya, aku bisa melihat jika benda yang ada di selangkangan Romy telah membesar sejak awal perlombaan.
"Yaaak… siaaappp… mulai…." Aba-aba sang presenter memulai permainan.
Pertandingan pun dimulai, dan Romy perlahan mendorong koin dengan lidahnya. Alih-alih merasa malu, Dian hanya bisa tertawa-tawa geli karena sekilas, Romy terlihat seperti sedang menjilat-jilati wajah dan leher Dian. Melihat tingkah mereka, aku benar-benar merasa cemburu. Apalagi ketika koin itu telah bergulir ke arah dada istriku dan masuk ke belahan dadanya. Dian yang merasa kegelian hanya bisa tertawa-tawa kecil sambil sedikit melenguh seolah merasakan keenakan ketika menerima jilatan lidah basah kekeponakannya itu. Sejenak, Romy menghentikan jilatan pada payudara istriku dan menatapku tajam, seolah bertanya apakah ia bisa melanjutkan.
*"Ayo Rom… terusin jilatinnya… dorong terus… kita pasti menang.. hihihi… " ucap Dian membuyarkan tatapan tajam kami berdua.
*Tidak ingin terdengar seperti orang tua yang tersiram api cemburu, sehingga aku menganggukkan kepalaku, mengijinkan Romy meneruskan jilatannya pada payudara istriku. Melihat persetujuanku, lidah Romy langsung bermanuver lincah pada belahan dada istriku. Itu adalah pemandangan yang sangat seksi, pemandangan yang membuatku sangat cemburu dan terangsang. Apalagi ketika aku juga menyadari jika selain tonjolan benda yang ada di selangkangan Romy semakin membesar, putting payudara istriku juga tinggi menyembul, terlihat begitu nyata menembus kain tipis tanktopnya. Dian hanya bisa cekikikan sambil berusaha mencoba menahan sensasi geli dari lidah Romy yang berkeliaran di sekujur kulit payudaranya. Hingga pada akhirnya, Romy berhasil menempatkan koin itu ke dalam lubang pusar Dian sehingga mereka ditetapkan menjadi juara perlombaan di pagi hari itu.

***

Acara makan malam romantis buat pemenang game tadi pagi, terasa begitu mewah. Kami disuguhi dengan berbagai macam makanan, minuman, dan snack. Setelah makan malam, kami berdua langsung dipijat, sauna, lalu* mandi. Hinga pada akhirnya, setelah semua sajian hadiah pemenang telah semua kami nikmati, kami kembali ke kamar dan bersiap untuk tidur. Intinya, malam itu kami benar-benar terpuaskan oleh sajian hotel. Setibanya di dalam kamar, kami langsung bersantai di ruang TV. Aku akui jika seharian itu aku benar-benar horny dan anehnya, akupun bisa merasakan istriku horny juga. Kami mulai minum bir, Dian tidak minum tetapi ia mengambil setengah gelas dan segera menenggaknya habis.
"Sayang aku sange banget… ngewe yuk…" pintaku sambil berbisik lirih di telingan Dian.
Dian tak menjawab permintaanku, dia hanya bisa tertawa kecil sambil memegang dan mengurut selangkanganku yang sudah menegang dari luar celana pendekku. Aku kecup bibir tipisnya, mencoba menyalurkan nafsuku yang sudah menggebu pada dirinya. Kuraba payudara dengan putingnya yang sudah membesar, dan kuremas perlahan.
"Aku pengen nidurin kamu sampe pagi dek…" ucapku lagi.
"Aku juga mas… pengen ngerasain sodokan tititmu…." Jawab Dian.
"Kamu udah bener-bener basah dek… pasti kamu sange banget ya…?"
"Hhmmmpppghghhh…" desah Dian mengiyakan.
"Nafsu menggebuku pasti bisa terlampiaskan malam ini…." Ucapku lirih sambil perlahan mulai melucuti jubah mandi Dian.
Namun, ditengah pendakian kami berdua, tiba-tiba…TOK TOK TOK ! terdengar suara ketukan dari pintu kamar hotel.
"Tante Dii…. Tantee…." Itu suara Romy.
"Sialan… ngapain lagi sih bocah itu… mengganggu saja…." Umpatku
"Bukain aja dulu mas… siapa tahu ada yang penting… ntar khan ngewenya bisa kita lanjutin lagi…" redam istriku sambil merapikan jubah mandinya.
Ternyata tujuan Romy mengganggu acara malam kami hanyalah dikarenakan ingin berpamitan. Pesawat yang mereka tumpangi, memiliki jadwal yang agak berbeda dengan jadwal kami, sehingga ia ingin mengucapkan selamat tinggal dan sedikit berbasa-basi.
*"Masuk aja Rom… Tante Di ada di kamar mandi…" ujarku sambil mempersilakan bocah 15 tahun ini masuk.
Dan setelah Romy masuk ke kamar, aku langsung menuju ke sudut kamar dan menonton TV yang ada di ujung kaki tempat tidur. Aku duduk di kursi sofa yang ada samping tempat tidur dan Romy hanya duduk beberapa meter dari tempatku duduk. Di ujung tempat tidur, menghadap tepat ke arah TV. Tak beberapa lama, Dian keluar dari kamar mandi dan ikut duduk disamping Romy, nimbrung bersama.

Sambil menonton TV. kami mulai berbicara tentang apa saja. Pada awalnya, pembicaraan kami terasa agak canggung, oleh karena itu, aku iseng menawarkan bir untuk memperhangat suasana.
"Nggak Om… ntar mami Romy tau… "
"Udah… sedikit aja Rom… udah gedhe ini… " candaku.
"Sedikit aja kali ya..." ucapnya singkat sambil mengambil gelas gelas bir yang aku sodorkan padanya.
Tiba-tiba, ketika sedang melihat Romy dan istriku bercakap-cakap dari belakang, aku teringat akan kejadian tadi pagi dimana mereka lomba. Kejadian dimana selangkangan Romy membesar dan putting istriku mencuat.* Aku yakin, jika pasti ada sesuatu yang terjadi antara istri dan kekeponakanku ini.
"Hooaaahmmm….Cuaca hari ini membikin ngantuk ya…?" ujarku dari belakang Romy dan istriku duduk.
"Iya nih om… Sedikit bikin ngantuk…" Ucap Romy yang sedikit menengok ke arahku.
"Trus..trus.. gimana lanjutannya Rom…?" Tanya istriku lagi.
"Iya Tan… Jadi setelah itu…bla la bla….." lanjut Romy dan
"Sialan…" Ternyata mereka sudah sama sekali tak menggubris keberadaannku.
*Hingga pada akhirnya,* setelah 20-30 menit pembicaraan yang (bagiku) sangat membosankan, aku putuskan untuk hanya mengawasi gerak-gerik mereka dengan cara berpura-pura ketiduran. Walau aku hanya melihat kedua manusia berlawanan jenis ini dari arah punggung mereka, aku tahu jika situasi di kamar ini terasa agak aneh, terlebih aku merasa agak terangsang ketika mengawasi gerak tubuh mereka.Berulang kali, Romy melirik ke arahku yang berada jauh di belakang tempatnya duduk. Dan beberapa kali juga ia mengawasiku dari dekat, memastikan jika waktu itu aku sudah benar-benar tertidur pulas di sofa. Alunan musik yang lembut, ditambah sepoi angin yang masuk ke dalam kamar kamar hotel, membuat suasana semakin mesra. Dan entah darimana, kami tiba-tiba sadar jika suasana diantara kami bertiga mulai memanas. Tiba-tiba Romy bertanya kepada Dian mengenai hal yang sama sekali tak pernah aku bayangkan.
"Tante Di… apa boleh Romy mencium bibir tante…?" tanya remaja 15 tahun ini dengan malu-malu.
Butuh beberapa waktu bagi Dian untuk merespon pertanyaan Romy, tapi pada akhirnya ia mengangguk dan hanya berdiam diri. Pada awalnya, Dian tidak menanggapi permintaan aneh kekeponakannya ini.Istriku memilih untuk berdiam diri ketika menerima ciuman-ciuman keponakannya.Tapi, lama kelamaan, seolah ikut terbawa suasana horny, istriku mulai membalas ciuman dan kecupan Romy. Selama beberapa menit, mereka terlihat saling balas ciuman mesra. Saling jilat dan kulum, seolah mereka adalah sepasang pengantin baru yang sedang dilanda api asmara.
Menerima balasan yang positif dari istriku, Romy pun mulai melancarkan rayuan-rayuan mautnya.
"Kamu cantik Tante…"
"Tubuh tante wangi sekali…"
"Pasti Om Rudi beruntung banget bisa menikahi tante… "
"Andai saja tante belum menikah, Romy bersedia kok menikahi tante…"


Romy

Mendengar puji dan rayuan Romy, keponakannya, istriku sepertinya semakin bernafsu. Karena dari sofa tempatku berpura-pura tidur, aku bisa melihat gerak-gerik tubuhnya ketika sedang horny. Berulang kali, jemari lentik istriku membelai rambut, wajah dan lengan Romy.
"Tante Di… apa boleh Romy memegang tetek tante…?"
Mendengar pertanyaan keponakannya, istriku langsung menghentikan ciuman mesranya dan buru-buru menengok tajam ke arahku. Dan setelah beberapa saat, begitu mengetahui jika waktu itu aku masih dalam kondisi tertidur lelap, istriku mengangguk. Ia mengijinkan keponakannya itu untuk memegang payudaranya. Ini GILA. Mereka sudah benar-benar gila. Mereka melakukan perbuatan mesum tepat di depan diriku berada. Tubuhku tiba-tiba bergetar. Aku harusnya marah pada kekeponakanku yang telah menggoda istri orang. Aku harusnya murka kepada istriku yang telah membiarkan lelaki lain meraba tubuhnya. Namun, entah kenapa, melihat perbuatan mesum mereka saat itu, aku hanya diam saja dan menantikan apa yang akan terjadi selanjutnya. Seiring dengan perbuatan cabul mereka, timbul perasaan aneh, antara gairah, nafsu, canggung dan cemburu.
*"Sepertinya mereka tak akan berhenti sampai disini…" ucapku dalam hati.
*Dan benar saja, tak lama kemudian, Romy kembali bertanya pada istriku.
"Tante Di… boleh nggak kalo Romy pengen melihat tubuh indah tante…" tanyanya polos sambil terus mencium bibir dan meraba-raba payudara montok istriku dari luar jubah tidurnya.
Mungkin karena istriku sudah terlalu horny, ia tak lagi melihat ke arahku. Karena begitu Romy selesai bertanya, ia langsung berdiri dari posisi duduknya, melepas jubah mandinya dan membiarkan jatuh ke lantai. Melihat perbuatan mereka, aku yang pura-pura tertidur di kursi santai, hanya bisa melenguh sambil menarik nafas panjang.
*"Mereka pasti sudah kesetanan…" batinku.
*"Biar adil... kamu juga bugil donk Rom... Tante pengen lihat gimana bentuk tititmu..." pinta istriku, sambil usapan tangannya ke kepala Romy.
"Titit? Titit tuh apaan ya tan...?"
"Titit... burung kamu...."
"HAHAHAHA.... maksud tante kontol...? Titit mah punya anak kecil tan...."
"I...iya... maksud tante juga itu... Tante kepingin lihat kontolmu..."
*Mendengar permintaan istriku, Romy seolah mendapatkan semangat baru. Dengan cepat, ia buru-buru melepas kaos gombrong dan celana pendeknya.

Dan. Setelah Romy melepas semua pakaiannya, aku baru menyadari jika ada sesuatu yang janggal pada tubuh remaja 15 tahun ini. Romy memiliki sebuah organ yang bisa membuat iri para pria. Romy memiliki sebuah benda yang bisa membuat wanita berteriak-teriak keenakan. Romy memiliki sesuatu yang bisa membuatnya melumpuhkan banyak wanita. Yup. Romy memiliki ukuran penis yang benar-benar panjang dan besar.
*"Wooow…" pekik Dian ketika ia tahu barang yang sudah mengacung tegak di antara selangkangan kekeponakannya.
"Woow kenapa tante..?" Tanya Romy sok heran.
"Titit kamu besar sekali Rom…."
"Titit...?"
"Eh iya.. kontol kamu besar banget..."
"Ahh… biasa aja kok tante… kontol om Rudi pasti jauh lebih besar lagi…" ucap Romy malu-malu.
*Sekarang, mereka berdua telanjang di hadapanku. Istri dan kekeponakanku telah tenggelam dalam lautan nafsu. Lautan nafsu yang membutakan mata mereka, jika di dalam ruangan itu, masih ada aku sebagai suami dan om. Lautan nafsu yang sama sekali tak akan bisa dibendung lagi untuk mengguyur pantai kenikmatan yang akan segera mereka capai bersama.
"Aku pengen jilat putting tante…" bisik Romy pelan.
"Hooouuughh…" racau Dian.
Mendengar jawaban tantenya yang sudah tak lagi konsen, Romy memberanikan diri untuk membelai payudara Dian dengan kedua tangan dan dengan perlahan, ia mulai mengangkat gumpalan daging yang menjuntai indah serta mengisap payudara lezat tantenya secara bergantian.
"Oouughhh…. Pelan-pelan Rom…" desah istriku keenakan.
Sepertinya, istriku sudah sangat terangsang. Karena walau dari kejauhan, aku bisa melihat puting coklat kemerahannya yang mulai menegak.
"Tetek tante besar banget…" puji Romy sambil terus menyeruput putting Dian yang semakin mengeras.
"Oouuhh… Ssshhh…" desah istriku lagi sambil mulai menggapai-gapai penis kekeponakannya yang sudah mengacung tinggi.
Mereka pun sepertinya telah melupakan diriku yang masih berada di dalam kamar ini. mereka seolah sudah tak peduli akan nafsu yang sudah meninggi.
"Oouugghh Romm… enak banget…" desah istriku setiap kali kekeponakannya menjilat dan mengulum putting coklat mudanya.
"Tante… aku pengen njilat memek Tante… " bisik Romy.
"Aku juga pengen ngejilatin kontolmu Rom…" balas Dian yang kemudian langsung mendekatkan wajahnya kearah selangkangan kekeponakannya

Dengan jemari lentiknya, Dian berusaha menggenggam batang penis Romy. Namun sekeras apapun usahanya, ujung-ujung jemarinya tak mampu saling bersentuhan. Seperti menggenggam botol air mineral, jemari lentik istriku tak mampu melingkarkan secara sempurna jemari tangannya ke batang tebal keponakannya itu. Digerakkannya jemari tangannya itu naik turun, sambil sesekali istriku menjilat kepala penisnya.
"Shhh….Enak banget tante…" Romy meracau tak jelas.
Penis remaja 15 tahun itu terlihat begitu menyeramkan. Dengan ukuran yang kurang lazim untuk anak-anak seusianya, penis itu seolah akan tak muat untuk masuk ke dalam mulut istriku. Karena setiap kali istriku berusaha mengulum seluruh batang penisnya ke dalam mulutnya, hanya ujung penisnya sajalah yang bisa masuk. Aku iri. Aku benar-benar iri. Aku iri dengan apa yang pemuda ini dapatkan dari kenikmatan mulut istriku. Aku yang sudah menikahi istriku selama 5 tahun saja belum pernah merasakan sekalipun nikmatnya oral seks bersamanya. Sedangkan dia, hanyalah seorang keponakan, bukan pacar atau teman bermain, sudah bisa merasakan hisapan kuat mulut istriku.
"Aku sudah nggak tahan Rom… entotin tante Rom… entotin tante sekarang…" pinta istriku yang kemudian beranjak dari posisi jongkoknya dan meminta Romy untuk merebahkan badannya.
"Aku pengen menaiki kontol panjangmu sayang…"
Segera saja, Romy merebahkan badannya. Dan disusul istriku yang kemudian merayap naik keatas tubuh keponakannya. Namun, entah disengaja atau tidak, ada sedikit hal janggal yang dilakukan istriku ketika ia merangkak naik dan memposisikan batang penis Romy di selangkangannya. Ketika batang penis keponakannya itu sudah menyentuh kulit vaginanya, istriku, dengan kedua mata bulatnya yang sudah sangat bernafsu menatap tajam ke arahku.
"Apakah Dian tahu jika selama ini aku mengawasi gerak-gerik mereka…?" tanyaku dalam hati.
*Istriku sepertinya sengaja memilih posisi bercintanya dengan arah yang menghadap tepat ke arahku. Sehingga, walau dalam kondisi cahaya kamar yang temaram, aku dapat dengan jelas melihat raut muka hornynya secara langsung. Wajahnya berwarna kemerahan, dengan putting payudara yang sudah sangat tinggi mengacung. Melihat adegan-adegan erotis yang dilakukan istriku, mau tak mau batang penisku yang masih dalam balutan jubah mandi ini, ikut mengacung tinggi. Dan seolah sadar akan apa yang dialami oleh suaminya, tiba-tiba istriku menaikkan ujung-ujung bibirnya. Ia tersenyum dan menganggukkan kepalanya, seolah meminta ijin kepadaku agar dapat menikmati batang penis keponakannya itu. Dan seperti anak kecil yang terlena ketika melihat film kegemarannya, aku seperti terhipnotis olehnya. Aku anggukkan kepalaku dan membiarkan istriku mulai merasakan kenikmatan bercinta dengan orang lain.

Kembali, setelah melihat respon positif dariku, ia menegakkannya batang penis panjang keponakannya itu tepat ke arah lubang vaginanya, dan perlahan-lahan, istriku mulai jongkok dan menurunkan pinggulnya. CLEEPP
*"Ooouuuuggghhh…." desis istriku ketika kepala penis Romy mulai membelah dan memasuki liang senggama miliknya.
"Tante Di… memek tante sempit bangeeet…."
"Bukan sempit Rom… kontol kamu yang terlalu besar…" racau istriku sambil terus menjatuhkan seluruh tubuhnya pada batang penis Romy yang mengacung tegak.
Sepertinya istriku sudah terlalu horny, karena aku benar-benar hafal jika ia ingin bercinta dengan posisi woman on top, itu tandanya ia sudah tak mampu lagi menahan hasratnya untuk segera mendapatkan orgasmenya. Sekilas, dari apa yang dilakukan istriku, aku merasa dia mengalami kesulitan ketika mencoba memaksakan penis besar keponakannya itu untuk bisa masuk ke dalam vagina mungilnya. Karena batang penis romy yang berukuran ekstra itu terlihat membengkok setiap kali vagina istriku mencoba menekan masuk danmelahapnya. Dan setelah istriku beberapa kali mencoba menaik-turunkan pinggulnya, gerakan persenggamaan mereka mulai lancar.
"Ooouuugggghhh…." Desahan demi desahan mulai memenuhi kamar tidur kami. "SSsshhh….."
"CPAK… CPAK… CPAK… " Suara tumbukan daging pantat dan paha juga mulai berisik mengisi heningnya malam.
Istriku dan keponakannya pasti sudah tenggelam dalam kenikmatan perzinahannya yang menggebu-gebu.* Istriku dan keponakannya seolah merasa, jika malam itu adalah malam terakhir untuk dapat melakukan percintaan mereka. Istriku dan keponakannya seolah lupa, jika di dalam kamar itu masih ada aku yang mengawasi semua gerak-gerik mereka. Romy yang dalam posisi telentang, dengan leluasa menggapai payudara besar istriku yang berlompatan kesana kemari setiap kali pinggulnya naik turun. Selangkangan istrikupun terlihat begitu mengkilat akibat lendir birahinya yang banyak membanjir.
"Tante keluar Rom… tante pengen keluar…." Teriak istriku yang tiba-tiba membenamkan kuku-kuku panjangnya pada dada Romy dengan brutal.
"Ooouuuuggghhhttt…. Aku keeluuuuaaaarrrrr…."Teriak istriku sambil terus membanting-bantingkan pantat bulatnya ke paha keponakannya. Mata istriku merem melek merasakan sensasi gelombang orgasmenya. Tubuh istriku meliuk-liuk dan melengkung bak busur panah yang siap untuk ditembakkan.
"Ia pasti sedang merasakan kenikmatan amat sangat…" batinku dalam hati sambil tak henti-hentinya mengusap batang penisku yang sudah amat ngilu dari luar jubah mandiku.

Nafas istriku terlihat begitu terengah-engah dan kemudian ambruk menimpa tubuh kurus keponakannya.
"Sekarang giliranmu keluar Rom…" ujar istriku.
"Oke…" Tak perlu mengulang permintaan istriku, Romy segera membalik tubuh istriku yang masih tergolek lemas diatas tubuhnya ke samping. "Sekarang giliran Tante yang harus memuaskan Romy…"
Dengan terburu-buru, Romy meletakkan kedua kaki istriku ke pundaknya dan mulai menghujamkan penis raksasanya ke vagina tantenya itu.
"Ouuugghhh…. Ouuugghhh…. Ouuugghhh…. Pelan-pelan Rom… Ngiluuu..." erang istriku yang tanpa persiapan sedikitpun langsung menerima tusukan tajam di vaginanya.
Masih dalam kondisi lemas, istriku hanya pasrah dan hanya membiarkan remaja 15 tahun ini menganiaya tubuhnya. Tubuh ramping istriku terlihat terombang-ambing setiap kali keponakannya itu menghujamkan batang penis panjangnya dengan keras. Payudara bulat istriku pun tak luput dari cengkeraman dan remasan brutalnya. Aku yang melihat aksi brutal keponakan istriku, mendadak merasa begitu emosi. Aku marah dan seolah ingin menghajar keponakannya itu dari belakang. Namun entah kenapa, ketika aku melihat wajah istriku, ia menggeleng-gelengkan kepalanya untuk tetap membiarkan dirinya disiksa sedemikian rupa oleh keponakannya. Melihatnya merasa pasrah dan menerima perlakuan kasar keponakannya aku menjadi tak tega untuk merusak orgasme yang sedang mereka bangun.
"Makasih mas…." Bisiknya lirih sambil tersenyum dan menatap sayu kearahku.
"Aku sudah nggak tahan lagi… aku sudah tak mampu lagi menahan birahi ini…" ucapku dalam hati sambil mengeluarkan batang penisku dari jubah mandiku.
Dan dengan tak kalah brutalnya, aku kocok daging kecil yang tumbuh di selangkanganku cepat-cepat.
Setelah beberapa lama, mereka berganti posisi bercinta. Sekarang, Romy menurunkan kaki kiri istriku dan tetap membiarkan kaki kanan istriku di pundaknya. Kali ini, ia memompa batang penisnya jauh lebih keras daripada sebelumnya.* Dan saking kerasnya, aku merasa jika tempat tidur yang sedang mereka gunakan, akan roboh. Setiap kali tusukan tajam yang diterima vagina istriku dari batang panjang keponakannya, ia berteriak. Keponakannya pun berteriak. Mereka berteriak-teriak kesetanan, hingga pada akhirnya aku melihat tubuh kurus Romy mulai bergetar.

"Aku keluar Tante… Aku keluar…" teriak Romy histeris
"Tante juga mau keluar Rom…" balas istriku.
Akupun yang masih dalam naungan kegelapan dari sudut kamarpun seolah tak mau kalah cepat untuk ikut merasakan kenikmatan dalam pendakian orgasme yang mereka lakukan. Melihat mereka yang ingin mencapai puncak kenikmatan, akupun tak mampu menahan gairahku lagi.* Aku kocok batang penis kecilku sekuat tenaga. Dan dalam hitungan detik,
"Ooouuugggghhh…..Ssssshhh….." Aku klimaks dalam kocokan jemari tanganku sendiri.
4 gumpalan lendir berwarna putih keruh muncrat dari mulut penisku. Meloncat tinggi, dan mendarat di kaki kiri istriku yang menjuntai ke arahku.
"Oooouuuuuggggghhhhttttt…….. Tanteeeeee…. Akuu keluuuaaaarrrrrr" teriak Romy sambil menghujamkan penis panjangnya dalam-dalam ke vagina istriku.
"SSShhhhhh…. Ooohhh my Gooooooodd…. Romy… Tante jugaaaa….." sahut istriku histeris.
Mendadak, suasana kamar menjadi begitu hening. Hanya terdengar suara acara TV dan hembusan deru nafas kami bertiga.* Kami bertiga, mencapai puncak kenikmatan bersama-sama. Tak beberapa lama, Romy yang masih dalam posisi menindih istriku menggerakkan pinggulnya lagi. Ia merasa begitu puas. Puas untuk menikmati kemontokan tubuh istriku. Puas untuk menikmati vagina legit istriku. Dan puas untuk memuntahkan seluruh lahar kenikmatannya dalam celah kenikmatan istriku. Setelah selesai menggagahi istriku, Romy* langsung mencabut batang panjangnya dan menyodorkan batang itu ke mulut istriku.
"Tolong bersihin kontolku ya tante Dianku….hehehe…" pinta kekeponakan kurang ajar itu sambil menepuk-tepukkan daging berurat itu pada mulut dan pipi istriku.
"HAP…" caplok Dian dengan bersemangat.
Seumur pernikahan kami, tak sekalipun istriku mau untuk membersihkan penisku setelah kami selesai bercinta. Akan tetapi, dengan kekeponakannya ini, tanpa diminta dua kali, Dian bersedia membersihkan* batang panjang miliknya itu. Dan setelah batang penis itu bersih, kembali Dian menjilat-jilat dan menawarkan ronde kedua kepada Romy.
"Romy capek tante… kita udah ngewe lebih dari sejam… " tolak Romy yang kemudian duduk di tepi tempat tidur sambil memainkan payudara besar istriku.
"Ayolah Rom… sekali lagi…" pinta istriku sambil mempercepat jilatan dan kuluman lidahnya pada penis remaja ini. Berharap penis lemas itu bisa menegang lagi dengan cepat.
"Romy pengen sih tante… Tapi kontol Romy masih ngilu…" tolak Romy "Lagian Romy khawatir om Rudi bisa terbangun kalo kita ngewe disini lagi…" tambahnya lagi sambil melirik ke arahku.

Mereka berdua lalu melihat ke tempat dimana aku tertidur dalam posisi duduk di sofa kamar.
"Kalo besok pagi gimana? Ketika mas Rudi pergi sarapan?" usul istriku.
"Hmmm… boleh deh Tante… Asal tante kasih kodenya aja…"
"Nah… Gitu donk Rom… Tante makin sayang deh ama kamu…"
"Romy juga Tante… makin sayang ama tante…"
"Muuuaahhh…. Muuuaahhh…. Muuuaahhh…." Kecup terakhir istriku dengan gemas pada batang panjang kekeponakannya sebelum ia beranjak ke kamar mandi.
Romy yang seolah masih belum sadar akan keberuntungannya, hanya masih terdiam dalam posisi berdirinya. Tak pernah disangka dalam seumur hidupnya, ia bisa meniduri tante kesayangannya di usia sedini ini. Sambil menatap istriku yang sedang membersihkan diri di toilet kamar, Romy mulai mengenakan pakaiannya satu persatu.
"Tante… aku balik dulu ke kamar ya… Khawatir dicariin mami…." Pamit Romy begitu selesai mengenakan seluruh pakaiannya.
"Iya sayang…" balas istriku sambil memeluk tubuh kekeponakannya itu. "Satu kecupan lagi donk…" tambah istriku lagi.
Mendengar permintaan istriku barusan, langsung saja Romy memonyongkan bibirnya.
"Yeee… siapa coba yang pengen ngecup kamu disitu…" ucap istriku yang masih dalam keadaan telanjang bulat. Ia buru-buru jongkok di depan selangkangan remaja 15 tahun itu dan memelorotkan celana kolornya sampai sebatas paha, kemudian ia mengulum batang penis kekeponakannya dengan gemas.
"Ssssshh…. Dasar tante binal… ga ada puas-puasnya" canda Romy.
"Binal tapi suka khaaaannnn…?" balas istriku.
"Udah ah… Ntar Romy nggak balik-balik nih ceritanya…" kata kekeponakanku sambil mengangkat tubuh istriku yang masih jongkok dan memeluknya.
"Makasih ya Tante Di…." Kata Romy sambil mengecup kening istriku.
"Makasih ya Om Rudi…" tambahnya lagi sambil menengok dan tersenyum ke arahku.
*"Makasih ya mas, sudah ngebolehin adek datang ke acara pernikahan Ratu dan Putra di sini… "
"Makasi ya mas sudah ngebiarin Romy numpahin rasa cintanya kepadaku…"
"Makasih ya mas, sudah ngijinin Romy menikmati tubuh istrimu ini… "
"Dan yang terakhir, makasih ya mas, sudah ikut menikmati persetubuhan kami barusan…." Ucap Dian, istriku, sambil mengecupkan bibir tipisnya yang masih berlumuran sperma Romy ke keningku.
"Kamu memang suami adek yang paling adek sayang…"       Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

cerita sex - AYAHKU YANG PERKASA
May 11th 2013, 02:48



Perkenalkan namaku ratna, ini adalah kejadian nyata yang kualami kira-kira pertengahan tahun 2005 yang lalu. Papaku adalah seorang pensiunan, sementara ibuku seorang wanita karier. Kejadian ini kualami saat aku sedang istirahat sepulang sekolah. Dan berlanjut terus hingga sekarang. hingga aku mempunyai seorang putri buah cintaku dengan papaku. Sementara mamaku tahunya aku dihamili oleh mantan pacarku.

Peristiwa yang kualami sejak 7 tahun yang lalu dan sampai kini masih terus terulang, entah sampai kapan aku bisa menghentikan semua ini.
Cerita ini bermula ketika aku masih duduk dibangku kelas 2 SMA, saat itu pulang sekolah aku dapati rumah dalam keadaan sepi, aku nggak tahu mama yang biasanya dirumah siang itu tidak kujumpai dan papaku memang jam segitu biasanya masih sibuk dikantor, beliau adalah seorang guru di sebuah sekolah swasta d kota MLG. Siang itu udara sangat panas, aku bergegas masuk kerumahku, aku memang setiap hari membawa kunci pintu rumah sendiri sehingga aku nggak perlu bingung seandainya aku pulang kerumah dan dirumah tidak ada orang. Aku masuk ke rumah dan langsung menuju ruang makan, aku melihat hidangan makan siang sudah disediakan oleh mama, tanpa pikir panjang, aku langsung makan dengan lahapnya, maklum aku sangat kelaparan siang itu ditambah lagi perjalan pulang kerumah dari sekolahku lumayan jauh. Selesai makan aku menuju ke kamar mandi, sekedar mencuci muka, tangan dan kakiku kemudian aku menuju ke kamarku untuk mengganti baju seragamku.
Entah kenapa siang itu tidak seperti biasanya badanku terasa lelah sekali, aku rebahkan tubuhku ditempat tidur dan mencoba untuk tidur namun aku tidak juga bisa memejamkan mataku, aku malah teringat pada pacarku, aku ingat beberapa hari yang lalu aku dipaksa melakukan hubungan intim oleh pacarku yang satu sekolah denganku, semula aku menolak tapi karena aku diancam akan diputuskan dan karena aku sangat mencintai pacarku akhirnya kamipun melakukan hubungan yang dilarang oleh agama itu. Dan siang ini tiba-tiba aku kangen sekali dengan pacarku, ingin sekali rasanya aku melakukan hubungan intim itu lagi. Aku mulai berkhayal dan gairahkupun mulai muncul. Kumasukkan tanganku kedalam celana dalamku dan mulai kumainkan jari-jariku di itilku, oh… rasanya nikmat sekali, tanganku yang satupun mulai meremas payu daraku. Siang itu aku melakukan masturbasi dikamarku karena aku tidak mampu membendung hasratku yang menggebu-gebu karena ingin bercinta. Aksiku tidak cukup sampai disitu, udara yang panas menuntunku untuk melepas seluruh pakaianku. Kubuka bajuku, celanaku, celana dalam, juga BHku. Rasanya lebih nyaman masturbasi dengan telanjang bulat. Aku terus menggelitik itilku dan sesekali memasukkan jariku kedalam memekku dan terus kurema-remas payudaraku sampai akhirnya aku klimaks. Tanpa terasa akhirnya aku tertidur setelah aku berhasil memuaskan diriku sendiri.
Udara dingin kurasakan menyentuh kulitku,aku berusaha membuka mataku ,rupanya aku tertidur cukup lama, dan udara sore yang dingin telah membangunkan aku. Kubuka mataku perlahan pelan-pelan dan aku terkejut karena didepanku, disamping tempat tidurku kulihat seorang laki-laki berdiri dalam keadaan telanjang bulat sepertiku dan sedang menggenggam kontolnya dan mengocoknya. Hampir aku tidak percaya bahwa orang yang sedang melakukan onani itu adalah papaku sendiri sambil mengamati tubuhku yang telentang dalam keadaan telanjang. Aku dan papa sama-sama terkejut, segera kuraih bantal untuk menutupi tubuhku ini. Papa mendekatiku dan duduk disisi tempat tidurku sambil tangannya yang satu masih tetap memegangi kontolnya dan tangan kirinya mencoba mengelus rambutku.
"Kenapa kamu tidur telanjang sayang?" Tanya papaku sambil membelai rambutku. Aku diam saja. Kubiarkan tangan papaku membelai rambutku. Seperti tersihir, sore itu aku diam saja dan tidak berusaha memberontak ketika papa berusaha membaringkan aku lagi, papa mengambil bantal yang kupakai untuk menutupi sebagian tubuhku, akupun tidak berusaha mempertahankan bantal itu. Kini aku benar-benar telanjang dan ditelanjangi oleh mata papaku. Papa berusaha berbaring dengan posisi menghadap kepadaku, dibelainya wajahku dan papa mengecup keningku. Melihat aku hanya diam papakupun makin berani beraksi, aku agak terkejut ketika tiba-tiba papa melumat bibirku, kali ini aku sedikit berontak namun tidak lama setelah itu akupun luluh dan mulai menikmati ciuman bibir bersama papaku. Tangan papa mulai bergerilya, disentuhnya dadaku dan diremas-remas."Oh…" nikmat sekali rasanya. Jari papa juga memelintir puting susuku yang masih kecil, aku tak kuasa untuk menolak perlakuan papaku itu. Mungkin karena aku tidak bereaksi dan bahkan terkesan menikmati makanya papa berani menindih tubuhku, kurasakan sesuatu yang nikmat ketika kulit kami saling bersentuhan, papa terus melumat bibirku, memagut leherku dan kecupan bibirnya semakin kebawah hingga akhirnya sampai di buah dadaku yang sudah mengencang karena Menahan birahi, kedua tangan papa meremas-remas payudaraku dan sedangkan lidah dan mulutnya berusah menjilati dan mengulum pentilku yang ranum. Aku hanya bisa mendesah dan menggelinjang, rasanya nikmat sekali. Puas mempermaikan susuku papa mendekatkan mulutnya ke selangkanganku, dilebarkannya kakiku dan "Oh…zzzz.. ah…" papa menjilati memekku, lidah papa menjilat dari bagian memekku yang paling bawah sampai yang paling atas dan sesekali berhenti di itilku, digelitikknya itilku dengan gerakan lidahnya yang lincah. Aku benar-benar tak mampu berontak, aku benar-benar menikmati permainan papaku. Sesaat setelah itu papa mendekatkan kontolnya ke wajahku, tangan papa membimbing tanganku agar aku mau memegangnya dan mengulumnya. Aku lakukan saja, kontol papaku cukup besar dan panjang, lebih besar 2 kali lipat disbanding kontol pacarku yang masih SMA. Masih dalam posisi telentang kukocok dan kukulum kontol papa yang hampir tidak muat dimulutku, sesekali lidahku menyusuri kontol papa dan kudengar papa mendesah keenakan. Puas dengan aksiku papa mendekatkan kontolnya ke memekku, Kakiku yang dalam posisi mengangkang memudahkan papa untuk mendekatkan kontolnya di memekku, awalnya papa hanya menggesek-gesekkan kontolnya di itilku yang sudah basah.
"Masukin pa.. " pintaku lirih.
"Iya sayang, sebentar ya.."
"Ayo pa..ratna udah nggak tahan nih pa..oh…"
Papa mulai mengarahkan kontolnya ke lubang memekku, ditekannya pelan-pelan, ditarik lagi, diulang-ulang karena memang memekku masih sempit. Papa agak kesulitan untuk memasukkan kontolnya dan aku juga merasa perih di memekku tapi aku tahan karena kalah oleh birahiku yang menggebu. Berulang-ulang dan akhirnya,"bles.." kontol papa berhasil masuk ke memekku seluruhnya, rasanya sungguh luar biasa dan tidak bisa kugambarkan. Sesaat papa membiarkan kontolnya ditelan oleh memekku kemudian dengan hati-hati papa mulai melakukan gerakan maju mundur.
"Enak nggak sayang?" Tanya papaku.
"Enak sekali pa..oh….terus pa…"
Entah berapa kali kontol papa mengocok memekku sampai akhirnya akupun berhasil mencapai klimaks.
"Papa… oh.. lebih cepat pa.. "pintaku.
Uuuugh..hah… ayo pa.. oh.. oh… Aku berhasil klimaks, urat-urat ditubuhku yang sempat menegang akhirnya mulai mengendur. Melihat aku lunglai tak berdaya papa menghentikan gerakan maju mundurnya dan menarik kontolnya keluar.
"Oh sayang,..tolong dikocok sayang…" pinta papaku. Segera kuraih kontol papa yang masih kaku, kugenggam dan kukocok-kocok sampai akhirnya papa mendesah tertahan bersamaan dengan itu cairan putih dan kental menyembur dan mengenai dadaku. Banyak sekali cairan itu dan rupannya papa sangat puas dengan apa yang kulakukan.
Setelah itu papa merebahkan diri disampingku, tubuhku dipeluknya erat sampai akhirnya kami tertidur bersamaan karena kelelahan. Malam kami baru bangun dan aku baru sadar bahwa seharian aku tidak melihat mama.
"Mama kemana sih pa?" tanyaku ke papa.
"Mama baru kerumah nenek di kampung".
Malam itu kuhabiskan waktu bersama papa sampai pagi, berkali-kali aku dan papa ngentot dengan berbagai gaya, dalam hati aku kagum dengan papaku yang sangat perkasa sampai akhirnya di pagi harinya aku bolos sekolah karena kecapekkan bercinta dengan papaku sendiri.
Setelah peristiwa itu aku dan papa sering ngentot, bahkan sampai sekarang namun saat ini aku kuliah diluar kota jadinya kami tidak bisa sesering dulu melakukannya. Entah sampai kapan semua ini bisa berakhir, kadang aku tersiksa oleh perasaan bersalah dan dosa tapi aku sulit sekali untuk menghentikannya apalagi kalau ada papa didekatku. Habisnya enak banget sich xi xi xi. Apalagi kini aku telah mempunyai seorang putri buah cintaku dengan papaku, yang cantik, dan sehat. Mungkin kelak aku akan berhenti bila ada laki-laki yang mampu menerima keadaanku ini apa adanya, serta mencintaiku juga putriku dengan setulus hati

Mau tau kelanjutan hubunganku dengan papaku, silahkan baca kelanjutan kisah NyataKu ini di "Berbakti pada AyaH."       Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Ping your blog, website, or RSS feed for Free

Tidak ada komentar:

Posting Komentar