Selasa, 07 Mei 2013

Your Daily digest for Cerita Seks Bokep Dewasa

Ping your blog, website, or RSS feed for Free
Cerita Seks Bokep Dewasa
Cerita Sex - Tragedi Villa Puncak
May 7th 2013, 13:15


Namaku Marie, usiaku 26 tahun dan bekerja di salah satu bank swasta di Bekasi. Ketika bencana itu terjadi, usiaku baru 24 tahun. Saat itu aku sedang menghabiskan weekend di sebuah villa di kawasan Puncak. Aku memang hanya sendiri. Tiada tujuan lain selain menghilangkan kepenatan di segarnya udara Puncak tanpa gangguan siapa pun. Tragisnya kesendirianku itu justru menghilangkan satu-satunya harta yang paling berharga bagiku, kegadisanku.

Ceritanya sore itu aku berendam di air hangat. Kira-kira jarum jam menunjukkan pukul tujuh lima belas menit petang hari. Udara dingin Puncak yang sejak tadi siang diguyur gerimis membuatku enggan bangun dari bathub. Kubersihkan tubuhku dengan sabun cair sampai pada kemaluanku yang masih bisa kubanggakan karena aku belum sekalipun melakukan hubungan badan. Karena air bath tub sudah agak dingin kuputuskan untuk mengakhiri acara mandiku.

Aku berdiri di depan cermin kamar mandi sambil menghanduki rambutku yang basah. Kupandangi tubuh telanjangku di cermin besar yang dapat memuat bayangan tubuhku secara penuh itu. aku tersenyum sendiri memandang wajah indoku yang bersih dari jerawat. Omaku memang asli Belanda. Lalu aku alihkan pandanganku pada dua buah payudaraku yang bulat dan gempal. Ukurannya 36, dengan tinggi badan yang 173 cm dan berat 54 kg. Aku usap-usap kedua payudaraku yang tegang kedinginan. Pandanganku kemudian beralih pada satu-satunya bagian terpeka, kemaluanku yang ditumbuhi bulu-bulu yang tak lebat. Jelas telihat bagian gemuk itu terbelah di tengahnya. Ah.. inilah hartaku yang termahal, pikirku sambil membelainya.

Tiba-tiba seseorang membuka pintu dari depan. Aku tersentak kaget karena seharusnya tak ada orang lain di villa ini. Seorang pemuda berbadan tegap segera menerobos masuk. Lalu ia segera menyeretku keluar kamar mandi. Aku berusaha berontak tapi tenagaku tak cukup untuk melawan tenaga pria itu.

"Hallo Nona manis, boleh kami mampir sebentar?", sapa pemuda lain yang telah menunggu di kamar tidur.
"S.. siapa kalian? Pergi! Pergi dari sini!", rontaku.
Pemuda yang menyeretku tadi telah memasung kedua tanganku di kedua tiang penyangga atap. Posisiku terpasung tapi kakiku masih bebas tak terikat.
"Tenang, Nona manis. Namaku adalah Leo", kata pemuda yang mengikatku.
Wajahnya bersih dan tampan, nampak seperti anak orang kaya.
"Dan aku Syam. Kami hanya mampir untuk bersenang-senang Nona", lanjut pemuda jangkung yang tadi menyeretku.
Tubuhnya lebih kurus daripada Leo tapi wajahnya juga sedap dipandang, walaupun terkesan agak beringas.
"Ma.. mau apa kalian? Tidak sopan!", bentakku.
"Ha.. galak juga, Leo. Heh perawan! Siapa namamu?", bentak Syam mencengkeram rahangku hingga terasa sakit.
"Sabar Syam, tanya baik-baik. Nona manis, siapa nama dari tubuh aduhai ini?", kata Leo mengelus-elus pinggangku.
Syam melepaskan cengkeramannya. Rahangku terasa sangat ngilu.
"M.. Marie. Tolong kalian segera keluar dari villa ini, aku mohon", rengekku.
"Enak saja! Kami sudah masuk, mana mungkin keluar tanpa membawa hasil", jawab Syam yang lebih cepat marah.
Leo menepuk bahu Syam. Syam mundur beberapa langkah.
"Marie.. kami mampir khusus untuk menikmati kecantikanmu. Lihatlah, kau memiliki tubuh yang sangat sensual. Juga wajah yang cantik, sayang kalau tidak dinikmati. Syam! Lihatlah bibir nona Marie ini, bukankah sangat sexy?", kata si Leo sambil segera menyerang bibirku.

Syam hanya tersenyum membiarkan Leo memagut bibirku dengan rakus. Tercium bau alkohol dari mulutnya. Aku ingin meronta tapi mulutku telah dijejali dengan lidah Leo. Kakiku menendang-nendang tapi tenaga Leo lebih kuat. Tangan kanannya mencengkeram leherku mencegahku menghindar dari pagutannya. Sedang telapak tangan kirinya digosok-gosokkan ke permukaan kemaluanku dengan kasar. Lidahnya terus menjilat-jilat menghisap-hisap lidahku dengan rakusnya. Darahku serasa naik antara rasa sakit dan nikmat. Tapi aku masih waras, kutekuk kakiku sehingga mengenai kejantanannya yang mulai tegang. Leo mengaduh kesakitan. Ia nampak misuh-misuh dan ingin memukulku tapi Syam mencegahnya. Leo menunduk sambil memegangi kejantanannya. Syam mendekatiku sambil membuka kaos yang pakainya. Nampak dada bidangnya yang ditumbuhi bulu-bulu halus.

"Sabarlah sayang, akan terasa indah bila kau mau menikmatinya", kata Syam.
Lalu lelaki jangkung itu mencium bibirku dengan lembut menggigit bibir bawahku perlahan-lahan lalu menyodokkan lidahnya menyusuri benda-benda yang bisa dijangkaunya. Ternyata Syam tidak sekasar yang kukira. Kelembutannya mencumbu bibirku membuatku bagai diperlakukan seperti seorang kekasih. Darahku mendesir-desir. Lidahku pun menyambut lidah Syam yang meminta-minta. Tangan Syam menggerayangi punggungku dan terus turun ke bawah lalu berlabuh di bokongku. Diremas-remasnya mengikuti desah nafas Syam yang sudah mulai naik turun. Jemari tangan itu mengitari bokongku. Jemarinya bermain di bibir vaginaku dengan lembut. Jiwaku rasanya mau terbang. Aku mengharapkan sentuhan itu lebih lama. Tapi tidak, Syam segera mengalihkan jemarinya kembali ke bokongku. Tanpa kusadari Syam menyuntikkan sesuatu, aku tak tahu itu apa. Hanya belum sampai hitungan kesepuluh kepalaku terasa berat. Mataku berkunang-kunang.

Terdengar tawa kedua pemuda itu sayup-sayup. Rupaya mereka telah menyuntikkan semacam obat perangsang ke dalam tubuhku. Tubuhku terasa kejang. Darahku naik ke ubun-ubun. Hawa dingin terasa menjadi panas. Aku menggeliat-geliat menahan birahiku yang melaju tanpa rem. Bibirku mendehem-dehem. Kemaluanku terasa hangat, payudaraku nampak bengkak dengan sendirinya. Gelora birahiku melonjak-lonjak. Seperti ada kekuatan yang mendorongku untuk segera bercinta dengan mereka, ingin agar mereka segera menggerayangiku, mencumbuku, ohh.. Bajingan! Mereka hanya tertawa-tawa melihatku bersimbah keringat, berkelojotan menahan birahiku. Apa mereka tak tahu aku ingin segera mereka sentuh..
"Syamm.. Leo.. kenapa kalian hanya diam saja.. kemarilah.. aku.. ingin.."
Tawa mereka semakin lebar.
"Syam, tadi dia menolak sekarang?! Ha..ha.."
"Ayo Leo, bidadari kita ini sudah tak sabar rupanya"

Samar-samar kulihat keduanya membuka semua pakaian yang melekat di tubuh masing-masing. Nampak penis-penis yang besar menegang menantang. Kemudian keduanya mengundi siapa dulu yang menggarapku. Ternyata Syam. Ia mendekatiku dan kembali mencumbu bibirku, tubuhnya menempel erat di tubuhku. Sehingga dadanya yang bidang menempel dengan kedua payudaraku yang telah menegang. Tangannya meremas-remas bokongku yang montok lalu membelai-belai selakangku yang telah tersendal-sendal oleh penisnya yang mengacung-acung. Ohh.. bagai terbang ke awan. Kemudian iapun menurun dan mendapati kedua payudaraku. Matanya berbinar-binar. Diciuminya dadaku hingga terasa hangat nafasnya lalu dimasukkannya nipples-ku ke dalam mulutnya. Aku mendesah-desah ketika nipples-ku dijilat-jilat lalu dihisap kuat-kuat oleh lidah lincahnya.
"Oah.. auh.. Syamm.."

Leo yamg mulai tak sabar segera melepaskan kedua ikatan tanganku. Lalu ia ikut bergabung dengan melumat bibirku dari arah samping. Tanganku menjambak-jambak rambut Syam sambil meladeni Leo. Kini gerakannya lebih lembut walau tak selembut Syam. Sepuluh menit kemudian mereka melepaskan mulutnya dari tubuhku. Aku terkulai di lantai memandangi kedua payudaraku yang terasa sangat berat membengkak, nampak beberapa bekas gigitan Syam.

Samar-samar terlihat Leo berdiri diatas tubuhku. Ia mengacung-acungkan penisnya yang besar menegang dan memintaku untuk mengulumnya. Aku bangkit dari tidurku dan tak berapa lama penis berkulit kecoklatan itu telah masuk ke dalam mulutku. Leo mengelus-elus rambutku sambil terus menyodokkan penisnya ke dalam mulutku. Aku mengulumnya, lidahku menyapu semua bagian benda panjang itu. Leo mengocok-ngocoknya berirama hinga ujungnya menyemburkan cairan sperma.
"Syam! Aku keluar Syam! Keluar.., aarrghh..", teriak Leo.

Aku ingin memuntahkannya tapi Leo mencegahnyanya dengan terus menyodokkan penisnya.
"Telan sayang, telan..", terdengar suara Syam yang telah meremas-remas kemaluanku yang terasa lengket dari belakang.
Perlahan-lahan Syam menuntunku untuk menungging. Kakiku bertumpu pada lutut sedang tanganku berpegangan pada kedua paha Leo. Aku tak tahu apa yang diperbuat Syam. Yang kurasakan hanya nikmatnya penis Leo. Tak kuduga tiba-tiba terasa ada benda asing yang masuk ke dalam lubang vaginaku.
"Aaah..", teriakku tertahan.

Gigiku menggigit penis Leo nenahan rasa nyeri di lubang kewanitaanku itu. Leo berjingkat-jingkat menahan rasa sakit sambil misuh-misuh. Tapi Syam bagai tak peduli terus berusaha menerobos tirai-tirai kewanitaanku. Hingga akhirnya jebol, darah mengucur sampai pada pahaku. Aku menangis tersendat-sendat tapi Syam semakin asyik memainkan penisnya di memekku. Memasukkannya beberapa senti lalu mengeluarkannya, belum sampai keluar sudah disodokkannya lagi. Sperma muncrat ke dalam lubang vaginaku. Dalam tangis jiwaku seakan melayang. Sejujurnya aku sangat menikmatinya saat itu. Terasa sangat indah ketika Syam menggoyang-goyangkan penisnya di dalam lubang vaginaku.

Sekitar pukul sepuluh malam. Keringatku mengucur deras. Aku telentang di lantai. Di sampingku nampak Syam yang juga terengah-engah. Tapi Leo ternyata belum puas. Dicumbunya kelaminku dengan lidahnya. Licah menyusuri dinding-dinding vaginaku menghisap-hisap klitorisku dengan gemas. Mataku berkejap-kejap menahan nikmat yang tercipta. Selakangku mengatup mencengkeram kepala Leo agar tak pergi dari kemaluanku. Sepuluh menit kemudian Leo memasukkan jari tengahnya dengan mudah ke dalam lubang memekku. Untuk kedua kalinya pertahananku jebol. Cairan kewanitaanku muncrat membasahi telunjuk Leo. Ditariknya jari tengah Leo yang bersarung di memekku. Tanpa rasa jijik dijilatnya jari tengah yang berlumuran cairan kewanitaanku itu dengan senyum kepuasan.

Terdengar suara orang ronda diluar melintas di depan villa. Maka dengan tergesa-gesa Syam dan Leo mengenakan pakaiannya lalu melompat dari jendela kamarku meninggalkanku dalam keadaan sangat lemah. Aku berusaha menjerit memanggil-manggil penjaga ronda keliling itu. Tapi suaraku bagai tersumbat. Belum sampai sepuluh hitungan pandanganku telah gelap gulita.




Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Anak Buahku Cantik-Cantik
May 7th 2013, 13:12

Aku adalah seorang tenaga marketing yang bekerja di sebuah perusahaan distributor parfum di Bogor. Sebenarnya aku juga merupakan perintis dari perusahaan itu, sebut saja CV. WIN. Namun karena andilku di perusahaan itu hanyalah Sumber Daya Manusia, dan bukannya ada hubungan dengan finansial, maka pendapatankupun tidak sama dengan teman-temanku yang lain yang juga ikut menjadi perintis. Ada lima orang termasuk aku yang pertama kali bergabung menjadi satu hingga terbentuklah CV. WIN. Adalah Pak Hendra, orang yang paling berperan di perusahaan itu, karena beliaulah yang menjadi pemegang modal dari segala sesuatunya. Beliau seorang Sarjana Ekonomi. Karena keakraban kami, maka kamipun memanggil beliau dengan sebutan Babe, sebutan khas orang Betawi. Karena lingkungan kami merupakan transisi antara Sunda dengan Betawi.

Empat orang yang lain bertugas untuk mengembangkan SDM, baik SDM masing-masing maupun dalam hal rekrutmen dan pengembangannya. Maka kami berempatpun bersaing untuk merekrut anak buah yang sebanyak-banyaknya, dan mengembangkan hingga menjadi sebuah tim yang integral dan solid. Dalam empat bulan saja, yang semula hanya berjumlah empat orang sudah menjadi lebih dari lima puluh orang. Dan timku menjadi tim yang paling solid dengan jumlah yang terbanyak.

Semua itu tak lepas dari kerja kerasku untuk mengembangkan mereka, mendidik mereka dan memotivasi mereka. Mereka memang tim yang kuat dan bermotivasi tinggi. Mereka semua sangat respek terhadapku. Itu semua karena aku hampir dikatakan sempurna dalam hal pembinaan dan approachmen. Aku selalu menghadapi mereka dengan sabar, meski sifat mereka tak sama. Aku menerapkan pendekatan yang berbeda-beda dari yang satu dengan yang lainnya. Aku selalu memuji mereka yang berprestasi, dan membangun semangat bagi mereka yang sedang down. Aku selalu sempatkan waktu sekitar dua sampai lima menit kepada masing masing individu untuk berbicara mengenai keluhan-keluhan mereka, kendala-kendala di lapangan, dan rencana-rencana mereka ke depan, sehingga mereka merasa benar-benar menjadi bagian yang penting dalam tim. Paling tidak aku menyapa mereka sekilas dengan mengucapkan selamat pagi penuh semangat, memuji penampilan mereka, atau hanya sekedar mengatakan, "Dasi kamu bagus"

Aku juga sangat antusias dengan mereka, karena sebagian besarnya adalah cewek. Dan bukan rahasia lagi jika cewek sunda terkenal dengan postur tubuh yang tak terkalahkan. Mereka rata rata berbadan segar dengan buah dada yang sekal dan menantang. Kulit mereka juga sangat bersih. Itu adalah keuntungan tersendiri bagiku karena pasti suatu saat nanti mereka (bahkan semuanya) bisa aku kencani satu persatu.

Dengan pendekatan setahap demi setahap salah satu diantara mereka, Febi, akan bisa aku nikmati tubuhnya. Kisah ini berawal ketika suatu hari aku tidak terjun ke lapangan karena badanku terasa tidak enak. Tapi karena aku harus memotivasi mereka, paginya aku sempatkan untuk ke kantor. Dan begitu mereka berangkat ke lapangan aku pulang ke kost untuk istirahat.

Namun paginya dikantor, Febi sempat curiga dengan kesehatanku dan bertanya, "Mas kenapa, sedang sakit ya?"
"Iya, Feb. Aku lagi nggak enak badan. Kayaknya aku nggak berangkat hari ini"
"Ya udah, entar habis meeting Mas pulang aja. Mas sudah makan?" tanya Febi penuh perhatian. Dia memang orangnya sangat perhatian.
"Udah sih, tapi cuman dikit. Nggak selera"

Dengan penuh kelembutan Febi meraba dahiku. Tangannya lembut dan wangi. Kalau aku diraba agak lama mungkin aku langsung sembuh, pikirku.

Pukul sembilan pagi semua karyawan sudah menyebar ke lapangan. Sementara aku masuk dan beristirahat di ruang rapat. Babe masuk dan bertanya, "Kenapa Yan, sakit?"
"Iya, Be," jawabku singkat.
"Ya udah, tiduran aja situ," kata Babe ramah.
"Nggak ah, Be. Aku mau pulang aja. Ntar sore balik lagi"
"Terserah deh"

Aku bergegas pulang ke kost. Kostku memang hanya berjarak tiga ratus meter dari kantor. Semua biaya kostku ditanggung oleh Babe. Ruangnya nyaman, besar dan bersih. Penjaganya yang bernama Pak Min itu juga ramah. Menurut Pak Min sebenarnya kamar itu khusus untuk tamu dan tidak disewakan, tapi entah mengapa aku diperkenankan menyewa kamar itu. Di kamar itu terdapat lukisan panorama yang sangan besar dan indah. Asli pula dan bukan reproduksi. Kata Pak Min posisi kamar itu boleh diubah sesuka penghuninya. Asal jangan kaget jika ada sensasi baru setelah itu. Apalagi dengan lukisan itu. Tapi aku menganggap itu hanya gurauan Pak Min dan aku tidak menanggapinya dengan serius.

Sebenarnya di kost itu tidak boleh membawa teman lawan jenis ke kamar, tapi sepertinya Pak Min, si penjaga itu tahu apa yang dibutuhkan penghuni kost, jadi peraturan itu diabaikan. Sehingga kamar sebelahku sering dipakai pesta seks oleh penghuninya. Aku pernah ikut sekali.

Sesampainya di depan kamar kost aku kaget karena Febi ternyata sudah berada di depan kamar kostku sedang membaca majalah kesukaannya.

"Lho Feb, kok kamu disini. Lagi ngapain?" tanyaku singkat.
"Lagi nungguin Mas Iyan. Kenapa, nggak boleh?" tanya Febi manja.
"Ya boleh sih, tapi kok tadi nggak ngomong dulu"
"Mau ngasih kejutan, biar Mas Iyan sembuh"
"Ah, bisa aja kamu," sahutku sambil mencubit dagunya yang mungil itu.

Setelah membuka pintu kamar aku mempersilakan Febi masuk. Dengan tanpa canggung Febi masuk ke kamarku dan melihat sekeliling, "Kok posisi kamarnya nggak diubah sih Mas. Emang nggak bosen gini-gini aja. Ubah dong biar ada perubahan. Biar selalu baru, jadi Mas nggak sakit-sakitan"
"Biarin, sakit kan karena penyakit. Bukan karena kamar. Eh ngomong-ngomong, sorry lho kamarku berantakan"
"Ah cowok mah, biasa," sahut Febi dengan sedikit logat sunda.

Setelah itu tangan mungil Febi memunguti benda-benda yang berantakan itu dan menatanya dengan rapi di tempatnya masing masing. Sementara aku pergi ke kamar mandi untuk berganti pakaian.

Begitu masuk kamar, kamarku sudah kembali bersih dan rapi oleh tangan Febi. Aku lihat Febi sedang sibuk memencet-mencet tombol remote untuk mencari acara tv. Hari itu Febi mengenakan baju tipis putih dengan celana hitam panjang. Sangat terlihat profesional dia dengan pakaian itu. Juga seksi. Sambil tiduran Febi terlihat sangat menggoda. Payudaranya sangat terlihat mulus dengan bra yang tidak seukuran. Terlihat sekali bra itu tak sanggup memuat isi dari dada Febi.

Aku menelan ludah. Tiba tiba suhu badanku naik. Aku tahu ini bukan karena aku sakit, tapi lebih karena libidoku pasti sedang on. Si kecil juga ikut-ikutan bangun. Sialan. Aku menggerutu karena ketika si kecil bangun dengan posisi yang salah. Menghadap ke bawah. Sehingga bulu-bulunya yang semula sempat menempel jadi tertarik dan menimbulkan rasa sakit. Aku merogohnya dan menempatkannya dengan benar. Tentu ini tak sepengetahuan Febi. Malu aku.

"Mas punya CD lagu yang bagus, nggak?" tanya Febi mengagetkanku.
"Cari aja disitu, pilih sendiri. Ada lagu, ada film. Eh, aku kemarin sewa film bagus tapi belum sempat nonton. Tuh, yang bungkusnya dari rental"
"Film apa sih ini?"
"Action, tapi katanya sih, ada making love-nya"
"Hii. Coba ah, penasaran"

Sementara Febi memasukkan keping VCD, aku memperhatikan pinggangnya yang sedikit terbuka ketika dia sedikit menungging. Putih, mulus. Aku jadi teringat Dewi pemeran VCD Itenas yang heboh itu. Sementara aku duduk mengambil posisi bersandar di tembok dekat tempat duduk Febi sebelumnya. Aku berharap setelah selesai memasukkan keping VCD, Febi kembali ke tempat duduk semula, jadi aku berada disampingnya persis. Dan benar, kini Febi berada disampingku dengan posisi bersila, sementara kakiku aku selonjorkan. Kini kaki kiri Febi yang dilipat menumpang di kakiku.

Filmpun dimulai. Aku juga bersiap untuk memulai film panas siaran langsung tanpa penonton dan kamera. Aku mulai merangkul Febi. Mengelus rambutnya yang hitam itu, sambil sesekali membahas cerita film itu. Padahal sebenarnya aku tidak begitu memperhatikan alur cerita film itu. Aku hanya menjawab ya dan tidak atau tersenyum menanggapi Febi yang terlihat serius. Lalu badan Febi mulai bersandar di badanku. Akupun dengan mudah menciumi rambutnya, telinganya juga tengkuknya. Sementara tanganku yang sedari tadi bermain di daerah atas, kini mulai merosot. Menyentuh dada Febi, meremasnya hingga Febipun tak lagi memperhatikan film itu dan menikmati sentuhanku. Kini kami menjadi pemeran utama sebuah film panas. Apalagi ketika alur film itu tiba pada kisah make love, sesekali kami melihatnya sebagai pemanas.

Wajah Febi yang semula menghadap tivi kini mulai tengadah menghadapku. Bibir kamipun beradu. Febi terlihat sangat antusias. Napasnya sangat wangi menggairahkan. Aku yakin Febi mempersiapkan hal ini dengan makan permen wangi sebelumnya. Dia menjilati mukaku dengan buas. Sementara tanganku sibuk bergerilya mencoba melepas pakaian Febi. Tanganku yang berada di dalam baju Febi berhasil membuka pengait bra-nya. Gumpalan daging sekal itu kini longgar tanpa pembungkus. Sementara bibirnya sibuk menjilatiku, tangannya mulai menuju pakaianku. Akupun dilucutinya. Sekarang aku tak berbaju lagi. Bibir Febipun mulai bergerilya turun. Menjilati dadaku dan mengulum susuku. Badanku makin panas. Libidoku makin naik. Leher, perut, telinga, dan dadaku menjadi sasaran bibir Febi. Aku menikmatinya sambil terus memainkan payudaranya yang semakin menghangat.

Semakin lama Febi semakin mengganas, dilepaskannya celanaku luar dan dalam. Bibirnya yang kini sudah tak berlipstik itu terus menjamah semua sektor tubuhku. Lidahnya menjilat-jilat bulu kemaluanku. Juga buah zakarku. Aku sesekali menggelinjang menahan jilatannya. Apalagi ketika kemaluanku masuk kedalam mulutnya. Ah, hangat rasanya.

Febi berubah posisi. Yang semula berada tepat di depanku, kini beralih disampingku, sambil tetap menghisap kemaluanku. Perubahan posisinya bukan tanpa alasan. Ternyata Febi mengulum penisku dengan posisi dari samping sehingga lidahnya mengenai permukaan penisku bagian atas. Posisi ini sungguh sangat nikmat. Baru kali ini merasakan hisapan dan jilatan yang sangat hebat. Luar biasa.

Sementara itu tanganku terus mengelus tubuh Febi. Payudaranya yang kenyal selalu menjadi favorit tanganku. Juga pantatnya yang bulat mulus. Sungguh menggairahkan. Tapi ketika jemariku kutuntun untuk menuju liang vaginanya, Febi menolak. Akupun menurut saja. Aku tidak mau memaksakan kehendakku.

Sekitar sepuluh menitan Febi bermain dengan posisi itu. Selanjutnya penisku dikeluarkannya dari mulut. Lidahnya yang terus mengganas itu menjalar keseluruh permukaan badanku bagian depan. Naik, naik, dan terus naik. Kini bibir kami kembali beradu.

Kini posisi Febi tepat mendudukiku. Lalu perlahan-lahan Febi membimbing penisku untuk masuk kedalam liang vaginanya. Dan, bless.. hangat, nikmat.

Febi meringis menahan rasa. Entah apa yang ia rasakan. Setelah berkonsentrasi dengan penisku, kini Febi mulai memompa dengan posisi naik turun. Aku masih pada posisi duduk. Febi yang duduk dihadapanku terus naik turun hingga payudaranya terayun-ayun. Akupun tertarik dengan payudara itu. Kupegang, kuremas, kutekan lalu aku menundukkan kepalaku hingga bibirku mengenai payudara Febi. Dalam kesulitan karena posisinya yang terayun-ayun aku mengisap payudara Febi.

Febipun meraung-raung tak karuan.

"Ya Mas, terus Mas. Hisap terus, Mas"
"Augh, augh.. Mas aku mau keluar, augh, augh.. Ahh!!

Febi mengejang. Mukanya memerah. Lalu kami membalikkan tubuh kami. Untuk sementara kami juga melepaskan perabot kami yang tertancap. Akupun mulai bekerja. Kubimbing Febi untuk berjongkok. Akupun menyetubuhinya lagi dengan posisi dari belakang.

Bless.. Kemaluanku masuk lagi ke liang vaginanya. Dengan posisi doggystyle aku memompa pantat Febi berkali-kali hingga aku merasakan ada dorongan yang sangat kuat, hingga frekuensi doronganku semakin cepat. Aku meracau tak karuan. Febi tahu itu. Sebelum spermaku muncrat, dilepaskanlah pantatnya. Sekejap Febi sudah berbalik posisi. Tangannya langsung menangkap kemaluanku. Dibantu mulutnya, dikocoklah penisku sejadi-jadinya dan..

"Augh.."

Sperma hangat muncrat ke mulut Febi. Tanpa ragu dikulumlah penisku. Rasanya tidak karuan. Spermakupun habis ditelan Febi. Lalu kami berduapun roboh tak berdaya. Aku mencium Febi penuh kasih dan dengan senyum kepuasan. Wajahnya yang penuh keringat tetap manis dengan senyuman itu.

Sementara layar tv ku sudah menunjukkan display VCD. Entah duluan VCD atau aku selesainya.




Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Ngentot Sama Teman Sekolah di Hari Valentine
May 7th 2013, 13:11


Aku adalah seorang yg agak pendiam & kurang bergaul dlm lingkungan sekolah, boleh dibilang aku adalah seorang kutu buku & itu dpt kubuktikan dengan keberhasilanku yg selalu masuk ranking 3 besar dikelas. semua ini berawal dari kedekatanku dgn teman wanita sekelasku Sebut saja namanya "Amel" Usia nya beranjak 18 thn tinggi 155 & BB 48 dan sekilas mirip dengan Jane Shalimar. Porsi tubuh TOGE PASAR ( untuk ukuran ank sekolah TOGE nya ini cukuplah matang dgn uk Bra 36 B+). Singkat cerita awalnya aku pacaran juga tidak ada pikiran tuk berbuat yg tidak-tidak dgnnya krn murni aku sangat menyanyangi & mencintai dia. semua ini berawal dari obrolan amel dgn tmn dekatnya widya yg terdengar samar olehku : " Mel kemarin loe nonton di 21 ngapain aja ? ahk ngk ngapa-ngapain kok wid !!! abis si IS diam aja tuh sambil ngemil ( mksd nya aku ). yach....loe nya juga diem aja gitu...., yach gw malu donk wid masa wanita yg mulai duluan...Akh loe ber 2 payah...ngk kaya gw ama roy...!

akupun bergegas keluar kelas sejenak tuk ke WC dan cuci muka sejenak..., didlm wc ku berfikir " apa maksud pembicaraan mereka tadi yach ??? bel masuk istirahat pun berbunyi & bergegas ku kembali ke kelas.

jam 13.30 teng bel pulang berbunyi, segera ku dekati amel & menanyakan maksud dan arti semua pembicaraan yg tadi aku dengar. Amel pun menjelaskan klo aku tuh dibilang payah ama widya krn didalam 21 ngk ngapa-ngapain !!!!! akupun balik bertanya maksudnya ngapain itu apa ??? Amel pun menjawab + berlari dariku " ngk megang, raba & nyium "
Aku pun terdiam sejenak mengartikan sendiri perkataan amel. nurani laki-laki ku pun berontak tak terima aku di bilang payah & ngk punya nafsu selain ama buku. ku berlari dan menghampiri amel tuk minta maaf atas kejadian kemarin !!! dan amel pun menjawab seakan menantangku " Emang nya klo km minta maaf trus km berani mencium aku " di tantang seperti itu semakin membuatku marah + horny " ayo siapa takut....!!! akhirnya ku gandeng dia pulang sekolah & melewati belakang sebuah Hall basket dekat sekolah ku, di sinilah semuanya di mulai setelah melihat situasi yg cukup sepi ku beranikan untuk memeluk & merabanya serta mencium bibirnya ( gila inilah pertama kalinya aku merasakan meraba seluruh tubuh wanita walaupun msh berpakaian lengkap) ada sekitar 5 menit aku meraba tubuh amel yg montok serta permainan bibir amel yang sangat liar hampir ngos-ngosan aku meladeni permainan bibir amel yg selalu berusaha menarik lidahku dengan sedotan bibirnya. setelah kami terpuaskan walaupun hanya 5 menit akupun bergegas pulang tuk mengantar amel pulang.
keesokan harinya hubungan ku & amel pun semakin mesra dan akupun semakin dekat dgn nya. hari ini pulang sekolah agak sore krn aku dan amel hrs mengikuti Pendalaman materi tuk persiapan EBTANAS.

bel pulang berbunyi akupun segera menghampiri amel "yuk kita pulang" kata amel !!! aku pun jawab ntar aja mel ada yg ingin aku bicarakan.... yach udah sekalian kita pulang aja kan bisa...., aku pun mengulur waktu sekalian liat situasi kelas yg sdh sepi..., setelah semua kondisi terasa aman langsung aja aku tubruk amel dan langsung memeluk serta merabanya secara liar dan amel pun berusaha berontak "apa-apaan sih yang jgn disini ahk kan terbuka gini tempatnya" aku ngk pedulikan ucapannya, Darah berdesir semakin kencang ingin melampiaskan nafsu yg sudah kupendam, Ku raba & ku cium bibirnya terus menerus walaupun ada perlawanan darinya berusaha melepaskan diri dari dekapanku. semakin berontak semakin membabi buta kuhasratkan nafsuku pada amel, langsung aja ku remas toket besarnya dan ku usapkan selangkangan dan perlawanan pun semakin kendor, aku merasa amel sdh mulai bisa menerima dan ikut terbawa nafsu akibat seranganku. trus ku buka kancing seragam sekolahnya dan mulai merasuki toketnya yg terasa sangat empuk dan ku usap dan kujilati ujung pentilnya yg lumayan besar seukuran kelereng yg paling kecil, amel pun semakin mengelinjang ketika ku jilati penti & kuangkat roknya serta tanganku mulai mengusap memeknya yg terasa sangat basah ketika ku usap celana dalam nya. ku bisikan ke telinga amel tuk membuka celana dalam nya " jgn disini yang.... nanti ketauan katanya " akupun berinisiatif tuk mengiring amel ke WC sekolah ( setelah liat kanan-kiri oke) aku & amel pun bergegas msk ke dlam WC sekolah...., entahlah apa yg ada dibenak ku & amel saat itu yg ada hanyalah kenikmatan yg ingin segera tertuntaskan. (padahal WC disekolahan kami terkenal dgn angkernya & sering siswi perempuan kesurupan setelah memasuki Wc di sekolah kami tsB) ahkk... peduli setan krn kami berdua juga setan...hahahahahaha...!!!!! lanjut Gan.., Langsung aku kunci dr dalam wc itu dan aku pun msk ke kamar mandinya & kembali aku kunci dr dalam ku buka kembali kancing seragam amel dan ku angkat Cup Bra nya dan kuremas dan kujilati dgn nikmat ( gila gede bgt nih toket ku raba dgn kedua tangan ku tak dapat menutupi besarnya toket amel) semakin leluasaku aku bergerak & amel pun tdk tinggal diam, kembali dia memainkan bibirnya tuk mencium dan menarik lidahku dgn buas..., aku pun semakin panas ku usapkan kembali dan segera melorotkan celana dalam amel tanpa meminta ijin dulu..., kuusap memeknya yg ditumbuhi bulu agak lebat, segera ku berpaling kebawah ( oh ini tuh bentuk memek.... gila semakin terangsang ku melihatnya..., tanpa ba,,bo,,bu langsung ku raba & jilati memek amel ( Amel tersentak kaget & berusaha ngedorong mukaku dari memeknya ) ihhkkkk... Gw mau ahkk yang..!!!! akupun sontak berhenti, ada apa gerangan & bertanya ( knp mel..??? sakit yach...) amel pun menjawab ( enak kok yang..., tapi aku kan malu...!! mang km ngk jorok apa ngejilati memek aku..???) aku pun jawab dgn lembut " mel aku kan pacar km & aku sayang ama km " jadi aku hrs bisa buat km senang & bahagia dan aku juga ngk merasa jorok menjilati memek km... aku suka kok...( Boleh di bayangin gan..... Gimana aroma memek yg satu hari penuh belum di bersihin....agak asem dgn aroma yg agak bacin...wkwkwwkwkwk) tapi klo yg namanya nafsu dah di ubun-ubun pake aja istilah "tai kucing aja berasa coklat" hehehehehehe.......Lanjut Gan ????
Amel pun segera menarik Rok nya ke atas dan membiarkan aku menjilati kembali memeknya ( dgn posisi amel bersandar di tembok dan aku berjongkok dan ku sandarkan satu kakinya ke punggung ku biar sedikit terbuka selangkangannya) lidahku pun tak henti menjilati & menyeruput seluruh bagian memek amel dan kedua tanganku bertumpu di kedua toketnya meraba serta menarik pentiknya dengan sedikit liar dan amel pun terasa sangat menukmati permaianan ku dengan nafasnya yg sdh tidak beraturan " ohhh...ohh...enak yank....trussssss. yank...., 15 mnt berselang amel seperti berhenti bernafas & terasa kejang badannya, amel pun segera menarik kepalaku dari memeknya dan bilang Cukup yank....(aku pun kaget kenapa lagi nih...???? apa tak sengaja mengigit memeknya ) amel pun bilang dia puas " aku sdh keluar yank..." amel pun segera menarik aku tuk berdiri & memeluk aku dgn sangat lembut.... terima kasih yach yank.....



Cerita Seks - Ngentot Sama Teman Sekolah di Hari Valentine Justru aKu tambah bingung !!!! ( lah ini kontolku msh tegak berdiri ) aku pun segera mengarahkan kontolku ke mulut amel..., tapi ternyata amel menolak katanya jijik....yach udah aku arahkan lagi aja ke memeknya..., kembali dia menolak..."jgn yank...aku msh perawan " !!!! gila..... kentang nih....!!!!! langsung aja aku inisiatif yach udah km kocokin aja pake ludah kamu..., " ( amel mengangguk tanda setuju ) ternyata 5 mnt berlalu tak ada kunjung nih ****** mo muncrat ( amel mulai ngeluh cape..) yach udah km menghadap tembok aja deh " km mo ngapain yank....jgn dimasukin ke memek aku yach ????" aku jawab "yach udah ngk !!!! ( dgnm posisi berdiri membelakangi ku ku arahkan kontolku ke belahan paha amel yg montok ) ku sodok maju mundur sambil kedua tanganku memegangi pinggulnya agar sodokannya terasa nikmat dan pas !!!! kembali 5 mnt tdk ada tanda ****** nih mo muncrat aku pun bersikeras meminta amel tuk sepongbob kontolku ( bersamaan dgn itu terdengar suara Adzan magrib ) gilaa..... tak terasa sdh Pkl 18.15wib) aku pun sontak kaget dan amel pun terlihat sedikit mengeluarkan air mata (kami pun segera membereskan kembali seragam sekolah dan nergegas meningalkan Wc sekolah tuk pulang....
di perjalanan pulang ku meminta maaf sm amel dgn apa yg terjadi tadi...., tapi dia hanya diam saja ( aku tdk tahu mungkin dia marah sama ku) sampai ku antar pulang hingga ku beranikan diri buat bilang




Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Suster Ngedate
May 7th 2013, 13:10


"Skak" kata Maman seraya menaruh biji caturnya dengan wajah senang.
"Brengsek, kok bisa-bisanya, orang mau ngejebak malah kejebak !" Jono dengan keki menggebrak pelan meja itu.
Malam itu, jam sebelas lebih, cuaca sangat tidak bersahabat. Sejak jam sebelasan tadi hujan sudah turun dengan derasnya disertai guruh dan petir. Di tempat yang sepi depan pintu kamar mayat itulah Maman, si penjaga kamar mayat dan Jono, si satpam rumah sakit menghabiskan waktunya dengan bermain catur. Maman (67 tahun), dalam usia senjanya masih kuat bekerja hingga jam seharusnya orang tidur seperti ini walaupun sudah agak bongkok dan beruban. Sudah hampir sepuluh tahun dia menyambung hidup sebagai penjaga kamar mayat di rumah sakit ini, istrinya sudah meninggal tanpa meninggalkan anak. Kesepian dan suasana angker sudah menjadi temannya sehari-hari, maka mendengar suara-suara aneh dan cerita-cerita seram lainnya sudah tidak membuatnya merinding lagi, istilahnya sudah kebal dengan hal-hal seperti itu. Jono (41 tahun), baru setahun lebih bekerja di rumah sakit ini setelah pindah dari perusahaan sebelumnya yang bangkrut. Dia seorang pria berbadan tegap dan wajahnya yang sedikit bopengan terkesan sangar, pas untuk profesinya itu. Sungguh, malam itu menjadi malam panjang bagi mereka, suasana hujan dengan angin yang dingin mudah membuai orang hingga ngantuk.

"Weleh, dingin-dingin gini dapet giliran malem" kata Jono lalu meneguk kopinya "padahal enaknya tidur suasana gini mah"
"Hati-hati lu, tidur disini bisa-bisa dicolek-colek yang di dalem sana tuh" canda Pak Maman menunjuk ke kamar mayat.
"Wahaha, Pak Maman mulai lagi deh cerita dunia lainnya"
"Ee…kenapa enggak disini kan kamar mayat, yang aneh-aneh gitu udah sering lah"
"Iya sih apalagi malem-malem gini, di kantor tempat saya dulu juga pernah sih, ya tapi gua sendiri sih belum pernah ngalamin, teman katanya pernah, Eh, omong-omong jam berapa nih Pak ?" tanyanya.
"Wah sepuluh menit lagi jam dua belas nih" jawab Pak Maman melihat jamnya.
"Ya udah, lagi yuk Pak" katanya sambil menyusun kembali biji catur "penasaran saya, pengen belajar ilmunya Bapak"
Pak Maman pun menerima tantangannya dan tak lama kemudian mereka mulai memusatkan pikiran pada papan catur. Hening sekali suasana disana, bunyi yang terdengar hanya bunyi rintik hujan, angin dan suara biji catur dipindahkan. Tak lama kemudian terdengar bunyi lain di lorong itu, sebuah suara orang melangkah, suara itu makin mendekat sehingga mengundang perhatian dua orang itu.
"Siapa tuh ya, malem-malem kesini ?" tanya Jono yang dijawab Pak Maman dengan mengangkat bahu.

Suara langkah makin terdengar, dari tikungan lorong muncullah sosok itu, ternyata seorang gadis cantik berpakaian perawat. Di luar seragamnya dia memakai jaket cardigan pink berbahan wol untuk menahan udara dingin malam itu. Suster itu ternyata berjalan ke arah mereka.
"Malam Pak" sapanya pada mereka dengan tersenyum manis.
"Malam Sus, lagi ngapain nih malem-malem kesini" balas Jono.
"Ohh…hehe…anu Pak abis jaga malam sih, tapi belum bisa tidur, makannya sekalian mau keliling-keliling dulu"
"Oh iya kok saya rasanya baru pernah liat Sus disini yah ?" tanya Jono.
"Iya Pak, saya baru pagi tadi sampai disini, pindahan dari rumah sakit *****" jawabnya, "jadi sekalian mau ngenal keadaan disini juga"
"Oo…pantes saya baru liat, baru toh" kata Pak Maman.
"Sus ga tau apa, ini kan kamar mayat" kata Jono menunjuk tempat itu, "tuh itu tuh, ga takut ?"
"Ah Bapak, masa suster takut sih sama mayat" jawabnya tersenyum, "lagian saya kan udah disana juga"
Kedua orang itu bengong dan agak kaget mendengar kalimat terakhir, apalagi suster muda itu diam sesaat sambil menatap ke arah pintu ruangan itu.
"Maksudnya sudah biasa disana ngeliat mayat, gitu loh" lanjutnya membuat kedua orang itu bernafas lega.

"Dasar si Sus, saya kira apa, bikin deg-degan aja ah" kata Jono.
"Emang bapak kira apa ?" tanyanya lagi sambil menjatuhkan pantatnya pada bangku panjang dan duduk di sebelah Jono.
"Wow, hoki gua" kata pria itu dalam hati kegirangan.
"Dikirain suster ngesot yah Jo hahaha" timpal Pak Maman mencairkan suasana.
"Hehehe iya dikira suster ngesot, nggak taunya suster cantik" kedua pria itu tertawa untuk menghangatkan suasana.
"Kalau ternyata memang iya gimana Pak" kata gadis itu dengan suara pelan dan kepala tertunduk yang kembali membuat kedua pria itu merinding melihat gelagat aneh itu.
Tiba-tiba gadis itu menutup mulutnya dengan telapak tangan dan tertawa cekikikan.
"Hihihi…bapak-bapak ini lucu ah, sering jaga malam kok digituin aja takut" tawanya.
"Wah-wah suster ini kayanya kebanyakan nonton film horror yah, daritadi udah dua kali bikin kita nahan napas aja" kata Pak Maman.
"Iya nih, suster baru kok nakal ya, awas Bapak laporin loh" kata Jono menyenggol tubuh samping gadis itu.
Sebentar kemudian suster itu baru menghentikan tawanya, dia masih memegang perutnya yang kegelian.
"Hihi…iya-iya maaf deh bapak-bapak, emang saya suka cerita horror sih jadi kebawa-bawa deh" katanya.
"Sus kalau di tempat gini mending jangan omong macem-macem deh, soalnya yang gitu tuh emang ada loh" sahut Pak Maman dengan wajah serius.
Suster Virna
"Iya Pak, sori deh" katanya "eh iya nama saya Virna, suster baru disini, maaf baru ngenalin diri…emmm Bapak Jono yah" sambil melihat plat nama di dada satpam itu.
"Kalau saya Suherman, tapi biasa dipanggil Maman aja, saya yang jaga kamar mayat disini" pria setengah baya itu memperkenalkan diri.
"Omong-omong Sus ini mau kemana sebenarnya ?" tanya si satpam.
"Ya itu liat-liat aja, kalau udah ngantuk baru bobo ntar, ga tau nih kok rasanya belum ngantuk aja sih" katanya. "eerr…maaf ada yang punya rokok gak, boleh minta satu"
Mereka tersenyum lalu merogoh kantongnya untuk mengeluarkan bungkus rokok masing-masing.
"Oke deh, saya ambil yang Pak Maman aja, apinya dari Pak Jono" kata Virna karena kedua pria itu dengan cepat menyodorkan bungkus rokok yang sudah dibuka ke arahnya.
Diambilnya sebatang dari bungkus si penjaga kamar mayat lalu disulutkannya pada lighter si satpam.
"Berani juga yah Sus ini, baru masuk udah berani ngerokok" kata Jono sambil memandang wajah cantik yang sedang mengepulkan asap dari mulutnya.
"Iya abis gimana Pak, suntuk banget sih, lagian dikit-dikit aja kok, biasanya sih jarang saya ngerokok gini"
Malam itu mereka mereka merasa beruntung sekali mendapat teman ngobrol seperti suster Virna, biasanya suster-suster lain paling hanya tersenyum pada mereka atau sekedar memberi salam basa-basi.

Merekapun terlibat obrolan ringan, kedua pria itu tidak lagi mempedulikan permainan caturnya dan mengalihkan perhatiannya pada suster Virna yang ayu itu. Sejak awal tadi mereka sudah terpesona dengan gadis ini. Pria normal mana yang tidak tertarik dengan gadis berkulit putih mulus berwajah kalem seperti itu, rambut hitamnya disanggul ke belakang sehingga menampakkan leher jenjangnya, tubuhnya yang ramping lumayan tinggi (168 cm), pakaian perawat dengan bawahan sebatas lutut itu menambah pesonanya, dari betisnya yang putih mulus itu sudah terbayang bentuk pahanya yang indah. Jono, si satpam, makin mendekatkan duduknya dengan gadis itu sambil sesekali mencuri pandang ke arah belahan dadanya melalui leher bajunya. Suasana malam yang dingin membuat nafsu kedua pria itu mulai bangkit, apalagi Pak Maman sudah lama ditinggal istri dan Jono sendiri sudah cerai lima tahun yang lalu dan selama ini ia memenuhi kebutuhan biologisnya hanya dengan pelacur-pelacur kelas pinggir jalan yang tentu saja kualitasnya tidak seperseratusnya suster muda di sebelahnya ini. Semakin lama mereka semakin berani menggoda suster muda itu dengan guyonan-guyonan nakal dan obrolan yang menjurus ke porno. Virna sendiri sepertinya hanya tersipu-sipu dengan obrolan mereka yang lumayan jorok itu.
"Terus terang deh Sus, sejak Sus datang kok disini jadinya lebih hanget ya" kata Jono sambil meletakkan tangannya di lutut Virna dan mengelusnya ke atas sehingga pahanya mulai tersingkap.

"Eh…jangan gitu dong Pak, mau saya gaplok yah ?!" Virna protes tapi kedua tangannya yang dilipat tetap dimeja tanpa berusaha menepis tangan pria itu yang mulai kurang ajar.
"Ah, Sus masa pegang gini aja gak boleh, lagian disini kan sepi gini, dingin lagi" katanya makin berani, tangannya makin naik dan paha yang mulus itupun semakin terlihat.
"Pak saya marah nih, lepasin gak, saya itung sampai tiga" wajah Virna kelihatannya BT, matanya menatap tajam si satpam yang tersenyum mesum.
"Jangan marah dong Sus, mendingan kita seneng-seneng, ya ga Jo ?" sahut Pak Maman, entah sejak kapan tiba-tiba saja sudah di sebelahnya sehingga tubuhnya diapit kedua pria tidak tau malu itu.
Penjaga kamar mayat itu dengan berani merangkul bahu Virna dan tangan satunya menyingkap rok suster muda itu di sisi yang lain. Suster itu tidak bergeming, tidak ada tanda-tanda penolakan walau wajahnya masih terlihat marah.
"Satu…" suster itu mulai menghitung namun kedua orang itu malah makin kurang ajar, dan tangannya makin nakal menggerayangi paha yang indah itu, "dua…!" suaranya makin serius.
Entah mengapa suster itu tidak langsung beranjak pergi atau berteriak saja ketika dilecehkan seperti itu. Kedua pria yang sudah kerasukan nafsu itu menganggapnya sandiwara untuk meninggikan harga diri sehingga mereka malah semakin nafsu.
"Tig…" sebelum Virna menyelesaikan hitungannya dan bergerak, si satpam itu sudah lebih dulu mendekapnya dan melumat bibirnya yang tipis.
"Mmm…mmhh !" suster itu berontak dan mendorong-dorong Jono berusaha lepas dari dekapannya namun tenaganya tentu kalah darinya, belum lagi si tua Pak Maman juga mendekapnya serta menaikkan rokknya lebih tinggi lagi. Virna merasa hembusan angin malam menerpa paha mulusnya yang telah tersingkap juga tangan-tangan kasar mengelusinya yang mau tak mau membuatnya terangsang.

"Aahh…jangan…mmhh !" Virna berhasil melepaskan diri dari cumbuan si satpam tapi cuma sebentar, karena ruang geraknya terbatas bibir mungil itu kembali menjadi santapan Jono.
Pak Maman yang mendekap dari belakang meremas-remas dadanya yang masih tertututp seragam suster dan mengelus paha indahnya yang menggiurkan. Virna terus meronta, tapi sia-sia malah pakaiannya semakin tersingkap dan topi perawatnya jatuh ke lantai. Pak Maman melepaskan jaket cardigan pinknya sehingga lengannya yang berkulit halus itu terlihat. Lama-lama perlawanan suster Virna melemah, sentuhan-sentuhan pada daerah sensitifnya telah meruntuhkan pertahanannya. Birahinya bangkit dengan cepat apalagi suasananya sangat mendukung dengan hujan yang masih mengguyur dan dinginnya malam. Bulu kuduk Virna merinding merasakan sesuatu yang basah dan hangat di lehernya. Ternyata si tua Maman itu sedang menjilati lehernya yang jenjang, lidah itu bergerak menyapu daerah itu sehingga menyebabkan tubuh Virna menggeliat menahan nikmat. Mulut Virna yang tadinya tertutup rapat-rapat menolak lidah Jono kini mulai membuka. Lidah kasap si satpam itu langsung menyeruak masuk ke mulut suster itu dan meraih lidahnya mengajaknya beradu lidah. Virna pun menanggapinya, lidahnya mulai saling jilat dengan lidah pria itu, liur mereka saling tertukar. Sementara Pak Maman mulai melucuti kancing bajunya dari atas, tangan keriput itu menyusup ke dalam cup branya, begitu menemukan putingnya langsung dimain-mainkannya benda itu dengan gemasnya.

Di tengah ketidakberdayaannya melawan kedua brengsek itu, Virna semakin pasrah membiarkan tubuhnya dijarah. Tangan Jono menjelajah semakin dalam, dibelainya paha dalam gadis itu hingga menyentuh selangkangannya yang masih tertutup celana dalam. Sementara atasan Virna juga semakin melorot sehingga terlihatlah bra biru di baliknya.
"Kita ke dalam aja biar lebih enak" kata Pak Maman.
"Iya bener Pak, disini kalau ada yang datang malah berabe" Jono menyetujui.
"Kalian emang kurang ajar yah, kita bisa dapet masalah kalau gak lepasin saya !" Virna masih memperingatkan keduanya.
"Udahlah Sus, kurang ajar- kurang ajar, kan lu juga suka ayo !" Jono narik lengan suster itu bangkit dari kursi, "ntar saya laporin loh ada suster ngerokok di tempat kerja"
"Iya Sus, seneng-seneng dikin napa? Dingin-dingin gini emang enaknya ditemenin cewek cantik kaya Sus" timpal Pak Maman.
Mereka menggelandang suster itu ke ruang di antara kamar mayat dan koridor tempat mereka berjaga. Virna disuruh naik ke sebuah ranjang dorong yang biasa dipakai untuk menempatkan pasien atau jenazah yang hendak dipindahkan. Kedua pria itu langsung menggerayangi tubuh Virna yang terduduk di ranjang. Jono menarik lepas celana dalam gadis itu hingga terlepas, celana itu juga berwarna biru, satu stel dengan branya. Kemudian ia berlutut di lantai, ditatapnya kemaluan suster itu yang ditumbuhi bulu-bulu yang lebat, bulu itu agaknya rajin dirawat karena bagian tepiannya terlihat rapi sehingga tidak lebat kemana-mana. Virna dapat merasakan panasnya nafas pria itu di daerah sensitifnya. Pak Maman mempreteli kancing baju atasnya yang tersisa, lalu bra itu disingkapnya ke atas. Kini terlihatlah payudara suster Virna yang berukuran sedang sebesar bakpao dengan putingnya berwarna coklat.

"Uuuhh…Pak!" desah Virna ketika lidah Pak Maman menelusuri gundukan buah dadanya.
Lidah itu bergerak liar menjilati seluruh payudara itu tanpa ada yang terlewat, setelah basah semua, dikenyotnya daging kenyal itu, puting mungil itu digigitinya dengan gemas.
"Aahh !" tubuh Virna tiba-tiba tersentak dan mendesah lebih panjang ketika dirasakannya lidah panas Jono mulai menyapu bibir vaginanya lalu menyusup masuk ke dalam. Virna sebenarnya jijik melakukan hal ini dengan tua bangka dan satpam bopeng ini, tapi rupanya libidonya membuatnya melupakan perasaan itu sejenak. Mulut Pak Maman kini merambat ke atas menciumi bibirnya, sambil tangannya tetap menggerayangi payudaranya. Sementara di bawah sana, si satpam makin membenamkan wajahnya di selangkangan Virna, lidahnya masuk makin dalam mengais-ngais liang kenikmatan suster muda itu menyebabkan Virna menggelinjang dan mengapitkan kedua paha mulusnya ke kepalanya, topi satpamnya sampai terjatuh tersenggol tangan gadis itu.
"Jo…Jo, lu jaga di luar dulu gih, kalau ada orang datang liat ke sini kan gawat" suruh Pak Maman mengganggu si satpam yang sedang enak-enaknya menikmati vagina Virna, "Ntar kalau ada yang cari bilang gua lagi ke WC"
"Yah si Bapak mau enaknya sendiri, saya juga udah konak nih Pak !" protes Jono.
"Allah, ayolah ntar juga lu dapet bagian, ke orang tua harus ngalah dikit dong, daripada kita kepergok hayo !"
Jono pun terpaksa keluar ruangan itu dengan hati dongkol, tapi dia berpikir benar juga kalau tidak ada yang jaga di luar bakal berisiko ada yang memergoki, maka diapun terpaksa berjaga diluar dengan hati gelisah, ingin segera menikmati tubuh mulus suster Virna yang baginya merupakan kenikmatan terbesar dan terlangka dalam hidupnya.

"Nah, sekarang tinggal kita duaan Sus" kata Pak Maman membuka pakaiannya "pokoknya malam ini Bapak bakal muasin Sus hehehe !"
Virna tertegun melihat pria tua itu sudah telanjang bulat di hadapannya, tubuhnya terbilang kurus sampai tulang rusuknya agak tercetak di kulitnya, namun demikian penisnya yang sudah menegang itu lumayan besar juga dengan bulu-bulu yang sebagian sudah beruban. Dia naik ke ranjang ke atas tubuh gadis itu, wajah mereka saling bertatapan dalam jarak dekat. Pak Maman begitu mengagumi wajah cantik Virna, dengan bibir tipis yang merah merekah, hidung bangir, dan sepasang mata indah yang nampak sayu karena sedang menahan nafsu.
"Pak, apa ga pamali main di tempat ginian ?" tanya Virna.
"Ahh…iya sih tapi masabodo lah, yang penting kita seneng-seneng dulu hehehe" habis berkata dia langsung melumat bibir gadis itu.
Mereka berciuman dengan penuh gairah, Virna melingkarkan tangannya memeluk tubuh tua Pak Maman. Ia masih memakai seragam susternya yang sudah terbuka dan tersingkap dimana-mana, bagian roknya saja sudah terangkat hingga pinggang sehingga kedua belah pahanya yang jenjang dan mulus sudah tidak tertutup apapun. Pak Maman sudah lama tidak menikmati kehangatan tubuh wanita sejak ditinggal mati istrinya sehingga dia begitu bernafsu berciuman dan menggerayangi tubuh Virna. Mendapat kesempatan bercinta dengan gadis seperti Virna bagaikan mendapat durian runtuh, belum pernah dia merasakan yang secantik ini, bahkan almarhum istrinya ketika muda pun tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengannya.

Setelah lima menitan berciuman sambil bergesekan tubuh dan meraba-raba, mereka melepas bibir mereka dengan nafas memburu. Pak Maman mendaratkan ciumannya kali ini ke lehernya. Kemudian mulutnya merambat turun ke payudaranya, sebelumnya dibukanya terlebih dulu pengait bra yang terletak di depan agar lebih leluasa menikmati dadanya.
"Eemmhh…aahhh…aahh !" desahnya menikmati hisapan-hisapan penjaga kamar mayat itu pada payudaranya, tangannya memeluk kepala yang rambutnya sudah tipis dan beruban itu.
Virna merasakan kedua putingnya semakin mengeras akibat rangsangan yang terus datang sejak tadi tanpa henti. Sambil menyusu, pria itu juga mengobok-obok vaginanya, jari-jarinya masuk mengorek-ngorek liang senggamanya membuat daerah itu semakin basah oleh lendir.
"Bapak masukin sekarang yah, udah ga tahan nih !" katanya di dekat telinga Virna.
Virna hanya mengangguk. Pak Maman langsung menempelkan penisnya ke mulut vagina gadis itu. Terdengar desahan sensual dari mulut gadis itu ketika Pak Maman menekan penisnya ke dalam.
"Uuhh…sempit banget Sus, masih perawan ga sih ?" erang pria itu sambil terus mendorong-dorongkan penisnya.
Virna mengerang dan mencengkram kuat lengan pria itu setiap kali penis itu terdorong masuk. Setelah beberapa kali tarik dorong akhirnya penis itu tertancap seluruhnya dalam vagina suster itu.
"Weleh-weleh, enaknya, legit banget Sus padahal udah gak perawan" komentar pria itu, "pernah sama siapa nih Sus sebelumnya, kalo boleh tau ?"
Sebagai jawabannya Virna menarik wajah pria itu mendekat dan mencium bibirnya, agaknya dia tidak berniat menjawab pertanyaan itu.

Pak Maman mulai menggoyangkan pinggulnya memompa vagina gadis itu. Desahan tertahan terdengar dari mulut Virna yang sedang berciuman. Pria itu memulai genjotan-genjotannya yang makin lama makin bertenaga. Lumayan juga sudah seusia kepala enam tapi penisnya masih sekeras ini dan sanggup membuat gadis itu menggelinjang. Dia mahir juga mengatur frekuensinya agar tidak terlalu cepat kehabisan tenaga. Sambil menggenjot mulutnya juga bekerja, kadang menciumi bibir gadis itu, kadang menggelitik telinganya dengan lidah, kadang mencupangi lehernya. Virna pun semakin terbuai dan menikmati persetubuhan beda jenis ini. Dia tidak menyangka pria seperti si penjaga kamar mayat itu sanggup membawanya melayang tinggi. Pria itu semakin kencang menyodokkan penisnya dan mulutnya semakin menceracau, nampaknya dia akan segera orgasme.
"Malam masih panjang Pak, jangan buru-buru, biar saya yang gerak sekarang !" kata gadis perawat itu tanpa malu-malu lagi.
Pak Maman tersenyum mendengar permintaan suster itu. Merekapun bertukar posisi, Pak Maman tiduran telentang dan Virna menaiki penisnya. Batang itu digenggam dan diarahkan ke vaginanya, Virna lalu menurunkan tubuhnya dan desahan terdengar dari mulutnya bersamaan dengan penis yang terbenam dalam vaginanya. Mata Pak Maman membeliak saat penisnya terjepit diantara dinding kemaluan Virna yang sempit. Ia mulai menggerakkan tubuhnya naik turun dengan kedua tangannya saling genggam dengan pria itu untuk menjaga keseimbangan.

"Sssshhh…oohh…yah…aahh !" Virna mengerang sambil menaik-turunkan tubuhnya dengan penuh gairah.
Tiba-tiba matanya menangkap sesuatu di pintu, dilihatnya Jono, si satpam itu sedang mengintip adegan panas mereka melalui pintu yang dibuka sedikit. Virna malah tersenyum nakal ke arahnya, sambil terus menggoyang tubuhnya. Tangannya meraih ujung roknya lalu ditariknya ke atas seragam yang berupa terusan itu hingga terlepas dari tubuhnya. Seragam itu dijatuhkannya di lantai sebelah ranjang itu, tidak lupa dilepaskannya pula bra yang masih menyangkut di tubuhnya sehingga kini tubuhnya yang sudah telanjang bulat terekspos dengan jelas. Sungguh suster Virna memiliki tubuh yang sempurna, buah dadanya montok dan proporsional, perutnya rata dan kencang, pahanya juga indah dan mulus, sebuah puisi kuno melukiskannya sebagai kecantikan yang merobohkan kota dan meruntuhkan negara. Jono menutup lagi pintu itu dan kembali ke mejanya, dia sudah tidak sabar menunggu gilirannya. Dia berusaha tidak melakukan masturbasi agar bisa melampiaskannya semaksimal mungkin pada suster itu. Jono hanya bisa gelisah telah menunggu lebih dari dua puluh menit, dua batang rokok telah dihabiskannya. Ternyata perintah Pak Maman untuk berjaga di depan tidak salah karena tak lama kemudian di dengarnya langkah kaki.
"Wei, jangan terlalu ribut dulu ada yang datang" Jono melongokkan kepala ke dalam untuk memperingatkan Pak Maman dan Virna yang sedang berasyik-masyuk.
Virna pun terpaksa mengurangi ritmenya agar desahannya tidak terlalu kencang.

"Eh, Dokter Ary…pagi, ngapain nih jam segini ?" sapanya pada orang itu yang adalah salah satu dokter yang shift malam.
"Pagi, biasalah, jaga…abis dari WC sekalian ngontrol, serem juga yah jam segini disana sepi gitu…eh iya, omong-omong Pak Maman mana ?" tanya dokter berusia 40an itu.
"Sakit perut tuh katanya, lagi ke WC yang disana, makannya saya jaga disini dulu"
"Oh gitu yah, ok deh Jo, saya balik ke dalem dulu yah" pria itu berpamitan.
"Omong-omong Dok, suster-suster baru belakangan ini cakep-cakep juga yah hehehe"
"Ah, tau aja lu Jon, tapi emang iya sih saya udah liat beberapa fotonya, katanya besok siang baru datang sini" jawab Dokter Ary sambil berlalu.
"Besok?" Jono bertanya dalam hati dengan heran "ketinggalan info kali lu, orang di dalem sana udah ada satu kok hehehe"
Jono kembali dan memberi tanda pada mereka bahwa sudah aman.
"Cepetan dong Pak Maman, udah kebelet nih !" sahutnya.
"Iya-iya sebentar lagi nih sabar !"
Kembali Virna dan penjaga kamar mayat itu memacu tubuhnya dalam posisi woman on top. Virna demikian liar menaik-turunkan tubuhnya di atas penis Pak Maman, dia merasakan kenikmatan saat penis itu menggesek dinding vagina dan klitorisnya.
"Ayo manis, goyang terus…ahh…enak banget !" kata Pak Maman sambil meremasi payudara gadis itu.
Wajah Virna yang bersemu merah karena terangsang berat itu sangat menggairahkan di mata Pak Maman sehingga dia menarik kepalanya ke bawah agar dapat mencium bibirnya.

Akhirnya Virna tidak tahan lagi, ia telah mencapai orgasmenya, mulutnya mengeluarkan desahan panjang. Pak Maman yang juga sudah dekat puncak mempercepat hentakan pinggulnya ke atas dan meremasi payudara itu lebih kencang. Ia merasakan cairan hangat meredam penisnya dan otot-otot vagina suster itu meremas-remasnya sehingga tanpa dapat ditahan lagi spermanya tertumpah di dalam. Setelah klimaksnya selesai tubuh Virna melemas dan tergolek di atas tubuh tua itu. Virna yang baru berusia 24 tahun itu begitu kontras dengan pria dibawahnya yang lebih pantas menjadi kakeknya, yang satu begitu ranum dan segar sementara yang lain sudah bau tanah.
"Asyik banget Sus, udah lama saya gak ginian loh !" ujar Pak Maman dengan tersenyum puas.
"Yuk udah kan Pak Maman, gantian dong !" terdengar suara Jono dari pintu sana.
"Iya-iya tunggu saya pake baju dulu" jawab Pak Maman, "udah dulu yah Sus, gantian sama si Jono dulu, saya harus jaga lagi"
Setelah memakai kembali pakaiannya Pak Maman mempersilakan si satpam mengambil gilirannya.
"Tuh sana, selamat ngentot, pokoknya asoy banget deh" katanya, "eh tadi siapa emang yang dateng ?"
"Dokter Ary, tenang dia cuma abis dari WC aja kok, sekarang Bapak yang jaga yah !"
Jono buru-buru masuk dan menemukan tubuh telanjang Virna yang sedang duduk di ranjang dorong itu.
"Hehehe…sekarang sama saya yah Sus, dijamin lebih puas daripada sama Pak Maman tadi" katanya sambil membuka jaket dan meletakkannya di sebuah meja.

Virna turun dari ranjang dan berjalan menghampirinya. Jantung Jono semakin berdegub melihat suster cantik itu sudah berdiri di hadapannya tanpa sehelai benangpun di tubuhnya. Butir-butir keringat masih nampak di tubuhnya yang putih mulus bekas pergumulan dengan Pak Maman tadi. Virna membantu membukakan pakaiannya, ketika melepaskan kemejanya, Jono merasakan telapak tangan lembut gadis itu membelai dadanya, enak sekali sampai matanya terpejam menikmati. Virna melemparkan kemeja itu ke meja tempat Jono menaruh jaketnya. Setelah bagian atas lepas, kini gadis itu berlutut di depannya. Tangannya bergerak lincah membuka sabuknya dan meloroti resleting celananya.
"Gile nih malem, ga nyangka bisa dapet yang ginian" dia seperti masih belum percaya hal yang dialaminya itu.
Lidah Virna bergerak liar menjilati batang penis yang hitam itu sambil tangannya melakukan gerakan mengocok. Setelah batang itu basah oleh ludahnya, ia membuka mulut dan memasukkan benda itu ke dalamnya. Penis itu dihisap-hisap sampai Jono merem-melek keenakan. Virna sendiri sebenarnya merasa mulutnya kepenuhan dengan penis sebesar itu, namun dia tidak perlu waktu lama untuk beradaptasi.
"Uuhh…enak Sus, enak banget !" erang Jono sambil meremas-remas rambut Virna.
Tubuh Jono bergetar menahan nikmatnya dioral suster itu terlebih ketika lidah itu menjilati kepala penisnya yang bersunat. Tidak ingin orgasme terlalu dini, diangkatnya tubuh Virna hingga berdiri dan digiringnya ke arah ranjang dorong tadi.

Virna duduk di tepi ranjang sementara Jono berdiri diantara kedua belah pahanya. Bibir mereka beradu dan berciuman dengan penuh gairah. Tangan kasar Jono bergerilya menjamahi punggung, payudara dan pahanya. Di tengah percumbuan nan panas itu Jono menarik lepas sanggul Virna sehingga rambutnya indahnya yang hitam legam itu tergerai hingga sebatas dada atas.
"Aaahh…pelan-pelan Pak !" desah Virna ketika satpam itu melesakkan penisnya ke vaginanya.
Penis satpam itu lebih besar dan keras dari milik Pak Maman sehingga walaupun vagina Virna sudah becek tetap saja ada rasa nyeri waktu benda itu memasukinya.
"Sshh…tahan yah Sus, sempit sekali nih, uuuhh !" eragnya sambil terus mendorong masuk penisnya.
Setelah masuk setengahnya, didesakkannya penis itu dalam-dalam hingga masuk semua. Virna menggeliat dan mendesah menerima sodokan itu. Jono mulai menyetubuhi Virna yang duduk di ranjang sambil berdiri. Ukuran penisnya yang besar itu memberi rasa nyeri pada Virna terutama ketika gerakannya kasar. Kesesakannya justru menyebabkan gesekan dengan dinding vagina dan klitoris lebih terasa. Lama-lama Virna pun sudah melupakan sakitnya dan hanyut dalam kenikmatan.
"Oh…Pak…terussshh…!" mulut Virna menceracau
Di tengah dinginnya malam dan hujan yang sudah tinggal rintik-rintik tubuh mereka malah berkeringat karena bergairahnya percintaan itu. Mereka bagaikan,

Bebek mandarin bermain di air,
Burung phoenix melintasi bebungaan.
Dengan birahi mereka berjalin bak tanaman rambat,
Tubuh mereka berpadu dalam kegairahan.
Ujung lidah sang gadis menghantarkan liur yang manis,
Pinggangnya yang seperti willow dipenuhi nafsu,
Bibirnya yang seperti ceri menghantarkan nafas berat.
Mata berbinar, butir keringat mengalir dari tubuh harumnya
Dada lembut berguncang, embun menitik di kulit sang gadis.
Sang pria merasakan kecantikan bak dewi,
Bagaikan harimau lapar menerkam domba
Sang gadis dalam buaian kenikmatan,
Bagaikan ikan haus dalam air
Tetesan air surga jatuh ke dalam dua helai kelopak teratai merah.

Menatap wajah cantik Virna yang sedang terangsang berat dengan rambut telah terurai itu menambah semangat satpam itu. Frekuensi genjotannya semakin naik membuat ranjang itu bergoyang-goyang. Sambil terus menggenjot Jono dengan nikmatnya melumat payudara Virna yang membusung, sebentar saja kulit payudara itu sudah penuh dengan ludah dan bekas cupangan yang memerah.
"Oohh…saya…saya keluar Pak…aaahh…aahh !" erang Virna tanpa malu-malu.
Gadis itu memeluk erat-erat tubuh kekar si satpam sambil mengeluarkan cairan orgasme dari vaginanya yang menyebabkan penis pria itu semakin lancar menyodokinya. Tubuhnya terlonjak-lonjak seperti kesetrum dan mulutnya mengerang nikmat. Virna sangat puas dan lemas sekali setelah orgasme panjang itu, namun pria itu masih terus memompa vaginanya. Hingga lima menit setelah orgasmenya, Virna belum merasakan tanda-tanda pria itu akan klimaks, dia begitu perkasa baginya sehingga gairahnya kini mulai naik lagi. Jono mengajaknya berganti gaya, disuruhnya suster itu menungging di atas ranjang lalu ia memposisikan diri di belakangnya untuk melakukan doggie style. Diarahkannya penis itu pada vaginanya yang sudah penuh dengan cairan yang meluber membasahi daerah selangkangan dan paha dalamnya. Kali ini dia tidak terlalu sulit melakukan penetrasi berkat bantuan cairan itu. Setiap kali Jono menggenjot terdengar bunyi tumbukan yang timbul dari beradunya pantat gadis itu dengan selangkangannya.
"Enak…terus…iyah gitu terus !" Virna mendesah sambil ikut menggoyangkan pinggulnya sehingga penis itu menancap makin dalam.

Ketika sedang asyik menunggangi Virna, tiba-tiba pintu membuka dan masuklah Pak Maman yang nafsunya bangkit lagi dan minta jatah sekali lagi.
"Itu diluar gak ada yang jaga gimana ?" tanya Jono.
"Jam segini udah sepi banget disini, tenang aja, lagian cuma sebentar kok, gua ngaceng lagi nih !" katanya.
Karena ranjang itu tidak muat untuk tiga orang terpaksa mereka turun ke lantai. Jono meneruskan genjotan doggie stylenya sementara Pak Maman duduk di sebuah bangku dengan celana sudah dipeloroti. Virna sambil bersandar pada paha Pak Maman mengoral penis itu sesuai yang dimintanya. Tangan Jono terus saja menggerayangi tubuh Virna, kadang diremasnya payudara atau pantatnya dengan keras sehingga memberi sensasi perih bercampur nikmat bagi gadis itu. Sedangkan Pak Maman sering menekan-nekan kepala gadis itu sehingga membuat Virna terkadang gelagapan.
"Gila nih duaan barbar banget sih" kata Virna dalam hati.
Walau kewalahan dithreesome seperti ini, namun tanpa dapat disangkal Virna juga merasakan nikmat yang tak terkira. Tak lama kemudian Jono mencabut penisnya lalu berpindah ke depan. Virna kini bersimpuh di depan kedua pria yang senjatanya mengarah padanya menuntut untuk diservis olehnya. Virna menggunakan tangan dan mulutnya bergantian melayani kedua penis itu hingga akhirnya penis Jono meledak lebih dulu ketika ia menghisapnya.

Sperma si satpam langsung memenuhi mulut gadis itu, sebagian masuk ke kerongkongannya sebagian meleleh di bibir indah itu karena banyaknya. Pria itu melenguh dan berkelejotan menikmati penisnya dihisap gadis itu. Tak lama kemudian Pak Maman pun menyemburkan isi penisnya dalam kocokan Virna, cairan itu mengenai wajah samping dan sebagian rambutnya. Tubuh Virna pun tak ayal lagi penuh dengan keringat dan sperma yang berceceran.
"Sus hebat banget, sepongannya dahsyat, saya jadi kesengsem loh" puji Jono ketika beristirahat memulihkan tenaga.
"Sering-sering main sini yah Sus, saya kalau malem kan sering kesepian hehehe" goda Pak Maman.
"Iya Non, gimana mau kan sering-sering main sama kita ?" tanya Jono sambil meremas pantat Virna yang berkaca dan menata kembali rambutnya.
Virna tersenyum dengan hanya melihat pantulan di cermin, katanya, "Kenapa nggak, saya puas banget malem ini, mulai sekarang saya pasti sering mendatangi kalian"
Jam telah menunjukkan pukul setengah dua kurang, berarti mereka telah bermain cinta selama hampir satu setengah jam. Virna pun berpamitan pada mereka setelah memakai jaket pinknya. Sebelum berpisah ia menghadiahkan masing-masing sebuah ciuman di mulut. Jono membalas ciuman itu dengan bernafsu, dipeluknya tubuh langsing itu sambil meremas pantatnya selama dua menitan.
"Nakal yah, ok saya masuk dulu yah !" katanya sebelum membalik badan dan berlalu.
Lelah sekali mereka setelah menguras tenaga dengan perawat cantik itu sehingga selama sisa waktu itu agak terkantuk-kantuk. Setelah pagi mereka pun pulang dan tertidur di tempat masing-masing dengan perasaan puas.

###

Sore harinya jam lima, ketika sedang bersantai di sebuah warung sambil menikmati pisang goreng dan kopinya, Jono terperangah melihat berita sore di televisi.
"Seorang perawat bernama Virna Darmawan, berusia 24 tahun, ditemukan tewas mengenaskan di kamar mandi kostnya. Tubuhnya ditemukan dalam keadaan telanjang bulat di bawah siraman shower, kematiannya disebabkan oleh arus listrik yang bocor saat sedang mandi. Jenazah korban baru saja ditemukan pagi ini jam delapan oleh seorang teman kostnya. Sementara waktu kematiannya diperkirakan kemarin sore sekitar jam tujuh atau delapan. Jenazah saat ini telah dibawa ke…."
Tubuh Jono seperti mati rasa dengan mulut melongo saat gambar di televisi memperlihatkan foto korban yang tidak lain adalah gadis yang semalam bercinta dengannya. Jantungnya serasa berhenti berdetak dan mulutnya tidak sanggup berkata apa-apa.
"Jo…Jo, kenapa lu, emang lu kenal sama tuh cewek ?" tanya Bu Parti sang pemilik warung melihat reaksi Jono.
"Ehh…ii-iya…iya itu kan suster di rumah sakit saya" jawabnya gugup, "ka-ka-kasian yah, masih muda gitu"
Jono buru-buru membayar tagihannya dan meninggalkan warung itu.

Berita tentang kematian perawat itu menjadi bahan pembicaraan di rumah sakit itu.
"Kasian yah, padahal hari ini dia baru mau masuk kerja disini"
"Kos-kosan jaman sekarang payah, masa keamanannya ga terjamin gitu sih, ini jelas kesalahan pihak kost"
"Masih muda, cantik lagi, tapi nasibnya kok kaya gitu, ck..ck…ck"
Itulah sebagian pembicaraan para dokter, perawat, dan karyawan rumah sakit yang didengar Jono ketika tiba di tempat kerjanya hari itu jam tujuh. Jono semakin ketakutan dan pucat mendengar semua itu, berarti yang semalam itu siapa, manusia atau bukankah itu, seribu satu pertanyaan berkecamuk di benaknya. Hal yang serupa pun dirasakan oleh Pak Maman, ia baru mendengar berita itu ketika tiba di rumah sakit sore itu. Walaupun sudah sering mengalami kejadian-kejadian aneh selama bertugas namun belum pernah menghadapinya secara langsung apalagi sampai bermain cinta seperti kemarin itu.
"Jadi siapa yang kemarin malem main sama kita itu ?" tanya Jono pada Pak Maman di tempat yang sama seperti kemarin.
"Mana gua tau, yang pasti sekarang gua jadi gak enak, gimana kalau dia datengin kita lagi…lu inget kan terakhir dia omong apa" wajah Pak Maman tersirat rasa ketakutan.
Malam itu jam sepuluh ketika mereka bertugas, obrolan mereka masih didominasi kejadian semalam dan kematian perawat muda bernama Virna itu. Angin yang berhembus membangkitkan bulu kuduk apalagi mereka masih dibayang-bayangi kejadian itu.

"Pak nggak sebaiknya kita cari orang pintar aja, saya takutnya ada apa-apa" kata Jono.
"Yah, gimana yah, gini aja…" Pak Maman mendadak menghentikan kata-katanya karena dia merasa ada yang memegang pergelangan kakinya di bawah meja sana.
Jono juga merasakan hal yang sama, mereka terpaku saling memandang satu sama lain, nafas serasa berat dan jantung seakan berhenti berdetak. Pelan-pelan mereka mengarahkan bola matanya ke bawah sana. Virna, sang perawat itu telah berada di sana dengan seragam kerjanya. Rambutnya kini terurai, sebagian menggantung di wajahnya yang pucat. Dia tersenyum pada mereka, namun senyum itu bukanlah senyum semanis kemarin, senyumannya yang sekarang begitu menakutkan, matanya yang merah dengan lingkaran hitam disekelilingnya seperti itu menatap dalam-dalam seolah menembus sampai ke tulang.
"WHUUAAA…!" mereka berteriak bersamaan dan berlarian tunggang langgang.

TAMAT


       
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Ngentot Cewek Amoy
May 7th 2013, 13:09


Kuakui perbuatanku memang sadis terhadap gadis chinese bernama Mei Ling. Tubuhnya yang seksi membuat nafsu birahiku tak tertahankan sehingga aku tega memperkosanya, kisah ini aku ceritakan di cerita seks ini.

Perkenalkan, namaku Andi. Aku kuliah di sebuah PTN terkenal di kotaku. Aku mempunyai tetangga perempuan yang masih bersekolah di SMU, namanya Mei Ling. Mei Ling adalah gadis keturunan Chinese. Ia mempunyai wajah yang manis, dan mata yang sipit terlihat indah dibalik kacamatnya. Kulitnya putih bersih, dengan bulu-bulu halus menghias lengannya.

Sebenarnya aku sudah lama tertarik sama dia, karena tubuhnya yang menggairahkan sekali. Dia suka mengenakan kaos ketat dengan warna cerah. ketika kami bertemu, aku suka curi pandang lengan atasnya yang putih bersih dan ketiaknya yang gemuk dengan beberapa rambut tipis di tengahnya. Mei Ling bertubuh agak pendek, sekitar 158 cm dan menggairahkan. Yang paling menonjol Mei Ling tubuhnya yaitu payudaranya yang cukup montok ukurannya sekitar 34B dan pantatnya yang padat berisi. ketika kami mengobrol dijalan aku sering memperhatikan orang-orang yang melewati kami, mereka selalu melirik ke arah payudara Mei Ling dan pantatnya yang semontok pantat Nafa Urbach, berharap bisa meremas-remasnya.

Setiap hari Mei Ling pulang sekitar jam 5 sore, karena ia kut les setelah pulang sekolah. Aku sedang dirumah, Mei Ling main kerumahku setelah ia pulang dari les. Dan setiap kali Mei Ling mengobrol selalu kugoda dan kuajak kekamarku. Namun sutau hari, karena aku dengan alasan ingin memeperlihatkan sesuatu, Mei Ling mau juga. Dan kebetulan rumahku sedang tidak ada orang, karena mereka sedang keluar kota. Dikamarku, kutunjukkan novel terbaru "Harry Potter & The Chamber?s of Secret", karangan J. K. Rowling. Mei Ling selalu menanti-nanti terbitnya Novel tersebut.

Kira-kira waktu itu sekitar jam setengah delapan malam. Ketika aku bermain game di computer, Mei Ling sedang asyik membaca buku di lantai dan membelakangiku. Ketika aku menengok kebelakang, terlihatlah pantatnya yang terbalut celana panjang. Menantang kejantananku untuk disarangkan ke dalam bongkahan pantatnya yang montok itu. Gadis itu tidak sadar kalau pantatnya sedang ku perhatikan. Rupanya memang tidak sadar kalau sedang kuperhatikan.

Baru beberapa menit kemudian Mei Ling membalikkan badannya, aku segera mengalihkan pandanganku ke computer. Mei Ling lalu melihat sebentar game yang sedang kumainkan, lalu ia kembali membaca lagi di lantai tepat disamping bawah kursiku. Ketika kulihat ia kembali, sungguh pemandangan yang sangat membuat keringat dinginku keluar. Kulihat payudaranya yang terbungkus bra di balik kaosnya yang rada longgar karena ukurannya yang cukup besar. Terlihat jelas sekali dari atas, bagian atas kulit payudara Mei Ling yang putih sekali, lebih putih dari kulit lengan dan wajahnya yang sudah sangat putih. Suasana memang sepi disekitar rumahku, namun bagi penduduk sekitar cukup aman untuk dihuni.

Ketika nafsuku sudah tak tertahankan lagi. Kurangkul tubuh Mei Ling, dan kubekap mulutnya.
"Eegghh, mmpphh.. mmphh", Mei Ling berusaha berteriak.
Kulumat bibirnya agar ia tidak bersuara. Sambil tanganku mengambil tali pramuka di dekatku. Lalu kuikat kedua lengannya ke belakang. Beberapa menit kemudian, rontaan Mei Ling mulai melemah.
"Ndi. apa yang kamu lakukan".
Mei Ling berteriak begitu mulutnya berhasil lepas dari mulutku.

Dengan cepat, kulumat lagi mulut Mei Ling. Kuhisap-hisap mulut dan lidahnya. kujelajahi rongga mulutnya dengan lidahku. Air liur Mei Ling yang kuhisap, meluber keluar membasahi pipi dan sekitar bibirnya yang mungil merah merekah. Kuteguk nikmat air liur cewek Chinese itu. Belum sempat ia bersuara ketika kulepas bibirku di bibirnya, ku masukkan batang kontolku ke dalam mulutnya. Sambil kujambak rambutnya dan kumaju-mundurkan kepalanya.

"Ouuhh, mm.", aku melenguh keenakan, di penisku.
Aku merasakan penisku basah, dan dingin di dalam mulut Mei Ling. lalu kubopong gadis itu ke atas tempat tidurku. Setelah mengunci pintu. Aku kembali ke tempat tidurku yang cukup besar. Kutelepon Irfan, temanku untuk membantu menyetubuhi si Mei Ling. Tak lama kemudian, temanku Irfan. Mereka senang sekali kuajak.

Setelah kuikat kedua lengan Mei Ling ke masing-masing sudut ranjang, sedangkan kedua kakinya dipegangi kedua Irfan. Kulepaskan satu persatu pakaian Mei Ling, hingga akhirnya Mei Ling hanya memakai Celana Dalam putih dan BH kremnya. Payudaranya menyembul di bagian atas BH-nya. Kulit payudara Mei Ling putih sekali, kontras dengan warna BH-nya. Melihat keadaan tubuh gadis itu, nafsuku menjadi naik. Kontolku menegang, tapi aku masih bisa menahan diri. Tapi tanganku mulai meraba-raba seluruh bagian tubuh gadis itu. Pahanya yang putih mulus sekali, terasa lembut sat ku elus-elus, dan empuk saat kuremas-remas sambil kujilati hingga pahanya basah oleh air liurku.

Setelah melakukan semua itu, Aku melepaskan semua pakaianku hingga telanjang bulat
dengan kondisi kontolku yang udah tegang. Tanpa membuang waktu kudekati Mei Ling yang masih memohon agar dilepaskan. Mei Ling berusaha memberontak Tapi dengan cepat kedekap tubuh gadis itu, dekapanku cukup kuat, Mei Ling hanya bisa terisak-isak menangis. Gadis itu seakan tak berdaya ketika Aku mulai meremas-remas payudaranya yang lumayan besar dan kenyal itu dengan masih dibungkus BH-nya. Sambil menikmati musik house, Lama kelamaan aku menjadi tambah bernafsu, dengan kasar kutarik BH gadis itu dan kulemparkan. Di depan mataku terpampang payudara gadis itu yang putih dengan puting mungil merah muda yang indah sekali Aku meremas-remas payudara gadis Chinese itu dengan sekuat tenaga.

"Aakkhh, saakkii..iitt. Ndi, sakkii. it, ampuu..unn. Ndii", Mei Ling meraung-raung kesakitan.
Dadanya menempel erat kedadaku dan akupun merasa ada daging kenyal yang hangat. Aku terus melumat bibirnya, sementara tangan kananku dengan leluasa mengelus-ngelus pahanya yang mulus dan pantatnya yang kenyal. Tangan kiriku meremas-remas payudara kirinya. Kudengar lenguhan-lenguhan kenikmatan dari Mei Ling. Aku lepaskan mulutku dan kuciumi lehernya hingga ke payudaranya, kusedot susunya yang kiri sementara tangan kananku meremas-remas yang kanan. Kutindihi tubuhnya sambil menyedot-nyedot susunya secara bergantian. Saya jilati kedua payudaranya sambil saya gigit dengan keras putingnya yang merah itu.
"Uufh, sakii..iit, oufhh, ohh, oohh saki..iit, ohh".
Mei Ling merintih sambil menangis sesenggukan. Sementara itu aku terusin permainan lidah aku ke arah perutnya yang rata itu, aku berhenti di bagian pusar dan konsentrasi di bagian itu sambil ngeremes bokongnya yang padat, kedua tanganku selipin ke bokongnya dan pelan-pelan aku lucuti celana dalamnya ke bawah.

Tampaklah sebuah pemandangan yang luar biasa indahnya di balik CD nya dan kurasakan rambut hitam yang masih jarang mengelilingi vaginanya. kuraih klitorisnya dan ku gosok-gosok dengan jari tengahku.
"Oohh, jangaann, sudaahh oufhh, jaa, ngaa, an, oohh".
Dia merintih merasakan nikmat yang dalam karena klitorisnya kugosok sementara lidahku tetap bermain menyedot-nyedot payudaranya yang besar bulat kencang itu, seakan-akan menantang ke arahku. Kupegangi bagian bawah payudara Mei Ling, mulutku menciumi dan mengisap-isap kedua puting susu Mei Ling secara bergantian. Buah dada Mei Ling yang sebelah kanan menjadi sasaran mulutku. Buah dada Mei Ling yang membusung padat itu hampir masuk semuanya ke dalam mulutku dan mulai kusedot-sedot dengan lahap.

"Ssshh, sshh, aahh, aahh, sshh, sshh, jangaann, suudaahh.. aku mohoonnn".
Mei Ling terus mengerang. mulutku terus berpindah-pindah dari buah dada yang kiri, ke yang kanan, mengisap-isap dan menjilat-jilat kedua puting buah dada Mei Ling secara bergantian selama kurang lebih lima belas menit. Tubuh Mei Ling benar-benar telah lemas menerima perlakuanku ini. Matanya terpejam pasrah dan kedua buah dada dan putingnya telah benar-benar mengeras. Aku mulai maraba bulu-bulu halus yang tumbuh lebat di vag|na Mei Ling. Ia mulai merintih lagi menahan rangsangan pada vaginanya.

Irfan tidak tahan dengan pemandangan indah itu. Ia lalu memegang kepala Mei Ling, kemudian melumat bibirnya yang tipis dengan bulu-bulu halus di antara bibir dan hidungnya. Mulut irfan mulai menjilati leher Mei Ling, lalu turun ke dadanya. Terasa oleh Mei Ling mulut Irfan menghisapi puting susunya pertama yang kiri lalu sekarang pindah ke kanan. Kemudian Mei Ling menjerit ketika Irfan mengigit puting susunya sambil menariknya dengan giginya.
"Diem, Jangan berisik", Irfan menampar pipi kiri Mei Ling dengan keras, hingga berkunang-kunang.
Mei Ling hanya bisa menangis sesenggukan.
"Gue bilang diem. dasar", sembari berkata itu si Gondrong menampar buah dada Mei Ling, sampai sebuah cap tangan berwarna merah terbentuk di payudara kiri Mei Ling.

Lalu Irfan melepas celana jeansnya dan kemudian Cdnya. Irfan menduduki kedua susu Mei Ling. Lalu ia mencoba membuka mulut Mei Ling, dan mengarahkan kontolnya dan menggesek-gesekkan kepala penisnya di bibir Mei Ling. Lalu ia menampar-nampar kedua pipi Mei Ling sampai memerah. Tanpa mendapat perlawanan yang berarti dari Mei Ling, kepala pen|s Irfan telah terjepit di antara kedua bibir mungil Mei Ling, Akhirnya Mulut Mei Ling terbuka, dengan memaksa, Irfan menarik kepalaMei Ling akhirnya penisnya masuk juga kedalam mulut Mei Ling. Benda itu hanya masuk bagian kepala dan sedikit batangnya saja ke dalam mulut Mei Ling yang kecil, itupun sudah terasa penuh benar.

Mei Ling hampir sesak nafas dibuatnya. Mei Ling dipaksa menjilat dan menyedoti pen|s Irfan, jika menolak Irfan akan terus menampar pipi Mei Ling. Karena tidak tahan Mei Ling mulai menjilati pen|s Irfan.
Dia langsung mendesah pelan"Aakkhh, aakkhh.", sambil ikut membantu Mei Ling memaju-mundurkan pen|s saya di dalam mulutnya.
"Aakk, akk, nikmat sayyaangg".
Kelihatan Mei Ling bekerja keras, menghisap, mengulum serta mempermainkan batang itu keluar masuk ke dalam mulutnya.

Tak lama kemudian pen|s Irfan menyemburkan spermanya banyak sekali di dalam mulut Mei Ling.
"Ooohh, oouuh", Irfan melenguh panjang, merasakan nikmat berejakulasi di mulut gadis Chinese yang cantik dan putih ini.
Mei Ling terpaksa menenggak seluruh sperma Irfan, sedangkan sisanya meluber keluar membasahi bibir dan dagunya. Mei Ling semakin mendesah-desah karena kemaluannya kujilati dengan buasnya. Apalagi tanganku saat itu tidak lepas meremas-remas payudara gadis itu.

Kubuka lebar pahanya kudekatkan ujung kontolku ke arah selangkangan gadis itu yang masih perawan itu. Kugesek-gesekkan kontolku di sekitar liang memek gadis itu. Mei Ling merasakan adanya sesuatu yang meraba-raba kemaluannya. Tiba-tiba Mei Ling teriak keras sekali. Tapi dengan cepat kedekap tubuh gadis itu. Batang kemaluanku yang besar dan panjang ini aku coba kumasukkan dengan paksa ke liang kemaluan Mei Ling yang masih sangat sempit,

Ketika penisku merobek keperawanannya, ia berteriak kesakitan sambil menangis, dan aku merasakan penisku telah dibasahi oleh darah segar keperawanannya, tapi aku tidak ambil peduli. Dari wajah Mei Ling terlihat dia menahan sakit yang amat sangat.

Sementara itu si Irfan dengan ganasnya beradu lidah dengan Mei Ling sambil tangannya turut bekerja meremas dan memilin-milin puting susunya yang masih kecil. Aku masih asyik memaju-mundurkan pantatku dengan cepat. Aku mengebor memeknya dengan kecepatan tinggi sambil kedua tanganku meremas pahanya yang putih mulus dan pantatnya yang sekal, Tangisan Mei Ling semakin keras meraung-raung. Akhirnya tubuh Mei Ling mengejang sampai bergetar. Air mani Mei Ling mengalir melalui rongga vaginanya mengguyur penisku yang tertanam di dalam vaginanya. Sedangkan aku masih menjilati payudaranya, dia mengalami orgasme hebat beberapa saat sampai akhirnya melemas tangisannya samar-samar menghilang.

Lalu kubalik tubuhku, sehingga posisi tubuh Mei Ling sekarang berada diatasku. Dengan posisi berbaring, kupeluk punggung Mei Ling sambil menaik-turunkan pantatnya sehingga aku merasa semakin nikmat karena pijitan vaginanya. Aku semakin mempercepat gerakan sehingga membuat adegan yang kami lakukan semakin panas karena Mei Ling terus meronta sambil mendesah. Aku terus memompa liang peranakannya dari bawah, sambil kedua tanganku mencengkram dan meremas dengan kasar kedua buah bongkahan pantat Mei Ling yang padat sekali. Tangan Irfan masih memainkan puting susu Mei Ling sambil sesekali menarik-narik payudaranya yang kenyal itu.

Setengah jam terus berlalu dan aku mulai merasakan seolah-olah akan ada ledakan dalam diriku dan Mei Ling. Aku mengetahui bahwa dia akan klimaks lagi karena Mei Ling semakin kuat mendesah, kupercepat menggenjot tubuhnya. Aku semakin tidak tahan dan kusemprotkan cairan kejantananku ke dalam liang kewanitaannya dan di saat yang bersamaan pula, Mei Ling berteriak dengan disertai getaran hebat sambil seluruh tubuhnya mengejang. Penisku terasa seperti sedang di"pipis"in olehnya karena ada cairan yang mulai membasahi penisku. Mei Ling mengalami orgasmenya yang kedua. Setelah 46 menit kami bersama-sama melepaskan nafsu

Lalu Irfan mendekati tubuh Mei Ling, ia menarik pinggul Mei Ling.
"Ampun. sudaahh, jangan terusin, biarkan saya pulang" rengek Mei Ling sambil minta belas kasihan.
"Heh.. diam kamu" hardik Irfan.
"Ayo nungging, aku mau liat memek dan pantat seksi kamu dari belakang".
Irfan mengangkat pinggul Mei Ling sehingga posisi Mei Ling sekarang nungging.
"Hahaha. begitu manis. Waw.. bagus sekali pantat kamu", sambil Irfan mendekatkan mulutnya ke memek Mei Ling.
Dengan jari Irfan menusuk memek Mei Ling yang menggelinjang menahan sesuatu.

Dan Irfan dengan buasnya, menjilatin anus Mei Ling yang berwarna kemerah-merahan. sambil sesekali ujung lidah Irfan dimasukin ke lubang anus cewek chinese itu dan menjilatinya. Tanpa disadari oleh Mei Ling. apa yang akan dilakukan Irfan selanjutnya.
Sekonyong-konyong Mei Ling menjerit"Aauu. aauu. aakhh".
Rupanya pen|s Irfan telah menembus lubang memek Mei Ling yang sudah basah dipenuhi lend*r kenikmatan dan spermaku. Dengan buasnya Irfan menggenjot terus memek Mei Ling dari belakang (doggy style) Mei Ling hanya bisa merasakan sakit di liang kemaluannya karena di sodok2 dengan pen|s Irfan yang besar dan panjang. Sambil kepala dan payudaranya terayun-ayun karena sodokan pen|s Irfan, Mei Ling memohon ampun.

"Ampun, sakit sekali, aauu. sudah pak, sakit.. sakiitt".
Mei Ling terus memohon sambil berlinang air mata, mendapat perlakukan kasar dari Irfan. Makin lama Irfan makin keras mendorong-dorong memek Mei Ling, dengan desisan panjang.
"Sstt. sstt. aahh".
Irfan menahan nikmat luar biasa.
"Nich. aku mau keluar. ayo cepet goyangin pantat kamu.. plak.. plak.." sesekali Irfan menampar pantat indah milik Mei Ling, sehingga pantat Mei Ling mulai memerah.
"Aahh. sakiitt, huuhh. aach".
Sambil mendorongkan penisnya, sekali hentak keluar sperma Irfan memenuhi liang vag|na Mei Ling.
"Aachh.. ccroott, crrott, gue, *******. lobang, loe.. bangsatt".
Irfan mengumpat. lalu Irfan menarik penisnya. darah bercampur air mani Irfan dan Mei Ling keluar mengalir membasahi paha Mei Ling yang masih tegak. Lalu Irfan berbaring di samping tubuh Mei Ling yang setengah tidak sadar.

setelah istirahat sejenak nafsu kami mulai naik kembali.
"Fan coba kita main berdua"
Irfan mengambil posisi tidur sedangkan Mei Ling didudukan diatas tubuhnya, sambil pen|s Irfan diarahkan ke lubang vag|na Mei Ling. Mei Ling dengan mimik muka memohon ampun, Irfan makin tambah beringas. Akhirnya sekali dorongan tembuslah memek Mei Ling yang selama ini dia rawat, sekarang di koyak-koyak oleh Irfan kembali. 2 orang yang sangat kehausan sex.
"Aduuhh.. sakkiitt. sudahh. kumohoonnn" Mei Ling menjerit kesakitan.
Namun Irfan tidak mempedulikan rintihan dari mulut Mei Ling, dia makin kasar menyodok-nyodokan penisnya sementara itu aku telah berdiri di atas mereka berdua, dan mendorongkan tubuh Mei Ling untuk amBLi posisi membungkuk, dan dengan kasar jariku mulai meraba-raba pantat Mei Ling yang montok putih mulus sambil mempermainkan jari tengahku untuk mengobel lubang anus Mei Ling.

"Waw.. Rupanya anusnya masih perawan nih. lobangnya kecil banget" seruku sambil mengarahkan batang penisku ke anus Mei Ling.
Setelah mengolesi handbody pada batang penisku agar tidak lecet, aku berusaha memasukan penisku ke lubang anus Mei Ling.
"Vin pantat loe gue sodomi ya? pantat loe montok banget sih. Pasti jepitannya kenceng nih", Aku berteriak kepadanya sambil meremas pantatnya yang putih sekali.
"Jangan. jangan. ampun. jangan disitu. Ndii. sakiitt. periihh" jerit dan ratapan Mei Ling dengan nada memelas.
Tapi aku tidak mempedulikan rintihan Mei Ling, makin keras aku memasukan batang kemaluan aku. Untuk beberapa saat memang sulit bagi penisku untuk berhasil masuk, karena memang lubangnya sangat sempit.

Namun aku penasaran untuk segera melesakkan batang kemaluanku ke dalam duburnya. Dan akhirnya setelah berusaha membuka pantat Mei Ling, tembuslah lubang anus Mei Ling disodok batang kemaluanku. Rasa sakit tiada tara kembali dirasakan didaerah selangkangannya. Setelah itu pantat Mei Lingpun kusodok-sodok dengan keras, kedua tanganku meraih payudara Mei Ling serta meremas-remasnya. Setengah jam lamnya aku menyodomi Mei Ling, waktu yang lama bagi Mei Ling yang semakin tersiksa itu. Lubang dubur Mei Ling terus menerus mengeluarkan darah melalui sela-sela penisku yang tertanam dipantatnya.

"Eegghh, aakkhh, oohh", dengan mata merem-melek serta tubuh tersodok-sodok dari atas dan bawah, Mei Ling merintih-rintih.
Sementara itu kedua payudaranya diremas-remas oleh kedua tanganku. Sedangkan Irfan dengan asyiknya menyodok-nyodok memek Mei Ling dari bawah. Lengkaplah sudah dua lobang yang berdekatan telah di tembus oleh dua batang pen|s aku dan Irfan yang haus sex. Mei Ling hanya bisa meringis menahan sakit yang luar biasa karena selama ini ia tidak pernah menahan rasa sakit seperti itu.

"Ndi, ayo kita sudahi permainan ini bareng, loe sodok dari atas, gue sodok dari bawah dan kita koyak memek dan dubur cewek ini, dan kita penuhi dengan pejuh kita", Irfan menyeru.
Beberapa menit kemudian kami berdua mengerang menahan nikmat yang luar bisa, dan hampir bersamaan kami memuncratkan sperma berbarengan.
"Aachh., keluuarr.. hhmm.. sstt. nikmat sekali"
"Ooohh." Mei Ling mengerang merasakan air mani kami membanjiri liang dubur dan vaginanya.
Setelah berhenti sejenak kami akhirnya terkulai, begitu juga Mei Ling yang terhimpit oleh kedua pria yang telah menggaulinya hanya bisa tergolek lemas sambil menangis sesenggukan meratapi nasibnya yang malang.

Kami sempat mengabadikan persetubuhan kami melalui handycam milik Irfan. dan kami berjanji tidak akan menyebarkannya ke internet, asalkan Mei Ling tutup mulut dan bersedia kami setubuhi. Sampai sekarang aku dan irfan masih sering menyetubuhi tubuh Mei Ling. Kami salurkan hasrat sex kami yang besar ini dengan mengoral mulut Mei Ling, menyodomi pantatnya, dan mengebor memeknya. Hingga sekarang kedua payudara Mei Ling semakin besar, karena terlalu sering kami remas-remas dan kami sedoti. Ukuran branya sekarang 38B, dan puting susunya merah melebar. Setelah persetubuhan, kami selalu meminumkan pil anti Hamil ke Mei Ling. Sampai sekarang Mei Ling tidak merasakan gejala-gejala kehamilan.




Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Pencabulan Terhadap Orang Pingsan
May 7th 2013, 13:09

Hallo nama saya David. Saya ingin mencoba berbagi pengalaman saya yang sangat menarik. Karena ini adalah pengalaman saya berkenalan dengan seorang gadis dengan cara yang tak pernah terbayangkan oleh anda.
Pengalamanku ini terbilang langka. Sebab akupun sampai sekarang masih belum percaya akan hal yang telah aku alami itu. Aku adalah seorang remaja berumur 16 tahun. Pada umurku yang segini, tinggi badanku hanya 165cm. Badanku ideal, dan wajahku agak sedikit tampan. Suatu hari ketika aku sedang mangikuti karyawisata di sekolahku yang kebetulan waktu itu sekolahku mengadakan karyawisata ke sebuah pantai di jawa barat. Kami sampai disana pada jam 2 dini hari. Otomatis semua guru dan siswa kelelahan dan lansung tidur. Tapi tidak dengan aku, karena di bis aku sempat tertidur maka aku bisa tertidur ketika waktu manunjukan tepat pukul 4 dini hari.
Siangnya aku terbangun sekitar jam 9. Dan ketika terbangun aku heran kaena teman-teman sekamarku semuanya tidak ada. Waktu itu aku segera keluar kamar dan melihat bis sudah tak ada. Ternyata mereka sudah pergi ketempat tujuan mereka. Ketika aku menanyakan kepada cleaning servis di situ, ternyata benar. Sekitar jam 7 pagi tadi mereka sudah berangkat. Aku sangat kesal akan hal itu, kesal karena tidak ikut dan kesal karena temanku tidak membangunkan aku. Karena masih kesal, aku langsung keluar dan bejalan-jalan di pantai. Karena kebetulan hotel kami menginap berdekatan dengan pantai.
Ketika sampai di pantai, aku merasa heran karena pantai ini sangat sepi, tak ada seorangpun ada disini. Tapi aku langsung menarik kesimpulan bahwa pantai ini sepi karena pantai ini bukan pantai pariwisata. Tanaman di pantai ini cukup tinggi dan banyak sekali sampah disini. Mungkin karena itu oang tidak suka dengan pantai ini. Dengan bertelanjang kaki, aku menelusuri pantai ini. Sepanjang pantai aku hanya menemukan sampah plastik dan sampah bekas makanan instan.
Ketika hatiku mulai tenang, tiba-tiba aku melihat sesosok tubuh yang tergeletak di tepi pantai. Aku segera berlari menghampirinya, dan segera menyeretnya ke bawah pohon yang cukup rindang. Ketika kuperhatikan, ternyata dia adalah seorang gadis yang yang sebaya dengan saya dan dia berparas cantik dengan rambut panjang. Gadis itu memakai pakaian renang yang cukup indah. Aku coba memeriksa denyut nadinya dan ternyata denyut nadinya masih bergerak dan suhu tubuhnya pun masih hangat. Saya pikit dia hanya pingsan dan terseret oleh air laut ke sini. Tapi aku masih merasa heran, darimana datangnya dia.
Lalu aku coba memeriksa sekujur tubuhnya siapa tahu ada identitas tertinggal di sana. Tapi ketika aku memeriksa tubuhnya, langsung timbul pikiran-pikiran ngeres di otakku. Sesekali aku sentuh dadanya yang lumayan besar. Dan aku selalu memperhatikan pada bagian vagina. Tak terasa kemaluanku sudah berdiri tegak. Ketika itu timbullah niatku untuk berbuat cabul terhadap gadis itu. Sedikit demi sedikit aku menyingkirkan celana renangnya yang menutupi vaginanya.
Ketika sudah terbuka terlihatlah bukit kecil dengan bulu yang sangat terawat. Aku langsung menyentuh mulut vaginanya. Karena tak tahan aku langsung malepas celanaku dan langsung mengocok kemaluanku sambil aku menggesek-gesekkan jariku ke mulut vaginanya itu. Tapi karena aku masih belum merasa puas dengan hanya beronani, aku mencoba untuk menyentuh-nyentuhkan kemaluanku ke mulut vagina itu.
"Aahh.. ternyata vaginanya hangat sekali.. mmhh.."
Karena aku masih belum merasa puas juga, akhirnya aku langsung melepaskan semua pakaian renangnya. Dan setelah terlepas ternyata tubuh gadis itu lebih indah dari sebelumnya. Tanganku langsung meraih payudaranya yang putih dan meremas-remas payudara itu. Kemaluanku yang terus berdiri, kugesek-gesekkan dengan mulut vaginanya itu. Tak puas dengan itu, aku langsung memainkan puting susunya yang berwarna pink. Dengan tangan kiri masih memegang payudaranya, tangan kananku bergerak menuju vaginanya. Lalu kucoba menusuk-nusukkan jariku kedalam lubang vaginanya yang ternyata masih rapat sekali.
Ketika jariku berhasil masuk ke dalam lubang vaginanya itu, tiba tiba gadis itu bergerak. Aku langsung menghentikan kegiatanku itu kerena aku sangat terkejut sekali. Dan setelah ku perhatikan ternyata dia masih pingsan. Aku sempat menunggu beberapa saat untuk memastikan dia tak bergerak. Lalu setelah yakin dia tak bergerak, kembali aku memainkan vaginanya dengan jariku. Kucoba untuk menikmati hal itu, aku langsung mendekatkan wajahku ke depan mulut vaginanya itu. Kulihat mulut vaginanya itu sangat merah dengan lubang yang sedikit basah.
Lalu aku langsung manciumi mulut vagina itu sambil kedua tanganku membuka lebar mulut vaginanya. Setelah beberapa saat aku menciumi mulut vaginanya, lidahku kujulurkan untuk memainkan klitorisnya. Kurasakan nafas gadis itu menjadi sedikit lebih kasar. Nafasnya menjadi lebih cepat. Dan ketika nafasnya makin cepat, tiba-tiba dari lubang itu keluar cairan putih yang hangat membasahi wajahku.
"Wah.. aku berhasil membuatnya orgasme.. sekarang gilian saya harus orgasme.."
Aku langsung mempersiapkan kemaluanku yang sudah mencapai ukuran maksimal untuk memcoba memasuki lubang vaginanya. Aku langsung mencoba memasukkan kemaluanku ke dalam vagina itu dengan menggesek-gesekan kemaluanku terlebih dahulu, tapi ketika aku akan memasukan kemaluanku ke dalam lubang vaginanya ternyata lubang vaginanya itu terlalu sempit untuk dimasuki. Kemaluanku malah membengkok. Aku pun mencoba membantu kemaluanku dengan tanganku dan akhirnya kemaluanku berhasil masuk. Aku terus mencoba untuk memasukan kemaluanku hingga semua batang kemaluanku masuk kedalam.
Setelah berhasil masuk kedalam lubang vagina itu, kurasakan pijatan pada batang kemaluanku dan hangatnya lubang vagina itu mambuat kemaluanku semakin keras berdiri.
"Aahh.. ternyata vagina itu sangat manyenangkan.. hangat sekali.."
Aku langsung mengangkat pinggul gadis itu sejajar dengan kemaluanku. Lalu dengan perlahan aku gerakan pinggulku ke depan dan kebelakang.
"Aahh.. enak sekali.."
Setelah beberapa saat aku menggenjot, aku mencoba mempercepat genjotanku hingga akhirnya nafsuku telah sampai pada puncaknya.
"Aahh..!!"
Bersamaan dengan desahan panjang dari mulutku, aku keluarkan semua maniku dalam tubuh gadis itu. Aku langsung terkulai di pasir pantai. Aku membaringkan tubuhku di samping gadis itu. Aku barbaring sambil memandang ke atas dan sesekali aku memandang wajah gadis itu yang terlelap dengan wajahnya yang lugu. Dan sesekali aku memegang payudaranya yang sangat menggoda.
Hingga sore menjelang, aku terus memainkan tubuhnya karena aku tak mau melewatkan kesempatan ini. Beberapa saat aku berpikir untuk menemani gadis ini hingga sadar. Tapi kadang aku merasa takut akan apa yang telah aku lakukan tadi. Tapi setelah berpikir beberapa kali, akhirnya aku memutuskan untuk menemani gadis itu hingga siuman. Ditemani api unggun dan debur ombak, sambil bersandar di pohon aku memeluk gadis itu dari belakang. Dan walaupun begitu pikiran kotorku tak pernah hilang. Sambil aku memeluknya, mencoba untuk menghangatkannya, tanganku tak henti-hentinya memegangi payudaranya yang waktu itu dia masih telanjang karena aku tidak ingat untuk memakaikan pakaian renangnya.
Aku melihat jam tanganku, dan waktu menunjukan tepat jam 7 malam. Beberapa saat kemudian akhirnya dia siuman. Dia langsung terkejut dan berdiri manjauhiku.
"Hey..! apa yang kamu lakukan. Kenapa aku telanjang!"
"Eeit.. tenanglah. Diam dan dengarkan aku.. aku akan menjelaskan semuanya!"
Kemudian akupun menjelaskan semuanya, dari mulai aku menemukan dia sampai dia siuman. Mendengar ceritaku dia sempat meneteskan air mata. Dengan air mata bercucuran, dia menceritakan semuanya. Kami kemudian berkenalan dan namanya Dila. Dan ternyata dia adalah putri dari seorang jutawan dari kota X. Dia terseret ombak ketika dia sedang berenang di pantai dan dia tak sadarkan diri hingga dia bangun disini.
"Begitulah semuanya berawal.. "
"Oohh jadi begitu.."
"Vid, kamu bisa tolong saya.."
"Iya apa saja!"
"Tolong hangatkan saya.. saya kedinginan dan saya tidak bawa pakaian, pakaian saya basah."
"Eemmhh.. baiklah"
Kemudian dia mandekatkan tubuhnya yang putih ke tubuh saya. Dia hanya memeluk lututnya di dalam pelukan saya.
"La, kalo kamu cuma begitu kamu akan kedinginan"
"Lalu aku harus gimana?"
"Agar tidak kedinginan kamu harus bergerak."
"Contohnya apa?"
"Eemmhh.. gimana kalo .. kalo kita itu.. eemmhh.. ML"
"Apa..!"
"Mau nggak?"
"Mau sih.. tapi.."
"Sudahlah lakukan aja.." kataku sambil terus memeluk dan menciumnya dengan lembut.
Beberapa saat kamu berciuman dengan tubuh tanpa busana. Sesekali tanpa disengaja kemaluanku yang sedang berdiri menyentuh-nyentuh perutnya. setelah beberapa menit kami berciuman, aku langsung menarik mulutku dari mulutnya. Aku langsung menyuruhnya untuk mengulum kemaluanku yang sudah lama berdiri.
"sekarang kamu kulum penis saya..!"
Tanpa banyak bicara dia langsung menuruti semua apa yang saya katakan. Dia langsung mengulum kemaluanku. Pertama dia masih ragu, tetapi setelah beberapa saat dia mengulum kemaluanku akhirnya dia menikmatinya. Nafasnyapun mulai cepat.
"mmhh.. bagus sekali .. iya terus mmhh.."
Setelah beberapa menit dia mengulum kemaluanku akhirnya aku sudah mencapai puncak. Aku mengeluarkan maniku kedalam mulutnya dan dia pun langsung mengeluarkan maniku dari mulutnya.
"Kamu jorok banget, kok kencing di mulut saya. Mana asin lagi!"
"Ehh..! kamu kok spermanya dibuang, itu namanya orgasme bukannya kencing. Dan kalo orang lain, spermanya suka di minum. Katanya sih biar awet muda"
"Oohh gitu ya.."
"Iya sekarang giliran saya jilatin vagina kamu..!"
Kemudian dia langsung merebah di pasir dan membuka selangkangannya lebar-lebar. Kemudian aku memulai dengan menciumi pahanya lalu berpindah ke dadanya lalu ke perutnya lalu aku manciumi mulut vaginanya. Setelah seluruh permukaan mulut vaginanya aku kulum, aku mencoba membuka vaginanya lebar lebar dan langsung menghisap klitorisnya yang terasa lebih keras.
"aahh.. geli sekali..!"
Aku langsung memainkan klitorisnya yang tersasa hangat dimulutku. Dia pun mengeluarkan desahan-desahan kecil yang membuatku semakin ingin melumat seluruh vaginanya. Setelah beberapa saat aku melumat vaginanya itu, aku langsung menghentikan kegiatanku itu.
"Eehh.. kenapa berhenti! Lagi enak nih..!"
"Tunggu dulu biar lebih nikmat.."
Tanpa banyak bicara lagi, aku langsung meraih kemaluanku yang sudah berdiri lagi. Aku langsung mengarahkan kemaluanku kearah vaginanya yang sudah terlihat basah sekali. Dan ketika aku memasukannya ternyata kali ini lebih mudah dari sebelumnya. Diiringi desahan yang sedikit keras, aku tanamkan kemaluanku dalam-dalam.
"Aahh..!! Sakit..!"
Lalu perlahan aku mulai manggenjot pinggulku. Perlahan desahan sakit yang keluar dari mulutnya berubah menjadi desahan nikmat.
"Ahh.. enak.. ayo terus..!"
Ditengah aku sedang menggenjot vaginanya, aku langsung menyuruhnya untuk bangkit.
"Dila.. kita coba dogy style..!"
"Apa tuh..?"
"Sekarang kamu nungging seperti anjing.."
"Oohh.. baiklah.."
Kemudian dia menungging dan aku langsung menyambut vaginanya dari belakang. Lalu akupun langsung menggenjot kembali pinggulku ini.
"Aahh.. aahh.. enak mmhh.."
Setelah hampir mancapai puncak, aku langsung mempercepat genjotanku yang mambuat timbulnya suara benturan pinggulku dengan pantatnya. Dan dengan diiringi desahan panjang dari mulutnya, terasa cairan hangat membasahi kemaluanku. Aku pun terus mampercepat genjotanku dan akhirnya aku pun mengeluarkan maniku didalam tubuhnya. Dan kamu pun langsung terkulai lemas di pasir pantai. Kami barbaring sambil saling berpelukan. Kamipun tertidur disaksikan oleh cahaya bulan dan deburan ombak. Pagi-pagi sekali kami terbangun dan dia segera memakai pakaian renangnya kembali. Aku langsung mengantarnya pulang ke villanya yang letaknya ternyata tak jauh dari hotel tempat aku menginap. Kami sempat bertukaran no. telepon sebelum kami berpisah.
Setelah sampai di hotel, saya melihat rombongan sekolah saya telah kembali ke hotel dan bersiap untuk pulang.
"kamu dari mana aja Ton! Kok baju kamu kotor begitu.. semalem tidur dimana..!" tanya temanku .
"Aahh enggak, dari pada aku boring di hotel mendingan aku keluar. Gara-gara kalian juga aku nggak ikut.. huh dasar!"
"Pokoknya kamu nyesel banget lah nggak ikut.."
"Eit.. tunggu dulu. Yang nyesel itu pasti kalian bertiga, pake ninggalin segala..!"
"Emangnya kenapa..?"
"Ah ada aja..!"
"Wah.. ni anak bisa aja bikin penasarannya.."
Kemudian kamipun pulang dan sesampainya di sana saya langsung menelepon Dila. Dan ternyata dia sedang ada di kotaku. Kamipun segera menentukan tempat untuk ketemuan. Dan yang pasti setelah kami ketemuan, kami melakukannya lagi. Setelah saat itu kami pacaran hingga sekarang. Untuk menjaga agar hubungan kami tidak rusak karena hamilnya dia, aku memintanya agar meminum pil KB

    


Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

cerita sex - putri ibu kost
May 7th 2013, 08:41

Waktu itu usiaku 23 tahun. Aku duduk di tingkat akhir suatu perguruan tinggi teknik di kota Bandung. Wajahku ganteng. Badanku tinggi dan tegap, mungkin karena aku selalu berolahraga seminggu tiga kali. Teman-¬temanku bilang, kalau aku bermobil pasti banyak cewek yang dengan sukahati menempel padaku. Aku sendiri sudah punya pacar. Kami pacaran secara serius. Baik orang tuaku maupun orang tuanya sudah setuju kami nanti menikah. Tempat kos-ku dan tempat kos-nya hanya berjarak sekitar 700 m. Aku sendiri sudah dipegangi kunci kamar kosnya. Walaupun demikian bukan berarti aku sudah berpacaran tanpa batas dengannya. Dalam masalah pacaran, kami sudah saling cium-ciuman, gumul-gumulan, dan remas-remasan. Namun semua itu kami lakukan dengan masih berpakaian. Toh walaupun hanya begitu, kalau "voltase'-ku sudah amat tinggi, aku dapat 'muntah" juga. Dia adalah seorang yang menjaga keperawanan sampai dengan menikah, karena itu dia tidak mau berhubungan sex sebelum menikah. Aku menghargai prinsipnya tersebut. Karena aku belum pernah pacaran sebelumnya, maka sampai saat itu aku belum pernah merasakan memek perempuan.

Pacarku seorang anak bungsu. Kecuali kolokan, dia juga seorang penakut, sehingga sampai jam 10 malam minta ditemani. Sehabis mandi sore, aku pergi ke kosnya. Sampai dia berangkat tidur. aku belajar atau menulis tugas akhir dan dia belajar atau mengerjakan tugas-tugas kuliahnya di ruang tamu. Kamar kos-nya sendiri berukuran cukup besar, yakni 3mX6m. Kamar sebesar itu disekat dengan triplex menjadi ruang tamu dengan ukuran 3mX2.5m dan ruang tidur dengan ukuran 3mX3.5m. Lobang pintu di antara kedua ruang itu hanya ditutup dengan kain korden.

lbu kost-nya mempunyai empat anak, semua perempuan. Semua manis-manis sebagaimana kebanyakan perempuan Sunda. Anak yang pertama sudah menikah, anak yang kedua duduk di kelas 3 SMA, anak ketiga kelas I SMA, dan anak bungsu masih di SMP. Menurut desas-desus yang sampai di telingaku, menikahnya anak pertama adalah karena hamil duluan. Kemudian anak yang kedua pun sudah mempunyai prestasi. Nama panggilannya Ika. Dia dikabarkan sudah pernah hamil dengan pacarya, namun digugurkan. Menurut penilaianku, Ika seorang playgirl. Walaupun sudah punya pacar, pacarnya kuliah di suatu politeknik, namun dia suka mejeng dan menggoda laki-laki lain yang kelihatan keren. Kalau aku datang ke kos pacarku, dia pun suka mejeng dan bersikap genit dalam menyapaku.

lka memang mojang Sunda yang amat aduhai. Usianya akan 18 tahun. Tingginya 160 cm. Kulitnya berwarna kuning langsat dan kelihatan licin. Badannya kenyal dan berisi. Pinggangnya ramping. Buah dadanya padat dan besar membusung. Pinggulnya besar, kecuali melebar dengan indahnya juga pantatnya membusung dengan montoknya. Untuk gadis seusia dia, mungkin payudara dan pinggul yang sudah terbentuk sedemikian indahnya karena terbiasa dinaiki dan digumuli oleh pacarnya. Paha dan betisnya bagus dan mulus. Lehernya jenjang. Matanya bagus. Hidungnya mungil dan sedikit mancung. Bibirnya mempunyai garis yang sexy dan sensual, sehingga kalau memakai lipstik tidak perlu membuat garis baru, tinggal mengikuti batas bibir yang sudah ada. Rambutnya lebat yang dipotong bob dengan indahnya.

Sore itu sehabis mandi aku ke kos pacarku seperti biasanya. Di teras rumah tampak Ika sedang mengobrol dengan dua orang adiknya. Ika mengenakan baju atas 'you can see' dan rok span yang pendek dan ketat sehingga lengan, paha dan betisnya yang mulus itu dipertontonkan dengan jelasnya.

"Mas Bob, ngapel ke Mbak Dina? Wah… sedang nggak ada tuh. Tadi pergi sama dua temannya. Katanya mau bikin tugas," sapa Ika dengan centilnya.

"He… masa?" balasku.

"Iya… Sudah, ngapelin Ika sajalah Mas Bob," kata Ika dengan senyum menggoda. Edan! Cewek Sunda satu ini benar-benar menggoda hasrat. Kalau mau mengajak beneran aku tidak menolak nih, he-he-he…

"Ah, neng Ika macam-macam saja…," tanggapanku sok menjaga wibawa. "Kak Dai belum datang?"

Pacar Ika namanya Daniel, namun Ika memanggilnya Kak Dai. Mungkin Dai adalah panggilan akrab atau panggilan masa kecil si Daniel. Daniel berasal dan Bogor. Dia ngapeli anak yang masih SMA macam minum obat saja. Dan pulang kuliah sampai malam hari. Lebih hebat dan aku, dan selama ngapel waktu dia habiskan untuk ngobrol. Atau kalau setelah waktu isya, dia masuk ke kamar Ika. Kapan dia punya kesempatan belajar?

"Wah… dua bulan ini saya menjadi singgel lagi. Kak Dai lagi kerja praktek di Riau. Makanya carikan teman Mas Bob buat menemani Ika dong, biar Ika tidak kesepian… Tapi yang keren lho," kata Ika dengan suara yang amat manja. Edan si playgirl Sunda mi. Dia bukan tipe orang yang ngomong begitu bukan sekedar bercanda, namun tipe orang yang suka nyerempet-nyerempet hat yang berbahaya.

"Neng Ika ini… Nanti Kak Dainya ngamuk dong."

"Kak Dai kan tidak akan tahu…"

Aku kembali memaki dalam hati. Perempuan Sunda macam Ika ini memang enak ditiduri. Enak digenjot dan dinikmati kekenyalan bagian-bagian tubuhnya.

Aku mengeluarkan kunci dan membuka pintu kamar kos Dina. Di atas meja pendek di ruang tamu ada sehelai memo dari Dina. Sambil membuka jendela ruang depan dan ruang tidur, kubaca isi memo tadi. 'Mas Bobby, gue ngerjain tugas kelompok bersama Niken dan Wiwin. Tugasnya banyak, jadi gue malam ini tidak pulang. Gue tidur di rumah Wiwin. Di kulkas ada jeruk, ambil saja. Soen sayang, Dina'

Aku mengambil bukuku yang sehari-harinya kutinggal di tempat kos Di. Sambil menyetel radio dengan suara perlahan, aku mulai membaca buku itu. Biarlah aku belajar di situ sampai jam sepuluh malam.

Sedang asyik belajar, sekitar jam setengah sembilan malam pintu diketok dan luar. Tok-tok-tok…

Kusingkapkan korden jendela ruang tamu yang telah kututup pada jam delapan malam tadi, sesuai dengan kebiasaan pacarku. Sepertinya Ika yang berdiri di depan pintu.

"Mbak Di… Mbak Dina…," terdengar suara Ika memanggil-manggil dan luar. Aku membuka pintu.

"Mbak Dina sudah pulang?" tanya Ika.

"Belum. Hari ini Dina tidak pulang. Tidur di rumah temannya karena banyak tugas. Ada apa?"

"Mau pinjam kalkulator, mas Bob. Sebentar saja. Buat bikin pe-er."

"Ng… bolehlah. Pakai kalkulatorku saja, asal cepat kembali."

"Beres deh mas Bob. Ika berjanji," kata Ika dengan genit. Bibirnya tersenyum manis, dan pandang matanya menggoda menggemaskan.

Kuberikan kalkulatorku pada Ika. Ketika berbalik, kutatap tajam-tajam tubuhnya yang aduhai. Pinggulnya yang melebar dan montok itu menggial ke kiri-kanan, seolah menantang diriku untuk meremas¬-remasnya. Sialan! Kontholku jadi berdiri. Si 'boy-ku ini responsif sekali kalau ada cewek cakep yang enak digenjot.

Sepeninggal Ika, sesaat aku tidak dapat berkonsentrasi. Namun kemudian kuusir pikiran yang tidak-tidak itu. Kuteruskan kembali membaca textbook yang menunjang penulisan tugas sarjana itu.

Tok-tok-tok! Baru sekitar limabelas menit pintu kembali diketok.

"Mas Bob… Mas Bob…," terdengar Ika memanggil lirih.

Pintu kubuka. Mendadak kontholku mengeras lagi. Di depan pintu berdiri Ika dengan senyum genitnya. Bajunya bukan atasan 'you can see' yang dipakai sebelumnya. Dia menggunakan baju yang hanya setinggi separuh dada dengan ikatan tali ke pundaknya. Baju tersebut berwarna kuning muda dan berbahan mengkilat. Dadanya tampak membusung dengan gagahnya, yang ujungnya menonjol dengan tajam dan batik bajunya. Sepertinya dia tidak memakai BH. Juga, bau harum sekarang terpancar dan tubuhnya. Tadi, bau parfum harum semacam ini tidak tercium sama sekali, berarti datang yang kali ini si Ika menyempatkan diri memakai parfum. Kali ini bibirnya pun dipolesi lipstik pink.

"Ini kalkulatornya, Mas Bob," kata Ika manja, membuyarkan keterpanaanku.

"Sudah selesai. Neng Ika?" tanyaku basa-basi.

"Sudah Mas Bob, namun boleh Ika minta diajari Matematika?"

"0, boleh saja kalau sekiranya bisa."

Tanpa kupersilakan Ika menyelonong masuk dan membuka buku matematika di atas meja tamu yang rendah. Ruang tamu kamar kos pacarku itu tanpa kursi. Hanya digelari karpet tebal dan sebuah meja pendek dengan di salah satu sisinya terpasang rak buku. Aku pun duduk di hadapannya, sementara pintu masuk tertutup dengan sendirinya dengan perlahan. Memang pintu kamar kos pacarku kalau mau disengaja terbuka harus diganjal potongan kayu kecil.

"Ini mas Bob, Ika ada soal tentang bunga majemuk yang tidak tahu cara penyelesaiannya." Ika mencari-cari halaman buku yang akan ditanyakannya.

Menunggu halaman itu ditemukan, mataku mencari kesempatan melihat ke dadanya. Amboi! Benar, Ika tidak memakai bra. Dalam posisi agak menunduk, kedua gundukan payudaranya kelihatan sangat jelas. Sungguh padat, mulus, dan indah. Kontholku terasa mengeras dan sedikit berdenyut-denyut.

Halaman yang dicari ketemu. Ika dengan centilnya membaca soal tersebut. Soalnya cukup mudah. Aku menerangkan sedikit dan memberitahu rumusnya, kemudian Ika menghitungnya. Sambil menunggu Ika menghitung, mataku mencuri pandang ke buah dada Ika. Uhhh… ranum dan segarnya.

"Kok sepi? Mamah, Ema, dan Nur sudah tidur?" tanyaku sambil menelan ludah. Kalau bapaknya tidak aku tanyakan karena dia bekerja di Cirebon yang pulangnya setiap akhir pekan.

"Sudah. Mamah sudah tidur jam setengah delapan tadi. Kemudian Erna dan Nur berangkat tidur waktu Ika bermain-main kalkulator tadi," jawab Ika dengan tatapan mata yang menggoda.

Hasratku mulai naik. Kenapa tidak kusetubuhi saja si Ika. Mumpung sepi. Orang-orang di rumahnya sudah tidur. Kamar kos sebelah sudah sepi dan sudah mati lampunya. Berarti penghuninya juga sudah tidur. Kalau kupaksa dia meladeni hasratku, tenaganya tidak akan berarti dalam melawanku. Tetapi mengapa dia akan melawanku? jangan-jangan dia ke sini justru ingin bersetubuh denganku. Soal tanya Matematika, itu hanya sebagai atasan saja. Bukankah dia menyempatkan ganti baju, dari atasan you can see ke atasan yang memamerkan separuh payudaranya? Bukankah dia datang lagi dengan menyempatkan tidak memakai bra? Bukankah dia datang lagi dengan menyempatkan memakai parfum dan lipstik? Apa lagi artinya kalau tidak menyodorkan din?

Tiba-tiba Ika bangkit dan duduk di sebelah kananku.

"Mas Bob… ini benar nggak?" tanya Ika.

Ada kekeliruan di tengah jalan saat Ika menghitung. Antara konsentrasi dan menahan nafsu yang tengah berkecamuk, aku mengambil pensil dan menjelaskan kekeliruannya. Tiba-tiba Ika lebih mendekat ke arahku, seolah mau memperhatikan hal yang kujelaskan dan jarak yang lebih dekat. Akibatnya… gumpalan daging yang membusung di dadanya itu menekan lengan tangan kananku. Terasa hangat dan lunak, namun ketika dia lebih menekanku terasa lebih kenyal.

Dengan sengaja lenganku kutekankan ke payudaranya.

"Ih… Mas Bob nakal deh tangannya," katanya sambil merengut manja. Dia pura-pura menjauh.

"Lho, yang salah kan Neng Ika duluan. Buah dadanya menyodok-nyodok lenganku," jawabku.

lka cemberut. Dia mengambil buku dan kembali duduk di hadapanku. Dia terlihat kembali membetulkan yang kesalahan, namun menurut perasaanku itu hanya berpura-pura saja. Aku merasa semakin ditantang. Kenapa aku tidak berani? Memangnya aku impoten? Dia sudah berani datang ke sini malam-malam sendirian. Dia menyempatkan pakai parfum. Dia sengaja memakai baju atasan yang memamerkan gundukan payudara. Dia sengaja tidak pakai bra. Artinya, dia sudah mempersilakan diriku untuk menikmati kemolekan tubuhnya. Tinggal aku yang jadi penentunya, mau menyia-siakan kesempatan yang dia berikan atau memanfaatkannya. Kalau aku menyia-siakan berarti aku band!

Aku pun bangkit. Aku berdiri di atas lutut dan mendekatinya dari belakang. Aku pura-pura mengawasi dia dalam mengerjakan soal. Padahal mataku mengawasi tubuhnya dari belakang. Kulit punggung dan lengannya benar-benar mulus, tanpa goresan sedikitpun. Karena padat tubuhnya, kulit yang kuning langsat itu tampak licin mengkilap walaupun ditumbuhi oleh bulu-bulu rambut yang halus.

Kemudian aku menempelkan kontholku yang menegang ke punggungnya. Ika sedikit terkejut ketika merasa ada yang menempel punggungnya.

"Ih… Mas Bob jangan begitu dong…," kata Ika manja.

"Sudah… udah-udah… Aku sekedar mengawasi pekerjaan Neng Ika," jawabku.

lka cemberut. Namun dengan cemberut begitu, bibir yang sensual itu malah tampak menggemaskan. Sungguh sedap sekali bila dikulum-kulum dan dilumat-lumat. Ika berpura-pura meneruskan pekerjaannya. Aku semakin berani. Kontholku kutekankan ke punggungnya yang kenyal. Ika menggelinjang. Tidak tahan lagi. tubuh Ika kurengkuh dan kurebahkan di atas karpet. Bibirnya kulumat-lumat, sementara kulit punggungnya kuremas-remas. Bibir Ika mengadakan perlawanan, mengimbangi kuluman-¬kuluman bibirku yang diselingi dengan permainan lidahnya. Terlihat bahkan dalam masalah ciuman Ika yang masih kelas tiga SMA sudah sangat mahir. Bahkan mengalahkan kemahiranku.

Beberapa saat kemudian ciumanku berpindah ke lehernya yang jenjang. Bau harum terpancar dan kulitnya. Sambil kusedot-sedot kulit lehernya dengan hidungku, tanganku berpindah ke buah dadanya. Buah dada yang tidak dilindungi bra itu terasa kenyal dalam remasan tanganku. Kadang-kadang dan batik kain licin baju atasannya, putingnya kutekan-tekan dan kupelintir-pelintir dengan jari-jari tanganku. Puting itu terasa mengeras.

"Mas Bob Mas Bob buka baju saja Mas Bob…," rintih Ika. Tanpa menunggu persetujuanku, jari-jari tangannya membuka Ikat pinggang dan ritsleteng celanaku. Aku mengimbangi, tall baju atasannya kulepas dan baju tersebut kubebaskan dan tubuhnya. Aku terpana melihat kemulusan tubuh atasnya tanpa penutup sehelai kain pun. Buah dadanya yang padat membusung dengan indahnya. Ditimpa sinar lampu neon ruang tamu, payudaranya kelihatan amat mulus dan licin. Putingnya berdiri tegak di ujung gumpalan payudara. Putingnya berwarna pink kecoklat-coklatan, sementara puncak bukit payudara di sekitarnya berwarna coklat tua dan sedikit menggembung dibanding dengan permukaan kulit payudaranya.

Celana panjang yang sudah dibuka oleh Ika kulepas dengan segera. Menyusul. kemeja dan kaos singlet kulepas dan tubuhku. Kini aku cuma tertutup oleh celana dalamku, sementara Ika tertutup oleh rok span ketat yang mempertontonkan bentuk pinggangnya yang ramping dan bentuk pinggulnya yang melebar dengan bagusnya. Ika pun melepaskan rok spannya itu, sehingga pinggul yang indah itu kini hanya terbungkus celana dalam minim yang tipis dan berwarna pink. Di daerah bawah perutnya, celana dalam itu tidak mampu menyembunyikan warna hitam dari jembut lebat Ika yang terbungkus di dalamnya. Juga, beberapa helai jembut Ika tampak keluar dan lobang celana dalamnya.

lka memandangi dadaku yang bidang. Kemudian dia memandang ke arah kontholku yang besar dan panjang, yang menonjol dari balik celana dalamku. Pandangan matanya memancarkan nafsu yang sudah menggelegak. Perlahan aku mendekatkan badanku ke badannya yang sudah terbaring pasrah. Kupeluk tubuhnya sambil mengulum kembali bibirnya yang hangat. Ika pun mengimbanginya. Dia memeluk leherku sambil membalas kuluman di bibirnya. Payudaranya pun menekan dadaku. Payudara itu terasa kenyal dan lembut. Putingnya yang mengeras terasa benar menekan dadaku. Aku dan Ika saling mengulum bibir, saling menekankan dada, dan saling meremas kulit punggung dengan penuh nafsu.

Ciumanku berpindah ke leher Ika. Leher mulus yang memancarkan keharuman parfum yang segar itu kugumuli dengan bibir dan hidungku. Ika mendongakkan dagunya agar aku dapat menciumi segenap pori-pori kulit lehernya.

"Ahhh… Mas Bob… Ika sudah menginginkannya dan kemarin… Gelutilah tubuh Ika… puasin Ika ya Mas Bob…," bisik Ika terpatah-patah.

Aku menyambutnya dengan penuh antusias. Kini wajahku bergerak ke arah payudaranya. Payudaranya begitu menggembung dan padat. namun berkulit lembut. Bau keharuman yang segar terpancar dan pori-porinya. Agaknya Ika tadi sengaja memakai parfum di sekujur payudaranya sebelum datang ke sini. Aku menghirup kuat-kuat lembah di antara kedua bukit payudaranya itu. Kemudian wajahku kugesek-gesekkan di kedua bukit payudara itu secara bergantian, sambil hidungku terus menghirup keharuman yang terpancar dan kulit payudara. Puncak bukit payudara kanannya pun kulahap dalam mulutku. Kusedot kuat-kuat payudara itu sehingga daging yang masuk ke dalam mulutku menjadi sebesar-besarnya. Ika menggelinjang.

"Mas Bob… ngilu… ngilu…," rintih Ika.

Gelinjang dan rintihan Ika itu semakin membangkitkan hasratku. Kuremas bukit payudara sebelah kirinya dengan gemasnya, sementara puting payudara kanannya kumainkan dengan ujung lidahku. Puting itu kadang kugencet dengan tekanan ujung lidah dengan gigi. Kemudian secara mendadak kusedot kembali payudara kanan itu kuat-kuat. sementara jari tanganku menekan dan memelintir puting payudara kirinya. Ika semakin menggelinjang-gelinjang seperti ikan belut yang memburu makanan sambil mulutnya mendesah-desah.

"Aduh mas Booob… ssshh… ssshhh… ngilu mas Booob… ssshhh… geli… geli…," cuma kata-kata itu yang berulang-ulang keluar dan mulutnya yang merangsang.

Aku tidak puas dengan hanya menggeluti payudara kanannya. Kini mulutku berganti menggeluti payudara kiri. sementara tanganku meremas-remas payudara kanannya kuat-kuat. Kalau payudara kirinya kusedot kuat-kuat. tanganku memijit-mijit dan memelintir-pelintir puting payudara kanannya. Sedang bila gigi dan ujung lidahku menekan-nekan puting payudara kiri, tanganku meremas sebesar-besarnya payudara kanannya dengan sekuat-kuatnya.

"Mas Booob… kamu nakal…. ssshhh… ssshhh… ngilu mas Booob… geli…" Ika tidak henti-hentinya menggelinjang dan mendesah manja.

Setelah puas dengan payudara, aku meneruskan permainan lidah ke arah perut Ika yang rata dan berkulit amat mulus itu. Mulutku berhenti di daerah pusarnya. Aku pun berkonsentrasi mengecupi bagian pusarnya. Sementara kedua telapak tanganku menyusup ke belakang dan meremas-remas pantatnya yang melebar dan menggembung padat. Kedua tanganku menyelip ke dalam celana yang melindungi pantatnya itu. Perlahan¬-lahan celana dalamnya kupelorotkan ke bawah. Ika sedikit mengangkat pantatnya untuk memberi kemudahan celana dalamnya lepas. Dan dengan sekali sentakan kakinya, celana dalamnya sudah terlempar ke bawah.

Saat berikutnya, terhamparlah pemandangan yang luar biasa merangsangnya. Jembut Ika sungguh lebat dan subur sekali. Jembut itu mengitari bibir memek yang berwarna coklat tua. Sambil kembali menciumi kulit perut di sekitar pusarnya, tanganku mengelus-elus pahanya yang berkulit licin dan mulus. Elusanku pun ke arah dalam dan merangkak naik. Sampailah jari-jari tanganku di tepi kiri-kanan bibir luar memeknya. Tanganku pun mengelus-elus memeknya dengan dua jariku bergerak dan bawah ke atas. Dengan mata terpejam, Ika berinisiatif meremas-remas payudaranya sendiri. Tampak jelas kalau Ika sangat menikmati permainan ini.

Perlahan kusibak bibir memek Ika dengan ibu jari dan telunjukku mengarah ke atas sampai kelentitnya menongol keluar. Wajahku bergerak ke memeknya, sementara tanganku kembali memegangi payudaranya. Kujilati kelentit Ika perlahan-lahan dengan jilatan-jilatan pendek dan terputus-putus sambil satu tanganku mempermainkan puting payudaranya.

"Au Mas Bob… shhhhh… betul… betul di situ mas Bob… di situ… enak mas… shhhh…," Ika mendesah-desah sambil matanya merem-melek. Bulu alisnya yang tebal dan indah bergerak ke atas-bawah mengimbangi gerakan merem-meleknya mata. Keningnya pun berkerut pertanda dia sedang mengalami kenikmatan yang semakin meninggi.

Aku meneruskan permainan lidah dengan melakukan jilatan-jilatan panjang dan lubang anus sampai ke kelentitnya.

Karena gerakan ujung hidungku pun secara berkala menyentuh memek Ika. Terasa benar bahkan dinding vaginanya mulai basah. Bahkan sebagian cairan vaginanya mulai mengalir hingga mencapai lubang anusnya. Sesekali pinggulnya bergetar. Di saat bergetar itu pinggulnya yang padat dan amat mulus kuremas kuat-kuat sambil ujung hidungku kutusukkan ke lobang memeknya.

"Mas Booob… enak sekali mas Bob…," Ika mengerang dengan kerasnya. Aku segera memfokuskan jilatan-jilatan lidah serta tusukan-tusukan ujung hidung di vaginanya. Semakin lama vagina itu semakin basah saja. Dua jari tanganku lalu kumasukkan ke lobang memeknya. Setelah masuk hampir semuanya, jari kubengkokkan ke arah atas dengan tekanan yang cukup terasa agar kena 'G-spot'-nya. Dan berhasil!

"Auwww… mas Bob…!" jerit Ika sambil menyentakkan pantat ke atas. sampai-sampai jari tangan yang sudah terbenam di dalam memek terlepas. Perut bawahnya yang ditumbuhi bulu-bulu jembut hitam yang lebat itu pun menghantam ke wajahku. Bau harum dan bau khas cairan vaginanya merasuk ke sel-sel syaraf penciumanku.

Aku segera memasukkan kembali dua jariku ke dalam vagina Ika dan melakukan gerakan yang sama. Kali ini aku mengimbangi gerakan jariku dengan permainan lidah di kelentit Ika. Kelentit itu tampak semakin menonjol sehingga gampang bagiku untuk menjilat dan mengisapnya. Ketika kelentit itu aku gelitiki dengan lidah serta kuisap-isap perlahan, Ika semakin keras merintih-rintih bagaikan orang yang sedang mengalami sakit demam. Sementara pinggulnya yang amat aduhai itu menggial ke kiri-kanan dengan sangat merangsangnya.

"Mas Bob… mas Bob… mas Bob…," hanya kata-kata itu yang dapat diucapkan Ika karena menahan kenikmatan yang semakin menjadi-jadi.

Permainan jari-jariku dan lidahku di memeknya semakin bertambah ganas. Ika sambil mengerang¬-erang dan menggeliat-geliat meremas apa saja yang dapat dia raih. Meremas rambut kepalaku, meremas bahuku, dan meremas payudaranya sendiri.

"Mas Bob… Ika sudah tidak tahan lagi… Masukin konthol saja mas Bob… Ohhh… sekarang juga mas Bob…! Sshhh. . . ," erangnya sambil menahan nafsu yang sudah menguasai segenap tubuhnya.

Namun aku tidak perduli. Kusengaja untuk mempermainkan Ika terlebih dahulu. Aku mau membuatnya orgasme, sementara aku masih segar bugar. Karena itu lidah dan wajahku kujauhkan dan memeknya. Kemudian kocokan dua jari tanganku di dalam memeknya semakin kupercepat. Gerakan jari tanganku yang di dalam memeknya ke atas-bawah, sampai terasa ujung jariku menghentak-hentak dinding atasnya secara perlahan-lahan. Sementara ibu jariku mengusap-usap dan menghentak-hentak kelentitnya. Gerakan jari tanganku di memeknya yang basah itu sampai menimbulkan suara crrk-crrrk-crrrk-crrk crrrk… Sementara dan mulut Ika keluar pekikan-pekikan kecil yang terputus-putus:

"Ah-ah-ah-ah-ah…"

Sementara aku semakin memperdahsyat kocokan jari-jariku di memeknya, sambil memandangi wajahnya. Mata Ika merem-melek, sementara keningnya berkerut-kerut.

Crrrk! Crrrk! Crrek! Crek! Crek! Crok! Crok! Suara yang keluar dan kocokan jariku di memeknya semakin terdengar keras. Aku mempertahankan kocokan tersebut. Dua menit sudah si Ika mampu bertahan sambil mengeluarkan jeritan-jeritan yang membangkitkan nafsu. Payudaranya tampak semakin kencang dan licin, sedang putingnya tampak berdiri dengan tegangnya.

Sampai akhirnya tubuh Ika mengejang hebat. Pantatnya terangkat tinggi-tinggi. Matanya membeliak-¬beliak. Dan bibirnya yang sensual itu keluar jeritan hebat, "Mas Booo00oob …!" Dua jariku yang tertanam di dalam vagina Ika terasa dijepit oleh dindingnya dengan kuatnya. Seiring dengan keluar masuknya jariku dalam vaginanya, dan sela-sela celah antara tanganku dengan bibir memeknya terpancarlah semprotan cairan vaginanya dengan kuatnya. Prut! Prut! Pruttt! Semprotan cairan tersebut sampai mencapai pergelangan tanganku.

Beberapa detik kemudian Ika terbaring lemas di atas karpet. Matanya memejam rapat. Tampaknya dia baru saja mengalami orgasme yang begitu hebat. Kocokan jari tanganku di vaginanya pun kuhentikan. Kubiarkan jari tertanam dalam vaginanya sampai jepitan dinding vaginanya terasa lemah. Setelah lemah. jari tangan kucabut dan memeknya. Cairan vagina yang terkumpul di telapak tanganku pun kubersihkan dengan kertas tissue.

Ketegangan kontholku belum juga mau berkurang. Apalagi tubuh telanjang Ika yang terbaring diam di hadapanku itu benar-benar aduhai. seolah menantang diriku untuk membuktikan kejantananku pada tubuh mulusnya. Aku pun mulai menindih kembali tubuh Ika, sehingga kontholku yang masih di dalam celana dalam tergencet oleh perut bawahku dan perut bawahnya dengan enaknya. Sementara bibirku mengulum-kulum kembali bibir hangat Ika, sambil tanganku meremas-remas payudara dan mempermainkan putingnya. Ika kembali membuka mata dan mengimbangi serangan bibirku. Tubuhnya kembali menggelinjang-gelinjang karena menahan rasa geli dan ngilu di payudaranya.

Setelah puas melumat-lumat bibir. wajahku pun menyusuri leher Ika yang mulus dan harum hingga akhirnya mencapai belahan dadanya. Wajahku kemudian menggeluti belahan payudaranya yang berkulit lembut dan halus, sementara kedua tanganku meremas-remas kedua belah payudaranya. Segala kelembutan dan keharuman belahan dada itu kukecupi dengan bibirku. Segala keharuman yang terpancar dan belahan payudara itu kuhirup kuat-kuat dengan hidungku, seolah tidak rela apabila ada keharuman yang terlewatkan sedikitpun.

Kugesek-gesekkan memutar wajahku di belahan payudara itu. Kemudian bibirku bergerak ke atas bukit payudara sebelah kiri. Kuciumi bukit payudara yang membusung dengan gagahnya itu. Dan kumasukkan puting payudara di atasnya ke dalam mulutku. Kini aku menyedot-sedot puting payudara kiri Ika. Kumainkan puting di dalam mulutku itu dengan lidahku. Sedotan kadang kuperbesar ke puncak bukit payudara di sekitar puting yang berwarna coklat.

"Ah… ah… mas Bob… geli… geli …," mulut indah Ika mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. bagaikan desisan ular kelaparan yang sedang mencari mangsa.

Aku memperkuat sedotanku. Sementara tanganku meremas-remas payudara kanan Ika yang montok dan kenyal itu. Kadang remasan kuperkuat dan kuperkecil menuju puncak bukitnya, dan kuakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jariku pada putingnya.

"Mas Bob… hhh… geli… geli… enak… enak… ngilu… ngilu…"

Aku semakin gemas. Payudara aduhai Ika itu kumainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit payudara kadang kusedot besarnya-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang kusedot hanya putingnya dan kucepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain kadang kuremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya kupijit-pijit dan kupelintir-pelintir kecil puting yang mencuat gagah di puncaknya.

"Ah… mas Bob… terus mas Bob… terus… hzzz… ngilu… ngilu…" Ika mendesis-desis keenakan. Hasratnya tampak sudah kembali tinggi. Matanya kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhnya ke kanan-kini semakin sening fnekuensinya.

Sampai akhirnya Ika tidak kuat mehayani senangan-senangan keduaku. Dia dengan gerakan eepat memehorotkan celana dalamku hingga tunun ke paha. Aku memaklumi maksudnya, segera kulepas eelana dalamku. Jan-jari tangan kanan Ika yang mulus dan lembut kemudian menangkap kontholku yang sudah berdiri dengan gagahnya. Sejenak dia memperlihatkan rasa terkejut.

"Edan… mas Bob, edan… Kontholmu besar sekali… Konthol pacan-pacanku dahulu dan juga konthol kak Dai tidak sampai sebesar in Edan… edan…," ucapnya terkagum-kagum. Sambil membiankan mulut, wajah, dan tanganku terus memainkan dan menggeluti kedua belah payudaranya, jan-jari lentik tangan kanannya meremas¬remas perlahan kontholku secara berirama, seolah berusaha mencari kehangatan dan kenikmatan di hiatnya menana kejantananku. Remasannya itu mempenhebat vohtase dam rasa nikmat pada batang kontholku.

"Mas Bob. kita main di atas kasur saja…," ajak Ika dengan sinar mata yang sudah dikuasai nafsu binahi.

Aku pun membopong tubuh telanjang Ika ke ruang dalam, dan membaringkannya di atas tempat tidun pacarku. Ranjang pacarku ini amat pendek, dasan kasurnya hanya terangkat sekitar 6 centimeter dari lantai. Ketika kubopong. Ika tidak mau melepaskan tangannya dari leherku. Bahkan, begitu tubuhnya menyentuh kasur, tangannya menanik wajahku mendekat ke wajahnya. Tak ayal lagi, bibirnya yang pink menekan itu melumat bibirku dengan ganasnya. Aku pun tidak mau mengalah. Kulumat bibirnya dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara tanganku mendekap tubuhnya dengan kuatnya. Kuhit punggungnya yang halus mulus kuremas-remas dengan gemasnya.

Kemudian aku menindih tubuh Ika. Kontholku terjepit di antara pangkal pahanya yang mulus dan perut bawahku sendiri. Kehangatan kulit pahanya mengalir ke batang kontholku yang tegang dan keras. Bibirku kemudian melepaskan bibir sensual Ika. Kecupan bibirku pun turun. Kukecup dagu Ika yang bagus. Kukecup leher jenjang Ika yang memancarkan bau wangi dan segarnya parfum yang dia pakai. Kuciumi dan kugeluti leher indah itu dengan wajahku, sementara pantatku mulai bergerak aktif sehingga kontholku menekan dan menggesek-gesek paha Ika. Gesekan di kulit paha yang licin itu membuat batang kontholku bagai diplirit-plirit. Kepala kontholku merasa geli-geli enak oleh gesekan-gesekan paha Ika.

Puas menggeluti leher indah, wajahku pun turun ke buah dada montok Ika. Dengan gemas dan ganasnya aku membenamkan wajahku ke belahan dadanya, sementara kedua tanganku meraup kedua belah payudaranya dan menekannya ke arah wajahku. Keharuman payudaranya kuhirup sepuas-puasku. Belum puas dengan menyungsep ke belahan dadanya, wajahku kini menggesek-gesek memutar sehingga kedua gunung payudaranya tertekan-tekan oleh wajahku secara bergantian. Sungguh sedap sekali rasanya ketika hidungku menyentuh dan menghirup dalam-dalam daging payudara yang besar dan kenyal itu. Kemudian bibirku meraup puncak bukit payudara kiri Ika. Daerah payudara yang kecoklat-coklatan beserta putingnya yang pink kecoklat-coklatan itu pun masuk dalam mulutku. Kulahap ujung payudara dan putingnya itu dengan bernafsunya, tak ubahnya seperti bayi yang menetek susu setelah kelaparan selama seharian. Di dalam mulutku, puting itu kukulum-kulum dan kumainkan dengan lidahku.

"Mas Bob… geli… geli …," kata Ika kegelian.

Aku tidak perduli. Aku terus mengulum-kulum puncak bukit payudara Ika. Putingnya terasa di lidahku menjadi keras. Kemudian aku kembali melahap puncak bukit payudara itu sebesar-besarnya. Apa yang masuk dalam mulutku kusedot sekuat-kuatnya. Sementara payudara sebelah kanannya kuremas sekuat-kuatnya

dengan tanganku. Hal tersebut kulakukan secara bergantian antara payudara kiri dan payudara kanan Ika. Sementara kontholku semakin menekan dan menggesek-gesek dengan beriramanya di kulit pahanya. Ika semakin menggelinjang-gelinjang dengan hebatnya.

"Mas Bob… mas Bob… ngilu… ngilu… hihhh… nakal sekali tangan dan mulutmu… Auw! Sssh… ngilu… ngilu…," rintih Ika. Rintihannya itu justru semakin mengipasi api nafsuku. Api nafsuku semakin berkobar-kobar. Semakin ganas aku mengisap-isap dan meremas-remas payudara montoknya. Sementara kontholku berdenyut-denyut keenakan merasakan hangat dan licinnya paha Ika.

Akhirnya aku tidak sabar lagi. Kulepaskan payudara montok Ika dari gelutan mulut dan tanganku. Bibirku kini berpindah menciumi dagu dan lehernya, sementara tanganku membimbing kontholku untuk mencari liang memeknya. Kuputar-putarkan dahulu kepala kontholku di kelebatan jembut di sekitar bibir memek Ika. Bulu-bulu jembut itu bagaikan menggelitiki kepala kontholku. Kepala kontholku pun kegelian. Geli tetapi enak.

"Mas Bob… masukkan seluruhnya mas Bob… masukkan seluruhnya… Mas Bob belum pernah merasakan memek Mbak Dina kan? Mbak Dina orang kuno… tidak mau merasakan konthol sebelum nikah. Padahal itu surga dunia… bagai terhempas langit ke langit ketujuh. mas Bob…"

Jan-jari tangan Ika yang lentik meraih batang kontholku yang sudah amat tegang. Pahanya yang mulus itu dia buka agak lebar.

"Edan… edan… kontholmu besar dan keras sekali, mas Bob…," katanya sambil mengarahkan kepala kontholku ke lobang memeknya.

Sesaat kemudian kepala kontholku menyentuh bibir memeknya yang sudah basah. Kemudian dengan perlahan-lahan dan sambil kugetarkan, konthol kutekankan masuk ke liang memek. Kini seluruh kepala kontholku pun terbenam di dalam memek. Daging hangat berlendir kini terasa mengulum kepala kontholku dengan enaknya.

Aku menghentikan gerak masuk kontholku.

"Mas Bob… teruskan masuk, Bob… Sssh… enak… jangan berhenti sampai situ saja…," Ika protes atas tindakanku. Namun aku tidak perduli. Kubiarkan kontholku hanya masuk ke lobang memeknya hanya sebatas kepalanya saja, namun kontholku kugetarkan dengan amplituda kecil. Sementara bibir dan hidungku dengan ganasnya menggeluti lehernya yang jenjang, lengan tangannya yang harum dan mulus, dari ketiaknya yang bersih dari bulu ketiak. Ika menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan.

"Sssh… sssh… enak… enak… geli… geli, mas Bob. Geli… Terus masuk, mas Bob…"

Bibirku mengulum kulit lengan tangannya dengan kuat-kuat. Sementara gerakan kukonsentrasikan pada pinggulku. Dan… satu… dua… tiga! Kontholku kutusukkan sedalam-dalamnya ke dalam memek Ika dengan sangat cepat dan kuatnya. Plak! Pangkal pahaku beradu dengan pangkal pahanya yang mulus yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya. Sementara kulit batang kontholku bagaikan diplirit oleh bibir dan daging lobang memeknya yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi: srrrt!

"Auwww!" pekik Ika.

Aku diam sesaat, membiarkan kontholku tertanam seluruhnya di dalam memek Ika tanpa bergerak sedikit pun.

"Sakit mas Bob… Nakal sekali kamu… nakal sekali kamu…." kata Ika sambil tangannya meremas punggungku dengan kerasnya.

Aku pun mulai menggerakkan kontholku keluar-masuk memek Ika. Aku tidak tahu, apakah kontholku yang berukuran panjang dan besar ataukah lubang memek Ika yang berukuran kecil. Yang saya tahu, seluruh bagian kontholku yang masuk memeknya serasa dipijit-pijit dinding lobang memeknya dengan agak kuatnya. Pijitan dinding memek itu memberi rasa hangat dan nikmat pada batang kontholku.

"Bagaimana Ika, sakit?" tanyaku

"Sssh… enak sekali… enak sekali… Barangmu besar dan panjang sekali… sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru lobang memekku…," jawab Ika.

Aku terus memompa memek Ika dengan kontholku perlahan-lahan. Payudara kenyalnya yang menempel di dadaku ikut terpilin-pilin oleh dadaku akibat gerakan memompa tadi. Kedua putingnya yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadaku yang bidang. Kehangatan payudaranya yang montok itu mulai terasa mengalir ke dadaku. Kontholku serasa diremas-remas dengan berirama oleh otot-otot memeknya sejalan dengan genjotanku tersebut. Terasa hangat dan enak sekali. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala kontholku menyentuh suatu daging hangat di dalam memek Ika. Sentuhan tersebut serasa menggelitiki kepala konthol sehingga aku merasa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat.

Kemudian aku mengambil kedua kakinya yang kuning langsat mulus dan mengangkatnya. Sambil menjaga agar kontholku tidak tercabut dari lobang memeknya, aku mengambil posisi agak jongkok. Betis kanan Ika kutumpangkan di atas bahuku, sementara betis kirinya kudekatkan ke wajahku. Sambil terus mengocok memeknya perlahan dengan kontholku, betis kirinya yang amat indah itu kuciumi dan kukecupi dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang kuciumi dan kugeluti, sementara betis kirinya kutumpangkan ke atas bahuku. Begitu hal tersebut kulakukan beberapa kali secara bergantian, sambil mempertahankan rasa nikmat di kontholku dengan mempertahankan gerakan maju-mundur perlahannya di memek Ika.

Setelah puas dengan cara tersebut, aku meletakkan kedua betisnya di bahuku, sementara kedua telapak tanganku meraup kedua belah payudaranya. Masih dengan kocokan konthol perlahan di memeknya, tanganku meremas-remas payudara montok Ika. Kedua gumpalan daging kenyal itu kuremas kuat-kuat secara berirama. Kadang kedua putingnya kugencet dan kupelintir-pelintir secara perlahan. Puting itu semakin mengeras, dan bukit payudara itu semakin terasa kenyal di telapak tanganku. Ika pun merintih-rintih keenakan. Matanya merem-melek, dan alisnya mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah.

"Ah… mas Bob, geli… geli… Tobat… tobat… Ngilu mas Bob, ngilu… Sssh… sssh… terus mas Bob, terus…. Edan… edan… kontholmu membuat memekku merasa enak sekali… Nanti jangan disemprotkan di luar memek, mas Bob. Nyemprot di dalam saja… aku sedang tidak subur…"

Aku mulai mempercepat gerakan masuk-keluar kontholku di memek Ika.

"Ah-ah-ah… benar, mas Bob. benar… yang cepat… Terus mas Bob, terus…"

Aku bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihan Ika. tenagaku menjadi berlipat ganda. Kutingkatkan kecepatan keluar-masuk kontholku di memek Ika. Terus dan terus. Seluruh bagian kontholku serasa diremas¬-remas dengan cepatnya oleh daging-daging hangat di dalam memek Ika. Mata Ika menjadi merem-melek dengan cepat dan indahnya. Begitu juga diriku, mataku pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yang luar biasa.

"Sssh… sssh… Ika… enak sekali… enak sekali memekmu… enak sekali memekmu…"

"Ya mas Bob, aku juga merasa enak sekali… terusss… terus mas Bob, terusss…"

Aku meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kontholku pada memeknya. Kontholku terasa bagai diremas-remas dengan tidak karu-karuan.

"Mas Bob… mas Bob… edan mas Bob, edan… sssh… sssh… Terus… terus… Saya hampir keluar nih mas Bob…

sedikit lagi… kita keluar sama-sama ya Booob…," Ika jadi mengoceh tanpa kendali.

Aku mengayuh terus. Aku belum merasa mau keluar. Namun aku harus membuatnya keluar duluan. Biar perempuan Sunda yang molek satu ini tahu bahwa lelaki Jawa itu perkasa. Biar dia mengakui kejantanan orang Jawa yang bernama mas Bobby. Sementara kontholku merasakan daging-daging hangat di dalam memek Ika bagaikan berdenyut dengan hebatnya.

"Mas Bob… mas Bobby… mas Bobby…," rintih Ika. Telapak tangannya memegang kedua lengan tanganku seolah mencari pegangan di batang pohon karena takut jatuh ke bawah.

lbarat pembalap, aku mengayuh sepeda balapku dengan semakin cepatnya. Bedanya, dibandingkan dengan pembalap aku lebih beruntung. Di dalam "mengayuh sepeda" aku merasakan keenakan yang luar biasa di sekujur kontholku. Sepedaku pun mempunyai daya tarik tersendiri karena mengeluarkan rintihan-rintihan keenakan yang tiada terkira.

"Mas Bob… ah-ah-ah-ah-ah… Enak mas Bob, enak… Ah-ah-ah-ah-ah… Mau keluar mas Bob… mau keluar… ah-ah-ah-ah-ah… sekarang ke-ke-ke…"

Tiba-tiba kurasakan kontholku dijepit oleh dinding memek Ika dengan sangat kuatnya. Di dalam memek, kontholku merasa disemprot oleh cairan yang keluar dari memek Ika dengan cukup derasnya. Dan telapak tangan Ika meremas lengan tanganku dengan sangat kuatnya. Mulut sensual Ika pun berteriak tanpa kendali:

"…keluarrr…!"

Mata Ika membeliak-beliak. Sekejap tubuh Ika kurasakan mengejang.

Aku pun menghentikan genjotanku. Kontholku yang tegang luar biasa kubiarkan diam tertanam dalam memek Ika. Kontholku merasa hangat luar biasa karena terkena semprotan cairan memek Ika. Kulihat mata Ika kemudian memejam beberapa saat dalam menikmati puncak orgasmenya.

Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan tangannya pada lenganku perlahan-lahan mengendur. Kelopak matanya pun membuka, memandangi wajahku. Sementara jepitan dinding memeknya pada kontholku berangsur-angsur melemah. walaupun kontholku masih tegang dan keras. Kedua kaki Ika lalu kuletakkan kembali di atas kasur dengan posisi agak membuka. Aku kembali menindih tubuh telanjang Ika dengan mempertahankan agar kontholku yang tertanam di dalam memeknya tidak tercabut.

"Mas Bob… kamu luar biasa… kamu membawaku ke langit ke tujuh," kata Ika dengan mimik wajah penuh kepuasan. "Kak Dai dan pacar-pacarku yang dulu tidak pernah membuat aku ke puncak orgasme seperti ml. Sejak Mbak Dina tinggal di sini, Ika suka membenarkan mas Bob saat berhubungan dengan Kak Dai."

Aku senang mendengar pengakuan Ika itu. berarti selama aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku selalu membayangkan kemolekan tubuh Ika dalam masturbasiku, sementara dia juga membayangkan kugeluti

dalam onaninya. Bagiku. Dina bagus dijadikan istri dan ibu anak-anakku kelak, namun tidak dapat dipungkiri bahwa tubuh aduhai Ika enak digeluti dan digenjot dengan penuh nafsu.

"Mas Bob… kamu seperti yang kubayangkan. Kamu jantan… kamu perkasa… dan kamu berhasil membawaku ke puncak orgasme. Luar biasa nikmatnya…"

Aku bangga mendengar ucapan Ika. Dadaku serasa mengembang. Dan bagai anak kecil yang suka pujian, aku ingin menunjukkan bahwa aku lebih perkasa dari dugaannya. Perempuan Sunda ini harus kewalahan menghadapi genjotanku. Perempuan Sunda ini harus mengakui kejantanan dan keperkasaanku. Kebetulan aku saat ini baru setengah perjalanan pendakianku di saat Ika sudah mencapai orgasmenya. Kontholku masih tegang di dalam memeknya. Kontholku masih besar dan keras, yang hams menyemprotkan pelurunya agar kepalaku tidak pusing.

Aku kembali mendekap tubuh mulus Ika, yang di bawah sinar lampu kuning kulit tubuhnya tampak sangat mulus dan licin. Kontholku mulai bergerak keluar-masuk lagi di memek Ika, namun masih dengan gerakan perlahan. Dinding memek Ika secara berargsur-angsur terasa mulai meremas-remas kontholku. Terasa hangat dan enak. Namun sekarang gerakan kontholku lebih lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti karena adanya cairan orgasme yang disemprotkan oleh memek Ika beberapa saat yang lalu.

"Ahhh… mas Bob… kau langsung memulainya lagi… Sekarang giliranmu… semprotkan air manimu ke dinding-dinding memekku… Sssh…," Ika mulai mendesis-desis lagi.

Bibirku mulai memagut bibir merekah Ika yang amat sensual itu dan melumat-lumatnya dengan gemasnya. Sementara tangan kiriku ikut menyangga berat badanku, tangan kananku meremas-remas payudara montok Ika serta memijit-mijit putingnya, sesuai dengan mama gerak maju-mundur kontholku di memeknya.

"Sssh… sssh… sssh… enak mas Bob, enak… Terus… teruss… terusss…," desis bibir Ika di saat berhasil melepaskannya dari serbuan bibirku. Desisan itu bagaikan mengipasi gelora api birahiku.

Sambil kembali melumat bibir Ika dengan kuatnya, aku mempercepat genjotan kontholku di memeknya. Pengaruh adanya cairan di dalam memek Ika, keluar-masuknya konthol pun diiringi oleh suara, "srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret…" Mulut Ika di saat terbebas dari lumatan bibirku tidak henti-hentinya mengeluarkan rintih kenikmatan,

"Mas Bob… ah… mas Bob… ah… mas Bob… hhb… mas Bob… ahh…"

Kontholku semakin tegang. Kulepaskan tangan kananku dari payudaranya. Kedua tanganku kini dari ketiak Ika menyusup ke bawah dan memeluk punggung mulusnya. Tangan Ika pun memeluk punggungku dan mengusap-usapnya. Aku pun memulai serangan dahsyatku. Keluar-masuknya kontholku ke dalam memek Ika sekarang berlangsung dengan cepat dan berirama. Setiap kali masuk, konthol kuhunjamkan keras-keras agar menusuk memek Ika sedalam-dalamnya. Dalam perjalanannya, batang kontholku bagai diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding memek Ika. Sampai di langkah terdalam, mata Ika membeliak sambil bibirnya mengeluarkan seruan tertahan, "Ak!" Sementara daging pangkal pahaku bagaikan menampar daging pangkal pahanya sampai berbunyi: plak! Di saat bergerak keluar memek, konthol kujaga agar kepalanya yang mengenakan helm tetap tertanam di lobang memek. Remasan dinding memek pada batang kontholku pada gerak keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak masuknya. Bibir memek yang mengulum batang kontholku pun sedikit ikut tertarik keluar, seolah tidak rela bila sampai ditinggal keluar oleh batang kontholku. Pada gerak keluar ini Bibir Ika mendesah, "Hhh…"

Aku terus menggenjot memek Ika dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak. Remasan yang luar biasa kuat, hangat, dan enak sekali bekerja di kontholku. Tangan Ika meremas punggungku kuat-kuat di saat kontholku kuhunjam masuk sejauh-jauhnya ke lobang memeknya. beradunya daging pangkal paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak! Pergeseran antara kontholku dan memek Ika menimbulkan bunyi srottt-srrrt… srottt-srrrt… srottt-srrrtt… Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecil yang merdu yang keluar dari bibir Ika:

"Ak! Uhh… Ak! Hhh… Ak! Hhh…"

Kontholku terasa empot-empotan luar biasa. Rasa hangat, geli, dan enak yang tiada tara membuatku tidak kuasa menahan pekikan-pekikan kecil:

"lka… Ika… edan… edan… Enak sekali Ika… Memekmu enak sekali… Memekmu hangat sekali… edan… jepitan memekmu enak sekali…"

"Mas Bob… mas Bob… terus mas Bob rintih Ika, "enak mas Bob… enaaak… Ak! Ak! Ak! Hhh… Ak! Hhh… Ak! Hhh…"

Tiba-tiba rasa gatal menyelimuti segenap penjuru kontholku. Gatal yang enak sekali. Aku pun mengocokkan kontholku ke memeknya dengan semakin cepat dan kerasnya. Setiap masuk ke dalam, kontholku berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan langkah masuk sebelumnya. Rasa gatal dan rasa enak yang luar biasa di konthol pun semakin menghebat.

"Ika… aku… aku…" Karena menahan rasa nikmat dan gatal yang luar biasa aku tidak mampu menyelesaikan ucapanku yang memang sudah terbata-bata itu.

"Mas Bob… mas Bob… mas Bob! Ak-ak-ak… Aku mau keluar lagi… Ak-ak-ak… aku ke-ke-ke…"

Tiba-tiba kontholku mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya. Aku tidak mampu lagi menahan rasa gatal yang sudah mencapai puncaknya. Namun pada saat itu juga tiba-tiba dinding memek Ika mencekik kuat sekali. Dengan cekikan yang kuat dan enak sekali itu. aku tidak mampu lagi menahan jebolnya bendungan dalam alat kelaminku.

Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala kontholku terasa disemprot cairan memek Ika, bersamaan dengan pekikan Ika, "…keluarrrr…!" Tubuh Ika mengejang dengan mata membeliak-beliak.

"Ika…!" aku melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuh Ika sekuat-kuatnya, seolah aku sedang berusaha rnenemukkan tulang-tulang punggungnya dalam kegemasan. Wajahku kubenamkan kuat-kuat di lehernya yang jenjang. Cairan spermaku pun tak terbendung lagi.

Crottt! Crott! Croat! Spermaku bersemburan dengan derasnya, menyemprot dinding memek Ika yang terdalam. Kontholku yang terbenam semua di dalam kehangatan memek Ika terasa berdenyut-denyut.

Beberapa saat lamanya aku dan Ika terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali, sampai-sampai dari alat kemaluan, perut, hingga ke payudaranya seolah terpateri erat dengan tubuh depanku. Aku menghabiskan sisa-sisa sperma dalam kontholku. Cret! Cret! Cret! Kontholku menyemprotkan lagi air mani yang masih tersisa ke dalam memek Ika. Kali ini semprotannya lebih lemah.

Perlahan-lahan tubuh Ika dan tubuhku pun mengendur kembali. Aku kemudian menciumi leher mulus Ika dengan lembutnya, sementara tangan Ika mengusap-usap punggungku dan mengelus-elus rambut kepalaku. Aku merasa puas sekali berhasil bermain seks dengan Ika. Pertama kali aku bermain seks, bidadari lawan mainku adalah perempuan Sunda yang bertubuh kenyal, berkulit kuning langsat mulus, berpayudara besar dan padat, berpinggang ramping, dan berpinggul besar serta aduhai. Tidak rugi air maniku diperas habis-habisan pada pengalaman pertama ini oleh orang semolek Ika.

"Mas Bob… terima kasih mas Bob. Puas sekali saya. indah sekali… sungguh… enak sekali," kata Ika lirih.

Aku tidak memberi kata tanggapan. Sebagai jawaban, bibirnya yang indah itu kukecup mesra. Dalam keadaan tetap telanjang, kami berdekapan erat di atas tempat tidur pacarku. Dia meletakkan kepalanya di atas dadaku yang bidang, sedang tangannya melingkar ke badanku. Baru ketika jam dinding menunjukkan pukul 22:00, aku dan Ika berpakaian kembali. Ika sudah tahu kebiasaanku dalam mengapeli Dina, bahwa pukul 22:00 aku pulang ke tempat kost-ku sendiri.

Sebelum keluar kamar, aku mendekap erat tubuh Ika dan melumat-lumat bibirnya beberapa saat.

"Mas Bob… kapan-kapan kita mengulangi lagi ya mas Bob… Jangan khawatir, kita tanpa Ikatan. Ika akan selalu merahasiakan hal ini kepada siapapun, termasuk ke Kak Dai dan Mbak Dina. Ika puas sekali bercumbu dengan mas Bob," begitu kata Ika.

Aku pun mengangguk tanda setuju. Siapa sih yang tidak mau diberi kenikmatan secara gratis dan tanpa ikatan? Akhirnya dia keluar dari kamar dan kembali masuk ke rumahnya lewat pintu samping. Lima menit kemudian aku baru pulang ke tempat kost-ku.       Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

cerita sex - Perjakaku buat rita..
May 7th 2013, 08:39


Malam minggu itu jam 21:15.. aku ketinggalan kereta di stasiun bogor, tapi aku hrs ke jakarta, ada urusan kerjaan yang harus diselesaikan malam itu juga buat senin pagi. Aku tidak bisa nginep di rumah orang tuaku malam itu. Akhirnya aku ke terminal bis dan akan naik bis ke uki baru nanti nyambung lagi taxi ke rawamangun, kostku di sana.. Dengan naik angkot sekali aku dah sampai di terminal, aku lihat bis ke uki masih ngetem.. aku naik, masih kosong.. cuma ada 2 org bapak2 di bangku depan. Aku memilih bangku deretan ketiga dari depan yang sebelah kiri bis.

lama juga menunggu tapi penumpang yang naik baru 6-7 org.. itupun duduk di bagian tengah.. penjual makanan sudah beberapa kali naik-turun, tak lama.. seorang ibu2 muda naik dan dia duduk dideretan kedua bangku sebelah kanan, pas naik sepertinya dia sempat merilirik aku lalu duduk, tukang gorengan naik lagi, dipanggilnya.. dan sambil memilih dan mengambil gorengan dia sempat melirik lagi ke aku.. hmh.. lumayan.. ga tua2 amat.. cantik dan bersih lagi.. aku senyum ! dia nawarin gorengan ke aku.. aku ngangguk pelan, malu juga tar kl ketauan penumpang lain kalau kami saling memberi kode.

Bis masih ngetem.. sesekali dia melihat ke aku, dari matanya.. sepertinya dia minta aku duduk di sampingnya.. aku cuma bisa senyumin dia, aku ga enak, malu.. aku belum pernah kenalan sama cewek di bis.. memang aku sudah 27 tahun (3 tahun yang lalu), sudah bekerja tapi untuk urusan sex aku masih hijau, aku memang sering petting dan oralsex sama mantan pacarku dulu, tapi sejak putus dengan Dian 4 bulan yang lalu aku ga pernah kencan dengan siapapun, tapi kami ga pernah lebih jauh dari itu, dan sekarang aku jomblo.
satu-satu penumpang mulai mengisi bangku kosong, dan disebelah mba itu juga dah diisi 2 org laki-laki. sesekali.. sambil pura2 melihat keluar jendela bis, mba itu meneruskan pandangannya ke aku dan matakupun tidak lepas melihat dia.. hmh.. pengen ada disebelahnya.. mana hujan mulai turun saat bis mulai berjalan dingin.. !
Dalam perjalanan dia masih sering curi2 pandang.. pikiranku mulai menerawang membayangkan sebuah cerita romantis dengannya, membuat si "dd" mulai bangun, ahh.. tak terasa bis sudah sampai pintu tol TMII, pasti sebentar lagi akan sampai di UKI.

"uki abiss... uki abiss.." teriak kenek bis. Penumpang siap2 berdiri untuk turun, mba itu juga.. sambil melirik ke arahku dan aku senyumin dia, di bawah jempatan penyeberangan uki dia berdiri, aku coba deketi. "maaf mba.. mau kemana ? naik apa ?"
"pasar minggu, metromini 64 masih ada gak yaa ?" jawabnya.. melihat seperti berharap akupun akan searah.
"waduh.. jam 10:22 lho mba.. ga tau juga yah..'"
"kalo adek mau kemana ?"
"aku mau naik taxi ke rawamangun mba.."
"tapi kalo S64 gak ada.. boleh aku anter mba ke pasar minggu ? jakarta lagi ga aman soalnya mba.. " tambahku..
"hmh... boleh.. tapi apa ga ngerepotin adek ?" katanya sambil melihat jam tangannya
"ah gapapa mba.. lagian dah malam bgt ni.. kasian kalo mba nunggu lama disini.
"ayuk mba.." kataku sambil nyetop taxi
Kami naik..
"pasar minggu ya pak.." kataku pada sopir
beberapa ratus meter kami masih saling diam.. lalu aku menoleh ke arahnya.. dia senyum..
Ini memang pengalaman pertamaku kenal cewe di bis.. tapi nggak tau kenapa, naluri telah menuntunku untuk bisa lebih dekat dengan mba ini.
"maaf mba.. namaku rama.. aku manggil mba.. ? kataku berbisik.. sambil mendekat ke arahnya, takut ketauan sama sopir kalau kami belum saling kenal
"Rita.." bisiknya lebih dekat ke kupingku
kamipun bersalaman.. tapi sepertinya aku males melepaskan jabatan tanganku, dan dia juga kelihatannya enggan.. jadilah kami pegangan tangan.. Aku duduk lebih mendekat aku genggam tangannya dan kami saling pandang dan senyum, tangan kami saling meremas..
"mba kok sendiri ? dari mana ?"bisikku ke kupingnya, tercium bau parfumnya yg enak banget..
"dari rumah adekku di ciomas, gak taunya kemalaman pulangnya.. kalo kamu dari mana ?" jawabnya, juga berbisik.. hmh.. nafasnya enak..
"dari rumah tadi mba.. tapi ada kerjaan yang harus saya selesaikan malam ini di kost saya.. makanya balik ke jakarta " balasku berbisik lebih dekat di kupingnya..
dia menggenggam erat tanganku.. memainkan jarinya du telapak tanganku. pikiran yang engga-engga mulai merasuki.. si "dd" tambah bangun, aku lebih mendekat, aku cium kupingnya.. bahunya diangkat, geli deh pasti.. lalu dia menatap mataku..
"kamu kok jadi nakal..?'" katanya dengan pandangan genit..
"abis.. mba yang bikin aku jadi nakal.. mba cantik.. lagian tadi sapa yg suruh liat2 ke aku di bis.." jawabku, sekarang tanganku sudah pindah ke bahu kirinya.
"kamu sih.. sapa suruh ganteng.. pasti pacar kamu cantik yah..?" balesnya berbisik di kupingku.. kali ini dia cium pipiku.. waw.. !!
"aku lagi nggak punya pacar mba" jawabku
Aku tau.. aku lumayan untuk ukuran cowo.. putih, 170/62, dan wajahku lumayan menurutku, tapi Dian mantan pacarku juga pernah bilang kalo aku ganteng.. ah.. ga tau deh..
Wah.. kami sudah hampir sampai di ps minggu.
"mba mau langsung pulang ?" tanyaku.. berharap dia akan bilang tidak
"hmh.. emang kalo engga kita kemana lagi rhin..?" dia menatap mataku
"kalo mba mau.. gimana kalo kita nonton aja ?" kami masih berbisik
"boleh tapi dimana ?"
"kalibata aja yuk !"
dia senyum mengangguk.
"maaf pak.. kita kembali ke kalibata mall saja.. maaf ya pak.." kataku pada sopir taxi. Aku sudah lupa kalau aku harus menyelesaikan pekerjaan malam itu. Taksi berbalik arah ke kalibata mall.

sampai di kalibata21 kami lihat sudah mulai antrian tiket midnite, aku ikut antri.. mba rita aku minta duduk aja nunggu aku. Sampai di depan penjual tiket, aku pilih film.. aku lihat di bangku paling belakang masih ada tempat di pojok yang belum terisi.
"A 1-2 aja mba" pilihku ke mba penjual tiket.. dia melirik, seakan tau niatku, huh.. !
sambil menunggu pintu theater 3 dibuka aku ngobrol sama mba rita.
"maaf mba.. hmh.. mba sudah berkeluarga ?"
"sudah.. tapi suamiku kebetulan lagi keluar kota sejak 3hr yl, mungkin sampai minggu depan, ada urusan kantor katanya"
"oww.. " aku cuma bengong melihat ke arah mba rita..
Diraihnya tanganku.. aku genggam.. kami saling pandang..
"jangan panggil aku mba lagi yah ram.. panggil namaku aja.. makasih kamu dah ngajak aku nonton malam ini, soalnya kalopun aku pulang, sepi, males, aku blm punya anak soalnya, lagian ga ada siapa2 di rmh, kami tinggal berdua saja, kadang sesekali ada adikku cowok yg nemenin, tapi kl malam minggu ini, dia pasti ngapel, dan ntar pulang ke rmuah ortu.. gak tau kenapa.. padahal kami dah nikah 8 th" katanya lirih..
Aku remas jemarinya..
Aku membetulkan letak si "dd", soalnya mulai bangun dan menggeliat, menggelinjang dan keluar jalurnya emang si "dd" nggak panjang2 amat, cuma 15cm/4, tapi setelah selama ini ternyta banyak memberi kepuasan pada wanita. Rita melihat itu.
"hayoo.. kok ada yang bangun.." katanya sambil mencubit lenganku
"iya sayang.. ga tau nih.. tau aja dia kalo aku sama cewe sexy (ups..aku manggil dia sayang ?) eehmm.. aku juga makasih dah bisa kenal sama mba.. eh rita.. kamu cantik rita.." hmh.. mulai gombalku..

Akhirnya pintu theater 3 dibuka.. setelah beli popcorn dan minuman kamipun masuk. SAmapi film main.. deretan kami cuma diisi 6 orang.. yang 2 pasang itupun di lajur kiri, jadi di kanan cuma kami berdua.. sambil ngobrol kami makan popcorn, dan minuman kaleng aku buka. Aku mulai berpikir.. malam ini akhirnya aku kencan juga dengan rita yang cantik.. putih.. dan berkulit bersih.. kami pegangan tangan.. aku peluk dia.. aku cium rambutnya, dan film pun mulai main..

Tapi kami malah asyik saling cium pipi, saling peluk, saling remas jemari, akhirnya.. aku cium bibir merahnya.. kamipun jadi makin liar.. dia isep lidahku dalam.. hmh.. tanganku mulai ke arah dadanya.. aku lepas kancing bluesnya, aku remas teteknya, mm.. gede.. kalo ga salah pasti 36c, masih kenceng bho.. ! Rita mengerang lirih, tangannya mulai mencari pegangan, kontolku.. ! diusap2nya dari luar jeansku.. akhirnya dia lepas zippernya.. dia lepas sabukku.. tangannya masuk mencari kontolku yang dah dari tadi tegak dan keras.. emang si kontolku nggak panjang2 amat, cuma 15cm/4cm, tapi setelah selama ini ternyata kuat dan banyak memberi kepuasan pada wanita, ahhh... lembutnya belaian rita.. membuat makin keras.. tak mau kalah.. aku pelorotin bra-nya rita aku jilat tetek besar itu.. aku gigit2 putingnya, aku isep dan aku sedot, tangan kananku meremas tetek kanannya dari belakang, dan tangan kiriku masuk ke dalam celana rita.. dia mengempiskan perutnya, seakan memberi jalan buat tanganku lebih masuk lagi, memang.. tanganku mulai masuk ke cd rita, dan lebih dalam, hmh.. terasa tak ada jembut, dicukur habis, jariku mulai mencari memeknya yang sudah lembab, ohh.. anget.. aku elus.. aku mainin klitorisnya.. dia melenguh sambil meremas dan mengocok kontolku lebih cepat..

"sayang.. Ahhh... aku mau dimasukin... tapi aku belum pernah" bisikku..
"Aku juga mau yang.. tapi gmn caranya.." jawabnya dengan pandangan sendu..
Aku melihat sekeliling.. pada asyik nonton semua.. lagian yg di deretan kiriku juga kelihatan pada asyik.. aku menatap mata rita.. dia kelihatannya mengerti.
"Rama sayang.. pliss.. rita minta perjakamu sayang, rita akan lakukan apapun untukmu honey.." rita memohon di kupingku, sambil dijilatinya kuping dan leherku.
Ahh aku tak kuasa untuk menolak tapi juga ragu untuk memulai, aku sangat menginginkannya, tidak ada salahnya, toh rita cantik dan sexy..
Akhirnya aku pelorotin jeansku lalu cdku.. dia senyum.. aku tarik rita ke pangkuanku.. celana dan cdnya aku pelorotin juga.. Diraihnya kontolku yang dah berdiri keras.. ditempel ke memeknya.. dia gesek2.. ahhhhh.. rita sayang.. aku cumbu lehernya.. aku peluk dari belakang.. 2 teteknya aku remas dan aku mainin putingnya.. aku meremas dan mengelus.. dia mualai memasukkan kontolku ke memeknya yang sudah basah..
"aaarrgghhhh...rita sayang.. ennnak..." bisikku..
aku naik turunkan pantatku.. rita juga mulai memberi gerakan yang berlawanan.. ooghhh.. memek rita.. suami orang.. tapi masih saja sempit.. jepitannya membuat aku melayang.. dalam bioskop ini.. kamu saling menggenjot, tidak terlalu bersemangat, karena kami takut ada yang lihat.. gerakan kami saling mengimbangi, desahan kami saling bersahutan,, tapi lirih..dan pelan.. kupingnya aku jilat dan gigit kecil.. membuat rita semakin merintih halus.. mendesah nikmat.. saat dia menggerakkan pantatnya memutar.. kontolku berasa diremas dan dipijet.. aku sodok ke atas.. aku ikutin puteran pantat rita aku cubit2 kecil putingnya.. tangan kiriku mengelus perlahan ke perut rita.. dan terus mencari klitorisnya.. aku tekan-tekan.. aku beri cubitan kecil.. posisi kami memang memungkinkan untuk itu.. rita dipangkuanku.. menghadap kedepan.

"aahh.. rama honey.. memek rita diapain.. kok enak banget sayang.." desahnya
Semakin liar tapi hening.. semakin bersemangat memberi jepitan dan sodokan.. hanya desahan2 kecil yang ada.. Gila.. sensasi ngentot di bioskop enak banget, takut ketahuan dan kelihatan orang menambah kenikmatan kami.. Apalagi ini penglaman pertamaku. Rita makin cepat menaik turunkan pantatnya, sesekali memutar.. aku juga semakin cepat menusuk memek rita, ahh.. keringat rita di leher aku jilat.. memang dingin di sini, tapi kami berdua basah oleh keringat birahi.
"rama.. rita mau keluar sayang.. cepat.. kita bareng.."
"iya rita.. aku juga.. ahhhh lebih cepat.. jepit yang kuat sayang"
goyangan pantatku ke memek rita makin cepat, rita juga.. sesekali terdengar bunyi derik tempat duduk kami.. sudah kepalang basah.. kami tak menghiraukan lagi akan takut ketahuan... aku genjot.. rita menjepit.. tangan kananku meremas buah dada besar itu.. tangan rita meremas rambutku.. semakin liar.. semakin cepat..
"aahhh..... ooghhhh.... rrhhhiiiii.... nnoooooo... rriii..taaa.. kellll...rgghh.." desah suara rita tertahan..
"aarrggggggghhhhhhh........ ouuugghhhhhhh.... ritaaaaaaaaaaaa.. "bales rintihku..
Aku keluar... spermaku muncrat tanpa sempat bertanya keluarin di dalam apa diluar.. croooott..... crroootttt.. ahhh menyemprot ruang2 vagina rita.. dan terasa memeknya membuat kedutan dan jepitan di kontolku... Kami lemas... dan kamipun kembali berciuman.. setelah membersihkan sisa cairan di masing-masing kelamin kami, lalu kami membereskan pakaian. Tak lama filmpun selesai, dan kami tidak tau sama sekali jalan ceritanya.. anda yang tau cerita kami..!

bubarnya film, kamipun keluar.. dan kami sepakat untuk menghabiskan malam itu berdua.. kami naik taxi ke sebuah hotel di daerah pramuka.
Maaf pembaca.. cerita antara saya dan rita di hotel akan saya kirimkan dalam lanjutan kisah kami, dan saya mohon maaf kalau cerita ini kurang membuat anda "bergidik" mohon koreksi dan tanggapannya lewat email saya. Sekarang saya sesekali masih mencari sex partner walaupun saya sudah menikah dan punya seorang anak yg lucu dan cantik tapi pengalaman sex yang tanpa rencana terasa lebih nikmat. Untuk Rita.. terima kasih atas pengalaman indah yang kamu ajarkan padaku. Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Aku, Rere dan Adiknya
May 7th 2013, 05:17

Ini post pertama ane, mudah-mudahan agan pada suka..


Waktu itu sudah malam, sekitar pukul 9. Saya dan Mirna baru saja menyelesaikan babak ketiga pertandingan antar jenis kelamin kami yang sudah sekian kali kami lakukan. Kami ada di rumah Mirna, suami Mirna, Andre, sedang tidak berada di rumah, dia pergi tugas luar kota lagi. Sementara istri saya ada di rumah, saya punya banyak alasan kalau dia bertanya macam-macam.


"Mas Vito, aku kok kayaknya nggak pernah bosen ya 'ngewe' sama kamu..." kata Mirna.


"Lha, memangnya kalo sama Andre, bosen..? Kan dia suamimu," jawab saya agak gr.


"Bukannya gitu. Kalo sama Mas Andre gayanya itu-itu saja, dan lagi kontolnya Mas Andre kan nggak sebesar punya Mas Vito," jawab Mirna jujur sambil mengurut batang kemaluan saya yang kembali mengeras.


"Ndak boleh gitu lho Mir. Andre itu kan suamimu, dia baik lagi. Tapi, masa bodo lah, yang penting memek istrinya enak banget. Ya sudah 'ngentot' lagi yuk, mana toketmu, sini, aku mau 'nenen'..!"


Ketika kami mau mulai babak keempat, Vina, anak Mirna yang jadi sering melihat maminya di 'acak-acak', masuk ke kamar.


"Mi, masih main kuda-kudaan ya..? " tanyanya polos.


"Iya, baru mau main lagi, kenapa Vin..? kata Mirna.


"Vina mau bobo, tapi Vina takut, temenin Vina ya Mi, Om Vito main kuda-kudaanya di kamar Vina aja ya..!" pintanya penuh harap.


Ya sudah, akhirnya saya dan Mirna pindah arena ke kamarnya Vina. Sambil masih bertelanjang bulat, kami berusaha menina-bobokan Vina yang katanya tidak kangen sama papinya, dia malah menganggap saya papi kandungnya.


Baru sekitar 10 menit si Vina tertidur dan 3 menit si Mirna menghisap batang kemaluan saya, telephone di kamar Mirna berdering.


"Mas, aku ngangkat telephone dulu ya, kali aja dari Mas Andre." kata Mirna.


"Ya, jangan lama-lama.." jawab saya.


Setelah hampir 5 menit, Mirna balik lagi ke kamar dengan wajah bingung.


"Mas, adikku mau kesini. Dia sudah ada di depan komplek. Gimana nih..?" kata Mirna.


"Siapa..? Si Rere..? Dia bareng suaminya nggak..?" tanya saya berusaha tidak panik.


"Nggak sih, kan dia lagi pisah ranjang sama Gery. Sudah 4 bulan ini." jawab Mirna.


"Ya sudah, kalo dia kesini, ndak apa-apa. Bilang aja aku lagi nemenin kalian. Apa susahnya sih?"


Tidak lama kemudian Rere datang. Dia adalah wanita cantik berusia sekitar 25 tahun, dengan ukuran dada sekitar 34B (hampir sama dengan kakaknya), kulit putih bersih dan hidung yang bangir. Malam itu dia mengenakan 'Tank Top' warna biru ditutup dengan Cardigan hitam dan celana Capri (ketat, sedengkul) warna putih.


"Malam Mbak, Eh.., ada siapa nih..?" kata Rere.


"Ini Mas Vito, tetanggaku. Dia datang kesini mau nemuin Mas Andre, tapi nggak ketemu." Mirna menjawab.


"O iya, kenalin Mas, ini adikku, Rere. Re, ini namanya Mas Vito."


"Rere," katanya sambil bersalaman dengan saya.


"Vito," jawab saya.


"Kamu kenapa kesini..?" kata Mirna, "Tumben-tumbenan, mana malem-malem lagi. Kamu nggak takut apa? Daerah sini rawan pemerkosaan lho..!"


Si Rere menjawab sambil melepas Cardigan-nya dan memamerkan keindahan buah dadanya, yang dapat membuat laki-laki sesak nafas itu, katanya, "Ngapain takut, kalo diperkosa malah seneng. Aku sudah hampir 5 bulan lho Mbak, nggak 'gituan'..!"


"Kamu ini kalo ngomong sembarangan," kata Mirna sambil melirikku, "Kasian Mas Vito tuh, lagi tanggung, nanti dia ngocok disini lagi."


"Tanggung..? Emangnya kalian lagi ngapain..? Wah, macem-macem nih kayaknya..!" tanya Rere penasaran.


Si Mirna menjawab, "Kenapa emangnya..? Mau ikut nimbrung..? Suntikannya Mas Vito besar lho..!"


Saya dari tadi hanya diam dan tersenyum mendengar 'adik' saya dibicarakan dua wanita cantik.


Lalu saya angkat bicara, "Kamu ini ngomong apa sih Mir..? Emangnya kamu sudah pernah liat burungku apa..?" kata saya menggoda.


"Iya nih, Mbak Mirna. Emang udah pernah liat..?" kata Rere.


"Wah, jangan macam-macam deh Mas, mendingan kita lanjutin pertandingan tadi. Kamu mau ikutan nggak Re..?" ajak Mirna sambil kembali melepas dasternya dan melucuti celana pendek saya.


Melihat hal ini, Rere memekik pelan, "Wah, itu kontol..? Gede banget, boleh nyobain ya Mas..?"


"Ya sudah, kamu hisap-hisap ya Re..!" kata saya, "Nah, Mir kesinikan memekmu biar kujilatin..!"


Lalu kami bertiga bermain dengan riang gembira. Saya duduk di sofa, sementara Rere jongkok dan sibuk dengan batang kemaluan saya. Mirna berdiri menghadap saya sambil mengarahkan kepala saya ke liang vaginanya dan menjilatinya sampai kelojotan. Saya tidak sadar waktu Mirna agak bergeser, ternyata Rere sudah tidak mengenakan apa-apa lagi, polos, telanjang bulat dan berusaha menjepit penis saya dengan kedua buah dadanya yang ternyata memang besar dan membuat gerakan naik turun.


"Ya, terus Re, enak banget..!" kata saya, sementara Mirna sudah duduk di sebelah kiri saya sambil mengulum bibir saya.


"Mas Vito, aku mau masukin ke memek ya..!" pinta Rere penuh harap.


Ketika melihat dan mengamati kemaluan Rere, saya agak kaget. Selain botak, vagina Rere juga masih terlihat sempit. Dalam hati saya berpikir, ini kakak beradik punya kemaluan kok ya sama. Lalu Rere membelakangi saya dan memasukkan batang kemaluan saya ke dalam vaginanya yang sempit itu dengan perlahan-lahan. Mirna yang juga sedikit terengah-engah memasukkan jari saya ke dalam liang kemaluannya yang mulai basah.


Rere benar-benar memperlakukan batang kemaluan saya dengan baik. Gerakan maju mundurnya sangat hebat dan terkadang dikombinasi dengan gerakan berputar. Menyikapi hal ini, saya lalu mengangkat badan Rere dan saya balikkan, hingga kami beradu pandang, dengan posisi penis saya tetap di dalam vaginanya yang keset-keset basah. Rere ternyata sangat ahli dengan posisi duduk, dia terus naik turun berusaha mengimbangi hujaman-hujaman penis saya yang makin lama makin dalam menembus pertahanan liang vaginanya.


Setelah hampir 10 menit, Rere berkata, "Mas aku keluar..!"


Tapi herannya dia masih saja menggoyang pantatnya. Sementara itu, Mirna ada di belakang Rere sambil memeluk dan meremas buah dada Rere.


3 menit kemudian, giliran saya yang bilang, "Re, aku mau keluar nih, di dalam apa di luar..?"


"Di luar saja Mas, aku mau minum pejunya," jawab Rere semangat.


"Re, cepat lepas..!" kata saya sambil mengocok batang kemaluan saya dengan cepat dan mengarahkannya ke mulut Rere yang sekarang sudah jongkok di bawah saya.


Ternyata benar, mulut Rere tidak hanya menampung sperma saya yang banyak, tapi juga benar-benar berkumur dan menelannya.


Melihat hal itu, Mirna yang vaginanya tidak aktif, langsung mendekati batang kemaluan saya dan mengulumnya lagi.


Saya yang sudah banjir keringat langsung berkata kepada Mirna, "Mir, yang bersih ya, saya istirahat dulu sebentar."


Sambil Mirna terus disibukkan dengan pekerjaannya, saya menyuruh Rere mendekat dan langsung mengulum bibirnya yang tipis dan beraroma sperma.


Tidak lama kemudian, batang kemaluan saya mulai menegang lagi. Mengetahui perbuatannya berhasil, Mirna dengan tindakan super cepat menarik saya ke lantai dan menyuruh saya telentang. Mirna dengan cepat juga langsung menduduki penis saya dan menjepitnya dengan kemaluannya. Dengan posisi seperti itu, tangan saya diberi kesempatan untuk meremas payudara Mirna dan memainkan putingnya yang agak kecoklatan.


Setelah hampir 10 menit mengerjai batang kemaluan saya, gerakan Mirna mulai agak mengendur. Saya tahu, dia sudah orgasme. Melihat hal ini, saya membalikkan badan Mirna, dan sekarang dia yang telentang. Kedua kaki Mirna yang putih itu saya buka lebar-lebar sambil menusuk vaginanya dengan gerakan yang amat cepat dan teratur. Erangan dan desahan Mirna sudah tidak saya dengarkan sama sekali.


Sekitar 3 menit kemudian, saya sudah tidak dapat menahankannya lagi. Dengan posisi penis masih di dalam vagina Mirna, saya menyemprotkan cairan sperma saya untuk yang kedua kalinya malam ini. Liang senggama Mirna yang saya perhatikan beberapa hari ini sudah agak melebar, tidak kuat menampung cairan sperma saya yang kental dan banyak. Melihat hal itu, Rere langsung menjilati vagina kakaknya berusaha mendapatkan air mani lagi sambil tangannya mengocok penis saya.


Vina yang sudah tidur rupanya terbangun karena berisik.


"Mami, aku nggak bisa tidur, itu ada siapa..?"


"Eh Vina, ini Tante Rere. Kok kamu nggak tidur..?" tanya Rere sambil menyuruh Vina mendekat.


"Nggak bisa tidur Tante. Mami kenapa..? Kok kakinya terbuka, Mami sakit lagi ya..?" tanya Vina polos.


"Mami nggak sakit. Justru Mami malah sehat, kan Mami habis Om suntik, nanti sebentar lagi juga bangun." jelas saya.


"Kok Tante Rere telanjang juga? Habis disuntik juga ya sama Om Vito?"


"Iya, soalnya Tante lagi sakit memeknya jadi disuntik." kata Rere sambil mengelus vaginanya sendiri.


"Memek apa sih Tan..?" tanya Vina.


Sambil membersihkan kemaluan Mirna, saya berkata ke Vina, "Ini yang namanya memek Vin. Ini gunanya buat masukin jarum suntiknya Om Vito."


"Vina juga punya Om." kata Vina sambil menyingkap rok tidurnya.


"Iya, tapi punya Vina belom boleh disuntik. Nanti kalo sudah besar, boleh deh..!" kata Rere sambil tersenyum.


Selama seminggu Rere menginap di rumah Mirna, kami bertiga hampir tiap malam mengadakan acara begituan bersama. Vina yang selalu melihat aksi kami selalu tertawa kalau saya menyemprotkan sperma ke mulut mami dan tantenya.


"Ha.., ha.., ha.., Mami sama Tante Rere dipipisi Om Vito." katanya lucu.


Pernah sekali waktu, ketika istri saya sedang pergi, Rere main ke rumah dan minta disenggamai di lubang pantat. Karena menarik, saya lakukan saja dan ternyata itu enak sekali, seperti menjebol kemaluan perawan.


Sekali waktu, pernah juga salah seorang teman kantor saya main ke rumah ketika dua kakak beradik itu kebetulan sedang ada di rumah saya. Karena tertarik dengan Mirna, teman saya itu mengajak Mirna main di atas meja makan saya. Saya dan Rere hanya diam dan tertawa melihat teman saya menghajar kemaluan Mirna sampai Mirna mengalami multi orgasme. Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Ping your blog, website, or RSS feed for Free

Tidak ada komentar:

Posting Komentar