|                               Cerita Sex - Ibu Dosen Selingkuhanku               May 10th 2013, 13:31                                                       Ini bermula pada waktu itu aku lagi kuliah di semester VI di  salah satu PTS di Bandung. Ceritanya saat itu aku lagi putus dengan  pacarku dan memang dia tidak tahu diri, sudah dicintai malah bertingkah,  akhirnya dari cerita cintaku cuma berumur 2 tahun saja. Waktu itu aku  tinggal berlima dengan teman satu kuliah juga, kita tinggal serumah atau  ngontrak satu rumah untuk berlima. Kebetulan di rumah itu hanya aku  yang laki-laki. Mulanya aku bilang sama kakak perempuanku, "Sudah, aku  pisah rumah saja atau kos di tempat", tapi kakakku ini saking sayangnya  padaku, ya saya tidak diperbolehkan pisah rumah. Kita pun tinggal  serumah dengan tiga teman wanita kakakku. Ada satu diantara mereka sudah jadi dosen tapi di Universitas lain, Ibu  Tania namanya. Kita semua memanggilnya Ibu maklum sudah umur 40 tahun  tapi belum juga menikah. Ibu Tania bertanya, "Eh, kamu akhir-akhir ini  kok sering ngelamun sih, ngelamunin apa yok? Jangan-jangan ngelamunin  yang itu.." "Itu apanya Bu?" tanyaku. Memang dalam kesehari-harianku, ibu Tania tahu karena aku sering juga  curhat sama dia karena dia sudah kuanggap lebih tua dan tahu banyak hal.  Aku mulai cerita, "Tahu nggak masalah yang kuhadapi? Sekarang aku baru putus sama pacarku", kataku. "Oh.. gitu ceritanya, pantesan aja dari minggu kemarin murung aja dan sering ngalamun sendiri", kata Ibu Tania. Begitu dekatnya aku sama Ibu Tania sampai suatu waktu aku mengalami  kejadian ini. Entah kenapa aku tidak sengaja sudah mulai ada perhatian  sama Ibu Tania. Waktu itu tepatnya siang-siang semuanya pada kuliah, aku  sedang sakit kepala jadinya aku bolos dari kuliah. Siang itu tepat jam  11:00 siang saat aku bangun, eh agak sedikit heran kok masih ada orang  di rumah, biasanya kalau siang-siang bolong begini sudah pada nggak ada  orang di rumah tapi kok hari ini kayaknya ada teman di rumah nih. Aku  pergi ke arah dapur. "Eh Ibu Tania, nggak ngajar Bu?" tanyaku. "Kamu kok nggak kuliah?" tanya dia. "Habis sakit Bu", kataku. "Sakit apa sakit?" goda Ibu Tania. "Ah.. Ibu Tania bisa aja", kataku. "Sudah makan belum?" tanyanya. "Belum Bu", kataku. "Sudah Ibu Masakin aja sekalian sama kamu ya", katanya. Dengan cekatan Ibu Tania memasak, kita pun langsung makan berdua sambil  ngobrol ngalor ngidul sampai-sampai kita membahas cerita yang agak  berbau seks. Kukira Ibu Tania nggak suka yang namanya cerita seks, eh  tau-taunya dia membalas dengan cerita yang lebih hot lagi. Kita pun  sudah semakin jauh ngomongnya. Tepat saat itu aku ngomongin tentang  perempuan yang sudah lama nggak merasakan hubungan dengan lain jenisnya. "Apa masih ada gitu keinginannya untuk itu?" tanyaku. "Enak aja, emangnya nafsu itu ngenal usia gitu", katanya. "Oh kalau gitu Ibu Tania masih punya keinginan dong untuk ngerasain bagaimana hubungan dengan lain jenis", kataku. "So pasti dong", katanya. "Terus dengan siapa Ibu untuk itu, Ibu kan belum kawin", dengan enaknya aku nyeletuk. "Aku bersedia kok", kataku lagi dengan sedikit agak cuek sambil kutatap  wajahnya. Ibu Tania agak merah pudar entah apa yang membawa keberanianku  semakin membludak dan entah kapan mulainya aku mulai memegang  tangannya. Dengan sedikit agak gugup Ibu Tania kebingungan sambil  menarik kembali tangannya, dengan sedikit usaha aku harus merayu terus  sampai dia benar-benar bersedia melakukannya. "Okey, sorry ya Bu, aku sudah terlalu lancang terhadap Ibu Tania", kataku. "Nggak, aku kok yang salah memulainya dengan meladenimu bicara soal itu", katanya. Dengan sedikit kegirangan, dalam hatiku dengan lembut kupegang lagi  tangannya sambil kudekatkan bibirku ke dahinya. Dengan lembut kukecup  keningnya. Ibu Tania terbawa dengan situasi yang kubuat, dia menutup  matanya dengan lembut. Juga kukecup sedikit di bawah kupingnya dengan  lembut sambil kubisikkan, "Aku sayang kamu, Ibu Tania", tapi dia tidak  menjawab sedikitpun. Dengan sedikit agak ragu juga kudekatkan bibirku mendekati bibirnya.  Cup.. dengan begitu lembutnya aku merasa kelembutan bibir itu. Aduh  lembutnya, dengan cekatan aku sudah menarik tubuhnya ke rangkulanku,  dengan sedikit agak bernafsu kukecup lagi bibirnya. Dengan sedikit  terbuka bibirnya menyambut dengan lembut. Kukecup bibir bawahnya, eh..  tanpa kuduga dia balas kecupanku. Kesempatan itu tidak kusia-siakan.  Kutelusuri rongga mulutnya dengan sedikit kukulum lidahnya. Kukecup,  "Aah.. cup.. cup.. cup.." dia juga mulai dengan nafsunya yang membara  membalas kecupanku, ada sekitar 10 menitan kami melakukannya, tapi kali  ini dia sudah dengan mata terbuka. Dengan sedikit ngos-ngosan kayak  habis kerja keras saja. "Aah.. jangan panggil Ibu, panggil Tania aja ya! Kubisikkan Ibu Tania, "Tania kita ke kamarku aja yuk!". Dengan sedikit agak kaget juga tapi tanpa perlawanan yang berarti  kutuntun dia ke kamarku. Kuajak dia duduk di tepi tempat tidurku. Aku  sudah tidak tahan lagi, ini saatnya yang kutunggu-tunggu. Dengan  perlahan kubuka kacing bajunya satu persatu, dengan lahapnya kupandangi  tubuhnya. Ala mak.. indahnya tubuh ini, kok nggak ada sih laki-laki yang  kepengin untuk mencicipinya. Dengan sedikit membungkuk kujilati dengan  telaten. Pertama-tama belahan gunung kembarnya. "Ah.. ssh.. terus Ian",  Ibu Tania tidak sabar lagi, BH-nya kubuka, terpampang sudah buah kembar  yang montok ukuran 34 B. Kukecup ganti-gantian, "Aah.. ssh.." dengan  sedikit agak ke bawah kutelusuri karena saat itu dia tepat menggunakan  celana pendek yang kainnya agak tipis dan celananya juga tipis, kuelus  dengan lembut, "Aah.. aku juga sudah mulai terangsang. Kusikapkan celana pendeknya sampai terlepas sekaligus dengan celana  dalamnya, hu.. cantiknya gundukan yang mengembang. Dengan lembut  kuelus-elus gundukan memek itu, "Aah.. uh.. ssh.. Ian kamu kok pintar  sih, aku juga sudah nggak tahan lagi", sebenarnya memang ini adalah  pemula bagi aku, eh rupanya Tania juga sudah kepengin membuka celanaku  dengan sekali tarik aja terlepas sudah celana pendek sekaligus celana  dalamku. "Oh.. besar amat kontolmu", katanya. Kira-kira 18 cm dengan  diameter 2 cm, dengan lembut dia mengelus zakarku, "Uuh.. uh.. shh.."  dengan cermat aku berubah posisi 69, kupandangi sejenak gundukannya  dengan pasti dan lembut. Aku mulai menciumi dari pusarnya terus turun ke  bawah, kulumat kewanitaannya dengan lembut, aku berusaha memasukkan  lidahku ke dalam lubang vaginanya, "Aah.. uh.. ssh.. terus Ian", Tania  mengerang. "Aku juga enak Tania", kataku. Dengan lembut di lumat habis  kepala kemaluanku, di jilati dengan lembut, "Assh.. oh.. ah.. Tania  terus sayang", dengan lahap juga kusapu semua dinding lubang  kemaluannya, "Aahk.. uh.. ssh.." sekitar 15 menit kami melakukan posisi  69, sudah kepengin mencoba yang namanya bersetubuh. Kurubah posisi,  kembali memanggut bibirnya. Sudah terasa kepala kemaluanku mencari sangkarnya. Dengan dibantu  tangannya, diarahkan ke lubang kewanitaannya. Sedikit demi sedikit  kudorong pinggulku, "Aakh.. sshh.. pelan-pelan ya Ian, aku masih  perawan", katanya. "Haa.." aku kaget, benar rupa-rupanya dia masih suci.  Dengan sekali dorong lagi sudah terasa licin. Blesst, "Aahk.." teriak  Tania, kudiamkan sebentar untuk menghilangkan rasa sakitnya, setelah 2  menitan lamanya kumulai menarik lagi batang kontolku dari dalam, terus  kumaju mundurkan. Mungkin karena baru pertama kali hanya dengan waktu 7  menit Tania.. "Aakh.. ushh.. ussh.. ahhkk.. aku mau keluar Ian",  katanya. "Tunggu, aku juga sudah mau keluar akh.." kataku. Tiba-tiba  menegang sudah lubang kemaluannya menjepit batang kemaluankudan terasa  kepala batang kemaluanku disiram sama air surganya, membuatku tidak kuat  lagi memuntahkan.. "Crot.. crot.. cret.." banyak juga air maniku muncrat di dalam lubang  kemaluannya. "Aakh.." aku lemas habis, aku tergeletak di sampingnya.  Dengan lembut dia cium bibirku, "Kamu menyesal Ian?" tanyanya. "Ah  nggak, kitakan sama-sama mau." Kami cepat-cepat berberes-beres supaya  tidak ada kecurigaan, dan sejak kejadian itu aku sering bermain cinta  dengan Ibu Vivien hal ini tentu saja kami lakukan jika di rumah sedang  sepi, atau di tempat penginapan apabila kami sudah sedang kebelet dan di  rumah sedang ramai. sejak kejadian itu pada diri kami berdua mulai  bersemi benih-benih cinta, dan kini Ibu Vivien menjadi pacar gelapku.  
 
 
   Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Nikmatnya Lubang-lubang Tetanggaku               May 10th 2013, 13:30                                               Perkenalkan, namaku Andi. Aku kuliah di sebuah PTN terkenal di kotaku.  Aku mempunyai tetangga perempuan yang masih bersekolah di SMU, namanya  Vina. Vina adalah gadis keturunan Chinese. Ia mempunyai wajah yang  manis, dan mata yang sipit terlihat indah dibalik kacamatnya. Kulitnya  putih bersih, dengan bulu-bulu halus menghias lengannya.
  Sebenarnya aku sudah lama tertarik sama dia, karena tubuhnya yang  menggairahkan sekali. Dia suka mengenakan kaos ketat dengan warna cerah.  ketika kami bertemu, aku suka curi pandang lengan atasnya yang putih  bersih dan ketiaknya yang gemuk dengan beberapa rambut tipis di  tengahnya. Vina bertubuh agak pendek, sekitar 158 cm dan menggairahkan.  Yang paling menonjol Vina tubuhnya yaitu payudaranya yang cukup montok  ukurannya sekitar 34B dan pantatnya yang padat berisi. Ketika kami  mengobrol dijalan aku sering memperhatikan orang-orang yang melewati  kami, mereka selalu melirik ke arah payudara Vina dan pantatnya yang  semontok pantat Nafa Urbach, berharap bisa meremas-remasnya.
  Setiap hari Vina pulang sekitar jam 5 sore, karena ia kut les setelah  pulang sekolah. Aku sedang dirumah, Vina main kerumahku setelah ia  pulang dari les. Dan setiap kali Vina mengobrol selalu kugoda dan kuajak  kekamarku. Namun sutau hari, karena aku dengan alasan ingin  memeperlihatkan sesuatu, Vina mau juga. Dan kebetulan rumahku sedang  tidak ada orang, karena mereka sedang keluar kota. Dikamarku,  kutunjukkan novel terbaru "Harry Potter & The Chamber's of Secret",  karangan J. K. Rowling. Vina selalu menanti-nanti terbitnya Novel  tersebut.
  Kira-kira waktu itu sekitar jam setengah delapan malam. Ketika aku  bermain game di computer, Vina sedang asyik membaca buku di lantai dan  membelakangiku. Ketika aku menengok kebelakang, terlihatlah pantatnya  yang terbalut celana panjang. Menantang kejantananku untuk disarangkan  ke dalam bongkahan pantatnya yang montok itu. Gadis itu tidak sadar  kalau pantatnya sedang ku perhatikan. Rupanya memang tidak sadar kalau  sedang kuperhatikan.
  Baru beberapa menit kemudian Vina membalikkan badannya, aku segera  mengalihkan pandanganku ke computer. Vina lalu melihat sebentar game  yang sedang kumainkan, lalu ia kembali membaca lagi di lantai tepat  disamping bawah kursiku. Ketika kulihat ia kembali, sungguh pemandangan  yang sangat membuat keringat dinginku keluar. Kulihat payudaranya yang  terbungkus bra di balik kaosnya yang rada longgar karena ukurannya yang  cukup besar. Terlihat jelas sekali dari atas, bagian atas kulit payuara  Vina yang putih sekali, lebih putih dari kulit lengan dan wajahnya yang  sudah sangat putih. Suasana memang sepi disekitar rumahku, namun bagi  penduduk sekitar cukup aman untuk dihuni.
  Ketika nafsuku sudah tak tertahankan lagi. Kurangkul tubuh Vina, dan kubekap mulutnya. "Eegghh, mmpphh.. mmphh", Vina berusaha berteriak. Kulumat bibirnya agar ia tidak bersuara. Sambil tanganku mengambil tali  pramuka di dekatku. Lalu kuikat kedua lengannya ke belakang. Beberapa  menit kemudian, rontaan Vina mulai melemah. "Ndi. apa yang kamu lakukan". Vina berteriak begitu mulutnya berhasil lepas dari mulutku.
  Dengan cepat, kulumat lagi mulut Vina. Kuhisap-hisap mulut dan lidahnya.  kujelajahi rongga mulutnya dengan lidahku. Air liur Vina yang kuhisap,  meluber keluar membasahi pipi dan sekitar bibirnya yang mungil merah  merekah. Kuteguk nikmat air liur cewek Chinese itu. Belum sempat ia  bersuara ketika kulepas bibirku di bibirnya, ku masukkan batang kontolku  ke dalam mulutnya. Sambil kujambak rambutnya dan kumaju-mundurkan  kepalanya.
  "Ouuhh, mm.", aku melenguh keenakan, di penisku. Aku merasakan penisku basah, dan dingin di dalam mulut Vina. lalu  kubopong gadis itu ke atas tempat tidurku. Setelah mengunci pintu. Aku  kembali ke tempat tidurku yang cukup besar. Kutelepon Irfan, temanku  untuk membantu menyetubuhi si Vina. Tak lama kemudian, temanku Irfan.  Mereka senang sekali kuajak.
  Setelah kuikat kedua lengan vina ke masing-masing sudut ranjang,  sedangkan kedua kakinya dipegangi kedua Irfan. Kulepaskan satu persatu  pakaian Vina, hingga akhirnya Vina hanya memakai Celana Dalam putih dan  BH kremnya. Payudaranya menyembul di bagian atas BH-nya. Kulit payudara  Vina putih sekali, kontras dengan warna BH-nya. Melihat keadaan tubuh  gadis itu, nafsuku menjadi naik. Kontolku menegang, tapi aku masih bisa  menahan diri. Tapi tanganku mulai meraba-raba seluruh bagian tubuh gadis  itu. Pahanya yang putih mulus sekali, terasa lembut sat ku elus-elus,  dan empuk saat kuremas-remas sambil kujilati hingga pahanya basah oleh  air liurku.
  Setelah melakukan semua itu, Aku melepaskan semua pakaianku hingga  telanjang bulat dengan kondisi kontolku yang udah tegang. Tanpa membuang  waktu kudekati Vina yang masih memohon agar dilepaskan. Vina berusaha  memberontak Tapi dengan cepat kedekap tubuh gadis itu, dekapanku cukup  kuat, Vina hanya bisa terisak-isak menangis. Gadis itu seakan tak  berdaya ketika Aku mulai meremas-remas payudaranya yang lumayan besar  dan kenyal itu dengan masih dibungkus BH-nya. Sambil menikmati musik  house, Lama kelamaan aku menjadi tambah bernafsu, dengan kasar kutarik  BH gadis itu dan kulemparkan. Di depan mataku terpampang payudara gadis  itu yang putih dengan puting mungil merah muda yang indah sekali Aku  meremas-remas payudara gadis Chinese itu dengan sekuat tenaga.
  "Aakkhh, saakkii..iitt. Ndi, sakkii. it, ampuu..unn. Ndii", Vina meraung-raung kesakitan. Dadanya menempel erat kedadaku dan akupun merasa ada daging kenyal yang  hangat. Aku terus melumat bibirnya, sementara tangan kananku dengan  leluasa mengelus-ngelus pahanya yang mulus dan pantatnya yang kenyal.  Tangan kiriku meremas-remas payudara kirinya. Kudengar lenguhan-lenguhan  kenikmatan dari Vina. Aku lepaskan mulutku dan kuciumi lehernya hingga  ke payudaranya, kusedot susunya yang kiri sementara tangan kananku  meremas-remas yang kanan. Kutindihi tubuhnya sambil menyedot-nyedot  susunya secara bergantian. Saya jilati kedua payudaranya sambil saya  gigit dengan keras putingnya yang merah itu. "Uufh, sakii..iit, oufhh, ohh, oohh saki..iit, ohh". Vina merintih sambil menangis sesenggukan. Sementara itu aku terusin  permainan lidah aku ke arah perutnya yang rata itu, aku berhenti di  bagian pusar dan konsentrasi di bagian itu sambil ngeremes bokongnya  yang padat, kedua tanganku selipin ke bokongnya dan pelan-pelan aku  lucuti celana dalamnya ke bawah.
  Tampaklah sebuah pemandangan yang luar biasa indahnya. CD nya dan  kurasakan rambut hitam yang masih jarang mengelilingi vaginanya. kuraih  klitorisnya dan ku gosok-gosok dengan jari tengahku. "Oohh, jangaann, sudaahh oufhh, jaa, ngaa, an, oohh". Dia merintih merasakan nikmat yang dalam karena klitorisnya kugosok  sementara lidahku tetap bermain menyedot-nyedot payudaranya yang besar  bulat kencang itu, seakan-akan menantang ke arahku. Kupegangi bagian  bawah payudara Vina, mulutku menciumi dan mengisap-isap kedua puting  susu Vina secara bergantian. Buah dada Vina yang sebelah kanan menjadi  sasaran mulutku. Buah dada Vina yang gemuk itu hampir masuk semuanya ke  dalam mulutku dan mulai kusedot-sedot dengan lahap.
  "Aakkhh, ouughh, sakkii..iitt,". tiba-tiba Vina berteriak keras sekali  karena sebagian besar payudaranya yang masuk kedalam mulutku, aku  kunyah-kunyah susu kanannya seperti mengunyah daging. Aku merasakan ada kulit payudara Vina yang sobek, sehingga darah susunya  keluar. Dan kutelan sebagian darah susu Vina yang keluar. Lidahku  kumainkan pada puting susu Vina yang bereaksi menjadi keras sekali.  Terasa sesak napas Vina menerima perlakuanku pada kedua buah dadanya.  Badan Vina terasa makin lemas dan dari mulutnya terus mengeluarkan  erangan,
  "Ssshh, sshh, aahh, aahh, sshh, sshh, jangaann, suudaahh.. aku mohoonn". Vina terus mengerang. mulutku terus berpindah-pindah dari buah dada yang  kiri, ke yang kanan, mengisap-isap dan menjilat-jilat kedua puting buah  dada Vina secara bergantian selama kurang lebih lima belas menit. Tubuh  Vina benar-benar telah lemas menerima perlakuanku ini. Matanya terpejam  pasrah dan kedua buah dada dan putingnya telah benar-benar mengeras.  Aku mulai maraba bulu-bulu halus yang tumbuh lebat di vagina Vina. Ia  mulai merintih lagi menahan rangsangan pada vaginanya.
  Irfan tidak tahan dengan pemandangan indah itu. Ia lalu memegang kepala  Vina, kemudian melumat bibirnya yang tipis dengan bulu-bulu halus di  antara bibir dan hidungnya. Mulut irfan mulai menjilati leher Vina, lalu  turun ke dadanya. Terasa oleh Vina mulut Irfan menghisapi puting  susunya pertama yang kiri lalu sekarang pindah ke kanan. Kemudian Vina  menjerit ketika Irfan mengigit puting susunya sambil menariknya dengan  giginya. "Diem, Jangan berisik", Irfan menampar pipi kiri Vina dengan keras, hingga berkunang-kunang. Vina hanya bisa menangis sesenggukan. "Gue bilang diem. dasar", sembari berkata itu si Gondrong menampar buah  dada Vina, sampai sebuah cap tangan berwarna merah terbentuk di payudara  kiri Vina.
  Lalu Irfan melepas celana jeansnya dan kemudian Cdnya. Irfan menduduki  kedua susu Vina. Lalu ia mencoba membuka mulut Vina, dan mengarahkan  kontolnya dan menggesek-gesekkan kepala penisnya di bibir Vina. Lalu ia  menampar-nampar kedua pipi Vina sampai memerah. Tanpa mendapat  perlawanan yang berarti dari Vina, kepala penis Irfan telah terjepit di  antara kedua bibir mungil Vina, Akhirnya Mulut Vina terbuka, dengan  memaksa, Irfan menarik kepalaVina akhirnya penisnya masuk juga kedalam  mulut Vina. Benda itu hanya masuk bagian kepala dan sedikit batangnya  saja ke dalam mulut Vina yang kecil, itupun sudah terasa penuh benar.
  Vina hampir sesak nafas dibuatnya. Vina dipaksa menjilat dan menyedoti  penis Irfan, jika menolak Irfan akan terus menampar pipi Vina. Karena  tidak tahan Vina mulai menjilati penis Irfan. Dia langsung mendesah pelan"Aakkhh, aakkhh.", sambil ikut membantu Vina memaju-mundurkan penis saya di dalam mulutnya. "Aakk, akk, nikmat sayyaangg". Kelihatan Vina bekerja keras, menghisap, mengulum serta mempermainkan batang itu keluar masuk ke dalam mulutnya.
  Tak lama kemudian penis Irfan menyemburkan spermanya banyak sekali di dalam mulut Vina. "Ooohh, oouuh", Irfan melenguh panjang, merasakan nikmat berejakulasi di mulut gadis Chinese yang cantik dan putih ini. Vina terpaksa menenggak seluruh sperma Irfan, sedangkan sisanya meluber  keluar membasahi bibir dan dagunya. Vina semakin mendesah-desah karena  kemaluannya kujilati dengan buasnya. Apalagi tanganku saat itu tidak  lepas meremas-remas payudara gadis itu.
  Kubuka lebar pahanya kudekatkan ujung kontolku ke arah selangkangan  gadis itu yang masih menggunakan celana dalam. Kugesek-gesekkan kontolku  di sekitar liang memek gadis itu. Vina merasakan adanya sesuatu yang  meraba-raba kemaluannya. Tiba-tiba Vina teriak keras sekali. Tapi dengan  cepat kedekap tubuh gadis itu. Batang kemaluanku yang besar dan panjang  ini aku coba kumasukkan dengan paksa ke liang kemaluan Vina yang masih  sangat sempit, Ketika penisku merobek keperawanannya, ia berteriak  kesakitan sambil mengangis, dan aku merasakan penisku telah dibasahi  oleh darah segar keperawanannya, tapi aku tidak ambil peduli. Dari wajah  Vina terlihat dia menahan sakit yang amat sangat.
  Sementara itu si Irfan dengan ganasnya beradu lidah dengan Vina sambil  tangannya turut bekerja meremas dan memilin-milin puting susunya yang  masih kecil. Aku masih asyik memaju-mundurkan pantatku dengan cepat. Aku  mengebor memeknya dengan kecepatan tinggi sambil kedua tanganku meremas  pahanya yang putih mulus dan pantatnya yang sekal, Tangisan Vina  semakin keras meraung-raung. Akhirnya tubuh Vina mengejang sampai  bergetar. Air mani Vina mengalir melalui rongga vaginanya mengguyur  penisku yang tertanam di dalam vaginanya. Sedangkan aku masih menjilati  payudaranya, dia mengalami orgasme hebat beberapa saat sampai akhirnya  melemas tangisannya samar-samar menghilang.
  Lalu kubalik tubuhku, sehingga posisi tubuh Vina sekarang berada  diatasku. Dengan posisi berbaring, kupeluk punggung Vina sambil  menaik-turunkan pantatnya sehingga aku merasa semakin nikmat karena  pijitan vaginanya. Aku semakin mempercepat gerakan sehingga membuat  adegan yang kami lakukan semakin panas karena Vina terus meronta sambil  mendesah. Aku terus memompa liang peranakannya dari bawah, sambil kedua  tanganku mencengkram dan meremas dengan kasar kedua buah bongkahan  pantat Vina yang padat sekali. Tangan Irfan masih memainkan puting susu  Vina sambil sesekali menarik-narik payudaranya yang kenyal itu.
  Setengah jam terus berlalu dan aku mulai merasakan seolah-olah akan ada  ledakan dalam diriku dan Vina. Aku mengetahui bahwa dia akan klimaks  lagi karena Vina semakin kuat mendesah, kupercepat menggenjot tubuhnya.  Aku semakin tidak tahan dan kusemprotkan cairan kejantananku ke dalam  liang kewanitaannya dan di saat yang bersamaan pula, Vina berteriak  dengan disertai getaran hebat sambil seluruh tubuhnya mengejang. Penisku  terasa seperti sedang di"pipis"in olehnya karena ada cairan yang mulai  membasahi penisku. Vina mengalami orgasmenya yang kedua. Setelah 46  menit kami bersama-sama melepaskan nafsu
  Lalu Irfan mendekati tubuh Vina, ia menarik pinggul Vina. "Ampun. sudaahh, jangan terusin, biarkan saya pulang" rengek Vina sambil minta belas kasihan. "Heh.. diam kamu" hardik Irfan. "Ayo nungging, aku mau liat memek dan pantat seksi kamu dari belakang". Irfan mengangkat pinggul Vina sehingga posisi Vina sekarang nungging. "Hahaha. begitu manis. Waw.. bagus sekali pantat kamu", sambil Irfan mendekatkan mulutnya ke memek Vina. Dengan jari Irfan menusuk memek Vina yang menggelinjang menahan sesuatu.
  Dan Irfan dengan buasnya, menjilatin anus Vina yang berwarna  kemerah-merahan. sambil sesekali ujung lidah Irfan dimasukin ke lubang  anus cewek chinese itu dan menjilatinya. Tanpa disadari oleh Vina. apa  yang akan dilakukan Irfan selanjutnya. Sekonyong-konyong Vina menjerit"Aauu. aauu. aakhh". Rupanya penis Irfan telah menembus lubang memek Vina yang sudah basah  dipenuhi lendir kenikmatan dan spermaku. Dengan buasnya Irfan menggenjot  terus memek Vina dari belakang (doggy style) Vina hanya bisa merasakan  sakit di liang kemaluannya karena di sodok2 dengan penis Irfan yang  besar dan panjang. Sambil kepala dan payudaranya terayun-ayun karena  sodokan penis Irfan, Vina memohon ampun.
  "Ampun, sakit sekali, aauu. sudah pak, sakit.. sakiitt". Vina terus memohon sambil berlinang air mata, mendapat perlakukan kasar  dari Irfan. Makin lama Irfan makin keras mendorong-dorong memek Vina,  dengan desisan panjang. "Sstt. sstt. aahh". Irfan menahan nikmat luar biasa. "Nich. aku mau keluar. ayo cepet goyangin pantat kamu.. plak.. plak.."  sesekali Irfan menampar pantat indah milik Vina, sehingga pantat Vina  mulai memerah. "Aahh. sakiitt, huuhh. aach". Sambil mendorongkan penisnya, sekali hentak keluar sperma Irfan memenuhi liang vagina Vina. "Aachh.. ccroott, crrott, gue, *******. lobang, loe.. bangsatt". Irfan mengumpat. lalu Irfan menarik penisnya. darah bercampur air mani  Irfan dan Vina keluar mengalir membasahi paha Vina yang masih tegak.  Lalu Irfan berbaring di samping tubuh Vina yang setengah tidak sadar.
  setelah istirahat sejenak nafsu kami mulai naik kembali. "Fan coba kita main berdua" Irfan mengambil posisi tidur sedangkan Vina didudukan diatas tubuhnya,  sambil penis Irfan diarahkan ke lubang Vagina Vina. Vina dengan mimik  muka memohon ampun, Irfan makin tambah beringas. Akhirnya sekali  dorongan tembuslah memek Vina yang selama ini dia rawat, sekarang di  koyak-koyak oleh Irfan kembali. 2 orang yang sangat kehausan sex. "Aduuhh.. sakkiitt. sudahh. kumohoonn" Vina menjerit kesakitan. Namun Irfan tidak mempedulikan rintihan dari mulut Vina, dia makin kasar  menyodok-nyodokan penisnya sementara itu aku telah berdiri di atas  mereka berdua, dan mendorongkan tubuh Vina untuk amBLi posisi  membungkuk, dan dengan kasar jariku mulai meraba-raba pantat Vina yang  montok putih mulus sambil mempermainkan jari tengahku untuk mengobel  lubang anus Vina.
  "Waw.. Rupanya anusnya masih perawan nih. lobangnya kecil banget" seruku sambil mengarahkan batang penisku ke anus Vina. Setelah mengolesi handbody pada batang penisku agar tidak lecet, aku berusaha memasukan penisku ke lubang anus Vina. "Vin pantat loe gue sodomi ya? pantat loe montok banget sih. Pasti  jepitannya kenceng nih", Aku berteriak kepadanya sambil meremas  pantatnya yang putih sekali. "Jangan. jangan. ampun. jangan disitu. Ndii. sakiitt. periihh" jerit dan ratapan Vina dengan nada memelas. Tapi aku tidak mempedulikan rintihan Vina, makin keras aku memasukan  batang kemaluan aku. Untuk beberapa saat memang sulit bagi penisku untuk  berhasil masuk, karena memang lubangnya sangat sempit.
  Namun aku penasaran untuk segera melesakkan batang kemaluanku ke dalam  duburnya. Dan akhirnya setelah berusaha membuka pantat Vina, tembuslah  lubang anus Vina disodok batang kemaluanku. Rasa sakit tiada tara  kembali dirasakan didaerah selangkangannya. Setelah itu pantat Vinapun  kusodok-sodok dengan keras, kedua tanganku meraih payudara Vina serta  meremas-remasnya. Setengah jam lamnya aku menyodomi Vina, waktu yang  lama bagi Vina yang semakin tersiksa itu. Lubang dubur Vina terus  menerus mengeluarkan darah melalui sela-sela penisku yang tertanam  dipantatnya.
  "Eegghh, aakkhh, oohh", dengan mata merem-melek serta tubuh tersodok-sodok dari atas dan bawah, Vina merintih-rintih. Sementara itu kedua payudaranya diremas-remas oleh kedua tanganku.  Sedangkan Irfan dengan asyiknya menyodok-nyodok memek Vina dari bawah.  Lengkaplah sudah dua lobang yang berdekatan telah di tembus oleh dua  batang penis aku dan Irfan yang haus sex. Vina hanya bisa meringis  menahan sakit yang luar biasa karena selama ini ia tidak pernah menahan  rasa sakit seperti itu.
  "Ndi, ayo kita sudahi permainan ini bareng, loe sodok dari atas, gue  sodok dari bawah dan kita koyak memek dan dubur cewek ini, dan kita  penuhi dengan pejuh kita", Irfan menyeru. Beberapa menit kemudian kami berdua mengerang menahan nikmat yang luar  bisa, dan hampir bersamaan kami memuncratkan sperma berbarengan. "Aachh., keluuarr.. hhmm.. sstt. nikmat sekali" "Ooohh." Vina mengerang merasakan air mani kami membanjiri liang dubur dan vaginanya. Setelah berhenti sejenak kami akhirnya terkulai, begitu juga Vina yang  terhimpit oleh kedua pria yang telah menggaulinya hanya bisa tergolek  lemas sambil menangis sesenggukan meratapi nasibnya yang malang.
  Kami sempat mengabadikan persetubuhan kami melalui handycam milik Irfan.  dan kami berjanji tidak akan menyebarkannya ke internet, asalkan Vina  tutup mulut dan bersedia kami setubuhi. Sampai sekarang aku dan irfan  masih sering menyetubuhi tubuh Vina. Kami salurkan hasrat sex kami yang  besar ini dengan mengoral mulut Vina, menyodomi pantatnya, dan mengebor  memeknya. Hingga sekarang kedua payudara Vina semakin besar, karena  terlalu sering kami remas-remas dan kami sedoti. Ukuran branya sekarang  38B, dan puting susunya merah melebar. Setelah persetubuhan, kami selalu  meminumkan pil anti Hamil ke Vina. Sampai sekarang Vina tidak merasakan  gejala-gejala kehamilan.
  *****
  Sekian para pembaca yang setia, saya mohon maaf jika ada yang merasa  dirugikan. Jika ada kritik, komentar, saran, atau pertanyaan jangan ragu  mengirimkan e-mail yang tertera di paling bawah halaman ini. Saya  ucapkan terima kasih kepada rekan anggota PAS Team yang sedang sibuk  ikut fight against USA on cyber. Juga buat para Linuxer  sejagat"Modification Moving On". Dan khususnya bagi para pembaca setia  17Tahun.com"Let's Ride the Girls & Make Them Cry". Special thank's  buat pihak 17th Network, Corp. yang telah menampilkan cerita saya.  Ketemu lagi di lain kesempatan.
  E N D
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Anak Gadis Ibu Kos               May 10th 2013, 13:27                                                Waktu itu usiaku 23 tahun. Aku duduk di tingkat akhir suatu perguruan  tinggi teknik di kota Bandung. Wajahku ganteng. Badanku tinggi dan  tegap, mungkin karena aku selalu berolahraga seminggu tiga kali.  Teman-¬temanku bilang, kalau aku bermobil pasti banyak cewek yang dengan  sukahati menempel padaku. Aku sendiri sudah punya pacar. Kami pacaran  secara serius. Baik orang tuaku maupun orang tuanya sudah setuju kami  nanti menikah. Tempat kos-ku dan tempat kos-nya hanya berjarak sekitar  700 m. Aku sendiri sudah dipegangi kunci kamar kosnya. Walaupun demikian  bukan berarti aku sudah berpacaran tanpa batas dengannya. Dalam masalah  pacaran, kami sudah saling cium-ciuman, gumul-gumulan, dan  remas-remasan. Namun semua itu kami lakukan dengan masih berpakaian. Toh  walaupun hanya begitu, kalau "voltase'-ku sudah amat tinggi, aku dapat  'muntah" juga. Dia adalah seorang yang menjaga keperawanan sampai dengan  menikah, karena itu dia tidak mau berhubungan sex sebelum menikah. Aku  menghargai prinsipnya tersebut. Karena aku belum pernah pacaran  sebelumnya, maka sampai saat itu aku belum pernah merasakan memek  perempuan.
  Pacarku seorang anak bungsu. Kecuali kolokan, dia juga seorang penakut,  sehingga sampai jam 10 malam minta ditemani. Sehabis mandi sore, aku  pergi ke kosnya. Sampai dia berangkat tidur. aku belajar atau menulis  tugas akhir dan dia belajar atau mengerjakan tugas-tugas kuliahnya di  ruang tamu. Kamar kos-nya sendiri berukuran cukup besar, yakni 3mX6m.  Kamar sebesar itu disekat dengan triplex menjadi ruang tamu dengan  ukuran 3mX2.5m dan ruang tidur dengan ukuran 3mX3.5m. Lobang pintu di  antara kedua ruang itu hanya ditutup dengan kain korden.
  lbu kost-nya mempunyai empat anak, semua perempuan. Semua manis-manis  sebagaimana kebanyakan perempuan Sunda. Anak yang pertama sudah menikah,  anak yang kedua duduk di kelas 3 SMA, anak ketiga kelas I SMA, dan anak  bungsu masih di SMP. Menurut desas-desus yang sampai di telingaku,  menikahnya anak pertama adalah karena hamil duluan. Kemudian anak yang  kedua pun sudah mempunyai prestasi. Nama panggilannya Ika. Dia  dikabarkan sudah pernah hamil dengan pacarya, namun digugurkan. Menurut  penilaianku, Ika seorang playgirl. Walaupun sudah punya pacar, pacarnya  kuliah di suatu politeknik, namun dia suka mejeng dan menggoda laki-laki  lain yang kelihatan keren. Kalau aku datang ke kos pacarku, dia pun  suka mejeng dan bersikap genit dalam menyapaku.
  lka memang mojang Sunda yang amat aduhai. Usianya akan 18 tahun.  Tingginya 160 cm. Kulitnya berwarna kuning langsat dan kelihatan licin.  Badannya kenyal dan berisi. Pinggangnya ramping. Buah dadanya padat dan  besar membusung. Pinggulnya besar, kecuali melebar dengan indahnya juga  pantatnya membusung dengan montoknya. Untuk gadis seusia dia, mungkin  payudara dan pinggul yang sudah terbentuk sedemikian indahnya karena  terbiasa dinaiki dan digumuli oleh pacarnya. Paha dan betisnya bagus dan  mulus. Lehernya jenjang. Matanya bagus. Hidungnya mungil dan sedikit  mancung. Bibirnya mempunyai garis yang sexy dan sensual, sehingga kalau  memakai lipstik tidak perlu membuat garis baru, tinggal mengikuti batas  bibir yang sudah ada. Rambutnya lebat yang dipotong bob dengan indahnya.
  Sore itu sehabis mandi aku ke kos pacarku seperti biasanya. Di teras  rumah tampak Ika sedang mengobrol dengan dua orang adiknya. Ika  mengenakan baju atas 'you can see' dan rok span yang pendek dan ketat  sehingga lengan, paha dan betisnya yang mulus itu dipertontonkan dengan  jelasnya.
  "Mas Bob, ngapel ke Mbak Dina? Wah… sedang nggak ada tuh. Tadi pergi  sama dua temannya. Katanya mau bikin tugas," sapa Ika dengan centilnya.
  "He… masa?" balasku.
  "Iya… Sudah, ngapelin Ika sajalah Mas Bob," kata Ika dengan senyum  menggoda. Edan! Cewek Sunda satu ini benar-benar menggoda hasrat. Kalau  mau mengajak beneran aku tidak menolak nih, he-he-he…
  "Ah, neng Ika macam-macam saja…," tanggapanku sok menjaga wibawa. "Kak Dai belum datang?"
  Pacar Ika namanya Daniel, namun Ika memanggilnya Kak Dai. Mungkin Dai  adalah panggilan akrab atau panggilan masa kecil si Daniel. Daniel  berasal dan Bogor. Dia ngapeli anak yang masih SMA macam minum obat  saja. Dan pulang kuliah sampai malam hari. Lebih hebat dan aku, dan  selama ngapel waktu dia habiskan untuk ngobrol. Atau kalau setelah waktu  isya, dia masuk ke kamar Ika. Kapan dia punya kesempatan belajar?
  "Wah… dua bulan ini saya menjadi singgel lagi. Kak Dai lagi kerja  praktek di Riau. Makanya carikan teman Mas Bob buat menemani Ika dong,  biar Ika tidak kesepian… Tapi yang keren lho," kata Ika dengan suara  yang amat manja. Edan si playgirl Sunda mi. Dia bukan tipe orang yang  ngomong begitu bukan sekedar bercanda, namun tipe orang yang suka  nyerempet-nyerempet hat yang berbahaya.
  "Neng Ika ini… Nanti Kak Dainya ngamuk dong."
  "Kak Dai kan tidak akan tahu…"
  Aku kembali memaki dalam hati. Perempuan Sunda macam Ika ini memang enak  ditiduri. Enak digenjot dan dinikmati kekenyalan bagian-bagian  tubuhnya.
  Aku mengeluarkan kunci dan membuka pintu kamar kos Dina. Di atas meja  pendek di ruang tamu ada sehelai memo dari Dina. Sambil membuka jendela  ruang depan dan ruang tidur, kubaca isi memo tadi. 'Mas Bobby, gue  ngerjain tugas kelompok bersama Niken dan Wiwin. Tugasnya banyak, jadi  gue malam ini tidak pulang. Gue tidur di rumah Wiwin. Di kulkas ada  jeruk, ambil saja. Soen sayang, Dina'
  Aku mengambil bukuku yang sehari-harinya kutinggal di tempat kos Di.  Sambil menyetel radio dengan suara perlahan, aku mulai membaca buku itu.  Biarlah aku belajar di situ sampai jam sepuluh malam.
  Sedang asyik belajar, sekitar jam setengah sembilan malam pintu diketok dan luar. Tok-tok-tok…
  Kusingkapkan korden jendela ruang tamu yang telah kututup pada jam  delapan malam tadi, sesuai dengan kebiasaan pacarku. Sepertinya Ika yang  berdiri di depan pintu.
  "Mbak Di… Mbak Dina…," terdengar suara Ika memanggil-manggil dan luar. Aku membuka pintu.
  "Mbak Dina sudah pulang?" tanya Ika.
  "Belum. Hari ini Dina tidak pulang. Tidur di rumah temannya karena banyak tugas. Ada apa?"
  "Mau pinjam kalkulator, mas Bob. Sebentar saja. Buat bikin pe-er."
  "Ng… bolehlah. Pakai kalkulatorku saja, asal cepat kembali."
  "Beres deh mas Bob. Ika berjanji," kata Ika dengan genit. Bibirnya tersenyum manis, dan pandang matanya menggoda menggemaskan.
  Kuberikan kalkulatorku pada Ika. Ketika berbalik, kutatap tajam-tajam  tubuhnya yang aduhai. Pinggulnya yang melebar dan montok itu menggial ke  kiri-kanan, seolah menantang diriku untuk meremas¬-remasnya. Sialan!  Kontholku jadi berdiri. Si 'boy-ku ini responsif sekali kalau ada cewek  cakep yang enak digenjot.
  Sepeninggal Ika, sesaat aku tidak dapat berkonsentrasi. Namun kemudian  kuusir pikiran yang tidak-tidak itu. Kuteruskan kembali membaca textbook  yang menunjang penulisan tugas sarjana itu.
  Tok-tok-tok! Baru sekitar limabelas menit pintu kembali diketok.
  "Mas Bob… Mas Bob…," terdengar Ika memanggil lirih.
  Pintu kubuka. Mendadak kontholku mengeras lagi. Di depan pintu berdiri  Ika dengan senyum genitnya. Bajunya bukan atasan 'you can see' yang  dipakai sebelumnya. Dia menggunakan baju yang hanya setinggi separuh  dada dengan ikatan tali ke pundaknya. Baju tersebut berwarna kuning muda  dan berbahan mengkilat. Dadanya tampak membusung dengan gagahnya, yang  ujungnya menonjol dengan tajam dan batik bajunya. Sepertinya dia tidak  memakai BH. Juga, bau harum sekarang terpancar dan tubuhnya. Tadi, bau  parfum harum semacam ini tidak tercium sama sekali, berarti datang yang  kali ini si Ika menyempatkan diri memakai parfum. Kali ini bibirnya pun  dipolesi lipstik pink.
  "Ini kalkulatornya, Mas Bob," kata Ika manja, membuyarkan keterpanaanku.
  "Sudah selesai. Neng Ika?" tanyaku basa-basi.
  "Sudah Mas Bob, namun boleh Ika minta diajari Matematika?"
  "0, boleh saja kalau sekiranya bisa."
  Tanpa kupersilakan Ika menyelonong masuk dan membuka buku matematika di  atas meja tamu yang rendah. Ruang tamu kamar kos pacarku itu tanpa  kursi. Hanya digelari karpet tebal dan sebuah meja pendek dengan di  salah satu sisinya terpasang rak buku. Aku pun duduk di hadapannya,  sementara pintu masuk tertutup dengan sendirinya dengan perlahan. Memang  pintu kamar kos pacarku kalau mau disengaja terbuka harus diganjal  potongan kayu kecil.
  "Ini mas Bob, Ika ada soal tentang bunga majemuk yang tidak tahu cara  penyelesaiannya." Ika mencari-cari halaman buku yang akan ditanyakannya.
  Menunggu halaman itu ditemukan, mataku mencari kesempatan melihat ke  dadanya. Amboi! Benar, Ika tidak memakai bra. Dalam posisi agak  menunduk, kedua gundukan payudaranya kelihatan sangat jelas. Sungguh  padat, mulus, dan indah. Kontholku terasa mengeras dan sedikit  berdenyut-denyut.
  Halaman yang dicari ketemu. Ika dengan centilnya membaca soal tersebut.  Soalnya cukup mudah. Aku menerangkan sedikit dan memberitahu rumusnya,  kemudian Ika menghitungnya. Sambil menunggu Ika menghitung, mataku  mencuri pandang ke buah dada Ika. Uhhh… ranum dan segarnya.
  "Kok sepi? Mamah, Ema, dan Nur sudah tidur?" tanyaku sambil menelan  ludah. Kalau bapaknya tidak aku tanyakan karena dia bekerja di Cirebon  yang pulangnya setiap akhir pekan.
  "Sudah. Mamah sudah tidur jam setengah delapan tadi. Kemudian Erna dan  Nur berangkat tidur waktu Ika bermain-main kalkulator tadi," jawab Ika  dengan tatapan mata yang menggoda.
  Hasratku mulai naik. Kenapa tidak kusetubuhi saja si Ika. Mumpung sepi.  Orang-orang di rumahnya sudah tidur. Kamar kos sebelah sudah sepi dan  sudah mati lampunya. Berarti penghuninya juga sudah tidur. Kalau kupaksa  dia meladeni hasratku, tenaganya tidak akan berarti dalam melawanku.  Tetapi mengapa dia akan melawanku? jangan-jangan dia ke sini justru  ingin bersetubuh denganku. Soal tanya Matematika, itu hanya sebagai  atasan saja. Bukankah dia menyempatkan ganti baju, dari atasan you can  see ke atasan yang memamerkan separuh payudaranya? Bukankah dia datang  lagi dengan menyempatkan tidak memakai bra? Bukankah dia datang lagi  dengan menyempatkan memakai parfum dan lipstik? Apa lagi artinya kalau  tidak menyodorkan din?
  Tiba-tiba Ika bangkit dan duduk di sebelah kananku.
  "Mas Bob… ini benar nggak?" tanya Ika.
  Ada kekeliruan di tengah jalan saat Ika menghitung. Antara konsentrasi  dan menahan nafsu yang tengah berkecamuk, aku mengambil pensil dan  menjelaskan kekeliruannya. Tiba-tiba Ika lebih mendekat ke arahku,  seolah mau memperhatikan hal yang kujelaskan dan jarak yang lebih dekat.  Akibatnya… gumpalan daging yang membusung di dadanya itu menekan lengan  tangan kananku. Terasa hangat dan lunak, namun ketika dia lebih  menekanku terasa lebih kenyal.
  Dengan sengaja lenganku kutekankan ke payudaranya.
  "Ih… Mas Bob nakal deh tangannya," katanya sambil merengut manja. Dia pura-pura menjauh.
  "Lho, yang salah kan Neng Ika duluan. Buah dadanya menyodok-nyodok lenganku," jawabku.
  lka cemberut. Dia mengambil buku dan kembali duduk di hadapanku. Dia  terlihat kembali membetulkan yang kesalahan, namun menurut perasaanku  itu hanya berpura-pura saja. Aku merasa semakin ditantang. Kenapa aku  tidak berani? Memangnya aku impoten? Dia sudah berani datang ke sini  malam-malam sendirian. Dia menyempatkan pakai parfum. Dia sengaja  memakai baju atasan yang memamerkan gundukan payudara. Dia sengaja tidak  pakai bra. Artinya, dia sudah mempersilakan diriku untuk menikmati  kemolekan tubuhnya. Tinggal aku yang jadi penentunya, mau menyia-siakan  kesempatan yang dia berikan atau memanfaatkannya. Kalau aku  menyia-siakan berarti aku band!
  Aku pun bangkit. Aku berdiri di atas lutut dan mendekatinya dari  belakang. Aku pura-pura mengawasi dia dalam mengerjakan soal. Padahal  mataku mengawasi tubuhnya dari belakang. Kulit punggung dan lengannya  benar-benar mulus, tanpa goresan sedikitpun. Karena padat tubuhnya,  kulit yang kuning langsat itu tampak licin mengkilap walaupun ditumbuhi  oleh bulu-bulu rambut yang halus.
  Kemudian aku menempelkan kontholku yang menegang ke punggungnya. Ika  sedikit terkejut ketika merasa ada yang menempel punggungnya.
  "Ih… Mas Bob jangan begitu dong…," kata Ika manja.
  "Sudah… udah-udah… Aku sekedar mengawasi pekerjaan Neng Ika," jawabku.
  lka cemberut. Namun dengan cemberut begitu, bibir yang sensual itu malah  tampak menggemaskan. Sungguh sedap sekali bila dikulum-kulum dan  dilumat-lumat. Ika berpura-pura meneruskan pekerjaannya. Aku semakin  berani. Kontholku kutekankan ke punggungnya yang kenyal. Ika  menggelinjang. Tidak tahan lagi. tubuh Ika kurengkuh dan kurebahkan di  atas karpet. Bibirnya kulumat-lumat, sementara kulit punggungnya  kuremas-remas. Bibir Ika mengadakan perlawanan, mengimbangi  kuluman-¬kuluman bibirku yang diselingi dengan permainan lidahnya.  Terlihat bahkan dalam masalah ciuman Ika yang masih kelas tiga SMA sudah  sangat mahir. Bahkan mengalahkan kemahiranku.
  Beberapa saat kemudian ciumanku berpindah ke lehernya yang jenjang. Bau  harum terpancar dan kulitnya. Sambil kusedot-sedot kulit lehernya dengan  hidungku, tanganku berpindah ke buah dadanya. Buah dada yang tidak  dilindungi bra itu terasa kenyal dalam remasan tanganku. Kadang-kadang  dan batik kain licin baju atasannya, putingnya kutekan-tekan dan  kupelintir-pelintir dengan jari-jari tanganku. Puting itu terasa  mengeras.
  "Mas Bob Mas Bob buka baju saja Mas Bob…," rintih Ika. Tanpa menunggu  persetujuanku, jari-jari tangannya membuka Ikat pinggang dan ritsleteng  celanaku. Aku mengimbangi, tall baju atasannya kulepas dan baju tersebut  kubebaskan dan tubuhnya. Aku terpana melihat kemulusan tubuh atasnya  tanpa penutup sehelai kain pun. Buah dadanya yang padat membusung dengan  indahnya. Ditimpa sinar lampu neon ruang tamu, payudaranya kelihatan  amat mulus dan licin. Putingnya berdiri tegak di ujung gumpalan  payudara. Putingnya berwarna pink kecoklat-coklatan, sementara puncak  bukit payudara di sekitarnya berwarna coklat tua dan sedikit menggembung  dibanding dengan permukaan kulit payudaranya.
  Celana panjang yang sudah dibuka oleh Ika kulepas dengan segera.  Menyusul. kemeja dan kaos singlet kulepas dan tubuhku. Kini aku cuma  tertutup oleh celana dalamku, sementara Ika tertutup oleh rok span ketat  yang mempertontonkan bentuk pinggangnya yang ramping dan bentuk  pinggulnya yang melebar dengan bagusnya. Ika pun melepaskan rok spannya  itu, sehingga pinggul yang indah itu kini hanya terbungkus celana dalam  minim yang tipis dan berwarna pink. Di daerah bawah perutnya, celana  dalam itu tidak mampu menyembunyikan warna hitam dari jembut lebat Ika  yang terbungkus di dalamnya. Juga, beberapa helai jembut Ika tampak  keluar dan lobang celana dalamnya.
  lka memandangi dadaku yang bidang. Kemudian dia memandang ke arah  kontholku yang besar dan panjang, yang menonjol dari balik celana  dalamku. Pandangan matanya memancarkan nafsu yang sudah menggelegak.  Perlahan aku mendekatkan badanku ke badannya yang sudah terbaring  pasrah. Kupeluk tubuhnya sambil mengulum kembali bibirnya yang hangat.  Ika pun mengimbanginya. Dia memeluk leherku sambil membalas kuluman di  bibirnya. Payudaranya pun menekan dadaku. Payudara itu terasa kenyal dan  lembut. Putingnya yang mengeras terasa benar menekan dadaku. Aku dan  Ika saling mengulum bibir, saling menekankan dada, dan saling meremas  kulit punggung dengan penuh nafsu.
  Ciumanku berpindah ke leher Ika. Leher mulus yang memancarkan keharuman  parfum yang segar itu kugumuli dengan bibir dan hidungku. Ika  mendongakkan dagunya agar aku dapat menciumi segenap pori-pori kulit  lehernya.
  "Ahhh… Mas Bob… Ika sudah menginginkannya dan kemarin… Gelutilah tubuh Ika… puasin Ika ya Mas Bob…," bisik Ika terpatah-patah.
  Aku menyambutnya dengan penuh antusias. Kini wajahku bergerak ke arah  payudaranya. Payudaranya begitu menggembung dan padat. namun berkulit  lembut. Bau keharuman yang segar terpancar dan pori-porinya. Agaknya Ika  tadi sengaja memakai parfum di sekujur payudaranya sebelum datang ke  sini. Aku menghirup kuat-kuat lembah di antara kedua bukit payudaranya  itu. Kemudian wajahku kugesek-gesekkan di kedua bukit payudara itu  secara bergantian, sambil hidungku terus menghirup keharuman yang  terpancar dan kulit payudara. Puncak bukit payudara kanannya pun kulahap  dalam mulutku. Kusedot kuat-kuat payudara itu sehingga daging yang  masuk ke dalam mulutku menjadi sebesar-besarnya. Ika menggelinjang.
  "Mas Bob… ngilu… ngilu…," rintih Ika.
  Gelinjang dan rintihan Ika itu semakin membangkitkan hasratku. Kuremas  bukit payudara sebelah kirinya dengan gemasnya, sementara puting  payudara kanannya kumainkan dengan ujung lidahku. Puting itu kadang  kugencet dengan tekanan ujung lidah dengan gigi. Kemudian secara  mendadak kusedot kembali payudara kanan itu kuat-kuat. sementara jari  tanganku menekan dan memelintir puting payudara kirinya. Ika semakin  menggelinjang-gelinjang seperti ikan belut yang memburu makanan sambil  mulutnya mendesah-desah.
  "Aduh mas Booob… ssshh… ssshhh… ngilu mas Booob… ssshhh… geli… geli…,"  cuma kata-kata itu yang berulang-ulang keluar dan mulutnya yang  merangsang.
  Aku tidak puas dengan hanya menggeluti payudara kanannya. Kini mulutku  berganti menggeluti payudara kiri. sementara tanganku meremas-remas  payudara kanannya kuat-kuat. Kalau payudara kirinya kusedot kuat-kuat.  tanganku memijit-mijit dan memelintir-pelintir puting payudara kanannya.  Sedang bila gigi dan ujung lidahku menekan-nekan puting payudara kiri,  tanganku meremas sebesar-besarnya payudara kanannya dengan  sekuat-kuatnya.
  "Mas Booob… kamu nakal…. ssshhh… ssshhh… ngilu mas Booob… geli…" Ika tidak henti-hentinya menggelinjang dan mendesah manja.
  Setelah puas dengan payudara, aku meneruskan permainan lidah ke arah  perut Ika yang rata dan berkulit amat mulus itu. Mulutku berhenti di  daerah pusarnya. Aku pun berkonsentrasi mengecupi bagian pusarnya.  Sementara kedua telapak tanganku menyusup ke belakang dan meremas-remas  pantatnya yang melebar dan menggembung padat. Kedua tanganku menyelip ke  dalam celana yang melindungi pantatnya itu. Perlahan¬-lahan celana  dalamnya kupelorotkan ke bawah. Ika sedikit mengangkat pantatnya untuk  memberi kemudahan celana dalamnya lepas. Dan dengan sekali sentakan  kakinya, celana dalamnya sudah terlempar ke bawah.
  Saat berikutnya, terhamparlah pemandangan yang luar biasa merangsangnya.  Jembut Ika sungguh lebat dan subur sekali. Jembut itu mengitari bibir  memek yang berwarna coklat tua. Sambil kembali menciumi kulit perut di  sekitar pusarnya, tanganku mengelus-elus pahanya yang berkulit licin dan  mulus. Elusanku pun ke arah dalam dan merangkak naik. Sampailah  jari-jari tanganku di tepi kiri-kanan bibir luar memeknya. Tanganku pun  mengelus-elus memeknya dengan dua jariku bergerak dan bawah ke atas.  Dengan mata terpejam, Ika berinisiatif meremas-remas payudaranya  sendiri. Tampak jelas kalau Ika sangat menikmati permainan ini.
  Perlahan kusibak bibir memek Ika dengan ibu jari dan telunjukku mengarah  ke atas sampai kelentitnya menongol keluar. Wajahku bergerak ke  memeknya, sementara tanganku kembali memegangi payudaranya. Kujilati  kelentit Ika perlahan-lahan dengan jilatan-jilatan pendek dan  terputus-putus sambil satu tanganku mempermainkan puting payudaranya.
  "Au Mas Bob… shhhhh… betul… betul di situ mas Bob… di situ… enak mas…  shhhh…," Ika mendesah-desah sambil matanya merem-melek. Bulu alisnya  yang tebal dan indah bergerak ke atas-bawah mengimbangi gerakan  merem-meleknya mata. Keningnya pun berkerut pertanda dia sedang  mengalami kenikmatan yang semakin meninggi.
  Aku meneruskan permainan lidah dengan melakukan jilatan-jilatan panjang dan lubang anus sampai ke kelentitnya.
  Karena gerakan ujung hidungku pun secara berkala menyentuh memek Ika.  Terasa benar bahkan dinding vaginanya mulai basah. Bahkan sebagian  cairan vaginanya mulai mengalir hingga mencapai lubang anusnya. Sesekali  pinggulnya bergetar. Di saat bergetar itu pinggulnya yang padat dan  amat mulus kuremas kuat-kuat sambil ujung hidungku kutusukkan ke lobang  memeknya.
  "Mas Booob… enak sekali mas Bob…," Ika mengerang dengan kerasnya. Aku  segera memfokuskan jilatan-jilatan lidah serta tusukan-tusukan ujung  hidung di vaginanya. Semakin lama vagina itu semakin basah saja. Dua  jari tanganku lalu kumasukkan ke lobang memeknya. Setelah masuk hampir  semuanya, jari kubengkokkan ke arah atas dengan tekanan yang cukup  terasa agar kena 'G-spot'-nya. Dan berhasil!
  "Auwww… mas Bob…!" jerit Ika sambil menyentakkan pantat ke atas.  sampai-sampai jari tangan yang sudah terbenam di dalam memek terlepas.  Perut bawahnya yang ditumbuhi bulu-bulu jembut hitam yang lebat itu pun  menghantam ke wajahku. Bau harum dan bau khas cairan vaginanya merasuk  ke sel-sel syaraf penciumanku.
  Aku segera memasukkan kembali dua jariku ke dalam vagina Ika dan  melakukan gerakan yang sama. Kali ini aku mengimbangi gerakan jariku  dengan permainan lidah di kelentit Ika. Kelentit itu tampak semakin  menonjol sehingga gampang bagiku untuk menjilat dan mengisapnya. Ketika  kelentit itu aku gelitiki dengan lidah serta kuisap-isap perlahan, Ika  semakin keras merintih-rintih bagaikan orang yang sedang mengalami sakit  demam. Sementara pinggulnya yang amat aduhai itu menggial ke kiri-kanan  dengan sangat merangsangnya.
  "Mas Bob… mas Bob… mas Bob…," hanya kata-kata itu yang dapat diucapkan Ika karena menahan kenikmatan yang semakin menjadi-jadi.
  Permainan jari-jariku dan lidahku di memeknya semakin bertambah ganas.  Ika sambil mengerang¬-erang dan menggeliat-geliat meremas apa saja yang  dapat dia raih. Meremas rambut kepalaku, meremas bahuku, dan meremas  payudaranya sendiri.
  "Mas Bob… Ika sudah tidak tahan lagi… Masukin konthol saja mas Bob…  Ohhh… sekarang juga mas Bob…! Sshhh. . . ," erangnya sambil menahan  nafsu yang sudah menguasai segenap tubuhnya.
  Namun aku tidak perduli. Kusengaja untuk mempermainkan Ika terlebih  dahulu. Aku mau membuatnya orgasme, sementara aku masih segar bugar.  Karena itu lidah dan wajahku kujauhkan dan memeknya. Kemudian kocokan  dua jari tanganku di dalam memeknya semakin kupercepat. Gerakan jari  tanganku yang di dalam memeknya ke atas-bawah, sampai terasa ujung  jariku menghentak-hentak dinding atasnya secara perlahan-lahan.  Sementara ibu jariku mengusap-usap dan menghentak-hentak kelentitnya.  Gerakan jari tanganku di memeknya yang basah itu sampai menimbulkan  suara crrk-crrrk-crrrk-crrk crrrk… Sementara dan mulut Ika keluar  pekikan-pekikan kecil yang terputus-putus:
  "Ah-ah-ah-ah-ah…"
  Sementara aku semakin memperdahsyat kocokan jari-jariku di memeknya,  sambil memandangi wajahnya. Mata Ika merem-melek, sementara keningnya  berkerut-kerut.
  Crrrk! Crrrk! Crrek! Crek! Crek! Crok! Crok! Suara yang keluar dan  kocokan jariku di memeknya semakin terdengar keras. Aku mempertahankan  kocokan tersebut. Dua menit sudah si Ika mampu bertahan sambil  mengeluarkan jeritan-jeritan yang membangkitkan nafsu. Payudaranya  tampak semakin kencang dan licin, sedang putingnya tampak berdiri dengan  tegangnya.
  Sampai akhirnya tubuh Ika mengejang hebat. Pantatnya terangkat  tinggi-tinggi. Matanya membeliak-¬beliak. Dan bibirnya yang sensual itu  keluar jeritan hebat, "Mas Booo00oob …!" Dua jariku yang tertanam di  dalam vagina Ika terasa dijepit oleh dindingnya dengan kuatnya. Seiring  dengan keluar masuknya jariku dalam vaginanya, dan sela-sela celah  antara tanganku dengan bibir memeknya terpancarlah semprotan cairan  vaginanya dengan kuatnya. Prut! Prut! Pruttt! Semprotan cairan tersebut  sampai mencapai pergelangan tanganku.
  Beberapa detik kemudian Ika terbaring lemas di atas karpet. Matanya  memejam rapat. Tampaknya dia baru saja mengalami orgasme yang begitu  hebat. Kocokan jari tanganku di vaginanya pun kuhentikan. Kubiarkan jari  tertanam dalam vaginanya sampai jepitan dinding vaginanya terasa lemah.  Setelah lemah. jari tangan kucabut dan memeknya. Cairan vagina yang  terkumpul di telapak tanganku pun kubersihkan dengan kertas tissue.
  Ketegangan kontholku belum juga mau berkurang. Apalagi tubuh telanjang  Ika yang terbaring diam di hadapanku itu benar-benar aduhai. seolah  menantang diriku untuk membuktikan kejantananku pada tubuh mulusnya. Aku  pun mulai menindih kembali tubuh Ika, sehingga kontholku yang masih di  dalam celana dalam tergencet oleh perut bawahku dan perut bawahnya  dengan enaknya. Sementara bibirku mengulum-kulum kembali bibir hangat  Ika, sambil tanganku meremas-remas payudara dan mempermainkan putingnya.  Ika kembali membuka mata dan mengimbangi serangan bibirku. Tubuhnya  kembali menggelinjang-gelinjang karena menahan rasa geli dan ngilu di  payudaranya.
  Setelah puas melumat-lumat bibir. wajahku pun menyusuri leher Ika yang  mulus dan harum hingga akhirnya mencapai belahan dadanya. Wajahku  kemudian menggeluti belahan payudaranya yang berkulit lembut dan halus,  sementara kedua tanganku meremas-remas kedua belah payudaranya. Segala  kelembutan dan keharuman belahan dada itu kukecupi dengan bibirku.  Segala keharuman yang terpancar dan belahan payudara itu kuhirup  kuat-kuat dengan hidungku, seolah tidak rela apabila ada keharuman yang  terlewatkan sedikitpun.
  Kugesek-gesekkan memutar wajahku di belahan payudara itu. Kemudian  bibirku bergerak ke atas bukit payudara sebelah kiri. Kuciumi bukit  payudara yang membusung dengan gagahnya itu. Dan kumasukkan puting  payudara di atasnya ke dalam mulutku. Kini aku menyedot-sedot puting  payudara kiri Ika. Kumainkan puting di dalam mulutku itu dengan lidahku.  Sedotan kadang kuperbesar ke puncak bukit payudara di sekitar puting  yang berwarna coklat.
  "Ah… ah… mas Bob… geli… geli …," mulut indah Ika mendesis-desis sambil  menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. bagaikan desisan ular kelaparan yang  sedang mencari mangsa.
  Aku memperkuat sedotanku. Sementara tanganku meremas-remas payudara  kanan Ika yang montok dan kenyal itu. Kadang remasan kuperkuat dan  kuperkecil menuju puncak bukitnya, dan kuakhiri dengan tekanan-tekanan  kecil jari telunjuk dan ibu jariku pada putingnya.
  "Mas Bob… hhh… geli… geli… enak… enak… ngilu… ngilu…"
  Aku semakin gemas. Payudara aduhai Ika itu kumainkan secara bergantian,  antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit payudara kadang kusedot  besarnya-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang kusedot  hanya putingnya dan kucepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain  kadang kuremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan  sekuat-kuatnya, kadang hanya kupijit-pijit dan kupelintir-pelintir kecil  puting yang mencuat gagah di puncaknya.
  "Ah… mas Bob… terus mas Bob… terus… hzzz… ngilu… ngilu…" Ika  mendesis-desis keenakan. Hasratnya tampak sudah kembali tinggi. Matanya  kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhnya ke kanan-kini semakin sening  fnekuensinya.
  Sampai akhirnya Ika tidak kuat mehayani senangan-senangan keduaku. Dia  dengan gerakan eepat memehorotkan celana dalamku hingga tunun ke paha.  Aku memaklumi maksudnya, segera kulepas eelana dalamku. Jan-jari tangan  kanan Ika yang mulus dan lembut kemudian menangkap kontholku yang sudah  berdiri dengan gagahnya. Sejenak dia memperlihatkan rasa terkejut.
  "Edan… mas Bob, edan… Kontholmu besar sekali… Konthol pacan-pacanku  dahulu dan juga konthol kak Dai tidak sampai sebesar in Edan… edan…,"  ucapnya terkagum-kagum. Sambil membiankan mulut, wajah, dan tanganku  terus memainkan dan menggeluti kedua belah payudaranya, jan-jari lentik  tangan kanannya meremas¬remas perlahan kontholku secara berirama, seolah  berusaha mencari kehangatan dan kenikmatan di hiatnya menana  kejantananku. Remasannya itu mempenhebat vohtase dam rasa nikmat pada  batang kontholku.
  "Mas Bob. kita main di atas kasur saja…," ajak Ika dengan sinar mata yang sudah dikuasai nafsu binahi.
  Aku pun membopong tubuh telanjang Ika ke ruang dalam, dan  membaringkannya di atas tempat tidun pacarku. Ranjang pacarku ini amat  pendek, dasan kasurnya hanya terangkat sekitar 6 centimeter dari lantai.  Ketika kubopong. Ika tidak mau melepaskan tangannya dari leherku.  Bahkan, begitu tubuhnya menyentuh kasur, tangannya menanik wajahku  mendekat ke wajahnya. Tak ayal lagi, bibirnya yang pink menekan itu  melumat bibirku dengan ganasnya. Aku pun tidak mau mengalah. Kulumat  bibirnya dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara tanganku mendekap  tubuhnya dengan kuatnya. Kuhit punggungnya yang halus mulus  kuremas-remas dengan gemasnya.
  Kemudian aku menindih tubuh Ika. Kontholku terjepit di antara pangkal  pahanya yang mulus dan perut bawahku sendiri. Kehangatan kulit pahanya  mengalir ke batang kontholku yang tegang dan keras. Bibirku kemudian  melepaskan bibir sensual Ika. Kecupan bibirku pun turun. Kukecup dagu  Ika yang bagus. Kukecup leher jenjang Ika yang memancarkan bau wangi dan  segarnya parfum yang dia pakai. Kuciumi dan kugeluti leher indah itu  dengan wajahku, sementara pantatku mulai bergerak aktif sehingga  kontholku menekan dan menggesek-gesek paha Ika. Gesekan di kulit paha  yang licin itu membuat batang kontholku bagai diplirit-plirit. Kepala  kontholku merasa geli-geli enak oleh gesekan-gesekan paha Ika.
  Puas menggeluti leher indah, wajahku pun turun ke buah dada montok Ika.  Dengan gemas dan ganasnya aku membenamkan wajahku ke belahan dadanya,  sementara kedua tanganku meraup kedua belah payudaranya dan menekannya  ke arah wajahku. Keharuman payudaranya kuhirup sepuas-puasku. Belum puas  dengan menyungsep ke belahan dadanya, wajahku kini menggesek-gesek  memutar sehingga kedua gunung payudaranya tertekan-tekan oleh wajahku  secara bergantian. Sungguh sedap sekali rasanya ketika hidungku  menyentuh dan menghirup dalam-dalam daging payudara yang besar dan  kenyal itu. Kemudian bibirku meraup puncak bukit payudara kiri Ika.  Daerah payudara yang kecoklat-coklatan beserta putingnya yang pink  kecoklat-coklatan itu pun masuk dalam mulutku. Kulahap ujung payudara  dan putingnya itu dengan bernafsunya, tak ubahnya seperti bayi yang  menetek susu setelah kelaparan selama seharian. Di dalam mulutku, puting  itu kukulum-kulum dan kumainkan dengan lidahku.
  "Mas Bob… geli… geli …," kata Ika kegelian.
  Aku tidak perduli. Aku terus mengulum-kulum puncak bukit payudara Ika.  Putingnya terasa di lidahku menjadi keras. Kemudian aku kembali melahap  puncak bukit payudara itu sebesar-besarnya. Apa yang masuk dalam mulutku  kusedot sekuat-kuatnya. Sementara payudara sebelah kanannya kuremas  sekuat-kuatnya
  dengan tanganku. Hal tersebut kulakukan secara bergantian antara  payudara kiri dan payudara kanan Ika. Sementara kontholku semakin  menekan dan menggesek-gesek dengan beriramanya di kulit pahanya. Ika  semakin menggelinjang-gelinjang dengan hebatnya.
  "Mas Bob… mas Bob… ngilu… ngilu… hihhh… nakal sekali tangan dan mulutmu…  Auw! Sssh… ngilu… ngilu…," rintih Ika. Rintihannya itu justru semakin  mengipasi api nafsuku. Api nafsuku semakin berkobar-kobar. Semakin ganas  aku mengisap-isap dan meremas-remas payudara montoknya. Sementara  kontholku berdenyut-denyut keenakan merasakan hangat dan licinnya paha  Ika.
  Akhirnya aku tidak sabar lagi. Kulepaskan payudara montok Ika dari  gelutan mulut dan tanganku. Bibirku kini berpindah menciumi dagu dan  lehernya, sementara tanganku membimbing kontholku untuk mencari liang  memeknya. Kuputar-putarkan dahulu kepala kontholku di kelebatan jembut  di sekitar bibir memek Ika. Bulu-bulu jembut itu bagaikan menggelitiki  kepala kontholku. Kepala kontholku pun kegelian. Geli tetapi enak.
  "Mas Bob… masukkan seluruhnya mas Bob… masukkan seluruhnya… Mas Bob  belum pernah merasakan memek Mbak Dina kan? Mbak Dina orang kuno… tidak  mau merasakan konthol sebelum nikah. Padahal itu surga dunia… bagai  terhempas langit ke langit ketujuh. mas Bob…"
  Jan-jari tangan Ika yang lentik meraih batang kontholku yang sudah amat tegang. Pahanya yang mulus itu dia buka agak lebar.
  "Edan… edan… kontholmu besar dan keras sekali, mas Bob…," katanya sambil mengarahkan kepala kontholku ke lobang memeknya.
  Sesaat kemudian kepala kontholku menyentuh bibir memeknya yang sudah  basah. Kemudian dengan perlahan-lahan dan sambil kugetarkan, konthol  kutekankan masuk ke liang memek. Kini seluruh kepala kontholku pun  terbenam di dalam memek. Daging hangat berlendir kini terasa mengulum  kepala kontholku dengan enaknya.
  Aku menghentikan gerak masuk kontholku.
  "Mas Bob… teruskan masuk, Bob… Sssh… enak… jangan berhenti sampai situ  saja…," Ika protes atas tindakanku. Namun aku tidak perduli. Kubiarkan  kontholku hanya masuk ke lobang memeknya hanya sebatas kepalanya saja,  namun kontholku kugetarkan dengan amplituda kecil. Sementara bibir dan  hidungku dengan ganasnya menggeluti lehernya yang jenjang, lengan  tangannya yang harum dan mulus, dari ketiaknya yang bersih dari bulu  ketiak. Ika menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan.
  "Sssh… sssh… enak… enak… geli… geli, mas Bob. Geli… Terus masuk, mas Bob…"
  Bibirku mengulum kulit lengan tangannya dengan kuat-kuat. Sementara  gerakan kukonsentrasikan pada pinggulku. Dan… satu… dua… tiga! Kontholku  kutusukkan sedalam-dalamnya ke dalam memek Ika dengan sangat cepat dan  kuatnya. Plak! Pangkal pahaku beradu dengan pangkal pahanya yang mulus  yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya. Sementara kulit  batang kontholku bagaikan diplirit oleh bibir dan daging lobang memeknya  yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi: srrrt!
  "Auwww!" pekik Ika.
  Aku diam sesaat, membiarkan kontholku tertanam seluruhnya di dalam memek Ika tanpa bergerak sedikit pun.
  "Sakit mas Bob… Nakal sekali kamu… nakal sekali kamu…." kata Ika sambil tangannya meremas punggungku dengan kerasnya.
  Aku pun mulai menggerakkan kontholku keluar-masuk memek Ika. Aku tidak  tahu, apakah kontholku yang berukuran panjang dan besar ataukah lubang  memek Ika yang berukuran kecil. Yang saya tahu, seluruh bagian kontholku  yang masuk memeknya serasa dipijit-pijit dinding lobang memeknya dengan  agak kuatnya. Pijitan dinding memek itu memberi rasa hangat dan nikmat  pada batang kontholku.
  "Bagaimana Ika, sakit?" tanyaku
  "Sssh… enak sekali… enak sekali… Barangmu besar dan panjang sekali…  sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru lobang memekku…," jawab  Ika.
  Aku terus memompa memek Ika dengan kontholku perlahan-lahan. Payudara  kenyalnya yang menempel di dadaku ikut terpilin-pilin oleh dadaku akibat  gerakan memompa tadi. Kedua putingnya yang sudah mengeras seakan-akan  mengkilik-kilik dadaku yang bidang. Kehangatan payudaranya yang montok  itu mulai terasa mengalir ke dadaku. Kontholku serasa diremas-remas  dengan berirama oleh otot-otot memeknya sejalan dengan genjotanku  tersebut. Terasa hangat dan enak sekali. Sementara setiap kali menusuk  masuk kepala kontholku menyentuh suatu daging hangat di dalam memek Ika.  Sentuhan tersebut serasa menggelitiki kepala konthol sehingga aku  merasa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat.
  Kemudian aku mengambil kedua kakinya yang kuning langsat mulus dan  mengangkatnya. Sambil menjaga agar kontholku tidak tercabut dari lobang  memeknya, aku mengambil posisi agak jongkok. Betis kanan Ika  kutumpangkan di atas bahuku, sementara betis kirinya kudekatkan ke  wajahku. Sambil terus mengocok memeknya perlahan dengan kontholku, betis  kirinya yang amat indah itu kuciumi dan kukecupi dengan gemasnya.  Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang kuciumi dan  kugeluti, sementara betis kirinya kutumpangkan ke atas bahuku. Begitu  hal tersebut kulakukan beberapa kali secara bergantian, sambil  mempertahankan rasa nikmat di kontholku dengan mempertahankan gerakan  maju-mundur perlahannya di memek Ika.
  Setelah puas dengan cara tersebut, aku meletakkan kedua betisnya di  bahuku, sementara kedua telapak tanganku meraup kedua belah payudaranya.  Masih dengan kocokan konthol perlahan di memeknya, tanganku  meremas-remas payudara montok Ika. Kedua gumpalan daging kenyal itu  kuremas kuat-kuat secara berirama. Kadang kedua putingnya kugencet dan  kupelintir-pelintir secara perlahan. Puting itu semakin mengeras, dan  bukit payudara itu semakin terasa kenyal di telapak tanganku. Ika pun  merintih-rintih keenakan. Matanya merem-melek, dan alisnya  mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah.
  "Ah… mas Bob, geli… geli… Tobat… tobat… Ngilu mas Bob, ngilu… Sssh…  sssh… terus mas Bob, terus…. Edan… edan… kontholmu membuat memekku  merasa enak sekali… Nanti jangan disemprotkan di luar memek, mas Bob.  Nyemprot di dalam saja… aku sedang tidak subur…"
  Aku mulai mempercepat gerakan masuk-keluar kontholku di memek Ika.
  "Ah-ah-ah… benar, mas Bob. benar… yang cepat… Terus mas Bob, terus…"
  Aku bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihan Ika. tenagaku menjadi  berlipat ganda. Kutingkatkan kecepatan keluar-masuk kontholku di memek  Ika. Terus dan terus. Seluruh bagian kontholku serasa diremas¬-remas  dengan cepatnya oleh daging-daging hangat di dalam memek Ika. Mata Ika  menjadi merem-melek dengan cepat dan indahnya. Begitu juga diriku,  mataku pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yang  luar biasa.
  "Sssh… sssh… Ika… enak sekali… enak sekali memekmu… enak sekali memekmu…"
  "Ya mas Bob, aku juga merasa enak sekali… terusss… terus mas Bob, terusss…"
  Aku meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kontholku pada memeknya.  Kontholku terasa bagai diremas-remas dengan tidak karu-karuan.
  "Mas Bob… mas Bob… edan mas Bob, edan… sssh… sssh… Terus… terus… Saya hampir keluar nih mas Bob…
  sedikit lagi… kita keluar sama-sama ya Booob…," Ika jadi mengoceh tanpa kendali.
  Aku mengayuh terus. Aku belum merasa mau keluar. Namun aku harus  membuatnya keluar duluan. Biar perempuan Sunda yang molek satu ini tahu  bahwa lelaki Jawa itu perkasa. Biar dia mengakui kejantanan orang Jawa  yang bernama mas Bobby. Sementara kontholku merasakan daging-daging  hangat di dalam memek Ika bagaikan berdenyut dengan hebatnya.
  "Mas Bob… mas Bobby… mas Bobby…," rintih Ika. Telapak tangannya memegang  kedua lengan tanganku seolah mencari pegangan di batang pohon karena  takut jatuh ke bawah.
  lbarat pembalap, aku mengayuh sepeda balapku dengan semakin cepatnya.  Bedanya, dibandingkan dengan pembalap aku lebih beruntung. Di dalam  "mengayuh sepeda" aku merasakan keenakan yang luar biasa di sekujur  kontholku. Sepedaku pun mempunyai daya tarik tersendiri karena  mengeluarkan rintihan-rintihan keenakan yang tiada terkira.
  "Mas Bob… ah-ah-ah-ah-ah… Enak mas Bob, enak… Ah-ah-ah-ah-ah… Mau keluar  mas Bob… mau keluar… ah-ah-ah-ah-ah… sekarang ke-ke-ke…"
  Tiba-tiba kurasakan kontholku dijepit oleh dinding memek Ika dengan  sangat kuatnya. Di dalam memek, kontholku merasa disemprot oleh cairan  yang keluar dari memek Ika dengan cukup derasnya. Dan telapak tangan Ika  meremas lengan tanganku dengan sangat kuatnya. Mulut sensual Ika pun  berteriak tanpa kendali:
  "…keluarrr…!"
  Mata Ika membeliak-beliak. Sekejap tubuh Ika kurasakan mengejang.
  Aku pun menghentikan genjotanku. Kontholku yang tegang luar biasa  kubiarkan diam tertanam dalam memek Ika. Kontholku merasa hangat luar  biasa karena terkena semprotan cairan memek Ika. Kulihat mata Ika  kemudian memejam beberapa saat dalam menikmati puncak orgasmenya.
  Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan tangannya pada lenganku  perlahan-lahan mengendur. Kelopak matanya pun membuka, memandangi  wajahku. Sementara jepitan dinding memeknya pada kontholku  berangsur-angsur melemah. walaupun kontholku masih tegang dan keras.  Kedua kaki Ika lalu kuletakkan kembali di atas kasur dengan posisi agak  membuka. Aku kembali menindih tubuh telanjang Ika dengan mempertahankan  agar kontholku yang tertanam di dalam memeknya tidak tercabut.
  "Mas Bob… kamu luar biasa… kamu membawaku ke langit ke tujuh," kata Ika  dengan mimik wajah penuh kepuasan. "Kak Dai dan pacar-pacarku yang dulu  tidak pernah membuat aku ke puncak orgasme seperti ml. Sejak Mbak Dina  tinggal di sini, Ika suka membenarkan mas Bob saat berhubungan dengan  Kak Dai."
  Aku senang mendengar pengakuan Ika itu. berarti selama aku tidak  bertepuk sebelah tangan. Aku selalu membayangkan kemolekan tubuh Ika  dalam masturbasiku, sementara dia juga membayangkan kugeluti
  dalam onaninya. Bagiku. Dina bagus dijadikan istri dan ibu anak-anakku  kelak, namun tidak dapat dipungkiri bahwa tubuh aduhai Ika enak digeluti  dan digenjot dengan penuh nafsu.
  "Mas Bob… kamu seperti yang kubayangkan. Kamu jantan… kamu perkasa… dan  kamu berhasil membawaku ke puncak orgasme. Luar biasa nikmatnya…"
  Aku bangga mendengar ucapan Ika. Dadaku serasa mengembang. Dan bagai  anak kecil yang suka pujian, aku ingin menunjukkan bahwa aku lebih  perkasa dari dugaannya. Perempuan Sunda ini harus kewalahan menghadapi  genjotanku. Perempuan Sunda ini harus mengakui kejantanan dan  keperkasaanku. Kebetulan aku saat ini baru setengah perjalanan  pendakianku di saat Ika sudah mencapai orgasmenya. Kontholku masih  tegang di dalam memeknya. Kontholku masih besar dan keras, yang hams  menyemprotkan pelurunya agar kepalaku tidak pusing.
  Aku kembali mendekap tubuh mulus Ika, yang di bawah sinar lampu kuning  kulit tubuhnya tampak sangat mulus dan licin. Kontholku mulai bergerak  keluar-masuk lagi di memek Ika, namun masih dengan gerakan perlahan.  Dinding memek Ika secara berargsur-angsur terasa mulai meremas-remas  kontholku. Terasa hangat dan enak. Namun sekarang gerakan kontholku  lebih lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti karena adanya cairan  orgasme yang disemprotkan oleh memek Ika beberapa saat yang lalu.
  "Ahhh… mas Bob… kau langsung memulainya lagi… Sekarang giliranmu…  semprotkan air manimu ke dinding-dinding memekku… Sssh…," Ika mulai  mendesis-desis lagi.
  Bibirku mulai memagut bibir merekah Ika yang amat sensual itu dan  melumat-lumatnya dengan gemasnya. Sementara tangan kiriku ikut menyangga  berat badanku, tangan kananku meremas-remas payudara montok Ika serta  memijit-mijit putingnya, sesuai dengan mama gerak maju-mundur kontholku  di memeknya.
  "Sssh… sssh… sssh… enak mas Bob, enak… Terus… teruss… terusss…," desis  bibir Ika di saat berhasil melepaskannya dari serbuan bibirku. Desisan  itu bagaikan mengipasi gelora api birahiku.
  Sambil kembali melumat bibir Ika dengan kuatnya, aku mempercepat  genjotan kontholku di memeknya. Pengaruh adanya cairan di dalam memek  Ika, keluar-masuknya konthol pun diiringi oleh suara, "srrt-srret  srrrt-srrret srrt-srret…" Mulut Ika di saat terbebas dari lumatan  bibirku tidak henti-hentinya mengeluarkan rintih kenikmatan,
  "Mas Bob… ah… mas Bob… ah… mas Bob… hhb… mas Bob… ahh…"
  Kontholku semakin tegang. Kulepaskan tangan kananku dari payudaranya.  Kedua tanganku kini dari ketiak Ika menyusup ke bawah dan memeluk  punggung mulusnya. Tangan Ika pun memeluk punggungku dan  mengusap-usapnya. Aku pun memulai serangan dahsyatku. Keluar-masuknya  kontholku ke dalam memek Ika sekarang berlangsung dengan cepat dan  berirama. Setiap kali masuk, konthol kuhunjamkan keras-keras agar  menusuk memek Ika sedalam-dalamnya. Dalam perjalanannya, batang  kontholku bagai diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding memek  Ika. Sampai di langkah terdalam, mata Ika membeliak sambil bibirnya  mengeluarkan seruan tertahan, "Ak!" Sementara daging pangkal pahaku  bagaikan menampar daging pangkal pahanya sampai berbunyi: plak! Di saat  bergerak keluar memek, konthol kujaga agar kepalanya yang mengenakan  helm tetap tertanam di lobang memek. Remasan dinding memek pada batang  kontholku pada gerak keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan  gerak masuknya. Bibir memek yang mengulum batang kontholku pun sedikit  ikut tertarik keluar, seolah tidak rela bila sampai ditinggal keluar  oleh batang kontholku. Pada gerak keluar ini Bibir Ika mendesah, "Hhh…"
  Aku terus menggenjot memek Ika dengan gerakan cepat dan  menghentak-hentak. Remasan yang luar biasa kuat, hangat, dan enak sekali  bekerja di kontholku. Tangan Ika meremas punggungku kuat-kuat di saat  kontholku kuhunjam masuk sejauh-jauhnya ke lobang memeknya. beradunya  daging pangkal paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak!  Pergeseran antara kontholku dan memek Ika menimbulkan bunyi  srottt-srrrt… srottt-srrrt… srottt-srrrtt… Kedua nada tersebut  diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecil yang merdu yang keluar dari  bibir Ika:
  "Ak! Uhh… Ak! Hhh… Ak! Hhh…"
  Kontholku terasa empot-empotan luar biasa. Rasa hangat, geli, dan enak  yang tiada tara membuatku tidak kuasa menahan pekikan-pekikan kecil:
  "lka… Ika… edan… edan… Enak sekali Ika… Memekmu enak sekali… Memekmu hangat sekali… edan… jepitan memekmu enak sekali…"
  "Mas Bob… mas Bob… terus mas Bob rintih Ika, "enak mas Bob… enaaak… Ak! Ak! Ak! Hhh… Ak! Hhh… Ak! Hhh…"
  Tiba-tiba rasa gatal menyelimuti segenap penjuru kontholku. Gatal yang  enak sekali. Aku pun mengocokkan kontholku ke memeknya dengan semakin  cepat dan kerasnya. Setiap masuk ke dalam, kontholku berusaha menusuk  lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan langkah masuk  sebelumnya. Rasa gatal dan rasa enak yang luar biasa di konthol pun  semakin menghebat.
  "Ika… aku… aku…" Karena menahan rasa nikmat dan gatal yang luar biasa  aku tidak mampu menyelesaikan ucapanku yang memang sudah terbata-bata  itu.
  "Mas Bob… mas Bob… mas Bob! Ak-ak-ak… Aku mau keluar lagi… Ak-ak-ak… aku ke-ke-ke…"
  Tiba-tiba kontholku mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya. Aku  tidak mampu lagi menahan rasa gatal yang sudah mencapai puncaknya. Namun  pada saat itu juga tiba-tiba dinding memek Ika mencekik kuat sekali.  Dengan cekikan yang kuat dan enak sekali itu. aku tidak mampu lagi  menahan jebolnya bendungan dalam alat kelaminku.
  Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala kontholku terasa disemprot cairan memek  Ika, bersamaan dengan pekikan Ika, "…keluarrrr…!" Tubuh Ika mengejang  dengan mata membeliak-beliak.
  "Ika…!" aku melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuh Ika  sekuat-kuatnya, seolah aku sedang berusaha rnenemukkan tulang-tulang  punggungnya dalam kegemasan. Wajahku kubenamkan kuat-kuat di lehernya  yang jenjang. Cairan spermaku pun tak terbendung lagi.
  Crottt! Crott! Croat! Spermaku bersemburan dengan derasnya, menyemprot  dinding memek Ika yang terdalam. Kontholku yang terbenam semua di dalam  kehangatan memek Ika terasa berdenyut-denyut.
  Beberapa saat lamanya aku dan Ika terdiam dalam keadaan berpelukan erat  sekali, sampai-sampai dari alat kemaluan, perut, hingga ke payudaranya  seolah terpateri erat dengan tubuh depanku. Aku menghabiskan sisa-sisa  sperma dalam kontholku. Cret! Cret! Cret! Kontholku menyemprotkan lagi  air mani yang masih tersisa ke dalam memek Ika. Kali ini semprotannya  lebih lemah.
  Perlahan-lahan tubuh Ika dan tubuhku pun mengendur kembali. Aku kemudian  menciumi leher mulus Ika dengan lembutnya, sementara tangan Ika  mengusap-usap punggungku dan mengelus-elus rambut kepalaku. Aku merasa  puas sekali berhasil bermain seks dengan Ika. Pertama kali aku bermain  seks, bidadari lawan mainku adalah perempuan Sunda yang bertubuh kenyal,  berkulit kuning langsat mulus, berpayudara besar dan padat, berpinggang  ramping, dan berpinggul besar serta aduhai. Tidak rugi air maniku  diperas habis-habisan pada pengalaman pertama ini oleh orang semolek  Ika.
  "Mas Bob… terima kasih mas Bob. Puas sekali saya. indah sekali… sungguh… enak sekali," kata Ika lirih.
  Aku tidak memberi kata tanggapan. Sebagai jawaban, bibirnya yang indah  itu kukecup mesra. Dalam keadaan tetap telanjang, kami berdekapan erat  di atas tempat tidur pacarku. Dia meletakkan kepalanya di atas dadaku  yang bidang, sedang tangannya melingkar ke badanku. Baru ketika jam  dinding menunjukkan pukul 22:00, aku dan Ika berpakaian kembali. Ika  sudah tahu kebiasaanku dalam mengapeli Dina, bahwa pukul 22:00 aku  pulang ke tempat kost-ku sendiri.
  Sebelum keluar kamar, aku mendekap erat tubuh Ika dan melumat-lumat bibirnya beberapa saat.
  "Mas Bob… kapan-kapan kita mengulangi lagi ya mas Bob… Jangan khawatir,  kita tanpa Ikatan. Ika akan selalu merahasiakan hal ini kepada siapapun,  termasuk ke Kak Dai dan Mbak Dina. Ika puas sekali bercumbu dengan mas  Bob," begitu kata Ika.
  Aku pun mengangguk tanda setuju. Siapa sih yang tidak mau diberi  kenikmatan secara gratis dan tanpa ikatan? Akhirnya dia keluar dari  kamar dan kembali masuk ke rumahnya lewat pintu samping. Lima menit  kemudian aku baru pulang ke tempat kost-ku.
 
 
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Sang Penari Bali, Memang Ganas.....               May 10th 2013, 13:26                                               Perkenalkan Namaku Agus seorang PNS di Bali, untuk kerahasiaan aku tidak  akan menuliskan tahun terjadinya peristiwa ini dan nama asli. Namun  cerita ini adalah benar adanya.
  Bulan November aku mengikuti prajabatan PNS, yah tak ada yang kukenal di  prajabatan ini, karena itu aku berusaha untuk mencari teman  sebanyak-banyaknya. Pagi itu adalah jam pertama, aku duduk di bangku  kelas bagian tengah, kulirik kiri dan kanan. tak ada yanmg kukenal,  namun ada satu yang menarik perhatianku, seorang gadis cantik duduk tak  jauh dariku, dia nampak ramah dan selalu tersenyum, kulitnya sawo  matang, namun bagiku dia terlihat yang paling cantik di kelas. Dia lalu  memperkenalkan diri.
  "Nama saya Ni Ketut Dede Ariyani, aku guru tari Bali, nama kamu siapa? kok ngeliatin terus sih?" Aku jadi salah tingkah, lalu aku menjawab, "Maaf ya mbok tut, nama saya Agus, abis ga ada yang dikenal sih…" "Sekarang kan udah kenal,emang umur kamu berapa? kok manggil mbok" "25 mbok, emang kenapa?" "oh, emang bener kamu manggil aku mbok, umur aku 28." "Oh…"
  Meskipun dia bilang umurnya 28 tapi dia tidak terlihat setua itu,  perawakannya lebih pendek dari aku dan badannya sintal. Sejak perkenalan  itu kami sering ngobrol berdua pada waktu prajabatan selama 2 minggu  itu, smsan dan telpon-telponan, dia juga sering ditengok sama cowok yang  sama temen-temen aku dipanggil raksasa, Dede bilang sih itu  tunangannya, aku kesel juga tapi apa daya aku cuma bisa senyum, tapi  memang pada waktu itu aku belum merasakan apa-apa.
  Pada waktu sehari sebelum penutupan dia bilang begini, "Gus, nanti abis penutupan kita jalan-jalan yuk!?" "ayuk", kataku dengan senang hati, "emang mau kemana mbok?" "yah, ke bioskop atau kemana gitu." "oke.."
  saat itu tiba, aku dah siap-siap untuk penutupan dan tak lupa aku  membawa pakaian ganti, begitu selesai penutupan kami pergi ke bioskop,  kami nonton dan sengaja memilih bangku paling pinggir, entah kenapa aku  mulai berpikiran kotor, lalu aku memeluk dia, dia tidak menolak. Lalu  aku beranikan diri untuk mencium dia, dia malah menyambut ciumanku  dengan hangat. Kami berciuman lama sekali, aku melumat bibirnya dengan  penuh nafsu, setelah beberapa menit dia berkata, "ternyata perasaan gak bisa bohong ya." "iya…"
  Aku tak ragu lagi untuk memeluk dan menciumnya bahkan aku berani  memegang payudaranya dari dalam bajunya sementara dia juga memegang  dadaku, akhirnya kami selesai nonton film lalu aku berkata, "De..putusin cowok kamu ya, trus nikah ma aku." "Ga bisa gus, aku ma dia dah lebih dari pacaran kami dah biasa begituan, tinggal dibantenin aja kami dah jadi suami istri…" Aku kecewa dan marah tapi ga bisa apa-apa, akhirnya aku bilang, "Terserah."
  Aku tidak pernah ngehubungi dia selama beberapa hari, akhirnya aku  berpikir normal aku tidak mungkin masuk ke dalam kehidupannya, yah… aku  akhirnya menghubungi dia lagi dan kami ngobrol seperti biasa tanpa ada  masalah lagi dan pada suatu saat dia mengajak aku makan di ayam wong  Solo. Aku sebagai orang yang lebih miskin dari dia jelas tidak menolak. Kami  pergi kesana terus kami memesan meja di tempat bebas rokok yang sepi dan  tertutup.
  Setelah selesai makan, aku dan dia yang duduk bersebelahan menumpahkan  rasa kangen. Kami saling mencium, saling melumat dan saling memegang.  Aku berkata padanya, "De, aku pingin buat cupang di leher kamu." "Coba aja!" Aku mencoba menghisap lehernya untuk membuat cupang tetapi gagal, dia lalu tertawa sambil berkata, "He… he… he… bukan gitu caranya, nih aku contohin", dia mulai beraksi.  Entah bagaimana caranya dia mengisap, yang jelas rasanya aku  melayang-layang, aku cuma mendesah, "Ah… ah…" "Tuh kan, dah merah", kata dia sambil menunjuk leher aku. "Dasar… De, kita pulang yuk." "ayuk." Dede lalu membayar makanan sementara aku langsung menuju mobilnya.
  Sesampai di rumah, pikiranku kacau karena cupang itu, aku langsung nge-sms dia, "De… aku kepingin cupangnya bukan di leher, aku pingin di dada, aku juga pingin buat cupang di dada kamu." Aku kira dia marah, tapi dia malah ngebalas, "Gus, aku sayang ma kamu, kalau kamu buat cupang di dadaku boleh kok, selain itu sebagai tanda sayang aku, aku pingin 3d." "Apaan tuh 3d?", balasku. "Diputer, Dijilat trus Dicelupin." "Hah!! Beneran? Atau becanda nih?" "beneran, masak aku main-main." "Kapan kamu mau? Tapi aku belum pernah lho sayang, apa mesti pake pengaman?" "Aku pinginnya ga pake, tapi kalau kamu ragu lebih baik pake aja, waktunya nanti aja kalau ada kesempatan, gimana?" "Oke deh, met istirahat ya sayang…" "Istirahat apaan aku kan harus nari di Hotel sayang, nanti kalau aku ga balas berarti aku masih sibuk atau ada si dia sama aku." "Ya deh, met kerja ya sayang."
  Yah, ini adalah jadwal harian dia, dia adalah seorang penari Bali dan  kadang dia nari di hotel kadang malah sampai ke luar negeri. Lama aku menunggu waktu itu, akhirnya aku mendapat kesempatan pelatihan 4  hari. Tetapi karena kecerdikan panitia pelatihan itu hanya 3 hari.  Berarti aku hanya punya waktu 1 hari. Aku langsung nge-sms dia, "De… besok ga ngajarkan? Kita laksanakan rencana kita yuk?" "ayuk, nanti aku jemput dimana?" "Jemput aku ditempat pelatihan di Jalan Hayam wuruk." "Oke!"
  Besoknya aku sudah menunggu dia di tempat pelatihan. Beberapa menit  kemudian dia tiba. Aku langsung naik ke mobilnya dan ganti baju di  dalamnya. Aku yang udah nafsu lalu bilang, "Kita mau kemana? ayuk", Dede memakai baju yang agak ngepres di  badannya, sementara di bagian bawah dia hanya mengenakan kain pantai,  ketika aku lirik ternyata dia tidak mengunnakan apa-apa selain kain  pantai dan tentu saja cd. "Jangan gitu, kita makan dulu yuk…" Kami lalu makan, selanjutnya kami menuju bungalow di Kuta, namun sebelumnya kami sudah membeli makan siang terlebih dahulu. Sesampainya di kamar bungalow, dia lalu menutup pintu, aku yang udah nafsu langsung menyerbunya. Dia lalu berkata, "Ga jadi ah…" "Trus kita ngapain kesini?" "ngobrol sambil tiduran." "Enak aja", aku langsung menyerbu dia berusaha melepas bajunya dan kain pantainya, lalu dia bilang, "Sabar dong sayang."
  Dede lalu mematikan lampu, lalu menutup korden yang tadi belum tertutup,  aku memang udah nafsu liat kemolekan dia jadi ga memperhatikan itu.  Akhirnya aku menyerbu dia, kali ini aku tidak menemuka perlawanan  berarti, dia udah siap. Aku mencium dia dengan nafsu, lalu melepas  bajunya dan kain pantainya, tubuhnya kini hanya ditutupi BH dan CD. Dia  lalu bilang, "Gus… Aku pernah dioperasi di payudara dulu ada tonjolannya." BHnya aku lepas lalu aku menciumi payudaranya dengan lembut, "ehm… ehm…" "Gus… ka… mu… be….bbener lembut… ah ah ahh.." Desahannya membuat aku bernafsu, lalu aku melepas bajuku dan celana ku  sehingga aku telanjang di depan dia, CD diapun kulepas, dia lalu  berkata, "Gus… pake kondom dulu ya sayang…" Dia lalu memakaikan aku kondom, aku yang masih awam langsung saja  memasukkan punyaku ke dalam vaginanya. Beberapa menit kemudian aku udah  keluar, yah karena aku belum pengalaman, dia melepas kondomku dan  berkata, "Ga apa-apa kan baru pertama." Belum berapa menit nafsuku naik lagi. Aku langsung menyentuh payudaranya, kali ini dia lebih pintar dia lalu berkata, "Gus… sekarang kamu di bawah ya, aku yang di atas." aku rebah di bawah, dia pelan-pelan memasukkan penisku ke vaginanya, "uh… enak sekali…", aku mendesah. Diapun mendesah, "Ah… ah… nikmat sekali….ah… ah…" Goyangannya betul-betul luar biasa, aku sampai merem melek, bodynya yang  sintal bergoyang di atasku, aku memegang payudaranya sambil sesekali  menciumnya, "ah… nikmat sekali rasanya", ditengah-tengah kenikmatan itu tiba-tiba  dia mengejang dan melepaskan vaginanya sambil terengah-engah. "Aku belum keluar kok dah selesai De?" "Cape… dan kayanya dah keluar Gus." Aku langsung menindihnya dan memasukkan penisku ke vaginanya dan mengocoknya dengan cepat karena tanggung pkirku, akhirnya, "ah…" Spermaku tumpah, aku langsung menarik penis ku keluar dan langsung mengeluarka spermaku di perutnya. Dede lalu berkata, "Sekarang gantian, aku yang belum keluar nih." "Yah…" Aku lalu memasukkan jariku ke vaginanya dan mengocoknya. "ah..ah…ah…ah…", Dede mendesah keras. "gimana De, enak kan?" "enak banget… ah…ah… ah…" Tiba-tiba dia memeluk aku erat sekali sambil mencium dada aku hingga cupang. Kamipun tertidur, dan sorenya pulang.
  Kami masih kontak beberapa minggu, hingga ada satu kejadian jelek yang  aku dan dia alami. Kami nonton di bioskop berdua dan disudut seperti  biasa, selanjutnya kami berciuman, lalu tanganku bergerilya ke  selangkangannya, tangan dia pun juga sama. Aku memasukkan tanganku ke  vaginanya dan tangannya juga mulai mengocok penisku "Ah… ah… ah…" Desahan kami berdua berirama. Akhirnya tanganku terasa basah dan dia mengejang… Aku sama sekali belum  keluar tapi film keburu selesai. Di perjalanan pulang akhirnya kami  ribut, karena dia ingin pisah dariku dan kembali ke tunangannya. Aku  berusaha membela diri tapi dia sudah berketetapan. Akhirnya kami berpisah dan aku tidak pernah bertemu dengan dia sampai akhirnya dia menikah dengan tunangannya yang juga penari.
  TAMAT
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Dewi, threesome dengan doni dan tuti               May 10th 2013, 13:26                                                Selama 1 minggu ini Dewi betul-betul beristirahat dari petualangan  liarnya, ia sedang berusaha memulihkan kembali otot-otot vaginanya  kembali normal setelah selama 1 minggu vaginanya dihajar oleh batang  kemaluan Dave yang besar dan panjang, Dewipun rajin meminum jamu yang  dapat mengembalikan otot-otot vaginanya kembali normal. Selama 1 minggu  ini Dewi masih merasakan vaginanya yang sedikit perih akibat hajaran  batang kemaluan Dave, tapi walaupun ia merasakan perih di vaginanya tapi  Dewi merasa puas dengan terjangan-terjangan batang kemaluan Dave, negro  teman suaminya itu, masih terbayang dalam benaknya bagaimana enaknya  disetubuhi oleh penisnya Dave yang hitam, besar dan panjangnya melebihi  batang kemaluan yang pernah ia rasakan selama ini, ukuran penisnya Dave  itu hampir 2x dari ukuran batang kemaluan para lelaki yang pernah  memuaskan ia. Setelah 1 minggu lamanya Dewi meminum jamu dan berhenti  melakukan persetubuhan, Dewi mulai merasakan perih di vaginanya  berangsur hilang, hari ini Dewi merasakan vaginanya sudah tidak perih  lagi, hatinya membatin hari ini ia dapat merasakan lagi kejantanan para  lelaki. Hari ini matahari masih malu-malu untuk menampakkan sinarnya,  rumah Hendro masih terlihat sepi, kesibukan yang ada hanya didapur dan  ditempat cuci, para pembantunya Hendro sudah terlihat dengan kegiatan  masing-masing, terlihat Tuti dan Narti sibuk membenahi rumah dan kamar,  sementara Ani sibuk dengan mencuci pakaian, Pono sendiri sedang  membenahi taman di depan rumah. Terlihat sebuah mobil meluncur kearah  rumah kediaman Hendro, dari balik mobil turun seseorang dan menghampiri  pintu gerbang, ia melihat Pono yang sedang asyik memotong rumput di  halaman, dari balik pintu gerbang orang tersebut lalu  memanggil Pono,  yang dipanggilpun segera menghampiri pintu gerbang.
  "Eh, aden , baru datang," tanya Pono setelah mengetahui bahwa yang dating adalah tuan mudanya.
  "Hhhmm, iya nih baru sampai, tolong bukain pintunya, Pon," sahut Doni.
  "Baik, Den," jawab Pono.
  Pintu gerbang segera dibuka oleh Pono dan Donipun segera mengemudikan  mobilnya langsung menuju garasi, sementara Pono setelah menutup pintu  gerbang kembali dengan kegiatannya. Donipun melangkah masuk kerumah,  yang pertama ia tuju adalah kamar mamih tirinya, ia merasa sudah kangen  dengan pelukan mamih tirinya, dengan ciumannya, dengan kulumannya dan  dengan jepitan vaginanya. Hanya dengan membayangkan semua itu membuat  batang kemaluannya berdiri tegak.
  Doni tidak melihat ke 3 pembantunya saat ia menuju kekamar mamihnya itu,  saat itu Tuti dan Narti sedang berada di kamar Doni, membersihkan kamar  tuan mudanya itu, sementara Ani sendiri masih asyik dengan kegiatannya  ditempat cuci, setibanya didepan kamar mamihnya, Doni dengan perlahan  membuka pintu kamar mamihnya, kemudian ia menutup pintu kamar tersebut  dengan perlahan setelah berada didalam kamar, langkah kakinya menuju  kearah tempat tidur mamihnya, Doni melihat Dewi masih tertidur dengan  lelap, dengan perlahan-lahan ia melangkahkan kakinya, kemudian dengan  perlahan juga ia duduk di samping mamihnya yang masih tertidur itu.  Dengan perlahan ia menyibakkan selimut yang menutupi tubuh mamihnya itu.  Donipun tersenyum melihat tubuh Dewi yang sudah tidak tertutupi oleh  selimut, karena ia melihat tubuh Dewi yang hanya berbalutkan daster  tipis, sehingga kedua payudaranya terbayang, kedua putingnya tercetak  didaster tersebut. Dengan perlahan kedua tangannya mulai menjamah kedua  payudara tersebut dan meremas perlahan, selain itu Doni mulai mengecup  perlahan bibir Dewi. Remasan-remasan kedua tangan Doni di payudara Dewi,  dan kecupan-kecupan ringan dibibir Dewi, membuat Dewi tersentak dari  tidurnya, Dewi kaget karena merasakan kedua payudaranya ada yang meremas  dan bibirnya ada yang mengecup. Matanya terbuka, dan mulutnya terbuka  untuk berteriak, saat itu juga Doni mencium bibir mamihnya yang terbuka  itu dan memasukkan lidahnya kedalam rongga mulutnya, lidahnya mulai  bermain dan dilangit-langit dan lidah Dewi. Mendapat serangan yang  mendadak itu Dewi gelagapan dan matanya semakin terbelalak, tapi setelah  matanya menangkap raut muka yang ia kenal dan wajah itu adalah wajah  anak tirinya, Doni. Hasrat untuk marahnya hilang, ciuman Doni ia balas.  Lidah Doni yang bermain di rongga mulutnya ia balas, kedua lidah mereka  saling bertautan, remasan tangan Doni semakin menjadi. Dewi dibuatnya  mendesah, nafas keduanya memburu, nafsu birahi mereka memuncak. Tangan  kiri Dewi meraih belakang kepala Doni, seolah tidak mau melepaskan Doni  untuk terus mencumbunya, tangan kanannya merayap keselangkangan Doni,  mengelus-elus batang kemaluan Doni yang sudah tegang dari balik  celananya, tangan Donipun semakin asyik meremas-remas kedua payudara  Dewi yang ukurannya sama dengan ukuran artis "JUPE", desahan-desahan dan  lenguhan-lenguhan kerap terdengar dari mulut mereka berdua, tidak puas  dengan hanya mengelus-elus batang kemaluan Doni dari luar. Tangan kanan  Dewi mulai beraksi dengan mencoba membuka kancing dan resleting celana  Doni. Setelah berhasil membuka celana Doni, tangan Dewi segera  menyelusup masuk kedalam CD Doni, batang kemaluan Doni yang sudah tegang  segera diremasnya, akibatnya Doni menggelinjang mendapat serangan itu,  saat mereka asyik bercumbu itu tiba-tiba terdengar ketukan di pintu  kamar, keduanya segera menghentikan kegiatan mereka.
 
  Doni
  "Yaaa….," sahut Dewi dengan nafas yang masih tersengal-sengal, dan  mulutnya tersenyum ke Doni, lalu ia mengecup mesra bibir Doni.
  "Bu…maaf, kamarnya mau dibersihkan sekarang," terdengar suara Tuti menjawab.
  "Hmmm….ya boleh, masuk saja," jawab Dewi
  Doni kemudian memandang Dewi seolah memprotes jawaban mamihnya itu,  karena dia merasa hasrat birahinya yang sudah lama terpendam belum  tersampaikan. Dewi hanya tersenyum sambil mengecup kembali bibir Doni.
  "Kamar mandi dulu aja, Tut, yang kamu bersihkan," sahut Dewi.
  "Baik, bu," jawab Tuti,
  "Eh..ada den Doni, kapan datang, Den?" tanya Tuti yang saat itu menyadari ada Doni di kamar nyonyanya ini.
  "Barusan saja," jawab Doni dengan tersenyum dan memandangi Tuti
  Ia menyadari bahwa Tuti seorang cewek yang manis, kulitnya kuning  langsat, bentuk tubuhnyapun sempurna, langsing, kedua payudaranyapun  nampaknya tidak terlalu besar. Hatinya membatin suatu hari aku harus  merasakan tubuhnya. Doni memandangi tubuh Tuti sampai menghilang ke  dalam kamar mandi. Dewi yang melihat tingkah anaknya itu tersenyum,  kemudian ia berbisik ditelinga anaknya, 
  "Pasti kamu sedang membayangkan tubuh Tuti telanjang, dan pasti kamu  berharap untuk bisa menyetubuhinya,"bisik Dewi sambil menjilat telinga  anaknya.
  "Ah..mamih, gak lah,"jawab Doni perlahan dan tersipu, saat jalan pikirannya diketahui oleh mamihnya itu.
  "hehehe… kamu jangan bohong Don, dari cara matamu menatap tubuhnya, mamih langsung tahu,"bisik Dewi kembali.
  "Kamu pengen nyobain tubuhnya sekarang, itu juga kalau kamu mau….,"goda Dewi.
  "eeh…emang bisa,"tanya Doni penasaran.
  "Mau…atau tidak," Dewi kembali menggoda.
  "Hhhmmmm….mau, mih, tapi mamih?,"dengan malu Doni mengiyakan.
  "Hmmmm…kita main bertiga aja, kamu kuat gak?" tawar Dewi.
  Dewi tidak tahu bahwa Doni sebelumnya sudah menelan obat kuat, karena Doni ingin menyetubuhi mamihnya dan memberinya kepuasan.
  "kalau soal itu gak usah khawatir,"jawab Doni tersenyum.
  "Oke kalau begitu," sahut Dewi.
  "Kamu sembunyi dulu sana , terus lepas bajumu semua, biar mamih yang  ngatur, nanti kalau mamih kasih tanda kamu keluar," Dewi menyuruh Doni  sembunyi.
  "Hhhmmm.. oke mih,"Sahut Doni sambil beranjak menuju ke ruangan tempat berganti pakaian.
  "Tut, Tuti…sini sebentar," Dewi memanggil Tuti.
  "Ya bu," sahut Tuti yang segera menghampiri nyonyanya ini.
  Saat itu Dewi sedang duduk dipinggiran tempat tidurnya, Tuti sedikit  ternganga saat sampai di tempat Dewi duduk, karena ia melihat tubuh  nyonyanya terbayang dengan jelas dari balik daster tipisnya, Tuti  melihat kedua payudara nyonyanya yang indah dan besar dihiasi kedua  putingnya yang kemerahan, sementara diselangkangannya Tuti melihat  bayangan hitam, Tuti menyadari bahwa nyonyanya ini tidak mengenakan  pakaian dalam dibalik dasternya yang tipi situ.
  "Sini, Tut, duduk sini," Sahut Dewi sambil menepuk pinggiran tempat tidur disebelah kirinya.
  "Ahh..gak usah Bu, biar saya disini saja, daster saya basah, Bu," jawab Tuti sungkan untuk duduk disamping nyonyanya ini.
  "Eh..gak apa-apa, sini duduk, saya mau tanya sesuatu,"kata Dewi.
  Dengan berat hati akhirnya Tuti duduk disebelah Dewi,
  " Ada apa Bu? Ehh..den Doni sudah ke mana, Bu?" tanya Tuti.
  "Ohh..Doni kembali kekamarnya, ini Tut, saya mau tanya, kamu sudah berapa lama menjanda,"tanya Dewi
  "Ohh..kira-kira 1 tahun setengah, Bu, memang kenapa, Bu?"jawab Tuti sambil bertanya.
  "Kamu gak kangen sama itunya lelaki," tanya Dewi sambil tersenyum.
  "Maksud ibu?"tanya Tuti yang masih belum mengerti maksud Dewi.
  "Itu lho, Tut, selama satu setengah tahun kamu gak merasa kesepian,  tidur gak ada yang meluk, lalu gak pernah melakukan hubungan suami  istri?" Dewi menjelaskan.
  "Ohh itu, eehhh..gimana yach, Bu, malu..jadinya..kangen sih lalu kalau  kesepian sich udah pasti, Bu, kalau yang satu itu, gimana yach, malu  Bu.."jawab Tuti tersipu. 
 
  Tuti
  "kenapa malu, Tut, kan hanya kita berdua aja, kenapa harus malu sama saya, kan kita sama-sama wanita,"desak Dewi
  "Eeehhh…kadang-kadang sich kepengen juga, Bu." Jawab Tuti malu-malu.
  "terus kalau lagi kepengen begituan, kamu ngapain,"kembali Dewi mendesak.
  "Iiihh…ibu..malu ah….,"kata Tuti
  "Ayo dong Tut, kenapa harus malu, ini kan hanya kita berdua saja yang tahu," Dewi terus mendesak.
  "Aaahh…ibu, saya..hhmmm..saya…paling kalau lagi kepengen  begituan…eehhh…. Saya….eeehh….saya…. punya saya… aaahh..malu…,"jawab  Tuti malu, pipinya berona merah karena malu, Doni yang mengintip semakin  bernafsu melihat Tuti yang tersipu malu semakin terlihat manisnya.
  "Punyamu diapain,"desak Dewi.
  "Ihhh..ibu…masa saya harus bilang..,"kata Tuti
  "Ayo, dong Tut, punyamu diapain,"desak Dewi kembali.
  "Itu lho, Bu…di ..raba…di elus-elus sama tangan saya…sampai saya..puas,"  jawab Tuti tersipu malu, rona merah dipipinya semakin terlihat.
  "Oohh..hanya dielus-elus sama tangan kamu sendiri,"kata Dewi, sambil  tangan kirinya mengusap-usap punggung Tuti, Tuti menggelinjang kegelian  oleh rabaan tangan Dewi.
  "Aaah…geli, Bu,"kata Tuti
  "Kamu mau tolongin saya, saya juga sudah lama tidak merasakan punyanya laki-laki,"kata Dewi
  "Eehh..Bu, gimana caranya Bu, saya kan perempuan?"kata Tuti bingung
  "Kamu lakukan dengan tanganmu, kamu lakukan seperti kamu lakukan kepunyaanmu," kata Dewi
  "maksud ibu,"tanya Dewi bingung
  Dewi kemudian meraih tangan Tuti lalu meletakkan tangannya tersebut  diselangkangannya, Dewi membuka kedua kakinya, dan mengangkat dasternya,  tangan Tuti lalu ia gerakkan di vaginanya. Tuti terperanjat dengan ulah  majikannya ini, tapi karena kasihan dengan majikannya ini, iapun lalu  mengikuti kemauan majikannya ini. Tangannya bergerak perlahan  mengelus-elus vagina Dewi, tak lama kemudian Dewipun mulai beraksi,  tangan kanannya menyelusup ke dalam daster Tuti dan menyelinap kedalam  Bra Tuti. Payudara Tuti langsung diremas-remasnya, sementara tangan  kirinya mengusap-usap punggung Tuti. Tuti kaget mendapat perlakuan  seperti itu,
  "Eeehh..Bu, jangan, Bu….ooohhh…jjaaanngan…,"tolak Tuti sambil mendesah,  karena ia sudah merasakan gairah birahinya yang mulai timbul.
  Mulut berkata jangan, tapi tubuh Tuti tidak menolak dengan perlakuan  Dewi, tangan Tutipun semakin aktif bermain di vagina Dewi, hasrat birahi  kedua wanita ini dengan perlahan bangkit. Permainan mereka semakin  menjadi. Entah sejak kapan tubuh mereka berdua sudah telanjang. Dari  posisi duduk di pinggiran ranjang, sekarang posisi mereka sudah di atas  ranjang. Tuti terbaring mendesah-desah menikmati jilatan-jilatan lidah  Dewi di vaginanya dan hisapan-hisapan yang mendera kelentitnya, perasaan  Tuti melambung tinggi, tubuhnya menggelinjang menikmati  serangan-serangan Dewi di vagina dan kelentitnya.
  "Oooohhh… ssshhh …aaahhh …sshhh ..aahhh ….ooohhh …,"Tuti mendesah.
  "Hhhmmm…ssllrrppp…ssllrrppp…enaak..Tut, ssslrrppp.. ssllrrrppp," tanya  Dewi sambil tetap menghisap kelentit Tuti dan menjilati vagina Tuti.
  "Ooohh…hheeehee..enaaaakk… Bu, nikmaatt…Bu," jawab Tuti
  Tak lama kemudian Dewi memutar tubuhnya sambil mulutnya tetap bermain di  selangkangan Tuti, ia menempatkan bagian selangkangannya tepat diatas  muka Tuti,
  "Slllrrppp… kamu ssllrrpp…juga jilati dan hisap punyaku, Tut, ssslrrppp… sslrrppp,"kata Dewi.
  "Ooohhh…iiiyaaaa…Bu…,  aaaahhhh…sllrrppp….ssllrrppp…aaahh…," Tuti menuruti kehendak nyonya majikannya ini.
  "Ooohh…ssslllrrppp….aaaghhh…Tut, itilku dihissaaappp…juga…Tut, ssslrppp…," Dewi mendesah
  Doni yang melihat pemandangan itu semakin terangsang, penisnya semakin  mengeras. Dengan sabar Doni menunggu kode dari mamihnya, walaupun  hatinya ingin segera memasukkan penisnya ke vagina Tuti dan Dewi,  nafasnya memburu tanda nafsu birahinya semakin meninggi. Sementara itu  di ranjang aksi kedua wanita ini semakin menggila, keduanya saling  menghisap dan mengerang silih berganti. Terlihat Dewi memberi kode  kepada Doni untuk masuk ke arena pertempuran. Kedatangan Doni tidak  diketahui oleh Tuti yang saat itu sibuk menikmati jilatan dan hisapan  Dewi dan juga sibuk dengan aksi mulutnya di vagina Dewi. Dengan  pelan-pelan Doni naik ke atas ranjang, ia melihat vagina Tuti yang  sedang dijilati oleh mamihnya, lubang vaginanya yang sengaja Dewi buka  terlihat jelas kemerahan. Doni melihat dalaman lubang itu  berdenyut-denyut, saat mamihnya menghisap kelentitnya. Dengan perlahan  Doni menyelipkan kepala penisnya ke lubang tersebut. Sleeeppppp…kepala  penisnya terjepit di lubang vagina Tuti. Tuti yang merasakan lesakan di  lubang kemaluannya tersentak, tapi ia tidak bisa bergerak banyak karena  tubuhnya sedang di tindih oleh tubuh Dewi, tubuhnya yang mungil tidak  dapat berbuat apa-apa, dan ia tidak mengetahui apa yang mengganjal di  lubang kemaluannya itu.
  "OOuughhh….aaapaa… itu Bu, aapa.. yang masuk ke dalam memek saya?" tanya Tuti kaget
  "Tenang, Tut, tenang, nikmati saja penisnya Doni, pasti kamu gak kecewa," jawab Dewi menenangkan.
  "Eeehhh…jangan,  Jangan….dimasukkan Den,  den, jangan…Aaghhhh….Ppelaaan…  den…peellaannn…aagggghh…kontolmu besar sekali den…ooougghh…robeeekk..  memekku," Tuti menjerit saat Doni mulai meneroboskan penisnya ke dalam  lubang vagina Tuti.
  Perlahan tapi pasti batang kemaluan Doni mulai menyeruak lubang vagina  Tuti yang sudah lama tidak pernah dikunjungi oleh batang kemaluan lelaki  ini, sedikit demi sedikit penisnya Doni mulai terbenam dalam lubang  vagina Tuti, Bleeessss…bleeeessss…Bleesssss….dan bleesssssssss…Dengan  sekali hentak Doni mendorong masuk semua batang kemaluannya sehingga  terbenam seluruhnya di dalam lubang kenikmatan Tuti.
  "Aaaagghhh… vaginamu sempit juga…Tut," Doni mengerang keenakan merasakan jepitan ketat vagina Tuti.
  "Oooghhh…. Ssaaakkittt…. Aaahhh….  Hmmmm…aaaaghhh… den…cabut..den.. ,"  Tuti mengerang kesakitan merasakan penisnya Doni yang memenuhi rongga  kewanitaannya.
  "Sabar..Tut.. nanti juga gak sakit… itu karena kamu sudah lama tidak merasakan batang kemaluan lelaki," Dewi menenangkan.
  Doni mendiamkan penisnya dalam jepitan vagina Tuti, Dewi mulai kembali  menjilati kelentit Tuti. Jilatan yang dilakukan Dewi perlahan-lahan  mulai menghilangkan rasa sakit di vagina Tuti akibat lesakan penisnya  Doni, tapi bukan hanya Tuti yang menikmati jilatan Dewi itu, Doni pun  ikut merasakan jilatan mamihnya dipangkal selangkangannya, karena posisi  pangkal selangkangannya berdekatan dengan posisi kelentit Tuti sehingga  jilatan Dewi dapat Doni rasakan juga, Doni merasakan lidah mamihnya  menyapu-nyapu pangkal selangkangannya. Doni merasakan kenikmatan yang  sedikit berbeda.
  "Ooohhh….ssshhh….ooohhh….sshhhh…,"erangan Tuti mulai terdengar lagi,  isak tangisnya telah berganti dengan lenguhan nikmat akibat jilatan  Dewi.
  Tuti sudah mulai tidak merasakan sakit di vaginanya, tapi ia merasakan  enak akibat vaginanya dipenuhi oleh penisnya Doni, Doni sendiri mulai  merasakan vagina Tuti berdenyut-denyut, seolah meremas-remas penisnya  dengan lembut. Dengan tidak menunggu lebih lama lagi Doni mulai  mengeluar masukkan penisnya  di lubang vagina Tuti. Sssrtttt….   Bleeessss…. Srrttttt…. Bleeeesss…. Sssrrttt…. Bleeessss…..Dewi yang  masih asyik menjilati kelentit Tuti, melihat bagaimana penisnya Doni  keluar masuk di vagina Tuti dengan perlahan, dan iapun mendengar suara  desahan keenakan dari Tuti, menyadari bahwa Tuti sudah dapat menikmati  lesakan-lesakan penisnya Doni.
  Dewi bangkit dari posisinya, ia berbaring di samping Tuti, sambil  tangannya bermain di payudara Tuti. Kedua payudara Tuti silih berganti  ia remas-remas dan ia hisap-hisap, jilatannya bermain di kedua  putingnya, gigitan-gigitan lembut ia lakukan juga di kedua putingnya  tersebut, akibatnya erangan dan desahan nikmat Tuti semakin kerap  terdengar. Tuti merasakan keenakan yang sangat luar biasa yang belum  pernah ia alami selama ia berhubungan dengan seks dengan suaminya,  batang kemaluan Doni yang besar memenuhi rongga wanitanya,  gesekan-gesekan penisnya Doni di dinding vaginanya terasa sangat erat,  di tambah dengan hisapan dan jilatan serta gigitan Dewi di kedua  payudara dan putingnya, Tuti merasakan keenakan, matanya kadang terpejam  kadang mendelik, mulutnya mendesah dan mengerang.
  "OOuughh….eenaaakk…aaaghhh….ssshhh… den…enaaak… kontolmu… enak den…  aahhh…genjot terusss..memekku… yaaaaaahhh….," Tuti mendesah keenakan.
  "Ssshhh…uuughhh… memekmu…seempiittt…Tut,  enaaakk… ******!" Donipun mengerang kenikmatan.
  "Hhhmmm…ssslrrppp…ssslrrppp…, betull kan Tut, kamu pasti enak..sslrrppp…," gumam Dewi
  "Iiiiyyaaaahhh…  buuu… ooougghh…  penisnya den Doni…. Enaaakk.. besaarr…  lebih bessaaar… dari padaaaaa…  punya suamiku… aaaagghhh…,"erang Tuti.
  Nampak kepala Tuti bergoyang kekiri dan kekanan, kadang-kadang terangkat  saat lesakan penisnya Doni masuk lebih dalam di lubang vaginanya,  lenguhan dan desahannya semakin sering terdengar, gairah birahinya yang  terpendam selama satu setengah tahun hari ini terlampiaskan, gejolak  birahinya meledak-ledak menikmati sodokan-sodokan penisnya Doni, Tuti  merasakan puncak pendakian birahinya akan segera tercapai, ia merasakan  lahar kenikmatannya akan segera meletup,
  "Ooohhh….den….terussss….genjot  memekku yang cepaaatt…den, yang kuaaat…  den….aaawwww….teeruusss…dennn….yaaah…beegitttuuu…d  eeen… makiiiinn  ceppaatt… aaaghhh…dennn… makin kuaaatt…deen…Aaaakuuuu…oooghhhh…  mmmau..kheluuarrrrr… den…oohh..enaaaakkkk" Tuti mengerang sejadi-jadinya  merasakan nikmatnya digenjot oleh Doni.
  Mendengar erangan Tuti, Doni semakin mempercepat keluar masuk penisnya  di dalam lubang vagina Tuti, dan saat Doni merasakan kedutan kuat di  batang kemaluannya iapun lalu menekan penisnya sekuat-kuatnya kedalam  lubang kenikmatan Tuti, dan sssrrrrrrr…. Sssrrrrr……. Sssrrrrrrr…..  Sssssrrrrrr……  lubang vagina Tuti akhirnya menyemburkan lahar  kenikmatannya yang sudah terpendam selama satu setengah tahun.
  "Ooouugghhh…deeennn…. Eeenaaaakkk….. nikkmaaattt….,hhhmmmm," Tuti  mengerang keenakan saat vaginanya mulai menyemburkan cairan  kenikmatannya.
  Doni mendiamkan sejenak penisnya dalam lubang vagina Tuti, untuk memberi  kesempatan kepada Tuti menikmati puncak kenikmatan yang diraihnya, dan  Doni merasakan vagina Tuti berkedut-kedut dengan kuat seiring dengan  menyemburnya cairan kenikmatannya. Terlihat nafas Tuti masih memburu,  matanya terpejam, dimulutnya tersungging senyuman kepuasan, untuk  pertama kalinya Tuti merasakan kenikmatannya bersetubuh dan untuk  pertama kalinya juga Tuti mencapai puncak orgasmenya, selama menikah dan  melakukan hubungan badan dengan suaminya belum pernah Tuti merasakan  kenikmatan bersetubuh apalagi sampai orgasme, selama ia menikah yang ia  lakukan hanya melayani suaminya saja, apalagi kalau suaminya melakukan  hubungan seks tidak pernah melakukan pemanasan dulu seperti yang ia  dapatkan sekarang ini. Setelah nafasnya mereda Tutipun membuka kedua  matanya, tapi ia jadi tersipu malu saat tahu bahwa kedua majikannya  sedang menatap dirinya, mukanya langsung memerah, kedua tangannya secara  otomatis menutupi kedua payudaranya, ia merasa malu, terutama kepada  majikan mudanya itu, dari pertama ia bekerja dirumah ini, sering ia  mencuri pandang kepada majikan mudanya ini, dan ia sering membicarakan  kerupawanan majikan mudanya itu dengan Narti dan Ani, kedua temannya itu  juga sering mencuri-curi pandang majikan mudanya itu. Gerakan tangan  Tuti yang menutupi kedua payudaranya itu, membuat Doni dan Dewi  tersenyum, apalagi Doni yang penisnya masih terbenam dilubang kenikmatan  Tuti, tersenyum lebar dengan perbuatan Tuti tersebut.
  Dengan perlahan-lahan Doni mulai kembali memaju mundurkan penisnya di  lubang kenikmatan Tuti, Tuti yang masih tersipu malu terhenyak dengan  ulah Doni, iapun melenguh merasakan gesekan batang kemaluan Doni di  dinding vaginanya, mukanya semakin memerah saat kedua tangan Doni mulai  menggerayangi kedua payudaranya yang sedang ditutupi oleh tangannya,  tangan Doni mulai menyingkirkan tangan Tuti sehingga kembali payudaranya  yang masih ranum dan tidak terlalu besar terpampang dimata Doni,  kemudian diremas-remasnya kedua bukit kembar itu sambil tetap menggenjot  penisnya keluar masuk lubang vagina Tuti dengan perlahan, erangan  Tutipun kembali terdengar, nafsu birahinya yang tadi sudah padam,  perlahan mulai menyala kembali. Irama genjotan Doni yang pelan tapi  teratur, membuat Tuti merem-melek menikmati sensasi gesekan penisnya  Doni di dinding vaginanya, lenguhan dan desahannya kerap terdengar dari  mulutnya, apalagi remasan tangan Doni dan pilinan jemarinya bermain di  kedua payudaranya dan kedua putingnya yang semakin menegang, Tuti  merasakan kenikmatan yang sangat dan terutama ia merasa senang bahwa  majikan mudanya ini sedang menyetubuhinya, ia juga bangga bahwa majikan  mudanya ini sedang menikmati lubang vaginanya. 
  "OOoohhh…den…  aaaghh…den…enak… den…penismu…enak sekali.. terus den genjot vaginaku…aaaghh…hhhmmm…aaaagghh..,"desah Tuti.
  "Enak..Tut, oooogghh… vaginamu..juga enak…,"Donipun mengerang keenakan merasakan jepitan vagina Tuti di penisnya.
  Dewi yang melihat Doni mulai menggenjot Tuti kembali, iapun beranjak  kearah Doni. Tubuh Doni ia peluk dari belakang dan Dewipun mulai  menciumi punggung, telinga, tengkuk Doni, dan salah satu tangannya  bergantian mengelus-elus antara dada Doni dan biji peler Doni, Doni yang  merasakan serangan Dewipun mulai melenguh, ia merasakan sensasi nikmat  yang berbeda, terutama saat tangan mamihnya mengelus-elus biji pelernya  yang sedang bergoyang akibat ia sedang memaju mundurkan penisnya  dilubang vagina Tuti, ciuman Dewi di punggung dan tengkuknya membuat ia  merinding kegelian.
  Penisnya semakin gencar keluar masuk di vagina Tuti, gerakannya semakin  bertambah cepat, Tuti yang merasakan penisnya Doni semakin gencar keluar  masuk dilubang vaginanya bertambah melenguh, desahan dan erangannya  semakin menjadi, cairan pelicin semakin banyak mengalir dari lubang  vaginanya, bercampur dengan cairan pelicin yang keluar dari penisnya  Doni, akibatnya lubang vaginanya semakin basah, suara berkecipak aneh  terdengar akibat beradunya kedua kemaluan Tuti dan Doni. Bagi Doni dan  Tuti suara ini menambah gairah birahi mereka, nafsu birahi mereka  semakin membara seiring dengan semakin kerasnya suara berkecipak dari  kemaluan mereka.
  "Oooogghhh… Den. Enaaaak… teruss.. genjot…teruss….yyaaaahh… aaahhh.. Den  kontolmu… betul-betull enaaakk…terus den terus…. Genjot teruss…vaginaku  ooooohhh.. den… ooohhh…," Tuti merintih-rintih keenakan.
  Sambil  kedua tangannya tetap meremas-remas kedua payudara Tuti,  genjotan-genjotan Donipun semakin bertambah cepat, sementara itu Doni  merasakan elusan-elusan di biji pelernya berubah dengan remasan-remasan  lembut, tangan mamihnya tidak mau lepas dari biji pelernya yang sedang  bergoyang-goyang seirama dengan gerakan maju mundur penisnya.
  "Hhmmm…enak. Sayang … enak vaginanya Tuti…hhmmmm…jangan lupa sayang  sisakan buat mamihmu ini…sisakan kontolmu itu sayang….hhmmmm.,"Dewi  berbisik lirih di telinga Doni
  "Oouughh…sshh…aagghhh… pasti mih, penisku ini selalu buat mamih, eenaaakk mih, seret…dan rapet…semppitt…ooogghh….,"jawab Doni
  "Oohhh… Den… Ooohhh… percepat genjotanmu.. den… aaaghh..aaakhuu.. mau  keeluaarrr…laaggiii…iyaaa  deenn….," rintih Tuti yang merasakan puncak  kenikmatannya akan ia raih kembali untuk kedua kalinya.
  Doni tersenyum mendengar jeritan Tuti, hatinya membatin obat kuat yang  kuminum betul-betul ampuh, untuk kedua kalinya Tuti kembali mau meraih  puncak kenikmatannya,
  "Hhhmmm…aaggghhh… keluarin Tut, keluarin….enaaakk.. Tut….kontolku enak…  ini terima kontolku…aaaghhh,"kata Doni sambil mempercepat genjotannya.
  "Iyyaaahh.. den…iyaaaahhh… kontolmu enaaak..sekaliii…ooooughhh..  den  aku gak kuat lagi den…aaaghhh…den….aaaghh…aaakku keluar deeenn…,"Tuti  menjerit keenakan dan,
  Sssssrrrrrrr….. Ssssrrrrrr…. Sssssrrrrrr… Ssrrrrrrr….. Ssssrrrrrr…..  vagina Tuti memuntahkan lahar kenikmatan untuk kedua kalinya, lubang  vaginanya semakin basah oleh cairan kenikmatannya. Nafas Tuti memburu  menikmati puncak pendakian yang berhasil ia raih untuk kedua kalinya,  dadanya naik turun seirama dengan nafasnya, kedua payudaranya bergoncang  dengan perlahan mengikuti naik turun dadanya. Doni mendiamkan penisnya  terbenam di lubang vagina Tuti untuk memberikan kesempatan kepada Tuti  menikmati sensasi orgasmenya. Dewi tersenyum melihat Tuti kelojotan  untuk kedua kalinya oleh terjangan penisnya Doni, dan ia kagum melihat  stamina Doni yang berhasil mengalahkan Tuti dua kali sementara Doni  sendiri belum. Dewi terkejut karena dulu Doni selalu kalah bila bermain  dengannya, Dewi jadi semakin penasaran ingin merasakan lagi kenikmatan  disodok oleh penisnya Doni, Dewi penasaran apakah ia akan kalah seperti  Tuti atau ia dapat mengatasi keperkasaan anaknya, Dewi tidak tahu bahwa  Doni telah minum obat kuat sebelum pertarungan ini. Dewi memagut bibir  Doni dengan penuh nafsu, vaginanya sudah ia rasakan sangat gatal ingin  segera menikmati sodokan-sodokan penisnya Doni, lidahnya menerobos  kerongga mulut Doni, yang disambut oleh Doni dengan penuh nafsu juga  sementara penisnya Doni masih terbenam dilubang vaginanya Tuti, keduanya  asyik berciuman sementara Tuti yang masih menikmati sisa-sisa  orgasmenya melihat pemandangan ini dimana kedua ibu dan anak majikannya  asyik berpagutan dengan penuh nafsu. Sementara Tuti melihat tangan Doni  mulai meremas-remas kedua payudara Dewi, desahan-desahan birahi mereka  terdengar, sementara Tuti merasakan vaginanya yang masih disumpal oleh  penisnya Doni dan ia merasakan penisnya Doni itu semakin mengeras dan  berdenyut-denyut, walaupun sudah dua kali Tuti mencapai orgasme, tapi ia  masih ingin merasakan lagi kemaluan majikan mudanya yang ganteng ini,  tapi ia tahu diri untuk melihat atraksi yang akan dilakukan oleh Dewi.  Dewipun mendorong tubuh Doni sehingga penisnya terlepas dari jepitan  vagina Tuti, plooop…. Saat penisnya Doni terlepas dari jepitan vagina  Tuti, dan Tuti melihat penisnya Doni itu bergoyang setelah terlepas dari  jepitan vaginanya.
  Tubuh Doni mengikuti dorongan Dewi, sehingga tubuh Doni berbaring di  tempat tidur tersebut, Dewipun mengikuti dorongannya dengan menaiki  tubuh Doni perlahan, selama itu kedua mulut mereka tidak terlepas  berpagutan dengan mesra dan penuh nafsu. Dewipun mulai  menggesek-gesekkan vaginanya di batang kemaluan Doni, sehingga membuat  penisnya itu semakin keras, dengan tidak sabar Dewi mulai meraih  kemaluan anak tirinya itu, diarahkannya kelubang vaginanya.  Slleeeeppppp….. penis Doni terjepit oleh bibir vagina Dewi dan  bleesssss…penis Doni mulai menyeruak di lubang vagina tersebut saat Dewi  mulai mendorong pantatnya, lalu bleeessss….. penis itu semakin masuk  kedalam lubang vagina tersebut seiring dengan dorongan pantat Dewi, dan  akhirnya terbenam seluruhnya di lubang kenikmatan Dewi, setelah dengan  sekali hentakan kuat Dewi mendorong pantatnya lebih kebelakang,  
  "Aaaghhhh….. Doon , masuk semua kontolmu….di memekku….aaaahhh sudah lama  tidak kurasakan besarnya penismu ini….oooogghhhh,"Dewi melenguh  merasakan penisnya Doni yang terbenam di lubang vaginanya.
  "Miiihhhh… aaaaghhh…memeknya masih sempit saja…aaaahhh…enak..Mih..enak,"  Donipun mengerang keenakan merasakan sempitnya lubang vagina Dewi.
  Tanpa menunggu lama, Dewi mulai menggerakkan pantatnya maju mundur,  sehingga penis Doni keluar masuk dengan sendirinya, sementara Dewi  menggoyang pantatnya. Bibirnya semakin bernafsu memagut bibir Doni,  tubuh keduanya seolah menyatu, mata Tuti terbelalak melihat aksi nyonya  majikannya ini, Tuti tidak menyangka nyonya majikannya yang lembut bias  beraksi liar seperti yang ia saksikan sekarang. Dewi yang sudah berpuasa  selama satu minggu inipun semakin liar beraksi diatas tubuh Doni,  goyangan pantatnya betul-betul hebat, kadang-kadang pantatnya  maju-mundur, kadang-kadang pantatnya ia putar-putar, Dewi yang sedang  beraksi merasakan penisnya Doni menyodok-nyodok lubang kemaluannya  dengan keras dan tegang, kadang-kadang ia rasakan penisnya Doni seperti  sedang mengebor kemaluannya saat ia putar pantatnya.
  "Ooohhhh…enak…Don, enaknya penismu….aaaahhh…hhmmmmhh…aaaaghh kamu enak Don, enak vagina mamih…aaahhh….,"Dewi merintih keenakan.
  "Aaaghh… Mih, nikmmat sekali…vagina mamih betul-betul legit…ooohhh…   Mih, terus mih goyang terus…ooohhh…putar mih, putar," Doni mengerang  merasakan keenakan penisnya yang sedang keluar masuk di vagina Dewi dan  kadang-kadang ia merasakan penisnya seperti diputar-putar saat Dewi  memutar pantatnya.
  Saat itu Dewi sedang dalam posisi menduduki Doni, sambil memaju  mundurkan pantatnya dengan penuh semangat, Tuti melihat kedua payudara  Dewi bergoyang seiring dengan maju mundur pantatnya, lalu dengan  memberanikan diri Tuti mulai mendekati Dewi, dan mulai meremas-remas  kedua payudara Dewi, tidak hanya tangannya yang beraksi, tapi mulut  Tutipun mulai ikut beraksi kedua payudara Dewi silih berganti ia jilati  dan hisap-hisap, kedua putingnya tak luput dari jilatan dan hisapan  Tuti, sehingga kedua putingnya Dewi semakin mengeras.
  "Aaaghhh…Tut, hisapp…yaaah…oohhh…terus hisapp… ooohhh…,"Dewi mendesah  keenakan menikmati serangan Tuti dipayudaranya dan serangan penisnya  Doni di kemaluannya.
  Gerakannya maju mundurnya semakin bertambah cepat, dengan berpegangan di  tubuh Tuti yang sedang asyik bermain dipayudaranya, Dewipun mengangkat  pantatnya sedikit dan semakin gencar memaju mundurkan pantatnya  tersebut, akibatnya penisnya Donipun semakin gencar menyodok-nyodok  vagina Dewi, gerakan Dewi mulai tidak beraturan, tubuhnya kadang-kadang  mengejang, nampaknya Dewi hamper mencapai puncak kenikmatannya.
  "Aaagghh….Don,, enaaak…sekaliiii…Don, ooogghhh…..aaakuu…mau keluar Don,  aaagghhh…penismu memang ….nnniiikkkmaaat,"Dewi mengerang dan …
  "Doooonnniiiii, aaaaghhhh….mmaammihh  keluar… sayang…aaaahhh…. Nikmat  ssaaayyyaangg…..oooghhhh….,"Dewi merintih, tubuhnya mengejang saat  vaginanya memuntahkan lahar kenikmatannya,
  Sssrrrrrrr….. sssrrrrrr…   ssssrrrrr…..  sssrrr…..  sssrrrr…. Lahar  kenikmatan Dewi menyembur membasahi batang kemaluan Doni yang sedang  berada dalam jepitan vaginanya itu.
  "Enaaaakk…mih, eeenaaakk… penisku …Mih.,  keluarin mih…keluariin ooohhh," Donipun merintih
  Doni melihat tubuh mamihnya mengejan-ejan, sementara itu Tuti yang  sedang menghisap-hisap payudara Dewi merasakan tubuh nyonya majikannya  itu bergetar dengan hebat, saat ia mendengar teriakannya yang  memberitahukan bahwa dirinya telah mencapai puncak kenikmatannya. Tubuh  Dewi bergetar dengan hebatnya saat ia merengkuh puncak kenikmatannya,  dinding vaginanya berkedut dengan kuat seperti yang dirasakan oleh Doni  pada batang kemaluannya, seolah-olah meremas-remas penisnya itu, sambil  berpegangan pada tubuh Tuti yang masih memainkan kedua payudaranya, Dewi  menikmati sensasi orgasmenya kali ini, ia harus mengakui bahwa sekarang  ini ia dikalahkan oleh anaknya dalam pertempuran ini, nafasnya masih  terdengar memburu, hisapan dan remasan Tuti dikedua payudaranya semakin  menambah nikmatnya orgasme kali ini, dimulutnya tersungging senyum  kepuasan, matanya masih terpejam menikmati puncak kenikmatan yang  berhasil ia raih. Kedutan-kedutan dinding vagina Dewi mulai berhenti,  nafas Dewi mulai kembali normal, tubuh Dewi mulai bergerak maju mundur  dengan perlahan, dan penisnya Donipun keluar masuk lagi di lubang vagina  Dewi, Dewipun mengangkat kepala Tuti yang sedang asyik mempermainkan  payudaranya, dilumatnya bibir Tuti dengan penuh nafsu, lidahnya  menerobos kedalam rongga mulut Tuti, dan menari-nari didalam mulut Tuti,  Tuti yang mendapat serangan yang mendadak menjadi kaget, karena belum  pernah selama ini ada orang yang mencumbunya seperti itu apalagi wanita,  matanya terbelalak, tapi setelah tangan Dewi mulai meremas-remas  payudaranya.
  Tutipun mulai mendesah, tak mau kalah dengan aksi Dewi, Tutipun membalas  serangan Dewi, tangannya mulai meremas-remas payudara Dewi, mulutnya  mulai belajar membalas lumatan yang dilakukan oleh Dewi, lidahnya mulai  ikut menari dengan lidah Dewi, lidah mereka bergiliran menerobos mulut  mereka. Bagian tubuh atas Dewi sedang asyik bertempur dengan Tuti,  sementara bagian bawahnya asyik menggoyang-goyang penisnya Doni, setelah  Dewi mengeluarkan lahar kenikmatannya, lubang vaginanya menjadi basah  sehingga penisnya Doni lebih leluasa keluar masuk, melihat aksi kedua  wanita itu Donipun tidak mau tinggal diam saja, iapun mulai menaik  turunkan pantatnya seiring gerakan maju mundur Dewi, saat Dewi memajukan  pantatnya Donipun menurunkan pantatnya, dan saat Dewi memundurkan  pantatnya Donipun menimpali dengan menaikkan pantatnya sehingga penisnya  lebih dalam menerobos lubang vagina Dewi. Tangan Donipun tidak mau  ketinggalan, dengan tangan kanannya mulai beraksi di vagina Tuti yang  posisinya kebetulan sedang membelakangi dia, dengan lembut  digosok-gosoknya vagina Tuti dari belakang, sampai ke kelentitnya,  sehingga membuat vagina Tuti semakin basah, Tuti yang mendapat serangan  atas bawah mulai mendesah-desah, Dewipun mengalami hal yang serupa  terutama saat Doni menaikkan pantatnya sehingga penisnya masuk lebih  dalam di vaginanya, iapun melenguh-lenguh, suara desahan, erangan,  lenguhan mereka bertiga saling bersahutan, keringat sudah membanjiri  tubuh mereka bertiga.
  "Oooohhhhh….hhhmmmm….aaaahhh…hhmmmm… ssshhh… hhmmm… aaahhh," desah Dewi keenakan.
  "Hhhmmm…aaahhh….ooougghh…hhhhmmm ..sshhhh…aaaahhh…hhhmmmmm," Tutipun mendesah keenakan.
  "Oouughhhh…Mih,  vaginamu enak sekali…aaaghhh… ooohhh… terus goyang,  Mih, terus, yaaa…aaahhh…,"erang Doni menikmati goyangan Dewi.
  Tubuh Dewi menggelinjang saat tangan kiri Tuti mulai merambah  selangkangannya, tangan Tuti mulai menggosok-gosok kelentitnya dengan  lembut, kadang-kadang jari jemari Tuti memilin-milin kelentit tersebut,  gosok-pilin, gosok-pilin tangan Tuti bergantian melakukan hal tersebut  di kelentit Dewi, Dewi semakin merasakan keenakan mendapat perlakuan  tangan Tuti di kelentitnya tersebut. Saat tangannya sibuk dengan vagina  Dewi, Tutipun mendapat serangan yang lebih hebat dari tangan Doni,  tangan Doni yang tadinya hanya mengelu-elus vagina Tuti dari luar,  sekarang jari tengah Doni mulai menerobos masuk kedalam lubang  kenikmatan Tuti, Tutipun terhenyak oleh gerakan jari Doni,
  Tuti mulai merasakan gesekan-gesekan tangan Doni didinding vaginanya,  memang tidak seketat saat penisnya Doni yang menggesek dinding  vaginanya, jari tengah Doni mengocok vagina Tuti seiring dengan kocokan  kontoknya di vagina Dewi, kedua wanita ini yang vaginanya sedang dikocok  oleh Doni semakin mengerang-erang keenakan. Tidak cukup dengan jari  tengahnya saja, Donipun mulai memasukkan jari manisnya kedalam vagina  Tuti, Tuti semakin keenakan dengan bertambahnya jari tangan Doni yang  masuk di lubang vaginanya, gesekan-gesekan yang dirasakan oleh Tuti di  dinding vaginanya bertambah, gerakan tangan Doni yang mengocok vagina  Tuti kadang-kadang diselingi dengan menggoyang kekekiri-kekanan kedua  jarinya persis dibelakang kelentitnya berada dan ibu jarinya bergerak  dikelentitnya,  sehingga membuat Tuti semakin menggelinjang merasakan  gesekan dilubang vaginanya dan dikelentitnya.
  "Oooohhhh.. den,  ooohhh…hhhmmm…eeenaaak… Den… hhhmmm.. terus… Den," erang Tuti keenakan.
  "Oooohhh…. Itilku… Tut, itilku gesek…terus… ooogghhh…Don, tekan lebih  dalam, kontolmu itu Don….lesakkan … sodok..memek mamihmu ini…aaagghh,"  Dewi mengerang-erang menikmati sodokan batang kemaluan Doni dan gesekan  tangann Tuti di kelentitnya.
  "Aaaghh….kaliaann…juga enak…oooghhh…begini Mih, enak Tut….aaahhh," erang  Doni sambil menekan penisnya lebih dalam dilubang vagina Dewi, dan  jari-jemarinya semakin aktif menggesek kelentit dan dinding vagina Tuti.  
  Dewi dan Tuti betul-betul menikmati gocekan-gocekan Doni di lubang  kemaluan mereka, dan Donipun menikmati jepitan vagina Dewi di penisnya,  tubuh mereka semakin banjir oleh keringat, mereka bertiga berpacu untuk  mencapai puncak kenikmatan mereka, suara lenguhan dan erangan mereka  semakin sering terdengar,
  "Oooghhh…enak….enak…Don…terus sayaaang…sodok lebih dalam memek mamihmu  iiinnnii….aaaaggghhh…iiiyaaa…terusss…Don…terusss…b  uat mamihmu ini  puaaasss….sssaaayyaaang…aaaaghhh….," Dewi mengerang-erang keenakan.
  "Ddeeeennn….aaaghh…eeenaak…Den…terusss…goyang…tang  anmu…Denn…  aagghhh…tekan..Den…tekaaan…lebih kuat…Den…aaagghh…enaaak," erang Tuti  menikmati tekanan jari jemari Doni di kelentit dan dinding vaginanya.
  Donipun semakin menyodokkan penisnya lebih dalam lagi kedalam vagina  Dewi, sehingga pangkal selangkangan mereka berdua sering beradu  akibatnya dan menimbulkan suara plak-plok yang aneh, yang menambah  gairah birahi mereka semakin membara, dan tangannyapun semakin aktif dan  kuat menekan-nekan kelentit Tuti dan dinding vaginanya. Donipun  merasakan kenikmatan yang sangat saat penisnya melesak lebih dalam  dirongga vagina Dewi, ia merasakan ujung kepala penisnya bersentuhan  dengan dinding rahim Dewi,
  "Aaaaaghhh…. Mih, enak sekali vaginamu ini…oooughhh…,"erang Doni
  Dan, tubuh Tuti terlihat mulai mengejang dan mengejut-ngejut, Tuti  merasakan desakan lahar kenikmatannya yang hendak menerobos keluar dari  lubang vaginanya tidak dapat ia pertahankan lagi, dengan melenguh  panjang Tutipun akhirnya memuntahkan lahar kenikmatannya.  Sssrrrr….  Ssssrrrrrr…  ssssrrrrr… sssrrrrr… ssssrrrr… sssrrrr…. Sssssrrr…..  vaginanya memuntahkan cairan kenikmatan untuk yang ketiga kalinya, tapi  kali ini cairan yang dikeluarkan sangat banyak dan mengalir turun serta  membasahi tangan Doni.
  "OOOuughhhh… Den, aaku keluar laagii….aaaaghh…enakk…Den…enak…sekali.  ooooggghhhh…. Den…..,"Tuti mengerang, tubuhnya bergetar dengan hebatnya,  pantatnya mengejang, lubang vaginanya berkedut dengan sangat kuat  seiring dengan menyemburnya cairan kenikmatannya.
  Dewi yang tahu bahwa Tuti mengalami orgasme lagi, menambah sensasi  kenikmatan yang sedang dirasakan oleh Tuti dengan meremas-remas kedua  payudara Tuti, sambil tetap memaju mundurkan pantatnya dengan cepat,  remasan tangan Dewi di kedua payudaranya menambah kenikmatan buat Tuti,  tubuh Tuti semakin bergetar, nafasnya terengah-engah, akhirnya tubuh  Tuti ambruk kedua kakinya tidak kuat lagi menopang tubuhnya, Tuti  merasakan kakinya yang sedang berlutut menjadi lemas karena puncak  kenikmatan yang berhasil ia raih.
  Setelah Tuti ambruk di samping mereka, Dewi mulai memeluk Doni dan mulai  menaik-turunkan pantatnya dengan cepat, sementara Doni dengan kedua  tangannya mulai memegang dan meremas-remas kedua bongkah pantat mamihnya  itu, dan juga mulai mengimbangi gerakan mamihnya, saat mamihnya  menurunkan pantatnya ke bawah tangannya membantu dengan menekan pantat  tersebut kebawah dan menyodokkan penisnya keatas, gerakan mereka berdua  semakin bertambah cepat, nafas keduanyapun semakin memburu dan  terengah-engah. Kedua mulut merekapun sibuk saling melumat dan lidah  keduanya sibuk menari, desahan dan lenguhan mereka semakin menjadi,  gerakan mereka semakin liar, goyangan mereka semakin cepat dan tidak  beraturan,
  "Oooughhh…hhhhmmm…Don,. Hhhmmm…ssslrrppp… aaaaghh…terus…ssslrpp..  aaagghh lebih cepat sayaang… ssslrppp..hhmmmm…,"Dewi melenguh sambil  tetap memagut bibir Doni.
  "Oooghh…sssshhhh…aaahh…hhhmmm… iiyaaa… Mih…. Aakuu  mau  keluar.. aaaaaghhh…. Mih…," lenguh Doni sambil mempercepat gerakannya.
  Penis Doni semakin cepat keluar masuk di lubang vagina Dewi, tangan Doni  semakin kuat meremas kedua bongkah pantat Dewi, dan semakin kuat  menekan pantat Dewi kebawah saat ia mendorong keatas penisnya tersebut.
  "Iiiyaaa… barengan kita Don, Mamih…jugaa…mau kellluaar…oooghhh… Dooon ," Dewipun mengerang.
  Dengan hentakan kuat Doni menekan penisnya dalam-dalam di lubang vagina  Dewi, sementara kedua tangannya meremas dengan kuatnya dan menekan  kebawah pantat Dewi, tubuh Donipun mengejang, pada saat bersamaan tubuh  Dewipun bergetar dengan hebat, vaginanyapun berkedut dengan kuat.  Crreeeettt…..ssssrrrrrr….ccreeeettt…..ssssrrrrr, batang kemaluan Doni  menyemburkan air maninya berbarengan dengan vagina Dewi yang  menyemprotkan cairan kenikmatannya, Dewi merasakan hangat pada dinding  vaginanya akibat siraman spermanya Doni, sementara Doni merasakan  penisnya menjadi hangat akibat disirami oleh cairan kenikmatan Dewi, dan  Doni juga merasakan dinding vagina Dewi meremas-remas kuat batang  penisnya, sementara Dewi juga merasakan penisnya Doni berkedut-kedut  dengan kuat. Terdengar nafas mereka berdua terengah-engah, kedua tubuh  mereka seolah menyatu, keringat mereka berdua membanjiri sprei, senyum  kepuasan menghiasi ketiga orang ini, mereka bertiga betul-betul merasa  puas dengan permainan seks pagi ini, ketiganya terkapar kelelahan  kehabisan tenaga.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
         Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Perawanku Hilang di Hotel oleh Bapak-bapak               May 10th 2013, 13:25                                               Udara luar yang dingin membuat kulit Nita merinding. Jaket yang  dibawanya dari rumah dipakainya dengan cepat. Ketika keluar rumah itulah  kakinya seperti melangkah berat. Setidaknya ada dua perasaan yang  timbul dalam hatinya. Di satu sisi, dirinya enggan pergi malam ini. Di  sisi lain ia harus pergi meninggalkan rumahnya yang terbuat dari anyaman  bambu tersebut. Istirahat total setelah seharian banting tulang begitu  sangat dibutuhkan. Namun untuk istirahat dirinya tidak tega. Kejaran  kebutuhan hidup selalu menghantuinya setiap waktu. Malam semakin larut. Jalan-jalan yang dilewati Nita seakan ogah untuk  menyapanya. Nita sendirin di jalanan. Pekerjaan seperti itu sekarang ia  lakukan untuk pertama kalinya sebagai wanita. Iya dia mangkal di tempat  para pekerja seks melakukan pekerjaannya. Di bawah lampu remang-remang  ia berdiri. Menanti lelaki hidung belang yang akan menggunakan jasanya. "Kau harus sabar," kata-kata Heni menggugah semangatnya kembali. Heni adalah teman curhat Nita. Mereka sekampung namun beda RT. Siang  tadi mereka berdua melakukan pembahasan mengenai malam yang akan  dilakukan ketika akan menggaet lelaki hidung belang. "Jika engkau mau, ikuti aku saja," Heni menyarankan kepada Nita. Nita masih saja bingung mendengar saran temannya itu. "Kalau nanti masyarakat tahu gimana tentang seks bebas ini?"Tanya Nita kemudian. "Masyarakat kan membiarkannya. Negara juga. Malah melindungi hal ini.  Seakan mereka sudah terlena dengan jabatan mereka. Diam saja lah dengan  kepentingan mereka. Jadi mereka akan diam kepada kita." Heni hanya menganggukkan kepala tanda setuju. Benar juga kata Heni,  begitu bisik Nita dalam hati. Keiyaannya membenarkan katakata Heni  tersebut membuat tubuh Nita mudah untuk dimasuki setan. Perlahan demi  sedikit iblis masuk dalam hatinya, dan niat itu dilakukannya malm ini. Hilir mudik sepeda motor menerawangi tubuh Nita dengan lampunya. Sepeda  motor kadang-kadang mobil mewah datang menghampiri tempat itu. Biasanya  setelah berbincang-bincang sebentar dengan wanita yang dipilihnya,  pengendara kemudian memboncengkan wanita itu. Pergi entah kemana. Nita tidak putus asa. Demi uang yang ia butuhkan, Nita rela berdiri  menanti siapa yang ditunggunya. Akhirnya tanpa panjangnya waktu, sebuah  mobil menghampirinya. "Malam.." sapa orang yang ada di dalam mobil itu ramah. "Iya malam bapak,,," Nita menjawabnya dengan senyuman yang dibuat manis. "Sepi?" Tanya bapak itu kemudian. Nita hanya mengangguk. Setelah mengobrol sedikit, keduanya kemudian menuai kesepakatan. Bapak  yang ada di dalam mobil tersebut mempersilakan Nita untuk masuk ke dalam  mobinya yang tergolong masih baru tersebut. "Jadi kita akan menginap dimana ini?' bapak tadi bertanya kepada Nita. "Terserah bapak. Aku ikuti saja mau bapak, asal sesuai dengan perjanjian semula." "Gimana kalau di hotel? "Oke aku setuju." Malam semakin larut saja. Rasa kantuk membanjiri mata Nita. Namun demi  uang yang ia dapatkan, ia rela menahan kantuk itu untuk beberapa jam  lagi. Suara mobil yang ia kendarai tidak terdengar keras. Bapak itu  sesekali memandangi wajah Nita. Ia hanya tersenyum. Singkat cerita, mereka berdua sudah sampai di hotel. Setelah memesan kamar merekan langsung masuk kamar yang dipesan tersebut. Nita masuk kamar hotel. Kemudian diikuti bapak tadi. Setelah mengunci pintu kamar, bapak tadi memegang lengan Nita. "Maaf bapak sabar ya. Aku mau mandi sebentar." Bapak itu mengangguk setengah menyesal. Dilepasnya lengan Nita tersebut untuk mandi sebentar. Pikirnya mungkin bisa lebih wangi. ***
  "Apa bapak tidak malu meniduriku?" Tanya Nita setelah keluar dari kamar mandi. Tubuhnya hanya berbalutkan sehelai handuk. "Kenapa harus malu. Aku punya uang. Bisa memberimu uang lebih akan hal itu." Nita terdiam. Sungguh malang nasib dirinya harus bermalam dengan orang  yang secara umur bisa dikata sebagai bapaknya ini. Tapi dirinya masih  bisa bersyukur, orang ini tak sekejam yang ia kira sebelumnya. "Sudah berapa kali bapak melakukan ini kepada wanita?" Nita kemudian tanya kembali. "Belum pernah." Bapak itu menjawab singkat. "Hmmm lantas kenapa bapak ke tempat dimana kau berdiri tadi?" "Aku sedang broken home. Aku ingin mencari hiburan. Istriku sedang marah-marah kepadaku." "Bapak masih ingin melanjutkan rencana bapak untuk mencari hiburan malam ini?" Bapak itu mengangguk. "Pak, apa hanya dengan mencari hiburan masalah bapak bisa terselesaikan?  Tidakkah bapak ingat dengan putri bapak di rumah? Bapak tadi bilang,  anak bapak seusia saya. Apa bapak tidak malu jika mencari hiburan dengan  wanita seusia anak bapak sendiri?" "Maksudnya?" "Yah, maaf bapak. Jika memang nanti bapak jadi membutuhkan hiiburan  dariku, apa bapak tidak malu meniduri aku yang seumuran dengan anak  bapak? Coba dibayangkan, jika saya ini anak bapak sendiri, apa tega?" "Tidak tega. Berarti aku harus mencari yang lebih tua darimu, begitu maksudmu?" "Saya rasa begitu. Tapi apa bapak juga tidak malu jika bapak meniduri  wanita yang bukan hak bapak? Dimana harkat dan martabat bapak? Coba  bapak bayangkan, apa bapak rela jika anak bapak, istri bapak atau bahkan  ibu kandung sendiri diperlalukan seperti itu oleh orang lain? Apa bapak  rela?" "Tidak juga." "Hmmm bapak- bapak. Bukan cara seperti itu untuk mengurai masalah bapak.  Kalau memang bapak sudah cerai, bisa menikah lagi bukan. Masih ada  jalan panjang untuk beribadah kepadaNya. Kalaupun keluarga bapak masih  bisa diperbaiki, istri pasti akan menurut. Asal bapak jangan nakal lagi?  Iya kan? Ingat bapak, melakukan hubungan layaknya suami istri yang  tidak halal itu dosa," Bapak itu terdiam. Dalam bayangannya sekarang bukan masalah untuk  meniduri Nita. Tapi yang ada dalam pikirannya ialah, ia membayangkan  sedang meniduri anak perempuan sendiri,  tidaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkkk. Hati bapak itu menjerit.
 
 
 
    Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               cerita Sex - Pembalasaann.....               May 10th 2013, 03:06                                               
  Pagi itu, sekitar jam 8.00, aku pergi ke Glodok, masa liburan ingin  nostalgia melihat "kota" Jakarta, selama ini aku jarang ke arah sana.  Dengan menumpang bus patas AC, aku ke sana, kalau bawa mobil selain  susah cari parkir, capek kalau harus selalu injak kopling, tahu sendiri  khan kodok tuaku, keras banget koplingnya. Suasana masih berdesakkan  bersama-sama dengan orang pergi ke kantor.
  Bus Patas AC, yang mestinya cePAT terbatAS, penuh sesak, segarnya AC  digantikan oleh semerbak parfum berbagai jenis, mirip dengan department  store yang khusus menjual parfum. Masih teringat saat dulu Bus ini  muncul pertama kali, sopir menggunakan dasi, full music, AC yang sangat  dingin, berhenti hanya pada halte tertentu, penumpang tak diijinkan  berdiri, dengan jarak antar bus diatur sedemikian rupa melaui radio  komunikasi sehingga jaraknya tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh,  selain itu selalu berjalan di jalur cepat. Harga karcisnya masih 900  (pakai karcis lho, inget dulu masih sekolah harus berdesakkan-desakkan  untuk mendapatkan "karcis pelajar" di bawah tugu lapangan banteng;  sekarang hanya bus luar kota saja yang pakai karcis).
  Jalanan mulai macet, tetapi aku bersyukur kemacetan ini membuatku bisa  mengamati sekitar lebih lama. Setelah masuk kawasan Harmoni, aku mulai  melihat-lihat kawasan itu, di pojok kanan, masih berdiri megah hotel  Mxxxxx, yang selalu terisi "mahluk halus" setiap kamarnya, dan dengan  ramah akan menyapa kita, untuk masuk dan melakukan aktifitas tak lebih  dari dua jam, aku jadi ingat saat dulu pertama kali menginjakkan kawasan  ini, saat ditraktir temen ke tempat ini.
  Tak lama sebelah kiri ada gedung bekas terbakar, musibah saat kerusuhan  dulu, Kxxx Cxxxx; dengan simbol gambar kartu raja, rasanya belum  "komplit" jadi buaya kalau belum masuk sini, jadi inget waktu masuk  dulu, eh uangnya kurang, kasian deh lu. Jadi cari ATM di kawal oleh room  boy.
  Sebelah kanan lagi, ada "Pxxx Pxxxx", ini merupakan tempat "wajib" bagi  para hidung belang, terlintas; dahulu bagaimana merahnya wajahku saat  pertama kali diplonco oleh rekanku, di sinilah pertama kali aku  telanjang di hadapan lawan jenisku.
  Tak jauh dari situ, terhampar di kanan dan kiri, amusement centre. Di  sebelah kanan ada beberapa lorong (jalan kecil), dengan papan nama cukup  jelas terlihat dari jalan Gajah Mada, yakni jalan yang kulalui,  beberapa nama yang cukup terkenal untuk para hidung belang, seperti  "Kxxxxxx", "Mxxxxx Mxx", "Bxxxxxx Mxxxx", dan lain-lain, nama yang aku  ingat karena meninggalkan kesan yang ringan dan yang lucu.
  Tak lama sampai lah aku di kawasan Glodok.
  "Kiri, bang," kataku.
  Bus tidak berhenti, masih jalan perlahan, aku sudah disuruh turun. Masih inget dulu saat masih sekolah, ada yang teriak:
  "Tunggu, tunggu, perempuan bunting turun," kata kondektur kepada sopir bus, untuk menghentikan laju kendaraannya. "Kaki kiri turun dulu!" ucapnya lagi.
  Maklum sudah lama nggak naik bus. Jadi inget semboyan dulu, kuturunkan  kaki kiriku, belum selesai kaki kananku menyentuh tanah, bus sudah  melaju, saat keseimbanganku doyong ke kanan segera ku tahan dengan kaki  kananku, uh dasar. Maklum sih, rebutan ruang kosong di jalan macet!
  Aku menuju, jembatan toko, nggak belanja hanya lihat-lihat saja, hingga  sampai di pertokoan Glodok, yang di depannya banyak penjual cd. Berbagai  macam jenis film baik yang "aksi" atau yang "membuat ereksi" terpampang  di lapak-lapak penjual vcd.
  "Bos, vcd, bos, yang main orang bandung boss," tawar si pedagang,  kulihat covernya, persis seperti yang di internet. Aku lalui saja,  pura-pura nggak butuh, padahal aku memang ingin beli.
  "Bos, vcd, bos, ratu goyang boss, asli indonesia, murah bos, hanya 35 aja," tawar pedagang lain.
  Hari masih pagi, jadi belum banyak pembeli barang-barang elektronik. Aku  berjalan terus hingga ke ujung, akhirnya aku jalan ke belakang, dan  akhirnya aku naik ke lantai dua. Belum banyak perubahan gedung, saat  pertama kali aku ke sini sekitar awal tahun delapan puluhan, yang tetap  hanya aromanya, ada dupa cina, terkadang bau keringat antara pembeli dan  pejual.
  Saat di lantai dua, aku ditawari vcd, yang sama, harganya hanya sepuluh  ribu saja, kemudian dia juga menawarkan beberapa film yang lain, dengan  harga cukup murah, aku mencoba menawar, dan akhirnya diberi, dan aku  beli semua.
  Setelah capek, keliling, aku ingin ke toilet. Saat aku mau keluar untuk memasukkan uang logam ke dalam kotak,
  "Pak, hapenya jangan ditaruh di saku depan, pak. Banyak copet di sini,  hampir setiap hari ada saja yang kecopetan hape," katanya, segera  kumasukkan HP-ku kedalam saku celana. "Terima kasih mas!" kataku
  Waduh, panggilan alam nih, perutku mulai berbunyi, aku keluar dari  kawasan Glodok, dan menuju ke seberang di bawah "jembatan toko", dulu  ada rumah makan padang sederhana, eh ternyata masih ada. Saat aku pesan  makanan nampak si Bapak yang dulu selalu melayani pembeli sudah mulai  tua dan hanya sebagai kasir saja, waktu telah berjalan.
  Usai makan aku nyebrang lagi, mencari bus ke arah Kampung Rambutan.  Waktu menunjukkan jam 13.00, sudah agak jarang penumpang, tetapi tidak  kosong, kebanyakan penumpang yang melakukan bisnis, bukan pegawai  seperti tadi pagi. Aku masuk dari pintu depan, kucari tempat duduk di  bagian depan yang berisi dua orang.
  Kebanyakan penuh, hingga aku mendapatkan bangku ke dua dari pintu  belakang, yang berisi hanya dua orang. Belum lama aku duduk, saat bus  berjalan perlahan sudah ada seorang pria tinggi besar duduk di  sampingku. Tidak berapa lama bus penuh dengan penumpang, hanya penuh  tempat duduk, belum ada yang berdiri.
  Tidak lama banyak pedagang asongan yang menjajakan dagangannya, belum  selesai menjajakan, pengamen mulai membawakan sebuah lagu, kemudian saat  pengamen selesai, diisi lagi dengan membawa sajak. Bus hampir tak  pernah kosong dengan orang yang mencari sesuap nasi.
  Saat tiba di depan Hayam Wuruk Plaza,
  "Mas, coba lihat tas hitamnya!" katanya. "Apa urusannya anda melihat tasku?" kataku. "Saya polisi," katanya sambil berdiri dan membuka sebagian jaketnya, dan menunjukkan borgol. "Mana tanda pengenal anda?" tanyaku. "Kamu ini melawan petugas," katanya agak keras sambil berdiri hingga  sebagian penumpang memalingkan wajah ke sumber suara, aku pun mencoba  berdiri, tetapi ada cerobong ac, hingga tidak bisa berdiri tegak,  kemudian ada dua pria berwajah kasar berjalan cepat dari belakang dan  dari depan, menutup jalanku.
  Aku segera berpikir keras, kalau aku melakukan tindakan yang konyol,  bisa jadi aku diteriakin maling. Banyak penumpang melihat ke diriku,  detik-demi detik, aku berpikir secepat Intel Titanium. Akhirnya segera  kutekan tombol HP-ku "Si Emen" dan memutar hingga antenanya di bagian  bawah, agar microphone-nya bisa menangkap pembicaranku, tanpa diketahui  oleh mereka, sehingga On-Line dengan beberapa rekanku sekaligus. Mereka  akan mendapatkan nomorku, tetapi tanpa suara yang nggak jelas, atau  direspon mereka tetapi aku tidak merespon panggilan mereka hanya ada  beberapa suara ketukan saja, artinya bisa jadi aku dalam bahaya (atau  tertekan karena tidak dikunci!).
  "Ayo cepat keluar ikut ke kantor," kata yang pria yang belakang.
  Dengan keyakinan HP-ku sudah online, aku segera keluar dari bus. Saat  keluar dari bus, mereka membuat formasi mengurung, satu di depanku, yang  dua ada di kanan dan kiri, sementara di belakang adalah tanah kosong  dengan pagar biru. Kalau aku lari, bisa konyol.
  Si pria yang di kanan, memberhentikan taksi; yang tidak terkenal dan  kemungkinan tidak ada radio panggilnya; aku dimasukkan di kursi belakang  dan diapit oleh dua orang, yang satu duduk di bagian depan, samping  pengemudi taksi. Tidak ada tanda pengenal pengemudi taksi, juga tak ada  radio komunikasi, wah kacau nih.
  Begitu melewati perempatan Harmoni ke arah Pasar Baru, aku segera mengatakan (agar suaraku bisa masuk melalui HP-ku)
  "Itu pos Polisi di perempatan Harmoni," kataku. "Tidak, kita ke kantorku saja," kata yang depan sambil menunjuk ke kaca  depan, tampak sekilas gambar tato. Wah ini sih polisi gadungan.
  Aku di interogasi singkat, setelah merebut tas hitamku yang berisi vcd.
  "Kamu tentara?" katanya. "Bukan!" jawabku, mungkin melihat potongan rambutku serta sepatu bootku. "Coba lihat KTPnya!" katanya.
  Saat KTP kuserahkan, pria satunya merebut dompetku, dan tampak di lengan  bagian dalam juga ada gambar tato. Wah ini sih penodongan. Tak lama  mereka berdua memeriksa seluruh badanku, mulai dari betis, hingga  ketiak, mereka pikir aku polisi atau tentara, mereka takut mungkin aku  membawa sangkur atau senjata api, termasuk bagian kelaminku pun kena  rabaannya, ih jijey, homo kali nih orang, dari pandanganku koq nafsu  bener nih orang sama aku, amit-amit deh.
  Setelah melewati Pasar Baru, berhenti di lampu merah, di jalan Gunung  Sahari. (Ini khan arena tempat berantem lawan "captun" dulu, nggak tahu  sekarang; sempet-sempetnya masih bernostalgia). Tiba-tiba di samping  kanan taksiku berhenti sepeda motor bebek, dikendarai seorang pria  dengan rambut gondrong dengan helm wanita dan menggunakan kaca mata  hitam serta kumis yang tebal namun rapi, tampak di telinga bagian kanan  ada kabel handsfree ke HP "Si Emen" di pinggangnya, sambil menggigit  bibir bagian bawahnya. Sepertinya aku kenal, eh iya dia khan, si Roy.
  Aku ganti menggigit bibir bagian bawahku, untuk merespon pesan bahwa aku  menerima pesannya. Dia membalas dengan mengangkat dagu ke arahku,  sambil pura-pura menggaruk aku menoleh ke samping kiri, tampak seorang  pengendara sepeda motor warna hitam dengan helm hitam tertutup dengan  kaca cukup gelap menggunakan jaket kulit hitam, dia melihatku dan  menundukan kepala, akupun melakukan hal yang sama, kalau lihat dari  motor, jaket serta helmnya, aku tahu ini sih, si Ari.
  Saat lampu hijau, segera Ari melesat lebih dahulu, sementara Roy,  berjalan perlahan menjaga jarak. Beberapa saat kemudian HP pria yang  mengaku polisi berbunyi, dan
  "Siap pak, ya, saya menuju lokasi pak," katanya. "Baik pak, segera pak," katanya lagi. Wah, jangan-jangan ke markas mereka, bisa kacau nih rencana, pikirku dalam hati.
  Dengan kondisi seperti ini aku agak tenang dan mengikuti apa yang mereka  inginkan. Aku baru ingat saat pembelian vcd tadi, dia sengaja  memberikan harga yang cukup murah, nggak tahunya dia salah satu  komplotan yang ikut menjebak, dan akupun baru ingat dia mempunyai HP di  pinggangnya, kemungkinan besar tanpa mengikutiku dia cukup menghubungi  rekannya yang ada di pinggir jalan tadi, bila perlu nunggu aku sampai  selesai makan. Cerdik juga, komplotan ini.
  Taksi lurus menuju ke arah Kemayoran. Kemarin aku dengar berita belum  lama ini di daerah ini terjadi pembunuhan, akibat korban tidak  memberikan uang yang diminta. Saat melalui bekas bandara itu, aku lihat  ada motor dua tak dengan kecepatan tinggi, si Ari sedang mendahului  taksiku.
  Kemudian melalui jalan-jalan kecil dan melalui di bagian belakang ITC  Cempaka Putih, saat itu dia mengambil kartu ATM-ku dan menanyakan  passwordnya; dia memaksa untuk berdamai dengan cara memberikan sejumlah  uang, oleh sebab itu kartu ATM-ku diambilnya, kemudian menuju ke ATM  yang berjarak dua puluh meter dariku. Aku masih di dalam taksi dengan  dua orang penodong, yang akan mengambil uangku melalui ATM menggunakan  topi (agar tidak terekam di kamera ATM). Segaja aku mengikuti mereka  guna mendapatkan barang bukti, bila terjadi hal-hal yang tidak  diinginkan, toh beberapa rekan sudah siaga.
  Dari kaca spion di sebelah kanan sopir, kulihat agak jauh di belakang  Roy sedang bicara sendiri, kemungkinan melalui fasilitas handsfree.  Sementara Ari ada beberapa meter di depan dekat tukang rokok, tak lama  dari kaca spion dalam taksi, aku lihat ada Montera hitam, masuk ke  pelataran parkir bank, dengan nomor polisi 4 dari kota Pasuruan  berakhiran RI.
  Koq jadi ngumpul, pasti itu mbak Nawang SARI, dengan potongan rambut  pendek dan dengan kacamata hitam, sementara disampingnya samar-samar aku  lihat, mbak Ila, dengan rambut dikuncir ekor kuda (karena dia menoleh  ke kiri memperhatikan sebelah kiri mobil untuk masuk ke perparkiran).  Suasana agak sepi saat itu.
  Tak lama Pria yang memakai topi kembali ke taksi, dan memerintahkan  taksi untuk jalan. Saat ia keluar, Montera hitampun ikut keluar, tetapi  tidak mendahului taksi. Saat mobil berjalan, kira-kira beberapa ratus  meter sebelum lampu merah Coca-Cola, By Pass.
  Dengan gerakan yang sangat cepat, Ari mencoba menyalib dari kanan ke  kiri dan bersenggolan dengan taksi yang kutumpangi, dan segera bangkit  menghampiri supir taksi. Roy ada di sebelah kiri taksi dengan senjata  api genggam, membuka pintu kiri depan dan memerintahkan penumpangnya  agar segera masuk ke Montera. Di kanan taksi, Montera berhenti mendadak,  dari dalam Montera keluar Dudung dengan senjata api genggam di tangan,  dan memerintahkan penumpang taksi untuk masuk ke Montera, termasuk  diriku.
  Semua kejadian sangat cepat dan jalanan agak sepi waktu itu, saat semua  penumpang taksi telah masuk semua segera Montera melarikan diri. Tinggal  Ari dan Roy di lapangan, kulihat dari kaca belakang mobil nampak Roy  memberikan ongkos taksi yang ditinggalkan penodong tadi.
  Montera segera menuju ke pusat pergudangan, setelah parkir, tak berapa  lama, diikuti oleh Roy dan Ari. Segera kaki dan tangan para penodong  diikat di Scraff Holder dengan borgol.
  Mereka nampaknya shock, dengan kejadian tadi yang begitu cepat. Mbak  Nawangsari segera turun dan memberikan tamparan yang cukup keras di  kedua pipi masing-masing penodong. Nampaknya dia begitu gemes dengan  ulah mereka. Ari mengambil dompet para penodong serta amplop berisi uang  yang baru diambil dari ATM. Jumlahnya lima juta, persis dengan batas  maksimum yang boleh diambil melalui ATM dalam sehari dari tabunganku.  Ternyata mereka tidak membawa senjata tajam atau senjata api.
  "Ampun bu, ampun pak," rengek mereka. "Udah mbak, jangan disakiti," kata Roy sambil cengengesan. "Kemarin temenku juga kena sama mereka, sepertinya mereka spesialis  nodong pembeli VCD," kata mbak Nawangsari, dia menggunakan rok kulit  agak mini dan kaos ketat putih dan jaket kulit hitam, kontras dengan  kulitnya yang putih bersih, tampak di paha dan sekitar betisnya  ditumbuhi bulu-bulu halus.
  Setelah diikat, mereka disemprot dengan air hydrant, Ari yang punya  kerjaan nyiram penodong. Mbak Ila segera mengambil sangkurnya dari balik  celana jins di bagian betisnya. Kemudian dia menyobek semua pakaian  yang dikenakan oleh penodong, kemudian Ari menyemprot lagi, terutama  pada bagian yang tadi tertutup oleh pakaian mereka.
  Tampak kemaluan mereka mengkerut, sama seperti perasaan mereka. Setelah  itu Scraff Holder dirobohkan oleh Dudung, hingga mereka terlentang basah  kuyup.
  Ari, Roy, dan Dudung segera membentuk ruang berbentuk huruf "U" dengan  mendirikan Scarff Holder yang lain agar menjadi ruangan ukuran lima  meter kali lima meter, dan menutup sekelilingnya dengan plastik warna  biru (biasa digunakan untuk melindungi bangunan dari hujan), kemudian  memasang lampu neon 2x40W sebanyak sepuluh buah, secara berdiri tegak  bersandar pada plastik biru yang menutupi Scraff Holder, dua di kanan  penodong paling kanan dan dua di kiri penodong paling kiri, sedangkan  enam lagi di bagian atas kepala penodong, masing-masing dua lampu tiap  kepala penodong.
  Sambil mereka bekerja, terdengar para penodong memohon ampun. Setelah  lampu terpasang dan dimasukkan ke sumber listrik ruang menjadi terang  benderang. Setelah itu,
  "Kita apain mereka?" kata mbak Ila. "Bunuh aja deh, kita jual jeroannya, percuma dikasih ke polisi juga ntar begitu lagi," jawab Roy. "Jangan, kita panggil aja mbak Nining, ntar kita bikin seperti ini," jawab Ari, sambil menunjukkan vcd yang aku beli.
  "OK, setuju," jawab mbak Nawangsari, sambil melepaskan celana dalamnya  sambil berdiri dan melemparkan ke atas Montera, kemudian berjalan  melangkahi kepala para penodong.
  Ari segera menelpon Mbak Nining untuk segera bergabung, Saat itu waktu  menunjukkan jam 16.00, setelah mbak Nawangsari selesai membuat para  penodong ereksi (bisa-bisanya lagi tertawan koq ereksi, dasar lelaki),  segera dia menutup mata para penodong dengan memasangkan kaca mata untuk  pekerjaan las, yang sangat gelap.
  Sementara itu Roy mengambil kamera dari dalam Montera dan menghubungkan  ke sumber listrik, Dudung merangkai tripod untuk dudukan kamera.
  "Sar, coba deh, kamu duluan," kata Roy, sambil memfokuskan mbak  Nawangsari yang sedang memakai cd-nya kembali, setelah cd terpasang, dia  bukannya menjawab malah membalas dengan mengepalkan tangannya dengan  jempol terjepit jari telunjuk dan jari tengah, sableng.
  Tak lama Mbak Nining dateng, bersama temannya Mbak Monika. Yang diundang satu yang dateng dua orang,
  "OK, siap, langsung," kata Ari. "Siap," mbak Nawangsari yang menjawab sambil memberikan kode jari  telunjuknya di depan mulutnya, seolah-olah ingin mengatakan jangan  berisik.
  Aku, Ari, Dudung, mbak Nawangsari, mbak Ila, serta mbak Monika duduk  manis di belakang kamera yang sedang diarahkan oleh Roy, sambil  menunjukan jarinya ke atas, yang artinya sudah mulai "Recording".  Sementara mbak Nining segera memulai aksinya, dia langsung meng-oral  penodong yang di kiri sambil menghadap ke arah kamera. Roy mengambil  sebagian wajah Mbak Nining, hanya bagian mulutnya yang monyong dengan  latar belakang wajah penodong yang menggunakan kacamata las asitelin.
  Dijilati buah zakarnya, ujung kemaluannya, dan akhirnya dimasukkan semua  ke dalam mulutnya hingga habis, kemudian mulai bergerak naik turun,  setelah cukup keras, dia memasukkan ke dalam anusnya, oups langsung  anal, dengan membelakangi kamera.
  Saat dia menaikkan pantatnya terdengar suara,
  "ekh ekh," suaranya mbak Nawangsari, sementara mbak Nining tidak  bersuara hanya menggigit bibir bawahnya saja (oleh sebab itu kita selalu  menggunakan kode ini, untuk memperkenalkan diri kita dalam penyamaran).  Saat mbak Nawangsari bersuara, tanpa diberi komando, kemaluan ke dua  penodong di sebelah seperti kondom ditiup, segera menggelembung; mereka  nggak tahu kalau dihadapan mereka ada kamera dan para penonton! Semua  penonton tersenyum, mbak Monika sampai menggigit telunjuknya untuk  menahan tawa, Mbak Ila menutup mulutnya dengan ke dua tangan.
  Penodong merasakan sensasi yang luar biasa, dalam gelap, karena ke dua  matanya tertutup kaca mata las, serta jepitan anusnya. Mencoba menarik  kakinya tetapi tertahan oleh borgol, berusaha pula menarik tangannya  juga terborgol. Nggak lama badan penodong kaku dan tak lama lemas,  dan...
  "ehhhaaaaah," jeritnya. Roy meng-close-up wajah penuh orgasme itu.
  Dia mengalami ejakulasi, kemaluan si penodong masih tertanam di dalam anus mbak Nining.
  Beberapa saat kemudian, mbak Nining berdiri, dan dengan gayanya berusaha  agar sperma tidak tumpah dari anusnya, dia mencoba menahan laju sperma  dengan mengkerutkan lubang anusnya dan melangkah sambil jongkok hingga  lubang anusnya tepat diatas mulut penodong, kemudian melepas kerutan  anusnya sehingga sperma jatuh ke mulut si penodong, dia merasakan jijik  dan menggeleng-gelengkan kepalanya, hasilnya sperma tidak masuk ke mulut  tetapi ada yang masuk ke lubang hidung. Hiiik jijey. Roy tetap  meng-close-up.
  Setelah tidak ada yang menetes, Mbak Nining mengedan hingga anusnya  keluar menggelembung. Keluar sisa sperma yang sedikit menguning dan di  ikuti suara kentut.
  Langsung penonton bubar, segera melarikan diri menahan bau yang minta  ampun. Ari mencari blower AC yang belum terpasang untuk meniup wangi  semerbak yang ada, hingga kemaluan ke dua penodong yang tadi sempat  berdiri tegak langsung rubuh.
  Untuk diketahui mbak Nining itu nama di malam hari, kalau siang namanya  mas Nanang, dia WAnita tapi aDAM, yang biasa mangkal di jalanan, juga  sebagai sumber info buat kita, sebagai imbalan atas bantuannya kami  berikan sesajen tiga orang ini.
  Para penodong pikir mereka main sama mbak Nawangsari, padahal sama mbak  Nining! Saat tadi melihat mbak Nawangsari nggak pake cd, bayangannya  udah jauh entah kemana. Padahhhaaaaalll. Huekks.
  Kemudian penodong berikutnya mendapat giliran, hingga penodong terakhir,  dengan perlakuan yang sama. Sampai-sampai lubang anusnya mbak Nining  susah nutupnya, jalannya sudah nggak bener lagi, seperti koboi janggo.
  Agar perlawanan mereka tidak surut, mbak Nining segera membersihkan diri  dan duduk di antara penonton, kini tiba giliran mbak Monika, dia  melepaskan seluruh pakaiannya, dia seorang pelacur senior, dia juga  sebagai informan dan sebagai balasannya kita berikan sajen seperti ini.  Dia seorang wanita tulen, pekerja seks di sebuah panti pijat, dan  kabarnya penderita HIV/AIDS.
  Sebelum mbak Monika mengambil giliran, Ari menyemprot mereka dengan air  hydrant lagi, agar bersih. Semprotan cukup hati-hati mengingat ada lampu  neon di atas kepala dan di samping penodong.
  Setelah selesai mbak Monika mulai mencium bibir penodong bergantian,  kemudian menggesek-gesekkan vaginanya ke hidung penodong, dia takut  mengarahkan ke mulut penodong, takut digigit nampaknya. Dasar, udah  ejakulasi masih siap berdiri lagi, langsung mbak Monika memasukkan ke  vaginanya, dan melakukan gerakan pemompaan, sambil mengeluarkan desahan,  denger suara wanita berdesah, penodong di sebelah ereksi bareng. Momen  yang baik segera Roy mengambil gambarnya.
  Kali ini mbak Monika melakukan pertukaran sperma, saat penodong pertama  ejakulasi dia menumpahkan ke penodong ke dua, begitu pula yang lain.  Jijik campur ereksi dan suara erangan membuat mereka tidak surut,  setelah mereka bertiga ereksi, mbak Monika melepaskan kacamata las,  nampak mereka kaget dengan pemandangan yang ada.
  Terakhir mereka disemprot air hydrant oleh Roy, dan mengikat mereka,  selanjutnya kita mendudukan mereka dan melihat ke televisi untuk Replay  adegan yang mereka lakukan. Mereka tak berani melihat hanya tertunduk  sambil melirik saja.
  Waktu sudah mendekati tengah malam, ke tiga penodong dibuang Dudung, di sekitar rawa-rawa bandara. Pagi harinya kaset video sudah digandakan menjadi tiga. Ila, Roy dan  Dudung masing-masing membawa satu dan pergi ke pusat transfer kaset ke  VCD, mereka membayar sebagian, sisanya kalau sudah jadi, padahal mereka  tidak akan kembali lagi. Akhirnya satu dari pusat transfer itu  membocorkan ke umum, jadi lah VCD itu beredar ke masyarakat.
  Beberapa minggu kemudian kita tidak ada laporan mengenai penodongan ala  VCD di bus-bus kota. Yang terjadi sebuah judul lagi "vcd dewasa" dengan  judul "Lautan Asmara 3".           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Aku Dipuaskan Hewan Asuhanku               May 10th 2013, 03:04                                               Namaku Natalia, panggilanku Lia namun banyak juga yang menyapaku Nat.  Usiaku 28 tahun dengan tinggi badan 170 cm. Sehari-hari aku magang di  Kebun Binatang Surabaya (KBS) sesuai dengan statusku sebagai dokter  hewan lulusan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. 
  Aku bukanlah satu-satunya dokter hewan di KBS, masih ada empat orang  dokter hewan lainnya dan aku termasuk yang paling muda di antara mereka.  Hanya ada seorang dokter hewan cowok di KBS, dan aku paling cantik di  antara ketiga dokter hewan cewek yang bertugas di KBS. 
  Walau usiaku paling muda di antara mereka namun aku tetap masih kalah  lincah bila dibandingkan dengan mereka. Bukannya karena fisikku cacat  namun dikarenakan busana yang kukenakan sehari-hari membuatku tidak  selincah mereka yang menggunakan celana panjang selama bertugas  sehari-hari. Aku tidak terbiasa memakai celana panjang sehingga  penampilanku memang jadi terkesan feminin sekali. 
  Sehari-hari aku terbiasa memakai rok mini yang bawahannya lebar  sedangkan bagian atasan aku lebih suka memakai T Shirt tanpa lengan yang  lebih cocok disebut singlet. Namun kalau saat bertugas aku lebih suka  memakai hem longgar lengan pendek, karena kalau aku menggunakan T Shirt  tanpa lengan waktu bekerja, selain terlihat kurang sopan, juga bisa  membuat orang lain khususnya cowok rekan kerjaku tidak bisa bekerja  dengan tenang. 
  Kegemaranku berpakaian ini disebabkan karena keseharianku yang selalu  tampil tanpa BH. Memang sejak kecil aku tidak terbiasa dan tidak suka  memakai BH hingga saat ini kebiasaan tersebut masih terbawa-bawa, dan  jangan heran kalau sampai dengan saat ini pun aku sendiri tidak  mengetahui ukuran payudaraku yang montok dan sintal, karena aku memang  tidak pernah membeli BH. Bentuk payudaraku memang indah dan ranum  walaupun ukurannya sedang-sedang saja. Warna puting susuku yang merah  muda dan sedikit kecoklatan ini membuatku lebih percaya diri walau tidak  pernah mengenakan BH. 
  Koleksi CD-ku cukup banyak dengan aneka warna, namun modelnya hanya dua  macam, yaitu model G String dan model berenda yang mini sekali. Antara  kedua model itu bentuknya sama satu sama lain, hanya saja yang satu  terbuat dari seutas tali nylon dan yang yang satu lagi terbuat dari  renda yang lebarnya tak lebih dari sebuah jari saja. Cara mengenakannya  cukup dilingkarkan di pinggangku, kecuali yang G String ada ikatannya di  sisi kanan kiri pinggangku. Selebihnya tersambung di bagian belakang  pinggang terus turun ke bawah melalui celah belahan pantatku, melilit  melewati selangkanganku, terus ke depan dan tersambung dengan secarik  kain sutera tipis berbentuk segi tiga yang hanya berfungsi menutupi  liang vaginaku hingga bulu-bulu kemaluanku tidak mampu tertampung semua.  Ujung-ujungnya yang lembut tersembul keluar dan terkadang menimbulkan  rasa geli saat aku melangkah karena ujung-ujung bulu kemaluanku itu tadi  menggesek-gesek lipatan pangkal pahaku. Tak jarang aku juga merasakan  kalau lipatan ujung CD-ku agar tergesek ke samping saat kukenakan dan  akibatnya sebelah bibir vaginaku jadi tersembul keluar, untung saja  masih ada rok miniku yang menutupinya. 
  Dengan model penampilanku yang demikian, aku tidak bisa berkeliling area  KBS naik sepeda seperti rekan-rekanku lainnya. Saat mengontrol dari  satu kandang ke kandang lainnya, aku terpaksa harus tetap berjalan kaki  saja, sekalian agar sehat, pikirku. Namun apa bila ada panggilan yang  bersifat emergency, dari kandang yang agak jauh dari klinik apa bila ada  hewan yang sakit maka mau tidak mau aku harus bergegas juga dengan  menggunakan sepeda yang memang telah disediakan untuk transportasi  petugas di dalam KBS. Tentunya yang senang adalah para pengasuh hewan  (keeper) yang berjaga di kandang-kandang yang kulewati, termasuk para  pengunjung dan pemilik kios dimana aku lewat, karena mereka dapat  tontonan gratis melihat pahaku yang mulus terbuka lebar saat aku  mengayuh sepeda melintasi mereka. 
  Itulah sedikit ilustrasi tentang diriku, yang kuceritakan kembali untuk mengawali kisahku yang baru ini. 
  Sudah tiga bulan ini aku mendapat tugas mengasuh dua ekor anak singa  yang baru saja melahirkan tapi induknya enggan mengasuh anaknya sehingga  kami para tim medis memutuskan agar anak singa tersebut segera dipisah  dari induknya dan dirawat di ruang karantina yang letaknya  berhadap-hadapan dengan klinik kesehatan hewan. 
  Mungkin karena dianggap paling yunior di antara mereka, maka oleh para  dokter hewan senior aku ditugaskan mengasuh dan memberikan susu pada  kedua bayi singa tersebut. Tugasku adalah memberikan susu setiap dua jam  sekali, termasuk menggendongnya keluar untuk berjemur setiap pagi. Maka  tak heranlah kedua anak singa ini menjadi sangat manja dan jinak sekali  denganku. 
  Saat ini kedua anak singa tersebut usianya sudah tiga bulan dan  frekwensiku memberikan susu pun jaraknya sudah mulai berkurang, sekarang  sudah menjadi setiap empat jam sekali tetapi volume susu yang  diminumnya juga sudah lebih banyak lagi. Keduanya tumbuh sehat dan juga  sudah bisa meloncat sana sini sambil berlari kecil dengan riangnya.  Waktuku belakangan ini jadi lebih banyak tersita untuk berada di ruang  karantina merawat kedua bayi singa yang lucu ini. 
  Kalau pada awal-awalnya aku harus memangku mereka dan memberikan minum  susu dari dot, kini mereka sudah bisa minum sendiri dari mangkuk yang  kusodorkan. Keduanya langsung menjilati isi mangkuk dengan rakusnya, tak  butuh waktu lama untuk menghabiskan semangkuk susu yang kuberikan. 
  Pagi ini aku seperti biasanya begitu sampai di KBS langsung datang ke  ruang karantina untuk mengunjungi dua ekor singa anak asuhku. Mereka  meloncat kesana kemari dengan gembiranya menyambut kedatanganku.  Langsung saja kubuatkan susu yang kuseduh dengan air hangat dan  kuletakkan dalam mangkuk kemudian kusodorkan pada mereka. Sambil  berjongkok di hadapan mereka, kuperhatikan keduanya melalap habis susu  dalam mangkuk yang kuberikan, dan dalam waktu sekejap saja mereka telah  menjilat habis susu itu. 
  Lalu keduanya memandangku seakan ingin minta tambah. Dan matanya  kemudian memandang heran ke selangkanganku yang terbuka saat aku  berjongkok. Mungkin mereka terheran-heran melihat gundukan daging yang  tersembul di tengah-tengah pangkal pahaku. Naluri ingin tahunya sangat  kuat hingga mereka merangkak maju dan mengenduskan hidungnya di  selangkanganku. Hidungnya mendekati dan mencium bagian luar vaginaku  hingga dapat kurasakan hembusan napasnya yang menerpa lipatan pangkal  pahaku. 
  Aku sedikit ragu dan ingin segera berdiri, namun niatku segera  kuurungkan saat terasa ada sesuatu yang kasar dan lunak mengelus bagian  luar vaginaku. Rupanya si anak singa tadi menjilati CD-ku sebagai  perwujudan rasa ingin tahunya. Hal ini membuatku terangsang karena  jilatan tadi ternyata menyentuh sebelah bibir vaginaku yang kebetulan  menyembul keluar dari ujung lipatan secarik kain sutera yang menutupi  bagian liang vaginaku itu. 
  Pelan-pelan tanganku memasuki rok miniku untuk melepas ikatan CD di  samping kiri kanan pinggangku. Rok miniku dengan bawahan longgar itu  terbuka lebar saat aku berjongkok sehingga tidak menyulitkanku untuk  melakukan aktifitas tersebut. Dengan sekali tarik maka terlepaslah sudah  dan penutup vaginaku pun tertanggal begitu saja. 
  Kedua ekor anak singa itu tetap berebutan menjilati sekitar  selangkanganku. Secara bergantian mereka menjilati pangkal pahaku, dan  yang paling disukainya adalah menjilati bagian vaginaku yang langsung  membasah karena aku begitu terangsang oleh jilatannya. 
  Aku sudah tidak mampu untuk berjongkok lebih lama lagi hingga aku pun  terjengkang duduk di lantai. Lama kelamaan aku pun sedikit merebahkan  badanku. Pinggangku kujadikan tumpuan untuk menumpu tubuhku, kakiku  kuangkat dengan bantuan tanganku di pangkal lutut. Kukangkangkan selebar  mungkin untuk memberikan sedikit ruang gerak agar kedua ekor anak singa  ini lebih leluasa lagi menjilati sekitar selangkanganku. 
  Cairan bening yang terus mengalir keluar dari dalam liang vaginaku  membuat keduanya lebih rakus lagi menjilati bagian luar vaginaku,  mungkin karena rasanya yang sedikit asin hingga membuat mereka berdua  lebih bergairah, karena secara teoretis semua hewan suka merasakan  sesuatu yang rasanya sedikit asin. 
  Kuletakkan kedua kakiku di lantai dengan posisi tetap mengangkang  sedangkan tangan kiriku menopang ke lantai agar badanku tidak  terjengkang di lantai sementara tangan kananku membuka kancing bagian  atas hemku yang longgar. Tanganku kususupkan ke dalam hemku meraih dan  meremas payudaraku yang sudah mengeras pertanda birahiku sudah mencapai  puncaknya. 
  Kupilin-pilin puting susuku dengan jari sehingga aku menggelinjang dan  bulu kuduk di belakang leherku seakan berdiri semua rasanya. Sementara  itu kedua ekor anak singa ini terus menerus secara bergantian menjilati  vaginaku yang sudah sejak tadi tanpa ditutupi oleh sehelai benang pun.  Lidahnya yang kasar tetapi lunak itu menjilati bibir-bibir vaginaku dari  bawah hingga ke atas secara teratur. Tak jarang jilatannya yang  mengandung sedikit tekanan ke vaginaku ini mengenai ujung-ujung  klitorisku. 
  "Hzz.. Zzt! Hzz.. Zzt! Hzz.. Zzt!" Hanya suara itu yang bisa keluar dari  mulutku berulang-ulang menahan gejolak kenikmatan yang mengalir dari  pangkal pahaku, terus mengalir ke atas sampai ke ubun-ubun kepalaku. 
  Aku sudah pernah mendapatkan jilatan di vaginaku, namun jilatan yang  kurasakan kali ini lain dari pada yang lain. Lidah-lidah anak singa ini  lemas, lunak dan sedikit kasar saat menyentuh bibir vagina dan ujung  klitorisku. Tiba-tiba ada semacam ledakan dahsyat di bagian pangkal  pahaku. Badanku tiba-tiba menggigil dan sedikit kejang, diiringi  tumpahnya lahar pelumasku keluar dari dalam rahim menuju ke liang  vaginaku. 
  Tzee.. Eerrt! Tzee.. Eerrt! Tzee.. Eerrt! Aku dapat merasakan semburan  lahar hangat yang deras sekali hingga merembes keluar menembus melalui  lubang vaginaku. Cairan lendir pelumasku serta merta langsung saja  dijilat oleh kedua ekor anak singa ini bergantian. Dengan rakusnya  mereka menjilati vaginaku hingga tetes terakhir hingga vaginaku menjadi  bersih dan kering kembali. 
  Aku menarik napas panjang melepas sisa-sisa kenikmatan yang baru saja  kualami. Aku tanpa sengaja mendapatkan suatu pengalaman baru dalam  menyalurkan hasrat sex-ku, mungkin tidak semua wanita di dunia ini  beruntung dapat mengalami dan merasakan hal-hal yang pernah kualami  dalam dunia kenikmatan sex. 
  Aku pun tahu bahwa seandainya pengalamanku ini kuceritakan di situs  sumbercerita.com pasti banyak pembaca yang tidak akan percaya begitu  saja dengan pengalamanku yang satu ini. Namun bagiku itu tidak penting,  yang penting bagiku adalah bagaimana aku bisa berbagi dengan  menceritakan pengalamanku dengan apa adanya lewat situs ini. 
  Aku pun tidak berani mencoba-coba untuk mengulangi peristiwa itu lagi,  karena kedua anak singa ini walau bagaimanapun juga mereka tetap  termasuk dalam golongan binatang buas pemakan daging. Aku khawatir bahwa  pada suatu saat kelak tanpa kusadari akan ada bagian di selangkanganku  yang iritasi karena jilatannya. Hal ini akan berbahaya sekali karena  biasanya binatang buas paling tidak tahan mencium bau darah, mereka akan  jadi beringas dan penciuman mereka cukup tajam untuk hal yang satu itu.     Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Hadiah istimewa               May 10th 2013, 03:03                                               Perkenalkan namaku Lia, aku berumur 28 tahun, sudah menikah tetapi belum  berniat memiliki anak karena masih berkonsentrasi dengan karier dan  pendidikanku. Aku bekerja pada salah satu bank swasta ternama di  Jakarta. Menurut temantemanku aku dikaruniakan bentuk tubuh yang seksi,  mungkin karena ukuran dada dan pinggulku yang sangat menggoda. 
  Sebenarnya belum terlalu lama aku berhubungan dengan situs ini, kurang  lebih baru sekitar 6 bulan yang lalu, itu juga karena diperkenalkan oleh  suamiku. Oleh karena itu aku mau kirim pengalaman pribadiku ini, supaya  fair kali ya, selama ini kan aku hanya membaca kisah dari orang lain,  sekarang gantian aku mau bercerita. 
  Aku dan suamiku baru menikah sekitar 8 bulan, bagiku suamiku adalah guru  sexku yang paling luar biasa, terkadang aku sampai kewalahan menghadapi  gairahnya yang begitu tinggi. Sebelum menikah mungkin aku adalah gadis  yang lugu, sex adalah hal yang tabu bagiku, tetapi begitu merasakan  nikmatnya sex, aku begitu merindukannya setiap waktu. 
  Suamiku seorang yang inovatif dalam urusan ranjang, dari aku yang lugu  menjadi aku yang liar dan haus sex dibuatnya. Terkadang dalam bersetubuh  kami menggunakan alat bantu, kami mempunyai beberapa alat bantu seperti  butterfly, kondom sambung dan vibrator. Dari semua alat bantu tersebut  semuanya memberikan kenikmatan yang berbedabeda, tetapi favoritku adalah  vibrator. 
  Wah sambil menulis ini aku jadi membayangkan kontol silikon itu maju  mundur didalam vaginaku. Kelebihan dari vibrator itu selain bisa maju  mundur secara otomatis tetapi juga dapat memberikan sensasi luar biasa  menjelang aku orgasme karena sambil maju mundur vibrator itu dapat  disetel bergetar. Bagi para istri coba deh, apalagi sekarang alat bantu  sex mudah sekali diperoleh. Terkadang kalau lagi "on" aku juga suka  masturbasi dengan alat bantu. Suamiku sangat senang melihat aku  bermasturbasi. Sebenarnya dia yang pertama kali mengajarkan masturbasi  kepadaku, dan dia tidak keberatan apabila aku bermasturbasi didepan dia,  malah katanya aku sangat seksi dan merangsang, kalau sudah begitu  masturbasiku pasti berganti dengan persetubuhan yang liar dan panas. 
  Selain menggunakan alat bantu, kami juga suka bersetubuh ditempattempat  yang tidak lazim, bosan kalu ditempat tidur terus kata suamiku. Kami  pernah bersetubuh di taman depan rumah dimana tingkat ketahuan sama  orang lainnya sangat tinggi. Seru sekali nikmat sambil degdegan. Selain  itu kami pernah bersetubuh diatas balkon sebuah apartemen terkemuka di  Jakarta, kalau penghuni kamar sebelah ke balkon juga, wah gimana  jadinya, tetapi itulah kenikmatannya. Kami juga pernah bersetubuh  dikolam renang salah satu hotel di Bali dan hampir ketahuan, ternyata  enaklo bersetubuh didalam air, sensasinya sungguh luar biasa. 
  Sebenarnya bukan itu yang mau aku ceritakan. Aku mau bercerita tentang  hadiah ulang tahun yang diberikan oleh suamiku bulan yang lalu, tepat  pada usiaku yang ke-28. Pada waktu itu kami sepakat merayakan disebuah  hotel, hanya aku dan suamiku. Hotelnya ada di kawasan Slipi, kami  menyewa salah satu kamar yang ada dilantai 21. Memang dari rumah aku  sudah menduga bahwa ada kejutan yang sangat merangsang yang akan  diberikan oleh suamiku, tetapi aku tidak menduga betapa luar-biasanya  kejutan tersebut. 
  Saat makan malam suamiku memberikan ucapan selamat ulang tahun kepadaku.  "Selamat ulang tahun Sayang".  Kemudian dia mengambil sesuatu dari saku celananya, sebuah kotak hitam  kecil dan membukanya di hadapanku. Wah sebuah kalung dari emas putih  bermatakan berlian, aku senang sekali karena walaupun buas diranjang  suamiku sangat romantis.  "Sini aku pakaikan" kata suamiku seraya memakaikan kalung tersebut.  "Terima kasih ya Mas" kataku.  "Itu masih hadiah pembukaan Sayang, masih ada paket hadiah yang lainnya" katanya.  "Apaan tuh Mas, jangan main rahasiarahasiaan dong" kataku lagi.  "Sekarang kita selesaikan makam malamnya nanti hadiah utamanya diberikannya di dalam kamar" katanya genit. 
  Rasanya aku tahu apa hadiah utamanya kataku dalam hati, pasti dia  memberikan sex toys baru lagi. Tak lama kami menyelesaikan makan malam  kami, setelah berjalanjalan sebentar melihatlihat pemandangan di lobby,  suamiku mengajakku kembali ke kamar.  "Mau lihat hadiah utamanya nggak?" katanya, aku hanya tersenyum.  "Bikin penasaran orang aja" kataku.  "Aku kan mau memberikan sesuatu yang beda, Sayang" katanya lagi.  Tak lama sampailah kami di kamar. Suamiku menyalakan TV dan aku masih bertanyatanya dalam hati mengenai kejutan dari suamiku.  "Siap untuk kejutannya, Sayang" katanya sambil mencium bibirku dengan lembut.  Itulah suamiku, dia sangat tahu bagaimana memperlakukan perempuan.  Kamipun mulai berciuman, ternyata ini toh kejutannya kataku, tetapi masa  cuma ini sih, yang seperti ini kan tiap hari kami lakukan. 
  Saat aku sedang terbuai ketika payudaraku dicumbu oleh suamiku, bel  kamar berbunyi kembali, suamiku memintaku untuk membuka pintu.  "Selamat malam, Mbak' apakah ini kamar Pak Indra?" seorang pemuda bertanya kepadaku.  "O iya benar, ayo masuk. Pak Indranya ada kok di dalam" dalam hati aku  mengomel kok datang di saat yang nggak tepat sih, orang lagi mau asik  diganggu.  "Halo Ivan, ayo silakan duduk jangan sungkan, perkenalkan ini Lia istri saya".  "Ivan", kata pemuda tersebut sambil menyodorkan tangannya.  "Lia", kataku singkat.  "Bawa pesanan saya Van?", tanya suamiku.  "Bawa Mas", katanya sampil menyerahkan sesuatu kepada suami saya.  Rupanya sebotol champagne. 
  "Hari ini Mbak Lia ulang tahun Van, kita harus memberikan hadiah yang  khusus, sekarang tolong persiapkan dong", kata suamiku meminta si Ivan  menyiapkan minuman tersebut.  "Baik Mas" kata Ivan sambil tersenyum.  Tak lama Ivan datang dengan 3 gelas champagne.  "Mari kita bersulang", kata suamiku sambil membagikan gelas.  "Demi kebahagiaan kamu, Sayang" kata suamiku lagi.  Kami menghabiskan isi gelas tersebut. Setelah itu kami ngobrol tentang  bebagai hal, dari politik sampai ke lelucon porno, tetapi ketika ngobrol  aku kok merasa begitu horny, aku terangsang sekali. 
  Nafasku turun naik seolaholah tidak mampu menahan birahi dan apabila aku  menggeser pantatku dari tempat tidur. Sedikit gesekan pada vagina saja  memberikan rangsangan yang sungguh luar biasa, aku tak tahan lagi tetapi  aku masih sadar karena aku melihat masih ada Ivan di situ. 
  "Mas", kataku lirih sambil menahan gejolak birahi, maksudku agar  menyuruh Ivan pulang dan kami dapat melanjutkan pertempuran yang  tertunda.  Tapi suamiku malah berkata, "Siap buat hadiahnya Sayang?".  Tangan suamiku meremas perlahan payudaraku dan bibirnya melumat bibirku.  Sekarang aku sudah lupa diri, setiap remasan pada payudaraku membuat  aku tidak peduli lagi bahwa ada orang lain dikamarku. Satu demi satu  kancing bajuku terlepas. 
  Suamiku terus mencumbuku, karena sudah tidak tahan aku juga merespon  rangsangan suamiku, malam itu setiap sentuhan maupun remasan rasanya  lebih nikmat satu juta kali dibading biasanya. Aku telanjang bulat  sekarang, aku terus merasakan nikmatnya remasan di payudaraku, suamiku  meminta aku telentang kemudian dia membuka kedua pahaku dan menjilati  seluruh kemaluanku.  "Aaaccrhh..", aku menggelinjang nikmat.  Klitorisku distimulasi dengan sedemikian nikmatnya. Sambil merasakan  nikmat pada vaginaku, aku meremas payudaraku sendiri, suamiku rupanya  mengerti sambil menjilati vaginaku tangannya membantu meremas payudaraku  dan memilin putingku. Mataku terpejam nikmat, hebat sekali suamiku  malam ini, lebih hebat dari biasanya. 
  Dari vagina sekarang dia menjilati seluruh payudaraku dan putingku, aku  hanya bisa terpejam nikmat. Antara sadar atau tidak sadar aku merasa  saat memegang rambut suamiku rasanya kok berbeda. Betapa terkejutnya aku  ketika aku membuka mataku bukannya suamiku yang ada didepanku tetapi si  Ivan yang sudah telanjang bulat juga, aku terkejut, aku mau marah  tetapi tidak bisa, kenikmatandemi kenikmatan yang kuperoleh mengalahkan  segalanya. Kulihat suamiku duduk di kursi di samping ranjang sambil  menguruturut kontolnya. "Mas, kamu..", kataku tak sanggup meneruskan katakataku karena menahan nikmat.  "Nikmati saja hadiahnya Mas", katanya. 
  Akupun melihat diapun sudah dikuasai nafsu melihat istrinya dicumbu  sedemikian rupa. Akupun memutuskan untuk menikmati saja malam ini karena  aku tidak dapat berhenti lagi dan sudah terlanjur. Ivan memintaku untuk  berjongkok, kemudian mengarahkan kontolnya kemukaku, aku mengerti  dengan segera saja kusambar dan kumasukan kedalam mulutku, kuhisap dan  kunikmati sedemikian rupa. Ivan menggelinjang sedemikian rupa, menahan  nikmat.  "Teruus Mbak Lia, teruuss..", katanya meracau. 
  Kontol Ivan ukurannya sama seperti suamiku hanya lebih banyak uratnya  dan kepalanya lebih besar. Kalau ditaksir umurnya mungkin baru sekitar  1819 tahun. Sambil terus meng-oral kontolnya si Ivan aku merasa  payudaraku ada yang meremas dari belakang, ternyata adalah suamiku. Aku  tambah tidak karuan saja menahan serangan nikmat dari dua lakilaki.  "Masukan sekarang Van, masukan sekarang..", pintaku.  Dengan lembut Ivan memasukan kontolnya ke dalam vaginaku, setiap  pergerakan mili demi mili dari kontol Ivan memberikan sensasi yang tidak  tertahankan. Ivan terus memompa kontolnya didalam vaginaku, sementara  itu suamiku mengarahkan kontolnya ke dalam mulutku, jadilah vagina dan  mulutku dientot oleh dua lakilaki. Hanya sekitar 5 menit aku  diperlakukan demikian aku segera mendapatkan orgasmeku.  "Aku mau sampai", kataku dengan mulut masih penuh oleh kontol suamiku.  Akhirnya, "Aaarrcchh ..", Aku mengejan hebat, aku merasakan seluruh otot  kewanitaanku berkontraksi, pandanganku menjadi gelap rasanya. 
  Setelah itu kami masih terus mencoba gaya ini dan itu karena kedua  lakilaki ini mempunyai keperkasaan yang luar biasa di ranjang, baru  setelah orgasmeku yang keempat suamiku memuntahkan spermanya didalalam  vaginaku dan tak lama Ivan memuntahkan spermanya juga didalam vaginaku.  Setelah itu kami pun tertidur kelelahan. Saat aku tidur terasa ada yang  menciumku. 
  "Selamat pagi Sayang, gimana hadiahnya semalam?", ternyata suamiku membangunkanku.  "Mas kok tega sih, aku kan istrimu, kok rela sih istrinya ditiduri orang", kataku.  "Kamu menikmatinya nggak?", dia balik bertanya.  Jujur dalam hati belum pernah aku mendapatkan kenikmatan sedemikian  rupa, satu kontol aja sudah enak apalagi dua. Aku hanya terdiam.  "Ya sudah kalau kamu marah aku minta maaf", kata suamiku.  "Mas, aku kok bisa terangsang banget sih semalam, memangnya yang diminum apa sih?", tanyaku.  "Cuma segelas champagne kok, tetapi di gelas kamu ditambah dengan beberapa tetes spanish fly", katanya sambil tersenyum. 
  Pantas, umpatku dalam hati, aku begitu terangsang, mungkin kalau dalam  kondisi normal aku belum tentu mau ber threesome ria seperti semalam.  Kulihat Ivan masih tertidur pulas.  "Ivan itu siapa sih" tanyaku pada suamiku.  "O.. dia gigolo, aku menyewanya untuk kamu, tenang, dia bersih kok", jawab suamiku.  Pantas goyangan dan pompaannya begitu professional.  "Tapi kamu puas kan sama hadiahnya?", tanya suamiku lagi. 
  Aku hanya tersenyum, aku nggak mau munafik semalam aku sangat  menikmatinya dan mungkin suatu saat rindu untuk mengulanginya lagi.  Jujur aku merasa menjadi wanita sejati semalam.  "Ya sudah kalau kamu menikmatinya, aku ke bawah dulu mau cari rokok, ini  sisa pembayaran buat si Ivan, nanti serahkan saja ke dia", kata suamiku  sambil pergi meninggalkan kamar. 
  Di dalam kamar aku termenung mengingat kejadian semalam, sungguh luar  biasa, sungguh fantastis. Tibatiba mataku tertuju kepada Ivan dalam hati  aku memuji ganteng juga, badannya sangat atletis. Dalam hatiku  terbersit keinginan untuk menikmati Ivan saat suamiku tidak ada,  bukankah nggak masalah kalaupun suamiku sampai tahu, bukankah semalam si  Ivan juga sudah menikmati vaginaku di depan suamiku. 
  Untuk memuaskan penasaranku bagaimana bersetubuh dengan gigolo maka  dengan lembut aku membangunkan si Ivan dengan cara menghisap kontolnya  yang masih kecil, perlahanlahan kontol itupun menjadi besar, gagah,  berotot dan menjulang. Ivan terbangun, aku minta dipuaskan Ivan dengan  cara gigolo yang paling profesional, kami mengulanginya dua kali  ditempat tidur dan dikamar mandi, kami mandi bersama. Sekali lagi aku  sangat puas. (nggak usah dibahas mengenai gayanya ya.. karena sama  seperti cerita yang lain ya begitubegitu juga, yang berbeda cuma  nikmatnya aja) 
  Sampai saat ini aku masih terkenang dengan kejadian itu, tetapi aku  tidak pernah lagi berhubungan seks dengan lelaki lain, biar bagaimanapun  bagi wanita seks harus didukung dengan cinta, yang aku lakukan dulu  juga karena aku mencintai suamiku. Tetapi kalau di kemudian hari suamiku  mengajakku ber-threesome lagi, tentu saja aku tidak keberatan. Malahan  sekarang terlintas di benakku bagaimana jika melakukan foursome atau  gangbang sekalian. Walau begitu kenangan tersebut akan kupakai untuk  berfantasi saat bersetubuh dengan suamiku ataupun bermasturbasi. 
  Demikian kisahku, mohon komentarnya, mohon maaf kalau tulisannya nggak  begitu bagus buat dibaca, habis ini tulisan pertamaku sih. Kalau ada  komentar silakan hubungi aku, aku nggak membatasi lakilaki atau  perempuan, boleh kok semuanya menghubungiku. (terutama buat perempuan  yang sudah jenuh sama permainan seksnya selama ini, mari kita sharing,  aku punya beberapa tips yang ingin kubagikan)    Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               cerita sex - ML dengn istri temanku               May 10th 2013, 03:01                                               Isteri ku punya teman yang bernama Ena. Ena adalah seorang janda yang masih muda belia yang sudah ku anggap seperti adikku sendiri. Ena anaknya cantik, manis, dan yang pasti toketnya pas untuk tangan yang pengen remes toketnya yang imut itu. Singkatnya, Ena manis, kulitnya bersih kuning langsat. Aku dan isteriku hanya tinggal berdua saja dirumah di salah satu kota di RIAU. Sebelum berpacaran dengan Edi, Ena dulunya sering tidur di rumah ku, Boleh dikatakan rumah kami sudah diangapnya seperti rumahnya sendiri. Sampai-sampai kalau Ena nginap dirumahku, kami selalu tidur bertiga di kamar dalam satu kasur. Isteri ku Sediktipun tak pernah menaruh rasa cemburu terhadap aku dengan Ena. Sangking percayanya, jika pagi isteriku keluar rumah mencari sarapan, aku dan Ena yang dalam keadaan tidur sering di tinggalkan berduaan saja. Terus terang, dari kecantikan dan penampilan Ena yang seksi, ditambah lagi karena aku sering melihat Ena yang tertidur diatas kasurku hanya menggunakan celana pendek  dan kaos t-shirt tipis yang  tersingkap, bahkan aku sering mendapat kesempatan melihat sealakangan nya yang terbbuka dari celah celana pendeknya yang tersingkap saat Ena sedang tidur, trus di tambah lagi dengan sikap ema yang juga sering seakan memancingku. Tentunya sebagai lelaki normal nafsu kelelakian ku jadi tidak terkontrol hingga memuncak. Demi dapat memuaskan hasrat setan ku yang pingin sekali merasakan bagaimana rasanya ML dengan Ena. . Waktu itu persisnya malam Senin, bulan agustus tahun 2010, tgl nya aku lupa. Tepat sekitar pukul 22.15 Wib, terdengar pintu rumah kami seperti ada yang mengetok. Saat pintu kubuka dan kulihat ternyata yang datang Ena bersama Edi pacar barunya. Ketika mereka ku suruh masuk, Ena pun langsung menyakan isteriku. " Mana Bety bang" ujarnya menanyakan isteriku "tuh dibelakang lagi goreng kerupuk" jawabku. Melihat Ena yang langsung  saja berlalu meninggalkan Edi pacar nya, aku pun mempersilahkan Edi untuk duduk di kursi yang berada di ruangan tengah di mana aku sedang menonton tv. Hingga akhirnya terlibat perbincangan ku dangan Edi. Tak terasa hampir satu jam kami berbincang, kulihat sambil berkata Edi seperti sedang melihat jam yang ada di tangan kirinya "Wahh ternyata udah larut malam" ketus Edi. " Emangnya udah jam berpa Di?" tanyaku balik. Ternyata tak terasa jam sudah menunjukan hampir pulkul 12.00 malam. Setelah tau udah tengah malam, Edi pun bergegas bangun dari tempat duduknya. "Nanti ajalah pulangnya Di" kataku, " G enak bang, ini udah malam saya harus pamt" ujar Edi sembari langsung melangkah mau keluar. " Na… ni Edi mau pulang" kataku membritahu Ena, " Iya bang… ini aku kedepan" ujar Ena cepat-cepat sambil berlari kecil dari arah dapur keluar. Karena ku pikri Ena juga pulang bersama Edi, akhirnya akupun keluar untuk mengunci pintu rumah. Namun baru saja aku melangkah hendak kedepan, aku kaget. diruangan tengah dikursi tamu rumah ku, aku melihat sebuah pertunjukan adegan panas antara Ena dengan pacarnya sedang berciuman. Takut ketahuan aku pun langsung balik kanan, hingga tak lama kemudian setelah tedengar bunyi sepeda motor Edi pergi, akupun kembali keluar untuk mengunci pintu. Namun apa yang kulihat ternyata Ena tidak ikut. "Tak ikut Adi Na ?" tanyakua pada Ena. " Tidak bang, malam ini aku nginap disini aja, kan udah lama juga aku tak nginap disini" ujar Ena. "Ya udah, udah di kunci G pitunya" tanyaku pada Ena. "Udah bang" ujarnya menjawab. Sudah tak merasa canggung lagi, kulihat Ena pun langsung masuk kekamar tidur ku dan akupun melangkah kedapur untuk mencari isteriku namun kulihat isteriku tidak ada lagi didapur. Karena penasaran akhirnya akupun melangkah menuju kamar. dari pintu kamar yang sedikit terbuka kulihat ternyata isteriku sudah terbaring dan tertidur pulas di kasur. "Aneh…..tadi kulihat Ena masuk kekamr ini tapi koq G ada ya" gumam ku dalam hati sambil membuka pintu serdikit lebih lebar. Tapi apa yang ku dapati…… Aku melihat saat itu Ena dalam keadaan setengah Bugil sedang mengganti pakaian nya. " Woww…. " Kataku dalam hati. Aku terpana melihat keseksian tubuhnya, jantung ku pun berdegub kencang, tak sekedip pun kusia-siakan pandangan ku untuk melihat tubuh Ena saat itu. Takut diketahui Ena, saat ku lihat Ena siap berganti pakaian dan sepertinya mau melangkah keluar,  aku pun bergegas kembali keruangan tengah langsung aku duduk dilantai sambil pura-pura sedang menonton tv Untungnya cepat, karena tak lama setelah itu kulihat Ena keluar dari kamar, "kalau tidak bisa malu aku jika dia tau perbuatan ku tadi" uajar ku dalam hati. Entah apa yang sedang di buat Ena di dapur, saat itu yang terdengar hanya bunyi sendok beradu dengan gelas" Tak lama Ena muncul, "Abang mau minum teh ya?" Tanya Ena pada ku. "Terserah Ena ajalah" jawabku. "Ya udah, klu gitu abang minum teh aja ya?" tanyanya lagi sambil menaruh teh yang di buatnya di atas meja buatku, "Maksih ya" jawabku sambil memperhatikan belahan dada Ena yang membungkal tepat tak jauh di depan ku saat dia menghidangkan teh itu. Sesekali kulirik betis Ena yang mulus sambil ku telan ludahku, karena terpesona melihat betis Ena yang mulus bersih yang hanya mengenakan celana pendek. Itulah sikap Ena, dia selalu saja seperti sengaja menggodaku dengan cara nya yang selalu bolak balik di hadapanku yang menurut ku itu hanyalah akal-akalan nya mencari perhatianku. Meskipun demikian, di depan Ena aku selalu menjaga sikapku yg seakan tak pengaruh dgn tingkahnya itu, padahal kalau pas lagi suasananya seperti itu, jantung ku selalu berdegub tak keruan. Seperti biasanya malam itu tidak ada apapun yang terjadi. Setelah hampir setelah satu jam Ena masuk ke kamar, matakupun terasa mengantuk, dan aku pun memilih untuk masuk juga kekamar untuk tidur. Saat aku masuk kamar, sebelum baring di sebelah isteriku aku kembali dapat tontonan vulgar. Ku tatap Ena yang sudah tertidur dengan posisi membelakakngi isteriku. Saking pendek celana nya, pantat nya yang montok dan mulus itu dapat kulihat dengan jelas sekali. Terbayangkan dibenak ku saat itu, aku menyetubuhi Ena ala Doggie. "Pasti nikmat sekali" gerutu ku. Sambil aku terbaring tepat di sebelah isteriku, kupejamkan mataku. Sambil kuberhayal akhirnya akupun teridur. Rasanya baru aja tidur tau-tau aku dibangunkan, namun saat aku sadar dan membuka mataku, kulihat ternyata waktu itu jam sedang telah menunjukan pukul 05.00 Wib pagi. Melihat mata ku terbuka, isteriku pun berkata, Bang… "Aku pergi kerumah ibu dulu ya?"Aku mau nemani ibu masak untuk kenduri nanti senja" ujar isteriku. Aku yg masih mengantuk langsung menjawab "ya udah, pergilah" ujarku. "Nanti sampaikan juga sama Ena ya bang" ujar isteriku menitip pesan padaku. "Ya…ya…" jawabku. Tak lama setelah kudengar suara pintu di tutup yang aku tau isteriku sudah pergi. Namun setelah ku toleh kesamping ternyata aku baru sadar bahwa ada Ena di sampingku. Otak ku yang memang sudah kotor, membuat mata ku jadi segar dan memilih untuk bangun dan bergegas kekamar madi untuk mengggosok gigiku. Saat aku kembali kekamar dan hendak berbaring lagi, kulihat Ena pun terjaga dan bangun dari tempat tidur. Serupa dengan apa yang ku lakukan, Ena pun langsung menuju kamar mandi dan tak lama setelah itu dia kembali lagi kekamar. Seperti tak ada kejadian, Tanpa banyak bertanya Ena pun kembali berbaring dikasur tepat disebelahku. "Ini kesempatan baik, aku harus dapat mengolah Ena" tutur ku dalam Hati. Entah Ena sudah kembali tertidur atau tidak, dengan posisinya yang membelakangiku, akupun langsung memulai aksiku, pertama kukumpulkan keberanian untuk mulai dengan dengan tangan gemetar aku berpura-pura bahwa aku sedang teridur tanpa sengaja memeluk Ena dari belakang. Awalnya aku gugup sekali, tapi kapan lagi ada kesempatan seperti ini, pikirku. Dengan perasaan yang sangat gugup aku mencoba memberanikan diri untuk pura-pura tak sadar telah  memeluknya. Saat tangan ku sudah mulai medarat di pinggang nya (Posisi memeluknya dari belakang), aku sama sekali tak merasakan berontakan dari nya. aku tak peduli dia tertidur atau pura2, kali ini aku bukan hanya meletakan tangan ku di tubuhnya saja, tapi tangan ku sudah mulai mencari dan mulai raba2 dadanya yang masih dalam bungkus bajunyanya, tepat dibagian buah dadanya. Karena Ena masih diam juga, akhirnya aku mencoba untuk lebih berani dengan memasukan tangan ku kedalam baju nya untuk mencari dan meremas susunya yg sdh lama aku idamkan. Hanya dalam waktu singkat aku berhasil membuka penyangkut Bra nya hingga Branya dapat kutanggalkan. Sempat curiga di benak ku, bahwa sebenarnya Ena hanya pura-pura tidur. saya penasaran… Karena saat ku mainkan pentlil susunya, meski samar2, ku dengar desahan ema keluar dari birbinya. Nafsuku yang semakin mebeludak membuatku semakin berani dan tak terkendali, hingga Saat tubuhnya nya berbalik menghadapku yg ada di benak ku saat itu "aku ingin sekali melumat bibirnya". Sejenak aku tatap wajahnya dari dekat, dan aku akui ternyata Ena memang cantik. Tanpa berpikir panjang dan ragu-ragu lagi aku mulai isep mulutnya.. dan ia bergerak pelan..aku kaget..kemudian aku lepas ciuman ku… Ena tampak tertidur lagi. trus aku cium lagi bibirnya sambil tangan aku membelai-belai teteknya masih dalam bungkus bajunya… Aku jadi penasaran., ia betul2 tidur atau tidak..Aku takut juga.. dengan jantung yang berdegub semakin kencang lantaran gugup, dengan nekatnya akupun langsung melumat bibir Ena. Kukecup bibir Ena perlahan… "Oh… " kutarik napasku dan sejenak kurasakan aroma napas Ena "sdh lama aku menantikan kesempatan seperti ini" tukas klu dalam hati. Saat ku coba menjilati bibir nya, teryata barulah aku tau bahwa ternyata Ena hanya pura-pura tidur. Entah mungkin sdh terangsang dengan rangsangan ku, aku kaget setengah mati ternyata bibirku pun dilumat nya. "Abang nakal…." Bisiknya sambil mendesah ditelingaku. "My God…….semoga saja ini bukan mimpi"  Ragu bercampur rasa tidak percaya dalam hati, akupun mulai memasukan lidah ku kemulutnya. Dalam keadaan yang masih gugup bercampur nafsu dan rasa tidak percaya, sambil terus kulumat bibrinya, akupun mulai menikmati kedua payudara Ena dengan kedua tanganku. Perlahan tetapi pasti kujelajahi kedua bukit kembar yang untuk pertama kalinya kudapati tanpa sebuah perjuangan yang berarti. Semakin lama aku permainkan dengan sekali dua kali kucubit putingnya yang menonjol menantang, mengalunlah suara yang terengah-engah, "Oohh.. Bannng.. ohhkh.. aku juga sudah lama penegen gini  sama abang.." dan suara itu, ya.. suara itu membangkitkan kemaluanku dengan cepat tegak berdiri dan sialan! Ena menyadari itu… Diam-diam kurasakan tangan Ena ternyata sudah berada di balik celana jeans ku meremas-remas jakar ku. Sungguh aku terbuai oleh sentuhan tangan Ena yang memain-mainkan kontolku. Sesekali tangannya juga meremas buah jakarku, pelan tapi pasti.  Entah setan apa yang telah merasuk, tanpa permisi tiba-tiba Ena melorotkan celana Jeans-ku hingga CD-ku sampai aku benar-benar bugil "Wow.. Bang, punya abang sudah minta segera diberi sentuhan nih.. woowww.. burung abang bengkok.. bisa masuk nggak ya? Ohhkh…." Jujur saja sebenarnya burungku tidaklah istimewa, batangnya bengkok dan diameternya lumayan. Aku sempat ragu juga apa bisa memuaskan Ena, maklum ini pengalaman pertamaku dgn nya. Sambil terus kami berciuman, perlahan tanganku juga mencoba melorotkan celana pendek yang masih dikenakan Ena. Buset! Ternyata Ena sudah tidak pakai CD sehingga hanya dalam hitungan detik dan sebelah tangan saja aku sudah dapat membuat nya bugil. Tanpa ragu-ragu akupun langsung mengubah posisi dengan membalikan tubuh Ena hingga posisi ku sekarang berada diatas tubuhnya. Sebelum mulai kuserang bagian bawahnya, aku kembali melumat bibir Ena dengan penuh mesranya. Ternyata apa yang kuperbuat tak dpt ditahan oleh Ena, Ena tiba-tiba saja bangun. Dengan posisi setengah berjongkok Ena  berdiri sambil menarik tanganku, memberi tanda agar aku juga melakukan posisi yang sama dengan nya. Dalam keadaan sama-sama setengah jongkok saling berhadapan kami kembali saling berciuman semakin liar dan saling kami memainkan kemaluan satu sama lain. Puas dengan gaya itu, Aku turun dari ranjang dan meminta ema juga turun. Saat kami telah sama-sama sudah saling berdiri dan berhadapan tanpa di instruksi Ena langsung mengambil posisi jongkok sambil mengarahkan kontol ku yang dari tadi digenggamnya kearah mulutnya. Perlahan tapi pasti, Ena mulai mengulum dan memain-mainkan kontolku dengan lidahnya. Ena, hisap sayang…" bisikku pelan. Sudah lama aku ingin sekali merasakan sentuhan bibir Ena yang sangat seksi itu menelan kontolku kedalam mulutnya. Sesekali aku tersentak menarik pantat ku kebelakang saat merasakan ngilu ketika Ena menjilati lubang kontolku. "Enak ma……OooooKkhhhh……Terus…!!" Tak tahaan dengan permainan Ena, aku pun menarik tangan nya meminta nya berdiri dan menyudahi hisapan kontolku dimulutnya. Tepat di tepi ranjang aku baringkan Ena di kasur  dengan posisi tengkurap dan sedikit ku ganjal bagian perut nya dengan bantal, dan dengan posisi kakinya melipat diatas ranjang, hingga terlihat lah menyembul vagina Ena yang terlihat baru habis dicukur bak sebuah apam yang menantang di bawah anusnya. Perlahan ku dekatkan wajahku diantara belahan pantat Ena, tercium di hidung ku aroma vagina nya yang semakin memacu adrenalinku untuk menikmati vagina Ena. Saat wajahku semakin mendekat di belahan pantatnya, pertama aku mulai menjilati anusnnya, dengan lahap ku jilat lubang anusnya hingga bibir vagina nya yg tampak kecoklatan itu, "Bannnng………….. Enak bang…" Owhhhh….." desahEn semakin membuat nafsuku terbakar mendengar erangan kenikmatan yang dirasakannya. Saat ku coba menusukan lidahku keliang vaginanya, Ena sesaat tersentak mengankat pantatnya, seakan ingin menelan seluruh lidahku agar masuk lebih dalam lagi kaedalam liang vaginanya yang sudah basah membecek " Udah bang……sekarang masukin bang…." Pinta Ena merangsang. Sudah seperti layaknya suami dan istri, kami seakan lupa dengan segalanya, Aku yang juga sudah tak tahan lagi, dan segera berdiri sambil menuntun kontol ku ke bibir vagina nya,  sebelumnya kutusukkan kontol ku ke bibir vaginanya ku oles-oleskan dulu kepala kontolku di bibir lubang vaginanya yang basah itu. Ena yg memang nafsunya sudah memuncak, dengan sigap tangan nya merampas kontol untuk menuntun ke vaginanya. "Masukkan bang…. Tekan sekarang bang" sambil dia meletak kan  kepala kontolku tepat di bibir kelentitnya yang kecoklatan itu sambil ia mengangkat pantatnya sedikit lebih tinggi hingga agak menungging karena tak sabar lagi.  Dengan perlahan kutekan kontol ku di bibir vaginanya, jelas sekali terlihat kepala jakar ku saat itu menyeruak masuk dibelahan bibir vagnina Ena yang sudah sangat basah, Tanpa waktu yang lama kontolku berhasil kutanamkan seluruhnya kedalam lubang vagina Ena "Ooooohhhh…. Baaang…. Tekan lagi bang,,,," pinta Ena mulai meracau. "sejenak kuterdiam merasakan kontolku hangat di dalam pepeknya. Dengan perlahan aku pun mulai menggenjot pepek Ena yang basah. Kunaikan sebelah kaki kiriku katas ranjang sambil kedua tangan ku berpegang pada pinggul Ena yang posisinya sedikit menungging, sambil aku mulai menarik dan kembali memasukan kontol ku pelan hingga pada tempo yang sedikit kencang. Ploook!….Pleek!…… "Bang…enak bang….. erang Ena merasakan kenikmatan sambil dia menggoyangkan pantantnya seperti lagi ngebor. "Ooooowh… Erangan nikmat kami berdua, terdengar sangat romantis saat itu. "Pepek Ena ternyata masih sempit….mgkn karena lama tak dijejal dengan kontol"  Gerutuku sambil menarik keluar kontolku dari lubang vaginanya. "Kenapa di cabut bang? Tanya Ena padaku. " Ena berdirilah" Ujarkan menjawab, sambil ku tarik tangan nya. Dalam posisi berdiri dan saling berhadapan, tanpa aba-aba kami pun kembali berciuman dan saling melumat bibir satu sama lain. Dengan penuh nafsunya aku julurkan lidahku kedalam mulutnya, sambil kedua tanganku meremas-remas pantat Ena, dia pun sayik mengocok kontolku dengan tangannya. "Bang….. masukin lagi ya" pinta Ena dengan penuh manja sambil menggenggam kontolku mengarahkan ke bibir vaginanya yang semakin basah. "iya" bisikku pelan ditelinganya. Tanpa buang waktu lagi, sambil kuangkat sebelah kakinya keatas kasur aku kutekan pantatku kembali hingga seluruh kontolku pun masuk kedalam liang vaginanya yang sudah banjir. Hangat sekali rasanya kontolku didalam lubang vaginanya. Hampir 20 menit kami main dalam posisi berdiri sambil saling terus berciuman. Seperi diringi irama, aku terus menggenjot mengeluar masukan kontolku kedalam liang vagina Ena, Ena pun terus merintih ke enakan sambil terus menggoyangkan pantatnya seperti inul yang lagi ngebor. Sesekali juga kujilati leher ema hingga sisi telinganya, kurasakan di mulutku terasa agak asin oleh keringat Ena. "Capek bang…….. kita ganti posisi yok" Pintanya manja.  "Boleh…" jawabku sambil menarik kontolku keluar dari vaginanya. " Sebentar ya…." Kata ku sambil meraih handuk yang tergantung di dinding pintu sambil melihat tubuhku dan tubuh Ena serta rambutnya  yang basah oleh keringat seperti baru habis mandi. Dengan mesra saat ku usap handuk di rambut dan ku lap seluruh tubuhnya yang basah oleh keringat, Ena pun terus saja memain-mainkan kontolku. " sini aku lap kan juga tubuh abang" ujar Ena menarik handuk yang ada ditanganku. Sambil matanya sesekali menatap wajahku, ema pun ganti mengelapkan tubuh ku dengan handuk yang tadi kugunakan untuk mengeringkan keringat di tubuhnya. Sambil melemparkan handuk yang ada di tangannya, tanpa aba-aba Ena langsung naik keatas ranjang sambil tangan nya menarik tanganku seraya memintaku mengikuti nya. Entah apa maksudnya, kulihat ema maraih dua buah bantal lalu meletakkan bantal tersebut berlapis dua tepat di sisi ranjang yang menempel dinding. "Gaya apa ni ya?" gerutuku bertanya dalam hati. Belum habis pertanyaanku tadi, kulihat Ena langsung duduk di atas bantal tadi sambil membentangkan kedua kakinya mengahadapku. " Ooohh… dia mau main posisi duduk" jawabku sendiri dalam hati sambil ku terpegun seakan masih tidak percaya dengan apa yang kualami, kulihat vagina Ena yang berwarna kecoklatan tanpa bulu itu tanpak jelas seakan menunggu kehadiran kontolku. " Sini lah bang…." Pinta Ena. " Eh, i iya" jawabku terbata-bata. Dengan poisi yang di inginkan Ena terpaksa aku pun mendekati nya dengan setengah jongkok, berdiri hanya dengan lutut dengan kaki ku melipat aku pun mendekati tubuh Ena. Baru saja aku mendekat, dengan ganasnya ema langsung menarik leherku dan langsung mencium dan melumati bibirku. "Ooh… kami kembali terbuai" Sambil saling berciuman, aku memain-mainkan bibir vaginanya, Ena pun asyik mengocok-ngocok kontolku. Puas berciuman, kulihat Ena menatap ku. " Kenapa Yang…?" Tanyaku padanya. Sambil menggeleng-gelengkan kepalanya seraya menjawab pertanyaanku, tanpa kata-kata kulihat wajahnya tersenyum sambil tangannya menarik kontolku yang kini sudah berada dibibir vaginanya. "Oh…" jawabku dalam hati yang mengerti apa yang dimaukan Ena. Dengan perlahan aku mulai kembali menusukan kontolku ke dalam vagina Ena, perlahan tapi pasti akhirnya seluruh batang penisku kembali menyeruak masuk tertanam seluruhnya di liang vaginanya. Sambil kembali ku goyang maju mundur pantatku agar penisku keluar masuk menancap pepek Ena, pantat emapun terus bergoyang  mengimbangi goyangan ku. Dalam posisi berduduk, aku merasakan kontolku hangat menyentuh diding vagina eEna. Sambil saling memeluk kami terus saling berciuman dengan penuh lembutnya dan terus salinng bergoyang, "Baaaaang…..!!!" tiba-tiba kurasakan tangan Ena saat itu erat mencengkram bahu ku seraya semakin mempercepat goyangan ngebornya mempelintir kontolku yang keluar masuk menancap liang vaginanya. "Akuuu…. Maauuu, Ooohhhhh………!!!" teriak Ena yang ternyata sudah mencapai klimaks. "Abang sedikit lagi ni….!!" Jawabku sambil juga mempercepat goyangan pantatku maju mundur, kurasakan kontol ku hangat terendam oleh air kepuasan yang keluar dari rahim nya "ooooohhhhhh….!!" Teriak ku membalas rintihan Ena dengan memeluknya semakin erat menancapkan kontolku dan menenkan nya kuat. Croooot..crooot..!! air maniku pun tumpah membanjiri vagina ema. "Abang….. Tekan lebih kuat lagi!! Pinta Ena sambil memeluku dan menekan pantat ku seakan hendak menelan kontol ku dengan vaginanya. Cukup lama kami terdiam dalam posisi saling berpelukan merasakan nikmatnya detik-detik akhir dari permainan kami. Sebelum melepaskan kontolku dari vaginanya, masih dalam posisi berpelukan kami kembali Saling berciuman, perlahan dengan mesranya, hingga saat aku hendak mencabut kemaluanku dari vaginanya, ku kecup kening Ena lalu kubisikan ditelinganya "Kita istirahat yok" ajak ku sambil merebahkan tubuhnya diatas kasur. Seakan tak mau terpisahkan, dalam kedaan terbaring ema langsung bangkit dan langsung merebahkan tubuhnya tepat diatas tubuhku "ini hanya rahasia kita berdua ya bang" ucap Ena sambil kurasakan tangan Ena yang mengusap-usap kemaluanku yang sudah lemas terkulai. "Iya, ini Cuma rahasia kita" jawabku sambil membelai rambutnya dengan penuh mesra, yang seakan kami saat itu adalah sepasang kekasih yang saling menyinta. "Eh.. jangan tidur dulu" ucapku sadar bahwa hari pun sudah siang. "iya ya bang…. Aku mandi dulu ya" Jawab Ena seakan mengerti apa maksudku yang takut kalau tiba-tiba nanti isteriku datang. Usai Mandi, seperti layaknya sepasang suami isteri, tak seperti biasanya kali ini tanpa malu-malu kulihat Ena santai saja berbugil ria didepanku melepaskan handuknya ketika hendak berpakaian. Selesai mengenakan pakaian nya, Ena langsung mendekati dan langsung mencium keningku. Karena memang posisiku masih dalam keadaan telanjang, dangan santai pula tangan Ena pun membelai-belai kemaluanku yang terkulai lemas. "Woowww… dia bangun lagi!!" Teriak Ena mengejutkan ku sambil kulihat wajahnya mendekati kontolku yang kembali keras menegang. "Sayang… sudah duyu ya… "ujarnya manja. "Tanggung jawab dong" ucapku selamba mennyinggungnya. "Aku pulang dulu, ntar klu memang si dia tidak pulang abang telpn aja aku" ujarnya . "Dedek sabar ya" cumbunya seakan mengajak kontolku yang ada ditangan nya berbicara. "Ya udah" jawabku seakan kesal. "Daaaaghhhh…" tukas nya sambil melambai "Mmmuachh…." Seraya Ena ber KissbBy kearahku sambil tersenyum berjalan keluar dari kamar berlalu meninggalkan ku. Setelah itu aku pun teridur pulas. Nah… sejak hari itu, setiap ada kesempatan kami selalu melakukan hubungan sex. Terkadang kalu dia lagi sendiri dirumahnya, dia menelponku dan kamipun melakukan hubungan sex. Dirumahnya. Sekian lama hubungan kami, aku dengan isteriku, Ena dengan pacarnya baik-baik saja. Bahkan, hingga kini hubungan intim kami masih terjaga kerahasiaan nya alias tidak ada siapapun yang tau.   Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                            |             
              
Tidak ada komentar:
Posting Komentar