|                               Cerita Sex - Mbak Astrid Istri Tetanggaku               May 13th 2013, 05:17                                                Kejadian ini sudah terjadi beberapa tahun yang lalu, Ketika aku baru  beberapa bulan pindah ke sebuah perumahan yang masih sepi dari penghuni. Jika malam itu adalah malam sial bagiku, mungkin benar… pasalnya  siangnya Puspa istriku berangkat ke Semarang dijemput mas Tono kakak  lelakinya, untuk menghadiri pernikahan sepupu mereka, sedangkan aku  memang ga ikut karena ga mungkin meninggalkan tugas kantor yang memang  sedang tinggi loadnya di akhir tahun ini… Yang pertama malam ini aku  bakal kesepian di rumah, yang kedua baru tadi pagi menstruasi Puspa  istriku berhenti, seharusnya malam ini aku dapat jatah setelah selama  hampir seminggu kejantananku ga ketemu musuh … Makanya sepulang kantor  aku mampir ke Glodok tempat yang memang sehari-hari aku lewati… kubeli  beberapa filem bokep… pikirku lumayan untuk menghabiskan week end ini….  Menjelang memasuki gerbang perumahan yang masih sepi dari penghuni ini,  hampir aku mengumpat keras, ketika ingat kalao DVD playerku masih berada  di tukang service yang seharusnya sudah bisa diambil beberapa hari yang  lalu dan sekarang, gila aja kalau aku harus putar balik menembus  kemacetan Jakarta hanya untuk mengambil benda itu…. Aaaah… aku ingat mas  Budhi satu-satunya tetangga terdekatku yang rumahnya bersebelahan  dengan rumahku, aku bisa pinjam dia… kembali aku bernafas lega. Sehabis  mandi, segera aku bertandang ke rumah sebelah, aku sempat heran, ga  biasanya masih jam 20.30 ruang tamunya sudah gelap, padahal mobil Avanza  hitam miliknya ada di rumah, berarti mas Budhi ada dirumah… simpulku  sederhana… " Mas Budhii… maaas…" panggilku dari luar pagar, sesekali  kuketok-ketokkan gembok ke pagar besi, sehingga terdengar suara besi  beradu nyaring… Agak lama kulihat lampu ruang tamu menyala, tapi pintu  tidak segera dibuka, kulihat tirai sedikit tersingkap dan ada yang  mengintip dari dalam, tumben pake diintip segala…. Biasanya mas budhi  langsung buka pintu. " Eeeiii… Bimooo… sorry ya…ayo masuk pagar ga dikunci kan..?" seru suara  wanita yang sangat aku kenal, mbak Astrid istri mas Budhi keluar dari  pintu dengan pakaian tidurnya dilapisi sweater " Lho mas Budhi mana mbak… sudah tidur..? waduu jadi ngganggu neeh..?"  kataku agak kikuk ketika aku sudah duduk di ruang tamu itu mas Budhi ga  muncul.. " Mas Budhi sedang tugas ke Medan Bim… eh mau minum apa neeh..?" mbak  Astrid wanita berwajah cantik ini menawarkan minum yang membuatku  semakin jengah untuk duduk berlama-lama disitu, pasalnya mba Astrid  dengan pakaian tidur yang tipis memperlihatkan bayangan celana G-String  putihnya… aku yakin bagian atas jika tak tertutup sweater akan membayang  BH nya… atau mungkin ga pake… yang aku tahu ibu ini buah dadanya sangat  montok… Sebenarnya antara aku dan mbak Astrid sudah akrab sekali,  bahkan kalo bercanda kadang-kadang agak seronok… tapi itu justru jika  ada di depan mas Budhi atau ada Puspa istriku.. ketika berdua begini aku  jadi kaya mati angin… sementara mba Astrid masih bersikap wajar… " Waah.. ga usah repot-repot mbak… aku hanya mau pinjem DVD player aja kalo bisa…" kataku dengan agak sungkan… " Ada kok Bim… bentar aku lepasin kabel-kabelnya yah… sendirian di  rumah… mau nonton film jorok ya..?" Tebak mbak Astrid yang tengah  berlutut di lantai mencabuti kabel DVD player yang berada dibawah kolong  membelakangiku sehingga pantatnya yang montok itu ngepress di baju  tidurnya yang tipis dengan celana G-String, terlihat pantat montok itu  bagaikan tanpa celana…mau ga mau kejantananku yang sudah seminggu ga  ketemu musuhnya merespon positif… mulai menggeliat bangun. " Waaah… eeehhh… anuu… buat nonton video pengantin temen yang baru diedit" jawabku sempat gagap… " Alllaaaaaa… ga usah ngelesslaaah… iya juga gapapa… udah gede  ini…haa..haaa.." potong mbak Astrid sambil meletakkan benda elektronik  tipis ini di meja… dengan posisi aga menunduk ini mataku menangkap dua  gundukan montok putih mulus tanpa lapisan dari sela-sela sweaternya di  dalam daster yang memang berleher rendah… dan mbak Astrid seolah ga  merasa akan hal itu… " Haaa…haaa… mbak Astrid nuduh neeh… nonton bokep sendirian ga seru…  kalo ditemenin mbak Astrid baru seruuu…" jawabku mulai terbawa gaya  sembarangannya mbak Astrid… " Heeee..??? bener ya Bim..? seumur-umur aku belom pernah nonton bokep…  soalnya mas Budhi ga pernah ngasih… kamu ada kan filemnya..?" cerocos  mbak Astrid tanpa bisa kujawab… dan sebelum aku bisa jawab… " Ya udah sana kamu duluan aku ngunciin pintu sama matiin lampu dulu…."  Tanpa menunggu jawabanku ibu muda ini sudah menghilang ke belakang… Dengan gontai aku melangkah pulang sambil nenteng DVD player milik mba  Astrid… pikiranku jadi kacau, karena mba Astrid kepengen ikut nonton  bokep sama aku… Sampai dirumah sambil masangin kabel-kabel ke monitor  aku bingung sendiri… aku bakal mati gaya, nonton bokep berduaan dengan  istri orang… Lain semasa bujangan dulu, kalo nonton bokep justru cari  pendamping yang bisa dijadikan pelampiasan… Lulu anak Fakultas  Psikologi, pendampingku setia nonton bokep… ujung-ujungnya kami saling  melampiaskan walaupun hanya sampe oral sex… Lulu ga mau aku setubuhi,  katanya waktu itu dia masih perawan… Trus beberapa lagi Titiek, Anita,  Mimi… kalo mereka bertiga memang sudah dapat predikat ayam kampus.  Bahkan pernah aku dikeroyok mereka bertiga semaleman… " Heeeiii aku datang…! ko malah ngelamun Bim…?" Suara mba Astrid  membuyarkan lamunanku. Mba Astrid datang dengan membawa tentengan berupa  beberapa minuman kaleng dan makanan kecil.. " Busyeeet bekelnya banyak bener…? Mau sampe pagi…?" seruku untuk  menetralisir kebingunganku… Waddduuu… aku pikir mba Astrid tadi berganti  baju yang lebih pantas, ternyata masih menggunakan baju tidur yang  sama… ini namanya sial atau keberuntungan siiih..??? " Heh..? siapa tau sampe pagi…? Bim aslinya… sebelum kamu datang tadi  aku di dalam rumah sendirian, tuh takut… tau ga siih..? sepi bangeeet…  makanya aku bawa banyak bekel, ntar kita ngobrol aja sampe pagi…  setuju..?" celoteh mba Astrid panjang lebar bener-bener ga berubah  sikapnya, ada atau ga ada suaminya… " Sekarang mau nonton yang mana dulu..? silakan nyonya Astrid menentukan  pilihan…" kataku sambil menyodorkan segepok piringan DVD lengkap dengan  sampulnya… Pilihan mba Astrid rupanya tepat, pilihan filmnya masih yang XX… jadi  sewaktu nonton kami masih bisa sambil santai bercanda mengkomentari  adegan demi adegan, walaupun 2 jam kemudian setelah film pertama selesai  aku lihat wajah mba Astrid agak memerah dan sesekali merapatkan  sweaternya seolah-olah menyembunyikan dadanya yang montok…. " Mmm… apa sih yang dikuatirkan mas Budhi dengan aku nonton Bokep, kalo  beginian sih ga begitu ngaruh aku rasa Bim…?" kata mba Astrid sedikit  arogan.. sambil milih-milih lagi film yang akan ditonton berikutnya… " Yang bener aja deeeh Nyonya Astrid..?? kalo nontonnya sama suami  orang..?" Jawabku menggodanya.. entah kenapa aku bisa menemukan  panggilan Nyonya Astrid untuknya yang selama ini ga pernah muncul.. " Haa… haaa… suami Puspa sih anak kemaren sore mana berani  macem-macem..?" sahutnya setengah menantang dengan bibir manisnya  dicibirkan padaku… Memang usia mba Astrid lebih tua 2-3 tahun dari aku,  makanya sering ledekannya kepadaku selalu menyangkut umur dan apalagi  memang wajahku kata orang adalah baby face, innocent… seandainya orang  tau kelakuanku di jaman kuliah dulu… pernah kencan ranjang dengan dosen  manajemen… pernah pacarin anaknya sekaligus nidurin mamanya… ibu kospun  pernah aku embat… mungkin akan lain kesannya padaku dan kebetulan Puspa  istriku aku dapatkan ketika aku sudah di Jakarta dan sama sekali tak  tahu masa laluku yang brengsek… " Biim… iihh asyik banget tuh mereka yak..?" Gumam mba Astrid yang  memang dasar mulutnya ga bisa diem… melihat adegan pose 69 kayanya heran  banget… " Emang kamu belum pernah mba..?" sahutku polos… " Eeeh… enggak… no comment.. sssst diem aja ya sekarang.." kudengar mba  Astrid menjawab gagap dan suaranya agak bergetar…. Benar saja suasana  jadi hening, apalagi volume film memang kecil supaya ga kedengaran dari  luar…. Tapi kini yang aku dengar adalah suara nafas mba Astrid yang  tidak teratur, seolah-olah terengah-engah… sedangkan aku juga sudah  terhanyut dengan adegan syuuur yang terpampang di monitor dan film kali  ini adalah XXX… celana pendekku yang gombrong, di bagian selangkanganku  sudah menggembung akibat batang kemaluanku sudah menegang kencang,  makanya kutumpangkan bantalan kursi agar ga terlihat oleh mba Astrid…  awalnya aku ga begitu memperhatikan mba Astrid, karena aku sangat  terbawa oleh adegan dan wajah-wajah seksi di film itu… tapi beberapa  kali kudengar mba Astrid menghela nafas panjangnya… dan beberapa kali  merubah posisi duduknya, seolah gelisah… mulailah aku memperhatikan  tingkah wanita yang menahan gejolak birahi…. kulihat sering nyonya muda  ini meregangkan jari-jari tangannya…. dan kulihat wajah yang cantik  berkulit putih ini makin memerah, seperti layaknya orang habis minum  arak… Satu setengah jam berlalu… sesekali kulirik mba Astrid yang duduk  di sebelahku persis… kegelisahannya kulihat semakin hebat… dan hilang  sudah komentar-komentar konyolnya seperti pada film pertama… Pada suatu  saat menjelang film ini selesai… mata kami bertemu pandang… kulihat  sorot mata yang aneh dari mba Astrid… sementara kurasa matakupun sudah  aneh juga… dimata mba Astrid.. " Biiiiiimmmm…." Kudengar suaranya mendesah memanggil namaku " Ya mbaa…" jawabku tak kalah lirih, dalam pandanganku saat itu yang  dihadapanku bukanlah Astrid sebagai wanita yang sudah kukenal  baik…tetapi Astrid sebagai wanita yang sangat menggairahkan sedang  menggelar libidonya… entah siapa yang memulai… tahu-tahu tangan kami  sudah saling menggenggam… kuremas lembut jari-jari halus mba Astrid. Mba  Astrid menundukkan wajahnya ketika wajahku mendekat, kusibakkan rambut  panjangnya yang jatuh menutup sebagian wajahnya… kembali dia mengangkat  wajahnya dan wajah kami hampir tak berjarak, hembusan nafasnya terasa  hangat dihidungku.. matanya menatapku penuh makna… Entah keberanian dari  mana yang mendorongku mengulum bibir indah yang setengah terbuka milik  mba Astrid… aah reaksi positif kudapatkan… kulumanku dibalasnya, sejenak  bibir kami berpagutan mesra, sampe akhirnya dia melepaskan pagutan  bibirnya dengan nafas terengah-engah. " Aaah Biimo… jangan… jangan diteruskan… bahaya…" katanya setengah  berbisik sambil berusaha melepaskan rengkuhanku… tak akan kulepaskan  nyonya cantik ini… kepalang tanggung..pikirku. " Kenapa mba..? apanya yang berbahaya..?" sahutku sekenanya sambil  mendaratkan kecupan bibirku di lehernya yang jenjang… sejenak dia  meronta-ronta kecil berusaha menghindari kenakalan bibirku pada leher  mulusnya, sementara tanganku tengah meremasi kemontokan buah dada yang  ternyata memang tak mengenakan bra… beberapa kali tangan halusnya  menepiskan tanganku dari dadanya… tapi segera tanganku kembali ke tempat  semula, sampai sesaat kemudian perlawanannya berhenti dengan  sendirinya, berubah dengan desah nafas memburu dan geliatan tubuhnya…  serangankupun kukendorkan.. kecupan bibirku kuperlembut demikian juga  remasan tanganku berubah menjadi elusan lembut pada kulit payudaranya  dan gelitikan mesra pada puting susunya yang sudah mengeras… " Bimo… ssss… aku ngga tahaaan.." bisiknya pendek, dekat sekali suara  itu di telingaku… ooowww… daun telingaku dikulumnya… dijilatinya… " Ikuti aja mba… nikmati aja.." bisikku mesra sambil menarik tali daster  yang tersimpul di pundaknya, sehingga memperlihatkan kesempurnaan bukit  montok di dadanya.. begitu mulus dengan puting mungil mengeras berwarna  merah kecoklatan… kudaratkan jilatan ujung lidahku pada benda itu,  tubuh mba Astrid menggeliat sambil mendesah panjang… " Ssssssshhh… aaahh… Biimm..ooo.. aku.. takuut… mmmmmhh" Tak kupedulikan  lagi kalimat-kalimat mba Astrid, karena nafsukupun sudah di ubun-ubun  apalagi menghadapi kenyataan ternyata tubuh ibu muda ini memang tak  layak untuk dilewatkan sesentipun… desah-desah resah berhamburan dari  mulut mba Astrid, geliatan tubuhnya sudah menunjukkan kepasrahannya  kepada birahinya sendiri… tangannya mulai melingkar di leherku, betapa  rambutku digerumasinya, betapa kuatnya jari lentik mba Astrid  mencengkeram kulit punggungku, manakala puting susunya kukulum dalam  waktu yang lama…. " Duuuh… ampuuunn….." desahnya lirih, perutnya yang rata berkulit putih  dihiasi lubang pusar berbentuk bagus ini menggeliat erotis, manakala  bibirku mengecupinya… Tubuh atas mba Astrid sudah kutelanjangi, entah  kemana daster dan sweaternya jatuh ketika kulempar tadi. Tubuhnya  setengah rebah dengan kepala berada di sandaran tangan sofa, sementara  kulihat tangannya meremasi payudaranya sendiri… Mba Astrid mengerang  panjang dengan menggoyang-goyangkan kepalanya yang mendongak ketika  lubang pusarnya kukorek-korek mesra dengan lidahku… tubuhnya menggeliat  erotis sekali, rupanya disitu adalah salah satu daerah sensitifnya… " Owww… Biimmoo… jangaaan… aku ga mauu…" bisiknya sambil tangannya  menahan daguku… ketika kukecupi gundukan kemaluannya dari balik celana G  Stringnya yang sudah tampak bercak basah… " Kenapa mbak..?" tanyaku lembut.. " Ssssshh… aku belum.. pernah… maluuu.." jawab mba Astrid, sambil  berusaha menarik tubuhku ke atas… Busyeet jadi diapain aja tubuh indah  ini sama mas Budhi..? Selanjutnya tanpa permisi celana G String itu  kusingkap ke samping…. Fuuuiii..! sebuah gundukan kecil yang dibelah  tengah dengan rambut kemaluan ga begitu lebat… sebuah bentuk luar  kemaluan wanita yang masih orisinil… indah sekali belahan yang basah  kulihat berdenyut-denyut… tak ayal lagi lidahku terjulur menyapu cairan  yang membasahi belahan indah itu…. "Aaaaahhh… Biiiimmoooo… kamu bandeeelll…" Erang mba Astrid dengan tubuh  semakin hebat menggeliat… sepasang kaki panjangnya semakin terkangkang  lebar… kaki sebelah kiri terjuntai ke lantai yang beralaskan karpet  tebal dan kaki sebelah kanannya ditumpangkan di atas sandaran sofa…  setelah G Stringnya kutanggalkan. Rambutku habis diacak-acak tangannya  yang gemas yang kadang mencengkeram erat kulit pundakku… hal ini membuat  aku semakin kesetanan ditambah aroma vaginanya yang segar… bibirku  menciumi bibir vaginanya selayaknya mencium bibir mulutnya dan lidahku  menyelip-nyelip memasuki liang yang basah itu sampai sedalam-dalamnya….  sesekali kukulum clitoris mungil yang sudah mengeras… " Biiimmmmooo…. ampuuuunn… nikmaaaaat bangeeettt…" mba Astrid  merintih-rintih dengan suara seperti orang mau menangis… pinggulnya  bergerak-gerak merespon ulah lidah dan bibirku di selangkangannya… " Ooowwh… Biiimmm… sudaaaaahhhh aku ga tahaaaaan…" Suara mba Astrid  semakin memilukan… Tiba-tiba tubuh mba Astrid bangkit dan mendorong  lembut tubuhku yang tengah bersimpuh di karpet tebal kuikuti saja  sehingga tubuhku telentang di karpet sedangkan tubuh mba Astrid  mengikuti arah rebah tubuhku sehingga tubuhku kini ditindihnya….  payudaranya yang montok dan kenyal itu kini menempel ketat di dadaku…  wajah kami begitu dekat dan wajah wanita yang tengah diamuk birahi  memang akan semakin terlihat memikat, seperti wajah mba Astrid ini  kulihat semakin mempesonaku… " Bimooo… ayo masukin yaaah..?" Desisnya dengan bibir indahnya kulihat gemetar… Alis indah di wajah cantik mba Astrid mengerinyit dan matanya yang agak sipit semakin menyipit sayu… " Ouught… pelaaan Biiimm… ssssss… nyeriii…" keluhnya… sambil memepererat  pelukannya… kurasakan liang sanggama ibu muda ini sempit sekali ketika  palkonku berusaha menerobosnya… Tapi ibu muda ini sangat bersemangat  untuk menuntaskan gairah binalnya… walaupun dengan ekspresi yang nampak  kesulitan dan kesakitan…. diiringi geal-geol pinggulnya… akhirnya  amblaslah seluruh batang kemaluanku tertanam di liang sanggamanya yang  sempit.. " Sssshhh… gilaaa… gede banget punya kamu… hhh… hhh… tunggu Biimm.."  Tubuh sintal mba Astrid ambruk ke tubuhku ketika penetrasi itu berhasil…  kudiamkan sejenak tubuh sintal itu diam tak bergerak di atas tubuhku  dengan nafas memburu tak beraturan… besutan-besutan kecil kurasakan  ketika mba Astrid mulai menggerakkan pinggulnya… dan gerakan itu semakin  keras… dan besutan-besutan itu semakin nikmat kurasakan…. aku ga bisa  menahan diri lagi untuk mengcounternya… aku mulai mengayun batang  kemaluanku.. " Biimmooo… oooohhh…sssshhhh" hanya itu desah-desah kalimat pendek yang  sering terucap dari mulut mba Astrid yang dengan gemulai menarikan  pinggulnya… diiringi erangan dan rintihan kami yang sangat ekspresif…  sesekali bibir kami berpagutan liar… remasan gemas tanganku pada  payudara montok yang terayun-ayun itu seakan tak mau lepas… " Biimm… Biimmoooo… ssssshh… aku hampiiirrr… ookkkhhh.." gerakan tubuh  mba Astrid semakin tak beraturan… dan rasanya akupun ga perlu menahan  bobolnya tanggul spermaku untuk lebih lama… " Tunggu mba.." desisku pendek.. dan bagaikan dikomandoin tubuh kami  bisa serentak meregang dan aku terpaksa mengayunkan batang kemaluanku  sehebat-hebatnya un tuk menghasilkan kenikmatanku secara maksimal… " Aaaaarrgh.. Biiiimmooo… aammmpuuuunn…" Tubuh mbak Astrid menggelepar  hebat di atas tubuhku… betapa kejam kuku jarinya mencengkeram dadaku  sebagai pelampiasan meledaknya puncak birahi betinanya…. Hening…. sesaat setelah terjadinya ledakan hebat… kulihat jarum jam  didnding menunjukkan angka 11.30… tubuhku tetap rebah telentang…  sedangkan tubuh mba Astrid tergolek disamping membelakangiku… Ketika  deru nafas memburu kami mulai mereda… dan ketika keringat birahi kami  mulai mengering…. kupeluk tubuh sintal mba Astrid dari belakang, tapi  dengan lembut tanganku diangkat dan dipindahkan ke tubuhku sendiri… dan  tubuh mbak Astrid beringsut menjauhiku… kudekati lagi tubuh itu dan  kudaratkan kecupan di punggung berkulit mulus itu… kudengar isak  tangisnya…. " kenapa mba..?" tanyaku lembut… lama ga ada jawaban, isak tangis mba  Astrid makin keras… kubelai lembut pundaknya.. tapi tanganku ditepisnya… " Bimo… aku sedih dengan kejadian ini… aku malu sama kamu.. dan aku  merasa sudah melukai hati Puspa dan mas Budhi…" terdengar suara mba  Astrid serak… " Malu kepadaku..? untuk apa malu…? justru aku merasa lebih dekat dan  bahagia sama kamu mbak.. walaupun sebenarnya ga seharusnya dengan jalan  seperti ini… selama kita bisa memposisikan masalah ini pada porsinya,  kurasa mas Budhi ataupun Puspa ga akan merasa kita sakiti.." jawabku  panjang lebar.. " Aku takut mereka tahu apa yang telah kita lakukan.." sahut mba Astrid dengan suara yang semakin tenang… " Mereka ga akan tahu selama kita ga memberitahu… dan kondisi kita saat  ini adalah seorang lelaki dan wanita yang punya keinginan yang harus  terpenuhi saat ini juga… kita tidak bisa menghindari mbak.." sahutku  lagi, sambil kutumpangkan tanganku dipinggul bulatnya… mba Astrid tak  bereaksi walaupun masih mempunggungiku… "Lebih tepatnya harus terpenuhi malam ini… bukan hanya sesaat…" sahut  mba Astrid sambil membalikkan badannya, sehingga kembali payudara  montoknya menempel di dadaku… matanya menatapku tajam penuh tantangan..  dan kini wajah sembab sehabis menangis ini tersenyum manis sekali… " sepanjang malam ini mba..?" tanyaku menegaskan, sambil kulingkarkan lenganku ke pinggangnya yang raping… " Yah… bukankah malam masih panjang Bim…?" bisiknya manja.. wajahnya  ditengadahkan ke wajahku. Kupagut bibir bagus itu dan disambut dengan  sangat bergairah…. Gairah liar birahi betina mba Astrid meletup dahsyat,  aku benar-benar tak menyangka ibu muda yang kalem dan polos bisa  berubah sedemikian agresip… Batang kemaluanku rupanya benar-benar  membikin ibu muda ini gemas setengah mati… tak hentinya tangan berjari  lentik ini mengocok dan meremas-remasnya.. " Bimo aku pengen "ini" kamu.." bisiknya manja sambil meremas lebih keras saat mengucap kata "ini"… " Emang bisa..?" sahutku menggoda… wooww.. perutku digigit kecil mba Astrid dengan gemas… " Boleeeh enggaaa..?" rajuknya " Iyaaaa… habisiiin deeeh.." jawabku sambil kuremas pantat bulatnya…  Awalnya kurasakan mba Astrid masih coba-coba… dengan sabar aku memberi  arahan, karena beberapa kali palkonku terkena giginya… lumayan sakiit…  Selanjutnya, tubuhku dibuat melintir dan menggeliat merasakan permainan  lidah dan lembutnya bibir mba Astrid membasuk batang kemaluanku…  kadang-kadang dengan nekadnya batang kemaluanku ditanamnya dalam-dalam  sampai ujung kerongkongannya… sampai mba Astrid tersedak.. " Eeeii.. jangan diabisin mbaa.." kataku lembut… melihat mba Astrid tersedak.. " Abis gemeees aku Bim… punya kamu panjaaang bangeeet, gede lagi…" bisiknya manja, memberi alasan… Akhirnya kami membuat posisi 69, mba Astrid menindihku dengan posisi  mengangkangi wajahku… Kami sepakat dengan posisi ini sampai mencapai  orgasme… kembali erangan dan rintihan kami bersahutan.. gerak tubuh kami  sudah tak berirama, detik-detik akhir mba Astridpun kurasakan… beberapa  kali kaki panjangnya meregang dan besotan mekinya di bibirku makin  liar… aksi lidah dan bibirnya pada batang kemaluankupun makin liar,  membuatku semakin mendekati titik kulminasi… " Eeeeeehhhkkk… Biiiimmmm… niiiikkkkmaaaattnyaaa…" rengek mba Astrid  panjang, tubuhnya menggeliat hebat… kedua kakinya meregang.. besotan  meki ke mulutkupun makin hebat… lidahku kujulurkan jauh kedalam liang  becek yang kurasakan mengedut-ngedut… " Oooowww.. mbak akuu.. hampiiirr…" Desahku selang tak lama setelah  palkonku kembali dihajar lidah dan mulut mba Astrid… busyeeet, bukannya  melepaskan kuluman bibirnya di palkonku, mba Astrid malah memperhebat  aksi mulut dan lidahnya ditambah kocokan tangannya pada batang  kemaluanku… Apa dayaku… tak ampun lagi diiringi eranganku, tubuhku  mengejang keras mengantarkan semprotan spermaku bertubi-tubi di dalam  mulut mba Astrid yang makin lengket seperti lintah menempel di tubuhku…  tak luput kantong pelerku diremas-remas lembut, seakan spermaku ingin  diperas habis… setelah dirasa tetes terakhir… buru-buru mba Astrid  bangun dari tubuhku dan menyambar botol aqua yang tadi dibawa dari rumah  dan diteguknya sampai tandas… " Iiih… rasanya aneh… banyak banget, kentel lagi… kenyang deh aku Bim…  tapi enaak kok, asin ada gurihnya.." komentar mba Astrid dengan  pengalaman barunya… Kembali kami berbaring di karpet tebal merasakan  lemasnya tubuh… Setelah mengguyur tubuh dengan shower di kamar mandi kembali kami  rebahan santai di karpet tebal di depan televisi, saat itulah mba Astrid  menceritakan rahasia kehidupan ranjangnya dengan mas Budhi, yang  monotone, mas Budhi terlalu polos dan lurus dalam soal sex..  sedikit-sedikit takut dosa. Dalam hal kepuasan sex sebenernya mba Astrid  tidak merasa kekurangan, karena selain mas Budhi memang punya stamina  tubuh yang bagus dengan hidup sehatnya, di sisi lain memang mba Astrid  adalah type wanita yang gampang tersulut gairah seksualnya dan dengan  cepat mencapai puncak orgasme… " Pernah hari Minggu pagi aku liat mas Budhi sedang nyuci mobil dengan  kaos yang basah, sehingga nempel dibadannya yang atletis… seeerrrr…  langsung.. basah juga deh CD ku… dan langsung kutarik mas budhi kekamar  dan aku telanjangi…. haa.. haaa.. dapet dua kali…" tutur mba Astrid  sambil menyuapi aku dengan anggur yang dibawanya tadi… Kembali kami  nonton bokep yang belum kami tonton… belum seperempat jam Asia Carrera  beraksi… " Biiiimmm… nggaaa tahaaan neeh… keburu pagi…" Desah mba Astrid manja  dengan nafas yang sudah ngos-ngosan… apalagi dengan membengkaknya batang  kemaluanku yang dari tadi ga lepas dari genggamannya. " Mba Astrid pingin diapain..?" bisikku sambil kudaratkan kecupan di lehernya " Pingin kaya di film itu…" jawabnya manja… tanpa disuruh mba Astrid  menelungkupkan tubuhnya di sofa dengan kaki berlutut di karpet agak  mengangkang… kuminta pantatnya ditunggingkan sehingga gundukan bukit  kemaluannya mengarah keluar… mba Astrid kembali mengerang gemas ketika  palkonku mulai merentangkan otot liang sanggamanya… ketika pantat montok  itu mulai menggeol gemulai dan ketika batang kemaluanku mulai memompa…  mulailah kuda jantan dan kuda betina ini berpacu birahi… Aku membuktikan  mba Astrid memang wanita yang cepat mencapai orgasme dan cepat kembali  berkobar birahinya… dan mba Astrid menghendaki berganti posisi setelah  dia mencapai orgasme… saking seringnya dia mencapai orgasme…  hampir-hampir kami kehabisan posisi dan di setiap posisi mba Astrid  mengaku bisa mencapai orgasme dengan kenikmatan yang maksimal… Ketika  pada orgasme mba Astrid yang kelima, aku juga merasakan orgasmeku hampir  sampai… mba Astrid menyadari itu… " Biimm… tumpahkan dimulutku sayaaang… aku suka peju kentel kamu…"  rengeknya disela-sela nafas kuda betinanya… dan dengan bernafsu sekali  mba Astrid menyambut semburan demi semburan sperma kentalku dengan mulut  terbuka lebar dan lidah yang menggapai-gapai… Tubuh mba Astrid kembali  rebah telentang di karpet setelah menenggak setengah botol aqua…  rambutnya yang panjang tampak kusut dan basah oleh keringatnya, tubuhnya  yang berkulit putih juga tampak berkilat basah oleh keringat… terlihat  sinar matanya yang kecapekan dan wajah agak memucat… Ketika aku keluar  dari kamar mandi setelah kembali mengguyur tubuhku dengan shower,  kulihat mba Astrid tertidur pulas dengan bibir tersenyum… kulihat jam  menunjukkan jam 03.45… kurebahkan tubuhku disisinya… kubelai lembut  rambutnya yang masih basah oleh keringat birahi… kukecup keningnya yang  sedikit nonong… kuamati tubuh telanjang ibu muda ini, sebuah struktur  yang sempurna… wajahnya berbentuk oval, bibir berbentuk bagus, hidung  mancung berbentuk ramping, mata agak sipit tapi memanjang dengan kelopak  besar… bulu mata yang lentik dan panjang… alisnya seperti di gambar…  postur tubuhnyapun proporsional antara tinggi dan beratnya… sekitar 165 –  170 cm… buah dadanya yang montok kutaksir cup branya B…. memang masih  kenyal menggemaskan dengan puting susu bak perawan, mencuat mungil ke  depan, berwarna merah kecoklatan… perutnya yang rata dengan lubang pusar berbentuk indah… pinggang ramping  menyambung dengan pinggul yang padat ditopang sepasang kaki yang  panjang berbentuk atletis…. Rupanya aku tak dapat menahan kantukku… Aku  membuka mata kulihat mbak Astrid bersimpuh di sebelah tubuhku, dengan  pakaian sudah lengkap membalut tubuhnya, rupanya dia yang membangunkanku  kulihat jam dinding menunjukkan pukul 05.15… "Biim, aku pulang dulu yaa..?" kata mbak Astrid, wajahnya sudah segar, rupanya sempat mencuci mukanya sebelum membangunkanku… " Eeeh… buru-buru sih..? kan masih pagi… " jawabku sambil menarik pinggangnya… " Bimo kamu gila… liat tuh udah terang…" protesnya ketika tubuhnya  menindih tubuhku akibat tarikan tanganku dan aku memang gha peduli  karena seperti biasa kalo pagi hari, batang kemaluanku pasti ikut  menggeliat bangun saat aku bangun…. kembali kugumuli tubuh indah yang  kini sudah berdaster lengkap dengan sweaternya…. " Aaaahhh Bimmooo… ga mauuk… bauuuk ga enak.." protesnya manja tapi  tidak menolak bahkan kudengar desisan panjang ketika batang kemaluanku  kembali menggelosor memasuki tubuhnya… " Biiimmo… asli aku ga mampu menolak yang begini iniii ooohhkk…"  desisnya gemas merasakan pompaan batang kemaluanku ke liang sanggamanya  yang sempit… " Ayyuu Biiimmm… keburu mbak Suti dateng…" bisik mbak Astrid di deket  telingaku, setelah orgasmenya yang kedua, mbak Suti adalah tukang cuci  yang tiap pagi datang ke rumahnya…. "Owwkk.. Biiimmm… giiilllaa kamuuu… aku berasaa lagiii…" rengek mbak Astrid lirih.. kurasakan tubuhnya mulai menegang… " Mmmhh… tuungguuu mbaakk.." Kupergencar pompaanku… tubuh mbak Astrid  makin kuat menegang.. memperkuat pelukan dan cengkeramannya di tubuhku… " Oooowww… nggaaaaa tahaaaan Biiiimmm…!" teriakan keras mba Astrid  menghantarkan geleparan tubuhnya yang tak terkontrol hal ini ternyata  mendorong dengan cepat semburatnya spermaku kembali memenuhi liang  sanggama mba Astrid…. Kembali kami terkapar di atas karpet… kali ini  mbak Astrid ngga lagi telanjang… hanya dasternya aja tersingkap sampai  ke perut… Setelah nafsnya kembali teratur mbak Astrid beringsut bangkit  sambil memungut celana G Stringnya dimasukkan ke kantong dasternya… " Udah ya Bim… makasih banget untuk malam panjang ini… aku ga akan  melupakan malam indah sama kamu ini, tapi aku berharap cukup sekali ini  saja… jangan sampai kita ulang ya Biim… janji ya..?" kata mbak Astrid  sendu… akupun mengangguk saja, ngga ada kalimat yang mampu terucap dari  mulutku… Kuantar mbak Astrid sampai pintu ruang tamu, karena aku masih  telanjang bulat… Nggak sampai setengah menit mba Astrid menutup pintu  rumahnya, kulihat dari balik kaca jendela mba Suti tukang cuci itu  datang… Memang kejadian itu ga terulang lagi sampai saat ini dan hubungan  keluarga kami tetap seperti sediakala sampai akhirnya mba Astrid dan  Puspa istriku melahirkan anak dengan waktu hampir bersamaan, tapi  kejadian semalam itu rupanya benar-benar menjadi ikon yang hidup di hati  aku dan mbak Astrid… beberapa kali kami melakukan phone sex setiap kali  mbak Astrid curhat tentang kehidupan seksnya yang tetap monotone… hanya  sebatas itu…
 
 
 
 
 
    Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Bercinta Dengan tetangga depan rumah               May 13th 2013, 05:17                                                Cerita panas ini terjadi beberapa waktu lalu, memang sebenarnya cerita  panas ini termasuk ga lazim, namun cerita seks semacam ini seru banget  lo, karena awalnya hanya gurauan sekarang menjadi kisah panas yang  sangat menarik, mungkin bagi anda para suami yang menginginkan hal panas  maksudnya dalam seks bisa mencoba hal ini. Cerita tersebut berawal dari  istriku saat akan tidur, yang mengatakan bahwa evi tetangga depan rumah  aq ternyata mempunyai suami yang impoten, aq agak terkejut tidak  menyangka sama sekali, karna dilihat dari postur suaminya yang tinggi  tegap rasanya tdk mungkin, memang yg aku tau mereka telah berumah tangga  sekitar 5 tahun tapi blm dikaruniai seorang anakpun.
  "bener pah, td evi cerita sendiri sm mama" kata istriku seolah menjawab keraguanku, "wah, kasian banget ya mah, jadi dia gak bisa mencapai kepuasan dong mah?" pancingku "iya" sahut istriku singkat pikiran aku kembali menerawang ke sosok yg diceritakan istriku, tetangga  depan rumahku yang menurutku sangat cantik dan seksi, aku suka  melihatnya kala pagi dia sedang berolahraga di depan rumahku yang  tentunya di dpn rumahku jg, kebetulan tempat tinggal aku berada di  cluster yang cukup elite, sehingga tidak ada pagar disetiap rumah, dan  jalanan bisa dijadikan tempat olahraga, aku perkirakan tingginya 170an  dan berat mungkin 60an, tinggi dan berisi, kadang saat dia olahraga pagi  aku sering mencuri pandang pahanya yang putih dan mulus karena hanya  mengenakan celana pendek, pinggulnya yg besar sungguh kontras dengan  pinggangnya yang ramping, dan yang sering bikin aku pusing adalah dia  selalu mengenakan kaos tanpa lengan, sehingga saat dia mengangkat tangan  aku dapat melihat tonjolan buah dadanya yg keliatannya begitu padat  bergoyang mengikuti gerakan tubuhnya.
  Satu hal lagi yang membuat aku betah memandangnya adalah bulu ketiaknya  yang lebat, ya lebat sekali, aku sendiri tidak mengerti kenapa dia tidak  mencukur bulu ketiaknya, tapi jujur aja aku justru paling bernafsu saat  melihat bulu ketiaknya yang hitam, kontras dengan tonjoilan buah  dadanya yg sangat putih mulus. tapi ya aku hanya bisa memandang saja  karna bagaimanapun juga dia adalah tetanggaku dan suaminya adalah teman  aku. namun cerita istriku yang mengatakan suaminya impoten jelas membuat  aku menghayal gak karuan, dan entah ide dari mana, aku langsung bicara  ke istriku yang keliatannya sudah mulai pulas.
  "mah" panggilku pelan "hem" istriku hanya menggunam saja "gimana kalau kita kerjain evi" "hah?" istriku terkejut dan membuka matanya "maksud papa?" Aku agak ragu juga menyampaikannya, tapi karna udah terlanjur juga akhirnya aku ungkapkan juga ke istriku, "ya, kita kerjain evi, sampai dia gak tahan menahan nafsunya" "buat apa? dan gimana caranya?" uber istriku lalu aku uraikan cara2 memancing birahi evi, bisa dengan seolah2 gak  sengaja melihat melihat senjata aku atau saat kamu ml, istriku agak  terkejut juga apalagi setelah aku uraikan tujuan akhirnya aku menikmati  tubuh evi, dia marah dan tersinggung
  "papa sudah gila ya, mentang2 mama sudah gak menarik lagi!" ambek  istriku tapi untunglah setelah aku beri penjelasan bahwa aku hanya  sekedar fun aja dan aku hanya mengungkapkan saja tanpa bermaksud memaksa  mengiyakan rencanaku, istriku mulai melunak dan akhirnya kata2 yang aku  tunggu dari mulutnya terucap.
  "oke deh pah, kayanya sih seru juga, tapi inget jangan sampai kecantol, dan jangan ngurangin jatah mama" ancam istriku. aku seneng banget dengernya, aku langsung cium kening istriku. "so pasti  dong mah, lagian selama ini kan mama sendiri yang gak mau tiap hari"  sahutku.
  "kan lumayan buat ngisi hari kosong saat mama gak mau main" kataku  bercanda istriku hanya terdiam cemberut manja.. mungkin juga membenarkan  libidoku yang terlalu tinggi dan libidonya yang cenderung rendah.
  keesokan paginya, kebetulan hari Sabtu , hari libur kerja, setelah  kompromi dgn istriku, kami menjalankan rencana satu, pukul 5.30 pagi  istriku keluar berolahraga dan tentunya bertemu dengan evi, aku  mengintip mereka dari jendela atas rumah aku dengan deg2an, setelah aku  melihat mereka ngobrol serius, aku mulai menjalankan aksiku, aku yakin  istriku sedang membicarakan bahwa aku bernafsu tinggi dan kadang tidak  sanggup melayani, dan sesuai skenario aku harus berjalan di jendela  sehingga mereka melihat aku dalam keadaan telanjang dengan senjata  tegang, dan tidak sulit buatku karena sedari tadi melihat evi  berolahraga saja senjataku sudah menegang kaku, aku buka celana pendekku  hingga telanjang, senjataku berdiri menunjuk langit2, lalu aku berjalan  melewati jendela sambil menyampirkan handuk di pundakku seolah2 mau  mandi, aku yakin mereka melihat dengan jelas karena suasana pagi yang  blm begitu terang kontras dengan keadaan kamarku yang terang benderang.  tapi untuk memastikannya aku balik kembali berpura2 ada yang tertinggal  dan lewat sekali lagi, sesampai dikamar mandiku, aku segera menyiram  kepalaku yang panas akibat birahiku yang naik, hemm segarnya, ternyata  siraman air dingin dapat menetralkan otakku yg panas.
  Setelah mandi aku duduk diteras berteman secangkir kopi dan koran, aku  melihat mereka berdua masih mengobrol. Aku mengangguk ke evi yg  kebetulan melihat aku sbg pertanda menyapa, aku melihat roma merah  diwajahnya, entah apa yg dibicarakan istriku saat itu. Masih dengan  peluh bercucuran istriku yg masih keliatan seksi jg memberikan jari  jempolnya ke aku yang sedang asik baca koran, pasti pertanda bagus  pikirku, aku segera menyusul istriku dan menanyakannya "gimana mah?" kejarku istriku cuma mesem aja, " kok jadi papa yg nafsu sih" candanya aku setengah malu juga, akhirnya istriku cerita juga, katanya wajah evi  keliatan horny saat dengar bahwa nafsu aku berlebihan, apalagi pas  melihat aku lewat dengan senjata tegang di jendela, roman mukanya  berubah. "sepertinya evi sangat bernafsu pah" kata istriku. "malah dia bilang mama beruntung punya suami kaya papa, tidak seperti dia yang cuma dipuaskan oleh jari2 suaminya aja" "oh" aku cuma mengangguk setelah tahu begitu, "trus, selanjutnya gimana mah? " pancing aku "yah terserah papa aja, kan papa yg punya rencana" aku terdiam dengan seribu khayalan indah, "ok deh, kita mikir dulu ya mah" aku kembali melanjutkan membaca koran yg sempat tertunda, baru saja  duduk aku melihat suami evi berangkat kerja dengan mobilnya dan sempat  menyapaku "pak, lagi santai nih, yuk berangkat pak" sapanya akrab aku menjawab sapaannya dengan tersenyum dan lambaian tangan. "pucuk dicinta ulam tiba" pikirku, ini adalah kesempatan besar, evi di  rumah sendiri, tapi gimana caranya? aku memutar otak, konsentrasiku  tidak pada koran tapi mencari cara untuk memancing gairah evi dan  menyetubuhinya, tapi gimana? gimana? gimana?
  sedang asiknya mikir, tau2 orang yang aku khayalin ada di dpn mataku, "wah, lagi nyantai nih pak, mbak yeni ada pak?" sapanya sambil menyebut nama istriku "eh mbak evi, ada di dalam mbak, masuk aja" jawabku setengah gugup evi melangkah memasuki rumahku, aku cuma memperhatikan pantatnya yang bahenol bergoyang seolah memanggilku untuk meremasnya.
  aku kembali hanyut dengan pikiranku, tapi keberadaan evi di rumahku  jelas membuat aku segera beranjak dari teras dan masuk ke rumah juga,  aku ingin melihat mereka, ternyata mereka sedang asik ngobrol di ruang  tamu, obrolan mereka mendadak terhenti setelah aku masuk,
  "hayo, pagi2 sudah ngegosip! pasti lagi ngobrolin yg seru2 nih" candaku mereka berdua hanya tersenyum.
  aku segera masuk ke kamar dan merebahkan tubuhku, aku menatap langit2  kamar, dan akhirnya mataku tertuju pada jendela kamar yang hordengnya  terbuka, tentunya mereka bisa melihat aku pikirku, karena di kamar  posisinya lebih terang dari diruang tamu, tentunya mereka bisa melihat  aku, meskipun aku tidak bisa melihat mereka mengobrol? reflek aku bangkit dari tempat tidur dan menggeser sofa kesudut yg aku  perkirakan mereka dapat melihat, lalu aku lepas celana pendekku dan  mulai mengocok senjataku, ehmm sungguh nikmat, aku bayangkan evi sedang  melihatku ngocok dan sedang horny, senjataku langsung kaku.
  tapi tiba2 saja pintu kamarku terbuka, istriku masuk dan langsung menutup kembali pintu kamar. "pa, apa2an sih pagi2 udah ngocok, dari ruang tamu kan kelihatan" ******* istriku "hah?, masa iya? tanyaku pura2 bego.
  "evi sampai malu dan pulang tuh" cerocosnya lagi, aku hanya terdiam, mendengar evi pulang mendadak gairahku jadi drop, aku kenakan kembali celanaku. sampai siang aku sama sekali belum menemukan cara untuk memancingnya,  sampai istriku pergi mau arisan aku cuma rebahan di kamar memikirkan  cara untuk menikmati tubuh evi, " pasti lagi mikirin evi nih, bengong terus, awas ya bertindak sendiri tanpa mama" ancam istriku "mama mau arisan dulu sebentar" aku cuma mengangguk aja,
  5 menit setelah istriku pergi, aku terbangun karna di dpn rumah  terdengar suara gaduh, aku keluar dan melihat anakku yg laki bersama  teman2nya ada di teras rumah evi dengan wajah ketakutan, aku segera  menghampirinya, dan ternyata bola yang dimainkan anakku dan teman2nya  mengenai lampu taman rumah evi hingga pecah, aku segera minta maaf ke  evi dan berjanji akan menggantinya, anakku dan teman2nya kusuruh bermain  di lapangan yg agak jauh dari rumah. "mbak evi, aku pamit dulu ya, mau beli lampu buat gantiin" pamitku
  "eh gak usah pak, biar aja, namanya juga anak2, lagian aku ada lampu  bekasnya yg dari developer di gudang, kalau gak keberatan nanti tolong  dipasang yang bekasnya aja" aku lihat memang lampu yang pecah sudah  bukan standar dr developer, tapi otakku jd panas melihat cara bicaranya  dengan senyumnya dan membuat aku horny sendiri. "kalau gitu mbak tolong ambil lampunya, nanti aku pasang" kataku "wah aku gak sampe pak, tolong diambilin didalam" senyumnya.
  kesempatan datang tanpa direncanakan, aku mengangguk mengikuti  langkahnya, lalu evi menunjukan gudang diatas kamar mandinya, ternyata  dia memanfaatkan ruang kosong diatas kamar mandinya untuk gudang. "wah tinggi mbak, aku gak sampe, mbak ada tangga?" tanyaku "gak ada pak, kalau pake bangku sampe gak" tanyanya "coba aja" kataku.
  Evi berjalan ke dapur mengambil bangku, lambaian pinggulnya yang bulat  seolah memanggilku untuk segera menikmatinya, meskipun tertutup rapat,  namun aku bisa membayangkan kenikmatan di dalam dasternya. lamunanku terputus setelah evi menaruh bangku tepat didepanku, aku  segera naik, tapi ternyata tanganku masih tak sampai meraih handle pintu  gudang, "gak sampe mba" kataku
  aku lihat evi agak kebingungan, "dulu naruhnya gimana mbak? " tanyaku "dulu kan ada tukang yang naruh, mereka punya tangga" "kalau gitu aku pinjem tangga dulu ya mba sama tetangga" aku segera keluar mencari pinjaman tangga, tapi aku sudah merencanakan  hal gila, setelah dapat pinjaman tangga aluminium, aku ke rumah dulu,  aku lepaskan celana dalamku, hingga aku hanya mengenakan celana pendek  berbahan kaos, aku kembali ke rumah evi dgn membawa tangga, akhirnya aku  berhasil mengambil lampunya. dan langsung memasangnya, tapi ternyata  dudukan lampunya berbeda, lampu yang lama lebih besar, aku kembali ke  dalam rumah dan mencari dudukan lampu yg lamanya, tp sudah aku acak2  semua tetapi tidak ketemu jg, aku turun dan memanggil evi, namun aku  sama sekali tak melihatnya atau sahutannya saat kupanggil, "pasti ada  dikamar: pikirku "wah bisa gagal rencanaku memancingnya jika evi dikamar  terus"
  aku segera menuju kamarnya, namun sebelum mengetuknya niat isengku timbul, aku coba mengintip dari lubang kunci dan ternyata….
  Aku dapat pemandangan bagus, aku lihat evi sedang telanjang bulat di  atas tempat tidurnya, jari2nya meremas buah dadanya sendiri, sedangkan  tangan yang satunya menggesek2 klitorisnya, aku gemetar menahan nafsu,  senjataku langsung membesar dan mengeras, andai saja tangan aku yang  meremas buah dadanya… sedang asik2nya mengkhayal tiba2 evi berabjak dari  tempat tidurnya dan mengenakan pakaian kembali, mungkin dia inget ada  tamu, aku segera lari dan pura2 mencari kegudang, senjataku yang masih  tegang aku biarkan menonjol jelas di celana pendekku yang tanpa cd. "loh, nyari apalgi pak?" aku lihat muka evi memerah, ia pasti melihat tonjolan besar di celanaku
  "ini mbak, dudukannya lain dengan lampu yang pecah" aku turun dari  tangga dan menunjukan kepadanya, aku pura2 tidak tahu keadaan celanaku,  evi tampak sedikit resah saat bicara.
  "jadi gimana ya pak? mesti beli baru dong" suara evi terdengar serak,  mungkin ia menahan nafsu melihat senjataku dibalik celana pendekku,  apalagi dia tadi sedang masturbasi.
  Aku pura2 berfikir, padahal dalam hati aku bersorak karena sudah 60% evi  aku kuasai, tapi bener sih aku lagi mikir, tapi mikir gimana cara  supaya masuk dalam kamarnya dan menikmati tubuhnya yang begitu  sempurna?? "kayanya dulu ada pak. coba aku yang cari" suara evi mengagetkan  lamunanku, lalu ia menaiki tangga, dan sepertinya evi sengaja  memancingku, aku dibawah jelas melihat paha gempalnya yang putih mulus  tak bercela, dan ternyata evi sama sekali tidak mengenakan celana dalam,  tapi sepertinya evi cuek aja, semakin lama diatas aku semakin tak  tahan, senjataku sudah basah oleh pelumas pertanda siap melaksanakan  tugasnya.
  Setelah beberapa menit mencari dan tidak ada juga, evi turun dari  tangga, tapi naas buat dia ( Atau malah sengaja : ia tergelincir dari  anak tangga pertama, tidak tinggi tapi lumayan membuatbya hilang  keseimbangan, aku reflek menangkap tubuhnya dan memeluknya dari  belakang, hemmm sungguh nikmat sekali, meskipun masih terhalang celana  dalam ku dan dasternya tapi senjataku dapat merasakan kenyalnya pantat  evi, dan aku yakin evi pun merasakan denyutan hangat dipantatnya,  "makasih pak" evi tersipu malu dan akupun berkata maaf berbarengan dgn  ucapan makasihnya "gak papa kok, tapi kok tadi seperti ada yg ngeganjel dipantatku ya"?"  sepertinya evi mulai berani, akupun membalasnya dgn gurauan,
  "oh itu pertanda senjata siap melaksanakan tugas"
  "tugas apa nih?" evi semakin terpancing aku pun sudah lupa janji dgn istriku yang ga boleh bertindak tanpa sepengetahuannya, aku sudah dikuasai nafsu.
  "tugas ini mbak!" kataku langsung merangkulnya dalam pelukanku
  aku langsung melumat bibirnya dengan nafsu ternyata evipun dengan buas  melumat bibirku juga, mungkin iapun menunggu keberanianku, ciuman kami  panas membara, lidah kami saling melilit seperti ular, tangan evi  langsung meremas senjataku, mungkin baru ini dia melihat senjata yang  tegang sehingga evi begitu liar meremasnya, aku balas meremas buah  dadanya yang negitu kenyal, meskipun dari luar ali bisa pastiin bahwa  evi tidak mengenakn bra, putingnya langsung mencuat, aku pilin pelan  putingnya, tanganku yang satu meremas bongkahan pantatnya yang mulus,  cumbuan kami semakin panas bergelora tapi tiba2
  "sebentar mas!" evi berlari ke depan ternyata ia mengunci pintu depan,  aku cuma melongo dipanggil dengan mas yang menunjukan keakraban
  "sini mas!" ia memanggilku masuk kekamarnya
  aku segera berlari kecil menuju kamarnya, evi langsung melepas  dasternya, dia bugil tanpa sehelai benangpun di depan mataku. sungguh  keindahan yang benar2 luar biasa, aku terpana sejenak melihat putih  mulusnya badan evi. bulu kemaluannya yang lebat menghitam kontras dengan  kulitnya yg bersih. lekuk pinggangnya sungguh indah. tapi hanya sekejab saja aku terpana, aku langsung melepas kaos dan  celana pendekku, senjataku yang dari tadi mengeras menunjuk keatas, tapi  ternyata aku kalah buas dengan evi. dia langsung berjongkok di depanku  yang masih berdiri dan melumat senjataku dengan rakusnya.
  Lidahnya yang lembut terasa hangat menggelitik penisku, mataku terpejam  menikmati cumbuannya, sungguh benar2 liar, mungkin karna evi selama ini  tidak pernah melihat senjata yang kaku dan keras, kadang ia mengocoknya  dengan cepat, aliran kenikmatan menjalari seluruh tubuhku, aku segera  menariknya keatas, lalu mencium bibirnya, nafasnya yang terasa wangi  memompa semangatku untuk terus melumat bibirnya, aku dorong tubuhnya  yang aduhai ke ranjangnya, aku mulai mengeluarkan jurusku, lidahku kini  mejalari lehernya yang jenjang dan putih, tanganku aktif meremas2 buah  dadanya lembut, putingnya yang masih kecil dan agak memerah aku pillin2,  kini dari mataku hanya berjarak sekian cm ke bulu ketiaknya yang begitu  lebat, aku hirup aromanya yang khas, sungguh wangi. lidahku mulai  menjalar ke ketiak dan melingkari buah dadanya yang benar2 kenyal.
  Dan saat lidahku yang hangat melumat putingnya evi semakin mendesah tak  karuan, rambutku habis dijambaknya, kepalaku terus ditekan ke buah  dadanya. aku semakin semangat, tidak ada sejengkal tubuh evi yang luput  dari sapuan lidahku, bahkan pinggul pantat dan pahanya juga, apalagi  saat lidahku sampai di kemaluannya yang berbulu lebat, setelah bersusah  payah meminggirkan bulunya yang lebat, lidahku sampai juga ke  klitorisnya, kemaluannya sudah basah, aku lumat klitnya dengan lembut,  evi semakin hanyut, tangannya meremas sprey pertanda menahan nikmat yang  aku berikan, lidahku kini masuk ke dalam lubang kemaluannya, aku  semakin asik dengan aroma kewanitaan evi yang begitu wangi dan menambah  birahiku.
  Tapi sedang asik2nya aku mencumbu vaginanya, evi tiba2 bangun dan  langsung mendorongku terlentang, lalu dengan sekali sentakan pantatnya  yang bulat dan mulus langsung berada diatas perutku, tangannya langsung  menuntun senjataku, lalu perlahan pantatnya turun, kepala kemaluanku  mulai menyeruak masuk kedalam kemaluannya yang basah, namun meskipun  basah aku merasakan jepitan kemaluannya sangat ketat. mungkin karna  selama ini hanya jari saja yang masuk kedalam vaginanya, centi demi  centi senjataku memasuki vaginanya berbarengan dengan pantat evi yang  turun, sampai akhirnya aku merasakan seluruh batang senjataku tertanam  dalam vaginanya, sungguh pengalaman indah, aku merasakan nikmat yang  luar biasa dengan ketatnya vaginanya meremas otot2 senjataku, evi  terdiam sejenak menikmati penuhnya senjataku dalam kemaluannya, tapi tak  lama.
  Pantatnya yang bahenl dan mulus nulaik bergoyang, kadang ke depan ke  belakang, kadang keatas ke bawah, peluh sudah bercucuran di tubuh kami,  tanganku tidak tinggal diam memberikan rangsangan pada dua buah dadanya  yang besar, dan goyangan pinggul evi semakin lama semakin cepat dan tak  beraturan, senjataku seperti diurut dengan lembut, aku mencoba menahan  ejakulasiku sekuat mungkin, dan tak lama berselang, aku merasakan  denyutan2 vagina evi di batang senjataku semakin menguat dan akhirnya  evi berteriak keras melepas orgasmenya, giginya menancap keras dibahuku… evi orgasme, aku merasakan hangat di batang senjataku, akhirnya tubuhnya  yang sintal terlungkup diatas tubuhku, senjataku masih terbenam didalam  kemaluannya,aku biarkan dia sejenak menikmati sisa2 orgasmenya setelah  beberapa menit aku berbisik ditelinganya, "mba, langsung lanjut ya? aku  tanggung nih" evi tersenyum dan bangkit dari atas tubuhku, ia duduk  dipinggir ranjang, "makasih ya mas, baru kali ini aku mengalami orgasme  yang luar biasa" ia kembali melumat bibirku.aku yang masih terlentang  menerima cumbuan evi yang semakin liar, benar2 liar, seluruh tubuhku  dijilatin dengan rakusnya, bahkan lidahnya yang nakal menyedot dan  menjilat putingku, sungguh nikmat, aliran daraku seperti mengalir dengan  cepat, akhirnya aku ambil kendali, dengan gaya konvensional aku kemabli  memasukkan senjataku dalam kemaluannya, sudah agak mudah tapi tetap  masih ketat menjepit senjataku, pantatku bergerak turun naik, sambil  lidahku mengisap buah dadanya bergantian, aku liat wajah evi yang cantik  memerah pertanda birahinya kembali naik, aku atur tempo permainan, aku  ingin sebisa mungkin memberikan kepuasan lebih kepadanya, entah sudah  berapa gaya yang aku lakukan, dan entah sudah berapa kali evi orgasme,  aku tdk menghitungnya, aku hanya inget terakhir aku oake gaya doggy yang  benar2 luar biasa, pantatnya yang besar memberikan sensasi tersendiri  saat aku menggerakkan senjataku keluar masuk. dan memang aku benar2 tak  sanggup lagi menahan spermaku saat doggy, aku pacu sekencang mungkin,  pantat evi yang kenyal bergoyang seirama dengan hentakanku,tapi aku  masih ingat satu kesadaran "mbak diluar atau didalam?" tanyaku parau  terbawa nafsu sambil terus memompa senjataku
  Evipun menjawab dengan serak akibat nafsunya " Didalam aja mas, aku lagi gak subur" dan tak perlu waktu lama, selang beberapa detik setelah evi menjawab aku  hentakan keras senjataku dalam vaginanya, seluruh tubuhku meregang  kaku, aliran kenikmatan menuju penisku dan memeuntahkan laharnya dalam  vagina evi, ada sekitar sepuluh kedutan nikmat aku tumpahkan kedalam  vaginanya, sementara evi aku lihat menggigit sprey dihadapannya, mungkin  iapun mengalami orgasme yg kesekian kalinya.
 
 
 
 
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Aku Hamil....!!!               May 13th 2013, 05:16                                                "Yantoo … aku hamil !!!" Teriakku di telepon kepada sahabatku Yanto yang sedang ada di rumah mertuanya di Jakarta.
  Ditanganku saat itu ada hasil pemeriksaan USG yang menunjukkan gambar  janin berumur 10 minggu yang sehat. Keputusanku untuk di USG sebenarnya  bukan untuk melihat janin ini tetapi untuk memeriksa perutku karena  beberapa minggu ini aku merasa sering mual-mual dan tidak sembuh-sembuh  dengan obat-obatan biasa. Aku tidak menyangka hubungan badanku dengan  Yanto akan membuatku hamil dengan cepat, padahal hubungan badan  pertamaku dengan Yanto baru menginjak bulan ke-3.
 
  Namaku Lani, seorang dokter di Bandung yang sedang mengambil  spesialisasi mata saat cerita ini terjadi. Umurku saat itu sekitar 36  tahun dan berstatus janda cerai dengan satu anak perempuan ABG. Mantan  suamiku juga dokter ahli penyakit dalam yang belakangan aku ketahui  punya kelainan sex, yaitu bisex (suka perempuan dan laki-laki). Sehingga  karena tidak tahan akhirnya aku minta cerai setelah ayahku meninggal.
  Perceraian dan kehilangan ayah membuat aku menjadi gamang, apalagi  bagiku ayahku adalah segala-galanya. Kegamanganku itu rupanya terbaca  dan dimanfaatkan oleh dokter NL, seorang dokter senior yang sangat  dihormati di kotaku yang juga sekaligus menjadi dosen pembimbing program  spesialisku. Dengan pendekatan kebapakannya dia akhirnya bisa membawaku  ke ranjangnya tanpa banyak kesulitan. Affair kami awalnya berlangsung  cukup panas karena kami punya banyak kesempatan bersama untuk  melakukannya di manapun kami ingin, seperti di tempat praktek, di rumah  sakit, di rumah dokter NL (saat ada istrinya) bahkan di dalam pesawat  kecil (dokter NL ini adalah juga seorang pilot).
  Karena alasanku berhubungan dengannya adalah untuk mengisi kekosongan  sosok seorang ayah, maka aku pada awalnya tidak begitu peduli dengan  kualitas hubungan seks yang aku dapat yaitu jarangnya aku mendapat  orgasme. Hubungan kami inipun tidak pernah membuatku sampai hamil  walaupun kami sering melakukannya pada periode suburku tanpa pengaman.  Karena perbedaan umur yang cukup jauh, pelan-pelan aku mulai ada rasa  bosan setiap kali berhubungan badan dengan pembimbingku ini. Apalagi  kedekatanku dengan dokter NL ini membuatku mulai dijauhi oleh  teman-teman kuliahku yang secara tidak langsung mulai menghambat program  spesialisasiku.
  Akhirnya pada suatu acara reuni kecil-kecilan SMAku, aku bertemu lagi  dengan sahabat-sahabat lamaku, termasuk Yanto. Aku dan Yanto sebenarnya  sewaktu di SMA bersahabat sangat dekat sehingga beberapa teman  menganggap kami pacaran. Tapi setelah lulus SMA, Yanto memilih untuk  berpacaran dengan sahabatku yang lain yang kemudian menjadi istrinya.
  Kalau sebelumnya aku lebih sering berhubungan dengan istrinya Yanto,  bahkan kedua anak kami juga bersahabat. Tapi setelah acara reuni itu,  aku juga menjadi sering bekomunikasi kembali dengan Yanto, baik lewat  telepon maupun SMS. Akhirnya Yanto menjadi teman curhatku, termasuk  masalah affairku dengan dokter NL dan entah kenapa aku menceritakannya  dengan detail sampai ke setiap kejadian. Yanto adalah pendengar yang  baik dan dia sama sekali tidak pernah langsung menghakimi apa yang telah  kulakukan, terutama karena tahu persis latar belakangku. Komunikasiku  dengan Yanto sebagian besar sepengetahuan istrinya, walaupun detailnya  hanya menjadi rahasia kami berdua.
  Kalau aku sudah suntuk teleponan, kadang-kadang dia mengajakku  jalan-jalan untuk ngobrol langsung sehingga pelan-pelan aku mulai bisa  melupakan afairku dengan dokter NL dan mencoba membina hubungan yang  baru dengan beberapa laki-laki yang dikenalkan oleh teman-temanku.  Sayangnya aku sering kurang merasa sreg dengan mereka, terutama karena  mereka tidak bisa mengerti mengenai jam kerja seorang dokter yang sedang  mengambil kualiah spesialisnya.
  Lagi-lagi kalau ada masalah dengan teman-teman priaku ini aku curhat  kepada Yanto yang sebagai anak seorang dokter Yanto memang juga bisa  memahami kesulitanku dalam mengatur waktu dengan mereka.
  Hingga pada suatu siang aku mengajak Yanto untuk menemaniku ke rumah  peristirahatan keluargaku di Lembang yang akan dipakai sebagai tempat  reuni akbar SMAku. Aku ingin minta saran Yanto tentang bagaimana  pengaturan acaranya nanti disesuaikan dengan fasilitas yang tersedia di  sana. Seperti biasa sepanjang jalan kita banyak ngobrol dan bercanda,  tapi entah kenapa obrolan dan canda kita berdua kali ini sering  menyinggung seputar pengalaman dan fantasi dalam hubungan seks  masing-masing. Sekali-sekali kita juga bercanda mengenai "perabot" kita  masing-masing dan apa saja yang suka dilakukan dengan "perabot" itu saat  bersetubuh.
  Entah kenapa dari obrolan yang sebenarnya lebih banyak bercandanya ini  membuat aku mulai sedikit terangsang, putingku kadang-kadang mengeras  dan vaginaku mulai terasa sedikit berlendir. Waktu aku lirik celananya  Yanto juga terlihat lebih menonjol yang mungkin karena penisnya juga  berereksi. Dalam pikiranku mulai terbayangkan kembali beberapa hubungan  badan di masa lalu yang paling berkesan kenikmatannya.
  Tanpa terasa akhirnya kami sampai di rumah peristirahatan keluargaku,  perhatianku jadi teralihkan untuk memberi pesan-pesan kepada mamang  penjaga rumah dan tukang kebun yang ada di sana untuk mempersiapkan  rumah tersebut sebelum akhirnya membawa Yanto berkeliling rumah. Seperti  waktu SMA dulu, obrolan kami kadang-kadang diselingi dengan saling  bergandengan tangan, saling peluk dan rangkul atau sekedar mengelus-elus  kepala dan pipi.
  Setelah selesai berkeliling kami kembali ke ruang tengah yang mempunyai  perapian yang biasa dipakai menghangatkan ruangan dari udara malam  Lembang yang cukup dingin. Di sana Yanto kembali memeluk pinggangku  dengan kedua tangannya dari depan sehingga kami dalam posisi berhadapan.  Pelukannya itu aku balas dengan memeluk leher dan bahunya sehingga kami  terlihat seperti pasangan yang sedang berdansa.
  "Mmmmpppphhhh ……" Yanto tiba-tiba memangut bibirku lalu mengulumnya dengan hangat dan lembut.
  Walaupun saat itu aku benar-benar kaget, tapi entah kenapa aku merasa  senang karena dicium oleh orang yang aku anggap sangat dekat denganku.  Dengan jantungku berdebar aku kemudian memberanikan diri untuk membalas  ciumannya sehingga kami berciuman cukup lama dengan diselingi permainan  lidah ringan.
  "Ahhh……." Tanpa sadar aku mendesah saat ciuman perdana kami itu akhirnya berakhir.
  Sesaat setelah bibir kami lepas, aku masih memejamkan mata dengan muka  sedikit menengadah dan bibir yang setengah terbuka untuk menikmati  sisa-sisa ciuman tadi yang masih begitu terasa olehku. Aku baru tersadar  setelah Yanto menaruh telunjuknya dibibirku yang sedang terbuka dan  memandangku dengan lembut sambil tersenyum. Kemudian dia menarik  kepalaku ke dadanya sehingga sekarang kami saling berpelukan dengan  eratnya. Jantungku semakin berdebar dan nafasku mulai tidak teratur,  ciuman tadi telah membangkitkan "kebutuhanku" akan kehangatan belaian  laki-laki.
  Tanpa menunggu lama, aku mengambil inisiatif untuk melanjutkan ciuman  kami dengan memangut bibir Yanto lebih dulu setelah melakukan beberapa  kecupan kecil pada lehernya. Kali ini aku menginginkan ciuman yang lebih  "panas" sehingga tanpa sadar aku memangut bibirnya lebih agresif. Yanto  langsung membalasnya dengan lebih ganas dan agresif, lidahnya langsung  menjelahi mulutku, membelit lidahku dan bibirnya melumat bibirku. Ciuman  yang bertubi-tubi dan berbalasan membuat tubuh kami berdua akhirnya  kehilangan keseimbangan hingga jatuh terduduk di atas sofa.
  Tangan Yanto mulai bergerilya meremas-remas buah dadaku, mula-mulai  masih dari luar baju kaosku tapi tak lama kemudian tangannya sudah masuk  ke dalam kaosku. Kedua cup-BHku sudah dibuatnya terangkat ke atas  sehingga kedua buah dadaku dengan mudah dijangkaunya langsung.  Jari-jarinya juga dengan sangat lihai dalam mempermainkan putting buah  dadaku. Bibir Yanto juga mulai menciumi leher dan kedua kupingku  sehingga menimbulkan rasa geli yang amat sangat.
  Terus terang dengan aksi Yanto itu aku menjadi sangat terangsang dan  membankitkan keinginanku untuk bersetubuh. Maklum sejak putus dengan  dosen pembimbingku praktis aku tidak pernah lagi tidur dengan laki-laki  lain. Aku saat itu sudah sangat berharap Yanto segera memintaku untuk  bersetubuh dengannya atau meningkatkan agresifitasnya ke arah  persetubuhan.
  Aku rasakan vaginaku sudah sangat basah dan aku mulai sulit berpikir  jernih lagi karena dikendalikan oleh berahi yang semakin memuncak.  Sebaliknya Yanto kelihatan masih merasa cukup dengan mencium meremas  buah dadaku saja yang membuat aku semakin tersiksa karena semakin  terbakar oleh nafsu berahiku sendiri.
  "To, kamu mau ga ML sama aku sekarang ?" Kata-kata itu meluncur begitu  saja dengan ringan dari mulutku di mana dalam kondisi biasa sangat tidak  mungkin aku berani memulainya.
  Hanya dengan melihat Yanto menjawabnya dengan anggukan sambil tersenyum,  aku langsung meloncat dari sofa dan berdiri di hadapan Yanto sambil  melepas kaos atas dan BHku dengan terburu-buru. Melihat itu, Yanto  membantuku dengan melepas kancing dan risleting celana jeansku sehingga  memudahkanku untuk mempelorotkannya sendiri ke bawah. Yanto sekali lagi  membantuku dengan menarik celana dalamku sampai terlepas hingga membuat  tubuhku benar-benar telanjang bulat tanpa ada lagi yang menutupi.
  Tanpa malu-malu, aku kemudian menubruk Yanto di sofa untuk kemudian  duduk dipangkuannya dengan posisi kedua kakiku mengangkangi kakinya.  Kami lalu berciuman lagi dengan ganasnya sambil kedua tangan Yanto mulai  meraba-raba dan meremas-remas tubuh telanjangku sebelah bawah..
  "Akkhhhhhh …." Aku menjerit pendek saat Yanto memasukkan jari tangannya  ke dalam liang senggama dari vaginaku yang sudah mengangkang di  pangkuannya.
  Tanpa menunggu lama mulut Yanto juga langsung menyambar putting  payudaraku membuat badanku melenting-lenting kenikmatan yang sudah lama  tidak kunikmati. Yanto semakin agresif dengan memasukkan dua jarinya  untuk mengocok-ngocok liang senggamaku yang membuat gerakan badanku  semakin liar.
  Gerakanku yang sudah makin tidak terkendali rupanya membuat Yanto  kewalahan, lalu dengan perlahan dia mendorongku untuk rebah di karpet  tebal yang terhampar di bawah sofa. Kemudian dengan tenang Yanto mulai  membuka bajunya satu persatu sambil mengamati tubuh telanjangku  dihadapannya yang menggelepar gelisah oleh berahiku yang sudah sangat  memuncak. Melihat Yanto memandangiku seperti itu, apalagi dengan masih  berpakaian lengkap, tiba-tiba aku menjadi sangat malu sehingga aku raih  bantal terdekat untuk menutupi muka dan dadaku sedangkan pahaku aku  rapatkan supaya kemaluanku tidak terlihat Yanto lagi.
  Sesaat kemudian aku merasakan Yanto membuka pahaku lebar-lebar dan tanpa  menunggu lama-lama kurasakan penisnya mulai melakukan penetrasi.
  BLESSSSSS ……kurasakan penis Yanto meluncur dengan mulus memasuki liang  senggamaku yang sudah becek sampai hampir menyentuh leher rahimku.
  "Uhhhhhhmmmm …." Aku mengeluarkan suara lenguhan dari balik bantal  menikmati penetrasi pertama dari penis sahabatku yang sudah aku kenal  lebih dari 20 tahun.
  "Katanya tadi mau ngajak ML …." Kata Yanto sambil mengambil bantal yang kupakai menutupi mukaku sambil tersenyum menggoda.
  "Sok atuh dimulai saja …." Jawabku sekenanya dengan muka memerah karena masih malu
  CROK … CROK … CROK …CROK …. CROK … ayunan penis Yanto langsung menimbulkan bunyi-bunyian dari cairan vaginaku.
  Yanto mengait kedua kakiku dengan tanganya sehingga mengangkang  dengansangat lebar untuk membuatnya lebih leluasa menggerakkan  pinggulnya dalam melakukan penetrasi selanjutnya.
  "Yantooo…..ohhhh…ahhhhh….. nikmat sekali …yantooo…." Aku mulai meracau kenikmatan.
  Kedua kakiku kemudian dipindah ke atas bahu Yanto sehingga pinggulku  lebih terangkat, sedangkan Yanto sendiri badannya sekarang menjadi  setengah berlutut. Posisi ini membuat sodokan penis Yanto lebih banyak  mengenai bagian atas dinding liang senggamaku yang ternyata mendatangkan  kenikmatan luar biasa yang belum pernah aku dapat dari laki-laki yang  pernah meniduriku sebelumnya.
  "Adduuhhh …. enak sekali … ooohhh…. … kontolnya ….tooo…..kontolmu enak  sekaliii …" aku mulai meracau dengan pilihan bahasa yang sudah tidak  terkontrol lagi.
  Aku lihat posisi Yanto kemudian berubah lagi dari berlutut menjadi  berjongkok sehingga dia bisa mengayun penisnya lebih panjang dan lebih  bertenaga. Badanku mulai terguncang-guncang dengan cukup keras oleh  ayunan pinggul Yanto. Ayunan penisnya yang panjang dan dalam seolah-olah  menembus sampai ke dalam rahimku secara terus menerus sampai akhirnya  aku mulai mencapai orgasmeku.
  "Yanntooooooo ….. aaaak …kkk…kuu…udd…da…aahh…mmaau… dddaaapaaat …" kata-kataku jadi terputus-putus karena guncangan badanku.
  Yanto merespon dengan mengurangi kecepatan ayunan penisnya sambil menurunkan kakiku dari bahunya.
  "Aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhh ……." Akhirnya gelombang orgasmeku datang  bergulung-gulung, bola mataku terangkat sesaat ke arah atas sehingga  tinggal putih matanya saja dan kedua tanganku meremas-remas buah dadaku  sendiri.
  Yanto memberikan kecupan-kecupan kecil saat nafasku masih terengah-engah  sambil tetap memaju mundurkan dengan pelan penisnya yang masih keras  menunggu aku siap kembali karena dia sendiri belum sampai ejakulasi.  Setelah nafasku mulai teratur, aku peluk Yanto lalu kami berciuman  dengan penuh gairah dan kepuasan untuk babak ke satu ini.
  "Lani, aku boleh minta masuk dari belakang ?" Bisiknya ditelingaku
  "Tentu saja sayang, kamu boleh minta apa saja dari aku …" Aku menjawab sambil tersenyum manis padanya.
  Yanto dengan hati-hati bangun dari atas tubuhku sampai berlutut, kemudian dengan pelan-pelan dia cabut penisnya dari vaginaku.
  "Uhhhhhhhh …." Aku medesah karena merasa geli bercampur nikmat saat penisnya dicabut.
  Aku lihat penis Yanto masih mengacung keras dan sedikit melengkung ke  atas, batang penisnya yang penuh dililit urat-urat terlihat sangat basah  oleh cairan vaginaku. Karpet yang tepat di bawah selangkanganku juga  sangat basah oleh cairanku yang langsung mengalir ke karpet tanpa  terhalang bulu-bulu kemaluanku. Vaginaku memang hanya berbulu sedikit  seperti anak-anak gadis yang baru mau puber, itupun hanya ada di bagian  atas dekat perutku, sehingga aku tidak perlu repot-repot lagi  mencukurnya.
  "Ayo Lan, balikkan tubuh kamu" Pinta Yanto padaku
  Setelah berhasil mengankat tubuhku sediri, aku lalu membalikkan badan  untuk mengambil posisi menungging sebagai persiapan melakukan  persetubuhan doggy style sesuai permintaannya tadi. Aku rasakan Yanto  medekat karena penisnya sudah terasa menempel di belahan pantatku dekat  liang anus. Posisi kedua kakiku dia betulkan sedikit untuk  mempermudahnya melakukan penetrasi.
  BLESSSSS ………………... untuk kali kedua penisnya masuk ke dalam liang senggamaku dengan mulus
  "OOOOOHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH …………" Aku melenguh dengan kerasnya mengikuti masuknya penis tersebut.
  Kurasakan penis Yanto mulai bergerak maju mundur, bukan hanya karena  gerakan pinggulnya saja tapi juga karena dengan tangannya Yanto juga  menarik dan mendorong pinggulku sesuai dengan arah gerakan penisnya dia  sehingga aku seperti "ditabrak-tabrak" oleh penisnya.
  "Aaaarkkkhhh….aaaarrrrrkkkkkhhhh ….aaarrrkkkhhh " Aku terus-terusan mengerang kenikmatan
  PLEK … PLEK … PLEK … PLEK … terdengar suara pantatku yang beradu dengan pahanya Yanto.
  "AUUUUUHHHHHHH…..AHHHHHHHHH …..OOOUUUUUUUHHHHH" Aku mulai melolong-lolong dengan kerasnya.
  TREK … tiba-tiba kudengar suara pintu yang dibuka.
  "Neng Lani … ada apa Neng ?"
  Aku mendengar suara penjaga rumahku bertanya dengan suara gugup. Rupanya  dia dikagetkan saat mendengar lolonganku tadi yang membawanya datang  kemari, tapi akhirnya menjadi lebih kaget lagi setelah melihat  majikannya sedang disetubuhi oleh tamunya. Lagi pula siapa yang  menyangka kami akan nekat bersetubuh siang hari bolong di ruang keluarga  yang terbuka dan masih ada penghuni rumah lainnya.
  "Ga ada apa-apa kok Pak, saya sedang mijetin Neng Lani nih …"
  Kudengar Yanto menjawab dengan tenang tanpa ada nada kaget atau gugup  seolah-olah tidak terjadi apa-apa, bahkan tanpa menghentikan pompaan  penisnya. Hanya kecepatannya saja dikurangi sehingga tidak terdengar  lagi bunyi-bunyian heboh yang berasal dari beradunya kemaluan-kemaluan  kami
  "Ahhhh …aaaahhh …auhhhhh …"
  Aku tetap tidak mampu menahan erangan nikmatku walaupun aku sangat kaget  kepergok sedang bersetubuh oleh Mamang penjaga rumah yang sudah  megenalku sejak kecil
  "Aa..aduh punten Neng Lani … punten Agan … Mamang tidak tahu Agan-agan  sedang sibuk begini, Mamang tadi takut ada apa-apa denger suara Neng  Lani seperti menjerit" Lanjutnya dengan muka pucat setelah sadar apa  yang dilihatnya.
  "Ya sudah pak, Neng Lani juga ga apa-apa kok" Kudengar jawaban Yanto
  "Yaaa Mmmaammang … sayaa gaaaa apa-apa ko..ok….dududddduuuhhhh….ahhhhh  ….shhhhh " Aku coba bantu menjawab tanpa melihat ke arahnya tapi malah  jadi bercampur desahan karena aku benar-benar sedang dalam kendali  kenikmatan dari gerakan penis Yanto.
  "Nuhun upami kitu mah, mangga atuh Neng … mangga Agan … mangga  lajengkeun deui, Mamang mah mau ke belakang lagi" kata Mamang sebelum  kemudian berlalu menghilang di balik pintu.
  PLEK … PLEK … PLEK …PLEK …PLEK …Yanto kembali menggenjot penisnya dengan kecepatan penuh
  "Addduuuuhh….duhhh…terussss….terrruussss …..arrrrkkkkhhhh " Aku kembali  menjerit-jerit dan bahkan mungkin lebih keras lagi dari sebelumnya
  CROK … CROK …CROK … CROK….CROK …cairan vaginaku mulai membanjir lagi,  sebagian ada mengalir turun lewat kedua pahaku sebagian lagi ada yang  naik melalui belahan pantatku karena terpompa oleh penis Yanto. Kepergok  oleh penjaga rumah sedang bersetubuh memang menegangkan, tapi sekaligus  membuat aku semakin terangsang setelah melihat sendiri Yanto bisa  mengatasinya dengan tenang.
  "Geliiiiii …. Aduuuhh…geli sekaliiiii….uuuhhhhhh  ….oohhhhhh….Yantoo….geliii …" Teriakku saat jari-jari Yanto mulai  mempermainkan liang duburku yang telah basah oleh cairan dari vaginaku.
  "Sakkkiiiiit ….addudduuuh …. Sakitt….aarrrkkkhhhhh …." Jeritku ketika  Yanto malah memasukkan jari tangannya ke dalam liang duburku setelah  dilumasi cairan vaginaku terlebih dahulu. Saking sakitnya aku sampai  mencoba mengulurkan tangan kananku ke arah duburku untuk menepis  tangannya tapi tidak berhasil.
  Tapi seperti waktu pertama kali vaginaku diperawani oleh mantan suamiku  dulu, rasa sakit itu lama-lama hilang dan berganti menjadi rasa nikmat  yang sangat berbeda. Walaupun tidak senikmat penis Yanto yang ada di  liang senggamaku, tapi tambahan gerakan jarinya di liang duburku mulai  membuatku semakin bergairah.
  Tiba-tiba kurasakan gerakan Yanto menjadi tidak teratur lagi, penisnya  seperti berdenyut-denyut di dalam liang senggamaku sedangkan nafasnya  seperti ditahan-tahan. Mungkin Yanto akan ejakulasi ? Memikirkan hal  itu, aku menjadi tambah bergairah menuju orgasmeku yang kedua.
  "Lan… Lani…sepertinya aku sudah akan keluarrrr …. " Kata Yanto dengan sedikit tertahan
  "T…ttung…ggguu sebentar lagi To …. Lani juga sss … sudah …hhhaampir  dapppatt lagi" Aku berharap bisa orgasme barengan pada saat Yanto  ejakulasi, saat itu tangan kananku sudah kupakai menggesek-gesek  klitorisku sendiri.
  "Ahhhhh …" aku menjerit tertahan saat Yanto mencabut tangannya dari liang duburku
  Yanto sekarang memakai kedua tangannya itu untuk menahan pinggulku  sambil menekan-nekankan penisnya yang berdenyut makin kencang.
  "LANIIIIII …ga bisa aku tahan lagi …. aaaarrkkkkhhhhhhhhhhhhhhhh" Yanto mengerang tertahan saat ejakulasi
  SSSSSRRRRTTT….SSSSRRRTTTT….SSSSRRRRT…cccrrtt…cccrr  r…cccrrtt… aku  merasakan ada tiga kali semburan kuat dalam liang senggamaku diikuti  belasan semburan kecil. Semburan air mani yang hangat akhirnya membuat  aku juga segera mendapatkan orgasmeku yang kedua.
  "Yantooo…. Nikmat sekali ….aaaakkkkhhhhh ……duuuuhhh …. benar benar kamu  nikmat" aku mulai meracau dengan suara pelan karena sudah sangat lemas.
  Walaupun penis Yanto masih terasa keras setelah ejakulasi, badanku sudah  terlalu lemas untuk bisa menahan tubuhku sendiri dalam posisi  menungging. Aku pasrah saja ketika Yanto membalikkan badanku tanpa  melepaskan penisnya dari tubuhku. Walaupun kami bersetubuh cukup lama,  tapi tidak banyak keringat yang keluar dikarenakan udara Lembang yang  cukup sejuk, tapi aku lihat tubuh Yanto tetap agak berkilat oleh  keringatnya sendiri.
  Kami kemudian berciuman dan berpelukan lagi dengan mesra, tidak pernah  terlintas dalam pikiranku sampai pagi tadi sebelum berangkat ke sini  bahwa aku akan bersetubuh dengan sahabat dekatku sendiri. Tapi aku  hampir tidak ada rasa menyesal telah melakukannya, padahal waktu aku  pertama kali disetubuhi dosen pembimbingku ada rasa menyesal yang cukup  dalam.
  "Lani, kamu bisa menikmatinya sayang ?" Yanto berbisik di telingaku
  "Enak sekali To, baru kali ini aku merasakan nikmat yang luar biasa " Jawabku dengan lembut " Terima kasih ya To"
  Yanto membalasnya dengan kembali memangut bibirku dengan lembut di sisi  lain aku merasakan Yanto mulai menggerakkan penisnya maju mundur lagi  walaupun masih dengan perlahan. Saat itu aku sudah sangat kelelahan  dengan persetubuhan dua babak tadi sehingga tidak siap untuk melanjutkan  ke babak berikutnya.
  "To, aku udah kecapean sekarang … kalau kamu masih mau lagi, kita  lanjutkan setelah aku istirahat sebentar. Boleh kan ya sayang ?" Aku  coba menolak Yanto melanjutkan niatnya dengan sehalus mungkin.
  Yanto rupanya bisa mengerti dan menghentikan gerakan penisnya, sebagai  gantinya aku melakukan kontraksi pada otot-otot vaginaku untuk  "meremas-remas" penis Yanto yang masih keras saja sampai sekarang  walaupun sudah berejakulasi. Dia kelihatannya sangat menikmatinya sampai  akhirnya berejakulasi lagi walaupun semprotannya jauh lebih lemah dan  lebih sedikit dari yang pertama.
  "Uuuuuuuuhhhhhh …." Aku kembali melenguh saat Yanto menarik penisnya yang mulai melunak.
  Kami kemudian melanjutkan obrolan kami tanpa mengenakan pakaian dulu,  tapi aku tetap menutup badanku dengan selimut yang disediakan dekat  perapian karena walau bagaimanapun aku masih ada sedikit perasaan risi  bertelanjang bulat di depan sahabat laki-lakiku. Yanto ternyata sangat  kaget waktu mengetahui aku tidak memakai kontrasepsi dan sangat menyesal  sudah mengeluarkan spermanya di dalam tubuhku. Aku coba tenangkan  dirinya bahwa akulah yang menginginkan dia berejakulasi di dalam  tubuhku, lagi pula selama ini baik mantan suamiku maupun dosen  pembimbingku selalu mengeluarkannya di dalam dan aku hanya bisa hamil di  tahun pertama pernikahan kami.
  Aku juga ceritakan bahwa baru dengan Yanto aku bisa dua kali mengalami  orgasme dalam sekali bersetubuh sampai aku merasa kepayahan, padahal  sebelumnya hanya kadang-kadang saja bisa sampai orgasme. Yanto bilang  bahwa dia selalu berusaha mendahulukan pasangan-pasangannya mendapat  orgasme duluan, minimal sekali, sebelum dia berejakulasi. Waktu aku  balik tanya memangnya sudah pernah meniduri berapa wanita, dia hanya  nyengir saja. Sekejap ada perasaan cemburu mengetahui bahwa aku bukan  perempuan satu-satunya selain istrinya yang dia tiduri, tapi aku  berusaha redam perasaan itu karena tujuan hubungan kami bukan seperti  itu.
  Yanto kemudian memintaku untuk bersedia melakukan variasi hubungan anal  dengannya, aku sempat kaget dan menolak permintaannya. Apalagi bila  mengingat sakitnya liang duburku waktu dia memasukkan jari tangannya,  apalagi kalau penisnya yang besar dan keras itu ? Tapi waktu aku melihat  pandangan memohonnya, hatiku menjadi luluh dan bilang ke dia bahwa aku  tidak mau sering-sering melakukannya karena takut bentuk anusku berubah  drastis.
  Kami kemudian sempat tertawa-tawa waktu membahas tentang peristiwa  tertangkap basah oleh Mamang penjaga rumah sedang bersetubuh secara  langsung akibat lolongan dan jeritan erotisku. Aku i memang dikenal oleh  orang lain sebagai orang yang kalem sehingga kalau sampai menjeri-jerit  tentu saja akan mengagetkan mereka. Aku yakinkan Yanto bahwa akan bisa  mengatasi Mamang penjaga rumah supaya tidak menceritakan kejadian ini  kepada keluargaku atau orang lain. Aku cuma menyesal Mamang itu sudah  melihat tubuh telanjangku dalam posisi dan ekspresi yang sangat  merangsang pikiran laki-laki.
  Setelah hampir dua jam beristirahat, aku berkata kepada Yanto bahwa aku  belum melihat bentuk persisnya penis dia saat ereksi karena ketika tadi  sedang ereksi hampir selalu berada dalam vaginaku. Yanto balas menjawab  bahwa dia juga tidak sempat memperhatikan dengan teliti bentuk vaginaku,  oleh karena itu dia mengajak aku untuk langsung melakukan foreplay saja  dengan posisi 69. Dengansedikit tersipu aku sempat balik bertanya  tentang apa yang dimaksud posisi 69 karena soal teknik seks aku sangat  awam.
  Akhirnya kami mulai melakukan posisi 69 itu dengan aku berada di atas  karena benar-benar ingin melihat biangnya rasa nikmatku tadi. Ternyata  memang diameter penisnya Yanto sangat besar saat ereksi walaupun biasa  saja panjangnya. Tetapi yang istimewa adalah tonjolan urat-urat pembuluh  darah yang mengelilinginya sepeti ulir sekrup yang membuat gesekan pada  dinding vaginaku lebih terasa nikmat.
  Tak lama kemudian kami mulai bergumul lagi dengan berahi yang lebih  panas karena melakukannya dengan kesadaran penuh bukan lagi karena  reaksi spontan seperti sebelumnya. Aku mengambil posisi di atas dia  sehingga bisa mengendalikan bagian mana saja dari liang senggamaku yang  ingin di sentuh penisnya. Sedangkan Yanto sendiri selain meremas buah  dadaku dan menghisap putingnya, juga mempermainkan kelentitku dengan  jari-jarinya. Akhirnya aku mencapai orgasme pertama yang sangat nikmat  sekaligus lelahkan untuk babak ke dua ini.
  Yanto kemudian menagih janjiku untuk berhubungan secara anal sesaat  setelah orgasme pertamaku, sehingga aku kembali dalam posisi menungging.  Sekarang penis Yanto langsung masuk ke liang duburku setelah dibasahi  dulu dengan cairan vaginaku yang menetes. Aku benar-benar merasa  kesakitan yang luar biasa saat penisnya masuk ke dalam lubang duburku  yang ototnya masih kaku. Bahkan aku sempat menjerit jerit kesakitan  sebelum akhirnya mulai merasakan nikmatnya hubungan anal bahkan bisa  sampai mendapat orgasme walaupun tidak hebat penetrasi di vagina.
  Setelah orgasme keduaku pada anal, Yanto kembali menyetubuhiku secara  konvensional sampai aku mencapai orgasme ketiga padahal Yanto belum juga  mendapat ejakulasinya . Saat itu aku benar-benar sudah kepayahan  menerima serbuanny sehingga akhirnya aku terpaksa memohon untuk berhenti  karena vaginaku sudah seperti hampir mati rasa. Dengan penuh pengertian  Yanto menghentikan aktivitasnya walaupun terlihat ada rasa kecewa di  matanya.
  Karena hari sudah menjelang malam, setelah beristirahat sebentar sambil  berciuman, kami bersiap-siap untuk kembali ke Bandung. Sebelum pulang  aku berwanti-wanti kepada Mamang penjaga rumah supaya tidak perlu  bercerita tentang apa yang dilihatnya karena kami melakukannya sebagai  orang dewasa yang saling membutuhkan dan saling suka satu sama lainnya.  Si Mamang bilang dia mengerti sebagai janda tentunya aku butuh laki-laki  yang menemani saat kesepian.
  Dalam perjalanan pulang aku menawarkan ke Yanto untuk melakukan seks  oral di mobil sambil berjalan sampai dia bisa ejakulasi. Aku menawarkan  itu karena merasa bersalah telah menyia-nyiakan sahabatku yang telah  memberikan kenikmatan yang bertubi-tubi ditambah beberapa petualangan  seks yang sangat baru buatku termasuk juga petualangan kepergok Mamang  yang mendebarkan. Yanto tentu saja menyambutnya dengan antusias dan dia  memintaku untuk melepas BHku supaya sambil di oral dia bisa membalas  dengan permainan tangannya pada buah dadaku. Dengan nekat aku lalu mencopot BHku saat mobil berjalan yang artinya aku  harus melepas kaosku dahulu sebelum melepaskan BHnya itu. Sebuah mobil  sempat memberi lampu jauh saat aku bertelanjang dada, aku tidak tahu  apakah pengemudinya sempat melihat kondisiku saat itu.
  Dengan sabar aku mulai melakukan seks oral sedangkan Yanto mengemudikam  mobil Audi A4 Triptroniknya hanya dengan satu tangan saja karena tangan  kirinya dipakai untuk memainkan buah dadaku. Aku sempat bergurau bahwa  penisnya dia sangat "yummie" sehingga tidak membosankan untuk dikulum  dimulut atau digesek-gesek di vagina.
  Sekarang aku mengerti kenapa Yanto mau bersusah-susah memainkan buah  dadaku sambil mengemudi karena ternyata rangsangannya pada buah dadaku  itu membuatku banyak melakukan gerakan spontan pada mulutku saat  mengulum penisnya yang membuatnya merasa lebih nikmat. Walaupun aku  sudah berusaha maksimal, tapi Yanto belum saja berejakulasi padahal  sudah dekat rumahku. Tepat ketika mobilnya sudah berhenti di depan pintu  pagar rumahku, Yanto tiba tiba menekan kepalaku dengan kedua tangannya  sampai batang penisnya amblas menyodok masuk ke kerongkonganku dan ….
  CRUT…CRUT…CRUT …CRUT … penisnya memuntahkan air mani yang sangat banyak yang terpaksa aku telan langsung ke perutku
  "Aaaaahhhh …." Kudengar suara Yanto mengerang nikmat
  Aku coba berontak karena hampir tidak bisa bernafas, tapi Yanto hanya melonggarkan sedikit tekanan tangannya
  Crut …crut …crut …crut … masih ada beberapa semprotan lagi yang keluar  dari penisnya berceceran di dalam rongga mulutku, malah ada beberapa  yang menempel di bibir, pipi dan hidungku.
  Ketika aku bangun dari pangkuan Yanto, aku lihat si Bibi sedang membuka  pintu pagar dan anakku menunggu di pintu garasi. Dengan terburu-buru aku  menyambar tisu yang disodorkan oleh Yanto yang sedang tersenyum nakal.  Aku hanya sempat menghapus mukaku sekenanya karena takut anakku datang  mendekat dan melihat penisnya Yanto yang tetap mengacung setelah  ejakulasi. Saat aku turun dari mobil malah aku lupa membawa BHku yang  ada di jok belakang.
  Waktu aku mencium anakku, dia sempat berkomentar kenapa mamanya lengket-lengket dan mulutnya rada ada bau amis.
  Yanto memang memberiku banyak petualangan seks yang tidak pernah aku  bayangkan sampai umurku yang bisa dibilang matang ini walaupun frekuensi  pertemuan kami tidak terlalu sering. Aku hanya berhubungan badan dengan  dia saat aku benar-benar membutuhkannya atau karena Yanto memang  memintanya. Aku ingin tetap hubungan kami hanya sebagai sahabat karena  hubungan persahabatanku dengan Yanto jauh lebih berharga dari pada  kebutuhanku mencari pasangan hidup.
  Setiap kali berhubungan badan aku selalu memaksanya untuk ejakulasi di  dalam, aku tidak mau ejakulasinya di luar ataupun memakai kondom  walaupun dia sangat khawatir karena merasa spermanya sangat subur.  Akhirnya kekhawatiran Yanto terbukti karena kemudian aku hamil, bahkan  sampai mencapai usia 10 minggu janin yang aku kandung. Asalnya aku tidak  percaya sampai diperiksa oleh temanku sesama dokter dengan menggunakan  alat USG. Karena hubunganku dengan Yanto belum mencapai 3 bulan, berarti  janin itu berasal dari hubungan seks kami yang awal-awal.
  Dengan umur kandungan yang sudah besar, akhirnya aku minta tolong  temanku untuk merekomendasikan dokter koleganya di luar kota untuk  membantu menggugurkannya. Aku tidak mau di kuret di kotaku karena dapat  menimbulkan kehebohan besar.
  Dengan pengalaman ini akhirnya aku berinisiatif pasang IUD sehingga  Yanto tetap bisa leluasa berejakulasi di dalam tubuhku seperti  keinginanku.
  Petualanganku denga Yanto akhirnya terhenti setelah dua tahun ketika ada  dokter yang melamarku dan memboyongku ke luar kota. Bukannya aku tidak  ingin setia pada suamiku yang baru, tapi sebenarnya aku sering  merindukan belaian keintiman khas Yanto mengingat dasar hubungan seks  kami yang istimewa. Walaupun dia selalu menjawab komunikasi dariku, tapi  dia tidak pernah lagi memintaku untuk melayaninya seperti yang dulu dia  lakukan kalau dia sedang membutuhkan seks. Padahal tinggal dia minta,  aku pasti pergi ke kotanya dengan cara apapun hanya untuk melayani  kebutuhannya. Tapi kalau kebetulan aku tahu dia sedang ada di kotaku,  Yanto tidak pernah menolak kunjunganku ke hotelnya untuk melepas rindu  akan siraman air maninya.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
   Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - abg vs pembantu               May 13th 2013, 05:13                                                Aku terbangun karena hp ku berdering. Kulihat Dina, abg yang kugarap  tadi malam, masih terlelap. Toketnya yang montok bergerak seiring dengan  tarikan napasnya. Pengen aku menggelutinya lagi, tetapi temanku Ardi  sedang menunggu diujung hp. Aku keluar kamar supaya Dina gak terganggu  dengan pembicaraanku. "Baru bangun ya", terdengar suara Ardi diujung  sana. "Iya, mau ngapain pagi gini dah nelpon, masih ngantuk", jawabku.  "Gini ari baru bangun, udah jam 10 nih. Pasti ngegarap abg ya". "La iya  lah", jawabku. "Ada apa". "Tukeran abg yuk, aku semalam main ama  pembantu sebelah". "Pembantu? emangnya gak ada cewek yang lain", kataku,  rada kesel. Masak Dina mau dituker ama pembantu. "Tunggu dulu, biar  pembantu Ana cantik kaya anak gedongan. Bodinya montok banget dan  napsunya gede banget, maunya terus2an main. Kamu pasti puas lah main ama  dia". "Masak sih, kalo cewekku Dina, anak skolahan, montok dan binal  kalo di ranjang", jawabku lagi. "Ya udah, kita tukeran aja, mau enggak.  Kalo mau aku ama Ana cabut kerumahmu sekarang". Aku tertarik juga dengan  tawaran, pengen juga aku ngeliat kaya apa sih pembantu yang katanya  kaya anak gedongan, "Ok, dateng aja". Pembicaraan terhenti. Aku kembali  ke kekamar.   Dina udah bangun. "Ada apa om, mau maen lagi gak", katanya sambil  tersenyum. "Belum puas semalem ya Din. Temen om tadi nelpon ngajakin om  tuker pasangan. Dina mau gak maen ama temennya om. Dia juga ahli kok  nggarap cewek abg kaya Dina", jawabku. "Kalo nikmat ya Dina sih mau  aja", Dina bangun dari tempat tidur dan masuk kamar mandi. Aku  menyusulnya. Sebenarnya aku napsu lagi ngeliat Dina yang masih telanjang  bulat, tetapi karena Ana mau dateng ya aku tahan aja napsuku. Kita  mandi sama sambil saling menyabuni sehingga kon tolku ngaceng lagi. "Om,  kon tolnya ngaceng lagi tuh, maen lagi yuk", ajak Dina sambil ngocok  kon tolku. "Kan Dina mau maen ama temennya om, nanti aja maennya. Temen  om ama ceweknya lagi menuju kemari", jawabku. Sehabis mandi, kita  sarapan dulu. Dina tetep aja bertelanjang bulat sementara aku cuma pake  celana pendek saja. Selesai makan aku menarik Dina saung dipinggir kolam  renang yang ada dibelakang rumahku. Dina kupeluk dan kuciumi sementara  tanganku sibuk meremes2 toket montoknya. Dinapun gak mau kalah, kon  tolku digosok2nya dari luar celana ku.   Sedang asik, Ardi dan Ana datang. Ardi sudah biasa kalo masuk rumahku  langsung nyelonong aja kedalem, karena kami punya kunci rumah masing2.  Ana ternyata cantik juga, seperti bintang sinetron berdarah arab yang  aku lupa namanya. Ana make pakean ketat, sehingga toketnya yang besar  tampak sangat menonjol. Pantatnya yang besar juga tampak sangat  menggairahkan. Ana terkejut melihat Dina yang bertelanjang bulat.  Kuperkenalkan Dina pada Ardi, Ardi langsung menggandeng Dina masuk ke  rumah.   "An, Ardi bilang dia nikmat banget ngen tot sama kamu, no nok kamu bisa  ngempot ya, aku jadi kepingin ngerasain diempot juga", kataku sambil  mencium pipinya. "An, kamu napsuin banget, tetek besar dan pantat juga  besar". "Dina kan juga napsuin pak", jawabnya sambil duduk disebelahku  di dipan. "Jangan panggil pak dong, panggil om. Kan saya belum tua",  kataku sambil memeluknya. Kucium pipinya sambil jemariku membelai-belai  bagian belakang telinganya. Matanya terpejam seolah menikmati usapan  tanganku. Kupandangi wajahnya yang manis, hidungnya yang mancung lalu  bibirnya. Tak tahan berlama-lama menunggu akhirnya aku mencium bibirnya.  Kulumat mesra lalu kujulurkan lidahku. Mulutnya terbuka perlahan  menerima lidahku. Lama aku mempermainkan lidahku di dalam mulutnya.  Lidahnya begitu agresif menanggapi permainan lidahku, sampai-sampai  nafas kami berdua menjadi tidak beraturan. Sesaat ciuman kami terhenti  untuk menarik nafas, lalu kami mulai berpagutan lagi dan lagi. Kubelai  pangkal lengannya yang terbuka. Kubuka telapak tanganku sehingga  jempolku bisa menggapai permukaan dadanya sambil membelai pangkal  lengannya. Bibirku kini turun menyapu lehernya seiring telapak tanganku  meraup toketnya. Ana menggeliat bagai cacing kepanasan terkena terik  mentari. Suara rintihan berulang kali keluar dari mulutnya di saat  lidahku menjulur menikmati lehernya yang jenjang. "Om…." Ana memegang  tanganku yang sedang meremas toketnya dengan penuh napsu. Bukan untuk  mencegah, karena dia membiarkan tanganku mengelus dan meremas toketnya  yang montok."An, aku ingin melihat toketmu", ujarku sambil mengusap  bagian puncak toketnya yang menonjol. Dia menatapku. Ana akhirnya  membuka tank top ketatnya di depanku. Aku terkagum-kagum menatap  toketnya yang tertutup oleh BH berwarna hitam. Toketnya begitu  membusung, menantang, dan naik turun seiring dengan desah nafasnya yang  memburu. Sambil berbaring Ana membuka pengait BH-nya di punggungnya.  Punggungnya melengkung indah. Aku menahan tangan Ana ketika dia mencoba  untuk menurunkan tali BH-nya dari atas pundaknya. Justru dengan keadaan  BH-nya yang longgar karena tanpa pengait seperti itu membuat toketnya  semakin menantang. "toketmu bagus, An", aku mencoba mengungkapkan  keindahan pada tubuhnya. Perlahan aku menarik turun cup BH-nya. Mata Ana  terpejam. Perhatianku terfokus ke pentilnya yang berwarna kecoklatan.  Lingkarannya tidak begitu besar sedang ujungnya begitu runcing dan kaku.  Kuusap pentilnya lalu kupilin dengan jemariku. Ana mendesah. Mulutku  turun ingin mencicipi toketnya. "Egkhh.." rintih Ana ketika mulutku  melumat pentilnya.   Kupermainkan dengan lidah dan gigiku. Sekali-sekali kugigit pentilnya  lalu kuisap kuat-kuat sehingga membuat Ana menarik rambutku. Puas  menikmati toket yang sebelah kiri, aku mencium toket Ana yang satunya  yang belum sempat kunikmati. Rintihan-rintihan dan desahan kenikmatan  keluar dari mulut Ana. Sambil menciumi toket Ana, tanganku turun  membelai perutnya yang datar, berhenti sejenak di pusarnya lalu perlahan  turun mengitari lembah di bawah perut Ana. Kubelai pahanya sebelah  dalam terlebih dahulu sebelum aku memutuskan untuk meraba no noknya yang  masih tertutup oleh celana jeans ketat yang dikenakan Ana. Aku secara  tiba-tiba menghentikan kegiatanku lalu berdiri di samping dipan. Ana  tertegun sejenak memandangku, lalu matanya terpejam kembali ketika aku  membuka jeans warna hitamnya. Aku masih berdiri sambil memandang tubuh  Ana yang tergolek di dipan, menantang. Kulitnya yang tidak terlalu putih  membuat mataku tak jemu memandang. Perutnya begitu datar. Celana jeans  ketat yang dipakainya telihat terlalu longgar pada pinggangnya namun  pada bagian pinggulnya begitu pas untuk menunjukkan lekukan pantatnya  yang sempurna. Puas memandang tubuh Ana, aku lalu membaringkan tubuhku  disampingnya. Kurapikan untaian rambut yang menutupi beberapa bagian  pada permukaan wajah dan leher Ana. Kubelai lagi toketnya. Kucium  bibirnya sambil kumasukkan air liurku ke dalam mulutnya. Ana menelannya.  Tanganku turun ke bagian perut lalu menerobos masuk melalui pinggang  celana jeans Ana yang memang agak longgar. Jemariku bergerak lincah  mengusap dan membelai selangkangan Ana yang masih tertutup CDnya. jari  tengah tanganku membelai permukaan CDnya tepat diatas no noknya, basah.  Aku terus mempermainkan jari tengahku untuk menggelitik bagian yang  paling pribadi tubuh Ana. Pinggul Ana perlahan bergerak ke kiri, ke  kanan dan sesekali bergoyang untuk menetralisir ketegangan yang  dialaminya.     aku menyuruh Ana untuk membuka celana jeans yang dipakainya. Tangan  kanan Ana berhenti pada permukaan kancing celananya. Ana lalu membuka  kancing dan menurunkan reitsliting celana jeansnya. CD hitam yang  dikenakannya begitu mini sehingga jembut keriting yang tumbuh di sekitar  no noknya hampir sebagian keluar dari pinggir CDnya. Aku membantu  menarik turun celana jeans Ana. Pinggulnya agak dinaikkan ketika aku  agak kesusahan menarik celana jeans Ana. Akupun melepas celana pendekku.  Posisi kami kini sama-sama tinggal mengenakan CD. Tubuhnya semakin  seksi saja. Pahanya begitu mulus. Memang harus kuakui tubuhnya begitu  menarik dan memikat, penuh dengan sex appeal. Kami berpelukan. Kutarik  tangan kirinya untuk menyentuh kon tolku dari luar CD ku. "Oh.." Ana  menyentuh kon tolku yang tegang. "Kenapa, An?" tanyaku. Ana tidak  menjawab, malah melorotkan CD ku. Langsung kon tolku yang panjangnya  kira-kira 18 cm serta agak gemuk dibelai dan digenggamnya. Belaiannya  begitu mantap menandakan Ana juga begitu piawai dalam urusan yang satu  ini. "Tangan kamu pintar juga ya, An,"´ ujarku sambil memandang  tangannya yang mengocok kon tolku. "Ya, mesti dong!" jawabnya sambil  cekikikan. "Om sama Dina semalem maen berapa kali?" tanyanya sambil  terus mengurut-urut kon tolku. "Kamu sendiri semalem maen berapa kali  sama Ardi?" aku malah balik berrtanya. Mendapat pertanyaan seperti itu  entah kenapa nafsuku tiba-tiba semakin liar. Ana akhirnya bercerita  kalau Ardi napsu sekali tadi malem menggeluti dia. Mau berapa kali Arif  meminta, Ana pasti melayaninya. Mendengar perjelasan begitu jari-jariku  masuk dari samping CD langsung menyentuh bukit no nok Ana yang sudah  basah. Telunjukku membelai-belai i tilnya sehingga Ana keenakan. "Kamu  biasa ngisep kan, An?" tanyaku. Ana tertawa sambil mencubit kon tolku.  Aku meringis. "Kalo punya om mana bisa?" ujarnya. "Kenapa memangnya?"  tanyaku penasaran. "Nggak muat di mulutku," selesai berkata demikian Ana  langsung tertawa kecil. "Kalau yang dibawah, gimana?" tanyaku lagi  sambil menusukkan jari tengahku ke dalam no noknya. Ana merintih sambil  memegang tanganku. Jariku sudah tenggelam ke dalam liang no noknya. Aku  merasakan no noknya berdenyut menjepit jariku. Ugh, pasti nikmat sekali  kalau kon tolku yang diurut, pikirku. Segera CD nya kulepaskan.   Perlahan tanganku menangkap toketnya dan meremasnya kuat. Ana meringis.  Diusapnya lembut kon tolku keras banget. Tangannya begitu kreatif  mengocok kon tolku sehingga aku merasa keenakan. Aku tidak hanya tinggal  diam, tanganku membelai-belai toketnya yang montok. Kupermainkan  pentilnya dengan jemariku, sementara tanganku yang satunya mulai meraba  jembut lebat di sekitar no nok Ana. kuraba permukaan no nok Ana. Jari  tengahku mempermainkan i tilnya yang sudah mengeras. kon tolku kini  sudah siap tempur dalam genggaman tangan Ana, sementara no nok Ana juga  sudah mulai mengeluarkan cairan kental yang kurasakan dari jemari  tanganku yang mengobok-obok no noknya. Kupeluk tubuh Ana sehingga kon  tolku menyentuh pusarnya. Tanganku membelai punggung lalu turun meraba  pantatnya yang montok. Ana membalas pelukanku dengan melingkarkan  tangannya di pundakku. Kedua telapak tanganku meraih pantat Ana, kuremas  dengan sedikit agak kasar lalu aku menaiki tubuhnya. Kaki Ana dengan  sendirinya mengangkang. Kuciumi lagi lehernya yang jenjang lalu turun  melumat toketnya. Telapak tanganku terus membelai dan meremas setiap  lekuk dan tonjolan pada tubuh Ana. Aku melebarkan kedua pahanya sambil  mengarahkan kon tolku ke bibir no noknya. Ana mengerang lirih. Matanya  perlahan terpejam. Giginya menggigit bibir bawahnya untuk menahan laju  birahinya yang semakin kuat. Ana menatap aku, matanya penuh nafsu seakan  memohon kepadaku untuk memasuki no noknya."Aku ingin mengen totmu, An"  bisikku pelan, sementara kepala kon tolku masih menempel di belahan no  nok Ana. Kata ini ternyata membuat wajah Ana memerah. Ana menatapku  sendu lalu mengangguk pelan sebelum memejamkan matanya. aku  berkonsentrasi penuh dengan menuntun kon tolku yang perlahan menyusup ke  dalam no nok Ana.   Terasa seret, memang, nikmat banget rasanya. Perlahan namun pasti kon  tolku membelah no noknya yang ternyata begitu kencang menjepit kon  tolku. no noknya begitu licin hingga agak memudahkan kon tolku untuk  menyusup lebih ke dalam. Ana memeluk erat tubuhku sambil membenamkan  kuku-kukunya di punggungku hingga aku agak kesakitan. Namun aku tak  peduli. "Om, gede banget, ohh.." Ana menjerit lirih. Tangannya turun  menangkap kon tolku. "Pelan om". Soalnya aku tahu pasti ukuran kon tol  Ardi tidaklah sebesar yang kumiliki. Akhirnya kon tolku terbenam juga di  dalam no nok Ana. Aku berhenti sejenak untuk menikmati  denyutan-denyutan yang timbul akibat kontraksi otot-otot dinding no nok  Ana. Denyutan itu begitu kuat sampai-sampai aku memejamkan mata untuk  merasakan kenikmatan yang begitu sempurna. Kulumat bibir Ana sambil  perlahan-lahan menarik kon tolku untuk selanjutnya kubenamkan lagi. Aku  menyuruh Ana membuka kelopak matanya. Ana menurut. Aku sangat senang  melihat matanya yang semakin sayu menikmati kon tolku yang keluar masuk  dari dalam no noknya. "Aku suka no nokmu, An.. no nokmu masih rapet"  ujarku sambil merintih keenakan. Sungguh, no nok Ana enak sekali. "Kamu  enak kan, An?" tanyaku lalu dijawab Ana dengan anggukan kecil. Aku  menyuruh Ana untuk menggoyangkan pinggulnya. Ana langsung mengimbangi  gerakanku yang naik turun dengan goyangan memutar pada pinggangnya.  "Suka kon tolku, An?" tanyaku lagi. Ana hanya tersenyum. kon tolku  seperti diremas-remas ditambah jepitan no noknya. "Ohh.. hh.." aku  menjerit panjang. Rasanya begitu nikmat. Aku mencoba mengangkat dadaku,  membuat jarak dengan dadanya dengan bertumpu pada kedua tanganku. Dengan  demikian aku semakin bebas dan leluasa untuk mengeluar-masukkan kon  tolku ke dalam no nok Ana.   Kuperhatikan kon tolku yang keluar masuk dari dalam no noknya. Dengan  posisi seperti ini aku merasa begitu jantan. Ana semakin melebarkan  kedua pahanya sementara tangannya melingkar erat di pinggangku. Gerakan  naik turunku semakin cepat mengimbangi goyangan pinggul Ana yang semakin  tidak terkendali. "An.. enak banget, kamu pintar deh." ucapku keenakan.  "Ana juga, om", jawabnya. Ana merintih dan mengeluarkan erangan-erangan  kenikmatan. Berulang kali mulutnya mengeluarkan kata, "aduh" yang  diucapkan terputus-putus. Aku merasakan no nok Ana semakin berdenyut  sebagai pertanda Ana akan mencapai puncak pendakiannya. Aku juga  merasakan hal yang sama dengannya, namun aku mencoba bertahan dengan  menarik nafas dalam-dalam lalu bernafas pelan-pelan untuk menurunkan  daya rangsangan yang kualami. Aku tidak ingin segera menyudahi permainan  ini hanya dengan satu posisi saja. Aku mempercepat goyanganku ketika  kusadari Ana hampir nyampe. Kuremas toketnya kuat seraya mulutku  menghisap dan menggigit pentilnya. Kuhisap dalam-dalam. "Ohh.. hh..  om.." jerit Ana panjang. Aku membenamkan kon tolku kuat-kuat ke no  noknya sampai mentok agar Ana mendapatkan kenikmatan yang sempurna.  Tubuhnya melengkung indah dan untuk beberapa saat lamanya tubuhnya  kejang. Kepalaku ditarik kuat terbenam diantara toketnya. Pada saat  tubuhnya menyentak-nyentak aku tak sanggup untuk bertahan lebih lama  lagi. "An, aakuu.. keluaarr, Ohh.. hh.." jeritku. Ana yang masih  merasakan orgasmenya mengunci pinggangku dengan kakinya yang melingkar  di pinggangku. Saat itu juga aku memuntahkan peju hangat dari kon tolku.  Kurasakan tubuhku bagai melayang. secara spontan Ana juga menarik  pantatku kuat ke tubuhnya. Mulutku yang berada di belahan dada Ana  kuhisap kuat hingga meninggalkan bekas merah pada kulitnya. Telapak  tanganku mencengkram toket Ana. Kuraup semuanya sampai-sampai Ana  kesakitan. Aku tak peduli lagi. Pejuku akhirnya muncrat membasahi no  noknya. Aku merasakan nikmat yang tiada duanya ditambah dengan goyangan  pinggul Ana pada saat aku mengalami orgasme. Tubuhku akhirnya lunglai  tak berdaya di atas tubuh Ana. kon tolku masih berada di dalam no nok  Ana. Ana mengusap-usap permukaan punggungku. "Ana puas sekali dien tot  om," katanya. Aku kemudian mencabut kon tolku dari no noknya. Dari dalam  Ardi keluar sudah berpakaian lengkap. "Pulang yuk An, sudah sore",  ajaknya.   Aku masuk kembali ke kamar. Dina ada di kamar mandi dan terdengar shower  nyala. Aku bisa mendengarnya karena pintu kamar mandi tidak ditutup.  Tak lama kemudian, shower terdengar berhenti dan Dina keluar hanya  bercelana pendek. Ganti aku yg masuk ke kamar mandi, aku hanya  membersihkan tubuhku. Keluar dari kamar mandi, Dina berbaring diranjang  telanjang bulat. "Kenapa Din, lemes ya dien tot Ardi", kataku. "Lebih  enak ngen tot sama om, kon tol om lebih besar soalnya", jawab Dina  tersenyum. "Malem ini kita men lagi ya om". Hebat banget Dina, gak ada  matinya. Pengennya dien tot terus. "Ok aja, tapi sekarang kita cari  makan dulu ya, biar ada tenaga bertempur lagi nanti malem", kataku  sambil berpakaian. Dina pun mengenakan pakaiannya dan kita pergi mencari  makan malem. Kembali ke rumah sudah hampir tengah malem, tadi kita  selain makan santai2 di pub dulu.   Di kamar kita langsung melepas pakaian masing2 dan bergumul diranjang.  Tangan Dina bergerak menggenggam kon tolku. Aku melenguh seraya menyebut  namanya. Aku meringis menahan remasan lembut tangannya pada kon tolku.  Dina mulai bergerak turun naik menyusuri kon tolku yang sudah teramat  keras. Sekali-sekali ujung telunjuknya mengusap kepala kon tolku yang  sudah licin oleh cairan yang meleleh dari liangnya. Kembali aku melenguh  merasakan ngilu akibat usapannya. Kocokannya semakin cepat. Dengan  lembut aku mulai meremas-remas toketnya. Tangan Dina menggenggam kon  tolku dengan erat. Pentilnya kupilin2. Dina masukan kon tolku kedalam  mulutnya dan mengulumnya. Aku terus menggerayang toketnya, dan mulai  menciumi toketnya. Napsuku semakin berkobar. Jilatan dan kuluman Dina  pada kon tolku semakin mengganas sampai-sampai aku terengah-engah  merasakan kelihaian permainan mulutnya. Aku membalikkan tubuhnya hingga  berlawanan dengan posisi tubuhku. Kepalaku berada di bawahnya sementara  kepalanya berada di bawahku. Kami sudah berada dalam posisi enam  sembilan! Lidahku menyentuh no noknya dengan lembut. Tubuhnya langsung  bereaksi dan tanpa sadar Dina menjerit lirih. Tubuhnya meliuk-liuk  mengikuti irama permainan lidahku di no noknya. Kedua pahanya mengempit  kepalaku seolah ingin membenamkan wajahku ke dalam no noknya. kon tolku  kemudian dikempit dengan toketnya dan digerakkan maju mundur, sebentar.  Aku menciumi bibir no noknya, mencoba membukanya dengan lidahku.  Tanganku mengelus paha bagian dalam. Dina mendesis dan tanpa sadar  membuka kedua kakinya yang tadinya merapat. Aku menempatkan diri di  antara kedua kakinya yang terbuka lebar. kon tol kutempelkan pada bibir  no noknya. Kugesek-gesek, mulai dari atas sampai ke bawah. Naik turun.  Dina merasa ngilu bercampur geli dan nikmat. no noknya yang sudah banjir  membuat gesekanku semakin lancar karena licin. Dina terengah-engah  merasakannya. Aku sengaja melakukan itu. Apalagi saat kepala kon tolku  menggesek-gesek i tilnya yang juga sudah menegang. "Om.?" panggilnya  menghiba. "Apa Din", jawabku sambil tersenyum melihatnya tersiksa.  "Cepetan.." jawabnya. Aku sengaja mengulur-ulur dengan hanya  menggesek-gesekan kon tol. Sementara Dina benar-benar sudah tak tahan  lagi mengekang birahinya. "Dina sudah pengen dien tot om", katanya.   Dina melenguh merasakan desakan kon tolku yang besar itu. Dina menunggu  cukup lama gerakan kon tolku memasuki dirinya. Serasa tak sampai-sampai.  Maklum aja, selain besar, kon tolku juga panjang. Dina sampai menahan  nafas saat kon tolku terasa mentok di dalam, seluruh kon tolku amblas di  dalam. Aku mulai menggerakkan pinggulnya pelan2. Satu, dua dan tiga  enjotan mulai berjalan lancar. Semakin membanjirnya cairan dalam no  noknya membuat kon tolku keluar masuk dengan lancarnya. Dina mengimbangi  dengan gerakan pinggulnya. Meliuk perlahan. Naik turun mengikuti irama  enjotanku. Gerakan kami semakin lama semakin meningkat cepat dan  bertambah liar. Gerakanku sudah tidak beraturan karena yang penting  enjotanku mencapai bagian-bagian peka di no noknya. Dina bagaikan berada  di surga merasakan kenikmatan yang luar biasa ini. kon tolku menjejali  penuh seluruh no noknya, tak ada sedikitpun ruang yang tersisa hingga  gesekan kon tolku sangat terasa di seluruh dinding no noknya. Dina  merintih, melenguh dan mengerang merasakan semua kenikmatan ini. Dina  mengakui keperkasaan dan kelihaianku di atas ranjang. Yang pasti Dina  merasakan kepuasan tak terhingga ngen tot denganku. Aku bergerak semakin  cepat. kon tolku bertubi-tubi menusuk daerah-daerah sensitivenya. Dina  meregang tak kuasa menahan napsuku, sementara aku dengan gagahnya masih  mengayunkan pinggulku naik turun, ke kiri dan ke kanan. Erangannya  semakin keras. Melihat reaksinya, aku mempercepat gerakanku. kon tolku  yang besar dan panjang itu keluar masuk dengan cepatnya. Tubuhnya sudah  basah bermandikan keringat. Aku pun demikian. Dina meraih tubuhku untuk  didekap. Direngkuhnya seluruh tubuhku sehingga aku menindih tubuhnya  dengan erat. Dina membenamkan wajahnya di samping bahuku. Pinggul nya  diangkat tinggi-tinggi sementara kedua tangannya menggapai pantatku dan  menekannya kuat-kuat. Dina meregang. Tubuhnya mengejang-ngejang. "om..",  hanya itu yang bisa keluar dari mulutnya saking dahsyatnya kenikmatan  yang dialaminya nersamaku. Aku menciumi wajah dan bibirnya. Dina  mendorong tubuhku hingga terlentang. Dia langsung menindihku dan  menciumi wajah, bibir dan sekujur tubuhku. Kembali diemutnya kon tolku  yang masih tegak itu. Lidahnya menjilati, mulutnya mengemut. Tangannya  mengocok-ngocok kon tolku. Belum sempat aku mengucapkan sesuatu, Dina  langsung berjongkok dengan kedua kaki bertumpu pada lutut dan  masing-masing berada di samping kiri dan kanan tubuhku. no noknya berada  persis di atas kon tolku. "Akh!" pekiknya tertahan ketika kon tolku  dibimbingnya memasuki no noknya.   Tubuhnya turun perlahan-lahan, menelan seluruh kon tolku. Selanjutnya  Dina bergerak seperti sedang menunggang kuda. Tubuhnya melonjak-lonjak.  Pinggulnya bergerak turun naik. "Ouugghh.. Din.., luar biasa!" jeritku  merasakan hebatnya permainannya. Pinggulnya mengaduk-aduk lincah,  mengulek liar tanpa henti. Tanganku mencengkeram kedua toketnya, kuremas  dan dipilin-pilin. Aku lalu bangkit setengah duduk. Wajah kubenamkan ke  dadanya. Menciumi pentilnya. Kuhisap kuat-kuat sambil kuremas-remas.  Kami berdua saling berlomba memberi kepuasan. Kami tidak lagi merasakan  panasnya udara meski kamar menggunakan AC. Tubuh kami bersimbah peluh,  membuat tubuh kami jadi lengket satu sama lain. Dina berkutat  mengaduk-aduk pinggulnya. Aku menggoyangkan pantatku. Tusukan kon tolku  semakin cepat seiring dengan liukan pinggulnya yang tak kalah cepatnya.  Permainan kami semakin meningkat dahsyat. Sprei ranjang sudah tak karuan  bentuknya, selimut dan bantal serta guling terlempar berserakan di  lantai akibat pergulatan kami yang bertambah liar dan tak terkendali.  AKu merasa pejuku udah mau nyembur. Aku semakin bersemangat memacu  pinggulku untuk bergoyang. Tak selang beberapa detik kemudian, Dina pun  merasakan desakan yang sama. Dina terus memacu sambil menjerit-jerit  histeris. Aku mulai mengejang, mengerang panjang. Tubuhnya  menghentak-hentak liar. Akhirnya, pejuku nyemprot begitu kuat dan banyak  membanjiri no noknya. Dina pun rasanya tidak kuat lagi menahan desakan  dalam dirinya. Sambil mendesakan pinggulnya kuat-kuat, Dina berteriak  panjang saat mencapai puncak kenikmatan berbarengan denganku. Tubuh kami  bergulingan di atas ranjang sambil berpelukan erat. "om, nikmaat!"  jeritnya tak tertahankan. Dina lemes, demikian pula aku. Tenaga terkuras  habis dalam pergulatan yang ternyata memakan waktu lebih dari 1 jam!  akhirnya kami tertidur kelelahan.
 
 
 
 
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Nikmatnya Istri Karyawanku               May 13th 2013, 05:13                                                Hari itu salah seorang direktur perusahaan, Pak Freddy, sedang  mengadakan resepsi pernikahan anaknya di sebuah hotel bintang lima di  kawasan Senayan. Tentu saja akupun diundang, dan malam itu akupun  meluncur menuju tempat resepsi diadakan. Aku pergi bersama dengan Jason, temanku waktu kuliah di Amerika dahulu.  Sesampainya di hotel tampak para undangan sebagian besar membawa  pasangannya masing-masing. Iri juga melihat mereka ditemani oleh istri  dan anak mereka, sedangkan aku, karena masih bujangan, ditemani oleh si  bule ini. "Selamat malam Pak.." sapa seseorang agak mengagetkanku. Aku menoleh,  ternyata Lia sekretarisku yang menyapaku. Dia datang bersama  tunangannya. Tampak sexy dan cantik sekali dia malam itu, disamping juga  anggun. Berbeda sekali jika dibandingkan saat aku sedang menikmati  tubuhnya,.. Liar dan nakal. Dengan gaun malam yang berdada rendah,  belahan buah dadanya yang besar tampak menggoda. "Malam Lia" balasku. Mata Jason tak henti-hentinya menatap Lia, dengan  pandangan kagum. Lia hanya tersenyum manis saja dilihat dengan penuh  nafsu seperti itu. Tampak dia menjaga tingkah lakunya, karena  tunangannya berada di sampingnya. Kamipun lalu berbincang-bincang sekedarnya. Lalu akupun permisi hendak  menyapa para undangan lain yang datang, terutama para klienku. "Malam Pak Robert.." seorang wanita cantik tiba-tiba menyapaku. Dia  adalah Santi, istri dari Pak Arief, manajer keuangan di kantorku. Mereka  baru menikah sekitar tiga bulan yang lalu. "Oh Santi.. Malam" kataku "Pak Arief dimana?" "Sedang ke restroom.. Sendirian aja Pak?" tanyanya. "Sama teman" jawabku sambil memandangi dia yang malam itu tampak cantik  dengan gaun malamnya dengan anggun. Belahan gaunnya yang tinggi  memamerkan pahanya yang putih menggiurkan. Dadanya walaupun tak sebesar  Lia, tampak membusung menantang. "Makanya, cari istri dong Pak.. Biar ada yang nemenin" katanya sambil tersenyum manis. "Belum ada yang mau nih" "Ahh.. Bapak bisa saja.. Pasti banyak banget cewek yang mau sama bapak..  Kalau belum married saya juga mau lho.." jawabnya menggoda. Memang Santi ini rasanya punya perasaan tertentu padaku. Tampak dari cara bicaranya dan cara dia memandangku. "Oh.. Kalau saya sih mau lho sama kamu biarpun kamu sudah married" kataku sambil menatap wajahnya yang cantik. "Ah.. Pak Robert.. Bisa aja.." jawabnya sambil tersipu malu. "Bener lho mau aku buktiin?" godaku "Janganlah Pak.. Nanti kalau ketahuan suamiku bisa gawat" jawabnya perlahan sambil tersenyum. "Kalau nggak ketahuan gimana.. Nggak apa khan?" rayuku lagi. Santi tampak tersipu malu. Wah.. Aku mendapat angin nih.. Memang aku  sejak berkenalan dengan Santi beberapa bulan yang lalu sudah  membayangkan nikmatnya menyetubuhi wanita ini. Dengan kulit putih, khas  orang Bandung, rambut sedikit ikal sebahu, bibir tipis, dan masih muda  lagi. Dia baru berumur 24 tahunan."Gimana nih setelah kawin.. Enak  nggak? Pasti masih hot y. "Godaku lagi. "Biasa aja kok Pak.. Kadang enak.. Kadang nggak.. Tergantung moodnya" jawabnya lirih. Dari jawabannya aku punya dugaan bahwa Pak Arief ini tidak begitu  memuaskannya di atas tempat tidur. Mungkin karena usia Pak Arief yang  sudah berumur dibandingkan dengan dirinya yang masih penuh gejolak  hasrat seksual wanita muda. Pasti jarang sekali dia mengalami orgasme.  Uh.. Kasihan sekali pikirku. Tak lama Pak Ariefpun datang dari kejauhan. "Wah.. Pak Arief.. Punya istri cantik begini kok ditinggal sendiri" kataku menggoda. Santi tampak senang aku puji seperti itu. Tampak dari tatapan matanya yang haus akan kehangatan laki-laki tulen seperti aku ini. "Iya Pak.. Habis dari belakang nih" jawabnya. Tatapan matanya tampak  curiga melihat aku sedang mengobrol dengan istrinya yang jelita itu.  Mungkin dia sudah dengar kabar akan ke-playboyanku di kantor. "Ok saya tinggal dulu ya Pak Arief.. Santi" kataku lagi sambil ngeloyor  pergi menuju tempat hidangan.Aq punmenyantapnya nikmat. Maklum perutku  sudah keroncongan, terlalu banyak basa-basi dengan para tamu undangan  tadi. Kulihat si Jason masih ngobrol dengan Lia dan tunangannya. Ketika aku mencari Santi dengan pandanganku, dia juga sedang mencuri  pandang padaku sambil tersenyum. Pak Arief tampak sedang mengobrol  dengan tamu yang lain. Memang payah juga bapak yang satu ini, tidak bisa  membahagiakan istrinya. Santi kemudian berjalan mengambil hidangan, dan akupun pura-pura menambah hidanganku. "San.. Kita terusin ngobrolnya di luar yuk" ajakku berbisik padanya "Nanti saya dicari suami saya gimana Pak.." "Bilang aja kamu sakit perut.. Perlu ke toilet. Aku tunggu di  luar"Kataku sambil menahan nafsu melihat lehernya yang putih jenjang,  dan lengannya yang berbulu halus Tak lama Santipun keluar ruangan resepsi menyusulku. Kamipun pergi ke  lantai di atas, dan menuju toilet. Aku berencana untuk bermesraan dengan  dia di sana. Kebetulan aku tahu suasananya pasti sepi. Sebelum sampai  di toilet, ada sebuah ruangan kOsong,, sebuah meeting room, yang  terbuka. Wah kebetulan nih, pikirku. Kutarik Santi ke dalam dan kututup  pintunya. Tanpa basa-basi lagi, aku cium bibirnya yang indah itu. Santipun  membalas bergairah. Tangankupun bergerak merambahi buah dadanya,  sedangkan tanganku yang satu mencari kaitan retsleting di belakang  tubuhnya. Kulepas gaunnya sebagian sehingga tampak buah dadanya yang  ranum hanya tertutup BH mungil berwarna krem. Kuciumi leher Santi yang  jenjang itu, dan kusibakkan cup BHnya kebawah sehingga buah dadanya  mencuat keluar. Langsung kujilati dengan rakus buah dada itu, aku hisap  dan aku permainkan putingnya yang sudah mengeras dengan lidahku. "Oh.. Pak Robertt.." desah Santi sambil menggeliat. "Enak San.." "Enak Pak.. Terus Pak.." desahnya lirih. Tangankupun meraba pahanya yang mulus, dan sampai pada celana dalamnya.  Tampak Santi sudah begitu bergairah sehingga celananya sudah lembab oleh  cairan kewanitaannya. Santipun kemudian tak sabar dan membuka kancing kemeja batikku. Dicium  dan dijilatinya putingku.. Lalu terus ke bawah ke perutku. Kemudian dia  berlutut dan dibukanya retsleting celanaku, dan tangannya yang lentik  berbulu halus itu merogoh ke dalam mengeluarkan kemaluanku dari celana  dalamnya. Memang kami sengaja tidak mau telanjang bulat karena kondisi  yang tidak memungkinkan. "Ohh.. Besar sekali Pak Robert.. Santi suka.." katanya sambil mengagumi kemaluanku dari dekat. "Memang punya suamimu seberapa?" tanyaku tersenyum menggoda. "Mungkin cuma separuhnya Pak Robert.. Oh.. Santi suka.." katanya tak  melanjutkan lagi jawabannya karena mulutnya yang mungil itu sudah  mengulum kemaluanku. "Enak Pak?" tanyanya sambil melirik nakal kepadaku. Tangannya sibuk  meremas-remas buah zakarku sementara lidahnya menjilati batang  kemaluanku. "Enak sayang.. Ayo isap lagi" jawabku menahan rasa nikmat yang menjalar  hebat. sementara kedua tangannya meremas-remas pantatku. Sangat sexy  sekali melihat pemandangan itu. Seorang wanita cantik yang sudah  bersuami, bertubuh padat, sedang berlutut didepanku dengan pipi yang  menggelembung menghisap kemaluanku. Terlebih ketika kemaluanku keluar  dari mulutnya, tanpa menggunakan tangannya dan hanya menggerakkan  kepalanya mengikuti gerak kemaluanku, Santi mengulumnya kembali. "Hm.. tongkol bapak enak banget.. Santi suka tongkol yang besar begini" desahnya. Tiba-tiba terdengar bunyi handphone. Santipun menghentikan isapannya. "Iya Mas.. Ada apa?" jawabnya. "Lho Mas udah pikun ya.. Khan Santi tadi usah bilang.. Santi mau ke  toilet.. Sakit perut.. Gimana sih" Santi berbicara kepada suaminya yang  tak sabar menunggu. Sementara tangan Santi yang satu tetap meraba dan  mengocok kemaluan atasan suaminya ini. "Iya Mas.. Mungkin salah makan nih.. Sebentar lagi Mas.. Sabar ya.." Kemudian tampak suaminya berbicara agak panjang di telpon, sehingga  waktu tersebut digunakan Santi untuk kembali mengulum kemaluanku  sementara tangannya masih memegang handphonenya. "Iya Mas.. Santi juga cinta sama Mas.." katanya sambil menutup telponnya. "Suamiku sudah nunggu. Tapi biarin aja deh dia nunggu agak lama, soalnya  Santi pengin puas dulu". Sambil tersenyum nakal Santi kembali menjilati  kemaluanku. Aku sudah ingin menikmati kehangatan tubuh wanita istri bawahanku ini.  Kutarik tangannya agar berdiri, dan akupun tiduran di atas meja meeting  di ruangan itu. Tanpa perlu dikomando lagi Santi menaiki tubuhku dan menyibak gaun dan  celana dalamnya sehingga vaginanya tepat berada di atas kemaluanku yang  sudah menjulang menahan gairah. Santi kemudian menurunkan tubuhnya sehingga kemaluankupun menerobos liang vaginanya yang masih sempit itu. "Oh.. My god.." jeritnya tertahan. Kupegang pinggangnya dan kemudian aku naik-turunkan sehingga kemaluanku  maju mundur menjelajahi liang nikmat istri cantik Pak Arief ini.  Kemudian tanganku bergerak meremas buah dadanya yang bergoyang saat  Santi bergerak naik turun di atas tubuhku. Sesekali kutarik badannya  sehingga buah dadanya bergerak ke depan wajahku untuk kemudian aku hisap  dengan gemas. "Ohh Pak Robertt.. Bapak memang jantan.." desahnya "Ayo Pak.. Puaskan Santi Pak.." Santi berkata sambil  menggoyang-goyangkan badannya maju mundur di atas kemaluanku.Setelah itu  dia kembali menggerakkan badannya naik turun mengejar kepuasan bercinta  yang tak didapatkan dari suaminya. Setelah beberapa menit aku turunkan tubuhnya dan aku suruh dia  menungging sambil berpegangan pada tepian meja. Aku sibakkan gaunnya,  dan tampak pantatnya yang putih menggairahkan hanya tertutup oleh celana  dalam yang sudah tersibak kesamping. Kuarahkan kemaluanku ke vaginanya,  dan langsung kugenjot dia, sambil tanganku meremas-remas rambutnya yang  ikal itu. "Kamu suka San?" kataku sambil menarik rambutnya ke belakang. "Suka Pak.. Robert.. Suka..""Suamimu memang nggak bisa ya" "Dia lemah Pak.. Oh.. God.. Enak Pak.. Ohh" "Ayo bilang.. Kamu lebih suka ngent*tin suamimu atau aku" tanyaku sambil  mencium wajahnya yang mendongak ke belakang karena rambutnya aku tarik. "Santi lebih suka dient*tin Pak Robert.. Pak Robert jantan.. Suamiku lemah.. Ohh.. God.." jawabnya. "Kamu suka tongkol besar ya?" tanyaku lagi "Iya Pak.. Oh.. Terus Pak.. Punya suamiku kecil Pak.. Oh yeah.. Pak  Robert besar.. Ohh yeah oh.. God. Suamiku jelek.. Pak Robert ganteng. Oh  god. Enakhh.." Santi mulai meracau kenikmatan. "Oh.. Pak.. Santi hampir sampai Pak.. Ayo Pak puaskan Santi Pak.." jeritnya. "Tentu sayang.. Aku bukan suamimu yang lemah itu.." jawabku sambil terus  mengenjot dia dari belakang. Tangankupun sibuk meremas-remas buah  dadanya yang bergoyang menggemaskan. "Ahh.. Santi sampai Pak.." Santi melenguh ketika gelombang orgasme menerpanya. Akupun hampir sampai. Kemaluanku sudah berdenyut- denyut ingin  mengeluarkan laharnya. Kutarik tubuh Santi hingga dia kembali berlutut  di depanku. Kukocok-kocok kemaluanku dan tak lama tersemburlah spermaku  ke wajahnya yang cantik. Kuoles- oleskan sisa-sisa cairan dari  kemaluanku ke seluruh wajahnya. Kemudian Santipun mengulum dan menjilati  kemaluanku hingga bersih. "Terimakasih Pak Robert.. Santi puas sekali" katanya saat dia membersihkan wajahnya dengan tisu. "Sama-sama Santi. Saya hanya berniat membantu kok" jawabku sambil bergegas membetulkan pakaianku kembali. "Ngomong-ngomong, kamu pintar sekali blowjob ya? Sering latihan?" tanyaku. "Santi sering lihat di VCD aja Pak. Kalau sama suami sih jarang Santi mau begitu. Habis nggak nafsu sih lihatnya" Wah.. Kasihan juga Pak Arief, pikirku geli. Malah aku yang dapat menikmati enaknya dioral oleh istrinya yang cantik jelita itu. "Kapan kita bisa melakukan lagi Pak" kata Santi mengharap ketika kami keluar ruangan meeting itu. "Gimana kalau minggu depan aku suruh suamimu ke luar kota jadi kita bisa  bebas bersama?""Hihihi.. Ide bagus tuh Pak.. Janji ya" Santi tampak  gembira mendengarnya. Kamipun kembali ke ruangan resepsi. Santi aku suruh turun terlebih  dahulu, baru aku menyusul beberapa menit kemudian. Sesampai di ruang  resepsi tampak Jason sedang mencari aku. "Hey man.. Where have you been? I've been looking for you" "Sorry man.., I had to go to the restroom. I had stomachache" jawabku. Tak lama Santi datang bersama Pak Arief suaminya. "Pak Robert, kami mau pamit dahulu.. Ini Santi nggak enak badan.. Sakit perut katanya" "Oh ya Pak Arief, silakan saja. Istri bapak cantik harus benar- benar dirawat lho.." Santi tampak tersenyum mendengar perkataanku itu, sementara wajah Pak  Arief menunjukkan rasa curiga. He.. He.. Kasihan, pikirku. Mungkin dia  akan syok berat bila tahu aku baru saja menyetubuhi istrinya yang cantik  itu. Tak lama aku dan Jason pun pulang. Sebelum pulang aku berpapasan dengan  Lia, sekretarisku. Aku suruh dia untuk mendaftarkan Pak Arief Untk  training ke singapura. Memang baru-baru ini aku mendapat tawaran  training ke Singapore dari salah satu perusahaan. Lebih baik Pak Arief  saja yang pergi, pikirku. Toh memang dia yang mengerjakan pekerjaan itu  di kantor, sedangkan aku hanya akan menolong istrinya yang cantik  mengarungi lautan birahi selama dia pergi nanti. Tak sabar aku menanti minggu depan datang. Nanti akan aku ceritakan lagi  pengalamanku bersama Santi bila saatnya tiba. Dengan tidak adanya batas  waktu karena terburu-buru, tentu aku akan lebih bisa menikmati dirinya.
 
 
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Tante Gita dan 3 Hari di Bandungan               May 13th 2013, 05:11                                               Sebelumnya aku perkenalkan diriku,aku yoga 21thn seorang mahasiswa di  sebuah PTN di semarang. pada suatu hari ketika aku menonton tv, aku  melihat sebuah chanel tv lokal yg memiliki fitur tv chat. karna aku abis  nonton bokep aku jd ngeres buat nyalurin hasratku. lalu aku iseng2  mengirim sms yg berisi mengajak ML cwe atopun tante. dari semua sms yg  merespon ada sebuah nama yg ternyata menyambutnya dng serius,yaitu  Brigita (Gita). dia adalah seorang wanita yg bisa dibilang perawan tua  karena yg di usianya yg hampir 34thn belum pernah merasdakan ML.
  Seterusnya kami seing telpon dan smsan,hingga suatu ketika aku iseng  mengajaknya ML,namun ia selalu menolak dgn alasan g enak dgn pcrnya.  tapi aku tidak menyerah dan makin sering mengajaknya untuk ML meskipun  selalu ditolak. hingga 2 minggu kemudian ia putus dgn pacarnya yg  ternyata selingkuh. ia pun kecewa dan curhat kepadaku. karena ia merasa  nyaman bila curhat dgnku aku pun mengajaknya ketemuan. namun ia malah  meminta lebih,ia ingin agar aku mengajarinya ML. tanpa berpikir 2x aku  mengiyakan ajakannya. ia pun juga sedang ingin berlibur dari kegiatan  kantornya,maklum dgn kondisinya saat ini ia tdk bergairah utk bekerja.
  2 hari sesudahnya ia menelponku dan ia ingin utk segera bertemu dgnku.  dia pun berpesan agar aku juga membawa baju ganti utk jaga2 karna saat  itu sdg musim hujan. tak lama kemudian aku segera menu ju sebuah mall yg  cukup terkenal di smg yaitu CL dimana ia menungguku. lalu kami  mengobrol panjang lebar memperkenalkan diri amsing2 sambil lunch di  sebuah rmh makan dimall tsb. setelah lunch kamipun langsung beranjak  menuju bandungan dimana terdapat bnyk hotel kelas melati. setelah  memboking 1 kamar aku segera mandi karna badanku kegerahan dan bau dan  kemudian diikuti oleh Tante Gita.
  seusai mandi aku hanya memakai boxer,sedangkan Tante gita hanya memakai  piyama dgn bentuk seperti kimono. sembari mengobrol aku pun mulai  menyerangnya dgn rabaan di paha menuju ke dadanya. ia pun tersipu malu  dan langsung memelukku hingga aku terjatuh tepat di atas ranjang. aku  segera mencium bbirnya yg telah menganga dan ia pun embalasnya,bahkan  lebih ganas daripada yg aku lakukan. segera tanganku menarik tali  piyamanya,ternyata ia tdk memakai BH dan langsung saja aku meremas kedua  bongkahan didadanya yg ternyata berukuran 36B.
  sepertinya ia pun telah mencapai klimaks perdananya. aku pun segera  menurunkan CD nya,namun ia masih malu dan berkata "yog,jgn dolo… aku msh  takut… aku blm pernah ML…" tapi aku tetap meneruskannya dan berkata" g  kok, lom waktunya aku masukin… nanti aja kalo km dah g takut lagi…"  segra aku mengoral Vaginanya yg merah… ia pun kegelian keenakan dan  menggelinjang hingga lututnya mengenai kepalaku… aku melanjutkan  permainanku hingga ia mencapai orgasme keduanya. tampaknya ia sudah  sangat lemas,tapi aku g berhenti aku cium bibirnya dan kumainkan keduan  payudaranya sambil memelintir dan mencubit putingnya dan sepertinya  iapun kembali bernafsu.
  dgn malu2 Gita pun berkata "yog,aku boleh liat burungmu g?" segera aku  membuka boxerku dan ia pun terkejut melihat penisku yg telah tegak  menantang,meskipun tidak terlalu besar hanya 15cm ia sedikit takut karna  lubang senggamanya sangat kecil dan sempit… aku segera mengalihkan  perhatiannya utk segera mengulum penisku tapi lagi2 ia menolak karna  merasa jijik (makluk baru pertama liat)… setelah aku membujuk dan  merayunya iapun mau… aku mengajarinya mengulum penis agar tidak melukai  penisku… sepertinya ia pun mulai pintar mengulum penisku hingga aku  keenakan dan hampir saja mencapai klimaksku…
  segera kurebahkan tubuhnya di ranjang dan aku menggesekan penisku di  lubang senggamanya. ia kegelian dan ternyata mencapai orgasme untuk  ketiga kalinya… sepertinya ia pun sudah pasrah dan hanya memandangku yg  berusaha melakukan penetrasi di liang surganya tapi setelah beberapa  saat aku belum bisa memasukan penisku… ternyata inilah susahnya membobol  perawan… iapun membimbing penisku yg sejak td mengeras utk memasuki  memeknya. akhirnya masuklah kepala Pku,iapun merintih dan matanya  memerah…
  segera kubuka kedua kakinya agar lebih mudah dan semakin dalam aku  menekan memeknya…namun sepertinya penisku terhalang sesuatu. segera  kudorong lebih keras dan… sleb,Gita pun mulai menangis dan aku segera  melumat bibinya dan mendiamkan kontolku terdiam di memknya yg telah  basah sejak tadi. setelah ia tenang aku mulai mengocok memeknya yg  sempit menjepit kontolku. tak lama aku merasa ada cairan hangat  menyentuh penisku,ternyata Gita sudah orgasme kesekian kalinya. iapun  sudah lemas dan hanya mengikuti gerakanku maju mundur mengocok memeknya.
  akupun segera memintanya untuk mengganti posisi dengan menunggangiku  layaknya orang sedang berkuda. nampak dengan jelas kedua payudaranya  bergelantungan segera kuremas dan kukulum dan kigigit kecil putingnya,ia  pun mendesah dan terus mengocok kontolku yg dijepit memek sempitnya…  kurang lebih 5 menit dlm posisi tsb iapun mulai lelah dan kuminta ia  ntuk nungging. kusodokan kontolku dari belakang (doggy style) ia pun  melengguh dan terus mendesah…hingga lagi2 mengeluarkan cairan surganya  dan membasahi sprei. aku pun sudah hampir mencapai batasku, segera  kebaringkan dia dgn posisi telentang dan kuangkat kedua kakinya hingga  terlihat jelas memeknya yg telah basah dan berlumur darah.
  kugenjot Gita yg sepertinya sudah tak berdaya hingga aku hampir keluar  dan berkata "git,kluarin di dalem apa di luar?" ia hanya mengangguk saja  tak menjawab hingga aku merasa kedutan di ujung kontolku dan….  crot,crot,crot…. entah berapa banyak pejuh yg kusemprotkan di memek  Gita…ternyata aku abru sadar kami melakukannya hampi 1 setengah  jam,pantas saja kok ia sudah lemas… kubiarkan ia tertidur dan aku  memeluknya…
  ketika ia bangun ia mengajakku untuk mandi bersama. lalu aku kembali  beristirahat karna iapun Gita pun sepertinya msh kelelahan dan msh  merasakan perih di vaginanya. setelah kembali bugar ia pun memesan  makanan utk makan malam. seusai makan ia memintaku utk ML lg, ternyata  kali ini ia lebih mengimbangi permainanku dan kami bersenggama sepanjang  malam hingga tertidur. keesokan paginya iapun telah mandi dan memesankan aku sarapan. sembari  menunggu Tante Gita sarapan akupun mandi. aku berpikir kami akan  checkout dan kembali ke smg. seusai sarapan aku tau kalo ia akan  memintaku melakukannya sekali lagi. segera aku memenuhi permintaanya.  setelah itu aku hendak berkemas sblm balik,ternyata Tante gita menahanku  dan berkata "yog,km dah mau pulang??? kalo kita nginep barang 1 ato 2  hari lg gimana?? km mau g??" aku segera mengangguk dan tante Gita segera  menghubungi receptcionis utk memperpanjang sewa hotel.
  selama 3 hari kami di bandungan tak henti2nya kami bercinta dan semakin  lama Tante Gita semakin lincah… ketika hendak pulang iapun memberiku  uang namun aku menolaknya karna aku menganggapnya sebagai suka sama  suka. tapi ia terus memaksa dan ternyata ia memberiku 4 lembar uang  Rp.100rb.
  akhirnya akupun kini menjadi brondong sekaligus vitamin bagi Tante Gita.
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                            |             
              
Tidak ada komentar:
Posting Komentar