|                               Cerita Sex - Pertama, Bertiga dan Kunikmati               May 6th 2013, 15:24                                                Aku adalah gadis berusia 19 tahun. kawan-kawan mengatakan aku cantik,  tinggi 170, kulit putih dengan rambut lurus sebahu. Aku termasuk populer  diantara kawan-kawan, pokoknya \'gaul abis\'. Namun demikian aku masih  mampu menjaga kesucianku sampai.. Suatu saat aku dan enam orang kawan  Susi (19), Andra (20), Kelvin (22), Vito (22), Toni (23) dan Andri (20).  menghabiskan liburan dengan menginap di villa keluarga Andri di Puncak.
  Susi walaupun tidak terlalu tinggi (160) memiliki tubuh padat dengan  kulit putih, sangat sexy apalagi dengan ukuran payudara 36b-nya, Susi  telah berpacaran cukup lama dengan Kelvin. Diantara kami bertiga Andra  yang paling cantik, tubuhnya sangat proporsi tidak heran kalau sang  pacar, Vito, sangat tergila-gila dengannya. Sementara aku, Andri dan  Toni masih \'jomblo\'. Andri yang berdarah India sebenarnya suka sama  aku, dia lumayan ganteng hanya saja bulu-bulu dadanya yang lebat  terkadang membuat aku ngeri, karenanya aku hanya menganggap dia tidak  lebih dari sekedar teman.
  Acara ke Puncak kami mulai dengan \'hang-out\' disalah satu kafe  terkenal di kota kami. Larut malam baru tiba di Puncak dan langsung  menyerbu kamar tidur, kami semua tidur dikamar lantai atas. Udara dingin  membuatku terbangun dan menyadari hanya Susi yang ada sementara Andra  entah kemana. Rasa haus membuatku beranjak menuju dapur untuk mengambil  minum. Sewaktu melewati kamar belakang dilantai bawah, telingaku  menangkap suara orang yang sedang bercakap-cakap. Kuintip dari celah  pintu yang tidak tertutup rapat, ternyata Vito dan Andra. Niat menegur  mereka aku urungkan, karena kulihat mereka sedang berciuman, awalnya  kecupan-kecupan lembut yang kemudian berubah menjadi lumatan-lumatan.  Keingintahuan akan kelanjutan adegan itu menahan langkahku menuju dapur.
  Adegan ciuman itu bertambah \'panas\' mereka saling memagut dan  berguling-gulingan, lidah Vito menjalar bagai bagai ular ketelinga dan  leher sementara tangannya menyusup kedalam t-shirt meremas-remas  payudara yang menyebabkan Andra mendesah-desah, suaranya desahannya  terdengar sangat sensual. Disibakkannya t-shirt Andra dan lidahnya  menjalar dan meliuk-liuk di putingnya, menghisap dan meremas-remas  payudara Andra. Setelah itu tangannya mulai merayap kebawah,  mengelus-elus bagian sensitif yang tertutup g-string. Vito berusaha  membuka penutup terakhir itu, tapi sepertinya Andra keberatan.  Lamat-lamat kudengan pembicaraan mereka. "Jangan To" tolak Andra. "Kenapa sayang" tanya Vito. "Aku belum pernah.. gituan" "Makanya dicoba sayang" bujuk Vito. "Takut To" Andra beralasan. "Ngga apa-apa kok" lanjut Vito membujuk "Tapi To" "Gini deh", potong Vito, "Aku cium aja, kalau kamu ngga suka kita berhenti" "Janji ya To" sahut Andra ingin meyakinkan. "Janji" Vito meyakinkan Andra.
  Vito tidak membuang-buang waktu, ia membuka t-shirt dan celana pendeknya  dan kembali menikmati bukit kenikmatan Andra yang indah itu, perlahan  mulutnya merayap makin kebawah.. kebawah.. dan kebawah. Ia  mengecup-ngecup gundukan diantara paha sekaligus menarik turun g-string  Andra. Dengan hati-hati Vito membuka kedua paha Andra dan mulai mengecup  kewanitaannya disertai jilatan-jilatan. Tubuh Andra bergetar merasakan  lidah Vito. "Agghh.. To.. oohh.. enakk.. Too" Mendengar desahan Andra, Vito semakin menjadi-jadi, ia bahkan  menghisap-hisap kewanitaan Andra dan meremas-remas payudaranya dengan  liar. Hentakan-hentakan birahi sepertinya telah menguasai Andra,  tubuhnya menggelinjang keras disertai desahan dan erangan yang tidak  berkeputusan, tangannya mengusap-usap dan menarik-narik rambut Vito,  seakan tidak ingin melepaskan kenikmatan yang ia rasakan.
  Andra semakin membuka lebar kedua kakinya agar memudahkan mulut Vito  melahap kewanitaannya. Kepalanya mengeleng kekiri-kekanan, tangannya  menggapai-gapai, semua yang diraih dicengramnya kuat-kuat. Andra sudah  tenggelam dan setiap detik belalu semakin dalam ia menuju ke dasar  lautan birahi. Vito tahu persis apa yang harus dilakukan selanjutnya, ia  membuka CDnya dan merangkak naik keatas tubuh Andra. Mereka bergumul  dalam ketelanjangan yang berbalut birahi. Sesekali Vito di atas sesekali  dibawah disertai gerakan erotis pinggulnya, Andra tidak tinggal diam ia  melakukan juga yang sama. Kemaluan mereka saling beradu, menggesek, dan  menekan-nekan. Melihat itu semua membuat degup jantung berdetak kencang  dan bagian-bagian sensitif di tubuhku mengeras.. Aku mulai terjangkit  virus birahi mereka.
  Vito kemudian mengangkat tubuhnya yang ditopang satu tangan, sementara  tangan lain memegang kejantannya. Vito mengarahkan kejantanannya  keselah-selah paha Anggie. "Jangan To, katanya cuma cium aja" sergah  Andra. "Rileks An" bujuk Vito, sambil mengosok-gosok ujung penisnya di kewanitaan Andra. "Tapi.. To.. oohh.. aahh" protes Andra tenggelam dalam desahannya sendiri. "Nikmatin aja An" "Ehh.. akkhh.. mpphh" Andra semakin mendesah "Gitu An.. rileks.. nanti lebih enak lagi" "He eh To.. eesshh" "Enak An..?" "Ehh.. enaakk To" Aku benar-benar ternganga dibuatnya. Seumur hidup belum pernah aku  melihat milik pria yang sebenarnya, apalagi adegan \'live\' seperti itu.
  Tidak ada lagi protes apalagi penolakan hanya desahan kenikmatan Andra yang terdengar. "Aku masukin ya An" pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban. Vito langsung menekan pinggulnya, ujung kejantanannya tenggelam dalam kewanitaan Andra. "Aakhh.. To.. eengghh" erang Andra cukup keras, membuat bulu-bulu ditubuhku meremang mendengarnya. Vito lebih merunduk lagi dengan sikut menahan badan, perlahan pinggulnya  bergerak turun naik serta mulutnya dengan rakus melumat payudara Andra. "Teruss.. Too.. enak banget.. ohh.. isep yang kerass sayangg" Andra meracau. "Aku suka sekali payudara kamu An.. mmhh" "Aku juga suka kamu isep To.. ahh" Andra menyorongkan dadanya membuat Vito bertambah mudah melumatnya. Bukan hanya Andra yang terayun-ayun gelombang birahi, aku yang melihat  semua itu turut hanyut dibuatnya. Tanpa sadar aku mulai meremas-remas  payudara dan memainkan putingku sendiri, membuat mataku terpejam-pejam  merasakan nikmatnya.
  Vito tahu Andra sudah pada situasi \'point of no return\', ia merebahkan  badannya menindih Andra dan memeluknya seraya melumat mulut, leher dan  telinga Andra dan.. kulihat Vito menekan pinggulnya, dapat kubayangkan  bagaimana kejantanannya melesak masuk ke dalam rongga kenikmatan Andra. "Auuwww.. To.. sakiitt" jerit Andra. "Stop.. stop To" "Rileks An.. supaya enak nanti" bujuk Vito, sambil terus menekan lebih dalam lagi. "Sakit To.. pleasee.. jangan diterusin" Terlambat.. seluruh kejantanan Vito telah terbenam di dalam rongga  kenikmatan Andra. Beberapa saat Vito tidak bergerak, ia mengecup-ngecup  leher, pundak dan akhirnya payudara Andra kembali jadi bulan-bulanan  lidah dan mulutnya. Perlakuan Vito membuat birahi Andra terusik kembali,  ia mulai melenguh dan mendesah-desah, lama kelamaan semakin  menjadi-jadi. Bagian belakang tubuh Vito yang mulai dari punggung,  pinggang sampai buah pantatnya tak luput dari remasan-remasan tangan  Andra.
  Vito memahami sekali keadaan Andra, pinggulnya mulai digerakan memutar  perlahan sekali tapi mulutnya bertambah ganas melahap gundukan daging  Andra yang dihiasi puting kecil kemerah-merahan. "Uhh.. ohh.. To" desah kenikmatan Andra, kakinya dibuka lebih melebar lagi. Vito tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dipercepat ritme gerakan pinggulnya. "Agghh.. ohh.. terus Too" Andra meracau merasakan kejantanan Vito yang  berputar-putar di kewanitaannya, kepalanya tengadah dengan mata  terpejam, pinggulnya turut bergoyang. Merasakan gerakannya mendapat  respon Vito tidak ragu lagi untuk menarik-memasukan batang kemaluannya. "Aaauugghh.. sshh.. Too.. ohh.. Too" Andra tak kuasa lagi menahan luapan kenikmatan yang keluar begitu saya dari mulutnya.
  Pinggul Vito yang turun naik dan kaki Andra yang terbuka lebar membuat  darahku berdesir, menimbulkan denyut-denyut di bagian sensitifku,  kumasukan tangan kiri kebalik celana pendek dan CD. Tubuhku bergetar  begitu jari-jemariku meraba-raba kewanitaanku. "Ssshh.. sshh" desisku tertahan manakala jari tengahku menyentuh bibir  kemaluanku yang sudah basah, sesaat \'life show\' Vito dan Andra  terlupakan. Kesadaranku kembali begitu mendengar pekikan Andra. "Adduuhh.. Too.. nikmat sekalii" Andra terbuai dalam birahinya yang menggebu-gebu. "Nikmati An.. nikmati sepuas-puasnya" "Ssshh.. ahh.. ohh.. ennaak Too" "Punya kamu enaakk sekalii An.. uugghh" "Ohh.. Too.. aku sayang kamu.. sshh" desah Andra seraya memeluk, pujian  Vito rupanya membuat Andra lebih agresif, pantatnya bergoyang mengikuti  irama hentakan-hentakan turun-naik pantat Vito. "Enaak An.. terus goyang.. uhh.. eenngghh" merasakan goyangan Andra Vito semakin mempercepat hujaman-hujaman kejantanannya. "Ahh.. aahh.. Too.. teruss.. sayaang" pekik Andra. Semakin liar keduanya bergumul, keringat kenikmatan membanjir menyelimuti tubuh mereka. "Too.. tekan sayangg.. uuhh.. aku mau ke.. kelu.. aarrghh" erang Andra. Vito menekan pantatnya dalam-dalam dan tubuh keduanya pun mengejang.  Gema erangan kenikmatan mereka memenuhi seantero kamar dan kemudian  keduanya.. terkulai lemas.
  Dikamar aku gelisah mengingat-ingat kejadian yang baru saja kulihat,  bayang-bayang Vito menyetubuhi Andra begitu menguasai pikiranku. Tak  kuasa aku menahan tanganku untuk kembali mengusap-usap seluruh bagian  sensitif di tubuhku namun keberadaan Susi sangat mengganggu, menjelang  ayam berkokok barulah mataku terpejam. Dalam mimpi adegan itu muncul  kembali hanya saja bukan Andra yang sedang disetubuhi Vito tetapi  diriku.
  Jam 10.00 pagi harinya kami jalan-jalan menghirup udara puncak, sekalian  membeli makanan dan cemilan sementara Susi dan Kelvin menunggu villa.  Belum lagi 15 menit meninggalkan villa perutku tiba-tiba mulas, aku  mencoba untuk bertahan, tidak berhasil, bergegas aku kembali ke villa.
  Selesai dari kamar mandi aku mencari Susi dan Kelvin, rupanya mereka  sedang di ruang TV dalam keadaan.. bugil. Lagi-lagi aku mendapat suguhan  \'live show\' yang spektakuler. Tubuh Susi setengah melonjor di sofa  dengan kaki menapak kelantai, Kelvin berlutut dilantai dengan badan  berada diantara kedua kaki Susi, Mulutnya mengulum-ngulum kewanitaan  Susi, tak lama kemudian Kelvin meletakan kedua tungkai kaki Susi  dibahunya dan kembali menyantap \'segitiga venus\' yang semakin  terpampang dimukanya. Tak ayal lagi Susi berkelojotan diperlakukan  seperti itu.
  "Ssshh.. sshh.. aahh" desis Susi. "Oohh.. Kel.. nikmat sekalii.. sayang" "Gigit.. Kel.. pleasee.. gigitt" "Auuwww.. pelan sayang gigitnyaa" Melengkapi kenikmatan yang sedang melanda dirinya satu tangan Susi  mencengkram kepala Kelvin, tangan lainnya meremas-remas payudara 36b-nya  sendiri serta memilin putingnya.
  Beberapa saat kemudian mereka berganti posisi, Susi yang berlutut di  lantai, mulutnya mengulum kejantanan Kelvin, kepalanya turun naik,  tangannya mengocok-ngocok batang kenikmatan itu, sekali-kali dijilatnya  bagai menikmati es krim. Setiap gerakan kepala Susi sepertinya  memberikan sensasi yang luar biasa bagi Kelvin. "Aaahh.. aauugghh.. teruss sayangg" desah Kelvin. "Ohh.. sayangg.. enakk sekalii" Suara desahan dan erangan membuat Susi tambah bernafsu melumat kejantanan Kelvin. "Ohh.. Susii.. ngga tahann.. masukin sayangg" pinta Kelvin.
  Susi menyudahi lumatannya dan beranjak keatas, berlutut disofa dengan  pinggul Kelvin berada diantara pahanya, tangannya menggapai batang  kenikmatan Kelvin, diarahkan kemulut kewanitaannya dan dibenamkan.  "Aaagghh" keduanya melenguh panjang merasakan kenikmatan gesekan pada  bagian sensitif mereka masing-masing. Dengan kedua tangan berpangku pada  pahanya Susi mulai menggerakan pinggulnya mundur maju, karuan saja  Kelvin mengeliat-geliat merasakan batangnya diurut-urut oleh kewanitaan  Susi. Sebaliknya, milik Kelvin yang menegang keras dirasakan oleh Susi  mengoyak-ngoyak dinding dan lorong kenikmatannya. Suara desahan, desisan  dan lenguhan saling bersaut manakala kedua insan itu sedang dirasuk  kenikmatan duniawi.
  Tontonan itu membuat aku tidak dapat menahan keinginanku untuk  meraba-raba2 sekujur tubuhku, rasa gatal begitu merasuk kedalam  kemaluanku. Kutinggalkan \'live show\' bergegas menuju kamar,  kulampiaskan birahiku dengan mengesek-gesekan bantal di kewanitaanku.  Merasa tidak puas kusingkap rok miniku, kuselipkan tanganku kedalam  CD-ku membelai-belai bulu-bulu tipis di permukaan kewanitaanku dan..  akhirnya menyentuh klitorisku. "Aaahh.. sshh.. eehh" desahku merasakan nikmatnya elusan-elusanku  sendiri, jariku merayap tak terkendali ke bibir kemaluanku, membuka  belahannya dan bermain-main ditempat yang mulai basah dengan cairan  pelancar, manakala kenikmatan semakin membalut diriku tiba-tiba pintu  terbuka.. Susi! masih dengan pakaian kusut menerobos masuk, untung aku  masih memeluk bantal, sehingga kegiatan tanganku tidak terlihat olehnya. "Ehh Ver.. kok ada disini, bukannya tadi ikut yang lain?" sapa Susi terkejut. "Iya Si.. balik lagi.. perut mules" "Aku suruh Kelvin beli obat ya" "Ngga usah Si.. udah baikan kok" "Yakin Ver?" "Iya ngga apa-apa kok" jawabku meyakinkan Susi yang kemudian kembali ke  ruang tengah setelah mengambil yang dibutuhkannya. Sirna sudah birahiku  karena rasa kaget.
  Malam harinya selesai makan kami semua berkumpul diruang tengah, Andri  langsung memutar VCD X-2. Adegan demi adegan di film mempengaruhi kami,  terutama kawan-kawan pria, mereka kelihatan gelisah. Film masih setengah  main Susi dan Kelvin menghilang, tak lama kemudian disusul oleh Andra  dan Vito. Tinggal aku, Toni dan Andri, kami duduk dilantai bersandar  pada sofa, aku di tengah. Melihat adegan film yang bertambah panas  membuat birahiku terusik. Rasa gatal menyeruak dikewanitaanku mengelitik  sekujur tubuh dan setiap detik berlalu semakin memuncak saja, aku jadi  salah tingkah. Toni yang pertama melihat kegelisahanku. "Kenapa Ver, gelisah banget horny ya" tegurnya bercanda. "Ngga lagi, ngaco kamu Ton" sanggahku. "Kalau horny bilang aja Ver.. hehehe.. kan ada kita-kita" Andri menimpali. "Rese\' nih berdua, nonton aja tuh" sanggahku lagi menahan malu.
  Toni tidak begitu saja menerima sanggahanku, diantara kami ia paling  tinggi jam terbangnya sudah tentu ia tahu persis apa yang sedang aku  rasakan. Toni tidak menyia-nyiakannya, bahuku dipeluknya seperti biasa  ia lakukan, seakan tanpa tendensi apa-apa. "Santai Ver, kalau horny enjoy aja, gak usah malu.. itu artinya kamu normal" bisik Toni sambil meremas pundakku. Remasan dan terpaan nafas Toni saat berbisik menyebabkan semua bulu-bulu  di tubuhku meremang, tanpa terasa tanganku meremas ujung rok. Toni  menarik tanganku meletakan dipahanya ditekan sambil diremasnya, tak ayal  lagi tanganku jadi meremas pahanya. "Remas aja paha aku Ver daripada rok" bisik Toni lagi. Kalau sedang bercanda jangankan paha, pantatnya yang \'geboy\' saja  kadang aku remas tanpa rasa apapun, kali ini merasakan paha Toni dalam  remasanku membuat darahku berdesir keras. "Ngga usah malu Ver, santai aja" lanjutnya lagi. Entah karena bujukannya atau aku sendiri yang menginginkan, tidak jelas,  yang pasti tanganku tidak beranjak dari pahanya dan setiap ada adegan  yang \'wow\' kuremas pahanya. Merasa mendapat angin, Toni melepaskan  rangkulannya dan memindahkan tangannya di atas pahaku, awalnya masih  dekat dengkul lama kelamaan makin naik, setiap gerakan tangannya  membuatku merinding.
  Entah bagaimana mulainya tanpa kusadari tangan Toni sudah berada dipaha  dalamku, tangannya mengelus-elus dengan halus, ingin menepis, tapi, rasa  geli-geli enak yang timbul begitu kuatnya, membuatku membiarkan  kenakalan tangan Toni yang semakin menjadi-jadi. "Ver gue suka deh liat leher sama pundak kamu" bisik Toni seraya mengecup pundakku. Aku yang sudah terbuai elusannya karuan saja tambah menjadi-jadi dengan kecupannya itu. "Jangan Ton" namun aku berusaha menolak. "Kenapa Ver, cuma pundak aja kan" tanpa perduli penolakanku Toni tetap  saja mengecup, bahkan semakin naik keleher, disini aku tidak lagi  berusaha \'jaim\'. "Ton.. ahh" desahku tak tertahan lagi. "Enjoy aja Ver" bisik Toni lagi, sambil mengecup dan menjilat daun telingaku. "Ohh Ton" aku sudah tidak mampu lagi menahan, semua rasa yang terpendam  sejak melihat \'live show\' dan film, perlahan merayapi lagi tubuhku. Aku hanya mampu tengadah merasakan kenikmatan mulut Toni di leher dan  telingaku. Andri yang sedari tadi asik nonton melihatku seperti itu  tidak tinggal diam, ia pun mulai turut melakukan hal yang sama. Pundak,  leher dan telinga sebelah kiriku jadi sasaran mulutnya.
  Melihat aku sudah pasrah mereka semakin agresif. Tangan Toni semakin  naik hingga akhirnya menyentuh kewanitaanku yang masih terbalut CD.  Elusan-elusan di kewanitaanku, remasan Andri di payudaraku dan  kehangatan mulut mereka dileherku membuat magma birahiku menggelegak  sejadi-jadinya. "Agghh.. Tonn.. Drii.. ohh.. sshh" desahanku bertambah keras. Andri menyingkap tang-top dan braku bukit kenyal 34b-ku menyembul,  langsung dilahapnya dengan rakus. Toni juga beraksi memasukan tangannya  kedalam CD meraba-raba kewanitaanku yang sudah basah oleh cairan  pelicin. Aku jadi tak terkendali dengan serangan mereka tubuhku  bergelinjang keras.
  "Emmhh.. aahh.. ohh.. aagghh" desahanku berganti menjadi erangan-erangan. Mereka melucuti seluruh penutup tubuhku, tubuh polosku dibaringkan  dilantai beralas karpet dan mereka pun kembali menjarahnya. Andri  melumat bibirku dengan bernafsu lidahnya menerobos kedalam rongga  mulutku, lidah kami saling beraut, mengait dan menghisap dengan liarnya.  Sementara Toni menjilat-jilat pahaku lama kelamaan semakin naik..  naik.. dan akhirnya sampai di kewanitaanku, lidahnya bergerak-gerak liar  di klitorisku, bersamaan dengan itu Andri pun sudah melumat payudaraku,  putingku yang kemerah-merahan jadi bulan-bulanan bibir dan lidahnya.
  Diperlakukan seperti itu membuatku kehilangan kesadaran, tubuhku bagai  terbang diawang- awang, terlena dibawah kenikmatan hisapan-hisapan  mereka. Bahkan aku mulai berani punggung Andri kuremas-remas, kujambak  rambutnya dan merengek-rengek meminta mereka untuk tidak berhenti  melakukannya. "Aaahh.. Tonn.. Drii.. teruss.. sshh.. enakk sekalii" "Nikmatin Ver.. nanti bakal lebih lagi" bisik Andri seraya menjilat dalam-dalam telingaku. Mendengar kata \'lebih lagi\' aku seperti tersihir, menjadi hiperaktif  pinggul kuangkat-angkat, ingin Toni melakukan lebih dari sekedar  menjilat, ia memahami, disantapnya kewanitaanku dengan menyedot-nyedot  gundukan daging yang semakin basah oleh ludahnya dan cairanku. Tidak  berapa lama kemudian aku merasakan kenikmatan itu semakin memuncak,  tubuhku menegang, kupeluk Andri-yang sedang menikmati puting susu-dengan  kuatnya. "Aaagghh.. Tonn.. Drii.. akuu.. oohh" jeritku keras, dan merasakan  hentak-hentakan kenikmatan didalam kewanitaanku. Tubuhku melemas..  lungai.
  Toni dan Andri menyudahi \'hidangan\' pembukanya, dibiarkan tubuhku  beristirahat dalam kepolosan, sambil memejamkan mata kuingat-ingat apa  yang baru saja kualami. Permainan Andri di payudara dan Toni di  kewanitaanku yang menyebarkan kenikmatan yang belum pernah kualami  sebelumnya, dan hal itu telah kembali menimbulkan getar-getar birahi  diseluruh tubuhku. Aku semakin tenggelam saja dalam bayang-bayang yang  menghanyutkan, dan tiba-tiba kurasakan hembusan nafas ditelingaku dan  rasa tidak asing lagi.. hangat basah.. Ahh.. bibir dan lidah Andri mulai  lagi, tapi kali ini tubuhku seperti di gelitiki ribuan semut, ternyata  Andri sudah polos dan bulu-bulu lebat di tangan dan dadanya menggelitiki  tubuhku. Begitupun Toni sudah bugil, ia membuka kedua pahaku  lebar-lebar dengan kepala sudah berada diantaranya.
  Mataku terpejam, aku sadar betul apa yang akan terjadi, kali ini mereka  akan menjadikan tubuhku sebagai \'hidangan\' utama. Ada rasa kuatir dan  takut tapi juga menantikan kelanjutannya dengan berdebar. Begitu  kurasakan mulut Toni yang berpengalaman mulai beraksi.. hilang sudah  rasa kekuatiran dan ketakutanku. Gairahku bangkit merasakan lidah Toni  menjalar dibibir kemaluanku, ditambah lagi Andri yang dengan lahapnya  menghisap-hisap putingku membuat tubuhku mengeliat-geliat merasakan geli  dan nikmat dikedua titik sensitif tubuhku.
  "Aaahh.. Tonn.. Drii.. nngghh.. aaghh" rintihku tak tertahankan lagi. Toni kemudian mengganjal pinggulku dengan bantal sofa sehingga pantatku  menjadi terangkat, lalu kembali lidahnya bermain dikemaluanku. Kali ini  ujung lidahnya sampai masuk kedalam liang kenikmatanku, bergerak-gerak  liar diantara kemaluan dan anus, seluruh tubuhku bagai tersengat aliran  listrik aku hilang kendali. Aku merintih, mendesah bahkan menjerit-jerit  merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Lalu kurasakan sesuatu yang  hangat keras berada dibibirku.. kejantanan Andri! Aku  mengeleng-gelengkan kepala menolak keinginannya, tapi Andri tidak  menggubrisnya ia malah manahan kepalaku dengan tangannya agar tidak  bergerak.
  "Jilat.. Ver" perintahnya tegas. Aku tidak lagi bisa menolak, kujilat batangnya yang besar dan sudah keras membatu itu, Andri mendesah-desah merasakan jilatanku. "Aaahh.. Verr.. jilat terus.. nngghh" desah Andri. "Jilat kepalanya Ver" aku menuruti permintaannya yang tak mungkin kutolak. Lama kelamaan aku mulai terbiasa dan dapat merasakan juga enaknya  menjilat-jilat batang penis itu, lidahku berputar dikepala kemaluannya  membuat Andri mendesis desis. "Ssshh.. nikmat sekali Verr.. isep sayangg.. isep" pintanya diselah-selah desisannya.
  Aku tak tahu harus berbuat bagaimana, kuikuti saja apa yg pernah kulihat  di film, kepala kejantanannya pertama-tama kumasukan kedalam mulut,  Andri meringis. "Jangan pake gigi Ver.. isep aja" protesnya, kucoba lagi, kali ini Andri mendesis nikmat. "Ya.. gitu sayang.. sshh.. enak.. Ver" Melihat Andri saat itu membuatku turut larut dalam kenikmatannya,  apalagi ketika sebagian kejantanannya melesak masuk menyentuh  langit-langit mulutku, belum lagi kenakalan lidah Toni yang tiada  henti-hentinya menggerayangi setiap sudut kemaluanku. Aku semakin  terombang-ambing dalam gelombang samudra birahi yang melanda tubuhku,  aku bahkan tidak malu lagi mengocok-ngocok kejantanan Andri yang  separuhnya berada dalam mulutku.
  Beberapa saat kemudian Andri mempercepat gerakan pinggulnya dan menekan  lebih dalam batang kemaluannya, tanganku tak mampu menahan laju masuknya  kedalam mulutku. Aku menjadi gelagapan, ku geleng-gelengkan kepalaku  hendak melepaskan benda panjang itu tapi malah berakibat sebaliknya,  gelengan kepalaku membuat kemaluannya seperti dikocok-kocok. Andri  bertambah beringas mengeluar-masukan batangnya dan.. "Aaagghh.. nikmatt.. Verr.. aku.. kkeelluaarr" jerit Andri, air maninya  menyembur-nyembur keras didalam mulutku membuatku tersedak, sebagian  meluncur ke tenggorokanku sebagian lagi tercecer keluar dari mulutku.
  Aku sampai terbatuk-batuk dan meludah-ludah membuang sisa yang masih ada  dimulutku. Toni tidak kuhiraukan aku langsung duduk bersandar menutup  dadaku dengan bantal sofa. "Gila Andri.. kira-kira dong" celetukku sambil bersungut-sungut. "Sorry Ver.. ngga tahan.. abis isepan kamu enak banget" jawab Andri dengan tersenyum. "Udah Ver jangan marah, kamu masih baru nanti lama lama juga bakal suka"  sela Toni seraya mengambilkan aku minum dan membersihkan sisa air mani  dari mulutku. Toni benar, aku sebenarnya tadi menikmati sekali, apalagi melihat mimik  Andri saat akan keluar hanya saja semburannya yang membuatku kaget. Toni  membujuk dan memelukku dengan lembut sehingga kekesalanku segera surut.  Dikecupnya keningku, hidungku dan bibirku. Kelembutan perlakuannya  membuatku lupa dengan kejadian tadi. Kecupan dibibir berubah menjadi  lumatan-lumatan yang semakin memanas kami pun saling memagut, lidah Toni  menerobos mulutku meliuk-liuk bagai ular, aku terpancing untuk  membalasnya. Ohh.. sungguh luar biasa permainan lidahnya, leher dan  telingaku kembali menjadi sasarannya membuatku sulit menahan  desahan-desahan kenikmatan yang begitu saja meluncur keluar dari  mulutku.
  Toni merebahkan tubuhku kembali dilantai beralas karpet, kali ini dadaku  dilahapnya puting yang satu dihisap-hisap satunya lagi dipilin-pilin  oleh jari-jarinya. Dari dada kiriku tangannya melesat turun ke  kewanitaanku, dielus-elusnya kelentit dan bibir kemaluanku. Tubuhku  langsung mengeliat-geliat merasakan kenakalan jari-jari Toni. "Ooohh.. mmppff.. ngghh.. sshh" desisku tak tertahan. "Teruss.. Tonn.. aakkhh" Aku menjadi lebih menggila waktu Toni mulai memainkan lagi lidahnya di  kemaluanku, seakan kurang lengkap kenikmatan yang kurasakan, kedua  tanganku meremas-remas payudaraku sendiri. "Ssshh.. nikmat Tonn.. mmpphh" desahanku semakin menjadi-jadi. Tak lama kemudian Toni merayap naik keatas tubuhku, aku berdebar menanti  apa yang akan terjadi. Toni membuka lebih lebar kedua kakiku, dan  kemudian kurasakan ujung kejantanannya menyentuh mulut kewanitaanku yang  sudah basah oleh cairan cinta.
  "Aauugghh.. Tonn.. pelann" jeritku lirih, saat kepala kejantanannya melesak masuk kedalam rongga kemaluanku. Toni menghentikan dorongannya, sesaat ia mendiamkan kepala kemaluannya  dalam kehangatan liang kewanitaanku. Kemudian-masih sebatas  ujungnya-secara perlahan ia mulai memundur-majukannya. Sesuatu yang aneh  segera saja menjalar dari gesekan itu keseluruh tubuhku. Rasa geli,  enak dan entah apalagi berbaur ditubuhku membuat pinggulku  mengeliat-geliat mengikuti tusukan-tusukan Toni. "Ooohh.. Tonn.. sshh.. aahh.. enakk Tonn" desahku lirih. Aku benar-benar tenggelam dalam kenikmatan yang luar biasa akibat  gesekan-gesekan di mulut kewanitaanku. Mataku terpejam-pejam kadang  kugigit bibir bawahku seraya mendesis. "Enak.. Ver" tanya Toni berbisik. "He ehh Tonn.. oohh enakk.. Tonn.. sshh" "Nikmatin Ver.. nanti lebih enak lagi" bisiknya lagi. "Ooohh.. Tonn.. ngghh"
  Toni terus mengayunkan pinggulnya turun-naik-tetap sebatas ujung  kejantanannya-dengan ritme yang semakin cepat. Selagi aku terayun-ayun  dalam buaian birahi, tiba-tiba Toni menekan kejantanannya lebih dalam  membelah kewanitaanku. "Auuhh.. sakitt Tonn" jeritku saat kejantanannya merobek selaput daraku,  rasanya seperti tersayat silet, Toni menghentikan tekanannya. "Pertama sedikit sakit Ver.. nanti juga hilang kok sakitnya" bisik Toni seraya menjilat dan menghisap telingaku. Entah bujukannya atau karena geliat liar lidahnya, yang pasti aku mulai  merasakan nikmatnya milik Toni yang keras dan hangat didalam rongga  kemaluanku.
  Toni kemudian menekan lebih dalam lagi, membenamkan seluruh batang  kemaluannya dan mengeluar-masukannya. Gesekan kejantanannya dirongga  kewanitaanku menimbulkan sensasi yang luar biasa! Setiap tusukan dan  tarikannya membuatku menggelepar-gelepar. "Ssshh.. ohh.. ahh.. enakk Tonn.. empphh" desahku tak tertahan. "Ohh.. Verr.. enak banget punya kamu.. oohh" puji Toni diantara lenguhannya. "Agghh.. terus Tonn.. teruss" aku meracau tak karuan merasakan nikmatnya hujaman-hujaman kejantanan Toni di kemaluanku. Peluh-peluh birahi mulai menetes membasahi tubuh. Jeritan, desahan dan  lenguhan mewarnai pergumulan kami. Menit demi menit kejantanan Toni  menebar kenikmatan ditubuhku. Magma birahi semakin menggelegak sampai  akhirnya tubuhku tak lagi mampu menahan letupannya. "Tonii.. oohh.. tekan Tonn.. agghh.. nikmat sekali Tonn" jeritan dan erangan panjang terlepas dari mulutku. Tubuhku mengejang, kupeluk Toni erat-erat, magma birahiku meledak,  mengeluarkan cairan kenikmatan yang membanjiri relung-relung  kewanitaanku.
  Tubuhku terkulai lemas, tapi itu tidak berlangsung lama. Beberapa menit  kemudian Toni mulai lagi memacu gairahku, hisapan dan remasan didadaku  serta pinggulnya yang berputar kembali membangkitkan birahiku. Lagi-lagi  tubuhku dibuat mengelepar-gelepar terayun dalam kenikmatan duniawi.  Tubuhku dibolak-balik bagai daging panggang, setiap posisi memberikan  sensasi yang berbeda. Entah berapa kali kewanitaanku berdenyut-denyut  mencapai klimaks tapi Toni sepertinya belum ingin berhenti menjarah  tubuhku. Selagi posisiku di atas Toni, Andri yang sedari tadi hanya  menonton serta merta menghampiri kami, dengan berlutut ia memelukku dari  belakang. Leherku dipagutnya seraya kedua tangannya memainkan buah  dadaku. Apalagi ketika tangannya mulai bermain-main diklitorisku  membuatku menjadi tambah meradang.
  Kutengadahkan kepalaku bersandar pada pundak Andri, mulutku yang tak  henti-hentinya mengeluarkan desahan dan lenguhan langsung dilumatnya.  Pagutan Andri kubalas, kami saling melumat, menghisap dan bertukar  lidah. Pinggulku semakin bergoyang berputar, mundur dan maju dengan  liarnya. Aku begitu menginginkan kejantanan Toni mengaduk-aduk seluruh  isi rongga kewanitaanku yang meminta lebih dan lebih lagi. "Aaargghh.. Verr.. enak banget.. terus Ver.. goyang terus" erang Toni. Erangan Toni membuat gejolak birahiku semakin menjadi-jadi, kuremas buah  dadaku sendiri yang ditinggalkan tangan Andri.. Ohh aku sungguh  menikmati semua ini.
  Andri yang merasa kurang puas meminta merubah posisi. Toni duduk disofa  dengan kaki menjulur dilantai, Akupun merangkak kearah batang  kemaluannya. "Isep Ver" pinta Toni, segera kulumat kejantanannya dengan rakus. "Ooohh.. enak Ver.. isep terus" Bersamaan dengan itu kurasakan Andri menggesek-gesek bibir kemaluanku  dengan kepala kejantanannya. Tubuhku bergetar hebat, saat batang  kemaluan Andri-yang satu setengah kali lebih besar dari milik  Toni-dengan perlahan menyeruak menembus bibir kemaluanku dan terbenam  didalamnya. Tusukan-tusukan kejantanan Andri serasa membakar tubuh,  birahiku kembali menggeliat keras. Aku menjadi sangat binal merasakan  sensasi erotis dua batang kejantanan didalam tubuhku. Batang kemaluan  Toni kulumat dengan sangat bernafsu. Kesadaranku hilang sudah naluriku  yang menuntun melakukan semua itu.
  "Verr.. terus Verr.. gue ngga tahan lagi.. Aaarrgghh" erang Toni. Aku tahu Toni akan segera menumpahkan cairan kenikmatannya dimulutku,  aku lebih siap kali ini. Selang berapa saat kurasakan semburan-semburan  hangat sperma Toni. "Aaagghh.. nikmat banget Verr.. isep teruss.. telan Verr" jerit Toni,  lagi-lagi naluriku menuntun agar aku mengikuti permintaan Toni, kuhisap  kejantananya yang menyemburkan cairan hangat dan.. kutelan cairan itu.  Aneh! Entah karena rasanya, atau sensasi sexual karena melihat Toni yang  mencapai klimaks, yang pasti aku sangat menyukai cairan itu. Kulumat  terus itu hingga tetes terakhir dan benda keras itu mengecil.. lemas.
  Toni beranjak meninggalkan aku dan Andri, sepeninggal Toni aku merasa  ada yang kurang. Ahh.. ternyata dikerjai dua pria jauh lebih mengasikkan  buatku. Namun hujaman-hujaman kemaluan Andri yang begitu bernafsu dalam  posisi \'doggy\' dapat membuatku kembali merintih-rintih. Apalagi  ditambah dengan elusan-elusan Ibu jarinya dianusku. Bukan hanya itu,  setelah diludahi Andri bahkan memasukan Ibu jarinya ke lubang anusku.  Sodokan-sodokan dikewanitaanku dan Ibu jarinya dilubang anus membuatku  mengerang-erang. "Ssshh.. engghh.. yang keras Drii.. mmpphh" "Enak banget Drii.. aahh.. oohh" Mendengar eranganku Andri tambah bersemangat menggedor kedua lubangku,  Ibu jarinya kurasakan tambah dalam menembus anusku, membuatku tambah  lupa daratan.
  Sedang asiknya menikmati, Andri mencabut kejantanan dan Ibu jarinya. "Andrii.. kenapa dicabutt" protesku. "Masukin lagi Dri.. pleasee" pintaku menghiba. Sebagai jawaban aku hanya merasakan ludah Andri berceceran di lubang  anusku, tapi kali ini lebih banyak. Aku masih belum mengerti apa yang  akan dilakukannya. Saat Andi mulai menggosok kepala penisnya dilubang  anus baru aku sadar apa yang akan dilakukannya. "Andrii.. pleasee.. jangan disitu" aku menghiba meminta Andri jangan melakukannya. Andri tidak menggubris, tetap saja digosok-gosokannya, ada rasa  geli-geli enak kala ia melakukan hal itu. Dibantu dengan sodokan jarinya  dikemaluanku hilang sudah protesku. Tiba-tiba kurasakan kepala  kemaluannya sudah menembus anusku. Perlahan namun pasti, sedikit demi  sedikit batang kenikmatannya membelah anusku dan tenggelam habis  didalamnya.
  "Aduhh sakitt Drii.. akhh..!" keluhku pasrah karena rasanya mustahil menghentikan Andri. "Rileks Ver.. seperti tadi, nanti juga hilang sakitnya" bujuknya seraya  mencium punggung dan satu tangannya lagi mengelus-elus klitorisku. Separuh tubuhku yang tengkurap disofa sedikit membantuku, dengan begitu  memudahkan aku untuk mencengram dan mengigit bantal sofa untuk  mengurangi rasa sakit. Berangsur-angsur rasa sakit itu hilang, aku  bahkan mulai menyukai batang keras Andri yang menyodok-nyodok anusku.  Perlahan-lahan perasaan nikmat mulai menjalar disekujur tubuhku. "Aaahh.. aauuhh.. oohh Drii" erang-erangan birahiku mewarnai setiap sodokan penis Andri yang besar itu. Andri dengan buasnya menghentak-hentakan pinggulnya. Semakin keras Andri  menghujamkan kejantananya semakin aku terbuai dalam kenikmatan.
  Toni yang sudah pulih dari \'istirahat\'nya tidak ingin hanya menonton,  ia kembali bergabung. Membayangkan akan dijarah lagi oleh mereka  menaikan tensi gairahku. Atas inisiatif Toni kami pindah kekamar tidur,  jantungku berdebar-debar menanti permainan mereka. Toni merebahkan diri  terlentang ditempat tidur dengan kepala beralas bantal, tubuhku ditarik  menindihinya. Sambil melumat mulutku-yang segera kubalas dengan  bernafsu-ia membuka lebar kedua pahaku dan langsung menancapkan  kemaluannya kedalam vaginaku. Andri yang berada dibelakang membuka  belahan pantatku dan meludahi lubang anusku. Menyadari apa yang akan  mereka lakukan menimbulkan getaran birahi yang tak terkendali ditubuhku.  Sensasi sexual yang luar bisa hebat kurasakan saat kejantanan mereka  yang keras mengaduk-aduk rongga kewanitaan dan anusku. Hentakan-hentakan  milik mereka dikedua lubangku memberi kenikmatan yang tak terperikan.
  Andri yang sudah lelah berlutut meminta merubah posisi, ia mengambil  posisi tiduran, tubuhku terlentang diatasnya, kejantanannya tetap berada  didalam anusku. Toni langsung membuka lebar-lebar kakiku dan  menghujamkan kejantanannya dikemaluanku yang terpampang menganga. Posisi  ini membuatku semakin menggila, karena bukan hanya kedua lubangku yang  digarap mereka tapi juga payudaraku. Andri dengan mudahnya memagut  leherku dan satu tangannya meremas buah dadaku, Toni melengkapinya  dengan menghisap puting buah dadaku satunya. Aku sudah tidak mampu lagi  menahan deraan kenikmatan demi kenikmatan yang menghantam sekujur  tubuhku. Hantaman-hantaman Toni yang semakin buas dibarengi sodokan  Andri, sungguh tak terperikan rasanya. Hingga akhirnya kurasakan sesuatu  didalam kewanitaanku akan meledak, keliaranku menjadi-jadi.
  "Aaagghh.. ouuhh.. Tonn.. Drii.. tekaann" jerit dan erangku tak karuan. Dan tak berapa lama kemudian tubuhku serasa melayang, kucengram pinggul  Toni kuat-kuat, kutarik agar batangnya menghujam keras dikemaluanku,  seketika semuanya menjadi gelap pekat. Jeritanku, lenguhan dan erangan  mereka menjadi satu. "Aduuhh.. Tonn.. Drii.. nikmat sekalii" "Aaarrghh.. Verr.. enakk bangeett" Keduanya menekan dalam-dalam milik mereka, cairan hangat menyembur  hampir bersamaan dikedua lubangku. Tubuhku bergetar keras didera  kenikmatan yang amat sangat dahsyat, tubuhku mengejang berbarengan  dengan hentakan-hentakan dikewanitaanku dan akhirnya kami.. terkulai  lemas.
  Sepanjang malam tak henti-hentinya kami mengayuh kenikmatan demi  kenikmatan sampai akhirnya tubuh kami tidak lagi mampu mendayung. Kami  terhempas kedalam mimpi dengan senyum kepuasan. Dihari-hari berikutnya  bukan hanya Andri dan Toni yang memberikan kepuasan, tapi juga pria-pria  lain yang aku sukai. Tapi aku tidak pernah bisa meraih kenikmatan bila  hanya dengan satu pria.. aku baru akan mencapai kepuasan bila  \'dijarah\' oleh dua atau tiga pria sekaligus.
 
 
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - mbak siska dan lisa               May 6th 2013, 15:19                                                Suasana rumah waktu itu sangat sepi. Keluargaku pergi berlibur ke  daerah. Di rumahku hanya ada Mbak Siska dan Lisa yang ikut orang tuaku  dari daerah dan pembantuku sri. Wajah dan tubuh Mbak Siska dan Lisa  seperti pemandangan yang indah, mereka sangat mm. Terkadang kawan atau  kenalanku yang datang suka memuji wajah dan tubuh mereka. Beberapa  temanku ingin berpacaran dengan mereka tapi tak dapat. Sering mereka  dikira saudaraku. Pacarku kadang cemburu dengan mereka. Memang banyak  kelebihan mereka dibanding pacarku. 
  Waktu itu aku pulang kuliah dan pulang ke rumah bersama pacarku. Ya  tentu saja peluang ini kumanfaatkan. Kunikmati tubuh pacarku. Tapi ada  yang kurang. Milikku tak ia ijinkan menikmati tubuhnya. Kunikmati tubuh  polos pacarku berjam-jam. Tapi kurasa aku kecewa. Sebenarnya aku ingin  merasakan bersengsama. Aku berharap pacarku dapat memberikannya. Tapi  apa boleh buat, karena hari sudah sore kuantar dia pulang.
  Setiba di rumah lagi, sekilas aku lihat Mbak Siska baru selesai mandi.  Ia terkaget karena tak menyangka aku ada di rumah. Cepat-cepat dia masuk  ke kamar. Birahiku terangsang melihat tubuhnya yang hanya tertutup  handuk, rasanya kuingin menikmati tubuhnya. Kulihat pintu kamarnya  tertutup. Karena hasratku menginginkannya. Maka kucoba masuk ke  kamarnya. Ternyata pintunya tidak terkunci dan segera kumasuk. Melihat  kehadiranku, Mbak Siska terkaget. Lalu ia bertanya padaku,"Ada apa Mas  Geri, Mas Geri nyari apa?" dengan canggung karena hanya mengenakan  handuk.Kulihat tubuhnya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Wajahnya  cantik, dewasa dan lembut. Kulitnya bersih, putih mulus dan terlihat  lembut. Lipatan dadanya sangat dalam. Kedua buah dadanya yang terhimpit  handuk memang besar dan kelihatan benar-benar mulus, baru kulihat  seperti ini. Pinggulnya membentuk dan lingkaran perutnya terlihat lebih  kecil. Pahanya terlihat semua dan hampir selangkangannya terlihat tapi  sayang tertutup handuk. Betisnya bagus.
  Aku tak tahan melihat tubuh Mbak Siska. Perlahan kuhampiri. Lalu  tanganku meraih handuk Mbak Siska dan sesaat handuknya kulepaskan. Mbak  Siska benar-benar kaget. "Geri kamu kenapa?" jawab Mbak Siska dengan  takut. Lalu kedua tangannya menutupi kemaluan dan dadanya. "Tubuh Mbak  bagus," sahutku. Terlihat tadi keindahan tubuhnya yang polos. Kupeluk  Mbak Siska. Mbak Siska berusaha menghindar. Tapi kurasakan cara menolak  Mbak Siska halus. Tanpa pikir kudekap pantat Mbak Siska dengan tanganku.  Dada Mbak Siska yang tertutup tangannya segera kuraih, kuremas dan  kadang putingnya kupelintir-pelintir sedikit. Kurasakan padat dan kenyal  di kedua tanganku. "Jangan Ger!" ucap Mbak Siska dengan lembut. Tak  kuindahkan ucapannya. Segera bibirku mengecup bibirnya yang kulitnya  terlihat tipis dan lembut. Kulahap bibir Mbak Siska. Terkadang Mbak  Siska menolaknya tapi terkadang ia malah membalasnya.
  Kugiring tubuhnya ke tempat tidur. Rasanya kuingin merasakan bersetubuh.  Kemudian salah satu tanganku melepaskan resleting dan mengeluarkan  milikku. Segera kudorong tubuhnya dengan tubuhku ke tempat tidur.  Akhirnya tubuhnya terbaring dan kutindih. Kutempelkan milikku di bibir  vagina Mbak Siska. Sesaat Mbak Siska melepaskan bibirnya dari bibirku.  "Jangan Ger!" ucapnya sesaat.Tanpa pikir lagi kulahap bibirnya lagi.  Rasanya inilah kesempatanku merasakan kenikmatan tubuh wanita. Dan  milikku sesaat mencoba menerobos masuk. Mbak Siska melepaskan bibirku  lagi."Jangan Ger!" ucapnya mengingatkanku. Kutakperdulikan ucapan Mbak  Siska. Sesaat kurasakan penisku berhasil masuk dan tertelan di liang  vagina Mbak Siska. "Oouuhh," ucap Mbak Siska sekeras-kerasnya. Akhirnya  kurasakan kenikmatan tubuh wanita. Rasa liang vagina Mbak Siska tidak  terlalu licin. Tapi kurasakan lembutnya liang vagina Mbak Siska.  Kunikmati dan perlahan kukeluar masukkan. "Geri.. kamu.." ucap Mbak  Siska sesaat. Beberapa lama kemudian kurasakan liang vagina Mbak Siska  licin dan membuat penisku agak basah sampai ke buluku. Akhirnya  kukeluar-masukkan milikku di liang vagina Mbak Siska. Kulihat dagu dan  dada Mbak Siska terangkat tinggi. Desahan demi desahan ia keluarkan.  Terkadang kulihat wajah Mbak Siska menghadap ke kanan dan kiri.
  Aku menyukai kejadian ini, sampai-sampai milikku memuncratkan cairan di  dalam tubuh Mbak Siska. "Aahh.. oouuhh.." sambil Mbak Siska ucapkan  seiring semburanku. Rasanya benar-benar nikmat. Kuterdiam karena nikmat.  Selang berapa saat kemudian kurasakan liang vagina Mbak Siska mendekap  rapat milikku. Seakan-akan milikku digigit. Kurasakan kedua tangan Mbak  Siska menarik punggungku dan segera memelukku rapat. Kurasakan badannya  benar-benar menegang. Setelah itu ia terdiam lemas dan pasrah. Kurasakan  aku masih pingin dan masih kuat. Tanpa basa-basi aku nikmati lagi  liangnya. Matanya menatap mataku dengan lembut. Desahan pun ia keluarkan  lagi. Dan akhirnya kusemburkan cairan lagi. Kusengaja di dalam, karena  aku tahu Mbak Siska pernah nikah dan ia bercerai karena mandul.
  Akhirnya kuselesai dan membungkus kembali milikku. Dan kududuk di  pinggir tempat tidur. Kulihat Mbak Siska perlahan duduk. Sesaat dia  terdiam. Kali ini kebanggaannya tidak ia tutupi dari mataku tampaknya ia  sudah tidak canggung denganku. Rambut panjangnya yang agak menutupi  dada ia uraikan dan rapikan ke belakang sehingga buah dadanya terlihat  jelas. Tanganku memegang lagi salah satu buah dadanya. "Geri.." sahut  Mbak Siska dengan raut wajah yang sudah agak memucat dari tadi. "Nggak  apa-apa kan Mbak Siska?" ucapku sambil kuraba-raba dadanya dan kadang  kuremas dan kumainkan putingnya. Kali ini Mbak Siska tidak menolak.  Kukecup bibirnya dan kurasakan cara Mbak Lisa berciuman dan perlahan  kupelajari dan akhirnya kumengerti.
  Kami kali ini kami saling membalas bibir, lidah dan berebutan menghisap  liur. Setelah berapa lama aku keluar dari kamar Mbak Siska. Beberapa  saat kumenuju ke kamarku. Aku bersapa dengan Lisa. Lalu aku ajak ia  mengobrol dan menonton di ruang TV. Kami duduk berdekatan. Terkadang  kuperhatikan wajah Lisa dan memang ia manis. Kuperhatikan sosoknya dan  kurasa tubuhnya bagus. Wajahnya sangat menarik. Lisa mengenakan kaos  tanpa lengan dan celana pendek. Kuperhatikan satu persatu. lehernya  putih bersih dan mulus memang merangsang. Pundaknya, lengannya, putih  bersih dan mulus juga merangsang. Dadanya berbentuk juga berukuran.  Pinggangnya yang ramping seakan enak untuk dirangkul. Pinggulnya yang  berbentuk. Celana pendeknya membuat paha yang bersih dan putih mulus  merangsang mata. Betisnya bagus. Tingginya lumayan.
  Kudekati tubuhnya saat duduk bersamaan. Kurangkul, kupeluk. Tampaknya ia  tidak menolak. Kubuai rambutnya. "Mas.. aku jadi merinding," ucap Lisa  dengan agak manja. "Kenapa..? nggak apa-apa kan?" sahutku. Kurasa  kehangatan dirinya melebihi pacarku. Tampaknya aku terangsang. Salah  satu tanganku yang membuai rambutnya kemudian mengelus pundaknya. Satu  tanganku lagi menyentuh pahanya yang merangsang. Rupanya Lisa tak  menolak. Perlahan kuelus dan meraba-raba pahanya. Kulitnya halus dan  lembut. Perlahan tanganku menuju ke selangkangannya dan perlahan  mengelus belahannya yang tertutup celana. Kulihat Lisa membiarkanku dan  wajahnya agak menegang dan grogi. Bibir bawahnya terkadang ia gigit  dengan lembut. Tanganku kemudian merangkul pundaknya. Pelan-pelan  tanganku berjalan ke arah dadanya. Kurasakan ia hanya diam. Lalu  perlahan kudekap buah dadanya yang cukup besar dan kuraba-raba.
  "Mas.." ucap Lisa pelan. Kulihat bibirnya yang mengucap. Terlihat lembut  dan merangsang. Rasanya bibirku bergerak otomatis menghampiri bibir  Lisa. Lalu kukecup, rasanya memang lembut. Nikmat rasanya dan langsung  kulahap bibirnya dengan nafsuku. Lisa diam tak bergerak. Dia terdiam  pasrah melayaniku. Lalu kupeluk Lisa secara berhadapan. Kurasakan empuk  buah dadanya di dadaku. Kuraba-raba punggungnya. Perlahan tanganku turun  ke pinggang Lisa lalu menyusup di dalam kaosnya. Kurasakan kulit yang  lembut dan halus. Kuraih tali BH Lisa, kubuka kaitannya. Akhirnya  kuelus-elus dengan leluasa punggungnya karena tak terhalang tali BH-nya.  Kurasakan Lisa mengikuti keinginanku. Tanganku bergerak ke arah  ketiaknya. Terasa tubuhnya goyang dan perlahan kuhampiri dadanya.  Kurasakan bulatan yang besar. Tanganku tak cukup mendekap buah dadanya.  Masih ada bagian yang tersisa. Akhirnya aku dapat merasakan tubuh wanita  yang selama ini hanya gambar khayalan.
  Lisa terdiam seakan sedang melayaniku. Perlahan kedua tanganku turun ke  pinggangnya lalu kuangkat kaos dan BH-nya. Kulihat kedua buah dadanya.  Akhirnya mataku dapat melihat ukuran dada yang selama ini hanya dapat  kulihat di gambar-gambar. Kutatap dengan kedua mataku dan tanganku  meraba-raba dan menikmati bentuknya. Kulihat Lisa hanya diam dan tegang.  Wajahnya agak memucat. Kulahap bibirnya dan kuremas dadanya. Kurasakan  Lisa diam pasrah. Tanganku turun dari dadanya dan turun menusup  celananya. Kurasakan "hutan" Lisa di dalam celana dalamnya. Kurasakan  belahan dan kumainkan tonjolan Lisa. Secara bertahap kurasakan tanganku  basah dan licin. Kemudian Lisa melepaskan kecupan bibirku. "Mas Geri,  jangan yang itu Mas, aku masih.." ucap Lisa. Ternyata ucapan Lisa malah  merangsangku. Perlahan tanganku menyusup di liang vagina Lisa. "Aaahh..  Mas Geri," rintih Lisa seiring jariku yang tertelan di liangnya.
  Secara bertahap kukeluar-masukkan jariku di liangnya sampai cepat.  Kulihat dagu Lisa terangkat. Matanya terpejam. Mulutnya perlahan terbuka  dan kemudian bibir bawahnya ia gigit halus. Melihat ini wajahku  menghampiri salah satu buah dadanya. Kubuka mulutku. Lalu kutelan dan  kuhisap putingnya. Sesaat ia membusungkan dadanya. Serasa aku diberikan  menu pilihan oleh Lisa. Kemudian kuberhenti dan kami berhenti sesaat.
  Kurasakan birahiku menginginkan senggama. Kuajak Lisa ke kamarku. Kami  duduk di pinggir tempat tidur. Kami berpelukan berciuman dan kedua  tanganku menggerayangi tubuhnya. Sesaat satu persatu kain yang  menyeliuti tubuh kami terlepas. Bibir, leher, telinga, pundak, punggung,  buah dada, perut, pinggang, belahan selangkangannya, pahanya kunikmati  dengan mulut dan tanganku. Sesaat posisinya terlentang. Kedua pahanya  kubuat mengangkang lebar. Terlihat dengan jelas bagian demi bagian  kenikmatan di belahan Lisa. Milikku kuhunuskan di bibir vagina Lisa.  Perlahan kumasukkan milikku. Kurasakan kepala milikku agak tertelan.  Sesaat Lisa menahan nafas merasakan milikku menyusup sesaat. Dagunya  terangkat dan dadanya mengusung. Kudiamkan milikku tertahan. Kupeluk  tubuhnya. Kuciumi dagunya yang terangkat kemudian seluruh lehernya.  Kurasakan bibir vagina Lisa basah dan licin. Perlahan kumasukkan penisku  ke dalam liang Lisa yang lebih mendekap ke rahim Mbak Siska. Kurasakan  kelembutan liang Lisa. Sesaat kumerasakan kenikmatan wanita yang  memiliki ciri khas masing-masing.
  Kulihat mulut Lisa terbuka. Bibir dan mulutnya bergetar. Seakan mendesah  tanpa suara. Matanya setengah terpejam. Wajahnya terkadang  berpindah-pindah hadapan. Kurasakan ganjalan buah dada Lisa di saat aku  memeluknya. Desahan demi desahan akhirnya terdengar jelas dari bibir  Lisa. Kurasakan puncakku tiba. Kucabut milikku dan sesaat bagian perut  sampai wajah Lisa terkena semburanku.
  Sesaat kulihat Lisa menjilat cairanku yang menepel di bibirnya.  Tampaknya ia menyukainya dan kemudian ia telan. Melihat ini kuhampiri  wajah Lisa dan milikku kutempelkan ke bibirnya. Awalnya ia canggung.  Kemudian ia buka mulutnya. Kemudian kumasukkan milikku ke mulutnya. Ia  pun melahapnya juga. Sesaat kurasakan milikku di dalam mulut Lisa yang  lembut. Kurasakan milik dan cairanku ditelan habis. Tampaknya aku masih  sanggup menyetubuhinya. Tanpa pikir lagi kubuat posisi bersetubuh.  Kutancapkan milikku lagi di liang vagina Lisa. Sesaat ia menegang lagi.  Kunikmati lagi liang Lisa. Dan kurasakan liang Lisa, kemudian mendekap  dan seakan menggigit milikku. Tangannya meremas pantatku dengan kuat.  Ah, tanpa bisa terkontrol aku melepaskan cairanku di dalam tubuh Lisa.  Aku terdiam sesaat. Kurasakan nikmat dan bingung. Semoga Lisa tidak  hamil. Lalu kemudian kami mandi dan di sana kami juga sempat  melakukannya lagi. Rasanya aku ketagihan.
  Selesai mandi Mbak Siska kulihat di dalam kamar. Aku dan Lisa keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang polos. "Kalian kenapa?" tanya Mbak Lisa kepada kami. "Nggak kenapa-napa kok Mbak," sahutku. "Kamu nggak kenapa-napa Lis?" tanya Mbak Siska. "Nggak kenapa-napa kok Mbak," jawab Lisa. Mbak Siska heran melihat keadaan kami. Kulihat Lisa mengambil pakaiannya  kembali dan ia pakai. Kemudian Mbak Siska menghampiri Lisa dan  menanyakan sesuatu. Saat itu aku sedang mengenakan pakaianku.
  Setelah beberApa lama mereka selesai berbincang. "Mas Geri aku keluar ya," sahut Lisa. "Ya Lis," sahutku. "Mbak Siska tadi bingung ngeliat rumah sepi, Mbak kira kalian pada kemana," tanya Mbak Siska kepadaku. "Kami di sini lagi.." sahutku dengan nada bingung. "Lisa nggak kenapa-napa kan Ger?" tanya Mbak Siska. "Nggak kenapa-napa Mbak, Cuma.." sahutku sambil aku mendekatinya.
  Kedua tanganku memeluk pinggangnya. "Ada apa Ger?" tanya Mbak Siska  sambil membuai rambutku.Kemudiam aku mengecup bibir Mbak Siska dan kami  berciuman sesaat. Kemudian Mbak Siska melepaskan kecupanku. "Ger udah  ya.. Mbak mau keluar," sahut Mbak Siska. Tampaknya aku ketagihan terhadap mereka. Kejadian ini terus berulang dan  untung Lisa tidak hamil. Aku sempat berhubungan bersamaan dengan Mbak  Siska dan Lisa. Beberapa lama kemudian aku juga melakukan hubungan  seperti ini dengan beberapa teman perempuan. Akhirnya aku juga  berhubungan dengan pacarku. Tapi ini bukan pertama buat dia. Hubungan  kami hanya sesaat dan kami tidak cocok. Kurasakan ia lebih banyak  kekurangan dibanding Mbak Siska dan Lisa. Akhirnya ia nikah dengan orang  lain. Setelah aku berhasil akhirnya menikah dengan Lisa. Dan hubungan  aku dengan Mbak Siska berkurang semenjak ia menikah dengan duda beranak.  Lisa mengetahui hal ini dan tidak mempermasalahkannya. Akhirnya aku  memiliki anak. Dan entah kehidupan selanjutnya.
  end
 
 
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Penjelajah tengah malam               May 6th 2013, 15:18                                                Cerita ini terjadi 7 tahun yang lalu, waktu itu aku masih berumur 14  tahun. Dan sejak peristiwa itu, kemalangan demi kemalangan menimpaku,  sungguh jelek nasibku. Kepada siapa aku berani mengadukan nasibku ini,  kecuali kepada para pembaca di situs cerita online ini, mudah-mudahan  ada yang mau menolongku, mengentaskan nasibku yang jelek. Namaku Nadya,  adalah anak bungsu dari 6 bersaudara, ayahku adalah pegawai rendah  pemerintahan di kota Malang, keluargaku termasuk miskin, rumah setengah  batu, kondisinya sudah tua, namun letaknya di tepi jalan propinsi. 
  Di rumah, aku tinggal bersama seorang kakak laki-laki, Ayah dan Ibuku,  sedang mbak-mbak dan mas-masku yang lain sudah berkeluarga. Masih ada  lagi, mbak-mbak 2 orang yang membantu Ibuku, dan kadang-kadang ada  seorang tukang antar beras dari desa yang menginap di rumahku kalau  kemalaman. 
  Untuk menutupi biaya hidup keluarga, Ibuku terpaksa membuka warung pecel  di rumah, lumayan karena untuk keperluan sehari-hari keluarga dapat  ditolong dari warung ini. Biarpun baru kelas 3 SMP, tubuhku termasuk  bongsor, tinggiku sekitar 150 cm, beratku 38 kg, dan buah dadaku sudah  mulai besar, sebesar mangga yang sekilonya berisi dua, kulitku kuning  langsat, bersih dan wajahku terbilang cantik, badanku proporsional, kata  teman-temanku. 
  Orangtuaku mendidik dengan ketat dalam suasana jawa dan keagamaan yang  taat, dan tabu akan hal-hal yang berbau erotis atau porno, lebih-lebih  sampai melakukan hal itu sebelum menikah. Terlebih lagi di usiaku yang  masih sangat muda, aku tidak pernah berani mau macam-macam dengan  laki-laki yang mencoba menaksirku. Selain itu, aku kasihan dengan orang  tuaku, apabila ada kejadian yang menyusahkan beliau berdua. 
  Kehidupanku berjalan biasa-biasa saja, sampai kejadian itu terjadi.  Waktu itu, di tengah malam tiba-tiba aku terbangun dari tidur, aku  merasa nafasku sesak, dan mataku gelap, kaki dan tanganku sakit, serta  perut dan dadaku tertekan benda yang berat. Aku menjadi panik dan  mencoba bersuara tetapi tidak bisa, rupanya mulutku tertutup oleh  sesuatu benda, dan juga mataku, sedang benda yang menindihku itu  ternyata orang. Tangan dan kaki yang sakit ini, rupanya disebabkan  karena telah diikat dengan kuat, sehingga terasa sakit dan tidak dapat  bergerak. Setelah sadar betul dari tidurku ini, aku menyadari ada suatu  peristiwa yang menakutkan akan terjadi. Tanganku diikat di sisi atas  tempat tidur, sedangkan kakiku diikat di sisi bawah sehingga kakiku  menganga. Aku telentang di tempat tidur dalam posisi seperti huruf "X".  Aku merasa bahwa sebagian pakaianku sudah tidak melekat dengan benar di  badanku, BH-ku tersingkap, dan celana dalamku rupanya sudah tidak ada.  Ada tangan yang dengan kasar sedang meraba-raba kemaluan dan buah  dadaku, terutama pada kedua puting susuku yang terasa digigit-gigit,  ngilu-ngilu sakit. Dan terdengar suara napas ngos-ngosan, sambil  menggigit dan menjilat-jilat sekujur badanku, buah dadaku, leherku,  telingaku, dan terus turun kebawah. Aku mulai menangis, karena merasa  tidak berdaya, tapi tidak bisa, berteriak pun tidak bisa, saking  ngerinya, aku kemudian tidak sadarkan diri. 
  Tidak berselang lama kemudian, aku tersadar kembali, aku merasa posisi  badanku belum berubah, masih saja telentang dengan kedua tangan dan kaki  terikat pada sudut-sudut tempat tidur. Hanya saja sekarang semua baju  yang melekat pada tubuhku telah terlepas, sehingga aku telentang dengan  keadaan telanjang bulat. Aku sedih sekali, karena benar-benar tidak  berdaya untuk mempertahankan kehormatanku, sebentar lagi hidupku akan  hancur, setelah bajingan yang tidak kukenal dan tidak dapat kulihat itu  selesai memerkosaku. Aku benar-benar sedih menyadari bahwa bagian  terpenting dari hidupku sebentar lagi akan direnggut paksa oleh orang  yang tak kukenal. 
  Rupanya, pada saat semua keluargaku sudah tertidur, ada orang yang masuk  ke dalam rumah dan kemudian masuk ke kamarku yang kebetulan kuncinya  hanya dari slot kayu yang dipakukan ke kusen pintu, sehingga cukup  disentak sekali saja bisa lepas. Rupanya     orang tersebut sudah cukup mengetahui situasi rumahku. Tangan dan kakiku  masih terikat, dan mulut serta mataku pun masih tertutup, menurut  perkiraanku pada saat itu kira-kira pukul 12-1 malam, aku ketahui dari  bunyi jangkrik yang sayup-sayup kedengaran. Tiba-tiba aku merasa,  badanku ada yang mengelus-elus dan menggerayangi, kedua buah dadaku  terasa diremas-remas dan pada bagian putingku dipelintir-pelintir.  Bagian perutku terasa dicium dan dijilat-jilat, terus menurun kebawah  dan kemudian giliran kedua paha saya yang kemudian dicium-cium dan  dijilat-jilat, terus kepangkal pahaku, akhirnya kemaluanku yang menjadi  sasaran permainan mulut dan lidah orang tersebut. Terasa lidahnya  menyapu kedua bibir kemaluanku dan sekali-sekali terasa lidahnya mencoba  membelah bibir kemaluanku untuk menerobos kedalam lubang vaginaku. Pada  saat berikutnya terasa klitorisku menjadi sasaran lidahnya. Aku tidak  dapat berkutik, ingin kututup pahaku, tetapi kedua kakiku dipegangi dan  diikat dengan kuat. 
  Mula-mula terasa pedih, linu dan nyeri luar biasa. Lidah orang itu,  menyapu bibir kemaluanku dan mencoba menerobos ke dalam liang vaginaku,  sambil menggigit dan menjilati clitorisku, dan kadang-kadang lidahnya  terjulur ke dalam liang vaginaku. Gigitan-gigitan kecilnya mula-mula  membuatku merasa sakit, tapi lama-kelamaan muncul rasa lain yang belum  pernah kurasakan seumur hidupku, geli, linu, sedikit perih tapi nikmat  sehingga membuat seluruh badanku terasa panas dingin. Lama-kelamaan  tanpa terasa aku menggoyang-goyangkan pantatku karena menahan rasa geli  luar biasa yang ditimbulkan dari permainan mulut dan lidahnya pada  bagian-bagian sensitifku itu. Dan dihisap-hisapnya pula, sehingga aku  semakin bertambah tak dapat menahan rasa gelinya, dan tangan orang itu  pun tidak tinggal diam, dipuntir-puntirnya puting buah dadaku, serta  diremas-remasnya, sehingga menambah rasa geli sekaligus nikmat. 
  Aku sudah melupakan rasa takut dan sedih, berganti dengan rasa sangat  nikmat, nikmat sekali, sulit kuutarakan rasa nikmatnya. Rupanya inilah,  yang disebut dengan surga dunia. Saking tidak tahannya, aku ingin  menjerit tapi tidak dapat mengeluarkan suara, hanya desahan dari  hidungku, tiba-tiba aku merasakan suatu kenikmatan luar biasa yang tidak  dapat kulukiskan dan aku tiba-tiba merasa hendak pipis, "...crut...,  crut..., crut..., nyut..., nyut..., nyut...", dan bagian dalam  kemaluanku terasa berdenyut-denyut. Badanku menjadi kejang dan bergetar  dengan hebat sampai tak terasa badanku tersentak-sentak dan  terangkat-angkat di atas tempat tidur. Rupanya aku telah mencapai yang  disebut orgasme. Dan pipisku itu rupanya cairan yang menyemprot dari  dalam vaginaku saat orgasme. Setelah saat kenikmatan yang melandaku  usai, seluruh badanku terasa lemas tak bertenaga. 
  Kemudian terasa orang itu mulai menindihku, mulutnya terasa  menghisap-hisap leherku, mulutnya berbau aneh, rupanya itu adalah bau  cairan yang keluar dari milikku. Tangannya meraba-raba dan meremas-remas  seluruh tubuhku, terutama pada kedua bongkahan pantatku, kadang dengan  halus tapi seringkali kasar, dan tiba-tiba pada pangkal pahaku, tempat  dimana tadi dijilat-jilat dan di sedot-sedotnya, terasa ada benda  tumpul, keras lagi besar menggesek-gesek di antara kedua pahaku yang  sudah terkangkang itu. Secara otomatis aku mencoba merapatkan kedua  kakiku, akan tetapi tidak bisa karena tertahan oleh ikatan pada  sudut-sudut tempat tidur. Benda tumpul itu terasa mengoles-oles bibir  kemaluanku dan sekali-sekali ditekan pada klitorisku. Terasa sangat geli  dan ada perasaan nikmat yang menjalar ke seluruh tubuhku. Tak terasa  kemaluanku menjadi sangat basah dan ini rupanya disadari juga oleh orang  tersebut, bahwa aku sudah sangat siap untuk permainan selanjutnya.  Secara perlahan-lahan terasa benda tersebut menguak kedua bibir  kemaluanku yang masih sangat rapat dan terasa benda tersebut memaksa  masuk kedalam lubang vaginaku. Rupanya itu adalah penis orang itu,  perasaan sakit pada kemaluanku mulai terasa, pedih, terasa penis orang  tersebut yang rupanya sangat besar sulit menembus kemaluanku yang masih  perawan, aku mencoba menjerit, tapi hanya terdengar lenguhan dan  dengusan dari hidungku saja, karena mulutku dibekap. 
  Aku mencoba berontak, tapi tidak bisa, karena kedua tangan dan kakiku  terikat, benar-benar aku merasa tidak berdaya. Dan akhirnya, aku merasa  kemaluanku seakan-akan terbelah dan ulu hatiku seakan-akan disodok oleh  benda tumpul, ketika orang tersebut dengan ganas dan kasar secara brutal  menekan masuk dengan paksa seluruh penisnya kedalam lubang kemaluanku.  Terasa besar dan panjang, memadati serta mengisi setiap sudut ruang  kemaluanku, sakit dan ingin pingsan rasanya bercampur aduk dalam diriku.  Penis yang besar itu terasa memadati dan terbenam, diam sejenak dalam  kemaluanku. Tidak lama kemudian terasa orang itu mulai menaikturunkan  pantatnya, sehingga penisnya naik turun, masuk keluar, pada kemaluanku.  Mula-mula setiap penisnya bergerak masuk atau keluar dari kemaluanku,  terasa sakit dan nyeri, akan tetapi lama kelamaan, rasa perih hilang dan  berganti dengan rasa nikmat, perasaan nikmat yang sukar kulukiskan,  semakin lama perasaan nikmat itu mulai menjalar ke seluruh tubuhku,  sehingga aku merasa seakan melayang-layang. Badanku dengan tidak sadar  mulai meresponsnya dengan ikut bergoyang-goyang, dan tiba-tiba badanku  bergetar lagi dengan hebat dan bagian dalam kemaluanku kembali  berdenyut-denyut dengan hebat, aku mengalami orgasme lagi dan bahkan  lebih hebat daripada sebelumnya. Dan rupanya, orang itu masih tetap kuat  dan naik turun, terus-menerus, beberapa saat kemudian, aku mengalami  orgasme lagi, lagi dan lagi, dan dia masih naik turun terus dengan  stabil tanpa ada tanda-tanda akan berhenti, aku keluar terus menerus  lagi dan lagi. Sampai seluruh badanku terasa lemas tidak bertenaga. 
  Aku sekarang benar-benar terkapar tidak berdaya, dengan kedua kaki yang  terpentang diperkosa oleh orang tersebut sesuka hatinya. Dan orang itu,  suatu saat mempercepat gerakannya, dan tiba-tiba dia merangkulku  kuat-kuat, serta menciumi serta menghisap leherku kuat-kuat, dan terasa  penisnya berdenyut-denyut, kemudian terasa cairan hangat kental  menyembur dengan derasnya membasahi rongga-rongga lubang kewanitaanku.  Dan karena tekanan badannya yang kuat serta denyutan-denyutan yang  kurasakan dari penisnya, sehingga membuatku kemblai mengalami orgasme  yang ke sekian kalinya secara bersamaan dengan orang tersebut. Badanku  bergetar dan akupun merasakan denyutan-denyutan juga, nikmat sekali.  Badan orang tersebut terkulai menelungkup di atas badan saya dengan  penisnya yang masih terbenam di dalam liang kewanitaanku. 
  Setelah beristirahat sebentar terasa penis orang tersebut yang masih  terbenam dalam kemaluanku mengeras kembali. Dan malam itu rupanya  permainan belum usai, dengan semangat menggebu-gebu orang itu mengulangi  lagi permainannya, demikian diulanginya sampai tiga kali lagi pada  malam itu. Aku sungguh merasa lelah dan lemas sekali, seluruh  tulang-tulangku seakan-akan terasa dilolosi, tapi di sisi lain aku  merasakan kenikmatan yang teramat sangat luar biasa. Sungguh ini suatu  pengalaman pertama yang sulit kulupakan dan bahkan sampai kini pun aku  tidak tahu, siapa pelaku sebenarnya. Barang-barang di rumahku tidak ada  yang hilang satupun, jadi tentu saja dia bukan pencuri. Baru pada saat  menjelang pagi, orang itu keluar dari kamar, dimana sebelumnya satu tali  di tanganku dilepaskan simpulnya. Dan setelah orang itu pergi, aku buka  talinya, tangan satunya aku lepaskan, rupanya mata dan mulutku  diplester, pakai plester putih. Dan kakiku pun sudah kulepaskan.  Kulihat, ada bekas-bekas warna merah di sepreiku yang putih warnanya dan  badanku pun juga terlihat merah-merah, bekas gigitan dan sedotannya.  Celana dalamku, teronggok sobek di lantai, demikian juga baju dan BH-ku.  
  Aku merasa sedih sekali mengingat aku telah kehilangan milikku yang  paling berharga, tapi di lain pihak ada perasaan puas yang melanda  diriku dikarenakan perasaan nikmat yang baru saja kuperoleh. Aku tidak  berani menceritakan hal itu ke orang tuaku ataupun kepada saudaraku  karena malu dan takut. Aku hanya memendam kejadian iniseorang diri saja.  Kejadian ini, masih terulang lagi berkali-kali, sampai aku tamat dari  SMA dan herannya aku tidak hamil, entah diapakan oleh orang ini. Aku  sudah tidak lagi merasa takut apabila kamarku dimasuki kembali oleh  orang tersebut, bahkan aku ada semacam perasaan rindu dan kehilangan  jika orang tersebut baru datang agak lama. Aku hanya dapat menduga bahwa  perbuatan tersebut dilakukan oleh tukang antar beras dari desa yang  memang sering bermalam di rumahku, tapi setiap aku bertemu dengannya,  dia bersikap biasa saja, seolah tidak ada pernah ada kejadian apapun.  Aku sebenarnya ingin meminta pertanggungjawabannya, tetapi malu,  jangan-jangan bukan dia, karena sebenarnya aku tidak memiliki bukti  apapun. 
  Setelah tamat SMA, aku dilamar oleh seorang pemuda, dia bersedia  menikahiku karena menurutnya dia sangat mencintaiku dan di matanya, aku  adalah anak gadis yang lugu, sopan, alim dan tidak pernah macam-macam.  Namun apa yang sebenarnya telah terjadi, sungguh membuatku sedih. Pemuda  ini, pada malam pertama kami, mendapatiku sudah tidak perawan lagi, dan  dia menuduhku sudah berpengalaman. Aku menyadari tuduhannya betul, jadi  aku diam saja dan tidak menjawab. Dia bertambah marah, sehingga sering  dia pulang larut malam dalam keadaan mabuk. Dalam keadaan setengah sadar  itu, dia bahkan sudah mulai berani memukulku. Aku sadar, memang pada  awalnya akulah yang bersalah, mengapa dulu aku tidak berterus terang  saja pada pemuda yang sekarang telah menjadi suamiku ini. Lama-kelamaan  aku tidak tahan lagi karena aku sering disakitinya, sehingga aku pulang  ke orangtuaku dan menceritakan tentang tabiat suamiku ini serta latar  belakang perlakuannya padaku. Ibuku menyesali nasibku yang jelek, dan  menyarankan untuk mencari jalan tengah yang terbaik. Tapi aku sudah  telanjur takut terhadap suamiku karena dia sudah sangat sering  menyakitiku. Dan akhirnya dengan terpaksa aku menggugatnya cerai. 
  end
 
 
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Nikmatnya Sekretaris Cantik               May 6th 2013, 15:17                                                Fabiola, yang biasa dipanggil Febby, seorang wanita cantik berusia 25  tahun. Febby bekerja disalah satu perusahaan pariwisata yang cukup  terkenal sebagai sekretaris. Tubuh Febby cukup sintal dan berisi,  didukung dengan sepasang gunung kembar berukuran 36B serta wajah yang  cantik, membuat setiap pria pasti meliriknya, setiap kali ia berjalan. Seperti biasa setiap hari Febby pergi ke kantornya di bilangan Roxi Mas,  yang tanpa disadarinya ia dibuntuti sekelompok pemuda iseng yang hendak  menculiknya.
  Sudah beberapa hari para pemuda itu mempelajari kebiasaan Febby pergi  dan pulang kantor. Dan hari itu mereka sudah menyusun rencana yang  matang untuk menculik Febby. Tiba-tiba dijalan yang sepi taksi yang  ditumpangi Febby dicegat secara tiba-tiba, dan sambil mengancam sopir  taksinya, mereka langsung menyeret Febby masuk kedalam mobil mereka, dan  tancap gas keras-keras, hingga akhirnya mobil mereka larikan kearah  pinggir kota, dimana teman-teman mereka yang lain sudah menunggu  disebuah rumah yang sudah dipersiapkan untuk 'mengerjai' Febby.
  Didalam mobil Febby diapit oleh dua orang pemuda berkulit hitam,  sedangkan yang dua lagi duduk dikursi depan. Febby sudah gemetaran  karena takut, dan benar-benar tidak berdaya ketika dua orang yang  mengapitnya memegang-megang tubuhnya yang sintal dan putih itu. Dua  pasang tangan hitam bergentayangan disekujur tubuhnya, yang kebetulan  pada hati itu Febby mengenakan rok lebar sebatas lutut, dengan atasan  blouse putih krem yang agak tipis, hingga bra Wacoal hitam yang  dikenakannya lumayan terlihat jelas dari balik blouse tersebut.
  Dengan leluasa disepanjang jalan tangan-tangan jahil tertersebut  bergentayangan dibalik rok Febby sambil meremas-remas paha putih mulus  tersebut, hingga akhirnya mereka tiba dirumah tersebut, dan mobil  langsung dimasukkan kedalam garasi dan rolling doorpun langsung ditutup  rapat-rapat. Febby yang sudah terikat tangan dan kakinya, serta mulut  tersumpal dan mata ditutup saputangan digendong masuk kedalam ruang  tamu, dan didudukkan disofa yang cukup lebar.
  Ikatan tangan, kaki, mulut dan mata Febby dibuka, dan alangkah  terkejutnya ia sekitar tiga puluh pemuda yang hanya memakai cawat  memandanginya dengan penuh nafsu seks. Tanpa menunggu lebih lama lagi,  Febby pun mulai dikerjai oleh mereka. Febby yang sudah tidak berdaya itu  hanya bisa duduk bersandar di sofa dengan lemas ketika salah seorang  lelaki mulai membuka kancing blouse-nya satu persatu hingga blouse putih  tersebut dicopot dari tubuh sintalnya itu.
  Beberapa orang lagi berusaha membuka rok merah Febby hingga Febby pun  akhirnya hanya memakai bra hitam serta celana dalam nylon berwarna hijau  muda, dan membuat dirinya terlihat makin menggairahkan, dan spontan  saja para pemuda berandal tersebut langsung terlihat ereksi dengan  kerasnya. Celana dalam Febby pun langsung buru-buru dilepas dan menjadi  rebutan untuk mereka.
  Febby dipaksa duduk dengan mengangkang lebar-lebar, hingga vagina-nya  yang ditumbuhi rambut-rambut halus itu terlihat dengan jelas, dan mereka  pun bergantian menjilati serta menghisap-hisap bibir vagina Febby  dengan nafsunya. Kepala mereka terlihat tenggelam diantara kedua pangkal  paha Febby, sementara yang lainnya bergantian meremas-remas kedua  gunung kembar Febby yang montok itu. Kop BH Febby diturunkan ke bawah  hingga kedua gunung kembarnya muncul bergelayutan dengan indahnya, dan  menjadi bulan-bulanan pemuas nafsu untuk mereka.
  Tidak puas dengan hanya meremas-remas saja, beberapa orang mulai mencoba  untuk mengisap-ngisap puting susu gunung kembar Febby yang ranum itu,  hingga akhirnya Febby pun dipaksa oral seks untuk mereka. Bergantian  mereka memaksa Febby untuk mengulum-ngulum batang penis mereka keluar  masuk mulutnya. Kepala Febby dipegangi dari arah belakang hingga tidak  bisa bergerak, sementara itu yang lain bergantian mengeluar-masukkan  batang penis mereka dimulut Febby yang seksi itu hingga mentok kepangkal  paha mereka.
  Batang penis yang rata-rata panjangnya 17 senti itu terlihat masuk semua  kedalam mulut Febby, hingga mencapai kerongkongannya. Tak ketinggalan  Febby pun dipaksa untuk 'mencicipi' buah zakar mereka secara bergantian.  Sepasang buah sakar tampak terlihat dikulum Febby hingga masuk semua  kedalam mulutnya yang mungil itu. Wajah Febby yang cantik itu bergantian  ditekan-tekan diselangkangan para pemuda berandal tersebut hingga buah  sakar mereka masuk semua kedalam mulutnya.
  Setelah puas dengan acara 'pemanasan' tersebut Febby pun dipaksa tiduran  diatas kanvas diruang tamu tersebut dan dengan paha yang mengangkang  lebar, batang penispun mulai keluar masuk vagina Febby yang masih  'rapat' itu, mereka dengan tidak sabarnya bergantian menjajal vagina  Febby dengan batang penis mereka yang rata-rata panjang dan besar itu.  Bagi yang belum kebagian jatah terpaksa memainkan-mainkan penisnya  diwajah dan mulut Febby.
  Beberapa orang dengan nafsunya memukul-mukulkan batang penisnya di wajah  Febby sambil mendesah-desah dengan nafsu. Bosan dengan gaya tiduran,  Febby dipaksa duduk di sofa lagi dengan paha mengangkang lebar dan  kembali 'di embat' bergantian, sementara bibir Febby tetap sibuk dipaksa  mengulum batang penis yang tampak mengkilat karena air liur Febby yang  menempel di batang penis tersebut.
  Sementara para pemuda yang mendapat giliran mengocok vagina Febby tampak  sangat bersemangat sekali hingga bunyi batang penis yang keluar masuk  vagina Febby terdengar sangat jelas. Hampir dua jam sudah Febby  "dikerjain" dengan intensif oleh puluhan pemuda tersebut, hingga  akhirnya satu persatu mulai berejakulasi. Tiga puluh pemuda mengantri  Febby untuk berejakulasi diwajah Febby yang cantik itu.
  Dimulai oleh empat orang berdiri mengelilingi Febby dengan batang penis  menempel disekitar wajah Febby yang cantik. Sementara seorang lagi  mengocok vagina Febby dengan nafsunya, hingga akhirnya ia tak tahan lagi  dan mencabut batang penisnya dari vagina Febby, dan.. croott.. croott..  croott!! air mani muncrat mengenai sekujur wajah Febby, melihat hal  tersebut yang lain pun tak mau ketinggalan dan bergantian  mengocok-ngocok batang penisnya cepat-cepat diwajah dan mulut Febby,  hingga berakhir dengan semprotan air mani diwajahnya. Bahkan tak sedikit  mengeluarkan airmani nya didalam mulut Febby, lalu memaksa Febby untuk  menelannya.
  Sekitar dua puluh menit, wajah Febby dihujani 'air mani' yang kental  itu, hingga Febby terlihat basah kuyub oleh sperma mulai dari rambut  hingga gunung kembarnya terlihat mengkilat oleh basahnya sperma puluhan  pemuda berandal tersebut.
  Part II
  Jam menunjukkan pukul jam satu siang, dan Febby pun baru selesai  'dikerjain' oleh mereka, dan terlihat lemas tak berdaya dengan muka yang  masih belepotan sperma. Tiga orang pemuda membawa Febby kedalam kamar  mandi yang terlihat sangat mewah, dan memandikan Febby dengan air hangat  serta sabun cair yang sangat wangi. Febby disuruh tiduran sambil  direndam air hangat, sementara ketiga pemuda tersebut bergantian  menyabuni tubuh Febby yang putih sintal itu dengan bernafsu, sambil  sesekali meremas-remas selangkangan dan gunung kembar Febby yang terasa  licin oleh sabun tersebut. Hingga akhirnya ketiga pemuda tersebut sudah  tidak tahan lagi dan Febby pun diperkosa lagi didalam kamar mandi itu.
  Mereka mengeluarkan Febby dari bak rendam, dan dibawah pancuran air  hangat Febby dipaksa nungging, dan dua pemuda bergantian menyetubuhi  Febby dari arah belakang, sedangkan yang satunya mengeluarmasukkan  batang penisnya di mulut Febby, sambil memegangi rambut Febby hingga  kepala Febby tidak dapat bergerak. Setengah jam sudah Febby  'diobok-obok' didalam kamar mandi, dan diakhiri dengan meyemprotkan air  mani masing-masing didalam mulut Febby, dan tiga porsi air mani itu  dalam sekejap sudah pindah kedalam mulut Febby, dan sisa-sisa sperma  masih terlihat berceceran disekitar wajah Febby yang putih itu.
  Part II
  Selesai dimandikan, Febby kembali didandani hingga terlihat sangat  cantik. Bra hitamnya yang berukuran 36B itu kembali dipasangkan. Celana  dalam nylon Febby sudah raib jadi rebutan, hingga vagina Febby dibiarkan  terlihat, sementara beberapa pemuda berandal itu sibuk menjepretkan  kamera digitalnya kearah Febby. Febby dipaksa berpose dengan berbagai  gaya yang sensual, mulai dari adegan membuka bra nya sendiri hingga  duduk mengangkang sambil memasukkan batangan ketimun kedalam vaginanya.
  Puas mengambil berbagai pose Febby, seorang pemuda mengambil dua gelas  minuman dari dalam kulkas dan sepotong hamburger untuk Febby. Dan betapa  terkejutnya Febby ketika tahu bahwa dua gelas minuman tersebut adalah  sperma yang sudah disimpan berhari-hari di dalam kulkas. Seorang pemuda  lagi mengambil suntikan besar tanpa jarum. Febby dipaksa membuka mulut  lebar-lebar, sementara salah seorang menyedot sperma dalam gelas  tersebut dengan suntikan besar itu, kemudian menyuntikkannya kedalam  mulut Febby, hingga tertelan langsung kedalam tenggorokkannya. Mereka  dengan brutalnya bergantian menyuntikkan 'air mani basi' itu ke mulut  Febby hingga habis satu gelas penuh. Masih sisa satu gelas lagi, dan  hamburger untuk Febby pun diolesi penuh dengan sperma tersebut, dan  Febby pun dipaksa makan hingga habis. Sisa sperma sebanyak setengah  gelas terpaksa disedot Febby dengan sedotan hingga tandas tak bersisa.
  Selesai 'memberi makan' Febby, mereka kembali mengantri Febby. Namun  kali ini Febby tidak disetubuhi, mereka hanya memaksa Febby  mengulum-ngulum batang penis mereka dimulut Febby, serta  mengocok-ngocoknya dengan kedua tangan Febby yang lentik itu. Tiga puluh  batang penis kembali bergantian dikulum-kulum Febby, sementara yang  lainnya memaksa Febby menggenggam batang penisnya dengan kedua  tangannya, yang lainnya lagi sibuk memain-mainkan alat kelaminnya  diwajah dan rambut Febby. Hingga akhirnya Febby kembali dihujani puluhan  porsi sperma segar di wajah dan mulutnya. Pertama kali sperma muncrat  dari lubang penis tepat didepan wajah Febby hingga tepat mengenai dahi  hingga bibir Febby, yang lainnya pun ikut menyusul hingga puluhan  semprotan sperma berhamburan diseluruh wajah Febby yang cantik itu.  Sementara itu dua orang pemuda dari kiri dan kanan Febby menyendoki air  mani yang bertetesan di wajah Febby, lalu menyuapinya hingga mereka  puas.
 
  end
 
 
 
 
          Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Kurenggut Siswi Primadona Itu               May 6th 2013, 15:14                                                Hari telah senja awan mendung pun mulai menyelimuti kota metropolitan  ini membuat suasana semakin gelap, di saat itu di sebuah SMU Negeri  terkenal di kota itu nampak gadis-gadis membubarkan diri dari sebuah  ruang aula olahraga. Mereka mengakhiri latihan rutin paduan suaranya.
  Tawa dan canda khas gadis-gadis SMU mengiringi mereka bubar, satu demi  satu mereka keluar dari halaman sekolah yang telah gelap itu. Sementara  itu suara gunturpun terdengar pertanda hujan akan segera turun. Ada yang  dijemput oleh orangtuanya, adapula yang membawa mobil pribadi, dan ada  juga yang menggunakan angkutan umum.
  Aku sangatlah hafal dengan aktifitas anak-anak SMU ini, karena memang  sudah hampir sebulan ini aku bekerja sebagai tukang cat disekolah ini.  Usiaku memang sudah tidak muda lagi, saat ini aku berusia 48 tahun. Aku  adalah seorang duda, istriku sudah lama minggat meninggalkanku setelah  mengetahui aku tengah melakukan hubungan intim dengan keponakannya.  Reputasiku sebenarnya lebih banyak didunia hitam, dulu aku dikenal  sebagai seorang germo yang aku sambi dengan berdagang ganja. Namun  beberapa bulan yang lalu semua para wanita yang aku jajakan terkena  razia dan kemudian bisnis ganjaku hancur setelah kurir yang biasa  membawa ganja ditembak mati oleh aparat.
  Di sekolah ini aku tidaklah sendirian aku masuk bekerja dengan sahabatku  yang bernama Charles yang seorang residivis kambuhan. Usianya tidak  begitu jauh denganku yaitu 46 th, perawakannya tinggi besar rambutnya  panjang dan kumal. Kami berdua sengaja hidup berpindah-pindah tempat.  Kami bukanlah pekerja tetap di sekolah ini, kami hanya mendapat order  untuk mengerjakan pengecatan kusen-kusen pintu-pintu kelas di sekolah  ini.
  Kami tidak dibayar mahal namun kami memiliki kebebasan untuk tinggal  dilingkungan sekolah ini. Maklumlah kami adalah perantau yang hidup  nomaden. Di antara gadis-gadis tadi, ada salah seorang yang paling  menonjol. Aku sangatlah hafal dengannya. Karena memang dia cantik,  lincah dan aktif dalam kegiatan sekolah, sehingga akupun sering melihat  dia mondar-mandir di sekolahan ini.
  Adinda Wulandari namanya. Postur tubuhnya mungil, wajahnya cantik dan  imut-imut, kulitnya putih bersih serta wangi selalu, rambutnya ikal  panjang sebahu dan selalu diikat model ekor kuda. Penampilannyapun modis  sekali, seragam sekolah yang dikenakannya selalu berukuran ketat, rok  seragam abu-abunya berpotongan sejengkal di atas lutut sehingga pahanya  yang putih mulus itu terlihat, ukuran roknyapun ketat sekali membuat  pantatnya yang sekal itu terlihat menonjol, sampai-sampai garis celana  dalamnya pun terlihat jelas melintang menghiasi lekuk pantatnya, tak  lupa kaos kaki putih selalu menutupi betisnya yang putih mulus itu.
  Tidak bisa kupungkiri lagi aku tengah jatuh cinta kepadanya. Namun  perasaan cintaku kepada Adinda lebih didominasi oleh nafsu sex semata.  Gairahku memuncak apabila aku memandanginya atau berpapasan dengannya  disaat aku tengah bekerja di sekolah ini. Ingin aku segera  meyetubuhinya. Banyak sudah pelacur-pelacur kunikmati akan tetapi belum  pernah aku menikmati gadis perawan muda yang cantik dan sexy seperti  Adinda ini. Aku ingin mendapatkan kepuasan itu bersama dengan Adinda.
  Informasi demi informasi kukumpulkan dari orang-orang disekolah itu,  dari penjaga sekolah, dari tukang parkir, dari karyawan sekoah. Dari  merekalah aku mengetahui nama gadis itu. Dan dari orang-orang itupun aku  tahu bahwa Adinda adalah seorang siswi yang duduk di kelas 2, umurnya  baru 16 tahun. Beberapa saat yang lalu dia merayakan hari ulang tahunnya  yang ke-16 di kantin sekolah ini bersama teman-temannya sekelas. Diapun  termasuk siswi yang berprestasi, aktif dalam kegiatan paduan suara dan  paskibra di sekolah ini. Dan yang informasi terakhir yang kudapat bahwa  dia ternyata adalah salah seorang finalis foto model yang  diselenggarakan oleh sebuah majalah khusus untuk remaja putri terkenal  di Negeri ini dan bulan depan dia akan mengikuti seleksi tahap akhir.
  Kini disaat sekolah telah sepi salah satu dari gadis-gadis anggota  paduan suara tadi itu tengah merintih-rintih dihadapanku. Dia adalah  gadis yang terakhir kalinya masih tersisa di dalam sekolah ini, yang  sedang asyik bercanda ria dengan temannya melalui HP-nya, semetara yang  lainnya telah meninggalkan halaman sekolah. Beberapa menit yang lalu  melalui sebuah pergulatan yang tidak seimbang aku telah berhasil  meringkusnya dengan mudah, kedua tangannya kuikat dengan kencang  kebelakang tubuhnya, dan mulutnya kusumpal dengan kain gombal. Setelah  itu kuseret tubuhnya ke bangsal olahraga yang berada di bagian belakang  bangunan sekolah ini.
  Tidak salah salah lagi gadis itu adalah Adinda, gadis cantik sang  primadona sekolah ini yang telah lama kuincar. Aku sangat hafal dengan  kebiasaannya yaitu menunggu jemputan supir orang tuanya di kala selesai  latihan sore dan sang supir selalu terlambat datang setengah jam dari  jam bubaran latihan. Sehingga dia paling akhir meninggalkan halaman  sekolah. Kini dia meringkuk dihadapanku, dengan tangisannya yang teredam  oleh kain gombal yang kusumpal di mulutnya.
  Sepertinya dia memohon-mohon sesuatu padaku tetapi apa peduliku, air  matanya nampak mengalir deras membasahi wajahnya yang cantik itu.  Sesekali nampak dia meronta-ronta mencoba melepaskan ikatan tali tambang  yang mengikat erat di kedua tangannya, namun sia-sia saja, aku telah  mengikat erat dengan berbagai simpul.
  Posisinya kini bersujud di hadapanku, tangisannya kian lama kian  memilukan, aku menyadari sepenuhnya bahwa dia kini tengah berada dalam  rasa keputusasaan dan ketakutan yang teramat sangat di dalam dirinya.  Kunyalakan sebatang rokok dan kunikmati isapan demi isapan rokok sambil  kutatap tajam dan kupandangi tubuh gadis cantik itu, indah nian  tubuhnya, kulitnya putih bersih, pantatnya sekal berisi.
  Kunikmati rintihan dan tangis gadis cantik yang tengah dilanda ketakutan  itu, bagai seseorang yang tengah menikmati alunan musik di dalam  ruangan sepi. Suara tangisnya yang teredam itu memecahkan kesunyian  bangsal olahraga di sekolah yang tua ini. Sesekali dia meronta-ronta  mencoba melepaskan tali ikatan yang mengikat kedua tangannya itu.
  Lama kelamaan kulihat badannya mulai melemah, isak tangisnya tidak lagi  sekeras tadi dan sekarang dia sudah tidak lagi meronta-ronta mungkin  tenaganya telah habis setelah sekian lamanya menagis meraung-raung  dengan mulutnya yang telah tersumbat. Sepertinya di dalam hatinya dia  menyesali, kenapa Heru supirnya selalu terlambat menjemputnya, kenapa  tadi tidak menumpang Desy sahabat karibnya yang tadi mengajaknya pulang  bareng, kenapa tadi tidak langsung keluar dari lingkungan sekolah di  saat latihan usai, kenapa malah asyik melalui HP bercanda ria dengan  Fifi sahabatnya. Yah, semua terlambat untuk disesali pikirnya, dan saat  ini sesuatu yang mengerikan akan terjadi pada dirinya.
  "Beres Yon.., pintu pagar depan sudah gue tutup dan gembok", terdengar suara dari seseorang yang tengah memasuki bangsal.
  Ternyata Charles dengan langkah agak gontai dia menutup pintu bangsal yang mulai gelap ini.
  "OK.. Sip, gue udah beresin nih anak, tinggal kita pake aja..", ujarku kepada Charles sambil tersenyum.
  Kebetulan malam ini Pak Parijan sang penjaga sekolah beserta keluarganya  yang tinggal di dalam lingkungan sekolah ini yaitu sedang pulang  kampung, baru besok lusa mereka kembali ke sekolah ini. Mereka langsung  mempercayakan kepada kami untuk menjaga sekolah ini selama mereka pergi.
  Maka tinggallah kami berdua bersama dengan Adinda yang masih berada di  dalam sekolah ini. Pintu gerbang sekolah telah kami rantai dan kami  gembok sehingga orang-orang menyangka pastilah sudah tidak ada aktifitas  atau orang lagi di dalam gedung ini. Pak Heru sang supir yang menjemput  Adinda pastilah berpikiran bahwa Adinda telah pulang, setelah melihat  keadaan sekolah itu.
  Kupandang lagi tubuh Adinda yang lunglai itu, badannya bergetar karena  rasa takutannya yang teramat sangat di dalam dirinya. Hujanpun mulai  turun, ruangan di dalam bangsal semakin gelap gulita angin dinginpun  bertiup masuk ke dalam bangsal itu, Charles menyalakan satu buah lampu  TL yang persis diatas kami, sehingga cukup menerangi bagian disekitar  kami saja. Kuhisap dalam-dalam rokokku dan setelah itu kumatikan.  Mulailah kubuka bajuku satu per satu, hingga akhirnya aku telanjang  bulat. Batang kemaluanku telah lama berereksi semenjak meringkus Adinda  di teras sekolah tadi.
  "Gue dulu ya..", ujarku ke Charles.
  "Ok boss..", balas Charles sambil kemudian berjalan meninggalkan aku keluar bangsal.
  Kudekati tubuh Adinda yang tergolek dilantai, kuraba-raba punggung gadis  itu, kurasakan detak jantungnya yang berdebar keras, kemudian tanganku  turun hingga bagian pantatnya yang sekal itu, kuusap-usap pantatnya  dengan lembut, kurasakan kenyal dan empuknya pantat itu sambil sesekali  kutepok-tepok. Badan Adinda kembali kurasakan bergetar, tangisnya  kembali terdengar, sepertinya dia kembali memohon sesuatu, akan tetapi  karena mulutnya masih tersumbat suaranyapun tidak jelas dan aku tidak  memperdulikannya.
  Dari daerah pantat tanganku turun ke bawah ke daerah lututnya dan  kemudian menyelinap masuk ke dalam roknya serta naik ke atas ke bagian  pahanya. Kurasakan lembut dan mulus sekali paha Adinda ini, kuusap-usap  terus menuju keatas hingga kebagian pangkal pahanya yang masih ditutupi  oleh celana dalam.
  Karena sudah tidak tahan lagi, kemudian aku posisikan tubuh Adinda  kembali bersujud, dengan kepala menempel dilantai, dengan kedua  tangannya masih terikat kebelakang. Aku singkapkan rok seragam abu-abu  SMU-nya sampai sepinggang.
  "Waw indah nian.. Gadis ini" gunamku sambil melototi paha dan pantat sekal gadis ini.
  Kemudian aku lucuti celana dalamnya yang berwarna putih itu, terlihatlah  dua gundukan pantat sekal gadis ini yang putih bersih. Sementara Adinda  terus menangis kini aku memposisikan diriku berlutut menghadap ke  pantat gadis itu, kurentangkan kedua kakinya melebar sedikit. Dengan  jari tengahku, aku coba meraba-raba selangkangan gadis ini. Disaat jari  tengahku menempel pada bagian tubuhnya yang paling pribadi itu,  tiba-tiba tubuh gadis ini mengejang. Mungkin saat ini pertama kali  kemaluannya disentuh oleh tangan seorang lelaki.
  Di saat kudapatkan bibir kemaluannya kemudian dengan jariku itu, aku  korek-korek lobang kemaluannya. Dengan maksud agar keluar sedikit cairan  kewanitaannya dari lobang kemaluannya itu. Tubuhnya seketika itu  menggeliat-geliat disaat kukorek-korek lobang kemaluannya, suara  desahan-desahanpun terdengar dari mulut Adinda, tidak lama kemudian  kemaluannya mulai basah oleh cairan lendir yang dikeluarkan dari lobang  vaginanya.
  Setelah itu dengan segera kucabut jari tengahku dan kubimbing batang  kemaluanku denga tangan kiriku kearah bibir vagina Adinda. Pertama yang  aku pakai adalah gaya ******, ini adalah gaya favoritku. Dan..
  "Hmmpphh..", terdengar rintihan dari mulut Adinda disaat kulesakkan batang kemaluanku kebibir vaginanya.
  Dengan sekuat tenaga aku mulai mendorong-dorong batang kemaluanku masuk  kelobang kemaluannya. Rasanya sangat seret sekali, karena sempitnya  lobang kemaluan gadis perawan ini. Aku berusaha terus melesakkan batang  kemaluanku kelobang kemaluannya dengan dibantu oleh kedua tanganku yang  mencengkram erat pinggulnya.
  Kulihat badan Adinda mengejang, kepala mendongak keatas dan sesekali  menggeliat-geliat. Aku tahu saat ini dia tengah merasakan sakit dan  pedih yang tiada taranya. Keringat terus mengucur deras membasahi baju  seragam sekolahnya, namun harum wangi parfumnya masih terus tercium,  membuat segarnya aroma Adinda saat itu, rintihan-rintihan terdengar dari  mulutnya yang masih tersumpal itu.
  Dan akhirnya setelah sekian lamanya aku terus melesakkan batang  kemaluanku, kini bobol sudah lobang kemaluan Adinda. Aku telah berhasil  menanamkan seluruh batang kemaluanku ke dalam lobang vaginanya.  Kurasakan kehangatan di sekujur batang kemaluanku, dinding vagina Adinda  terasa berdenyut-denyut seperti mengurut-urut batang kemaluanku.
  Sejenak kudiamkan batang kemaluanku tertanam di dalam lobang vaginanya,  kunikmati denyutan-demi denyutan dinding vagina Adinda yang mencengkram  erat batang kemaluanku. Selanjutnya kurasakan seperti ada cairan  mengucur mengalir membasahi batang kemaluanku dan kemudian meluber  keluar menetes-netes. Ah.. Ternyata itu darah, berarti aku telah  merenggut keperawanan dari gadis cantik ini.
  Ke Bagian 2
  Kurenggut Siswi Primadona Itu - 2
  Dari Bagian 1
  Sementara itu kepala Adinda kembali tertunduk di lantai, desah nafasnya  terdengar keras, badannya melemas. Setelah itu, aku mulai memompakan  kemaluanku di dalam lobang vaginanya. Kedua tanganku yang mencengkram  erat pinggulnya juga membantu memajumundurkan tubuhnya. Badan Adinda  kembali tegang, rintihan kembali terdengar. Semakin lama aku semakin  mempercepat gerakanku, hingga tubuh Adinda tersodok-sodok dengan cepat  sesekali, badannya juga menggeliat-geliat.
  Raut mukanya meringis-ringis akibat rasa sakit di selangkangannya.  Hujanpun mulai turun dengan deras dan aku ingin menikmati  rintihan-rintihan dari gadis ini. Sementara aku terus menyodok-nyodok  dari belakang, aku putuskan untuk membuka gombal yang sedari tadi  membekap mulutnya.
  Dan, "Aakk.. Akkhh.. Oohh.. Ooh.. Iihh.. Oohh..", suara erangan Adinda  kini terdengar, kunikmati suara-suara itu sebagai penghantar diriku yang  tengah menyetubuhi gadis ini.
  Suaranya menggema di seluruh bangsal olahraga ini, namun masih tertelan  oleh suara derasnya hujan diluar. Adinda semakin terlihat kepayahan,  tubuhnya melemah namun aku masih terus menggenjotnya, gerakanku semakin  cepat.
  Bosan dengan posisi itu aku cabut kemaluanku dari lobang vaginanya dan  kulihat darah berceceran membasahi selangkangannya dan kemaluanku.  Sejenak Adinda mendesahkan nafas lega, kubalik tubuhnya, dan kini posisi  dia telentang. Setelah itu kurentangkan kedua kakinya dan kulipat  hingga kedua pahanya menyentuh dadanya. Kulihat jelas kemaluan gadis  ini, indah sekali. Bulu-bulunya yang masih jarang-jarang itu tumbuh  menghias di sekitar bibir kemaluannya.
  "Ohh.. Jangann Bang.. Ampun.. Bang.. Oohh.. Sakitt sekali.. Bang",  terdengar Adinda merintih pelan memohon belas kasihan kepadaku.
  Dengan menyeringai aku tindih tubuh Adinda itu. Kembali aku benamkan batang kemaluanku di dalam lobang vaginanya.
  "Aakkhh..", Adinda terpekik matanya terpejam, roman mukanya kembali  meringis kesakitan dikala aku menanamkan batang kemaluanku ke dalam  lobang kemaluannya.
  Setelah itu aku kembali memompakan tubuhku, menggenjot tubuh Adinda.  Batang kemaluanku dengan gaharnya mengaduk aduk, menyodok-nyodok lobang  kemaluannya. Tubuh Adinda kembali tersodok-sodok. Sesekali kuputar-putar  pinggulku, yang membuat tubuh Adinda kembali kelojotan, dari bibir  Adinda terdengar desahan-desahan halus
  "Ohh.. Enngghh.. Oohh.. Ohh.. Oohh..".
  Setelah sekian menit lamanya aku menyetubuhinya, aku merasakan diriku  akan berejakulasi. Segera kupeluk kepalanya dan kucengkram erat dengan  kedua tanganku setelah itu irama gerakanku kupercepat.
  "Aakkhh.." akupun mengejan, tubuhku mengeras. Croot.. Croott.. Croott..  Akupun berejakulasi, kusemprotkan spermaku di dalam rahimnya. Banyak  sekali sperma yang kukeluarkan menyemprot membasahi liang vaginanya  hingga meluber keluar meleleh membasahi pahanya.
  Kulihat raut muka Adinda saat itu nampak panik, sinar matanya  menunjukkan kekalahan dan kepedihan. Dengan tatapan sayu dia  memandangiku disaat aku mengejan menyemprotkan spermaku yang terakhir.  Ahh nikmat sekali gadis ini, baru kali ini aku merengut keperawanan  seorang gadis kota yang cantik.
  Setelah itu akupun merebahkan tubuhku menindih tubuhnya yang lemah,  sambil mengatur nafasku. Tubuhku berguncang-guncang akibat dari  isakan-isakan tangisnya serta nafasnya yang tersengal-sengal, sementara  itu kemaluanku kubiarkan tertanam di dalam lobang kemaluannya.
  Kubelai-belai rambutnya, kukecup-kecup pipi dan bibirnya. Terasa lembut  sekali bibirnya, kumainkan lidahku di dalam mulutnya, sejenak aku  bercumbu mesra dengan Adinda. Dia hanya terisak-isak dengan nafas yang  terus tersengal-sengal. Akhirnya kusudahi permainanku ini, aku bangkit  sambil mencabut kemaluanku.
  "Ouugghh..", Adinda merintih panjang saat kutarik kemaluanku keluar dari lobang vaginanya.
  Kulihat diselangkangannya telah penuh dengan cairan-cairan kental dan  darah penuh membasahi bulu-bulu kemaluannya. Tak kusadari Charles  ternyata telah berdiri didekatku, dan rupanya dia telah telanjang bulat  menunggu gilirannya, badannya yang kekar dan tinggi itu nampak semakin  sangar dengan banyaknya gambar-gambar tattoo yang menghiasi sekujur dada  dan lengannya. Dengan rasa toleran sebagai seorang sahabat, akupun  menyingkir dari tubuh Adinda yang tergolek lemas dilantai. Aku ambil  jarak beberapa meter dari tubuh Adinda kemudian aku kembali merebahkan  tubuhku. Dengan tiduran terlentang dilantai aku menggali kembali rasa  nikmatku setelah melampiaskan nafsuku ke Adinda tadi.
  Sedang asyik-asyiknya aku istirahat, terdengar olehku bunyi sesuatu,  "Srett.. Sreett.. Sreett.. Brett.." diikuti oleh isak tangis Adinda yang  terdengar kembali.
  Setelah kuperhatikan, oh ternyata Charles dengan sebuah pisau cutter  ditangannya tengah sibuk merobek-robek baju seragam Adinda. Dengan  kasarnya Charles mencabik-cabik baju seragam putih Adinda, termasuk BH  putih yang dikenalkannya. Dan akhirnya kini badan Adinda telah  telanjang, kedua buah payudaranya yang tidak begitu besar kini  terpampang jelas. Termasuk juga rok abu-abu yang melilit di pinggangnya  setelah kusingkap tadi dirobek-robeknya, haya sepasang kaos kaki putih  setinggi betisnya serta sepatu kets masih dikenakannya.
  "Ouuhh.. Ammpuunn.. Bang.. Ampun..", suara Adinda terdengar lirih  memohon-mohon ampun ke Charles yang sepertinya tengah kalap kemasukan  setan itu.
  Setelah itu dengan gombal yang tadi menyumpal mulut Adinda, Charles  membersihkan daerah selangkangan Adinda. Dengan sedikit kasar Charles  mengusap-usap selangkangan Adinda sampai-sampai tubuh Adinda  menggeliat-geliat. Akupun kembali merebahkan tubuhku, mengatur nafasku  serta kunyalakan sebatang rokok sebagai penghantar istirahatku.
  Sementara itu hujan diluar mulai reda, namun angin dingin terus  berhembus masuk ke dalam bangsal tempat pembantaian Adinda ini.  Tiba-tiba semenit kemudian di kala aku sedang rebahan dan asyik-asyiknya  menikmati rokokku. Terdengar olehku jerit Adinda yang memilukan
  "Aaakkhh..".
  Akupun terbangun, kulihat dari asal suara itu. Ternyata Charles tengah  menyodomi Adinda. Posisi Adinda kembali bersujud dengan kepala yang  mendongak keatas, bola matanya terbelalak, wajahnya cantiknya terlihat  miris sekali, mulutnya menganga membentuk huruf "O" dan Charles berada  dibelakangnya tengah asyik menanamkan batang kemaluannya yang besar itu  ke dalam lobang anus Adinda.
  "Aakkhh.." Charlespun mendesah lepas tatkala dia berhasil menanamkan batang kemaluannya dilobang anus Adinda.
  Setelah itu lubang anus Adinda dihujani sodokan-sodokan batang kemaluan  Charles, Charles melakukannya dengan gerakan yang cepat dan kasar  sampai-sampai tubuh Adinda terdorong-dorong dan tersodok-sodok dengan  keras. Tidak ada suara rintihan lagi yang keluar dari mulut Adinda  mungkin karena suara tertahan ditenggorokannya karena menahan rasa sakit  yang dideritanya, akan tetapi badannya masih kaku menegang, raut  mukanya kini meringis-ringis, mulutnya masih saja menganga terbuka.
  Rasa sakit dan pedih kembali melanda dirinya yang tengah disodomi oleh  Charles. Melihat ini aku kebali terangsang, nafsu birahiku kembali  memuncak. Aku bangkit dari rebahanku mendekati mereka berdua. Kemaluanku  kembali ereksi melihat keadaan Adinda yang tengah menderita. Kuamati  wajahnya dari dekat dan dia masih terlihat cantik, keringatpun mengucur  deras membasahi wajah cantiknya.
  Aku dengan posisi berlutut berada didepan wajah Adinda, yang masih  mendongak kesakitan itu, sementara itu seluruh badannya terus  tersodok-sodok karena ulah Charles yang menggenjotnya dari belakang.  Kini aku dan Charles berhadap-hadapan sementara Adinda berada  ditengah-tengah kami. Charlespun menghentikan sejenak genjotannya untuk  memberikan kesempatan padaku memposisikan diri. Kuraih batang kemaluanku  yang telah berdiri tegak, dan kujejalkan kemulut Adinda yang masih  menganga itu.
  Ah, rasa dingin dan basah menyelimuti sekujur batang kemaluanku tatkala  masuk di dalam rongga mulut Adinda. Nikmat rasanya, juga kurasakan  kelembutan mulut dan bibirnya di sekujur batang kemaluanku. Setelah itu  kembali Charles menggenjot tubuh Adinda dari belakang. Kulirik mata  Adinda menjadi sayu, nafasnya tersengal-sengal, aku hanya berdiri santai  saja, karena tubuh Adinda yang bergerak-gerak maju mundur sebagai  akibat sodokan-sodokan Charles yang tengah mulai menyodominya kembali  dari belakang. Kubelai-belai rambutnya yang indah, sambil kutatap wajah  dan badannya.
  "Ahh.. Ahh.. Ah..", nikmat sekali rasanya mulut gadis ini, sambil  memejamkan mata dan menikmati rokok aku terus merasakan kenikmatan di  sekujur batang kemaluanku yang tengah dikulum keluar masuk mulut Adinda.
  Tidak lama kemudian Charles semakin cepat menggenjot, memompa lobang  anus Adinda, badannya semakin banyak mengeluarkan keringat, kulihat dia  sepertinya akan berejakulasi. Benar saja, tubuhnya nampak menggelinjang  dan dan menegang, dari mulut Charles keluar pekikan kecil yang disusul  oleh desahan yang penuh dengan kepuasan. Charlespun berejakulasi  dilubang dubur Adinda. Setelah itu badan Charlespun ambruk disamping  badan Adinda.
  Akan tetapi posisiku masih tetap seperti semula, kemaluanku masih  tertanam dimulut Adinda. Kubuang rokokku dan dengan kedua tanganku  kuraih kepala Adinda, kini dengan gerakan tanganku kepala Adinda ku  maju-mundurkan. Ah.. Nikmat rasanya, kemaluanku seperti dipijit-pijit  dengan mulut Adinda, bibir sensualnya melingkari batang kemaluanku,  memberi rasa nikmat tersendiri, kurasakan pula lidahnya menggelitik  kepala batang kemaluanku, ah nikmatnya penuh sensasi.
  Setelah sekian lama menikmati itu, tiba-tiba kembali aku akan  berejakulasi, maka kugerakkan kepalanya semakin cepat untuk mengulum  batang kemaluanku. Dan, akupun berejakulasi di dalam mulut Adinda,  spermaku memancar keluar membasahi mulut hingga tenggorokannya  sampai-sampai meleleh keluar dari mulutnya.
  Rasa nikamat yang tiada taranya kembali melanda sekujur tubuhku. Kucabut  batang kemaluanku dari mulutnya, dan Adinda terbatuh-batuk sepeti akan  muntah, samar-samar kulihat mulutnya penuh dengan cairan-cairan lendir  kental sampai membuat mulutnya nampak mengkilat karena belepotan cairan  sperma.
  Wajahnya yang lesu dan lemah sejenak memandangku dengan tatapan mata  sayu penuh dengan keputus-asaan serta air mata yang kembali meleleh.  Kemudian dia terjatuh lunglai dilantai, hanya suara nafasnya yang  terdengar menderu-deru tersengal-sengal dan isakan-isakan tangisnya. Aku  kembali merebahkan tubuhku di samping Adinda, akhirnya akupun tertidur.
  Tidak lama rupanya aku tertidur, dan kemudian terjaga setelah kembali  telingaku menagkap suara erangan-erangan dan rintihan-rintihan. Setelah  aku bangun ternyata Charles tengah menyetubuhi Adinda, tubuh telanjang  Adinda yang hanya tinggal mengenakan sepasang kaos kaki dan sepatu kets  ditiduri oleh Charles. Dengan garangnya Charles menggenjot tubuh Adinda,  iramanya cepat dan kasar sekali, tubuh lemah Adinda kembali  terguncang-guncang.
  Kini nampak roman muka Adinda telah lunglai sepertinya hampir pingsan,  beberapa saat yang lalu masih kudengar suara rintihan lemah yang keluar  dari mulut Adinda namun kini suara itu hilang sama sekali. Tidak lama  kemudian Charlespun berejakulasi, kembali rahim Adinda disiram dan  dipenuhi oleh cairan sperma. Adinda nampak tidak sadarkan diri dan  pingsan.
  Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, 4 jam lamanya kami memperkosa  Adinda. Kini tibalah waktu kami untuk angkat kaki, setelah kami  berpakaian rapi kemudian kami angkat tubuh Adinda dari ruang aula menuju  ke sebuah gudang dibagian paling belakang sekolah ini. Kami rebahkan  gadis cantik primadona sekolah ini di sana. Di sisinya kami tebarkan  baju seragam sekolah, tasnya serta HP miliknya yang sedari tadi terus  berbunyi.
  Kini gadis cantik itu, terkulai pingsan di dalam gudang yang kotor,  badan telanjangnya dipenuhi dengan cairan-cairan sperma yang mulai  mengering, juga darah yang nampak masih menetes dari lubang duburnya  sebagai akibat disodomi oleh Charles tadi. Kemaluannyapun terlihat  kemerahan dan membengkak. Puas kami memperkosanya.
  Tepat pukul 22.15 setelah kami menghilangkan jejak kami, kamipun pergi  meninggalkan gedung sekolah ini, berjalan menuju ke pelabuhan dikota  metropolitan ini untuk menumpang kapal yang entah kemana membawa kami,  menuju ke suatu tempat yang jauh dari kota metropolitan ini.
  TAMAT
 
 
 
  Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Mbak Lisna, Wanita Kesepian               May 6th 2013, 15:14                                               Kisah berikut ini adalah sebuah kejadian nyata dan merupakan pengalaman  yang tak mungkin dapat kulupakan seumur hidupku. Memang nama-nama tokoh  dan tempat di alam kisah ini sengaja kusamarkan, tapi urutan kejadiannya  bukanlah khayalan atau hasil rekaan imajinasiku semata. Ceritanya  mengenai hubungan affair-ku dengan seorang wanita bersuami sekitar tahun  1995 yang lalu dan berlangsung selama 3,5 tahun.
  Ketika itu usiaku 25 tahun dan aku bekerja pada sebuah perusahaan asing  yang beroperasi di luar Jakarta selama 24 jam sehari, sehingga ada  bagian tertentu di kantor pusat yang bertugas dalam 3 shift untuk  memonitor kegiatan operasi di lapangan dan aku adalah salah satu  pegawainya.
  Pada suatu hari ketika sedang tugas malam, aku menerima telepon kesasar  sampai 3 kali dari seorang wanita. Akhirnya karena jengkel, timbul  keinginanku untuk iseng-iseng menggodanya serta mengajak berkenalan yang  ternyata ditanggapinya dengan antusias sampai tidak terasa kami  mengobrol selama 1,5 jam di telepon.
  Wanita itu memperkenalkan namanya sebagai Lisna (aku memanggilnya Mbak  Lis), berusia 34 tahun dan telah bersuami serta mempunyai tiga orang  anak. Suaminya seorang pejabat di sebuah instansi pemerintah berusia 48  tahun yang menikahi Mbak Lis ketika dia berusia 18 tahun dan baru lulus  SLTA. Anak pertamanya perempuan berusia 15 tahun.
  Sejak saat itu aku tidak pernah lagi merasa jenuh dan sepi bila sedang  tugas malam karena Mbak Lis sering meneleponku walau hanya sekadar untuk  mengobrol saja. Menurut pengakuannya, Mbak Lis merasa kesepian karena  sering ditinggal suaminya bertugas ke luar kota dan dia mengetahui  suaminya punya simpanan di luar.
  Sebagai orang dewasa, pembicaraan kami juga sering menyerempet hal-hal  yang agak miring. Kalau sudah begitu, biasanya nada bicara Mbak Lis  berubah menjadi sedikit berbisik berat seperti orang bangun tidur  sementara aku enjoy dengan kesendirianku di ruang kantor yang dingin  ber-AC.
  Tak terasa tiga bulan sudah kami bertelepon ria tanpa pernah bertemu  muka dan selama itu selalu dia yang meneleponku ke kantor ataupun ke  rumah karena aku tidak pernah diberi nomor teleponnya (katanya dia takut  ketahuan suaminya).
  Suatu siang Mbak Lis menelepon ke rumahku dan mengajakku nonton film,  mulanya aku ragu karena merasa belum siap untuk bertemu. Aku berdalih  bahwa badanku masih letih karena habis tugas malam, tetapi Mbak Lis  tetap memaksa dan meminta bertemu sorenya supaya aku bisa istirahat  dulu. Aku lalu menyanggupinya karena tidak mau mengecewakan dia.
  Jam 14:30 sehabis mandi, Mbak Lis meneleponku lagi dan kami janjian  untuk bertemu di sebuah bioskop dengan tidak lupa memberitahukan ciri  masing-masing. Sesampainya di bioskop aku sempat dibuat kesal karena  tidak kujumpai wanita dengan ciri-ciri seperti yang dikatakan Mbak Lis,  wah jangan-jangan dia mau ngerjain aku nih.
  Setelah hampir 1 jam menunggu, tiba-tiba aku merasakan sebuah tepukan  ringan di punggungku. Dan ketika aku berbalik, tampak Mbak Lis sudah  berdiri di belakangku dengan senyumnya yang membuatku terpana.
  "Bayu ya?" sapanya sambil mengulurkan tangan. "Ya, mm.. Mbak Lis..?" aku balas bertanya agak tergagap sambil menyambut tangannya. Ah, betapa halus dan lembutnya tangan itu. "Maaf ya terlambat, soalnya macet sih.." katanya kemudian. "Nggak apa-apa kok Mbak, saya juga belum terlalu lama menunggu", jawabku  berbohong sambil mataku tak lepas menatapnya. Rasa kesalku segera  hilang setelah melihat Mbak Lis yang tampak anggun itu.
  Sosok tubuh Mbak Lis sedang-sedang saja, tingginya 158 cm, berat sekitar  45 kg, kulitnya kuning halus dan rambut hitam bergelombang sebahu.  Wajahnya ayu memancarkan kelembutan seorang ibu dan kalau berbicara  ramah sekali dengan selalu diiringi senyum yang tak pernah lepas dari  bibir mungilnya yang tipis. Dia tampak begitu anggun (dan seksi) dengan  setelan blus ketat sutra hijau muda berlengan pendek dan celana panjang  katun hijau lumut yang menampakkan bulu-bulu halus di tangannya dan  lekuk tubuhnya yang sintal. Aku rasanya seperti kehilangan kata-kata  untuk berbicara, sampai akhirnya Mbak Lis yang memulai lagi. "Kita makan dulu yuk, kamu pasti belum makan. Kebetulan di dekat sini  ada restoran ayam bakar yang enak lho", ajaknya sambil menggandeng  tanganku.
  Kami makan dengan santai sambil berbincang-bincang disertai gurauan yang  kadang membuat kami tertawa terpingkal-pingkal. Kulihat Mbak Lis sudah  bisa berbicara lebih lepas sehingga suasana kakupun berangsur-angsur  hilang.
  Sehabis makan kami kembali ke gedung bioskop dan setelah membeli tiket  kami menyempatkan waktu untuk melihat gambar-gambar film yang ada di  lobby bioskop sambil tetap bergandengan tangan. Tapi kali ini Mbak Lis  lebih merapatkan tubuhnya ke tubuhku dengan cara memeluk lenganku bahkan  terkadang dia bersikap lebih berani dengan memeluk pinggangku, secara  refleks aku pun membalas dengan merangkul bahunya atau memeluk  pinggulnya.
  Sentuhan bagian depan tubuh Mbak Lis membuat naluri kejantananku  tergugah, apalagi ketika kulihat kancing paling atas blus yang  dikenakannya sudah terbuka (aku tidak tahu kapan dia membukanya). Tampak  belahan sepasang bukit yang mulus mengintip dari balik BH-nya membuat  darahku berdesir dan tatapan mataku seakan tak mau lepas darinya.
  Ketika pengumuman tanda dimulainya jam pertunjukan terdengar, kami pun  memasuki gedung bioskop untuk mencari tempat duduk yang sesuai dengan  nomor kursi yang tertera di tiket (sengaja aku memilih tempat duduk di  deret paling belakang). Mbak Lis duduk di sebelah kananku sambil tangan  kirinya menggenggam dan sesekali meremas tangan kananku.
  Tak lama kemudian lampu bioskop dipadamkan dan film dimulai, kami nonton  dalam keadaan diam tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Kira-kira 10  menit berlalu, Mbak Lis menyandarkan kepalanya di bahuku dan tangan  kanannya menarik tanganku ke wajahnya. Diusapkannya jari-jariku ke  pipinya, ke telinganya lalu ke bibirnya sambil memberikan kecupan ringan  di setiap jari-jariku. Ketika aku sedang menatap wajahnya yang  tertunduk menciumi jari-jariku, Mbak Lis menengadah dan balas menatapku.  Mata kami saling menatap dalam jarak yang sangat dekat, kemudian  kuberanikan tanganku mengangkat dagunya dan mencium bibirnya yang tipis.  Mbak Lis diam saja, tidak menolak dan juga tidak membalas ciumanku,  bibirnya masih terkatup rapat. Aku jadi penasaran dan semakin nekat,  kukecup lagi bibirnya dengan sekali-kali mengulumnya.
  Akhirnya Mbak Lis bereaksi juga, bibirnya terkuak sedikit dan dia  membalas ciumanku, lama sekali kami berciuman sampai kemudian Mbak Lis  menghentikannya sambil mendesahkan namaku serta meremas dan menarik  kembali tanganku ke bibirnya. Tapi kali ini Mbak Lis tidak hanya  menciumi jari-jariku, dia juga mulai memasukkan jariku ke dalam mulutnya  dan mengulumnya dengan disertai jilatan-jilatan halus dan gigitan  nakal.
  "Mbak jadi gemas, Bay", bisiknya. "Mbak yang bikin gemas", bisikku sambil mengecup daun telinganya. Mbak  Lis menggelinjang kegelian, membuatku semakin bergairah menciumi daerah  sensitif di sekitar telinga dan lehernya itu. "Aaahh Bayu.." Mbak Lis mendesah lagi. "Kamu bandel.." "Tapi suka kan..?" kataku sambil merengkuh wajahnya dan mendaratkan  ciuman di bibirnya. Kali ini Mbak Lis membalas ciumanku dengan bergairah  sambil memainkan lidahnya di dalam mulutku, sehingga lidah kami saling  berpagutan. Tangan Mbak Lis mulai meremas dadaku. Aku pun tak mau kalah,  kuusapkan tangan kiriku pada daerah-daerah sensitif di telinganya,  lehernya dan terus turun sampai ke dadanya lalu menyusup ke dalam  blusnya.
  "Hmm.." terdengar Mbak Lis menggumam dalam kuluman bibirku. "Ouuhh.. uuhh.." desahnya sambil tangannya mencengkeram leher bajuku  ketika kuremas dadanya dan kuraba puting susunya dari balik BH. "Masukin tangannya, sayang.." kata Mbak Lis sambil membuka satu lagi  kancing blusnya. Kusingkap BH-nya dan kurogoh dadanya yang kenyal,  sementara tangan kanan Mbak Lis mulai merambat turun ke perutku dan  turun terus sampai ke selangkanganku. Diremas-remasnya batang kemaluanku  yang sudah tegang dari luar celana sambil mengerang dan mendesah  sementara bibir kami terus berciuman dan mengulum lidah. Kupilin puting  susu Mbak Lis dengan jari-jariku sambil meremas dadanya. Ooh.. ingin  sekali rasanya aku menciumi dada itu serta menghisap dan menjilati  putingnya. Tangan Mbak Lis pun makin bergairah mengusap dan meremas  selangkanganku.
  "Buka dong Bay.." desah Mbak Lis sambil berusaha untuk membuka zipper  celanaku. Kulepaskan pelukanku untuk membantunya membuka kait ikat  pinggangku, lalu dengan sigap Mbak Lis memasukkan tangannya ke dalam  celanaku dan melanjutkan meremas batang kemaluanku yang masih tertutup  celana dalam. Sesekali tangannya merogoh lebih dalam untuk meremas  biji-biji kemaluanku. Uuhh.. nikmatnya.
  Mbak Lis lalu menyandarkan kepalanya di dadaku, disingkapnya celana  dalamku ke bawah sehingga batang kemaluanku kini terbebas dan mengacung  seutuhnya seakan memperlihatkan kesiagaannya. Kurasakan kehangatan  tangan Mbak Lis ketika mencengkeram batang kemaluanku, meremasnya dan  mengusap-usapkan ibu jarinya pada kepala batang kemaluanku, membuatku  mendesis menahan rasa geli yang mengalirkan nikmat di sekujur tubuhku.
  "Hmm.." kudengar Mbak Lis beberapa kali menggumam sambil memperhatikan  dan mengurut batang kemaluanku yang berkedut-kedut dalam genggamannya.  Kurasakan kepala Mbak Lis yang pelan-pelan bergerak turun untuk  menghampiri batang kemaluanku, rupanya Mbak Lis sudah tidak dapat  menahan keinginannya untuk memenuhi ajakan batang kemaluanku yang tegak  menantangnya. "Jangan Mbak.." bisikku sambil menahan gerakan turun  kepala Mbak Lis karena kusadari situasi di dalam bioskop tidak  memungkinkan kami untuk lebih dari sekedar melakukan pekerjaan tangan.  Mbak Lis lalu menengadahkan wajahnya menatapku.
  "Bayu.. please.." Mbak Lis mendesah meminta persetujuanku dengan tatapan mata sayu sambil tangannya terus mengurut kejantananku. "Jangan Mbak.. dikocok saja.." balasku sambil menaikkan kaki ke sandaran  kursi di depanku yang kebetulan kosong untuk memudahkan Mbak Lis  meng-eksploitasi batang kemaluanku. Kurengkuh wajah Mbak Lis dengan  tangan kiriku dan kucium bibirnya yang merekah di hadapanku sementara  tangan kananku memeluk bahunya. Kami berciuman lama sekali dengan saling  memilin lidah di dalam mulut. Kurasakan tangan Mbak Lis semakin intens  meremas dan mengocok batang kemaluanku, sementara mulutnya sesekali  menggumam dalam pagutanku ketika dirasakannya tanganku mengelus daerah  sensitif di belakang telinganya.
  Tangan kiriku kini sibuk membuka kancing blus yang dikenakan Mbak Lis  dan menyusup ke dalamnya, meremas dadanya yang kenyal serta  mempermainkan puting susunya dengan jari-jariku. Mbak Lis merubah posisi  duduknya dengan bersandar di dadaku dan memindahkan kendali atas batang  kemaluanku ke tangan kirinya. Didekapkannya kedua tanganku di dadanya  sehingga aku lebih leluasa meremas kedua dadanya yang kini telah terbuka  karena BH-nya telah kusingkapkan ke atas serta memilin kedua puting  susunya yang telah mengeras.
  "Aaahh.. oouuhh.." Mbak Lis medesah dan kemudian kulihat tangan kanannya  bergerak ke bawah menggosok-gosok selangkangannya dan tangan kirinya  semakin keras mencengkeram batang kemaluanku sambil mengusap kepala  kejantananku dengan ibu jarinya. Kurasakan aliran darah di  selangkanganku bertambah cepat dan deras, menimbulkan sensasi kenikmatan  yang tak terbayangkan. "Mbak nggak tahan, Bayu.." desahnya sambil menarik satu tanganku ke  mulutnya dan kemudian menjilati dan mengulum jariku dengan penuh nafsu.
  Akhirnya puncak sensasi itu datang juga ketika kurasakan kawah di  selangkanganku menggelegar ingin memuntahkan laharnya. Kutarik tanganku  dari dada Mbak Lis dan kucengkeram tangannya yang sedang mengocok batang  kemaluanku. Serasa tak sabar, kubantu Mbak Lis mengocok batang  kemaluanku lebih kencang. Dan akhirnya.. "Ooouuhh.." aku mendesah  tertahan ketika kurasakan batang kemaluanku mengejang kemudian  berkedut-kedut memuntahkan cairan kenikmatan yang menyemprot  berkali-kali membasahi tangan kami.
  "Ooouuhh.. enak sekali Mbak.." kataku sambil melepaskan nafas panjang  ketika kurasakan puncak kenikmatanku mereda, batang kemaluanku telah  berhenti memuntahkan cairannya dan tinggal menyisakan lelehannya yang  kemudian diratakan oleh Mbak Lis dengan jari telunjuk ke seluruh  permukaan kepala batang kemaluanku.
  Tanpa mengucapkan kata-kata, Mbak Lis sejenak beralih dari pelukanku  untuk mengambil tissue dari dalam tasnya. Kemudian sambil kembali  bersandar di lenganku, dengan telaten disekanya batang kemaluanku mulai  dari kepala sampai ke batang dan pangkalnya. Ah, sejuk sekali kurasakan  usapannya. Lalu dilanjutkannya menyeka tanganku dan tangannya sendiri  yang terkena semprotan spermaku dengan lembar tissue lainnya.
  Mbak Lis lalu mengecup bibirku dengan mesra, tidak kurasakan birahi di  kecupannya yang begitu lembut. Seakan telah terlupakan terpaan hawa  nafsu yang baru kami alami bersama. Aku kagum padanya, begitu cepat Mbak  Lis menetralisir emosinya. Kami lama terdiam sambil berpelukan setelah  sama-sama merapikan pakaian yang acak-acakan.
  Ketika film berakhir dan lampu bioskop telah dinyalakan, kami saling  berpandangan seakan tidak percaya dengan apa yang baru dilakukan. Segera  kami berdiri dan bersiap untuk meninggalkan gedung bioskop, sampai  kemudian Mbak Lis menahanku dan memandang geli ke arahku.
  "Kamu seperti ngompol.." katanya sambil tertawa kecil dan menunjuk  celanaku. Dengan penasaran aku menunduk dan ketika menyadari apa yang  ditunjuk oleh Mbak Lis, aku pun tersenyum kecut menahan geli dan malu.  Ternyata semburan spermaku begitu kuat sehingga ada yang kesasar keluar  dan meninggalkan noda basah di celanaku.
  "Mbak sih.. sudah ah, nggak usah dibahas", kataku sambil mencubit pinggang Mbak Lis dan mendorongnya perlahan keluar bioskop. "Mbak antar kamu pulang ya?" kata Mbak Lis sesampainya kami di luar bioskop. "Nggak usah Mbak, saya mau langsung ke kantor saja", balasku. "Kalau begitu Mbak antar kamu ke kantor boleh kan, please.." desak Mbak  Lis. Aku tak dapat menolak dan hanya mengangguk, Mbak Lis lalu  menyerahkan kunci mobil dan memintaku untuk mengemudikan mobilnya.
  Di dalam mobil kami tidak banyak berbicara, seakan terlarut dalam  perasaan masing-masing. Mbak Lis menyandarkan kepalanya di bahuku sambil  memeluk dan mengelus-elus lenganku. Tak terasa kami telah memasuki  halaman gedung kantorku. Sebelum aku meninggalkan mobil, Mbak Lis  kembali mencium mesra bibirku.
  "Maaf Bayu, jangan kapok ya?" kata Mbak Lis sambil mengelus pipiku. "Apanya yang kapok?" balasku sambil mengedipkan mata dan perlahan-lahan keluar dari mobil. "Kamu bandel.." kata Mbak Lis mencubit lenganku. "Nanti malam Mbak temanin ya?" Mbak Lis menyambung sambil menarik bajuku dan kami pun kembali berciuman di jendela mobil.
  Itulah kisah perkenalanku dengan Mbak Lis yang juga merupakan awal dari  affair-ku dengannya yang kemudian berlangsung lebih seru dan lebih  panas.
  TAMAT
 
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               cerita Sex - Hilangnya Perjakaku               May 6th 2013, 03:46                                               Memang kalau aku ingat masa-masa puber pertama, aku sering tersenyum-senyum sendiri, mentertawakan Nafsu sex-ku yang tidak kunjung padam. Bayangkan saja, Dalam sehari bisa 3 s/d 6 kali aku onani. Setiap ada kesempatan pasti langsung aku lakukan tidak perduli tempat dan waktu. Melihat paha sedikit langung saja senjataku mengeras, dan tidak akan tidur jika belum dilepaskan lewat onani.  Di sekolah (Waktu itu aku SMP), di rumah, Otakku tidak pernah lepas dari keingintahuan akan artinya Sex. Bagaimana nikmatnya berciuman?, Bagaimana nikmatnya Mengelus buah dada wanita?, dan bagaimana jika senjataku terbenam di dalam kemaluan wanita? Bagaimana rasanya mengulum puting buah dada ?, Bagaimana rasanya Menjilati kemaluan wanita? Semua menjadi beban pikiranku dari hari ke hari. Paling pelampiasanku hanyalah membaca stensilan karya Enny Arrow. Sambil membayangkan pelakunya adalah aku, tanganku dgn trampil melakukan kegiatan mengocok dan mengurut batang senjataku, sampai spermaku keluar. Tapi anehnya meskipun sudah keluar 3 kali tapi kalau buku yang aku baca belum selesai, tanganku tidak akan diam dan senjataku tidak akan lelah memuntahkan isinya keluar berapa kalipun. Padahal kalau sekarang boro-boro bisa 5 atau 6 kali, 2 kali saja rasanya sangaaaaat lelah.. ( Kenapa ya? )  Sampai suatu saat, keingin tahuanku tentang sex, sedikit demi sedikit mulai aku ketahui dan rasakan... Pada saat-saat sekolah, kebetulan sekali aku dikaruniakan Tuhan otak yg lumayan cemerlang. Aku selalu mendapatkan ranking pertama di kelas, meskipun juga aku mendapatkan ranking pertama dalam kebadungan. Entah sudah berapa kali aku tertangkap membawa Stensilan, rokok, bahkan ganja. Hukuman paling berat paling hanya skorsing seminggu, tapi pernah juga aku disuruh keliling kelas per kelas sambil disuruh membaca stensil dan merokok, dengan membawa papan nama yang dikalungkan di leherku dgn tulisan spidol " JANGAN CONTOH AKU ". Tapi kebengalanku tidak membuat teman-temanku menjauh. Bahkan bermodalkan dengan ranking pertamaku, teman sekelasku yang mempunyai adik yang masih di SD, memintaku untuk memberikan les private di rumahnya,  Perlahan tapi pasti anak buah lesku semakin banyak. Pada akhir bulan aku bisa mengantongi Rp 300.000,- jumlah yg cukup besar buatku waktu itu, dan pada saat terima amplop gaji yang kesekian kalinya, aku mulai mewujudkan cita-cita puberku untuk menikmati indahnya sex dengan seorang wanita, dari pada habis buat minum-minum dgn teman, toh tak ada salahnya aku mencoba. Aku ingat sekali waktu itu Malam Minggu aku sedang ngumpul dengan teman-temanku sambil bergitar dan menenggak minuman keras di pinggir jalan. Tiba-tiba gerimis datang, kami semua berlarian berteduh di salah satu warung. Jam baru menunjukan pukul 22.00 tapi temanku satu persatu bubar, mungkin karena cuaca yang kurang bagus. Biasanya pasti sampai matahari terbit baru pada bubar. AKu yang rumahnya paling jauh tidak ada teman. Tinggallah aku sendirian berdiri. Rokok yang kuhisap dan minuman yang masuk ke dalam kerongkonganku tidak dapat menghalau dinginnya malam. Pikiranku semakin mengembara akan arti sebuah sex.  Aku segera menyetop sebuah bajaj yang kebetulan lewat. Aku minta diantar ke Lokasi WTS kelas teri kalijodoh (Rumahku memang tak jauh dari lokalisasi tersebut). Gerimis ternyata tidak menghalangi para pencari dan penjual kenikmatan bertransaksi. Suasananya masih ramai seperti pasar. Aku segera turun dari bajaj dan berjalan kaki menelusuri komplek. Banyak sekali wanita yang asyik mengobrol, bercanda, dandanannya yang medok dan norakjelas sekali, rata-rata usianya sebaya dgn mamaku. Aku terus melangkahkan kaki di tengah gerimis. Sesekali ajakan mampir berseliweran di kanankiriku. Aku mencoba bersikap dewasa padahal jantungku sudah bergemuruh tak karuan. Memang badanku ternasuk bongsor, sehingga orang tidak akan menyangka bahwa aku masih SMP kelas III. Sampai lelah kakiku, aku belum menemukan wanita yang usianya muda. Aku segera menghentikan langkahku begitu kutemui warung rokok. Sambil aku membeli rokok, aku mencoba bertanya di mana ada wanita yang muda. Penjual rokok itu memberitahukan jalan kepadaku.  Ternyata aku harus turun dulu dari jalan utama, Melewati lorong sempit yang sumpek, akhirnya aku menemukan sekumpulan wanita muda. Baru saja aku mau menegur, mereka berebutan menarik tanganku, Aku yang memang baru pertama kali pasrah saja dan tidak dapat berbuat apa-apa, hingga akhirnya seorang wanita setengah baya melerai mereka, dan menyerahkanku kepada seorang wanita yang cukup cantik, katanya namanya Lita, sedangkan wanita yg melerai tadi adalah Mami / germo mereka. Lita membimbingku memasuki kamar sempit, yg hanya berisi tempat tidur single yang sudah bau apek, dan seember air + gayung. Aku yang waktu itu memang baru pertama kali sama sekali tidak perduli dengan keadaan kamar tempurnya, yang ada di otakku adalah bahwa sebentar lagi aku merasakan nikmatnya seks.  Lampu remang-remang jelas sekali membentuk keindahan tubuh Lita yang mulai membuka bajunya. Jantungku semakin keras berdebar. Tanpa basabasi lagi Lita mulai menggerayangi tubuhku, baju dan celanaku langsung dilepasnya. Tidak ada pemanasan. Lita yang kini hanya mengenakan BH, dan celana dalam langsung saja menyerangku dengan kelihaiannya, Tanpa sadar aku sudah telanjang bulat. Lidahnya menari-nari di dadaku, tangannya mengocok lembut senjataku yang sudah mengeras. Kenikmatan yg timbul akibat perlakuan lita membuat seluruh tubuhku bagai dialiri setrum, dan pada saat senjataku dimasukan ke dalam mulutnya, aku sudah tak tahan lagi, kusemprotkan seluruh spermaku kedalam mulutnya. Lita langsung mengenakan pakaiannya kembali, Aku terkejut dan menariknya. "Belum mbak" "Lho, bukannya mas sudah keluar?" "Iya,, tapi kan belum dimasukin" "memangnya masih bisa" Aku kala itu agak bingung dengan pertanyaannya, sekarang sih aku ngerti arah pertanyaannya. Aku langsung memeluknya dan mencium bibirnya dengan rakus. "pelan pelan dong mas!" aku tak perduli lagi, tanganku langsung meremas buah dadanya, BHnya segera kulepaskan, Senjataku yang masih tegang menyodok-nyodok perutnya. Kulumat puting buah dadanya dengan lidahku. Lita menarik kepalaku. "Mas, jangan dihisap! Saya masih menyusui" Aku tak perduli, imajinasiku di stensilan semua kupraktekan, bahkan tanpa jijik aku menjilati kemaluannya. Baunya sungguh sangat tidak enak, tapi nafsuku kala itu mengalahkan semua perasaan jijik. Perlahan kulihat Lita mulai terbawa nafsu, mungkin akibat perlakuanku yang mencumbunya habis-habisan yang tidak pernah didapatinya selama ini. "Achhh, Mas!" terus... enak....... Aku semakin semangat. Tiba tiba Lita menggenggam senjataku dan langsung membimbingnya ke lubang kemaluannya. Jantungku berdebar semakin keras. Inilah saat pertama kali senjataku terbenam ke dalam kemaluan seorang wanita. "Tekan.mas!"" Aku langsung menekan kemaluanku sampai amblas "Achhhhh........" Lita menjerit. Aku mulai manaik-turunkan pantatku. Imajinasiku sebagai seorang lelaki perkasa membawa langkahku untuk mencoba semua gaya dalam teori, Depan, samping, belakang semua aku praktekan. Lita pandai sekali mengimbangi gerakanku. Goyangan pinggulnya yang lincah semakin membuat suasana menjadi panas. Aku bertahan dengan imajinasiku untuk tidak keluar sebelum wanita keluar. Ternyata berhasil. Seluruh tubuhku sudah penuh dengan peluh, akhirnya entah menit keberapa, Lita histeris, seluruh tubuhnya mengejang dan bergetar dengan hebat. ternyata dia orgasme. Aku merasakan lobang kemaluannya semakin becek. Aku berkonsentrasi penuh mendaki puncak kenikmatan, gerakan pantatku semakin cepat, dan tak beraturan. Aku mulai merasakan spermaku sudah diujung senjataku. Lita semakin lincah menggoyangkan pinggulnya. Akhirnya dengan sekali sentakan ke dalam, amblaslah seluruh batang senjataku di dalam lubang kemaluan lita. Seluruh tubuhku merinding merasakan ejakulasiku yg pertama di dalam lubang kemaluan seorang wanita. Aku Terbaring diam mengatur jalan pernafasanku. "Mas, baru pertama, ya?" "Lho, kok mbak tahu?" Lita hanya tersenyum, lalu beranjak membersihkan diri dan mengenakan pakaiannya kembali. Sesuai kesepakatan awal, aku menyerahkan uang atas kenikmatan yang aku beli. Namun sungguh diluar dugaan, Lita menampik uangnya. "Mas, tidak usah bayar, Aku senang kok!" "Tapi, besok-besok mampir lagi kesini ya" Lita lalu keluar kamar meninggalkanku seorang diri, Aku termenung membayangkan hal yang baru saja terjadi. Sungguh nikmat sekali bersetubuh dengan wanita. Gratis lagi! Besok lagi ah ! aku bergumam dalam hati. Aku segera mengenakan pakaianku kembali. Gerimis di luar ternyata telah berubah menjadi Hujan deras. Aku tak perduli lagi. Aku berlari, berlari dan terus berlari dari komplek lokalisasi itu. Dengan Badan basah kuyup aku berjalan menuju rumahku. Hujan deras sama sekali tak aku rasakan, yang ada di pikiranku hanyalah satu: Bersetubuh itu NIKMAT. Sampai tak terasa aku tiba didepan rumahku.  Dikamarku, aku merenungi kembali. Perjakaku diambil seorang WTS. Dan rasa nikmat saat senjataku masuk ke dalam kemaluan seorang wanita terus terbayang. Aku merasa diriku telah Dewasa, karena telah melakukan Hal yang Masih dalam angan-angan pria seusiaku. Aku tersenyum membayangkan itu. Tanpa sadar tanganku kembali mengocok senjataku yang kian mengeras. Makin lama kocokanku makin cepat, hingga memancarlah lahar panas ke atas perutku. Aku tak memperdulikannya. Mataku terpejam, menikmati tidur malam yang indah.    Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               cerita sex -Diperkosa Ayah Mertua               May 6th 2013, 03:44                                               Namaku Novianti. Usiaku telah menginjak kepala tiga. Sudah menikah setahun lebih dan baru mempunyai seorang bayi laki-laki. Suamiku berusia hanya lebih tua satu tahun dariku. Kehidupan kami dapat dikatakan sangat bahagia. Memang kami berdua kawin dalam umur agak terlambat sudah diatas 30 tahun. Selewat 40 hari dari melahirkan, suamiku masih takut untuk berhubungan seks. Mungkin dia masih teringat pada waktu aku menjerit-jerit pada saat melahirkan, memang dia juga turut masuk ke ruang persalinan mendampingi saya waktu melahirkan. Di samping itu aku memang juga sibuk benar dengan si kecil, baik siang maupun malam hari. Si kecil sering bangun malam-malam, nangis dan aku harus menyusuinya sampai dia tidur kembali. Sementara suamiku semakin sibuk saja di kantor, maklum dia bekerja di sebuah kantor Bank Pemerintah di bagian Teknologi, jadi pulangnya sering terlambat. Keadaan ini berlangsung dari hari ke hari, hingga suatu saat terjadi hal baru yang mewarnai kehidupan kami, khususnya kehidupan pribadiku sendiri. Ketika itu kami mendapat kabar bahwa ayah mertuaku yang berada di Amerika bermaksud datang ke tempat kami. Memang selama ini kedua mertuaku tinggal di Amerika bersama dengan anak perempuan mereka yang menikah dengan orang sana. Dia datang kali ini ke Indonesia sendiri untuk menyelesaikan sesuatu urusan. Ibu mertua nggak bisa ikut karena katanya kakinya sakit. Ketika sampai waktu kedatangannya, kami menjemput di airport, suamiku langsung mencari-cari ayahnya. Suamiku langsung berteriak gembira ketika menemukan sosok seorang pria yang tengah duduk sendiri di ruang tunggu. Orang itu langsung berdiri dan menghampiri kami. Ia lalu berpelukan dengan suamiku. Saling melepas rindu. Aku memperhatikan mereka. Ayah mertuaku masih nampak muda diumurnya menjelang akhir 50-an, meski kulihat ada beberapa helai uban di rambutnya. Tubuhnya yang tinggi besar, dengan kulit gelap masih tegap dan berotot. Kelihatannya ia tidak pernah meninggalkan kebiasaannya berolah raga sejak dulu. Beliau berasal dari belahan Indonesia Timur dan sebelum pensiun ayah mertua adalah seorang perwira angkatan darat. "Hei nak Novi. Apa khabar...!", sapa ayah mertua padaku ketika selesai berpelukan dengan suamiku. "Ayah, apa kabar? Sehat-sehat saja kan? Bagaimana keadaan Ibu di Amerika..?" balasku. "Oh...Ibu baik-baik saja. Beliau nggak bisa ikut, karena kakinya agak sakit, mungkin keseleo...." "Ayo kita ke rumah", kata suamiku kemudian. Sejak adanya ayah di rumah, ada perubahan yang cukup berarti dalam kehidupan kami. Sekarang suasana di rumah lebih hangat, penuh canda dan gelak tawa. Ayah mertuaku orangnya memang pandai membawa diri, pandai mengambil hati orang. Dengan adanya ayah mertua, suamiku jadi lebih betah di rumah. Ngobrol bersama, jalan-jalan bersama. Akan tetapi pada hari-hari tertentu, tetap saja pekerjaan kantornya menyita waktunya sampai malam, sehingga dia baru sampai kerumah di atas jam 10 malam. Hal ini biasanya pada hari-hari Senin setiap minggu. Sampai terjadilah peristiwa ini pada hari Senin ketiga sejak kedatangan ayah mertua dari Amerika. Sore itu aku habis senam seperti biasanya. Memang sejak sebulan setelah melahirkan, aku mulai giat lagi bersenam kembali, karena memang sebelum hamil aku termasuk salah seorang yang amat giat melakukan senam dan itu biasanya kulakukan pada sore hari. Setelah merasa cukup kuat lagi, sekarang aku mulai bersenam lagi, disamping untuk melemaskan tubuh, juga kuharapkan tubuhku bisa cepat kembali ke bentuk semula yang langsing, karena memang postur tubuhku termasuk tinggi kurus akan tetapi padat. Setelah mandi aku langsung makan dan kemudian meneteki si kecil di kamar. Mungkin karena badan terasa penat dan pegal sehabis senam, aku jadi mengantuk dan setelah si kecil kenyang dan tidur, aku menidurkan si kecil di box tempat tidurnya. Kemudian aku berbaring di tempat tidur. Saking sudah sangat mengantuk, tanpa terasa aku langsung tertidur. Bahkan aku pun lupa mengunci pintu kamar. Setengah bermimpi, aku merasakan tubuhku begitu nyaman. Rasa penat dan pegal-pegal tadi seperti berangsur hilang... Bahkan aku merasakan tubuhku bereaksi aneh. Rasa nyaman sedikit demi sedikit berubah menjadi sesuatu yang membuatku melayang-layang. Aku seperti dibuai oleh hembusan angin semilir yang menerpa bagian-bagian peka di tubuhku. Tanpa sadar aku menggeliat merasakan semua ini sambil melenguh perlahan. Dalam tidurku, aku bermimpi suamiku sedang membelai-belai tubuhku dan kerena memang telah cukup lama kami tidak berhubungan badan, sejak kandunganku berumur 8 bulan, yang berarti sudah hampir 3 bulan lamanya, maka terasa suamiku sangat agresif menjelajahi bagian-bagian sensitif dari sudut tubuhku. Tiba-tiba aku sadar dari tidurku... tapi kayaknya mimpiku masih terus berlanjut. Malah belaian, sentuhan serta remasan suamiku ke tubuhku makin terasa nyata. Kemudian aku mengira ini perbuatan suamiku yang telah kembali dari kantor. Ketika aku membuka mataku, terlihat cahaya terang masih memancar masuk dari lobang angin dikamarku, yang berarti hari masih sore. Lagian ini kan hari Senin, seharusnya dia baru pulang agak malam, jadi siapa ini yang sedang mencumbuku... Aku segera terbangun dan membuka mataku lebar-lebar. Hampir saja aku menjerit sekuat tenaga begitu melihat orang yang sedang menggeluti tubuhku. Ternyata... dia adalah mertuaku sendiri. Melihat aku terbangun, mertuaku sambil tersenyum, terus saja melanjutkan kegiatannya menciumi betisku. Sementara dasterku sudah terangkat tinggi-tinggi hingga memperlihatkan seluruh pahaku yang putih mulus. "Yah...!! Stop....jangan.... Yaaahhhh...!!?" jeritku dengan suara tertahan karena takut terdengar oleh Si Inah pembantuku. "Nov, maafkan Bapak.... Kamu jangan marah seperti itu dong, sayang....!!" Ia malah berkata seperti itu, bukannya malu didamprat olehku. "Ayah nggak boleh begitu, cepat keluar, saya mohon....!!", pintaku menghiba, karena kulihat tatapan mata mertuaku demikian liar sambil tangannya tak berhenti menggerayang ke sekujur tubuhku. Aku mencoba menggeliat bangun dan buru-buru menurunkan daster untuk menutupi pahaku dan beringsut-ingsut menjauhinya dan mepet ke ujung ranjang. Akan tetapi mertuaku makin mendesak maju menghampiriku dan duduk persis di sampingku. Tubuhnya mepet kepadaku. Aku semakin ketakutan. "Nov... Kamu nggak kasihan melihat Bapak seperti ini? Ayolah, Bapak kan sudah lama merindukan untuk bisa menikmati badan Novi yang langsing padat ini....!!!!", desaknya. "Jangan berbicara begitu. Ingat Yah... aku kan menantumu.... istri Toni anakmu?", jawabku mencoba menyadarinya. "Jangan menyebut-nyebut si Toni saat ini, Bapak tahu Toni belum lagi menggauli nak Novi, sejak nak Novi habis melahirkan... Benar-benar keterlaluan tu anak....!!, lanjutnya. Rupanya entah dengan cara bagaimana dia bisa memancing hubungan kita suami istri dari Toni. Ooooh.... benar-benar bodoh si Toni, batinku, nggak tahu kelakuan Bapaknya. Mertuaku sambil terus mendesakku berkata bahwa ia telah berhubungan dengan banyak wanita lain selain ibu mertua dan dia tak pernah mendapatkan wanita yang mempunyai tubuh yang semenarik seperti tubuhku ini. Aku setengah tak percaya mendengar omongannya. Ia hanya mencoba merayuku dengan rayuan murahan dan menganggap aku akan merasa tersanjung. Aku mencoba menghindar... tapi sudah tidak ada lagi ruang gerak bagiku di sudut tempat tidur. Ketika kutatap wajahnya, aku melihat mimik mukanya yang nampaknya makin hitam karena telah dipenuhi nafsu birahi. Aku mulai berpikir bagaimana caranya untuk menurunkan hasrat birahi mertuaku yang kelihatan sudah menggebu-gebu. Melihat caranya, aku sadar mertuaku akan berbuat apa pun agar maksudnya kesampaian. Kemudian terlintas dalam pikiranku untuk mengocok kemaluannya saja, sehingga nafsunya bisa tersalurkan tanpa harus memperkosa aku. Akhirnya dengan hati-hati kutawarkan hal itu kepadanya. "Yahh... biar Novi mengocok Ayah saja ya... karena Novi nggak mau ayah menyetubuhi Novi... Gimana...?" Mertuaku diam dan tampak berpikir sejenak. Raut mukanya kelihatan sedikit kecewa namun bercampur sedikit lega karena aku masih mau bernegosiasi. "Baiklah..", kata mertuaku seakan tidak punya pilihan lain karena aku ngotot tak akan memberikan apa yang dimintanya. Mungkin inilah kesalahanku. Aku terlalu yakin bahwa jalan keluar ini akan meredam keganasannya. Kupikir biasanya lelaki kalau sudah tersalurkan pasti akan surut nafsunya untuk kemudian tertidur. Aku lalu menarik celana pendeknya. Ugh! Sialan, ternyata dia sudah tidak memakai celana dalam lagi. Begitu celananya kutarik, batangnya langsung melonjak berdiri seperti ada pernya. Aku sangat kaget dan terkesima melihat batang kemaluan mertuaku itu.... Oooohhhh...... benar-benar panjang dan besar. Jauh lebih besar daripada punya Toni suamiku. Mana hitam lagi, dengan kepalanya yang mengkilap bulat besar sangat tegang berdiri dengan gagah perkasa, padahal usianya sudah tidak muda lagi. Tanganku bergerak canggung. Bagaimananpun baru kali ini aku memegang kontol orang selain milik suamiku, mana sangat besar lagi sehingga hampir tak bisa muat dalam tanganku. Perlahan-lahan tanganku menggenggam batangnya. Kudengar lenguhan nikmat keluar dari mulutnya seraya menyebut namaku. "Ooooohhh.....sssshhhh.....Noviii...eee..eeenaaak. .. betulll..!!!" Aku mendongak melirik kepadanya. Nampak wajah mertuaku meringis menahan remasan lembut tanganku pada batangnya. Aku mulai bergerak turun naik menyusuri batangnya yang besar panjang dan teramat keras itu. Sekali-sekali ujung telunjukku mengusap moncongnya yang sudah licin oleh cairan yang meleleh dari liangnya. Kudengar mertuaku kembali melenguh merasakan ngilu akibat usapanku. Aku tahu dia sudah sangat bernafsu sekali dan mungkin dalam beberapa kali kocokan ia akan menyemburkan air maninya. Sebentar lagi tentu akan segera selesai sudah, pikirku mulai tenang. Dua menit, tiga... sampai lima menit berikutnya mertuaku masih bertahan meski kocokanku sudah semakin cepat. Kurasakan tangan mertuaku menggerayangi ke arah dadaku. Aku kembali mengingatkan agar jangan berbuat macam-macam. "Nggak apa-apa .....biar cepet keluar..", kata mertuaku memberi alasan. Aku tidak mengiyakan dan juga tidak menepisnya karena kupikir ada benarnya juga. Biar cepat selesai, kataku dalam hati. Mertuaku tersenyum melihatku tidak melarangnya lagi. Ia dengan lembut dan hati-hati mulai meremas-remas kedua payudara di balik dasterku. Aku memang tidak mengenakan kutang kerena habis menyusui si kecil tadi. Jadi remasan tangan mertua langsung terasa karena kain daster itu sangat tipis. Sebagai wanita normal, aku merasakan kenikmatan juga atas remasan ini. Apalagi tanganku masih menggenggam batangnya dengan erat, setidaknya aku mulai terpengaruh oleh keadaan ini. Meski dalam hati aku sudah bertekad untuk menahan diri dan melakukan semua ini demi kebaikan diriku juga. Karena tentunya setelah ini selesai dia tidak akan berbuat lebih jauh lagi padaku. "Novi sayang.., buka ya? Sedikit aja..", pinta mertuaku kemudian. "Jangan Yah. Tadi kan sudah janji nggak akan macam-macam..", ujarku mengingatkan. "Sedikit aja. Ya?" desaknya lagi seraya menggeser tali daster dari pundakku sehingga bagian atas tubuhku terbuka. Aku jadi gamang dan serba salah. Sementara bagian dada hingga ke pinggang sudah telanjang. Nafas mertuaku semakin memburu kencang melihatku setengah telanjang. "Oh.., Novii kamu benar-benar cantik sekali....!!!", pujinya sambil memilin-milin dengan hati-hati puting susuku, yang mulai basah dengan air susu. Aku terperangah. Situasi sudah mulai mengarah pada hal yang tidak kuinginkan. Aku harus bertindak cepat. Tanpa pikir panjang, langsung kumasukkan batang kemaluan mertuaku ke dalam mulutku dan mengulumnya sebisa mungkin agar ia cepat-cepat selesai dan tidak berlanjut lebih jauh lagi. Aku sudah tidak mempedulikan perbuatan mertuaku pada tubuhku. Aku biarkan tangannya dengan leluasa menggerayang ke sekujur tubuhku, bahkan ketika kurasakan tangannya mulai mengelus-elus bagian kemaluanku pun aku tak berusaha mencegahnya. Aku lebih berkonsentrasi untuk segera menyelesaikan semua ini secepatnya. Jilatan dan kulumanku pada batang kontolnya semakin mengganas sampai-sampai mertuaku terengah-engah merasakan kelihaian permainan mulutku. Aku tambah bersemangat dan semakin yakin dengan kemampuanku untuk membuatnya segera selesai. Keyakinanku ini ternyata berakibat fatal bagiku. Sudah hampir setengah jam, aku belum melihat tanda-tanda apapun dari mertuaku. Aku jadi penasaran, sekaligus merasa tertantang. Suamiku pun yang sudah terbiasa denganku, bila sudah kukeluarkan kemampuan seperti ini pasti takkan bertahan lama. Tapi kenapa dengan mertuaku ini? Apa ia memakai obat kuat? Saking penasarannya, aku jadi kurang memperhatikan perbuatan mertuaku padaku. Entah sejak kapan daster tidurku sudah terlepas dari tubuhku. Aku baru sadar ketika mertuaku berusaha menarik celana dalamku dan itu pun terlambat! Begitu menengok ke bawah, celana itu baru saja terlepas dari ujung kakiku. Aku sudah telanjang bulat! Ya ampun, kenapa kubiarkan semua ini terjadi. Aku menyesal kenapa memulainya. Ternyata kejadiannya tidak seperti yang kurencanakan. Aku terlalu sombong dengan keyakinanku. Kini semuanya sudah terlambat. Berantakan semuanya! Pekikku dalam hati penuh penyesalan. Situasi semakin tak terkendali. Lagi-lagi aku kecolongan. Mertuaku dengan lihainya dan tanpa kusadari sudah membalikkan tubuhku hingga berlawanan dengan posisi tubuhnya. Kepalaku berada di bawahnya sementara kepalanya berada di bawahku. Kami sudah berada dalam posisi enam sembilan! Tak lama kemudian kurasakan sentuhan lembut di seputar selangkanganku. Tubuhku langsung bereaksi dan tanpa sadar aku menjerit lirih. Suka tidak suka, mau tidak mau, kurasakan kenikmatan cumbuan mertuaku di sekitar itu. Akh luar biasa! Aku menjerit dalam hati sambil menyesali diri. Aku marah pada diriku sendiri, terutama pada tubuhku sendiri yang sudah tidak mau mengikuti perintah pikiran sehatku. Tubuhku meliuk-liuk mengikuti irama permainan lidah mertuaku. Kedua pahaku mengempit kepalanya seolah ingin membenamkan wajah itu ke dalam selangkanganku. Kuakui ia memang pandai membuat birahiku memuncak. Kini aku sudah lupa dengan siasat semula. Aku sudah terbawa arus. Aku malah ingin mengimbangi permainannya. Mulutku bermain dengan lincah. Batangnya kukempit dengan buah dadaku yang membusung penuh dan kenyal. Maklum, masih menyusui. Sementara kontol itu bergerak di antara buah dadaku, mulutku tak pernah lepas mengulumnya. Tanpa kusadari kami saling mencumbu bagian vital masing-masing selama lima belas menit. Aku semakin yakin kalau mertuaku memakai obat kuat. Ia sama sekali belum memperlihatkan tanda-tanda akan keluar, sementara aku sudah mulai merasakan desiran-desiran kuat bergerak cepat ke arah pusat kewanitaanku. Jilatan dan hisapan mulut mertuaku benar-benar membuatku tak berdaya. Aku semakin tak terkendali. Pinggulku meliuk-liuk liar. Tubuhku mengejang, seluruh aliran darah serasa terhenti dan aku tak kuasa untuk menahan desakan kuat gelombang lahar panas yang mengalir begitu cepat. "Oooohhhhh.......aaaa....aaaaa......aaauugghhhhhhh hh..!!!!!" aku menjerit lirih begitu aliran itu mendobrak pertahananku. Kurasakan cairan kewanitaanku menyembur tak tertahankan. Tubuhku menggelepar seperti ikan terlempar ke darat merasakan kenikmatan ini. Aku terkulai lemas sementara batang kontol mertuaku masih berada dalam genggamanku dan masih mengacung dengan gagahnya, bahkan terasa makin kencang saja. Aku mengeluh karena tak punya pilihan lain. Sudah kepalang basah. Aku sudah tidak mempunyai cukup tenaga lagi untuk mempertahankan kehormatanku, aku hanya tergolek lemah tak berdaya saat mertuaku mulai menindih tubuhku. Dengan lembut ia mengusap wajahku dan berkata betapa cantiknya aku sekarang ini. "Noviii.....kau sungguh cantik. Tubuhmu indah dan langsing tapi padat berisi.., mmpphh..!!!", katanya sambil menciumi bibirku, mencoba membuka bibirku dengan lidahnya. Aku seakan terpesona oleh pujiannya. Cumbu rayunya begitu menggairahkanku. Aku diperlakukan bagai sebuah porselen yang mudah pecah. Begitu lembut dan hati-hati. Hatiku entah mengapa semakin melambung tinggi mendengar semua kekagumannya terhadap tubuhku. Wajahku yang cantik, tubuhku yang indah dan berisi. Payudaraku yang membusung penuh dan menggantung indah di dada. Permukaan agak menggembung, pinggul yang membulat padat berisi menyambung dengan buah pantatku yang `bahenol'. Diwajah mertuaku kulihat memperlihatkan ekspresi kekaguman yang tak terhingga saat matanya menatap nanar ke arah lembah bukit di sekitar selangkanganku yang baru numbuh bulu-bulu hitam pendek, dengan warna kultiku yang putih mulus. Kurasakan tangannya mengelus paha bagian dalam. Aku mendesis dan tanpa sadar membuka kedua kakiku yang tadinya merapat. Mertuaku menempatkan diri di antara kedua kakiku yang terbuka lebar. Kurasakan kepala kontolnya yang besar ditempelkan pada bibir kemaluanku. Digesek-gesek, mulai dari atas sampai ke bawah. Naik turun. Aku merasa ngilu bercampur geli dan nikmat. Cairan yang masih tersisa di sekitar itu membuat gesekannya semakin lancar karena licin. Aku terengah-engah merasakannya. Kelihatannya ia sengaja melakukan itu. Apalagi saat moncong kontolnya itu menggesek-gesek kelentitku yang sudah menegang. Mertuaku menatap tajam melihat reaksiku. Aku balas menatap seolah memintanya untuk segera memasuki diriku secepatnya. Ia tahu persis apa yang kurasakan saat itu. Namun kelihatannya ia ingin melihatku menderita oleh siksaan nafsuku sendiri. Kuakui memang aku sudah tak tahan untuk segera menikmati batang kontolnya dalam memekku. Aku ingin segera membuatnya `KO'. Terus terang aku sangat penasaran dengan keperkasaannya. Kuingin buktikan bahwa aku bisa membuatnya cepat-cepat mencapai puncak kenikmatan. "Yah..?" panggilku menghiba. "Apa sayang...", jawabnya seraya tersenyum melihatku tersiksa. "Cepetan..yaaahhhhh.......!!!" "Sabar sayang. Kamu ingin Bapak berbuat apa.......?" tanyanya pura-pura tak mengerti. Aku tak menjawab. Tentu saja aku malu mengatakannya secara terbuka apa keinginanku saat itu. Namun mertuaku sepertinya ingin mendengarnya langsung dari bibirku. Ia sengaja mengulur-ulur dengan hanya menggesek-gesekan kontolnya. Sementara aku benar-benar sudah tak tahan lagi mengekang birahiku. "Novii....iiii... iiiingiiinnnn aaa...aaayahhhh....se....se.. seeegeeeraaaa ma... masukin..!!!", kataku terbata-bata dengan terpaksa. Aku sebenarnya sangat malu mengatakan ini. Aku yang tadi begitu ngotot tidak akan memberikan tubuhku padanya, kini malah meminta-minta. Perempuan macam apa aku ini!? "Apanya yang dimasukin.......!!", tanyanya lagi seperti mengejek. "Aaaaaaggggkkkkkhhhhh.....ya...yaaaahhhh. Ja.....ja....Jaaangan siksa Noviiii..!!!" "Bapak tidak bermaksud menyiksa kamu sayang......!!" "Oooooohhhhhh.., Yaaaahhhh... Noviii ingin dimasukin kontol ayah ke dalam memek Novi...... uugghhhh..!!!" Aku kali ini sudah tak malu-malu lagi mengatakannya dengan vulgar saking tak tahannya menanggung gelombang birahi yang menggebu-gebu. Aku merasa seperti wanita jalang yang haus seks. Aku hampir tak percaya mendengar ucapan itu keluar dari bibirku sendiri. Tapi apa mau dikata, memang aku sangat menginginkannya segera. "Baiklah sayang. Tapi pelan-pelan ya", kata mertuaku dengan penuh kemenangan telah berhasil menaklukan diriku. "Uugghh..", aku melenguh merasakan desakan batang kontolnya yang besar itu. Aku menunggu cukup lama gerakan kontol mertuaku memasuki diriku. Serasa tak sampai-sampai. Selain besar, kontol mertuaku sangat panjang juga. Aku sampai menahan nafas saat batangnya terasa mentok di dalam. Rasanya sampai ke ulu hati. Aku baru bernafas lega ketika seluruh batangnya amblas di dalam. Mertuaku mulai menggerakkan pinggulnya perlahan-lahan. Satu, dua dan tiga tusukan mulai berjalan lancar. Semakin membanjirnya cairan dalam liang memekku membuat kontol mertuaku keluar masuk dengan lancarnya. Aku mengimbangi dengan gerakan pinggulku. Meliuk perlahan. Naik turun mengikuti irama tusukannya. Gerakan kami semakin lama semakin meningkat cepat dan bertambah liar. Gerakanku sudah tidak beraturan karena yang penting bagiku tusukan itu mencapai bagian-bagian peka di dalam relung kewanitaanku. Dia tahu persis apa yang kuinginkan. Ia bisa mengarahkan batangnya dengan tepat ke sasaran. Aku bagaikan berada di awang-awang merasakan kenikmatan yang luar biasa ini. Batang mertuaku menjejal penuh seluruh isi liangku, tak ada sedikitpun ruang yang tersisa hingga gesekan batang itu sangat terasa di seluruh dinding vaginaku. "Aduuhh.. auuffhh.., nngghh..!!!", aku merintih, melenguh dan mengerang merasakan semua kenikmatan ini. Kembali aku mengakui keperkasaan dan kelihaian mertuaku di atas ranjang. Ia begitu hebat, jantan dan entah apalagi sebutan yang pantas kuberikan padanya. Toni suamiku tidak ada apa-apanya dibandingkan ayahnya yang bejat ini. Yang pasti aku merasakan kepuasan tak terhingga bercinta dengannya meski kusadari perbuatan ini sangat terlarang dan akan mengakibatkan permasalahan besar nantinya. Tetapi saat itu aku sudah tak perduli dan takkan menyesali kenikmatan yang kualami. Mertuaku bergerak semakin cepat. Kontolnya bertubi-tubi menusuk daerah-daerah sensitive. Aku meregang tak kuasa menahan desiran-desiran yang mulai berdatangan seperti gelombang mendobrak pertahananku. Sementara mertuaku dengan gagahnya masih mengayunkan pinggulnya naik turun, ke kiri dan ke kanan. Eranganku semakin keras terdengar seiring dengan gelombang dahsyat yang semakin mendekati puncaknya. Melihat reaksiku, mertuaku mempercepat gerakannya. Batang kontolnya yang besar dan panjang itu keluar masuk dengan cepatnya seakan tak memperdulikan liangku yang sempit itu akan terkoyak akibatnya. Kulihat tubuh mertuaku sudah basah bermandikan keringat. Aku pun demikian. Tubuhku yang berkeringat nampak mengkilat terkena sinar lampu kamar. Aku mencoba meraih tubuh mertuaku untuk mendekapnya. Dan disaat-saat kritis, aku berhasil memeluknya dengan erat. Kurengkuh seluruh tubuhnya sehingga menindih tubuhku dengan erat. Kurasakan tonjolan otot-ototnya yang masih keras dan pejal di sekujur tubuhku. Kubenamkan wajahku di samping bahunya. Pinggul kuangkat tinggi-tinggi sementara kedua tanganku menggapai buah pantatnya dan menarik kuat-kuat. Kurasakan semburan demi semburan memancar kencang dari dalam diriku. Aku meregang seperti ayam yang baru dipotong. Tubuhku mengejang-ngejang di atas puncak kenikmatan yang kualami untuk kedua kalinya saat itu. "Yaaaah.., ooooohhhhhhh.., Yaaaahhhhh..eeee...eeennnaaaakkkkkkkk...!!!" Hanya itu yang bisa keluar dari mulutku saking dahsyatnya kenikmatan yang kualami bersamanya. "Sayang nikmatilah semua ini. Bapak ingin kamu dapat merasakan kepuasan yang sesungguhnya belum pernah kamu alami....", bisik ayah dengan mesranya. "Bapak sayang padamu, Bapak cinta padamu.... Bapak ingin melampiaskan kerinduan yang menyesak selama ini..", lanjutnya tak henti-henti membisikan untaian kata-kata indah yang terdengar begitu romantis. Aku mendengarnya dengan perasaan tak menentu. Kenapa ini datangnya dari lelaki yang bukan semestinya kusayangi. Mengapa kenikmatan ini kualami bersama mertuaku sendiri, bukan dari anaknya yang menjadi suamiku...????. Tanpa terasa air mata menitik jatuh ke pipi. Mertuaku terkejut melihat ini. Ia nampak begitu khawatir melihatku menangis. "Novi sayang, kenapa menangis?" bisiknya buru-buru. "Maafkan Bapak kalau telah membuatmu menderita..", lanjutnya seraya memeluk dan mengelus-elus rambutku dengan penuh kasih sayang. Aku semakin sedih merasakan ini. Tetapi ini bukan hanya salahnya. Aku pun berandil besar dalam kesalahan ini. Aku tidak bisa menyalahkannya saja. Aku harus jujur dan adil menyikapinya. "Bapak tidak salah. Novi yang salah..", kataku kemudian. "Tidak sayang. Bapak yang salah...", katanya besikeras. "Kita, Yah. Kita sama-sama salah", kataku sekaligus memintanya untuk tidak memperdebatkan masalah ini lagi. "Terima kasih sayang", kata mertuaku seraya menciumi wajah dan bibirku. Kurasakan ciumannya di bibirku berhasil membangkitkan kembali gairahku. Aku masih penasaran dengannya. Sampai saat ini mertuaku belum juga mencapai puncaknya. Aku seperti mempunyai utang yang belum terbayar. Kali ini aku bertekad keras untuk membuatnya mengalami kenikmatan seperti apa yang telah ia berikan kepadaku. Aku tak sadar kenapa diriku jadi begitu antusias untuk melakukannya dengan sepenuh hati. Biarlah terjadi seperti ini, toh mertuaku tidak akan selamanya berada di sini. Ia harus pulang ke Amerika. Aku berjanji pada diriku sendiri, ini merupakan yang terakhir kalinya. Timbulnya pikiran ini membuatku semakin bergairah. Apalagi sejak tadi mertuaku terus-terusan menggerakan kontolnya di dalam memekku. Tiba-tiba saja aku jadi beringas. Kudorong tubuh mertuaku hingga terlentang. Aku langsung menindihnya dan menicumi wajah, bibir dan sekujur tubuhnya. Kembali kuselomoti batang kontolnya yang tegak bagai tiang pancang beton itu. Lidahku menjilat-jilat, mulutku mengemut-emut. Tanganku mengocok-ngocok batangnya. Kulirik kewajah mertuaku kelihatannya menyukai perubahanku ini. Belum sempat ia akan mengucapkan sesuatu, aku langsung berjongkok dengan kedua kaki bertumpu pada lutut dan masing-masing berada di samping kiri dan kanan tubuh mertuaku. Selangkanganku berada persis di atas batangnya. "Akh sayang!" pekik mertuaku tertahan ketika batangnya kubimbing memasuki liang memekku. Tubuhku turun perlahan-lahan, menelan habis seluruh batangnya. Selanjutnya aku bergerak seperti sedang menunggang kuda. Tubuhku melonjak-lonjak seperti kuda binal yang sedang birahi. Aku tak ubahnya seperti pelacur yang sedang memberikan kepuasan kepada hidung belang. Tetapi aku tak perduli. Aku terus berpacu. Pinggulku bergerak turun naik, sambil sekali-sekali meliuk seperti ular. Gerakan pinggulku persis seperti penyanyi dangdut dengan gaya ngebor, ngecor, patah-patah, bergetar dan entah gaya apalagi. Pokoknya malam itu aku mengeluarkan semua jurus yang kumiliki dan khusus kupersembahkan kepada ayah mertuaku sendiri! "Ooohh... oohhhh... oooouugghh.. Noviiiii.., luar biasa.....!!!" jerit mertuaku merasakan hebatnya permainanku. Pinggulku mengaduk-aduk lincah, mengulek liar tanpa henti. Tangan mertuaku mencengkeram kedua buah dadaku, diremas dan dipilin-pilin, sehingga air susuku keluar jatuh membasahi dadanya. Ia lalu bangkit setengah duduk. Wajahnya dibenamkan ke atas dadaku. Menjilat-jilat seluruh permukaan dadaku yang berlumuran air susuku dan akhirnya menciumi putting susuku. Menghisapnya kuat-kuat sambil meremas-remas menyedot air susuku sebanyak-banyaknya. Kami berdua saling berlomba memberi kepuasan. Kami tidak lagi merasakan dinginnya udara meski kamarku menggunakan AC. Tubuh kami bersimbah peluh, membuat tubuh kami jadi lengket satu sama lain. Aku berkutat mengaduk-aduk pinggulku. Mertuaku menggoyangkan pantatnya. Kurasakan tusukan kontolnya semakin cepat seiring dengan liukan pinggulku yang tak kalah cepatnya. Permain kami semakin meningkat dahsyat. Sprei ranjangku sudah tak karuan bentuknya, selimut dan bantal serta guling terlempar berserakan di lantai akibat pergulatan kami yang bertambah liar dan tak terkendali. Kurasakan mertuaku mulai memperlihatkan tanda-tanda. Aku semakin bersemangat memacu pinggulku untuk bergoyang. Mungkin goyangan pinggulku akan membuat iri para penyanyi dangdut saat ini. Tak selang beberapa detik kemudian, aku pun merasakan desakan yang sama. Aku tak ingin terkalahkan kali ini. Kuingin ia pun merasakannya. Tekadku semakin kuat. Aku terus memacu sambil menjerit-jerit histeris. Aku sudah tak perduli suaraku akan terdengar kemana-mana. Kali ini aku harus menang! Upayaku ternyata tidak percuma. Kurasakan tubuh mertuaku mulai mengejang-ngejang. Ia mengerang panjang. Menggeram seperti harimau terluka. Aku pun merintih persis kuda betina binal yang sedang birahi. "Eerrgghh.. ooooo....ooooooo.....oooooouugghhhhhh..!!!!" mertuaku berteriak panjang. Tubuhnya menghentak-hentak liar. Tubuhku terbawa goncangannya. Aku memeluknya erat-erat agar jangan sampai terpental oleh goncangannya. Mendadak aku merasakan semburan dahsyat menyirami seluruh relung vaginaku. Semprotannya begitu kuat dan banyak membanjiri liangku. Akupun rasanya tidak kuat lagi menahan desakan dalam diriku. Sambil mendesakan pinggulku kuat-kuat, aku berteriak panjang saat mencapai puncak kenikmatan berbarengan dengan ayah mertuaku. Tubuh kami bergulingan di atas ranjang sambil berpelukan erat. Saking dahsyatnya, tubuh kami terjatuh dari ranjang. Untunglah ranjang itu tidak terlalu tinggi dan permukaan lantainya tertutup permadani tebal yang empuk sehingga kami tidak sampai terkilir atau terluka. "Oooooogggghhhhhhh.. yaahh..,nik....nikkkk nikmaatthh.... yaaahhhh..!!!!" jeritku tak tertahankan. Tulang-tulangku serasa lolos dari persendiannya. Tubuhku lunglai, lemas tak bertenaga terkuras habis dalam pergulatan yang ternyata memakan waktu lebih dari 2 jam! Gila! Jeritku dalam hati. Belum pernah rasanya aku bercinta sampai sedemikian lamanya. Aku hanya bisa memeluknya menikmati sisa-sisa kepuasan. Perasaanku tiba-tiba terusik. Sepertinya aku mendengar sesuatu dari luar pintu kamar, kayaknya si Inah.... Karena mendengar suara ribut-ribut dari kamar, rupanya ia datang untuk mengintip.... tapi aku sudah terlalu lelah untuk memperhatikannya dan akhirnya tertidur dalam pelukan mertuaku, melupakan semua konsekuensi dari peristiwa di sore ini di kemudian hari.....     Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               cerita sex - Diperkosa ayah tiri dan adik tiri               May 6th 2013, 03:41                                               Sudah dua tahun berlalu aku dan ibuku hidup bersama dengan ayah dan adik tiriku, Rio, yang umurnya tiga tahun lebih muda dariku. Kehidupan kami berjalan normal seperti layaknya keluarga bahagia. Aku pun yang saat itu sudah di semester enam kuliahku, diterima bekerja sebagai teller di sebuah bank swasta nasional papan atas. Meskipun aku belum selesai kuliah, namun berkat penampilanku yang menarik dan keramah-tamahanku, aku bisa diterima di situ, sehingga aku pun berhak mengenakan pakaian seragam baju atas berwarna putih agak krem, dengan blazer merah yang sewarna dengan rokku yang ujungnya sedikit di atas lutut.  Sampai suatu saat, tiba-tiba ibuku terkena serangan jantung. Setelah diopname selama dua hari, ibuku wafat meninggalkan aku. Rasanya seperti langit runtuh menimpaku saat itu. Sejak itu, aku hanya tinggal bertiga dengan ayah tiriku dan Rio.  Sepeninggal ibuku, sikap Rio dan ayahnya mulai berubah. Mereka berdua beberapa kali mulai bersikap kurang ajar terhadapku, terutama Rio. Bahkan suatu hari saat aku ketiduran di sofa karena kecapaian bekerja di kantor, tanpa kusadari ia memasukkan tangannya ke dalam rok yang kupakai dan meraba paha dan selangkanganku. Ketika aku terjaga dan memarahinya, Rio malah mengancamku. Kemudian ia bahkan melepaskan celana dalamku. Tetapi untung saja, setelah itu ia tidak berbuat lebih jauh. Ia hanya memandangi kewanitaanku yang belum banyak ditumbuhi bulu sambil menelan air liurnya. Lalu ia pergi begitu saja meninggalkanku yang langsung saja merapikan pakaianku kembali. Selain itu, Rio sering kutangkap basah mengintip tubuhku yang bugil sedang mandi melalui lubang angin kamar mandi. Aku masih berlapang dada menerima segala perlakuan itu. Pada saat itu aku baru saja pulang kerja dari kantor. Ah, rasanya hari ini lelah sekali. Tadi di kantor seharian aku sibuk melayani nasabah-nasabah bank tempatku bekerja yang menarik uang secara besar-besaran. Entah karena apa, hari ini bank tempatku bekerja terkena rush. Ingin rasanya aku langsung mandi. Tetapi kulihat pintu kamar mandi tertutup dan sedang ada orang yang mandi di dalamnya. Kubatalkan niatku untuk mandi. Kupikir sambil menunggu kamar mandi kosong, lebih baik aku berbaring dulu melepaskan penat di kamar. Akhirnya setelah melepas sepatu dan menanggalkan blazer yang kukenakan, aku pun langsung membaringkan tubuhku tengkurap di atas kasur di kamar tidurnya. Ah, terasa nikmatnya tidur di kasur yang demikian empuknya. Tak terasa, karena rasa kantuk yang tak tertahankan lagi, aku pun tertidur tanpa sempat berubah posisi.  Aku tak menyadari ada seseorang membuka pintu kamarku dengan perlahan-lahan, hampir tak menimbulkan suara. Orang itu lalu dengan mengendap-endap menghampiriku yang masih terlelap. Kemudian ia naik ke atas tempat tidur. Tiba-tiba ia menindih tubuhku yang masih tengkurap, sementara tangannya meremas-remas belahan pantatku. Aku seketika itu juga bangun dan meronta-ronta sekuat tenaga. Namun orang itu lebih kuat, ia melepaskan rok yang kukenakan. Kemudian dengan secepat kilat, ia menyelipkan tangannya ke dalam celana dalamku. Dengan ganasnya, ia meremas-remas gumpalan pantatku yang montok. Aku semakin memberontak sewaktu tangan orang itu mulai mempermainkan bibir kewanitaanku dengan ahlinya. Sekali-sekali aku mendelik-delik saat jari telunjuknya dengan sengaja berulang kali menyentil-nyentil klitorisku.  "Aahh! Jangaann! Aaahh…!" aku berteriak-teriak keras ketika orang itu menyodokkan jari telunjuk dan jari tengahnya sekaligus ke dalam kewanitaanku yang masih sempit itu, setelah celana dalamku ditanggalkannya. Akan tetapi ia mengacuhkanku. Tanpa mempedulikan aku yang terus meronta-ronta sambil menjerit-jerit kesakitan, jari-jarinya terus-menerus merambahi lubang kenikmatanku itu, semakin lama semakin tinggi intensitasnya.  Aku bersyukur dalam hati waktu orang itu menghentikan perbuatan gilanya. Akan tetapi tampaknya itu tidak bertahan lama. Dengan hentakan kasar, orang itu membalikkan tubuhku sehingga tertelentang menghadapnya. Aku terperanjat sekali mengetahui siapa orang itu sebenarnya. "Rio… Kamu…" Rio hanya menyeringai buas. "Eh, Mer. Sekarang elu boleh berteriak-teriak sepuasnya, tidak ada lagi orang yang bakalan menolong elu. Apalagi si nenek tua itu sudah mampus!" Astaga Rio menyebut ibuku, ibu tirinya sendiri, sebagai nenek tua. Keparat.  "Rio! Jangan, Rio! Jangan lakukan ini! Gue kan kakak elu sendiri! Jangan!" "Kakak? Denger, Mer. Gue tidak pernah nganggap elu kakak gue. Siapa suruh elu jadi kakak gue. Yang gue tau cuma papa gue kawin sama nenek tua, mama elu!" "Rio!" "Elu kan cewek, Mer. Papa udah ngebiayain elu hidup dan kuliah. Kan tidak ada salahnya gue sebagai anaknya ngewakilin dia untuk meminta imbalan dari elu. Bales budi dong!" "Iya, Rio. Tapi bukan begini caranya!" "Heh, yang gue butuhin cuman tubuh molek elu, tidak mau yang lain. Gue tidak mau tau, elu mau kasih apa tidak!" "Errgh…"  Aku tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Mulut Rio secepat kilat memagut mulutku. Dengan memaksa ia melumat bibirku yang merekah itu, membuatku hampir tidak bisa bernafas. Aku mencoba meronta-ronta melepaskan diri. Tapi cekalan tangan Rio jauh lebih kuat, membuatku tak berdaya. "Akh!" Rio kesakitan sewaktu kugigit lidahnya dengan cukup keras. Tapi, "Plak!" Ia menampar pipiku dengan keras, membuat mataku berkunang-kunang. Kugeleng-gelengkan kepalaku yang terasa seperti berputar-putar.  Tanpa mau membuang-buang waktu lagi, Rio mengeluarkan beberapa utas tali sepatu dari dalam saku celananya. Kemudian ia membentangkan kedua tanganku, dan mengikatnya masing-masing di ujung kiri dan kanan tempat tidur. Demikian juga kedua kakiku, tak luput diikatnya, sehingga tubuhku menjadi terpentang tak berdaya diikat di keempat arah. Oleh karena kencangnya ikatannya itu, tubuhku tertarik cukup kencang, membuat dadaku tambah tegak membusung. Melihat pemandangan yang indah ini membuat mata Rio tambah menyalang-nyalang bernafsu.  Tangan Rio mencengkeram kerah blus yang kukenakan. Satu persatu dibukanya kancing penutup blusku. Setelah kancing-kancing blusku terbuka semua, ditariknya blusku itu ke atas. Kemudian dengan sekali sentakan, ditariknya lepas tali pengikat BH-ku, sehingga buah dadaku yang membusung itu terhampar bebas di depannya.  "Wow! Elu punya toket bagus gini kok tidak bilang-bilang, Mer! Auum!" Rio langsung melahap buah dadaku yang ranum itu. Gelitikan-gelitikan lidahnya pada ujung puting susuku membuatku menggerinjal-gerinjal kegelian. Tapi aku tidak mampu berbuat apa-apa. Semakin keras aku meronta-ronta tampaknya ikatan tanganku semakin kencang. Sakit sekali rasanya tanganku ini. Jadi aku hanya membiarkan buah dada dan puting susuku dilumat Rio sebebas yang ia suka. Aku hanya bisa menengadahkan kepalaku menghadap langit-langit, memikirkan nasibku yang sial ini.  "Aaarrghh… Rio! Jangaannn..!" Lamunanku buyar ketika terasa sakit di selangkanganku. Ternyata Rio mulai menghujamkan kemaluannya ke dalam kewanitaanku. Tambah lama bertambah cepat, membuat tubuhku tersentak-sentak ke atas. Melihat aku yang sudah tergeletak pasrah, memberikan rangsangan yang lebih hebat lagi pada Rio. Dengan sekuat tenaga ia menambah dorongan kemaluannya masuk-keluar dalam kewanitaanku. Membuatku meronta-ronta tak karuan.  "Urrgh…" Akhirnya Rio sudah tidak dapat menahan lagi gejolak nafsu di dalam tubuhnya. Kemaluannya menyemprotkan cairan-cairan putih kental di dalam kewanitaanku. Sebagian berceceran di atas sprei sewaktu ia mengeluarkan kemaluannya, bercampur dengan darah yang mengalir dari dalam kewanitaanku, menandakan selaput daraku sudah robek olehnya. Karena kelelahan, tubuh Rio langsung tergolek di samping tubuhku yang bermandikan keringat dengan nafas terengah-engah.  "Braak!" Aku dan Rio terkejut mendengar pintu kamar terbuka ditendang cukup keras. Lega hatiku melihat siapa yang melakukannya. "Papa!" "Rio! Apa-apa sih kamu ini?! Cepat kamu bebaskan Merry!" Ah, akhirnya neraka jahanam ini berakhir juga, pikirku. Rio mematuhi perintah ayahnya. Segera dibukanya seluruh ikatan di tangan dan kakiku. Aku bangkit dan segera berlari menghambur ke arah ayah tiriku. "Sudahlah, Mer. Maafin Rio ya. Itu kan sudah terjadi", kata ayah tiriku menenangkan aku yang terus menangis dalam dekapannya. "Tapi, Pa. Gimana nasib Meriska? Gimana, Pa? Aaahh… Papaa!" tangisanku berubah menjadi jeritan seketika itu juga tatkala ayah tiriku mengangkat tubuhku sedikit ke atas kemudian ia menghujamkan kemaluannya yang sudah dikeluarkannya dari dalam celananya ke dalam kewanitaanku.  "Aaahh… Papaa… Jangaaan!" Aku meronta-ronta keras. Namun dekapan ayah tiriku yang begitu kencang membuat rontaanku itu tidak berarti apa-apa bagi dirinya. Ayah tiriku semakin ganas menyodok-nyodokkan kemaluannya ke dalam kewanitaanku. Ah! Ayah dan anak sama saja, pikirku, begitu teganya mereka menyetubuhi anak dan kakak tiri mereka sendiri.  Aku menjerit panjang kesakitan sewaktu Rio yang sudah bangkit dari tempat tidur memasukkan kemaluannya ke dalam lubang anusku. Aku merasakan rasa sakit yang hampir tak tertahankan lagi. Ayah dan kakak tiriku itu sama-sama menghunjam tubuhku yang tak berdaya dari kedua arah, depan dan belakang. Akibat kelelahan bercampur dengan kesakitan yang tak terhingga akhirnya aku tidak merasakan apa-apa lagi, tak sadarkan diri. Aku sudah tidak ingat lagi apakah Rio dan ayahnya masih mengagahiku atau tidak setelah itu.  Beberapa bulan telah berlalu. Aku merasa mual dan berkali-kali muntah di kamar mandi. Akhirnya aku memeriksakan diriku ke dokter. Ternyata aku dinyatakan positif hamil. Hasil diagnosa dokter ini bagaikan gada raksasa yang menghantam wajahku. Aku mengandung? Kebingungan-kebingungan terus-menerus menyelimuti benakku. Aku tidak tahu secara pasti, siapa ayah dari anak yang sekarang ada di kandunganku ini. Ayah tiriku atau Rio. Hanya mereka berdua yang pernah menyetubuhiku. Aku bingung, apa status anak dalam kandunganku ini. Yang pasti ia adalah anakku. Lalu apakah ia juga sekaligus adikku alias anak ayah tiriku? Ataukah ia juga sekaligus keponakanku sebab ia adalah anak adik tiriku sendiri?    Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               cerita Sex - Cinta Satu Malam Cewek SMU Bispak               May 6th 2013, 03:39                                                Namaku Tina. Usiaku 16 tahun. Aku sekolah di sebuah SMU swasta terkenal  di Surabaya. Sudah hampir setahun ini hidupku penuh berisi  kesenangan-kesenangan yang liar. Dugem, ineks dan seks bebas. Sampai  akhirnya aku terjerumus dalam ambang kehancuran. Terombang-ambing dalam  ketidak pastian. Aku bingung apa yang kucari. Aku bingung harus kemana  arah dan tujuanku. Apa yang selama ini kulakukan tidak memberikan  kemajuan yang positif. Bahkan aku nyaris gila. Siapakah aku ini?
   Sejujurnya aku menyesali kondisiku yang seperti ini. Keterlibatanku  dengan narkoba telah membawaku ke dalam kehidupan yang kelam. Sungguh  kejam! Aku jadi berangan-angan ingin kembali ke kehidupan lamaku dimana  aku belum mengenal narkoba. Saat itu begitu indah. Orang tuaku sayang  padaku. Andrew pacarku dengan setia berada disisiku. Dan dia selalu  datang untuk menghibur dan menemaniku.
 
 
  Aku jadi ingat pada hari-hari tertentu, teman-teman sekolahku datang  main ke rumah untuk mengerjakan tugas atau hanya sekedar berkumpul.  Kalau lagi ada pacarku, mereka selalu menggoda kami sebagai pasangan  serasi. Padahal menurutku kami bertolak belakang. Aku pemalu dan mudah  merajuk. Sedang pacarku biang kerok di sekolah dan tidak tahu malu. Aku  berprestasi dalam pelajaran tapi kurang menguasai bidang olah raga.  Sedangkan dia berprestasi dalam olah raga namun malas belajar. Tinggiku  sedang dan badanku agak kurus. Sedangkan dia tinggi dan besar. Pokoknya  beda banget. Tapi teman sekolah mengatakan kami pasangan serasi. Entah  apanya yang serasi..
  Aku masih ingat saat-saat terakhir dia meninggalkan aku untuk sekolah ke  Amerika. Ada setitik firasat bahwa itu adalah saat terakhir aku  bersamanya. Aku menangis tiada henti di bandara seperti orang bodoh.  Tidak ada kata yang terucap, hanya sedu sedan lirih terdengar dari  mulutku. Orang tuanya sampai sungkan pada orang tuaku dan berusaha  menghiburku dengan mengatakan bahwa Andrew akan sering pulang ke  Indonesia untuk menengokku. Orang tuaku pun tak kalah dan berjanji  padaku akan menyekolahkan aku ke Amerika selepas SMU.
  Kata orang cinta akan lebih terasa saat terpisahkan oleh jarak. Aku  tidak sabar untuk membuka e-mail setiap malam. Telepon internasional  seminggu sekali menjadi pelepas dahaga bila aku rindu suaranya. Setiap  malam menjelang tidur, aku melihat-lihat foto kami berdua. Dan tak lupa  aku mendoakan dia.
  Kini Andrew tidak akan mau memandangku lagi. Laporan dari teman-temannya  yang melihat aku berkeliaran di diskotik-diskotik dengan lelaki lain  membuatnya murka dan tidak mempercayai aku. Dia mengadili aku yang hanya  bisa menangis dan berjanji akan menghentikan perbuatanku. Tapi apa  daya, di belahan dunia lain, Andrew tidak akan bisa melihat  keseriusanku. Dia meminta untuk mengakhiri hubungannya denganku meski  aku menangis meraung-raung di telepon. Aku tak berdaya. Dia begitu  kerasnya tidak mengampuni kesalahanku.
  Yah memang semua itu memang salahku. Tapi apakah aku tidak punya  kesempatan untuk memperbaiki kesalahan? Apakah setiap orang tidak pernah  khilaf? Apakah sama sekali tidak ada ampun untukku? Dia dulu mengatakan  apa pun yang terjadi akan selalu mencintaiku. Akan selalu menjagaku.  Semakin hari cintanya padaku akan semakin besar. Ternyata, bohong! Itu  semua hanya bohong belaka!
  Saat ini aku jadi ceweq bodoh, sering melamun dan mudah stres. Bukan  hanya hubunganku dengan Andrew yang hancur. Hubunganku dengan ayah ibuku  juga memburuk. Mereka sudah menyerah menghadapi aku yang hampir setiap  hari pulang pagi. Mereka bahkan mengancam akan mengusir aku bila terus  menerus seperti ini.
  Aku jadi sering membolos sekolah. Prestasiku di sekolah makin hari makin  memburuk. Aku telah kehilangan minat untuk belajar dan meraih ranking  tinggi di sekolah. Hubungan sosial dengan teman sekolahku juga semakin  buruk. Aku malas bergaul dengan mereka. Aku takut mereka mengetahui  siapa aku sebenarnya. Aku takut mereka menyebarkan tingkah lakuku  sebenarnya. Aku takut..
  Aku jadi paranoid! Aku jadi mudah curiga dengan semua orang. Aku jadi  sulit tidur dan melamun yang tidak-tidak. Aku jadi sering mimpi buruk  dan makin sulit membedakan mana mimpi dan kenyataan. Lama-lama aku bisa  gila!
  Aku ingin berhenti menggunakan narkoba dan sesegera mungkin meninggalkan  dunia gemerlap yang selama setahun ini kugeluti. Tapi aku sulit  meninggalkannya. Aku terperangkap di dalamnya!
  Ineks! Semua ini gara-gara pil setan itu! Badanku semakin kurus. Mataku  cekung dihiasi garis hitam dibawahnya. Aku tidak mengenali wajahku  sendiri di hadapan cermin. Bahkan Mamaku sudah mengecap aku sebagai  wanita nakal.
  Yah.. wanita nakal.. aku memang telah jadi wanita nakal. Aku telah  melepaskan keperawananku pada seorang pria yang bukan suamiku. Aku malu  pada diriku dan pada orang tuaku. Diriku bukan Tina yang dulu. Tina yang  selalu meraih prestasi di sekolah. Tina yang selalu membanggakan orang  tua. Tina yang rajin ke gereja. Tina yang lugu dan pemalu. Tina yang  selalu jujur dan berterus terang..
  Malam itu entah malam keberapa aku ke diskotik dengan Martin. Setelah  triping gila-gilaan bersama teman-teman, aku pulang bersama Martin.  Sebenarnya aku malas pulang karena masih dalam keadaan on berat.  Gara-gara Bandar gede dari Jakarta datang, semua jadi kebanyakan ineks.  Badanku terus bergetar tiada henti, dan rahangku bergerak-gerak ke kiri  dan kekanan. Dengan eratnya aku peluk lengan Martin seakan-akan takut  kehilangan dirinya.
  Tidak seperti biasanya Martin mengajakku putar-putar keliling kota.  Mungkin dia kasihan melihat aku masih on berat dan tidak tega membiarkan  aku sendirian di rumah. Aku sih senang-senang saja. Kuputar lagu-lagu  house music agak kencang, meski aku tahu akibatnya bisa fatal.
  Tak sampai lima menit, lagu house music dan hembusan hawa AC yang dingin  membuat aku on lagi! Aku menggerak-gerakkan badan, kepala dan tanganku  di bangku sebelah. Rasanya asyik sekali triping dalam mobil yang melaju  membelah kota! Martin tertawa melihat aku memutar-mutar kepala seperti  angin puyuh.
  "Untung kaca film mobilku gelap. Jadi aku nggak perlu takut orang-orang melihat tingkahmu!" ujarnya.
  Hahaha.. rasanya saat itu aku tidak peduli mau dilihat orang, polisi,  hansip atau siapa pun juga, aku tidak akan peduli! Lagipula ini masih  jam 3 pagi.
  Setelah setengah jam kami putar-putar kota, akhirnya kami sampai di  daerah sekitar rumah Martin. Martin menyarankan agar aku meneruskan  tripingku di rumahnya. Sebab terlalu riskan bila triping di jalanan  seperti itu. Kalau sedang sial bisa ketangkap polisi. Aku yang sudah  tidak bisa berpikir lagi Cuma mengiyakan semua omongannya.
  Sampai di rumahnya, aku langsung diantar ke kamarnya. Sambil meletakkan  kunci mobil, Martin menyalakan ac dan memutar lagu house music untukku.  Wah dia benar-benar ingin membuat aku on terus sampai pagi! Ok, Aku  layani! Kurebut remote ac dari tangannya dan ku setel dengan temperatur  paling rendah.
  Martin yang sudah drop, begitu mencium bau ranjang langsung hendak  merebahkan badannya yang besar itu ke tempat tidur. Tentu saja aku tidak  ingin tripping sendiri! Kutarik tangannya dan kuajak dia goyang lagi.  Martin mengerang dan tetap menutup wajahnya dengan bantal. Tingkahnya  dibuat manja seperti anak kecil. Tidak habis pikir aku segera mencari  koleksi minumannya di mejanya. Kusambar sebotol Martell VSOP dan kupaksa  dia minum.
  Mulanya Martin menolak dengan alasan besok harus kerja. Namun aku  memaksa terus hingga dia tak berkutik. Beberapa teguk Martell membuahkan  hasil juga. Martin bangun dan duduk didepanku. Aku segera memeluknya  dari belakang dan menggodanya dengan manja.
  "Kalau kamu mau nemenin aku tripinng.. hari ini aku jadi milikmu." "Milikku sepenuhnya..? Ehm.. I love it!" Balas Martin nakal. "Ya..ehm.. jadi milikmu.." gumamku di dekat telinganya.
  Aku memeluknya dari belakang dan menciumi telinganya sampai dia  kegelian. Aku terus menggodanya dengan menciumi leher dan bahunya.  Tiba-tiba dia membalikkan badan dan menyergapku! Aku kaget juga dan  berteriak kecil. Martin mendekapku erat-erat dan balas menciumi wajah,  leher dan telingaku. Aku menjerit-jerit kegelian oleh tingkahnya.
  Lama-lama ciuman Martin semakin turun ke bawah. Dia melorotkan tali  tank-topku dan menciumi buah dadaku dengan ganas sambil  mendengus-dengus. Aku bergetar menahan geli dan rangsangan yang hebat.  Otot-otot badan dan kakiku terasa kaku semua.
  Tidak puas menciumi dadaku, Martin meloloskan bra yang menutupi dadaku sehingga kedua buah dadaku tersembul keluar.
  "Woow.. aku paling suka payudaramu!" desisnya. Aku paling suka kalau keindahan tubuhku dipuji. Dia mengucapkan  kata-kata itu dengan mata berbinar-binar sehingga membuatku tersanjung.  Tentu saja aku langsung menutupi dadaku dengan kedua tanganku  seakan-akan melarangnya untuk melihat.
  Sedetik kemudian dia membuka kedua tanganku dan membungkuk kearah dadaku  lalu mendekatkan mulutnya ke puting kananku. Dengusan napasnya yang  mengenai putingku sudah bisa membuatku menggelinjang. Pelan-pelan  lidahnya menjilat putingku sekilas, lalu berhenti dan memandang  reaksiku. Aku memejamkan mata dan mendengus. Perasaanku melambung sampai  ke awang-awang! Ketika kubuka mataku, dia memandangku sambil tersenyum  nakal. Aku memukulnya. Kemudian dia menjilat puting kiriku sekilas. Aku  kembali menggelinjang-gelinjang. Aku merasa detik-detik penantian apa  yang akan dilakukan Martin pada putingku membuat aku makin penasaran.  Aku mengerang-erang ingin agar Martin meneruskan aksinya.
  Aku sudah sangat terangsang hingga memohon-mohon padanya agar memuaskan  aku. Martin tersenyum manis sekali lalu mulai memasukan putingku ke  mulutnya. Putingku dipermainkan dengan mulut dan lidahnya yang hangat.  Aku bergetar dan menggelinjang menjadi-jadi. Kepiawaian Martin  merangsang dan memuaskan aku sudah terbukti. Rangsangan yang hebat  melupakan segala janji yang pernah kubuat.
  Martin sangat terangsang rupanya. Aku merasa ada yang mengganjal di  bagian bawah perutku dan menyodok-nyodok kemaluanku. Aku membuka kedua  kakiku lebar-lebar dan merubah posisi pinggulku agar kemaluanku  bergesekan dengan penisnya. Tiap kali penisnya menggesek klitorisku aku  mengerang dan merenggut apa saja yang bisa kurenggut termasuk rambutnya.  Napas kita yang mendengus-dengus bersahut-sahutan bersaing dengan lagu  house music yang memenuhi ruangan.
  Martin meneruskan aksinya sambil melepas pakaianku satu persatu hingga  aku telanjang bulat. Aku menatap wajahnya dengan perasaan tak karuan.  Lalu dia membuka pakaiannya sendiri dan mulai menyerangku dengan ganas.
  Aku diciumi mulai mulut turun ke leher lalu ke buah dadaku. Kemudian  turun lagi melewati pusar dan bulu kemaluanku. Dia berhenti sesaat  sambil melihat aku yang sudah terangsang berat.
  "Martin.. cium anuku please.." pintaku terbata-bata. "Hehehe.." Desisnya pelan.
  Lalu tanpa menunggu perintah kedua kalinya, dia mulai merubah posisinya  agar mulutnya pas di kemaluanku. Kemudian kakiku dibuka lebar-lebar ke  atas sehingga kemaluanku menyembul di antara pahaku. Aku merasa hawa  dingin menerpa bagian dalam kemaluanku yang merekah. Aku memejamkan mata  berdebar-debar menunggu Martin memulai aksinya.
  Martin menciumi sisi luar kemaluanku dengan perlahan. Aku mengerang  tertahan dan mengerutkan dahi. Rasanya geli sekali! Ciumannya bergerak  ke tengah dan berhenti di klitorisku. Klitorisku diciuminya lama sekali  seperti kalau dia menciumi bibirku. Dia mengulum dan kadang menyedot  kemaluanku dengan kuat. Aku mendesah-desah keras sekali. Tak  tergambarkan rasanya. Lalu ketika lidahnya ikut bermain, aku tak kuat  menahan lebih lama lagi. Dibukanya bibir kemaluanku dengan jarinya, lalu  lidahnya dimasukan diantaranya. Lidahnya memilin-milin klitorisku dan  kadang masuk ke vaginaku dalam sekali.
  Erangan panjang menandakan kenikmatan yang tiada taranya. Aku malu  sekali ketika orgasme dihadapannya. Ritme ciumannya pada kemaluanku  perlahan-lahan mengendur seiring dengan tekanan yang kurasakan. Martin  memang hebat. Dia sudah berpengalaman memuaskan ceweq. Dia bisa tahu  timing yang tepat kapan harus cepat dan kapan harus pelan. Aku jadi  curiga apa dia berprofesi sebagai gigolo yang biasa memuaskan  Tante-Tante kesepian. Hehehe..
  "Lho kok cepat? Udah terangsang dari tadi ya?" tanyanya sambil senyum-senyum mesum.
  Mukaku memerah ketika aku tak bisa menjawab pertanyaannya. Aku  memukulnya dengan bantal sambil menggodanya. "Kamu gigolo ya? Kok hebat  banget?"
  "Eh, gigolo! Kurang ajar! Gua ini memang Don Juan Surabaya ya! Belum  pernah ada ceweq yang tidak puas kalau main denganku!" katanya pongah.
  "Teman-temanku sampai menjuluki aku 'Sex Machine'!" lanjutnya.
  "Ngibul! kamu pasti gigolo!" godaku sambil memukulnya dengan bantal lagi. Kami perang mulut selama beberapa saat.
  Kemudian Martin mengakhirinya dengan berkata, "Enak aja menghinaku!  Sebagai balasannya, nih.." Martin melompat kearahku dan memasukkan  kepalanya diantara kakiku.
  Dia langsung melumat kemaluanku dengan mulutnya lebih ganas lagi padahal  kemaluanku masih berdenyut-denyut geli. Aku menjerit-jerit karenanya.  Gelinya luar biasa! Entah apakah kemaluanku sudah sangat basah atau  tidak, aku mendengar bunyi berkecipak di kemaluanku. Rasa geli yang  menerpa segera berubah menjadi nikmat. Aku terhanyut lagi dalam  permainan lidahnya.
  Aku orgasme untuk yang kedua kalinya. Badanku rasanya lemas semua. Malam  itu aku mudah sekali orgasme. Entah apa mungkin itu karena pengaruh  ineks atau memang aku sudah dalam keadaan puncak, aku tidak tahu..
  Kami break sebentar. Martin tidur terlentang. Kulihat penisnya berdiri  tegak bagai tugu monas. Kepalanya yang merah mengkilat karena cairan  maninya meleleh keluar. Aku duduk di dipangkuannya dan memegang penisnya  yang keras.
  "Lho, sejak kapan celana dalammu lepas? Aku kok nggak tahu?" tanyaku.
  "Hehehe.. kamu merem terus dari tadi sampe nggak tahu kalo burungku udah menunggu-nunggu ditembakkan ke sasaran!" candanya.
  Aku kasihan padanya. Kuelus-elus penisnya sambil menggodanya. Lalu aku  naik ke atas tubuhnya dan duduk tepat diatas penisnya. Martin tampak  terangsang melihat tindakanku. Kugoyang-goyangkan pinggulku maju mundur  diatas penisnya sambil kuelus-elus dadanya. Martin memejamkan matanya  sambil merasakan sentuhan-sentuhan kemaluanku di penisnya. Aku juga  merasa geli-geli nikmat saat penisnya yang keras dan licin menggeser  klitorisku.
  Lama-lama Martin tidak kuat menahan rangsangan. Dia bangkit dan memeluk  tubuhku. Kami berciuman. Tanpa mempedulikan bau cairan vaginaku di  mulutnya, aku terus menggoyangkan pinggulku maju mundur. Kemaluanku yang  basah semakin memudahkan penis Martin bergesekan diantar bibir  kemaluanku. Gerakan kami makin lama makin liar, sampai akhirnya  pertahananku runtuh!
  Penis Martin mengoyak keperawananku! Kepala penisnya selip dan masuk ke  vaginaku. Aku menjerit kaget dan gerakanku terhenti. Untuk sesaat aku  merasa sakit karena ada benda sebesar itu masuk ke vaginaku. Martin juga  berhenti dan hendak mencabut penisnya dari vaginaku. Namun aku  mencegahnya. Aku benar-benar terhanyut dalam fantasiku sendiri akan  kenikmatan persetubuhan. Kupeluknya erat-erat tubuhnya. Disamping rasa  sakit, aku merasakan suatu kenikmatan yang lain. Aku ingin merasakan  lebih lama lagi.
  Secara tak sadar aku merendahkan pinggulku perlahan-lahan sampai penis  Martin memenuhi liang vaginaku. Rasanya sungguh luar biasa! Aku memeluk  Martin sekuat tenaga dengan napas terputus-putus. Kucengkeram  punggungnya dengan kuku jariku tanpa peduli dia kesakitan atau tidak.  Tak terlukiskan perasaanku saat itu. Aku mengerang-erang. Rasanya  seluruh sarafku terputus dan terpusat di kemaluanku saja. Martin  membiarkanku sesaat menikmati moment ini. Dia pasti juga sedang  menikmati koyaknya selaput daraku.
  Perlahan-lahan Martin mulai menggoyangkan pinggulnya. Penisnya  bergerak-gerak perlahan dalam kemaluanku. Aku mendesah mengaduh-aduh  menahan nikmat dan geli. Vaginaku masih sangat sensitif sampai sampai  aku tidak tahan ketika penisnya digerak-gerakkan. Aku menatap sayu pada  Martin.
  "Kenapa aku nggak tahu kalau ML seenak ini? Kalau tahu, aku sudah dari dulu mau making love sama kamu!" kataku parau.
  Mendengar perkataanku, sesaat Martin hanya memandangku tanpa ekspresi.  Aku tidak dapat menebak apa yang ada dipikirannya. Lalu dengan pandangan  yang menyejukkan, dia mencium keningku dan pipiku. Aku menjadi tenang  dan damai. Martin, aku sayang padamu, aku sayang padamu, aku sayang  padamu. Tak ada lagi Andrew dalam kamusku. Aku hanya sayang padamu  kataku dalam hati. Sex jauh lebih memabukkan daripada extacy! Aku tak  bisa berpikir jernih! Yang ada dipikiranku hanya terus dan terus.. tanpa  akhir..
  Martin mulai menggerakkan penisnya keluar masuk vaginaku. Mulanya  perlahan, lama-lama semakin cepat. Rasanya mau mati saking nikmatnya.  Aku tak bisa berkata apa-apa. Hanya erangan dan desahan yang keluar dari  mulutku. Dorongan penisnya yang menghujam keluar masuk ke dalam  vaginaku membuatku tak berdaya.
  Malam itu aku orgasme empat kali. Martin menumpahkan spermanya di  perutku dan terkapar disebelahku. Aku juga terkapar kelelahan. Saking  lelahnya aku sampai tidak kuat untuk bergerak mengambil tissue untuk  membersihkan spermanya yang tumpah di perutku. Ternyata orgasme saat ML  jauh lebih nikmat daripada dengan oral seks. Sungguh berbeda..
  Setelah terkapar beberapa saat, Martin membopongku ke kamar mandi dan  memandikan aku. Aku terus menerus memandang wajahnya dan mencari-cari  sinar apa yang terpancar di wajahnya. Apakah dia benar mencintaiku atau  aku hanya salah satu perempuan koleksinya? Aku terus memeluknya saat dia  membasuh tubuhku dengan air hangat dan membersihkan kemaluanku.  Kemudian setelah membersihkan diri, kami tidur kelelahan.
  *****
  Besoknya saat aku bangun, Martin sudah tidak ada di sebelahku. Kulihat  jam dinding menunjukkan pukul sembilan. Detik berikutnya aku baru sadar  kalau tidur telanjang bulat dan hanya ditutupi selimut. Perlahan-lahan  memoriku memutar balik kejadian tadi malam. Agak susah mengingat  kejadian semalam setelah pakai ineks dan minum minuman beralkohol.
  Setelah ingat semua, dengan lunglai aku bangkit dan melihat kemaluanku.  Kuraba dan kupegang kemaluanku. Rasa nikmat dan geli semalam masih  terbayang di pikiranku. Pikiran jelek mulai menggangguku. Aku sudah  tidak perawan! Aku sudah kehilangan keperawananku di usia ke 16 dengan  cowoq yang bukan pacarku maupun suamiku! Edan! Aku lepas kendali!
  Kata-kata Ling mulai teringat kembali. Saat dia kehilangan  keperawanannya pertama kali, dia menangis menjadi-jadi semalaman. Namun  sekarang dia sudah biasa dan malah sering making love. Aku teringat saat  Ling mengenalkan Martin padaku, dia memperingatkan Martin agar jangan  macam-macam padaku. Berbagai macam kejadian dari awal aku kenal  kehidupan malam sampai saat ini lalu lalang dalam pikiranku seakan-akan  menyindirku. Sekarang semuanya telah terjadi! Aku tak percaya! Aku jadi  seperti Ling!
  Aku ingin menangis menyesali semuanya! Namun sudah terlambat! Apalagi  saat aku melihat setitik noda hitam pada sprei. Aku langsung menangis  menjadi-jadi. Aku merasa berdosa! Bayangan wajah Papa Mamaku berkelebat  berganti-ganti dalam benakku. Aku merasa berdosa pada Papaku, pada  Mamaku, pada kakakku, pada seluruh keluargaku!
  Aku ke kamar mandi untuk membersihkan diriku! Aku merasa kotor dan hina!  Aku bukan Tina yang dulu lagi! Masa depanku hancur! Siapa yang mau sama  aku! Cowoq mana yang mau menerima ceweq seperti aku! Ceweq yang sudah  tidak utuh lagi! Ceweq murahan! Aku benci diriku sendiri! Aku benci  semua orang! Aku menangis lama sekali di kamar mandi. Kutumpahkan semua  perasaanku dalam air mata yang segera tersapu guyuran air hangat. Hingga  akhirnya aku tergeletak lemas di lantai kamar mandi.
  Setelah bosan menangis, aku segera beranjak dari kamar mandi dan  mengenakan pakaian. Kuambil ponselku dan kukirim SMS pada Ling. Aku  minta dia menjemputku di rumah Martin. Ling menyanggupi dan berjanji  akan menjemput aku sepulang sekolah pukul 13.00
  Pukul sebelas Martin pulang ke rumah. Tiba-tiba perasanku jadi campur  aduk saat kudengar suara mobil Martin memasuki rumah. Ada perasaan  jengkel yang menggebu-gebu padanya.
  "Kok berani-beraninya orang segede dia menjerumuskan anak kecil! Dasar hidung belang!" pikirku jengkel.
  Aku duduk di ranjang menghadap pintu sambil menunggu dia masuk.  Kusiapkan wajah sesuram mungkin agar dia tahu kalau aku marah padanya.  Aku sudah mempersiapkan diri untuk mendiamkannya selamanya. Pokoknya dia  harus tahu kalau aku marah!
  Martin yang sepuluh tahun lebih dewasa tahu bagaimana harus bertindak  menghadapi aku. Dia diam saja saat aku mendiamkannya. Lalu mulai  mengajakku makan. Aku menolak. Dia terus mengajakku bicara dan bercerita  kalau dia bangun kesiangan sehingga terlambat kerja. Dia pura-pura  tidak tahu aku marah padanya. Sejurus kemudian dia mulai memelukku dan  mengatakan kalau dia segera pulang karena khawatir aku belum makan atau  kesepian di rumah.
  Lama-lama aku kasihan juga padanya. Dia baik padaku. Sebenarnya yang  salah aku. Aku yang memaksanya melakukan itu. Padahal kemarin dia sudah  mau tidur, aku malah merangsangnya habis-habisan. Yah, aku yang salah.  Seperti membangkitkan macan tidur. Aku pun mulai melunak. Aku mulai  menjawab pertanyaannya sepatah-sepatah sampai akhirnya suasana mulai  cair.
  Mengerti umpannya mengena, Martin mulai merayuku dan menggodaku. Aku tidak tahan digoda dan mulai membalas godaannya.
  "Martin, kamu harus bertanggung jawab! Kamu harus kawin sama aku!" serangku.
  "Jangan kuatir sayang! Aku ini dari dulu juga suka sama kamu. Cuma aku  takut kamu yang nggak mau sama aku karena aku terlalu tua. Hahahaha.."  balasnya.
  Aku tidak peduli pikirku. Toh aku juga merasa cocok dengan Martin. Dia  begitu dewasa. Dia bisa momong aku. Masalahnya, dia sepuluh tahun lebih  tua dari aku. Apa orang tuaku setuju aku menikah dengannya?
  Pikiranku sudah jauh lebih baik sekarang. Martin memelukku erat-erat dan menghiburku. Aku jadi makin sayang padanya.
  Akibat kejadian malam itu, hampir tiap hari aku making love dengannya.  Kami melakukan di rumahnya, di hotel, di kamar mandi, di mobil dan  dimanapun kami mau! Berbagai posisi kami lakukan. Aku benar-benar  ketagihan bersenggama! Bahkan kami pernah menginap seharian di hotel dan  tidak keluar kamar sama sekali. Saat itu aku sampai orgasme sebelas  kali waktu making love dengannya! Benar-benar liar dan tak terkontrol!
  Acara tripping selalu dilanjutkan dengan making love. Kesukaan kami  adalah triping sambil telanjang bulat berdua di kamar Martin sambil  bercumbu. Asyik sekali rasanya! Saat pengaruh ineks menurun, kami  bersenggama atau melakukan oral seks untuk membuat on lagi. Setelah  benar-benar habis, kami lanjutkan dengan minum minuman keras. Edan..
  Dua bulan terakhir ini aku jarang kontak dengan Martin. Martin sibuk  dengan pekerjaannya, sedangkan aku sibuk diadili oleh keluargaku. Mereka  marah besar padaku dan mengawasiku dengan ketat. Ponselku disita  sementara. Telepon untukku disortir sama orang tuaku. Kemana-mana selalu  diantar sopir ayahku. Pokoknya aku jadi tahanan rumah!
  Entah siapa yang salah! Aku tak perlu menyalahkan siapa saja selain  diriku sendiri. Aku sendiri pun menyesal menyadari kondisiku sekarang.  Orang luar pada bingung melihat tingkahku. Aku hidup di dalam keluarga  yang harmonis. Orang tuaku sayang dan perhatian padaku. Tapi kok bisa  aku terjerumus jadi seperti ini?
  Hahaha.. memang bodoh apa yang kulakukan. Penyesalan sudah tidak ada  gunanya lagi. Entah sampai kapan aku bisa berhenti dari dunia gila ini?  Aku pun sudah mulai bosan..    Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               cerita Sex gara-gara majalah               May 6th 2013, 02:51                                               Pada salah edisi majalah GN yang kubeli kulihat dikolom perkawanan kutemukan sebuah nama dengan identitas alamat rumah, nomor telepon dan juga nomor handphone sekalian. Maka timbul niatku yang memang suka iseng itu untuk menghubunginya, itung-itung juga nambah teman karena saat ini aku memang tinggal ditempat kost dan masih belum memiliki banyak teman yang mengerti akan isi hatiku ini, sehingga sore itu juga kucoba untuk menghubunginya lewat telepon umum yang ada didekat tempat kostku pada suatu sore dengan hujan rintik-rintik dan udara terasa dingin.  "Hallo," aku memulai pembicaraan setelah beberapa kali nada panggil. "Hallo juga," jawabnya. "Bisa saya bicara dengan Mas Widya," lanjutku. "Ya, saya sendiri, sapa nih?" "Oh saya Surya," lanjutku.  Dan pembicaraan kami berlanjut kehal-hal yang umum berkisar darimana aku mendapatkan data dirinya dan sebagainya, dan kelihatan dia sangat antusias sekali dalam menerima telponku. Hingga kuberanikan diri aku menawarkan diri untuk bermain ke rumahnya yang katanya dalam keadaan sepi karena dia memang tinggal sendirian dirumah itu.  "Boleh aku kesana" "Boleh aja, kapan?" terusnya, "Sekarang yaa, aku tunggu" "Sekarang mau hujan nih," protesku. "Enggak apa-apa nanti kita ketemu didekat terminal aja, ntar aku jemput pake motor" "Ok deh, tunggu yaa, ntar kalau sudah nyampe terminal aku telpon kamu lagi, yaa" "Oke, jangan lama-lama yaa"  Dan kuahiri pembicaraanku dengan Mas Widya sore itu, dan aku segera bergegas ganti pakaian dan segera menuju jalan raya untuk naik angkutan kota dengan jurusan yang telah disepakati bersama. Setelah kurang lebih dua puluh menit sampailah aku diterminal yang kutuju dan segera kucari telepon umum untuk menghubunginya kembali. Selesai aku telepon kutunggu dia dipos penjagaan terminal seperti yang kuutarakan sebelumnya dan dalam hati aku jadi salah tingkah sendiri menjelang bertemu dengannya, aku belum pernah tahu wajahnya, postur tubuhnya dan semuanya walaupun dia sudah memberikan ciri-cirinya secara sekilas kepadaku lewat telepon.  Kurang lebih lima menit aku menunggunya sampai akhirnya muncul seseorang mengendarai motor dengan ciri-ciri yang telah disebutkan tadi dan tanpa ragu-ragu lagi aku segera nongkrong diboncengan belakangnya. Didalam perjalanan menuju rumahnya tidak banyak pembicaraan yang kami lakukan, hanya sekedar basa-basi saja sambil pikiran ini menerawang jauh akankah semua yang jadi angan-anganku menjadi kenyataan hari ini juga ataukah masih tertunda beberapa waktu lagi. Karena terus terang aku hari itu lagi suntuk pengin rasanya mencari sesorang yang bisa kuajak bercumbu dan itu nggak peduli siapa orangnya asal mau sama mau yang udahlah.  Tidak berapa lama sampailah aku ke rumahnya yang lumayan juga, karena memang rumahnya didaerah perumahan yang pada umumnya bentuk dan ukurannya hampir sama. Karena diruang tamunya nggak ada meja kursinya maka aku dipersilahkan untuk masuk saja kekamarnya yang tertata cukup rapi dan bersih dengan segala peralatan elektronik yang yang cukup lumayan dari mulai TV, CD player dan juga pengeras suara yang berjejer dengan rapinya diatas sebuah bufet. Dia segera meraih remote dari TVnya dan sekaligus remote CD playernya yang ternyata sudah diisi dengan CD karaoke lagu-lagunya Ebiet G. Ade yang memang menjadi kesukaanku.  Sambil ngobrol sana sini tentang bagaimana awalnya dia bisa masuk GN dan hal-hal lain mengenai pekerjaannya, hobbinya dan siapa saja yang sudah menghubunginya, karena aku merasa pasti banyak yang sudah menghubunginya. Ketika aku disana beberapa saat saja sudah ada dua orang yang menghubunginya sehubungan dengan iklan perkawanan yang dimuatnya di GN itu.  Sampai sekitar jam 20.00 setelah bertemu dan ngobrol kurang lebih selama satu setengah jam, dia bertanya.  "Mau pulang apa nggak? "Lho koq?" aku terheran-heran "Bukannya aku ngusir yaa, kalau mau pulang sekarang aku antar sampai diterminal kalau mau nginap juga boleh. Terus terang aja kalau sudah diatas jam 21.00 aku males keluar rumah"  Kulihat kesungguhan dimatanya, apa dia benar-benar mengijinkan aku tinggal dirumahnya malam itu.  "Kalau aku nginap nggak keberatan yaa," godaku "Nggak takut sama aku, nggak takut diperkosa yaa," lanjutku. "Gombal," jawabnya sambil tertawa dan memukul bahuku yang duduk disebelahnya.  Setelah obrolan kami cukup lama dan terasa makin akrab saja setelah dia mau menerimaku malam itu akhirnya tanganku yang nakal mulai beraksi dengan menyentuh pahanya yang kebetulan sedang memakai celana pendek dan ditumbuhi bulu-bulu yang tidak terlalu lebat. Sampai.. Tanganku akhirnya ditepiskan dari pahanya  "Ojo merangsang opoo," katanya.  "Penisku ini cepet ngaceng, engko bengi wae nek arep main," lanjutnya.  Tapi dasar aku yang bandel, dengan adanya penolakan itu semakin gencar tanganku dalam bergerilya kedaerah-daerah yang aku rasa paling sensitif untuk meningkatkan rangsanganku padanya sehingga dia akhirnya mulai tak tahan dan dengan serta merta dia bangkit berdiri menuju pintu depan dan segera menarik gordennya dan menutup pintunya dan menguncinya serta mematikan lampu yang ada diruang tamunya walaupun saat itu masih belum jam 21.00  Aku yang tetap diam di kamarnya jadi mengerti akan isyarat ini, ketika dia kembali kekamarnya dan langsung terkapar ditempat tidurnya dengan terlentang dan mata sedikit terpejam, aku jadi mengerti jika tugasku untuk memulai yang dia inginkan segera sudah tiba saatnya. Kuraba kakinya dengan pijitan lembut mulai dari ujung jarinya dengan kedua belah tanganku dan kudengar rintihnya  "Aduh enake ono sing mijeti"  Dan tanganku terus merayap sampai betisnya, kelututnya dan pahanya yang sedari tadi kuelus-elus terus sampai akhirnya kumasukan tanganku dilubang celana pendeknya untuk mengapai barangya yang sudah mulai ngaceng itu tapi sengaja kuelus dan kupijat-pijat agar dia bisa merasakan kenikmatan yang katanya belum pernah dia rasakan walaupun dia juga mempunyai pasangan yang sudah berjalan tiga tahun. Kemudian kubuka kaos yang dikenakannya dan kucumbui putingnya menuju ke arah perutnya, kepusarnya dan terus kebawah lagi sambil kutarik celana kolor yang dipakainya itu dan menyembulkan suatu bentuk bulat panjang dengan denyut-denyutannya dan segera kulepaskan celana pendeknya dan sekaligus celana dalamnya itu dan kulemparkan kelantai. Kemudian aku segera nyungsep diantara kedua pahanya dan mulai menjilati kantong buah pelirnya, kuhisap satu persatu dan terus ke atas dengan lidahku yang terjulur untuk mengesek batangnya yang melengkung itu.  "Aaahh aduh Mas, enak Mas" "Pengalamanmu luwih akeh dibandingno ambek aku, Mas," lanjutnya.  Aku tetap diam saja sambil terus kukulum penisnya dan segera kumasuk keluarkan dengan bibirku. Dia tambah menggelinjang sambil mengangkat pinggulnya karena kenikmatan yang kuberikan itu.  "Aauucchh, aku nggak kuat Mas" "Aku wis enggak kuat Mas," lanjutnya lagi. "Terus kamu mau tak apakan," tanyaku. "Wis terserah karo sampeyan ae, Mas," jawabnya.  Akhirnya segara kuraih lotion yang ada disebelah tempat tidurnya dan kuoleskan pada penisnya yang ngaceng itu dan juga kuambil sedikit lotion lagi dan kuoleskan dan lubangku yang memang sedari tadi sudah gatel didalamnya kepeingin ada sesuatu yang bisa menggaruknya.  Kutelentangkan dia dan aku segera ambil posisi duduk diatasnya dan dengan perlahan-lahan kumasukkan batangnya ke lubangku dari senti demi senti sehingga sampai pangkalnya dan setelah tidak kurasakan sakitnya, aku segera aktif dengan menaik-turunkan pantatku yang otomatis makin membuatnya makin keenakan saja, dan tidak berapa lama kemudian.  "Aduh.. Aduh Mas, aku arepe metu" "Auucchh aauuhh, sstt enake"  Sambil tangannya mencengkeran kedua lenganku yang sedang duduk diatas penisnya sambil terus kugoyangkan pantatku naik turun walaupun aku tahu dia sudah mengeluarkan pejuhnya, tapi aku pura-pura cuek saja karena kurasakan penisnya masih cukup tegang  "Aduh.. Aduh wis Mas, wis Mas aku wis metu, aku enggak kuat, wis menengae ojo digoyang maneh, aku kerih kabeh ini," kata-katanya terus nyerocos.  Sampai akhirnya aku tetap duduk diam diatas penisnya yang sengaja belum kulepaskan dan sekarang ganti tangannya yang mengocok penisku, tapi sampai beberapa lama aku tidak juga mencapai puncaknya, akhirnya aku putuskan untuk menyudahinya walaupun aku masih belum terpuaskan karena penisku terasa panas kena gesekan dengan tangannya. Lalu dia berkata  "Opoo, Mas? Sampeyan enggak nafsu yoo main ambek aku?" "Koq ora metu-metu sampek aku kesel iki" "Yoo, wis engko bengi ae dilanjutno maneh," sahutku  Akhirnya kami berdua tidur dengan saling berpelukan dan dalam keadaan masih telanjang bulat, sampai aku tidak tahu jam berapa itu. Ketika aku terbangun dan dia masih terlelap disebelah. Mulai lagi sifat usilku, kuhisap lagi penisnya yang masih terkulai tidur seperti pemiliknya dan kumasuk keluarkan dengan mulutku yang akhirnya mulai mengeras kembali dan diapun terbangun merasakan rangsanganku pada penisnya. Kemudian dia meraih lotion disampingnya dan melumuri penisnya dengan lotion itu dan menyuruhku untuk menungging dan dia mulai memasukkan penisnya yang sudah siap tempur itu ke lubangku untuk yang kedua kalinya. Kalau pada ronde pertama tadi aku yang aktif naik turun, sekarang pada ronde kedua ini ganti dia yang aktif dengan memaju mundurkan penisnya dari belakangku. Sampai tak berapa lama terdengar.  "Aucch aku metu maneh Mas" "Ssstt, aahh"  Dan kurasakan denyut-denyut didalam lobangku sampai akhirnya dia terdiam dan segera menggelosor disebelahku dan tangannya mulai lagi mengerjai punyaku.  "Duwek sampeyan koq ora metu-metu sih" "Kesel kabeh aku, njaluk diapakno yaa," lanjutku. "Njaluk ditembakno nang ngone silitmu," jawabku. "Ih, emoh aku, aku ora iso, aku durung tahu ditembak, emoh, emoh aku"  Walaupun begitu aku tidak memaksanya untuk melayaniku sesuai dengan yang kuharapkan, tapi aku cukup puas bisa membuatnya ngecrot sebanyak dua kali  Kami kemudian tiduran kembali dan mulailah dia mengutarakan isi hatinya atau curhat kepadaku mengenai pasangannya yang sudah tidak memperhatikan dia lagi karena ada kawannya yang menginginkan dia untuk menjadi pasangannya walaupun dia sudah tiga tahun membinanya hubungan dengan Widya. Walaupun sudah lama menjadi pasangan, tapi kalau bermain, bercumbu tidak banyak variasi seperti yang telah kulakukan terhadaphnya, sehingga Widya merasakan mendapat sesuatu yang baru dariku. Dan dalam nada bicaranya dia mengharapkan aku untuk menjadi pengganti pasangannya yang sudah mulai jarang bertemu dengannya. Tapi aku menjawab bahwa itu tidak mungkin, karena aku adalah tipe seperti kumbang yang hinggap disini sejenak lalu hinggap disana sejenak dan akhirnya terbang lagi untuk hinggap ditempat lain. Karena aku mengakui bahwa aku adalah orang yang sex oriented saja, jadi mana mungkin aku bisa setia dengan pasanganku seandainya aku mempunyai pasangan. Hal itu kuutarakan kepadanya.  "Kamu nggak mungkin mengharapkan aku lebih dari seorang kawan, apalagi mengharapkan aku sebagai pasanganmu," kataku. "Karena kalau kamu mengharapkan yang lebih, kamu akan sakit hati, cemburu dan lainnya melihat setiap tingkah lakuku," lanjutku. "Aku bukannya tipe orang yang bisa setia terhadap pasangannya" "Dan aku juga adalah orang yang bosanan, kita berkawan saja, kalau kamu mau curhat ke aku, boleh-boleh aja, aku nggak keberatan" "Kalau kamu membutuhkan aku untuk ML, aku ready koq setiap saat, karena aku memang suka itu dan nggak perlu bertele-tele," lanjutku. "Tapi Mas.. "  Belum sempat dia meneruskan kata-katanya, sudah kupotong terlebih dulu  "Udahlah nggak usah serius banget, aku seneng yang begini ini koq" "Sudah ah kita tidur lagi yaa, sayang"  Walaupun aku mengucapkan sayang padanya, tapi tidak ada sebersitpun dalam hatiku untuk menjadikan dia sebagai pasanganku, karena aku takut mengecewakan dan juga takut dikecewakan. Karena aku memang pernah merasakan begitu sakitnya hati ini ketika pasanganku beralih kekawan karibku sendiri sehingga aku tidak bisa melupakan peristiwa itu dan akhirnya membentuknya sebagai suatu trauma agar aku tidak jatuh hati pada seseorang dan mengharapkan cintanya hanya untukku saja. Itulah yang membuatku menjadi senang berpetualang dengan setiap orang yang kuinginkan tanpa mengharapkan hubungan yang lebih jauh lagi dari hanya sekedar ML saja yang membuatku menjadi orang yang sex oriented saja, tidak lebih dari itu.  Aku terbangun dari tidurku setelah kudengar adzan subuh, dan aku membangunkan Widya yang berjanji untuk mengantarkan aku pagi itu karena untuk keluar dari perumahan tempatnya tinggal terlalu jauh bila harus jalan kaki menuju ke terminal. Tapi dia masih ogah-ogahan mungkin dia begitu lelah habis bermain dua ronde tadi malam, akhirnya kutelentangkan dia dan mulai kukenyot lagi penisnya yang mengkeret itu dan mulai nampak reaksinya dengan makin mengeras dan membesar.  "Aduh Mas, aku kesel Mas" "Wis koe menengwae, mlumahae wis enggak usah obah" "Aduh eesshh, enake Mas" "Ayo terus Mas, aduh.. Aduh enake Mas"  Terus kukenyot penisnya yang makin tegang itu dan dia juga mulai mengangkat-angkat pinggulnya dan makin keras ngacengnya yang makin membuatku bersemangat untuk makin memacunya dalam emotan pada penisnya itu sampai akhirnya.  "Auucch Mas, aku arepe metu Mas"  Tapi aku pura-pura diem saja, sampai kurasakan cairan hangat, asin, amis mengalir dalam mulutku yang segera kutelan semuanya tanpa sisa, tinggallah dia terkapar menikmati sisa-sisa orgasmenya. Setelah berapa saat, aku baru sadar kalau hari sudah mulai terang dan ketika kulihat jamku sudah menujukkan pukul 05.30. Aku segera memakai pakaianku kembali, memang selama semalam kita tidur dalam keadaan telanjang semua. Dan segera kubangunkan dia untuk segera mengantarkan aku ke terminal.  Didalam perjalanan dari rumahnya ke terminal dia sempat berkata,  "Mas, nek aku kumpul karo sampeyan telung dino telung bengi, mungkin awakku ini entek kehabisan cairan," terusnya. "Lha yok opo saben tangi mesti diumek terus ae, mosok sak wengi iso metu sampek ping telu" "Tapi awakmu puas khan?"  Tidak ada jawaban yang keluar dari mulutnya hanya sebuah senyuman yang mengandung sejuta arti bagiku dan itu sudah cukup bagiku si petualang ini.    Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               cerita sex - Bu bidan desaku               May 6th 2013, 02:49                                               Namanya widiastuti, aku memanggilnya bu widi atau bu bidan karena dia adalah bidan desa tempatku sekarang tinggal, umur 35 th dan sudah 8 th menikah tapi belum dikaruniani anak. awalnya kenal dengannya kurang lebih 4 th yang lalu yang sebelumnya lebih dulu kenal dengan suaminya yang bernama yanto yang sama sama berprofesi pemasok onderdil mobil. singkat cerita pada tahun pertama pernikahanku, istriku melahirkan seorang bayi laki laki dan persalinannya dibantu bu bidan widi.semua berjalan biasa saja sampai ketika itu jam 11 malem 2 jam setelah proses persalinan normal istriku aku disuruh mengambil obat obatan buat anak dan istriku dirumah bu widi.tanpa banyak pikir akupun bergegas kerumah bu widi yang berjarak 50m.lampu ruang tamu n tempat prakteknya masih menyala, agak ragu ragu karena takut mengganggu,lalu.... Ting toooongggg Pintu tempat praktek bu widi tak lama terbuka "eh mas fahmi,masuk mas"sambut bu widi "iya bu"balesku "duduk dulu mas,tak ngracik obat dulu"sambung bu widi "ya bu"aku cuma ber-iya iya aja "enak ya mas udah punya istri cantik sekarang sudah ada dede juga,cowok lagi"bu widi mulai buka obrolan sambil ngracik obat "alhamdulillah bu,dikasih amanah sama sang kholiq"jawabku "aku juga pengin banget sebenernya"katanya "ya tinggal bilang aja sama mas yanto donk bu"lanjutku "emang mas yanto kemana bu koq gak keliatan"aku coba ganti topik obrolan "tadi sih telpon katanya mo ngecek barang yang baru datang,jadi pulangnya telat"jawab bu widi "lo bukannya mas juga ngeceknya sama kaya mas yanto?"sambungnya "iya sih kemarin udah sepakat mo bareng ke tokonya tapi aku tadi pagi dah nyuruh toni buat ngecek coz aku bakal ndampingi istri mo melahirkan"jawabku "duh bertanggung jawab banget kayaknya mas fahmi ini"lanjutnya sambil tersenyum kepadaku "hehe...gitu deh bu" Tak lama obat pun selesai diracik "ini mas obatnya,aturan pakainya ada di bungkusnya ya mas"kata bu widi "iya bu makasih,permisi sekalian bu"kataku "iya mas.........mas yanto kayaknya gak bisa ngasih anak deh"deg jatungku serasa berhenti Kenapa bu widi bilang begitu ya?pikirku "ah jangan bilang gitu bu,belum diamanahi mungkin" "emang iya koq mas,ya nasibku mungkin,andai saja mas yanto kaya mas fahmi pasti enak deh"senyumnya genit "ya usaha n tawakal aja bu....eh enak apa maksudnya neh bu"tanyaku "ya enak...enak jadi istrinya pasti dikelonin terus" "sama istri sendiri ini kan gak apa apa toh bu" "iya sih tapi aku jadi ngiri deh"sahut bu widi Sejenak aku mikir nakal "ngiri minta dikelonin juga?"candaku setengah mancing "boleh kalo mas fahmi ada waktu"jawabnya seraya tersenyum "ah udah ah malah ngelantur,aku permisi bu udah malem" "ok mas,ati ati"jawabnya akupun segera beranjak takut ada setan lewat....hehe Setelah kejadian itu entah kenapa bu widi selalu datang kerumah dengan berbagai macem alesan medis dan bahkan sering ngasih sesuatu ke anakku yang masih bayi dan selama itu sikapnya ke aku terbilang biasa aja sampai waktu itu hari senin jam 09.00 pagi hari,aku yang kebetulan malamnya habis cek dropan barang sengaja gak ke toko karena kebetulan babysitterku lagi ada hajatan dirumahnya dan anakku sudah berusia 4bulan, jadi sudah agak mudah dimomong "lagi apa mas"sms masuk dihapeku "ini siapa ya?"balesku "widi mas...gimana kabar?" "eh bu widi...baik bu,ini lagi momong anak"balesku "loh ibunya kemana?"balesnya "kerja bu,udah aktif lagi.eh tau nomorku dari mana?" "dari hape mas yanto" Aku tidak membales sms terakhirnya karena harus nimang anak di ayunan coz udah terlelap. Sudah 4bulan lamanya sejak obrolan dimalam itu "saya mau ngecek kesehatan nabil mas,boleh?"smsnya lagi "boleh,bukannya kemarin udah ya bu?" "ada yang kelupaan mas" kemudian tok tok took Assalamu'alaikum..... Wa'alaikum salam..... Aku bergegas ke arah pintu dan membukanya "eh bu widi,mari masuk"kataku Tak lama anakku pun di perikasanya "susunya pake ASI apa formula mas?"tanyanya "sekarang formula bu, ASI cuma bertahan 2 bulan habis itu gak mau lagi"jawabku "gak mau apa gak boleh sama bapaknya?"candanya "hehe bisa aja bu widi ini emang anakknya gak mau bu mungkin ASInya gak lancar" "owh...gitu ya" "gimana yang katanya mau ngelonin aku"ucap bu widi tiba tiba "eh eeeeehh...mmmmmm waktu itu cuma becanda bu,dari pada bingung mau ngobrol apa"sahutku sambil cengar cengir "loh padahal aku ngarepnya beneran loh"kali ini tatapannya serius Aku pun terdiam bingung mau mgomong apa "tapi mana mungkin juga mas fahmi ini mau sama aku yang udah tua" "kalo dikasih sih ya mau mau aja toh bu"aku menimpalinya dan pikirku selisih umurku hanya 6tahun dibawahnya. Bu widi menoleh ke aku yang sedang duduk di sofa kasur diruang keluarga, kemudian meletakkan anakku yang tadi digendongnya di ayunan, dia menghampiriku lalu mendekatkan wajahnya ke wajahku, dia melumat bibirku dan memainkan lidahnya dirongga mulutku, Aku tersentak kaget dan tak berapa lama akupun balas pagutannya dengan gigitan kecil mesra, bu widi melepaskan ciumannya dan berkata "aku pengin ngrasain spermamu mas" Aku lanjutkan mencium bibirnya dan begitu lama kami berciuman, tangankupun mulai aktip bergerilya di sekitar dadanya dan memainkan gundukan gunung kembarnya yang masih tertutup blazer n dalemannya... Wah gede banget, pikirku. kuhentikan ciumanku ku buka blazer n kusingkap tanktopnya, ternyata gak pake BH, langsung ku remes gunung kembar itu dan kupilin puting susunya sementara bibirku dan bibir bu widi masih saling berpagutan "aaaaahhhhh...massssssshhh" Bu widi mendesah saat aku mulai menjilati dan mengenyot susunya yang kiri sedang susu kanannya kuremas dan kupilin puting pinknya. bu widipun tak tinggal diam, tangannya menggrayangi celana pendekku, mengusap ngusap kontolku yang sudah berontak tegang di celana pendekku yang tak berCD, sambil mendesah coz teteknya ku mainin, bu widi menyusupkan tangannya kedalam celana pendekku yang berkolor mencari pusaka tersembunyi. bu widi mendorong ku agar tiduran sementara mulut dan tanganku masih asik maenan susu gede bu widi. Bu widi memutar badannya hingga posisinya diatasku dan susunya dibiarkan menggelantung dikenyot aku. bu widi memlorotin kolorku dan terpampanglah pusakaku, aku hanya memakai singlet aja setelahnya. Bu widi mencabut susunya dari seponganku dan merangkak menuju kontolku, mengelusnya dan mengocoknya sebentar lalu dikulumnya kontolku hingga membuatku merinding, sementara aku pun menyibak roknya dan terkaget bu widi gak pake CD, Langsung saja ku jilat memeknya yang udah basah, ku jilat memeknya dan ku gigit ringan itilnya namun jeritannya tak terdengar keras coz mulutnya dipenuhi batang kontolku dan kami pun ber69 cukup lama hingga "aaaaaaaaahhhhhhhhh sssssshhhhhh..massssssshhh" memeknya ditekankan ke wajahku sambil badannya bergetar hebat dan keluarlah cairan khas wanita orgasme. bu widi bangkit melucuti pakaian dan roknya yang masih menempel dibadannya sedang aku masih terlentang di sofa dengan kontol yang berdiri tegak, bu widi menaikiku dan posisi kami behadapan, dipegangnya kontolku diarahkan ke memeknya dan bleeeessssss...ambles semua kontolku ke dalam memeknya yang basah, didiamkanya sebentar dan bu widipun mulai menggoyangkan pantatnya maju mundur perlahan lahan memompa kontolku didalam memeknya dan lama kelamaan goyangan maju mundurnya mulai dipercepat dan semakin cepat dan akupun mengimbanginya ikut bergoyang mengikuti irama goyangan pantat bu widi, kedua tangannya mengamit tanganku dan meremaskan di teteknya, bu widipun mengeluh menengadahkan kepalanya dan mencengkeram kuat tanganku yang sedang meremas kedua teteknya "uuuuuuuuhhhhhhgggggg masssshhh........." bu widi ambruk didadaku, dia tersenyum dan, mencium lembut bibir sementara aku menggoyang goyangkan kontolku yang masih terbenam di memeknya yang sudah orgasme dua kali, bu widi bangkit lagi jongkok diatasku dengan memeknya masih tertusuk kontolku yang masih tegar, dia naik turun diatasku sambil merem melek menikmati surga dunia, sementara teteknya juga ikut naik turun akibat gerak naik turun memompa kontolku, kali ini aku diam saja menikmati pemandangan itu. Sekali kali dimentokin kontolku hingga menyentuh rahimnya sambil dia goyangin pantatnya ke kanan kekiri dan tak lama "ouuuuchhhh masssssshhh..." Kontolku basah oleh cairan memeknya yang orgasme yang ketiga kalinya. Bu widi ambruk di dadaku lagi dengan kontolku masih menancap tegang di memeknya "mas ayo digoyang lagi" Aku tak menyahutnya coz Aku langsung menaik turunkan pantatku, kontolkupun naik turun di memeknya, tiba tiba bu widi bangkit dan nungging sambil berpegangan sandaran sofa kasur, Akupun paham langsung mengarahkan kontolku ke memeknya dari belakang, aku genjot kencang tak pedulikan erangan dan racauan bu widi, ku remas kupukul pukul pantatnya Dan tak lama... "bu..aku mau keluaaaaaaarhhhhhhh" "didalam ajaaaahhhh...akk...uuuhhh jugaaaaaah mau keluaaaar ohhhhhh" Crot crot croooooooooottttt spermaku muncrat didalam memek bu widi, Kontolku ku biarkan dimemeknya,ku peluk bu widi dari belakang, kucium tengkuknya sambil kuremas gemas kedua teteknya "emang gak apa apa bu?" "gak apa apa mas,tenang aja,aku numpang ke kamar mandi dulu ya mas" Ku cabut kontolku, kupandangi goyangan pantatnya saat telanjang menuju kamar mandi buat bersih bersih, tak lama bu widi kembali dari bersih bersihnya, kupandangi teteknya yang menggelayut besar didadanya dan kubiarkan Bu widi merapihkan penampilannya lagi, sementara aku cuma pake tisu basah anakku untuk bersihin kontolku dan kupakai lagi kolorku "makasih ya mas, aku pulang dulu ya" Bilangnya sambil mengecup Bibirku dan lalu berlalu dari hadapanku. Hampir seminggu ga ada kabar,pada hari minggu istriku ditelpon bu widi katanya hari ini jadwalnya imunisasi tahap 5. istriku tak seperti biasa, hari itu mengajakku untuk mengimunisasi anakku dirumah bu widi dan aku pun menggendong anakku, setelah diimunisasi pas mau pulang istriku kebelet pipis dan memohon ijin buat pipis di wc tempat praktek bu widi. Kesempatan itu bu widi bilang ke aku kalo dia udah telat mens, aku kaget tapi bu widi malah tersenyum gembira. sesampainya dirumah aku berusaha menghilangkan pikiran bu widi yang telat mens setelah berhubungan denganku, hampir tak bisa menghilangkan pikiran andai istriku tidak mengajak bersetubuh. hari itu hari senin jam 4 sore aku pulang ke rumah dan seperti biasa aku melewati jalan pintas beraspal yang melintas melingkari rumah bu widi dari belakang sampai kedepan halaman rumahnya coz rumah bu widi terletak di pojok jalan komplek tempatku tinggal. ku lihat bu widi sedang membuang sampah dibelakang rumah dan melihatku melintas, dipanggilnya aku "udah pulang mas???koq pake motor???"sapanya "iya bu, lagi pengin motor aja biar irit"jawabku sambil tersenyum. "mampir sini mas, mas yanto lembur lagi cek dropan barang" "ga enak bu takut dilihat orang nanti bisa celaka" "masukin aja motornya lewat dapurku mas, ayolah mas, mau ya????"pintanya sambil tersenyum genit "oke deh bu"sahutku segera memasukkan motorku lewat dapur bu widi yang tembus ke garasi mobilnya. bu widi membuatkan es sirup kesukaanku dan ketika menyuguhkan es sirup, teteknya terpampang jelas di wajahku coz dia memakai kaos berkerah rendah, langsung ku tarik tangannya hingga bu widi tersungkur ke arahku, kucium bibirnya dengan ganas, kukulum lidahnya dan kumainkan lidahku di rongga mulutnya, bu widi membalas pagutanku. begitu lama kami berciuman, bu widi melepaskan ciumannya "diminum dulu mas kan cape n haus" akupun meminum es sirup dan kulihat bu widi membuka kaosnya dan terlihat jelas teteknya yang gede tanpa tersanggah BH, es sirup rasa susu cap nona neh batinku. kuletakkan gelas es sirup yang telah habis ku minum langsung ku soso tetek gede yang ngganggur dihadapanku, ku kenyot kencang sampai bu widi melenguh, kuremas dan kupilin putingnya yang sudah mengeras sementara itu bu widi juga sibuk melepas leggingnya dan...shiiiiiiit, dia gak pake cd...anjriiiiit. ku hentikan kenyotanku, kududukkan bu widi dan reflek kakinya langsung mengkangkang, kujilat memek n itilnya, tersebak bau khas organ memeknya, kumasukkan lidahku ke dalam memeknya sambil tanganku meremas kedua teteknya tanpa sadar bu widi mendesah menikmati lubang memeknya ku jilati, bu widi menekan kepalaku ke memeknya hingga membuatku susah bernafas tapi kutahan coz aku terus menjilati memeknya dan kuremas serta kupilin puting teteknya agar bu widi semakin dekat dengan kenikmatan orgasmenya "aaaaaaaaaccchhhhhhhh..." tubuhnya menggelinjang kuat ketika cairan wanitanya keluar membasahi memeknya, aku segera bangkit dan melepas celana jeansku beserta cd dan jaket yang kupakai, kubiarkan kaos tetap menempel ditubuhku,ku arahkan kontolku ke memek bu widi yang masih terlentang di sofa ruang keluarganya, kali ini dengan hati hati coz bu widi mungkin sedang mengandung janin hasil hubunganku dengannya. perlahan namun pasti kontolku masuk keliang memeknya, aku mulai memaju mundurkan pantatku dan lama lama mulai kupercepat dan terdengan bunyi keciprak gerakan kontolku yang menusuk nusuk memek yang sudah sangat basah, nampak bu widi juga ikut menggerak gerakan pantatnya mengimbangi gerakanku. ku remas kedua teteknya yang terombang ambing akibat gerakan pompa kontolku dimemeknya, tangan bu widi mencengkeram pantatku seraya membatuku memaju mundurkan kontolku. bu widi mengejang, pahanya mengapit pingganggku kencang, dia melenguh kencang dan kontolkupun terasa tersembur cairan hangat memek bu widi orgasme. bu widi lunglai tapi aku melanjutkan mengobel memeknya dengan kontolku, kupercepat gerakanku dan tak lama kontolku hendak mengeluarkan lahar panas, ditekannya pantatku dalam dalam dan kurasakan kontolku mentok dirahimnya dan crooot croooot crooottt..spermaku meluncur deras di dalam memeknya. masih kubiarkan kontolku didalam memek bu widi, kucium bibir bu widi, kubelai mesra rambutnya. disingkapnya kaosku, dicupangnya bekas cupangan istriku di dadaku. "buat oleh oleh mas"candanya genit aku tersenyum sambil mencubit puting teteknya, ku cabut kontolku, tiba tiba dipegangnya kontolku, dijilatnya dan dikulumnya kontolku hingga bersih, ngilu rasanya "biar gak usah ke kamar mandi mas"timpal bu widi "gak jijik sih bu?"tanyaku tersenyum "enggaklah mas"jawabnya sambil makein cd ku, sebelum kontolku dimasukkan ke cd, diciumnya kontolku "makasih ya sayaaang"ucapnya sambil mengusap lembut kontolku lalu dimasukkannya ke cd. kupake jeans n jaketku sedang bu widi ke kamar mandi lalu mengambil bh n cd, memakainya lalu kaos n legging baru dipakai. aku pamit pulang, mengambil motor dan keluar lewat garasi mobil. hari hari selanjutnya tiap suaminya gak ada dirumah n tiap ada kesempatan selalu melakukan hubungan sex. hal ini tanpa dicurigai suaminya karena bu widi juga selalu melayani suaminya meski katanya kurang puas, pun istriku karena aku selalu rutin tanpa mengurangi rasa dalam hubungan sexku de ngan istri. sedang pembantu bu widi datang kerumah bu widi hanya buat masak pagi siang malam n bersih bersih dipagi hari, selebihnya pulang kerumah yang masih dalam kompleks      Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita  Sex - hypersexs party               May 6th 2013, 02:48                                               Sejak sore tadi hujan menggericik tak deras. Luisa berbaring di ranjangnya berselimut tebal. Pintu kamarnya terkunci rapat. Luisa mendehem-dehem nikmat, matanya sayu tapi nafasnya memburu. Sesekali kain selimut tersingkap sehingga beberapa bagian tubuhnya yang tak berbusana nampak dari luar.  "Ahh.. ehg.. emhh.." Gadis itu terduduk dan menyingkap selimut tebalnya. Keringat dingin membasahi tubuhnya yang memang bugil sama sekali. Kepalanya mendongak-dongak menahan ilusinya ketika sebatang dildo bergoyang-goyang di liang vaginanya. Buah dadanya yang berukuran 36 lengkap dengan putingnya yang kenyal membengkak menggairahkan. Lendir kawinnya sudah menggenang di sprei kasur. Tepat diatas lendir itu pussy Luisa yang besar berbulu tipis merekah disodok batang dildo ukuran L.  "Uahh.." Orgasme telah diraihnya. Luisa terlentang lemas. Batang dildo itu masih menancap di pussy-nya. Enggan rupanya Luisa mencabutnya. Matanya terpejam, nafasnya masih terengah-engah. Tiba-tiba dering telpon mengganggunya. "Kring.. kring.."  "Hallo.." Luisa menerima telpon sambil menjilati ujung dildo yang barusan bersarang di pussy nya. "Luisa, hujan-hujan gini enaknya ngapain?" tanya suara di seberang. "Enaknya dikelonin kamu," jawab Luisa sekenanya. "Hi.. hi.. kalau gitu, kamu saya undang deh. Sekarang ke Star Pub deh, kita tunggu. Jangan lupa be a sexy girl, okey?" "Klik.." Luisa segera meletakkan gagang telepon di induknya.  *****  Luisa masuk ke dalam caf kecil itu. Pintu masuk caf nampak tertulis "CLOSE", tapi tidak bagi anggota pub. Suasana di caf sepi, tapi sayup-sayup Luisa mendengar gemuruh tawa di lantai atas. Luisa segera menuju ruang atas. Begitu Luisa masuk beberapa anggota lain segera menyambutnya.  "Hai Luisa," sapa Sidney yang hanya memakai CD transparan sedangkan susunya yang sekal bergelantungan dengan bebas. "Hai, makin motok saja susumu," balas Luisa sambil meremas susu kiri Sidney. "Saya baru main sama Leo," ujar Sidney menunjuk pria tegap telanjang yang duduk jongkok di sudut ruangan. Pistolnya mengayun-ayun tegang sejak tadi. "Hai Luisa, kita sudah nunggu kamu dari tadi loh," sapa Sari yang memakai CD merah dan BH hitam, kontras banget tapi seksi banget. Kemudian mereka saling berciuman beberapa menit. Sembari berciuman, tangan Luisa sudah nakal menyusup ke CD Sari. "Kamu baru aja cukur ya?" tanya Luisa ketika jemarinya merasakan bulu-bulu pussy Sari. Sari tersenyum malu. "Nggak pa-pa lagi, rasanya malah geli-geli nikmat. Hi.. hi..," Sari tertawa cekikikan lalu berlalu.  Mata Luisa memedar berbinar-binar ke seluruh ruangan. Ada dua belas orang di ruangan itu. Kesemuanya saling bersaing memperlihatkan keseksian tubuhnya. Wita memakai bikini putih tipis sehingga puting susunya nampak menyembul menggoda. Lia cantik banget malam itu, rambut panjangnya meriap-riap seksi. Apalagi Lia memakai CD putih berenda dan BH putih yang kelihatan puting susunya karena dilubangi pada bagian putingnya, Luisa bener-bener pingin melumat susunya. Maka Luisapun segera mendekati Lia "Li, kamu cantik sekali malam ini." Sapa Luisa sambil mempermainkan puting susu Lia yang sengaja disembulkan itu. "Inikan maksud kamu? Kalau kamu mau, isep aja." Bagai gayung tersambut. "Ntar kamu main sama aku yah?" Lia mengangguk lalu pergi menghampiri Si ganteng Ricko yang pakai CD pink, sejak tadi pistolnya tegang terus melihat pemandangan yang merangsang itu.  Jude (tokoh: Jude, Guru Privatku) memakai BH yang ketat banget hingga susu "Pamela Anderson" nya bagai berebut ingin keluar kain tipis itu, sedang pussynya dibiarkan saja dipelototin sama Tino yang sejak tadi penny nya pingin menerobos jaring tipisnya. Ayu yang pakai daster pendek transparan tanpa CD dan BH memamerkan pahanya di atas meja. Hanya orang nggak waras saja yang nggak berminat sama paha mulusnya. Cindylah yang paling sexy, doski hanya mengenakan stocking hitam sebatas paha dan duduk dengan santainya sambil memamerkan pussynya yang berambut tipis. Pengen banget Luisa melumat klitoris mungil Cindy.  Luisa sendiri memakai CD tipis bertali dan BH bertali yang hanya menutup nipplesnya saja. Sedang Mbak Sarah sang ketua party yang polos los sedang sibuk menjilati dildo barunya. Begitu melihat Luisa datang Mbak Sarah segera menepuk tangannya bertanda party akan segera dimulai. Semuanya segera berkumpul di tengah ruangan.  "Nah, gimana nih? Siapa yang pengin main duluan?" ujar Mbak Sarah membuka acara. "Saya!" Ayu menunjuk jari. "Kebetulan Ayu, sudah lama kita nggak liat lagi tarian pecut asmaramu itu." Sambut si Ricko. "Okey, Cin, nyalakan tapenya!" kata Ayu.  Cindy segera menyalakan tape recorder kecil. Lalu terdengar suara music yang memancarkan suasana erotic bagi siapa saja yang mendengarnya. Ayu segera berdiri di tengah lalu menari mengikuti suara tape recorder. Tarian gemulai itu semakin memancing hasrat, Ayu memang bekas penari latar yang piawai. Luisa yang sudah sejak tadi menahan birahinya tanpa sadar meremas-remas susunya sendiri. Apalagi kemudian Ayu meminta Ricko melucuti onderdil nya. Maka seperti diberi aba-aba yang lain segera melucuti pakaian milik pasangan yang dipilihnya.  Dengan segera Ricko mendorong Ayu untuk berbaring lalu Ricko segera melumat bibir kenyal Ayu penuh nafsu sedang tangannya meremas-remas penisnya sendiri. Jude yang sudah terbakar segera ikut melumat susu kiri Ayu disusul oleh Cindy yang kebagian susu kanannya. Luisa sendiri segera menyusup ke selakangan Ayu yang terbuka. Lalu dengan semangat Luisa mengerjain pussy Ayu. Dijilatinya pussy Ayu yang sudah penuh dengan lelehan lendir kawinnya. Lalu diobok-oboknya liang vagina Ayu dengan jarinya.  "Aaghh..," erang Ayu dan Luisa bersamaan karena saat itu Ricko sudah menyodokkan pistolnya ke pussy Luisa dari belakang. Posisi Luisa yang menungging membuat Ricko semakin mudah menancapkan senjata pamungkasnya. Sedang posisi Ricko sebelumnya sudah digantikan oleh Mbak Sarah yang menyekokkan nipplesnya ke mulut mungil Ayu.  Di sudut lain, Tino yang setengah menungging sedang mengerang-erang keenakan ketika diserbu dari dua arah. Sidney yang mengganyang pistolnya dari depan dan Leo yang menyodomi pantatnya. Sedangkan di sisi lain Lia, Wita dan Sari bergumul sendiri. Lia dan Wita saling memagut susu lawan mainnya sedang Sari menyerang pussy Lia yang posisinya terlentang. Beberapa kali dildo masuk keluar pussy Lia dengan mudah lalu bergoyang-goyang membuat Lia bergelinjangan keenakan. "Agh.. enak.. terus Sar..," erang Lia.  Ricko masih memainkan pistolnya di pussy Luisa. Pantat Luisa bergoyang-goyang naik turun mengikuti gerakan penis Ricko. Berulang kali Luisa mencapai puncak asmaranya, berulang kali pula mani Ricko muncrat ke liang vaginanya. Tapi mereka masih ingin mengulangi dan mengulanginya lagi. "Rick, saya mau keluar lagi Rick.. oh.. enghh..," rintih Luisa. "Kita keluar sama-sama yah, yang.." Kemudian Ricko semakin memperkuat tekanan batang penisnya keliang vagina Luisa, sehingga tidak lama setelah itu muncratlah air mani Ricko ke dalam vagina Luisa bersamaan dengan keluarnya cairan kawin Luisa. "Engg.. ah..," jerit Ricko dan Luisa bebarengan.  Luisa tergeletak di atas karpet. Wajahnya sudah nampak kepayahan, tapi birahinya belum terpuaskan. Ricko sudah meninggalkannya untuk mencari petualangan lain. Mata Luisa memandang sayu kepada Lia yang berdiri di atasnya. Susu Lia yang sudah sangat bengkak membuat Luisa ingin sekali mengunyah nipplesnya yang tegang kecoklat-coklatan. Pussy Lia yang berbulu agak lebat nampak mengkilap basah oleh lendir kawinnya. Lia tahu betul kalau Luisa menginginkannya. Dia segera merunduk dan menyerahkan susunya untuk dilumat oleh Luisa. Luisa melumat susu dan bibir Lia secara bergantian. Tangannya pun agresif menyusuri lorong goa vagina Lia, memelintir klitoris Lia berkali-kali. Lalu masuk dalam dan semakin dalam membuat Lia makin terlena. "Kamu.. enak banget.. egh..," rintih Lia.  Luisa mendesis-desis, nafasnya menghembus di bukit montok Lia membuat Lia semakin terbakar. Tapi Luisa juga kembali terbakar ketika Sari datang dan menghisap puting susu Luisa. Lia juga berebut mencaplok susu kanan Luisa. Luisa merem melek manahan semua rasa syur yang tercipta. Semakin syur ketika Leo menjejalkan penisnya yang besar dan tegang banget ke mulutnya. "Isep sayang.. ayo.." Luisa menghisap penis Tino. Menggigit-gigit nakal membuat Tino melenguh-lenguh keasyikan. Tino menekan pistolnya dan maninya muncrat ke dalam mulut Luisa. Luisa menelan lendir itu hingga tandas. Segala keindahan terasa ketika entah lidah siapa lagi yang menggerayangi pussy Luisa. Hingga ia merasa tubuhnya dijunjung ke atas dan.., "Augh.." Sebatang daging tegang kembali bersarang di pussy Luisa. Kembali dialaminya orgasme yang dialaminya bersamaan dengan si pemilik pistol. "Ehg.. kau hebat banget Luisa, hebat! Makasih ya.." Itu suara Leo. "Bajingan! Mau nyodok nggak bilang-bilang!" umpat Luisa dalam hati.  Lalu semua yang tadi ngerjain Luisa pergi ngerjain yang lain. Luisa tidak lagi memperhatikan orang-orang disekelilingnya. Rasa capeknya telah membawanya terlelap. Dua jam pun berlalu, suasana hening. Party itu sudah selesai, pemain-pemainnya sudah terlelap tidur.  Luisa yang terbangun paling awal. Dipandangi sekelilingnya dengan senyum simpul. Semua dalam keadaan telanjang bulat, termasuk dirinya. Berbagai CD dan BH berserakan berserakan dimana-mana Pantat Sari merah bengkak begitu juga puting susu Ayu. Luisa tersenyum sendiri melihat ujung susu si bule Jude yang masih dikenyot Ricko. Pantat Sidney juga memerah, mungkin karena di kerjain sama temen-temen yang lain. Dalam party itu tidak hanya cowok saja yang disodomi, cewek juga bisa disodomi. Yang paling suka menyodomi cewek, ya.. si Tino itu. Luisa berpaling kepada Mbak Sarah. Wajah Mbak Sarah penuh dengan mani dan lendir vagina yang mulai mengering. Ruangan itu menebarkan aroma mani dan lendir vagina yang khas.  Mata Luisa tertuju pada Cindy. Gadis itu masih terlelap. Kadangkala mengigau sambil senyum-senyum sendiri. Wajah gadis itu cantik. Tubuhnya kecil tapi susunya montok bener. Vaginanya polos tanpa bulu, warnanya putih kemerahan seperti pipi gadis yang sedang malu. Klitorisnya mungil menyembul. Gairah Luisa kembali bangkit. Luisa berjongkok di depan Cindy kemudian memainkan jemarinya di atas vagina yang merekah itu. Dengan penuh nafsu segera dilumatnya klistoris yang sejak awal tadi membuatnya ngiler itu. Cindy menggeliat-geliat, tapi Luisa tak perduli. Bibir Luisa melumat gundukan vagina Cindy sedang kedua tangannya menggapai meremas-remas daging kenyal nan montok di dada Cindy. Antara sadar dan tidak Cindy menjamak-jaMbak rambut Luisa dan menjepit kepalanya dengan kedua pahanya.  "Ah.. uh.. ah.. uh..," suara Cindy mendesis lirih. Nafas keduanya kembali memburu. Luisa menumpahkan segala birahi yang tersisa di kepalanya. Seakan-akan Cindy itu hanya miliknya sendiri. Cindy dipaksa untuk bangun dari lelapnya. Matanya memicing merasakan surga yang kembali datang untuknya. Tapi Cindy sudah tak punya daya untuk membalas. Ia pasrah saja ketika Luisa menjejalkan sebatang dildo masuk ke dalam liang vaginanya.  "Sruup.." Tanpa banyak perlawanan pistol mainan itupun amblas ke dalam liang kenikmatan Cindy. Cindi sempat terpekik beberapa kali, tapi lemah, rupanya dia sudah tak punya daya kecuali menikmati permainan Luisa. Luisa menarik si dildo maju mundur beberapa kali. Pantat Cindy bergoyang mengikuti iramanya. Makin lama dildo itu bergerak makin cepat. "Sruup.. sruup.." Suaranya menyibak lendir-lendir kental yang keluar dari vagina Cindy. Mata Luisa berbinar memandangi vagina bermandikan lendir itu. Langsung ia merunduk dan "Sruup.." Dihisapnya si lendir dari pussy Cindy hingga tandas. "Ah, puasnya..," kata Luisa dalam hati. Dikecupnya kening Cindy yang tak sadarkan diri. Kemudian dia segera pergi dari tempat itu dengan senyum penuh kepuasan.     Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Tukang becak sudin               May 6th 2013, 02:45                                               "Haiii!!" aku melambaikan tanganku ke arah seseorang Orang itu menengok ke arahku, sebuah senyum yang mengembang di bibirnya,  sebuah senyuman yang selalu membuat hatiku berbunga-bunga, hanya sebuah  senyuman? Ya hanya sebuah senyuman, sebuah senyuman dari kekasihku, sebuah  senyuman yang selalu memberiku hari-hari yang bahagia, sebuah senyuman  yang selalu memberiku kekuatan, sebuah senyuman yang membuatku menjadi  lebih hidup. "Anita….." ia berteriak menyebut namaku kemudian berlari kecil menghampiriku Ia berlari bagaikan seorang anak kecil yang polos, tangannya yang kekar  memeluk kedua bahuku, tatapanku dan tatapan matanya bertemu, saling  menatap dengan mesra, tidak ada satu katapun yang terucap dari bibirnya  namun sinar matanya telah mengatakan seribu kata-kata cinta untukku. "Duhhhhhhh….. Rendy dan Anita, jadi iri nehhh…." suara seseorang seperti  menyadarkan kami berdua, aku hanya menatap si pengganggu itu sebentar  kemudian berusaha tersenyum Aku kurang menyukainya, bukan karena wajahnya yang buruk dipenuhi dengan  bekas bopeng, namun karena kelakuannya yang ugal-ugalan dan kasar, aku  tidak mau kekasihku menjadi seperti dia, aku tidak mau…, kutarik tangan  kekasihku untuk mengantri membeli tiket bioskop, sementara si pengganggu  duduk sambil tersenyum-senyum mesum menatap "bunga-bunga segar" di  sekelilingnya. "Rendy…, ngapain sich kamu bawa-bawa Si Benny ?? " aku berbisik di telinga Rendy kekasihku "Hahhh… ? Napa Emang ? "Rendy menatapku dengan polos. "Aku…, aku kurang suka sama dia….." bibirku meruncing. "Anitaaa…., dia kan sahabatku…jangan gitu ya sayanggg…." Rendy mengelus  rambutku, aku menghela nafas panjang dan berusaha mengangguk sambil  tersenyum. "Waduhhhh…..!! "Rendy tiba-tiba meringis "Ehhh…, kenapa ?? "aku terkejut ketika Rendy meringis. "PAHIT… pahit sekali…" "Pahit ?? "Aku tidak mengerti dan menatapnya dengan keheranan. "Senyumannya pahitttttt…….." Rendy mencubit pipiku kemudian tertawa lebar. "Kamu…, ichhhh…." Aku menepiskan tangannya kemudian melemparkan senyuman  manisku, sebuah senyuman untuk kekasihku, hanya untuknya "Nahhhhhh… githuuuu dhuonggggggg……Yuuuk…."
  ######################### Jam 10.30
  Sebuah mobil berhenti di sebuah rumah kost. Seorang berwajah bopeng  turun dari dalam mobil itu, senyumannya yang menyebalkan melintas sesaat  di wajahnya. "Thanks ya…, sering-sering ajha ngajak gue yakkk, en jangan lupa tuan  putrinya yang kinclong ini selalu dibawa he he he" Benny cengengesan  dengan tampangnya yang tidak tahu diri itu, nangkring di jendela mobil  dan melirik ke arahku. "Udahhh…tidur sana husss husss ha ha ha ha ha ha…., eittttt…, matanya  dijaga browwww…." Rendy protes ketika Benny melirik nakal ke arah  dadaku. "Soryy…. Canda, he he he….Yawdahh Yukk ahhh.. kita bobo bareng bertiga…"Rendi bertambah norak. "BENNNYYYY…..!!! Tokkkkkk…." Rendy mengetuk kepala Benny Si pengacau itu buru-buru melompat ke belakang ketika Rendy hendak  menjitak kepalanya sekali lagi, terdengar suara tawanya yang menjauh,  dan menghilang di balik pintu gerbang rumah kost. Mobil Rendy membawaku  menjauhi rumah kostnya dan berhenti di depan rumahku yang terlihat sepi. "Benny itu orangnya yak, kaya gitu, bicaranya ceplas-ceploss…seenaknya,  jadi jangan disimpen dihati…. , nahhhhh manyun lagi dahhhhhhhh… runcing  amat bibirnyaaaaaa……." Rendy mencubit kecil hidungku "Ehhhh apa?" aku menarik bibirku ketika Rendy menyodorkan pipi kanannya. "Lohhhhh ?? nggak dicium dulu nehhhhhh….., ntar nyeselllll, nggak bisa tidurrr……" Rendy menggodaku. "Enak aja…, siapa yang nggak bisa tidur, lagian siapa yang mau nyium  kamuummhhhhh…." Rendy menyumpal bibirku, aku segera mendorong dadanya  agar ciuman kami terlepas, wajahku terasa hangat. "Koqq gelap ya ?? " Rendy bertanya kepadaku. "Yaaaa…, lagi pada keluar kota siccchhh…,nengok temennya bokap yang lagi  sakit….." aku melompat keluar dari dalam mobil, Rendy mengunci pintu  mobil dan kemudian mengekoriku dari belakang.
  "Rendy udah malam, emmmhh.., pulang gihhh….nanti kemalaman" aku menahannya agar tidak melewati pintu gerbang rumahku Dengan lembut Rendy menarik tanganku, diraihnya tas kecilku , ia  menarikku ke depan pintu rumahku dan ckleekkk…., ia membuka pintu  rumahku dan menarikku masuk ke dalam. Aku terdiam ketika Rendy  memelukku, aku tetap terdiam ketika tangannya merayap turun dan bermain  di pemukaan kaos ketat yang kukenakan. Ia meremas sepasang bukit kembar  putih yang masih tersembunyi dibalik kaos ketat yang kukenakan, aku  hanya menatapnya ketika tangannya bergerak meremas payudaraku. Kemudian  menyelinap ke dalam bajuku, mataku terasa berat, ada rasa nikmat yang  membuatku terlena ketika tangannya perlahan-lahan menyelinap ke dalam  braku. "Ohhhh…. "Aku mendesah pendek merasakan remas-remasan tangan Rendy yang semakin aktif. "Anitaaa sayangggg, aku ingin lihat kamarmu ya…." Rendy menarik  tangannya dari balik bajuku, ia membalikkan tubuhku dan mendorongku ke  sebuah kamar. "Bukan…, bukan disini, diatas….." aku tertunduk dan berkata pelan,  suaraku hampir seperti sedang berbisik, tubuhku terangkat melayang dalam  bopongan Rendy yang membawaku menaiki tangga , menuju kamarku, aku tahu  ia ingin melihat sesuatu yang lain, yang pasti bukan melihat isi  kamarku, aku tahu itu…., aku tahu apa yang sebenarnya ingin ia lihat,  dan aku membiarkannya, aku membiarkannya melihat apa yang ingin ia  lihat, satu persatu pakaianku terlepas dari tubuhku, tubuhku dan  tubuhnya telanjang bulat tanpa selembar benangpun menutupi tubuh kami  berdua. "Hhhhhhhh…. Rendyyyyyy…… " aku mendesah memanggil namanya ketika tubuh  kami menyatu erat, pelukannya begitu hangat, hangat sekali ketika tubuh  kami yang sudah polos saling bergesekan dan saling dekap Kekasihku menundukkan wajahnya, bibirnya menciumi rahang dan daguku,  kemudian menciumi dan melumati bibirku yang terus mendesah-desah, air  liurnya membasuh leherku, jilatan-jilatan lidahnya mengulasi batang  leherku. Ada rasa hangat yang menggelitik ketika ia membenamkan wajahnya  di belahan dadaku. "Unnnhhhh… REnddddyyy Ahhhhhhhhh…" aku kembali mendesah merasakan kenyotan-kenyotan lembut mengenyot puting susuku, Kriiiinggg……….!!! Suara dering jam yang berbunyi mencabik-cabik khayalan  liarku, kuhentikan gerakan jemari lentikku sedang menekan-nekan  permukaan celana dalamku, kugeliatkan tubuhku kesana kemari untuk  mengusir gairah birahi yang begitu menyiksa. (aku dan tokoh khayalanku  yang tampan),
  Aku seorang mahasiswi di sebuah perguruan tinggi swasta di kota ini.  Namaku Anita, aku adalah seorang gadis keturunan Tionghoa, tubuhku putih  molek, sepasang bukit indah menonjol menghiasi dadaku, aku anak tunggal  dari sebuah keluarga yang cukup berada. "Mang ….. " aku menyapa seorang tukang becak langgananku yang ngetem di seberang rumahku. "Efff…Non Anita…,ayo Nonnn!!" Bang Sudin langsung mempersilahkanku untuk  segera naik duduk di becaknya, beberapa saat kemudian becak bang Sudin  membawaku dengan kencang keluar dari komplek perumahanku, digenjotnya  becak itu hingga melesat dengan cepat. "Nanti sore ya Mang, jangan lupa…." "Iya Non…, jangan khawatir, Mang Sudin pasti nungguin Non Anita…" Mang Sudin menatap wajahku yang cantik. Aku tersenyum nakal, ia sepertinya mengharapkan kedatanganku, dan aku  tahu itu, mang Sudin selalu setia menungguku turun dari angkot atau  tepatnya berusaha untuk dapat mengintip sesuatu yang tersembunyi di  balik rok miniku ketika aku berusaha untuk turun dari dalam angkot  jurusan XXX..
  ################## Sore hari…hujan angin yang lebat.
  Hari itu benar-benar menyebalkan, siang hujan gerimis, ehhh, sore malah  hujan turun dengan lebih lebat, aduh, nggak mungkin deh Mang Sudin  berhujan-hujan ria untuk menungguku, "Pak… Kiriii…..!!" teriakan-ku menghentikan laju angkutan kota yang kutumpangi Hupp, aku melompat turun dari dalam angkot, aku berusaha berlari – lari  kecil di bawah kucuran hujan lebat, dinginnya Brrrrrrr….. "Nonnn…, Non Anitaaaaaa…..!!" aku menolehkan kepalaku ke samping belakang. "Ehhhh…?" aku tersentak terkejut Gila, ternyata Mang Sudin dengan setianya menungguku sambil  berhujan-hujanan, aku berlari menghampiri becaknya, kemudian meringkuk  duduk kedinginan di dalam becak Mang Sudin, tidak begitu lama becak mang  Sudin mendarat di depan rumahku. "Masuk dulu mangg…, hujannn….!!" aku membukakan pintu gerbang rumahku. "Jangan Nonnn, nggak enak sama orang rumah…."Mang Sudin menolak tawaranku. "Nggak apa koq.., lagi pada pergi piknik seminggu…." aku menanti mang  Sudin yang tergopoh – gopoh mendorong becanya masuk ke dalam pelataran  rumahku. "Ayo Mangg, masuk…… " aku membuka pintu rumahku. "Permisi Nonnn…." tubuh Mang Sudin yang tinggi hitam membungkuk kemudian masuk ke dalam rumahku Matanya sering sekali melirik kearah dadaku, aku tahu ada sesuatu yang  indah tercetak di sana dan kini mata mang Sudin mulai berani menatap  wajah cantikku sebentar kemudian tatapan matanya kembali turun ke arah  cetakan dadaku.. "Sebentar ya mangggg….. " aku masuk ke dalam kamarku, kemudian kembali  keluar dan memberikan selembar kain handuk kecil kepada mang Sudin. "M'kasih Nonnn…." Bang Sudin meraih handuk kecil pemberianku kemudian  menyeka wajah dan lehernya, setelah menuangkan segelas air aku  melangkahkan kakiku menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarku. "Sebentar ya mangg, aku mandi dulu…." "Ooo.., silahkan Non , Silahkan……..". Mang Sudin
  Aku masuk ke dalam kamar mandi berukuran sedang, kulepaskan seluruh  penutup tubuhku dan kunyalakan kran shower itu. Emmmhhhh…, Hangatt,,,  sambil meresapi rasa hangat, kubersihkan tubuhku. Entah kenapa tiba-tiba  gairah liar ini kembali datang menyiksaku, pikiranku begitu kotor, liar  dan binal, dengan terburu-buru aku mematikan kran shower di kamar  mandiku, kulilitkan kain handuk tebal meliliti tubuhku. Aaaaaahhhh,  kenapa ini, jantungku berdetak dengan lebih kencang, kedua kakiku  melangkah mendekati pintu kamarku yang terkunci, tanganku terulur untuk  membuka pintu kamarku "Clikkk…." , dorongan itu semakin hebat menyadari  ada seorang tukang becak di ruang tamuku. Ia bertubuh tinggi, berkulit  hitam dan kekar, wajahnya sangat jauh dari kata lumayan,matanya berbeda  jauh dengan mataku yang sipit, gairah liar itu mendorongku untuk berani  melangkah keluar dari dalam kamar, menghampiri Mang Sudin dengan hanya  mengenakan selembar handuk yang membalut tubuh mulusku. "Haahhhhh ??? !! " Mang Sudin berseru terkejut, matanya melotot merayapi  tubuh mulusku dengan liar dan beringas, aku melangkah dan terus  melangkah hingga berada di hadapan mang Sudin, tubuhku menggeliat indah  dan melepaskan kain handuk yang melilit di tubuhku. "ANJINGG….!! Non.?? " Mang Sudin mengumpat kaget, matanya mendelik  menyaksikan kemolekan tubuhku yang putih mulus, tubuhnya yang tinggi  hitam kekar menghampiriku "Manggg Sudin…." Aku merintih pelan menyebut namanya. Dengan mudahnya mang Sudin memanggul tubuh mungilku masuk ke dalam  kamarku, dibaringkannya tubuhku dengan posisi kedua kakiku terjuntai  pasrah dipinggiran ranjang, aku menutup kedua mataku rapat-rapat, ketika  satu persatu Pakaian Mang Sudin terlepas dari tubuh hitamnya. Lagi-lagi  gairah binalku memaksaku untuk membuka kedua mataku, mata sipitku  menatap tajam pada sesuatu yang menggantung di selangkangan Mang Sudin,  aku memekik ketika mang Sudin menerkamku. "Ohhhh….. Manggggg Sudinnn hennnnmmmmmm….." Aku merinding ketika  bibirnya mengecupi telingaku, lidahnya yang basah menari-nari didaun  telingaku.
  "Non Anitaaa…,sebenarnya Mamang udah lama pengen ngentotin Amoy secantik  Non Anita, eh nggak taunya sekarang Non Anita malah menyerahkan diri  minta dientot sama mamang he he he"bisikan-bisikan mesumnya malah  membuat gairah-ku semakin liar. "Mmmmmaaanggggg….. Nurrrrdinnnnnnnnn…. Aaahhhhhhhhhh…." Rasa nikmat itu semakin menenggelamkanku ke dalam sebuah jurang yang  begitu dalam disebuah lautan kenikmatan, ciuman-ciuman liarnya menjalari  rahang, dagu dan bibirku. "Uhhhh.., Aduhhhh…." Mang Sudin menyeretku ke tengah ranjang Dengan kasar ia membalikkan tubuhku, sekujur tubuhku merinding ketika  merasakan tubuh mang Sudin meneduhi tubuhku yang terlungkup di atas  ranjangku. "Essshhhhh…, Nonn…, Anjinggg siah AMOY, si-mulussssshh" Mang Sudin  mendesak-desakkkan selangkangannya pada bongkahan buah pantatku Aku menggigil merasakan sebuah benda yang menggesek-gesek belahan  pantatku , menekan, dan bermain-main di antara himpitan buah pantatku. "Urrrhhhhh…. Mmaannngggg…. Manggggggg…. Sudinnn….eeeesssshhh" Mang Sudin membelit tubuhku dari belakang, nafasnya yang hangat  berdengusan di tengkukku. Aku menggigil ketika rasa nikmat menyengati  leherku, kecupan-kecupan liar dan gigitan-gigitan gemas mang Sudin  berkali-kali menyengati leher dan tengkukku, lidahnya menjilati belakang  telingaku dan mulutnya mencaplok serta melumat – lumat daun telingaku  sebelah kiri. "aaaaaa….., Hssshhhhaaahhhh…. Ohhhhh…" aku memalingkan kepalaku ke arah  kanan karena sudah tidak tahan menahan rasa geli yang menyengat leher  dan daun telingaku sebelah kiri Namun Mang Sudin justru memanfaatkan situasi dengan menyerang leher dan  daun telingaku sebelah kanan. Batang lidahnya menggeliat liat  menggelitiki belakang telingaku sebelah kanan kemudian menelusuri daun  telingaku, terkadang gigitan-gigitan gemas mang Sudin mampir di daun  telingaku. Ia terkekeh ketika aku tersentak menahan rasa nikmat yang  menggelitiki leher dan daun telingaku, aku merasa lega ketika Mang Sudin  mengangkat tubuhnya yang hitam dan kekar, "Sini Nonnnn… rebahan disini….." Mang Sudin menepuk-nepuk bantal  empukku, entah kenapa aku menurutinya, aku merangkak dan merebahkan  diriku terlentang dengan pasrah.. "Rentangkan tangannya keatas….Non, bagus..,ha ha ha dasar lonte disuruh  apa aja nurut…….he he he, jarang ada lonte Amoy secantik Non Anita…,  kalau ada juga ya, bayarannya mahal, selangit……" aku merentangkan kedua  tanganku ke atas
  Desahan nafas Mang Sudin menerpa ketiakku. Aku tidak marah ketika Mang  Sudin mengejekku, ia menyebutku lonte. Aku memejamkan mataku ketika  merasakan ulasan-ulasan batang lidahnya menyapu ketiakku, hidungnya  terbenam dan mengendusi ketiakku, mulutnya mengemut ketiakku dan  lidahnya terjulur menjilati ketiakku ssslcccckkk… lllcccckkkk…  slllccckkk cupppp…, cuphhhhh cuppppp, terdengar suara kecupan-kecupan  mang Sudin yang begitu bernafsu mencumbui lekuk ketiakku. "Aahhhhhhhhhhhh…… !! " tubuhku tersentak dan sedikit meronta ketika mang  Sudin membelitku sambil membenamkan wajahnya pada belahan dadaku Aku berusaha meronta untuk menyadarkan akal sehatku sedangkan mang Sudin  terus menyerang mencumbui susuku untuk menenggelamkan kesadaranku. Aku  berbaring terbujuk oleh bujuk rayu gairah binalku, akal sehatku terbuai  oleh kecupan-kecupan liar Mang Sudin yang menggeluti buah dadau. "Anita…., muahhh he he he….Muummmm Cpokkkkk…. Muummmmmhhh Cpokkkkk "Mang  Sudin mengenyot puncak payudaraku kemudian menarik kepalanya  kebelakang, terdengar suara letupan keras yang semakin membakar gairah  nafsu binalku ketika susuku terlepas dari emut-emutan mulut mang Sudin  yang mempermainkan payudaraku yang semakin keras mengenyal, aku  menggigit bibir bawahku menahan rasa nikmat ketika batang lidahnya  mengulas-ngulas pentil susuku, kemudian happpp….., mulutnya kembali  mencucup puncak susuku, dikenyotnya puncak payudaraku hingga tubuh  mungilku meronta dan melenting keenakan. "Ahhhhhh…. Aaaaaa…. Ahhhhhhhhhhhhh……". Betapapun hebatnya aku meronta dan berontak namun belitan mang Sudin  begitu kuat membelit tubuh molekku, dengus nafas tukang becak itu terasa  hangat menerpa kedua bukit payudaraku. Air liurnya membasahi bulatan  susuku, lidahnya semakin liar terjulur-julur menjilati pentilku yang  meruncing dan kemudian batang lidahnya yang basah dan hangat membasuhi  kedua bulatan dadaku. "Ohhhh… manggggg… Sudinnnn….." aku menggeliat resah ketika  kecupan-kecupan liarnya bergerak turun ke perut, pinggul dan kemudian  terdengar perintah mang Sudin. "Tekuk dan rentangkan kedua kakimu Anita….." "Mangggg…. Kita…. Ohhhhhhhhh….."tanpa meminta persetujuan lebih lanjut mang Sudin menekuk dan menekan kedua lututku ke samping Selangkanganku merekah dengan indah dihadapan wajah seorang tukang becak  bernama MANG SUDIN…!! Aku hanya sanggup mendesah dan terus mendesah  merasakan kecupan-kecupan liarnya mengecupi permukaan vaginaku. Aku  merintih ketika batang lidahnya yang basah hangat membasuh rambut  jembutku yang tipis. Dengan reflek aku mengangkat punggungku, kedua  tanganku menopang ke belakang, ketika merasakan batang lidah Mang Sudin  menggeliut memasuki cepitan bibir vaginaku, aku menekuk wajahku, kepala  mang Sudin terbenam di selangkanganku, kedua kaki mulusku tertekuk  mengangkang ke samping. Batang lidah itu menggeliat semakin liar dan  terjulur semakin dalam.
  "Unnnnrrrhhhh…. Ahhhhhhhh…. Akkkkkkhhhhhhhh….Mangg" Sesekali aku menarik pinggulku untuk menghindari rasa geli dan nikmat yang menyerang belahan vaginaku. "Aoohhh ampunnnn aaaaaaaa…., Blukkkkk Crrr Crrrrrr….. " punggungku  terjatuh ke belakang, cairan vaginaku berdenyutan dengan nikmat,  serrrr.. serrrrrrrrrrr…. Desiran kenikmatan itu mengiris – ngiris sekujur tubuhku yang mengejang  sebelum akhirnya aku terkulai lemas dengan desah nafas yang  tersendat-sendat, butiran keringat nakal mengucur melelehi tubuh  mulusku. Aku menggelinjang kegelian ketika Mang Sudin menggesekkan  kepala penisnya pada belahan vaginaku, digesek dan terus digesekkan  kemudian mang Sudin mulai menjejal-jejalkan kepala penisnya yang  perlahan mulai tenggelam dalam cepitan vaginaku. "Mang akuuu.. akuuu…, sebentar, ooohhhh hentikan  akkkhhhhh…..!!"tiba-tiba aku tersentak tersadar, apa yang tengah aku  lakukan bersama SEORANG TUKANG BECAK diatas ranjangku, aku tersadar dan  berusaha keras menghentikan gerakan penis mang Sudin yang sudah tertelan  oleh vaginaku sampai sebatas leher penis. Ia mencengkram buah pinggulku  sambil menusukkan batang penisnya menusuk belahan vaginaku kuat-kuat. "JEBOLLL… SIAHHH…! JEBOL… !! HEUU.. JEBOLLLLL…!!" "AWWWWWWW…….!! " aku menjerit keras ketika merasakan tusukan-tusukan kuat yang membuat vaginaku terasa melar dan merekah Rasa sakit menggigit selangkanganku., aku menatap mang Sudin yang tengah  asik menjejal-jejalkan batang penisnya menusuk belahan vaginaku. Tidak  ada lagi raut wajahnya yang sopan, TIDAK ADA…!! Yang ada hanya seraut  wajah keji yang tengah tersenyum mesum menatapku yang terisak menahan  rasa sakit di selangkanganku. Kegadisanku direngut dan vaginaku digenjot  oleh seorang tukang becak bertubuh hitam kekar, batang penisnya  tenggelam sedalam 14 cm kedalam jepitan vaginaku. "Sakiittt… manggggg… ouhhh sakitttt… khhh hhkk hakkk.." "Tenanggg Nonnnn, ntar kalau udah biasa ngentot nggak akan kerasa sakit  lagi…, malah kalau udah ngerasa enaknya ngentot, non Anita bakal  ketagihan batang kontol Mamang….." Mang Sudin menusukkan batang penisnya  semakin dalam hingga selangkangannya mendesak selangkanganku. Batang  penisnya tenggelam dan tertancap dengan sempurna dicepitan vaginaku.  Tubuhnya yang hitam kekar mulai meneduhi tubuhku, aku mendesah menahan  beban tubuh seorang tukang becak yang tersenyum mesum sambil menikmati  kecantikanku. "Aaaaaaaaaaaaa…., Aaaaahhhhhhhhh Mangggggg…..!" Tanganku terangkat berusaha mencari pegangan ketika Mang Sudin mulai  menghempas-hempaskan batang penisnya menumbuki belahan vaginaku,  kubenamkan kesepuluh kuku jariku ke punggungnya, kedua tanganku memeluk  tubuh hitam si tukang becak yang tengah asik menggenjoti belahan  vaginaku. Batang penisnya bergerak keluar masuk dengan teratur, menusuk  dan terus menusuki liang memekku. Clepppp… Cleppppp… Clllppppp… Bleppp..  cleppppppp…, terdengar suara decakan becek ketika liang vaginaku  digenjot oleh batang penis Mang Sudin.
  "Enak ya nonn ?? he he he cupphh cupphhh.. mmmmhhh…." Mang Sudin menatapku kemudian wajahnya menunduk, bibirnya melekat  dibibir mungil-ku. Bibirnya menjepit bibirku sebelah bawah, Mang Sudin  mengemut bibirku bergantian sebelah atas dan sebelah bawah. Sesekali ia  menggigit kecil bibirku, lidahnya menjilati sela-sela bibirku, kubuka  rongga mulutku, batang lidahku terjulur keluar bergelut dan saling  mengait dengan batang lidah mang Sudin. "Srrrphhhh… Srrrpppppphhh…. Ckk Mmmmmmmpphhh… Ckkk" Aku membalas lumatan – lumatan bibir Mang Sudin, lidahku kembali  terjulur keluar, dengan bernafsu mang Sudin menghisapi batang lidahku.  Air liur Mang Sudin belepotan di dagu, dan bibirku, sementara tubuhku  terus tersentak-sentak dengan lembut di bawah tindihan seorang TUKANG  BECAK yang tengah menggenjotkan batang penisnya, menyodoki liang  vaginaku. "Aaaaaaaaaaaaa… Hhhhh Hhhhoosssshhh.. Hhhhhhhhhssshhhh.. Cruttt…  Crutttttt………" kedua kakiku membelit tubuh Mang Sudin, tubuhku kembali  menggigil dengan nikmat ketika vaginaku berdenyut-denyut memuntahkan  cairan klimaksku. Kepalaku terkulai lemah kearah samping kiri, tubuhku bergidik dengan  nikmat di bawah tindihan bang Sudin, tangan seorang tukang becak  mengelusi rambutku yang acak-acakan, kedua kaki mulusku terkangkang  pasrah. "Mmmpphhh… Jrebbbb.. Memek Non makin licin peret, makin enakk Jrebbb…  Blessshhh… Crrrrbbbbbb… Bleeeppppp……buat dientot…" nafasku kembali  tersendat-sendat merasakan tusukan-tusukan penis Mang Sudin kembali  menggenjot vaginaku, aku semakin sengsara ketika mang Sudin mempercepat  tusukan-tusukan batang penisnya. "Ennggg Mampus Aaaaaaa, Affffhhhh, Mangg…,!! owwwww…….!! "Aku mengeluh  merasakan tusukan-tusukannya yang semakin liar dan kasar, semakin kasar  dan lebih KASAR lagi…. "Ya nggak akan lahhhh….nonn, masa mampus, yang ada juga enak dan nikmat, bukannya mampussss he he he he…." Aku memalingkan wajahku ke kiri dan kanan, vaginaku disodok dan tubuhku  tersentak-sentak, terguncang dengan hebat di atas ranjangku sendiri.  Keringat mang Sudin meleleh menetesi tubuh mulusku, terdengar suara tawa  bejatnya ketika ia mendengar lolongan dan pekikan kecilku. Semakin  keras aku aku melolong semakin keras pula ia menghentak-hentakkan batang  penisnya, dipercepatnya irama genjotan-genjotan batang penisnya  menggenjoti liang vaginaku. "aaaa….., aaaaaaa… aaaahhhhhhh….. " aku mendesah dan terus mendesah  ketika merasakan sodokan-sodokan penis Mang Sudin yang merojok vaginaku  dengan kuat dan kencang, agak lama juga ia mengerahkan seluruh tenaganya  menyodoki vaginaku kuat-kuat.
  Aku menarik nafas lega ketika tubuhku berhenti terguncang. Untuk sesaat  mang Sudin beristirahat di atas tubuhku. Wajahnya tepat berada di atas  wajahku, sementara batang penisnya tertancap dijepitan liang vaginaku,  ia memandangiku dengan tatapan matanya yang penuh dengan kobaran nafsu  binatang. Aku terdiam dan menatapnya, tangan mang Sudin membelai wajahku  yang cantik jelita. "Duhhh, Non Amoy koq murung sich ?? kurang ya dientotnya, sini biar mamang tambahinnnn…." Desahan nafasku kembali membakar nafsu binatang Mang Sudin, ia kembali  menghempas-hempaskan batang penisnya. Dengan bernafsu ia  merojok-rojokkan batang penisnya menyodoki vaginaku, tanpa melepaskan  batangnya dari cepitan vaginaku Mang Sudin merubah posisi. Kini aku  duduk saling berhadapan, aku menduduki batang penis mang Sudin, kedua  kakiku mengangkang menjepit tubuh Mang Sudin, sementara kedua tanganku  berpegangan pada pundak mang Sudin. "Ayoo Non…, Mamang pengen nyobain goyangan Amoy…." Aku terdiam untuk sesaat, dengan menahan rasa malu, aku mulai  memberanikan diri mengangkat pinggulku kemudian perlahan-lahan aku  mendesakkan kembali vaginaku ke bawah. Rasa nikmat itu membuat wajahku  terangkat ke atas, mataku menatap langit-langit kamarku. Sesekali aku  mengatur posisiku agar lebih leluasa menaik turunkan vaginaku. Dengan  sabar mang Sudin membantuku menaik turunkan pinggulku, kedua tangannya  yang kekar mencapit pinggang rampingku dan membantuku agar lebih lancar  menghempas-hempaskan vaginaku mendesak batang penisnya yang dengan  otomatis bergerak keluar masuk menusuk-nusuk belahan vaginaku.. "Ahhh… Hssshhh Ahhhhh… Mangggg…. " tangan kiriku menekan belakang kepala Mang Sudin hingga terbenam di belahan payudaraku Aku semakin cepat menaik turunkan pinggulku, mang Sudin semakin  bersemangat menggeluti buah dadaku ketika aku merintih dengan liar. "Aaaaaa… aaaaaa…….wwwwww…oohhhh mannnnggggggg"Aku menjerit liar  merasakan kenyotan-kenyotan mulut Mang Sudin yang mengenyoti buah dadaku Kupercepat hempasan vaginaku dan mang Sudin menyambut hempasan liarku dengan menyodokkan batang penisnya kuat-kuat ke atas. "Hmmmmaanggggg, akh.. akuu.. aku mau keluarrrrr……" "Sebentar… kita barengan….Nonnn Tahannnnn…., Tahan sebentar" Mang Sudin semakin menyentak-nyentakkan penisnya ke atas. "Nggakkk khuatt manggggg akhhhh…, nggakk kuatttt… aduhhhh" aku mengeluh Aku semakin dekat dengan puncak klimaks-ku, tubuhku tersentak-sentak tanpa daya.
  "Sebentar lagi Nonnn TAHANNNNNNN……..!!!" "Owwwhhhhh…. Crrrutttt…. Cruutttt………Maaaaangggg." "KECROTTTTTTTT……." Tubuh Mang Sudin rubuh ke belakang sambil memeluk tubuhku yang terengah  keenakan di dalam pelukannya. Aku terdiam, mataku terasa berat, dan  tubuhku terasa pegal karena kecapaian. Aku mendesah ketika tangan  kanannya merayap dan meremas-remas buah pantatku, sedangkan tangan  kirinya mengusapi punggungku yang basah. Aku menggeliatkan tubuhku dan  meronta berusaha melepaskan diri dari pelukan Mang Sudin, namun kedua  kakinya malah membelit tubuhku, tangannya yang kekar memeluk-ku, batang  penisnya mengecil di dalam jepitan vaginaku. "Mau kemana Nonnn, temenin Mamang tidur ya, Mamang belon puas koq, masih  kepengen ngentotin Non Amoy yang mulusss he he he, dohhh Non Anita  Bohay amat sich he he.. napsuin…." Mang Sudin memujiku, kedua tangannya  berkeliaran dengan bebas, menggerayangi lekuk liku tubuhku yang putih  mulus, aku merasakan batang penis mang Sudin berdenyut-denyut dan  kembali menyesaki jepitan vaginaku. "Uhhhhh…., sudahh mangggg, sudahhhh……cukup, kan tadi udah…." aku yang sudah kelelahan berusaha menolak keinginannya. "Waduhhhh… itu mah baru pemanasan aja Nonnn… yukkk ikut mamang…kita ngentot lagi…." Mang Sudin menarikku keluar dari dalam kamar Aku pasrah ketika mang Sudin menyuruhku untuk duduk di bangku sofa, di  ruangan tamu. Kedua tungkai kakiku dikaitkan mengangkang pada lengan  kursi sofa itu. "Utssshh….. " aku menarik pinggulku ketika jari telunjuk kanan Mang  Sudin mencoblos belahan vaginaku, mataku beradu pandang dengan tatapan  mata mesum mang Sudin yang menatapku sambil menusuk-nusukkan jari  telunjuknya dalam-dalam, Wajah mesumnya kembali memacu gairah binalku, ia tersenyum lebar ketika aku mulai merintih dan mendesah. "Enak ga Non…..? " tanya mang Sudin "Jrossshhh….!! " tiba-tiba Mang Sudin menusukkan jari telunjuknya kuat-kuat, ia menuntut jawaban-ku "Enn Enakkk… enakkkk nnnnnhhhhh.. hsssshhh ahhhhhh" tangan kiriku  mencekal pergelangan tangan kanannya, sementara tangan kananku bertumpu  ke belakang. Aku menggeser posisi-ku agar dapat menyandarkan punggungku  bersandar ke belakang. Telapak tangan kiri Mang Sudin mengelus-ngelus  pangkal pahaku. "Hsssshhhh… Hssshhhhhhhh Shhhhhaaaaaaaaaaaa…." aku mendesis-desis nikmat  ketika jari telunjuk mang Sudin merojok-rojok belahan vaginaku Kutekuk wajahku , nafsu semakin terbakar menyaksikan dua buah jari Mang  Sudin yang basah oleh cairan vaginaku yang sudah tercampur dengan darah  keperawananku.
  "Ahhhhhhhhh" aku tersentak Kesadaran dan akal sehatku datang terlambat. Seorang tukang becak tengah  menindih tubuh mulusku, semuanya jauh dari khayalanku selama ini.  Sangat jauh sekali…., hancur sudah khayalan indahku selama ini. Aku??  seorang gadis keturunan Tionghoa cantik jelita, berkulit putih mulus,  bercinta dengan seorang tukang becak?? Aku menyerahkan tubuh dan  kesucianku kepada Mang Sudin?? berbagai macam pertanyaan mencambuk  hatiku, gairah binalku kembali berkobar, aku memohon pada Mang Sudin. "Colokkkk Manggg…, colokkk terussss… ahhhhh……" "Mau pake jari atau pake kontol Non ?? " Mang Sudin memberikan-ku dua buah pilihan sambil terus menusuk-nusukkan kedua jarinya. "Pake kontolll… unnggghh… kontollll… mangggggg…." aku menjawab dengan terbata-bata. "Ha ha ha, boleh…, bolehhhh.., tapi nanti kalau mamang udah puas bikin memek non bucat pake jari…." Aku terengah, percuma saja aku memintanya untuk menyetubuhiku, mang  Sudin sedang asik menusuk-nusukkan jarinya merojoki vaginaku. "Aaaaaaaaaaaaaaaaa…..! Mannnngggg Ouuhhhhhh….!! " aku tambah kelabakan  ketika jempol mang Sudin ikut memijiti clitorisku, matanya  berbinar-binar menyaksikan tubuh mulusku yang mengangkang  menggeliat-geliat dengan erotis, aku mati-matian menahan sesuatu yang  hampir meledak di selangkanganku, rintihan-rintihanku semakin sering  terdengar. "Udah Nonnnn, nggak usah ditahan-tahan gitu dehhhh, nyerah aja…" Mang Sudin menatapku dengan tatapan mata mengejek Jarinya semakin aktif menusuki vaginaku, jari jempolnya mengucek-ngucek  clitorisku aku tidak mau..! tidakk, aku tidak mau, TIDAKKKKKKK……!! Aku  menggeleng-gelengkan kepalaku untuk mengusir rasa nikmat yang  menghampiri-ku, Akkhhhh Crrrrttttttttt… crrrttttt…., aku roboh di bawah  tatapan mata mesum Mang Sudin yang mengejekku. Mang Sudin menundukkan  wajah mesumnya ke arah selangkanganku, terdengar bunyi menyeruput ketika  mulutnya mengenyot-ngenyot vaginaku. Kedua kakiku menumpang di punggung  mang Sudin sementara mulutnya masih asik mengenyoti selangkanganku.  Tangan kiriku mengelus-ngelus rambut mang Sudin, sesekali tangan kiriku  menekan belakang kepala mang Sudin sambil sedikit mengangkat vaginaku  dan aku kembali menarik pinggulku ketika merasakan mang Sudin semakin  lahap menyantap selangkanganku. "he he he.. geli mangggg oohhhhhh…, nikmatttssshhhh….ampunnn manggg  Ampunnnnnn he he he he" aku terkekeh merasakan emut-emutan nakal  mengemut bibir vaginaku. Aku memekik sambil berusaha menarik vaginaku
  Mang Sudin mengangkat kepalanya, ia menatapku sesaat, jemarinya mencapit  dan membuka bibir vaginaku kemudian ia kembali membenamkan wajahnya di  selangkanganku. Aku membelai-belai rambut Mang Sudin yang ikal,  berkali-kali aku harus rela mendesah dan merintih ketika batang lidahnya  menggaruk-garuk isi vaginaku, ohhhh…. Hhssshhh manggggg… hsssshhhhh,  seperti itulah aku mendesah dan mendesis. Entah apa yang sedang dicari  oleh batang lidah mang Sudin yang terjulur keluar dan berkali-kali  menyelinap masuk kedalam belahan vaginaku, yang jelas aku menikmati  gerakan batang lidahnya yang basah dan hangat. "Owww… ihhhh.. mang Sudinnnnnnn…. " aku memekik sambil menarik pinggulku Ujung lidah mang Sudin mencokel clitorisku hingga aku tersentak nikmat.  Aku mengangkangkan selangkanganku selebar-lebarnya ketika ujung lidah  mang Sudin kembali mengejar daging clitorisku. "Ahhhhhh…, owww….! .Owww maaaanggggg…Sudinnn, akhhhh…!!." Tubuh mulusku berkali-kali tersengat nikmat ketika ujung lidah Mang  Sudin mencolek-colek kelentit-ku. Aku bertahan agar kedua kaki mulusku  tetap mengangkang lebar walaupun rasa nikmat dan geli itu begitu kejam  menyiksa kemaluanku.. "Emmmmmaaahhhh… Ahhhhhhh….. Offffhhhhh…….Oooooo "mulut-ku ternganga-nganga lebar, Mataku yang sipit berkali-kali membeliak ketika mang Sudin melumat dan  mengemut-ngemut daging clitorisku yang semakin menonjol, terkadang  tangannya menepuk-nepuk permukaan vaginaku. Aku mengeluh ketika ia  meremas gemas selangkanganku yang sengaja kukangkangkan selebar mungkin. "Sini Nonnn…., mamang pengen disepong he heh e…" Kini mang Sudin yang duduk mengangkang disebuah kursi sofa panjang, aku  merangkak dan berlutut dihadapan kedua kakinya yang mengangkang lebar,  kedua tanganku menangkap batang penis Mang Sudin, aku agak gugup ketika  menggenggam batang penis mang Sudin.. "Ha ha ha, santai aja nonnn, nggak usah tegang gituuu…, mamang jadi ikut  gugup nehhhh…." Mang Sudin menyandarkan punggungnya ke belakang. "Iyy.. Iya Mang.., Iyaaa…." aku berusaha mengendalikan diriku Ternyata begini rasanya menyentuh batang penis seorang pria, ada rasa  gugup, horny, ihhhhh…, penis mang Sudin sesekali berkedut dalam  genggaman telapak tanganku.
  "Koqq diemmmm…?? langsung diservice atuh Nonnnn, sampe jamuran nih mamang nunggunya….." Aku menuruti keinginan Mang Sudin, entah kenapa aku tunduk mengikuti  keinginan seorang tukang becak yang seenaknya memerintahku. Aneh…, benar  benar aneh, aku mulai mengocok-ngocok batang penisnya, hmmm, aku  mengangkat wajahku, sambil mengocoki batang penisnya aku menatap wajah  Mang Sudin yang tersenyum lebar, dengan nakal aku membalas senyumannya. "Enak ya manggg ?? he he he…." sesekali tangan kiriku mengelus dan  meremas kepala penisnya, sedangkan tangan kananku mengocoki batang  kemaluan mang Sudin. Aku terkekeh-kekeh ketika mata mang Sudin mendelik  menatapku., mulutku meruncing dan meniupi batok penis mang Sudin.  Fuuhhhhhh…., Fuuuuuuhhhh… Haaaaaahhhhhh… Fuuuuuuhhhh. "Mangggg.. aku pengen dientot lagiiii…." "Ntarrrr…., kalau Non Anita bisa bikin kontol mamang bucat, baru Mamang kasihhh…..he he he" "Idihhhhh…. Mang Sudinnnnn………" aku semakin giat mengocok dan  meremas-remas batang penis Mang Sudin. Kepalaku meneduhi kepala penisnya  dan Hummm….nyummmm…, kuemut dan kuhisap kepala penisnya sekuat yang aku  mampu. "WADOOOHHHHH…. GELO SIAHH…., ARRHHHHH… ANJINGGGG" Kata-kata kasar mang Sudin membuatku semakin bergairah, kepalaku  bergerak turun naik sambil menghisapi batang penis Mang Sudin.  Kuletakkan rongga mulutku 1 cm di atas kepala penisnya. Haaaaahh..  Haaaaa….hh, Haaahhhhhhh….,kuhangatkan kepala penis mang Sudin dengan  udara yang terhembus dari rongga mulutku. Sesekali ujung lidahku  terjulur meruncing dan mengorek-ngorek lubang penisnya, kurang lebih  sudah 10 meni-an aku berusaha memuaskan mang Sudin namun tampaknya ia  tenang-tenang saja melayaniku yang sudah berusaha dengan keras.
  "Mangg Sudinnnn… Aku pengennnnn…..maaanggggg , Ayooo Manggggg… entot aku  lagi yaaaa…." aku merengek-rengek, bahkan hampir menangis, memohon pada  seorang tukang becak yang tertawa senang menyaksikanku yang tengah  tersiksa oleh gairah liarku. "Yaa ha ha ha ha, tapi mamang pengen Non Anita yang di batas ya…, yukk  sini naikkkkk…..mainnya harus yang liar ya kaya bondon, nggak usah  malu-malu, ha ha ha ha "Mang Sudin tidur terlentang mengangkang di atas  kursi sofa panjang. "Iyaa Mangggg…, Aku mauuuu, divatasssss…, liar kayak bondon " Dengan liar kunaiki dan kukangkangi tubuh Mang Sudin yang hitam akibat  terlalu sering tersengat oleh sinar matahati, tubuhku yang putih mulus  mengangkangi tubuh seorang tukang becak berambut ikat bernama Sudin yang  berusia seumuran ayahku yang tangannya tengah mengacungkan batang  penisnya ke arah belahan vaginaku yang mungil. Kuarahkan vaginaku dan  kuturunkan pinggulku, kepalaku terangkat ke atas, bibirku mendesis keras  merasakan batang penis Mang Sudin kembali membelah belahan vaginaku, "HSSSSSSSSSSSSSHHHH… HSSSSSHHHH", aku mendesis dan mendesis dengan liar  sambil mendesakkan vaginaku hingga penis mang Sudin tertancap dan  selangkangannya bersatu dengan selangkanganku, perlahan-lahan aku  menggerakkan pinggulku, wajahku terasa panas karena jengah, tengah  asik-asiknya aku menaik turunkan pinggulku. "PLOFFHHH… Aaaaa.hhh… ke ken kenapa dicabut mangggg…." "TADIKAN Non Janji, maennya bakal liar kayak bondon…!!, mana nih  janjinyaaaaa…., jangan kaya partai-partai politik dongggg…cuma bisa  mengumbar janji doanggg….ehh begitu udah dipilih malah menyengsarakan  rakyat….,nggak inget sama wong cilik…, malah sibuk menaikkan gaji  pegawai negri, tapi lupa sama kami-kami ini yang selalu menderita….." "Aduhh...Mang koq jadi masalah partai sichhh…, masukin lagi dooonggg….,  Mang Sudinnnn…., ayo dong mangggggg" aku merengek-rengek dengan manja. "YAWDAHH…, tapi yang liar dan binal ya Nonn…!!"
  Mang Sudin kembali menempelkan ujung penisnya di belahan vaginaku.  Kutekankan vaginaku ke bawah hingga penis mang Sudin kembali menyelusup  kedalam cepitan vaginaku. Kali ini aku mengusir jauh-jauh rasa malu dan  rasa risihku, kutegakkan tubuhku, kutatap mang Sudin yang melotot  menatap susuku yang membuntal padat. "HIAAAHHH…AHHHHH…AHHH … HIATSSSHHHH." Dengan liar dan binal aku menaik turunkan pinggulku, kebinalanku dan  jeritan-jeritan liarku disambut oleh mang Sudin dengan menyodokkan  batang penisnya kuat-kuat ke atas. Kedua tangannya mengangkat dan  menarik membenamkan pinggangku ke bawah hingga hempasan – hempasan  vaginaku lebih kuat dan bertenaga karena dibantu oleh mang Sudin. "Hiaaaahhhmpppphhhh crrrruttt crrutttt….." aku kembali mengalami puncak klimaks. "TERUS… TERUSSS Non AMOYY, Non nggak boleh berhenti biarpun memek Non  udah bucatttt…TERUSSSSS…..!! " Mang Sudin memaksaku untuk bekerja dengan  lebih giat Aku melolong keras untuk melepaskan nafsu dan gairah liarku yang terasa  menyesakki dadaku. Pinggulku terus melompat-lompat turun naik di atas  sodokan-sodokan kuat penis seorang tukang becak yang menggeram-geram  dengan gemas sambil mendelikkan katanya menatap gerakan-gerakan buah  dadaku yang semakin membuntal indah. Crut sekali lagi, cruttt lagi dan  cruuttt lagii….akhirnya aku benar-benar terkulai lemas tanpa tenaga  ketika kenikmatan puncak klimaks kembali berdenyutan menyedot tenagaku  terakhirku hingga benar-benar habis. Tubuhku basah kuyup oleh cairan  keringatku yang menetes dan meleleh dengan deras. Blukkkk… Mang Sudin  membalikkan posisi kami. Kini posisiku di bawah tindihan tubuhnya yang  sudah sama-sama basah banjir keringat seperti tubuhku. Pompaannya  semakin cepat dan liar hingga aku terengah-engah kewalahan, cumbuan  liarnya menghujani leher, bibir dan daguku. Lama sekali mang Sudin  menggeluti tubuhku. "NGAHAKKK…ANJIINGG..!! CRRROTTT…CROOOTTT" Aku yang setengah tertidur terbangun mendengar suara seruan keras mang  Sudin. Aku merintih lirih merasakan semburan spermanya yang panas di  dalam cepitan vaginaku. Tubuhnya yang basah ambruk menindih tubuh  mungilku. Aku berusaha membuka mataku, aku menengokkan wajahku dan  menatap ke arah jendela. Masih terdengar suara rintik-rintik air hujan,  gelap, segelap langkah pilihanku yang dibutakan oleh nafsu birahi yang  liar dan binal. Aku memejamkan kedua mata sipitku, lalu tertidur  kelelahan di bawah tindihan Mang Sudin. Tubuhku yang putih mulus  tertindih oleh tubuh seorang tukang becak bertubuh hitam kekar berambut  ikal.           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                            |             
              
Tidak ada komentar:
Posting Komentar