Senin, 15 April 2013

Your Daily digest for Cerita Seks Bokep Dewasa

Ping your blog, website, or RSS feed for Free
Cerita Seks Bokep Dewasa
Cerita Sex - Pesona kakak ipar
Apr 15th 2013, 13:05

Saya termasuk yang mempunyai nafsu besar dan cepat terangsang melihat cewek-cewek cantik dan seksi serta terobsesi dengan perempuan yang sudah bersuami. Kejadian ini bermula dari abang istri saya atau ipar saya dapat tugas keluar negeri untuk waktu yang cukup lama yaitu 6 bulan. Ipar saya ini mempunyai istri yang bernama Milky dan seorang anak yang berumur satu tahun. Sejak dulu (waktu abang istri saya kawin) saya memang sudah tertarik sama Milky karena selain orangnya cantik, badannyapun seksi dan walaupun sudah punya anak badannya tetap terawat bagus serta mempunyai bulu yang banyak ditangan dan dikakinya (mungkin didalam juga ya..).

Waktu ipar saya ini kawin waktu itu saya dan istri saya serta anak saya masih tinggal dirumah mertua. Karena obsesi saya terhadap Milky besar sekali saya pernah mengintip dia waktu sedang pakaian sehabis mandi di kamarnya. Badan saya langsung bergetar begitu menyaksikan tubuhnya yang aduhai dan setelah itu saya selalu membayangkan dia dalam berhubungan dengan istri saya. Sejak kepaergiaan ipar saya ini saya berusaha mencari-cari kesempatan untuk dapat menikmati tubuh Milky karena saya pikir pasti dia akan kesepian ditinggal suaminya.

Hingga suatu saat dimana mereka harus pindah rumah ke rumah yang baru (bulan Maret), saya pikir inilah kesempatan saya bisa lebih dekat lagi sama Milky karena ipar saya sedang berada diluar negeri dan sudah pergi empat bulan maka tidak ada yang membantu mereka pindah. Saya selalu menawarkan diri saya untuk membantu mengangkat barang-barang yang akan dipindahkan dan untuk tidak mencolok saya bilang ke istri saya bahwa kasihan mereka kalau tidak dibantu. Waktu itu hari Sabtu saya akan mengangkat barang yang masih ada dari rumah lama ke rumah baru. Milky dan anaknya serta pembantunya memang sudah tinggal dirumah baru mereka. Setelah barang-barang saya masukin ke dalam mobil saya segera bergerak ke rumah ipar saya yang baru.

Waktu saya tiba Milky yang mengenakan daster sedang membenahi lemari pakaian mereka di kamar sementara anaknya sedang di temani pembantu di halaman belakang. Setelah barang saya turunkan, saya coba untuk berlama-lama di rumah itu dengan ikut membenahi barang-barang. Waktu itu saya membersihkan kipas angin yang sudah kotor dan tidak ada salahnya saya bersihkan. Setelah saya bersihkan debu-debu yang ada dikipas angin maka saya pikir lebih bersih lagi kalau dicuci. Saya memanggil Milky dari arah pantry (karena ada pintu yang langsung kekamar mandi yang terdapat dalam kamar ipar saya, kamar mereka cukup luas dan ada kamar mandi didalamnya serta dari kamar mandi bisa langsung ke pantry) untuk menanyakan kepada Milky dimana saya bisa menyiram tutup kipas angin dengan air keran yang ada selangnya. Milky menyuruh saya membersihkan di kamar mandi dengan menggunakan shower. Saya membersihkan kipas angin sambil terus berpikir bagaimana caranya saya bisa menikmati tubuh ipar saya yang seksi ini.

Akhirnya saya dapat ide, saya akan berpura-pura jatuh karena lantai kamar mandi yang licin karena kena cipratan dari shower. Setelah saya selesai, akhirnya saya pura-pura jatuh dan menghempaskan kaki saya ke lantai sehingga menimbulkan bunyi jatuh. Saya kemudian merintih kesakitan dan minta tolong, dengan harapan didengan Milky. Dengan tergopoh-gopoh Milky datang menghampiriku yang terduduk di kamar mandi.

"Kenapa Dri," tanya Milky kepadaku dengan cemas.
"Aduh.. Mil, sakit nih, aku kepeleset," kataku sambil memegang pantatku seolah-olah kesakitan karena jatuh.
"Mana yang sakit" kata Milky kemudian.
"Ayo coba berdiri, Dri" kata Milky sembari membantuku berdiri dengan setengah memelukku.

Akhirnya aku berdiri dengan dibantu oleh Milky dan sewaktu dia membopongku masuk ke kamarnya kurasakan payudaranya yang montok sesak di tangan kananku. Kemudiaan Milky membaringkan aku ditempat tidurnya untuk dapat mengobatiku. Akhirnya dengan susah payah Milky membaringkanku di tempat tidurnya. Namun karena dengan setengah memelukku akhirnya Milky ikut terjatuh juga ketempat tidurnya dengan posisi menindihku, sehingga kurasakan tubuh seksinya diatasku dan muka kami saling berhadapan dengan sangat dekat sekali bahkan hembusan napasnya terasa hangat dimukaku.

Milky langsung malu melihat posisi kami itu dan tanpa membuang waktu aku memeluk Milky sambil mengusap rambut panjangnya. Milky pun terbuai dengan perlakuanku itu dan segera kudekatkan bibirku ke bibitnya yang terbuka merekah. Aku melumat bibirnya dengan lembut dan ternyata Milky membalasnya pula. Sambil melumat bibirnya aku meremas pantatnya yang montok dan nafasnya kelihatan semakin memburu. Namun tiba-tiba Milky tersadar dan seolah menarik dirinya dariku tetapi agak kutahan tarikan tubuhnya.

"Adri, kita tidak boleh melakukan ini" Milky berkata kepadaku.
"Mil, sudah lama aku menantikan saat-saat begini" kataku kepadanya.
"Dari dulu aku sudah tertarik sama kau dan aku selalu memikirkan kau" sahutku kepadanya sambil terus memeluknya.
"Kau pasti kesepian ditinggal suamimu.., aku akan memuaskan kau.. Mil.." Kataku kemudian.

Milky hanya terdiam saja mendengar perkataanku, Ia kelihatan bimbang dan ragu. Sambil membelai lembut aku kemudian mencium bibirnya lagi dan kami kembali bergumul.

"Oh.. Adri.. Beri aku kepuasan.." kata Milky kepadaku.
"Tentu.. Sayang.. Aku akan memuaskan kau.." sahutku.

Kami berguling-guling saling pagut dan aku meremas payudaranya dengan bernafsu sekali.

"Tunggu dulu sayang.." Milky berkata kepadaku sambil melepaskan dirinya dan merapikan daster dan rambutnya yang sudah acak-acakan.
"Kenapa Mil.." sahutku kemudian
"Martin dan Ipah ada di belakang, ntar aku suruh dulu mereka pergi ke minimarket" imbuh Milky mengingatkan anak dan pembantunya yang bermain di halaman belakang.

Kemudian Milky pergi menyuruh mereka pergi membeli sesuatu di minimarket supaya kami bisa melanjutkan hasrat birahi kami yang sudah tidak tertahankan. Setelah mengunci pintu rumah Milky segera kembali ke kamar dan aku sudah siap menunggunya.

"Sudah pergi mereka sayang..?" kataku dan tanpa menjawab Milky segera menyumpal mulutku dengan mulutnya. Kami saling mencumbu dan saling meremas.

Segera aku menarik ke atas daster yang dikenakannya dan tampaklah tubuh seksi dan menggairahkan yang benar-benar sempurna. Kulepas pengait BH nya dan benar-benar takjub aku menyaksikan payudaranya dan munjung dan montok dengan puting yang coklat dan bulu-bulu halus disekelilingnya. Aaku tidurkan Ia ditempat tidur dan segera saja aku menerkamnya. Ku melumat puting kanannya dan tangan kananku meremas payudaranya yang kiri.

Sementara tangannya meremas rambutku dan mengusap-usap punggungku. Bergantian aku mengulum dan menjilat puting kiri dan kanannya, terus jilatanku turun keperutnya yang rata walaupun sudah punya anak satu. Kelihatan sekali Milky sudah sangat bernafsu karena celana dalamnya sudah basah dari luar. Aku turunkan celana dalamnya dengan bantuannya mengangkat pantatnya. Tampaklah pemandangan yang luar biasa yang belum pernah aku saksikan. vagina yang indah dengan bulu yang sangat lebat hampir sampai ke pusarnya dan menutup lubang memeknya. Memang Milky termasuk yang mempunyai bulu banyak, tangan dan kakinya mempunyai bulu yang banyak namun tetap seksi, inilah salah satu yang membuat aku sangat menginginkannya.

Aku segera menjilati dan melahap memeknya, klitorisnya aku gigit kecil dengan gemas.

"Oh.. Dri.. Enak banget sayang, kau tahu membuatku enak" Milky mulai merintih.
"Terus.. Sayang.. Akh.. Aku hampir tidak kuat.." erang Milky.

Aku menyibakkan bulu memeknya dan terus menjilati memeknya dan sesekali aku masukkan lidahku ke dalam memeknya dan kugoyang-goyangkan sehingga Milly semakin merintih keenakan. Namun aku ingin membuat Milky penasaran dan segera menghentikan aksiku. Kemudian aku berdiri dan segera melepaskan baju dan celanaku. Kulihat Milky begitu penasaran melihat aku membuka pakaianku. Begitu aku menurunkan celanaku, tampak matanya terbelalak melihat celana dalamku, karena kontolku yang sudah tegang sekali sehingga sampai keluar dari CD-ku. Kulepas celana dalamku dan tampaklah kontolku mengacung dengan tegang dan keras.

Aku kemudian menghampiri Milky dan menciumnya, Milky segera menangkap kontolku, rupanya Ia sudah tidak sabar lagi untuk memegang kontolku.

"Akh.. Adri.. Besar banget kontolmu sayang.., aku suka sekali.." imbuh Milky kepadaku.
"Ayo dong sayang.. Masukin kontolmu.. Ngentotin memekku.. Please.. Aku sudah nggak tahan.." Milky berkata kepadaku dengan tidak sabar lagi, rupanya kesepiannya selama ini membuat Dia tidak tahan lagi.

Akupun segera memasukkan kontolku ke memeknya dengan diarahkan oleh tangannya. Segera aku tekan kontolku dan masuk ke memeknya, terasa sempit juga memeknya....... Dan.... bless........ Amblaslah kontolku ke dalam memeknya.

"Oh.. Oh.. Sayang.." desah Milky.
"Mil, memekmu enak sekali" imbuhku.
"Dri.. Goyang terus sayang.. entotin terus" erangnya.
"Akh.. Ohh.. Kamu hebat sayang.." hanya itu yang keluar dari mulut kami Milky sangat pintar memainkan pantatnya, diangkat.. diputar.. bergantian. Hampir 30 menit kami mengentot sampai akhirnya sudah hampir puncaknya.

"Dri.., aku mau keluar.. Mau puas.." teriak Milky.
"Genjot terus sayang.. Akh.. Akhh.." desah Milky.

Crop.. Crop.. Kecrop.. bunyi persetubuhan kontolku dan vagina Milky yang sudah becek.

"Aku juga sudah hampir keluar.. Mil.." imbuhku.

Kugenjot terus vagina Milky sementara kakinya menjepitkan pinggangku. Pinggulnya dinaikkan. Tampaknya dia akan orgasme. Genjotan penisku kutingkatkan.

"Ooo.. Ahh.. Hmm.. Ssshh.. Aku keluarr.." erangnya dengan tubuh menggelinjang menahan puncak kenikmatan yang diperolehnya.

Kurasakan air maninya yang hangat membasahi kontolku didalam memeknya. Akupun sudah tidak tahan lagi untuk mencapai puncak kenikmatan.

"Mil.. Aku juga mau keluarr.. Keluarin dimana sayang.." kataku kepada Milky.
"Di dalam aja.. Yang paling dalam.. Ugh.." sahut Milky.

Crett.. Crooott.. Croooott.. Crooottttt..

akhirnya spermaku keluar dengan derasnya sampai-sampai memeknya tidak cukup menampung air kenikmatanku, tampak spermaku keluar dari memeknya. Akhirnya tubuhku roboh menindih tubuh Mlky sambil berpelukan sementara kontolku masih di dalam memeknya menumpahkan sisa spermaku.

"Mil.. Kau puas sayang..?" kataku kepada Milky sambil kukecup lembut bibirnya.
"Puas sekali sayang.. Belum pernah aku sepuas ini.. Apalagi sudah 4 bulan aku sudah tidak ngentot.." katanya.
"Aku akan selalu memuaskanmu dalam kesepianmu.." kataku
"Kenapa kita tidak dari dulu bisa merasakan kenikmatan ini" desahnya kepadaku.
"Iya.. sayang.. Tapi hari ini aku bahagia sekali.." sahutku sambil memeluk dan mencium bibirnya yang basah.
"Ayo.. cepat bangun, sebentar lagi Martin dan Ipah pulang.." sergah Milky sembari berdiri dan menarikku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Mulai hari itu aku dan Milky selalu membuat janji untuk dapat mengulangi kembali persetubuhan kami yang nikmat. Aku dan Milky selalu bersikap biasa diantara ipar maupun istriku. Kadang kami bertemu ditempat yang telah kami tentukan bahkan kadang Milky membawa anak dan pembantunya ke rumah kakaknya kemudian Ia kembali kerumah sambil menjemput aku terlebih dahulu untuk melewatkan nafsu kami yang sudah memuncak. Kejadian ini terus berulang.......berulang........ berulang............          
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Pengalaman Sex Bersama ANNA.
Apr 15th 2013, 13:00

Pengalamanku saat bermain berempat dengan Anna dan keponakannya, Sinta membuat Dicky penasaran. Agaknya ia mendengar dari Anna bagaimana Sinta dan aku bermain begitu rupa, hingga ia yang pernah juga main dengan Sinta dan Anna, suatu ketika meminta istrinya untuk mengajak Sinta dan aku bermalam di rumah mereka. Karena Sinta mau ujian semester selama dua minggu, kami tidak mengusiknya. Kesempatan kami untuk bertemu terjadi pada suatu malam minggu setelah Sintai selesai ujian.

Anna dan Dicky menyiapkan jamuan makan mewah, sebab masakan yang dipesan dari salah satu restoran mahal di bilangan Jakarta ini. Dengan mengenakan celana panjang coklat tua dan kaos berleher berwarna coklat muda, aku tiba di rumah mereka pukul 18 dan melihat Sinta telah ada di sana. Dicky mengenakan celana panjang hitam dan hem biru muda bertangan pendek. Anna mengenakan gaun warna biru muda, seperti warna hem suaminya, agak ketat membungkus tubuhnya yang seksi, gaun itu tergantung di pundaknya pada dua utas tali, sehingga memperlihatkan sebagian payudaranya. Sinta tak ubahnya seorang putri, memakai gaun berwarna merah muda, ketat menampilkan lekuk-lekuk tubuhnya yang menggairahkan, juga dengan belahan dada agak rendah dengan potongan setengah lingkaran. Keduanya seolah-olah ingin menunjukkan keindahan payudaranya di depanku dan Dicky untuk menyatakan payudara siapa yang paling indah. Payudara kedua perempuan itu memang tidak terlalu besar, tetapi cukup merangsang buatku. Milik Anna lebih kecil sedikit daripada milik Sinta. Hal itu sudah kubuktikan sendiri ketika mencoba menelan payudara keduanya. Payudara Sinta masih tersisa lebih banyak daripada payudara Anna, waktu kuisap sebanyak-banyaknya ke dalam mulutku.

Kami berempat duduk di ruang makan menikmati jamuan yang disediakan tuan rumah. Hidangan penutup dan buah-buahan segar membuat kami sangat menikmati jamuan tersebut.

Dari ruang makan, kami beranjak ke ruang keluarga. Anna menyetel musik klasik, sedangkan Dicky mengambil minuman bagi kami, ia menuangkan tequila buat Anna dan Sinta, sedangkan untuknya dan aku, masing-masing segelas anggur Prancis, agak keras kurasa alkoholnya. Rona merah membayang pada wajah mereka bertiga, dan kupikir demikian juga denganku, akibat pengaruh minuman yang kami teguk. Percakapan kami yang semula ringan-ringan di seputar kerja dan kuliah Sinta makin beralih pada hal-hal erotis, apalagi waktu Anna melihat ke arahku dan berkata, "Wah, pengaruh anggur Prancis sudah membangunkan makhluk hidup di paha Agus. Lihat nggak tuh Sin?" Sinta menengok ke bagian bawah tubuhku dan membandingkan dengan Dicky, "Lho, yang satu ini pun sudah mulai bangkit dari kubur, hi… hi….hi…"

Sinta yang duduk di dekatku menyenderkan kepalanya pada bahu kananku. Anna mengajak suaminya berdiri dan berdansa mengikuti irama lagu The Blue Danube-nya Strauss. Entah pernah kursus atau karena pernah di luar negeri, mereka berdua benar-benar ahli melakukan dansa. Setelah lagu tersebut berlalu, terdengar alunan Liebestraum. Dicky melepaskan pelukannya pada pinggang Anna dan mendekati Sinta, lalu dengan gaya seorang pangeran, meminta kesediaan Sinta menggantikan Anna menemaninya melantai, sementara Anna mendekatiku.

Aku yang tak begitu pandai berdansa menolak dan menarik tangan Anna agar duduk di sampingku memandang suaminya berdansa dengan keponakannya. Rupanya Sinta pun tidak jelek berdansa, meskipun tak sebagus Tantenya, ia mampu mengimbangi gerakan Dicky. Saat alunan lagu begitu syahdu, mereka berdua saling merapatkan tubuh, sehingga dada Dicky menekan payudara Sinta. Di tengah-tengah alunan lagu, wajah Dicky mendekati telinga Sinta dan dengan bibirnya, ia mengelus-elus rambut di samping telinga Sinta dan dengan kedua bibirnya sesekali cuping telinga Sinta ia belai. Tatapan Sinta semakin sayu mendapati dirinya dipeluk Dicky sambil dimesrai begitu. Lalu bibir Dicky turun ke dagu Sinta, menciumi lehernya. Kami dengar desahan Sinta keluar dari bibirnya yang separuh terbuka. Lalu ia dengan masih berada pada pelukan Dicky di pinggangnya, mengarahkan ciuman pada bibir Dicky. Mereka berpagutan sambil berpelukan erat, kedua tangan Dicky melingkari pinggul Sinta, sedangkan kedua tangan Sinta memeluk leher Dicky. Permainan lidah mereka pun turut mewarnai ciuman panas itu.

Dicky lalu membuka gaun Sinta hingga terbuka dan melewati kedua pundaknya jatuh ke lantai. Kini Sinta hanya mengenakan kutang dan celana dalam berwarna merah muda. Tangan Sinta ikut membalas gerakan Dicky dan membuka hemnya, kemudian kulihat jari-jarinya bergerak ke pinggang Dicky membukai ikat pinggang dan risleting celana Dicky. Maka terlepaslah celana Dicky, ia hanya tinggal memakai celana dalam. Lalu jari-jari Sinta bergerak ke belakang tubuhnya, membuka tali kutangnya, hingga menyembullah keluar kedua payudaranya yang sintal. Keduanya masih saling berpelukan, melantai dengan terus berciuman. Namun tangan keduanya tidak lagi tinggal diam, melainkan saling meraba, mengelus; bahkan tangan Dicky mulai mengelus-elus bagian depan celana dalam Sinta. Sinta mendesah mendapat perlakuan Dicky dan mengelus-elus penis Dicky dari luar celana dalamnya, lalu dengan suatu tarikan, ia melepaskan pembungkus penis tersebut sehingga penis Dicky terpampang jelas memperlihatkan kondisinya yang sudah terangsang. Dicky mengarahkan penisnya ke vagina Sinta dan melakukan tekanan berulang-ulang hingga Sinta semakin liar menggeliatkan pinggulnya, apalagi ciuman Dicky pada payudaranya semakin ganas, dengan isapan, remasan tangan dan pilinan lidahnya pada putingnya. Sinta terduduk ke karpet diikuti oleh Dicky yang kemudian meraih tubuh Sinta dan membaringkannya di sofa panjang. Dengan jari-jari membuka celah-celah celana dalam Sinta, mulutnya kemudian menciumi vagina Sinta. Erangan Sinta semakin meninggi berganti dengan rintihan. "Dick, ayo sayang ….. ooooohhhh …. Yahhh, gitu sayang, adddduhhhh … nikmat sekali ….. aaakkkhhhh …. "

Setelah beberapa saat mengerjai vagina Sinta, Dicky berlutut dekat Sinta dengan kaki kanan bertelekan di lantai, sedangkan kaki kirinya naik ke atas sofa, ia arahkan penisnya ke vagina Sinta dari celah-celah celana dalam Sinta. Lalu perlahan-lahan ia masukkan penisnya ke vagina Sinta dan mulai melakukan tekanan, maju mundur, sehingga penisnya masuk keluar vagina Sinta.

Anna yang duduk di sebelah kiriku terangsang melihat Dicky dan Sinta, lalu mencium bibirku. Kubalas ciumannya dengan tak kalah hebat sambil mengusap-usap punggungnya yang terbuka. Anna memegangi kedua rahangku sambil menciumi seluruh wajahku, lidahnya bermain di sana-sini, membuat birahiku semakin naik, apalagi ketika lidahnya turun ke leherku dan dibantu tangannya berusaha membuka kaosku. Kuhentikan gerakannya meskipun ia membantah, "Ayo dong Gus?"

"Tenang sayang …. " kucium bibirnya sambil menunduk dan dengan tangan kiri menahan lehernya, tangan kananku mengangkat kakinya hingga ia jatuh ke dalam boponganku dan kugendong menuju kamar tidur mereka. Kami tak pedulikan lagi Dicky dan Sinta yang semakin jauh saling merangsang. Kurebahkan tubuhnya di ranjang dan kubuka seluruh pakaianku.

"Cepet banget Gus, udah sampai ke ubun-ubun ya sayang?" tanya menggoda sambil berbaring.

"Udah berapa minggu nich, kangen pada tubuhmu …" jawabku sambil mendekati dirinya.

Kembali kulabuhkan ciuman pada bibirnya sambil jari-jariku mengelus pundaknya yang terbuka sambil membukai kedua tali di pundaknya. Lidahku mencari payudaranya dan mengisap putingnya. Isapan mulutku pada putingnya membuat Anna mengerang dan menggelinjang, apalagi ketika sesekali kugigit lembut daging payudaranya dan putingnya yang indah, yang sudah tegang. Mungkin karena pengaruh minuman keras dan tontonan yang disajikan Sinta dan Dicky barusan, kami berdua pun semakin liar saling mencium tubuh yang lain satu sama lain. Pakaian kami sudah terlempar kesana kemari. Ciuman bibir, elusan jari-jari dan bibir, remasan tangan, jilatan lidah menyertai erangan Anna dan aku. Kami berdua seolah-olah berlomba untuk saling memberikan kepuasan kepada yang lain. Apalagi ketika Anna menindih tubuhku dari atas dengan posisi kepala tepat pada pahaku dan mengerjai penisku dengan ganasnya. Vaginanya yang tepat ada di atas wajahku kuciumi dan kujilati, klitorisnya kukait dengan lidah dan kugunakan bibirku untuk mengisap klitoris yang semakin tegang itu. Setelah tak tahan lagi, Anna segera bangkit lalu menungging di depanku. Rupanya ia mau minta aku melakukan doggy style posisi yang sangat ia sukai. Dari ruang keluarga, kudengar rintihan Sinta dan erangan Dicky. Mungkin mereka sudah semakin hebat melakukan persetubuhan.

Kuarahkan penisku ke vagina Anna. Kugesek-gesekkan kepala penis hingga ia kembali merintih, "Guuussss, jangan permainkan aku! Ayo masukin dong, aku nggak tahan lagi, sayaaaanngg!" pintanya.

Penisku mulai masuk sedikit demi sedikit ke dalam vaginanya. Kupegang pinggulnya dan memaju-mundurkan tubuhnya mengikuti alunan penis masuk keluar vaginanya. Sekitar lima menit kulakukan gerakan begitu, ia belum juga orgasme, begitu pula aku. Kemudian kuraba kedua payudaranya yang menggantung indah dari belakang. Kuremas-remas sambil merapatkan dadaku ke punggungnya. Ia mengerang, mendesah dan merintih. "Ahhhh ….. sshsshh, ouuughhhh, nikmatnyaaaa …… sayangkuuuuu. …." Mendengar suaranya dan merasakan geliat tubuhnya di bawah tubuhku, membuatku makin terangsang. Lalu kutarik kedua tangannya ke belakang tubuhnya. Kupegang lengannya dengan sentakan kuat ke arah tubuhku hingga ia mendongakkan kepalanya. Kedua tangannya berusaha menggapai payudaranya dan meremas-remas payudaranya sendiri. Kami berdua kini dalam posisi bertelekan pada lutut masing-masing, agak berlutut, ia tidak lagi menungging, penisku membenam dalam-dalam ke vaginanya. Rintihan Anna semakin tinggi dan saat kuhentakkan beberapa kali penisku ke dalam vaginanya, ia menjerit, "Aaaaahhhhhh ….. oooooggghhh ….." Penisku terasa diguyur cairan di dalam. Aku tak kuat lagi menahan nafsuku dan menyusul dirinya mencapai puncak kenikmatan. Ia lalu menelungkup dengan aku menindih punggungnya yang sesekali masih memaju-mundurkan penisku di dalam vaginanya. Keringat bercucuran di tubuh kami, meskipun pendingan kamar itu cukup dingin ketika kami baru masuk tadi.

Kemudian kami berbaring berpelukan, aku menelentang sedangkan Anna merebahkan tubuhnya di atasku. Di ruang sana tak terdengar lagi suara Dicky dan Sinta, mungkin mereka juga sudah orgasme. Tanpa sadar, aku tertidur, juga Anna. Aku terjaga ketika merasakan ciuman pada bibirku. Kubalas ciuman itu, tetapi aromanya berbeda dengan mulut Anna. Kubuka kelopak mataku, kulihat Sinta masih telanjang membungkuk di atas tubuhku sambil menciumi aku. Mataku terbuka lebar sambil memagut bibirnya memainkan lidahku di dalam mulutnya, ia membalas perlakuanku hingga lidah kami saling berkaitan. Sedangkan Dicky kulihat mendekati Anna dan menciumi payudara istrinya. Anna menggeliat dan membalas ciuman dan pelukan suaminya. Tangannya mengarah ke bagian bawah tubuh Dicky meraih penis suaminya yang sudah melembek. Ia rabai dan kocok penis itu, hingga kuperhatikan mulai bangun kembali. Sinta yang semula hanya menciumi bibirku dan memainkan lidahnya, menurunkan ciumannya dan mencari dadaku, di sana putingku diciumi dan digigitnya lembut. Lama-lama gigitannya berubah semakin buas, hingga membuatku merintih sakit bercampur nikmat, "Kenapa, sayang? Sakit ya?" tanyanya menghentikan permainannya sambil menatapku. Aku menggelengkan kepala dan memegang kepalanya agar kembali meneruskan ulahnya. Lidahnya kembali terjulur dan bermain di putingku bergantian kiri dan kanan. Setelah itu, ia turunkan ciumannya ke penisku yang masih ada sisa-sisa sperma dan cairan vagina Anna. Ia lumat dan masukkan penisku ke dalam mulutnya. Penis yang sudah lembek itu kembali tegang mendapat perlakuan mulutnya. Tangannya memegang pangkal penisku melakukan gerakan mengocok. Bibirnya dan lidahnya juga bermain di testisku dan "Uuuuhhhh …." aku mendesah, sebab kini lidahnya menjilati analku tanpa rasa jijik sedikit pun. Setelah itu kembali mulutnya bermain di testisku dan memasukkan kedua testis itu bergantian ke dalam mulutnya. Sedotan mulutnya membuat birahiku kembali muncul. Sementara rintihan Anna kembali terdengar. Kuintip mereka, Dicky kini menciumi paha istrinya, sama seperti perbuatan Sinta padaku.

Sinta melihat penisku makin tegang, tetapi kemudian ia melangkah ke bufet kecil di samping ranjang. Tak lama kemudian ia kembali ke ranjang sambil memegang dildo berwarna merah di tangannya. Penis buatan itu memiliki tali yang kemudian ia ikatkan ke pinggangnya sehingga kini Sinta terlihat seperti seorang laki-laki, tetapi memiliki payudara.

Dicky masih terus menciumi paha isterinya ketika Sinta memegang rambut Dicky dan meminta Dicky menciumi payudara isterinya, sedangkan penis buatan sudah ia arahkan ke vagina Anna. Dicky menoleh sekilas ke arah Sinta, tetapi ia tidak menolak dan meremas-remas payudara istrinya sambil menciumi dan memilin putingnya. Desahan Anna semakin kuat disertai geliat tubuhnya, apalagi saat dildo Sinta mulai memasuki vaginanya yang kembali basah. Sinta kemudian memaju-mundurkan tubuhnya hingga dildo itu masuk keluar vagina Anna. Anna mengerang dan meracau dengan tatapan mata sayu. Kudekati wajahnya dan kupagut bibirnya sambil turut membelai payudaranya membantu suaminya yang masih terus meremas dan menciumi payudaranya.

Beberapa saat dengan posisi itu, membuat Anna kembali naik birahi. Sinta kemudian membalikkan tubuhnya ke samping sambil memegangi pinggang Anna agar mengikuti gerakannya. Aku membantu gerakannya dan menggeser tubuh Anna hingga kini berada di atas tubuh Sinta dengan dildo Sinta yang tetap menancap pada vagina Anna. Anna yang ada di atas Sinta kini, menduduki perut Sinta sambil melakukan gerakan seakan-akan sedang menunggang kuda. Desahan Anna semakin kuat sebab dildo itu benar-benar masuk hingga pangkalnya ke dalam vaginanya. Sinta tidak banyak bergerak, hanya pasif, tetapi jari-jarinya bermain di sela-sela vagina Anna merangsang klitoris Anna. Aku memeluk Anna dari belakang punggungnya, sedangkan Dicky dari arah depan tubuh Anna meremas-remas dan sesekali menciumi dan menjilati payudara Anna.

"Gus, masih ada lubangku yang nganggur, ayo sayangg….. oooohhhh, nikmatnya" desahnya memohon.

Aku menyorong tubuh Anna agar rebah di atas tubuh Sinta, lalu kusentuh lubang analnya. Kubasahi dengan sedikit ludah bercampur cairan vaginanya sendiri. Lalu setelah cukup pelumas, kumasukkan penisku ke dalam analnya. Kugerakkan penisku maju mundur, sedangkan Anna dan Sinta saling berciuman, dan Dicky meremas-remas payudara kedua perempuan itu bergantian. Rintihan kedua perempuan itu semakin kuat terdengar.

Mungkin karena merasa tindihan dua tubuh di atasnya agak berat, Sinta agak megap-megap kulihat, sehingga kuajak mereka berdua melakukan gerakan ke samping. Aku kini berbaring terlentang. Penisku yang tegang dipegangi tangan Anna dan diarahkannya masuk ke dalam analnya sambil merebahkan tubuhnya terlentang di atasku. Lalu Sinta kembali berada di atas tubuh Anna memasukkan dildo pada pangkal pahanya ke dalam vagina Anna. Gerakan Sinta kini aktif, berganti dengan aku yang pasif pada anal Anna. Tak lama kemudian Anna orgasme disertai rintihan panjangnya. Kupeluk ia dari bawah, sedangkan bibirnya diciumi oleh Sinta dengan ganasnya. Dicky masih terus meremas-remas payudara kedua perempuan itu. Lalu Sinta mencabut penis buatan dari vagina Anna dan berbaring di sampingku, sementara Dicky meletakkan tubuhnya di samping Sinta sambil memeluk tubuh Sinta dan mencium bibirnya.

Sekitar sepuluh menit kemudian, Anna bangun dari atas tubuhku dan membuka tali yang mengikat dildo pada pinggang Sinta.

Diperlakukan seperti tadi, rupanya membuat Anna juga ingin mencoba apa yang dilakukan oleh Sinta terhadap dirinya. "Mas, Gus, pegangi tangan dan kaki Sinta. Yuk buruan, jangan berikan kesempatan buat dia!" katanya memerintah kami berdua. Sinta yang masih kecapekan karena mengerjai Anna tadi mencoba meronta-ronta ketika tanganku memegangi kedua tangannya dan mementangkan lebar-lebar, sedangkan Dicky memegangi kedua telapak kakinya sehingga kedua paha dan kakinya terpentang lebar. "Ah, Tante curang, masak pake pasukan mengeroyok ponakannya …" katanya protes.

"Biarin, abis ponakan nakal kayak gini. Masak Tantenya dihabisi kayak tadi?" gurau Anna sambil berlutut di antara kedua paha Sinta. Ia lalu menundukkan wajahnya menciumi dan menjilati vagina Sinta. Sinta benar-benar tidak bisa berkutik, meskipun ia menggeliat-geliat, apalah artinya, sebab tangan dan kakinya dipegangi oleh dua lelaki dengan kuatnya. Puas menciumi vagina Sinta, Anna mengangkangkan pahanya di luar paha Sinta, lalu menujukan dildo pada pahanya ke dalam vagina Sinta. Setelah dildo tersebut masuk, kedua pahanya bergerak ke arah dalam ke bawah kedua paha Sinta, sehingga kedua paha Sinta semakin rapat mengunci dildo yang sudah masuk dengan mantap ke dalam vaginanya. Sedangkan di bawah, kedua tungkainya mengunci kedua tungkai Sinta. Kini tanpa dipegangi oleh tangan Dicky pun, kaki Anna sudah mengunci paha dan kaki Sinta dengan ketatnya. Mulut Anna mengarah pada payudara Sinta dan melumat habis kedua payudara keponakannya. Sedangkan aku, sambil mementangkan kedua tangan Sinta, mencium bibirnya dan memasukkan lidahku ke dalam mulutnya. Sesekali kuangkat wajahku dan berciuman dengan Anna.

Erangan Sinta yang tak menduga serangan Tantenya semakin dahsyat, terdengar semakin berubah menjadi rintihan. Apalagi Tantenya semakin cepat menggerakkan dildo ke dalam vaginanya. Beberapa kali ia malah menghentakkan dalam-dalam dildo tersebut ke vagina Sinta. Mungkin karena sudah sering melihat bagaimana gerakan penis suaminya atau penisku masuk keluar vaginanya, ia pun tergoda untuk melakukan aksi serupa. Cuma sekitar lima menit diserang begitu, Sinta tak kuasa lagi bertahan, ia merintih lirih, "Tante Annnnaaaaa, aku dapet ….. aaahhhhhh …… nikmattt …… sssshhhhh .…… ooouuugghhh ….. aaaakkkhhh."

Anna masih terus merojok vagina Sinta, hingga Sinta memaksaku melepaskan kedua tangannya dan menolakkan tubuh Tantenya, "Tante, udah dong, bisa pecah ntar memiawku!! Ahhh … sadis deh Tante!!" katanya. Kami tertawa mendengar kalimatnya, sebab tahu mana mungkin pecah vaginanya dengan alat yang mirip penisku dan penis Dicky. Anna merebahkan tubuh di samping Sinta seraya mencium bibir Sinta dengan lembut. Keduanya berciuman agak lama dan kembali berbaring terlentang berdampingan. Aku dan Dicky mengambil tempat di samping mereka berdua.

Setelah itu, Anna memintaku menyetubuhinya dengan posisi ia di atas dan aku berbaring di bawah, kemudian ia minta lagi Sinta untuk memakai penis buatan tadi ke dalam analnya lalu meminta penis suaminya untuk ia lumat habis-habisan. Sinta yang ingin membalas perbuatan Tantenya, tidak menolak. Dengan cepat diikatkannya tali dildo itu dan menyerang anal Tantenya. Rintihan Anna kembali terdengar di sela-sela lumatan bibir dan mulutnya pada penis suaminya. Dicky masih mau diperlakukan demikian beberapa kali, tetapi mungkin karena tak tahan melihat ada vagina menganggur, ia kemudian mendekati bagian bawah tubuh kami dan kulihat mengusap-usap pantat Sinta. Lalu ia memasukkan penisnya ke dalam vagina Sinta. Empat tubuh telanjang berkeringat kini saling bertindihan. Dicky paling atas menyetubuhi Sinta, sementara Sinta dengan dildo-nya mengerjai vagina Anna, dan aku paling bawah mengerjai anal Anna dengan penisku yang tegang terus. Sprey ranjang sudah acak-acakan oleh tingkah kami berempat, tapi kami tak peduli lagi pada kerapihan.

Masih dengan napas tersengal-sengal, Sinta membisikkan sesuatu ke telinga Dicky. Dicky yang sudah melepaskan dirinya dari tubuh Sinta, memeluk tubuh istrinya melepaskan analnya dari hunjaman penisku. Sinta kemudian mendekati aku dan berbisik, "Gus, kita kerjai Tante lagi yuk? Sekarang coba masukin penis kalian berdua ke memiawnya, ntar aku bantu dengan dildo pada analnya."

Wah ide yang unik, pikirku sambil mengangguk. Kemudian kuraih tubuh Anna, "Ada apa sich Gus, aku masih capek sayang!" Tapi penolakannya tak kuhiraukan. Kutarik tubuhnya rebah menelungkup di atas tubuhku sambil menggenggam penis yang kuarahkan pada vaginanya. Dasar vaginanya masih merekah, dengan mudahnya penisku melesak ke dalam, membuatnya kembali mendesah. Tak lama kemudian, Dicky mendekati kami dan mengarahkan penisnya ke dalam vagina Anna. Penisku yang masih berada di dalam vagina Anna, bergesekan dengan penis Dicky yang mulai menyeruak masuk keluar ke dalam. Mata Anna yang tadinya sayu mendapat seranganku, membeliak merasakan nikmat akibat dimuati dua penis pada vaginanya. Ia tak kuasa melawan walaupun semula merasa vaginanya begitu padat dimasuki dua penis sekaligus.

Kemudian kulihat Sinta memperbaiki letak dildo yang masih ia kenakan. Lalu dengan hati-hati ia menempatkan dirinya di antar tubuh Dicky dan pantat Anna. Dicky memberikan ruang gerak padanya dengan mencondongkan tubuhnya ke arah belakang dan menahan berat badannya dengan kedua tangannya, sehingga Sinta bebas memasukkan dildo ke dalam anal Anna. Aku dan Dicky menghentikan gerakan dengan tetap membiarkan kedua penis kami berada di dalam vagina Anna. Begitu dildo Sinta masuk ke dalam analnya, Dicky mulai menggerakkan penisnya lagi, merasakan gerakan itu, aku mengikuti irama mereka berdua. Rintihan Anna meninggi saat dildo Sinta memasuki analnya bersamaan dengan kedua penis kami. Kututup rintihannya dengan mencium bibir Anna. Ia memagut bibirku dengan kuat, bahkan sempat menggigit bibirku dan mengisap lidahku kuat-kuat. Mungkin pengaruh desakan dua penis sekaligus pada vaginanya dan penis buatan pada analnya, membuat Anna melayang-layang mencapai puncak kenikmatan yang lain dari biasanya.

Ia tidak lagi mengerang atau mendesah, melainkan merintih-rintih dan bahkan sesekali menjerit kuat. "Auuuhhh …. Ooooohhhhh …. gila ….. kalian bertiga benar-benar gila! Uuuukhhhh ….. sssshhhhh ….. aakkkkhhhh ….." rintihnya sambil menggeliat-geliatkan tubuhnya menerima serangkan kami bertiga. Pagutan bibirku menutup rintihannya dengan lilitan lidah yang menjulur memasuki rongga mulutnya. Sinta merapatkan tubuhnya ke punggung Tantenya dan kedua tangannya bergerak meremas-remas kedua payudara Tantenya. Anna merintih menikmati serangan di sekujur tubuhnya terutama pada bagian-bagian vitalnya. Entah sudah berapa puluh kali penisku dan penis Dicky bergerak masuk keluar vagina Anna dan analnya dirojok dildo Sinta. Sementara kedua tangan Dicky masih menyangga tubuhnya, ia tak bisa berbuat apa-apa walaupun kulihat beberapa kali mencoba meraih punggung Sinta untuk meremas-remas kedua payudaranya dari belakang, tapi posisinya tidak menguntungkan. Ia kemudian memusatkan pikiran pada gerakan penisnya yang semakin cepat kurasakan bergesekan dengan penisku di dalam vagina Anna yang sudah semakin becek.

Rintihan Anna semakin tinggi berubah menjadi jeritan. Ia memiawik-mekik nikmat, ketika mencapai orgasme. Dicky menyusul menghentakkan penisnya kuat-kuat ke dalam vagina istrinya, tapi kedua tangan Anna menahan pantat suaminya, agar tetap melabuhkan penisnya di dalam vaginanya. Ia seakan tidak rela penis kami keluar dari vaginanya, meskipun ia sudah orgasme. Tak lama kemudian, suaminya menyerah, mencabut penisnya.

Aku masih bertahan dan meminta Sinta berbaring dengan Tantenya terlentang di atas tubuhnya dan dildo yang dipakainya ia masukkan ke anal Anna, sementara aku menancapkan penisku ke vagina Anna. Meskipun Sinta berada di bawah tubuh Tantenya, tubuh Anna kupegangi agar tidak membebani Sinta. Kuraih pundaknya agar merapat ke tubuhku. Tangan Anna bermain di kedua payudara Sinta sambil menikmati hunjaman dildo Sinta pada analnya dan penisku pada vaginanya yang barusan sudah mencapai kenikmatan. Dicky berbaring di sisi Sinta sambil membantu Anna membelai dan meremas-remas payudara Sinta dan sesekali mencium bibir Sinta. Tangan Dicky bermain di bagian bawah tubuh Sinta, rupanya ia mengorek-ngorek vagina Sinta, hingga gadis itu tidak hanya menancapkan dildo ke vagina Tantenya, tetapi juga menaiki anak tangga kepuasan oleh permainan tangan Dicky.

Sinta menggeliat-geliat di bawah dengan dildo*-nya menancap dengan dalam pada vagina Anna, sambil menikmati ulah jari-jari Dicky pada vaginanya. Rintihan Sinta semakin kuat bercampur dengan jeritan Anna yang kuserang habis-habisan dengan gerakan sekuat-kuatnya dan sedalam-dalamnya membenamkan penisku ke dalam vaginanya. Ia menjerit-jerit seperti waktu penis suaminya bersama penisku masih berada di vaginanya. Penisku kupegangi dan kutekan kanan kiri merambah, mengeksplorasi dinding vaginanya dan menarik tanganku hingga penisku masuk hingga pangkalnya. Jari-jariku mencari klitorisnya dan membelai-belainya sedemikian rupa hingga ia tak berhenti memiawik.

Sekujur tubuh Anna bersimbah peluh dan kuperhatikan ada tetesan air keluar dari matanya turun ke pipi. Rupanya saking nikmatnya multiorgasme yang ia rasakan, tanpa terasa air matanya menetes. Tentu saja air mata bahagia. Kukecup kelopak matanya menciumi air matanya dan bibirku turun ke bibirnya, melakukan kecupan yang liar dan panas.

"Ooooooooogggghhhhhhhh ….. Gussssss ……. Uuuhhh ……. Ssssshhhhh …. Sintaaaaa …… nikmatnyaaaaaahhhhhhh …… Aaaahhhhhh!!!" teriakannya terdengar begitu kuat sambil menekankan vaginanya kuat-kuat ke penisku.

Seperti biasanya kalau ia mencapai orgasme yang luar biasa, air seninya ikut muncrat bersamaan dengan cairan vaginanya. Semprotan cairannya membasahi penisku, sela-sela paha Sinta dan sprey di bawah kami. Mulutnya menolak mulutku dan menggigit pundakku hingga terasa giginya menghunjam agak perih di kulitku.

Dari bawah kulihat Sinta juga semakin kuat menekan dildo ke anal Anna. Sinta pun merintih, "Tanteeeee ….. aku …. juga dapeetttt nicchhhh ….. oooohhh, jari-jarimu lincah benar Oooommmm ….." pujiannya keluar memuji perbuatan Dicky terhadap dirinya. Dicky mencium bibir Sinta dan mengelus-elus payudaranya.

Terakhir, aku menghentakkan penisku sedalam-dalamnya dan sambil mengerang nikmat, muncratlah spermaku memasuki vagina Anna. Kutarik tubuh Anna berbaring di atas tubuhku yang berbaring terlentang, sedangkan Sinta memeluk Dicky yang menindih tubuhnya sambil terus berciuman dan memasukkan jari-jarinya sedalam-dalamnya ke dalam vagina Sinta yang pahanya sudah merapat satu sama lain dan menjepit jari-jari dan tangan Dicky dengan kuatnya.

Napas Anna, Sinta dan aku yang terengah-engah semakin mereda sambil mencari posisi yang enak untuk berbaring. Kuamati payudara kedua perempuan itu sudah merah di sana-sini, akibat ciuman dan gigitan Dicky, aku dan mereka berdua satu sama lain. Pundakku yang perih akibat gigitan Anna tadi, diciuminya dengan lembut seraya minta maaf, "Gus, maaf ya, jadi kejam gini sama kamu, abis nggak tau lagi sih mau ngapain. Yah udah, pundakmu jadi sasaran mulut dan gigiku." Kuelus-elus rambutnya sambil berkata, "Tak apa, sayang. Ntar juga cepat sembuh koq, apalagi sudah kau obati dengan ludahmu."

Setelah itu, kami berempat terbaring nyenyak setelah beberapa jam main tak henti-hentinya. Kami baru bangun ketika matahari sudah naik tinggi dan jarum jam dinding menunjuk pukul 11.00 WIB. Kami mandi berempat di kamar mandi. Bathtub yang biasanya hanya dimuati satu atau dua tubuh orang dewasa, kini menampung tubuh kami berempat yang sambil berciuman, menggosok, meraba dan meremas satu sama lain, tetapi karena tenaga kami sudah terkuras habis, kami tak main lagi pagi itu. Namun siangnya, usai makan, Sinta sempat memintaku untuk main lagi dengannya. Dicky dan Anna, sambil tertawa-tawa dan memberi komentar, hanya menonton keponakan mereka main denganku di karpet ruang keluarga mereka. Sinta seolah tak kenal lelah, tidak cukup hanya meminta vaginanya kukerjai, tetapi juga analnya, baik dengan posisi terlentang dengan kedua kakinya kupentang lebar maupun dengan posisi ia menungging dan kutusuk dari belakang. Jika kuhitung, ada sekitar tiga kali lagi ia orgasme, sementara aku hanya sekali, tetapi untungnya penisku tetap bisa diajak kompromi untuk terus main melayani permintaannya. Tepukan tangan Dicky dan Anna memuji kekuatan kami berdua mengakhiri persetubuhan kami berdua, lalu Anna membersihkan penisku yang dilelehi cairan vagina dan anal Sinta serta spermaku, sedangkan Dicky membaringkan tubuh Sinta di sofa panjang dan membersikan vaginanya dengan bibir dan lidahnya. Pelayanan kedua suami istri itu benar-benar luar biasa terhadap keponakannya, Sinta dan aku.          
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Kampung SEX !!!!
Apr 15th 2013, 12:59

kampung sex bebas..

Aku menemukan satu kampung unik ini secara kebetulan. Temanku yang bekerja di salah satu kementerian suatu hari mengajakku melakukan survey advance. Demikian istilah yang sering mereka gunakan untuk mempersiapkan suatu acara seremonial besar. Acara yang dipersiapkan adalah "Panen Raya Kedelai".

Temanku ini bekerja di bagian biro protokol, sehingga tugasnyalah menyiapkan segala sesuatu untuk kelancaran acara bagi menteri. Aku dengar malah bukan hanya menteri yang akan hadir, tetapi juga Presiden.

Aku berdua dengan temanku sebut saja namanya Johan meluncur dengan kendaraan dinasnya ke arah Kabupaten Subang. Jam 9 pagi kami sudah berada di kantor Kabupaten Subang untuk melakukan koordinasi dengan pejabat setempat sekaligus membawa penunjuk jalan untuk menuju lokasi. Kami sempat rapat sebentar dengan Bupati dan segenap Muspida untuk persiapan acara ini.

Akhirnya dipersingkat saja ceritanya aku dan Johan serta staf Dinas Pertanian Subang sampai di lokasi. Perkampungan yang agak jauh dari jalan raya. Tadi kuingat, dari Subang mengarah ke Pamanukan lalu membelok ke arah Timur. Dari jalan raya kami melalui jalan perkebunan tebu hampir satu jam baru sampai ke lokasi. Tempat yang kami datangi memang menghampar tanaman kedelai. Tempat acara sudah dipilih oleh pejabat setempat, suatu petak sawah yang kedelainya siap dipanen.

Selesai meninjau lokasi kami melakukan rapat berlarut-larut di kantor kelurahan yang baru tuntas sekitar pukul 5 sore. "Pak menginap di sini saja pak, dari pada harus kembali ke Subang," kata Lurah. Dia lalu memperkenalkan kepada kami kepada seorang wanita dengan umur kitaran 30 tahun yang memperkenalkan diri bernama Aminah. Dia adalah Sekretaris penggerak PKK desa setempat.

Mbak Aminah kemudian ikut mobil kami untuk menunjukkan dimana kami akan menginap. Aminah membawa kami ke kampung . Mobil berhenti di sebuah bangunan yang bagian depannya terdapat warung kopi. " Pak mari turun, ini rumah saya," katanya. Aku dan Johan diajak masuk ke dalam rumahnya. Lumayan lega juga di dalam. "Bapak nginap di sini saja, ini ada 3 kamar kosong, tapi ya keadaannya sederhana, maklum di desa," kata Aminah. Kami lalu diajak meninjau kamar, seperti kami meninjau kamar hotel. Untuk ukuran desa kamar yang dimiliki Aminah cukup lumayan dan bersih. Aku kagum, karena tempat tidurnya semua adalah spring bed. Aku jadi bertanya-tanya siapa Aminah, apa kerjanya dan mana suami dan anak-anaknya. Kami setuju dan Aminah mengarahkan agar kami bertiga mengambil kamar sendiri-sendiri. "Santai saja pak, di sini tidak perlu buru-buru kayak di Jakarta," kata Aminah. Rumah Aminah cukup besar dan sejak aku datang sampai selesai mandi dan ngopi aku belum menemukan suaminya atau anak-anaknya. " Kamu tinggal sama siapa mbak, " tanyaku penuh penasaran. "Sendiri saja pak, paling ya ditemeni sama yang kerja di warung itu. Saya sudah tidak punya suami lagi pak, sudah jomblo," katanya genit.

Aku menanyakan kenapa rumahnya punya banyak kamar, seperti hotel. " O itu biasalah pak, sering ada yang nginap, kadang-kadang dari Jakarta juga, mereka kan mau rileks di sini," kata Aminah sambil senyum genit. Ketika Aminah ke belakang Pak Cecep, staf Dinas Pertanian Subang menjelaskan kepada kami bahwa di daerah ini kehidupan sangat bebas. Siapa saja yang kita inginkan, baik dia sedang punya suami, janda atau masih perawan bisa diajak tidur. Aku jadi berpandang-pandangan dengan Johan. Kami berdua memang penjahat kelamin.

Sekembalinya Aminah bergabung dengan kami pak Cecep tanpa basa basi menanyakan ke Aminah mengenai teman tidur yang bisa disediakan malam ini. " Bapak-bapak mau yang model apa, " tanya Aminah. Agak repot juga menjawab pertanyaannya. " Ya udah nanti pada saya panggilin, bapak-bapak tenang saja, ada yang abg ada yang stw," kata Aminah lalu berlalu. Dia berbicara dengan pembantu lakinya yang tidak lama kemudian pembantu itu pergi membawa sepeda motor.

Sekitar 2 jam setelah kami makan malam, kami diajak melihat warung di depan. " Itu pak anak- anaknya, bapak-bapak tinggal pilih saja yang mana itu ada 8 orang yang bisa siap malam ini nginap. Aku dan Johan menyapu pandangan ke seluruh cewek yang duduk di warung. Cukup lumayan juga. Johan dan Cecep sudah menentukan pilihan. Aminah memanggil mereka yang terpilih. " Bapak yang mana," tanya Aminah kepadaku. "Wah agak susah juga nih menyebutnya, " kataku. " Kenapa pak gak ada yang cocok ya, nanti biar dipanggil lagi yang lain, " kata Aminah. "Nggak bukan itu , ndak perlu manggil lagi, tapi saya dari tadi naksir sama yang punya rumah," kataku terus terang. " Ah bisa aja si Bapak, saya mah udah tua, udah kendor pak, takutnya nanti ngecewain," katanya tersipu malu dengan pandangan genit. " Ah tapi pandangan saya, yang punya rumah yang terbaik dari semua itu," kataku mulai melambungkan pujian.

Aminah lalu memberi kode ke pada pembantunya laki-laki dan kepada perempuan yang tidak terpilih satu persatu meninggalkan warung.

Cecep dan Johan langsung menggiring pasangannya masuk ke kamar, sementara aku masih ngobrol dengan Aminah. Aku banyak mengorek keterangan mengenai kehidupan di kampung ini. Menurut Aminah masyarakat di kampung ini bebas terhadap masalah sex. Dia tidak tahu bagaimana awalnya sampai adat kampung ini demikian. " Kalau bapak tinggal di sini baru bisa merasakan bahwa di sini masyarakatnya ramah dan masalah sex bukan hal yang tabu," katanya. "Tapi bagaimana istri orang kok bisa diajak nginep," tanyaku. " Disini uang kan susah pak, Kalau istrinya dibooking, berarti kan dia dapat duit, seratus duaratus sudah besar di kampung, pak" katanya. "Pak kita terusin ngobrolnya dikamar saya saja pak," kata Aminah sambil menggandeng tanganku.

Di dalam kamar Aminah melepas semua pakaiannya, BH nya tinggal celana dalam dan dia memakai sarung setinggi dada. Dia tidak malu- malu bertelanjang di depan saya. Susunya cukup besar dan pahanya juga tebal sekali.

Aku tidak perlu menceritakan secara rinci bagaimana pertempuranku dengan Aminah. Dia memulai dengan memijat seluruh tubuhku lalu mengoral dan akhirnya kami mengayuh birahi. Permainannya cukup trampil dan memeknya bisa dia mainkan sehingga penisku seperti di pijat-pijat. Kami bermain dua ronde lalu tertidur lelap sampai pagi.

Pagi-pagi Aminah sudah menyiapkan nasi goreng dengan telur mata sapi serta dua telur ayam kampung setengah matang untuk kami masing- masing. Aku merasakan ketenangan dan kedamaian di desa yang teduh. Hari ini aku dan Johan melanjutkan rapat koordinasi untuk ancara Panen Raya Kedelai. Soal apa yang kukerjakan kurang menarik untuk diceritakan, tetapi, ketika semua rampung sekitar pukul dua siang kami berdua kembali ke rumah Aminah. Pak Cecep kembali ke Subang.

Aminah menyambut kami, kami mengobrol sebentar. Saat Johan ke kamar mandi, Sofei mendekatiku, " Pak ada janda baru cerai masih muda, anaknya cantik, saya lagi suruh dia di bawa kemari," kata Aminah. Aku sebenarnya agak rikuh, karena semalam sudah menunggangi Aminah. Untuk berpindah ke lain hati sepertinya saya tidak punya perasaan. Tapi, si Aminah yang menawarkan. "Begitu bebaskah pergaulan di desa ini sehingga tidak ada rasa memiliki," batinku.

Tidak lama kemudian datang 2 sepeda motor. Aminah menyambut dan menggandeng salah seorang yang lalu diperkenalkan kepadaku. Gadis yang masih kelihatan masih sangat remaja itu disuruh duduk disampingku. Kuakui dia memang cukup cantik dan seksi. Yang seorang lagi juga seimbang cantiknya, tetapi tubuhnya lebih pendek, dan dia dijodohkan ke Johan.

Aminah tanpa basa-basi membuka omongan dengan memperkenalkan gadis yang disebelahku bernama Yaya, janda baru 3 bulan dan cewek Johan Mimin belum pernah kawin tapi sudah janda. Selama 3 hari kami menginap di rumah Aminah, aku puas karena setiap malam berganti- ganti pasangan. Setelah pekerjaan Johan selesai dan dia harus kembali ke Jakarta, aku masih bertahan di desa itu.

Selama seminggu aku memuaskan fantasi sex ku dikampung sex bebas ini. Kehadiranku di situ, rupanya cepat diketahui peduduk kampung. Warung Aminah jika sudah sore sekitar jam 5 sering didatangi cewek-cewek. Mereka sengaja datang untuk aku pilih menjadi teman tidurku. Kegilaanku makin mejadi-jadi, karena aku mencoba berbagai tipe, dari mulai yang gendut, kurus, muda , STW dan berbagai tipe. Suatu hari aku digamit Aminah, " Pak itu ada orang nawarin anaknya yang masih perawan, bapak berminat gak. Aku melepas pandangan ke warung, terlihat seorang ibu didampingi gadis kecil. Kutaksir umurnya masih dibawah 15 tahun. Aku jadi penasaran ingin pula mencoba perawan kampung. Aku setuju dan harga yang ditawarkan ternyata juga tidak terlalu tinggi. Gadis kecil itu digandeng Aminah masuk ke ruang tamu lalu dia menyuruh menyalamiku.

Buset masih kecil sekali. Teteknya memang sudah nyembul, tetapi masih kecil sekali. Anaknya duduk disampingku menunduk malu diam saja. Aku berusaha mengorek informasi ternyata umurnya baru 13 tahun, baru lulus SD." Kamu benar berani tidur dengan saya," tanyaku. Dia menjawab dengan anggukan saja. "Sudah pernah pacaran," tanyaku. Dia menggeleng. "Sudah pernah dicium laki-laki," tanyaku lagi. Dia menggeleng lagi. Aku lantas bertanya dalam hati apa aku sanggup memerawani anak sekecil ini. Bukan soal menusukkan penis ke memeknya, tetapi mengolahnya bagaimana ?

Aku berdiri dan menarik Aminah. Kami berbicara di dalam. Intinya aku minta bantuan Aminah untuk mengajari anak ini memuaskan laki-laki. Aminah terdiam, tampaknya dia berpikir sebentar. " Emang kenapa kok pakai perlu dituntun, tancep aja kan sudah, kan anaknya juga sudah pasrah," kata Aminah. Aku lalu menjelaskan ke Aminah bahwa anak sekecil itu belum bisa membayangkan kejadian seperti apa yang bakal dia alami ketika berdua dengan laki-laki. Aku minta Aminah melakukan kursus singkat mempersiapkan dia agar benar- benar siap. Bukan hanya itu, Aminah juga harus ikut di dalam kamar menunjukkan contoh dan cara meladeni laki-laki.

Mungkin ini adalah pengalaman pertama bagi Aminah memberi training sex sampai pada praktek. Aku pun baru pertama kali ini menghadapi perempuan kecil. Jiwa petualanganku lah yang mendorong aku ingin mencicipi daun muda.

Aminah akhirnya paham. Dia lalu menarik anak itu dan kelihatannya dia diminta membantu-bantu Aminah. Aku memang mencadangkan energi untuk eksekusinya nanti malam sekitar jam 10. Sekarang baru jam 5 sore. Aminah punya waktu 5 jam untuk mempersiapkan anak itu sebelum ditikam. Sementara itu aku memanfaatkan waktu senggang dengan beristirahat tidur dulu mempersiapkan stamina. Selama ini setiap malam aku bertempur minimal 3 ronde.

Jam 8 malam aku dibangunkan Aminah untuk makan malam. Aku duduk di meja makan. Kulihat Aminah mengajari Dini, demikian namanya untuk meladeniku makan. Ia mengambilkan piring, lalu menyendokkan nasi, mengambilkan lauknya lalu menyerahkan ke aku. Setelah itu dia makan disampingku. Pembawaannya kelihatan masih canggung, malu menunduk terus, tidak bicara kalau tidak ditanya. Dini cukup ayu, kulitnya agak gelap, rambutnya sebahu lebih sedikit. Rambutnya kelihatan masih belum begitu kering, sekelebat memancarkan bau harum. Tadi ketika baru datang terasa bau anak kampung, dan rambutnya samar-samar bau minyak kelapa. Aminah kelihatannya membersihkan dan mempersiapkan Dini sebelum aku santap nanti malam.

Selesai makan kami ngobrol sambil menonton TV. Sekitar sejam kemudian kami digiring Aminah memasuki kamar. Setelah di dalam kamar, Aminah mengajak Dini keluar lagi. Aku berganti celana pendek dan kaus oblong lalu berbaring di tempat tidur. Tidak lama kemudian Aminah dan Dini masuk. Mereka berdua sudah berkemben sarung. Aku diminta Aminah membuka kaus dan tidur telungkup. Aminah mengajari Dini memijati seluruh tubuhku. Pijatannya tidak terasa, tekanannya terlalu ringan. Aku maklum sajalah, karena dia masih kecil dan mungkin baru pertama kali memijat laki-laki dewasa. Berrkali-kali Aminah memberi instruksi cara memijat.

Setelah seluruh bagian belakang badanku dipijat, aku diminta telentang. Aminah mengajak Dini membuka sarungnya. Mereka berdua lalu bugil setengah badan. Tetek Aminah besar bergayut- gayut, sementara susu Dini masih kecil, kelihatannya baru tumbuh. Pentilnya masih kecil. Aminah mengarahkan Dini melepas celana luar dan celana dalamku. Gerakannya agak kaku, malah terasa agak gemetar. Penisku langsung tegak ketika celana dalamku diloloskan. Aminah dengan bahasa setempat mengajari Dini memegang- megang penisku lalu disuruh mengocok pelan. Nikmat sekali rasanya meskipun genggamannya kecil. Aminah mengambil alih dan mengajari bagaimana melakukan oral terhadap penisku. Mulanya Dini menolak, kata dia jijik. Aminah lalu mencontohkan mengoralku. Aminah memang sudah piawai dengan hisapan dan jilatan. Dini diminta mengikuti apa yang baru saja dilakukan Aminah. Dengan ragu-ragu mendekatkan kepalanya dan dia mulai menjulurkan lidahnya menjilat penisku. Aminah setengah memaksa, sampai akhirnya Dini mau mengulum kepala penisku dan menjilati buah zakarnya. Tidak begitu nikmat rasanya, tetapi karena yang menjilat ini adalah anak yang belum punya pengalaman, aku merasakan sensasi yang luar biasa.

Hampir setengah jam aku dioral, lalu Dini dibaringkan di sebelahku. Ia membuka dulu celananya, sehingga Dini dan Aminah sekarang sudah bugil. Belum ada bulu jembut dikemaluan Dini, Memeknya cembung dan belahannya rapat seperti memek anak bayi.

Aku dipersilakan Aminah untuk mencumbu Dini. Aku bangkit dan mulai menciumi pipi Dini. Wajah Dini ketakutan. Kupegang, telapak tangannya dingin. Aku mencoba mengulum bibirnya. Aminah terus-menerus memberi instruksi bagaimana Dini harus membalas ciumanku. Meski kelihatan agak terpaksa, Dini membuka mulutnya dan menyambut uluran lidahku. Setelah kurasa cukup mengulum bibirnya. Ciumanku berpindah ke bagian telinga lalu turun ke leher. Dini menggelinjang sambil mengatakan rasanya geli sekali. Sementara itu aku merabai tetek kecilnya yang masih sangat kenyal. Aku berhati-hati meremas, karena mungkin saja dia kesakitan kalau aku remas terlalu keras.

Aku menjilati kedua puting susunya yang mengeras, dan masih sangat kecil. Dini tertawa sambil menahan geli. Aminah memarahi Dini agar jangan ketawa dan harus menahan rasa gelinya. Dini terus saja menggelinjang-gelinjang menahan rasa geli dari jilatanku. Aku mengindra bahwa nafas Dini mulai memburu dan terdengar detak jantungnya semakin cepat. Mungkin saja anak ini mulai terangsang, atau dia sedang merasakan ketakutan. Sambil kujilati teteknya aku meraba selangkangannya. Belahan memeknya masih kering. Jika cewek dewasa, tanda di memeknya yang masih kering itu berarti dia belum terangsang, tetapi bagi cewek bau kencur ini, aku belum punya pengalaman. Bisa saja dia sudah mulai terangsang, tetapi lendir vaginanya belum berproduksi sempurna. Atau memang dia belum terangsang sama sekali, karena tercekam rasa takut dan kegelian.

Dari bagian teteknya aku turun menciumi gundukan memeknya. Aminah membantuku melebarkan kakinya. Aku berpindah diantara kedua kakinya lalu menjulurkan lidahku ke belahan memeknya. Dini menggelinjang-gelinjang sambil tertawa kegelian. Aminah memarahi Dini agar jangan tertawa. Dini beralasan dia tidak dapat menahan rasa geli. Aku menguak belahan memeknya, Terlihat merah di dalamnya dan lubang vaginanya sangat kecil. Tampaknya satu jariku pun tidak muat ditusukkan ke lubang itu. Lipatan bibir dalamnya agak menonjol, sehingga ketika memeknya tertutup lipatan kulit labia minoranya menyembul keluar. Belum ada kerutan di kulit labia minoranya. Aku mulai menjilati lipatan kulit memek bagian dalam itu. Dini menggelinjang terus kegelian. Aku memaksa menjilatinya terus, tanpa menyentuh bagian clitorisnya.

Aku sadar kalau dia belum terangsang maka rasa geli dan ngilu tidak akan mampu dia tahan. Setelah Dini agak tenang dan tidak bergerak-gerak lagi, lidahku baru mulai menggapai kulit penutup clitorisnya. Dini menggelinjang setiap kali lidahku menyentuh kulit penutup clitoris itu. Dia menggelinjang-gelinjang terus. Namun dari perasaanku mengatakan bahwa gelinjang nya kali ini karena rangsangan. Lidahku mulai mencari ujung clitorisnya. Agak terasa mengeras daging seperti daging tumbuh. Dini mulai memasuki gelombang rangsangannya sehingga secara tidak sadar dia merengek-rengek nikmat. Aku meraba lubang memeknya mulai terasa berlendir. Cukup lama juga aku mengoral Dini, sampai aku pegal, tetapi dia tidak bisa mencapai orgasme. Karena bosan akhirnya aku bangkit dan melanjutkan episode berikutnya memerawaninya.

Sebelum penisku ku tusukkan Aminah mengalasi bagian bawah memek Dini dengan kain batik. Mungkin Aminah menghindarkan spreinya terkena darah perawan. Aku melumuri penisku dengan ludah sebanyak-banyaknya dan juga lubang memek Dini. Dengan bantuan dan tuntunan Aminah penisku diarahkan ke lubang memek Dini. Dia agak berjingkat ketika penisku mulai menusuk gerbang memeknya. Dini mengeluh memeknya perih. Aminah menginstruksikan Dini menahan sakit yang kata aminah cuma sebentar.

Penisku pelan-pelan menikam lubang memek Dini. Ketat sekali rasanya lubang memek anak bau kencur ini. Meski penisku sudah di dalam lubang memek, tetapi untuk memajukannya sulit sekali. Aku mencoba menarik sedikit lalu menekan lagi demikian berkali-kali sampai kepala penisku masuk seluruhnya. Untuk masuk lebih jauh terasa halangan selaput daranya. Dini sudah bercucuran air mata dan dia kelihatannya menangis meski tanpa suara. Aminah mengusap-usap rambutnya sambil menghibur bahwa sakitnya cuma sebentar. " Sebentar lagi kamu ngrasai enak, tahanlah," begitulah kira-kira kata Aminah dalam bahasa lokal.

Setelah agak lancar gerakanku, aku mulai menekan perlahan-lahan dengan tenaga ekstra sampai terasa menjebol sesuatu di dalam rongga memek itu. Dini menjerit kesakitan. Penisku langsung bisa maju terus sampai akhirnya tertelan memek Dini seluruhnya. Aku menahan beberapa saat sampai Dini tenang dan berkurang rasa sakitnya. Setelah itu ketika aku melakukan gerakan menarik sedikit Dini kelihatan tegang dan merintih. Aku hunjamkan lagi begitu berkali-kali sampai dia tidak terlihat ekspresi kesakitan. Aku pun lantas melakukan gerakan lebih jauh maju mundur. Memang terasa sempit dan ketat sekali. Maklumlah memek anak kecil yang belum berkembang dipaksa menerima penis orang dewasa. Aku tidak mampu bertahan sehingga lepaslah spermaku di dalam memeknya. Ketika kucabut penisku, terlihat ada guratan merah bercampur dengan sperma. Dini terdiam pasrah, seperti orang pingsan. Aminah membantu membereskan bekas maniku dan membersihkan batang penisku dengan handuk basah. Dia juga membersihkan memek Dini yang ada lelehan maniku bercampur darah.

Sekitar satu jam kami bertiga istirahat berbaring. Aku dipinggir disebelahku Dini lalu Aminah. Kami bertiga bugil. Aku merasa canggung juga meminta Aminah ikut di dalam pertempuran ini. Perannya memang besar. Jika dia tidak memberi arahan, bisa-bisa aku gagal memerawani Dini. Untuk membalas jasanya aku bangkit dan langsung nyosor menindih Aminah. Aminah tidak siap dia terkejut. Dia mungkin sudah setengah tidur. Aku menciumi mulutnya menghisap kedua teteknya yang menggelembung dan menyedot-nyedot pentilnya. Setelah dia terbakar birahinya aku mulai turun menjilati clitorisnya. Aminah tanpa malu- malu mengerang-ngerang nikmat. Dia kuoral sampai orgasme yang ditandai dengan jeritannya. Semua adegan itu disaksikan Dini sambil dia duduk bersila.

Aku lalu menancapkan penisku yang sudah 75 persen mengeras. Aku genjot Aminah dengan posisi MOT. Bosan pada posisi itu kami ganti posisi Aminah diatas. Dia menggenjot penisku sampai dia mencapai orgasmenya dengan jeritan dan ambruk ke dadaku. Penisku masih menegang dan belum ada tanda-tanda mencapai puncaknya. Aminah kuminta nungging lalu aku menusuknya dari belakang. Aminah mengerang-negerang kembali sampai dia mendapat orgasme lagi. Lubang memek Aminah sudah sangat licin sehingga aku mengambil handuk basah untuk membersihkan lendir dari penisku dan menyeka lendir dari memek Aminah. Aku kembali mengambil posisi MOT, dengan berbagai gaya mulai dari kaki Aminah ditekuk sampai kakinya di letakkan di pundakku. Hampir 45 menit aku menggenjot Aminah dengan berbagai gaya dan aku sudah merasa mulai lelah, maka aku berusaha berkosentrasi untuk mencapai puncak kenikmatan. Akhirnya sampai juga kenikmatanku dan aku benamkan sedalam-dalamnya penisku ke dalam memek Aminah.

Setelah beristirahat sebentar Aminah lalu keluar berbalut sarung bersama dengan Dini. Mereka kelihatannya menuju kamar mandi. Setelah mereka keluar, aku juga merasa agak sesak pipis, maka dengan hanya bersarung aku menuju kamar mandi satu-satunya dirumah itu. Aku mengetuknya dan Aminah membuka pintunya. Aminah dan Dini sedang jongkok membersihkan memeknya. Aminah mengajari Dini berkumur dengan larutan penyegar dan membersihkan daerah kewanitaan dengan sabun khusus. Sementara itu aku ditelanjangi Aminah dan Dini disuruh menyabuni seluruh bagian kelaminku sampai bagian dubur. Kami bertiga keluar dari kamar mandi. Jam di dinding menunjukkan pukul 1 dini hari. Perutku terasa lapar dan hal itu kusampaikan ke Aminah. Dia menawarkan membuatkan mi instan. Aku pun setuju. Dengan hanya berkemben sarung Aminah dan Dini mempersiapkan mi instan ditambah dengan telur. Kami bertiga makan mi instan hangat. Lumayan kenyang juga. Aku lalu kembali ke kamar mandi mengosok gigi. Mereka berdua sudah berbaring di bed ketika aku masuk kamar. Aku disisakan tempat di tengah. Kami pun tidur bertiga sampai pagi. Pada pagi hari penisku masih bisa berdiri dan aku menggarap Dini. Dia tidak terlalu merasa sakit, tetapi di wajahnya terlihat masih ada trauma. Aku akhirnya tinggal sebulan di rumah Aminah, mendapat 5 perawan dan setiap malam berganti- ganti pasangan. Aku senang dengan suasa desa itu. Aku sampai bercita-cita membeli sebidang tanah dan rumah serta sawah di kampung ini.

Dari pengalamanku menjajal potensi desa ini aku mendapatkan kesimpulan bahwa wanita yang berkulit agak gelap, tetek tidak terlalu besar dan badannya terlihat kencang serta mukanya bersih dari jerawat, memeknya rasanya sangat nikmat. Sementara itu wanita yang teteknya gede alias Toge, hanya indah dipandang, tetapi memeknya kurang nikmat dan permianannya di ranjang kurang agresif. Aku sering ke desa ini menghabiskan liburanku. Aku akhirnya dikenal luas di desa ini sampai ke aparat desa pun aku akrab          
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Sang pengintip
Apr 15th 2013, 04:08


Heru dan Wina, sama – sama berusia 36 tahun, suami istri yang bahagia. Anak mereka satu, Riki, 16 tahun, baru awal kelas 2 SMU. Dahulu mereka kawin muda sekali, di usia 18 tahun, cinta sejati begitu istilahnya. Dari SMP mereka pacaran. Saat lulus SMA, daripada kebablasan, orangtua mereka menikahkan mereka. Lagipula kedua orangtua mereka berkecukupan. Jadilah mereka menikah, lalu melanjutkan kuliah. Heru juga akhirnya bekerja, dan kini sudah mapan, sebagai wakil dan orang kepercayaan Bosnya di sebuah Perusahaan Swasta.Kini 18 tahun sudah usia perkawinan mereka. Tadinya mereka berharap bisa mendapatkan anak lagi, namun setelah tak kunjung berhasil, mereka menerima kondisi ini. Kata dokter yang memeriksa ada gangguan pada rahim Wina setelah melahirkan Riki.

Walau sudah kawin sekian lama, namun tak mengurangi kemesraan mereka, tentu ada pertengkaran – pertengkaran kecil sesekali, namun bukanlah masalah bagi mereka. Cuma masalah kecil, sebentar juga rukun lagi.Secara materi juga berkecukupan dan terjamin. Kehidupan seks mereka ? Harus diakui oleh mereka, justru semakin bergairah di tahun – tahun belakangan ini. Memang kuncinya adalah mereka berdua selalu terbuka, mengungkapkan keinginan dan fantasinya, mendiskusikan hal ini dengan pasangannya. Heru sendiri, menurut standartnya sendiri tentu, adalah lelaki yang setia, tak ada perselingkuhan, sesekali memang ia melakukan hubungan dengan wanita lain, namun itu murni terpaksa dan tak bisa ditolak ( Nanti akan dijelaskan lebih lanjut ). Wina sendiri, awalnya bekerja, dulu waktu Riki masih kecil, Riki dititipkan di orangtua mereka bergantian, pulang kerja dijemput, namun setelah Heru mapan dan sukses di karirnya, ia meminta Wina berhenti bekerja dan konsentrasi menjadi ibu rumah tangga. Dan Wina karena di rumah Cuma ada Heru dan Riki, memutuskan tak memakai pembantu, dia sendiri bisa menghandle urusan rumah tangga, tak terlalu merepotkan. Bukan pelit, tapi memang tak perlu.

Heru sedang duduk sendirian di ruang tamu malam itu. Baru saja ia melewatkan satu ronde hubungan yang panas bersama Wina, istrinya tercinta. Istrinya baru saja terlelap dangan wajah puas. Karena belum mengantuk, Heru memutuskan merokok sebentar sambil minum air es. Sebelumnya ia membuka pintu kamar anaknya, Riki, anaknya sudah tertidur pulas. Jam menunjukkan pukul 1 lewat sedikit. Heru duduk di kegelapan sambil menghisap rokoknya. Pikirannya sedang memikirkan suatu hal yang sedikit banyak sudah lama ia bayangkan.

Karirnya memang melesat cepat, karena ia memang bekerja dengan giat dan juga mencintai pekerjaannya yang memang sesuai dengan hatinya. Lagipula Bosnya, juga berjiwa sama dan satu visi dengannya. Usianya juga tak beda jauh, paling hanya beda 2 atau 3 tahun. Ayah Bosnya sendiri memang seorang pengusaha dan pejabat terkenal. Ia punya banyak Perusahaan, dibagi untuk dipegang oleh beberapa anaknya. Bosnya mendapat jatah Perusahaan ini dan 2 lagi. Awalnya Heru hanya bekerja dan dipercaya di satu Perusahaan saja, namun karena ia terbukti mampu dan juga bisa menunjukkan potensi, ia akhirnya dipercaya menjadi wakil juga di Perusahaan lainnya. Pendeknya dari semua anak si Pengusaha sukses itu, Perusaahan yang dipegang sama Bosnyalah yang paling berkembang pesat. Namun bukan karena pengaruh ayahnya, tapi memang Bosnya juga punya otak encer dan kemampuan bisnis baik, maka Perusahaan itu makin maju dan berkembang. Secara karir Heru amat baik dan tak beresiko. Track recordnya baik dan sudah dikenal oleh banyak pengusaha lainnya, bahkan beberapa secara terang – terangan berusaha membajak Heru dengan iming – iming posisi dan gaji yang lebih besar. Namun Heru tak mau, karirnya dibangun dari nol bersama Bos nya ini. Tak mungkin ia meninggalkan tmpat yang sudah membuatnya nyaman dan banyak kenangan. Heru sangat menghargai loyalitas, kalaupun ada masalah toh ia tak akan sulit mencari pekerjaan.

Seiring karir, kepercayaan dan keakraban pun makin terjalin dengan Bosnya. Selain wakil, boleh dibilang Heru adalah tangan kanan, sahabat karib Bosnya. Banyak hal dan rahasia yang dipercaya padanya. Bosnya suka karena Heru tak banyak cakap dan bisa memegang rahasia. Setelah jam kantor, tentu tanpa sopir, kadang Heru, kadang Bosnya sendiri yang menyetir, sering mereka menghabiskan waktu bersama. Ke Klub, ke Pub, ke Cafe. Bosnya juga sudah berkeluarga, namun hiburan setelah kerja sifatnya mutlak, mengurangi stress. Kalau awalnya Bosnya hanya mengajaknya ke tempat – tempat biasa, suatu hari yang masih Heru ingat, Bosnya memanggil, menceritakan sesuatu, mengajak Heru dan meminta Heru berjanji tak akan membocorkan hal itu. Tentu saja Heru tak akan membocorkannya.

Maka dimulailah petualangan Heru ke tempat dan suasana rahasia yang gila – gilaan, sesuatu yang dulu hanya bisa ia baca di majalah khusus pria yang meliput secara eksklusif mengenai yang namanya klub para Bos yang di dalamnya penuh seks bebas. Sangat eksklusif dan rahasia. Heru sangat beruntung bisa masuk ke dalamnya, banyak pria pasti akan iri dengan keberuntungannya ini. Memang tempatnya berpindah – pindah. Kadang di rumahan, kadang di apartment, terkadang dengan dekorasi tertentu. Tapi temanya sama seks bebas. Bebas di sini adalah sepuasnya, dengan siapa saja, dan di mana saja di ruangan itu, ganti pasangan juga sah. Pengelolanya selalu menyediakan cewek – cewek yang super hot dan sangat proffessional, baik lokal maupun luar. Cewek – ceweknya sungguh aduhai, sangat sensasional, seperti pemain sinetron dan film bokep. Seksnya luar biasa liar. Kadang Heru mendapati beberapa pria dan wanita yang sedang memakai bubuk haram, namun ia dan Bosnya sendiri tidak. Mengenai tempat ini Bosnya bercerita, memang untuk seperti ini, harus menjadi member, biayanya besar, setiap member boleh membawa 1 teman setiap datang. Setiap datang, ada keamanan yang mengecek, jangan harap bisa masuk kalau bukan member atau kalau tidak diajak member. Lalu kalau sudah masuk, terserah...puaskan diri anda dengan wanita – wanita yang ada, yang nyaris tanpa pakaian atau memang tak berpakaian. Awalnya tentu saja Heru kaget, tak mengira bisa masuk ke dunia seperti ini, yang hanya bisa ia fantasikan setelah membaca liputan dari majalah. Juga, Heru yakin, pria manapun, sekuat dan setegar apapun tekadnya, seperti dirinya saat itu, pasti akan jebol juga. Bagaimana tidak, apa yang akan anda lakukan bila wanita yang luar biasa cantik dan berbodi seksi sekali juga mulus, yang bugil atau nyaris bugil, bukan hanya seorang, menggoda anda, mengelus celana anda, membisikkan rayuan yang merangsang ?

Dan Heru akhirnya juga melakukan hal itu. Di ruangan itu, di sofa, di lantai, di pojokkan, sejauh mata memandang hanya ada orang yang sedang asik melampiaskan nafsu purbanya. Bahkan ada yang dengan 2 wanita sekaligus, atau seorang wanita dengan 2 pria. Kalau anda bosan, tinggal tukar saja pasangannya. Semua wanita di ruangan itu sepenuhnya bebas anda pakai. Tapi untungnya Heru tak berminat dengan konsep menyetubuhi wanita bersama pria lain. Ia lebih suka bersamaan dengan 2 wanita sekaligus hehehe. Dan seiring makin seringnya ia mengunjungi tempat itu bersama Bosnya, juga semakin sering ia melihat adegan pasangan yang sedang bersetubuh, Heru mendapati dirinya menikmati hal itu. Semakin lama ia semakin sering memikirkan hal itu dan makin terobsesi dengan hal itu. Heru memang pernah membaca artikel mengenai hal ini, entah di majalah atau koran atau saat browsing internet, entahlah, istilahnya juga ia lupa, yang pasti Heru menyadari, dirinya terangsang bila melihat orang lain bersetubuh. Secara fungsi dan kemampuan seksual, Heru tak ada masalah, hanya sekarang ia memang sangat merasa makin terangsang bila melihat orang lain bersetubuh. Beda sekali dengan nonton film bokep, ia terangsang bila melihat secara langsung, lebih nyata.

Heru menyalakan rokok baru, lalu kembali meneruskan berpikir. Belakangan ini dorongan itu semakin kuat, tentu saja Bosnya masih sering mengajaknya ke sana, tapi tidak tentu dan setiap hari. Kadang seminggu sekali. Saat di sana Heru benar – benar terpuaskan fantasinya. Tapi itu kalau ke sana. Kalau tidak ? Jelas hal ini mulai mengganggu Heru. Malam ini pun ia kembali memikirkan hal itu. Ada...ada satu ide dalam benak Heru. Namun entah Wina mau melaksanakannya atau tidak ? Memang selama ini mereka saling terbuka satu sama lain dalam hal seks, namun kali ini tidak sama, Heru tidak yakin. Intinya Heru memikirkan ia dapat melihat atau mengintip Wina sedang berhubungan intim. Pokoknya yang melakukan harus Wina, istrinya. Walau fantasinya sudah gila, namun Heru tidak sebegitu gilanya merelakan Wina berhubungan dengan lelaki lain...No Way ! Satu –satunya yang terpikir dan Heru juga tidak keberatan adalah bila Wina melakukannya dengan....Riki, anak mereka. Heru lalu mematikan rokoknya. Kayaknya ia harus mendiskusikan kemungkinan ini sama Wina, sedikit improvisasi tentunya, kalau Wina bertanya, bokis sedikitlah, tak mungkin dong ia cerita kalau ia mulai memikirkan fantasi ini karena ia suka diajak Bosnya ke tempat seperti itu. Hampir jam 2. Heru masuk ke dalam kamar.

Di dalam kamar, Wina nampak tertidur, masih bertelanjang bulat, hanya berselimut saja. Biasanya memang Wina hanya mencuci m3meknya saja sehabis berhubungan, lalu akan tidur telanjang, tahu suaminya kadang suka mau lagi, ia akan berpakaian kalau suaminya memang sudah lelah dan tidur. Heru merasakan gairahnya naik kembali. Ia segera membuka bajunya. Perlahan ia singkapkan selimut Wina, tubuh istrinya sungguh mengagumkan. Di usia ke 36 masih menawan dan tak pernah membuatnya bosan. Teteknya besar, dengan pentil yang menggairahkan. Perut rata. Atas permintaan Heru, Wina tak mencukur keteknya, lebih merangsang kata Heru. Jembutnya lebat dan hitam. Kont01 Heru mulai keras. Ia segera mendekatkan mulutnya ke selangkangan Wina, mulutnya mulai menciumi jembut istrinya, menjilatinya sesekali. Diarahan lidahnya ke it1l istrinya. It1l Wina sendiri cukup besar dan menonjol. Jarinya dengan gemas ikut memainkan it1l tersebut, lalu lidahnya asik menjilati it1l tersebut, sesekali dikulumnya lembut. Terasa nikmat bagai kacang polong di mulutnya. Jarinya dengan lincah mulai menyodok lobang m3mek Wina. Wina yang sedang tertidur, mulai merasakan m3meknya sedang mendapat serangan yang enak, perlahan tersenyum dan membuka matanya, tahu suaminya mulai jahil lagi, lalu ia segera berbicara manja pada suaminya. Seperti kebiasaan mereka, mereka hanya saling memanggil nama.

"Aaaw....jahil kamu Her...aku lagi tidur juga...padahal...ooohhh belum lama kamu Ngewekin aku..."

Heru tak menjawab, makin asik mengulum dan menjilati it1l Wina. Sekian lama menikah, ia sudah hafal titik – titik sensitif milik Wina. Wina makin melebarkan kakinya, mulutnya mulai mendesah keenakkan, tangannya sesekali meremas teteknya sendiri....

"Yessss......Uwwwaahhh....Sssh h..."
"Teruuuusss....Herr....OOOOhhh h..."
"Enaaakkk.......Aaaahhhh...... "

Wina mengangkat sedikit pantatnya, agak mengejan, dan memuntahkan orgasmenya, Heru tak pernah gagal dalam permainan lidahnya. Wina mendesah puas, lalu memutar tubuhnya, saatnya dia yang memberikan service balasan. Heru sudah berbaring pasrah. Tangan Wina mulai menggenggam kont01 Heru. Cukup besar. Dibelainya penuh sayang kont01 dan biji peler suaminya. Sedikit dikocoknya dengan lembut. Mulutnya mulai mendekat, lidahnya menari dengan lincah menjilati kont01 Heru, diemutnya dan dihisapnya dengan lembut dan sesekali dengan kuat. Mulutnya naik turun menjelajah kont01 Heru. Heru mendesah tertahan, merem melek, dalam hal ini Wina sangat ahli, tahu kapan harus cepat kapan harus pelan. Kepala kont01nya kini mendapat perhatian lebih, diemut dan dijisap, sesekali dirasakannya lidah Wina menggelitik lobang pipisnya, lalu kembali Wina melumat seluruh kont01nya. Mantaaap pikir Heru. Oke...cukuplah, saatnya beraksi. Dengan lembut Heru menahan gerakan kepala Wina. Wina paham maunya Heru, iapun segera berbaring sambil mengangkangkan kakinya selebar mungkin, menunggu Heru yang sedang bersiap di atasnya...Blesss....terasa nikmat saat kont01 Heru menyodok m3meknya.

Heru mulai memompa dengan santai, tangannya mulai meremas dan memainkan pentil Wina yang besar dan mengacung. Kont01nya keluar masuk, menggelitik bibir m3mek Wina. Sesekali ia menghujamkan sedalam mungkin, membuat Wina mendesah tertahan. Ia mulai menciumi dan menghisap pentil Wina, enak, terasa banget di mulut, sangat menggelitik. Wina sesekali menggoyangkan pantatnya, menambah rasa nikmat pada kont01nya. Dengan gemas Heru mulai menciumi ketek istrinya, lebat dan harumnya menggoda, memberikan rangsangan tersendiri pada naluri seksnya. Habis ia ciumi dan jilati, lalu ia mulai menjilati dan menggelitik leher mulus istrinya, Wina kegelian....geli – geli nikmat. Heru makin mempercepat sodokannya, m3mek istrinya sudah sangat basah. Kont01nya bergerak bebas dan mantap. Wina makin mendesah, lalu kembali mengalami orgasmenya. Heru terus beraksi, tak mengurangi kecepatannya. Sudah lumayan lama ia menyodok m3mek Wina, kali ini puas dengan posisi ini saja. Tak lama ia merasakan desiran hangat di kont01nya, ia segera mencium bibir Wina, dan memeluknya erat....Crooottt...crooot....p ejunya memancar...tak terlalu banyak, sudah banyak keluar saat main sebelumnya. Ah lega dan enak, Heru terkulai sesaat, diciumnya kembali bibir hangat Wina, lalu ia segera mencabut kont01nya, berbaring di samping Wina. Wina tersenyum, lalu menjilati kont01 Heru, membersihkan dan merasakan sisa peju yang menempel.

"Sudah..? Kalau masih mau lagi, aku nggak pakai baju."
"Kayaknya malam ini sudah Win. Besok aku kerja kan."
"Oke...aku ke kamar mandi dulu ya."

Heru berbaring, menunggu Wina kembali. Tak lama Wina kembali, sudah memakai baju tidurnya yang seksi dan menggairahkan. Dia naik ke atas tempat tidur, berbaring, mau tidur lagi. Heru memandangnya sebentar lalu memulai pembicaraan.

"Win...dengarin aku bentar deh, tunda dulu tidurnya."
"Duh Her, aku ngantuk nih...tadi kan lagi enak tidur, kamu jahilin aku, besok saja deh..."
"Sebentar deh, penting banget nih, sudah lama kepikiran sih..."

Mau tak mau Wina agak meninggikan badannya kembali, bersiap mendengarkan omongan Heru.

"Ya sudah, kamu ngomong deh, aku dengarin."
"Oke...gitu dong jadi istri yang baik."
"Gombal kamu Her, ngomong apaan sih.."
"Ngg…anu…soal..itu…soal ya..nggak jauh dari soal ngewek sih Win…"
"Duh Her, kirain soal penting apa. Kalau kamu punya ide atau fantasi baru, kenapa tadi pas kita ngewek nggak kamu omongin dulu atau praktekin saja saat itu."
"Habis yang ini lain…special."

Wina rada BeTe, dipikirnya apa, ngomongin gini kan bias besok pagi. Ya sudahlah, sudah terlanjur bangun dan mendengarkan, sekalian saja.

"Lalu apanya yang spesial...omongin saja, biasanya juga kita selalu senang dan terbuka membahas ide – ide atau fantasi seks kita, ya sudah ngomongin saja Her, masa malu sama istri sendiri."
"Ba..baiklah, kamu dengarin ya yang. Jangan sewot nih...."
"Iya...lama amat sih...sok misterius deh kamu Her hehehe."
"Gi...gini...sebenarnya belakangan aku mulai sering membayangkan kamu bersetubuh...eh...a..anu dengan pria lain dan aku melihatnya entah secara langsung atau bersembunyi dan jujur aku sangat terangsang sekali memikirkan hal itu. Bahkan kont01ku bisa mengaceng sangat keras karenanya."

Wina hanya diam mendengar penuturan Heru, dahinya agak berkenyit, sedikit terperangah. Heru menatapnya agak berhati – hati. Kali ini Wina yang membuka percakapan kembali. Nada suaranya terdengar normal dan netral.

"Terus jadinya kamu mau aku Ngewek sama laki – laki lain ? Benar kamu mau aku seperti itu, disodok sama laki – laki lain sementara kamu asik melihat atau ngintipin ?"
"Ya nggak dong Win, mana mungkin aku rela...gila, m3mek kamu ya punya aku seorang."
"Nah...sudah. Kamu sudah menjawabnya sendiri kan Her. Thanks sudah jujur dengan fantasi kamu. Sayangnya kali ini fantasi kamu tak mungkin bisa kita laksanakan, karena melibatkan pihak ketiga yang mana kamu sendiri keberatan. Dan aku jelas sekali tidak akan mau dan membiarkan m3mekku ini disodok oleh pria lain. Oke, aku tidur dulu, kamu juga sebaiknya tidur, besok kerja...selamat tidur."

Heru bengong sendiri, jelas Wina benar dan dengan cerdas bisa mengetahui kalau Heru sendiri tak akan bersedia bila Wina digarap lelaki lain...itu pasti. Tapi Heru belum kelar.....

"Win...tunggu dulu, aku belum kelar ngomongnya nih..."
"Duh Her, apalagi sih soal angan kamu tadi...lupain saja deh, impossible. Aku takkan malu. Kadang fantasi tak semuanya bias dilaksanakan."
"Justru aku mau nerusin ngomongin itu, yang."
"Nih orang tengah malam gini malah yang aneh – aneh saja deh, ya sudah, ngomong deh Her, semuanya dan sejelasnya, aku dengarkan, tapi setelah itu jangan ada sambungannya lagi. Biarkan aku tidur. Kalau ada lanjutannya, tunda sampai besok pagi saja saat aku sudah segar dan nggak ngantuk lagi…oke ?"
"Iya…nah Win, memang tadi aku bilang aku nggak mungkin banget merelakan kamu digituin sama pria lain. Nggak banget deh."

Wina mau tak mau jadi sebel berat. Nih malam Heru suaminya, ngeselin banget, ngomongnya muter – muter, hal yang sama diomongin lagi, baru saja ia mau ngomong, Heru sudah kembali bicara.

"Tapi ide ini amat sangat terlalu sering kupikirkan dan amat merangsangku. Aku sangat ingin mewujudkannya. Maka dari itu aku mempunyai satu solusi, aku bisa melihat kamu atau dalam kasus ini mengintip saat kamu berhubungan dengan pria lain itu."
"HAH ? AKU APA ? Her...kamu waras nggak sih ? Kamu mabok ya ? Kamu menyuruh aku secara terang – terangan untuk Ngewek sama pria lain..? ARE YOU CRAZY ?"
"Iya...dan aku tidak gila. Lebih tepatnya aku terobsesi bukan gila. Nggak...kamu nggak salah dengar. Kamu boleh melakukannya dengan pria ini. Aku ijinkan, relakan dan hanya...ingat hanya dengan pria ini saja aku relakan. Aku tak akan marah bila kamu melakukannya dengan dia."
"Ah aku rasa kamu memang sudah sinting Her. Mana ada sih suami yang menyuruh istrinya untuk begituan sama pria lain. Bahkan merestui dan rela. Mana mungkin, siapapun pria itu."
"Ada kok Win. Aku...aku suami yang rela itu Dan pria yang aku pilih itu juga kamu kenal kok, bukan pria yang asing."
"Siapa...? Tunggu...tunggu, jangan bilang, biar aku terka...Bos kamu ?"

Wina sebenarnya pusing sama omongan suaminya, jelas ia tak akan mau, namun ia penasaran juga, pria mana yang bisa membuat suaminya rela dan mengijinkan untuk Ngewek dengannya.

"Bukan...bukan Bosku dong. No Way...."
"Lalu siapa ?"
"Riki…"
"HAH ? ASLI KAMU BENAR – BENAR GILA HARI INI. SUDAH AKU MAU TIDUR. DAN JANGAN PERNAH KAMU MEMBAHAS HAL INI LAGI....GILA KAMU HER."

Winapun segera membalikkan tubuhnya, memunggungngi Heru, tidur. Pikirannya berkecamuk, sungguh suaminya sedang edan malam ini. Heru sendiri tak berkata lagi, ia juga memejamkan matanya, bersiap tidur. Dadu sudah dilemparkan, tak bisa ditarik kembali. Tinggal ia sebagai bandar harus meyakinkan Wina sampai Wina yakin.

Besok paginya Wina bangun dengan enggan, namun ini bukan hari Sabtu, Riki anaknya masuk sekolah, dan sebagai mamanya ia harus bangun, menyiapkan sarapan. Riki sendiri sebenarnya pernah bilang, kalau mamanya memang ngantuk tidur saja, toh ia bisa membuat sarapan sendiri, atau kalau tidak nanti beli diluar sekalian jalan sekolah. Tapi Wina sebisa mungkin dan selelah apapun dia akan berusaha bangun dan menyiapkan keperluan anaknya dan suaminya yang berangkatnya agak siangan. Diliriknya suaminya...masih tidur, mau tak mau ia teringat pembicaraan semalam, kesalnya timbul kembali, bergegas ia turun dan ke kamar mandinya di kamar, mencuci muka, lalu keluar kamar. Sudah biasa berpakaian tidur atau daster yang seksi dan mini di depan Riki. Riki kan anaknya, bukan siapa – siapa, jadi ia tak canggung. Heru pun tak pernah menegurnya karena hal ini. Hal yang biasa dan wajar.

Saat ia keluar dari kamar, dilihatnya Riki baru keluar dari kamar mandi yang di luar, hanya bercelana pendek sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Disapanya anaknya.

"Hai yang, kirain belum bangun. Mau sarapan apa kamu Rik ?"
"Duh sebenarnya mama nggak perlu repot – repot. Ya sudah, apa saja deh ma."
"Oke...roti saja ya sama susu."

Riki hanya mengangguk, masuk sebentar ke kamarnya, cepat saja. Tak lama ia sudah keluar mengenakan celana SMA, hanya berkaos singlet. Ia paling senang melihat mamanya di pagi hari, berpakaian tidur yang mini dan seksi. Menghibur dan membuat Riki menjadi benar – benar terbangun sepenuhnya. Ia lalu duduk di meja makan, baju seragam nanti saja dipakai kalau sudah mau jalan, nyisir juga nanti. Rugi nolak rejeki..... Diliriknya mamanya, baju tidur hitam yang Riki senang melihatnya. Agak berenda di bagian atas dadanya. Sedikit banyak memperlihatkan belahan tetek mamanya. Teteknya nampak besar di balik baju tidur itu. Nampak pentil mamanya yang besar agak tercetak di balik bahan kain sutra baju tidurnya. Sekilas nampak ketek mamanya yang rimbun saat mamanya mengangkat tangannya saat mengambil gelas tadi. Buset...pagi – pagi sudah kenceng dan keras kont01 gue pikir Riki. Untungnya mamanya tak menyadari matanya yang sedang asik menatap mamanya. Tak lama mamanya selesai membuatkan sarapan. Mamanya duduk menemani, ikut sarapan juga. Riki mulai memakan rotinya, sesekali mereka bercakap – cakap. Akhirnya Riki selesai. Ia memakai seragamnya, sepatunya, lalu ke kamar menyisir rambutnya yang agak panjang, mengambil tas dan jaket, siap berangkat. Ia naik motor ke sekolah. Papanya tak keberatan saat ia meminta membelikan motor. Kata papanya, nggak masalah asal jangan ngebut, papa juga waktu seumuran kamu naik motor, pacaran sama mama kamu juga naik motor. Riki mendekati mamanya, berpamitan, tak lupa seperti kebiasaannya mengecup kening dan pipi mamanya.

"Ma, Riki pergi dulu ya..."
"Iya hati – hati, jangan ngebut. Duit kamu masih cukup nggak..."
"Baru juga 2 hari yang lalu dikasih ma. Masihlah, kalau kurang pasti Riki minta."

Riki melambaikan tangan lalu keluar. Wina tak mengantar sampai depan, kalau ia sedang tak memakai baju tidur mini, baru ia mengantar Riki sampai Riki jalan. Kalau kayak gini ? Bisa – bisa tetangganya di sebelah yang setiap pagi rajin mengurus tanamannya melotot matanya. Didengarnya Riki mengeluarkan dan memanaskan motornya, bercakap sebentar dengan suami istri paru baya tetangganya. Tak lama motor Riki meninggalkan rumah. Wina segera membereskan piring dan gelas, menaruhnya di bak cucian, nyuci nanti, sekalian kalau sudah agak banyak. Wina lalu menyalakan TV, menonton acara pagi. Suaminya tak ia bangunkan, biasa, sebagai pegawai yang sudah tinggi posisinya, memang suaminya tak harus datang pagi ke kantor, namun pulangnya pasti selalu malam. Suaminya baru akan memesan untuk dibangunkan pagi atau memasang alarm, bila ada rapat atau urusan ketemu klien. Maka Wina menonton TV dan menunggu suaminya bangun.

Jam 8 lewat Heru bangun, sudah cuci muka di kamar mandi dalam. Wina ketika melihat suaminya keluar kamar, segera mematikan TV, lalu menuju ruang makan di mana Heru sudah duduk, Wina mulai membuatkan roti dan kopi kesukaan suaminya. Biasanya kalau pagi sepi dan Riki sudah pergi sekolah, kadang Heru suka kumat isengnya, pagi – pagi Ngewekkin Wina di ruang makan. Tapi jelas pagi ini tidak ada mood. Wina menyiapkan sarapan suaminya. Sebisa mungkin tak menyinggung hal yang suaminya ungkapkan semalam. Heru mulai memakan sarapannya. Mulai berbincang, untunglah bukan topik itu. Wina pun menemaninya sambil mengobrol. Tak lama Heru mandi, Wina menanyakan Heru mau pakai baju apa, ia segera menyiapkan baju suaminya. Tak lama Heru keluar sambil bertelanjang, sudah handukan di dalam kamar mandi, memakai bajunya dan merapikan diri. Siap berangkat, dan....duh kenapa dia memulai lagi membicarakan ide gilanya itu...batin Wina sebel.

"Win....aku serius dengan ideku semalam..."
"Her...aku juga serius untuk tidak sedikitpun mempertimbangkan ide konyolmu itu. Itu adalah hal paling gila dan konyol yang pernah aku dengar. FORGET IT...!!!"
"Tentu saja....tapi setidaknya setelah sekali saja kau melakukan ideku itu."
"AH SUSAH NGOMONG SAMA KAMU. IDE KAMU KALI INI GILA DAN TAK MASUK AKAL. SAMA ANAK SENDIRI ? SINTING....!!!"

Wina marah, segera menuju kamar mandi, menutup pintunya keras, sempat sekilas ia mendengar Heru berkata untuk mempertimbangkannya. Never.....sahutnya dalam hati. Ia membuka bajunya, lebih baik mandi dan belanja buat masak nanti siang. Didengarnya Heru mengucapkan salam mau berangkat, Ia diam saja, terlalu kesal sama suaminya dan ide gilanya.

Siang itu Riki pulang. Tadi mamanya SMS, katanya pergi sama Tante Ira, tetangga dekat sini ke mall. Pulangnya sorean, kalau mau makan sudah ada di meja. Riki pulang membuka pintu dengan kuncinya, lalu ia makan. Setelah makan, mumpung sepi ia meyalakan rokoknya. Ia belum berani terang – terangan, mungkin papanya maklum, papanya sejauh ini selalu mengerti dia. Pasti papanya akan berkata, papanya juga pernah muda, kalau kenakalan remaja seumuran Riki, selama wajar, papa bisa ngertiin. Tapi nggak sama mama, agak ketat. Riki sendiri anak yang masih wajar nakalnya, nakal anak ABG saja. Sekolahnya juga tak mengecewakan, walau tak menonjol, tapi nilainya selalu memuaskan.

Dan seperti anak seumuran Riki, tentu saja mulai aktif mencari dan belajar mengenai wanita dan seks. Riki belum pernah pacaran, apalagi mengenal hubungan seks. Masih menjadi misteri dan juga obsesi baginya. Kalau lagi dengar cerita temannya yang sudah pernah melakukan dengan pacar atau sedikit kreatif dengan bayar pecun, katanya sih nggak enak. Lho kok nggak enak..tanya Riki culun. Lalu jawab temannya itu...iya gue salah Rik....awalnya pas nyoba, gue kirain enak...dan ternyata gue salah banget......karena ternyata ngewek itu....nggak tahunya enak banget. Sial diledekin gue pikir Riki. Dan Riki makin penasaran, tapi tak berani mencobanya dengan pecun atau jablay. Ngeri penyakit.

Tentu saja Riki tak selugu itu, ia aktif juga mencari majalah, film porno, saling barter sama teman. Dan sering banget browsing internet. Di rumahnya masang internet, Riki paling sering nongkrong di kamarnya, pura – pura belajar, padahal buka situs jorok. Juga hobi download film bokep gratisan di internet. Asal kreatif pasti dapat linknya. Hal mana yang sering membuat Heru heran, karena kalau sedang memakai internet di ruang kerjanya, koneksinya suka lemot. Dikiranya dari providernya, padahal sih karena Riki lagi download film bokep hehehehe. Mamanya...ya mamanya, Wina tentu saja menempati rangking paling atas dalam khayalannya.

Setelah kelar merokok, Riki menyemprotkan pengharum ruangan, membuka jendela sedikit. Ia lalu menuju.....ke tempat cucian mamanya. Mamanya jarang mencuci setiap hari, karena hanya mereka saja bertiga di rumah, maka biasanya mamanya suka menumpuk cucian sampai agak banyak, baru nanti dicuci dengan mesin cuci. Perlahan Riki mengaduk bak tempat baju kotor. Yang ia cari.....pakaian dalam mamanya. Riki menemukan BH dan CD hitam berenda milik mamanya. Diciumnya BH mamanya, wangi tubuh mamanya memenuhi rongga hidungnya. Dilihatnya ukuran BH mamanya...38..tapi sepertinya lebih deh. Kayaknya teteknya lebih gede, BHnya Cuma buat penyangga saja. Kont01nya mengeras. Riki mengantongi BH dan CD tersebut, untunglah sejauh ini mamanya tak curiga, mungkin karena mamanya punya banyak BH dan CD sejenis. Lagipula Riki setelah berapa lama dan bau aroma tubuh mamanya hilang dari BH dan CD itu,akan segera menaruh dan menggantinya lagi. Terkadang ia suka menemukan rambut kasar di balik CD mamanya. Riki mengunci pintu rumah, lalu masuk ke kamarnya dan mulai mengeluarkan kont01nya yang lumayan mengesankan menurutnya, lalu mulai mengocok sembari berfantasi dengan mencium BH dan CD mamanya. Hal yang sering Riki lakukan setiap melamunkan tubuh indah Wina. Cuma mengkhayal dan sesekali mencuri pandang saat mamanya sedang memakai baju tidur atau daster seksi saja yang bisa ia lakukan. Selebihnya cukup ia bayangkan dari film bokep saja. Riki merasa sedikit banyak ia paham dan mengerti tentang bagaimana orang Ngewek itu ya karena film bokep.

Hampir seminggu ini Heru merengek pada Wina dengan mimik memelas, mengutarakan ide dan obsesi nyelenehnya itu. Sampai bosan Wina jadinya. Dari mulai marah sampai kehilangan semangat lagi buat menjawab. Akhirnya Wina cuekin saja setiap Heru ngomomngin hal itu. Biarin saja, nanti juga diam sendiri kalau tak ditanggapi. Dan memang biasanya Heru akan diam dan pergi dengan wajah BeTe setelah sadar ia dicuekin.

Tapi benarkah Wina cuek sepenuhnya. Salah....sedikit banyak karena didesak terus ama Heru, ia mulai sering berpikir, terutama saat sedang sendiri, saat Heru di kantor dan Riki di sekolah. Keterbukaan dalam hal seks memang menjadi kebiasaan mereka. Wina pun tak canggung membicarakan kalau ia ingin seperti ini atau mencoba yang kayak begitu kepada Heru. Buat apa canggung atau malu dengan pasangan sendiri kalau tujuannya buat kepuasan bersama. Secara umum, ia menganggap fantasi Heru wajar dan mungkin terjadi, memang ia juga pernah membaca hal ini di rubrik seksiologi di situs internet yang biasa ia browsing kalau senggang dan lagi sendirian. Ada kok yang berfantasi seperti ini, bisa dengan mengintip orang lain yang sedang berhubungan. Bisa juga dengan menyuruh pasangannya melakukannya dengan orang lain. Banyak caranya, ada yang ekstrim membayar orang lain, dan ia duduk anteng menyaksikannya. Namun dalam hal Heru, memang agak menyimpang lagi. Heru mau dan jelas menginginkan hal ini, namun tak rela kalau Wina diewek sama lelaki lain. Cuma rela dan mau mengijinkan kalau Wina melakukannya dengan Riki. Dari awalnya memandang ide Heru gila, lama lama Wina mulai terpengaruh, fantasinya dan juga gairahnya perlahan mulai terbakar dengan ide Heru. Makin lama dan sering ia pikirkan, makin tertarik juga dirinya. Biarlah, satu kali saja demi Heru. Walau memang menyimpang, toh Riki anak mereka, tak ada pria luar dalam hal ini. Dan sejujurnya, sedikit banyak saat memikirkan ia berhubngan dengan Riki, Wina menemukan dirinya tanpa bisa dicegah menjadi terangsang sekaligus penasaran. Riki anak kesayangannya, dan juga dari segi fisik dan wajah, Riki termasuk oke seperti papanya. Wina memantapkan diri.

Dan memang Heru kembali merayu Wina sesaat setelah ia selesai meniduri istrinya. Sedikit sudah terbiasa dengan dicuekin Wina sebenarnya, tapi tetap gigih memperjuangkan fantasinya, juga tebel muka sih, makanya dia kaget ketika Wina memberikan respons.

"Eh...Her...gimana ya...setelah aku pikir baik – baik....aku siap mewujudkan impianmu."
"Be...benarkah itu Win. Serius...gila...senang banget aku."

Heru mengecup istrinya membabi buta mengekspresikan girangnya, Wina mendorongnya, dia belum kelar bicara.

"Tapi gimana kamu melihatnya ? Apa kamu pikir Riki nggak bakalan canggung ? Melakukan hal ini bersamaku dan kamu melihatnya ? Aku tak yakin itu."
"Itu bisa diatur, kamu bisa melakukannya di kamarnya, jangan kamu tutup pintunya...eh jangan...jangan nggak bisa begitu, oh ya, aku akan intip dari jendela, pastikan kamu membuka sedikit hordengnya. Jendela kamar dia kan gelap seperti kamar kita, pasti tak akan kelihatan kalau aku mengintip di pojokan."
"Baiklah, kurasa bisa dilakukan Her. Iya aku akan buka sedikit gordengnya nanti."

Memang kamar Wina dan Riki berseberangan, dibatasi taman kecil dalam ruangan, yang atapnya tertutup fiberglass dan jeruji pengaman. Sengaja dibuat begitu supaya walau dalam ruangan, tetap bisa membuka jendela dan menyegarkan mata. Wina kembali melanjutkan pembicaraan.

"Eh..trus bagaimana caranya aku bilang ke Riki...nggak mungkin dong secara tiba – tiba, bisa kaget dan takut dia nantinya. Gimana nih Her ?"
"Win....soal itu sepenuhnya aku serahkan dan percayakan sama kamu. Kamu ahlinya."
"Lho...kok begitu ? Maksudmu aku itu ahlinya apa?"
"Win...Riki itu anak lelaki.., dan anak lelaki seusia dia sedang dalam masa puber dan penasaran yang tinggi akan wanita dan seks. Sebagai lelaki aku paham banget hal itu. Dan kamu itu.... begini maksudku, tak peduli kamu itu mamanya atau bukan, namun menempatkan kamu sebagai wanita, lebih dari sekedar seksi dan menarik....apapun yang kamu pakai atau lakukan pasti akan membuatnya tertarik. Pasti, dan kalau aku jadi dia, juga pasti sama akan tertarik dan penasaran. Kamu pasti bisa menggodanya. Ya kalau saat kamu menggodanya, kebablasan, anggap saja latihan buat anak itu...dia kan harus pintar juga nantinya dalam hal ini, dan kamu akan menjadi guru yang hebat baginya."
"Begitu ya...baiklah akan kuusahakan."
"Nah sekarang yang paling penting Win..."
"Apa lagi Her ?"
"Mendengar kamu setuju dan mau melaksanakan ide ini, membuat kont01ku bersemangat lagi, ayo kita lanjutkan ronde berikutnya hehehe...."

Maka Heru menunggu dengan tak sabaran hari – hari ke depan yang akan segara mewujudkan obsesi liarnya. Dan Wina sendiri ? Beberapa hari ini mulai menggoda Riki. Sepulang Riki sekolah, Riki mulai mendapati Wina masih berpakaian tidur atau daster yang mini. Biasanya Wina hanya memakai itu saat mau tidur atau baru bangun tidur di pagi hari. Tentu saja Riki tak menanyakan kenapa. Buat apa...dia juga senang melihatnya. Juga Wina mulai sering secara "Tak sengaja" menyenggol Riki kalau berjalan, entah itu menyentuhkan teteknya, pantatnya. Juga Wina mendadak suka "Lupa" menutup pintu kamarnya, melepas handuknya untuk memakai baju saat habis mandi sore dan belagak "Tidak tahu" dengan Riki yang melihatnya dari ruang TV. Riki makin terangsang melihat Wina. Tapi tak berani bertindak lebih jauh dan gegabah.

Hari itu agak sore, Riki sedang menonton TV, santai, besok sekolah libur. Dia baru kelar mandi, mamanya lagi mandi di kamar mandi di dalam kamarnya. Dan Riki memang mendadak jadi amat rajin menonton TV di sore hari sejak beberapa hari yang lalu saat ia secara tak sengaja melihat mamanya yang tak menutup pintu kamar sewaktu memakai baju sehabis mandi....dan betul saja mamanya beru keluar dari kamar mandi hanya membalut tubuh montoknya dengan handuk yang minim. Mata Riki mulai melirik, mamanya dengan santai memelorotkan handuknya, memperlihatkan gunung kembarnya yang sangat busung dan rimbunan lebat di selangkangannya, asik memilih baju tidur dan memakainya...seakan tak peduli kalau dari luar Riki bisa melihatnya dengan leluasa, tiba – tiba mamanya menjerit....Aduh, Riki kaget dan bergegas masuk ke kamar mamanya. Menatap dengan bingung dan bertanya pada mamanya yang sudah memakai baju tidurnya. Kali ini sangat mini dan tipis, pentilnya jelas terlihat. Riki belagak tak ngeh....

"Kenapa Ma ?"
"Aduh...kayaknya lengan mama keseleo,waktu memakai baju barusan...."
"Kok bisa...?"
"Ya...bisalah, namanya saja keseleo...aduh...Rik, tolong bantuin mama sebentar, pijitin tangan mama."

Tanpa menunggu jawaban Riki, mamanya segera dengan manis duduk bersandar di tempat tidur, sekilas Riki melihat CD-nya waktu mama duduk tadi. Wina menjulurkan tangannya, menunggu Riki memijatnya, tampak bulu keteknya di sela lengannya. Riki duduk di pinggir tempat tidur mulai memijit tangan mamanya. Wina, untuk mencairkan suasana mulai bercakap – cakap.

"Rik, kamu kan sudah gede...sudah punya pacar belum ? kenalin dong ke mama."
"Ah si mama....belumlah...belum kepikiran."
"Lho kenapa...memangnya kamu tak suka perempuan ? Wah gawat dong..."
"Ya kagak begitulah ma, doyan dong sama perempuan. Cuma memang belum ketemu saja yang sesuai buat jadi pacar."
"Oh gitu.....enak juga pijitan kamu yang. Sekalian deh pijitin badan mama, lagi pegel nih."

Dan mamanya tanpa menunggu jawaban, segera berbaring tengkurap. Rii agak naik sedikit, mulai memijat punggung mamanya, lalu pinggangnya. Mamanya kembali memulai percakapan.

"Memang kamu sukanya perempuan seperti apa Rik...?"
"Ya...yang cantik, baik, pintar, sayang....."
"Oh gitu tapi itu mah lebih ke sifat,Rik. Maksud mama juga secara fisik ?"
"Idih mama, malu ah Riki ngomongnya...."
"Ye...kamu ini...sama mama sendiri saja malu, ngomong sajalah, mama juga ngerti, anak seumuran kamu kayak gimana. Lagian wajar kan mama pingin tahu kriteria calon mantu mama nanti"
"Ya sudah...Riki sukanya yang cantik, seksi dan montok. Dan ini karena mama maksa nanya lho...Ehm...itunya juga sukanya yang gede..hehehe, tuh kan jadi malu nih"
"Itunya apaan Rik...? maksud kamu Teteknya...dasar kamu...."
"Hehehe...kan mama sendiri yang nanya."
"Iya juga sih...enak Rik pijitannya...duh kayaknya sedikit berkurang nyamannya deh karena masih memakai baju ini."

Dan yang terjadi selanjutnya cuma hanya membuat Riki bengong dan melongok. Wina dengan cuek bangun sambil membuka baju tidurnya, nampak teteknya yang besar bergelantungan dengan indah dan menantang. Wina kembali tengkurap hanya memakai CD putihnya. Rini meneguk lidah menyaksikan tubuh Wina.

"Kok bengong, terusin mijitnya yang."
"I...iya ma."

Riki mulai melanjutkan memijit, tangannya agak bergetar. Kont01nya sudah ngaceng di balik celana pendeknya. Untung tak kentara banget. Wina kembali memulai percakapan.

"Jadi kamu suka yang kayak gitu, tapi agak bingung juga nih mama jadinya, contohnya dong Rik, seperti siapa, siapa saja artis kek, foto model kek, penyanyi, biar mama bisa punya bayangan, seperti apa sih persisnya perempuan yang anak mama idamkan itu."
"Eng...eng...ya sebenarnya sih nggak usah jauh – jauh buat contohnya...itu tuh yang seperti mama dong."
"Hahaha...bisa saja kamu muji mama."
"Enggak ma, serius kok."

Wina tak menjawab, saat itu Riki sedang memijit daerah pantatnya, tangan anaknya ia rasakan agak gemetar, mau tak mau Wina yang lagi tengkurep dan wajahnya tak terlihat Riki, jadi nyengir sendiri, namun ia menahan tawanya.

"Eng...Rik, kalau susah, kamu buka saja Celana dalamnya, nggak kenapa kok."
"Eng..enggak ah ma. Malu ah."
"Malu apa malu nih ? Katanya suka yang kayak mama.Lagian ngapain malu, kamu nggak usah pura – pura deh, mama tahu kok kamu suka ngambil BH sama CD mama dari bak baju kotor, habisnya suka secara ajaib menghilang lalu muncul lagi kemudian. Nggak perlu mungkir deh, siapa lagi di rumah ini...? Papa kamu ?Ya nggak mungkin...sudah buka saja."

Ye...tengsin gue...kirain mama nggak tahu gue suka ngumpetin BH sama CD nya. Dengan sangat gemetar Riki menurunkan celana dalam putih mamanya, Wina agak menaikkan pantatnya, supaya Riki mudah menariknya. Riki kini diam terpaku, menatap panta mamanya yang mulus dan montok.Semok banget Belahannya sangat menggoda, samar Riki melihat belahannya ditumbuhi jembut. Tangannya mulai memijit atau tepatnya meremas pantat yang montok itu, tersiksa sekali Riki, celananya terasa sesak sekali oleh kont01nya yang sudah sangat...sangat keraaaasss. Matanya juga menatap belahan m3mek mamanya yang dihiasi rambut kasar yang agak panjang. Ampuuunnnn......nggak tahan banget gue, batin Riki.

Seakan menambah deritanya, Wina malah berbalik dengan santai, kedua tangannya terlipat, dijadikan bantal untuk kepalanya, keteknya yang dihiasi bulu kehitaman dan lebat terpampang jelas, lalu teteknya yang besar dan keras, dengan pentil besar berwarna coklat yang dikelilingi lingkaran besar kecoklatan, perutnya yang rata, lalu daerah selangkangan yang ditumbuhi dan dihiasi jembut yang lebat dan menawan, belum lagi belahan m3meknya yang tebal....Riki benar – benar terangsang dan tersiksa.

"Kok bengong, terusin mijitnya yang, terserah mulai dari mana, eh mungkin kamu bisa mijit tetek mama dulu. Ayo, nggak apa, mama nggak marah, memang mama yang minta kamu mijitin mama."

Riki mulai menyentuh tetek besar yang sangat ia dambakan itu. Terasa empuk dan juga kenyal di tangannya, masih agak takut – takut, karena mamanya hanya memejamkan mata dan diam, keberaniannya mulai timbul, ia mulai berani menyentuh pentil mamanya, belum berani memegangnya. Lumayan lama Riki "memijat" daerah sekitar tetek mamanya, mamanya masih memejamkan mata, Riki bersyukur jadinya, sebab ia bisa dengan leluasa juga memandang daerah indah di selangkangan Wina. Belahan m3meknya itu lho.....dengan jembut di sekelilingnya....pusiiing gue....teriak Riki dalam hati. Suatu hal yang ia sering bayangkan, namun ia tahu tak mungkin terjadi, kini malah telah terjadi. Saking seriusnya Riki menatap dan memelototin m3mek Wina, dia tak sadar Wina telah membuka matanya kembali, dan kini satu tangannya terjulur, memegang bahkan mengelus pelan tonjolan di balik celana Riki...

"Lho kenapa itu kamu Rik ? Kok keras...kamu terangsang dan ngaceng ya melihat mama ?"
"Ah..mama...jelas dong, biar gimana juga, Riki kan anak laki ma. Ngelihat mama yang nafsuin kayak gini, ya jelaslah Riki bangun. Cuma orang nggak normal yang nggak ada reaksinya melihat hal kayak gini ma...."

Wina masih asyik mengelus tonjolan di balik celana Riki, Riki jadi grogi....

"Rik...kamu belum pernah begituan kan...?"
"Pacar saja belum punya ma, apalagi begituan...kok mama nanyanya aneh sih..."
"Masa sih...? Eng...Rik, kalau mama ajari kamu begituan, mau nggak..."
"Apa ma...? Yang benar...? Gila....ya mau banget dong ma."
"Tapi...ingat, jangan sampai papa kamu tahu. Nah sekarang kamu buka baju dan celana kamu, kasihan tuh kont01mu sampai sesak begitu, dari setadi minta dibebasin dari sarangnya."

Wina sebenarnya hanya bersiasat dengan mengatakan agar hal ini jangan sampai diketahui Heru, ia juga ingin membuat Riki nyaman dengan sedikit melempar canda. Dan rencana awalnya dia memang hanya sebatas akan memberi Riki oral seks saja, sekedar membuat anaknya makin tergoda. Biarlah nanti saat Riki memasuki m3meknya, itu dilakukan saat Heru mengintip. Tapi tentu saja Riki tak tahu pikiran Wina, dan mempunyai agenda tersendiri di benak remajanya. Saat itu remaja puber itu sedang dengan sangat cepat melepas bajunya. Wina nampak sejenak mengamati kont01 anaknya, sebenarnya ia juga masih canggung, tapi ia memantapkan diri.

"Rik, kesinian dikit, mama mau lihat kont01 kamu...wah nggak beda sama papa kamu, sedikit lebih kecil..namun pastinya bisa menandingi atau lebih nantinya, kamu kan masih dalam masa pertumbuhan. Ada potensi ke sana nih..."
"Yang benar ma...?"
"Iya...percaya deh sama mama. Nah sekarang kamu senderan, mama akan hisap kont01 kamu, istilahnya oral seks, atau kalau anak seumur kalian biasa bilang nyepong....kamu diam saja, kalau kamu berasa mau keluar, keluarin saja, nggak kenapa. Malah mama senang, karena kamu masih perjaka. "

Riki duduk bersandar dengan tegang, sementara Wina mendekati kont01nya, posisinya agak nungging. Riki sebenarnya sudah sering melihat hal ini di film bokep. Tapi merasakan langsung, jelas beda dengan menonton. Mamanya, Wina, mulai mendekatkan kepalanya, tangannya memegang dan mengenggam kont01 Riki. Memainkannya sebentar, sangat enak terasa bagi Riki. Lalu lidahnya mulai menjilati kepala kont01 Riki. Riki yang seumur – umur baru pernah merasakan, mati – matian menahan rasa geli dan nikmat itu. Lidah mamanya, menjelajahi kepala kont01nya, lalu mulai menjilati batang kont01nya. Menggelitik setiap saraf yang sensitif di wilayah kont01nya, kont01nya berdenyut geli dan nikmat. Belum habis sensasi nikmat yang Riki rasakan, kont01nya mulai ditelan oleh mamanya, dikulum, dihisap, diemut, terasa enak banget saat bibir mamanya bersentuhan dengan batang kont01nya yang sedang dikulum naik turun oleh mulut mamanya. Riki mendesah nikmat. Mulai bisa menikmati dan mengontrol dirinya. Gila....luar biasa, hari yang tak akan aku lupakan...batin Riki. Benar kata teman gue...bukannya enak, tapi enak banget. Ini baru pakai mulut, gimana saat gue masukin kont01 gue ke m3mek mama. Riki menjadi sangat bergairah, dan secara naluriah, juga berkat "pendidikan" dari para aktor dan artis bokep, ia mulai mendekatkan badannya ke arah pantat mamanya yang agak menungging saat menghisap kont01nya. Dia mau mempraktekan dan merasakan semua yang ia lihat di film.


Maka tangan Riki mulai menyentuh pantat mamanya, meremasnya. Wina diam saja, masih biasa dan reaksi normal saja kok pikirnya, tangan Riki sedikit mengelus belahan pantat dan m3meknya, sedikit melebarkannya....tak masalah, mungkin mau memuaskan penasarannya pikir Wina lagi. Dan akhirnya Wina merasakan belahan m3meknya mulai diciumi dan dijilati oleh mulut anaknya itu, ini jelas nggak biasa pikirnya. Ia agak kaget, tak menyangka Riki seagresif itu, namun mau melarang juga tak mungkin. Ia tetap melanjutkan menghisap kont01 Riki. Riki sendiri merasakan m3mek Wina sangat harum dan mengeluarkan aroma yang menyenangkan dan memabukkan hawa nafsunya. Jarinya mulai makin melebarkan belahan m3mek itu, indahnya, merah merekah, dan Riki dengan statusnya yang masih hijau itu memulai pelajarannya , ia mulai menjilati sejadinya semua daerah m3mek itu, belum paham benar yang mana it1l mamanya. Cuek saja, asik menjilati dengan rakus dan tak ada puasnya. Awalnya Wina merasakan kurang nyaman, namun lama – lama seiring sapuan lidah anakya yang cepat dan rakus, ia mulai merasakan nikmat, jilatan lidah Riki memang kadang kena it1lnya, dan apaan nih....ya ampun...Riki...ia malah mulai menusukkan jarinya ke lobang m3mekku, untung nggak nyasar ke lobang pantat. Wah kacau nih anak gue terlalu berinisiatif...pikir Wina agak nyengir. Karena merasa mulai enak dengan aksi Riki, Wina makin hot melumat kont01 Riki dengan mulutnya, sampai Riki yang masih hijau ini kelojotan, saking geli dan enak, Riki tak sanggup lagi meneruskan kegiatannya mempelajari m3mek milik mamanya. Terlalu sulit berkonsentrasi. Dan aduh....Crooot...croot.....pej unya mengalir dengan tanpa permisi lagi membnjiri mulut Wina. Wina menghentikan aksinya, mulai menelan peju itu, lalu menjilati sisanya yang meleleh di sekitar kont01 anaknya. Riki lemas tak berdaya. Wina kembali menghadap ke arahnya, nyengir melihat Riki yang terkulai.

"Ingat ya yang, jangan bilang – bilang papamu. Sekarang kamu cuci tuh kont01 kamu, nanti malam mama ajarin lagi yang jauh lebih enak, nanti...kalau papa kamu sudah tidur."

Baru saja Wina mau mengambil baju tidurnya, Riki tiba – tiba menarik bahunya, agak kasar memang. Membaringkannya, tangannya agak terangkat, dipegang kuat oleh kedua tangan Riki, dengan cepat Riki sudah di atas tubuhnya, menindihnya...

"Aduh...kamu ngapain si Rik...sakit nih mama."
"Ma...nggak perlu nunggu sampai malam deh. Yang sekarang ya sekarang. Sudah terlanjur...nggak perlu nunggu malam. Bisa gila Riki kalau menunggu sampai malam."

Riki lalu menciuminya dengan ganas, bibir, leher, keteknya, teteknya, pentilnya....masih sangat kasar sekali tekhniknya. Akhirnya Wina menyerah...ya sudah deh sekalian belajar biar pintar.

"Rik...Rik...Riki sayang....baiklah, tapi jangan kayak gini dong..mama nggak bisa nafas nih, sakit."

Riki mulai tenang, tangannya juga tak lagi menahan tangan mamanya. Saat ini ia asik memainkan dan menghisap pentil mamanya. Wina dengan sayang membelai rambut anaknya. Lalu Wina mulai berbicara...

"Ayo deh Rik, kalau kamu memang kepingin, jangan takut, mama akan bimbing. Keluarin saja di dalam, tak masalah. Mama sudah tak mungkin hamil. Nah mama sudah melebarkan lobang m3mek mama, siniin kont01 kamu, biar mama pegang pakai tangan yang ini, nah...ikuti saja, biar mama yang arahkan...."

Mulanya meleset...coba lagi meleset lagi..akhirnya...blessss.....t ubuh Riki serasa melayang. Hanya diam dulu, menindih tubuh mamanya. Terasa sangat...sangat nyaman, kont01nya seakan dibelai dan direndam dalam pelumas yang sejuk dan nyaman. Dengan naluriahnya, ia mulai menaik turunkan pantatnya, memompa kont01nya, matanya memandang wajah cantik mamanya. Gila...setelah ia mulai memompa...ternyata rasanya jauh lebih enak...jadi inikah rasanya nikmatnya memasuki m3mek seorang wanita. Riki cuma mampu melakukan hal ini saja saat ini, tak ada hal lain yang ia pikirkan. Bahkan....croot...crooot.....y a ampun...kok cepat amat.....kecewa dia. Mamanya diam sebentar, lalu agak mendorong tubuhnya, mencabut kont01nya.

"Sudah...jangan kamu pikirkan, itu wajar buat kamu yang baru pertama kali, belum mampu mengontrol diri. Dulu juga papa kamu pertamanya kayak begitu. Tapi nanti juga bisa tahan. Percayalah....Sudah kamu bersih – bersih dulu."
"Eng ma...."
"Iya sayang...."
"Tapi janji ya, nanti malam ajarin Riki, Riki tunggu dikamar ya."
"Iya....tungguin papa kamu tidur dulu ya."

Riki lalu mencium pipi mamanya, segera mengambil pakaiannya dan ke kamar mandi di luar. Wina kini berbaring sendiri, masih terasa peju anaknya yang mengalir di m3meknya. Sedikit heran mendapati bahwa dirinya merasa nyaman saat kont01 Riki memasuki m3meknya. Oke...semua sudah terjadi dan sesuai rencana. Tinggal nanti malam, biar suaminya Heru bisa mengintip.

Malamnya suaminya pulang, baru jam 7 lewat, kebetulan Wina sedang makan sama Riki, hal yang biasa, karena kalau menunggu Heru, suka tak pasti jam pulangnya. Heru masuk, mengucapkan basa basi salam dan langsung duduk, sekalian ikut makan deh, mandinya nanti saja, lelah sekali ia hari ini. Mengobrol sejenak kepada Wina dan Riki. Wina memang tak menelepon atau mengabarkan apapun pada Heru. Saat Riki tak melihat, dan Heru kebetulan memandangnya. Wina mengedipkan mata sambil mengangkat tangannya memberi tanda jempol...sudah oke. Mendadak saja rasa lelah Heru langsung hilang.

Saat kelar makan, Riki menonton TV, Heru mandi, Wina mencuci piring. Setelah kelar, ia membawa tumpukan baju yang sudah disetrika ke kamar Riki, sekalian menaruhnya di lemari, juga...ia memastikan gordengnya agak terbuka, agar Heru cukup mendapatkan sudut pandang yang luas, bahkan melonggarkan jendelanya sehingga Heru bisa mengintip dan mendengar dengan jelas. Yang pasti Riki jarang sekali menutup jendelanya, paling malas, asal kelihatan sudah ketutup ya sudah, nggak mengecek lagi apakah sudah rapi atau rapat.

Wina merapikan baju di kamar Riki dengan agak berdebar. Beberapa waktu lagi, ia akan melakukan hubungan lagi dengan anaknya di kamar ini, diintip suaminya, Heru. Tubuhnya agak bergidik sekaligus bergairah membayangkannya.

Heru mandi dengan perasan girang, tadi saat Wina masuk kamar ia sampai merasa perlu memastikan lagi. Ternyata memang sudah bisa dilakukan malam ini. Gairahnya meningkat, membayangkan apa yang diimpikannya akan terealisasi dalam waktu singkat ini. Namun ia memutuskan tak akan ngewek sama Wina sebelum ia mengintip. Biar makin maksimal....Heru melanjutkan mandinya sambil berdendang.....sya lalalala....du bidu bi dam....

Riki menonton TV dengan perasaan tak menentu, bahkan sebenarnya apa yang ia tonton juga ia tak tahu atau perduli. Otaknya mengembara entah ke mana. Matanya melirik mamanya yang sedang merapikan baju di kamarnya. Sungguh hari yang luar biasa. Tubuh mamanya yang mempesona dan ia dambakan, hari ini bukan hanya bisa ia lihat sepuasnya, ia bahkan telah merasakan nikmatnya. Memang masih sangat culun dan memalukan, tapi nanti malam masih ada kesempatan, ia bertekad untuk melakukannya dengan sebaik mungkin...ah nikmatnya...kont01nya mulai ngaceng saat ia membayangkan tubuh mamanya. Sayang ada papanya saat ini, kalau tidak...pasti ia sudah menerkam tubuh mamanya lagi.

Gong......lonceng sudah dibunyikan....semua sudah siap dengan rencana dan pikirannya masing – masing. Mari kita tunggu waktunya tiba.....

Mendadak malam itu semuanya sangat...sangat cepat mengantuk...cepat sekali, jam 9 kurang sedikit, saat mereka di ruang tamu menonton TV. Heru membaca koran. Yang sebenarnya acara TV dan juga koran itu sama sekali tak menarik sedikitpun bagi benak mereka. Mula – mula Riki menguap, lalu Heru, terakhir Wina. Wah ngantuk banget nih, yuk kita semua tidur saja kata Heru. 5 menit kemudian semua sudah masuk kamar, tadi Wina sempat mampir ke kamar Riki, standart seperti biasanya, mengucapkan selamat tidur, sambil mengatakan supaya Riki menunggu, tak akan lama karena kalau papanya capek pulang kerja, pasti dia akan cepat tidur dan pulas. Di kamarnya Heru kembali bercakap dengan Wina...

"Nanti...beri waktu setengah jam...biar dia nggak curiga."
"Iya aku juga paham."
"Gimana si Riki....sampai begituan nggak tadi ?"
"Ya...sama kayak kamu dulu...waktu pertama kali ngewek sama aku. Masih hijau dan culun. Tapi juga menyimpan potensi."
"Hahaha...bisa saja kamu Win."

Mereka kembali bercakap, mencoba santai. Akhirnya Heru merasa waktunya sudah pas, yang tak akan membuat Riki curiga, jam 10 kurang seperempat. Wina mulai mematut dirinya di depan kaca, memandang penampilannya, sedikit menyemprotkan parfum ke leher, belahan teteknya dan kedua pangkal lengannnya. Wina melihat Heru dari cermin, tersenyum nakal dan menggoda. Mau nggak mau Heru nyengir melihatya. Duh bini gue, dulu mati – matian nolak...sekarang ...malah antusias.

Wina membuka pintu kamarnya perlahan, lalu melihat ke depan, khawatir Riki ada di depan, setelah memastikan keadaan aman, ia lalu keluar dan memberi tanda pada Heru yang segera melesat bagai ninja. Ia menutup pintu kamar. Heru segera mengendap ke jendela kamar Riki. Sebuah tempat yang sangat aman dan strategis bagi Heru. Jendela ini boleh dibilang sudut mati Riki. Kalaupun saat sedang gituan sama Wina, Riki mau ke WC atau ke dapur mengambil air, ia akan keluar dari kamarnya dan belok ke kiri, tak mungkin ke kanan, yang menuju kamar Wina. Heru segera mengintip, nampak jelas dan bebas sekali pandangannya. Dilihatnya anaknya, Riki sedang berbaring, tak tidur, hei...sedang apa dia ? Hehehe, dasar bocah, lagi mengelus – ngelus pangkal celana pendeknya. Kemudian dia lihat Riki agak kaget dan menghentikan kegiatannya, pegangan pintu tampak bergerak, pintu kamar terbuka. Wina masuk sambil tersenyum nakal ke arah Riki. Jantung Heru mulai berdebar. Yes...This is it....serunya dalam hati...it's showtime....

Wina tersenyum pada Riki, lalu duduk di pinggiran tempat tidurnya. Ia memkai baju tidurnya yang tadi sore. Riki mendekat, tak berkata sepatah katapun. Perlahan Riki menarik bahunya, menyenderkan badan mamanya pada kepala tempat tidurnya, lalu perlahan Riki turun. Wina jadi nyengir melihat aksi anaknya...biar masih culun inisiatifnya mulai meningkat pikirnya. Riki mulai beraksi, ia kangkangkan kaki mamanya, menatap paha dan CD putih yang Wina kenakan sejenak, lalu tangannya mulai membelai paha dan permukaan CD itu. Wina hanya diam saja memperhatikan. Tak lama Riki menarik dan membuka CD-nya. Dengan tangannya ia lebarkan kaki mamanya, biar puas dan lebih jelas. Riki menatap m3mek tebal itu, mengagumi jembutnya yang lebat dan juga belahannya yang merangsang. Riki dengan cepat segera mendekatkan mulutnya ke arah m3mek yang menggoda itu...tak sabar. Wina segera berbicara...

"Yang....nanti mama bilangin ya, bagian yang mana yang musti kamu jilati dan mainin. Cara kamu tadi sore masih kasar dan nggak pas...."

Riki mulai menggunakan jarinya untuk melebarkan m3mek mamanya, hidungnya mencium aroma harum dan sekaligus mengundang. Wina masih diam saja. Dengan agak ragu Riki mulai menciumi permukaan m3mekWina, lama – lama makin ganas. Kini lidahnya menyapu permukaan m3mek Wina...

"Aahh....bukan itu yang....yang adanya sedikit di atas lobang m3mek mama, coba kamu lihat...ada gundukan daging yang agak menonjol, nah itu it1lnya mama. Setiap wanita, jika pria menjilati dengan lidah atau memainkannya dengan jari secara benar, pasti akan kelojotan menahan rasa enak. Nah kamu mulai mainin sama jari kamu dan jilati...."

Riki berhenti memainkan lidahnya, matanya mencari yang dikatakan mamanya...nah itu dia, agak menonjol dan besar. Ujung jari jempol dan telunjuknya mulai memainkan it1l mamanya. Terasa banget di jarinya, lama – lama makin keras. Mamanya mulai mendesah, sambil melebarkan kakinya. Riki makin nafsu mendengar desahan mamanya. Lidahnya mulai menjilati, mula – mula hanya menjilati, lama – lama ia mulai mahir memainkannya, digoyangkannya it1l Wina ke sana kemari, membuat Wina makin kelojotan dan mendesah, makin percaya diri, Riki mulai menusukkan jari tengahnya ke lobang m3mek mamanya yang memang sangat membuatnya terangsang. Dimainkannya jarinya menyodok – nyodok m3mek Wina. Wina mendesah, Hampir 5 menit lebih Riki belum puas juga memainkan it1l dan m3mek indah tersebut, desahan mamanya makin kuat dan pantatnya juga mulai bergoyang.

"Aaaahh....SShhhhh...Ughhhhhh. ..."
"Pinteeeerrrr....kamuuuuu..... .Wooowwww......
"Awww.....Aduuuhhh......Yessss ....."

Wina menyemburkan cairan hangat orgasmenya, Riki merasakan ada sedikit rasa asin dan kental membasahi lidahnya. Nalurinya mengatakan mamanya mengalami apa yang namanya orgasme, seperti yang pernah ia lihat di film. Bisa seahli Heru nantinya...pikir Wina mengomentari permainan lidah Riki.

Di luar Heru menurunkan celananya, asik mengocok pelan kont01nya....gila....gilaaaa.. ..ini jauh...jauuuhhh lebih baik dari apa yang ia bayangkan. Ekspresi Wina tadi sungguh hebat. Benar – benar merangsang dan menaikkan birahi. Wajahnya Wina saat mendesah dan merem melek menahan gempuran nikmat permainan lidah Riki tadi sangat mesum sekali.....gilaaaa.....batin Heru bersorak.

Di kamar Riki mulai berdiri, membuka baju dan celananya. Lalu Riki mendekati Wina, membuka bajunya...astaga wangi sekali mamanya....sampai memakai parfum guna melayaninya....Riki benar – benar terangsang. Dengan cepat ia memburu bibir Wina...awalnya Wina enggan melakukan ciuman dengan Riki, tapi Riki terus memaksa, akhirnya bibir mereka bertemu, Riki menciumnya dengan kasar dan masih sangat hijau, namun gairahnya mampu menutupi kehijauannya, Wina mulai terangsang dengan ciuman menggelora anaknya, membalasnya dengan panas sekaligus mencontohkan bagaimana cara berciuman yang enak sekali pada Riki. Tangan Riki mulai giat meremas dan memilin, memainkan pentilnya yang sudah mengacung dan mengeras, masih tetap berciuman. Tangan Wina mencari kont01 Riki, mengenggamnya dan mengocoknya, sesekali ia belai dan remas dengan lembut biji peler Riki....membuat Riki merasakan seperti melayang.

Walau Riki sudah bertekad untuk mengontrol dirinya, tak urung birahinya naik dengan cepat, tubuh mamanya, Wina, sangatlah seksi dan menggiurkan, sulit baginya untuk tidak menjelajahi tubuh montok itu. Perlahan ia rebahkan mamanya, ia ciumi ketek mamanya yang rimbun, harum sekali....lalu ia mulai pasang ancang – ancang...Wina membiarkan Riki mencoba sendiri. Ugh...masih meleset.....sekali lagi...blesss....masuk dan menerobos dengan sempurna...Perlahan Riki mulai memompa, perlahan sekali, matanya menatap wajah mamanya, sungguh sulit mengontrol dirinya, kala matanya menatap wajah mamanya yang sangat ngeseks itu. Ia mulai mengalihkan diri dengan kembali menciumi tetek mamanya.

Di luar Heru asik menyaksikan saat Riki menaik turunkan pantatnya memompa m3mek Wina, istrinya. Wina nampak mengangkat kedua kakinya, merenggangkannya. Memudahkan anak mereka Riki, menjalankan tugasnya. Tangan Heru masih dengan seru mengocok kont01nya, matanya tak mau lepas dri pemandangan mendebarkan yang ia saksikan di dalam kamar.

Riki merasakan belaian nikmat pada kont01nya, mulai agak memepercepat pompaannya, sejauh ini ia sudah cukup mampu menahan diri. Tangan Wina sesekali membelai pantat dan punggungnya. Riki makin bergairah. Pompaannya agak lepas kontrol....gawat nih pikirnya, ia berhenti bergerak, mencabut kont01nya....untung nggak ngecret...Wina paham, anaknya sedang mencoba belajar mengendalikan dirinya. Sekalian ganti gaya deh, pikir Riki...praktekin yang ia lihat di film bokep...

Riki segera berbaring di samping mamanya. Wina paham mau anaknya, segera ia mengangkat satu kakinya ke atas, agak miring menyamping, Riki memasukkan satu kakinya di bawah kaki Wina, memegang kont01nya, lalu bless...dari samping kini ia mulai menyodok mamanya...ternyata lebih nyaman dan santai dengan posisi ini.Riki mulai memompa kont01nya dengan perlahan dan berhati – hati. Tangannya kini sangat bebas merangkul mamanya dari samping, dengan gemes ia remas dan mainin pentil Wina sepuas hatinya. Wina menyandarkan kepalanya ke bahu Riki, satu tanganya memegang bagian belakang kepala Riki, Riki melihat rimbunan ketek mamanya yang sangat merangsang. Lidahnya segera menjilati dan menciumi ketek mamanya, sampai basah jadinya.

Heru makin terangsang dan semangat melihatnya, ia makin kuat mengocok kont01nya. Sengaja ia mainkan. Kalau sudah terasa mau keluar ia berhenti, berdiam agak lama, kalau sudah tenang ia lanjutkan. Tak mau sampai keluar, nanti disimpan buat Wina.

Dari atas Riki dengan jelas bisa melihat rimbunnya jembut mamanya, sementara kont01nya leluasa keluar masuk menyodok m3mek enak milik mamanya. Ia mulai bisa mengontrol dirinya...Wina juga mulai bisa menikmati dan merasakan kont01 milik anaknya ini, mulai nendang istilahnya. Riki sudah mulai bisa mengontrol emosinya, namun masih butuh waktu, kemampuannya sekarang belum akan bisa membuatnya orgasme.

Riki kembali mencium bibir mamanya, kont01nya sudah terasa linu, kali ini Wina sedikit jahil, disedotnya lidah Riki saat mereka berciuman, Riki kelojotan tak terkira, sangat....sangat...bikin terangsang sekali ciuman mamanya, kocokan kont01nya makin kuat dan crooot...croot tanpa ampun pejunya memancar kuat di lobang m3mek mamanya. Wina mau tak mau nyengir nakal.

Setelah Riki mencabut kont01nya, Wina segera mendekat dan sambil nungging, ia mulai menjilati kont01 Riki, habis ia jilati dan emut, sampai tak bersisa sisa peju yang menempel di kont01 anaknya. Riki hanya bisa berbaring lemas, sambil mendesah puas menikmati emutan maut mamanya. Di Luar Heru meneguk ludah melihat adegan tersebut...imajinasinya liar dan puas dengan hal ini.

Ternyata Riki benar – benar kuat juga pikir Wina. Nggak bisa Wina menyudahi permainannya, Riki menahannya, semangat dan kondisinya yang masih muda juga karena memang Riki sangat terangsang dengan tubuh telanjang Wina, membuat kont01nya cepat pulih dan keras lagi. Sampai 3 ronde Wina harus melayani Riki, bahkan di ronde terakhir tadi Riki bisa membuatnya orgasme, bukan degan permainan lidahnya, tapi dengan sodokan kont01nya....bakalan berbakat nih anak gue...pikir Wina. Sebenarnya Riki enggan melepas Wina kembali ke kamarnya, namun jam sudah menunjukkan hampir jam 1an....masih bisa besok kata Wina. Sungguh ia memang mulai terbiasa dan menikmati saat dirinya disodok kont01 Riki. Lalu kembali ia berpura – pura berhati – hati, mengamati sekeliling saat membuka pintu, Wina ikut Riki ke kamar mandi di depan, mencuci dan membersihkan m3mek dan kont01 mereka. Ia kembali berpakaian dan Riki menciumnya terlebih dahulu dengan ganas sebelum ia kembali ke kamarnya. Dilihatnya ke jendela, Heru sudah tak ada. Perlahan ia membuka pintu kamarnya. Baru juga ia masuk dan menutup pintu, Heru sudah memeluknya dan menariknya dengan kuat ke tempat tidur, mencumbu dan menyetubuhinya secara luar biasa dan gila – gilaan, nampaknya Heru melampiaskan nafsunya setelah berhasil mendapatkan fantasinya. Berkali – kali Heru menggarapnya, berkali – kali pula ia orgasme.....sungguh sangat memuaskan.

Sudah 2 bulan berlalu sejak peristiwa itu. Wina sedang sendiri, Heru kerja, Riki sekolah. Sedang asyik melamun. Memang akhirnya Riki juga menjadi mahir, dan juga kuat. Dan selalu hampir setiap siang dan sore Riki menyodoknya. Kini dirinya benar – benar terpuaskan oleh 2 lelaki yang paling ia cintai dalam hidupnya, Heru, suaminya dan Riki, anak kesayangannya. Bahkan untuk menambah seru, Heru mendapatkan ide tambahan. Ceritanya Wina berhasil meyakinkan Riki untuk melakukan hubungan di kamarnya. Di samping Heru yang pura – pura tidur. Wina bilang ke Riki pasti aman, karena kalau papanya capek sekali, papanya akan minum obat tidur, saat Riki masuk dan masih ragu, Wina pur – pura membangunkan dan mengguncang – guncang tunuh Heru, yang mati – matian menahan tawa. Akhirnya ia dan Riki melakukannya, agak di pinggir ranjang, biar Heru leluasa mengintip. Setelah itu, belum lama Riki keluar kamar, dan ia juga bahkan belum mencuci m3meknya....Heru segera menggarapnya secara luar biasa. Dalam lamunannya Wina nyengir, ide Heru kali ini walau awalnya ia tentang ternyata berakhir indah bagi semua. Dasar si pengintip...begitulah kadang ia memanggil Heru dengan jahil.


       
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Keperawanaku untuk kakak iparku
Apr 15th 2013, 04:05


Aku lea umur 28 thn. umur perkawinanku baru 5 bulan tapi aku mengulagi kegilaanku sebelum menikah...
BERSELINGKUH DENGAN KAKAK IPARKU.

aku akan mulai cerita kebejatanku dari pertama kali aku berhubungan seks dng suami kakakku.

sebelum kawin aku tinggal dgn kakakku, mbak shinta yg sdh berkeluarga. suaminya,mas toni adalah pria yang ramah sabar, dan hangat. sementara mbak sinta wanita mandiri yg agak galak.
aku dan mas toni sangat akrab. aku menganggap dia seperti kakak kandungku sendiri. kami bahkan bkerja di gedung yg sama di t.b. simatupang walau lain kantor. ini membuat aku selalu nebeng motornya pulang pergi kantor.
tapi keakraban kami dgn cepat berubah menjadi perselingkuhan.

waktu itu aku berumur 26 thn dan mas toni 30 thn.
hari itu jumat, pulang kantor aku minta diantar ke depok. pulang dari depok menuju kerumah kami di pancoran turun hujan. kami akhirnya berteduh di dekat UI. waktu itu sekitar jam 9 malam.

di pos jaga yang agak remang semua itu dimulai.
aku duduk agak rapat dng tubuh mas toni. 15 menit kemudian ia memeluk dan mencium bibirku. aku kaget sekali, baru kali itu bibirku dilumat seorg pria. kutolak tubuhnya.

aku tdk bisa berbicara.
tanpa kuminta, mas toni bercerita ttg perasaannya selama ini. ia terangsang dgn tubuhku yang katanya seksi. payudara dan pantatku membuatnya sering berfantasi sdg bercinta dngku. ditambah kebiasaanku yg sembrono berpakaian di rumah yang tdk memakai BH membuat susuku merangsangnya. ia bahkan tdk bisa melupakan tubuhku yg telanjang di kamar mandi. mas toni berpikir aku sengaja menggodanya.
aku ingat memang pernah lupa mengunci kamar mandi dan ia melihatku bugil. walau semua sdh aku lupakan tapi itu membekas dipikirannya.

aku merasa bersalah krn membuatnya salah sangka. maka ketika ia menciumku aku tdk bisa menolaknya.

ia melumat bibirku, lidahku bahkan melepaskan blous-ku dan mencumbui payudaraku.
awalnya aku diam saja tapi rangsangannya membuatku membalas birahinya. aku sgt menikmati pagutan dan cumbuan liar dan panas kami.

sampai dirumah aku coba bersikap biasa. malamnya aku tdk bisa tidur, perasaanku bercampur aduk.

jam 3 subuh aku bangun ke kamar kecil, rupanya mas toni sedang nonton di ruang tengah.
ia menarikku keruang tamu dan membujukku utk meneruskan cumbuan kami.
aku takut sekali tapi entah kenapa aku tdk bisa menolaknya.
dan diatas karpet ruang tamu yg gelap, keperawananku kuserahkan dengan rela pada mas toni.

entah apakah karena belum pernah bersentuhan dgn pria, pengalaman seks malam itu rasanya sungguh luar biasa.
kami bergumul telanjang, aku yg mulanya diam saja mau tak mau bergelinjang liar. tubuhku dijilati, diciumi, digigit lembut.
susuku diremas, putingku diisap bahkan pantatku-pun dijilati. nikmat menyerang tubuhku, aku rasanya terbang.

nafas kami memburu dan kami mengerang-erang tertahan.
dan yg paling tdk bisa kulupa adalah mas toni memaini vaginaku dgn mulut dan lidahnya. lidahnya menggeliat dlm liangku seperti ada ular yg masuk kedlm lubang vaginaku.

entah apa namanya, susah menjelaskan rasa apa yg menyelimuti tubuhku.
setelah tubuhku mengejang-ngejang yg rupanya adalah awal orgasmeku dan vaginaku terasa basah berlendir, mas toni menusuk vaginaku dgn kontolnya.
vaginaku sakit karena tusukan kontolnya tapi nikmat.

setelah beberapa kali kocokan akhirnya...terdengar bunyi halus, SLEEPPP... terasa benda keras menerobos vaginaku dan menyentuh dasarnya. benda itu berdenyut lembut dan hangat. bisa kurasakan dinding vaginaku bereaksi meremas kontolnya. ini memberi sensasi yg membuat kakiku terasa lemas. vaginaku terasa hangat. terasa mas toni menekan kontolnya sedalam mungkin.

karena terhanyut dgn keadaan itu tanpa sadar, tanganku yg sedari tadi meremas pantatnya, menarik pantatnya agar kontolnya tertanam lebih dalam.
sakit, nikmat itu yng memenuhi vaginaku.

setelah beberapa menit. akhirnya mas toni bergerak mengocok vaginaku. terasa kontolnya keluar masuk. pantatku tanpa diperintah bergoyang kanan-kiri.
akal sehatku menolak tp tubuhku tdk bisa menolak setiap tetes kenikmatan yg mas toni berikan.

inikah yg mbak shinta nikmati di ranjangnya. inikah yg membuatnya berdesah, merintih, dan mengerang kalau kebetulan aku lewat dekat kamarnya dimalam hari.
aku telah mengambil kenikmatan ini dr mbak shinta.

setelah beberapa saat, tubuhku serasa terbang, kocokannya makin cepat dan ganas. vaginaku terasa letih dan sakit tapi aku tdk ingin berhenti karena ****** mas toni yg begitu nikmat.

aku melenguh pelan... nikmat...aku sampai, orgasme.
tubuh mas tonipun terasa menegang, keringatnya dingin tp kulitnya panas. ia mencabut kontolnya dan spermanya disemprotkan kepahaku. ia melenguh tertahan panjang dan tubuhnya jatuh menindihku.
aku membuatnya orgasme.

dikamar mandi ada darah segar dan lendir licin hangat divagina dan selangkanganku.
keperawananku hilang tapi aku tdk menyesal karena tubuhku terasa nikmat.

sehebat itukah mas toni atau nikmat yg luar biasa ini karena ini pengalaman pertamaku?

setelah malam itu aku sempat menolaknya karena takut ketahuan mbak shinta tapi karena sudah tahu rasanya seks kemudian aku berdalih toh mbak shinta kasar pada mas toni aku kasihan pada mas toni akhirnya kami menjadi sepasang kekasih yg dimabuk birahi.
aku tdk pernah menolak ajakan mas toni utk bercinta.
ia mengajariku berbagai macam cara menikmati seks.
aku paling tdk tahan jika vaginaku dioral olehnya. itulah yg paling aku suka saat bercinta dgnnya.

dari semua permainan seks terlarang kami ada satu yg paling aku sukai.
ada saat dimana selama seminggu mbak shinta pulang purwokerto karena ibu kami sakit. karena aku tdk dapat cuti, aku tinggal dirumah berdua saja dgn mas toni.

lima hari aku menggantikan mbak shinta menjadi istri mas toni. itulah saat terindah dan paling memuaskan selama hampir dua tahun kami berselingkuh.

hari pertama mbak shinta pergi, sorenya kami bercinta di kamar mandi. kami saling memandikan. mas toni mengoral vaginaku dibawah siraman shower. setelah itu kami lanjutkan di ranjang kamarnya.

saat itulah pertama kali ia memintaku mengoral kontolnya. memang aku suka vaginaku dijilati mas toni tapi aku takut jika harus menghisap kontolnya.
tapi ia selalu punya cara membujukku.

dalam keadaan fly setelah selesai bercinta, ia menjelaskan ttg betapa senangnya pria jika kontolnya di hisap pasangannya, mengoral ****** tdk berbahaya dan lebih bersih dr pd vagina, lagipula kami sdh mandi katanya kemudian ia merangsangku lagi.
pahaku dibuka, vaginaku di gosok-gosok dng wajahnya, bibir vaginaku yg bulunya sdh kucukur dijilatinya. klitorisku diisapnya. aku mulai terangsang lagi.
tubuhku merinding keenakan. "ssshhh....." aku mendesis enak.

saat aku hampir sampai mas toni berhenti. aku protes krn aku sebentar lagi kepuncak. tapi mas toni hanya memutar posisi. wajahnya masih divaginaku, tapi tubuhnya diatasku, kakinya mengangkagi wajahku, kontolnya skrg tepat didepan wajahku.

batang kejantanannya ereksi, tegang. warnanya coklat gelap, panjangnya mungkin 16 atau 17 cm tapi terlihat besar dan menakutkan. ada urat yg menyembul membuatnya kelihatan ......gemuk.
****** ini rasanya menakutkan tapi enak sekali jika masuk vaginaku.
aku mengerti mas toni minta diisap.
mas toni mulai lagi memaini vaginaku, lama-kelamaan ****** itu terlihat manyenangkan, apakah aku fly lagi?

"pegang sayang, remas yg lembut" bagai tersihir aku meremas. kontolnya hangat berdenyut. mas toni mengerang
"nikmat...OOOO......leaaa.........." melihat mas toni bergetar aku makin semangat.
kukocok ****** itu pantat mas toni bergerak-gerak. geliat lidahnya di vaginaku makin cepat dan dalam, aku makin keenakan dan membuatku makin bernafsu memberi ****** mas toni kenikmatan.

entah kapan, kontolnya skrg ada dlm mulutku, mas toni mengerang, "eeerrrggghhhh........."
kuisap, kukulum kontolnya. tubuhku yg meriang karena vaginaku dioral memaksa mulutku terus mengocok kontolnya dgn mulutku.
****** mas toni lama-kelamaan makin enak dan meggairahkan.
aku baru sadar kalau kontolnya enak sekali.

mas toni tdk melepas mulutnya dr vaginaku, rupanya ia sengaja karena orlannya membuatku makin bersemangat mengulum kontolnya.

setelah 10 menit aku mengoralnya disertai erangan nafsu. terasa mas toni tdk bisa mengontrol kontolnya. tubunya mengejang dan mulutnya berhenti menjilati liangku. ia mendorong kontolnya kedalam mulutku. sepertinya ia hampir orgasme.

ia memutar tubuhnya ke posisi tradisional.

"lea...mas mau masuk..." suaranya memelas, wajahnya basah peluh, liur dan lendir.

kugenggam kontolnya dan membimbing ke vaginaku.
begitu alat kelamin kami bersentuhan, mas toni mendesak masuk kontolnya.
"aaaghgghhhh.........massss....." aku tercekat.
hanya dlm sekali tusukan, kontolnya terbenam. kasar sakit sekali.
mas toni jadi buas, ia mengocok kontolnya berulang-ulang. nafasnya memburu. walau sakit aku mulai ikut bernafsu, pinggulku bergerak mengikuti tusukan kontolnya. ranjang ikut bergerak.

"oghhhhhhhhhh.....masssss...ennghhh....." aku berteriak
"Saaa...yyaangg....kkauuu ggadiiisss...hhheeebbbbaattttttttt." mas toni mengerang.

beberapa saat.
"massss... lleeeaaa... mmauu saaammm....eeengghhhhh...paaaiiii...." tubuhnya mulai mengejang.
kontolnya yg di isap membuat mas toni kesetanan.

"akkuu...bbeellummm... maass...." aku harap mas toni blm orgasme dulu.

tiba-tiba mas toni menarik tubuhku menjadi posisi duduk. kami berhadapan. ia memangkuku.
"ayo kocok sayang" pintanya
aku mengerti dlm posisi ini aku yg akan duluan sampai sedangkan ****** mas toni yg terjepit menahan spermanya mengalir kebatangnya.

aku bergerak maju mundur. tubuhmya tdk bergerak, ia menghisap susuku.
"ogghhhhh.....mmmaassss....." isapnnya membuat tubuhku yg sdh terangsang makin menegang.
kupercepat gerakanku. aku seperti joki kuda yg sedang menunggangi mas toni. wajahnya menempel di dadaku. kontolnya seret menggosok dinding vaginaku. luarbiasa nikmat...

5 menit, 10, 15 menit akhirnya aku bobol, cairan maniku membanjiri vaginaku, hangat.

aku mendongak,mataku gelap tubuhku terasa terangkat ke awan.
aku melenguh panjang, "Heeeennnngggggghhhh.......masss... a..ku....OOOgggghhhhh......"
tubuhku jatuh lemas ke ranjang.

mas toni kembali menindihku. kontolnya yg msh tertancap di vaginaku dikocoknya. aku mendengar mas toni merintih nikmat terputus-putus. "Hegh...hegh...hegh..."
sampai.."leaaa... mas....samm...."kata-katanya terputus ia ambruk menimpaku.
tubuhnya lemas, kami berpelukan. tubuh kami panas bersatu.

malam itu kami bercinta sampai 4 kali. ngilu vaginaku, tubuhku capek sekali. tapi nikmatnya tubuh mas toni melebihi semua itu.

setiap malam selama mbak shinta tdk ada kami bercinta sepuas-puasnya. aku tidak lagi takut mengulum ****** mas toni.
malam kelima, malam sabtu, mas toni mengajakku menginap di hotel kawasan cikini. suasana romantis membuat kami tdk tidur semalaman, yg kami lakukan hanya bercinta-dan bercinta , mereguk seks sepuasnya.
sabtu paginya kami naik kereta dari gambir ke purwokerto menyusul mbak shinta.



       
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - malming bareng abg montok +pic
Apr 15th 2013, 04:04


cerita ini berawal waktu gw kuliah di universitas swasta jakarta, pangil aja gw andi.
gw ngekost di daerah jakarta selatan, waktu itu gw sengaja cari tempat bukan yg enak, melainkan yg banyak cewe nya, haha lumaynah lah klo lgi bete sama kuliah lumayan kan kalo liat cewe, singakat nya, gw udah 6bulan di kosan tersebut..
dan udah mulai akrab sama lingkunganya. dan emang bner, disini kbanyhakan abg cewe yang terbilang masih labil dan nakal" ada satu yg gw incar, mungkin ga terlalu cakep sih, tapi dari body nya, bikin gw sange bro, montoook banget dan dia emang dah deket sama gw juga. anaknya aga nakal pula,, makin tepat deh sasaran gw..
pangil aja namanya dea. kata tmn gw sih dia udah ga V, ahh bodo amat deh, yg penting gw bisa dapet cinta 1 malemnya hahaha
abis toketnyha bikin gw ga tahan sob, apa lagi dia pake bajunya yg bikin gw konak mulu. nih sekilas potonya


waktu itu malem minggu jam 4, gw baru balik kampus dan dan gw emang mls ikut acara anak" klo udah cape, akhirnyha gw diem sendiri di kosan, yhah baringan di kamar aja paling, sampe akhirnya ada yg ketok pintu. dan setelah gw buka ternyata si dea, wiih penampilanya waktu itu hot banget, sampe bikin gw konaak, dia pake tangtop merah sama celana jeans pendek, dan belahan toketnya yg bikin gw ngiler, dea emang duka maen ke kosan gw, paling iseng ngobrol ataw maen laptop,,

eeh deaa, ngapain nih, tumben malem minggu ke kosan.
hhhmm, ga papa ko ka, lgi bete aja.
ooh sini masuk, gw pun duduk di samppingnya
kosanyha sepi yah ka, pada kmana emang?
iyha pada keluar nih, km ko ga malmingan sama cowo kamu,
oohh, iya nih co aku lagi ada acara sama temenyha.
oooh, terus kmu mau ngapain ksini,
hehe ikut buka facebook yhah ka,
ooh iya boleh, gw dan dea pun beranjak ke kamar gw,,

dea pun online dan memasukan beberapa foto yahah bisa di bilang lmyan sexy abis potonya pake baju ketat, terus ngeliatin belahan toketnyha muluu,, bikin gw makin konak daahh..
sejenak gw tinggalin untuk ambil minum, nih dea minum dulu..
iyhaah mksih kaa. sambil tetep online
sejenak gw nikmati ngeliatin pemandangan indah ini,, sambil sesekali gw elus kon"" yg mulai aga naik..

de, poto kamu kaka liat sexy" yahah,
aah biasa aja ko ka,
diih yg gini aja biasa gimana yhg sexy nya yah,
hhahaha yaah aku kan emang udah sexy dari lahir haha

pembicaraan pun mulai akrab, gw pun mulai mancing, de kita poto bareng yuu pake webcam.
boleeh yhu kaan, aku mau banget,, beberapa poto kami lakukan dengan gaya biasa dengan duduk besampingan.
gayhanya kurang seru yhaah, yang lebih seru mau ga?
boleeh gima tuh ka?
kaka di belakang km deh ya, biar lbih gampang,
gw pun beranjak dan duduk di belakangnyha, kbetulan posisinya lesehan..
dengan cepat gw duduk di belakang dan otomatis posisi kont" nusuk pantatnya, aahhhh gila enak banget, gw makin terangsang.
tangan gw pun meyilang di balik ketiaknyha,

entah karena dia sibuk maen hp atau apa, yg jelas di ga marah, karena kont" udah keras dan nyander di pantatnyha..
yuu de kita poto lagi. tangan gw pun sesekali menyentuh toket sampingnyha, aahhahh posisinya bner" bikin gw ga tahan deeh..
gw dengan leluasa bisa liat toketnya yg montok, dan kont" udah nyaman baget.

beberapa" kali aku mulai memberanikan diri, dengan berpoto sambil memegang perutnyha, awalnya memang dea kaget, tapi dia mengijinkanya..
kamu cantik" yah klo di poto,
ahaha tapi ko keliatan gendut yhah ka,
nga aaah, kmu tuh sexy ko,alias montok.
iih si kaka bisa aja. posisi kami masih seperti tadi.
sambil sesekali mengelus pahanya yg mulus.
iih si kaka genit niih, geli tau
geli apa enak niiih, sambil desahan nafas gw ke arah telinganya, biar dia mkin terangsang..
geli iih ka udaah aah..
gw pun udah ga tahan, gw mulai beraniin diri, gw puluk erat dea dari belakng tangan gw melingkar ke arah pertunya..
sambil menjilat lehernyaa,,
aaaah kaaa udaahh dong geli nihih,
gw rasa dia mulai menyukainyha, karena tidak ada reflex ppenolakan atau gerakan menghindar dari pelukan gw..
ciuman pun mulai mendarat di pipinyaa, daan semakin dekat ke bibir
dea pun mulai terbawa suasana,, kami pun saling berciumaan dengan mesra..
ciuman dea emang ganas, lidahnya terus bergerak selama gw cipok dia,
tangan gw pun mulai berani memegang toketnyaa, yg montok di balik tangtopnya,
aahaaah toketnya emang montok banget,dan ternyata dia ga pake BH, gw pun makin leluasa meremas" dengan kencang sambil memelintir putingnya yg udah naik dan keras..

aaaahhh, kamu ganas banget yah nyium nya, de
kaka sih yg mulai aku jadi kebawa deh,
tapi kamu suka kaan, sambil sentum gw masih eluk dia, dan tangan gw ngelus" perutnya
kaka udah dong geli nih, kasian tuh burungnya udah tegang banget,pengen di keluarin.
kmu tau aja de, puting kamu juga udan naek tuh, sambil gw cubit putingya yg keras
awww nakal nih si kaka, tanganya dea pun mulai nakal dia meremas kont" yg tterbungkus clana boxer..
iiih gede banget kaa keras lagi. sambil meremas" kont gw
aaaah iyaah de udah keras bgt nih, enaak bgt de kont kaka di remes sama kamu.
gw pun pindah posisi ke hadapanya. kami pun berciuman kembali
tangan gw mulai masuk merayap ke dalam tangtopnya, tangan dea pun mulai masuk ke dalam kolor gw, bahkan dia mulai menarik kont" gw keluar sambil mengocoknya dengan pelan.



tangan kanan gw pun mulai berasa mengoosk mekinya dea, terasa hangat banget karena pahanyha yhg montok menjepit tangan gw waktu mengesekanya.
de, buka aja semuanyha yhaah biar lebih leluasa, tanpa menunggu jawaban, gw pun berdiri dam meleaskan kaos dan kolor gw.
gw pun membantu dea melepaskan clana dan tangtopnyha,
tanpa sadar kita udah terbawa suasana, dan bugil bareng"

PIC

toket kamu gede banget sih de, gw pun ngemut putingnyha
ahaaaah ka enaaaak geliiii, tanganyha mulai mengacak" rambut gw.
kedua toketnya gw sikat abis, sedangkan tangan kanan gw masih memainkan klirotis nya, gw terus mancing dea, sampe dia becek..
10 menit gw melakukan roleplay seperti itu, dah akhirnya dea pun mencapai puncaknya
aaahaaahhhh ka teruus ka, dea pengen keluar dikit lagi
tangan gw pun makin nakal, dea pun mulai tidak bisa menahan diri..
aaaaah kaaaa deaa pengen keluaar niiih,,
gw pun beranjak dan menjilati mekinya, pahanya dea menekan kepala gw,
ga lama kemudia, crooot crooot
aaah ka enaak enaak, ampun kaaa, croooot croot,,
gw isep cairan yhg keluar itu,

dia pun masih sedikit kejang" karena efek dari gw tadi,, dimana de enak ga?
enak ka enak banget,, dea baru tau kaka sejago itu, padahal ini kan baru mulai..
sini ka kont nya biar dea emut, kasian tuh udah mau loyo,
gw pun duduk di kursi, dan dea nyepong gw dari bawah,,

aaaaaaaaahhhh enak de, emuut teruuus de,,
hhhmmmmm dia terus ngisep kont, gw, lidahnyha bergoyang mnjilati batang kont gw..
5mnt berlangusng dea terus ngisep konttol gw,
kaka hebat yhah berlum keluar juga, dea udah pegel nih,

hya udaah, masuk aja yha de biar sama" enak
dea pun mengikuti perinta gw, kita beranjak ke kasur,, gw melakukan pemanasan dulu,gw cium dea dari biibir ke toket sampe ke mekinyha,,
aahaah enak kaa, terus kaaan,, jilaat disituu, aaahaah
kaa masukin sekarang dong pliss, dea uda ga tahan niiih,,
gw pun mengarahkan kont gw ke ara mekinyha. perlahan" gw gesekin dulu di bibir mekinyha.
aahahaaaaaaah ka gelii, masukin dong ka pliiiiss, dea terus memohon" ge pun memasuk secara perlahaan,,
sreeeet ahaah dee maki kmu masih sempit yaaah,
abis punya kaka gede banget siih, gw pun dengan bangga, terus berusaha memasukan kont gw..
seletelah masuk setengah gw, mulai ga tahan gw masukin semua secara langsung
bleeess aahaah,, pahanya yg montok, mengikat kont, seakan terjepit, dan main nikmattt
aaaaah kaaaaa,, enaaak.. gw pun mulai mengocok secara perlahan,
tangan kiri gw meremas toket kirinhya nyha, mulut gw pun menghisap putingnyhaa.. aaaaahh ka ampuuun, tangan nya mnjambak rambut gw
gw mulai percepat permainan, hingga dea puhn kembali mecapai puncaknyhaa,,
ahaah kaaaaa teruuus dea pengen keluar lagi niiih,,
gw pompa dengn cepet daan, terasa mekinyha sangat licit, tapi nikamt, makinya terasa berdenyhut sambil menekan kont gw,,
aahah kaka hebat dea udah keluar2x tapi kaka ko belum keluar sih,
ihya nih dee, kaka masih betah belum bisa keluar,,
kont gw masih tertancap di calam mekinyha, dea, de ganti posisi yaah,
iyha kaah, dea di pangkuh di depan hyaah,, biar kaka bisa ngisep tetek dea kayha tadi, dea seneng banget, abis geli sih
gadis ini emang nakal dan centil, gw turutis kemauanyha,, dea duduk di pangkuan gw,tangan kanan gw menahan punggungnyha.
kedua tangan dea berada di pundak ku, seakan koboi yg sedang menunggangi kuda, dea berlaga bagaikan koboi, toketnya pun, naik turun,
plaak plaaak plaaaak, terasa sentuhan pantat dea yg montok menghantam paha ku,, gaya ini emang bener nikmat banget, gw pun mulai kebawa suasana, dan akhirnyaaa,,
de teruuuss, aahaaaaah kaka udahaah pengen keluar niiih,
kaa dea cape kaka genjot kayha tadi aja yah,
gw pun langsung membaringkan dea, gw kompa dengan kencang, plaak plaaak suara pantat dea yhg motok..
dee keluarin di dalem yhaah,
jangan ka dea lagi suhbuhr nih di luar aja yhaah,, teruus kaaa, dea juga pengen keluar juga niih,,
ahhahaah kaa deaa uhdah keluar niiih,, tahaan de kaka keluar juga niiihi
gw pun mencabut penis gw, dan memuncratkan mani gw ke perutnyaa.
ahaahh aaah croot croooot croooottt,, enaak de, tangan dea pun mengambil alih, dia mengocok kont" hingga sperma gw bersih terkuras.,,
perut dea pun di basahi oleh sperma gw

PIC
dea pun ngemut ****** gw dan menghisap sisa sperma yg ada di kont gw,,
enaak de, kamu emang hebat,,
kaka juga hebat dea udah puas banget, mksih yaah kaa.


Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - kubuka lebar-lebar kaki luci
Apr 15th 2013, 04:03


Kejadian ini 1 tahun lalu, saat itu saya masih kuliah semester akhir di Jakarta. Nama cewek ini Luci, waktu itu saya dikenalkan oleh temanku. Saat itu saya sedang pulang kampung, soalnya liburan semester. Orangnya cantik sekali, potongan rambutnya pendek seleher, kulitnya putih, bodinya oke, dan cukup supel juga. Tidak heran kalau temanku bilang dia naksir berat pada Luci. Luci waktu itu masih kelas 2 SMU. Waktu itu kebetulan lagi libur catur wulan dan kami merencanakan untuk pergi menginap di villa salah seorang teman selama 4 hari.

Kami pergi bertujuh, 4 cewek dan 3 cowok. Sebenarnya saya dengan Luci sama sekali bukan pacaran. Cuma kebetulan saja waktu itu dia berdua di mobil bersamaku, sedangkan yang lainnya bersama-sama. Selama perjalanan kami semakin akrab, dan kelihatannya dia naksir kepadaku. Sesampainya di villa waktu itu sudah malam, lalu saya mengajaknya jalan-jalan. Waktu itu saya mulai beranikan diri merangkulnya, dan dia ternyata diam saja bahkan semakin merapatkan tubuhnya. Lalu saya mulai merayunya, hingga suatu saat saya berkata "wah, Lus kalau dekat sama kamu terus bikin hangat gimana kalau entar tidurnya kita bareng aja". Eh, dia malah tersenyum dengan muka malu-malu. Lalu dia pelan berbisik "boleh aja, ayo..".

Lalu langsung saya bawa dia ke kamar di belakang biar tidak ketahuan oleh teman-teman. Di sana saya mulai menciumnya, pertama dia diam saja, lama-lama dia memberi respon juga. Dia memang jago kissnya. Lalu saya mulai menggerayangi tubuhnya, saya pegang payudaranya, lalu saya remas, dia mulai mendesah-desah tidak karuan. Lalu pelan-pelan saya lepaskan kaosnya, kemudian BH-nya sehingga kelihatan bukitnya yang indah menjulang. Melihat itu saya makin keras meremas payudaranya sambil mengisap putingnya yang indah itu. Setelah puas meremas-remas tanganku mulai menggerayangi pangkal pahanya. Pelan-pelan saya mulai memasukkan tangan ke dalam celananya, ketika jariku mulai menyentuh bibir kemaluannya, dia menjerit kaget dan berusaha menarik tanganku. Saya pikir wah gawat nih salah langkah, tapi saya masih berusaha mempertahankan tanganku di dalam celananya dan tanganku yang satunya menarik tangannya dan meletakkan di penisku, lalu saya bisikin dia "remasin Lus.., nikmat rasanya", dengan malu-malu dia mulai meremas-remas penisku. Sepertinya dia menikmati kegiatan barunya itu, dia tidak lagi berusaha menarik tanganku. Lalu saya mulai melanjutkan pekerjaanku, tanganku mulai menggosok-gosok bibir kemaluannya dengan cepat. Makin cepat saya gosok makin kencang pula dia meremas penisku.

Kemudian saya mulai melepaskan celana berikut celana dalamnya. Di sana saya mulai melihat liang kewanitaannya yang merekah dengan sedikit rambut di atasnya menantang untuk dimakan. Lalu saya mulai menjilati bibir kemaluannya, hingga dia mulai mendesah nikmat. Saya mainkan bibir kemaluannya dengan lidahku, kemudian saya hisap bibir kemaluannya sambil saya tarik sedikit. Ah rasanya sudah kepingin sekali memasukkan penisku ke dalam liang senggamanya. Dan dia makin keras mendesahnya. Setelah puas saya berhenti dan melepas baju. Kemudian saya berkata kepadanya agar membuka celanaku. Dia sepertinya juga sudah tidak tahan, makanya dia langsung menurut saja. Dia mulai melepaskan celana jeansku lalu celana dalamnya. Setelah itu dia mulai memainkan penisku sambil tertawa kecil. Lalu saya berbisik kepadanya "Isap, donk..!" dia sepertinya tidak mau, lalu saya rayu dengan sedikit memaksa. Akhirnya dia mau juga, dia mulai menjilat penisku lalu dimasukkan ke mulutnya dan mulai menghisap. Ah nikmat banget hisapannya, dia pintar banget mengisapnya sampai saya pikir jangan-jangan dia itu sudah pernah beginian. Setelah saya rasa cukup keras saya menyuruh dia berhenti dan saya dorong dia ke ranjang.

Lalu saya buka kakinya lebar-lebar dan mulai menaruh penisku ke liang kewanitaannya. Dia memejamkan matanya rapat-rapat menunggu penisku. Kemudian pelan-pelan saya masukkan penisku ke liang senggamanya. Ternyata lubang kemaluannya kecil sekali, penisku agak susah masuknya. Ketika masuk setengahnya dia mulai mendesah kencang, lantas saat masuk semuanya dia mulai menjerit kecil seperti kesakitan. Lantas saya mulai mendorong penisku ke liang senggamanya dan dia makin kencang menjerit serta tubuhnya menggeliat-geliat tidak karuan.

Lalu dia mulai menjerit. Lantas saya tanya dia pernah bersetubuh begini nggak? ternyata dia belum pernah, ini first timenya dia. Lalu saya bilang jangan takut sebentar lagi sakitnya hilang malah nanti bakal nikmat rasanya. Dia menurut saja, makanya saya melanjutkan lagi genjotanku, tapi saya genjot pelan-pelan takut dia kesakitan lagi. Setelah beberapa lama saya mulai merasakan pantatnya naik-turun sendiri. Ternyata dia mulai merasakan nikmat malah mau minta lebih dahsyat. Langsung saya cepatin genjotanku, penisku makin cepat keluar-masuk liang kenikmatannya. Dia mulai mendesah-desah lagi kesenangan. Waktu itu saya mulai merasakan enaknya liang kewanitaan seorang wanita. Penisku mulai dipijit-pijit oleh dinding kemaluannya. Saya makin mempercepat genjotannya bahkan saya hantam dengan keras penisku ke liang kewanitaannya, sehingga membuatnya menjerit kecil. Setelah beberapa lama, dia tiba-tiba diam dan mendesah panjang, saat itu saya mulai merasakan cairan panas di pangkal pahaku. Ternyata dia sudah keluar, tapi saya belum karena itu saya teruskan menggenjot liang surganya. Ternyata saya keluarnya agak lama juga, dia sepertinya sudah mulai kesakitan. Akhirnya dia bicara kepadaku "San, rada sakit nih.., lo udah keluar belum?". Saya bilang "belum Lus, sebentar lagi kamu tahan dulu aja", dia cuma mengangguk. Makanya saya makin mempercepat genjotan di liang kewanitaannya, sampai dia berteriak-teriak hingga saya bekap mulutnya takut ketahuan teman-teman. Dan saya teruskan sampai akhirnya saya rasa sudah tidak tahan, saya keluarkan semua isi spermaku ke dalam liang senggamanya. Dan dia pun mulai mendesah lega.

Setelah itu kita cool-down, dia tiduran di dadaku sambil bermanja-manja, dia berkata bahwa dia benar-benar suka kepadaku dan ini pertama kalinya dia berhubungan seks. Saya bisa lihat dari tetesan darah di kasur bahwa dia tidak berbohong. Lantas saya bilang bahwa saya juga suka kepadanya, dan apa dia mau jadi pacarku? dia bilang mau dan saya langsung memberi kiss hangat lagi buatnya, lalu kamipun berpakaian dan bergabung lagi bersama teman-teman.

Akhirnya dia jadi pacarku. Selama 4 hari di Villa kita bersenggama terus setiap hari, dan sesudahnya dari sana kita juga sering bersetubuh. Biasanya kita lakukan kalau saya lagi ada libur dan pulang kampung. Kalau sudah begitu kadang-kadang bisa hampir setiap hari kita senggama, soalnya rumahku kosong dan saya sering mengajaknya ke sana kalau lagi horny. Kita pacaran sampai hampir setengah tahun kemudian, saya lulus dan melanjutkan study ke Aussie dan kita akhirnya putus.

Saya tidak pernah lagi mendengar kabarnya sampai akhirnya saya dengar dari teman, katanya dia tidak sekolah lagi karena hamil. Wah.., bisa-bisa itu anakku. Ah tapi saya tidak ambil pusing, kalau itu memang pekerjaanku dia pasti menghubungiku. Lagian sekarang saya juga sudah ada girl friend sendiri. Sekarang Saya hanya bisa mengenang masa-masa manisku bersamanya.

TAMAT


       
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Adik iparku yang masih perawan
Apr 15th 2013, 04:02


kisah ini terjadi ketika istriku yang tercinta Narty . sedang mengandung anakku yang pertama kira-kira satu setengah tahun yang lalu.saat menjelang bulan yang kedelapan,perut Narty sudah sangat besar.dan tidak memungkinkan lagi bagi Narty untuk mengurus semua urusan keluarga seperti mencuci piring,gelas,dan lain-lain.ia harus lebih banyak istirahat.

Praktis deh sejak saat itu semua pekerjaan rumah tangga semua menjadi tangung jawabku.mulai dari mencuci sampai memasak.Narty sebenarnya nggak tega melihat aku bekerja habis-habisan di dapur.namun apa boleh buat dia sendiri harus mematuhi anjuran dokter untuk beristirahat total.dari rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga.

Akhirnya karena terlalu banyak menghabiskan waktu dirumah untuk menjaga Narty dan jabang bayinya .pekerjaanku di kantor pun terganggu banyak file-file keuangan yang belum sempat kuselesaikan dan akupun jadi sering mbolos ngantor.bosku tentu saja marah.ia bahkan mengancam akan menskorsingku.wah celaka…….! Maka mau tak mau aku harus sering ke kantor untuk menyelesaikan semua pekerjaanku sementara Narty akan menghubungi adik bungsunya Pita yang baru lulusan SMA.untuk menemaninya.aku memang nggak pernah bertemu Pita sebelumnya. lantaran ia sekolah di kota madiun dan tinggal bersama neneknya dikota tersebut.dan akhirnya kuijinkan aja Pita menemani Narty.

Semula nenek Pita keberatan kalau Pita harus tinggal bersama kami namun karena desakan Narty yang cucu kesayangan ini.nenek pun berkenan membiarkan Pita tinggal bersama kami di Bandung.bahkan Pita berniat untuk melanjutkan pendidikanya di kota ini sambil bekerja dan mencari pengalaman hidup.katanya saat itu kamipun berniat membiayai pendidikan Pita.karena bagaimanapun pendidikan adalah yang utama.

Sekarang mari kita bicarakan tentang body Pita. body Pita sangat menawan.payudaranya lumayan montok juga sanggup memancing hawa nafsu kaum adam sepertiku.bibirnya sangat sexy ingin sekali aku mengulumnya.rambutnya panjang terurai lurus.wajahnya keindo-chinese-san.pantatn​ya juga semok.pokoknya sexy abiss bo..!

Aku berharap kelak bisa mengentotnya.sekalipun itu tidak mung kin terjadi karena Pita adalah adik bungsu Narty yang notabene istriku sendiri.dengan kata lain ia adalah adik iparku sendiri.ah betapa gobloknya aku dulu andai dulu yang kunikahi Pita bukan Narty.batinku kala itu.

Suatu hari sifat keisengankupun kumat lagi.saat Pita mandi aku mengintipnya.saat itu Narty sedang tak ada dirumah lantaran harus ke dokter kandungan.dengan sedikit tehnik yang kupelajari di kala "SLTP" dulu.aku berhasil menggintip Pita. ternyata tubuh Pita memang sangat sensual kedua payudaranya bukan Cuma besar ,tapi sangat indah dan kenyal.ingin saat itu aku meremasnya dan mengulum kedua putingng nya yang hitam kecoklatan itu.namun aku nggak ingin terburu-buru.melihat tubuh adik ipar kan nggak bisa setiap hari jadi harus kunikmati waktu emas ini sebaik-baiknya.

Matakupun mulai menyisir tubuh Pita secara perlahan-lahan leher jejangnya,dadanya,serta memek perawannya yang diselimuti bulu-bulu halus, saat ia menyabuni tubuhnya ,juga saat ia keramas semua terlihat dengan sangat detail.benar-benar pemandangan yang eksotis.tak akan tertukar dengan pemandangan gunung willis sekalipun pokoke oke.dan tanpa sadar "adik kecil"kupun terbangun.

Namun aku harus menelan ludah. jam dinding sudah menunjuk angka 08.00 aku harus bersiap-siap ke kantor.dan dikantorpun aku tak berkonsentrasi bayang-bayang tubuh Pita mengisi terus seluruh otakku.ingin rasanya aku pulang dan mengentot sorang wanita ABG.

Dan begitu aku pulang. Aku jadi pusing tujuh keliling batang kemaluanku sudah "READY FOR ACTION" namun aku tak bisa meminta "jatah" ke Narty lantaran ia hamil tua maka akupun memutuskan untuk menggumbar hawa nafsuku dengan melihat VCD porno alias BF aku harus melihat vcd ginian waktu tengah malam. lantaran pada tengah malam begini biasanya Narty dan Pita pasti sudah tidur terlelap.Narty paling nggak suka kalau aku liat vcd beginian.dan kalau ketahuan Pita yang masih ABG itu bisa hilang wajahku.

Saat aku tengah asyik-asyiknya melihat tiba-tiba ada seseorang menepuk pundakku "Pit…..Pita ka……mu be…belum tidur"ujarku gelagapan saat mengetahui bahwa yang menepuk pundakku adalah Pita. sembari menyetop jalannya BF dengan remote televisi yang terletak dismping sofa tempatku duduk. ''belum,mas malam ini panas banget,ya jadi gerah nih" "oh…"jawabku datar. "mas,mas suka ngeliat yang beginian ya?" "ah,nggak juga Cuma iseng doang kok,eh Pita jangan bilangin hal ini ke mbak Narty ya soalnya dia nggak suka kalo mas liat ginian" "boleh aja mas pake rahasia-rahasiaan tapi……" "tapi apa?" "mas harus kasih liat tuh vcd ke Pita" gila kali nih anak, baru lulus SMA sudah berani liat beginian .tapi ya sudah lah toh aku sudah ketangkep basah jadi mau nggak mau kustel lagi deh BF tersebut.dan kami pun melihat BF itu berduaan di sofa kayak Romi dan yuli.

Akhirnya tibalah adegan dimana pemain pria dikulum batang kemaluaannya oleh si pemain wanita.(oral sex). "mas kenapa sih kok tuh cowok seneng banget waktu "anunya" dikulum sama sicewek itu"Tanya Pita kujawab saja dengan jujur"ehh….tuh cowok kerangsang kali. aku bilangin ya pit cowok itu kalo dikulum anunya bakal kerangsang." "emang kalo "anunya" mas digituin mas ya kerangsang?'' "jelas dong"kataku saat itu. gila nih anak pertanyaannya kok menjurus amat ke hal-hal khusus dewasa. "mas,mas mau nggak kalo digituin sama Pita." "gendheng kamu pit,aku ini kan kakak iparmu bagaimana kalau mbak Narty tau" "lho,mbak Narty kan sudah tidur mas,nggak bakalan tahu deh" belum sempat aku berkata apa-apa Pita sudah membuka celana ku dan langsung mungulum kemaluanku.aku gelagapan.

suara mulut Pita yang tertahan burungku itu akhirnya membuat aku kerangsang juga.akhirnyapelan-pelan aku mulai mengikuti permainnan lidah Pita kugoyangkan pantatku searah dan perlahan.kubelai-belai rambut Pita yang terurai panjang.sementara itu Pita mengulum kemaluanku bagai seorang bayi mengulum lollipop mulutnya mengulum mengitari kemaluanku kadang ia menngigit lembut kepala kemaluanku dan saat itulah aku memmekik ringan.hingga akhirnya: air surgawiku tertumpah semua ke mulut Pita .Pita berusaha menelan semuanya dan setelah itu dengan jilatan-jilatan kecilnya ia menbersihkan kemaluanku hinngga bersih dan klinclong.

"hah….hah mas aku kan sudah ngulumin punyanya mas,sekarang giliran emas dong yang ngulumin punya Pita" "oke deh pit buka dong dasternya biar mas kulumin memek kamu " dengan cepatnya Pita membuka baju dasternya bahkan juga bra dan cdnya .dan setelah itu kulihat lagi tubuh Pita polos tanpa sehelai benangpun sama persis dengan yang kulihat dikamar mandi tempo hari(saat aku mengintipnya remember).maka dengan segera tanganku mengengam kedua buah gumpalan dagingnya dan mulai meremasnya dengan kasar sembari kadang-kadang memainkan putingnya yang sudah mengeras akibat rangsangan ransangan yang didapatnya ketika menggulumku tadi.

"akh……oooooooh……mas jangan mas kulumin memekku dulu dong pleeeeaaze" 'ini dulu baru itu Pit"kataku menirukan bunyi iklan di tv sembari menciumi kedua daging kembar itu bergantian.

Setelaah puas menciumi kedua susu Pita barulah aku mulai menciumi memeknya pertama kujilati bulu-bulu halusnya rintihan pita terdengar. tampaknya titik lemah Pita ada di memeknya.itu dapat dibuktikan .begitu ia mengerakan pantatnya dengan antusias membiarkan lidahku menari bergerak bebas didalam memeknya yang sempit dan begitu kutemukan chrytorysnya(yg sebesar kacang kedelai) lansung saja kukulum tanpa ammpun "akh………oooooooooo…………….akk​khh………………… akh………oooooooooo…………….akkk​hh………………… akh………oooooooooo…………….akkk​hh…………………maaaaas maaaasukin aja burung mas ke dalam memek aku akh……………." "tapi ,Pita kamu kan masih perawan" "askh….nggak peduli pokoke puasin aku mas"kata Pita sembari menancapkan burungku ke vaginanya.

"aaaaaaaaaaaaaaaaaa…………..o​ooooooooo…………." masuklah semua burungku seiring dengan erangan Pita (menahan sakitnya hujaman anuku).setelah itu mulailah kugenjot tubuh Pita semakin lama semakin cepat.Pita terus memekik keras namun aku sudah gelap mata.maka semakin keras erangan Pita semakin keras pula goyanganku.

Aku terus mengoyang Pita hingga akhirnya Pita mencapai klimaks. Cairan orgasmenya keluar bersama darah keperawanannya.tubuh kami berdua bagai bermandi keringat.kubiarkan pita istirahat sekitar 15 menit.saat itu kulihat Pita menyeka air matanya mungkin ia menangis karena menahan sakitnya hujaman "burungku".kejadian ini mengingatkanku saat kuperawani Narty .kala itu Narty juga mengeluarkan air mata..dasar adik kakak sama saja. Lalu kubiarkan sekali lagi Pita mengulum anuku hingga keluar cairan surgawi untuk kedua kalinya kali ini fekwendsinya lebih banyak karena kulihat Pita tak mampu menelannya..air surgawiku tampak belepotan diwajahnya.kubantu Pita untuk membersihkan spermaku di wajahnya dengan kertas tissue.setelah itu kami akhiri perbuatan nista kami ini dengan cumbuan mesra.

"Pita,kita baru saja melakukan sebuah perbuatan yang dilarang oleh agama,sadarkah kamu,Pita" "ah,nggak papa mas.apa urusannya agama sama kita.toh kita Cuma melakukan hubungan sex tidak lebih"masyaallah …! Dia Cuma berkata seperti itu setelah berselingkuh dengan aku,kakak iparnya sendiri ck…ck…..ck… "tapi aku kan sudah memerawanimu itu sama artinya dengan merusak masa depanmu dan aku juga telah menghianati cinta mbakyumu Narty" "ah mas ini gimana toh asal kita nggak buka mulut siapa sih yang tahu kalau aku sudah nggak segelan lagi" "tapi…'' "dan lagipula mas kan nggak maksa aku nglakuin ginian,orang aku yang mau kok,mas asal mas tau aja ya aku tuh sudah lama menunggu saat dimana "segelku" dibuka sama mas,makanya tadi waktu mas ngintip aku biarin aja." "jadi kamu tau kalo tadi pagi aku……" "ya,jelas tau dong mas ,mas dimataku mas itu seorang yang gagah dan baik jadi aku nggak akan nyesel ngasih keperawananku ke mas" "tapi gimana kalau sampai mbak Narty tahu he…" "kita rahasiain hal ini dari semua orang mas gimana mas setuju nggak?" "baiklah aku rasa inijalan yang baik untuk kita berdua Pita aku mohon anggap saja malam ini tak pernah terjadi" dan mulai saat itu kami merahasiakan hal ini pada siapapun.Pita tinggal dikost-kostsan dengan alas an agar lebih dekat ke fakultas dimana ia menimba ilmu.(padahal ia tinggal di kost-kostsan untuk menghindari kecurigaan Narty}ia hidup tanpa beban seolah-olah apayang telah kulakukan tak pernah terjadi namun kin giliran aku yang repot karena aku tak bisa melupakan nikmatnya oral sex Pita


       

Cerita Sex - Gelora Gadis Muda
Apr 15th 2013, 04:01

Kembali ini adalah kisah true storyku, yang terjadi pada masa-masa kuliahku. Nama pelaku dalam kisah ini disamarkan, guna menghindari kesalahpahaman. Komentar dan saran pembaca silakan email

Kisah ini terjadi saat Dino berumur kira-kira 22 tahun. Pada masa-masanya dimana keinginan mencoba segala hal baru selalu mendorong setiap perbuatan manusia. Hanya logika dan iman yang kuat yang dapat mengalahkan setiap keinginan itu. Dan Dino tidaklah termasuk pada golongan yang disebutkan diatas.

Pada masa - masa itu sepertinya kehadiran seorang teman sangatlah penting. (..masa sich..?) Begitu juga Dino yang memiliki banyak teman itu tak pernah merasa sepi. Ada saja teman yang mendampinginya, baik saat – saat mereka bepergian ataupun kumpul-kumpul bersama. Biasanya yang selalu menjadi obrolan mereka apabila telah suntuk adalah para gadis – gadis. Ada saja cerita mengenai gadis- gadis yang kadang membuat mereka penasaran, melongo dengan takjub atau tertawa terpingkal – pingkal.

Suatu sore Dino mendapat telepon dari temannya Dudi, yang tinggal di seputaran wilayah Buahbatu. Dudi memintanya datang sore itu juga.

' Ada apa ya dengan Dudi ini……..?'tanya Dino dalam hati. Tetapi biasanya Dudi ini selalu membuat kejutan. Ada saja hal yang tidak di duga Dino dan teman – temannya yang dilakukan Dudi. Tapi sejauh ini hal-hal tersebut adalah hal – hal positif (…dari sudut pandang siapa ?…he..he..). Tak berpikir panjang Dino menyanggupinya.

Sore Sabtu itu Dino meluncur di jalanan, menggunakan mobil carry putih yang dipinjamnya kepada orangtuanya dengan berbagai alasan. Mengenakan jeans dan kaos berkrah setelah mandi sebelumnya ( ..rapi sekali…..!!). Sambil menyetir mulutnya bersiul mengikuti irama lagu riang yang terdengar mengalun dari Clarion, tape mobil masa itu. Jalanan belumlah seramai sekarang, sehingga tidak harus berkonsentrasi penuh menjalankan kendaraan.

Berbelok ke kanan pada lampu traffic, terus melaju dengan lancar. Kurang lebih 15 menit melaju di jalan Buahbatu itu kemudian berbelok ke kiri, masuk pada jalan kecil. Daerah itu merupakan tempat kediaman yang cukup strategis. Karena terletak dekat kota dan hamper semua penduduknya merupakan penduduk asli. Bangunan yang berdiri di daerah itupun sebagian besar adalah bangunan lama gaya tahun 60-70an. Meskipun tidak sebagus bangunan- bangunan di daerah jalan dago. Katanya daerah ini merupakan daerah pemukiman pekerja-pekerja administrasi pada jaman tersebut.

Setelah berbelok ke kanan pada ujung jalannya, mobil yang di kendarai Dino berhenti 200 meter dari belokan terakhir. Terlihat Dudi yang sebelumnya duduk di sebuah warung mendatanginya. Menyapanya dengan hangat.

" Nah,…datang juga………………" ujar Dudi setelah berada di samping mobil.
"Santai kan……………………….?"tanyanya.
"Ayo ke rumah dulu……………..."ajakn Dudi melangkah menuju arah rumahnya yan masuk ke dalam dari jalan tersebut. Setelah mengunci mobil, Dino berjalan mengikuti langkahnya dari belakang. Berbelok ke kanan, terus samapai pada sebuah belokan jalan kecil yang juga merupakan jalan masuk ke rumah Dudi temannya itu.Begitu memasuki pintu,….

" Duduk 'No,……… oh ya kenalin ini, Neng Indri, satunya Dian…." Ujar Dudi menyilakan.
"Dian itu cewekku.., jangan di ganggu…"kelakar Dudi menambahkan
"Dino………………"
"Dian………………"
"Indri……………..." sahut gadis muda yang tengah duduk di kursi di ruang tamu tersebut.
"Ini lho neng…., Aa Dino yang Aa' ceritakan kemarin itu" terang Dudi sambil mengocok sendok pada gelas minum yang tengah ia bikinkan.
'Gadis yang mungil' bisikku dalam hati menatap Indri. Manis wajahnya yang masih polos, tapi leluk-lekuk tubuhnya telah membentuk.

" Sebentar ya……., Aa' Dudi salin dulu……………………"teriak Dudi dari kamarnya setelah menghidangkan 3 cangkir teh hangat. Dino menyeruputnya, hmm begitu nikmat rasanya di sore ini. Tak lupa sebatang rokok menyelip di bibirnya menemani pembicaraan mengalir diantara mereka. Indri ternyata tidaklah sepolos wajahnya, pembicaraan yang Dino lontarkan dapat di imbanginya dengan baik. Berbeda dengan Dian yang lebih banyak diam.

' Hmm anak ini cukup bagus juga wawasannya…….."batinku kembali berbisik.
"Yok kita berangkat………."ajak Dudi yang telah rapih keluar dari kamarnya. Berempat kami melangkah ke luar dari rumah itu setelah pamit pada orang tuanya Dudi.
"Neng di depan ya…………….?"perintah pada Indri.
"Aa' mo pacaran di belakang, jangan liat-liat ya……"kelakar Dudi sambil memeluk pinggang Dian. Dian tersenyum kecil mencubit pinggang Dudi. Mobilpun melaju.
"Kemana kita ni Dud………….."Tanya Dino melihat dari spion.
"Oh…ya bisa antar ke teteh dulu kan…." Jawab Dudi sambil memberitahu alamat kakaknya itu. Mobil pun mengarah ke selatan menuju rumah kakaknya Dudi. Dan sepanjang perjalanan itu Indri berbicara, mengajak ngobrol Dino. Ada-ada saja bahan pembicaraannya sehingga kekakuan mulai tersa mencair.

30 menit kemudian mobilpun menepi pada sebuah rumah di sebuah komplek. Dudi keluar sambil menggamit Dian.

" Sebentar ya 'No…………………"ujarnya melangkah memasuki halaman rumah tersebut. Entah ada apa keperluannya Dino tak mengerti. 'Biar sajalah……..toh ada Indri yang menemaniku ngobrol'batinnya.

Dan pembicaran mereka berdua di mobilpun semakin hangat. Dino sangat respek pada gadis mungil itu. Kadang-kadang mereka berdua tertawa bersama. Celotehannya itu tak ada henti-hentinya. Tak lama Dudi pun datang kembali diiring Dian dan tetehnya Dudi. Setelah basa basi sesaat merekapun berangkat. Menuju selatan lagi ke sebuah tempat pariwisata seperti usul Dudi. Dino mengilkuti saja, pengen tau apa kelanjutan rencana Dudi teman baikknya itu.

Adzan magrib berkumandang saat mereka sampai di tepian sebuah danau. Embun sudah mulai turun. Dudi melangkah di ikuti Dian menuju sebuah warung. Langsung duduk bersila.

"No, Indri……… mo pesan apa…….."teriak Dudi melongokkan wajahnya di jendela warung. Dino menatap pada gadis muda di sampingnya….
"Aa' mau pesan kopi dengan jagung bakar, Indri pesan apa……"Tanya Dino.
"Hmm…….teh manis dengan itu..tu, gorengan………………….." jawabnya tersenyum. 'Manis sekali senyumannya……..'
"Dud, kopi satu, teh manis satu, jagung bakar dan gorengan……"teriak Dino.
"Ga pakai lama ya……………………….."tambah Dino.

Kembali mereka berdua tenggelam dalam percakapan yang hangat. Saling berkelakar, ataupun berbincang serius. Pesanan pun datang, yang langsung di terima Dino. Meletakkan minuman mereka di dashboard, dan memberikan sepiring gorengan kepada Indri. Dan sambil memgunyah makanan mereka masing-masing obrolan pun mengalir kembali. Embun makin turun, sehingga jarak pandang menjadi semakin pendek. Cahaya lampu di warungpun tak cukup menerangi mereka berdua yang berada di dalam mobil.

" Ayo kita pulang………………………….". terdengar suara Dudi mendekat. Dino dan Indri serempak terperanjat.
"Bikin kaget aja kamu Dud………………"ujar Dino, mengemasi remah – remah sisa makanan mereka yang tak habis.
"Ini kembalikan dulu piring dan gelasnya….."ujar Dino menyerahkan piring dan gelas yang telah kosong. Berlari kecil Dudi menuju warung, menyerahkan benda tersebut ke tangan seprang ibu tua pedagang warung tersebut, lalu kembali menuju mobil di tengah gerimis yang turun.

" Uh……..dingin…………………."ujarnya menutupkan pintu mobil. Tak kecuali Dian yang telah berada di dalam mobil menggemeletukkan bibirnya. Langsung saja mobil berangkat, merayap pelan, karena pandangan yang terbatas akibat gerimis dan kabut. Setelah sampai di jalan utama mobil langsung Dino arahkan menuju kost-annya Dian sebagaimana petunjuknya.
"Aku nginap disini……."ujar Dudi mengedipkan mata.
Dino melongo, tak bisa berkata-kata.
'Trus bagaimana aku dengan Indri gadis muda ini?' pik1r Dino. Sambil menjalankan mobil perlahan. Bingung tak tau harus bagaimana.
"Indri Aa' anterin pulang jam segini ga pa-pa?" Tanya Dino harap-harap cemas.
"Jangan A' jangan kerumah, sudah terlalu malam.."sahutnya denganmata bingung.
"Teruss………"
" Pokoknya jangan ke rumah aja….."ujarnya manja.

Terus terang, Dino bingung sekali saat itu, uang yang ada di dompetnya saat itu tak mencukupi untuk menginap di hotel. Pikirannya terus berputar ….
Akhirnya teringat ia pada Nunu, temannya sekomplek yang rumahnya biasa menjadi tempat berkumpul teman-temannya. Rumahnya hanya di isi oleh Nunu seorang sebab orangtuanya selalu berada di luar kota. Kesanalah mobil Dino mengarahkan mobilnya. Tepat jam 11 malam itu mobil putih dan isinya tiba di halaman rumah kecil tersebut. Kecil tapi cukup resik.Melongok dari celah pintu sebuah wajah lugu temannya itu.

" Ada apa Din…, malam-malam gini….?"tanyanya sambil menyilakan masuk. Dino segera mendekat dan mengatakan hal yang membuatnya bingung. Nunu manggut-manggut dan mengerti keadaannya. Lalu ia bergerak ke sebuah kamar yang kosong yang diperuntukkan untuk tamu. Setelah mencuci muka dan bersih-bersih, mereka bertiga pun ngobrol di ruang tamu dengan hangat. Cukup akrab memang. Tak terasa waktu berlalu hingga Nunu yang tadi telah mengantuk kembali menguap.

" Kalian teruskan saja ngobrol, aku tidur dulu sudah ga kuat……."Ujarnya beranjak menuju kamarnya.
"Ok bos……."sahut Dino dan Indri berbarengan.Kembali mereka tengeelam dalam percakapan hangat, cukup intim malah. Indri bersandar di bahu di dada Dino. Menonton acara TV yang membosankan. Dino mengelus-elus bahu Indri memberikan kenyamanan perlindungan. Mengharumi rambut gadis muda tersebut. Rasa hangat mengalir dari tubuh yang berdempetan tersebut, menyebar ke seluruh relung tubuh. Kadang mulut Dino mencium ubun-ubun gadia muda itu, tak ingin kehilangan rasa wangi yang terbersit disana.

" A'………"bisik Indri hamper tak terdengar.
"Hmm….."gumam Dino menanggapi.
"Indri ngantuk…………."ucapnya perlahan.
"Ya sudah kamu ke kamar saja….., Aa' biar disini saja , ga enak sama Nunu"jelas Dino. Indri bangkit dan tiba-tiba. Sebuah kecupan kecil dijatuhkannya pada pipi Dino dan langsung melangkah mnuju kamar..

Dino terpana, terdiam, kembali tenggelam pada cara Tv yang membosankan itu. Menunggu kantuknya yang tak datang-datang juga. Akhirnya tak menunggu Dino pun bersiap-siap merebahkan dirinya di sofa di ruangan tengah tersebut Menatiksarung yang diberikan oleh Nunu. Baru saja matanya hendak terpejam.

" A………….."sebuah bisikan terdengar didepannya.
"Ng…………, ada apalgi………..?tanya Dino . Terpaut pandangannya pada wajah Inri yang telah berada di depannya.
"Indri takut……ga mo tidur sendiri…….."ujarnya dengan ekspesi meyakinkan.
"Temanin Indri di kamar….ya A'……….."tambahnya lagi sambil menyeret lengan Dino. Mau tak mau Dino terpaksa bangkit, mengikuti gadis muda yang menarik tangannya memasuki kamar. Indri menutupkan pintu kamar tersebut perlahan. Gadis itupun berbaring di sebelah kiri Dino memunggunginya. Gelisah ia rupanya. Terasakan dari gerakannya yang menjalar di kasur di ruangan itu.

" Kenapa…., ga bisa tidur..?"Tanya Dino berbisik.
"Aa' belum tidur……………? Tanyanya.
"Ga tau nih mata ga mo terpejam…….."tambahnya lagi seraya membalikkan badan, menatap ke arah Dino. Dino menundukkan wajahnya menatap mata gadis muda tersebut. Menarik dan mendekapnya hangat.

" Ya, kesini deh lebih mendekat ke Aa'………………"pinta Dino lembut. Gadis muda itu menggeser tubuhnya, merebahkan kepalanya di dada Dino. Mendengarkan debur jantung lelaki itu berdegup bergemuruh. Dino mengecup kepala gadis muda itu dengan lembut, mengirimkan berjuta kedamaian. Indri mengangkat wajahnya, memandang ke arah Dino. Kembali kecupan di jatuhkan Dino, kini pada kening yang di hiasi rambut-rambut halus. Perlahan sekali, sangat perlahan…..

Setelah kecupan itu berlalu, Indri membuka matanya dan sambil menatap Dino bergerak keatas mewnjajari wajah lelaki itu. Diiringi kedua bola matanya meredup bibirnya mengecup lembut bibir Dino. 'Lembut dan segar sekali bibir Indri ini' batin Dino.

Dino bergerak mengambil inisiatif atas kesamaan hasrat yang terbaca sudah. Mengait bibir lembut yang bergerak menjauh. Segera melumatnya dengan hangat. Kedua bola mata Indri terbelalak lalu meredup pelan, ikut larut dalam irama alunan gelora hasrat yang mulai terbersit dalam dirinya. Kini kedua bibir mereka bertautan erat, saling melumat dan mengulum, membangkitkan hangatnya bara asmara dalam kebersamaan.

" Mmmfhh…………………….."desah Indri perlahan.

Lidah Dino kini mencoba lebih intens, menyelusup melalui ke dua bibir lembut milik gadis muda itu, mencoba menemukan pasangannya. Kemudan mengait lidah lancip sang gadis mengajaknya bercengkrama dalam kelembutan basah mulutnya. Indri pun tak kalah hangatnya membalas. Lidah mereka saling berpalun, saling membelit dengan panasnya.

Tangan kiri Dino menjalar turun. Menyelusur di sepanjang punggung sang gadis, mengirimkan kehangatan di sepanjang perjalanannya. Bibir mereka masih bertaut makin erat, saling melumat tak henti-hentinya. Tangan Dino terus turun, meluncur di sepanjang kaos ketatnya Indri, terus ke bawah, menaik pada pinggang yang ramping menemukan bongkahan yang masih dilapisi rok tersebut. Meremasnya lembut……!!!

Indri membuka matanya, bergerak perlahan menaiki tubuh Dino. Dan kembali melumat dan menngulum seperti sebelumnya. Tangan kanan Dino bergerak, Menyusuri bagian samping tubuh gadis muda itu , mengelusnya perlahan, terus naik turun , kadang bergerak agak kedepan menyentuh pangkal bulatan dadanya , mengelus denganibu jarinya.

" Uhhhhh……………………."Rintih gadis muda itu perlahan. Tubuhnya sedikit mengangkat memberikan ruang gerak keleluasaan pada jari Dino. Sementara tangan yang sebelah lagi tak henti-hentinya meremas dan mengelus di belakang.

Tak cukup begitu jari Kino menyelusup ke balik kaos yang dikenakan Indri, meraba kehalusan kulit tubuh sang gadis, mengelusnya sambil bergerak naik, menemukan bongkahan dadanya yang masih terbalut bra tersebut. Tangan Dino bergerak terus menyelinap ke balik pembungkus dada tersebut…!!!

Menemukan bulatan padat kenyal berlapiskan kulit halus yang hangat. Merabanya dan mengelusnya dengan lembut, jarinya tak berhenti menaiki bulatan padat tersebut, menemukan putik mungil di puncaknya. Memilinnya perlahan….!!!

" Ouhhhh…………….."Desis Indri menggeliatkan tubuhnya. Rasa geli gatal melanda syaraf-syaraf kewanitaannya.
'Terus….A'…………..'batinnya menyetujui tindakan Dino. Bibir Indri turun mengecup bola mata Dino, bergerak kesamping melumat cuping telinga Dino dengan ganas…

Dino merasa kegelian atas perlakuan Indri pada telinganya. Langsung di peluknya tubuh mungil tersebut, Ia bangkit hingga terdudukdengan Indri dalam pangkuannya. Menarik lepas kaos gadis muda tersebut hingga lepas. Tak ketinggalan dengan bra dan roknya. Indri p[un berbuat sama, melepaskan pakaian Dino… Dan kini mereka hanya di lapisi oleh secarik kain tipis yang menutupi selangkangan mereka masing-masing.

Sambil dalam posisi demikian mereka kembali saling melumat dan mengulum. Lidah Dino menjalari leher gadis muda itu. Menjilati permukaannya di sepanjang perjalannannya, terus menaik menjumpai pangkal telinganya. Menjilati bagian belakang telinga tersebut berkali-kali. Terus mengulum cuping teringa tersebut dengan rakusnya.

" Ahhh………………."erang Indri. Tubuhnya mulai berkelejat-kelejat di pangkuan Dino. Pinggulnya secara demonstratif bergoyang, mengekspresikan kegeliab dan kegatalan yang melandanya. Akibat goyangan tersebut kewanitaannya yang terlapis oleh kain tipis itu menggerus batang kejantanan Dino yang telah tegak , malah kegelian dan kegatalannya makin memuncak.

Wajah dan bibir Dino kini beralih pada bulatan padat di dada sang gadis. Mengecup di sekeliling bungkahan kenyal itu, menjilat di sepanjang lingkaran lerengnya. Berputar terus ke atas menuju puncaknya. Mengulum dengan kuat pada putik yang berada di puncak dada tersebut.

" Ouhhhhhh………….Aa'…."erang gadis muda itu. Matanya terbeliak sesaat dan kembali meredup. Terdengar napasnya telah memburu. Desah dan rintih tak henti-hentinya terdengar meluncur dari bibir munginya. Kadang bibirnya menganga melepaskan keluhan nikmatnya. Dino tak berhenti, bergantian dada kiri dan kanan Indri menerima lumatan dan kuluman yang tak kenal lelah,makin bersemangat dan makin ganas….!!!

Indri tak tahan. Gelombang demi gelombang yang menderanya menaikkan tingkat birahinya pada titik yang lebih tinggi. Tak cukup hanya begitu,tangan mungilnya menjamah ke bawah. Terasa oleh Dino betapa pinggul gadis muda itu terangkat. Tak tau apa yang dilakukannya, hanya tiba-tiba tangan lentik itu telah berada kemabali diatas dengan menggenggam secarik segitiga satin, yang langsung di lontarkannya di atas kasur. Tak lama kembali terasa kedua tangan tersebut telah berada di pinggang Dino, menarik karet pakaian terakhirnya. Dino mengangkat tubuhnya memberikan keleluasaan pada sang gadis. Mereka kini telah telanjang….!!!

Langsung tangan mungil itu kembali bergerak, terasa menggenggam batang berototnya yang telah tegak. Menempatkannya pada lepitan basah yang hangat. Pinggulnya bergerak intuitif bergoyang, mengurut dan membelai batang kenyal tersebut naik turun.

Dino bergerak. Merangkul tubuh mungil gadis muda tersebut. Mendekapnya erat di tengah goyangan dan gerakan erotisnya. Menempelkan tubuh mereka yang telah berkeringat erat ke tubuhnya. Merasakan gosokan putik bulatan padat dada Indri pada dadanya. Merasakan api yang mkembakar mereka bergejolak makain membara, siap menghanguskan mereka.

Kedua tangan Indri berpegangan pada bahu Dino. Pinggulnya tak henti bergerak, menggali semua kenikmatan yang ada di sepanjang batang kenyal lelaki yang ia duduki. Mata indahnya terpejam.

Tiba-tiba tangan mungil Indri bergerak kembali ke bawah, menemukan batang berotot Dino yang telah tegak maksimal, menggengamnya dan menuntunya pada muara lepitan kewanitaannya, menggosok kepala membolanya dengan lepitan basahnya. Melumasinya berkali-kali. Lengannya kembali pada pundak Dino seiring dengan kakinya yang kini berubah tumpuan. Lututnya kini menjadi tumpuan tubuhnya yang berada di pangkuan Dino. Perlahan tumpuan lututnya bergerak, melebar…..!!!

" Ahhhh…….."pekik lirih Indri. Kedua lututnya yang melebar mengakibatkan tubuhnya turun. Lepitan basah kewanitaannya ikut turun…menyebabkan lepitan itu terkuak oleh batang tegar Dino. Menelan kepala membola itu dalam jepitan halus basah tetapi liat mencekal. Tubuh sang gadis mengejang sesaat. Kembali pinggulnya bergerak memutar.
"Ohhh…. Aa'………………………"rintihnya lirih di sela gerakan tubuhnya di bawah.


Dino merasakan kedua tangan Indri mencengkram erat pundaknya. Liang hangat di bawah terasa mencekal erat kepala batang tegarnya. Ditambah lagi dengan gerakan memutar pinggul sang gadis membuatnya tak bisa lagi menahan diri. Dipeluknya ketat tubuh Indri dengan kedua lengannya, hingga tubuh mungil tak dapat bergerak lagi. Lalu menggerakkan tubuhnya naik. Meneruskan pembukaan yang telah dilakukan sang gadis. Membenamkan batang tegarnya dalam kelembutan liat kewanitaan sang gadis. Mili demi mili batang berotot itu tenggelam,terbenam.

' Sungguh erat cekalannya…….'batin Dino.
'Bukan main punya Aa' ini…….'batin Indri. Tak tahan oleh geli dan gatal yang melanda, Indri membenamkan giginya pada pundak Dino. Menggigitnya dengan gemas.

" Ahhhhhhh………………………" pekik Indri. Napasnya terengah-engah seolah-olah tengah berlari jauh. Akhirnya amblas sudah batang berotot Dino, terbenam utuh dalam kekenyalan liang kewanitaan Indri diringi pekikan kecilnya. Mereka terdiam sesaat, saling berpandangan lekat. Perlahan tubuh mungil Indri bergerak, naik turun dengan pelan. Mulai menggali semua kenikmatan yang akan memenuhinya, Makin lama temponya menaik. Terkadang bergerak maju mundur mengayunkan pinggulnya dengan konstan.

Dino tak tinggal diam, mencoba menambah pasokan birahi dengan kembali melumat dan mengulum putik bongkahan dadanya yang telah mengeras, mengkilat oleh butir-butir keringat di timpa temaram cahaya. Bergerak seirama mengayunkan pimggulnya naik turun bak piston mesin mengebor.

Gerakan mereka makin cepat. Dengus dan erangan tak hentinya terdengar dari kedua insane yang tengah mendayung perahu birahinya, di selingi kecipak-kecipak pertemuan tubuh mereka di bawah. Tubuh mereka telah basah mengkilat dimana-mana. Melicinkan gerakan merekan yang makin liar. Puncak makin mendekat….

Lalu gerakan Indri mengayun pinggulnya berubah manjadi sangat cepat. Melentingkan tubuhnya ke belakang, memejamkan matanya.

" Ahhhh…………………….."pekiknya saat keputusan puncak di capainya. Kembali bergerak cepat memacu pinggulnya, Kembali sambil melentingkan tubuhnya menjerit terputus-putus…
"Ahhh, …….ahhhhhh, ………ahhhh…."gelombang yang lebih dahsyat menggulungnya,membolak-balikkan emosinya bercampur aduk. Melontarkannya ke langit berwarna warni. Tak kuat menahankannya, memeluk ketat bahu Dino seraya giginya telah membenam di pundak Dino. Rengekannya pecah sepanjang gelombang demi gelombang yang melandanya.

" Nggghh……………………."rengek Indri dengan nafas tersengal-sengal. Terasakan oleh Dino betapa liang tersebut bergerak peristaltik, mengurut dan memijat batang berototnya dalam tempo cepat. Dino tak tertahankan, makin cepat, selain menyempurnakan pencapaian sang gadis juga letupan-letupan syarafnya hampir meledak. Memompa batangnya terus menerus tak henti. Mengenggam pinggul sang gadis denga kedua tangannya seolah- olah tengah memaku sang gadis dengan batang berototnya pada liang yang telah basah di bawah.

" Arghhh…………………….."sambil menggeram Dino membenamkan batang berototnya sedalam-dalamnya pada liang basah tersebut. Ototnya berdenyut sesaat. Bendungan laharnya meledak, berkejaran di sepanjang pembuluh darah batang berototnya menemukan pelepasannya. Menyembur dalam kehangatan liang yang mencekal erat, membasahi dan membanjirinya hingga tak tertampungkan dan mengalir perlahan ke muara liang tersebut.

Hening sejenak. Mereka tenggelam dalam keletihan yang sangat. Meresapi sisa deburan gelombang yang masih terasa. Diam tak berkata-kata…

" Makasih…..A'"ujar Indri lirih mengecup bibir Dino.
"Hmmm…….."gumam Dino tak menjawab, hanya dekapan lengannya makin erat pada tubuh mungil yang berkeringat tersebut. Tak dapat ia wujudkan kebanggan perasaannya. mengantarkan gadis muda itu menggapai puncak kenikmatan yang beruntun dalam persetubuhan ini.

      

Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Ping your blog, website, or RSS feed for Free

Tidak ada komentar:

Posting Komentar