Jumat, 05 April 2013

Your Daily digest for Cerita Seks Bokep Dewasa

Ping your blog, website, or RSS feed for Free
Cerita Seks Bokep Dewasa
Cerita Sex - Tugas Kenikmatan
Apr 5th 2013, 14:16


   

Halo, perkenalkan namaku Dana usia 27 tahun berasal dari Sumatra Utara. Aku sudah berkeluarga dengan 1 anak yang masih berusia 3 tahun. Aku dan R suamiku hidup sangat romantis dan sebenarnya keharmonisan kami sudah terbentuk sejak kami masih berteman (R adalah rekan kerja satu kantor sampai sekarang) yang seiring berjalannya waktu kamipun berpacaran.

Ternyata keasikan pertemanan kami setelah memasuki masa pacaran tidak mengalami perubahan malah semakin kompak karena untuk pulang kerumah aku tidak perlu kuatir jam berapapun karena R dengan setia siap mengantarku pulang atau kalau aku yang lembur maka R akan pulang duluan lalu kembali ke kantor untuk menjemput. Maklumlah sekalipun posisiku dikantor masih tergolong pegawai biasa tetapi kesibukan seolah tidak pernah berhenti dan aku sangat menikmati pekerjaan itu.

Oh ya aku saat ini aku bekerja di bagian keuangan salah satu NGO asing yang menangani perpajakan sehingga banyak sekali tugasku menuntut aku harus banyak menghabiskan waktu untuk berhubungan dengan orang-orang pajak yang sudah menjadi rahasia umum sangat banyak tuntutan. Akupun jadi terbiasa menghadapi mereka dan tak jarang untuk dapat "melunakkan" hati mereka aku harus bersikap seluwes bahkan cenderung berpura-pura genit termasuk tampil agak seronok dengan tujuan supaya tugasku dapat selesai dengan mudah. Untungnya suamiku cukup bijaksana dan dapat memahami keberadaanku dengan memberikan kepercayaan 100% kepadaku. Ternyata keleluasaan ini justru membawa aku kedalam situasi yang sulit hingga akhirnya aku memasuki satu dunia yang belum pernah kukenal tapi gilanya aku jadi sulit untuk keluar dari dunia tersebut yaitu threesome sex.

Awalnya ketika itu kantorku menjelang tutup buku dan seperti biasanya kesibukan kami di keuangan menjadi luar biasa tingginya sampai-sampai ada beberapa rekanku yang harus pulang kantor menjelang pagi. Aku sendiri tetap pada tugas utama yaitu merapihkan laporan-laporan pajak dengan dibantu oleh petugas-petugas pajak. Syukurlah kali ini yang ditugasi untuk konsolidasi ada 2 orang yang sudah tidak asing bagiku yaitu Heru (26) dan Dimas (25) sehingga aku tidak perlu buang-buang waktu untuk beradoptasi dan menjelaskan kondisi kantorku.

Kami janjian ketemu di Hertz Chicken untuk makan siang sekaligus berdiskusi awal menyepakati hal-hal apa yang harus dilakukan dan pembagian tugasnya. Karena sudah akrab kamipun menyelingi diskusi dengan senda gurau dan setelah itu kami lanjutkan pekerjaan inti di kantor mereka yang letaknya cukup jauh yaitu di Tanggerang. 3 hari pertama semua berlangsung normal, ketika memasuki hari ke 4 volume pekerjaan semakin serius sehingga tidak terasa sudah jam 8 malam. Sedangkan target selesai kerjaan kami hari ke 6 sudah harus dilaporkan. Akupun jadi gelisah sendiri dan rupanya Heru menangkap gelagat itu dan mencoba membantuku mencari solusinya.

"Bukan apa-apa Her, rumahku kan jauh sekali di Bogor sedangkan jam segini aku masih di Tanggerang"
"Ya udah begini saja, bagaimana kalau Mbak Muti bermalam saja di cottage dekat kantor lalu besok pagi minta tolong suami Mbak Dana membawakan pakaian ke kantor. Tapi sekarang harus kasih tahu dulu sama suami supaya dia tidak gelisah nungguin," usul Heru
"Boleh juga, usul diterima" sambutku gembira dan mengangkat tangan untuk TOSH dengan Heru.

Segera kutelpon suamiku R yang sedang berada di luar kota untuk minta ijin dan R menyetujui bahkan menyuruhku supaya mentuntaskan. Setelah makan malam nasi goreng di kantor akupun minta tolong Heru mengantarku ke cottage yang dimaksud. Setiba disana ternyata tempatnya cukup menyenangkan karena tersedia ruang tamu dan 2 kamar ditambah lagi hari itu ada rate khusus berkenaan dengan ulang tahun cottage tersebut. Melihat itu spontan aku langsung setuju bahkan menyesali.

"Tahu begitu kita kerja disini saja lebih enak"
Rupanya reaksiku ini disambut oleh Heru, "kalau begitu bagaimana kalau kita melanjutkan tugas kita disini supaya aku dan Dimas enggak perlu repot-repot karena disini kan bisa sekalian mandi lalu tidur, mumpung kamarnya dua.. gimana Mbak?"
"Boleh saja," jawabku pendek tapi dalam hati menyesali spontanitasku tadi karena berarti malam ini aku akan berada bersama 2 laki-laki dalam satu atap rumah.

Namun keraguanku pupus karena aku berusaha berpikir positif, toh kita nggak akan macam-macam karena kamar kami terpisah, kalaupun terjadi apa-apa atas diriku aku bisa berteriak. Ah, jahatnya hati ini.. kalau dilihat dari sikap dan penampilan mereka yang intelek mana mungkinlah mereka mau berbuat macam-macam.

Tak lama kemudian Dimaspun datang dengan membawa beberapa tumpuk order dan meletakkan di meja makan yang rencananya akan kami jadikan meja kerja. Untuk menghilangkan rasa lelah aku memutuskan untuk berendam di kamarku yang juga dilengkapi dengan kamar mandi. Tapi baru kusadar aku tidak membawa pakaian, untunglah aku membawa kaos mirip singlet dan kebetulan dibalik celana panjang yang kupakai aku juga mengenakan celana sport stretch hitam sebatas diatas lutut. Masalah lain adalah aku hanya membawa CD yang menempel.. Duh bagaimana ya..

Akhirnya aku dapat ide untuk mencuci CD itu dan menjemur di kamar mandi dengan harapan besok pagi sudah kering. Sebagai pengganti CD aku melapisi kemaluanku dengan panty liner yang kutempelkan langsung di celana. Beress.. Kan?? Lalu mandilah aku dengan air panas yang sudah kuatur sesuai selera. Usai mandi akupun berbusana seperti yang sudah aku pikirkan dan ketika keluar kamar kulihat Heru dan Dimas sudah segar karena mereka juga sudah mandi dan seolah sudah janjian mereka sama-sama mengenakan celana pendek, tapi bagian atasnya hanya Heru yang mengenakan kaos singlet sedangkan Dimas bertelanjang dada saja membiarkan dadanya yang bidang berotot dan berbulu itu terpampang membuat darahku sedikit berdesir.

"Maaf Mbak Dana aku terpaksa tidak pakai apa-apa karena tadi waktu mau mandi bajuku jatuh dari kapstok sehingga basah"

Dimas berusaha menjelaskan dan menutupi rasa saltingnya karena mataku menatap tajam.

"O ya, tapi sudah dijemur kan?" tanyaku basa basi.
"Sudah sih," jawab Dimas sambil pura-pura sibuk dengan kerjaannya lagi.
"Ah, bilang aja mau pamer bulu sama Mbak Dana.. ck, ck, ck.. Di kampungnya aja segitu banyak apalagi di kotanya.. ha, ha, ha" ganggu Heru sambil melirik ke aku dan kulihat Dimas semakin malu.

Rupanya introduksinya Heru tidak berhenti disitu karena akhirnya kami kembali bersenda gurau yang selanjutnya topikpun beralih serius menjadi diskusi tukar pikiran seputar hal-hal yang sangat pribadi dan kamipun tenggelam asik dalam pembicaraan tentang teknik-teknik ML. Dari situ baru kuketahui dari kisah-kisah mereka ternyata Heru sangat piawai dalam teknik sex. Heru terus bercerita tentang pengalamannya dengan beberapa teman gadisnya yang menurut pengakuannya cewek-cewek itu sangat tergila-tergila dengan permainannya.

Lain halnya dengan Dimas yang lebih banyak mendengarkan tapi tanpa sadar Dimas sudah menutupi bagian auratnya dengan bantal, mungkin malu kalau ketahuan "adik"nya sudah meronta-ronta. Semula aku bertahan untuk tidak menceritakan pengalamanku, tapi karena Heru pandai memanfaatkan suasana akhirnya kuceritakan juga apa saja yang aku dan suamiku pernah lakukan tapi masih dalam batas yang sopan karena itu hal yang tabu untuk disampaikan kepada orang lain apalagi lawan jenis dan bukan suami sendiri.

Lama kelamaan level cerita kamipun meningkat, aku sudah semakin berani menyampaikan hal yang sekecil-kecilnya tentang apa saja yang masing aku dan suamiku sukai. Begitu juga dengan Dimas yang berhasil dibuat mengaku kalau ternyata selama ini mengalami minder akibat bawaan lahir karena memiliki penis yang sangat besar. Dengan tetap berusaha keras mengendalikan hormon wanitaku aku berusaha untuk menghibur Dimas.

"Ah, kenapa harus minder.. Justru seharusnya bangga dong. Seperti aku, maaf kata nih, aku suka minder karena memiliki rambut yang berlebihan. kalau laki-laki seperti kamu sih nggak apa-apa, tapi aku suka kuatir suamiku tidak menyukainya. Buktinya setiap aku memintanya untuk mengoral selalu ditolak halus, tapi jangan salah.. Dia selalu puas dengan coitus kami"

Hari semakin malam dan topik diskusi kami semakin panas dan kamipun sudah berpindah ke sofa. Ketika kami membahas threesome sex dan entah sadar atau tidak sambil bercerita posisi duduk sudah tak karuan.. Aku bersandar di pegangan sofa dengan kaki diatas pangkuan Heru dan kaki sebelah berjuntai ke karpet dimana Dimas duduk dilantai sambil menikmati Heru yang memijat betis indahku dengan bulu-bulu halus yang tumbuh rapih disitu dan Dimas memijit telapak kakiku yang putih bersih dengan kuku dilapisi kutex transparan.

Begitu nikmat sensasi pijatan yang mereka berdua lakukan akhirnya aku merasa melayang apalagi pijitan Heru sudah naik ke arah pahaku dan aku ingat aku hanya mengangguk dengan mata terpejam ketika Heru dan Dimas melepaskan celana sportku dengan alasan untuk memudahkan pemijitan dan lupa kalau itulah pertahananku terakhir. Ketika kubuka mata untuk mencegah upaya mereka tapi ternyata terlambat karena celana itu baru saja terlepas dari ujung kakiku.

"Duh.. Kalian ini.. Aku jadi malu"

Tapi mereka tidak menggubris sebab mereka sudah asik masing-masing dengan kakiku.. Dan aku semakin bergumul dengan diri ini antara menolak dan sebaliknya.. Yang kesimpulannya aku dengan perlahan dan sambil menggoyang-goyangkan pinggul akibat sensasi yang begitu hebat membuka kakiku terbuka lebar-lebar dan melupakan rasa malu karena telah memamerkan bagian dari wanita yang mestinya aku tutupi dan hanya dapat dibuka didepan suamiku. Tapi peraturan itu seolah tidak berlaku karena dibawah selangkanganku sana dua lelaki muda sedang menggeluti pahaku dan.. Oow mereka tiba-tiba berubah seperti hewan lapar sedang rebutan makanan dan begitulah mereka sedang saling dorong untuk bisa melahap kemaluanku..

Dan akhirnya Dimas mengalah membiarkan Heru melahap kemaluanku dengan rakusnya, selanjutnya giliran Dimas yang berbeda dari Heru.. Lebih lembut tapi oougghh seluruh permukaan kemaluanku terasa dikunyah, penasaran mau tahu apa yang sedang Dimas lakukan, kubuka mata dan kulihat mulutnya yang ditumbuhi janggut dan kumis tebal itu telah menutupi kemaluanku membuat aku kegelian hebat serta tiba-tiba kurasakan ada sesuatu yang mendesak dari bagian bawahku yang ternyata cairan kewanitaanku mengalir deras memenuhi rongga kemaluanku..

Setelah puas menggeluti kemaluanku Heru mengambil handuk dan menyeka kemaluanku.. Dan mengambil sesuatu yang ternyata krim cukur jenggot dan shaver.. Aku tahu apa yang akan Heru lakukan tapi akibat kenikmatan oral sex itu aku seperti tidak berdaya dan tetap telentang dengan posisi mengangkang..

"Heru apa yang mau kamu lakukan??"

Tapi pertanyaanku tidak digubris malah Heru memberi kode kepada Dimas yang kemudian Dimas menghampiriku dan didepan mataku dia menurunkan celana pendeknya.. Dan wow.. Batang kemaluan Dimas ternyata sudah memuai sampai sebesar tangan bayi.. Dengan tetap lembut Dimas menyodorkan Super Dicknya ke mulutku sehingga mulutku sekarang penuh sesak dengan penis milik Dimas sementara dibawah sana Heru rupanya asik mencukuri kemaluanku.. Semua proses itu berlangsung kira-kira 15 menit dan ketika "pekerjaan" Heru selesai Dimaspun mencabut penisnya dari mulutku.

Ketika kutengok kemaluanku sudah licin memerah.. Setelah membersihkan sofa dari bulu-buluku Heru memulai tugas lainnya, penisnya yang tidak kalah besarnya dari milik Dimas segera melompat dari celana pendeknya.. Sehingga yang terlihat sekarang 3 insan berlawanan jenis sudah polos tidak mengenakan apa-apa terlebih aku sudah seperti bayi karena kemaluanku sudah tidak ditumbuhi bulu lagi dan sedang digosok-gosok oleh batang kemaluan Heru sampai cairanku keluar seolah menyatakan siap untuk menyambut penis Heru yang besar dan penuh urat..

"Sshh.."

Hanya desisan itu yang keluar dari mulutku ketika kepala cendawan itu menerobos perlahan kewanitaanku yang selama ini hanya digunakan oleh suamiku R. Secara naluri mulutku terbuka lebar ketika kurasakan batang kemaluan Heru sudah tertanam seluruhnya di dalam liang senggamaku.. Setelah beberapa saat didiamkan yang ada dibenakku adalah betapa sesaknya kemaluanku dan gatalnya minta ampun sehingga tanpa sadar pinggulku bergoyang yang disambut dengan genjotan Heru..

Selang beberapa lama Heru tiba-tiba membalikkan tubuh kami dengan penis masih tetap tertanam sehingga sekarang aku berada diatas Heru memberiku kesempatan untuk mencari sensasi sendiri.. Hal ini berlangsung cukup lama entah sudah berapa kali aku orgasme.. Tak lama kurasakan bokongku ada memukul-mukul pelan, ketika kutengok ternyata Dimas sedang dalam posisi tegak dibelakangku dan mengoleskan baby oil ke anusku.. Selanjutnya yang terjadi adalah kenyataan 2 penis besar mereka sudah tertanam dalam tubuhku.. Luar biasa nikmatnya sampai akhirnya merekapun ejakulasi dan menumpahkan di wajahku..

Setelah itu kami bertiga tertidur pulas dan pagi-pagi kami bangun melanjutkan pekerjaan yang tersisa. Bedanya dengan kemarin-kemarin adalah sekarang kami bekerja tanpa sehelai benangpun dan bila sudah mulai bosan kami selingi dengan persetubuhan.. Kadang aku melayani sekaligus berdua, kadang satu-satu dan sementara salah satu dari mereka tetap bekerja.

Lucu memang.. Tapi itulah pengalaman dahsyat yang aku alami dan membuat aku jadi sekarang jadi ketagihan.. Malah aku pernah melayani Heru dan Dimas ditambah 3 orang temannya yang lain.. Luar biasa.. Benar-benar aku sudah punya dunia sendiri diluar ijin suamiku R.
   
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - bercinta dengan Rini
Apr 5th 2013, 14:05



Rini adalah seorang nyonya muda berumur 27 tahun dan belum memiliki anak. Dalam kehidupan perkawinannya dengan Herman selalu berjalan mulus dan penuh kebahagian.Rini dikarunia postur tubuh yang tinggi 161cm dan berkulit putih mulus dan ditambah tonjolan buah dada yang sedang.Pasangan ini dalam kesehariannya selalu sibuk dalam mengejar kariernya.

Hendra adalah eksekutif pada sebuah bank swasta terkenal dikota solo dan Rini juga bekerja pada sebuah bank pemerintah dikota yang sama.Hendra dikantornya menduduki posisi yang amat menentukan dan tidak heran ia slalu di tugaskan keluar daerah untuk melakukan ekspansi bank tersebut.

Hari itu malam minggu , seperti biasanya Hendra dan Rini malam itu keluar rumah untuk menghilangkan kepenatan selama dalam pekerjaannya.Malam itu tujuan mereka adalah sebuah Restoran ternama yang terletak pada sebuah hotel dikota itu.. Dengan kebahagiaan yang dalam pasangan ini menikmati suasana malam di restoran itu sambil makan malam. Setelah merasa kenyang dan menyelesaikan pembayaran, Pasangan ini lalu beranjak pulang . Hendra menyetir BMWnya keluar dari pelataran parkir hotel itu menuju kejalan raya.

Suasana jalan malam itu amat ramai dan dipenuhi oleh pasangan2 muda yang bermaklam minggu. Namun dalam keramaian itu tanpa disengaja Hendra mobilnya menyenggol mobil di sebelahnya. Lalu Hendra menepikan mobilnya dan mobil yang tersderempet olehnya tadi juga menepi. Hendra keluar dari mobilnya dan melihat keadaan mobilnya, oo,, nggak apa apa cuma lecet dikit ! kata Hendra kepada Rini. Namun tidak demikian dengan pengemudi mobil Kijang itu. Sopirnya yang berbadan kekar dan ditaksir berumur 53 tahun itu marah marah disertai kata kata kasar kepada Hendra. Hayyyy... kemana aja mata kamu haaaaaa.... hardik sopir itu. maaf pak saya yang salah , jawab Hendra sabar. Coba kau lihat bumper mobilku.. kata sopir itu lagi, hancur kan? Nah kamu harus menggantinya kalau tidak malam ini kau ku tahan kata sopir itu lagi.Hendra melihat mobil bapak itu, dan memang penyok dan ia bersedia menggantinya.

Sopir kijang itu lalu meminta SIM Hendra , Lho apa hak bapak minta SIM saya kata Hendra, asal kau tahu ya anak muda, aku polisi sini, kau bisa ku bawa kekantor bagaimana? Haaa... dengan arogan Bapak berkata pada Hendra. Lalu Hendra menyerahkan SIMnya pada oknum polisi itu.Karena hari saat itu malam, Hendra minta pada oknum itu untuk menyelesaikan masalah itu esok harinya, sambil memberikan alamat rumahnya. Oknum itupun menyanggupi setelah sempat memandang kedalam mobil Hendra dan melihat Rini yang malam itu sangat cantik dan anggun dengan blus ungu ketat.

Rini yang berada dalam mobil saat itu melihat kejadian itu dengan cemas dan mengkhawatirkan Hendra dengan melihat kesombongan oknum itu.Setelah oknum itu dan Hendra sepakat menyelesaikan masalah itu esok harinya di rumah Hendra. Lalu masing2 masuk kemobilnya dan bergerak untuk pulang.

Minggu pagi itu seperti yang di sepakati, oknum itu datang kerumah Hendra dan diterima Hendra dengan baik. Dengan sedikit basa basi oknum itu memperkenalkan diri dan namanya adalah Markus dan bertugas di kepolisian kota itu dengan pangkat iptu.Pagi minggu itu disepakati untuk kebengkel bersama Hendra untuk menanyakan perbaikan mobil Iptu Markus itu.Sebelum berangkat Rini dengan ramah menyilahkan tamu itu untuk minum pagi dulu setelah berjabat tangan dengan oknum polisi itu. Oknum polisi yang bernama Markus itu amat terpesona akan kecantikan Rini yang pagi itu amat segar bugar dengan kaos ketat dan celana 3/4 sampai betis.

Lalu Hendra dan Markus berangkat kebengkel dengan mobil Markus. Setelah di ketahui yang rusak dan yang harus diganti maka Hendra menyetujui anggaran perbaikan mobil Markus itu dan karena Hendra tidak membawa mobil maka Dijanjikan esok hari Senin mobil Pak Markus masuk bengkel. Siang harinya Markus menagntar Hendra kerumahnya yang terbilang asri dikota itu. Setelah pamit pada Hendra dan Rini maka Markus pulang.

Senin itu mobil Pak markus di perbaiki dibengkel dan baru selesai esok harinya. Setelah mobilnya selesai dan kembali seperti sedia kala maka Markus mendatangi rumah Hendra malam selasa itu untuk minta tambahan biaya perbaikan.

Setiba dirumah Hendra malam selasa,ia mengetuk pintu rumah itu.Pak Markus memencet bel dan tidak lama kemudian pintu dibuka oleh Rini. Oo... pak Markus apa kabar pak? tanya Rini sambil menyilahkan markus masuk kedalam ruang tamu saat itu. Mengenai yang kemaren Buk.. kan pak Hendra berjanji akan menambah kekurangan biayanya. jawab pak markus. Oo ya... saya ngerti jawab Rini... Tapi Mas Hendra sedang ke Medan untu seminggu ini dan ia titip pesan bahwa masalah itu biar saya saja yang handel , terang Rini. baiklah bu... saya ngerti koq jawab Pak Markus. Wah.... mau minum apa pak? tanya Rini .. saya teh saja bu... jawab Markus.. bentar ya pak... saya bikinkan...kata Rini sambil beranjak kedapurnya. saat itu Timbul pikiran kotor di otak Markus karena Rini hanya sendiri dan suaminya tidak dirumah ditambah oranglain tidak ada.Maka ia berencana untuk menaklukan Rini karena sejak ia lihat malam itu di mobil ia slalu membayangkan sosok Rini.

Beberapa saat kemudian Rini keluar dari dapur dan membawa minuman dan sedikit makanan kecil. Nih pak tidak seberapa dicicipi ya pak? Rini menyilahkan tamunya minum sambil jongkok . Saat itu Markus melihat belahan dada rini yang putih mulus itu ditutupi bra putih.Lalu Rini duduk didepan pak Markus.sambil berbincang bincang kesana kemari dan hari beranjak malam saat itu, namun pak Markus belum juga mau pulang. Sedang Rini sudah salah tingkah malam itu. Sebab ia merasa tidak enak hati jika menyuruh tamunya pulang .

Markus adalah Oknum polisi yang sudah berpengalaman dengan wanita . Sebagai polisi ia amat pintar memanipulasi keadaan dan memancing informasi dari seseorang. Dengan keahliannya ia pancing Rini untuk memberitahukan ttg kehidupannya ttg pekerjaan dan kehidupan ranjangnya. Tanpa disadarinya Rini terjebak dalam alur manipulasi markus yang seumur dengan ayahnya itu.

Rini yang biasanya amat membanggakan Hendra dalam berbagai hal ,saat itu tak berkutik dengan kata2 Markus yang menerangkan bahwa sebagai laki2 Hendra itu tidak bisa dibanggakan karena tidak bisa melindungi istrinya ditambah sapai saat ke tahun 3 perkawinan mereka belum di karunia anak. Rini merasa di telanjangi dan merasa pikirannya kosong dengan kemampuan Markus membawa emosi Rini kearah pemberontakan diri.

Dengan sedikit menggeser duduknya kesamping Rini, Markus dengan leluasa memegang jari Rini yang saat itu terpaku. Sambil berkata, Dek Rini nggak usah khawatir, serahkan masalah adek itu pada saya , bujuk Markus,sambil merangkul bahu Rini kedadanya.Rini menurut seakan ia mendapat tempat perlindungan saat itu.sambil membelai rambut dan balik telinga Rini Pak Markus terus memberikan sugesti dan manipulasi keadaan pada Rini.Rini terhanyut karena nya.

Markus yang penuh dengan pengalaman bisa mengusai Rini dan seperti terhipnotis, Rini menurut saja dan memejamkan matanya saat Markus mencium bibirnya yang merah jambu itu. Lalu tangan kekar yang ditumbuhi bulu itu meraih pinggiran buah dada rRini dan memilinnya.Rini hanya terdiam dan hanyut terbawa alunan permainan tangan Markus. Lalu markus menghentikan tindakannya dan minta diri untuk pulang karena malam sudah larut. Ia tahu saat itu Rini telah pasrah akan perbuatannya namun ia untur karena ia tidak mau terburu nafsu. Bu... saya pulang ya? Besok saya kesini lagi.. ooo ya bagaimana jika saya jemput dari kantor besok? tanya Markus... ooo nggak usah pak. Dirumah saja jawab Rini seakan memberi peluang pada Markusuntuk datang esok malam.

Malam yang dijanjikan itu dengan menumpang taksi Markus sampai dirumah Rini. malam Bu... sapa markus.. ooo masuk pak... duduk dulu ya? kata Rini. malam itu Rini berdandan seperti menanti seorang yang istimewa. Dengan bincang2 sebentar lalu pakMarkus pindah duduk disamping Rini dan memulai tindakan yang tertunda malam kemaren. Rini yang saat itu memang telah dikuasai markus membiarkan setiap tindakan tangan dan mulut Markus yang berani membelai dada dan meremasnya.

Karena malam itu Markus ingin menjalankan aksinya maka ia berdiri dan mengunci pintu rumah itu dari dalam. Lalu ia kembali kesamping Rini dan dengan leluasa memegang apa saja yang ia sukai di tubuh Rini. Markus merasa tidak nyaman di ruang tamu itu lalu membimbing Rini kekamarnya. Dikamar yang asri dan ber AC itu markus lalu melepaskan satu persatu busana Rini hingga yang tertinggal hanya bra dan cdnya saja. Dengan keahlian dan lihainya ia giring Rini untuk menurut. Markuspun lalu membuka busananya dan lalu kedua makluk berbeda usia itu sama2 bugil dan membelai. Markus dengan sosok yang keakr diusianya yang mulai tua itu tapi penisnya tidak demikian >penisnya tegak berdiri dan siapdisarangkan ke kemaluan Rini.

Markus lalu memberikan kesempatan pada Rini untuk mengulum penisnya... Rini dengan malu lalu mengulumnya dalam bibirnya dan menjilatnya hingga penuh semua rongga mulutnya. Sedang Markus pun terus memasukan jari tangannya kekemaluan Rini dan memainkan klitoris Rini. Tidak lama kemudian Rini orgasme dan lobang vaginanya basah oleh cairan cintanya. pak Markus belum juga klimak namun pada waktu ke20 ia keluarkan maninya dimulut Rini dan tertelan oleh Rini, saat itu Rini mau muntah karena ia tidak biasa begitu dengan suaminya.

Rini berlari kekamar mandi dengan bertelanjang, dalam kamar mandi ia muntah dan berusaha mengeluarkan mani Markus.namun tetap ada yang tertelan olehnya. Kemudian ia kembali kekamar dan melihat Pak Markus Tiduran dan memandang kearahnya. Bagaimana Rin? Kita lanjutkan? Tanya markus sabar. Rini diam. Kediaman Rini memberi sinyal bahwa Markus harus merangsangnya lagi.

Markus lalu kembali membaringkan Rini di ranjang yang biasa ditiduri Rini Degan Hendra itu. lalu markus menjilati permukaan kulit Rini yang penuh keringat itu hingga Rini kembali bergairah dan siap untu babak kedua.Setelah beberapa saat di ransang maka Markus bersiap untuk menjalankan babak terakhir. Ia angkat kedua kaki Rini yang putihmulus itu, lalu ia buka dan letakan di bahunya yang kekar itu.Penisnya tegak terarah kemulut lobang Rini. Sekali dorong masuklah kepala penisnya dan memang agak sempit karena belum pernah melahirkan. Rini merasa ngilu di lubangnnya.. pakk... aduhhh sakit pak... sambil tangannya mencengkram bahu Markus. Tenang Rin.... bentar lagi ya... Markus berhenti dan kembali ia hujamkan penisnya hingga mentok Rini menjerit aduhhhhh... pakkkkk... dan dari sudut matanya keluar air mata karena menahan sakit di hantam penis Markus yang luar biasa besar dan panjangnya itu.

Saat penisnya telah masuk semua markus mendorong keluar masuk lambat lambat dan mempercepat gerakan maju mundur. Sementara Rini memegang erat lengan Markus dan keringatnya mengucur deras dari kulitnya yang pitih mulus itu. Sesekali payudaranya di remas Markus denag tangannya dan mulutya mengulum bibir Rini. Karena kerasnya goyangan dan gerakan Markus hingga membuat payudara Rini turun naik mengikuti irama gerakan Markus itu.

Dengan takluknya Rini pada Markus maka ia dengan penuh semangat terusmemompa hingga Rini orgasme berulang ulang. #5 Menit kemudian Rinitelahlemas dan tak bertenaga barulah Markus memuntahkan airmaninya didalam vagina Rini. Penisnya ia biarkan didalam lubang itu hingga mengecil. Rini merasa setiap sendi tulangnya lemas dan lunglai saat itu diam saja. pak markus masih tetap diatas tubuh Rini dan tertidur. Tubuhnya yang hitam kekar itu masih terus menutupi tubuh Rini yang penuh campuran keringat kedua manusia itu.

Malam itu merupakan malam kemenangan Markus karena telah dapat menguasai Rini. paginya saat bangun Rini merasa capai dan ia minta izin untuk tidak kekantor. Selama siangnya dirumah Rini Markus mengulangi persenggamaaan itu, hingga sorenya baru ia pulang. Rini setelah kejadian itu mendapatkan kepuasan sex yang belum pernah ia rasakan selama perkawianannya . Sejak saat itu secara sembunyi2 Rini dan Markus melakukan hub terlarang itu baik di rumahnya atau hotel.

Rini telah menjadi wanita yang butuh kehangatan , iapun terus menjaga ritme hubungan dengan suaminya Hendra. bagaimanpun ia tidak ingin rumahtangganya terganggu oleh affairnya dengan markus yang notabene seusia ayahnya dan oknum polisi itu 
 
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

cerita Sex - ngentot adik kelas
Apr 5th 2013, 14:03



Aku duduk di kelas 3 SMU saat ini. Namaku Nia, lengkapnya Lavenia, aku sangat terkenal di sekolah, teman-teman kagum akan kecantikanku, apalagi cowok-cowok, yang sering mengusilli aku dengan menggoda, aku sih cuek saja, soalnya aku juga senang sih. Aku punya sebuah "geng" di sekolah, Manda dan Lea adalah teman-teman dekatku. Kemanapun aku pergi mereka seperti biasanya selalu ada.


Tahun ajaran baru kali ini sudah tiba, banyak adik-adik kelas baru yang baru masuk kelas 1. Sherry Andhina, nama gadis itu, ia baru duduk di kelas 1, tetapi ia sudah terkenal di sekolah ini. Bahkan ia bisa menyaingiku. Memang dia cantik, lebih cantik dari aku, kulitnya putih bersih terawat, dengan wajah agak kebule-bulean dan rambut sebahu, tubuhnya juga bagus, sintal, dan sexy. Baru 2 bulan bersekolah, nama Sherry sering jadi bahan pembicaraan cowok-cowok kelas 3 di kantin, ada yang naksir berat, bahkan kadang-kadang mereka suka berbagi fantasi seks mereka tentang Shery. Sherry tidak seperti aku, ia gadis pendiam yang nggak banyak tingkah. Mungkin itu yang membuat kaum cowok tergila-gila padanya.


Semakin hari Sherry semakin terkenal, keegoisanku muncul ketika kini aku bukan lagi jadi bahan pembicaraan cowok-cowok. Kekesalanku pun memuncak kepada Sherry, akhirnya aku, Manda dan Lea merencanakan sesuatu, sesuatu untuk Sherry. Seperti aku, Sherry juga anggota cheerleaders sekolah, siang itu aku menjalankan rencanaku, aku bohongi Sherry untuk tidak langsung pulang sekolah nantinya, karena akan ada latihan cheers yang mendadak, ia menolak, namun dengan segala upaya aku membujuknya sampai ia mau.


Sore itu, sekolah sudah sepi, tersisa aku, Manda, Lea, Sherry dan 4 orang penjaga sekolah. Aku pun mulai menjalankan rencana ku.


"Kak, sampai kapan Sherry mesti nunggu disini?"


"Udah tunggu aja, sebentar lagi!!"


Sherry mulai kelihatan cemas, ia mulai curiga terhadapku.


"Sudah beres Non" Tejo si penjaga sekolah melapor padaku.


"Oke" jawabku.


Rencana ini sudah kusiapkan dengan matang, sampai aku membayar 4 penjaga sekolah untuk mau bekerja sama denganku, bukan hal yang berat bagiku, aku anak orang kaya.


"Ya udah, ikut gue sekarang!!" perintahku untuk Sherry.


Dengan ragu-ragu, Sherry mengikuti aku, Lea dan Manda. Kubawa ia ke ruang olahraga sekolah, tempat dimana kita biasa latihan cheerleaders.


Sherry menangis karena bentakan dari aku, Manda dan Lea, ia terlihat ketakutan, tetapi kami terus menekannya secara psikologis, sampai ia menagis.


"Sherry salah apa Kak?" ia menangis terisak-isak.


"Lo baru masuk sekolah 2 bulan aja udah banyak lagak, lo mau nyaingin kita-kita yang senior? hormatin dong!!" bentakku


"Nggak kok Kak, Sherry nggak begitu"


"Nggak apaan? Nggak usah ngebantah deh, Lo mau nyaingin kita-kita kan?!" Lea menambahkan bentakanku.


Setelah puas membentak-bentak Sherry, aku memberi tanda kepada Manda. Tak lama kemudian 4 penjaga sekolah yang sudah kuajak bekerjasama itu masuk ke ruang olahraga, mereka adalah Tejo, Andre, Lodi dan Seto. Dari tadi mereka sudah kusuruh menuggu di luar. Sherry saat itu terkejut dan sangat ketakutan.


"He.. he.. he.. ini dia Non Sherry yang ngetop itu" Seto berujar sambil tersenyum menyeringai.


"Cantik banget, sexy lagi.." tambah tejo.


Sherry gemetaran ia terlihat sangat takut.


"Sikat aja tuh!!" perintahku pada 4 pria itu.


"Oke, sip bos!! He.. he.. he.." Tejo menyeringai.


Manda yang dari tadi diam mulai menyiapkan sebuah kamera handycam yang memang bagian dari rencanaku. Seto mencengkram tangan kanan Sherry, sementara Lodi mencengkram tangan kirinya. Tubuh Sherry mereka seret ke atas sebuah meja sekolah. Sherry terlihat sangat ketakutan ia pun menangis sambil menjerit-jerit minta tolong.


"Gue duluan ya" Tejo mendekati Sherry.


Aku hanya tersenyum melihat keadaan Sherry sekarang, aku puas melihat ia ketakutan.


"Mau apa Pak? Tolong saya, ampun Pak?" Sherry memohon ampun.


Tapi Tejo sudah tidak perduli lagi dengan permohonan Sherry, ia sudah dibakar oleh nafsu. Perlahan Tejo mendaratkan tangannya menyentuh payudara Sherry, Sherry menjerit ketakutan. Tanpa menghiraukan teriakan Sherry, Tejo meremas-remas payudara Sherry perlahan-lahan.


"Yang kenceng Jo!!" perintahku.


Tejo mengeraskan cengkramannya di buah dada Sherry. Sherry berteriak, ia nampak kesakitan, dan aku pun sangat menikmati ekspresi wajah Sherry saat itu. Dipenuhi nafsu yang membara, Tejo membuka seragam SMU sherry kancing demi kancing sampai payudara Sherry yang tertutup BH terlihat.


"Gila!! Seksi banget nih toket, putih banget!!" sahut Tejo sambil tertawa gembira.


Perlahan Tejo menyentuh kulit payudara Sherry, Sherry pun terlihat gemetaran.


"Tolong jangan Pak!!" sahut Sherry memelas.


Seluruh orang di ruangan ini sudah tidak sabar lagi menyuruh Tejo menanggalkan penutup payudara Sherry itu. Tejo pun akhirnya melepas BH yang menutupi keindahan payudara Sherry itu. Aku tergelak menahan ludah, payudara Sherry indah sekali, mulus, bersih dengan puting yang merah muda merekah, seksi sekali pikirku.


"Abisin aja Pak!!" Lea meminta Tejo dengan wajah cemburu, ia sepertinya iri pada keindahan payudara Sherry.


"Ok Sherry sayang, tenang aja ya? Nggak sakit kok, dijamin nikmat deh.." Tejo berseloroh, ia terlihat bernafsu sekali seperti halnya Lodi dan Seto yang masih memegangi tangan Sherry supaya ia tidak melawan, sementara Andre berdiri dibelakangku sambil memperhatikan dengan nafsunya.


"Jangan Pak!! ampun Kak!! tolong Sherry.." Sherry memohon dengan wajah pasrah, namun aku tidak perduli.


Sama sepertiku, Tejo juga tidak perduli dengan permintaan Sherry. Tejo mulai memainkan tangannya di payudara Sherry, ia mulai meremas perlahan-lahan sambil sesekali mengelus dan menekan-nekan puting payudara Sherry dengan jarinya. Lodi dan Seto tidak ketinggalan, mereka menikmati mulusnya kulit lengan Sherry dengan mengelusnya dan terkadang mencium dan menjilatinya, aku pun mulai merasa panas.


"Ah.. cukup Pak.. ampun Kak.." Sherry mulai mendesah.


Tejo kian bernafsu, ia memutar-mutar jarinya di sekitar puting payudara Sherry, akupun bisa membayangkan apa yang dirasakan Sherry ketika bagian sensitifnya dirangsang, ia pasti merasa kenikmatan.


Melihat suasana yang panas itu, Andre akhirnya turun tangan, pria hitam bertubuh gendut itu maju mendekati Sherry. Andre dan Tejo saling berbagi payudara Sherry, kiri dan kanan, dengan nafsu mereka mulai memainkan lidah mereka menyapu kulit payudara Sherry dan menjalar dengan liar di sekitar puting payudara Sherry, kadang mereka melakukan hisapan dan gigitan kecil di puting payudara Sherry. Sherry mendesah sambil ketakutan, terlihat ia baru pertama kali diperlakukan seperti itu. Manda pun beraksi merekam seluruh kejadian yang menimpa payudara Sherry dengan seksama melalui handy cam-nya.


Tejo menurunkan ciuman dan jilatannya ke perut Sherry yang juga indah dan mulus, aku cukup terkejut melihat pusar Sherry yang ditindik itu, terlihat seksi. Setelah puas mencium dan menjilati daerah pusar Shery. Tejo berhenti dan menyuruh Andre yang sedang menikmati puting payudara Sherry berhenti. Tejo lalu mulai menyingkap rok sekolah Sherry, sambil mengelus paha Sherry. Ia memainkan jarinya menelusuri halusnya paha Sherry yang mulus dan putih itu. Tangan Tejo perlahan naik menyentuh selangkangan Sherry yang ditutup celana dalam pink itu.


"Jangan Pak!! Ampun!!" Sherry memohon pada Tejo. Andre pun ikut mendekat ke Tejo.


"Wah, Celana dalam Non Sherry lucu sekali.." ejek Andre.


Tejo yang sudah sangat nafsu perlahan membuka celana dalam Sherry. Tak berapa lama kemudian, Celana dalam itu sudah terlepas dari tempatnya.


"Wow Non Sherry!! Vaginanya indah banget!!" Tejo tampak bersemangat.


Vagina Sherry memang terlihat terawat, daerah selangkangannya putih, bersih, dan Sherry sepertinya tidak suka dengan rambut-rambut yang tumbuh di sekitar vaginanya, ia membiarkan vaginanya tertampang mulus tanpa rambut kemaluan. Perlahan tangan Tejo dan Andre menjelajahi paha, dan sekitar selangkangan Sherry. Sherry hanya bisa menggeliat kesana kemari menghadapi rangsangan itu.


Tak lama kemudian tangan Tejo dan Andre, tiba di bagian vital Sherry. Dengan nafsu membara, Andre membuka bibir vagina Sherry, sementara Tejo memasukkan jarinya kedalam liang vagina Sherry. Perlahan jari tangan Tejo menyolok-nyolok vagina Sherry, dan makin lama gerakannya makin cepat. Tubuh Sherry nampak menegang, sambil mendongakkan wajahnya, Sherry mendesah perlahan.


Tejo dengan pandai memainkan kecepatan jarinya menyolok-nyolok vagina Sherry, sementara aku dan teman-temanku memperhatikan kejadian itu. Setelah hampir 2 menit jari Tejo menembus liang vagina Sherry, dari bibir vagina Sherry kulihat cairan kewanitaan yang keluar, rupanya Sherry terangsang.


"Wah Non, terangsang nih? Enak ya? Mau lebih cepat?"


"Jangan Pak, tolong!!" Sherry memohon.


Tejo tidak mempedulikan permohonan Sherry, Jarinya keluar masuk vagina Sherry dengan cepat.


"Ahh.. stop Pak!! Tolong..!" Sherry kelihatan sangat terangsang, namun ia berusaha melawan.


"Ahh..!" Sherry vaginiak pelan, sepertinya ia hampir mencapai orgasme sambil menahan kesakitan di lubang vaginanya.


"Payah lo!! Baru segitu aja udah mau orgasme.. cuih.. " aku meledek Sherry, aku membayangkan jika aku dalam posisi Sherry, pasti aku akan lebih lama lagi orgasme.


"Dasar perek amatir, baru gitu aja udah mau orgasme!!" Lea ikut mengejek.


Tejo menghentikan jarinya yang menyolok-nyolok vagina Sherry, nampaknya ia belum mau Sherry mencapai puncaknya. Namun aku sudah tak sabar, dendam di dadaku terus membara ingin mempermalukan Sherry. Kutarik jari Tejo keluar dari vagina Sherry, lalu kudorong tubuhnya menjauhi Sherry.


"Lho Non.. saya belum puas nih.." Tejo terlihat bingung.


"Sabar dulu!! Nanti lo dapat giliran lagi!!" bentakku pada Tejo.


Saat kulihat Sherry dihadapanku, nafsu dan amarahku membara. Aku tak tahan lagi, kujongkokkan tubuhku hingga wajahku tepat menghadap vagina Sherry. Tertampang jelas keindahan vagina Sherry di mataku, bibir vaginanya yang memerah karena gesekan jari Tejo dan cairan yang membasahi sekitar selangkangannya membuat aku menahan ludah. Perlahan kudekatkan wajahku ke vagina Sherry, dan kucium harum vagina Sherry, Ia terlihat sangat merawat daerah vitalnya ini. Dengan penuh nafsu dan dendam, perlahan kubasuh vaginanya dengan lidahku.


Semua yang ada disitu spontan terkejut, dan Sherry terlihat sangat kaget.


"Waduuh.. Non Nia ternyata juga mau ngerasain vagina Non Sherry ya?" Andre berseloroh meledek.


"Bilang dong Non dari tadi, kalo gini saya malah jadi tambah horni nih.." Tejo menimpali.


Aku tak perduli dengan ledekan Tejo dan Andre, yang kupikirkan hanya satu, aku ingin membuat Sherry malu di tanganku.


"Aaah.. Kak.. mau apa Kak? Jangan Kak.." Sherry mulai merasa terangsang lagi, perlahan kurasa otot selangkangannya menegang. Kubasuh vagina Sherry dengan jilatan lidahku, dan kujalari daerah selangkangannya dengan ciuman dan jilatan erotis. Kutelusuri bibir vagina Sherry dengan lidahku, sambil kubuka liang vaginanya dengan jariku supaya lidahku dengan leluasa menjalar di daerah sensitifnya.


Tak berapa lama kutemukan klitoris Sherry, perlahan kujilat dan kuberi dia hisapan-hisapan kecil dari mulutku. Semua laki-laki yang ada diruangan ini kurasa sangat beruntung menyaksikan dua bunga sekolah ini terlibat aktivitas seksual.


"Ahh.. ah.. ah.." Sherry tak sanggup berkata-kata lagi, ia hanya bisa berteriak kecil merasakan rangsangan di klitorisnya. Perlahan tubuh Sherry menggelinjang kesana kemari, keringatnya makin deras membasahi tubuh dan seragam sekolahnya. Sampai akhirnya kurasakan vagina Sherry memuncratkan cairan-cairan kewanitaan yang menggairahkan membasahi mulutku, tanpa kusadari akupun terangsang dan menghirup cairan kewanitaan Sherry dalam-dalam.


Hampir 5 menit kunikmati vagina Sherry, daerah selangkangannya sudah sangat basah, sama seperti tubuhnya yang dibanjiri keringat. Sherry hanya bisa mendesah pasrah sambil menikmati rangsanganku. Tak berapa lama, kurasa otot vaginanya menegang, Sherry agak terhentak, lalu kedua tangannya tiba-tiba mencengkram pundakku, ia hampir mencapai puncak. Saat itu pula kuhentikan jilatanku, lalu menarik nafas istirahat. Sherry terkulai lemas, tubuhnya tergeletak tak berdaya diatas meja sambil perlahan mencoba mengumpulkan nafas. Tejo, Seto, Lodi dan Andre hanya bisa terpaku menatap aku dan Sherry, sementara Lea dan Manda terlihat puas melihat "siksaan"ku terhadap Sherry. Aku berdiri setelah istirahat sejenak.


"Gilaa!! Non Nia hebat!! Saya jadi horni banget nih lihat cewek lesbian kayak gitu" Seto angkat bicara.


Kutatap Sherry yang terkulai lemas dengan pandangan nafsu dan dendam.


Kulebarkan kedua kaki Sherry sampai ia mengangkang. Kutarik pinggulnya sampai sisi meja. Kali ini akan aku buat ia orgasme. Kutanggalkan rok sekolahku lalu kulepas celana dalamku. Semua pria yang ada disitu tergelak menahan ludah, menanti kejadian selanjutnya. Kubuka seragam sekolahku karena udara sudah sangat panas, sambil kutanggalkan BH-ku, begitu juga dengan Sherry, kubuat ia telanjang bulat.


Posisi kaki Sherry yang mengangkang membuat vaginanya melebar, membuka bibir vaginanya, dan itu membuatku terangsang. Kuangkat kaki kiriku keatas meja, lalu kudekatkan selangkanganku ke selangkangan Sherry. Posisi tubuhku dan Sherry Seperti dua gunting yang berhimpitan pada pangkalnya. Dengan nafsu yang membara kugesekkan vaginaku dengan vagina Sherry yang masih terkulai lemas itu.


"Hmm.. aah.. cukup Kak.. aah.." Sherry mendesah memohon padaku.


Tanpa perduli pada Sherry, aku yang sudah dibakar nafsu terus melaju. Sementara Pria-pria yang ada disana mulai mengeluarkan kemaluan mereka kemudian melakukan onani sambil menyaksikan aku dan Sherry. Semakin lama semakin kupercepat gesekkan vaginaku, sambil kulihat wajah Sherry yang cantik itu dengan nafas memburu, membuatku kian terangsang. Tubuhku dan Sherry bergerak seirama, kurasakan keringat mengucur dari tubuhku, serta vaginaku kian basah oleh cairan kewanitaanku yang bercampur dengan cairan kewanitaan Sherry. Selama hampir 5 menit kupacu tubuh Sherry, dan tiap detik pun kurasakan kenikmatan dan rasa dendam yang terbayar.


Di tengah deru nafasku yang saling memacu dengan nafas Sherry, tiba-tiba kumerasa sesosok tubuh besar memelukku dari belakang. Ternyata itu Andre, pria hitam bertubuh gendut itu sudah telanjang bulat dan memeluk tubuhku sambil memainkan jemarinya di puting payudaraku.


"Saya juga ikutan ya Non Nia? Habis Non Nia bener-bener hot sih" permintaan Andre kuturuti tanpa menjawab, sebab jarinya yang memilin puting payudaraku semakin membuat aku berenang dalam lautan kenikmatan.


Kulirik Sherry yang menarik nafas terengah-engah dan kulihat tubuhnya mulai menggelinjang merasakan kenikmatan. Kupercepat gerakanku, sambil mencoba untuk mengatur nafas, tiba-tiba sebuah benda kurasa menyentuh pantatku lalu menelusup diantara belahannya. Aku mendengar Andre melenguh, ternyata benda itu adalah penisnya yang menegang dan berusaha meyodok lubang anusku.


"Non Nia, saya nggak tahan lagi nih.." permintaan Andre kupenuhi, kubiarkan penisnya masuk ke lubang anusku.


Dengan sedikit hentakan, penis Andre menerobos masuk anusku. Kurasakan benda itu berukuran besar, memenuhi lubang anusku.


"Aaah.. lobang Non Nia masih rapet banget nih.." Andre mencoba menekan pinggulnya untuk memasukkan seluruh batang penisnya. Sambil terus kupacu tubuh Sherry, Andre juga mulai memompa penisnya di lubang anusku. Tak berhenti, Andre menjelajahi bagian atas tubuhku dengan tangannya.


Kejadian ini berlangsung hampir 7 menit sebelum, Sherry berteriak kencang memperoleh puncak kenikmatannya. Tak berapa lama kemudian giliranku dan Andre yang mencapai orgasme bersamaan, ditandai semburan spermanya di lubang anusku. Aku sangat lelah, tubuhku basah oleh keringat, namun aku sangat puas, puas karena dendamku terbayar dan puas atas kenikmatan yang kuperoleh tadi. Kubiarkan Sherry beristirahat selama kurang lebih 5 menit, sampai akhirnya "penyiksaan" ini dimulai lagi.


Aku duduk menjauh dari Sherry, kali ini kuputuskan menjadi penonton saja. Tongkat komando kini dipegang Lea, ia kini yang memerintah semua yang ada disitu. Tejo, Lodi dan Seto mendekati tubuh Sherry yang tergeletak tak berdaya. Lea memberi tanda pada Seto yang dijawab dengan anggukan kepalanya. Seto memegang pinggul Sherry yang lemas itu kemudian memutar tubuhnya. Posisi Sherry kini telungkup dengan memperlihatkan bulatan pantatnya yang padat berisi.


"Nah, Non Sherry siap-siap ya!" Seto berujar sambil mengangkat pinggul Sherry sampai ia dalam posisi menungging. Sherry cuma bisa menunggu siksaan apa lagi yang akan diterimanya dengan pasrah. Meski tubuh Sherry tampak lemas, ia masih saja menggairahkan. Seketika saja Sherry mendesah pelan, Seto dengan nafsunya meremas bongkahan pantat Sherry sambil mengelusnya.


"Hajar aja!!" perintah Lea.


Setelah mendengar perintah Lea, Seto yang sudah menunggu dari tadi langsung melesakkan penisnya yang menegang itu ke lubang vagina Sherry. Wajah Sherry terlihat terkejut sambil menahan sakit. Ukuran penis Seto yang besar memaksa masuk ke lubang vagina Sherry yang rapat itu. Sherry berteriak tiap kali Seto mendorong penisnya masuk.


"Vagina Non Sherry rapet banget nih, aahh.." Seto berkata sambil mendorong penisnya lagi memasuki vagina Sherry.


Setelah seluruh penis Seto masuk dalam lubang vagina Sherry, seto berhenti sejenak, ia membiarkan Sherry mengambil nafas sejenak. Namun Seto tidak membiarkan Sherry berlama-lama, perlahan-lahan ia mulai memompa penisnya didalam vagina Sherry. Gerakan Seto makin cepat, deru nafas Sherry dan Seto terdengar keras dibarengi gerakan mereka yang seirama. Sambil terus memompa penisnya, Seto memainkan tangannya menjelajahi pantat dan pinggul Sherry yang basah oleh keringat. Sekali lagi Lea memberi tanda, Seto mempercepat lagi gerakannya, membuat tubuh Sherry bergerak kian liar. Tejo maju menghampiri Sherry, ia berdiri di depan wajahnya. Tejo mengangkat tubuh Sherry sampai ia dalam posisi merangkak.


"Aaah.. cukup Pak.. ah.." Sherry memohon pada Tejo.


Dengan senyum mengejek Tejo memaksa Sherry membuka mulutnya. Dengan nafsu yang membara ia memaksa penisnya masuk ke bibir mungil Sherry.


"Ayo isep penis saya Non!! isep!!" Paksa Tejo.


Karena ketakutan, Sherry dengan pasrah menerima batangan penis Tejo menembus bibirnya. Besarnya penis Tejo nampak memenuhi seluruh mulut Sherry. Tak bisa kubayangkan betapa puasnya Tejo, ketika gadis SMU secantik Sherry kini sedang mengulum penisnya.


Dari jauh kulihat Sherry menangis, airmata jatuh ke pipinya, ia merasa terhina dan jijik. Dendamku benar-benar terbalas, Sherry benar-benar menderita. Dibalik semua itu aku juga merasa kasihan padanya. Tejo mulai memompa penisnya, melakukan gerakan maju mundur dihadapan wajah Sherry. Kini mulut dan vagina Sherry telah dipompa dua batang penis. Keringat membasahi seluruh tubuhnya, membuat tubuh Sherry terlihat berkilau seksi. Hanya Lodi saja yang belum menikmati Sherry, kini ia naik keatas meja, lalu memposisikan dirinya diatas punggung Sherry seolah-olah ia sedang menaiki kuda. Lodi meletakkan penisnya diatas punggung Sherry, sambil kemudian ia gesekkan. Tangan lodi menjelajah kedua payudara Sherry yang tergantung.


Tiga orang itu sekaligus menikmati tubuh Sherry, tak bisa kubayangkan perasaan Sherry saat ini. Vagina, mulut, punggung, payudara, hampir seluruh bagian tubuhnya dirangsang. Kulihat Seto berejakulasi di dalam liang vagina Sherry, sperma yang melimpah keluar dari penis Seto mengalir keluar melalui liang vagina Sherry, seketika itu juga Sherry bergumam sembari menaikkan pinggulnya, ia berorgasme. Setelah Seto puas membasahi vagina Sherry dengan spermanya, giliran Lea menggantikan posisi Seto. Dengan liar, Lea menjilati vagina Sherry yang masih basah oleh sperma Seto.


Selang berapa menit kemudian Tejo berejakulasi, ia berteriak kencang memanggil nama Sherry sembari memuncratkan spermanya di wajah Sherry, kulihat Sherry menerima semburan sperma itu di sekitar bibir dan pipinya, bahkan ia menelannya, mungkin Sherry sudah pasrah dan memilih untuk menikmati kejadian ini.


Setelah Tejo, giliran Lodi berejakulasi diatas punggung Sherry. Sperma lodi nampak membasahi kulit punggung Sherry yang putih mulus. Andre yang dari tadi diam, bergerak menggantikan Lea yang kini merubah posisi Sherry menjadi terlentang, lalu memegangi tangan Sherry keatas.


Penis Andre yang ekstra besar itu menembus vagina Sherry, dan dengan liar memompa tubuh Sherry. Sherry yang sudah sangat lelah hanya mendesah pelan sambil menikmati. Hampir 10 menit Andre memompa penisnya didalam vagina Sherry sampai akhirnya gerakan Andre dipercepat, Sherry berteriak, pinggulnya naik, tubuhnya nampak bergetar, ia kembali berorgasme. Tidak lama kemudian Andre berejakulasi di luar vagina Sherry, ia membiarkan spermanya jatuh membasahi selangkangan Sherry.


Suasana sunyi hanya terdengar desah nafas Sherry yang mencoba mengatur kembali nafasnya. Tubuhnya basah oleh keringat, selangkangannya dipenuhi sperma, Sherry hanya tergeletak diatas meja itu. Kubayar uang yang kujanjikan pada Tejo, Andre, Seto dan Lodi. Mereka lalu pergi meninggalkan ruangan ini dengan senyum puas.


"Nah, sekarang kapok kan lo?" bentak Lea kepada Sherry.


"Makanya jangan macam-macam, kalo lo bilang-bilang kejadian ini sama siapapun, rekaman video tentang lo bakal gue sebar luas!! Terus lo bisa jadi bintang porno terbaru dan terkenal, he.. he.. he.. " ancamku pada Sherry.


"Sekarang lo bilang!! Gimana rasanya tadi?! Ayo jawab!!" bentak Lea.


"Kok diem aja?! Ayo jawab tolol!!" bentakku.


"Enak Kak.." jawab Sherry ketakutan.


"Enak?! lo seneng dientot?!" bentak Lea lagi.


"Iya Kak.. enak sekali.. nikmat.." Sherry menjawab.


"Lo mau lagi?!" Manda yang dari tadi diam kini bicara.


"Ma..mau Kak.." jawab Sherry.


Aku, Lea dan Manda saling berpandangan sambil tersenyum. Ya, akhirnya Sherry kini menjadi bagian gengku, geng gila seks yang suka sekali mencari kenikmatan, haus akan hal-hal berbau seks. Dan si cantik Sherry, adik kelasku menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam petulangan seks ku selanjutnya.       
 
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Kepuasan Dalam Perselingkuhan
Apr 5th 2013, 14:00


Awalnya aku hanya iseng mengobrol mengisi waktu luang di waktu jam istirahat, Namun lama-kelamaan Dewi salah satu staffku yang agak manis malah penasaran dan bertanya lebih jauh tentang orgasme. Ya sebuah misteri yang kelihatannya mudah namun susah diungkapkan.

Memang banyak sekali wanita yang belum sadar akan arti pentingnya sebuah orgasme, bahkan menurut penelitian hanya 30% wanita yang dapat meraih orgasme, banyak hal-hal yang mempengaruhi wanita dalam meraih orgasme, baik dari faktor si wanitanya ataupun dari faktor prianya atau bahkan dari suasana, perasaan, dll. Termasuk Dewi salah satu staffku ini, selama menikah 2 tahun lalu, dia belum tahu apa itu orgasme, yang dia tahu hanya rasa enak saat penis suaminya memasuki kewanitaannya, Dan berakhir saat penis suaminya menyemprotkan cairan hangat kedalam kewanitaannya.

Aku hanya geleng-geleng kepala mendengar ceritanya, lalu aku korek lebih jauh tentang perasaan, foreplay, gaya, waktu, dan lain-lain tentang hubungannya dengan suaminya, Dengan malu-malu Dewi pun menceritakan dengan jujur bahwa selama ini memang dia sendiri penasaran dengan apa yang namanya orgasme namun dia tak tahu harus bagaimana, yang jelas saat berhubungan dengan suaminya dia cukup foreplay, bahkan suaminya senang mengoral kewanitaannya sampai banjir, dan selama penis suaminya masuk sama sekali tidak ada rasa sakit, yang ada hanya enak saja namun tidak bertepi, rasanya menggantung tidak ada ujung, dan tahu-tahu sudah berakhir dengan keluarnya sperma suaminya ke dalam kewanitaannya.

"Kira-kira berapa lama penis suami kamu bertahan dalam kewanitaan kamu?" tanyaku.
"Mungkin sekitar 10 menit" jawabnya pasti.
"Gaya apa yang dipakai suami kamu?"
"Macam-macam, Pak, malah sampai menungging segala"
Aku hanya tersenyum mendengar jawabannya yang polos.
"Kira-kira berapa besar penis suami kamu?"
"Berapa ya?, saya tidak tahu Pak!" jawabnya bingung.
Akupun jadi bingung dengan jawabannya, tapi aku ada tidak kekurangan akal.
"Waktu kamu genggam punya suami kamu pakai tangan, masih ada lebihnya tidak?"
Dewi diam sejenak, mungkin sedang mengingat-ingat.
"Kayanya masih ada lebih, pas kepalanya, Pak!"
Aku tak dapat menahan senyumku.
"Maksud kamu, 'helm'nya masih nongol?"
"Ya!" Dewipun tersenyum juga.

Aku suruh tangannya menggenggam, aku pandangi secara seksama tangannya yang sedang mengepal, yang berada dalam genggamanku, sungguh halus sekali, Namun aku sadar bahwa aku ditempat umum.
"Aku perkirakan penis suami kamu berukuran 10-14 cm, berarti masih normal, Wi!"
"Bagaimana dengan kekerasannya?" tanyaku lagi.
"Keras sekali, Pak, seperti batu!"

Aku diam sejenak mencoba berfikir tentang penghambatnya meraih orgasme, sebab dari pembicaraan tadi sepertinya tidak ada masalah dalam kehidupan seksnya, tapi kenapa Dewi tidak bisa meraih orgasmenya?

"Kok diam Pak?"
"Aku lagi mikir penyebabnya."
"Apa mungkin masalah lamanya, Pak? Sebab sepertinya saya sedikit lagi mau mencapai ujung rasa enak, tapi suami saya keburu keluar" terangnya.
Aku diam sejenak, mencoba mencerna kata-katanya, tapi tak lama Dewi sendiri membantahnya.
"Tapi, tidak mungkin kali, Pak, sebab biarpun kadang lebih lama dari sepuluh menit, tapi tetap saya merasa hampir di ujung terus, tanpa pernah terselesaikan."
Aku sedikit mengerti maksudnya,
"Maksud kamu, kalau 10 menit kamu maunya semenit lagi? Namun kalau 12 menit atau 15 menit pun kamu maunya tetap semenit lagi?" tanyaku.
"Ya, betul, kenapa ya Pak?"
Aku kini mulai mengerti posisi sebenarnya, kemungkinan besar ada titik dalam vaginanya yang belum tersentuh secara maksimal, Itu kesimpulan sementara, Namun aku belum sempat mengucapkan apa-apa, keburu jam istirahat kerja habis.
"Ya udah Wi, nanti kita terusin via SMS, oke?"
"Oke deh!" sahutnya riang sambil meninggalkan aku.

Di meja kerjaku, aku kembali memikirkan benar-benar masalah yang Dewi hadapi, sebenarnya ada niat untuk memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, karena setelah aku pikir-pikir Dewi punya kelebihan di Buah dada dan pantatnya yang besar juga kulitnya yang bersih dengan bulu-bulu halus, Namun Dewi akrab dengan istriku, dan aku sendiri kenal sudah lama dengannya dan suaminya, ini yang jadi masalah, Lama aku berfikir, akhirnya aku putuskan untuk mencoba menolongnya semampuku tanpa mengharapkan apapun darinya, Aku yakin aku bisa membantunya berbekal pada pengalamanku selama ini.

Aku kirim SMS kepadanya, "Wi, Sepertinya masalah kamu agak kompleks, Kalau sempat, bisa tidak nanti pulang kerja kita cari tempat yg enak utk mengobrol?"
5 menit aku tunggu belum ada jawaban juga, Aku jadi tegang sendiri, jangan-jangan dia marah, karena aku dianggap kurang ajar, Tapi untunglah tak lama HPku bergetar 2x pertanda SMS masuk, Aku langsung lihat pengirimnya Dewi, aku baca isinya.
"Boleh, tapi jangan di tempat sepi ya.., kata nenek itu berbahaya"
Aku tersenyum membaca balasannya yang sedikit bergurau, lalu aku balas kembali,
"Wi, jangan salah tangkap ajakanku ya.. aku cuma tidak enak saja kalau kita terlalu mencolok, karena kamu istri orang & aku suami orang juga"

Singkat kata Pukul 5 sore kami janjian ketemu di sebuah rumah makan yang nyaman di daerah Jakarta timur, Suasana rumah makan yang agak temaram menambah rileks obrolan kami, Sambil makan kami melanjutkan obrolan kami yang tadi siang, Aku utarakan kesimpulan sementaraku bahwa ada kurang sentuhan di area vaginanya, aku sarankan agar nanti malam mencari titik tersebut dan jika sudah ketemu aku suruh Dewi meminta kepada suaminya untuk menekan lebih kuat saat hubungan intim, Dewi mengangguk mengerti.

"Menurut Bapak, apakah body saya cukup bagus?"
Tiba-tiba saja Dewi bertanya seperti itu. Aku kaget mendengarnya, berarti kemungkinan Dewi kurang percaya diri dengan tubuhnya, dan menurut yang aku tahu ini sangat berbahaya untuk meraih orgasme.
"Wi, dalam sebuah hubungan intim, Jangan merasa body kamu jelek atau vagina kamu tidak wangi atau buah dada kamu jelek atau apa saja yang menurut kamu negatif, itu faktor yang sangat penting dalam meraih orgasme, Ingat Wi, kalau tubuh kamu tidak bagus kan tidak mungkin suami kamu mau mencumbu kamu, dan mau berhubungan dengan kamu!"
"Justru kamu harus berfikir bahwa wajah dan tubuh kamu sangat bagus, buktinya suami kamu minta melulu, kan?"
"Tapi, saya tidak nyaman dengan perut saya yang tidak ramping"
"Wi, yang lebih gendut dari kamu banyak, ingat itu, lagian menurutku perut kamu tidak terlalu gendut, Biasa saja!" jawabku tegas.
"Pokoknya malam ini, kamu coba untuk menghilangkan rasa tidak percaya diri kamu, dan saat ada sentuhan nikmat yang kamu bilang tidak berujung, suruh suami kamu menekannya lebih kuat, itu saja dulu, besok aku tunggu kabarnya!"
Aku jadi terkesan menyuruh, mungkin karena dikantor Dewi bawahanku, sehingga menjadi kebiasaan. Karena waktu sudah menunjukan jam 19.00 kami pun pulang ke rumah masing-masing, aku antar Dewi sampai tempat dia biasa menunggu angkot.

Keesokan paginya, Aku baru saja ngopi dan HP baru aku aktifkan, Sudah ada pesan dari Dewi, bunyinya singkat, "Belum berhasil, Pak!".
Aku lihat dikirim jam 23.10 malam, berarti kemungkinan Dewi mengirimnya saat baru selesai berhubungan dengan suaminya.
Sampai dikantor aku baru membalas SMSnya.
"Memang kenapa?"
Tak lama Dewi pun membalasnya.
"Tidak tahu kenapa, apa nanti sore kita bisa ketemu lagi, Pak?, saya merasa nyaman mengobrol dengan Bapak."

Aku berfikir tentang arti pesannya, Apakah dia mengajakku selingkuh? Atau hanya perasaanku saja? Atau memang dia hanya ingin mengobrol saja? Sebagai lelaki jelas aku tidak mungkin menampiknya, Sorenya kami janjian di tempat yang kemaren, dan ungkapan Dewi yang jujur sangat mengagetkanku.
"Pak, terus terang, keinginan saya untuk meriah orgasme jadi tambah kuat, tapi herannya malah saya inginnya dari Bapak, Entahlah saya yakin sekali saya bisa meraihnya bersama Bapak"
Jantungku terasa berhenti berdetak mendengarnya, belum selesai aku menenangkan pikiranku, Dewi kembali melanjutkan pembicaraannya.
"Tapi bukan berarti saya ingin berhubungan dengan Bapak lho, saya hanya ingin tahu kenapa perasaan saya begini?"
Aku hanya diam, namun aku mengambil kesimpulan dalam hati bahwa kemungkinan Dewi terkesan dengan aku karena aku atasannya, bisa saja dia tanpa sadar kagum dengan cara kerjaku, atau apalah yang berhubungan dengan pekerjaan, Karena kalau secara fisik tidak mungkin, jauh lebih ganteng dan atletis suaminya dari pada aku.
Namun hal ini tidak aku ungkapkan kepadanya.

Suasana hening diantara kami beberapa saat, tapi tiba-tiba saja tangan Dewi meraih tanganku,
"Pak." Hanya itu yang keluar dari mulutnya
Tatapan mata kami beradu, Aku melihat ada gairah disana, Aku balas meremas jarinya, Sentuhan halus kulitnya terasa menimbulkan percik-percik gairah di antara kami, Akhirnya aku beranikan diri untuk mengajaknya,
"Wi, Bagaimana kalau kita diskusi langsung dengan praktek untuk meraih orgasme kamu?" suaraku terasa agak bergetar, mungkin agak canggung.
"Terserah Bapak deh" jawabnya manja sambil mencubit tanganku.

Pucuk dicinta ulampun tiba, aku segera membayar makanan kami dan langsung menuju hotel, sepanjang jalan ke hotel, jari-jari kami saling bertaut mengantarkan kehangatan ke jiwa kami, Dan setelah sampai di kamar hotel yang asri, Kami lamgsung mulai.. Meskipun awalnya agak canggung, Namun akhirnya kami dapat menikmati semuanya,

Masih dalam keadaan berpakaian, aku memeluk tubuh Dewi yang padat, bibir kami saling melumat lembut, kadang lidah kami saling kait dan saling dorong, sehingga gairah di dada kami semakin membuncah, Satu per satu pakaian kami bertebaran dilantai, seiring dengan nafsu kami yang semakin menggebu, Kini Seluruh organ tubuhku bekerja untuk memenuhi hasrat Dewi, aku rebahkan tubuh mulusnya di ranjang, sungguh pemandangan yang indah dan mendebarkan, dengan kulit tubuh yang putih bersih kontras dengan bulu-bulu halus dipermukaan kulitnya apalagi di kemaluannya yang begitu lebat menghitam. Aku langsung mengelus buah dadanya yang padat dengan lembut, sementara mulut dan lidahku menciumi dan menjilati centi demi centi tubuhnya tanpa terlewati,
"Tubuh kamu bagus sekali, Wi!" Aku mencoba memberinya rasa percaya diri.

Sementara Jilatanku sudah sampai pada vaginanya, aku sibakkan bulunya dengan lidahku, aku kemut lembut klitorisnya, kadang lidahku menusuk langsung vaginanya, Jari-jariku ikut membantu memberi kenikmatan dengan memilin-milin puting buah dadanya yang semakin mencuat, Sehingga membuat Dewi mengerang dalam nikmat, Sementara Dewi pun tidak tinggal diam, dia balas mengelus dadaku, kadang ujung dadaku di pilinnya, Tangan yang satunya lagi meremas-remas dan mengocok senjataku sehingga semakin meregang kaku dalam genggamannya, Yang aku yakin berdasarkan ceritanya pasti punyaku lebih besar dari pada punya suaminya, Gairah yang membuncah didadaku membuat aku lupa bahwa aku punya tugas untuk mengantarnya meraih orgasme.

Tubuh kami berguling-guling dikasur saling memberikan rangsangan dan kenikmatan, hingga akhirnya Dewi sendiri yang tidak tahan dan mengambil inisiatif, dia langsung mengangkangi tubuhku, dan langsung memegang senjataku untuk dibimbing kedalam liang surganya, Perlahan, centi demi centi, senjataku memenuhi rongga vaginanya berbarengan dengan rasa nikmat dan hangat disenjataku, Cengkraman vaginanya yang begitu kuat terasa mengurut senjataku, Dewi terus menggoyangkan pantatnya yang bulat padat, Tanganku memilin kedua putingnya, butir-butir keringat mulai membasahi tubuh kami berdua, tak lama Dewi berteriak histeris dan menggigit pundakku, tubuhnya mengejang kaku, dan wajahnya agak memerah melepas orgasmenya,
Aku berhasil mengantarnya meraih orgasme, Tubuhnya diam sejenak diatas tubuhku.
"Terima kasih, Pak" ia mencium keningku.
"Saya masih mau lagi" ucapnya serak.

Sungguh diluar dugaan, mungkin karena baru kali ini dia meraih orgasme, Dewi begitu liar, hanya beberapa detik, tubuhnya mulai bergoyang diatas tubuhku, Dan anehnya lagi, Hampir disetiap gaya Dewi bisa meraih orgasmenya begitu cepat, Mungkin ada 6 kali dia sudah orgasme tapi dia belum puas juga, sementara aku sendiri bersusah payah menahan orgasmeku, Aku benar-benar ingin memuaskan dahaganya, Apalagi saat gaya doggy, sambil meremas buah pantatnya yang bulat, aku benar-benar tak kuat lagi menahan semprotan dalam spermaku, sentuhan buah pantatnya di pangkal senjataku menambah sensasi tersendiri.

"Wi, aku mau keluar, di dalam atau di luar?" sambil aku mempercepat kocokanku.
"Di dalam aja Pak, cepat sodok yang kuat!" erangnya.
Akhirnya Seluruh tubuhku bagai tersetrum nikmat, aku melepas orgasmeku, menyemburkan cairan hangat ke dalam kemaluan Dewi yang telah basah berbarengan dengan kedutan-kedutan kecil hangat dari dalam liang vagina Dewi.
Yah, kami orgasme berbarengan, Sungguh nikmat sekali.

Waktu sudah menunjukan pukul 9 malam, namun Dewi kelihatannya belum puas juga, aku sampai bingung sendiri, biasanya istriku sekali orgasme tidak bisa lagi orgasme, Namun memang pernah aku baca ada wanita yang seperti Dewi.

Akhirnya waktu jualah yang harus memisahkan kami, kembali ke kehidupan nyata, Aku dengan istriku dan Dewi dengan suaminya, Namun sejak saat itu hubungan kami semakin hangat membara, Ada satu kelebihan Dewi yang tidak bisa aku lupakan, Vaginanya sangat mencengkram meskipun sudah puluhan kali kami berhubungan, Pernah aku Tanya katanya dia sering minum jamu, Dan Dewi sendiri pun jelas sangat membutuhkan orgasme dariku, Karena terakhir cerita dia belum bisa meraih dengan suaminya, entahlah sampai kapan..       
   
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - cindy selingkuhan sibokap
Apr 5th 2013, 13:59




mengenai kisah perselingkuhanku dnegan Cindy cewek cantik dan genit selingkuhan bokapku. Ternyata bokapku jago juga bisa dapetin cewek cakep seperti ini. Berikut cerita selangkapnya.

Indra pulang lebih awal berhubung dia dihubungi oleh kakaknya untuk segera pulang, misterius banget beritanya. Selama dalam perjalanan pulang hatinya galau dan cemas, apakah terbaca oleh kakaknya no hp si Budi di iklan kamar kost. Sesampainya Indra di rumah, terlihat muka masam kakak perempuannya,hm.. gawat.

"Ada apa kak? Kok kelihatannya gawat?" Tanya Indra cemas, semoga saja bukan masalah Budi.
"Tadi Vera menelpon, Papa kita sepertinya berselingkuh dengan salah satu pegawainya"
Indra merasa lega (rumah kost maksiatnya masih bisa terus beroperasi), tetapi dia kebingungan mendengarnya, kok bisa sih bokapnya selingkuh dengan pegawainya, setahu dia sistem perekrutan pegawainya sama dengan konsep kakaknya, tidak boleh ada yg lebih cantik dari Nyokap dan Kakaknya, kalo lebih muda yah lumrah, lagian si Vera kakak perempuan sulungnya menjabat sebagai seketaris dan asisten Bokapnya, semua pegawai biasanya di sensor dulu olehnya, kok bisa kebobolan atau Bokapnya sekarang sudah rabun tua, jelek terlihat cantik di matanya?
"Jadi si Vera nangkep basah Papa lagi berduaan sama selingkuhannya?" Indra bertanya sambil berusaha untuk tidak membayangkan Bokapnya yg sama kurusnya dengan dia tetapi lebih bungkuk badannya dan telah beruban sedang menggenjot cewek ceking , atau barangkali gembrot di kantornya.

"Tidak, hanya saja Papa menyuruh Vera untuk memberikan bonus untuknya mobil yg lebih mewah dari standard bonus pegawai lain," Kakak Indra mencak2," Papa juga terlalu sering meeting dengan kliennya bersamanya tanpa melibatkan Vera, Mama juga curiga akan hal ini, Vera ingin kita menyelesaikan masalah ini, kasihan Mama,"
"oh.. Gituh" Indra merasa dia harus ikut prihatin," jadi rencana kalian gimana,"
"Vera setuju dengan Papa bahwasannya prestasi Cindy ,pegawai genit itu memang bagus, dan berhubung kliennya dari Jakarta, maka sudah seharusnya dia mendapatkan mobil tersebut dan pindah ke Jakarta agar bisa lebih dekat dengan kliennya, hi..hi.. kita buka kantor khusus hanya untuk dia saja..jadi tidak menganggu moral kerja pegawai lain dan papa akan kesulitan menemuinya lagi..hi..hi." Kakak Indra tertawa sinis mirip tokoh2 wanita jahat ala sinetron tv .
"Papa setuju?" Indra bertanya," Dan kenapa tidak dipecat saja daripada susah2 pindahin dia,"
"Hm..rencananya sih begitu, tetapi klien yg dibawanya memberikan kontrak jumlah besar pada kita, dan menurut Vera pemilik perusahaan itu Ortu daripada Ipar Cindy, jadi kita tidak mau beresiko diputuskan kontrak, malah bisa2 Besan Cindy merasa kita membalas jasa baik Cindy bila dia kita pindahkan ke sini dan dapat kantor khusus untuknya…hi..hi.." Indra merinding mendengar tawa licik kakaknya.
"wah.. hebatnya rencana kalian, berarti sudah beres donk ," Indra sudah tak sabar ingin kembali ke rumah kostnya dan menggarap Desy," jadi sudah bereskan , .. saya mau lanjutkan belajar bareng Budi"
"Hei,.. jangan egois gituh," kakak Indra menatap tajam," Dia sudah diberangkatkan tadi siang oleh Vera, kamu jemput dia sekarang dan kamu carikan dia tempat tinggal sementara, cari saja hotel murahan sementara dulu, ntar besok kamu carikan rumah sewa sekalian yg bisa dijadikan kantor untuknya,"
"Lho.. kok hotel?" Indra yg kesal karena tidak bisa balik ke rumah kost mereka menyela," Bukankah kita sudah ada kandang buat orang jelek di sebelah rumah Ini,"
Kakak Ipar Indra sedari tadi diam saja tiba2 saja memuncratkan kopi yg diminumnya saat mendengar perkataan terakhir Indra, kakak Indra melotot pada Indra lalu mendelik matanya pada suaminya yg tak sanggup menahan tawanya, terbahak2 dia dan menghindar berlari ke kamar mandi.
"Kamu ,…huhh.. dasar anak durhaka… kamu tidak sayang Mama"Muka Kakak Indra merah padam menahan marah hingga mukanya yg tidak cantik menjadi jelek ( apa bedanya yah?)
"Iyah…yah….Gue berangkat,.. " Indra buru2 kabur meninggalkan kakaknya yg belum berhenti mengomel2 . Indra tidak peduli bahwa dia tadi lupa menanyakan manifest penerbangan Cindy pada kakaknya, segera berangkat ke airport, dia kesal banget karena tidak berkesempatan menggarap Desy gara2 Cindy, hm… yg ini gimana orangnya,.. Indra penasaran dengan selera Bokapnya, kalo wajahnya tebak Indra pasti dibawah kategori, cuman Bodynya saja yg bisa dinilai seperti kebanyakan pegawai lainnya. Sesampainya di Airport baru teringat olehnya data2 Cindy tidak ada, ogah dia menelpon kakaknya Indra lalu mengikuti jejak penjemput lainnya, dia menuliskan nama Cindy dan nama perusahaan Bokapnya di kertas dan bergabung dengan mereka di pintu keluar domestik. Saat Indra baru ingin berjongkok karena merasa akan lama di sana, dari kerumunan sekelompok orang melangkah keluar seorang wanita cantik, sepertinya baru saja diajak oleh orang2 itu foto bareng, artis kali yah Indra berpikir. Wanita itu berjalan kearah Indra yg tertegun karena sepertinya artis penyanyi kris Dayanti mendekatinya, Indra melihat2 ke kiri kanan dan belakangnya, takut ntar ke ge.er.. an, manatau aja ada cowok ganteng di belakangnya yg menjemput artis itu. Artis itu semakin mendekat ke Indra yg mulai berdebar2 gugup, lalu Artis itu berkata padanya dan menyodorkan tangannya bersalaman,
"hai.. saya Cindy.. kamu pasti Indra putera tunggal pak Mulyono kan?"
"hah..iii…iii..yyahh..?" gugup Indra menjawab dan mulutnya ternganga melongo memandangi sang Artis.
"Ka..kamu Bu..bu..kan Kris dayanti?" Indra kebingungan bertanya.
"hi.. hi.. kamu lucu Indra… saya Cindy, kalo mau dianggap kris dayanti juga boleh" Cindy tertawa.
Indra yg masih takjub dengan penampilan Cindy lalu menyalaminya dan membantunya membawa kopernya yg gede, dia berjalan ke areal parkir diikuti oleh Cindy di belakangnya, sepanjang perjalanan mata semua orang menatap mereka. Sesampainya di mobil Indra lalu memasukkan koper Cindy dan Cindy membuka pintu penumpang depan, Indra masuk dan menghidupkan mobil, sambil terus melirik ke Cindy setiap kesempatan. Dalam hati Indra terus memikirkan bagaimana bisa Vera kebobolan memasukkan cewek secantik artis ini bekerja padanya,.. hm .. rupanya mata Bokapnya belum rabun,. Dia saja kalo ada kesempatan pasti habis digarapnya cewek secakep artis ini.
"Kamu mirip dengan papa kamu yah, berarti dulu Pak Mulyono pasti seganteng kamu," Cindy memecahkan keheningan dalam mobil, " Kurusnya juga sama..hi..hi.."
"eh..engg..ah masa sih gue ganteng?" Indra membusungkan dadanya bangga.
"I..yah dong.. kamu sembunyikan saja sih.. dengan kacamata kamu , ntar.. kalo kita jalan2 bareng saya pilihkan kacamata yg cocok buat kamu," Cindy menggoda Indra.
"wah.. gue percaya saja sama Mbak Cindy, " Hidung Indra kembang kempis dipuji Cindy, "mbak Cindy juga cantik,.. tadi saya Kira artis Kris Dayanti,"
"Oh.. yah pantesan tadi banyak yg ngajak saya foto bareng..hi..hi.. rupanya saya dikira artis penyanyi" Cindy tertawa lepas sehingga payudanya yg ukurannyapun mirip sang artis berguncang, glek Indra menelan ludah melihatnya.
Indra yg tak tahan penasaran akhirnya memberanikan diri menanyakan pada Cindy, bagaimana wanita secantik Cindy bisa nyasar ke perusahaan Bokapnya. Cindy yg mulanya diam sejenak lalu meminta Indra berjanji menjaga rahasiannya sebelum diceritakan, disanggupi oleh Indra. Cindy rupanya melakukan operasi plastik pada seluruh wajahnya, hidungnya dimancungkan dan pipinya sengaja di kempotkan sehingga lesungnya jelas terlihat dan melakukan liposucktion di beberapa bagian tubuhnya sehingga mendapatkan bentuknya yg aduhai seperti sekarang ini, Dia sengaja memesan dokter bedah plastik tersebut untuk membuatnya semirip mungkin dengan artis penyanyi idolanya.Dalam hati Indra menertawakan kakaknya yg kebobolan,.. tak pernah terpikirkan oleh mereka kemajuan zaman yg bisa mengubah wajah seseorang dari jelek menjadi cantik, seharusnya mereka juga ikutan dioperasi plastik..he..he.. biar perusahaan Bokapnya bisa lebih bersinar daripada sekarang yg lebih mirip LPT (Lembaga Perawan Tua) saking banyaknya pegawai jelek yg pada jomblo.
"Aku mau dibawa kemana nih Indra?" Tanya Cindy kemudian.
"eng… Tadi dipesan kakak gue tuk bawain kamu ke hotel duluan…, ntar besok baru nyari Ruko untuk kamu jadiin rumah dinas dan kantor kamu," gelagapan Indra menjawab saat dia lihat Cindy merengut sewaktu dia bilang hotel.
"Huh kakak kamu ituh, cemburuan banget," Cindy merengut," Saya tidak suka ke hotel, masa saya di tinggal seorang diri di sana , sayakan takut, Indra temenin saya yah,"
Glek,.. tentu saja Indra mau, tetapi yg keluar dari mulutnya," Bisa mencak2 Sella kakak saya kalo gue gak pulang malam ini, apalagi kalo tahu gue nginap bareng kamu,"
"hi..hi.. kamu takut yah sama kakak kamu, lebih berani Papa kamu donk kalo gituh,"tantang Cindy.
"Lho.. jadi beneran kamu memang selingkuh sama Papaku?" Indra kaget.
"lha..iyalah.. perawan saya Papamu yg renggut," Cindy sengaja mencemberutkan wajahnya, padahal dalam pikirannya terbayang nikmat saat bersetubuh dengan Papa Indra.
"waduh, nekat juga yah Papa gue," Indra nyegir, dalam otaknya yg sudah ngeres membayangkan nikmatnya melahap Selingkuhan bokapnya seperti cerita stensilan yg sering dia baca semasa kecil.
"Hm.. bagus kagak permainan Papa gue?" Indra mulai memancing.Cindy kaget melihat senyum nakal Indra menggodanya lalu membalas,
"Mantep dong, punya Papamu anunya panjang,"
"Oh yah,.. hm.. masak sih,.. tapi biasanya orang bilang buah jatuh tidak jauh dari pohon lho," Indra tertawa makin ngeres otaknya setelah melihat sepertinya Cindy juga mulai terbawa suasana.( suasana saling pengen lahap-melahap gituh)
"Hm,.. kalo tidak Nampak mana terbukti," Cindy melirik ke selangkangan Indra," Makanya elu nginap saja malam ini bareng gue dan buktikan donk..hi..hi.."
"wah..wah..nantang gue nih," Indra semakin bingung , Dia sebenarnya sudah pengen menikmati Cindy tetapi kalo tidak pulang malam ini Sella kakaknya pasti curiga dan bisa ngadu sama nyokapnya. Indra diam dan berpikir, terbesit diotaknya ide untuk membawa Cindy ke rumah kostnya, lha di sana dia kan ada yg nemani, dan dia bisa pulang sehabis menggarap Cindy..hm.. ide bagus menurutnya.
"Kalo gitu, gimana kalo saya bawa kamu ke rumah kost saja, disana sedikit rame, jadi kamu tidak perlu takut," Indra lalu lanjut berkata," di sana ramah2 penghuninya, yg punya temen karib gue, kamarnya bersih dan mewah kok, ada acnya lagi tiap kamar,gimana mau?"
"kamu ikut nginapkan?" Cindy bertanya dengan suara manja.
"Eng.. saya temani sampe malam saja yah,..toh ntar gue kenalin sama mereka,.. jadi kamu kan ada yg nemani gituh,.. pokoknya gue atur deh kamu jangan sampe kecewa malam ini," Indra keluarkan jurus wajah penuh perhatian dan pengertian palsunya.
"janji yah..Indra," Cindy tersenyum tanda setuju. Sepanjang perjalanan ke rumah kost Indra mereka ngobrol dan tentunya makin lama makin ngeres arah obrolannya membuat Cindy makin berani mengelus2 Indra dan merebahkan dirinya pada Indra, layaknya sepasang kekasih. Saat Indra membawa Cindy ke dalam rumah yg berteriak paling keras kaget adalah si Desy, sama seperti yg lainnya dia mengira Indra membawa pulang kris Dayanti. Indra mengenalkan Cindy pada Desy, Ayu dan Budi. Mereka sebenarnya mau ngobrol dengan Cindy, tetapi Indra lalu membawa masuk Cindy ke kamar yg masih kosong dengan beralasan pada mereka Cindy lelah, padahal dia sudah tak sabar ingin melahapnya. Begitu pintu tertutup, Indra langsung meletakkan kopernya dan langsung memeluk Cindy dan menciumnya, dan dibalas oleh Cindy penuh nafsu. Budi menggigit bibir bawah Cindy dan memainkan lidahnya dalam mulutnya, saat lidah Cindy membalas masuk dalam mulut Indra langsung menyedot dan menggigit halus, hm.. Cindy merasakan nikmatnya permainan bibir Indra, 1-0 untuknya dibanding Bokapnya. Tangan Cindy lalu mulai membuka kancing baju Indra, tetapi Indra lalu menyambung membuka sendiri dan celananya cepat, Cindy juga menelanjangi dirinya. Mereka lalu merebahkan diri ke atas ranjang baru yg belum dilapisi sprei oleh Ayu. Indra bergerak meremas lembut payudara Cindy dan memainkan lidahnya pada puting Cindy, dijilatinya, lalu di gigit lembut, dan diemut2. Hm… Cindy mendesah kuat, 2-0 untuk Indra, permainan lidahnya Indra nikmat sekali, Cindy yg hanya pernah bersetubuh dengan Bokap Indra merasakan awalnya saja sudah sangat nikmat bersama Indra gimana selanjutnya, dia mendesah terangsang hebat. Indra bergerak turun dan memainkan lidahnya pada kelentit vagina Cindy, lalu bibir vaginanya dan lubang duburnya berganti2an. Indra lalu memasukkan jarinya kedalam lubang Vagina Cindy, tangannya mengobel dan mengelus2 dinding dalam vagina Cindy, yg membuatnya mendesah makin Kuat dan mengelinjang. Cindy takjub dengan permainan oral Indra yg baru dia rasakan, seumur dia tak pernah merasakan sensasi yg begitu nikmat, hm..gila.. tak mungkin lagi ngasi angka, Indra menang mutlak dibanding Bokapnya, Cindy memejamkan matanya menikmati. Saat Indra berhenti Cindy yg masih memejamkan mata merasakan nikmat dengan mulutnya yg memang lagi menganga merasa ada sesuatu yg memasukinya, dia terbelalak saat melihat yg masuk dalam mulutnya Zakar panjang Indra. Hm.. permainan apa pula sekarang Indra lakukan, Cindy lalu merasakan hangat dan denyutan zakar Indra dalam mulutnya, ditambah sodokan Indra sehingga kepala zakar Indra menabrak2 dining tenggorokannya, hm..nikmat juga permainan ini,
"hm.. hm.." Cindy mendesah dengan zakar Indra dalam mulutnya, dimainkan lidahnya pada zakar Indra sehingga dia semakin merasakan denyutan zakar Indra. Sesaat kemudian Indra mencabut zakarnya dan menyuruhnya nungging, Cindy turuti dan dia rasakan zakar Indra memasuki lubang vaginanya,.. hm.. nikmat sekali dan terasa olehnya dinding lubang vaginanya merasakan hangat dan denyutan zakar Indra hingga terasa dalam sekali, lebih dalam nikmatnya daripada zakar Bokapnya.
"oh….ah..ah…arghh" Cindy mendesah kuat menikmati zakar Indra yg sekarang bergerak maju mundur dalam vaginanya, perlahan dan kemudian makin cepat, Cindy juga makin mempercepat desahannya ..oh..nikmat sekali dia rasakan saat itu.
Sayup2 suara desahan dan erangan Indra dan Cindy terdengar sampai ruang keluarga yg senyap karena Desy sepertinya sudah kecapekan membual, Budi mengajak mereka tidur, Ayu bingung,
"Mas Budi ngajak Ayu atau mbak Desy?" tanya Ayu.
"Maunya aku yah kalian berdua " jawab Budi yg berusaha mengelak cubitan Desy,
"iih.. maunya… hi..hi.?" Desy tertawa.
Budi lalu merangkul Ayu dan menggandeng Desy berjalan ke kamarnya. Budi yg terbiasa tidur hanya berkolor ria membuka baju dan celananya, Ayu yg tidak tahu mengenai itu mengira Budi bersiap2 untuk bertarung, Ayu lalu menelanjangi dirinya sendiri dan naik ke atas ranjang dan tangannya lalu menyusup masuk kolor dan meremas2 zakar Budi. Desy terkejut melihat Ayu yg begitu agresif, tidak mau kalah lalu ikut bertelanjang ria, ah.. masak gue kalah sama cewek udik, Desy berkata dalam hati. Desy lalu naik ke ranjang dan mencium puting Budi dan memainkan lidahnya pada putingnya. Budi yg awalnya kaget dengan tindakan kedua cewek tersebut tidak jadi menolak, dia lalu menikmati permainan kedua cewek tersebut apalagi saat Ayu memasukkan zakarnya ke dalam mulutnya dan menghisap serta memainkan lidahnya pada kepala zakarnya langsung merem melek kenikmatan. Desy lalu mencium Budi penuh nafsu dan mengarahkan tangan Budi ke vaginanya, Budi lalu mengelus dan memasukkan jarinya ke lubang vagina Desy dan menggerakan jarinya maju mundur cepat membuat Desy mendesah menikmatinya. Tangan Budi lalu meremas2 payudaranya dan memainkan jarinya pada puting Desy, sesekali Budi memindahkan tangannya mengobel2 lubang vagina Ayu yg telah bergeser ke arahnya.
Ayu yg melihat zakar Budi telah mengeras lalu cepat2 berganti posisi menaiki tubuh Budi dan memasukkan zakar budi dalam Lubang Vaginanya , dia takut terserobot Desy. Ayu lalu mendesah dan menggerakkan pinggulnya maju mundur dan memutar mencari posisi yg dia rasa paling mantap menikmati zakar Budi. Desy yg kheki melihat gerak cepat Ayu lalu menaiki tubuh Budi juga dan mengarahkan Vaginanya ke wajah Budi, dia rasakan ciuman dan jilatan lidah Budi pada kelentit dan bibir vaginanya,..hm.. nikmat sekali , dia lalu meraih tangan budi dan menuntunnya meremas payudaranya. Ayu yg memandangi punggung Desy mengeliat nikmat tidak mau kalah meraih tangan Budi yg lain dan meletakkannya pada payudarnya, oh.. ah.. sengaja dia mendesah kuat saat tangan Budi meremas payudaranya dan memainkan putingnya. Desy tidak mau kalah, dia juga ikut mendesah makin kuat sehingga suara desahan mereka memenuhi kamar,
"oh.. ah.. ah…arh…..oh.."
Desy yg tidak mau terserobot lagi membalikkan tubuhnya dan kali ini pantat montoknya yg menghadap ke wajah Budi, Desy kembali mendesah saat Budi kembali memainkan lidahnya, kali ini dia rasakan geli2 nikmat lidah Budi bergerak menjilati dari bibir anusnya hingga kelentitnya. Desy sekarang menatap ke arah wajah cantik Ayu, dia melihat hidung mancung Ayu dan bibir mungilnya ternganga mendesah menikmati zakar Budi, hm..emang manis wajah pembokat ini, tanpa sadar Desy yg sudah terangsang lalu gemas memeluk Ayu dan mencium bibirnya, Ayu kaget tetapi dia tidak menolak saat merasakan sensasi nikmat ciuman Desy,hm.. sama nikmatnya dengan ciuman kedua jurangan mudanya, Ayu lalu membalas ciuman Desy. Kedua tangan Ayu lalu bergerak meremas buah payudara Desy, lalu satu tangan turun dan mengelus2 vagina Desy, Budi heran karena tiba2 saja Desy menjauhkan vaginanya dari wajahnya, dia lalu melihat kedua cewek tersebut berciuman dan saling meremas payudara masing2 diatas tubuhnya, Budi kaget, tetapi dia menikamati pemandangan di depannya, kedua tangannya lalu menopang kepalanya agar bisa melihat dengan nyaman. Tangan Desy mengelus2 atasan vagina Ayu dan memainkan jarinya pada kelentit Ayu, sementara jari Ayu mengobel2 lubang vagina Desy. Tangan Budi lalu bergerak mengelus2 punggung Desy lalu bergerak memutar ke depan dan meremas2 payudara Desy. Ayu melepaskan Ciuman Desy dan mendesah makin kuat dan makin cepat menggoyang pinggulnya, lalu dia memekik merasakan dahsyat nikmat orgasmenya, Ayu merebahkan dirinya ke samping Budi dan memeluk Budi dan tangannya mengelus2 dada Budi dan sesekali dia mencium dan memainkan lidahnya pada puting Budi. Desy lalu mengantikan posisi Ayu, sekarang dia menghadap ke Budi dan mulai menggoyangkan pinggulnya dengan zakar Budi dalam lubang vaginanya. Desahannya cepat mengikuti goyangan pinggulnya. Tangan Budi lalu meraih payudara besar Desy yg juga berguncang cepat mengikuti gerakan pinggulnya, diremas2nya payudara Desy. Sesaat kemudian Desy memekik nikmat, dia lalu naik dan melihat mengambil kolor Budi lalu melap zakar Budi kemudian dia mulai melakukan oral pada zakar Budi dengan tangannya dia mengocok2 zakar Budi. Ayu tidak mau ketinggalan lalu ikut mengerumuni zakar Budi, berganti2 an Ayu dan Desy saling menjilati zakar Budi membuat Budi mengerang nikmat, saat erangan Budi makin kuat, Desy yg tahu Budi hampir mencapai klimaksnya lalu mendorong Ayu dan merebut zakar Budi dan memasukkannnya ke dalam mulut. Desy langsung menyedot kuat saat dia rasakan semburan sperma Budi dalam mulutnya, Budi langsung melolong kuat kenikmatan. Begitu selesai Ayu dan Desy tertawa terbahak2 mengenang aksi mereka barusan, Budi tersenyum senang. Mereka lalu tertidur seranjang dalam kamar master room.
Sementara di kamar yg lain Cindy yang memekik merasakan nikmatnya orgasme dengan zakar Indra dalam vaginanya dengan kedua tangan Indra yg meremas2 payudaranya, hm.. nikmat sekali dia rasakan, sepertinya dua kali lebih nikmat dibandingkan dia orgasme saat masturbasi, sedangkan dengan Bokap Indra, dia tidak pernah orgasme, bokap Indra terlalu cepat nembak,sedangkan anaknya,.. wow.. masih belum nembak. Dia lalu makin mempercepat gerakan pinggulnya agar Indra segera nembak. Indra akhirnya menembakkan spermanya dengan posisi Cindy diatasnya, sepanjang permainan mereka terus berganti2 gaya, Indra sengaja melakukan banyak gaya tersebut untuk memamerkan bahwa dia lebih jago memuaskan cewek dibanding Bokapnya.
"oh..ah..arghh.." Budi mengerang nikmat saat dia menembakkan spermanya, sementara Cindy memelankan goyangannya lalu berhenti dan memeluk Indra dan berusaha membujuk Indra agar tidak pulang malam itu, dia masih ingin orgasme lagi bareng Indra sekali lagi. Indra yg sudah melampiskan Birahinya pada Cindy malam itu, sedangkan siang sebelumnya pada Ayu mampu mengontrol dirinya, tidak terpengaruh dengan suara manja Cindy, dia janji besok sepagi mungkin dia datang dan memberikan orgasme kepada Cindy terlebih dahulu sebelum kuliah. Indra meninggalkan Cindy saat jam menunjukkan pukul sebelas malam, sepanjang perjalanan pulang Indra merancang skenario untuk kakaknya agar dia tidak curiga saat dia pulang begitu larut malam.       
   
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

CErita Sex - sari nama ku
Apr 5th 2013, 13:57

Namaku Sari, asli dari Solo, pernah 4 kali menikah, tapi tidak pernah bisa hamil, sehingga mantan-mantan suami semua meninggalkanku, bodyku sexy, kulitku kuning langsat, tinggiku 161 cm dengan berat badan 50 kg, "kamu persis Desy Ratnasari, Sari!", kata mantan suamiku terakhir. Banyak laki-laki lain juga mengatakan aku persis seperti Desy Ratnasari.

Aku bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT) di kota Gudeg Yogyakarta, majikanku seorang janda berusia 50 thn, Ibu Sumiati yang masih bekerja sebagai pegawai negeri di Gubernuran. Anaknya 3 orang.Yang pertama perempuan, Aryati 28 thn, bekerja sebagai sekretaris, 2 bulan lagi menikah. Yang kedua juga perempuan, Suryati 25 thn, bekerja sebagai guru. Yang ketiga laki-laki, satu-satunya laki-laki di rumah ini, tampan dan halus budi-pekertinya, Harianto 22 tahun, masih kuliah, kata Ibu Sum, Mas Har (demikian aku memanggilnya) tahun depan lulus jadi insinyur komputer. Wah hebat, sudah guaaanteng, pinter pula...

Setiap pagi, aku selalu bangun jam 4:30, sebelum bekerja aku sudah mandi dengan sangat bersih, berpakaian rapi. Aku selalu memakai rok panjang hingga semata-kaki, bajuku berlengan panjang. Aku tahu, Ibu Sum senang dengan cara berpakaianku, dia selalu memujiku bahwa aku sopan dan soleha, baik sikap yang santun, maupun cara berpakaian. Meskipun begitu, pakaianku semuanya agak ketat, sehingga lekuk-lekuk tubuhku cukup terlihat dengan jelas.

Mas Har sering melirik ke arahku sambil terkagum-kagum melihat bentuk tubuhku, aku selalu membalasnya dengan kedipan mata dan goyangan lidah ke arahnya, sehingga membuat wajahnya yang lugu jadi pucat seketika. Paling telat jam 7:15, mereka semua berangkat meninggalkan rumah, kecuali Mas Har sekitar jam 8:00. Aku tahu, Mas Har sangat ingin menghampiriku dan bercumbu denganku, tapi ia selalu nampak pasif, mungkin ia takut kalau ketahuan ibunya. Padahal aku juga ingin sekali merasakan genjotan keperjakaannya.

Pagi itu, mereka semua sudah pergi, tinggal Mas Har dan aku yang ada di rumah, Mas Har belum keluar dari kamar, menurut Ibu Sum sebelum berangkat tadi bahwa Mas Har sedang masuk angin, tak masuk kuliah. Bahkan Ibu Sum minta tolong supaya aku memijatnya, setelah aku selesai membersihkan rumah dan mencuci pakaian. "Baik, Bu!", begitu sahutku pada Ibu Sum. Ibu Sum sangat percaya kepadaku, karena di hadapannya aku selalu nampak dewasa, dengan pakaian yang sangat sopan. Setelah pasti mereka sudah jauh meninggalkan rumah, aku segera masuk kamarku dan mengganti pakaianku dengan rok supermini dan kaus singlet yang ketat dan sexy. Kusemprotkan parfum di leher, belakang telinga, ketiak, pusar dan pangkal pahaku dekat lubang vagina. Rambutku yang biasanya kusanggul, kuurai lepas memanjang hingga sepinggang. Kali ini, aku pasti bisa merenggut keperjakaan Mas Har, pikirku.

"Mas Har. Mas Har!" panggilku menggoda, "tadi Ibu pesan supaya Mbak Sari memijati Mas Har, supaya Mas Har cepat sembuh. Boleh saya masuk, Mas Har?"

Pintu kamarnya langsung terbuka, dan nampak Mas Har terbelalak melihat penampilanku,

"Aduh, kamu cantik sekali, Mbak Sari... Persis Desy Ratnasari... ck, ck, ck..."

"Ah, Mas Har, bisa saja, jadi mau dipijat?"

"Jadi, dong..." sekarang Mas Har mulai nampak tidak sok alim lagi, "ayo, ayo...", ditariknya tanganku ke arah tempat tidurnya yang wangi....

"Kok Wangi, Mas Har?" Rupanya dia juga mempersiapkan tempat tidur percumbuan ini, dia juga sudah mandi dengan sabun wangi.

"Ya dong, kan ada Desy Ratnasari mau datang ke sini,".

Kami mulai mengobrol ngalor-ngidul, dia tanya berapa usiaku, dari mana aku berasal, sudah kawin atau belum, sudah punya anak atau belum, sampai kelas berapa aku sekolah. Omongannya masih belum "to-the-point", padahal aku sudah memijatnya dengan sentuhan-sentuhan yang sangat merangsang. Aku sudah tak sabar ingin bercumbu dengannya, merasakan sodokan dan genjotannya, tapi maklum sang pejantan belum berpengalaman.

"Mas Har sudah pernah bercumbu dengan perempuan?", aku mulai mengarahkan pembicaraan kami, dia hanya menggeleng lugu.

"Mau Mbak Sari ajari?", wajahnya merah padam dan segera berubah pucat. Kubuka kaus singletku dan mulai kudekatkan bibirku di depan bibirnya, dia langsung memagut bibirku, kami bergulingan di atas tempat tidurnya yang empuk dan wangi, kukuatkan pagutanku dan menggigit kecil bibirnya yang merah delima, dia makin menggebu, batang penisnya mengeras seperti kayu...

Wow! dia melepas beha-ku, dan mengisap puting susuku yang kiri, dan meremas-remas puting susuku yang kanan...

"Aaah.. sssshhhh, Mas Har, yang lembut doooong..." desahku makin membuat nafasnya menderu...

"Mbak Sari, aku cinta kamu...." suaranya agak bergetar..

"Jangan, Mas Har, saya cuma seorang Pembantu, nanti Ibu marah," kubisikkan desahanku lagi.... Kulucuti seluruh pakaian Mas Har, kaos oblong dan celana pendeknya sekaligus celana dalamnya, langsung kupagut penisnya yang sudah menjulang bagai tugu monas, kuhisap-hisap dan kumaju-mundurkan mulutku dengan lembut dan terkadang cepat...

"Aduuuh, enaaaak, Mbak Sari...." jeritnya...

Aku tahu air-mani akan segera keluar, karena itu segera kulepaskan penisnya, dan segera meremasnya bagian pangkalnya, supaya tidak jadi muncrat. Dia membuka rok-miniku sekaligus celana dalamku, segera kubuka selangkanganku.

"Jilat itil Mbak Sari, Mas Haaaarrr..., yang lamaaa...", godaku lagi... Bagai robot, dia langsung mengarahkan kepalanya ke vegie-ku dan menjilati itilku dengan sangat nafsunya....

"Sssshhhh, uu-enaaak, Mas Haaaarrrr...., sampai air mani Mbak Sari keluar, ya mas Haaar".

"Lho, perempuan juga punya air mani..?" tanyanya blo'on. Aku tak menyahut karena keenakan...

"Mas Haaarrr, saya mau keluaaar..." serrrrrr.... serrrrrrrrr.... membasahi wajahnya yang penuh birahi.

"Aduuuuh, enak banget, Mas Har! Mbak Sari puaaaaaassss sekali bercinta dengan Mas Har..... penis Mas Har masih keras? ...belum keluar ya? Mari saya masukin ke liang kenikmatan saya, Mas! Saya jamin Mas Har pasti puas-keenakan...."

Kugenggam batang penisnya, dan kutuntun mendekati lubang vegieku, kugosok-gosokkan pada itilku, sampai aku terangsang lagi... Sebelum kumasukkan batang keperkasaannya yang masih ting-ting itu ke lubang vegieku, kuambil kaos singletku dan kukeringkan dulu vegieku dengan kaos, supaya lebih peret dan terasa uuenaaaak pada saat ditembus penisnya Mas Har nanti...

"Sebelum masuk, bilang 'kulonuwun' dulu, dong sayaaaaaang...", Candaku....

Mas Har bangkit sebentar dan menghidupkan radio-kaset yang ada di atas meja kecil di samping ranjang..... lagunya.... mana tahaaaan.... "Kemesraan ini Janganlah Cepat Berlalu......"

"Kulonuwun, Mbak Sari...cintakuuuuu...."

"Monggo, silakan masuk, Mas Haaaarrr Kekasihkuuuuu...", segera kubuka lebar-lebar selangkanganku, sambil kuangkat pinggulku lebih tinggi dan kuganjel dengan guling yang agak keras, supaya batang penisnya bisa menghujam dalam-dalam.... Sreslepppppp......... blebessss.....

"Auuuuuow....", kami berdua berteriak bersamaan.....

"Enaaaak banget Mbak Sari, vegie Mbak Sari kok enak gini sih....?"

"Karena Mbak Sari belum pernah melahirkan, Mas Har... Jadi vegie Mbak Sari belum pernah melar dibobol kepala bayi..... kalau pernah melahirkan, apalagi kalau sudah melahirkan berkali-kali, pasti vegienya longgar sekali, dan nggak bisa rapet seperti vegienya Mbak Sari begini, sayaaaaang... lagi pula Mbak selalu minum jamu sari-rapet, pasti SUPER-PERET....", kami berdua bersenggama sambil cekikikan keenakan... Kami berguling-guling di atas ranjang-cinta kami sambil berpelukan erat sekali....

Sekarang giliranku yang di atas... Mas Har terlentang keenakan, aku naik-turunkan pinggulku, rasanya lebih enak bila dibanding aku di bawah, kalau aku di atas, itilku yang bertumbukan dengan pangkal penis Mas Har, menimbulkan rasa nikmat yang ruaaaaarbiassssa uu-enaaaaaaknya.....

Keringat kami mulai berkucuran, padahal kamar Mas Har selalu pakai AC, sambil bersenggama kami mulut kami tetap berpagutan-kuat. Setelah bosan dgn tengkurap di atas tubuh Mas Har, aku ganti gaya. Mas Har masih tetap terlentang, aku berjongkok sambil kunaik-turunkan bokongku. Mas Har malah punya kesempatan untuk menetek pada susuku, sedotannya pada tetekku makin membuatku tambah liar, serasa seperti di-setrum sekujur tubuhku.

Setelah 10 menit aku di atas, kami berganti gaya lagi... kami berguling-gulingan lagi tanpa melepaskan penis dan vegie kami.

Sekarang giliran Mas Har yang di atas, waduuuuh... sodokannya mantep sekali... terkadang lambat sampai bunyinya blep-blep-blep... terkadang cepat plok-plok-plok... benar-benar beruntung aku bisa senggama dengan Mas Harianto yang begini kuaaaatnya, kalau kuhitung-kuhitung sudah tiga kali cairan vegieku keluar karena orgasme, kalau ditambah sekali pada waktu itilku dijilati tadi sudah empat kali aku orgasme... benar-benar vegieku sampai kredut-kredut karena dihujam dengan mantapnya oleh penis yang sangat besar dan begitu keras, bagaikan lesung dihantam alu..... bertubi-tubi.... kian lama kian cepat...... waduuuuhhhhh...... Wenaaaaaaaaakkkkk tenaaaaan......

"Mbak Sari, aku hampir keluaaaaaar nih...!!" ....

"Saya juga mau keluar lagi untuk kelima kalinya ini, Mas Haaaaar.... Yuk kita bersamaan sampai di puncak gunung kenikmatan, yaaa sayaaaaanngggg"

"Ambil nafas panjang, Mas Har... lalu tancepkan penisnya sedalam-dalamnya sampai kandas...... baru ditembakkan, ya Maaaasss... ssssshhhhhh........"

Sambil mendesis, aku segera mengangkat pinggulku lagi, kedua kakiku kulingkarkan pada pinggangnya, guling yang sudah terlempar tadi kuraih lagi dan kuganjelkan setinggi-tingginya pada pinggulku, hujaman penis Mas Har semakin keras dan cepat, suara lenguhan kami berdua hhh...hhhhh....hhhhhh..... seirama dengan hujaman penisnya yang semakin cepat.....

"Tembakkan sekaraaaaang, Maaaasssss!", Mas Har menancapkan penisnya lebih dalam lagi, padahal sedari tadi sudah mentok sampai ke mulut rahimku.... bersamaan dengan keluarnya cairan vegieku yang kelima kali, Mas Har pun menembakkan senjata otomatis berkali-kali dengan sangat kerasnya....

CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! Berhenti sebentar dan CROOTTTTT!!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! lagi..... Seperti wong edan, kami berdua berteriak panjaaaaanggg bersamaan;

"Enaaaaaaaaaakkkkk!"..... sekujur tubuhku rasanya bergetar semuanya... dari ujung kepala sampai ujung kaki, terutama vegieku sampai seperti "bonyok" rasanya..... Mas Har pun rebah tengkurep di atas tubuh telanjangku..... sambil nafas kami kejar-mengejar karena kelelahan..................

"Jangan cabut dulu, ya Maaasss sayaaaang... masih terasa enaknya... tunggu sampai semua getaran dan nafas kita reda, baru Mas Har boleh cabut yaaa......" pintaku memelas..... kami kembali bercipokan dengan lekatnya...... penisnya masih cukup keras, dan tidak segera loyo seperti punya mantan-mantan suamiku dulu....

"Mbak Sari sayaaaang, terima kasih banyak ya..... pengalaman pertama ini sungguh-sungguh luar biasa... Mbak Sari telah memberikan pelayanan dan pelajaran yang maha-penting untuk saya...... saya akan selalu mencintai dan memiliki Mbak Sari selamanya...."

"Mas Har cintaku, cinta itu bukan harus memiliki... tanpa kawin pun kalau setiap pagi --setalah Ibu & Mbak-mbak Mas Har pergi kerja--, kita bisa melakukan senggama ini, saya sudah puas kok, Massss..... Apalagi Mas Harianto tadi begitu kuatnya, setengah jam lebih lho kita tadi bersetubuhnya, Mas! Sampai vegie saya endut-endutan rasanya tadi....."

"Aku hari ini tidak pergi kuliah, kebetulan memang ada acara untuk mahasiswa baru... jadi ndak ada kuliah...", kata Mas Harianto.

"Nah... kalau begitu, hari ini kita kan punya banyak waktu, pokoknya sampai sebelum Ibu dan Mbak-mbak Mas Har pulang nanti sore, kita main teruuuusss, sampai 5 ronde, kuat nggak Mas Har?", sahutku semakin menggelorakan birahinya.

"Nantang ya?" Tanyanya sambil tersenyum manis, tambah guanteeeeng dia.....

"aku cabut sekarang, ya Mbak? sudah layu tuh sampai copot sendiri...."

kami tertawa cekikikan dengan tubuh masih telanjang bulat.... setelah mencabut penisnya dari vegieku, Mas Har terlentang di sisiku, kuletakkan kepalaku di atas dadanya yang lapang dan sedikit berbulu.... radio kaset yang sedari tadi terdiam, dihidupkan lagi... lagunya masih tetap "kemesraan ini janganlah cepat berlaluuuuuu...."

Setelah lagunya habis, "Mas sayaaang, Mbak Sari mau bangun dulu ya.... Mbak Sari harus masak sarapan untuk Mas...."

"Untuk kita berdua, dong, Mbak Sari.... masak untuk dua porsi ya... nanti kita makan berdua sambil suap-suapan. Setuju?", sambil ditowelnya tetekku, aku kegelian dan "auuuwwww! Mas sudah mulai pinter nggangguin Mbak Sari ya.., Mbak Sari tambah sayang deh".

Aku bangkit dari ranjang, dan berlari kecil ke kamar mandi yang jadi satu dengan kamar tidurnya,

"Mas, numpang cebokan, ya..."

Kuceboki vegieku, vegie Sari yang paling beruntung hari ini, karena bisa merenggut dan menikmati keperjakaan si ganteng Mas Har... waduuuuhhh... benar-benar nikmat persetubuhanku tadi dengannya.. meskipun vegieku sampai kewalahan disumpal dengan penis yang begitu gede dan kerasnya -- hampir sejengkal-tanganku panjangnya.... wheleh.. wheleh....

"Sebelum bikin nasi goreng, nanti Mbak bikinkan Susu-Telor-Madu-Jahe (STMJ) buat Mas Har, biar ronde-ronde berikutnya nanti Mas tambah kuat lagi, ya sayaaaaaang...."

Kuambil selimut dan kututupi sekujur tubuhnya dengan selimut, sambil kubisikkan kata-kata sayangku... "Sekarang Mas Har istirahat dulu, ya..." kuciumi seluruh wajahnya yang mirip Andy Lau itu...

"Terima kasih, Mbak Sari... Mbak begitu baik sama saya... saya sangat sayang sama Mbak Sari...".

Kupakai pakaianku lagi, segera aku lari ke dapur dan kubuatkan STMJ untuk kekasihku.... setelah STMJ jadi, kuantarkan lagi ke kamarnya,

"Mas Har sayaaaang.... mari diminum dulu STMJ-nya, biar penisnya keras kayak batang kayu nanti, nanti Mbak Sari ajari lagi gaya-gaya yang lain, ada gaya kuda-kudaan, ******-anjingan, gaya enam-sembilan (69), dan masih ada seratus gaya lagi lainnya, Masssss," kataku membangkitkan lagi gelora birahinya... selesai minum diciuminya bibirku dan kedua pipiku.... dan Mas Harianto-ku, cintaanku, tidur lagi dengan tubuh telanjang dilapisi selimut.

Aku segera kembali ke tempat biasanya aku mencuci pakaian majikanku, menyapu rumah dan mengepelnya.. semua kulakukan dengan cepat dan bersih, supaya tidak ada ganjelan utang kerjaan pada saat bersenggama lagi dengan Mas Har nanti....

Kumasakkan nasi goreng kesukaan Mas Har dalam porsi yang cukup besar, sehingga cukup untuk sarapan berdua dan juga makan siang berdua... hmmm.... nikmat dan mesranya... seperti penganten baru rasanya...

Setelah nasi gorengnya jadi, kusiapkan dalam piring yang agak lebar, kutata penyajian dengan kelengkapan tomat, timun, telur mata-sapi, dan kulengkapi pula dengan sebuah pisang mas yang agak mungil, kusiapkan pula segelas coca-cola kesukaannya. Dengan memakai daster tipis tanpa beha dan celana dalam, kuantarkan makanan tadi ke kamarnya. Langsung kubuka saja pintu kamarnya

Aduh! Betapa terkejutnya diriku, ketika kulihat Mas Har sudah bangun dari tidurnya, tanpa memakai selimut lagi, Mas Har sedang ngeloco (mengocok penisnya) dengan wajah merah-padam... Segera kuletakkan makanan di atas meja tulisnya..

"Aduuuuhhh, jangan seperti itu, sayang, ngocoknya... nanti bisa lecet... nanti pasti Mbak Sari kocokin... tapi Mas Har harus makan dulu, supaya ada tenaga lagi... kalau ndak makan dulu, nggak bisa kuat dan tahan lama senggamanya, Mas!"

Kutanggalkan dasterku, segera dia menyergap tubuh telanjangku, dihisapnya puting tetekku yang kanan, sedang tangannya memilin tetekku yang kiri... Kupikir ini pasti gara-gara STMJ tadi,

"Sabar dong, Mas-ku tersayaaaaang..., yuk kita makan nasi goreng kesukaan Mas, sepiring berdua Mas, kayak judulnya lagu dangdut..."

Kusuapi Mas Har-ku dan disuapinya pula aku, sambil tangannya mengkilik-kilik itilku dengan sangat nakalnya. Wah! Edhiaan tenan reaksi STMJ tadi.... Hihihi...

"Mas Har sayang, jangan kenceng-kenceng dong kilikannya, nggak nikmaaat....", dia memperlambat kilikannya, sambil kami lanjutkan dan tuntaskan sarapan kami. Selesai makan, kuambilkan pula segelas besar coca-cola, kuulurkan gelas coca-cola ke mulutnya. Minum seteguk, Mas Har pun mengambil gelas dan mengulurkan pula ke mulutku.... wah! mesranya, Mas Har-ku ini...

Kuambil pisang mas, kukupas dan kubuang kulitnya, lalu aku berbaring di samping Mas Har, kubuka selangkanganku lebar-lebar, dan kumasukkan pisang tadi ke dalam liang vegieku.... Mas Har agak terkejut,

"Ayo! Bisa nggak makan pisang sampai habis dari lubang vegie Mbak Sari? Kalau bisa, nanti Mbak Sari ajari teknik-teknik dan gaya-gaya senggama yang lain deh!"

"Siapa takut!" sahut Mas Har...

Dia segera menaiki tubuhku, dengan posisi tengkurap... mulutnya di depan vegieku, ditariknya pisang itu dengan pelan-pelan dan sedikit-sedikit digigitnya daging pisangnya, sedangkan penisnya pun terjuntai ngaceng di depan mulutku.... segera kugenggam dan kumasukkan barangnya yang ngaceng itu ke dalam mulutku, kumainkan lidahku mengusap-usap kepala penisnya, dan dimaju-mundurkannya pisang mas tadi dalam liang vegieku, sehingga menimbulkan perasaan yang sangat nikmaaaaat dan memerindingkan seluruh bulu-bulu tubuhku....

"Mbak Sari, pisangnya sudah habis.... hebat kan?" Katanya lugu...

"Mas Har memang nomer satu buat Mbak Sari..." sahutku memujinya, membuatnya tersanjung dan sangat ditinggikan harga dirinya.

"Sekarang apa lagi?" tanya Mas Har...

"Silakan Mas jilati dan mainkan lidah dalam liang vegie saya... dan saya akan meng-emuti dan mengocok penis Mas dengan mulut saya.... ini namanya gaya 69, Mas sayaaang... mulut Mas ketemu vegie saya dan mulut saya ketemu penis Mas Har.... Enaaaak kan, sayaaang?"

"Wah! Sensasinya luar-biasa, Mbak......"

"Kalau bercinta itu jangan buru-buru, Mas.... harus sabar dan tenang, sehingga emosi kita bisa terkendali. Kalau Mas mau sampai duluan dengan cara ngeloco seperti tadi, kalau sempat keluar.. kan saya harus nunggu lagi penis Mas tegang lagi... kasian dong sama saya, Mas," suaraku kubikin seperti mau menangis.....

"Maafkan saya, ya Mbak Sari.... saya belum ngerti... mesti harus banyak belajar sama Mbak....."

Kami lanjutkan gaya 69 kami, kutelan habis penisnya, kuhisap-hisap dan kumaju-mundurkan dalam mulutku.... sementara Mas Har meluruskan lidahnya dan menjilati itil-ku, kemudian memasukkan lidahnya yang kaku ke dalam liang vegieku... ini berlangsung cukup lama...

Pada menit kelimabelas, serrr... serrrr... serrrr.... cairan hangat vegieku meluap, sekarang Mas Har malah menelannya.... aooowwww!

Dan pada menit keduapuluhlima, serrr... serrrr... serrrr.... lagi, kali ini lebih enaaaak lagi, kukejangkan seluruh tubuhku.... sambil mulutku tetap terus mengocok penisnya yang kerasnya minta-ampuuuuun.... pada waktu itu juga, penisnya memuncratkan air-peju dengan sangat derasnya, langsung kutelan seluruhnya, sampai hampir keselek......

"Enaaaakkkk....." Mas Har berteriak keenakan.....

Kami berguling, sekarang saya yang di atas, dengan tetap memagut penisnya yang masih cukup keras, kuhisap terus penisnya, sampai tubuh Mas Har berkedut-kedut memuncratkan tembakan-tembakan terakhirnya..... kujilati penis Mas Har sampai bersiiiiih sekali dan segera aku berputar, sehingga kepala kami berhadap-hadapan dengan posisi aku masih tetap di atas...

"Gimana, Mas Har sayaaang.... Enak enggak..?" godaku...

"Uu-enaaaaaaakkkkk tenaaaan....", kata Mas Har menirukan gaya pelawak Timbul dalam sebuah iklan jamu.....

Kami berciuman lagi dan berguling-guling lagi.... mulut kami tetap berpagutan dengan sangat kuaaaatnya..... Kucari penisnya dan kupegang... wah sudah keras lagi rupanya..... luar biasa kuatnya Mas Har kali ini, lebih kuat dari ronde tadi pagi.....

"Mas Har... saya ajari gaya kuda-kudaan... mau nggak?",

"Mau dong, sayaaaang.... Gimana?", tanyanya penasaran....

"Mas Har duduk menyender dulu....."

Dia segera mengikuti perintahku, duduk menyender landai pada sebuah bantal yang kutegakkan di punggung ranjang, akupun segera mengambil posisi jongkok membelakanginya. Kugenggam penisnya dan kutancapkan ke vegieku dari belakang.... BLESSS!!!, tangan Mas Har mendekap kedua tetekku dari belakang....

Sekarang giliranku yang harus menaik-turunkan pantatku seperti orang naik kuda.... semuanya berlangsung dengan sangat halus.... sehingga tidak sampai menimbulkan lecet pada penis Mas Har maupun vegieku.....

"Gimana Mas?", tanyaku untuk mengalihkan konsentrasi, supaya air-pejunya tidak segera muncrat......

"Benar-benar Mbak Sari pantas menjadi dosen percintaan saya.....", katanya sambil mendesah-desah dan mendesis-mendesis keenakan...

Itilku kembali bertumbukan nikmat dengan tulang selangkang Mas Har... Nikmatnya sudah sampai mneggeletarkan segenap perasaanku, membuat perasaanku semakin menyatu dan terikat kuat dengan perasaan Mas Har..... inilah arti sesungguhnya persetubuhan....

Kuatur kecepatan pacuan kuda-kudaan ini, sehingga kenikmatannya bisa kukendalikan, sementara Mas Har terlentang dengan tenang, makin didekapnya kedua buah dadaku, diremas-remasnya, dipilin-pilinnya, diremas-remas lagi... membuatku kembali ingin mencapai puncak kenikmatan.... kukejangkan seluruh anggota tubuhku.... Mas Har sudah mulai mengerti bahwa aku akan mencapai puncak.....

"Keluar lagi ya, Mbak?" tanyanya.....

"Ya..!! ...sssssshhhhh..." desahku kencang.

.....serrr... serrrr... serrrrr.... kembali cairan hangat vegieku tertumpah lagi.... kelelahan aku rasanya...... lelah tapi enaaak....

Aku melepaskan penisnya dari lubang vegieku, kekeringkan vegieku dengan dasterku supaya peret lagi... Mas Har melihat pemandangan ini dengan wajah lugu, kuberi dia senyum manis....

"Saya sudah capek, Mas.... Gantian dong... Mas Har sekarang yang goyang, ya?"

Sekarang aku mengambil posisi menungging di pinggir ranjang..... Mas Har kuminta berdiri dan menembakkan rudalnya yang super-keras dari belakang,

"Yang ini gaya ******-anjingan, Mas..... tapi jangan salah masuk ke lubang pantat ya... pas yang di bawahnya yang merah merekah itu, lho ya...."

"Kalau di lubang pantat katanya lebih enak, Mbak Sari?" tanyanya lucuuuu....

"memang lebih enak untuk laki-laki, tapi tidak untuk perempuan..... itu kan namanya tidak adil, Mas.... Lagipula lubang pantat itu kan saluran untuk tai, kotoran yang kita buang, itu tidak sehat namanya, bisa kena penyakit aids, Mas.... Aids itu mematikan dan tidak ada obatnya lho, hiiii.... seremmmm...."

Mas Har memasukkan penisnya pelan-pelan ke lubang vegieku dari belakang sambil berdiri di pinggir ranjang, pelan-pelan sekaliiiiii..... seolah-olah dia takut kalau sampai merusakkan lubang nikmat ini..... aku tahu sekarang.... Mas Har sangat sayang padaku, sehingga tingkah-laku persenggamaannya pun melukiskan betapa besar perasaan cintanya pada diriku....

"Aaaaahhhhhh....", aku mendesah sambil merasakan hujaman penisnya yang kembali menembus vegieku, demikian juga dengan Mas Har... dilingkarkannya tangan kirinya di perutku, sedang tangan kanannya meremas tetekku...... Dia mulai menggoyangkan penisnya maju mundur.... blep-blep-blep......aduuuuhhh..... mantapnyaaaa...... tenaganya sangat kuat dan berirama tetap...... membuat aliran-darahku menggelepar di sekujur tubuhku.......

"Enaaaak, Maaaaasssss.......", lagi-lagi kukejangkan seluruh anggota tubuhku sambil kukeluarkan lagi cairan hangat vegieku kesekian kalinya...... puaaaasssss sekali tiada taranya.......

"aaaaaahhhhhhhh..........", lenguhku........

"Lap dulu dong, Mbak Sariiii..... becek sekali nih...." pintanya.....

Kuambil dasterku dan kuserahkan padanya...... segera dia mengeringkan vegieku dan juga penisnya yang basaaaah tersiram cairan hangatku.....

"Mbak, aku sudah hampiiiirrr keluaaaarrr....." desahnya membuatku semakin terangsang......

"Tembakkan saja, Massss........"

Tembakannya masih sekencang yang sebelumnya...... sampai vegieku penuh dengan air-pejunya yang ekstra-kental itu.......

"Aaaaahhhhhhhh......." Mas Har berteriak keenakan...... demikian juga dengan aku, kukejangkan tubuhku dan kusiram lagi penisnya dengan cairan hangat kenikmatan vegieku......

"Aaaaaaahhhhhhh, Massss Harrrrr........ Mbak Sari cintaaaaa banget sama Mas Har......."

"Aku juga Mbak..... selain Mbak Sari, tidak ada perempuan lain yang aku cintai di dunia ini .....", aku tahu kata-kata ini sangat jujur.... membuatku semakin menggelinjang kenikmatan......

"Terima kasih Mas Harrrrrr..... untuk cinta Mas Har yang begitu besar kepada saya....." Dengan tanpa melepaskan penisnya, Mas Har dengan hati-hati dan penuh perasaan menengkurapkan tubuhnya di atas tubuh telanjangku.... dan aku kemudian meluruskan kakiku dan tubuhku mengambil posisi tengkurap..... dengan Mas Har tengkurap di belakangku.....

Mulutnya didekatkan pada telingaku.... nafasnya menghembusi tengkukku.... membuatku terangsang lagi......

"Enaaaak dan puassss sekali, Mbak Sari..... Apa Mbak Sari juga puas?"

"Tentu, Mas Har..... dari pagi tadi sudah sembilan kali vegie saya memuntahkan air hangatnya..... Pasti saya puasssss bangettt, Mas!"

"Terima kasih, ya sayaaaang...... aku ingin setiap hari bercinta dengan Mbak Sari seperti ini......."

"Boleh, Massss.... saya juga siap kok melayani Mas Har setiap hari..... kecuali hari Minggu tentunya..... Ibu dan Mbak-mbak kan ada di rumah kalau Minggu...."

Mas Har melepaskan penisnya dari lubang vegieku, aku segera mengambil posisi terlentang, dan Mas Har pun merebahkan dirinya di sisiku....

am dinding sudah menunjukkan jam 10.40...... sambil berpelukan dan berciuman erat, kutarik selimut untuk menutupi tubuh telanjang kami berdua... dan kami pun tertidur sampai siang.....

Sudah hampir jam satu ketika aku terbangun, pantes perutku rasanya lapar sekali. Mas Har masih belum melepaskan pelukannya sedari tadi, rasanya dia tidak ingin melewatkan saat-saat nikmat yang sangat langka ini, bisa seharian bersenggama dengan bebasnya. Kucium bibirnya untuk membangunkan lelaki kesayanganku ini,

"Mas sayaaang, bangun yook, kita makan siang. Nanti abis makan kita bercinta lagi sampai sore...."

"Mmmm..." Mas Har menggeliat, "sudah jam berapa, istriku?"

"Jam satu, suamikuuuu.....", jawabku genit....

"Makan-nya di ruang makan, yok Mas, nggak usah pakai baju nggak apa-apa, kan pintu-pintu dan korden-korden sudah Mbak Sari tutup tadi...."

Dengan bugil bulat, kami berdua bangun dan berjalan ke ruang tamu, sambil Mas Har menggendong/mengangkatku ke ruang tamu.

"Edhian tenan, koyok penganten anyar wae....." kataku dalam hati.... ("gila benar, seperti pengantin baru saja")....

Selesai makan siang, Mas Har kembali menggendongku ke kamar, sambil kuelus-elus penis Mas Har yang sudah mengeras seperti batang kayu lagi.....

Direbahkannya diriku dengan hati-hati di atas ranjang cinta kami. Aku segera mengambil posisi memiringkan tubuh ke kanan, supaya Mas Har juga mengambil posisi miring ke kiri, sehingga kami berhadap-hadapan....

"Mas sayaaang, kita senggama dengan posisi miring seperti ini, ya....., lebih terasa lho gesekan penis Mas Har di dalam vegie Mbak Sari nanti," ajakku untuk membangkitkan rangsangan pada Mas Har....

Kami tetap berposisi miring berhadap-hadapan sambil berciuman kuat dan mesra. Kali ini Mas Har lebih aktif mencium seluruh wajah, tengkuk, belakang telinga, leher, terus turun ke bawah, payudara-kiriku kuisap-isapnya, sementara yang kanan dipilin-pilinnya lembut.....

Rangsangan ini segera membangkitkan birahiku. Mulutnya bergerak lagi ke bawah, ke arah pusar, dijilatinya dan ditiupnya lembut, kembali aku mendesah-mendesis nikmat, sambil jari tangannya mengobok-obok lembut lubang vegieku, mengenai itilku, menimbulkan kenikmatan yang hebaaaat..., kukejangkan seluruh tubuhku, sampai pingganggku tertekuk ke atas, serrrrrr.... kubasahi tangannya yang lembut dengan semburan cairan hangat yang cukup deras dari vegieku...

"Mas, masukkan sekarang, Masssss..... Mbak Sari udah nggak tahaaaannnn......", pintaku manja.....

Tetap dengan posisi miring-berhadapan, kubuka selangkanganku tinggi-tinggi, kugenggam penisnya dan kusorongkan lembut ke lubang kenikmatan.....

"aaaaahhhhhh......." lenguhan kami kembali terdengar lebih seru.... Penis Mas Har baru masuk setengahnya dalam vegieku, dimajukannya lagi penisnya, dan kumajukan pula vegieku menyambut sodokannya yang mantap-perkasa.....

"Mas sayaaaang... maju-mundurnya barengan, ya.....", ajakku sambil mengajari teknik senggama yang baru, kunamakan gaya ini "Gaya Miring", dengan gaya ini kami berdua bisa sama-sama goyang, tidak sepihak saja.....

Kami maju dan mundur bersamaan tanpa perlu diberi aba-aba.... rasanya lebih enak dibandingkan pria di atas wanita di bawah.... Kulihat Mas Har merem-melek, demikian juga dengan diriku, penis Mas Har dengan irama teratur terus menghujam-mantap berirama di dalam liang kenikmatanku..... vegieku mulai tersedut-sedut lagi, tanda akan mengeluarkan semburan hangatnya.....

"Aduuuuhhhh, Maaaaassssss, enaaaaakkkkkkk........", aku agak berteriak sambil mendesis.......

Air mani Mas Har belum juga muncrat, luarbiasa kuatnya kekasihku ini.....

"Ganti gaya, Maaaasssss.... cabut dulu sebentar....." ajakku lagi, sambil kuputar tubuhku, tetap pada posisi miring membelakanginya, Mas Har memelukku kuat dari belakang, sambil meremas lembut kedua tetekku, kuangkat kakiku sebelah, dan kuhantar lagi penisnya memasuki vegieku......

"aaaaaaaaahhhhhhhhhhh.... enak, Mbak Sariiiiii......., gesekannya lebih terasa dari yang tadiiiiii....." Mas Har mendesah nikmat.....

Kali ini aku hanya diam, sedang Mas Har yang lebih aktif memaju-mundurkan penisnya yang belum muncrat-muncrat juga air-maninya......

......Sudah jam setengah-tiga, hampir satu jam dengan dua gaya yang baru ini......

"Mbak Sari, siap-siap yaaa.... rudalku hampir nembak...."

Kupeluk erat guling, dan Mas Har semakin mempercepat irama maju-mundurnya......

"Aaah, aaah, aaahh...." Mas Har mendesah sambil mengeluarkan air maninya dengan tembakan yang kuat-tajam-kental bagai melabrak seluruh dinding-dinding rahimku..... setrumnya kembali menyengat seluruh kujur tubuhku.....

"Aaaaaaaa........." aku berteriak panjang sambil kusemburkan juga air vegieku......

Tenaga kami benar-benar seperti terkuras, getaran cinta kami masih terus terasa..... tanpa melepaskan pelukan dan juga penisnya, masih dengan posisi miring, kami tertidur lagi beberapa menit... sampai semua getaran mereda......

am tiga sudah lewat.... berarti masih bisa satu ronde lagi sebelum Ibu Sum dan kakak-kakak Mas Har pulang dari kerja.....

"Mas, bangun, Mas.... sudah jam tiga lewat..... saya kan mesti membereskan kamar ini, mandi dan berpakaian sopan seperti biasanya bila ada Ibu....."

"Mandi bareng, yok..... di sini aja di kamar mandiku, ada air hangatnya kan?" ajaknya....

Dicabutnya penisnya dari lobang vegieku yang sudah kering, aduuuhhhh enaknya...... Aku pun segera bangun dan menarik tangannya, Mas Har bangkit dan memelukku, menciumku, menggelitiki tetek dan vegieku, kembali birahiku naik..... Sampai di bawah kran pancuran air hangat, kami berdua berpelukan, berciuman, merangkul kuat.... Dengan posisi berdiri kembali penis Mas Har mengeras bagai batu, segera kurenggut dan kugenggam dan kumasukkan lagi ke vegieku. Dengan tubuh basah disiram air hangat dari pancuran, dan tetap dengan berdiri, kami bersenggama lagi...... bagai geregetan, Mas Har kembali menggerakkan penisnya maju-mundur, sementara aku bagai menggelepar memeluk erat tubuhnya yang perkasa.....

"Mas, sabunan dulu, ya sayaaaanggg....", tanpa melepaskan kedua alat kelamin kami, kami saling menyabuni tubuh kami, khususnya di bagian-bagian yang peka-rangsangan....

"Lepas dulu, ya sayaaanggg.... kuambilkan handuk baru untuk kekasihku.....", Mas Har melepaskan tusukannya, menuju lemari pakaian, dan diambilnya dua handuk baru, satu untukku satu untuknya... Selesai handukan, aku bermaksud mengambil dasterku untuk berpakaian, karena kupikir persenggamaan hari ini sudah selesai.....

"Eiittt, tunggu dulu, istriku..... Rudalku masih keras nih, kudu dibenamkan lagi di liang hangat cinta kita......"

......Edhiaaan, mau berapa kali aku orgasme hari ini..... kuhitung-hitung sudah 12 kali aku menyemburkan air vegie sedari pagi tadi......

Aku mengambil posisi sederhana, terlentang menantang... biar Mas Har menindihku dari atas.....

Kami bersenggama lagi sebagai hidangan penutup..... dengan "Gaya Sederhana" pria diatas wanita dibawah, melambangkan kekuatan pria yang melindungi kepasrahan wanita.... Mas Har terus menggoyang penisnya maju-mundur.....

Kembali aku akan mencapai puncak lagi, sedang Mas Har masih terus dengan mantapnya maju-mundur begitu kuat.....

"Mas Har, Mbak Sari sudah mau keluar lagiiiiii......", kukejangkan kedua kakiku dan sekujur tubuhku.....

"Mbak, aku juga mau keluar sekarang......", dalam waktu bersamaan kami saling menyemprotkan dan memuncratkan cairan kenikmatan kami masing-masing......

"Enaaaaaaaaaaakkkkkkk, Mas Haaaaaarrrrrr......."

"Puaaaaassssss, Mbak Sariiiiii.........."

Mas Har langsung ambruk di atas tubuh telanjanganku, waktu sudah hampir jam empat..... semua sendi-sendiku masih bergetar semuanya rasanya.....

"Mas, sebentar lagi Ibu pulang, Mbak Sari mau siap-siap dulu ya, sayaang..."

Mas Har segera bangkit sekaligus mencabut penisnya.... "Hari ini adalah hari yang paling luar-biasa dalam hidupku, Mbak Sariii... Bagaimana aku akan sanggup melupakannya?"

Kupakai dasterku, kukecup lagi kedua pipi dan bibir Mas Har.... segera aku lari menuju kamarku, membersihkan air mani Mas Har yang masih menetes dari lubang vegieku yang agak bonyok.....

Kukenakan celana dalam, rok dalam, beha, rok panjang, dan blus berlengan panjang, rambut kusisir rapi, kusanggul rapi ke atas.... semua ini untuk "mengelabui" Ibu Sumiati dan kedua kakak Mas Harianto, untuk menutupi sisi lain kehidupanku sebagai seorang Ratu Senggama.

Demikianlah... selanjutnya hari-hariku selalu ku isi dengan persenggamaan yang kian hari kian liar, kian panas, dan kian bervariasi dengan Mas Har, pangeran cintaku yang tampan dan perkasa. Pertempuran kami berlangsung di banyak tempat di seluruh penjuru rumah... bahkan tak jarang Mas Har sengaja mencegatku di saat-saat aku berbelanja keperluan bulanan di Pasar Kota. Hotel dan Losmen yang ada di kota selalu menjadi tempat persinggahan kami untuk menuntaskan dendam birahi kami...
Hanya saat Mas Har harus kuliah dan saat dia mengantar hasil job-job sampingannya saja yang dapat menunda pertempuran kami...
Mas Har memang ngotot mengambil job sampingan yang bisa tetap dikerjakan di rumah, karena dia ngotot ingin menabung supaya bisa membeli rumah sendiri dan membiayai kehidupannya kelak dengan calon istri tercintanya....... aku.          
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Lomba mengecrot memek
Apr 5th 2013, 04:00


Semua berawal pada suatu ketika dimana aku dan istriku pindah ke sebuah rumah kost di sebuah kota besar, sebut saja kota X, dimana aku harus pindah ke kota itu karena tempat kerjaku menugaskan aku untuk menjadi kepala cabang di kantor yang baru. Kost yang kami tempati ini memang khusus untuk karyawan dan juga keluarga oleh sebab itu kost ini sangat lengkap mulai dari dapur hingga kamar mandi dalam semua ada. Sudah sebulan kami tinggal disini, aku dan istriku sudah mulai terbiasa bergaul dengan para tetangga kost kami.
"Pagi mas Ridwan. Berangkat kerja?" sapa seorang perempuan. Dia adalah istri tetangga kost kami yang bernama Susno, perempuan ini sendiri bernama SaFarah. "Iya nih mbak. Mau bareng?" tanyaku kepada SaFarah atau mbak Farah begitu kami biasa menyapanya. Memang lokasi kerjanya berdekatan dengan kantorku. Mbak Farah lalu mengangguk tanda setuju, "Boleh mas. Tapi nggak apa-apa nih nebeng di mobilnya mas Ridwan? Ntar mbak Nia marah lagi." Kata mbak Farah kepadaku. Aku hanya tertawa karena saat itu Nia, istriku juga berada disampingku. Nia ikut tertawa mendengar candaan mbak Farah.
Aku dan Nia memang pasangan baru. Kami baru menikah 1 tahun lalu dan belum dikaruniai seorang anak. Istriku Nia berusia 27 tahun, 2 tahun lebih muda dariku. Sementara itu pasangan Susno dan SaFarah berusia sekitar 32 tahun dan 29 tahun. Jadi bisa dibilang mbak Farah itu seumuran denganku. Suaminya, Susno memang tidak bekerja karena sudah satu tahun ini dia di PHK, makluk sedang krisis ekonomi jadi banyak PHK dimana-mana. Dulunya dia bekerja di perusahaan plastik sementara istrinya bekerja sebagai pegawai perusahaan keuangan yang cukup terkenal di Indonesia walaupun dia hanya sebagai bawahan. Sesampainya di kantor aku berpisah dengan mbak Farah yang memang berjalan kaki dari kantorku menuju kantor tempat dia bekerja.
Beberapa karyawan melirik kearah kami dan aku yakin mereka bertanya-tanya siapa sebenarnya perempuan yang dibawa atasannya itu. Aku sih tidak ambil pusing karena memang pada dasarnya SaFarah memang cukup cantik walaupun tidak secantik istriku. Namun body nya memang lebih yahud dan berisi.
Terutama buah dadanya yang sedari tadi kuperhatikan sekitar F-Cup jauh lebih besar dibandingkan istriku yang cuman C-Cup. Ah ada apa dengan diriku ini? Kenapa aku malah kepikiran mengenai tubuh istri orang. Akhirnya aku masuk juga ke gedung kantorku sambil berusaha melepaskan pikiran mesum itu dari otakku. Hari demi hari berlalu dan aku sering sekali berangkat bareng dengan mbak Farah, memang sih baik istriku maupun suami mbak Farah tidak pernah cemburu atau keberatan. "Kasihan mbak Farah mas kalau sendirian jalan." Kata istriku saat aku bilang apa dia keberatan kalau aku berangkat bareng dengan mbak Farah. Memang sih dari tempat kost kami untuk mencapai daerah tempat kerjaku harus jalan sekitar 100 meter menuju jalan besar yang kemudian harus naik angkot sebanyak dua kali agar bisa sampai ke daerah tujuan kami. Aku bisa membayangkan kalau Mbak Farah berangkat kerja sebelum ada aku dulu seperti apa susahnya. Pagi hari itu aku seperti biasa bersiap untuk ke kantor dan istriku membawakan aku bekal makan siang.
Nia memang juru masak yang handal. Selama ini aku tidak menolak tiap kali dia membawakan bekal karena memang masakannya luar biasa enak, maklum setahun kursus masak waktu kuliah dulu. "Mas, maaf udah nungguin lama yah? Habisnya mas Susno tadi rewel terus minta dilayanin sih. Maaf ya kalo kelamaan nunggunya." Kata mbak Farah ramah. Aku kaget juga melihat penampilan mbak Farah kali ini. Memang dia mengenakan pakaian kerja tetapi rok nya kulihat lebih pendek dari biasanya begitu juga dengan kerah bajunya seperti lebih lebar dan terkesan lebih turun. Mbak Farah lalu mengenakan sepatunya dengan posisi setengah menungging. Aku yang saat itu sedang berdiri didepannya, kontan saja melihat pemandangan aduhai dari depan. Sepasang payudara mbak Farah seperti menggelantung seolah ingin melepaskan dirinya dari bra warna ungu yang membungkusnya. Besar dan bentuknya indah sekali, batinku dalam hati. Mas Susno benar-benar beruntung memiliki istri seperti mbak SaFarah.
Sudah cantik, bodynya bagus, dadanya juga besar, pastilah hebat saat bermain diranjang. Sesaat aku membandingkan dengan istriku. Penyesalan muncul dibenakku. Akh, lelaki macam apa aku ini, membayangkan istri orang lain sementara aku sendiri sudah beristri dan istrikupun juga selalu setia terhadapku. Bahkan akhir-akhir ini setidaknya seminggu belakangan ini istriku terasa lebih hangat dari sebelumnya. Kami menjadi seperti pasangan suami istri baru lagi. Tadi malam saja dia minta untuk bercinta sampai dua kali padahal sebelumnya paling tiga atau empat hari sekali. Entah apa yang mempengaruhi hasrat seksualnya sekarang ini. "Wah kok macet ya? Padahal kalau lewat jalan ini nggak macet tuh jam segini." Celetukku pelan. Mbak Farah tersenyum terus meneruskan membaca buku laporan keuangan yang dia pegang. Sesekali aku melirik kearah pahanya yang tersingkap karena mobilku ini memang tempat duduknya cukup rendah jadi aku bisa melihat paha mulus mbak Farah dengan jelas.
"Eh mas. Sepertinya ada demo deh disana? Waduh bakalan telat kalo gini." Mbak Farah kelihatan mulai khawatir. Memang benar ada demo di persimpangan jalan didepan kami. Entah apa topik demonya karena aku juga tidak begitu peduli lagi, yang kupedulikan hanyalah pekerjaanku di kantor dan kesempatan lirik-lirik paha mbak Farah. Lumayan buat selingan, batinku. Habis sudah rasa penyesalanku tadi. Untungnya kami sampai kantor tepat pada waktunya. Kali ini sampai di kantor ada kejutan yaitu temanku waktu kuliah dulu yang sekarang bekerja sebagai manager sebuah perusahaan kimia swasta berkunjung. "Wah, Rid, sekarang kamu udah sukses ya. Sudah jadi pimpinan cabang sekarang. Hahaha…" seloroh sobatku yang satu ini. Aku hanya membalasnya ringan, aku memang bukan tipe orang yang suka memamerkan prestasi sih. "Eh, cewek yang tadi bareng sama kamu itu siapa sih? Kece juga tuh cewek. Bodynya keren dan wajahnya juga mantap punya tuh. Siapa sih? Kenalin donk!" goda Iwan temanku ini.
Aku hanya tersenyum simpul saja tapi dia malah semakin penasaran dan membombardirku dengan berbagai pertanyaan susulan. "OK, OK, gua jawab. Dia tuh tetangga kost gua. Dia tinggal di kamar sebelah kamar kost gua. Lagian dia kerja didekat sini maka dari itu gua anterin dia kesini barengan ma gua. And sekedar informasi, dia udah punya suami bro." kataku menjelaskan daripada nanti di berondong pertanyaan lagi. "Heh? Emangnya istrimu nggak cemburu tuh? Kalian khan pasangan muda, biasanya istri suka cemburu kalau suaminya bareng cewek lain yang cantik. Khan bawaan dari masa pacaran masih ada hahaha…" Iwan kembali menggodaku sambil melihat-lihat foto-foto di dinding ruang kantorku. Aku hanya menghela nafas saja, "Istriku nggak seperti itu lagi. Dia orangnya kagak pencemburu. Dia juga yang nyuruh gua buat nganterin mbak Farah dari pada ntar dia jalan sendiri khan kasihan." Kataku padanya. Iwan tertawa lagi, "Wah boleh juga tuh. Kalo ntar aku punya istri aku pengin kaya istrimu tuh, orangnya nggak cemburuan.
Nggak kaya pacarku sekarang ini, cemburuannya minta ampun. Tiap jam telepon terus kalau nggak ya sms. Dikira aku pembantunya apa yah…" selorohnya sambil tertawa. Memang sih pacar Iwan pencemburu berat padahal sudah pacaran selama 3 tahun lebih. "Tapi Rid…" Iwan menimpali lagi, "Memangnya kamu nggak ada rasa tertarik sama mbak Farah itu? Dia cantik lho dan seksi lagi. Bayangin aja kalau kamu di ranjang dilayanin dia sama istrimu…pasti seru tuh…hahahaha….threesome gitu." Katanya lagi. Aku memang tidak kaget dengar ucapan itu dari Iwan karena sejak waktu kuliah dulu memang mulutnya sering mengeluarkan ucapan-ucapan seronok apa adanya. Dia paling gemar berbicara soal seks walaupun tidak pernah berhubungan seks dengan perempuan manapun selama ini. "Halah…lo ini ngomong apaan sih. Mana mau istri gua diajakin threesome. Dia orangnya konvensional kok." Kataku pada Iwan. Memang selama ini istriku selalu konvensional dalam bermain cinta. Selama satu tahun ini kami hanya bermain cinta menggunakan gaya-gaya yang itu-itu saja.
Kecuali dua hari terakhir ini dimana kami berdua menggunakan gaya baru sama sekali dalam bercinta dan memang efeknya dahsyat. Aku sendiri tidak tahu dari mana dia mendapatkan gaya tersebut. Sesiang ini aku memikirkan ucapan sahabatku itu. Threesome, sepertinya menarik tapi mana mau istriku melakukannya. Lagipula mana mau mbak Farah melakukannya karena didekat kami juga terdapat suaminya. Tentu saja resiko sangat tinggi jika suaminya sampai tahu mengenai hal ini. Sore harinya aku mendapat kejutan keduaku. Mbak Farah datang berkunjung ke kantorku. Memang kala itu kantorku sudah tutup dan tinggal aku bersama dengan dua orang satpam diluar dan dua orang petugas cleaning service. "Lho, mbak Farah belum pulang? Ini khan sudah jam 5 sore. Bukannya mbak Farah selesai kerja jam 4 tadi?" kataku sambil mempersilakan perempuan cantik ini masuk kantor kerjaku. Mbak Farah tersenyum manis, "Iya nih mas. Tadi saya telat pulang karena pembukuan akhir bulan masih menumpuk lalu saya kerjain aja sekalian biar besok lebih senggang waktunya. Kirain mas Ridwan belum selesai kerjanya ternyata sudah ya…"
"Akh, ini mbak, biasa tender dengan klien sudah selesai dan rapatnya diundur tiga hari lagi karena klien yang satunya berhalangan hadir. Sebenarnya sih jadwalnya pulang jam 6 nanti tapi kalau sudah tidak ada yang dikerjakan ya mau apalagi." Kataku menjelaskan. Memang para karyawan sudah pulang sejak jam 4 tadi sementara aku tetap disini karena menghindari macet dan biasa mulai pulang jam 7 atau setengah 7 untuk menghindari kemacetan. "Ohh gitu. Kirain sedang ada apa. Wah berarti saya mujur dong karena nggak ketinggalan hehehe…" kata mbak Farah bercanda. Dalam hatiku sih aku senang-senang saja malam ini dia pulang bareng denganku karena malam ini dia pakai pakaian yang sangat seksi. Kenapa harus dilewatkan, iya khan? Kami lalu ngobrol berdua di ruangan kantorku sambil minum sereal hangat yang kubuat. Sesekali mbak Farah mengalihkan silangan kakinya dari kiri ke kanan saat itulah aku bisa melihat jelas celana dalam mbak Farah karena kami duduk berhadap-hadapan.
Pahanya yang mulus putih itu semakin lama membuatku semakin tak kuasa menahan rasa ingin memeluknya dan mencumbu perempuan cantik ini dan mengabaikan kalau dia ini istri orang lain. Jam sudah menunjukkan pukul 6 malam. Masih tersisa waktu setengah jam lagi untuk kami berduaan. Serasa hatiku ini tidak rela untuk pulang dan ingin berlama-lama dengan wanita didepanku ini. Aku tahu ini salah tetapi hasrat sebagai seorang lelaki membuatku tak dapat berpikir jernih. "Mas, gimana kalau sambil menunggu jam tujuh kita makan dulu. Didepan kantor ada warung makan yang enak." Usul mbak Farah kepadaku. Aku sih setuju-setuju saja. Lagipula perutku juga sudah mulai lapar. Padahal biasanya aku betah-betahin untuk menahan lapar sehingga sampai dirumah nanti bisa makan masakan istriku. Tetapi kali ini berbeda. Jadi juga akhirnya kami berdua makan di warung makan itu. Walaupun tidak begitu besar tetapi bersih dan masakannya juga enak walaupun tidak seenak masakan istriku tentunya. "Sudah jam 7 kurang 15 menit.
Kita masuk mobil saja dulu sepertinya jalanan sudah mulai longgar tuh." Kataku pada Mbak Farah. Perempuan ini mengangguk setuju dan akhirnya kami masuk ke mobil sedanku. Sebuah peristiwa tak terduga terjadi secara tak sengaja. Mbak Farah tersandung saat akan masuk kedalam mobil. Tubuhnya terhempas kedepan dan menindih aku yang sudah duduk di kursi. Untung saja kepalanya tidak terantuk setir mobilku. Namun yang membuatku gugup adalah kepalanya pas sekali ambruk di atas selangkanganku. Tanganku juga tak sengaja tertindih payudaranya yang besar itu. Entah apa yang merasukiku, tanganku tanpa dapat kukendalikan lagi meremas payudara perempuan ini. Mbak Farah melenguh pelan lalu bangkit dari terpuruknya. Wajahnya memerah sepertinya menahan malu. Aku sendiri juga malu setelah sadar kalau batang kemaluanku ternyata sudah tegang saat wajah mbak Farah tanpa sengaja menyentuh selangkanganku ini. Kami berdua terdiam cukup lama di dalam mobil ini. Aku mencoba membuka percakapan dan saat itulah kami bertatapan muka. Pandangan kami beradu cukup lama.
Entah apa yang mempengaruhiku, aku mulai berani mendekatkan wajahku kepadanya. Sesaat kemudian bibir kami saling bersentuhan. Setan apa yang mendorongku aku sendiri juga tidak tahu. Yang jelas selang beberapa detik saja kami sudah saling melumat bibir satu sama lain. Mobil itu menjadi saksi betapa panasnya ciuman kami berdua, diluar dugaan Mbak Farah sangat mahir dalam berciuman. Dia juga tidak sungkan ketika aku menggunakan lidahku dalam berciuman. Tidak cukup hanya itu, tanganku sudah mulai meraba payudara Mbak Farah lagi yang saat itu masih berbalutkan pakaian kerja. Aku copot jas kerjanya lalu satu demi satu kancing kemeja Mbak Farah aku lepaskan hingga sekarang tinggal bra warna krem-lah yang menjadi penghalang mataku dengan payudara indah wanita cantik ini. Remasan-remasan tanganku sepertinya sudah berhasil membangkitkan gairah terpendam milik Mbak Farah. Dia semakin liar saja. Bahkan tangannya sudah berani mengusup kedalam celana panjangku dan hanya butuh waktu beberapa detik saja sebelum akhirnya dia berhasil menemukan batang penisku yang memang bukan hanya sudah tegang tetapi sudah basah.
Mbak Farah tersenyum begitu tahu kalau aku juga terangsang berat. Lalu dia merebahkan kursinya dan mencopot bra yang dia pakai sehingga aku bisa dengan leluasa menikmati pemandangan indah tersebut. Buah dada Mbak Farah memang benar-benar besar. Sesuai dengan dugaanku yaitu F-Cup. Aku tak sabar ingin meremas dan menciumi payudara indah tersebut beserta puting susunya yang sudah tegang menantang itu. Sesekali tubuh Mbak Farah membusung tiap kali aku menghisap puting susunya yang mancung itu. Tanganku meraba vagina wanita cantik ini dan ternyata celana dalamnya sudah basah sekali. Tanpa pikir panjang segera ku singkap rok mininya itu sehingga tersingkap keatas lalu kutarik celana dalamnya hingga lepas. Sekarang bukan cuma payudara Mbak Farah yang terlihat jelas tetapi juga vaginanya dapat jelas kulihat. Perempuan ini masih sedikit malu-malu ketika aku berhasil melucuti celana dalamnya. Sebelah tangannya berusaha untuk menutupi vaginanya yang tercukup rapi itu. Namun aku tak ambil pusing, jemariku segera bekerja disana.
Jari telunjuk dan jari kelingkingku membuka bibir vagina Mbak Farah yang sudah basah itu sementara jaru tengan dan jari manisku kuarahkan kedalam vaginanya. Dengan gerakan menusuk-nusuk membuat mbak Farah semakin kalang kabut dibuatnya. Desahan demi desahan tak terhindarkan lagi keluar dari mulutnya. "Akhh..Mas..jangan disitu…akhhh…" desahnya lagi saat jemariku berkarya di liang kewanitaannya. Cairan pelumas segera kembali meluber membasahi bibir vagina wanita cantik ini. Memang soal permainan jari aku sudah ahli. Istriku saja sampai kubuat orgasme dengan jari saja. Klitorisnya mulai menegang dan tanda dia akan orgasme semakin dekat saja. Beberapa menit kemudian berkat permainan jemariku di vaginanya ditambah dengan cumbuan tangan dan bibir beserta lidahku di sepasang payudaranya, Mbak Farah mencapai klimaksnya. Dia mendesah cukup keras sambil menahan jeritan nikmat. Bibir bawahnya dia gigit sendiri menahan sensasi kenikmatan yang meluap dari dalam dirinya. Tubuhnya mengejang sesaat lalu setengah menit kemudian dia lemas.
Peluh membasahi tubuh seksi dan montok wanita ini. Mbak Farah akhirnya mencapai klimaksnya hanya dengan petting saja. Aku tersenyum melihatnya terduduk lemas di bangku mobilku yang sudah disandarkan. "Mbak Farah benar-benar hebat. Mas Susno beruntung punya istri secantik dan seseksi mbak Farah." Pujiku. "Aku sebenarnya sudah lama suka dengan mbak Farah hanya saja selalu kutahan, sekarang aku sudah puas bisa bermesraan dengan wanita secantik mbak ini." Pujiku lagi. Wajah mbak Farah memerah entah karena pergumulan tadi atau karena menahan malu karena sudah menyerahnya separuh dirinya padaku padahal dia punya seorang suami yang menunggunya dirumah. "Mas Ridwan ini memujinya kok tinggi banget sih? Ntar aku jadi ke ge-er-an lho. Lagian mas Ridwan khan juga punya istri cantik. Pasti mbak Nia juga setiap malam merasakan keahlian tangan mas Ridwan ini, beruntungnya mbak Nia ya…" ujar Mbak Farah. Aku tersanjung dibuatnya karena dia mengakui kehebatan jemariku ini. Belum sempat aku bicara tiba-tiba tangan Mbak Farah menyentuh penisku lalu dengan cekatan dia mengocoknya perlahan.
Batang kejantananku yang sebelumnya sudah setengah tiang sekarang kembali perkasa hanya dengan sedikit sentuhan dan rangsangan dari Mbak Farah. Lalu tanpa kuduga Mbak Farah mengarahkan bibirnya ke ujung penisku dan menciumnya perlahan lalu lidahnya bermain di ujung penisku itu dan pada akhirnya seluruh batang kemaluanku itu dilumatnya masuk kedalam mulut wanita cantik ini. Rasanya bagaikan di awang-awang. Disertai dengan rangsangan tangannya pada buah zakarku, mulut Mbak Farah maju mundur seolah mengocok penisku sembari dari dalam, lidahnya tak henti-hentinya melumat batang kemaluanku ini. "Mbak Farah…akhhh…" desahku menahan rasa nikmat. Tak butuh waktu lama sampai akhirnya aku merasa akan mencapai klimaks. Lalu Mbak Farah mencabut penisku dari mulutnya begitu dia tahu kalau aku sudah nyari ejakulasi. Aku lalu mengarahkan penisku ke belahan payudaranya.
Mbak Farah lalu menggunakan himpitan sepasang payudaranya untuk mengocok batang penisku ini. "Keluarin aja semua mas. Aku pengen mas Ridwan juga merasakan nikmat seperti yang aku rasakan tadi." Kata Mbak Farah sambil sesekali menjilati ujung kemaluanku.
"Akhh..mbak…aku keluar…akhhh…" racauku sambil kedua tanganku menekan pundak Mbak Farah. Batang kemaluanku berdenyut sangat cepat lalu cairan putih kental menyembur membasahi sepasang buah dada wanita cantik ini bahkan beberapa sempat menyemprot kearah wajah Mbak Farah. "Maaf mbak. Tadi nggak sempet aku kontrol. Wajah mbak jadi kotor deh." Kataku meminta maaf. Mbak Farah hanya tersenyum sambil membersihkan wajahnya dengan tissue sementara aku membantu membersihkan payudaranya dengan tissue juga. "Nggak apa-apa kok. Kalau mas Susno sering nakal sih menyemprotkan didalam mulut tanpa bilang-bilang padahal saya nggak suka dengan rasanya, jadi pengen muntah mas." Sahutnya pelan. "Mungkin karena belum biasa aja kali mbak." Kataku. Padahal istriku sendiri juga tidak pernah mau menelan spermaku. Dia selalu marah-marah ketika aku tanpa sengaja atau sengaja menyemprotkan cairan maniku kedalam mulutnya ketika melakukan oral seks. Akibatnya dia sering kali menolak melakukan oral seks tersebut. Jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam.
Kami lalu merapikan diri dan bergegas pulang. Sepanjang perjalanan aku tak henti-hentinya meraba-raba payudara Mbak Farah yang sudah terbungkus oleh bra itu. Wanita cantik itu hanya tersenyum melihat ulahku. Dia sempat membalas dengan meraba dan mengocok kembali penisku namun karena aku nyaris kehilangan kendali atas setir mobilku maka niatan itu dia hentikan. Sesampainya dirumah, Mbak Farah langsung masuk kamarnya sementara aku sudah ditunggu istriku. "Mas, kok baru pulang? Macet ya?" tanya istriku, aku hanya mengiyakan saja. Seandainya dia tahu kalau aku habis petting habis-habisan dengan Mbak Farah entah apa yang akan dia lakukan. Malam itu istriku tumben tidak meminta jatah malamnya. Tapi bagiku tidak masalah karena aku sudah mendapatkan dari Mbak Farah walaupun hanya sebatas blow job saja. Dua hari kemudian, tepat akhir pekan, pekerjaanku sepertinya sudah selesai semua dan aku mempunyai waktu luang cukup banyak. Semua laporan dan pembukuan sudah ditangani dan sejak jam 12 siang aku sudah bebas dari pekerjaan.
Sebenarnya aku bisa saja pulang namun aku iseng ingin kembali mengulang kebersamaanku dengan mbak Farah tempo hari. Iseng-iseng aku telepon Mbak Farah lewat telepon kantorku dan dia menyahutnya. Ternyata Mbak Farah juga sedang senggang. Lalu kami makan siang berdua. "Wah kebetulan mas, saya juga sedang nggak ada kerjaan. Maklum selama dua hari terakhir ini selalu lembur jadi semua laporan sudah selesai. Mas sendiri habis ini mau kemana?" tanya Mbak Farah diselang makan siang kami. "Hmmm, nggak tahu yah. Tapi kalau Mbak Farah memang udah nggak ada kerjaan gimana kalau kita keluar aja. Kebetulan tadi ada selebaran promo mengenai tempat karaoke yang baru. Tempatnya nggak begitu jauh dari sini dan katanya sih lumayan eksklusif gitu." Ajakku. Dalam hati aku berharap agar dia setuju. Mbak Farah menghabiskan minumannya lalu beranjak berdiri. "Boleh juga tuh mas. Ayo! Lagi pula dari pada bengong di kantor." Dia setuju dan dengan hati gembira penuh pengharapan aku melajukan mobilku kearah tempat tujuan kami. Ternyata tempat karaoke itu benar-benar eksklusif, jadi wajar saja kalau promonya juga besar-besaran di perkantoran.
Aku lalu memesan kamar untuk kami berdua selama dua jam. Pelayan disana lalu menyajikan menu minuman dan makanan ringan untuk teman karaoke kami. Setelah selesai administrasinya kami langsung menuju ke kamar yang di maksud. "Wah, gede juga yah. Ini sih bisa untuk delapan sampai sepuluh orang mas." Kata Mbak Farah kepadaku. Memang sih kamarnya cukup besar dengan televisi LCD ukran 30 Inchi dan sound lengkap. Sofanya yang besar juga empuk bahkan pas buat tidur sekalipun….tidur? Ya, pikiran itu terbersit di otakku baru saja. Selama lima belas menit pertama kami hanya berkaraoke berdua sambil sesekali menenggak minuman dalam botol. Aku tahu minuman itu mengandung alcohol sekitar 5% namun Mbak Farah sepertinya tidak sadar dan menganggap kalau muniman itu hanyalah soft drink biasa. Setelah hampir dua botol minuman itu habis kami tenggak, aku mulai melihat Mbak Farah sudah mulai tipsy walaupun belum sepenuhnya mabuk. Bicaranya mulai sedikit ngelantur. Aku mempergunakannya untuk mendekatinya.
Sengaja aku mendekatkan wajahku dengan wajahnya dan sesuai dugaanku tak butuh waktu lama untuk akhirnya kami berdua berciuman dengan mesra atau lebih tepatnya dengan panas. Nafsu sudah sampai diujung kepala dan tak tertahankan lagi. Baik aku maupun Mbak Farah masing-masing saling melucuti baju pasangannya. Sejak awal memang aku sudah mengunci pintu kamar ini sehingga aku sudah bebas kekhawatiran jika ada orang masuk. Sekarang dihadapanku adalah Mbak Farah yang sudah bugil total. Dia tidak mengenakan sehelai benangpun ditubuhnya begitu juga denganku. Kami lalu berpagutan mulut kembali. Lidah kami berdua saling melilit dan menjilat satu sama lain sementara kedua tangan kami bergerilya ke area rawan pasangan masing-masing. Tangan Mbak Farah mulai mengocok penisku sementara tangan yang satunya mengelus dadaku yang bidang ini. Sementara itu dia membiarkan kedua payudaranya aku mainkan malah dengan tangannya dia mengarahkan sebelah tanganku yang satu lagi untuk menstimulsi vaginanya yang sangat basah itu. Kembali Mbak Farah merasakan kenikmatan permainan tanganku yang memang pernah membuatnya orgasme dua hari lalu. Sekarang tidak ada lagi bunyi orang bernyanyi yang ada hanya bunyi desahan kami berdua yang sedang berpacu dengan kenikmatan.
Aku lalu merebahkan tubuh Mbak Farah ke sofa yang lebar itu lalu mengangkat kedua tungkai kakinya dan menyandarkan kedua tungkai kakinya tersebut ke pundakku. Perlahan aku mengarahkan penisku kearah vagina Mbak Farah namun Mbak Farah sepertinya sadar hal tersebut dan dengan kedua tangannya berusaha untuk menutupi vaginanya agar aku tidak bisa penetrasi. "Mas Ridwan, jangan! Aku masih belum siap. Aku nggak mau mengkhianati mas Susno lebih dari ini." Ujar Mbak Farah sambil berusaha mencegahku. Namun nafsuku sudah sampai di ubun-ubun membuatku tidak peduli lagi. Aku lalu menindih tubuhnya sambil kedua tanganku menarik tangannya keatas kepala Mbak Farah dan mencekalnya supaya tidak berontak lagi sambil bibirku terus menjelajah bibir, leher dan payudara wanita cantik ini. Akhirnya Mbak Farah kehabisan tenaga untuk melawan, mungkin juga karena dia sudah tipsy sebelumnya. Wanita cantik itu hanya menyerah begitu saja ketika ujung penisku mulai menyentuh bibir vaginanya yang merah merekah itu. Dengan sedikit dorongan akhirnya kepala penisku masuk juga kedalam liang senggamanya diiringi dengan desahan yang keluar dari mulut perempuan seksi ini. "Mas Ridwan…akhhh…" desahnya sambil memalingkan mukanya kesamping mungkin Mbak Farah malu karena penisku sekarang sudah menjebol batas kesetiaannya kepada suaminya. Sekarang penis pria yang bersarang di vaginanya bukanlah milik suaminya melainkan milik orang lain.
"Mbak Farah, ternyata vagina mbak Farah masih sempit ya. Mas Susno pasti senang tiap hari dapat jatah dari Mbak Farah." Ujarku dan Mbak Farah semakin malu dibuatnya. Wajahnya memerah dan tak ada satu patah katapun terucap dari bibir manisnya itu. "Akhhh…pelan mas…" ujar Mbak Farah ketika aku mulai kembali mendorong masuk batang penisku yang tersisa. Apa mungkin penisku ini lebih besar dari milik Mas Susno atau memang vagina Mbak Farah yang memang sempit. Perlahan tapi pasti akhirnya aku berhasil melesakkan seluruh bagian penisku kedalam vagina Mbak Farah. Pelan-pelan aku mulai menyodok-nyodok penisku yang bersarang di liang kewanitaan perempuan cantik ini. Sekarang Mbak Farah seolah tergolek tak berdaya di depanku. Aku menindihnya dengan nafsu yang terus bertambah. Pompaanku yang semula pelan sekarang sudah mulai cepat. Entah berapa kali pompaanku berhasil membuat ujung penisku menyodok dinding rahim Mbak Farah. "Akhh..mas..pelan-pelan!" ucap Mbak Farah lirih diiringi desahan suaranya.
Suara seksi desahan yang keluar dari mulut wanita ini bercampur dengan bunyi kecipak cairan kedua kemaluan kami yang saling beradu. Suara khas orang bercinta ini memenuhi seluruh ruangan. Untungnya ruangan ini kedap suara karena jika tidak maka bisa terdengar diluar sana. Aku mengangkat tubuh Mbak Farah hingga kami sekarang duduk berhadap-hadapan sementara tubuhnya aku pangku dengan pahaku. Aku tak henti-hentinya mengangkat-angkat pantatnya agar penisku tetap bisa memompa vagina Mbak Farah sambil sesekali menggoyangnya kekiri dan kekanan sehingga ujung penisku ini bisa menelusuri dinding liang senggama istri Mas Susno ini. Namun tak butuh waktu lama sampai Mbak Farah mulai terhanyut dalam permainanku dan dia dengan sukarela menaik turunkan selangkangannya sendiri sehingga sekarang aku tinggal menikmati pelayanan Mbak Farah ini. Dengan gaya women on top perempuan ini semakin beringas saja. Aku bisa melihat payudaranya bergoyang kesana kemari karena ukurannya yang besar sehingga menjadikan pemandangan seksi sekali bagiku karena milik istriku tidak sampai sehebat itu berguncangnya.
Sambil tanganku meremas-remas buah dadanya aku ikut membombardir vagina Mbak Farah dari bawah. Cairan kemaluan keluar deras dari vagina Mbak Farah disertai tubuhnya yang mengejang. Ternyata Mbak Farah sudah mencapai klimaksnya kali ini. Namun aku masih belum puas, lalu aku kembali menindih wanita cantik ini dan kembali menumpangkan kedua tungkai kakinya di bahuku dan menindih tubuh seksinya itu sehingga lutut Mbak Farah sekarang menyentuh buah dadanya sendiri. Lalu dengan tak kalah beringas aku memompa penisku didalam vaginanya dengan cepat hingga beberapa menit kemudian aku merasakan penisku mulai berkedut keras dan akhirnya menyemburkan cairan putih kental di dalam rahim Mbak Farah. Tak ada nada protes dari mulut Mbak Farah walaupun kala itu dia tahu kalau didalam rahimnya telah penuh cairan spermaku. Beberapa bahkan mengalir keluar lewat bibir vaginanya. Tak ada pikiran takut akan resiko hamilnya Mbak Farah nanti. Kami berdua hanya memikirkan kepuasan hasrat kami saja.
Sepuluh menit kemudian kami lalu merapikan diri dan menyudahi acara karaoke ini walaupun baru satu jam kurang lebih kami menggunakan ruangan tersebut. Setelah menyelesaikan urusan administrasi kami segera cabut dari tempat itu dan pulang kerumah. Hanya ada diam selama di dalam mobil yang melaju kala itu. Mbak Farah terdiam begitu juga dengan aku. Mungkin Mbak Farah menyesali semua keputusannya yang menyerahkan kesetiaan cintanya akan sang suami dengan hasrat seksualnya denganku. Aku sendiri diam karena bingung harus ngomong apa dengannya. Sesampainya dirumah kost, sepertinya rumah masih sepi dan seluruh penghuni kost tidak ada dirumah. Maklumlah karena semua penghuni kost merupakan karyawan dan jika ada pasangan suami istri tinggal disana juga adalah pasangan muda yang baik lelaki maupun perempuannya bekerja dan pulang biasanya jam 5 sore atau malam malahan. Berarti tinggal ada istriku Nia dan suami Mbak Farah, batinku dalam hati. Ketika kami berdua melangkah dan mendekati kamar kami yang bersebelahan, aku mendengar suara rintihan dan desahan dari kamar Mas Susno dan Mbak Farah.
Sepertinya Mbak Farah juga mengetahui hal tersebut dan memintaku agar berjalan perlahan. Bagaikan maling yang mengincar barang berharga, kami berdua mengendap-endap mendekati jendela kamar Mbak Farah. Karena jendela bagian depan kamar tertutup rapat maka kami memutuskan untuk mengintip dari bagian belakang. Bagian belakang kamar mereka memang terdapat lubang kecil dengan ukuran sekitar 30cm-40cm yang dulu merupakan bekas exhause fan namun sekarang hanya tinggal lubangnya saja. Semakin dekat dengan lubang itu aku semakin mendengar jelas desahan yang keluar dari kamar itu. Itu jelas-jelas desahan seorang wanita tetapi siapa? Semakin dekat aku semakin jelas dan tiba-tiba terbersit dalam benakku kalau desahan dan rintihan wanita itu seperti milik istriku, Nia. Desahan tersebut sangat mirip sekali dan begitu aku mengintip lewat lubang tersebut benar saja aku kaget bukan kepalang. Aku melihat Nia, istriku sedang disetubuhi oleh Mas Susno. Keduanya sudah dalam keadaan telanjang. Suara televisi yang di nyalakan tidak dapat mengelabui suara desahan yang keluar dari mulut mereka berdua. Mereka sedang bercinta.
Istriku dengan posisi merangkak sedang Mas Susno dibelakangnya terus membombardir vagina istriku dengan sodokan-sodokan penisnya. Tubuh istriku yang langsing dan putih mulus berkebalikan dengan tubuh Mas Susno yang cokelat kehitaman dan sedikit gemuk. Mbak Farah menahan rasa terkejutnya melihat suaminya bermain cinta dengan wanita lain. "Akhh…mas Susno…terusss…masss.." desah istriku. Aku tak percaya istriku meminta Mas Susno agar terus menyetubuhinya. "Enak ya dik dientotin sama mas Susno? Kalau sampai Mas Ridwan tahu gimana coba…hehe…" ujar Mas Susno sambil menyodok vagina istriku dengan keras. Istriku menjerit kecil, "Akhh…nggak apa-apa. Mas Ridwan juga jarang dirumah pulang baru…akhhh…nanti malam…" ujarnya kemudian keduanya berciuman hangat. Brak!!! Keduanya kaget ketika pintu dibuka oleh Mbak Farah. Memang Mbak Farah mempunyai kunci duplikat untuk jaga-jaga seandainya dia pulang pas Mas Susno sedang pergi. Keduanya kelimpungan mencari kain untuk menutupi tubuh mereka yang telanjang. Namun selimut yang diraih Mas Susno sudah buru-buru di serobot oleh Mbak Farah.
Dalam kebingungan, istriku hanya menangis lalu menghambur kearahku dan bersujud dikakiku sambil berlinang air mata. Segala macam ucapan permintaan maaf keluar dari bibirnya. Dadaku sesak melihat istriku yang telanjang ini telah habis di garap oleh orang lain selain diriku. Namun terbersit ucapan Iwan tempo hari mengenai variasi seks lalu aku mencegah saat Mbak Farah akan melabrak suaminya. Lalu meng-kode-nya agar dia tenang dan sepertinya dia tahu maksudku. Lalu setelah menutupi tubu bugil Mas Susno dan istriku kami menutup pintu kamar dan menanyai hubungan mereka berdua. Dari semua pengakuan mereka ternyata hubungan Mas Susno dengan istriku baru berlangsung dua hari yang lalu ketika aku telat pulang kantor. Sementara itu istriku sudah terlanjur minum obat perangsang. Itu menjelaskan mengapa hari-hari sebelumnya dia begitu hangat, ternyata dia meminum obat perangsang dosis tinggi sehingga dia selalu minta jatah berulang kali padaku dan dua hari lalu dia malah tidak minta sama sekali, ternyata dia sudah memperoleh jatahnya dari Mas Susno, suami Mbak Farah. Bahkan sampai 4 kali dalam dua jam.
Aku lalu bertanya apakah mereka menggunakan pelindung waktu itu dan mereka menjawab tidak karena istriku mengatakan dia sudah meminum pil KB sebelum dan sesudah berhubungan intim tersebut. Dia sama sekali tidak sengaja bercinta dengan Mas Susno jika bukan karena pengaruh obat tersebut. Karena waktu itu Mas Susno sedang datang untuk meminjam tang untuk memotong kawat sementara istriku tidak tahu tempat penyimpanannya sehingga mereka berdua dikamar mencarinya. Kala itu istriku hanya mengenakan daster untuk tidur karena memang dia rencananya akan menyambut kepulanganku. Tak disangka yang menuai malah Mas Susno. Sore itupun mereka berdua bercinta habis-habisan. Dan peristiwa barusan juga karena istriku dan Mas Susno berunding agar hal itu tidak terjadi lagi namun karena rayuan Mas Susno akhirnya istriku takluk juga untuk kedua kalinya. Dan mereka berdua bercinta habis-habisan lagi, hanya saja kali ini sudah ketahuan terlebih dahulu. Dengan berlagak marah aku dan Mbak Farah menghakimi mereka. Baik istriku maupun Mas Susno sama-sama meminta maaf berulang kali dan tidak ingin bercerai.
Bahkan Mas Susno sampai menyembah-nyembah kami berdua agar memaafkannya. Sebuah ide yang sudah lama tertanam diotakku langsung kukeluarkan. "OK kalau begitu. Karena kalian berdua sudah sering bercinta maka sebagai balasannya aku dan Mbak Farah akan bercinta juga. Bukan cuman itu tapi kami akan berhubungan intim didepan kalian berdua." Ucapku. Mas Susno protes namun karena Mbak Farah kembali menakannya maka dia hanya pasrah. Akhirnya jadi juga aku bercinta dengan Mbak Farah. Siang itu aku kembali memompa vagina Mbak Farah kali ini dengan posisi doggy style seperti yang dilakukan istriku dengan Mas Susno. Aku sengaja memeperlihatkan ekspresi wajah Mbak Farah didepan suaminya yang masih bugil itu (baik Mas Susno maupun Nia tidak diijinkan untuk memakai pakaian mereka kala itu). Aku tertawa dalam hati melihat penis Mas Susno yang menegang melihat istrinya aku kerjai. Tak puas hanya menggarap Mbak Farah sekarang aku memanggil Nia agar bergabung. Sekarang Nia, istriku aku minta untuk berbaring terlentang sementara diatasnya aku minta Mbak Farah dalam posisi merangkak.
Sekarang didepanku terpampang dua vagina siap sodok. Di bagian atas Mbak Farah vaginanya yang sempit dan basah itu sementara itu di bawahnya terdapat bibir vagina Nia istriku yang berbulu agak lebat itu. "Akkhhh…mas Ridwan…ekkhhh…" desah Mbak Farah ketika aku menusukkan lagi batang penisku kedalam vaginanya. Lalu setelah beberapa kali pompaan aku lalu mencabutnya dan mengarahkan penisku ke vagina Nia istriku dan melesakkannya kedalam vaginanya. Bergantian istriku dan Mbak Farah merasakan kenikmatan sodokan penisku. Mungkin karena aku sudah berejakulasi sebelumnya sehingga permainanku kali ini jauh lebih lama. Bergantian kedua perempuan ini mencapai klimaks mereka. Istriku mencapai orgasmenya lebih dulu lalu setelah beberapa detik kemudian segera aku alihkan sodokanku ke vagina Mbak Farah dan kami berdua mencapai orgasme bersama. Sebagian spermaku menyembur di vagina mbak Farah lalu dengan cepat kucabut dan kumasukkan kedalam liang kemaluan Nia istriku dan menghabiskan sisa spermaku disana. Mbak Farah lalu terkulai lemas di atas tubuh istriku.
Aku puny ide tambahan lagi meminta mereka berdua berciuman. Adegan lesbi yang menggairahkan lalu aku minta supaya keduanya kembali melayaniku walaupun kali ini aku tidak sampai orgasme. Aku melihat Mas Susno yang termenung melihat polah istrinya yang disetubuhi orang lain. Aku kemudian menghentikan gerakan sodokanku di vagian Mbak Farah. "Mas. Kalau mas Susno mau silakan pakai aja Nia untuk sementara ini. Dari pada bengong, aneh juga kalau pas ngentotin cewe ada yang nonton." Ujarku kepadanya. Mas Susno bingung tapi setelah itu sebuah senyuman tersungging di bibirnya. Akhirnya kami menutup tragedy itu dengan sebuah swing party antara aku, istriku, Mbak Farah dan Mas Susno. Sesekali aku melihat Mas Susno yang sedang asik menggarap tubuh molek istriku yang dibaringkan terlentang disamping tubuh Mbak Farah yang memang sedang kutindih. Kami berdua berlomba mengerjai istri lawan kami masing-masing. Sengaja atau tidak tapi aku melihat istriku mencium mesra mas Susno lalu Mbak Farah membalasnya dengan menciumku lebih panas lagi.
Seperti lomba saja jadinya, hanya saja lomba kali ini adalah lomba seks. Entah sudah berapa kali sperma tumpah di tubuh istriku atau di tubuh Mbak Farah. Baik vagina maupun bagian perut mereka berdua sudah diselimuti cairan sperma baik dari milikku maupun Mas Susno. Beberapa kali aku bertukar posisi dengan Mas Susno, dan baik Mbak Farah maupun Nia sepertinya merasakan kenikmatan tersendiri ketika pergantian penis tersebut. Percintaan itu kami akhiri dengan pasangan resmi kami masing-masing. Mas Susno menyemprotkan hasil ejakulasinya yang ketiga sore itu di dalam vagina istrinya, Mbak Farah. Sementara itu aku menumpahkan sisa spermaku yang mulai encer itu kedalam rahim Nia, istriku. Lalu kami berpelukan dengan pasangan masing-masing. Walaupun beberapa kali tangan Mas Susno mencoba bermain-main dengan puting istriku. Entah petualangan kali ini apakah akan berlanjut ke hal yang lebih seru atau tidak karena aku dan Mbak Farah jelas tidak ingin menyudahi kenikmatan ini.


       
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Buah Dada Syeni Pasien Ku
Apr 5th 2013, 03:58

Sudah masuk tahun ketiga aku buka praktek di sini semuanya berjalan biasa-biasa saja seperti layaknya praktek dokter umum lainnya. Pasien bervariasi umur dan status sosialnya. Pada umumnya datang ke tempat praktekku dengan keluhan yang juga tak ada yang istimewa. Flu, radang tenggorokan, sakit perut, maag, gangguan pencernaan, dll.Aku pun tak ada masalah hubungan dengan para pasien. Umumnya mereka puas atas hasil diagnosisku, bahkan sebagian besar pasien merupakan pasien "langganan", artinya mereka sudah berulang kali konsultasi kepadaku tentang kesehatannya. Dan, ketika aku iseng memeriksa file-file pasien, aku baru menyadari bahwa 70 % pasienku adalah ibu-ibu muda yang berumur antar 20 – 30 tahun. Entah kenapa aku kurang tahu.

"Mungkin dokter ganteng dan baik hati" kata Nia, suster yang selama ini membantuku.

"Ah kamu bisa aja"

"Bener Dok" timpal Tuti, yang bertugas mengurus administrasi praktekku.

Oh ya, sehari-hari aku dibantu oleh kedua wanita itu. Mereka semua sudah menikah. Aku juga sudah menikah dan punya satu anak lelaki umur 2 tahun. Umurku sekarang menjelang 30 tahun.

Aku juga berpegang teguh pada sumpah dan etika dokter dalam menangani para pasien. Penuh perhatian mendengarkan keluhan mereka, juga aku tak "pelit waktu". Mungkin faktor inilah yang membuat para ibu muda itu datang ke tempatku. Diantara mereka bahkan tidak mengeluhkan tentang penyakitnya saja, tapi juga perihal kehidupan rumah tangganya, hubungannya dengan suaminya. Aku menanggapinya secara profesional, tak ingin melibatkan secara pribadi, karena aku mencintai isteriku.

Semuanya berjalan seperti biasa, wajar, sampai suatu hari datang Ny. Syeni ke meja praktekku.

Kuakui wanita muda ini memang cantik dan seksi. Berkulit kuning bersih, seperti pada umumnya wanita keturunan Tionghwa, parasnya mirip bintang film Hongkong yang aku lupa namanya, langsing, lumayan tinggi, dan …. inilah yang mencolok : dadanya begitu menonjol ke depan, membulat tegak, apalagi sore ini dia mengenakan blouse bahan kaos yang ketat bergaris horsontal kecil-kecil warna krem, yang makin mempertegas keindahan bentuk sepasang payudaranya. Dipadu dengan rok mini warna coklat tua, yang membuat sepasang kakinya mulusnya makin "bersinar".

Dari kartu pasien tertera Syeni namanya, 28 tahun umurnya.

"Kenapa Bu?" sapaku.

"Ini Dok sesak bernafas, hidung mampet, trus perut saya mules"

"Kalau menelan sesuatu sakit engga Bu?"

"Benar dok"

"Badannya panas?"

Telapak tangannya ditempelkan ke dagunya.

"Agak anget kayanya"

Kayanya radang tenggorokan.

"Trus mulesnya. Ke belakang terus engga?"

"Iya Dok"

"Udah berapa kali dari pagi?"

"Hmmm… dua kali"

"Ibu ingat makan apa saja kemarin?"

"Mmm rasanya engga ada yang istimewa, makan biasa aja di rumah"

"Buah-buahan?"

"Oh ya… kemarin saya makan mangga, 2 buah"

"Coba ibu baring disitu, saya perika dulu"

Sekilas paha putih mulusnya tersingkap ketika ibu muda ini menaikkan kakinya ke dipan yang memang agak tinggi itu.

Seperti biasa, aku akan memeriksa pernafasannya dulu. Aku sempat bingung. Bukan karena dadanya yang tetap menonjol walaupun dia berbaring, tapi seharusnya dia memakai baju yang ada kancing ditengahnya, biar aku gampang memeriksa. Kaos yang dipakainya tak berkancing.

Stetoskopku udah kupasang ke kuping. Ny. Syeni rupanya tahu kebingunganku. Dia tak kalah bingungnya.

"Hmmm gimana Bu"

"Eh.. hmmm.. Gini aja ya Dok" katanya sambil agak ragu melepas ujung kaos yang tertutup roknya, dan menyingkap kaosnya tinggi-tinggi sampai diatas puncak bukit kembarnya. Kontan saja perutnya yang mulus dan cup Bhnya tampak.

Oohh… bukan main indahnya tubuh ibu muda ini. Perutnya yang putih mulus rata, dihiasi pusar di tengahnya dan BH cream itu nampak ketat menempel pada buah dadanya yang ampuun .. putihnya dan menjulang.

Sejenak aku menenangkan diri. Aku sudah biasa sebenarnya melihat dada wanita. Tapi kali ini, cara Ibu itu membuka kaos tidak biasa. Bukan dari atas, tapi dari bawah. Aku tetap bersikap profesional dan memang tak ada sedikit pun niatan untuk berbuat lebih.

Kalau wanita dalam posisi berbaring, jelas dadanya akan tampak lebih rata. Tapi dada nyonya muda ini lain, belahannya tetap terbentuk, bagai lembah sungai di antara 2 bukit.

"Maaf Bu ya.." kataku sambil menyingkap lagi kaosnya lebih keatas.

Tak ada maksud apa-apa. Agar aku lebih leluasa memeriksa daerah dadanya.

"Engga apa-apa Dok" kata ibu itu sambil membantuku menahan kaosnya di bawah leher.

Karena kondisi daerah dadanya yang menggelembung itu dengan sendirinya stetoskop itu "harus" menempel-nempel juga ke lereng-lereng bukitnya.

"Ambil nafas Bu."

Walau pun tanganku tak menyentuh langsung, melalui stetoskop aku dapat merasakan betapa kenyal dan padatnya payudara indah ini.

Jelas, banyak lendir di saluran pernafasannya. Ibu ini menderita radang tenggorokan.

"Maaf Bu ya.." kataku sambil mulai memencet-mencet dan mengetok perutnya.

Prosedur standar mendiagnosis keluhan perut mulas. Jelas, selain mulus dan halus, perut itu kenyal dan padat juga. Kalau yang ini tanganku merasakannya langsung.

Jelas juga, gejalanya khas disentri. Penyakit yang memang sedang musim bersamaan tibanya musim buah.

"Cukup Bu."

Syeni bangkit dan menurunkan kakinya.

"Sakit apa saya Dok" tanyanya.

Pertanyaan yang biasa. Yang tidak biasa adalah Syeni masih membiarkan kaosnya tersingkap. Belahan dadanya makin tegas dengan posisinya yang duduk. Ada hal lain yang juga tak biasa. Rok mini coklatnya makin tersingkap menampakkan sepasang paha mulus putihnya, karena kakinya menjulur ke bawah menggapai-gapai sepatunya. Sungguh pemandangan yang amat indah.

"Radang tenggorokan dan disentri"

"Disentri ?" katanya sambil perlahan mulai menurunkan kaosnya.

"Benar, bu. Engga apa-apa kok. Nanti saya kasih obat" walaupun dada dan perutnya sudah tertutup, bentuk badan yang tertutup kaos ketat itu tetap sedap dipandang.

"Karena apa Dok disentri itu?"

Sepasang pahanya masih terbuka. Ah! Kenapa aku jadi nakal begini? Sungguh mati, baru kali ini aku "menghayati" bentuk tubuh pasienku. Apa karena pasien ini memang luar biasa indahnya? Atau karena cara membuka pakaian yang berbeda?

"Bisa dari bakteri yang ada di mangga yang Ibu makan kemarin" Syeni sudah turun dari pembaringan.

Tinggal lutut dan kaki mulusnya yang masih "tersisa"

Oo.. ada lagi yang bisa dinikmati, goyangan pinggulnya sewaktu dia berjalan kembali ke tempat duduk. Aku baru menyadari bahwa nyonya muda ini juga pemilik sepasang bulatan pantat yang indah. Hah! Aku makin kurang ajar. Ah engga.. Aku tak berbuat apapun. Cuma tak melewatkan pemandangan indah. Masih wajar.

Aku memberikan resep.

"Sebetulnya ada lagi Dok"

"Apa Bu, kok engga sekalian tadi"

Aku sudah siap berkemas. Ini pasien terakhir.

"Maaf Dok .. saya khawatir.. emmm .." Diam.

"Khawatir apa Bu?"

"Tante saya kan pernah kena kangker payudara, saya khawatir."

"Setahu saya itu bukan penyakit keturunan" kataku memotong, udah siap-siap mau pulang.

"Benar Dok"

"Ibu merasakan keluhan apa?"

"Kalau saya ambil nafas panjang, terasa ada yang sakit di dada kanan"

"Oh… itu gangguan pernafasan karena radang itu. Ibu rasakan ada suatu benjolan engga di payudara"

Tanpa disadarinya Ibu ini memegang buah dada kanannya yang benar-benar montok itu.

"Saya engga tahu Dok"

"Bisa Ibu periksa sendiri. Sarari. Periksa payudara sendiri" kataku.

"Tapi saya kan engga yakin, benjolan yang kaya apa.."

Apakah ini berarti aku harus memeriksa payudaranya? Ah engga, bisa-bisa aku dituduh pelecehan seksual. Aku serba salah.

"Begini aja Bu, Ibu saya tunjukin cara memeriksanya, nanti bisa ibu periksa sendiri di rumah, dan laporkan hasilnya pada saya"

Aku memeragakan cara memeriksa kemungkinan ada benjolan di payudara, dengan mengambil boneka manequin sebagai model.

"Baik dok, saya akan periksa sendiri"

"Nanti kalau obatnya habis dan masih ada keluhan, ibu bisa balik lagi"

"Terima kasih Dok"

"Sama-sama Bu, selamat sore"

Wanita muda cantik dan seksi itu berlalu. Lima hari kemudian, Ny Syeni nongol lagi di tempat praktekku, juga sebagai pasien terakhir. Kali ini ia mengenakan blouse berkancing yang juga ketat, yang juga menonjolkan buah kembarnya yang memang sempurna bentuknya, bukan kaos ketat seperti kunjungan lalu. Masih dengan rok mininya.

"Gimana Bu udah baikan?"

"Udah Dok. Kalo nelen udah engga sakit lagi"

"Perutnya?"

"Udah enak"

"Syukurlah … Trus, apa lagi yang sakit?"

"Itu Dok .. Hhmmm .. Kekhawatiran saya itu Dok"

"Udah diperiksa belum..?"

"Udah sih cuman …" Dia tak meneruskan kalimatnya.

"Cuman apa."

"Saya engga yakin apa itu benjolan atau bukan .."

"Memang terasa ada, gitu "

"Kayanya ada kecil tapi ya itu… saya engga yakin"

Mendadak aku berdebar-debar. Apa benar dia minta aku yang memeriksa? Ah, jangan ge-er kamu.

"Maaf Dok .. Apa bisa …. Saya ingin yakin" katanya lagi setelah beberapa saat aku berdiam diri.

"Maksud Ibu, ingin saya yang periksa" kataku tiba-tiba, seperti di luar kontrol.

"Eh.. Iya Dok" katanya sambil senyum tipis malu-malu.

Wajahnya merona. Senyuman manis itu makin mengingatkan kepada bintang film Hongkong yang aku masih juga tak ingat namanya.

"Baiklah, kalau Ibu yang minta"

Aku makin deg-degan. Ini namanya rejeki nomplok. Sebentar lagi aku akan merabai buah dada nyonya muda ini yang bulat, padat, putih dan mulus!

Oh ya… Lin Chin Shia nama bintang film itu, kalau engga salah eja.

Tanpa disuruh Syeni langsung menuju tempat periksa, duduk, mengangkat kakinya, dan langsung berbaring. Berdegup jantungku, sewaktu dia mengangkat kakinya ke pembaringan, sekilas CD-nya terlihat, hitam juga warnanya. Ah… paha itu lagi makin membuatku nervous. Ah lagi, penisku bangun! Baru kali ini aku terangsang oleh pasien.

"Silakan dibuka kancingnya Bu"

Syeni membuka kancing bajunya, seluruh kancing! Kembali aku menikmati pemandangan seperti yang lalu, perut dan dadanya yang tertutup BH. Kali ini warnanya hitam, sungguh kontras dengan warna kulitnya yang bak pualam.

"Dada kanan Bu ya."

"Benar Dok"

Sambil sekuatnya menahan diri, aku menurunkan tali BH-nya. Tak urung jari-jariku gemetaran juga. Gimana tidak. Membuka BH wanita cantik, seperti memulai proses fore-play saja..

"Maaf ya Bu." kataku sambil mulai mengurut.

Tanpa membuka cup-nya, aku hanya menyelipkan kedua telapak tanganku. Wow! bukan main padatnya buah dada wanita ini.

Mengurut pinggir-pinggir bulatan buah itu dengan gerakan berputar.

"Yang mana Bu benjolan itu?"

"Eehh… di dekat puting Dok… sebelah kanannya."

Aku menggeser cup BH-nya lebih ke bawah. Kini lebih banyak bagian buah dada itu yang tampak. Makin membuatku gemetaran. Entah dia merasakan getaran jari-jariku atau engga.

"Dibuka aja ya Dok" katanya tiba-tiba sambil tangannya langsung ke punggung membuka kaitan BH-nya tanpa menunggu persetujuanku.

Oohhh… jangan dong. Aku jadi tersiksa lho Bu, kataku dalam hati. Tapi engga apa-apalah..

Cup-nya mengendor. Daging bulat itu seolah terbebas. Dan.. Syeni memelorotkan sendiri cup-nya…

Kini bulatan itu nampak dengan utuh. Oh indahnya… benar-benar bundar bulat, putih mulus halus, dan yang membuatku tersengal, puting kecilnya berwarna pink, merah jambu!

Kuteruskan urutan dan pencetanku pada daging bulat yang menggiurkan ini. Jelas saja, sengaja atau tidak, beberapa kali jariku menyentuh puting merah jambunya itu.

Dan.. puting itu membesar. Walaupun kecil tapi menunjuk ke atas! Wajar saja. Wanita kalau disentuh buah dadanya akan menegang putingnya. Wajar juga kalau nafas Syeni sedikit memburu. Yang tak wajar adalah, Syeni memejamkan mata seolah sedang dirangsang!

Memang ada sedikit benjolan di situ, tapi ini sih bukan tanda-tanda kangker.

"Yang mana Bu ya."

Kini aku yang kurang ajar. Pura-pura belum menemukan agar bisa terus meremasi buah dada indah ini. Penisku benar-benar tegang sekarang.

"Itu Dok… coba ke kiri lagi.. Ya… itu." katanya sambil tersengal-sengal.

Jelas sekali, disengaja atau tidak, Syeni telah terangsang.

"Oh… ini.. bukan Bu… engga apa-apa"

"Syukurlah"

"Engga apa-apa kok" kataku masih terus meremasi, mustinya sudah berhenti.

Bahkan dengan nakalnya telapak tangnku mengusapi putingnya, keras! Tapi Syeni membiarkan kenakalanku. Bahkan dia merintih, amat pelan, sambil merem! Untung aku cepat sadar. Kulepaskan buah dadanya dari tanganku. Matanya mendadak terbuka, sekilas ada sinar kekecewaan.

'Cukup Bu" kataku sambil mengembalikan cup ke tempatnya.

Tapi …

"Sekalian Dok, diperiksa yang kiri." katanya sambil menggeser BH-nya ke bawah.

Hah? Kini sepasang buah sintal itu terbuka seluruhnya. Pemandangan yang merangsang.. puting kirinya pun sudah tegang. Sejenak aku bimbang, kuteruskan, atau tidak. Kalau kuteruskan, ada kemungkinan aku tak bisa menahan diri lagi, keterusan dan… melanggar sumpah dokter yang selama ini kujunjung tinggi. Kalau tidak kuteruskan, berarti aku menolak keinginan pasien, dan terus terang rugi juga dong… aku kan pria tulen yang normal. Dalam kebimbangan ini tentu saja aku memelototi terus sepasang buah indah ciptaan Tuhan ini.

"Kenapa Dok?" pertanyaan yang mengagetkan.

"Ah.. engga apa-apa… cuman kagum"

Ah! Kata-kataku meluncur begitu saja tak terkontrol. Mulai nakal kamu ya, kataku dalam hati.

"Kagum apa Dok"

Ini jelas pertanyaan yang rada nakal juga. Sudah jelas kok ditanyakan.

"Indah ."

Lagi-lagi aku lepas kontrol

"Ah… dokter bisa aja… indah apanya Dok" Lagi-lagi pertanyaan yang tak perlu.

"Apalagi ."

"Engga kok . biasa-biasa aja" Ah mata sipit itu .. Mata yang mengundang !

"Maaf Bu ya ." kataku kemudian mengalihkan pembicaraan dan menghindari sorotan matanya.

Kuremasi dada kirinya dengan kedua belah tangan, sesuai prosedur.

Erangannya tambah keras dan sering, matanya merem-melek. Wah . ini sih engga beres nih. Dan makin engga beres, Syeni menuntun tangan kiriku untuk pindah ke dada kanannya, dan tangannya ikut meremas mengikuti gerakan tanganku .. Jelas ini bukan gerakan Sarari, tapi gerakan merangsang seksual . herannya aku nurut saja, bahkan menikmati.

Ketika rintihan Syeni makin tak terkendali, aku khawatir kalau kedua suster itu curiga. Kalaupun suster itu masuk ruangan, masih aman, karena dipan-periksa ini ditutup dengan korden. Dan . benar juga, kudengar ada orang memasuki ruang praktek. Aku langsung memberi isyarat untuk diam. Syeni kontan membisu. Lalu aku bersandiwara.

"Ambil nafas Bu " seolah sedang memeriksa. Terdengar orang itu keluar lagi.

Tak bisa diteruskan nih, reputasiku yang baik selama ini bisa hancur.

"Udah Bu ya . tak ada tanda-tanda kangker kok"

"Dok .." Katanya serak sambil menarik tanganku, mata terpejam dan mulut setengah terbuka.

Kedua bulatan itu bergerak naik-turun mengikuti alunan nafasnya. Aku mengerti permintaanya. Aku sudah terangsang. Tapi masa aku melayani permintaan aneh pasienku? Di ruang periksa?

Gila!

Entah bagaimana prosesnya, tahu-tahu bibir kami sudah beradu. Kami berciuman hebat. Bibirnya manis rasanya.

Aku sadar kembali. Melepas.

"Dok .. Please… ayolah…" Tangannya meremas celana tepat di penisku.

"Ih kerasnya.."

"Engga bisa dong Bu ..'

"Dokter udah siap gitu…"

"Iya.. memang.. Tapi masa…"

"Please dokter… Cumbulah saya."

Aku bukannya tak mau, kalau udah tinggi begini, siapa sih yang menolak bersetubuh dengan wanita molek begini?

"Nanti aja. Tunggu mereka pulang" Akhirnya aku larut juga.

"Saya udah engga tahan."

"Sebentar lagi kok. Ayo, rapiin bajunya dulu. Ibu pura-pura pulang, nanti setelah mereka pergi, Ibu bisa ke sini lagi" Akhirnya aku yang engga tahan dan memberi jalan.

"Okey… okey. Bener ya Dok"

"Bener Bu"

"Kok Ibu sih manggilnya, Syeni aja dong"

"Ya Syeni" kataku sambil mengecup pipinya.

"Ehhhhfff"

Begitu Syeni keluar ruangan, Nia masuk.

"Habis Dok"

Dia langsung berberes. Rapi kembali.

"Dokter belum mau pulang?"

"Belum. Silakan duluan"

"Baiklah, kita duluan ya"

Aku amati mereka berdua keluar, sampai hilang di kegelapan. Aku mencari-cari wanita molek itu. Sebuah baby-bens meluncur masuk, lalu parkir. Si tubuh indah itu nongol. Aku memberi kode dengan mengedipkan mata, lalu masuk ke ruang periksa, menunggu.

Syeni masuk.

"Kunci pintunya" perintahku.

Sampai di ruang periksa Syeni langsung memelukku, erat sekali.

"Dok …"

"Ya. Syeni ."

Tak perlu kata-kata lagi, bibir kami langsung berpagutan. Lidah yang lincah dan ahli menelusuri rongga-ronga mulutku. Ah wanita ini. Benar-benar.. ehm.

Sambil masih berpelukan, Syeni menggeser tubuhnya menuju ke pembaringan pasien, menyandarkan pinggangnya pada tepian dipan, mata sipitnya tajam menatapku, menantang. Gile bener.

Aku tak tahan lagi, persetan dengan sumpah, kode etik dll. Dihadapanku berdiri wanita muda, cantik dan sexy, dengan gaya menantang.

Ku buka kancing bajunya satu-persatu sampai seluruhnya terlepas. Tampaklah kedua gumpalan daging kenyal putih yang seakan sesak tertutup BH hitam yang tadi aku urut dan remas-remas. Kali ini gumpalan itu tampak lebih menonjol, karena posisinya tegak, tak berbaring seperti waktu aku meremasnya tadi. Benar-benar mendebarkan.

Syeni membuka blousenya sendiri hingga jatuh ke lantai. Lalu tangannya ke belakang melepas kaitan BHnya di punggung. Di saat tangannya ke belakang ini, buah dadanya tampak makin menonjol. Aku tak tahan lagi…

Kurenggut BH hitam itu dan kubuang ke lantai, dan sepasang buah dada Syeni yang bulat, menonjol, kenyal, putih, bersih tampak seluruhnya di hadapanku. Sepasang putingnya telah mengeras. Tak ada yang bisa kuperbuat selain menyerbu sepasang buah indah itu dengan mulutku.

"Ooohhh.. Maaassss.." Syeni merintih keenakan, sekarang ia memanggilku Mas!

Aku engga tahu daging apa namanya, buah dada bulat begini kok kenyal banget, agak susah aku menggigitnya. Putingnya juga istimewa. Selain merah jambu warnanya, juga kecil, "menunjuk", dan keras. Tampaknya, belum seorang bayi pun menyentuhnya. Syeni memang ibu muda yang belum punya anak.

"Maaaasss.. Sedaaaap.." rintihnya ketika aku menjilati dan mengulumi puting dadanya.

Syeni mengubah posisi bersandarnya bergeser makin ke tengah dipan dan aku mengikuti gerakannya agar mulutku tak kehilangan puting yang menggairahkan ini. Lalu, perlahan dia merebahkan tubuhnya sambil memelukku. Aku pun ikut rebah dan menindih tubuhnya. Kulanjutkan mengeksplorasi buah dada indah ini dengan mulutku, bergantian kanan dan kiri.

Tangannya yang tadi meremasi punggungku, tiba-tiba sekarang bergerak menolak punggungku.

"Lepas dulu dong bajunya, Mas." kata Syeni

Aku turun dari pembaringan, langsung mencopoti pakaianku, seluruhnya. Tapi sewaktu aku mau melepas CD-ku, Syeni mencegahnya. Sambil masih duduk, tangannya mengelus-elus kepala penisku yang nongol keluar dari CD-ku, membuatku makin tegang aja. Lalu, dengan perlahan dia menurunkan CD-ku hingga lepas. Aku telah telanjang bulat dengan senjata tegak siap, di depan pasienku, nyonya muda yang cantik, sexy dan telanjang dada.

"Wow.. bukan main.." katanya sambil menatap penisku.

Wah tak adil nih, aku sudah bugil sedangkan dia masih dengan rok mininya. Kembali aku naik ke pembaringan, merebahkan tubuhnya, dan mulai melepas kaitan dan rits rok pendeknya. Perlahan pula aku menurunkan rok pendeknya. Dan …. Gila!

Waktu menarik roknya ke bawah, aku mengharapkan akan menjumpai CD hitam yang tadi sebelum memeriksa dadanya, sempat kulihat sekejap. Yang "tersaji" sekarang dihadapanku bukan CD hitam itu, meskipun sama-sama warna hitam, melainkan bulu-bulu halus tipis yang tumbuh di permukaan kewanitaan Syeni, tak merata. Bulu-bulu itu tumbuh tak begitu banyak, tapi alurnya jelas dari bagian tengah kewanitaannya ke arah pinggir. Aku makin "pusing"…

Kemana CD-nya? Oh.. dia udah siap menyambutku rupanya. Dan Syeni kulihat senyum tipis.

"Ada di mobil" katanya menjawab kebingunganku mencari CD hitam itu.

"Kapan melepasnya?"

"Tadi, sebelum turun."

Kupelorotkan roknya sampai benar-benar lepas.. kini tubuh ibu muda yang putih itu seluruhnya terbuka. Ternyata di bawah rambut kelaminnya, tampak sebagian clit-nya yang berwarna merah jambu juga! Bukan main. Dan ternyata, pahanya lebih indah kalau tampak seluruhnya begini. Putih bersih dan bulat.

Syeni lalu membuka kakinya. Clitnya makin jelas, benar, merah jambu. Aku langsung menempatkan pinggulku di antara pahanya yang membuka, merebahkan tubuhku menindihnya, dan kami berciuman lagi. Tak lama kami berpagutan, karena..

"Maass.. masukin mas.. Syeni udah engga tahan lagi.."

Wah, dia maunya langsung aja. Udah ngebet benar dia rupanya. Aku bangkit. Membuka pahanya lebih lebar lagi, menempatkan kepala penisku pada clitnya yang memerah, dan mulai menekan.

"Uuuuuhhhhhh.. sedaaaapppp .." rintihnya.

Padahal baru kepala penisku aja yang masuk. Aku menekan lagi.

"Ouufff.. pelan-pelan dong Mas.."

"Sorry…"

Aku kayanya terburu-buru. Atau vagina Syeni memang sempit.

Aku coba lebih bersabar, menusuk pelan-pelan, tapi pasti… Sampai penisku tenggelam seluruhnya. Benar, vaginanya memang sempit. Gesekannya amat terasa di batang penisku. Ohh nikmatnya.

Sprei di pembaringan buat pasien itu jadi acak-acakan. Dipannya berderit setiap aku melakukan gerakan menusuk.

Sadarkah kau? Siapa yang kamu setubuhi ini? Pasienmu dan isteri orang Mestinya kamu tak boleh melakukan ini.

Habis, dia sendiri yang meminta. Masa minta diperiksa buah dadanya, salah siapa dia punya buah dada yang indah? Siapa yang minta aku merabai dan memijiti buah dadanya? Siapa yang meminta remasannya dilanjutkan walaupun aku sudah bilang tak ada benjolan?

Okey, deh. Dia semua yang meminta itu. Tapi kamu kan bisa menolaknya? Kenapa memenuhi semua permintaan yang tak wajar itu? Lagipula, kamu yang minta dia supaya datang lagi setelah para pegawaimu pulang.

Okey deh, aku yang minta dia datang lagi. Tapi kan siapa yang tahan melihat wanita muda molek ini telanjang di depan kita dan minta disetubuhi?

Begitulah, aku berdialog dengan diriku sendiri, sambil terus menggenjot memompa di atas tubuh telanjangnya… sampai saatnya tiba. Saatnya mempercepat pompaan. Saatnya puncak hubungan seks hampir tiba. Dan tentu saja saatnya mencabut penis untuk dikeluarkan di perutnya, menjaga hal-hal yang lebih buruk lagi.

Tapi kaki Syeni menjepitku, menahan aku mencabut penisku. Karena memang aku tak mampu menahan lagi..

Creetttttttt………..

Ku semprotkan kuat-kuat air maniku ke dalam tubuhnya, ke dalam vagina Syeni, sambil mengejang dan mendenyut…

Lalu aku rebah lemas di atas tubuhnya.

Tubuh yang amat basah oleh keringatnya, dan keringatku juga. …

Oh.. Baru kali ini aku menyetubuhi pasienku. Pasien yang memiliki vagina yang "legit".

Aku masih lemas menindihnya ketika handphone Syeni yang disimpan di tasnya berbunyi. Wajah Syeni mendadak memucat. Dengan agak gugup memintaku untuk mencabut, lalu meraih HP-nya sambil memberi kode supaya aku diam. Memegang HP berdiri agak menjauh membelakangiku, masih bugil, dan bicara agak berbisik. Aku tak bisa jelas mendengar percakapannya. Lucu juga tampaknya, orang menelepon sambil telanjang bulat! Kuperhatikan tubuhnya dari belakang. Memang bentuk tubuh yang ideal, bentuk tubuh mirip gitar Spanyol.

"Siapa Syen" tanyaku.

"Koko, Suamiku" Oh.. Mendadak aku merasa bersalah.

"Curiga ya dia"

"Ah… engga." katanya sambil menghambur ke tubuhku.

"Syeni bilang, masih belum dapat giliran, nunggu 2 orang lagi" lanjutnya.

"Suamimu tahu kamu ke sini"

"Iya dong, memang Syeni mau ke dokter"

Tiba-tiba dia memelukku erat-erat.

"Terima kasih ya Mas… nikmat sekali.. Syeni puas"

"Ah masa… "

"Iya bener… Mas hebat mainnya."

"Ah… engga usah basa basi"

"Bener Mas… malah Syeni mau lagi ."

"Ah… udahlah, kita berberes, tuh ditunggu ama suamimu"

"Lain kali Syeni mau lagi ya Mas"

"Gimana nanti aja… entar jadi lagi"

"Jangan khawatir, Syeni pakai IUD kok" Inilah jawaban yang kuinginkan.

"Oh ya..?"

"Si Koko belum pengin punya anak"

Kami berberes. Syeni memungut BH dan blouse-nya yang tergeletak di lantai, terus mengenakan blousenya, bukan BH-nya dulu. Ternyata BH-nya dimasukkan ke tas tangan.

"Kok BH-nya engga dipakai?"

"Entar aja deh di rumah"

"Entar curiga lho, suamimu"

"Ah, dia pulangnya malem kok, tadi nelepon dari kantor"

Dia mengancing blousenya satu-persatu, baru memungut roknya. Sexy banget wanita muda yang baru saja aku setubuhi ini. Blouse ketatnya membentuk sepasang bulatan dada yang tanpa BH. Buah dada itu berguncang ketika dia mengenakan rok mini-nya. Aku terangsang lagi. Cara Syeni mengenakan rok sambil sedikit bergoyang sexy sekali. Apalagi aku tahu di balik blouse itu tak ada penghalang lagi.

"Kok ngliatin aja, pakai dong bajunya"

"Habis… kamu sexy banget sih …"

"Ah… masa… Kok bajunya belum dipakai?"

"Entar ajalah… mau mandi dulu."

Selesai berpakaian, Syeni memelukku yang masih bugil erat-erat sampai bungkahan daging dadanya terasa terjepit di dadaku.

"Syeni pulang dulu ya Yang. Kapan-kapan Syeni mau lagi ya."

"Iya… deh. Siapa yang bisa menolak.."

Tapi, kenapa nih… Penisku kok bangun lagi.

"Eh… Bangun lagi ya…" Syeni ternyata menyadarinya.

Aku tak menjawab, hanya balas memeluknya.

"Mas mau lagi..?"

"Ah… kamu kan ditunggu suami kamu"

"Masih ada waktu kok …" katanya mulai menciumi wajahku.

"Udah malam Syen, lain waktu aja"

Syani tak menjawab, malah meremasi penisku yang udah tegang. Lalu dituntunnya aku menuju meja kerjaku. Disingkirkannya benda-benda yang ada di meja, lalu aku didudukkan di meja, mendorongku hingga punggungku rebah di meja. Lalu Syeni naik ke atas meja, melangkahi tubuhku, menyingkap rok mininya, memegang penisku dan diarahkan ke liang vaginanya, terus Syeni menekan ke bawah duduk di tubuhku…

Penisku langsung menerobos vaginanya. Syeni bergoyang bagai naik kuda. Sekali lagi kami bersetubuh.

Kali ini Syeni mampu mencapai klimaks, beberapa detik sebelum aku menyemprot vaginanya dengan air maniku.

Lalu dia rebah menindih tubuhku… Lemas lunglai.

"Kapan-kapan ke rumahku ya … kita main di sana.." katanya sebelum pergi.

"Ngaco… suamimu?"

"Kalo dia sedang engga ada dong…"

Baiklah, kutunggu undanganmu.

Sejak saat itu, aku jadi makin menikmati pekerjaanku. Menjelajahi dada wanita dengan stetoskop membuatku jadi "syur", padahal sebelum itu, merupakan pekerjaan yang membosankan. Apalagi ibu-ibu muda yang menjadi pasienku makin banyak saja dan banyak di antaranya yang sexy.

       Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Kisah kelam di WC mal
Apr 5th 2013, 03:53


Minggu siang itu udara Jakarta panas sekali. Sebuah metromini masih ngetem di depan sebuah gedung di Jakarta utara, menunggu penumpang. Meski kesal, para penumpang terpaksa bersabar.
Tak lama, masuk seorang pemuda preman. Sebut saja namanya Joni. Dengan mulut bau minuman, dia lantas beraksi di depan para penumpang metromini. "Siang bapak-ibu, langsung aja, saya minta duit recehnya 500 atau 1000 perak. Receh buat anda, berharga buat saya!".
Joni lantas menadahkan tangannya ke tiap penumpang. Ada yang ngasih, ada yang cuma melambaikan tangan. Di pojok, seorang mahasiswi asyik dengan handphonenya sehingga dia tidak sadar kalau Joni sudah di depannya dan menadahkan tangan.
"Mbak! recehnya dong!" kata Joni sambil nyolek mahasiswi itu.
"Ih apaan sih! Ga ada!" kata mahasiswi yang kita sebut saja Merry itu sambil sebal. Dia lantas bangkit dan pindah duduk ke bangku depan.
Joni melotot. Dalam hatinya dia ngedumel "Sialan lo! awas lo ya!". Biasanya langsung turun, Joni kali ini tetap di dalam metromini, duduk sambil agak sembunyi di bangku belakang.
Metromini berjalan lagi. Saat sampai di depan sebuah mal besar, metromini berhenti. Beberapa penumpang turun termasuk Merry. Dia tidak sadar kalau Joni ikut turun dan membuntuti agak jauh di belakang.
Merry keluar-masuk beberapa toko di dalam mal, sedangkan Joni memperhatikannya terus. Selang beberapa saat, Joni melihat Merry berjalan ke arah WC. "Ini die kesempatan gue. Awas lo ya!" kata Joni dalam hati.
Sambil celingak-celinguk, Joni memperhatikan sekeliling. Kebetulan WC itu berada di pojok gedung dan suasana sepi. Dia melihat Merry sudah masuk ke dalam WC perempuan.
Joni segera ikut masuk setelah melihat tidak ada penjaga di situ. Dia lalu mengganjal pintu masuk dengan bangku di situ supaya tidak ada yang bisa masuk lagi. Dia kemudian bersembunyi di sebuah kamar toilet yang kosong sambil mendengarkan Merry yang sedang buang air.
Joni mendengar pintu toilet tempat Merry berada terbuka. Pelan-pelan dia mengintip dan melihat Merry sudah keluar dan kini sedang berada di depan kaca sambil membetulkan roknya.
"Ini die saatnya!" kata Joni. Dengan cepat dia keluar dari toilet lalu berlari ke belakang Merry, memiting lehernya lalu membantingnya ke lantai. Merry yang tidak tahu bakal diserang menjadi kaget. Dia mencoba bangun tapi Joni segera memukul wajahnya dan perutnya. Buk! Buk!
Saking kerasnya pukulan, Merry langsung mengerang kesakitan. Joni tidak tanggung-tanggung lagi. Dia segera menyibakkan rok yang dipakai Merry, langsung menarik celana dalam putih yang dipakai mahasiswi itu. "Awas lo ****** lo!" kata Joni dengan ganas.
Joni lantas menindih Merry, tangannya berusaha membuka paha Merry lebar-lebar. Merry yang masih kesakitan berusaha menangkis tapi tidak kuat melawan Joni yang sudah nafsu. Dengan terburu-buru, Joni lalu membuka retsleting celananya dan memperosotkan celananya. Kontolnya yang sudah tegang langsung keluar.
Sambil tangan kanannya memegang kedua tangan Merry, Joni memakai tangan kirinya untuk mengarahkan kontolnya ke arah vagina mahasiswi itu. Merry mulai menangis tapi langsung ditampar Joni. Joni mulai mencoba memasukkan kepala kontolnya tapi masih susah karena lobang vagina Merry kecil dan masih kering. "****** lo!" sumpah Joni lagi sambil membuang ludah yang kemudian dipakai membasahi kontolnya.
Kali ini kepala kontolnya mulai bisa masuk. Joni lantas mengangkat kedua kaki Merry supaya dia lebih leluasa beraksi. Merry terus menangis dan mengerang, tapi tidak bisa apa-apa karena tangannya dipegangi. Dengan sekuat tenaga Joni mencoba memasukkan batang kontolnya dan kali ini mulai masuk.
Joni merasa ada sesuatu yang menghalangi. "Ini die perawan asli!" kata Joni dalamhati sambil ketawa-ketawa. Dia agak mencabut keluar kontolnya, lalu dengan sekuat tenaga mendorong kontolnya sejauh-jauhnya ke dalam vagina Merry. Slep! Srot! Selaput dara Merry pecah!
"Aaa..huhuhuhuh!" jerit Merry yang kesakitan setelah selaput daranya pecah ditembus ****** Joni. Perlahan darah kental mulai keluar dari lobang vaginanya, membasahi lantai WC.
Joni masih terengah-engah, kontolnya keluar-masuk vagina Merry. Peluh Joni menetes membasahi muka mahasiswi yang terus menangis. "Rasain lo ******!" kata Joni sambil kembali menampar perempuan manis itu.
Karena sudah tidak tahan lagi, Joni segera mengangkat kaki Merry lebar-lebar, lalu sambil mengeden keras, dia segera mengucurkan seluruh air maninya di dalam vagina perempuan itu. "Aaah...!" kata Joni sambil mengeden menahan kenikmatan.
Joni terdiam sejenak. Seluruh kenikmatan itu membuat badannya bergetar. di bawah badannya, Merry masih mengguguk menangis kesakitan.
Perlahan Joni bangun, mengusap kepala kontolnya yang masih berlumur darah dengan celana dalam Merry. Lantas celana dalam itu dilemparkannya ke muka perempuan itu. "Nih rasain lo ******!"
Joni lantas memakai kembali celananya dan perlahan sambil celingak-celinguk melihat keluar dari pintu WC. Aman, tidak ada orang lain. Dia segera sedikit berlari keluar dari mal itu dan lantas mencegat sebuah metromini untuk kembali ke tempat nongkrongnya.
Merry sendiri perlahan bangkit dari lantai WC. Vaginanya perih sekali. Dia menangis lalu berusaha bangkit sambil berpegangan ke dinding WC. Darah masih mengalir dari vaginanya dan jatuh ke paha. Dengan terseok-seok Merry kembali masuk toilet dan menggunakan celana dalamnya untuk membersihkan diri. Sungguh hari itu menjadi hari kelam baginya.

The end


       
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Milla Budak sex Pak Solihin
Apr 5th 2013, 03:52


Besoknya jam 10 .50 pagi , pintu kantornya di ketuk . Dan Milla masuk menemui pak Solihin . " Ah Milla , sayang kamu tepat waktu , " kata pak Solihin, sambil melihat jam tangannya .

Lalu pak Solihin , duduk di sofa . Milla masih berdiri , terpaku . Dia menunggu dan menebak kira kira apa perintah gurunya .

" Milla , kamu boleh pilih , mau aku entot , apa kulum ******Ku sampai aku keluar.." kata gurunya . Milla diam dan menjawab pelan " saya kulum punya bapak saja.." .

" Ok , tapi kamu buka rok kamu yah , saya mau lihat celana dalam kamu.." kata pak Solihin lagi . Milla membuka roknya . " Milla , kemarin celana dalam kamu putih , hari ini juga putih , apa kamu tak punya celana dalam warna lain.. " tanya pak Solihin . Milla diam , dan mengeleng .

Lalu pak Solihin membuka celananya sebatas lutut , berikut kolornya . ****** besarnya sudah ngaceng keras . " Ayo , kulum ******Ku." Perintahnya .

Milla berlutut , dan menjilati ujung penis pak Solihin . Pak Solihin , mendesah kenikmatan . " iyah , benar begitu , oh enak sekali lidah kamu , sayang…" .
Milla terus saja menjilat , tapi tidak memasukan dalam mulutnya . Pak Solihin mulai gusar " Milla , ayo kulum , masa mesti di paksa sih.." katanya.

Mau tak mau Milla membuka lebar lebar mulutnya dan mengulum penis pak solihin . "iyah , begitu dong , sedot dong " . Lalu pak Solihin mengerakan pantatnya . Penis itu seperti menonjok nonjok kerongkongannya , membuat Milla tesedak beberapa kali .

Tapi pak Solihin tak peduli , dan terus melakukan itu . Saat pak Solihin hampir mendekati klimak , Pak Solihin mencabut penisnya . Dan mendudukkan Milla di sofa Lalu pak Solihin menyibak celana dalam putihnya .

Milla protes " pak saya sudah kulum , jangan di masukin.." . Pak Solihin berkata " tenang Aku cuma gesek gesek doang " . Lalu mulai mengesek kepala penisnya di klitoris Milla .

Begitu sudah mencapai klimak , ujung penis itu di tekan masuk ke liang vagina Milla Membuat Milla menjerit " aduhhh , pak jangan.." . Lalu Milla merasa liang vaginanya penuh dengan cairan hangat .

Tangan pak Solihin , merogoh kantong bajunya , dan mengambil carefree yang sudah di siapkan sebelumnya . Lalu Ujung penisnya di cabut , lalu dengan cepat carefree , itu di taruh di vaginanya . Setelah itu celana dalam Milla di rapikan kembali .

" Milla , memek kamu penuh dengan pejuKu , awas jangan di cuci , aku mau memek kamu basah dengan pejuku , ha ha ha.." . kata pak Solihin .
Milla bengong , tak mengerti sifat aneh gurunya. " tapi pak , kalau saya mau pipis bagaimana..? " Milla sedikit protes .

" Kamu mesti tahan , kalau sudah benar benar tidak tahan kamu ke mari , dan pipis di sini.." kata pak Solihin sambil tertawa .

Bel berbunyi , tanda di mulainya jam pelajaran . Milla memakai kembali roknya , lalu segera berlalu untuk masuk ke kelas .

Pada jam 3.00 , bel istirahat berbunyi tapi Milla belum ke kantor pak Solihin . Tapi pada istirahat kedua , pukul 4.30 sore Milla kembali datang ke ruang pak Solihin .

" Pak , saya sudah tak tahan kebelet mau pipis, izinkan saya ke WC pak.." pinta Milla . Pak Solihin tertawa . " tidak , kamu pipis di sini dan berdiri pipisnya " . Pak Solihin memberinya ember platik .

Milla yang sudah kebelat , langsung membuka celana dalamnya , lalu berdiri . Yang pertama kali keluar ialah cairan putih , spema pak Solihin yang sudah encer . Dan di susul cairan kekuningan , pipis Milla .

Pak Solihin memberinya tisuue untuk melap vaginanya .Setelah itu , Pak Solihin melepas carefree yang basah dari celana dalamnya , dan memakaikan celana dalamnya kembali .

" bagus Milla , kamu murid yang baik , ha ha ha…" kata pak Solihin . Lalu Mila hendak meninggalkan ruang pak Solihin . Tapi pak Solihin menarik tangannya . " Milla tunggu , duduk dulu di sofa itu " kata pak Solihin

" Tapi pak sebentar lagi , saya harus masuk kelas " kata Milla . " Milla ,kamu lupa yah, habis istirahat ini jam pelajaran matematika , itu jam saya mengajar di kelas

Milla akhirnya duduk di sofa itu . Pak Solihin meraih kedua kaki Milla dan membukanya, membuat nafas Milla kembali tersentak. Tetapi teringat akan hukuman yang ia akan dapatkan , kalau melawan, maka ia sama sekali tidak melawan perbuatan gurunya.

Sekarang ia terduduk di sofa dengan kaki terbuka, dan rok mini biru nya dengan sendirinya terangkat sampai ke pinggangnya. Pak Solihin membuka sebuah laci dan mengambil sebuah dildo – sebuah benda berbentuk penis yang terbuat dari karet keras – berwarna hitam. "Tetap buka kaki kamu Milla " , perintah gurunya

Pak Solihin menyibak celana dalamnya lalu mulai mendorong dildo itu agar masuk ke vagina Milla. Milla mengerang beberapa kali, dan, dildo sepanjang 10 senti itu masuk seluruhnya ke dalam liang vagina Milla.
Lalu Pak Solihin juga menempelkan carefree yang baru , di celana dalam Milla . Dan merapikan kembali celana dalam Milla . Dildol itu sekarang berada di liang vagina Milla dangan mantap .

Dildol itu bekerja dangan remote control . Ketika tombol on di tekan , Dildol itu bergetar dan berputar . " ohh oh aghh…" Milla tersentak . Pak solihin menekan tombol off dan bertanya " apa yang kamu rasakan Milla..".
Milla tak menjawab . dia menunduk .
D
an pak Solihin menekan tombol on lagi . Dan Milla tersentak lagi "..oohhh…" . Dan menekan tombol off lagi , " Milla apa rasanya.." tanya pak Solihin lagi. " Ah.. anu.. memek saya seperti di korek korek pak.. " jawab Milla.
Pak Solihin tertawa " ha ha ha kamu suka Milla.." . Milla diam menunduk dan Pak Solihin tertawa .

"Milla, jam pelajaran ini memek kamu bakalan basah, dengan begitu dildo yang ada di dalam vagina kamu juga akan basah." Katanya lagi . Milla hanya diam , dia akan di permalukan gurunya di depan teman teman .

" Dan Milla , apapun yang terjadi kamu tak boleh ke WC.." kata pak Solihin lagi .

" Teng , teng , teng" bel berbunyai , tanda istirahat telah selesai , waktunya kembali ke kelas .

" nah Milla sayang , ayo jalan ,masuk kelas.." kata pak Solihin . Milla berdiri , dan berjalan Milla agak sudah berjalan , karena ada dildol yang menganjal di vaginanya . Pak Solihin hanya tersenyum, sambil berjalan di belakang Milla.
Begitu tiba di kelas , Milla langsung duduk di bangkunya . Dan Pak Solihin juga masuk ke kelas . " selamat sore anak anak.." . kata pak Solihin . " Sore pak…" begitu sambut murid muridnya .

" pelajaran kita sampai di mana yah.." tanya pak Solihin pada murid muridnya . Pak Solihin pun mulai mengajar . Matanya melihat ke Milla . Milla sedang melihat buku matematikanya .Dan tiba tiba pak Solihin menekan tombol on . Membuat dildol itu bergetar dan berputar di liang vagina Milla .

Tanpa sadar Milla menjerit tersentak " aghhhh… ….." . Teman teman menengok ke Milla . " eh kamu kenapa Milla " , tanya seorang temannya. " eh , anu perutku sakit.." kata Milla . " Eh anak anak , ayo sudah belajar , perhatikan buku masing masing.." kata pak Solihin.

Murid murid itu kembali melihat buku matematikanya ,dan mengerjakan soal latihan

Sementara , Milla mengigit bibirnya , merasakan sensasi , getaran dildol itu , berputar cepat di liang kewanitaannya. Pak Solihin terus menatap Milla . Milla juga menatap pak Solihin . Terlihat Milla mengigit bibirnya sendiri , dan tangan Milla mengepal , menahan nikmat .

Pak Solihin lalu berjalan ke papan tulis , dia menulis satu soal matematika. Dan kembali duduk di kursinya . Lalu mematikan dildol di vagina Milla , dengan menekan tombol off , di remotenya . Milla agak tenang " Milla coba ke depan kerjakan soal di papan tulis itu.." perintah pak Solihin .

Milla perlahan bangun , dan berjalan pelan ke papan tulis . Dan pak solihin menekan tombol on . " ohhh…." Mila tersentak dan memegang vaginanya . Kembali murid murid melihatnya . Milla berjalan pelan , Milla semakin sulit berjalan bila dildol itu bergetar .Dan kembali pak Solihin mematikan dildol itu . Dia berdiri di depan papan tulis memegang spidol , dan tak mengerjakan apa apa . " Milla kenapa tak bisa.." tanya pak Solihin . Tiba tiba ada yang nyeletuk " dia mana bisa , bisa cuma pacaran.." . Murid lain tertawa tawa .

" Anak anak tenang.." kata pak Solihin . Lalu Pak solihin menghidupkan dildol itu . Kembali Milla tersedak , " ohhhh….." . Pak Solihin terus membiarkan Dildol itu bergetar, Milla berdiri dengan kaki terbuka lebar . Tubuhnya gemetar , sebelah tanganya tertumpu di papan tulis . Kepalanya menunduk .

Pak Solihin terus memperhatikan ,Milla . Kakinya kejang , dan tubuh terus bergetar Milla terus berdiri sampai kira kira 10 menit , Miila Akhirnya berteriak " aghhhh saya tak tahan pak , ampunn…" . Lalu Dia jangkok dan menangis tersedu sedu .

Mata semua murid murid tertuju ke Milla.

Pak Solihin segera mematikan Dildol itu . Lalu Menghampiri Milla . Memegang tanganya dan Milla berdiri masih terisak menangis ." Ayo kembali duduk di bangku kamu ." kata pak Solihin .

" anak anak , lihat tingkah laku kalian , kalian meledek Milla sampai dia menagis " kata pak Solihin .

Dan tak lama terdengan bel , tanda usai sekolah .

Mudir murid berteriak gembira . Lalu berebut keluar kelas . " Hi anak anak , jangan lupa mengerjakan PR yah.." pesan pak Solihin . Milla masih terduduk di bangkunya . Dan ketika semua murid sudah keluar , Dan tak ada orang lagi pak Solihin menghapirnya .

Pak Solihin membelai rambut Milla . " Milla , ayo ke ruangKu.." kata pak Solihin . Milla berjalan mengikuti gurunya .

Setelah di ruang itu Milla langsung duduk di Sofa . Dia duduk melebarkan kakinya . Pak Solihin menghapirinya , lalu melepas celana dalamnya . Dan menemukan carefree yang basah sekali .

Lalu perlahan mencabut dildol itu dari liang vagina Milla . Lalu Segera lidah pak Solihin menyapu bibir vagina Milla . Milla mengelijing. Dan tangan Milla segera melebarkan bibir vaginanya . Sehingga klitorisnya yang bengkak terlihat jelas .
Pak Solihin tersenyum, " wah , memek eloe pasti sudah gatel banget yah " . Dan mulai menjilati klitoris Milla .

Milla mendesah nikmat , merasakan jilatan lidah gurunya di klitorisnya . Pak Solihin terus menjilati klitorisnya , Tak lama Milla mengajang " ohhhh……" . Tubuhnya gematar , berkejet kejet , Milla orgasme di buat gurunya .

Setelah beberapa saat , pak Solihin membuka celananya , ****** besarnya ngaceng keras , Dan segera di arahkan ke vagina Milla .

" jangan pak , jangan saya takut " kata Milla . " Milla kamu curang yah , kamu sudah saya puaskan , masa saya tak boleh entotin kamu.." kata pak Solihin . Sambil mengesek ujung penisnya di vagina Milla. Yang menbuat Milla mengelijing

" Jangan pak saya kulum saja.." kata Milla . Pak Solihin cuma tertawa . Dan Milla menjerit keras " AHGGGG sakittt…" . Ketika dengan tiba tiba pak Solihin menekan masuk , seluruh batang penisnya ke liang vagina Milla .

Pak Solihin bernafsu sekali , dan terus bergoyang dan menghentak keras di liang vagina Milla. Milla menjerit jerit kesakitan . Kembali liang vagina Milla di paksa membuka lebar oleh penis besar gurunya. Rasa nyeri kembali mendera Milla.

Milla kembali menjerit kesakitan . setelah kira kira 10 menit , Dan suara Milla semakin parau , Pak Solihin pun , sudah tak bisa menahan nafsunya , lalu memuntahkan spremanya di liang kewanitaan Milla.

Perlahan mencabut penisnya . Vagina Milla terlihat memerah agak memar . Hari ini Milla merasa sangat sakit . Karena pak Solihin menyetubuhi ABG ini , secara cepat dan kasar

Setelah diam beberapa saat Milla memakai kembali celana dalamnya . Lalu Dia berjalan pelan , tertatih , karena rasa nyeri di vaginanya . Pak Solihin cuma tertawa " Milla , sakit yah.." . Milla Diam dan terus berjalan pelan , keluar pintu .

" Milla tunggu , mau saya antar pulang.." kata pak Solihin .
Milla tak menjawab , dia terus berjalan . Lalu pak Solihin menyusulnya dan menarik tangannya . " tidak usah pak saya bisa pulang sendiri.." katanya.
Lalu pak Solihin membiarkan dia pergi .


       
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Pembantu yang binal dan hypersex
Apr 5th 2013, 03:48


Aku berusia 37 tahun saat ini, sudah beristeri dan mempunyai 4 orang anak. Rumahku terletak di pinggiran kota Jakarta yang bisa disebut sebagai kampung. Orang tuaku tinggal di sebuah perumahan yang cukup elite tidak jauh dari rumahku. Orang tuaku memang bisa dibilang berkecukupan, sehingga mereka bisa mempekerjakan pembantu. Nah pembantu orang tuaku inilah yang menjadi 'pemeran utama' dalam ceritaku ini.

Bapakku baru dua bulan yang lalu meninggal dunia, jadi sekarang ibuku tinggal sendiri hanya ditemani Enny, pembantunya yang sudah hampir 4 tahun bekerja disitu. Enny berumur 26 tahun, dia masih belum bersuami. Wajahnya tidak cantik, bahkan giginya agak tonggos sedikit, walaupun tidak bisa disebut jelek juga. Tapi yang menarik dari Enny ini adalah bodynya, seksi sekali. Tinggi kira-kira 164 cm, dengan pinggul yang bulat dan dada berukuran 36. Kulitnya agak cokelat. Sering sekali aku memperhatikan kemolekan tubuh pembantu ibuku ini, sambil membandingkannya dengan tubuh isteriku yang sudah agak mekar.

Hari itu, karena kurang enak badan, aku pulang dari kantor jam 10.00 WIB, sampai di rumah, kudapati rumahku kosong. Rupanya isteriku pergi, sedang anak-anakku pasti sedang sekolah semua. Akupun mencoba ke rumah ibuku, yang hanya berjarak 5 menit berjalan kaki dari rumahku. Biasanya kalau tidak ada di rumah, isteriku sering main ke rumah ibuku, entah untuk sekedar ngobrol dengan ibuku atau membantu beliau kalau sedang sibuk apa saja.

Sampai di rumah ibuku, ternyata disanapun kosong, cuma ada Enny, sedang memasak.
Kutanya Enny, "En, Bu Dewi (nama isteriku) kesini nggak?"
"Iya Pak, tadi kesini, tapi terus sama temannya" jawab Enny.
"Terus Ibu sepuh (Ibuku) kemana?" Tanyaku lagi.
"Tadi dijemput Bu Ina (Adikku) diajak ke sekolah Yogi (keponakanku)"
"Oooh" sahutku pendek.
"Masak apa En? tanyaku sambil mendekat ke dapur, dan seperti biasa, mataku langsung melihat tonjolan pinggul dan pantatnya juga dadanya yang aduhai itu.
"Ini Pak, sayur sop"
Rupanya dia ngerasa juga kalau aku sedang memperhatikan pantat dan dadanya.
"Pak Irwan ngeliatin apa sih" Tanya Enny.
Karena selama ini aku sering juga bercanda sama dia, akupun menjawab,
"Ngeliatin pantat kamu En. Kok bisa seksi begitu sih En?"
"Iiih Bapak, kan Ibu Dewi juga pantatnya gede"
"Iya sih, tapi kan lain sama pantat kamu En"
"Lain gimana sih Pak?" tanya Enny, sambil matanya melirik kearahku.
Aku yakin, saat itu memang Enny sedang memancingku untuk kearah yang lebih hot lagi.
Merasa mendapat angin, akupun menjawab lagi, "Iya, kalo Bu Dewi kan cuma menang gede, tapi tepos"
"Terus, kalo saya gimana Pak?" Tanyanya sambil melirik genit.
Kurang ajar, pikirku. Lirikannya langsung membuat tititku berdiri.
Langsung aku berjalan kearahnya, berdiri di belakang Enny yang masih mengaduk ramuan sop itu di kompor.
"Kalo kamu kan, pinggulnya gede, bulat dan kayaknya masih kencang", jawabku sambil tanganku meraba pinggulnya.
"Idih Bapak, emangnya saya motor bisa kencang" sahut Enny, tapi tidak menolak saat tanganku meraba pinggulnya.

Mendengar itu, akupun yakin bahwa Enny memang minta aku 'apa-apain'.
Akupun maju sehingga tititku yang sudah berdiri dari tadi itu menempel di pantatnya. Adduuhh, rasanya enak sekali karena Enny memakai rok berwarna abu-abu (seperti rok anak SMU) yang terbuat dari bahan cukup tipis. Terasa sekali tititku yang keras itu menempel di belahan pantat Enny yang, seperti kuduga, memang padat dan kencang.
"Apaan nih Pak, kok keras? tanya Enny genit.
"Ini namanya sonny En, sodokan nikmat" sahutku.
Saat itu, rupanya sop yang dimasak sudah matang. Ennypun mematikan kompor, dan dia bersandar ke dadaku, sehingga pantatnya terasa menekan tititku. Aku tidak tahan lagi mendapat sambutan seperti ini, langsung tanganku ke depan, ku remas kedua buah dadanya. Alamaak, tanganku bertemu dengan dua bukit yang kenyal dan terasa hangat dibalik kaos dan branya.

Saat kuremas, Enny sedikit menggelinjang dan mendesah, "Aaahh, Pak" sambil kepalanya ditolehkan kebelakang sehingga bibir kami dekat sekali. Kulihat matanya terpejam menikmati remasanku. Kukecup bibirnya (walaupun agak terganggu oleh giginya yang sedikit tonggos itu), dia membalas kecupanku. Tak lama kemudian, kami saling berpagutan, lidah kami saling belit dalam gelora nafsu kami. TItitku yang tegang kutekantekankan ke pantatnya, menimbulkan sensasi luar biasa untukku (kuyakin juga untuk Enny).

Sekitar lima menit, keturunkan tangan kiriku ke arah pahanya. Tanpa banyak kesukaran akupun menyentuh CDnya yang ternyata telah sedikit lembab di bagian memeknya.
Kusentuh memeknya dengan lembut dari balik CDnya, dia mengeluh kenikmatan, "Ssshh, aahh,
Pak Irwan, paak.. jangan di dapur dong Pak"
Dan akupun menarik tangan Enny, kuajak ke kamarnya, di bagian belakang rumah ibuku.
Sesampai di kamarnya, Enny langsung memelukku dengan penuh nafsu, "Pak, Enny sudah lama lho pengen ngerasain punya Bapak"
"Kok nggak bilang dari dulu En?" tanyaku sambil membuka kaos dan roknya.
Dan.. akupun terpana melihat pemandangan menggairahkan di tubuh pembantu ibuku ini.

Kulitnya memang tidak putih, tapi mulus sekali. Buah dadanya besar tapi proporsional dengan tubuhnya. Sementara pinggang kecil dan pinggul besar ditambah bongkahan pantatnya bulat dan padat sekali. Rupanya Enny tidak mau membuang waktu, diapun segera membuka kancing bajuku satu persatu, melepaskan bajuku dan segera melepaskan celana panjangku.

Sekarang kami berdua hanya mengenakan pakaian dalam saja, dia bra dan CD, sedangkan aku hanya CD saja. Kami berpelukan, dan kembali lidah kami berpagut dalam gairah yang lebih besar lagi. Kurasakan kehangatan kulit tubuh Enny meresap ke kulit tubuhku. Kemudian lidahku turun ke lehernya, kugigit kecil lehernya, dia menggelinjang sambil mengeluarkan desahan yang semakin menambah gairahku, "Aahh, Bapak".

Tanganku melepas kait branya, dan bebaslah kedua buah dada yang indah itu. Langsung kuciumi, kedua bukit kenyal itu bergantian. Kemudian kujilati pentil Enny yang berwarna coklat, terasa padat dan kenyal (Beda sekali dengan buah dada isteriku), lalu kugigit-gigit kecil pentilnya dan lidahku membuat gerakan memutar disekitar pentilnya yang langsung mengeras.

Kurebahkan Enny ditempat tidurnya, dan kulepaskan CDnya. Kembali aku tertegun melihat keindahan kemaluan Enny yang dimataku saat itu, sangat indah dan menggairahkan. Bulunya tidak terlalu banyak, tersusun rapi dan yang paling mencolok adalah kemontokan vagina Enny. Kedua belah bibir vaginanya sangat tebal, sehingga klitorisnya agak tertutup oleh daging bibir tersebut. Warnanya kemerahan.
"Pak, jangan diliatin aja dong, Enny kan malu" Kata Enny.

Aku sudah tidak mempunyai daya untuk bicara lagi, melainkan kutundukkan kepalaku dan bibirkupun menyentuh vagina Enny yang walaupun kakinya dibuka lebar, tapi tetap terlihat rapat, karena ketebalan bibir vaginanya itu. Enny menggelinjang, menikmati sentuhan bibirku di klitnya. Kutarik kepalaku sedikit kebelakang agar bisa melihat vagina yang sangat indah ini.
"Enny, memek kamu indah sekali, sayang"
"Pak Irwan suka sama memek Enny? tanya Enny.
"Iya sayang, memek kamu indah dan seksi, baunya juga enak" jawabku sambil kembali mencium dan menghirup aroma dari vagina Enny.
"Mulai sekarang, memek Enny cuma untuk Pak Irwan" Kata Enny.
"Pak Irwan mau kan?"
"Siapa sih yang nggak mau memek kayak gini En?" tanyaku sambil menjilatkan lidahku ke vaginanya kembali.
Enny terlihat sangat menikmati jilatanku di klitorisnya. Apalagi saat kugigit klitorisnya dengan lembut, lalu lidahku ku masukkan ke liang kenikmatannya, dan sesekali kusapukan lidahku ke lubang anusnya.
"Oooh, sshshh, aahh.. Pak Irwan, enak sekali Pak. Terusin ya Pak Irwan sayang"

Sepuluh menit, kulakukan kegiatan ini, sampai dia menekan kepalaku dengan kuat ke vaginanya, sehingga aku sulit bernafas"Pak Irwan.. aahh, Enny nggak kuat Pak.. sshh"Kurasakan kedua paha Enny menjepit kepalaku bersamaan dengan itu, kurasakan vagina Enny menjadi semakin basah. Enny sudah mencapai orgasme yang pertama. Enny masih menghentak-hentakkan vaginanya kemulutku, sementara air maninya meleleh keluar dari vaginanya. Kuhirup cairan kenikmatan Enny sampai kering. Dia terlihat puas sekali, matanya menatapku dengan penuh rasa terima kasih. Aku senang sekali melihat dia mencapai kepuasan.

Tak lama kemudian dia bangkit sambil meraih kemaluanku yang masih berdiri tegak seperti menantang dunia. Dia memasukkan kemaluanku kedalam mulutnya, dan mulai menjilati kepala kemaluanku. Ooouugh, nikmatnya, ternyata Enny sangat memainkan lidahnya, kurasakan sensasi yang sangat dahsyat saat giginya yang agak tonggos itu mengenai batang kemaluanku. Agak sakit tapi justru sangat nikmat. Enny terus mengulum kemaluanku, yang semakin lama semakin membengkak itu. Tangannya tidak tinggal diam, dikocoknya batang kemaluanku, sambil lidah dan mulutnya masih terus mengirimkan getaran-getaran yang menggairahkan di sekujur batang kemaluanku.

"Pak Irwan, Enny masukin sekarang ya Pak?" pinta Enny.
Aku mengangguk, dan dia langsung berdiri mengangkangiku tepat di atas kemaluanku. Digenggamnya batang kemaluanku, lalu diturunkannya pantatnya. Di bibir vaginanya, dia menggosok-gosokkan kepala kemaluanku, yang otomatis menyentuh klitorisnya juga. Kemudian dia arahkan kemaluanku ke tengah lobang vaginanya. Dia turunkan pantatnya, dan.. slleepp.. sepertiga kemaluanku sudah tertanam di vaginanya. Enny memejamkan matanya, dan menikmati penetrasi kemaluanku.

Aku merasakan jepitan yang sangat erat dalam kemaluan Enny. Aku harus berjuang keras untuk memasukkan seluruh kemaluanku ke dalam kehangatan dan kelembaban vagina Enny. Ketika kutekan agak keras, Enny sedikit meringis. Sambil membuka matanya, dia berkata, "Pelan dong Pak Irwan, sakit nih, tapi enak banget". Dia menggoyangkan pinggulnya sedikit-sedikit, sampai akhirnya seluruh kemaluanku lenyap ditelan keindahan vaginanya.

Kami terdiam dulu, Enny menarik nafas lega setelah seluruh kemaluanku 'ditelan' vaginanya. Dia terlihat konsentrasi, dan tiba-tiba.. aku merasa kemaluanku seperti disedot oleh suatu tenaga yang tidak terlihat, tapi sangat terasa dan enaak sekali. Ruaar Biasaa! Kemaluan Enny menyedot kemaluanku!

Belum sempat aku berkomentar tentang betapa enaknya vaginanya, Ennypun mulai membuat gerakan memutar pinggulnya. Mula-mula perlahan, semakin lama semakin cepat dan lincah gerakan Enny. Waw.. kurasakan kepalaku hilang, saat dia 'mengulek' kemaluanku di dalam vaginanya. Enny merebahkan badannya sambil tetap memutar pinggulnya. Buah dadanya yangbesar menekan dadaku, dan.. astaga.. sedotan vaginanya semakin kuat, membuat aku hampir tidak bertahan.

Aku tidak mau orgasme dulu, aku ingin menikmati dulu vagina Enny yang ternyata ada 'empot ayamnya' ini lebih lama lagi. Maka, kudorong tubuh Enny ke atas, sambil kusuruh lepas dulu, dengan alasan aku mau ganti posisi. Padahal aku takut 'kalah' sama dia.

Lalu kusuruh Enny tidur terlentang, dan langsung kuarahkan kemaluanku ke vaginanya yang sudah siap menanti 'kekasihnya'. Walaupun masih agak sempit, tapi karena sudah banyak pelumasnya, lebih mudah kali ini kemaluanku menerobos lembah kenikmatan Enny.

Kumainkan pantatku turun naik, sehingga tititku keluar masuk di lorong sempit Enny yang sangat indah itu.
Dan, sekali lagi akupun merasakan sedotan yang fantastis dari vagina Enny. Setelah 15 menit kami melakukan gerakan sinkron yang sangat nikmat ini, aku mulai merasakan kedutan-kedutan di kepala tititku.
"Enny, aku udah nggak kuat nih, mau keluar, sayang", kataku pada Enny.
"Iya Pak, Enny juga udah mau keluar lagi nih. Oohh, sshh, aahh.. bareng ya Pak Irwan.., cepetin dong genjotannya Pak" pinta Enny.

Akupun mempercepat genjotanku pada lobang vagina Enny yang luar biasa itu, Enny mengimbanginya dengan 'mengulek' pantatnya dengan gerakan memutar yang sangat erotis, ditambah dengan sedotan alami didalam vaginanya. Akhirnya aku tidak dapat bertahan lebih lama lagi, sambil mengerang panjang, tubuhku mengejang.
"Enny, hh.. hh, aku keluar sayaang"
Muncratlah air maniku ke dalam vaginanya. Di saat bersamaan, Enny pun mengejang sambil memeluk erat tubuhku.
"Pak Irwaan, Enny juga keluar paakk, sshh, aahh".

Aku terkulai di atas tubuh Enny. Enny masih memeluk tubuhku dengan erat, sesekali pantatnya mengejang, masih merasakan kenikmatan yang tidak ada taranya itu. Nafas kami memburu, keringat tak terhitung lagi banyaknya. Kami berciuman.

"Enny, terima kasih yaa, memek kamu enak sekali" Kataku.
"Pak Irwan suka memek Enny?"
"Suka banget En, abis ada empot ayamnya sih" jawabku sambil mencium bibirnya.
Kembali kami berpagutan.
"Dibandingin sama Bu Dewi, enakan mana Pak?" pancing Enny.
"Jauh lebih enak kamu sayang"
Enny tersenyum.
"Jadi, Pak Irwan mau lagi dong sama Enny lain kali. Enny sayang sama Pak Irwan"
Aku tidak menjawab, hanya tersenyum dan memeluk Enny. Pembantu ibuku yang sekarang jadi kekasih gelapku




       
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Dari Adik nya dapet Kakaknya
Apr 5th 2013, 03:45

Dari Adiknya, Dapat Kakaknya
Selesai sekolah Sabtu itu langsung dilanjutkan rapat pengurus OSIS. Rapat itu dilakukan sebagai persiapan sekaligus pembentukan panitia kecil pemilihan OSIS yang baru. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pemilihan dimaksudkan sebagai regenerasi dan anak-anak kelas 3 sudah tidak boleh lagi dipilih jadi pengurus, kecuali beberapa orang pengurus inti yang bakalan "naik pangkat" jadi penasihat.

Usai rapat, aku bergegas mau langsung pulang, soalnya sorenya ada acara rutin bulanan: pulang ke rumah ortu di kampung. Belum sempat aku keluar dari pintu ruangan rapat, suara nyaring cewek memanggilku.

"Didik .. " aku menoleh, ternyata Sarah yang langsung melambai supaya aku mendekat. "Dik, jangan pulang dulu. Ada sesuatu yang pengin aku omongin sama kamu," kata Sarah setelah aku mendekat.

"Tapi Rah, sore ini aku mau ke kampung. Bisa nggak dapet bis kalau kesorean," jawabku.

"Cuman sebentar kok Dik. Kamu tunggu dulu ya, aku mberesin ini dulu," Sarah agak memaksaku sambil membenahi catatan-catatan rapat. Akhirnya aku duduk kembali.

"Dik, kamu pacaran sama Nita ya?" tanya Sarah setelah ruangan sepi, tinggal kami berdua. Aku baru mengerti, Sarah sengaja melama-lamakan membenahi catatan rapat supaya ada kesempatan ngomong berdua denganku.

"Emangnya, ada apa sih?" aku balik bertanya.

"Enggak ada apa-apa sih .. " Sarah berhenti sejenak. "Emmm, pengin nanya aja."

"Enggak kok, aku nggak pacaran sama Nita," jawabku datar.

"Ah, masa. Temen-temen banyak yang tahu kok, kalau kamu suka jalan bareng sama Nita, sering ke rumah Nita," kata Sarah lagi.

"Jalan bareng kan nggak lantas berarti pacaran tho," bantahku.

"Paling juga pakai alasan kuno 'Cuma temenan'," Sarah berkata sambil mencibir, sehingga wajahnya kelihatan lucu, yang membuatku ketawa. "Cowok di mana-mana sama aja, banyak bo'ongnya."

"Ya terserah kamu sih kalau kamu nganggep aku bohong. Yang jelas, sudah aku bilang bahwa aku nggak pacaran sama Nita."

Aku sama sekali tidak bohong pada Sarah, karena aku sama Nita memang sudah punya komitmen untuk 'tidak ada komitmen'. Maksudnya, hubunganku dengan Nita hanya sekedar untuk kesenangan dan kepuasan, tanpa janji atau ikatan di kemudian hari. Hal itu yang kujelaskan seperlunya pada Sarah, tentunya tanpa menyinggung soal 'seks' yang jadi menu utama hubunganku dengan Nita.

"Nanti malem, mau nggak kamu ke rumahku?" tanya Nita sambil melangkah keluar ruangan bersamaku.

"Kan udah kubilang tadi, aku mau pulang ke rumah ortu nanti," jawabku.

"Ke rumah ortu apa ke rumah Nita?" tanya Sarah dengan nada menyelidik dan menggoda.

"Kamu mau percaya atau tidak sih, terserah. Emangnya kenapa sih, kok nyinggung-nyinggung Nita terus?" aku gantian bertanya.

"Enggak kok, nggak kenapa-kenapa," elak Sarah. Akhirnya kami jalan bersama sambil ngobrol soal-soal ringan yang lain. Aku dan Sarahpun berpisah di gerbang sekolah. Nita sudah ditunggu sopirnya, sedang aku langsung menuju halte. Sebelum berpisah, aku sempat berjanji untuk main ke rumah Nita lain waktu.

*****

Diam-diam aku merasa geli. Masak malam minggu itu jalan-jalan sama Sarah harus ditemani kakaknya, dan diantar sopir lagi. Jangankan untuk ML, sekedar menciumpun rasanya hampir mustahil. Sebenarnya aku agak ogah-ogahan jalan-jalan model begitu, tapi rasanya tidak mungkin juga untuk membatalkan begitu saja. Rupanya aturan orang tua Sarah yang ketat itu, bakalan membuat hubunganku dengan Sarah jadi sekedar roman-romanan saja. Praktis acara pada saat itu hanya jalan-jalan ke Mall dan makan di 'food court'.

Di tengah rasa bete itu aku coba menghibur diri dengan mencuri-curi pandang pada Mbak Indah, baik pada saat makan ataupun jalan. Mbak Indah, adalah kakak sulung Sarah yang kuliah di salah satu perguruan tinggi terkenal di kota 'Y'. Dia pulang setiap 2 minggu atau sebulan sekali. Sama sepertiku, hanya beda level. Kalau Mbak Indah kuliah di ibukota propinsi dan mudik ke kotamadya, sedang aku sekolah di kotamadya mudiknya ke kota kecamatan.

Wajah Mbak Indah sendiri hanya masuk kategori lumayan. Agak jauh dibandingkan Sarah. Kuperhatikan wajah Mbak Indah mirip ayahnya sedang Sarah mirip ibunya. Hanya Mbak Indah ini lumayan tinggi, tidak seperti Sarah yang pendek, meski sama-sama agak gemuk.

Kuperhatikan daya tarik seksual Mbak Indah ada pada toketnya. Lumayan gede dan kelihatan menantang kalau dilihat dari samping, sehingga rasa-rasanya ingin tanganku menyusup ke balik T-Shirtnya yang longgar itu. Aku jadi ingat Nita. Ah, seandainya tidak aku tidak ke rumah Sarah, pasti aku sudah melayang bareng Nita.

Saat Sarah ke toilet, Mbak Indah mendekatiku.

"Heh, awas kamu jangan macem-macem sama Sarah!" katanya tiba-tiba sambil memandang tajam padaku.

"Maksud Mbak, apa?" aku bertanya tidak mengerti.

"Sarah itu anak lugu, tapi kamu jangan sekali-kali manfaatin keluguan dia!" katanya lagi.

"Ini ada apa sih Mbak?" aku makin bingung.

"Alah, pura-pura. Dari wajahmu itu kelihatan kalau kamu dari tadi bete," aku hanya diam sambil merasa heran karena apa yang dikatakan Mbak Indah itu betul.

"Kamu bete, karena malem ini kamu nggak bisa ngapa-ngapain sama Sarah, ya kan?" aku hanya tersenyum, Mbak Indah yang tadinya tutur katanya halus dan ramah berubah seperti itu.

"Eh, malah senyam-senyum," hardiknya sambil melotot.

"Memang nggak boleh senyum. Abisnya Mbak Indah ini lucu," kataku.

"Lucu kepalamu," Mbak Indah sewot.

"Ya luculah. Kukira Mbak Indah ini lembut kayak Sarah, ternyata galak juga!" Aku tersenyum menggodanya.

"Ih, senyam-senyum mlulu. Senyummu itu senyum mesum tahu, kayak matamu itu juga mata mesum!" Mbak Indah makin naik, wajahnya sedikit memerah.

"Mbak cakep deh kalau marah-marah," makin Mbak Indah marah, makin menjadi pula aku menggodanya.

"Denger ya, aku nggak lagi bercanda. Kalau kamu berani macem-macem sama adikku, aku bisa bunuh kamu!" kali ini Mbak Indah nampak benar-benar marah.

Akhirnya kusudahi juga menggodanya melihat Mbak Indah seperti itu, apalagi pengunjung mall yang lain kadang-kadang menoleh pada kami. Kuceritakan sedikit tentang hubunganku dengan Sarah selama ini, sampai pada acara 'apel' pada saat itu.

"Kalau soal pengin ngapa-ngapain, yah, itu sih awalnya memang ada. Tapi, sekarang udah lenyap. Sarah sepertinya bukan cewek yang tepat untuk diajak ngapa-ngapain, dia mah penginnya roman-romanan aja," kataku mengakhiri penjelasanku.
"Kamu ini ngomongnya terlalu terus-terang ya?" Nada Mbak Indah sudah mulai normal kembali.

"Ya buat apa ngomong mbulet. Bagiku sih lebih baik begitu," kataku lagi.

"Tapi .. kenapa tadi sama aku kamu beraninya lirak-lirik aja. Nggak berani terus-terang mandang langsung?"

Aku berpikir sejenak mencerna maksud pertanyaan Mbak Indah itu. Akhirnya aku mengerti, rupanya Mbak Indah tahu kalau aku diam-diam sering memperhatikan dia.

"Yah .. masak jalan sama adiknya, Mbak-nya mau diembat juga," kataku sambil garuk-garuk kepala.

Setelah itu Sarah muncul dan dilanjutkan acara belanja di dept. store di mall itu. Selama menemani kakak beradik itu, aku mulai sering mendekati Mbak Indah jika kulihat Sarah sibuk memilih-milih pakaian. Aku mulai lancar menggoda Mbak Indah.

Hampir jam 10 malam kami baru keluar dari mall. Lumayan pegal-pegal kaki ini menemani dua cewek jalan-jalan dan belanja. Sebelum keluar dari mall Mbak Indah sempat memberiku sobekan kertas, tentu saja tanpa sepengetahuan Sarah.

"Baca di rumah," bisiknya.

***

Aku lega melihat Mbak Indah datang ke counter bus PATAS AC seperti yang diberitahukannya lewat sobekan kertas. Kulirik arloji menunjukkan jam setengah 9, berarti Mbak Indah terlambat setengah jam.

"Sori terlambat. Mesti ngrayu Papa-Mama dulu, sebelum dikasih balik pagi-pagi," Mbak Indah langsung ngerocos sambil meletakkan hand-bag-nya di kursi di sampingku yang kebetulan kosong. Sementara aku tak berkedip memandanginya. Mbak Indah nampak sangat feminin dalam kulot hitam, blouse warna krem, dan kaos yang juga berwarna hitam. Tahu aku pandangi, Mbak Indah memencet hidungku sambil ngomel-ngomel kecil, dan kami pun tertawa. Hanya sekitar sepuluh menit kami menunggu, sebelum bus berangkat.

Dalam perjalanan di bus, aku tak tahan melihat Mbak Indah yang merem sambil bersandar. Tanganku pun mulai mengelu-elus tangannya. Mbak Indah membuka mata, kemudian bangun dari sandarannya dan mendekatkan kepalanya padaku.

"Gimana, Mbaknya mau di-embat juga?" ledeknya sambil berbisik.

"Kan lain jurusan," aku membela diri. "Adik-nya jurusan roman-romanan, Mbak-nya jurusan … " Aku tidak melanjutkan kata-kataku, tangan Mbak Indah sudah lebih dulu memencet hidungku. Selebihnya kami lebih banyak diam sambil tiduran selama perjalanan.

***

Yang disebut kamar kos oleh Mbak Indah ternyata sebuah faviliun. Faviliun yang ditinggali Mbak Indah kecil tapi nampak lux, didukung lingkungannya yang juga perumahan mewah.

"Kok bengong, ayo masuk," Mbak Indah mencubit lenganku. "Peraturan di sini cuman satu, dilarang mengganggu tetangga. Jadi, cuek adalah cara paling baik."

Aku langsung merebahkan tubuhku di karpet ruang depan, sementara setelah meletakkan hand-bag-nya di dekat kakiku, Mbak Indah langsung menuju kulkas yang sepertinya terus on.

"Nih, minum dulu, habis itu mandi," kata Mbak Indah sambil menuangkan air dingin ke dalam gelas.

"Kan tadi udah mandi Mbak," kataku.

"Ih, jorok. Males aku deket-deket orang jorok," Mbak Indah tampak cemberut. "Kalau gitu, aku duluan mandi," katanya sambil menyambar hand-bag dan menuju kamar. Aku lihat Mbak Indah tidak masuk kamar, tapi hanya membuka pintu dan memasukkan hand-bag-nya. Setelah itu dia berjalan ke belakang ke arah kamar mandi.

"Mbak," Mbak Indah berhenti dan menoleh mendengar panggilanku. "Aku mau mandi, tapi bareng ya?"

"Ih, maunya .. " Mbak Indah menjawab sambil tersenyum. Melihat itu aku langsung bangkit dan berlari ke arah Mbak Indah. Langsung kupeluk dia dari belakang tepat di depan pintu kamar mandi. Kusibakkan rambutnya, kuciumi leher belakangnya, sambil tangan kiriku mengusap-usap pinggulnya yang masih terbungkus kulot. Terdengar desahan Mbak Indah, sebelum dia memutar badan menghadapku. Kedua tangannya dilingkarkan ke leherku.

"Katanya mau mandi?" setelah berkata itu, lagi-lagi hidungku jadi sasaran, dipencet dan ditariknya sehingga terasa agak panas. Setelah itu diangkatnya kaosku, dilepaskannya sehingga aku bertelanjang dada. Kemudian tangannya langsung membuka kancing dan retsluiting jeans-ku. Lumayan cekatan Mbak Indah melakukannya, sepertinya sudah terbiasa. Seterusnya aku sendiri yang melakukannya sampai aku sempurna telanjang bulat di depan Mbak Indah.

"Ih, nakal," kata Mbak Indah sambil menyentil rudalku yang terayun-ayun akibat baru tegang separo.

"Sakit Mbak," aku meringis.

"Biarin," kata Mbak Indah yang diteruskan dengan melepas blouse-nya kemudian kaos hitamnya, sehingga bagian atasnya tinggal BH warna hitam yang masih dipakainya. Aku tak berkedip memandangi sepasang toket Mbak Indah yang masih tertutup BH, dan Mbak Indah tidak melanjutkan melepas pakainnya semua sambil tersenyum menggoda padaku.

Birahi benar-benar sudah tak bisa kutahan. Langsung kuraih dan naikkan BH-nya, sehingga sepasang toket-nya yang besar itu terlepas.

"Ih, pelan-pelan. Kalau BH-ku rusak, emangnya kamu mau ganti," lagi-lagi hidungku jadi sasaran. Tapi aku sudah tidak peduli. Sambil memeluknya mulutku langsung mengulum tokenya yang sebelah kanan.

Mbak Indah tidak berhenti mendesah sambil tangannya mengusap-usap rambutku. Aku makin bersemangat saja, mulutku makin rajin menggarap toketnya sebelah kanan dan kiri bergantian. Kukulum, kumainkan dengan lidah dan kadang kugigit kecil. Akibat seranganku yang makin intens itu Mbak Indah mulai menjerit-jerit kecil di sela-sela desahannya.

Beberapa menit kulakukan aksi yang sangat dinikmati Mbak Indah itu, sebelum akhirnya dia mendorong kepalaku agar terlepas dari toketnya. Mbak Indah kemudian melepas BH, kulot dan CD-nya yang juga berwarna hitam. Sementara bibirnya nampak setengah terbuka sambil mendesi lirih dan matanya sudah mulai sayu, pertanda sudah horny berat.

Belum sempat mataku menikmati tubuhnya yang sudah telanjang bulat, tangan kananya sudah menggenggam rudalku. Kemudian Mbak Indah berjalan mundur masuk kamar mandi sementara rudalku ditariknya. Aku meringis menahan rasa sakit, sekaligus pengin tertawa melihat kelakuan Mbak Indah itu.

Mbak Indah langsung menutup pintu kamar mandi setelah kami sampai di dalam, yang diteruskan dengan menghidupkan shower. Diteruskannya dengan menarik dan memelukku tepat di bawah siraman air dari shower. Dan …

"mmmmhhhh …. " bibirnya sudah menyerbu bibirku dan melumatnya. Kuimbangi dengan aksi serupa. Seterusnya, siraman air shower mengguyur kepala, bibir bertemu bibir, lidah saling mengait, tubuh bagian depan menempel ketat dan sesekali saling menggesek, kedua tangan mengusap-usap bagian belakang tubuh pasangan, "Aaaaaahhh," nikmat luar biasa.

Tak ingat berapa lama kami melakukan aksi seperti itu, kami melanjutkannya dalam posisi duduk, tak ingat persis siapa yang mulai. Aku duduk bersandar pada dinding kamar mandi, kali ku luruskan, sementar Mbak Indah duduk di atas pahaku, lututnya menyentuh lantai kamar mandi. Kemudian kurasakan Mbak Indah melepaskan bibirnya dari bibirku, pelahan menyusur ke bawah. Berhenti di leherku, lidahnya beraksi menjilati leherku, berpindah-pindah. Setelah itu, dilanjutkan ke bawah lagi, berhenti di dadaku. Sebelah kanan-kiri, tengah jadi sasaran lidah dan bibirnya. Kemudian turun lagi ke bawah, ke perut, berhenti di pusar. Tangannya menggenggam rudalku, didorong sedikit ke samping dengan lembut, sementara lidahnya terus mempermainkan pusarku. Puas di situ, turun lagi, dan bijiku sekarang yang jadi sasaran. Sementara lidahnya beraksi di sana, tangan kanannya mengusap-usap kepala rudalku dengan lembut. Aku sampai berkelojotan sambil mengerang-erang menikmati aksi Mbak Indah yang seperti itu.

Pelahan-lahan bibirnya merayap naik menyusuri batang rudalku, dan berhenti di bagian kepala, sementara tangannya ganti menggenggam bagian batang. Kepala rudalku dikulumnya, dijilati, berpindah dan berputar-putar, sehingga tak satu bagianpun yang terlewat. Beberapa saat kemudian, kutekan kepala Mbak Indah ke bawah, sehingga bagian batanku pun masuk 2/3 ke mulutnya. Digerakkannya kepalanya naik turun pelahan-lahan, berkali-kali. Kadang-kadang aksinya berhenti sejenak di bagian kepala, dijilati lagi, kemudian diteruskan naik turun lagi. Pertahananku nyaris jebol, tapi aku belum mau terjadi saat itu. Kutahan kepalanya, kuangkat pelan, tapi Mbak Indah seperti melawan. Hal itu terjadi beberapa kali, sampai akhirnya aku berhasil mengangkat kepalanya dan melepas rudalku dari mulutnya.

Kuangkat kepala Mbak Indah, sementara matanya terpejam. Kudekatkan, dan kukulum lembut bibirnya. Pelan-pelan kurebahkan Mbak Indah yang masih memejamkan mata sambil mendesis itu ke lantai kamar mandi. Kutindih sambil mulutku melahap kedua toketnya, sementara tanganku meremasnya bergantian.

Erangannya, desahannya, jeritan-jeritan kecilnya bersahut-sahutan di tengah gemericik siraman air shower. Kuturunkan lagi mulutku, berhenti di gundukan yang ditumbuhi bulu lebat, namun tercukur dan tertata rapi. Beberapa kali kugigit pelan bulu-bulu itu, sehingga pemiliknya menggelinjang ke kanan kiri. Kemudian kupisahkan kedua pahanya yang putih,besar dan empuk itu. Kubuka lebar-lebar. Kudaratkan bibirku di bibir memeknya, kukecup pelan. Kujulurkan lidahku, kutusuk-tusukan pelan ke daging menonjol di antar belahan memek Mbak Indah. Pantat Mbak Indah mulai bergoyang-goyang pelahan, sementara tangannya menjambak atau lebih tepatnya meremas rambutku, karena jambakannya lembut dan tidak menyakitkan. Kumasukkan jari tengahku ku lubang memeknya, ku keluar masukkan dengan pelan. Desisan Mbak Indah makin panjang, dan sempat ku lirik matanya masih terpejam. Kupercepat gerakan jariku di dalam lubang memeknya, tapi tangannya langsung meraih tanganku yang sedang beraksi itu dan menahannya. Kupelankan lagi, dan Mbak melepas tangannya dari tanganku. Setiap kupercepat lagi, tangan Mbak Indah meraih tanganku lagi, sehingga akhirnya aku mengerti dia hanya mau jariku bergerak pelahan di dalam memeknya.

Beberapa menit kemudian, kurasakan Mbak Indah mengangkat kepalaku menjauhkan dari memeknya. Mbak Indah membuka mata dan memberi isyarat padaku agar duduk bersandar di dinding kamar mandi. Seterusnya merayap ke atasku, mengangkang tepat di depanku. Tangannya meraih rudalku, diarahkan dan dimasukkan ke dalam lubang memeknya.

"Oooooooooooohh ," Mbak Indah melenguh panjang dan matanya kembali terpejam saat rudalku masuk seluruhnya ke dalam memeknya. Mbak Indah mulai bergerak naik-turun pelahan sambil sesekali pinggulnya membuat gerakan memutar. Aku tidak sabar menghadapi aksi Mbak Indah yang menurutku terlalu pelahan itu, mulai kusodok-sodokkan rudalku dari bawah dengan cukup cepat. Mbak Indah menghentikan gerakannya, tangannya menekan dadaku cukup kuat sambil kepala menggeleng, seperti melarangku melakukan aksi sodok itu. Hal itu terjadi beberapa kali, yang sebenarnya membuatku agak kecewa, sampai akhirnya Mbak Indah membuka matanya, tangannya mengusap kedua mataku seperti menyuruhkan memejamkan mata. Aku menurut dan memejamkan mataku.

Setelah beberapa saat aku memejamkan mata, aku mulai bisa memperhatikan dengan telingaku apa yang dari tadi tidak kuperhatikan, aku mulai bisa merasakan apa yang dari tadi tidak kurasakan. Desahan dan erangan Mbak Indah ternyata sangat teratur dan serasi dengan gerakan pantatnya,sehingga suara dari mulutnya, suara alat kelamin kami yang menyatu dan suara siraman air shower seperti sebuah harmoni yang begitu indah. Dalam keterpejaman mata itu, aku seperti melayang-layang dan sekelilingku terasa begitu indah, seperti nama wanita yang sedang menyatu denganku. Kenikmatan yang kurasakan pun terasa lain, bukan kenikmatan luar biasa yang menhentak-hentak, tapi kenikmatan yang sedikit-sedikit, seperti mengalir pelahan di seluruh syarafku, dan mengendap sampai ke ulu hatiku.

Beberapa menit kemudian gerakan Mbak Indah berhenti pas saat rudalku amblas seluruhnya. Ada sekitar 5 detik dia diam saja dalam posisi seperti itu. Kemudian kedua tangannya meraih kedua tanganku sambil melontarkan kepalanya ke belakang. Kubuka mataku, kupegang kuat-kuat kedua telapak tangannya dan kutahan agar Mbak Indah tidak jatuh ke belakang. Setelah itu pantatnya membuat gerakan ke kanan-kiri dan terasa menekan-nekan rudal dan pantatku.

"Aaa .. aaaaaa … aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhh," desahan dan jeritan kecil Mbak Indah itu disertai kepala dan tubuhnya yang bergerak ke depan. Mbak Indah menjatuhkan diri padaku seperti menubruk, tangannya memeluk tubukku, sedang kepalanya bersandar di bahu kiriku. Ku balas memeluknya dan kubelai-belai Mbak Indah yang baru saja menikmati orgasmenya. Sebuah cara orgasme yang eksotik dan artistik.

Setelah puas meresapi kenikmatan yang baru diraihnya, Mbak Indah mengangkat kepala dan membuka matanya. Dia tersenyum yang diteruskan mencium bibirku dengan lembut. Belum sempat aku membalas ciumannya, Mbak Indah sudah bangkit dan bergeser ke samping. Segera kubimbing dia agar rebahan dan telentang di lantai kamar mandi. Mbak Indah mengikuti kemauanku sambil terus menatapku dengan senyum yang tidak pernah lepas dari bibirnya. Kemudian kuarahkan rudalku yang rasanya seperti empot-empotkan ke lubang memeknya, kumasukkan seluruhnya. Setelah amblas semuanya Mbak Indah memelekku sambil berbisik pelan.

"Jangan di dalam ya sayang, aku belum minum obat," aku mengangguk pelan mengerti maksudnya. Setelah itu mulai kugoyang-goyang pantatku pelan-pelan sambil kupejamkan mata. Aku ingin merasakan kembali kenikmatan yang sedikit-sedikit tapi meresap sampai ke ulu hati seperti sebelumnya. Tapi aku gagal, meski beberapa lama mencoba. Akhirnya aku membuat gerakan seperti biasa, seperti yang biasa kulakukan pada tante Ani atau Nita. Bergerak maju mundur dari pelan dan makin lama makin cepat.

"Aaaah… Hoooohh," aku hampir pada puncak, dan Mbak Indah cukup cekatan. Didorongnya tubuhku sehingga rudalku terlepas dari memeknya. Rupanya dia tahu tidak mampu mengontrol diriku dan lupa pada pesannya. Seterusnya tangannya meraih rudalku sambil setengah bangun. Dikocok-kocoknya dengan gengaman yang cukup kuat, seterusnya aku bergeser ke depan sehingga rudalku tepat berada di atas perut Mbak Indah.

"Aaaaaaaah … aaaaaaahhh … crottt… crotttt ..," beberapa kali spermaku muncrat membasahi dada dan perut Mbak Indah. Aku merebahku tubuhku yang terasa lemas di samping Mbak Indah, sambil memandanginya yang asyik mengusap meratakan spermaku di tubuhnya.

"Hampir lupa ya?" lagi-lagi hidungku jadi sasarannya waktu Mbak Indah mengucapkan kata-kata itu.

***
Selama di bus dalam perjalanan pulang aku memejamkan mata sambil mengingat-ingat pengalaman yang baru saja ku dapat dari Mbak Indah. Saat di kamar mandi, dan saat mengulangi sekali lagi di kamarnya. Seorang wanita dengan gaya bersetubuh yang begitu lembut dan penuh perasaan.

"Kalau sekedar mengejar kepuasan nafsu, itu gampang. Tapi aku mau lebih. Aku mau kepuasan nafsuku selaras dengan kepuasan yang terasa di jiwaku."

Kepuasan yang terasa di jiwa, itulah hal yang kudapat dari Mbak Indah dan hanya dari Mbak Indah, karena kelak setelah gonta-ganti pasangan, tetap saja belum pernah kudapatkan kenikmatan seperti yang kudapatkan dari Mbak Indah. Kepuasan dan kenikmatan yang masih terasa dalam jangka waktu yang cukup lama meskipun persetubuhan berakhir.

"Ingat ya, jangan pernah sekali-kali kamu lakukan sama Sarah. Kalau sampai kamu lakukan, aku tidak akan pernah memaafkan kamu!" Aku terbangun, rupanya dalam tidurku aku bermimpi Mbak Indah memperingatkanku tentang Sarah, adiknya. Dan bus pun sudah mulai masuk terminal.


       Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Ping your blog, website, or RSS feed for Free

Tidak ada komentar:

Posting Komentar