Sabtu, 06 April 2013

Your Daily digest for Cerita Seks Bokep Dewasa

Ping your blog, website, or RSS feed for Free
Cerita Seks Bokep Dewasa
Cerita Sex - Hasrat Tanteku
Apr 6th 2013, 03:50


Bukan salahku kalau aku masih menggebu-gebu dalam berhubungan seks. Sayangnya suamiku sudah uzur, kami beda umur hampir 15 tahun, sehingga dia tidak lagi dapat memberi kepuasan sex kepadaku. Dan bukan salahku pula kemudian aku mencari pelampiasan pada pria-pria muda di luar, untuk memenuhi hasrat seks-ku yang kian menggebu di usia 35 ini. Dengan TB 170cm BB 58kg Bra 38C aku merasa sangat seksi dan sintal dengan payudara yang membusung besar ke depan dengan pantat njedol ke belakang apalagi perut ramping dan pinggul besar membulat, menambahkan tubuhnya yang bongsor ini semakin bahenol dan montok. Namun sepandai-pandainya aku berselingkuh akhirnya ketahuan juga. Suamiku marah bukan kepalang memergoki aku berpelukan dengan seorang pria muda sambil telanjang bulat di sebuah motel.

Dan ultimatum pun keluar dari suamiku. Aku dilarang olehnya beraktivitas diluar rumah tanpa pengawalan. Entah itu dengan suamiku ataupun anakku. Tak sedikitpun aku lepas dari pengawasan mereka bertiga. Secara bergantian mengawasiku. Aditya anak kakak sulungku yang baru masuk kuliah dapat giliran mengawasi di pagi hari karena dia masuk siang. Siangnya giliran Leni anakku sendiri yang duduk di kelas dua SMA, untuk mengawasiku. Dan malamnya suamiku kena giliran. Tentu saja aktivitas seks-ku pun terganggu total. Hasratku sering tak terlampiaskan, akibatnya aku sering uring-uringan. Memang sih aku bisa masturbasi, tapi kurang nikmat. Dua minggu berlalu aku masih bisa menahan diri.

Sebulan berlalu aku sudah stres berat. Bahkan frekuensi masturbasiku terus bertambah, sampai pernah sehari 10 kali kulakukan. Tapi tetap saja tak pernah mencapai kepuasan yang total. Aku masih butuh kocokan penis keras laki-laki. Seperti pada pagi hari Senin, saat bangun pagi jam 8 rumah sudah sepi. Suamiku dan Leni sudah pergi, dan tinggal Aditya yang ada di bawah. Aku masih belum bangkit dari tempat tidurku, masih malas-malasan untuk bangun. Tiba-tiba aku tersentak karena merasa darahku mengalir dengan cepat. Ini memang kebiasaanku saat bangun pagi, nafsu seks-ku muncul. Sebisanya kutahan-tahan, tapi selangkanganku sudah basah kuyup.

Aku pun segera melorotkan CD-ku lalu BH didadaku sehingga susu montok besar mancung itu leluasa muntah keluar dan langsung aku menyusupkan dua jari tangan kananku ke lubang vaginaku. vaginaku yang merekah kemerahan ditumbuhi rambut kemaluan yang hitam sangat lebat mulai dari bawah pusar sampai pada vaginaku yang seret ini membentuk segitiga hitam agak keriting. Aku mendesis pelan saat kedua jari itu masuk, terus kukeluar-masukkan dengan pelan tapi pasti. Aku masih asyik bermasturbasi, tanpa menyadari ada sesosok tubuh yang sedang memperhatikan kelakuanku dari pintu kamar yang terbuka lebar. Dan saat mukaku menghadap ke pintu aku terkejut melihat Aditya, anak kakak sulungku, sedang memperhatikanku bermasturbasi.

Tapi anehnya aku tidak kelihatan marah sama sekali, tangan kanan masih terus memainkan kemaluanku, dan aku malah mendesah keras sambil mengeluarkan lidahku. Dan Aditya tampak tenang-tenang saja melihat kelakuanku. Aku jadi salah tingkah, tapi merasakan liang vagina yang makin basah saja, aku turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah Aditya. Tubuh bongsorku yang sintal berjalan dengan buah dada menari-nari ke kanan ke kiri mengikuti langkahku, dengan sesekali kebelai bulu kemaluan vaginaku menambah rangsangan pada Aditya kemenakanku itu. Anak kakak sulungku itu masih tenang-tenang saja, padahal saat turun dari tempat tidur aku sudah melepas pakaian dan kini telanjang bulat. Aku yang sudah terbuai oleh nafsu seks tak mempedulikan statusku lagi sebagai tantenya.

Saat kami berhadapan tangan kanan langsung meraba selangkangan anak itu.
"Bercintalah dengan Tante, Aditya!" pintaku sambil mengelus-elus selangkangannya yang sudah tegang. Aditya tersenyum,
"Tante tahu, sejak Aditya tinggal disini 6 bulan lalu, Aditya sudah sering membayangkan bagaimana nikmatnya kalo Aditya bercinta dengan Tante.."
Aku terperangah mendengar omongannya.
"Dan sering kalo Tante tidur, Aditya telanjangin bagian bawah Tante serta menjilatin kemaluan Tante."
Aku tak percaya mendengar perkataan kopanakanku ini.
"Dan kini dengan senang hati Aditya akan 'kerjai' Tante sampai Tante puas!".

Aditya langsung memegang daguku dan mencium bibirku dan melumatnya dengan penuh nafsu. Lidahnya menyelusuri rongga mulutku dengan ganas. Sementara kedua tangannya bergerilya ke mana-mana, tangan kiri meremas-remas payudaraku dengan lembut sementara tangan kanannya mengelus permukaan kemaluanku. Aku langsung pasrah diperlakukan sedemikian rupa, hanya sanggup mendesahdan menjerit kecil.

Puas berciuman, Aditya melanjutkan sasarannya ke kedua payudaraku. Kedua puting susuku yang besar coklat kehitaman, dihisap anak itu dengan lembut. Kedua permukaan payudaraku dijilati sampaimengkilat, dan aku sedikit menjerit kecil saat putingku digigitnya pelan namun mesra. Aduh, tak henti-hentinya aku mendesah akibat perlakuan Aditya. Ciuman Aditya berlanjut ke perut, dan diapun berjongkok sementara aku tetap berdiri. Aku tahu apa yang akan Aditya lakukan dan ini adalah bagian di mana aku sering orgasme. Yah, aku paling tak tahan kalau kemaluanku di oral seks.

Aditya tersenyum sebentar ke arahku, sebelum mulutnya mencium permukaan lubang vaginaku yang rimbun tertutup bulu kemaluan yang sangat lebat. Lidahnya pun menari-nari di liang vagina, membuatku melonjak bagai tersetrum. Kedua tanganku terus memegangi kepalanya yang tenggelam di selangkanganku, saat lidahnya menjilati klitorisku dengan lembut. Dan benar saja, tak lama kemudian tubuhku mengejang dengan hebatnya dan desahanku semakin keras terdengar. Aditya tak peduli, anak itu terus menjilati kemaluanku yang memuncratkan cairan-cairan kental saat aku berorgasme tadi.

Aku yang kelelahan langsung menuju tempat tidur dan tidur telentang. Aditya tersenyum lagi. Dia kini melucuti pakaiannya sendiri dan siap untuk menyetubuhi Tantenya dengan penisnya yang telah tegang.
"Aaahh besar banget penismu, keras berotot panjang lagi, tante suka penis yang begini "
sahutku takjub keheranan dan gembira karena sebentar lagi vaginaku akan dikocok penis yang gede dan panjang, kira-kira ukurannya panjang 20 cm diameter 4 cm coba bayangin hebat kan. Aditya bersiap memasukkan penisnya ke lubang vaginaku, dan aku menahannya,
"Tunggu sayang, biar Tante kulum penismu itu sebentar."
Aditya menurut, di sodorkannya penis yang besar dan keras itu ke arah mulutku yang langsung mengulumnya dengan penuh semangat. Penis itu kini kumasukkan seluruhnya ke dalam mulutku sementara dia membelai rambutku dengan rasa sayang. Batangnya yang keras kujilati hingga mengkilap.

"Sekarang kau boleh kocok dan genjot vagina Tante, Adit.." kataku setelah puas mengulum penisnya.
Diapun mengangguk, penisnya segera dibimbing menuju lubang vagina yang kemerahan merekah siap menerima tusukan penis besar nikmat itu. Vaginaku yang basah kuyup memudahkan penis Aditya untuk masuk ke dalam dengan mulus.
"Ahh.. Adit!" aku mendesah saat penis Aditya amblas dalam kemaluanku.
Aditya lalu langsung menggenjot tubuhnya dengan cepat, lalu berubah lambat tapi pasti. Diperlakukan begitu kepalaku berputar-putar saking nikmatnya. Apalagi Aditya seringkali membiarkan kepala penisnya menggesek-gesek permukaan kemaluanku sehingga aku kegelian.

Berbagai macam posisi diperagakan oleh Aditya, mulai dari gaya ****** sampai tradisional membuatku orgasme berkali-kali. Tapi dia belum juga ejakulasi membuatku penasaran dan bangga. Ini baru anak yang perkasa. Dan baru saat aku berada di atas tubuhnya, Aditya mulai kewalahan. Goyangan pinggulku langsung memacunya untuk mencapai puncak kenikmatan. Dan saat Aditya memeluk dengan erat, saat itu pula air mani membasahi kemaluanku dengan derasnya, membuatku kembali orgasme untuk yang kesekian kalinya.

Selangkanganku kini sudah banjir tidak karuan bercampur aduk antara mani Aditya dengan cairanku sendiri. Aditya masih memelukku dan mencium bibirku dengan lembut. Dan kami terus bermain cinta sampai siang dan baru berhenti saat Leni pulang dari sekolah. Sejak saat itu aku tak lagi stress karena sudah mendapat pelampiasan dari keponakanku. Setiap saat aku selalu dapat memuaskan nafsuku yang begitu besar. Dan tidak seorang pun mengetahui kecuali kami berdua.


       
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep,cerita sex,ceritasex,
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Sange Terapis
Apr 6th 2013, 03:49


Aku kerja di satu rumkit swasta sebagai terpais bicara, melatih pasien yang karena gangguan syaraf menjadi sulit untuk bicara. jadi tugasku membantu mengembalikan fungsi bicara pada pasien tersebut. aku mendapat pasien baru, seorang nenek yang kena stroke. Selain gangguan pada gerakan tubuh bagian kanan, si nenek juga sulit untuk bicara. Hanya gangguan gerakannya tidak separah gangguan bicara, karena sinenek masi bisa berjalan walaupun menggunakan alat bantu. Anaknya, seorang prempaun 40an kalo aku gak salah, yang selalu mengantarkan si nenek untuk terpai jalan dan bicara. Sayangnya hal ini tidak berlangsung lama, karena adanya gangguan teknis dalam kontrak kerjaku dengan rumkit, maka aku brenti bekerja di rumkit. Kepada si tante (anak si nenek) aku sanggupi untuk merawat si nenek dirumah, karena menurut dokter saraf yang merawatnya, nenek harus terapi bicara cukup intensif. Selain dari honor, sebenarnya aku seneng menterapi si nenek karena adik si tante, lelaki ganteng, tegap, kumisan, umurnya belon 40 kukira. Kadang dia mengantar nenek dan kakaknya untuk terapi, hanya karena aku sedang bertugas, aku gak bisa bincang2 dengan si om, demikian aku memanggilnya. Kalo toh bicara hanya tegur sapa basa basi yang basi banget buatku, karena aku gak pengen cuma tergir sapa ja. Kayanya si om juga seneng ketemu aku, karena setiap ketemu matanya selalu berbinar2 meandangiku yang sedang menterapi ibunya, walaupun tidak ada kesempatan ngobrol. Sampae satu sore, ketika aku sedang menterapi nenek dirumahnya ujan turun, deras banget. Si tante nawarin aku untuk makan dirumahnya saja, aku gak enak kalo kudu numpang makan dirumahnya. si om gak tinggal bersama ibunya, hanya sesekali dia kunjungi ibunya, sehingga akupun jarang ketemu dia dirumah nenek. Gak tau gluduk apa yang menggiring si om, tau2 dia nongol dirumah nenek, nganterin pesanan nenek. Si tante langsung minta dia nganter aku pulang. "Kamu bisa gak nganterin Iin pulang, aku tawarin makan disini dia gak mau". Tante selalu manggil aku Iin, gak tau napa gak mo pake namaku, Inez. Mungkin dia make In nya trus diulang seperti kebiasaan orang Sunda, mungkin lo. Nenek keluarga Sunda soale. aku ya gak masalah mo dipanggil pake nama apa juga. "Bisa", cepet banget jawabannya. Aku seneng banget punya kesempatan berdua dengan si om. Setelah terpai selesai, aku segera dianter pulang si im. "Om, gak ngerepotin neh mesti nganter Iin pulang". "Jangan manggil om atuh In, aku kan belon tua2 amat". "amat lagi sakit om, yang gantiin asep". "Asep?" dia gak ngerti guyonanku. "iya om kan tadi bilang blon tua2 amat, si amat sakit, yang gantiin asep. jadi blon tua2 asep harusnya". Dia tergelak, "bisa aja kamu, jangan panggil om dong". "abis manggil apa, manggil nama gak sopan asep". Dia tertawa lagi. "Ya udah Iin panggil akang aja ya, kan akan Sunda". "Tau dari mana kalo aku Sunda". "Tante ngubah namaku dari Inez ke Iin, kan ngulang nama kebiasaan Sunda kan". "Pinter kamu, Inez nama bagus, tapi lebi asik manggil Iin ya". "Ya terseah akang aja, nama gak penting kok buat Iin". "Ya penting atuh In, kalo gak da nama trus aku manggil kamu apa, atun?" "Kok atun kang, iya atun to adiknya asep". "Wah kena nih Iin 1-1 ya kang". Tertawa berdaerai lagi. "Laper In, makan dulu yuk, mau ya". Aku ngagguk, dia ngarahkan mobilnya ke mal. Di mal dia nggandeng tanganku, aku seneng ja dia ngegangdeng aku, serasa aku pacarnya. "Kok Iin digandeng2 kang?" "Napa, kamu gak suka, ato ada yang marah kalo aku gandeng kamu?" "Suka kok kang". "Jadi pacar akang mau gak". Kaget juga aku mendenger ucapannya barusan. Kita milih tempat duduk, trus dia memesankan makanan buat aku. "Makanan padang suka kan". "Iin mah pemakan segala kok kang". "Wah Iinsurus dong", guyonnya niru iklan susu di tv.

Gak lama kemudian di balik bawa senampan berisi makanan padang 2 piring dan 2 tehbotol. "Mau gak jadi pacarku, tadi belon dijawab, ato kamu dah punya cowok ya". Aku ngangguk. "Wah keduluan neh, ya dah gak apa, jadi ttm ja ya, mau kan". Agresif banget dia ngedesek aku. "Pacarnya kok gak jemput?" "Dia lagi kluar kota kang". "Kerja apa?" "detailer farmasi". "O lagi upcountry ya". "Kok akang tau istilah upcountry segala, mangnya akang sales juga ya". Dia ngangguk. "Berapa lama perginya". "Sebulan kali kang". "Wah lama banget, bisa dirubung semut nanti kamu ditinggalin lama". "Kok dirubung semut kang". "Kamu kan manis, kalo ditinggal lama2 apa gak dirubung semut?" "Salah satu semutnya akan ya", balesku. "Tau aja kamu. Tau gak kamu, aku suka liat kamu sejak kita pertama ketemu di rumkit". "Napa akang suka liat Iin?". "Kamu kumisan, trus tangan kamu juga buluan". "Biasa aja kan kang". "bedalah, prempuan yang kumisan biasanya bulu bawahnya lebat, iya kan". Wah mulai vulgar dia. "Mangnya napa kalo bulu bawahnya lebat". "Bener kan bulu kamu lebat, yang ditangan ja panjang2 gini", katanya sambil mengelus tanganku. aku kaget, mrinding bulu romaku dielus tanganku. "Tu kan, baru dielus ja dah menggelinjang, prempuan buluan kan napsunya gede", dia ngomong sambil membungkukkan badannya kerahku dan berbisik, biar gak kedengaran sekeliling tempat duduk kami, maklum foodcourt mal lagi rame. Napsunya gede ya In", bisiknya lagi, "kalo pacarng gak cuma pegangan tangan kan". "Mangnya megang apa kalo gak tangan kang". "iya megangnya pake tangan, tapi gak cuma tangan kamu yang dipegang kan, pasti cowok kamu ramah". "Ramah?" "iya rajin menjamah", dia tertawa, aku juga. "ngeraba kesemua penjuru badan kamu kan". "Akang tau aja". "iyalah, aku kan lelaki". "akang gitu juga ya". Dia ngangguk. "Kesiapa kang, istrinya?" "Aku dah pisah kok ma keluarga". "oh, maap". "Gak apa kok". "abis kesapa kang, abege?" "Tau aja kamu". "Ya taulah, lelaki seumur akang kan demeng banget ma abege". "iya, kamu kan masi tergolong abege juga, makanya aku demen banget liat kumis kamu. Kamu ditinggal lama gitu apa gak gatel2 In". "Kok gatel2 kang". "Ka biasanya ada yang ngegarukin kamu di atas dan di bawah"> Maksudnya". "iya cowok kamu pasti ngeraba kamu keatas kebawah kan". aku terdiem. "Yang dibawah gak cuma digaruk ya In". "Gak tau ah". "Gak usah malu, normal lah gitu, justru kalo gak bgitu gak normal cowok kamu, vip dia". "Kok vip?" "iya, very impotent person". Kami tertawa bersama. "Kamu dah lama gak digarukin ya IN, aku mau kok garukin kamu". "akang vulgar ih". "Kamu pengen kan, palagi ujan2 gini enak banget kelonan". "akang ah". "Abis makan kerumahku yuk, daripada kamu gatelen ditempat kos kamu, palagi dia kan gak ada, jadi gak da yang garukin kamu, ato ada ttm laen". Aku ngegeleng. "Makanya, kerumahku aja tuk, masi mo nambah gak makannya". Kembali aku ngegeleng, aku bingung, antara mau dan malu.

Dia langsung menggandengku lagi menuju ke basement, ke parkiran mobil. Mobilnya di parkir di basement yang sepi. Tak ada petugas parkir yang
berkeliaran seperti halnya di mall-mall besar. Begitu aku masuk dan duduk di sebelahnya, dia langsung meraih kepalaku dan melumat bibirku dengan penuh nafsu. Aku meladeni ciumannya dengan nafsu yang tak kalah hebatnya. Aku dah gak mikir malu lagi, aku juga pengen dikelonin dia, dah lama banget gak kelonan ma cowokku soale. Hampir semenit kami yang penuh birahi ini saling melumat bibir, memainkan lidah di mulut pasangan dan diselingi gigitan kecil di bibir bawah. Tidak peduli sedang di tempat umum, dia membuka 2 kancing bajuku. Nafasku semakin memburu dan jantungku berdebar makin kencang, ketika tangan kanannya dengan bebasnya masuk ke balik kemejaku, menyusup kedalam braku dan merengkuh tokedku sebelah kiri dengan ganas. "Uuuugggnnnnnnn…" desahku refleks begitu merasakan tokedku diremas-remas. Tubuhku jadi menggelinjang kecil ketika putingku dijepit kuat oleh jarinya dan dipilin-pilin. Dia membuka kancing kemejaku 2 lagi dan menyibakkannya ke samping. Kedua buah melon segar berwarna putih muncul ke permukaan, menantang pandangannya. Putingku sudah mengacung tegak sebagai indikator empunya sedang dilanda libido tinggi. Matanya melotot melihat sepasang toked yang indah tersebut. "Besar juga toked kamu In. Cowok kamu pasti rajin nggarap toked kamu ya" ujarnya tersengal-sengal penuh nafsu. Aku bersemu merah dan tidak sempat menyelesaikan jawaban karena kedua tangannya langsung mremas kedua tokedku kuat-kuat. ari-jarinya memutar-mutar bongkahan tokedku dan memilin-milin putingnya. "Kang, gak sabar nunggu ampe kerumah ya". "Pemanasan dulu kan bole In". Dia menyibakkan rokku keatas. memekku yang berjembut di puncaknya terbayang di cd minimku yang tipis. "Buka paha kamu In" katanya sambil membuka paha putih mulusku. Jemarinya langsung mremas gundukan montok tersebut. "Aiieehhh…..Ahhhhh…" pekikku kaget. Dari selangkanganku seolah ada kejutan listrik yang langsung bergerak menyebar ke seluruh tubuh. Apalagi dia tidak berhenti sampai mremas-remas saja, jari tengahnya langsung menyelusup masuk ke balik cdku dan mengilik belahan bibir memekku dan langsung dikocok. "Ahhh.. ahhhh… sssshhhhhh…. " Aku menggeliat-geliat keenakan, karena memekku yang sudah gatal karena garukan-garukan cepat jarinya. "dah banjir mem3k kamu In". Jari tengahnya makin cepat mengocok memekku. aku mremas kuat bahunya dan kepalaku menggeleng-geleng resah "Auhh.. ahhh.. kaang… cukup kaang, jangan di sini donng…aahhhh…" rengekku tengsin campur horny, karena takut ketauan satpam. Dia menghentikan kocokannya dan mengeluarkan jari tengahnya dari memekku. Sambil menjilati jari tengahnya yang basah oleh cairan memekku, dia berkata, "ya udah, kta lanjutin dirumahku ja ya". Aku segera merapikan pakeanku. Mobilpun meluncur meninggalkan basement mal menembus derasnya hujan. "Bener kan, pantes napsu kamu besar banget, dikilik gitu ja dah klojotan, jembut kamu lebat gitu". "abis akan pinter banget ngiliknya, ya Iin gak tahan lah digituin". "Palagi dikilik pake jari di selangkangan ya In". aku senyum sambil memukul bahunya pelan, "ih akang".

Sesampainya dirumahnya, dia berlari menembus ujan denga payung, membuka pintu gerbang, kembali ke mobil dan mobil meluncur masuk ke carport yang ada saungnya. Diapun keluar lagi, menutup pintu gerbang dan membukakan pintu untukku. Kamu masuk ke rumahnya, gak besar si, dia menyalakan lampu. "Bentar ya In, aku ambilin anduk dulu, tu kamu kebasahan". "Cuma dikit kok kang". Tapi dia menghilang kedalem. Ruang tamunya langsung nyambung dengan ruang dalem yang berisikan ruang keluarga dan meja makan, tanpa partisi. Ada tv plasma 42inch disertai seperangkat audio system. Aku melongok ke ruang disebelah ruang makan, rupanya itu dapurnya, minimalis tapi lengkap dengan lemari es, microwave oven dan oven gas 2 pit. Ketika aku kembali ke ruang makan dia dah membawakan anduk, diberikannya ke aku. Aku mengelap rambutku yang kena air ujan dikit, "Lagi inspeksi ya yang". "Kok yang si kang". "Kan ttm, bole dong manggil yang, lagian nama kamu kan Inez bukan Iin". "Bole kok" "Palagi bentar lagi kita kan mo kelonan kan, masi pengen kan?" "Aku manggil akang papah ja ya biar lebi mesra". Aku diseretnya masuk kamarnya, langsung aja dia memelukku dan mremas kembali tokedku dengan penuh napsu. "Aakkkhhh… ahhh… hmmppfffffffhhhhh.." desahku karena mendadak gelombang listrik dan kenikmatan melonjak dari kedua putingku. "kenyal sekali tokedmu yang" ujarnya. Serangan tangannya semakin gencar. Kedua tanganya sudah menyelusup ke balik kemeja Vani, dan dengan leluasa mremas-remas melon putih dan kenyal tersebut. "Hahhhh…haahhh… aammmhhhhhffffff…" desahku keenakan, apalagi lidahnya menjilati leher jenjangku dengan liarnya. Dia segera melepas kemeja dan braku. "Wuih, segernya", katanya sambil terus mremas tokedku. Dia kini pindah berlutut didepanku, dia sudah tidak tahan untuk mencaplok tokedku yang menggiurkan tersebut. Diamembuka mulutnya lebar-lebar, dan menelan ¼ tokedku dari ujung putingnya. Kemudian dia menghisap kuat-kuat putingku yang sudah menegang keras sampai keluar suara yang keras. Sluuuurrppp.. Slurrrppppp… Akui semakin belingsatan tokedku diperlakukan seperti itu, karena tokedku sensitif banget. "Aaaahhhhaaaahhhh…. Haahhhhhh…SShhhhhhhhh.. Enak banget pah…" erangku tak tertahankan lagi. Menyadari aku makin terangsang, perlakuannya pada tokedku semakin menjadi-jadi. Cupangan memerah menyebar di sekujur bulatan tokedku yang putih. Gelinjang tubuhku pun menjadi-jadi, dia melepaskan rokku dan terhenyak memandangi pahaku yang putih. Gundukan memekku mencembung dengan bayangan hitam dibagian atasnya masi tertutup cd minim yang tipis. "Tadi dimobil gak kliatan jelas, napsuin banget liat mem3k kamu yang". Tak lama cdku pun terlepas dan aku bertelanjang bulant didepannya. "Wah wah.. kau memang sudah siap untuk dientot ternyata" katanya sambil memasukkan jari tengahnya ke sela-sela memekku yang sudah basah kuyup. Begitu jari tengahnya melesak sepenuhnya ke dalam lubang memekkua, tubuhku langsung melengkung dan lenguh kenikmatankua terdengar "Ouuhhhh….hhhuuuuhhh… iyhaa.. disitu pah.. benar disitu pah.. kocok yang kenceng pah…" pintaku penuh nafsu. Dengan senang hati dia memenuhi permintaanku. Jari tengahnya keluar masuk memekku dan diselingi gerakan mengobel-ngobel yang agak kacau, sehingga bunyi kecipakan becek terdengar. Tak sampai semenit aku mulai merasakan bahwa rasa gatal yang menggerayangi sekujur memekku terasa semakin menghebat. Semakin kencang dikocok, rasa gatal tersebut semakin memuncak. Dan tanpa dapat ditahan lagi, orgasme pertamaku di hari itu meledak juga. "OAAAAAAHHHHH…..AGGHHHHH….HHAA AHHHHHHH.." lenguhku panjang sampai punggungku ikut melengkung akibat terpaan gelombang orgasme yang sudah dinanti-nantinya.

Dia sempat terpana demi menyaksikan betapa hebatnya reaksi orgasmeku. Sedetik kemudian ia tersadar, dan cepat-cepat bangun untuk melepas pakeannya. Ketika aku mendapatkan kembali kesadarannya 30 detik kemudian, dia sudah hendak melepaskan cdnya. "Pah, kont0l papah besar banget, panjang lagi". "Mangnya kont0l cowok kamu keil ya yang". "Besar si rasanya waktu pertama ngeliatnya, tapi dibanding kont0l papah gak da apa2nya". "Yang gede lebi berasa yang". "Muat gak ya pah di mem3k aku". "Ya muatlah yang, malah kamu bakal keenakan karena gesekan kontolku ke mem3k kamu lebi brasa banget". Dia lalu menerkam dan menindih tubuhku di ranjang, lalu dengan buas melumat bibirku. Sambil menjilati leherku, tangannya dengan cepat mremas gundukan memekku. "Pah …Aaahhhhhh…..Auhhhhhh…" ucapankui berganti lenguhan terkejut bernuansa nikmat. Cukup dengan beberapa kocokan saja, memekku sudah banjir kembali. "Haahhh.. haahhhhh…. Oohhhhhh.. hmmmppffff…." desahkui blingsatan karena memekku kini dikocok dengan dua jari, yang kadang menggesek itilku. Kontolnya yang hitam pekat langsung mengacung tegak. Dia karena konaknya sudah di ubun-ubun, langsung mengangkangkan lebar-lebar pahaku. Sambil mengocok-ngocok pelan kontolnya, dia mulai mengarahkan palkonnya ke bibir memekku. Aku tidak hanya pasrah, tapi juga sudah berharap agar kontolnya segera menghujam memekku. Dia langsung membenamkan dalam-dalam kontolnya ke dalam lobang
kenikmatankui. Membuat aku agak tersedak dan melenguh pendek
"Heeggghhh..umhh..". Dia langsung menyeringai puas "Aggghh.. rapat sekali mem3k kamu yang..hahhhh". Dia langsung menggenjotku dengan kecepatan tinggi. Lenguhan kenikmatannya mengalahkan desahan erotisku yang mulai menikmati pompaan kontolnya di liang memekku. "Hmmm…ahahhh.. ahhh.. iya pah... betul gitu pah.. lebih cepat pah.. ahhhh.." ceracau aku keenakan. Mendengar ceracauku yang mesum itu, dia semakin bringas. Tangannya mencengkram tokedku kuat-kuat, dan genjotan pinggulnya semakin tidak beraturan. "Hebat sekali kamu yang. Belum pernah aku ngrasakan mem3k senikmat kamu punya". nafsuku makin menggelora. "Aahhhhhhhh…. Hahhhhhh… Ouggggghhhhhhh……" lenguhku dalam kungkungan birahi. Aku merasa orgasmeku semakin mendekat. bibirku sudah dilumat olehnya.

Yang, ganti posisi yuk", katanya tiba2 dan dia langsung mencabut kontolnya dari memekku. aku kecewa karena aku baru saja mulai mendaki gunung orgasmeku. "Kok dicabut pah". "Iya ganti posisi biar lebi dalem lagi masuknya, kamu bakalan lebi nikmat lagi". Dia langsung menyuruhku mengambil posisi doggy "Nungging deh yang, aku pengen nyodok kamu dari belakang". Aku melakukannya dengan patuh. Kedua tanganku menahan body depan, kakiku tertekuk, pahaku terbuka selebar mungkin, dan pantat kutunggingkan. "Wow.. kamu emang napsuin yang" ujarnya sambil menampar pantatku yang sekal dan bundar itu. "Ahhh.. " aku cuma mengerang pelan karena tamparannya. Tanpa berlama-lama, dia langsung memasukkan palkonnya ke sela-sela bibir memekku yang sudah basah kuyup. Sambil memegang erat pinggulku, dia mulai menekan pinggulnya dalam-dalam. "Heeppp… shit.. masih sempit aja ni memek" ujarnya sambil menekan agak keras sehingga setengah batang kontolnya amblas, SLEPP… "Akkhhhhhh…. " erangkui agak keras. Sambil berusaha menoleh ke belakang, aku memohon "Ayo pah, langsung dikocok..Mem3k aku udah gatel banget nihh.." rengekku manja plus horny. Dia semakin bersemangat untuk menggenjotku dari belakang. Pantatnya dengan aktif mulai maju mundur, menghajar memekkui dengan hujaman-hujaman kontolnya yang besar panjang. "Aaaahhhh.. haaahhhh… ouugggghhhh.. " lenguhku. "Hmmppff.. enak banget… Gede banget kont0l papah,masuknya dalem banget pah...Gillaaaa….aahhhhh.." aku semakin terbuai nafsu birahi. Akibat pompaannya, tubuhku terguncang-guncang maju mundur dengan kuatnya. Tokedku bergoyang-goyang heboh tak tentu arah. Dia yang tidak puas cuma mremas-remas pantatku, menggapaikan tangannya untuk meraih tokedku yang bergoyang bebas.

Sambil mremas-remas sepasang daging kenyal bundar, dia menceracau
keenakan "Gillaa.. toked kamu besar yang. Kamu demen kan kalo aku remes-remes gini..". Dia tak perlu jawaban langsung, karena lenguhanku yang semakin keras sudah menunjukkan betapa aku juga menikmati setiap remasan di tokedku. Tidak sampai 5 menit digempur dengan doggy style, tubuhku sudah menegang. Lenguhanku semakin keras "Ahhh.. ouuuggghhhh.. yahh.. yahh.. cepetin pah.. cepetin ngocoknya..Ahh..ahhh.." Memenuhi requestku, dia meningkatkan RPMnya. Dan……."OUUUUUUGGGGHHHHHH…….AKU KELUAR.. AKU KELUAR….AAAHHH…" jeritku sambil mengejan-ngejan. Dia merasakan ada semprotan pelan di kontolnya. Diturunkan kecepatan kocokannya, untuk membiarkan aku cooling down dan ambil nafas dulu.

"Hah.. hah…hah… gila.. enak banget.pah.." ujarku dengan nafasnya masih
tersengal-sengal. Dia pelan-pelan mencabut kontolnya. Walaupun sudah
pelan-pelan, tetap saja aku terpekik kecil ketika kontolnya dicabut. "Auh..
kok dicabut pah?" tanyaku kaget. Dia tidak berkata apa-apa, tapi langsung membalikkan tubuhku sehingga terlentang. Tokedku yang menggunung indah menjadi sasaran lumatan bibirnya. Sambil mremas-remas dengan kuat, putingku dijilat-jilat dan dipermainkan dengan lidah olehnya. Libidoku langsung naik lagi. Bahkan rasa gatal di memekku kembali dengan lebih hebat.

"SShhhhhh… hhmmppfffff… " desisku keenakan karena tokedku sekarang sedang dikenyot dan dihisap kuat-kuat putingnya oleh dia. "Haahh.. hahh… pah, aku mau diatas ya" pintaku. "Hehe aku emang pengen ngerasain goyangan kamu yang". Dia terlentang dan aku mengangkang di atasnya, mulai mengarahkan kontolnya ke lubang memekku. Tanpa kesulitan batang ****** tersebut amblas langsung 3/4nya. "Heekkhhhhhh… uuuuhhhh… gede banget sihhh…" erangku, mataku sampai terpejam karena kenikmatan yang dirasa ketika batang besar tersebut menerobos dan menggesek dinding-dinding memekku yang licin. Aku langsung mulai menggoyang pinggulku dengan gerakan naik turun, sambil tanganku bertelekan di perut sixpacknya. Slepp.. slepp.. sleppp… bunyi gesekan kontolnya dengan dinding becek memekku. "HHHhhhmmm… hhaahhhhh…. Sshhhhhh…" desahku menikmati setiap sentuhan. Karena aku diatas, dengan mudah aku mengarahkan sentuhan-sentuhan kontolnya ke titik-titik yang aku suka. Sekarang kontolnya amblas seluruhnya, dan aku mulai melakukan gerakan maju mundur, dan diselingi oleh gerakan pinggulnya yang memutar-mutar. Sensasinya? Luarr biasaaa…dia merasakan kontolnya dipilin-pilin, dan diremas-remas dengan enaknya oleh cengkraman dinding-dinding licin yang panas memekku. "Ahhh.. hhaaahhh…gillaa mem3k kamu enak bener yang…." erangnya merem melek saking enaknya. Lebih cepat dari ronde pertama, aku sudah hampir mencapai orgasme lagi. Kontolnya menggesek-gesek tepat di titik g-spotku. Rasa gatal yang sangat hebat terasa mengumpul disekujur selangkanganku, membuat aku semakin blingsatan, goyanganku berusaha menggaruk setiap titik gatal tersebut. Dia yang tau aku akan mencapai orgasmeku lagi, mempercepatnya dengan mremas tokedku yang tergantung bebas sambil memilin-milin putingnya. Betul saja, detik berikutnya aku merasakan ledakan kenikmatan muncrat di lubang senggamaku, "OOOAAHHHHHH……. AAAAAUUHHHH…. OUHH… Ouuhhhh….hmmmmppffffff…" jeritkui penuh kepuasan. Tubuhku bergetar dengan hebatnya, dialiri sengatan listrik orgasme yang bersumber dari memekku dan menyebar ke seluruh tubuh. 15 detik setelah gelombang klimaksku berlalu, aku menjatuhkan diri di atas tubuhnya. Nafasku masih tersengal-sengal.

Dia yang sudah merasa tanggung, tidak lagi menunggu aku siap. Tangannya menggapai pantatku dan mengangkatnya sedikit, agar ada sedikit celah antara selangkangannya dengan selangkanganku. Dia mulai menggerakkan pinggulnya naik turun, karena kontolnya masih menancap dalam di memekku. Dia mengocok dengan cepat. Plak..plak.. plak.. slep..slepp. sleppp.. bunyi benturan kontolnya dengan memekku, ditingkahi oleh kecipak becek cairan memekku. "Ahh.. ahh. pah.. tunggu… jangan dikocok lagi.. ngiluu.." rengekku lemas. Tapi dia malah mempercepat kocokannya. Tapi, ternyata akibat kocokan ini, rasa ngilu di memekku cuma tarasa sebentar. Sekarang malah rasa gatal itu kembali dengan lebih hebat lagi. Tanpa diduga, gelombang orgasme yang lebih dahsyat dari sebelumnya meledak di selangkanganku.

"HIAAHHHHHH…..AAAAHHHHH… OUUFFFHHHHHH…. AKU KELUAR LAGI PAH" pekikku ketika mencapai orgasme lagi dengan mata terpejam kuat dan tangan mremas pundak nya kencang-kencang. "Hahh.. hah…. Gila.. gila… aku keluar lagii…" desahku lemas.

Dia bergerak menggulingkan tubuhnya, sehingga sekarang aku yang ditindih. "Than.. time out.. time out..aku nyaris pingsan pah.." aku memohon dengan suara lemas. "Yang, aku udah nanggung banget nih. Tahanin bentar lagi ya. Aku udah mo keluar juga kok" katanya dengan nafas memburu karena birahinya sudah diubun-ubun kepala. Tanpa menuggu persetujuanku, dia langsung tancap torsi tinggi dalam posisi misionaris. Kontolnya menghujam memekku tanpa belas kasihan. Keluar masuk dengan cepat, berputar-putar, mengobel-ngobel dinding memek yang sempit dan semakin banjir itu. Tanpa bisa ditahan, akumengalami orgasme yang entah untuk keberapa kali. "PAH… AKU YANG KLUARR NEEHHHH…EEHHHHHHHHMMMMM.." teriakku penuh kenikmatan, sambil kelonjotan di bawah tubuhnya.

Dia mencabut kontolnya, diiringi lelehan banjir cairan memekku. Dia langsung mengambil posisi di atas perutku dan menjepitkan kontolnya di sela-sela tokedku. Kedua telapak tangannya merangkum kedua bongkah susu ranum tersebut, dan menjepitkannya kuat-kuat ke kontolnya yang sudah hampir meledakkan peju. Kontolnya dikocok dengan cepat di sela-sela tokedku. "Ouuh..", lenguhnya kenikmatan. Tak sampai setengah menit, dia merasakan ada gerakan aliran dari pangkal batang kontolnya menuju ke palkonnya. Rasa gatal di palkonnya pun semakin menghebat. Dan ledakan orgasmenyapun terjadi juga "OOOOOHHHH… " lenguhnya keras. Semprotan peju langsung menembak. Lelehannya memenuhi toked dan wajahku. Dan diapun langsung terbaring lemas di sampingku..
Hampir 3 menit tidak ada yang berbicara. Hanya nafas memburu yang terdengar semakin perlahan, seiring lewatnya badai kenikmatan seksual. Dia memiringkan badannya dan langsung menatapku. "Gimana yang, nikmat kan?" "Banget pah, tapi papah jadi ngecret diluar deh". "Gak apa, kan masi ada ronde kedua, masi mau kan". "Banget pah, tapi aku istirahat dulu yah, papah kuat banget ngentotnya, lama lagi, aku lemes banget pah". "Tapi nikmatnya juga banget kan". Aku cuma menggangguk tersenyum.


       
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep,cerita sex,ceritasex,
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - ML Dengan Mahasiswi Fakultas Hukum, Lina
Apr 6th 2013, 03:47

Sejak berpacaran dengan Lina, mahasiswi Fakultas Hukum Universitas terkemuka di Bandung, yang berbeda dua angkatan dengannya, Andi mulai bergaul dengan teman-teman Lina. Aktifitas Lina membawanya sering berkumpul dengan anak-anak Hukum yang seperti teman-teman baru bagi Andi

Sejak berpacaran dengan Lina, mahasiswi Fakultas Hukum Universitas terkemuka di Bandung, yang berbeda dua angkatan dengannya, Andi mulai bergaul dengan teman-teman Lina. Aktifitas Lina membawanya sering berkumpul dengan anak-anak Hukum yang seperti teman-teman baru bagi Andi. Kenyataan ia satu-satunya anak Ekonomi saat berkumpul dengan teman-teman Lina membuatnya mudah dikenali. Dari sering berkumpul ini pula ia mulai kenal satu persatu anak Hukum. Sikapnya yang mudah bergaul membuat ia juga diterima dengan tangan terbuka oleh komunitas anak-anak Hukum.

Sebagai anak Ekonomi dan punya pengalaman organisasi lebih banyak dibanding teman-teman Lina, membuatnya sering memberikan wawasan baru bagi anak-anak Hukum angkatan Lina.

Di sini juga ia menjadi kenal Lira, yang sama seperti teman Lina yang lain, sekedar kenal dengannya. Lira sering ikut datang karena statusnya sebagai pacar Boy, salah satu pentolan angkatan Lina. Tidak ada perhatian khusus Andi kepada Lira, kecuali tentu saja, sebagai laki-laki normal, dadanya yang super. Meski bersikap biasa kepada Lira dan cenderung bersikap sama terhadap teman Lina yang lain, kelebihan pada tubuh Lira kerap membuatnya tak kuasa melirik lebih dalam, terutama saat Lira memakai baju yang memamerkan lekuk tubuhnya secara sempurna, apalagi kulit Lira putih bersih dan mulus.

Perkenalan lebih terjadi saat Lina meminta Andi mengantarnya ke kost Lira karena perlu meminjam bahan kuliah. Saat itu pun Andi masih belum sadar Lira itu siapa, dan baru paham setelah disebutkan pacar Boy. Meminjam buku menjadi waktu bertamu yang lebih absolutist setelah Andi dan Lira ternyata punya selera musik yang sama. Obrolan itu masih dalam batas koridor pertemanan, hanya bedanya setelah itu, Andi jadi lebih ingat siapa Lira, batten tidak namanya. Lira sendiri sebetulnya bukan teman akrab Lina. Bisa dikatakan beda gank, tapi hubungan mereka baik.

Aktifitas mengantar Lina ke kampus pun kini menjadi lebih menyenangkan bagi Andi karena ia sering bertemu Lira. Namun, sekali lagi ini sebatas karena mereka punya selera musik yang sama. Batten tidak, saat menunggu Lina berurusan dengan orang lain, terutama di lingkungan organisasi mahasiswa kampus, Andi punya teman ngobrol baru yang nyambung diajak ngobrol. Lina pun merasa beruntung Andi mengenal Lira karena ia jadi lebih santai mengerjakan sesuatu di kampus terutama jika ia minta Andi menunggunya.

Sampai tiba masa-masa sibuk di organisasi mahasiwa Hukum yaitu pemilihan ketua Badan Eksekutif Mahasiswa. Rapat-rapat sering digelar untuk merumuskan strategi kampanye. Kasihan kepada Andi, pada suatu hari Lina tidak minta ditunggu lagi oleh pacarnya itu, tapi ia minta dijemput lagi pukul empat sore, dua jam setelah rapat dimulai. Andi pun memutuskan untuk menunggu di kost-an salah satu teman yang kost di dekat kampus. Sayang, saat tiba di kost-kostan tersebut temannya sedang keluar. Tak habis akal ia menuju kost-an temannya yang lain. Namun, jalan ke kost-an temannya itu melewati kost-an Lira. Dari jalan, yang hanya berjarak sekitar 15 beat dari deretan kamar kost tersebut. Ia melihat Lira keluar dari kamarnya hendak menjemur handuk. Andi melambatkan motornya dan berharap Lira melihat. Dan, harapannya terkabul. Ia akhirnya memutuskan capital di kost Lira sembari menunggu Lina selesai rapat.

"Lina lagi rapat ya?"

Lira membuka pembicaraan sambil sibuk menata rambutnya yang basah. Ia mempersilakan Andi duduk di atas karpet karena di kamarnya memang tidak ada kursi. Semua perabot terletak di bawah termasuk sebidang meja kecil tempat Lira belajar.

"Iya. Loe kok ngga ikut Lir?"

"Males. Gue tau pasti lama. Lagian sekarang kan yang rapat pentolan aja."

"Boy di sana juga?"

"Iyalah, dia kan proyeknya. Masa' dia ngga dateng. Ini juga gue lagi nungguin dia. Janjian ntar gue jemput jam enam, mau nonton."

Andi baru sadar kalau ini adalah malam Minggu dan ia belum punya rencana. Dari tadi pandangannya tidak lepas dari rambut ikal sebahu Lira yang basah habis mandi. Ia hanya bisa menelan ludah melihat Lira yang seksi sekali dalam kondisi seperti itu. Aroma yang cukup accustomed baginya merebak dari rambut Lira yang masih basah.

"Shampo loe shampo bayi ya, Deedee kan, rasa strawbery?"

"Hahaha, kecium ya, kok tau sih?

"Yah, elo Lir, gue kan juga pake Deedee. Cemen yah?"

"Buset, orang kayak loe shamponya Deedee? Lina yang mau apa emang elo yang suka?"

"Gue udah pake shampo itu sejak SMA,"

"Hihihi…, geli gue, lucu aja, liat loe shamponya Deedee," ledek Lira sambil tertawa geli.

Keduanya terdiam sesaat. Sampai tawa Lira berderai lagi.

"Kok sama lagi sih. Kita emang udah jodoh ketemu kali nih. Jodoh jadi temen gitu maksud gue."

Lira berusaha meluruskan kalimatnya karena sadar perkataannya bisa diartikan berbeda. Keduanya memang saling nyambung awalnya karena punya selera musik yang sama.

"Mungkin kali ya…., loe bocor sih," sahut Andi terkekeh.

Obrolan pun terus berlanjut mengalir seperti sungai. Lira yang cerewet selalu punya bahan pembicaraan menarik demikian pula dengan Andi. Uniknya obrolan tersebut selalu nyambung. Di tengah ngobrol Andi sekali-sekali melirik dua tonjolan di dada Lira yang luar biasa ranum. Soal cewe, selera Andi memang yang memiliki dada besar. Ia sudah bersyukur punya Lina yang berdada lumayan berisi, namun melihat Lira, rasanya rugi kalau diabaikan, membuat darahnya berdesir kencang.

Saat melihat dari jalan tadi, Andi menemukan Lira hanya memakai bathrobe mandi dan sedang menjemur handuk. Ia sempat diminta menunggu cukup absolutist oleh Lira karena harus berpakaian dulu. Harapannya, Lira keluar dengan pakaian lebih tertutup, tapi yang didapati adalah Lira hanya memakai catchbasin top putih yang memamerkan ceplakan branya dengan jelas hingga renda-renda di dalamnya berikut celana pendek yang membuat 3/4 pahanya terbuka.

"Eh, Lir, gue mo nanya nih…."

"Apaan?"

"Tapi jawab jujur ya…."

"Apaan dulu??

"Ya ini gue mo nanya?."

"Oke, jujur…."

"Anak-anak Hukum sebetulnya risih ngga sih gue sering ngumpul bareng mereka."

"Angkatan gue??

"Iya."

"Jujur kan?…Ngga, yakin gue. Eh, tapi maksudnya ngumpul karena loe nemenin Lina kan?"

"Iya."

"Ya ngga sama sekali. Yang suka sama loe banyak kok."

"Bener loe? Kalo cowo-cowonya gimana?"

"Ngga juga. Kenapa sih? Ya kalo ada batten yang dulu naksir Lina tapi keserobot elo?hahahaha…."

"Sialan loe?, serius nih gue."

"Gue juga serius. Bener kok, percaya deh sama gue."

"Mereka, terutama yang cewe, malah yang gue tau pada keki sama Lina."

"Keki kenapa? emang salah gue apa?"

"Maksudnya keki soalnya Lina dapet cowo kayak elo."

"Emang gue kenapa?"

"Ya?loe kan sabar banget tuh mau nungguin Lina, terus gabung sama kita-kita, maen bareng?"

"Gitu ya…?"

"Iya pak Andi. Nih ya, gue kasih bandingan: cowo gue yang dulu, itu sama sekali ngga mau gabung. Sebates nganterin gue aja. Sombong banget, kayak ngeliat apaan gitu kalo kita ngumpul. Ngga tau, pembawaan anak teknik kali ya, berasa pintar sedunia."

Lira nyerocos tapi dari sorot matanya terlihat ia sangat serius.

"Dulu gue tuh sering nahan hati soalnya cowo gue itu diomongin terus sama temen-temen gue. Sombong lah, belagu lah. Ya mereka sih ngomongnya baik-baik, minta gue ajak dia bergabung. Tapi cowo gue ngga mau gimana. Jadi serba salah kan?"

"Anak teknik? Dani maksud loe?"

"Betul pak! Dani. Mungkin juga karena ketuaan kali ya? Tapi ngga tau ah! Nah, ketika loe masuk dan mau mencoba berbaur. Temen-temen gue, ngga cewe ngga cowo, jelas seneng. Apalagi loe bisa nyambung. Yang cowo respek sama loe, yang cewe,….hihihi, demen."

Lira sengaja hanya sampai kata itu. Sebetulnya ia ingin bilang ke Andi bahwa anak-anak, cewe-cewe tentunya, banyak yang naksir Andi.

"Demen apaan?" Andi berusaha memaksa Lira memperjelas omongannya sambil tergelak.

"Ya demen…ih, loe GR ya?" kata Lira sambil menunjuk Andi.

"GR apaan? kan gue cuman minta diperjelas,"

"Nih ya, ada satu temen gue yang bilang berharap banget loe putus sama Lina. Katanya, gue mau deh, biar bekas temen juga…tuh…"

"Yang bener loe? Siapa?"

"Ngga usah gue kasih tau. Kalo perasaan loe peka, loe pasti tau deh! Eh, bener tuh, dalem hati loe pasti seneng juga kan disenengin cewe-cewe….hahaha."

"Sialan loe!" balas Andi sambil terkekeh.

Tanpa sadar, Andi mendorong paha kiri Lina. Sejak perkenalan pertama mereka saat ngumpul bersama teman-teman yang lain sepuluhan bulan yang lalu. Baru kali ini mereka benar-benar saling bersentuhan secara fisik. Meski sebuah sentuhan tanpa maksud apa-apa, tak kurang Lira tertegun sejenak. Syaraf sensorik di pahanya seperti mengalirkan sesuatu yang menbuatnya berdesir. Hampir tidak ada yang tahu, bagian yang didorong dan disentuh Andi justru bagian batten sensitif pada Lira, bagian yang mampu mengalirkan perasaan erotik dalam diri cewe berumur 20 tahun itu.

Lira berusaha tidak memandang mata Andi, tapi ia tak kuasa menahannya. Rangkaian kejadian yang hanya berlangsung sekitar satu detik itu seperti membuat tubuhnya mengalirkan darah demikian cepat.

"Eh, Lir, apologetic ya kalo terlalu keras. Ngga sakit kan?"

Kali ini Lira malah berharap Andi kembali menyentuhnya. Desiran akibat sentuhan tak sengaja tadi benar-benar membuatnya merasakan sensasi yang selama ini belum pernah ia rasakan. Tapi, ia berusaha mengendalikan diri. Pahanya yang merinding tersentuh tangan Andi berusaha ia tutupi.

"Ngga kok Ndi, ngga papa, cuma kaget."

"Aduh, gue jadi ngga enak. Bukan maksud gue mau lancang ke loe kok, Lir reflek aja."

"Iya gue tau," Lira berusaha menahan agar mulutnya tidak mengatakan bahwa bagian yang Andi sentuh adalah daerah batten sensitif dari tubuhnya.

Andi benar-benar jadi tidak enak dan salah tingkah. Lira bukan tidak menyadari hal tersebut. Ia kini paham, Andi memang bukan tipe cowo yang suka merayu perempuan, bukan cowo yang suka pegang-pegang perempuan sembarangan. Memang tidak salah teman-teman di kampusnya banyak yang suka pada Andi. Sikapnya admirer banget, sama sekali tidak terlihat dibuat-buat. Dan, kenyataannya Andi memang benar-benar menyesal telah berlaku kasar, menurut ukurannya, kepada seorang perempuan. Ia adalah laki-laki yang batten tidak bisa berbuat kasar pada perempuan.

"Gue juga termasuk yang dongkol sama Lina, kenapa gue justru nyambung sama cowo-nya…hahaha," Lira berusaha mencairkan suasana dengan melontarkan antic yang sejujurnya ngga lucu.

Andi pun tertawa meski masih agak dipaksa. Ia benar-benar merasa bersalah karena tanpa terkontrol menyentuh paha Lira terlalu dalam. Maksudnya hanya pengakuan 'kekalahan' karena didesak soal banyak perempuan yang menyenanginya. Sejujurnya ia juga suka Lira karena ia anggap perempuan yang suka bicara tanpa basa basi, apalagi dengan orang yang ia rasa bisa membuatnya nyaman. Sikapnya itu membuat Andi merasa lebih dekat dengannya, meski dengan dasar suka sebagai teman.

Dari sisi laki-laki, Andi juga terkesiap dengan sentuhannya itu. Ia jadi menyadari Lira memiliki tubuh yang kencang dengan kulit yang halus. Benar-benar membuat kelaki-lakiannya bangkit. Ingin rasanya berbuat lebih dari itu. Tapi ia tidak tahu harus bagaimana. Ia juga sadar, situasi seperti ini sudah cukup sebagai tanda bahaya bagi dua insan berlainan jenis yang berada dalam satu ruangan. Hanya ia juga tak kuasa dan tak mengerti bagaimana menghentikannya. Langsung pergi, jelas akan membuat Lira marah, ia bisa menangkap bahwa Lira tidak menginginkan itu.

Masih diliputi perasaan tak menentu dan membuatnya tertegun seperti patung, Andi terkejut ketika Lira sudah menjulurkan tangan dan meraih tangannya. Tapak tangannya digenggam kedua tangan Lira dan diarahkan ke bibirnya. Dalam keadaan terbuka, Lira menciumi perlahan-lahan permukaan telapak tangan kanannya. Andi benar-benar tegang bercampur kaget. Ia tahu itu sudah lebih dari sekedar pertanda Lira menginginkan sesuatu, lebih dari sekedar sentuhan tanpa sengaja. Lira pun bukan tanpa maksud seperti itu. Ia sadar antara dirinya dan Andi baru benar-benar kenal beberapa bulan belakangan. Tapi, akal sehatnya tak kuasa menahan keinginannya untuk disentuh lebih dalam oleh Andi.

Andi benar-benar bimbang. Ia tahu, Lira sudah membuka gerbang dan kini dialah yang harus memainkan bola. Semua ada di tangannya. Di antara bimbang untuk meneruskan, yang artinya ia dan Lira sudah melanggar komitmen pada pasangan masing-masing, atau menghentikan, yang artinya ia bisa kehilangan kesempatan merasakan sesuatu yang selama ini sering membuat badannya bergetar dan hanya ia lampiaskan pada Lina, tangannya seperti bergerak sendiri membelai pipi kiri Lira. Jantung Andi berdegup kencang, bukan lagi takut Lira akan menolak, tapi sadar ia telah membuat sebuah pilihan penuh resiko tapi pasti sangat menyenangkan.

Lira tersenyum. Merasakan belaian lembut jemari Andi di pipinya. Andi pun bergerak menyisir leher dan tengkuk Lira. Sampai di punggung, tangan kirinya ikut merangkul Lira dan seketika keduanya sudah berpelukan. Lira membenamkan seluruh tubuhnya ke Andi. Pelukannya bahkan lebih kuat dari Andi dan pantatnya ia geser mendekat. Keduanya masih duduk di lantai beralaskan sebuah karpet tebal berwarna merah. Andi mengangkat wajah Lira perlahan. Ia bisa melihat Lira tersenyum bahagia merasakan kehangatan tersebut. Andi sadar, ia melakukannya bukan untuk mengejar perasaan Lira, tapi lebih pada nafsu. Nalurinya sebagai laki-laki berkata bahwa ini adalah kesempatan merasakan nikmatnya tubuh seksi Lira yang selama ini sudah ia kagumi. Dalam hati ia terus membatin untuk tidak tanggung-tanggung dan ragu. Ia bertekad menunjukkan pada Lira bahwa ia memang laki-laki sejati. Sambil mulai menjilati daun telinga Lira, Andi berusaha membisikkan kata-kata rayuan ke telinga Lira.

Glek! Mulutnya justru seperti terkunci. Semuanya sangat sulit untuk dikatakan. Balasan Lira hanya sebuah erangan manja berikut usapan halus disekujur punggung Andi. Tanpa ragu ia mendekatkan bibirnya yang merekah menyentuh bibir Andi. Halus, lembut dan perlahan penuh perasaan, keduanya saling mengulum bibir lawannya. Berpagutan dan saling bertukar lidah membuat suasana semakin hangat.

"Ndi…," Lira berusaha mengontrol dirinya. Ia ingin terus merasakan belaian laki-laki yang dikaguminya itu.

Andi tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ia paham ini adalah titik kebimbangan Lira. Memaksa Lira menyelesaikan apa yang ingin dikatakannya sama saja berpeluang menghentikan semuanya. Ia terus mencium Lira penuh kehangatan. Tangannya mulai menggerayangi sisi kiri tubuh Lira dan berbalik ke atas menuju sebuah bongkah daging keinginan setiap laki-laki. Ia mulai dengan meraba permukaannya halus dan meremasnya pelan. Persis seperti yang ia lakukan pada Wita, sahabatnya, beberapa tahun silam. Perbuatan berdasarkan naluri yang membuat ia dan Wita hampir mengakhiri persahabatan erat yang mereka bangun sejak masuk kuliah, runtuh hanya bersisa nafsu.

Andi seperti merasakan kembali sensasi itu. Sensasi bercumbu dengan perempuan yang rela menyerahkan tubuhnya secara absolute pada dirinya. Sesuatu yang justru tidak ia rasakan saat melakukannya pertama kali dengan Lina. Status berpacaran membuat mereka mudah melakukan apapun seperti ciuman, pelukan, bahkan rabaan. Andai dulu ia mengabaikan pertanyaan Wita apakah mereka benar melakukan hal tersebut, ia dan Wita saat ini pasti sudah tak ubahnya dua insan yang saling mengejar nafsu. Tidak ada lagi keindahan persahabatan dan keagungan sebuah kedekatan yang tidak dilandasi nafsu, murni sebuah kasih sayang dua manusia yang saling membutuhkan.

Tapi dulu tindakannya tepat. Karena, ia dan Wita lebih membutuhkan hubungan tanpa berlandaskan nafsu birahi. Walaupun akhirnya ia dan Wita menghentikan semuanya sebelum keduanya bersatu dalam sebuah persetubuhan, perlu waktu berbulan-bulan untuk membangun kembali landasan yang telah mereka hancurkan sendiri.

Kini, terhadap Lira, semuanya berbeda. Tidak ada halangan untuk melakukannya saat ini. Benar atau salah, itu soal nanti, karena saat ini nafsulah yang melandasi hubungan dirinya dengan Lira. Lira bukan teman dekatnya. Sejak awal ia tertarik pada Lira karena tubuh Lira yang menggoda iman. Kalau kemudian ia menjadi dekat dengan Lira karena sesuatu hal, itu tak ubahnya alat untuk masuk ke dalam perasaan Lira.

Remasannya ke dada Lira semakin kuat. Tanpa ragu, ia menyisipkan jarinya dari sisi atas untuk merasakan langsung lembutnya bongkahan indah itu. Lira mengerang dan berusaha mendekap Andi lebih kuat. Tangan Andi meremasnya makin kuat dan semakin ia merasakan betapa kencangnya dada Lira. Kencang, halus dan terawat. Ia pun kagum kepada Lira yang menyadari bahwa bagian tubuhnya yang sedang remas Andi adalah daya tarik utama dirinya, terbukti dari hasil perawatan yang dilakukannya itu. Sembari tangan kanannya meremas dada Lira, dan lidahnya menjilati leher Lira. Tangan kirinya membuka pengait bra di belakang. Sekali terbuka, kedua tangannya menyusup dari bawah dan mengangkat pakaian Lira melewati leher. Dan sekejab ia langsung bisa melihat bukit besar menantang itu langsung di depan matanya. Sejenak ia kembali mengagumi keindahan yang terpampang di depan matanya itu. Dua bongkah daging yang sejak setahun lalu membuat dirinya kerap tak bisa tidur. Tak berlama-lama puting susu Lira sudah menjadi sasaran mulutnya. Kuluman bibir, gigitan kecil additional sapuan lidah membuat Lira terlonjak tak bisa menahan diri. Badannya menegang setiap Andi menghisap putingnya. Ingin rasanya Andi mengecup kuat breadth di kulit yang menutupi tonjolan dada Lira, tapi ia sadar hal tersebut akan mempersulit posisi Lira. Apalagi Lira memohon dengan suara lirih.

"Jangan ada…bekasnya…Ndi…."

Dua bukit besar itu seperti mainan baru bagi Andi. Ia juga sering merasakannya dari Lina, tapi yang disodorkan Lira dua kali lebih nikmat. Lina juga keras dan kencang, tapi tidak sebesar Lira. Besar tapi masih proporsional. Ia bisa merasakan puting Lira menyentuh telinganya saat ia berusaha membenamkan kepalanya ke sela-sela di antara dua bukit tersebut.

Erangan pelan mulai terdengar keras keluar dari mulut Lira. Nafas Lira mulai memburu dan matanya terpejam. Mulutnya sedikit terbuka dan setiap isapan Andi di putingnya mengeras, kepalanya terlonjak ke belakang. Tangannya hanya bisa menekan kuat punggung Andi. Kendali dirinya benar-benar sudah hilang tertutup kenikmatan isapan dan sapuan lidah Andi di kedua payudaranya. Bahkan angin dingin khas kota Bandung yang kencang dari luar sudah tak terasa lagi di kulitnya. Tak hanya Lira yang terlena, Andi pun semakin bernafsu menggarap buah dada Lira yang menggairahkan itu. Sensasinya seperti mendapatkan sebuah mainan baru. Ia menjelahi setiap titik buah dada Lira tanpa terlewatkan. Ia ingin tahu reaksi apa yang diberikan Lira setiap ia menjelajah setiap permukaan buah dada itu.

Keduanya sedikit tersentak ketika pintu kamar Lira tertutup sendiri tertiup angin kencang dari luar. Andi terdiam dan memandangi Lira sesaat.

"Geblek, lupa ditutup…."

Andi langsung bangkit dan memeriksa keadaan di luar dari jendela, apakah ada mata-mata tersembunyi yang menyaksikan perbuatan mereka.

"Kunci Ndi…, sekalian korden…"

Sebut Lira dengan suara parau dan lemah.

Lira langsung menggamit lengan Andi dan memeluk laki-laki itu dan menempelkan keningnya ke dada bidang penuh bulu itu. Menunduk, ia bisa melihat puting buah dadanya menempel di atas perut Andi.

"Ndi…, tolong…,"

Ia melepaskan tangan Andi yang mengusap-usap halus punggungnya. Tangan kanannya membimbing tangan Andi ke arah selangkangannya. Ia merasakan sendiri sedikit demi sedikit kewanitaannya mulai basah mengalirkan cairan hangat. Ia tahu persis telah dihinggapi nafsu.

Sejenak Lira was-was. Ia takut Andi melakukannya tindakan bodoh seperti laki-laki lain yang tidak peduli fase-fase seksualitas wanita. Ia ingin dilayani juga sebagai makhluk yang juga memiliki nafsu. Selama ini, yang ia alami hanya melayani keinginan laki-laki tanpa ada balasan dari laki-laki itu.

Tapi kekhawatirannya segera lenyap saat Andi menyambut bimbingan tangannya dan mulai aktif menggerayangi daerah kewanitaannya. Dimulai dengan usapan lembut di atas daerah vaginanya yang masih tertutup dua lapisan, celana dan celana dalam. Dilanjutkan gosokan sedikit keras yang menekan alat genitalnya. Sekali lagi, saat Andi menyentuh paha bagian dalamnya, darahnya berdesir kencang, nafsunya semakin melonjak.

Aliran darah seketika seperti mengalir deras di tengah-tengah selangkangannya. Andi pun tak mau berlama-lama menunggu. Sekali tarik, ia meloloskan celana pendek dan celana dalam yang membuat Lira makin tak berdaya telanjang bulat. Tangan Andi mulai mengusap-usap klitoris dan bagian luar vaginanya. Rasanya seperti melayang setiap sapuan jemari Andi mengenai alat kelaminnya itu. Dipadu permainan lidah di putingnya, Lira semakin lemah tak berdaya. Lututnya terasa lemas yang membuat Andi semakin mudah menjelajahi daerak kemaluannya karena menjadi terbuka.

Tak tahan melakukannya sambil berdiri, Lira memundurkan tubuhnya dan menjatuhkan badannya ke ranjang. Lututnya ditekuk dan kedua pahanya ia buka lebar-lebar. Andi melepas sendiri kaus yang dikenakannya dan tak menyia-nyiakan pemandangan indah bibir-bibir vagina berwarna coklat muda yang terpampang di depannya. Bulu-bulu kemaluan Lira sangat terawat karena terlihat dari cukuran yang rapi. Bulu-bulu itu hanya tersisa di atas klitoris dan panjangnya tidak ada yang melebihi satu milimeter.

Sambil memeluk pinggang Lira dengan tangan kiri, ia mulai memainkan jari kanannya di seluruh permukaan kewanitaan Lira. Pengalaman dengan Lina mengajarkannya untuk tidak langsung memasukkan jari ke dalam vagina. Ia lebih mementingkan usapan di klitoris. Dengan ibu jari dan jari tengah, ia membuka kulit penutup klitoris. Jari telunjuknya mulai meraba-raba permukaan klitoris yang menyembul berwarna merah muda. Lonjakan pantat Lira terasa kuat setiap ia mengusap klitoris itu dibarengi erangan keras dari mulut Lira. Lira meremas-remas sendiri buah dadanya. Ia menahan kenikmatan luar biasa yang dirasakannya.

Puas jemarinya memainkan klitoris Lira, lidahnya mulai bergabung. Setiap jilatan sanggup membuat Lira menjerit. Kedua pahanya berusaha menjepit kepala Andi yang membuat Andi semakin ganas memainkan lidahnya. Sesekali permainan itu ia gabung dengan isapan keras klitoris Lira. Tak usah ditanya reaksi Lira karena perempuan muda itu semakin berisik mengeluarkan erangan dari mulutnya.

Rasanya memang gila permainan mereka, karena jika erangan Lira terdengar sampai keluar, entah apa yang akan terjadi.

Andi sudah mengarahkan lidahnya turun menuju vagina Lira ketika Lira menahan tubuh Andi dan bangkit meraih kancing celana Andi dan melepasnya. Bersama celana dalam, satu sorongan ke bawah langsung menjulurkan batang kemaluan Andi yang sudah mengacung sejak tadi. Lira tahu, apa yang mereka lakukan adalah perbuatan bersama dan kini gilirannya membelai, mencium, menjilat, dan meremas milik Andi. Tak canggung ia menggenggam penis Andi yang mengacung keras. Kedua tangannya mengenggam bersama, terasa besar dan penuh penis itu memenuhinya.

Satu kocokan, kini giliran Andi yang terpaksa memejamkan mata merasakan nikmatnya genggaman tangan halus nan hangat itu. Dari bawah, Lira melirik ke atas dan tersenyum kepada Andi yang berlutut di kasur. Ia paham arti senyum balasan Andi. Tanpa berlama-lama lagi, ia lumat batang tersebut di dalam mulutnya. Sedikit gigitan, ia jilat seluruh permukaannya yang mengkilat itu. Urat-urat di sekujur penis Andi semakin membuat nafsunya memuncak. Ingin rasanya segera merasakannya merayap di dinding vaginanya. Andi terengah merasakan isapan dan kulumannya. Masih ada sedikit rasa dongkol pada Lina, kenapa temannya itu yang bisa mendapatkan laki-laki yang mampu menggetarkan hati setiap wanita itu. Di tengah usahanya memasukkan seluruh batang kemaluan Andi kemulutnya, Lira hampir tersedak karena ujung kemaluan Andi menyentuh pangkal rongga mulutnya sementara di luar masih tersisa. Ia semakin bernafsu mengulum penis ini. Pelan tapi pasti ia keluar masukkan penis itu di mulutnya. Lidahnya ia sentuhkan ke ujung penis yang kokoh itu. Ia paham laki-laki amat senang diperlakukan seperti itu. Terlihat dari paha Andi yang semakin terbuka membuat penisnya makin mengacung kencang. Seketika ia melihat penis Andi, Lira langsung merasakan rangsangan semakin besar dalam dirinya. Tanpa ragu ia berusaha memberikan pelayanan sempurna pada Andi, laki-laki yang sanggup membuatnya panas dingin meski hanya beradu pandang. Ia ingin Andi merasakan kenikmatan terdalam pelayanan perempuan.

Lira memang tidak salah karena Andi pun mulai merasakan apa yang diharapkannya. Baru kali ini Andi merasakan perlakuan absolute perempuan selain Lina terhadap dirinya. Apalagi saat Lira mulai menjilati dan mengulum kantung buah zakarnya. Semuanya terasa berbeda, benar-benar sensasi yang memabukkan. Selain merasakan nikmatnya kuluman dan isapan Lira, pemandangan indah sekaligus ia dapatkan. Posisi Lira yang merangkak setengah menunduk membuat bongkahan pantatnya menjulang ke atas. Pasti nikmat membenamkan penisnya ke kemaluan Lira sekaligus menggenggam dan mengusap pantat yang padat dan berisi itu.

Lira merasa belum cukup ketika Andi menarik lengannya. Tapi, ia mengikuti saja keinginan pujaan barunya itu dan menyambut kecupan hangat Andi di bibirnya. Ia merebahkan tubuhnya sembari menarik Andi. Lira sudah tahu kelakuan laki-laki. Jika sudah menarik dan merebahkan tubuh perempuan berarti laki-laki itu sudah ingin melakukan penetrasi.

Namun, dugaannya meleset. Andi justru merebahkan badannya di sisi Lira. Berbaring miring, Andi mengisap lagi buah dadanya. Lira semakin kagum akan laki-laki yang satu ini, benar-benar penuh kendali diri. Ia semakin kaget ketika jemari Andi mulai bermain lagi di sekitar kemaluannya. Kali ini usapannya sedikit keras dan cepat menggosok klitorisnya. Lira menggelinjang menerima perlakuan Andi. Benar-benar laki-laki penuh misteri, pikirnya.

Laki-laki sempurna, pikir Lira menyadari betapa beruntungnya ia berhasil mendapatkan Andi seperti sekarang. Bisa mendapatkan lagi sesuatu yang dulu hilang direnggut kejamnya Dani terhadap dirinya. Kalau saja ia tahu Dani hanya mempermainkannya saat itu, tidak akan ia mau menyerahkan semua kehormatannya kepada laki-laki brengsek pengecut itu. Rasanya muak hatinya mendengar semua orang membicarakan perkawinan Dani saat ia baru dua bulan memadu kasih dengan laki-laki keparat itu.Untung Boy hadir sebagai penyelamat. Ia sayang pada laki-laki ini, tapi kadang perasaannya tak tega melihat kebaikkan hati Boy.

Tapi kali ini ia ingin absolute merasakan kehangatan Andi. Kekagumannya membuat ia semakin senang akan apa yang dilakukan Andi padanya saat ini. Menikmati usapan jemari Andi yang cepat itu membuatnya ia sanggup melupakan semua pikirannya pada dua laki-laki yang telah sempat mengisi relung hatinya.

Di tengah lonjakan-lonjakan kecil menikmati permainan Andi, tiba-tiba ia merasakan sekujur tubuhnya sebuah rambatan energi tiada tara yang membuat sejenak dirinya seperti melayang. Suara-suara di sekitarnya seketika seperti lenyap, hanya terasa desiran tiada tara yang membuat tubuh sempat terbujur kaku sejenak dan berikutnya terlonjak-lonjak demikian kuat yang semakin absolutist semakin melemah frekuensi dan intensitasnya. Matanya terpejam, ia baru saja merasakan sensasi terbesar yang belum pernah sekalipun ia rasakan dengan laki-laki lain. Liang vaginanya pun terasa berdenyut lebih kuat dan saat semuanya belum mereda, Andi sudah menindih tubuhnya. Ia bisa merasakan bobot tubuh Andi terutama di bagian bawah pinggangnya. Tangan Andi sudah tegak di sisi buah dada Lira kekar menopang badannya sendiri. Ia bisa merasakan bagian tubuh bawah Andi bergerak-gerak berusaha mengarahkan acungan penisnya. Lira pun langsung meraih penis nan kokoh itu dan membimbingnya ke ujung vaginanya.

Andi tersenyum dan Lira membalasnya dengan senyuman manis diiringi anggukan penuh kepasrahan tanpa paksaan. Terasa Andi mendorong kuat pantatnya dan Lira juga bisa merasakan rengsekan batang kemaluan Andi di dinding vaginanya. Sungguh halus dan penuh perasaan Andi memasukkan penisnya ke vagina Lira. Perlahan cairan di dalam vagina melumasi permukaan penis Andi. Tak ada rasa sakit sama sekali meski penis tersebut lebih besar ketimbang milik Dani dan Boy. Itu karena Andi melakukannya tanpa terburu-buru dan tanpa memaksa. Mulai terasa perih ia menarik kembali penisnya sedikit dan membenamkannya lagi sampai akhir seluruh penisnya dilumat vagina Lira. Sodokan pertama penis tersebut masuk seluruhnya sanggup menyentuh bagian dalam vagina Lira yang belum pernah tersentuh sebelumnya. Lira pun merasakan sekali lagi kenikmatan luar biasa itu. Apalagi, Andi tidak langsung memompa pantatnya cepat-cepat dan keras. Pertama masuk penuh, ia menahannya dan memandangi wajah Lira dan kali ini ditambah sebuah kecupan mesra. Lira seperti diawang-awang diperlakukan seperti itu. Ia merasa dirinya demikian berharga di hadapan Andi,

Andi sendiri merasa telah memenangi sebuah peperangan. Penisnya yang sudah bersarang di vagina Lira adalah sebuah tanda babak baru hubungannya dengan Lira yang tidak akan mudah dikembalikan seperti sedia kala. Bersatunya kedua tubuh mereka adalah sebuah ikatan emosi yang hanya bisa dirasakan oleh Andi dan Lira, tak seorangpun bisa merasakan itu.

Setelah itu, mulailah Andi menggerakkan pantatnya mengangkat dan menekan yang membuat penisnya keluar masuk bergesekan dengan liang vagina Lira. Hangat dan lembut bisa Andi rasakan lewat sekujur penisnya dari dalam vagina Lira.

Lira menyambut setiap gerakan Andi dengan jepitan dan gerakan kecil pantatnya. Dari mulutnya keluar erangan yang semakin absolutist semakin keras dan cepat berirama. Melihat Lira terpejam dan mengerang dengan mulut yang sedikit terbuka sambil mendongakkan kepala membuat Andi makin bernafsu. Lira semakin seksi dalam kondisi seperti itu. Lehernya yang putih dan guncangan kuat pada buah dadanya membuat Andi semakin ingin membenamkan penisnya dalam-dalam di vagina Lira. Apalagi setiap ujung penisnya menyentuh pangkal vagina Lira. Rasanya sungguh tiada tara. Derit ranjang mulai terdengar seiring semakin kuatnya sodokan Andi. Tapi mereka sudah tidak peduli. Lira bukan tidak menyadari seseorang pasti ada yang mendengar deritan tersebut di bawah. Apalagi kalau teman kost yang menempati kamar di bawahnya sedang berada di kamar. Tapi ia yakin semua temannya akan maklum.

Semakin kuat dan cepat sodokan Andi membuat Lira merasakan lagi desakan rasa luar biasa yang akan tiba. Ia hanya bisa mencengkram punggung Andi keras-keras ketika desiran itu semakin kuat dan mencapai puncak. Kepalanya benar-benar mendongak ke atas hingga kedua bola matanya hanya terlihat tinggal putihnya. Setelah sampai, sekali lagi ia merasakan tubuhnya ringan dan aliran darah mengalir deras ke arah vaginanya. Dinding vaginanya berdenyut kuat hingga Andi juga bisa merasakannya. Andi langsung menghentikan gerakannya membiarkan penisnya merasakan cengkraman kuat yang terjadi hanya beberapa detik itu. Tindakan Andi juga membuat Lira merasakan kenikmatan luar biasa. Kali ini terasa lebih nikmat karena denyutan vaginanya tertahan penis Andi yang sedang membenami kemaluannya itu. Semakin banyak saja kekaguman Lira pada Andi. Tahu kapan ia akan merasakan puncak kenikmatan dan menghentikan sodokan membuat Lira bisa merasakan sepenuhnya kenikmatan tersebut. Sebuah teknik bercinta yang baru kali ini Lira rasakan.

"Andi…,nikmat sekali…,"

Lira memeluk Andi kuat-kuat dan menciumi pipi dan pundak laki-laki itu. Sekali lagi Andi tersenyum membalas Lira.

"Enak?"

"Banget!" Jawab Lira singkat dan tegas.

"Gaya lain…?"

Lira langsung mengangguk dan menunggu aba-aba Andi gaya apa yang diinginkan Andi.

Andi membalik badan Lira dan mengangkat badan bagian bawah Lira dengan memeluk pinggang dari belakang. Lira langsung berdebar-debar begitu tahu Andi ingin melakukan gaya doggy. Missionari saja sudah sanggup mencapai pangkal vaginanya, apalagi doggy.

Tak menunggu absolutist Andi langsung memasukkan penisnya. Lira menunduk sambil menggigit bibirnya merasakan seluruh penis Andi terbenam makin dalam di vaginanya. Pantatnya terangkat tinggi yang membuat Andi semakin tak bisa mengendalikan birahinya. Kali ini Andi langsung mendorong dengan cepat dan Lira mengikuti irama dengan mendorong pantatnya ke belakang. Keduanya sama-sama merasakan kenikmatan yang lebih dalam.

Masuk hitungan belasan menit menyodok vagina Lira, belum ada tanda-tanda dorongan Andi melemah. Sebaliknya justru makin kuat, membuat Lira makin bernafsu. Tetesan peluh mulai membasahi keduanya, namun baik Lira dan Andi justru makin bersemangat. Lira, yang bisa dua kali beruntun merasakan kenikmatan puncak saat disodok Andi dari belakang justru semakin ingin merenguk terus kenikmatan itu. Pantat dan pinggangnya makin bergerak cheat membuat Andi tak mampu menahan lenguhannya.

Tiba-tiba ganti Lira yang berinisiatif. Ia lepaskan penis Andi dari vaginanya dan mendorong Andi sampai terlentang. Ia langsung memanjat tubuh Andi dan duduk di atas acungan penis Andi yang masih kokoh berdiri. Melihat Lira bergerak naik turun, Andi tak kuasa untuk tidak meremas buah dada Lira yang terguncang-guncang. Telapaknya yang besar berusaha meraup seluruh permukaan buah dada itu, tapi tidak pernah berhasil. Remasannya makin kuat membuat Lira makin mempercepat gerakannya.

Sekali lagi Lira harus mengaku kalah. Karena meski ia telah mencoba berbagai goyangan yang dipadu dengan gerakan naik turunnya, justru ia yang kembali merasakan desakan kenikmatan dari liang vaginanya. Lira langsung ambruk menindih Andi yang sudah siap menerimanya dengan pelukan mesra dan kecupan hangat di ubun-ubunnya.

"Kamu kuat banget Ndi…"

"Kamu di bawah lagi ya…?"

Lira mengangguk lemah dan menggulingkan badannya ke sisi kanan Andi.

Sebelum Andi memasukkan lagi penisnya ke vagina Lira, Lira memberikan sesuatu yang belum pernah ia lakukan pada laki-laki manapun yaitu memasukkan penis tersebut ke mulutnya. Sebelumnya ia tidak mau mengulum penis yang sudah masuk ke vaginanya. Tapi, untuk Andi, yang telah memberikannya kenikmatan tiada tara, ia lakukan itu.

Puas mengulum dan menjilati penis yang dipenuhi lendir sisa persetubuhan mereka, Lira kembali merebahkan dirinya dan menyuruh Andi memulai lagi aksinya. Andi langsung bergerak dan dorongan seperti saat pertama mereka memulainya yaitu perlahan dan terus semakin absolutist semakin kuat dan cepat. Lira sudah pasrah kalau ia harus sekali lagi merasakan orgasme, tapi baru ia berpikirbegitu, tiba-tiba sodokan Andi terasa lebih keras dari sebelumnya. Sesaat kemudian Andi mengerang panjang dan menyodokkan penisnya sangat kuat beberapa kali. Lira pun bisa merasakan hangatnya muncratan sperma Andi di dalam vaginanya. Andi masih terus menyodok terputus-putus dan semakin melemah. Sperma Andi juga Lira rasakan mengalir keluar setiap Andi menyodokkan lagi penisnya. Setelah benar-benar selesai, Andi pun ambruk menindih Lira. Andi terdiam sesaat di atas buah dada idamannya itu merasakan betapa nikmat persetubuhannya dengan Lira.

Lira mengusap lembut kepala Andi penuh kehangatan.

"Puas Ndi…?"

Andi hanya mengangguk. Badannya terasa lemas. Lira tersenyum bahagia mendapatkan jawaban Andi. Batten tidak, tekadnya membuat Andi merasakan kenikmatan tertinggi berhasil ia lakukannya.

"Lir, nikmatnya benar-benar ngga ada yang nyamain…"

"Kamu juga hebat Ndi. Baru kali ini aku ngerasain orgasme…."

Keduanya pun duduk berdampingan di sisi ranjang. Lira merebahkan kepalanya di pundak Andi. Sambil membakar rokok, Andi merangkul Lira. Keduanya hanya bisa terdiam dan sama-sama tidak percaya apa yang baru saja terjadi di antara mereka.

Lira masih tidak percaya ia telah melakukan hubungan seks dengan Andi, pacar Lina, teman satu angkatannya. Meski ia memang sudah kagum pada Andi sejak pertama berkenalan, tapi akhirnya sampai berhubungan intim dengan Andi, adalah sesuatu yang tidak terbayangkan sebelumnya.

Andi, walaupun ia juga tertarik pada Lira diawali oleh ketertarikan fisik, tetap saja apa yang baru saja ia alami benar-benar di luar dugaannya. Apalagi Lira seperti menyambut keinginan terpendam Andi itu yang sebetulnya ia simpan dalam-dalam. Ia kenal Boy dan tahu bagaimana Boy selalu menerima sarannya dalam hal aktifitas di kampus. Ia juga tahu Boy sangat menghormatinya terutama sebagai chief meski beda fakultas.

Dalam diamnya, Lira tidak bisa membayangkan bagaimana marahnya Lina yang terkenal emosional di kampus. Serupa dengan Lira, Andi juga sulit membayangkan apa yang akan terjadi pada Boy jika ia tahu apa yang dilakukannya dengan Lira. Boy memang pendiam dan tenang, tapi Andi tahu Boy adalah orang yang keras.

Andi mengeratkan rangkulannya pada Lira. Lira pun membalasnya diikuti kecupan di bibir. Tapi Andi tak membalasnya yang membuat Lira bingung.

"Kenapa…?"

Andi menggeleng sambil tersenyum dan mengecup kening Lira dan mendekap Lira lebih dalam.

"Yuk ke kampus…," ajak Andi sambil melepas pelukannya.

Lira mengangguk sambil tersenyum. Berpakaian, kedua lantas keluar kamar bersikap biasa. Andi lebih dulu menuju motornya di lantai bawah.

"Bareng aja…," sahut Andi.

"Oke!"

Waktu saat itu menunjukkan pukul 4.15 sore. Keduanya tak sadar telah dua jam bercumbu dan berhubungan intim. Kalau sesuai janji, Andi sebetulnya sudah terlambat. Dan memang benar, saat tiba di kampus FH, anak-anak yang rapat sudah duduk-duduk di koridor kampus.

"Bareng Lira?" Tanya Lina tanpa curiga.

"Iya, tadi ketemu di jalan, ya sekalian aja."

"Tunggu bentar ya, 10 menit lagi."

"Oke, aku tunggu di sini ya."

Di tempatnya duduk, Andi melihat Lira berdiri di samping Boy. Boy masih sibuk membahas beberapa masalah dengan teman-temannya. Lira pun melirik ke arah Andi dan memberikan sebuah senyum yang manis. Keduanya memang harus kembali bersikap normal, tapi di hati kecil mereka, baik Andi dan Lira sama-sama berharap kejadian yang mereka alami terulang lagi?

       Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep,cerita sex,ceritasex,
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Nafsu Inge Teman kerja Sebelahku
Apr 6th 2013, 03:46


Kejadian ini saat aku belum menikah dan masih bekerja di perusahaan distribusi makanan. Aku saat itu menjadi Chief Account Officer dan salah seorang stafku yang baru bekerja 4 bulan namanya Inge, dia seorang sarjana ekonomi yang baru setahun lulusnya umurnya masih 23 tahun. Dulu saat pertama kali masuk kantor kulihat sering diantar dan dijemput pakai motor oleh pacarnya, tetapi sudah ada seminggu terakhir Inge selalu mengendarai motor sendiri. Memang Inge berwajah manis, hanya sayang kurang tinggi sedikit.

Yang menarik buat lelaki semacam saya adalah bibirnya yang selalu kelihatan basah terus karena lidahnya sering dipakai membasahi bibirnya dan selain itu model rambutnya yang pakai gaya sedikit yang terurai di dekat telinga dan diberi jelly hingga kelihatan basah. Juga yang kelihatan sensual adalah cara berpakaiannya karena Inge selalu pakai baju atau kaos yang agak ketat sehingga perutnya kelihatan ramping dan buah dadanya terlihat agak menonjol. Memang buah dadanya sendiri tak terlalu besar tetapi cukup bagus bila pakai baju atau kaos yang ketat.

Suatu saat aku tegur dia,
"Inge, kenapa sekarang kamu naik motor sendiri?"
"Yaahh, yang antarin sudah nggak ada", sahutnya.
"Masak iya, kemana pacarmu itu?" tanyaku.
"Aach, nggak tahu pergi kemana dia, biarin saja", jawabnya dengan nada kesal.

Beberapa hari kemudian, saat makan siang, aku melewati kamarnya, kebetulan cuma Inge seorang diri dan sedang makan, rupanya yang lain makan keluar, segera kumasuk dan duduk di depan mejanya. "Makan sendirian saja?"

"Iya Pak, sahutnya. Sambil makan, Inge melihat-lihat iklan bioskop di koran. Tiba-tiba Inge berbicara,
"Waah, film Mandarin ini bagus Pak, Inge kepingin nonton tapi nggak ada teman sekarang."
"Kalau memang nggak ada teman nanti saya temani" kataku.
"Ah, Bapak bisa saja, nanti pacar Bapak marah lho!" sahutnya.
"Yaa, jangan sampai ketahuan dong, sekali-kali kan nggak apa-apa", kataku.
"Kalau sungguh, kapan Bapak bisanya? asal jangan yang malam-malam, paling lambat yang pukul 7.00 malam", jelas Inge.
"Besok malam? Pokoknya jangan Sabtu dan Minggu malam itu acara Bapak sudah patent" kataku.
"Kalau gitu besok malam ya Pak?"
"Boleh, Bapak jemput jam berapa?"
"Inge sampai kost jam 5 sore, lalu mandi dulu, jadi kira-kira pukul 6 sore ya!"
"Oke", sahutku.

Besok sorenya setelah saya pulang ke kost dan mandi lalu siap ke kostnya Inge. Sampai di sana ternyata Inge belum selesai hingga kutunggu beberapa menit, kemudian kita langsung berangkat. Karena baru pukul 6.10 padahal filmnya mulai pukul 7, maka kita putar-putar kota dulu. Dalam mobil aku bilang dengan Inge kalau lagi nggak dinas begini jangan panggil aku Pak, sebab umur kami paling hanya berbeda 7 tahun, aku jadi nggak enak dong. Akhirnya setelah putar-putar kita langsung ke bioskop dan beli tiket lalu masuk, aku memang sengaja minta tempat duduk yang di pinggir. Rupanya filmya kurang bagus, sebab sampai saat mulai penontonnya hanya sedikit.

Memang artis-artis yang main seksi-seksi, apalagi film Mandarin terhitung banyak yang berani juga actionnya. Kalau pas adegan yang hot Inge tiba-tiba memegang tanganku, suatu saat kalau adegan panas sebelum tangannya Inge yang beraksi kupegang dulu telapak tangannya erat-erat.

Walaupun adegan panas sudah berlalu tangannya tetap kupegang terus dan perlahan-lahan tangannya kuletakkan di atas pahanya. Ketika Inge masih diam saja atas aksi ini, maka jari-jariku kupakai untuk mengutik-utik pahanya yang sudah terbuka karena roknya yang agak pendek itu naik kalau buat duduk. Beberapa menit hal itu kulakukan dan Inge pun masih diam, lalu tangannya kutarik ke paha lebih atas sekaligus untuk menyingkap roknya supaya naik ke pangkal paha.

Setelah kulihat roknya menyingkap sampai hampir pangkal pahanya sehingga paha yang mulus itu terlihat remang-remang dengan penerangan cahaya dari film saja. Aku pura-pura diam sebentar, kebetulan ada adegan panas lagi dan tanganku segera memegang pahanya dan tangan Inge memegang bagian atas tanganku. Kupikir Inge akan melarang kegiatan tanganku itu, tetapi tangannya hanya ditumpangkan saja di tanganku. Kuberanikan lagi operasi ini, tanganku kuusapkan ke pahanya dari atas lutut sampai ke atas dekat pangkal pahanya. Sudah ada 5 menit aku melakukan ini bergantian paha kanan dan kiri, tapi Inge tetap diam hingga nafasku yang mulai memburu.

Akhirnya kuberanikan tanganku untuk mengusap pahanya sampai ke selakangannya hingga menyentuh CD-nya dan bagian kemaluannya kugelitik dengan 2 jariku. Saat itu Inge kelihatan mendesah sambil membetulkan duduknya. Kugelitik terus clitorisnya dengan jari dan kadang-kadang jariku kumasukkan ke dalam lubang vaginanya, ternyata lubangnya sudah basah juga.

Belum beberapa lama, Inge menggeliat duduknya dan bilang, "Oom, Jangan digitukan nanti basah semua vagina Inge juga CD-nya, sebab Inge punya banyak keluarnya." Lalu tanganku kutarik dan kupindahkan ke pahanya saja.
Aku bisiki, "Nanti lain kali saja sambil santai di hotel ya?".
Inge mengangguk dan berkata, "Kira-kira minggu depan saja sebab kalau sering pergi malam nanti nggak enak dengan tante kost".

Setelah film selesai sambil jalan keluar, kurangkul pundaknya dan Inge pun memegang pinggangku sambil kepalanya disandarkan ke bahuku. Kuajak Inge makan malam sekalian sambil ngobrol macam-macam. Aku bertanya,
"Inge, biasanya kamu diajak pacarmu santai di mana?"
"Yaah,kadang-kadang di hotel P atau Hotel NP di atas Candi kadang-kadang juga di Hotel R di bawah kalau malas jauh-jauh." Dengan jawaban Inge itu, aku sudah dapat mengambil kesimpulan bahwa Inge saat ini sudah bukan perawan lagi, jadi aku berani untuk mengajaknya ke hotel minggu depan.

Selesai makan kuantarkan Inge pulang, sebelum turun mobil kupeluk dia dan dia pun membalasnya dengan merangkul leherku kuat-kuat untuk menerima ciuman dan kecupan-kecupan pada bibirnya dan selesai itu dengan sedikit teknik tanganku menyambar dan memijit buah dadanya. "Acch.. nakal ya Oom? katanya, dan "Bye… bye…." Pada keesokan harinya saya bertemu Inge di kantor dan kita bersikap biasa-biasa saja sehingga tak ada teman yang curiga kalau kita telah pacaran semalam. Saat kutanya kenapa sang pacar tak mengantar lagi, Inge bilang kalau pacarnya sekarang lagi renggang walaupun belum putus 100 % karena pacarnya yang SH itu dan bekerja sebagai salesman electronic itu belakangan suka tersinggung tanpa sebab yang jelas. Mungkin iri atau malu karena Inge dapat kerjaan dengan gaji yang semetara ini lebih besar dari padanya.

Suatu siang di hari Rabu seminggu setelah kita menonton, kebetulan Inge datang ke kamarku dengan membawa laporan-laporan yang kuharus tanda tangani. Inge bertanya,
"Pak, nanti malam Bapak ada waktu?"
"Kenapa?" tanyaku pura-pura sebab dalam hatiku saat-saat inilah yang kunantikan.
"Kalau Bapak ada waktu, Inge kepingin makan di luar tapi kok nggak ada teman", sahutnya.
"Oke, kalau Inge yang ngajak saya bersedia. Jam 6 sore seperti minggu lalu saya datang ke kost, ya Inge?" kataku.
"Terima kasih ya Pak."

Sore itu aku cepat-cepat pulang dan segera mandi. Jam 5.30 sore aku siap berangkat ke kost Inge, karena terlalu pagi Inge belum siap dan kutunggu di ruang tamu. Baru kira-kira 10 menit kemudian Inge keluar. Aku sempat terpesona beberapa saat, karena Inge yang saya tahu biasanya memakai rok agak mini dengan baju atau kaos pendek perutnya dan agak ketat. Kali ini tampil dengan memakai gaun panjang warna ungu dengan belahan yang agak tinggi di bagian paha sebelah kirinya, sehingga kalau jalan pahanya yang kiri dan putih bersih itu kelihatan dengan jelas dan bagian dalam pahanya kanan juga tampak samar-samar.

"Ceeek…. ceekkk…. ceeekkk", komentarku. Inge bahkan tersenyum manis dan kemudian memutar tubuhnya dan bagian punggungnya terbuka lebar sampai ke bawah dengan model huruf V sampai di atas pinggulnya. Aku yakin sekali kalau Inge pasti tidak pakai bra sekarang. Tanpa duduk, Inge langsung mengajak berangkat. kurangkul pinggangnya, Inge jadi agak kikuk takut kalau tante kostnya tahu. Begitu masuk mobil kuminta untuk mengecup dulu bibirnya yang merah merekah dan basah terus itu, sambil punggungnya yang terbuka itu kuusap-usap dan ternyata dugaanku benar saat dadanya kutekan erat-erat ke dadaku terasa gumpalan daging yang kenyal dengan nama payudara tanpa terlindungi spons BH menempel di dadaku. Denyut jantungku langsung berdetak cepat. Kemudian mobil mulai kujalankan dan tangan Inge diletakkan di atas paha kiriku sambil kadang-kadang memijit pahaku.
"Mau makan kemana Inge?"
"Terserah Bapak", katanya.
Memang Inge tetap tak mau panggil aku dengan sebutan lain, ia pilih dengan "Pak" karena takut salah ngomong kalau di kantor nanti.
"Kalau makan sate kambing apakah Inge suka?" tanyaku.
"Mau Pak, malah sebenarnya Inge sudah lama tak pernah makan itu karena pacar Inge tak suka daging kambing", katanya.
Akhirnya kita ke rumah makan sate kambing. Saat turun dari mobil dan masuk ke rumah makan sekarang ganti Inge yang selalu merangkul pingganku. Inge duduk di sebelah kananku. memang kuatur demikan supaya tangan kananku bisa dekat dengan paha kirinya yang terbuka sampai ke atas untuk kuraba-raba.

Memang kali ini Inge berbeda dengan waktu nonton film, kali ini Inge tampak ceria dan manja. Saat duduk makan Inge duduknya merapatkan tubuhnya ke tubuhku serta tangannya memegang pahaku. Tanganku sebelum beraksi di pahanya kupakai untuk mengusap-usap punggungnya yang terbuka.
Untuk saat itu rumah makan masih sepi pengunjung,jadi aku agak bebas berkarya. Setelah puas meraba punggungnya tanganku kususupkan ke dalam roknya ke daerah pinggang dan turun di sana tanganku meraba CD-nya.

Kemudian tanganku bergerak ke atas dan menyusup ke bawah ketiaknya dan menuju ke samping depan sehingga ujung jariku dapat menyentuh samping payudaranya yang benar-benar masih kenyal. Pekerjaan tanganku berhenti saat pelayan membawa makanan ke meja kami. Saat makan tanganku kadang mulai meraba pahanya kiri yang terbuka itu.

Inge betul-betul penuh pengertian saat tangan kananku sibuk meraba pahanya, ia yang menyuapkan nasi ke mulutku hingga tanganku diberi keleluasaan untuk bermain di pahanya dan sampai vaginanya pun kuraba-raba dengan penuh kemesraan. Kadang-kadang tangan kananku kupakai untuk menyendok makanan lagi, tapi lebih sering kupakai untuk berkarya di paha dan lubang vaginanya sedang Inge yang terus dengan kasih sayangnya menyuapiku dengan makanan sampai suatu saat Inge mendesah dan memegang tanganku yang berkarya erat-erat seraya berkata, "Pak, karya tangan Bapak benar-benar hebat bisa membuat Inge basah."

Lalu kuraba vaginanya ternyata CD-nya juga sudah basah apalagi lubang vaginanya, ujung jar-jariku kumasukkan ke lubangnya untuk bisa mengkait lendir yang menempel di bibir vaginanya, ternyata usahaku itu berhasil juga. Kulihat ada lendir kental mirip cendol menempel di ujung telunjukku, segera kujilati lendir itu dan kutelan bersama makanan yang disuapkan oleh Inge. Aku betul-betul merasa "hot" makan daging kambing dicampur lendir Inge, kurebahkan kepalaku ke kepalanya Inge sambil berbisik, "Inge sayang, saya menyayangimu." Inge menjawab, "Pak, sebentar lagi Inge menjadi kepunyaan Bapak seluruhnya, Inge akan memberikan segalanya yang terbaik untuk Bapak nanti. Percayalah!" sambil mencium pipiku.

Selesai makan, kita langsung menuju Hotel CB di kota atas yang banyak pemandangannya walaupun itu hotel kuno. Kita langsung check in. Inge tetap manja, jalan sambil merangkul pinggangku dengan badannya disandarkan ke tubuhku. Pintu kamar segera kukunci setelah pelayan menyiapkan air minum, sabun dan handuk.

Inge ganti kupeluk dan ia pun merangkul leherku erat-erat hingga permainan ciuman mulut, bibir dan lidah berlangsung dengan hangatnya dan penuh kemesraan. Karena saat aku menciumnya, kukecup dalam-dalam bibirnya dengan penuh perasaan hingga Inge bukan merasakan kenikmatan saja tetapi juga merasakan kasih sayangku. Setelah berciuman dengan mesranya untuk beberapa saat, maka tanganku kupakai untuk meraba punggungnya yang terbuka, kurasakan tubuh Inge cukup hangat lalu kupegang rok bagian kedua pundaknya dan kutarik ke depan, Inge pun membantu dengan meluruskan tangannya ke depan sehingga roknya bagian atas langsung lepas dan payudaranya yang masih kenyal dan hangat kalau diraba itu terlihat dengan jelas di depan mataku ditambah putingnya yang kelihatan mulai membesar dan tegang dengan warna merah padma membuatku terpesona.

Walaupun aku sudah sering menelanjangi dan meniduri pacarku di hotel, tetapi bentuk tubuhnya yang berbeda itu mempunyai daya rangsang yang tersendiri. Hanya karena kebiasaan yang sudah sering melihat pacarku dalam keadaan telanjang bulat itu yang bisa membuat aku mengendalikan emosi dan gelora nafsu mudaku. Roknya terus kutarik ke bawah sehingga terlepas semua kemudian kuambil dan kutaruh di atas meja dan Inge kuangkat untuk kutidurkan di ranjang dengan masih memakai CD saja. Tapi CD-nya pun kulorot untuk dilepas dan vaginanya yang seperti bukit kecil itu tertutup oleh rambut yang cukup lebat.

Aku kemudian melepas T-Shirtku dan celana panjang serta CD-ku sambil memandangi tubuh Inge yang telentang di ranjang dengan pose yang menggiurkan ditambah lidahnya yang sering membasahi bibirnya itu. Kudekati Inge kemudian kuciumi seluruh wajahnya dengan tangan menjelajahi seluruh daerah dadanya termasuk lembah dan bukit maupun puncak payudaranya sampai ke pusarnya dan perut bagian bawah. Setelah ciumanku berpindah ke bagian dadanya terutama bukit-bukit payudaranya, tanganku mulai beraksi di sekitar vaginanya serta pahanya serta sekali-kali rambut bawahnya kutarik pelan-pelan sambil jari tengahku menggelitik clitorisnya yang mulai nongol.

Lalu kuciumi terus perutnya bawah sampai rambut kemaluannya dan daerah sekitar vaginanya dan pahanya serta tanganku terus mengusap dan memijit betis serta telapak kakinya. Ciumanku terus ke lututnya, kemudian ke betis, tumit kaki lalu telapak kakinya sampai jari-jari kakinya pun kuhisap satu persatu semua baru aku balik naik menghisap daerah selakangannya dengan membuka lebar-lebar pahanya lalu daerah antara anus dan vagina itu kucium dan kukecup serta kujilati sehingga Inge mendesah kenikmatan dan terasa ada cairan lendir yang menyemprot keluar dari lubang vaginanya. Setelah kulihat benar terlihat dari lubangnya vagina mengalir keluar cairan lendir dengan bau khusus.

Langsung kucucup lubangnya dan kusedot kuat-kuat hingga sruuuuttt… lendirnya masuk ke dalam mulutku dan kugelitik terus selangkangannya supaya cairan nya keluar lagi lebih banyak dan kusedot terus dan ternyata benar Inge masih mengeluarkan lendirnya yang masuk kemulutku. Rasanya asin2, asem dengan bau khas seperti juga milik pacarku, aku memang jadi semangat dengan minum lendirnya.

Langsung saja Inge kuajak main dengan pose 69, aku segera naik ke atas tubuhnya dan penisku kupaskan dihadapan mulut Inge supaya mudah ia untuk mempermainkan penisku dengan lidah dan mulutnya sedang aku sendiri segera menyingkap rambut kemaluannya yang rimbun itu untuk menjilati clitorisnya. Lalu kugigit-gigit dan kutarik-tarik juga clitorisnya dengan bibirku. Inge tampak terangsang sekali dengan permainan mulutku di daerah vaginanya, apalagi pahanya sekarang kubuka lebar-lebar dan selangkangannya antara anus dan vaginanya kugosok terus dengan jari-jariku dan kadang-kadang kujilati.

Begitu clitorisnya kugetarkan dengan ujung lidahku yang bergerak begitu cepat (seperti lidah cecak katanya pacarku) hanya semenit saja Inge sudah berontak dengan kakinya dan pantatnya digerakan kesana kemari kemudian mengaduh, "Aduuuuh Pak, Inge nggak tahan… sudah keluar dan lemas Pak." Saat itu terasa lendirnya menyemprot dan mengenai hidungku, segera kucucup lagi lubang vaginanya untuk kusedot semua lendirnya yang sudah keluar di lubang vaginanya. Aku merasakan kenikmatan juga dari semprotan lendirnya itu dan vaginanya jadi basah semua.

Aku sekarang membelai rambutnya dan mengusap keringat yang banyak dikeningnya serta bertanya,
"Inge sayang, apakah Inge sudah capai?"
"Belum Pak, Inge cuma lemas saja karena tak kuat menahan kenikmatan yang luar biasa dari permainan lidah Bapak tadi, rasanya sampai ujung rambut dan ujung kaki Pak" sahutnya.
"Kalau begitu kita main lagi ya?" kataku.
Inge mengganggukan kepala. Lalu aku naik lagi ketubuhnya dan kumasukkan penisku pelan-pelan ke lubang vaginanya, kemudian kutarik keluar lagi pelan-pelan setelah masuk keluar ini lancar berulang-ulang lalu penisku langsung kubenamkan seluruhnya ke dalam vaginanya, sampai Inge menghela napas panjang menahan sakit dan nikmatnya karena katanya masuknya terlalu dalam.

Setelah itu kugerakan pantatku memutar searah jarum jam sehingga Inge menjerit kenikmatan terus karena clitorisnya tergesek oleh rambut kemaluanku dan dinding dalam vaginanya tergesek oleh batang penisku yang mengeras sehingga ia berbisik, "Aduuuh Pak, nikmat rasanya luar biasa. Aku mau orgasme Pak." Mendengar itu aku langsung menciumi payudaranya yang sebelah kiri, karena Inge bilang lebih sensitive dari pada yang kanan dan putingnya langsung kugetarkan lagi dengan ujung lidahku. Tanpa basa basi lagi hanya beberapa detik terasa vaginanya mencengkeram penisku dan berdenyut-denyut serta ada lendir hangat yang menyiram penisku. Inge sudah klimaks, ia tampak terkulai lemas.

"Capai Inge, sayang?" tanyaku.
"Iya… Pak" sahutnya lirih manja.
"Tolong Inge diberi air maninya Pak" pintanya.
"Sekarang?" tanyaku.
"Iya Pak."
"Tahan sebentar lagi iya, nanti aku semprotkan".

Lalu aku mengkonsentrasikan segenap pikiranku pada segala keindahan tubuh Inge yang sedang kunaiki ini dan tingkah polanya yang merangsang sambil memandang bibirnya yang merah basah merangsang. Kugenjot terus gerakan penisku naik turun dan semakin lama semakin cepat sampai Inge menggeliat, menggelinjang tak karuan sambil menarik lepas sprei dan meremas-remasnya dan akhirnya, crruuuutttt… cruuuuuttttt… crrruuuutt, maniku menyemprot kedalam vaginanya sambil kutekan terus penisku dalam-dalam ke vaginanya.

"Sssseeetttt…. aacccchh, Inge merasakan kehangatan yang luar biasa dari air mani Bapak." Dan Inge pun orgasme lagi karena penisku merasakan vaginanya berdenyut-denyut lagi. Setelah beberapa menit kita istirahat dengan tidur bertindihan sambil berpelukan, kita bangun tidak terasa jam telah menunjukkan pk 9.30. Karena sudah agak malam Inge cepat-cepat bangun dan mengambil handuk yang dibasahi lalu membersihkan penisku dan kemudian vaginanya. Kita tak cuci karena makan waktu lama.
Segera Inge memakai roknya lagi, demikian juga aku. Sedang CD-nya dilipat dan dimasukkan ke dompetnya karena masih basah kena lendir saat kugosok clitorisnya di rumah makan tadi. Dalam perjalanan pulang Inge sempat bertanya,

"Bapak jadi kawin kapan?"
"Iya masih 2-3 tahun lagi, tunggu pacarku selesai kuliah", sahutku.
"Kenapa?" tanyaku. Inge merebahkan kepalanya ke bahuku sambil berkata,
"Inge tak akan kawin dulu kok tunggu kalau mungkin ada mukjizat."
"Maksud Inge?" tanyaku.
"Siapa tahu suatu saat Inge dapat kabar gembira dari Bapak. Sebab Inge malam ini benar-benar merasakan kenikmatan yang hebat dari Bapak dan lebih dari itu Inge merasakan Bapak meniduri Inge dengan penuh kasih dan kemesraan yang layaknya suami istri yang dipenuhi rasa cinta. Kapan-kapan Inge boleh merasakan lagi ya Pak?"
"Kapan saja Inge kangen saya bersedia, tapi Inge harus benar-benar atur waktunya jangan sampai Inge hamil yaa!" pesanku.
Saat mobil sampai di rumah kost, Inge tak segera turun ia malah merangkul leherku dan ditariknya aku, lalu diciuminya seluruh wajahku dengan penuh perasaan hatinya dan terlihat matanya memerah dan berkaca-kaca. Aku jadi terenyuh dibuatnya, kubelai rambutnya dan kuusap matanya yang berair lalu kubisiki, "Inge jangan sedih, kan tiap hari kita masih bertemu. Inge malam ini capai nanti langsung istirahat ya, jangan melamun macam-macam ya sayang?" pesanku sambil kubelai sayang dari rambutnya pipinya terus payudaranya sampai pahanya yang terbuka itu, baru Inge mau turun dengan senyum kecil.

Esok harinya di kantor pagi-pagi saat kupanggil Inge untuk memberikan tugas, ia masuk ke kamarku dengan senyum-senyum manja, setelah kujelaskan tugas-tugas yang harus dikerjakan kutanya kenapa kok senyum-senyum. Inge menjawab sambil mendekat ke sisiku, "Pak, air maninya semalam baru keluar tadi saat Inge duduk di kantor, sekarang CD Inge jadi basah." Karena Inge sudah mendekat tandanya minta untuk dibuktikan, maka kuraba melalui bawah roknya dan benar CD bagian vaginanya basah juga sela-sela pahanya basah agak licin dan ternyata baunya memang seperti maniku. Aku bilang, "Inge kamu cuci dulu sana ya." Inge menggelengkan kepalanya dan berkata, "Biarin saja Pak, Inge toch nggak punya CD lagi di kantor malah nggak enak kalau dilepas CD-nya, sampai nanti sore juga tak apa-apa malah nanti siang mungkin sudah kering sendiri." Lalu tanganku digenggam erat-erat dan memandang tajam penuh arti dan berkata,

"Kapan Bapak mau memberikan kemesraan dan kepuasan lagi pada Inge?"
"Kapan saja terserah Inge", kataku.

Semenjak itu aku sering diajak kencan hampir tiap minggu sekali dan setelah pacarnya baik kembali hubungannya, hubungan seks tetap berlangsung terus kira-kira tiap bulan sekali sambil cerita-cerita apa saja yang dilakukan suaminya padanya. Sampai sekarang sudah hampir sepuluh tahun berlalu dan aku sudah pindah kerja di bank, sedang Inge menggantikan jabatanku dan kami masing-masing telah berkelarga dan punya anak, tapi hubungan intim itu masih tetap berlangsung di siang hari saat jam makan siang, hanya frekuensinya jauh berkurang kira-kira 3-4 bulan sekali. Tapi justru karena waktu yang lama itu menyebabkan tiap kali hubungan intim itu tambah mesra saja dan bukan menjadi kebosanan.



       
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep,cerita sex,ceritasex,
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Vera, Mira, Mely yang Dahsyat !!
Apr 6th 2013, 03:44


Aku dulu kuliah di Fasilkom Universitas swasta di Jakarta. Sekarang sudah buka toko komputer. Teman-teman cewekku pada bilang kalau aku cakep dan menarik. Pertama aku mengenal yang namanya seks pada saat aku SMP kelas 2 lewat film-film porno yang kutonton di rumah sendiri sambil sembunyi-sembunyi. Aku merasakan seks sendiri pada saat aku kelas 2 SMU, dimana teman-temanku mengajakku ke diskotik. Temanku Alex sangat berpengalaman dalam hal seks.

Di disko itu aku bersama 5 teman aku yang lain membooking tiga cewek. Semuanya seksi dan menarik. Cewek pertama, Vera namanya. Alex yang pertama menggarap dia, tanpa disuruh, Vera telentang. Kedua kakinya di buka lebar-lebar, dadanya dibusungkan hingga punggungnya melengkung. Alex mulai beraksi. Dengan keras dan ganas, dia meremas payudaranya seperti memeras santan kelapa. Vera mendesah sekaligus menjerit kesakitan, tetapi Alex tidak perduli.

Setelah puas memeras payudaranya, Alex beralih ke vagina Vera yang tengah terkuak lebar. Dan tanpa basa-basi lagi, dimasukkannya panisnya dengan sekali tusuk dan Vera menjerit, tidak dapat menahan terjangan keperkasaan Alex. Alex menggoyang-goyangkan pinggulnya naik-turun, membuat Vera mendesah sambil meremas rambut Alex yang panjang. Alex semakin brutal, sehingga ranjangnya berderit-derit dan bergoyang-goyang. Dan akhirnya dia berteriak keras seiring tubuhnya menegang dan akhirnya jatuh di atas tubuh Vera yang juga mengalami hal serupa.

Giliran selanjutnya adalah Boby. Dia punya cara sendiri untuk mrmuaskan nafsunya. Dia memasang tindik di kedua payudara Vera yang sebelumnya telah dia persiapkan. Tindik itu berbentuk segitiga. Dua di antaranya dipasang di kedua payudara Vera, satunya lagi dipasang di klitoris Vera, dan rantai itu melewati punggung Vera, sehingga apabila Vera membungkuk, klitorisnya akan tertarik keluar dengan rasa sakit dan perih. Boby sedikit keterlaluan memang, tetapi idenya boleh juga.

Disuruhnya Vera merangkak sambil membusungkan dadanya yang subur dan besar mengelilingi kami berenam. Gerakannya yang menggiurkan itu membuat Boby, Fredy ,Tony dan aku tidak kuasa menahan nafsu. Dihempaskannya tubuh Vera ke atas ranjang yang luas itu setelah Boby melepas tindiknya. Tony langsung mengarahkan penisnya ke arah mulut Vera, aku punya jatah meremas bebas payudara Vera, Boby tengah asyik menikmati vagina Vera, sedangkan Fredy menusukkan penisnya ke anus Vera dari bawah. Sungguh pemandangan yang indah dan erotis, membuat penisku semakin tegang.

Vera merintih karena tubuhnya disatroni 4 penis sekaligus, tetapi kami makin bergairah. Setelah Boby melepas nafsunya, Fredy beraksi. Kedua paha Vera dikuakkannya lebar-lebar sehingga Vera menjerit ketika pahanya hampir horizontal. Fredy memantek vagina Vera dengan kedua tangannya, dan begitu bagian dalam vagina Vera tersembul, dengan perlahan Fredy memasukkan penisnya. Mula-mula seperempat, setengah, tiga perempat, setengah lagi, tiga berempat, setengah, dan tarus berulang-ulang, hingga akhirnya Vera menegang dan Fredy dengan sigap mengejankan seluruh spermanya ke Vagina Vera, dan terdengarlah desahan nikmat dari mulut Vera dan Fredy.

Giliran selanjutnya adalah aku. Aku tidak tahu harus berbuat apa, karena aku baru pertama kali melakukannya, tetapi nafsuku harus tersalurkan segera. Vagina Vera yang banjir sperma itu membuat penisku licin dan berkali-kali terpeleset memasuki gua garbanya. Akhirnya, aku mengganjal pantat Vera dengan bantal, sehingga possisinya lebih ke atas dari tubuhnya yang masih digerayangi 3 orang temanku. Sungguh nikmatnya aku melepas keperjakaanku.

Kunikmati ketika penisku perlahan menyusup ke liang vagina Vera yang terkuak menantang berwarna kemerahan dan merekah itu. Aku memejamkan mataku merasakan kenikmatan yang sangat. Penisku langsung melesat ke dalam, dan anehnya Vera menggelinjang dan bergerak tidak beraturan, tetapi geraknya ditahan oleh ketiga temanku yang masih asyik berkaraoke. Kukerahkan penisku seluruhnya ke vagina Vera, dan kulihat sendiri penisku benar-benar habis tertelan vagina Vera. Aku senang ketika aku melihat dan merasakan sendiri bagaimana penis itu tertancap habis dan kulihat sendiri vagina Vera yang merah itu menjepit, menerima penisku dengan senang hati.

Suatu buncahan dalam jiwaku ingin kukeluarkan ketika Vera menjepit-jepit penisku di dalam sana. Ooohhh… aku merasa sangaaat nikmat. Kugerakan pinggulku seperti persneling, ke segala arah. Hal itu membuat Vera semakin menggelinjang dan merintih nikmat.
"Uuuhhh… ahhh… yeah.." aku juga merintih nikmat ketika Vera dengan cepat menjepit-jepit penisku.
Dan kurasakan klitoris Vera berdenyut-denyut tanda orgasme. Aku masih menunggu klimaksku sambil terus menggenjot vagina Vera dengan cepat.
Dan… "Oouuukkhhh..!" aku merintih nikmat mencapai klimaks ketika seluruh spermaku keluar dengan deras kembali membanjiri vagina Vera.

"Kamu lain dari yang lain..!" kata Vera setelah kulepaskan vaginanya keras-keras dengan batang kejantananku.
Kulihat vaginanya berkedut-kedut cepat, dan kitorisnya yang merah tua itu ikut berkedut. Aku tergoda untuk menggigitnya, dan aku lakukan.

Kugigit klitoris Vera dengan keras, hampir keluar semua. Vera menjerit keras, tubuhnya menggelinjang hebat, melengkung-lengkung. Aku suka adegan itu. Kembali kugigit, kucucup klitorisnya dan dia semakin bergerak gila. Dia menjerit-jerit sambil mendesah nikmat. Kuakhiri dengan menyodok-nyodok sebuah benda bulat ke vaginanya untuk mengganjal denyutan vaginanya.

Cewek kedua Mira namanya. Disuruhnya dia nungging, dan beramai-ramai kami menyantapnya. Aku mencoba menusukkan penisku ke anusnya, sempit dan sulit kudobrak. Vaginanya yang lezat itu disikat Fredy sambil meremas habis kedua payudaranya, sedangkan Tony berkaraoke. Sewaktu giliranku, kusuruh Mira menunging lebih tinggi, dan tampaklah vagina merah yang merekah, lebar sekali. Kembali kutusukkan penisku disana dengan keras karena aku tidak tahan berlama-lama seperti tadi karena energiku mulai terkuras.

Posisisku yang seperti menungganginya itu hanya bertahan 10 menit, dibanding menunggangi tubuh Vera dalam waktu 30 menit. Dan semua teman-temanku mulai bosan, sedangkan tersisa satu cewek lagi yang lebih menarik. Payudaranya itu, membusung besar dibalik bajunya yang ketat.

Aku yang mulai kelelahan kembali terangsang ketika kulihat Mely duduk di kursi, menaikkan kedua kakinya ke tangan kursi, melenguh-lenguh sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya secara erotis, dan kedua tangannya diangkat ke belakang kursi, membuat semua yang terlihat di tubuhnya begitu menggairahkan. Aku langsung menyerbu ke arahnya.

Vaginanya yang merekah, sangat merekah itu menggodaku untuk menusuknya dengan penisku. Sulit memang memasukkan penis ke vagina Mely yang posisinya seperti itu, tetapi aku tidak menyerah, meskipun aku harus menahan pegal pantatku, tidak urung aku segera merojok vaginanya dengan penisku yang berukuran 15 cm dengan diameter 3cm.

"Uuhhh… aaahhh..!" desahku ketika kulihat penisku tenggelam di dalam vaginanya.
"Ayoo… kocok dong..! Kontolmu lemah sekali..!" Mely mengejek.
Tetapi aku sudah tidak tahan lagi, hanya 7 menit aku langsung ereksi. Dan aku sakit hati ketika dihina tadi. Untuk membalasnya, vaginanya kuangkat tepat tersodor di depan batang hidungku, dan langsung saja kugigit klitorisnya dengan keras, dan dia menjerit sangat keras, aku tidak perduli, aku menikmatinya.

Teman-temanku mengacungkan jempol kepadaku atas kelakuanku pada Mely. Dan akhirnya Mely mengeluarkan cairan dari dalam vaginanya, kusedot keras sampai habis dan kembali kugigigt-gigit klitorisnya seiring dengan teriakannya yang semakin keras, dan aku tidak perduli meskipun klitorisnya hampir putus.

Pengalaman bersama-sama teman-temanku lah yang membuatku sekarang ketagihan dengan permainan seks. Dan sejak itu pula aku menjadi berani menghadapi cewek-cewek.

Vera, Mira, Mely dimanakah kalian berada?


       
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep,cerita sex,ceritasex,
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Nakalnya Suster-suster Rumah Sakit
Apr 6th 2013, 03:43

Hari pertama

Suatu siang di jalan Dharma Wangsa ke arah campus Airlangga sedang terjadi keributan, ngga' jelas siapa lawan siapa… saat itu aku melintas dengan BMW M50ku sendirian dan sedang asyik dengerin radio Suara Surabaya… cuek saja saat melintasi perkelahian itu sambil sedikit menoleh ke arah seorang laki-laki yang sedang dikeroyok 4 orang lawannya… dia dikejar habis-habisan dan mencoba menerobos kerumunan penonton untuk mencari selamat.
Terbelalak mataku bengitu sadar siapa lelaki yang sedang dikerjar tersebut… ternyata dia Kakak temanku… namanya Anton. Yang ngga' jelas kenapa dia ada di sana dan dikeroyok orang segala, tapi aku sudah tidak sempat berpikir lebih jauh… segera saja aku pinggirkan kendaraanku dan aku turun untuk membantunya.

Aku tarik dua orang yang sedang memukulnya karena Anton sudah jatuh terduduk dan dihajar berempat… sekarang Anton mengurus dua orang dan aku dua orang… memang masih tidak seiimbang… dalam perkelahianku aku berhasil menangkap satu dari lawanku dan aku jepit kepalanya dengan lengan kiriku sedang lengan kananku aku gunakan untuk menghajarnya… sementara aku berusaha menggunakan kakiku untuk melawna yang satunya lagi… aku tak sempat lihat apa yang dilakukan Anton… waktu seakan sudah tidak dapat dihitung lagi demikian cepatnya sampai hal terakhir yang masih aku ingat adalah aku merasakan perih di pinggang kanan belakangku… dan saat kutengok ternyata aku ditusuk dengan sebilah belati dari belakang oleh entah siapa… sambil menahan sakit aku merenggangkan jepitanku pada korbanku dan berusaha melakukan tendangan memutar… sasaranku adalah lawan yang di depanku. Namun pada saat melakukan tendangan memutar sambil melayang… tiba-tiba aku melihat ayunan stcik soft ball ke arah kakiku yang terjulur… ngga' ampun lagi aku jatuh terjerembab dan gagal melancarkan tentangan mautku… sesampainya aku di tanah dengan agak tertelungkup aku merasakan pukulan bertubi-tubi… mungkin lebih dari 3 orang yang menghajarku. Terakir kali kuingat aku merasakan beberapa kali tusukan sampai akhirnya aku sadar sudah berada di rumah sakit.

Aku tidak jelas berada di rumah sakit mana yang pasti berisik sekali dan ruangannya panas… dalam ruangan tersebut ada beberapa ranjang… pada saat aku berusaha untuk melihat bagian bawahku yang terluka aku masih merasakan nyeri pada bagian perutku dan kaki kananku serasa gatal dan sedikit kebal ( mati rasa )… aku coba untuk geser kakiku ternyata berat sekali dan kaku. Kemudian aku paksakan untuk tidur…

Sore itu aku dijenguk oleh Dian adik Anton… Dian ini teman kuliahku… dia datang bersama dengan Mita adiknya yang di SMA… katanya habis jenguk Anton dan Anton ada di ruang sebelah…

" Makasih ya Joss… kalo ngga' ada kamu kali Anton sudah… " katanya sambil menitikkan air mata…

" Sudahlah… semua ini sudah berlalu… tapi kalo boleh aku tau kenapa Anton sampe dikeroyok gitu ?" tanyaku penasaran. "
Biasa gawa-gara cewek… mereka goda cewek Airlangga dan cowoknya marah makanya dikeroyok… emang sich bukan semua yang ngeroyok itu anak Airlangga sebagian kebetulan musuh Anton dari SMA, sialnya Anton saja ketemu lagi dan suasananya kaya' gitu… jadi dech di dihajar rame-rame" jawab Mita.

"Kak Jossy yang luka apanya saja ?" tanya Mita.

"Tau nih… rasanya ngga' keruan " jawabku… " Lihat aja sendiri… soalnya aku ngga' bisa gerak banyak… kamu angkat selimutnya sekalian aku juga mo tau " lanjutku pada Mita.
"Permisi ya Kak" kata Mita langsung sambil membuka selimutku ( hanya diangkat saja ).

Sesaat dia pandangi luka-lukaku dan mungkin karena banyak luka sehingga dia sampe bengong gitu… dan pas aku lihat pinggangku dibalut sampe pinggul dan masih tembus oleh darah… di bawahnya lagi aku melihat…. ya ampun pantes ni anak singkong bengong… meriamku tidak terbungkus apa-apa dan yang seremnya kepalanya yang gede kelihatan menarik sekali… seperti perkedel. Sesaat kemudian aku masih sempat melihat kaki kananku digips… mungkin patah kena stick soft ball.

Mita menutup kembali selimut tadi dan Dian tidak sempat melhat lukaku karena dia sibuk nangis… hatinya memang lemah… sepertinya dia melankolis sejati.

"Mita sini aku mo bilangin kamu " kataku…

Mitapun menunduk mendekatkan telinganya ke mulutku.

"Jangan bilang sama Dian soal apa yang kamu lihat barusan… kamu suka ngga' ?" kataku berbisik.

"Serem " bisiknya bales.

" Dian… kamu jangan lihat lukaku… nanti kamu makin ngga' kuat lagi nahan nangis… " kataku.
" Tapi paling tidak aku mo tau… boleh aku raba ? " tanyanya…

" Silahkan… pelan-pelan ya… masih belum kering lukanya. " jawabku.
Dian pun memasukkan tangannya ke balik selimut… dan mulai meraba dari dada… ke perut… di situ dia merasakan ada balutan… digesernya ke kanan kiri… terus ke bawahan dikit…

" Kok perbannya sampe gini… lukanya kaya' apa ? "
" Wah aku sendiri belum jelas… " aku jawab pertanyaan Dian.

Turun lagi tangannya ke pinggul kanan… kena kulitku… terus ke tengah… kena meriamku… dia raba setengah menggenggam… untuk meyakinkan apa yang tersentuh tangannya… tersentak dan dia menarik tangannya sedikit sambil melepas pengangannya pada meriamku…

"Sorry… ngga' tau…. "
" Ngga' apa-apa kok… malah enak kalo sekalian dipijitin… soalnya badanku sakit semua… " kataku nakal.

"Nah…. Kak Dian pegang anunya Kak Joss ya ? " goda Mita… Merah wajah Dian ditembak gitu.
Dian terus saja meraba sampe pada kaki kananku dan dia menemukan gips… " Lho… kok digips ?"

" Iya patah tulangnya kali " jawabku asal untuk menenangkan pikirannya…

Dian selesai merabaiku… tapi tampak sekali dia masih kepikiran soal sentuhan pada meriam tadi… dan sesekali matanya masih melirik ke sekitar meriamku… sedang aku juga sedang menikmati dan membayangkan ulang kejadian barusan… Flash back lah.
Tanpa sadar tiba-tiba meriamku meradang dan mulai bangun sehingga tampak pada selimut tipis kalo ada sesuatu perkembangan di sana.

"Kak Joss… anunya bangun " bisik Dian padaku sambil dia ambil selimut lain untuk menutupnya… tapi tangannya berhenti dan diam di atasnya… " "Supaya Mita ngga' ngelihat " bisiknya lagi. Aku cuman bisa mengangguk… aku sadar ujung penisku masih dapat menggapai telapaknya… aku coba kejang-kejangkan penisku dan Dian seperti merasa dicolek-coleh tangannya. "Mit… kamu pamit sama Mas Anton dech… kita bentar lagi pulang dan biar mereka istirahat… " kata Dian… dan Mitapun melangkah keluar ruangan… " "Kak Joss…. nakal sekali anunya ya " bisik Dian… aku balas dengan ciuman di pipinya.

"Dian… tolongin donk… diurut-urut itunya… biar lupa sakitnya… " pintaku…

"Iya dech… " jawab Dian langsung mengurut meriamku… dari luar selimut… biar ngga' nyolok dengan pasien lain… walaupun antara ranjang ada penyekatnya…

"Ian… dari dalem aja langsung… biar cepetan…. " pintaku karena merasa tanggung dan waktunya mepet sekali dia mo pulang., Dian menuruti permintaanku dengan memeriksa sekitar lebih dulu… terus tangannya dimasukkan dalam selimutku langsung meremas meriamku… dielusnya batangku dan sesekali bijinya… dikocoknya… lembut sekali… wah gila rasanya… lama juga Dian memainkan meriamku… sampe aku ngga' tahan lagi dan crrooottt….. crot…. ccrrroooo..tttt…. beberapa kali keluar…
Tiba-tiba Mita datang dan buru-buru Dian tarik tangannya dari balik selimut… sedikt kena spermaku telapak tangan Dian… dia goserkan pada sisi ranjang untuk mengelapnya…

" Sudah Kak Joss… aku sama Mita mo pulang…. " pamit Dian… " Sudah keluar khan… " bisiknya pada telingaku… cup… pipiku diciumnya… " Cepet sembuhnya… besok aku tengok lagi " Dia sengaja menciumku untuk menyamarkan bisikannya yang terakhir.

"Eh… kalo bisa bilangin susternya aku minta pindah kelas satu donk… di sini gerah " pintaku pada mereka.

Merekapun keluar kamar dan melambaikan tangan… satu jam kemudian aku dipindahkan ke tempat yang lebih bagus… ada ACnya dan ranjangnya ada dua. Tapi ranjang sebelah kosong. Posisi kamarku agak jauh dari pos jaga suster perawat… itu aku tau saat aku didorong dengan ranjang beroda.

"Habis gini mandi ya " kata suster perawat sehabis mendorongku…

Tidak lama kemudian dia sudah balik dengan ember dan lap handuk… dia taruh ember itu di meja kecil samping ranjangku dan mulai menyingkap selimutku serta melipatnya dekat kakiku. terbuka sudah seluruh tubuhku… pas dia lihat sekita meriamku terkejut dia… ada dua hal yang mengagetkannya…

Yang pertama adalah ukuran meriam serta kepalanya yang di luar normal… besar sekali… Dan yang kedua ada hasil kerjaan Dian… spermaku masih berantakan tanpa sempat dibersihkan… walaupun sebagian menempel di selimut… tapi bekasnya yang mengering di badanku masih jelas terlihat.

"Kok… kayaknya habis orgasme ya ? " tanyanya. Lalu tanpa tunggu aju jawab dia ambil wash lap dan sabun…

"Sus… jangan pake wash lap… geli… saya ngga' biasa " kataku.

Suster itu mulai dengan tanganku… dibasuh dan disabunnya… usapannya lembut sekali… sambil dimandiin aku pandangi wajahnya… dadanya… cukup gede kalo aku lihat… orangnya agak putih… tangannya lembut. Selesai dengan yang kiri sekarang ganti tangan kananku… dan seterusnya ke leher dan dadaku… terus diusapnya… sapuan telapak tangannya lembut aku rasakan dan akupun memejamkan mata untuk lebih menikmati sentuhannya.
Sampe juga akhirnya pada meriamku… dipegangnya dengan lembut…. ditambah sabun… digosok batangnya… bijinya… kembali ke batangnya… dan aku ngga' kuat untuk menahan supaya tetap lemas… akhirnya berdiri juga… pertama setengah tiang lama-lama juga akhirnya penuh… keras…. dia bersihkan juga sekitar kepala meriamku sambil berkata lirih

"Ini kepalanya besar sekali… baru kali ini saya lihat kaya' gini besarnya"
"Sus… enak dimandiin gini… " kataku memancing.

Dia diam saja tapi yang jelas dia mulai mengocok dan memainkan batangku… kaya'nya dia suka dengan ukurannya yang menakjubkan…

"Enak Mas… kalo diginikan ? " tanyanya dengan lirikan nakal.

"Ssshh… iya terusin ya Sus… sampe keluar… " kataku sambil menahan rasa nikmat yang ngga' ketulungan… tangan kirinnya mengambil air dan membilas meriamku… kemudian disekanya dengan tangan kanannya… kenapa kok diseka pikirku… tapi aku diam saja… mengikuti apa yang mau dia lakukan… pokoknya jangan berhenti sampe sini aja… pusing nanti…
Dia dekatkan kepalanya… dan dijulurkan lidahnya… kepala meriamku dijilatnya perlahan… dan lidahnya mengitari kepala meriamku… sejuta rasanya… wow… enak sekali… lalu dikulumnya meriamku… aku lihat mulutnya sampe penuh rasanya dan belum seluruhnya tenggelam dalam mulutnya yang mungil… bibirnya yang tipis terayun keluar masuk saat menghisap maju mundur.

Lama juga aku diisep suster jaga ini… sampe akhirnya aku ngga' tahan lagi dan crooott…. crooott… nikmat sekali. Spermaku tumpah dalam rongga mulutnya dan ditelannya habis… sisa pada ujung meriamkupun dijilat serta dihisapnya habis…

"Sudah sekarang dilanjutkan mandinya ya… " kata suster itu dan dia melanjutkan memandikan kaki kiriku setelah sebelumnya mencuci bersih meriamku… badanku dibaliknya… dan dimandikan pula sisi belakang badanku.
Selesai acara mandi….

"Nanti malam saya ke sini lagi nanti saya temenin… " katanya sambil membereskan barang-barangnya. terakhir sebelum keluar kamar dia sempat menciumku… pas di bibir… hangat sekali…

"Nanti malam saya kasih yang lebih hebat " begitu katanya.

Akupun berusaha untuk tidur… nikmat sekali sore ini dua kali keluar… dibantu dua cewek yang berbeda… ini mungkin ganjaran dari menolong teman… gitu hiburku dalam hati… sambil memikirkan apa yang akan kudapat malam nanti akupun tertidur lelap sekali.

Tiba-tiba aku dibangunkan oleh suster yang tadi lagi… tapi aku belum sempat menyanyakan namanya… baru setelah dia mo keluar kamar selesai meletakkan makananku dan membangunkanku… namanya Anna. Cara dia membangunkanku cukup aneh… rasanya suster di manapun tidak akan melakukan dengan cara ini… dia remas-remas meriamku… sambil digosoknya lembut sampe aku bangun dari tidurku.

Langsung aku selesaikan makanku dengan susah payah… akhirnya selesai juga… lalu aku tekan bel… dan tak lama kemudian datang suster yang lain… aku minta dia nyalakan TV di atas dan mengakat makananku.
Aku nonton acara-acara TV yang membosankan dan juga semua berita yang ditayangkan… tanpa konsentrasi sedikitpun.

Sekitar jam 9 malam suster Wiwik datang untuk mengobati lukaku dan mengganti perban… pada saat dia melihat meriamkupun dia takjub…

"Ngga' salah apa yang diomongkan temen-temen di ruang jaga " demikian komentarnya.

"Kenapa Sus ? " tanyaku ngga' jelas.

"Oo… itu tadi teman-teman bilang kalo pasien yang dirawat di kamar 26 itu kepalanya besar sekali. " jawabnya.

Setelah selesai dengan mengobati lukaku dan dia akan tinggalkan ruangan… sebelum membetulkan selimutku dia sempatkan mengelus kepala meriamku…

" Hmmm… gimana ya rasanya ? " gumamnya tanya meminta jawaban.

Dan akupun hanya senyum saja. Wah suster di sini gila semua ya pikirku… soalnya aku baru kenal dua orang dan dua-duanya suka sama meriamku… minimal tertarik… dan lagian ada promosi gratis di ruang jaga suster kalo ada pasien dengan kepala meriam super besar… promosi yang menguntungkan… semoga ada yang terjerat ingin mencoba… selama aku masih dirawat di sini.

Jam 10an kira-kira aku mulai tertidur… aku mimpi indah sekali dalam tidurku… karena sebelum tidur tadi otakku sempat berpikir jorok. Aku merasakan hangat sekali pada bagian selangkanganku… tepatnya pada bagian meriamku… sampe aku terbangun ternyata… suster Anna sedang menghisap meriamku… kali ini entah jam berapa ? Dengan bermalas-malasan aku nikmat terus hisapannya… dan aku mulai ikut aktif dengan meraba dadanya… suatu lokasi yang aku anggap paling dekat dengan jangkauanku. Aku buka kanding atasnya dua kancing… aku rogoh dadanya di balik BH putihnya… aku dapati segumpal daging hangat yang kenyal… kuselusuri… sambil meremas-remas kecil.. sampe juga pada putingnya… aku pilin putingnya… dan Sus Annapun mendesah… entah berapa lama aku dihisap dan aku merabai Sus Anna… sampe dia minta

"Mas… masih sakit ngga' badannya ? "
" Kenapa Sus ? " tanyaku bingung. "Enggak kok… sudah lumayan enakan… " dan tanpa menjawab diapun meloloskan CDnya… dimasukkan dalam saku baju dinasnya. Lalu dia permisi padaku dan mulai mengangkangkan kakinya di atas meriamku… dan bless… dia masukkan batangku pada lobangnya yang hangat dan sudah basah sekali… diapun mulai menggoyang perlahan… pertama dengan gerakan naik turun…lalu disusul dengan gerakan memutar… wah… suster ini rupanya sudah prof banget… lobangnya aku rasakan masih sangat sempit… makanya dia juga hanya berani gerak perlahan… mungkin juga karena aku masih sakit… dan punya banyak luka baru. Lama sekali permainan itu dan memang dia ngga' ganti posisi… karena posisi yang memungkinkan hanya satu posisi… aku tidur di bawah dan dia di atasku. Sampe saat itu belum ada tanda-tanda aku akan keluar… tapi kalo tidak salah dia sempat mengejang sekali tadi dipertengahan dan lemas sebentar lalu mulai menggoyang lagi… sampe tiba-tiba pintu kamarku dibuka dari luar… dan seorang suster masuk dengan tiba-tiba…
Kaget sekali kami berdua… karena tidak ada alasan lain… jelas sekali kita sedang main… mana posisinya… mana baju dinas Suster Anna terbuka sampe perutnya dan BHnya juga sudah kelepas dan tergeletak di lantai. Ternyata yang masuk suster Wiwik… dia langsung menghampiri dan bilang

"Teruskan saja An… aku cuman mau ikutan… mumpung sepi "

Suster Wiwikpun mengelus dadaku… dia ciumin aku dengan lembut… aku membalasnya dengan meremas dadanya… dia diam saja… aku buka kancingnya… terus langsung aku loloskan pakaian dinasnya… aku buka sekalian BHnya yang berenda… tipis dan merangsang… membal sekali tampak pada saat BH itu lepas dari badannya… dada itu berguncang dikit… kelihatan kalo masih sangat kencang… tinggal CD minim yang digunakannya.

Suster Anna masih saja dengan aksinya naik turun dan kadang berputar… aku lhat saja dadanya yang terguncang akibat gerakannya yang mulai liar… lidah suster Wiwik mulai memasuki rongga mulutku dan kuhisap ujung lidahnya yang menjulur itu… tangan kiriku mulai merabai sekitar selangkangan suster Wiwik dari luar… basah sudah CDnya… pelan aku kuak ke samping… dan kudapat permukaan bulu halus menyelimuti liang kenikmatannya… kuelus perlahan… baru kemudian sedikit kutekan… ketemu sudah aku pada clitsnya… agak ke belakang aku rasakan makin menghangat.

Tersentuh olehku kemudian liang nikmat tersebut… kuelus dua tiga kali sebelum akhirnya aku masukkan jariku ke dalamnya. Kucoba memasukkan sedalam mungkin jari telunjukku… kemudian disusul oleh jari tengahku… aku putar jari-jariku di dalamnya… baru kukocok keluar masuk… sambil jempolku memainkan clitsnya. Dia mendesar ringan… sementara suster Anna rebahan karena lelah di dadaku dengan pinggulnya tiada hentinya menggoyang kanan dan kiri… suster Wiwik menyibak rambut panjang suster Anna dan mulai menciumi punggung terbuka itu… suster Anna makin mengerang… mengerang…. dan mengerang…. sampai pada erangan panjang yang menandakan dia akan orgasme… dan makin keras goyangan pinggulnya… sementara aku mencoba mengimbangi dengan gerakan yang lebih keras dari sebelumnya… karena dari tadi aku tidak dapat terlalu bergoyang… takut lukaku sakit.

Suster Anna mengerang…. panjang sekali seperti orang sedang kesakitan… tapi juga mirip orang kepedasan… mendesis di antara erangannya… dia sudah sampe… rupanya… dan… dia tahan dulu sementara… baru dicabutnya perlahan… sekarang giliran suster Wiwik… dilapnya dulu… meriamku dikeringkan… baru dia mulai menaikiku… batin… kurang ajar suster-suster ini aku digilirnya… dan nanti aku juga mesti masih membayar biaya rawat… gila… enak di dia… tapi….. enak juga dia aku kok… demikian pikiranku… ach… masa bodo…. POKOKNYA PUAS !!! Demikian kata iklan.

Ketika suster Wiwik telah menempati posisinya… kulihat suster Anna mengelap liang kenikmatannya dengan tissue yang diambilnya dari meja kecil di sampingku. Suster Wiwik seakan menunggang kuda… dia goyang maju mundur… perlahan tapi penuh kepastian… makin lama makin cepat iramanya… sementara tanganku keduanya asyik meremas-remas dadanya yang mengembung indah… kenyal sekali rasanya… cukup besar ukurannya dan lebih besar dari suster Anna punya… yang ini ngga' kurang dari 36… kemungkinan cup C… karena mantap dan tanganku seakan ngga' cukup menggenggamnya.

Sesekali kumainkan putingnya yang mulai mengeras… dia mendesis… hanya itu jawaban yang keluar dari mulutnya… desisan itu sungguh manja kurasakan… sementara suster Anna telah selesai dengan membersihkan liang hangatnya… kemudian dia mulai lagi mengelus-elus badan telanjang suster Wiwik dan tuga memainkan rambutku… mengusapnya…
Kemudian karena sudah cukup pemanasannya… dia mulai menaiki ranjang lagi… dikangkangkannya kakinya yang jenjang di atas kepalaku… setengah berjongkok gayanya saat itu dengan menghadap tembok di atas kepalaku… dan kedua tangannya berpegangan pada bagian kepala ranjangku. Mulai disorongkannya liangnya yang telah kering ke mulutku… dengan cepat aku julurkan lidahku…. aku colek sekali dulu dan aku tarik nafas…. hhhmmmm…… harus khas liang senggama…. kujilat liangnya dengan lidahku yang memang terkenal panjang… kumainkan lidahku… mereka berdua mengerang berbarengan kadang bersahutan…

Aku ingin tau sekarang ini jam berapa ? Jangan sampe erangan mereka mengganggu pasien lain… karena aku mendengarnya cukup keras… aku tengok ke dinding… kosong ngga' ada jam dinding… aku lihat keluar… kearah pintu… mataku terbelalak… terkejut… shock… benar-benar kaget aku… lamat-lamat aku perhatikan… di antara pintu aku melihat seberkas sinar mengkilap… sambil terus menggoyang suster Wiwik… meninggalkan jilatan pada suster Anna… aku konsentrasi sejenak pada apa yang ada di belakang pintu… ternyata… pintupun terbuka… makin gila aku makin kaget… dan deg… jantungku tersentak sesaat… lalu lega… tapi… yang dateng ini dua temen suster yang sedang kupuaskan ini… kaya'nya kalo marah sich ngga' bakalan.. mereka sepertinya telah cukup lama melihat adegan kami bertiga… jadi maksud kedatangannya hanya dua kemungkinan… mo nonton dari dekat atau ikutan… ternyata….

"Wah… wah… wah… rajin sekali kalian bekerja… sampe malem gini masih sibuk ngurus pasien… " demikian kata salah seorang dari mereka…
"Mari kami bantu " demikian sahut yang lainnya yang berbadan kecil kurus dan berdada super… Jelas ini jawabannya adalah pilihan kedua.
Merekapun langsung melepas pakaian dinas masing-masing… satu mengambil posisi di kanan ranjang dan satu ngambil posisi di kiri ranjang… secara hampir bersamaan mereka menciumi dada… leher… telinga dan semua daerah rangsanganku… akupun mulai lagi konsentrasi pada liang suster Anna… sementara kedua tanganku ambil bagian masing-masing… sekarang semua bagian tubuhku yang menonjol panjang telah habis digunakan untuk memuaskann 4 suster gatel…… malam ini… tidak ada sisa rupanya…. terus bagaimana kalo sampe ada satu lagi yang ikutan ?

Jari-jariku baik dari tangan kanan maupun kiri telah amblas dalam liang hangat suster-suster gatel tersebut… untuk menggaruknya kali… aku kocok-kocokkan keluar masuk ya lidahku… ya jariku… ya meriamku… rusak sudah konsentrasiku…
Ini permainan Four Whell Drive ( 4 WD )atau bisa juga disebut Four Wheel Steering ( 4 WS )… empat-empatnya jalan semua… kaya'nya kau makin piawai dalam permainan 4DW / 4 WS ini karena ini kali dua aku mencoba mempraktekkannya.
Lama sekali permainannya… sampe tiba-tiba suster Wiwik mengerang…. kesar dan panjang serta mengejang…

Setelah suster Wiwik selesai… dan mencabut meriamku… suster Anna berbalik posisi dengan posisi 69… kami saling menghisap dan permainan berlanjut… sekali aku minta rotasi… yang di kananku untuk naik… yang di atas ( suster Anna ) aku minta ke kiri dan suster yang di kiri aku minta pindah posisi kanan.
Tawaran ini tidak disia-siakan oleh suster yang berkulit agak gelap dari semua temannya… dia langsung menancapkan meriamku dengan gerakan yang menakjubkan… tanpa dipegang…. diambilnya meriamku yang masih tegang dengan liangnya dan langsung dimasukkan… amblas sudah meriamku dari pandangan. Diapun langsung menggoyang keras… rupanya sudah ngga' tahan…

Benar juga sekitar 5 menit dia bergoyang sudah mengejang keras dan mengerang…. mengerang…. panjang serta lemas. Sementara tingal dua korban yang belum selesai… aku minta bantuan suster yang masih ada di sana untuk membantu aku balik badan… tengkurap… kemudian aku suruh suster yang pendek dan berdada besar tadi untuk masuk ke bawah tubuhku…. sedangkan suster Anna aku suruh duduk di samping bantal yang digunakan suster kecil tadi. Perlahan aku mulai memasukkan meriam raksasaku pada liang suster yang bertubuh kecil ini… sulit sekali… dan diapun membantu dengan bimbingan test…. Setelah tertancap… tapi sayangnya tidak dapat habis terbenam… rasanya mentok sekali… dengan bibir rahimnya… akupun mulai menggoyang suster kecil dan menjilati suster Anna. Mereka berdua kembali mendesah…. mengerang…. mendesah dan kadang mendesis… kaya' ular.

Aku sulit sekali sebenarnya untuk mengayun pinggulku maju mundur…. jadi yang bisa aku lakukan cuman tetap menancapkan meriamku pada liang kenikmatan suster mungil ini sambil memutar pinggulku seakan meng-obok-obok liangnya… sedangkan dadanya yang aku bilang super itu terasa sekali mengganjal dadaku yang bidang… kenikmatan tiada tara sedang dinikmati si mungil di bawahku ini… dia mendesis tak keruan… sedang lidahku tetap menghajar liang kenikmatan suster Anna… sesekali aku jilatkan pada clitsnya… dia menggelinjang setiap kali lidahku menyentuh clitsnya… mendengar desisan mereka berdua aku jadi ngga' tahan… maka dengan nekat aku keraskan goyangan pinggulku dan hisapanku pada suster Anna… dia mulai mengejang… mengerang dan kemudian disusul dengan suster yang sedang kutindih…. suster Anna sudah lemas… dan beranjak turun dari posisinya….

Aku tekan lebih keras suster mungil ini…. sambil dadanya yang menggairahkan ini aku remas-remas semauku… aku sudah merasakan hampir sampe juga… sedang suster mungil masih mengerang…. terus dan terus… kaya'nya dia dapat multi orgasme dan panjang sekali orgasme yang didapatnya…. aku coba mengjar orgasmenya… dan…. dan…. berhasil juga akuhirnya… aku sodok dan benamkan meriamku sekuat-kuatnya… sampe dia melotot… aku didekapnya erat sekali… dan

"Adu…..uh enak sekali… " demikian salah satu katanya yang dapat aku dengar.

Akupun ambruk diatas dada besar yang menggemaskan itu… lunglai sudah tubuh ini rasanya… menghabisi 4 suster sekaligus… suatu rekord yang gila… permainan Four Wheel Drive kedua dalam hidupku… pada saat mencabutnyapun aku terpaksa diantu suster yang lain…

"Kasihan pasien ini nanti sembuhnya jadi lama… soalnya ngga' sempet istirahat" kata suster yang hitam.
"Iya dan kaya'nya kita akan setiap malam rajin minta giliran kaya' malem ini " sahut suster Wiwik.
"Kalo itu dibuat system arisan saja " kata suster Anna sadis sekali kedengarannya. Emangnya aku meriam bergilir apa ?

Malam itu aku tidur lelaap sekali dan aku sempat minta untuk suster mungil menemaniku tidur, aku berjanji tiap malam mereka dapat giliran menemaniku tidur… tapi setelah mendapat jatah batin tentunya. Suster mungil ini bernama Ratih dan malam itu kami tidur berdekapan mesra sekali seperti pengantin baru dan sama-sama polos… sampe jam 4 pagi… dia minta jatah tambahan… dan kamipun bermain one on one ( satu lawan satu, ngga' keroyokan kaya' semalem ).
Hot sekali dia pagi itu… karena kami lebih bebas… tapi yang kacau adalah udahannya… aku merasa sakit karena lukaku berdarah lagi… jadi terpaksa ketahuan dech sama yang lain kalo ada sesi tambahan… dan merekapun rame-rame mengobati lukaku…. sambil masih pengen lihat meriam dasyat yang meluluh lantakkan tubuh mereka semaleman.
Abis gitu sekitar jam 5 aku kembali tidur sampe pagi jam 7.20 aku dibangunkan untuk mandi pagi. Mandi pagi dibantu oleh suster Dewi dan sempat diisep sampe keluar dalam mulutnya… nah suster Dewi ini yang kulitnya hitaman semalam. Nama mereka sering aku dapat setelah tubuh mereka aku dapat.

Hari kedua

Pagi jam 10 aku dibesuk oleh Dian dan Mita… mereka membawakan buah jeruk dan apel… aslinya sich aku ngga demen makan buah… setengah jam kami ngobrol bertiga. sampe suatu saat aku bilang pada Dian

"Aku mo minta tolong Ian… kepalaku pusing… soalnya aku dari semaleman ngga' dapet keluar… dan aku ngga' bisa self service " demikian kataku membuka acara… dan akupun bercerita sedikit kebiasaanku pada Dian dengan bumbu tentunya.

Aku cerita kalo biasa setiap kali mandi pagi aku suka onani kalo semalemnya ngga' dapet cewek buat nemenin tidur… dan sorenya juga suka main lagi… Dian bisa maklum karena aku dulu sempat samen leven dengan Nana temannya yang hyper sex selama 8 bulan lebih… dia juga tahu kehidupanku tidak pernah sepi cewek. Dengan dalih dia mo bantu aku karena hal ini dianggap sebagai bales jasa menyelamatkan jiwa kakaknya… yang aku selamatkan dari keroyokan kemarin… sampe akhirnya aku sendiri masuk rumah sakit.

Dia minta Mita adiknya keluar dulu karena malu, tapi Mita tau apa yang akan dilakukan Dian padaku… karena pembicaraan tadi di depan Mita. Sekeluarnya Mita dari kamar… Dian langsung memasukkan tangannya dalam selimutku dan mulailah dia meremas dan mengelus meriamku yang sedang tidur… sampe bangun dan keras sekali… setelah dikocoknya dengan segala macam cara masih belum keluar juga sedang waktu sudah menunjukkan pukul 10.45 berarti jam besuk tinggal 15 menit lagi maka aku minta Dian menghisap meriamku. Mulanya dia malu… tapi dikerjakannya juga… demi bales jasa kaya'ya… atau dia mulai suka ?

Akhirnya keluar juga spermaku dan kali ini tidak diselimut lagi tapi dalam mulut Dian dan ini pertama kali Dian meneguk spermaku… juga pertama kali teman kuliahku ini ngisep punyaku… kaya'nya dia juga belum mahir betul… itu ketahuan dari beberapa kali aku meringis kesakitan karena kena giginya.
Spermaku ditelannya habis… sesuai permintaanku dan aku bilang kalo sperma itu steril dan baik buat kulit… benernya sich aku ngga' tau jelas… asal ngomong aja dan dia percaya… setelah menelan spermaku dia ambil air di gelas dan meminumnya… belum biasa kali. Aku tengok ke jendela luar saat Dian ambil minum tadi… ternyata aku melihat jendela depan yang menghadap taman tidak tertutup rapat dan aku sempat lihat kalo Mita tadi ngintip kakaknya ngisep aku…

Jam 11.05 mereka berdua pamit pulang… selanjutnya aku aku makan siang dan tidur sampe bangun sekitar jam 3 siang. Dan aku minta suster jaga untuk memindahkanku ke kursi roda… sebelum dipindahkan aku diobati dulu dan diberi pakeaian seperti rok panjang terusan agak gombor. dengan kancing banyak sekali di belakangnya.

Pada saat mengenakan pakaian tersebut dikerjakan oleh dua suster shift pagi… suster Atty dan suster Fatima, pada saat mereka berdua sempat melihat meriamku… mereka saling berpandangan dan tersenyum terus melirik nakal padaku… aku cuek saja… pada saat aku mo dipindahkan ke kurasi roda aku diminta untuk memeluk suster Fatima… orangnya masih muda sekitar 23 tahunan kira-kira… rambutnya pendek… tubuhnya sekitar 159 Cm… dadanya sekitar 34 B… pada saat memeluk aku sedikit kencangkan sambil pura-pura ngga' kuat berdiri… aku dekap dia dari pinggang ke pundak ( seperti merengkuh ) dengan demikian aku telah menguncinya sehingga dia tidak dapat mengambil jarak lagi dan dadanya pas sekali dipundakku… greeng… meriamku setengah bangun dapat sentuhan tersebut.

"Agak tegak berdirinya Mas… berat soalnya badan Masnya " kata suster Fatima.

Akupun mengikut perintahnya dengan memindahkan tangan kananku seakan merangkulnya dengan demikian aku makin mendekatkan wajahnya ke leherku dan aku dorong sekalian kepalaku sehingga dia secara ngga' sadar bibirnya kena di leherku… sementara suster Atty membetulkan letak kursi roda… aku lihat pinggulnya dari berlakang… wah… bagus juga ya…
Suster Fatima bantu aku duduk di kursi roda dan suster Atty pegang kursi roda dari belakang…pada saat mo duduk pas mukaku dekat sekali dengan dada suster Fatima… aku sempetin aja desak dan gigit dengan bibir berlapis gigi ke dada tersebut… karena beberapa terhenti aku dapat merasakan gigitan itu sekitar 2 detikan dech… dia diam saja… dan saat aku sudah duduk…. dan suster Atty keluar kamar…

"Awas ya… nakal sekali " kata suster Fatima sambil mendelik. Aku tau dia ngga' marah cuman pura-pura marah aja

"Satunya belum Sus," kataku menggoda…

"Enak aja… geli tau ?" jawabnya sewot.

"Nanti saya cubit baru tau " lanjutnya sambil langsung mencubit meriamku… dan terus dia ngeloyor keluar kamar dengan muka merah… karena meriamku saat itu sudah full standing karena abis nge-gigit toket… jadi terangsang… "Sus… tolong donk saya di dorong keluar kamar" kataku sebelum sempat suster Fatima keluar jauh. Diapun kembali dan mendorongku ke teras kamar… menghadap taman. Aku bengong di teras… sambil menghisap rokokku… di pangkuanku ada novel tapi rasanya males mo baca novel itu… jadinya aku bengong saja sore itu di teras sambil ngelamun aku mikirin rencana lain untuk malam ini… mo pake gaya apa ya ?

Tiba-tiba aku dikejutkan dengan telapak tangan yang menutup mataku… "Siapa ini ? Kok tangannya halus… dingin dan kecil… Siapa ni ? " kataku… Terus dilepasnya tangan tersebut dan dia ke arah depanku… baru kutau dia Mita adik Dian. Kok sendirian ?

"Mana Mita ?" tanyaku…

"Lagi ketempat dosennya mo ngurus skripsi" jawab Mita.

"Jadi ngga' kesini donk ? " tanyaku penasaran.
"Ya ngga' lah… ini saya bawain bubur buatan Mama" katanya sambil mendorongku masuk kamar… dia letakkan bubur itu di atas meja kecil samping ranjang.
Terus kami ngobrol… sekitar 10 menit sampe aku bilang "Mit… ach ngga' jadi dech… " kataku bingung gimana mo mulainya… maksudku mo jailin dia untuk ngeluarin aku seperti yang dilakukan kakaknya tadi pagi… bukankah dia juga udah ngintip… kali aja dia pengen kaya' kakaknya… mumpung lagi cuman berduaan…

"Kenapa Kak ?" aku tak menjawab hanya mengernyitkan dahi saja…
"Pusing ya ?" tanyanya lagi.

"Iya ni… penyakit biasa" kataku makin berani… kali bisa…
" Kak… gimana ya ? Tadi khan udah ? " katanya mulai ngerti maksudku… tapi kaya'nya dia bingung dan malu… merah wajahnya tampak sekali.
"Mit… sorry ya… kalo kamu ngga' keberatan tolongin Kakak donk… ntar malem Kakak ngga' bisa tidur… kalo… " kataku mengarah dan sengaja tidak menyelesaikan kata-kataku supaya terkesan gimana gitu….
"Iya Mita tau Kak… dan kasihan sekali… tapi gimana Mita ngga' bisa… Mita malu Kak… "
"Ya udah kalo kamu keberatan… aku ngga' mo maksa… lagian kamu masih kecil…"
"Kak… Mita ciumin aja ya… supaya Kakak terhibur… jangan susah Kak… kalo Mita sudah besar dan sudah bisa juga mau kok bantuin Kak Jossy kaya tadi pagi " kata dia sambil mencium pipiku.
"Iya dech… sini Kak cium kamu " kataku dan diapun pindah kehadapanku.

Dia membungkuk sehingga ada kelihatan dadanya yang membusung… aduh…. gila… usaha harus jalan terus ni… gimana caranya masa bodo… harus dapet… aku udah pusing berat.
Dan Mitapun memelukku sambil membungkuk… aku cium pipinya, dagunya… belakang telinganya kadang aku gigit lembut telinganya… pokoknya semua daerah rangsangan… aku coba merangsangnya… ciuman kami lama juga sampe nafasnya terasa sekali di telingaku.
Tangaku mencoba meremas dadanya… diapun mundur… mo menghidar…
"Mit… gini dech… aku sentuh kamu saja… ngga' ngapain kok… supaya aku lebih tenang nanti malem "
"Maaf Kak… tadi Mita kaget… Mita ngerti kok… Kak Joss gini juga gara-gara Mas Anton " jawabnya penuh pengertian… atau dia udah kepancing ?

Diapun kembali… mendekat dan kuraih dadanya… aku remas…dan dia kembali menciumku… dari tadi tidak ada ciuman bibir hanya pipi dan telinga… saling berbalasan… sampe remasanku makin liar dan mencoba menyusup pada bajunya… melalui celah kancing atasnya.
Tangan Mita mulai turun dari dadaku ke meriamku… dan meremasnya dari luar…

"Aduh… enak sekali Mit… terusin ya… sampe keluar… biar aku ngga' pusing nanti " kataku nafsu menyambut kemajuannya.

Lama remasan kami berlangsung… sampe akhirnya Mita melorot dan berjongkok di depanku dan menyingkap pakaianku… dia mulai mo mencium meriamku… dengan mata redup penuh nafsu dia mulai mencium sayang pada meriamku.
" Masukin saja Mit… " kataku.

Mitapun memasukkan meriamku dalam mulut mungilnya… sulit sekali tampaknya… dan penuh sekali kelihatan dari luar… dia mulai menghisap dan aku bilang jangan sampe kena gigi…
Tak perlu aku ceritakan proses isep-isepan itu… yang pasti saat aku ngga' tahan lagi… aku tekan palanya supaya tetap nancep… dan aku keluarkan dalam mulut mungil Mita… terbelalak mata Mita kena ******* spermaku.
" Telen aja Mit… ngga' papa kok " kataku…
Diapun menelan spermaku… lalu dicabutnya dari mulut mungil itu… sisa spermaku yang meleleh di meriamku dan bibir mungilnya dilap pake tissue… dan dia lari ke kamar mandi…. sedang aku merapikan kembali pakaianku yang tersibak tadi.

Ada orang datang… kelihatan dari balik kaca jendela… " Sorry Joss… aku baru bisa dateng sekarang… ngga' dapet pesawat soalnya " kata Bang Johnny yang datang bersama dengan kak Wenda dan Winny…
"Iya ini juga langsung dari airport " kata Kak Wenda.
"Kamu kenapa si… ceritanya gimana kok bisa sampe kaya' gini ?" tanya Winny…
"Lha kalian tau aku di sini dari mana ?" tanyaku bingung.
"Tadi malem kami telpon ke rumah ngga' ada yang jawab sampe tadi pagi kami telpon terus masih kosong" kata Kak Wenda.
"Aku telpon ke rumahnya Donna yang di Kertajaya kamu ngga' di sana… aku telpon rumahnya yang di Grand Family juga kamu ngga' ada, malah ketemu sammy di sana" kata Winny.
"Sammy bilang mo bantu cari kamu… terus siang tadi Donna telpon katanya dia abis nelpon Dian dan katanya kamu dirawat di sini dan dia cerita panjang sampe kamu masuk rumah sakit " kata Winny lagi.

Mereka tuh semua dari Jakarta karena ada saudara Kak Wenda yang menikah… dan rencananya pulangnya kemarin sore… pantes Kak Wenda telpon aku kemarin mungkin mo bilangin kalo pulangnya ditunda. Malah dapet berita kaya' gini.
Mita keluar dari kamar mandi yang ada dalam kamarku itu kaget juga tau banyak orang ada di sana dan dia kaya'nya kikuk juga…
Setelah aku perkenalkan kalo ini Mita adiknya Dian dan kemudian Mita pamit mo jenguk kakaknya diruang lain.
Kamipun ngobrol seperginya Mita dari hadapan kami. Winny memandangku dengan sedih… mungkin kasihan tapi juga bisa dia cemburu sama Mita… ngapain ada dalam kamar mandi dan sebelumnya cuman berduaan aja sama aku di sini.

Selanjutnya tidak ada cerita menarik untuk diceritakan pada kalian semua… yang pasti mereka ngobrol sampe jam 5.20 karena minta perpanjangan waktu dan jam 5 tadi Mita datang lagi cuman pamit langsung pulang. Malamnya seperti biasa… kejadiannya sama seperti hari pertama… mandi sore diisep lagi… kali ini sustenya lain… dia suster Fatima yang sempet aku gigit toketnya tadi siang. Dan malemnya aku main lagi… dan tidur dengan suster Wiwik… suster Anna off hari itu… jadi waktu main cuman suster Wiwik, suster Ratih dan suster Dewi…

TAMAT

       Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep,cerita sex,ceritasex,
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Ping your blog, website, or RSS feed for Free

Tidak ada komentar:

Posting Komentar