Jumat, 26 April 2013

Your Daily digest for Cerita Seks Bokep Dewasa

Ping your blog, website, or RSS feed for Free
Cerita Seks Bokep Dewasa
Cerita Sex - Akibat buah terlarang
Apr 26th 2013, 13:50


Istri sudah punya. Anak juga sudah sepasang. Rumah, meskipun cuma rumah BTN juga sudah punya. Mobil juga meski kreditan sudah punya. Mau apalagi Pada awalnya aku cuma iseng-iseng saja. Lama-lama jadi keterusan juga. Dan itu semua karena makan buah terlarang.

Kehidupan rumah tanggaku sebetulnya sangat bahagia. Istriku cantik, seksi dan selalu menggairahkan. Dari perkawinan kami kini telah terlahir seorang anak laki-laki berusia delapan tahun dan seorang anak cantik berusia tiga tahun, aku cuma pegawai negeri yang kebetulan punya kedudukan dan jabatan yang lumayan.

Tapi hampir saja biduk rumah tanggaku dihantam badai. Dan memang semua ini bisa terjadi karena keisenganku, bermain-main api hingga hampir saja menghanguskan mahligai rumah tanggaku yang damai. Aku sendiri tidak menyangka kalau bisa menjadi keterusan begitu.

Awalnya aku cuma iseng-iseng main ke sebuah klub karaoke. Tidak disangka di sana banyak juga gadis-gadis cantik berusia remaja. Tingkah laku mereka sangat menggoda. Dan mereka memang sengaja datang ke sana untuk mencari kesenangan. Tapi tidak sedikit yang sengaja mencari laki-laki hidung belang.

Terus terang waktu itu aku sebenarnya tertarik dengan salah seorang gadis di sana. Wajahnya cantik, Tubuhnya juga padat dan sintal, Kulitnya kuning langsat. Dan aku memperkirakan umurnya tidak lebih dari delapan belas tahun. Aku ingin mendekatinya, tapi ada keraguan dalam hati. Aku hanya memandanginya saja sambil menikmati minuman ringan, dan mendengarkan lagu-lagu yang dilantunkan pengunjung secara bergantian.

Tapi sungguh tidak diduga sama sekali ternyata gadis itu tahu kalau aku sejak tadi memperhatikannya. Sambil tersenyum dia menghampiriku, dan langsung saja duduk disampingku. Bahkan tanpa malu-malu lagi meletakkan tangannya di atas pahaku. Tentu saja aku sangat terkejut dengan keberaniannya yang kuanggap luar biasa ini.
Sendirian aja nih..., Omm.., sapanya dengan senyuman menggoda.
Eh, iya.., sahutku agak tergagap.
Perlu teman nggak.. dia langsung menawarkan diri.

Aku tidak bisa langsung menjawab. Sungguh mati, aku benar-benar tidak tahu kalau gadis muda belia ini sungguh pandai merayu. Sehingga aku tidak sanggup lagi ketika dia minta ditraktir minum. Meskipun baru beberapa saat kenal, tapi sikapnya sudah begitu manja. Bahkan seakan dia sudah lama mengenalku. Padahal baru malam ini aku datang ke klub karaoke ini dan bertemu dengannya.

Semula aku memang canggung, Tapi lama-kelamaan jadi biasa juga. Bahkan aku mulai berani meraba-raba dan meremas-remas pahanya. Memang dia mengenakan rok yang cukup pendek, sehingga sebagian pahanya jadi terbuka.

Hampir tengah malam aku baru pulang. Sebenarnya aku tidak biasa pulang sampai larut malam begini. Tapi istriku tidak rewel dan tidak banyak bertanya. Sepanjang malam aku tidak bisa tidur. Wajah gadis itu masih terus membayang di pelupuk mata. Senyumnya, dan kemanjaannya membuatku jadi seperti kembali ke masa remaja.

Esoknya Aku datang lagi ke klub karaoke itu, dan ternyata gadis itu juga datang ke sana. Pertemuan kedua ini sudah tidak membuatku canggung lagi. Bahkan kini aku sudah berani mencium pipinya. Malam itu akau benar-benar lupa pada anak dan istri di rumah. Aku bersenang-senang dengan gadis yang sebaya dengan adikku. Kali ini aku justru pulang menjelang subuh.

Mungkin karena istriku tidak pernah bertanya, dan juga tidak rewel. Aku jadi keranjingan pergi ke klub karaoke itu. Dan setiap kali datang, selalu saja gadis itu yang menemaniku. Dia menyebut namanya Reni. Entah benar atau tidak, aku sendiri tidak peduli. Tapi malam itu tidak seperti biasanya. Reni mengajakku keluar meninggalkan klub karaoke. Aku menurut saja, dan berputar-putar mengelilingi kota Jakarta dengan kijang kreditan yang belum lunas.

Entah kenapa, tiba-tiba aku punya pikiran untuk membawa gadis ini ke sebuah penginapan. Sungguh aku tidak menyangka sama sekali ternyata Reni tidak menolak ketika aku mampir di halaman depan sebuah losmen. Dan dia juga tidak menolak ketika aku membawanya masuk ke sebuah kamar yang telah kupesan.

Jari-jariku langsung bergerak aktif menelusuri setiap lekuk tubuhnya. Bahkan wajahnya dan lehernya kuhujani dengan ciuman-ciuman yang membangkitkan gairah. Aku mendengar dia mendesah kecil dan merintih tertahan. Aku tahu kalau Reni sudah mulai dihinggapi kobaran api gairah asmara yang membara.

Perlahan aku membaringkan tubuhnya di atas ranjang dan satu persatu aku melucuti pakaian yang dikenakan Reni, hingga tanpa busana sama sekali yang melekat di tubuh Reni yang padat berisi. Reni mendesis dan merintih pelan saat ujung lidahku yang basah dan hangat mulai bermain dan menggelitik puting payudaranya. Sekujur tubuhnya langsung bergetar hebat saat ujung jariku mulai menyentuh bagian tubuhnya yang paling rawan dan sensitif. Jari-jemariku bermain-main dipinggiran daerah rawan itu. Tapi itu sudah cukup membuat Reni menggerinjing dan semakin bergairah.

Tergesa-gesa aku menanggalkan seluruh pakaian yang kukenakan, dan menuntun tangan gadis itu ke arah batang penisku. Entah kenapa, tiba-tiba Reni menatap wajahku, saat jari-jari tangannya menggenggam batang penis kebanggaanku ini, Tapi hanya sebentar saja dia menggenggam penisku dan kemudian melepaskannya. Bahkan dia melipat pahanya yang indah untuk menutupi keindahan pagar ayunya.
Jangan, Omm..., desah Reni tertahan, ketika aku mencoba untuk membuka kembali lipatan pahanya.
Kenapa tanyaku sambil menciumi bagian belakang telinganya.
Aku..., hmm, aku... Reni tidak bisa meneruskan kata-katanya. Dia malah menggigit bahuku, tidak sanggup untuk menahan gairah yang semakin besar menguasai seluruh bagian tubuhnya. Saat itu Reni kemudian tidak bisa lagi menolak dan melawan gairahnya sendiri, sehingga sedikit demi sedikit lipatan pahanya yang menutupi vaginanya mulai sedikit terkuak, dan aku kemudian merenggangkannya kedua belah pahanya yang putih mulus itu sehingga aku bisa dengan puas menikmati keindahan bentuk vagina gadis muda ini yang mulai tampak merekah.

Dan matanya langsung terpejam saat merasakan sesuatu benda yang keras, panas dan berdenyut-denyut mulai menyeruak memasuki liang vaginanya yang mulai membasah. Dia menggeliat-geliat sehingga membuat batang penisku jadi sulit untuk menembus lubang vaginanya. Tapi aku tidak kehilangan akal. Aku memeluk tubuhnya dengan erat sehingga Reni saat itu tidak bisa leluasa menggerak-gerakan lagi tubuhnya. Saat itu juga aku menekan pinggulku dengan kuat sekali agar seranganku tidak gagal lagi.

Berhasil!, begitu kepala penisku memasuki liang vagina Reni yang sempit, aku langsung menghentakkan pinggulku ke depan sehingga batang penisku melesak ke dalam liang vagina Reni dengan seutuhnya, seketika itu juga Reni memekik tertahan sambil menyembunyikan wajahnya di bahuku, Seluruh urat-urat syarafnya langsung mengejang kaku. Dan keringat langsung bercucuran membasahi tubuhnya. Saat itu aku juga sangat tersentak kaget, aku merasakan bahwa batang penisku seakan merobek sesuatu di dalam vagina Reni, dan ini pernah kurasakan pula pada malam pertamaku, saat aku mengambil kegadisan dari istriku. Aku hampir tidak percaya bahwa malam ini aku juga mengambil keperawan dari gadis yang begitu aku sukai ini. Dan aku seolah masih tidak percaya bahwa Reni ternyata masih perawan.

Aku bisa mengetahui ketika kuraba pada bagian pangkal pahanya, terdapat cairan kental yang hangat dan berwarna merah. Aku benar-benar terkejut saat itu, dan tidak menyangka sama sekali, Reni tidak pernah mengatakannya sejak semula. Tapi itu semua sudah terjadi. Dan rasa terkejutku seketika lenyap oleh desakan gairah membara yang begitu berkobar-kobar.

Aku mulai menggerak-gerakan tubuhku, agar penisku dapat bermain-main di dalam lubang vagina Renny yang masih begitu rapat dan kenyal, Sementara Reni sudah mulai tampak tidak kesakitan dan sesekali tampak di wajahnya dia sudah bisa mulai merasakan kenikmatan dari gerakan-gerakan maju mundur penisku seakan membawanya ke batas ujung dunia tak bertepi.

Malam itu juga Reni menyerahkan keperawannya padaku tanpa ada unsur paksaan. Meskipun dia kemudian menangis setelah semuanya terjadi, Dan aku sendiri merasa menyesal karena aku tidak mungkin mengembalikan keperawanannya. Aku memandangi bercak-bercak darah yang mengotori sprei sambil memeluk tubuh Reni yang masih polos dan sesekali masih terdengar isak tangisnya.
Maafkan aku, Reni. Aku tidak tahu kalau kamu masih perawan. Seharusnya kamu bilang sejak semula..., kataku mencoba menghibur.

Reny hanya diam saja. Dia melepaskan pelukanku dan turun dari pembaringan. Dia melangkah gontai ke kamar mandi. Sebentar saja sudah terdengar suara air yang menghantam lantai di dalam kamar mandi. Sedangkan aku masih duduk di ranjang ini, bersandar pada kepala pembaringan.

Aku menunggu sampai Reni keluar dari kamar mandi dengan tubuh terlilit handuk dan rambut yang basah. Aku terus memandanginya dengan berbagai perasaan berkecamuk di dalam dada. Bagaimanapun aku sudah merenggut kegadisannya. Dan itu terjadi tanpa dapat dicegah kembali. Reni duduk disisi pembaringan sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk lain.

Aku memeluk pinggangnya, dan menciumi punggungnya yang putih dan halus. Reni menggeliat sedikit, tapi tidak menolak ketika aku membawanya kembali berbaring di atas ranjang. Gairahku kembali bangkit saat handuk yang melilit tubuhnya terlepas dan terbentang pemandangan yang begitu menggairahkan datang dari keindahan kedua belah payudaranya yang kencang dan montok, serta keindahan dari bulu-bulu halus tipis yang menghiasi di sekitar vaginanya.

Dan secepat kilat aku kembali menghujani tubuhnya dengan kecupan-kecupan yang membangkitkan gairahnya. Reni merintih tertahan, menahan gejolak gairahnya yang mendadak saja terusik kembali.
Pelan-pelan, Omm. Perih..., rintih Reni tertahan, saat aku mulai kembali mendobrak benteng pagar ayunya untuk yang kedua kalinya. Renny menyeringai dan merintih tertahan sambil mengigit-gigit bibirnya sendiri, saat aku sudah mulai menggerak-gerakan pinggulku dengan irama yang tetap dan teratur.

Perlahan tapi pasti, Reni mulai mengimbangi gerakan tubuhku. Sementara gerakan-gerakan yang kulakukan semakin liar dan tak terkendali. Beberapa kali Reni memekik tertahan dengan tubuh terguncang dan menggeletar bagai tersengat kenikmatan klimaks ribuan volt. Kali ini Reni mencapai puncak orgasme yang mungkin pertama kali baru dirasakannya. Tubuhnya langsung lunglai di pembaringan, dan aku merasakan denyutan-denyutan lembut dari dalam vaginanya, merasakan kenikmatan denyut-denyut vagina Reni, membuatku hilang kontrol dan tidak mampu menahan lagi permainan ini.. hingga akhirnya aku merasakan kejatan-kejatan hebat disertai kenikmatan luar biasa saat cairan spermaku muncrat berhamburan di dalam liang vagina Renny. Akupun akhirnya rebah tak bertenaga dan tidur berpelukan dengan Reni malam itu.



       
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Pengalaman Paling Mengasyikkan
Apr 26th 2013, 13:48


Aku sekedar ingin berbagi pengalaman ketika aku making love dengan temanku bernama Reni. Ia adalah tema kuliahku yang berkulit putih mulus serta sexy sekali. Sebenarnya sudah cukup lama aku sangat tertarik dengan bodynya.Kalau melihat dia, aku sering bayangkan betapa asyiknya jika making love dengannya.

Suatu ketika aku berkunjung ke rumahnya, kebetulan saat itu rumahnya sedang kosong. Ketika aku diajak masuk, aku nggak ngira kalau dia lagi nyetel VCD. Aku kemudian diajak nonton bareng. Ternyata disetel adalah film BF. Kulihat dia cukup menikmati tontonan tersebut. Beberapa saat kemudian secara nggak sadar ia mengelus elus pahaku dan terus naik ke barangku yang sudah tegang lihat adegan di TV. Ia terus mengelus elus barangku.

Akhirnya aku jadi nggak sabar, kupelorotkan aja celanaku. Ia tampak girang melihat barang ku yang sudah berdiri tegak dengan gagah. Ia Tampak bernafsu dan langsung mengelus-elus barangku, serta menciumi kemaluanku.

Aku jadi tambah nggak sabar, langsuang saja kujejalkan kemaluanku kemulutnya. Ternyata ia menyambutnya dan dengan canggih sekali ia mainkan barangku di mulutnya. Aku benar-benar nggak ngira kalau dia ahli sekali melakukan oral sex dan kuakui bahwa permainan mulutnya cukup hebat. Ia demikian ahli mengombinasikan antara hisapan, gigitan serta jilatan.

Aku merasakan sangat kenikmatana yang luar biasa. Dan ia tampaknya semakin bersemangat ketika aku juga merespon dengan mengenjot kemaluanku di mulutnya. Bahkan ketika aku mencoba untuk mencabutnya, ia berusaha mencegahnya, sehingga kemaluanku tidak bisa lepas dari mulutnya. Bukan hanya batang kemaluanku saja yang dimainin. Bijikupun kadang-kadang dikulum-kulum sambil sesekali digigit-gigit.

Akh... luar biasa sekali. Sambil menggigit bijiku, batang kemaluanku dileus-elus serta diremas-remas. Dan ketika aku sudah nggak tahan lagi, tampaknya ia tahu dan langsung batang kemaluanku kembali dimasukkan ke mulutnya dan memperhebat kuluman serta sedotannya.

Akhirnya aku benar-benar nggak tahan dan bermasuk mencabut dari mulutnya. Tapi rupanya ia nggak rela kemaluanku keluar dari mulutnya, sehingga spermaku keluar di mulutnya. Ahhh... benar-benar kurasa nikmat ketika spermaku tertumpah keluar. Ia tampak gembira sekali dengan keluarnya spermaku. Ia sedot semua spermaku seakan-akan nggak rela spermaku tertumpah denga percuma. Namun karena aku mengeluarkan sperma cukup banyak sehingga sebagian keluar menetes dimulutnya. Reni mengusap spermaku yang keluar dari mulutnya dengan tangannya, kemudian menjilati tangannya yang belepotan spermaku. "Ah... San punyamu enak sekali".

Rupanya Reni belum puas dengan permainan awal tersebut. Ia kembali menjilati kemaluanku, sehingga dalam waktu singkat kemaluanku kembali tegang. Ia tampak gembira sekali. Namun untuk kali ini aku juga ingin merasakan vaginanya. Langsung aja aku telanjangi dia, sehingga tubuhnya yang mulus terpampang di depanku. Aku terkagum dengan bodynya yang aduhai. Payudaranya cukup besar dan kencang, sedangkan bulu-bulu kemaluannya cukup lebat menutupi vaginanya. Langsung aku buka lebar-lebar kedua pahanya, dan aku tancapkan kemaluanku.... AHHH... "ia menjerit kecil ketika kemaluan menancap sebagian. Aku masih nggak puas karena baru sebagian yang masuk, sehingga aku tancapkan lebih dalam lagi. Reni benar-benar kelojotan ketika kemaluanku mulai merojok-rojok kemaluannya dengan dengan hebat. Ia berusaha mengimbangi dengan goyang-goyangnya yang menurutku luar biasa sekali, sehingga aku merasa kan seakan-akan kemaluanku diplintir-plintir.

"... ah... ah... ah... " Ia terus mengerang-ngerang ketika genjotan kemaluanku semakin kuperhebat, hingga tiba-tiba ia menggerang dengan hebat, dan kemudian lemas, dan tampak kelelahan. Aku tahu ia sudah orgasme. Tapi aku nggak perduli. Bahkan aku memperhebat genjotanku. Dan ketika aku sudah mulai merasakan akan keluar, segera kucabut kemaluanku dan kembali kujejalkan ke mulutnya. Reni tampak senang sekali, ketika untuk kedua kalinya spermaku tertumpah dimulutnya. Dan untuk kedua kalinya pula ia hisap habis spermaku.



       
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Larasati, Pertama Kali Aku Selingkuh
Apr 26th 2013, 13:47


Sebenarnya umurku sudah tidak bisa dibilang muda lagi, bahkan bisa dibilang sudah kakek-kakek karena saat ini umurku sudah 58 tahun. Namun demikian banyak orang mengira umurku masih di bawah 40 tahun. Orang-orang di kantorku mengatakan kalau secara fisik aku memang hebat. Otot masih kencang dan wajah hampir tidak ada keriput. Demikian juga isteriku, masih seksi dan kenyal, kulitnya juga masih kencang. Yang menunjukkan berapa umurku sebenarnya adalah rambutku yang sudah hampir tidak ada hitamnya lagi. Atas saran isteriku, rambutku aku cat hitam sehingga lengkap sudah penampilanku bagai lelaki yang masih berumur 30-an. Mungkin ini khasiat kami rajin berolah raga. Di samping itu kami selalu menyertakan sayuran atau buah sebanyak mungkin dalam menu makan kami, di samping sumber-sumber protein utama.

Kehidupan seksualku juga masih normal, walaupun isteriku yang tiga tahun lebih muda dariku sudah menopause, tapi seminggu tiga-empat kali kami melakukan hubungan sex. Memang harus memakai lubricant gel agar isteriku tidak kesakitan ketika ML karena lendir vaginanya sudah tidak produktif lagi. Tapi semua terasa indah dan bisa kami menikmati. Akupun tak pernah selingkuh. Bagiku isteriku adalah segala-galanya.

Secara ekonomi hidupku sukses besar. Beberapa perusahaan sudah aku miliki dan semuanya telah berkembang dengan baik. Dalam kehidupan berkeluarga pun aku cukup bahagia. Aku punya isteri masih cantik dan seksi dan dua orang anak laki-laki yang gagah, ganteng, dan cerdas yang kuberi nama Arga Putra Pratama dan Bagas Putra Sentosa. Mereka sudah dewasa dan sedang menyelesaikan program S3 di Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT). Di samping anak-anak kandungku, aku juga membiayai dan menghidupi sejumlah anak asuh. Mereka kebanyakan berasal dari anak-anak jalanan, anak yatim, dan anak yatim piatu, di samping ada pula yang berasal dari keluarga lengkap tetapi kurang mampu.

Aku menerapkan syarat yang ketat bagi anak-anak asuhku. Syarat pertama adalah mereka wajib mengikuti pertemuan anak asuh di rumahku sebulan sekali. Syarat kedua, mereka tidak boleh menjadi anak jalanan, terutama bagi mereka yang berasal dari anak jalanan. Bagi yang tidak punya rumah, termasuk anak jalanan dan yatim piatu, mereka wajib tinggal di rumah asuh yang aku bangun untuk menampung mereka. Setelah mereka lulus sekolah atau perguruan tinggi, jika mau, mereka aku beri pekerjaan di salah satu perusahaanku. Akupun mempersilahkan mereka jika mereka mau mencari pekerjaan sendiri atau membuka usaha sendiri.

Isteriku sendiri yang secara langsung menangani rumah asuh itu. Metode yang diterapkan dalam pengelolaan rumah asuh berdasarkan kebutuhan anak, bukan berdasarkan keinginan kami, selaku penyedia dana dan pengelola rumah asuh. Tak heran anak asuh yang ada di rumah asuh sangat akrab dengan isteriku.

Pertemuan dengan anak-anak asuhku, selain bermanfaat untuk memantau aktivitas mereka, juga bermanfaat untuk mengobati kerinduanku dengan anak-anak kandungku yang tidak lagi pulang di awal bulan seperti waktu SMA dulu, tapi mereka pulang sesuka hati mereka. Memang di era informasi sekarang, komunikasi bisa dilakukan lewat email, chatting dan telepon tetapi terasa tidak puas jika hanya bertemu anak-anakku lewat layar monitor.

Hasil pertemuan itu, aku juga bisa akrab dengan mereka. Hubungan kami lebih sebagai keluarga atau orang tua dengan anak-anaknya daripada pemberi dan penerima dana. Aku dan isteriku biasa bercanda dengan mereka dan mereka tidak lagi sungkan untuk sekedar ngobrol dengan kami. Tak jarang mereka datang di luar jadwal pertemuan untuk sekedar bertemu atau bersalaman dan mencium tangan kami sambil berkata, "Apa kabar Ayah dan Ibunda?" atau "Ayah dan Ibunda sehat kan?" Kalimat-kalimat yang mereka ucapkan cukup sederhana, tetapi dalam artinya bagi kami. Bukan karena merasa dihormati, tetapi kami merasa seolah menemukan kembali anak-anak kami yang seolah hilang dalam kedewasaan mereka.

Suatu hari isteriku diajak teman-temannya jalan-jalan ke Australia. Tentu saja isteriku antusias menanggapi ajakan mereka, karena sekalian menengok Arga dan Bagas anak-anak kami. Dan benar saja (walaupun kalau minta ijin pasti aku berikan) tanpa minta persetujuanku mereka berangkat ke Australia. Setengah delapan pagi mereka pamit. Aku tertawa mengiring kepergian mereka di pintu rumahku.

"Dasar nenek-nenek centil…" gumamku saat dengan manja isteriku pamitan. Dia hanya tersenyum mendengarnya. Sambil tetap tersenyum dia melambaikan tangannya dari balik jendela mobil yang akan membawa ke Bandara Ahmad Yani.

Setelah mereka berangkat kesepian menyergapku. Kulampiaskan rasa sepi dengan berlatih fitness di gym pribadiku yang ada di lantai dua. Setelah warming up dengan cukup, aku memacu treadmill dengan kecepatan agak tinggi sambil mendengarkan musik lewat ipod. Setengah jam aku berpacu di atas treadmill. Keringat yang mengucur deras akibat pacuan treadmill membuat aku gerah. Rupanya aku masih memakai kemeja yang aku pakai waktu mengiring kepergian isteriku. Tanpa berhenti berlari di atas treadmill aku lepas bajuku dan kulempar ke sudut ruang gym lalu kulanjutkan memacu treadmill dengan penuh semangat.

Tiba-tiba dari pantulan cermin di depanku nampak pintu gym pribadiku terbuka dan muncullah seorang gadis dengan seragam putih abu-abu yang sangat kukenal. Dia adalah Laras, anak asuhku yang paling aku banggakan. Selain cantik dia juga cerdas dan cekatan. Rencananya setelah lulus SMA nanti, Laras akan kubiayai untuk kuliah di RMIT agar bisa aku tempatkan di salah satu perusahaanku sebagai manajer setelah lulus kelak. Terlalu sayang kalau anak cerdas dan cekatan seperti Laras tidak mendapatkan pendidikan yang terbaik. Namun aku tak pernah memberi tahu rencana ini kepada siapapun kecuali isteri dan anak-anakku.

"Ayah…" sapanya manja sambil mendekat. "Bunda pergi ya..?"
"Yups" sahutku sambil terus memacu treadmill. "Darimana kamu tahu?"
"Mbak Ayu yang kasi tahu, Yah" kata Laras sambil duduk di shoulder press machine. Ayu adalah pembantuku.
"Baru jam sembilan lebih sedikit kok sudah pulang? Bolos ya..?" kataku sambil senyum
"Tidak ada kata membolos dalam kamus anak Ayah" kata Laras sambil tertawa. "Laras habis uji coba ujian nasional, Ayah. Hari ini hari terakhir uji cobanya, jadi setelah uji coba selesai, Laras langsung kemari." Kata Laras menjelaskan. "Sayang Laras tidak ketemu Ibunda…" katanya dengan wajahnya berubah jadi sedih.
"Ada perlu sama Ibunda?" tanyaku ketika melihat wajahnya yang sedih
"Kangen sama Ayah dan Ibunda. Dua minggu Laras tidak kemari rasanya lama sekali"

Bangga dan bahagia merembes dalam hatiku ketika mendengar Laras merasa kangen pada kami. Aku tatap mata Laras sambil tersenyum. Laras memang yatim piatu. Orang tuanya bercerai waktu dia masih bayi, dan ibunya meninggal ketika dia baru berumur dua tahun. Saat itulah aku lewat dan melihat orang bergerombol di trotoar sebuah taman kota. Ada dua mobil polisi dan sebuah ambulan. Aku suruh sopir untuk berhenti dan melihat apa yang terjadi. Ternyata ada seorang tunawisma tewas dengan anak masih berumur dua tahun. Segera aku turun dari mobil dan menghampiri perwira polisi yang sedang memberi komando kepada anak buahnya. Ternyata dia mengenal aku sebagai bapak asuh dari anak-anak jalanan. Ketika aku bilang agar anak kecil itu di antar ke rumah asuh-ku , mereka langsung setuju. Sejak saat itu anak tadi aku beri nama Larasati karena tidak ada catatan tentang nama dia yang sebenarnya. Kini, empat belas tahun kemudian, anak itu sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik dan ada di depanku. Seandainya aku punya anak perempuan…

"Ayah melamun?" Tanya Laras mengejutkanku
"Ah tidak" kataku sambil senyum "Kamu sudah besar sekarang"
"Kelihatannya Ayah sedih..?" katanya sambil mendekat.
"Enggak… Ayah enggak apa-apa" kataku meyakinkan Laras. "Oh ya! Suruh Ayu menyiapkan makan siang sementara Ayah mandi. Banyak keringat.. lengket nih.." kataku sambil turun dari treadmill.

Laras menghampiri aku dengan membuka tangannya lebar-lebar ingin memeluk.
"Hei… Ayah masih berkeringat… bau lagi!" kataku sambil berusaha menahan pelukan Laras. "Nanti saja peluknya setelah ayah mandi hehehe…"
"Ahhh.. Ayah…" kata Laras sambil merengek. "masa obat kangennya nunggu ayah mandi sih.."

Akhirnya kudekap Laras dengan penuh kasih sayang. Kasih sayang seorang lelaki tua yang merindukan anak perempuannya. Kuangkat wajah Laras dan kucium ubun-ubun dan keningnya. Pelukan Laras makin erat. Kubelai rambut Laras yang dipotong pendek.

"Ih… dada Ayah asin…" kata Laras tiba-tiba sambil tertawa
"Kamu sih… ngotot minta peluk, Ayah sudah bilang, masih berkeringat…" jawabku sambil menjatuhkan kepalan tangan kananku pelan ke atas ubun-ubunnya. "Udah Ayah mandi dulu, setelah mandi kita makan di luar aja…"
"Ayah bau.. asin dan asem jadi satu" kata Laras sambil tertawa ketika berlari menuruni tangga.
"Hahaha… Salah sendiri minta dipeluk" sahutku setengah berteriak. Aku segera mengambil baju yang tadi aku lempar dan turun menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarku di lantai satu. Semburan shower benar-benar menyegarkan tubuhku. Selesai mandi aku keluar dengan handuk melilit tubuhku. Ternyata Laras ada di dalam kamarku.
"Hey… ayo keluar dulu. Ayah mau ganti pakaian" kataku.

Laras berdiri sambil tersenyum. Tangannya mengembang dan setengah berlari menubruk aku.

"Aku masih kangen.. aku pengen dipeluk Ayah lagi.." kata Laras sambil memeluk ku. Sekali lagi kubelai rambut Laras yang sedang mengelus-elus dadaku kiriku sambil menyandarkan kepalanya di bahu kananku.
"Berapa sih umur ayah?" katanya sambil menatap dada dan six packs di perutku.
"Emang kenapa dengan umur Ayah?"
"Pengen tahu aja.. Kok badannya masih bagus dan kecang. Juga nggak ada di kerutan wajah Ayah…" suara Laras seperti kagum.
"Tumben nanya-nanya umur… Coba kamu tebak aja"
"Empat puluh sekian"
"Ah.. anak Ayah kok jadi o'on sekarang.." kataku sambil tertawa. "Masa orang berumur empat puluhan sudah punya anak berumur 32 tahun. Emangnya ayah nikah umur berapa?"
"Masa Ayah umurnya lebih dari 50 tahun sih…" jawab Laras. "tuh.. badannya aja masih kenceng dan berotot gini.." kata laras sambil berusaha mencubit dadaku, tapi gagal karena ototnya terlalu penuh dan padat kencang untuk dicubit.
"Nyubitnya aja susah…" katanya lagi.
"Ayah sudah 58 tahun, Laras… Ini semua karena Ayah rajin berolah raga dan selalu makan sayuran dan buah" jawabku.

Kurasakan tangan Laras mengelus-elus punggungku. Sementara tangan satunya mempererat pelukannya. Wajahnya menempel ketat di dadaku. Mulutnya tersenyum damai sambil matanya terpejam. Laras mengelus punggungku dengan ujung kukunya dengan lembut. Ujung kukunya terasa meraba, bukan mengelus dari pangkal leher turun sepanjang tulang belakangku dan berhenti di bagian bawah pinggangku karena terhalang handuk, tapi gerakan ujung kuku Laras tidak berhenti tetapi bermain-main melingkar pinggangku. Gerakan kuku Laras membuat kelaki-lakianku bangkit. Aku angkat wajah Laras. Aku cium lagi ubun-ubun dan keningnya. Laras masih terpejam, tapi bibirnya tidak lagi tersenyum melainkan setengah terbuka.

"Ayaahhh…" Laras melenguh. Tiba-tiba dia menjilat dadaku dan menggigit putingku sambil memainkan lidahnya.
Sesaat aku sadar. Laras adalah anak asuhku dan sudah aku anggap anak sendiri.

"Sudah Laras… Ayah mau pakai pakaian dulu, terus kita makan di resto.." kataku sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan Laras. Bagaimanapun juga aku harus menghentikan rangsangan yang sudah hampir menghancurkan akal sehatku. Bukannya melepaskan, Laras malah makin mempererat pelukannya. Bibirnya dan lidahnya terus bermain di dadaku. Tak lagi aku mampu mencegah, penisku langsung ereksi.
"Apakah aku nggak boleh merasakan kasih sayang Ayah?" sahut Laras sambil terus mengigit-gigit dadaku. Lidahnya menjilat-jilat. Aku sudah tak lagi mampu membendung nafsuku. Kuangkat wajah Laras, Kucium keningnya, lalu mata kiri dan kanannya.
"Ahhh.. Ayah… Laras sayang Ayah… Ahhh" Laras mendesah dengan dengusan nafas yang tersengal.

Matanya terbuka sedikit, tapi hanya putih bola matanya yang nampak. Bibirnya yang merekah basah mengkilat mengundangku untuk mengulum dan menghisapnya. Tanpa sadar aku mengecup bibir Laras dan melumatnya dengan lebut. Laras membalas dengan menghisap bibirku. Lidahnya menjulur masuk ke dalam mulutku. Menyapu seluruh relung rongga mulutku dan menggosok-gosok gusiku. Aku hisap lidah Laras sambil aku kaitkan lidahku pada lidahnya. Agak lama kami bermain-main dengan lidah. Kami saling hisap, saling gosok rongga mulut, dan saling mengaitkan lidah. Tanganku meremas pelan payudara Laras dari luar baju seragam. Bra yang dikenakan cukup tipis membuat aku bisa merasakan kenyal dan lembutnya payudara Laras.

Aku benar-benar dikuasai nafsu sekarang. Kulepas bibirku dari bibirnya, lalu aku susuri lehernya yang jenjang dengan bibir dan lidahku. Kugunakan kedua bibirku untuk menggigit leher Laras. Kemudian kucium dan kuhisap telinga Laras. Aku korek telinganya dengan lidahku sambil sekali-sekali menjilat dan menghisap bagian belakang telinganya. Akibat tindakanku itu Laras menggelinjang. Nafasnya terengah-engah. Mulutnya berkali-kali mengerang melampiaskan nafsunya yang makin meledak.

"Ayaaahhh… sayangi Laras… Yaaahhh…" Laras mendesah.
"Ayyaahh ssaayyang Larasss… sshhh" jawabku sambil terus mencium dan menghisap lehenr dan telinganya.

Tangannya mengapai penisku dari luar handuk lalu meremasnya. Laras kemudian menyibakkan handuk yang aku pakai dan merogoh penisku yang sudah sangat tegang. Handuk yang melilit di pinggangku dilepaskannya. Sejenak dia diam sambil menatap penisku.

"Kenapa sayang.." tanyaku saat Laras berdiam diri.
"Enggak apa-apa… Cuma heran… kok penis Ayah segede ini ternyata…" jawab Laras sambil meraih penisku dan meremas-remas.

Cairan kenal bening sedikit mengalir keluar dari penisku. Laras menggunakan cairan itu untuk mengusap kepala penisku dengan jempolnya yang mungil dan halus. Jempol itu diputar-putar di kepala penisku yang licin karena cairan yang keluar dari ujung penisku. Nikmat sekali rasanya.

"Laraasss.. hhh…" aku mendesah karena nikmat.

Segera aku buka kancing baju seragamnya. Tampak bra ukuran 34-B warna kulit membungkus payudara Laras yang bulat dan kencang. Bra itu terlalu tipis sehingga mencetak bentu payudara Laras dan putingnya. Aku kecup dan jilat pangkal payudaranya, kemudian aku gigit dengan bibirku sambil menghisapnya. Dengan tak sabar segera aku buka baju seragam Laras, lalu aku raih kait bra yang ada di punggung Laras untuk melepasnya. Laras telanjang dada sekarang. Payudaranya bulat indah dengan puting yang mengeras berwarna cokelat muda kemerahan. Kurendahkan tubuhku agar dapat kukecup puting Laras. Laras memeluku sambil mendesis-desis.

Dengan penuh kelembutan aku nikmati sepenuhnya payudara Laras. Dengan cara menghisap, menjilat, dan mengulumnya. Lidahku menelusuri tiap sentimeter payudaranya yang kenyal. Puting yang mengeras aku hisap dan aku pilin dengan lidahku. Erangan demi erangan keluar dari mulut Laras. Erangan yang menggairahkan naluri birahiku.

"Ahhh.. sshhh… Ayaaahh… nikmaatt…terussss…. Aaahhh…" Laras mendesis-desis.

Tangan kanannya menekan kepalaku sementara tangan kirinya meremas dadaku dan memilin putingku. Berganti-ganti payudara kanan dan kirinya aku jilat, aku sedot dan aku gigit pelan-pelan. Setelah puas menghisap payudara Laras, aku arahkan lidahku ke perut Laras. Lidahku menari dengan penuh perasaan di permukaan perut Laras. Agar tak menghalangi aksiku, segera kuraih kancing rok seragam Laras dan membukanya. Aku tarik resletingnya ke bawah. Rok yang dipakai Laras pun melorot dan lepas. Kini Laras hanya memakai celana dalam berwarna kulit senada dengan branya. Lidahku berpindah menari di pusarnya. Perlahan lidahku bergerak ke bawah. Di antara pusar dan karet celana dalamnya aku jilat dan aku sedot dengan bibirku.

Kemudian sambil jongkok, kulihat celana dalam Laras basah di bagian vaginanya. Segera aku gigit perlahan-lahan vagina Laras dari luar celana dalamnya sambil kuletakkan kedua tanganku di pantatnya untuk meremas-remas pantat yang masih kencang dan padat.

"Aahhh Ayaahh…" desah Laras sambil menekan kepalaku ke vaginanya.

Pinggulnya bergerak maju mundur perlahan. Sambil meremas pantatnya, aku selipkan jariku ke dalam celana dalamnya. Aku usapkan jari-jariku di belahan pantat Laras. Laras menggelinjang lagi sehingga vaginanya menabrak mukaku dengan agak keras karena kepalaku juga ditarik ke arah vaginanya. Segera aku pelorotkan celana dalam Laras ke bawah hingga terlepas. Vagina Laras benar-benar menawan. Vaginanya tebal dan penuh dengan selakang putih bersih di kanan kirinyanya. Bulu-bulu halus yang tumbuh di sekitar vagina masih belum sempurna menambah daya tarik vagina yang baru matang. Ada cairan yang merembes keluar. Rupanya Laras benar-benar telah terangsang. Aku usap bibir vagina luarnya dengan jempol kananku. Cairan vaginanya membuat jempolku dengan licin mengusap vagina Laras. Permainaku aku lanjutkan ke klitoris Laras. Mula-mula aku usap klitoris Laras dengan jempolku, kemudian sambil menekan klitorisnya, jempolku bergerak memutar mengitari klitorisnya. Setelah itu dengan jari dan jempol aku pijit klitoris Laras lalu aku urut dari atas ke bawah.

"Ayahhh.. aku sayang Ayah…" Laras mengerang sambil menggelinjang.
"Iya.. Ayah juga sayang Laras…"

Kupuaskan mataku untuk melihat vagina gadis yang baru mekar ini sambil terus memainkan jempol dan jariku di bibir vagina dan klitorisnya. Dengan jari-jari dan jempol tangan kiriku, kusibak kedua bibir vagina Laras. Tampak bagian dalam vagina laras berwarna merah muda yang terus mengeluarkan cairan sedikit demi sedikit. Jempol kananku kupercepat mengusap mengitari klitoris Laras. Tiba-tiba Laras menjambak rambutku dan menariknya mendekatkan wajahku ke vaginanya. Segera aku hisap vagina Laras. Lidahku perlahan menjilat-jilat vagina dan klitoris Laras seperti kucing mandi.

"Ayah.. uh… nikmat…."

Kujawab lenguhan Laras dengan memainkan lidahku di lubang vaginanya. Lalu dengan cepat aku sedot klitoris Laras sambil memasukkan lidahku ke dalam lubang vaginanya. Kugunakan lidahku untuk menusuk dan mengorek lubang vaginanya. Laras menggerakkan pinggulnya mengikuti gerakan lidah dan mulutku yang melumat vaginanya. Kusedot vaginanya sambil memutar lidahku di klitoris Laras. Jambakan pada rambutku makin kencang. Kepalaku dihentak-hentakkan ke arah vaginanya. Tak kubiarkan gadis yang masih segar ini untuk berlama-lama tersiksa menanti orgasme. Kutusukkan lidahku ke dalam vaginanya sambil kugetarkan dengan cepat. Lalu dan tubuh Laras menggelinjang hebat, dia berdiri sambil meliuk-liuk seolah pohon cemara yang tertiup puting beliung. Kemudian Tubuhnya mengejang kemudian dia melolong keras dan panjang.

"Ayyyaaahh…. Ah…uh…. Aku mau pipis…" teriak Laras sebagai cara menikmati orgasmenya.
"Keluarkan saja sayang… supaya Laras merasakan kenikmatannya" kataku memberi instruksi di sela jikatanku di klitorinya yang makin cepat.
"Tapi Ayah…. Auw..aahhh…" Laras kembali teriak dan mengerang. "nikmat banget… Laras puas… puas Yah…"

Dan… serrr…serrr cairan orgasme Laras mengalir dengan deras. Tubuhnya membungkuk ke depan kemudian mendongak seperti akan terjatuh ke belakang. Tubuh Laras makin mengejang. Kembali cairan orgasme Laras mengucur. Tangan kananku berusaha menopang tubuh Laras yang bergerak liar sambil kejang-kejang. Sedotanku di vaginanya makin intens, menyedot habis cairan orgasmenya sambil menjilat-jilatinya.

Setelah beberapa saat, perlahan aku berdiri. Tanganku tetap menopang tubuh Laras yang kini terkulai lemas dan lututnya menggigil akibat orgasme yang dia alami. Laras memeluku sambil bergayut dengan terpejam dan menggigit bibirnya bawahnya sendiri. Segera aku menenangkan Laras dengan mencium kedua matanya, pipinya, hidungnya dan kemudian aku hisap bibirnya.

"Ayah…." Laras memanggil sambil matanya tetap terpejam.
"Ya sayang…?"
"Ayah sayang Laras..?"
"Tentu, Ayah sayang Laras" jawabku sambil terus menciumi wajahnya.

Laras mempererat dekapannya untuk menjaga keseimbangan agar tak jatuh. Agar lebih mudah menopangnya, tubuh Laras aku balik sehingga dia membungkuk membelakangi aku. Sambil tetap bertahan untuk berdiri, aku peluk tubuhnya dari belakang. Aku kecup tengkuknya. Aku cium sekujur punggungnya sementara tangan kananku menopang tubuh Laras sedangkan tangan kiriku bermain-main kecil di vaginanya. Penisku yang masih berdiri dengan gagah aku gesek-gesekkan di belahan pantatnya. Tapi rupanya Laras sudah tak mampu berdiri lagi. Segera aku menggendong Laras sambil mencium bibirnya yang menyunggingkan senyuman. Matanya sayu menatapku mesra. Aku baringkan Laras pelan-pelan di tempat tidur tanpa melepaskan hisapan bibirku di bibirnya. Kemudian aku berbaring miring di samping Laras dengan posisi menghadap ke arahnya.

Sambil menatap gadis muda yang sedang mekar itu. Aku belai wajahnya. Nafasnya sudah tidak tersengal lagi dan mulai teratur. Sementara itu ketegangan penis mulai turun. Aku peluk Laras. Wajahnya aku benamkan di dadaku. Komunikasi tanpa kata-kata ini membuat Laras tersenyum. Tangannya menggapai meraih wajahku lalu menariknya ke arah wajahnya kemudian Laras melumat bibirku. Aku mencoba pasif dengan membalas sekedarnya. Laras menjilat dan menghisap seluruh permukaan wajahku. Lidahnya lincah menari-nari membuat aku tak tahan bersikap pasif. Aku pagut bibir Laras dan menghisapnya kuat-kuat. Laras bangkit menindihku. Kubiarkan aksinya yang liar menjilat sekujur tubuhku. Tangannya meremas penisku dan mengocoknya. Kemudian ujung penisku dijilat dan dikulum sambil disedot. Mula-mula dengan halus dan pelan. Aku benar-benar melayang dibuatnya. Rasa nikmat menjalar dari ujung penis sampai ke sekujur sumsum tulangku.

Penisku perlahan-lahan kembali tegang. Tak tahan dengan perlakuan Laras atas penisku, aku bangkit dan kubalik tubuh Laras sehingga dia ada di bawah kembali. Laras meronta dan protes.

"Ayah kok gitu sih… Biarkan Laras di atas dong… Laras ingin Ayah menikmati aja permainan Laras" katanya sambil berontak.

Aku ingin sedikit menggoda Laras, oleh karena itu aku tak memberi kesempatan kepada dia untuk berada di atas. Segera aku kulum puting Laras dan mengisapnya sambil memutar-mutar lidahku. Kembali Laras menggelinjang dan tak mampu berontak dan protes lagi.

"Ayah nakal..." kata Laras sambil melingkarkan tangannya di leherku.

Kepalaku ditekan ke bawah sampai-sampai kepalaku terbenam dalam lembah di antara payudara Laras. Kemudian tangannya mengapai penisku yang sudah sangat tegang. Kubiarkan Laras meremas dan mengocok penisku sambil mengisap payudaranya. Aku ingin menikmati aksi tangannya terhadap penisku. Sekali lagi cairan yang keluar dari ujung penis digunakan Laras untuk mengelus kepala penisku dengan jempolnya. Sambil mengelus kepala penisku Laras mengocok batang penisku.

Mula-mula Laras menggocok maju mundur dengan lembut, lama kelamaan kocokannya diputar ke kiri dan ke kanan dengan cepat seperti orang mengulek sambel. Akan tetapi karena posisi Laras di bawah, dia tidak leluasa dan aku merasa kurang nikmat. Laras minta sekali lagi agar aku yang berada di bawah. Aku jawab permintaan Laras dengan menjepit tubuhnya dengan kakiku dan memeluknya erat-erat. Kemudian aku berguling menjatuhkan diri ke samping kiri sambil mengangkat tubuhnya sehingga dia ada di posisi atas. Rupanya Laras tidak siap ketika aku berguling.

"Auw… Hihihi…" Laras memekik lalu tertawa. "Ayah bener-bener nakal… Masa Laras dibikin kaget sih…"
"Kan Laras tadi yang minta di atas…" sahutku sambil meremas payudaranya dan memelintir putingnya.

Laras menghentikan jawabanku dengan mengulum mulutku. Lidahnya mencari-cari lidahku. Setelah bertemu lidahku dikait-kait dengan lidahnya. Aku hanya memberi reaksi seperlunya. Aku biarkan Laras bermain-main dengan mulut dan lidahku, Sementara vaginanya digesek-gesekkan ke penisku. Penisku yang sejak tadi tegang dan keras berkali-kali menyodok klitorisnya. Laras bergerak maju mundur sambil mendesis-desis. Karena gesekan vagina dan klitoris Laras, penisku terasa hangat dan basah oleh cairan yang keluar dari vagina Laras.

Ciuman Laras berhenti, bibir dan lidahnya menyusuri wajahku, mencium telingaku dan leherku. Gerakan lidahnya lincah sekali berpindah menyusuri kulit dadaku. Bibirnya mengecup dan menghisap-hisap putingku, sambil terus menggesekkan vagina dan klitorisnya di penisku. Kini Laras duduk sambil terus bergerak maju mundur sambil menekan penisku dengan vagina dan klitorisnya. Gerakan Laras makin cepat. Dia nampak merasakan nikmatnya gesekan vagina dan klitorisnya dengan penisku. Matanya terpejam sementara bibirnya mendesis dan mengerang. Kubantu Laras memenuhi kenikmatan yang diperolehnya dengan meremas-remas payudaranya serta memutar-mutar putingnya.

"Aahh.. Ayah… Nikmat sekali…" kata Laras sambil mempercepat gerakkannya.

Tubuhnya melengkung bungkuk ke depan, lengannya bertumpu pada dadaku. Mukanya menunduk dengan mata terpejam. Bibir bawahnya digigit sendiri. Sesekali Laras mendongak ke belakang, lalu membungkuk lagi. Kugunakan tangan kananku untuk meremas payudara Laras dan memilin putingnya, tangan kiriku meremas-remas pantat Laras. Sesekali aku oleskan jariku ke bagian luar anusnya setelah aku basahi dengan ludahku, dan setiap jariku mengoles anusnya, Laras memekik. Gerakan Laras makin cepat dan liar. Rupanya dia segera akan mendapatkan orgasme lagi.

"Ayah… ah…ah..uh.. Laras mau pipis lagi…"

Kembali tubuh laras mengejang beberapa saat, cairan vaginanya keluar dengan deras kembali. Pantatnya menekan ke bawah menjepit penisku dengan kedua bibir vaginanya. Klitorisnya terasa berdenyut-denyut kenyal. Laras yang lemas tak berdaya menjatuhkan diri di dadaku kemudian memeluku lalu dengan gemas diciumnya leher dan dadaku. Aku diamkan Laras untuk beristirahat. Sambil membelai dan menciumi kening dan matanya. Bagaimanapun juga dua kali orgasme tentu membuatnya lelah. Perlahan-lahan Laras membuka matanya dan tersenyum.

"Ayah… Ayah hebat…" kata Laras dibarengi senyum. "aku bisa keluar dua kali tanpa bersetubuh"

Sepertinya Laras merasakan penisku kini kembali tegang dan terasa mengganjal tertindih tubuhnya, walau tadi sempat menurun kekerasannya tapi belum sampai benar-benar lembek,. Aku peluk Laras sambil mengelus punggungnya. Beberapa saat kemudian Laras mencium lagi leherku sambil disedot dan dijilat. Penisku yang mengganjal vaginanya kembali tergesek-gesek karena Laras mulai menggoyangkan pinggulnya. Gerakannya mula-mula pelan dan tidak teratur, lama kelamaan gerakanya kurasakan memutar ke kiri, kemudian ke kanan. Hal ini membuat penisku terasa nikmat.

"Ah… Laras…" aku mendesah. Aku tidak bisa melanjutkan perkataanku karena Laras segera mencium bibirku dan melumatnya.
"Ayah nggak boleh boleh nakal lagi… Ayah harus nurut sama Laras. Laras nggak boleh dibalik di bawah lagi.." kata Laras sambil terus menggoyangkan pinggulnya.

Aku hanya menggangguk sambil mendesah menikmati gerakan dan gesekan vagina Laras di penisku. Laras kembali duduk sambil terus menggesekkan vaginanya di penisku. Kemudia, tanpa dikomando Laras mundur ke belakang kemudian bersimpuh di antara kedua lututku dan meraih penisku, lalu dikocoknya sambil kembali mengelus kepala penisku yang basah karena cairan orgasmenya sendiri dengan jempolnya. Tiba-tiba Laras sudah mengulum penisku. Lidahnya berusaha menari di dalam rongga mulutnya yang penuh dengan penisku. Usaha Laras untuk memuaskanku dengan oral cukup keras. Dia berusaha memasukkan semua penisku ke dalam mulutnya yang tentu saja tak akan bisa. baru separo saja penisku sudah memenuhi rongga mulutnya. Berkali-kali Laras hampir tersedak karena penisku menyodok tenggorokannya dan masuk ke dalam kerongkongannya. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa ketika penisku masuk dalam kerongkongannya. Serasa dijepit dan dikocok benda lunak yang kenyal.

Walaupun aku merasakan kenikmatan yang luar biasa dengan cara Laras meng-oral penisku aku merasa kasihan juga melihat dia berkali-kali hampir tersedak, aku raih lengan Laras dan aku tarik tubuhnya. Laras menggelengkan kepalanya sebagai tanda menolak dan ingin bertahan dengan posisinya.

"Aku juga pengen cium vagina Laras.." kataku, tapi Laras tetap bergeming, asyik dengan penisku.

Lama-kelamaan pertahananku hampir jebol. Kocokan mulut dan kerongkongan Laras membuat penisku berdenyut-denyut. Segera aku duduk dan meraih badan Laras.

"Laras… Ayah udah ga kuat…" Kataku sambil meraih kedua lengan Laras. Penisku yang terlepas dari mulutnya tampak keras dan ujungnya berwarna kemerah-merahan.
"Ayah belum ejakulasi. Aku mau…" protes Laras tak berlanjut karma aku aku lumat bibirnya.

Segera aku posisikan Laras di bawah lagi dan dengan lembut aku cium dan aku hisap payudaranya. Kemudian aku tindih Laras sambil terus mengulum dan memainkan putingnya. Laras mendesis, dan aku bergerak menyusuri tubuhnya dengan lidahku. Saat sampai di vaginanya, dengan rakus aku hisap cairan yang merembes keluar. Lidahku kembali memainkan klitorisnya lalu memasuki liang vaginanya secara berganti-ganti. Laras menjerit kecil. Kepalaku dijepit dengan kedua pahanya sambil ditekan dengan kedua tangannya. Laras kembali terangsang hebat. Aku ingin memasukkan penisku ke dalam vaginanya

Aku segera bangkit dan kembali menindih tubuh Laras. Penisku yang sudah sangat tegang berada di bibir vaginanya. Perlahan aku gesekkan kepala penisku di klitorisnya. Laras mendesis sambil memejamkan mata. Dengan perlahan gesekan penisku bergeser ke bawah dan ujungnya masuk ke dalam vagina Laras. Laras menggigit bibirnya sambil meringis. Aku tarik kembali penisku dan pelan-pelan kembali aku masukkan. Walaupun liang vagina Laras sudah sangat basah, ternyata sulit juga penisku melakukan penetrasi. Vagina Laras masih sempit, atau kemungkinan besar masih perawan. Tusukan penisku kuhentikan. Laras membuka matanya dan tersenyum.

"Ayah… Pelan-pelan masukinnya ya…" kata Laras sambil mengelus dan meremas dadaku.

Aku jawab permintaan Laras dengan mendorong penisku sedikit lagi. Laras menahan nafas sambil berjengit. Sekarang sudah seperempat bagian yang masuk ke dalam vagina Laras. Aku cium dan aku kulum puting Laras. Laras membuka matanya. Kembali aku lihat senyuman Laras.

"Masukin lagi Yah… Tapi pelan-pelan ya…"
"Ya sayang… Ayah akan pelan-pelan masukinnya. Sakit ya..?" tanyaku sambil mendorong kembali penisku. Kini sudah separo yang masuk.
"Enggak sakit…" kata Laras sambil menggelengkan kepalanya. "Laras ingin Ayah masukin semuanya ke dalam… Auw…sshhh" Laras kembali memekik kecil ketika penisku aku tarik keluar perlahan dan aku masukkan lagi.

Aku tahu Laras kesakitan ketika penisku maju memasuki vaginanya lebih dalam lagi. Air matanya meleleh, tapi hebatnya, dia masih menyunggingkan senyuman. Aku kocok penisku pelan-pelan yang baru masuk setengahnya.

"Ayo... masukin lagi Yah… biar tuntas…" Laras kembali memintaku untuk memasukkan penisku lebih dalam.

Aku kasihan melihat dia meringis kesakitan ketika penisku keluar masuk, walaupun baru setengah bagian. Aku luruskan tangan kananku agar bisa menopang tubuhku dengan posisi setengah tegak. Dengan demikian satu tanganku bisa leluasa mengelus vaginanya. Aku pijit-pijit dengan lembut klitoris Laras, kemudian jempolku aku putar-putar di klitorisnya. Laras melingkarkan kedua kakinya dipinggangku, dan tanpa aku duga, dia angkat pinggulnya dengan keras dan cepat sambil menekan pantatku dengan kedua telapak kakinya sehingga penisku masuk semuanya.

"Aaww…" Laras menjerit kesakitan sendiri akibat tindakannya itu. Wajahnya memerah menahan sakit.
""Laras… Sakit ya…?" kataku sambil mencium bibirnya untuk menenangkan. "Ayah akan pelan-pelan supaya sakitnya hilang dan berganti dengan nikmat."

Laras berusaha tersenyum walapun masih terlihat ekspresi kesakitannya. Aku diam sejenak agar vagina Laras menyesuaikan diri dengan penisku. Kemudian perlahan aku angkat penisku sampai keluar tiga per empatnya, lalu aku dorong masuk lagi. Laras masih menahan nyeri, terlihat dia menggigit bibir sambil meringis. Air matanya merembes keluar lagi. Aku tarik lagi penisku, lalu aku masukkan lagi berulang-ulang dengan pelan. Laras membuka matanya menatapku. Kuberi Laras senyuman yang dia balas dengan rangkulan mesra dan mencium bibirku. Gerakan penisku makin mantap keluar masuk vaginanya walaupun dengan kecepatan tidak sampai maksimal. Laras mulai menggoyangkan pinggulnya dan mendesah.

"Ayah… terus…"
"Nggak sakit kan sayang…" bisikku di telinga Laras sambil menjilatinya.

Laras tersenyum menatapku, kemudian diraihnya kepalaku lalu bibirku dilumat dan disedot. Lidahnya menari di dalam rongga mulutku. setelah yakin Laras tidak kesakitan lagi, aku percepat gerakan penisku sedangkan Laras juga makin mantap memutar pinggulnya. Kakinya tetap melingkar di pinggangku, sementara telapak kakinya yang ada di atas pantatku menghentak-hentakkan pinggulku hingga makin dalam tusukkan penisku di vaginanya. Laras terlihat sangat menikmati persetubuhan ini. Berkali-kali dia mendesah dan mengerang karena nikmat. Matanya kadang menatapku sambil tersenyum lalu terpejam menikmati tusukkan penisku di vaginanya.

Aku juga sangat menikmati goyangan pantat Laras. Vaginanya terasa sempit dan licin, sehingga menambah rasa nikmat yang muncul di batang penisku. Vagina Laras seperti mempunyai jari yang meremas penisku. Remasan vagina Laras makin nikmat ketika dia memutar pinggulnya. Penisku serasa disedot dan dipijit vagina Laras. Kaki Laras makin erat menjepit pinggangku dari sisi kanan dan kiri, sementara telapak kakinya makin kencang menghentakkan pantatku.

Kemudian aku mengambil posisi agak tegak dengan meluruskan tanganku yang bertumpu di springbed. Kembali aku pompa vagina Laras sambil bertumpu dengan jari kakiku seperti orang push up. Akibatnya, tusukkan penisku makin mantap dan makin dalam. Laras berkali-kali menjerit dan mengerang karena keluar masuknya penisku. Tangan Laras berusaha menggapai kepalaku. setelah didapatkan, kepalaku ditarik. Aku menjatuhkan diri perlahan sambil bibirku mengulum putingnya, lalu Laras memelukku dengan erat sambil meraih kepalaku kemudian menciumi wajahku. Bibirnya dengan ganas dan liar melumat dan menyedot bibirku, sementara goyangan pinggul Laras dan hentakan penisku di vaginanya makin cepat, bibir Laras dengan cepat mengulum telingaku hingga aku menggelinjang nikmat. Lidahnya menyusup di dalam daun telingaku dan mengkorek-korek lubang telingaku. Kurasakan vagina Laras sudah sangat basah dan semakin licin sehingga penisku makin mudah keluar masuk di dalamnya.

Kurasakan kaitan kaki Laras makin erat, hentakan telapak kakinya dipantatku makin keras, tetapi tidak langsung dilepas seperti tadi, melainkan waktu penisku menghujam di vaginanya, Laras menekan pinggulku akan lama dan tentu saja penis agak lama juga berdiam diri di dalam vagina Laras. Yang kurasakan saat penisku berdiam di dalam vagina Laras beberpa detik, terasa vaginanya makin hangat dan makin basah, hingga sampai suatu saat Laras memekik sambil mengangkat pantatnya tinggi-tinggi. Penisku amblas seluruhnya di dalam vagina Laras. Apalagi ditambah tekanan telapak kaki Laras di pinggulku juga makin kencang. Pelukan Laras makin erat. Tiba-tiba kuku tangan kanannya yang tajam mencengkeram pundak kiriku sementara tangan kirinya mengkait erat leherku.

"Ayah… Sshh… Nikmat sekali Ayah… Laras pipis lagi…" teriak Laras di sela-sela orgasme yang ketiga.

Aku percepat kocokan penisku untuk menyempurnakan orgasme Laras. Mulutku mencari-cari putingnya lalu menghisapnya dengan kuat. Laras melenguh panjang lalu diam lemas tak bergerak.

"Kita istirahat dulu ya, Sayang… Laras capek kan..?" kataku sambil menciumi wajahnya lalu berhenti dengan membiarkan penisku tetap di dalam vagina Laras.
"Nggak mau…" Laras merengek manja.

Di tengah kelelahannya, tangan Laras kembali memelukku dengan kencang. Bibir dan lidahnya menyusuri muka dan leherku, sedangkankan kedua kakinya kembali melingkar pinggangku dengan erat. Rupanya Laras tak ingin aku berhenti mempompakan penisku di vaginanya. Kembali aku ayunkan pantatku untuk memompa vagina Laras.

"Ayah belum apa-apa, kan?" katanya lagi.

Penisku yang belum tercabut dari vaginanya digoyang dan dikocok vagina Laras. Gerakan pinggul Laras tak seganas tadi, lebih lebih lembut dan pelan tapi terasa sangat nikmat. Dengan semangat dan bergairah aku pompakan penisku ke dalam vaginanya, dan kembali Laras mengerang sambil meremas rambutku. Berkali-kali bibirnya mencari bibirku kemudian melumat dan menyedot. Lidahnya mengait lidahku. Kami saling hisap dan saling menggoyangkan pinggul.
Kembali aku mengambil posisi agak tegak dengan meluruskan kedua lenganku. Lalu aku raih kaki Laras satu per satu dan aku angkat ke depan dadaku lalu kurapatkan kedua kakinya kemudian aku tekuk lututnya. Dengan posisi ini, vagina Laras menyempit dan terasa lebih menjepit penisku. demikian pula gesekan penisku di vagina Laras lebih terasa. Laras berkali-kali mengerang dan menjerit.

"Ayah… Laras nikmat sekali… Sshh… Aahhh…" kata Laras di sela desahannya. "Ayah nikmat nggak…?"
"Iyaahh… nikmat sekali sayang…" sahutku.

Aku memompa vagina Laras dengan cara cepat dan pelan berganti-ganti. Kadang aku mengujamkan dengan keras penisku, kadang aku tarik dengan cepat tapi tidak sampai lepas kemudian aku hujamkan lagi dengan cepat dan keras. Erangan, teriakan dan desahan Laras makin sering dan makin keras terdengar. Hal ini membuat aku makin bergairan menusuk-nusukkan penisku. Apalagi kemudian badan Laras meliuk-liuk ke kakan dank e kiri seperti ular yang mengejar mangsanya. Aku percepat gerakan pinggulku memompa Laras lalu aku pelankan lagi.

"Ssshhh… Ayah nakal…ahhh…"
"Laras suka…?"
"Suka… Nikmat sekali Yah…" sahut Laras. "Aahhh… Ayah juga suka..? Aahhh… Ayah juga nikmat?" tanya Laras kemudian
"iyaaahhh… Ayah suka… ssshhh… Nikmat sekali sayang…"

Aku mencari klitorisnya dengan jari tangan kananku sementara tangan kiriku menahan kedua kakinya agar tetap tertekuk dan rapat di depan dadaku. Kemudian, aku elus klitoris Laras sambil terus mengocok penisku. Reaksi Laras sungguh luar biasa ketika jari dan jempolku mengelus dan memijit klitoris Laras yang tegang dan licin terkena cairan yang terus-menerus merembes keluar dari vaginanya. Erangannya makin keras. Pinggulnya bergoyang makin hebat. Tiba-tiba dengan kuat kedua tangannya mencengkeram tanganku yang mengesek-gesek klitorisnya sampai kuku-kuku tangannya menghujam ke dalam kulit lenganku. Rasa sakit dan perih akibat luka terkena tusukan kuku Laras lak kuhiraukan. Jari dan jempolku teruis mengelus dan meijit klitoris Laras dengan cepat.

Tubuh Laras meliuk-liuk tak karuan, kadang ke kanan dan ke kiri, lalu melengkung ke belakang, lalu membungkuk ke depan, lalu ke belakang lagi, ke depan lagi dan seterusnya. Akhirnya terdengar jeritan Laras yang sangat keras disertai gerakan tubuhnya yang mengejang dengan kuat sambil melengkung ke belakang. Kepalanya mendongkak, pinggulnya bergetar hebat sampai aku dapat merasakan penisku seperti dipijat dan digetarkan, lalu vagina Laras terasa sangat basah dan hangat. Selanjutnya aku melepas kedua kaki Laras yang tertekuk dan rapat di depan dadaku. Kaki Laras kembali membelit pinggangku. Selanjutnya aku peluk Laras sambil menggeser tubuhku sehingga pangkal penisku berada di bagian atas vaginanya.

Ini aku maksudkan agar pangkal penisku berada di bagian atas vaginanya sehingga klitoris Laras makin merasakan tekanan penisku. Genjotanku makin aku perkuat dan percepat. Jeritan Laras makin menjadi, gerakannya makin liar, sementara vaginanya makin kuat mencengkeram dan menggetarkan penisku. Vaginanya seolah memijat dan menghisap penisku. Penisku serasa diremas kemudian dipilin dengan benda yang sangat kenyal, licin dan hangat. Akibatnya penisku pun berdenyut-denyut. Rasa nikmat yang luar biasa mulai aku rasakan di ujung penisku, lalu perlahan menjalar menuju pangkalnya. Rasa nikmat itu kembali mengalir dari pangkal penisku dan dengan cepat menuju ujungnya.

"Laras… sshhhh… Ayah mau keluarrrr…" Kataku mengeksperesikan kenikmatan yang aku rasakan.

Laras menjawab dengan mengaitkan kakinya kembali ke pinggangku kemudian menariknya sehingga penisku menghujam makin dalam. Aku tekan vagina Laras dengan penisku dalam-dalam kemudian aku peluk Laras sambil kucari bibirnya lalu melumat dan menghisapnya kuat-kuat saat spermaku muncrat di dalam vagina. Laras memekik kecil karena **an spermaku mengenai dinding liang vaginanya.

"Oh… Ayah… nikmat sekali…"
"Iya sayang… nikmat sekali…."

Kemudian kami terkulai dengan posisi aku menindih tubuh Laras. Laras masih berusaha menciumi wajahku dan menghisap bibirku. Kubuka mataku dan menatap mata Laras. Kami tersenyum puas lalu kembali Laras mencium bibirku.

"Ayah cabut ya…?" kataku
"Jangan dulu… Laras masih ingin penis Ayah ada di dalam" jawab Laras. Maka aku biarkan sejenak penisku sampai mengendur dan mengecil di dalam vagina Laras. Beberapa saat kemudian aku berguling ke samping kiri Laras.
"Ayah puas…?" Tanya Laras samil memelukku.
"Puas sekali, Sayang…" jawabku.

Aku balas pekukan Laras dengan meletakkan tangan kiriku sebagai bantal kepala Laras sedangkan tanganku membelai wajahnya. Laras menelusupkan wajahnya di dadaku.

"Laras puas nggak..?" Tanyaku balik.

Laras tidak menjawab. Dia hanya tersenyum sambil memejamkan mata kemudian menggigit putingku. Kami beristirahat sambil tiduran berpelukan. Perlahan kesadaran nalarku pulih. Aku menengok jam weker didital yang ada di atas nakas. Jam 14.36. Berarti sudah hampir sore. Aku lirik Laras yang meringkuk dalam pelukanku, ternyata dia sudah tidur.
Perlahan aku angkat kepala Laras dan aku meletakkan batal di bawah kepalanya, lalu aku bangun menuju kamar mandi. Tiba-tiba aku melihat pintu kamarku sedikit terbuka dan ada seorang di balik pintu. Sepertinya seorang perempuan. Orang itu dengan cepat menghilang dari pintu. Aku kejar orang itu sambil menyarungkan handuk di pinggangku. Sampai di pintu aku tidak melihat siapa-siapa. Yang jelas bukan isteriku, tubuh orang itu lebih pendek dari isteriku.

Ah… Siapa dia? Pembantuku kah? Di rumah ini hanya ada aku dua orang pembantu, seorang tukang kebun, seorang sopir, dua orang satpam dan Laras. Selain Laras, wanita di rumah ini hanya Ayu yang bertugas memasak dan Wiwid yang bertugas membersihkan rumah. Siapa dia? Ayu atau Wiwid? Aku tidak mungkin mengejar wanita itu lebih jauh. Aku segera menutup pintu dan menguncinya. Aku kembali ke tempat tidur.

Aku berbaring di samping Laras kembali. Aku tatap Laras yang tidur dengan nyenyak. Aku mencoba mengingat peristiwa yang aku alami dari pagi sampai sore ini. Apa yang baru saja aku lakukan? Menyetubuhi Laras, anak asuhku yang paling aku banggakan? Kenapa Laras mau dengan mudah menyerahkan kegadisannya? Mengapa Laras sangat ahli memanjakan nafsuku? Darimana dia belajar hubungan sex? Apa..? Kenapa..? Bagaimana…? Berbagai pertanyaan muncul di kepalaku dan tak satupun dapat aku jawab.

Berbagai pertanyaan yang berkecamuk membuat aku ingat isteriku. Marahkah dia jika tahu? Ah, tentu saja isteriku akan marah jika tahu aku sudah menyetubuhi Laras. Haruskah aku menyesal…? Menyesal setelah menikmati tubuh perawan yang baru tumbuh? Perawan yang mempercayakan hidupnya kepadaku karena aku sudah mengangkat dia sebagai anak asuhku… Sungguh pengecutnya aku kalau sampai hal itu terjadi. Aku tak akan menyesali persetubuhan ini.

"Baiklah Laras… aku akan bertanggung jawab atas perbuatanku..."



       
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Nirmala, the lovely virgin
Apr 26th 2013, 13:46


"Mamah,,mamah,,!!", teriak Nirmala histeris.
"Papah,,papah,,!!!", air mata Nirmala terus menerus mengalir keluar dari matanya seperti sungai yang airnya tak habis-habis. Hujan mengguyur tubuh mungilnya, hati Nirmala sangat terpukul dengan apa yang baru saja menimpanya. Nirmala mengais-ngais tanah sehingga kedua tangannya sangat kotor dan berlumuran tanah yang basah alias lumpur sambil terus menangisi kedua orang tuanya. Nirmala baru saja selamat dari longsor yang menimbun rumahnya. Dia beruntung bisa selamat dari longsor itu, tapi Nirmala malah mau ikut tertimbun tanah bersama kedua orang tuanya karena Nirmala tidak mempunyai sanak saudara selain kedua orang tuanya.
"Nirmala,,sudah,,jangan bersedih,,", kata seorang ibu sambil memeluk Nirmala dari belakang.
"papa dan mama masih hidup !!", teriak Nirmala bersikeras. Ibu itu pun melepaskan pelukannya untuk membiarkan Nirmala melampiaskan kesedihannya sepuas-puasnya. Akhirnya, Nirmala pun menyerah, tangisannya lama kelamaan mulai melemah karena Nirmala sudah lelah dan tak sadar Nirmala tertidur di atas timbunan tanah.
Ketika Nirmala terbangun, dia menyadari kalau dia sudah berada dalam satu ruangan.
"tenang,,nak Nirmala,,kamu sekarang ada di rumah ibu,,", kata ibu yang tadi memeluk Nirmala.
"te,,terima,,kasihh,,bu,,", kata Nirmala masih gugup. Ibu yang membawa Nirmala adalah istri dari ketua RT di desa Nirmala, dia bernama Bu Erna. Bu Erna merasa sangat iba melihat Nirmala yang sangat murung dan sedih karena Nirmala kehilangan bapak dan ibunya sekaligus. Bu Erna dan suaminya, Pak Joko, memutuskan untuk mengangkat Nirmala sebagai anak mereka. Nirmala pun tidak menolak karena dia tidak mempunyai sanak saudara lain di kampungnya. Bu Erna & Pak Joko membesarkan, merawat, dan memelihara Nirmala dengan penuh kasih sayang dan menganggap Nirmala benar-benar sebagai anak mereka. Untung ada Bu Erna & Pak Joko, kalau tidak, mungkin Nirmala sudah putus asa dan bunuh diri. Nirmala bisa melupakan kesedihannya meski kenangan akan kedua orang tuanya masih ada.
Nirmala pun tumbuh menjadi gadis cantik, berkulit putih mulus tanpa ada goresan satu senti pun. Bu Erna & Pak Joko senang melihat Nirmala tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik luar dalam karena selain Nirmala cantik, dia terkenal lemah lembut & baik kepada semua orang sehingga tak heran para laki-laki di kampungnya banyak yang mati-matian mengejar-ngejar Nirmala.
"Mala,,mau kemana?", tanya Herman, salah satu pria yang naksir berat dengan Nirmala.
"mau ke pasar Bang Herman,,emang kenapa Bang?".
"mau abang temenin gak?".
"ah,,gak usah bang,,ntar ngerepotin,,".
"nggak kok,,mau ya?".
"nggak usah bang,,bener deh,,".
"abang pengen nemenin,,boleh ya?".
"terserah bang Herman aja deh,,". Begitulah sifat Nirmala, dia merasa tidak enak kalau seseorang memaksa kepadanya. Oleh karena sifatnya itu, banyak laki-laki yang merasa diberi harapan untuk pdkt oleh Nirmala, padahal Nirmala sama sekali tidak bermaksud demikian. Bukan hanya para pemuda yang suka kepada Nirmala, tapi para bapak-bapak yang sudah mempunyai anak & istri juga tidak bisa menahan nafsu jika melihat Nirmala yang cantik jelita.
"Nirmala,,mau gak jadi pacar abang?".
"ah,,bang Herman suka becanda,,".
"gak,,abang gak becanda,,mau ya?".
"mm,,gimana ya?".
"kamu gak mau ya?".
"kalo jawabnya nggak sekarang,,boleh nggak bang?".
"yaudah,,tapi jangan lama-lama ya,,soalnya abang pengen banget jadi pacar kamu,,".
"saya usahain ya bang,,saya masuk ke rumah dulu ya bang,,", kata Nirmala karena dia sudah berada di depan rumahnya.
"kalo gitu,,abang pulang ya,,inget,,mikirnya jangan lama-lama,,daah,,". Nirmala hanya melambaikan tangannya dan tersenyum. Begitu Nirmala membalikkan badannya, wajah manis dihiasi senyuman Nirmala langsung berubah menjadi wajah penuh rasa bingung dan bt karena Herman menjadi cowok ke-13 di daftar waiting list untuk menjadi pacarnya.
"Mala pulang,,", kata Nirmala setelah mengetuk pintu rumahnya sendiri.
"eh,,kamu udah pulang,,", sapa Pak Joko.
"ibu mana pak?".
"tuh,,udah nungguin kamu di dapur,,".
"yaudah,,Mala ke dapur dulu ya Pak,,".
"yaudah,,masak yang enak,,".
"ya pak,,". Nirmala menuju ke dapur.
"Bu,,nih,,dagingnya,,jadi kan bikin gulai dagingnya?".
"jadi,,kok kamu ngebet banget pengen gulai daging?".
"ya masa Ibu gak tau,,kan Mala suka banget ama gulai daging,,".
"tau lah,,bapak kamu juga suka ama gulai daging,,".
"yaudah,,mulai masak yuk Bu,,udah laper nih,,". Nirmala mulai memasak gulai daging bersama Bu Erna. Aroma wangi gulai daging yang menggugah selera memenuhi semua ruangan di dalam rumah Nirmala, Pak Joko langsung menghampiri dapur.
"hemm,,masak gulai daging ya,,", kata Pak Joko sambil mengendus-endus aroma gulai daging yang menggugah selera.
"iya,,hush,,sana,,belum selesai,,", kata Bu Erna sambil mengusir Pak Joko keluar dari dapur sementara Nirmala asik memasak gulai daging.
"masaknya jangan lama-lama ya,,", kata Pak Joko.
"iya Pak,,", jawab Nirmala. Nirmala selesai memasak gulai daging, dia langsung menghidangkannya di meja makan. Bu Erna, Pak Joko, dan Nirmala makan bersama dengan hati yang senang.
Meskipun keluarganya yang sekarang sangat harmonis dan damai, tapi jauh di lubuk hati Nirmala, kenangan ibu & ayah kandungnya tidak akan dan tidak bisa hilang. Selesai makan, Nirmala mencuci piring sedangkan Pak Joko & Bu Erna keluar rumah karena ada urusan. Tiba-tiba, Herman datang bertamu ke rumah Nirmala.
"eh,,bang Herman,,ada apa bang?".
"mau maen ke rumah kamu aja,,sekalian mau tau jawaban kamu?".
"mm,,saya nyediain minum dulu deh,,". Nirmala pergi ke dapur dan kembali ke ruang tamu dengan membawa minuman.
"nih minumannya bang,,".
"makasih ya La,,jadi gimana jawabannya?".
"aduh,,gimana ya?", Nirmala kebingungan mau jawab apa. Wajah Herman yang bernilai 4 dari skala 1-10 membuat Nirmala malas menjawab 'Ya', tapi Nirmala juga memikirkan jawaban 'Tidak' karena Nirmala takut Herman menjadi kesal dan berbuat kasar kepadanya.
"jadi,,gimana?", tanya Herman sambil terus mendekat ke Nirmala.
"mm,,", Nirmala terus bergeser tempat duduk untuk menjaga jarak dengan Herman hingga akhirnya Nirmala terpojok.
"mau ya jadi pacar abang?", kata Herman sambil berusaha mengelus-elus paha kiri Nirmala yang masih tertutup rok panjang.
"bang,,jangan,,", kata Nirmala sambil berusaha menepis tangan Herman yang ngelaba di pahanya. Herman tidak tahan lagi melihat kecantikan Nirmala, apalagi kulit Nirmala yang begitu putih dan sangat mulus. Nafsu Herman mulai tak terkendali karena kuping Herman dipenuhi bisikan setan.
"ude,,embat aje,,kalo gak jadi pacar,,yang penting lo ude nyobain memeknye die,,", bisik setan di telinga kiri Herman.
"jangan Herman,,kalau kamu baik kepadanya,,mungkin dia mau jadi pacar kamu,,dan bahkan mungkin dia mau jadi istri kamu,,", bisik malaikat di telinga kanan Herman.
"tu liat,,masa lo gak mau ngentot ama cewek secantik die,,mana bodynya montok,,kulitnya mulus banget,,ayo Man,,langsung embat,,kapan lagi,,kesempatan gak dateng 2 kali apalagi 3 kali,,". Tentu saja, bisikan setan yang menang karena Herman ingin sekali merasakan kehangatan tubuh Nirmala sejak pertama kali dia mengenal Nirmala.
Herman mencengkram kedua tangan Nirmala lalu memeganginya sehingga Nirmala tidak bisa menggerakkan kedua tangannya.
"bang,,jangan,,jangann,,tol,,mmffhh,,", teriak Nirmala tertahan karena Herman membungkam mulutnya. Nirmala terus meronta-ronta berusaha lepas dari Herman, tapi perlawanan lemah Nirmala sama sekali tidak berpengaruh karena tenaga Herman sudah bertambah 100% dari nafsu setannya. Nirmala menggelengkan kepalanya ke kanan & kiri untuk melepaskan tangan Herman dari mulutnya agar dia bisa berteriak, tapi percuma, Herman memencet pipi Nirmala hingga kata-kata yang keluar dari mulut Nirmala menjadi tidak jelas. Herman mendekatkan wajahnya ke wajah Nirmala dengan api birahi yang sudah berkobar-kobar di mata Herman karena Herman sudah tidak sabar ingin segera melumat habis-habisan bibir Nirmala yang merah merekah dan pastinya sangat lembut karena bibir Nirmala belum pernah diinvasi oleh lelaki manapun.
Sedikit air mata mengalir dari mata Nirmala karena dia tidak pernah berpikir akan melakukan 'first kiss'nya bersama Herman yang akan memerkosanya. Ketika bibir Herman hanya berjarak 5 cm dari bibir Nirmala dan sebentar lagi bibir mereka berdua akan menempel, tiba-tiba pintu rumah terbuka.
"Herman !! sedang apa kamu?!!". Herman menengok ke arah pintu dan langsung melepaskan Nirmala yang tidak berdaya. Herman langsung lari pontang-panting menerobos orang yang ada di pintu masuk karena orang itu adalah Pak Joko. Bu Erna langsung masuk ke dalam dan duduk di sebelah Nirmala. Nirmala langsung menangis di pundak Bu Erna, Bu Erna pun memeluk Nirmala untuk menenangkannya.
"udah,,udah,,kamu gak apa-apa kan?". Nirmala hanya mengangguk pelan.
"sialan tuh si Herman,,mau merkosa anak angkat gue,,", ujar Pak Joko yang sangat kesal kepada Herman.
"udah,,Mala,,kita ke kamar aja yuk,,", ajak Bu Erna.
"iya Mala,,kamu istirahat aja di kamar sama ibu,,biar si Herman sialan itu bapak yang urus,,".
Nirmala & Bu Erna pun masuk ke dalam kamar Nirmala sementara Pak Joko keluar dengan perasaan yang sangat marah. Pak Joko menuju ke rumah Herman.
"eh Herman,,keluar lo !!", teriak Pak Joko sambil mengusung goloknya yang sangat besar itu. Tentu saja, Herman tidak berani keluar karena melihat Pak Joko membawa golok. Mendengar Pak Joko yang berteriak-teriak, para warga yang ada di dekat rumah Herman pun langsung berhamburan keluar dari rumah mereka masing-masing.
"ada apa pak?", tanya seorang warga.
"ini,,si Herman mau merkosa Nirmala di rumah saya sendiri,,". Warga pun langsung percaya pada perkataan Pak Joko karena dalam sehari-hari Pak Joko selalu baik dan berkata jujur kepada semua warga. Warga mendobrak pintu rumah Herman secara paksa lalu mereka mencari-cari Herman di setiap ruangan. Akhirnya, mereka menemukan Herman sedang ngumpet di kolong tempat tidurnya. Para warga menggiring Herman keluar dari rumahnya dan menghadap ke Pak Joko yang sudah tenang dan tidak terlalu marah lagi karena warga yang lain berhasil membuat Pak Joko menjadi tenang.
"Herman,,kenapa lo berani mau merkosa Nirmala?".
"ampun Pak,,saya gak bakal ngulangin lagi,,", kata Herman sampai berlutut di hadapan Pak Joko sambil meneteskan air mata, entah itu air mata penyesalan atau hanya air mata buaya.
"udah pak,,gibas aje,,", teriak warga bersahut-sahutan.
"saya gak bisa bunuh orang,,jadi saya bakal kasih kamu hukuman biar kapok,,".
"potong aje anunya pak,,", celetuk seorang warga.
"jangan pak,,ampun pak,,", pinta Herman memelas.
"hukuman yang pantas buat tukang perkosa seperti kamu,,diarak keliling kampung dengan telanjang,,".
"ampun pak,,jangan pak,,pak".
"sekarang buka baju kamu !!". Tentu saja, Herman tidak mau melepas bajunya sehingga para warga pun ikut campur. Ibu-ibu yang membawa anaknya langsung membawa anaknya pulang. Sementara para warga yang lain tertawa terbahak-bahak melihat Herman yang sudah telanjang karena ternyata penis Herman tidak normal karena hanya 1 cm saja.
"modal ****** segini aje mau merkosa kembang desa lo,,", seorang warga mengolok-ngolok Herman.
"tau,,Nirmala juga bakal ketawa ngeliat ****** lo,,", tambah seorang warga yang lain. Setelah itu, Herman pun di arak keliling desa tanpa ditutupi sehelai benang pun. Setiap orang yang melihatnya pasti menertawai Herman. Dalam hatinya, Herman benar-benar kapok dan tidak akan mengulanginya lagi karena rasa malunya tak bisa dia bendung lagi. Hari-hari sudah berlalu sejak kejadian itu, Nirmala sudah kembali ceria sementara Herman menjadi bahan olok-olokkan di kampung. Herman sampai tidak berani memandang mata Nirmala setiap berpapasan dengan Nirmala karena Herman malu kepada Nirmala. Dan bagi Nirmala, Herman hanyalah laki-laki rendahan dan kurang ajar yang harusnya tidak ada di dunia ini. Nirmala kembali ke kehidupan normalnya, menjadi gadis cantik yang baik hati. Para lelaki yang tadinya punya niat untuk memperkosa Nirmala menjadi berpikir ulang puluhan kali karena mereka tidak ingin diarak keliling kampung tanpa pakaian seperti Herman.
Nirmala tidak tau sama sekali kalau orang yang disayanginya menderita penyakit yang sangat gawat. Bu Erna ternyata menderita tumor di kepalanya dan sudah stadium 3. Nirmala jadi jarang keluar karena dia merawat Bu Erna yang hidupnya tidak lama lagi. Akhirnya, hidup Bu Erna pun berakhir sudah. Nirmala & Pak Joko pun sangat sedih ditinggal Bu Erna karena Bu Erna merupakan ibu & istri yang baik. Sebulan sudah berlalu sejak Bu Erna meninggal, Nirmala & Pak Joko hidup berdua saja di rumah itu dengan tenang dan damai.
"eh,,Nirmala,,ngapain kamu ke sini?", tanya Pak Edi.
"ini om,,disuruh bapak nganter ini,,", kata Nirmala sambil menyerahkan bungkusan.
"oh,,iya,,makasih ya Nirmala,,".
"iya om,,gak apa-apa,,". Nirmala sudah menganggap Pak Edi sebagai omnya dan sebaliknya, Pak Edi pun menganggap Nirmala sebagai keponakannya sendiri jadi, meskipun Nirmala sering datang dan mengobrol dengannya, Pak Edi sama sekali tidak ada pikiran kotor terhadap Nirmala walaupun Nirmala bukan keluarganya.
"yaudah,,om,,Mala pulang dulu ya,,".
"oh ya,,ati-ati di jalan,,". Nirmala berjalan pulang ke rumahnya dan saat di tengah perjalanan, tiba-tiba ada cowok yang mendekat ke arahnya.
"Mala,,".
"mm,,bang Dani,,", kata Nirmala sambil tersenyum manis.
"mau kemana?".
"mau pulang bang,,".
"boleh saya anterin pulang?", tanya Dani.
"mm,,boleh,,", jawab Nirmala sambil tersipu malu. Nirmala & Dani sama-sama saling menyukai, terlihat sekali dari cara mereka berdua mengobrol, sama-sama salah tingkah & tersipu malu. Nirmala menyukai Dani selain wajahnya lumayan, Dani juga sangat baik hati.
"bang,,udah sampe,,Mala masuk ke dalam rumah ya,,".
"makasih banget ya Mala,,udah ngebolehin saya nganterin kamu,,".
"iya,,sama-sama bang Dani,,makasih udah nganterin Mala pulang,,ati-ati ya bang pulangnya,,".
"iya,,daah,,".
"Mala pulang,,".
"bungkusannya udah dianterin ke Pak Edi?".
"udah,,Pak,,".
"tadi kamu dianterin ama Dani ya?".
"iya Pak,,", jawab Nirmala dengan malu-malu.
"lagi kasmaran ni kayaknya,,".
"ah,,bapak mah ngeledek Mala terus,,gak Mala masakkin nih,,".
"eh jangan,,bapak kan cuma becanda,,".
"iya,,tenang aja,,Mala bakal masakkin bapak kok,,".
"nah gitu baru anak yang berbakti,,". Begitulah kehiupan Nirmala dengan Pak Joko, tenang dan damai hingga tak terasa setahun sudah berlalu sejak Bu Erna meninggal. Pak Joko mulai merasa kesepian, mau menikah lagi, tapi Pak Joko sudah malas mencari calon yang cocok jadi, Pak Joko memutuskan untuk sendiri saja. Sudah terlalu lama Pak Joko sendiri, lama kelamaan Pak Joko melihat Nirmala dengan cara pandang yang sama sekali berbeda daripada sebelumnya. Bayangkan, seorang bapak yang kesepian dan nafsu yang sudah 1 tahun tidak tersalurkan melihat seorang gadis cantik yang berkeliaran di dekatnya setiap hari.
"pak,,udah nih makannya?", tanya Nirmala.
"oh,,udah,,tolong bawa kebelakang,,".
"ya pak,,". Nirmala membungkukkan badannya untuk mengambil piring bekas makan Pak Joko yang ada di meja pendek. Pak Joko bisa melihat payudara Nirmala yang masih tertahan bh karena Pak Joko duduk di sofa yang ada di depan meja.
Kaos Nirmala longgar sehingga tentu saja, Pak Joko pun mendapat pemandangan yang begitu menggiurkan karena payudara Nirmala terlihat begitu putih, mulus, menggoda, dan sangat indah. Nirmala pergi ke dapur sambil membawa piring kotor bekas Pak Joko makan. Setan pun makin mudah membisikkan kata-kata ajaibnya karena Pak Joko memandangi pantat Nirmala. Nirmala mulai mencuci piring sambil bernyanyi.
"Terlalu sadis caramu,,menjadikan diriku,,pelampiasan cintamu,,agar dia kembali padamu,,tanpa peduli sakitnya aku,,". Ketika sedang asik-asiknya mencuci piring sambil menyanyi lagu kesukaannya, tiba-tiba Pak Joko menyergapnya dari belakang dan memeluknya dengan erat.
"aduh,,pak,,ngapain sih?", tanya Nirmala tanpa curiga sedikit pun. Pak Joko tidak menjawab pertanyaan Nirmala. Pak Joko langsung memegangi kedua tangan Nirmala sambil menciumi tengkuk leher Nirmala.
"jaangan,,Pak,,sa,,saya,,anak bapak,,". Merasa Nirmala bukan anak kandungnya, Pak Joko tidak merasa salah dan terus menciumi tengkuk leher Nirmala.
"tolongg,,jaangaan,,Paakk!!", pinta Nirmala dengan air mata yang mulai keluar dari sela mata kanan & mata kirinya. Pak Joko tidak khawatir dengan teriakan dan rintihan Nirmala karena rumahnya lumayan jauh dari rumah-rumah warga yang lain sehingga Pak Joko bisa memfokuskan dirinya untuk membuat Nirmala terangsang sedikit demi sedikit. Nirmala meronta-ronta untuk melepaskan dirinya dari pelukan Pak Joko, tapi percuma, Pak Joko tidak bakal membiarkan gadis secantik Nirmala lepas dari pelukannya. Pak Joko pun semakin semangat menciumi leher Nirmala karena aroma wangi yang keluar dari tubuh Nirmala meskipun Nirmala sama sekali tidak memakai parfum. Tangan Pak Joko pun sudah berada di dalam kaos Nirmala. Pak Joko meremas-remas kedua buah payudara Nirmala yang masih tertutup bh dengan lembut.
"jangaan,,jaaa,,nngannhh,,Pakhh,,", lama kelamaan suara Nirmala menjadi pelan.
"jaang,,,mmhhm,,", tanpa sadar Nirmala mendesah yang berarti dia menikmati remasan demi remasan dari Pak Joko.
Pak Joko menyingkapkan bh Nirmala ke atas sehingga kulit telapak tangan Pak Joko dan kulit permukaan kedua buah payudara Nirmala saling bertemu. Dengan gemasnya, Pak Joko memilin, memelintir, dan menarik-narik kedua puting Nirmala.
"jaammhhh,,", Nirmala tidak bisa bohong terhadap tubuhnya lagi karena Pak Joko memang lihai menggunakan tangannya untuk memainkan payudara Nirmala. Nirmala tidak percaya, orang yang dulu telah menyelamatkannya dari Herman, sekarang malah sedang asik memainkan dan meremasi gunung kembarnya. Dengan sedikit memaksa, Pak Joko menarik kaos Nirmala melewati kepalanya lalu Pak Joko membuat Nirmala membalikkan tubuhnya. Pak Joko terkesima melihat Nirmala, gadis cantik yang berdiri di hadapannya dan sudah bertelanjang dada. Wajah cantik Nirmala memang membuat Pak Joko terkesima, tapi air liur Pak Joko dengan deras mengalir karena Pak Joko melihat sepasang payudara yang putih mulus, kenyal, kencang, dan mancung di hadapannya.
Tanpa pikir panjang, Pak Joko langsung memegang kedua buah payudara Nirmala lalu Pak Joko mulai mengemut-emut kedua puting Nirmala bergantian. Nirmala berusaha mendorong kepala Pak Joko untuk menjauh tapi tenaga Nirmala berkurang terus karena rasa nikmat yang menjalar di sekujur tubuhnya. Pak Joko sangat leluasa mencupangi, menjilati, dan menggigiti payudara Nirmala membuatnya meringis keenakan sambil sedikit sakit. Kulit payudara Nirmala pun jadi memerah, lalu Pak Joko berdiri dan mendekatkan wajahnya ke wajah Nirmala dan langsung menyedot bibir Nirmala. Nirmala menangis karena dia tidak pernah berpikir first kiss yang seharusnya indah dan dilakukan bersama orang yang dicintai, dia malah mendapatkan first kissnya dalam keadaan diperkosa dan dengan orang yang dia anggap sebagai ayahnya sendiri. Nirmala tidak bisa melakukan apa-apa selain menutup matanya dan membiarkan Pak Joko melumat bibirnya habis-habisan. Nirmala juga tidak bisa membendung lidah Pak Joko yang menelusuri rongga mulutnya.
Dengan mudahnya, Pak Joko menyelipkan tangannya untuk meremasi bongkahan pantat Nirmala karena Nirmala memakai rok yang pinggangnya terbuat dari karet.
"ayo,,bukain celana bapak !!", teriak Pak Joko. Sambil terus menerima lumatan Pak Joko di bibirnya, Nirmala terpaksa menuruti suruhan Pak Joko hingga penis Pak Joko sudah terbebas dari sangkarnya. Pak Joko melepaskan bibir Nirmala dan menekan pundak Nirmala ke bawah hingga Nirmala jongkok di depan Pak Joko.
"ayo sekarang buka mulut kamu,,".
"nggaak,,". Nirmala menutup mulutnya rapat-rapat dan berusaha menjauh. Tapi, dengan sigap Pak Joko memegangi kepala Nirmala lalu Pak Joko mendorong penisnya ke mulut Nirmala yang masih tertutup rapat. Pak Joko memencet pipi Nirmala sehingga otomatis mulut Nirmala terbuka lebar. Pak Joko pun langsung mendorong penisnya ke dalam mulut Nirmala yang sangat hangat.
"anget bangetthh,,", desah Pak Joko.
"sekarang jilatin ****** bapak,,", seru Pak Joko.
Pak Joko mendorong penisnya ke dalam mulut Nirmala hingga Nirmala tersedak yang membuat Nirmala batuk-batuk dan mual, tapi tentu saja Pak Joko tidak mengindahkan penderitaan Nirmala. Sementara lidah Nirmala sedang bergerak-gerak mengelus-elus penis Pak Joko karena Nirmala tidak punya pilihan lain. Pak Joko tetap memencet pipi Nirmala karena Pak Joko tidak ingin Nirmala menggigit penisnya.
"oooh,,,", desah Pak Joko sambil menggelinjang karena keenakan merasakan lidah Nirmala yang menari-nari di sekujur penisnya. Sekitar 5 menit, Pak Joko membiarkan kenikmatan itu, tapi Pak Joko terpaksa mengeluarkan penisnya dari mulut Nirmala karena penisnya sudah berdenyut-denyut dan Pak Joko tidak mau cepat-cepat selesai menikmati kehangatan tubuh Nirmala karena masih banyak bagian tubuh Nirmala yang belum dijamah oleh Pak Joko. Pak Joko menyuruh Nirmala bangun dan melepaskan roknya, entah apa yang ada di pikiran Nirmala, tapi Nirmala langsung melakukan perintah Pak Joko tanpa pikir panjang dan tanpa paksaan seperti sebelumnya.
"udah nyerah ya?", tanya Pak Joko tersenyum licik karena dia merasa sudah menguasai Nirmala. Nirmala menutupi daerah vaginanya dengan kedua tangannya. Pak Joko melihat pangkal paha Nirmala sangat putih mulus sehingga membuat Pak Joko tidak sabar ingin melihat vagina Nirmala yang belum terekspos ke laki-laki manapun. Pak Joko jongkok sehingga wajah Pak Joko tepat berada di depan vagina yang masih ditutupi oleh pemiliknya yaitu Nirmala. Pak Joko menyingkirkan tangan Nirmala bagaikan membuka hordeng jendela. Mata Pak Joko pun langsung terbelalak menatap vagina Nirmala yang begitu indah dan menggiurkan. Ketika Pak Joko sedang menatapi vagina Nirmala, Nirmala mendorong Pak Joko hingga Pak Joko tidur terlentang dengan kaki yang terbuka lebar.
"aduwhh,,maksud kamu ngedorong bapak apa?". Nirmala tidak menjawab, dia langsung menendang buah zakar Pak Joko.
"aakhh,,AWWHH,,!!", jerit Pak Joko kesakitan sambil memegangi buah zakarnya. Nirmala pun menginjak batang penis Pak Joko bagai sedang mematikan puntung rokok hingga teriakan kesakitan Pak Joko semakin kencang.
Saking paniknya, Nirmala hanya mengambil kaos dan roknya tanpa mengambil celana dalam dan bhnya lalu Nirmala langsung ngacir keluar meninggalkan Pak Joko yang sedang meringis kesakitan. Nirmala sudah keluar dari rumah, dia terus berlari sekencang-kencangnya menjauhi rumah sial itu. Karena takut dikejar Pak Joko, Nirmala berlari dengan telanjang di bawah guyuran hujan yang sangat deras. Untungnya sudah larut malam dan sedang hujan sangat deras sehingga Nirmala tidak perlu cemas ada yang melihatnya berlari tanpa menggunakan pakaian. Tanpa sadar, Nirmala berlari ke arah jalan yang biasa dilalui mobil pengangkut sayur. Ada mobil yang melintas ketika Nirmala akan menyebrang jalan. Mobil itu pun berhenti di depan Nirmala yang masih telanjang. Nirmala takut apa yang akan terjadi selanjutnya karena dia masih telanjang, tapi perasaan Nirmala menjadi tenang karena orang yang menyetir mobil sayur itu adalah Pak Edi.
"Nirmala,,sedang apa kamu? telanjang begitu?".
"Om Edi,,!!", Nirmala menangis.
"sudah,,kamu masuk ke mobil om dulu,,".
"makasih Om,,". Nirmala masuk ke dalam mobil pick-up itu dan duduk di samping Pak Edi.
"maaf Om,,joknya jadi basah,,".
"gak apa-apa,,nih pake jaket Om aja,,". Pak Edi menutupi tubuh Nirmala yang basah dengan jaketnya.
"makasih Om,,", jawab Nirmala sambil menggigil kedinginan.
"memangnya kamu kenapa sih? lari-lari gak pake baju gini?". Nirmala menceritakan semua yang baru saja dia alami ke Pak Edi sambil menangis.
"yaudah,,yaudah,,mulai sekarang,,kamu tinggal ama Om aja,,", kata Pak Edi mengelus-elus kepala Nirmala.
"makasih banyak Om,,". Jaket Pak Edi hanya bisa menutupi sebagian tubuh Nirmala saja sehingga paha Nirmala yang putih mulus bisa terlihat oleh Pak Edi, tapi Pak Edi tidak terpengaruh karena dia menganggap Nirmala benar-benar sebagai keponakannya.
"sekarang Om mau kemana?".
"mau ke kota,,kamu mau langsung ke rumah Om?".
"nngg,,Mala ikut aja deh,,tapi Mala boleh tidur gak?".
"boleh,,boleh,,justru Om mau nyuruh kamu tidur,,".
"oh,,yaudah,,Mala tidur dulu,,". Nirmala meringkuk agar tubuhnya hangat sementara Pak Edi menyetir mobilnya dalam gelapnya malam serta derasnya hujan. Wajah Nirmala yang sedang tidur terlihat imut-imut bagaikan putri yang sedang tidur di cerita sleeping beauty. Nirmala bangun setelah puas tidur.
"enak tidurnya?", tanya Pak Edi.
"enak Om,,seger jadinya,,". Jalannya licin karena hujan jadi, ketika ada belokan, ban mobil Pak Edi terselip sehingga mobil itu tidak bisa membelok dan otomatis menabrak tiang listrik. Pak Edi meninggal seketika, tapi Nirmala selamat dari kecelakaan itu. Dan anehnya, tubuh Nirmala sama sekali tidak tergores sedikit pun, mungkinkah ayah dan ibu kandungnya yang melindunginya?. Nirmala berhasil merangkak keluar dari mobil itu. Setelah menangisi Pak Edi, satu-satunya laki-laki yang tidak pernah mempunyai keinginan untuk memperkosanya, Nirmala berjalan menelusuri jalan kota yang belum pernah dia lihat.
Hujan tidak lagi mengguyur Nirmala sehingga Nirmala tidak kedinginan lagi, meskipun hanya jaket Pak Edi yang menutupi tubuhnya karena baju & roknya berada di dalam mobil Pak Edi yang sudah hancur. Nirmala terus berjalan dalam kegelapan malam tanpa menggunakan alas kaki dan hanya dibalut dengan jaket Pak Joko yang hanya bisa menutupi tubuhnya sampai beberapa senti saja dari selangkangannya. Nirmala tidak tau beberapa meter dari tempatnya ada 3 orang preman yang sedang minum-minum.
"hai cantik,,". Dalam sekejap, 3 orang preman sudah mengelilingi Nirmala dengan nafas mereka yang bau alkohol.
"jangan ganggu saya,,", kata Nirmala pelan karena dia sudah sangat lelah setelah jauh berjalan.
"ah,,udah,,neng diem aja,,".
"jaangann !!".
"hehehe,,", 3 orang preman terkekeh membayangkan mereka akan bisa menikmati kehangatan tubuh cewek secantik Nirmala.
"tol,,hmmfh,,".



       
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Isteri temanku Jadi Kekasih Gelapku
Apr 26th 2013, 13:45


Saat kami tiba disalah satu kamar yang ada di didalam ruangan tengah
rumahnya, Perli dengan posisi masih mengggandeng tangan ku tiba-tiba
mengarahkan kami masuk kekamar tersebut.
"Mau ngapa kita dikamar ini Perli" Tanyaku sembari perasaanku semakin
bingung dengan apa sebenarnya yang dimaukan Perli.
"ini!" Perli tba-tiba langsung memberi ku sebuah pil bulat berwarna pink.
"Obat apa ini Perli" tanyaku penasaran.
"Udah.. telan aja, kita kan udah lama tidak Happy bersama" ujar Perli
lagi padaku.
"Oooh" aku tau, apa yang ada di tangan ku adalah pil setan.
Yah! "ini extasi alias inek' tuturku dalam hati.
Sambil ku berpikir-pikir dalam hati, ku lihat tiba-tiba Yeni dengan
penampilan nya masih seperti tadi, masuk kekamar menghampiri Perli
yang kulihat mulai sibuk hendak menyetel musik.
"Aman bang… anak kita udah tidur dikamar sebelah" ujar Yeni memberi
tau Perli suaminya.
Sambil melirik kearahku kulihat Yeni dan Perli sama-sama sedang
menegak sesuatu kemulutnya dan kemudian disusul dengan minum air.
Rupanya mereka berdua menelan extasi itu. "Aduh gimana ini ya, aku kan
udah lama tidak makan pil setan ini" tuturku dalam hati sambil masih
memegang-megang setengah pil yang masih ada di tanganku.
Ada rasa takut yang bercampur dengan rasa ragu-ragu dihati ku saat
itu, ketika aku disuruh menelan extasi itu. Malkumlah… bukan nya
munapik, meski dulu pernah namun aku sdh lama tidak memakai pil setan
itu, mgkn sudah tiga tahun aku tak pernah lagi menelan pil setan
tersebut.
"Udah bang…. Ditelan aja, pokoknya mlm ini kita Happy" ujar Yeni yang
tiba-tiba berdiri disamping ku. Sesaat aku kembali melihat keseksian
tubuh Yeni yang putih yang begitu menggiurkan sekali. Sementara
kulihat Perli masih asyik menyetel-nyetel musik house.
"ini bang airnya, Ayo ditelan bang… apa mau aku suapkan?" Ujar Yeni
nakal merayuku agar aku segera menelan eksatasi itu.
"iya… ini abang telan" jawabku sambil meraih air minum yang ada di tangan Yeni.
"Nah… gitu dong" ujar Yeni seperti kesenangan melihatku menelan ekstasi itu.
Usai memberiku minum, kulihat Yeni melangkah mendekati suaminya seraya
membisikan sesuatu kepada suaminya.
"Oke Brother… malam ini kita Happy" ujar Perli sambil mengacungkan
jempol kepadaku.
Usai membalas Acungan Jempol Perli, kudengar suara dentuman bas musik
House pun mulai menggema terdengar diteliga ku.
Hampir pada waktu yang bersamaan tiba-tiba saja lampu kamar yang
tadinya terang benerang kini telah berubah jadi remang-remang
menyinari kamar yang sudah dipasang peredam oleh Perli, sekuat apapun
musik dibunyikan suaranya tak akan sampai keluar. Ditambah lagi suhu
ruangan yang dingin oleh AC (Air Conditioner/ pendingin ruangan ½ PK)
membuat suasana ruangan kamar itu seperti ruangan VIP ditempat-tempat
karaoke saja.
Semakin lama musik yang berbunyi terdengar semakin keras saja.
Sementara aku masih saja melongo duduk di salah satu kursi, kulihat di
tengah-tengah ruangan Perli dan Yeni sudah asyik bergoyang mengikuti
alunan-alunan musik house yang semakin bredentum-dentum suaranya.
Hampir 5 menit setelah ku telan extasi tadi, kini aku mulai merasakan
reaksi nya. Sulit untuk ku katakan bagaimana rasanya setelah obat itu
bereaksi, yang pasti aku mulai merasa horny dan tanpa kusadari aku pun
akhirnya ikut bergoyang bersama Perli dan Yeni.

Semakin lama kami bertiga akhirnya bergoyang dan terus menari terbuai
oleh mabuk nya Extasi. Didalam keremangan cahaya kamar malam itu,
secara tak sengaja aku juga disuguhi tontonan asyik. Mungkin karena
sudah terlalu horny oleh pengaruh Extasi, dikeremangan kamar itu
kulihat tubuh Yeni meliuk-liuk Erotic seperti sedang merangsang
bergoyang mengikuti irama musik. Sesekali juga kadang kulihat Yeni
mengangkat baju T-shirt nya sambil tangannya kanannya seperti sedang
meremas buah dadanya dibalik baju kaos yang kenakannya, tangan kirinya
jg terlihat menepel di perutnya masuk kedalam celana pendeknya
seakan-akan sedang memain-mainkan vaginanya sendiri, ditambah lagi
terkadang sikap Perli yang sambil goyang juga sambil memeluk dan
meraba perut Yeni dari belakang. Seperti tak menghiraukan kebaradaan
ku, tak lama setelah itu kulihat Yeni dan Perli saling berpagutan
bibir. Sambil meremas-remasi pantat isterinya, Perli terus melumat
bibir Yeni dengan buasnya.
"Ookh…" sialan gerutuku dalam hati, sungguh aku jadi terangsang dan
aku jadi bernafsu melihat aksi mereka.

Gara-gara melihat aksi mereka, horny ON ku jadi semakin naik.
Kupejamkan mataku, lalu geleng-gelengkan kepalaku kiri dan kanan,
pelan hingga gelengan kepalaku semakin kencang, dan tubuhku juga
bergoyang mengikuti alunan music house yang temponya semakin cepat.
Tiba-tiba "Goyang bang…" Aku kaget sekali mendengar suara itu. Bedesir
darah ku saat ku tau siapa yang ada diibelakang ku! Yah….seseorang
dibelakangku!! Saat kubuka mataku dan menoleh kebelakang, kulihat Yeni
di belakangku, dengan kedua tangan nya memegang pinggangku. Sambil
tertawa dan berteriak-teriak. ku genggam kedua tangannya yang
berpegangan di pinggulku, ku ikuti rentak goyangan Yeni. Perli juga
melakukan hal yang sama. Dia beradal di belakang Yeni sambil terus
begoyang kedua tangannya juga menempel di pinggang Yeni. Kini kami
bertiga seperti sedang main barongsai saja. Aku didepan, Yeni menepel
di belakangku, dan Perli dibelakang isterinya. Cukup lama kami
bergoyang dengan gaya seperti itu. Oleh karena birahi ku yang sdh
terangsang oleh tontonan tadi, ditambah lagi pengaruh horny Extasi
yang bawaannya membangkitkan nafsu sex, aku pun jadi sengaja
mencari-cari kesempatan untuk dapat menyentuh Yeni Dalam posisi sepeti
itu, Setiap kali Yeni terdorong oleh Perli, secara otomatis tubuh Yeni
langsung nempel di belakangku. Saat itu kurasakan bagian dadanya yang
kenyal itu nempel di punggungku, dan saaat itu juga dengan pura-pura
tak sengaja tanganku kuarahkan kebelakang hingga menyentuh bagian
selakangan nya. Karena Yeni menggunakan celana pendek berbahan katun,
saat tanganku menyentuh selakangannya aku dapat merasakan kelembutan
belahan vaginanya. Aku sangat menikmati gesekan itu
"Oooohkkhhhhh….sungguh hal itu semakin membakar nafsu ku"

Setelah hampir 3 jam kami berjojing ria, akhirnya reaksi obat yang
memabukan kami pun ngedrop. Karena tubuhku berkeringat akupun kemudian
kekamar mandi untuk mencuci muka ku agar terasa segar. Saat keluar
dari kamar mandi, ku lihat Yeni berdiri didepan ku sambil wajahnya
kulihat tersenyum menyodorkan handuk kepadaku. Ku tatap wajah Yeni
yang seski akibat pipinya yang memerah dan rambutnya yang basah kuyup
oleh keringat karena tak henti-henti berjoget tadi, tanpa banyak
bicara aku pun menerima handuk dari Yeni dengan perasaaan nafsu ku
yang tertahan.

Begitu Yeni masuk kekamar mandi, akupun meninggalkan nya melangkah
untuk kembali kekamar. Didalam kamar aku tak menemukan Perli. "Kemana
ya dia?" tanyaku dalam hati.
"Perli…. Per….. Perli…..!!" aku memanggil-manggil mencarinya Perli.
Karena tidak ada jawaban juga aku pun memlih untuk duduk saja dikamar
tadi sambil kembali menikmati alunan musik house dengan volumenya yang
samara-samar saja (Volume kecil) . Meski sudah tidak sekuat tadi,
pengaruh extasi kurasakan ditubuhku masih terasa. Sambil bergoyang
pelan, dalam samara-samar musik house itu, sesekali ku coba memejamkan
mataku.
"Oh…aku terbawa dalam hayalan, Fantasiku saat itu semakin memacu
nafsu berahiku.. Okhhh., aku saat itu sempat berhalusinasi, aku
melihat Yeni sedang menghisap kontolku! Oookkkhhhh… ngilu sekali
rasanya kepala kontolku saat itu. kudengar suara, "Yah…itu suara Yeni,
jelas sekali memanggil" tiba-tiba fantasi ku buyar, satelah aku merasa
seperti ada yang mencolek-colek tanganku. Saat ku buka mataku, aku
menadapati ternyata Yeni ada di depanku. Sempat aku mencubit tanganku
untuk memastikan bahwa aku tidak sedang berhayal.
"Kenapa Bang…, koq bengnong gitu" ujar Yeni menyapa sembari meyakinkan
ku bahwa dia benar-benar nyata ada di hadapan ku.
"Eng…. Ah, Nggak Yen.., Perli mana?" jawabku dan kembali menanyakan suaminya.
"Biasa bang., dia emang begitu. Kalau udah ngedrop lagi begini
bawaannya selalu pengen berjudi" jawab Yeni lagi padaku.
Mendengar penuturan Yeni, nafsuku pun menjadi-jadi, dan pikiran kotor
ku pun membuat otakku berpikir mencari-cari kesempatan agar bisa
menyetubuhi tubuh Yeni.
Sambil kami terus bergoyang perlahan mengiringi samarnya suara musik
house, aku kembali coba bertanya pada Yeni.
"Ooh… kapan bisanya Perli pulang nya Yen?" tanyaku lagi
"Paling cepat juga ntar malam baru dia pulang bang, emang kenapa
bang?" Yeni kembali bertanya padaku.
"Nggak Yen… emang sekarang udah jam berapa Yen, nggak papa ya abang
disini?" kembali kutanya Yeni untuk memastikan apakah aku memang akan
punya kesempatan menyetubuhinya, Maklum.. disamping pengaruh extasi
yang kurasakan bawaaan nya membuat nafsu jadi bergejolak, ditambah
akibat tontonan erotis tadi aku menjadi sangat terobsesi sekali untuk
bisa ML dengan nya.
"Nggak papa Bang… sekarang baru pukul 04.00 Wib pagi, Lanjut aja
goyangnya, Toh tadi bang Perli juga suruh aku temani abang" Ujar Yeni
memberi ku harapan.
"Y E S!! " tuturku dalalm hati kegirangan.
"Kalau pulang juga abang kan g ada teman nya dirumah… klu disinikan
Yeni bisa nemenin abang.." ujar nya menggodaku.
"Makudnya nemani apa Yen?" ku Tanya Yeni krn penasaran apa mksd dari
perkataan nya.
"Ya nemenin abang goyang lah bang… masa' iya nemenin abang gituan…"
ujarnya semakin membuat darah ku berdesir..

Mendengar Ucapan Yeni, aku menjadi semakin bernafsu saja, otak ku pun
akhirnya berputar untuk mencari akal gimana caranya dapat menyetubuhi
Yeni.
"Kini hanya tinggal aku dan Yeni dalam ruangan ini" turur ku lagi dalam hati.
Tanpa kata-kata hampir selama lima menit kami terdiam dan terus saja
bergoyang mengikuti irama-irama musik house yang sayup terdengar
ditengah cahaya yang menerangi ruangan kamar itu. Sesekali kulirik
wajah Yeni yang semakin seksi dengan rambutnya yang basah kuyup oleh
keringat, dan suhu kamar pun saat itu kurasakan semakin dingin oleh
pendingin AC yang semakin menjadikan suasana saat itu romantis sekali.
Gugup sekali rasanya dalam hatiku saat itu, namun karena perasaan
nafsuku yang semakin bergejolak terhadap Yeni akhirnya tumbuh juga
keberanian ku.
Saat itu aku melihat mata Yeni kulihat ia terpejam sambil terus bergoyang…
Tak ingin membuang waktu dan kesempatan, aksi ku pun kumulai.
Pertama kuraih tangan Yeni…. Dingin sekali tangan nya saat aku genggam
lalu kuremas tangan nya, Yeni tidak protes, malah tangannya sekarang
kurasakan lembut mengusap-usap permukaan tanganku. Aku pun tak mau
kalah dengan mengelus-elus lengannya, kemudian rambutnya yang hitam
dan panjang terasa tangan dan rambutnya basah oleh keringat. Yeni
tampak menikmati elusanku, terbukti dia langsung baringkan wajahnya
manja ke bahuku, meskipun telah basah oleh keringat, namun aroma sampo
masih tercium dirambutnya yang terurai dibahuku. Kesempatan itu tidak
kusia-siakan, langsung kupeluk tubuh hangatnya dan kucium dikepalanya
sambil tanganku terus membelai rambutnya. Tiba-tiba kurasakan kontolku
berdenyut-denyut tegang dan semakin membesar hingga terlihat sekali
memenuhi celana jeans yang ku pakai. Hampir satu menit kurasakan
kelembutan tangan Yeni. Masih dengan posisi tangan kami saling
berpegangan, ku lihat mata Yeni saat itu masih terpejam sambil terus
saja tubuhnya bergoyang seakan menungguku untuk memberikan rangsangan
kepadanya. nafsu birahiku pun jadi semakin tinggi, darahku rasanya
mengalir cepat keseluruh tubuhku, seiring dengan degup jantungku yang
makin cepat.
"Sungguh aku terpesona sekali saat menatap cahaya yang menyinari
bagian bibir Yeni yang basah merekah, yang semakin menaikan libido
kelelakian ku saja.
Perlahan tapi pasti ku tarik tangan Yeni, hingga semakin dekat dan
akhirnya tubuh kami pun menempel saling berhadapan. Semakin tak
menentu saja rasanya perasaanku saat itu. Kurasaka didadaku menempel
dua daging kenyal yang semakin membakar naluri kelelakian ku. Kutatap
wajah Yeni yang cantik itu dari kedekatan yang hanya berjarak 10CM,
sesaat ku rasakan dengusan napas Yeni, tercium aroma pasta gigi harum
sekali….
Dag.. dig.. dug.. derr! Wow.. Perasaanku saat itu benar-benar berkecamuk
Hingga akhirnya tanpa sadar, spontan saja aku membisikan sesuatu ditelinga Yeni
"Yen… Abang terangsang sekali sama kamu"
Seiring usai bisikan ku di telingaya, kulihat mata Yeni terbuka lalu
kembali berkedip perlahan sambil tersenyum seakan memberi isyarat
bahwa dia tidak keberatan mendengar ucapanku.
"Hmm.. " sungguh saat itu aku tak bisa berkata-kata lagi…
Yang ku tau saat itu Yeni semakin kupeluk erat.
kontolku pun semakin keras saja, tepat menempel di bagian selakangan Yeni
Dalam beberapa menit kami hanyut dalam suasana yang romantis itu.
ku iringi goyangan-goyangan Yeni yang terus mengiringi alunan musik
hingga kami terlihat seperti orang yang sedang berdansa saja.
Setiap kali bergoyang aku merasakan kontolku yang menggesek mengenai
bagian vaginanya. Yah..!! Gesekan itu nikmat sekali kurasakan.
Dan aku yakin Yeni pun pasti merasakan gundukan kontolku yang
menggesek-gesek tepat di bagian selakangannya itu.
"Mmm…." Kudengar desahan keluar dari bibir Yeni dengan mata yang terpejam..
Melihat reaksi Yeni yang sama sekali tidak memperlihatkan bahwa dia
menolak, tanpa membuang waktu lagi kudekatkan bibirku pada bibirnya.
Dengan perlahan kurasakan bibir Yeni hangat membara. Kujilat bibirnya
dengan mesra. Tanpa ada kata-kata kamipun berpagut bibir, kumasukkan
lidahku saat bibir Yeni terbuka, kulumat bibirnya dengan penuh nafsu.
Yeni pun dengan buas melumat bibirku juga.
"Yes" girangku dalam hati.
Rupanya dia pun sudah terbakar oleh nafsu, hanya dia tak ingin memulai
sebelum aku yang memulainya.
Buktinya ciuman kami semakin panas membara, dan lidah kami saling
melilit seperti ular.
"Okhh.." Yah…! Kini tangan nya yang dingin mulai berani, aku merasakan
tangan Yeni sudah berada dibalik celana jeans ku sedang meremas
kontolku dengan lembutnya.
Sambil bibir kami terus berpautan akupun seperti tak mau kalah, kedua
tanganku kumasukan kedalam bajunya, namun sebelum kuserang kedua buah
dadanya aku harus membuka bra nya dulu. Hanya dalam waktu singkat aku
akhirnya berhasil membuka pengait bra dari belakang punggungnya.
Saat cumbuan kami semakin panas bergelora, tiba-tiba yeni melepaskan
ciuman kami.
"Sebentar ya bang" ujarnya langsung keluar dari kamar.
Namun hanya dalam beberapa detik saja kulihat Yeni kembali masuk lagi.
"Aku lupa mengunci pintu depan bang" ujar Yeni tiba-tiba bersuara
sambil kulihat dia juga menutup pintu kamar yang kami gunakan.

Layaknya sepasang suami isteri, saat itu tidak ada lagi perasaan malu
ataupun sungkan yang timbul di benak kami berdua.
Usai menutup pintu kamar, Yenipun langsung memeluk dan mengulum bibirku.
Sambil berciuman, tanganku pun bergerilya meraba bagian punggung tubuh
Yeni yang menggiurkan.
Perlahan baju T-shirt Yeni kubuka, dan kemudian branya juga kulepas.
meski dalam keremangan cahaya, keindahan tubuh Yeni yang putih mulus
masih dapat kulihat dengan jelas. Sungguh aku terpesona melihat
tubuhnya yang putih serta kedua gunung kembar Yeni yang montok itu.
untuk pertama kalinya tak ku sangka aku akan menikmati kesintalan
tubuh Yeni.
Kutatapi seluruh bagian tubuh Yeni yang memang betul-betul sempurna.
Biasanya aku hanya dapat melihatnya dari kejauhan, itu pun dengan
terhalang pakaian. Berbeda kini bukan hanya melihat, tapi dapat
menikmati. Sungguh, ini suatu yang tidak pernah terduga olehku.
Seperti ingin melahapnya saja.
Sungguh tolol dan bodohnya Perli, masa' isteri secantik Yeni
disia-siakan, kalau aku jadi Perli sudah tentu si Yeni akan ku entot
terus. Aku berpikir dalam hati.

Masih dalam posis berdiri kusandar kan tubuh Yeni hingga menempel kedinding.
Dengan kedua tangan ku kuraih tangan Yeni dan kusatukan kedua telapak
tangan kami hingga jari kami saling berpaut.. Perlahan ku angkat kedua
tangan nya hingga menempel di dinding kamar.
Wow…!! Sesaat aku kembali terdiam menyaksikan keindahan tubuh Yeni
yang putih besih itu. Tepat didepan wajahku tampak ketiak Yeni putih
mulus tanpa ada bulu sedikitpun. Meski berkeringat tercium aroma yang
enak dari ketiak Yeni, dan bau itu semakin membakar nafsu birahi ku
saja.
Tanpa banyak pikir lidahku pun langsung beraksi menjilati ketiak Yeni.
Meski agak asin tapi aku suka.
"Bang….. Oookhhh…" Parau terdengar rintihan nya.
Seperti orang yang kelaparan saja, seacara bergantian dengan lahap aku
melahap menjilati kedua ketiak Yeni bergantian dari kiri ke kanan
hingga aroma ketiaknya berubah oleh bau liurku yang membasahi
ketiaknya.
Dari ketiak jilatanku kemudian turun kebawah mencari sasaran lain.
Dengan penuh lembutnya kini aku mulai menjilati kedua gunung kembar
milik Yeni.
Sungguh kenyal payudara yeni, meski sudah punya anak namun puting susu
Yeni kecil sekali, seperti susu anak ABG saja.
Perlahan tapi pasti, saat ku kulum dan mulai kuhisap pentil susunya,
tba-tiba tubuh Yeni menggelinjang dan tangan nya juga menekan
kepalaku membuat wajahku kuat menepel didadanya, sehingga aku sempat
kesulitan bernapas.
"Baang… Enak… isap terus bang…" ujar Yeni lirih merangsang.
Melihat reaksi Yeni yang semakin tak terkendali itu, tanganku pun
semakin lincah bergerilya masuk kedalam celana pendeknya, ternyata dia
tidak pakai CD.
Perlahan kini jilatan ku kini bergeser agak kebawah. Layaknya kucing
yang sedang memandikan anaknya, tak sedikitpun bagian tubuh Yeni yang
terlewat oleh jilatanku.
Tubuh Yeni terus saja menggelinjang sambil mulutnya terus mengeluarkan
kata-kata, akupun kini asyik menjilati lubang pusar di perutnya.
Seakan ingin ku makan apa yang ada didalam lubang pusar itu, lidahku
terus masuk menusuk dan menjilat lubang pusarnya.
Sambil terus menjilati bagian perutnya, perlahan lidahku mulai
bergeser kebawah menjilati bagian bawah pusarnya. Kini kedua tanganku
mulai menurunkan celana pendek Yeni namun hanya sebatas lutunya saja.
"Sebentar ya Yang" ujarku pada Yeni.
Karena penasaran ingin melihat keindahan tubuh dan memek milik yeni
yang tidak ada bulu sedikit pun. Aku pun berdiri untuk mencari saklar
lampu.
"Klik" bunyi saklar lampu saat ku tekan, bohlam neon 40 Watt pun
hidup. Dan seketika itu juga ruangan pun menjadi terang benderang.
Mungkin karena silau kulihat mata Yeni langsung sipit.
"Wooww…" Sungguh indah tubuh Yeni. Kulitnya putih sekali… licin…
sungguh sempurna tubuhnya. Jelas sekali terlihat oleh mataku. Buah
dadanya putih dengan putingnya yang mungil berwarna kemerahan.
"Ih abang…. kenapa diterangkan, aku jadi malu nih" ujar Yeni menggodaku.
Tak ingin menyia-nyiakan keindahan tubuh Yeni, akupun segera
menghampiri dan langsung memeluk tubuhnya.
"Tubuh mu sempurna Yen, kenapa harus malu" ujar ku merayunya dan
langsung kembali mengulum bibir seksinya.
Dalam posisi yang masih berdiri menyandar didinding, sambil berciuman
kuturunkan celana pendek Yeni yang tadi masih nyangkut di kedua
lutunya dengan kaki kiriku.
Mudah saja, hanya dengan sekali ku injakkan kaki kiriku, aku berhasil
melepaskan celananya dan Yeni pun bugil, tanpa sehelai benang pun kini
menutupi bagian tubuhnya. Belum sempat aku melanjutkan aksi ku
tiba-tiba Yeni melepaskan ciuman dan langsung tangannya manarik dan
membuka baju kaos T-shirt yang kupakai.
Setelah berhasil menanggalkan bajuku, Yeni langsung melemparkan bajuku
dan langsung dia menjilati pentil susuku.
"Yen…. Teruskan sayang….." ujark ku terangsang oleh gelitikan lidah
Yeni yang memain-mainkan puting susuku sambil sesekali dia
menggigitnya.
Tak perduli oleh tubuhku yang basah oleh keringat, dengan rakusnya
Yeni terus menjilati dadaku dan sesekali diulanginya gigitan lembut di
puting susuku. Kurasakan jilatannya semakin liar dan semakin kebawah
hingga bagian perutku, sehingga membuat posisi tubuhnya jadi
menungging.
"Eghh, Yen…." aku terangsang sekali dengan jilatan-jilatannya.
Melihat posisi Yeni yang menungging sambil menjilati bagian perutku,
tanganku pun ku langusng meremas2 pantatnya yang montok putih serta
mulus itu.
Dalam terangnya sinaran lampu neon 40Watt tidak sedikitpun kutemukan
bekas luka atau cacat di kulitnya. Putih…. Mulus…. Ditambah lagi
bodynya yang montok sintal, sungguh Yeni adalah merupakan wanita yang
sangat sempurna.

Enak bercampur geli kursakan saat lidah Yeni menusuk bermain di lubang
pusarku, lidahnya seperti ular saja, lincah menjilati bagian perut dan
pusarku. Puas menjilati seluruh tubuhku Yeni menghentikan nya, kini
tangan Yeni mulai beraksi membuka ikat pinggangku lalu membuka pengait
celana jeansku.
"Sreeet…" resleting celanaku terbuka, dan dengan sedikit agak memaksa,
Yeni berhasil menurunkan celana jeans panjangku yang memang agak
sempit itu.
Setelah melempar celanaku, seperti tak sabar Yeni langsung membuka CD
ku hingga kini akupun bugil.
"Hei… koq bengkok gini bang…!!" teriak Yeni setelah melihat ****** ku
yang bengkok tegang mengacung.
"Hmmm…. Tapi kamu suka kan Yen?" ujarku sambil tersenyum padanya.
Tanpa menjawab pertanyaanku, Yeni langsung saja menggenggam Penisku
lalu didekatkannya ke mulutnya.
"Cuuh..croot.." tiba-tiba saja Yeni meludahi penisku, dari mulai
kepala hingga seluruh batangnya, penisku diluluri Yeni dengan air
ludahnya dan kemudian tangan kanannya mulai maju mundur
mengocok-ngocok penisku, sementara tangan kirinya sibuk meremas-remas
kantong buah jakarku. Sesekali kepala penisku diemutnya, sambil terus
mengocok penisku sesekali lidah Yeni juga menjilati bagian kantong
buah jakar ku. "Yen… kamu hebat…" seluruh tubuhku terasa kejang
mengerang merasakan nikmatnya dikocok dan di Oral oleh Yeni, dan hanya
kata itu yang bisa terucap dari mulutku, sungguh aku seakan melayang
dibuat Yeni.
Seperti tak memperdulikan ucapanku, Yeni malah jadi semakin liar,
dengan bernafsunya mengoral penisku dengan mulutnya. Dengan penuh
semangat dia terus mengulum kontolku. "Yen, nikmat banget emutanmu",
erangku.
"Aaahhhhh… oooohhh…" desahku tidak menentu..
Tak tahan menahan geli saat dia menjilati lubang penisku, pantatku pun
tertarik sedikit kebelakang, hingga peniskupun spontan keluar dari
mulutnya.
"Plok!" kemaluaku berdiri tegak langsung menyentak keluar dari mulut Yeni.

Suasana yang romantis itu seketika saja buyar ketika tiba-tiba ada
bunyi yang setelah kucermati ternyata bunyi itu adalah bunyi pangilan
masuk dari telpon genggam ku yang ada dari balik saku celana
panjangku.
"Sebentar ya Yen itu bunyi HP abang" dengan rasa penasaran aku
langsung menghampiri celanaku lalu cepat2 kuambil HPku. Saat kulihat
di layar nya tertulis (Perli incoming call)
"Dari Perli Yen…" ujarku menjelaskan kepada Yeni sambil tanganku
menekan tombol YES utk menyambut call tersebut.
"Sory Brade… aku tadi buru-buru harus keluar, karena ada urusan
penting" (Suara Perli di HP ku) ujarnya beralasan.
"Ya udah, Is OK sih, cuma kamu kapan pulangnya" Ujarku ingin tau kapan
Perli pulang. Yang pasti saat itu aku sangat berharap Perli tidak
akan pulang cepat, karena aku masih belum puas menikmati keindahan
tubuh isterinya.
"Udah… kamu rilex aja dirumahku, mgkn paling cepat malam baru aku bisa
pulang, dan kalau usrusan nya blm selesai, bisa jadi lusa aku baru
bisa plg" Ujar Perli meyakinkan ku.
"YES" berarti aku akan punya banyak waktu utk bercinta dengan istri
mu, ujarku dalam hati sambil mataku melirik menatap Yeni yang dalam
keadaan bugil duduk dilantai diatas karpet lembut warna krim, sedang
sibuk memilih-milih CD lalu megutak-atik tombol sound sytem yang ada,
lalu terdengarlah alunan musik bernuansa slow.
Mengirukan sekali tubuh Yeni, putih dan mulus sekali tubuhnya.
Kontolku yang tadi sempat down lemas, jadi tegang kembali.
"Oklh brade… udah dulu ya" ujar Perli mengakhiri pembicaraan kami di
HP, lalu akupun memasukan kembali HP kedalam saku celanaku.

Dengan perasaan nafsu yang amat bergejolak, saat kuhampiri Yeni, aku
langsung meraih dan menarik tangannya. Seakan mengerti apa yang ku
inginkan, Yeni langsung bangun dan berdiri hingga posisi kami pun jadi
saling berhadapan.

"Begitulah dia bang…. Kadang bisa satu minggu tuh baru dia pulang"
ujar Yeni seakan memberitahuku ulah suaminya.
"Jangan khawatir… kpn pun, abang siap koq menemani Yeni" ujarku
langsung memeluk tubuhnya lalu ku cubit batang hidungnya mesra sambil
ku melirik melihat jam yang ada didinding tepat diatas kepala Yeni,
dan saat itu jam menunjukan pukul 04.15 Wib.
"Yeee…. Mau nya….!" Ujarnya penuh manja.
"Kau sungguh sempurna Yen…" ujar ku memberi sanjungan seraya
membisikan ditelinganya.
"Geli….hikhik…" Ujarnya riang sambil cekikikan menahan geli saat
bibirku nempel ditelinganya.
Layaknya sepasang suami isteri, saat itu tak ada lagi rasa canggung
diantara kami berdua.

Dalam posisi yang masih saling berpelukan, entah kenapa tiba-tiba mata
kami terpaut saling berpandangan, dan seketika suasana pun saat itu
jadi hening.
Hanya suara musik saja terdengar sayup perlahan kulihat kelopak mata
Yeni menutup seakan memberi tanda bahwa dia sudah siap utuk bercinta
dengan ku.
Perlahan… kuawali mengecup dagunya dengan penuh kelembutan, lalu naik
kebibirnya. ku kecup lalu ku emut dengan perlahan bibirnya yang atas
dan yang bawah secara bergantian.
"Eeeggghhh…" Terdengar suara Yeni lirih merangsang
"Srooup….." tiba-tiba Yeni dengan ganasnya mengulum bibir ku.
Dengan bernafsunya kamipun asyik berkuluman dan berpaut bibir satu
sama lain. Kulumat mesra lalu kujulurkan lidahku. Mulutnya terbuka
perlahan menerima lidahku. Lama aku mempermainkan lidahku di dalam
mulutnya. Lidahnya begitu agresif menanggapi permainan lidahku,
sampai-sampai nafas kami berdua menjadi tidak beraturan.

Puas melumat bibir Yeni yang merah merakah, perlahan kini aku mulai
meciumi daerah belakang telinga nya. Kertika tercium aroma rambutnya
yang wangi aku jadi semakin terangsang dibuatnya. Pelan tapi pasti
lehernya yang putih jenjang pun tak luput dari jilatanku, sambil
tanganku juga terus bergerilya meraba-raba bagian perut dan gunung
kembarnya.

Sejenak kuhentikan ciumanku, dengan kedua tanganku ku peganga bahu
Yeni lalu ku putar tubuhnya hingga membelakangiku, kini tubuh bagian
depannya menempel kedinding.
Sejenak ku kembali terpana melihat keindahan tubuh Yeni, dari
belakang dia sangat terlihat seksi dan menggiurkan sekali. Terus
terang saja, jika di bandingkan isteriku, Yeni jauh lebih cantik.
Tubuh Yeni montok dan tinggi, sementara isteriku bertubuh kecil namun
imut-imut. Dibandingkan isteriku emang kulit Yeni sedikit lebih putih
dari isteriku.
Sungguh baru kali ini rasanya aku melihat wanita sesempurna dia.
Sudahlah cantik, kullitnya putih mulus, pantatnya montok dan padat
pula, lekukan pantatnya sungguh sempurna sekali.. Pahanya sangat mulus
dan padat, betisnya putih bersih, namun tidak terlampau besar dan
pergelangan kakinya pun pas ukurannya. Pokoknya dia wanita paling
sempurna yang pernah kulihat dan yang ku nikmati.
Saat kurapatkan tubuhku hingga menempel di belakang tubuhnya, Terasa
hangatnya hawa yang keluar dari tubuh kami. kurasakan kontolku tepat
berada lembut menempel di pantatnya. Inci demi inci mulai kuciumi
bagian belakang lehernya. Sambil kedua tanganku menerobos dari balik
ketiaknya brgerilya sebelah tangan ku memain-mainkan payudaranya,
sebelahnya lagi tangan ku meraba-raba daerah perutnya yang datar lalu
perlahan turun mengitari lembah di bawah perutnya hingga daerah
selakangannya.
"Est .. Ah ..uh ouw .. " Yeni mendesah merangsang sambil tangannya
juga tak mau diam terus mengocok-ngocok kontolku.
Saat tangan ku berada di belahan Vagina nya yg lembut tanpa bulu
sedkitpun itu, terasa dibelahan itu sudah mulai basah, Aku terus
mempermainkan jari tengahku untuk menggelitik bagian yang paling
pribadinya. Perlahan kutarik kembali jariku yang basah itu terus
kuacungkan dekat hidungku, terciumlah bau aroma khas yang enak, dan
bau itu semakin membuatku bernafsu saja, lalu kumasukan jari
telunjukku yang basah itu kemulutku, kujilati lalu kutelan cairan
itu. Meski sedikikt anyir, namun aku suka rasanya, Enak dan gurih
sekali.

"Aku capek berdiri terus bang… kita pindah kesitu yuk" ujarYeni sambil
tangannya menunjuk kasur yang ada diruangan itu dan kemudian dia
membimbing menarik tanganku. kuiringi Yeni dari belakang mengahampiri
kasur yang ukurannya hanya cukup untuk satu orang itu.
Kasian Yeni, pasti dia sangat keletihan akibat lama berdiri tadi, dan
dia langsung merebahkan diri diatas kasur itu. Karena ukuran kasurnya
sangat kecil, Dan karena sempitnya kasur itu, aku terpaksa mengambil
posisi duduk tengah kedua kakinya tepat dibawah selakangannya.
Perlahan pertama ku dengan tangan kananku ku angkat betis kanan Yeni
lalu ku letakkan di bahuku. Indahnya betis putih Yeni yang mulus,
kulitnya halus dan licin sekali. Perlahan kuturunkan kaki indah Yeni
dari bahuku, dengan kedua tanganku kakinya sedikit ku tekuk. Mulai
dari ujung jari kakinya, perlahan ku kukecup satu persatu semua jari
kakinya kemudian kulahap ke dalam mulutku.
"Bang… Geli…Eghhh…" Yenipun mulai terangsang lagi
Puas melahap jari-jari kakinya, aku lanjutkan kecupan dan jilatanku ke
pergelangan kakinya, pelan-pelan naik ke betis dan lututnya. sampai ke
pertengahan pahanya yang mulus. Aku nikmati betul setiap inci kulit
paha mulus dan halusnya dgn sapuan bibir dan lidahku. Akhirnya mulutku
mulai mendekati pangkal pahanya. sementara tangan kiriku pun tak
tinggal diam mengelus-elus bagian pahanya yang mulus itu.
"hikhik….. Geli bang… please aku tak tahan nih….. udah ah…." ujarnya kegelian.

Saat ku hentikan jilatanku, Aku memperhatikan bibir vaginanya yang
mekar bagaikan bunga.seakan berharap agar aku segera menikmati
vaginanya, kulihat Yeni membuka kedua kakinya hingga mengangkang, dan
sungguh menggodaku, vaginnya mungil sekali… putih dan tidak ada
bulunya sama sekali. Di bagian belahannya yang berwarna merah muda
terlihat ada cairan yang membasahi di belahan itu

Kini kemaluan Yeni terlihat semakin terbuka lebar. Rasanya aku sudah
tak sabar lagi, ingin mulutku segera mendarat di bagian daging montok
nan putih mulus yang tidak ditumbuhi bulu selembar pun itu, dan
tentunya lidahku juga tak sabar ingin menerobos liangnya.
Kutempelkan hidungku dan kihirup aroma vagina Yeni dalam-dalam,
tercium aromanya yang khas, sungguh segar dan memabukkan ku. Setelah
beberapa kali kuhirup dan kunikmati aromanya, kujulurkan lidahku
hingga menyentuh bibir vaginanya. Lembut, basah dan menakjubkan.
Kujilat vaginanya pelan-pelan seperti kucing menjilati anaknya. Lalu
kusedot dan Kutelan semua cairan yang membanjiri liang vaginanya itu,
rasanya enak, meski agak asin-asin dan sedikit anyir tapi aku suka.
Semakin lama lidahku bermain-main, liang vaginanya pun makin basah
saja, seperti baru ketemu makanan lezat saja, aku pun semakin bernafsu
melahap dan menyedot madu yang mengalir dengan deras yang membasahi
vaginanya. Tak dapat dihindari, suara sedotan pun terdengar nyaring.
Saking asyiknya mengemut vagina Yeni, akupun tidak melihat lagi
bagaimana ekspresi atau keadaan Yeni, yang kurasakan saat itu beberapa
kali tubuh Yenny bergetar dan berkali-kali pantat Yeni terangkat dan
kembali terhempas dikasur. Sehingga saat dia mengangkat pantatnya
wajahku pun amblas menempel di bagian vaginanya, hingga seluruh
wajahku jadi basah oleh cairan hasratnya.

Lenguhan panjang setengah menjerit terdengar dari mulutnya ketika ku
gigit Klitoris vaginanya.
"Oowwwhhhh…… Enakkkk baaaaannnng…Eeggghhhhhh" ujar Yeni tiba-tiba
menjerit memecahkan kesunyian saat kusapu lubang anusnya dengan
lidahku.
"Sssttt… ntar anak kamu bangun" ujarku menenangkan Yeni.
"I i.. iya bang… maaf, habisnya enak sih…" katanya seperi merasa bersalah.
Tanpa mempedulikan jawaban Yeni, dengan lahap kembali kujilati
vaginanya. Kini jilatanku semakin liar, masuk menusuk-nusuk liang
vagina Yeni.
"Akhh, banng.. aku mauu.. akhh.." tiba-tiba tangan Yeni menjambak
rambutku lalu menekan wajahku kuat ke bagian selakagannya, sambil
menggelinjang dia mengangkat pantatnya.
Aku hampir tak bisa bernapas dibuatnya.
"hikhik…. Udah bang please….. Geliiiii…." Tiba-tiba tangannya
menjauhkan wajahku dari selakakngannya.
"Hmmm…Ternyata dia sudah mencapai orgasme" ujarku dalam hati sambil
melihat Yeni yang lemas terkapar karena telah mencapai orgasme.
Belum habis aku mengerutu dalam hati, tiba-tiba Yeni bangun dari kasur
lalu duduk tepat di depanku. kemudian dia berjingkit dengan kedua
lututnya, dan kedua tangannya dirangkulkannya di leherku.
"Muuaachhhh…." Yeni mengecup bibirku.
Sayu matanya memandangku, lalu akupun membalas mengecup lembut dikeningnya.
Tak sadar bibir kami akhirnya bertemu, dan dengan mesranya kamipun
berciuman saling melumat bibir, dan ketika kurasakan Tangan Yeni yang
lembut membelai-belai penisku, Woow.. burungkupun kembali mengeras.
"Bisakah kapan-kapan kita ulangi ini lagi bang…" Ujar Yeni membisikan
ditelingaku lalu kemudian dia menatapku seakan memohon padaku agar aku
bisa sesering mungkin berbagi kenimatan dengannya.
"Kapanpun kau mau aku akan siap untuk kembali berbagi dengan mu"
kataku kepadanya, sambil kembali ku mengecup keningnya.
"Bang…aku sayang kamu…" wajahnya lalu disandarkannya didadaku, dan
kamipun saling berpelukan.
Sama seperti yang telah Yeni ungkapkan, saat itu aku juga merasakan
hal yang sama terhadapnya.
"Apa mungkin kami berdua jatuh cinta….??" Ujarku bertanya dalam hati,
sambil tanganku terus membelai-belai rambutnya, tangan Yeni pun asyik
membelai dan mengocok penisku dengan perlahan.

"Bang aku udah pengen kali ngerasain sibengkok menerobos memek ku"
Ujar Yeni menyebut ****** ku dengan panggilan sibengkok, sambil kedua
tangannya mendorong tubuhku perlahan, agar aku berbaring di kasur yang
tadi direbahinya.
"Iya sayang,sibengkok juga udah kebelet tuh…" ujar ku menjawab seraya
merebahkan diriku dikasur.Dan tanpa basa-basi Yeni langsung
mengangkangi ku yang sudah rebahan di kasur, dengan sedikit agak
menungging Yeni meraih dan menggenggam kemaluanku dengan tangan
kanannya.Perlahan pantatnya turun, sejajar kearah kemaluanku yang
sudah mengacung ditangannya.
"sungguh indah tubuh wanita ini" Sekali lagi aku terkesima melihat
keindahan tubuh Yeni yang sedang berdiri mengangkangi ku. Vaginnya
yang mungil dan gundul tanpa bulu itu sangat indah kulihat dari bawah.
Saat kemaluan kami menempel, Yeni langsung menggoyangkan sebelah
tangannya yang menggenggam kontolku, tepat dibibir vaginanya.
Dengan posisi setengah jongkok, Yeni menggesek-gesekan kepala kontolku
di belahan vaginanya, Rasa geli menggelitik kepala kon tolku.
Namun hanya beberpa detik saja Yeni menghentikan gerakan tangannya,
dan dengan perlahan dia menurunkan pantatnya tepat diatas kontolku.
""Sssh… sssh… zzz…ah… ah… hhh…" Yeni mulai mendesah ketika kepala
kontolku mulai menyeruak menusuk lobang kemaluananya.
Meski sudah pernah melahirkan seoarang anak, Ternyata tidak sulit juga
menembus liang surga milik Yeni. Ujung kulit penisku tertahan, padahal
Yeni kan sudah bukan perawan lagi. namun memek Yeni kayak masih
perawan aja, sempit banget. Kasian Yeni. Kulihat pantatnya sampai
bergetar ketika dia memaksakan menduduki kontolku agar masuk keliang
vaginanya. Sementara kulit batang kontolku terasa bagai diplirid oleh
bibir memeknya yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan
bunyi: srrrt!
"Auuooooohhhhhhhhh….." Tiba-tiba Yeni tepekik panjang, dan kedua
tangannya erat sekali mencengkram bagian pahaku, sepertinya dia
kesakitan.
Kini sekujur batang kontolku sudah terbenam dijepit oleh vagina Yeni.
Dia diam sesaat, membiarkan kontolku tertanam seluruhnya di dalam
memeknya tanpa bergerak sedikit pun.
Dengan posisi jongkok diatas pahaku otot vaginanya tersasa kuat sekali
mencengkram batang kontolku, dgn kedua tangannya yg bertumpu diatas
dada ku Yeni mulai menggerakkan pinggulnya turun naik dan juga dengan
gerakan memutar. terus menaik turunkan menghentakkan agak keras
pantatnya menekan lalu mengocok kontolku hingga ambles di lubang
memeknya, rasanya mentok di mulut rahimnya.
"Auhh.. Aakkhh.. Iihh.. Uhh.. Oohh.. Sstt…. Plak..plek…plekk" Suara
hentakan pantat dan erangan Yeni semakin kuat.
Takut kalau-kalau suara Yeni bakal terdengar oleh anaknya yang masih
tidur dikamar sebelah, cepat-cepat aku bangkit. Dengan posisi duduk
kurangkul kepala Yeni dan langsung kulumat bibirnya.
"Enghhhh…..Hehhmmmmm…Baaaaaa….nnnngg…" erangan suara Yeni tertahan
didalam mulutku yang mengulum mulutnya.
Sudah 10 menit kami mengejar kenikmatan dengan posisi ini, Yeni terus
menggenjot pantatnya kayak kesetanan, agar dia tak bersuara ku tarik
lidahnya dengan mulutku, lalu ku emut lidahnya terus, sesekali air
liurnya juga kutelan.
"Plaaak…Plekkkkk…..plaakkkkkk…" suara hentakan keras pantat Yeni yang
mengenai bawah perutku terus berbunyi.
Pendingin ruangan kamar itu pun sudah tak terasa lagi, dari rambut
hingga sekujur tubuh kami berdua pun sudah basah oleh karena mandi
keringat.
""Bang, gantian donkk … capek nih…" ujar Yeni menghentikan
genjotannya. Diangkatnya pantatnya. "Plok" Kontolku pun keluar dari
liang vagina Yeni. Bagian batang Kontolku becek oleh cairan vagina
Yeni yang telah berubah jadi seperti busa sabun, akibat gesekan
konotolku yang terus keluar masuk mengocok liang vaginanya makanya
cairan nya jadi seperti itu.
Dengan Rambutnya yang basah kuyup dan tubuhnya yang mengkilat oleh
keringat,Yeni tampak seksi sekali, dia beridiri dihadapanku, dan
wajahku dekat sekali dengan vaginanya.
"Kamu capek ya sayang…." Ujarku menggodanya.
"Yeee….. sudah jelas capek masih pake nanya…. Trus skrg gimana nih…"
Yeni bersikap manja seraya meminta aku untuk mengubah gaya permainan
kami.
"Ya udah…. Sekarang kamu tengkurap di kasur… trus tindih perutmu
kebantal ini" ujarku meminta Yeni tengkurap. Dengan posisi bantal yang
mengganjal di bagian perutnya, maka bokong Yeni yang behaenol pun jadi
agak menungging. Dan dengan posisi itu, dari antara belahan pantatnya
yang putih mulus, terlihat Vagina indahnya menantang menantikan
kontolku. Sungguh ini sebuah pemandangan yang langka bagiku.
Tanpa melalui pemanasan lagi, akupun langsung mengambil posisi duduk
diatas pantat nya, dengan tangan kiri, ku tuntun kontolku menuju
belahan vaginanya yang bersembunyi dari belahan pantatnya itu.
Dengan perlahan begitu kepala kontolku menempel di belahan vagina
Yeni, alon-alon kutekan pinggulku maju kedepan hingga kepala kontolku
sedikit-demi sedikit penisku tenggelam dalam kehangatan liang Yeni
yang basah dan nikmat. Ketika hampir seluruh batang penisku memasuki
vagina, aku mencabutnya kembali. Kemudian kembali memasukkannya
perlahan.di antara belahan itu.
"Ohhh …. ahhhh ….. hhhhh … shhhh ….Bannnng…." wajah Yeni
menoleh kebelakang menatap ku sambil mendesah, kulihat matanya sayu
merangsang, saat seluruh batang kontolku tertanam seluruhnya kedalam
liang senggamanya. Lalu aku tengkurap diatas tubuhnya. Dengan kedua
kakiku, kurapatkan posisi kakiYeni yang tadi agak terbuka hingga
merapat. Dengan posisi seperti ini Dinding vagina Yeni seakan semakin
kuat memijit batang penisku dan lebih terasa kesat.
"Bannnnng….. ooooohhhhhh…. kalau begini aa….kuu.. tak kuaaatt", jerit
Yeni keenakan.
"Tak apa sayang…. silahkan orgasme, kan nanti masih bisa kita ulang"
tantangku. Kini kutambah rangsangan dengan menjilati bagian kupingnya.
Tidak berapa lama kemudian dia menjerit…. ".auuuuuuuuwwww aku keluar
Baaang oooooooooooohhhhhhh hhenak sekali….." Yeni menggelinjang
seperti buaya, dia sdh mau mencapai orgasme. Akupun sudah merasakan
spermaku sudah akan tumpah, aku pacu sekencang mungkin, pantat Yeni
yang kenyal bergoyang seirama dengan hentakanku,
"Tuunnnngguuuuu……..abannng……….juugaaaaaa…hampiiiir r … Ooookkkkkhhhhh"
"Keluarkan didalam ajaaa baaaaannng…" ujar Yenipun serak akibat nafsunya.
Dan tak lama, selang beberapa detik setelah Yeni meminta aku
menyemprotkan cairan pejuhku didalam vaginanya, seluruh tubuhku
meregang kaku, aliran kenikmatan menuju peniskupun akhirnya
memuntahkan laharnya kedalam vagina Yeni.
"Croooot…crooott…….crooot"
Ada sekitar sepuluh kedutan nikmat yang aku tumpahkan kedalam
vaginanya, sementara Yeni ku lihat mulutnya menggigit sprey
dihadapannya.

Setelah kami sama-sama mencapai puncak, puas dan menikmati
persetubuhan yang sesungguhnya, kami lalu berdua tergeletak. Aku
trebaring diatas karpet sementara Yeni masih dengan posisi tengkurap
tidak bertenaga di atas kasur. Aku lihat jam dinding menunjukkan pukul
7.00 pagi. tanpa terasa kami bermain kurang lebih 3 jam. Sudah jadi
kebiasaan nya setiap pagii yang harus mengantarkan anaknya kesekolah
disalah satu PAUD, pagi itu Yeni langsung mandi lalu pergi
mengantarkan anaknya kesekolah. Karena kupiir aku lagi ditinggal
isteriku, maka setelah mencuci tubuhku aku memilih tidak pulang dan
akan istirahat di kamar tadi saja, toh, Perli juga udah memberi ku
izin. Hanya dengan mengenakan celana panjang, tanpa pakai baju, aku
kemudian langsung baring diatas kasur tampat aku ML ama Yeni
tadi.Hingga akupun tertidur lelap.
harus bisa membagi waktu yang seadil-adilnya utntuk
memenuhi hasrat bercinta


       
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita Sex - Leny Kekasihku Penghuni Saritem
Apr 26th 2013, 13:42

Aku Agus, sekarang berusia 30 tahun. Aku mulai mengenal seks/Making Love pada usia 18 tahun (12 tahun sudah aku berpetualang seks). Keperjakaanku sendiri aku lepas di lokalisasi Malvinas di Bekasi. Setelah itu aku tinggal lama di Bandung, kebiasaanku ML semakin menjadi, aku mulai mengenal lokalisasi Dewi Sartika di Bandung sampai aku menjalin cinta dengan PSK di sana bernama Ida. Kami berhubungan selama 2 tahun. Setelah itu petualanganku semakin menjadi dengan mencoba PSK di Saritem dengan kelas yang lebih tinggi dibanding Dewi Sartika. Di Saritem aku semakin terlena karena dengan service yang memuaskan (karoke, 69, jilat dubur dll service).

Kemudian aku juga berhubungan dengan ABG diskotik bernama Kiki, kami berhubungan selama 1 tahun, seminggu sekali kami ML di hotel-2 di Bandung dan Jakarta. Dengan Kiki tidak begitu berkesan karena Kiki hanya mau ML dengan gaya konservatif (mungkin masih malu karena saat itu Kiki masih berusia 16 tahun, sedangkan aku sudah 23 tahun). Petualangan di Saritem kembali terjadi setelah aku terpisah dengan Kiki, di saat itu juga aku berhubungan dengan PSK yang berlokasi di Show Room Pasir Kaliki Bandung namanya Yanti, kami berhubungan 6 bulan. Setelah putus dengan Yanti aku kembali bertualang di Saritem dan berhubungan dengan PSK Saritem benama Santi, kami berhubungan selama 6 bulan, sungguh berkesan bercinta dengan Santi, karena dia salah satu wanita impianku. Setelah melepaskan Santi, aku berhubungan dengan seorang SPG di Manggarai bernama Eky (hampir saja terjadi pernikahan walaupun baru pernikahan secara siri, tapi karena kami berjauhan maka akhirnya terputus lagi.

Setelah putus dengan Eky aku mulai bertualang di eks lokalisasi pelacuran Boker di Ciracas, di Boker aku main dengan beberapa cewe yang sesuai dengan seleraku. Setelah bosan dengan cewe Boker, aku bertualang kembali di Saritem dan berhubungan dengan Gesha selama 6 bulan. Setelah aku melepaskan Gesha aku terus berganti pasangan ML di Saritem sesuai dengan keinginan aku ML sama cewe. Setelah beberapa lama ML dengan cewe pilihanku, aku mulai dekat dengan Leny PSK Saritem, dan kami berikrar untuk menjalin hubungan cinta. Leny tidak begitu cantik jika dibandingkan dengan PSK sekelasnya, tapi perhatian dan service yang santai dan memuaskan yang membikin aku jatuh hati sama Leny. Seminggu sekali aku menemui Leny di Saritem dan aku selalu membooking Leny paling cepat 3 jam. Biarpun setiap ML dengan Leny aku booking 3 jam tetap aja aku rasakan waktunya kurang, karena begitu perhatiannya Leny padaku (aku gak tau mungkin sama tamu lain juga sama perhatiannya). Saat Ramadhan tiba, Saritem tutup dan otomatis Leny harus tinggal di rumah selama 1 bulan Ramadhan. Karena kami sudah menjalin cinta, maka aku mengunjungi Leny di rumahnya. Agar aku bisa leluasa ML, maka aku nginep di sebuah hotel selama 2 malam. Di hotel ini kami ML bagaikan suami istri yang sedang bulan madu, karena tidak ada batasan waktu kami untuk saling memuaskan. Kami tidak menyia-2kan waktu kami menginap kami isi dengan ML berbagai gaya. Yang lebih berkesan sampai sekarang adalah saat Leny minta ML lewat duburnya (sodomi), suatu pengalakan yang sangat berkesan karena baru kali ini aku ML sama Leny melalui dubur Leny, begitu sempit dan nikmat (sebelumnya di Saritem pernah aku ML sodomi dengan PSK tapi jauh lebih nimkat ML sodomi dengan Lenny karena lebih sempit).

ML melalui dubur aku selingi dengan ML melalui vagina secara bergantian sungguh sensasi yang sangat memukau. Dua malam kami lalui dengan kenangan yang indah dan sangat berkesan.

Karena sensasi sodomi ke dubur Leny, maka aku jadi ketagihan, seminggu kemudian aku kembali nginep di hotel sama Leny dan kami ML melalui vagina dan dubur. Sekarang 2 minggu berlalu, aku belum menemui Leny, rencananya Hari Sabtu aku akan menemui Leny dan akan mengulang kenangan indah ML melalui dubur. Ikatan cinta kami dan seks tentunya membawa kami berencana untuk menikah, tapi Leny minta waktu 6 bulan untuk mengumpulkan uang sebagai bekal keluar dari saritem, aku menyetujuinya karena waktu 6 tidak begitu lama, dan aku pastikan dalam 6 bulan ke depan Leny akan keluar dari Saritem selamanya dan akan memulai hidup baru denganku. Ayank (biasa kami saling memanggil) cepat keluar dari Saritem ya, karena jika terlalu lama akan membuat kamu terlena di Saritem....

       Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

Cerita sex - Nikmatnya adek ipar
Apr 26th 2013, 02:53

Aku punya adik ipar, Ayu namanya. Orangnya cantik, masi di SMU. Bodinya proporsional, gak toge tapi tocil juga enggak. Pinggulnya rada gede juga sehingga kalo liat dia jalan pake jins ketat dari blakang, goyangan pantatnya merangsang juga. Yang lebi merangsang lagi, Ayu punya kumis halus diatas bibir mungilnya. Pasti jembutnya rimbun deh, dan yang lebi penting lagi napsunya besar.

Aku gak tau napa kok dia dikirim ortunya ke tempat kakaknya (istriku) untuk melanjutkan sekolahnya, padahal dia baru kelas 1. Biasanya kalo dah lulus SMU ya mo nerusin skolah pindah bisa dimengerti. Aku gak banyak nanya ke istri tentang kepindahan Ayu kerumahku. Yang aku tau, Ayu tu bukan adik kandung istri tapi dia diangkat anak oleh mertuaku sejak kecil, dan sudah dianggap sebagai anak sendiri. Istriku kerja sebagai tenaga marketing suatu perusahan asing sehingga sering sekali mendapat tugas keluar kota, sedang aku bekerja sebagai konsultan freelance, sehingga banyak melakukan pekerjaan dari rumah saja. Ketempat klien kalo diperlukan saja. Ya gak apa si, itung2 aku jadi penunggu rumah.

Makanya aku seneng banget ketika Ayu tinggal dirumahku. Aku membantu mengurus kepindahan Ayu ke SMU yang deket dengan rumahku, repot juga birokrasinya, tapi dengan sedikti pelicin semuanya akhirnya beres dan Ayu diterima disekolah tersebut dan boleh langsung masuk. Baru 2 hari Ayu dirumah, istriku dapet tugas keluar kota lagi ke Sulawesi sehingga makan waktu 2 mingguan. Ya namanya tugas, harus dilaksanakan, baeknya kami belon punya anak, sehingga aku gak repot kalo ditinggal2 seperti itu. aku terbiasa mengurus rumahtangga, karena sejak dulu aku selalu hidup sendiri.

Sore itu, Ayu aku ngajak ngobrol di sofa. Dia pake celana pendek yang pendek banget dan tanktop, kayanya gak pake bra, sehingga toketnya bergerak mengikuti gerakan badannya. Merangsang juga ni anak. Aku nanya kenapa kok dia pindah ketempatku. "Mangnya mas gak tau ya", kata Ayu. "Aku gak nanya kakakmu Yu, dia juga gak crita apa2 ke aku, cuma bilang kamu mo pindah skolah kesini ja". "ayu malu ni mas critanya". "Napa malu, aku kan masmu sendiri". "aku maen ma om tetangga rumah mas".

"Wah, enak dong si om dapetin kamu". "Ah mas, Ayu serius ni". "Ya terus?" "Si om juga yang mrawanin Ayu, tapi enak, makanya Ayu jadi ketagihan terus deh maen ma si om". "Kamu maennya dimana Yu'. "Mula2 dirumah si om, waktu tantenya lagi pergi. Dah gitu suka janjian ketemuan di mal, trus cek in ke motel, waktu ayu pulang skolah". "maennya brapa ronde kalo dimotel". "Karna gak bisa lama2 ya cuma 2 ronde, kan mesti pulang sore Ayu nya". "Gak perna sampe nginep ya Yu". Perna mas, si om bohong ma tante katanya mo pergi keluar kota, padahal cek in ma Ayu di hotel semalem. Ayu bilang ma bonyok nginep dirumah temen. Wah si om napsu banget maennya dihotel, ampe 4 ronde mas". "Wah mas jadi kringeten neh ngebayangin Ayu maen ma si om". "Kok ngebayangin si mas". "La iya lah, kamu critanya napsuin gitu". "Trus mas ngaceng ya" "La iya lah, lelaki mana yang gak ngaceng kalo dengerin Ayu crita lagi maen. Trus kenapa kok Ayu disuru ketempat mas ma kakak?" "Ketauan juga mas ma bonyok. Ada yang bilang dia liat Ayu ma si om gandengan di ml. Ya udah deh, Ayu gak bisa ngelit lagi. Heboh juga karena bonyok mengcounter si om. Baiknya bisa didamein, tadinya bokap mo bawa kasus ini ke polisi segala. Baeknya enggak". "Kadung malu, makanya Ayu disuru ke tempat mas ma kakak. Mas masi kringeten?" tanyanya sambil tertawa, manis sekali ni akan, seksi lagi cuma celana pendek banget dan tanktop tanpa bra. "Mas, dah nikah segini lama kok gak punya anak si, mas gak bisa ya". "Enak aja, mo mas buktiin ma kamu kalo mas bisa?" jawabku membuka front. "Mangnya mas brani ngelakuin ma Ayu?" "Napa enggak, kalo Ayunya mau tapi". Ayu diem saja. "Mau gak Yu, aku si mau banget lo". "Gak enak ma kakak mas". "Ya tapi kakakmu tu kerjanya kluar kota terus, mas ditinggal sendiri terus, gimana mo bikin anak kan".

"Kacian, mas kesepian ya, kan skarang ada Ayu yang nemenin". Dia duduk merapat ke aku. "Mau ya Yu", kataku sambil mengelus pipiku. Ayu noleh ke aku, aku tidak menyia2kan kesempatan ini, perlahan tapi pasti aku mengecup bibir mungilnya. Ayu membiarkan aku mengulum2 bibirnya, kemudian ciuman kuarahkan ke lehernya, terus menyusur kepipinya. Tubuhnya bergeser makin merapat, bibirnya kulumat lagi dengan lembut. Sambil kunikmati lidahnya yang menjelajah di mulutku, tangan kuslusupkan kedalam tanktopnya dan meremas lembut toketnya yang masih terbungkus bra. Ohh.., toketnya ternyata tercakup seluruhnya dalam tanganku.

Dan ayu rasanya sudah tidak kuat menahan gejolak napsunya, padahal baru awal pemanasan. "Kamu dah pengen ya Yu". "Iya mas, dah lama rasanya ayu gak ngerasain nikmat lagi". "Mau kan aku kasi kenikmatan".

"Mau banget mas". Bibirku mulai meneruskan jelajahannya, sambil melepaskan tanktopnya, lehernya kukecup, kujilat kadang kugigit lembut. Sambil tanganku terus meremas-remas toketnya. Kemudian tanganku menjalar ke punggungnya dan melepas kaitan branya sehingga toketnya bebas dari penutup. Bibirku terus menelusur di permukaan kulitnya. Dan mulai pentil kirinya tersentuh lidahku dan kuhisap. Terus pindah ke pentil kanan. Kadang-kadang seolah seluruh toketnya akan kuhisap. Dan tangan satuku mulai turun dan memainkan pusernya, membuat ayu merasa geli tapi nikmat, napsunya makin berkobar karena elusan tanganku.

Kemudian tanganku turun lagi dan menjamah selangkangannya. me meknya yang pasti sudah basah sekali. Lama hal itu kulakukan sampai akhirnya aku kemudian membuka ristsluiting celana pendeknya dan menarik celananya ke bawah. Tinggalah CD mininya yang tipis yang memperlihatkan jembutnya yang lebat, saking lebatnya jembutnya muncul di kiri kanan dan dibagian atas dari cd mini itu. jembutnya lebih terlihat jelas karena CDnya sudah basah karena cairan me meknya yang sudah banjir. Kubelai celah me meknya dengan perlahan. Sesekali jariku menyentuh i tilnya' karena ketika dielus pahanya otomatis mengangkang agar aku bisa mengakses daerah me meknya dengan leluasa. kemudian CDnya yang sudah basah itu kulepaskan. Ayu mengangkat pantatnya agar aku bisa melepas pembungkus tubuhnya yang terakhir.

Jariku mulai sengaja memainkan i tilnya. Dan akhirnya jariku itu masuk ke dalam me meknya. bibirku terus bergantian menjilati pentil kiri dan kanan dan sesekali kuhisap dan terus menjalar ke perutnya. Dan akhirnya sampailah ke me meknya. Kali ini kucium jembutnya yang lebat dan bibir me meknya kubuka dengan dua jari. Dan akhirnya kembali me meknya kumainkan dengan bibirku, kadang bibirnya kuhisap, kadang i tilnya, akhirnya lidahku masuk di antara kedua bibir me meknya sambil menghisap i tilnya. Hanya dalam beberapa menit ayu benar-benar tak tahan. Dan.. Ayu mengejang dan dengan sekuatnya ayu berteriak sambil mengangkat pantatnya supaya merapatkan i tilnya dengan mulutku, dia meremas-remas rambutku. Aku terus mencumbu me meknya, belum puas aku memainkan me meknya hingga napsunya bangkit kembali dengan cepat.

"Mas, Ayu sudah pengen dien tot." katanya memohon sambil membuka pahanya lebih lebar. Aku pun bangkit, mengangkat badannya yang sudah lemes dan kubawa ke kamar. Ayu kubaringkan di ranjang dan aku mulai membuka baju, kemudian celana. Ayu terkejut melihat kon tolku yang besar dan panjang nongol dari bagian atas CDku. Kemudian aku juga melepas CDku.

"Mas, gede banget kon tol mas, mana panjang lagi". "Mana gedean ma si om?" "gedean mas lah". Sementara itu ayu terbaring menunggu. kon tolku yang besar dan panjang dan sudah maksimal ngacengnya, tegak hampir menempel ke perut. Ayu merinding apakah muat kon tol segitu besarnya di me meknya. Dan saat aku pelan-pelan menindihnya, ayu membuka pahanya makin lebar, rasanya tidak sabar me meknya menunggu masuknya kon tolku yang extra gede itu. Ayu pejamkan mata. Aku mulai mendekapnya sambil terus mencium bibirnya, bibir me meknya mulai tersentuh ujung kon tolku. Sebentar kuusap-usapkan dan pelan sekali mulai kurasakan bibir me meknya terdesak menyamping. Terdesak kon tol besarku itu. Ohh, benar benar kurasakan penuh dan sesak liang me meknya dimasuki kon tolku. Ayu menahan nafas. Mili per mili. Pelan sekali terus masuk kon tolku. Ayu mendesah tertahan karena rasa yang luar biasa nikmatnya. Terus.. Terus..Akhirnya ujung kon tolku menyentuh bagian dalam me meknya, maka secara refleks Ayu merapatkan pahanya, aku terus menciumi bibir dan lehernya. Dan tanganku tak henti-henti meremas-remas toketnya. kon tol besarku mulai kuenjotkan halus dan pelan. supaya ayu tidak kesakitan. Ayu benar benar cepat terbawa ke puncak nikmat yang belum pernah dia alami. Nafasnya cepat sekali memburu, terengah-engah. Ayu benar benar merasakan nikmat luar biasa merasakan gerakan kon tol besar ku. Maka hanya dalam waktu yang singkat ayu makin tak tahan. aku tahu bahwa ayu semakin hanyut. Maka makin gencar aku melumat bibir dan lehernya, dan remasan di toketnya makin kuat. Dengan tusukan kon tolku yang agak kuat dan kupepet i tilnya dengan menggoyang goyangnya, ayu menggelepar, tubuhnya mengejang, tangannya mencengkeram kuat-kuat sekenanya. me meknya menegang, berdenyut dan mencengkeram kuat-kuat, benar-benar puncak kenikmatan yang belum pernah dia alami. ayu benar benar menerima kenikmatan yang luar biasa. Ayu tak ingat apa-apa lagi kecuali kenikmatan dan kenikmatan. "Mas, Ayu nyampe maas", teriaknya. Setelah selesai, pelan pelan tubuhnya lunglai, lemas. dua kali ayu nyampe dalam waktu relatif singkat, aku membelai rambutnya yang basah keringatan. Dia membuka matanya, aku tersenyum dan menciumnya lembut sekali, tak henti hentinya toketnya kuremas-remas pelan.

Tiba tiba, serangan cepat bibirku melumat bibirbya kuat dan diteruskan ke leher serta tanganku meremas-remas toketnya lebih kuat. Napsunya naik lagi dengan cepat, saat kembali aku mengenjotkan kon tolku semakin cepat. Uhh, sekali lagi ayu nyampe, yang hanya selang beberapa menit, dan kembali ayu berteriak lebih keras lagi. Aku terus mengenjotkan kon tolku dan kali ini aku ikut menggelepar, wajahku menengadah. Satu tanganku mencengkeram lengannya dan satunya menekan toketnya.

Ayu makin meronta-ronta tak karuan. Puncak kenikmatan diikuti semburan peju yang kuat di dalam me meknya, menyembur berulang kali. Oh, terasa banyak sekali peju kental dan hangat menyembur dan memenuhi me meknya, hangat sekali dan terasa sekali peju yang keluar seolah menyembur seperti air yang memancar kuat.

Setelah selesai, aku memiringkan tubuh dan tanganku tetap meremas lembut toketnya sambil mencium wajahnya. Ayu senang dengan perlakuanku terhadapnya. "Yu, kamu luar biasa, me mekmu peret dan nikmat sekali", pujiku sambil membelai dadanya. "Mas juga hebat. Bisa membuat Ayu nyampe beberapa kali, dan baru kali ini Ayu bisa nyampe dan merasakan kon tol raksasa. Hihi.." "Jadi kamu suka dengan kon tolku?" godaku sambil menggerakkan kon tolku dan membelai belai wajahnya.

"Ya mas, kon tol mas nikmat, besar, panjang dan keras banget" jawabnya jujur. "Enak mana mas, ngen totin kakak apa ngen totin Ayu". "Nikmat ma kamu Yu, me mek kamu peret banget". "Mangnya me mek kakak gak perert, kan kakak belon punya anak". "Gak tau deh, aku puas banget ngen totin kamu". "Ya udah, mas ngen totin Ayu ja kalo kakak kluar kota". Aku tidak langsung mencabut kon tolku, tapi malah mengajak mengobrol sembari kon tolku makin mengecil. Dan tak henti-hentinya aku mencium, membelai rambutnya dan yang paling aku suka membelai toketnya. Ayu merasakan pejuku yang bercampur dengan cairan me meknya mengalir keluar. Setelah cukup mengobrol dan saling membelai, pelan-pelan kon tol kucabut sambil menciumnya lembut sekali. Benar benar ayu terbuai dengan perlakuanku. Ayu tertidur dalam pelukanku, sepertinya dia merasa nyaman dan benar-benar terpuaskan dan merasakan apa yang selama ini hanya dibayangkan saja.

Ayu bangun masih dalam pelukanku. "Kamu tidur nyenyak sekali, Yu", kataku sambil membelai rambutnya. Kurang lebih setengah jam kami berbaring berdampingan. Aku lalu mengajaknya mandi. Kubimbing ayu ke kamar mandi, saat berjalan ayu merasa masih ada yang mengganjal me meknya dan ternyata masih ada peju yang mengalir di pahanya, saking banyaknya aku mengecretkan peju di dalam me meknya. Dalam bathtub yang berisi air hangat, ayu duduk di atas pahaku. Aku mengusap-usap menyabuni punggungnya, dan ayupun menyabuni punggungku. Aku memeluknya sangat erat hingga dadaku menekan toketnya. Sesekali ayu menggeliatkan badannya sehingga pentilnya bergesekan dengan dadaku yang dipenuhi busa sabun. pentilnya semakin mengeras. Pangkal pahanya yang terendam air hangat tersenggol2 kon tolku. Hal itu menyebabkan napsunya mulai berkobar kembali.

Ayu kutarik sehingga menempel lebih erat ke tubuhku. Aku menyabuni punggungnya. Sambil mengusap-usapkan busa sabun, tanganku terus menyusur hingga tenggelam ke dalam air. Aku mengusap-usap pantatnya dan kuremasnya. kon tolku pun mulai ngaceng ketika menyentuh me meknya. Terasa bibir luar me meknya bergesekan dengan kon tolku. Dengan usapan lembut, aku terus menyusuri pantatnya. Aku mengusap beberapa kali hingga ujung jariku menyentuh lipatan daging antara lubang pantat dan me meknya. "Mas nakal!" desahnya sambil menggeliat mengangkat pinggulnya. Walau tengkuknya basah, ayu merasa bulu roma di tengkuknya meremang akibat nikmat dan geli yang mengalir dari me meknya. Ayu menggeliatkan pinggulnya. Aku mengecup lehernya berulang kali sambil menyentuh bagian bawah bibir me meknya. Tak lama kemudian, tanganku semakin jauh menyusur hingga akhirnya mengusap2 lipatan bibir luar me meknya. Aku berulang kali mengecup lehernya. Sesekali kujilat, sesekali kugigit dengan gemas. "Aarrgghh.. Sstt.. Sstt.." rintihnya berulang kali. Lalu ayu bangkit dari pangkuanku. Ayu tak ingin nyampe hanya karena jari yang terasa kesat di me meknya.

Tapi ketika berdiri, kedua lututnya terasa goyah. Dengan cepat aku pun bangkit berdiri dan segera membalikkan tubuhnya. Aku tak ingin ayu terjatuh. Aku menyangga punggungnya dengan dadaku. Lalu kuusapkan kembali cairan sabun ke perutnya. Aku menggerakkan tangan keatas, meremas dengan lembut kedua toketnya dan pentilnya kujepit2 dengan jempol dan telunjuk. Pentil kiri dan kanan kuremas bersamaan. Lalu aku mengusap semakin ke atas dan berhenti di lehernya. "Mas, lama amat menyabuninya" rintihnya sambil menggeliatkan pinggulnya. Ayu merasakan kon tolku semakin keras dan besar. Hal itu dapat dirasakannya karena kon tolku makin dalam terselip di pantatnya. Tangan kirinya segera meluncur ke bawah, lalu meremas biji pelerku dengan gemas. Aku menggerakkan telapak kanan ke arah pangkal pahanya. Sesaat aku mengusap usap jembut lebatnya, lalu mengusap me meknya berulang kali. Jari tengahku terselip di antara kedua bibir luar me meknya. Aku mengusap berulang kali. i tilnya pun menjadi sasaran usapanku.

"Aarrgghh..!" rintihnya ketika merasakan kon tolku makin kuat menekan pantatnya. Ayu merasa lendir membanjiri me meknya.Ayu jongkok agar me meknya terendam ke dalam air. Dibersihkannya celah diantara bibir me meknya dengan mengusapkan 2 jarinya.

Ketika menengadah ayu melihat kon tolku telah berada persis didepannya. kon tolku telah ngaceng berat. "Mas, kuat banget sih, baru aja ngecret di me mek Ayu sekarang sudah ngaceng lagi", katanya sambil meremas kon tolku, lalu diarahkan ke mulutnya. Dikecupnya ujung kepala kon tolku. Tubuhku bergetar menahan nikmat ketika ayu menjilati kepala kon tolku. Aku meraih bahunya karena tak sanggup lagi menahan napsu. Setelah ayu berdiri, kaki kirinya kuangkat dan kuletakkan di pinggir bath tub. Ayu kubuat menungging sambil memegang dinding di depannya dan aku menyelipkan kepala kon tolku ke celah di antara bibir me meknya. "Argh, aarrgghh..,!" rintihnya.

Aku menarik kon tolku perlahan-lahan, kemudian mendorongnya kembali perlahan-lahan pula. Bibir luar me meknya ikut terdorong bersama kon tolku. Perlahan-lahan menarik kembali kon tolku sambil berkata "Enak Yu?" "Enaak banget mas". Aku mengenjotkan kon tolku dengan cepat sambil meremas bongkah pantatnya dan tanganku satunya meremas toketnya.

"Aarrgghh..!" rintihnya ketika merasakan kon tolku kembali menghunjam me meknya. Ayu terpaksa berjinjit karena kon tolku terasa seolah membelah me meknya karena besarnya. Terasa me meknya sesek kemasukan kon tolku yang besar dan panjang itu. Aku dengan erat mememegang pinggulnya dan mengenjotkan kon tolku keluar masuk dengan cepat dan keras.

Terdengar 'cepak-cepak' setiap kali pangkal pahaku berbenturan dengan pantatnya. "Aarrgghh.., aarrgghh..! Mas.., Ayu nyampe..!" Ayu lemas ketika nyampe lagi untuk kesekian kalinya. Aku juga tidak dapat menahan pejuku lebih lama lagi. "Aarrgghh.., Yu", kataku sambil menghunjamkan kon tolku sedalam-dalamnya. "Mas.., sstt, sstt.." katanya karena berulangkali merasa tembakan pejuku dime meknya. "Aarrgghh.., Yu, enaknya!" bisikku ditelinganya. "Mas.., sstt.., sstt..! Nikmat sekali ya dien tot mas", jawabnya karena nikmat ketika dia nyampe. aku masih mencengkeram pantatnya sementara kon tolku masih nancep dime meknya. Beberapa saat kami diam di tempat dengan kon tolku yang masih menancap di me meknya.

Kemudian aku membimbingnya ke shower, menyalakan air hangat dan kami berpelukan mesra dibawah kucuran air hangat. Setelah selesai aku keluar duluan, sedang ayu masih menikmati shower. Selesai dengan rambut yang masih basah dan masih bertelanjang bulat, ayu keluar dari kamar mandi. Aku sudah menyiapkan makan seadanya.

Ayu kupersilakan minum dan makan sambil mengobrol, dan diiringi lagu lembut. Setelah makan, aku lalu memintanya duduk di pangkuanku. Ayu menurut saja.

Sambil mengobrol, ayu kumanja dengan belaian. Kuraih dagunya, dan kucium bibirnya dengan hangatnya, ayu mengimbangi ciumanku. selanjutnya aku mulai meremas-remas lembut toketnya, kemudian menelusuri antara dada dan pahanya. ayu sadar bahwa sesuatu yang dia duduki terasa mulai agak mengeras. Ohh, langsung ayu bangkit. Ayu bersimpuh di depanku, kon tolku sudah mulai ngaceng, walau masih belum begitu mengeras. Kepala kon tolku sudah mulai sedikit mencuat keluar dari kulupnya lalu diraih,dibelai dan kulupnya ditutupkan lagi. sebelum penuh ngacengnya langsung ayu mengulum kon tolku. Ayu memainkan kulup kon tol yang tebal dengan lidahnya. Ditariknya kulup ke ujung, membuat kepala kon tolku tertutup kulupnya dan segera dikulum, dimainkan kulupku dengan lidahnya dan diselipkannya lidahnya ke dalam kulupku sambil lidahnya berputar masuk di antara kulup dan kepala kon tolku. Enak rasanya. Tapi hanya bisa sesaat, sebab dengan cepatnya kon tolku makin membengkak. aku mulai menggeliat dan berdesis menahan kenikmatan permainan lidahnya dan membuat mulutnya semakin penuh. "Mas hebat ya sudah ngaceng lagi, kita lanjut yuk mas", katanya yang juga sudah terangsang. Aku makin tak tahan menerima rangsangan lidahnya.

Maka ayu kuajak ke tempat tidur. kakinya kutahan sambil tersenyum, kuteruskan dengan membuka kakinya dan aku langsung menelungkup di antara pahanya. "Aku suka melihat me mek kamu yu" ujarku sambil membelai bulu jembutnya yang lebat. "Mengapa?" "Sebab jembutmu lebat dan cewek yang jembutnya lebat napsunya besar, kalau dien tot jadi binal seperti kamu, juga tebal bibirnya".

Aku terus membelai jembutnya dan bibir me meknya. Kadang-kadang kucubit pelan, kutarik-tarik seperti mainan. Ayu suka me meknya dimainkan berlama-lama, ayu terkadang melirik apa yang kulakukan. Seterusnya dengan dua jari aku membuka bibir me meknya, ayu makin terangsang dan makin banyak keluar cairan dari me meknya. aku terus memainkan me meknya seolah tak puas-puas memperhatikan me meknya, kadang kadang kusentuh sedikit i tilnya, membuat ayu penasaran. Tak sadar pinggulnya mulai menggeliat, menahan rasa penasaran. Maka saat ayu mengangkat pinggulnya, langsung kusambut dengan bibirku. Aku menghisap lubang me meknya yang sudah penuh cairan. Lidahku ikut menari kesana kemari menjelajah seluruh lekuk me meknya, dan saat kujilat i tilnya dengan ujung lidah, cepat sekali menggelitik ujung i tilnya, benar benar ayu tersentak. Terkejut kenikmatan, membuat ayu tak sadar berteriak.. "Aauuhh!!". Benar benar hebat dia terangsang, dan ayu sudah tak tahan lagi. "Ayo dong mas, Ayu pingin dien tot lagi" ujarnya sambil menarik bantal.

Aku langsung menempatkan tubuhku makin ke atas dan mengarahkan kon tol gedeku ke arah me meknya. Ayu masih sempat melirik saat aku memegang kon tolku untuk diarahkan dan diselipkan di antara bibir me meknya. saat kepala kon tolku telah menyentuh di antara bibir me meknya, ayu menahan nafas untuk menikmatinya. setelah kepala kon tolku mulai menyelinap di antara bibir me meknya dan menyelusup lubang me meknya, pelan-pelan kutekan dan aku mulai mencium bibirnya lembut. Makin ke dalam. Ayu merapatkan pahanya supaya kon tolku tidak terlalu masuk ke dalam. Aku langsung menjepit kedua pahanya hingga terasa sekali kon tolku menekan dinding me meknya. kon tolku semakin masuk. Belum semuanya masuk, aku menarik kembali seolah akan dicabut hingga tak sadar pinggulnya naik mencegahnya agar tidak lepas. Beberapa kali kulakukan sampai akhirnya ayu penasaran dan berteriak-teriak sendiri. Setelah aku puas menggodanya, tiba tiba dengan hentakan agak keras, kupercepat gerakan mengenjot hingga ayu kewalahan. Dan dengan hentakan keras serta digoyang goyangkan, aku meremas toketnya dan menciumi lehernya. Akhirnya ayu mengelepar-gelepar. Dan sampailah ayu kepuncak. Tak tahan ayu berteriak, terus.

aku menyerang dengan dahsyatnya, rasanya tak habis-habisnya ayu melewati puncak kenikmatan. Lama sekali. Tak kuat ayu meneruskannya. Ayu memohon, tak kuat menerima rangsangan lagi, benar benar terkuras tenaganya dengan orgasme berkepanjangan. Akhirnya aku pelan-pelan mengakhiri serangan dahsyatku. Ayu terkulai lemas sekali, keringatnya bercucuran. Hampir pingsan ayu menerima kenikmatan yang berkepanjangan. Benar-benar ayu tidak menyesal ngen tot dengan aku, aku dapat mengolah tubuhnya menuju kenikmatan yang tiada tara.

Kemudian pahaku mulai kembali menjepit kedua pahanya dan kurapatkan, tubuhku menindihnya serta lehernya kembali kucumbu. Ayu memeluk tubuhku yang besar dan aku kembali meremas toketnya. Pelan-pelan mulai kuenjotkan kon tolku. Kali ini ayu ingin lebih menikmati seluruh rangsangan yang terjadi di seluruh bagian tubuhnya. Tanganku terus menelusuri permukaan tubuhnya. Dadaku merangsang dadanya setiap kali bergeseran mengenai pentilnya. Dan kon tol kupompakan dengan sepenuh perasaan, lembut sekali, bibirku menjelajah leher dan bibirnya. Lama kelamaan tubuhnya yang semula lemas, mulai terbakar lagi. Ayu berusaha menggeliat, tapi tubuhnya kupeluk cukup kuat, hanya tangannya yang mulai menggapai apa saja yang dia dapat. Aku makin meningkatkan cumbuan dan memompakan kon tolku makin cepat. Gesekan di dinding me meknya makin terasa. Dan kenikmatan makin memuncak. Maka kali ini lehernya kugigit agak kuat dan kumasukkan seluruh batang kon tolku serta kugoyang-goyang untuk meningkatkan rangsangan di i tilnya. Maka jebol lah bendungannya, ayu mencapai puncak kembali. Kali ini terasa lain, tidak liar seperti tadi. Puncak kenikmatan ini terasa nyaman dan romantis sekali, tapi tiba tiba aku dengan cepat mengenjot lagi. Kembali ayu berteriak sekuatnya menikmati ledakan orgasme yang lebih kuat, ayu meronta sekenanya. dia menggigit pundakku saat aku menghujani dengan kenikmatan yang bertingkat-tingkat. Sesaat aku menurunkan gerakanku, tapi saat itu kubalik tubuhnya hingga ayu di atas tubuhku. Ayu terkulai di atas tubuhku.

Dengan sisa tenaganya ayu mengeluarkan kon tolku dari me meknya. Dan diraihnya batang kon tolku. Tanpa pikir panjang, kon tol yang masih berlumuran cairan me meknya sendiri dikulum dan dikocok. Dan pinggulnya kuraih hingga akhirnya ayu telungkup di atasku lagi dengan posisi terbalik. Kembali me meknya yang berlumuran cairan jadi mainanku, ayu makin bersemangat mengulum dan menghisap sebagian kon tolku. Aku memeluk pinggulnya. Kuhisap i tilnya sambil ujung lidahku menari cepat sekali. Tubuhnya mengejang dan dia menjepit kepalaku dengan kedua pahanya dan dirapatkannya pinggulnya agar bibir me meknya merapat ke bibirku. Ayu gak bisa berteriak tapi karena mulutnya penuh, dan tanpa sadar ayu menggigit agak kuat kon tolku dan dicengkeramnya dengan kuat saat dia masih menikmati orgasme. "Yu, aku mau ngecret yug, di dalam me mekmu ya", kataku sambil menelentangkan ayu.

"Ya, mas", jawabnya. Aku menaiki ayu dan dengan satu hentakan keras, kon tolku yang besar sudah kembali menyesaki me meknya. Aku langsung mengenjot kon tolku keluar masuk dengan cepat dan keras. Dalam beberapa enjotan saja tubuhkupun mengejang. Pantat dihentakkannya ke atas dengan kuat sehingga kon tolku nancap semuanya ke dalam me meknya dan akhirnya crot .. crot ..crot, pejunya muncrat dalam beberapa kali semburan kuat. Herannya, ngecret yang ketiga masih saja pejuku masi keluar banyak. Aku menelungkup diatasnya sambil memeluknya erat2. "Yu, nikmat sekali ngen tot sama kamu, me mek kamu kuat sekali cengkeramannya ke kon tolku", bisikku di telinganya. "Ya mas, Ayu juga nikmat sekali, tentu saja cengkeraman me mek Ayu terasa kuat karena kon tol mas kan gede banget. Rasanya sesek deh me mek Ayu kalau mas neken kon tolku masuk semua. Kalau ada kesempatan, Ayu dien tot lagi ya mas", jawabnya. "Ya sayang", lalu bibirnya kucium dengan mesra.       Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep
gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Ping your blog, website, or RSS feed for Free

Tidak ada komentar:

Posting Komentar