|                               Cerita Sex - Jablay Nikmat               Mar 19th 2013, 03:48                                                Suatu siang aku iseng nyari makan siang di satu mal. Makan cepat saji  yang  paling gampang dicari adalah ayam goreng. aku pesan pahe ayam  goreng plus kentang plus soft drink dingin. Selesai membayar, aku  membawa nampanku mencari tempat duduk yang kosong. Mataku tertumbuk pada  sesosok prempuan muda, cantik, seksi dengan tonjolan besar didadanya,  tapi disebelahnya ada     anak prempuan kecil, mungkin 3 tahunan lah.  Dia memakai celana ketat dan tanktop yang juga ketat, toket besarnya  ngintip dari belahan tank topnya yang rendah. Walaupun banyak tempat  duduk yang kosong aku nimbrung ja di meja dimana prempuan cantik seksi  dan anak prempuan itu duduk. "Boleh join kan?" Tanpa menunggu jawabannya  aku langsung meletakkan nampanku dimejanya dan duduk. "O, silahkan ja  pak". "Cuma berdua saja", pancingku membuka pembicaraan. "Kan ber 3  dengan bapak", jawabnya, wah menangkisnya jago juga ni prempuan,  pikirku. "Anaknya? Cantik kaya mamanya". "Bukan pak, bukan anak saya".  "O, kirain anaknya, abis nyulik ya", candaku. "Ih bapak bisa aja. Ini    anak tetangga, tadi dititipkan ke rumah, katanya mo dijemput lagi siang  ini di sini". Dia menyuapi anak itu dengan nasi yang dicampur dengan  sop, karena sopnya masi panas, ditiupnya sebentar sebelum disuapkan ke  anak itu. Si anak kelakuannya manis banget, gak cerewet maksudku. "Belum  punya anak, ato belon nikah?" "Nikah si udah tapi belon dikasi tu ma  yang diatas". "Minta dong".     "Ya sih, minta tapi gak dilakuin". Wah  kliatannya mo curhat neh. "Maksudnya gak dilakuin". "Ya suami aku gak  ngelakuin ya mana mo dikasi ma yang diatas kan". "Kok bisa". "Suami  kerja dikapal cargo, jadi seringnya diatas kapal katimbang dirumah". "O  jadi jablay toh, kasian". "Orang sedih kok malah digoda". "Ya udah, aku  ja yang membelai gimana". "Genit ah". Tengah pembicaraan mulai mencair,  datanglah seorang prempuan, rupanya ini tetangganya, mo jemput anaknya.  aku diem saja, dan dia juga tidak  mengenalkan aku kepada tetangganya.  Tetangga tau diri juga karena dia mengajak anaknya pergi setelah  mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan dia. "Namanya siapa  sih". "Aku Sintia, bapak?" "aku menyebutkan namaku, jangan panggil  bapak lah, formal amat". "Abis mo dipanggil apa dong, mas aja deh ya.  kan semua lelaki Indonesia dianggap jawa". "Maksud kamu". "Iya kadang  dah jelas2 namanya Hutagalung dipanggil mas juga". aku    tertawa  mendengar candanya. "Dah brapa lama nikah?" "ampir 2 tahun mas". "Wah  jablaynya dah lama dong ya. Mangnya gak tau kerjaan suami sebelum  nikah". "Tau si, cuma gak nyangka ja akan kaya gini". "Ya udah, aku  temenin deh hari ini. Abis ini kamu mo kemana?" "Gak kemana2 mas, Mo  jalan ja". 
  Aku   menggandengnya meninggalkan tempat makan dan masuk ke toko yang  merupakan  anchor tenant di mall itu. Kami ngobrol ngalor ngidul ja  sembari membunuh waktu. Dia membiarkan aku menggenggam tangannya erat.  "Kamu kaya istriku ja ya, jalan gandengan". "Gak apa kan, katanya mas  blon nikah?' "Iya sih, kaya  orang pacaran ya, padahal kamu istri orang". "Biarin ja, orangnya juga  ninggalin aku terus kok". "Pegel nih jalan terus, kamu mo pulang gak?"  "Gak ah mas, dirumah juga mo ngapain?" "ketempatku aja yuk". "Mo ngapain  ke tempat mas?' "Ya ngobrol, santai ja, kan asik cuma ber 2". "Iya  deh". Segera aku menggandengnya ke basement dan meluncurlah mobilku  menuju kerumahku. 
  Sesampai dirumahku,dia duduk didepan tv, tv kunyalakan dan aku mengambil  minuman untuknya. "Mas tinggal ndiri ya". "Iya, mo nemenin?" "Mau si,  cuman kan aku dah punya suami". "Kalo suaminya pergi ya nemenin aku ja  disini". "Maunya". Kebetulan di tv ada siaran ulang debat capres. "Kamu  ngikuti debat ini?" tanyaku. "Sambil lalu ja mas, debat cawapres juga  ngikuti sambil     lalu". "Terus komentar kamu?" "Sayangnya Capres 3 gak  berkolaborasi dengan cawapres 1, kalo gak kan setanding dengan calon ke  2 dan pilpresnya bisa 1 putaran kan". "O gitu ya, pandangan kamu luas  juga ya". "Iya gak kaya mas, mandangnya cuma ke satu tempat aja nih",  katanya menyindirku, yang dari tadi hanya memandangi belahan toketnya  yang montok. "Habis kamu seksi sekali si, kok bisa ya suami ninggalin  istri yang bahenol kaya gini, pa gak takut istrinya dicolek orang laen".  Dia tersenyum manis. "Tadi kamu taen sekali nyuapin tu bocah, dah  pantes jadi mami". "Iya si, cuma ya itu problemnya". "Iya jablay". 
  Dia menanggapi obrolanku dengan santai juga, kadang tanganku mengelus  pahanya. "udah gak tahan ya mas", godanya sambil membiarkan tanganku  mengelus2 pahanya. Rabaanku semakin lama membuatnya semakin napsu. Dia  membuka pahanya agak lebar. Melihat dia mengangkangkan pahanya,  tangganku bergerak ke atas ke selangkangannya. Jari2ku mulai mengelus  belahan memeknya dari luar. "Mas", katanya, "Aku udah basah mas". "Udah  napsu banget ya Sin, aku juga sudah napsu". Rumahnya besar ya mas".  "Iya, diblakang ada kolam renangnya, mo renang gak". "Gak bawa baju  renang mas". "Tlanjang ja, repot amat si". "Ih si mas, maunya tu". "Kamu  juga mau kan". Dihalaman belakang ada kolam renang kecil yang dinaungi  oleh rimbunnya pepohonan yang ada. Tembok tinggi menghalangi pandangan  orang luar yang mau mengintip ke dalam. Dia langsung saja melepas  tanktopnya, kemudian celana ketatnya. Pakaian diletakkan di dipan yang  ada dipinggir kolam. Dipan itu ada matras tipisnya dan dipayungi  rimbunnya pohon. Aku melotot memandangi tubuhnya yang hanya berbalut  daleman bikini. Karena CDnya mini, jembutnya yang lebat  berhamburan dari bagian atas, kiri dan kanan CDnya. 
  Segera dia mencebur ke kolam, sementara aku membuka kaos dan celananya,  sehingga hanya memakai CD. kontolku yang besar, karena sudah ngaceng,  tercetak jelas di CDku. Kemudian aku pun nyebur ke kolam, menghampirinya  dan memeluknya. Bibirnya kucium, lidah kami saling berbelit. Aku  menarik ikatan branya sehingga terlepas, kemudian meremas2 toketnya  sambil memlintir pentilnya. Segera pentilnya menjadi keras. "Toketmu  kenceng ya Sin, pentilnya gede.", kataku. Dia diam saja sambil menikmati  remasanku. kontolku yang keras menekan perutnya. "Mas, ngacengnya sudah  keras banget", katanya. "Kita ke dipan yuk" Aku sudah tidak bisa  menahan napsuku lagi. Segera dia keluar kolam membawa branya yang sudah  dilepas. 
  Dia telentang didipan, menunggu aku yang juga sudah keluar dari kolam.  Aku berbaring disebelahnya, bibirnya kembali kucium dengan penuh napsu  dan aku kembali meremas2 toketnya sambil memlintir2 pentilnya. "Isep  dong Mas" pintanya sambil menyorongkan toketnya itu ke wajahku. Langsung  toketnya     kuisep dengan penuh napsu. pentilnya kujilatia."Ohh..  Sstt.." erangnya keenakan. Aku mulai mengelus jembutnya yg nongol keluar  dari CDnya, kemudian kususupkan jariku ke dalam CDnya. Jariku langsung  menyentuh belahan bibir memeknya dan kugesek-gesekkan dari bawah ke  atas. Gesekanku selalu berakhir di itilnya sehingga menimbulkan  kenikmatan yang luar biasa. memeknya langsung berlendir, lendir juga  membasahi seluruh bagian dinding dalam memeknya. "Oo.. Ooh! Uu.. Uuh!"  desahnya sambil menekan tanganku yang satunya untuk terus meremas-remas  toketnya. Dia sungguh sudah tidak tahan lagi, "Mas, aku udah gak tahan  nih". 
  Tali ikatan CDnya di kiri dan kanan pinggang kugigit dan kutarik dengan  gigiku sehingga terlepas. Kedua kaki kukangkangkan     sehingga tampak  jelas bulu jembutnya yang lebat. Aku kembali meraba dan mengelus  memeknya. Aku menyelipkan jariku ke belahan memeknya yang sudah basah  dan menyentuh dinding dalam memeknya. "Mas..! Aduuh! aku sudah enggak  tahan, udah pengen dimasukkin", pintanya. Aku tidak langsung memenuhi      permintaannya, malah jariku beralih menggosok-gosok itilnya. "Aduuh!  mas..nakal!" serunya. Dia pun semakin tidak karuan, diremasnya kontolku  yang sudah keras sekali dari luar CDku. 
  toketnya yang sudah keras sekali terus saja kuremas2, demikian juga  pentilnya. "Ayo dong mas dimasukin, aku sudah benar-benar enggak kuu..  at!" rengeknya lagi. Kemudian kumasukkannya jariku ke dalam memeknya  yang sudah basah kuyup. Dengan tanpa menemukan kesulitan jariku  menyeruak masuk ke dalam memeknya. memeknya langsung kukorek2,  dindingnya kugaruk-garuk. Benjolan seukuran ibu jari yang tumbuh di  dalam liang memeknya kumainkan dengan ujung jarinya hingga badannya  tiba-tiba menggigil keras dan digoyang-goyangkannya pantatnya mengikuti  permainan ujung jariku. 
  Aku   menelungkup diselangkangannya dan langsung mengulum     bibir  memeknya. Cairan yang membasahi sekitar selangkangannya kujilati dan  setelah bersih aku kembali mengulum bibir memeknya. Kemudian giliran  itilnya mendapat giliran kukulum dan kulumat dengan mulut. Jariku  kembali menyeruak masuk ke dalam memeknya, dia benar-benar hampir  pingsan. Tubuhnya kembali terguncang hebat, kakinya jadi lemas semua,  otot-otot perutnya jadi kejang dan akhirnya dia nyampe, cairan memeknya  yang banjir kutampung dengan mulut dan tanpa sedikit pun merasa jijik  kutelan semuanya. Dia menghela napas panjang, aku masih dengan lahapnya  melumat memeknya sampai akhirnya selangkangannya benar-benar bersih  kembali. memeknya terus kuusap2, demikian juga itilnya sehingga napsunya  bangkit kembali. "Terus Mas.. Enak.." desahnya. "Ayo dong Mas.. aku  udah gak tahan". tetapi aku masih tetap saja menjilati dan menghisap  itilnya sambil meremas2 toket dan     pentilnya. 
  Aku melepaskan CD, kontolku yang besar dan lumayan panjang sudah ngaceng  keras sekali mengangguk2. Dia kunaiki dan segera mengarahkan kontolku  ke memeknya. Perlahan kumasukkan kepala kontolku. "Enak Mas.." katanya  dan sedikit demi sedikit aku meneroboskan kontolku ke memeknya yang  sempit. memeknya terasa sesek karena kemasukan kon tol besar, setelah  kira-kira masuk separuh lebih kon tol mulai kuenjot keluar masuk. "Terus  Mas.. kontolmu enak" erangnya keenakan. Aku terus mengenjot memeknya  sambil pentilnya kuhisap. 
  Belum berapa lama dienjot, aku mengajak tukar posisi. Sekarang dia yang  diatas. Diarahkannya memeknya ke kontolku yang tegak menantang. Dengan  liar dia kemudian mengenjot tubuhnya naik turun. toketnya yang montok  bergoyang mengikuti enjotan badannya.  Aku meremas toketnya dan  menghisap pentilnya dengan rakus. "Mas.. kontolmu besar, keras  banget..", dia terus menggelinjang diatas tubuhku. "Enak Sin?' tanyaku.  "Enak Mas.. entotin aku terus Mas.." Aku memegang pinggangnya yang  ramping dan menyodokkan kontolku dari bawah dengan cepat. Dia mengerang  saking nikmatnya. Keringatnya menetes membasahi tubuhku. Akhirnya, "Aku  nyampe Mas" jeritnya saat tubuhnya     menegang merasakan nikmat yang  luar biasa. Setelah itu tubuhnya lunglai menimpa tubuhku. Aku  mengusap-usap rambutnya sambil mencium bibirnya. 
  Setelah beberapa saat, kontolku yang masih ngaceng dicabut dari dari  memeknya. Dia kutelentangkannya, dan aku naik ke atasnya. Kembali  memeknya kujilati. Kedua lututnya kudorong sedikit ke atas sehingga  bukit memeknya lebih menungging menghadap ke atas, pahanya lebih  kukangkangkan lagi, dan     lidah kujulurkan menyapu celah-celah  memeknya. Lidah kujulurkan dan kugesekkan naik turun diujung itil nya.  Dia hanya bisa merasakan nikmatnya sambil meremas-remas kontolku dengan  penuh nafsu. Cairan lendir yang keluar kembali dari memeknya dengan  lahap kuhisap. Bibirku terus mencium dan melumat habis bibir memeknya.  lidahku menjulur masuk ke dalam memeknya     dan sempat menyentuh  dinding bagian dalamnya. Saking dalamnya mulutku menekan memeknya,  hidungku yang mancung menempel dan menekan itilnya. Dia kembali  merasakan kenikmatan lebih, apa lagi saat wajah dengan sengaja  kugeleng-gelengkan ke kiri dan ke kanan dengan posisi hidung tetap  menempel di itilnya dan bibir tetap mengulum bibir memeknya sambil lidah  terus mengorek memeknya. Dia tak kuasa membendung napsunya.  "Oocch!Mas.. Teruu..Uus! Aku nyampe lagi mas", suaranya semakin parau  saja. Digoyangkannya   pantatnya mengikuti irama gesekan wajahku yang  terbenam di selangkangannya. Dijepitnya kepalaku dengan pahanya,  badannya menggigil hebat bagaikan orang kejang. ia menarik nafas panjang  sekali, semua cairan memeknya kuhisap dan kutelan hingga habis semua  cairan yang ada di sekitar memeknya. 
  Aku tetap dengan asyiknya menjilati me meknya. Kemudian jilatanku naik  ke atas, ke arah perutnya. Lidahku bermain-main di pusarnya, sambil  meraba dan meremas kedua toketnya, jilatanku juga semakin naik menuju  toketnya. Jengkal demi jengkal jilatanku semakin naik. Mulutku sudah  sampai ke dadanya. Kini giliran toketnya kujilati, lidahku kini  menari-nari di ujung pentilnya. Sambil aku meraba-raba dengan tangan  kanan keselangkangannya, menggesek-gesek itilnya hingga memeknya basah  lagi, nafsunya naik kembali. Sementara tangan kiri tetap meremas  toketnya, bibirnya kulumat. Dia membalas lumatan bibirku dengan penuh  nafsu, kujulurkan lidahku masuk ke rongga mulutnya. Dia menghisap  lidahku, secara bergantian dia juga menjulurkan lidahnya ke dalam  mulutku dan kubalas dengan hisapan pula. 
  Kini aku membetulkan posisi sehingga berada di atasnya, kontolku sudah  mengarah ke hadapan memeknya. Dia merasakan sentuhan ujung kontolku di  memeknya, kepala kontolku terasa keras sekali. Dengan sekali dorongan,  kepala kontolku langsung menusuk memeknya. Kutekan sedikit kuat sehingga  kepala kontolku terbenam ke dalam memeknya. Walau kon tol belum masuk      semua, dia merasakan getaran-getaran yang membuat otot memeknya  berdenyut, cairan yang membasahi memeknya membuat kontolku yang besar  mudah sekali masuk ke dalam memeknya hingga dengan sekali dorongan lagi  maka kontolku     masuk kedalam sarangnya, blee.. ess.. 
  Begitu merasa kontolku sudah memasuki memeknya, kubalik badannya  sehingga kembali dia berada di atas tubuhku, didudukinya batang kontolku  yang cukup panjang itu. Digoyangkan pantatnya, diputar-putar, dikocok  naik turun hingga kontolku keluar masuk memeknya, aku meremas- remas  kedua toketnya. Lebih  nikmat rasanya ngen tot dengan posisi wot buat dia, karena dia bisa  mengarahkan gesekan kon tol besarku ke seluruh bagian memeknya termasuk  itilnya. Kini giliran aku yang tidak tahan lagi dengan permainannya, aku  menggelengkan kepala menahan nikmat yang sebentar lagi tampaknya akan  ngecret. Aku memberikan aba-aba padanya bahwa aku akan ngecret. "Kita  nyampe sama-sama..mas", rintihnya sambil mempercepat kocokan dan  goyangan pantatnya. "Aa.. Aacch!" Diapun nyampe lagi, kali ini secara  bersamaan dengan dia, bibir memeknya berkedutan hingga meremas kontolku.  Pejuku dan lendir memeknya bercampur menjadi satu membanjiri memeknya.  Karena posisinya berada diatas, maka cairan kenikmatan itu mengalir  keluar merembes melalui kontolku sehingga membasahi selangkanganku,  banyak sekali dan kurasakan sedikit lengket-lengket agak kental cairan  yang merembes keluar itu tadi. 
  Kami berdua akhirnya terkulai lemas di dipan. Posisinya tengkurap di  sampingku yang terkulai telentang memandang rimbunnya dedaunan. "Mas,  pinter banget sih ngerangsang aku sampe berkali2 nyampe, udah gitu kon  tol mas kalo udah masuk terasa sekali gesekannya, abis gede banget sih",  katanya. "memekmu juga nikmat sekali Sin, peret banget deh, kerasa  sekali cengkeramannya ke kontolku", jawabku sambil memeluknya. Kami  berdua sempat tertidur cukup lama karena kelelahan dan tiupan angin  sejuk sepoi2. 
  Ketika terbangun, kami masuk ke rumah, aku mengajaknya mandi. "Kita  mandi sama-sama yuk!" ajakku, "Badanku lengket karena keringat". Kami  masuk ke rumah menuju ke kamar mandi     beriringan sambil berpelukan,  bertelanjang bulat. Kamar mandinya tidak terlalu besar namun cukup  bagus, ada ruangan berbentuk segi empat di dalam kamar mandi, bentuknya  kira-kira seperti lemari kaca. Kami berdua masuk ke dalamnya dan  menyalakan shower, aku dan dia saling bergantian menggosok tubuh kami,  demikian pula saat menyabuni tubuh kami lakukan bergantian,     saling  raba, saling remas, bibir kami saling pagut bergantian. Dia      menjulurkan lidahnya ke dalam mulutku yang kusambut dengan hisapan, dan  secara bergantian pula kujulurkan lidahku ke dalam mulutnya. Diapun  menyambutnya dengan lumatan. Rabaan tanganku berpindah ke toketnya. 
  Kuremas-remasnya toketnya yang mulai mengencang lagi pertanda napsunya   bangkit lagi. Dia pun tidak mau kalah, diraihnya kontolku yang kembali  sudah berdiri tegak dan dikocok-kocok lembut. Ujung kontolku sesekali  menyenggol bagian depan pangkal pahanya. "Betul kan, kalo cewek  jembutnya lebat pasti napsunya besar, kaya kamu ya Sin", katanya. 
  Kuarahkan kon tolku ke belahan bibir me meknya. Dengan menggunakan  tanganku, kugesek- gesekkan ujung kontolku ke belahan bibir memeknya.  Kutempelkan ujung kontolku ke ujung itilnya dan kugesek-gesekkan naik  turun. Kini me meknya kembali mengeluarkan cairan bening. Lalu aku  mematikan shower sambil     duduk di samping bathtub. Dia kudipangku  dengan posisi memunggungiku. kontolku yang sudah ngaceng keras kembali  kumasukkan ke dalam memeknya dalam posisi seperti itu. Karena kondisi  bathtub yang sempit mengharuskan posisinya merapatkan pahanya, maka  memeknya menjadi kian sempit saja. Awalnya agak sulit juga kontolku  masuk kedalam memeknya. Tetapi dengan     sedikit bersusah payah  akhirnya ujung kontolku berhasil menyeruak ke dalam memeknya yang  dibantu dia dengan sedikit menekan badannya kebawah, dan diangkatnya  kembali pantatnya hingga lama kelamaan akhirnya berhasil juga kontolku  amblas semua ke dalam memeknya. 
  Dengan posisi begini membuatnya harus aktif mengocok kontolku seperti di  kolam renang tadi dengan cara mengangkat dan menurunkan kembali  pantatnya, sehingga me meknya bisa meremas dan mengocok-ngocok kontolku.  kontolku terasa sekali menggesek-gesek dinding bagian dalam memeknya.  Saat dia duduk terlalu ke bawah, kontolku terasa sekali menusuk keras  memeknya, nikmat yang kurasakan tidak dapat kulukiskan dengan kata-kata  lagi. memeknya semakin lama semakin basah sehingga keberadaan kontolku  dalam memeknya sudah tidak sesesak tadi. Kini dia pun sudah tidak kuat  lagi menahan napsuku. Dia tidak mampu lagi mengangkat dan menurunkan  pantatnya seperti tadi, kini dia hanya bisa terduduk dalam posisi  kontolku masih tertancap di dalam memeknya. Digoyang-goyangkan saja  pantatnya sambil duduk di pangkuanku. 
  Aku sedari tadi asyik meremas kedua toketnya. pentilnya kucubit dan      kupilin-pilin sehingga menimbulkan sensasi tersendiri baginya. Aku tidak  mampu bertahan lama merasakan goyangan yang dia lakukan. "Aduuh..! Sin,  hebat banget empotan me mek kamu! Aku hampir ngecret nich!" seruku  sambil tetap memilin pentilnya. "Kita keluarin sama-sama yuk!" sahutnya  sambil     mempercepat goyangannya. Aku sudah benar- benar tidak mampu  bertahan lebih lama lagi hingga dia kudorong sedikit ke depan sambil aku  berdiri, sehingga posisinya menungging membelakangiku, tetapi kontolku  masih menancap di dalam memeknya. Aku berdiri sambil mengambil alih  permainan, aku     mengocok-ngocokkan kontolku keluar masuk memeknya  dalam posisi doggy style. 
  "Aa.. Aacch!" kini gilirannya yang menyeracau tidak karuan. Aku  merasakan kedutan-kedutan di dalam memeknya, terasa sekali semburan  hangat yang menerpa dinding memeknya, pejuku langsung muncrat keluar  memenuhi memeknya. Bersamaan dengan itu, dia pun mengalami hal yang  serupa, kurasakan    kedutan memeknya berkali- kali saat dia nyampe.  Kami nyampe dalam waktu hampir bersamaan hingga memeknya kembali penuh  dengan cairan birahi kami berdua, saking penuhnya sehingga tidak  tertampung seluruhnya. Cairan kami yang telah tercampur itu, meleleh  keluar melalui celah memeknya dan merembes keluar hingga membasahi  perutnya karena posisinya masih setengah     menungging saat itu. Kami  pun melanjutkan mandi bersama-sama bagaikan sepasang pengantin baru. 
  Setelah selesai mandi dan mengeringkan tubuh kami masing-masing dengan  handuk, dengan bertelanjang bulat kami menuju ke ruang makan. Aku  mengeluarkan buah2an dari lemari es dan berkata "Kamu makan buah2an ini  dulu ya, nanti aku belikan makanan". "aku mau tidur saja, cape dienjot  terus sama mas", katanya. "Tapi enakkan?" kataku lagi sambil mengenakan  pakaiannya. "Enak banget mas, aku masih mau lagi lo mas", jawabnya  sambil mulai mengupas buah. "So pasti, aku ajak kamu kesini kan untuk  ngen tot sampe loyo. Aku pergi dulu ya", sambil mencium pipinya. "Hati2  ya mas, aku nungguin lo". Seperginya aku, dia berbaring sambil memakan  buah2an. Dia makan beberapa potong sehingga akhirnya dia merasa kenyang  dan mengantuk lagi. Dia berbaring di sofa dan akhirnya tertidur. Diluar  dah gelap, dah lewat magrib.
  Ketika aku kembali membawa makanan, dia masih tertidur. Terangsang juga  aku melihat dia terkapar terlelap dalam keadaan telanjang bulat seperti  itu. Toketnya yang besar turun naik seirama tarikan napasnya. Perutnya  yang rata dihiasi dengan puser yang seksi dan diselangkangannya  bergerombol jembut yang lebat. k ontol langsung bereaksi dengan sikap  sempurna, alias ngaceng lagi. Tetapi perut dah minta diisi. Aku  membangunkannya dengan mengelus2 toketnya. "Makan yuk". "Abis itu maen  lagi ya mas". "Bole ja, asal kamu gak lemes". "Gak apa lemes mas, aku  kan gak pernah ngerasain nikmat dientot seperti sekarang ini. Mas  sering2 ngentotin aku ya mas". "Itu mah bisa diatur kok, kalo suami kamu  pergi". Kami menyantap makanan yang aku beli sampe tandas. Sama2 laper  karena enersi terkuras ketika bertempur tadi.    Setelah selesai makan,  dia membantu aku membereskan peralatan makan, melap meja makan, kemudian  kekenyangan kami duduk lagi di sofa didepan tv. tv kunyalakan tapi gak  ada acara yang menarik. 
  Dia bersender ke aku. "Kamu tu seksi banget deh Sin, ngeliat kamu aku  ngaceng terus tuh. Heran ja, kok suami kamu bisa ninggalin bidadari  seksi yang merangsang kaya kamu itu". "Gak tau deh mas, jangan ngomongin  dia deh, kan mas mo bikin aku terkapar lagi". Aku memeluknya dan mulai  memerah toketnya. aku terus saja meremas toketnya, malah sambil  memlintir2 pentilnya, perlahan pentilnya mulai mengeras. "Sin, enak  nggak diginiin?" sambil tanganku terus meremas-remas toketnya. "Mas,  aah", napsunya makin meninggi. Sambil toketnya kuremas terus, aku  menjilati seluruh tubuhnya, mulai dari ujung kepala sampai ujung      kaki. Kujilati pula toketnya, kusedot pentilnya sampai dia gemetar  saking napsunya. Kakinya dan kedua pahanya yang mulus itu dibukanya  supaya bisa kuelus2, dengan satu tangan masih meremas toketnya. 
  Setelah itu memeknya kujilatin dengan lidahku yang kasar. Bukan hanya  bibir memeknya aja yang kujilatin, tapi lidahku juga masuk ke me meknya,  dia jadi menggelinjang nggak terkontrol, wajahnya memerah sambil  terdongak keatas. 
  Melihat napsunya sudah naik, aku melepas seluruh pakaian dan celana. Dia  diam aja. kon tolku yang besar sekali sudah ngaceng dengan keras. Dia  hampir tak dapat memegangnya dengan kedua tangannya. "Dikocok Sin",  pintaku, dia nurut saja dan mengocok kon tolku dengan gemas, makin lama  makin besar dan panjang. "Sin diemut dong", kataku keenakan. Aku berdiri  disamping sofa dan dia duduk sambil mengarahkan kon tol yang ada  digenggamannya ke arah mulutnya. Dia mencoba memasukkan kedalam mulutnya  dengan susah payah, karena besar sekali jadi dijilati dulu kepala kon  tolku. Aku mendesah2 sambil     mendongakkan kepala. Dia bertanya  "Kenapa mas". "Enak banget, terusin Sin, jangan berhenti", ujarku sambil  merem melek kenikmatan. Dia meneruskan aksinya, menjilati kontolku  mulai dari kepala kontolku sampai ke pangkal batang, terus ke biji  pelirnya, semua di jilatin. Dia mencoba untuk memasukkan kedalam  mulutnya lagi, udah bisa masuk, udah licin terkena ludahnya. Aku  memegangi kepalanya dengan satu tangan sambil memaju-mundurkan pantatku,  mengentoti mulutnya. Sedang tanganku satunya lagi meremas toketnya  sebelah kanan. gerakanku semakin lama semain cepat. 
  aku menghentikan gerakannya. ****** ku keluarkan dari mulutnya. aku  menaiki tubuhnya dan mengarahkan kontolku ke toketnya. "Sin, aku mau  ngerasain kontolku kejepit toket kamu yang montok ya". Dia paham apa  yang aku mau, dan aku kemudian menjepit kontolku di antara toketnya.  "Ahh.. Enak Sin. Diemut enak, dijepit toket juga enak.", erangku menahan  nikmat jepitan toketnya.     Aku terus menggoyang kon tolku maju mundur  merasakan kekenyalan toketnya. Sampai akhirnya "Aduh Sin, sebentar lagi  aku mau ngecret, keluarin di mulut kamu ya". "Jangan mas, dimemekku  saja", jawabnya. Dia tidak ingin merasakan peju dimulutnya, lebih baik  dingecretkan di memeknya karena dia ngerasain nikmat yang luar biasa. 
  Akupun naik keatasnya sambil mengarahkan kontolku ke memeknya. Aku mulai  memasukkan kontolku yang besar dan panjang itu ke memeknya, sampai dia  merem melek keenakan ngerasain memeknya digesek kontolku. Aku mulai     menggerakkan kontolku keluar dan masuk dimemeknya yang sempit itu. Dia  mulai merasakan nikmat yang tak terkatakan, luar biasa enak sekali  rasanya. Secara naluri dia menggerakkan pantatnya kekanan dan kekiri,  mengikuti gerakan kontolku yang keluar masuk, wuihh tambah nikmat.  terlihat diwajahku bahwa aku menikmati sekali gesekkan kontolku di  memeknya. Tubuhku     bergoyang-goyang maju mundur, aku memperhatikan  kontolku sendiri yang sedang keluar masuk di memeknya. 
  Selang beberapa saat, aku mengajak ganti posisi, dia pasrah aja. Dia  kusuruh nungging dan aku menyodokkan kontolku dari belakang ke me  meknya. Nikmat sekali permainan ini. "Ennngghh..." desahnya tak keruan.  Sambil menggoyang pantatnya maju mundur, aku memegangi pinggulnya dengan  erat, terasa nikmat yang luar biasa. Tidak tahu berapa lama aku  menggenjot memeknya dari belakang seperti itu, makin lama makin keras  sehingga akhirnya dia nyampe lagi "Mas, enjot yang keras, nikmat sekali  rasanya", jeritnya. Aku mengenjot kontolku lebih cepat lagi dan kemudian  pejuku muncrat didalam me meknya berulang-ulang, banyak sekali.  'crottt, croooth.., crooootttthh...' Dia merasa memeknya agak membengkak  akibat disodok oleh kontolku yang besar itu. "Sin, me mek kamu luar  biasa deh cengkeramannya, nikmat banget. Kerasa sekali gesekannya dikon  tolku", kataku sambil terengah2. 
  Setelah istirahat beberapa saat, aku bertanya padanya "Gimana Sin?".  "Enak sekali mas, rasanya nikmat sekali, memekku sampe sesek masukan kon  tol mas, abis gede banget sih", jawabnya. Aku mencabut kontolku yang  sudah lemes dari memeknya. kontolku berlumuran pejunya dan cairan  memeknya. Mungkin saking banyaknya aku ngecretin peju dimemeknya."Cape  ya Sin". "Iya     mas, malem ini aku nginep disini ya mas, boleh kan".  "Boleh banget, kita bisa ngen tot all nite long kan". "Wah mau dong".
 
 
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Profesi dan Kenikmatan               Mar 19th 2013, 03:47                                                Aku tersentak bangun saat kudengar jam wekerku berdering dengan nyaring. "Uhh.. Jam berapa ini..!" gumamku pelan sambil berusaha membuka mataku,  aku masih malas dan ingin kembali tidur, tapi tiba tiba aku teringat  bahwa hari ini aku harus buru-buru berkemas dan berangkat, kalau tidak,  aku akan ketinggalan pesawat. Hari ini aku akan pergi ke luar kota, bank swasta tempatku bekerja  menugaskanku untuk mengikuti beberapa program pendidikan di kantor  cabang salah satu kota di daerah Jawa Tengah. Namaku Melinda tapi teman-teman biasa memanggilku Linda. Aku dilahirkan  dari keluarga yang serba berkecukupan dan aku hanya mempunyai satu  saudara kandung laki-laki, praktis semua permintaan dan kebutuhanku  selalu dipenuhi oleh kedua orang tuaku. Aku benar benar sangat di manja  oleh mereka. Ayahku berasal dari negeri Belanda, sedangkan ibuku berasal  dari Menado, aku bersyukur karena seperti gadis peranakan pada umumnya,  aku pun tumbuh menjadi gadis yang berwajah cukup cantik. Saat ini usiaku 24 tahun, wajahku cantik dan kulitku putih mulus,  rambutku lurus dan panjang sampai di bawah bahu, tubuhku pun termasuk  tinggi dan langsing dipadu dengan ukuran buah dada yang termasuk besar  untuk ukuran gadis seusiaku, ditambah lagi, aku sangat rajin merawat  tubuhku sendiri supaya penampilanku dapat terus terjaga. "Wah.. Aku belum sempat potong rambut nih.." gumamku sambil terus  mematut diri di depan cermin sambil mengenakan pakaianku. Hari ini aku  memakai setelan rok coklat tua dan kemeja putih berkerah, lalu aku  padukan dengan blazer coklat muda. Aku merasa tampil makin cantik dengan  pakaian kesayanganku ini, membuat aku tambah percaya diri. Singkat cerita, aku telah sampai di kota tempatku akan bekerja. Aku  langsung menuju kantor cabangku karena aku harus segera melapor dan  menyelesaikan pekerjaan. Sesampai di depan kantor suasananya terlihat sangat sepi, di lobby  kantor hanya terlihat dua orang satpam yang sedang bertugas, mereka  mengatakan bahwa seluruh karyawan sedang ada pelatihan di gedung  sebelah. Dan mereka juga berkata bahwa aku sudah ditunggu oleh Pak Bobby  di ruangannya di lantai dua, Pak Bobby adalah pimpinan kantor cabang di  kota ini. "Selamat siang..! Kamu Melinda kan..?" sambut Pak Bobby ramah sambil mempersilakan aku duduk. "Iya Pak.. Tapi saya biasa di panggil Linda.." jawabku sopan. Pak Bobby kemudian mengajukan beberapa pertanyaan kepadaku, sambil  sesekali menanyakan keadaan para pegawai di kantor pusat. Cukup lama  juga aku berbicara dengan Pak Bobby, hampir lima belas menit, padahal  sebenarnya, aku harus ke gedung sebelah untuk mengikuti diklat, tapi Pak  Bobby terus saja menahanku dengan mengajakku berbicara. Sebenarnya aku sedikit risih dengan cara Pak Bobby memandangku, mulutnya  memang mengajukan pertanyaan kepadaku, tapi matanya terus memandangi  tubuhku, tatapannya seperti hendak menelanjangiku. Dia memperhatikanku  mulai dari ujung kaki sampai ujung kepala, sesekali pandangannya  tertumpu di sekitar paha dan buah dadaku. Aku agak menyesal karena hari  ini aku mengenakan rok yang agak pendek, sehingga pahaku yang putih jadi  sulit untuk kusembunyikan. Dasar mata keranjang, sungutku dalam hati.  Baru tak berapa lama kemudian pembicaraan kami pun selesai dan Pak Bobby  beranjak ke arah pintu mempersilakanku untuk mengikuti diklat di gedung  sebelah. "Terima kasih Pak.. Saya permisi dulu.." jawabku sambil beranjak ke arah pintu. Perasaanku langsung lega karena dari tadi aku sudah sangat risih dengan  pandangan mata Pak Bobby yang seperti hendak menelanku bulat bulat. Pak  Bobby membukakan pintu untukku, aku pun berterima kasih sambil berjalan  melewati pintu tersebut. Tapi aku kaget bukan kepalang saat tiba tiba rambutku dijambak dan  ditarik oleh Pak Bobby, sehingga aku kembali tertarik masuk ke ruangan  itu, lalu Pak Bobby mendorongku dengan keras sehingga aku jatuh  terjerembab di atas sofa tempat tadi aku duduk dan berbicara dengan Pak  Bobby. "Apa yang Bapak lakukan..?? Mau apa Bapak..?" jeritku setengah bergetar  sambil memegangi kepalaku yang sakit akibat rambutku dijambak seperti  itu. Pak Bobby tidak menjawab, dia malah mendekatiku setelah sebelumnya  menutup pintu ruangannya. Sedetik kemudian dia telah menyergap, mendekap  dan menggumuliku, nafasnya mendengus menghembus di sekitar wajahku saat  Pak Bobby berusaha menciumi bibirku "Jangan.. Jangann..! Lepasskan.. Ssaya..!" jeritku sambil memalingkan wajahku menghindari terkaman mulutnya. "Diam..!!" bentaknya mengancam sambil mempererat pelukannya pada tubuhku. Aku terus meronta sambil memukulkan kedua tanganku ke atas pundaknya,  berusaha melepaskan diri dari dekapannya, tapi Pak Bobby terus  menghimpitku dengan erat, nafasku sampai tersengal sengal karena  terdesak oleh tubuhnya. Bahkan sekarang Pak Bobby telah mengangkat  tubuhku, dia menggendongku sambil tetap mendekap pinggangku, lalu dia  menjatuhkan dirinya dan tubuhku di atas sofa dengan posisi aku ada di  bagian bawah, sehingga kini tubuhku tertindih oleh tubuhnya. Aku terus menjerit dan meronta, berusaha keluar dari dekapannya, lalu  pada satu kesempatan aku berhasil menendang perutnya dengan lututku  hingga membuat tubuhnya terjajar ke belakang. Dia terhenyak sambil  memegangi perutnya, kupergunakan kesempatan itu untuk berlari ke arah  pintu. Aku hampir sampai di pintu keluar saat tubuhku kembali tertarik  ke belakang, rupanya Pak Bobby berhasil menggapai blazerku dan  menariknya hingga terlepas dari tubuhku, sesaat kemudian aku sudah  berada di dalam dekapannya kembali. "Bajingann..! Lepaskan saya..!" jeritku sambil memakinya. Tenagaku sudah mulai habis dan suaraku pun sudah mulai parau, Pak Bobby  masih terus memelukku dari belakang sambil mulutnya berusaha menciumi  leher dan tengkukku, sementara tangannya menelikung kedua tanganku,  membuat tanganku terhimpit dan tidak dapat bergerak. "Jangann..! Biadab.. Lepaskan sayaa..!" aku kembali menjerit parau. Air mataku sudah meleleh membasahi pipiku, saat tangan Pak Bobby  membetot keras kemeja putihku, membuat seluruh kancingnya terlepas dan  berjatuhan di atas lantai. Sekarang tubuh bagian atasku menjadi setengah  terbuka, mata Pak Bobby semakin melotot melihat buah dadaku yang masih  terlindung di balik bra hitamku, setelah itu, dia menarik kemeja yang  masih menempel di bahuku, dan terus menariknya sampai menuruni lenganku,  sampai akhirnya Pak Bobby menggerakkan tangannya, melemparkan kemeja  putihku yang telah terlepas dari tubuhku. "Lepasskann..!!" jeritku saat satu tangannya mulai bergerak meremasi sebelah payudaraku. Tubuhku mengelinjang hebat menahan ngilu di buah dadaku, tapi dia tidak  berhenti, tangannya malah semakin keras meremas buah dadaku. Seluruh  tubuhku bergetar keras saat Pak Bobby menyusupkan tangannya ke balik bra  hitamku dan mulai kembali meremas payudaraku dengan kasar, sambil  sesekali menjepit dan mempermainkan puting buah dadaku dengan jarinya,  sementara mulutnya terus menjilati leherku dengan buas. Pak Bobby sudah akan menarik lepas bra yang kukenakan, saat pada saat  yang bersamaan pintu depan ruangannya terbuka, dan muncul seorang laki  laki dengan wajah yang tampak kaget. "Ada apa nih Pak Bobby..?" serunya, sambil memandangi tubuhku. "Lepaskan saya.. Pak..! Tolong saya..! Pak Bobby akan memperkosa saya..!" jeritku memohon pertolongan dari orang itu. Perasaanku sedikit lega saat laki-laki itu muncul, aku berharap dia akan menolongku. Tapi perkiraanku ternyata salah.. "Wah Pak.. Ada barang baru lagi nih. Cantik juga..!" seru laki-laki itu  sambil berjalan mendekati kami, aku langsung lemas mendengar  kata-katanya, ternyata laki laki ini sama bejatnya dengan Pak Bobby. "Ada pesta kecil..! Cepat Han.!! Lu pegangi dia..! Cewek ini binal  banget" jawab Pak Bobby sambil tetap mendekap tubuhku yang masih terus  berusaha meronta. Sedetik kemudian laki-laki itu sudah berada di depanku, tangannya  langsung menggapai dan merengkuh pinggangku merapatkan tubuhnya dengan  tubuhku, aku benar-benar tidak dapat bergerak, terhimpit oleh laki-laki  itu dan Pak Bobby yang berada di belakangku, lalu tangannya bergerak ke  arah bra-ku, dan dengan sekali sentak, dia berhasil merenggut bra itu  dari tubuhku. "Tidak.. Tidak..! Jangan lakukan..!!" jeritku panik. Tangisku meledak, aku begitu ketakutan dan putus asa hingga seluruh bulu  kudukku merinding, dan aku semakin gemetar ketakutan saat laki-laki  yang ternyata bernama Burhan itu melangkah ke belakang, sedikit  menjauhiku, dia diam sambil memandangi buah dadaku yang telah terbuka,  pandangannya seperti hendak melahap habis payudaraku. "Sempurna..! Besar dan padat.." gumamnya sambil terus memandangi kedua buah dadaku yang menggantung bebas. Setelah itu dia kembali beranjak mendekatiku, mendongakkan kepalaku dan  melumat bibirku, sementara tangannya langsung mencengkeram buah dadaku  dan meremasnya dengan kasar. Suara tangisanku langsung terhenti saat  mulutnya menciumi bibirku, kurasakan lidahnya menjulur di dalam mulutku,  berusaha menggapai lidahku. Aku tercekat saat tangannya bergerak ke  arah selangkanganku, menyusup ke balik rokku, aku langsung tersentak  kaget saat tangannya merengkuh vaginaku. Kukumpulkan sisa-sisa tenagaku  lalu dengan sekuat tenaga kudorong tubuh Pak Burhan. "Tidak.! Tidak..! Lepaskan saya.. Bajingan kalian..!" aku menjerit  sambil menendang-nendangkan kakiku berusaha menjauhkan laki-laki itu  dari tubuhku. "Ouh.. Ssakit..!!" keluhku saat Pak Bobby yang berada di belakangku  kembali mendekapku dengan lebih erat. Kutengadahkan kepalaku, kutatap  wajah Pak Bobby, aku memohon supaya dia melepaskanku. "Tolonngg.. Hentikann Pak..!! Saya.. Mohon.. Lepaskan saya.." ucapku mengharap belas kasihannya. Keadaanku saat itu sudah benar-benar berantakan, tubuh bagian atasku  sudah benar-benar telanjang, membuat kedua payudaraku terlihat  menggantung dan tidak lagi tertutup oleh apapun. Aku sangat takut,  mereka akan lebih bernafsu lagi melihat keadaan tubuhku yang sudah  setengah telanjang ini, apalagi saat ini tubuhku sedang ditelikung oleh  Pak Bobby dari belakang hingga posisi itu membuat dadaku jadi terdorong  ke depan dan otomatis buah dadaku pun ikut membusung. Beberapa saat kemudian Pak Bobby tiba tiba mengendorkan dekapannya pada  tubuhku dan akhirnya dia melepaskanku. Aku hampir tidak percaya bahwa  Pak Bobby mau melepaskanku, padahal saat itu aku sudah sangat putus asa,  aku sadar aku hampir tidak mungkin lolos dari desakan kedua laki-laki  tersebut. Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan itu, aku langsung berlari secepatnya  ke arah pintu, tapi lagi-lagi aku kalah cepat, Pak Burhan sudah  menghadang di depanku dan langsung menghunjamkan pukulannya ke arah  perutku. "Arghh..!! Sshh.. Ouhh.." aku mengeluh kesakitan. Kupegangi perutku, seketika itu juga, aku langsung jatuh terduduk,  nafasku tersengal-sengal menahan sakit yang tak terkira. Belum hilang  rasa sakitku, mereka berdua langsung menyerbu ke arahku. "Pegangi tangannya Han..!!" seru Pak Bobby sambil mendorong tubuhku sehingga aku jatuh terjengkang di atas lantai. Seketika itu juga Pak Burhan sudah berada di atas kepalaku dan  mencengkeram kedua tanganku, sementara Pak Bobby berada di bawah  tubuhku, mendekap kedua kakiku yang berusaha menendangnya. Dia sudah  seperti kemasukan setan, melepasi sepatu hak tinggiku, merobek  stockingku dan mencabik cabik rok yang kukenakan dan akhirnya dia  merenggut dengan paksa celana dalamku, melolosinya dari kedua kakiku dan  melemparkannya ke lantai. "Lepasskann..! Lepasskan..! Tolongg.. Jangan perkosa sayaa..!" jeritanku makin keras di sela-sela keputusasaan. Aku sudah tidak sanggup lagi menahan mereka yang sepertinya semakin  bernafsu untuk memperkosaku, air mataku makin deras mengalir membasahi  kedua pipiku, kupejamkan mataku, bulu kudukku langsung bergidik, aku  tidak sanggup membayangkan kalau hari ini aku akan diperkosa oleh  mereka. "Jangann.. Ahh.. Tolongg..!" aku menjerit histeris saat Pak Bobby melepaskan pegangannya pada kedua kakiku. Dia berdiri sambil melepaskan pakaiannya sendiri dengan sangat  terburu-buru. Aku sadar, laki-laki ini sebentar lagi akan menggagahiku.  Seketika itu juga kurapatkan kedua kakiku dan kutarik ke atas hingga  menutupi sebagian dadaku, sementara kedua tanganku masih tetap di dekap  erat oleh Pak Burhan. Tiba tiba Pak Bobby berjongkok, dia langsung  menarik kedua kakiku, merenggangkannya dan kemudian memposisikan  tubuhnya di antara kedua pangkal pahaku. "Jangann..!!" keluhku lemah dan putus asa, sambil bertahan untuk tetap  merapatkan kedua kakiku, tapi tenaga Pak Bobby jauh lebih kuat di  bandingkan dengan tenagaku. Aku terhenyak saat Pak Bobby mulai menindihku, membuatku jadi sesak dan  sulit untuk bernafas, buah dadaku tertekan oleh dadanya, sementara  perutnya menempel di atas perutku. "Arghh..!! Jangann..! Sakiitt..!!" rintihku sambil berusaha menggeser  pinggulku ke kiri dan ke kanan, saat kurasakan kemaluannya bergesekan  dengan bibir kemaluanku. "Sakiitt..!" aku kembali mengerang saat kepala penisnya mulai masuk ke dalam liang vaginaku. Bersamaan dengan itu, tangan Pak Bobby bergerak, menjambak rambutku dan  menariknya sehingga kepalaku terdongak, kemudian Pak Bobby dengan kasar  melumat bibirku sambil terus menekankan tubuhnya ke arah selangkanganku.  Kurasakan kesakitan yang luar biasa di dalam liang vaginaku saat batang  penisnya terus melesak masuk menghunjam ke dalam lubang kemaluanku. "Ahh..! Jangann..! Sakiitt..!" aku kembali menjerit dengan keras saat batang penisnya menembus dan merobek selaput daraku. Tubuhku melenting ke atas menahan sakit yang amat sangat. Kuangkat  kakiku dan kutendang-tendangkan, aku berusaha menutup kedua kakiku, tapi  tetap saja batang penis itu terbenam di dalam vaginaku. Aku sungguh  tersiksa dengan kesakitan yang mendera vaginaku. Kuhempaskan wajahku ke  kiri dan ke kanan, membuat sebagian wajahku tertutup oleh rambutku  sendiri, mataku membeliak dan seluruh tubuhku mengejang hebat.  Kukatupkan mulutku, gigiku bergemeretak menahan sakit dan ngilu, nafasku  seperti tercekat di tenggorokan dan tanpa sadar kucengkeram keras  tangan Pak Burhan yang sedang memegang kedua tanganku. Aku masih terus merintih dan menangis, aku terus berusaha  menendang-nendangkan kedua kakiku saat Pak Bobby menarik batang penisnya  sampai tinggal kepala penisnya saja yang berada di dalam liang  vaginaku, lalu menghunjamkannya kembali ke dalam liang rahimku. Pak  Bobby sudah benar-benar kesetanan, dia tidak peduli melihatku yang  begitu kesakitan, dia terus bergerak dengan keras di dalam tubuhku,  memompaku dengan kasar hingga membuat tubuhku ikut terguncang turun naik  mengikuti gerakan tubuhnya. "Ahh.. Sshh.. Lepaskann..!" jeritanku melemah saat kurasakan gerakannya  makin cepat dan kasar di dalam liang kemaluanku, membuat tubuhku makin  terguncang dengan keras, buah dadaku pun ikut mengeletar. Kemudian Pak Bobby mendaratkan mulutnya di buah dadaku, menciumi dan  mengulum puting payudaraku, sesekali dia menggigit puting buah dadaku  dengan giginya, membuat aku kembali terpekik dan melenguh kesakitan.  Kemudian mulutnya bergerak menjilati belahan dadaku dan kembali melumat  bibirku, aku hanya bisa diam dan pasrah saat lidahnya masuk dan  menari-nari di dalam mulutku, sepertinya dia sangat puas karena telah  berhasil menggagahi dan merenggut keperawananku. Perlahan-lahan dia menghentikan gerakannya memompa tubuhku, melesakkan  kemaluannya di dalam liang vaginaku dan menahannya di sana sambil tetap  memelukku dengan erat. Setelah itu dia menurunkan mulutnya ke sekitar  leher dan pundakku, menjilatinya dan kemudian menyedot leherku dengan  keras, membuat aku melenguh kesakitan. Cukup lama Pak Bobby menahan  penisnya di dalam liang kemaluanku, dan aku dapat merasakan kemaluannya  berdenyut dengan keras, denyutannya menggetarkan seluruh dinding liang  vaginaku, lalu dia kembali bergerak memompa diriku, memperkosaku pelan  pelan, lalu cepat dan kasar, begitu berulang ulang. Sepertinya Pak Bobby  sangat menikmati pemerkosaannya terhadap diriku. Aku meringis sambil tetap memejamkan kedua mataku, setiap gerakan dan  hunjaman penisnya terasa sangat menyiksa dan menyakiti seluruh tubuhku,  sampai akhirnya kurasakan mulutnya makin keras menyedot leherku dan  mulai menggigitnya, aku menjerit kesakitan, tapi tangannya malah  menjambak dan meremas rambutku. Tubuhnya makin rapat menyatu dengan  tubuhku, dadanya makin keras menghimpit buah dadaku, membuatku makin  sulit bernafas, lalu dia mengatupkan kedua kakiku dan menahannya dengan  kakinya sambil terus memompa tubuhku, kemaluannya bergerak makin cepat  di dalam vaginaku, kemudian dia merengkuh tubuhku dengan kuat sampai  benar-benar menyatu dengan tubuhnya. Aku sadar Pak Bobby akan berejakulasi di dalam tubuhku, mendadak aku  jadi begitu panik dan ketakutan, aku tidak mau hamil karena pemerkosaan  ini, pikiranku jadi begitu kalut saat kurasakan batang kemaluannya makin  berdenyut-denyut tak terkendali di dalam liang rahimku. "Jangann..! Jangan.. Di dalam..! Lepasskan..!!" jeritku histeris saat  Pak Bobby menghentakkan penisnya beberapa kali sebelum akhirnya dia  membenamkanya di dalam liang kemaluanku. Seluruh tubuhnya menegang dan dia mendengus keras, bersamaan dengan itu  aku meraskan cairan hangat menyemprot dan membasahi liang rahimku, Pak  Bobby telah orgasme, menyemburkan sperma demi sperma ke dalam vaginaku,  membuat dinding vaginaku yang lecet makin terasa perih. Aku meraung  keras, tangisanku kembali meledak, kutahan nafasku dan kukejangkan  seluruh otot-otot perutku, berusaha mendorong cairan spermanya agar  keluar dari liang vaginaku, sampai akhirnya aku menyerah. Bersamaan  dengan itu tubuh Pak Bobby jatuh terbaring lemas di atas tubuhku setelah  seluruh cairan spermanya mengisi dan membanjiri liang rahimku. Mataku menatap kosong dan hampa, menerawang langit-langit ruangan  tersebut. Air mataku masih mengalir, pikiranku kacau, aku tidak tahu  lagi apa yang harus kuperbuat setelah kejadian ini, kesucianku telah  terenggut, kedua bajingan ini telah merenggut kegadisan dan masa  depanku, tapi yang lebih menakutkanku, bagaimana jika nanti aku hamil..!  Aku kembali terisak meratapi penderitaanku. Tapi rupanya penderitaanku belum berakhir. Pak Bobby bergerak bangun,  melepaskan himpitannya dari tubuhku, aku kembali merintih, menahan perih  saat batang kemaluannya tertarik keluar dari liang kemaluanku. Kuangkat  kepalaku, kulihat ada bercak darah bercampur dengan cairan putih di  sekitar pangkal pahaku. Aku menangis, pandanganku nanar, kutatap Pak  Bobby yang sedang berjalan menjauhiku dengan pandangan penuh dendam dan  amarah. Seluruh tubuhku terasa sangat lemah, kucoba untuk bangun, tapi Pak  Burhan sudah berada di sampingku, dia menggerakan tangannya,  menggulingkan tubuhku dan mulai menggumuli tubuhku yang menelungkup, aku  diam tak bergerak saat Pak Burhan menciumi seluruh punggungku, sesaat  kemudian dia bergerak ke arah belakang tubuhku, merengkuh pinggangku dan  menariknya ke belakang. Aku terhenyak, tubuhku terseret ke belakang,  lalu Pak Burhan mengangkat pinggulku ke atas, membuat posisiku jadi  setengah merangkak, kutopang tubuhku dengan kedua tangan dan lututku,  kepalaku menunduk lemas, rambut panjangku tergerai menutupi seluruh  wajahku, kepanikan kembali melandaku saat kurasakan batang penisnya  menempel dan bergesekan dengan bibir vaginaku. "Linda..! Kamu memang benar-benar cantik dan seksi.." gumam Pak Burhan  sambil tangannya meremasi pantatku, sementara batang penisnya terus  menggesek-gesek di bibir vaginaku. "Ahh.! Sakiitt..! Sudahh.. Sudah..! Hentikann..!! jeritku menahan sakit  saat kemaluannya mulai melesak masuk ke dalam liang vaginaku. Kuangkat punggung dan kedua lututku, menghindari hunjaman batang  penisnya, tapi Pak Burhan terus menahan tubuhku, memaksaku untuk tetap  membungkuk. Seluruh otot di punggungku menegang, tanganku mengepal  keras, aku benar-benar tak kuasa menahan perih saat penisnya terus  melesak masuk, menggesek dinding vaginaku yang masih luka dan lecet  akibat pemerkosaan pertama tadi, kugigit bibirku sendiri saat Pak Burhan  mulai bergerak memompa tubuhku. "Lepasskan..! Sudah..! Hentikaann..!!" jeritku putus asa. Nafasku kembali tersengal sengal, tapi Pak Burhan terus memompaku dengan  kasar sambil tangannya meremasi pantatku, sesekali tangannya merengkuh  pinggulku, menahan tubuhku yang berusaha merangkak menjauhi tubuhnya,  seluruh tubuhku kembali terguncang, terombang ambing oleh gerakannya  yang sedang memompaku. Tiba tiba kurasakan wajahku terangkat, kubuka mataku dan kulihat Pak  Bobby berjongkok di depanku, meraih daguku dan mengangkatnya, Pak Bobby  tersenyum menatapku dengan wajah penuh kemenangan, menatap buah dadaku  yang menggantung dan menggeletar, meremasnya dengan kasar, lalu Pak  Bobby mendekatkan wajahnya, menyibakkan rambutku yang tergerai, sesaat  kemudian, mulutnya kembali melumat bibirku, mataku terpejam, air mataku  kembali meleleh saat mulutnya dengan rakus menciumi bibirku. "Ahh..!!" aku terpekik pelan saat Pak Burhan menyentakkan tubuhnya dan menekanku dengan kuat. Batang penisnya terasa berdenyut keras di dalam lubang kemaluanku, lalu  kurasakan cairan hangat kembali menyembur di dalam liang rahimku, aku  menyerah, aku sudah tidak punya kekuatan lagi untuk melawan, kubiarkan  saja Pak Burhan menyemburkan dan mengisi liang kemaluanku dengan cairan  spermanya. "Periihh..!!" rintihku pelan. Pak burhan masih sempat menghunjamkan kemaluannya beberapa kali lagi ke  dalam liang vaginaku, menghabiskan sisa sisa ejakulasinya di dalam liang  rahimku sebelum akhirnya dia menariknya keluar melewati bibir vaginaku  yang semakin terasa perih. Sedetik kemudian satu kepalan tangan mendarat di wajahku. Aku terlempar  ke samping, pandanganku berkunang kunang, lalu gelap. Aku jatuh pingsan.  Saat siuman aku temukan foto-foto telanjangku berserakan di samping  tubuhku dengan sebuah pesan.. "Pastikan..! Hanya Kita Bertiga yang Tahu..!!" Hari itu juga aku kembali pulang ke Jakarta dengan membawa penderitaan  yang amat berat, sesuatu yang paling berharga telah hilang dari diriku  dirampas oleh kebiadaban mereka.
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - 3 Gadis Cantik               Mar 19th 2013, 03:47                                                Siang yang panas menyelimuti kota Medan, bel tanda selesainya jam belajar di sekolah telah berbunyi. "Ramon, temenin aku di rumah yuk, di rumahku ga ada orang..." Kata  seorang gadis cantik keturunan chinese yang duduk sebangku denganku. Dia  adalah Vivi, pacarku yang sudah kupacari selama 2 tahun sejak SMP. "Ya udah... yuk..." Kataku sambil meraih tangannya dan berjalan di koridor sekolah. Singkat cerita, kamipun tiba di rumahnya. Di rumah, Vivi langsung memberikanku minuman dingin "Sayang... aku punya DVD baru nih..." Katanya sambil menunjukkan sebuah kotak DVD. "Mana? Puter dong..." DVD yang dimaksud pun diputar, DVD tersebut adalah DVD bokep koleksi barunya. Saat film mulai diputar badanku mulai panas dingin dengan Vivi yang  duduk di sebelahku mulai membuatku panas. Vivi pun mulai mendekat dan  makin mendekatiku, lalu menyandarkan kepalanya di bahu kananku... Film  yang tersaji pun tambah lama tambah hot, sehingga Vivi mulai duduk di  pangkuanku, tanganku pun mulai bergerak perlahan menyentuh pahanya yang  tertutup rok SMA nya. Vivi pun mulai bereaksi dengan sedikit menahan  nafasnya. Ku langsung menciumnya dengan ganas. Tangan kiri gua mulai  meremas-remas toketnya, yang sering gua nikmatin di kamar mandi sekolah  (hehehe). Lalu perlahan gua buka kancing seragam SMA nya satu satu.
  Lalu Vivi mulai melepaskan ciuman kami, sambil berdiri lalu membuka  seragam SMA dan BH merah mudanya. Gua langsung tarik lalu gua cupang  lagi lehernya dengan ganas (jangan kasih napas!!! maklum, udah kebelet)  sambil menggosok gosokkan jari gua di luar CD nya sampe basah. Lalu gua  arahkan cupangan gua ke toketnya yang lumayan gede (kira kira 36 B), gua  cupang terus ampe merah semua, terus gua cupang ampe pindah ke  pusarnya, karna terhalang rok seragamnya.
  "buka dong beibh..." suruh gua "mmm..."
  Lalu Vivi membuka rok sekaligus dengan CD biru mudanya. Terpampanglah  memek yang sangat indah, merah muda tanpa bulu sedikit pun, kayaknya  baru dicukur nih...
  gua cipok lagi Vivi sambil tangan gua menggosok gosok memeknya yang  semakin lama semakin becek oleh cairan kewanitaannya. Vivi menggelinjang  tak karuan dengan pekerjaan gua ini, desahannya memenuhi seluruh lantai  1 rumah yang kosong ini. Lalu gua isep memeknya yang basah itu gua  mainkan lidah gua sampe si Vivi orgasme.
  "Aaaaaccccckkkkhhhhh........."
  Cairan memeknya nikmat sekali. Desahan nikmatnya membuat gua makin semangat ngerjain Vivi.
  "Beibh... gantian isep punyaku..." pintaku "mmm..."
  Lalu gua buka semua pakaian gua yang gua pake, lalu melemparkannya ke  lantai. Gua duduk di sofa, sementara Vivi berlutut di hadapan ******  gua, memijat, mengurut, lalu mengulum ****** gua, wah... emang ahli ce  gua nih, ini yang bikin gua tambah cinta ama dia nih... disepong  sepongnya ****** gua, dengan sentuhan dan remasan yang mantap. Hingga  terasa peju gua udah di ujung tanduk.
  "Beibh!! Udah...!!!" "Hehe... hampir keluar yah??" "Udah tau nanya"
  Lalu gua cipok lagi dia dengan ganas, dengan permainan lidah kami yang padu...
  "Aku masukin ya beibh???" gua tanya "hhmmm..." jawabnya
  lalu dengan posisi Vivi tidur di sofa lalu gua duduk di hadapan memeknya  yang merekah indah itu, gua masukin ****** gua yang udah full tegang ke  dalam memeknya yang super becek itu.
  "Cleb...." "Aaaahhhh...." erang Vivi
  memeknya terasa sangat hangat dengan denyutan yang nikmat, sempit sekali  rasanya. Gua lalu mulai menggoyangkan sambil tangan gua meremas remas  toketnya yang bergoyang goyang itu.
  Tiba tiba terdengar suara seperti ada yang membuka pintu depan, dan muncul 2 orang ce, mereka adalah 2 kakak Vivi
  "Hey... Kalian berdua ngapain???" Kata Indah, kakak Vivi yang paling tua "Ramon! Kakak ga nyangka kalian berdua gituan!!" Teriak Sarah, kakak vivi yang satunya.
  "g...g..g... gak aa... da... kak..." jawabku dengan terbata bata sambil  mencabut ****** gua yang langsung lemas seketika karna ketakutan.
  "Kalo gak ada, tuh kalian berdua kok bugil??!" bentak Indah "Wah bahaya nih... harus kita lapor sama papa nih..." tambahnya "Jangan kak... Vivi minta maaf yah..." kata Vivi "Enak aja minta maaf...!!!" bentak Indah lagi "Boleh aja dimaafin... asal..." lalu Sarah membisikkan sesuatu pada Indah "asal apa kak?" tanya Vivi "Asal Ramon mau puasin kita juga..." "Apa???"
  Gua terkejut ngedenger perkataan kakak kakaknya Vivi, ga nyangka gua  mereka kayak gitu, bukannya ngedidik adiknya malah ikutan, tapi ga papa  lah, ini namanya sekali mendayung, 3 bersaudara didapati... hehehehe... Sarah dan Indah mulai mendekati gua, lalu Indah mulai mencium gua dengan  ganas, ****** gua yang teudah lemas tadi mulai naik lagi. Sementara  Sarah langsung mengocok ****** gua, dilanjutkan dengan menghisap ******  gua sampai tegangnya full lagi... Wah mantep juga nih, dapet serangan di  sana sini.
  "Vivi, udah... sini ikutan..." ajak Indah
  Vivi langsung menjejalkan toketnya ke muka gua, setelah Indah melepaskan  ciuman ganasnya. Indah lalu pindah ke ****** gua, bergantian dengan  Sarah menikmati ****** gua. Semangat gua langsung membara dengan  serangan bertubi tubi di seluruh tubuh.
  Setelah itu, Indah dan Sarah mulai menunda pekerjaan mereka, lalu mereka  berdua berdiri menanggalkan seluruh pakaian mereka hingga terdapat 3  orang bidadari yang sangat cantik, sexy, putih dan montok itu. Indah lebih montok daripada Vivi, ukuran toketnya lebih gede, bibirnya  lebih merah dengan memek berjembut tipis. Sementara Sarah juga ga kalah  montok dari kakaknya, juga tak kalah cantik dengan kakaknya. Pokok'e  maknyussss.... (kayak kata pak bondan, hehehe)
  lalu mereka bertiga menggerayangi tubuh gua, satu nyipok gua, satunya  ngisep ****** gua, dan satu lagi ngejilatin dada gua, gua ga tau lagi  siapa ngerjain yang mana, yang pasti gua ampe merem melek diserang kayak  gini...
  "Kontolnya besar juga nih, muat ga ya di memek ku?" kata Indah bercanda "Boleh dicoba kok..." kata Vivi
  Lalu, tak lama kemudian, Indah mengajak kami semua untuk pindah ke kamarnya yang ranjangnya besar. Lalu Indah langsung ngedorong gua ampe telentang di ranjang, dengan  ****** yang tegak menantang. Indah langsung naik ke atas tubuh gua, lalu  mencoba duduk di atas ****** gua menghadap gua sambil memasukkan ******  gua, dan langsung menggoyangkannya naik turun.
  "mmmppphhhh..... enak juga nih ******....."
  Lalu kulihat Vivi dan Sarah di kanan kiri gua, mereka berdua ngeliatin  kakaknya yang lagi seru dengan ****** gua. Nih memek sempit banget,  lebih sempit daripada punya Vivi, dan gua udah ga tahan lagi, goyangan  Indah pun dipercepat, kayaknya mau orgasme nih si Indah.
  "Ah... Ah... AH..." erangnya di setiap enjotan "Aaaaaaaaccccccchhhhhhhhhhhh...........!!!!!!!  !!!! !" teriaknya saat orgasme
  Gua yang udah ga tahan dengan enjotan Indah lalu gua keluarin sperma gua  di memeknya Indah. Lalu Indah menjatuhkan tubuhnya, dan mencium gua.
  Tak lama kemudian, Indah mencabut ****** gua dari memeknya yang sudah dipenuhi cairan kenikmatan kami berdua.
  "Eh... nih anak ngecret ga bilang bilang ya... an nih!" katanya ketika melihat di memeknya ada cairan sperma gua. "Ga papa ah kak... namanya juga nanggung" "Iya... kalo keterusan, trus salah satu dari kita bertiga hamil gimana?" "Ga papa ah kak..." potong Vivi membela gua
  Indah lalu masuk ke kamar mandi. Gua masih telentang dengan rasa lelah yang sangat sangat lelah, lalu  Vivi ngedatengin ****** gua dan langsung nyepong ****** gua, ngebersihin  sisa sisa sperma yang ada, ****** gua yang udah lemas lalu langsung  tegang lagi. Ga lama Vivi ngisep ****** gua, gua suruh Vivi nungging,  gua mau coba doggie style, yang sering kami berdua lakukan.
  Selagi gua genjot Vivi, Sarah mencium gua, ciumannya masih kalah ganas  dari 2 saudaranya, masih lebih hebat ciuman Vivi daripada Sarah. Gua lepas ciuman gua. Lalu gua fokus ke permainan gua sama Vivi.
  Ga lama, Vivi minta ganti posisi, Vivi gua tidurin telentang lalu  membuka selangkangannya lebar lebar. Gua masukkan ****** gua lalu gua  genjot. Setelah gua keluar sama Indah tadi rasanya ****** gua lebih tahan  menerima gempuran memek Vivi. Ampe Vivi yang orgasme, memeknya berdenyut  denyut dan mengeluarkan cairan yang sangat banyak dan hangat.
  "Ooooohhhhh.... Bbbbeeeiiibbbbbhhhh........"
  Gua cipok dia, lalu gua lepas ****** gua, Vivi terbaring lemas dan gua  gantian sama Sarah, gua tidurin Sarah lalu gua buka selangkangannya dan  gua isep vaginanya, bulunya sangat lebat, memeknya Sarah ga kalah mantap  dari 2 saudaranya.
  "Ramon... masukin ajah... kakak udah ga tahan nih..." kata Sarah
  langsung gua buat nungging sambil pegangan di dinding dengan kaki tetap  berlutut di ranjang, posisinya agak ke atas, gua masukin ****** gua dari  belakang, langsung gua genjot dengan kencang, memeknya sempit juga, gua  udah "panas" dari tadi sama kelakuan 3 bersaudara ini. Setelah 5-6  menit gua posisi begini, lalu gua ubah posisi jadi gua di atas dan Sarah  di bawah. Gua genjot sekencang kencangnya, sambil gua remas remas  toketnya yang menantang, ukurannya ga kalah gede sama Vivi punya.
  "Aaaahhhhh......" teriaknya orgasme, ****** gua lepas, lalu keluar la  cairan yang terciprat kayak air mancur kecil di film film bokep, baru  kali ini gua liat ce orgasme kayak gini di depan mata. Keren juga  hahaha.
  Lalu gua lanjutin, gua masukin lagi ****** gua ke memeknya Sarah, gua  genjot sekencang kencangnya, karna gua belum nyampe juga. Gua liat Vivi  terbaring lemah dan gua ngeliat Indah baru keluar dari kamar mandi, lalu  duduk di samping kami di tepi ranjang.
  Akhirnya...
  "Kak... Ma...u... keluar nih.... aaaccchhh...." "Ya udddaaahh... dddiii daaallllleeeemmm... aajahhhh gaakkkhhh papahhhhh....."
  Menyemburlah sperma gua di dalam memeknya, lalu gua diem dan gua jatuh  ke badan Sarah, gua cium Sarah ampe gua ngerasa lemas selemas lemasnya.
  Gua copot ****** gua dari memek Sarah, keluarlah sperma gua sedikit demi sedikit dari memeknya.
  "Ah... Kak Sarah, Kak Indah... Makasih yah... Ramon puas kak..." "Iya mon... Kita juga puas... Kontolmu sedap..." puji Indah "Sering sering aja yah puasin kita lagi..." kata Sarah "Tanya Vivi dulu dong kak.... aku kan pacarnya Vivi..." "Iya deh..."
  Pandangan kini tertuju pada Vivi yang tertidur bugil karena kelelahan.  Akhirnya gua nginap di rumah itu ampe 2 hari, selama itu gua terus  terusan ngesex ganti gantian sama mereka bertiga
  Betapa nikmatnya ngesex ama 3 ce sekaligus, kakak beradik lagi, itulah pengalaman gua yang sangat indah untuk dikenang.
 
 
          Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita sex - Terjebak Rayuan Manis Bos               Mar 19th 2013, 03:45                                                Namaku Nina, saat ini aku sedang kuliah semester akhir di salah satu  perguruan tinggi swasta di kota Bandung. Saat kejadian itu menimpaku,  aku sedang duduk di semester dua. Sebenarnya seluruh keluargaku tinggal  di kota Jakarta, dan mereka agak keberatan jika aku harus kuliah di luar  kota, tapi saat itu aku sudah bertekad untuk belajar hidup mandiri  hingga akhirnya mereka mengijinkan aku untuk melanjutkan studi di kota  tersebut.
  Di Bandung aku tinggal di sebuah kos putri yang letaknya tidak begitu  jauh dari kampusku. Aku tinggal bersama seorang temanku yang aku kenal  di kampus. Namanya Lenny, dia gadis berdarah Sunda asli. Padahal dia  bisa saja tinggal di rumahnya yang juga berada di kota Bandung, tapi  menurutnya dia ingin lebih bisa berkonsentrasi dengan kuliahnya, jadi  dia memutuskan untuk tinggal di kos bersamaku.
  Lenny adalah gadis yang sangat pintar dan juga sopan, begitu sopannya  sampai-sampai dia tidak pernah mengenakan pakaian yang seksi atau  sedikit terbuka saat bepergian atau berangkat kuliah, padahal menurutku  wajah Lenny sangat cantik, rambutnya panjang dan hitam dengan kulit  tubuh yang putih mulus, layaknya gadis gadis Sunda pada umumnya,  sementara postur tubuhnya juga sangat bagus dan proporsional,  pinggangnya ramping didukung oleh kedua belah kakinya yang jenjang,  apalagi Lenny juga memiliki payudara yang besar, mungkin dua kali lebih  besar daripada buah dadaku. Pokoknya, jika saja Lenny mau berdandan dan  sedikit mengubah penampilannya, dia bisa menjadi salah satu gadis  tercantik di tempat kuliahku.
  Untuk memenuhi kebutuhanku agar tidak terlalu mengandalkan uang kiriman  dari orang tuaku, aku memutuskan untuk kuliah sambil bekerja paruh waktu  di salah satu club billiard yang cukup besar dan eksklusif di kota  Bandung. Aku bekerja menjadi salah seorang penjaga meja, sekaligus  merangkap pramusaji di club tersebut, kadang kadang aku merasa sangat  lelah dan letih, apalagi jika aku harus terpaksa pulang larut malam dari  tempat kerja. Tapi tidak apalah, yang penting aku bisa mempunyai cukup  uang dan dapat memenuhi kebutuhanku sendiri tanpa harus mengandalkan  kiriman uang dari orang tuaku, lagipula aku sudah bertekad untuk belajar  hidup mandiri.
  Singkat cerita, hari itu aku sedang bingung, karena besok adalah hari  terakhir waktu pembayaran uang semester, padahal kiriman dari orang tua  belum juga sampai ke rekeningku, dan saat gajianku masih seminggu lagi,  sementara uang tabunganku sudah habis untuk keperluan dan biaya hidupku  sehari-hari hingga sore itu aku benar benar pusing memikirkannya.  Akhirnya, kuberanikan diri untuk meminjam uang ke club tempat aku  bekerja, tapi perusahaan tidak dapat mengabulkan permohonanku dengan  alasan saat itu tidak ada dana yang tersedia karena seluruh uang yang  ada sudah disetorkan ke pemiliknya.
  Malam itu, dengan perasaan sedih dan bingung, aku berkemas untuk pulang  kembali ke kosku. Saat itu jam kerjaku memang telah selesai. Aku  berjalan lunglai dari ruangan karyawan, bingung memikirkan nasibku  besok, saat kulihat Lenny sudah menungguku di ruang tunggu
  "Gimana Nin? Dapat pinjaman uangnya?" tanya Lenny. "Nggak bisa Len.. Nggak apa-apa deh, besok gua minta keringanan aja dari kampus" ujarku dengan nada lemas. "Elu sendiri, dari mana.? Tumben mampir ke sini?" tambahku sambil  melihat ke arah jam tanganku, saat itu sudah hampir jam sepuluh malam,  tidak biasanya Lenny berani keluar malam-malam, pikirku heran. "Gua abis dari mall di depan, ngecek ATM, siapa tahu kiriman gua udah  sampai, buat nalangin bayaran elu, tapi ternyata belum sampai.." ujar  Lenny dengan nada menyesal. "Thanks banget untuk usaha lu Len." ujarku sambil mengajaknya pulang.
  Kami berdua berjalan melewati ruangan billiard. Saat itu di sana masih  ada empat orang tamu yang sedang bermain ditemani oleh manajerku, mereka  adalah teman-teman dari pemilik club tersebut, jadi walaupun club  tersebut sudah tutup, mereka tetap dapat bebas bermain. Aku sempat  berpamitan dengan mereka sebelum aku kembali berjalan menuju pintu  keluar saat tiba-tiba salah seorang dari mereka memanggilku..
  "Nin.., Temenin kita main dong..!" serunya. "Kita taruhan. Berani nggak?" tambah temannya sambil melambaikan tangannya ke arahku.
  Aku tertegun sejenak sambil menatap bengong ke arah mereka. Rupanya  mereka sedang berjudi, dan mereka mengajakku untuk bergabung. Wah, boleh  juga nih. Siapa tahu menang.., pikirku.
  "Taruhannya apa? Saya lagi tidak bawa uang banyak..!" seruku, sementara kulihat Pak Dicky manajerku, berjalan menghampiriku. "Gampang.., kalau kamu bisa menang, satu game kami bayar lima ratus  ribu, tapi kalau kamu kalah, nggak perlu bayar, kamu cuma harus buka  baju aja, kita main sepuluh game.. Setuju?" seru salah seorang dari  mereka.
  Aku terkesiap mendengar tantangannya, kulirik Lenny yang saat itu sudah  berada di depan pintu keluar, dia tampak menggelengkan kepalanya, sambil  memberi tanda kepadaku, agar aku cepat-cepat meninggalkan club  tersebut.
  "Brengsek! Nggak mau..!" ujarku sambil membalikkan tubuhku. Bisa-bisa  aku telanjang kalau dalam sepuluh game itu aku kalah terus, pikirku  dengan sebal. Tapi tiba-tiba langkahku terhenti saat tangan manajerku  menahan pundakku. "Terima aja Nin, kamu kan lagi butuh uang, lagipula mereka nggak begitu jago kok..!" ujar manajerku berusaha membujuk. "Tapi Pak..!" jawabku dengan nada bingung, sebenarnya aku mulai tertarik  untuk memenuhi tantangan mereka, dengan harapan aku bisa memenangkan  seluruh game, lagipula aku benar benar membutuhkan uang tersebut. "Sudahlah.! Kalau kamu bersedia nanti saya kasih tambahan uang, lagipula  nggak enak menolak tamu-tamu bos.." ujarnya sambil terus membujukku. "Oke.. Tapi kalau saya kalah terus gimana?" tanyaku kepada mereka. "Tenang aja, kamu hanya lepas baju aja kok! Kami janji nggak akan  berbuat macam macam..!" seru orang yang berada paling dekat denganku. "Baik.. Tapi janji.. Tidak akan macam macam!" jawabku memastikan  perkataan mereka, sementara Lenny langsung berjalan menghampiriku. "Lu udah gila apa Nin..! Gua ngga setuju!" serunya dengan nada marah. "Tenang aja Len, elu duduk aja di sana, nungguin gua..! Oke?" ujarku sambil menunjuk ke arah sofa yang berada di pojok ruangan. "Tapi Nin?" ujar Lenny dengan wajah ketakutan. "Udah, nggak apa-apa, elu nggak perlu takut.." sanggahku sambil  tersenyum menenangkan hatinya, akhirnya Lenny pun berjalan dan duduk di  sofa tersebut.
  Sudah lima game berjalan, aku menang dua kali dan kalah tiga kali,  membuat aku harus menanggalkan jaket, blouse dan celana panjang yang  kukenakan hingga saat itu hanya tersisa bra dan celana dalam saja yang  masih melekat di tubuhku. Jangan sampai kalah lagi, ujarku dalam hati,  dua kali lagi aku kalah, maka aku akan benar-benar bugil. Pikiranku  mulai panik, sementara di pojok ruangan, Lenny sudah tampak mulai resah  melihat keadaanku.
  Tapi naas. Udara dingin dari AC di ruangan tersebut membuat aku sulit  untuk berkonsentrasi sehingga aku kembali kalah pada game keenam,  membuat mereka langsung bersorak riuh, memintaku untuk segera  menanggalkan bra yang kukenakan. Aku sudah hampir menangis saat itu,  tapi mereka terus memaksaku, maka dengan perasaan berat dan malu,  akhirnya kulepaskan juga bra yang melekat di tubuhku, membuat buah  dadaku langsung mencuat dan terbuka di hadapan mata mereka yang tampak  melotot saat memandang tubuh telanjangku.
  "Sudah.. Sudah, kita berhenti saja, saya menyerah!" seruku memelas  sambil berusaha menutupi tubuh bagian atasku, saat itu aku sudah merasa  sangat malu dan tidak lagi berminat untuk meneruskan taruhan itu. "Nggak bisa..! Perjanjiannya kan sampai kamu telanjang, baru  permainannya selesai..!" protes lawan mainku, akhirnya aku hanya bisa  menuruti kemauannya. "Buka.. Buka..!" sorak mereka saat pada game berikutnya aku kembali kalah dan harus melepas celana dalamku. "Sudah.. Kita batalkan saja taruhannya..!" jeritku sambil meraih  pakaianku dan berlari menjauhi mereka, tapi salah seorang dari mereka  dengan sigap menubrukku dari belakang, membuatku terhempas di atas meja  billiard dengan posisi menelungkup dan laki-laki itu menindihku dari  atas. "Lepaskan..!" teriakku kaget sambil meronta dengan sekuat tenaga, tapi  laki laki itu terus menindihku dengan kuat, membuat aku benar benar  tidak bisa bergerak sama sekali, akhirnya aku terkulai lemah tak berdaya  sambil terus menangis. "Pak dicky..! Tolong saya Pak..!" jeritku sambil menyapukan pandangan mencari manajerku.
  Betapa terkejutnya aku saat kulihat Pak Dicky sedang mendekap tubuh  Lenny sambil tangannya berusaha melucuti pakaian yang melekat di  tubuhnya dibantu oleh tiga orang temannya. Bersamaan dengan itu  kurasakan sesuatu mendesak masuk ke dalam liang kemaluanku. Rupanya saat  itu laki-laki yang berada di atas tubuhku, sudah akan memperkosaku. Dia  menyelipkan batang penisnya dari sela-sela celana dalam yang kukenakan  dan terus menekannya dengan keras, membuat batang kemaluannya makin  terhunjam masuk melewati bibir vaginaku.
  "Jangan.. Ouh..!!" jeritku sambil berusaha menahan pahanya dengan kedua  tanganku, tapi batang kemaluannya terus melesak masuk, sehingga akhirnya  benar-benar terbenam seluruhnya di dalam liang vaginaku. "Jangan keluar di dalam, Pak..!" gumamku pelan sambil menahan tubuhku yang berguncang saat laki-laki itu mulai memompaku. "Oke.. Uh.. Ssh.. Kamu cantik Nina..!" ceracau laki laki itu saat mulai bergerak di dalam tubuhku. "Ouh.. Hh..!" desahku lirih.
  Aku memejamkan mataku, merasakan getaran yang mulai menjalari seluruh  tubuhku, saat pemerkosaku menghentakkan tubuhnya dengan makin cepat,  membuat aku mulai terangsang saat itu, dan tanpa sadar aku pun ikut  menggerakkan pinggulku, berusaha mengimbangi gerakannya.
  Aku memang sudah sering melakukan hubungan badan dengan pacarku sejak  aku masih duduk di bangku SMU, malah kegadisanku telah terenggut oleh  pacarku saat aku masih di kelas satu SMA, dan sejak saat itu kami rutin  melakukan aktifitas seks, sampai akhirnya aku pergi melanjutkan studi di  Bandung, dan sekarang aku kembali merasakan kenikmatan itu setelah  selama satu tahun aku tidak pernah lagi bersetubuh.
  "Ouh.. Shh. Ah." desahku sambil terus menggoyangkan pinggulku.
  Sementara di pojok ruangan, kulihat Lenny sedang berjuang dengan sekuat  tenaga untuk melepaskan diri dari keempat orang yang sedang  menggumulinya. Saat itu keadaan Lenny benar benar sudah sangat  berantakan, kemeja lengan panjang yang di kenakannya sudah terbuka lebar  dan hampir lepas dari tubuhnya, sementara bra yang dikenakannya sudah  tampak setengah terbuka hingga membuat satu payudaranya menyembul  keluar.
  "Jangan.. Jangan.. Lepaskan.. Tolong..!" jeritnya keras sambil berusaha  meronta dan melawan dengan gigih saat seseorang dari mereka mulai  mengangkat rok panjang yang dikenakan oleh Lenny. "Jangan..! Toloong..!" jerit Lenny makin keras sambil  menendang-nendangkan kedua belah kakinya saat mereka mulai menggerayangi  tubuh bagian bawahnya dengan buas. "Hentikann..! Hentikan.!" teriak Lenny putus asa sambil menangis  sejadi-jadinya sementara tangannya berusaha menggapai ke arah bawah,  mencoba menahan tangan-tangan yang sedang melolosi celana dalamnya, tapi  gerakannya tertahan oleh tangan Pak Dicky yang saat itu terus mendekap  tubuh Lenny dari belakang.
  Manajerku itu terus memaksanya untuk tetap berada di dalam pangkuannya,  sambil sesekali meremas dan mempermainkan puting buah dada Lenny.  Beberapa saat kemudian, dua orang dari mereka mengangkat tubuh Lenny  sambil merenggangkan kedua belah kakinya, sementara Pak Dicky tetap  mendekap tubuh Lenny sambil mulai mengarahkan batang kemaluannya ke  sela-sela bibir kemaluan temanku itu.
  Saat itu keadaan Lenny sungguh sangat mengenaskan, pakaian bagian  atasnya sudah terbuka dengan lebar, sementara roknya pun telah  tersingkap sampai sebatas perutnya, dan aku dapat melihat jelas, saat  tubuh Lenny tampak menggeliat hebat ketika kedua orang yang mengangkat  tubuhnya itu mulai menurunkannya dengan perlahan, membuat batang  kemaluan Pak Dicky melesak masuk ke dalam liang vaginanya.
  "Ough..! Jangaan..!" jerit Lenny parau sambil meringis kesakitan ketika vaginanya mulai dijejali oleh kemaluan Pak Dicky.
  Perlahan, kulihat batang kemaluan itu terus melesak masuk sampai  akhirnya lenyap dan terbenam seluruhnya di dalam liang rahim Lenny, saat  itu tubuh Lenny benar-benar telah menyatu dengan tubuh Pak Dicky. Dan  Lenny tampak mengerang kesakitan sambil menggeliatkan tubuhnya.
  "Arghh.. Sakitt.., perihh, lepaskan itu dari tubuhku..!" jerit Lenny  dengan nafas yang tersengal-sengal, dia masih berusaha meronta, ketika  Pak Dicky mulai bergerak di dalam tubuhnya, membuat Lenny makin  menjerit-jerit kesakitan, sampai akhirnya tubuhnya terkulai lemas tak  sadarkan diri di dalam dekapan Pak Dicky.
  Pak Dicky masih terus memompa tubuh Lenny yang pingsan itu dengan kasar,  begitu kasarnya hingga membuat tubuh temanku itu ikut berguncang dengan  hebat. Buah dadanya yang besar tampak menggeletar dan terlempar kesana  kemari saat tubuhnya bergerak naik turun, sementara saat itu aku pun  masih terus digarap oleh laki-laki yang sedang memperkosaku, sampai  akhirnya tubuhku menegang dengan keras.
  "Ohh..!" aku mendesah keras saat telah mencapai orgasme, seluruh sumsum  di tulangku serasa ditarik keluar ketika aku benar-benar telah mencapai  puncak kenikmatan, tapi tiba-tiba aku menjadi panik luar biasa saat  kurasakan penis laki-laki itu berdenyut keras di dalam liang rahimku.
  "Jangan.. Jangan di dalam..! Lepaskan.. Bajingan..!" jeritku putus asa  saat kurasakan cairan hangat membanjiri rongga kemaluanku. Laki-laki itu  telah menyemburkan cairan spermanya di dalam liang rahimku.
  Sesaat kemudian posisinya sudah digantikan oleh temannya, dan aku  kembali diperkosa. Sementara di pojok ruangan, Lenny pun masih terus  digarap oleh mereka, kulihat darah keperawanannya meleleh keluar dari  sela-sela bibir vaginanya, bercampur dengan cairan sperma, saat seorang  dari mereka mulai kembali melesakkan liang vagina Lenny dengan batang  penisnya.
  Malam itu, Aku dan Lenny menjadi piala bergilir, tubuh kami berdua  dikerjai dan diperkosa habis-habisan oleh mereka. Siksaan itu baru  berakhir saat waktu sudah menunjukkan jam empat subuh. Kulihat di  depanku tertumpuk sejumlah uang pecahan seratus ribu. Kuraih uang  tersebut sambil berusaha bangkit dan mengenakan seluruh pakaianku,  setelah itu aku berjalan mendekati tubuh Lenny yang masih meringkuk di  sudut ruangan. Saat itu dia sudah siuman dari pingsannya, dia mengerang  kesakitan sambil menangis meratapi kegadisannya yang telah terenggut  paksa pada malam itu. Kurangkul tubuhnya dan membantunya berjalan  pulang…
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - 3 Tahun Diperkosa               Mar 19th 2013, 03:45                                                Saat itu aku berusia 16 tahun. Keluargaku tinggal di sebuah daerah di  Jawa Tengah. Kami memang bukan orang kaya raya, tapi setidaknya kami  hidup berkecukupan. Aku berkeinginan untuk melanjutkan sekolah SMU ku di  Jakarta. Pada awalnya orang tuaku menolak, alasannya karena mereka  menganggap hidup di Jakarta sangatlah sulit. Namun tekadku sudah bulat.  Akhirnya aku berangkat dengan kereta menuju Jakarta. Perjalanan sehari  semalam ini memang membuatku pegal walaupun kereta cukup nyaman. Aku  sulit memejamkan mata karena terus-menerus membayangkan gemerlapnya  Jakarta. Namun niatku bukan untuk bersenang-senang, aku mau belajar,  menuntul ilmu setinggi-tingginya.
  Akhirnya kereta tiba di stasiun Gambir, kira-kira pukul 11 siang.  Ternyata Jakarta sangat terik! Ini memang bukan pertama kalinya aku ke  Jakarta. Pernah beberapa kali sebelumnya aku ke kota ini untuk keperluan  keluarga dan liburan. Tapi kali ini aku pergi sendiri. Dengan berbekal  catatan rute angkutan umum, aku beranikan diri untuk mencari bus kota.  Supir taksi dan ojek pun bertubi-tubi menawarkan jasa. Aku mau irit  sajalah, lagipula hanya 2 kali naik bus, bisa lahh…
  Bus melaju ke selatan Jakarta, tempat dimana tante dan om ku tinggal.  Jalanan cukup lancar siang itu, jam 1 aku sudah tiba di rumah mereka.  Tante dan om menyambut dengan ramah. Aku langsung diantar ke kamar tamu.  Mereka sudah memiliki anak berumur 3 tahun. Rumah ini memang tidak  terlalu besar, namun cukup nyaman untukku. Hari itu kuhabiskan waktu  untuk bermain-main dengan Dipo, anak tante dan omku. 
  Hari-hari sekolah sudah dimulai, ini adalah tahun ajaran baru, dan aku  duduk di kelas 1 SMU. Suasana belajar disini tidak seperti di kampung.  Disini lebih ramai dan alat praktikumnya juga lebih lengkap. Aku sangat  bersemangat sekali sekolah. Uang jajan rutin dikirim orang tuaku. Aku  mengakali uang jajanku supaya bisa tersisa banyak karena ngga mungkin  aku minta uang tambahan pada tante dan om ku. Masa' udah numpang, minta  uang pula… Setiap hari aku juga membantu pekerjaan rumah. Hal ini ngga  aku kerjakan dengan terpaksa, karena ini juga bentuk terima kasih kepada  mereka. Begitulah, setiap harinya kegiatanku, berangkat sekolah  pagi-pagi, pulang jam 4 sore, bantu-bantu pekerjaan rumah. Bila ada  keperluan diluar, aku usahakan untuk tidak pulang terlalu malam.
  Kira-kira sudah 6 bulan aku tinggal disini. Dan mulai hari itu lah  banyak kejadian yang menimpa diriku. Tanteku kini mempunyai usaha tempat  makan yang buka dari jam 5 sore sampai jam 1 malam. Hampir setiap ku  pulang sekolah, aku tidak bertemu tanteku karena dia sudah harus berada  di tempat makan tsb jam setengah 5. Jadi aku hanya akan bertemu dengan  om ataupun Dipo, itu juga kalau Dipo ngga ikut pergi dengan tanteku.  Pernah suatu ketika saat ku pulang sekolah, saat berganti baju di kamar,  omku tiba-tiba membuka pintu. Aku kaget dan reflek menutup tubuhku yang  hanya memakai bra dan cd. Dan dia langsung bilang maaf dan pergi  menutup pintu.
  Hari-hari selanjutnya kadang ku memergoki om yang sedang melihat paha  ataupun toketku. Bajuku di rumah juga ngga menggoda. Kaos dan celana  pendek ataupun daster selutut. Suatu malam, om meminta tolong memijit  punggung dan kakinya, katanya terkilir. Awalnya aku agak ragu, namun aku  ngga mau dibilang membantah. Posisi om sudah tengkurap di atas karpet.  Aku pijit bagian punggungnya walaupun aku sendiri sebenarnya tidak tau  bagaimana cara memijit yang benar.
  "Aahh, enak banget pijitanmu, Vie.. Coba ditekan lebih kuat lagi dong" Aku menurut saja. "Pinggang om juga pegal, Vie, tolong bagian situ lebih lama yah" Tanganku turun ke bagian pinggannya. Ku pijat dengan 2 tangan dan ditekan lebih keras.  "Enak banget, Vie, Kayaknya pinggang om udah ngga sakit lagi deh, kamu  emang pintar.. Sekarang pindah ke betis dan paha om yah! Udah pegel bgt  nih." "Ya om," jawabku.
  Pertama-tama ku pijat bagian pergelangan kakinya. Lalu pindah ke  betisnya, turun lagi ke bagian pergelangan kakinya, bergitu  berulang-ulang. Om memakai celana yang aga pendek setengah paha.
  "Udah, Vie, sekarang yg bagian paha yaa" Lalu kupijat bagian paha, sesuai kata om. "Mmmmhhh mmmhh"  Berulang-ulang om mengaluarkan suara seperti itu. "Sakit ya, om? "Ngga kok, Vie, justru enak banget malah! Coba keatasan dikit, Vi.." "Disini?" "Naikan lagi dikit" "Disini?" "Iyaaa, enak bgt itu, Vi!" Aku memijit paha bagian dalam, dekat sekali dengan selangkangannya om. Sejujurnya jariku sudah mulai pegal, namun om belum minta berhenti, malah sepertinya dia keenakan.
  Tiba-tiba dia membalikkan badan, lalu meminta aku memijat pahanya yg bagian depan. Kulihat sedikit basah di celana om. Tapi aku pura-pura ngga melihat saja. "Ayo pijat, kok malah bengong?" "Ehhh ohh iya… Hehehe" Sambil kupijat pahanya, kulihat om merem melek dan mengeluarkan suara desahan yg pelan.
  "Vi, kamu punya pacar?" "Loh kok nanya ky gitu om?" "Yaa nanya ajaaa, ngga mungkin kan anak seumuran kamu ngga punya pacar. Tenang aja, om ga akan bilang sapa-sapa." "Mmmm ya ada sih om." "Terus kamu pernah ngapain aja sama pacar kamu?" "Maksud om? "Ahhh kamu pura-pura ngga ngerti! Apa pernah ciuman, atau apa? Sejauh mana gitu lohh maksut om." "Ehh mmm yaa biasa aja sih, om, cuma ciuman aja, sama pegang-pegang aja." "Hahaha om ngerti…"
  Malam itu sesi pijitnya selesai sampai disitu. Begitulah hampir setiap  malam om memintaku untuk memijitnya. Kalau pulang sekolah, kadang om  suka memberi uang saku untukku, tidak dikasi ke tanganku, tapi langsung  ditaro di kantong bajuku. Jarinyanya kadang digerakkan dengan sengaja  saat didalam saku baju, sehingga mengenai pentilku. Bagiku, uang 100ribu  sangatlah banyak.
  Suatu hari, aku pulang agak malam. Jam 8 aku tiba di rumah. Hanya ada om sedang menonton tv. "Dari mana kamu?" "Oh.. Aku abis dari nonton sama temen-temen, om." "Yawda sana cepet mandi, abis ini pijitin om ya" "Iya" Aku menutup pintu kamar dan agak sedikit sebel karena akupun lelah, tapi  masih saja harus memijit. Kulepaskan kancing bajuku satu persatu.  Kuturunkan risleting rokku. Kini hanya bra dan cd saja yang menempel di  tubuhku. Ku tatap tubuhku di cermin besar. Sebenarnya aku pulang malam  karena tadi pacaran dulu. Kubuka kaitan bra, dan kutekan-tekan toketku  perlahan. Ahh, toketku agak sakit karena tadi pacarku meremasnya dengan  kencang. Pentilku juga sepertinya jadi lebih mancung akibat hisapan  tadi.. Kuperhatikan bekas gigitan pacarku di samping toket kiri. Kuremas  toketku perlahan dengan kedua tangan. Ahh nikmatnya… Andaikan pacarku  bisa melakukan ini setiap hari. Kuperhatikan ekspresi wajahku saat ku  remas toket ini. Kujepit perlahan pentilnya. Sungguh nikmatttt…
  Tiba-tiba om membuka pintu! Sial!!! Aku memang lupa menguncinya! Dengan gelagapan kurain kemeja untuk menutupi badan. "A.. aaa… Apaan sih om?! Kok ngga ngetok pintu dulu sihh?!" Suaraku bergetar, aku sangat ketakutan. Terlebih lagi sekarang aku hanya pakai cd dan om melihatku penuh napsu. "Ngga, om cuma pengen manggil kamu aja, kirain kamu ketiduran." "Ngga kok om, a.. aku inget, nanti ya a.. a aku mau mandi dulu!" Suaraku makin bergetar, om tau kalau aku sangat ketakutan. Namun dia  ngga beranjak dari pintu kamarku, malah melihatku semakin lama dengan  matanya yang penuh napsu. Senyumnya terlihat licik! Lalu dia melangkahkan kakinya kearahku.
  "Ma mau apa?!" "Vi, kamu terlihat cantik deh kalo ga pake baju. Om suka ngeliatnya.." "Ng nggak!! Sana pergiii!!!" Aku lempar segala yang ada di atas tempat tidurku. Tas, jam tangan,  bantal, rok. Sulit sekali melempar barang-barang tersebut sementara  tangan kiriku mempertahankan kemeja seadanya yang menutupi tubuhku.
  "Sssh, Vi, jangan galak gitu doong" Tiba-tiba dia menangkap tanganku, aku berontak sekuat tenaga, namun  tetap saja aku kalah tenaga bila dibandingkan dia. Lalu dia memegang  tanganku yg satu lagi. Kemejanya kini tersibak, toketku menggantung  bebas dan dia tertawa. Tubuhku dihempas ke tempat tidur sementara  tangannya memegang tanganku. Dia menciumiku dengan paksa, aku berontak,  kupalingkan wajahku ke kanan kiri. Dia menggigit kupingku dan aku tetap  melakukan perlawanan. 
  PLAKKKKK….!!! Sebuah temparan keras mendarat dipipiku. Perih sekali rasanya.  "Diam!!! Atau setelah ini om tampar lagi pipi kamu! Kalau masih ngga mau diam, om sundut toket kamu ini pake rokok!!!"
  Aku hanya bisa menangis. "Ampun omm, jangannnn…. Jangan…" Namun ngga digubrisnya, dia menciumi bibirku, memasukkan lidahnya.  Menciumi telingaku, menjilatnya sampai basah. Ciumannya turun ke leher,  digigitnya kecil-kecil. Aku ngga sanggup meronta lagi, tanganku dibekap.  Lalu dia berhenti menciumiku.
  "Toket kamu bagus banget, Vi. Om suka. Pacar kamu pasti pernah ngemut  toketmu kan? Tadi aja om liat kamu remas-remas toketmu sendri! Sekarang  om kasi yang lebih enak tapi jangan melawan ya! Ingat, kalo kamu  melawan, om sundut kamu pakai rokok!"
  Perlahan tanganku dilepasnya. Lalu dia mengelus-elus dadaku sampai ke perut.  "Jangan, om… Plisss…" Tangisku memang sudah berhenti, hanya tersisa sesengukan. namun kata-kataku pun sepertinya ngga akan menghentikan om sialan itu.
  Tangannya mulai meraba-raba kedua toketku. Diremas-remasnya dengan  kencang, sambil dicium-cium. Pentilku dimainkan dengan lidahnya,  dihisap, lalu dimainkan lagi dengan lidahnya.
  "Ahh…" Aku tak sengaja mendesah. "Tuh kan!! Om bilang juga apa, pasti enak kan!" Lalu dia lanjutkan lagi kuluman pentilnya. Sungguh, hisapan om memang lebih enak dibandingkan pacarku. Pentilku  dipelintir dengan kedua jarinya, dijepit, ditarik-tarik. Walopun sedikit  sakit, tapi enak.
  "Nahh sekarang kamu isep punya om nih!" "Ta tapi Vi belom pernah ngisep 'itu' om! Vi takut" "Sini om ajarin ya" Lalu dia turunkan celana pendeknya. Om ngga pakai celana dalam, jadi  penisnya langsung menyembul keluar. Aku kaget, dan merasa aneh dengan  bentuknya. Baru kali ini aku melihat penis cowo secara langsung.  Biasanya hanya lewat film porno.
  Om menuntun tanganku untuk mengocok batang penisnya. Maju mundur. Lalu mengarahkan ujung penisnya kebibirku. "Emut ini, tapi jangan sampe kena gigi." Aku emut ujung penisnya perlahan, kurasakan cairan asin keluar dari situ. "Ahhh ya bener, Vi, enak banget! Coba masukin lebih dalam lagi!" Ku masukkan batang penis lebih dalam lagi ke mulut sambil kukocok  batangnya. Kulihat om merem melek saat kulakukan itu. Kepalaku didorong  maju mundur olehnya. Kadang juga badannya yang bergerak maju mundur.  Lalu om memasukkan penisnya jauh kedalam mulutku, rasanya sampai ke  kerongkongan, aku terbatuk-batuk, ku dorong pinggulnya menjauh dari  mukaku. "Hahaha.. Keselek ya, Vi? Tapi yg barusan itu enak banget loh, lama-lama juga kamu terbiasa!" "Udah, om. Vi ngga mau lagi.." Aku mulai menangis lagi. "Ngga!!! Udah tanggung nih, om mau jilat memek kamu Vi!" "Jaa jangan…" belom sempat kuberontak, om sudah mendorong badanku hingga terjatuh di  tempat tidur. Kakiku digeser ke pinggir tempat tidur, dia mulai menciumi  perutku, lalu menciumi celana dalamku. Aku coba menahan kaki untuk rapat, tapi percuma saja, pahaku ditahan oleh kedua tangannya.
  Dia mulai lagi menciumi, menjilat dan menggigit vaginaku yang masih tertutup celana dalam. "Aaahh oohh jang jangan ommmmm…" Tapi dia terus menggerakkan bibirnya di vaginaku. Sekarang jarinya meraba-raba celana dalamku yang sudah basah.
  "Celana kamu udah basah tuh! Enak ya? Bentar lagi om kasi yang lebih enak!" "Nggaaaaa!!! Jangaannn ommm!! Pliisssss!!!!" Tapi jarinya udah menggelitik bagian klit ku. Walopun masih tertutup cd, rasanya seperti nyata. Klit ku ditekan-tekan, kadang digerakan seperti gerakan menggaruk.
  "Uhhh om.. Udahhhhh!!! Pliissss!" Kakikuu dibukanya makin lebar. Kepalanya berada diantara selangkanganku.  Jarinya masih bermain di klitku. Lalu dia berhenti, berdiri, menyuruhku  bangun dengan posisi duduk. Dia pindah duduk dibelakangku. Dadanya  menempel di punggungku. Diciumi pundakku, tangan kanannya meremas  payudaraku dan tangannya satunya memainkan klitku.
  "Gimana, Vi? Enak kan? Kamu kaya gini juga ngga ke pacarmu?" Bibir om tepat di telingaku, aku ngga tau mau jawab apa, rasanya cuma desahan pelan yang keluar dari mulutku. Lalu tangannya masuk kedalam celanaku. "Wah, kamu udah becek banget, Vi. Enak nih, licin!" Tangannya berputar-putar di vaginaku, sesekali menyentuh klit. Aku  mendesah agak keras saat jarinya menyentuh klit. Om menyadari itu, lalu  dengan sengaja, dia mainkan jarinya di klitku sementara tangan satunya  lagi memilin pentilku dengan cepat.
  "Ahhh om.. U udah udahhh!!!" Tapi gerakan jarinya makin cepat di klitku. Ku rasakan darahku mengalir  sampai ke ubun-ubun. Aku ngga tau perasaan apa ini. Sangat aneh tapi  enak sekali. Jarinya bergerak makin cepat dan ditekan semakin dalam.  Sektika aku merasakan sesuatu yang aneh yang membuat seluruh tubuhku  mengejang.
  "Ahhh om!!! Apaan ini!!!" "Nikmatin aja, Vi, ini pasti bakalan enak banget kok, percaya deh sama om!"
  Ternyata benar, seketika itu tubuhku mengejang, kurasakan denyutan di klit dan diseluruh tubuhku.  "Ommm udah, udah!!! St stoppp!" "Gimana? Enak kan?" Aku ngga menjawab, seluruh tubuhku masih terasa ngilu. Lalu om bangun dari tempat tidurku, dia berlutut diantara kedua kakiku.  Diturunkan cdku perlahan. Toketku dan pentilku diciumi sambil melepaskan  cdku.
  Sekarang aku benar-benar telanjang di depan omku. Aku lihat dia berdiri  dengan penis yang tegak. Dia memuji-muji tubuhku sambil mengocok  penisnya. Vaginaku diusap-usap sambil sesekali memainkan klitku yang  masih ngilu karena orgasme tadi. Lalu dia jilat-jilat vaginaku. Lidahnya  masuk kedalam lubang vaginaku.
  "Jangan!!! Jangan dimasukin om!! Plisss" Tapi lidahnya terus masuk kedalam vaginaku, membuat sensasi geli dan  enak, tapi aku juga takut. Takut kalo selaput daraku akan sobek karena  jilatan itu. Lidah nya terus menari-nari di liang vaginaku. Sepertinya  banyak sekali cairan yang aku keluarkan, tapi om ngga peduli, dia jilat  habisss semua cairanku. Jarinya semakin menggila memainkan klit ku. Dan  aku mendapatkan orgasme yang kedua.
  "Ahh ommm, ahhhhhh uhhh" Ngga ada lagi kata yang bisa kuucapkan selain desahan. Vaginaku berkedut  hebat seiring detak jantung. Klitku terasa ngilu sekali.
  "Vi, kalo kamu orgasme kaya tadi, bikin memek kamu makin lebar. Sini om kasi yang lebih enak lagi dibanding yang barusan!" "Ja jangan om! Vi masih perawan, Vi ngga mauu!!! Ja jangannn om!!!" Aku meronta sekuat tenaga.
  PLAKKKK…!!! Tamparan mendarat di pipiku. Ini lebih perih dari yang pertama. Aku cuma bisa menangis, saat om menggesek-gesekkan penisnya di bibir  vaginaku. Aku coba merapatkan paha namun sia-sia. Kalah tenaga.
  Perlahan-lahan kepala penisnya menerobos bibir vaginaku. "Ssss sa sakitttt ommm!!! Sakitttt!!!" Om ngga peduli. Dia tetap mendorong penisnya. Ku cengkram lengannya  kuat-kuat. Sedangkan tanga satunya lagi mencengkram sperei yang sudah  berantakan.
  Perih dan sakit sekali saat ujung penis itu masuk walaupun perlahan. "Liat nih, Vi, kepala ****** om udah masuk!" Aku ngga mempedulikannya. Aku cuma meringis menahan sakit.
  Om masih berusaha memasukan penisnya, kulihat batang penisnya berlumuran  darah namun ngga begitu banyak. Aku tau, itu darah perawanku. Air  mataku mengalir karena ku menyesali kenapa harus kehilangan  keperawananku dengan cara seperti ini.
  Penis om masuk semaik dalam. Kurasakan penisnya berhimpitan dengan  tulang-tulang dalam vaginaku. Lalu penisnya digerakkan mundur perlahan,  lalu bergerak maju, begitu seterusnya. Sungguh, aku ngga merasakan  nikmat. Hanya sakit yang kurasakan.
  "Uhh.. Sssaakittt ommm!! Pe pelannn pelllannn..." Penisnya bergerak maju mundur, dan sesekali dia tegangkan penisnya  sehingga membuatku mendesah lebih kencang. Kedua pentilku sambil  dipelintir dengan tangannya dan penisnya bergerak maju mundur. Kali ini  sedikit lebih cepat. Kulihat om mengeluarkan desahan yang semakin  kencang. Dagunya terangkat dan matanya terpejam.
  "Aaahh, Vi… Om mau keluar nih… Ahhhhh" Aku mengerti kalau om sudah akan ejakulasi. Dia cabut penisnya dan air mani bermuncratan ke perutku. Rasanya hangat.  Om masih mengocok batang penisnya yang berlumuran darah. "Aahhh Vi, memek kamu eennnnakkkk banget, peju om sampe keluar benyak banget kan tuhh… Coba kamu jilat peju om deh…" Lalu om menuntun jariku, mencolek peju yang berlumuran diatas perutku.  "Coba buka mulutnya" Jari ber-peju itu ditempel ke lidahku. "Gimana rasanya?" "Anehh om, ngga enak ah" "Hahaha kamu nanti lama-lama bakal ketagihan loh! Dah sana kamu mandi.  Sepreinya dicuci, tuh darah perawan kamu tumpah-tumpah. Inget ya, Vi,  jangan bilang siapa-siapa. Kalo ngga, badan kamu yg bagus ini bakalan  kena sundut rokok, mungkin juga lebih dari itu." Aku cuma diam. Saat itu cuma ada dendam terhadap om ku.
  Begitulah setiap harinya, hampir setiap malam kalau tante dan Dipo ngga  ada dirumah, aku jadi budak napsu om bejat itu. Permintaannya pun  semakin aneh-aneh. Kadang dia ikat tangan ku dan menyumpal mulutku  dengan celana dalam yg kupakai lalu badanku dilumuri lelehan coklat dan  dia jilat seluruh badanku. Pernah pentilku dijepit dengan jepitan  jemuran dan lubang vaginaku dimasukkan vibrator selama 3 jam, lalu aku  disuruh melakukan tarian erotis. 
  Salah satunya kejadiannya seperti ini...
  Suatu hari tante ada keperluan di luar kota selama 3 hari. Di rumah  hanya tinggal aku, om dan Dipo. Setiap malam selama 3 hari itu, om  selalu menyelinap ke kamarku. Aku yang sedang tertidur tiba-tiba  merasakan ada tangan yang menyelinap kebawah dasterku. Jari-jarinya  masuk, dikocoknya g-spotku sampai aku orgasme. Aku memang ngga pernah  memakai bra dan cd saat tidur jadi membuatnya semakin mudah saja.  Ternyata om sudah menyiapkan 'peralatan' untuk menyiksaku. Dia  telanjangi aku dan menyumpal mulutku dengan celana dalamnya. Lalu  tanganku diikat ke teralis jendela. Kaki ku diikat ke ujung kaki tempat  tidur sehingga tubuhku membentuk huruf X. Lalu om keluar kamar dan  kembali dengan membawa plastik hitam. Dia mengeluarkan jepitan jemuran.  Jepitan jemuran diarahkan ke pentilku. "Jaangan om! Itu pasti sakit!! Ja….." Suaraku terdengar tidak jelas karena disumpal Jlepppp!!!! Jepitan jemuran itu kini sudah menjepit pentil kiriku. "Ahhhhhhh.. sakiiittt! Ampunn omm!!!!" Jlepppp!!! Kini pentil kananku juga dijepit dengan jepitan jemuran. Dia tersenyum melihat ekspresiku yang kesakitan. Rambutku dijambak dan diciumi sambil meremas-remas toketku yang menegang. "Kamu udah jadi budakku! Kamu harus nurut!" Sekarang dia meraih tas plastik hitam yang tadi dibawa. Ada kain panjang berwarna hitam lalu dia lilitkan dikepalaku, menutupi mata.  Sekarang aku ngga bisa lihat apapun. Lalu terdengar bunyi sesuatu yang dikeluarkan dari tas plastik. Aku ngga tau apa itu. Om cuma tertawa pelan. Benda itu mengeluarkan suara getaran. Zzzzzz zzzzz zzzzz Ahh! Tidaaakk!! Itu pasti vibrator! Kukerahkan tenaga ku untuk melepaskan tali yang mengikat dan tiba-tiba  vibrator itu berada di bibir vagina. Bergetar di klitorisku, ditekan  dengan kuat disitu dan akhirnya aku orgasme. Om tertawa melihatku orgasme karena vibrator itu. Lalu dia masukkan  kedalam vaginaku. Speednya pun bertambah makin cepat. Vaginaku dikocok  dengan vibrator. Sensasinya memang luar biasa apalagi kalau dilakukan  dengan cepat.  "Mmmmhhh!!! Mmmhhh!!" Eranganku tidak terdengar jelas saat vibrator itu dicopot dan diletakkan  di penjepit jemuran yang kini menjepit pentilku. Lalu dimasukkan lagi  ke vaginaku. 
  Tak lama kemudian aku pun orgasme. Kakiku mengejang dan tubuhku ahirnya  terkulai lemas. Namun om tetap membiarkan vibratornya didalam vaginaku "Tenang Vi sayang, aku akan menaruh vibrator ini selama 5 jam di dalam memek kamu." "Aahh!!! Ngga!!! Ngga mau!!! Dasar bajingan!!! Sialan!!!" Walau suaraku tidak terdengar jelas, aku yakin om tau perkataanku. Namun dia diam saja disampingku sambil meraba toketku.  Terdengar suara plastik diambil, sepertinya om mengambil sesuatu lagi didalam situ. "Vi, aku masih punya 1 lagi nih!" Ternyata masih ada 1 lagi vibrator. Lalu dia nyalakan dan dia tempelkan  vibrator itu di penjepit jemuran yang kini menjepit pentilku. Aku rasakan sensai geli dan sakit secara bersamaan. "Gimana, Vi? Yang ini pasti lebih enak." Tak lama kemudian aku orgasme hebat karena vibrator dalam vaginaku. Dan  itu berlangsung selama 5 jam. Entah berapa orgasme yang kudapatkan,  pastinya lebih dari 10 kali.
  Sudah jam 5 subuh. Om melepaskan penutup mataku. Kulihat dia telanjang dengan penis yang tegak. "Vi, om udah napsu banget dari 5 jam lalu waktu om siksa kamu. Sekarang gantian ****** om yang masuk situ yah." Kontolnya dimasukkan maju mundur dengan gerakan cepat, dihentakkan  dalam-dalam dan jarinya memainkan klitorisku. Aku pasrah karena tak ada  lagi tenaga yang tersisa.  "Aahhh, Viiiii, om mau keluar nihhhh… Aaaahh…" Lalu buru-buru dia cabut penisnya dan dilepaskan celana dalam yang  menyumpal mulutku. Dia masukkan dalam-dalam penisnya yang berdenyut itu.  Cairan hangat menyembur ke dalam kerongkonganku. Aku sampai tersedak  karena banyak sekali peju yang dikeluarkan. Ngga semuanya aku telan, ada yang aku keluarkan karena aku mual. Lalu om  membasuh mukaku dengan pejunya yang tumpah dari mulutku. Penisnya yang masih belepotan peju dilap ke toketku. Dia tersenyum puas. Puas karena sudah semalaman mengerjai aku. "Makasih ya, Vi sayang…" Lalu dilepaskan tali yang mengikat tangan dan kakiku. Setelah vibrator tsb diambil, dia pergi begitu saja dari kamar.
  …
  Dan kini sudah 3 tahun aku tinggal bersama mereka. Aku pun memutuskan  untuk kuliah di Bandung. Kelakuan bejat om ku selama ini sepertinya  tidak diketahui oleh tanteku. Om menyayangkan keputusanku untuk kuliah  di Bandung. Dia bilang kalau aku memutuskan untuk kuliah di Jakarta, dia  mau membantu biaya kuliahku. Cih! Aku tau betul maksud kata-katanya  itu. Tapi keputusanku sudah bulat.
  Kini aku kuliah di Bandung, di kampus incaranku. Kebetulan juga aku  mendapat beasiswa disini. Hal-hal yang terjadi di masa lalu membuatku  tegar dan menjadikan ku orang yang berbeda. Kini aku menjadi liar untuk  urusan seks. Aku suka sekali menyiksa pasangan seksku. Mendengarkan  jeritan dan melihat ekspresi ketakutan mereka membuatku semakin  bergairah. Jadi, inilah aku yang sekarang…
 
 
          Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Pemerkosaan Nurahmi yang lugu dan alim               Mar 19th 2013, 03:44                                               Namanya adalah Nurrahmi biasa dipanggil Ami. Wanita berusia 29 tahun itu  telah dikarunia seorang anak berusia 3 tahun. Meski telah menjadi  seorang istri Ami nampak masih seperti seorang wanita lajang dikarenakan  postur tubuhnya yang tetap sintal dan tidak ada tanda-tanda kendor di  bagian-bagian tubuhnya sebagaimana kebanyakan wanita-wanita yang telah  mempunyai anak. 
  Terlebih lagi bibir sensual dan tubuh sekal yang dimilikinya menjadikan  daya tarik tersendiri (sex appeal) yang membuat banyak laki-laki  berangan-angan bagaimana rasanya mencium bibir sexy itu atau mendekap  tubuh sintalnya. Suaminya yang seorang wiraswasta itu sangat beruntung  sekali mempunyai istri seperti Ami yang mempunyai perhatian lebih  terhadap penampilan. 
  Hal ini memang berkaitan erat dengan pekerjaan Ami sebagai seorang PR di  sebuah bank swasta. Semenjak bekerja di bank tersebut Ami mempunyai  jalan karir yang cukup cemerlang karena hanya dalam tempo beberapa tahun  saja sejak diterima untuk bekerja di bank tersebut dia telah menempati  posisi sebagai Senior PR. Sifat supelnya itulah yang menyebabkan dia  banyak disukai orang termasuk oleh para customer bank tempat dia  bekerja. Posisi sebagai PR senior menyebabkan Ami sering dipindah  tugaskan ke cabang-cabang untuk memberikan training kepada para PR  junior.
  Hari ini Ami bergegas bangun. Waktu telah menunjukkan pukul 6 pagi.  Senin pukul 9 ia punya jadwal bertemu dengan Dirut bank serta beberapa  koleganya yang berminat untuk melakukan investasi pada bank tempat Ami  bekerja. Ami merasa semua telah siap karena bahan-bahan yang harus dia  presentasikan telah dia tata dengan seksama pada hari Minggu kemarin.  Dia bangkit dari tempat tidur kemudian segera mengambil handuk mandi.  Sebelum masuk ke kamar mandi dia menuju ke meja telepon terlebih dahulu.  Setelah memutar nomor yang dia kehendaki lantas terjadilah percakapan "Mas dimana…..?"
  "Masih di kota Banda"….Terdengar suara sesorang menjawab dari speaker telepon. Hari itu suami Ami memang berada di kota lain untuk kepentingan bisnis.  Sebagai wiraswasta pemula suaminya memang harus bepergian ke sana ke  mari dalam rangka membangun bisnisnya,
  "Hari ini aku akan berjumpa investor mas, do'ain berhasil yach…." Ami berkata.
  "Ok. Semoga sukses sayang. Mas akan pulang 3 hari lagi. Nanti kita ajak  anak kita Yasmin jalan-jalan setelah saya pulang….." timpal suaminya.
  "Ok dech. Aku mandi dulu sampai ketemu ya sayang mmmuuuaahhhh….."
  Ami berkata lagi dan setelah pembicaraan singkat dia mematikan speaker telepon dan begegas masuk ke kamar mandi.
  Waktu telah menunjukkan pukul 7 pagi dan Ami telah siap berangkat. Dari  rumah menuju kantor membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Seperti biasa  faktor macet kota Jakarta adalah kendala utama dalam menempuh perjalanan  dalam kota. Ami harus berangkat agak pagian karena harus menitipkan  Yasmin anaknya terlebih dahulu kepada mertuanya. Segala keperluan untuk  Yasmin telah dia siapkan sehingga dengan nyaman dia dapat meninggalkan  anaknya menuju kantor. Sampai di kantor sekitar 8:30 Ami segera menemui  Dirut bank tersebut untuk berdiskusi pendek mengenai poin-poin penting  yang akan dibicarakan dalam pertemuan bisnis nanti. Pak Johan, demikian  nama Dirut bank tersebut yang berusia sekitar 45 tahun, mempersilakan  Ami masuk ke ruang kerjanya. 
  Semenjak Ami duduk di ruang tamu tempat kerjanya pandangan Pak Johan  tidak henti-hentinya menatap kepada Ami. Rupa-rupanya Pak Johan  terkesiap dengan kecantikan Ami pada hari itu yang mengenakan official  cap bank berwarna merah. Kulitnya yang kuning langsat itu memang sesuai  dengan warna seragam yang Ami kenakan. Rok sedikit di atas lutut itu  semakin mempertontonkan sebagian paha mulus Ami ketika duduk. Pak Johan  sesekali melirik ke arah paha mulus tersebut ketika sedang berbicara.
  "Begini Ami…konsorsium pengusaha dari asia afrika akan datang. Mereka  adalah calon investor bank kita. Seperti yang telah kau ketahui bank  kita mengalami goncangan karena isu kenaikan dolar. Banyak nasabah yang  melakukan rush. Oleh sebab itu ini adalah kesempatan untuk menstabilkan  kondisi bank kita"
  "Baik Pak nanti akan saya paparkan mengenai bank kita serta peluang-peluang yang ada…." Sahut Ami. Setelah briefing selama 15 menit Ami keluar dari ruangan Pak Johan.  Dalam hati Ami berkata ternyata boss-nya agak mata keranjang juga.
  Tepat pukul 9 tamu dari konsorsium pengusaha asia afrika datang. Mereka  ada 4 orang. Dua orang jelas dari afrika karena kulit hitam legamnya  sedangkan dua orang lagi dari timur tengah dan India. Mereka diterima  langsung oleh pak Johan dan diajak masuk ke dalam ruang meeting. Sekitar  5 menit kemudian Ami datang ke ruangan tersebut dan pak Johan  memperkenalkan merakan kepadanya.
  "Well my fellows this is Ami my gorgeous PR of this company"……demikian  pak Johan berkata yang lansung di sambut dengan senyum oleh para  tamunya.
  "Asamoah…glad to see you" kata seseorang yang berasal dari Afrika.
  "Glad to see you too Mr. Asamoh" jawab Ami.
  Demikian pula 3 orang yang lain masing-masing memperkenalkan diri pada  Ami. Mereka adalah Geremi seorang Afrika pula, Jabeer dari Timur Tengah,  serta Maher dari India. Asmoah dan Geremi berusia sama yakni 40 tahun  sedangkan Jabeer dan Maher masing-masing 37 dan 35 tahun. Keempatnya  memiliki postur tubuh tinggi, tidak kurang dari 170 cm.
  Selanjutnya acara presentasi di mulai. Ami sedikit canggung membawakan  presentasi dalam bahasa inggris karena baru pertama kali dia  membawakannya. Tetapi kecanggungannya itu semakin mempercantik wajahnya  yang bersemu merah ketika dia sedikit kesulitan untuk mencari suatu kata  yang dipandang tepat untuk dia ucapkan dan mudah dipahami oleh para  tamunya. Untunglah Pak Johan yang fasih berbahasa inggris itu banyak  membantu untuk menjelaskan hal-hal yang dipandang perlu untuk dibuat  detail sehingga para tamu benar-benar memahami apa yang dimaksud oleh  Ami. Setelah presentasi selama 30 menit kemudian dilanjutkan diskusi  hingga acara makan siang di bank tersebut. Setelah acara makan siang itu  pertemuan direncanakan untuk dilanjutkan pada sore hari setelah  konsorsium itu mengadakan pembicaraan tersendiri.
  Waktu telah menunjukkan 4 sore. Hari ini Ami beserta Pak Johan dan  tamunya akan ke puncak untuk mendapatkan keputusan para investor. Di  puncak mereka akan mengadakan meeting di villa milik Hendarso seorang  usahawan perkebunan. Hendarso yang berusia 42 tahun itu adalah teman  dekat Johan. Meski usianya sudah menuju setengah abad tetapi  penampilannya masih mengikuti trend anak muda termasuk menggunakan satu  tindik di telinganya. Badannyapun masih kelihatan kekar. Tingginya  sekitar 168 cm satu senti di bawah Pak Johan. Johan telah memberitahunya  kalo dia akan ke villanya bersama tamunya.
  Pukul 6:30 petang mereka sampai di Villa dan disambut oleh Hendarso. Ami  memberi tahu mertuanya kalau dia akan pulang malam karena urusan  kantor. Setelah beristirahat sejenak pembicaraan langsung mengarah ke  persoalan semula. Konsorsium menyetujui untuk melakukan investasi di  bank tempat Ami bekerja. Pak Johan sungguh gembira mendengar hal ini.  Kemudian dia berkata pelan kepada Ami kalo posisinya akan dipromosikan  menjadi Asisten Manager. Tentu saja Ami sangat senang mendengar hal ini.  Selanjutnya Asamoah mendekati Pak Johan sambil berbisik sesuatu.  Terlihat kening Pak Johan berkerut tetapi kemudian, setelah memberikan  kedipan mata kepada Hendarso, dengan tersenyum dia mendekati Ami. "Ehm…. Begini Ami untuk merayakan kesuksesan ini kita akan mengadakan pesta"
  "Pesta apa pak" tanya Ami….. Belum menjawab pertanyaan Ami, Pak Hendarso bangkit dari tempat duduknya  dan segera mendekati Ami yang berdiri di dekat Pak Johan. Serta merta  Pak Hendarso memeluk Ami dari belakang yang lansung membuatnya kaget  setengah mati. "Aaadd……ada apa ini pak?"
  Suara Ami bergetar, menandakan ada ketegangan dalam batinnya. Secara  reflek dia melepaskan diri dari pelukan Pak Hendarso. Pak Johan menjawab
  "Tidak ada apa-apa Ami…." Sambil tersenyum Pak Johan melanjutkan perkataannya "Kami hanya ingin berpesta denganmu"
  "Iya kami ingin menikmatimu" timpal Pak Hendarso dengan cepat
  "Aapp…Apa maksudnya?" Ami masih bertanya dengan suara bergetar
  "Ehmm…maksudnya…Lets do what you want guys.." Sorak Pak Hendarso
  "Lets play friends, lets enjoy her nice body" jawab Geremi segera.
  Keempat pria besar tersebut berjalan mendekati Ami yang kelihatan ketakutan.
  "Tolong pak,….apa maksudnya semua ini?" Suara Ami semakin bergetar.
  "Lets play honey I want fuck your pussy" Geremi berkata sambil memegang dagu Ami.
  Tiba-tiba terdengar suara "Plak". Rupanya Ami menampar Geremi yang  bersikap kurang ajar kepadanya. Sejenak Geremi terkejut dengan tamparan  Ami. Namun hanya dalam hitungan detik kemudian dia langsung mendekap ami  dan mendorongnya ke sofa. Ami yang tidak siap tersebut terjatuh di sofa  dan Geremi langsung menindihnya.
  "Aaaa……tttooollooong" jerit Ami.
  Geremi berusaha untuk mencium Ami. Tangan kirinyanya menjambak rambut  Ami dari belakang agar tidak dapat menoleh ke kanan dan ke kiri berusaha  menghindar ciumannya. Tangan kanan Geremi pun tidak kalah garangnya  meremas buah dada Ami berukuran 34B itu dengan kasar. "Ttooollong……tolong saya pak Johan" Jerit Ami.
  Pak Johan hanya terlihat menyeringai. Tatapan matanyapun mulai memerah  menandakan unsur birahi mulai menyelimuti dirinya. Apalagi melihat Ami  yang meronta-ronta dalam dekapan Geremi sehingga rok merahnya tersingkap  dan memperlihatkan paha mulusnya. Celana dalamnya yang berwarna ungu  itupun sesekali terlihat dalam rontaannya dalam usaha melepaskan diri  dari tindihan Geremi. Meskipun Geremi berbadan besar tetapi dia merasa  kesulitan untuk menjinakkan Ami.
  "Hold her hands guys…" serunya.
  Dengan cepat Asamoah dendekati sofa dan memegang kedua tangan Ami dan  menahan di atas kepalanya sehingga Ami tidak bisa lagi untuk berusaha  mendorong tubuh Geremi yang menggumulinya. Tanpa disuruh Jabeer dan  Maher membantu memegang kaki Ami sehingga sekarang Ami-pun tidak bisa  untuk berusaha menendang. Posisi Ami dibuat terlentang di atas sofa,  hanya sedikit bergesar ke kanan dan kiri-lah yang ia bisa lakukan.  Dengan kedua tangannya Geremi menahan kepala Ami dan mencium bibir  sensualnya dengan kasar.
  "MMMmmhhhhhhhh………."
  Ami tidak bisa berteriak. Suaranya seperti orang bergumam. Sejenak  Geremi melepaskan ciumannya. Kesempatan ini digunakan Ami untuk  berteriak "Baaaanggggssaaatttttthhhmmmmm m"….
  Suaranya kembali tertahan ketika Geremi kembali melumat bibirnya. Lidah  Geremi bermain-main di dalam ronga mulut Ami. Ami mulai terlihat  menangis karena merasa tidak berdaya. Air matanya meleleh membasahi  pipinya yang mulus. Tiba-tiba Geremi bangkit dari tubuh Ami, sedangkan  tiga orang temannya masih tetap memegangi kaki dan tangan Ami dengan  kuat. Pak Hendarso yang sedari tadi menonton berjalan mendekati sofa.  Ditangannya tertenteng sebuah handycam. Rupanya dia berminat untuk  merekan adegan pemerkosaan itu. Setelah meng"on"kan handycam-nya dia  mulai merekam keadaan Ami yang terlentang sambil dipegangi tangan dan  kakinya.
  "Pak Hendar….ttoolong lepaskan saya" Ami menghiba dan menangis.
  Pak Hendarso tidak menjawab. Dia masih asik terus merekam gambar Ami  mulai meng-closeup wajahnya, bagian dadanya, kakinya bahkan berusaha  untuk merekam bagian dalam rok Ami yang tersingkap ke atas. Di bagian  layar monitor itu nampak jelas celana dalam Ami yang berwarna ungu.
  "Pak Johan…tolong saya pak, jangan lakukan ini pada saya" Ami terus menghiba. Pak Johan hanya terus menyeringai menonton adegan Ami direkam.
  Scene 2
  Geremi yang tadi bangkit dari tubuh Ami telah melepas baju bagian  atasnya. Kelihatan sekali tubuh kekarnya, mirip dengan petinju Mike  Tyson. Handycam diarahkan ke Geremi yang kembali mendekati tubuh Ami.  Kedua tangan Geremi menuju ke arah bagian atas baju putih yang dikenakan  Ami. Amipun mulai panik. "Jjjaangaannnn……nnoooooo" jeritnya.
  Tiba-tiba terdengar "Sssshhreeekkkkk" suara kain robek. Geremi membetot  baju Ami yang menyebabkan kancing-kancingnya terlontar entah kemana.  Nampak bagian dada Ami dengan BH warna hitam yang ia kenakan. Ami  semakin menjerit-jerit panik. Hatinya semakin ciut manakala terbayang  bahwa tubuhnya akan dijadikan piala bergilir oleh 4 orang asing dan 2  orang pribumi. Hendarso yang sedari tadi merekam gambar mengarahkan  lensanya ke bagian dada Ami. Tak lama kemudian BH itupun telah putus  ditarik oleh Geremi. Kedua tangan Geremi dengan kasar meremas buah dada  Ami.
  "Aaaddduhhhhh……..baanggssaattt ttttt"
  "Jaaannggaaannnnn.."
  "Noooo ….please" Ami berteriak memaki sambil menangis.
  Namun kesemua 6 orang yang ada di ruangan itu hanya tertawa. Meski  ukurannya hanya 34B tetapi Geremi dapat merasakan kekenyalan dua gunung  kembar itu. Dia terus meremas dan memilin puting payudara Ami tanpa  menghiraukan tangisan Ami. Kemudian Geremi juga menyedot-nyedot kedua  susu Ami yang berwarna putih mulus itu. Setelah puas memainkan payudara  Ami, Geremi bangkit lagi dan melepas celana panjang berikut celana dalam  yang ia kenakan. Nampak penis pria negro itu yang sudah menegang.  Ukurannya luar biasa dibandingkan milik kebanyakan pria pribumi. Melihat  Geremi telanjang Ami menjerit
  "Aaaaaaaaaa……tidaaaakkkkkk……no oooooooo please" Tanpa banyak buang waktu Geremi mencari belahan rok Ami., "Ssrreeeeetttt" maka sobeklah rok yang Ami kenakan.
  "Bangsaaatt……..jangan lakukan itu padaku" jerit Ami.
  Kemudian celana dalam warna ungu itupun telah robek ditarik paksa oleh Geremi. "Jaaangaaannnnnnnnnnnnnnnn…ttt tooooolllongggg gggg"
  Kini tubuh Ami bagian pinggang ke bawah tanpa sehelai benangpun. Hanya  baju putih serta official cap warna merah yang ia kenakan. Itupun  kondisinya telah terbuka berantakan memperlihatkan dua gunung kembarnya  yang mungil.
  "Aaggghhrrrrrrr…." Tiba-tiba Ami menjerit.
  Rupanya Geremi telah mengoral vagina Ami yang terbuka. Kaki Ami dibuat  mengangkang sehingga Geremi semakin leluasa mempermainkan vagina Ami.  Ami terus menangis dan merasa sangat malu karena bagian-bagin tubuhnya  yang selama ini dia rahasiakan telah terbuka dengan jelas dan dipelototi  oleh 5 orang lainnya yang sedari tadi memperhatikan apa yang dilakukan  oleh Geremi. Nafsu birahi semakin membelenggu mereka
  Selama 5 menit Geremi mengoral vagina Ami. Kemudian dia bangkit dan  memposisikan dirinya tepat dihadapan Ami yang terlentang tak berdaya.  Penisnya sungguh besar. Ukuran dan warnanya yang hitam membuat Ami  merasa sangat ketakutan.
  "Now lets fuck your nice pussy dear……." Geremi berkata. "Nnnooooo….please don't do that….." Ami menghiba lagi.
  Tiba-tiba terdengar lolongan Ami yang menyayat, "Aaaaggggggghhhhhhhhrrrrrrrrr… ….aaaaaaaaaaaaa aaaaa aaa"
  Tanpa basa basi Geremi memasukkan penisnya yang besar ke dalam vagina  Ami. Ukurannya yang super itu membuat dia kesulitan untuk melewati  rongga kenikmatan Ami. Meski baru bagian kepala penis saja yang masuk  namun terlihat sekali wajah Ami yang kesakitan. Bagi Ami belum pernah  benda sebesar milik pria negro yang sedang memperkosanya itu masuk ke  dalam liang kewanitaannya. Milik suaminya tidaklah sebesar ukuran pria  negro itu. Geremi terlihat tersenyum nikmat. Baginya wanita asia seperti  Ami dengan tingginya hanya 156 cm seolah-olah bersenggama dengan gadis  perawan. Geremi terus memajukan penisnya. Tiap gerakan masuk ke dalam  vaginanya terdengarlah jeritan Ami yang kesakitan. Ketika setengah penis  sudah masuk nampak darah mengalir keluar. Jelas bukan darah perawan  karena Ami sudah punya seorang anak. 
  Rupanya ukuran vaginanya yang sempit menorehkan luka di liang  senggamanya akibat pemaksaan yang dilakukan oleh Geremi. Darah menetes  membasahi sofa. Pak Hendarso terus merekam kejadian itu dan tak lupa  meng-closeup darah yang menetes dari vagina Ami.
  Ami merasakan perih yang luar biasa pada vaginanya. Dia tahu kalo pasti  ada yang luka disana. Nyeri luar biasa juga ia rasakan. Ami hanya  mengigit bibir bawahnya ketika pelan tetapi pasti penis Geremi menerobos  vaginanya. Setelah setengah penisnya masuk tiba-tiba Geremi dengan  kasar mendorong tubuhnya sehingga seluruh penisnya masuk dalam liang  kewanitaan Ami.
  "Aadddduuuhhhhhhhhhhh…..aaaaaa gggghhhhrrrrrrr rr" Ami melolong lebih  keras dari sebelumnya. Vaginanya terasa robek dengan kekasaran Geremi.  Kini Geremi memompa penisnya ke luar masuk liang senggama Ami. Setiap  gerakan maju mundur dibarengi dengan jeritan-jeritan kesakitan Ami yang  terdengar sungguh memelas. Tetapi bagi ke 6 orang yang ada di ruangan  itu suara jeritan kesakitan Ami semakin meningkatkan gairah birahi  mereka. Semakin tidak sabar pula mereka menanti giliran untuk menikmati  tubuh sekal Ami.
  Sepuluh menit kemudian terlihat tanda-tanda Geremi akan mencapai  klimaks. Geremi semakin brutal memaju mundurkan penisnya sampai nampak  tubuh Ami yang tersodok-sodok. Semakin terdengar pilu jeritan kesakitan  Ami. Akhirnya tuntaslah sudah. Geremi menekan tubuhnya sampai  dirasakannya mentok dalam liang kewanitaan Ami. Nampak cairan putih dan  merah jambu keluar dari vagina Ami. Sperma yang bercampur darah itupun  turut membasahi sofa. Satu menit kemudian Geremi bangkit dari atas tubuh  Ami. 
  Dipandangnya wajah Ami yang basah oleh air mata dengan senyuman kepuasan. "Very delicious pussy…so tight….I've gotten to heaven" demikian kata Geremi.
  Dua orang yang memegang kaki Ami, yakni Jabeer dan Maher tersenyum  mendengarnya. Nampak jakun Maher bergerak-gerak menandakan birahinya  sudah mulai memuncak. Geremi bangkit meninggalkan sofa dan duduk di  kursi lain dekat dengan Pak Johan yang sedari tadi sambil merokok  mengikuti proses perkosaan atas diri Ami. Maher yang sudah bersiap-siap  menggantikan Geremi untuk memperkosa Ami tiba-tiba dihalangi oleh Pak  hendarso
  "Wait wait wait wait……….."
  "I want to close up her pussy now" demikian kata Pak Hendarso sambil  mengarahkan handycamnya ke vagina Ami yang terbuka lebar. Nampak disana  ada semacam robekan mengarah ke anus Ami. Rupanya robekan daging itulah  yang mengeluarkan darah akibat besarnya ukuran penis Geremi. Setelah  merekam selama satu menit pak Hendarso mempersilakan Maher untuk  memenuhi hasrat mengerjai tubuh Ami. Ami berusaha meronta lagi tetapi  rasa nyeri dan perih di vaginanya menyebabkan usahanya sia-sia. Maher  yang telah telanjang bulat itu segara mengarahkan penisnya ke vagina  Ami.
  "Aadduuuhhhhh……ssssaaaaakkkkii itttttttttt" jerit Ami.
  Penis pria India itu memang tidak sebesar milik Geremi, tetapi ukurannya  tetap lebih besar daripada kebanyakan pria pribumi. Jelas luka pertama  akibat pemaksaan yang dilakukan oleh Geremi itulah yang membuat  sodokan-sodokan Maher semakin membuat Ami menderita. Ami kini hanya bisa  mengluarkan lenguhan-lenguhan yang terdengar erotis bagi para  pemerkosanya.
  Dua pria temannya, Asamoah dan Jaber, tidak sabar lagi menanti giliran.  Mereka melepaskan pegangannya terhadap tubuh Ami dan menelanjangi diri  mereka sendiri. "Lets play 4P man….." Asamoah berkata.
  Maher yang sedang asik memompa tubuhnya di atas tubuh Ami paham atas  keinginan teman-temannya. Dia segera membuat gerakan menjadi posisi  duduk di atas sofa sedangkan Ami berada di atas tubuhnya. Maher memompa  dari bawah. Jaber berjalan ke arah belakang sofa dan menarik kepala Ami  hingga dagunya tepat di atas sandaran kursi sofa. Jaber mengarahkan  penisnya yang juga berukuran besar, khas orang Timur Tengah" ke mulut  Ami. Ami berusaha mengelak meski Jaber terus menempelkan kepala penisnya  pada bibir sensualnya dan berusaha mendorongnya masuk. Tiba-tiba dari  belakang terasa ada benda tumpul yang menempel di duburnya. Serta merta  Ami menoleh dan melihat Asamoah berada di belakangnya sambil memegangi  penisnya yang sama besar dengan milik Geremi ke arah anusnya. Ami  terlihat panik dan sangat ketakutan.
  "Noooooo…..please don't do that"……..
  "Pak Johan tolong saya pak Johan. Saya tidak mau disodomi"….Ami terus berusaha meronta.
  Tetapi Maher yang ada dibawahnya terus menahan tubuhnya agar tidak bisa  bangkit. Posisi Ami yang agak menjorok ke depan membuat nampak semakin  menggairahkan. Pak Johan yang sedari tadi menonton bergegas beranjak  dari duduknya dan menuju ke arah sofa. Ami berharap Pak Johan  menolongnya. Tetapi harapan Ami hanyalah tinggal harapan. Pak Johan  malah membantu Asamoah yang akan melakukan sodomi atas tubuh Ami dengan  cara membuka bongkahan pantat Ami sehingga lubang anusnya pun semakin  terlihat jelas. Ami berusaha keras bangkit dengan kedua tangannya yang  bebas. Gerakan rontaan itu membuat susah Asamoah mengarahkan penisnya  dengan tepat ke arah lubang dubur Ami. Jabeer segera berinisiatif  menahan kedua tangan Ami di atas sandaran sofa sehingga seluruh tubuh  Ami kini ditopang oleh Maher yang ada di bawahnya. Di bawah Maher  merasakan lembutnya buah dada Ami yang kenyal. Kini belahan pantat Ami  yang terbuka lebar oleh kedua tangan Pak Johan siap ditembus oleh penis  besar Asamoah.
  "Jangaaannn…..jangaannn…… di situ….lepaskan saya Pak Johan"
  "Noooo…please….don't fuck my ass pleaazzzeeeeee…" Ami merintih.
  Asamoah tidak peduli dengan rintihan Ami. Setelah melumasi penisnya  dengan baby oil Asamoah siap melakukan penetrasi ke dubur Ami.
  "heegghhhhh……aaaagggggggghhhhh rrrrrrrrrrr…aaa aaaaa aaddduuuuuhhhhhhhhhhh……" "Saakiittttttttttttttttttttttt ttttttttttttttt …………… ..'
  Ami menjerit melolong ketika dengan kasar Asamoah memasukkan penis  berukuran besar miliknya ke dalam duburnya. Pak Hendarso merekam adegan  sodomi itu. Terlihat jelas bagaimana lubang dubur Ami melesak masuk  akibat paksaan penetrasi penis Asamoah. Asamoah terus memasukkan  penisnya sampai seluruhnya amblas ke dalam dubur Ami. Ami terus melolong  sampai mengeluarkan suara yang terdengar mengerikan dan menyayat. Hari  ini seorang pria negro bernama Asamoah telah memperawani lubang  duburnya. Sakitnya luar biasa. Jauh lebih sakit dibandingkan malam  pertama dia menyerahkan mahkotanya pada suaminya. Duburnya pun terasa  penuh seolah-olah ingin buang air besar. Kini dua rasa perih dan nyeri  menyerang vagina dan duburnya. Saat Ami melolong kesempatan tersebut  digunakan oleh Jabeer untuk memasukkan penisnya ke dalam mulut Ami. Kini  ketiga lubang tubuh Ami sedang dinikmati oleh 3 pria asing. Asamoah  melakukan sodokan-sodokan dengan keras dari arah belakang. Demikian pula  Maher dari arah bawah bergantian dengan Asamoah melakukan sodokan. Ami  merasakan lubang anusnya robek dan memang ada lelehan darah yang keluar  dari duburnya. Namun Ami tidak bisa berteriak keras lagi karena sumbatan  penis Jabeer di mulutnya. Ketiganya memompa bersama-sama.
  "Hheemmmm…hheemmmmm…heeemm mmm" hanya itulah yang terdengar dari teriakan Ami.
  Sekitar 20 menit pemerkosaan 4P itu berlangsung. Jabeer terlebih dahulu  klimaks dan menumpahkan seluruh cairan kental miliknya dalam mulut Ami.  Ami tidak bisa memuntahkan sperma yang ada dalam mulutnya. Satu-satu  jalan untuk mengurangi rasi asin dan getir cairan birahi Jabeer adalah  dengan menelannya dan itulah yang dilakukan olehnya. Tak lama kemudian  Jabeer menarik penisnya keluar dari mulut Ami. Sisa-sisa sperma dalam  mulut Ami mengalir keluar dari sela-sela bibir sensualnya. Kini  terdengar suara erangan Ami yang sedikit lebih keras karena mulutnya  telah terbebas dari sumbatan penis Jabeer
  "Adduhhhh…aadduhhhhh..aaakkkhh hhh……….sssaaaki itttt "
  Asamoah dan Maher masih terus memompa dan semakin cepat. Keduanya  klimaks bersamaan ditandai dengan lenguhan kenikmatan kedua pria  tersebut. Asamoah segera mencabut penisnya dari rongga dubur Ami. Darah  masih terlihat pada batang penis Asamoah. Maher pun telah loyo di bawah  tubuh Ami. Maher segera menggulingkan tubuh Ami ke sofa dan bangkit dari  sofa.
  "Ka..kaa…liaann semuaaa….baaanggsaatt''
  Ami memaki dengan pelan dan lirih. Tubuhnya telah tidak berdaya. Kini  dalam tubuhnya telah mengalir benih nista yang dimasukkan secara paksa  oleh Geremi dan Maher. Ami merasa noda telah meyelimuti hidupnya.
  Kini giliran Pak Hendarso dan Johan ambil jatah. Keduanya sepakat akan melakukan permainan 3P.
  "Ayo Ami berikan kami kenikmatan tubuhmu yang indah itu" seringai Pak Hendarso.
  "Benar saya ingin merasakan hangatnya lubang mataharimu sayang…" Pak Johan menimpali. Kini gantian Geremi yang akan mengabadikan pemerkosaan yang akan dilakukan oleh Pak Johan dan Hendarso.
  "Tidaakkk…..jangan lagi…..kasihani saya pak…." Tangis Ami semakin keras  lagi sambil menyilangkan kedua tangannya untuk menutupi payudaranya yang  terbuka.
  Namun kedua bandot tua itu tidak peduli dengan ketakutan Ami. Semakin takut semakin tinggi pula hasrat seksual kedua orang itu.
  Pak Hendarso segera mencengkeram tangan Ami dan membalik tubuhnya hingga  tengkurap. Official cap merah Ami beserta blouse putih yang  dikenakannya ia lucuti sehingga kini Ami benar-benar telah telanjang  bulat. Kedua tangan Ami ditahannya sehingga tubuhnya tidak bisa lagi  bergerak leluasa. Pak Johan melihat punggung Ami yang mulus serta  bongkahan pantat yang menggairahkan. Dia mengambil posisi di atas paha  Ami bagian belakang. Kemudian tangan kirinya membuka lubang anus Ami  sedangkan tangan kanannya mengarahkan penisnya ke lubang matahari itu.
  "Ttiiiiddaakkkkkk…..jangan aan laaaggiii dii situuuuuuuuu"
  "Ampun pak Johan…..sakit sekali……"
  "Dubur Ami perih dan panas pak Johan….jangan disitu lagi"
  "Saya mohon pak Johan"….Ami terus menghiba.
  Namun orang yang namanya Johan ini tidak mau ambil pusing dengan  rintihan memelas Ami. Dia tetap mengarahkan batang penisnya ke dubur Ami  dan…
  "Aaggghhhhhhhh…jjaaangggaaaaaa nnnnnnnnnnn……" Ami kembali melolong.
  Kini Pak Johan telah memompa duburnya dengan cepat dan kasar. Ternyata  orang ini adalah maniak seks diluar tampangnya yang kebapakan. Pak  Hendarso kini melepas pegangannya dan membiarkan Pak Johan sendirian  menggumuli tubuh Ami yang tengkurap. Tangan kanan Pak Johan pun ambil  bagian meremas buah dada Ami. Ami merintih-rintih kesakitan ketika  duburnya dengan kasar disodomi oleh atasannya. Sekitar 7 menit Pak Johan  telah mencapai klimaks dan tidak lama kemudian dia bangkit dari tubuh  Ami yang tengkurap lemas. Pak Hendarso menggantikan posisinya siap  melakukan sodomi juga. "Agggahhhhhhh…..banggssaaaaatt tttttttt" Ami menjerit lagi.
  Sudah tiga orang melakukan sodomi padanya tetapi rasa sakit itu tidak  berkurang juga. Malah semakin menjadi-jadi meski ukuran penis kedua  orang terakhir yang memperkosanya berukuran lebih kecil dari milik  Asamoah. Sekitar 10 menit Pak Hendarso memperkosa liang anus Ami.  Tanda-tanda ejakulasi sudah nampak ketika Pak Hendarso semakin cepat  memompa dubur Ami. Ami semakin merasakan perih di duburnya. Pak Hendarso  melenguh keras ketika cairan nistanya keluar membasahi rongga dubur  Ami. Ami merasakan anusnya bertambah perih karena sperma yang membasahi  robekan luka di duburnya. Waktu telah menunjukkan pukul 11:30 malam. Kini kelima pemerkosa Ami  bersiap mengantarkan Ami pulang. Saat itu Ami sudah tidak kuat bangkit.  Rasa nyeri dan perih di vagina dan anus yang dirasakannnya membuatnya  tidak mampu berdiri. Geremi menggendong Ami sampai ke dalam mobil van  yang mereka gunakan. Baju Ami yang robekpun telah mereka ganti dengan  kaos besar ukuran XXL sehingga ujung bagian bawahnya sampai setengah  paha Ami. Dengan demikian meski tidak mengenakan celana dalam tidak akan  ada seorangpun yang tahu. Dalam perjalanan pulang Ami didudukkan di  belakang di apit oleh Jabeer dan Maheer sedangkan Asamoah berada di  kursi depan bersama Pak Johan yang menyetir mobil. Geremi duduk di  tengah. Selama perjalanan Geremi mengisengi Ami dengan memasukkan dildo  zhucini (buah mirip mentimum yang ukurannya cukup besar) yang dia ambil  dari kulkas saat masih berada di villa milik Hendarso. Ami sudah tidak  mampu berteriak, matanya kelihatan sembab dan luyu. Hanya erangan lirih  yang terdengar ketikan dua buah zhucini dimasukkan kedalam vagina dan  anusnya. Meski sudah tidak ada darah lagi yang menetes dari dua lubang  kenikmatan itu tetap saja rasa perih dan panas dirasakan oleh Ami akibat  luka lecet pemerkosaan di villa sebelumnya.
  Setelah sampai Pak Johan memasukkan mobilnya ke pelataran rumah Ami agar  tidak dicurigai orang. Dengan mengambil kunci rumah dari tas Ami pak  Johan membuka pintu dan meminta Geremi membawa Ami masuk ke dalam.  Geremi merebahkan Ami di sofa tamu dan segera ke luar menuju van. Pak  Johan berjalan mendekati Ami dan berkata
  "Pastikan hanya kita yang tahu atau rekaman gambar itu akan beredar ke mana-mana" Ami hanya diam tidak mampu berkata. Setelah Pak Johan menutup pintu dan  terdengar suara mobil yang meninggalkan pelataran Ami hanya bisa  menyesali nasibnya sebagai korban pemerkosaan bergiliran. Air matanya  terus meleleh membasahi pipinya yang mulus. Pandangannya setengah  kosong. Pikirannya menerawang kepada suami dan anaknya. Pasti bahwa  tidak kurang dari seminggu setelah pemerkosaan bergiliran ini belum  tentu dia akan sanggup memberikan kehangatan pada suaminya. Luka di alat  vitalnya tentu membutuhkan waktu lama untuk sembuh terlebih lagi trauma  yang dialaminya. Ami terus menerawang ke arah langit-langit rumah.  Membayangkan masa depannya. Membayangkan noda di tubuhnya.  Membayangkan……………………        
 
   Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                            |             
              
Tidak ada komentar:
Posting Komentar