Cerita Sex - Salon Mesum Mar 27th 2013, 13:18 Cerita ini berawal dari ajakan seorang temanku untuk potong rambut di sebuah salon yang letaknya di sekitar Universitas **** (edited) Jakarta pada awal bulan Februari lalu. Maafkan, andai aku tidak dapat menulis dengan baik.
Aku baru tahu bahwa sudah rahasia umum semua wanita yang bekerja di salon itu bisa diajak kencan. Pada hari Sabtu yang telah kami sepakati dengan teman dia, dan kami janjian ketemu di salon itu jam 13:00. Aku pun meluncur ke salon itu untuk potong rambut, sejenak aku melirik jam tangan, terlihat jam satu kurang beberapa menit saja dan kuputuskan untuk masuk. Seperti halnya salon-salon biasa, suasana salon ini normal tidak ada yang luar biasa dari tata ruangnya serta kegiatannya. Pada pertama kali aku masuk, aku langsung menuju ke tempat meja reception dan di sana aku mengatakan niat untuk potong rambut. Dikatakan oleh wanita cantik yang duduk di balik meja reception agar aku menunggu sebentar sebab sedang sibuk semua. Sambil menunggu, aku mencoba untuk melihat-lihat sekitar siapa tahu ada temanku, tapi tidak terlihat ada temanku di antara semua orang tersebut. Mungkin dia belum datang, pikirku. Kuakui bahwa hampir semua wanita yang bekerja di salon ini cantik-cantik dan putih dengan postur tubuh yang proporsional dan aduhai. Kalau boleh memperkirakan umur mereka, mereka berumur sekitar 20-30 tahun. Aku jadi teringat dengan omongan temanku, Hanni, bahwa mereka bisa diajak kencan. Namun aku sendiri masih ragu sebab salon ini benar-benar seperti salon pada umumnya.
Setelah beberapa menit menunggu, aku ditegur oleh reception bahwa aku sudah dapat potong rambut sambil menunjuk ke salah satu tempat yang kosong. Aku pun menuju ke arah yang ditentukan. Beberapa detik kemudian seorang wanita muda nan cantik menugur sambil memegang rambutku. "Mas, rambutnya mau dimodel apa?" katanya sambil melihatku lewat cermin dan tetap memegang rambutku yang sudah agak panjang. "Mmm.. dirapi'in aja Mbak!" kataku ********
Lalu seperti halnya di tempat cukur rambut pada umumnya, aku pun diberi penutup pada seluruh tubuhku untuk menghindari potongan-potongan rambut. Beberapa menit pertama begitu kaku dan dingin. Aku yang diam saja dan dia sibuk mulai motong rambutku. Sangat tidak enak rasanya dan aku mencoba untuk mencairkan suasana. "Mbak.. udah lama kerja di sini?" tanyaku. "Kira-kira sudah enam bulan, Mas.. ngomong-ngomong situ baru sekali ya potong di sini?" sambungnya sambil tetap memotong rambut. "Iya.. kemarenan saya lewat jalan ini, terus kok ada salon, ya udah dech, saya potong di sini. Ini juga janjian sama temen, tapi mana ya kok belum datang?" jawabku sedikit berbohong. "Ooo.." jawabnya singkat dan berkesan cuek. "Hei.." terdengar suara temanku sambil menepuk pundak. "Eh.. elo baru dateng?" tanyaku. "Iya nih.. tadi di bawah jembatan macet, mm.. gue potong dulu yach.." jawabnya sambil berlalu.
Ngobrol punya ngobrol, akhirnya kami dekat, dan belakangan aku tahu Stella namanya, 22 tahun, dia kost di daerah situ juga, dia orang Manado, dia enam bersaudara dan dia anak ketiga. Kami pun sepakat untuk janjian ketemu di luar pada hari Senin. Untuk pembaca ketahui setiap hari Senin, salon ini tutup. Setelah aku selesai, sambil memberikan tips sekedarnya, aku menanyakan apakah ia mau aku ajak makan. Dia menyanggupi dan ia menulis pada selembar secarik kertas kecil nomor teleponnya. Sambil menunggu Hanni, aku ngobrol dengan Stella, aku sempat diperkenalkan oleh beberapa temannya yang bernama Susi, Icha dan Yana. Ketiganya cantik-cantik tapi Stella tidak kalah cantik dengan mereka baik itu parasnya juga tubuhnya. Susi, ia berambut agak panjang dan pada beberapa bagian rambutnya dicat kuning. Icha, ia agak pendek, tatapannya agak misterius, dadanya sebesar Stella namun karena postur tubuhnya yang agak pendek sehingga payudaranya membuat ngiler semua mata laki-laki untuk menikmatinya. Sedangkan Yana, ia tampak sangat merawat tubuhnya, ia begitu mempesona, lingkar pinggangnya yang sangat ideal dengan tinggi badannya, pantatnya dan dadanya-pun sangat proporsional.
Akhirnya kami ketemu pada hari Senin dan di tempat yang sudah disepakati. Setelah makan siang, kami nonton bioskop, filmnya Jennifer Lopez, The Cell. Wah, cakep sekali ini orang, batinku mengagumi kecantikan Stella yang waktu itu mengenakan kaos ketat berwarna biru muda ditambah dengan rompi yang dikancingkan dan dipadu dengan celana jeans ketat serta sandal yang tebal. Kami serius mengikuti alur cerita film itu, hingga akhirnya semua penonton dikagetkan oleh suatu adegan. Stella tampak kaget, terlihat dari bergetarnya tubuh dia. Entah ada setan apa, secara reflek aku memegang tangan kanannya. Lama sekali aku memegang tangannya dengan sesekali meremasnya dan ia diam saja.
Singkat cerita, aku mengantarkan dia pulang ke kostnya, di tengah jalan Stella memohon kepadaku untuk tidak langsung pulang tapi putar-putar dulu. Kukabulkan permintaannya karena aku sendiri sedang bebas, dan kuputuskan untuk naik tol dan putar-putar kota Jakarta. Sambil menikmati musik, kami saling berdiam diri, hingga akhirnya Stella mengatakan, "Mmm.. Will, aku mau ngomong sesuatu sama kamu, memang semua ini terlalu cepat, Will.. aku suka sama kamu.." katanya pelan tapi pasti. Seperti disambar petir mendengar kata-katanya, dan secara reflek aku menengok ke kiri melihat dia, tampaknya dia serius dengan apa yang barusan ia katakan. Dia menatap tajam. "Apa kamu sudah yakin dengan omonganmu yang barusan, Tel?" tanyaku sambil kembali konsentrasi ke jalan. "Aku nggak tau kenapa bahwa aku merasa kamu nggak kayak laki-laki yang pernah aku kenal, kamu baik, dan kayaknya perhatian and care. Aku nggak mau kalo setelah aku pulang ini, kita nggak bisa ketemu lagi, Will. Aku nggak mau kehilangan kamu," jawabnya panjang lebar. "Mmm.. kalo aku boleh jujur sich, aku juga suka sama kamu, Tel.. tapi kamu mau khan kalo kita nggak pacaran dulu?" tegasku "Ok, kalo itu mau kamu, mm.. boleh nggak aku 'sun' kamu, bukti bahwa aku nggak main-main sama omonganku yang barusan?" tanyanya.
Wah rasanya seperti mau mati, jantungku mau copot, nafas jadi sesak. Edan ini anak, seperti benar-benar! Sekali lagi, aku menengok ke kiri melihat wajahnya yang bulat dengan bola mata yang berwarna coklat, dia menatapku tajam dan serius sekali. "Sekarang?" tanyaku sambil menatap matanya, dan dia menganguk pelan. "OK, kamu boleh 'sun' aku," jawabku sambil kembali ke jalanan. Beberapa detik kemudian dia beranjak dari tempat duduknya dan mengambil posisi untuk memberi sebuah "sun" di pipi kiriku. Diberilah sebuah ciuman di pipi kiriku sambil memeluk. Lama sekali ia mencium dan ditempelkannya payudaranya di lengan kiriku. Ooh, empuk sekali, mantap!Payudaranya yang cukup menantang itu sedang menekan lengan kiriku. Edan, enak sekali, aku jadi terangsang nih. Secara otomatis batang kemaluanku pun mengeras. Dengan pelan sekali, Stella berbisik, "Will, aku suka sama kamu," dan ia kembali mencium pipiku dan tetap menekan payudaranya pada lengan kiriku. Konsentrasiku buyar, sepertinya aku benar-benar sudah terangsang dengan perlakuan Stella, dan beberapa kendaraan yang melaluiku melihat ke arahku menembus kaca filmku yang hanya 50%. "Kamu terangsang ya, Will?" tanyanya pelan dan agak lirih. Aku tidak menjawab. Tangan kirinya mulai mengelus-elus badanku dan mengarah ke bawah. Aku sudah benar-benar terangsang. Sekali lagi Stella berbisik, "Will, aku tau kamu terangsang, boleh nggak aku lihat punyamu? punya kamu besar yach!" aku mengangguk. Dibukalah celana panjangku dengan tangan kirinya, seperti ia agak kesulitan pada saat ingin membuka ikat pinggangku sebab dia hanya menggunakan satu tangan. Aku bantu dia membuka ikat pinggang setelah itu aku kembali memegang setir mobil.
Dielus-elus batang kemaluanku yang sudah keras dari luar. Tidak lama kemudian ditelusupkan telapak kirinya ke dalam dan digenggamlah kemaluanku. "Ooh.." desahku pelan. Sedikit demi sedikit wajahnya bergerak. Pertama, ia cium bibirku dari sebelah kiri lalu turun ke bawah. Ia cium leherku, dan ia sempat berhenti di bagian dadaku, mungkin ia menikmati aroma parfum BULGARI-ku. Ia makin turun dan turun ke bawah. Beberapa kali Stella melakukan gerakan mengocok kemaluanku. Pertama-tama dijilatinya pangkal batang kemaluanku lalu merambat naik ke atas. Ujung lidahnya kini berada pada bagian biji kejantananku. Salah satu tangannya menyelinap di antara belahan pantatku, menyentuh anusku, dan merabanya. Stella melanjutkan perjalanan lidahnya, naik semakin ke atas, perlahan-lahan. Setiap gerakan nyaris dalam beberapa detik, teramat perlahan. Melewati bagian tengah, naik lagi. Ke bagian leher batangku. Kedua tanganku tak kusadari sudah mencengkeram setir mobil. Ujung lidahnya naik lebih ke atas lagi. Pelan-pelan setiap jilatannya kurasakan bagaikan kenikmatan yang tak pernah usai, begitu nikmat, begitu perlahan. Setiap kali kutundukkan wajahku melihat apa yang dilakukannya setiap kali itu pula kulihat Stella masih tetap menjilati kemaluanku dengan penuh nafsu.
Sesaat Stella kulihat melepaskan tangannya dari kemaluanku, ia menyibakkan rambutnya ke samping tiga jarinya kembali menarik bagian bawah batang kemaluanku dengan sedikit memiringkan kepalanya. Stella kemudian mulai menurunkan wajahnya mendekati kepala kejantananku. Ia mulai merekahkan kedua bibirnya, dengan berhati-hati ia memasukkan kepala kemaluanku ke dalam mulutnya tanpa tersentuh sedikitpun oleh giginya. Kemudian bergerak perlahan-lahan semakin jauh hingga di bagian tengah batang kemaluanku. Saat itulah kurasakan kepala kejantananku menyentuh bagian lidahnya. Tubuhku bergetar sesaat dan terdengar suara khas dari mulut Stella. Kedua bibirnya sesaat kemudian merapat. Kurasakan kehangatan yang luar biasa nikmatnya mengguyur sekujur tubuhku. Perlahan-lahan kemudian kepala Stella mulai naik. Bersamaan dengan itu pula kurasakan tangannya menarik turun bagian bawah batang tubuh kejantananku hingga ketika bibir dan lidahnya mencapai di bagian kepala, kurasakan bagian kepala itu semakin sensitif. Begitu sensitifnya hingga bisa kurasakan kenikmatan hisapan dan jilatan Stella begitu merasuk dan menggelitik seluruh urat-urat syaraf yang ada di sana. Kuraba punggungnya dengan tangan kiriku, kuelus dengan lembut lalu mengarah ke bawah. Kudapatkan payudara sebelah kanan. Kubuka telapak tanganku mengikuti bentuk payudaranya yang bulat. Kuremas dengan lembut. Kubuka satu persatu kancing rompinya, dan kembali aku membuka tepak tangan mengikuti bentuk payudaranya. Sambil tetap mengulum, tangan kanannya bergerak menyentuh tanganku, ia tarik baju ketatnya dari selipan celana panjangnya. Dipegangnya tanganku dan diarahkannya ke dalam. Di balik baju ketatnya, aku meremas-remas payudaranya yang masih terbungkus BH. Kuremas satu persatu payudaranya sambil mendesah menikmati kuluman pada kemaluanku.
Kuremas agak kuat dan Stella pun berhenti mengulum sekian detik lamanya. Kuelus-elus kulit dadanya yang agak menyembul dari BH-nya dengan sesekali menyelipkan salah satu jariku di antara payudaranya yang kenyal. "Agh.." desahku menikmati kuluman Stella yang makin cepat. Aku turunkan BH-nya yang menutupi payudara sebelah kanan, aku dapat meraih putingnya yang sudah mengeras. Kupilin dengan lembut. "Ooh.. esst.." desahnya melepas kuluman dan terdengar suara akibat melepaskan bibirnya dari kemaluanku. Menjilat, menghisap, naik turun. Ia begitu menikmatinya. Begitu seterusnya berulang-ulang. Aku tak mampu lagi melihat ke bawah. Tubuhku semakin lama semakin melengkung ke belakang kepalaku sudah terdongak ke atas. Kupejamkan mataku. Stella begitu luar biasa melakukannya. Tak sekalipun kurasakan giginya menyentuh kulit kejantananku. Gila, belum pernah aku dihisap seperti ini, pikirku. Pikiranku sudah melayang-layang jauh entah ke mana. Tak kusadari lagi sekelilingku oleh gelombang kenikmatan yang mendera seluruh urat syaraf di tubuhku yang semakin tinggi. Aku berhenti sejenak meraba payudaranya. Kutengok ke bawah, tangan kanannya menggenggam dengan erat persis di bagian leher batang kemaluanku, dan ia terlihat tersenyum kepadaku. "Kamu luar biasa, Tel," bisikku sambil menggeleng-gelengkan kepala terkagum-kagum oleh kehebatannya. Stella tersenyum manis dan berkesan manja. "Eh, bisa keluar aku kalo kamu kayak gini terus," bisikku lagi merasakan genggaman tangannya yang tak kunjung mengendur pada kemaluanku. Stella tersenyum. "Kalo kamu udah nggak pengen keluar, keluarin aja, nggak usah ditahan-tahan," jawabnya dan setelah itu menjulurkan lidahnya keluar dan mengenai ujung batang kemaluanku. Rupanya ia mengerti aku sedang berjuang untuk menahan ejakulasiku.
"Aaghh.." desahku agak keras menahan rasa ngilu. Bukan kepalang nikmat yang kurasakan, tubuhnya bergerak tidak karuan, seiring dengan gerakan kepalanya yang naik turun, kedua tangannya tak henti-henti meraba dadaku, terkadang ia memilin kedua puting susuku dengan jarinya, terkadang ia melepaskan kuluman untuk mengambil nafas sejenak lalu melanjutkannya lagi. Semakin lama gerakannya makin cepat. Aku sudah berusaha semaksimal untuk menahan ejakulasi. Kualihkan perhatianku dari payudaranya. Aku meraba ke arah bawah. Kubuka kancing celananya. Agak lama kucoba membuka dan akhirnya terlepas juga. Pelan-pelan kuselipkan tangan kiriku di balik celana dalamnya. Aku dapat rasakan rambut kemaluannya tipis. Mungkin dipelihara, pikirku dalam hati. Kuteruskan agak ke bawah. Stella mengubah posisinya. Tadinya ia yang hanya bersangga pada satu sisi pantatnya saja, sekarang ia renggangkan kedua kakinya. Dengan mudah aku dapat menyentuh kemaluannya. Beberapa saat telunjukku bermain-main di bagian atas kemaluannya. Aku naik-turunkan jari telunjukku. Ugh, nikmat sekali nih rasanya, pikirku. Sesekali kumasukkan telunjukku ke dalam lubang kemaluannya. Aku jelajahi setiap milimeter ruangan di dalam kemaluan Stella. Aku temukan sebuah kelentit di dalamnya. Kumainkan klitoris itu dengan telunjukku. Ugh, pegal juga rasanya tangan kiriku. Sejenak kukeluarkan jariku dari dalam. Lalu aku menikmati setiap kuluman Stella. Rasanya sudah beberapa tetes spermaku keluar. Aku benar-benar dibuat mabuk kepayang olehnya.
Kembali kumasukkan jariku, kali ini dua jari, jari telunjuk dan jari tengahku. Pada saat aku memasukkan kedua jariku, Stella tampak melengkuh dan mendesah pelan. Semakin lama semakin cepat aku mengeluar-masukkan kedua jariku di lubang kemaluannya dan Stella beberapa menghentikan kuluman pada batang kemaluanku sambil tetap memegang batang kemaluanku. Entah sudah berapa orang yang melihat kegiatan kami terutama para supir atau kenek truk yang kami lewati, namun aku tidak peduli. Kenikmatan yang kurasakan saat itu benar-benar membiusku sehingga aku sudah melupakan segala sesuatu. Kembali Stella menjilat, menghisap dan mengulum batang kemaluanku dan entah sudah berapa lama kami melakukan ini. Kutundukkan kepalaku untuk melihat yang sedang dikerjakan Stella pada kemaluanku. Kali ini Stella melakukan dengan penuh kelembutan, ia julurkan lidahnya hingga mengenai ujung kepala kemaluanku lagi. Ia memutar-mutarkan lidahnya tepat di ujung lubang kemaluanku. Sungguh dashyat kenikmatan yang kurasakan. Beberapa kali tubuhku bergetar namun ia tetap pada sikapnya. Sesekali ia masukkan semua batang kemaluanku di dalam mulutnya dan ia mainkan lidahnya di dalam. "Ooh.. Tel.. enakk.." desahku sambil melepaskan tangan kiriku dari lubang kemaluannya. Kupegang kepalanya mengikuti gerakan naik turun.
"Stella, aku sudah nggak tahann.." kataku agak lirih menahan ejakulasi. Namun gerakan Stella makin cepat dan beberapa kali ia buka matanya namun tetap mengulum dan terdengar suara-suara dari dalam mulutnya. "Aaagghh.." desahku keras diiringi dengan keluarnya sperma dari dalam batang kemaluanku di dalam mulutnya. Keadaan mobil kami saat itu sedikit tersentak oleh pijakan kaki kananku. Aku menikmati setiap sperma yang keluar dari dalam kemaluanku hingga akhirnya habis. Stella tetap menjilati kemaluanku dengan lidahnya. Dapat kurasakan lidahnya menyapu seluruh bagian kepala kemaluanku. Ugh, nikmat sekali rasanya. Setelah membersihkan seluruh spermaku dengan lidahnya, Stella bergerak ke atas. Kulihat dia, tampak ada beberapa spermaku menempel di sebelah kanan bibirnya dan pipi kirinya. Aku mulai bergerak memperbaiki posisi dudukku, perlahan-lahan. Sambil tetap digenggamnya batang kemaluanku yang sudah lemas, Stella beranjak ke atas melumat bibirku, masih terasa spermaku. Sekian detik kami bercumbu dan aku memejamkan mata. Akhirnya ia merapikan posisinya, ia duduk dan merapikan pakaiannya. Aku pun merapikan pakaianku sekedarnya. Aku kenakan celana panjangku namun tidak kumasukkan kemejaku.
Beberapa hari setelah itu, aku main ke kost Stella dan pada saat itu pula kami mengikat tali kasih. Awal bulan Maret lalu Stella kembali dari Manado setelah 2 minggu ia berada di sana dan ia tidak kembali lagi bekerja di salon itu. Sekarang kami hidup bersama di sebuah tempat di daerah Grogol, sekarang ia diterima sebagai operator di salah satu perusahaan penyedia jasa komunikasi handphone. Sedangkan aku tetap sebagai animator yang bekerja di sebuah perusahaan di daerah Kedoya tapi aku harus meninggalkan kostku. Setelah kami hidup seatap, Stella mengakui padaku bahwa selama enam bulan ia bekerja di salon itu, ia pernah melayani pelanggannya dan ia mengatakan bahwa semua pekerja yang bekerja di salon itu juga pekerja seks. Stella tidak mengetahui bagaimana asal mulanya. Stella sendiri tidak tahu apakah salon merupakan sebuah kedok atau seks adalah sebuah tambahan. Dia mengatakan bahwa untuk mengajak keluar salah satu karyawati di situ, seseorang harus membayar di muka sebesar Rp 500.000. Rasanya Jakarta hanya milik kami berdua, tiap malam setelah mandi sepulang dari kerja atau setelah makan malam, kami melakukan hubungan seks. Entah sampai kapan semua ini akan berakhir. Kami sungguh menikmati setiap hari yang akan kami lalui dan telah kami lalui bersama. Aku sungguh tidak peduli dengan asal-usulnya pekerjaan Stella sebab makin hari aku makin terbius oleh kenikmatan seks dan mataku seolah-seolah tertutup oleh rasa sayangku pada dia.
ouwkh ouwkh,,,hahhaha
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini | Cerita Sex - Tempat Kost YANG .... Mar 27th 2013, 13:17 Cerita ini terjadi waktu aku datang ke wisudanya di Manggala Wana Bakti, nah setelah selesai di wisuda ceritanya aku dan dia itu ke tempat kostnya di daerah Palmerah. Nama temanku Tina (sudah disamarkan). Secara garis besar dia adalah seorang gadis yang cantik dengan ukuran dada 36B, lalu dengan tinggi 159 cm dan berat 48 kg, dan rambut hitam legam sepundak, memang 2 tahun lebih tua dari aku, aku kenal sama dia pas waktu dia mengulang salah satu mata kuliah di semester 2 sejak itu aku cukup akrab dengan dia, dan dia adalah satu-satunya orang yang tahu pengalaman misteriusku dengan Vita. Tina adalah anak seorang pengusaha sukses di Bali, tapi karena dia ingin sekali kuliah jurusan komputer di Jakarta, akhirnya dia kost di dekat kampus, karena memang Tina tidak mempunyai keluarga di Jakarta
Sesampainya di tempat kostnya terus terang aku kagum banget karena rumah kost Tina itu bagus banget, memang sih Tina pernah bilang tempat kostnya tuh mahal sekali satu bulan bayarnya sekitar 600.000-an tapi aku tidak menyangka bahwa rumah kostnya sebagus ini, soalnya biasanya dimana-mana tempat kost identik dengan rumah sederhana, tapi kali ini ternyata aku melihat sebuah rumah kost yang megah. Akhirnya terpaksa aku menyudahkan lamunkanku karena aku mendengar teriakan 3 orang wanita, yang ternyata teman kostnya Tina, setelah itu aku dikenalkan Tina dengan ketiga teman kostnya itu. Nama ke tiga anak kost itu ada Silvi, Anna, Sonia. Silvi adalah seorang wanita yang aku perkirakan berusia sekitar 23 tahun, cukup cantik dengan rambut ikal sebahu. Anna seorang wanita berusia 22 tahun, mahasiswi tingkat akhir di kampus yang sama dengan aku dan Tina, walaupun tidak terlalu cantik tapi dada dan pantatnya terlihar padat dan menantang lalu Sonia seorang wanita yang berusia 24 tahun dan terlihat paling cantik diantara Silvi dan Anna.
Singkat cerita akhirnya kami berlima pesta pora merayakan wisuda Tina, memang aku sempat tanya ada berapa anak kost di rumah ini menurut mereka ada 5 orang semuanya wanita tapi yang satu sekarang sedang pulang ke kampung halamannya. Lalu aku juga sempat tanya dimana majikannya, lalu kata mereka majikannya ada di Canada, dan segala keperluan rumah sudah diserahkan kepada seorang pembantu rumah tangga yang sengaja disiapkan disana.
Lalu disela-sela obrolan kami, aku sempat melihat ada seorang gadis yang berusia sekitar 21 tahun keluar dari dalam, aku pikir ini juga anak kost disini karena dia terlihat amat cantik hanya bedanya kecantikan gadis yang baru kulihat ini lebih alami dan natural. Dan rupanya Tina melihatku sedang memperhatikan gadis itu sehingga dia berkata "Hei Tom, sudah donk masa lu ngeliatin si Susi saja", "Oh, jadi dia namanya Susi toch, apa dia juga anak kost disini?" tanyaku. Eh mereka semua malah pada senyum, lalu Sonia bilang "Tommy.., Tommy.., sudah aku bilang disini cuma ada 5 orang plus 1 pembantu, dan sekarang teman kami yang satu sedang pulang kampung!". "Jadi artinya Susi itu pembantu kalian donk", potongku dan mereka semua menjawab serempak "Pinter", dan setelah itu mereka mengolok-ngolokku, karena menurut mereka aku tuch naksir sama Susi.
Lalu mungkin gara-gara itu kami jadi ngelantur bercerita tentang Susi, dan akhirnya mereka berempat mengajakku taruhan bisa tidak aku mengajak Susi yang masih virgin dan tidak pernah pergi sama laki-laki itu ML denganku. Aku sempat bilang lu orang pada gila yach, tapi karena aku diolok-olok dan dikatain chicken, dll akhirnya aku sanggupin juga dech untuk mencobanya, lalu aku bilang "Tapi dengan syarat lu orang harus membantu rencanaku, dan kalau aku berhasil taruhannya apa donk?" dan akhirnya setelah mikir sejenak Sonia bilang "Kalau kamu berhasil kamu boleh minta apa saja", "Oke.." jawabku.
Lalu aku bilang, "Aku punya rencana begini, nanti aku pura-pura sakit dan tidur di kamar Tina, terus lu suruh dia tolong kerokin aku, lalu pas lagi di kerokin aku akan suruh dia nyalahin VCD yang tentu saja isinya film bokep". Dan akhirnya Tina dan Sonia yang menuju ke dalam mencari Susi, sedang aku Anna, dan Silvi menuju ke kamar Tina, disana aku tiduran sambil pura-pura pakai balsem, dan seperti orang masuk angin. Tidak beberapa lama kemudian, aku lihat Susi dan bersama Tina dan Sonia, lalu akhirnya mereka berempat keluar tinggal aku dan Susi berdua di kamar. Lalu aku dengar ada suara yang sangat lembut menyapaku "Ada apa Mas?", lalu dengan gugup aku menyahut "Nggak nich Mbak, saya sepertinya masuk angin, bisa minta tolong kerokin nggak yach?". "Boleh Mas", jawab Susi lagi, lalu dia mengambil minyak kayu putih dan uang logam seratusan, dan dia menyuruh aku membuka baju lalu dia mulai mengeroki badanku. Dan seperti rencanaku akhirnya aku meminta tolong padanya mengambilkan remote, lalu aku menyalakan TV dan VCD.
Dan setelah menyala, langsung dech terlihat adegan syur di TV, dan aku merasakan seketika itu juga uang logam yang dipegang Susi jatuh ke lantai, lalu aku bilang ke Susi. "Sus, maaf yach saya mau nonton film ini soalnya besok pagi sudah harus dikembaliin, kamu nggak 'pa-'pa kan yach?". Lalu dengan gugup aku lihat dia bilang "Nggakk pappaa kok, Mas", lalu aku tanya lagi "Kamu pernah nonton film beginian Sus?", "Dan dia bilang belum pernah, Mas", lalu aku lihat dia mengambil duit logam dan kembali mengerokiku dan aku kembali menikmati adegan syur di depan mataku, tapi lama kelamaan aku merasakan kerokan Susi semakin melemah dan nafasnya kian memburu dan lalu aku pikir ini adalah saat terbaik untuk memulainya, lalu akhirnya tanganku mulai menyentuh pahanya, dan karena tidak ada reaksi menolak lalu tangan aku mulai semakin naik dan akhirnya sampai di payudaranya dan lagi-lagi dia diam, lalu aku langsung balik badan dan langsung memeluk dan menciumnya, dan karena dia masih virgin dia agak lama baru membalas ciumanku, dan walaupun tampak kaku, aku merasakan kenikmatan tersendiri, setelah itu aku mulai perlahan-lahan membuka kaos dan roknya, dan lalu aku mulai meremas-remas payudaranya yang hanya dilapisi oleh BH warna krem, dan aku lihat dia tuch meringis kenikmatan, dan setelah puas bermain di payudaranya tanganku segera kebawah dan meraba-raba CD-nya yang sudah basah, lalu aku mulai mengesekkan jariku perlahan-lahan dan aku lihat dia tuch semakin menggelinjang kenikmatan, setelah itu aku membuka CD-nya dan kemudian mulai menjilat-jilat liang kewanitaannya, dan mencari clitnya.
Dan sewaktu lidahku bermain di dalam liang kewanitaannya tanganku kembali bergerak ke atas dan membuka BH-nya dan bermain di atas payudaranya 15 menit kemudian, aku sudahi permainanku di liang kewanitaannya, dan aku-pun mulai mencopot kemeja dan celanaku di depan Susi, dan mungkin karena tidak tahu apa yang harus dilakukannya Susi diam saja, dan pas aku menurunkan CD-ku, Susi berteriak kecil "Ahh.." dan aku jadi kaget, dan aku bilang "Ada apa Sus?", dan dia bilang "Saya ngeri ngeliat barang Mas". Dan lalu dengan senyum aku bilang tidak apa-apa, lalu aku bawa tangannya ke penisku, dan lalu dengan malu-malu dia memegang penisku dan mengocoknya pelan-pelan. Dalam hati aku berkata wah nich anak pinter juga, baru sekali nonton BF tahu apa yang harus dilakukannya.
Dan tidak beberapa lama kemudian aku suruh dia mengisap penisku, tapi mula-mula dia bilang nggak mau karena geli tapi karena terus di paksa akhirnya dia lakukan juga. Dan untuk seorang pemula hisapan Susi cukup hebat (walaupun tidak sehebat Vita), setelah puas aku lalu menyuruhnya udahan dan kemudian aku bersiap-siap untuk memasukkan penisku ke liang senggamanya, dan sesampainya di depan liang kenikmatannya dia langsung bangun dan bilang "Nggak boleh donk Mas kan saya masih perawan". Dalam hati aku berkata sial nich cewek bisa kalah dech aku, tapi akhirnya aku nggak kehabisan akal lalu perlahan-lahan aku bilang kalau dia nggak mau yach sudah saya nggak masukin semua hanya ujungnya saja dan itu nggak merusak selaput daranya. Akhirnya dengan perjuangan keras aku diijinkan untuk memasukkan kepala penisku di liang surganya, dan lalu aku mulai memasukkannya perlahan-lahan. Dan seperti dugaanku liang senggamanya amat sempit sehingga aku agak menemui kesusahan memasukkan kepala penisku.
Dan setelah masuk aku mulai menarik dan memasukkannya perlahan-lahan, dan seperti dugaanku Susi keenakan, dan dia lalu berkata "Mas masukkin semua donk masa kepalanya doank!" lalu dengan pura-pura bodoh aku bilang "Kata kamu kepalanya saja, tapi lalu dia bilang "Nggak 'pa-'pa dech Mas ayo donk cepat Mas!". Akhirnya aku memasukkan sisa penisku ke liang kewanitaannya. Setelah masuk aku mulai menggoyangkannya, beberapa menit kemudian aku menarik penisku dan menyuruh dia nungging dan aku melakukannya dengan posisi dog style, sekitar 10 menit kemudian aku dengar Susi bilang "Mas kok saya tiba-tiba mau pipis sich yach?" terus aku bilang "Kalau itu bukan pipis tapi tandanya kamu hampir orgasme". Dan aku suruh dia tahan sebentar karena aku juga sudah mau keluar dan 3 menit kemudian aku keluar barengan dengan dia.
Setelah itu aku dan dia jatuh ke ranjang, dan aku sempat lihat spermaku yang berceceran di lantai beserta beberapa bercak darah, setelah itu aku bilang terima kasih ke dia, dan dia lalu keluar kamar dan aku pun ke kamar mandi untuk membersihkan badanku yang penuh dengan keringat.
Setelah aku selesai mandi, aku lalu keluar kamar dan aku nggak menemui Tina, dan ketiga kawannya di ruang depan, dan aku sempat clingak-clinguk dech nyariin mereka, dan tiba-tiba aku dengar ada suara yang memanggilku dari arah sebelah kiriku, "Tom, sini donk Tom, kita juga mau ngerasain barang kamu donk". Spontan aku menghadap ke asal suara tersebut dan aku lihat Silvi yang sudah berada dalam keadaan polos memanggilku di muka pintu kamarnya. Langsung dech adikku yang tadinya sudah kembali tidur tegak lagi, dan segera aku menyamperi Silvi yang memang sudah menungguku, sesampainya di dalam kamar aku sampai kaget melihat ternyata di dalam kamar itu bukan hanya terdapat Silvi saja tetapi juga ada Tina, Sonia, dan Anna, hanya mereka bertiga masih berpakaian lengkap. Aku bilang ke Tina, "Tuch kan Tin, aku berhasil kan naklukin Susi" Iya dech Tom, kita percaya sekarang". Setelah itu aku langsung bilang "Ayo sekarang aku minta hadiahku". Lalu jawab mereka "Eloe minta hadiah apa?". Langsung dech otakku mikir minta apa yach, terus aku bilang "Aku pengen tidur bareng kalian bertiga sekaligus", dan reaksinya mereka berempat langsung teriak "Yes, siapa takut memang itu kok yang kami harapkan", lalu Silvi sempat nambahin, "Tahu nggak Tom, kenapa aku bugil supaya lu nafsu lihat aku dan minta ML sama aku ternyata siasat aku berhasil, lagian tadi kan pas lu ML sama Susi kita pada ngintip lho", dan aku langsung dech berpura-pura terkejut padahal sich aku tahu kok he he he, tapi aku diam saja sok cool.
Setelah itu Anna, Tina dan Sonia mulai striptease di depanku sambil perlahan-lahan membuka bajunya satu persatu sampai mereka semua benar-benar bugil, dan akibatnya adikku yang memang dari tadi sudah bangun jadi semakin tegak, dan setelah mereka selesai dengan baju mereka sendiri mereka dengan ganas langsung menyerbuku, dan dengan penuh nafsu birahi, mereka mempreteli baju dan celanaku satu demi satu, dan ketika celana dalamku diturunkan mereka sempat terpesona melihat barangku, lalu tiba-tiba Tina menunduk dan langsung menjilat-jilat penisku sementara Anna langsung mengarahkan liang kewanitaannya ke mulutku yang langsung saja kusambut dengan jilatan-jilatan di sekitar liang kewanitaannya, sementara itu tanganku menggerayangi payudara Sonia, sementara itu pula Sonia menjilat payudara Silvi, lalu kami saling berganti-ganti posisi, setelah puas dengan gaya tersebut aku mulai bangkit dan mula-mula aku mengarahkan penisku ke arah liang kewanitaan Tina, dan sumpah aku menemui kesulitan untuk memasukkan penisku tersebut tapi dengan upaya keras akhirnya aku berhasil untuk memasukkannya, setelah beberapa lama aku dengar Tina merintih dengan keras dan akhirnya dia orgasme, lalu kucabut penisku dari liang senggamanya, dan aku sempat lihat ada bercak darah di penisku, dan aku sempat tanya "Tin, lu masih virgin yach?" dan Tina menjawab katanya "Kami berempat masih virgin Tom", busyet aku hoki benar dalam semalam dapat 5 cewek masih virgin semua.
Lalu aku mulai mencoba memasukkan penisku ke liang kewanitaan Silvi, kali ini aku lebih pelan-pelan dan santai, walaupun sulit tapi tidak sesulit sewaktu aku memasukkan penisku ke liang kewanitaan Tina, mungkin karena penisku sekarang sudah basah, dan kulihat liang kewanitaan Silvi pun sudah sangat basah, lalu aku kembali memaju mundurkan pantatku, sekitar 10 menit aku merasa bahwa spermaku akan segera keluar, lalu aku langsung menurunkan tempo goyanganku, dan segera aku mulai mengalihkan permainanku ke arah payudara Silvi, setelah beberapa lama aku kembali mulai mempercepat goyangan pantatku, tapi itupun tak bertahan lama karena 5 menit kemudian aku sudah ingin mengeluarkan sperma lagi, sebetulnya ingin aku tahan tapi karena aku kasihan sama Silvi orgasmenya tertunda melulu, terpaksa aku malah mempercepat laju permainanku dan 3 menit kemudian aku bilang sama dia "Aku sudah mau keluar nich, aku keluarin di dalam atau di luar?". Lalu dia jawab "Di dalam saja". Akhirnya aku dan dia keluar secara bersamaan.
Setelah itu aku merebahkan diri ke tempat tidur, tapi baru sepuluh menit aku tiduran aku merasakan barangku saja yang dijilat-jilat, dan ternyata aku lihat kali ini Anna yang menjilat-jilat barangku, akhirnya adikku bangun lagi dech dan aku langsung melepas barangku dari mulutnya dan langsung mengarahkan barangku ke kemaluannya, dan kali ini aku kembali menemui kesulitan, karena liang kewanitaan Anna benar-benar sempit, dan kecil, penisku sampai perih rasanya, akhirnya dengan sedikit paksaan aku berhasil juga memasukkan barangku ke dalam liang surganya, sekitar 15 menit kemudian Anna teriak Tom, aku mau orgasme nich, dan aku langsung bilang "Tunggu donk aku juga sudah mau orgasme nich". Akhirnya aku mempercepat pola permainan, dan akhirnya aku keluar barengan dia di dalam liang senggamanya. Setelah itu aku langsung tiduran lagi, tapi aku liat kali ini Sonia menyamperi aku dan bilang "Tom giliran aku kapan?" "terus aku bilang besok saja yach aku cape nich". Tapi sebagai jawabnya dia malah merenggut dan langsung mengocok-ngocok barangku, dan secara perlahan barangku kembali bangun, setelah bangun secara maksimal, Sonia lalu berdiri dan duduk tepat diatas barangku sambil tangannya perlahan membuka bibir kemaluannya, dan aku merasakan perih di sekitar barangku, karena Sonia memasukkannya dengan agak keras, setelah itu dia mulai mengoyang-goyangkan pantatnya naik turun sambil sesekali dia mengoyang-goyangkannya ke depan dan ke belakang, karena merasa nikmat sekali nggak sampai 10 menit aku merasa aku sudah mau orgasme, dan aku bilang ke Sonia "Son, aku sudah mau orgasme nich", dan sebagai jawabannya dia mencabut barangku dan mengulum kembali barangku dan akhirnya aku memuntahkan spermaku di mulutnya dan kemudian diminum semua oleh Sonia "Obat awet muda katanya" Dan aku sich tersenyum saja mendengarnya.
Nggak lama kemudian aku tidur bersama mereka berempat dalam keadaan bugil. Sekitar Jam 7 pagi aku bangun dan menuju kamar mandi untuk mandi karena terus terang badanku lengket semua keringatan. Lalu aku mulai mandi dan menyabuni penisku, mungkin karena terkena tanganku eh adikku malah bangun lagi, dan ketika itu pintu kamar mandi terbuka, lalu aku lihat Tina masuk ke dalam, dan kaget "Gila lu Tom, mau onani yach, ngapain Tom, sayangkan lu buang gitu saja, mending buat aku, lalu setelah itu Tina nyamperin aku dan mulai memain-mainkan barangku sebentar lalu dia mulai mengulum penisku, sekitar 15 menit dia mengulum penisku, sampai akhirnya aku mengeluarkan spermaku di dalam, dan kemudian diminum seluruhnya oleh Tina, nggak beberapa lama kemudian dia malah nungging dan minta di fuck dengan posisi doggy style, tadinya aku sudah mau nolak dan jelasin bahwa sebenarnya aku lagi bersihin barangku bukan onani, tapi karena nafsu lihat pantat mulus akhirnya aku masukin juga barangku ke liang kewanitaannya, dan kali ini aku nggak sesulit sewaktu memasukkan barangku tadi malam, dan setelah puas dengan doggy style dia malah minta fuck dengan gaya monyet, dimana aku ngefuck sambil ngegendong dia, yach sudah dech akhirnya aku lakukan juga permintaan dia, 5 menit kemudian aku merasa bahwa aku mau orgasme, dan dia bilang "Yach sudah Tom keluarin di dalam saja, aku pengen ngerasain sperma kamu kok" Akhirnya aku keluarin juga dech spermaku di dalam liang kewanitaannya, lalu setelah itu kita malah mandi bersama dan sekitar pukul 9 pagi aku balik ke rumah dan tidur sampai malam.
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini | Cerita Sex - Bunga SMA Mar 27th 2013, 13:16 Suatu siang aku jalan-jalan kepusat perbelanjaan buat refresing….ya..liat-liat cewek cantik.Begitu aku lagi liat kiri kanan..eee..tak taunya seseorang menubrukku .Wanita ini sepertinya habis belanja banyak dan tergesa-gesa hingga tak tahunya menubruk orang.
Begitu bertabrakan…aku langsung membantu memberesi barang-barangnya yang berserakan.Tak lupa kuucapkan permintaan maafku padanya karena tak sengaja menabraknya….walau sebenarnya dialah yang harus minta maaf padaku.
"Maaf ..mbak…nggak sengaja nih…"kataku padanya. "ya…nggak apa-apa lagi….oya..kamu Andy kan…."katanya padaku. "iya..saya Andy….dan mbak siapa ya…kok tahu nama saya" "kamu nggak ingat sama aku ya…teman SMA kamu…yang suka jahilin kamu…."katanya padaku. "siapa ya….eeeee….maaf …Rani ya….SiBunga SMA " "Tepat sekali ….tapi tadi kok kamu manggilin aku mbak seh…" "Maaf deh….abis aku nggak tau siapa kamu.." "kenapa..lupa ya sama aku….atau emang udah dilupain ya…" "ya..gimana ya..kamu cantik banget ..beda dengan yang dulu.."kataku sedikit memujinya. "ak kamu ….biasa aja kok…"katanya sambil tersipu malu. "oh ya….kita kekafe yuk..buat ngerayain pertemuan kita ini…" "ok deh…tapi kamu yang traktir aku ya…abis aku lagi bokek nih"kataku padanya "ya..nggak masalah lagi…."
Aku dan rani pergi kekafe langgananya Rani.Sampai disana ..kami memilih meja yang paling pojok.Suasana didalam kafe ini sangat sejuk dan nyaman…membuat orang yang berada didalamnya betah untuk duduk berlama-lama.
"Gimana kabar kamu sekarang andy…..udah berkeluarga ya…"tanya rani padaku. "aku seh baik-baik aja….masih sendiri lagi….masih kepengen bebas" "kalau kamu gimana….udah bekeluarga ya…."tanyaku padanya. "aku udah married….udah 3 tahun" "asyik dunk….trus suami kamu mana…kok pergi sendirian ….nggak takut digodain sama lelaki iseng" "ah kamu..biasa aja lagi….laki aku lagi keLN…urusan bisnis katanya" eh…ayo makan..kok didiamin aja nih"
kamipun akhirnya menyantap hidangan yang telah tersedia.Habis makan,kami jalan-jalan dan pulang kerumah masing-masing
Beberapa hari kemudian….Rani mengirim SMS keHP ku….isinya mengajak aku untuk main kerumahnya.SMSnya kubalas….dan aku tanyakan dimana alamat rumahnya..Beberapa menit kemudian…Rani membalas SMSku dan menyebutkan alamat rumahnya.
Aku berangkat kerumah Rani…sibunga SMA.Tak lama kemudian ..aku sampai didepan rumah mewah.Kubaca kembali alamat yang diberikan oleh Rani dan kucocokkan dengan nomor rumah yang tertera didepan pintu…pass..memang benar ini rumahnya.Kutekan bel yang ada didepanku.Beberapa saat kemudian …pintu pagar terbuka dengan sendirinya.Aku masuk, pintu pagarpun ikut tertutup dengan sendirinya.Aku berjakan menuju teras depan dan Rani telah menungguku disana.
"Hii..gimana kabar kamu sekarang…."sapanya padaku. "Baik saja nih….kamu gimana…kok sepi amat seh…pada kemana nih" "iya nih…nggak ada siapa-siapa nih dirumah…jadi kesepian..makanya aku undang kamu kesini ..buat nemenin aku…" "nggak salah nih..ntar suami kamu marah lagi" "ah..nggak apa-apa lagi…. dia lagi diLN sekarang nih…" "yuk ..masuk….kita ngobrol didalam aja deh"
Kamipun masuk kedalam rumahnya Rani.Wah….benar-benar mewah nih rumah..semua perabotannya sangat mengagumkan.
"mari..silahkan duduk….jangan malu -malu..anggap saja seperti rumah sendiri" "Thank's…."dan akupun duduk "oya..mau minum apa nih….panas..dingin atau yang hangat.."kata siNyonya rumah. "jadi bingung nih ..milihnya …"kataku padanya. "ya…kalau yang panas…teh sama kopi…trus kalau mau yang dingin..ada soft drink.."balas siRani "trus kalau aku milih yang hangat gimana"tanyaku lagi. "ya…ada deh…"kata rani sedikit genit. "ok deh…kalau gitu..aku minta yang hangat aja deh"kataku coba menggodanya. "ah..kamu ini bisa aja….ntar kalau aku kasih kamu nggak susah nanti" "ya..tergantung yang ngasih dunk…"
Rani bangkit dari duduknya …."bentar ya …aku kebelakang dulu" Ia pergi meninggalkanku diruang tamu yang mewah itu.Rani kembali lagi keruang tamu dengan membawa dua gelas jus orange .Dia meletakkannya datas meja.
"Lho..tadi katanya yang hangat..kok yang itu seh"kataku padanya. "yang hangat ntar….so pasti aku kasih deh" Akupun duduk kembali. "Ran…rumah kamu bagus banget deh….semuanya kamu punya…so pasti kamu bahagia dong dengan suami kamu…." "ah ..siapa bilang..dari luarnya saja aku keliatan bahagia"katanya mulai serius "memang semuanya aku punya ..tapi khan itu nggak menjamin aku bahagia" "bayangin aja deh ..dalam satu bulan ..palingan suamiku 3 hari ada dirumah" "selebihnya ..ya kesana kemari ..ngurusin bisnis keluarganya yang segudang itu…jadi kamu bisa bayangin deh..betapa aku sangat kesepian.."
Rani mulai menceritakan semua keluhan yang ada dalam dirinya.Kucoba memahami setiap jalan ceritanya sambil sesekali mataku nakal melirik bagian tubuhnya yang sangat menggairahkan sekali.Saat itu,Rani mengenakan kaos yang cukup ketat sekali sehingga mencetak seluruh lekuk tubuhnya yang sangat indah itu.Dibalik kaos ketat lengan pendek itu …sepertinya Rani tak mengenakan Bra…itu terlihat dari tonjolan kecil dipuncak dadanya yang padat dan berisi .Perlahan terasa sesuatu bergerak nakal dari balik celana yang kukenakan.
Rani bangkit dari duduknya dan pindah disampingku.Tercium bau harum parfumnya yang sangat mengundang gairah.
"Dy..aku kangen banget deh sama kamu…."katanya padaku "oya…"kataku padanya. "iya nih….apalagi sama……."katanya terputus. "sama apa seh Ran….." "sama…..sama ini nih…."katanya sambil meletakkan tangannya diatas gundukan batang kejantananku.
Kontan saja aku terkejut mendengar penuturannya yang begitu spontan.walau sebenarnya aku juga menginginkannya.
Karena tak ada kata-kata yang keluar dari mulutku,Rani tak memindahkan tangannya dari atas selangkanganku..malah sebaliknya dia mengelus pelan batang kejantananku yang masih tersembunyi dibalik celana panjang yang kukenakan.
Perlahan ..mukaku dan muka Rani makin mendekat.Rani memejamkan matanya sambil merekahkan bibirnya padaku.Kukecup bibirnya yang merah itu.Mulutku bermain dimulutnya yang mungil dan seksi .Sesekali lidahku berpilin dengan lidahnya .Rani sangat bergairah sekali menyambut ciuman bibirku dibibirnya.
Sementara itu tanganku tak tinggal diam.Kucoba meraba dua bukit kembar yang tumbuh didadanya. Begitu hangat ,padat dan berisi Terasa sangat halus sekali kulit dadanya Rani.Dua puncak dadanya yang mulai mengeras tak luput dari remasan tanganku.Dan tangan Rani semakin liar begerilya diatas gundukan batang kejantananku yang mulai mengeras.
Rani beranjak dari tempat duduknya .Perlahan ia mulai membuka satu persatu pakaian yang melekat ditubuhnya.Hingga akhirnya tak sehelai benangpun yang menempel ditubuhnya.Kuperhatikan tubuhnya dari ujung rambut sampai ujung kaki.Begitu sangat sempurna sekali.Dua gundukan bulat menggantung didadanya .ditambah dengan bukit kecil yang ditumbuhi bulu hitam yang lebat menandakan kalau Rani type wanita haus seks.
Rani kembali duduk bersimpuh dihadapanku.Kali ini ia mulai membuka celana panjang yang masih kukenakan.Begitu celanaku terbuka ..nongollah batang kejantananku yang mulai mengeras dibalik celana dalamku.Namun tak berselang lama celana dalamkupun telah terbuka dan tinggallah penisku yang tegak bak torpedo yang siap meluncur.
Tangannya yang halus itu mulai membelai batang kejantananku.Lama kelamaan ukurannya makin membesar .Rani mulai menjilat ujung kepala penisku .Mulutnya yang mungil itu menjiltai permukaan kulit batang kejantananku hingga sampai kedua buah biji pelerku.Beberapa saat lamanya Rani menikmati batang kejantananku dengam ciuman-ciuman yang sangat menggetarkan persendianku.Sementara kedua tanganku meremasi kepalanya .Hingga sesuatu terasa berdenyut dibatang kejantananku Sesuatu yang ingin muncrat dari ujung kepala penisku.Aku semakin kuat menjambak rambutnya Rani dan menekannya kedalam hingga ujung kepala penisku menyentuh ujung tenggorokannya.
"Akhhh..Ran..aku mau keluar nih"erangku padanya
Beberapa detik kemudian spermaku tumpah didalam mulutnya Rani.Tanpa merasa jijik sedikitpun Rani menelan setiap tetes spermaku.Dan sambil tersenyum ..Rani menjilati sisa- sisa sperma yang masih tersisa dibatang kemaluanku.
Beberapa saat kamipun istirahat setelah aku mencapai orgasme yang pertama. .Kemudian aku berdiri dan mengangkat tubuh montok Rani dan merebahkannya diatas sofa yang empuk .Kini tiba saatnya bagiku untuk memulai babak permainan berikutnya.Aku membuka kedua kaki Rani lebar-lebar.Kudekatkan wajahku kepermukaan perutnya yang datar.Dengan penuh nafsu ..aku menjilati setiap permuakaan kulit perutnya yang halus itu.Rani menggelinjang hebat merasakan jilatan bibirku dipermukaan kulit perutnya yang ramping.
Rani merasakan dirinya seolah terbang kesorga kenikmatan saat ujung-ujung lidahku mengelitik organ-organ sensitifnya.Ia melupakan sejenak bayangan suaminya yang saat ini sedang berada diluar negri.Baginya ,kenikmatan yang kuberikan padanya tak ada bandingnya dengan limpahan materi yang diberikan oleh suaminya.Desahan…erangan dan jeritan Rani makin menbuatku bersemangat menusuk-nusuk permukaan Vaginanya dengan ujung lidahku.
"Sayang….cepet dunk masukin punyamu kememek aku….udah nggak kuat nih"rengeknya padaku.
Akupun memenuhi permintaan Rani yang sudah tidak tahan menunggu batang kejantananku yang tegang dan mengeras untuk masuk kedalam vaginanya Rani. Aku memegang batang kejantananku dan mengocoknya sebentar kemudian mengarahkannya kelubang vagina Rani.
Aku mulai maju mendorong pantatnya Rani.Beberapa kali kucoba selalu meleset.Mungkin karena ukuran senjataku yang cukup besar hingga sulit untuk menembus lubang vaginanya yang rapet.Namun setelah beberapa kali mencoba,akhirnya batang kejantananku masuk menembus lubang memeknya Rani.
Tanpa membuang waktu lagi,kugerakkan pantatku maju mundur menusuk memeknya Rani.Dengan penuh nafsu,Rani menikmati gerakan Penisku yang maju mundur menusuk vaginanya.Desiran dan desahan beriringan keluar dari mulutnya yang mungil itu.Rani mengimbangi gerakanku dengan memaju mundurkan pantatnya yang bahenol itu. Sekitar tiga pulu menit berlalu,Rani merasakan akan mencapai klimaks.
Rani mengangkat pantatnya dan menggelinjang hebat.Wajahnya berubah ganas,matanya mendelik saat puncak kenikmatan itu datang.Aku tahu kalau Rani akan mencapai klimaknya.Kupercepat gerakan pantatku menusuk vaginanya sampai akirnya puncak kenikmatanna datang.Rani mendekap erat tubuhku,Vaginanya berkedut-kedut menjepit batang kejantananku.Cairan hangat dan kental merembesi dinding vaginanya.Orgasme yang beruntun telah dialami Rani sibunga SMA.
Untuk beberapa saat ..kubiarkan Rani menikmati sisa -sisa orgasmenya ,sebelum kami melanjutkan permainan yang berikutnya.Perlahan Rani bangkit dari tidurnya dan duduk diatas sofa empuk itu.Akupun duduk disampingnya .Tanganku singgah digundukan vagina yang ditumbuhi rambut halus itu.Kubelai perlahan untuk membangkitkan kembali gairah wanita cantik yang ada disampingku ini.Perlahan terdengar desahan lembut dari mulut Rani.Sementara itu mulutku tak lepas dari dua puncak mungil didadanya.
Merasa sudah tepat saatnya bagiku untuk menuntaskan permainan ini…kuangkat Rani dan kududukkan ia diatas pahaku.Posisinya kini tepat berada diatas pangkuanku,sehingga dua buah dadanya yang padat membusung tepat berada didepan mulutku.Kugosok-gosok ujung penisku kemulut vaginanya.Kutekan ujung penisku hingga amblas masuk kedalam Vaginanya.Kudiamkan perlahan,kunikmati beberapa saat kontolku bersarang dalam memeknya Rani.
Perlahan kugerakkan pantatku naik turun menusuk lubang kemaluannya Rani.Gerakanku makin lama semakin cepat membuat tubuh Rani bergoyang-goyang diatas pangkuanku.Terdengar erangan kenikmatan dari mulut rani.Beberapa kali ia harus memekik kecil tak kala penisku yang makin membesar menyentuh ujung rahimnya.Sementara dua buah gundukan didadanya bergoyang -goyang tak karuan .Kedua tanganku meraih dua gundukan itu dan meremasnya perlahan.
Beberapa menit kemudian terasa sesuatu menyesak dalam batang kejantananku.Mungkin tiba saatmya bagiku untuk orgasme.Dengan diiringi desahan panjang secara bersamaan…aku dan Rani mencapai orgasme. Kusemprotkan spermaku yang hangat didalan vagina Rani.Beberapa saat kemudian Ranipun menyusul.Cairan hangat merembesi dinding Vaginanya yang hangat itu.Aku memcabut batang kejantananku dari dalam vaginanya Rani.
Dengan cepat Rani jongkok diselangkanagnku dan menjilat sisa-sisa sperma yang masih menempel dipenisku. Sesaat kemudian Rani tersenyum padaku.Senyum penuh kepuasam …yang tak pernah ia dapatkan dari suaminya tersayang.Aku bangkit dan mengenakan kembali pakaianku.Kulihat jam ditanganku sudah menunjukkan jam sepuluh malam.Akupun pamit pada Rani.
Namun sebelum aku pergi meninggalkam rumah Rani…ia memberikan sesuatu buatku sebagai hadiah.Sebuah Handphone terbaru dan motor besar .Semula aku menolak pemberiannya …namun ia berharap sekali aku menerima pemberiannya itu.Demi menghibur hatinya Rani..kuterima hadiah yang bagiku cukup besar sekali.
Kupergi meninggalkan Rani dengan membawa Handphone dan sebuah motor besar.Hadiah yang mungkin lebih kecil jika dibandingkan dengan kenikmatan seks yang kudapatkan hari ini….dan bahkan akan kudapatkan hari-hari berikutnya bersama wanita cantik yang pernah menjadi Bunga SMA.
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini | Cerita Sex - Ketagihan setelah diperkosa Mar 27th 2013, 13:16 Gila, hanya kata itu yang ada dalam benakku saat mengingat kisah pemerkosaan dari para pembantuku yang hingga kini menjadi skandal perselingkuhan. Aku dibuat liar oleh mereka, sungguh ini bukan kehendakku tapi aku sangat menikmatinya. Cerita panas yang sampai kini menjadi rahasia dalam rumah tanggaku. Di dalam ruangan itu terlihat sunyi beberapa dari mereka tidak sanggup melihat dua orang suami istri terbujur kaku, sedangkan di sampingnya terdapat anak yang masih berusia 11 tahun yang sedang menangisi ke dua orang tuanya, karena merasa kasihan aku meminta izin suamiku untuk menemuinya, setelah mendapat izin aku lalu menghampiri anak tersebut berharap dapat menenangkan hati anak tersebut, "Al.." panggilku pelan sambil duduk di sampingnya, "sudah jangan nagis lagi, biarkan kedua orang tuamu beristirahat" Anak itu tetap menangis, beberapa detik dia memandangku dan tidak lama kemudian dia langsung memelukku dengan air mata yang bergelinang, "tante, hiks…hiks… Aldi ga mau sendirian, Aldi mau mama, papa…" dengan penuh rasa kasih sayang aku mengelus punggungnya berharap dapat meringankan bebannya, "tante… bangunin mama,"katanya sambil memukul pundakku, aku semakin tak kuasa mendengar tangisnya, sehingga air matakupun ikut jatuh, "Aldi, jangan sedih lagi ya? Hhmm… kan masih ada tante sama om," aku melihat ke belakang ke arah suamiku sambil memberikan kode, suami ku mengangguk bertanda dia setuju dengan usulku, "mulai sekarang Aldi boleh tinggal bersama tante dan om, gi mana?" tawarku sambil memeluk erat kepalahnya, Sebelum lebih jauh mohon izinkan aku untuk memperkenalkan diri, namaku Lisa usia 25 tahun aku menikah di usia muda karena kedua orang tuaku yang menginginkannya, kehidupan keluargaku sangaatlah baik, baik itu dari segi ekonomi maupun dari segi hubungan intim, tetapi seperti pepata yang mengatakan tidak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan hidupku walaupun aku memiliki suami yang sangat mencintaiku tetapi selama 4 tahun kami menikah kami belum juga dikaruniai seorang anak sehingga kehidupan keluarga kami terasa ada yang kurang, tetapi untungnya aku memiki seorang suami yang tidak perna mengeluh karena tidak bisanya aku memberikan anak untuknya untuk membalas budi baik kakakku, aku dan suamiku memutuskan untuk merawat anaknya Aldi karena kami pikir apa salah menganggap Aldi sebagai anak sendiri dari pada aku dan suamiku harus mengangkat anak dari orang lain, #### Sudah satu minggu Aldi tinggal bersama kami, perlahan ia mulai terbiasa dengan kehidupannya yang baru, aku dan suamiku juga meresa sangat senang sekali karena semenjak kehadirannya kehidupan kami menjadi lebih berwarna, suamiku semakin bersemangat saat bekerja dan sedangkan aku kini memiliki kesibukan baru yaitu merawat Aldi, "Bi…. tolong ambilin tasnya Aldi dong di kamar saya," kataku memanggil bi Mar Hari ini adalah hari pertama Aldi bersekolah sehingga aku sangat bersemangat sekali, setelah semuanya sudah beres aku meminta pak Rojak untuk mengantarkan Aldi ke sekolahnya yang baru, beberapa saat Aldi terseyum ke arahku sebelum dia berangkat ke sekolah. Seperti pada umumnya ibu rumah tangga, aku berencana menyiapkan makanan yang special untuk Aldi sehingga aku memutuskan untuk memasak sesuatu di dapur, tetapi saat aku melangkah ke dapur tiba-tiba kakiku terasa kaku saat melihat kehadiran pak Isa yang sedang melakukan hubungan intim dengan mba Ani, mereka yang tidak menyadari kehadiranku masih asyik dengan permainan mereka, "Hmm… APA-APAAN INI?" bentakku ke pada mereka, mendengar suaraku mereka terlihat tanpak kaget melihat ke hadiranku, "kalian benar-benar tidak bermoral, memalukan sekali!" Mereka tanpak terdiam sambil merapikan kembali pakaian mereka masing-masing, beberapa saat aku melihat penis pak Isa yang terlihat masih sangat tegang, sebenarnya aku sangat terkejut melihat ukuran penis pak Isa yang besar dan berurat, berbeda sekali dengan suamiku, "maafin kami Bu," kini Ani membuka mulutnya, sedangkan pak Isa masih terdiam, "Maaf… kamu benar-benar wanita murahan, kamu tahu kan pak Isa itu sudah punya istri kenapa kamu masih juga menggoda pak Isa, kamu itu cantik kenapa tidak mencari yang sebaya denganmu?" emosiku semakin memuncak saat mengingat bi Mar istri dari pak Isa, "saya tidak menyangka ternyata anda yang sangat saya hormati ternyata tidak lebih dari binatang, betapa teganya anda menghianati istri anda sendiri," beberapa kali aku menggelengkan kepalahku, sambil menunjuk ke arahnya, "maaf Bu ini semua salah saya, jangan salahkan Ani" kata pak Mar yang membela Ani, "mulai sekarang kalian saya PECAT, dan jangan perna menyentuh ataupun menginjak rumah ini, KELUAR KALIAN SEMUA!!" bentakku Mendengar perkataanku Ani terlihat pucat tidak menyangkah kalau kelakuan bisa membuatnya kehilangan pekerjaan, sedangkan pak Isa terlihat tenang-tenang saja malahan pak Isa tanpak terseyum sinis, "he..he… Ibu yakin dengan keputusan Ibu," pak Isa tertawa mendengar perkataanku, perlahan pak Isa mendekatiku, "jangan perna main-main dengan saya Bu," ancamnya dengan sangat sigap pak Isa menangkap kedua tanganku, "apa-apaan ini lepaskan saya, atau saya akan berteriak," aku mencoba mengancam balik mereka yang sedang mencoba mengikat kedua tanganku, "teriak saja Bu, tidak akan ada orang yang mendengar," timpal Ani sambil membantu pak Isa mengikat kedua tanganku, Apa yang di katakan Ani ada benarnya juga, tetapi walaupun begitu aku tidak mau menyerah begitu saja dengan susah paya aku berusaha melepaskan diri tapi sayangnya tenagaku kalah besar dari mereka berdua, tanpa bisa berbuat apa-apa aku hanya dapat mengikuti mereka saat membawaku ke dalam kamar pak Isa. Sesampai di kamar aku di tidurkan di atas kasur yang tipis, sedangkan Ani mengambil sebuah Hp dan ternyata Hp itu di gunakan untuk merekamku, sehingga kehawatiranku semakin menjadi-jadi. "kalian biadab, tidak tau terimakasih ****** kalian!" air mataku tidak dapat kubendung lagi saat jari-jemari pak Isa mulai merabahi pahaku yang putih, "ja-jangan, mau apa kalian lepaskan saya ku mohon jangan ganggu saya," kataku di sela-sela isak tangis, "siapa suruh ikut campur urusan saya, he…he… maaf bu ternyata hari ini adalah hari keberuntungan saya, dan hari yang sil bagi Ibu," semakin lama aku merasa tangannya semakin dalam memasuki dasterku, "tidak di sangkah impian saya akhirnya terkabul juga,"" sambungnya sambil meremasi paha bagian dalamku, "makanya Bu jangan suka ikut campur urusan orang," kini giliran Ani yang menceramahiku, "ya, saya ngaku salah tolong lepasin saya," kini aku hanya dapat memohon agar mereka sedikit iba melihatku, tetapi sayangnya apa yang kuharapkan tidak terjadi, pak Isa tanpa semakin buas memainkan diriku Aku hanya dapat melihat pasrah saat dasterku terlepas dari tubuhku, kedua payudaraku yang memang sudah tidak tertutupi apa-apa lagi dapat dia nikmati, jari-jarinya yang kasar mulai memainkan selangkanganku, "sslluupss…sslluuppss… hhmm…. ayo Bu puaskan saya?" pinta pak Isa, sambil mengulum payudaraku beberapa kali lidahnya menyapu putting susuku yang mulai mengeras, "ko' memiawnya basah bu, he…he…" memang harus diakui, tubuhku tidak dapat membohonginya walaupun bibirku berkata tidak, "wa…wa… Ibukan sudah punya suami ko' masih juga menggoda laki orang lain, ga malu ya Bu," Ani melotottiku seolah-olah ingin membalas perkataanku tadi, "dasar wanita munafik, sekarang Ibu tau kan kenapa saya menyukai pak Isa,"bentak Ani kepadaku, sehingga membuat hatiku terasa amat sakit mendengarnya, "aahhkk… pak, hhmm…. pak sudah jangan di terusin…" kataku dengan kaki yang tidak dapat diam saat jarinya menyelusup kedalam vaginaku yang sudah banjir, perlahan kurasakan jari telunjuknya menyelusuri belahan vaginaku, "oo… enak ya? he…he…" pa Isa tertawa melihatku yang sudah semakin terangsang, leherku terasa basah saat lidah pak Isa menjilati leherku yang jenjang, Dengan sangat kasarnya pak Isa menarik celana dalamku, sehingga vaginaku yang tidak di tumbuhi rambut sehelaipun terlihat olehnya, aku memang sangat rajin mencukur rambut vaginaku agar terlihat lebih bersi dan seksi. Ani berjongkok di sela-sela kakiku, kamera Hp di arahkan persis di depan vaginaku yang kini sudah tidak ditutupi oleh sehelai kain, tanpa memikirkan perasaanku pak Isa membuka bibir vaginaku sehingga bagian dalam vaginaku dapat di rekam jelas oleh Ani, beberapa kali jari telunjuk pak Isa menggesek clitorisku, "ohk pak plisss.. jangan…? saya malu…" aku merasa sangat malu sekali di perlakukan seperti itu, baru kali ini aku bertelanjang di depan orang lain bukan suamiku sendiri, "Ha…ha… malu kenapa Bu? ****** aja tidak malu ga pake baju masa ibu malu si…" katanya yang semakin merendahkan derajatku, setelah puas mempertontonkan vaginaku di depan kamera, pak Isa bertukar posisi dengan Ani untuk memegangi kakiku sedangkan pak Isa berjongkok tepat di bawa vaginaku, Dengan sangat lembut pak Isa menciumi pahaku kiri dan kanan secara bergantian, semakin lama jilatannya semakin ke atas menyentuh pinggiran vaginaku, "aahkk… sudah pak, rasanya sangat geli hhmm…" aku berusaha sekuat tenaga mengatupkan kedua kakiku tetapi usahaku sia-sia saja, dengan sangat rakus pak Isa menjilati vaginaku yang berwarna pink, sedangkan Ani tanpa puas melihat ke adaanku yang tak berdaya, "nikmatin aja Bu, he..he.. saya dulu sama seperti ibu selalu menolak tapi ujung-ujungnya malah ketagihan" kata Ani tanpa melepaskan pegangannya terhadap kakiku, Semakin lama aku semakin tidak tahan, tiba-tiba aku merasa tubuhku seperti di aliri listrik dengan tegangan yang tinggi, kalau seandainya Ani tidak memegang kakiku dengan sangat erat mungkin saat ini wajah pak Isa sudah menerima tendanganku, mataku terbelalak saat orgasme melandah tubuhku dengan sangat hebat, cairan vaginaku meleleh keluar dari dalam vaginaku, sehingga tubuhku terasa lemas, "ha…ha… bagaimana Bu, mau yang lebih enak…." pak Isa tertawa puas, aku hanya dapat menggelengkan kepalaku karena aku sudah tidak mampu lagi untuk mengeluarkan suara dari mulutku, perlahan pak Isa berdiri sambil memposisikan penisnya tepat di depan vaginaku, "aahkk… sakit…" aku memikik saat kepala penisnya menerobos liang vaginaku, "uuhk… hhmm… pelan-pelan pak…" pintaku sambil menarik napas menahan rasa sakit yang amat sangat di vaginaku karena ukuran penis pak Isa jauh lebih besar dari penis suamiku, "tahan Bu, bentar lagi juga enak ko' " kata Ani yang kini melepaskan ikatan di tanganku, setelah ikatanku terlepas Ani kembali merekam adegan panas yang kulakukan, Dengan sangat cepat pak Isa menyodok vaginaku sehingga terdengar suara "plokkss….ploskkss…" saat penisnya mentok ke dalam vaginaku yang mungil, "aahhkk… aahhkk… aaahh… oooo…"semakin cepat sodokannya suaraku semakin lantang terdengar, "oh yeeaa… enak Bu, hhmm… ternyata memiaw Ibu masih sempit sekali walaupun sudah perna menikah," katanya memujiku, tetapi mendengar pujiannya aku tidak merasa bangga melainkan aku meresa jijik terhadap diriku sendiri, Aku merasa vaginaku seperti di masuki benda yang sangat besar yang mencoba mengorek isi dalam vaginaku, rasanya memang sangat sakit sekali tetapi di sisi lain aku merasa sangat menikamati perkosaan rehadap diriku, selama ini aku belum perna merasakan hal seperti ini dari suamiku sendiri, "ayo sayang, bilang kalau tongkol saya enak…" dengan sangat kasar pak Isa meremasi kedua payudaraku, "ti-tidak…. ahk… hhmm…" aku di buat merem melek olehnya, "ha..ha.. kamu mau jujur atau tidak, kalau tidak hhmm… saya akan adukan semua ini kepada suamimu, ha…ha…" katanya mengancamku dengan tawa yang sangat menjijikan, "ja-jangan pak," aku memohon ke padanya, karena takut dengan ancamannya akhirnya aku menyerah juga "iya, aahhkk… aku suka…" kataku dengan suara yang hampir tidak terdengar, "APA… SAYA TIDAAK MENDENGAR?" pak Isa berteriak dengan sangat kencang sehingga gendang telingaku terasa mau pecah mendengar teriakannya, "IYA PAK, ENAK SEKALI SAYA SUKA SAMA tongkol BAPAK….aahhk…uuhhkk!!" dengan sekuat tenaga aku berusaha tegar dan berharap semuanya cepat berlalu, Setelah berapa menit kemudian tubuhku kembali merasa tersengat oleh aliran listrik saat aku kembali mengalami orgasme yang ke dua kalinya, Dengan sangat kasarnya pak Isa menarik tubuhku sehingga aku berposisi menungging, pantatku yang bulat dan padat menghadap dirinya, "hhmm… indah sekali pantatmu sayang" katanya sambil meremasi bongkahan pantatku, "pak, saya mohon cepat lakukan," "ha..ha.. kenapa Bu, sudah ga tahan" berkali-kali pantatku menerima pukulan darinya, sebenarnya aku tidak menyangka dengan kata-kataku tadi bisa membuatku semakin renda di mata mereka, sebenarnya aku hanya bermaksud agar semua permainan ini segera berakhir tapi sayangnya pak Isa tidak menginginkan itu, "tenang Bu, santai saja dulu?" Pak Isa sangat pintar memainkan tubuhku, dengan sangat lembut jari kasarnya menyelusuri belahan pantatku dari atas hingga ke bawah belahan vagianaku, gerakan itu di lakukan berkali-kali sehingga pantatku semakin terlihat membusung ke belakang, "ohhkk… pak, hhhmm…." ku pejamkan mataku saat jarinya mulai menerobos lubang anusku, dengan gerakan yang sangat lembut jarinya keluar masuk dari dalam anusku, "ahhkk….ooo… ssstt…uuuuu… pak" ternyata rintihanku membuat pak Isa semakin mempercepat gerakan jarinya, pak Isa dengan rakusnya kembali menjilati vaginaku dari belakang sedangkan jari-jarinya masih aktif mengocok anusku. Pada saat aku sangat terangsang tiba-tiba kami mendengar suara ketukan yang kuyakini itu adalah pak Rojak yang baru pulang dari mengantar Aldi, "Pak Rojak tolongin saya…" kataku berharap ia bisa membantuku untuk lepas dari pelecehan yang ku alami, dengan santainya Ani membukakan pintu tanpa rasa takut kalau pak Rojak mengadukan kejadian ini ke pada suamiku, pak Rojak tanpak kaget saat melihat keadaanku yang sedang di gagahi oleh pak Isa, "pak, tolong ku mohon," kataku memelas, "Wa…wa…. apa-apaan ini, " beberapa kali pak Rojak menggelengkan kepalahnya dengan mata yang tak henti-hentinya memandangi tubuh mulusku, "Udah pak, jangan sok mau jadi pahlawan kalau bapak mau embat aja, dia sudah menjadi budaknya saya," pak Isa mulai membujuk pak Rojak dan aku hanya bisa berharap pak Rojak tidak memperdulikan tawaran pak Isa, "kenapa bengong? sini ikutan!" ajaknya lagi "jangan pak saya mohon tolongin saya," aku mengiba ke pada pak Rojak, tetapi pak Isa tidak mau kalah kedua jarinya membuka bibir vaginaku, "bapak liat ni, memiawnya sudah basa banget… wanita ini munafik" pak Rojak terdiam seperti ada yang sedang di piirkannya, "memiawnya masih sempit lo, apa lagi anusnya kayaknya masih perawan," bujuk pak Isa berharap pak Rojak mau bergabung dengannya untuk menikmati tubuhku, Akhirnya pak Rojak tidak tahan melihat vaginaku yang becek terpampang di depannya, "hhmm… oke lah tapi boolnya buat saya ya, " tubuhku semakin terasa lemas, kini aku sudah tidak tau harus meminta tolong ke pada siapa lagi, perlahan pak Rojak mendekatiku, "sekarang Ibu dudukin tongkol saya, cepat…" perintah pa Isa sambil tidur telentang dengan penis yang mengancung ke atas, dengan sangat pelan aku menuduki penis pak Isa, "eennnggkk…. " aku menggigit bibir bawahku saat kepala penis pak Isa kembali menembus vaginaku, perlahan penis itu amblas ke dalam vaginaku, dengan sangat erat pak Isa memeluk pinggangku agar tidak dapat bergerak, Setelah melepas semua pakaian yang ada di tubuhnya, pak Rojak mendekatiku dengan penis berada di depan anusku beberapa kali pak rojak menamparkan penisnya ke pantatku, "pak sakit… aahhkk… aahkk… ja-jangan pak saya belum pernah" aku berusaha melepaskan diri saat pak Rojak mulai berusaha memasuki anusku, sempat beberapa kali ia gagal meembus anusku yang memang masih perawan, "ha…ha… ayo dong Pak, masak kalah sama cewek si…" kata pak Isa mmemanas-manasi pak Rojak agar segera membobol anusku, pak rojak yang mendengar perkataan pak Isa menjadi lebih beringas dari sebelumnya, "AAAAAA…." aku berteriak sekencang-kencangnya saat penis pa Rojak berhasil menerobos anusku, tanpa memberikan aku nafas ia menekan penisnya semakin dalam, "aahkk…. oohhkk… pak, hhmm…" aku merintih ke sakitan saat pak Rojak mulai memaju mundurkan penisnya di dalam anusku, "gi mana pak? Enak kan?" tanya pak Isa yang kini ikutan memaju mundurkan penisnya di dalam vaginaku, "eehhkknngg… mantab pak, enak banget he….he… hhmm…." semakin lama kedua pria tersebut semakin mempercepat tempo permainan kami, Sudah beberapa menit berlalu kedua orang pria ini belum juga menunjukan kalau mereka ingin ejakulasi, sedangkan diriku sedah beberapa kali mengalami orgasme yang hebat sehingga tubuhku terasa terguncang oleh orgasmeku sendiri. Setelah beberapa menit aku mengalami orgasme tiba-tiba pak Isa menunjukan bahwa dia juga ingin mencapai klimaks. Dengan sekuat tenaga pak Isa semakin menenggelamkan penisnya ke dalam vaginaku dalam hitungan beberapa detik kurasakan cairan hangat membasahi rahimku, "aahkk… enak…. hhmm…" gumamnya saat menyemburkan sperma terakhirnya, setelah puas menodaiku pak Isa melepas penisnya di dalam vaginaku begitu juga dengan pak Rojak yang melepaskan penisnya di dalam anusku, "buka mulutmu cepetan," perintah pak Rojak sambil menarik wajahku agar menghadap ke arah penisnya yang terlihat berdeyut-deyut, aku sangat kaget sekali saat pak Rojak memuntahkan spermanya ke arah wajahku, sehingga wajahku ternodai oleh sperma pak Rojak, Kini aku benar-benar sudah tidak memiliki tenaga sedikitpun, untuk mengangkat tubuhku saja terasa sangat berat sekali, sedangkan mereka tanpa puas memandangku yang sedang berpose mengangkang di depan mereka karena kedua kakiku kembali dipegangi Ani, sperma yang tadi di muntahkan pak Isa terasa mengalir keluar dari dalam vaginaku, ******** Aku duduk di atas sofa sambil melihat anak angkatku Aldi yang sedang di temani suamiku belajar, wajah mereka terlihat sangat cerah sekali bertanda bahwa mereka sangat bahagia, entah kenapa tiba-tiba di pikiranku terlintas kembali apa yang terjadi tadi pagi yang menimpa diriku, semakin aku berusaha melupakannya rasanya ingatan itu semakin menghantuiku, aku tidak bisa membayangkan kalau sampai suamiku mengetahui kalau aku di perkosa oleh ketiga pembantuku sendiri, "hhmm… gi mana Aldi sudah negerti belom" kataku sambil mengucek rambutnya yang sedang sibuk menghitung soal yang di berikan suamiku, "ya sudah kalau begitu mama bikinin minuman dulu ya, buat kalian," kataku yang di sambut dengan teriakan mereka berdua, Baru satu langkah aku keluar dari kamar tiba-tiba pergelangan tanganku terasa sakit saat pak Rojak menarik tanganku, "bapak apaan sih!?" bentakku dengan suara yang sangat pelan, "ssstt… jangan berisik…" kata pak Rojak dengan jari telunjuk di bibirnya, "nanti suami dan anak mu dengar, hhmm… bapak cuman mau ini Bu," katanya lagi sambil mencubit payudaraku, dengan sigap aku mundur ke belakang, "jangan main-main pak," beberapa kali aku memandang pintu kamarku yang tidak tertutup rapat, tetapi pak Rojak tidak kehabisan akal dia balik mengancamku dengan mengatakan akan membongkar semua rahasiaku ke pada suamiku, sehingga nyaliku menjadi ciut, "oke, hhmm… kalau begitu bapak ikut saya" kataku dengan suara yang bergetar, karena sudah tidak tahu lagi harus melakukan apa, dia terseyum puas melihatku tak berdaya dengan permintaanya, "maaf Bu, saya inginnya di sini bukan di tempat lain," katanya dengan suara yang cukup jelas, setelah berkata seperti itu pak Rojak langsung memelukku dengan erat sehingga aku sulit bernafas, "hhmm… bauh tubuh ibu benar-benar menggoda saya," perlahanku rasakan lidahnya menjulur ke leherku "pak ku mohon, jangan di sini" pintaku ke padanya, Pak Rojak yang mengerti kekhawatiranku langsung membalik tubuhku menghadap daun pintu kamarku yang sedikit terbuka, "Ibu bisa bayangkan kalau sampai orang yang sedang di dalam kamar Ibu mengetahui apa yang sedang Ibu lakukan," ancamnya sambil menarik rambutku sehingga aku harus menutup mulutku dengan telapak tanganku agar suara terikanku tidak terdengar oleh suami dan anakku, "Pak ku mohon jangan di sini," aku hanya bisa menurut saja saat pak Rojak menyuruhku untuk menungging dengan tangan yang menyentuh lantai, sedangkan wajahku menghadap ke celah pintu kamarku yang terbuka, "tahan ya Bu," katanya sambil menyingkap dasterku, sehingga celana dalamku yang berwarna hitam terpampang di depan matanya, dengan sangat kasar pak Rojak meremas kedua buah pantatku yang padat sehingga aku tak tahan untuk tidak mendesah, "aahkk.. pak hhmm.. ja-jangan di sini pak," pak Rojak diam saja tidak mendengar kata-kataku melainkan pak Rojak semakin membuatku terangsang dengan mengelus belahan vaginaku dari belakang, "kalau kamu tidak mau ketahuan jangan bicara," bentak pak Rojak sambil memukul pantatku "ta-tapi pak, oohhkk… aku ga kuat," kataku dengan suara yang sangat pelan, "ku mohon pak mengertilah," Pak Rojak seolah-olah tidak mau tahu, kini dengan rakusnya pak Rojak menjilati vaginaku yang masih tertutup celana dalamku, sehingga aku merasa celana dalamku tampak semakin basah oleh air liurnya. Setelah puas menciumi vaginaku pak Rojak memintaku untuk membuka celana dalamku sendiri masih dengan posisi menungging. Sangat sulit bagiku untuk melepaskan celana dalamku dengan posisi menungging belum lagi aku harus bekonsentrasi agar suaraku tidak keluar dengan keras walaupun pada akhirnya aku berhasil menurunkan celana dalamku sampai ke lutut, "hhuuu… mantab…." katanya sambil merabahi vaginaku dari belakang, "kamu mau tahukan gimana rasanya ngent*t di depan suamimu sendiri," katanya lagi sambil menunjuk ke arah suamiku yang sedang mengajari anaku Aldi, "pak, ja-jangan…" aku sangat takut sekali kalau suamiku melihat ke arahku, tiba-tiba aku di kejutkan dengan jari telunjuk pak Rojak yang langsung memasuki vaginaku sehingga aku terpekik cukup keras, "sayang… ada apa?" kata suamiku dari dalam, saat mendengar suaraku. "aahkk… tidak pa, cuman hhmm.. tadi ada tikus lewat," jawabku asal-asalan agar suamiku tidak curiga ke padaku, tetapi untungnya suamiku tidak melihat ke arahku, dalam ke adaan terjepit seperti ini pak Rojak masih asyik mempermainkan vaginaku dari belakang, "ada tikus??" katanya lagi seolah-olah tidak percaya, "apa perlu papa yang usir," mendengar tawarannya nafasku teras berhenti tetapi untungnya aku masih banyak akal, "aahhgg… ga usah hhmm.. pa…" kataku terputus-putus menahan rasa nikmat yang di berikan pak Rojak kepadaku, untungnya suamiku tidak curiga dengan suaraku, "asyikan Bu, ngobrol dengan suami sambil di mainin memiawnya," aku memandangnya dengan wajah yang memerah karena nafsuku sudah di puncak, "ko' diam cepat ajak suami Ibu ngobrol," mendengar perkataanya aku langsung melotot ke arahnya, "Ibu mau kalau suami Ibu tau apa yang sekarang Ibu lakuin," mendengar ancamannya aku kembali terdiam, Dengan sangat terpaksa aku kembali mengajak suamiku mengobrol, walaupun di dalam hati aku merasa was-was takut kalau suamiku menyadari suaraku yang berubah menjadi desahan, "paaa… ma-mau minum apa?" tanyaku yang kini sedang diperkosa oleh pak Rojak, tanpa kusadari pak Rojak sudah memposisikan penisnya di depan ibir vaginaku sehingga beberapa kali aku terpanjat saat pak rojak menghantamkan penisnya dengan sangat keras ke dalam vaginaku, "terserah mama saja… papa sama Aldi ikut aja," "iya ma, apa aja asalkan enak," sambung Aldi, Waktu demi waktu telah berlalu sehingga sampai akhirnya sikapku berubah menjadi sedikit liar dan mulai menyukai cara pak Rojak memperkosaku walaupun pada awalnya hatiku terasa miris sekali di perlakukan seperti ini, "aahk…. pak hhmm.. enak," aku melenggu panjang saat orgasme melandahku, kini perkosaan yang ku alami berganti dengan perselingkuhanku dengan pembantuku, "ohhk… memiaw istri majikan ternyata enak sekali, ahhkk…" katanya yang terus-terusan menggoyang penisnya di dalam vaginaku, "pak… aahhkk… eehkk… aku, hhmm… ingin keluarrr, uuhhkk…" kali ini suaraku terdengar sangat manja Beberapa menit kemudian kami mengerang bersamaan saat kenikmatan melanda kami berdua, setelah merasa puas aku dan pak Rojak kembali merapikan pakaian kami masing-masing, sebelum pak Rojak pergi meninggalkanku sempat terlihat seyumannya yang tersungging di bibirnya. Setelah membuatkan minuman aku kembali ke kamarku menemui anak dan suamiku, mereka terlihat tanpak senang sekali melihatku hadir dengan membawa minuman dan makanan kecil, "ini di minum dulu, nanti baru di lanjutin lagi," kataku sambil meletakan cangkir dan piring di atas meja kecil yang di gunakan Aldi untuk belajar, "makasi mama…" kata Aldi yang langsung saja menyambar minuman yang baru ku bikin, entah kenapa setiap kali melihat Aldi hatiku terasa menjadi damai, dan semua masalah seperti terlupakan, Aku merasa sedikit aneh, saat suamiku memandangku dengan tatapan mencurigakan sehingga aku memberanikan diri untuk bertanya ke padanya, "ada pa, ko memandang mama seperti itu" kataku sambil mengupas jeruk untuk Aldi yang sedang menulis, suamiku mendekatkan mulutnya ke telingaku, "hhmm.. sayang ko' kamu bau hhmm… gitulah…" mendengar pertanyaannya jantungku terasa berhenti, "bau, bau apa pa?" tanyaku untuk memastikan apa maksud dari pertanyaan suamiku, "kamu tadi ko' lama ma," kami terdiam beberapa saat, "mama abis dari kamar mandi ya, hhmmm… papa jadi curiga ni," katanya sambil tertawa memandangku, mendengar perkataanya aku menjadi sedikit lega, "Iya ni pa, abis kangen si…" kataku manja sambil mencubit penis suamiku, Setelah yakin Aldi tertidur pulas, suamiku mengjakku untuk melayaninya semalaman suntuk. Tubuhku memang terasa lelah karena seharian harus mengalami orgasme, tetapi di sisi lain aku sangat senang karena suamiku tidak mencurigai aku karena bau tubuhku seperti bau orang yang habis bercinta. Hampir tiap hari aku merengkuh kenikmatan bersama para pembantuku, kenikmatan yangh tidak aku dapatkan dari suamiku yang membuat aku semakin liar.
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini | Cerita Sex - Ci Fiona, Mantan Guru Lesku Mar 27th 2013, 13:15 Dulu temanku pernah bercerita tentang pengalaman kami bercinta dengan Ci Fiona guru les kami. Sekarang aku, Hans akan bercerita tentang pengalaman lain bersamanya.
Ceritanya begini, memang sejak peristiwa itu kami sering mengulangi perbuatan itu lagi, namun selepas SMU kami berhenti les dengannya. Sejak itu sudah jarang sekali bertemu dengannya, apalagi waktu pacarnya yang di US pulang liburan.
Hampir 2 tahun telah berlalu, tak terasa aku telah memasuki liburan semester 3. Liburan yang panjang selama 1 bulan lebih membuatku bosan, kerjaku hanya membantu di toko orang tuaku dan jalan-jalan di mall. Asiung sibuk dengan pacarnya, Vernand melewati liburan di Taiwan. Dan yang lebih membuatku stress adalah aku sedang ribut dengan pacarku, padahal gara-gara masalah sepele.
Ditengah rasa bosan itu, pada suatu hari aku berjalan-jalan di Mall Taman Anggrek sendirian. Lumayan menghilangkan perasaan stress dengan merokok sambil melihat-lihat barang-barang dan gadis-gadis cantik lalu-lalang. Ketika aku sedang melihat-lihat barang jualan, tiba-tiba bahuku ditepuk seseorang, "Hans, lagi apa sendirian di sini?" Aku membalikkan badan dan seorang wanita cantik berdiri di belakangku. "Masih inget nggak?" tanyanya. Setelah memutar ingatan sejenak aku baru ingat, "Ohh.. Ci Fiona nih, wah udah lama nggak ketemu ya, gimana kabarnya Ci baik-baik aja?" Dia masih cantik seperti dulu meskipun penampilannya sedikit berubah, rambutnya yang dulu panjang sedada & dikuncir itu kini tinggal sebahu lebih dan waktu itu tidak berkacamata karena memakai soft lens, namun body dan kecantikannya tidak berubah sedikit pun. Dia sudah selesai kuliah tapi belum mendapat pekerjaan tetap, maka dia membuka les privat di rumahnya untuk siswa SD-SMU.
"Cici sendirian juga nih, ngapain? belanja?" tanyaku. "Iya, Cici juga lagi kosong hari ini, mau liat-liat barang sekalian mau belanja dikit di supermarket, eh nggak taunya ketemu kamu Hans." "Eh, omong-omong Cici masih kenal sama saya nih, padahal udah lama nggak ketemu ya", godaku. "Ah kamu, gimana Cici bisa lupa sama murid yang paling bandel." Aku jadi agak tersipu malu mengingat peristiwa dulu itu. Dan aku menemaninya belanja sambil ngobrol-ngobrol dengannya. Karena dia juga sedang menganggur, setelah itu aku bersamanya pergi ke tepi laut dengan mobilku, melihat laut kadang-kadang membuat hati yang galau terasa lebih segar. Di sana kami ngobrol-ngobrol sampai tak terasa sudah hampir jam 6 malam. Tanpa disadari hubungan kami sudah seperti orang berpacaran saja walaupun dia lebih tua 4 tahun dariku dan pernah menjadi guru lesku.
"Wah Ci udah malam nih kita cari makan dulu yuk, lapar nih", kataku padanya, dia setuju dan kami pun mencari restoran dan makan di sana. "Ko Willy (pacarnya red) kapan pulang Ci, kasihan kan Cici sendirian terus", tanyaku di restoran. "Minggu ini dia diwisuda kok, jadi paling 2 minggu lagi pulang. "Selamat ya Ci, kalau married nanti undang saya ya!" kataku bercanda. "Ah, bisa kamu Hans, nikahnya sih belum tau kapan."
Sesudah pesanan datang, kami makan. Teringat masalah dengan pacarku, aku memesan bir, tanpa sadar aku telah menghabiskan 3 botol dan mulai merasa pusing. Ci Fiona menyuruhku berhenti minum. "Hans apa-apaan sih kamu minum sampai begini, sudah.. sudah jangan minum lagi." Aku memanggil pelayan dan membayar bonnya. Karena keadaanku yang sudah setengah sadar maka Ci Fiona yang menyetir mobil mengantarku pulang. Agar orang tuaku tidak mendapatiku sedang mabuk, aku memintanya agar pulang ke rumahku yang di kompleks (aku mempunyai 2 rumah, 1 ruko, tempat keluargaku biasa tinggal, 1 lagi di kompleks perumahan, yang ini berfungsi untuk gudang dan rumah tinggal, jarang ditinggali, biasa kupakai kumpul-kumpul dengan teman dan barang-barangku juga banyak disimpan di sana). Siangnya aku juga sudah bilang pada orang tuaku bahwa aku mungkin tidur di rumah ini, jadi tidak usah kuatir kalau tidak pulang ke ruko.
Di rumah tidak ada siapa-siapa, aku masuk ke ruang tamu dengan sempoyongan dituntun olehnya dan menjatuhkan diri di sofa. "Hans, kamu kenapa sih kok bisa mabuk gini, ada masalah apa sebenarnya?" tanyanya sambil menyodorkan air putih padaku. Akhirnya aku menceritakan segala masalah dengan pacarku padanya. Dia mendengarkan segala keluhanku dengan penuh perhatian. Dia menyuruhku tidur saja agar lebih tenang. Dituntunnya aku masuk kamar. Ketika dia menuntunku tak sengaja kulihat belahan dadanya melalui kaos berleher V-nya, birahiku makin bangkit ketika teringat dulu ketika masih les aku dan teman-temanku 'mengerjainya', terlintas dalam pikiranku mengulangi perbuatan itu apalagi di rumah kosong.
Ketika aku menjatuhkan diri ke ranjang, kutarik tangannya sehingga dia ikut rebah bersamaku. Posisinya sekarang berada di atasku berhadap-hadapan. "Aduh apa-apaan ini Hans, kamu.. mmhh!" Sebelum dia habis berkata, bibirku sudah menempel di bibirnya yang tipis itu. Aku segera berguling sehingga sekarang dia berada di bawahku. Dengan nafsu membara kuciumi terus dia, kujilat-jilat bibir bawahnya. Tangannya terus bergerak mendorong dadaku berusaha lepas, tapi kupeluk dia kuat-kuat, kutambah rangsangan dengan meremas-remas buah dadanya dan mengesek-gesekkan kejantananku ke bagian kemaluannya, lama-lama gerakannya melemah dan sekarang bibirnya mulai membuka, lidahku masuk dan mulai bermain di dalam, Ci Fiona memang hebat dalam French Kiss, lidah kami saling berpilin dan menyedot, enak sekali rasanya, kami sudah mulai hanyut dalam nafsu.
www.ceritastensil.com Cerita Sex Ci Fiona, Mantan Guru Lesku | Kategori : Setengah Baya
Ini bukan pertama kalinya aku dan dia berbuat begitu, maka kali ini sudah tidak canggung lagi. Sesudah melepas stelan luarnya, tanganku menaikkan kaos buntungnya dan menyusup ke dalam BH-nya, kupencet-pencet puting susunya sambil terus berciuman. Sekarang mulutku berpindah ke leher jenjangnya, kujilat lehernya dan tanganku makin ganas di dadanya. "Ahh.. ohh, Hans kamu belum berubah juga..masih nakal seperti dulu.. ahh", desahnya. Diapun membalasku dengan membuka kancing bajuku, sementara tanganku sudah mulai bergerak membuka reitsleting celana jeans-nya, kulepaskan celana itu dan melihat celana dalam putihnya. Setelah itu kubuka juga kaos buntung dan BH-nya, namun sebelum aku melepas CD-nya, Ci Fiona membalik tubuhku dan berada di atasku. Sambil mengelus wajahku dia berkata, "Hans, kalau Cici bisa menghilangkan kekesalan kamu pada Santi, milikilah Cici malam ini saja.." selesai berkata dia melucuti kemejaku dan membuka celanaku kemudian CD-ku.
Tanpa basa basi dijilatinya barangku mulai dari buah pelir ke kepalanya, kemudian dimasukkan ke mulutnya. Lalu dia memutar tubuhnya sehingga kemaluannya di atas wajahku (posisi 69). Aku tidak langsung membuka CD-nya tapi kuusap-usap & kutekan-tekan dulu daerah liang senggamanya sampai terlihat basah baru kutarik lepas. Wajahku terbenam di kemaluan yang ditumbuhi bulu-bulu lebat itu, kujilati klitorisnya yang sudah basah itu dan dibalasnya dengan sedotan-sedotannya yang nikmat, dia membiarkan batang kemaluanku dalam mulutnya dan dimain-mainkan dengan lidahnya sambil dihisap, sementara aku mengigit pelan bibir kemaluannya.
Setelah 10 menit, karena aku tidak mau cepat-cepat orgasme kusuruh dia berhenti. Kali ini Ci Fiona tidur telentang, aku menindihnya dan kumasukkan batang kemaluanku ke dalam liang kewanitaannya. Aku mulai memompanya. Kugerakkan pantatku naik turun dan dia pun mengikuti gerakan tubuhku. Dia mulai ribut merintih sambil mengigiti jarinya, menggeleng-gelengkan kepalanya, dan kakinya sudah melingkari pinggangku, sesekali dia juga mencium bibirku.
"Ohh.. Hans terus.. bagus.. ohh.. lebih dalam!" Makin lama makin kupercepat gerakanku, kami semakin liar di ranjang, kalau ranjangnya murahan bisa-bisa ambruk karena guncangan sekuat ini. 30 menit kami berada dalam posisi ini, tubuh kami sudah mandi keringat. Akhirnya kurasakan dia mulai mengejang, kedua kakinya semakin kencang menjepit pinggangku, tangannya memelukku erat-erat bahkan kurasakan kukunya mulai menggores punggungku, tapi tak kuhiraukan.
"Hans.. sedikit lagi.. akhh.. Cici sudah sampai.. tahan dikit lagi.." akhirnya cairan hangat kurasakan membasahi batang kemaluanku disertai lolongan panjangnya. Tapi aku masih belum orgasme, kuteruskan menggenjotnya sampai 5 menit kemudian giliranku yang menyemburkan maniku di dalam liang kewanitaannya. Tubuhku mulai melemas, kami saling cium sambil berguling-guling sampai akhirnya berbaring dengan nafas terengah-engah.
"Tambah hebat aja kamu, hampir sehebat Ko Willy kamu Hans!" kata Ci Fiona sambil menyeka keringat di dahiku. Aku hanya tersenyum kecil mendengar pujian itu. Mendadak dia menciumku turun ke leher, dada, perut, akhirnya batang kemaluanku. Dikulumnya batang kemaluanku yang masih berlumur sperma dan cairan liang kewanitaannya itu dengan rakus. Batang kemaluanku yang tadinya mulai loyo kembali menegang di mulutnya. Aku mengubah posisiku bersandar di ujung ranjang sehingga aku bisa memijat-mijat payudaranya yang berukuran sedang tapi montok itu.
Setelah membersihkan batang kemaluanku, dia duduk di pangkuanku dengan posisi berlutut. Sambil kuelus-elus pantatnya dia perlahan-lahan menurunkan badannya sampai batang kemaluanku tertanam di liang senggamanya. Tanpa kuperintah, dia langsung menggerakkan tubuhnya turun naik seperti naik kuda. Payudaranya yang tepat di depan wajahku ikut bergoyang-goyang naik turun seirama gerakan badannya. Kuhisap payudara kirinya sementara yang kanan kupijat-pijat dengan lembut sesekali kuputar & kutarik puting merah muda yang sudah keras itu.
Sebelum klimaks kedua kalinya kusuruh dia berganti posisi. Kali ini dia menungging di depanku, ingin main belakang rupanya sekarang. Kumasukkan batang kemaluanku ke anusnya dan tanganku meremas-remas payudaranya yang menggantung itu. Genjotanku membuatnya mengerang-erang nikmat sambil terus memacu tubuhnya mengimbangi gerakanku. Butir-butir keringatnya berjatuhan di ranjang. Lubang yang sempit itu membuatku sudah tidak tahan lagi akhirnya kukeluarkan juga cairan maniku di perut dan dadanya. Setelahnya aku berbaring di sisinya. Benar-benar lelah aku saat itu ditambah lagi dengan pusing pengaruh bir, ingin langsung tidur saja rasanya. Kuakui memang walau Ci Fiona tidak sesempit pacarku tapi dalam hal daya tahan & variasi bercinta dia jauh diatas pacarku yang amatiran.
"Hans, boleh Cici pinjam kamar mandi? dari tadi siang belum mandi nih", tanyanya sambil mengusap rambutku yang sudah kusut. Aku hanya mengangguk, dan dia masuk ke kamar mandi yang berada di kamarku, setelah kudengar suara percikan shower, aku tidak tahu apa-apa lagi karena langsung tertidur kelelahan.
Besok paginya kutemukan aku dan dia yang tertidur di sebelahku dalam keadaan polos hanya tertutup selimut. Aku baru sadar kemarin malam mabuk dan melakukan hal itu lagi. Aku panik kenapa dia tidak pulang, kalau orang rumahnya khawatir bagaimana nih. Segera kubangunkan dia.Handoko Tan" "Ci.. Ci.. bangun, kenapa tidur di sini, ntar orang tua Cici cariin gimana nih!" seruku dengan kalang kabut. "Aduh.. Hans ngapain sih kamu, rumah Cici kan kosong sampai sore ini, kamu ganggu orang tidur aja ah, Cici udah capek gara-gara kamu tau", katanya sambil mengusap-usap matanya. Lega aku mendengar itu. Sambil tetap berbaring dia bertanya, "Hans, kita sudah berapa kali melakukan dosa ini?". Setelah terdiam sejenak kujawab, "Lupa Ci, maafin Hans ya, kemarin saya mabuk tidak bisa mengontrol diri, Cici marah ya." "Hans.. Cici bukannya marah atau sok perhatian, Cici cuma sedih sama sifat kamu yang belum dewasa, baru masalah sama pacar aja mabuk kaya gitu, kamu pikir alkohol bisa membereskan masalah, Cici juga pernah ribut sama pacar tapi selesaikan dong baik-baik, kalau kamu cinta dia.. cari dia & berbaikan, bukan main alkohol apalagi drugs, malu Cici sih kalau punya murid yang pikirannya pendek kaya kamu ini Hans, lihat dirimu kemarin malam, orang tidak seperti orang, setan tidak seperti setan", katanya dengan nada serius. Aku termenung sesaat mendengar kata-katanya.
Jam 9.30 sesudah makan kuantar dia pulang ke rumahnya. Dalam perjalanan kami tidak berbicara apapun, baru sekarang dia menegurku keras dan itu membuatku sadar dari kesalahanku, sesampainya pun dia hanya mengucapkan terima kasih tanpa senyum dan menolak waktu kubantu membawakan belanjaannya. Beberapa hari kemudian aku mulai berbaikan kembali dengan pacarku dan bertekad mengurangi kebiasaan minumku sesuai nasehatnya.
Empat bulan kemudian aku menerima undangan pernikahannya. Dia sudah dipersunting oleh Ko Willy yang telah menyelesaikan studinya di Amerika. Aku & teman-teman datang ke pestanya dan melihat betapa anggunnya dia dalam pakaian pengantin, serasi dengan suaminya yang tampan itu. Setelah itu aku tidak pernah menemuinya lagi karena tidak ingin merusak rumah tangga orang, kudengar sekarang dia sudah melahirkan sepasang anak kembar perempuan dan hidup bahagia.
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini | Cerita Sex - Istri Istri Paman Mar 27th 2013, 13:14 Saat itu pertengahan 1989 adalah liburan semesteran kuliahku di fakultas ekonomi sebuah universitas bergengsi di Bandung. Dengan IPK diatas 3 yang berhasil kucapai, aku merasa ingin memanjakan tubuhku di liburan kali ini. Aku ingin mencari suasana baru dan melupakan aktifitas kampus yang melelahkan, setelah berkonsultasi dengan kedua orang tuaku yang tinggal di Jakarta, aku pun memutuskan untuk pergi ke Garut dan menghabiskan liburanku di rumah Mang Iyus dan Bi Laha. 'Mamang' dan 'Bibi' adalah terminologi Sunda yang berarti 'Oom' dan 'Tante'.
Mang Iyus masih bisa dibilang sepupu ayahku karena ibu Mang Iyus dan kakekku adalah kakak beradik lain ibu. Mang Iyus adalah seorang tuan tanah dan pengusaha dodol yang cukup sukses di Garut. Sawahnya berhektar-hektar dan menghasilkan beras kualitas nomor satu sampai beratus-ratus ton di masa panen. Performance pabrik dodolnya pun tak kalah mengecewakan. Paling tidak supermarket-supermarket besar di kota-kota utama Jawa Barat pasti menjual produknya. Usia Mang Iyus sudah mencapai 45 tahun dan isterinya 10 tahun lebih muda darinya. Aku cuma tertawa ketika ayahku mengingatkanku untuk tidak tergoda pada isteri sepupunya itu. "Pamanmu itu seleranya tinggi.. si Laha itu dulu kembangnya Cilimus.. bapak yakin isteri muda si Iyus nggak kalah cantiknya.."
Cilimus adalah desa dekat Garut dimana keluarga pamanku itu tinggal. Desa yang konon memiliki tingkat kelahiran bayi cukup tinggi. Suatu statistik yang sangat bisa dimengerti setelah melihat kemolekan wanita-wanitanya. Aku memang jarang bertemu dengan paman yang satu ini sehingga tak pernah berjumpa dengan isterinya. Pasangan itu sampai saat ini belum dikaruniai anak. Kata ayahku, karena masalah itulah setahun yang lalu Mang Iyus kawin lagi dengan gadis berusia 19 tahun dengan harapan bisa memperoleh anak, yang ternyata belum juga sukses. Bi Laha tampaknya pasrah saja dimadu.
Aku memasukkan Honda Accord-ku ke halaman rumah Mang Iyus yang.. my god.. luas sekali. Kalau dikira-kira luas tanahnya saja.. aku yakin lebih dari 5000 meter. Dan rumahnya bermodelkan hasienda Spanyol yang kala itu sedang trendy di Indonesia sehingga terlihat pincang dengan suasana yang sejuk dan sederhana di desa Cilimus Garut itu. Seorang lelaki setengah baya dan bersarung dengan postur badan cukup tegap dan tinggi, hampir sama denganku yang 176 cm itu, bangkit dari kursi panjang di teras menyambutku. Setumpuk kertas di meja samping tampak menemaninya sedari tadi. "Mang.. kumaha, damang?*" kataku seraya mencium tangannya (*kumaha = bagaimana, damang = baik). "Oh.. pangesto.. pangesto..** gimana kabarnya bapak dengan ibu?" Mang Iyus terlihat begitu gembira melihat kedatanganku. (**pangesto = baik-baik saja). "Baik.. baik, bapak dan ibu titip salam.. dan ini ada sedikit oleh-oleh dari Bandung.." Jawabku seraya menyerahkan sekantong besar keripik Karya Umbi. "Aduuh.. mani repot.. nuhun atuh… Buuu!! Ini Cep Rafi datang.." Serunya sambil mengantarkan aku masuk ke rumahnya. 'Cep' adalah juga terminologi Sunda yang berarti si tampan. Seorang wanita berpakaian kebaya tampak tergopoh-gopoh keluar untuk menyambutku. Ia berhenti di hadapanku dan terpana memandang wajah dan tubuhku. "Ya ampuuun.. Rafi.. kamu sudah jadi pemuda sekarang…" Bi Laha mengulurkan tangannya menerima cium tanganku. "Apa kabar Bi Laha..? Bibi memang cantik seperti kata bapak…" "aahh kamu bisa saja… anak dan bapak sama saja.. tukang ngerayu.. ayo masuk.. bibi sudah siapkan kamarnya.. Tiii.. Titi… tolong bawa barang-barang Cep Rafi ke kamarnya…" Bi Laha menggandeng tanganku dan membimbingku ke dalam rumah. Ayahku memang benar. Fisik perempuan ini bukan cuma cantik, tapi juga montok menggairahkan. Coba bayangkan, tingginya sekitar 165 cm kulitnya putih mulus dan wajah serta postur tubuhnya mirip dengan Rina Gunawan (itu lho, penyiar AMKM di TPI yang juga berperan sebagai teman bisnisnya Sarah di Si Doel Anak Sekolahan 4). Cuma bedanya, wajah perempuan ini terlihat jauh lebih matang, hidungnya sedikit lebih mancung dan di atas bibirnya terdapat sedikit kumis tipis. Hmm kata orang, perempuan yang berkumis mempunyai nafsu yang…
Buah dadanya yang montok dan besar itu terlihat menggunduk di balik baju kebayanya yang berdada rendah. Kekagumanku memaksa otakku untuk mengukur besaran vitalnya.. paling sedikit 34, tak mungkin kurang dari itu. Kelak aku tahu perhitunganku tak meleset. Ukurannya 36.
"Waahh.. Mang Iyus sekarang lagi sering ke pabrik.. jadi jarang di rumah", kata perempuan itu sambil terus menggandeng tangan kananku menuju kamar. Lalu mulailah bibir indah itu berceloteh tentang betapa kangennya ia dengan keluargaku. Juga tentang rencana-rencananya mengunjungi ayah-ibuku yang selalu gagal karena kesibukan suaminya. Aku mendengar dengan antusias. Seantusias mataku yang mencuri-curi pandang ke belahan buah dadanya. Tanpa sengaja sikuku menyenggol sisi kiri bukit kembar itu, keempukannya membuat ada desiran aneh mengalir dari dada menuju selangkanganku. Tak tahan untuk tidak mencuri kesempatan, kuangkat sikuku lebih tinggi sehingga mulai bergesekan dengan ujung kiri buah dadanya, daging bulat yang kenyal dan empuk itu sedikit-sedikit menampar sikuku membuat penisku mulai berdenyut-denyut dan perlahan-lahan bangun dari tidurnya. Buah dada besar itu berayun naik turun sesuai langkahnya yang ditingkahi derai bicaranya. Pelan-pelan aku menggerakkan sikuku lagi, mencari peruntungan siapa tahu bisa merasakan putingnya. Bi Laha merasakan gerakan sikuku yang kurang wajar itu lalu berhenti berbicara dan tersenyum. Tangan kanannya mendorong sikuku menjauh dari buah dadanya yang bundar seperti buah melon itu seraya mencubitnya. "Mmh.. geli dong Fi.. sengaja ya.." Bisiknya seraya mendelik galak. My god.. bisikannya.. Aku agak melambatkan langkahku karena tonkolan daging di selangkanganku semakin keras dan mengganggu jalanku. Otakku yang biasa berkutat dengan teori-teori ekonomi mendadak penuh dengan rencana-rencana untuk menaklukkan isteri pamanku ini. Semua sel-sel di dalam tempurung kepalaku terfokus pada satu titik : 'aku harus menaklukkan isteri pamanku itu, sampai titik dimana ia akan mengemis untuk merasakan penisku menari-nari dalam vaginanya!'
("Pemuda yang tampan", Laha tersenyum meninggalkan kamar keponakan suaminya itu. "Tampan dan nakal". Lalu tanpa sadar perempuan itu meraba ujung buah dada kirinya. Masih terasa sisa-sisa kegelian akibat gesekan siku kekar pemuda itu. Kegelian itu kini tiba-tiba membuat darahnya berdesir. Kegelian yang sudah lama tak dirasakannya, yang akhir-akhir ini cuma mampir lewat mimpi. Perempuan itu melirik Iyus, lelaki kaya yang mengawininya hampir 15 tahun lampau. Tampak suaminya itu kembali tenggelam dalam kesibukan meneliti catatan pengeluaran dan pemasukan perusahaannya. Laha menghela nafas, tiba-tiba saja ia begitu menyesal tak membiarkan siku pemuda itu sedikit lebih lama menggesek-gesek buah dadanya.)
Pembaca, kata-kata dalam kurung di atas adalah perasaan-perasaan Bi Laha (bukan kata-kata) yang diceritakannya kelak setelah kami berdua menjadi 'akrab'. Dan anda akan menemukan kurung lainnya yang menunjukkan perasaan tokoh lain. Sengaja kubuat komposisi seperti ini untuk membuat cerita ini lebih mengalir.
3 hari pertama, aku melakukan sosialisasi dengan keluarga Mang Iyus. Terutama, tentunya, dengan Bi Laha. Perempuan yang bernama lengkap Nugraha itu ternyata seorang yang cerdas dan senang membaca. Walau hanya lulusan SMA, ia banyak menguasai masalah-masalah aktual masa kini. Dari masalah ekonomi, politik, sampai ke soal fashion. Benar-benar teman bicara yang mengasyikkan. Akhir-akhir ini Mang Iyus tampak lebih sibuk dengan pabrik dodolnya dan, sudah tentu, istri barunya. Sehingga praktis ia baru ada di rumah sesudah jam 8 malam setiap harinya. Itupun karena aku ada disini. Biasanya, hari Kamis sampai Minggu lelaki itu menginap di rumah Nuke, istri mudanya. Bisa kubayangkan betapa kesepiannya Bi Laha. Apalagi, belakangan kutahu bahwa sudah 6 bulan lebih Mang Iyus mengalami masalah dengan 'senjatanya' karena pernah terkena tendangan bola yang keras sekali sehingga harus dirawat seminggu dua kali oleh seorang dukun urut.
Malam itu, seperti biasa kami ngobrol berdua menunggu Mang Iyus pulang. Badan kami terasa sangat segar selepas mandi setelah sesorean bersimbah keringat membersihkan rumah yang baru saja ditinggal pulang Titi, pembantu setia keluarga itu, selama seminggu. Saat itu Bi Laha mengenakan kebaya hijau muda dikombinasikan dengan kain jarik hijau tua. Mang Iyus memang menyuruh isteri-isterinya mengenakan kebaya setiap hari. "Lebih indah.." katanya suatu hari. "Lebih merangsang.." Jawabku dalam hati. Rambut perempuan yang belum lagi kering itu diikat buntut kuda, memperlihatkan leher jenjangnya yang indah dan putih mulus. Bi Laha tidak mengenakan penutup dada sehingga buah dadanya menyembul keluar dan dari belahannya kentara sekali kekenyalannya. Ingin rasanya memasukkan tanganku diantara belahan dada itu dan meremas sekuat-kuatnya. Kami duduk berhadapan di meja makan kayu berukir berukuran besar.
"Bi Laha.. umurnya sudah lebih dari 30 kok badannya masih…" Sengaja aku mengalihkan topik pembicaraan ke topik yang agak 'syuur'. Siapa tahu bisa jadi entry point untuk menggumuli tubuh isteri pamanku itu. "Masih apa Fi…" Deliknya sambil tersenyum."Masih kenceng.. masih.. seksi.." jawabku seraya memandang wajah Bi Laha yang mendadak bersemu merah.
("O Tuhan, sudah lama aku mendambakan puji-pujian seperti ini dari seorang lelaki", demikian jerit hati perempuan itu. Ketika masih perawan, tak ada lelaki yang luput melontarkan pujian padanya. Tak ada yang tak mengagumi kembang desa Cilimus yang namanya sempat jadi buah bibir para pria kota Garut kala menjuarai festival 'Mojang Garut'. Setiap pujian, selalu mengalirkan gairah pada seluruh pembuluh darahnya. Dan gairah itulah yang senantiasa membuat esok menjadi lebih indah dari kemarin. Dan sekarang, setelah bertahun-tahun padam, tiba-tiba seorang pemuda mengucapkan dua patah kata yang mengobarkan kembali gairah itu. Hanya saja di luar kebiasaan, kali ini gairah itu memacu jantung perempuan di usia 30-an itu berlari lebih cepat.)
Buah dada Bi Laha naik turun mengiringi degup jantungnya yang semakin cepat "Untung benar Mang Iyus bisa menikmati tubuh bibi yang montok ini. Kalau saya jadi Mang Iyus, bibi akan saya tiduri setiap hari.." Kata-kata itu begitu saja mengalir tak terbendung. Aku sendiri terkejut mendengar pernyataan yang terkesan 'vulgar' itu. Konyolnya, gara-gara membayangkan kata-kata itu tanpa sadar penisku bangkit dan mengeras. Nampak Bi Laha juga sedikit terkejut mendengar kata-kataku. Gila, mungkin begitu pikirnya, beraninya seorang keponakan berkata-kata jorok kepada bibinya, untung dia tak marah malahan terenyum menggoda, "Tiap hari Fi..? Kuat emangnya..?" Uff, jawabannya membuat penisku terasa sakit karena tertekuk di dalam celana dalamku."Hmm.. jadi bibi mau coba..?" Aku tersenyum menantang seraya berdiri dan berpura-pura akan menurunkan ritsluiting celana katunku sambil mengambil kesempatan untuk membetulkan posisi penisku, hahh.. lega, "iiihh… Rafi jorok ah… nanti ketauan Mang Iyus…" Pekiknya sambil menutup mata dengan kedua tangannya. Namun mata perempuan itu tampak diam-diam mengintip melalui jemarinya yang lentik. Wajahnya tercengang melihat bagian depan celanaku yang lebih menggelembung dari biasanya. Karena bahan katun yang lemas, penisku tercetak dengan jelas sedang berdiri tegak. Aku melirik ekspresi istri pamanku itu. Kentara sekali wajah bibiku itu bertanya-tanya.
("Gila anak ini!" Maki Laha dalam hati. "Dia mau membuka ritsluitingnya di hadapanku! Aduh, lalu aku harus gimana? Brengsek, serius ngga sih dia? Tapi, tapi, kalau diliat-liat.. ya ampun, anunya membesar.. jelas benar tercetak di celananya. Kalau begitu dia tidak main-main!! Ya Tuhan, apa dia mau memperkosaku? Ka.. kalau iya, apakah aku mampu menampung anunya yang besar itu? Hmm, tapi kata orang kalau perempuan dimasuki anu yang besar rasanya seperti… " Laha tersenyum sendiri sebelum dengan perasaan malu menghentikan pikirannya yang berhamburan tak terkendali itu. Namun terlambat, desiran kegelian dan kegatalan itu telanjur mengalir ke bawah perutnya)
"Nggak bakal ketauan Bi.. Mang Iyus kan lagi di pabrik.." "Iiihh.. ngga mau ah.. bibi takuut.." Kata Bi Laha sambil bersiap bangkit dari kursi. "Lo.. lo.. mau kemana Bi..? Duduk saja.. saya cuma becanda kok.." "Uuuhh.. dasar… kirain beneran.." "Kalau beneran, gimana? Bibi mau..?" Sejenak Bi Laha memandang bongkahan besar di selangkanganku, kemudian mendelik galak kearahku, lalu membuang muka. "Tauk ah.." "Loo.. kok malah ngambek.. ayo dong Bi.. saya kan cuma becanda.." Perempuan itu masih juga tak mau melihat mukaku. "Iya deh.. Bi.. sorry… jangan ngambek terus doongg.. entar punya saya tambah gede lo.." "Iiih.. Rafi.. kamu tuh ngomongnya ngaco deh.. Lagian apa hubungannya ngambek sama.. sama.. punya kamu.." "Ada dong Bi.. kalau bibi ngambek, mukanya tambah merangsang.. hehe.." Isteri pamanku itu pun tersenyum geli, lalu melemparkan serbet ke mukaku.. "Dasar ngeres." ("Pemuda ini sungguh menggemaskan!" Laha tersenyum dalam hati. Ia mulai menyukai keponakan suaminya itu. Mukanya lumayan cakep, cerdas, orangnya baik, dadanya bidang. Tapi jailnya itu lho.. agak-agak menjurus. "Anak ini benar-benar tak tahu keadaan! Sadarkah dia kalau kejahilannya itu membuat aku.. aku.. terangsang? Apalagi.. apalagi.. melihat anunya yang… iiih… besarnya." Laha mendesah membayangkan benda itu memasuki dirinya. Diam-diam, ia agak kecewa keponakannya tak sungguh-sungguh menurunkan ritsluitingnya.)
"Hehe.. Kebetulan Bi.. berhubung kita sudah kepalang ngeres.. kita cerita-cerita pengalaman ngeres yuk?" "Yang ngeres kan kamu Fi bukan bibi…" Katanya memprotes. "Iya deehh.. saya yang ngeres.. tapi mata bibi tadi juga ngeres.. buktinya tadi bibi ngeliatin terus 'punya' saya." "Itu bukan ngeres tauk! Itu kaget! Habisnya…" Seperti sadar karena kelepasan omong, Bi Laha tak melanjutkan kata-katanya. Ia menutup mata dengan tangannya sembari menggigit bibirnya yang tak kuasa menyunggingkan senyum. "Abisnya apa Bi..? Abisnya besar ya…" Aku melanjutkan kata-katanya sambil menyeringai.. Muka Bi Laha memerah, sambil lagi-lagi membuang muka, ia mengangguk. "Naah.. makanya.., biar asyik.. gimana kalau kita cerita tentang bagaimana si 'besar' saya itu bisa membuat perempuan tergila-gila…" Bi Laha tersenyum dan kembali memandangku. "Kamu memang gila.. tapi… boleh juga tuh.. walaupun kedengarannya agak serem, asal jangan nakut-nakutin bibi kayak tadi lagi ah.." "Nggaa.. janji deh bi.. anggap saja sekarang kita lagi belajar anatomi tubuh, kalaupun saya menunjukkan bagian tubuh saya pada bibi, itu cuma demi pengetahuan kok.. suer.." Kataku seenaknya untuk menenangkan hatinya. Lalu perempuan itu meletakkan dagu di atas tangannya yang bertelekan di atas meja, menungguku bercerita. Akibatnya, buah dadanya tampak semakin menggelembung terganjal meja. Saat itu aku menyesal kenapa tidak diciptakan sebagai meja. "Bi.. saya sudah kenal perempuan sejak SMA lho.. entah kenapa.. nafsu saya besar sekali.. sejak kali pertama itu, hampir tiap hari saya minta 'begituan' sama dia.. sampai-sampai dia sendiri kewalahan." "Dia itu teman SMA kamu Fi..?" "Heheh.. rahasia.. pokoknya perempuan.. cantik, montok, dan seksi.." "Sampai sekarang, kamu juga minta 'gituan' tiap hari Fi..?", "Ngga.. sekarang agak berkurang.. paling banyak tiga kali seminggu.." "Kalau ngga ada perempuannya?" Bi Laha mulai penasaran. "Ya swalayan dong bi… seperti sekarang, karena saya lagi ngga punya teman tidur, yaa terpaksa, kecuali kalau bibi…" "Aa.. tuh kaan.. mulai lagii.." Nada bicara Bi Laha terdengar merajuk. "Heheh.. bercanda… Nah.. selera saya selalu pada perempuan yang liar.. yang ngga malu untuk teriak-teriak.. yang kalau cium bibir lelaki seperti orang kehausan mencari air.. yang kalau saya tindih badannya menggeliat-geliat sehingga payudaranya yang tergencet menggesek-gesek dada saya." Bi Laha nampak tercengang mendengar kata-kataku mengalir begitu saja tanpa rasa risih.
("Edan! Belum pernah terlintas sedikitpun dalam benakku untuk mendengarkan cerita seks dari seorang lelaki bukan suamiku. Celakanya, kini aku mendengarkan cerita-cerita itu dari mulut keponakanku sendiri.")
"Heheh.. santai saja bi.. saya ngga ngerasa risih ngomong beginian sama bibi, habis bibi nikmat diajak ngobrol, jadi yaa alami saja lah.." Perempuan itu agak tersipu karena 'terbaca' olehku. "Sampai dimana tadi..? O ya.. perempuan liar.. tapi jangan salah bi.. saya selalu memulai dengan lembut.. penuh rasa sayang… biasanya saya mulai cium pipinya.. terus hidungnya.. lalu mampir ke kuping.. saya paling suka menggigit daun telinga dan menjilati lubangnya.. biasanya teman-teman perempuan saya sampai disitu sudah ngga tahan.. kalau liarnya keluar, macem-macem deh reaksinya.. ada yang minta payudaranya diremes keras-keras.. ada yang minta putingnya digigit dan disedot.. ada juga yang langsung ngisep penis saya."
("Aku benar-benar tak percaya pada apa yang kudengar. Anak muda yang belum genap 23 tahun ini menyebut kata 'penis' dengan santainya di depan bibinya yang berumur 35! Tunggu. Apa katanya? Seorang perempuan pernah menghisap anunya? Gila. Perempuan macam apa itu? Seperti apa bentuk mulutnya? Hmm, apakah anu sebesar itu muat di dalam mulutku?" Laha mengeluh karena pertanyaan-pertanyaan itu pada akhirnya merangsang dirinya sendiri. Desiran rasa geli dan gatal itu semakin deras terasa di selangkangannya.)
Nafas Bi Laha mulai memburu. Berkali-kali tampak ia menelan ludah. "Ko.. penis kamu pernah diisep perempuan Fi..?" Ia menyebut kata 'penis' dengan sedikit risih karena tidak biasa. Suaranya terdengar serak. Aku mengangguk. "Rasanya kayak apa ya Fi..?" "Bibi belum pernah ngisep burung..?" Bi Laha kembali tersipu. Ia agak jengah dengan pertanyaanku yang tembak langsung itu. Walaupun sedikit kikuk, ia mencoba menjawabnya. "Ehm.. gimana ya bilangnya Fi.. soalnya Mang Iyus biasanya langsung tancep sih.. terus… dianya molor.. jadi ya ngga ada variasi.." "Jadi belum pernah dong?" Kejarku, dan perempuan itu menggeleng.
("Sialan!! anak ini pasti menertawakanku", Laha menggerutu dalam hati. Ia teringat pesan kakak perempuannya untuk tidak menghisap dan menjilat anu suaminya kalau tidak diminta. Nanti kamu dikira murahan, begitu alasannya. Dan suaminya memang tak pernah meminta. Dan perempuan itu memang tak akan menunggu diminta kalau anu suaminya berukuran sebesar keponakannya. Dan kata 'penis' dirasanya lebih kasar dibanding 'anu'.)
"Heheh kasihan bibiku sayang.. tapi jangan kawatir.. nanti saya ajarin deh cara-caranya.. tapi prakteknya tunggu sampai Mang Iyus sembuh dulu ya..?" Aku mencoba menghibur. Namun, Bi Laha hanya tersenyum masam pertanda apatis. "Ada cara lain sih bi.. ya swalayan itu tadi.. masturbasi.." "Tapi… tapi kan masturbasi akan terasa lebih nikmat kalau kamu sudah pernah ngerasain yang sebenarnya.." "Betul sekali bi.. tapi saya ada solusi untuk itu.. " Aku bangkit mengitari meja dan duduk di sampingnya. Kami berdua duduk di kursi tanpa sandaran. ("Rafi, mau kau apakan bibimu ini?")
"Saya ngga akan apa-apain bibi.. jangan takut.." kataku disambut senyum manisnya. Amboii cantiknya. Tiba-tiba batinku seakan mengucapkan janjinya bahwa di malam inilah aku akan menikmati tubuh sintal isteri pamanku. "Pejamkan mata bibi.. saya akan mengelus muka dan tangan bibi.. lalu bibi harus berfantasi sesuai petunjuk saya.. Ok?" Tanpa minta persetujuan aku berdiri di belakang Bi Laha dan dengan lembut menutup matanya. "Atur nafas bibi.." Lalu aku meletakkan jari telunjuk dan tengahku di pipi kanannya "Bayangkan jari saya ini bibir lelaki ya bi.."
("oooh apa yang harus kulakukan.. apa yang harus kulakukan.. haruskah aku mengikuti kata-katanya? Haruskah aku berfantasi? Pantaskah seorang bibi berfantasi sexual bersama keponakannya sendiri? Atau sebaiknya aku pergi dari sini? Keponakan sialan! Kamu sengaja, kamu tau bibimu lagi butuh.. kamu tau bibimu seorang isteri kesepian..")
Bi Laha tak bereaksi. Ia menurutiku menutup mata. Hanya saja terasa otot tubuhnya menegang. Mungkin malu, tegang, dan gairah bercampur jadi satu. Kedua jariku mulai menelusuri pipinya yang mulus dan kencang, menelusuri sisi hidungnya yang indah, kemudian berhenti sebentar di bibirnya yang seksi dan tampak basah. Pelan-pelan kucubit bibir bawahnya, "mmhh.." Perempuan itu menghela nafas. "Bi.. bayangkan seorang lelaki mencium lembut bibir bibi lalu sesekali ia menggigit bibir bawahnya.." Sementara itu tangan kiriku mulai mempermainkan daun telinganya. "sss…" Bi Laha mendesis dan menggeliat kegelian. Penisku mendadak berdenyut. Aku benar-benar hampir tak dapat menahan nafsu birahiku. Siapa yang bisa tahan melihat perempuan montok berkulit kuning langsat dengan buah dada yang menggelembung keluar dari kebayanya tengah mendesis-desis kegelian..! Niat untuk memperkosanyapun mulai mendominasi sel-sel otakku. Terbayang betapa menggairahkannya menggumuli tubuh sintal ini seraya memaksanya bersetubuh. Tapi suara hatiku melarang. Perempuan ini isteri pamanmu! Perlakukan dia dengan semestinya! Heheh.., ternyata di situasi seperti ini masih ada juga peran suara hati. Jari tangan kananku sudah sampai ke dada Bi Laha, tepat sebelum daging buah dadanya. Sejenak jari-jariku membelai-belai tulangnya, sambil sedikit-sedikit mulai menyentuh gelembung buah dadanya yang empuk itu.
("Ooohh gilaa.. gillaa… apa yang kulakukan? Tangan anak muda ini seakan menjelma menjadi bibir seorang lelaki yang tengah menciumi, menjilati, dan menelusuri setiap lekuk liku tubuhku dan arahnya. Oh.. arahnya makin mengarah ke buah dadaku. Oh, akankah dia.. akankah dia…" Lalu perempuan itu merasakan aliran darahnya bergerak semakin cepat, semakin cepat. Lalu ia menggeser pinggulnya. Dan tersadar, kalau celana dalam nilonnya mulai basah di bagian selangkangan.)
Nafas Bi Laha semakin terdengar tidak beraturan, matanya masih terpejam, alisnya mulai berkerut, bibirnya sedikit menganga, buah dadanya naik turun, tangan kanannya pelan-pelan turun ke selangkangannya dan disambut oleh jepitan kedua pahanya yang langsung bergerak menggesek satu sama lain, my god! Perempuan ini sudah tidak sungkan-sungkan untuk menggesek-gesekkan kewanitaannya ke tangannya sendiri di depanku. That's good! Tangan kiriku turun dari telinganya dan mulai meremas-remas pundaknya yang sekal dengan hati-hatiku tempelkan penis yang sudah tegak berdiri di balik celana katunku ke punggungnya, tak ada reaksi lalu kutekan dengan sedikit keras sehingga penis besarku terasa gepeng terjepit oleh perutku dan punggungnya. Bi Laha tersentak dan membuka matanya, aku tidak peduli dan terus menggesek-gesekkan penisku, perempuan itu menengok kebelakang dan terbelalak melihat dari dekat bentuk penisku yang tercetak di celana katunku sedang menggesek-gesek punggungnya.
(Laha merasa dirinya seperti orang bisu. Segala kata-kata yang ingin ditumpahkan untuk menceritakan kenikmatan yang tengah dialaminya terbendung di leher. Kala otaknya menyusun kalimat "Aku ingin buah dadaku dicium" maka mulutnya mengucapkan "Auuuhh.." Kala otaknya menyusun "Gigitlah putingku.." maka mulutnya mengucapkan "Emmhh…" Tak ada lagi koordinasi antara otak dan tubuh. Apalagi ketika batang kenyal besar itu mulai tergencet di punggungnya. Kehangatannya, kekenyalannya, ukurannya, menyebarkan getaran-getaran listrik ke seluruh pembuluh syaraf isteri kesepian itu. "Ingin benar rasanya aku membalikkan badanku, membuka ritsluitingnya, lalu meraih batang perkasa itu untuk kubelai, kuciumi lalu.. uh, beranikah aku memasukkannya ke mulutku? Beranikah aku menghisapnya? Lalu apa kata keponakanku nanti? Apa ia akan menganggapku murahan, seperti kata kakakku?" Lalu sel-sel otaknya mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang semakin menakutkan perempuan itu, "Pantaskah aku melakukan ini dengan keponakanku sendiri? Akankah ia memaksaku untuk bersetubuh dengannya?" Laha ingin sekali bisa bicara jujur pada hati nuraninya. Ia telah terlalu lama dahaga. Apalagi ia kini dimadu. Karena ingin jujur itulah, ia memberanikan diri berharap pertanyaan terakhirnya akan menjadi kenyataan. Lalu ia pun tersentak. Tinggal selangkah lagi bagi dirinya untuk menyandang predikat isteri tak setia.)
Tiba-tiba Bi Laha menatapku dengan kawatir, "Fi.. bibi takuut.." Aku tersenyum dan dengan lembut tangan kananku kembali menutup matanya, "Sshh.. ngga Papa bi.. nggada siapa-siapa kok dan bibi nggak akan saya apa-apain, suer.." dengan penuh perasaan janji-janji surgaku mengalir deras siap untuk mendinginkan gejolak ketakutannya and it works, otot tubuhnya kembali terasa santai bahkan beberapa saat kemudian Bi Laha mulai membalas gesekanku dengan menggerak-gerakkan punggungnya kekiri dan kekanan seakan hendak memberikan kesempatan pada setiap pori kulit punggungnya untuk menikmati kerasnya penisku. Melihat respon seperti itu aku mulai lepas kendali sambil terus menggesekkan penis, meremas pundak kirinya dan mulai membelai belahan buah dadanya dengan lembut kukecup leher kirinya seraya bibirku menelusurinya turun ke pundak, "Bi.. bayangkan lelaki itu mencium leher bibi.. terus turun ke pundak.. bayangkan bahwa sebentar lagi bibir itu akan melewati susu bibi, mencium-cium kecil sekeliling puting.." "Ouhh Fiii… sss.." Bi Laha mendesis keras seraya menggerakkan kepalanya ke kanan pertanda mulai terangsang, bibirku kemudian menggigit-gigit kecil daun telinganya dan kemudian aku memasukkan lidahku di lubang telinganya dan mulai menciumnya, kepala Bi Laha menggeleng-geleng agak liar, "Nggghh.. nggghh.. " Erangnya kegelian. "Senjata saya nikmat rasanya khan Bi…?" bisikku sambil terus menjilati telinganya. Sambil terus mengerang ia mengangguk, "Lebih besar dari Mang Iyus bi..?" Erangan isteri pamanku itu terdengar mengeras, lagi-lagi ia mengangguk. "Bibi mau ngerasain penis beneran saya..?" Bi Laha menengadahkan kepalanya dengan alis berkerut, mata terpejam dan mulut menganga. "hh.. mm.. Mau Fi.. ehh.."
(Laha merasa otaknya sudah tak ada hubungan dengan organ lain tubuhnya. "Edan, aku benar-benar tak tahu apa yang diucapkan mulutku", perempuan itu memaki. "Kata-katanya terlalu memojokkan. Penis pemuda ini terlalu menggairahkan. Kecupan, jilatan, dan rabaannya membuat selangkanganku semakin banjir. Ah, kata 'penis' lebih baik dari 'anu', dan jauh lebih beradab dari 'penis'.")
Ketika itu juga kuselipkan tangan kananku ke balik beha hitamnya dan yesss… keempukan dan kekenyalan buah dada kanan isteri pamanku ini betul-betul terasa nikmat di dalam genggamanku, puting susunya begitu keras dan panjang.
("Ohh, ia meremas buah dadaku, pemuda itu benar-benar meremasnya! Inilah kali pertama buah dadaku diremas-remas tangan lelaki bukan suaminya. Ayo, ayo lebih keras, lebih keras, betapa selama ini aku merindukan tangan lelaki. Oh Rafii, kamu adalah pria kedua selama hidup yang pernah menjamah tubuhku.")
"Bi Laha.. bayangkan lelaki itu sekarang dengan buas sedang mencupang susu.. dan menyedot puting bibi…" r>"Ouuuhh.. haahh.." Bi Laha menggelinjang sampai-sampai pantatnya terangkat dari kursi.. sikunya menyenggol gelas di atas meja sehingga tumpah.. seakan diingatkan tiba-tiba Bi Laha meronta mencoba melepaskan diri dari remasan dan ciumanku.
("Tunggu. Aku isteri orang! Dan anak muda yang tengah mempermainkan putingku ini adalah keponakanku! Auh, sudah lama putingku tidak mengeras seperti ini.")
"Fi.. Fii.. sss.. ehh… Fiii… jangann.. nan.. nanti keterusan.. ahh.. jangan.." rintihnya memohon. Bukannya berhenti, malah dengan cepat kuselipkan juga tangan kiriku ke balik beha satunya sehingga sekarang kedua tanganku berada di balik behanya meremas kedua buah dada montok Bi Laha. Dengan sekali sentak, kukeluarkan kedua buah dada besar itu sehingga bentuknya menonjol ke atas karena tertahan oleh kedua cup beha di bagian bawahnya. Tanpa membuang waktu, jari jempol dan telunjukku memilin-milin putingnya yang berwarna coklat kemerahan itu. Bi Laha semakin mengerutkan alis dan mulutnya meringis seperti orang kepedasan, "Aouuuhh.. Fiii.. gelliii.. sss " Bi Laha mulai mendesah dan mendesis tak karuan. Kedua tangannya kini menjulur ke belakang memegang belakang pahaku.
("O Rafiii lebih keras, lebih keraass. Gigit puting bibimu sayang, gigit puting bibimuuu…") Sambil masih memilin puting kirinya dan menciumi lehernya, aku membuka ritsluiting celanaku, menurunkan sedikit celana dalamku, lalu kukeluarkan penis raksasaku. Tangan kananku menjulur kebawah lalu dengan sekali tarik kuangkat ujung baju kebayanya ke atas sehingga punggung mulus berhias tali beha hitam milik isteri Mang Iyus itu kini terpampang di hadapanku. Kuletakkan penisku yang sudah sangat tegang itu di atas kulit mulus punggung Bi Laha. Lagi-lagi Bi Laha membuka matanya dengan pandangan kebingungan, antara keinginan melihat penisku bercampur dengan ketakutan akan melakukan persetubuhan dengan lelaki bukan suaminya. Ia hanya bisa mengerang dan menggelinjang sambil menoleh menatapku ketika dirasanya daging keras penisku mulai menggesek-gesek kulit halus punggungnya, dirasanya punggungnya mulai ditetesi oleh cairan bening yang keluar dari lubang penisku. Bi Laha benar-benar terlihat berada di simpang jalan. Ia begitu bergairah dengan sensasi yang belum pernah dialaminya selama hidup, namun ia begitu ketakutan melihat keponakannya dengan penuh nafsu tengah meremas-remas susunya, memilin putingnya, menggesekkan penis di punggungnya, dan… perempuan itu dengan mudah menebak bahwa perbuatan ini akan berakhir dengan persetubuhan!
Jam dinding berdentang keras menandakan pukul 8 malam. Waktu dimana Mang Iyus biasa pulang. Seakan tersadar dari mimpinya, Bi Laha meronta dan menahan kedua tanganku yang masih sibuk meremas buah dada dan putingnya, "Fi… tolong.. stoop.. inget Fi.. kamu keponakan bibi.." Sambil berkata, perempuan itu menjauhkan kedua tanganku dari buah dadanya. Tak kehilangan akal, begitu terlepas dari puting, tangan kananku langsung menyambar selangkangannya dan meraba gundukan daging di balik kain jarik yang sudah tak karuan bentuknya itu. Dengan cepat tanganku mengocok vagina Bi Laha dari luar. Bi Laha sempat terbelalak melihat reaksiku, ia sama sekali tak menduga gerakanku dan matanya tampak terkejap-kejap menikmati kocokan jemariku di celana dalam nilon yang menutupi daerah klitorisnya.
("aahh, tangan keponakanku ini benar-benar luar biasa. Kocokannya benar-benar membuat seluruh lorong vaginaku terasa geli. Dindingnya yang terasa amat basah itu mulai berdenyut. Ingin rasanya aku membuka celana dalamku dan membiarkan jemari kasarnya mempermainkan daging kemaluanku. Sial, haruskah aku menghentikan kenikmatan ini? Tapi, betapa kejamnya orang menghujat seorang isteri tak setia!")
Sempat ia merenggangkan paha beberapa saat seakan menyilakan tanganku mengeksplorasi vaginanya lebih jauh, namun dengan kekuatan entah dari mana, ia berteriak "Fii.. lepaskaann Bibi…" lalu meronta, dan mendorongku kebelakang hingga nyaris terjengkang. Perempuan itu meloncat dari duduknya dan lari menjauh. Rambutnya acak-acakan, buah dadanya bergelayutan keluar dari beha nya, kain jariknya nyaris lepas dari stagennya. Sial! Padahal dia hampir menyerah! "Fi.. cukup Fi.. kita nggak boleh berbuat lebih jauh dari ini, bibi yakin kalau kita teruskan ini akan berakhir di atas ranjang." katanya dengan nafas memburu sambil membelakangiku dan memasukkan kembali kedua buah dadanya ke dalam beha. "Nggak akan berakhir di ranjang bi.. kan saya sudah bilang dari awal.. bibi nggak akan saya apa-apain, masa bibi nggak percaya omongan saya?" Ia merapikan baju kebaya dan rambutnya "Bukan itu Fi, bibi ngga percaya pada bibi sendiri."
(Mendadak Laha sendiri ragu. Apakah ia harus bangga atau menyesal akan keputusannya ini)
Lalu ia berbalik ke arahku dan perempuan itu terbelalak, ia tampak terkejut dan tanpa sadar menjerit kecil, "Ya ampuunn Rafi.. besarnya…" Mata Bi Laha terpaku pada penisku yang masih mengacung tegang keluar dari celana dalamku. Urat-urat tegang tampak sekali menonjol di sekeliling batang berdiameter 3-4 cm itu. Kepala penisku menunjuk langsung ke wajah perempuan berusia paruh tiga puluh itu. Keraguan kembali tergambar di air mukanya. Dari situ aku yakin, bahwa birahi isteri pamanku itu masih tersisa terlalu banyak untuk dilewatkan begitu saja. Nafsuku benar-benar sudah naik ke kepala, aku sudah tak peduli, kubungkam suara hatiku, kubuang janji-janji bull shitku pada Bi Laha dan dengan cepat kuhampiri tubuh montoknya lalu kupeluk dengan erat. "Rafiii mau apa kamuffff.. mphh.." Teriakannya terpotong oleh lumatan bibirku di atas bibirnya yang ranum itu. Itulah kali pertama aku mencium bibiku.
("Hah, ia menciumku, ia menciumku! Rafi, kamu adalah laki-laki kedua dalam hidup yang pernah mencium bibir bibi. Oh, nikmat betul merasakan lidahmu menyapu seluruh rongga mulut bibi. Nikmat betul merasakan bibirku disedot dan digigit. Uh, apakah kamu juga akan menjadi lelaki kedua yang akan.. yang akan.. menyetubuhiku? Dan gelagat itu sudah tampak. Coba lihat, tanganku tak bisa bergerak. Tubuhku didekapnya erat. Jangan-jangan, jangan-jangan.. pemuda ini sungguh-sungguh berniat memperkosaku. Hah, bagaimana kalau orang lain tahu?" Bagi perempuan ini, kata 'perkosa' kini menimbulkan gairah sekaligus kekhawatiran.)
Pelukanku sedemikian eratnya sehingga terasa buah dadanya yang menggencet dadaku seakan hendak pecah. Ia melepaskan bibirnya dari lumatanku dan memalingkan muka mencoba untuk melawan. "Rafi.. jangan.. saya istri pamanmu.. ohh… nanti bibi teriak!" Tak kuhiraukan kata-katanya. Di kupingku terngiang bisikan-bisikan yang terasa semakin keras : Dia mau.. Dia mau.. Paksa dia.. Perkosa dia..! Maka dengan bertubi-tubi kuciumi lehernya sehingga walaupun ia meronta dan memukul-mukul punggungku, terasa sesekali badannya menggelinjang karena geli. Bunyi kecupan bercampur erangan birahiku dan desahan yang memohon aku melepaskannya menggema di udara dingin rumah besar di Kabupaten Garut itu. Ia memejamkan matanya tak berani menatapku yang kini mulai menjilati telinga dan lehernya, "TOLOOONG… TOLoooNG!!!" Tiba-tiba perempuan itu menjerit.
("Aku takut! aku benar-benar takut! Saat ini aku memang dahaga lelaki. Dan itu bukan berarti aku mau diperkosa oleh keponakanku sendiri. Apalagi katanya, seorang pemerkosa cenderung selalu berbuat kasar. Oh tiba-tiba aku merasa begitu ngeri melihat pemuda itu menciumi leher dan kupingku dengan ganas. Tapi, haruskah berteriak?")
Aku terkejut mendengar teriakan Bi Laha. Ini bahaya..! Bisa bubar semua rencana! Lalu kudorong dengan paksa dan kurebahkan tubuh sintal yang meronta-ronta itu ke atas meja. Kedua tanganku dengan kuat menahan pergelangan tangannya yang kini membentang ke atas. Bi Laha semakin meronta. Kepalanya di palingkan dengan keras ke kiri ke kanan untuk menghindari bibirnya dari lumatanku. Pinggulnya yang terbaring di pinggir meja disentak-sentak untuk menjauhkan penisku dari selangkangannya. Well, tak ada pilihan lain, sorry Bi Laha. Lalu dengan kasar kutindih tubuh montok itu sehingga rontaanya tertahan, pinggulku mengunci gerak selangkangannya, penisku kini tergencet oleh perutku dan selangkangannya.
("Betul dugaanku. Lelaki ini tiba-tiba jadi kasar! Aduh, aku jadi betul-betul ngeri! Aku takut ia menamparku, aku takut ia melukaiku. Aku juga takut, ia akan mengoyak-ngoyak vaginaku. Ya Tuhan, malang nian nasibku. Aku takut darah!")
Lalu tanpa sengaja penisku itu tergencet oleh sebuah gundukan daging hangat yang terasa ditutupi oleh bulu-bulu lebat. Berani taruhan bulunya pasti lebat sekali, soalnya dari luar kain kebayanya saja sudah terasa kelebatannya, mengingat itu darahku terasa berdesir.
("Tunggu Laha, ketakutanmu terlalu berlebihan. Pemuda ini cuma kasar ketika menindihmu. Itu pun karena kau berteriak!" Logika Laha mulai bicara. Tiba-tiba perempuan itu menyadari betapa sesungguhnya kekasaran pemuda itu tak lebih dari reaksi akibat terakannya tadi. Lalu kengerian itu sirna. Lalu ada kehangatan di selangkangannya. "Ouuh Rafi, sungguh hangat dan keras penismu itu. Ayo, gesekkan, gesekkan penismu di atas vagina bibi… Tapi.. tapi.. bagaimana kalau suamiku tiba-tiba pulang?")
"Silakan berteriak bi.. ngga ada gunanya.. di rumah ini nggak ada siapa-siapa.. orang di jalanan juga ngga bisa denger.." kataku menantang dengan nafas tak kalah memburu dengan Bi Laha. "Kalaupun ketahuan paling saya diusir.. tapi bibi..? Bibi bisa dicerai oleh Mang Iyus yang sudah punya Nuke, jadi apa untungnya berteriak?" Bibiku tak bisa menjawab namun matanya menyorotkan sinar kemarahan padaku. Entah marah karena kata-kataku atau perbuatanku.
("Jangan pernah kau sebut nama sundal itu di hadapanku!")
"Bi.. saya tau bibi selama ini kesepian, apalagi setelah Mang Iyuspunya Nuke makanya bi.. pikir praktis saja.. kalau Mang Iyus boleh punya perempuan lebih dari satu.. kenapa bibi nggak..?" Aku mulai coba meyakinkan bibiku dengan logika-logika ngawurku. Bi Laha kembali memejamkan mata dan memalingkan muka seraya menggigit bibir. Tampak betul ia tengah berusaha menekan kemarahan di dalam dadanya. Mataku menelusuri tubuh sintal yang tertindih oleh tubuhku. Baru kusadari betapa merangsangnya posisi tubuh Bi Laha itu dilihat dari atas. Kedua tangannya membentang ke atas dan pahanya mengangkang. Ketiaknya yang tampak putih di balik kebaya brokat hijau itu dipenuhi oleh bulu keriting yang lebat. Wangi khas menyebar dari ketiaknya menandakan mental perempuan itu saat ini tengah tertekan. Tapi wangi itu membuat gairahku meningkat lagi. Suka atau tidak, isteri pamanku ini akan kesetubuhi! Aku kembali menciumi leher Bi Laha dengan bertubi-tubi, terus ke dada mengitari puting susu lalu mampir ke ketiaknya yang rupanya merupakan weak point bibiku karena terdengar ia mendesah ketika aku mulai mengecupnya, tanganku melepaskan pergelangan tangan Bi Laha dan, brettt..! Dengan kasar kurobek kebaya di bagian dada sehingga buah dada besar yang masih tertutup BH hitam itu terbuka menantang wajahku. Tangan Bi Laha berusaha menutupi dadanya yang kini bebas dilihat oleh mataku. "hh.. Fiii… bibi malu…" bisiknya lirih.
("Ya Tuhan, ia akan melakukannya.. ia akan melakukannya! Ia akan memperkosaku! Ooohh.. semoga tak ada kekasaran lagi.")
Aku kembali meraih tangan Bi Laha dan menahannya dalam posisi membentang ke atas. Posisi itu membuat bagian depan kebaya brokatnya terbuka ke samping sehingga perutnya yang kencang dan mulus itu terlihat dengan jelas. Buah dadanya terangkat keatas tertarik behanya yang cuma mampu menutupi 3/4 bagian buah dada bibiku itu. Bagian bawah bukit kembarnya menonjol keluar dari bagian bawah beha hitam berukuran 34 itu. "Susu bibi seksi sekali.. Mang Iyus benar-benar lelaki beruntung.. " Dan aku pun mulai menciumi daging empuk di bagian atas buah dadanya, lalu aku gigit behanya dan kuangkat kedua cup-nya sehingga kedua buah dada itu melejit keluar. Wuiihh.. benar-benar buah dada yang indah, begitu putih dan mulus, urat-urat birunya tergurat halus di sekitar putingnya yang berwarna coklat kemerahan. Aku mulai mengecup dan menjilati buah dada kenyal itu dengan rakus, kecupan dan jilatanku itu mulai menyusuri daerah sekeliling putingnya. Gerakan melingkar itu semakin kecil dan semakin kecil, "Ehh.. Euhh… sss…" Ditengah rontaannya yang mulai melemah, terdengar Bi Laha merintih dan mendesis keenakan sambil terus membuat gerak melingkar lidahku sesekali menyentil putingnya membuat rintihannya semakin keras diselingi dengan nada kesal karena merasa dipermainkan… hehe.. rupanya perempuan ini ingin cepat-cepat diisap, if that what you want that is what you get. Satu, dua… dan… tiga! Lalu kumasukkan puting dan 1/2 buah dada istri pamanku itu ke dalam mulutku. "Aohh… sss…" Gerakan tubuh Bi Laha mulai liar. Lalu dengan rakus kusedot dan jilat putingnya bergantian kiri dan kanan. Sambil merintih Bi Laha menjilati bibirnya sendiri dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Rambutnya sudah awut-awutan dan setengah basah terkena tumpahan air minum di meja. Denyutan di penisku terasa makin keras, akupun tak mau berlama-lama. Sambil terus menyedot buah dada dan putingnya, tangan kiriku melepaskan tangan Bi Laha dan dengan cepat menyingkap kain kebaya Bi Laha sampai sebatas perut sehingga terlihatlah pahanya yang putih mulus itu mengangkang di depan penisku. Dari luar celana dalam nya yang berwarna krem, terbayang segumpal bulu keriting lebat yang menutupi vagina. Sebagian daripadanya nampak keluar dari celana dalam yang basah di daerah selangkangan itu. Duh Bi Laha… aku benar-benar tak sabar untuk segera mencium, menjilat, dan memasukkan penisku ke vaginamu yang seksi. Lalu tangan kiriku dengan cepat meraba pahanya dari lutut sampai selangkangan. Begitu sampai, jari tengahku langsung kutempelkan di belahan vaginanya, dengan seketika jariku merasakan kehangatan pada celana dalam yang sudah basah dan lengket itu. Pelan-pelan kutekan jari tengahku sehingga kain celana dalamnya ikut melesak masuk ke liang vaginanya. Otot Bi Laha menegang, pinggulnya terangkat sedikit membuat jariku dan kain celana dalamnya semakin terbenam, "Fii.. eeehh…" Dengan mata terbelalak ia merintih. Kepanikan mulai terbayang di wajahnya.
("Oooh Rafi, terus terang aku takut. Aku yakin perbuatan kita ini akan berakhir dengan persetubuhan. Dan aku takut kalau suamiku benar-benar pulang! Dan menceraikanku dengan tuduhan bersetubuh dengan keponakannya! Tapi bukankah aku diperkosa?" Laha tersentak. Ternyata ia mulai mencari justifikasi.)
Tangan kanannya yang bebas memegang dadaku seakan siap untuk mendorong.. Oh NO YOU DON'T.. tak akan kubiarkan terulang lagi, kuhentikan semua aktivitasku lalu SReeeT..! Dengan cepat kedua tanganku menarik celana dalam isteri kesepian itu ke bawah sehingga lolos melalui kedua pergelangan kakinya. "Ahh.. FIII JANGaaNNN…" Bi Laha menjerit dan mencoba bangkit. Tapi.. BRAAK!! Dengan cepat kutindih kembali tubuh montok yang hampir saja terduduk itu sehingga punggungnya yang mulus sedikit terhempas ke meja. Wajah Bi Laha semakin panik ketika kutempelkan kepala penisku ke liang vaginanya.
("Ya Tuhan, ia mulai kasar lagi dan penisnya, penis besarnya akan memasukiku! Sanggupkah aku menampungnya? Sakitkah rasanya? Aduuh, kenapa aku jadi panik begini? Persis seperti seorang gadis yang akan diperawani. Oh.. Rafi, bibi benar-benar mengharapkan kau melakukannya. Bibi benar-benar ingin bersetubuh denganmu. Tapi bibi malu karena kamu keponakanku sendiri. Bibi juga takut Mang Iyus tahu perbuatan kita. Oh Rafiii, gelinya bibir vagina bibi… jangan berlama-lama sayang, persetan dengan pamanmu, masukkan sekarang.") Kebisuan kembali menyelimuti kami berdua. Ruangan asri rumah Bi Laha itu terasa semakin luas dan mencekam dengan kesunyian itu. Suara jangkrik dan kodok sawah terdengar saut menyaut. Sesekali terdengar suara angkutan pedesaan melewati jalan raya. Juga suara delman dan motor melintas. Ahh, desa yang tenang dan damai. Tempat yang sangat sempurna untuk berlibur dan bermalas-malasan. Tapi tidak dengan kebisuan seperti ini. Aku menguap seraya melihat arloji. Sudah 20 menit lebih kami tak berkata-kata. Dan Mang Iyus belum juga datang. Isterinya sudah terlihat gelisah sambil terus-terusan memandang jam dinding. "Nggak biasanya Mang Iyus begini.." suaranya terdengar lirih.
Kriiing… Kami berdua terlonjak karena kaget. Telepon sialan, makiku dalam hati.
("Telepon keparat!")
Bi Laha bergegas mengangkatnya. Tampaknya Mang Iyus lagi yang menelepon. Mereka terlibat pembicaraan sejenak. "Lo bapak ini gimana sih? Kita kan sudah siap dari tadi.." Terdengar suara Bi Laha meninggi. "Iyaa saya ngerti.. tapi apa segitu mendesaknya sampai bapak musti batalin janji makan malam dan nginep disana??" O.. Oo.. naga-naganya aku bisa menebak kemana arah pembicaraan ini. "Apa? Cuma gara-gara ibunya pusing-pusing bapak harus nganter ke dokter? Apa perempuan itu ngga bisa anter sendiri? Dengar Pak, saya juga punya hak sebagai isteri pertama. Hari ini semestinya adalah hak saya. Bilang sama perempuan itu, kalau mau jadi isteri kedua harus berani tanggung konsekuensi.. kalau bukan harinya, jangan minta-minta antar ke dokter!" Braak! Bi Laha membanting gagang telepon seraya menghempaskan tubuhnya ke sofa. Ia menutup muka dengan kedua tangannya.
("Suami egois! Tak adil! Aku benar-benar merasa seperti keranjang sampah. Sesak di dadaku semakin menggunung dan menggunung, lalu mendesak keluar. Air mataku mulai mengalir. Tiba-tiba aku terkesiap. Belum pernah aku membentak-bentak suamiku sebelumnya. Belum pernah aku mengahiri pertengkaran dengan bantingan telepon. Belum pernah aku seberani ini. Lalu, bayang-bayang pergumulanku dengan Rafi melintas. Karena itukah aku jadi berani?")
Aku memberanikan diri melirik ke arah Bi Laha. Perempuan itu tengah duduk sambil menutup muka di sofa. Shit! Kenapa liburanku harus diwarnai hal-hal seperti ini? Kenapa pula aku memilih tempat ini sebagai tempat berliburku? Aku menghela nafas. Ingin rasanya aku mendekati wanita yang tengah bersedih itu dan menghiburnya. Tapi saat itu, aku benar-benar tak tau harus berbuat apa.
Kriiing.. Setan! Sekali lagi ia mengejutkanku, akan kulempar ke tong sampah. Telepon itu berdering berkali-kali namun Bi Laha tak juga beranjak mengangkatnya.
"Bibi ingin saya yang mengangkatnya?" Aku menawarkan diri. Bi Laha mengangkat mukanya. Matanya merah dan basah oleh air mata. Ia tersenyum kecil, dan menggeleng. "Ngga usah Fi.. kamu baik sekali.. biar bibi yang angkat.." Kasihan benar bibiku yang cantik ini. Andai aku dapat menghiburmu. Telepon itu ternyata dari Mang Iyus lagi. Mereka lagi-lagi terlibat pertengkaran soal hak isteri pertama dan kedua. Bi Laha juga tanpa tedeng aling-aling menuduh Mang Iyus telah melalaikan kewajibannya untuk memenuhi haknya sebagai isteri pertama. Aku membuka pintu depan dan duduk di teras agar tidak mendengarkan pertengkaran itu. Tapi sia-sia, karena di daerah yang sepi seperti Cilimus, orang bisa mendengar suara lebih dari 50 meter. Aku memenuhi paru-paruku dengan udara malam yang segar. aahh.. aku tersenyum sendiri mengingat pengalamannya hari ini. Adakah kesempatan seperti itu akan terulang lagi?
"Saya nggak peduli. Bapak nggak pulang selama sebulan juga saya nggak peduli. Sekarang saya akan kunci rumah, dan pergi tidur. Saya ngga mau liat mukamu malam ini!" Braak! Lagi-lagi Bi Laha mengakhiri pembicaraannya dengan acara banting telepon. Diam-diam aku kagum pada bibiku ini. Sehari-hari ia tampak begitu lincah dan ramah. Bertolak belakang dengan apa yang baru saja kulihat. Ia bagai seekor singa betina yang mengaum menggetarkan sukma. Aku menghela nafas, lalu masuk kembali dan mengunci pintu. Terlihat Bi Laha masih terduduk di sofa besar dekat meja telepon. Ia kini bersandar sambil menutupi matanya dengan tangan kanan. Tangan kirinya memegang tisu yang sesekali digunakan untuk menghapus air mata yang mengalir deras di pipinya. Dengan hati-hati aku duduk di sampingnya. Walau sempat ragu, kujulurkan tanganku memeluk pundaknya. "Mau berbagi cerita dengan saya Bi..? Mudah-mudahan bisa mengurangi beban Bibi." Bisikku dengan lembut. Tiba-tiba isteri pamanku ini menjatuhkan kepalanya ke dadaku dan menangis tersenguk-senguk. "Bibi sangat setia pada pamanmu Fi.. bibi banyak berkorban untuknya.. tapi kenapa sekarang bibi disia-siakan…" Lalu ia menceritakan bagaimana ia membantu Mang Iyus membangun usahanya. Ia juga bercerita bahwa tanah rumah ini adalah pemberian orang tua Bi Laha. Ia juga bercerita suatu ketika Mang Iyus ditipu orang sehingga harus menjual sebagian hartanya. Bi Laha menjual seluruh perhiasannya untuk menolong suaminya itu. Dan begitu banyak cerita lainnya yang menyimpulkan betapa tegarnya perempuan ini. Ia pun tetap tegar ketika harus menerima kenyataan untuk dimadu. Kami terdiam beberapa saat. Tangan kananku memeluk pundaknya dan tangan kiriku membelai lembut rambutnya. Tangan kanan Bi Laha memeluk leherku sementara kepalanya masih terus bersandar di dadaku.
("Pemuda ini sungguh penuh perhatian. Kelembutannya melebihi lelaki manapun yang pernah kukenal. Hanya beberap menit, dan ia sanggup mengurangi kesal di hatiku." Perempuan itu mendongak memandang wajah keponakannya. "Rafi, sorot matamu sungguh sejuk. Bibi benar-benar merasa aman di dalam pelukanmu." Harum nafas pemuda itu terasa begitu dekat dengan bibirnya. Tiba-tiba Laha merasa sangat sayang padanya. Ia seakan telah mengenal lelaki itu sangat lama.)
Tangan kanan Bi Laha membelai pipi kiriku dengan kasih sayang, lalu ia mengecup pipi kananku lembut. "Terima kasih Fi.. terimakasih untuk menemani di saat bibi butuh seseorang.." Aku tersenyum. "Saya senang bisa membantu bibi.. Saya sayang pada bibi.." ujarku tulus. Kata-kataku itu membuat bibiku terharu. Kembali ia menyenderkan kepalanya seraya memeluk leherku dengan lebih erat. Aku pun hanyut oleh rasa kasih sayang yang menyelimuti hati kami. Dengan penuh ketulusan aku mencium kening Bi Laha lamaa sekali. Lalu kukecup pipinya yang terasa basah oleh air matanya. Bi Laha mendongakkan kepalanya memandangku dengan senyuman sayang. Hidung mancungnya dekat sekali dengan hidungku. Kami berdua bisa menghirup wangi nafas masing-masing. Mata kami saling beradu pandang. Oh, alangkah indahnya matamu bi… alangkah cantiknya wajahmu… kalau kau bukan isteri pamanku, aku pasti jatuh cinta padamu. Tak peduli kau 12 tahun lebih tua dariku.
("Ohh.. Rafi.. bibi benar-benar takluk melihat matamu. Seakan ada magnet yang membuat orang lain tertarik untuk terus memandangi.. Sayang bibi lahir terlalu cepat 12 tahun. Kalau tidak, kita pasti sebaya, dan kita pasti cocok satu sama lain dan akulah yang akan memuaskan malam-malam dinginmu dan aku juga yang pasti menjadi perempuan pertama yang menyedot dan menghisap.")
Aku menempelkan bibirku di atas bibir Bi Laha. Perempuan itu tanpa ragu menyambut ciuman lembutku. Ciuman ini terasa berbeda dari ciuman-ciuman sebelumnya. Ciuman kali ini lebih merupakan pernyataan kasih sayang dibanding sekedar nafsu.
("Sayangku, alangkah hangatnya bibirmu. Peluklah aku lebih erat lagi. Leburlah tubuhku dengan ragamu. Malam ini aku bukanlah isteri pamanmu. Malam ini aku adalah kekasihmu. Kali ini, kamu tak perlu lagi memperkosaku. Kamu boleh menggumuli tubuhku sepuasmu. Kamu boleh memasukkan penismu sepuas-puasnya. Oh, belum lebih dari satu jam, aku sudah amat rindu pada penismu itu.")
Entah siapa yang memulai tahu-tahu bibir kami sudah saling memagut. Lidah Bi Laha mencoba menerobos masuk ke mulutku. Beberapa kali lidahnya bertumbukan dengan lidahku yang juga berupaya untuk menjelajahi lorong mulutnya. "Emmh.. mmh.." Perempuan itu mengerang ketika lidahku berhasil melesak masuk mulutnya dan dengan cepat mulai menjelajahi langit-langitnya. Kedua tanganku kini memegang pipinya sehingga aku dapat mengontrol pagutan bibir dan lidahku. Lalu Bi Laha mencengkram tangan kiriku dan membimbingnya ke bawah melalui leher, pundak, terus ke dadanya yang busung. Aku mulai tak percaya dengan respon isteri pamanku itu. Belum genap satu jam yang lalu, perempuan itu masih meronta-ronta menolak remasan dan rabaanku. Tapi sekarang, bibiku tanpa malu-malu membawa tanganku ke dadanya. Kuselipkan tanganku ke balik kebayanya sehingga terpegang bukit daging yang masih dilapisi oleh beha. Lalu, kuselipkan telapak tanganku ke balik behanya yang elastis itu sehingga dengan mudah kukeluarkan buah dada kanan Bi Laha dari cup behanya. "Emmh.." perempuan itu menggelinjang ketika dengan gemas kuremas-remas buah dada montok berwarna putih itu. Remasanku membuat bentuk daging kenyal itu berubah-ubah dari bundar ke lonjong, bundar-lonjong, bundar-lonjong. Lalu, jempol dan telunjukku mulai memilin-milin puting berwarna coklat tua itu. "Yang keras Fi.. yang kerass.. Ahh.." Bi Laha mendesah seraya menyodorkan dadanya sehingga telapak tanganku semakin dipenuhi oleh gumpalan bukit kenyalnya. Dan tubuhnya semakin menggelinjang ketika kuciumi jenjang lehernya yang putih mulus bagai pualam. Desahannya nyaris menjadi jeritan ketika puting yang telah berubah menjadi keras dan panjang itu kupijit dan kutarik. "aahh.. gila, tarik lagi Fi.. tarik lagiiih.. yang keraass… euuhh."
("Saat ini puting buah dadaku terasa seperti tombol listrik yang mengalirkan gelombang kenikmatan keseluruh tubuh setiap kali dipelintir oleh tangan pemuda ini. Remasan-remasan di daging buah dadaku menunjukkan kombinasi gelora birahi muda dengan luapan kasih sayang. Sesekali kasar menyakitkan, namun lebih sering lembut menghanyutkan. Malam ini, aku merasa seperti orang yang terbebas dari kamar gelap, pengap dan terkunci. Paru-paruku terasa penuh oleh udara sejuk kebebasan. Baru kali ini aku merasa kedudukanku diatas suamiku. Perasaan itu timbul karena aku berani mengambil keputusan untuk tak mempedulikannya. Kini, aku hanya akan peduli pada diriku sendiri. Dan malam ini, aku hanya akan peduli pada nafsu birahiku.")
Bi Laha menghentikan pagutannya di bibirku. Ia menjauhkan tanganku dari buah dadanya, lalu berdiri. Seraya tersenyum dan memandang mataku dengan pandangan penuh birahi, perempuan itu membuka kancing kebayanya satu per satu. Lalu ia membuka kebayanya, menggerakkan pundak, dan seketika itu juga kain kebaya pink itu jatuh ke lantai melingkari telapak kakinya. Jantungku makin berdegup kencang melihat tubuh mulus isteri pamanku yang berdiri setengah telanjang di hadapanku. Dengan sigap, tangannya membuka stagennya, dan tak sampai satu menit, kain jarik itupun terjatuh menimbun kakinya yang masih mengenakan sepatu hak tinggi. Maka, tubuh sintal itu kini hanya dibalut beha dan celana dalam saja. Mataku tekejap-kejap tak percaya melihat pemandangan di hadapanku. Bi Laha mengenakan beha berbentuk bikini yang hanya menutupi sebagian kecil ujung buah dadanya. Tali pundak dan punggungnya tampak tak lebih dari seutas tali kecil. Celana dalamnya yang berwarna putih juga berbentuk bikini pantai yang hanya menutupi daerah selangkangan dan pantat yang dihubungkan oleh seutas tali melintasi pinggul kiri dan kanannya. Di bagian selangkangan, gumpalan bulu keriting nampak menerawang di balik celana dalam tipis dari bahan nilon itu. Wow.. tak pernah kubayangkan di balik kain kebaya isteri pamanku ini tersembunyi beha dan celana dalam yang desainnya sangat merangsang!! "Kamu suka modelnya Fi?" Bi Laha tersenyum memandang wajahku yang melongo terpesona. Kedua ibu jarinya mengait pada tali BH di depan dada. Pelan-pelan jempolnya menarik tali itu sehingga penutup buah dadanya bergeser ke atas. "Su.. suka sekali bi.." Aku menahan nafas melihat puting coklatnya sedikit demi sedikit terlihat. Tanganku dengan cepat membuka T-Shirt ku. Lalu, kuturunkan ritsluiting celana jeans-ku dan meloloskannya melalui kedua kaki. Tubuh atletisku kini hanya dibalut celana Calvin Klein merah tua. Dan celana itu tak mampu menutupi bola besarku yang diselimuti bulu-bulu keriting yang lebat. Batang penisku yang sudah tegak itu tampak menonjol di celana berbahan elastis itu. Mata Bi Laha berkejap-kejap memandangi bongkahan daging di selangkanganku itu. Lalu dengan gerakan cepat, Bi Laha menyentakkan tali behanya sehingga kedua buah melon montok itu melejit keluar dari cup-nya dan bergayut menantang untuk dijamah.
"Kamu tega membiarkan bibi kedinginan Fi..?" Katanya sambil membuang behanya ke sofa. Tak tahan dengan godaan perempuan berusia 35 tahun yang sangat mengundang itu, aku meloncat dari dudukku dan menubruk tubuh sintal telanjang yang cuma ditutupi celana dalam tipis itu. Tanganku memeluk erat pinggangnya dan Bi Laha menyambut dengan pelukan yang tak kalah erat di leherku. Dadaku terasa sesak digencet oleh kedua buah dadanya yang montok. Lalu sambil berdiri, kami saling memagut, menggigit, dan menjilat dengan buas. Jemari lentik perempuan itu membelai-belai rambut belakangku dan meremas punggungku. Tanganku bergerak ke bawah menelusuri punggungnya yang putih bak pualam itu sebelum menyelinap masuk ke dalam celana dalam nilonnya. Lalu dengan penuh nafsu kuremas dengan keras kedua buah pantatnya. "Emmhh.." Bi Laha mengerang keras sambil terus menyedot lidahku. Selama beberapa saat pantat bulat Bi Laha habis kuremas-remas membuat perempuan itu menggeliat-geliat keras sehingga buah dadanya menggesek-gesek dan menggencet dadaku.
("Oohh gila remasannya.. belum pernah suamiku menggunakan pantatku sebagai obyek seks-nya.. tapi pemuda ini.. aku betul-betul dibuat gila.. ingin rasanya aku berteriak-teriak liar dan menggeliat-geliat histeris untuk menyemburkan bara gelora yang sudah sedemikian lama terpendam. Dan, tanpa sadar aku sudah melakukannya. Aku mulai menggelat-geliat liar! Ooohh nikmatnya menggesek-gesekkan putingku ke dadanya yang bidang. Nikmatnya menggesek-gesekkan selangkanganku ke bongkahan daging di selangkangannya. Tunggu! Bongkahan itu! Bongkahan itulah yang saat ini amat sangat kurindukan. Laha melepaskan pelukannya dari leher Rafi, lalu menempelkannya di dada bidang pemuda itu. Uuuhh.. Rafi sayang, dadamu begitu kokohnya.. tak heran aku merasa begitu nyaman menyandarkan kepalaku disana. Ayo sayang, sekarang menggeliatlah.. biar kumainkan putingmu dengan jemariku. Yah, mengeranglah.. kamu keenakan kan? Auw!! Jangan cubit pantatku!")
"Nakal!" Bi Laha balas mencubit putingku. Aku meringis. "Habis saya nggak tahan waktu bibi memainkan puting saya.. gelii..""Hmm" Bi Laha tersenyum nakal sambil menurunkan kedua tangannya ke arah perutku. "Geli mana dengan ini Fi?" Dengan cepat perempuan itu memasukkan tangannya ke celana dalamku dan, "Oaahh", dalam sekejap penisku sudah berada dalam genggamannya.
("Pantas saja benda ini nyaris mengoyak vaginaku. Gila, diameternya! Kurasakan jempolku sampai tak bisa bertemu dengan jemariku yang lain! Dan kekenyalannya… ooohh.. sangat menggemaskan. Sangat menggoda untuk.. untuk… dikulum! Oh, haruskah aku menunggu sampai lelaki ini meminta?") Aku merasakan kecanggungan Bi Laha ketika menggenggam penisku. Seakan-akan tengah menimbang-nimbang "Mau diapakan benda ini?" "Dikocok dong Bi…" bisikku memohon. Seketika itu juga tangan Bi Laha mulai bergerak-gerak di dalam celana dalamku. "Iya bi.. iyaahh.. lebih cepat bi.. lebih cepaat." Tampaknya untuk soal kocok mengocok, Bi Laha lumayan berpengalaman. Ia juga tahu tempat sensitif pria di urat sebelah bawah kepala penis. Seraya mengocok naik-turun, jempolnya mempermainkan urat itu membuat mataku terbeliak dan pinggulku berputar-putar. "Enak bi.. aahh.. ennnaak.." Lalu tanganku melepaskan remasan di pantatnya, dan kusentakkan tali celana dalam nilonnya. Maka terlepaslah penutup terakhir tubuh sintal isteri Mang Iyus itu. Dengan sigap kuletakkan jari tengahku di belahan vagina Bi Laha. Kusibakkan hutan lebat keriting itu, lalu jariku mencari-cari tonjolan kecil di bagian atas vaginanya."aahh… sss… aahh.. agak keatas Fi.. agak keatas.. iyaah.. Yang ituuu.. yang ituuu.. ouuuh…" Kembali tangan kanan Bi Laha memeluk leherku, sementara tangan kirinya semakin cepat mengocok penisku.
("Oh Rafii, kocokanmu begitu nikmat di klitorisku. Auhh, dasar anak nakal! Sempat-sempatnya kau sentil daging itu. Ooohh.. bagaimana kocokanku sayang? Enak? Kalau mendengar erangan dan goyangan pinggulmu, aku yakin kamu menyukainya. Dan lagi, tanganku sudah terasa basah oleh cairan bening yang keluar dari lubang penismu. Ah, kenapa tiba-tiba aku jadi amat menginginkan cairan manimu?")
Putaran pinggul Bi Laha semakin liar mengikuti kocokanku pada klitorisnya. Erangan dan desahannya sudah menjadi teriakan-teriakan kecil. Ia sudah tak peduli kalau orang lain akan mendengar. Dengan satu tangan yang masih bebas, kulepaskan celana dalam CK-ku sehingga Bi Laha semakin bebas mengocok penisku. "Fi… kita berdua telanjang bulat Fi.. kita berdua, bibi dan keponakan, telanjang bulat di ruang tamu.." Desahnya sambil memejamkan mata dan tersenyum manja. Lalu kuhentikan kocokanku, dan kuletakkan ujung jari tengah dan telunjuk di pintu vaginanya. Pelan-pelan kudesakkan kedua jariku ke dalam liang yang sudah teramat basah itu. "Eeehh…" Isteri pamanku itu mengerang lalu menggigit pundakku dengan gemas, kerika kuputar-putar jemariku seraya mendesakkannya lebih kedalam. Lalu mendadak kuhentikan gerak jemariku itu dan berkata, "Bi.. bibi yakin mau melakukan ini?" "Ohh ke.. kenapa kamu tanya itu yang..? sss…" tanyanya dengan pandangan sayu seraya mendesis dan menyorong-nyorongkan selangkangannya dengan harapan jemariku melesak semakin dalam. "Emm, ingat omongan bibi sebelum ini? Bibi bilang ini kesalahan terbesar?" "Kamu tahu maksud bibi mengatakan itu?" Aku menggeleng. Perlahan, senyum nakal mengembang di bibir perempuan itu. "Adalah kesalahan besar kalau bibi menolak penismu yang… aahh…" Kutusukkan kedua jariku sehingga melesak masuk ke dalam vagina basah itu sehingga pemiliknya menjerit walau belum habis berkata-kata. Mata Bi Laha membelalak, mulutnya menganga seakan sedang mengalami keterkejutan yang amat sangat. Rasakan! Senyumku dalam hati. Inilah upah berpura-pura. Bi Laha, Bi laha. Aku tahu bibi menginginkan ini sejak perjumpaan pertama. Aku tahu penolakan-penolakanmu itu tak sepenuh hati.
("Ouuuhh.. ini gilaa.. Ini gilaa..! vaginaku ditusuk oleh jari-jari lelaki! Suatu perbuatan yang selama ini cuma ada di perbincangan ibu-ibu arisan. Itupun diucapkan dengan nada heran bercampur tak percaya. Namun sekarang aku mengalaminya! Dan aku tak merasa heran. Malah merasa biasa. Yang ada cuma kegelian dan kegatalan yang semakin terasa berputar-putar di vaginaku. Ohh, apakah aku akan orgasme? Secepat itukah? Hmh, kalau saja suamiku tahu apa yang kualami hari ini. Ia akan sadar bahwa apa yang diberikannya selama 15 tahun itu tak ada apa-apanya!")
Pelan-pelan kugerakkan jemariku keluar masuk vagina Bi Laha. Gerakan itu semakin lama semakin cepat. Dan ruangan itu kembali dipenuhi oleh jeritan-jeritan Bi Laha yang semakin menggila bercampur dengan kecipak vaginanya yang sudah banjir tak keruan. Sambil terus menusuk-nusukkan jemariku di selangkangannya, pelan-pelan kubaringkan tubuh isteri pamanku itu di atas sofa. Bi Laha merebahkan tubuhnya seraya membuka selangkangannya. Tusukan dan putaran jemari di vagina perempuan itu semakin kupercepat. Pinggulnya kini bergerak naik turun seakan tengah mengimbangi tusukan-tusukan penis lelaki. Aku mencium pangkal lengan mulusnya yang membentang ke atas mencengkram pegangan sofa. Lalu bibirku menelusuri lengan itu ke arah ketiaknya. Sambil mengecup dan sesekali menggigit, bibirku akhirnya sampai pada ketiaknya yang disuburi oleh rambut lebat. Harum ketiaknya membuat penisku semakin berdenyut di tengah kocokan tangan Bi Laha. Lalu bibirku mengecup dan menarik-narik rambut ketiaknya dengan buas, "Haahh.. haahh.. Fiii.. geliii…" Perempuan itu mendadak menjerit liar. Ah, rupanya ketiak merupakan salah satu 'titik lemah' yang dapat memicu keliaran dan kebinalan birahinya.
Kriiing… telepon sialan! Kalau itu pamanku, ia benar-benar laki-laki yang menyebalkan! Makiku dalam hati.
Bi Laha menggeser pinggulnya berusaha meraih gagang telepon. Pinggulnya terus bergerak-gerak mengisyaratkanku untuk terus mengocok dan menusuk vaginanya dengan jariku. "Haloo.. Haloo.." Bi Laha sama sekali tak berusaha menyembunyikan nafasnya yang tersengal-sengal. Gila, nekat sekali dia. "Haloo…" Ia mulai meninggikan suaranya. Setelah beberapa saat tak mendengar jawaban, Bi Laha menggeletakkan begitu saja gagang telepon di atas sofa. "Siapa itu bi? Mang Iyus?" "Tauk, nggak ada suaranya.." katanya seraya memeluk leherku dan mencium bibirku dengan kekangenan yang luar biasa. "Fiii.." Desahnya manja, "Bibi mau.., masukin penismu sekarang dong… please…" Wah hebat. Bibiku ini sudah menggunakan terminologi Inggris! Please, katanya. "Sabar sebentar ya bii.." ujarku tersenyum sambil mengeluarkan jemariku dari vaginanya. Lalu menggeser tubuh sintal Bi Laha sehingga terduduk bersandar di sofa. Kakinya menggelosor ke lantai dengan sedikit mengangkang. "Mau diapain yang…?" "Sshh.. nikmatin saja bi.." Aku mulai menciumi dan menyedot kedua buah dada montoknya. Lalu pelan-pelan bibirku mulai menyusuri perutnya yang semulus marmer itu ke arah selangkangan. Menyadari arah bibirku, perempuan itu mengepitkan kedua pahanya dan menahan kepalaku. "Fi.. jangan Fi… jangan ke situ.. bibi Risih.." "Hmm.. kenapa risih bi..? Kan penis dan tangan saya sudah pernah masuk ke vagina bibi?" "Dasar bandel.., bibi risih.. soalnya kalau kamu cium disitu.. kamu akan lihat semuanya.. bibi.. bibi malu.."
{{Jantung Nuke nyaris terlompat dari dadanya mendengar percakapan yang baru saja didengarnya. Ia masih memegang gagang telepon di rumahnya. Baru saja ia memberanikan diri untuk menelepon isteri tua suaminya untuk menjelaskan keadaan yang sebenarnya. Sebagai isteri muda, ia merasa tak nikmat menjadi penyebab pertengkaran suaminya dengan perempuan itu. Namun, entah mengapa, ketika isteri pertama suaminya itu menjawab teleponnya dengan nafas tersengal, Nuke merasa keberaniannya hilang. Ia juga merasa ada sesuatu yang luar biasa tengah terjadi pada perempuan itu. Dan Rafi, keponakan suaminya yang sedang berlibur itu, ternyata sudah pernah menyetubuhi Laha. Juga, anak muda itu pernah memasukkan jarinya ke dalam anu-nya Laha! Oh, haruskah ia menceritakan ini pada suaminya? Pantaskah ia menguping perbuatan mereka? Pelan-pelan, Nuke kembali mendekatkan gagang telepon itu ke telinganya. "Ngga apa-apa bi.. ngga usah malu.. vagina perempuan kan sama dimana-mana?" Terdengar suara lelaki itu berusaha menenangkan Laha. Oh, akankah keponakan suaminya itu berhasil mencium anu bibinya sendiri? Tanpa sadar, Nuke menggigit bibir dengan perasaan tegang."Fii! Please.. ganti kata-kata penis dan vagina itu! Bibi risih mendengarnya.." Terdengar lelaki itu tertawa. "Oke.. gimana kalau penis dan vagina? Sound better?" Lalu terdengar suara orang berciuman. Nuke menelan ludah, dan menyilangkan kedua pahanya. Lama tak terdengar suara apa-apa. Oh, apa yang sedang mereka lakukan? Tiba-tiba Nuke terperanjat oleh jeritan Laha. "Fiii.. jangaann.. pleaasee.. bibi maluuu.." Terdengar suaranya seperti orang hendak menangis. "aa Fii, jangan dipaksa dong… oh.. ooohh.. oohh…" Lalu yang ada di telinga Nuke adalah rintihan dan erangan Laha penuh kenikmatan. Gila pemuda itu. Kelihatannya ia berhasil mencium dan menjilat anu-nya Laha. Oh, seperti apakah rasanya? Pasti luar biasa, karena suara perempuan itu tak melawan lagi dan cuma melolong-lolong keenakan. "Ooohh.. Fiii.. nikmat bangeeet… Yah.. yah.. iyaahh… sedot daging yang atas sayang.. yah itu.. itu.. aahh.. sedot terus Fiii… sedot terruuusss…" Nuke mulai menggesek-gesekkan kedua pahanya. Ada perasaan geli dan gatal mengalir ke selangkangannya. Tiba-tiba ia terperanjat ketika mendengar suara Mang Iyus tepat dibelakangnya. "Gimana Nuk? Sudah bicara dengan Laha?" Nuke menutupi bulatan tempat bicara pada gagang telepon, takut suara suaminya terdengar oleh pasangan yang tengah asyik masyuk di ujung sana. "mm belum, teleponnya masih bicara", katanya berbohong. Tampak suaminya menghela nafas. Nuke merasa kasihan melihat wajah suaminya itu. Lelaki malang, ia tak tahu isteri pertamanya kini tengah asyik bergumul dengan keponakannya sendiri. "Kalau begitu, ayo kita antar ibu ke dokter.""Emm, Kang Iyus saja deh yang nganter. Nuke mau coba telepon teh Laha dulu, nggak enak rasanya." Suaminya hanya mengangkat bahu dan berlalu. Setelah mobil suaminya melesat keluar, Nuke buru-buru mengganti kebayanya dengan daster, tanpa beha, tanpa celana dalam. Lalu dengan segera meletakkan gagang telepon itu kembali di telinganya.}}
Bi Laha mengangkat kedua paha dan menyandarkannya di pundakku. Lidahku dengan rakus menjilat daging merah yang terletak di antara dua bibir vaginanya. Kedua bibir itu sudah terbuka lebar dikuak oleh kedua tanganku. Rasa asin dilidahku makin merangsang birahiku. Sesekali aku memasukkan lidahku ke dalam lubang vagina itu dikombinasikan dengan sedotan-sedotanku pada vagina Bi Laha. Perempuan itu menghentakkan pinggulnya sambil menjilati bibirnya sendiri. Tangannya menekan kepalaku dengan keras di selangkangannya.
{{Erangan dan rintihan Laha, membuat selangkangan Nuke semakin dipenuhi oleh rasa geli dan gatal. Brengsek. Kenapa aku jadi penasaran dengan permainan mereka? Bagaimana akhirnya? Hmm seperti apakah lelaki bernama Rafi itu? "Ohh Fii.. lidah kamu seperti penis.. nikmat banget keluar-masuk seperti itu.. bibi rasanya sudah nggak tahan.. tolong masukin penis raksasamu sekarang dong Fiii.. please…" Penis raksasa? Gila juga isteri tua suamiku itu, kata Nuke dalam hati. Kok dia nggak malu minta-minta dimasukin seperti itu ya? Sial, aku malah jadi penasaran. Seperti apa sih si Rafi itu? Dan, mm, sebesar apa sih penisnya? "Fii.. ayo dong.. bibi hampir keluar nihh.. hentikan sedotanmu sayang.. ayoo.." Huh, nafsu perempuan itu ternyata besar juga. Pantas dia tak tahan oleh godaan keponakannya sendiri. Apalagi anu-suaminya sedang ada masalah. Oh, tak terasa sudah hampir 6 bulan saat terakhir aku merasakan sentuhan Kang Iyus. Tiba-tiba perempuan itu merasa iri pada Laha. Bagaimanapun, isteri tua suaminya itu berani mengambil keputusan! Nuke mengakui. Tiba-tiba terdengar suara gemerisik di sambungan telepon itu. "Aduh, telepon sialan, ngganggu saja!" Terdengar makian Laha begitu jelas di telepon. Oh, rupanya perempuan itu kini terbaring dan kepalanya menindih gagang telepon yang masih tergeletak di sofa. Nuke berharap cemas semoga telepon itu tidak diputus. Lalu terdengar suara kecupan dan erangan. Oh mereka mulai lagi berciuman dengan bernafsu. Syukur mereka tetap tak peduli dengan teleponnya. Aku bisa membayangkan seorang pemuda tengah merayap di atas tubuh Laha, lalu perempuan itu membuka lebar-lebar pahanya, lalu lelaki itu menempelkan penisnya di pintu vagina isteri tua suamiku itu, lalu mendorong pelan-pelan pinggulnya. " Yah Fii.. Yah… pelan-pelan Fii.. ouhh besarnyaa.." Laha mulai merintih-rintih. Nuke menggesek-gesekkan pahanya. Berkali-kali ia menelan ludah. Jantungnya berdegup cepat. Oh, lelaki itu mulai memasukkan penisnya ke dalam vagina Laha! Tangan isteri muda itu menyelip ke dalam selangkangannya. Ada kelembaban yang hangat terasa di sana. "Uhh.. Fii stop dulu sayang.. ssakiiit… hh.. hh.. hh.." Nuke sempat bergidik mendengar rintihan Laha. Seberapa besar punya-mu Rafi? Oh, kenapa aku jadi tak sabar ingin bertemu dengan pemuda itu? Nuke, jangan gila! Kau kan tidak berharap pemuda itu melakukan apa yang diperbuatnya pada Laha kepadamu? Nuke tidak tahu jawabnya. Andaikan ia tahu pun ia tak mau menjawabnya. Suara nafas Laha jelas sekali di telepon. Kentara sekali ia tengah menenangkan dirinya menahan sakit dan nikmat karena dimasuki penis keponakannya yang besar itu. "Yang.. bibi sudah siap.. ayo.. masukkan semuanya.. yahh.. iyyaahh.." Oh, gila, gila.. penis besar itu pasti sudah masuk semua! Oh, terbayang nikmatnya. Terbayang rasa kesemutan dan pegal itu. Nuke teringat kala pertama kali suaminya merenggut keperawanannya. sss.. Ohh.. Isteri muda itu mulai menekan-nekan vaginanya dari luar daster. Lalu mulailah terdengar suara kecupan, suara erangan pasangan kasmaran itu yang seirama dengan bunyi sofa berderit-derit.
" Ahh.. terus Fi.. teruuus.. lebih cepat.. Lebih cepaat.." Jerit Laha. Dan suara derit pun terdengar lebih cepat. Oh, bisa kubayangkan pinggul lelaki itu naik-turun dengan cepat. Juga bisa kubayangkan suara vagina Laha berkecipak dihunjam dengan keras oleh benda besar milik keponakan suamiku itu. "Yahh.. sedot yang keras Fi.. sedot yang keraas.. gigit puting bibi sayang.. gigit puting bibiii." Oh, tiba-tiba Nuke mengeluh, bisakah aku seberuntung perempuan itu?}}
Leherku terasa hampir patah dipeluk oleh Bi Laha. Ia memintaku untuk menyedot buah dadanya sekuatku, menjilat putingnya secepatku, dan memompakan pinggulku sekerasnya. Tak kalah dengan tangannya, kedua kakinya merangkul erat pinggangku. Hentakan pinggulku membuat buah dada isteri pamanku itu berguncang-guncang keras. Mulutnya yang seksi terus menganga menghamburkan jeritan-jeritan birahi. Kaki indahnya yang masih mengenakan sepatu hak tinggi hitam itu, kini terangkat di udara seakan menyambut tusukan-tusukan penisku. Keringat sudah membasahi seluruh tubuh membuat kulit kami terlihat mengkilat dan licin bila digesekkan satu sama lain. Otot tubuh Bi Laha tiba-tiba menegang. Oh, apakah ia akan mencapai puncaknya? Padahal aku belum apa-apa. Aku masih ingin lebih lama menikmati pergumulan ini.
{{Nafas Nuke mulai memburu. Jantungnya berpacu dengan gesekan tangan di selangkangannya. aah, permainan panas Laha dengan anak muda itu benar-benar membuat vaginaku becek gila-gilaan. Beruntung rumah ini kosong, pikir perempuan berusia 20 tahun itu seraya menyingsingkan dasternya sehingga vagina polos tak berbulu itu langsung menyentuh bantalan kursi. Sejak remaja ia telah mencukur habis bulu kemaluannya. Terasa lebih bersih, demikian alasannya. Lalu dengan cepat ditempelkannya jari tengah pada tonjolan daging di ujung atas bibir vaginanya. Kini, jantung Nuke berpacu dengan kocokan jari di klitorisnya. Ia mendesah, mendesis, seraya memegang gagang telepon itu dengan kuping dan pundaknya. Tangannya yang satu tengah membuka kancing dasternya dan menyelinap cepat mencari buah dada berukuran 34 itu. Ohh, nikmatnya sentuhan-sentuhan di buah dada, puting dan vaginaku. Pasti lebih nikmat lagi kalau tangan keponakan suamiku itu yang melakukannya. Ahh, sss, pemuda brengsek. Kenapa kau tidak menginap disini?"Fii.. kamu.. hh.. sudah mau keluar… hh.. sayang..?" Suara Laha terdengar serak dan terputus-putus. Nuke mempercepat putaran dan pelintiran di klitorisnya. Mulutnya menganga, rintihannya mulai terdengar keras. Tiba-tiba ia merasa seakan-akan vaginanya dipenuhi oleh penis keponakan suaminya itu, yang memompa dengan keras. aahh. "Belum Fii..? Kamu belum mau keluar? Ooohh bibi sudah nggak tahan sayang.. bibi mau keluar.. nggak apa-apa ya bibi duluan.." Nuke mempercepat putarannya. Tangan satunya kini memilin dan menarik-narik putingnya dengan keras. Ia seakan bisa merasakan pompaan penis pemuda itu pada vagina Laha semakin cepat dan semakin cepat.. dinding vaginanya mulai berdenyut cepat, nafasnya semakin cepat.}} Pinggulku menghentak semakin cepat dan cepat. Tubuh Bi Laha terguncang kesana kemari, dan gelinjangnya tampak sudah tak karuan. Tiba-tiba pahanya menjepit keras, dan pinggulnya yang sedari tadi berputar-putar liar itu diangkat tinggi-tinggi dan.., "Oooh… bibi keluar.. bibi keluaarrr… nggg…" Terdengar suara Bi Laha merengek panjang. Tangannya menjambak rambutku dan serta mencakar pundakku. Matanya membelalak dan mulutnya meringis. Otot wajahnya tegang seperti orang yang tengah melahirkan. Ketika itu juga penisku terasa hangat disemprot oleh cairan orgasme Bi Laha. Dan dinding vaginanya seperti menyempit meremas-remas penisku.
{{aahh, Rafiii… aahh aku.. aku juga keluaarrr… Nuke menghempaskan tubuhnya ke tembok. Gagang teleponnya terjatuh ke lantai.}}
Suara apa itu? Seperti keluar dari gagang telepon yang tergeletak di sisi kepala Bi Laha yang kini terbaring lemas, seperti orang yang kehilangan tulang-belulang. Ah, mungkin cuma imajinasiku saja. Aku menghentikan aktifitasku, dan menikmati keindahan wajah isteri pamanku yang sedang mengalami orgasmenya. Pipi ranum perempuan itu kini tampak memerah, buah dadanya mulai naik turun dengan irama teratur. Pelan-pelan wajah cantik itu membuka matanya, lalu dengan lembut ia mencium keningku dan dengan penuh kasih sayang memelukku erat. "Terima kasih sayang, terima kasih." Bi Laha memandangku dengan mata berbinar. "Kamu sudah menghilangkan dahaga bibi selama ini.." "Sama-sama bi…, bibi juga merupakan perempuan diatas 30 yang tercantik dan terseksi yang pernah saya lihat. Ini kali pertama saya tidur dengan wanita seusia bibi. Dan…" Aku mencium bibirnya lembut. "Tingkah dan tubuh bibi nggak beda dengan perawan." Perempuan itu tergelak, lalu mencubit pinggangku. "Dasar perayu, ayo kasih bibi satu menit untuk membersihkan diri, lalu giliran kamu bibi puaskan." Ia mencabut penisku yang masih tegang dari vaginanya, lalu membimbingku ke kamar mandi. "Punyamu itu benar-benar mengerikan lho Fi.." Komentarnya ketika menyiramkan air dingin di tubuh kami berdua.
Air dingin itu mendadak seakan memberi tenaga baru bagi kita berdua. Kesegarannya terasa mengalir dari ujung rambut hingga ujung kaki. Setelah mengeringkan tubuh, perempuan itu menarik tubuhku ke dalam pelukannya. Penisku yang sempat layu, kembali menegang menempel di perut mulusnya. "Hmm.." Ia bergumam kagum. "Si besar-mu itu sudah siap rupanya?" Aku mengangguk. "Kamu mau main di mana Fi? Di kamar bibi..?" Aku menggeleng "Ngga bi.., ini kamar Mang Iyus, saya nggak mau, bau kamar ini mengingatkan saya kalau bibi isteri paman saya dan itu membuat saya cemburu.." Bi Laha tersenyum bahagia mendengar kata-kataku itu, mukanya berbinar-binar persis seperti remaja yang sedang kasmaran. Ia pun mulai menggesek-gesekkan perutnya ke penisku membuat cairan bening itu keluar lagi membasahi pusar. "Kalau begitu kita main di sofa lagi ya..?" Tanpa menunggu jawaban, ia membimbingku menuju sofa. Gagang telepon itu masih tergeletak di sana. Sambil duduk, aku meraih gagang itu untuk kuletakkan kembali di tempatnya, namun Bi Laha mencegah. "Jangan. Biarkan disitu. Bibi ngga mau diganggu oleh telepon dari pamanmu. Malam ini, kamulah suami bibi dan seorang isteri yang baik akan melakukan apa saja untuk menyenangkan suaminya… ya nggak yang..?"
{{Benar firasatku. Mereka akan memulai lagi permainan panasnya! Tapi tak kusangka Laha sedemikian marahnya pada suamiku, ehm, suami kami. Seperti kemarahan yang terakumulasi lalu meletus dengan dahsyatnya. Oh kedengarannya mereka sudah mulai. Laha mulai mengerang dan merintih, wah sedang diapakan dia?? Hmh.. betapa beruntungnya kau Laha.. Semoga aku sempat mencicipi pemuda itu sebelum pulang ke Bandung!! Nuke melihat jam di dinding, sudah 20 menit sejak suaminya pergi ke dokter. Ahh, mudah-mudahan antreannya panjang. Lampu di kamar tengah itu padam. Nuke terbaring di atas kasur busa sambil menempelkan gagang telepon erat-erat di kupingnya. Tubuhnya telanjang bulat.}}
Sehabis menggosok-gosokkan jemariku di lipatan vaginanya, dengan gemas kuraih tubuh telanjang isteri pamanku itu dan kududukkan di pangkuanku dengan posisi saling berhadapan. Kakinya yang mulus itu mengangkang sehingga bagian bawah penisku menempel tepat di belahan vaginanya. Dadanya yang busung tepat berada di depan mulutku. Dengan segera kubenamkan mulutku di belahan buah dadanya. "Emm.. ", Bi Laha menggelinjang genit "Kamu suka sekali sama susu Bibi ya..?" Sambil mulai menyedot putingnya aku mengangguk. Bi Laha mulai bergumam seperti orang terserang demam sambil memeluk leherku. Pantatnya digerakkannya maju mundur sehingga vaginanya menggesek-gesek batang penisku. Tak sampai 3 menit bergumul, Bi Laha sudah terangsang kembali. Kasihan Bibiku ini. Begitu lamanya ia menahan dahaga sehingga akibatnya, cepat sekali perempuan itu terangsang. "Ooohh Fiii.. bibi ngga tahan… " Tiba-tiba dengan cepat tangannya menangkap penisku, ia mengangkat pantatnya sedikit lalu menyelipkan kepala penisku di bibir vaginanya. Pelan-pelan, ia menurunkan pantatnya sehingga batang besar itu melesak ke dalam vaginanya yang, my god, sudah basah itu. "Aah.. sss… aahh.." Bi Laha mulai mendesis-desis merasakan kenikmatan di dinding vaginanya. Hmm, agak terlalu cepat prosesnya, pikirku. Lalu kuhentikan gerak pantat perempuan itu sehingga penis yang baru masuk seperempatnya itu tertahan di dalam. "Ohh… kok ditahan 'yang..?" Bi Laha bertanya dengan nada kecewa. "Nggak, saya ingin cara lain bi.. bibi ngga keberatan kan..?". Tiba-tiba perempuan itu tersenyum malu dan melepaskan penisku dari jepitan vaginanya. Ia lalu merebahkan tubuhnya di atas tubuhku sambil memelukku mesra. "Maaf 'yang, bibi lupa sasma kamu. Bibi memang egois. Bibi cuma memikirkan bagaimana untuk secepatnya orgasme lagi.. Maklum, anak perawan.." Kami berdua tergelak. Bi Laha, Bi Laha.. sayang kau isteri orang. "Oke, kamu mau bibi ngapain supaya puas…" "Coba bibi berlutut di depan saya.." Bi Laha tersenyum dan berlutut tepat diantara dua pahaku. Penisku kini tepat berada di dadanya yang montok. "Terus.. ngapain..?" Katanya polos. "Tutup mata bibi dan buka mulut.. saya ingin mencium bibir bibi sambil berlutut.." "Uuuhh.. macem-macem.. " Ujarnya manja, sambil menutup mata dan membuka mulutnya. "Mulutnya kurang lebar bi.. saya ingin menjilat lidah bibi.."
{{Apa yang kau inginkan Rafi..? Jangan-jangan ia ingin agar Laha memasukkan…}}"mm! mm!" Bi Laha menjerit-jerit kaget ketika kumasukkan penisku ke dalam mulutnya. Ia terbelalak melihat batang besar itu bergerak keluar masuk rongga mulutnya. Tampak ia agak jijik dan risih sehingga beberapa kali tampak hendak meludahkan penis itu keluar. Namun, tanganku dengan kokoh menahan kepalanya untuk memaksa mencicipinya. "Maaf bi, saya paling suka kalau penis saya dikulum. Saya takut kalau minta, bibi malah nggak mau. Nah, terpaksa saya agak maksa. Tapi rasanya nikmat kan?" "Mmmm…!" Bi Laha menggumam keras sambil memperlihatkan ekspresi berpura-pura marah. Tapi, ia mulai menggerakkan kepalanya naik-turun tanpa paksaan. Nafasnya juga ikut memburu. Rupanya dengan mengulum penisku ia semakin terangsang birahinya. "Yaahh.. begitu Bi.. tapi giginya jangan kena batang saya dong Bi.. sakiit.. Naahh begitu.. aouhh.. aahh.."
{{Nuke memasukkan jari telunjuknya ke dalam mulut, lalu mengulumnya. Oh Rafiii, kau benar laki-laki penuh fantasi. Benar dugaanku, kau memang menginginkan penismu dikulum dan dihisap. Oooh nasib, kenapa Bi Laha selalu yang ditakdirkan untuk mendapat sesuatu pertama kali? Perempuan itu kemudian meremas buah dadanya dengan keras. Telunjuknya serasa berubah menjadi penis besar milik keponakan suaminya itu, walaupun ia tak pernah melihat bentuk aslinya. Tiba-tiba ia merasa batinnya seakan mengucapkan sumpah, "Aku harus mendapatkan pemuda itu, apapun resikonya!"}}
"Bii.. sekarang sambil masuk keluar, lidah bibi digoyang dong.. supaya kena urat sebelah bawah yang deket kepala.. yaahh.. yaah.. gituuu.. addouww.. Bii.. ennakk.. aahh.." Aku mulai menggelinjang-gelinjang. Tubuhku kini bersandar dengan santai di sofa dan hanya pinggulku yang bergoyang-goyang mengikuti irama keluar-masuk mulut isteri pamanku itu. Bi Laha memang orang yang cepat belajar. Terbukti tanpa petunjuk, ia mulai mengembangkan sendiri teknik-teknik oral seks. Seperti yang sedang ia lakukan saat ini, Bi Laha tengah menyedot sambil sesekali menggigit urat sensitif di bawah kepala penisku. Lalu, ia juga mengecup dan mencubit-cubit dengan bibirku batang penisku dari arah kepala sampai kedua bola di pangkalnya. Dan yang gila, ia kini bisa mengkombinasikan antara kuluman dan kocokan tangan. Penisku digenggamnya di bagian atas lalu diturunkannya ke pangkal batang. Ketika bagian kepala penisku keluar dari ujung genggamannya, mulutnya langsung menyambut untuk dikulum. Demikian seterusnya. Aku hanya bisa berkata "Biii.. bibiii… ennnaakkk.. aahh.." seraya membelai-belai punggungnya yang putih mulus itu. Kadang-kadang belaianku itu mendekati belahan pantatnya, yang sesekali kuremas gemas.
{{Hebat kau Laha, aku iri padamu. Kau bisa membuat pemuda itu mengerang keenakan dengan sedotan dan hisapanmu. Itu berarti, kau ahli memuaskan lelaki.}}
Aku mencabut penisku dari mulutnya lalu mengecup bibirnya mesra. "Terima kasih Bi…, Bibi memang baik sekali…" "Tapi, kamu kan belum keluar 'yang..?" "Hehe.. nanti juga keluar sendiri.. bi.. pinjam susunya dong.." Aku meletakkan penis besarku di belahan buah dada bibiku yang montok itu. Seakan sudah berpengalaman, perempuan itu menjepit penisku dengan buah dada kiri kanannya, lalu pelan-pelan mulai bergerak naik turun. "Oaah… Oaahh.. Biii.. Bibiii jepitan susunya nikmat bangeeett.. penis saya rasanya diremes-remes.. aahh…".
{{Nuke mengangkat kedua pahanya sehingga dengkulnya nyaris menyentuh buah dadanya, lalu ia memasukkan jari tengahnya ke dalam liang vaginanya. aahh, aku tak tahan lagi mendengar permainan mereka. Aku ingin cepat-cepat orgasme lagi. Dan perempuan itu mulai memutar-mutarkan jarinya di liang lembab itu. Rafi, Laha, kalian memang gila. Belum pernah aku mendengar kisah persetubuhan sepanas kalian. Apalagi yang sedang kalian lakukan sekarang. Menjepit penis dengan kedua buah dada? Lalu, si lelaki menggerakkan penisnya maju mundur? Ohh benar-benar sensasional! Tiba-tiba didengarnya suara pemuda itu berkata, "Bii.. saya ngga tahan lagi.. bibi benar-benar merangsang birahi saya.. Coba sekarang bibi berdiri menungging. Pegang dudukan sofa ini.." "Begini Fi..?" "Yak… betul. Kakinya dibuka agak lebar.. yak. Fuuuhh.. Pantat bibi seksi sekaliii.." Terdengar suara pemuda itu seperti memuja sesuatu. "Kalau bibi goyang seperti ini, kamu suka?" Laha mulai menggoda dengan nada senang. Tentu saja senang. Siapa yang tak senang dipuji? Tanpa sadar Nuke berkata ketus dalam hati. "'Yang.. kamu mau masukin dari belakang?" "Yak.. ini satu lagi kesukaan saya.. bibi pernah melakukannya?" "Boro-borooo.." Nuke tersenyum masam mendengar jawaban Laha. Perempuan itu benar. Kang Iyus adalah lelaki tanpa fantasi. Baginya seks adalah suatu kewajiban. Bukan alat untuk mencapai kenikmatan. Nuke pun mulai bisa mengerti mengapa isteri tua suaminya itu nekad berselingkuh dengan keponakannya sendiri. Tiba-tiba terdengat suara Laha merintih-rintih. "Sakit bi…?" Oh, pemuda itu mulai memasukkan penisnya dari belakang! Ow, pasti nikmat sekali..!}}
"Sedikit.. sss… pelan-pelan ya yang..?" Bi Laha mencengkeram kain dudukan sofa itu seraya menggigit bibir. Rupanya ia merasa sakit menerima peneterasi dari arah belakang untuk pertama kalinya. Baru separuh penisku memasuki vaginanya. Aku membelai pantat yang sedang menungging itu, terus ke arah punggung, lalu ke bawah menyambut buah dadanya yang bergelantungan. Kepalanya menengok kebelakang ingin melihat bagaimana penis besarku memasuki vaginanya. "Coba dorong lagi Fi.. sedikit-sedikit ya..?" Aku mengangguk dan mendesakkan penisku semakin dalam. "Yaahh.. iyyyaahh.. RAFiii… auh.. panjang sekali punyamu yang…" Perempuan itu menjerit ketika seluruh penisku amblas tertanam dalam vaginanya yang becek itu. Lalu mulailah aku menikmati posisi kesukaanku itu. Kuhentakkan keras-keras pinggulku ke pantat Bi Laha. Setiap hentakan menyebabkan pantatnya bergetar dan buah dadanya berayun keras. Setiap hentakan itu juga menyebabkan mulut seksi perempuan berusia 30-an itu menjerit dan meringis. Lalu tempelkan perut dan dadaku di punggung mulusnya. Tangan kananku mulai meremas-remas kedua buah dadanya serta memilin putingnya, sedang tangan kiriku mengocok tonjolan daging di pangkal vagina yang dipenuhi oleh bulu-bulu keriting itu. "aahh.. aahh.. nikmat sekali yang… posisi ini ennnaakk…" Hampir 5 menit kami bergumul dalam posisi menungging. Tiba-tiba kurasakan desiran itu bergerak cepat dari ujung kepala, turun ke dada, melewati perut, dan terus ke selangkangan… Otot-ototku mulai menegang. "Biii.. bibi… Saya mau keluar biii.." "Ya sayang.. ayo sayang.. bibi juga mau keluar.. bibi juga mauuu.."
{{Ooohh Rafiii, aku jugaa… Nuke mempercepat tusukan jari tengah di vaginanya. Terdengar suara mobil suaminya memasuki halaman. Nuke tak peduli.}}
Aku mendekatkan kepalaku ke kepalanya, Bi Laha menengok dan menyambut ciumanku dari belakang. Kami saling memagut sambil terus merasakan gesekan-gesekan di kelamin kami yang semakin cepat, kocokanku di klitorisnya yang semakin liar, remasanku di buah dadanya yang semakin keras, ciuman kami yang semakin buas diiringi "mmhh… mmhh.." yang semakin keras dan sering. Tiba-tiba otot-otot tubuh kami menegang, lalu semakin menegang, semakin menegang, lalu… "Bibiii saya keluaar… aahh…" "Bibi juga sayang, bibi jugaa… nnggg…"
{{Tubuh Nuke meregang, lalu ia menusukkan jemarinya dalam-dalam. Dan.. aaouuuhh… aku orgasme.. aku orgasmeee! Gila! Untuk kedua kalinya! Terdengar suara pintu mobil dibuka. Nuke melompat, menutup telepon, membawa kasur busa dan menghilang ke balik kamar tidurnya.}}
Malam itu, atas permintaannya aku menyetubuhi bibiku sekali lagi di atas meja makan. Untuk membalas hutang tadi siang, begitu alasannya dengan nada gurau. Sesudah itu kamipun tidur berpelukan dengan mesra di kamarku sambil bertelanjang bulat. Sebelum tidur kami mengucapkan beberapa kata cinta dan berciuman lamaa sekali.
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini | Cerita Sex - Gairah Tubuh Rina Mar 27th 2013, 13:14 Aku adalah seorang mahasiswa tingkat akhir di perguruan tinggi di Bandung, dan sekarang sudah tingkat akhir. Untuk saat ini aku tidak mendapatkan mata kuliah lagi dan hanya mengerjakan skripsi saja. Oleh karena itu aku sering main ke tempat abangku di Jakarta.
Suatu hari aku ke Jakarta. Ketika aku sampai ke rumah kakakku, aku melihat ada tamu, rupanya ia adalah teman kuliah kakakku waktu dulu. Aku dikenalkan kakakku kepadanya. Rupanya ia sangat ramah kepadaku. Usianya 40 tahun dan sebut saja namanya Firman. Ia pun mengundangku untuk main ke rumahnya dan dikenalkan pada anak-istrinya. Istrinya, Dian, 7 tahun lebih muda darinya, dan putrinya, Rina, duduk di kelas 2 SMP.
Kalau aku ke Jakarta aku sering main ke rumahnya. Dan pada hari Senin, aku ditugaskan oleh Firman untuk menjaga putri dan rumahnya karena ia akan pergi ke Malang, ke rumah sakit untuk menjenguk saudara istrinya. Menurutnya sakit demam berdarah dan dirawat selama 3 hari. oleh karena itu ia minta cuti di kantornya selama 1 minggu. Ia berangkat sama istrinya, sedangkan anaknya tidak ikut karena sekolah.
Setelah 3 hari di rumahnya, suatu kali aku pulang dari rumah kakakku, karena aku tidak ada kesibukan apapun dan aku pun menuju rumah Firman. Aku pun bersantai dan kemudian menyalakan VCD. Selesai satu film. Saat melihat rak, di bagian bawahnya kulihat beberapa VCD porno. Karena memang sendirian, aku pun menontonnya. Sebelum habis satu film, tiba-tiba terdengar pintu depan dibuka. Aku pun tergopoh-gopoh mematikan televisi dan menaruh pembungkus VCD di bawah karpet.
"Hallo, Oom Ryan..!" Rina yang baru masuk tersenyum. "Eh, tolong dong bayarin Bajaj.. uang Rina sepuluh-ribuan, abangnya nggak ada kembalinya." Aku tersenyum mengangguk dan keluar membayarkan Bajaj yang cuma dua ribu rupiah.
Saat aku masuk kembali.., pucatlah wajahku! Rina duduk di karpet di depan televisi, dan menyalakan kembali video porno yang sedang setengah jalan. Mia memandang kepadaku dan tertawa geli. "Ih! Oom Ryan! Begitu, tho, caranya..? Rina sering diceritain temen-temen di sekolah, tapi belon pernah liat." Gugup aku menjawab, "Rina.. kamu nggak boleh nonton itu! Kamu belum cukup umur! Ayo, matiin." "Aahh, Oom Ryan. Jangan gitu, dong! Tu, liat.. cuma begitu aja! Gambar yang dibawa temen Rina di sekolah lebih serem."
Tak tahu lagi apa yang harus kukatakan, dan khawatir kalau kularang Rina justru akan lapor pada orangtuanya, aku pun ke dapur membuat minum dan membiarkan Rina terus menonton. Dari dapur aku duduk-duduk di beranda belakang membaca majalah.
Sekitar jam 7 malam, aku keluar dan membeli makanan. Sekembalinya, di dalam rumah kulihat Rina sedang tengkurap di sofa mengerjakan PR, dan.. astaga! Ia mengenakan daster yang pendek dan tipis. Tubuh mudanya yang sudah mulai matang terbayang jelas. Paha dan betisnya terlihat putih mulus, dan pantatnya membulat indah. Aku menelan ludah dan terus masuk menyiapkan makanan.
Setelah makanan siap, aku memanggil Rina. Dan.., sekali lagi astaga.. jelas ia tidak memakai BH, karena puting susunya yang menjulang membayang di dasternya. Aku semakin gelisah karena penisku yang tadi sudah mulai "bergerak", sekarang benar-benar menegak dan mengganjal di celanaku.
Selesai makan, saat mencuci piring berdua di dapur, kami berdiri bersampingan, dan dari celah di dasternya, buah dadanya yang indah mengintip. Saat ia membungkuk, puting susunya yang merah muda kelihatan dari celah itu. Aku semakin gelisah. Selesai mencuci piring, kami berdua duduk di sofa di ruang keluarga.
"Oom, ayo tebak. Hitam, kecil, keringetan, apaan..!" "Ah, gampang! Semut lagi push-up! Khan ada di tutup botol Fanta! Gantian.. putih-biru-putih, kecil, keringetan, apa..?" Mia mengernyit dan memberi beberapa tebakan yang semua kusalahkan. "Yang bener.. Rina pakai seragam sekolah, kepanasan di Bajaj..!" "Aahh.. Oom Ryan ngeledek..!" Mia meloncat dari sofa dan berusaha mencubiti lenganku. Aku menghindar dan menangkis, tapi ia terus menyerang sambil tertawa, dan.. tersandung!
Ia jatuh ke dalam pelukanku, membelakangiku. Lenganku merangkul dadanya, dan ia duduk tepat di atas batang kelelakianku! Kami terengah-engah dalam posisi itu. Bau bedak bayi dari kulitnya dan bau shampo rambutnya membuatku makin terangsang. Dan aku pun mulai menciumi lehernya. Rina mendongakkan kepala sambil memejamkan mata, dan tanganku pun mulai meremas kedua buah dadanya.
Nafas Rina makin terengah, dan tanganku pun masuk ke antara dua pahanya. Celana dalamnya sudah basah, dan jariku mengelus belahan yang membayang. "Uuuhh.. mmhh.." Rina menggelinjang. Kesadaranku yang tinggal sedikit seolah memperingatkan bahwa yang sedang kucumbu adalah seorang gadis SMP, tapi gariahku sudah sampai ke ubun-ubun dan aku pun menarik lepas dasternya dari atas kepalanya. Aahh..! Rina menelentang di sofa dengan tubuh hampir polos!
Aku segera mengulum puting susunya yang merah muda, berganti-ganti kiri dan kanan hingga dadanya basah mengkilap oleh ludahku. Tangan Rina yang mengelus belakang kepalaku dan erangannya yang tersendat membuatku makin tak sabar. Aku menarik lepas celana dalamnya, dan.. nampaklah bukit kemaluannya yang baru ditumbuhi rambut jarang. Bulu yang sedikit itu sudah nampak mengkilap oleh cairan kemaluan Rina. Aku pun segera membenamkan kepalaku ke tengah kedua pahanya.
"Ehh.. mmaahh..," tangan Rina meremas sofa dan pinggulnya menggeletar ketika bibir kemaluannya kucium. Sesekali lidahku berpindah ke perutnya dan mengemut perlahan. "Ooohh.. aduuhh..," Rina mengangkat punggungnya ketika lidahku menyelinap di antara belahan kemaluannya yang masih begitu rapat. Lidahku bergerak dari atas ke bawah dan bibir kemaluannya mulai membuka. Sesekali lidahku akan membelai kelentitnya dan tubuh Rina akan terlonjak dan nafas Rina seakan tersedak. Tanganku naik ke dadanya dan meremas kedua bukit dadanya. Putingnya sedikit membesar dan mengeras.
Ketika aku berhenti menjilat dan mengulum, Rina tergeletak terengah-engah, matanya terpejam. Tergesa aku membuka semua pakaianku, dan kemaluanku yang tegak teracung ke langit-langit, kubelai-belaikan di pipi Rina. "Mmmhh.. mmhh.. oohhmm..," ketika Rina membuka bibirnya, kujejalkan kepala kemaluanku. Mungkin film tadi masih diingatnya, jadi ia pun mulai menyedot. Tanganku berganti-ganti meremas dadanya dan membelai kemaluannya.
Segera saja kemaluanku basah dan mengkilap. Tak tahan lagi, aku pun naik ke atas tubuh Rina dan bibirku melumat bibirnya. Aroma kemaluanku ada di mulut Rina dan aroma kemaluan Rina di mulutku, bertukar saat lidah kami saling membelit.
Dengan tangan, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku ke celah di selangkangan Rina, dan sebentar kemudian kurasakan tangan Rina menekan pantatku dari belakang. "Ohhmm, mam.. msuk.. hh.. msukin.. Omm.. hh.. ehekmm.." Perlahan kemaluanku mulai menempel di bibir liang kemaluannya, dan Rina semakin mendesah-desah. Segera saja kepala kemaluanku kutekan, tetapi gagal saja karena tertahan sesuatu yang kenyal. Aku pun berpikir, apakah lubang sekecil ini akan dapat menampung kemaluanku yang besar ini. Terus terang saja, ukuran kemaluanku adalah panjang 15 cm, lebarnya 4,5 cm sedangkan Rina masih SMP dan ukuran lubang kemaluannya terlalu kecil.
Tetapi dengan dorongan nafsu yang besar, aku pun berusaha. Akhirnya usahaku pun berhasil. Dengan satu sentakan, tembuslah halangan itu. Rina memekik kecil, dahinya mengernyit menahan sakit. Kuku-kuku tangannya mencengkeram kulit punggungku. Aku menekan lagi, dan terasa ujung kemaluanku membentur dasar padahal baru 3/4 kemaluanku yang masuk. Lalu aku diam tidak bergerak, membiarkan otot-otot kemaluan Rina terbiasa dengan benda yang ada di dalamnya.
Sebentar kemudian kernyit di dahi Rina menghilang, dan aku pun mulai menarik dan menekankan pinggulku. Rina mengernyit lagi, tapi lama kelamaan mulutnya menceracau. "Aduhh.. sshh.. iya.. terusshh.. mmhh.. aduhh.. enak.. Oomm.." Aku merangkulkan kedua lenganku ke punggung Rina, lalu membalikkan kedua tubuh kami hingga Rina sekarang duduk di atas pinggulku. Nampak 3/4 kemaluanku menancap di kemaluannya. Tanpa perlu diajarkan, Rina segera menggerakkan pinggulnya, sementara jari-jariku berganti-ganti meremas dan menggosok dada, kelentit dan pinggulnya, dan kami pun berlomba mencapai puncak.
Lewat beberapa waktu, gerakan pinggul Rina makin menggila dan ia pun membungkukkan tubuhnya dan bibir kami berlumatan. Tangannya menjambak rambutku, dan akhirnya pinggulnya menyentak berhenti. Terasa cairan hangat membalur seluruh batang kemaluanku.
Setelah tubuh Rina melemas, aku mendorong ia telentang. Dan sambil menindihnya, aku mengejar puncakku sendiri. Ketika aku mencapai klimaks, Rina tentu merasakan siraman air maniku di liangnya, dan ia pun mengeluh lemas dan merasakan orgasmenya yang ke dua.
Sekian lama kami diam terengah-engah, dan tubuh kami yang basah kuyup dengan keringat masih saling bergerak bergesekan, merasakan sisa-sisa kenikmatan orgasme. "Aduh, Oom.. Rina lemes. Tapi enak banget." Aku hanya tersenyum sambil membelai rambutnya yang halus. Satu tanganku lagi ada di pinggulnya dan meremas-remas. Kupikir tubuhku yang lelah sudah terpuaskan, tapi segera kurasakan kemaluanku yang telah melemas bangkit kembali dijepit liang vagina Rina yang masih amat kencang.
Aku segera membawanya ke kamar mandi, membersihkan tubuh kami berdua dan.. kembali ke kamar melanjutkan babak berikutnya. Sepanjang malam aku mencapai tiga kali lagi orgasme, dan Rina.. entah berapa kali. Begitupun di saat bangun pagi, sekali lagi kami bergumul penuh kenikmatan sebelum akhirnya Rina kupaksa memakai seragam, sarapan dan berangkat ke sekolah.
Kembali ke rumah Firman, aku masuk ke kamar tidur tamu dan segera pulas kelelahan. Di tengah tidurku aku bermimpi seolah Rina pulang sekolah, masuk ke kamar dan membuka bajunya, lalu menarik lepas celanaku dan mengulum kemaluanku. Tapi segera saja aku sadar bahwa itu bukan mimpi, dan aku memandangi rambutnya yang tergerai yang bergerak-gerak mengikuti kepalanya yang naik-turun. Aku melihat keluar kamar dan kelihatan VCD menyala, dengan film yang kemarin. Ah! Merasakan caranya memberiku "blowjob", aku tahu bahwa ia baru saja belajar dari VCD.
Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini | |
JANGAN LEWATKAN PROMO MENARIK DARI KAMI
BalasHapusHUBUNGI KONTAK Kami
BBM : D8E23B5C
WHAT APPS : +85581569708
LINE : togelpelangi
WE CHAT : togelpelangi
LIVE CHAT 24 JAM : WWW-ANGKAPELANGI-NET
Ayo coba keberuntungan anda
jutaan rupiah menunggu anda
Dilanjut Updatenya gan!
BalasHapusJudi Bola Terpercaya
Bandar BolaTerpercaya
Judi Online Terpecaya
http://mybloggeroperaqq.blogspot.co.id/2018/04/sex-toys-serupa-vagina-bintang-porno.html
BalasHapushttp://mybloggeroperaqq.blogspot.co.id/2018/02/seks-antara-keponakan-dan-om.html
http://mybloggeroperaqq.blogspot.co.id/2018/01/5-tips-seks-manfaatkan-film-porno-untuk.html
http://mybloggeroperaqq.blogspot.co.id/2018/02/masturbasi-apa-iya-membawa-dampak.html
♥ ♠ ♦ ♣ OPERAQQ. INFO ♥ ♠ ♦ ♣
Kami Hadirkan Permainan Baru 100% FAIR PLAY Dari OperaQQ.info :) 1 ID Untuk 8 Games :
- Domino99
- BandarQ
- Poker
- AduQ
- Capsa Susun
- Bandar Poker
- Sakong Online
- Bandar66
Nikmati Bonus-Bonus Menarik Yang Bisa Anda Dapatkan Di Situs Kami OperaQQ .info Situs Resmi, Aman Dan Terpercaya ^^ Keunggulan OperaQQ. info :
- Tingkat Persentase Kemenangan Yang Besar
- Kartu Anda Akan Lebih Bagus
- Bonus TurnOver Atau Cashback Di Bagikan Setiap 5 Hari
- Bonus Referral Dan Extra Refferal Seumur Hidup
- Minimal Deposit & Withdraw Hanya 20.000,-
- Tidak Ada Batas Untuk Melakukan Withdraw/Penarikan Dana
- Pelayanan Yang Ramah Dan Memuaskan
- Dengan Server Poker-V Yang Besar Beserta Ribuan pemain Di Seluruh Indonesia,
- Operaqq. info Pasti Selalu Ramai Selama 24 Jam Setiap Harinya.
- Permainan Menyenangkan Dengan Dilayani Oleh CS cantik, Sopan, Dan Ramah.
Fasilitas BANK yang di sediakan :
- BCA
- Mandiri
- BNI
- BRI
- Danamon
Tunggu Apa Lagi Guyss..
Let's Join With Us At Operaqq.info ^^
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami :
- BBM : BDB43A66
- WHATSAPP :+855 964 93 0279
- LINE : operaqq
Link Alternatif :
- www.opera99.com
- www.operaqq.info
- www.operaqq.org
NB : untuk login android / iphone tidak menggunakan www lagi boss ^_^