|                               Cerita Sex - Ibu-ibu suka arisan berhadiah???               Mar 30th 2013, 10:05                                                Arisan ibu-ibu selalu saja memiliki gosip yang berbagai ragam. Mulai  dari gosip berlian, gosip hutan piutang, bahkan gosip seks. Kali ini aku  terkejut sekali, ketika seorang teman membisikkan padaku, kalau Ibu  Wira itu, suka rumput muda. Justru yang dia sukai adalah laki- laki  belasan tahun. Rasany aku kurang percaya. Ap ia? Bu Wira yang sudah  berusia lebih 50 tahunmasih doyan laki-laki belasan tahun?
  "Woalaaah...Bu Tuty masya enggak percaya sih?" kata Bu Lina lagi. Aku  sudah janda hampir 10 tahun, sejak perkawinan suamiku dengann istri  mudanya. Aku tak nuntut apa-apa, keculi Julius putra tunggalku harus  bersamaku dan rumah yang kami benagun bersama, menjadi milikku. Aku  sakit hati sekali sebenarnya. Justru perkawinan suamiku, karena katanya  aku tidak bisa melahirkan lagi, sejak peranakanku diangkat, ketika aku  dinyatakan terkena tumor rahim. Suamiku mengakui, kalau permainan seksku  masih sangat Ok. Dalam usia 37 tahun, aku masih keliahatan cantik dan  seksi.
  "Lihat tuh, Bu Tuty. Matanya asyik melirik anak bu Tuty terus tuh," kata  Bu Salmah tetanggaku itu. Kini aku jadi agak percaya, ketika aku  melihat dengan jelas, Bu Wira mengedipkan matanya ke putra tunggalku  Julius. Rasanya aku mau marah, kenapa Bu Wira mau mengincar putraku yang  masih berusia hampir 15 tahun berkisar 12 hari lagi.
  Sepulang dari arisan, aku sengaja mendatangi tetangga yang lain dan  secara lembut menceritakan apa yang diceritakan Bu Salmah kepadaku.  Tetanggaku itu tertawa cekikikan. Dari ceritanya, suami bu Wira sudah  tak sanggup lagi, bahkan suaminya sudah tahu kelakuannya itu. Bu Wira  memang suka burung muda, kata mereka. Bahkan putra tetanggaku titu  pernah digarap oleh Bu Wira. Karean malu ribut- ribut, lagi pula anaknya  yang sudah berusia 18 tahun dibiarkan saja.
  "Laki-laki kan enggak apa-apa bu. Kalau anak perempuan, mungkin  perawannya bisa hilang. Kalau anak laki-laki, siapa tahu perjakanya  hilang," kata tetanggaku pula. Bulu kudukku berdiri, mendengarkan  celoteh tetanggaku itu. Aku kurang puas denga dua informasi itu. Aku  bertandang lagi ke tetanggaku yang lain masih di kompleks perumahan  .....(Dirahasiakan) Indah. Tetangku itu juga mengatakan, kalau itu soal  biasa sekarang ini. Malamnya aku ngobrol-ngobrol dengan putraku Julius.  Julius mengatakan, kalau Tante Wira sudah mengodanya. Bahkan sekali  pernah menyalaminya dan mempermainkan jari telunjuknya di telapak tangan  putraku. Pernah sekali juga, kata putraku, Tante Wira mengelus burung  putraku dari balik celananya, waktu putraku bermain ke rumah Tante Wira.
  Aku sangat terkejut sekali mendengar pengakuan putraku Julius  menceritakan tingkah laku Bu Wira. Tapi tetanggaku mengatakan, itu sudah  rahasia umum, dan kini masalah itu sudah biasa. Bahkan tetanggaku  mengajakku untuk berburu burung muda bersama-sama.
  Malamnya aku tak bisa tidur. AKu sangat takut, kalau putraku akan  menjadi korban dari ibu-ibu di kompleks itu. Sudah sampai begitu? Semua  sudah menjadi rahasia umum dan tak perlu dipermasalahkan? Lamat-lamat  aku memperhatikan putraku. Trnyata dia memang ganteng seperti ayahnya.  Persis fotocopy ayahnya. Walau masih 15 tahun, tubuhnya tinggi dan  atletis, sebagai seorang pemain basket. Gila juga pikirku.
  Rasa takutku marah-marah kepada Bu Wira, karean aku juga mungkin pernah  dia lihat berselingkuh dengan teman sekantorku. Mungkin itu akan jadi  senjatanya untuk menyerangku kembali, pikirku. Hingga aku harus menjaga  anak laki-lakiku yang tunggal, Julius.
  Ketika Julius pergi naik sepeda mootr untuk membeli sesuatu keperluan  sekolahnya, aku memasuki kamarnya. Aku melihat majalah- majalah porno  luar negeri terletak di atas mejanya. Ketika aku menghidupkan VCD, aku  terkejut pula, melihat film porno yang terputar. Dalam hatiku, aku haru  semnyelamatkan putraku yang tunggal ini.
  Sepulangnya dari toko, aku mengajaknya ngobrol dari hati ke hati.
  "Kamu kan sudah dewasa, nak. Mami tidak marah lho, tapi kamu harus jawab  sejujurnya. Dari mana kamu dapat majalah-majalah porno dan CD porno  itu," kataku. Julius tertunduk. Lalu menjawab dengan tenang dan  malu-malu kalau itu dia peroleh dari teman-temannya di sekolah.
  "Mama marah?" dia bertanya. AKu menggelengkan kepalaku, karena sejak  awal aku mengatakan, aku tidak akan marah, asal dijawab dengan jujur.  AKu harus menjadikan putra tunggalku ini menjadi teman, agar semuanya  terbuka.
  "Kamu sudah pernah gituan sama perempuan?" tanyaku. "Maksud mami?" "Apa  kamu sudah pernah bersetubuh dengan perempuan?" tanyaku lagi. Menurutnya  secara jujur dia kepingin melakukan itu, tapi dia belum berani. Yang  mengejutkan aku, katanya, minggu depan dia diajak kawan- kawannya ke  lokalisasi PSK, untuk cari pengalaman kedewasaan. Aku langsung  melarangnya secara lembut sebagai dua orang sahabat. Aku menceritakan  bagaimana bahaya penyakit kelamin bahkan ***-AIDS. Jika sudah terkena  itu, maka kiamatlah sudah hidup dan kehidupannya.
  "Teman-teman Julius, kok enggak kena ***, MI? Padahal menurut mereka,  merekaitu sudah berkali-kali melakukannya?' kata putraku pula. Ya  ampun....begitu mudahnya sekarang untuk melakukan hal sedemikian,  batinku. "Pokoknya kami tidak boleh pergi. Kalau kamu pergi, Mami akan  mati gantung diri," ancamku. "Tapi Mi?" "Tapi apa?" "Julius akan  kepingin juga. Katanya nikmat sekali Mi. Lalu bagaimana dong? Julius  kepingin Mi. Katanya kalau belum pernah gituan, berarti belum laki-laki  dewasa, Mi?" putraku merengek dan sangat terbuka. Aku merangkul putraku  itu. Kuciumi keningnya dan pipinya denga penuh kasih sayang. Aku tak  ingin anakku hancur karean PSK dan dipermainkan oleh ibu-ibu atau tante  girang yang sering kudengar, bahkan oleh Bu Wira yang tua bangka itu.
  Tanpa terasa airmataku menetes, saat aku menciumi pipi putraku. Aku  memeluknya erat-erat. Aku akan gagal mendidiknya, jika anakku semata  wayang ini terbawa arus teman-temannya ke PSK sana.
  "Kamu benar-benar merasakannya, sayang?" bisikku. "Iya Mi," katanya  lemah. Aku merasakan desahan nafasnya di telingaku. Yah...malam ini kita  akan melakukannya sayang. Asal kamu janji, tidak mengikuti  teman-temanmu mencari PSK, kataku tegas. "Berarti aku sama dengan Tony  dong, Mi?" "Tony? Siapa Tony?" tanyaku ingin tahu, kenapa dia menyamakan  dirinya dengan Tony. Menurut cerita Julius putraku, Tony juga dilarang  mamanya mengikuti teman-temannya pergi mencari PSK, walau Tony sudah  sempat juga pergi tiga kali bersama teman-teman sekelasnya. Untuk itu,  secara diam-diam Tony dan mamanya melakukan persetubuhan. Katanya, Tony  memakai kondom, agar mamanya tidak hamil. Aku terkejut juga  mendengarnya.
  "Kamu tidak perlu memakai kondom, sayang. Mami yakin, kalau mami tidak  akan hamil," kataku meyakinkannya. Seusai makan malam, Julius tak  sabaran meminta agar kami melakukannya. AKu melihat keinginan putra  begitu mengebu-gebu. Mungkin dia sudah pengalaman melihat CD Porno dan  majalah porno pikirku. AKu secepatnya ke kamar mandi mencuci paginaku  dan membuka BH dan CD ku. AKu memakai daster miniku yang tipis. Di kamar  mandi aku menyisiri rambutku serapi mungkin dan menyemprotkan parfum ke  bagian-bagian tubuhku. Aku ingin, putraku mendapatkan yang terbaik  dariku, agar dia tidak lari ke PSK atau tante girang. Putraku harus  selamat. Ini satu-satunya cara, karea nampaknya dia sudah sulit dicegah,  pengaruh teman-temannya yang kuat. Jiwanya sedang labil-labilnya,  sebagai seorang yang mengalami puberitas. Begitu aku keluar dari kamar  mandi, putraku sudah menanti di kamar. Dia kelihatan bingung melihat  penampilanku malam ini. Tidak seperti biasanya.
  "Kamu sudah siap sayang," kataku. Putraku mengangguk. Kudekati dia.  Kubuka satu persatu pakaiannya. Kini dai telanjang bulat. AKua  melapaskan dasterku. Aku juga sudah telanjang bulat. Aku melihat putraku  melotot mengamati tubuhku yang telanjang. Mungkin dia belum pernah  melihat perempuan telanjang sepertiku di hadapannya. Aku duduk di tempat  tidur. Kutarik tangannya agar berdiri di sela-sela kedua kakiku. Aku  peluk dia. Aku kecip bibirnya dengan mesara. Pantatnya kusapu-sapu  dengan lembut, juga punggungnya. Dengan cepat terasa burungnya  bergerak-gerak di perutku. Kujilati lehernya. dia mendesah kenikmatan.  Liodahku terus bermain di pentil teteknya. Lalu menjalar ke ketiaknya  dan sisi perutnya. Aku merasakan tangan anakku mulai memagang kepalaku.  Kuperintahkan dia untuk duduk di pangkal pahaku. Kini dia duduk di  pangkal pahaku, dengan kedua kakinya bertumpu ke pinggir tempat tidur.  Tiba-tiba aku merebahkan diriku ke tempat tidur. dia sudah berada di  atasku. Kuminta agar dia mengisap puting susuku. Mulutnya mulai beraksi.  Sementara burungnya terasa semakin keras pada rambut paginaku. Dengan  cepat pula, kurebahkan dirinya. Kini aku yang balik menyerangnya.  Kujilati sekujur tubuhnya. Batang burungnya, telur yang menggantung di  pangkal burungnya. Ku kulum burungnya dan kupermainkan lidahku pada  burung itu.
  "Mami...geli," putraku mendesah. "Tapi enakkan, wayang," tanyaku. "Enak  sekali Mi," katanya. Aku meneruskan kocokanku pada burungnya. Dia  menggelinjang-gelinjang. Kuteruskan kucokanku. Kedua kakinya menjepit  kepalaku dan...croot.croot.crooooooot! Spermanya keluar. Kutelan  sepermanya dan kujilati batangnya agar spermanya tak tersisa. Aku  senagaja memperlihatkannya kepadanya.
  Kini dia menjadi lemas. Terlalu cepat dia keluar. Mungkin sebagai  pemula, dia tak mampu mengontrol diri. Kuselimuti dirinya. 20 menit  kemudian, setelah nafasnya normal, aku memberinya air minum segelas.  Lalu aku membimbingnya ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Kusabuni  burungnya dan kulap pakai handuk. Kini kami sudah terbaring berdua di  tempat tidur.
  "Enak sayang?" tanyaku. Dia menagngguk. "Tapi Mi, kita kan belum  begituan. Katanya kalau begituan, burung Julius masuk ke lubang mem*k  Mami," katanya polos. Aku menganguk. Kamu harus segar dulu. Nanti kita  ulangi lagi. Nanti kamu boleh memasukkannya ke lubang Mami, kataku.  "Kenapa nanti Mi? Kenapa tidak sekarang?" dia mendesak. Dia sudah begitu  menginginkannya pikirku. Langsung kulumat bibirnya. Kujulurkan lidahku  ke dala mulutnya. Dia langsung meresponsnya. Kini dia berganti  memberikan lidahnya padaku. Aku mengemutnya dengan lembut. Tanganku  terus membelai-belai tubuhnya dan burungnya kuelus- elus. Sebentar saja  burung itu bangkit.
  "Naiki Mami, sayang," kataku. Dia naik ke tubuhku. "Masukkan," pintaku.  Dia mencari-cari lubangku. Kuarahkan burungnya dengan tanganku. Setelah  burung itu terasa di tengah bibir paginaku, kuminta dia menekannya. Dia  menakan burungnya dan langsung masuk, karean paginaku sudah basah. Aku  memang sudah sangat lama merindukan ada burung memasuki paginaku.  Setelah terhenti 5 tahun perselingkuhanku dengan seorang duda teman  sekantorku (sejak dia pindah) aku tak pernah lagi selingkuh. Burung yang  besarnya cukup itu, terasa sudah mengganjal di liang paginaku.  KUkangkangkan kedua kakiku. Aku membiarkan burung itu tenggelam di  dalamnya. Tak lama kemudian, aku merasakan putraku sudah mulai  menarik-cucuk burungnya. Aku biarkan saja, walaupun sebenarnya aku sudah  agak gatal ingin meresponsnya. Lama kelamaan, aku tak tahan juga. Aku  pun meresponnya dengan hati-hati, seakan aku hanya melayaninya saja,  bukan karean kebutuhanku. Sambil memompa burungnya, kuarahkan mulutnya  untuk mengisap-isap pentil payudaraku. Dia melakukannya. AKu sudah  melayang di buatnya. Sudah lama sekali aku tidak merasakan kenikmatan  itu, sementara usia yang 37 tahun, masih membutuhkannya. Kujepit kedua  kakiku ke tubuh putraku. Aku orgasme dengan cepat. Aku tidak  memperlihatkan, kalau aku sudah orgasme. Perlahan-lahan aku tetap  meresponsnya, sampai aku normal kembali.
  "Jangan digenjot dulu, sayang. Mami Capek. Isap saja tetek mami,  sayang," pitaku. Aku tak ingin dia sudah orgasme, sementara aku masih  jauh. Dia menjilati tetekku dan mengisap-isapnya. Atas permintaanku,  sekali-sekali dia juga menggigit putingku. Libidoku bangkit. Aku mulai  melayang. Aku mulai menggoyang tubuhnya dari bawah. Dia merespons dengan  kemabli menggejotku, menarik dan mencucuk burungnya ke dalam liang  paginaku. Aku mendengar, suara begitu becek pada paginaku. Aku sedikit  malu, karena selama ini, aku sudah tidak merawat lagi paginaku. Tapi dia  semakin semangat mengocokkan burungnya.
  "Mami...aku sudah mau keluar nih..." katanya. Saat itu aku juga sudah  mau muncrat. Aku percepat goyanganku, agar aku lebih dulu sampai pada  puncak kenikmatan itu. Dan...dia memelukku erat sekali. Bahuku  digigitnya dan sebelah tangannya mencengkeram rambutku. Ternyata kami  bisa sama-sama sampai. Aku masih mampu mengatur irama permainan ini,  pikirku.
  Aku keringat dan putraku juga berkeringat. Perlahan dia ku baringkan ke  sisiku dan aku menyelimuti tubuh kami dengan selimut tipis, sekaligus  melap tubuh kami dari keringat. Setelah 15 menit aku bangkit dan meneguk  segelas air putih. Segelas kuberikan kepdanya. Julius berjanji untuk  merahasiakan ini kepada siapa saja, termasuk kepada teman dekatnya.  Walau menurut Julius, temannya sudah berhubungan dengan beberapa wanita  di lokalisasi PSK, namun behubungan dengan ibunya jauh lebih nikmat. Aku  juga memberi yang terbaik buat putraku, demi keselamatan hidupnya,  terhidar dari PSK dan tante giang.
  Aku menyangupi, memberinya cara lain bermain seks, seperti yang dia  lihat di CD porno dan majalah-majalah, seperti doggystyle dan  sebagainya. Malam itu, Julius juga bersumpah, tidak akan pergi mencari  PSK, walau pun teman-temannya menuduhnya laki-laki Kuper dan ketinggalan  zaman, karea dia sudah mendapatkannya dariku dengan baik. Sejak saat  itu, kami selalu melakukannya secara teratur, tidak serampangan. Tenatu  saja di tempat tidur, di dapur, di sofa dan tempat-tempat lai di rumah  kami dengan suasana yang indah. Bahkan kami pernah juga melakukannya di  hotel, ketika kami wisata ke bogor. Semua orang memuji kegantengan  putraku yang wajahnya imut-imut dan manja itu.
  Kini putraku sudah SMA, AKu sudah persis 40 tahun. Orang bilang aku  masih tetap cantik, karean aerobik. Sebeanranya, selain aerobik, aku  juga melakukan hubungan seks yang sangat terataur.
 
 
 
 
    Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Tante Maria tak ingin dibayar dengan uang               Mar 30th 2013, 10:04                                                Aku adalah mahasiswi disebuah universitas swasta di kota. Awal mula aku  mengalami Making Love dengan seorang wanita yang mengubah orientasi  seksualku menjadi seorang biseksual, aku mengalami percintaan sesama  jenis ketika usiaku 20 tahun dengan seorang wanita berusia 45 tahun,  entah mengapa semuanya terjadi begitu saja terjadi mungkin ada dorongan  libidoku yang ikut menunjang semua itu dan semua ini telah kuceritakan  dalam "Rahasiaku."
  Wanita itu adalah Ibu Kos-ku, ia bernama Tante Maria, suaminya seorang  pedagang yang sering keluar kota. Dan akibat dari pengalaman bercinta  dengannya aku mendapat pelayanan istimewa dari Ibu Kos-ku, tetapi aku  tak ingin menjadi lesbian sejati, sehingga aku sering menolak bila  diajak bercinta dengannya, walaupun Tante Maria sering merayuku tetapi  aku dapat menolaknya dengan cara yang halus, dengan alasan ada laporan  yang harus kukumpulkan besok, atau ada test esok hari sehingga aku harus  konsentrasi belajar, semula aku ada niat untuk pindah kos tetapi Tante  Maria memohon agar aku tidak pindah kos dengan syarat aku tidak diganggu  lagi olehnya, dan ia pun setuju. Sehingga walaupun aku pernah bercinta  dengannya seperti seorang suami istri tetapi aku tak ingin jatuh cinta  kepadanya, kadang aku kasihan kepadanya bila ia sangat memerlukanku  tetapi aku harus seolah tidak memperdulikannya. Kadang aku heran juga  dengan sikapnya ketika suaminya pulang kerumah mereka seakan tidak akur,  sehingga mereka berada pada kamar yang terpisah.
  Hingga suatu hari ketika aku pulang malam hari setelah menonton bioskop  dengan teman priaku, waktu itu jam sudah menunjukkan pukul setengah  sebelas malam, karena aku mempunyai kunci sendiri maka aku membuka pintu  depan, suasana amat sepi lampu depan sudah padam, kulihat lampu menyala  dari balik pintu kamar kos pramugari itu, "Hmm.. ia sudah datang," gumamku, aku langsung menuju kamarku yang  letaknya bersebelahan dengan kamar pramugari itu. aku bersihkan wajahku  dan berganti pakaian dengan baju piyamaku, lalu aku menuju ke  pembaringan, tiba-tiba terdengar rintihan-rintihan yang aneh dari kamar  sebelah. Aku jadi penasaran karena suara itu sempat membuatku takut,  kucoba memberanikan diri untuk mengintip kamar sebelah karena kebetulan  ada celah udara antara kamarku dengan kamar pramugari itu, walaupun  ditutup triplek aku mencoba untuk melobanginya, kuambil meja agar aku  dapat menjangkau lubang udara yang tertutup triplek itu.
  Lalu pelan pelan kutusukan gunting tajam agar triplek itu berlobang,  betapa terkejutnya aku ketika kulihat pemandangan di kamar sebelahku.  Aku melihat Tante Maria menindih seorang wanita yang kelihatan lebih  tinggi, berkulit putih, dan berambut panjang, mereka berdua dalam  keadaan bugil, lampu kamarnya tidak dipadamkan sehingga aku dapat  melihat jelas Tante Maria sedang berciuman bibir dengan wanita itu yang  mungkin pramugari itu. Ketika Tante Maria menciumi lehernya, aku dapat  melihat wajah pramugari itu, dan ia sangat cantik wajahnya bersih dan  mempunyai ciri khas seorang keturunan ningrat. Ternyata pramugari itu  juga terkena rayuan Tante Maria, ia memang sangat mahir membuat wanita  takluk kepadanya, dengan sangat hati-hati Tante Maria menjilati leher  dan turun terus ke bawah. Bibir pramugari itu menganga dan mengeluarkan  desahan-desahan birahi yang khas, wajahnya memerah dan matanya tertutup  sayu menikmati kebuasan Tante Maria menikmati tubuhnya itu. Tangan Tante  Maria mulai memilin puting payudara pramugari itu, sementara bibirnya  menggigit kecil puting payudara sebelahnya. Jantungku berdetak sangat  kencang sekali menikmati adegan itu, belum pernah aku melihat adegan  lesbianisme secara langsung, walaupun aku pernah merasakannya. Dan ini  membuat libidoku naik tinggi sekali, aku tak tahan berdiri lama, kakiku  gemetaran, lalu aku turun dari meja tempat aku berpijak, walau aku masih  ingin menyaksikan adegan mereka berdua.
  Dadaku masih bergemuru. Entah mengapa aku juga ingin mengalami seperti  yang mereka lakukan. Kupegangi liang vaginaku, dan kuraba klitorisku,  seiring erangan-erangan dari kamar sebelah aku bermasturbasi sendiri.  Tangan kananku menjentik-jentikan klitorisku dan tangan kiriku  memilin-milin payudaraku sendiri, kubayangkan Tante Maria mencumbuiku  dan aku membayangkan juga wajah cantik pramugari itu menciumiku, dan tak  terasa cairan membasahi tanganku, walaupun aku belum orgasme tapi  tiba-tiba semua gelap dan ketika kubuka mataku, matahari pagi sudah  bersinar sangat terang. Aku mandi membersihkan diriku, karena tadi malam  aku tidak sempat membersihkan diriku. Aku keluar kamar dan kulihat  mereka berdua sedang bercanda di sofa. Ketika aku datang mereka berdua  diam seolah kaget dengan kehadiranku. Tante Maria memperkenalkan  pramugari itu kepadaku.
  "Rus, kenalkan ini pramugari kamar sebelahmu." Kusorongkan tangan kepadanya untuk berjabat tangan dan ia membalasnya. "Hai, cantik namaku Vera, namamu aku sudah tahu dari Ibu Kos, semoga kita dapat menjadi teman yang baik." Kulihat sinar matanya sangat agresif kepadaku, wajahnya memang sangat  cantik, membuatku terpesona sekaligus iri kepadanya, ia memang sempurna.  Aku menjawab dengan antusias juga. "Hai, Kak, kamu juga cantik sekali, baru pulang tadi malam."
  Dan ia mengangguk kepala saja, aku tak tahu apa lagi yang diceritakan  Tante Maria kepadanya tentang diriku, tapi aku tak peduli kami beranjak  ke meja makan. Di meja makan sudah tersedia semua masakan yang  dihidangkan oleh Tante Maria, kami bertiga makan bersama. Kurasakan ia  sering melirikku walaupun aku juga sesekali meliriknya, entah mengapa  dadaku bergetar ketika tatapanku beradu dengan tatapannya.
  Tiba-tiba Tante Maria memecahkan kesunyian, "Hari ini Tante harus menjenguk saudara Tante yang sakit, dan bila ada  telpon untuk Tante atau dari suami Tante, tolong katakan Tante ke rumah  Tante Diana." Kami berdua mengangguk tanda mengerti, dan selang beberapa menit  kemudian Tante Maria pergi menuju rumah saudaranya. Dan tinggallah aku  dan Vera sang pramugari itu, untuk memulai pembicaraan aku mengajukan  pertanyaan kepadanya.
  "Kak Vera, rupanya sudah kos lama disini." Dan Vera pun menjawab, "Yah, belum terlalu lama, baru setahun, tapi aku  sering bepergian, asalku sendiri dari kota "Y", aku kos disini hanya  untuk beristirahat bila perusahaan mengharuskan aku untuk menunggu shift  disini."
  Aku mengamati gaya bicaranya yang lemah lembut menunjukan ciri khas  daerahnya, tubuhnya tinggi semampai. Dari percakapan kami, kutahu ia  baru berumur 26 tahun. Tiba-tiba ia menanyakan hubunganku dengan Tante  Maria. Aku sempat kaget tetapi kucoba menenangkan diriku bahwa Tante  Maria sangat baik kepadaku. Tetapi rasa kagetku tidak berhenti disitu  saja, karena Vera mengakui hubungannya dengan Tante Maria sudah  merupakan hubungan percintaan. Aku pura-pura kaget.
  "Bagaimana mungkin kakak bercinta dengannya, apakah kakak seorang lesbian," kataku. Vera menjawab, "Entahlah, aku tak pernah berhasil dengan beberapa pria,  aku sering dikhianati pria, untung aku berusaha kuat, dan ketika kos  disini aku dapat merasakan kenyamanan dengan Tante Maria, walaupun Tante  Maria bukan yang pertama bagiku, karena aku pertama kali bercinta  dengan wanita yaitu dengan seniorku." Kini aku baru mengerti rahasianya, tetapi mengapa ia mau membocorkan  rahasianya kepadaku aku masih belum mengerti, sehingga aku mencoba  bertanya kepadanya, "Mengapa kakak membocorkan rahasia kakak kepadaku." Dan Vera menjawab, "Karena aku mempercayaimu, aku ingin kau lebih dari seorang sahabat."
  Aku sedikit kaget walaupun aku tahu isyarat itu, aku tahu ia ingin tidur  denganku, tetapi dengan Vera sangat berbeda karena aku juga ingin tidur  dengannya. Aku tertunduk dan berpikir untuk menjawabnya, tetapi  tiba-tiba tangan kanannya sudah menyentuh daguku. Ia tersenyum sangat manis sekali, aku membalas senyumannya. Lalu  bibirnya mendekat ke bibirku dan aku menunggu saat bibirnya menyentuhku,  begitu bibirnya menyentuh bibirku aku rasakan hangat dan basah, aku  membalasnya. Lidahnya menyapu bibirku yang sedkit kering, sementara  bibirku juga merasakan hangatnya bibirnya. Lidahnya memasuki rongga  mulutku dan kami seperti saling memakan satu sama lain. Sementara aku  fokus kepada pagutan bibirku, kurasakan tangannya membuka paksa baju  kaosku, bahkan ia merobek baju kaosku. Walau terkejut tapi kubiarkan ia  melakukan semuanya, dan aku membalasnya kubuka baju dasternya. Ciuman  bibir kami tertahan sebentar karena dasternya yang kubuka harus dibuka  melewati wajahnya.
  Kulihat Bra hitamnya menopang payudaranya yang lumayan besar, hampir  seukuran denganku tetapi payudaranya lebih besar. Ketika ia mendongakkan  kepalanya tanpa menunggu, aku cium leher jenjangnya yang sexy,  sementara tanggannya melepas bra-ku seraya meremas-remas payudaraku. Aku  sangat bernafsu saat itu aku ingin juga merasakan kedua puting  payudaranya. Kulucuti Bra hitamnya dan tersembul putingnya merah muda  tampak menegang, dengan cepat kukulum putingnya yang segar itu. Kudengar  ia melenguh kencang seperti seekor sapi, tapi lenguhan itu sangat indah  kudengar. Kunikmati lekuk-lekuk tubuhnya, baru kurasakan saat ini  seperti seorang pria, dan aku mulai tak dapat menahan diriku lalu  kurebahkan Vera di sofa itu. Kujilati semua bagian tubuhnya, kulepas  celana dalamnya dan lidahku mulai memainkan perannya seperti yang  diajarkan Tante Maria kepadaku. Entah karena nafsuku yang menggebu  sehingga aku tidak jijik untuk menjilati semua bagian analnya. Sementara  tubuh Vera menegang dan Vera menjambak rambutku, ia seperti menahan  kekuatan dasyat yang melingkupinya.
  Ketika sedang asyik kurasakan tubuh Vera, tiba-tiba pintu depan berderit  terbuka. Spontan kami berdua mengalihkan pandangan ke kamar tamu, dan  Tante Maria sudah berdiri di depan pintu. Aku agak kaget tetapi matanya  terbelalak melihat kami berdua berbugil. Dijatuhkannya barang bawaannya  dan tanpa basa-basi ia membuka semua baju yang dikenakannya, lalu  menghampiri Vera yang terbaring disofa. Diciuminya bibirnya, lalu  dijilatinya leher Vera secara membabi buta, dan tanggannya yang satu  mencoba meraihku. Aku tahu maksud Tante Maria, kudekatkan wajahku  kepadanya, tiba-tiba wajahnya beralih ke wajahku dan bibirnya menciumi  bibirku. aku membalasnya, dan Vera mencoba berdiri kurasakan payudaraku  dikulum oleh lidah Vera. Aku benar-benar merasakan sensasi yang luar  biasa kami bercinta bertiga. Untung waktu itu hujan mulai datang  sehingga lingkungan mulai berubah menjadi dingin, dan keadaan mulai  temaram. Vera kini melampiaskan nafsunya menjarah dan menikmati tubuhku,  sementara aku berciuman dengan Tante Maria. Vera menghisap klitorisku,  aku tak tahu perasaan apa pada saat itu. Setelah mulut Tante Maria  meluncur ke leherku aku berteriak keras seakan tak peduli ada yang  mendengar suaraku. Aku sangat tergetar secara jiwa dan raga oleh  kenikmatan sensasi saat itu.
  Kini giliranku yang dibaringkan di sofa, dan Vera masih meng-oral  klitorisku, sementara Tante Maria memutar-mutarkan lidahnya di  payudaraku. Akupun menjilati payudara Tante Maria yang sedikit kusut di  makan usia, kurasakan lidah-lidah mereka mulai menuruni tubuhku. Lidah  Vera menjelejah pahaku dan lidah Tante Maria mulai menjelajah bagian  sensitifku. Pahaku dibuka lebar oleh Vera, sementara Tante Maria  mengulangi apa yang telah dilakukan Vera tadi, dan kini Vera berdiri dan  kulihat ia menikmati tubuh Tante Maria. Dijilatinya punggung Tante  Maria yang menindihku dengan posisi 69, dan Vera menelusuri tubuh Tante  Maria. Tetapi kemudian ia menatapku dan dalam keadaan setengah terbuai  oleh kenikmatan lidah Tante Maria. Vera menciumi bibirku dan aku  membalasnya juga, hingga tak terasa kami berjatuhan dilantai yang  dingin. Aku sangat lelah sekali dikeroyok oleh mereka berdua, sehingga  aku mulai pasif. Tetapi mereka masih sangat agresif sekali, seperti  tidak kehabisan akal Vera mengangkatku dan mendudukan tubuhku di kedua  pahanya, aku hanya pasrah. Sementara dari belakang Tante Maria menciumi  leherku yang berkeringat, dan Vera dalam posisi berhadapan denganku, ia  menikmatiku, menjilati leherku, dan mengulum payudaraku. Sementara  tangan mereka berdua menggerayangi seluruh tubuhku, sedangkan tanganku  kulingkarkan kebelakang untuk menjangkau rambut Tante Maria yang  menciumi tengkuk dan seluruh punggungku.
  Entah berapa banyak rintihan dan erangan yang keluar dari mulutku,  tetapi seakan mereka makin buas melahap diriku. Akhirnya aku menyerah  kalah aku tak kuat lagi menahan segalanya aku jatuh tertidur, tetapi  sebelum aku jatuh tertidur kudengar lirih mereka masih saling  menghamburkan gairahnya. Saat aku terbangun adalah ketika kudengar  dentang bel jam berbunyi dua kali, ternyata sudah jam dua malam hari.  Masih kurasakan dinginnya lantai dan hangatnya kedua tubuh wanita yang  tertidur disampingku. Aku mencoba untuk duduk, kulihat sekelilingku  sangat gelap karena tidak ada yang menyalakan lampu, dan kucoba berdiri  untuk menyalakan semua lampu. Kulihat baju berserakan dimana-mana, dan  tubuh telanjang dua wanita masih terbuai lemas dan tak berdaya.  Kuambilkan selimut untuk mereka berdua dan aku sendiri melanjutkan  tidurku di lantai bersama mereka. Kulihat wajah cantik Vera, dan wajah  anggun Tante Maria, dan aku peluk mereka berdua hingga sinar matahari  datang menyelinap di kamar itu.
  Pagi datang dan aku harus kembali pergi kuliah, tetapi ketika mandi  seseorang mengetuk pintu kamar mandi dan ketika kubuka ternyata Vera dan  Tante Maria. Mereka masuk dan di dalam kamar mandi kami melakukan lagi  pesta seks ala lesbi. Kini Vera yang dijadikan pusat eksplotasi, seperti  biasanya Tante Maria menggarap dari belakang dan aku menggarap Vera  dari depan. Semua dilakukan dalam posisi berdiri. Tubuh Vera yang tinggi  semampai membuat aku tak lama-lama untuk berciuman dengannya aku lebih  memfokuskan untuk melahap buah dadanya yang besar itu. Sementara tangan  Tante Maria membelai-belai daerah sensitif Vera. Dan tanganku menikmati  lekuk tubuh Vera yang memang sangat aduhai. Percintaan kami dikamar  mandi dilanjutkan di ranjang suami Tante Maria yang memang berukuran  besar, sehingga kami bertiga bebas untuk berguling, dan melakukan semua  kepuasan yang ingin kami rengkuh. Hingga pada hari itu aku benar-benar  membolos masuk kuliah.
  Hari-hari berlalu dan kami bertiga melakukan secara berganti-ganti.  Ketika Vera belum bertugas aku lebih banyak bercinta dengan Vera, tetapi  setelah seminggu Vera kembali bertugas ada ketakutan kehilangan akan  dia. Mungkin aku sudah jatuh cinta dengan Vera, dan ia pun merasa  begitu. Malam sebelum Vera bertugas aku dan Vera menyewa kamar hotel  berbintang dan kami melampiaskan perasaan kami dan benar-benar tanpa  nafsu. Aku dan Vera telah menjadi kekasih sesama jenis. Malam itu  seperti malam pertama bagiku dan bagi Vera, tanpa ada gangguan dari  Tante Maria. Kami bercinta seperti perkelahian macan yang lapar akan  kasih sayang, dan setelah malam itu Vera bertugas di perusahaan maskapai  penerbangannya ke bangkok.
  Entah mengapa kepergiannya ke bandara sempat membuatku menitikan air  mata, dan mungkin aku telah menjadi lesbian. Karena Vera membuat hatiku  dipenuhi kerinduan akan dirinya, dan aku masih menunggu Vera di kos  Tante Maria. Walaupun aku selalu menolak untuk bercinta dengan Tante  Maria, tetapi saat pembayaran kos, Tante Maria tak ingin dibayar dengan  uang tetapi dengan kehangatan tubuhku di ranjang. Sehingga setiap satu  bulan sekali aku melayaninya dengan senang hati walaupun kini aku mulai  melirik wanita lainnya, dan untuk pengalamanku selanjutnya kuceritakan  dalam kesempatan yang lain.
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Mamaku Pengalaman Pertamaku               Mar 30th 2013, 10:04                                                Cerita berikut adalah tidak ada kaitannya dengan nama, tempat ataupun lokasi, kalau ada kesamaan adalah kebetulan semata.
  Namaku Irwan, usiaku kini 21 tahun, tinggi sekitar 175 cm, badanku cukup  athletis, karena aku rajin berolahraga. Untuk wajah menurut teman -  temanku sih cukup oke. Aku baru saja masuk di salah satu universitas  swasta terkenal di kota Jakarta. Aku akan membagi kisah – kisah panasku  kepada para pembaca sekalian. Semua pengalaman Seksku yang kulakukan  bersama mamaku, kakakku, tanteku dan juga wanita – wanita lainnya. Mulai  dari remaja lugu sampai menjadi mahir, berkat bimbingan mamaku  tercinta. Sebelum itu aku akan ceritakan sedikit tentang keluargaku.  Pada dasarnya Keluargaku boleh dibilang berkecukupan, hal ini selain  karena kemampuan bisnis mama yang baik, juga orang tua mama memberikan  jatah warisan yang besar kepada anak – anaknya. Jadi untuk urusan  keuangan, tidak ada masalah berarti bagi kami sekeluarga.
  Mamaku, Susan, kini 41 tahun, keturunan Jawa dan ada masih darah Belanda  dari pihak ayahnya ( Warisan kompeni dulu ), menikah di usia muda,  dengan papa yang berbeda usia 12 tahunan, karena dijodohkan, dalam hal  ini karena adanya hubungan bisnis antara orangtua mama dan papa, kini  janda, bercerai dengan papaku, saat aku berusia 12 tahun. Kakakku Erni, 2  tahun lebih tua dariku, paling disayang sama oma dan opaku, waktu kakak  naik ke kelas 2 SMA diminta oleh oma dan opa untuk melanjutkan di kota  Bandung yang menjadi kediaman mereka. Kuliahnya pun juga di kota  tersebut. Kalau lagi rajin seminggu sekali dia pulang, tapi kalau tidak  amaka aku dan mama yang ke sana. Adapun mama bercerai dengan papaku,  Bambang, seorang pengusaha yang sukses dan memiliki banyak Perusahaan  dan bidang bisnis, karena papaku menikahi simpanannya. Mama tidak sudi  dimadu Menurutku papaku itu amat sangat bodoh, meninggalkan wanita  secantik dan seseksi mamaku. Aku amat membenci papaku, tidak pernah  terlintas untuk memaafkannya. Sewaktu bercerai, papa memberikan rumah  mewah dua lantai kepada kami, juga memberikan uang cerai yang amat besar  pada mama. Untuk urusan biaya pendidikan, papa akan menanggung semua  biaya yang diperlukan. Mama kemudian menggunakan uang tersebut ditambah  uang yang mama miliki untuk mendirikan Perusahaan sendiri. Bergerak di  bidang jasa, pelayaran, trading dan eksport – import.
  Kami kini hidup bertiga saja, untuk urusan rumah tangga, mama memutuskan  untuk tidak memakai tenaga pembantu, katanya buat apa, toh tidak  terlalu banyak kegiatan yang dilakukan kami bertiga, rumah juga tidak  terlalu kotor, untuk urusan mencuci dan setrika, untuk cuci dan setrika  mama menggaji mbak yang tinggal di dekat komplek kami, sudah kerja  tahunan dengan kami, mama mempercayakan kunci rumah juga padanya, tidak  harus datang setiap hari. Untuk makan, bisa membeli di luar atau mama  yang akan memasak. Setelah bercerai, mama mencurahkan semua hidupnya  untuk kami anak – anaknya, juga untuk mengurus Perusahaan yang  dikelolanya. Ternyata otak bisnis mamaku juga oke, dalam waktu singkat  Perusahaannya berkembang pesat dan memiliki beberapa anak Perusahaan di  dalam dan luar kota. Papaku yang brengsek itu juga suka datang menjenguk  anak – anaknya, tapi bagiku tidak ada yang special dan berkesan, ya  Cuma formalitas saja.
  Kami bertiga hidup saling menyayangi, aku mencintai dan menyayangi mama  dan kakakku, maklum ini mungkin karena aku merasa sebagai satu - satunya  lelaki di rumah. Kehidupan sehari – hari berjalan biasa saja. Saat di  rumah, mama tidak terlalu memperhatikan busana, kalau sudah pulang kerja  atau saat santai, biasanya pakai daster atau baju tidur yang seksi dan  mini. Mama tidak merasa canggung, biasa saja baginya. Kalau sedang ganti  baju juga mama sering tidak menutup pintu kamarnya. Mungkin karena dia  pikir toh di rumah hanya ada kami saja, dan akukan juga anaknya. Aku sih  senang – senang saja dan tidak merasa aneh, maklum saat itu aku masih  lugu. Kadang – kadang juga aku sering tidur di kamar mamaku, tentu saja  saat itu tidak ada pikiran yang macam – macam. Mamaku sendiri sangat  rajin merawat dirinya, kalau kita lihat, usianya seakan – akan masih  seperti wanita yang berusia 25 tahunan saja, nggak kelihatan kalau  anaknya sudah gadis dan perjaka. Mama rajin melakukan yoga dan senam,  juga berenang. Kebetulan di halaman belakang rumah kami dibangun kolam  yang tidak terlalu besar, dikelilingi tembok yang lumayan tinggi serta  jauh dari tetangga. Mamaku sendiri memiliki wajah yang cantik, rada –  rada berwajah indo, rambut panjang, tingginya sekitar 170 cm, bentuk  tubuh yang menawan, perut yang masih rata, terutama dadanya yang sangat  besar, yang kemudian aku tahu ternyata berukuran 38. Teman – teman yang  main ke rumah mengatakan mamaku sangat seksi dan mempesona. Kakakku  Erni, juga sama, mewarisi kecantikan mama, sama – sama berdada besar,  walaupun tidak sebesar mama, tapi masih akan berkembang. Sepertinya  wanita di keluarga mama memang memiliki dada yang besar dan aduhai, adik  dan kakak mama juga sama.
  Singkat cerita, 3 tahun sudah berlalu sejak perceraian sialan tersebut,  waktu itu usiaku 15 tahun hampir 16, baru kelas 1 SMA, saat di mana  memasuki masa tegangan tinggi dalam masa puberku. Libido remaja yang  gampang naik dan mulai mau tahu lebih jauh mengenai wanita. Aku mulai  sering mengakses situs – situs porno di kamarku, membaca majalah dan  buku – buku porno, menonton film – film porno yang amat mudah dibeli.  Apalagi kini kak Erni jarang di rumah, karena bersekolah di kota B, yah  makin seringlah aku sendirian di rumah. Sering saat sedang berkumpul  dengan teman – temanku, aku mendengar pengalaman mereka saat melepas  keperjakaan, terus terang aku juga penasaran dan ingin sekali melakukan  hal yang mereka ceritakan. Secara keuangan aku bisa dan mampu membayar  wanita penghibur, bahkan teman – temanku juga menjanjikan akan  membayarkan kalau aku mau, tapi aku tidak mau, karena aku takut dan juga  ngeri resikonya melakukan dengan wanita penghibur.
  Jujur saja, kalau sedang membuka situs porno atau menonton BF, aku  paling senang melihat wanita yang sudah dewasa, memiliki dada besar ,  dan memiliki bulu kemaluan yang lebat, apalagi kalau memiliki bulu  ketek, ugh....bisa gila aku membayangkannya. Aku juga mulai menyadari bahwa aku terpesona dan amat menginginkan  mamaku, sudah melewati batas sayang anak ke mamanya, sudah bercampur  dengan perasaan erotis yang menyenangkan. Bukannya kakakku tidak cantik  dan mempesona, tapi bagiku mama adalah sosok wanita yang sempurna, sudah  matang. Wanita dewasa yang kecantikan dan lekuk tubuhnya memancarkan  sensasi sensual tersendiri.
  Perlahan tapi pasti, gairah dan hasrat di diriku semakin berkobar, aku  yang dulu memandang mamaku sebagaimana mestinya, kini mulai melihat  mamaku dari sudut pandang seorang pria. Kini aku sering mencuri – curi  kesempatan saat mama sedang ganti baju, pura – pura duduk membaca dekat  mama kalau mamaku sedang yoga, senam atau berenang. Kini aku mulai  sering mengkhayalkan tubuh mama saat aku sedang bermartubasi. Selain itu  aku mempunyai kegiatan baru yaitu mengintip mamaku yang sedang mandi,  sebenarnya tidak bisa dibilang mengintip sih, kamar mandi mamaku itu  terletak di dalam kamarnya, cukup besar ukurannya, karena di dalamnya  ada bath tub, standing shower, dan wastafel serta kaca rias yang  terpisah, dan saat mama mandi pintunya jarang dikunci, Cuma sedikit  ditutup saja, sehingga aku cukup melihat dari celah pintu yang terbuka.  Tidak puas, suatu hari timbul ideku untuk merekamnya, maka aku siapkan  kamera dan dengan hati – hati merekamnya. Wah, hasil rekamannya sungguh  amat indah, dan memperlancar masturbasiku. Tapi itu belum cukup, aku  masih menyimpan hasrat untuk merasakan dan menyentuh secara langsung,  dan dalam hal ini aku amat terobsesi dengan mamaku. Aku harus mencari  cara dan kesempatan untuk memiliki mamaku seutuhnya. Kesempatanku amat  besar, karena di rumah ini hanya ada aku dan mamaku, tinggal bagaimana  aku mencari caranya.
  Kalau aku pikirkan secara mendalam, setelah bercerai, mamaku mencurahkan  hidupnya untuk bekerja dan kami anak – anaknya. Seingatku mama tidak  pernah menjalin hubungan dengan pria lain, berangkat dan pulang kerjapun  selalu tepat waktu. Kalaupun ada urusan kerja di luar kota,sebisa  mungkin mengajak kami. Hari liburpun dihabiskan bersama kami anak –  anaknya. Apa mamaku tidak punya hasrat seks lagi ? Kalau melihat umurnya  rasanya tidak mungkin. Rasanya aku harus mencoba mencari tahu hal ini.
  Biasanya kalau sudah selesai makan malam, aku dan mama menonton TV. Saat  sedang nonton TV, biasanya aku sering menaruh kepalaku di kedua paha  mama. Malam itu mama memakai baju tidur mini tanpa lengan berwarna  putih, dengan belahan dada yang rendah, sehingga makin menonjolkan tetek  mama yang besar tersebut, seakan tidak mampu menampung tetek yang besar  tersebut. Ugh...ribet deh jadinya aku. Gairahku benar – benar membara,  tongkolkupun sudah nyut – nyutan. Gelisah banget rasanya. Kami menonton  tanpa bersuara. Akupun memulai percakapan.
  "Ma, boleh nggak Irwan nanya sesuatu...?" kataku, sambil membalikkan  kepalaku dan badanku, kini kepalaku menatap ke arah perut mama. "Nanya apa...?" "Jangan marah ya Ma," kataku lagi "Apaan sih, kok serius amat sih Wan," kata mamaku. "Nggak, kan mama sudah lama hidup sendiri, apa nggak mau kawin lagi ma..?" kataku. "Ah kamu ini ada – ada saja. Nggak lah, kan mama sudah bahagia ada kamu  dan kakakmu. Memang kenapa kamu tanya hal itu, mau punya papa baru  ya..??" canda mamaku. "Enggak sih, Cuma Irwan ingin nanya saja kok ma."
  Tiba – tiba aku mendapat ide untuk mencoba mencari kebutuhan seks mamaku. "Ma, jangan marah ya, memangnya mama nggak kesepian..? Mama kan masih  muda, masih punya kebutuhan biologis," kataku hati – hati. Kurasakan  mamaku sedikit menegang dan terdiam sejenak. "Wan, kok nanyanya begitu sih, maksud kamu apa," suara mama sedikit naik. "Irwan kan sudah gede ma, sudah mendapat pelajaran di sekolah, jadi  Irwan tahulah soal kebutuhan pria dan wanita akan hal itu. Dan Irwan mau  mama tahu, kalau Irwan juga menghargai semua keinginan ma. Mungkin dulu  Irwan belum paham, tapi sekarang saat sudah tahu, Irwan jadi memikirkan  mama, kan mama juga punya hidup." jawabku sekenanya. "Wan...Wan, yang kamu pelajari itu memang benar, tapi ada juga yang  namanya perasaan dan hati nak, hidup tidak hanya dari teori pelajaran  saja, tapi juga dari pengalaman." jawab mamaku. "Maksudnya apa ma..?" tanyaku bingung. "Sebagai wanita mama juga ada kebutuhan yang kamu katakan. Tapi mama  juga tidak mau kecewa lagi Wan. Cukup sudah pengalaman pahit dari papamu  itu. Bagi mama apa yang mama jalani dan juga memiliki kamu dan kak  Erni, sekarang ini sudah cukup dan membahagiakan mama. Dan soal masalah  kebutuhan biologis mama, mama rasa bukan masalah kamu, dan masih ada  kesibukan dan cara lain untuk mengatasinya" jawab mamaku.
  Suasana jadi sedikit canggung, lama kami terdiam, hanya terdengar suara dari TV saja. "Ma, maafin Irwan yah sudah menanyakan hal yang membuat mama marah dan sedih." "Nggak apa – apa kok Wan. Mama senang karena Irwan perhatian sama mama." Kembali kami terdiam, mama mengelus – ngelus kepalaku. Aku juga diam  saja, tetap dalam posisi kepala menghadap ke tubuh mama. Saat itu aku  sedang berpikir, berarti mamaku sebenarnya memiliki kebutuhan seks.  Tinggal bagaimana aku menciptakan situasi dan kesempatannya. Toh saat  ini cuma ada aku dan mama, kak Erni tidak di rumah. Akupun memulai  rencanaku.
  Aku segera menaikkan kepalaku ke dada mamaku. Pura – pura bermanja – manja. "Eh, kamu ngapain Wan...?" tanya mamaku kaget. "Irwan sayang mama, boleh nggak Irwan nenen sama mama." "Ah, kamu ada – ada saja, kan kamu sudah besar nak," mamaku tertawa. "Iya, tapi boleh kan Irwan nenen lagi kayak anak kecil,"pintaku manja. "Nggak ah...konyol deh kamu,"mamaku tertawa. "Boleh ya ma, kan selama ini nggak pernah,"kataku sambil berusaha mencium puting mama. "Jangan ah Wan," kata mamaku berusaha dengan halus menggeser kepalaku,  tapi aku terus saja bermanja – manja, akhirnya mamakupun tertawa dan  berkata, "Yah sudah deh, kali ini saja ya, tumben kamu kolokan kayak  gini Wan."
  Yes, rencanaku mulai berhasil, mamapun segera menurunkan satu tali baju  tidur di bahunya, terpampanglah satu tetek mama yang besar,padat dan  masih kencang itu. Putih dengan puting yang juga besar. Lingkaran di  sekitar pentilnya dan pentilnya berwarna coklat kemerahan. Aku benar –  benar terdiam dan terpesona, walau sering mengintip, tapi berbeda sekali  karena kali ini aku melihat secara langsung dari jarak dekat. tongkolku  benar – benar mengeras sekali.
  "Lho kok bengong, tadi katanya mau nenen," tegur mamaku. "Ngg, iya...iya ma, habisnya tetek mama besar banget, masih kenceng lagi,"kataku lagi. "Ah kamu bisa aja memuji mama yang sudah berumur ini," mamaku tertawa. "Benar ma, benar – benar bagus dan mempesona,"jawabku jujur. Tanganku  menyentuh tetek tersebut, sungguh nyaman rasanya, kenyal dan keras,  sambil mendekatkan mulutku ke puting mama. Lama aku mengemut puting  mamaku, sementara mamaku tetap menonton TV. Tangan mama mengelus –  ngelus kepalaku, rasanya seperti anak kecil saja saat itu. Aku menghisap  – hisap puting mama sambil sekali – kali memainkan lidahku. Puting itu  kini benar – benar sudah membesar dan mengeras. Kurasakan mama mulai  gelisah, tapi aku tetap melakukannya perlahan – lahan, aku tidak mau  tergesa – gesa dan membuat mamaku curiga. Kini tanganku yang satu mulai  meremas tetek mama yang satu lagi, aku meremas dan mengenggamnya tanpa  melepasnya lagi. Lalu mama pun menurunkan tali baju tidurnya yang satu  lagi, kini benar – benar bertelanjang dada. "Wan, nenen yang sebelah  sini juga," kata mamaku sambil tetap menonton TV. Akupun segera  memindahkan mulutku ke tetek mama yang satu lagi. Aku melakukannya tetap  seperti tadi, perlahan –lahan dan berusaha senatural mungkin, walau  tongkolku sudah berdenyut – denyut, tapi aku tetap sabar.  "Ugh...,"terdengar suara mamaku pelan, duduknya pun mulai gelisah,  nafasnya mulai berat. Aku tetap diam saja, seolah – olah tidak tahu.  Hanya kali ini aku mulai memainkan – mainkan lidahku dengan lebih cepat  di puting mama. "Ah...," kali ini elusan mama di kepalaku mulai berubah  menjadi sedikit menjambak pelan rambutku.
  Akupun menghentikan kegiatan nenen tersebut, dan langsung mengubah  posisiku menjadi posisi duduk, di sampingku mama duduk dengan dada  telanjang, kedua teteknya yang besar benar – benar menantang, dengan  puting yang dalam kondisi mengeras. Ugh...sabar dikit kataku dalam hati.
  "Sudah dulu ma nenennya," kataku santai. Sekilas aku merasa melihat raut  muka mama sedikit kecewa, namun mama bisa mengontrolnya dengan baik. "Benar nih, memangnya sudah kenyang nenennya, Wan, katanya mau kayak  anak kecil," mama mencoba menetralkan dirinya dengan bercanda. "Iya, tapi nanti – nanti boleh lagi ya ma, Irwan senang deh bisa nenen kayak dulu." "Iya, iya, boleh kok, mama juga seperti mengingat kamu waktu kecil dulu" kata mamaku lagi. Sebenarnya aku sengaja berhenti, yang penting aku sudah mendapat jalan  masuk untuk melaksanakan niatku. Aku pun terdiam dan menonton TV. Mama  juga menonton TV, tapi entah lupa atau disengaja, tali baju tidurnya  tidak segera ia naikkan, jadilah pemandangan tetek mama yang indah  terpampang jelas di sampingku. Aku pura – pura saja seperti tidak ada  apa – apa. tongkolku benar – benar keras sekali saat itu, karena mataku  terus melirik tetek mama.
  "Ma, Irwan sudah ngantuk nih, tidur duluan ya. Irwan boleh tidur di kamar mama kan ?" tanyaku. "Ya sudah, sana kamu duluan, iyalah boleh, biasanya juga sering tidur dikamar mama," jawab mama.
  Akupun segera bangun, dan langsung menuju kamar mama, sambil berjalan ke  sana, aku tersenyum karena sebentar lagi nampaknya rencanaku akan  segera berhasil. Sesampainya di kamar mama, aku segera membaringkan  diri, sambil pura pura tidur, tongkolku sudah lumayan tenang kini. Tidak  berapa lama mama masuk ke dalam kamar, mama ke kamar mandi sebentar,  lalu naik ke tempat tidur, mengecup pipiku, mengira aku sudah tidur. Ada  sekitar setengah jam aku pura –pura tidur, aku juga tidak terlalu yakin  kalau mama sudah tidur pulas, tapi aku sudah menetapkan hati, Inilah  saatnya, sekarang atau tidak sama sekali, tidak boleh mundur lagi.  Kulihat mata mama masih terpejam. Rencanaku, kalau aku pura – pura nenen  lagi, paling mama berpikir karena aku lagi kolokan.
  Akupun mulai mendekatkan kepalaku ke arah mama yang sedang menghadap  aku. Mula – mula aku menghisap tetek mama tanpa menurunkan tali baju  tidur mama. Mama diam saja,tidak ada larangan. Tangankupun mulai berani  menurunkan kedua tali baju tidur mama. Mama diam saja, tidak ada  larangan. Kini aku menghisap tetek mama dengan bebasnya, tanganku yang  satu mulai meremas – remas dan memainkan puting tetek mama. Mama masih  terpejam, tapi kurasakan tubuhnya mulai menggeliat.
  "Ugh..Ooohh..,"terdengar mama mendesah pelan. Aku makin bersemangat dan  bergairah mendengarnya. Mulutkupun mulai berpindah – pindah dari puting  satu ke puting lainnya. Ada sekitar 10 menit aku memainkan tetek mamaku,  dengan kondisi mama tetap terpejam. Tapi aku yakin mama belum tidur.  Nampaknya mama menikmatinya. Akupun makin berani dan tangankupun mulai  bergerak ke bawah baju tidur mama, ke arah selangkangan mama. Saat  tanganku mendarat di atas celana dalamnya, tiba – tiba tangan mama  memegang tanganku, dan menepisnya dengan halus. Kini matanya tidak  terpejam lagi. Mama kini dalam posisi duduk di atas tempat tidur.
  "Cukup Wan, jangan lebih dari itu. Mama tahu dan mengerti kamu sudah  besar, sudah masuk usia remaja, mama juga paham kamu bilang mau nenen ke  mama sebenarnya karena kamu mulai ingin tahu tubuh wanita." kata mama. "Mama tidak keberatan kamu bermain – main dengan tetek mama, tapi jangan lebih dari itu ya Wan,"kata mama lagi. "Tapi ma, kenapa harus begitu, mama jahat, kenapa mama seperti itu," aku berargumen. "Wan, aku ini mamamu, tidak boleh kita melakukan hal yang seperti kamu inginkan itu,"kata mama lagi. "Mama bohong, sebenarnya mama menikmati kan. Sebenarnya mama juga inginkan,"aku terus menyerang pertahanan mamaku. "Memang, tetapi hanya sampai batas itu, tidak bisa lebih jauh lagi," jawab mama tenang. "Irwan sayang mama, dan mama harus tahu itu, Irwan mau melindungi mama,  tidak mau mama kecewa, juga mau mama menjadi yang pertama bagi Irwan,  mama tidak akan kecewa atau disakiti lagi, karena Irwan menyayangi dan  tidak akan pernah mau menyakiti hati mama."
  Hening sesaat, nampaknya mama terguncang mendengar kata – kataku, mama  terdiam dan menundukkan kepalanya, kulihat mama meneteskan air matanya.  Aku terkejut dan segera bangkit, aku peluk mamaku.
  "Ma, mama marah yah...?" "Tidak sayang, mama tidak marah, justru mama bahagia, karena Irwan  menyayangi dan amat perhatian sama mama. Benar – benar tidak mau mama  kecewa lagi." Lalu mama juga memelukku, lama kami saling bepelukkan, kemudian mama  berkata kembali, "Mama senang dan sekaligus bingung, karena kamu memilih  mama sebagai yang pertama dalam hidupmu. Seharusnya kamu memilih gadis  lain Wan." "Ma, bagi Irwan, mamalah yang terbaik, mamalah yang harus memiliki Irwan  pertama kali, tidak ada penyesalan, bahkan Irwan akan merasa bahagia  ma."
  Mama masih terdiam dan tetap memelukku, sudah tidak menangis lagi,  tangannya membelai lembut kepalaku. Aku diam saja, membiarkan mama  bermain dengan pikirannya. Lalu mama berkata kembali
  "Sebenarnya kita tidak boleh melakukan hal ini, aku mamamu dan kamu anakku. Garis itu tidak boleh dilanggar..." "Tapi ma...,"aku memprotes, tetapi diam kembali karena mama segera memotong kalimatku "Toh yang melakukannya adalah kita, tak ada orang lain yang dirugikan,  tak ada orang lain yang disakiti, semua resiko dan tanggung jawab adalah  milik kita." "Jujur saja, mama juga wanita yang punya kebutuhan seks, tapi mama takut  menjalin hubungan lagi karena mama tidak mau mama dan anak – anak mama  kecewa kembali. Kala kamu mau tahu saat hasrat mama muncul dan tak  tertahankan, mama menggunakan vibrator dan masturbasi, toh yang namanya  gairah akan hilang, kalau sudah orgasme. Tak perlu menjalin hubungan  kalau hanya untuk mengatasi hal itu." "Tapi tadi saat kamu minta nenen, dan memainkan puting mama, mama mulai  merasakan api gairah yang ada di dalam mama, kembali menyala, walau  awalnya ragu, namun mama yakin, dengan kamu mama tidak akan kecewa dan  sakit, kita sama – sama menyalurkan hasrat terpendam kita." "Mama sadar mama tidak bisa dan trauma dengan pria lain, tapi mama tahu  kalau dengan Irwan, mama tidak akan sakit, karena Irwan menyayangi mama.  Juga lebih baik mama yang mengajari dan memuaskan keingintahuan seks  kamu daripada kamu harus melakukannya dengan perempuan penghibur."
  Mama melepaskan pelukannya, lalu berdiri dan melepaskan baju tidurnya. Kini hanya bercelana dalam saja. Lalu mama berbaring.
  "Wan, ingat ini hanya menjadi rahasia kita berdua, kamu boleh memiliki mama kapanpun, namun jangan sampai kakakmu tahu." "Kini kamu lakukan yang kamu inginkan ke mama, jangan takut mama akan  membimbing dan mengajarimu. Nanti kamu sendiri yang harus membuka celana  dalam mama. Puaskan mama dan dirimu." "Lakukan dengan santai saja Wan. Mama mau pengalaman pertama kamu ini menjadi pengalaman yang berkesan dan indah dalam hidupmu."
  Aku yang tadi hanya terdiam, antara percaya dan tidak percaya akan  kesempatan ini, segera bergerak, aku berbaring di samping mama, aku cium  bibir mamaku, lidah mama dan lidahku bertautan dengan penuh gairah.  Tanganku mulai meremas – remas tetek mamaku, memilin – milin puting  mamaku. Tangan mama juga tidak tinggal diam, mengelus – ngelus tongkolku  dari bagian luar celana pendekku. Ugh...nikmat sekali elusn tangan  mamaku. Kini aku mulai menciumi tetek mamaku, mengulum, menjilati puting  mama, mama menggeliat – geliat dan memeluk tubuhku. Tangan mama mulai  membantu membuka kaosku, lalu celanaku, kini aku dalam kondisi  telanjang, masih tetap menindih mama, dengan rakusnya aku terus meremas –  remas da memainkan tetek mama, gairahku makin meninggi melihat mama  yang nampaknya menikmati saat teteknya aku pemainkan. Tangan mama kini  mengelus dan mengocok tongkolku dengan lembut.
  "Wah besar juga tongkolmu Wan, sebagai lelaki kamu harus bangga." "Ahh...enak ma, terus kocokin tongkol Irwan ma," kataku di sela kesibukanku memainkan tetek mama. "Wan, sudah dulu dong mainin tetek mama, masa kamu mau diamin saja memiaw mama." Terus terang, bukannya tidak mau, tetapi aku memang belum pengalaman  sih. Tapi dengan yakin, perlahan aku mulai menurunkan posisi badanku,  hingga kini menghadap tepat di atas celana dalam mama. Tanganku mulai  memegang celana dalam mama, meraba dan mengelusnya, kurasakan tebal dan  terasa rambut kemaluan yang lebat di baliknya. Mulutku mulai mencium  pinggiran selangkangan mama. Mama mulai membuka kedua kakinya. Secara  spontan aku menarik celana dalam mama perlahan – lahan. Kini mamaku  dalam posisi telanjang bulat. Aku hanya bisa meneguk ludah menyaksikan  memiaw mama yang terpampang begitu dekat dan indah di depan mataku.  Aroma yang belum pernah kuciumselama ini, terasa ke hidungku, rasanya  amat menggoda. Rambut kemaluan mamaku benar – benar lebat dan menutupi  memiaw mama, sesuai dengan kesukaanku, tongkolku benar – benar berdenyut  – denyut kencang. Tanganku mulai mengelus – ngelus rambut kemaluan  mama, terasa tebal dan menggairahkan sekali. Aku mulai mengingat –  ngingat adegan di film – film BF yang pernah kutonton. Seakan tahu apa  yang kupikirkan, mama mulai berkata
  "kok bengong lagi Wan, kamu lakukan saja apa yang mama perintahkan ya.  Sekarang kamu jilati dan mainkan memiaw mama dengan lidah dan tanganmu.  Kalau susah kamu lebarkan dengan tanganmu, lubang memiaw mama." Mama  mulai melebarkan kakinya, membuka selangkangannya yang indah,  menampakkan puncaknya yang menggoda.Akupun mulai menyibak rambut  kemaluan mama yang lebat, jariku membuka memiaw mama secara  perlahan.Persis seperti film yang kulihat.
  "Nah kalau sudah, coba kamu lihat di sekitar lubang memiaw mama, ada  daging kecil yang menonjol keluar, seperti butir kacang, itu namanya  kelentit atau sering disebut itil,sayang. Nah bagian itulah yang harus  kamu mainin dan jilatin pada memiaw mama. Mama akan merasa nikmat saat  kamu melakukan itu." Tanpa menunggu lama lagi, akupun mulai memainkan  dan menjilati itil mama dengan lidahku, aroma yang tercium sungguh amat  enak terasa di hidungku. Mula – mula aku pikir apa yang aku lakukan  salah, tapi perlahan pasti kulihat tubuh dan pinggul mamaku mulai  bergoyang – goyang.
  "Ah...Oooohhh..Ssss....enak Wan, Ugh...." "Ughhh...jilat terus Wan," mama mendesah semakin kuat, goyangan badannya semakin terasa. "Ooohhhh....pintar kamu Waaann, aaahhhh....cepat pandainya..." "Oooohh...Aaahhhh....mama...mama...mau...sedikiiit  tt lagi,"tangan mama  mulai meremas rambutku, mama makin melebarkan kakinya, geliat pantat  mama semakin liar, akupun makin bersemangat memainkan dan menjilati itil  mama. Lidahku menari – nari dengan liar dan cepat, menyapu permukaan  memiaw mamaku yang sudah mulai basah. Sensasi yang kurasakan saat itu  sukir dilukiskan, kurasakan batang tongkolku sudah amat keras dan  berdenyut – denyut. Melihat mamaku yang telanjang, dan mendesah – desah  keenakkan saat itilnya kujilati sungguh membuat gairah dan birahiku  membara. Badan mamaku bergetar hebat, dan diiringi desahan nikmat yang  panjang, kurasakan memiaw mama menyemburkan cairan hangat yang  nikmat...Mama terdiam sesaat, lemas, aku mengelus – ngelus memiaw mamaku  dengan lembut dengan jariku.
  "Ughh...nikmat sekali rasanya Wan, sudah lama mama tidak mengalami  orgasme saat dijilati seperti tadi. Rasanya enak betul, kamu pintar dan  cepat belajar sayang. Tunggu sebentar ya, mama akan gantian memberikan  kenikmatan kepada kamu." lalu mama pun bangkit dari posisinya,  menyuruhku berbaring. Diam sebentar mengamati tongkolku, karena baru  sekarang dapat melihatnya secara jelas.
  "Wah...panjang dan besar juga tongkol anak mama, kayaknya ada sekitar 20  cm, pastinya ini bukan dari turunan papa kamu yang brengsek itu.  tongkol kamu jauh lebih bagus dan besar dibandingkan si brengsek itu,"  sindir mamaku sinis terhadap papaku. Aku jadi menyadari betapa bencinya  mamaku terhadap papaku, dan entah kenapa mendengar perkataan mamaku,  membuat aku senang dan bangga, karena dalam satu hal ternyata aku lebih  hebat dari papaku. Makin keras saja rasanya tongkolku kini. Mamaku mulai  memainkan batang tongkolku dengan tangannya yang halus, enak benar  rasanya, jempol tangannya mengurut – ngurut kepala tongkolku dengan  lembut. Aku hanya bisa merem melek saja merasakannya. Lalu mama mulai  mendekatkan mulutnya ke arah tongkolku. Kurasakan rasa nikmat yang luar  biasa ketika lidahnya mulai memainkan kepala tongkolku. Seluruh tubuhku  rasanya lemas tak berdaya. Lalu perlahan tapi pasti tongkolku mulai  masuk ke dalam mulut mama. Nikmat rasanya saat mama mengulum, mengisap  batang tongkolku, juga saat lidahnya menjilati kepala dan batang  tongkolku. Rasanya tidak bisa kupercaya, tongkolku bisa masuk ke dalam  mulut mama yang mungil dan sensual itu, lembut sekali rasanya elusan  bibirnya menyentuh batang tongkolku. Tangan mama juga mengelus – ngelus  biji pelerku, enaaak banget rasanya. Sesekali mulut dan lidah mama  mengulum dan menjilati bijiku. Service mama yang enak ini benar – benar  membuatku kelojotan dan hanya bisa merem melek merasakan kenikmatan dan  sensasi yang luar biasa ini. Sambil mengulum tongkolku, sesekali mama  menatapku. Sungguh luar biasa sensasi yang dirasakan saat kita melakukan  kontak mata saat sedang diberikan oral seks.
  Lagi enak – enaknya mama berhenti. Aku mau protes, tapi mama segera berkata.
  "Untuk pemula, daya tahanmu cukup baik. Mama sebenarnya mau mengulum  tongkol kamu kembali, sampai kamu keluar, tapi untuk pengalaman pertama  kamu, mama ingin kamu merasakan yang terbaik dan juga harus mengeluarkan  sperma kamu di tempat yang special...di dalam memiaw mama sayangku. Nah  kini kita mulai, jangan takut, mama akan bimbing kamu." Mama mengocok  –ngocok kotolku, lalu mulai berbaring. Aku disuruhnya untuk memposisikan  diri di atasnya. Mama mulai membuka kedua kakinya, memperlihatkan  memiawnya yang menawan. Tangannya membuka lubang di memiawnya,  menunjukkan jalan ke arah lubang kenikmatan miliknya.
  "Karena ini yang pertama, maka mama bantu kamu dulu menunjukkan arah  yang tepat, kalau sudah sering, pasti nanti kamu mahir dengan  sendirimya, yang." Lalu tangannya memegang batang tongkolku, menuntunnya  ke arah yang benar, ke dalam surga kenikmatan. Agak sulit pertama –  tama, karena tongkolku yang cuup besar dan juga karena memiaw mama yang  sempit karena sudah lama tidak dimasuki tongkol. Jleb....perlahan kepala  tongkolku menerobos ke dalam lubang memiaw nikmat milik mama, tubuh  mama agak bergetar saat tongkolku menerobos masuk, kembali mama  melebarkan kakinya dan menaikkan pantatnya perlahan, hingga batang  tongkolku masuk seluruhnya ke dalam lubang memiaw mama. Sungguh suatu  sensasi kenikmatan yang luar biasa yang kurasakan pertama kali seumur  hidupku. Saat tongkolku berada di dalam memiaw mama, rasanya sangat  nyaman, hangat dan berdeyut – denyut dengan nikmatnya. Jadi inilah  rasanya memasuki memiaw seorang wanita, semakin nikmat karena ini adalah  memiaw mamaku yang benar – benar aku inginkan. memiaw yang sudah  melahirkan dua orang anak, namun tetap terasa nikmat dan berkualitas.
  "Santai saja Wan, pompa tongkolmu naik dan turun, jangan tergesa – gesa,  nikmati, buat pengalaman pertamamu ini berkesan. Keluarkan di dalam  memiaw mama ya sayang," mama mengajari dan memberiku semangat dengan  lembut. Akupun mulai bergerak seperti yang diajarkan mamaku. Pantatku  naik dan turun, tongkolkupun mulai memompa dengan nikmatnya di dalam  memiaw mamaku. Sungguh amat sangat niiikkkmaaattt, kulakukan dengan  perlahan – lahan, tidak tergesa – gesa, sekali – kali bibirku mencium  bibir mamaku dengan lembut dan pnuh gairah. Kulihat tetek mamaku yang  besar itu bergoyang – goyang seiring pompaanku tongkolku dalam memiaw  mama. Sungguh enak dilihat, satu tangankupun mulai ,eremas – remas dan  memainkan putingnya, sekali – kali kuhisap dan kujilati. Cukup lama juga  aku memompa tongkolku, mama mulai mendesah – desah, dan menggoyang –  goyangkan pinggulnya...
  "Aahhh,,,Ahhhh, terus Wan, pintar juga kamu." "Ooohhhh....enak...sudah lama memiaw mama tidak dimasuki tongkol, jadi rasanya nikmat.." "Ugh...ughhh..." "tongkol kamuuu...benar –benar enaaakk...aaaahhh." "memiaw mama juga nikmaaattt...sempiit dan enaak" "Aahhh....mama sudah mau keluar yang" Kurasakan memiaw mama menyemburkan cairan hangat ke tongkolku, mama  nampak lemas dengan ekspresi penuh kepuasan di wajahnya. Mama meminta  aku berhenti sebentar, tapi aku tdak mau dan terus memompa. Mama nampak  lemas, matanya merem melek, mulutnya mendesah – desah, sementara  pinggulnya makin bergoyang dengan liar dan cepat mengimbangi gerakkan  tongkolku. Tentu saja aku merasakan semakin nikmat, apalagi mama makin  melebarkan kakinya, sehingga tongkolku semakin leluasa menerobos memiaw  mamaku yang terasa sempit karena lama tidak dihajar tongkol. Gerakanku  makin kupercepat, bibir, leher dan tetek mamaku bergantian aku jilati  dan ciumi. Ploook...plookk..plookkk..., bunyi pompaan tongkolku  terdengar jelas saat memompa memiaw mamaku yang sudah basah itu.
  "Aaahhh....ahhhh...nikmaaat nggakkk sayang..." "Pastiii ma....oohhh..." "Ughhhhh...Oohhhh...." "Terus yang mama mau keluar lagiii..." Kurasakan tongkolku juga berdenyut – denyut lebih keras, rasanya aku  juga mau mencapai puncak, Aku segera menciumi bibir mamaku dengan  ganasnya, lidahku dan lidah mama saling bertautan dengan penuh gairah,  kutindih dan kupeluk tubuh mamaku dengan kuat...Kurasakan memiaw mama  menyemburkan cairan, mama orgasme lagi, hampir bersamaan tongkolkupun  menyemburkan cairan sperma dengan kuat dan cukup banyak. Kurasakan tubuh  kami sama – sama bergetar dengan nikmat. Lalu akupun terkulai, masih  menindih tubuh mamaku, lemas tapi puas dan dipenuhi rasa nikmat.  tongkolku masih berdenyut – denyut. Akhirnya kurasakan juga kenikmatan  bersetubuh, memang nikmat, tapi terasa makin dan lebih nikmat karena  pertama kali aku melakukannya denga mamaku tersayang. Kami berbaring  berdampingan sambil berpegangan tangan.
  "Kamu hebat sayang...mama benar – benar puas." "Aku juga ma." "Sini mama bersihkan tongkol kamu," kata mama, lalu mama mulai menjilati sisa – sisa sperma dari tongkolku. "Benar – benar masih mudah dan bersemangat, tongkol kamu masih keras." "Irwan sayang, mama bahagia dan tidak menyesal melakukan hal ini. Kamu  membuat mama merasakan kembali menjadi wanita. Kamu hebat, jauh lebih  kuat dari papa kamu. Mulai sekarang kamu boleh melakukannya kapan saja,  kalau kamu mau tinggal bilang ke mama. Pasti mama bersedia, kecuali saat  mama datang bulan, cukup mama service kamu dengan oral. " "Tentu saja mulai sekarang kamu harus tidur di kamar bersama mama, kamu  harus memuaskan mama dan diri kamu setiap hari, kecuali kalau ada kakak  kamu ya, harus hati – hati, jangan sampai ketahuan."
  Aku senang sekali mendengar perkataan mamaku. "Baiklah, tapi mama juga harus janji, mama mau mengajari aku yah, juga  mau menuruti semua keinginanku dalam melakukan hubungan seks, kalau aku  mau mama begini atau mama begitu seperti di film yang aku lihat, mama  nggak boleh protes ya." "Mama benar – benar tipe wanita idamanku, tinggi, cantik, bertetek  besar, memiliki rambut kemaluan yang lebat, tapi ada satu yang kurang,  kuharap mama mau melakukannya, karena aku senang dan suka sekali." "Apa itu Irwan sayang ?" "Irwan mau mama mulai menumbuhkan bulu ketek, jangan mama kerok atau  cabuti, tidak perlu lebat ma, karena Irwan suka sekali dengan bulu  ketek, bagi Irwan itu sangat merangsang dan menggairahkan. Kalau dirawat  kan tidak bau, apalagi mama yang rajin merawat tubuh. Pokoknya mama  harus menuruti permintaan ini ya." "Tentu sayang, pasti mama turuti, mulai sekarang mama akan membiarkan  bulu ketek mama tumbuh demi kamu. Senang dan bahagia sekali mama, karena  tubuh mama ternyata sesuai dengan keinginan kamu. Rasanya mama kembali  muda."
  Lalu kami kembali berpelukan, malam itu aku kembali menggarap memiaw mamaku 2 kali lagi. Mama berbaring di sampingku, telanjang, tertidur pulas. Aku masih belum  tertidur. Masih berpikir atas apa yang baru kualami, sedikit tidak  percaya akan semuanya. Tapi sudahlah, semua yang kuinginkan sudah  terjadi, mamaku puas, aku puas. Bagiku apa yang kami lakukan adalah  jalan kami bersama, kami yang merasakan, tidak ada penyesalan, tidak ada  orang lain yang dirugikan. Rasanya bahagia sekali.....
  Tanpa terasa sudah hampir 2 bulan, aku menjalani babak baru kehidupan  dengan mamaku. Aku juga sudah semakin pandai saja dalam urusan Seks.  Mama benar – benar membimbing aku untuk memahami tekhnik dan juga cara  memuaskan seorang wanita dalam hal berhubungan badan. Semua yang selama  ini hanya bisa kufantasikan dan kusaksikan lewat film saja, kini dapat  kupraktekkan secara langsung. Mama selalu ada dan menjadi pembimbingku  yang seksi dan menggairahkan, selain itu memang mama seperti mendapatkan  diriku sebagai oase baginya guna menyegarkan semua dahaga seksnya yang  lama terpendam.
  Namun sedikit banyak aku berpikir betapa tololnya papaku meninggalkan  wanita sehebat dan seseksi mama, tadinya aku berpikir mungkin karena  mama adalah tipe yang kolot dan konvensional, tapi ternyata tidak. Aku  sendiri juga kaget karena untuk urusan seks, mamaku ternyata hebat dan  panas, selalu berusaha memenuhi dan memuaskan keinginan pasangannya.  Buktinya semua keinginanku selalu diturutinya. Mama bercerita dulupun  dia selalu berusaha memenuhi keinginan papaku, menonton film BF punya  papa untuk mempelajari posisi dan hal yang bisa menyenangkan  pasangannya. Ah...persetan dengan ketololan papaku, sekarang ada aku  yang bisa membahagiakan mama.
  Hidup yang sekarang kujalani sangatlah indah. Kecuali saat kak Erni  pulang saja, aku harus menahan diri. Untuk tidur di kamar mama sih nggak  masalah, karena kak Erni tahu, dari dulu aku suka kadang – kadang suka  tidur di kamar mama, tapi sekarang dia tidak tahu, kami bukan hanya  sekedar tidur. Kalau tidak ada kak Erni, aku dan mama benar – benar  memuaskan hasrat seks kami sepuasnya. Kapanpun aku mau, aku tinggal  lakukan. Saat mama di dapur, di kolam renang, di meja makan, saat aku  mau, tinggal kusodok saja memiaw mamaku, dan mama juga tidak pernah  menolak. Bahkan kalau saat sedang mengantar mama pergi dan aku mau, mama akan  membuka resleting celanaku dan meng-Oral aku, sementara aku tetap  menyetir. Kadang kalau malam minggu atau hari libur, aku dan mama  berjalan – jalan ke mall, makan di luar, nonton bioskop, kayak anak muda  yang berpacaran saja.
  Yang pasti aku tidak perlu takut mama akan hamil, walau usia mama saat  aku mulai menyetubuhinya memasuki usia 35 tahun dan masih memungkinkan  hamil, namun aku tak perlu khawatir. Mama bilang saat bercerai dulu mama  sudah memasang spiral KB, sewaktu mama berhubungan denganku pertama  kalinya, besoknya mama kembali memeriksakan spiralnya dan memasang ulang  untuk memastikan keamanannya. Mama bilang dia sebenarnya tidak  keberatan kalaupun nantinya bisa hamil, namun dia bilang daripada jadi  omongan orang, pertanyaan Kak Erni, belum lagi karena mama bekerja, maka  sebaiknya pasang alat pengaman saja. Selain itu kata mama dia mau aku  menikmati saat berhubungan, kan nggak adi kalau mama bisa enak orgasme,  sementara aku harus mencabut tongkolku saat aku mau klimaks Cuma untuk  mengeluarkan spermaku karena takut mama hamil, mama mau aku juga nikmat  dan mengeluarkan spermaku di dalam lubang memiawnya. Lagipula mama juga  lebih enak kalau aku keluar di dalam, katanya rasanya nikmat saat  spermaku menyemprot dinding memiawnya. Duh senang dan terharunya aku,  mamaku begitu memperhatikan hal itu, mau aku mengalami kenikmatan  seutuhnya.
  Bagiku mama bukanlah wanita murahan atau gampangan, mama rela dan  memberikan semuanya kepadaku karena mama merasa nyaman dan aman. Aku  menyadari mama sangat peduli dan selalu berusaha memuaskan pasangannya,  dalam hal ini aku, bila mama mengalami kenikmatan, maka mama juga mau  hal yang sama untuk aku. Kita tidak bisa menilai wanita hanya dari  luarnya saja, terkadang wanita contohnya mamaku yang kalau sehari – hari  terlihat sopan dan santun, namun saat di atas ranjang, mempunyai sisi  lain yang bisa membuat kita tercengang dan puas. Mamaku benar – benar  berkelas. Tidak merasa sungkan atau canggung membicarakan atau memenuhi  keinginanku, karena seks yang nikmat adalah bila pasangan yang  melakukannya sama – sama mengerti dan tahu keinginan masing – masing dan  mau terbuka mengatakan hal yang kurang atau membuat sakit pasangannya,  atau pura – pura suka padahal tidak pada gaya ini atau gaya itu. Seks  yang kami lakukan selalu terasa panas dan nikmat karena kami selalu  berusaha memberi dan menerima dengan sepenuh hati.
  Mama sendiri mengatakan bahwa untuk urusan seks, aku memiliki stamina  dan daya tahan yang kuat, bahkan mama suka kewalahan, tapi mama senang  karena selalu mengalami kepuasan berkali – kali setiap melakukan  hubungan seks. Mama merasa gairahnya yang sempat padam kini menyala  kembali dan bisa disalurkan. Apalagi kalau sedang berhubungan dan aku  sudah keluar, tongkolku juga cepat lagi bangunnya, mungkin karena aku  masih muda. Kalau hanya ada kami saja di rumah, mama selalu memakai baju  tidurnya yang seksi, kadang hanya BH dan CD, tapi seringkali aku  meminta mama untuk telanjang saja. Biasanya kalau ada teman yang mau  datang aku bilang dulu ke mama atau menelepon dahulu, biar mama memakai  busana yang sopan, kan nggak lucu kalau temanku datang mendapatkan mama  yang memakai baju seksi. Mama selalu menuruti keinginan dan fantasi yang  aku miliki, terkadang aku membawa laptopku dan menonton film BF yang  aku download dari internet untuk memberitahu bahwa aku ingin gaya  seperti inu atau begitu, juga tidak menolak saat aku mau merekam saat  kami sedang berhubungan, alasanku karena aku mau menontonnya di lain  waktu, mama tidak keberatan karena tahu aku nggak bakal memperlihatkan  ke orang lain, hanya unuk konsumsi aku dan mama saja ( Lagipula  memangnya aku gila apa, memamerkan film kayak gini ke orang lain, bisa  heboh dong ). Singkat kata mama selalu berusaha menuruti semua hasrat  dan fantasiku, karena mamapun menikmatinya. Mungkin ini yang disebut  puber kedua pada diri mama. Suatu hari saat mama dan aku sedang libur,  aku meminta mama untuk melakukan masturbasi dan juga main – main dengan  vibrator...
  Aku duduk di sofa seberang, mengelus – ngelus dan memainkan tongkolku,  mataku tak lepas pada pemandangan panas di sofa di seberangku. Mamaku  yang dalam keadaan bugil, posisinya rebahan, kedua kakinya membuka  lebar, memperlihatkan memiawnya yang tebal, rambut kemaluan yang tebal  menambah keindahannya. Tangannya menuju ke arah memiawnya, mengelus –  ngelus permukaan memiawnya, memainkan rambut kemaluannya, lalu jarinya  mulai membuka lebar memiaw tersebut, tangan yang satu lagi segera  memainkan itilnya, menggosok – gosok dan mengurut secara cepat itilnya.  Mulutnya mendesah dan matanya merem melek, nampaknya menikmati sekali.  Aku menyaksikannya dengan amat senang, tongkolku berdenyut – denyut  keras, tegang sekali.
  "Ooohhh...Ahhhh..." "Ahhhh.......," desahan mama semakin keras, pinggul mama bergoyang  semakin cepat, jarinya makin cepat memainkan itilnya...teteknya yang  besar nampak bergoyang dengan indahnya. Tak lama kemudian mama berhenti  sebentar dan mengambil vibrator di sebelahnya, lalu memandangku, sambil  memandangku mama mulai menjilat dan memainkan vibrator itu di mulutnya.  Ugh...benar – benar merangsang aku. Lalu vibrator itu dimainkan ke  sekitar teteknya. Senang sekali aku melihatnya. Kini vibrator itu mulai  diarahkan ke lubang memiawnya, Jleb...masuk ke dalam memiaw mama. Mama  mengocok – ngocok vibrator itu, sekali – kali memainkan pengatur getaran  di ujungnya. Mendesah dan menggeliat – geliat, sementara tangannya  secara cepat memainkan vibrator tersebut. Sekali – kali terdengar suara  getaran dari vibrator tersebut.
  Aku terus melihat adegan tersebut, mataku terpaku ke arah memiaw mama  yang indah, benar – benar merangsang, belum lagi desahan dan ekspresi  wajah mama yang sangat menikmati. Akupun bangkit dan pindah ke samping  mama. Sementara mama tetap melanjutkan bermain dengan vibrator. Tanganku  mulai meremas – remas tetek mama. Sekali – kali kupilin putingnya. Lalu  tanganku bergerak ke bawah, aku mulai membelai rambut kemaluan mama  yang lebat itu, lalu tanganku mulai memainkan dan mengusap – ngusap itil  mama dengan cepat. Sementara mama tetap mengocok vibrator itu dalam  lubang memiawnya. Lama – lama gerakan pinggul mama semakin cepat,  jemariku juga makin lincah memainkan itil mama. Diiringi desahan nikmat  mama mengalami orgasme. Lemas...
  "Oohhh...lemas sekali." "Tapi enakkan mamaku sayang." "Iya sih, kamu ini ada – ada saja mintanya ke mama." "Habis aku mau melihat mama masturbasi dan main – main sama vibrator" "Yah sudah kalau itu bisa buat kamu senang, tunggu sebentar mama ke  kamar mandi dulu bersih – bersih, sebentar lagi gantian kamu yang bikin  mama senang. Mama mau kamu nusuk pantat mama habis sini." Mama lalu  bangkit ke kamar mandi, sementara aku tetap menunggu. Tak lama kemudian  mama kembali, sambil berjalan teteknya yang besar bergoyang, di  tangannya dia membawa sebotol baby oil. Baru saja mama menaruh baby oil  itu ke meja, aku segera menarik mamaku, dan memangku mamaku.
  "Huuhh...sabar dong yang." "Habis mama benar – benar merangsang, tongkol Irwan sudah nggak tahan nih..." "Iya...iya...makanya sekarang gantian, kamu yang bikin mama senang."
  Akupun mulai mencium mamaku, bibirku dan bibir mama saling memagut  dengan liar. Tangankupun tak ketinggalan, kuremas – remas tetek mama,  sungguh nyaman dan kenyal. Lalu tanganku yang satu lagipun mulai  bergerak ke arah selangkangan mama, kulebarkan sedikit kaki mama dengan  tanganku, lalu aku mulai memainkan memiaw mamaku, sementara kami tetap  terus berciuman. Jari tengahku mulai kumasukkan ke lubang memiaw mama,  kukocok dengan cepat, tanganku yang satu lagi mengangkat tangan mama,  bibirkupun segera menuju ke arah etek mama, nampak bulu ketek mama,  sungguh amat menggairahkan, segera kuciumi dan kujilati. Puas dengan  itu, kumiringkan sedikit badan mama di pangkuanku, mulutkupun segera  menuju ke arah tetek mama, dengan rakusnya kuciumi tetek mama bergantian  kiri dan kanan, putingnya kujilati, kukulum. Mama nampaknya sangat suka  saat aku memainkan teteknya, badannya menggeliat – liat keenakkan. Jari  tengahku pun semakin cepat mengocok lubang memiaw mama. Puas dengan  permainan ini, aku segera mendudukkan mama di sofa. Kedua kakinya segera  kukangkangkan selebar mungkin, nampaklah memiaw yang sudah memerah  karena kumainkan tadi, segera kuarahkan mulutku ke sana, tercium sedikit  bau yang enak di hidungku. Mula – mula kujilati dan kuciumi rambut  kemaluan mama, lalu lidahkupun segera menyapu dan memainkan seluruh  permukaan memiaw mama, kusodok – sodok lubangnya dengan ujung lidahku.  Dan akhirnya lidahkupun segera bermain – main dengan itil mama. Mama  nampak sangat menikmati permainan lidahku pada itilnya. Mendesah – desah  dan tangannya meremas – remas rambutku.
  "Yang kamu jilatin memiaw mama sambil tiduran ya, biar mama bisa hisap tongkol kamu..." Tentu saja aku tidak menolak tawaran tersebut, segera saja aku menuruti  perintahnya. Kini aku sudah berbaring dan mama berada di atasku,  menungging dengan posisi membalik, pantatnya menghadap ke mukaku. Segera  saja aku jilati memiaw dan pantat mama, mamapu tak mau ketinggalan,  sebelah tangannya mulai mengocok – ngocok tongkolku, lalu mama mulai  mendekatkan mulutnya ke arah tongkolku, lidahnya mulai bermain – main  dengan kepala tongkolku, menjilati dengan rakusnya, lalu mulutnya mulai  mengulum dan menghisap tongkolku, sambil tangannya tetap membelai –  belai biji pelerku...Oohh nikmat sekali rasanya. Sementar itu lidahku  terus memainkan itil mama, tangankupun juga ikut beraksi, jariku  bergantian menusuk – nusuk lubang memiaw dan pantat mama. Rupanya mama  tidak tahan juga dengan kenikmatan yang kuberikan, pantatnya bergoyang –  goyang dengan liar, tak lama kemudian tubuhnya mengejang, dan terasa  memiawnya menyemburkan cairan hangat, mama orgasme kembali. Hisapan mama  di tongkolkupun semakin panas, aku benar – benar keenakan dengan  service mama ini. Puas dengan itu, akupun segera menarik mama, dan  merebahkannya di sofa, aku berdiri di atas mama, segera kuarahkan  tongkolku ke tetek mama, kuletakkan ke tengah tetek mama, mama paham apa  mauku, segera saja tangan mama mengapit kedua teteknya yang besar itu,  tongkolkupun kini terjepit dengan kuat di antara belahan tetek mama yang  besar, segera saja kugerakkan pantatku maju mundur, saat kepala  tongkolku maju ke depan, lidah mama tak ketinggalan menjilatinya.  Gila...nikmat sekali rasanya tongkolku dalam jepitan tetek mama yang  besar dan kencang ini. Tak lama kemudian akupun sudah nggak tahan untuk  segera memasukkan tongkolku ke lubang memiaw mama.
  "Mama sayang, tongkolku sudah nggak tahn lagi nih pingin masuk ke sarangnya..." "He..he...memiaw mama juga sudah gatal minta disodok tongkol kamu Wan...!" "Oke..tapi mama aku pangku ya..."
  Segera aku duduk, mamapun segera bangkit, dan menuju pangkuanku, kakinya  dibuka lebar – lebar, perlahan sambil duduk diarahkannya lubang  memiawnya ke arah tongkolku yang sudah berdiri tegang itu...Jleb...ah  nikmatnya. Mamapun segera menggoyangkan pantatnya, naik turun,  tangankupun mulai meremas – remas dan memainkan tetek mama. Kuciumi dan  kujilati leher dan bibir mama, Mama mengelinjang kegelian. Gerakan mama  semakin cepat, memompa tongkolku dengan kuat, tangankupun tak  ketinggalan menggosok – gosok dan memainkan bagian atas memiawnya, Mama  menyandarkan kepalanya ke arahku, tangannya terangkat ke atas, terlihat  bulu keteknya yang lumayan lebat, kujilati dan kuciumi dengan rakus  sekali. Desahan nafas kami makin cepat dan bunyi tongkolku yang sedang  menggarap memiaw mama terdengar jelas...Plookk...Plookk...semakin  menambah nafsu kami.
  "Arghh....ee..naakk..Wan" "Oohhh....terus Wan, remas tetek mama..." "Mama saaaayanngggg kamu...ahhhh"
  Tidak berapa lama tubuh mama mengejang, nampaknya mama mengalami orgasme  lagi, akupun juga merasakan tongkolkupun sudh berdenyut semakin kuat,  segera saja aku ikut menggoyangkan pantatku engan cepat, mata mama  kulihat merem melek keenakkan. Croot...Croottt...cairan sperma menyembur  dengan kuat ke lubang mama, kuremas tetek mamaku dengan kuat...Aahhh  sungguh nikmat yang tiada duanya. Aku dan mama terdiam sesaat, bibir  kami berciuman dengan mesra....
  "Enak sayang...?" "Enaklah ma...mama juga senangkan..?" "Heeh...istirahat sebentar ya....mama masih mau lagi, tapi kali ini masukkin pantat mama ya."
  Mama lalu bangkit dari pangkuanku, mencabut tongkolku dari memiawnya,  nampak spermaku mengalir di pahanya, mama berjalan ke arah dalam.  Terdengar suara air di kamar mandi. Tak berapa lama mama kembali membawa  handuk dan air minum. Mama memberikan minum kepadaku, lalu mama  mengelap tongkolku, saat itu tongkolku dalam kondisi setengah ngaceng.  Akupun segera berbaring dengan santai. Setelah mengelap tongkolku  mamapun mulai memainkannya, mengelus – ngelus kepala tongkolku dengan  jarinya, membelai biji pelerku, diperlakukan seperti itu, tanpa butuh  waktu lama tongkolkupun bangkit kembali, mamapun mulai memainkan lidah  dan mulutnya pada tongkolku. Untuk urusan oral seks mama sangat hebat,  mama tahu titik sensitif pada kepala dan batang tongkolku, lidahnya akan  menjilati dan memainkan wilayah – wilayah sensitif tersebut dengan  lembut. Kalau sudah begitu aku hanya bisa merem melek menahan  kenikmatan. Jilatan dan hiapan mama semakin cepat kurasakan pada  tongkolku, aku memutuskan untuk diam dulu, menikmati saja, sambil  mengumpulkan kembali tenaga. Setelah kurasa cukup nyaman, kutarik mama,  mulut mama masih tetap bermain dengan tongkolku, namun kini pantatnya  kembali menghadap mukaku, kali ini yang menjadi sasaran permainan  lidahku adalah daerah lubang pantat mama, aku tidak jijik, karena aku  tahu, mama sangat telaten merawat dirinya dan juga mama pasti sudah  membersihkan daerah tersebut, terlebih bila mama bilang mau melakukan  hubungan seks lewat pantat. Kujilati dengan liar daerah tersebut, nampak  rambut kemaluan yang halus di sekitarnya, lubang pantat mama kutusuk –  tusuk dengan ujung lidahku, perlahan lubang itu mulai membesar, tanganku  segera mengambil baby oil yang tersedia, kutuangkan ke wilayah lubang  pantat mama, lalu jarikupun pelan – pelan mulai kutusukkan ke lubang  pantat mama. Bergantian sambil sesekali kujilati dengan lidahku. Mama  menggoyang – goyangkan pantatnya pertanda menikmati, sebagai balasan  serviceku yng enak, makin panas saja permainan mulut mama di tongkolku,  kami berdua benar – benar saling berusaha memuaskan dan memberikan  kenikmatan. Tidak berapa lama, mama mengatakan sudah nggak tahan lagi  mau dimasukkin. Kupun segera saja kembali meneteskan baby oil agak  banyak ke daerah lubang pantat mama.
  Mamapun segera memposisikan dirinya setengah nungging, kedua tangannya  memegang sofa, akupun segera berdiri, tongkolku siap menyodok pantat  mamaku...perlahan aku maju, mula – mula tanganku mulai memegang kedua  paha mama, lalu jariku mulai melebarkan lubang pantat mama, kuarahkan  tongkolku secara perlahan, agak sulit sedikit, karena tidak selebar  lubang memiaw, perlahan tapi pasti kepala tongkolku mulai menemui arah  yang benar...Jleb...mama mulai mendesah, agak meringis, akupun mulai  menekankan pantatku ke depan, kini batang tongkolkupun mulai masuk, mama  mulai mendesah, akhirnya tongkolkupun amblas seluruhnya, segera saja  aku mulai memompanya, dengan gerakan maju mundur yang berirama,  sementara tanganku bergantian meremas – remas tetek mama, kurasakan  tongkolku berdenyut nikmat, lubang pantat mama memang tidak seperti  lubang memiawnya, tongkolku terasa dijepit kuat, karena lubang yang  sempit, setiap kali tongkolku maju mundur terasa seperti diremas dan  dipijat dengan kuat...ah akupun mulai mempercepat goyanganku....Mama  juga menimpali dengan ikut menggoyangkan pantatnya yang besar dan seksi  itu, kenikmatan yang kami rasakan sungguh luar biasa. Setelah berapa  lama, sambil tetap dengan posisi tongkolku di dalam lubang pantat, tanpa  mencabutnya, aku mulai menarik mama, lalu memutar posisinya, aku segera  memeluk mama dari belakang dan perlahan duduk sambil menarik mama ke  pangkuanku, kini mama mulai bergerak memainkan pantatnya, tongkolku  terasa nikmat sekali, tanganku mulai meremas – remas tetek mama.
  "Ma...te..teruuussss..." "Goyangan mama eennaaakkk...aahhh" "Maaa...ganti duluuu ya...Irwan mau masukin memiaw maaamaaa...."
  Mamapun segera mencabut tongkolku dari lubang pantatnya, dan segera  membimbing tongkolku ke lubang memiawnya yang sudah basah itu. Mama  kembali menggoyangkan pinggulnya, akupun juga mulai menaik turunkan  pantatku. Plook...plookk....plook....semakin nyaring terdengar suara  tongkolku yang sedang memompa dalam memiaw mama yang sudah basah  tersebut. Mamaku benar – benar wanita yang hebat dalam urusan seks, aku  benar – benar puas setiap melakukan hubungan seks dengannya. Kembali  mama mencium bibirku, sementara aku membelai bulu keteknya, sambil terus  memompa memiaw mama, lalu mamapun perlahan menaikkan pantatnya,  mencabut tongkolku dari memiawnya, dan dengan cepat memegang batang  tongkolku dan mengarahkannya ke lubang pantatnya...ho..ho...nampaknya  belum puas lubang pantatnya disodok...akupun segera memainkan tongkolku  dengan ganas, sambil tetap berciuman, mulut mama mulai mendesah dengan  cepat, pantatnya ikut bergoyang mengimbangi setiap sodokan  tongkolku....Tangan mamapun meraih tanganku, mengarahkannya agar aku  memainkan puting susunya, sementara tangan mama yang satu lagi mulai  memainkan itilnya. Benar – benar sudah panas mama kali ini. Aku benar –  benar menikmati sensasi ini. Kurasakan tongkolku makin mengeras di dalam  lubang pantat mama. Akhirnya aku merasa bahwa aku sudah mau  keluar...kupercepat gerakanku...dan...creeet....creeet...spermaku  menyiram lubang pantat mama. Aku dan mamapun terkulai lemas. Setelah  terdiam beberapa saat, mama segera mencabut tongkolku dari lubang  pantatnya, dan menjilati sisa sperma yang tersisa.
  "Makasih ya Wan, sudah bikin mama puas." "Irwan juga sama ma" "Kamu makin pintar saja deh yang." "Kan mama yang ngajarin, lagian mama memang cantik dan seksi sih, jadi  Irwan maunya tiap hari masukkin terus, memiaw mama enak banget..." "Ah..merayu terus kamu Wan." "Sudah sekarang kita istirahat dulu Wan, yuk kita tidur di kamar, nanti malam mama masak yang istimewa buat kamu."
  Mamapun bangun dan menuntunku ke kamarnya, lalu kami segera merebahkan  diri di tempat tidur, aku cium mamaku, dan mama balas menciumku dengan  mesra pula, lalu kami kembali berpelukkan dan tertidur dengan bahagia.
  Cukup lama juga aku tertidur, mungkin karena kecapekan, saat aku bangun  kulihat mama sudah tidak ada di sampingku, aku pun bangun dan segera  menuju kamar mandi mama untuk berih – bersih dan menyegarkan diri.  Setelah segar, aku mencari celana pendekku dan memakainya. Aku berjalan  keluar dari kamar mamaku. Kucari mamaku, terdengar suara musik dari TV,  rupanya mamasedang senam. Aku segera menuju ruang santai. Kulihat mama  sedang melakukan senam, Ugh..mama hanya mengenakan BH dan CD saja, BH  yang mama kenakan seakan tidak mampu menampung tetek mama yang besar  itu, garis tubuh mama terlihat seksi, mama memang rajin senam dan yoga  untuk merawat tubuhnya.
  "Eh..sudah bangun yang." "Iya...kok mama nggak bangunin Irwan sih." "Habis mama lihat kamu tidur nyenyak sekali jadi mama biarkan saja." "Ma...lapar nih." "Mama belum masak, mama masih senam dan habis sini mau yoga dulu, tapi di meja makan sudah mama siapkan susu dan roti." "Huh mama rajin amat senamnya." "Kan biar mama tetap seksi, bukannya kamu suka kalau mama makin seksi, sudah kamu makan dulu sana." Mau tak mau akupun tersenyum, iyalah aku jelas mau dong kalau mama makin  seksi. Akupun segera menuju meja makan, duduk dan menyantap susu dan  roti. Suara musik penggiring senam mama terdengar dari TV. Setelah  selesai makan, aku taruh gelas dan piring ke bak cuci piring, dan  kembali ke tempat mama. Akupun duduk sambil memperhatikan mama yang  sedang senam dan yoga. Melihat mama yang hanya mengenakan BH dan CD  saja, tongkolkupun mulai mengeras, terlintas suatu ide nakal di otak  ngeresku...
  "Ma...masih lama nggak ?" "Kenapa yang, masih belum kelarlah mama, memangnya kamu masih lapar..?" "Nggak sih ma, Irwan senang sih ngelihat mama lagi latihan senam, biar makin seksi...tapi.." "Tapi apa Wan," mama tersenyum... "Tapi Irwan mau mama buka saja BH dan Cdnya." kataku nakal...Mama melihatku sejenak, lalu tertawa "Nanti kalau mama senamnya sambil telanjang, bisa nggak selesai dong, yang ada kamu bakalan senamin mama." "Yah enggaklah...maksudnya enggak salah lagi gitu, kan itu juga salah  mama karena punya bodi terlalu seksi dan panas, sehingga adik Irwan  nggak bisa tenang." Mama dan aku sama – sama tertawa, lalu mama pun mulai melepas BHnya,  teteknya yang besar itu pun seakan meloncat keluar, menggantung dengan  indahnya, lalu ia turunkan CDnya, menampakkan rambut kemaluan yang  lebat. Glek...walaupun sudah sering melihat dan merasakannya, tapi aku  tetap terpesona setiap kali melihat tubuh telanjang mamaku.
  "Gimana...senang ?"tanya mamaku. Akupun hanya mengangguk, menggeser  kursi agar tepat di hadapan mama, lalu duduk dengan tenang memperhatikan  mama, dan mamapun kembali melanjutkan kegiatannya. Tetek mama nampak  bergoyang dengan indah saat mama melanjutkan senamnya, bergoyang ke kiri  dan kanan, naik turun...wow seksinya, belum lagi bulu keteknya terlihat  menggoda. tongkolkupun mulai kurasakan mengeras di balik celanaku.  Tidak berapa lama mama mulai mengikuti gerakan senam di DVD, kini ia pun  rebahan di atas karpet, nampaknya kini sampai pada sesi yang dilakukan  sambil rebah di lantai. Dari suara yang terdengar di TV, nampaknya untuk  menguatkan pinggang dan pinggul. Kulihat rimbunan rambut kemaluannya  yang mengundang, lalu mama mengangkat sebelah kakinya, lalu keduanya,  terlihat memiawnya yang tebal, ketika mama melebarkan kakinya terlihat  lubang memiaw dan itil mama, menggairahkan dan menantang sekali.  Demikian pula waktu mama mengikuti gerakan dengan posisi menungging,  pantatnya menghadapku, terlihat pantatnya yang montok dengan rambut  halus disekitar lubang pantatnya, belum lagi melihat belahan memiawnya  saat posisi menungging menambah mabuk kepayang pada diriku. tongkolkupun  benar – benar mengeras dan berdenyut, terasa sesak di celana, akupun  segera membuka celanaku, biar lebih terasa leluasa. Mama tetap  melanjutkan kegiatannya. Akupun mulai mengocok tongkolku perlahan –  lahan, posisi memiaw mama benar – benar menghadap ke arahku, gerakan  senamnya yang melebarkan kaki, membuat memiaw mama semakin menggoda. Aku  masih memperhatikan dan mencoba menahan birahiku. Biar bagaimanapun aku  senang melihatnya, seperti melihat suatu pertunjukkan saja. Pelan –  pelan aku pun mulai turun dari kursi, duduk di ubin, menikmati  pemandangan indah di depanku dari jarak dekat....Ah....sudah nggak tahan  lagi, segera saja aku dekatkan mulutku ke arah memiaw mama. Tanpa basa  basi segera kuciumi..
  "Ah..Irwan, mama belum kelar nih senamnya." protes mamaku "Nanti saja ma dilanjuti, Irwan benar – benar terangsang. memiaw mama benar – benar menggoda." Akupun mulai menjilati dan menciumi rambut kemaluan dan memiaw mamaku  dengan buasnya, kujilati semua permukaan memiaw mamaku dengan liarnya.  Mamapun hanya bisa pasrah dan menikmati seranganku, kakinya semakin  dibuka dengan lebar. Kali ini aku bertekad untuk meng-Oral memiaw mamaku  dengan sebaik mungkin, benar – benar terangsang aku melihat mama  mengangkangkan memiawnya mengikuti gerakan senam tadi. Segera saja  kuarahkan lidahku ke itil mama, kumainkan dan kuputar – putar ujung  lidahku dengan cepat pada itil mama, mamaku mendesah dan menggoyangkan  pinggulnya, kedua kakinya kini bergantung di bahuku. Desahan mama  semakin kuat dan sering, kumainkan lidahku, kujilat pula lubang  memiawnya, lal kenbali ke itilnya. Jarikupun tak ketinggalan beraksi,  kutusukkan jari tengahku ke lubang memiawnya, mama makin merasa nikmat  dengan permainan lidahku dan juga sodokan jatiku pada lubang memiawnaya,  tangannya pun meremas – remas dan menjambak rambutku. Sesekali tangan  mama memainkan teteknya, menghisap putingnya. Cukup lama aku menggarap  memiaw mamaku dengan lidah dan jariku, memiaw mama semakin basah,  desahannya semakin liar, akhirnya mamapun menggelepar, terasa memiawnya  menyiramkan cairan hangat. Aku berhenti sebentar, membiarkan mama  menikmati orgasmenya dan beristirahat sebentar.
  Lalu aku bangkit dan segera duduk di sofa. tongkolku mengacung keras,  melihat mama yang terbaring di karpet, dengan posisi kaki mengangkang  memperlihatkan memiawnya yang merah sehabis aku mainin. Tak lama mamapun  bangun dan menghampiriku. Tangannya yang halus segera memegang  kontilku, mengelus dan mengocoknya, tak lama lidahya mulai menari – nari  di atas kepala tongkolku, tangannyapun semakin cepat mengocok batang  tongkolku. Nikmat sekali rasanya. Sepertinya mama berusaha membalas  kenikmatan yang kuberikan tadi. Mulut mamapun kini mulai mengulum  tongkolku, mula – mula hanya setengahnya saja, lalu bleb...seluruh  tongkolkupun dikulumnya, Awww....mama enak sekali rasanya. Mataku merem  melek merasakan kenikmatan Oral dari mama. Lama juga mama bermain dengan  tongkolku, setelah aku merasa puas, aku segera menahan gerakan kepala  mama dengan lembut. Aku berdiri, mama kini berhadapan di depanku, aku  dorong mama dengan perlahan, kupepetkan badannya ke tembok. Aku ciumi  bibirnya, teteknya, sementara jariku menusuk lubang memiawnya. Mamapun  membalas ciumanku dengan gairah yang panas pula.
  Tanpa menunda – nunda lagi, tanganku segera mengangkat dan memegang  sebelah kaki mama, kini mama berdiri dengan sebelah kaki dan badan  menempel tembok.Segera kuarahkan tongkolku ke lubang memiawnya yang  nikmat. Kupompa dengan cepat dan sedalam mungkin, mamapun semakin  bergairah. Terus kuciumi bibirnya, kulumat dengan birahi yang panas.  Lidah kami berpagutan dengan liarnya. Makin kutekan mama ke tembok, kini  kedua tangan mama mulai memeluk leherku, aku juga memeluk dan menahan  pundak mama dengan kedua tanganku. Dalam satu gerakan mama mengangkat  kakinya yang satulagi, dan kedua kakinya kini mengapit erat di pantatku.  Kini mama benar – benar brgantung sambil memelukku, Guna menyeimbangkan  aku makin merapatkan mama ke tembok. Gerakan tongkolku dalam memiaw  mamapun semakin cepat, karena posisi mama saat ini benar – benar membuat  tongkolku terasa nikmat, rasanya seperti dijepit dan diremas dengan  kuat. Ciuman kami makin panas, tetek mama yang besar terasa enak sekali  menempel dengn kuat di dadaku.
  "Aahhh...Wan...gila kamu...mama benar – benar enaaaakkkk nih." "Teee...russss Wan.." "Aaawww...sodokan kamu gaanaaassss benar...Ooohhhhhh." "Wan...Ooohhh...Ahhhhhh" Kurasakan tangan mama makin kencang memeluk tubuhku, tak berapa lama  mama mengerjang, dari lubang memiawnya kurasakan semburan cairan hangat.  Mama orgasme lagi, tampak lemas dan bahagia. Tapi aku tetap meneruskan  sodokanku, mama setengah menjerit dan mendesah menahan kenikmatan yang  kuberikan pada memiawnya, matanya merem melek dengan ekspresi wajah yang  makin membuat aku terangsang. Akupun berhenti sebentar, sambil tetap  dalam posisi tongkolku di dalam memiaw mama dan mama menggantung  memelukku, aku segera menuju kamar mama, segera saja mama kurebahkan,  kini aku di atas mama, mama mengangkat dan melebarkan kedua kakinya,  semakin memberikan jalan kenikmatan pada tongkolku. Aku segera memompa  memiaw mama. Tanganku kembali memainkan dan meremas – remas teteknya.  Semakin cepat sodokanku, semakin kencang pula tetek mama bergoyang,  makin membuat aku bernafsu. Kuarahkan mulutku ke tetek mama, kuciumi dan  kucupang kedua tetek mama, terlihat merah bekas kedua cupanganku di  teteknya. Lalu lidahku menjilati leher mama. Mama menggeliat kegelian,  tongkolkupun makin cepat bergerak di dalam lubang memiaw mama yang  nikmat. Mama benar – benar meikmati setiap pompaan tongkolku. Tak berapa  lama mama, mendesah dengan kuat, tubuhnya kembali bergetar. Pinggulnya  agak terangkat saat memiawnya kembali memuncratkan orgasmenya. Setengah  terpejam karena kenikmatan terlihat di wajah mamaku. Namun ekspresi  wajah mama justru semakin merangsang birahiku. Aku tetap memompa  tongkolku, pinggul mama bergoyang makin liar mengimbangi sodokanku. Aku  merasakan sedikit lagi akan mengalami klimaks, maka aku segera memeluk  amaku, seiring sodokan terakhir kurasakan spermaku muncrat dengan kuat  menyiram liang memiaw mama. Aku terkulai lemas, menindih mamaku,  keringat kami menyatu. Kuciumin mamaku, lalu aku segera berbaring di  sampingnya. Lemas dan bahagia.
  "Wan..mama benar – benar kewalahan, tapi mama senang." "Mama tidak butuh yang lain, karena ada kamu yang bisa membahagiakan mama." "Irwan juga mencintai mama, rasanya nggak ada wanita yang bisa menandingi mama." "Wan...Wan.., mama senang mendengarnya, mama juga puas sama kamu, tapi  mama mau kamu tahu, mama juga nggak mau mengekang kamu, selama kamu  senang dan bisa membuat kamu puas, mama bahagia memberikan tubuh mama.  Tapi mama tidak mau kamu terpaku sama mama, kamu harus nantinya mencari  pendamping hidup kamu. Jalan kamu masih panjang sayang, sekarang mungkin  kita sedang menikmati kebahagiaan ini. Tapi nantinya mama pasti akan  rela melepas kamu bila kamu sudah menemukan pendampingmu."
  Aku hanya terdiam, memandangi mama. Mama benar – benar menyayangi aku,  aku juga menyayanginya. Lalu akupun mencium keningnya, dan memeluknya.
  "Terimakasih ma, mama sungguh baik sama Irwan, mama sudah memberikan  segalanya pada Irwan, mengajari segalanya, memberikan tubuh mama yang  indah, saat ini hanya mama yang Irwan inginkan dan sayangi, namun bila  saatnya tiba Irwan pasti akan bilang ke mama, dan tetap sayang sama  mama. Irwan selamanya akan sayang dan cinta mama, Irwan tak akan lupa  semuanya, kasih sayang, cinta dan pengalaman indah yang mama berikan."
  Mama lalu menciumku, dan memelukku. Lama kami berpelukkan, lalu aku  mengajak mama untuk mandi, membersihkan peluh yang ada juga menyegarkan  diri. Aku lalu bangun dan membopong tubuh mama ke kamar mandi,  kunyalakan shower, kusiram tubuh mama dengan air yang segar. Kuambil  sabun, kusabuni tubuh mama, kuusap sabun pada tetek mama yang besar,  semakin seksi saja terlihat, lama aku menyabuni dan bermain dengan tetek  mama yang indah. Lalu aku sabuni selangkangan mama, kusabuni rambut  kemaluan mama yang lebat, lalu memiaw mama. Kuusap dengan lembut sabun  pada seluruh permukaan dan lubang memiaw mama. Lalu mama gantian  menyabuni aku, mengusap dan membersihkan badanku, lalu menyabuni dan  mengocok tongkolku dengan sabun. Setelah membilas bersih, mama lalu  kembali memberikan hisapan yang nikmat pada tongkolku. Aku lalu kembali  menyetubuhi mama di kamar mandi.
  Begitulah kini kehidupan yang kujalani dengan mama, hari – hari yang  kami lewati kami lalui dengan seks yang panas dan membara setiap ada  kesempatan. Kami tidak pernah merasa bosan dan terpuaskan. Setiap kali  melakukan kami merasakan kenikmatan dan kebahagiaan serta pengalaman  baru. Mama benar – benar telah memberikan pengalaman pertama yang  berharga dan akan selalu menempati tempat yang special dalam hatiku.  Sementara mama sendiri telah mendapatkan kembali gairah seksnya yang  hilang lewat diriku tanpa perlu takut akan kecewa dikhianati atau  disakiti. Kami tidak merasa telah melanggar garis, tidak pula merasa  benar atau salah, semua itu cukup menjadi mlik kami saja, karena kami  sama – sama menyayangi, mencintai dan membutuhkan, kami melakukan  bersama, tanpa ada orang lain yang dirugikan, jadi semuanya adalah  kebahagiaan, kenikmatan dan tanggung jawab kami.
  Selesailah kisah utama dengan mamaku, berikutnya kisahku dengan kakakku Erni...
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Bercinta Dengan Istri Konglomerat               Mar 30th 2013, 10:00                                                Aku sedang menyantap makan siang di sebuah cafe yang terletak di lantai  dasar gedung kantorku. Hari itu aku ditemani Pak Erwan, manajer IT  perusahaanku dan Lia, sekretarisku. Biasanya aku makan siang hanya  dengan Lia, sekretarisku, untuk kemudian dilanjutkan dengan acara bobo  siang sejenak sebelum kembali lagi ke kantor. Tetapi hari itu sebelum  aku pergi, Pak Erwan ingin bertemu untuk membicarakan proyek  komputerisasi, sehingga aku ajak saja dia untuk bergabung menemaniku  makan siang.
  Aku dan Pak Erwan berbincang-bincang mengenai proyek implementasi  software dan juga tambahan hardware yang diperlukan. Memang perusahaanku  sedang ingin mengganti sistem yang lama, yang sudah tidak dapat  memenuhi kebutuhan perusahaan yang terus berkembang. Sedangkan Lia sibuk  mencatat pembicaraan kita berdua.
  Sedang asyik-asyiknya menyantap steak yang kupesan, tiba-tiba HPku berbunyi. Kulihat caller idnya.. Dari Santi.
  "Hallo Pak Robert. Kapan nih kesini lagi" suara merdu terdengar diseberang sana. "Oh iya. Nanti sebentar lagi saya ke sana. Saya sedang makan siang nih. Bapak tunggu sebentar ya" jawabku. "He.. He.. Sedang nggak bisa ngomong ya Pak" Santi menggoda. "Betul Pak.. OK sampai ketemu sebentar lagi ya" kataku sambil menutup pembicaraan. "Dari klien" kataku.
  Aku sangat hati-hati tidak mau affairku dengan Santi tercium oleh  mereka. Hal ini mengingat Pak Arief, suami Santi, adalah manajer  keuangan di kantorku. Kebetulan Pak Arief ini sedang aku kirim training  ke Singapore, sehingga aku bisa leluasa menikmati istrinya.
  Seusai menikmati makan siang, aku berkata pada Lia bahwa aku akan  langsung menuju tempat klienku. Seperti biasa, aku minta supaya aku  tidak diganggu kecuali kalau ada emergency. Kamipun berpisah.. Mereka  kembali ke lantai atas untuk bekerja, sedangkan aku langsung menuju  tempat parkir untuk berangkat mengerjai istri orang he.. He..
  Setelah kesal karena terjebak macet, sampai jugalah aku di rumah Santi.  Hari sudah menjelang sore. Bayangkan saja, sudah beberapa jam aku di  jalan tadi. Segera kuparkirkan Mercy silver metalik kesayanganku, dan  memencet bel rumahnya. Santi sendiri yang membukakan pintu. Dia  tersenyum gembira melihat kedatanganku.
  "Aih.. Pak Robert kok lama sih" katanya. "Iya.. Tadi macet total tuh.. Rumah kamu sih jauh.. Mungkin di peta juga nggak ada" candaku. "Bisa aja Pak Robert.." jawab Santi sambil tertawa kecil.
  Dia tampak cantik dengan baju "you can see" nya yang memperlihatkan  lengannya yang mulus. Buah dadanya tampak semakin padat dibalik bajunya.  Mungkin karena sudah beberapa hari ini aku remas dan hisap sementara  suaminya aku "asingkan" di negeri tetangga.
  Kamipun masuk ke dalam rumah dan aku langsung duduk di sofa ruang  keluarganya. Santi menyuguhkan orange juice untuk menghilangkan  dahagaku. Nikmat sekali meminum orange juice itu setelah lelah terjebak  macet tadi. Dahagakupun langsung hilang, tetapi setelah melihat Santi  yang cantik, dahagaku yang lainpun muncul. Aku masih bernafsu melihat  Santi, meskipun telah lima hari berturut-turut aku setubuhi dia.
  Kucium bibirnya sambil tanganku mengelus-elus pundaknya. Ketika aku akan membuka bajunya, dia menahanku.
  "Pak.. Santi ada hadiah nih untuk bapak" "Apaan nih?" jawabku senang. "Ini ada teman Santi yang mau kenal sama bapak. Orangnya cantik banget."
  Lalu dia bercerita kalau dia berkenalan dengan seorang wanita, Susan,  saat dia sedang berolahraga di gym. Setelah mulai akrab, merekapun  bercerita mengenai kehidupan seks mereka. Singkat cerita, Susan  menawarkan untuk berpesta seks sambil bertukar pasangan di rumah mereka.
  "Dia ingin coba ini bapak. Katanya belum pernah lihat yang sebesar punya Pak Robert" kata Santi sambil meraba-raba kemaluanku. "Saya sih OK saja" jawabku riang. "Oh ya.. Nanti pura-pura saja Pak Robert suamiku" kata Santi sambil pamit untuk menelpon kenalan barunya itu.
  Aku dan Santi kemudian meluncur menuju rumah Susan di kawasan Kemang.  Untung jalanan Jakarta sudah agak lengang. Tak lama kamipun sampai di  rumahnya yang luas. Seorang satpam tampak membukakan pintu garasi.  Santipun menjelaskan kalau kami sudah ada janji dengan majikannya. Susan  menyambut kami dengan ramah.
  "Ini perkenalkan suami saya"
  Seorang laki-laki paruh baya dengan kepala agak botak memperkenalkan  diri. Namanya Harry, seorang pengusaha properti yang sukses. Santipun  memperkenalkan diriku pada mereka.
  Aku kagum pada rumah mereka yang sangat luas. Dengan perabot-perabot  yang mahal, juga koleksi lukisan-lukisan pelukis terkenal yang  tergantung di dinding. Bayangkan saja betapa kayanya mereka, karena  orang sekelas aku saja kagum melihat rumahnya yang sangat wah itu.
  Tetapi aku lebih kagum melihat Susan. Wanita ini memang cantik sekali.  Terutama kulitnya yang putih dan mulus sekali. Ibaratnya kalau  dihinggapi nyamuk, si nyamuk akan jatuh tergelincir. Disamping itu  bodynya tampak seksi sekali dengan buah dada yang besar dan bentuk tubuh  yang padat. Sekilas mengingatkan aku pada bintang film panas di jaman  tahun 80-an.. Entah siapa namanya itu.
  Merekapun menyuguhkan makan malam. Kamipun bercerita basa-basi ngalor  ngidul sambil menikmati hidangan yang disediakan. Ditengah makan malam  itu, Santi pamit untuk ke toilet. Dengan matanya dia mengajakku untuk  mengikuti dia.
  "Pak, habis ini pulang aja yuk" kata Santi berbisik perlahan setelah keluar dari ruang makan. "Kenapa?" tanyaku. "Habisnya Santi nggak nafsu lihat Pak Harry itu. Sudah tua, botak, perutnya buncit lagi".
  Aku tertawa geli dalam hati. Tetapi aku tentu saja tidak menyetujui  permintaan Santi. Aku sudah ingin menikmati istri Pak Harry yang cantik  sekali seperti boneka itu. Kupaksa saja Santi untuk kembali ke ruang  makan.
  Setelah makan, kamipun ke ruang keluarga sambil nonton video porno untuk  membangkitkan gairah kami. Tak lama, seorang gadis pembantu kecil  datang untuk menyuguhkan buah-buahan. Tetapi mungkin karena kaget  melihat adegan di layar TV home theater itu, tanpa sengaja dia  menjatuhkan gelas kristal sehingga pecah berkeping-keping. Kulihat  tampak Susan melotot memarahi pembantunya itu, sedangkan si pembantu  kecil itu tampak ketakutan sambil meminta maaf berkali-kali.
  Adegan di TV tampak semakin hot saja. Tampak Pak Harry mulai  mengerayangi tubuh Santi di sofa seberang. Sedangkan Santi tampak  ogah-ogahan melayaninya.
  "Sebentar Pak.. Santi mau lihat filmnya dulu"
  Aku tersenyum mendengar alasan Santi ini. Sementara itu Susan minta ijin  ke dapur sebentar. Akupun mencoba menikmati adegan di layar TV.  Meskipun sebenarnya aku tidak perlu lihat yang seperti ini, mengingat  tubuh Susan sudah sangat mengundang gairahku. Tak lama akupun merasa  ingin buang air kecil, sehingga akupun pamitan ke belakang.
  Setelah dari toilet, aku berjalan melintasi dapur untuk kembali ke ruang  keluarga. Kulihat di dalam, Susan sedang berkacak pinggang memarahi  gadis kecil pembantunya tadi.
  "Ampun non.. Sri nggak sengaja" si gadis kecil memohon belas kasihan pada majikannya, Susan yang cantik itu. "Nggak sengaja nggak sengaja. Enak saja kamu bicara ya. Itu gelas harganya lebih dari setahun gaji kamu tahu!!" bentak Susan. "Gajimu aku potong. Biar tau rasa kamu.."
  Si gadis kecil itu terdiam sambil terisak-isak. Sementara wajah Susan  menampakkan kepuasan setelah mendamprat pembantunya habis-habisan.  Mungkin betul kata orang, kalau wanita kurang dapat menyalurkan hasrat  seksualnya, cenderung menjadi pemarah. Melihat adegan itu, aku kasihan  juga melihat si gadis pembantu itu. Tetapi entah mengapa justru hasrat  birahiku semakin timbul melihat Susan yang sepertinya lemah lembut dapat  bersikap galak seperti itu.
  "Dasar bedinde.. Verveillen!!" Susan masih terus berkacak pinggang  memaki-maki pembantunya. Dengan tubuh yang putih bersih dan tinggi,  kontras sekali melihat Susan berdiri di depan pembantunya yang kecil dan  hitam. "Ampun non.. Nggak akan lagi non.." "Oh Pak Robert.." kata Susan ketika sadar aku berada di pintu dapur.  Diturunkannya tangan dari pinggangnya dan beranjak ke arahku. "Sedang sibuk ya?" godaku. "Iya nih sedang kasih pelajaran ik punya pembantu" jawabnya sambil tersenyum manis. "Yuk kita kembali" lanjutnya.
  Kamipun kembali ke ruang keluarga. Kulihat Santi masih menonton adegan  di layar sementara Pak Harry mengelus-elus pahanya. Aku dan Susanpun  langsung berciuman begitu duduk di sofa. Aku melakukan "french kiss" dan  Susanpun menyambut penuh gairah.
  Kutelusuri lehernya yang jenjang sambil tanganku meremas buah dadanya  yang membusung padat. Susanpun melenguh kenikmatan. Tangannya  meremas-remas kemaluanku. Dia kemudian jongkok di depanku yang masih  duduk di sofa, sambil membuka celanaku. Celana dalamku dielusnya  perlahan sambil menatapku menggoda. Kemudian disibakkannya celana  dalamku ke samping sehingga kemaluankupun mencuat keluar.
  "Oh..my god.. Bener kata Santi.. Very big.. I like it.." katanya sambil menjilat kepala kemaluanku.
  Kemudian dibukanya celana dalamku, sehingga kemaluankupun bebas tanpa  ada penghalang sedikitpun di depan wajahnya. Dielus-elusnya seluruh  kemaluan termasuk buah zakarku dengan tangannya yang halus. Tingkah  lakunya seperti anak kecil yang baru mendapat mainan baru.
  Kemaluankupun mulai dihisap mulut Susan dengan rakus. Sambil mengulum  dan menjilati kemaluanku, Susan mengerang,emmhh.. emhh, seperti  seseorang yang sedang memakan sesuatu yang sangat nikmat. Kuelus-elus  rambutnya yang hitam dan diikat ke belakang itu.
  Sambil menikmati permainan oral Susan, kulihat suaminya sedang mendapat  handjob dari Santi. Tampak Santi mengocok kemaluan Pak Harry dengan  cepat, dan tak lama terdengar erangan nikmat Pak Harry saat dia mencapai  orgasmenya. Santipun kemudian meninggalkan Pak Harry, mungkin dia pergi  ke toilet untuk membersihkan tangannya.
  Sementara itu Susan masih dengan bernafsu menikmati kemaluanku yang  besar. Memang kalau kubandingkan dengan kemaluan suaminya, ukurannya  jauh berbeda. Apalagi setelah dia mengalami orgasme, tampak kemaluan Pak  Harry sangat kecil dan tertutup oleh lemak perutnya yang buncit itu.  Tak heran bila istrinya sangat menikmati kemaluanku.
  Tak lama Santipun kembali muncul di ruang itu, dan menghampiriku. Susan  masih berjongkok di depanku sambil mempermainkan lidahnya di batang  kemaluanku. Santi duduk di sampingku dan mulai menciumiku. Dibukanya  bajuku dan puting dadakupun dihisapnya. Nikmat sekali rasanya dihisap  oleh dua wanita cantik istri orang ini. Seorang di atas yang lainnya di  bawah. Sementara Pak Harry tampak menikmati pemandangan ini sambil  berusaha membangkitkan kembali senjatanya yang sudah loyo.
  Kuangkat baju Santi dan juga BHnya, sehingga buah dadanya menantang di  depan wajahku. Langsung kuhisap dan kujilati putingnya. Sementara  tanganku yang satu meremas buah dadanya yang lain. Sementara Susan masih  mengulum dan menjilati kemaluanku.
  Setelah puas bermain dengan kemaluanku, Susan kemudian berdiri. Dia  kemudian melepaskan pakaiannya hingga hanya kalung berlian dan hak  tingginya saja yang masih melekat di tubuhnya. Buah dadanya besar dan  padat menjulang, dengan puting yang kecil berwarna merah muda. Aku  terkagum dibuatnya, sehingga kuhentikan kegiatanku menghisapi buah dada  Santi. Susan kemudian menghampiriku dan kamipun berciuman kembali dengan  bergairah.
  "Ayo isap susu ik " pintanya sambil menyorongkan buah dada sebelah  kanannya ke mulutku. Tak perlu dikomando lagi langsung kuterkam buah  dadanya yang kenyal itu. Kuremas, kuhisap dan kujilati sepuasnya.  Susanpun mengerang kenikmatan.
  Setelah itu, dia kembali berdiri dan kemudian berbalik membelakangiku.  Diapun jongkok sambil mengarahkan kemaluanku ke dalam vaginanya yang  berambut tipis itu. Kamipun bersetubuh dengan tubuhnya duduk di atas  kemaluanku menghadap suaminya yang masih berusaha membangunkan  perkakasnya kembali. Kutarik tubuhnya agak kebelakang sehingga aku dapat  menciumi kembali bibirnya dan wajahnya yang cantik itu.
  "Eh.. Eh.. Eh.." dengus Susan setiap kali aku menyodokkan kemaluanku ke  dalam vaginanya. Aku terus menyetubuhinya sambil meremas-remas buah  dadanya dan sesekali menjilati dan menciumi pundaknya yang mulus.
  Sementara itu Santi bersimpuh di ujung sofa sambil meraba-raba buah  zakarku, sementara aku sedang menyetubuhi Susan. Terkadang  dikeluarkannya kemaluanku dari vagina Susan untuk kemudian dikulumnya.  Setelah itu Santi memasukkan kembali kemaluanku ke dalam liang surga  Susan.
  Setelah beberapa menit, aku berdiri dan kuminta Susan untuk menungging  di sofa. Aku ingin menggenjot dia dari belakang. Kusetubuhi dia  "doggy-style" sampai kalung berlian dan buah dadanya yang besar  bergoyang-goyang menggemaskan. Kadang kukeluarkan kemaluanku dan  kusodorkan ke mulut Santi yang dengan lahap menjilati dan mengulumnya.  Benar-benar nikmat rasanya menyetubuhi dua wanita cantik ini.
  "Ahh.. Yes.. Yes.. Aha.. Aha.. That's right.. Aha.. Aha.." begitu  erangan Susan menahan rasa nikmat yang menjalari tubuhnya. Hal itu  menambah suasana erotis di ruangan itu.
  Sementara Pak Harry rupanya telah berhasil membangunkan senjatanya.  Dihampirinya Santi dan ditariknya menuju sofa yang lain di ruangan itu.  Santipun mau tak mau mengikuti kemauannya. Memang sudah perjanjian bahwa  aku bisa menikmati istrinya sedangkan Pak Harry bisa menikmati  "istriku".
  Sementara itu, aku masih menggenjot Susan secara doggy-style. Sesekali  kuremas buah dadanya yang berayun-ayun akibat dorongan tubuhku. Kulihat  Pak Harry tampak bernafsu sekali menyetubuhi Santi dengan gaya  missionary. Tak beberapa lama kudengar erangan Pak Harry. Rupanya dia  sudah mencapai orgasme yang kedua kalinya.
  Santipun tampak kembali pergi meninggalkan ruangan. Sementara aku masih  menyetubuhi Susan dari belakang sambil berkacak pinggang. Setelah itu  kubalikkan badannya dan kusetubuhi dia lagi, kali ini dari depan.  Sesekali kuciumi wajah dan buah dadanya, sambil terus kugenjot vaginanya  yang sempit itu.
  "Ohh.. Aha.. Aha.. Ohh god.. I love your big cock.." Susan terus meracau kenikmatan.
  Tak lamapun tubuhnya mengejang dan dia menjerit melepaskan segala beban  birahinya. Akupun sudah hampir orgasme. Aku berdiri di depannya dan  kusuruh dia menghisap kemaluanku kembali. Sementara, aku lirik ke arah  Pak Harry, dia sedang memperhatikan istrinya mengulumi kemaluanku.  Kuremas rambut Susan dengan tangan kiriku, dan aku berkacak pinggang  dengan tangan kananku.
  Tak lama akupun menyemburkan cairan ejakulasiku ke mulut Susan. Diapun  menelan spermaku itu, walaupun sebagian menetes mengenai kalung  berliannya. Diapun menjilati bersih kemaluanku.
  "Thanks Robert.. I really enjoyed it" katanya sambil membersihkan bekas spermaku di dadanya. "No problem Susan.. I enjoyed it too.. Very much" balasku.
  Setelah itu, kamipun kembali mengobrol beberapa saat sambil menikmati  desert yang disediakan. Kamipun berjanji untuk melakukannya lagi dalam  waktu dekat.
  Dalam perjalanan pulang, Santi tampak kesal. Dia diam saja di dalam  mobil. Akupun tidak begitu menghiraukannya karena aku sangat puas dengan  pengalamanku tadi. Akupun bersenandung kecil mengikuti alunan suara Al  Jarreau di tape mobilku.
  "We're in this love together.." "Kenapa sih sayang?" tanyaku ketika kami telah sampai di depan rumahnya. "Pokoknya Santi nggak mau lagi deh" katanya. "Habis Santi nggak suka sama Pak Harry. Udah gitu mainnya cepet banget. Santi nanggung nih."
  Akupun tertawa geli mendengarnya.
  "Kok ketawa sih Pak Robert.. Ayo.. Tolongin Santi dong.. Santi belum  puas.. Tadi Santi horny banget lihat bapak sama Susan make love"  rengeknya. "Wah sudah malam nih.. Besok aja ya.. Lagian saya ada janji sama orang". "Ah.. Pak Robert jahat.." kata Santi merengut manja. "Besok khan masih ada sayang" hiburku. "Tapi janji besok datang ya.." rengeknya lagi saat keluar dari mobilku. "OK so pasti deh.. Bye"
  Sebenarnya aku tidak ada janji dengan siapa-siapa lagi malam itu. Hanya  saja aku segan memakai Santi setelah dia disetubuhi Pak Harry tadi.  Setidak-tidaknya dia harus bersih-bersih dulu.. He.. He.. Mungkin besok  pagi saja aku akan menikmatinya kembali, karena Pak Arief toh masih  beberapa hari lagi di luar negeri.
  Kukebut mobilku mengarungi jalan tol di dalam kota. Semoga saja aku masih dapat melihat film bagus tayangan HBO di TV nanti.
  *****
 
 
  E N D
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Kata Dokter S Burung kecil tapi bisa tegang juga Kata Dokter S Burung kecil tapi bisa tegang juga               Mar 30th 2013, 09:59                                                Para pembaca sekalian, terserah anda percaya atau tidak, tetapi kisah  ini benar-benar terjadi. Waktu itu kalau tidak salah sekitar akhir tahun  1996 yang lalu, saat saya diharuskan melakukan medical check up di  sebuah klinik kesehatan di Jakarta, guna memenuhi persyaratan agar  diterima bekerja di sebuah perusahaan dan kebetulan saya juga diajak  teman saya untuk mengikuti program asuransi jiwa karena dia adalah agen  dari salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia, jika tidak salah nama  perusahaannya adalah AIA.
  Sebenarnya saya malas melakukan medical check up ini. Pasti lagi-lagi  cuma cek darah, air seni, dan kotoran saja. Kemudian diperiksa oleh  dokter memakai stetoskop untuk menyakinkan bahwa saya terkena penyakit  atau tidak. Itu saja menurut saya, tidak ada yang lain. Dokter yang akan  memeriksa saya paling-paling juga dokter cowok, mana sudah tua lagi.
  Dengan sekali-sekali menguap karena jenuh karena sudah hampir setengah  jam saya menunggu dokter yang tak kunjung datang. Padahal saya sudah  melalui proses medical check up yang pertama, yaitu pemeriksaan darah,  air seni, dan kotoran. Beberapa kali saya menanyakan pada orang di loket  pendaftaran dan selalu memperoleh jawaban sama, yaitu agar saya sabar  sebab dokternya dalam perjalanan dan mungkin sedang terjebak macet. Saya  melihat arloji di tangan saya. Akhirnya saya memutuskan bahwa kalau  dokternya tidak juga datang limabelas menit lagi, maka saya akan pulang  saja ke rumah.
  Dengan menarik nafas kesal, saya memandangi sekeliling saya. Tahu-tahu  mata saya tertumbuk pada seorang wanita yang baru saja masuk ke dalam  klinik tersebut. Amboi, cantik juga dia. Saya taksir usianya sekitar 35  tahun. Tetapi alamak, tubuhnya seperti cewek baru duapuluhan. Kencang  dan padat. Payudaranya yang membusung cukup besar itu tampak semakin  menonjol di balik kaos oblong ketat yang ia kenakan. Gumpalan pantatnya  di balik celana jeans-nya yang juga ketat, teramat membangkitkan selera.  Batinku, coba dokternya dia ya. Tidak apa-apa deh kalau harus diperiksa  berjam-jam olehnya. Akan tetapi karena rasa bosan yang sudah  menjadi-jadi, saya tidak memperhatikan wanita itu lagi. Saya kembali  tenggelam dalam lamunan yang tak tentu arahnya.
  "Mas, silakan masuk. Itu dokternya sudah datang." Petugas di loket  pendaftaran membuyarkan lamunan saya. Saat itu saya sudah hendak  memutuskan untuk pulang ke rumah, mengingat waktu sudah berlalu  limabelas menit. Dengan malas-malasan saya bangkit dari bangku dan  berjalan masuk ke ruang periksa dokter.
  "Selamat malam", suara lembut menyapa saat saya membuka pintu ruang  periksa dan masuk ke dalam. Saya menoleh ke arah suara yang amat  menyejukkan hati itu. Saya terpana, ternyata dokter yang akan memeriksa  saya adalah wanita cantik yang tadi sempat saya perhatikan sejenak.  Seketika itu juga saya menjadi bersemangat kembali.
  "Selamat malam, Dok", sahut saya. Ia tersenyum. Aah, luluhlah hati saya karena senyumannya ini yang semakin membuatnya cantik. "Oke, sekarang coba kamu buka kaos kamu dan berbaring di sana", kata  sang dokter sambil menunjuk ke arah tempat tidur yang ada di sudut ruang  periksa tersebut. Saya pun menurut. Setelah menanggalkan kaos oblong, saya membaringkan  diri di tempat tidur. Dokter yang ternyata bernama Dokter S itu  menghampiri saya dengan berkalungkan stetoskop di lehernya yang jenjang  dan putih.
  "Kamu pernah menderita penyakit berat? Tipus? Lever atau yang lainnya?" Tanyanya. Saya menggeleng. "Sekarang coba kamu tarik nafas lalu hembuskan, begitu berulang-ulang  ya." Dengan stetoskopnya, Dokter S memeriksa tubuh saya. Saat  stetoskopnya yang dingin itu menyentuh dada saya, seketika itu juga  suatu aliran aneh menjalar di tubuh saya. Tanpa saya sadari, saya  rasakan, batang kemaluan saya mulai menegang. Saya menjadi gugup, takut  kalau Dokter S tahu. Tapi untuk ia tidak memperhatikan gerakan di balik  celana saya. Namun setiap sentuhan stetoskopnya, apalagi setelah  tangannya menekan-nekan ulu hati saya untuk memeriksa apakah bagian  tersebut terasa sakit atau tidak, semakin membuat batang kemaluan saya  bertambah tegak lagi, sehingga cukup menonjol di balik celana panjang  saya. "Wah, kenapa kamu ini? Kok itu kamu berdiri? Terangsang saya ya?" Mati  deh! Ternyata Dokter S mengetahui apa yang terjadi di selangkangan saya.  Aduh! Muka ini rasanya mau ditaruh di mana. Malu sekali! "Nah, coba kamu lepas celana panjang dan celana dalam kamu. Saya mau  periksa kamu menderita hernia atau tidak." Nah lho! Kok jadi begini?!  Tapi saya menurut saja. Saya tanggalkan seluruh celana saya, sehingga  saya telanjang bulat di depan Dokter S yang bak bidadari itu.
  Gila! Dokter S tertawa melihat batang kemaluan saya yang mengeras itu.  Batang kemaluan saya itu memang tidak terlalu panjang dan besar, malah  termasuk berukuran kecil. Tetapi jika sudah menegang seperti saat itu,  menjadi cukup menonjol.
  "Uh, burung kamu biar kecil tapi bisa tegang juga", kata Dokter S serasa  mengelus batang kemaluan saya dengan tangannya yang halus. Wajah saya  menjadi bersemu merah dibuatnya, sementara tanpa dapat dicegah lagi,  batang kemaluan saya semakin bertambah tegak tersentuh tangan Dokter S.  Dokter S masih mengelus-elus dan mengusap-usap batang kemaluan saya itu  dari pangkal hingga ujung, juga meremas-remas buah zakar saya.
  "Mmm.. Kamu pernah bermain?" Saya menggeleng. Jangankan pernah bermain.  Baru kali ini saya telanjang di depan seorang wanita! Mana cantik dan  molek lagi! "Aahh.." Saya mendesah ketika mulut Dokter S mulai mengulum batang  kemaluan saya. Lalu dengan lidahnya yang kelihatannya sudah mahir  digelitiknya ujung kemaluan saya itu, membuat saya  menggerinjal-gerinjal. Seluruh batang kemaluan saya sudah hampir masuk  ke dalam mulut Dokter S yang cantik itu. Dengan bertubi-tubi  disedot-sedotnya batang kemaluan saya. Terasa geli dan nikmat sekali.  Baru kali ini saya merasakan kenikmatan yang tak tertandingi seperti  ini.
  Dokter S segera melanjutkan permainannya. Ia memasukkan dan mengeluarkan  batang kemaluan saya dari dalam mulutnya berulang-ulang.  Gesekan-gesekan antara batang kemaluan saya dengan dinding mulutnya yang  basah membangkitkan kenikmatan tersendiri bagi saya.
  "Auuh.. Aaahh.." Akhirnya saya sudah tidak tahan lagi. Kemaluan saya  menyemprotkan cairan kental berwarna putih ke dalam mulut Dokter S.  Bagai kehausan, Dokter S meneguk semua cairan kental tersebut sampai  habis. "Duh, masa baru begitu saja kamu udah keluar." Dokter S meledek saya yang baru bermain oral saja sudah mencapai klimaks. "Dok.. Saya.. baru pertama kali.. melakukan ini.." jawab saya terengah-engah.
  Dokter S tidak menjawab. Ia melepas jas dokternya dan menyampirkannya di  gantungan baju di dekat pintu. Kemudian ia menanggalkan kaos oblong  yang dikenakannya, juga celana jeans-nya. Mata saya melotot memandangi  payudara montoknya yang tampaknya seperti sudah tidak sabar ingin  mencelat keluar dari balik BH-nya yang halus. Mata saya serasa mau  meloncat keluar sewaktu Dokter S mencopot BH-nya dan melepaskan celana  dalamnya. Astaga! Baru sekarang saya pernah melihat payudara sebesar  ini. Sungguh besar namun terpelihara dan kencang. Tidak ada tanda-tanda  kendor atau lipatan-lipatan lemak di tubuhnya. Demikian pula pantatnya.  Masih menggumpal bulat yang montok dan kenyal. Benar-benar tubuh paling  sempurna yang pernah saya lihat selama hidup saya. Saya rasakan batang  kemaluan saya mulai bangkit kembali menyaksikan pemandangan yang teramat  indah ini.
  Dokter S kembali menghampiri saya. Ia menyodorkan payudaranya yang  menggantung kenyal ke wajah saya. Tanpa mau membuang waktu, saya  langsung menerima pemberiannya. Mulut saja langsung menyergap payudara  nan indah ini. Sambil menyedot-nyedot puting susunya yang amat tinggi  itu, mengingatkan saya waktu saya menyusu pada ibu saya selagi kecil.  Dokter S adalah wanita yang kedua yang pernah saya isap-isap  payudaranya, tentu saja setelah ibu saya saat saya masih kecil.
  "Uuuhh.. Aaah.." Dokter S mendesah-desah tatkala lidah saya  menjilat-jilat ujung puting susunya yang begitu tinggi menantang. Saya  permainkan puting susu yang memang amat menggiurkan ini dengan bebasnya.  Sekali-sekali saya gigit puting susunya itu. Tidak cukup keras memang,  namun cukup membuat Dokter S menggelinjang sambil meringis-ringis.
  Tak lama kemudian, batang kemaluan saya sudah siap tempur kembali. Saya  menarik tangan Dokter S agar ikut naik ke atas tempat tidur. Dokter S  memahami apa maksud saya. Ia langsung naik ke atas tubuh saya yang masih  berbaring tertelentang di tempat tidur. Perlahan-lahan dengan tubuh  sedikit menunduk ia mengarahkan batang kemaluan saya ke liang  kewanitaannya yang sekelilingnya ditumbuhi bulu-bulu lebat kehitaman.  Lalu dengan cukup keras, setelah batang kemaluan saya masuk satu  sentimeter ke dalam liang kewanitaannya, ia menurunkan pantatnya,  membuat batang kemaluan saya hampir tertelan seluruhnya di dalam liang  senggamanya. Saya melenguh keras dan menggerinjal-gerinjal cukup kencang  waktu ujung batang kemaluan saya menyentuh pangkal liang kewanitaan  Dokter S. Menyadari bahwa saya mulai terangsang, Dokter S menambah  kualitas permainannya. Ia menggerak-gerakkan pantatnya berputar-putar ke  kiri ke kanan dan naik turun ke atas ke bawah. Begitu seterusnya  berulang-ulang dengan tempo yang semakin lama semakin tinggi. Membuat  tubuh saya menjadi meregang merasakan nikmat yang tiada tara.
  Saya merasa sudah hampir tidak tahan lagi. Batang kemaluan saya sudah  nyaris menyemprotkan cairan kenikmatan lagi. Namun saya mencoba  menahannya sekuat tenaga dan mencoba mengimbangi permainan Dokter S yang  liar itu. Akhirnya.., "Aaahh.. Ouuhh.." Saya dan Dokter S sama-sama  menjerit keras. Kami berdua mencapai klimaks hampir bersamaan. Saya  menyemprotkan air mani saya di dalam liang kewanitaan Dokter S yang  masih berdenyut-denyut menjepit batang kemaluan saya.
  Demikianlah peristiwa yang terjadi siang itu. Dan mau tahu apa hasil  medical check up yang istimewa tersebut? Saya dinyatakan sehat secara  fisik dan tentu saja secara mental. Apalagi secara birahi. Tentu para  pembaca semua tahu maksud saya ini. Dan akhirnya saya berhasil diterima  di perusahaan besar itu yang merupakan impian saya sejak lama dan saya  berhasil mendapatkan asuransi policy dari AIA sekalian membantu teman  saya mendapatkan komisinya. Sayangnya, permainan saya yang menggebu-gebu  tersebut dengan Dokter S merupakan pengalaman saya yang pertama  sekaligus yang terakhir. Ia sepertinya menghindar apabila saya sengaja  datang ke tempat praktek dokternya. Dengan alasan sibuk atau sejuta  alasan lainnya, Dokter S selalu menolak menemui saya. Saya tidak tahu  mengapa ia bersikap seperti itu. Ah, biar saja!
  TAMAT
 
   Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Keponakanku yang nakal               Mar 30th 2013, 09:57                                               Namaku Ida. Usiaku di tahun 2007 ini adalah 34 tahun. Walaupun aku bukan  termasuk cewek yang cantik, teman-temanku sering mengatakan kalau aku  ini termasuk cewek yang menarik. Rambutku lurus berwarna hitam dengan  panjang mencapai punggungku.   Tubuhku yang sedikit berisi menyebabkan payudaraku menyesuaikan diri  sehingga aku mengenakan bra nomor 36B untuk membungkus kedua payudaraku  itu. Vaginaku dihiasi oleh bulu-bulu yang indah walaupun jumlahnya tidak  terlalu banyak. Aku tinggal sendirian di rumahku yang terletak di kota  Surabaya ini karena sampai saat ini aku masih belum menikah. Walaupun  demikian, kehidupan seks yang aku jalani sangat indah karena aku selalu  mendapatkan cara untuk memuaskan hasratku.   Pada suatu hari Minggu siang minggu ke tiga bulan September 2007, aku di  telepon oleh keponakanku yang bernama Alex saat aku sedang membaca  email yang masuk di da_kulthida@yahoo.com milikku.. Usianya 16 tahun dan berwajah lumayan tampan.   "Halo, tante Ida .. ?", katanya dari seberang telepon. "Iya, siapa ini .. ?, tanyaku. "Alex, tante .." "Oh.. kenapa, Lex ?" "Tante, kalau boleh Alex mau minta bantuan tante." "Bantuan apa ?" "Boleh tidak kalau tante jadi model untuk Alex foto ?" "Buat apa kamu foto-foto tante ?" "Cuma iseng aja kok .." Aku mengerti dengan keinginannya ini. Alex sedang menekuni hobi  fotografi sehingga tentu saja dia mencari-cari apa saja yang bisa di  foto olehnya. "Boleh saja..", kataku. "Terima kasih tante. Saya akan datang sebentar lagi. Kira-kira 10 menit lagi sampai. Kita foto-foto di rumah tante saja." "Oke, kalau gitu. Tante tunggu, ya ..."   Aku menutup telepon itu dan segera menuju ke kamar tidurku untuk  mengambil pakaian agar aku dapat menutupi tubuhku yang saat ini hanya  sedang memakai celana dalam berwarna putih saja. Jika aku sendirian di  rumah, aku memang biasanya selalu dalam keadaan setengah telanjang atau  telanjang bulat. Bila ada yang hendak datang, baru aku mencari pakaian  untuk menutupi tubuhku itu.   Kebiasaan ini sudah berlangsung sejak aku berumur 27 tahun yaitu sejak  aku tinggal sendirian di rumah itu. Di dalam kamar tidurku, aku tidak  langsung menuju lemari pakaian. Aku memutuskan untuk membubuhkan sedikit  make up ke wajahku sebab Alex akan memakaiku sebagai model untuk  fotonya dan aku ingin tampil sedikit menarik di depan kameranya.   Setelah selesai memakai make up, dari dalam lemari pakaian aku mengambil  sebuah rok terusan tanpa lengan berwarna putih dengan strip biru yang  panjangnya sedikit di atas lututku. Tanpa memakai bra lagi, aku segera  memakai rok itu dan merapikannya sebelum akhirnya aku mengikatkan ikat  pinggang putih yang menjadi bagian dari rok itu.   Baru saja saat aku selesai mengenakan pakaianku, aku mendengar bel pintu  berbunyi. Dengan melangkah sedikit cepat, aku keluar dari kamar tidurku  dan segera menuju pintu depan untuk membuka pintu. Rupanya Alex sudah  tiba di rumahku.   "Halo tante.. Tante kelihatan cantik", katanya sambil tersenyum. "Tentu saja. Kan mau jadi model.. ayo, masuk.. ", kataku sambil tersenyum pula. Alex segera melangkah masuk ke rumahku. Aku segera menutup pintu depan  dan kemudian mengajaknya ke ruang tengah. Sesampainya kami di ruang itu,  Alex berkata, "Kita bisa mulai tante ?" "Oh, bisa saja .. kamu mau di mana ?", tanyaku. "Bagaimana kalau di teman belakang rumah tante ?" "Ok.."   Kami kemudian menuju ke taman belakang rumahku. Taman belakang rumahku  termasuk cukup luas dan memiliki tatanan yang cukup bagus serta  dikelilingi oleh pagar tembok yang cukup tinggi sehingga tidak ada orang  yang bisa melihat ke dalam tamanku ini. Sesampainya kami di taman ini,  Alex mulai mengeluarkan kamera digitalnya dan memulai kegiatannya. Alex  bertindak sebagai fotografer sekaligus pengarah gaya. Setelah beberapa  lama, akhirnya kami hampir selesai.   "Tante, ini foto yang terakhir. Aku minta tante berdiri membelakangiku.  Saat aku memberikan aba-aba, tolong tante berputar menghadapku. Tolong  jangan berputar terlalu cepat. Biasa saja.. ", katanya.   Aku melakukan apa yang seperti dia katakan dan dia menjepretku. Akhirnya  kegiatan kami sudah selesai dan kami tinggal melihat hasilnya. Alex  segera memindahkan foto-foto tersebut dari memory card ke dalam laptop  yang dibawanya. Setelah selesai, aku dan Alex bersama-sama memeriksa  hasil fotonya.   Foto yang terakhir membuatku agak terkejut, sebab di dalam foto itu  terlihat bahwa ternyata saat aku berputar, rokku tersibak dan celana  dalamku yang berwarna putih terlihat dengan jelas. Selain itu, tanpa aku  sadari ternyata bagian dada dari bajuku menjadi longgar karena beberapa  kali bergaya sehingga sebagian payudaraku terlihat tidak tertutup,  bahkan puting payudaraku telihat samar-samar dari baliknya. Saat aku  melihat keponakanku, wajahnya terlihat datar saja. Rupanya dia sudah  tahu kalau hasilnya bakal begini.   "Foto ini paling bagus", katanya. "Tapi celana dalam tante kelihatan ..", kataku. "Justru di sini bagusnya. Tante kelihatan seksi sekali.." Aku tersenyum saja. Walaupun sedikit merasa malu, aku menyukai fotoku yang terakhir itu juga. "Lex, tante minta copy dari file gambar yang terakhir ini..", kataku "Oke..", katanya.   Setelah kegiatan kami berakhir, Alex tidak langsung pulang. Kami kembali  ke ruang tengah dan duduk di sofa untuk berbincang-bincang. Selama  berbincang-bincang, Alex terus menatap bagian dadaku yang sejak tadi  menampakan sebagian payudaraku seperti di dalam foto karena aku lupa  untuk membetulkannya. Saat aku menyadari hal itu, aku tidak berusaha  untuk menutupinya. Ada perasaan senang yang menjalari tubuhku. Setelah  beberapa lama, akhirnya aku berkata,   "Lex, kenapa melihat dada tante terus ?" Alex sedikit terkejut. Dia menoleh ke tempat lain sambil menjawab, "Ngak ada apa-apa, kok tante.." Aku tersenyum melihat tingkahnya. Aku sangat suka kalau dia melihatku seperti itu.   "Lex, kalau kamu suka, kamu boleh melihatnya lagi kok", kataku. Tanpa menunggu tanggapan dari Alex, aku melebarkan bagian dada bajuku  sehingga kali ini kedua payudaraku dapat terlihat dengan jelas. Alex  yang mendapat pemandangan seperti itu segera saja melotot dan melahap  kedua payudaraku dengan pandangan yang penuh minat. Aku yang melihatnya  seperti itu tersenyum dan membiarkan Alex untuk menjelajahi dadaku  dengan pandangannya.   Akhirnya Alex menjadi tidak tahan. Dia bertanya kepadaku, "Tante, bolehkah Alex memegangnya ?"   Aku mengangguk sambil tersenyum.Tanpa membuang waktu lagi, Alex segera  menggapai kedua payudaraku dengan tangannya dan mulai meremas-remas  serta mempermainkan putingnya. Kontan saja aku menjadi terangsang.   Kubaringkan tubuhku ke atas sofa dan kupejamkan mataku untuk menikmati  sensasinya. Setelah agak lama, tanpa permisi lagi Alex mulai menciumi  dan menjilati kedua payudaraku. Aku terus saja memejamkan mata dan  menikmati setiap rangsangan di payudaraku. Tubuhku ikut memberikan  reaksi terhadap rangsangan itu.   Aku merasakan cairan kewanitaanku mulai mengalir dan membasahi vaginaku.  Setelah beberapa lama, tanganku mulai membuka pakaian Alex. Sambil  terus menciumi dan menjilati kedua payudaraku, Alex membantuku membuka  bajunya sehingga dalam sekejab Alex berada dalam keadaan telanjang  bulat. Penisnya terlihat berdiri tegak karena sudah pasti dia juga dalam  keadaan terangsang.   Untuk sementara, dia melampiaskan nafsunya kepada kedua payudaraku. Aku  tidak mau ketinggalan. Kujulurkan tanganku untuk menggapai penisnya.  Setelah penisnya berada di dalam genggamanku, aku mulai memainkan  penisnya pula.   Setelah beberapa saat lamanya, Alex melepaskan bibirnya dari payudaraku dan berkata,   "Tante, kalau boleh aku juga ingin melihat memek tante" Mendengar permintaannya ini aku segera berdiri dan mengangkat rokku  dengan tanganku sehingga sekali lagi aku memamerkan celana dalam putihku  kepadanya.   "Kamu buka sendiri celana dalam tante", kataku. Alex segera berjongkok di depanku dan dengan tangan yang agak gemetar  meraih celana dalamku. Dengan perlahan-lahan namun pasti, celana dalamku  melorot turun dan sedikit demi sedikit memperlihatkan rambut vaginaku  sampai akhirnya keseluruhan vaginaku tidak lagi ditutupi oleh celana  dalam putihku. Vaginaku terlihat sedikit basah oleh karena cairan  kewanitaaanku. Alex membiarkan celana dalam putihku tersangkut di bagian  lututku dan mulai meraba vaginaku.   "Tante, ini indah sekali", katanya sambil membelai rambut vaginaku dengan lembut. Aku diam saja dan kembali merasakan rangsangan yang kali ini berpindah dari payudara ke vaginaku.   Dengan jarinya, Alex menyodok-nyodok liang vaginaku sehingga jarinya  dibasahi oleh cairan kewanitaanku. Setelah Alex menjilati jari-jarinya  itu sampai semua cairan kewanitaanku yang menempel di jarinya habis, dia  kembali menyodok-nyodokan jarinya di liang vaginaku lagi. Dia melakukan  hal itu berkali-kali .   Kelihatannya dia sangat menikmati cairan kewanitaanku. Sambil  menusuk-nusuk liang vaginaku, jari-jarinya yang lain memainkan  klitorisku. Rangsangan yang aku rasakan menjadi semakin hebat. Di saat  aku merasakan tubuhku menjadi semakin lemas, aku segera membaringkan  diriku di atas sofa karena rangsangan menjadi semakin kuat.   Tak henti-hentinya mulutku mendesah-desah karena merasa nikmat. Setelah  puas meraba vaginaku, Alex mulai menciumi dan menjilati vaginaku. Kali  ini rangsangan terasa semakin dashyat. Aku tidak bisa berbuat apa-apa  kecuali mendesah dan meremas-remas kedua payudaraku sendiri sementara  Alex terus saja menciumi dan menjilati vaginaku.   Aku yang sudah dalam keadaan sangat terangsang akhirnya mulai tidak  tahan. "Lex, buka pakaian tante sampai tante telanjang bulat ..", kataku  sambil mendesah-desah.   Alex tidak menjawab, tetapi tangannya mulai membuka ikat pinggang rokku  dan tidak lama kemudian aku sudah berada dalam keadaan telanjang.   Tidak lupa Alex meloloskan celana dalam putihku yang dari tadi  tergantung di kedua lututku sehingga tidak ada selembar benangpun yang  tersisa di tubuhku. Alex terdiam sejenak dan memandangi tubuhku yang  dalam keadaan polos tanpa pakaian.   "Tante cantik sekali. Tubuh tante bagus dan sexy", katanya. Aku tersenyum dan berkata, "Kalau kamu suka, kamu boleh menyetubuhi tante. Tante mau berhubungan intim dengan kamu, kok.." Dengan tersenyum, Alex kemudian membuka kedua kakiku dan memposisikan penisnya di depan vaginaku.   Dengan satu hentakan lembut, seluruh penisnya terbenam ke dalam vaginaku  yang diikuti oleh teriakan tertahanku karena merasakan kenikmatan.  Setelah itu, Alex mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur sehingga  penisnya menyodok-nyodok di dalam lubang vaginaku.   Cairan kewanitaanku turut memberikan andil dalam membantu penis Alex  agar meluncur maju mundur dengan mudah dalam liang vaginaku ini. Kami  berdua mendesah-desah karena nikmat. Dalam posisi ini, aku mengalami  orgasme berkali-kali sambil diiringi erangan-erangan dari bibirku.   Setelah beberapa saat, Alex menarik penisnya dan memberikan isyarat agar  aku menungging. Aku menurut saja. Kuputar badanku dan kutunggingkan  pantatku di depannya. Sedetik kemudian, aku merasakan penisnya masuk  kembali ke dalam liang vaginaku dan mulai menyodok-nyodok lagi. Rupanya  Alex melakukan doggy style kali ini.   Sekali lagi aku terjebak dalam dashyatnya kenikmatan berhubungan intim.  Beberapa kali aku merasakan orgasme yang luar biasa sebelum akhirnya aku  mendengar erangan kenikmatan dari bibir Alex yang disertai dengan  semburan spermanya di dalam rahimku yang menandakan bahwa akhirnya Alex  telah mencapai kenikmatan puncak pula. Sperma Alex terasa hangat di  dalam rahimku. Setelah menyemburkan spermanya, Alex mencabut penisnya.   Aku merasa bahwa ada sedikit sperma yang meleleh keluar dari liang  vaginaku dan membasahi vaginaku bagian luar saat penisnya tercabut.  Segera saja aku menjulurkan jari-jariku ke vaginaku dan mengambil  lelehan sperma yang mengalir turun. Setelah jari-jariku berlumuran  sperma Alex, aku membersihkan jari-jariku dengan menjilat-jilat sperma  yang melekatinya.   Rasa sperma yang khas selalu membuat aku senang. Setelah itu, Aku  membalikkan badanku yang dalam keadaan telanjang menghadapnya  terlentang. Sisa sperma Alex yang sudah tinggal sedikit masih terlihat  menempel di vaginaku bagian luar. Alex kemudian merebahkan dirinya di  atas badanku dan memelukku. Aku segera membalas pelukannya.   Sambil berpelukan dalam keadaan telajang bulat, kami saling berciuman  bibir dengan mesra untuk beberapa saat lamanya. Perasaan yang nikmat  masih tersisa di antara kami.   Akhirnya setelah beberapa saat, kami memperoleh kekuatan kami kembali.  Kami segera bangkit dari pembaringan dan mulai memunguti pakaian kami  yang tercecer di mana-mana. Aku segera mengenakan kembali celana dalam  putih dan rokku. Setelah selesai berpakaian, kami kembali duduk di sofa  dan berbincang.   "Tante, tadi enak sekali. Tante memang nikmat", katanya. Aku tersenyum saja dan lalu berkata,   "Kamu juga hebat. Kamu belajar dari mana ? Usiamu kan baru 16 tahun,  tapi kok kayaknya kamu sudah sering melakukan hubungan seks ?" "Ah, tante. Alex ini sudah sering melakukannya sama mama di rumah.."   Aku sangat terkejut mendengarnya. Rupanya selain aku, kakakku juga  melakukan incest dengan anaknya sendiri. Tapi hal ini membuat aku  sedikit lega sebab setidaknya kakakku tidak akan mempermasalahkan  hubungan seksku dengan anaknya bila dia sendiri juga melakukannya. "Terus, mana yang lebih enak ? Mamamu atau tante ini ?" Alex tersenyum sambil berkata,   "Kalian berdua sama-sama enak, kok.. tapi kalau disuruh memilih, Alex  masih lebih suka melakukannya dengan tante soalnya tante lebih cantik  dari mama, sih.."   "Apa kamu sering melakukan dengan mamamu ?" "Kalau papa ngak ada di rumah aja" Aku diam saja kali ini. Beberapa saat kemudian Alex berkata, "Tante, Alex mau pamit." "Sudah mau pulang ?" "Iya, tante."   "Ya, sudah kalau gitu. Hati-hati di jalan, ya.." "Ok.. Oh ya, lain kali Alex masih boleh memotret tante ?" Aku mengangguk sambil tersenyum. "Tentu saja, kalau mau pose yang agak nakal tante bersedia kok", kataku. "Bayarannya pakai 'itu' ya .." Kali ini aku tertawa. "Apa saja, deh.."   Alex melangkah pergi sambil melambaikan tangannya. Aku membalas  lambaiannya dan memandang dia mengendarai mobilnya sampai menghilang  dari pandanganku sebelum akhirnya aku menutup pintu rumahku dan  menguncinya. Hari ini merupakan hari yang sungguh menggembirakan bagiku  karena aku memperoleh satu cara lagi untuk memuaskan hasratku.
          Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                            |             
              
Tidak ada komentar:
Posting Komentar