|                               Cerita Sex - Diberi kenikmatan secara gratis               Mar 20th 2013, 04:01                                                Waktu itu usiaku 23 tahun. Aku duduk di tingkat akhir suatu perguruan  tinggi teknik di kota Bandung. Wajahku ganteng. Badanku tinggi dan  tegap, mungkin karena aku selalu berolahraga seminggu tiga kali.  Teman-temanku bilang, kalau aku bermobil pasti banyak cewek yang dengan  sukahati menempel padaku. Aku sendiri sudah punya pacar. Kami pacaran  secara serius. Baik orang tuaku maupun orang tuanya sudah setuju kami  nanti menikah. Tempat kos-ku dan tempat kos-nya hanya berjarak sekitar  700 m. Aku sendiri sudah dipegangi kunci kamar kosnya. Walaupun demikian  bukan berarti aku sudah berpacaran tanpa batas dengannya. Dalam masalah  pacaran, kami sudah saling cium-ciuman, gumul-gumulan, dan  remas-remasan. Namun semua itu kami lakukan dengan masih berpakaian. Toh  walaupun hanya begitu, kalau "voltase"-ku sudah amat tinggi, aku dapat  "muntah" juga. Dia adalah seorang yang menjaga keperawanan sampai dengan  menikah, karena itu dia tidak mau berhubungan sex sebelum menikah. Aku  menghargai prinsipnya tersebut. Karena aku belum pernah pacaran  sebelumnya, maka sampai saat itu aku belum pernah merasakan memek  perempuan.
   
  Pacarku seorang anak bungsu. Kecuali kolokan, dia juga seorang penakut,  sehingga sampai jam 10 malam minta ditemani. Sehabis mandi sore, aku  pergi ke kosnya. Sampai dia berangkat tidur. aku belajar atau menulis  tugas akhir dan dia belajar atau mengerjakan tugas-tugas kuliahnya di  ruang tamu. Kamar kos-nya sendiri berukuran cukup besar, yakni 3mX6m.  Kamar sebesar itu disekat dengan triplex menjadi ruang tamu dengan  ukuran 3mX2.5m dan ruang tidur dengan ukuran 3mX3.5m. Lobang pintu di  antara kedua ruang itu hanya ditutup dengan kain korden.
   
  lbu kost-nya mempunyai empat anak, semua perempuan. Semua manis-manis  sebagaimana kebanyakan perempuan Sunda. Anak yang pertama sudah menikah,  anak yang kedua duduk di kelas 3 SMA, anak ketiga kelas I SMA, dan anak  bungsu masih di SMP. Menurut desas-desus yang sampai di telingaku,  menikahnya anak pertama adalah karena hamil duluan. Kemudian anak yang  kedua pun sudah mempunyai prestasi. Nama panggilannya Ika. Dia  dikabarkan sudah pernah hamil dengan pacarya, namun digugurkan. Menurut  penilaianku, Ika seorang playgirl. Walaupun sudah punya pacar, pacarnya  kuliah di suatu politeknik, namun dia suka mejeng dan menggoda laki-laki  lain yang kelihatan keren. Kalau aku datang ke kos pacarku, dia pun  suka mejeng dan bersikap genit dalam menyapaku.
   
  lka memang mojang Sunda yang amat aduhai. Usianya akan 18 tahun.  Tingginya 160 cm. Kulitnya berwarna kuning langsat dan kelihatan licin.  Badannya kenyal dan berisi. Pinggangnya ramping. Buah dadanya padat dan  besar membusung. Pinggulnya besar, kecuali melebar dengan indahnya juga  pantatnya membusung dengan montoknya. Untuk gadis seusia dia, mungkin  payudara dan pinggul yang sudah terbentuk sedemikian indahnya karena  terbiasa dinaiki dan digumuli oleh pacarnya. Paha dan betisnya bagus dan  mulus. Lehernya jenjang. Matanya bagus. Hidungnya mungil dan sedikit  mancung. Bibirnya mempunyai garis yang sexy dan sensual, sehingga kalau  memakai lipstik tidak perlu membuat garis baru, tinggal mengikuti batas  bibir yang sudah ada. Rambutnya lebat yang dipotong bob dengan indahnya.
   
  Sore itu sehabis mandi aku ke kos pacarku seperti biasanya. Di teras  rumah tampak Ika sedang mengobrol dengan dua orang adiknya. Ika  mengenakan baju atas "you can see" dan rok span yang pendek dan ketat  sehingga lengan, paha dan betisnya yang mulus itu dipertontonkan dengan  jelasnya.
   
  "Mas Bob, ngapel ke Mbak Dina? Wah.. sedang nggak ada tuh. Tadi pergi  sama dua temannya. Katanya mau bikin tugas," sapa Ika dengan centilnya.
  "He.. masa?" balasku.
  "Iya.. Sudah, ngapelin Ika sajalah Mas Bob," kata Ika dengan senyum  menggoda. Edan! Cewek Sunda satu ini benar-benar menggoda hasrat. Kalau  mau mengajak beneran aku tidak menolak nih, he-he-he..
  "Ah, neng Ika macam-macam saja..," tanggapanku sok menjaga wibawa. "Kak Dai belum datang?"
   
  Pacar Ika namanya Daniel, namun Ika memanggilnya Kak Dai. Mungkin Dai  adalah panggilan akrab atau panggilan masa kecil si Daniel. Daniel  berasal dan Bogor. Dia ngapeli anak yang masih SMA macam minum obat  saja. Dan pulang kuliah sampai malam hari. Lebih hebat dan aku, dan  selama ngapel waktu dia habiskan untuk ngobrol. Atau kalau setelah waktu  isya, dia masuk ke kamar Ika. Kapan dia punya kesempatan belajar?
   
  "Wah.. dua bulan ini saya menjadi singgel lagi. Kak Dai lagi kerja  praktek di Riau. Makanya carikan teman Mas Bob buat menemani Ika dong,  biar Ika tidak kesepian.. Tapi yang keren lho," kata Ika dengan suara  yang amat manja. Edan si playgirl Sunda mi. Dia bukan tipe orang yang  ngomong begitu bukan sekedar bercanda, namun tipe orang yang suka  nyerempet-nyerempet hat yang berbahaya.
   
  "Neng Ika ini.. Nanti Kak Dai-nya ngamuk dong."
  "Kak Dai kan tidak akan tahu.."
   
  Aku kembali memaki dalam hati. Perempuan Sunda macam Ika ini memang enak  ditiduri. Enak digenjot dan dinikmati kekenyalan bagian-bagian  tubuhnya.
   
  Aku mengeluarkan kunci dan membuka pintu kamar kos Dina. Di atas meja  pendek di ruang tamu ada sehelai memo dari Dina. Sambil membuka jendela  ruang depan dan ruang tidur, kubaca isi memo tadi. "Mas Bobby, gue  ngerjain tugas kelompok bersama Niken dan Wiwin. Tugasnya banyak, jadi  gue malam ini tidak pulang. Gue tidur di rumah Wiwin. Di kulkas ada  jeruk, ambil saja. Soen sayang, Dina"
   
  Aku mengambil bukuku yang sehari-harinya kutinggal di tempat kos Di.  Sambil menyetel radio dengan suara perlahan, aku mulai membaca buku itu.  Biarlah aku belajar di situ sampai jam sepuluh malam.
   
  Sedang asyik belajar, sekitar jam setengah sembilan malam pintu diketok dan luar. Tok-tok-tok..
   
  Kusingkapkan korden jendela ruang tamu yang telah kututup pada jam  delapan malam tadi, sesuai dengan kebiasaan pacarku. Sepertinya Ika yang  berdiri di depan pintu.
   
  "Mbak Di.. Mbak Dina..," terdengar suara Ika memanggil-manggil dan luar. Aku membuka pintu.
  "Mbak Dina sudah pulang?" tanya Ika.
  "Belum. Hari ini Dina tidak pulang. Tidur di rumah temannya karena banyak tugas. Ada apa?"
  "Mau pinjam kalkulator, mas Bob. Sebentar saja. Buat bikin pe-er."
  "Ng.. bolehlah. Pakai kalkulatorku saja, asal cepat kembali."
  "Beres deh mas Bob. Ika berjanji," kata Ika dengan genit. Bibirnya tersenyum manis, dan pandang matanya menggoda menggemaskan.
   
  Kuberikan kalkulatorku pada Ika. Ketika berbalik, kutatap tajam-tajam  tubuhnya yang aduhai. Pinggulnya yang melebar dan montok itu menggial ke  kiri-kanan, seolah menantang diriku untuk meremas-remasnya. Sialan!  Kontholku jadi berdiri. Si "boy-ku" ini responsif sekali kalau ada cewek  cakep yang enak digenjot.
   
  Sepeninggal Ika, sesaat aku tidak dapat berkonsentrasi. Namun kemudian  kuusir pikiran yang tidak-tidak itu. Kuteruskan kembali membaca textbook  yang menunjang penulisan tugas sarjana itu.
   
  Tok-tok-tok! Baru sekitar limabelas menit pintu kembali diketok.
   
  "Mas Bob.. Mas Bob..," terdengar Ika memanggil lirih.
   
  Pintu kubuka. Mendadak kontholku mengeras lagi. Di depan pintu berdiri  Ika dengan senyum genitnya. Bajunya bukan atasan "you can see" yang  dipakai sebelumnya. Dia menggunakan baju yang hanya setinggi separuh  dada dengan ikatan tali ke pundaknya. Baju tersebut berwarna kuning muda  dan berbahan mengkilat. Dadanya tampak membusung dengan gagahnya, yang  ujungnya menonjol dengan tajam dan batik bajunya. Sepertinya dia tidak  memakai BH. Juga, bau harum sekarang terpancar dan tubuhnya. Tadi, bau  parfum harum semacam ini tidak tercium sama sekali, berarti datang yang  kali ini si Ika menyempatkan diri memakai parfum. Kali ini bibirnya pun  dipolesi lipstik pink.
   
  "Ini kalkulatornya, Mas Bob," kata Ika manja, membuyarkan keterpanaanku.
  "Sudah selesai. Neng Ika?" tanyaku basa-basi.
  "Sudah Mas Bob, namun boleh Ika minta diajari Matematika?"
  "0, boleh saja kalau sekiranya bisa."
   
  Tanpa kupersilakan Ika menyelonong masuk dan membuka buku matematika di  atas meja tamu yang rendah. Ruang tamu kamar kos pacarku itu tanpa  kursi. Hanya digelari karpet tebal dan sebuah meja pendek dengan di  salah satu sisinya terpasang rak buku. Aku pun duduk di hadapannya,  sementara pintu masuk tertutup dengan sendirinya dengan perlahan. Memang  pintu kamar kos pacarku kalau mau disengaja terbuka harus diganjal  potongan kayu kecil.
   
  "Ini mas Bob, Ika ada soal tentang bunga majemuk yang tidak tahu cara  penyelesaiannya." Ika mencari-cari halaman buku yang akan ditanyakannya.
   
  Menunggu halaman itu ditemukan, mataku mencari kesempatan melihat ke  dadanya. Amboi! Benar, Ika tidak memakai bra. Dalam posisi agak  menunduk, kedua gundukan payudaranya kelihatan sangat jelas. Sungguh  padat, mulus, dan indah. Kontholku terasa mengeras dan sedikit  berdenyut-denyut.
   
  Halaman yang dicari ketemu. Ika dengan centilnya membaca soal tersebut.  Soalnya cukup mudah. Aku menerangkan sedikit dan memberitahu rumusnya,  kemudian Ika menghitungnya. Sambil menunggu Ika menghitung, mataku  mencuri pandang ke buah dada Ika. Uhhh.. ranum dan segarnya.
   
  "Kok sepi? Mamah, Ema, dan Nur sudah tidur?" tanyaku sambil menelan  ludah. Kalau bapaknya tidak aku tanyakan karena dia bekerja di Cirebon  yang pulangnya setiap akhir pekan.
   
  "Sudah. Mamah sudah tidur jam setengah delapan tadi. Kemudian Erna dan  Nur berangkat tidur waktu Ika bermain-main kalkulator tadi," jawab Ika  dengan tatapan mata yang menggoda.
   
  Hasratku mulai naik. Kenapa tidak kusetubuhi saja si Ika. Mumpung sepi.  Orang-orang di rumahnya sudah tidur. Kamar kos sebelah sudah sepi dan  sudah mati lampunya. Berarti penghuninya juga sudah tidur. Kalau kupaksa  dia meladeni hasratku, tenaganya tidak akan berarti dalam melawanku.  Tetapi mengapa dia akan melawanku? jangan-jangan dia ke sini justru  ingin bersetubuh denganku. Soal tanya Matematika, itu hanya sebagai  atasan saja. Bukankah dia menyempatkan ganti baju, dari atasan you can  see ke atasan yang memamerkan separuh payudaranya? Bukankah dia datang  lagi dengan menyempatkan tidak memakai bra? Bukankah dia datang lagi  dengan menyempatkan memakai parfum dan lipstik? Apa lagi artinya kalau  tidak menyodorkan din?
   
  Tiba-tiba Ika bangkit dan duduk di sebelah kananku.
  "Mas Bob.. ini benar nggak?" tanya Ika.
   
  Ada kekeliruan di tengah jalan saat Ika menghitung. Antara konsentrasi  dan menahan nafsu yang tengah berkecamuk, aku mengambil pensil dan  menjelaskan kekeliruannya. Tiba-tiba Ika lebih mendekat ke arahku,  seolah mau memperhatikan hal yang kujelaskan dan jarak yang lebih dekat.  Akibatnya.. gumpalan daging yang membusung di dadanya itu menekan  lengan tangan kananku. Terasa hangat dan lunak, namun ketika dia lebih  menekanku terasa lebih kenyal. Dengan sengaja lenganku kutekankan ke  payudaranya.
   
  "Ih.. Mas Bob nakal deh tangannya," katanya sambil merengut manja. Dia pura-pura menjauh.
  "Lho, yang salah kan Neng Ika duluan. Buah dadanya menyodok-nyodok lenganku," jawabku.
   
  lka cemberut. Dia mengambil buku dan kembali duduk di hadapanku. Dia  terlihat kembali membetulkan yang kesalahan, namun menurut perasaanku  itu hanya berpura-pura saja. Aku merasa semakin ditantang. Kenapa aku  tidak berani? Memangnya aku impoten? Dia sudah berani datang ke sini  malam-malam sendirian. Dia menyempatkan pakai parfum. Dia sengaja  memakai baju atasan yang memamerkan gundukan payudara. Dia sengaja tidak  pakai bra. Artinya, dia sudah mempersilakan diriku untuk menikmati  kemolekan tubuhnya. Tinggal aku yang jadi penentunya, mau menyia-siakan  kesempatan yang dia berikan atau memanfaatkannya. Kalau aku  menyia-siakan berarti aku band!
   
  Aku pun bangkit. Aku berdiri di atas lutut dan mendekatinya dari  belakang. Aku pura-pura mengawasi dia dalam mengerjakan soal. Padahal  mataku mengawasi tubuhnya dari belakang. Kulit punggung dan lengannya  benar-benar mulus, tanpa goresan sedikitpun. Karena padat tubuhnya,  kulit yang kuning langsat itu tampak licin mengkilap walaupun ditumbuhi  oleh bulu-bulu rambut yang halus.
   
  Kemudian aku menempelkan kontholku yang menegang ke punggungnya. Ika  sedikit terkejut ketika merasa ada yang menempel punggungnya.
   
  "Ih.. Mas Bob jangan begitu dong..," kata Ika manja.
  "Sudah.. udah-udah.. Aku sekedar mengawasi pekerjaan Neng Ika," jawabku.
   
  lka cemberut. Namun dengan cemberut begitu, bibir yang sensual itu malah  tampak menggemaskan. Sungguh sedap sekali bila dikulum-kulum dan  dilumat-lumat. Ika berpura-pura meneruskan pekerjaannya. Aku semakin  berani. Kontholku kutekankan ke punggungnya yang kenyal. Ika  menggelinjang. Tidak tahan lagi. Tubuh Ika kurengkuh dan kurebahkan di  atas karpet. Bibirnya kulumat-lumat, sementara kulit punggungnya  kuremas-remas. Bibir Ika mengadakan perlawanan, mengimbangi  kuluman-kuluman bibirku yang diselingi dengan permainan lidahnya.  Terlihat bahkan dalam masalah ciuman Ika yang masih kelas tiga SMA sudah  sangat mahir. Bahkan mengalahkan kemahiranku.
   
  Beberapa saat kemudian ciumanku berpindah ke lehernya yang jenjang. Bau  harum terpancar dan kulitnya. Sambil kusedot-sedot kulit lehernya dengan  hidungku, tanganku berpindah ke buah dadanya. Buah dada yang tidak  dilindungi bra itu terasa kenyal dalam remasan tanganku. Kadang-kadang  dan batik kain licin baju atasannya, putingnya kutekan-tekan dan  kupelintir-pelintir dengan jari-jari tanganku. Puting itu terasa  mengeras.
   
  "Mas Bob, Mas Bob buka baju saja Mas Bob..," rintih Ika. Tanpa menunggu  persetujuanku, jari-jari tangannya membuka Ikat pinggang dan ritsleteng  celanaku. Aku mengimbangi, tali baju atasannya kulepas dan baju tersebut  kubebaskan dan tubuhnya. Aku terpana melihat kemulusan tubuh atasnya  tanpa penutup sehelai kain pun. Buah dadanya yang padat membusung dengan  indahnya. Ditimpa sinar lampu neon ruang tamu, payudaranya kelihatan  amat mulus dan licin. Putingnya berdiri tegak di ujung gumpalan  payudara. Putingnya berwarna pink kecoklat-coklatan, sementara puncak  bukit payudara di sekitarnya berwarna coklat tua dan sedikit menggembung  dibanding dengan permukaan kulit payudaranya.
   
  Celana panjang yang sudah dibuka oleh Ika kulepas dengan segera.  Menyusul. kemeja dan kaos singlet kulepas dan tubuhku. Kini aku cuma  tertutup oleh celana dalamku, sementara Ika tertutup oleh rok span ketat  yang mempertontonkan bentuk pinggangnya yang ramping dan bentuk  pinggulnya yang melebar dengan bagusnya. Ika pun melepaskan rok spannya  itu, sehingga pinggul yang indah itu kini hanya terbungkus celana dalam  minim yang tipis dan berwarna pink. Di daerah bawah perutnya, celana  dalam itu tidak mampu menyembunyikan warna hitam dari jembut lebat Ika  yang terbungkus di dalamnya. Juga, beberapa helai jembut Ika tampak  keluar dan lobang celana dalamnya.
   
  lka memandangi dadaku yang bidang. Kemudian dia memandang ke arah  kontholku yang besar dan panjang, yang menonjol dari balik celana  dalamku. Pandangan matanya memancarkan nafsu yang sudah menggelegak.  Perlahan aku mendekatkan badanku ke badannya yang sudah terbaring  pasrah. Kupeluk tubuhnya sambil mengulum kembali bibirnya yang hangat.  Ika pun mengimbanginya. Dia memeluk leherku sambil membalas kuluman di  bibirnya. Payudaranya pun menekan dadaku. Payudara itu terasa kenyal dan  lembut. Putingnya yang mengeras terasa benar menekan dadaku. Aku dan  Ika saling mengulum bibir, saling menekankan dada, dan saling meremas  kulit punggung dengan penuh nafsu.
   
  Ciumanku berpindah ke leher Ika. Leher mulus yang memancarkan keharuman  parfum yang segar itu kugumuli dengan bibir dan hidungku. Ika  mendongakkan dagunya agar aku dapat menciumi segenap pori-pori kulit  lehernya.
   
  "Ahhh.. Mas Bob.. Ika sudah menginginkannya dan kemarin.. Gelutilah  tubuh Ika.. puasin Ika ya Mas Bob..," bisik Ika terpatah-patah.
   
  Aku menyambutnya dengan penuh antusias. Kini wajahku bergerak ke arah  payudaranya. Payudaranya begitu menggembung dan padat. namun berkulit  lembut. Bau keharuman yang segar terpancar dan pori-porinya. Agaknya Ika  tadi sengaja memakai parfum di sekujur payudaranya sebelum datang ke  sini. Aku menghirup kuat-kuat lembah di antara kedua bukit payudaranya  itu. Kemudian wajahku kugesek-gesekkan di kedua bukit payudara itu  secara bergantian, sambil hidungku terus menghirup keharuman yang  terpancar dan kulit payudara. Puncak bukit payudara kanannya pun kulahap  dalam mulutku. Kusedot kuat-kuat payudara itu sehingga daging yang  masuk ke dalam mulutku menjadi sebesar-besarnya. Ika menggelinjang.
   
  "Mas Bob.. ngilu.. ngilu..," rintih Ika.
   
  Gelinjang dan rintihan Ika itu semakin membangkitkan hasratku. Kuremas  bukit payudara sebelah kirinya dengan gemasnya, sementara puting  payudara kanannya kumainkan dengan ujung lidahku. Puting itu kadang  kugencet dengan tekanan ujung lidah dengan gigi. Kemudian secara  mendadak kusedot kembali payudara kanan itu kuat-kuat. sementara jari  tanganku menekan dan memelintir puting payudara kirinya. Ika semakin  menggelinjang-gelinjang seperti ikan belut yang memburu makanan sambil  mulutnya mendesah-desah.
   
  "Aduh mas Booob.. ssshh.. ssshhh.. ngilu mas Booob.. ssshhh.. geli..  geli..," cuma kata-kata itu yang berulang-ulang keluar dan mulutnya yang  merangsang.
   
  Aku tidak puas dengan hanya menggeluti payudara kanannya. Kini mulutku  berganti menggeluti payudara kiri. sementara tanganku meremas-remas  payudara kanannya kuat-kuat. Kalau payudara kirinya kusedot kuat-kuat.  tanganku memijit-mijit dan memelintir-pelintir puting payudara kanannya.  Sedang bila gigi dan ujung lidahku menekan-nekan puting payudara kiri,  tanganku meremas sebesar-besarnya payudara kanannya dengan  sekuat-kuatnya.
   
  "Mas Booob.. kamu nakal... ssshhh.. ssshhh.. ngilu mas Booob.. geli.."  Ika tidak henti-hentinya menggelinjang dan mendesah manja.
   
  Setelah puas dengan payudara, aku meneruskan permainan lidah ke arah  perut Ika yang rata dan berkulit amat mulus itu. Mulutku berhenti di  daerah pusarnya. Aku pun berkonsentrasi mengecupi bagian pusarnya.  Sementara kedua telapak tanganku menyusup ke belakang dan meremas-remas  pantatnya yang melebar dan menggembung padat. Kedua tanganku menyelip ke  dalam celana yang melindungi pantatnya itu. Perlahan-lahan celana  dalamnya kupelorotkan ke bawah. Ika sedikit mengangkat pantatnya untuk  memberi kemudahan celana dalamnya lepas. Dan dengan sekali sentakan  kakinya, celana dalamnya sudah terlempar ke bawah.
   
  Saat berikutnya, terhamparlah pemandangan yang luar biasa merangsangnya.  Jembut Ika sungguh lebat dan subur sekali. Jembut itu mengitari bibir  memek yang berwarna coklat tua. Sambil kembali menciumi kulit perut di  sekitar pusarnya, tanganku mengelus-elus pahanya yang berkulit licin dan  mulus. Elusanku pun ke arah dalam dan merangkak naik. Sampailah  jari-jari tanganku di tepi kiri-kanan bibir luar memeknya. Tanganku pun  mengelus-elus memeknya dengan dua jariku bergerak dan bawah ke atas.  Dengan mata terpejam, Ika berinisiatif meremas-remas payudaranya  sendiri. Tampak jelas kalau Ika sangat menikmati permainan ini.
   
  Perlahan kusibak bibir memek Ika dengan ibu jari dan telunjukku mengarah  ke atas sampai kelentitnya menongol keluar. Wajahku bergerak ke  memeknya, sementara tanganku kembali memegangi payudaranya. Kujilati  kelentit Ika perlahan-lahan dengan jilatan-jilatan pendek dan  terputus-putus sambil satu tanganku mempermainkan puting payudaranya.
   
  "Au Mas Bob.. shhhhh.. betul.. betul di situ mas Bob.. di situ.. enak  mas.. shhhh..," Ika mendesah-desah sambil matanya merem-melek. Bulu  alisnya yang tebal dan indah bergerak ke atas-bawah mengimbangi gerakan  merem-meleknya mata. Keningnya pun berkerut pertanda dia sedang  mengalami kenikmatan yang semakin meninggi.
   
  Aku meneruskan permainan lidah dengan melakukan jilatan-jilatan panjang dan lubang anus sampai ke kelentitnya.
   
  Karena gerakan ujung hidungku pun secara berkala menyentuh memek Ika.  Terasa benar bahkan dinding vaginanya mulai basah. Bahkan sebagian  cairan vaginanya mulai mengalir hingga mencapai lubang anusnya. Sesekali  pinggulnya bergetar. Di saat bergetar itu pinggulnya yang padat dan  amat mulus kuremas kuat-kuat sambil ujung hidungku kutusukkan ke lobang  memeknya.
   
  "Mas Booob.. enak sekali mas Bob..," Ika mengerang dengan kerasnya. Aku  segera memfokuskan jilatan-jilatan lidah serta tusukan-tusukan ujung  hidung di vaginanya. Semakin lama vagina itu semakin basah saja. Dua  jari tanganku lalu kumasukkan ke lobang memeknya. Setelah masuk hampir  semuanya, jari kubengkokkan ke arah atas dengan tekanan yang cukup  terasa agar kena "G-spot"-nya. Dan berhasil!
   
  "Auwww.. mas Bob..!" jerit Ika sambil menyentakkan pantat ke atas.  sampai-sampai jari tangan yang sudah terbenam di dalam memek terlepas.  Perut bawahnya yang ditumbuhi bulu-bulu jembut hitam yang lebat itu pun  menghantam ke wajahku. Bau harum dan bau khas cairan vaginanya merasuk  ke sel-sel syaraf penciumanku.
   
  Aku segera memasukkan kembali dua jariku ke dalam vagina Ika dan  melakukan gerakan yang sama. Kali ini aku mengimbangi gerakan jariku  dengan permainan lidah di kelentit Ika. Kelentit itu tampak semakin  menonjol sehingga gampang bagiku untuk menjilat dan mengisapnya. Ketika  kelentit itu aku gelitiki dengan lidah serta kuisap-isap perlahan, Ika  semakin keras merintih-rintih bagaikan orang yang sedang mengalami sakit  demam. Sementara pinggulnya yang amat aduhai itu menggial ke kiri-kanan  dengan sangat merangsangnya.
   
  "Mas Bob.. mas Bob.. mas Bob..," hanya kata-kata itu yang dapat  diucapkan Ika karena menahan kenikmatan yang semakin menjadi-jadi.
   
  Permainan jari-jariku dan lidahku di memeknya semakin bertambah ganas.  Ika sambil mengerang-erang dan menggeliat-geliat meremas apa saja yang  dapat dia raih. Meremas rambut kepalaku, meremas bahuku, dan meremas  payudaranya sendiri.
   
  "Mas Bob.. Ika sudah tidak tahan lagi.. Masukin konthol saja mas Bob..  Ohhh.. sekarang juga mas Bob..! Sshhh. . . ," erangnya sambil menahan  nafsu yang sudah menguasai segenap tubuhnya.
   
  Namun aku tidak perduli. Kusengaja untuk mempermainkan Ika terlebih  dahulu. Aku mau membuatnya orgasme, sementara aku masih segar bugar.  Karena itu lidah dan wajahku kujauhkan dan memeknya. Kemudian kocokan  dua jari tanganku di dalam memeknya semakin kupercepat. Gerakan jari  tanganku yang di dalam memeknya ke atas-bawah, sampai terasa ujung  jariku menghentak-hentak dinding atasnya secara perlahan-lahan.  Sementara ibu jariku mengusap-usap dan menghentak-hentak kelentitnya.  Gerakan jari tanganku di memeknya yang basah itu sampai menimbulkan  suara crrk-crrrk-crrrk-crrk crrrk.. Sementara dan mulut Ika keluar  pekikan-pekikan kecil yang terputus-putus:
   
  "Ah-ah-ah-ah-ah.."
   
  Sementara aku semakin memperdahsyat kocokan jari-jariku di memeknya,  sambil memandangi wajahnya. Mata Ika merem-melek, sementara keningnya  berkerut-kerut.
   
  Crrrk! Crrrk! Crrek! Crek! Crek! Crok! Crok! Suara yang keluar dan  kocokan jariku di memeknya semakin terdengar keras. Aku mempertahankan  kocokan tersebut. Dua menit sudah si Ika mampu bertahan sambil  mengeluarkan jeritan-jeritan yang membangkitkan nafsu. Payudaranya  tampak semakin kencang dan licin, sedang putingnya tampak berdiri dengan  tegangnya.
   
  Sampai akhirnya tubuh Ika mengejang hebat. Pantatnya terangkat  tinggi-tinggi. Matanya membeliak-beliak. Dan bibirnya yang sensual itu  keluar jeritan hebat, "Mas Booo00oob..!" Dua jariku yang tertanam di  dalam vagina Ika terasa dijepit oleh dindingnya dengan kuatnya. Seiring  dengan keluar masuknya jariku dalam vaginanya, dan sela-sela celah  antara tanganku dengan bibir memeknya terpancarlah semprotan cairan  vaginanya dengan kuatnya. Prut! Prut! Pruttt! Semprotan cairan tersebut  sampai mencapai pergelangan tanganku.
   
  Beberapa detik kemudian Ika terbaring lemas di atas karpet. Matanya  memejam rapat. Tampaknya dia baru saja mengalami orgasme yang begitu  hebat. Kocokan jari tanganku di vaginanya pun kuhentikan. Kubiarkan jari  tertanam dalam vaginanya sampai jepitan dinding vaginanya terasa lemah.  Setelah lemah. jari tangan kucabut dan memeknya. Cairan vagina yang  terkumpul di telapak tanganku pun kubersihkan dengan kertas tissue.
   
  Ketegangan kontholku belum juga mau berkurang. Apalagi tubuh telanjang  Ika yang terbaring diam di hadapanku itu benar-benar aduhai. seolah  menantang diriku untuk membuktikan kejantananku pada tubuh mulusnya. Aku  pun mulai menindih kembali tubuh Ika, sehingga kontholku yang masih di  dalam celana dalam tergencet oleh perut bawahku dan perut bawahnya  dengan enaknya. Sementara bibirku mengulum-kulum kembali bibir hangat  Ika, sambil tanganku meremas-remas payudara dan mempermainkan putingnya.  Ika kembali membuka mata dan mengimbangi serangan bibirku. Tubuhnya  kembali menggelinjang-gelinjang karena menahan rasa geli dan ngilu di  payudaranya.
   
  Setelah puas melumat-lumat bibir. wajahku pun menyusuri leher Ika yang  mulus dan harum hingga akhirnya mencapai belahan dadanya. Wajahku  kemudian menggeluti belahan payudaranya yang berkulit lembut dan halus,  sementara kedua tanganku meremas-remas kedua belah payudaranya. Segala  kelembutan dan keharuman belahan dada itu kukecupi dengan bibirku.  Segala keharuman yang terpancar dan belahan payudara itu kuhirup  kuat-kuat dengan hidungku, seolah tidak rela apabila ada keharuman yang  terlewatkan sedikitpun.
   
  Kugesek-gesekkan memutar wajahku di belahan payudara itu. Kemudian  bibirku bergerak ke atas bukit payudara sebelah kiri. Kuciumi bukit  payudara yang membusung dengan gagahnya itu. Dan kumasukkan puting  payudara di atasnya ke dalam mulutku. Kini aku menyedot-sedot puting  payudara kiri Ika. Kumainkan puting di dalam mulutku itu dengan lidahku.  Sedotan kadang kuperbesar ke puncak bukit payudara di sekitar puting  yang berwarna coklat.
   
  "Ah.. ah.. mas Bob.. geli.. geli ..," mulut indah Ika mendesis-desis  sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. bagaikan desisan ular  kelaparan yang sedang mencari mangsa.
   
  Aku memperkuat sedotanku. Sementara tanganku meremas-remas payudara  kanan Ika yang montok dan kenyal itu. Kadang remasan kuperkuat dan  kuperkecil menuju puncak bukitnya, dan kuakhiri dengan tekanan-tekanan  kecil jari telunjuk dan ibu jariku pada putingnya.
   
  "Mas Bob.. hhh.. geli.. geli.. enak.. enak.. ngilu.. ngilu.."
   
  Aku semakin gemas. Payudara aduhai Ika itu kumainkan secara bergantian,  antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit payudara kadang kusedot  besarnya-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang kusedot  hanya putingnya dan kucepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain  kadang kuremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan  sekuat-kuatnya, kadang hanya kupijit-pijit dan kupelintir-pelintir kecil  puting yang mencuat gagah di puncaknya.
   
  "Ah.. mas Bob.. terus mas Bob.. terus.. hzzz.. ngilu.. ngilu.." Ika  mendesis-desis keenakan. Hasratnya tampak sudah kembali tinggi. Matanya  kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhnya ke kanan-kini semakin sening  fnekuensinya.
   
  Sampai akhirnya Ika tidak kuat mehayani senangan-senangan keduaku. Dia  dengan gerakan eepat memehorotkan celana dalamku hingga tunun ke paha.  Aku memaklumi maksudnya, segera kulepas eelana dalamku. Jan-jari tangan  kanan Ika yang mulus dan lembut kemudian menangkap kontholku yang sudah  berdiri dengan gagahnya. Sejenak dia memperlihatkan rasa terkejut.
   
  "Edan.. mas Bob, edan.. Kontholmu besar sekali.. Konthol pacar-pacarku  dahulu dan juga konthol kak Dai tidak sampai sebesar ini Edan.. edan..,"  ucapnya terkagum-kagum. Sambil membiankan mulut, wajah, dan tanganku  terus memainkan dan menggeluti kedua belah payudaranya, jan-jari lentik  tangan kanannya meremasremas perlahan kontholku secara berirama, seolah  berusaha mencari kehangatan dan kenikmatan di hatinya menahan  kejantananku. Remasannya itu memperhebat vothase dan rasa nikmat pada  batang kontholku.
   
  "Mas Bob, kita main di atas kasur saja..," ajak Ika dengan sinar mata yang sudah dikuasai nafsu birahi.
   
  Aku pun membopong tubuh telanjang Ika ke ruang dalam, dan  membaringkannya di atas tempat tidun pacarku. Ranjang pacarku ini amat  pendek, dasan kasurnya hanya terangkat sekitar 6 centimeter dari lantai.  Ketika kubopong. Ika tidak mau melepaskan tangannya dari leherku.  Bahkan, begitu tubuhnya menyentuh kasur, tangannya menarik wajahku  mendekat ke wajahnya. Tak ayal lagi, bibirnya yang pink menekan itu  melumat bibirku dengan ganasnya. Aku pun tidak mau mengalah. Kulumat  bibirnya dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara tanganku mendekap  tubuhnya dengan kuatnya. Kupeluk punggungnya yang halus mulus  kuremas-remas dengan gemasnya.
   
  Kemudian aku menindih tubuh Ika. Kontholku terjepit di antara pangkal  pahanya yang mulus dan perut bawahku sendiri. Kehangatan kulit pahanya  mengalir ke batang kontholku yang tegang dan keras. Bibirku kemudian  melepaskan bibir sensual Ika. Kecupan bibirku pun turun. Kukecup dagu  Ika yang bagus. Kukecup leher jenjang Ika yang memancarkan bau wangi dan  segarnya parfum yang dia pakai. Kuciumi dan kugeluti leher indah itu  dengan wajahku, sementara pantatku mulai bergerak aktif sehingga  kontholku menekan dan menggesek-gesek paha Ika. Gesekan di kulit paha  yang licin itu membuat batang kontholku bagai diplirit-plirit. Kepala  kontholku merasa geli-geli enak oleh gesekan-gesekan paha Ika.
   
  Puas menggeluti leher indah, wajahku pun turun ke buah dada montok Ika.  Dengan gemas dan ganasnya aku membenamkan wajahku ke belahan dadanya,  sementara kedua tanganku meraup kedua belah payudaranya dan menekannya  ke arah wajahku. Keharuman payudaranya kuhirup sepuas-puasku. Belum puas  dengan menyungsep ke belahan dadanya, wajahku kini menggesek-gesek  memutar sehingga kedua gunung payudaranya tertekan-tekan oleh wajahku  secara bergantian. Sungguh sedap sekali rasanya ketika hidungku  menyentuh dan menghirup dalam-dalam daging payudara yang besar dan  kenyal itu. Kemudian bibirku meraup puncak bukit payudara kiri Ika.  Daerah payudara yang kecoklat-coklatan beserta putingnya yang pink  kecoklat-coklatan itu pun masuk dalam mulutku. Kulahap ujung payudara  dan putingnya itu dengan bernafsunya, tak ubahnya seperti bayi yang  menetek susu setelah kelaparan selama seharian. Di dalam mulutku, puting  itu kukulum-kulum dan kumainkan dengan lidahku.
   
  "Mas Bob.. geli.. geli ..," kata Ika kegelian.
   
  Aku tidak perduli. Aku terus mengulum-kulum puncak bukit payudara Ika.  Putingnya terasa di lidahku menjadi keras. Kemudian aku kembali melahap  puncak bukit payudara itu sebesar-besarnya. Apa yang masuk dalam mulutku  kusedot sekuat-kuatnya. Sementara payudara sebelah kanannya kuremas  sekuat-kuatnya dengan tanganku. Hal tersebut kulakukan secara bergantian  antara payudara kiri dan payudara kanan Ika. Sementara kontholku  semakin menekan dan menggesek-gesek dengan beriramanya di kulit pahanya.  Ika semakin menggelinjang-gelinjang dengan hebatnya.
   
  "Mas Bob.. mas Bob.. ngilu.. ngilu.. hihhh.. nakal sekali tangan dan  mulutmu.. Auw! Sssh.. ngilu.. ngilu..," rintih Ika. Rintihannya itu  justru semakin mengipasi api nafsuku. Api nafsuku semakin  berkobar-kobar. Semakin ganas aku mengisap-isap dan meremas-remas  payudara montoknya. Sementara kontholku berdenyut-denyut keenakan  merasakan hangat dan licinnya paha Ika.
   
  Akhirnya aku tidak sabar lagi. Kulepaskan payudara montok Ika dari  gelutan mulut dan tanganku. Bibirku kini berpindah menciumi dagu dan  lehernya, sementara tanganku membimbing kontholku untuk mencari liang  memeknya. Kuputar-putarkan dahulu kepala kontholku di kelebatan jembut  di sekitar bibir memek Ika. Bulu-bulu jembut itu bagaikan menggelitiki  kepala kontholku. Kepala kontholku pun kegelian. Geli tetapi enak.
   
  "Mas Bob.. masukkan seluruhnya mas Bob.. masukkan seluruhnya.. Mas Bob  belum pernah merasakan memek Mbak Dina kan? Mbak Dina orang kuno.. tidak  mau merasakan konthol sebelum nikah. Padahal itu surga dunia.. bagai  terhempas langit ke langit ketujuh. mas Bob.."
   
  Jari-jari tangan Ika yang lentik meraih batang kontholku yang sudah amat tegang. Pahanya yang mulus itu dia buka agak lebar.
   
  "Edan.. edan.. kontholmu besar dan keras sekali, mas Bob..," katanya sambil mengarahkan kepala kontholku ke lobang memeknya.
   
  Sesaat kemudian kepala kontholku menyentuh bibir memeknya yang sudah  basah. Kemudian dengan perlahan-lahan dan sambil kugetarkan, konthol  kutekankan masuk ke liang memek. Kini seluruh kepala kontholku pun  terbenam di dalam memek. Daging hangat berlendir kini terasa mengulum  kepala kontholku dengan enaknya.
   
  Aku menghentikan gerak masuk kontholku.
   
  "Mas Bob.. teruskan masuk, Bob.. Sssh.. enak.. jangan berhenti sampai  situ saja..," Ika protes atas tindakanku. Namun aku tidak perduli.  Kubiarkan kontholku hanya masuk ke lobang memeknya hanya sebatas  kepalanya saja, namun kontholku kugetarkan dengan amplituda kecil.  Sementara bibir dan hidungku dengan ganasnya menggeluti lehernya yang  jenjang, lengan tangannya yang harum dan mulus, dari ketiaknya yang  bersih dari bulu ketiak. Ika menggelinjang-gelinjang dengan tidak  karuan.
   
  "Sssh.. sssh.. enak.. enak.. geli.. geli, mas Bob. Geli.. Terus masuk, mas Bob.."
   
  Bibirku mengulum kulit lengan tangannya dengan kuat-kuat. Sementara  gerakan kukonsentrasikan pada pinggulku. Dan.. satu.. dua.. tiga!  Kontholku kutusukkan sedalam-dalamnya ke dalam memek Ika dengan sangat  cepat dan kuatnya. Plak! Pangkal pahaku beradu dengan pangkal pahanya  yang mulus yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya.  Sementara kulit batang kontholku bagaikan diplirit oleh bibir dan daging  lobang memeknya yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan  bunyi: srrrt!
   
  "Auwww!" pekik Ika.
   
  Aku diam sesaat, membiarkan kontholku tertanam seluruhnya di dalam memek Ika tanpa bergerak sedikit pun.
   
  "Sakit mas Bob.. Nakal sekali kamu.. nakal sekali kamu..." kata Ika sambil tangannya meremas punggungku dengan kerasnya.
   
  Aku pun mulai menggerakkan kontholku keluar-masuk memek Ika. Aku tidak  tahu, apakah kontholku yang berukuran panjang dan besar ataukah lubang  memek Ika yang berukuran kecil. Yang saya tahu, seluruh bagian kontholku  yang masuk memeknya serasa dipijit-pijit dinding lobang memeknya dengan  agak kuatnya. Pijitan dinding memek itu memberi rasa hangat dan nikmat  pada batang kontholku.
   
  "Bagaimana Ika, sakit?" tanyaku
  "Sssh.. enak sekali.. enak sekali.. Barangmu besar dan panjang sekali..  sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru lobang memekku..," jawab  Ika.
   
  Aku terus memompa memek Ika dengan kontholku perlahan-lahan. Payudara  kenyalnya yang menempel di dadaku ikut terpilin-pilin oleh dadaku akibat  gerakan memompa tadi. Kedua putingnya yang sudah mengeras seakan-akan  mengkilik-kilik dadaku yang bidang. Kehangatan payudaranya yang montok  itu mulai terasa mengalir ke dadaku. Kontholku serasa diremas-remas  dengan berirama oleh otot-otot memeknya sejalan dengan genjotanku  tersebut. Terasa hangat dan enak sekali. Sementara setiap kali menusuk  masuk kepala kontholku menyentuh suatu daging hangat di dalam memek Ika.  Sentuhan tersebut serasa menggelitiki kepala konthol sehingga aku  merasa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat.
   
  Kemudian aku mengambil kedua kakinya yang kuning langsat mulus dan  mengangkatnya. Sambil menjaga agar kontholku tidak tercabut dari lobang  memeknya, aku mengambil posisi agak jongkok. Betis kanan Ika  kutumpangkan di atas bahuku, sementara betis kirinya kudekatkan ke  wajahku. Sambil terus mengocok memeknya perlahan dengan kontholku, betis  kirinya yang amat indah itu kuciumi dan kukecupi dengan gemasnya.  Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang kuciumi dan  kugeluti, sementara betis kirinya kutumpangkan ke atas bahuku. Begitu  hal tersebut kulakukan beberapa kali secara bergantian, sambil  mempertahankan rasa nikmat di kontholku dengan mempertahankan gerakan  maju-mundur perlahannya di memek Ika.
   
  Setelah puas dengan cara tersebut, aku meletakkan kedua betisnya di  bahuku, sementara kedua telapak tanganku meraup kedua belah payudaranya.  Masih dengan kocokan konthol perlahan di memeknya, tanganku  meremas-remas payudara montok Ika. Kedua gumpalan daging kenyal itu  kuremas kuat-kuat secara berirama. Kadang kedua putingnya kugencet dan  kupelintir-pelintir secara perlahan. Puting itu semakin mengeras, dan  bukit payudara itu semakin terasa kenyal di telapak tanganku. Ika pun  merintih-rintih keenakan. Matanya merem-melek, dan alisnya  mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah.
   
  "Ah.. mas Bob, geli.. geli.. Tobat.. tobat.. Ngilu mas Bob, ngilu..  Sssh.. sssh.. terus mas Bob, terus.. Edan.. edan.. kontholmu membuat  memekku merasa enak sekali… Nanti jangan disemprotkan di luar memek, mas  Bob. Nyemprot di dalam saja.. aku sedang tidak subur…"
   
  Aku mulai mempercepat gerakan masuk-keluar kontholku di memek Ika.
   
  "Ah-ah-ah.. benar, mas Bob. benar.. yang cepat.. Terus mas Bob, terus.."
   
  Aku bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihan Ika. tenagaku menjadi  berlipat ganda. Kutingkatkan kecepatan keluar-masuk kontholku di memek  Ika. Terus dan terus. Seluruh bagian kontholku serasa diremas-remas  dengan cepatnya oleh daging-daging hangat di dalam memek Ika. Mata Ika  menjadi merem-melek dengan cepat dan indahnya. Begitu juga diriku,  mataku pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yang  luar biasa.
   
  "Sssh.. sssh.. Ika.. enak sekali.. enak sekali memekmu.. enak sekali memekmu.."
  "Ya mas Bob, aku juga merasa enak sekali.. terusss.. terus mas Bob, terusss.."
   
  Aku meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kontholku pada memeknya.  Kontholku terasa bagai diremas-remas dengan tidak karu-karuan.
   
  "Mas Bob.. mas Bob.. edan mas Bob, edan.. sssh.. sssh.. Terus.. terus..  Saya hampir keluar nih mas Bob.. sedikit lagi.. kita keluar sama-sama ya  Booob..," Ika jadi mengoceh tanpa kendali.
   
  Aku mengayuh terus. Aku belum merasa mau keluar. Namun aku harus  membuatnya keluar duluan. Biar perempuan Sunda yang molek satu ini tahu  bahwa lelaki Jawa itu perkasa. Biar dia mengakui kejantanan orang Jawa  yang bernama mas Bobby. Sementara kontholku merasakan daging-daging  hangat di dalam memek Ika bagaikan berdenyut dengan hebatnya.
   
  "Mas Bob.. mas Bobby.. mas Bobby..," rintih Ika. Telapak tangannya  memegang kedua lengan tanganku seolah mencari pegangan di batang pohon  karena takut jatuh ke bawah.
   
  Ibarat pembalap, aku mengayuh sepeda balapku dengan semakin cepatnya.  Bedanya, dibandingkan dengan pembalap aku lebih beruntung. Di dalam  "mengayuh sepeda" aku merasakan keenakan yang luar biasa di sekujur  kontholku. Sepedaku pun mempunyai daya tarik tersendiri karena  mengeluarkan rintihan-rintihan keenakan yang tiada terkira.
   
  "Mas Bob.. ah-ah-ah-ah-ah.. Enak mas Bob, enak.. Ah-ah-ah-ah-ah.. Mau  keluar mas Bob.. mau keluar.. ah-ah-ah-ah-ah.. sekarang ke-ke-ke.."
   
  Tiba-tiba kurasakan kontholku dijepit oleh dinding memek Ika dengan  sangat kuatnya. Di dalam memek, kontholku merasa disemprot oleh cairan  yang keluar dari memek Ika dengan cukup derasnya. Dan telapak tangan Ika  meremas lengan tanganku dengan sangat kuatnya. Mulut sensual Ika pun  berteriak tanpa kendali:
   
  "..keluarrr..!"
  Mata Ika membeliak-beliak. Sekejap tubuh Ika kurasakan mengejang. Aku  pun menghentikan genjotanku. Kontholku yang tegang luar biasa kubiarkan  diam tertanam dalam memek Ika. Kontholku merasa hangat luar biasa karena  terkena semprotan cairan memek Ika. Kulihat mata Ika kemudian memejam  beberapa saat dalam menikmati puncak orgasmenya.
   
  Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan tangannya pada lenganku  perlahan-lahan mengendur. Kelopak matanya pun membuka, memandangi  wajahku. Sementara jepitan dinding memeknya pada kontholku  berangsur-angsur melemah. walaupun kontholku masih tegang dan keras.  Kedua kaki Ika lalu kuletakkan kembali di atas kasur dengan posisi agak  membuka. Aku kembali menindih tubuh telanjang Ika dengan mempertahankan  agar kontholku yang tertanam di dalam memeknya tidak tercabut.
   
  "Mas Bob.. kamu luar biasa.. kamu membawaku ke langit ke tujuh," kata  Ika dengan mimik wajah penuh kepuasan. "Kak Dai dan pacar-pacarku yang  dulu tidak pernah membuat aku ke puncak orgasme seperti ml. Sejak Mbak  Dina tinggal di sini, Ika suka membenarkan mas Bob saat berhubungan  dengan Kak Dai."
   
  Aku senang mendengar pengakuan Ika itu. berarti selama aku tidak  bertepuk sebelah tangan. Aku selalu membayangkan kemolekan tubuh Ika  dalam masturbasiku, sementara dia juga membayangkan kugeluti dalam  onaninya. Bagiku. Dina bagus dijadikan istri dan ibu anak-anakku kelak,  namun tidak dapat dipungkiri bahwa tubuh aduhai Ika enak digeluti dan  digenjot dengan penuh nafsu.
   
  "Mas Bob… kamu seperti yang kubayangkan. Kamu jantan.. kamu perkasa..  dan kamu berhasil membawaku ke puncak orgasme. Luar biasa nikmatnya.."
   
  Aku bangga mendengar ucapan Ika. Dadaku serasa mengembang. Dan bagai  anak kecil yang suka pujian, aku ingin menunjukkan bahwa aku lebih  perkasa dari dugaannya. Perempuan Sunda ini harus kewalahan menghadapi  genjotanku. Perempuan Sunda ini harus mengakui kejantanan dan  keperkasaanku. Kebetulan aku saat ini baru setengah perjalanan  pendakianku di saat Ika sudah mencapai orgasmenya. Kontholku masih  tegang di dalam memeknya. Kontholku masih besar dan keras, yang harus  menyemprotkan pelurunya agar kepalaku tidak pusing.
   
  Aku kembali mendekap tubuh mulus Ika, yang di bawah sinar lampu kuning  kulit tubuhnya tampak sangat mulus dan licin. Kontholku mulai bergerak  keluar-masuk lagi di memek Ika, namun masih dengan gerakan perlahan.  Dinding memek Ika secara berargsur-angsur terasa mulai meremas-remas  kontholku. Terasa hangat dan enak. Namun sekarang gerakan kontholku  lebih lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti karena adanya cairan  orgasme yang disemprotkan oleh memek Ika beberapa saat yang lalu.
   
  "Ahhh.. mas Bob.. kau langsung memulainya lagi.. Sekarang giliranmu..  semprotkan air manimu ke dinding-dinding memekku.. Sssh..," Ika mulai  mendesis-desis lagi.
   
  Bibirku mulai memagut bibir merekah Ika yang amat sensual itu dan  melumat-lumatnya dengan gemasnya. Sementara tangan kiriku ikut menyangga  berat badanku, tangan kananku meremas-remas payudara montok Ika serta  memijit-mijit putingnya, sesuai dengan mama gerak maju-mundur kontholku  di memeknya.
   
  "Sssh.. sssh.. sssh.. enak mas Bob, enak.. Terus.. teruss.. terusss..,"  desis bibir Ika di saat berhasil melepaskannya dari serbuan bibirku.  Desisan itu bagaikan mengipasi gelora api birahiku.
   
  Sambil kembali melumat bibir Ika dengan kuatnya, aku mempercepat  genjotan kontholku di memeknya. Pengaruh adanya cairan di dalam memek  Ika, keluar-masuknya konthol pun diiringi oleh suara, "srrt-srret  srrrt-srrret srrt-srret.." Mulut Ika di saat terbebas dari lumatan  bibirku tidak henti-hentinya mengeluarkan rintih kenikmatan,
   
  "Mas Bob.. ah.. mas Bob.. ah.. mas Bob.. hhb.. mas Bob.. ahh.."
   
  Kontholku semakin tegang. Kulepaskan tangan kananku dari payudaranya.  Kedua tanganku kini dari ketiak Ika menyusup ke bawah dan memeluk  punggung mulusnya. Tangan Ika pun memeluk punggungku dan  mengusap-usapnya. Aku pun memulai serangan dahsyatku. Keluar-masuknya  kontholku ke dalam memek Ika sekarang berlangsung dengan cepat dan  berirama. Setiap kali masuk, konthol kuhunjamkan keras-keras agar  menusuk memek Ika sedalam-dalamnya. Dalam perjalanannya, batang  kontholku bagai diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding memek  Ika. Sampai di langkah terdalam, mata Ika membeliak sambil bibirnya  mengeluarkan seruan tertahan, "Ak..!" Sementara daging pangkal pahaku  bagaikan menampar daging pangkal pahanya sampai berbunyi: plak! Di saat  bergerak keluar memek, konthol kujaga agar kepalanya yang mengenakan  helm tetap tertanam di lobang memek. Remasan dinding memek pada batang  kontholku pada gerak keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan  gerak masuknya. Bibir memek yang mengulum batang kontholku pun sedikit  ikut tertarik keluar, seolah tidak rela bila sampai ditinggal keluar  oleh batang kontholku. Pada gerak keluar ini Bibir Ika mendesah, "Hhh.."
   
  Aku terus menggenjot memek Ika dengan gerakan cepat dan  menghentak-hentak. Remasan yang luar biasa kuat, hangat, dan enak sekali  bekerja di kontholku. Tangan Ika meremas punggungku kuat-kuat di saat  kontholku kuhunjam masuk sejauh-jauhnya ke lobang memeknya. beradunya  daging pangkal paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak!  Pergeseran antara kontholku dan memek Ika menimbulkan bunyi  srottt-srrrt.. srottt-srrrt.. srottt-srrrtt.. Kedua nada tersebut  diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecil yang merdu yang keluar dari  bibir Ika:
   
  "Ak! Uhh.. Ak! Hhh.. Ak! Hhh.."
   
  Kontholku terasa empot-empotan luar biasa. Rasa hangat, geli, dan enak  yang tiada tara membuatku tidak kuasa menahan pekikan-pekikan kecil:
   
  "Ika.. Ika.. edan.. edan.. Enak sekali Ika.. Memekmu enak sekali.. Memekmu hangat sekali.. edan.. jepitan memekmu enak sekali.."
  "Mas Bob.. mas Bob.. terus mas Bob.." rintih Ika, "Enak mas Bob.. enaaak.. Ak! Ak! Ak! Hhh.. Ak! Hhh.. Ak! Hhh.."
   
  Tiba-tiba rasa gatal menyelimuti segenap penjuru kontholku. Gatal yang  enak sekali. Aku pun mengocokkan kontholku ke memeknya dengan semakin  cepat dan kerasnya. Setiap masuk ke dalam, kontholku berusaha menusuk  lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan langkah masuk  sebelumnya. Rasa gatal dan rasa enak yang luar biasa di konthol pun  semakin menghebat.
   
  "Ika.. aku.. aku.." Karena menahan rasa nikmat dan gatal yang luar biasa  aku tidak mampu menyelesaikan ucapanku yang memang sudah terbata-bata  itu.
  "Mas Bob.. mas Bob.. mas Bob! Ak-ak-ak.. Aku mau keluar lagi.. Ak-ak-ak.. aku ke-ke-ke.."
   
  Tiba-tiba kontholku mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya. Aku  tidak mampu lagi menahan rasa gatal yang sudah mencapai puncaknya. Namun  pada saat itu juga tiba-tiba dinding memek Ika mencekik kuat sekali.  Dengan cekikan yang kuat dan enak sekali itu. aku tidak mampu lagi  menahan jebolnya bendungan dalam alat kelaminku.
   
  Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala kontholku terasa disemprot cairan memek  Ika, bersamaan dengan pekikan Ika, "..keluarrrr..!" Tubuh Ika mengejang  dengan mata membeliak-beliak.
   
  "Ika..!" aku melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuh Ika  sekuat-kuatnya, seolah aku sedang berusaha rnenemukkan tulang-tulang  punggungnya dalam kegemasan. Wajahku kubenamkan kuat-kuat di lehernya  yang jenjang. Cairan spermaku pun tak terbendung lagi.
   
  Crottt! Crott! Croat! Spermaku bersemburan dengan derasnya, menyemprot  dinding memek Ika yang terdalam. Kontholku yang terbenam semua di dalam  kehangatan memek Ika terasa berdenyut-denyut.
   
  Beberapa saat lamanya aku dan Ika terdiam dalam keadaan berpelukan erat  sekali, sampai-sampai dari alat kemaluan, perut, hingga ke payudaranya  seolah terpateri erat dengan tubuh depanku. Aku menghabiskan sisa-sisa  sperma dalam kontholku. Cret! Cret! Cret! Kontholku menyemprotkan lagi  air mani yang masih tersisa ke dalam memek Ika. Kali ini semprotannya  lebih lemah.
   
  Perlahan-lahan tubuh Ika dan tubuhku pun mengendur kembali. Aku kemudian  menciumi leher mulus Ika dengan lembutnya, sementara tangan Ika  mengusap-usap punggungku dan mengelus-elus rambut kepalaku. Aku merasa  puas sekali berhasil bermain seks dengan Ika. Pertama kali aku bermain  seks, bidadari lawan mainku adalah perempuan Sunda yang bertubuh kenyal,  berkulit kuning langsat mulus, berpayudara besar dan padat, berpinggang  ramping, dan berpinggul besar serta aduhai. Tidak rugi air maniku  diperas habis-habisan pada pengalaman pertama ini oleh orang semolek  Ika.
   
  "Mas Bob.. terima kasih mas Bob. Puas sekali saya. Indah sekali.. sungguh.. enak sekali," kata Ika lirih.
   
  Aku tidak memberi kata tanggapan. Sebagai jawaban, bibirnya yang indah  itu kukecup mesra. Dalam keadaan tetap telanjang, kami berdekapan erat  di atas tempat tidur pacarku. Dia meletakkan kepalanya di atas dadaku  yang bidang, sedang tangannya melingkar ke badanku. Baru ketika jam  dinding menunjukkan pukul 22:00, aku dan Ika berpakaian kembali. Ika  sudah tahu kebiasaanku dalam mengapeli Dina, bahwa pukul 22:00 aku  pulang ke tempat kost-ku sendiri.
   
  Sebelum keluar kamar, aku mendekap erat tubuh Ika dan melumat-lumat bibirnya beberapa saat.
   
  "Mas Bob.. kapan-kapan kita mengulangi lagi ya mas Bob.. Jangan  khawatir, kita tanpa Ikatan. Ika akan selalu merahasiakan hal ini kepada  siapapun, termasuk ke Kak Dai dan Mbak Dina. Ika puas sekali bercumbu  dengan mas Bob," begitu kata Ika. Aku pun mengangguk tanda setuju. Siapa  sih yang tidak mau diberi kenikmatan secara gratis dan tanpa ikatan?  Akhirnya dia keluar dari kamar dan kembali masuk ke rumahnya lewat pintu  samping. Lima menit kemudian aku baru pulang ke tempat kost-ku.
   
  END
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Hah Gila Gede Amat Punya Lho               Mar 20th 2013, 04:00                                                Namaku Ferdi, baru selesai kuliah di salah satu PTS Jakarta. Pengalaman  ini terjadi waktu berlibur ke puncak bersama Angel, Sisca, Rudi, Donna  akhir tahun 2010 kemarin. Kita berlima teman segank waktu kuliah. Rudi dan Donna udah pacaran 2 tahun. Sedangkan saat ini aku, Sisca dan Angel masih sendiri.  Sebagai gambaran, Angel memiliki rambut panjang, kulit putih, dada 34A,  tinggi 160, wajah oriental yang imut2... sedangkan Sisca memiliki rambut  pendek, kulit kuning, tinggi 170 cm, dada ukuran 34C, wajah mirip artis  Nikita willy.  Kami rencana mau menginap di villa milik Donna yang terdiri dari 2 kamar tidur dan sebuah kolam renang.  Pagi-pagi banget aku bersiap untuk berangkat ke puncak. Setelah 2 jam perjalanan kami tiba di villa milik Donna. Aku dan Rudi  membawa barang2 kami ke kamar cowo sedangkan Donna, Sisca dan Angel  menempati kamar buat cewe. Selesai beres-beres kami berkumpul di ruang  tengah buat makan malam sambil cerita-cerita. Malam itu Sisca  menggunakan tank top putih dan rok super pendek pink yang seksi banget  dan memamerkan pahanya yang putih mulus sedangkan Angel menggunakan  T-shirt dan celana Jeans ******** Setelah acara makan selesai, Rudi  memohon supaya malam ini dia bisa tidur bareng Donna dan kamar yang  satunya bisa digunakan oleh Sisca dan Angel sedangkan aku terpaksa deh  tidur di sofa (hiks... hiks... apa boleh buat deh demi teman).  Malamnya aku tiduran di sofa sambil nonton acara TV yg membosankan, tiba2 Sisca keluar dari kamar.  "Fer, belom tidur lu?"  "Belom nih, dingin banget jadi susah tidur" kataku "Ya udah tidur didalem aja bareng kita lagian tempat tidurnya cukup koq  buat bertiga" kata Sisca. (wah asikk... pikiranku jadi jorok apalagi  liat Sisca pake baju seksi begitu)  "bener nih boleh tidur bareng kalian?" kataku "boleh, abis kasian liat lu ga bisa tidur di sini"  "Okay" kataku bergegas sambil senyum ngeliatin Sisca.  "Ih koq senyumnya mesum gitu sich" katanya sambil tersenyum.  "Yuk, lama2 disini bisa masuk angin nih." katanya (gimana ga masuk angin coba, roknya pendek gitu) kataku dalam hati. Waktu masuk kamar, gw ngeliat si Angel dah tiduran pake daster kuning  sambil berselimut. Terus kita atur2 posisi supaya muat tidur bertiga.  Angel tidur disamping sedangkan Sisca tidur di tengah2. "Gw tidur dulu yah, ngantuk dan pegal semua nih body gw" katanya sambil matiin lampu (tinggal lampu tidur yang masih menyala) Tinggal aku dan Sisca yang belom bisa tidur, lalu kami bercerita seputar  rencana ke depan, pekerjaan sampai ke hal-hal yang berbau seks. Dari ceritanya dia pertama kali ML waktu kelas 2 SMA dengan pacarnya  kemudian putus karena sering bertengkar. Selama kuliah dia pacaran  dengan teman sekampus, akhirnya putus juga 6 bulan yang lalu. Sedangkan aku sendiri baru putus 2 bulan yang lalu dengan Ellen....  Iseng aku bertanya "Hmm... kira2 yang disebelah lagi ngapain yah Sis?" sambil senyum2 "Paling juga lagi ML, napa nanya gitu segala? horny yah lu?" katanya "Ia, tau aja lu" "Makanya cari pacar biar bisa di-MLin kek si Rudi tuh" katanya "Gimana kalo ML ma loe aja Sis, dah cantik... seksi banget lagi" kataku berusaha merayu Sisca "Hah? serius lu mau ML ma gw? Ga ah, ga mau gw lagian loe kan bukan pacar gw. Rugi dong gw" katanya "gpp kan sekali ini doang, please" kataku. setelah beberapa lama merayu akhirnya luluh juga dia... "Hmm.... ya udah tapi sekali ini doang yah, tapi ada Angel nih gimana?" katanya "Biarin aja lagian dia juga udah tidur" Aku mulai menciumi keningnya lalu turun ke pipi dan akhirnya ke  bibirnya, lama kami French Kiss sampai nafas dia mulai terengah-engah.. Perlahan tanganku mulai meraba payudaranya dari luar tank top, terasa  ada pentil yang makin lama makin bertambah keras. (wah ga pake BH nih  anak) Lalu tanganku masuk ke dalam tank topnya dan meremas lembut payudaranya,  memainkan puting payudaranya sampai akhirnya dia melepas ciumanku dan  mendesah  ahhh.... oohhh.... enak Fer, terus maenin pentilnya ohhhh.... Fer, isep dong pentilnya.. sshhh... ahhh.... Kubuka tank top putihnya dan terpampang payudaranya yang besar, putih  mulus dengan puting berwarna kecoklatan. Setelah puas kupandangi  payudaranya, mulai aku mengisap pentilnya kiri kanan bergantian.. Tanganku mulai menjelajahi pahanya yang mulus lalu naik ke atas sampai  menyentuh celana dalam. Mula-mula kugesek2 vaginanya dari luar CDnya  lalu kumasukan jari tengahku ke dalam CD dan menyentuh clitorisnya. Saat kusentuh clitorisnya, dia tersentak dan mengerang makin keras  ahhh...... shhh..... ahhh.... udah Fer, nanti gw keluar sambil kedua  tangannya menahan tanganku yang memainkan clitorisnya. Kutatap matanya dalam-dalam dan lalu lepas rok dan CDnya melewati lutut sampai akhirnya terlepas semuanya. Tampak didepanku Sisca berbaring dalam keadaan telanjang bulat tanpa  sehelai benang pun, tampak bulu kemaluan yang ditata rapi... sungguh  merupakan suatu pemandangan yang sangat merangsang. Penisku sudah  berontak dan ereksi keras sekali. Sisca lalu bangkit dan mulai melepaskan baju, celana jeans dan celana  dalamku. Lama dia menatap penisku yang sudah siaga satu dan minta  dimasukan ke dalam vaginanya. "Hah, gede banget Fer, uratnya ampe kek gitu... lu udah disunat yah?"  katanya sambil tangannya mengocok lembut penisku. Sebenernya penisku ga  gede2 amat sih panjangnya 19 cm dengan diameter 5cm.  "Ia dah lama disunat, emang belom pernah liat yah?"  "Mantan pacar gw belom disunat" katanya. Lalu dia mulai menjilati  penisku mulai dari kepalanya sampai buah zakarku... tidak lama kudorong  dia terlentang dan kubuka kedua pahanya. Kujilati lubang vaginanya, tercium bau khas yang membuatku makin  terangsang lalu clitorisnya. Dijilati seperti itu membuat Sisca seperti  cacing kepanasan.... shhh.... aduh.. ohhhh... udah Fer, masukin... Fer,  masukin Lalu kutempelkan kepala penisku di lubang vaginanya dan kutekan  perlahan-lahan penisku masuk menerobos lubang vaginanya yang sempit dan  basah.  "pelan Fer duh...shhh...."  Akhirnya penisku masuk ampe mentok dan perlahan mulai kupompa vaginanya makin lama makin cepat.. Ahhh... shhh.... akhh... shhh... ohhh.... enak banget penis loe Fer,,, terus... Sama vagina loe juga nikmat banget, Sis.. ahh... Sampai akhirnya dia  mengerang, Fer gw dah mau keluar nih terus... ooohh... akhh... Tidak  lama tiba2 dia mengejang dan pantatnya dia angkat dan aku pun menekan  penisku dalam2 dan menyemburlah cairan spermaku didalam vaginanya  crott... crott... sampai 6x Lalu dia membuka matanya dan tersenyum "makasih yah Fer, enak banget orgasmenya."  "Makasih juga yah Sis buat MLnya, vagina loe enak banget deh jepitannya mantep " kataku  "Penis loe tuh udah panjang gede lagi"  "Emang mantan cowo loe?" "Yah beda jauh la, penis loe rasanya penuh banget gimana... gitu vagina gw ampe kerasa sesek" Lalu kucabut penisku yang mulai mengecil dari lubang vaginanya dan cairan spermaku mengalir... "Ihh jahat banget sih lu orang berdua, masa ML disebelah gw gitu, dimana  kek MLnya. Gw jadi ga bisa tidur" kata Angel sambil wajahnya dibuat  cemberut. "Wah jangan2 lu ngeliatin kita lagi asik daritadi nih? kataku "Udah berisik goyang2 lagi ranjangnya, eh taunya lu orang lagi ML." kata Angel "terganggu bukannya bilang malah ngeliatin kita ampe selesai, jangan2 lu kepengen ML juga nih" kataku "enak aja, gini2 gw masih perawan tau" kata Angel sewot "eh.. emang dulu loe pacaran ngapain aja? masa cuma ngobrol doang?" "Ya ada sih kissing, pegang2.. paling sekali2 petting" katanya dengan pipi yang agak memerah. "wah masa sih cowo loe ga horny waktu petting ma loe, udah cantik..  punya body seksi gitu" kataku sambil mengeluarkan rayuan gombal. "pernah sih minta beberapa kali tapi gwnya belom mau ML lagian petting jg enak koq, dia ampe keluar gitu"  "Petting kan rasanya tanggung... Eh daritadi loe ngeliatin kita lagi ML  apa ga bikin naik?" (gw perhatiin nafasnya cepet gitu trus pandangan  matanya ke penis gw terus) "ga koq, biasa aja"  Tiba2 Sisca pegang payudaranya, "wah pentilnya dah keras gini" kata Sisca "ihh apa2in sih Sis, pegang2 dada gw kayak lesbi aja. Udah ah lepasin" kata Angel "kayaknya loe terangsang deh, udah jangan pura2 gitu... daripada tanggung mending kita bantuin loe" kata Sisca "Ia Angel, kita bantuin loe ampe enak biar tidurnya bisa tenang kan" kataku sambil senyum2 "ga ah.. nanti perawan gw ilang" "Ya kan ga mesti dimasukin" kataku berjanji "Bener yah.. janji loe yah ga dimasukin" Katanya sambil terus ngeliatin penis gw "ia lagian penis gw dah lemes gitu abis ngerjain si Sisca hihihi..." Lalu Sisca mulai ngelepasin dasternya sehingga keliatan payudaranya yang  putih dengan pentilnya kecil berwarna pink. Dibawahnya pake celana  dalam warna kuning. Gw mulai nyiumin pipinya terus bibirnya yang setengah terbuka sedangkan  Sisca lagi mengisap pentilnya sambil tangannya mengelus-elus perutnya  yang rata. Sambil ciuman, tangan gw ga lupa meremas2 lembut payudara sebelahnya sambil sesekali memilin pentilnya yang makin mengeras. Diperlakukan seperti itu membuat Angel mendesah hebat ahhh.. shh.. ahhh... aduh geli ahh... hmm.... Lama-lama gw mulai turun dah menjilati lehernya yang putih trus turun ke  payudaranya. Gw isep2 pentil yang sebelahnya... Tangan gw turun  melewati perutnya dan terus ke selangkangan Angel. Gw raba2 vaginanya dari luar cdnya... ga puas dengan itu, pelan2 gw  masukin tangan gw ke dalam celana dalamnya, teraba bulu kemaluannya yang  halus lalu turun ke bawah dan menyentuh vaginanya. Sampe di vaginanya, gw buka labianya pake jari tengah dan jempolku lalu  telunjukku meraba clitorisnya pelan sekali... (wah dah basah banget  vaginanya, pasti dah nafsu banget Angel kataku dalam hati) Fer... jangan fer...ohhh... shhh.... Sambil kedua tangan Angel memegang tanganku tanpa perlawanan yang berarti. Duh... diapain sih gw ahh.... shh.... udah Fer.. gw takut shh.... kebablasan shhh... mmm... hhh... Lalu Sisca turun dan melepas celana dalam Angel dan mengocok2 penisku  sambil dia jilatin... Lama2 penis gw mulai berdiri dengan tegak. Jilatan gw pun mulai turun dari payudaranya terus ke bawah sampai gw  liat gundukan rambut kemaluannya yang rapi tidak terlalu lebat (hmm...  pintar juga dia ngerawat kemaluannya) Pas di vaginanya, langsung kuserbu clitorisnya sambil menjilati sekitar  lubang vaginanya.Ohh... ahh... Fer... udah.. Fer... mmm... terus...  Fer... Tercium wangi khas vagina dan lendirnya gw jilatin ampe bersih.. (wah ni cewe bener2 masih perawan nih, sempit bener lobangnya sayang  juga kalo dibiarkan begitu saja. Timbul niat buat MLin dia). Jilatanku makin lama makin intens di sekitar clitorisnya dan telunjukku  digesek2in ke vaginanya... Angel pun mulai mengangkat2 pantatnya dan  tangannya menekan2 kepalaku.. (kayaknya dah mau orgasme dia) Gw berentiin jilatan gw dan mulai merambat naik... Penis gw lepasin dari jilatin Sisca  Fer koq berenti shh.... ahh.... udah mau nyampe nih ahhh.... "Sabar sayang, digesekin pake penis aja yah biar lebih enak" kataku  "Terserah deh... tapi jangan dimasukin yah"  Ngeliat gw mulai mengocok2 penisku di vaginanya Angel, Sisca pun mulai mengisap2 pentil Angel kiri kanan bergantian.. ohhh.. ahhh... ohhh... shhh.... mmm... cuma itu yang keluar dari mulut Angel. Kocokan penisku sesekali menyenggol lubang vaginanya, diperlakukan  seperti itu tanpa sadar Angel pun mulai mengangkat-angkat pantatnya  seakan membatu gw memasukan penisku ke dalam lubang vaginanya. Perlahan gw teken2 kepala penis gw ke lubang vaginanya tapi meleset terus (susah amat yah membobol perawannya) Sisca memperhatikan gelagat gw yang udah mau MLin Angel tapi ga  berhasil2 lalu dia turun dan memegang penisku erat2 untuk diarahin ke  lubang vagina Angel. Kepala penisku mulai masuk menerobos lubang vagina Angel.. Akhhh....  perih Fer jangan dimasukin... shhh.... aku pun cuma bisa keluar masukin  kepala penisku di lubang vaginanya.. Setelah agak tenang.. perlahan kudorong masuk penisku makin dalam sambil  tetap kukeluarkan lagi. Angel pun sepertinya sudah tidak memberikan  perlawanan dan menikmati kocokan penisku di vaginanya. Ahhh... shh... ahhh... mmm.... terus Fer... mmm.... seakan mendapat  lampu hijau kudorong lagi penisku lebih dalam sampai terasa seperti  selaput yang menghalangi penisku untuk masuk lebih dalam. Aww.. perih Fer jangan diterusin.. udah... jangan... shhh... Tangannya mulai menahan perutku supaya ga masuk lebih dalam lagi. Dengan sabar gw keluarin terus masukin sampai makin lama makin banyak lendir vaginanya dan terlihat Angel sudah lebih rileks. "Angel gw masukin yah.." kataku sambil menatap matanya. Angel pun hanya  bisa mendesah mmm... ahh.....sshhh.... sambil mengangguk. Lalu kutekan penisku dan mulai menerobos vaginanya makin dalam dan  srett... penisku pun masuk sampai mentok di dasar vagina Angel. Rasanya  penisku seperti diperas, ketat banget lubang vaginanya. Ahhh.. enak  banget. Perawan emang beda rasanya. Aww.... shhhh.... sakitt Fer... perih.... ahhh......mmm... kedua tangannya pun mencengkram punggungku keras sekali. Kudiamkan beberapa saat sampai vagina Angel dapat menyesuaikan diri  dengan penisku. Selelah rileks dan pegangan tangannya mulai mengendor,  perlahan mulai kukocok penisku... makin lama makin cepat kocokan penisku di vaginanya. Sampai akhirnya  dimencapai orgasmenya Ahhhh...... mengejang beberapa detik lalu lemas..  Kubiarkan dia menikmati orgasmenya, sambil penisku kutekan dalam2. Perlahan dia membuka matanya sambil tersenyum lebar..  "Enak ga sayang..?" kataku "Iya" dengan pipi yang memerah. "Ferdi belom keluar?" katanya "Belom sayang, boleh kita mulai lagi?" "Terserah kamu aja, aku kan udah orgasme" Aku mulai kocokan penisku makin lama makin cepat dah Angel pun mulai mendesah lagi ahh... ohh....  Sampai akhirnya ahhhh.... Fer terus.... mau sampe nih... ahhh... shhhh.... Bareng yah sayang.. hmm.... ahhh.... Akhirnya kami pun orgasme bareng,  terasa vaginanya berdenyut2 dan penisku pun memuntahkan spermanya  didalam vagina Angel berkali2. Lalu aku lemas dan terjatuh di payudara Angel. Akupun melepas penisku yang mulai mengecil dan berguling kesamping Angel.. "Makasih yah Angel, nikmat banget deh tubuhmu"  "Ia, Angel juga makasih. Ferdi udah bisa bikin Angel ngerasain orgasme  yang pertama. Ferdi tadi keluar di dalem yah soalnya tadi kerasa kayak  ada yang kedut2 didalem vaginaku" "ia, abis ga sempet lagi dikeluarin di luar" kataku "gpp koq, harusnya sebentar lagi aku mens" kata Angel "Eh Sisca mana yah?" kataku "Ini gw baru abis keramas badan lengket semua, huh lagi ML sih lupa deh ma gw" kata Sisca "Ia nih jahat, janjinya ga dimasukin tapi malah dimasukin" katanya sambil cemberut "Selamat yah Angel, enak ga ML ma si Ferdi?" kata Sisca "Enak sih banget malah, jauh lebih enak dibandingkan petting ma mantan gw" kata Angel "Enak lah, penis si Ferdi gede banget gitu. Sakit ga diperawanin ama dia?" "awalnya perih sih tapi lama2 ilang koq perihnya, yang ada cuma nikmat hihihi..." "udah ah ntar GR tu si Ferdi, udah kalian mandi sana. Bau amis ughh." sambil menjepit hidung dengan tangannya Aku pun bangun, kulihat ada bercak2 darah di sekitar vagina Angel dan sprei. Darah keperawanannya dalam hatiku sambil tersenyum. Lalu kami mandi berdua saling menyabuni tubuh masing2. Kita bertiga pun akhirnya tertidur, keduanya minta tidur dipelukanku. Pagi hari saat bangun, tinggal aku sendirian.. Di ruang tengah kuliat Angel dan Donna sedang bercerita sambil nonton TV. Donna pun nyeletuk "ciee... semalem keknya ada apa nih" "ada apa yah?" kataku pura-pura **** sambil cengar cengir "halah ga usah pura2 gitu ahh. tadi pagi gw liat si Angel jalannya jadi  aneh gimana gitu kek baru diperkosa" kata Donna sambil senyum2 "hus enak aja diperkosa, salah si Ferdi tuh penisnya gede banget sampe  sekarang masih perih dan kerasa ada yang ngeganjel" kata Angel "gpp pertama kali ML emang gitu lama-lama juga akan terbiasa koq. Semaleman ML ma 2 cewe pegel banget dong Fer?" kata Donna "ia nih rada pegel badan gw" "tapi enak kan, apalagi si Angel masih perawan" "he eh" sambil tersenyum lebar "eh mana si Rudi ma Sisca?" "mereka lagi belanja buat makan siang, eh denger2 gede banget nih itunya... boleh dong liat" kata Donna "boleh aja, kebetulan jg lagi ereksi tapi apa ga marah si Rudy?" "gpp kan cuma pengen liat aja abis penasaran denger ceritanya Angel" kata Donna "eh enak aja, kalo dah liat yah harus dipake dong" kataku "ia gw yang liat ntar Angel deh yang pake, ia ga Angel?" kata Donna "Ga ah, masih perih nih" kata Angel akhirnya aku pun membuka celanaku dan memperlihatkan penisku dihadapan mereka berdua. "hah, gila gede amat punya loe Fer. Apa ga sakit tuh semalem?" (gw tau sih penis si Rudy pendek dan agak kurus) "halah ini malah pamer, ntar gw bilangin ke Rudy loh" kata Angel Lalu kami bertiga pun tertawa... Malemnya aku ML lagi ma Angel dan Sisca beberapa kali sampai kami pun tertidur..
 
 
 
   Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Nikmatnya Menjadi Dokter Cabul               Mar 20th 2013, 04:00                                                Namaku Rendi, seorang spesialis kandungan dokter di rumah sakit negeri  di kota S*******G. Umurku 35 tahun tapi aku belum nikah, jangan salah  bukan karena aku tidak ganteng tapi pacarku sedang menyesaikan S3 nya di  amrik, makanya nungguin dia selesai dulu. Tinggiku 180 cm karena hobiku  juga main basket, kulit putih , dan wajah yang bikin cewek pada ngiler.  Dengan punya pacar bukan berarti aku ngga "ngobyek" dengan yang lain.  Terus terang aku punya beberapa affair dengan dokter wanita di sini atau  anak kedokteran yang masih koass. Tentu yang aku pilih bukan  sembarangan, harus lebih mudan dan cantik. Sebenernya sudah banyak yang  mencoba menarik atiku tapi sejauh ini aku belum mau serius dan kalau  bisa aku manfaatin selama jauh dengan pacarku. Sudah banyak yang aku  banyak yang aku perdaya tapi…ada satu orang yang membuatku sangat  penasaran. Namanya Novi, umurnya sekitar 22 tahun, dia anak koas dari  perguruan tinggi negeri dari kota yang sama. Kebetulan aku jadi  residennya. Wajahnya cantik dan tatapannya teduh, dia juga berjilbab  lebar berbeda dengan anak lainnya, walaupun affairan aku pun sebenernya  ada juga yang berjilbab, tapi tidak seperti dia. Tinggi semampai sekitar  165 cm, dengan tubuh yang padat tidak kurus dan tidak gemuk, sesuai  seleraku. Jilbabnya pun tidak mampu menutupi lekukan dadanya, aku taksir  kalau tidak 36B mungkin 36C. Tutur katanya yang lembut dan halus  benar-benar membuatku mabuk. Apalagi dia sangat menjaga pergaulan.  Sesekali aku coba berusaha bicara dengannya tapi dia elalu menundukkan  wajahnya setiap bicara denganku. Dia pun tidak menyambut tangaku ketika  aku ajak untuk bersalaman. Kulit putihnya sangat halus ketika aku coba  perhatika di pipi dan ujung tangannya, tahi lalat di atas bibir semakin  menambah kesan manis darinya.
  Nov…kita makan bareng yuk, aku yang traktir. ujarku berusaha membujuk  untuk bisa pergi bareng. Terima kasih Dok…saya dengan teman-teman saja.  Ujarnya halus. Jangan panggil Dok…panggil saja kak. "baik Dok…eh…kak".  "tapi terima kasih tawarannya aku bareng teman saja…", "kalau begitu sekalian ajak saja teman kamu"  setengah berharap dia mau menerima. "terima kasih Dok..eh kak, nanti  merepotkan, teman-temanku makannya banyak lho" sahut dia sambil tetap  menundukkan kepalanya. Kadang gurauan ringan itu yang tidak pernah aku  dapatkan dari pacarku atau teman affair-ku. aku tersenyum kecil  mendengar alasannya yang sangat lucu…humoris juga dia, "baiklah…mungkin  lain kali" kataku "oh ya, jika ada apa-apa masalah administrasi di sini atau masalah  kerjaan jangan sungkan bicara aja ya, nanti aku bantu" aku masih  berusaha mencari celah. "Terima kasi pak ehh..kak…saya pamit" sambil berlalu AKu perhatikan dari belakang, roknya yang juga lebar tidak bisa menutupi  lekukan pantatnya yang bergoyang mengikuti langkah kakinya..perfect…aku  menggeleng.
  Dia berbeda sekali dengan nita…anak koas 2 tahun lalu yang pernah aku  perawani juga. Sama-sama berjilbab walau tak selebar dia. Nita pun  awalnya agak jual mahal…walau aku tau dari cara memandangnya dia suka  aku. Dengan beberapa rayuan akhirnya aku bisa memerawani dia di sebuah  hotel. Tidak dengan paksaan dan sangat mudah. Affair kita berlalu dengan  selesainya masa koas dia, juga karena dia tahu aku punya affair juga  dengan temannya. Dia berbeda sekali, sulit sekali menaklukannya. Setiap  aku melihat dia selalu aku lihat setiap geriknya, senyumnya, tawanya,  selalu terbayang. Saat aku sedang melamun tiba-tiba dari arah belakangku  ada yang memeluk dan terus menarikku. "Ngelamun nih…" dengan suara yang diparaukan "Mhh…Rasya…kamu nih ganggu saja" sambil melepaskan pelukan dia. "kamu sekarang jarang ke ruangku lagi" rengeknya Rasya ini sesama dokter di sini, umurnya sekitar 27 tahun dan sudah  bersuami. Sayangnya suaminya bekerja di lepas pantai sehingga jarang  bertemu dan memberikan nafkah bathin padanya. Memang aku sering ke  ruangnya dulu…sekedar bercumbu dengan bumbu oral yang bisa membuat dia  melayang. Tapi kami tidak pernah sampai melakukan jauh karena dia pun  tidak mau, ya akupun tidak memaksa. Tidak semua affairku selalu aku  tiduri…yang penting ada penawaran rindu dan bisa memuaskanku walau tidak  sampai melakukan senggama. "Aku sibuk Rasy…banyak yang melahirkan juga jadi residen" ujarku sambil memegang pinggangnya "tidak ada waktu untuk aku?…sebentar saja…" lalu dia memagut bibirku dan selanjutnya kamupun bercumbu Satu persatu aku buka kancing blousenya aku temukan dua gunung kembar  yang jarang dijamah pemiliknya. Aku cumbu dan ciumi dengan lembut.  Tapi…sepintas aku ingat Novi lagi dan akupun menghentikan aktifitasku.  "Kok berhenti…" Rasya pasti sedang mulai terangsang. "Maaf Rasy…aku ga  konsen banyak pekerjaan…". "Ya sudah…" ujarnay tersungut sambil  mengancing kembali blousnya terus berlalu.
  Sore itu aku sedang membantu persalinan, sengaja aku panggil Novi untuk  mendampingiku. Wajahnya senang sekali karena jarang mendapat kesempatan  untuk mendampingi dokter saat persalinan seperti ini. Tidak mungkin kan  semua masuk, ya aku beralasan yang lain tunggu giliran. DIa berusaha  menjadi asistenku dengan baik, saat memebrikan gunting aku sengaja  pura-pura tidak tahu menyentuh tangannya…tapi langsung dia tarik. Gagal  lagi upayaku…tapi aku sudha senang dengan melihat wajahnya dari dekat  selama persalinan itu. Sekeluar dari ruang bersalin "Terima kasih ya  kak…jarang ada kesempatan begitu…". "Kamu mau aku bikin begitu…"  sambilku melirik seorang ibu hamil yang kebetulan lewat. "yee…ga lah,  makanya cepet cari istri sana…" sambil tersenyum dan berlalu. Aku  kaget…kok dia tau ya…
  Sore itu langin mendung dan gelap sekali. Hujan mulai turun  rintik-rintik, aku memacu FORTUNER ku ke luar ruang parkir. Aku melihat  Novi berlari keluar sambil menutupi kepalanya dengan tas agar tidak  terkena hujan. "kesempatan"…tin..tin..aku klakson dia. "Mau pulang?  bareng aja yuk…kayaknya mau hujan besar nih" selalu saja aku cari  kesempatan. "Terima kasih kak…aku naik angkot saja…sudah biasa kok"  katanya. hujanpun makin deras "bener lho…ga apa-apa kok aku antar kamu sampe kos" "Terima kasih kak, ga enak kalau dilihat orang bisa jadi fitnah" mhh…gilaa…ini semakin membuatku jatuh cinta sama dia, aku janji dalam  hati, kalau saja aku bisa dapatkan dia aku akan putuskan semua affairku,  aku benar-benar jatuh cinta pada dia. Tidak berapa lama hujan semakin  deras, bahkan aku sulit melihat jalan saking derasnya hujan. Sampai aku  tertidur jam 10 malam ini hujan masih juga belum berhenti.
  Keesokan harinya, aku harus membantu persalinan lagi dan aku mencari Novi. "Novi tidak masuk hari ini dok" sahut Rinda teman sekampusnya sambil membedong bayi di ruang bayi "Dia sakit? aku mau minta tolong bantu persalinan lagi" kataku "Tidak tau dok…saya tidak dapat kabarnya" sahutnya sambil melihatku dengan sopan. AKu lihat Rinda manis juga, berjilbab lebar sama dengan Novi, walau  tidak secantik Novi, Rinda bisa juga dikatakan high quality. Tingginya  paling hanya 155 atau 160 cm, tapi tubuhnya proporsional. Dadanya tidak  sampai terlihat betul lekukannya seperti Novi, kulitnya kuning bersih,  kacamata yang dia kenakan semakin membuatntya lebih terlihat anggun. Aku  pandangi seluruh tubuhnya, berbeda juga dengan Novi, dia tidak sungkan  untuk berbicara langsung dan melihatku, walaupun dia juga sama-sama  menjaga pergaulan. "Ya sudah kamu saja ya…bantu saya persalinan…" dia tersenyum senang "Terima kasih dok…"
  Keesokan harinya aku masih belum menemukan Novi. akhirnya aku di bantu Rinda lagi "Kamu tau nomor telepon atau kos Novi Rin.." "Tidak dok…kita beda kos…kenapa gitu?" "mhh..atau dokter…hihihi…suka sama dia ya" sahutnya sambil tersenyum "tidak…cuma dia itu cekatan dan pintar…makanya saya suka sekali kalau diasisteni dia…lagian juga dia ngga akan mau sama aku ini" "Iya dok…banyak yang sudha mau khitbah dia..tapi dia tidak mau…dia mau  selesaikan dulu kuliahnya…dia itu baik dan cantik lagi" sambil mengikuti  langkahku di ruang persalinan "Kamu juga cantik…" aku mulai mengeluarkan racunku, kalau ga dapet yang  poin 9 ya minimal 7 atau 8 juga tidak apa-apa. Yang penting aku pengen  sekali bisa memerawani wanita berjilbab lebar ini. Karena setauku mereka  selalu menjaga diri dan pergaulannya. Tantangan tersendiri untuk aku. Rinda tidak menjawab, hanya tersenyum sambil menunduk.
  Hari keempat baru kulihat Novi datang, namun tak seperti biasanya.  Biasanya Novi selalu ceria, kali ini tidak. Wajahnya murung dan  tatapannya kosong. Kulihat teman-temannya berusaha bertanya dan  berkumpul di sekitarnya. Entah apa yang mereka bicarakan terkadang Novi  tersenyum walau getir.
  Saat istirahat ku coba dekati. "Kamu sakit Nov?" "Nggak kak" lemah sekali bicaranya "Kenapa kamu murung, ada masalah?" "ah nggak kok" Novi mencoba tersenyum walau aku lihat tidak bisa  menutupi kemurungannya. "Ngga ada masalah cuma agak kurang sehat aja,  maaf saya mau makan dulu kak" sambil berlalu meninggalkanku. "Ya sudah kalau kamu ngga apa-apa, kalau kamu butuh bantuan jangan ragu minta tolong ke aku ya" "iya kak, terima kasih"
  Esokan hari-nya hari jum'at, aku berencana pulang agak cepat. Maksudku,  aku mau tidur dulu sebelum agak malam nanti aku bangun dan pergi  clubbing di club terkenal di kota ini. Ketika aku sedang membereskan  buku dan berkas yang aku masukkan ke tas, tiba-tiba pintu kantorku di  ketuk, "Silahkan masuk". "Maaf, apa saya mengganggu kakak…" aku lihat sesosok wanita dengan  kemeja pink berbalut blazer putik khas dokter, jilbab pink dan rok  putih. Cantik sekali dia terlihat. Wajahnya sambil agak menunduk walau  dia coba beranikan diri melihat wajahku. "Ada apa Nov, tidak menggnggu kok, saya sedang membereskan berkas" ujarku santai. "Ada yang bisa saya bantu?" "Kakak besok ada acara?" AKu tersentak, tumben sekali dia bicara ini. "Tidak…tidak…ada apa? besok  aku bebas kok" Aku melupakan janjiku untuk bertemu Dian, passienku yang  pernah aku tolong persalinannya. Dia hamil oleh pacarnya, tapi kemudian  pacarnya pergi tidak bertanggung jawab. Karena aku yang menolongnya  hubungan kamipun dekat, dan tidak perlu dijelaskan detail apa yang kami  lakukan, karena bukan inti dari cerita ini, yang pasti kami lakukan  dengan aman. "Saya mau minta tolong, besok aku mau pindah kos, apa kakak bisa bantu bawakan barang" "Oh…tentu, jam berapa?" "AKu tunggu di kos ku ya kak, jam 9, sini alamatnya saya tuliskan dulu"  Novipun menuliskan alamat pada secarik kertas di atas mejaku, aku terus  memandanginya tanpa berkedip. perfect girl. "Terima kasih kak, maaf sekali saya sudah merepotkan" sambi memberikan  kertas kepadaku, sedikit nakal aku pura-pura tidak sengaja menyentuh  tangannya. lembut sekali dan…tak seperti biasanya dia menarik tangannya,  kali ini dia membiarkan tanganku menyentuh tangannya. Novi pun berlalu sambil meninggalkan gerak pinggul yang sangat menarik,  "aku harus memilikinya". Aku segara batalkan semua agenda dan janjiku,  aku segera tidur dan tidak sabar menunggu datangnya esok. Saat pertama  kali berdua dengan dia.
  Esokan harinya aku datang tepat waktu di alamat yang sudah diberikannya.  Sebuah rumah kos yang cukup besar walau agak tua, bangunan inti pemilik  rumah ada di depan, sedangkan bagian depannya gedung baru berlantai 2  dengan pola bangunan khas tempat kos. Aku lihat beberapa orang berkumpul  dihalaman depan juga Novi dengan mengenakan jilbab putih, kemej biru  dan rok panjang biru donker.
  "Kenapa pindah nduk…padahal ibu seneng kamu di sini, kamu suka bantuin ibu" kata seorang wanita berumur lebih dari separuh baya. "iya bu…aku mau cari suasana lain aja, supaya aku bisa tenang bikin laporan" "Kalau kak Novi ngga ada, kalau diantara kita ada yang sakit siapa yang  bantuin" seorang wanita muda yang aku tebak masih maha siswa juga  menimpali. Novi tersenyum sambil mengacak-acak rambut teman kosnya itu "kamu boleh  kok main ke sana". "Bu, kenalkan ini dokter Budi, yang bantuin saya  pindahan" sambil mengenalkan aku, tanpa sedikitpun mengenalkan aku pada  seorang pria tua yang ada di sebelah ibu kosnya itu. Sama sekali  wajahnya tidak bersahabat. "Oala aku kira bojo mu nduk…gantenge…" ku tersenyum dalam hati mendengarkan ucapan ibu kosnya itu "ah ibu bisa aja…" Novi tersipu. Aku berharap itu menjadi nyata, dan  tidak hanya menjadi pacarnya tapi aku bisa mengambil semuanya dari dia. Semua temannya berusaha membantu memasukkan kardus ke dalam fortunerku, tidak lama hanya 1 jam semua barang sudah dimasukkan.
  Kami pun segera pamit, pertama kali dia duduk bersebelahan denganku. AKu  menancap gas stelah sebelumnya melambaikan tangan dulu pada ibu kos itu  dan teman-temannya, wajah pria tua yang aku kira adalah suami dari ibu  kos itu masih tetap tidak bersahabat. Mataku coba melirik nakal padanya,  tatapannya kosong melihat pemandangan di sekitar jendela. Lekukan  dadanya begitu nampak dan close up di hadapanku, napasnya naik turun  semakin membusungkan dadanya yang tertutup jilbab putihnya. Rok biru  donkernya berbahan lembut, sehingga gampang jatuh, aku lihat bagian  tengah rok antara kedua pahanya jatuh ke paha sehingga menampakkan  bentuk pahanya yang jenjang dan penuh. Novi masih menikmati pemandangan  sisi jalan dan tidak sadar kalau aku memperhatikan tubuhnya. Aku memacu  mobil menuju alamat yang sudah dia beritahukan sebelumnya.
  Di perumahan itu, rumah type 21 yang dia tempati. Luas tanahnya masih  sangat luas belum termaksimalkan. Sisi kanan kiri rumah masih kosong dan  membuat jarak dengan rumah disampingnya. Aku pun segera membantu  menurunkan barang dan membereskan barang di rumah tersebut, hanya  berdua. aku pandangi wajahnya, perhatikan tiap lekuk tubuhnya yang  membuat penisku tagang. Sore itu aku mandi di rumah kontrakannya, aku tidak pernah lupa membawa  alat mandi di mobilku. begitu juga Novi yang mandi sebelum aku,  meninggalkan bau harus menyengat di kamar mandi. "Kak, makan malam di sini saja ya, sudah aku masakkan" tawarnya "Baik lah, pasti masakannya enak sekali" timpalku, padahal aku masih ingin berlama-lama dengan dia Selepas makan malam kami pun bercengkrama. Semua barang telah kami  rapihkan bersama, hari itu aku habiskan waktu bersama. "Akhirnya selesai  juga ya Nov, capek juga ya " sahutku mencoba mencairkan suasana, sambil duduk di sebelahnya yang  sedang mengupaskan mangga untukku. Novi tersenyum manis sekali, "Iya  kak, kakak capek ya, mau aku suapin manggana?" aku kaget dengan tawarannya aku berusaha tenang "boleh" Dia pun memberikan mangga yang ada ditangannya, dengan nakal aku coba  melahap mangga sampai ke jarinya, sehingga bibirku menyentuh jarinya.  Dia tarik jarinya dari mulutku pelan sekali, sembil tersenyum. "oh  god…sweet" ujarku dalam hati. "Mangganya manis…apalagi sambil lihat  kamu" aku memancing. Novi hanya tersenyum, "mau lagi?" tawarnya, akupun  mengangguk. Suapan kedua ini jarinya lebih lama berada di dalam mulutku.  Sengaja tidak aku lepaskan dan si empunya jari lentik itu tidak  keberatan, dia hanya diam menunggu. Tangan kiriku menyentuh tangan  kanannya itu lembut, dia tidak menolak. aku tempatkan telapak tangannya  yang lembut di pipiku, sambil menatap wajahnya. Wajahnya bersemu merah.  Mata kami saling menatap, wajah kami semakin mendekat…dekat dan  dekat…sehingga aku rasakan nafasnya menentuh wajahku. Tangan kananku  meraih dagunya yang lembut seolah tidak ada tulang di dagunya itu.  sedikit aku tarik dagunya sehingga bibirnya terbuka, sengal nafasnya  bisa aku rasakan. Ini mungkin rasanya seorang wanita yang pertama kali  melakukan kissing, wanita yang selama ini berusaha menjaga kehormatannya  dan tidak pernah disentuh siapapun sebelumnya. Matanya terkatup, cantik  sekali dia malam ini. Akupun mendekatkan bibirku dengan bibirnya, aku  pagut lembut…dia tidak membalas juga tidak menolak. Kembai aku pagut  bibirnya, lembut dan manis kurasakan. ku pagut bibir ats dan bawahnya  bergantian. Kali ini dia mulai merespon, dia membalas pagutantu dengan  memagut bibirku juga, basah dan indah. Pagutan kami semakin liar, aku  pindahkan kedua tanganku disamping wajahnya dengan posisi jari jempol  menempel ke pipinya yang lembut. Keempat jariku berada di bawah  telinganya yang masih tertutup jilbab. aku semakin menarik wajahnya  mendekatiku, kecupanku semakin liar yang aku yakin membangkitkan  gairahnya. "mhh…ummm….aummmmm…" bergantian kami mengecupi bibir kami.  Kini tangan kiriku melingkari leher hingga kepundak belakangnya,  sedangkan tangan kananku menyusup melalui bawah jilbab putihnya yang  lebar kemudian mencari gundukan lembut tepat di dadanya. Tangan kananku  menyentuh sebongkah gundukan lembut yang masih tertutup bra.  "Mhh…payudara yang snagat indah" tangan kananku pun mulai meremas lembut  payudara itu. "ehhhmmm…mhhmhh…mmhhhhh" Novi kaget dan mendesah sambil  tetap berpagutan dengan bibirku. Sekiatr 2 menit meremas remas dada  kirinya, tangan kananku mencoba mencari kancing kemejanya. Dan ku buka  satu demi satu hingga meninggalkan beberapa kancing bagian bawah yang  tetap terpasang. Tangan kananku lebih aktif lgi masuk ke dalam  kemejanya, benar saj, gundukan itu sangat lembut, ketika kulit tanganku  bersentuhan dengan kulit payudaranya yang halus sekali. tanganku  menyusup diantar bra dan payudaranya, meremas lembut dan sesekali  memilin putingnya yang kecil dan nampak sudah mengeras.  "mhhh…ummmmm,….aahhh,…mmhh…..mmmm….mmmmphh…." mulutny atreus meracau  mencoba menikmati setiap remasanku, matanya masih saja terpejam seolah  dia tidak mau melihat kejadian ini atau dia sedang berusaha benar-benar  meresapi rangsangan yang aku buat.
  AKu tarik pundaknya sehingga tubuhnya terbaring ke samping kiriku, dan  aku pun menarik bibirku dari bibirnya dengan sedikit suara kecupan yang  menggambarkan dua bibir yang sudah lengket dan sulit dilepaskan.  "mhuachh…aahhh" wajahnya memerah dan matanya masih terpejam, cantik  sekali. Kini tangan kananku mengangkat jilbabnya ke atas, memberikan  ruang agar kepalaku bisa masuk kedalamnya. AKu mencium bau harum dari  keringatnya yang mulai mengalir. Dalam keremangan aku milihat leher  jenjangnya yang putih dan halus, tanpa membiarkan waktu berlalu aku  segera mengecupnya lembut dan kecupanku semakin ganas di lehernya  "aahhh….eengg…ehhhh…aahhh….aaahhh…." mulutnya tak berhenti meracau.  Tangan kananya meraih belakang kepalaku dan menekankan kepalaku agar  semakin menempel di lehernya, sedangkan tangan kirinya mendekap  punggungku. Untungnya jarang rumah ini dengan rumah sebelah lumayan  jauh, sehingga desahan kami tidak terdengar oleh rumah sebelah. Aku  tidak lupa meninggalkan cupang di lehernya, lalu ciumanku pun turun ke  dadanya. Tangan kananku mencari sesuatu di balik punggungnya, ya kait  bra. Setelah aku dapatkan langsung aku lepaskan. Terlepaslah bra yang  selama ini menutupi keduap payudara indah itu agar tidak meloncat  keluar. lalu tangan kananku menarik bra agak ke atas ke leher Novi,  sehingga terpampang dua gunung kembar yang sangat mengagumkan. Benar  saja 36C. Aku mulai mencium payudara kanan novi, aku lakukan masih di  dalam jilbabnya, dan akupun tidak melepas semua kancing kemejanya,  sehingga tidak semua bagian tubuhnya terlihat. Namun, itu membuat  sensasi percintaan semakin terasa, tangan kananku sibuk meremas payudar  akananya yang saat ini sudha tidak berpenutup lagi.  "aaahhhh…kaaakk….ahhh…..mhhh…kak…..aduuhh…..mhh….. " Novi tidak kuat  menahan rangsangan ini, kepalanya menggeleng ke samping kanan dan kiri,  tangan kanannya semakin kuat membekap wajahku ke arah dadanya. Kini  tangan kananku melepas remasan di dadanya, mulai turun ke bawah,  menyentuh kakinya yang masih ber kaos kaki. tangan kananku menarik  roknya menyusuri betis yang tertutup kaos kaki panjang hampir selutut,  setelah itu tanganku menemukan kulit halus yang putih. Tangan kananku  menyusuri paha kirinya dan membuat roknya terangkat sebatas perut.  tangan kananku membelai-belai paha kirinya dan ciumanku sekarang sudah  mendarat di payudara kirinya. "ahhh…kaaaakkk….kakaaa….kk…ahh…", nafas  Novi semakin tersengal-sengal, aku tidak lupa meninggalkan cupang juga  di payudara kirinya yang sangat lembut. Penisku semakin tegang.
  Lalu aku tarik wajahku dari dadanya, aku duduk di samping tubuhnya yang  terbaring. Bulir keringat mulai membasahi wajahnya yang putih, nafasnya  tersengal, matany amasih terpejam, bibirnya terbuka sedikit. Rok bagian  kiri sudah terangkat sampai ke perut, menyisakan pemandangan paha putih  jenjang nan indah, namun betisnya tertutup kaos kaki yang cukup panjang.  Tangan kananku masuk ke bawah kedua lututnya, tangan kiriku masuk ke  dalam lehernya, aku pun memagutnya lagi dan dia faham apa yang aku  maksud. Dia kalungkan kedua tangannya ke belakang kepalaku. "Jangan di  sini ya sayang…kita masuk saja ke dalam…" ujarku sambil mengangkatnya,  birbir kami tak henti berpagutan. Lalu aku rbahkan tubuhnya ke kasur  busa tanpa dipan khas milik anak kos. nafasnya terus tersengal, kedua  tangannya meremas kain sprei kasurnya itu. Kini aku berada di kedua  kakinya, aku coba tarik roknya sampai sebatas perut dan aku kangkangkan  kakinya. Ciumanku mendarat di bagian bawah perut, "eenngg…ahhh…" aku tau  dia merasa geli dan terangsang hebat, sambil kedua tanganku mencoba  menurunkan celana dalamnya. Gerak tubuhnya pun tidak menggambarkan  penolakan, bahkan dia agak mengangkat pantatnya ketika tangan ku mencoba  melepas celana dalamnya sehingga mudah melewati bagian pantan dan tidak  berapa lama terlepas sudah celana penutup itu. Vagina muda berwarna  pink yang sangat indah, ditumbuhi bulu halus yang rapih tercukup. Baunya  pun sangat wangi. Tapi aku tidak ingin buru-buru, aku ingin Novi  membiasakan suasananya dulu. ciumanku jatuh ke pahanya, ke bagian  sensitif paha belakang sambil mengangkat kakinya ke atas. lalu pada sat  yang tepat aku mulai turunkan ciumanku di antara selangkangannya.  "kaakk…ahh…", aku mencoba menjilati bagian luar vaginanya dari bawah ke  atas, vagina itu mulai lembab dan basah. Lalu aku renggangkan lebih luas  lagi kakinya, dan aku sibak labia mayoda dan labia minora vaginanya,  aku temukan lubang ke wanitaan yang masih sempit namun berwarna merah  seakan bekas luka atau lecet. AKu tidak mempedulukan, karena aku melihat  cairan bening meleleh dari dalam lubang kewanitaan Novi, lalu aku  jilati dan lidahku pun nakal mencoba masuk ke dalam lubang kewnitaan  itu, terus mencari dan mencari…lalu kecupanku pindah ke atas menemukan  benjolan kecil tepat di bawah garis vagina atas, aku gigit-gigit kecil,  aku cium aku sedot, tidak ketinggalan tangan kananku mencoba sedikit  demi sedikit masuk ke vaginanya.  "aahhhhh…uuhhh….mhh….phhh…ahhh…akakak…aahh..kakak… aduuhh…aaahhh…ahhh…"  kepalanya bergeleng tidak teratur ke kanan dan kekiri, kedua tangannya  semakin kuat menggenggam sprei yang dikenakan pada kasur busa tersebut.  ciumanku semakin kuat dan ganas, cairan kewanitaan semakin deras keluar  dari lubang kewanitaan Novi. secara bergantian lidahku merangsang lubang  vagina dan clitoris, dan tangan kananku pun tidak tinggal dia. Jika  lidahku sedang merangsang klitoris maka jari tangan kananku berusaha  meransang pubang vagina, juga ketika lidahku bermain-main dan mencoba  masuk lebih dalam ke lubang vagina, jempol tanganku merangang dengan  menggesek dan menekan-nekan clitoris Novi.  "aaahhh….aaaaa…uuuu…enhhhh…eeemmm…ahh…aaaa…." Tangan kananya sekarang  meremas-remas rambutku dan menekan kepalaku agar lebih dalam lagi  mengeksplorasi vaginanya.
  sekitar 15 menit aku mengekplor vaginanya, dia menjambak rambutku dan  kemudian mendorongku. Sekarang posisi kami sama-sama duduk, nafasnya  tersengal-sengal tapi sekarang dia berana membuka matanya menatapku,  keringat mengucur dari tubh kami. Tiba-tiba bibirnya langsung menyerbu  bibirku, ciuman kali ini amat liar terkadang gigi kami beradu, lidah  kami saliang bertukar ludah, lidahku coba masuk ke rongga mulutnya,  menjilati dinding-dinding mulutnya. AKu sangat kaget ketika tangannya  menarik kaosku ke atas, melewati mulut kami yang tengah beradu, kemudian  ciumannya turun ke leherku dan ke dadaku. Tanganya tidak berhenti  sampai di situ, dia mulai membuka ikat pinggang celanaku, saat bibirnya  masih menciumi dadaku, tangannya menurunkan celanaku dan kemudian celana  dalamku. Penisku yang diameternya 6 cm dan panjangnya hampir 20 cm  mengacung tegak, kini tangan kananya menggengam penisku, aku pun berdiri  dan kini wajah ayunya berada di depan penisku hanya beberapa senti  saja. ku lihat dia menelan ludah, apa mungkin dia kaget dengan ukuran  ini atau mungkin dia masih ragu melakukan ini. Aku pegang kepalanya yang  masih menggunakan jilbab putih yang mulai kusut. kudekatkan penisku  dengan bibirnya, bibirnya masih terkatup ketika ujung penisku menempel  pada bibirnya, mungkin dia masih bingung apa yang dilakukannya. "Kulum  sayang…ciumi sayang…ayo…" lalu dia buka bibirny a sedikit dan mencium ujung penisku, kaku, tapi menimbulkan sensasi yang  dahsyat, selain karena bibirnya yang lembut, hangat dan basah menyentuh  ujung penisku, melihat seorang wanita yang masih berpakaian lengkap  dengan jilbabnya itu hal yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.  "cuup..mppuhmm..uhhmm…" bibirnya berkali-kali mengulum ujung penisku,  sedikit-demi sedikit kulumannya semakin masuk. AKu lihat dia masih kaku  dan belum lihat melakukan itu, tapi bagiku sensasi luar biasa.  "mhhh…aauuuummm…uummhh" akhirnya mulutnya berani memasukkan penisku, walau tidak sampai masuk  semua, karena penisku terlalu panjang dan itu akan menyakitkannya.  "shh…ahh…terus Vi…keluar masukin…" Novipun mengikuti perintahku dia  memaju mundurkan kepalanya.  "aahh…sayang…terus"…"mhh..uhmmhh..cuuupp..muuh" Novi terus melakukan  aktifitasnya. hanya 5 menit lalu dia berhenti, "Kak…Novi ngga tahan…"  diapun menarik tubuhku dan aku kini sama-sama duduk berhadapan. Aku  tahun, dia dalam kondisi puncak, dia tidak dapat lagi menahan libidonya,  akupun merebahkannya dan menindihnya. AKu regangkan kedua kakinya. Novi  tampak pasrah dia memandangiku dan memperhatikan penisku yang tepat  dihadapan vaginanya. Aku lupa sesuatu, segera ku raih celanaku yang  tercecer di samping dan mengambil sesuatu di dompet. Ya, aku selalus  edia kondom di dompet setelah ku buka dan akan kupasangkan, Novi  menampik tanganku "ngga usah pake itu kak…aku ingin jadi milik kakak  seutuhnya" aku tersentak dengan ucapannya "Kamu yakin Nov?" Novi  mengangguk.
  Kini kuarahkan ujung penisku mendekati lubang kewanitaannya "Tahan ya  Vi…agak sakit…" Tangan kananku menggenggam batang penis dan  digesek-gesekkan pada clitoris dan bibir kemaluan Novi, hingga Novi  merintih-rintih kenikmatan dan badannya tersentak-sentak. Aku terus  berusaha menekan senjataku ke dalam kemaluan Novi yang memang sudah  sangat basah itu.
  Pelahan-lahan kepala penisku menerobos masuk membelah bibir kemaluan  Novi. "Tahan kaak…sakii..t" dia merintih sambi menggigit bibir bawahnya.  Aku pun menghentikan kegiatanku sementara, sambil menunggu aku maju  mundurkan kepalpenisku ke bibir kemaluannya supaya bibir kemaluannya  mulai menyesuaikan. Matanya masih terpejam dan terus menggigit bibir  bawahnya, nafasnya tersengal. Sedikit demi sedikit aku masukkan kembali,  pelan tapi pasti. Setiap penisku masuk novi melengguh menahan sakit.  Vaginanya masih sempit tapi tanpa halangan penisku mulai masuk ke dalam.  Dengan kasar Aku tiba-tiba menekan pantatku kuat-kuat ke depan sehingga  pinggulku menempel ketat pada pinggul Novi. Dengan tak kuasa menahan  diri dan berteriak, mungkin sakit. Dari mulut Novi terdengar jeritan  halus tertahan, "Aduuuh!.., ooooooohh.., aahh…sakii…t..kaak..", disertai  badannya yang tertekuk ke atas dan kedua tangan Novi mencengkeram  dengan kuat pinggangku.
  Beberapa saat kemudian aku mulai menggoyangkan pinggulku, mula-mula  perlahan, kemudian makin lama semakin cepat dan bergerak dengan  kecepatan tinggi diantara kedua paha halus gadis ayu tersebut. Novi  berusaha memegang lenganku, sementara tubuhnya bergetar dan terlonjak  dengan hebat akibat dorongan dan tarikan penisku pada kemaluannya,  giginya bergemeletuk dan kepalanya menggeleng-geleng ke kiri kanan di  atas meja. Novi mencoba memaksa kelopak matanya yang terasa berat untuk  membukanya sebentar dan melihat wajahku, dengan takjub. Novi berusaha  bernafas dan …:" "kaa..kk…, aahh…, ooohh…, ssshh", sementara aku  tersebut terus menyetubuhinya dengan ganas.
  Novi sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap kali Aku menggerakkan  tubuhku, gesekan demi gesekan di dinding liang vaginanya. Setiap kali  aku menarik penisnya keluar, dan menekan masuk penisku ke dalam vagina  Novi, maka klitoris Novi terjepit pada batang penisku dan terdorong  masuk kemudian tergesek-gesek dengan batang penisku yang berurat itu.  Hal ini menimbulkan suatu perasaan geli yang dahsyat, yang mengakibatkan  seluruh badan Novi menggeliat dan terlonjak, sampai badannya tertekuk  ke atas menahan sensasi kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan  kata-kata. Sementara tanganku yang lain tidak dibiarkan menganggur,  Tanganku merengkuh punggungnya yang melengkung menahan nikmat, kemudia  aku sibak jilbabnya dan terlihat dua payudara indahnya yang masih  sembunyi dibalik kemeja yang sudha terbuka kancing bagian atasnya,  branya pun sudha tersingkap ke atas menambah sensualitas pemandangan  saat itu. Aku tarik punggungnya sehingga maskin melengkung ke atas, aku  pun terus bermain-main pada bagian dada Novi dan Mencium dan kanag  menggigit kedua payudara Novi secara bergantian. Ia berusaha  menggerakkan pinggulnya, akan tetapi paha, bokong dan kakinya mati rasa.  Tapi ia mencoba berusaha membuatku segera mencapai klimaks dengan  memutar bokongnya, menjepitkan pahanya, akan tetapi aku terus  menyetubuhinya dan tidak juga mencapai klimaks. Ia memiringkan kepalanya, dan terdengar erangan panjang keluar dari  mulutnya yang mungil, "Ooooh…, ooooooh…, aahhmm…, ssstthh!". Gadis ayu  itu Semakin erat mendekap kepalaku agar semakin rekat dengan  payudaranya, aku tahu pelukan itu adalah penyaluran dari rasa nikmat dan  klimaks yang mungkin sebentar lagi dia rasakan. Kedua pahanya mengejang  serta menjepit dengan kencang, menekuk ibu jari kakinya, membiarkan  bokongnya naik-turun berkali-kali, keseluruhan badannya berkelonjotan,  menjerit serak dan…, akhirnya larut dalam orgasme total yang dengan  dahsyat melandanya, diikuti dengan suatu kekosongan melanda dirinya dan  keseluruhan tubuhnya merasakan lemas seakan-akan seluruh tulangnya copot  berantakan. Novi terkulai lemas tak berdaya di atas kasur dengan kedua  tangannya terentang dan pahanya terkangkang lebar-lebar dimana penisku  tetap terjepit di dalam liang vaginanya. Itu lah pertama kali dia  merasakan indahnya orgasme.
  Selama proses orgasme yang dialami Novi ini berlangsung, memberikan  suatu kenikmatan yang hebat yang dirasakan olehku, dimana penisku yang  masih terbenam dan terjepit di dalam liang vagina Novi dan merasakan  suatu sensasi luar biasa, batang penisku serasa terbungkus dengan keras  oleh sesuatu yang lembut licin yang terasa mengurut-urut seluruha  penisku, terlebih-lebih pada bagian kepala penisku setiap terjadi  kontraksi pada dinding vagina Novi, yang diakhiri dengan siraman cairan  panas. Perasaanku seakan-akan menggila melihat Novi yang begitu cantik  dan ayu itu tergelatak pasrah tak berdaya di hadapannya dengan kedua  paha yang halus mulus terkangkang dan bibir kemaluan yang kuning langsat  mungil itu menjepit dengan ketat batang penisnku.
  Tidak sampai di situ, beberapa menit kemudian Aku membalik tubuh Novi  yang telah lemas itu hingga sekarang Novi setengah berdiri tertelungkup  di dipan dengan kaki terjurai ke lantai, sehingga posisi pantatnya  menungging ke arahku. Aku ingin melakukan doggy style, tanganku kini  lebih leluasa meremas-remas kedua buah payudara Novi yang kini  menggantung ke bawah, tangunku menyusup lewat kemeja bagian bawah.  Dengan kedua kaki setengah tertekuk, secara perlahan-lahan aku  menggosok-gosok kepala penisku yang telah licin oleh cairan pelumas yang  keluar dari dalam vagina Novi dan menempatkan kepala penisku pada bibir  kemaluan Novi dari belakang.
  Dengan sedikit dorongan, kepala penisku tersebut membelah dan terjepit  dengan kuat oleh bibir-bibir kemaluan Novi, novi melengguh agak  kencang.."aahhgg…." ketika penisku mulai menyeruak ke dalam vaginanya  lagi. Kedua tanganku memegang pinggul Novi dan mengangkatnya sedikit ke  atas sehingga posisi bagian bawah badan Novi tidak terletak pada dipan  lagi, hanya kedua tangannya yang masih bertumpu pada kasur. Kedua kaki  Novi dikaitkan pada pahaku. Kutarik pinggul Novi ke arahku, berbarengan  dengan mendorong pantatnya ke depan, sehingga disertai keluhan panjang  yang keluar dari mulut Iffa, "Oooooooh…aahh…shhh…ahh….!", penisku  tersebut terus menerobos masuk ke dalam liang vaginanya dan Aku terus  menekan pantatnya sehingga perutnyaku menempel ketat pada pantat Novi  yang setengah terangkat. Aku memainkan pinggulnya maju mundur dengan  cepat sambil mulutku mendesis-desis keenakan merasakan penisku terjepit  dan tergesek-gesek di dalam lubang vagina Novi yang ketat itu.  "Ahh…ahhh…aahh…kak..a.duuu..hh…mhh…teruss…" mulutnya terus mengaduh,  tanda nikmat tiada tara yang dia rasakan. Tubuhny amaju mundur terdorong  desakan penisku. Karena bagian pantat lebih tinggi dari kepala sehingga  kemejanya turn ke bawah memperlihatkan pungguh mulus dan putih yang  sebelumnya tidak pernah dilihat siapapun. Tangannya sambil terus meremas  seprei dan merebahkan kepanaya di kasur.  "shhh…ahh..kakk…aahh..aduuhh…kak…." semakin kencang teriakannya semakin  menunjukkan kalau dia akan merasakan klimaks untuk kedua kalinya. AKupun  mempercepat doronganku. "terus..kak…ahh…jangan berhenti…ahh…kak,…" Novi  meracau semakin tidak karuan. dan….diapun mendongakkan kepalanya ke  atas disertai lengguhan panjang "aaaaaaa……….hhhhhh…." dia klimaks untuk  kedua kalinya. AKu cabut penisku dari lubang vaginanya, aku lihat cairan  bening semakin banyak meleleh dari vaginanya. Tubuhnya melemas dan  lunglai ketika aku lepaskan. Navasnya tersengal, pakaian dan jilbabnya  kusut tak karuan. Keringat membuat pakaian dia yang tidak dilepas  sama-sakeli menjadi basah. Namun dia memang wanita yang pandai merawat  tubuhnya, bahkan keringatnya pun harus sekali baunya.
  Setelah aku biarkan dia istirahat beberapa menit sambil meresapi orgasme  untuk keduakalinya. Kemudian Aku merubah posisi permainan, dengan duduk  di sisi tempat tidur dan Novi kutarik duduk menghadap sambil  mengangkang pada pangkuanku. Aku menempatkan penisku pada bibir kemaluan  Novi yang tampak pasrah dengan perlakuanku, Lalu aku mendorong sehingga  kepala penisku masuk terjepit dalam liang kewanitaan Novi, sedangkan  tangan kiriku memeluk pinggul Novi dan menariknya merapat pada badanku,  sehingga secara perlahan-lahan tapi pasti penisku menerobos masuk ke  dalam kemaluan Novi. Tangan kananku memeluk punggung Novi dan menekannya  rapat-rapat hingga kini badan Novi melekat pada badanku. Kepala Novi  tertengadah ke atas, pasrah dengan matanya setengah terkatup menahan  kenikmatan yang melandanya sehingga dengan bebasnya mulutku bisa melumat  bibir Novi yang agak basah terbuka itu.
  Dengan sisa tenaganya Novi mulai memacu dan terus menggoyang pinggulnya,  memutar-mutar ke kiri dan ke kanan serta melingkar, sehingga penisku  seakan mengaduk-aduk dalam vaginanya sampai terasa di perutnya. Karena  stamina yang sudha terkuras dengan dua klimaks yang didapatnya, goyangan  Novis emakin melemah. Aku pindahkan kedua tanganku ke arah pinggannya  dan tanganku mulai membantu mengangkat dan mendorong pinggul Novi agar  terus bergooyang. Aku ihat penisku timbul tenggelam dibekap lubang  vaginanya yang hangat. Rintihan tak pernah berhenti keluar dari  mulutnya. "shh…ah…sshhh…ahhh.." Goyangannya teratur, setelah sekian lama  dengan posisi itu, novi mulai bangkit lagi libidonya, dengan tenaga  sisa dia mulai membantu tangaku dengan menggerakkan pinggulnya lebih  cepat lagi. Kedua tangannya kini merangkul kepalaku dan membenamkannya  ke kedua gunug kembarnya yang besar dan halus. Aku tahu dia akan  mengalami klimaksnya yang ketiga. Aku kulum dan lumat payudaranya,  kepala novi menengadah merasakan nikmat yang tiada tara atas rangsangan  pada dua titik tersensitifnya. Tak berselang kemudian, Novi merasaka  sesuatu yang sebentar lagi akan kembali melandanya. Terus…, terus…, Novi  tak peduli lagi dengan gerakannya yang agak brutal ataupun suaranya  yang kadang-kadang memekik lirih menahan rasa yang luar biasa itu. Dan  ketika klimaks itu datang lagi, Novi tak peduli lagi, "Aaduuuh…,  eeeehm..ahh…kaa..kk…aahhh…", Novi memekik lirih sambil menjambak  rambutku memeluknya dengan kencang itu. Dunia serasa berputar. Sekujur  tubuhnya mengejang, terhentak-hentak di atas pangkuanku.
  Kemudian kembaliku gendong dan meletakkan Novi di atas meja dengan  pantat Novi terletak pada tepi dipan dan kasur, kedua kakinya terjulur  ke lantai. Aku mengambil posisi diantara kedua paha Novi yang kutarik  mengangkang, dan dengan tangan kananku menuntun penisku ke dalam lubang  vagina Novi yang telah siap di depannya. Aku mendorong penisku masuk ke  dalam dan menekan badannya. Desah nafasnya mendengus-dengus seperti kuda  liar, sementara goyangan pinggulnya pun semakin cepat dan kasar.  Peluhnya sudah penuh membasahi sekujur tubuhnya dan tubuh Novi yang  terkapar lemas dan pasrah terhadap apa yang akan aku lakukan.
  Badan gadis itu terlonjak-lonjak mengikuti tekanan dan tarikan penisku.  Novi benar-benar telah KO dan dibuat benar-benar tidak berdaya, hanya  erangan-erangan halus yang keluar dari mulutnya disertai pandangan  memelas sayu, kedua tangannya mencengkeram Sprei. Dan aku sekarang  merasa sesuatu dorongan yang keras seakan-akan mendesak dari dalam  penisku yang menimbulkan perasaan geli pada ujung penisku. Aku mengeram  panjang dengan suara tertahan, "Agh…, terus", dan pinggulku menekan  habis pada pinggul gadis yang telah tidak berdaya itu, sehingga buah  pelirku menempel ketat dan batang penisku terbenam seluruhnya di dalam  liang vagina Novi. Dengan suatu lenguhan panjang, "Sssh…, ooooh!",  sambil membuat gerakan-gerakan memutar pantatnya, aku merasakan  denyutan-denyutan kenikmatan yang diakibatkan oleh semprotan air maninya  ke dalam vagina Novi. Ada kurang lebih lima detik aku tertelungkup di  atas badan gadis ayu tersebut, dengan seluruh tubuhku bergetar hebat  dilanda kenikmatan orgasme yang dahsyat itu. Dan pada saat yang  bersamaan Novi yang telah terkapar lemas tak berdaya itu merasakan suatu  semprotan hangat dari pancaran cairan kental hangat ku yang menyiram ke  seluruh rongga vaginanya.
  Aku melihatnya lemas dengan jilbab dan pakaian yang sudah nggak keruan  bentuknya lagi. aku melihatnya menunduk sedih sambil menangis. AKu  faham, gadis seperti dia tidak mungkin mudah untuk melakukan hal ini,  tapi kali ini aku benar-benar membuatnya tak berdaya dan mengikuti nafsu  duniawi. "Kak…" dia membuka perakapan ditengah hening kami menikmati  pertempuran yang baru saja selesai. "Ya sayang…" sambil ku peluk dia. "Kakak mau tanggung jawab kan?"
  "Kakak mau menikahi Novi kan?" parau suaranya terdengar Aku tersentak aku tak menyangka kalau dia langsungmengatakan itu. Tapi  aku benar-benar tidak tega melihat kondisinya yang sudah menyerahkan  semuanya kepadaku. Aku pun ingin memilikinya dan mengakhiri semua  kebiasan burukku. AKu berjanji meninggalkan pacarku kalau dia mau  menikah denganku, kenyataannya sekarang itu sudah di depan mata. "i..iya..Nov…kakak akan tanggung jawab…kakak akan menikahi kamu"  sahutku. Dalam wajah sedihnya kuliah bibirnya menyunggingkan sedikit  senyum. Dan kamipun tertidur dengan saling memeluk seakan berharap agar  pagi tak segera hadir.
 
 
          Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Sex Party di kolam renang               Mar 20th 2013, 03:58                                                Hari itu jumat 3 desember 2009,aku pergi ke puncak bersama Keluarga.Namu  bukan keluarga inti.Hanya bersama Tante saya 3 orang yang  cantik-cantik.Pukul 07.00 saya sudah bangun dan bersiap-siap mandi dan  membereskan barang bawaan yang akan dibawa.Tepat pukul jam 08.30 Tante  saya yang bernama Dina mengsms saya,"Cris tante jemput jam 09.00  yaaa,jangan telat".Saya pun membalasnya akan datang tepat waktu.Perlu  saya deskripsikan ketiga tante saya ini.Yang pertama bernama tante Dina  dia berumur 36 tahun,tinggi badannya sekitar 170 an (mantan  Peragawati),Ukuran dadanya yang membuat saya menelan ludah yaitu 36b dia  sangat berpengalaman dalam urusan sex.Yang kedua tante Mira umurnya 39  tahun tinggi badannya 175,walaupun sudah agak tua,tp dia masih seksi  dengan ukuran dadanya yang masih kencang yaitu 34b.Yang terakhir tante  Lina yang termuda yaitu 34 tahun dengan tinggi 165 serta ukuran dada  36b,Khusus Tante Lina,saya sudah sering bermain sex dengan dia sewaktu  tante Lina berkunjung kerumah.Tante Lina adalah seorang wanita hypersex  karena bisa bermain berkali-kali.
  Tepat Pukul jam 09.00 Mobil tante Dina sudah ada diujung gang,langsung  saja saya masuk dan duduk didepan ,tepat samping tante Dina.Saat itu  saaya hanya bisa terbengong melihat ke3 tante saya itu.Tante Dina hanya  menggunakan kaos ketat Mejiku dengan hot pants,saat itu tante Dina  memakai Bra berenda warna biru,kelihatan karan saking tipisnya baju  tante Dina.Tante Mira saat itu memakai baju gaun merah dengan potongan v  necknya yang sexy.Tante Mira sepertinya tidak memakai bra,Untuk Tante  Mira dia kurang suka memakai bra,katanya tidak enak.Sementara Tante Lina  lah pakaiannya yang menurut saya paling ekstrim.Dia memakai You can see  Putih dan hotpants.Dibalik you can see putih itu Tante Lina memakai bra  bikini hitam yang menggoda.Setelah basa-basi dengan cipika-cipiki,saya  hanya mengobrol dengan Tante Dina karna Tante Mira tertidur  pulas,sementara Tante Lina merokok deng Mildnya dan mendengarkan mp3nya  dengan asik.
  'mama apa kabar Cris' tanya tante dina...
  'baik tan 'jawab aku dengan malas.
  Selama 1 jam aku tertidur dimobil,sementara tante dina yang menyetir  mobil dengan hati-hati.Tepat jam 1 siang kami sampai di vila yang berada  dipuncak,cukup besar dengan 3 kamar plus kolam renangnya.Tante  Dina,Lina dan Mira langsung masuk kamar dan langsung berenang,sepertinya  mereka sudah kepanasan dengan udara diJakarta.Aku pun langsung menuju  kolam renang melihat mereka yang sudah tercebur.Tante Dina memakai  bikini warna ungu lengkap dengan G-Stringnya,Tante Mira memakai bikini  berenda dengan warna hijau sementara Tante Lini dengan menggunakan  Bikini Kuning lengkap dengan celana dalam satunnya.Aku yang sedang  berjalan dipinggir kolam tiba-tiba didorong Tante Lina,Mereka ber 3  hanya tertawaaketika aku tercebur saja ke kolam.Beberapa menit kami  berennag ria sampai Tante Mira,Tanteku yang tertua sudah tidak tahan  nafsu menarik celana dalam ku hingga lepas.Aku pun naik kepinggir kolam  renang agar Tante Mira lepih gampang melepaskan celana dalamku  itu.Sesaat kucari kemana Tante Dina dan Tante Lina,ternyata mereka  sedang asyik bercinta diruang tamu yang kulihat,Tante dina tampak sedang  menjilat vagina tante Lina,Perlu diketahui ke3 tante aku ini juga para  lesbian.Aku pun kembali berkosentrasi dengan tante Mira yang sudah  menjilat kontolku ini,Kontolku in cukup besar dengan panjang 19 cm  diameter 4 cm.Tante mira menjilat dengan lahap.Aku pun hanya mengerang  dengan nikmat,setelah cukup lama,kuangkat saja tante mira keruang tamu  untuk gabung dengan tante dina dan lina.Segera kubuka bikini yang  membungkus tante Mira.kuciumi puting yang sudah tegak  menantang,tiba-tiba aku pun disuruh tidur telentang oleh tante  Mira.Ternyata Tante Dina akan menghisap kontolku,sementara tante Lina  duduk dihadapan wajahku agar aku menghisap memeknya.Tante mira sendiri  memutuskan untuk merokok dahulu.Kuhisapkan saja memek tante lina yang  segar kehisap-hisap sampai tante lina mengerang.Setelah cukup lama,aku  memutuskan untuk mengentot tante dina terlebih dahulu.Dengan posisi  doggie style,kutusukan penis ku,tante dina hanya bisa mengerang nikmat  .Perlahan-lahan kumaju-mundurkan penis ku itu...bunyi plak-plak  menghiasi ruangan tamu itu,Tante dina hanya bisa mengerang  nikmat.Kudengar juga desahan tante mira yang sedang menusuk-nusukan  dildo gerigi ke memek tante lina.Tante dina yang mengerang kuat akhirnya  orgasme untuk pertama kali,Tante dian pun terkulai lemas.Tante Mira  yang sedang jongkok kutarik segera naik kepangkuan ku untuk ronde  selanjutnya.Tante Mira pun mengoyang-goyangkan pinggulnya sambil  meremas-remas payudaranya.Tante Mira lalu menarik Tante Lina untuk  menghisap pyudara tante lina.Tante Mira dan Tante Lina saling mendesah  nikmat.Bosan dengan posisi itu aku berganti posisi dengan women on  top.Tant mira pun lalu mengoyang-goyangkan pinggulnya sambil menciumi  bibir ku dengan penuh nafshu.Tante mira pun mengerang hebat menandakan  orgasme yang pertamanya telah mucul.Bermain dengan tante mira adalah  ronde terlama dengan memakan waktu 1 jam! tane mira memang ahli soal  ngentot.Aku masih menahan agar sperma ku jangan keluar karna masih ada  tante lina.Tante lina yang selagi nungging langsung saja kutusukan penis  ku ini,kugoyangkan saja penisku sambil meremas payudara tante lina yang  sangat ranum itu,Tidak lama kemudia tante Lina pun orgasme,lalu kucabut  saja penis ku tampak ketiga tante ku berbaris untuk menyambut sperma ku  yg lezat ini.kukocol-kockan saja didepan wajah mereka,dan akhirnya  crottt...cortt... 10x menyembur sperma ku,yang langsung kuarahkan ketiga  wajah tante ku itu.Mereka dengan rakus dan lahap berebut sperma ku  itu.Mereka saling berciuman agar mendapat sperma ku itu,sungguh sangat  hot.Tante mira yang terakhir menjilati penisku sampai habis.The end.Bagi  tante-tante atau ibu-ibu muda yang ingin menghabiskan sex dengan saya  kirim saja email ke saya.
 
 
 
   Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Nakalnya Tante Ninik               Mar 20th 2013, 03:57                                                Cerita panas mengenai tante cantik memang mengundang sensasi yang beda.  Seperti kisahku dengan Tante Ninik, sebuah hubungan yang tidak didasari  rasa cinta, mutlak hanya seks.
  "Kriing.." jam di meja memaksa aku untuk memicingkan mata. "Wah gawat,  telat nih" dengan tergesa-gesa aku bangun lalu lari ke kamar mandi. Pagi  itu aku ada janji untuk menjaga rumah tanteku.
  Oh ya, tanteku ini orangnya cantik dengan wajah seperti artis sinetron,  namanya Ninik. Tinggi badan 168, payudara 34, dan tubuh yang langsing.  Sejak kembali dari Malang, aku sering main ke rumahnya. Hal ini aku  lakukan atas permintaan tante Ninik, karena suaminya sering ditugaskan  ke luar pulau.
  Oh ya, tante Ninik mempunyai dua anak perempuan Dini dan Fifi. Dini  sudah kelas 2 SMA dengan tubuh yang langsing, payudara 36B, dan tinggi  165. Sedangkan Fifi mempunyai tubuh agak bongsor untuk gadis SMP kelas  3, tinggi 168 dan payudara 36. Setiap aku berada di rumah tante Fifi aku  merasa seperti berada di sebuah harem. Tiga wanita cantik dan seksi  yang suka memakai baju-baju transparan kalau di rumah.
  Kali ini aku akan ceritakan pengalamanku dengan tante Ninik di kamarnya  ketika suaminya sedang tugas dinas luar pulau untuk 5 hari.
  Hari Senin pagi, aku memacu motorku ke rumah tante Ninik. Setelah  perjalanan 15 menit, aku sampai di rumahnya. Langsung aku parkir motor  di teras rumah. Sepertinya Dini dan Fifi masih belum berangkat sekolah,  begitu juga tante Ninik belum berangkat kerja.
  "Met pagi semua" aku ucapkan sapaan seperti biasanya. "Pagi, Mas Firman. Lho kok masih kusut wajahnya, pasti baru bangun ya?" Fifi membalas sapaanku. "Iya nih kesiangan" aku jawab sekenanya sambil masuk ke ruang keluarga. "Fir, kamu antar Dini dan Fifi ke sekolah ya. Tante belum mandi nih.  Kunci mobil ada di tempat biasanya tuh." Dari dapur tante menyuruh aku. "OK Tante" jawabku singkat. "Ayo duo cewek paling manja sedunia." celetukku sambil masuk ke mobil. Iya lho, Dini dan Fifi memang cewek yang manja, kalau pergi selalu minta diantar. "Daag Mas Firman, nanti pulangnya dijemput ya." Lalu Dini menghilang dibalik pagar sekolahan.
  Selesai sudah tugasku mengantar untuk hari ini. Kupacu mobil ke rumah tante Ninik. Setelah parkir mobil aku langsung menuju meja makan, lalu mengambil  porsi tukang dan melahapnya. Tante Ninik masih mandi, terdengar suara  guyuran air agak keras. Lalu hening agak lama, setelah lebih kurang lima  menit tidak terdengar gemericik air aku mulai curiga dan aku hentikan  makanku. Setelah menaruh piring di dapur. Aku menuju ke pintu kamar  mandi, sasaranku adalah lubang kunci yang memang sudah tidak ada  kuncinya. Aku matikan lampu ruang tempatku berdiri, lalu aku mulai  mendekatkan mataku ke lubang kunci. Di depanku terpampang pemandangan  alam yang indah sekali, tubuh mulus dan putih tante Ninik tanpa ada  sehelai benang yang menutupi terlihat agak mengkilat akibat efek cahaya  yang mengenai air di kulitnya. Ternyata tante Ninik sedang masturbasi,  tangan kanannya dengan lembut digosok-gosokkan ke vaginanya. Sedangkan  tangan kiri mengelus-elus payudaranya bergantian kiri dan kanan.
  Terdengar suara desahan lirih, "Hmm, ohh, arhh". Kulihat tanteku  melentingkan tubuhnya ke belakang, sambil tangan kanannya semakin  kencang ditancapkan ke vagina. Rupanya tante Ninik ini sudah mencapai  orgasmenya. Lalu dia berbalik dan mengguyurkan air ke tubuhnya. Aku  langsung pergi ke ruang keluarga dan menyalakan televisi. Aku tepis  pikiran-pikiran porno di otakku, tapi tidak bisa. Tubuh molek tante  Ninik, membuatku tergila-gila. Aku jadi membayangkan tante Ninik  berhubungan badan denganku.
  "Lho Fir, kamu lagi apa tuh kok tanganmu dimasukkan celana gitu. Hayo  kamu lagi ngebayangin siapa? Nanti aku bilang ke ibu kamu lho."  Tiba-tiba suara tante Ninik mengagetkan aku. "Kamu ini pagi-pagi sudah begitu. Mbok ya nanti malam saja, kan enak ada lawannya." Celetuk tante Ninik sambil masuk kamar. Aku agak kaget juga dia ngomong seperti itu. Tapi aku menganggap itu  cuma sekedar guyonan. Setelah tante Ninik berangkat kerja, aku sendirian  di rumahnya yang sepi ini. Karena masih ngantuk aku ganti celanaku  dengan sarung lalu masuk kamar tante dan langsung tidur.
  "Hmm.. geli ah" Aku terbangun dan terkejut, karena tante Ninik sudah  berbaring disebelahku sambil tangannya memegang Mr. P dari luar sarung. "Waduh, maafin tante ya. Tante bikin kamu terbangun." Kata tante sambil  dengan pelan melepaskan pegangannya yang telah membuat Mr. P menegang  90%. "Tante minta ijin ke atasan untuk tidak masuk hari ini dan besok, dengan  alasan sakit. Setelah ambil obat dari apotik, tante pulang." Begitu  alasan tante ketika aku tanya kenapa dia tidak masuk kerja. "Waktu tante masuk kamar, tante lihat kamu lagi tidur di kasur tante,  dan sarung kamu tersingkap sehingga celana dalam kamu terlihat. Tante  jadi terangsang dan pingin pegang punya kamu. Hmm, gedhe juga ya Mr. P  mu" Tante terus saja nyerocos untuk menjelaskan kelakuannya. "Sudahlah tante, gak pa pa kok. Lagian Firman tahu kok kalau tante tadi pagi masturbasi di kamar mandi" celetukku sekenanya. "Lho, jadi kamu.." Tante kaget dengan mimik setengah marah. "Iya, tadi Firman ngintip tante mandi. Maaf ya. Tante gak marah kan?" agak takut juga aku kalau dia marah.
  Tante diam saja dan suasana jadi hening selama lebih kurang 10 menit.  Sepertinya ada gejolak di hati tante. Lalu tante bangkit dan membuka  lemari pakaian, dengan tiba-tiba dia melepas blaser dan mengurai  rambutnya. Diikuti dengan lepasnya baju tipis putih, sehingga sekarang  terpampang tubuh tante yang toples sedang membelakangiku. Aku tetap  terpaku di tempat tidur, sambil memegang tonjolan Mr. P di sarungku. Bra  warna hitam juga terlepas, lalu tante berbalik menghadap aku. Aku jadi  salah tingkah.
  "Aku tahu kamu sudah lama pingin menyentuh ini.." dengan lembut tante berkata sambil memegang kedua bukit kembarnya. "Emm.., nggak kok tante. Maafin Firman ya." aku semakin salah tingkah. "Lho kok jadi munafik gitu, sejak kapan?" tanya tanteku dengan mimik keheranan. "Maksud Firman, nggak salahkan kalau Firman pingin pegang ini..!" Sambil  aku tarik bahu tante ke tempat tidur, sehingga tante terjatuh di atas  tubuhku. Langsung aku kecup payudaranya bergantian kiri dan kanan. "Eh, nakal juga kamu ya.. ihh geli Fir." tante Ninik merengek perlahan. "Hmm..shh" tante semakin keras mendesah ketika tanganku mulai meraba kakinya dari lutut menuju ke selangkangannya.
  Rok yang menjadi penghalang, dengan cepatnya aku buka dan sekarang  tinggal CD yang menutupi gundukan lembab. Sekarang posisi kami berbalik,  aku berada di atas tubuh tante Ninik. Tangan kiriku semakin berani  meraba gundukan yang aku rasakan semakin lembab. Ciuman tetap kami  lakukan dibarengi dengan rabaan di setiap cm bagian tubuh. Sampai  akhirnya tangan tante masuk ke sela-sela celana dan berhenti di tonjolan  yang keras.
  "Hmm, boleh juga nih. Sepertinya lebih besar dari punyanya om kamu deh." tante mengagumi Mr. P yang belum pernah dilihatnya. "Ya sudah dibuka saja tante." pintaku. Lalu tante melepas celanaku, dan  ketika tinggal CD yang menempel, tante terbelalak dan tersenyum. "Wah, rupanya tante punya Mr. P lain yang lebih gedhe." Gila tante Ninik  ini, padahal Mr. P-ku belum besar maksimal karena terhalang CD.
  Aksi meremas dan menjilat terus kami lakukan sampai akhirnya tanpa aku  sadari, ada hembusan nafas diselangkanganku. Dan aktifitas tante  terhenti. Rupanya dia sudah berhasil melepas CD ku, dan sekarang sedang  terperangah melihat Mr. P yang berdiri dengan bebas dan menunjukkan  ukuran sebenarnya. "Tante.. ngapain berhenti?" aku beranikan diri bertanya ke tante, dan rupanya ini mengagetkannya. "Eh.. anu.. ini lho, punya kamu kok bisa segitu ya..?" agak tergagap juga tante merespon pertanyaanku. "Gak panjang banget, tapi gemuknya itu lho.. bikin tante merinding"  sambil tersenyum dia ngoceh lagi. Tante masih terkesima dengan Mr. P-ku  yang mempunyai panjang 14 cm dengan diameter 4 cm.
  "Emangnya punya om gak segini? ya sudah tante boleh ngelakuin apa aja  sama Mr. P ku." Aku ingin agar tante memulai ini secepatnya. "Hmm, iya deh." Lalu tante mulai menjilat ujung Mr. P. Ada sensasi enak  dan nikmat ketika lidah tante mulai beraksi naik turun dari ujung sampai  pangkal Mr. P "Ahh.. enak tante, terusin hh." aku mulai meracau.
  Lalu aku tarik kepala tante Ninik sampai sejajar dengan kepalaku, kami  berciuman lagi dengan ganasnya. Lebih ganas dari ciuman yang pertama  tadi. Tanganku beraksi lagi, kali ini berusaha untuk melepas CD tante  Ninik. Akhirnya sambil menggigit-gigit kecil puting susunya, aku  berhasil melepas penutup satu-satunya itu. Tiba-tiba, tante merubah  posisi dengan duduk di atas dadaku. Sehingga terpampang jelas vaginanya  yang tertutup rapat dengan rambut yang dipotong rapi berbentuk segitiga.
  "Ayo Fir, gantian kamu boleh melakukan apa saja terhadap ini." Sambil tangan tante mengusap vaginanya. "OK tante" aku langsung mengiyakan dan mulai mengecup vagina tante yang bersih. "Shh.. ohh" tante mulai melenguh pelan ketika aku sentuh klitorisnya dengan ujung lidahku. "Hh.. mm.. enak Fir, terus Fir.. yaa.. shh" tante mulai berbicara tidak teratur.
  Semakin dalam lidahku menelusuri liang vagina tante. Semakain kacau pula  omongan tante Ninik. "Ahh..Fir..shh..Firr aku mau keluar." tante  mengerang dengan keras. "Ahh.." erangan tante keras sekali, sambil tubuhnya dilentingkan ke  kebelakang. Rupanya tante sudah mencapai puncak. Aku terus menghisap  dengan kuat vaginanya, dan tante masih berkutat dengan perasaan enaknya.
  "Hmm..kamu pintar Fir. Gak rugi tante punya keponakan seperti kamu. Kamu  bisa jadi pemuas tante nih, kalau om kamu lagi luar kota. Mau kan?"  dengan manja tante memeluk tubuhku. "Ehh, gimana ya tante.." aku ngomgong sambil melirik ke Mr. P ku sendiri. "Oh iya, tante sampai lupa. Maaf ya" tante sadar kalau Mr. P ku masih berdiri tegak dan belum puas.
  Dipegangnya Mr. P ku sambil bibirnya mengecup dada dan perutku. Lalu  dengan lembut tante mulai mengocok Mr. P. Setelah lebih kurang 15 menit  tante berhenti mengocok. "Fir, kok kamu belum keluar juga. Wah selain besar ternyata kuat juga  ya." tante heran karena belum ada tanda-tanda mau keluar sesuatu dari  Mr.Pku.
  Tante bergeser dan terlentang dengan kaki dijuntaikan ke lantai. Aku  tanggap dengan bahasa tubuh tante Ninik, lalu turun dari tempat tidur.  Aku jilati kedua sisi dalam pahanya yang putih mulus. Bergantian  kiri-kanan, sampai akhirnya dipangkal paha. Dengan tiba-tiba aku  benamkan kepalaku di vaginanya dan mulai menyedot. Tante menggelinjang  tidak teratur, kepalanya bergerak ke kiri dan kanan menahan rasa nikmat  yang aku berikan. Setelah vagina tante basah, tante melebarkan kedua  pahanya. Aku berdiri sambil memegang kedua pahanya. Aku gesek-gesekkan  ujung Mr. P ke vaginanya dari atas ke bawah dengan pelan. PErlakuanku  ini membuat tante semakin bergerak dan meracau tidak karuan.
  "Tante siap ya, aku mau masukin Mr. P" aku memberi peringatan ke tante. "Cepetan Fir, ayo.. tante sudah gak tahan nih." tante langsung memohon  agar aku secepatnya memasukkan Mr. P. Dengan pelan aku dorong Mr. P ke  arah dalam vagina tante Ninik, ujung kepalaku mulai dijepit bibir  vaginanya. Lalu perlahan aku dorong lagi hingga separuh Mr. P sekarang  sudah tertancap di vaginanya. Aku hentikan aktifitasku ini untuk  menikmati moment yang sangat enak. Pembaca cobalah lakukan ini dan  rasakan sensasinya. Pasti Anda dan pasangan akan merasakan sebuah  kenikmatan yang baru.
  "Fir, kok rasanya nikmat banget.. kamu pintar ahh.. shh" tante berbicara sambil merasa keenakan. "Ahh.. shh mm, tante ini cara Firman agar tante juga merasa enak" Aku membalas omongan tante. Lalu dengan hentakan lembut aku mendorong semua sisa Mr. P ke dalam vagina tante. "Ahh.." kami berdua melenguh.
  Kubiarkan sebentar tanpa ada gerakan, tetapi tante rupanya sudah tidak  tahan. Perlahan dan semakin kencang dia menggoyangkan pinggul dan  pantatnya dengan gerakan memutar. Aku juga mengimbanginya dengan sodokan  ke depan. Vagina tante Ninik ini masih kencang, pada saat aku menarik  Mr. P bibir vaginanya ikut tertarik. "Plok.. plok.. plokk" suara benturan pahaku dengan paha tante Ninik semakin menambah rangsangan. Sepuluh menit lebih kami melakukan gaya tersebut, lalu tiba-tiba tante mengerang keras "Ahh.. Fir tante nyampai lagi"
  Pinggulnya dirapatkan ke pahaku, kali ini tubuhnya bergerak ke depan dan  merangkul tubuhku. Aku kecup kedua payudaranya. dengan Mr. P masih  menancap dan dijepit Vagina yang berkedut dengan keras. Dengan posisi  memangku tante Ninik, kami melanjutkan aksi. Lima belas menit kemudian  aku mulai merasakan ada desakan panas di Mr. P. "Tante, aku mau keluar nih, di mana?" aku bertanya ke tante. "Di dalam aja Fir, tante juga mau lagi nih" sahut tante sambil tubuhnya  digerakkan naik turun. Urutan vaginanya yang rapat dan ciuman-ciumannya  akhirnya pertahananku mulai bobol.
  "Arghh.. tante aku nyampai". "Aku juga Fir.. ahh" tante juga meracau. Aku terus semprotkan cairan  hangat ke vagina tante. setelah delapan semprotan tante dan aku  bergulingan di kasur. Sambil berpelukan kami berciuman dengan mesra. "Fir, kamu hebat." puji tante Ninik. "Tante juga, vagina tante rapet sekali" aku balas memujinya. "Fir, kamu mau kan nemani tante selama om pergi" pinta tante. "Mau tante, tapi apa tante gak takut hamil lagi kalau aku selalu keluarkan di dalam?" aku balik bertanya. "Gak apa-apa Fir, tante masih ikut KB. Jangan kuatir ya sayang" Tante membalas sambil tangannya mengelus dadaku.
  Akhirnya kami berpagutan sekali lagi dan berpelukan erat sekali. Rasanya  seperti tidak mau melepas perasaan nikmat yang barusan kami raih. Lalu  kami mandi bersama, dan sempat melakukannya sekali lagi di kamar mandi. ***** Itulah pengalamanku dengan tante Ninik. Ternyata enak juga bermain  dengan wanita yang berumur 40-an. Semenjak itu aku sering dapat telepon  ajakan untuk berkencan dengan tante-tante. Rupanya tante Ninik  menceritakan hal kehebatanku kepada teman-temannya.
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - pacarku gadis bule               Mar 20th 2013, 03:57                                               Namaku Har, aku berumur 34 tahun, statusku sudah punya isteri dengan  anak tiga laki-laki semua. Kata teman-teman kuliahku aku memang jantan  di ranjang hal ini terbukti bahwa anakku laki-laki semua. Menurut  teman-temanku untuk mempunyai anak laki-laki suami harus jantan di  ranjang karena sperma calon anak laki-laki akan bertahan hidup bila  kemaluan wanita sudah basa atau istilah kasarnya becek dan untuk membuat  vagina tersebut basa membutuhkan pemanasan dan permainan sex yang lama  kalau tidak anaknya akan menjadi perempuan.
  Maka dari itulah teman-temanku bilang bahwa aku jantan walaupun badanku  tidak besar dan tinggi. Aku bekerja di salah satu perusahaan ekspedisi  tour and travel. Kebetulan setiap summer season banyak bule yang ikut ke  program perusahaanku dan banyak sekali. Rata-rata mereka masih  mahasiswa yang muda dan cantik yang mayoritas datang dari Inggris dan  Amerika.
  Pengalamanku ini terjadi ketika tahun 2001 di mana pada musim summer  perusahaanku mulai membuka program tour and travelnya. Pada musim itu  banyak sekali turis mahasiswa yang datang dari mancanegara yang datang  ke lokasi program kami. Lokasi program kami berada di luar pulau Jawa di  pulau terpencil yang memang khusus untuk turis tersebut. Pada saat  program sedang berjalan akupun berangkat ke lokasi tersebut untuk  menjalankan program perusahaanku.
  Setelah beberapa minggu aku melaksanakan kegiatan bersama-sama turis  tersebut yang kebanyakan wanita muda, cantik dan seksi aku berkenalan  dengan salah seorang turis yang sangat cantik dan seksi dengan tubuh  besar (sesuai dengan tinggi dan postur tubuhnya) dan tinggi yang bernama  Hildy. Sejak perkenalan itu kami sering bercengkerama dan mengobrol  dengan akrabnya. Bahkan bila kita bertemu sehari salah satu dari kami  akan mencari yang lainnya dan seringkali bila tidak bertemu sehari dia  selalu "I miss you".
  Hingga pada malam minggu ketika kami sedang berpesta aku dan Hildy  mengobrol sambil dia menenggak minuman keras dan bir. Aku sudah lama  berhenti minum minuman keras hanya sekali-sekali saja dan malam itu aku  hanya minum seteguk dua teguk saja. Ketika malam semakin larut aku  berpisah dengan Hildy dan dia bersama lelaki lain yang temanku juga.  Sebetulnya aku sangat menginginkan sekali menghabiskan malam itu  dengannya dan aku ingin sekali bermain seks dengannya tapi aku masih  takut kalau-kalau akan di tolak jadi aku biarkan dia bersama temanku  yang memang bule juga.
  Karena suasananya begitu ramai dan semua orang sedang bermabuk ria aku  melihat Hildypun mabuk berat dan aku perhatikan dia mulai berbuat tak  senonoh dengan membuka baju di pantai bersama lelaki tersebut. Tentu  saja aku kaget dan langsung menghampiri sambil menegurnya
  "What are you doing with him? you drunk Hildy" aku menegurnya dengan nada agak tinggi "What's wrong with me Har? we are just having fun don't worry" Hildy  menjawab dengan sedikit kekecewaannya karena aku telah mengganggu  kesenangannya. "No, you cann't do that Hildy that is not good for us and for local  community.. so please put on your dress now" aku sedikit memerintah  dengan nada yang agak tinggi. "No Har, we are having fun now and you know, you are annoying me Har" "I don't care about that, I just want you to put on your dress now and go home if you still do that and please tell him too" "No!" dia menjawab agak keras dan itu membuatku semakin marah sekali  karena dia tidak mau mengikuti saranku. Akhirnya dengan nada yang lebih  keras dan kasar aku lontarkan kepada dia dan lelaki tersebut. "If you wanna fuck with him please! But not in here take him your hut and fuck in there".. "Why are you so rude Har? I don't like you.. and why are you doing this?" dia mulai marah dan menangis.
  Aku tetap bersikeras menyuruhnya berhenti dengan mengancam akan  melaporkan kepada ketua kami biar mereka dapat sangsi. Akhirnya lelaki  yang bersamanya takut dan pergi, kemudian Hildy mengenakan kembali  pakaiannya sambil duduk di tanah dengan masih hanya menggunakan celana  dalam. Kemudian aku menasihatinya dan akhirnya dia dapat memahami kenapa  aku berbuat seperti itu.
  "Tell me Har, why are you doing this to me?" dia masih bertanya dengan  pertanyaan yang sama dengan matanya agak sembab karena menangis. "Because you are my friend and I don't want something happen to you" "But why?" "Because I like you" aku spontan menjawa pertanyaannya karena di desak terus. "I like you too Har" aku senang dengan jawabannya dan tanpa diduga Hildy langsung mencium bibirku.
  Aku agak gelagapan karena tidak menyangka akan dicium tapi naluri  lelakiku langsung muncul dan akupun membalas ciumannya. Ciuman kami  semakin liar dan bernafsu, aku semakin tidak dapat menahan gejolak yang  ada dalam diriku. Karena tidak tahan lagi, tanganku langsung bergerilya  ke buah dadanya dan kemudian turun ke sela-sela selangkangannya. Aku  mainkan lubang kemaluannya dari luar celana dalamnya dan dia membuka  kakinya lebar-lebar. Kami masih tetap berciuman dan tanganku masih  bermain di daerah selangkangannya. Kurasakan celana dalamnya semakin  basah oleh cairan yang terus keluar dari dalam vaginanya, kugesek-gesek  terus selangkangannya dan dia semakin mengerang sambil menciumku dengan  penuh nafsu.
  Birahiku sudah memuncak dan penisku sudah berdiri tegak di balik  celanaku. Karena kondisi dan situasi yang tidak memungkinkan karena saat  itu kami berciuman di pinggir pantai maka kamipun menghentikan  permainan seks kami takut kalau ada orang yang akan melihat perbuatan  kami walaupun kita sama-sama sedang berada di puncak birahi tapi kita  tahan. Setelah mengobrol beberapa saat kamipun berpisah ke rumah  masing-masing dan dia berjanji akan menemuiku besok untuk membicarakan  tentang kelakuannya.
  Keesokan harinya kamipun bertemu dan aku ajak dia ke rumahku karena aku  harus mempersiapkan keperluanku untuk pergi ke pulau lain guna membantu  temanku melaksanakan progamku. Di rumahku kami sempat berciuman tapi  tidak sampai bermain seks. Aku dan dia berpisah untuk satu hari dan aku  merasakan betapa rindunya tidak bertemu dengannya satu hari. Di lokasi  baruku aku mencari sesuatu yang menarik untuk dijadikan hadiah dan aku  temukan cinderamata yang indah sekali. Setelah satu hari berpisah  kamipun bertemu lagi dan aku kaget sekali karena tidak biasanya sikap  Hildy berubah. Aku terus berfikir apa gerangan yang terjadi sehingga  sikapnya berubah seperti itu. Ternyata aku baru tahu bahwa ada seseorang  telah membocorkan statusku kepadanya dan aku tidak dapat mengelak lagi  ketika dia menanyakan itu. Karena takut kehilangannya akupun berbohong  bahwa aku dan isteriku sedang pisah tapi belum bercerai dan dia agak  lega walaupun sedikit kecewa karena aku tidak bilang sebelumnya.
  Setelah keadaan tenang akhirnya aku sampaikan bahwa aku memiliki sebuah  hadiah untuknya dan dia boleh mengambilnya kapan saja di rumahku. Ketika  malam tiba, Hildy menghampiriku dan bilang kalau dia ingin mengambil  hadiahnya malam itu. Kemudian kami pulang sama-sama ke rumahku.
  Hildy sangat senang sekali dengan hadiah yang aku berikan dan dia  memberikan kecupan dan ciuman. Tentu saja aku langsung menyambut  ciumannya dan kamipun bergumul sambil berciuman di atas ranjangku.  Nafasku dan nafasnya semakin memburu, dengan erangan-erangannya yang  membuatku semakin bernafsu. Kumainkan lidahku di dalam mulutnya dan  diapun memainkan lidahnya. Kami saling berpagut, tanganku tidak tinggal  diam, tanganku merayap ke balik BHnya dan payudaranya yang putih mulus  serta besar kuremas-remas sambil putingnya kupelintir-pelintir erangan  Hildy semakin keras.
  Aku buka bajuku dan Hildypun membuka bajunya hingga kami telanjang  bulat. Aku cium lagi bibirnya, lalu ke bagian leher dan terus ke dua  gundukan susunya yang aduhai. kuhisap pentilnya yang berwarna coklat  muda aga kemerah-merahan, semakin kupercepat hisapan dan permainan  lidahku di pentilnya erangan Hildy semakin keras. Sambil masih mengisap  pentilnya tanganku bergerilya di sela-sela selangkangannya. Kurasakan  rambut-rambut halus yang lebat di sekitar lubang kewanitaanya membuatku  semakin bernafsu. Kuelus-elus rambut di vaginanya lalu jari-jariku  memainkan klitorisnya yang sudah basah sejak dari tadi. Mulutku masih  terus bermain di kedua susunya saling bergantian dan jari tengah tangan  kanan terus memainkan klitorisnya sambil sekali-kali masuk ke dalam  liang kenikmatan tersebut. Aku semakin dalam memasukkan jari tengahku ke  dalam lubang kenikmatan tersebut. Kulihat Hildy semakin liar dan  kepalanya ke kanan dan ke kiri menahan nikmatnya sensasi yang aku  berikan.
  "Oohh Har.. yes.. oh God.. yes.. yes good.. keep going.. Har" erangannya  semakin menjadi-jadi di sela-sela kenikmatan yang aku berikan.
  Kulihat cairan di dalam vaginanya semakin banyak, lalu aku hentikan  permainan jari dan mulutku di kedua susunya. Kemudian aku berpindah ke  bawah kakinya dan berjongkok, tanpa aku perintah kakinya telah dibuka  lebar-lebar sehingga belahan vaginanya dapat dengan jelas kulihat dengan  bulu-bulunya yang agak pirang. Di bagian selangkangan sebelah kiri  persis di atas vaginanya aku melihat sebuah tato bergambar burung dara  yang berwarna.
  Kuperhatikan tato tersebut dan aku akui dengan tato tersebut gairahku  nafsuku bertambah dan tato itu menambah keseksian tubuhnya terutama  bagian daerah kewanitaannya. Kukecup tato itu lalu aku turun dan kecium  setiap jengkal di daerah sensitif tersebut, bulu-bulunya  kugesek-gesekkan di mukaku. Lalu ciumanku turun ke bawah lagi dan  kusingkapkan bulu-bulunya dan lidahku mulai menelusuri daerah  kewanitaanya dari atas hingga lidahku berhenti di klitorisnya. Sambil  kuperhatikan wajahnya yang cantik itu kujilati dan kusedot klitorisnya  yang berwarna kemerah-merahan karena kulitnya yang bule.
  Nafas Hildy semakin memburu dan sesekali menjerit karena tidak menahan  nikmatnya ketika klitorisnya kusedot. Mata Hildy masih tertutup dengan  mulut yang terbuka sambil mengeluarkan erangan. Kini lidahku turun lagi  ke lubang vaginanya, lalu kubuka lubang surga tersebut dengan kedua  tanganku, maka aku semakin dapat melihat dengan jelas isi dalam gua  tersebut. Setelah kuperhatikan kumasukkan lidahku ke lubang tersebut dan  jari tanganku yang lain memainkan klitorisnya. Kedua kaki Hildy  menegang seakan-akan ingin merapatkan kakinya. Sambil kutahan dengan  kedua tanganku agar kedua kakinya tidak merapat kuhisap dan kutusuk  terus lubang vaginanya dengan lidahku.
  "Oohh.. Har.. keep going.. oohh harder.. faster baby.. oohh.. keep going.. ohh yess.. i am cumming.. am cumming.. oohh yess..!"
  Untuk pertama kalinya Hildy mengalami orgasme dengan kakinya yang  menegang dan lidahku masih terus menjilati lubang surganya. Kurasakan  cairan terus keluar dari vaginanya, aku menikmati harumnya cairan  tersebut dan tak henti-hentinya kujilat terus cairan tersebut.
  Senjata rudalku sudah sangat tegang dan kurasakan lubang vagina Hildy  sudah basah sekali oleh cairan dan ludahku. Tiba-tiba Hildy menarik  badanku untuk berada di atas tubuhnya, lalu akupun menuruti apa maunya  Hildy. Aku beranjak ke posisi di atas tubuhnya kemudian aku cium lagi  bibirnya dan dengan bernafsunya Hildy membalas ciumanku bahkan lidahnya  yang mengambil alih kendali di dalam mulutku. Sambil masih berciuman  kuarahkan rudalku yang sudah memakai sarung kondom dengan tanganku untuk  memasuki lubang surganya. Tanpa mengalami kesulitan rudalku dengan  mudahnya memasuki lubang vaginanya hal ini karena memang vagina Hildy  sudah basah sekali.
  Kurasakan tulang panggul di dalam vaginanya menjepit penisku dan serasa  lubang vaginanya agak sempit. Lalu kugenjot pantatku dengan irama naik  turun dan setiap kali kumasukkan rudalku ke dalam vaginanya kurasakan  gesekan tulang panggul di dinding vaginanya yang membuat batang penisku  semakin menegang dan mengeras dan sensasi yang kurasakanpun semakin  dasyat. Nafas Hildy semakin memburu dengan erangan yang halus  kuperhatikan wajahnya memberikan ekspresi yang sedang kenikmatan.  Matanya terkadang ditutup dan dibuka dengan kepalanya yang bergoyang ke  kiri dan ke kanan merasakan nikmatnya rudalku yang keluar masuk  vaginanya.
  Mata Hildy terbuka dan menatapku tajam sambil mulutnya mengeluarkan  erangan kecil, "Ohh yess.. ohh you bastard.. you make me crazy, Har..  ohh yes keep going.. harder.. ohh.." Mata kami masih saling berpandangan  dan tubuh Hildy menegang, dia merasakan orgasme yang kedua.
  Aku masih terus menusuk vaginanya yang sudah basah sekali oleh  cairannya. Rudalku masih terus melakukan irama keluar masuk lubang  vaginanya. Lama kami bermain seks saat itu hingga Hildy merasakan  orgasme 4 kali dan 1 kali sewaktu pemanasan. Hingga akhirnya jebol juga  pertahananku di ronde ke 4. Kamipun berpelukan dan berciuman lagi sambil  merasakan nikmatnya bersetubuh yang cukup lama dan memuaskan. Aku masih  memeluk Hildy dengan keadaan kami masih telanjang dia berkata: "You know Har, I've never met a guy as strong as you before..you are so  strong and I really satisfied. It is crazy because I've never get 5  times orgams, it's really really great".
  Aku merasa bangga dan tersanjung dengan pujiannya itu. Ternyata walaupun  badanku tidak tinggi besar dan dengan penisku yang standar orang  Indonesia bisa memuaskan gadis bule yang badannya jauh lebih besar.
  "Really..? I am glad to hear that Hildy.. I like to have a sex with as well.. it is so fucking great"
  "Western man never give me cumm as many as you did Har.. mostly, they  are selfish and they don't care about us whether we satisfy or not. They  just think their satisfaction, but with you I feel new sensation cause  you are not selfish and you can make me satisfy with many cums.. he he."
  "Thanks Hildy.., I satisfied as well and you have a great pussy and I  like your boobs as well.. but the most I like you is you are so pretty  and you know your tatoo it is great it makes me passion everytime I look  it he he.."
  Dengan bangga akupun memberinya pujian. Kami sama-sama kecapaian dan  masih saling berpelukan dan terkadang berciuman kamipun tidur dengan  tubuh masih telanjang bulat. Hingga akhirnya pada tengah malam dan pagi  harinya kami melakukannya lagi berulang-ulang. Malam itu aku bermain sex  4 kali dengannya dan ronde yang kita lewati sampai 5-6 ronde.
  Setelah aku menghabiskan 4 kali permainan seks yang mengasyikkan malam  itu. Pagi harinya aku menyiapkan sarapan pagi dan menghabiskan waktu  pagi hari itu dengan mengobrol dan bercengkerama. Kami sama-sama tau  bahwa walaupun kami sudah pernah berhubungan seks dengan orang lain tapi  aku tetap menjaga kesehatan begitu pula dengan Hildy. Bahkan sempat dia  menanyakan apakah aku pernah berhubungan seks dengan PSK (Pekerja Seks  Komersil) aku bilang belum pernah. Mungkin dia takut kalau-kalau aku  punya penyakit kelamin. Begitupun dengan dia, aku tanyakan juga  pengalaman seksnya, karena aku takut terkena penyakit. Hildy bilang  bahwa dia juga berusaha menjaga kesehatan.
  Kami masih terus bercerita tentang masa kecilku dan masa kecilnya,  pembicaraan terus berlanjut kepada masalah keluarga. Dengan cerita kami  tersebut kami jadi tahu masing-masing kebiasaan dan seperti apa keluarga  kami. Kami bercerita masih di atas ranjang bahkan Hildy hanya  menggunakan celana dalam dan BHnya saja sedangkan aku celana pendek dan  kaos oblong.
  Menjelang siang hari, obrolan kami sudah ngelantur kesana kemari dan  masih dengan celana dalam dan BHnya Hildy tiduran di ranjang, melihat  itu akupun tidak tahan melihat kemulusan tubuhnya yang bule. Kudekati  dia dan kucium bibirnya. Hildy membalas ciumanku, kami saling memainkan  lidah di mulut kami sambil tak lupa aku meremas-remas payudaranya yang  montok. Kemudian ciumanku berpindah dari mulut ke kuping dan  kusedot-sedot kuping Hildy hingga membuatnya menggelinjang menahan  birahi dan gairah di sekitar telinganya yang memang memberikan  rangsangan sangat hebat. Kemudian ciumanku turun ke leher dan akhirnya  di dua gundukan bukitnya. Dengan menyungkil kaitan BH di belakangnya  terbukalah dua bukit yang aduhai. Kini kedua bukit itu makin jelas  karena sinar di siang hari memberikan cahaya yang lebih terang.
  Kuperhatikan dua bukit itu dengan seksama dan terlihat jelas sekali ada  perbedaan warna antara badan dan di sekitar dua bukit itu. Karena HIldy  sering berjemur ria di pantai maka terlihat bekas BH di kedua  payudaranya memberikan warna yang sangat putih pucat dengan puting yang  berwarna coklat muda. Tapi aku justru menyukai kulit payudaranya yang  putih itu. Tanpa pikir panjang kusedot putingnya sambil tanganku yang  satunya memainkan puting yang lainnya.
  Lama aku memainkan putingnya hingga akhirnya tanganku yang satu turun ke  bawah dan menyelusup ke balik celana dalam berwarna hitam. Kurasakan  gundukan rambut halus di vagina Hildy, dan aku elus-elus rambut-rambut  halus tersebut. Kemudian jari tengahku menyentuh klitorisnya dan ketika  ku tarik elusan jari tanganku dari bawah ke atas (dari lubang vaginanya  hingga ke klitoris) kurasakan vaginanya sudah basah dan ketika jari  tanganku sampai di klitorisnya, Hildy menarik nafas panjang sambil  mengeluarkan suara lenguhan.
  Jari-jemariku semakin basah oleh cairan dari vagina Hildy dan mulutku  masih memainkan putingnya. Aku mendengar suara lenguhan Hildy yang  semakin keras dan akupun mempercepat memainkan klitorisnya setelah itu  jari tengahku turun dan kumasukkan jari tengahku ke dalam lubang  surganya. Nafas Hildy semakin memburu dan lenguhannya semakin keras,  apalagi saat jariku menyentuh dinding atas vaginanya di mana G-spot  berada kata para pakar. Hildy semakin tidak dapat menahan rangsangan  yang aku berikan walaupun hanya dengan jariku rangsangan yang dia terima  begitu dasyat apalagi ketika kumasuk dan keluarkan jariku dari lubang  vaginanya.
  Hildy tidak dapat menahan dirinya lagi, dengan lenguhan yang semakin  keras dan nafas yang memburu serta tidak beraturan Hildy menjerit  merasakan orgasmenya yang pertama.
  "..Oohh Har.. yess.. i am cumming" ternyata Hildy sudah mencapai orgasme  yang pertamanya. Dalam hatiku aku bergumana ingin sekali tahu berapa  kali Hildy memperoleh orgasmenya, akan kuhitung kali ini.
  Aku tidak puas dengan jari-jari tanganku di vaginanya lalu aku beranjak  dan melepaskan hisapanku dari payudaranya kemudian aku membuka celana  dalam Hildy. Ketika celana dalamnya sudah merosot sekali lagi aku  melihat tato indahnya yang persis di atas vagina di selangkangan. Lalu  kucium lagi tato itu dan turun ke daerah lubang kewanitaannya. Karena  siang hari sinarnya lebih terang kini aku dapat melihat dengan jelas  bentuk dan warna vaginanya yang merah dan menantang. Aku membayangkan  warna vaginanya mirip sekali dengan yang ada di film-film blue. Saat itu  aku senang sekali karena dapat merasakan vagina bule yang selama ini  aku impikan.
  Kubuka belahan bibir vaginanya dan sebelum lidahku menjulur mencapai  klitorisnya masih sempat aku melihat ke bagian dalam vaginanya yang  begitu indah dan menggairahkan. Kucium aroma vaginanya dan kurasakan  aroma itu begitu wangi dengan aroma yang lain daripada yang lain.  Kubayangkan ternyata wanita yang suka merawat vaginanya memiliki aroma  yang sangat wangi dan sangat menggairahkan sehingga tidak bosan-bosannya  kucium aroma itu. Lalu aku cium dan kuhisap klitorisnya sambil  kutarik-tarik dengan mulutku. Hildy semakin mengerang bukan lagi  melenguh karena tarikan klitorisnya oleh mulutku membuatnya geli tak  tertahankan. Lidahkupun turun ke bawah dan kumasukkan lidahku ke dalam  lubang surganya. Lidahku bermain di dalam lubang itu dengan sekali-kali  ujung lidahku kuarahkan ke bagian atas vaginanya dimana daerah sensitif  itu berada.
  Lama aku melakukan ciuman-ciuman dan jilatan di daerah kewanitaannya,  hingga pada akhirnya aku merasakan kaki Hildy mulai menegang. Aku  melirik ke arah wajah Hildy yang semakin memerah dan menegang raut  mukanya. Aku tahu bahwa sebentar lagi orgasme keduanya akan datang, maka  aku percepat jilatanku di dalam lubang dan klitorisnya. Tiba saatnya  dia mengerang keras sambil pantat dan badannya terangkat dengan ditopang  kedua tangannya.
  "Oohh God.. I'm cumming Harr.. oohh yess.. bastard.."
  Tercapailah orgasme keduanya aku senang sekali bisa membuatnya orgasme  dua kali hanya diwaktu pemanasan. Kini aku membuka celana dan bajuku  kemudian aku tiduran dan menyuruhnya untuk mengambil posisi di atas  tubuhnya yang kecil ini. Sambil duduk di atas tubuhku Hildy memasukkan  penisku ke dalam vaginanya dan dia mulai menggoyang-goyangkan pantatnya  maju mundur. Sambil matanya yang merem melek Hildy terus mengikuti irama  pantatnya maju mundur, kudengar erangannya yang lembut. Untuk membuat  sensasi baru tanganku memainkan klitorisnya sementara Hildy tetap  melakukan irama goyangan maju mundur sambil duduk. Jari-jariku terus  memainkan klitorisnya hingga kulihat Hildy mempercepat tempo gerakannya.  Semakin cepat gerakan Hildy maka kupercepat pula jariku memainkan  klitorisnya.
  "Oohh.. yess.." pertahanan Hildy jebol untuk yang ketiga kalinya. Setiap  kali dia orgasme aku menghitungnya di depan dia sehingga membuatnya  tertawa dan sedikit malu-malu.
  Keringat mengucur di tubuhku dan tubuh Hildy, aku melihat Hildy sudah  begitu lemas dan sepertinya tidak dapat melakukan gerakan lagi di atas  tubuhku. Sedangkan aku masih belum apa-apa, maka akupun mengambil alih  posisi dengan menyuruhnya melakukan posisi nungging aku ingin melakukan  doggy style. Dari belakang aku dapatmelihat belahan vaginanya kemudian  kubuka kakinya lebar-lebar. Kucoba memasukkan penisku sendiri tapi  ternyata sulit dan tanpa diperintah tangan Hildy membimbing penisku  untuk memasuki vaginanya dan amblaslah penisku di dalam. Gerakkan maju  mundur pantatku kulakukan dengan tempo yang tidak terlalu cepat. Aku  merubah posisiku seperti nungging pula dan tanganku yang lainnya  memainkan klitorinya sambil kugerakkan pantatku maju mundur dan sambil  kusodok-sodok vaginanya. Hildy sudah tidak dapat menahan lagi untuk  menerima orgasme yang keempat dan dengan cepat sekali Hildy sudah  memperoleh orgasmenya yang keempat.
  Aku sudah puas dengan posisi doggy style kemudian kusuruh Hildy untuk  tiduran dan dia langsung membuka kakinya lebar-lebar. Karena penisku  sudah menegang sekali maka tanpa kuarahkan dengan tanganku dengan  mudahnya penisku dapat amblas di lubang vagina Hildy. Aku semakin  beringas membuat gerakan maju mundur dan terkadang kuputar-putar  pantatku sehingga penisku yang berada di dalam vaginanya menyentuh  sekeliling dinding vaginanya. Semakin kuputar pantatku erangan Hildy  semakin keras dan orgasmepun datang lagi. Aku merasa bangga dengan  diriku karena bisa memuaskan seorang gadis bule yang besar. Aku masih  menghitung setiap kali dia orgasme.
  "You know, You've got 5 times orgasme and I want to give you 8 times orgasm.." "Oohh.. Har you are too strong for me and I think I cannot stand it anymore". "I won't stop it before you get more than 6 or 8 times". Sambil irama gerakkannya tidak berubah aku sempat mengobrol dengannya.
  Lama sudah kami bersetubuh dengan keringat yang terus mengucur hingga  Hildy sudah mencapai orgasmenya yang ketujuh. Kini akupun tidak dapat  menahan pertahananku, kurasakan akan jebol juga orgasmeku. Kupercepat  gerakkanku dengan memutar-mutar pantatku
  "Hildy.. are you cumming? ..please cumm with me.. ooh.. i am cumming". "Yes.. let's cum together.. oohh i am cumming.. oohh I crazy for you Har"
  Kami sama-sama sudah tidak dapat menahan lagi orgasme kami yang  kutunggu-tunggu itu. Aku sudah dapat menahan lagi orgasmeku, begitu pula  dengan Hildy, dia semakin menjerit, aku tidak menyia-nyiakan kesempatan  itu, maka akupun mengeluarkan kata-kata jorok untuk membuatnya lebih  terangsang sehingga proses orgasmenya akan lebih cepat lagi. Ketika  puncakku akan datang kutarik penisku dari dalam vaginanya dan  kutumpahkan spermaku di atas perutnya sambil tanganku masih sempat  memainkan klitorinya dan mulutku menciumnya dengan buas agar proses  orgasme kami berbarengan. Kami sama-sama mengeluarkan erangan yang  keras. Kemudian kamipun sama-sama lemas dan aku terkulai lemas di  sampingnya.
  "Har, I've never got cumm 8 times, this is the first time I got it.. ohh you are so strong.."
  "Thanks Hildy.., but you see this is proof that even Indonesian is small but strong.. he he.. do you agree with that?".
  "Yes I agree with you he he.."
  "So don't look that I am small man but I can make you satisfy many  times.., and you know the next door my friend when she fucked with a  tall guy and big one and western guy but she never satisfy.. so I am  better then him.. he he.. sorry am just teasing you".
  "I know you just teasing me but anyway that is true Har.. cause most of them do not care about our satifaction".
  Kami mengobrol tentang sex dan aku selalu memberikan komentar tentang  diriku dan keperkasaan orang Indonesia, aku berbuat seperti itu karena  selain badanku kecil dan kebanyakan orang Indonesia seukuran denganku  (mayoritas) tapi keperkasaannya terkadang lebih jantan daripada orang  bule yang berbadan besar. Kini Hildy dapat menyadari bahwa walaupun  orang Indonesia kecil tapi mereka perkasa dan dia kini beranggapan bahwa  tidak semua orang besar dengan penis besar dapat memuaskan perempuan.
  Hingga siang hari lewat kami lupa untuk makan siang karena keasyikan  ngobrol, kemudian akupun mengantarnya pulang ke rumahnya. Di rumahnya  kami ngobrol lagi dan teman-temannya melihat kami akrab kemudian mereka  memberikan senyuman yang menurutku penuh dengan arti. Hildy melirik  kepada mereka dan kemudian dia menghampiri mereka dan tertawa. Aku  sangat ingin sekali apa yang mereka bicarakan dan aku dapat jawabannya  ketika kawannya yang bernama Natalie datang menghampiriku.
  "Hildy said that you are so strong.. he he.. how big is your cock Har"
  Aku tidak menjawabnya hanya dengan senyuman karena malunya yang gak  ketulungan. Setelah mengobrol dengan topik yang lain kemudian Natalie  pamitan.
  "Ok strongman, see you in a bit"
 
  "See you, bye"
  Tak lama Natalie pergi Hildy menghampiriku lagi dan dia sudah  bersiap-siap untuk mandi. Hildy mengajakku mandi bareng, tentu saja aku  senang sekali dengan ajakannya. Kamipun pergi ke kamar mandi sama-sama  dan mandi bareng dengan saling mengguyur badan kami dan Hildy  menyabuniku dan memandikanku begitu pula aku menyirami badannya.
  Kamipun sama-sama pergi ke tempat pertemuan kami untuk makan malam  bersama. Itulah pengalamanku yang sangat mengasyikkan dan setelah  kejadian itu aku tidak pernah mengalami pengalaman yang serupa lagi di  tahun-tahun berikutnya. Hanya sebatas ciuman dan remasan saja aku  mengalami dengan bule tidak sampai berhubungan seks. Bahkan ketika aku  punya pacar lagi orang bule kami hanya sebatas ciuman dan remasan di  daerah sensitifnya, kami tidak melakukan seks karena pacarku itu bilang  bahwa dia masih perawan dan aku percaya karena umurnya masih sangat muda  walaupun sudah tamat dari Universitas.
  Tamat
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                            |             
              
Tidak ada komentar:
Posting Komentar