|                               Cerita Sex - Cik Mei Lin tetanggaku               Apr 1st 2013, 18:13                                               
 
 
 Namaku Iwan. Usiaku saat ini 21 th. Aku kuliah di sebuah  perguruan tinggi di Jakarta. Sambil kuliah aku bekerja di sebuah  perusahaan swasta. Gajinya tidak terlalu besar, tapi lumayanlah untuk  menambah uang kuliah.  Aku kost tak jauh dari kampus. Kamar kostku berada dilantai atas paling  ujung. Sehingga jendela kamarku langsung menghadap ke depan dengan  sebuah pintu keluar. Di seberang rumah kostku tinggal sebuah keluarga  muda. Aku tidak tahu siapa nama suaminya. Aku hanya tahu istrinya  bernama Linda, tapi biasa dipanggil Cik Mei Lin. Dia wanita keturunan  cina. Cik Mei Lin berusia sekitar 30 th. Dia sudah punya seorang akan  berusia lima tahun. Suami Cik Mei Lin jarang di rumah. Aku tak tahu ia bekerja dimana. Ia  pulang hanya sekali seminggu. Bahkan pernah hingga satu bulan tidak  pulang. Itu sebabnya Cik Mei Lin lebih sering sendiri di rumahnya  bersama anaknya.  Kisah ini bermula di pagi hari saat aku bangun tidur. Hari itu aku libur  kerja dan tidak ada jadwal kuliah.  Saat itu aku melihat Cik Mei Lin  sedang menjemur pakaian. Cik Mei Lin mengenakan kaos tipis tanpa lengan.  Kaosnya agak basah, mungkin terkena air sewaktu ia mencuci baju. Dari  kamar aku bisa melihat jika Cik Mei Lin tidak memakai bra. Buah dadanya  yang montok tercetak jelas lengkap dengan putingnya.  Saat itu Cik Mei Lin juga hanya memakai celana pedek ketat yang juga  basah. Bongkahan pantatnya yang bulat tercetak jelas. Anehnya tidak ada  bayangan segitiga di pantatnya yang sexy. Aku yakin saat itu Cik Mei Lin  tidak memakai cd. Aku langsung terangsang melihat pemandangan itu.  Ingin sekali aku remas-remas buah dada dan pantat sexy Cik Mei Lin.  Sejak itulah aku sering berfantasi bersama tubuh sexy Cik Mei Lin. Aku  sering onani sambil membayangkan tubuh Cik Mei.  Lama-lama aku tidak puas jika hanya onani sambil membayangkan tubuh Cik  Mei Lin. Suatu pagi saat Cik Mei Lin menjemur pakaian aku onani sambil  memandang Cik Mei Lin yang lagi-lagi memakai baju tipis dan basah.  Kepuasan yang aku rasakan lebih hebat. Semakin lama aku semakin berani. Aku mulai berani bugil di depan Cik Mei  Lin. Aku berharap ia melihatku bugil dan terangsang. Tapi aku tidak  berani secara terang-terangan bugil di depan Cik Mei Lin. Aku takut ia  marah karena perbuatanku. Aku membuat seolah-olah kejadian itu sebuah  kebetulan. Saat Cik Mei Lin sedang menjemur pakaian aku berpura-pura  sedang membuka pintu kamarku yang tepat menghadap ke pintu atas rumah  Cik Mei Lin. Aku yakin ia pasti akan menoleh kearahku. Dan tepat, saat  itu Cik Mei Lin melihat kearahku yang benar-benar bugil. Aku puas  sekali.... Aku jadi ketagihan melakukan hal itu, bugil di depan Cik Mei Lin.  Sebenarnya aku berharap Cik Mei Lin akan membalas perbuatanku dengan  bugil pula. Kalaupun tidak bugil polos, aku berharap bisa melihat Cik  Mei Lin hanya memakai cd dan bra saja. Tapi sayang harapanku tidak  tercapai. Aku khawatir Cik Mei  Lin mulai marah kepadaku. Akhirnya  perlahan-lahan aku mulai  menghentikan kebiasaanku itu. Suatu hari aku bertemu Cik Mei Lin di sebuah minimarket. Aku akan  membeli sabun mandi dan pasta gigi yang habis. Saat mengambil sabun  mandi aku terkejut karena Cik Mei Lin juga akanmengambil sabun mandi.  Aku menyapa dengan tersenyum kepadanya. Ia membalas senyumanku. "Kok nggak pernah telanjang lagi....,"kata Cik Mei Lin saat berada tepat  di sebelahku. Aku terkejut dengan pertanyaan itu."Ooh maaf Cik Mei, aku  nggak sopan,"jawabku agak takut. "Ah gak papa, aku suka kok lihat kamu  bugil,burungmu besar,"balas Cik Mei Lin sambil mendekatkan bibirnya di  telingaku. "Entar malem bugil lagi ya, aku tunggu di teras atas,"lanjut  Cik Mei Lin. "Boleh, tapi Cik Mei harus bugil juga,"jawabku. Cik Mei Lin  tersenyum sambil mengedipkan mata. Sebelum pulang kami saling bertukar  nomor hp Malam itu aku sedang santai. Aku bersiap untuk aksi nanti malam, bugil  bareng Cik Mei Lin. Tiba-tiba ada sms di hp ku. "Jgn lupa ya nti mlm qt  bugil bareng" itu yang dikirimkan Cik Mei Lin di sms-nya.  "Ok" jawabku.  "Tp jgn dikmrmu ya" lanjut sms itu. "dimana"jawabku. "dikmrku aja,  rumahku sdg sepi gak ada siapa2 kamu lngsng msk aja aku tnggu dikmrku" Segera aku bersiap menuju rumah Cik Mei Lin. Sebelumnya aku sempatkan  melihat kamar Cik Mei Lin. Aku lihat lampu kamarnya menyala dan gorden  jendelanya terbuka. Aku bisa melihat dengan jelas Cik Mei Lin yang saat  itu hanya memakai cd dan bra. Sexy sekali. Aku tak sabar ingin segera  menuju kamar Cik Mei Lin. Aku segera masuk ke rumah Cik Mei. Pintu dan pagarnya tidak terkunci,  mungkin segaja. Aku langsung menuju kamar atas, kamar Cik Mei Lin. Pintu  kamar Cik Mei tidak dikunci bahkan sedikit terbuka. Saat masuk, aku  melihat Cik Mei sedang tiduran di ranjang dan hanya memakai cd dan bra  berwarna merah. "Lama banget sich, aku sudah nunggu dari tadi lho,"kata Cik Mei saat aku  masuk kamarnya. Aku hanya membalas dengan senyuman. "Eiittt....kok  masih pake baju...."kata Cik Mei. Aku tersenyum mendengarnya dan  langsung melucuti pakaianku satu per satu hingga aku benar-benar bugil.  Penisku perlahan-lahan mulai bangun dan itu membuat Cik Mei Lin  tersenyum. "Wah kontolmu mulai bangun ya,"ujarnya sambil membelai penisku. Aku  merasa nikmat saat tangan Cik Mei Lin mulai menyentuh penisku.  Perlahan-lahan ia mulai membelai dan meremas-remas penisku yang sudah  tegak. "Wowww....kontolmu besar ya kalau sudah bangun,"kata Cik Mei. Aku  hanya tersenyum. Penisku sebetulnya tidak terlalu istimewa, hanya 16  cm. Tapi itu sudah cukup membuat Cik Mei Lan terpesona. Lama-lama Cik Mei tidak puas hanya membelai dan meremas. Ia mulai  menjilati dan mengulum penisku. Ahh....nikmat sekali. Bibir sexy Cik Mei  Lan mengulum penisku dengan lahap, seperti menjilati permen lolypop  saja. "Ahh....Cik Mei.....ahh....ahh....nikmat..."ujarku. Mendengar eranganku Cik Mei Lin semakin bersemangat menjilati penisku.  Ia bahkan menghisap penisku dengan kuat. Ahh.....nikmat sekali rasanya.  Sambil menghisap penisku Cik Mei juga membelai dua buah zakarku. Aku  hanya merem merasakan kenikmatan itu.  Tiba-tiba Cik Mei Lin Menghentikan kulumannya. Ia berdiri dan mencium  bibirku. "Sekarang kamu mainin punyaku ya,"katanya. Dengan senang hati  aku melakukannya. Sudah sejak lama aku membayangkan bisa meremas-remas  buah dada Cik Mei Lin yang montok. Dan sudah lama pula aku membayangkan  pantat sexy Cik Mei. Ingin aku menjilati liang vagina dan lubang  anusnya. Pasti nikmat sekali. Selanjutnya Cik Mei Lin mulai melucuti pakaian dalamnya. Mula-mula ia  membuka bra merah yang sedari tadi menutupi dua gunung kembarnya.  Wow....buah dada Cik Mei Lin yang montok kini dengan jelas aku lihat.  Ukurannya kira-kira 36 dd. Buah dada putih dengan putingnya yang merah  kecoklatan terlihat sangat menantang. Tak sabar aku ingin menjilati  puting susu Cik Mei Lin.Aku semakin terpesona saat Cik Mei Lin membuka  cd merahnya. Wow....rimbunan rambut kemaluan yang lebat terlihat jelas.  Kontras dengan paha Cik Mei Lin yang putih. Aku memang sangat suka  dengan perempuan yang berjembut lebat. Segera aku peluk tubuh Cik Mei Lin. Tak lupa aku ciumi bibir sexy Cik  Mei. Bibir sexy itu aku lumat habis. Perlahan-lahan ciumanku turun ke  bawah. Mula-mula leher dan akhirnya ciuman bibirku sampai juga di dua  gunung kembar Cik Mei Lin. Aku langsung melumat habis buah dada montok  itu. Tak lupa aku jilati dan hisap putingnya yang sudah mengacung.  "Ah...ahh....nik..mat....", desah Cik Mei saat ujung lidahku menyentuh  puting susunya. Aku semakin bersemangat mendengar erangan itu. Lidahku  semakin liar menjilati buah dada montok Cik Mei Lin. Erangan dan desahan  Cik Mei juga semakin hebat. "Ahh..ahhh...nikmat sayang...ahh..hh..." Jilatan lidahku kini kembali bergerak turun. Setelah buah dada, lidahku  mulai menjilati perut, pusar, paha, dan akhirnya lidahku bertemu  rimbunan jembut yang lebat. Jembut hitam itu menutupi liang vagina Cik  Mei Lin yang sudah basah. Rupanya Cik Mei sudah sangat horny.  "Ya...mainkan lidahmu disitu sayang...."desah Cik Mei. Lidahku segera beraksi menyusuri rumbuna jembut Cik Mei Lin yang lebat.  Lidahku beraksi menyibat helai demi helai jembut Cik Mei Lin hingga  akhirnya ujung lidahku berhasil memasuki liang vagina Ci Mei. Ada cairan  keluar dari liang vagina Cik Mei. Aku langsung  menghisabnya."Ahhh.....ahh....nikmat sayang....ahhh..."Cik Mei Lin  mendesah keenakan. Tubuh Cik Mei Lin seolah bergetar saat lidahku  behasil menemukan biji clitorisnya. Tapi tiba-tiba Cik Mei Lin memintaku menghentikan jilatan lidahku.  Rupanya ia ingin berganti permainan. Ia ingin pula memainkan kontolku.  Ia memintaku tidur terlentang di atas ranjang. Kemudian Cik Mei  merebahkan tubuhnya diatasku. Ia arahkan vaginanya tepat diatas mukaku.  Kami memainkan gaya 69. Cik Mei Lin langsung mengocok penisku. Sesekali  ia juga mengulum dan menjilati penisku yang sudah berdiri tegak.  Ahh….nikmat sekali rasanya. Mulut Cik Mei Lin yang biasanya hanya bisa  aku lihat, kini mengulum penisku. Aku sampai merem melek merasakan  nikmatnya lidah Cik Mei Lin yang bermain-main di sekujur penisku.  Aku pun mengimbanginya dengan menjilati vagina Cik Mei Lin. Rambut  kemaluannya yang hitam lebat itu terlihat kontras dengan kulitnya yang  putih. Segera tercium olehku bau khas vagina. Nafsuku semakin  menggelora. Lidahku segera beraksi. Sesekali aku mengigit bibir vagina  Cik Mei Lin.  "Ahh….ahh…enak Wan..ahh…terus..ahh..terus sayang….."ujar Cik Mei Lin merasakan jilatanku Tanganku juga tidak tinggal diam. Pantat Cik Mei Lin yang sintal itu aku  remas-remas. Kadangkala aku tekan pantat Cik Mei Lin sehingga vaginanya  menekan mukaku. Dan Cik Mei Lin kembali menjerit pelan merasakan  kenikmatan di selangkangannya. Terlebih lagi saat aku menjilati  clitorisnya.  "Wan….ahh…ahh…eennaakkk…terruuss….teruuss..sayyaan  ggg…..ahh…." Mendengar desahan Cik Mei Lin aku semakin memperhebat jilatanku. Tapi  tiba-tiba Cik Mei Lin memintaku mengentikan jilatanku di vaginanya. Ia  juga mencabut penisku dari mulutnya. "Wan, aku nggak tahan lagi…"ujarnya  Ia memintaku tetap tidur terlentang. Selanjutnya Cik Mei Lin berlutut di  atasku. Ia genggam penisku yang tegang dan mengarahkannya tepat di  vaginanya. Selanjutnya perlahan-lahan penisku memasuki liang kenikmatan  Cik Mei Lin.  "Ahh….Cik Mei…ahh…ahh…"ujarku saat penisku mulai memasuki vagina Cik Mei Lin. Kenikmatan luar biasa segera aku rasakan. Hingga akhirnya penisku  benar-benar masuk seluruhnya di dalam vagina Cik Mei Lin. Sambil  tersenyum Cik Mei Lin membiarkan vaginanya membekap penisku. Selanjutnya  pantatnya mula bergerak naik turun.  "Ahh….enaakkk Cik Mei…ahh..nikkmaattt…"desahku "Iya…aku juga..ennaakk Wan.."jawab Cik Mei Lin Semakin lama gerakan pantat Cik Mei Lin semakian cepat. Aku  mengimbanginya dengan menggerakkan pantatku juga naik turun.  Sambil  terus menyodokkan penisku, tanganku juga bekerja meremas-remas buah dada  Cik Mei Lin yang bergoyang.  Semakin lama gerakan pantat Cik Mei Lin semakin cepat dan tidak  beraturan. Matanya terpejam, terlebih saat aku meremas buah dadanya.  Mukanya yang putih terlihat memerah. Sambil menjerit pelan ia gerakkan  pantatnya naik turun. "Ahh…Wan….ahh….nniikkkmaaatt….ohhh…"jerit Cik Mei Lin pelan. Tiba-tiba Cik Mei Lin rubuh. Tubuhnya menindih tubuhku dengan vagina  yang masih terisi penisku. Ia memelukkan erat-erat sambil menekan  pantatnya dalam-dalam. Aku merasakan ada carian hangat menyemprot  penisku. Rupanya Cik Mei Lin orgasme.  Beberapa saat kemudian Cik Mei Lin mengangkat pantatnya. Ia tidur  terlentang disampingku. Nafasnya yang ngos-ngosan pelahan-lahan mulai  teratur kembali. Sambil tersenyum aku remas-remas buah dadanya yang  montok itu. Cik Mei Lin membalasnya dengan meremas-remas penisku yang  masih tegang.   "Kenapa sayang, kamu mau main lagi ya,"ujarnya yang aku jawab dengan anggukan kepala Cik Mei Lin tersenyum dan langsung mengambil posisi. Kali ini ia  nungging di depanku. Wow, pantatnya yang sexy itu membuat aku tak tahan  lagi. Rupanya Cik Mei Lin ingin meraskan hunjaman penisku dari belakang.   Aku segera mengarahkan penisku ke vagina Cik Mei Lin. Liang nikmat itu  terlihat memerah dan basah. Sejenak aku gosok-gosokkan ujung penisku  pada vagina Cik Mei Lin. Ia membalas dengan mengoyng-goyangkan  pantatnya. Selanjutnya aku mulai menggerakan pantatku ke depan seiring  dengan masukkan penisku ke dalam laing kenikmatan Cik Mei Lin. "Ohh…Cik Mei….nniikkkmmaatt….."desahku saat penisku memasuki vagina Cik Mei Lin.  Aku melanjutkan gerakan pantatku maju mundur. Penisku keluar masuk  vagina Cik Mei Lin. Kenikmatan luar biasa kembali aku rasakan. Penisku  seperti dipijit-pijit. Terlebih lagi Cik Mei Lin mulai menggerakkan  pantatnya seperti berputar. Ahh…penisku seperti dipilin-pilin rasanya.  Aku hanya bisa memejamkan mata sambil terus menyodokkan penisku  dalam-dalam.  "Ohh..Cik Mei…ennaakk…ahh…nniikkkmmaattt….."desahku tak kuasa merasakan kenikmatan vagina Cik Mei Lin "Iya Wan….teerrruuss…ahh……ennaakkk….ahh….terruuss saayyyaanggg…."ujar Cik Mei Lin  Aku terus memasukkan penisku. Kali ini gerakan pantatku lebih  kupercepat. Sesekali aku remas-remas pantat Cik Mei Lin yang sexy itu.   Tiba-tiba aku meraskan tubuh Cik Mei Lin menegang. Ia menjerit pelan sambil tangannya mencengkeram ujung ranjang.  "Ahh…ahh…aakkuu…kkeellluaarrr…ahh….."jerit Cik Mei Lin sambil matanya terpejam Cik Mei Lin rupanya kembali orgasme. Aku pun merasakan penisku semakin  tegang. Cairan hangat yang menyembur dalam vagina Cik Mei Lin semakin  membuat penisku berdenyut. Dan akhirnya aku tak kuasa menahan spermaku  yang ingin segera keluar.  Segera aku percepat gerakan penisku. Semakin lama gerakan penisku  semakin cepat. Akupun tak mampu lagi menahan spermaku lebih lama.  Akhirnya . Crroott…crroott…ccrrooott.......spermaku muncrat di dalam  vagina Cik Mei Lin, cairan kental putih itu muncrat banyak sekali. Aku  setengah berteriak saat spermaku muncrat. "Ahh..ahh…nniikkkmaatt…ahh…."jeritku pelan Aku diamkan sejenak penisku di dalam liang vagina Cik Mei Lin. Nikmat sekali. "Semprotanmu nikmat sekali Wan,"kata Cik Mei Lin.  Selanjutnya aku turun dari ranjang. Aku raih sebotol air mineral sambil  mengatur nafasku yang ngos-ngosan. Kemudian aku berbaring di sebelah Cik  Mei Lin yang juga rebah di ranjang.  "Kami masih kuat Wan,"kata Cik Mei Lin tiba-tiba Aku agak terkejut dengan pertanyaan itu. Cik Mei Lin yang sudah dua kali  mencapai puncak. Tapi nampaknya Cik Mei Lin masih ingin melanjutkan  permainan. Sehingga aku heran dengan pertanyaan itu. Dalam hati aku  kagum juga dengan nafsu Cik Mei Lin yang mengelora. Aku yakin ia masih  ingin meneruskan permainan malam ini. "Masih Cik Mei, Kenapa Cik Mei ingin main lagi ya,"ujarku "Iya, tapi permainan yang agak lain," "Maksud Cik Mei," "Kamu pernah main anal nggak, kita coba yuk," ujarnya sambil meremas-remas penisku yang mulai tegak kembali.  Kembali aku terkejut dibuatnya. Cik Mei Lin ingin main analsex. Ia ingin  aku menggarap lubang anusnya. Tentu aku tidak keberatan. Aku juga ingin  sekali merasakan permainan itu. Apalagi yang aku garap adalah pantat  Cik Mei Lin yang seksi itu.  Cik Mei Lin langsung mengambil posisi. Ia kembali nungging. Vaginanya  yang baru saja aku masuki masih tampak merah. Aku langsung mengarahkan  penisku yang kembali tegang tepat di lubang anus Cik Mei Lin.  Perlahan-lahan aku gerakan pantatku maju ke depan. Perlahan-lahan pula  penisku mulai masuk ke lubang anus Cik Mei Lin.  Sensasi luar biasa langsung aku rasakan. Lubang anus Cik Mei Lin sangat  sempit. Lebih sempit daripada vaginanya. Lubang itu juga sangat keset.  Penisku agak susah menembusnya.  "Ah….Cik Mei anusmu sempit sekali….." "Iya…Wan….terusin aja…ahh…masukin terruss Wan…ahh…"ujar Cik Mei Lin sambil merem saat aku masukan penisku ke lubang anusnya.  Aku cabut penisku yang sebagian kepalanya sudah masuk ke anus Cik Mei  Lin. Aku coba membasahi anus Cik Mei Lin dengan ludahku. Aku berharap  dengan ludahku anus Cik Mei Lin jadi lebih gampang ditembus. Selanjutnya  kembali aku masukan penisku ke lubang anus Cik Mei Lin. Kali ini  penisku lebih gampang memasukinya. Mungkin karena air ludahku.  "Ahh..Wan….ahh….."ujar Cik Mei Lin saat penisku mulai menembus duburnya "Ahh….lubang Cik Mei eenak baangeett….."jawabku  Semakin lama penisku semakin dalam memasuki anus Cik Mei Lin. Dan  akhirnya seluruh penisku masuk ke dalam lubang Cik Mei Lin. Aku diamkan  sejenak. Terasa hangat sekali. Lubang anus Cik Mei Lin seperti  berdenyut-denyut. Sehingga penisku seperti dipijit-pijit.  Perlahan-lahan aku mulai menggerakkan pantatku, maju mundur sambil  memegang pinggang Cik Mei Lin yang sintal. Gerakan pantatku semakin lama  semakin hebat. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa. Penisku  bergerak keluar masuk lubang anus Cik Mei Lin. Setiap kali penisku  bergerak aku merasakan kenikmatan tiada tara.  "Ohh..Cik Mei eeennnaaakkk baannnggettt….."aku berkata agak sedikit menjerit. "Ohh…iyaa…akuu juuga eennaakkk….teerrruusss…..Waann…"desah Cik Mei Lin yang hanya bisa merem melek merasakan kenikmatan itu.  Semakin lama lubang anus Cik Mei Lin semakin licin. Penisku semakin  leluasa maju mundur dan semakin aku menggerakkan penisku kenikmatan yang  aku rasakan semakin hebat. Hingga akhirnya penisku terasa  berdenyut-denyut. Jepitan pantat Cik Mei Lin membuat penisku menjadi  sangat tegang. Dan akhirnya aku tak kuat menahan penisku yang ingin  segera muncrat. "Ahh…Cik Mei aku maauuu keelluaarr…..ahh…ohhh…" "Iyaa..akuu juugaaa….ahhh…ahhh…"jawab Cik Mei Lin sambil menjerit pelan. Rupanya Cik Mei Lin juga orgasme. Akhirnya penisku benar-benar tak mampu lagi menaham spermaku yang ingin  segera muncrat. Crroott..croot..croott….Spermaku muncrat di dalam lubang  anus Cik Mei Lin. Banyak juga spermaku yang muncrat. Walau tidak  sebanyak yang muncrat pada permainan pertama. Tapi kenikmatan yang aku  rasakan lebih hebat.  Aku merebahkan tubuhku menindih Cik Mei Lin dari belakang. Penisku masih  menancap didalam anus Cik Mei Lin. Aku menciumi punggung dan leher Cik  Mei Lin yang putih mulus. Aku mendengar nafas Cik Mei Lin yang  terengah-engah seperti orang habis berlari. Nafasku juga ngos-ngosan. Akhirnya aku cabut penisku dari pantat Cik Mei Lin. Ia tidur  disampingku. Aku rebahkan tubuhku menindih Cik Mei Lin. Kuciumi bibirnya  yang seksi itu.  "Cik Mei hebat deh….mainnya hot banget…."ujarku "Kamu juga oke banget……lain kali kita main lagi ya…..yang lebih hot"ujar  Cik Mei Lin sambil berdiri dan menuju kamar mandi. Aku merasakan  tubuhku capek luar biasa. Tanpa terasa tiga jam lebih aku beradu nafsu  dengan Cik Mei Lin. Dalam keadaan terlentang tanpa terasa aku tertidur. Sejak saat itu hubunganku dengan Cik Mei Lin semakin akrab. Aku semakin  sering tidur dengan Cik Mei Lin. Semua dilakukan saat suami Cik Mei Lin  sedang tidak dirumah dan anaknya sudah tidur. Beruntung anaknya tidur di  kamar terpisah, jadi tidak menganggu permainan nikmat kami. Cik Mei Lin semakin ketagihan dengan penisku. Ia bilang penisku lebih  nikmat daripada penis suaminya. Selain lebih besar dan panjang, penisku  juga disunat. Tidak seperti suaminya yang tidak sunat. "Kontol disunat  memang lebih enak daripada yang tidak disunat,"katanya.  Sebenarnya aku takut Cik Mei Lin hamil. Sebab sudah berkali-kali penisku  muncrat di dalam vagina Cik Mei Lin. Ia tidak mau kalau aku  mengeluarkan sperma di luar. Cik Mei Lin juga tidak mau jika aku memakai  kondom. "Semprotan kontolmu luar biasa ,"katanya. Tapi untunglah sampai  saat ini Cik Mei Lin tidak hamil. Mungkin ia selalu minum pil anti  hamil.....hhhmmmm. .         Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - di Rumah Kosong               Apr 1st 2013, 18:11                                               
 
               Kami tinggal di sebuah rumah kontrakan. Aku seorang mahasiswi  swasta di Surabaya, aku memang tidak terlalu cantik, tetapi kulitku  putih mulus. Kedua orang tuaku tinggal di Jakarta dengan kedua adikku.  Kebetulan saat ini adalah liburan sekolah, jadi aku sama sekali tidak  punya kegiatan. Liburan kali ini aku sedang malas pulang.
  Aku mempunyai kebiasaan yang agak aneh, yaitu aku suka apabila ada  orang, apalagi dari golongan tukang becak, tukang sampah, tukang  bangunan, maupun para penjual makanan dan minuman, memperhatikan  payudaraku. Dan untuk ukuran anak seusiaku, ukurannya terlalu besar,  yaitu 40C, tetapi agak menggantung, dengan puting berwarna merah  kecoklatan, karena sering kupelintir-pelintir. Ada saja caraku menarik  perhatian mereka. Kalau aku memanggil bakso, aku sengaja tidak memakai  BH, sehingga putingku menonjol dari balik kaosku. Orang belakang rumahku  sedang membangun rumah, sehingga banyak tukang di sana. Aku sengaja  berolah raga lompat tali tanpa memakai BH di halaman belakang, sehingga  payudaraku bergoyang kesana-kemari, dan tentu saja hal ini diperhatikan  oleh tukang-tukang itu.
  Setelah puas berolah raga, kaosku menjadi basah oleh keringat, sehingga  payudara dan juga putingku terlihat jelas dari balik kaos. Aku memanggil  seorang penjual minuman keliling. Tentu saja itu membuat dia  tercengang, karena melihat payudaraku yang besar ini dengan jelas dari  balik kaosku yang basah. Setelah selesai minum, aku bertanya, "Berapa  mas?" tanyaku, dia tidak menjawab, hanya terdiam dan mengagumi keindahan  payudaraku.
  Lalu aku pura-pura menjatuhkan uang dan mengambilnya. Spontan saja  payudaraku ini bergelantungan dengan indahnya, dan terlihat sebagian  dari lubang leher kaosku. Sesaat kemudian dia menjawab, "Mbak, kalo  dibayar pake itu gimana?" katanya sambil dengan agak ragu-ragu menunjuk  payudaraku. Masih dalam posisi menunduk dan sebagian payudaraku  terlihat, aku berkata "Apa, pake ini?" sambil kutarik lubang leher  kaosku ke bawah, sehingga payudara besar milikku terlihat seluruhnya.  Dia hanya bisa menelan ludah, lalu kemudian menjawab "Iya." Aku kemudian  berdiri tegak lagi. Sambil pura-pura berpikir, aku menyilangkan tangan  dan menjepit kedua payudaraku dengannya, tidak ada pilihan lain bagi  payudaraku selain mencuat ke depan dengan indahnya, dengan kedua puting  berwarna kecoklatan yang semakin mencuat keluar. Hal ini membuat penjual  minuman itu semakin terangsang dan tak sabar menunggu jawabanku. Lalu  kujawab "Iya deh Mas." Lalu kami berdua masuk setelah penjual minuman  itu memasukkan barang dagangannya.
  Setelah berada di dalam ruang tamu, aku bilang begini "Mas, netek dulu  ya?" Kepalanya langsung kutuntun untuk masuk ke dalam kaosku. Dengan  ganasnya dia kulum kedua putingku bergantian, dan kadang-kadang  digigitnya. Sambil mengulum putingku dia meremas-remas payudaraku, dan  terkadang dia menarik-narik putingku dengan gigitan giginya. "Aaahh",  lirihku. Kunikmati kuluman-kulumannya. Sesaat kemudian kusuruh dia untuk  berhenti sebentar. Kubuka baju dan celana beserta celana dalamku, dan  kuambil tali rafia. Kuikat kedua pangkal payudaraku, sehingga payudaraku  terjepit dan semakin terdorong ke depan. Hal ini membuat darah tidak  dapat mengalir ke payudaraku, sehingga warnanya berubah menjadi agak  kebiru-biruan. Lalu kusuruh dia untuk mengulum putingku lagi. Aku tidak  dapat merasakan kuluman-kulumannya. Tetapi rasanya lain jika kulihat dia  mengulum dengan ganasnya, meskipun aku tidak dapat merasakannya.
  Sesaat kemudian aku disuruhnya bertumpu pada kedua tangan dan kakiku.  Dia membuka celananya dan menyuruhku untuk mengulumnya. Batang  kemaluannya berwarna coklat gelap, dan bentuknya lucu, agak tertunduk  dan miring ke kanan. Tanpa ragu kukulum batang kemaluannya. Kusedot  sambil kugigit-gigit, "Hmmphh", kupermainkan batang kemaluannya dengan  mulutku, sebentar saja spermanya sudah keluar, langsung saja kutelan  sampai habis. Tapi aku tak peduli, setelah kukeluarkan sebentar,  langsung kumasukkan lagi kemaluannya ke mulutku, dan kusedot lagi,  "Mmpph.. aahh.." payudaraku yang sejak tadi bergelantungan, terus  menerus diremas oleh penjual minuman itu, kedua putingnya ditarik-tarik  seperti sedang memerah susu, hanya bedanya dia sedang memerah susu Mei,  bukan susu sapi (iya kan?). Ikatan tali rafia tadi dilepasnya, sehingga  darah kembali mengalir ke payudaraku, dan aku dapat merasakan kembali  remasan-remasannya. Untuk kedua kalinya spermanya keluar ke dalam  mulutku. Sebelum kutelan, kutunjukkan kepadanya sperma yang ada di  mulutku. Dia menghentikan remasannya sejenak. Melihat spermanya ada di  mulutku membuatnya lebih terangsang.
  Setelah menelan spermanya, aku bertanya, "Mas, tidak pingin ngerasain  anusku?" Tanpa ragu dia langsung menyuruhku untuk tengkurap dengan  pantat diangkat tinggi. "Sebentar Mas, aku ambil mentega dulu, ya?"  Sebelum anusku disodok, aku memintanya untuk melumuri seluruh badanku  dengan mentega, dari atas sampai ke bawah, termasuk lubang anusku.  Melihat tubuhku yang mengkilat oleh mentega, dia menjadi semakin tidak  sabar dan langsung menyodok anusku. Sambil merasakan nikmatnya batang  kemaluannya di dalam duburku, aku meremas-remas payudaraku yang menjadi  licin oleh mentega.
  Sekitar 10 menit kemudian, kurasakan spermanyanya keluar di dalam  duburku. Dia tampak puas sekali. Kami berdua tergeletak di atas karpet. "Mbak, enak banget rasanya. Lain kali boleh lagi tidak?" "Kenapa harus lain kali? Sekarang aja kenapa?" "Wah, nggak kuat Mbak." "Ya udah deh, tapi jangan pulang dulu, aku mau minta tolong, mau tidak?" "Minta tolong apa sih?" tanyanya. Aku beranjak dari karpet dan pergi ke halaman samping, dan mengajak  anjing herder yang selama ini setia menjagaku. Setelah sampai ke ruang  tadi, aku bilang, "Mas, aku mau tanya, payudaraku besar tidak sih?" "Wah, kalo itu sih bukan payudara lagi, tapi udah tuueeteek.." "Iya? Makasih loh Mas atas pujiannya. Tapi aku masih ngerasa kalo  payudaraku ini kurang besar. Mas mau tidak tiap hari mijetin payudaraku  ini, biar tambah besar lagi, ya?" "Iya deh, tapi Mbak juga harus mau ngemut tiap hari, biar tambah panjang." Karena aku memang suka menghisap kemaluan laki-laki, maka syarat yang  dia berikan sama sekali tidak membuatku keberatan, sehingga aku  menjawab, "Boleh, siapa takut?"
  "Oh ya, ini anjingku, temen main setiaku." Mungkin karena tidak tahu maksudku, dia bertanya, "Temen main apa Mbak?" "Main ini.." kataku sambil menidurkan anjingku. Aku melirik ke arahnya, kemudian pelan-pelan kukulum batang kemaluan anjingku itu. Dia tampak tercengang. "Loh Mas, kok diam? Ayo dong pijetin payudaraku", kataku. Dia mulai meremas-remas payudaraku sambil tetap menunjukan pandangannya  ke arahku yang mulai asyik menghisap batang kemaluan anjingku itu. "Mas, tolong ambilkan terong di dapur dong", pintaku.
  Dia menuju ke dapur, dan kemudian segera kembali dengan terong yang  lumayan besar. Tanpa membuka mulutku, karena masih keenakan menghisap,  salah satu tanganku menunjuk ke arah anusku. Dia rupanya mengerti.  Karena masih ada sisa-sisa mentega dan peju, maka tak sulit baginya  memasukkan terong itu ke dalam anusku, lagi pula aku memang sering  melakukannya. Satu tangan penjual minuman itu meremas-remas payudaraku  secara bergantian, sedangkan tangan yang satunya lagi memainkan terong  itu di dalam anusku. Keluar, masuk, keluar masuk, "Aaahh", enak rasanya.  Aku semakin giat mengulum batang kemaluan anjing tersayangku. Sesaat  kemudian anjingku mengeluarkan air maninya di dalam mulutku. "Hmmhh",  kumainkan spermanya di mulutku, seperti orang yang sedang berkumur.
  Penjual minuman tadi masih melakukan tugasnya dengan giat. Dengan  isyarat tanganku, aku memintanya untuk berhenti. Aku berbalik ke  arahnya, menunjukkan air mani anjingku yang masih ada di dalam mulutku.  Dia bertanya, "Mbak mau telan itu?" Dengan tersenyum kuanggukkan kepalaku, kemudian kutelan habis air mani anjingku itu. Dia hanya terpaku melihat tingkahku itu.
  "Mas, aku mau tidur dulu ya? Tolong pijetin payudaraku, ya?" kataku. Lalu aku menuju ke sofa dan tidur. Aku mulai tertidur sambil merasakan  remasan-remasan tangannya. Saat aku membuka mataku, penjual minuman itu  masih memijat-mijat payudaraku. "Udah Mas, terima kasih ya?" kataku sambil beranjak bangun dari sofa. Dia menghentikan kegiatannya. "Mbak, yang Mbak bilang tadi jadi tidak?" "Yang apa?" "Katanya aku disuruh mijetin payudaranya Mbak tiap hari?" "Ooh itu, ya jadi dong, tapi sekarang Mas pulang dulu ya, soalnya  sebentar lagi Siti sama Jono pulang, tadi mereka kusuruh jaga toko",  alasanku, kalau tidak begitu dia tidak pulang-pulang. "Ya deh Mbak, besok lagi ya?" aku menganggukkan kepalaku. Kupakai lagi celana dan kaosku. Kuantar dia sampai keluar dari pagar.  Aku masuk lagi ke rumah, lalu aku mandi. Payudaraku agak memar, mungkin  karena dari tadi diremas-remas oleh penjual minuman itu.
  Masih dalam keadaan telanjang bulat dan basah, aku keluar mencari  anjingku, rupanya anjingku masih ada di ruang tamu. Kuajak anjingku  masuk ke dalam kamar mandi. Kunyalakan shower-nya, di bawah pancuran  shower itu aku bercinta lagi dengan anjingku. Kutidurkan dia, tanpa  pikir panjang kukulum lagi kemaluannya sambil kukocok, kusedot-sedot,  dan kadang-kadang agak kugigit-gigit, anjing kesayanganku itu  kelihatannya sangat menikmati sedotan-sedotanku. Beberapa saat setelah  itu, kurasakan spermanya mulai muncrat di dalam mulutku. Kupercepat  kocokan tanganku dan kemaluannya kusedot dengan lebih kuat, sampai  akhirnya spermanya keluar semua di dalam mulutku. Aku berdiri sebentar  untuk mematikan shower-nya. Aku duduk di lantai kamar mandi, dan  memandangi kedua payudara indahku. Sperma anjingku yang masih ada di  mulut, kukeluarkan dan kutumpahkan ke atas payudaraku. Kuratakan sperma  anjingku ke seluruh payudaraku, sampai payudaraku kelihatan mengkilat  dan licin. Kuremas-remas payudaraku, dan kadang-kadang kutarik-tarik  putingku. Karena payudaraku besar, aku bisa mengulum putingku sendiri,  kujilat-jilat payudaraku, kurasakan nikmatnya sperma seekor anjing yang  melumuri sepasang payudara berukuran 40C ini.
  Setelah puas dengan payudaraku, aku mengambil posisi tengkurap, sambil  begitu tangan kananku menarik kaki anjingku sampai dia mendekat dan  akhirnya kupegang kemaluan anjingku dan mengarahkannya ke duburku, dan  dengan animal instinct-nya, anjingku memainkan batang kemaluannya di  dalam duburku. "Aaahh.. hhmmpph.. aahh", masuk, keluar, masuk, keluar,  "Aaahh". Kedua kaki depannya bertumpu pada punggungku. Kocokannya cepat  sekali, kemaluannya menggesek-gesek dinding lubang pantatku dengan  gerakan yang cepat, rasanya, "Aah.. aahh.. aahh.." Aku tidak sabar lagi,  aku ingin merasakan batang kemaluan anjingku di liang kemaluanku.
  Aku memang sudah tidak perawan. Gara-gara godaan yang kulakukan terhadap  para tukang becak di dekat rumahku, aku diperkosa oleh mereka. Aku  disuruh melayani nafsu mereka yang sudah tidak terbendung lagi. Waktu  itu mereka berlima, sedang menunggu pelanggan mereka di persimpangan  jalan dekat rumahku. Pada saat itu aku sengaja memakai kaos tipis  berwarna putih, dan seperti biasa aku tidak memakai BH, sehingga  putingku terlihat menonjol dan warnanya terlihat samar-samar dari balik  kaos. Jarak antara rumah dengan persimpangan jalan itu tidak begitu  jauh, dan kebetulan saat itu keadaan di sekitarnya memang sedang sepi.  Aku setengah berlari menghampiri mereka. Payudaraku tentu saja tidak  bisa diam, dan bergelantungan ke segala arah. Setelah berada di dekat  mereka, aku meminta salah seorang dari mereka untuk mengantarkan aku ke  toko kecil dekat rumahku, sebenarnya hal ini hanya kujadikan alasan.
  Waktu naik becak, aku sengaja naik dengan posisi agak membungkuk  menghadap ke tukang becak itu, sehingga sebagian payudara besarku  kelihatan menggantung, baru kemudian aku berputar untuk duduk. Setelah  sampai aku membeli sesuatu, kemudian naik lagi ke becak dan memintanya  untuk mengantarkan aku pulang. Jalan menuju rumahku memang jelek, banyak  lubangnya, sehingga becaknya bergoyang-goyang, ini membuat payudaraku  juga bergoyang-goyang. Kami pulang melewati para tukang becak yang dari  tadi menunggu pelanggan, dan mungkin karena melihat payudaraku yang  bergoyang-goyang itu membuat mereka tidak dapat menahan nafsu. Kulihat  mereka mengikuti. Beberapa rumah di dekat rumahku memang rumah kosong,  sehingga keadaan di sekitar rumahku memang sepi sekali. Setelah sampai,  aku turun dan membayar tukang becak itu. Baru saja aku berbalik, mulutku  sudah disekap dari belakang, dan payudaraku diremas dengan kasar. Orang  yang menyekapku itu mengancamku untuk tetap diam, kalau tidak aku akan  dibunuhnya. Aku menurut saja, karena takut dengan ancamannya. Aku  dibawanya masuk ke rumah kosong di sebelah rumahku.
  Ternyata setelah kulihat, dia adalah tukang becak yang tadi, dan dia  ternyata tidak sendiri, keempat temannya juga bersamanya, mereka masih  sibuk memasukkan becak-becak mereka ke halaman rumah kosong itu. Setelah  selesai, mereka menyusul masuk. Tanpa berkata apa-apa, mereka semua  membuka celananya. Kemaluan mereka semua berwarna coklat gelap, dengan  urat-urat di sekelilingnya. Melihat itu aku menjadi takut sekali, tetapi  aku tidak berani melawan, karena takut dibunuh. Mereka semua maju ke  arahku dan menyuruhku untuk membuka semua bajuku, kuturuti kemauan  mereka dengan sangat terpaksa.
  "Ayo! Emut !" kata salah seorang dari mereka. Dengan agak ragu-ragu dan  takut kumasukkan kemaluannya ke mulutku. Kepalaku dipegang dan  digerakkan maju mundur. "Ayo! Kayak ngemut permen gitu loh, kalo enggak  tak bunuh kamu!" bentaknya. Aku menjadi semakin takut, dan menuruti  kemauannya. Kukulum batang kemaluannya seperti kemauannya dengan kedua  tangannya masih di kepalaku. Beberapa saat setelah itu kurasakan cairan  kental dengan rasa yang sangat aneh keluar dari kemaluannya. Ingin  rasanya aku muntah, tetapi apa daya, kedua tangannya memegang erat  kepalaku. "Ayo, jangan muntah!" Dengan perasaan jijik kutelan spermanya  sampai habis. Hal ini berlangsung sampai kelima tukang becak itu  mengeluarkan spermanya di mulutku, dan semua sperma yang keluar di  mulutku, kutelan habis semuanya. Lama-kelamaan aku menikmati hal ini.
  Kemudian aku diperintahkan untuk bertumpu pada kedua tangan dan kakiku.  Di bawahku diselipkan sebuah meja panjang yang kaki-kakinya pendek, yang  ada di dekat kami. Sebelum aku bertumpu pada kedua tangan dan kakiku,  seorang tukang becak sudah dalam posisi telentang di atas meja itu. Dia  memasukkan batang kemaluannya ke dalam liang kemaluanku dengan paksa.  Untuk pertama kalinya liang kemaluanku dimasuki oleh kemaluan laki-laki,  kemaluan seorang tukang becak. Pertama rasanya memang sakit, perih,  tetapi beberapa saat setelah digesek-gesek terus oleh batang  kemaluannya, aku mulai dapat merasakan kenikmatan itu. Seorang tukang  becak lagi dengan posisi bertumpu pada lututnya sudah berada di depanku  dan memintaku untuk mengulum kemaluannya. Dari belakang, seorang tukang  becak dengan posisi yang juga bertumpu pada lututnya, menyodokkan  kemaluannya ke dalam anusku. Sementara dua tukang becak lainnya  meremas-remas kedua payudaraku dengan sangat kasar. Kemaluan kedua  tukang becak yang dimasukkan ke dalam liang kemaluan dan anusku bergerak  keluar masuk dengan kasarnya. Karena merasakan nikmatnya kedua batang  kemaluan mereka, aku semakin menikmati kemaluan tukang becak yang sedang  kukulum.
  Aku semakin agresif, kukulum kemaluannya dengan gerakan yang cepat,  maju, mundur, maju, mundur. Sampai-sampai tukang becak yang kemaluannya  kukulum menjambak rambutku, dan tangannya ikut menggerakkan kepalaku.  Pada saat yang bersamaan, ketiga tukang becak yang memainkan kemaluannya  di tubuhku berhenti, kelihatannya mereka sudah mau keluar. Aku disuruh  duduk di lantai, kemudian aku disuruh membuka mulutku. Mereka bertiga  memintaku untuk mengocok kemaluan mereka secara bergantian tepat di  depan mulutku. Dua tukang becak yang lain sedang sibuk menghisap puting  payudaraku, tiap orang menguasai satu dari sepasang payudaraku. Sambil  menghisap, mereka meremas-remas payudara yang mereka kuasai dengan kedua  tangannya, seperti seorang bayi yang sangat kehausan.
  Sesaat kemudian sperma ketiga tukang becak tadi keluar, muncrat ke dalam  mulutku, dan sebagian lagi muncrat ke wajahku. Tanpa diperintah,  kutelan sperma mereka. Sekarang gantian dua tukang becak yang tadi  menghisap puting susuku, memaksaku untuk menghisap batang kemaluan  mereka berdua secara bergantian. Seperti seorang anak kecil yang kalau  makan es berlepotan, aku yang berlepotan sperma di wajahku mengulum  kemaluan mereka berdua secara bergantian dengan agresif. Sambil kukocok,  kuhisap-hisap batang kemaluan mereka dengan hisapan yang kuat. Sebentar  saja mereka kelihatan sudah tidak kuat, melihat itu kubuka mulutku  lebar-lebar, kemudian kukocok dengan cepat kedua kemaluan mereka di  depan mulutku. "Crut.. crut.. crut.. crut.." sperma mereka masuk ke  dalam mulutku. Langsung saja kutelan habis. Kujilat sisa-sisa sperma  yang masih menempel di sekitar mulutku.
  Mungkin karena mereka melihatku sangat menikmati perkosaan ini, mereka  menjadi tenang. Mau apa lagi, karena tidak bisa melakukan apa-apa, lebih  baik kunikmati saja perbuatan mereka itu. Salah satu dari mereka  kemudian berkata, "Mbak, jangan bilang siapa-siapa, ya?" aku hanya  mengangguk sebagai tanda 'ya'. Kemudian mereka berlima keluar dari rumah  kosong itu dengan tenangnya, dan meninggalkan aku di rumah kosong itu  masih dalam keadaan telanjang bulat. Terus terang saja aku masih belum  puas, tetapi ya mau apa lagi. Kupakai lagi baju dan celanaku, kemudian  aku pulang.
  Sesampainya di rumah aku langsung mandi. Sambil mandi aku membayangkan  bagaimana rasanya kalau bercinta dengan anjing, karena kebetulan waktu  itu ada tiga ekor anjing di rumahku, dan semuanya dari jenis anjing yang  bertubuh besar. Belum selesai aku mandi, aku langsung keluar dengan  keadaan telanjang bulat, aku tenang saja, karena kedua orang pembantuku  seperti biasanya sedang menjaga toko dari pagi sampai sore. Aku berjalan  menuju halaman samping, tempat dimana ketiga ekor anjingku berada.  Dag-dig-dug, jantungku berdegup dengan kencang, seiring dengan nafsuku  yang semakin memuncak. Kuhampiri mereka, kurangkul dan kubelai-belai  tubuh mereka secara bergantian.
  Pelan-pelan aku mendekat ke anjing yang paling besar badannya,  kuelus-elus, kemudian aku mulai memegang kemaluannya. Kupijat-pijat  sampai kemaluannya tegang, warnanya membuatku semakin terangsang.  Pelan-pelan mulai kukulum kemaluannya, karena nafsuku yang sangat besar,  aku sama sekali tidak merasa jijik. Kukulum kemaluannya dengan posisi  bertumpu pada kedua tangan dan kakiku, dengan pantat yang sengaja  kudongakkan ke atas, aku berpikir mungkin dengan begitu anjing yang  lainnya mau menyodok entah itu anus atau liang kemaluanku, aku tidak  peduli. Eh, benar, di saat aku keenakan menghisap, aku merasa ada yang  menjilat-jilat kemaluanku, "Aaahh.." rasanya nikmat, sesaat kemudian  kurasakan ada batang kemaluan yang menyodok liang kemaluanku. Dengan  gerakannya yang khas, dia mainkan kemaluannyanya di liang kemaluanku.  Wah, aku menjadi semakin lupa daratan. Entah berapa kali secara  bergantian mereka memasukkan kemaluannya ke liang kemaluanku, demikian  juga mulutku, semua sperma yang keluar dari kemaluan anjingku waktu  kuhisap-hisap, kutelan sampai habis. Permainan kali itu, yang kulakukan  dengan ketiga ekor anjingku itu membuat aku puas sekali.
  Wah, kalau aku ingat peristiwa itu rasanya aku pingin lagi. Bayangkan,  mulut, lubang kemaluan dan anusku dimasuki oleh batang kemaluan para  tukang becak, ditambah lagi dengan payudaraku yang mereka 'siksa', dan  kemudian aku bercinta dengan ketiga ekor anjingku.
  Wah, sensasi yang kurasakan waktu itu luar biasa, aku benar-benar  menikmatinya. Entahlah, mungkin aku mengalami sedikit gangguan, sehingga  hal yang tidak wajar dapat membuatku merasa ketagihan. Tetapi memang  rasanya luar biasa nikmat (kalau tidak percaya, coba sendiri, nanti kan  tahu rasanya).
  Tetapi aku rasa tidak cuma aku yang mempunyai masalah seperti itu. Kalau  ada dari kalian yang punya masalah yang sama, tolong kirim email pada  saya, mungkin kita bisa saling curhat.                Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Wulan Si Gadis Desa               Apr 1st 2013, 15:51                                               Sebut saja namaku Paul. Aku bekerja di sebuah instansi pemerintahan  di kota S, selain juga memiliki sebuah usaha wiraswasta. Cerita berikut  ini bukan pengalamanku sendiri, melainkan pengalaman seorang rekanku,  sebut saja dia Ta. Kami memang punya "hobi" yang sama, namun Ta punya  trik tersendiri untuk menyalurkan hobinya. Kini selain terdaftar di kota  asalnya, ia juga resmi penduduk sebuah desa yang agak terpencil.  Berikut adalah caranya mendapatkan kembang desa, meski sudah beristri  tiga orang.
   Wulan terbangun dengan kepala yang pusing. Namun entah mengapa kedua  tangannya tidak dapat digerakkan. Seluruh tubuhnya terasa hangat. Sambil  mengerjapkan matanya, gadis itu memandang sekelilingnya. Ternyata ia  berada dalam sebuah kamar yang belum pernah dilihatnya, terbaring di  atas ranjang empuk dan besar yang berwarna merah jambu. Dari jendela  yang tertutup terbayang hari sudah gelap. Dalam kamar itu sendiri hanya  ada sebuah lampu kecil yang menyala remang-remang. Wulan hanya ingat  Sabtu sore tadi setelah bertanding bola volley melawan sekolah dari  kecamatan tetangga, ia harus berlari-lari dalam gerimis hujan menuju  rumah neneknya untuk menginap malam ini, karena rumahnya terlalu jauh  dari lapangan volley.
  Seperti umumnya gadis desa lainnya, meskipun tidak terlalu tinggi, namun  Wulan memiliki tubuh yang montok dan padat. Buah dadanya yang membusung  kencang seolah tidak muat dalam bra bekas kakaknya yang kekecilan.  Ditunjang dengan kulitnya yang kuning langsat mulus dan rambut sebahu,  wajahnya yang manis sering membuat pemuda desa terpaku dan menelan ludah  saat gadis itu lewat dengan goyangan pinggulnya. Pantatnya yang montok  selalu menonjol di balik rok seragam sekolahnya, yang biarpun di bawah  lutut, ketatnya memperlihatkan garis celana dalam gadis itu.
  Bukan hanya para pemuda, beberapa orang yang telah beristri pun  berangan-angan menjadikan gadis kelas 1 SMU itu istri mudanya. Menurut  katuranggan, gadis macam Wulan rasanya peret dan legit, pasti akan  memberikan kenikmatan sepanjang malam, membuat suaminya betah di rumah.  Tidak heran, tiap kali ada pertandingan volley, selalu banyak  penontonnya, meski kebanyakan hanya menonton paha Wulan yang bercelana  pendek dan guncangan buah dadanya saat gadis itu memukul bola.
  "Ah, sudah bangun Nduk..?" sebuah suara dan lampu yang menyala terang mengagetkan gadis itu. Tampak seorang pria kekar memasuki ruangan. Wulan mengenalinya sebagai  Ta, seorang terpandang di desanya. Meski bukan penduduk desa itu, namun  suka kawin-cerai dengan gadis-gadis di sini. Dalam sebulan paling ia  hanya di rumah satu-dua hari saja, selebihnya "kerja di kota". Sekarang  ini istrinya di sini sudah ada tiga orang, semuanya masih belasan tahun  dan cantik-cantik, namun masih suka menggoda Wulan tiap kali bertemu.  Bahkan baru saja ia pernah berusaha melamar gadis itu namun tidak  berhasil.
  Wulan berusaha bangun, namun tangan dan kakinya tetap lemas tidak dapat bergerak. "Tenang saja Nduk, nggak usah banyak gerak. Malam ini kamu di sini dulu." kata Ta. Tidak sengaja Wulan melihat ke dinding kamar, dan dari cermin besar yang  terpasang di sana, ia menyadari kedua tangannya terikat menjadi satu di  atas kepalanya, demikian juga kedua kakinya yang terentang ke  sudut-sudut ranjang, seperti huruf Y terbalik. Seluruh tubuhnya tertutup  selimut, namun ujung selimut yang tersingkap memperlihatkan sebagian  paha gadis itu. Di sudut ranjang tampak terserak baju seragam dan rok  yang tadi dipakainya.
  "Pak Ta, Wulan dimana? Kenapa Wulan begini?" tanya gadis itu dengan panik. Ia mulai teringat saat berlari ke rumah neneknya tadi seseorang  menariknya dari belakang dan menempelkan sesuatu yang berbau menyengat  ke wajahnya, kemudian semuanya menjadi gelap, hingga akhirnya ia  kemudian tersadar di situ. "Tenang Wulan, kamu baik-baik saja. Malam ini kita akan kawin. Minggu  lalu saya sudah melamarmu pada bapakmu. Sekarang kita akan nikmati malam  pertama kita." kata Ta sambil menyeringai. "Enggak! Enggak! Kemarin Bapak bilang ditolak! Wulan nggak mau!" gadis  itu berusaha meronta, namun ikatan tangan dan kakinya terlalu kuat  baginya.
  Sambil tertawa terkekeh, Ta perlahan menarik selimut yang menutupi tubuh  gadis itu, membuat Wulan terpekik karena penutup tubuhnya perlahan  terbuka, sedangkan ternyata di balik selimut itu ia sudah telanjang  bulat. "Jangan! Jangan! Aduh jangan! Pak Ta, jangan Pak! Tolong..!" Dengan sigap Ta mengambil pakaian dalam Wulan yang terserak di atas  ranjang, lalu menyumpal mulut gadis itu dengan celana dalamnya sendiri,  dan mengikatnya ke belakang dengan bra gadis itu. "Pak? Kamu panggil aku Pak? Aku ini suamimu, tahu! Panggil aku Kangmas!"  seru Ta sambil menampar pipi Wulan sampai gadis itu memekik kesakitan.
  Ta semakin beringas melihat tubuh Wulan yang montok telanjang bulat.  Kedua paha gadis manis itu terentang lebar mempertontonkan bibir  kemaluannya yang jarang-jarang rambutnya. "Diam Sayang! Ini malam kita bedah kelambu! Kalau bapakmu yang tolol itu  tidak mau anaknya dilamar baik-baik, kita lihat saja besok! Karena  besok anak perawannya sudah tidak perawan lagi!" Tanpa basa basi Ta segera membuka pakaiannya sendiri, lalu melompat ke  atas ranjang. Wulan dengan sia-sia meronta dan menjerit saat Ta menindih  tubuhnya yang telanjang bulat tanpa sehelai benang pun. Gadis itu  bahkan tidak bisa untuk sekedar merapatkan pahanya yang terkangkang  lebar.
  Pekikan Wulan tertahan sumpalan celana dalam saat Ta meremas buah dada  gadis itu dengan kerasnya. Rontaan dan pekikan gadis cantik itu sama  sekali tidak digubris. Ta kemudian menempatkan kejantanannya tepat di  depan bibir kemaluan Wulan. "Diam Sayang! Jangan takut, enak sekali kok! Nanti pasti kamu ketagihan.  Sekarang biar Kangmas ambil perawanmu.." sambil berkata begitu Ta  menghujamkan kejantanannya memasuki hangatnya keperawanan Wulan. Selaput dara gadis itu terasa sedikit menghalangi, namun bukan tandingan  bagi keperkasaan kejantanan Ta yang terus menerobos masuk.
  "Haanggkk..! Aahhkk..!" Napas gadis itu terputus-putus dan matanya yang  bulat indah terbeliak lebar saat Wulan merasakan perih tiba-tiba  menyengat selangkangannya. Tubuh montok gadis itu tergeliat-geliat merangsang dengan napas  tersengal-sengal sambil terpekik tertahan-tahan ketika Ta dengan perkasa  menggenjotkan kejantanannya menikmati hangatnya kemaluan perawan Wulan  yang terasa begitu peret. "Aahh.. enak sekali tempikmu.. aahh.. Wulaanh.. enak kan Nduk..? Terus  ya Nduk..?" Ta mendesah merasakan nikmatnya mengambil kegadisan si  kembang desa.
  Wulan sambil merintih tidak jelas menggelengkan kepala dan meronta  berusaha menolak, namun semua usahanya sia-sia, dan gadis itu kembali  terpekik dan tersentak karena Ta kini dengan kuat meremasi kedua  payudaranya yang kencang menantang. Memang benar kata orang, gadis  seperti Wulan memang sangat memuaskan, wajahnya yang cantik, buah  dadanya yang tegak menantang bergerak naik turun seirama napasnya yang  tersengal-sengal, tubuhnya yang montok telanjang bersimbah keringat,  kedua pahanya yang mulus bagai pualam tersentak terkangkang-kangkang,  bibir kemaluannya tampak megap-megap dijejali kejantanan Ta yang begitu  besar. Sementara dinding kemaluannya terasa seperti mencucup-cucup tiap  kali gadis itu terpekik tertahan.
  Wulan dengan airmata berlinang merintih memohon ampun, namun tusukan  demi tusukan terus menghajar selangkangannya yang semakin perih.  Payudaranya yang biasanya tersenggol pun terasa sakit kini diremas-remas  tanpa ampun. Belum lagi rasa malu diikat dan ditelanjangi di depan  orang yang tidak dikenalnya, lalu diperkosa tanpa dapat berkutik.  Rasanya bagai bertahun-tahun Wulan disetubuhi tanpa mampu melawan  sedikitpun.
  "Hhh..! Wulanh..! Wulaann..! Sekarang Mas bikin kamu hamil, sayangghh..! Aah.. ambil Nduk! Nih! Nih! Niih..!" Tanpa dapat ditahan lagi Ta menyemburkan spermanya dalam hangatnya  kemaluan Wulan sambil sekuat tenaga meremas kedua payudara gadis itu,  membuat Wulan tergeliat-geliat dan terpekik-pekik tertahan sumpalan  celana dalam di mulutnya. Kepala gadis itu terasa berputar menyadari ia  akan hamil. Perlahan pandangan gadis itu menjadi gelap.
  Wulan kembali tersadar oleh dengusan napas di depan wajahnya. Sebelum  sadar sepenuhnya, sengatan perih di selangkangannya membuat gadis itu  terpekik dan meronta. Namun tangan dan kakinya tidak mau bergerak, dan  pekikan-pekikannya tidak dapat keluar. Dengan gemas Ta kembali  menggenjotkan kejantanannya menikmati keperawanan Wulan. Ta tidak tahan  lagi untuk tidak kembali menggagahi gadis itu, memandanginya tergolek  telanjang bugil tanpa daya di atas ranjang. Pahanya yang putih mulus  terkangkang seolah mengundang, bibir kemaluannya yang berambut jarang  terlihat berbercak merah, tanda Wulan memang betul-betul masih perawan,  tadinya.
  Kedua payudara gadis itu berdiri tegak menjulang, dengan puting susu  yang kemerahan menggemaskan. Sementara wajahnya yang manis dan bau  tubuhnya yang harum alami sungguh membuat Ta lupa diri. Dengan istri  muda seperti Wulan, ia tidak akan mau tidur sekejap pun, tidak perduli  gadis itu suka atau tidak. "Aah..! Ahk! Angkung (ampun)..! Aguh (aduh).. hakik (sakit).. angkung  (ampun)..!" Wulan merintih-rintih tidak jelas dengan mulut tersumpal  celana dalam di sela-sela jeritan tertahan.
  Tanpa mampu merapatkan pahanya yang terkangkang, gadis itu merasakan  kemaluannya semakin perih tiap kali Ta menggerakkan kejantanannya. Tiap  detik, tiap genjotan terasa begitu menyakitkan, Wulan berharap kembali  pingsan saja agar perkosaan ini segera berlalu. Namun gadis itu tanpa  daya merasakan bagian bawah tubuhnya terus ditusuk-tusuk benda yang  begitu besar.
  Ta semakin giat menggenjotkan kejantanannya dalam hangatnya kemaluan  Wulan yang peret dan mencucup-cucup menggiurkan. Istri barunya ini  memang pintar memuaskan suami di atas ranjang. Apalagi kalau nanti  diajak tidur beramai-ramai bersama satu atau dua istrinya yang lain.  Membayangkan meniduri dua atau tiga gadis sekaligus membuat Ta semakin  bersemangat menyodok kemaluan Wulan, semakin cepat, semakin dalam.
  Ta merasakan kejantanannya menyentuh dasar kemaluan gadis itu bila  disodokkan dalam-dalam. Wulan sendiri hanya merintih tampak pasrah  mempersembahkan kesuciannya pada Ta. Airmata gadis itu tampak berlinang  membasahi pipinya yang kemerahan. Tubuh montok gadis itu  tergelinjang-gelinjang kesakitan tiap kali kejantanan Ta menyodok masuk  dalam kemaluannya yang begitu sempit. Dengan menggeram seperti macan  menerkam mangsa, Ta dengan nikmat menyemburkan sperma dalam kehangatan  tubuh Wulan yang terpekik tertahan-tahan.
  Semalam suntuk Ta dengan gagahnya memperkosa Wulan, setidaknya lima kali  gadis itu disetubuhi tanpa daya. Entah berapa kali Wulan pingsan ketika  Ta mencapai puncak, hanya untuk tersadar ketika tubuhnya kembali  dinikmati dengan buasnya. Selangkangan gadis itu terasa perih dan panas,  seperti ditusuk-tusuk besi yang merah membara. Payudaranya serasa lecet  diremas habis-habisan, terkena semilir angin pun perih. Punggung gadis  itu perih tergores kuku Ta.
  Namun siksaan tanpa belas kasihan itu tidak kunjung usai, bagai tidak  mengenal lelah kejantanan Ta terus bertubi-tubi menusuk dalam-dalam,  kedua tangannya seperti capit kepiting terus mencengkeram buah dada  Wulan. Sementara gadis itu dengan tangan dan kaki terikat erat tidak  mampu berkutik, apalagi menghindar atau mencegah. Bahkan menjerit pun  Wulan tidak mampu, tenaganya sudah habis dan sumpalan celana dalamnya  sendiri membuat pekikannya hanya seperti erangan. Bagai berabad-abad  Wulan dibuat bulan-bulanan tanpa daya.
  Dari sela-sela jendela yang tertutup, sinar matahari pagi menerobos  masuk. Dengan lemas Ta berbaring di sisi Wulan yang terisak-isak.  Sungguh luar biasa istri barunya ini, semalam suntuk gadis ini mampu  melayani suaminya. Dari jam tujuh malam sampai jam enam pagi, dalam  sebelas jam gadis itu mampu lima-enam kali memuaskan suaminya, meskipun  harus sedikit dipaksa. Kalau saja kemarin tidak minum obat kuat, mungkin  saja pagi ini Ta tidak dapat bangun. Sambil tersenyum lebar, Ta bangkit  dan mengenakan pakaian.
  Perlahan Ta membuka sumpalan mulut Wulan. Gadis itu sendiri masih  telanjang bulat dengan tangan dan kaki terikat terentang lebar. "Nduk, kalau jadi istriku, kamu minta apa saja pasti aku beri. Mau  kalung? Gelang? Rumah? Sepeda motor? Jangan takut, sebagai istri orang  kaya, semua keinginanmu akan terkabul." "Nggak mau.. lepasin Wulan.. Wulan mau pulang..!" isak gadis itu menghiba. "Rumah kita sekarang di sini Nduk, kamu sudah jadi istriku." bujuk Ta. "Enggak.. enggak mau. Wulan mau pulang!" gadis itu berusaha meronta tanpa hasil. "Jangan buat suamimu ini marah, Nduk! Kamu sudah jadi istriku, aku bebas  berbuat apa saja dengan kamu! Jangan keras kepala!" seru Ta jengkel. Wulan sambil terisak terus menggelengkan kepala. Berulangkali bujukan  dan ancaman Ta tidak dihiraukan Wulan, membuat Ta naik pitam.
  "Baik, jadi kamu tidak ingin jadi istriku. Baik, kamu sendiri yang  minta, Nduk! Jangan salahkan aku kalau aku bertindak tegas!" kata Ta  sambil membuka ikatan kaki Wulan. Ta kemudian membuka ikatan tangan gadis itu dari besi ranjang, namun  kedua pergelangan tangannya tetap terikat erat. Lalu dengan menarik  ujung tali yang mengikat tangan Wulan, Ta menyeret gadis yang masih  telanjang bulat itu keluar kamar. Karena tubuhnya masih lemas, Wulan  tidak kuasa menolak dirinya yang masih bugil diseret sampai ke jalan  desa yang terang benderang.
  "Hei, lihat! Lihat ini! Sungguh memalukan!" seru Ta sambil menyeret gadis yang mati-matian berusaha menutupi ketelanjangannya. "Ada apa Pak Ta? Apa yang terjadi?" tanya orang-orang desa yang segera saja mengerumuni keduanya. "Lihat ini! Perempuan ini sudah membuat desa kita tercemar! Dia berzinah  dengan laki-laki! Saya pergoki mereka di rumah kosong di tepi desa!  Sayang laki-lakinya kabur, tapi saya tahu orangnya! Pasti nanti akan  kita tangkap!" seru Ta berapi-api. "Tidak! Tidak.. tolong..!" sia-sia Wulan berusaha membantah, suaranya tertelan ramainya suasana.
  "Lihat! Ini bukti perempuan ini sudah berzinah!" Ta menunjuk ke arah selangkangan gadis itu yang berbercak darah. Kerumunan orang bergumam dan mengangguk-anggukkan kepala. "Tidak! Saya tidak ber.." perkataan Wulan terputus oleh teriakan salah seorang. "Bawa ke balai desa! Biar dihukum adat di sana!" serunya. Seseorang lain menarik tali yang mengikat tangan Wulan dan menyeret  gadis telanjang bulat itu menuju ke balai desa. Sepanjang jalan mereka  berteriak-teriak, membuat semakin banyak orang keluar rumah melihat  Wulan yang bugil diseret. Anak-anak kecil berlari-lari mengikuti sambil  tertawa-tawa mengejek.
  Di balai desa, tepat di tengah pendopo, tali pengikat tangan Wulan  ditarik ke atas dan diikatkan dengan tiang di atasnya. Kini gadis  telanjang bulat itu berdiri tegak dengan tangan terikat ke atas. Wulan  tahu bahwa hukuman bagi orang yang berzinah biasanya keduanya  ditelanjangi, kemudian diikat seharian di balai desa. Seperti dirinya  sekarang, namun ia hanya sendirian dan ia sama sekali tidak berzinah.  Gadis itu diperkosa berkali-kali, lalu difitnah berzinah oleh  pemerkosanya sendiri. Namun sia-sia gadis itu berusaha membantah,  suaranya yang kecil hilang ditelan ramainya orang di sekitarnya. Dan  kini ia berdiri telanjang bulat sendirian dikelilingi belasan warga.
  Isakan tangis Wulan semakin keras mendengar tawa orang-orang yang  mengelilinginya, berkomentar mencemooh tentang kemulusan tubuhnya, buah  dadanya yang ranum kemerah-merahan bekas diremas, pantatnya yang bulat,  pahanya yang mulus. Isakan gadis itu terhenti ketika sebuah truk  berhenti di depan balai desa. Beberapa ibu-ibu yang turun dari truk  terheran-heran melihat ke arah Wulan. Beberapa orang kemudian menurunkan  barang-barang dari truk. Wulan tersadar, hari ini hari pasar, dan  ratusan orang akan berkumpul hanya beberapa meter darinya. Ratusan orang  akan melihat dirinya telanjang bulat tanpa tertutup sehelai benang pun.
  Kepala gadis itu terasa berputar, saat Ta berbisik di telinganya,  "Rasakan akibatnya kalau kamu tidak mau jadi istriku! Sekarang semua  orang tahu kamu sudah tidak perawan, dan semua orang juga sudah pernah  melihat kamu tanpa pakaian!" Perlahan gadis itu kembali terisak dan berpikir seandainya saja ia menerima menjadi istri Ta.
  TAMAT              Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - RIZKA               Apr 1st 2013, 15:49                                               Riska adalah seorang gadis pelajar kelas 3 di sebuah SMU negeri  terkemuka di kota YK. Gadis yang berusia 17 tahun ini memiliki tubuh  yang sekal dan padat, kulitnya kuning langsat. Rambutnya tergerai lurus  sebahu, wajahnya juga lumayan cantik.
  Dia adalah anak bungsu dari lima bersaudara, ayahnya adalah seorang  pejabat yang kini bersama ibunya tengah bertugas di ibukota, sedang  kakak-kakaknya tinggal di berbagai kota di pulau jawa ini karena  keperluan pekerjaan atau kuliah. Maka tinggallah Riska seorang diri di  rumah tersebut, terkadang dia juga ditemani oleh sepupunya yang  mahasiswi dari sebuah universitas negeri ternama di kota itu.
  Sebagai anak ABG yang mengikuti trend masa kini, Riska sangat gemar  memakai pakaian yang serba ketat termasuk juga seragam sekolah yang  dikenakannya sehari-hari. Rok abu-abu yang tingginya beberapa senti di  atas lutut sudah cukup menyingkapkan kedua pahanya yang putih mulus, dan  ukuran roknya yang ketat itu juga memperlihatkan lekuk body tubuhnya  yang sekal menggairahkan.
  Penampilannya yang aduhai ini tentu mengundang pikiran buruk para  laki-laki, dari yang sekedar menikmati kemolekan tubuhnya sampai yang  berhasrat ingin menggagahinya. Salah satunya adalah Parno, si tukang  becak yang mangkal di depan gang rumah Riska. Parno, pria berusia 40  tahunan itu, memang seorang pria yang berlibido tinggi, birahinya sering  naik tak terkendali apabila melihat gadis-gadis cantik dan seksi  melintas di hadapannya.
  Sosok pribadi Riska memang cukup supel dalam bergaul dan sedikit genit  termasuk kepada Parno yang sering mengantarkan Riska dari jalan besar  menuju ke kediaman Riska yang masuk ke dalam gang.
  Suatu sore, Riska pulang dari sekolah. Seperti biasa Parno mengantarnya  dari jalan raya menuju ke rumah. Sore itu suasana agak mendung dan hujan  rintik-rintik, keadaan di sekitar juga sepi, maklumlah daerah itu  berada di pinggiran kota YK. Dan Parno memutuskan saat inilah kesempatan  terbaiknya untuk melampiaskan hasrat birahinya kepada Riska. Ia telah  mempersiapkan segalanya, termasuk lokasi tempat dimana Riska nanti akan  dikerjai. Parno sengaja mengambil jalan memutar lewat jalan yang lebih  sepi, jalurnya agak jauh dari jalur yang dilewati sehari-hari karena  jalannya memutar melewati areal pekuburan.
  "Lho koq lewat sini Pak?", tanya Riska. "Di depan ada kawinan, jadi jalannya ditutup", bujuk Parno sambil terus mengayuh becaknya.
  Dengan sedikit kesal Riska pun terpaksa mengikuti kemauan Parno yang  mulai mengayuh becaknya agak cepat. Setelah sampai pada lokasi yang  telah direncanakan Parno, yaitu di sebuah bangunan tua di tengah areal  pekuburan, tiba-tiba Parno membelokkan becaknya masuk ke dalam gedung  tua itu.
  "Lho kenapa masuk sini Pak?", tanya Riska. "Hujan..", jawab Parno sambil menghentikan becaknya tepat di  tengah-tengah bangunan kuno yang gelap dan sepi itu. Dan memang hujan  pun sudah turun dengan derasnya.
  Bangunan tersebut adalah bekas pabrik tebu yang dibangun pada jaman  belanda dan sekarang sudah tidak dipakai lagi, paling-paling sesekali  dipakai untuk gudang warga. Keadaan seperti ini membuat Riska menjadi  semakin panik, wajahnya mulai terlihat was-was dan gelisah.
  "Tenang.. Tenang.. Kita santai dulu di sini, daripada basah-basahan sama  air hujan mending kita basah-basahan keringat..", ujar Parno sambil  menyeringai turun dari tempat kemudi becaknya dan menghampiri Riska yang  masih duduk di dalam becak.
  Bagai tersambar petir Riskapun kaget mendengar ucapan Parno tadi.
  "A.. Apa maksudnya Pak?", tanya Riska sambil terbengong-bengong. "Non cantik, kamu mau ini?" Parno tiba-tiba menurunkan celana  komprangnya, mengeluarkan penisnya yang telah mengeras dan membesar.
  Riska terkejut setengah mati dan tubuhnya seketika lemas ketika melihat pemandangan yang belum pernah dia lihat selama ini.
  "J.. Jaangan Pak.. Jangann.." pinta Riska dengan wajah yang memucat.
  Sejenak Parno menatap tubuh Riska yang menggairahkan, dengan posisinya  yang duduk itu tersingkaplah dari balik rok abu-abu seragam SMU-nya  kedua paha Riska yang putih bersih itu. Kaos kaki putih setinggi betis  menambah keindahan kaki gadis itu. Dan di bagian atasnya, kedua buah  dada ranum nampak menonjol dari balik baju putih seragamnya yang  berukuran ketat.
  "Ampunn Pak.. Jangan Pak..", Riska mulai menangis dalam posisi duduknya  sambil merapatkan badan ke sandaran becak, seolah ingin menjaga jarak  dengan Parno yang semakin mendekati tubuhnya.
  Tubuh Riska mulai menggigil namun bukan karena dinginnya udara saat itu,  tetapi tatkala dirasakannya sepasang tangan yang kasar mulai menyentuh  pahanya. Tangannya secara refleks berusaha menampik tangan Parno yang  mulai menjamah paha Riska, tapi percuma saja karena kedua tangan Parno  dengan kuatnya memegang kedua paha Riska.
  "Oohh.. Jangann.. Pak.. Tolongg.. Jangann..", Riska meronta-ronta dengan  menggerak-gerakkan kedua kakinya. Akan tetapi Parno malahan semakin  menjadi-jadi, dicengkeramnya erat-erat kedua paha Riska itu sambil  merapatkan badannya ke tubuh Riska.
  Riska pun menjadi mati kutu sementara isak tangisnya menggema di dalam  ruangan yang mulai gelap dan sepi itu. Kedua tangan kasar Parno mulai  bergerak mengurut kedua paha mulus itu hingga menyentuh pangkal paha  Riska. Tubuh Riska menggeliat ketika tangan-tangan Parno mulai  menggerayangi bagian pangkal paha Riska, dan wajah Riska menyeringai  ketika jari-jemari Parno mulai menyusup masuk ke dalam celana dalamnya.
  "Iihh..", pekikan Riska kembali menggema di ruangan itu di saat jari Parno ada yang masuk ke dalam liang vaginanya.
  Tubuh Riska menggeliat kencang di saat jari itu mulai mengorek-ngorek  lubang kewanitaannya. Desah nafas Parno semakin kencang, dia nampak  sangat menikmati adegan 'pembuka' ini. Ditatapnya wajah Riska yang  megap-megap dengan tubuh yang menggeliat-geliat akibat jari tengah Parno  yang menari-nari di dalam lubang kemaluannya.
  "Cep.. Cep.. Cep..", terdengar suara dari bagian selangkangan Riska.  Saat ini lubang kemaluan Riska telah banjir oleh cairan kemaluannya yang  mengucur membasahi selangkangan dan jari-jari Parno.
  Puas dengan adegan 'pembuka' ini, Parno mencabut jarinya dari lubang  kemaluan Riska. Riska nampak terengah-engah, air matanya juga meleleh  membasahi pipinya. Parno kemudian menarik tubuh Riska turun dari becak,  gadis itu dipeluknya erat-erat, kedua tangannya meremas-remas pantat  gadis itu yang sintal sementara Riska hanya bisa terdiam pasrah, detak  jantungnya terasa di sekujur tubuhnya yang gemetaran itu. Parno juga  menikmati wanginya tubuh Riska sambil terus meremas remas pantat gadis  itu.
  Selanjutnya Parno mulai menikmati bibir Riska yang tebal dan sensual  itu, dikulumnya bibir itu dengan rakus bak seseorang yang tengah  kelaparan melahap makanan.
  "Eemmgghh.. Mmpphh..", Riska mendesah-desah di saat Parno melumat  bibirnya. Dikulum-kulum, digigit-gigitnya bibir Riska oleh gigi dan  bibir Parno yang kasar dan bau rokok itu. Ciuman Parno pun bergeser ke  bagian leher gadis itu. "Oohh.. Eenngghh..", Riska mengerang-ngerang di saat lehernya dikecup dan dihisap-hisap oleh Parno.
  Cengkeraman Parno di tubuh Riska cukup kuat sehingga membuat Riska sulit  bernafas apalagi bergerak, dan hal inilah yang membuat Riska pasrah di  hadapan Parno yang tengah memperkosanya. Setelah puas, kini kedua tangan  kekar Parno meraih kepala Riska dan menekan tubuh Riska ke bawah  sehingga posisinya berlutut di hadapan tubuh Parno yang berdiri tegak di  hadapannya. Langsung saja oleh Parno kepala Riska dihadapkan pada  penisnya.
  "Ayo.. Jangan macam-macam non cantik.. Buka mulut kamu", bentak Parno sambil menjambak rambut Riska.
  Takut pada bentakan Parno, Riska tak bisa menolak permintaannya. Sambil  terisak-isak dia sedikit demi sedikit membuka mulutnya dan segera saja  Parno mendorong masuk penisnya ke dalam mulut Riska.
  "Hmmphh..", Riska mendesah lagi ketika benda menjijikkan itu masuk ke  dalam mulutnya hingga pipi Riska menggelembung karena batang kemaluan  Parno yang menyumpalnya. "Akhh.." sebaliknya Parno mengerang nikmat. Kepalanya menengadah keatas  merasakan hangat dan lembutnya rongga mulut Riska di sekujur batang  kemaluannya yang menyumpal di mulut Riska.
  Riska menangis tak berdaya menahan gejolak nafsu Parno. Sementara kedua  tangan Parno yang masih mencengkeram erat kepala Riska mulai  menggerakkan kepala Riska maju mundur, mengocok penisnya dengan mulut  Riska. Suara berdecak-decak dari liur Riska terdengar jelas diselingi  batuk-batuk.
  Beberapa menit lamanya Parno melakukan hal itu kepada Riska, dia nampak  benar-benar menikmati. Tiba-tiba badan Parno mengejang, kedua tangannya  menggerakkan kepala Riska semakin cepat sambil menjambak-jambak rambut  Riska. Wajah Parno menyeringai, mulutnya menganga, matanya terpejam erat  dan..
  "Aakkhh..", Parno melengking, croot.. croott.. crroott..
  Seiring dengan muncratnya cairan putih kental dari kemaluan Parno yang  mengisi mulut Riska yang terkejut menerima muntahan cairan itu. Riska  berusaha melepaskan batang penis Parno dari dalam mulutnya namun  sia-sia, tangan Parno mencengkeram kuat kepala Riska. Sebagian besar  sperma Parno berhasil masuk memenuhi rongga mulut Riska dan mengalir  masuk ke tenggorokannya serta sebagian lagi meleleh keluar dari  sela-sela mulut Riska.
  "Ahh", sambil mendesah lega, Parno mencabut batang kemaluannya dari mulut Riska.
  Nampak batang penisnya basah oleh cairan sperma yang bercampur dengan  air liur Riska. Demikian pula halnya dengan mulut Riska yang nampak  basah oleh cairan yang sama. Riska meski masih dalam posisi terpaku  berlutut, namun tubuhnya juga lemas dan shock setelah diperlakukan Parno  seperti itu.
  "Sudah Pak.. Sudahh.." Riska menangis sesenggukan, terengah-engah  mencoba untuk 'bernego' dengan Parno yang sambil mengatur nafas berdiri  dengan gagahnya di hadapan Riska.
  Nafsu birahi yang masih memuncak dalam diri Parno membuat tenaganya  menjadi kuat berlipat-lipat kali, apalagi dia telah menenggak jamu super  kuat demi kelancaran hajatnya ini sebelumnya. Setelah berejakulasi  tadi, tak lama kemudian nafsunya kembali bergejolak hingga batang  kemaluannya kembali mengacung keras siap menerkam mangsa lagi.
  Parno kemudian memegang tubuh Riska yang masih menangis terisak-isak.  Riska sadar akan apa yang sebentar lagi terjadi kepadanya yaitu sesuatu  yang lebih mengerikan. Badan Riska bergetar ketika Parno menidurkan  tubuh Riska di lantai gudang yang kotor itu, Riska yang mentalnya sudah  jatuh seolah tersihir mengikuti arahan Parno.
  Setelah Riska terbaring, Parno menyingkapkan rok abu-abu seragam SMU  Riska hingga setinggi pinggang. Kemudian dengan gerakan perlahan, Parno  memerosotkan celana dalam putih yang masih menutupi selangkangan Riska.  Kedua mata Parno pun melotot tajam ke arah kemaluan Riska. Kemaluan yang  merangsang, ditumbuhi rambut yang tidak begitu banyak tapi rapi  menutupi bibir vaginanya, indah sekali.
  Parno langsung saja mengarahkan batang penisnya ke bibir vagina Riska.  Riska menjerit ketika Parno mulai menekan pinggulnya dengan keras,  batang penisnya yang panjang dan besar masuk dengan paksa ke dalam liang  vagina Riska.
  "Aakkhh..", Riska menjerit lagi, tubuhnya menggelepar mengejang dan wajahnya meringis menahan rasa pedih di selangkangannya.
  Kedua tangan Riska ditekannya di atas kepala, sementara ia dengan sekuat  tenaga melesakkan batang kemaluannya di vagina Riska dengan kasar dan  bersemangat.
  "Aaiihh..", Riska melengking keras di saat dinding keperawanannya  berhasil ditembus oleh batang penis Parno. Darah pun mengucur dari  sela-sela kemaluan Riska. "Ohhss.. Hhsshh.. Hhmmh.. Eehhghh.." Parno mendesis nikmat.
  Setelah berhasil melesakkan batang kemaluannya itu, Parno langsung menggenjot tubuh Riska dengan kasar.
  "Oohh.. Oogghh.. Oohh..", Riska mengerang-ngerang kesakitan. Tubuhnya  terguncang-guncang akibat gerakan Parno yang keras dan kasar. Sementara  Parno yang tidak peduli terus menggenjot Riska dengan bernafsu. Batang  penisnya basah kuyup oleh cairan vagina Riska yang mengalir deras  bercampur darah keperawanannya.
  Sekitar lima menit lamanya Parno menggagahi Riska yang semakin kepayahan  itu, sepertinya Parno sangat menikmati setiap hentakan demi hentakan  dalam menyetubuhi Riska, sampai akhirnya di menit ke-delapan, tubuh  Parno kembali mengejang keras, urat-uratnya menonjol keluar dari  tubuhnya yang hitam kekar itu dan Parno pun berejakulasi.
  "Aahh.." Parno memekik panjang melampiaskan rasa puasnya yang tiada tara  dengan menumpahkan seluruh spermanya di dalam rongga kemaluan Riska  yang tengah menggelepar kepayahan dan kehabisan tenaga karena tak  sanggup lagi mengimbangi gerakan-gerakan Parno.
  Dan akhirnya kedua tubuh itupun kemudian jatuh lunglai di lantai  diiringi desahan nafas panjang yang terdengar dari mulut Parno. Parno  puas sekali karena telah berhasil melaksanakan hajatnya yaitu memperkosa  gadis cantik yang selama ini menghiasi pandangannya dan menggoda  dirinya.
  Setelah rehat beberapa menit tepatnya menjelang Isya, akhirnya Parno  dengan becaknya kembali mengantarkan Riska yang kondisinya sudah lemah  pulang ke rumahnya. Karena masih lemas dan akibat rasa sakit di  selangkangannya, Riska tak mampu lagi berjalan normal hingga Parno  terpaksa menuntun gadis itu masuk ke dalam rumahnya.
  Suasana di lingkungan rumah yang sepi membuat Parno dengan leluasa  menuntun tubuh lemah Riska hingga sampai ke teras rumah dan kemudian  mendudukkannya di kursi teras. Setelah berbisik ke telinga Riska bahwa  dia berjanji akan datang kembali untuk menikmati tubuhnya yang molek  itu, Parno pun kemudian meninggalkan Riska dengan mengayuh becaknya  menghilang di kegelapan malam, meninggalkan Riska yang masih terduduk  lemas di kursi teras rumahnya.
  TAMAT             Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Terjebak permainan               Apr 1st 2013, 15:48                                               Namaku Nina, saat ini aku sedang kuliah semester akhir di salah  satu perguruan tinggi swasta di kota Bandung. Saat kejadian itu  menimpaku, aku sedang duduk di semester dua. Sebenarnya seluruh  keluargaku tinggal di kota Jakarta, dan mereka agak keberatan jika aku  harus kuliah di luar kota, tapi saat itu aku sudah bertekad untuk  belajar hidup mandiri hingga akhirnya mereka mengijinkan aku untuk  melanjutkan studi di kota tersebut.
   Di Bandung aku tinggal di sebuah kos putri yang letaknya tidak begitu  jauh dari kampusku. Aku tinggal bersama seorang temanku yang aku kenal  di kampus. Namanya Lenny, dia gadis berdarah Sunda asli. Padahal dia  bisa saja tinggal di rumahnya yang juga berada di kota Bandung, tapi  menurutnya dia ingin lebih bisa berkonsentrasi dengan kuliahnya, jadi  dia memutuskan untuk tinggal di kos bersamaku.
  Lenny adalah gadis yang sangat pintar dan juga sopan, begitu sopannya  sampai-sampai dia tidak pernah mengenakan pakaian yang seksi atau  sedikit terbuka saat bepergian atau berangkat kuliah, padahal menurutku  wajah Lenny sangat cantik, rambutnya panjang dan hitam dengan kulit  tubuh yang putih mulus, layaknya gadis gadis Sunda pada umumnya,  sementara postur tubuhnya juga sangat bagus dan proporsional,  pinggangnya ramping didukung oleh kedua belah kakinya yang jenjang,  apalagi Lenny juga memiliki payudara yang besar, mungkin dua kali lebih  besar daripada buah dadaku. Pokoknya, jika saja Lenny mau berdandan dan  sedikit mengubah penampilannya, dia bisa menjadi salah satu gadis  tercantik di tempat kuliahku.
  Untuk memenuhi kebutuhanku agar tidak terlalu mengandalkan uang kiriman  dari orang tuaku, aku memutuskan untuk kuliah sambil bekerja paruh waktu  di salah satu club billiard yang cukup besar dan eksklusif di kota  Bandung. Aku bekerja menjadi salah seorang penjaga meja, sekaligus  merangkap pramusaji di club tersebut, kadang kadang aku merasa sangat  lelah dan letih, apalagi jika aku harus terpaksa pulang larut malam dari  tempat kerja. Tapi tidak apalah, yang penting aku bisa mempunyai cukup  uang dan dapat memenuhi kebutuhanku sendiri tanpa harus mengandalkan  kiriman uang dari orang tuaku, lagipula aku sudah bertekad untuk belajar  hidup mandiri.
  Singkat cerita, hari itu aku sedang bingung, karena besok adalah hari  terakhir waktu pembayaran uang semester, padahal kiriman dari orang tua  belum juga sampai ke rekeningku, dan saat gajianku masih seminggu lagi,  sementara uang tabunganku sudah habis untuk keperluan dan biaya hidupku  sehari-hari hingga sore itu aku benar benar pusing memikirkannya.  Akhirnya, kuberanikan diri untuk meminjam uang ke club tempat aku  bekerja, tapi perusahaan tidak dapat mengabulkan permohonanku dengan  alasan saat itu tidak ada dana yang tersedia karena seluruh uang yang  ada sudah disetorkan ke pemiliknya.
  Malam itu, dengan perasaan sedih dan bingung, aku berkemas untuk pulang  kembali ke kosku. Saat itu jam kerjaku memang telah selesai. Aku  berjalan lunglai dari ruangan karyawan, bingung memikirkan nasibku  besok, saat kulihat Lenny sudah menungguku di ruang tunggu
  "Gimana Nin? Dapat pinjaman uangnya?" tanya Lenny. "Nggak bisa Len.. Nggak apa-apa deh, besok gua minta keringanan aja dari kampus" ujarku dengan nada lemas. "Elu sendiri, dari mana.? Tumben mampir ke sini?" tambahku sambil  melihat ke arah jam tanganku, saat itu sudah hampir jam sepuluh malam,  tidak biasanya Lenny berani keluar malam-malam, pikirku heran. "Gua abis dari mall di depan, ngecek ATM, siapa tahu kiriman gua udah  sampai, buat nalangin bayaran elu, tapi ternyata belum sampai.." ujar  Lenny dengan nada menyesal. "Thanks banget untuk usaha lu Len." ujarku sambil mengajaknya pulang.
  Kami berdua berjalan melewati ruangan billiard. Saat itu di sana masih  ada empat orang tamu yang sedang bermain ditemani oleh manajerku, mereka  adalah teman-teman dari pemilik club tersebut, jadi walaupun club  tersebut sudah tutup, mereka tetap dapat bebas bermain. Aku sempat  berpamitan dengan mereka sebelum aku kembali berjalan menuju pintu  keluar saat tiba-tiba salah seorang dari mereka memanggilku..
  "Nin.., Temenin kita main dong..!" serunya. "Kita taruhan. Berani nggak?" tambah temannya sambil melambaikan tangannya ke arahku.
  Aku tertegun sejenak sambil menatap bengong ke arah mereka. Rupanya  mereka sedang berjudi, dan mereka mengajakku untuk bergabung. Wah, boleh  juga nih. Siapa tahu menang.., pikirku.
  "Taruhannya apa? Saya lagi tidak bawa uang banyak..!" seruku, sementara kulihat Pak Dicky manajerku, berjalan menghampiriku. "Gampang.., kalau kamu bisa menang, satu game kami bayar lima ratus  ribu, tapi kalau kamu kalah, nggak perlu bayar, kamu cuma harus buka  baju aja, kita main sepuluh game.. Setuju?" seru salah seorang dari  mereka.
  Aku terkesiap mendengar tantangannya, kulirik Lenny yang saat itu sudah  berada di depan pintu keluar, dia tampak menggelengkan kepalanya, sambil  memberi tanda kepadaku, agar aku cepat-cepat meninggalkan club  tersebut.
  "Brengsek! Nggak mau..!" ujarku sambil membalikkan tubuhku. Bisa-bisa  aku telanjang kalau dalam sepuluh game itu aku kalah terus, pikirku  dengan sebal. Tapi tiba-tiba langkahku terhenti saat tangan manajerku  menahan pundakku. "Terima aja Nin, kamu kan lagi butuh uang, lagipula mereka nggak begitu jago kok..!" ujar manajerku berusaha membujuk. "Tapi Pak..!" jawabku dengan nada bingung, sebenarnya aku mulai tertarik  untuk memenuhi tantangan mereka, dengan harapan aku bisa memenangkan  seluruh game, lagipula aku benar benar membutuhkan uang tersebut. "Sudahlah.! Kalau kamu bersedia nanti saya kasih tambahan uang, lagipula  nggak enak menolak tamu-tamu bos.." ujarnya sambil terus membujukku. "Oke.. Tapi kalau saya kalah terus gimana?" tanyaku kepada mereka. "Tenang aja, kamu hanya lepas baju aja kok! Kami janji nggak akan  berbuat macam macam..!" seru orang yang berada paling dekat denganku. "Baik.. Tapi janji.. Tidak akan macam macam!" jawabku memastikan  perkataan mereka, sementara Lenny langsung berjalan menghampiriku. "Lu udah gila apa Nin..! Gua ngga setuju!" serunya dengan nada marah. "Tenang aja Len, elu duduk aja di sana, nungguin gua..! Oke?" ujarku sambil menunjuk ke arah sofa yang berada di pojok ruangan. "Tapi Nin?" ujar Lenny dengan wajah ketakutan. "Udah, nggak apa-apa, elu nggak perlu takut.." sanggahku sambil  tersenyum menenangkan hatinya, akhirnya Lenny pun berjalan dan duduk di  sofa tersebut.
  Sudah lima game berjalan, aku menang dua kali dan kalah tiga kali,  membuat aku harus menanggalkan jaket, blouse dan celana panjang yang  kukenakan hingga saat itu hanya tersisa bra dan celana dalam saja yang  masih melekat di tubuhku. Jangan sampai kalah lagi, ujarku dalam hati,  dua kali lagi aku kalah, maka aku akan benar-benar bugil. Pikiranku  mulai panik, sementara di pojok ruangan, Lenny sudah tampak mulai resah  melihat keadaanku.
  Tapi naas. Udara dingin dari AC di ruangan tersebut membuat aku sulit  untuk berkonsentrasi sehingga aku kembali kalah pada game keenam,  membuat mereka langsung bersorak riuh, memintaku untuk segera  menanggalkan bra yang kukenakan. Aku sudah hampir menangis saat itu,  tapi mereka terus memaksaku, maka dengan perasaan berat dan malu,  akhirnya kulepaskan juga bra yang melekat di tubuhku, membuat buah  dadaku langsung mencuat dan terbuka di hadapan mata mereka yang tampak  melotot saat memandang tubuh telanjangku.
  "Sudah.. Sudah, kita berhenti saja, saya menyerah!" seruku memelas  sambil berusaha menutupi tubuh bagian atasku, saat itu aku sudah merasa  sangat malu dan tidak lagi berminat untuk meneruskan taruhan itu. "Nggak bisa..! Perjanjiannya kan sampai kamu telanjang, baru  permainannya selesai..!" protes lawan mainku, akhirnya aku hanya bisa  menuruti kemauannya. "Buka.. Buka..!" sorak mereka saat pada game berikutnya aku kembali kalah dan harus melepas celana dalamku. "Sudah.. Kita batalkan saja taruhannya..!" jeritku sambil meraih  pakaianku dan berlari menjauhi mereka, tapi salah seorang dari mereka  dengan sigap menubrukku dari belakang, membuatku terhempas di atas meja  billiard dengan posisi menelungkup dan laki-laki itu menindihku dari  atas. "Lepaskan..!" teriakku kaget sambil meronta dengan sekuat tenaga, tapi  laki laki itu terus menindihku dengan kuat, membuat aku benar benar  tidak bisa bergerak sama sekali, akhirnya aku terkulai lemah tak berdaya  sambil terus menangis. "Pak dicky..! Tolong saya Pak..!" jeritku sambil menyapukan pandangan mencari manajerku.
  Betapa terkejutnya aku saat kulihat Pak Dicky sedang mendekap tubuh  Lenny sambil tangannya berusaha melucuti pakaian yang melekat di  tubuhnya dibantu oleh tiga orang temannya. Bersamaan dengan itu  kurasakan sesuatu mendesak masuk ke dalam liang kemaluanku. Rupanya saat  itu laki-laki yang berada di atas tubuhku, sudah akan memperkosaku. Dia  menyelipkan batang penisnya dari sela-sela celana dalam yang kukenakan  dan terus menekannya dengan keras, membuat batang kemaluannya makin  terhunjam masuk melewati bibir vaginaku.
  "Jangan.. Ouh..!!" jeritku sambil berusaha menahan pahanya dengan kedua  tanganku, tapi batang kemaluannya terus melesak masuk, sehingga akhirnya  benar-benar terbenam seluruhnya di dalam liang vaginaku. "Jangan keluar di dalam, Pak..!" gumamku pelan sambil menahan tubuhku yang berguncang saat laki-laki itu mulai memompaku. "Oke.. Uh.. Ssh.. Kamu cantik Nina..!" ceracau laki laki itu saat mulai bergerak di dalam tubuhku. "Ouh.. Hh..!" desahku lirih.
  Aku memejamkan mataku, merasakan getaran yang mulai menjalari seluruh  tubuhku, saat pemerkosaku menghentakkan tubuhnya dengan makin cepat,  membuat aku mulai terangsang saat itu, dan tanpa sadar aku pun ikut  menggerakkan pinggulku, berusaha mengimbangi gerakannya.
  Aku memang sudah sering melakukan hubungan badan dengan pacarku sejak  aku masih duduk di bangku SMU, malah kegadisanku telah terenggut oleh  pacarku saat aku masih di kelas satu SMA, dan sejak saat itu kami rutin  melakukan aktifitas seks, sampai akhirnya aku pergi melanjutkan studi di  Bandung, dan sekarang aku kembali merasakan kenikmatan itu setelah  selama satu tahun aku tidak pernah lagi bersetubuh.
  "Ouh.. Shh. Ah." desahku sambil terus menggoyangkan pinggulku.
  Sementara di pojok ruangan, kulihat Lenny sedang berjuang dengan sekuat  tenaga untuk melepaskan diri dari keempat orang yang sedang  menggumulinya. Saat itu keadaan Lenny benar benar sudah sangat  berantakan, kemeja lengan panjang yang di kenakannya sudah terbuka lebar  dan hampir lepas dari tubuhnya, sementara bra yang dikenakannya sudah  tampak setengah terbuka hingga membuat satu payudaranya menyembul  keluar.
  "Jangan.. Jangan.. Lepaskan.. Tolong..!" jeritnya keras sambil berusaha  meronta dan melawan dengan gigih saat seseorang dari mereka mulai  mengangkat rok panjang yang dikenakan oleh Lenny. "Jangan..! Toloong..!" jerit Lenny makin keras sambil  menendang-nendangkan kedua belah kakinya saat mereka mulai menggerayangi  tubuh bagian bawahnya dengan buas. "Hentikann..! Hentikan.!" teriak Lenny putus asa sambil menangis  sejadi-jadinya sementara tangannya berusaha menggapai ke arah bawah,  mencoba menahan tangan-tangan yang sedang melolosi celana dalamnya, tapi  gerakannya tertahan oleh tangan Pak Dicky yang saat itu terus mendekap  tubuh Lenny dari belakang.
  Manajerku itu terus memaksanya untuk tetap berada di dalam pangkuannya,  sambil sesekali meremas dan mempermainkan puting buah dada Lenny.  Beberapa saat kemudian, dua orang dari mereka mengangkat tubuh Lenny  sambil merenggangkan kedua belah kakinya, sementara Pak Dicky tetap  mendekap tubuh Lenny sambil mulai mengarahkan batang kemaluannya ke  sela-sela bibir kemaluan temanku itu.
  Saat itu keadaan Lenny sungguh sangat mengenaskan, pakaian bagian  atasnya sudah terbuka dengan lebar, sementara roknya pun telah  tersingkap sampai sebatas perutnya, dan aku dapat melihat jelas, saat  tubuh Lenny tampak menggeliat hebat ketika kedua orang yang mengangkat  tubuhnya itu mulai menurunkannya dengan perlahan, membuat batang  kemaluan Pak Dicky melesak masuk ke dalam liang vaginanya.
  "Ough..! Jangaan..!" jerit Lenny parau sambil meringis kesakitan ketika vaginanya mulai dijejali oleh kemaluan Pak Dicky.
  Perlahan, kulihat batang kemaluan itu terus melesak masuk sampai  akhirnya lenyap dan terbenam seluruhnya di dalam liang rahim Lenny, saat  itu tubuh Lenny benar-benar telah menyatu dengan tubuh Pak Dicky. Dan  Lenny tampak mengerang kesakitan sambil menggeliatkan tubuhnya.
  "Arghh.. Sakitt.., perihh, lepaskan itu dari tubuhku..!" jerit Lenny  dengan nafas yang tersengal-sengal, dia masih berusaha meronta, ketika  Pak Dicky mulai bergerak di dalam tubuhnya, membuat Lenny makin  menjerit-jerit kesakitan, sampai akhirnya tubuhnya terkulai lemas tak  sadarkan diri di dalam dekapan Pak Dicky.
  Pak Dicky masih terus memompa tubuh Lenny yang pingsan itu dengan kasar,  begitu kasarnya hingga membuat tubuh temanku itu ikut berguncang dengan  hebat. Buah dadanya yang besar tampak menggeletar dan terlempar kesana  kemari saat tubuhnya bergerak naik turun, sementara saat itu aku pun  masih terus digarap oleh laki-laki yang sedang memperkosaku, sampai  akhirnya tubuhku menegang dengan keras.
  "Ohh..!" aku mendesah keras saat telah mencapai orgasme, seluruh sumsum  di tulangku serasa ditarik keluar ketika aku benar-benar telah mencapai  puncak kenikmatan, tapi tiba-tiba aku menjadi panik luar biasa saat  kurasakan penis laki-laki itu berdenyut keras di dalam liang rahimku.
  "Jangan.. Jangan di dalam..! Lepaskan.. Bajingan..!" jeritku putus asa  saat kurasakan cairan hangat membanjiri rongga kemaluanku. Laki-laki itu  telah menyemburkan cairan spermanya di dalam liang rahimku.
  Sesaat kemudian posisinya sudah digantikan oleh temannya, dan aku  kembali diperkosa. Sementara di pojok ruangan, Lenny pun masih terus  digarap oleh mereka, kulihat darah keperawanannya meleleh keluar dari  sela-sela bibir vaginanya, bercampur dengan cairan sperma, saat seorang  dari mereka mulai kembali melesakkan liang vagina Lenny dengan batang  penisnya.
  Malam itu, Aku dan Lenny menjadi piala bergilir, tubuh kami berdua  dikerjai dan diperkosa habis-habisan oleh mereka. Siksaan itu baru  berakhir saat waktu sudah menunjukkan jam empat subuh. Kulihat di  depanku tertumpuk sejumlah uang pecahan seratus ribu. Kuraih uang  tersebut sambil berusaha bangkit dan mengenakan seluruh pakaianku,  setelah itu aku berjalan mendekati tubuh Lenny yang masih meringkuk di  sudut ruangan. Saat itu dia sudah siuman dari pingsannya, dia mengerang  kesakitan sambil menangis meratapi kegadisannya yang telah terenggut  paksa pada malam itu. Kurangkul tubuhnya dan membantunya berjalan  pulang.
 
 
 
 
 
         Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Pemerkosaan Bu Misye               Apr 1st 2013, 15:46                                               Bu Misye dalam perjalanan pulang dari tempat ia bekerja terpaksa  berteduh karena dia tidak membawa jas hujan. Bu Misye berteduh di sebuah  bangunan yang belum jadi namun sudah beratap. Setelah menyandarkan  motornya Bu Misye mencari tepat duduk dan ternyata ada sebuah kursi  panjang. Pakaian yang dikenakan suadah basah semua, Bu Misye sebelumnya  berniat untuk tidak berteduh namun karena hujannya semakin lebat dan  disertai angin dan petir maka ia memutuskan untuk berteduh, walaupun  dalam hatinya cemas karena hari sudah menjelang gelap namun tanda-tanda  hujan akan reda belum muncul.
   Belum lama duduk datang seorang pemuda tanggung yang juga akan berteduh.  Setelah menyandarkan Tiger yang dipakainya, pemuda itu cepat-cepat  masuk ke bangunan yang belum jadi tersebut. Bu Misye pertama agak  khawatir dengan pemuda tersebut namun akhirnya kekhawatirannya akhirnya  hilang karena melihat penampilannya juga keramahannya. Bu Misye melempar  senyum dibalas dengan senyum oleh pemuda tersebut.
  Pemuda tanggung tersebut berkulit putih bersih dan wajah yang diakui  oleh Bu Misye memang tampan. Pemuda tersebut duduk di kursi panjang agak  berjauhan letaknya dengan Bu Misye. "Cuma sendirian Bu?" pemuda tersebut memulai pembicaraan. "Iya Dik" Bu Misye menjawab. "Adik dari mana?" lanjutnya. "Dari rumah teman, sedang Ibu sendiri dari mana?" pemuda itu menyambung. "Dari tempat kerja Dik" Bu Misye menjawab. "Koq sampai sore Ibu, memang tidak dijemput oleh suami atau putra Ibu?" pemuda tersebut kembali bertanya. "Ndak Dik.. walau udah tua Ibu berusaha sendiri lagian anak-anak Ibu udah berkeluarga semua" Bu Misye menyahut. "Eh Adik masih kuliah kelihatannya, nama Adik siapa biar enak kalau  manggilnya" lanjut Bu Misye, walau dalam hatinya dia agak bingung kenapa  harus bertanya namanya. "Iwan Ibu, masih kuliah semester pertama, nama Ibu?" jawab pemuda tersebut. "Misye" jawab Bu Misye. "Ibu umurnya berapa koq ngakunya sudah tua?" Iwan bertanya. "Udah hampir limapuluh Dik Iwan" jawab Bu Misye. "Koq masih keliatan lebih muda dari usia Bu Misye lho?" lanjut Iwan.
  Pembicaraan terhenti sebentar. Baju yang dipakai oleh Bu Misye yang  basah secara jelas mencetak buah dadanya yang sekal terbungkus oleh BH  hitam yang keliatan sangat menantang di usianya. Rambutnya yang teruarai  lurus sebahu tampak basah juga. Kulitnya yang putih tampak titik air  yang masih membasahinya. Iwan terus memandangi tubuh yang Bu Misye. "Tubuh Ibu masih bagus lho, Bu Misye tentu sangat bisa merawat tubuh" tiba-tiba Iwan memecah kesunyian. Bu Misye agak kaget dengan pertanyaan Iwan. Dia agak tersinggung dengan  pertannyan itu apalagi mata Iwan yang tidak lepas dari dadanya. Anak ini  ternyata agak kurang ajar.
  Belum lagi keterkejutannya hilang, Iwan berkata lagi, "Tentu suami Ibu  sangat sengan dengan istri yang secantik dan semolek Bu Misye" Iwan  berkata sambil meremas-remas kemaluannya yang masih dibungkus celananya. Melihat situasi yang kurang baik itu, Bu Misye tidak menjawab, dia  langsung berdiri menuju ke motornya walaupun hujan tampaknya semakin  menjadi-jadi. Namun tangan Iwan lebih dulu menyahut tangan Bu Misye. Bu  Misye semakin marah. "Kau mau apa haa?" hardiknya. "Hujan masih lebat, sedang kita cuma berdua.. saya menginginkan Ibu"  sahut Iwan dengan santainya sambil merangkul Bu Misye dari belakang. "Menginginkan apa?" Bu Misye agak berteriak sambil berusaha melepaskan pelukan Iwan. "Menginginkan tubuh Ibu.." Iwan berkata sambil tangannya beraksi menggerayangi tubuh Bu Misye dari belakang. "Jangan Dik Iwan.. apa kamu nggak merasa umurku.. sebaya dengan ibumu" Bu Misye berusaha untuk mengingatkan. "Justru itu saya suka" Iwan menyahut. Tangan kirinya merangkul Bu Misye dari belakang, tangan kananya berusaha  menyingkap rok yang dipakai Bu Misye setelah tersingkap ke atas Iwan  mengeluarkan penisnya yang sudah keras berdiri. Tak ketinggalan CD yang  dipakai oleh Bu Misye dipelorotkan ke bawah.
  Tangan Iwan meraba-raba memek Bu Misye yang ditumbuhi oleh jembut yang  rimbun. Jarinya berusaha masuk ke lubang kenikmatan Bu Misye. "Dik Iwan.. To.. long.. hentika.. ka.. ka.. ka.. mu nggak se.. harusnya  mela.. kuka.. ini.. Dik Iwan Iwan.." Bu Misye berusaha mengingatkan lagi  dengan terbata-bata. "Ah.. Jangan.. Dik Iwan.. Ibu.. sudah tua.. ingat.." tambahnya lagi. Iwan tidak menggubris kata-kata Bu Misye jarinya sudah masuk ke vagina  Bu Misye dan bermain-main di dalamnya. Kemudian Iwan berusaha  membalikkan tubuh Bu Misye, setelah itu dengan kasar Iwan mendorong  tubuh molek itu sehingga jatuh terjerebab ke tanah. Dengan posisi duduk  mengkangkang Bu Misye berusaha bangkit lagi dari duduknya. Pahanya yang  mulus tersingkap sampai ke pangkalnya. Pakaian bagian atas acak-acakkan  tampak sebagian kutang warna hitam yang seolah tak mampu menahan volume  buah dada indah Bu Misye.
  Belum sempat berdiri Iwan berkata sambil melepaskan celana dan bajunya,  "Bu Misye, anda berteriakpun tak akan ada orang yang mendengar.. tempat  ini agak jauh dari rumah penduduk sebaiknya Bu Misye tidak usah  macam-macam" "Aku tak kan sudi melayani kamu.. anak muda" Bu Misye setengah berteriak. "Sudah jangan banyak bicara lepaskan pakaianmu.. cepat.. daripada aku  menyakiti Ibu" sahut Iwan sambil melepaskan celana dalamnya, tampak  batang kontolnya yang sudah mengacung keras.
  Airmata Bu Misye mulai berlinang. Dia merasa sangat ketakutan dan galau  hatinya. Dia merasa tak berharga dihadapan anak muda yang pantas menjadi  anaknya. Dia juga merasa menyesal berteduh di tempat itu, dia merasa  juga menyesali pakaian kerja yang sering ia kenakan. Rok yang terlalu  tinggi dan baju yang transparan yang memperlihatkan BHnya yang seakan  tidak muat menahan buah dadanya, sehingga membuat para lelaki yang  menatapnya seolah menelanjanginya. Namun dalam hatinya berkata juga  bahwa baru sekarang dia melihat kemaluan lelaki yang besar, kontol  suaminya tidak sebesar itu. Darahnya berdesir kencang. Belum hilang keterpanaannya sudah dikejutkan oleh suara Iwan lagi, "Cepatt! Sudah nggak tahan nih.." Karena dilanda ketakutan, dengan perlahan tangan Bu Misye melepas satu  persatu kancing bajunya. Tampaklah payudaranya yang dibungkus oleh BH  hitam. "Cepat lepas kutangmu!" bentak Iwan.
  Dalam hati Bu Misye berkata anak muda memang nggak sabaran. Setelah  melepas BHnya, tumpahlah payudara Bu Misye yang masih tampak sekal dan  menggairahkan, puting susunya yang coklat kehitam-hitaman tampak  menantang sekali. Iwan jongkok di dekat Bu Misye tangannya mulai menggerayangi payudara Bu Misye. "Uh.. ah.. ah.." rintih Bu Misye ketika tangan Iwan memilin milin putingnya. Tidak puas memilin-milin mulut Iwan mulai mendarat di pucuk anggur itu.  Lidahnya menari-nari dan ketika dihisap keras-keras Bu Misye hanya bisa  menggigit bibir bagian bawah dan memejamkan matanya. Setelah puas dengan  buah dada Bu Misye Iwan bangkit kemudian mendekatkan kontolnya yang  besar tersebut ke mulut wanita paruh baya yang lemah itu. "Hisap.. Bu Misye" perintahnya. "Cepatt!" bentak Iwan ketika Bu Misye belum juga melakukan apa yang ia kehendaki.
  Akhirnya Bu Misye mengulum batang zakar. Pertama dia melakukan hampir  saja dia muntah karena selama hidupnya dia baru melakukan beberapa kali  dengan suaminya. Bu Misye seakan tidak percaya apa yang dia lakukan  sekarang, dia di tempatnya bekerja adalah orang yang dihormati sedang di  kampungnya dia juga orang yang disegani Ibu-Ibu. Namun pada saat ini  dia sedang melakukan hal yang jorok hingga tentu kehormatannya sebagai  wanita hilang sama sekali.
  Iwan dengan kasar memaju mundurkan kontolnya sehingga terdengar suara  nyaring menggairahkan. Setelah puas Iwan bangkit lagi kemudian di  mengambil posisi ditengah-tengah di antara kaki mulus Bu Misye. Sambil mengelus-elus kontolnya yang sudah sangat keras, Iwan berkata, "Bu Misye lebarkan lagi agar lebih mudah" Hal yang sangat mendebarkan bagi Bu Misye akan terjadi dengan perlahan  Bu Misye membuka lebar kakinya sehingga tampaklah memeknya yang tampak  merekah dengan bibirnya yang agak menggelambir. Perlahan dan pasti Iwan  menuntun kontolnya memasuki lobang kenikmatan Bu Misye. Iwan merasakan  kehangatan memek Bu Misye dan kekencangannya seakan meremas rudal Iwan.  Sebaliknya Bu Misye yang sedari tadi dengan berdebar menantikan hal  tersebut seakan terhenti detak jantungnya ketika ia mulai ditusuk oleh  anak muda ini. Seakan merobek barang paling berharga yang dimilikinya.
  Ketika Iwan mulai mempercepat genjotannya tampaknya Bu Misye juga sudah  mulai melambung ke awan. Sementara diluar hujan seakan belum mau  berhenti. Iwan semakin mempercepat genjotannya. Buah dada Bu Misye  tergoncang-goncang kesana-kemari. Bu Misye yang semula pasif sedikit  memberi perlawanan dengan menggoyangkan pantatnya. Tangannya mengepal  memukul lantai, kepalanya bergoyang menahan hawa birahi yang semakin  meninggi.
  Akhirnya Bu Misye tidak kuat menahan cairan yang semula ia  bendung-bendung, lobang memek Bu Misye mengerut kencang ketika dia  mencapai puncak. Bu Misye malu kenapa dia bisa orgame padahal ia tidak  menginginkan itu. Yang lebih membuat dia bertambah malu adalah Iwan  seakan mengetahui hal tersebut. Iwan tersenyum sambil terus mempercepat  genjotannya. Dalam hatinya dia berkata ternyata kau juga merasakan  kenikmatan juga. Dan tampaknya Iwan juga akan sampai ke puncak. Dan  terdengar lenguhan panjang Iwan ketika batang kontolnya ia tancapkan  dalam-dalam sambil merangkul erat Bu Misye keluarlah cairan sperma  membanjiri lobang memek Bu Misye.
  Iwan terkulai lemas diatas tubuh telanjang Bu Misye jiwa mereka seolah melayang sejenak. Setelah itu Iwan bangkit dan mengambil pakaiannya sambil berkata, "Bu  Misye berpakaianlah, tampaknya hujan sudah mulai reda, memek Ibu ueenak  sekali, terima kasih ya Bu Misye". Bu Misye menatap Iwan dalam hatinya bercampur antara marah, gundah,  galau. Namun satu hal yang dia tidak pungkiri bahwa dia juga menikmati  perkosaan yang dilakukan Iwan.
  Akhirnya Bu Misye memunguti pakaian kemudian mengenakannya kembali. Mereka berjalan ke arah motor mereka tanpa bersuara. Tampaknya hujan sudah reda. Bu Misye menghidupkan mesin motornya, namun ia dihentikan lagi oleh Iwan. Iwan berkata, "Bu Misye saya minta maaf akan kelancangan saya, saya tidak bisa menahan gejolak nafsu saya.." Bu Misye tak menjawab. Ia hanya menatap wajah Iwan dengan mata yang  berkaca-kaca. Iwan diam kemudian Iwan mendekatkan wajahnya dan ciuman  hangat ia daratkan ke bibir Bu Misye. Pertama Bu Misye diam namun  akhirnya Bu Misye membalas ciuman tersebut. Lidah mereka saling  bertautan. Sejenak kemudian Bu Misye tersadar dan melepaskan ciuman  tersebut kemudian melajukan kendaraannya.
  Iwan hanya terdiam terpaku kemudian menaiki kendaraannya ke arah yang  berlawanan. Bu Misye menerobos hujan rintik-rintik dengan perasaan yang  sebenarnya terpuaskan.         Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Nafsu Bapak Mertua               Apr 1st 2013, 15:45                                               
 
 Namaku Santi. Cerita ini hanya pembaca yang tahu, bahkan suamiku tidak tahu. Aku  telah menikah dengan Rudi dan telah memiliki anak satu. Suatu saat  orang tua Rudi datang kerumah kami di kawasan Depok. Ibu Rudi ada  keperluan ke rumah adiknya dikawasan jakarta barat,namun suaminya tampak  lelah. Sehingga mengajak Rudi untuk mengantarkannya menjenguk adiknya.  Tinggalah  aku, anaknya dan bapak mertua dalam satu rumah. Waktu itu cuaca  mendung. Anakku belum pulang, pamitnya mau kerja kelompok ke tempat  temannya. â€Å“Pak, diminum dulu kopinya†ujarku sambil menyuguhkan kopi bapak mertuaku di ruang tamu.  â€Å“O  iya terimakasih, San.†sambil menutup koran yang dia baca. Aku  menemani dia sebentar bincang bincang tentang perkembangan sekolah  cucunya. Hawa yang mendung membuat badanku gerah. Lalu aku pamit  kebelakang dulu ingin mandi sebentar. â€Å“Pak, saya kebelakang dulu ya, udah sore mau mandi dulu.â€pamitku.  â€Å“Iya San, sana mandi dulu aja.†Jawabnya. Aku  jalan kebelakang, mengambil handuk. Ketika aku mau masuk ke kamar  mandi, aku melihat bapak menutup pintu depan, mungkin karena cuaca mau  hujan pikirku. Aku mulai mandi,  satu persatu pakaianku ku lepas. Saat sedang menyabuni badan, tiba tiba  bapak mengetuk pintu dan bicara dari luar. â€Å“San bapak mau pinjam sarung, simpen dimana?†â€Å“O,  dikamarku, ntar aja pak, Santi yang ngambilin.†Dalam hatiku, waduh  jangan sampai ngambil sendiri, soalnya dikamar ada Hp-ku. Kadang Arman  mantanku, masih sering sms, aku takut ketahuan. Akhirnya  buru-buru setelah aku mandi, ku balut tubuhku dengan handuk. Karena tak  sempat menggunakan celana jeans dan kaos. Aku segera menuju kamar. â€Å“Eh San, ini apaan?â€ternyata bapak sudah dikamarku sambil membukabuka Hp-ku. Waduh kacau nih. â€Å“Ini kamu ama Rudi? Kok kayaknya bukan deh…†bapak menunjukkan video aku sedang bermesraan dengan Arman.  â€Å“Anu, eh..dia mantanku dulu, cuman belum kehapus pakâ€terpaksa aku jujur. â€Å“Berarti kamu dulu waktu nikah udah gak perawan ya…?â€tanya bapak sambil mendekatiku. â€Å“Bapak harus kasih tau Rudi, kasian dia, dia harus tau yang sebenarnya.†Sambil berjalan menuju keluar. Aku segera menarik tangannya,â€Jangan pak, jangan kasih tau mas Rudi, tolong pak…lagi pula itu dulu sebelum nikahâ€.  â€Å“Ok,  ok, kalau gitu ada ada syaratnyaâ€kata bapak sambil berbalik  menatapku.â€Tolong pijetin bapak, kemarin capek jalan jauh, mau gak?†Dalam  hatiku, ini orang cari kesempatan, sebenernya aku juga tau dia juga  pernah selingkuh, dan dulu pernah berantem dengan ibu mertua. Tapi aku  pikir, gak ada salahnya sekali kali berbakti ama mertua â€Å“Ya udah,  bapak tiduran aja disituâ€. Aku  duduk dipinggir kasur, mulai memijat tangannya. Mata bapak melihatku  sambil tersenyum, aku belum sempat ganti handuk, karena aku ingin cepat  menyelesaikan pijatan ini, sebelum anakku pulang.  â€Å“Kamu tadi mandinya buru-buru ya? Tuh masih ada sabunnya. â€Å“Tiba-tiba tangannya yang lain menyentuh dadaku. â€Å“Ah  bapak jangan pak†aku menepisnya, sambil pindah kearah kakinya. Aku  melihat kearah celana pendek, ada tonjolan, namun aku segera mengalihkan  perhatianku. â€Å“San , itunya juga dipijet, kayak divideo tadi itu lho…†waduh, keterlaluan,pikirku.  â€Å“ Tapi pak…†â€Å“Udah  nih, buruan biar cepet.†Ujarnya sambil melepas celananya, sehingga  tampak penih yang sudah menegang. â€Å“Udah nih, bapak janji gak cerita ke  Rudiâ€. â€Å“Pak, Santi gak mau ah†tiba tiba tangannya menarik kepalaku, mendekatkan mulutku pada penisnya.  Aku  ingin segera menyelesaikan situasi ini, sedikit demi sedikit ku kulum  penisnya yang sudah tegang, aku kulum dan kocok dengan cepat, supaya dia  cepat keluar dan puas. Aku pikir setelah itu aku bisa beres beres dan  keluar dari situasi ini. Sepuluh  menit, bapak mendesah-desah, aku masih konsentrasi dengan penisnya yang  belum klimaks. Tiba-tiba aku merasa tangan bapak meraba dikakiku dan  mulai naik ke pahaku. â€Å“Pak, jangan…†tolakku. â€Å“ San, tolong bapak donk, nanggung nih, biar cepet keluar…â€jawabnya. Akhirnya ku biarkan tangannya bermain di sela pahaku. Biar lah yang penting cepat keluar dan selesai. Tapi  diluar dugaanku, bukannya cepat keluar, tapi tangan bapak makin berani  masuk semakin jauh, hingga menyentuh vaginaku. Aku melirik ke bawah, dan  terkejut, ternyata handukku sudah terbuka, dan wajah bapak tepat di  depan selangkanganku. Aku segera menutupi dengan tanganku, namun ditahan  tangan bapak. Tangan yang satunya nya denga kuat menarik pantatku,  sehingga dengan mudah mulut bapak melumat vaginaku.  Sungguh  geli rasanya. Ketika bibir bapak menyentuh vaginaku dan jemarinya  bermain diselangkangan. Namun aku biarkan, sambil ku percepat kocokan  penisnya, tujuannya cuman satu supaya cepat keluar. Seperempat  jam berlalu, belum keluar juga, yang ada adalah aku yang justru  menggelinjang kegelian. Aku menghentikan sejenak, sambil berbaring.  Namun bapak langsung bangkit dan mencoba membuka handuk di tubuhku, aku  tak kuasa menolak. Kedua tangannya membuka kedua pahaku yang kututup  rapat. Terlalu kuat, memaksa kakiku membuka vaginaku.  â€Å“jangan  pak, aku malu…†pintaku memelas, namu ia tampak tak  menghiraukannya. Sejenak ia menatap bulu lembut vaginaku, mengusapnya  dan dia langsung menciumi vaginaku. â€Å“Akh…pak…jangan†tenagaku  tak kuat melawan. Puas dengan  kuluman di vaginaku, Mertuaku menindih tubuhku menindihku, kedua  tangannya menahan tanganku yang berontak, sementara ujung penisnya  menekan bibir vaginaku. Akhirnya aku tak kuasa melawan, dan sedikit demi  sedikit penis memasuki liang vaginaku. â€Å“  bapak….jangan….â€ucapanku tak dihiraukannya. Mulutnya semakin liar menciumi wajah dan leherku. Kedua payudaraku tak luput dari ciumannya. Aku  pasrah menerima semuanya, pantatku tak bisa menghindari hentakan  penisnya, begitu dalam hingga menyentuh pangkal liang vaginaku.  Mulutku tak bisa berkata apa apa lagi. Bibir bapak terlalu dalam melumat mulutku. Entah  apa yang merasuki mertuaku ini, goyangan demi goyangan menerpa tubuhku,  rasa geli membuat vaginaku bergerak meremas remas batang kemaluan  bapak. Semakin lama aku semakin tak dapat menahan geli yang amat sangat,  rasanya orgasme tinggal sekejap lagi. â€Å“Akh…..pak, akh….oh..† tubuhku serasa menggelinjang, otot vaginaku menjepit penis bapak dengan  kuat.  â€Å“Sudah pak, jangan  …jangan didalam..†Bukannya melepaskanku, malah bapak memelukku,  sambil melumat payudaraku, genjotan penisnya semakin cepat, dan akhirnya  tubuhnya mengejang sambil menekan penisnya dalam vaginaku, terasa  semburan hangat memenuhi liang vaginaku.  Aku  lemas, Keringat kami membasahi ranjang. Segera ku melepaskan diri dari  tubuh mertuaku yang terkulai lemas, dan menuju kamar mandi, entah apa  yang aku pikirkan , mungkin sisa sperma itu akan membuatku hamil.  Sejak  itu aku tak ingin serumah lagi dengan mertuaku. Cukup kejadian itu  menjadikan pelajaran buat kecerobohanku, yang kusimpan sendiri.          Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - hukuman untuk istriku               Apr 1st 2013, 15:43                                               
 
      Hampir 2 tahun sudah aku menikahi  Vani, istriku yang cantik jelita. Waktu kuliah dulu kami sudah pacaran.  Vani adalah bunga kampus yang diperebutkan banyak lelaki. Aku beruntung  bisa mendapatkannya dan menikahinya kini. Rambut sepundak, kulit putih  dan ukuran bra 36B cukuplah membuatku ereksi tiap kali melihatnya hingga  kini. Tapi 2 bulan terakhir perasaanku  terganggu. Vani mulai sering pulang lebih malam dari biasanya dan hampir  tiap minggu ia alasan ke luar kota. Di rumah ia lebih sibuk dengan  BBnya daripada ngobrol denganku suaminya. Suatu ketika ia sedang bekerja dengan  laptopnya di rumah. Saat ia sedang ke kamar kecil, aku mencuri  kesempatan. aku buka file komputernya. Ternyata Vani sedang chatting  dengan seorang pria dan obrolannya sangat mesra. Aku membacanya  terburu-buru, perasaanku tak karuan. Dan menjadi semakin prah ketika aku  membaca obrolannya seperti ini: thanx ya cantik, kemarin di Bandung  enak banget deh. Jadi pingin cek in lagi sama kamu. Ah gila ternyata Vani selingkuh! Aku berusaha menahan diri dan bersikap  seolah tak tahu apa-apa sambil berpikir apa yang harus kulakukan.  Esoknya tiba-tiba terbesit sebuah rencana gila. Aku tak ingin terjadi  pertengkaran apalagi melabrak laki-laki itu. Tak ada gunanya! Aku cuma  ingin beri pelajaran buat istriku. Aku segera mengontak beberapa  kawan-kawan lamaku dulu. Joko, Doni, Robi, Boncel. Kami dulu doyan  sekali pesta seks semasa kuliah. Dan kini aku akan kontak mereka lagi  untuk rencanaku memberi pelajaran buat istriku yang selingkuh. Sebuah  rencana untuk memperkosa istriku bergiliran! Rencananya: aku akan ngajak istriku  Vani untuk cek in di sebuah hotel. lalu aku akan berpura-pura keluar  untuk beli rokok. 15 menit kemudian kawan-kawanku akan masuk kamarku dan  kemudian segera menggarap istirku. Seusai rencana, pada hari Sabtu aku berhasil ngajak Vani cek in sebuah hotel di Jakarta Utara.
  "Sekali-kali bulan madu lagi  dong sayang" kataku genit. Vani rupanya menyambut gembira ide ini. aku  cek in sekitar jam 14.00 dan bermesraan sebentar dengannya.   1 jam kemudian rencana mulai  dijalankan. Joko dan lainnya sudah menunggu di lobby. Aku ijin untuk  keluar beli rokok. Kebetulan di hotel ini pintu kamarnya tak dilengkapi  dengan lubang pengintip. Jadi kalao ada tamu yang ketok pintu, Vani tak  bisa melihat siapa di luar.    Aku  keluar dengan alasan beli rokok. Sedangkan Vani aku suruh untuk  berpakaian seksi. "kamu jangan pake baju ya sayang. Pake BH dan CD aja  ato pake lingerie tapi jangan pake daleman. Biar seksi. Ntar papah balik  kita langsung main" pintaku. Vani tersenyum genit seraya setuju dengan  usulku.   Aku turun ke lobby dan melakukan  brifing terakhir dengan Joko, Doni, Roby dan Boncel. Mereka sudah  menyiapkan sebuah lap dan obat bius. Rencananya nanti mereka akan  mengetok pintu kamarku. Vani pasti mengira itu aku. Ia sudah kusuruh  mengenakan baju seksi. Dan saat buka pintu, Joko cs akan langsung  menyrebu masuk dan membekap Vani dengan obat bius kemudian menggarapnya.   Tok tok tok... pintu diketuk dan tak lama kemudian dibuka pelan. Vani agak ngumpet di balik pintu karena ia cuma memakai tanktop dan CD. Boncel langsung nerobos masuk dan secepat kilat  membungkam Vani dengan obat biusnya. Belum sempat istriku teriak, ia  sudah keburu teler.   Ke 4 pria itu segera menjalankan tugasnya. Mereka membawa Vani duduk di kursi dan mengikat kedua tangannya setelah sebelumnya melepas tanktopnya. Setelah itu Joko memberikan obat  penawar bius yang diolesi di depan hidung Vani. Sekejap Vani terbangun  dan kaget menyadari dirinya sedang terikat tanpa baju dikelilingi 4  bertopeng.   Sebelum sempat teriak, Boncel sudah  mengeluarkan pisau duluan dan mengancam istriku, "heh kamu jangan  teriak, ato kami akan bunuh kamu sekarang juga. Jadi jangan macam2"  bentaknya. Vani yang ketakutan setengah mati langsung menurut. "Pokoknya  lo nikmatin aja, layanin kita2 sampe puas dan jangan teriak ato lapor  siapa2, kecuali lu mau mati sekarang" timpal Doni. Joko kemudian  menutup mata Vani dengan kain hitam. Istriku kini dalam kondisi duduk  terikat tangannya dan matanya ditutup.   Kini giliranku masuk kamar. Ah gila!  Istriku hanya memakai CD yang sudah turun sedengkul dan tanpa BH.  Rancana tahap awal berhasil! Matanya tertutup rapat dan ia tampak  ketakutan. Ini sebuah pemandangan yang menggairahkan. Ke 4 kawanku  sekarang sudah mulai buka celana dan terlihat kontol2 mereka sudah mulai  mengacung keras. Ah permainan segera dimulai! Joko, Doni, Roby, Boncel  mengelilinginya. "heh dengerin ya manis, kalo kamu diem dan nurut kita  juga nggak akan nyakitin kamu. Jadi kamu turutin aja apa yang kita mau"  ancam Boncel yang memang kutunjuk jadi ketua geng perkosaan ini. Vani  didudukan di kursi yang menghadap ke kasur. Joko memulai aksinya dengan  meremas-remas dada Vani dari belakang sambil menciumi pipinya. Aku  dengan leluasa merekam dan memotret semua adegan ini.   "oooohhh..jangaaan, ampuuuuun" Vani  memelas. Tapi sesuai arahan dariku, Boncel mulai membentak "heh lo mau  mati disini? Ni golok udah tinggal sabet aja ke leher lo.. udah lu diem  aja!" bentaknya. Vani kemudian terdiam. Joko melanjutkan aksinya  menggerayangi tubuh istriku. Tiba-tiba Joko menarik CD Vani dengan  kencang. Vani kini bugil sepenuhnya sambil duduk terikat tak berdaya. Aku tahu Vani mulai sangat ketakutan. Tapi justru itu yang membuatku makin terangsang. Aku ingin lihat ia disiksa secara seksual, bergiliran hingga lemas. Aku ingin lihat ia  disetubuhi tanpa henti semalaman, diikat tangannya, kakinya, disodok  memeknya dengan banyak kontol dan dilumuri wajah dan tubuhnya dengan  sperma. Aku ingin lihat Vani dientot bergilir. Doni kini membuka celananya dan terlihat kontolnya yang sudah ngaceng dengan urat-urat di sekelilingnya. Ia berdiri di depan Vani. "ayo manis, isep ni" katanya sambil menjambak  rambut Vani dan menekan kepalanya ke kontol yang sudah keras itu. "mmmmmmmmppfffffff"..... Karna takut, Vani hanya menurut saja dan kini ia sedang menyepong kontol Doni. Aku memotret adegan itu dengan kontolku yang ngaceng juga. Doni menjambak  dan menahan kepala istriku sambil menyodok-nyodok mulut Vani dengan  kontolnya. Aahhh nafsuin sekali! 5 menit kemudian Doni membenamkan  kepala Vani ke kontolnya dan crrooot..crooott.. Doni menyemburkan  spermanya ke mulut istriku. Vani terbatuk batuk dengan mulut belepotan  peju. Aku merekamnya dengan video di hapeku. Kemudian Joko, Roby dan  Boncel juga melakukan hal yang sama. Mereka menggilir mulut Vani dan  memuntahkan peju di mulutnya. Lebih 30 menti istriku disuruh giliran mengoral 4 pria itu dan kini mereka melepaskan tali ikatannya. Aku kembali ngumpet di kamar mandi karena mereka akan membuka tutup mata Vani. Ke 4  pria itu kini kembali memakai masker di wajah agar tak dikenali. Mereka menarik Vani ke ranjang dan  menelentangkan tubuhnya yang telanjang bulat. Joko kembali mengikat  tangan Vani ke dua ujung ranjang dan kakinya. Vani kini terlentang  terikat membentuk huruf X. joko sengaja menarik kencang ikatannya agar  Vani tak bisa berkutik. Ke 4 pria itu mulai menegrubuti istriku. Boncel mulai menciumi wajah Vani  sementara tangannya memilin puting susunya. Sementara Roby dan Doni  menciumi dan menjilati paha Vani sambil mengelus2 paha dan betisnya.  Doni menciumi perut Vani sambil jemarinya menyusup ke bibir vagina dan  memainkan klitoris istriku. Vani kini terlihat meronta-ronta tapi tak  bisa berkutik karena terikat. Sesekali ia teriak, entah menahan sakit  atau menahan nikmat. Yang jelas ia kini sedang dekurubuti oleh 4 pria haus seks. "toloooong..jangan perkosa saya" Vani  berkali-kali memohon. Tapi keempat pria itu semakin brutal memainkan  tubuh istriku. Doni kini bahkan sedang membuka lebar memek istriku. "wah  memek lu lebar banget..lu sering dientot ya?" kata Doni sambil tertawa. Boncel asik meremas dan menggigit  puting susu Vani dengan ganas. "toket lu mantep banget nih, kalo  diestrum pasti bakal asik" katanya. Hampir 15 menit adegan itu berlangsung, Joko kini mengambil posisi di  depan istriku. "ayo manis kita ngentot sekarang," katanya. Joko  memasukkan kontolnya ke liang vagina istriku. "aaahhhhhhhhhhhh  sakiiiiiiit" rintih Vani. Tapi Joko tak peduli. Rintihan itu justru  menambah nafsunya. Pantatnta mulai digenjot, kontolnya mulai memompa  memek istriku. Makin lama makin cepat. Aku melihat Vani hanya bisa  meringis dan kadang membuka mulutnya dan kemudian dikulum oleh mulut  Joko. Setelah dientot hampir 30 menit, akhirnya Joko memuntahkan  spermanya di atas perut istriku.  Ke 3 pria lain segera memperlakukan hal yang sama pada Vani. Ia digilir  habis2an dan disemprot sperma. Doni menyemprotkan spermanya di wajah  istriku dan setelah itu menyuruh istriku untuk membersihkan kontolnya  dengan mulutnya. "ayo isep ni sampe bersih" kata Doni.   Vani kini dilepas ikatannya dan  disuruh berlutut di lantai depan kasur dalam keadaan bugil dan lemas.  Aku mengikuti adegan ini dengan mengintip melalui pintu kamar mandi yang  kubuka sedikit. Kuatir kalau-kalau tutup matanya terlepas. Vani masih  lemas tapi Doni dan Roby menyeretnya. Adegan itu membuatku makin  terangsang. Istriku yang bugil tak berdaya diseret-seret di lantai.  Kebetulan kamar hotel cukup luas karena aku memesan kamar suite. Ia  kemudian disuruh nungging. Aku bisa melihat Vani mulai panik wajahnya. "nah kita mau rasain nikmatnya pantat lo" kata Joko 2 tahun kami menikah Vani memang tak  mau melakukan anal. Kali ini aku akan menyaksikan bagaimana  kontol-kontolkawanku ini menjebol anus istriku satu persatu dan tentunya  aku juga mendapat giliran.  "buka pantat lo cepetaaan" bentak  Roby. Vani kemudian memegang kedua belah pantatnya sambil menariknya  hinggalubang anusnya kini makin jelas terlihat. 4 lelaki itu kemudian  tertawa keras. Aku bisa melihat Vani mulai ketakutan tapi aku semakin  terangsang jadinya. Lalu Boncel membalurkan V Gel di dubur istriku,  cukup banyak tampaknya. Mungkin karena kontol2 besar mereka akan  menembus anus istriku jadi dibutuhkan banyak pelumas. Joko kemudian meraih kedua tangan Vani  dan mengikatnya seperti seekor bebek. "Nikmatin aja ya sayaang.. kita  mau ngerasain pantat seksi lo!" kata Joko. Vani semakin ketakutan dan  lemas. Tak apalah! Aku ngaceng abis melihatnya. Dimulai dengan Roby, pemuda Flores  yang kekar dan punya kontol paling besar ini mulai menggesek2an  kontolnya pada lubang anus istriku. Dan pelan2 kontol gede itu mulai  menerobos anus Vani. Terdengarlah teriakan panjang yang sangat seksi.  Wajah Vani menahan sakit luar biasa, mulutnya menganga dengan wajahnya  ke atas. Ia menahan sakit dan sekaligus nikmat. Roby terus menggenjot kontolnya di anus Vani sambil meremas toketnya dari belakang. Doni yang tak tahan lagi, mengambil posisi di depan istriku dan menjambak rambutnya. "isep ni  kontol sampe keluar ya" bentak Doni. Dan setelah Roby ngecrot, Doni  mengambil posisi nyodok anus Vani, Joko kini yang giliran minta  disepong. Begitu seterusnya bergiliran hingga istriku nyaris pingsan. Doni kemudian melepas ikatan  tangannya. Ia dibiarkan terbaring di lantai dengan peju yang belepotan  di pantat dan mulutnya. Aku semakin ngaceng melihat adegan ini sambel  merekamnyadengan video. "sekarang lu gua kasih pilihan. Kalo  elu lapor polisi, kita udah tau alamat lu dan kita siap culik elu kapan  aja. dan elu pasti bakal malu kan kalo ketauan dapet aib kayak gini?  Udahlah mending lu diem aja, anggep aja ini semua nggak terjadi dan kita  nggak bakal ganggu lo lagi. Gimana?" kata Boncel. Vani hanya diam saja tak berdaya.  "ampuuuunn." katanya lirih. Joko kemudian memerintahkan untuk membawa  Vani ke kamar mandi. "ayo sekarang lu mandi dulu" kata Joko. Istriku  diseret ke kamar mandi dan dimandikan oleh Doni, Joko dan Robi.  Sementara aku dan Boncel menyiapkan siksaan berikutnya: sebuah alat  setrum. Cukup lama mereka memandikan Vani. Ternyata Vani sedang diikat tangannya ke atas shower sambil tubuhnya dilumuri sabun dan dikobel memeknya. "ayo manis sini dimandiin juga dalemnya" kata Joko sambil mengorek vagina istriku. Selsai dimandikan, mata Vani kembali ditutup dan diseret ke kasur. Boncel kembali mengikat tangan dan kaki Vani membentuk huruf X. namun kali ini kaki Vani dibuka lebih lebar. Bahkan  memeknya kini terlihat lebih menganga lebar. Doni kemudian mengambil  kabel2 dengan jepitan di ujungnya. Ia kemudian menjepit puting susu Vani  dan sebagian lagi dijepitkan di bagian klitoris. "nah sekarang kita main main dikit, nggak sakit kok manis" kata Joko. "tadi enak nggak dientot rame-rame?" tanya Boncel. Vani hanya diam saja tak menjawab. Dan kemudian bbzzzzzzzzzzztttt.... aliran listrik mengalir ke sekujur pentil dan klitorisnya. "aaaaaaaawwwwwhhhh" Vani teriak sambil meringis dan menaikkan pantatnya. Toket dan memeknya disterum! "jawab.. enak nggak tadi dientot?" bentak Boncel. "mmmm...iyaaaaenaak" jawab Vani lirih dan disambut tawa kami. "ngemut kontol gue enak nggak?" timpal  Doni dan Vani hanya bisa menjawab pelan "iyaaa enak bang" dan kemudian  aliran listrik kembali menyengatnya. Siksaan ini terus berlangsung hingga  Vani akhirnya lemas dan nyaris pingsan. Tapi aku belum puas. Sebagai  penutup, aku menyuruh mereka untuk kembali memperkosa Vani bergiliran. Pukul 23.00, semuanya selesai dan kami  meninggalkan kamar. Aku juga ikut keluar dan 15 menit kemudian aku  masuk kembali dengan scenario cerita yang sudah kami rancang. Pintu  kamar kuketuk danagak lama baru dibuka. Kulihat Vani dengan wajah kucel,  matanya sembab. Aku pura2 bertanya, "ada apa sayang? Kamu nangis ya?  Maaf papah lama beli rokoknya. Tadi papah dicopet tapi copetnya  ketangkep trus papah harus ke polisi buat laporan. Hape papah lobat jadi nggak bisa telpon" Vani diam saja dan  hanya menjawab "aku..tiba2 nggak enak badan. Aku istriahat aja ya malem  ini?" Akupun mengiyakan dan berlagak bodoh sambil tersenyum kecil. itu hukuman kecil karna kamu selingkuh di belakangku.          Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Ibu Dosen Ku BINAL.               Apr 1st 2013, 13:03                                               Cerita ini bermula pada waktu itu aku lagi kuliah di semester V di salah  satu PTN di Bandung (tepatnya Kampus yang di Sumedang). Ceritanya saat  itu aku lagi putus dengan pacarku dan memang dia tidak tahu diri, sudah  dicintai malah bertingkah, akhirnya dari cerita cintaku cuma berumur 2  tahun saja. Waktu itu aku tinggal berlima dengan teman satu kuliah juga,  kita tinggal serumah atau ngontrak satu rumah untuk berlima. Kebetulan  di rumah itu hanya aku yang laki-laki. Mulanya aku bilang sama kakak  perempuanku, "Sudah, aku pisah rumah saja atau kos di tempat", tapi  kakakku ini saking sayangnya padaku, ya saya tidak diperbolehkan pisah  rumah. Kita pun tinggal serumah dengan tiga teman wanita kakakku.<br  /><br />Ada satu diantara mereka sudah jadi dosen tapi di  Universitas lain di sekitar kampusku, Ibu Yuli namanya. Kita semua  memanggilnya Ibu maklum sudah umur 40 tahun tapi belum juga menikah. Ibu  Yuli bertanya, "Eh, kamu akhir-akhir ini kok sering ngelamun sih,  ngelamunin apa hayo? Jangan-jangan ngelamunin yang itu.."<br  />"Itu apanya Bu?" tanyaku.<br />Memang dalam  kesehari-harianku, Ibu Yuli tahu karena aku sering juga curhat sama dia  karena dia sudah kuanggap lebih tua dan tahu banyak hal. Aku mulai  cerita,<br />"Tahu nggak masalah yang kuhadapi? Sekarang aku baru  putus sama pacarku", kataku.<br />"Oh.. gitu ceritanya, pantesan  aja dari minggu kemarin murung aja dan sering ngalamun sendiri", kata  Ibu Yuli.<br /><br />Begitu dekatnya aku sama Ibu Yuli  sampai suatu waktu aku mengalami kejadian ini. Entah kenapa aku tidak  sengaja sudah mulai ada perhatian sama Ibu Yuli. Waktu itu tepatnya  siang-siang semuanya pada kuliah, aku sedang sakit kepala jadinya aku  bolos dari kuliah. Siang itu tepat jam 11:00 siang saat aku bangun, eh  agak sedikit heran kok masih ada orang di rumah, biasanya kalau  siang-siang bolong begini sudah pada nggak ada orang di rumah tapi kok  hari ini kayaknya ada teman di rumah nih. Aku pergi ke arah dapur.<br  />"Eh Ibu Yuli, nggak ngajar Bu?" tanyaku.<br />"Kamu kok  nggak kuliah?" tanya dia.<br />"Habis sakit Bu", kataku.<br  />"Sakit apa sakit?" goda Ibu Yuli.<br />"Ah.. Ibu Yuli bisa  aja", kataku.<br />"Sudah makan belum?" tanyanya.<br  />"Belum Bu", kataku.<br />"Sudah Ibu Masakin aja sekalian sama  kamu ya", katanya.<br /><br />Dengan cekatan Ibu Yuli  memasak, kita pun langsung makan berdua sambil ngobrol ngalor ngidul  sampai-sampai kita membahas cerita yang agak berbau seks. Kukira Ibu  Yuli nggak suka yang namanya cerita seks, eh tau-taunya dia membalas  dengan cerita yang lebih hot lagi. Kita pun sudah semakin jauh  ngomongnya. Tepat saat itu aku ngomongin tentang perempuan yang sudah  lama nggak merasakan hubungan dengan lain jenisnya.<br />"Apa  masih ada gitu keinginannya untuk itu?" tanyaku.<br />"Enak aja,  emangnya nafsu itu ngenal usia gitu", katanya.<br />"Oh kalau gitu  Ibu Yuli masih punya keinginan dong untuk ngerasain bagaimana hubungan  dengan lain jenis", kataku.<br />"So pasti dong", katanya.<br  />"Terus dengan siapa Ibu untuk itu, Ibu kan belum kawin", dengan  enaknya aku nyeletuk.<br />"Aku bersedia kok", kataku lagi dengan  sedikit agak cuek sambil kutatap wajahnya. Ibu Yuli agak merah pudar  entah apa yang membawa keberanianku semakin membludak dan entah kapan  mulainya aku mulai memegang tangannya. Dengan sedikit agak gugup Ibu  Yuli kebingungan sambil menarik kembali tangannya, dengan sedikit usaha  aku harus merayu terus sampai dia benar-benar bersedia  melakukannya.<br />"Okey, sorry ya Bu, aku sudah terlalu lancang  terhadap Ibu Yuli", kataku.<br />"Nggak, aku kok yang salah  memulainya dengan meladenimu bicara soal itu", katanya.<br  />Dengan sedikit kegirangan, dalam hatiku dengan lembut kupegang lagi  tangannya sambil kudekatkan bibirku ke dahinya. Dengan lembut kukecup  keningnya. Ibu Yuli terbawa dengan situasi yang kubuat, dia menutup  matanya dengan lembut. Juga kukecup sedikit di bawah kupingnya dengan  lembut sambil kubisikkan, "Aku sayang kamu, Ibu Yuli", tapi dia tidak  menjawab sedikitpun.<br /><br />Dengan sedikit agak ragu  juga kudekatkan bibirku mendekati bibirnya. Cup.. dengan begitu  lembutnya aku merasa kelembutan bibir itu. Aduh lembutnya, dengan  cekatan aku sudah menarik tubuhnya ke rangkulanku, dengan sedikit agak  bernafsu kukecup lagi bibirnya. Dengan sedikit terbuka bibirnya  menyambut dengan lembut. Kukecup bibir bawahnya, eh.. tanpa kuduga dia  balas kecupanku. Kesempatan itu tidak kusia-siakan. Kutelusuri rongga  mulutnya dengan sedikit kukulum lidahnya. Kukecup, "Aah.. cup.. cup..  cup.." dia juga mulai dengan nafsunya yang membara membalas kecupanku,  ada sekitar 10 menitan kami melakukannya, tapi kali ini dia sudah dengan  mata terbuka. Dengan sedikit ngos-ngosan kayak habis kerja keras  saja.<br /><br />"Aah.. jangan panggil Ibu, panggil Yuli aja  ya!<br />Kubisikkan Ibu Yuli, "Yuli kita ke kamarku aja  yuk!".<br />Dengan sedikit agak kaget juga tapi tanpa perlawanan  yang berarti kutuntun dia ke kamarku. Kuajak dia duduk di tepi tempat  tidurku. Aku sudah tidak tahan lagi, ini saatnya yang kutunggu-tunggu.  Dengan perlahan kubuka kacing bajunya satu persatu, dengan lahapnya  kupandangi tubuhnya. Ala mak.. indahnya tubuh ini, kok nggak ada sih  laki-laki yang kepengin untuk mencicipinya. Dengan sedikit membungkuk  kujilati dengan telaten. Pertama-tama belahan gunung kembarnya. "Ah..  ssh.. terus Ji", Ibu Yuli tidak sabar lagi, BH-nya kubuka, terpampang  sudah buah kembar yang montok ukuran 34 B. Kukecup ganti-gantian, "Aah..  ssh.." dengan sedikit agak ke bawah kutelusuri karena saat itu dia  tepat menggunakan celana pendek yang kainnya agak tipis dan celananya  juga tipis, kuelus dengan lembut, "Aah.. aku juga sudah mulai  terangsang.<br /><br />Kusikapkan celana pendeknya sampai  terlepas sekaligus dengan celana dalamnya, hu.. cantiknya gundukan yang  mengembang. Dengan lembut kuelus-elus gundukan itu, "Aah.. uh.. ssh..  Biji kamu kok pintar sih, aku juga sudah nggak tahan lagi", sebenarnya  memang ini adalah pemula bagi aku, eh rupanya Yuli juga sudah kepengin  membuka celanaku dengan sekali tarik aja terlepas sudah celana pendek  sekaligus celana dalamku. "Oh.. besar amat", katanya. Kira-kira 18 cm  dengan diameter 2 cm, dengan lembut dia mengelus zakarku, "Uuh.. uh..  shh.." dengan cermat aku berubah posisi 69, kupandangi sejenak  gundukannya dengan pasti dan lembut. Aku mulai menciumi dari pusarnya  terus turun ke bawah, kulumat kewanitaannya dengan lembut, aku berusaha  memasukkan lidahku ke dalam lubang kemaluannya, "Aah.. uh.. ssh.. terus  Biji", Yuli mengerang. "Aku juga enak Yuli", kataku. Dengan lembut di  lumat habis kepala kemaluanku, di jilati dengan lembut, "Assh.. oh..  ah.. Yuli terus sayang", dengan lahap juga kusapu semua dinding lubang  kemaluannya, "Aahk.. uh.. ssh.." sekitar 15 menit kami melakukan posisi  69, sudah kepengin mencoba yang namanya bersetubuh. Kurubah posisi,  kembali memanggut bibirnya.<br /><br />Sudah terasa kepala  kemaluanku mencari sangkarnya. Dengan dibantu tangannya, diarahkan ke  lubang kewanitaannya. Sedikit demi sedikit kudorong pinggulku, "Aakh..  sshh.. pelan-pelan ya Biji, aku masih perawan", katanya. "Haa.." aku  kaget, benar rupa-rupanya dia masih suci. Dengan sekali dorong lagi  sudah terasa licin. Blesst, "Aahk.." teriak Yuli, kudiamkan sebentar  untuk menghilangkan rasa sakitnya, setelah 2 menitan lamanya kumulai  menarik lagi batang kemaluanku dari dalam, terus kumaju mundurkan.  Mungkin karena baru pertama kali hanya dengan waktu 7 menit Yuli..  "Aakh.. ushh.. ussh.. ahhkk.. aku mau keluar Biji", katanya. "Tunggu,  aku juga sudah mau keluar akh.." kataku. Tiba-tiba menegang sudah lubang  kemaluannya menjepit batang kemaluanku dan terasa kepala batang  kemaluanku disiram sama air surganya, membuatku tidak kuat lagi  memuntahkan.. "Crot.. crot.. cret.." banyak juga air maniku muncrat di  dalam lubang kemaluannya. "Aakh.." aku lemas habis, aku tergeletak di  sampingnya. Dengan lembut dia cium bibirku, "Kamu menyesal Biji?"  tanyanya. "Ah nggak, kitakan sama-sama mau." Kami cepat-cepat  berberes-beres supaya tidak ada kecurigaan, dan sejak kejadian itu aku  sering bermain cinta dengan Ibu Yuli hal ini tentu saja kami lakukan  jika di rumah sedang sepi, atau di tempat penginapan apabila kami sudah  sedang kebelet dan di rumah sedang ramai. sejak kejadian itu pada diri  kami berdua mulai bersemi benih-benih cinta, dan kini Ibu Yuli menjadi  pacar gelapku.  cerita asli gan, pengalaman pribadi ane ...                Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               cerita sex -   Rima Siswi SMP Pecah Perawan               Apr 1st 2013, 13:01                                               
 
               Di Cerita Dewasa ini, Rima siswi SMP akhirnya merasakan betapa  nikmatnya sex itu. Ia juga terlena akan betapa mantapnya di entot dari  belakang -- disodomi---. Bahkan pada pengalaman pertamanya, saat ia  harus kehilangan keperawanan, ia tak hanya mendapat jackpot ngentot di  semua lobang yang dimiliki, tapi juga sekaligus 2 lobangnya dimasuki  kontol pacar Rima dan kawannya.
  "Terima kasih sayang aku puas dan sayang sama kamu "katanya lembut. Aku  diam saja sambil merasakan kenikmatan yang baru pertama kali aku  rasakan. Badanku lemes sekali Kulihat di seprai ada bercak merah..darah  keperawananku dan mungkin bercampur dengan sedikit darah dari pantatku  yang mungkin juga sobek karena dirasuki kontol Dino Aku seorang pelajar SMP kelas II, namaku Rima. Kata orang aku cantik,  kulitku kuning, hidungku bangir, sepintas aku mirip Indo. Tinggiku  160cm, ukuran Bhku 34, cukup besar untuk seorang gadis seusiaku. Aku  punya pacar, Dino namanya. Dia kakak kelasku, kami sering ketemu di  sekolah. Dino seorang siswa yang biasa-biasa saja, dia tidak menonjol di  sekolahku. Prestasibelajarnyapun biasa saja. Aku tertarik karena dia  baik padaku. Entah kebaikan yang tulus atau memang ada maunya. Dia juga  mencoba mendekatiku. Di sekolah, aku tergolong populer. Banyak siswa  cowok mencari perhatian padaku. Tapi entah mengapa aku memilih Dino.  Singkatnya, aku pacaran dengan Dino. Banyak teman-teman cewekku  menyayangkannya, padahal masih ada si Anto yang bapaknya pejabat, Si  Danu yang juara kelas, Si Andi yang jago basket, dan lainnya. Entah  mengapa aku tidak menaruh perhatian pada mereka-mereka itu.Aku dan Dino  telah berjalan kurang lebih 6 bulan. Pacaran kami sembunyi-sembunyi, ya  karena kami masih SMP jadi kami masih takut untuk pacaran secara  terang-terangan. Orang tuaku sebenarnya melarangku untuk berpacaran,  masih kecil katanya. Tetapi apabila cinta telah melekat, apapun jadi  nikmat.
  Hari Sabtu sepulang sekolah aku janjian sama Dino. Aku mau nemanin dia  ke rumah temannya. Aku bilang ke orang tua bahwa hari Sabtu aku pulang  telat karena ada les tambahan. Aku berbohong. Di tasku. telah kusiapkan  kaos dan celana panjang dari rumah. Sepulang sekolah, aku ke wc dan  mengganti seragamku dengan baju yang kubawa dari rumah. Dinopun begitu.  Dari sekolah kami yang berada di perbatasan Jakarta Timur dan Selatan,  kami naik bis kearah Cipinang, Jakarta Timur, rumah teman Dino. Sesampai  disana, aku diperkenalkan dengan teman Dino, Agus namanya. Rumahnya  sepi, karena orang tua Agus sedang ke luar kota. Agus juga bersama  pacarnya, Anggi. Pembantunyapun pulang kampung, sesekali kakak Agus yang  telah menikah, datang ke rumah sekalian menengok Agus dan membawakannya  makanan. Kakaknya hari ini sudah datang tadi pagi dan akan datang lagi  besok, demikian kataAgus. Jadi hanya kami berempat di rumah itu. Kami  ngobrol bersama ngalor ngidul.
  Tak lama kemudian, Agus dan Dino pergi ke dapur dan menyiapkan minuman  untuk kami. Aku ngobrol dengan Anggi. Dari Anggi, aku tahu bahwa Agus  telah berhubungan selama kurang lebih 1 tahun. Keduanya satu sekolah,  juga di SMP hanya berlainan dengan sekolahku. 10 menit kemudian, Agus  dan Dino kembali dengan membawa 4 gelas sirup dan dua toples makanan  kecil. Setelah memberikan minuman dan makanan itu, Agus berdiri dan  memutar VCD.Film baru katanya. Aku enggak ngerti, aku pikir film bioskop  biasa. Agus menyilakan kami minum. Aku minum sirup yang diberikannya.  10 menit berlalu, kepalaku pusing sekali, bersamaan dengan itu ada rasa  aneh menyelimuti tubuhku. Rasa..hangat merinding di tv tampak adegan  seorang wanita bule yang sedang dientot oleh 2 laki-laki, satu negro dan  satu lagi bule juga. Aku berniat untuk pulang, tetapi entah mengapa  dorongan hatiku untuk tetap menyaksikan film itu. Mungkin karena aku  baru pertama kali ini nonton blue film. Badanku makin enggak karuan  rasanya kepalaku serasa berat dan ah rangsangan di badanku semakin  menggila .Aku lihat Agus dan Anggi sudah saling melepaskan baju mereka  telanjang bulat di hadapan aku dan Dino.Mereka saling berpelukan,  berpagutan tampak Agus menciumi tetek Anggi yang mungil Agus lalu  mengisep-isep pentilnya tampaknya keduanya sudah sering melakukannya .  Mereka tampak tidak canggung lagi Anggi mengisep-isep peler Agus persis  seperti kejadian di film blue itu . Anggi juga sepertinya telah terbiasa  Kontol Agus bak permen, diisep, dikulum oleh Anggi Dino merapatkan  tubuhnya kepadaku.
  "Rim .kamu sayang aku enggak?"tanyanya padaku. "Eh..emang kenapa, Din  ?"kataku kaget karena aku masih asyik menyaksikan Agus dan Anggi "Aku  pengen kayak gitu ."kata Agus sambil menunjuk pada Agus dan Anggi yang  semakin hot. Tampak Agus mulai menindih Anggi, dan memasukkan batang  kontolnya ke nonok Anggi. Dengan diikuti teriakan kecil Anggi, batang  kontol itu masuk seluruhnya ke nonok Anggi. Gairahku melonjak-lonjak  entah kenapa?Seluruh badanku merinding ."Rima?"kata Dino lagi. "Eh  enggak ah enggak mau malu ."kataku. "Malu sama siapa?"kata Dino.  Tangannya mulai merayapi dadaku. Kutepis pelan tangannya. "Malu sama  Agus dan Anggi tuh "kataku. "Ah mereka aja cuek ayo dong Rima aku sudah  enggak tahan nih "kata Dino. "Ah..jangan ah "kataku. Gairahku makin  tidak keruan mendengar erangan dan rintihan Agus dan Anggi. Tak terasa  tangan Dino mulai membuka kancing bajuku. Entah kenapa aku membiarkannya  sehingga bajuku terbuka. Aku hanya mengenakan BH dan celanapanjang  jeans. Adegan di TV makin hot tampak sekarang seorang wanita asia di  entot tiga orang bule dua orang memasukkan kontolnya ke memek dan  pantatnya sedangkan yang satunya kontolnya lagi diisep oleh si wanita.  Keempatnya terlihat sedang merasakan kenikmatan Tangan Dino mulai  merayapi dan meremas-remas buah dadaku yang masih kencang dan belum  pernah disentuh oleh siapapun. Aku menggelinjang, geli nikmat ah..baru  pertama kali aku merasakan ini ."Buka Bhnya, ya sayang "pinta Dino. Aku  mengangguk, aku jadi inginmerasakan lebih nikmat lagi Dengan cekatan  Dino membuka Bhku.. aku sekarang benar-benar telanjang dada. Dino  mengisepi pentilku memencet-memencet buah dadaku yang masih kenyal dan  bagus "Tetekmu enak bener, sayang belum pernah ada yang pegang yaa"kata  Dino sambil terus meremas tetekku dan mengisepi pentilku "Belum Din ahhh  enak Din terus terus..jangan berhenti ."kataku. Kenikmatan itu baru  kali ini aku rasakan. Kulirik Agus dan Anggi, mereka sekarang bermain  doggy style. Anggi berposisi nungging dan Agus menusuknya dari belakang  terdengar erangan dan eluhan mereka Gairahku makin menggila "Buka  celanamu ya sayang aku udah pengen nih "pinta Dino. "Jangan Din takut  ."kataku. "Takut apa sayang?"kata Dino. "Takut hamil "kataku. "Enggak  Din, aku nanti keluarnya di luar memekmu sayang kalo hamilpun aku akan  tanggung jawab, percayalah "katanya.
  Aku diam saja Dino mulai membuka ristleting celanaku, aku diamkan saja  .tak lama kemudian, dia memerosotkan celanaku tampak memekku yang  menggumpal dengan jembut yang lumayan tebal. Dino pun memerosotkan  celana dalamku Aku benar-benar polos bugil. Dinopun membukaseluruh  bajunya, kami berdua telanjang bulat .Tangan Dino tetap meremas-remas  tetekku Kulirik Agus dan Anggi, eh mereka bersodomi Anggi sudah biasa  bersodomi rupanya kulihat kontol Agus maju mundur di pantat Anggi  sedangkan tangan kiri Anggi mengucek-ucek memeknya sendiri yang sudah  basah Erangan mereka terdengar makin sering .Dino terus mengerjaiku,  tangannya mulai merayapi jembutku. Salah satu jarinya dimasukkan ke  nonokku"Ah..sakit, pelan-pelan, Din.."teriakku ketika jari itu memasuki  nonokku. Dino agak sedikit mengeluarkan jari itu dan bermain di bibir  kemaluanku tak lama kemudian nonokku basah . "Din, isep dong punyaku  "pinta Dino sambil menyodorkan kontolnya ke mukaku. "Ah..enggak ah  "kataku menolak. "Jijik ya? Punyaku bersih kok ayo dong Anggi saja  berani tuh "pinta Dino memelas.
  Dengan ragu aku pegang kontol Dino. Baru sekali ini aku memegang punya  laki-laki. Ternyata liat dan keras. Kontol Dino sudah berdiri tegang  rupanya. "Ayo dong Rima sayang "pinta Dino lagi. Dengan ragu kumasukkan  kontol itu ke mulutku, aku diamkan kontol itu sambil kurasa-rasa. Ih,  kenyal "Hisap dong sayang seperti kamu makan permen "Dino mengajariku.  Pelan-pelankuisap-isap, kujilati bolong kontol itu dengan lidahku lama  kelamaan aku merasa senang mengisapnya kuisep  keras-keras..kusedot-sedot, kujilati .kumaju mundurkan kontol itu di  dalam mulutku terdengar berulang kali erangan Dino. "Ah ah .uuuhhh enak  sayang teruskan .." erang Dino. Tangan Dino terus mengucek-ucek nonokku.  Sudah tidak sakit lagi sekarang, mungkinsudah basah Aku jadi senang  mengisap kontol Dino terus kulomoh kuisap..kujilati kusedot-sedot  ih..enak juga, pikirku Tiba-tiba Dino menarik kontolnya dan  mengarahkannya ke nonokku Aku pasrah, dimasukkannya kontolnya ternyata  meleset, Dino melumuri tangannya dengan ludahnya kemudian tangannya itu  diusapkan ke kontolnya dan mencoba lagi memasukkan kontolnya ke liang  nonokku, ketika kepalanya masuk ke nonokku, aku berteriak"Aduuh sakit  Din pelan-pelan dong " Gairah semakin meninggi .aku ingin merasakan  kenikmatan lebih .Dino melesakkan kontolnya ke nonokku pelan kurasakan  sesak nonokku ketika kepala kontol itu masuk ke dalamnya Dino lagi  menghentakkan kontolnya sehingga amblas semuanya ke dalam nonokku ."Ahhh  perih Din "kataku. Dino diam sebentar memberikan waktu kepadaku untuk  menenangkan diri. "Tenang Din, sebentar lagi kamu akan terbiasa kok  "katanya. Pelan-pelan Dino mengocokkontolnya di nonokku. Masih terasa  perih sedikit kocokkan Dino semakin kencang Aneh, perih itu sudah tidak  terasa lagi, yang ada hanya rasa nikmat nikmat sekali "Terus Din Terus  ahhhh ah .enak ."kataku. Sempat kulirik Agus dan Anggi masih terus  bersodomi. Gimana rasanya disodomi ya, pikirku Agus semakin  menggencarkan kocokkanyya Aku semakin menggelinjang .ah ternyata ngentot  itu nikmat .surga dunia coba dari dulu.. kataku dalam hati ."Din ah.ah  .aku aku ."entah apa yang aku ingin ucapkan. Ada sesuatu yang ingin  kukeluarkan dari nonokku entah apa "Keluarkan saja sayang kamu mau  keluar ."kata Dino. "Ahh iya Din aku mau keluar .."tak lama kemudian  terasa cairan hangat dari nonokku .
  Dino terus mengocok kontolnya kuat juga pacarku ini, pikirku. "Satu nol,  sayang"kata Dino tersenyum. Dino mencopot kontolnya, aku sedikit kecewa  "Kenapa dicopot Din.."tanyaku. "Kita coba doggy style, sayang "jawabnya  sambil membimbingku berposisi seperti anjing. Dino menusukan kontolnya  lagi sekarang badanku terguncang-guncang keras terdengar erangankeras  dari Anggi dan Agus, mereka ternyata telah mencapai puncaknya kulihat  peluh bercucuran dari kedua tubuh mereka, dan akhirnya mereka terkapar  kenikmatan tampak wajah puas dari mereka berdua Aku sudah hampir tiga  kali keluar Dino tampak belum apa-apa dia terus mengocok kontolnya di  memekku. Sudah hampir ¾ jam aku dientot Dino, tapi tampaknya Dino belum  menunjukkan akan selesai. Kuat juga aku lemes sekali lalu Dino mencopot  lagi kontolnya dan mengambil baby oil yang tersedia dekat kakinya. Aku  ingat baby oil itudipakai untuk melumuri pantat Anggi ketika mau  disodomi .eh apakah aku mau disodomi Dino? "Mau ngapain Din "tanyaku  penasaran ."Seperti Anggi dan Agus lakukan, Rima aku ingin menyodomimu  sayang "jawabnya. Sebenarnya aku takut, tapi terdorong rasa gairahku  yang melonjak-lonjak dan keingin tahuanku rasanya disodomi, maka aku  mendiamkannya ketika Dino mulai mengolesi lubang pantatku dengan baby  oil. Tak lama kemudian, kontol Dino yang masih keras itu diarahkan ke  pantatku meleset dicoba lagi kepala kontol Dino tampak mulai merayapi  lubang pantatku "Aduuuh sakit Din "kataku ketika kontol itu mulai masuk  pantatku. "Tenang sayang nanti juga enggak sakit "jawab Dino sambil  melesakkan bagian kontolnya kepalanya sudah seluruhnya masuk ke pantatku  "Aduuuhh sakiiiitt "kataku lagi. "Tenang Rim, nanti enak deh..aku jadi  ketagihan sekarang "kata Anggi sambil mengelus rambutku dan  menenangkanku. "Kamu sudah sering disodomi, Nggi?"tanyaku. "Wah bukan  sering lagi hampir tiap hari kadang aku yang minta abis enak sih udah  tenang saja ayo Dino coba lagi nanti pacarmu pasti ketagihan ayo.."kata  Anggi sambil menyuruh Dino mencoba lagi.
  Dino mendesakkan lagi kontolnya sehingga seluruhnya amblas ke pantatku.  Terasa perih di pantatku ."Tuuh kan sudah masuk tuh enak kan nanti  pantatmu juga terbiasa kok kayak pantatku ini enak kan jadi enggak ada  hari libur, kalo lagi mens-pun tetap bisa dientot hi hihi "kata Anggi.  Aku diam saja. Ternyata sakit kalo disodomi .Dino mulai mengocok  kontolnya di pantatku. "Pelan-pelan, Din masih sakit "pintaku pada Dino.  "Iya sayang enak nih sempit"katanya. Anggi ke belakang pantatku dan  mengucek-ucek nonokku dengan tangannya aku semakin menggelinjang nikmat  "Anggi ah .enak "kataku. "Ayo Din, kocok terus, biar aku mengucek  nonoknya, biar rasa sakit itu bercampur rasa nikmat"kata Anggi pada  Dino. Benarsekarang rasa sakit itu tidak muncul lagi hanya nikmat ."Hai  sayang ini ada lobang nganggur mau pake? Boleh kan Dino? Lubang yang  satu ini dipake pacarku Agus "kata Anggi. "Tanya Rima saja deh, aku lagi  asyik nih"jawab Agus sambil terus mengocok kontolnya di pantatku.  "Gimana Rima? Bolehkan? Enak lo di dobelin aku sering kok "pinta Anggi.  "Ah..jangan deh "kataku."Sudahlah Rima, kasih saja aku rela kok"kata  Dino. Tiba-tiba Agus merayap di bawahku dan menciumi tetekku. Kontolnya  dipegang oleh Anggi dan diarahkan ke nonokku. Dengan sekali hentakan,  kontol itu masuk ke nonokku. "Jaang "kataku hendak berteriak jangan  tetapi terlambat, kontol itu sudah masuk ke nonokku. Jadilah aku dientot  dan disodomi . ½ jam Agus dan Dino mengocok kontolku. Aku lemes sekali  baru sekali dientot sudah diduain tanganku sudah tidak kuat menopang  badanku. Kakiku lemes sekali. Kenikmatan itu sendiri tidak adaduanya  .aku sebenarnya jadi senang dientot berdua begini tapi mungkin kali ini  kurang siap.
  Aku keluar 2 kali sebelum Agus mencopot kontolnya dan memasukkan  kontolnya ke mulut Anggi. Anggi menghirup peju yang keluar dari kontol  Agus dengan nikmat. Kemudian Dino melakukan hal yang sama, tadinya aku  ragu untuk menghirupnya, tapi lagi-lagi rasa penarasan pada diriku  membuatku ingin rasanya menikmati pejunya Dino. Dino memuntahkan pejunya  dimulutku akupun menelannya. Ah..rasanya asin dan agak amis setelah  kontolnya bersih, Dino mencopot kontolnya dan menciumku yang sudah KO di  kasur. "Terima kasih sayang aku puas dan sayang sama kamu "katanya  lembut. Aku diam saja sambil merasakan kenikmatan yang baru pertama kali  aku rasakan. Badanku lemes sekali Kulihat di seprai ada bercak  merah..darah keperawananku dan mungkin bercampur dengan sedikit darah  dari pantatku yang mungkin juga sobek karena dirasuki kontol Dino. Aku  mencoba duduk, ah masih terasa sakit di kedua lubangku itu, lalu aku  menangis di pelukan Dino ."Din, aku sudah enggak perawan lagi sekarang  jangan tinggalkan aku yaa ."kataku pada Dino. Kulihat Anggi dan Agus  sudah tidur berpelukan dalam keadaan telanjang bulat.
  "Iya sayang aku makin cinta sama kamu aku janji enggak akan  meninggalkanmu tapi kamu harus janji yaa "katanya. "Bener Din? Kamu  enggak ninggalin aku? Tapi janji apa ?"kataku balik bertanya. "Janji,  kita akan mengulangi ini lagi aku bener-bener ketagihan sekarang sama  nonokmu dan juga pantatmu, sayang "kata Dino sambil mengelus rambutku.  Aku diam saja, aku juga ingin lagi..aku juga ketagihan kataku dalam  hati. "Janji ya sayang "katanya lagi mendesakku. Aku hanya mengangguk.  "Sudah jangan nangis sekarang kamu mau langsung pulang atau mau  istirahat dulu?"tawar Dino. Aku pilih istirahat dulu lalu akupun  tertidur berpelukan dengan Dino. Hari ini baru pertama kali aku  berkenalan dengan sex. Ternyata enak dan nikmat.                     Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - nikmatnya menyodomi imah               Apr 1st 2013, 03:32                                                Walaupun dengan susah payah akhirnya ****** ku masuk amblas ke dalam  memek Imah. Gadis lugu berjilbab itu menjerit kesakitan. Kurasakan  ****** ku hangat dan serasa ada yang memijat-mijat. Aku mulai  mengerakkan kontolku maju mundur. Tanganku memegang pundak gadis  berjilbab itu sedangkan mulut ku..
  Perkenalkan, namaku Adi. Aku seorang mahasiswa disebuah perguruan negeri  di kota Purwokerto. Aku punya kenalan yang alim, cantik dan lugu.  namanya Imah. setiap hari selasa dan sabtu , kami selalu bertemu. Karena  kami ikut kursus malam bahasa inggris di sebuah tempat kursus bahasa  asing yang cukup terkemuka. Di tempat kursus itu pula kami pertama kali  bertemu. Sekedar informasi, Imah adalah seorang mahasiswa tingkat pertama di  sebuah perguruan tinggi islam swasta di kota ini. Imah yang selalu  memakai jilbab lebar mempunyai wajah yang putih dan cantik lagi imut,  membuat setiap orang tak bosan-bosan memandangnya. Apalagi senyuman  lugunya yang manis, membuat semua pria tahu kalau gadis ini sangatlah  polos dan benar-benar lugu. Dengan tinggi 167 cm dan berat 50 kg,  kulitnya yang putih bersih selalu tertutup dengan busana muslimah yang  longgar, dan jilbab yang lebar pula. Meskipun lugu Imah sangat menggairahkan. Yang paling menonjol dari gadis  alim yang lugu ini ialah pantatnya yang besar dan padat. Sekal sekali.  Agak kontras dengan bentuk tubuhnya yang langsing. Roknya yang longgar  dan memanjang sampai kemata kaki, tak bisa menyembunyikan lekuk buah  pantatnya yang bergoyang naik-turun dan kekanan-kiri ketika berjalan.  Didukung payudaranya yang cukup besar untuk ukuran seusianya, yang  biarpun sudah ditutupi dengan baju longgar dan jilbab lebar, namun masih  terlihat menonjol menggairahkan, seperti pasrah untuk diremas oleh para  lelaki. Ukuran branya mungkin sekitar 34b. Hari ini Imah terlihat sangat cantik dengan jilbab dan baju warna pink  dan rok hitam panjang. Ketika melintas di depanku setelah selesai  kursus, mataku segera tertuju ke bagian dada Imah, yang walaupun  tertutup jilbabnya namun dari samping terlihat menonjol dan montok.  Tanpa sadar gairahku naik melihat tubuh Imah. Entah darimana, timbul  niat untuk memperkosa Imah. Setelah pulang kursus pada malam harinya, kucoba untuk mengajaknya pergi  makan ke warung seberang jalan. Pertama tama dia menolaknya, namun  akhirnya dengan agak memaksa, aku mendapatkan persetujuannya. Saat kami  berada didalam warung, hujan turun dengan lebatnya. Dengan gelisah Imah  menunggu hujan reda di dalam warung. Aku justru berdoa agar hujan reda  ketika malam sudah agk larut, agar Imah mau kuantarkan, karena sudah  tidak ada angkot lagi. Ternyata benar. hujan baru reda pukul 21.25. kami  keluar dari warung bersamaan dengan tutupnya warung itu. segera  kutawarkan untuk mengantarkan Imah pulang, dengan alasan tidak ada  angkot. Pertama-tama Imah menolak, karena tidak mau berboncengan dengan  pria yang bukan saudaranya, dan memilih jalan kaki walalupun jauh .namun  dengan seribu satu alasan dan ancaman kalau nanti dijalan ada yang  menodongnya dan lain-lain, akhirnya Imah dengan sedikit berat mau  menerima ajakanku. Saat mengantarkan Imah pulang, aku berbohong dnegan mengatakan motor  Tigerku ngadat dan aku pura-pura memperbaikinya sambil mengulur-ulur  waktu. Gadis lugu berjilbab itu hanya bisa gelisah menunggu. Pukul  23.05, aku pura-pura telah berhasil memperbaiki tigerku. Segera aku  membawa Imah yang sudah benar-benar geliash pergi. Otakku sudah mulai  membayangkan kenikmatan tubuh gadis berjilbab yang semok dan  menggairahkan itu. tiba-tiba hujan kembali turun, dan dengan berbohong  tidak membawa mantel hujan, aku ngebut dan membawa Imah ke rumah yang  kukontrak sendirian yang "kebetulan" sudah dekat. Setelah sampai dirumahku, segera Imah kupersilahkan masuk. Rumahku yang  termasuk terpencil dan jauh dari tetangga lainnya membuatku leluasa  untuk menggarap Imah, pikirku. Awalnya gadis manis berjilbab itu segan  dan sedikit curiga, namun karena rumahku tidak memiliki teras dan hujan  semakin deras turun, terpaksa ia masuk kerumahku. Setelah kami berada  didalam, segera kukunci pintu dan kudorong gadis berjilbab itu jatuh.  Dengan birahi yang menggebu aku tindih dia dari belakang sambil ku tarik  kedua lengannya ke belakang. "jangan………apa yang kamu lakukan Di….". kata Imah panik. "tenang aja Mah, kamu bakalan enak kok…." balas ku. Imah meronta,tapi apa daya seorang perempuan akhirnya setelah meronta  selama sekitar 15 menit dia akhirnya lemas juga. Aku gosokkan ****** ku  ke pantatnya yg besar, yang saat itu dibungkus rok hitam panjang dengan  bahat lembut. Sambil ku remas-remas bongkahan pantatnya yang padat  berisi. Wah, nikmat…….. "pantat loe kualitas nomer satu Mah…..ouuhh….semok banget!!". "ooohh.., ohhhh… janggaaaaannn…. jangan Di……aku teman kamu sendiri…."rintih gadis alim yang lugu itu sambil menahan tangis. Namun aku nggak peduli. aku balik tubuh semoknya. aku robek kemeja  longgarnya sampai kancingnya berhamburan lepas, dan jilbabnya  kusampirkan kepundak, sehingga kulit payudaranya yang putih ranum  terlihat. Kuremas-remas dengan kasar susu nya yang masih terbungkus bra  pink yang dikenakannya. Gadis berjilbab itu hanya bisa meronta tanpa  daya sambil merintih-rintih dan mulai menangis. Tapi aku tak peduli.  Justru tangisannya membuatku semakin bernafsu. Kutarik bra nya. Payudaranya bergoncang naik turun karena kutarik bra  nya dengan paksa.aku tertegun melihat payudara gadis alim itu yg besar  tapi kencang dan kenyal. Kulit payudaranya putih bersih, ditumbuhi  bulu-bulu halus di sekitar wilayah dadanya. Urat-urat berwarna kehijauan  melintang di buah dadanya. segera kujilat dan kusedot sedot, sambil  sesekali aku gigit-gigit gumpalan daging di dadanya itu. terdengar  rintihan gadis alim berjilbab itu semakin keras, dan mulai dibarengi  dengan desahan-desahan erotis. Nampaknya gadis alim ini mulai  terangsang. Wah asyik dan nikmat, sementara tanganku yg satunya memilin-milin puting  susu Imah yang coklat kemerahan dan mulai mengeras. gadis lugu  berjilbab itu ternyata benar mulai terangsang. Kutekan kedua susu nya  sampai tergencet, sehingga melebar ke samping. Ku tampar-tampar kedua  gunung kembarnya sampai memerah. Imah pasti merasakan panas pada kedua  payudaranya saat ini. "Aauhhh… auhh… ihhhh… ooohhhh……. ahhhhh" rintih Imah menahan geli dan  nyeri pada kedua payudaranya. Kujepit puting susu sebelah kanan nya  dengan kedua jariku. Kemudian kuplintir-plintir sambil kutarik-tarik  keatas. Sambil kuhisap sekuat-sekuat nya, hingga putting susu gadis lugu  yang alim itu mengeluarkan sedikit cairan putih yang lengket. "ouuhh……. sakiiitt…… ampuunn……. Di…………iii……peerriiihh…." erang Imah. Kemudian kutarik lepas rok longgarnya, ku tarik CD nya ke bawah, dan langsung ku kucek-kucek memeknya yang sudah mulai basah. "ohhhh…. jangan Di…….kumohoooonnn…….ouuuhhhh…… .".tubuh Imah  menggelinjang hebat. Gadis alim berjilbab itu merasakan ngilu yang  sangat di memeknya, namun juga disertai perasaan nikmat yang hebat. Agak  lama aku mengucek-kucek memek Imah, dan akhirnya… "Aaaaaakkkhhhhhhh……. Aihhh!!……aaiiiihh!!!……..ukhhhh ………" gadis lugu yang  alim itu mengerang keras. tubuh Imah menggelinjang hebat. Punggungnya  melengkung keatas. Puting susunya mengeras dan terlihat berkedut-kedut.  Bersamaan dengan semua itu, cairan memeknya meluber keluar, sampai  membasahi karpet di ruang tamuku. Orgasme itu nampaknya orgasme  pertamanya, terlihat dari matanya yang melotot kearahku. Tatapan mata  benci, namun juga terkejut dan kebingungan atas kenikmatan yang ia  dapat. Setelah sekitar 1 menit tubuhnya terguncang-guncang tak  terkendali oleh orgasme pertamanya, akhirnya tubuhnya melemas dan  terkulai di karpetku. Tatapan matanya nanar ke langi-langit, bingung  dengan yang terjadi. Tanpa memberinya kesempatan beristirahat, Aku segera melepas Cdku.  Mendekat ke wajahnya yang sayu, dan menyodorkan kontolku kedepan  wajahnya. Melihat keterkejutannya, tampaknya ini pertama kali ia melihat  ****** secara langsung. Kujepit klitorisnya dengan kedua jariku,  kutarik dan kuperkeras jepitanku. "aahhh..eeghhhh……….eeghhhhh….s akkkiittt…….Dii….sakk…..kitttt ……". Imah  yang masih lemas terus menggeliat mencoba melepaskan jariku. "jilat kemudian sedot ****** gue,klo nggak gue tarik sampai lepas klitoris loe!!!!". Gadis berjilbab itu ketakukan, dengan terpaksa ia mulai menjilati kontolku, kemudian mulai mengulumnya. "Waaaoooo ….. Imah mengulum ****** ku. Wah… nikmat sekali …..". Aku jejal kan ****** ini kemulutnya sampai masuk ke tenggorokannya,  hingga ia kehabisan nafas aku tarik ****** ku dari mulutnya. Gadis alim  itu terbatuk-batuk. Cairan ludahnya bercampur dengan cairan tenggorokan  keluar banyak sekali, meluber membasahi mulut, dagu, pipi, bahkan sampai  membasahi jilbab pink-nya. Pemandangan itu membuatku semakin bernafsu.  Aku lepas cd nya yang sudah melorot sampai lutut, kemudian ku elus-elus  pahanya yang putih bersih dengan bulu-bulu halus. Aku angkat paha gadis  alim itu dan melebarkannya. Imah yang sudah sangat lemas karena orgasme  pertamanya yang dahsyat tidak mampu banyak melawan. Kepala ku menunduk memperhatikan memek Imah yang sudah becek, yang  ditumbuhi bulu-bulu tipis. Kepala ku bergerak dan mulut ku mulai  menjilati memek gadis berjilbab itu yang gemuk dan lipatan daging  memeknya yang kemerahan. cairan cintanya yang gurih ikut terjilat, namun  itu malah semakin membangkitkan nafsuku. Imah kembali terengah-engah  merasakan kemaluannya ada yang menjilati. Hanya suara erangan gadis lugu  berjilbab itu saja yang terdengar. Sementara mulut ku menjilati memek Imah, tangan ku bergerak ke atas dan  memijat-mijat payudara Imah serta mempermainkan putting susu gadis alim  berjilbab itu.. Imah menggeliat antara sakit, geli dan takut. Kubuka  bibir memek Imah, kemudian kumasukan jari telunjukku ke dalam liang  kemaluannya. ku masuk keluarkan dengan cepat. Kukorek-korek lobang  memeknya sampai lubangnya mulai terbuka agak lebar. Memek gadis  berjilbab itu semakin basah akibat rangsanganku. Tiba-tiba Imah kembali  menegang dan mengangkat pinggulnya dan melemah. Rupanya Gadis alim itu  kembali orgasme. Dari memek Imah kembali menyembur keluar cairan  memeknya yang bening dan lengket. Ketika melihat bibir memek gadis berjilbab itu telah sangat basah,  cepat-cepat Aku arahkan ****** ku yang sudah menegang dan mendekatkannya  ke liang memek Imah. Langsung saja kutempelkan kepala kontolku di depan  lobang memeknya, kemudian dengan sekuat tenaga ku dorong kontolku. Aku  masukkan ****** ini ke memek gadis berjilbab itu, masih sulit maklum,  gadis alim yang manis itu masih perawan jadinya lobang memeknya masih  sangat kecil. Sambil memegangi pinggul gadis alim yang berkulit putih  bersih itu, Aku menggerakkan pinggulku, dan "hup………….ooohhh". Walaupun dengan susah payah akhirnya ****** ku masuk amblas ke dalam  memek Imah. Gadis lugu berjilbab itu menjerit kesakitan. Kurasakan  ****** ku hangat dan serasa ada yang memijat-mijat. Aku mulai  mengerakkan kontolku maju mundur. Tanganku memegang pundak gadis  berjilbab itu sedangkan mulut ku menciumi putting susu Imah yang masih  mengeluarkan cairan keputihan seperti susu itu. SEMUA KARYA CIPTAAN INI HANYALAH FIKSI, DAN EDITAN DARI SEBUAH KARYA  YANG BERJUDUL SAMA. TIDAK BERMAKSUD MENYUDUTKAN GOLONGAN TERTENTU,  SEMATA-MATA HANYA ISENG DAN KARENA MENYUKAI SEMUA JENIS GADIS, JUGA YANG  BERJILBAB. (PEN.) Imah mengerang dan mendesah-desah sambil terus terisak. Peluhnya yang  membanjir membasahi jilbab yang masih membungkus kepalanya. Wajahnya  yang sayu, terlihat pasrah dan ayu dengan jilbab yang berantakan memberi  kesan erotis, membuat ku semakin bergairah . Aku goyangkan ****** ku  naik turun. Kutekuk kedua kakinya keatas, sehingga kedua paha gadis alim  berjilbab yang putih mulus itu menyentuh payudaranya. Kupompa memek  gadis alim itu naik-turun, sampai keluar darah perawannya yang mengalir  membasahi bibir memek dan turun ke anus Imah ke belahan pantatnya. "ohh ohhhh …. ohh… aakhh….. aahhh" Imah mengerang-erang kesakitan. "Sakittt Di…… aaaakhh…. a..ku mo..hon..hen..ti…kan….. Di…." Imah terus  memohon. Terdengar suaranya yang terpotong-potong karena genjotan  kerasku. tapi aku tak peduli. aku terus mengebor lobang kemaluannya  sambil kukulum dan kuhisap mulutnya yang mungil. air liur mengalir  membasahi bibir, hidung, pipi, dan membasahi jilbabnya. kujilat dan  kuhisap air liur gadis alim yang sedang kuperkosa itu dan kuteguk dengan  nikmat. Dan kuganti permainan ku. Kubalikkan tubuh gadis lugu alim yang sudah  lemas dan pasrah itu. Kuposisikan tubuh telanjang Imah yang tinggal  memakai jilbab itu seperti ******. Dari arah belakang kembali Kuhujamkan  kontolku ke liang memek Imah. "hebat Mah….oooh….. memek loe rapet  banget, sayaaanghhhh….".Gerakan ku semakin cepat. Kedua tangan ku  semakin kasar meremas-remas susu gadis itu. Imah semakin mengerang-ngerang kesakitan. Tapi Aku tak peduli. Terus  saja Aku maju mundurkan pinggul gadis alim yang benar-benar putih itu  dengan cepat sambil menampar-nampar bongkahan pantatnya yang padat dan  kenyal dengan keras. Sehingga bekas tamparanku mengecap merah membentuk  telapak tangan di kulit pantat gadis alim yang putih mulus itu. "aahhakhh……aahhkkk…. peee.. eerrii.. ii.. hhhh……. Diii…. iii…. aku ngga… taa.. haannn..". "Iiimm…mmaaa…hhhhh….loee…emang pantas….. jadi aan.. jii.. i. ng… oohh…. gila… enaknya.". "aaakkkhhh…. hhh……akhh…….. ohh…. ohh…… ouhhh" Imah terus merintih kesakitan. Aku semakin bersemangat. Sampai akhirnya tubuh ku mengejang dan akhirnya  pejuku menyembur ke dalam rahim gadis alim itu, memenuhi lobang  memeknya. "Ohhh….nikmattt………… …….gue masukin peju gue ke lobang loe…Mahhhh……" . Setelah diam beberapa saat membiarkan ****** ku tertanam di lubang memek  Imah. Sambil menikmati jepitan memek gadis alim yang otot memeknya  berdenyut-denyut. Aku lepaskan ****** ku dan membalikkan tubuh Imah  serta mengangkat kepala gadis itu yang masih terbungkus jilbab serta  memaksa Imah menjilati ****** ku yang masih basah oleh sperma dan darah. Setelah kontolku bersih aku tergeletak disamping Imah sambil membelai  kepalanya yang masih terbungkus jilbab. Wajahnya terlihat pucat  merasakan sakit pada selangkangan nya. Aku bergegas ke kamar mandi. Aku mandi dan setelah itu aku kembali  keranjang aku pandangi tubuh Imah yang dalam posisi menyamping tergolek  lemah tak berdaya sambil kedua tangan memegangi selangkangannya.  Tubuhnya sudah benang selembarpun, namun kepalanya masih terbungkus  jilbablebarnya yang tersampir kepundak. Isak tangisnya masih terdengar,  walaupun tidak sekeras tadi. Matanya yang sayu memandang nanar. Melihat pemandangan itu tiba tiba ****** ku bereaksi lagi. setelah  melihat pantat putihnya yang mulus dan padat berisi, aku langsung  menindihi nya dan menciumi bibir nya dengan ganas beda dengan tadi  sekarang Imah tampak pasrah menerima perlakuanku. Aku remas-remas dan  kutarik-tarik susunya aku keluarkan kontolku lalu aku jejelin ke  mulutnya. Gadis alim yang lugu itu kupaksa mengulum kontolku oohhh…  ohhh… aku merintih keenakan merasakan surga dunia. Kemudian kuletakkan kontolku tepat diantara kedua payudara Imah, kutekan  kuat-kuat kedua susu gadis berjilbab lebar itu hingga menjepit erat  ****** ku. Langsung kugerakkan kontolku maju mundur. "uuu…. uuhhhhh…………toket loe empuk Mah………kenyal banget". "eeeghhh…….. ehh……. ehh……. ouuu.. hh…..". Imah meringis kesakitan sambil  kedua tangan nya berusaha melepas cengkraman tanganku pada kedua susu  nya. Kupercepat irama gerakan kontolku. Urat-urat payudara Imah terlihat  sangat jelas, seperti mau keluar dari kulit payudara nya yang montok  itu.. Setelah itu aku balik tubuhnya sekarang Imah dalam keadaan tengkurap,  aku ciumi bongkahan pantatnya sambil ku jilat-jilat. Aku masukkan ******  ku kelubang anusnya. "errgghhh…… oouhh… jangan… Di… aku mohon jangan disitu!!! sakiitttt……. Dii…" gadis manis alim itu terus memohon. Perlahan kutekan kepala Imah hingga turun menyentuh lantai. Sepasang  tanganku menarik pantatnya ke atas hingga gadis alim itu menungging.  Melihat posisi gadis berjilbab itu yang sangat menggairahkan, aku  semakin kesetanan. Imah sangat ketakutan. Aku terus mengerjai pantat  gadis alim itu yang sangat putih dan montok. Sulit sekali aku buka  belahan pantatnya, kemudian kujilati dubur Imah sambil kumasukan jari  tengah ku ke dalam lubang anus gadis lugu yang alim itu. Ujung jariku  mulai kudorong masuk ke anusnya, sakit yang amat sangat menyengat Imah. Perlahan, aku mulai memutar-mutar jariku membuat liang anus gadis alim  itu membuka menyakitkan. Aku terus mendorong dan memutar hingga akhirnya  seluruh jari tengah ku masuk ke dalam anus Imah dan mulai bergerak  keluar masuk. Tangan Imah meremas tempat tidur di bawahnya dengan gigi  yang gemeretak, berusaha menahan sakit yang amat sangat. Aku  masuk-keluarkan jariku dengan cepat, gadis berjilbab itu menggelinjang  kesakitan. "ooooohhhhhhhhh…… akhhhhhh…"Imah menjerit "sakittttttttttt……. ampun Dii…… akhhhh… ouuhh……. ". "Yes, ini bener-bener hari keberuntungan gue, gue udah lama pengen ngerasain pantat lo Mah,". Gadis manis yang alim itu semakin gemetar ketakutan ketika aku berlutut  di belakangnya. Tubuhnya tersentak ketika tangan ku membuka belahan  pantatnya dan mulai merabainya lagi. "aku mohon, aku mohon……jangan lakukan, aku nggak tahan sakitnya  Diii……kamu sudah masukin punya mu di mulut ku dan memek ku, apakah itu  ngga cukup buat kamu dii…aahhh…. argghhh…" Imah terus memohon. Setelah lubang duburnya agak terbuka, aku masukan lagi jari telunjukku.  Dengan kecepatan tinggi ku masuk-keluarkan kedua jariku didalam lubang  dubur Imah. Gadis mains berjilbab itu terus meronta, sambil megap-megap  menahan nafas karena kesakitan. Setelah kurasa lubang duburnya terbuka  cukup lebar, kucabut kedua jariku yang berlumur darah anusnya. kemudian  kumasukkan kedua jariku itu kedalam mulut Imah, kuoleskan ke lidahnya  sampai kedua jariku bersih. Kuarahkan kontolku yang menegang keras ke lobang dubur Imah yang memerah  dan berkerut. Kucengkeram kepalanya yang tertutup jilbab dan kutarik  dengan kencang. "Aaakkkhhhh.. hh…… akhhhhh… ooooohhhhh….. sakiiiiiitttttttt…… Diiii". Rasa sakit langsung menyengat pantat Imah, ia berusaha merangkak ke  depan, tapi tanganku yang di kepalanya membuatnya harus diam tak  bergerak, punggung gadis alim itu melengkung menahan sakit. Pantatnya  terangkat ke atas. Tangan ku di perut Imah memeganginya dan menariknya  agar punggung gadis manis berjhilbab itu lurus kembali. Imah  terengah-engah, Meluruskan punggungnya, dipegangi oleh tanganku, tak  berdaya menunggu rasa sakit selanjutnya. Imah menjerit dengan keras sekali ketika aku berhasil memasukkan  sebagian kontolku ke dalam duburnya.Imah merasakan lubang anusnya  membesar diterobos oleh ****** ku, sedangkan aku merasakan rasa panas di  kepala hingga batang kontolku ketika hampir seluruhnya telah masuk ke  dalam anus gadis alim yang lugu itu. "Jangan, jangan….. Diiii…. aku mohon, sakit sekali, sakit, berhenti….  Sakiiitt…Diii……aku ngga ku…. aatttt….. aaaarrgghh…." Imah  menjerit-jerit. "Oke, sayang, gue udah masuk semua dan gue akan segera mulai pake pantat lo". Aku tak peduli aku paksa dan akhirnya masuk seluruhnya, kudiamkan  sejenak sambil kupandangi batang kontolku yang tertanam di belahan  pantat Imah.Aku goyangkan pantat putih gadis lugu yang alim itu kekanan  kiri naik turun wah rasanya nikmat. Kemudian ku maju mundurkan  pinggulnya, sambil kukeluar-masukkan batang kontolku dalam lobang  duburnya yang sangat sempit dan kering. "ooohhh………..oohhh…gilaa…..dubu r loe Mah……lebih sempit dari dubur ayam". Lubang anusnya tampak masih seret tapi itu menambah nikmat aku naik  turun kan pinggangku sambil ku cengkeram pinggulnya. Gadis alim itu  menarik nafas dalam-dalam, berusaha menahan sakit semampunya, tangannya  mencengkeram kepalanya sendiri dan menariknya hingga menempel di atas  kasur. Imah yang cantik sekarang menungging, kepala menempel di atas  kasur, pantatnya di atas dengan sebuah ****** masuk di dalam anusnya.  Imah merasa dirinya seperti penuh, seakan-akan dirinya ingin buang air.  Gadis alim itu tidak percaya akan apa yang terjadi pada dirinya.  Usahanya untuk menutupi keindahan tubuhnya dengan jilbab lebar dan  pakaian longgar gagal, dan malah sekarang ia diperkosa secara brutal  oleh temannya sendiri. Air matanya membanjir membasahi karpet. Air mata  kemarahan, kesedihan dan kesakitan jadi satu. "hheeeghhhhh …. ooohhh….. oooooohhhh." kepala Imah menengadah keatas,  bibirnya membentuk huruf O. membisu, karena suaranya tertahan di  tenggorokannya.Kuangkat lagi ketika pinggul gadis berjilbab itu mulai  turun, sehingga sekarang Imah dalam keadaan menungging dengan kokoh.  Kusodok-sodok pantatnya sambil kuremas-remas susu gadis alim itu yang  sangat putih dan mulus. Darah menyelimuti kontolku ketika kutarik  keluar. Di iringi erangan suara Imah. Cairan anus Imah mengalir keluar  bercampur darah turun ke memeknya, kemudian mengalir terus ke paha Imah  yang putih mulus. Anus Imah sangat sempit dan panas. Aku sangat menikmati jepitan anus  gadis alim itu di kontolku, menikmati pijatan di kontolku. ****** ku  sebenarnya juga merasa sakit karena saking sempitnya anus Imah, tapi  tanpa peduli aku kembali mulai bergerak keluar masuk. Kulihat liang anus  Imah yang kupaksa kontolku masuk hingga pangkalnya, dan ketika kutarik  ****** ku, Aku menikmati sekali otot-otot anus itu berdenyut memijati  batang ****** ku, Sampai tinggal kepala ****** ku yang masih tertinggal  di anus Imah, Kemudian kudorong lagi ****** ku masuk. Sakit semakin  menjadi-jadi menyerang pantat hingga seluruh tubuh gadis lugu yang alim  itu. Setelah kurang lebih 15 menit aku menyodomi Imah, aku merasakan peju ku  mau keluar. Kucengkeram leher dan kepalanya yang masih terbungkus jilbab  dan menariknya kebelakang sehingga wajahnya menatapku dengan mulut  menganga ke atas. Sementara tangan kiriku menekan pantatnya, kudorong  kontolku sampai sedalam-dalamnya ke dalam lubang dubur Imah. Akhirnya  peju ku menyembur di dalam anus gadis alim yang montok itu. Ketika  cairan panas terasa mengalir masuk di anus Imah. Ia menjerit dan  menjerit tanpa daya ketika sperma ku membuat anusnya semakin perih. "Aaaaaahhhhhh…………. oouhhh…. sssshhhh…gilaaa… aaa…Maahhhh….. dubur loe gue masukin peju gue……". Di pantat Imah ****** ku mulai kutarik keluar perlahan. Ketika sampai  dikepala ******, aku berhenti sejenak, Dan kemudian perlahan kembali  kutarik hingga terlepas seluruhnya dari jepitan anus Imah. "Uugghhhh,"  gadis berjilbab itu mengerang ketika ****** ku terlepas dari jepitan  anusnya. Cairan mengalir keluar dari anusnya. Imah melihat ke belakang dan melihat di antara kedua kakinya menetes  sperma kental berwarna putih dengan bercak-bercak merah dan kuning  mengumpul di kasur. Tubuh gadis alim yang lugu itu bergetar dan  tersungkur lemas. Kucabut kontolku, sambil rebahan disamping tubuh Imah yang basah oleh  keringatnya. Ia pingsan karena kecapaian dan merasakan sakit yang luar  biasa pada kedua lobang di selangkangannya. kejadian malam itu sempat aku abadikan dalam sebuah photo. Aku gunakan  agar Imah tidak menceritakan penderitaannya kepada orang lain. Terutama  ortunya. Aku rutin menyetubuhi dia, terutama menyodominya. Minimal  seminggu dua sekali. Entah sudah seberapa lebar lobang anusnya sekarang.  Ternyata lama kelamaan dia bisa menikmatinya, dan setiap aku  menyodominya, dia juga ikut orgasme. Tentu saja itu semua tidak ia  kehendaki, karena ia malu, sebagai wanita yang memakai jilbab, kenapa  bisa orgasme karena sodomi.
 
 
          Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Gara-gara ranjang terlalu sempit               Apr 1st 2013, 03:30                                                Mertuaku adalah seorang janda dengan kulit yang putih, cantik, lembut,  dan berwajah keibu ibuan, dia selalu mengenakan kebaya jika keluar  rumah. Dan mengenakan daster panjang bila didalam rumah, dan rambutnya  dikonde keatas sehingga menampakkan kulit lehernya yang putih jenjang. Sebenarnya semenjak aku masih pacaran dengan anaknya, aku sudah jatuh  cinta padanya Aku sering bercengkerama dengannya walaupun aku tahu hari  itu pacarku kuliah. Diapun sangat baik padaku, dan aku diperlakukan sama  dengan anak anaknya yang lain. Bahkan tidak jarang bila aku kecapaian,  dia memijat punggungku.
  Setelah aku kawin dengan anaknya dan memboyong istriku kerumah  kontrakanku, mertuaku rajin menengokku dan tidak jarang pula menginap  satu atau dua malam. Karena rumahku hanya mempunyai satu kamar tidur,  maka jika mertuaku menginap, kami terpaksa tidur bertiga dalam satu  ranjang. Biasanya Ibu mertua tidur dekat tembok, kemudian istri ditengah  dan aku dipinggir. Sambil tiduran kami biasanya ngobrol sampai tengah  malam, dan tidak jarang pula ketika ngobrol tanganku bergerilya ketubuh  istriku dari bawah selimut, dan istriku selalu mendiamkannya.
  Bahkan pernah suatu kali ketika kuperkirakan mertuaku sudah tidur, kami  diam diam melakukan persetubuhan dengan istriku membelakangiku dengan  posisi agak miring, kami melakukankannya dengan sangat hati hati dan  suasana tegang. Beberapa kali aku tepaksa menghentikan kocokanku karena  takut membangunkan mertuaku. Tapi akhirnya kami dapat mengakhirinya  dengan baik aku dan istriku terpuaskan walaupun tanpa rintihan dan  desahan istriku.
  Suatu malam meruaku kembali menginap dirumahku, seperti biasa jam 21.00  kami sudah dikamar tidur bertiga, sambil menonton TV yang kami taruh  didepan tempat tidur. Yang tidak biasa adalah istriku minta ia diposisi  pinggir, dengan alasan dia masih mondar mandir kedapur. Sehingga  terpaksa aku menggeser ke ditengah walaupun sebenarnya aku risih, tetapi  karena mungkin telalu capai, aku segera tidur terlebih dahulu.
  Aku terjaga pukul 2.00 malam, layar TV sudah mati. ditengah samar samar  lampu tidur kulihat istriku tidur dengan pulasnya membelakangiku,  sedangkan disebelah kiri mertuaku mendengkur halus membelakangiku pula.  Hatiku berdesir ketika kulihat leher putih mulus mertuaku hanya beberapa  senti didepan bibirku, makin lama tatapan mataku mejelajahi tubuhnya,  birahiku merayap melihat wanita berumur yang lembut tergolek tanpa daya  disebelahku..
  Dengan berdebar debar kugeser tubuhku kearahnya sehingga lenganku  menempel pada punggungnya sedangkan telapak tanganku menempel di bokong,  kudiamkan sejenak sambil menunggu reaksinya. Tidak ada reaksi, dengkur  halusnya masih teratur, keberanikan diriku bertindak lebih jauh, kuelus  bokong yang masih tertutup daster, perlahan sekali, kurasakan birahiku  meningkat cepat. Penisku mulai berdiri dan hati hati kumiringkan tubuhku  menghadap mertuaku.
  Kutarik daster dengan perlahan lahan keatas sehingga pahanya yang putih  mulus dapat kusentuh langsung dengan telapak tanganku. Tanganku mengelus  perlahan kulit yang mulus dan licin, pahanya keatas lagi pinggulnya,  kemudian kembali kepahanya lagi, kunikmati sentuhan jariku inci demi  inci, bahkan aku sudah berani meremas bokongnya yang sudah agak kendor  dan masih terbungkus CD. Tiba tiba aku dikejutkan oleh gerakan mengedut pada bokongnya sekali, dan pada saat yang sama dengkurnya berhenti.
  Aku ketakutan, kutarik tanganku, dan aku pura pura tidur, kulirik  mertuaku tidak merubah posisi tidurnya dan kelihatannya dia masih tidur.  Kulirik istriku, dia masih membelakangiku, Penisku sudah sangat tegang  dan nafsu birahiku sudah tinggi sekali, dan itu mengurangi akal sehatku  dan pada saat yang sama meningkatkan keberanianku.
  Setelah satu menit berlalu situasi kembali normal, kuangkat sarungku  sehingga burungku yang berdiri tegak dan mengkilat menjadi bebas,  kurapatkan tubuh bagian bawahku kebokong mertuaku sehingga ujung penisku  menempel pada pangkal pahanya yang tertutup CD. Kenikmatan mulai  menjalar dalam penisku, aku makin berani, kuselipkan ujung penisku di  jepitan pangkal pahanya sambil kudorong sedikit sedikit, sehingga kepala  penisku kini terjepit penuh dipangkal pahanya, rasa penisku enak  sekali, apalagi ketika mertuaku mengeser kakinya sedikit, entah  disengaja entah tidak.
  Tanpa meninggalkan kewaspadaan mengamati gerak gerik istri, kurangkul  tubuh mertuaku dan kuselipkan tanganku untuk meremas buah dadanya dari  luar daster tanpa BH. Cukup lama aku melakukan remasan remasan lembut  dan menggesekan gesekkan penisku dijepitan paha belakangnya. Aku tidak  tahu pasti apakah mertuaku masih terlelap tidur atau tidak tapi yang  pasti kurasakan puting dibalik dasternya terasa mengeras. Dan kini  kusadari bahwa dengkur halus dari mertuaku sudah hilang.., kalau  begitu..pasti ibuku mertuaku sudah terjaga..? Kenapa diam saja? kenapa  dia tidak memukul atau menendangku, atau dia kasihan kepadaku? atau dia  menikmati..? Oh.. aku makin terangsang.
  Tak puas dengan buah dadanya, tanganku mulai pindah keperutnya dan turun  keselangkangannya, tetapi posisinya yang menyebabkan tangan kananku tak  bisa menjangkau daerah sensitifnya. Tiba tiba ia bergerak, tangannya  memegang tanganku, kembali aku pura pura tidur tanpa merrubah posisiku  sambil berdebar debar menanti reaksinya. Dari sudut mataku kulihat dia  menoleh kepadaku, diangkatnya tanganku dengan lembut dan disingkirkannya  dari tubuhnya, dan ketika itupun dia sudah mengetahui bahwa dasternya  sudah tersingkap sementara ujung penisku yang sudah mengeras terjepit  diantara pahanya.
  Jantungku rasanya berhenti menunggu reaksinya lebih jauh. Dia melihatku  sekali lagi, terlihat samar samar tidak tampak kemarahan dalam wajahnya,  dan ini sangat melegakanku . Dan yang lebih mengejutkanku adalah dia tidak menggeser bokongnya  menjauhi tubuhku, tidak menyingkirkan penisku dari jepitan pahanya dan  apalagi membetulkan dasternya. Dia kembali memunggungiku meneruskan  tidurnya, aku makin yakin bahwa sebelumnya mertuaku menikmati remasanku  di payudaranya, hal ini menyebabkan aku berani untuk mengulang  perbuatanku untuk memeluk dan meremas buah dadanya. Tidak ada penolakan  ketika tanganku menyelusup dan memutar mutar secara lembut langsung  keputing teteknya melalui kancing depan dasternya yang telah kulepas.  Walaupun mertuaku berpura pura tidur dan bersikap pasif, tapi aku dengar  nafasnya sudah memburu.
  Cukup lama kumainkan susunya sambil kusodokkan kemaluanku diantara  jepitan pahanya pelan pelan, namun karena pahanya kering, aku tidak  mendapat kenikmatan yang memadai, Kuangkat pelan pelan pahanya dengan  tanganku, agar aku penisku terjepit dalam pahanya dengan lebih sempurna,  namun dia justru membalikkan badannya menjadi terlentang, sehingga  tangannya yang berada disebelah tangannya hampir menyetuh penisku,  bersamaan dengan itu tangan kirinya mencari selimutnya menutupi  tubuhnya. Kutengok istri yang berada dibelakangku, dia terlihat masih  nyenyak tidurnya dan tidak menyadari bahwa sesuatu sedang terjadi  diranjangnya.
  Kusingkap dasternya yang berada dibawah selimut, dan tanganku merayap  kebawah CDnya. Dan kurasakan vaginanya yang hangat dan berbulu halus itu  sudah basah. Jari tanganku mulai mengelus, mengocok dan meremas  kemaluan mertuaku. Nafasnya makin memburu sementara dia terlihat  berusaha untuk menahan gerakan pinggulnya, yang kadang kadang terangkat,  kadang mengeser kekiri kanan sedikit. Kunikmati wajahnya yang tegang  sambil sekali kali menggigit bibirnya. Hampir saja aku tak bisa menahan  nafsu untuk mencium bibirnya, tapi aku segera sadar bahwa itu akan  menimbulkan gerakan yang dapat membangunkan istriku.
  Setelah beberapa saat tangan kanannya masih pasif, maka kubimbing  tangannya untuk mengelus elus penisku, walaupun agak alot akhirnya dia  mau mengelus penisku, meremas bahkan mengocoknya. Agak lama kami saling  meremas, mengelus, mengocok dan makin lama cepat, sampai kurasakan dia  sudah mendekati puncaknya, mertuakan membuka matanya, dipandanginya  wajahku erat erat, kerut dahinya menegang dan beberapa detik kemudian  dia menghentakkan kepalanya menengadah kebelakang. Tangan kirinya  mencengkeram dan menekan tanganku yang sedang mengocok lobang  kemaluannya. Kurasakan semprotan cairan di pangkal telapak tanganku.  Mertuaku mencapai puncak kenikmatan, dia telah orgasme. Dan pada waktu  hampir yang bersamaan air maniku menyemprot kepahanya dan membasahi  telapak tangannya. Kenikmatan yang luar biasa kudapatkan malam ini,  kejadianya begitu saja terjadi tanpa rencana bahkan sebelumnya  membayangkanpun aku tidak berani.
  Sejak kejadian itu, sudah sebulan lebih mertuaku tidak pernah menginap  dirumahku, walaupun komunikasi dengan istriku masih lancar melalui  telpon. Istriku tidak curiga apa apa tetapi aku sendiri merasa rindu,  aku terobsesi untuk melakukannya lebih jauh lagi. Kucoba beberapa kali  kutelepon, tetapi selalu tidak mau menerima. Akhirnya setelah  kupertimbangkan maka kuputuskan aku harus menemuinya. Hari itu aku sengaja masuk kantor separo hari, dan aku berniat  menemuinya dirumahnya, sesampai dirumahnya kulihat tokonya sepi  pengunjung, hanya dua orang penjaga tokonya terlihar asik sedang  ngobrol. Tokonya terletak beberapa meter dari rumah induk yang cukup  besar dan luas. Aku langsung masuk kerumah mertuaku setelah basa basi  dengan penjaga tokonya yang kukenal dengan baik. Aku disambut dengan  ramah oleh mertuaku, seolah olah tidak pernah terjadi sesuatu apa apa,  antara kami berdua, padahal sikapku sangat kikuk dan salah tingkah. "Tumben tumbenan mampir kesini pada jam kantor?" "Ya Bu, soalnya Ibu nggak pernah kesana lagi sih" Mertuaku hanya tertawa mendengarkan jawabanku "Ton. Ibu takut ah.. wong kamu kalau tidur tangannya kemana mana..,  Untung istrimu nggak lihat, kalau dia lihat.. wah.. bisa berabe semua  nantinya.." "Kalau nggak ada Sri gimana Bu..?" tanyaku lebih berani. "Ah kamu ada ada saja, Memangnya Sri masih kurang ngasinya, koq masih minta nambah sama ibunya." "Soalnya ibunya sama cantiknya dengan anaknya" gombalku. "Sudahlah, kamu makan saja dulu nanti kalau mau istirahat, kamar depan  bisa dipakai, kebetulan tadi masak pepes" selesai berkata ibuku masuk ke  kamarnya.
  Aku bimbang, makan dulu atau menyusul mertua kekamar. Ternyata nafsuku  mengalahkan rasa lapar, aku langsung menyusul masuk kekamar, tetapi  bukan dikamar depan seperti perintahnya melainkan kekamar tidur  mertuaku. Pelan pelan kubuka pintu kamarnya yang tidak terkunci, kulihat  dia baru saja merebahkan badannya dikasur, dan matanya menatapku, tidak  mengundangku tapi juga tidak ada penolakan dari tatapannya. Aku segera  naik keranjang dan perlahan lahan kupeluk tubuhnya yang gemulai, dan  kutempelkan bibirku penuh kelembutan. Mertuaku menatapku sejenak sebelum  akhirnya memejamkan matanya menikmati ciuman lembutku. Kami berciuman  cukup lama, dan saling meraba dan dalam sekejap kami sudah tidak  berpakaian, dan nafas kami saling memburu. Sejauh ini mertuaku hanya  mengelus punggung dan kepalaku saja, sementara tanganku sudah mengelus  paha bagian dalam. Ketika jariku mulai menyentuh vaginanya yang tipis  dan berbulu halus, dia sengaja membuka pahanya lebar lebar, hanya  sebentar jariku meraba kemaluanya yang sudah sangat basah itu, segera  kulepas ciumanku dan kuarahkan mulutku ke vagina merona basah itu.
  Pada awalnya dia menolak dan menutup pahanya erat erat. "Emoh.. Ah nganggo tangan wae, saru ah.. risih.." namun aku tak  menghiraukan kata katanya dan aku setengah memaksa, akhirnya dia  mengalah dan membiarkan aku menikmati sajian yang sangat mempesona itu,  kadang kadang kujilati klitorisnya, kadang kusedot sedot, bahkan kujepit  itil mertuaku dengan bibirku lalu kutarik tarik keluar. "Terus nak Ton.., Enak banget.. oh.. Ibu wis suwe ora ngrasakke penak koyo ngene sstt" Mertuaku sudah merintih rintih dengan suara halus, sementara sambil  membuka lebar pahanya, pinggulnya sering diangkat dan diputar putar  halus. Tangan kiriku yang meremas remas buah dadanya, kini jariku sudah  masuk kedalam mulutnya untuk disedot sedot. Ketika kulihat mertuaku sudah mendekati klimax, maka kuhentikan  jilatanku dinya, kusodorkan ku kemulutnya, tapi dia membuang muka kekiri  dan kekanan, mati matian tidak mau mengisap penisku. Dan akupun tidak  mau memaksakan kehendak, kembali kucium bibirnya, kutindih tubuhnya dan  kudekap erat erat, kubuka leber lebar pahanya dan kuarahkan ujung  penisku yang mengkilat dibibr vaginanya.
  Mertuaku sudah tanpa daya dalam pelukanku, kumainkan penisku dibibir  kemaluannya yang sudah basah, kumasukkan kepala penis, kukocok kocok  sedikt, kemudian kutarik lagi beberapa kali kulakukan. "Enak Bu?" "He eh, dikocok koyo ngono tempikku keri, wis cukup Ton, manukmu blesekno sin jero.." "Sekedap malih Bu, taksih eco ngaten, keri sekedik sekedik" "Wis wis, aku wis ora tahan meneh, blesekno sih jero meneh Ton oohh..  ssttss.. Ibu wis ora tahan meneh, aduh enak banget tempikku" sambil  berkata begitu diangkatnya tinggi tinggi bokongnya, bersamaan dengan itu  kumasukkan ku makin kedalam nya sampai kepangkalnya, kutekan ku dalam  dalam, sementara Ibu mertuaku berusaha memutar mutar pinggulnya,  kukocokkan penisku dengan irama yang tetap, sementara tubuhnya rapat  kudekap, bibirku menempel dipipinya, kadang kujilat lehernya, ekspresi  wajahnya berganti ganti. Rupanya Ibu anak sama saja, jika sedang  menikmati sex mulutnya tidak bisa diam, dari kata jorok sampai rintihan  bahkan mendekati tangisan. Ketika rintihannya mulai mengeras dan wajahnya sudah diangkat keatas aku  segera tahu bahwa mertua akan segera orgasme, kukocok ku makin cepat.
  "Ton..aduh aduh.. Tempikku senut senut, ssttss.. Heeh mu gede, enak banget.. Ton aku meh metu.. oohh.. Aku wis metu..oohh." Mertuaku menjerit cukup keras dan bersamaan dengan itu aku merasakan  semprotan cairan dalam vaginanya. Tubuhnya lemas dalam dekapanku,  kubiarkan beberapa menit untuk menikmati sisa sisa orgasmenya sementara  aku sendiri dalam posisi nanggung. Kucabut penisku yang basah kuyup oleh lendirnya knya, dan kusodorkan ke  mulutnya, tapi dia tetap menolak namun dia menggegam penisku untuk  dikocok didepan wajahnya. Ketika kocokkannya makin cepat, aku tidak  tahan lagi dan muncratlah lahar maniku kewajahnya.
  Siang itu aku sangat puas demikian juga mertuaku, bahkan sebelum pulang  aku sempat melakukannya lagi, ronde kedua ini mertuaku bisa mengimbangi  permainanku, dan kami bermain cukup lama dan kami bisa sampai mencapai  orgasme pada saat yang sama
  TAMAT
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Gairah Tanteku yg kesepian..               Apr 1st 2013, 03:30                                                ini terjadi saat gw masih berumur 16thn dan masih bersekolah di salah  satu SMA di Jakarta. Nama gw Doni peranakan Canada – Indonesia so kata  teman-teman wajah gw lumayan….ganteng_hehehe.dengan tinggi 180cm bisa  dibilang gw di atas rata2 jadi bakal gampang ngegaet kaum hawa. Gw lahir  di Canada tapi wktu umur 10thn Papa ditugasin tuk balik lg kerja di  Jakarta so gw juga ikut,mula2 Jakarta asing juga bagi gw tapi lama  kelamaan gw juga dapat terbiasa. Terus terang walau lama tinggal di Luar pemikiran gw lebih condong ke  pemikiran timur coz nyokap tetap berpegang teguh pada adat istiadat  timur and terus menanamkan adat istiadat plus prinsip2 yg keras ma  anaknya.awal mula kisah gw ni dimulai saat musim liburan,bokap n nyokap  gw balik ke Canada tuk liburan tapi gw ga ikut karena males bgt kalo  cuma bentar doank liburan ke sana sogw lebih milih liburan di sini.  Sebelum berangkat Mama bilang ma gw kalau nanti bosen di sini mendingan  jalan – jalan ke bandung aja sekalian jenguk kakek serta tante Anne(adik  mama) dan seingatku Tante Anne dah lama bgt ga ke Jakarta dan Mama  hanya berhubungan via telphone doank. Petualangan dimulai ketika seminggu kemudian gw maen ke Bandung,hari  pertama di Bandung gw habiskan melepas kangen ma kakek. hari kedua di  Bandung gw minta di antar ma supir ke rumahnya tante Anne. Rumahnya  terletak di salah satu kompleks perumahan yg cukup elit di  Bandung,sebelumnya mama sudah menelfon dan memberitahukan kepadanya  bahwa gw akan datang. "Doni…..wahh sudah besar sekali kamu sekarang yah,sudah tidak ngeh lagi  tante sama kamu sekarang…Hahaha" kira-kira begitulah katanya sewaktu  pertama kali melihatku setlah sekian tahun ga ketemu. Wajahnya masih  saja seperti yang dulu seakan tidak bertambah tua sedikitpun. "Oh  yah..tuh supirnya disuruh pulang ja nanti Doni pake aja mobil tante  kalau mau pulang" gw pun mengiyakan dan menyuruh supir pulang. Hari itu  kami banyak bercerita dan tak terasa tiba waktunya untuk dinner. "makan dulu yuk Don…itu sudah disiapkan makanannya sama bibi"katanya  sambil menunjuk pembantunya. "kita tidak menunggu om joe dulu tante"gw  coba menanyakan suaminya."ga usah lah tadi om sudah nelf dan bilang ga  bakal pulang malam ini"tante anne menjelaskan,maklum suaminya tante anne  anak salah satu konglomerat di Bandung.rumah sebesar ini Cuma dihuni  sendirian bersama pembantunya karena walau dah lama menikah tapi tante  yg satu ini mang lom dikaruniai anak.sambil makan kami bercerita panjang  lebar. "kamu berani pulang sendiri semalam ini don"katanya sambil melirik jam  dinding yang sudah menunjukkan jam 21.00. "ahh berani kok tante…"jawab  gw. "mendingan kamu tidur disini aja malem ini deh…nanti tante yang  telephone kakek,lagian diatas kan ada kamar kosong". Aku pun mengiyakan  tawaran tante anne dan dalam hati aku mengira dia menyuruhku menginap  karena takut sendirian,sumpah ga da sama sekali pikiran negatif tentang  tawarannya. "oh iya…kalau mau mandi air panas pake aja kamar mandi di  kamar tante.nanti kamu pakai aja bajunya om joe. Yuk sini"ajak tante  anne.aku pun mengangguk sambil mengikutinya.kamar mandi yang dimaksud  terletak di dalam kamarnya. Lalu dia mengambil T-shirt dan celana pendek untuk gw,gw langsung  membawa pakaian itu ke kamar mandi,abis mandi gw kaget ngliat tante  anne. Dia tidur tengkurap peke aju tidur tipis,kliatan jelas Cdnya tapi  gw gax ngliat tali bra di punggungnya.Terangsang juga ngliat pemandangan  kaya gitu,kayaknya dia tertidur waktu nonton TV karena Tvnya masih  menyala. Gw berjalan ke arah TV untuk matiin tuh TV,melihat adegan panas  yg berlangsung di layar kaca mendadak gw langsung diem n ga jadi  matiin.gw liat kebelakang tante anne masih tidur , sekedar iseng gw  berdiri sambil nonton tuh adegan. Tiba-tiba terdengar teguran halus tante anne diikuti tawa tertahannnya.  Gw malu banget sambil berbalik ke belakang dan mencoba senyum semanis  mungkin_wuakakaka,waktu gw berbalik tante anne dah duduk tegak diatas  kasur. "kirain tante dah tidur"gw coba memecahkan kebuntuan otak sambil  berjalan keluar kamar. "Doni..bisa tolong pijit badan tante ga??….pegel  semua nih"terdengar suara hlaan nafas panjang dan suara kain jatuh ke  lantai.saat gw berbalik mo ngejawab tante anne dah tidur tengkurap but  this time dah tanpa baju tidur,satu-satunya yang masih dipakai cuma  celana dalam….Thanks god >_< " Kayak kucing dikasih ikan asin…gw pun langsung jalan mendekati tante  anne.sedikit canggung langsung gw letakkan tangan di bahunya. "Om Joe  kapan pulang tante?"iseng nanya coz takut di gerebek ma suaminya.  "hhhmmm…kalau om tuh jarang pulang,kebanyakan meeting ke luar kota kayak  sekarang ini"jawab tante anne. "Fffffuuuh…"Ngedenger kata luar kota  helaan nafas panjang terdengar dari mulut gw. "turun dikit donk Don…masa di bahu terus"pinta tante anne,aku pun  langsung menurunkan pijitan ke daerah punggung. Tak lama kemudian "kamu  duduk aja di atas pantat tante…supaya lebih kuat pijitannya…"gw yang  tadi duduk di sampingnya langsung mengambil posisi ke atas pantatnya.  "uungnnnghh…berat juga kamu.."dengus tante anne. "Heehehehe…tadi katanya  disuruh duduk di sini…"jawab gw asal coz dah ga konsen gara2 pantatntya  yang empuk banget. Alat kelamin gw dah tegang banget,sesekali gw tekan  ke belahan pantatnya tante anne. "Sudah belom tan..??dah cape nih!!!"kata gw setelah tangan dah kerasa  pegel. "iyah….kamu berdiri duludeh…tante mu balik…",aku berdiri dan  tante anne sekarang berbalik posisi. Sekarang gw bisa ngliat wajahnya yg  cantik serta payudaranya yang masih kenceng itu tepat di hadapan  gw.puting susunya yang merah kecoklatan terlihat begitu menantang. Gw  sampe bengong ngliat gituan. "hey pijit bagian depan donk sekarang…"katanya. Gw duduk diatas  pahanya,langsung ja gw remas dengan lembuat kedua teteknya.  "Geli….hihihihi"cekikikan dia. gw benar-benar dah ga bisa ngendaliinafsu  gw lagi. Gw tarik celana dalamnya dengan agak kasar,gw akui inilah  pertama kalinya ngliat wanita telanjang secara nyata di depan mata.  Tante anne membuka lebar kedua pahanya begitu celana dalamnya gw lepas  dan langsung mem*knya lengkap dengan sang klitoris yg dihiasi bulu halus  yg dicukur rapi membentuk segitiga indah. "kamu sudah sering beginian  Don…??",tanyanya, "Ehhh…….tidak koq…baru kali ini tante.."jawabku dengan  nafas yang semakin memburu..kata – kata pun sudah sulit tuk gw ucapkan.  Nafas tante anne juga sudah gax tenang,kliatan dari dadanya yg dah  mulai naik turun ga teratur. "Jilatin donk sayang…."katanya memelas dengan mata sayu yang dah sangat  meminta tuk gw puaskan. Mulanya ragu juga tapi gw dekatkan juga kepala  gw ke mem*knya. ga ada bau sama sekali,pasti tante anne rajin ngerawat  MQ'nya. Gw kluarin lidah menjamah mem*knya menjilati dari bawah menuju  pusar . beberapa menit lidah gw bermain dengan mem*knya tante anne sudah  mengerang dan menggelinjang kecil menahan nikmat. Gw berdiri sebentar  dan melepaskan semua pakaian. Bengong dia ngliat kont*l gw yg 18 cm  itu,gw Cuma tersenyum dan melanjutkan permainan lidah gw di mem*knya  dia. Beberaa saat kemudian ia meronta menjepit kepalaku dngan pahanya  lalu menekan kepala gw dengan kedua tangannya supaya lebih menempel lagi  dengan mem*knya yang dah basah…. Ngeliat dia kyak gitu,langsung ja gw kulum klitorisnyadan memainkannya  dengan lidah di dalam mulut, beberapa lama gw meraasakan cairan hangat  semakin banyak mengalir keluar dari alat kelaminnya.  "Aaaarrrrgghhh….jilatan kamu enak banget Don",kata tante anne waktu  mencapai klimaks pertamanya. "benar-benar hebat lidah kamu Don,tante  sudah ga kuat lagi berdiri…dah lama tante ga puas kaya gini",gw Cuma  tersenyum kecil..perlahan ge tarik kedua kakinya ke pinggir tempat  tidur,gw buka pahanya selebar-lebarnya dan skarang mem*knya dah terbuka  lebar. Nampaknya dia masih nikmatin peristiwa tadi dan ga sadar yang sedang gw  lakuin. Begitu dia sadar kont*l gw sudah menempel di bibir mem*knya. Ia  menjerit tertahan,lalu ia pura2 meronta nggak mau,gw juga ga tahu cara  memasukkan kont*l gw karena punya tante anne berbeda banget ma punya  bule yang sering gw liat di DVD2 blue. Lubangnya tante anne kecil banget  mana bisa masuk neh pikir gw. Tiba2 gw ngerasain tangan tante anne  memegang kont*l gw dan membimbing ke mem*knya, "tekan disini yach don…tapi pelan – pelan,punya kamu gede banget…"pelan  ia membantu senjata gw masuk ke dalam mem*knya. Belum sampai sperempat  bagian yang masuk dia dah kesakitan dengan tangan kirinya yg masih  menggenggam kont*l gw menahan laju masuknya agar tidak terlalu deras  sementara tangan kanannya meremas kain sprei,kadang memukul tempat  tidur. Gw ngerasain alat kelamin gw kaya di urut-urut di dalam, gw  berusaha menekan lebih dalam tapi tangan tante anne menahannya. Langsung  ja gw tarik tangannya and gw dorong masuk smua batangan gw yang dah  tegang banget,"Doniii…..",teriaknya sambil meluk badan gw kenceng  banget. Tante anne mengerang dan meronta,gw suka banget sensasi mukanya yang  binal. Ga sabar lagi langsung gw pegang pinggulnya supaya berhenti  meronta. Langsung gw pompa tubuh tante seiring kont*l gw yg keluar masuk  dalam mem*knya, "terusss Doni..puasin tante lagi sayang…",bisik tante  anne di telinga gw sambil matanya merem melek dan kukunya mencakar  seluruh punggung gw . setelah lamaan dikit tante anne menggerakkan  pinggulnya seiring dengan goyangan gw. "tanteeee…..enak banget  goyangannya.."gw mencoba ngeluari kata biar dia lebih bersemangat  nggoyang pinggulnya. Tiba – tiba gw ngerasain mem*knya menjepit barang gw dgn kuat,tubuh  tante anne mulai menggelinjang hebat dengan nafas yang ga karuan. "Tante  sudah mau keluar Don…kamu masih lama ga sayang,tante pengen kita  klimaks bareng",katanya dengan mata merem melek. Aku tak menjawab hanya  mempercpat goyanganku,tante anne menggelinjang dengan hebat,kurasakan  cairan hangat keluar membasahi pahaku…;Kurasakan aku juga sudah mau  keluar,kusemprotkan saja seluruh cairanku di dalam kelaminnya. "Argghhhh  tante… "kataku ketika cairanku membasahi alat kelaminnya dan kulihat  tante anne hanya mendesis panjang……. "Kamu hebat ..sudah lama tante tidak pernah klimaks_kita mandi lagi  yuk..lengket nieh",ia berjalan ke kamar mandi dan aku mengikutinya. Kami  mandi sambil berpelukan di bawah siraman shower air hangat. "Luv u so much tante….",batinku sambil memeluknya
 
 
          Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Ngentot Tante Dewi               Apr 1st 2013, 03:29                                                Hari ini Dewi menerima telepon dari suaminya yang baru saja kembali di  Jakarta. Dari airport suaminya langsung menuju ke kantor, dalam  perjalanan menuju ke kantor, ia menelepon Dewi memberitahukan bahwa ia  sudah berada di Jakarta dan sedang dalam perjalanan menuju ke kantornya,  ia menjelaskan kepada istrinya bahwa kepulangannya memang mendadak  karena ada pertemuan dengan kliennya di Jakarta. Dewi pun hanya  mengiyakan saja tanpa memberikan komentar apapun, batinnya berkata ada  di Jakarta ataupun tidak ada di Jakarta tidak ada pengaruhnya untuk dia,  karena selama ini suaminya tidak pernah memberikan nafkah bathin  untuknya, ia selalu mendapatkan nafkah bathin dari orang lain, jadi  kalau suaminya di Jakarta malah membuat sulit Dewi untuk melakukan  aktivitas seksnya. Rencana Dewi hari ini untuk menikmati batang kemaluan  kenalan barunya menjadi batal karena telepon suaminya tadi, sementara  ia merasakan lubang vaginanya sudah gatal ingin digaruk oleh penis  lelaki lain, tapi apa daya suaminya ada di Jakarta, Dewi takut saat dia  melakukan persetubuhan dengan kenalan barunya dan saat itu juga suaminya  menelpon atau suaminya pulang lebih awal, bisa kacau nanti semuanya.  Akhirnya Dewi membatalkan rencananya untuk pergi keluar pada hari ini,  hatinya berkata biarlah akan kutunggu sampai suaminya pergi keluar kota  lagi, baru kupuaskan dahaga bathinku ini. Siangnya Dewi betul-betul  gelisah, dia betul-betul ingin sekali merasakan sodokan-sodokan batang  kemaluan lelaki, karena menahan desakan hasrat birahinya, kedua pipinya  memerah. Dewi saat itu sedang duduk santai di ruang keluarga menonton TV  tanpa sadar tangannya mulai mengusap-usap bibir vaginanya dari balik  CDnya, saat itu Dewi mengenakan baju model baby doll, roknya sedikit  terangkat sehingga CD putihnya terlihat dan pahanya yang putih mulus pun  terlihat dengan jelas, Dewi yang sedang asyik masyuk tidak menyadari  hal itu, yang ada dalam pikirannya sekarang adalah batang kemaluan  lelaki yang tegang dan besar. Usapan tangannya di kelentitnya membuat  vaginanya mulai basah, Dewi mulai mendesah perlahan, menikmati belaian  lembut tangannya di kelentit dan dibibir vaginanya, tangan kirinya mulai  meremas-remas payudaranya, kedua payudaranya yang tidak mengenakan BH  silih berganti diremas-remas oleh tangan kirinya, ia membayangkan  selingkuhannya sedang meremas-remas kedua payudaranya silih berganti dan  ia juga membayangkan saat itu juga sedang dijilati kelentit dan  vaginanya, vaginanya semakin basah, hasrat birahinya semakin memuncak.  Ruangan keluarga itu letaknya cukup berjauhan dengan dapur dan ruang  makan, jika sedang berada di dapur atau di ruang makan kegiatan apapun  yang terjadi di ruang keluarga tidak akan terlihat dari dapur atau ruang  makan, begitu pula sebaliknya, dan para pembantunya bila sudah selesai  bebenah di ruangan keluarga atau di ruangan lainnya, mereka akan  berkumpul di ruangan mereka. Ruangan itu terletak dekat dengan kamar  mereka yaitu dekat dengan garasi mobil, jadi kegiatan Dewi saat ini  tidak ada satu orang pun yang melihatnya. Gejolak birahi Dewi semakin  meningkat, desahannya semakin sering terdengar, kedua payudaranya yang  tidak mengenakan BH sudah tidak tertutup apa-apa lagi, kedua putingnya  sudah mengeras dan mencuat keluar, CDnya sudah melorot sampai paha, dan  terlihat jari tengah tangan kanannya sudah berada dalam jepitan  vaginanya, dan terlihat jari tengahnya sedang keluar masuk di lubang  vaginanya, terlihat pantatnya naik-turun dari kursinya seiring dengan  keluar masuk jari tengahnya. Dewi yang sedang berusaha keras untuk  mencapai puncak birahinya tidak menyadari ada sepasang mata yang sedang  menyaksikan aksinya. Kedua bola mata yang menyaksikan tingkah Dewi itu  terbelalak, jantungnya berdegup kencang nafasnya memburu, pemandangan  yang disaksikan oleh pemilik kedua bola mata itu, yang dalam mimpinyapun  tidak pernah terbayangkan olehnya. Kedua payudara Dewi yang setengah  terbuka dan kelihatan kedua putingnya dan sedang diremas-remas  bergantian oleh tangan kirinya, kemudian di bawah ia melihat belahan  bibir vagina Dewi yang kadang terlihat dan kadang tidak terlihat karena  jari tengah tangan kanan Dewi sedang keluar masuk di lubang vaginanya  itu, semua itu membuat si empunya mata tersebut berkali-kali menelan  ludah, seumur hidupnya belum pernah ia menyaksikan pemandangan indah  seperti ini. Si empunya mata merasakan penisnya mulai mengeras melihat  semua itu, hampir tanpa berkedip kedua matanya tertuju ketubuh Dewi,  nafasnya semakin memburu melihat ulah Dewi, tubuh Dewi terlihat olehnya  meregang-regang, penisnya semakin mengeras, terlihat celana pendeknya  menggelembung oleh desakan penisnya yang seolah ingin keluar dari  sekapan celana pendeknya, pada saat kepala Dewi mendongak ke belakang,  kedua matanya yang setengah terpejam menangkap sesosok tubuh si empunya  mata tadi. Dewi sungguh kaget sekali karena ada orang yang sedang  menyaksikan ulah liarnya tersebut, aksi liar kedua tangannya berhenti  seketika. "Ehhh, Pono…addaaaaa…apaaa…sedaang apa kamuuu…," Dewi berkata  dengan terengah-engah, kaget dan jengkel karena puncak birahinya tidak  terlampiaskan. "Eeehhh…aaanuuuu…..aaanuuu…bu…," Pono kaget mendengar  teguran Dewi, karena saat itu dirinya sedang asyik melihat aksi  nyonyanya tersebut. Biarpun kaget tapi kedua mata Pono tidak melepaskan  pandangannya dari tubuh Dewi yang masih agak terbuka, hal ini tidak Dewi  sadari karena ia kaget dengan kehadiran Pono di ruangan tersebut, yang  hanya Dewi ingat lakukan saat ia berdiri dari kursinya tadi adalah CDnya  yang ia benahi, sehingga saat ia berdiri berhadapan dengan Pono kedua  payudaranya yang putih mulus itu masih terpampang dengan jelas di  hadapan Pono. "Anu..anu apa," Dewi berkata kepada Pono dengan jengkel,  karena malu dan karena gejolak birahinya tidak terlampiaskan.  "Eeehhh…ini..ini..,Bu. Sayaa…mau minta uang untuk beli bahan pembersih  kolam, yang kita punya sudah habis," Pono menjawab agak tergagap-gagap,  dengan kedua matanya tetap tertuju ke arah payudara Dewi yang  seolah-olah menantang ingin diremas. "Pon, apa yang kamu lihat tadi,  jangan sampai ada orang lain yang tahu, kalau sampai ada yang tahu, kamu  saya pecat," ancam Dewi, dan saat itu kedua mata Dewi melirik ke arah  selangkangan Pono, dan ia melihat tonjolan di celana pendek Pono. Pono  betul-betul merasa ketakutan dan merasa bersalah dengan kelakuannya yang  melihat tubuh Dewi yang setengah telanjang, tapi kedua matanya tidak  pernah beranjak dari payudara Dewi yang menggantung dengan indahnya,  payudara Dewi yang putih mulus dihiasi oleh kedua putingnya yang merah  muda dan sudah menyembul keluar dan mengeras itu. Setelah  menimbang-nimbang dengan segala kemungkinannya, Dewi pun mengambil  keputusan untuk melakukan "quickie sex" dengan Pono, lalu iapun  memerintahkan Pono untuk duduk di sofa. Dewi tahu bahwa penis Pono sudah  pasti sedang berdiri dengan gagahnya di balik celana pendeknya itu.  Hati Dewi mulai ragu antara ingin menikmati sodokan batang kemaluan  lelaki dengan takut akan suaminya pulang lebih awal, ia melirik jam  dinding yang ada di ruangan tersebut, pukul 13.30 siang, hatinya  membatin suaminya tidak mungkin pulang cepat, ia bisa melakukan "quickie  sex" dengan Pono untuk meraih puncak kenikmatannya yang terganggu.  Akhirnya nafsu birahinya mengalahkan akal sehatnya, Dewi pun mengambil  keputusan untuk merasakan batang kemaluan Pono mengaduk-aduk lubang  vaginanya. "Iyyaaa…Bu..saya sumpah tidak akan cerita ke orang lain,"  jawab Pono ketakutan. "Duduk, kamu," perintah Dewi. Pono menuruti  perintah Dewi untuk duduk, iapun duduk di sofa yang ditunjuk oleh Dewi,  dengan hati penuh kebingungan dan dengan tatapan mata yang tidak pernah  terlepas dari payudara Dewi. "Ingat kamu jangan cerita kepada siapapun,  cukup hanya kita berdua yang tahu masalah ini, hhhmmm ..," ancam Dewi  kembali sambil berjalan menghampiri yang sudah duduk di sofa, tanpa  membuang waktu Dewipun mulai menurunkan celana pendek Pono sampai ke  lutut. Batang kemaluan Pono yang sudah tegang terangguk-angguk saat  celana pendeknya terlepas, ternyata Pono pada saat itu tidak mengenakan  CD, Dewi kaget karena ia tidak menyangka bahwa Pono tidak mengenakan CD,  penisnya yang sudah sangat tegang sekali teracung-acung di hadapannya.  "Ingat, Pon, apapun yang terjadi kamu jangan cerita kepada siapapun,"  kembali Dewi berkata. "Iyaah..bu…saaayyyaaa….jaanji…," jawab Pono gagap,  karena ia kaget akan aksi nyonyanya ini yang membuka celana pendeknya.  Ia sendiri bingung, dalam hatinya berkata apa yang dikehendaki oleh  nyonyanya ini, karena belum pernah selama ini ada perempuan yang melihat  penisnya apalagi dalam keadaan tegang, Pono pun merasa malu karena  nyonyanya sudah melihat penisnya yang tegang itu. Tangan kanan Dewi  segera meraih batang kemaluan Pono, iapun segera mengangkang di atas  pangkuan Pono, sementara tangan kirinya meraih CDnya dan menarik salah  satu pinggiran CDnya ke samping, sehingga belahan bibir vaginannya  terlihat dengan jelas oleh Pono, Pono yang belum pernah melakukan  hubungan badanpun dibuat bingung oleh aksi Dewi, dan saat Dewi mulai  mengoles-oleskan kepala penisnya ke bibir vaginanya, Pono merasakan geli  yang aneh saat kepala penisnya bersentuhan dengan bibir vagina Dewi,  penisnya berdenyut-denyut. Tanpa membuang waktu Dewi segera menyelipkan  batang kemaluan tersebut di bibir vaginanya dan ia mulai menekan  pantatnya ke bawah dengan perlahan dan batang kemaluan Pono  perlahan-lahan menyeruak masuk di lubang vagina Dewi.  Ssleeeepppp…..bleeessss….bleeesss…..bleesss… Dengan perlahan-lahan penis  Pono mulai melesak masuk di lubang memek Dewi dan akhirnya terbenam  seluruhnya, Pono merasakan kenikmatan yang luar biasa yang belum pernah  ia alami selama ini, rasa geli yang aneh menyelimuti dirinya, saat  penisnya terjepit dalam lubang vagina Dewi, Pono merasakan penisnya  seperti ada yang meremas-remas. "Ooouuuggghhhh…..," Dewi melenguh saat  lubang memeknya diterobos oleh penisnya Pono. "Eeeeggghhhh……..," Ponopun  mengerang merasakan jepitan lubang vagina Dewi di penisnya. Dengan  kedua tangan bertumpu pada sandaran kepala sofa, Dewi perlahan-lahan  mulai bergerak, menaik turunkan pantatnya, kedua payudaranyapun  terguncang naik turun seiring dengan naik turun pantatnya. Pono yang  masih bingung dengan apa yang terjadi hanya bisa melotot melihat kedua  payudara Dewi yang terombang-ambing di hadapan matanya.  "Aaagghhh…eenaaakkk…Pon, kaamuuu…jangan melongo..saaaajjaa…ooogghhh…  hisap kedduaaa…tetekku… remaaassss….remaaasss…," Dewi mendesah keenakan.  Pono yang mendengar perintah Dewi mulai melakukannya, kedua tangannya  mulai meraih payudara Dewi yang sedang terombang-ambing itu, lalu ia  meremas kedua payudara tersebut, karena belum pernah ia melakukan hal  tersebut, Dewi merasakan remasan tangan Pono di kedua payudaranya agak  kasar, tapi sensasi yang ditimbulkan oleh remasan kasar tangan Pono  membuatnya merasakan hal baru, gairah birahinya yang sempat tertunda  tadi mulai meningkat lagi. Mulut Ponopun mulai bergantian  menghisap-hisap kedua payudara Dewi, hisapan-hisapan mulut Ponopun tidak  beraturan, Pono betul-betul menghisap tetek Dewi seperti ia menyedot  minuman, akibatnya Dewi kembali merasakan sensasi yang berbeda daripada  biasanya, hisapan-hisapan kuat Pono pada kedua teteknya membuat ia  menggelinjang, Dewipun merasakan geli yang aneh di kedua payudaranya  tersebut. Pono yang belum pernah melakukan seks ini, merasakan  kenikmatan yang luar biasa, kenikmatan yang belum pernah ia alami selama  ini, mulutnya mendesah-desah di tengah kesibukannya menghisap-hisap  payudara Dewi, matanya merem melek menikmati jepitan lubang vagina Dewi  pada penisnya, Pono merasakan penisnya bergesekan dengan lubang vagina  Dewi, ia merasakan geli yang luar biasa, penisnya semakin berdenyut  dengan kuat dan semakin menegang, Dewi merasakan penis Pono yang semakin  mengeras. Dewi merasakan penis itu begitu tegang dan keras, dinding  lubang vaginanya merasakan kekerasan penisnya Pono tersebut, cairan  birahinya semakin banyak bercampur dengan cairan birahi Pono, akibatnya  suara berdecak dari pertemuan dua kemaluan merekapun terdengar, menambah  semangat Dewi untuk menaik-turunkan pantatnya. Dewi sudah lupa akan  kemungkinan suaminya pulang cepat, yang ada sekarang ini Dewi betul  menikmati sodokan-sodokan batang kemaluan Pono di vaginanya. Tak lama  berselang Pono melenguh keras, penisnya berdenyut dengan keras, penisnya  mulai menembakkan air maninya. Crreeeettt….creeettt….creeett……. air  mani Pono berhamburan keluar membasahi lubang vagina Dewi.  "Ouuuuggghhh….hhhmmmmmhhh….sssllrrppppp…ssslrrrppp p….hhhmmm…..," Pono  melenguh merasakan letupan-letupan lahar kenikmatannya yang sedang  mengalir dari penisnya membasahi vagina Dewi sambil mulutnya tetap  menghisap-hisap payudaranya. Dewi merasakan letupan-letupan air mani  Pono di dinding vaginanya, ia tahu Pono sudah meraih puncak  kenikmatannya, Dewipun semakin gencar menaik turunkan pantatnya, ia  merasa takut akan tidak berhasil meraih puncak kenikmatannya, karena  penisnya Pono sudah menyemburkan lahar kenikmatan, ia merasa takut bahwa  sebentar lagi batang kemaluan Pono akan melemas setelah menyemburkan  cairan kenikmatan itu.  "Oouuugghh…aaagghhh….ssshhhh..aaagghhh…sssshhhh…aa aaghhhh….. ," Dewi  mendesah keenakan merasakan lesakan batang kemaluan Pono di vaginanya  dan merasakan hangat di dinding vaginanya akibat semburan air mani Pono.  Pono merasa lemas saat penisnya menyemburkan tetes terakhir cairan  kenikmatannya di lubang vagina Dewi, tapi mulutnya masih tetap  menghisap-hisap payudara Dewi, penisnya masih berdenyut-denyut. Dewi  yang merasakan batang kemaluan Pono tidak menyemburkan cairan  kenikmatannya lagi, merasa kaget karena penisnya Pono tidak mengalami  perubahan, Dewi merasakan penisnya Pono masih keras dan tegang, biasanya  batang kemaluan lelaki perlahan-lahan akan menciut setelah melepaskan  cairan kenikmatannya, tapi tidak untuk penisnya Pono, penisnya Pono  sudah berhenti mengeluarkan cairan kenikmatan tapi Dewi masih merasakan  keras dan tegang. Pono yang berhasil meraih puncak kenikmatannya, dalam  sekejap sudah kembali pulih, perlahan-lahan gairah birahinya kembali  bangkit, dengan semangat 45 hisapan dan remasan di payudara Dewi semakin  gencar, ia hanya merasakan sedikit ngilu di kepala penisnya, tapi  lama-lama rasa ngilu itu hilang berganti dengan rasa nikmat. Pono memang  belum berpengalaman dalam hal bersetubuh, tapi stamina tubuhnya  terutama penisnya, betul-betul membuat takjub Dewi. Dewipun semakin  gencar menaik-turunkan pantatnya, dari lubang vaginanya perlahan-lahan  keluar cairan putih yang bercampur dengan cairan bening, cairan itu  keluar seiring dengan keluar masuknya batang kemaluan Pono di lubang  vaginanya, lenguhan-lenguhan nikmat semakin sering terdengar dari mulut  Dewi, sementara dari mulut Pono hanya terdengar dengusan-dengusan  keenakan karena mulutnya masih sibuk dengan kedua payudara Dewi. Kedua  manusia berlainan jenis ini sudah lupa dengan keadaan sekitarnya, yang  mereka tahu hanyalah nikmatnya persetubuhan mereka ini, Dewipun sudah  tidak perduli akan kemungkinan suaminya pulang lebih cepat, yang ia  perdulikan hanyalah meraih puncak kenikmatannya, yang ia perdulikan  hanyalah penisnya Pono yang sedang keluar masuk dalam lubang vaginanya.  Kedua sosok tubuh mereka sudah basah dengan keringat, nafas keduanya pun  terdengar memburu, kedua mata mereka merem-melek menikmati persetubuhan  mereka ini, mereka berdua sudah lupa akan status mereka. "Oouughhh,  Poonnn….kontolmu betul-betul enaaak….kkoontollmu…keras sekali… oougghh…  shhhh….aaahh…sssshh.. aaaahhh…..," Dewi mengerang keenakan merasakan  sodokan-sodokan batang kemaluan Pono di lubang vaginanya, Dewi merasakan  batang kemaluan Pono tegang dan keras seperti kayu saja layaknya.  "Hhmmm…ssllrrppp….hhhmmmm…ssllrpppp….," Pono bergumam keenakan sambil  mulutnya tetap sibuk menghisap tetek Dewi. Remasan tangan Pono di  payudara Dewipun tidak pernah berhenti, tangannya meremas-remas kedua  payudara Dewi dengan agak kasar. Dewipun menggelinjang akibat  hisapan-hisapan kuat mulut Pono dan remasan-remasan kasar di  payudaranya, sensasi yang agak sedikit kasar ini belum pernah dialami  oleh Dewi, kedua puting payudaranya semakin mencuat keluar dan keras,  Dewi semakin mengerang keenakan dibuatnya. "Oouugghhh…aaaaaagghhh…  hiisaaapp…Pooon, hissaaappp…kuaaatt..kuatt…  yachhh…aaaghh…ssshhsss…oougghh.," Dewi mengerang-ngerang merasakan  kerasnya hisapan mulut Pono. "Kaaammuuu…pernah melaakukaan  ini..Pooonn…." tanya Dewi tanpa menghentikan genjotan pantatnya.  "Beeelumm…sssrrrlppp…Bu,…ssslrrpp…,"jawab Pono sambil asyik menghisap  tetek Dewi. Tubuh Dewipun berganti posisi dari setengah berjongkok  sekarang posisinya duduk di atas pangkuan Pono, sementara gerakkannya  yang naik turun sekarang berganti dengan gerakkan maju mudur, kedua  tangannyapun tidak berada di sandaran kepala sofa tetapi sekarang kedua  tangannya sedang meremas-remas kepala Pono yang sedang asyik bermain di  kedua payudaranya. Tali baju Dewi pun sudah terlepas dari kedua pundak  Dewi, akibatnya kedua payudaranya sudah tidak terhalang oleh apapun,  sehingga kedua tangan Ponopun bebas meremas-remas kedua payudara  tersebut. Pono memang baru pertama kali ini melakukan hubungan seks,  tapi karena usia Pono yang masih sangat muda sehingga penisnya yang tadi  sudah mengeluarkan sperma masih berdiri dengan gagahnya dan siap untuk  bertempur kembali, yang kurang dari Pono hanya pengalaman saja, tapi  untuk Dewi itu sudah cukup yang penting penisnya Pono keras dan tegang  dan bisa mengobrak-abrik lubang vaginanya yang haus akan batang kemaluan  lelaki. "Hhhhmmm…ssslrrppp…sssslrrppp…hhmmm….," Pono masih asyik dengan  aksi hisapannya di payudara Dewi, yang satu ia hisap yang satunya ia  remas, kedua payudara Dewi bergantian dihisap dan diremas.  "Ouuughh…aaaaghhhh…ssshh…eenaaakk…Poon…eennaaakk.. nikmaattt sekali…  terus hisaaaapp…reeemaaass….yaachhh…jangan berhentiiii…ouughhh..aaaagghh  ….kontooolllmuuu….eenaaakkk…keeraaassss…….," Dewi merintih-rintih  menikmati semua ini. Gerakan maju mundur tubuh Dewi semakin cepat, Dewi  merasakan kelentitnya geli-geli enak bergesekan dengan jembut Pono,  remasan tangannya di kepala Pono semakin menjadi akibat hisapan dan  remasan Pono di kedua payudaranya. Kepala Dewi bergoyang ke kanan dan ke  kiri, mulutnya merintih-rintih keenakan, matanya merem melek menikmati  sensasi persetubuhan ini. Tak lama berselang gerakan tubuh Dewi mulai  tidak beraturan, tubuhnya mulai mengejut-ngejut, nampaknya puncak  kenikmatannya akan segera ia rengkuh, tiba-tiba Dewi menekan pantatnya  ke belakang seolah-olah ia ingin penisnya Pono masuk dengan biji  pelernya di lubang vaginanya, dan… Sssrrrrr……srrrrrrrr…..ssssrrr…  Memeknya menyemburkan cairan kenikmatannya, cairan hangat itu menyiram  batang kemaluan Pono, Pono merasakan penisnya menjadi hangat oleh  siraman cairan kenikmatan Dewi, Pono juga merasakan dinding vagina Dewi  seolah meremas-remas penisnya.  "OOuuuggggghhh….aakuuu….keluuuarrr…Pooonnn, aaaakuuu…aaagghh..enaakkk  nikkmaaat….aaagghhh….," erang Dewi menikmati puncak kenikmatannya yang  berhasil ia rengkuh. Tubuh Dewi mengejang, gerakannya terhenti,  tangannya meremas kepala Pono dengan kuat, nafasnya tersengal-sengal,  saat vaginanya meneteskan tetes terakhir dari cairan kenikmatannya,  Dewipun melenguh panjang, dinding vaginanya masih berkedut-kedut, yang  dirasakan oleh Pono seolah-olah meremas-remas penisnya. Dengan nafas  yang masih memburu, Dewipun ambruk di atas pangkuan Pono, Pono hanya  bisa diam, dia tidak tahu apa yang harus diperbuat, perlahan-lahan Dewi  membuka matanya lalu berkata, "Kamu suudah keluar, Pon," Tanya Dewi.  "Belum, Bu,"jawab Pono polos. "Hhhmmmm kamu termasuk ayam pejantan  juga," Dewi berkata dengan genit. Dengan perlahan-lahan Dewi mulai  menggerakkan tubuhnya lagi, pantatnya ia maju mundurkan, sehingga batang  kemaluan Pono mulai kembali keluar masuk vagina Dewi. Sebetulnya Dewi  sudah merasa puas dengan pencapaian puncak kenikmatannya ini, tapi  karena dia tahu bahwa Pono belum berpengalaman, akhirnya ia mengambil  keputusan untuk memuaskan penisnya Pono sampai mengeluarkan cairan  kenikmatannya lagi. Pono merasakan kembali penisnya keluar masuk vagina  Dewi, Dewi bergerak dengan cepat, ia ingin cepat-cepat menuntaskan  permainan ini, karena hasrat birahinya sudah terpenuhi dia mulai sedikit  khawatir akan kedatangan suaminya, tubuhnya maju mundur dengan cepat,  penisnya Ponopun akibatnya keluar masuk dengan sangat cepat,  Blleeesssss….sssrrrttt….bleeeessss…ssrtttttt…blees sss….sssrtttt…. Dewi  memaju mundurkan pantatnya dengan cepat, batang kemaluan Ponopun keluar  masuk di lubang vagina Dewi seiring dengan gerakan maju mundur, dengan  gerakan Dewi yang cepat ini membuat Pono agak kesulitan menghisap  payudara Dewi, sehingga yang bisa ia lakukan hanya meremas-remas  payudara tersebut, dan suara erangan Ponopun mulai terdengar jelas.  "Aaaaghhh….ssshhhh…ooougghh….sssshhh… enaaakk…Bu…eenaaakkk…," Ponopun  mengerang kenikmatan, merasakan jepitan memek Dewi di penisnya.  "Ehhmmm…enaak…Pon…aaayoo…keluaaariinn…ceppaat…," Dewipun mendesah. Tubuh  Dewi menghentak-hentak dengan cepat, goyangan pantatnya semakin  bertambah cepat, batang kemaluan Pono semakin mengeras jadinya, Dewi  merasakan batang kemaluan Pono seperti batang kayu yang dimasukkan ke  dalam vaginanya, seluruh dinding vaginanya merasakan kerasnya batang  kemaluan Pono tersebut, gairah birahinyapun menanjak dengan cepat.  "Ouughh…Poon..Koontooollmmmu…..keeraasssss…seekaal liii…sssshhh…aaaggh  nikmaaat betuulll…aaarrggghhh….aaakkuuu…ingin teruuusss…merasakannyaaaa  oooohhhhh….." Dewi merintih-rintih keenakan.  "Aaahhh…iiyaaaahh….mmmmmm….eeennaakkk….ooohhh…puny aa….ibuuu..juga  enaaaak….," Pono mengerang nikmat. Dewi sibuk dengan goyangan dan maju  mundur pantatnya sementara Pono sibuk dengan kedua belah tangannya yang  meremas-remas kuat payudara Dewi. Nafas mereka berduapun terdengar  memburu, puncak pendakian kenikmatan mereka sudah mulai di ambang pintu.  Gerakan Dewipun semakin menggila dan liar, rintihan-rintihannya semakin  terdengar, erangan Ponopun semakin sering terdengar, suara rintihan dan  erangan mereka terdengar bergantian, diselingi dengan suara decakan  akibat beradunya kedua kemaluan mereka, lubang vagina Dewi semakin  banjir, batang kemaluan Ponopun semakin leluasa keluar masuk di lubang  vagina Dewi, tanpa hentinya Dewi melenguh-lenguh keenakan. Tubuh Dewipun  mulai bergerak tidak beraturan, tubuh Pono mulai terlihat mengejang,  otot-otot di tangannya terlihat, puncak pendakian kenikmatan mereka  akhirnya berhasil mereka rengkuh, dengan sekali hentak Dewi menekan  dalam-dalam pantatnya.  Ccrreeeeetttt….sssssrrrrrrr…ccreeetttt…creeeettttt …ssssrrrrrr…..  Kemaluan mereka berdua secara bersamaan menyemprotkan lahar kenikmatan  mereka. "Ooouugghhh…akuuu..keluaarrr..lagiiii…aaaagghhh…en  aaakkk…nikmaattt…. kamuuu betul…betullll…perkaaassaaa….Pooon," erang  Dewi menikmati puncak pendakian kenikmatannya yang kedua kalinya.  "Hhhhhmmm…aaaaahh..ssshh…aaakuuu…jugaa….keluaarrr… Buuu," Ponopun  melenguh keenakan. Tubuh Dewipun ambruk kembali di pangkuan Pono, nafas  keduanya terdengar memburu, perlahan-lahan batang kemaluan Pono mulai  mengecil dan terlepas dari jepitan memek Dewi. Seiring terlepasnya  batang kemaluan Pono dari lubang vagina Dewi kemudian mengalir cairan  putih bercampur dengan cairan bening dan jatuh ke paha Pono. Setelah  nafas mereka kembali normal, Dewi mengingatkan kembali ke Pono untuk  tidak menceritakan kejadian barusan kepada siapapun dan ia juga  mengingatkan Pono untuk kapanpun jika ia sedang ingin melakukan hubungan  badan, Pono harus siap. Dewi juga menambahkan agar Pono bertingkah  seperti biasanya saja, Pono hanya mengiakan kehendak nyonyanya tersebut,  Pono berpikir alangkah bodohnya ia bila menceritakan hal tersebut ke  orang lain yang bisa berakibat ia tidak dapat menikmati tubuh mulus  nyonyanya lagi dan tidak bisa merasakan surga dunia. Ponopun beranjak  setelah mengenakan celananya menuju ke kamarnya, sementara Dewipun  merapikan pakaian dan CDnya beranjak ke kamarnya, Dewi membersihkan  badannya di kamar mandi, setelah selesai mandi Dewi mengambil daster  satu tali yang mini, dalamannya ia hanya mengenakan CD saja tanpa BH,  dan beranjak keluar kamarnya menuju ke ruangan keluarga dan menonton TV  sambil menunggu kedatangan suaminya.
 
 
 
   Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Saat Bersama Tanteku               Apr 1st 2013, 03:28                                                "Kriing.." jam di meja memaksa aku untuk memicingkan mata.
  "Wah gawat, telat nih" dengan tergesa-gesa aku bangun lalu lari ke kamar mandi.
  Pagi itu aku ada janji untuk menjaga rumah tanteku. Oh ya, tanteku ini  orangnya cantik dengan wajah seperti artis sinetron, namanya Ninik.  Tinggi badan 168, payudara 34, dan tubuh yang langsing. Sejak kembali  dari Malang, aku sering main ke rumahnya. Hal ini aku lakukan atas  permintaan tante Ninik, karena suaminya sering ditugaskan ke luar pulau.  Oh ya, tante Ninik mempunyai dua anak perempuan Dini dan Fifi. Dini  sudah kelas 2 SMA dengan tubuh yang langsing, payudara 36B, dan tinggi  165. Sedangkan Fifi mempunyai tubuh agak bongsor untuk gadis SMP kelas  3, tinggi 168 dan payudara 36. Setiap aku berada di rumah tante Fifi aku  merasa seperti berada di sebuah harem. Tiga wanita cantik dan seksi  yang suka memakai baju-baju transparan kalau di rumah. Kali ini aku akan  ceritakan pengalamanku dengan tante Ninik di kamarnya ketika suaminya  sedang tugas dinas luar pulau untuk 5 hari.
  Hari Senin pagi, aku memacu motorku ke rumah tante Ninik. Setelah  perjalanan 15 menit, aku sampai di rumahnya. Langsung aku parkir motor  di teras rumah. Sepertinya Dini dan Fifi masih belum berangkat sekolah,  begitu juga tante Ninik belum berangkat kerja.
  "Met pagi semua" aku ucapkan sapaan seperti biasanya. "Pagi, Mas Firman. Lho kok masih kusut wajahnya, pasti baru bangun ya?" Fifi membalas sapaanku. "Iya nih kesiangan" aku jawab sekenanya sambil masuk ke ruang keluarga. "Fir, kamu antar Dini dan Fifi ke sekolah ya. Tante belum mandi nih.  Kunci mobil ada di tempat biasanya tuh." Dari dapur tante menyuruh aku. "OK Tante" jawabku singkat. "Ayo duo cewek paling manja sedunia." celetukku sambil masuk ke mobil.  Iya lho, Dini dan Fifi memang cewek yang manja, kalau pergi selalu minta  diantar. "Daag Mas Firman, nanti pulangnya dijemput ya." Lalu Dini menghilang dibalik pagar sekolahan. Selesai sudah tugasku mengantar untuk hari ini. Kupacu mobil ke rumah tante Ninik.
  Setelah parkir mobil aku langsung menuju meja makan, lalu mengambil  porsi tukang dan melahapnya. Tante Ninik masih mandi, terdengar suara  guyuran air agak keras. Lalu hening agak lama, setelah lebih kurang lima  menit tidak terdengar gemericik air aku mulai curiga dan aku hentikan  makanku. Setelah menaruh piring di dapur. Aku menuju ke pintu kamar  mandi, sasaranku adalah lubang kunci yang memang sudah tidak ada  kuncinya. Aku matikan lampu ruang tempatku berdiri, lalu aku mulai  mendekatkan mataku ke lubang kunci. Di depanku terpampang pemandangan  alam yang indah sekali, tubuh mulus dan putih tante Ninik tanpa ada  sehelai benang yang menutupi terlihat agak mengkilat akibat efek cahaya  yang mengenai air di kulitnya. Ternyata tante Ninik sedang masturbasi,  tangan kanannya dengan lembut digosok-gosokkan ke vaginanya. Sedangkan  tangan kiri mengelus-elus payudaranya bergantian kiri dan kanan.
  Terdengar suara desahan lirih, "Hmm, ohh, arhh".
  Kulihat tanteku melentingkan tubuhnya ke belakang, sambil tangan  kanannya semakin kencang ditancapkan ke vagina. Rupanya tante Ninik ini  sudah mencapai orgasmenya. Lalu dia berbalik dan mengguyurkan air ke  tubuhnya. Aku langsung pergi ke ruang keluarga dan menyalakan televisi.  Aku tepis pikiran-pikiran porno di otakku, tapi tidak bisa. Tubuh molek  tante Ninik, membuatku tergila-gila. Aku jadi membayangkan tante Ninik  berhubungan badan denganku.
  "Lho Fir, kamu lagi apa tuh kok tanganmu dimasukkan celana gitu. Hayo  kamu lagi ngebayangin siapa? Nanti aku bilang ke ibu kamu lho."  Tiba-tiba suara tante Ninik mengagetkan aku. "Kamu ini pagi-pagi sudah begitu. Mbok ya nanti malam saja, kan enak ada lawannya." Celetuk tante Ninik sambil masuk kamar.
  Aku agak kaget juga dia ngomong seperti itu. Tapi aku menganggap itu  cuma sekedar guyonan. Setelah tante Ninik berangkat kerja, aku sendirian  di rumahnya yang sepi ini. Karena masih ngantuk aku ganti celanaku  dengan sarung lalu masuk kamar tante dan langsung tidur.
  "Hmm.. geli ah" Aku terbangun dan terkejut, karena tante Ninik sudah  berbaring di sebelahku sambil tangannya memegang Mr. P dari luar sarung. "Waduh, maafin tante ya. Tante bikin kamu terbangun." Kata tante sambil  dengan pelan melepaskan pegangannya yang telah membuat Mr. P menegang  90%. "Tante minta ijin ke atasan untuk tidak masuk hari ini dan besok, dengan  alasan sakit. Setelah ambil obat dari apotik, tante pulang." Begitu  alasan tante ketika aku tanya kenapa dia tidak masuk kerja. "Waktu tante masuk kamar, tante lihat kamu lagi tidur di kasur tante,  dan sarung kamu tersingkap sehingga celana dalam kamu terlihat. Tante  jadi terangsang dan pingin pegang punya kamu. Hmm, gedhe juga ya Mr. P  mu" Tante terus saja nyerocos untuk menjelaskan kelakuannya. "Sudahlah tante, gak pa pa kok. Lagian Firman tahu kok kalau tante tadi pagi masturbasi di kamar mandi" celetukku sekenanya. "Lho, jadi kamu.." Tante kaget dengan mimik setengah marah. "Iya, tadi Firman ngintip tante mandi. Maaf ya. Tante gak marah kan?" agak takut juga aku kalau dia marah.
  Tante diam saja dan suasana jadi hening selama lebih kurang 10 menit.  Sepertinya ada gejolak di hati tante. Lalu tante bangkit dan membuka  lemari pakaian, dengan tiba-tiba dia melepas blaser dan mengurai  rambutnya. Diikuti dengan lepasnya baju tipis putih, sehingga sekarang  terpampang tubuh tante yang toples sedang membelakangiku. Aku tetap  terpaku di tempat tidur, sambil memegang tonjolan Mr. P di sarungku. Bra  warna hitam juga terlepas, lalu tante berbalik menghadap aku. Aku jadi  salah tingkah.
  "Aku tahu kamu sudah lama pingin menyentuh ini.." dengan lembut tante berkata sambil memegang kedua bukit kembarnya. "Emm.., nggak kok tante. Maafin Firman ya." Aku semakin salah tingkah. "Lho kok jadi munafik gitu, sejak kapan?" tanya tanteku dengan mimik keheranan. "Maksud Firman, nggak salahkan kalau Firman pingin pegang ini..!" Sambil  aku tarik bahu tante ke tempat tidur, sehingga tante terjatuh di atas  tubuhku.
  Langsung aku kecup payudaranya bergantian kiri dan kanan.
  "Eh, nakal juga kamu ya.. ihh geli Fir." tante Ninik merengek perlahan. "Hmm..shh" tante semakin keras mendesah ketika tanganku mulai meraba kakinya dari lutut menuju ke selangkangannya.
  Rok yang menjadi penghalang, dengan cepatnya aku buka dan sekarang  tinggal CD yang menutupi gundukan lembab. Sekarang posisi kami berbalik,  aku berada di atas tubuh tante Ninik. Tangan kiriku semakin berani  meraba gundukan yang aku rasakan semakin lembab. Ciuman tetap kami  lakukan dibarengi dengan rabaan di setiap cm bagian tubuh. Sampai  akhirnya tangan tante masuk ke sela-sela celana dan berhenti di tonjolan  yang keras.
  "Hmm, boleh juga nih. Sepertinya lebih besar dari punyanya om kamu deh." tante mengagumi Mr. P yang belum pernah dilihatnya. "Ya sudah dibuka saja tante." pintaku.
  Lalu tante melepas celanaku, dan ketika tinggal CD yang menempel, tante terbelalak dan tersenyum.
  "Wah, rupanya tante punya Mr. P lain yang lebih gedhe." Gila tante Ninik  ini, padahal Mr. P-ku belum besar maksimal karena terhalang CD.
  Aksi meremas dan menjilat terus kami lakukan sampai akhirnya tanpa aku  sadari, ada hembusan nafas diselangkanganku. Dan aktifitas tante  terhenti. Rupanya dia sudah berhasil melepas CD ku, dan sekarang sedang  terperangah melihat Mr. P yang berdiri dengan bebas dan menunjukkan  ukuran sebenarnya.
  "Tante.. ngapain berhenti?" aku beranikan diri bertanya ke tante, dan rupanya ini mengagetkannya. "Eh.. anu.. ini lho, punya kamu kok bisa segitu ya..?" agak tergagap juga tante merespon pertanyaanku. "Gak panjang banget, tapi gemuknya itu lho.. bikin tante merinding" sambil tersenyum dia ngoceh lagi.
  Tante masih terkesima dengan Mr. P-ku yang mempunyai panjang 14 cm dengan diameter 4 cm.
  "Emangnya punya om gak segini? ya sudah tante boleh ngelakuin apa aja  sama Mr. P ku." Aku ingin agar tante memulai ini secepatnya. "Hmm, iya deh." Lalu tante mulai menjilat ujung Mr. P.
  Ada sensasi enak dan nikmat ketika lidah tante mulai beraksi naik turun dari ujung sampai pangkal Mr. P
  "Ahh.. enak tante, terusin hh." aku mulai meracau.
  Lalu aku tarik kepala tante Ninik sampai sejajar dengan kepalaku, kami  berciuman lagi dengan ganasnya. Lebih ganas dari ciuman yang pertama  tadi. Tanganku beraksi lagi, kali ini berusaha untuk melepas CD tante  Ninik. Akhirnya sambil menggigit-gigit kecil puting susunya, aku  berhasil melepas penutup satu-satunya itu. Tiba-tiba, tante merubah  posisi dengan duduk di atas dadaku. Sehingga terpampang jelas vaginanya  yang tertutup rapat dengan rambut yang dipotong rapi berbentuk segitiga.
  "Ayo Fir, gantian kamu boleh melakukan apa saja terhadap ini." Sambil tangan tante mengusap vaginanya. "OK tante" aku langsung mengiyakan dan mulai mengecup vagina tante yang bersih. "Shh.. ohh" tante mulai melenguh pelan ketika aku sentuh klitorisnya dengan ujung lidahku. "Hh.. mm.. enak Fir, terus Fir.. yaa.. shh" tante mulai berbicara tidak teratur.
  Semakin dalam lidahku menelusuri liang vagina tante. Semakain kacau pula  omongan tante Ninik. "Ahh..Fir..shh..Firr aku mau keluar." tante  mengerang dengan keras.
  "Ahh.." erangan tante keras sekali, sambil tubuhnya dilentingkan ke kebelakang.
  Rupanya tante sudah mencapai puncak. Aku terus menghisap dengan kuat  vaginanya, dan tante masih berkutat dengan perasaan enaknya.
  "Hmm..kamu pintar Fir. Gak rugi tante punya keponakan seperti kamu. Kamu  bisa jadi pemuas tante nih, kalau om kamu lagi luar kota. Mau kan?"  dengan manja tante memeluk tubuhku. "Ehh, gimana ya tante.." aku ngomgong sambil melirik ke Mr. P ku sendiri. "Oh iya, tante sampai lupa. Maaf ya" tante sadar kalau Mr. P ku masih berdiri tegak dan belum puas.
  Dipegangnya Mr. P ku sambil bibirnya mengecup dada dan perutku. Lalu  dengan lembut tante mulai mengocok Mr. P. Setelah lebih kurang 15 menit  tante berhenti mengocok.
  "Fir, kok kamu belum keluar juga. Wah selain besar ternyata kuat juga  ya." tante heran karena belum ada tanda-tanda mau keluar sesuatu dari  Mr.Pku.
  Tante bergeser dan terlentang dengan kaki dijuntaikan ke lantai. Aku  tanggap dengan bahasa tubuh tante Ninik, lalu turun dari tempat tidur.  Aku jilati kedua sisi dalam pahanya yang putih mulus. Bergantian  kiri-kanan, sampai akhirnya dipangkal paha. Dengan tiba-tiba aku  benamkan kepalaku di vaginanya dan mulai menyedot. Tante menggelinjang  tidak teratur, kepalanya bergerak ke kiri dan kanan menahan rasa nikmat  yang aku berikan. Setelah vagina tante basah, tante melebarkan kedua  pahanya. Aku berdiri sambil memegang kedua pahanya. Aku gesek-gesekkan  ujung Mr. P ke vaginanya dari atas ke bawah dengan pelan. PErlakuanku  ini membuat tante semakin bergerak dan meracau tidak karuan.
  "Tante siap ya, aku mau masukin Mr. P" aku memberi peringatan ke tante. "Cepetan Fir, ayo.. tante sudah gak tahan nih." tante langsung memohon agar aku secepatnya memasukkan Mr. P.
  Dengan pelan aku dorong Mr. P ke arah dalam vagina tante Ninik, ujung  kepalaku mulai dijepit bibir vaginanya. Lalu perlahan aku dorong lagi  hingga separuh Mr. P sekarang sudah tertancap di vaginanya. Aku hentikan  aktifitasku ini untuk menikmati moment yang sangat enak. Pembaca  cobalah lakukan ini dan rasakan sensasinya. Pasti Anda dan pasangan akan  merasakan sebuah kenikmatan yang baru.
  "Fir, kok rasanya nikmat banget.. kamu pintar ahh.. shh" tante berbicara sambil merasa keenakan. "Ahh.. shh mm, tante ini cara Firman agar tante juga merasa enak" Aku membalas omongan tante.
  Lalu dengan hentakan lembut aku mendorong semua sisa Mr. P ke dalam vagina tante.
  "Ahh.." kami berdua melenguh.
  Kubiarkan sebentar tanpa ada gerakan, tetapi tante rupanya sudah tidak  tahan. Perlahan dan semakin kencang dia menggoyangkan pinggul dan  pantatnya dengan gerakan memutar. Aku juga mengimbanginya dengan sodokan  ke depan. Vagina tante Ninik ini masih kencang, pada saat aku menarik  Mr. P bibir vaginanya ikut tertarik.
  "Plok.. plok.. plokk" suara benturan pahaku dengan paha tante Ninik semakin menambah rangsangan. Sepuluh menit lebih kami melakukan gaya tersebut, lalu tiba-tiba tante mengerang keras "Ahh.. Fir tante nyampai lagi"
  Pinggulnya dirapatkan ke pahaku, kali ini tubuhnya bergerak ke depan dan  merangkul tubuhku. Aku kecup kedua payudaranya. dengan Mr. P masih  menancap dan dijepit Vagina yang berkedut dengan keras. Dengan posisi  memangku tante Ninik, kami melanjutkan aksi. Lima belas menit kemudian  aku mulai merasakan ada desakan panas di Mr. P.
  "Tante, aku mau keluar nih, di mana?" aku bertanya ke tante. "Di dalam aja Fir, tante juga mau lagi nih" sahut tante sambil tubuhnya digerakkan naik turun.
  Urutan vaginanya yang rapat dan ciuman-ciumannya akhirnya pertahananku mulai bobol.
  "Arghh.. tante aku nyampai". "Aku juga Fir.. ahh" tante juga meracau.
  Aku terus semprotkan cairan hangat ke vagina tante. setelah delapan  semprotan tante dan aku bergulingan di kasur. Sambil berpelukan kami  berciuman dengan mesra.
  "Fir, kamu hebat." puji tante Ninik. "Tante juga, vagina tante rapet sekali" aku balas memujinya. "Fir, kamu mau kan nemani tante selama om pergi" pinta tante. "Mau tante, tapi apa tante gak takut hamil lagi kalau aku selalu keluarkan di dalam?" aku balik bertanya. "Gak apa-apa Fir, tante masih ikut KB. Jangan kuatir ya sayang" Tante membalas sambil tangannya mengelus dadaku.
  Akhirnya kami berpagutan sekali lagi dan berpelukan erat sekali. Rasanya  seperti tidak mau melepas perasaan nikmat yang barusan kami raih. Lalu  kami mandi bersama, dan sempat melakukannya sekali lagi di kamar mandi.
  *****
  Itulah pengalamanku dengan tante Ninik. Ternyata enak juga bermain  dengan wanita yang berumur 40-an. Semenjak itu aku sering dapat telepon  ajakan untuk berkencan dengan tante-tante. Rupanya tante Ninik  menceritakan hal kehebatanku kepada teman-temannya.
 
 
          Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Istriku ditukar dengan Istrinya Bos               Apr 1st 2013, 03:24                                               Suatu sore di bulan April 2000, aku dipanggil "Big Boss", Pak Gun,  seorang duda berumur 55 tahun, yang sebentar lagi melangsungkan  pernikahannya yang kedua dengan Bu Enny mungkin sekitar umur 40-an,  setengah tua tapi kencang.
  Dengan penuh tanda tanya di benakku, aku masuk ke kantornya saat semua  orang sudah pulang, maklum jam sudah menunjukkan 18:30 sore. "Silahkan masuk!" sapanya ramah dari balik mejanya setelah melihat kehadiranku. "Terima kasih Pak," jawabku. Setelah basa basi sejenak akhirnya Pak Gun mulai menuju poin pembicaraan. "Pak Hendra, mungkin anda masih ingat mengenai kasus di Proyek A dimana  anda adalah orang yang bertanggung jawab untuk itu," katanya dengan  santainya. Serasa petir menyambar di kepalaku. Kasus itu sudah terjadi setahun yang  lalu ketika aku masih di kantor cabang Surabaya dan memang kasusnya  tidak pernah dinyatakan close atau masih open alias menggantung. "Ya Pak!" jawabku lemas, karena bayangan di kepalaku hanya satu yaitu  pemecatan dengan tidak hormat, meskipun semua orang tahu bahwa itu bukan  kesalahanku, tetapi kesalahan orang sebelum aku yang sudah kupecat,  tapi permasalahannya tetap who is responsible at this project.
  "Kamu tahu kan sangsinya sesuai aturan perusahaan!" lanjutnya. "Iii.. ya Pak," jawabku seakan tersekat di tenggorokan, membayangkan resiko yang akan menimpa aku dan keluargaku. "So what's your plan," desaknya. "Saya sudah clarify dengan Internal Audit mengenai hal itu, dan semua  keputusan kembali ke Bapak, jadi saya menunggu guidance dari Bapak,"  jawabku lirih sambil melihat ujung sepatuku. "Apa kamu masih ingin bekerja terus disini, terutama di posisimu yang sekarang ini?" tanyanya selidik. "Tentu Pak, saya masih ingin berkarir di perusahaan ini selama diberi kesempatan." "Kalau kamu aku berikan second chance, apa yang akan kamu berikan padaku?" tanyanya. "Maksud Bapak?" tanyaku balik tidak mengerti. "Apa imbalannya kalau kasus ini aku nyatakan close dan anda bersih." "Terserah Bapak, saya ikuti semua permintaan atau petunjuk dari Bapak," kataku setengah bingung.
  "Semua?" "Ya semua, saya akan berusaha penuhi semua permintaan bapak sejauh saya mampu." "Ha.. ha.. ha.. ha.." tawanya, membuat aku semakin tidak tahu arahnya. "Oke Pak Hendra, aku pegang kata-katamu, kamu kan tahu sebentar lagi aku  akan married dengan Bu Enny, dan aku minta special gift dari kamu  secara pribadi the best gift you ever had," pintanya. "Apa itu Pak, kalau boleh saya tahu, biar tidak salah pengertian,"  tanyaku masih kebingungan."Pak Hendra, you're a lucky guy, you have  beautiful and sexy wife, dia sangat attractive lady terutama kalau pakai  baju pesta, aku tahu itu saat perkimpoian si Erwin (anaknya) tempo  hari, it make me can not forget about her performance," jelasnya. "Maksud Bapak?" tanyaku makin kebingungan. "Mungkin saya bukan a good boss, tapi sebagai seorang laki-laki yang  normal, wajar dong kalau saya ber-fantasy dengan wanita cantik,"  lanjutnya. "Terus..?" tanyaku lagi. "Oke, to the point saja, saya ingin ditemani istrimu semalam sebagai  hadiah ulang tahun dan kompensasi bahwa kasus ini close," katanya tajam  sambil menatap ke arahku. Bagai disambar geledek, aku tidak bisa bekata apa-apa, situasi serba sulit.
 
  Kehidupan keluargaku cukup harmonis meskipun sesekali aku atau istriku  melakukan extramarital tapi itu just for fun dan tanpa beban seperti  ini. "Pak Hendra, permintaanku tidak perlu kamu jawab sekarang, tapi  bicarakan lagi dengan istrimu dan ingat janjimu tadi serta kelangsungan  karirmu di sini, aku tunggu jawabanmu sebelum pesta perkimpoian nanti,"  katanya melihat kebisuanku. Aku tinggalkan kantor dengan perasaan tidak  karuan, anehnya perasaan horny merayap di benakku, secara pribadi tidak  keberatan menyerahkan my beautiful wife pada Boss tapi bagaimana  tanggapan istriku nanti.
  Sesampai di rumah, sambil santai dan deg-degan, kusampaikan masalahku dan akhirnya sampai pada permintaan Pak Gun. "Dasar Boss gila dan tak tahu diri," katanya. Setelah kami diam beberapa saat, akhirnya dia menyerahkan masalah ini padaku. "Kalau ini baik bagi Mas dan kita berdua, aku nggak keberatan kok,  lagian kita juga pernah melakukannya, meskipun dalam konteks yang  berbeda." Plong rasanya mendengar kata-katanya. "Tapi dengan syarat yang akan aku akan bicarakan langsung dengan Pak Gun  nanti kalau waktunya tiba, jangan kuatir Mas, I still love you, this is  for ours," katanya manja. Waktu terus berlalu sejak pembicaraan dengan Pak Gun, dan pesta  perkimpoian tinggal seminggu lagi, hingga akhirnya Pak Gun  mengingatkanku mengenai tawaran itu. "Saya sudah bicara dengan istriku dan dia ingin bicara langsung dengan Bapak kalau Bapak tidak keberatan," jawabku melalui HP. "Oh tentu tidak, bicara dengan wanita secantik dan seseksi istri anda  merupakan kehormatan bagiku, I'm waiting for her call," katanya sambil  menutup pembicaraan. Segera aku hubungi istriku untuk menelepon Pak Gun siang ini.
  Sore hari aku diminta menghadap ke ruangan Pak Gun. "Pak Hendra, istri anda ternyata benar-benar seorang penggoda, makin  besar keinginanku untuk terhadap dia," katanya setelah kami berdua duduk  di sofa ruangan direksi. "Istriku sudah menghubungi Bapak?" "Ya tadi siang, dan dia minta syarat yaitu dia mau menemani semalam tapi  sebelum aku bulan madu dengan Bu Enny," katanya sambil mengambilkan  orange juice dari lemari es. "Istrimu minta pada saat wedding party dia mau melayani disela-sela  acara, di honeymoon suite dan dia minta kalau kamu berminat ikut serta  di kamar itu, sebagai hukuman katanya, dan kalau kamu mau, kamu boleh  join dengan aku malakukannya secara bersama sama. Karena saat itu  waktunya pasti mepet, dia mau malakukan lagi besoknya at any time dengan  syarat aku belum melakukan dengan Bu Enny, dan kamu boleh join terserah  kamu, it's horniest idea I ever heard," jelasnya antusias.
  "Terus menurut Bapak gimana? apa aku harus join?" komentarku. "Aku setujui permintaannya, karena acaranya standing party, I have many  chance to disappear dari party just for quicky dan aku minta dia stand  by di kamar at any time," jelasnya. "Asal kamu tahu, aku sudah reserve 2 suite at same floor, satu untuk  pengantin dan satunya untuk aku dan istrimu, setelah para tamu pulang  istrimu stand by di kamar, kamu bisa pakai juga untuk honeymoon lagi,  tapi harus ready any time for my visit, Anytime!" tegasnya. Aku cuma bisa mengiyakan rencana mereka berdua.
  Hari perkimpoian tiba, sesuai rencana kami berangkat lebih awal, dari  undangan jam 7:00 kami sudah tiba di Hotel Shangrila jam 3 sore, dan  langsung menuju ke suite yang sudah disiapkan untuk istriku, barangkali  Pak Gun mampir sebelum acara dimulai. Sementara istriku menyiapkan diri  di kamar, aku turun ke lobby, jam 6 sore para undangan dan keluarga  sudah kelihatan berdatangan. Aku naik ke atas untuk memberitahu istriku  supaya bersiap ke acara.
  Kupencet bell kamar suite, cukup lama aku menunggu sebelum pintu dibuka  oleh istriku yang cuma berbalut handuk. Diluar perkiraanku ternyata Pak  Gun sudah di dalam kamar, beliau duduk di sofa kamar tidur masih memakai  baju putih lengkap dengan dasi kupu-kupunya, sementara bawahnya cuma  ditutupi handuk putih sama dengan yang dipakai istriku. "Sorry Pak, aku nggak sabar menunggu sampai nanti malam, jadi iseng aku  mampir kemari sambil menunggu Bu Ennie di-make up di kamar pengantin,"  sapanya. "Eh anu nggak apa kok, lagian kita sudah perkirakan, udah lama Pak?" tanyaku setelah bisa menguasai diri. "Tepat setelah kamu keluar kamar ini, aku coba HP ternyata nggak kamu bawa, jadi aku mulai saja, any problem?" jawabnya santai. "No sir, it's okey for me, go head," jawabku, berarti sudah lebih 30  menit dia di kamar berdua dengan istriku, entah apa yang sudah dilakukan  terhadap istriku yang cantik ini.
  Istriku kemudian duduk di sebelah Pak Gun, aku mengambil tempat di sofa  satunya sambil melihat mereka berdua. "Mari sini sayang kita lanjutkan  permainan yang terputus," kata Pak Gun. Dengan sekali tarik, terlepaslah  handuk yang membalut tubuh istriku, kini dia dalam keadaan telanjang di  hadapan Pak Gun, terlihat begitu kontras antara mereka berdua, Lily,  istriku yang cantik, 29 tahun, tinggi 167 cm dan ukuran dada 34B sedang  berpelukan dengan Pak Gun, Boss-ku yang berumur sekitar 55 tahun, dengan  rambut putihnya, meskipun sudah dibilang berumur ternyata postur  tubuhnya masih atletis, maklum sebagai ex tentara dia pasti masih  menjaga kebugaran tuguhnya.
  Pak Gun dengan segera mencium buah dadanya yang kenyal kebanggaanku dari  satu ke satunya, dijilatinya dan sesekali disedot dan dipermainkan  putingnya dengan lidahnya, Lily cuma bisa menggelinjang keenakan sambil  tangannya mulai meraba mencari pinggiran handuk yang dipakai Pak Gun dan  menariknya sehingga terlepas. Terlihat batang kemaluan Pak Gun menegak  ke atas, memang tidak sebesar punyaku tapi cukup hebat untuk ukuran  seusia beliau. Istriku tak mau melepaskan pegangannya di kemaluan Pak  Gun, dikocoknya dan sesekali di putar-putar seperti mainan anak kecil.  "Kita lanjutkan yang tadi ya Pak," bisiknya manja. Tanpa menunggu  jawaban dari Pak Gun, dia berdiri di atas sofa, dikangkanginya Pak Gun,  Boss-ku, dia mengarahkan selangkangannya di muka Pak Gun sementara  beliau mengadah menunggu kedatangannya dengan mulut terbuka dan lidah  menjulur keluar. Unbelievable, Pak Gun yang selama ini dihormati dan  disegani orang sekantor sekarang sedang di antara selangkangan istriku  sambil menjilati vaginanya seperti orang kehausan. Sesaat kulihat  istriku melirik ke arahku sambil tersenyum penuh arti, sementara  tanganku mulai memijit-mijit kemaluanku yang masih tertahan di dalam  celana.
  Tubuh istriku mulai turun-naik di atas wajah Pak Gun seirama dengan  gerakan lidah beliau, disapunya seluruh wajah Pak Gun, sementara tangan  Pak Gun meremas payudara dan pantat istriku."Shit, you're damned old  man, I like your lick, yess terus yaa.." teriak istriku, cukup  mengejutkan, tidak ada satu orang pun berani berkata begitu kasar pada  beliau, tapi kelihatan beliau oke-oke saja.
  Aku sudah tak tahan, kukeluarkan kemaluanku dari celana sehingga sekarang aku bebas memegangi, tapi istriku tahu hal itu. "Mas Hend, this is not for you, you have no turn for this time, It's  Boss only, jangan macam-macam!" ancam istriku, dan aku menurut saja  sambil terdiam. Istriku kemudian duduk di sofa, kakinya dipentangkan lebar dan lututnya ditekuk. "Kiss my ass and lick my pussy, you like it don't you, let my husband  watch his boss doing to his beutiful wife," dia berkata ke Pak Gun. Pak Gun segera berlutut di depannya dan mulai menjilati vagina istriku lagi. "It smell good, yess I like your pussy," kata Pak Gun terus menjilat  sambil memasukkan jari tangannya ke lubang vagina istriku, mulanya satu  kemudian dua dan akhirnya tiga. Dikocoknya vagina istriku dengan jarinya  sementara lidahnya menjilati daerah vagina dan sekitarnya hingga ke  anus. "Ohh yess I like it, yess terus Pak..!" desah istriku, sambil mengangkat  kakinya tinggi ke atas, kemudian ditumpangkannya ke pundak dan akhirnya  kaki mulus itu berpijak ke kepala dan bahu Pak Gun, Boss-ku.
  Pak Gun bangkit dan mengatur posisi kemaluannya di depan vagina istriku,  hanya berjarak satu inchi lagi dari bibir vaginanya, tiba tiba istriku  bangkit dan mendorong tubuh Pak Gun hingga beliau terdorong ke belakang. "I will not let you fuck me unless you promise that you will not fuck  her tonight and also tomorrow, this two days you're mine, deal?  otherwise no more other session after this," ancam istriku kepada Pak  Gun, my Boss.
  Ditariknya istriku ke pelukannya tapi istriku menolak dan tetap duduk di  sofa hingga Pak Gun kembali berlutut di depannya. "I'll do it whatever  you request as long I can fuck you," jawabnya, dan tanpa menunggu lebih  lanjut segera dipeluknya istriku dan tangannya mulai mengarahkan  kemaluannya ke vagina istriku, diusapnya bibir vaginanya dengan kepala  kemaluan dan "Bless.." Tanpa kondom, dengan sekali dorong masuklah  kemaluannya ke dalam vagina istriku yang sudah mulai basah, dia tidak  pernah mengijinkan orang lain bercinta dengannya tanpa kondom, tapi ini  mungkin lain bagi dia. "Kamu akan membayangkan betapa asyiknya bercinta  denganku saat kamu berbulan madu," bisik istriku. Setelah semua masuk ke  vagina istriku, Pak Gun perlahan mulai menggoyang tubuhnya keluar masuk  dan istriku mengimbanginya. Gerakan demi gerakan menambah erotic  berdua, sementara tanganku sudah mulai ikut mengocok kemaluanku, semakin  cepat Pak Gun mengocok istriku semakin cepat pula tanganku mengocok  kemaluanku.
  "Aaah aku keluar.." teriak Pak Gun. Istriku segera mendorong tubuh Pak  Gun menjauh dan memintanya berdiri, sementara dia jongkok di depan Pak  Gun, tepat semprotan Pak Gun keluar ke arah muka dan tubuhnya, kemudian  istriku menjilati kemaluan Pak Gun yang masih belepotan sperma,  dikocoknya kemaluan itu dengan mulutnya hingga bersih. "Aaahh stop  udah.. udah, cukup!" teriak Pak Gun kegelian, sambil menarik kepala  istriku menjauh. Kemudian mereka berdua duduk di sofa dengan lemasnya. "You have incredible wife, I will not let her free tonight," kemudian  dia berdiri mengambil celananya yang tergeletak di ranjang. "Jangan pakai celana dalam dan jangan coba-coba untuk mencucinya!" kata istriku.
  Aku berdiri dan keluar melihat suasana di luar, setelah yakin aman baru  mempersilakan Pak Gun keluar. Sekali lagi french kiss sambil meremas  payudara istriku yang kesekian kalinya."I'll be here, please be ready on  my sign," kata beliau, kemudian keluar menuju kamar pengantin. Mereka  melakukan tak lebih dari 20 menit tetapi rasanya seperti lebih dari satu  jam, kemudian istriku masuk ke kamar mandi. Sebenarnya aku ingin minta  ke istriku sekedar quicky tapi dia menolak dan mengunci pintu kamar  mandi. Beberapa menit kemudian dia sudah keluar kamar mandi dengan  memakai gaun malam yang berbeda dari yang dibawa tadi, berbelahan dada  rendah sehingga tidak memungkinkan dia memakai bra dan punggung terbuka  memperlihatkan punggungnya yang putih mulus, sementara belahan pahanya  cukup tinggi mungkin legih dari sejengkal di atas lutut. Dengan pakaian  ini dia terlihat sangat seksi apalagi ditunjang postur tubuhnya yang  tinggi semampai.
  Tepat pukul 7:00 kami sudah di party hall, sudah banyak pengunjung yang  datang, dari kalangan bisnis dan expatriate, sementara sang mempelai  sendiri belum turun ke ruangan. Kami kemudian berkeliling bersosialisasi  dengan undangan lainnya baik dari kantor maupun dari luar. Sekitar 7:30  sang mempelai masuk ke party hall, diiringi oleh sanak keluarga dan  anak-anaknya, Pak Gun terlihat begitu anggun dan berwibawa, sama sekali  bertolak belakang dengan penampilan dia satu jam yang lalu meskipun  dengan pakaian yang sama. Kami berdua ikut antri untuk memberi selamat  kepada mempelai, ketika tiba giliran kami untuk memberi selamat,  terlihat senyum penuh arti dari Pak Gun. "Terima kasih atas  kedatangannya Pak Hendra, Bu Hendra," katanya kemudian menyorongkan  kepalanya ke istriku untuk sun pipi, kulihat dia membisikkan sesuatu  yang aku tidak tahu pasti. Istriku tersenyum dan istriku melakukan hal  yang sama ke Bu Enny, kemudian kami kembali berbaur dengan undangan  lain. "Apa katanya?" tanyakudengan tersenyum istriku menjawab, "Please  be ready after this, yo're mine tonight." Gila kan itu orang tua.
  Setelah acara resmi, maka beranjak ke acara santai dimana kedua mempelai  sudah berbaur dengan para undangan, terlihat Bu Ennie berdansa dengan  salah satu undangan sementara Pak Gun melakukan hal yang sama. Kami  terpisah, karena istriku ngobrol dengan ibu-ibu lainnya sementara aku  dengan teman kantor maupun rekanan bisnis lainnya. Di kesempatan lain  kulihat istriku berbincang dengan Erwin beserta istrinya, Diana yang  cantik jelita, anak tertua dari Pak Gun, baru menikah 9 bulan yang lalu.
  "Mas, sini sebentar!" tiba-tiba istriku menarikku ke pojok ruangan. "Mas, ternyata Erwin menginap di depan kamar kita, dan kayaknya dia tau  apa yang dilakukan oleh papanya di kamar kita," kata istriku cemas. "Oke nanti aku check deh," kataku menentramkan. Kulihat Pak Gun kelihatan ke arah kami, tapi dia tidak berhenti cuma berkata sambil berlalu. "Lima menit di kamar pengantin." "Gila berani amat ini orang," komentar istriku sambil berjalan menuju  lift meninggalkanku sendiri, aku sengaja tidak ikut karena ingin ngobrol  lebih lanjut dengan Erwin, maka aku dekati dia yang sedang sendiri, si  istri Diana entah kemana. "Nice party," sapaku membuka percakapan, meskipun sekantor aku tidak telalu akrab, mungkin ada gap karena dia anak Big Boss. "Yah.." katanya dingin. "Semua keluarga nginap di sini?" kataku to the poin untuk memancing pembicaraan. "Iya dan kamu bukan keluarga juga ikut nginap," jawabnya kecut dan angkuh. "Kan emang ada keperluan." "Keperluan apa sama Papa, kok sepertinya tidak bisa dilakukan di kantor?"
  "Enggak, cuman masalah pribadi." "Pribadi? Pak Hendra jangan anggap saya bodoh, saya tahu sudah lama Papa  mengagumi istri Bapak yang seksi itu, dia sering tanya ke saya waktu  itu dan mungkin sekaranglah saatnya bagi Papa untuk memenuhi fantasinya.  Aku nggak tahu apa yang diberikan Papa sehingga kamu bisa menyerahkan  istrimu ke Papa, saya yakin bukan masalah uang." "Nothing, just for fun, Papamu secara gentlemen minta dan istriku mau so  what's wrong di antara dua orang dewasa," kataku sedikit berbohong. "Kalau aku yang minta gimana?" "Papamu menggaransi karirku sebagai tawaran, at least selama dia masih menjabat, dan tawaranmu apa?" Dia diam sesaat. "Usulanmu apa?" katanya menyerah. "Karir secara teori sudah ada yang garansi, maka harus lainnya." "Iya apa?"
  Aku pura-pura berpikir sejenak sambil membayangkan Diana yang cantik seperti Diana Pungki. "Aku tidak butuh apa-apa dari kamu, jadi sebenarnya posisi kita sama  dalam hal ini, jadi aku usul, jangan marah kalau nggak setuju bilang  saja tapi tanpa marah, bagaimana kalau kita tukaran saja, kamu dengan  istriku dan aku dengan Diana," usulku dengan sedikit takut. Dia diam sejenak tanpa expresi, tapi jawabannya sungguh mengagetkan aku. "Oke setuju, toh ini bukan pertama kali kami melakukan swaping, tapi  karena istrimu sudah pernah sama Papa maka aku minta nilai lebih atas  Diana, aku minta sekali dengan istrimu tanpa swaping dengan Diana,  bagaimana?" jawabnya. "Emang Papamu dengan Diana tidak pernah.." tanyaku asal-asalan, tapi jawabannya sungguh kembali tidak terduga. "Shit! rupanya Papa sudah cerita banyak tentang Diana, oke-lah terserah kamu-lah, tapi prinsipnya aku setuju saja." "Oke deal, don't worry my friend," jawabku sambil mengajak dia bersalaman.
  "Kapan direalisasi? soal Diana itu urusanku." "Sekarang Ppamu lagi sama istriku di kamar, masa mau ngganggu, dan nanti  malam sepertinya nggak mungkin deh, Papamu mau istriku stand by anytime  malam ini dan besok." "Sebenarnya sih nggak apa, aku sama Papa pernah sih main bareng beberapa  kali, bahkan waktu pertama Papa dengan Diana saat kita bulan madu, kita  main berempat kok, cewek satunya seorang call girl high class, sejak  itu saya tahu kalau ternyata Diana itu bisex, aku sih welcome saja kalau  Diana bawa teman wanitanya ke ranjang dan kita main bertiga, jadi  nothing new for us."
  Istriku berjalan ke arah kami, diikuti agak jauh di belakang oleh Pak Gun yang terlihat tambah segar. "Kok sebentar sayang?" sapaku menyambutnya. Istriku tidak langsung menjawab tapi melihat ke arah Erwin yang berada di sampingku. "Nggak apa sayang, Erwin sudah tahu semuanya kok, bahkan kita ada sedikit bisnis, permainan jadi berkembang." Dia membelalakkan mata ke arahku, entah apa yang ada dalam pikirannya,  Erwin hanya tersenyum dan meninggalkan kami berdua ke kelompok lainnya. "Apaan sih?" katanya masih tidak mengerti. "Entar aku jelasin, eh gimana barusan," tanyaku. "Nggak ada yang istimewa, Pak Gun masuk ke kamar sebelum aku datang dan  begitu masuk langsung saja aku didekap dari belakang, kemudian diciumnya  tengkuk dan leherku sementara tangannya mulai menyelip dan meremas  payudaraku."
  Istriku berhenti sesaat ketika ada orang lewat di dekat kami, kemudian  dia melanjutkan. "Aku nggak mau kalah kuremas pula kemaluannya, ternyata  sudah sangat menegang, dan dia minta blowjob. Kubuka restluiting,  kukeluarkan batang yang sudah menegang itu dan langsung saja aku kulum  tapi itu nggak lama kemudian tubuhku ditarik ke atas dan diputar  membelakanginya, Pak Gun lalu mengangkat rokku sehingga tampak celana  dalam merah, tanpa membukanya segera disapukannya kepala kemaluannya ke  bibir vaginaku, entah karena ludah atau karena sudah basah tanpa susah  dia bisa memasukkan kemaluannya melalui celah celana dalam, terus  didorongnya aku ke dinding sehingga cuman bersandar di dinding sementara  dari belakang dia mengerjai aku, disodoknya semakin lama semakin cepat  dan keras."
  Untuk kesekian kalinya, istriku harus menghentikan ceritanya karena  banyaknya orang lalu lalang di sekitar kami, semantara kemaluanku  sendiri sudah mulai menegang mendengar ceritanya. "Tau nggak Mas,  meskipun udah seumur dia, ternyata dia bisa melakukan itu 10 menit tanpa  berhenti, dengan posisi seperti itu, aku sendiri nggak nyangka lho.  Kemudian dia mengeluarkan spermanya di dalam, ternyata cukup kuat juga  semprotannya terasa begitu membasahi seluruh dinding dalamku. Lalu  seperti biasa, aku kulum untuk bersihkan kemaluannya, ini yang paling  dia suka, belum pernah dia mengalami seperti itu. Mas aku terkejut  sekali ketika aku kulum terakhir dia bilang, Ly kamu lebih hebat  daripada Diana, gila nggak Mas."
  "Aku tahu jawabannya, itulah yang barusan aku sebut permainan  berkembang, teruskan ceritamu," jawabku sambil memperhatikan Diana yang  berdiri tak jauh dari tempat kami. "Iya itu, setelah selesai aku kulum habis, dia minta aku kembali ke  pesta tanpa celana dalam, ya seperti sekarang ini, dan aku diminta ready  setiap saat Pak Gun ada kesempatan." "Jadi sekarang kamu nggak pakai underwear sama sekali," tanyaku terkejut sambil memegang pantat dia yang ternyata memang polos. "As you feel it." "Menurut kamu Erwin bagaimana orangnya?" tanyaku mulai memancing. "Nice guy, dingin dan agak angkuh mungkin karena anak boss ya, dan  senyumnya itu dingin-dingin menghanyutkan," jawabnya sambil melihat ke  arah Erwin yang berdiri di samping Diana. "Tadi Erwin ngajak kita orgy, menurut kamu gimana?" tanyaku. "Mas tertarik sama Diana ya, kelihatan tuh maunya, aku sih oke-oke saja, jawabnya sambil menggodaku. "Lelaki mana sih yang nggak tertarik sama cewek kayak Diana," jawabku membela diri. "Pak Gun gimana?" tanya istriku.
  Aku berpikir sejenak nggak tahu mau dikemanakan beliau. "Kita tanya saja sama mereka nanti," jawabku sambil menuju pasangan Erwin dan Diana. Ternyata usulan Erwin lebih gila lagi, dia akan mengajak Papanya untuk  bergabung bersama, kemudian Erwin menghampiri ayahnya, mereka terlihat  berbicara serius sambil berbisik seolah tidak mau menarik perhatian  undangan lainnya. Sesaat kemudian Erwin kembali bergabung dengan kami,  "Beres!" katanya. "Aku bilang bahwa ini adalah hadiah ulang perkimpoian  yang paling hebat yang pernah ada, soal Bu Enny itu urusanku, kasih saja  obat tidur pasti teler sampai pagi seperti kecapekan."
  Jam 9:30 para undangan sudah mulai berpamitan dan setengah jam kemudian  kami berempat, aku dan Lily istriku, Erwin dan Diana istrinya naik ke  kamar kami, sepertinya everything is running well. Kami ngobrol sambil  nonton TV, aku dengan Diana di satu sofa tempat Pak Gun "mengerjai"  istriku, semantara di sofa lainnya Erwin duduk berimpit dengan Lily.
  Sambil nonton TV, tangan-tangan kami sudah mulai aktif merambah ke tubuh  pasangan masing-masing, pertama kali yang menjadi sasaranku adalah buah  dada Diana yang montok, sepertinya 36C kemudian bibirnya yang seksi,  segera kukulum karena dari tadi memang sudah menjadi perhatianku di  kedua area tubuh Diana di samping lehernya yang jenjang putih. Sedangkan  Erwin sepertinya tak mau kalah, sepintas kulirik ternyata mulutnya  sudah mendarat di dada istriku, karena gaun malam Lily memang cukup  mudah untuk dibuka sehingga dalam hitungan detik gaun itu sudah merosot  setengah badan, tampaklah kulit Lily yang putih mulus itu. Sementara aku  sedikit kesulitan membuka baju tradisional Diana yang cukup kompleks  sehingga progress-nya terhambat. Sejauh ini hanya berhasil membuka  kebaya bagian atas saja, meskipun sudah cukup menikmati bagian bukit di  dada Diana yang montok, tapi masih jauh dari memuaskan. Sementara Erwin  sudah berhasil melucuti gaun malam istriku dengan suksesnya yang sudah  tergeletak di kakinya sehingga Lily totally telanjang, dan Erwin sendiri  sudah tidak bercelana lagi.
  Sedangkan aku, masih berkutat dengan kebaya si Diana, meskipun kami  masih tetap berciuman tapi tanganku harus kerja keras untuk melucutinya,  sengaja aku tidak mau melepas bra-nya supaya lebih penasaran, sedangkan  Diana dengan mudahnya melepas celanaku, seperti halnya Erwin, aku juga  sudah bottomless, dan Diana tanpa henti terus meremas dan mengocok  kemaluanku yang sudah menegang. Erwin sudah berjongkok di antara kaki  istriku, dijilatinya vaginanya, kulihat istriku sudah mulai merem-melek  dan mendesah keenakan, Erwin tak lupa memasukkan tangannya ke lubang  vagina, sementara lidahnya menyapu bibir vagina dan sekitarnya.
  Setelah dengan perjuangan keras, akhirnya terlepaslah kebaya bawahnya  sehingga Diana sekarang hanya memakai bikini. Bra hitam berenda selaras  dengan celana dalamnya, menambah pesona seksi pada diri Diana, tapi aku  tidak membiarkan diriku terlalu lama terpaku menikmati keindahan  tubuhnya, kupeluk tubuhnya dan kembali kami berciuman, dari bibir turun  ke leher terus mampir ke belahan buah dadanya. Segera kulepas bra yang  tanpa tali penyangga itu sehingga tersembullah buah dada yang putih,  montok dengan puting masih kemerahan, meskipun tidak sekencang punya  istriku, tapi cukup membangkitkan gairah. Tanpa membuang waktu lebih  lama lagi, kudaratkan mulutku untuk menjilati, mengulum dan  mempermainkan puting yang menantang itu, sementara tanganku sudah  menyelip di dalam celana dalamnya, ternyata shaved dan basah.Bajuku  sudah terbang entah kemana, ciumanku terus turun hingga ke daerah  selangkangannya, kupelorotkan celana dalamnya maka terlihatlah bukit  gundul di antara kakinya, sungguh indah dan menggairahkan. Aku berlutut  di depan bukit itu dan mulai menjilati bibir vaginanya dengan mudah  karena tidak ada rambut di sekitarnya, kupakai teori ABC untuk  mempermainkan klitoris dan vaginanya, cairan dari dalam vagina terasa  lain dengan punya Lily begitu juga aromanya, dipermainkan seperti itu  Diana mulai menggelinjang, mengerang dan mendesah hingga kakinya  dinaikkan ke kepalaku untuk mempermudah jilatanku padanya.
  Erwin sudah berganti posisi dengan istriku, Lily berlutut di antara kaki  Erwin sambil mengulum kemaluannya, dijilatinya kemaluan itu dari kepala  terus turun hingga ke kantong pelir begitu berulang-ulang, Erwin  mendesah-desah, tangannya meraih rambut istriku dan memaksanya untuk  mengulum kemaluannya lebih dalam, ditarik dan didorongnya kepala istriku  pada kemaluannya.
  "Ding.. dong.." bel pintu berbunyi mengganggu konsentrasi kami berempat. "Pasti Papa," kata Erwin dan meminta istriku untuk membuka pintu. Dengan tetap bertelanjang istriku membuka pintu kamar dan menyambut kedatangan Pak Gun. "Aku adalah tamu kehormatannya, dan dua bidadari ini adalah my prize,  kenapa kalian mulai pesta tanpa menunggu kehadiranku?" protesnya. Tanpa menunggu tanggapan dari lainnya, digandengnya istriku dan menuju  Diana yang kakinya masih dikepalaku, kemudian beliau mengajak kedua  bidadari telanjang ke ranjang. "Sebagai hukuman kamu berdua hanya boleh melihat tanpa menyentuh sampai  aku ijinkan," lanjutnya sambil kedua bidadari telanjang itu melepas  pakaian beliau. "Tapi Pa.." protes Erwin. "Tidak ada tapi, kamu sendiri yang bilang kalau Diana sebagai hadiah  untukku malam ini," potong Pak Gun sambil mulai mencium bibir istriku,  sementara Diana yang kebagian melepas celananya langsung memainkan alat  kejantanan mertuanya yang memang sudah telanjang.
  Dilayani dua bidadari cantik dan seksi seperti Diana dan istriku, gairah  si tua Pak Gun kelihatan begitu menggebu, dilumatnya bibir istriku  dengan ganas sementara tangannya meremas remas payudaranya, dan Diana,  menantunya yang cantik dengan asyiknya mengulum alat kejantanan Pak Gun,  sang mertua. Hebatnya lagi disaksikan oleh suami dari kedua bidadari  itu tanpa bisa berbuat apa-apa. Aku segera mengambil kursi di samping  ranjang untuk segera menikmati pertunjukan ini, tanpa sengaja tanganku  mulai meremas-remas kemaluanku sendiri yang dari tadi sudah basah,  hasrat untuk memasukkan alat kemaluanku ke mulut Diana yang seksi itu  ternyata belum kesampaian.
  Sementara Erwin masih berdiri terpaku entah karena melihat bagaimana  Papanya dilayani oleh istrinya atau karena hasrat untuk menikmati  istriku tertunda dan didahului oleh Papanya.Kedua bidadari itu berganti  posisi, istriku sudah di bawah mempermainkan kejantanan beliau,  dikulumnya sampai mulut dia menyentuh pubic area, berarti semua batang  kejantanan itu berada di dalam mulutnya, maklum dia biasa dengan punyaku  yang jauh lebih besar dan panjang, terus dikeluarkan perlahan-lahan dan  dimasukkan lagi makin lama makin cepat hingga Pak Gun yang lagi  mengulum puting buah dada menantunya kelojotan, entah mungkin sedikit  menggigit puting menantunya, karena Diana tampak sedikit nyengir.
  Tangan Pak Gun meremas buah dada menantunya yang montok sementara  mulutnya masih di satunya, semakin cepat gerakan istriku di alat  kejantanannya dan dibantu belaian tangan Diana di sekitar daerah  kejantanan itu, maka semakin keras dia meremas dan menyedot puting merah  mudah itu.Sungguh pemandangan yang sangat erotis melihat Pak Gun yang  sudah berambut putih dikerjain oleh dua bidadari cantik dan muda dengan  full service. Melihat posisi istriku yang nungging sehingga vaginanya  tepat ke arah Erwin berdiri seolah mengundang apalagi dengan disertai  goyangan erotic menggoda, Erwin melangkah mendekat tapi aku peringatkan  dengan aba-aba sehingga dia membatalkan niatnya.
  Diana merangkak ke atas, dan membalikkan tubuhnya menghadap ke arah  istriku, dikangkanginya mertuanya tepat di atas mukanya, kemudian  tubuhnya diturunkan sehingga mulut mertuanya tepat di depan vaginanya,  sang mertua mulai mempermainkan vagina menantunya sementara istriku  masih asyik mengulum dan menjilati kemaluan Pak Gun. Diana mengatur  posisinya ke "69" dengan mertuanya sehingga sekarang ada dua mulut  bidadari memainkan kejantanan Pak Gun, istriku dan Diana menantunya yang  mengulum secara bergantian. Tak tahan lebih lama lagi, Pak Gun meminta  kedua bidadari bertukar posisi, istriku duduk di mukanya semantara  beliau meminta menantunya langsung memasukkan kejantanannya ke vaginanya  dengan posisi on top.
  Two angel on top, one fuck by tongue another one by penis, it's  incredible. Diana sepertinya tak mau membuang kesempatan, dia menggoyang  pantatnya dengan liar dan cepat, naik turun tanpa menghiraukan desahan  kenikmatan dari mertuanya. Diremas-remasnya sendiri buah dadanya  sehingga menambah erotic pertunjukan ini. Diperlakukan sedemikian, it's  too much bagi orang seusia Pak Gun, tak lama kemudian, "Shit I'm coming,  Diana I'm coming," teriaknya, tapi menantunya tak menghiraukan tubuhnya  tetap bergerak erotis di atas mertuanya, hingga akhirnya wajahnya ikut  menegang, tangannya mencengkeram erat kaki mertuanya, ternyata dia juga  orgasme mengikuti mertuanya. Diana turun dari mertuanya dan menjilati  sisa sperma yang belepotan di alat kejantanan mertuanya, istriku  mengikuti Diana ikut meremas-remas kejantanan Pak Gun hingga habis dan  terkulai lemas.
  Para suami hanya bisa memegang dan mengocok sendiri kemaluannya, sambil  menikmati pertunjukan bagaimana istrinya melayani mertua dan bossnya.
  Diana turun dari mertuanya dan menjilati sisa sperma yang belepotan di  alat kejantanan mertuanya bercampur dangan cairannya, istriku mengikuti  Diana ikut meremas remas kejantanan Pak Gun hingga habis dan terkulai  lemas. "It's my turn," pikirku bersiap menyambut Diana. "Guys, you may have Diana for next one hour, but Lily is absolutely mine tonight, no one may do her." Erwin kelihatan kecewa, berarti dia harus menunda lagi menikmati layanan istriku.
  Diana turun dari ranjang menuju ke kamar mandi, tatanan rambutnya sudah  acak-acakan begitu juga dengan make up di wajah dan baunya sudah  bercampur dengan aroma sperma. Sementara di atas ranjang, istriku  tiduran dipelukan Pak Gun yang kelihatan masih kelelahan, tangan istriku  masih tetap mengelus kejantanan beliau dengan lembutnya sesekali  diciumnya wajah Pak Gun dan beliau membalas dengan mengelus rambut  hitamnya.
  Sepuluh menit kemudian Diana keluar dari kamar mandi masih bertelanjang  ria, aromanya sudah berbau aroma wangi, dan tanpa make up dia kelihatan  lebih cantik alami meskipun rambutnya sedikit acak-acakan. Dia menuju  kami dan duduk di tengah antara aku dan suaminya."Ke ruang tengah yuk,  nonton TV!" ajaknya sambil meneguk orange juice-nya.
  Kami bertiga menuju ruang tengah, kutinggalkan istriku yang sedang dalam  pelukan Pak Gun, entah apa yang akan beliau lakukan terhadapnya. Agak  canggung juga aku begitu bertiga dengan Diana dan suaminya, ada perasaan  tidak enak dan segan terhadap Erwin. Untunglah Diana segera membaca  situasi ini, maka kembali dia duduk di antara aku dan suaminya di tempat  semula kami melakukan foreplay.
  Beberapa saat kemudian, memecahkan kecanggungan, Diana mulai ambil  peranan. Tangannya meraba ke pahaku sementara tangan lainnya mengelus  kemaluan suaminya sambil berciuman. Aku membalas dengan memeluk dan  meremas payudaranya dari belakang ketika mereka berciuman, sesekali  tanganku dan tangan Erwin bersentuhan saat meremas daerah yang sama.  Diana mulai mengelus dan meremas kemaluanku yang mulai mengeras dan  tangan satunya melakukan hal yang sama pada suaminya, dia berjongkok di  depanku tangan kirinya masih di kemaluan suaminya, sambil mengocok punya  suaminya mulutnya mulai menjilati kepala kemaluanku, dia kelihatan  kesulitan memasukkan kepalaku ke mulutnya apalagi sampai batangnya.
  Memang kelihatan sekali kalau kemaluanku yang 17 cm dan garis tengah 4  cm, jauh lebih besar dan lebih panjang dibanding punya Erwin yang  mungkin cuma 14 cm dengan garis tengah tidak lebih dari 2,5 cm, hampir  sama dengan punya Pak Gun. Susah payah dia memasukkan ke mulutnya, tapi  cuma kepalanya saja yang bisa masuk, kupaksakan dia memasukkan semuanya.  Kepala Diana aku pegangi dan dorong supaya lebih masuk lagi  kejantananku ke mulutnya, tapi dia hanya mampu mengakomodasi setengahnya  saja, kutarik rambutnya ke atas, dan kembali kudorong ke bawah, lebih  lama lebih cepat, sama seperti yang dilakukan mertuanya ke istriku, I  want fuck her mouth, dan hingga disini hasratku terhadap dia sementara  terpenuhi. "Gila punyamu gede banget, the biggest I've ever get dan bentuknya antik  lagi, melengkung ke bawah, pasti aneh deh rasanya," katanya sambil  menatap kagum ke arahku. Kemudian dia ganti ke suaminya yang dari tadi memandangiku memaksa  istrinya mengulum dan fuck her beautiful wife's mouth. Belum sempat  Diana menjilati kemaluan suaminya, tiba-tiba Pak Gun keluar dari kamar  tidur. "I need one guy to help me, aku perlu start up," katanya mengagetkan kami.
  Tanpa menghiraukan istrinya yang ada di depannya, Erwin segera berdiri menawarkan diri. "Aku mau asal berperan aktif tanpa diatur lagi," usulnya. "Ayo cepat, bikin dia sesukamu," jawabnya sambil menuju ke tempat tidur  kembali dan diikuti Erwin yang membiarkan istrinya masih jongkok di  bawah. "Kita pindah ke kamar yuk! Lihat apa yang dilakukan suami dan mertuamu pada istriku," ajakku meminta persetujuan Diana. Diana rupanya cukup mengerti dan mengangguk tanpa suara.
  Di atas ranjang, Erwin sudah berada di antara kaki istriku yang  telentang, sementara Papanya berlutut di dekat kepala istriku sambil  menyodorkan kemaluannya ke mulut istriku, dia menerima kemaluan itu  dengan mulut terbuka karena sedang mendesah kenikmatan di kerjain sama  Erwin dari bawah. Tanpa menunggu lebih lanjut, Pak Gun segera mengocok  kemaluannya ke mulut istriku hingga masuk semua, itu bukanlah hal sulit  bagi Lily untuk melayani semua itu, karena merupakan kesukaannya. Aku  mengambil tempat duduk di dekat ranjang dan memangku tubuh telanjang  Diana. Sambil melihat istriku bermain threesome di ranjang, tanganku  meraba dan meremas payudara Diana, begitu juga dia membalas remasanku  terhadap kemaluanku, sepertinya dia gemas banget dengan punyaku.
  Sesekali kukulum putingnya dengan gigitan-gigitan ringan, sesekali  kusedot dengan kerasnya sampai dia mendesah, tergantung suasana di atas  ranjang. Teriakan dan desahan istriku ternyata berpengaruh besar  terhadap suasana di kamar itu, semakin mendesah-desah kedua bapak  beranak semakin liar dan aku dengan Diana juga semakin agresif. Di  ranjang istriku dalam posisi merangkak mengulum kemaluan Pak Gun yang  sedang duduk selonjor sedangkan Erwin menjilati vagina hingga anus  istriku, sementara dua jari Erwin mengocok-ngocok lubang vaginanya. Aku  mengikuti, kumainkan klitoris Diana dengan dua jariku dan kukocok  seirama dengan kocokan suaminya pada istriku, Diana mulai ikut mendesah  keenakan. Rambutku dijambaknya, tapi tak kupedulikan kukocok vaginanya  semakin cepat. "Ssshh aahh.. ayo Mas, jangan goda aku gini, aku ingin  merasakan nikmatnya alat kejantananmu, sshh.. come on!" desahnya  ditelingaku. Erwin sudah mulai mengusapkan kepala kemaluannya ke bibir  vagina istriku, saat-saat yang sudah dari tadi dia nantikan, dan dengan  sekali dorong batang kemaluan yang tidak besar itu tertanam semuanya ke  dalam vagina istriku. "Aahh sshh he emm.." desah istriku sedikit kaget  tanpa melepas kulumannya pada Pak Gun.
  Melihat demikian, tangan Pak Gun kembali menjambak ringan rambutnya dan  lagi mendorong ke atas dan ke bawah seirama kulumannya. Erwin langsung  mendorongkan maju-mundur dengan keras dan cepat tanpa ampun seolah tiada  hari esok, semakin keras Erwin mendorong semakin dalam juga kemaluan  Pak Gun masuk ke dalam mulutnya, double action effect. "Mmm ss..  eeghh.." desahan istriku tidak bisa lepas karena tersumbat kemaluan Pak  Gun. "Sshh ayo dong Mass, tuh suamiku udah masuk ke istrimu.." Diana  merajuk memancing sambil memutar tubuhnya untuk mengisi vaginanya dengan  penisku, tapi aku ingin posisi lain, kuingin melihat expresi Diana saat  pertama kali penisku memasukinya dan aku ingin mempermainkannya, aku  ingin menikmati desahnya, aku ingin merasakan hasratnya, aku ingin  merengkuh gairahnya.
  Kami berubah posisi, dia duduk sementara aku jongkok di depannya,  sengaja aku tidak mau menjilati vaginanya, karena tentu masih ada sisa  sperma mertuanya. Posisi kemaluanku sejajar dengan vaginanya, aku ingin  untuk mamasuki dari depan untuk pertama dia merasakan punyaku. Kusapukan  kepala penisku di bibir vaginanya, terasa sedikit aneh karena tidak ada  bulu kemaluannya, kuusapkan di sekeliling hingga dia menggelinjang  kegelian tak sabar. Perlahan lahan kumasukkan kepala penisku ke lubang  kemaluannya very slowly, tapi dia sudah mulai menegang, didorongnya  tubuhku seolah menolak kumasuki, kutarik balik dan kembali kuusapkan di  luar vaginanya yang sudah basah.
  Lagi kudorongkan pelan-pelan, sedikit demi sedikit, Diana menggigit  bibir bawahnya entah menahan sakit atau menahan nikmat, kepala penis  sudah masuk kutarik sedikit dan kumasukkan lagi lebih dalam begitu  seterusnya hingga separuh batang kemaluanku sudah berada di dalam vagina  Diana. Tangannya mencengkeram tanganku dan kepalanya menengadah  menjerit. "Aaahh shit, soo.. big, aahh ss.." desahnya. Tak kusangka  vagina Diana masih terasa sempit dan mencengkeram kemaluanku dari dalam,  mungkin karena dia ikut tegang. Erwin dan Papanya sudah berganti  posisi, Pak Gun sedang menyodokkan kemaluannya ke vagina istriku dan  Erwin menggantikan posisi Papanya to fuck her mouth.
  Setelah tarik-dorong tarik-dorong beberapa lama akhirnya semua  kemaluanku bisa masuk ke vagina Diana, kudiamkan sesaat memberi  kesempatan padanya untuk menikmatinya. "Gila vaginaku terasa begitu  penuh menyentuh dinding dinding yang selama ini tidak pernah tersentuh,  yess I like it, aku akan merindukan saat saat seperti ini," katanya  lirih memandangku dengan tatapan aneh.Perlahan mulai kutarik keluar dan  perlahan lagi kudorong masuk, sampai saatnya dia siap maka aku mulai  mempercepat frekuensi tarik-dorong semakin lama semakin cepat dan tambah  keras, kuhentak hentakkan pinggulku ke pinggulnya seolah menjebol  seluruh dinding vagina dan rahimnya.
  "Aaahh.. Mass.. yess.. oohh.. god yess.." desah atau teriakannya  memenuhi ruangan tidur. Tubuh Diana menggeliat dan tangannya meremas  tepi kursi atau rambutku, tiba tiba kuhentikan gerakanku, dia melotot  protes tidak mau kenikmatannya terhenti. "Kamu suka?" bisikku, sambil perlahan menggoyang-goyang pantatku. "Yess.. lebih dari yang ka.. kamu ki.. ki.. ra.." desahnya. Kutarik pelan penisku dan kudorong cepat dan keras ke vaginanya, terus  kuhentakkan lagi dengan kerasnya seiring dengan teriakan desah istriku  hingga akhirnya.. "Mass Shit! Diana ke.. lu.. aahh.." Diana teriak karena orgasme,  kurasakan denyutan dan remasan di vaginanya beberapa detik lalu tubuhnya  melemas. Bersamaan dengan teriakan Diana, kudengar juga teriakan orgasme Pak Gun.  Aku nggak mau melepaskan penisku yang masih tegang dari vaginanya,  kubiarkan dia melemaskan otot-ototnya sesaat, lalu kugoyang kembali  tubuhku perlahan untuk merangsang dia supaya naik lagi.
  "Apa yang dilakukan suamimu pada istriku?" bisikku sambil  menggoyang-goyang, karena aku membelakangi ranjang sehingga tak bisa  melihat aksi mereka. "Mas Erwin dan Papa telentang sementara istrimu di atas penis suamiku  dan sambil mengulum penis Papa yang masih belepotan sperma," katanya  agak terbata-bata di antara desahnya. "Lebih detail!" kataku sambil menyentakkan doronganku ke vaginanya. "Aaauuwww.." dia menjerit karena tidak menduga akan aku perlakukan sekeras itu. "Mas Erwin mengerjai istrimu dari bawah, sekarang Papa berdiri dan  meremas payudara istri Mas, dan Mas Erwin mendorong lebih keras, aahh..  sshh.. terus Mas ya.. oohh God.. I love it," desahnya terus. Kuganti posisi ke doggie, supaya aku juga bisa melihat ke istriku.
  Sekarang istriku ambil kontrol, dia menggoyang-goyangkan pantatnya dan  tubuhnya turun-naik sementara penis Pak Gun sudah mulai tegang lagi  berada dalam kulumannya. "Sepertinya bapak-anak begitu kompak," kometarku sambil kembali mengusapkan kepala penis ke bibir vagina Diana. "Mereka akan saling memberi rangsangan secara tidak langsung, hingga  bisa berlanjut bergiliran, aku tahu itu karena pernah mengalaminya..  aauuwww.." katanya terputus ketika kulesakkan penisku ke dalam dengan  sekali sentakan, kemudian kudiamkan sesaat dan dia pun diam tak  bergerak. "Terus?" tanyaku. "Ya mereka bisa orgasme bergantian dan saling mengisi, lebih sejam aku  dikerjain kayak gitu sama mereka sampai minta ampun, kecapekan dan  cairanku habis karena terlalu banyak keluar.. sshh.." jawabnya sambil  mendesah ketika kutarik dan kusentakkan lagi hingga terasa kepala  penisku menyentuh rahimnya.
  "Percayalah, mereka tak akan membiarkan istrimu beristirahat, apalagi  Mas Erwin, kamu sudah ngerjain istrinya pasti dia akan balas pada  istrimu dan aauu.. ss.." lagi pembicaraannya terpotong ketika  kusentakkan bersamaan kutarik pinggulnya ke arahku sehingga lebih masuk  ke dalam, lalu secara simultan kudorong dan kutarik dengan keras sampai  kepala Diana digoyang-goyangkan, kupegang rambutnya sebagai pegangan dan  lagi kutarik-dorong dengan keras. "Yaa aauu.. sshh.. teruss.. yess.. truss.. lebih kerass.." desahnya mulai menikmati permainanku.
  Melihat istri atau menantunya diperlakukan dengan kasar begitu ternyata  Pak Gun maupun Erwin mulai berlaku keras pada istriku and incredible  thing happen, apa kata Diana benar adanya, mereka begitu kompak. Istriku  di telentangkan, kemudian mereka berdua menjilati payudaranya  masing-masing satu, kemudian Pak Gun merangkak ke selangkangan istriku,  dimasukkannya kemaluannya ke vagina istriku dengan kerasnya terus  langsung turun-naik dengan cepat, terlihat pantatnya maju-mundur dengan  cepat secara terus menerus, beberapa menit kemudian, mungkin akan  keluar, dicabutnya penisnya dari vagina istriku dan ternyata Erwin sudah  siap menggantikan posisinya, dan Pak Gun kembali mengulum payudara  istriku selama Erwin mengambil alih posisinya. Erwin melakukan hal yang  sama hingga beberapa menit, lalu cepat dicabutnya lagi dan digantikan  oleh bapaknya begitu seterusnya sampai istriku mengejang, mengerang,  mendesah, menjerit, menggeliat, sambil meremas ujung bantal, entah sudah  berapa kali mereka bertukar bergantian.
  Kemudian mereka membalik tubuh istriku hingga posisi doggie, kembali  Erwin mengambil peran pertama sementara Papanya di kepala istriku  menyodorkan penisnya ke mulutnya, kejadian tadi berulang lagi dan lagi,  entah sudah berapa kali istriku mengalami orgasme diperlakukan secara  bergilir dan simultan seperti itu.
  Melihat istriku diperlakukan seperti itu, nafsuku makin bergairah,  kutegakkan badan Diana hingga berdiri dan tangannya bersandar pada meja  kerja, kupeluk dari belakang dan kuremas payudaranya, dengan sedikit  membungkukkan Diana kumasukkan kemaluanku ke vaginanya dari belakang,  dengan masih memeluk dan meremas payudaranya, aku mulai mengocok  vaginanya dengan penisku. "Ouugghh.. yess.. fuck me harder!" bisiknya. "Yang keras!" kataku. "Fuck me harder.. harder.. pleaasse.." teriaknya.
  Tanpa menunggu lebih lanjut, kunaikkan speed dan frekuensinya hingga dia  mengerang dan kulepas pelukanku untuk memberi kebebasan dia  berekspresi. Diana menelungkup di meja dan kaki tetap di lantai,  tangannya memegang tepian meja hingga posisi pantatnya lebih memudahkan  akses masuk lebih dalam ke vaginanya, sungguh cerdik dia. "Ooohh yess, harder.. yess, faster.. ya ehmm, fuck me as you want," desahnya terus, sepertinya sudah lepas kontrol. Dengan cairannya, kumasukkan jariku ke lubang anusnya untuk menambah gairah, ternyata dia menyukainya.
  "Yess yaa teruss.. I like it," kembali dia mendesah liar. "Now, your turn!" perintahku. Kemudian aku kembali duduk di tempat yang tadi. Diana membelakangiku dan  mengatur posisi di pangkuanku, perlahan menurunkan badannya hingga  semua alat kemaluanku bisa masuk ke vaginanya dan langsung menggoyang  liar, terasa betul bagaimana kepala penis di dalam menggesek  dinding-dinding vagina atau mungkin bahkan rahim, begitu liar as she  never fucked before. Diana begitu histeris, entah sudah berapa kali dia  orgasme, beruntung dia begitu kompak denganku sehingga mau mengatur  irama permainan sehingga aku tidak sampai orgasme sebelum sesuai yang  diinginkan.
  Dengan posisi begini, kami berdua bisa melihat ke arah ranjang. Istriku  telentang di atas tubuh Erwin yang mengocoknya dari bawah, sementara Pak  Gun berusaha menjepitkan kemaluannya ke payudara istriku, agak susah  memang karena tidak sebesar punya Diana, tapi sudah cukup untuk membuat  beliau melayang, sesekali dimasukkan kemaluannya ke mulut istriku,  hingga kudengar teriakan beliau. "Shit I'm coming," yang ternyata tetap  berada di mulut istriku atau istriku tak mau melepasnya. Kemudian  istriku duduk tetap di atas tubuh Erwin dan menaik-turunkan pantatnya  dengan cepat, tak lama kemudian Erwin pun kelojotan, orgasme. "Ouuhh  bitch!" teriaknya, tapi istriku tidak berhenti bergoyang hingga dia juga  ikut menegang, matanya memejam dan kepalanya digoyang-goyangkan ke  kiri-kanan atas-bawah tanda dia sedang orgasme, ternyata mereka bisa  orgasme secara bersamaan.
  Diana sekarang menghadap ke arahku karena, goyangannya makin liar hingga  akhirnya aku tak tahan lagi, kutumpahkan spermaku di dalam hingga  menghantam dinding-dinding dalam vaginanya. Bersamaan dengan denyutan  keras meremas kemaluanku yang juga sedang berdenyut, kami keluar  bersamaan. Kutelentangkan dia di kursi, kumasukkan kemaluanku yang  berlumur sperma dan mulai melemas. Diana mengocok dan mengulum  kemaluanku hingga totally lemas, sehingga bisa masuk semua ke mulutnya.
  Akhirnya kami semua terkulai lemas, entah sudah berapa lama berlangsung.  Kuajak Diana ke ruang tamu untuk bersantai, kutinggalkan istriku yang  terkulai di antara Erwin dan Papanya di atas ranjang. Entah mereka masih  bisa lanjut lagi apa tidak aku juga tidak tahu. "Mas Erwin dan Papa  kalau berdua gitu begitu kompak dan sama gilanya, beberapa kali aku  mengalami sampai minta ampun, apalagi waktu itu masih bulan madu,  meskipun aku nggak virgin tapi dikeroyok kayak gitu baru pertama  kalinya, ya kewalahan kan," katanya ketika kami sudah relaks di sofa  kamar tamu.
  Sekitar jam 4:00 pagi, Pak Gun meninggalkan kami berempat dan sempat  pesan, "Tomorrow your wife still mine," dia sempat tidur sesaat, kuajak  Diana ke tempat tidur, ternyata istriku sudah tertidur dipelukan Erwin  masih dalam keadaan telanjang. Perlahan kami gabung dengan mereka tidur  di ranjang, bersebelahan, kudekap istri Erwin dipelukanku dan kami pun  tertidur.
  TAMAT
 
 
          Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                            |             
              
Tidak ada komentar:
Posting Komentar