|                               Cerita Sex - Hasrat Tanteku               Apr 6th 2013, 03:50                                                Bukan salahku kalau aku masih menggebu-gebu dalam berhubungan seks.  Sayangnya suamiku sudah uzur, kami beda umur hampir 15 tahun, sehingga  dia tidak lagi dapat memberi kepuasan sex kepadaku. Dan bukan salahku  pula kemudian aku mencari pelampiasan pada pria-pria muda di luar, untuk  memenuhi hasrat seks-ku yang kian menggebu di usia 35 ini. Dengan TB  170cm BB 58kg Bra 38C aku merasa sangat seksi dan sintal dengan payudara  yang membusung besar ke depan dengan pantat njedol ke belakang apalagi  perut ramping dan pinggul besar membulat, menambahkan tubuhnya yang  bongsor ini semakin bahenol dan montok. Namun sepandai-pandainya aku  berselingkuh akhirnya ketahuan juga. Suamiku marah bukan kepalang  memergoki aku berpelukan dengan seorang pria muda sambil telanjang bulat  di sebuah motel.
  Dan ultimatum pun keluar dari suamiku. Aku dilarang olehnya beraktivitas  diluar rumah tanpa pengawalan. Entah itu dengan suamiku ataupun anakku.  Tak sedikitpun aku lepas dari pengawasan mereka bertiga. Secara  bergantian mengawasiku. Aditya anak kakak sulungku yang baru masuk  kuliah dapat giliran mengawasi di pagi hari karena dia masuk siang.  Siangnya giliran Leni anakku sendiri yang duduk di kelas dua SMA, untuk  mengawasiku. Dan malamnya suamiku kena giliran. Tentu saja aktivitas  seks-ku pun terganggu total. Hasratku sering tak terlampiaskan,  akibatnya aku sering uring-uringan. Memang sih aku bisa masturbasi, tapi  kurang nikmat. Dua minggu berlalu aku masih bisa menahan diri.
  Sebulan berlalu aku sudah stres berat. Bahkan frekuensi masturbasiku  terus bertambah, sampai pernah sehari 10 kali kulakukan. Tapi tetap saja  tak pernah mencapai kepuasan yang total. Aku masih butuh kocokan penis  keras laki-laki. Seperti pada pagi hari Senin, saat bangun pagi jam 8  rumah sudah sepi. Suamiku dan Leni sudah pergi, dan tinggal Aditya yang  ada di bawah. Aku masih belum bangkit dari tempat tidurku, masih  malas-malasan untuk bangun. Tiba-tiba aku tersentak karena merasa  darahku mengalir dengan cepat. Ini memang kebiasaanku saat bangun pagi,  nafsu seks-ku muncul. Sebisanya kutahan-tahan, tapi selangkanganku sudah  basah kuyup.
  Aku pun segera melorotkan CD-ku lalu BH didadaku sehingga susu montok  besar mancung itu leluasa muntah keluar dan langsung aku menyusupkan dua  jari tangan kananku ke lubang vaginaku. vaginaku yang merekah kemerahan  ditumbuhi rambut kemaluan yang hitam sangat lebat mulai dari bawah  pusar sampai pada vaginaku yang seret ini membentuk segitiga hitam agak  keriting. Aku mendesis pelan saat kedua jari itu masuk, terus  kukeluar-masukkan dengan pelan tapi pasti. Aku masih asyik  bermasturbasi, tanpa menyadari ada sesosok tubuh yang sedang  memperhatikan kelakuanku dari pintu kamar yang terbuka lebar. Dan saat  mukaku menghadap ke pintu aku terkejut melihat Aditya, anak kakak  sulungku, sedang memperhatikanku bermasturbasi.
  Tapi anehnya aku tidak kelihatan marah sama sekali, tangan kanan masih  terus memainkan kemaluanku, dan aku malah mendesah keras sambil  mengeluarkan lidahku. Dan Aditya tampak tenang-tenang saja melihat  kelakuanku. Aku jadi salah tingkah, tapi merasakan liang vagina yang  makin basah saja, aku turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah  Aditya. Tubuh bongsorku yang sintal berjalan dengan buah dada  menari-nari ke kanan ke kiri mengikuti langkahku, dengan sesekali  kebelai bulu kemaluan vaginaku menambah rangsangan pada Aditya  kemenakanku itu. Anak kakak sulungku itu masih tenang-tenang saja,  padahal saat turun dari tempat tidur aku sudah melepas pakaian dan kini  telanjang bulat. Aku yang sudah terbuai oleh nafsu seks tak mempedulikan  statusku lagi sebagai tantenya.
  Saat kami berhadapan tangan kanan langsung meraba selangkangan anak itu. "Bercintalah dengan Tante, Aditya!" pintaku sambil mengelus-elus selangkangannya yang sudah tegang. Aditya tersenyum, "Tante tahu, sejak Aditya tinggal disini 6 bulan lalu, Aditya sudah  sering membayangkan bagaimana nikmatnya kalo Aditya bercinta dengan  Tante.." Aku terperangah mendengar omongannya. "Dan sering kalo Tante tidur, Aditya telanjangin bagian bawah Tante serta menjilatin kemaluan Tante." Aku tak percaya mendengar perkataan kopanakanku ini. "Dan kini dengan senang hati Aditya akan 'kerjai' Tante sampai Tante puas!".
  Aditya langsung memegang daguku dan mencium bibirku dan melumatnya  dengan penuh nafsu. Lidahnya menyelusuri rongga mulutku dengan ganas.  Sementara kedua tangannya bergerilya ke mana-mana, tangan kiri  meremas-remas payudaraku dengan lembut sementara tangan kanannya  mengelus permukaan kemaluanku. Aku langsung pasrah diperlakukan  sedemikian rupa, hanya sanggup mendesahdan menjerit kecil.
  Puas berciuman, Aditya melanjutkan sasarannya ke kedua payudaraku. Kedua  puting susuku yang besar coklat kehitaman, dihisap anak itu dengan  lembut. Kedua permukaan payudaraku dijilati sampaimengkilat, dan aku  sedikit menjerit kecil saat putingku digigitnya pelan namun mesra. Aduh,  tak henti-hentinya aku mendesah akibat perlakuan Aditya. Ciuman Aditya  berlanjut ke perut, dan diapun berjongkok sementara aku tetap berdiri.  Aku tahu apa yang akan Aditya lakukan dan ini adalah bagian di mana aku  sering orgasme. Yah, aku paling tak tahan kalau kemaluanku di oral seks.
  Aditya tersenyum sebentar ke arahku, sebelum mulutnya mencium permukaan  lubang vaginaku yang rimbun tertutup bulu kemaluan yang sangat lebat.  Lidahnya pun menari-nari di liang vagina, membuatku melonjak bagai  tersetrum. Kedua tanganku terus memegangi kepalanya yang tenggelam di  selangkanganku, saat lidahnya menjilati klitorisku dengan lembut. Dan  benar saja, tak lama kemudian tubuhku mengejang dengan hebatnya dan  desahanku semakin keras terdengar. Aditya tak peduli, anak itu terus  menjilati kemaluanku yang memuncratkan cairan-cairan kental saat aku  berorgasme tadi.
  Aku yang kelelahan langsung menuju tempat tidur dan tidur telentang.  Aditya tersenyum lagi. Dia kini melucuti pakaiannya sendiri dan siap  untuk menyetubuhi Tantenya dengan penisnya yang telah tegang. "Aaahh besar banget penismu, keras berotot panjang lagi, tante suka penis yang begini " sahutku takjub keheranan dan gembira karena sebentar lagi vaginaku akan  dikocok penis yang gede dan panjang, kira-kira ukurannya panjang 20 cm  diameter 4 cm coba bayangin hebat kan. Aditya bersiap memasukkan  penisnya ke lubang vaginaku, dan aku menahannya, "Tunggu sayang, biar Tante kulum penismu itu sebentar." Aditya menurut, di sodorkannya penis yang besar dan keras itu ke arah  mulutku yang langsung mengulumnya dengan penuh semangat. Penis itu kini  kumasukkan seluruhnya ke dalam mulutku sementara dia membelai rambutku  dengan rasa sayang. Batangnya yang keras kujilati hingga mengkilap.
  "Sekarang kau boleh kocok dan genjot vagina Tante, Adit.." kataku setelah puas mengulum penisnya. Diapun mengangguk, penisnya segera dibimbing menuju lubang vagina yang  kemerahan merekah siap menerima tusukan penis besar nikmat itu. Vaginaku  yang basah kuyup memudahkan penis Aditya untuk masuk ke dalam dengan  mulus. "Ahh.. Adit!" aku mendesah saat penis Aditya amblas dalam kemaluanku. Aditya lalu langsung menggenjot tubuhnya dengan cepat, lalu berubah  lambat tapi pasti. Diperlakukan begitu kepalaku berputar-putar saking  nikmatnya. Apalagi Aditya seringkali membiarkan kepala penisnya  menggesek-gesek permukaan kemaluanku sehingga aku kegelian.
  Berbagai macam posisi diperagakan oleh Aditya, mulai dari gaya ******  sampai tradisional membuatku orgasme berkali-kali. Tapi dia belum juga  ejakulasi membuatku penasaran dan bangga. Ini baru anak yang perkasa.  Dan baru saat aku berada di atas tubuhnya, Aditya mulai kewalahan.  Goyangan pinggulku langsung memacunya untuk mencapai puncak kenikmatan.  Dan saat Aditya memeluk dengan erat, saat itu pula air mani membasahi  kemaluanku dengan derasnya, membuatku kembali orgasme untuk yang  kesekian kalinya.
  Selangkanganku kini sudah banjir tidak karuan bercampur aduk antara mani  Aditya dengan cairanku sendiri. Aditya masih memelukku dan mencium  bibirku dengan lembut. Dan kami terus bermain cinta sampai siang dan  baru berhenti saat Leni pulang dari sekolah. Sejak saat itu aku tak lagi  stress karena sudah mendapat pelampiasan dari keponakanku. Setiap saat  aku selalu dapat memuaskan nafsuku yang begitu besar. Dan tidak seorang  pun mengetahui kecuali kami berdua.
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep,cerita sex,ceritasex,gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Sange Terapis               Apr 6th 2013, 03:49                                                Aku kerja di satu rumkit swasta sebagai terpais bicara, melatih pasien  yang karena gangguan syaraf menjadi sulit untuk bicara. jadi tugasku  membantu mengembalikan fungsi bicara pada pasien tersebut. aku mendapat  pasien baru, seorang nenek yang kena stroke. Selain gangguan pada  gerakan tubuh bagian kanan, si nenek juga sulit untuk bicara. Hanya  gangguan gerakannya tidak separah gangguan bicara, karena sinenek masi  bisa berjalan walaupun menggunakan alat bantu. Anaknya, seorang prempaun  40an kalo aku gak salah, yang selalu mengantarkan si nenek untuk terpai  jalan dan bicara. Sayangnya hal ini tidak berlangsung lama, karena  adanya gangguan teknis dalam kontrak kerjaku dengan rumkit, maka aku  brenti bekerja di rumkit. Kepada si tante (anak si nenek) aku sanggupi  untuk merawat si nenek dirumah, karena menurut dokter saraf yang  merawatnya, nenek harus terapi bicara cukup intensif. Selain dari honor,  sebenarnya aku seneng menterapi si nenek karena adik si tante, lelaki  ganteng, tegap, kumisan, umurnya belon 40 kukira. Kadang dia mengantar  nenek dan kakaknya untuk terapi, hanya karena aku sedang bertugas, aku  gak bisa bincang2 dengan si om, demikian aku memanggilnya. Kalo toh  bicara hanya tegur sapa basa basi yang basi banget buatku, karena aku  gak pengen cuma tergir sapa ja. Kayanya si om juga seneng ketemu aku,  karena setiap ketemu matanya selalu berbinar2 meandangiku yang sedang  menterapi ibunya, walaupun tidak ada kesempatan ngobrol. Sampae satu  sore, ketika aku sedang menterapi nenek dirumahnya ujan turun, deras  banget. Si tante nawarin aku untuk makan dirumahnya saja, aku gak enak  kalo kudu numpang makan dirumahnya. si om gak tinggal bersama ibunya,  hanya sesekali dia kunjungi ibunya, sehingga akupun jarang ketemu dia  dirumah nenek. Gak tau gluduk apa yang menggiring si om, tau2 dia nongol  dirumah nenek, nganterin pesanan nenek. Si tante langsung minta dia  nganter aku pulang. "Kamu bisa gak nganterin Iin pulang, aku tawarin  makan disini dia gak mau". Tante selalu manggil aku Iin, gak tau napa  gak mo pake namaku, Inez. Mungkin dia make In nya trus diulang seperti  kebiasaan orang Sunda, mungkin lo. Nenek keluarga Sunda soale. aku ya  gak masalah mo dipanggil pake nama apa juga. "Bisa", cepet banget  jawabannya. Aku seneng banget punya kesempatan berdua dengan si om.  Setelah terpai selesai, aku segera dianter pulang si im. "Om, gak  ngerepotin neh mesti nganter Iin pulang". "Jangan manggil om atuh In,  aku kan belon tua2 amat". "amat lagi sakit om, yang gantiin asep".  "Asep?" dia gak ngerti guyonanku. "iya om kan tadi bilang blon tua2  amat, si amat sakit, yang gantiin asep. jadi blon tua2 asep harusnya".  Dia tergelak, "bisa aja kamu, jangan panggil om dong". "abis manggil  apa, manggil nama gak sopan asep". Dia tertawa lagi. "Ya udah Iin  panggil akang aja ya, kan akan Sunda". "Tau dari mana kalo aku Sunda".  "Tante ngubah namaku dari Inez ke Iin, kan ngulang nama kebiasaan Sunda  kan". "Pinter kamu, Inez nama bagus, tapi lebi asik manggil Iin ya". "Ya  terseah akang aja, nama gak penting kok buat Iin". "Ya penting atuh In,  kalo gak da nama trus aku manggil kamu apa, atun?" "Kok atun kang, iya  atun to adiknya asep". "Wah kena nih Iin 1-1 ya kang". Tertawa berdaerai  lagi. "Laper In, makan dulu yuk, mau ya". Aku ngagguk, dia ngarahkan  mobilnya ke mal. Di mal dia nggandeng tanganku, aku seneng ja dia  ngegangdeng aku, serasa aku pacarnya. "Kok Iin digandeng2 kang?" "Napa,  kamu gak suka, ato ada yang marah kalo aku gandeng kamu?" "Suka kok  kang". "Jadi pacar akang mau gak". Kaget juga aku mendenger ucapannya  barusan. Kita milih tempat duduk, trus dia memesankan makanan buat aku.  "Makanan padang suka kan". "Iin mah pemakan segala kok kang". "Wah  Iinsurus dong", guyonnya niru iklan susu di tv. 
  Gak lama kemudian di balik bawa senampan berisi makanan padang 2 piring  dan 2 tehbotol. "Mau gak jadi pacarku, tadi belon dijawab, ato kamu dah  punya cowok ya". Aku ngangguk. "Wah keduluan neh, ya dah gak apa, jadi  ttm ja ya, mau kan". Agresif banget dia ngedesek aku. "Pacarnya kok gak  jemput?" "Dia lagi kluar kota kang". "Kerja apa?" "detailer farmasi". "O  lagi upcountry ya". "Kok akang tau istilah upcountry segala, mangnya  akang sales juga ya". Dia ngangguk. "Berapa lama perginya". "Sebulan  kali kang". "Wah lama banget, bisa dirubung semut nanti kamu ditinggalin  lama". "Kok dirubung semut kang". "Kamu kan manis, kalo ditinggal lama2  apa gak dirubung semut?" "Salah satu semutnya akan ya", balesku. "Tau  aja kamu. Tau gak kamu, aku suka liat kamu sejak kita pertama ketemu di  rumkit". "Napa akang suka liat Iin?". "Kamu kumisan, trus tangan kamu  juga buluan". "Biasa aja kan kang". "bedalah, prempuan yang kumisan  biasanya bulu bawahnya lebat, iya kan". Wah mulai vulgar dia. "Mangnya  napa kalo bulu bawahnya lebat". "Bener kan bulu kamu lebat, yang  ditangan ja panjang2 gini", katanya sambil mengelus tanganku. aku kaget,  mrinding bulu romaku dielus tanganku. "Tu kan, baru dielus ja dah  menggelinjang, prempuan buluan kan napsunya gede", dia ngomong sambil  membungkukkan badannya kerahku dan berbisik, biar gak kedengaran  sekeliling tempat duduk kami, maklum foodcourt mal lagi rame. Napsunya  gede ya In", bisiknya lagi, "kalo pacarng gak cuma pegangan tangan kan".  "Mangnya megang apa kalo gak tangan kang". "iya megangnya pake tangan,  tapi gak cuma tangan kamu yang dipegang kan, pasti cowok kamu ramah".  "Ramah?" "iya rajin menjamah", dia tertawa, aku juga. "ngeraba kesemua  penjuru badan kamu kan". "Akang tau aja". "iyalah, aku kan lelaki".  "akang gitu juga ya". Dia ngangguk. "Kesiapa kang, istrinya?" "Aku dah  pisah kok ma keluarga". "oh, maap". "Gak apa kok". "abis kesapa kang,  abege?" "Tau aja kamu". "Ya taulah, lelaki seumur akang kan demeng  banget ma abege". "iya, kamu kan masi tergolong abege juga, makanya aku  demen banget liat kumis kamu. Kamu ditinggal lama gitu apa gak gatel2  In". "Kok gatel2 kang". "Ka biasanya ada yang ngegarukin kamu di atas  dan di bawah"> Maksudnya". "iya cowok kamu pasti ngeraba kamu keatas  kebawah kan". aku terdiem. "Yang dibawah gak cuma digaruk ya In". "Gak  tau ah". "Gak usah malu, normal lah gitu, justru kalo gak bgitu gak  normal cowok kamu, vip dia". "Kok vip?" "iya, very impotent person".  Kami tertawa bersama. "Kamu dah lama gak digarukin ya IN, aku mau kok  garukin kamu". "akang vulgar ih". "Kamu pengen kan, palagi ujan2 gini  enak banget kelonan". "akang ah". "Abis makan kerumahku yuk, daripada  kamu gatelen ditempat kos kamu, palagi dia kan gak ada, jadi gak da yang  garukin kamu, ato ada ttm laen". Aku ngegeleng. "Makanya, kerumahku aja  tuk, masi mo nambah gak makannya". Kembali aku ngegeleng, aku bingung,  antara mau dan malu.
  Dia langsung menggandengku lagi menuju ke basement, ke parkiran mobil.  Mobilnya di parkir di basement yang sepi. Tak ada petugas parkir yang  berkeliaran seperti halnya di mall-mall besar. Begitu aku masuk dan  duduk di sebelahnya, dia langsung meraih kepalaku dan melumat bibirku  dengan penuh nafsu. Aku meladeni ciumannya dengan nafsu yang tak kalah  hebatnya. Aku dah gak mikir malu lagi, aku juga pengen dikelonin dia,  dah lama banget gak kelonan ma cowokku soale. Hampir semenit kami yang  penuh birahi ini saling melumat bibir, memainkan lidah di mulut pasangan  dan diselingi gigitan kecil di bibir bawah. Tidak peduli sedang di  tempat umum, dia membuka 2 kancing bajuku. Nafasku semakin memburu dan  jantungku berdebar makin kencang, ketika tangan kanannya dengan bebasnya  masuk ke balik kemejaku, menyusup kedalam braku dan merengkuh tokedku  sebelah kiri dengan ganas. "Uuuugggnnnnnnn…" desahku refleks begitu  merasakan tokedku diremas-remas. Tubuhku jadi menggelinjang kecil ketika  putingku dijepit kuat oleh jarinya dan dipilin-pilin. Dia membuka  kancing kemejaku 2 lagi dan menyibakkannya ke samping. Kedua buah melon  segar berwarna putih muncul ke permukaan, menantang pandangannya.  Putingku sudah mengacung tegak sebagai indikator empunya sedang dilanda  libido tinggi. Matanya melotot melihat sepasang toked yang indah  tersebut. "Besar juga toked kamu In. Cowok kamu pasti rajin nggarap  toked kamu ya" ujarnya tersengal-sengal penuh nafsu. Aku bersemu merah  dan tidak sempat menyelesaikan jawaban karena kedua tangannya langsung  mremas kedua tokedku kuat-kuat. ari-jarinya memutar-mutar bongkahan  tokedku dan memilin-milin putingnya. "Kang, gak sabar nunggu ampe  kerumah ya". "Pemanasan dulu kan bole In". Dia menyibakkan rokku keatas.  memekku yang berjembut di puncaknya terbayang di cd minimku yang tipis.  "Buka paha kamu In" katanya sambil membuka paha putih mulusku.  Jemarinya langsung mremas gundukan montok tersebut. "Aiieehhh…..Ahhhhh…"  pekikku kaget. Dari selangkanganku seolah ada kejutan listrik yang  langsung bergerak menyebar ke seluruh tubuh. Apalagi dia tidak berhenti  sampai mremas-remas saja, jari tengahnya langsung menyelusup masuk ke  balik cdku dan mengilik belahan bibir memekku dan langsung dikocok.  "Ahhh.. ahhhh… sssshhhhhh…. " Aku menggeliat-geliat keenakan, karena  memekku yang sudah gatal karena garukan-garukan cepat jarinya. "dah  banjir mem3k kamu In". Jari tengahnya makin cepat mengocok memekku. aku  mremas kuat bahunya dan kepalaku menggeleng-geleng resah "Auhh.. ahhh..  kaang… cukup kaang, jangan di sini donng…aahhhh…" rengekku tengsin  campur horny, karena takut ketauan satpam. Dia menghentikan kocokannya  dan mengeluarkan jari tengahnya dari memekku. Sambil menjilati jari  tengahnya yang basah oleh cairan memekku, dia berkata, "ya udah, kta  lanjutin dirumahku ja ya". Aku segera merapikan pakeanku. Mobilpun  meluncur meninggalkan basement mal menembus derasnya hujan. "Bener kan,  pantes napsu kamu besar banget, dikilik gitu ja dah klojotan, jembut  kamu lebat gitu". "abis akan pinter banget ngiliknya, ya Iin gak tahan  lah digituin". "Palagi dikilik pake jari di selangkangan ya In". aku  senyum sambil memukul bahunya pelan, "ih akang". 
  Sesampainya dirumahnya, dia berlari menembus ujan denga payung, membuka  pintu gerbang, kembali ke mobil dan mobil meluncur masuk ke carport yang  ada saungnya. Diapun keluar lagi, menutup pintu gerbang dan membukakan  pintu untukku. Kamu masuk ke rumahnya, gak besar si, dia menyalakan  lampu. "Bentar ya In, aku ambilin anduk dulu, tu kamu kebasahan". "Cuma  dikit kok kang". Tapi dia menghilang kedalem. Ruang tamunya langsung  nyambung dengan ruang dalem yang berisikan ruang keluarga dan meja  makan, tanpa partisi. Ada tv plasma 42inch disertai seperangkat audio  system. Aku melongok ke ruang disebelah ruang makan, rupanya itu  dapurnya, minimalis tapi lengkap dengan lemari es, microwave oven dan  oven gas 2 pit. Ketika aku kembali ke ruang makan dia dah membawakan  anduk, diberikannya ke aku. Aku mengelap rambutku yang kena air ujan  dikit, "Lagi inspeksi ya yang". "Kok yang si kang". "Kan ttm, bole dong  manggil yang, lagian nama kamu kan Inez bukan Iin". "Bole kok" "Palagi  bentar lagi kita kan mo kelonan kan, masi pengen kan?" "Aku manggil  akang papah ja ya biar lebi mesra". Aku diseretnya masuk kamarnya,  langsung aja dia memelukku dan mremas kembali tokedku dengan penuh  napsu. "Aakkkhhh… ahhh… hmmppfffffffhhhhh.." desahku karena mendadak  gelombang listrik dan kenikmatan melonjak dari kedua putingku. "kenyal  sekali tokedmu yang" ujarnya. Serangan tangannya semakin gencar. Kedua  tanganya sudah menyelusup ke balik kemeja Vani, dan dengan leluasa  mremas-remas melon putih dan kenyal tersebut. "Hahhhh…haahhh…  aammmhhhhhffffff…" desahku keenakan, apalagi lidahnya menjilati leher  jenjangku dengan liarnya. Dia segera melepas kemeja dan braku. "Wuih,  segernya", katanya sambil terus mremas tokedku. Dia kini pindah berlutut  didepanku, dia sudah tidak tahan untuk mencaplok tokedku yang  menggiurkan tersebut. Diamembuka mulutnya lebar-lebar, dan menelan ¼  tokedku dari ujung putingnya. Kemudian dia menghisap kuat-kuat putingku  yang sudah menegang keras sampai keluar suara yang keras. Sluuuurrppp..  Slurrrppppp… Akui semakin belingsatan tokedku diperlakukan seperti itu,  karena tokedku sensitif banget. "Aaaahhhhaaaahhhh….  Haahhhhhh…SShhhhhhhhh.. Enak banget pah…" erangku tak tertahankan lagi.  Menyadari aku makin terangsang, perlakuannya pada tokedku semakin  menjadi-jadi. Cupangan memerah menyebar di sekujur bulatan tokedku yang  putih. Gelinjang tubuhku pun menjadi-jadi, dia melepaskan rokku dan  terhenyak memandangi pahaku yang putih. Gundukan memekku mencembung  dengan bayangan hitam dibagian atasnya masi tertutup cd minim yang  tipis. "Tadi dimobil gak kliatan jelas, napsuin banget liat mem3k kamu  yang". Tak lama cdku pun terlepas dan aku bertelanjang bulant  didepannya. "Wah wah.. kau memang sudah siap untuk dientot ternyata"  katanya sambil memasukkan jari tengahnya ke sela-sela memekku yang sudah  basah kuyup. Begitu jari tengahnya melesak sepenuhnya ke dalam lubang  memekkua, tubuhku langsung melengkung dan lenguh kenikmatankua terdengar  "Ouuhhhh….hhhuuuuhhh… iyhaa.. disitu pah.. benar disitu pah.. kocok  yang kenceng pah…" pintaku penuh nafsu. Dengan senang hati dia memenuhi  permintaanku. Jari tengahnya keluar masuk memekku dan diselingi gerakan  mengobel-ngobel yang agak kacau, sehingga bunyi kecipakan becek  terdengar. Tak sampai semenit aku mulai merasakan bahwa rasa gatal yang  menggerayangi sekujur memekku terasa semakin menghebat. Semakin kencang  dikocok, rasa gatal tersebut semakin memuncak. Dan tanpa dapat ditahan  lagi, orgasme pertamaku di hari itu meledak juga.  "OAAAAAAHHHHH…..AGGHHHHH….HHAA AHHHHHHH.." lenguhku panjang sampai  punggungku ikut melengkung akibat terpaan gelombang orgasme yang sudah  dinanti-nantinya.
  Dia sempat terpana demi menyaksikan betapa hebatnya reaksi orgasmeku.  Sedetik kemudian ia tersadar, dan cepat-cepat bangun untuk melepas  pakeannya. Ketika aku mendapatkan kembali kesadarannya 30 detik  kemudian, dia sudah hendak melepaskan cdnya. "Pah, kont0l papah besar  banget, panjang lagi". "Mangnya kont0l cowok kamu keil ya yang". "Besar  si rasanya waktu pertama ngeliatnya, tapi dibanding kont0l papah gak da  apa2nya". "Yang gede lebi berasa yang". "Muat gak ya pah di mem3k aku".  "Ya muatlah yang, malah kamu bakal keenakan karena gesekan kontolku ke  mem3k kamu lebi brasa banget". Dia lalu menerkam dan menindih tubuhku di  ranjang, lalu dengan buas melumat bibirku. Sambil menjilati leherku,  tangannya dengan cepat mremas gundukan memekku. "Pah  …Aaahhhhhh…..Auhhhhhh…" ucapankui berganti lenguhan terkejut bernuansa  nikmat. Cukup dengan beberapa kocokan saja, memekku sudah banjir  kembali. "Haahhh.. haahhhhh…. Oohhhhhh.. hmmmppffff…." desahkui  blingsatan karena memekku kini dikocok dengan dua jari, yang kadang  menggesek itilku. Kontolnya yang hitam pekat langsung mengacung tegak.  Dia karena konaknya sudah di ubun-ubun, langsung mengangkangkan  lebar-lebar pahaku. Sambil mengocok-ngocok pelan kontolnya, dia mulai  mengarahkan palkonnya ke bibir memekku. Aku tidak hanya pasrah, tapi  juga sudah berharap agar kontolnya segera menghujam memekku. Dia  langsung membenamkan dalam-dalam kontolnya ke dalam lobang  kenikmatankui. Membuat aku agak tersedak dan melenguh pendek  "Heeggghhh..umhh..". Dia langsung menyeringai puas "Aggghh.. rapat  sekali mem3k kamu yang..hahhhh". Dia langsung menggenjotku dengan  kecepatan tinggi. Lenguhan kenikmatannya mengalahkan desahan erotisku  yang mulai menikmati pompaan kontolnya di liang memekku. "Hmmm…ahahhh..  ahhh.. iya pah... betul gitu pah.. lebih cepat pah.. ahhhh.." ceracau  aku keenakan. Mendengar ceracauku yang mesum itu, dia semakin bringas.  Tangannya mencengkram tokedku kuat-kuat, dan genjotan pinggulnya semakin  tidak beraturan. "Hebat sekali kamu yang. Belum pernah aku ngrasakan  mem3k senikmat kamu punya". nafsuku makin menggelora. "Aahhhhhhhh….  Hahhhhhh… Ouggggghhhhhhh……" lenguhku dalam kungkungan birahi. Aku merasa  orgasmeku semakin mendekat. bibirku sudah dilumat olehnya. 
  Yang, ganti posisi yuk", katanya tiba2 dan dia langsung mencabut  kontolnya dari memekku. aku kecewa karena aku baru saja mulai mendaki  gunung orgasmeku. "Kok dicabut pah". "Iya ganti posisi biar lebi dalem  lagi masuknya, kamu bakalan lebi nikmat lagi". Dia langsung menyuruhku  mengambil posisi doggy "Nungging deh yang, aku pengen nyodok kamu dari  belakang". Aku melakukannya dengan patuh. Kedua tanganku menahan body  depan, kakiku tertekuk, pahaku terbuka selebar mungkin, dan pantat  kutunggingkan. "Wow.. kamu emang napsuin yang" ujarnya sambil menampar  pantatku yang sekal dan bundar itu. "Ahhh.. " aku cuma mengerang pelan  karena tamparannya. Tanpa berlama-lama, dia langsung memasukkan  palkonnya ke sela-sela bibir memekku yang sudah basah kuyup. Sambil  memegang erat pinggulku, dia mulai menekan pinggulnya dalam-dalam.  "Heeppp… shit.. masih sempit aja ni memek" ujarnya sambil menekan agak  keras sehingga setengah batang kontolnya amblas, SLEPP… "Akkhhhhhh…. "  erangkui agak keras. Sambil berusaha menoleh ke belakang, aku memohon  "Ayo pah, langsung dikocok..Mem3k aku udah gatel banget nihh.." rengekku  manja plus horny. Dia semakin bersemangat untuk menggenjotku dari  belakang. Pantatnya dengan aktif mulai maju mundur, menghajar memekkui  dengan hujaman-hujaman kontolnya yang besar panjang. "Aaaahhhh..  haaahhhh… ouugggghhhh.. " lenguhku. "Hmmppff.. enak banget… Gede banget  kont0l papah,masuknya dalem banget pah...Gillaaaa….aahhhhh.." aku  semakin terbuai nafsu birahi. Akibat pompaannya, tubuhku  terguncang-guncang maju mundur dengan kuatnya. Tokedku bergoyang-goyang  heboh tak tentu arah. Dia yang tidak puas cuma mremas-remas pantatku,  menggapaikan tangannya untuk meraih tokedku yang bergoyang bebas.
  Sambil mremas-remas sepasang daging kenyal bundar, dia menceracau  keenakan "Gillaa.. toked kamu besar yang. Kamu demen kan kalo aku  remes-remes gini..". Dia tak perlu jawaban langsung, karena lenguhanku  yang semakin keras sudah menunjukkan betapa aku juga menikmati setiap  remasan di tokedku. Tidak sampai 5 menit digempur dengan doggy style,  tubuhku sudah menegang. Lenguhanku semakin keras "Ahhh.. ouuuggghhhh..  yahh.. yahh.. cepetin pah.. cepetin ngocoknya..Ahh..ahhh.." Memenuhi  requestku, dia meningkatkan RPMnya. Dan……."OUUUUUUGGGGHHHHHH…….AKU  KELUAR.. AKU KELUAR….AAAHHH…" jeritku sambil mengejan-ngejan. Dia  merasakan ada semprotan pelan di kontolnya. Diturunkan kecepatan  kocokannya, untuk membiarkan aku cooling down dan ambil nafas dulu.
  "Hah.. hah…hah… gila.. enak banget.pah.." ujarku dengan nafasnya masih  tersengal-sengal. Dia pelan-pelan mencabut kontolnya. Walaupun sudah  pelan-pelan, tetap saja aku terpekik kecil ketika kontolnya dicabut. "Auh..  kok dicabut pah?" tanyaku kaget. Dia tidak berkata apa-apa, tapi  langsung membalikkan tubuhku sehingga terlentang. Tokedku yang  menggunung indah menjadi sasaran lumatan bibirnya. Sambil mremas-remas  dengan kuat, putingku dijilat-jilat dan dipermainkan dengan lidah  olehnya. Libidoku langsung naik lagi. Bahkan rasa gatal di memekku  kembali dengan lebih hebat. 
  "SShhhhhh… hhmmppfffff… " desisku keenakan karena tokedku sekarang  sedang dikenyot dan dihisap kuat-kuat putingnya oleh dia. "Haahh.. hahh…  pah, aku mau diatas ya" pintaku. "Hehe aku emang pengen ngerasain  goyangan kamu yang". Dia terlentang dan aku mengangkang di atasnya,  mulai mengarahkan kontolnya ke lubang memekku. Tanpa kesulitan batang  ****** tersebut amblas langsung 3/4nya. "Heekkhhhhhh… uuuuhhhh… gede  banget sihhh…" erangku, mataku sampai terpejam karena kenikmatan yang  dirasa ketika batang besar tersebut menerobos dan menggesek  dinding-dinding memekku yang licin. Aku langsung mulai menggoyang  pinggulku dengan gerakan naik turun, sambil tanganku bertelekan di perut  sixpacknya. Slepp.. slepp.. sleppp… bunyi gesekan kontolnya dengan  dinding becek memekku. "HHHhhhmmm… hhaahhhhh…. Sshhhhhh…" desahku  menikmati setiap sentuhan. Karena aku diatas, dengan mudah aku  mengarahkan sentuhan-sentuhan kontolnya ke titik-titik yang aku suka.  Sekarang kontolnya amblas seluruhnya, dan aku mulai melakukan gerakan  maju mundur, dan diselingi oleh gerakan pinggulnya yang memutar-mutar.  Sensasinya? Luarr biasaaa…dia merasakan kontolnya dipilin-pilin, dan  diremas-remas dengan enaknya oleh cengkraman dinding-dinding licin yang  panas memekku. "Ahhh.. hhaaahhh…gillaa mem3k kamu enak bener yang…."  erangnya merem melek saking enaknya. Lebih cepat dari ronde pertama, aku  sudah hampir mencapai orgasme lagi. Kontolnya menggesek-gesek tepat di  titik g-spotku. Rasa gatal yang sangat hebat terasa mengumpul disekujur  selangkanganku, membuat aku semakin blingsatan, goyanganku berusaha  menggaruk setiap titik gatal tersebut. Dia yang tau aku akan mencapai  orgasmeku lagi, mempercepatnya dengan mremas tokedku yang tergantung  bebas sambil memilin-milin putingnya. Betul saja, detik berikutnya aku  merasakan ledakan kenikmatan muncrat di lubang senggamaku,  "OOOAAHHHHHH……. AAAAAUUHHHH…. OUHH… Ouuhhhh….hmmmmppffffff…" jeritkui  penuh kepuasan. Tubuhku bergetar dengan hebatnya, dialiri sengatan  listrik orgasme yang bersumber dari memekku dan menyebar ke seluruh  tubuh. 15 detik setelah gelombang klimaksku berlalu, aku menjatuhkan  diri di atas tubuhnya. Nafasku masih tersengal-sengal.
  Dia yang sudah merasa tanggung, tidak lagi menunggu aku siap. Tangannya  menggapai pantatku dan mengangkatnya sedikit, agar ada sedikit celah  antara selangkangannya dengan selangkanganku. Dia mulai menggerakkan  pinggulnya naik turun, karena kontolnya masih menancap dalam di memekku.  Dia mengocok dengan cepat. Plak..plak.. plak.. slep..slepp. sleppp..  bunyi benturan kontolnya dengan memekku, ditingkahi oleh kecipak becek  cairan memekku. "Ahh.. ahh. pah.. tunggu… jangan dikocok lagi..  ngiluu.." rengekku lemas. Tapi dia malah mempercepat kocokannya. Tapi,  ternyata akibat kocokan ini, rasa ngilu di memekku cuma tarasa sebentar.  Sekarang malah rasa gatal itu kembali dengan lebih hebat lagi. Tanpa  diduga, gelombang orgasme yang lebih dahsyat dari sebelumnya meledak di  selangkanganku.
  "HIAAHHHHHH…..AAAAHHHHH… OUUFFFHHHHHH…. AKU KELUAR LAGI PAH" pekikku  ketika mencapai orgasme lagi dengan mata terpejam kuat dan tangan mremas  pundak nya kencang-kencang. "Hahh.. hah…. Gila.. gila… aku keluar  lagii…" desahku lemas.
  Dia bergerak menggulingkan tubuhnya, sehingga sekarang aku yang  ditindih. "Than.. time out.. time out..aku nyaris pingsan pah.." aku  memohon dengan suara lemas. "Yang, aku udah nanggung banget nih. Tahanin  bentar lagi ya. Aku udah mo keluar juga kok" katanya dengan nafas  memburu karena birahinya sudah diubun-ubun kepala. Tanpa menuggu  persetujuanku, dia langsung tancap torsi tinggi dalam posisi misionaris.  Kontolnya menghujam memekku tanpa belas kasihan. Keluar masuk dengan  cepat, berputar-putar, mengobel-ngobel dinding memek yang sempit dan  semakin banjir itu. Tanpa bisa ditahan, akumengalami orgasme yang entah  untuk keberapa kali. "PAH… AKU YANG KLUARR NEEHHHH…EEHHHHHHHHMMMMM.."  teriakku penuh kenikmatan, sambil kelonjotan di bawah tubuhnya.
  Dia mencabut kontolnya, diiringi lelehan banjir cairan memekku. Dia  langsung mengambil posisi di atas perutku dan menjepitkan kontolnya di  sela-sela tokedku. Kedua telapak tangannya merangkum kedua bongkah susu  ranum tersebut, dan menjepitkannya kuat-kuat ke kontolnya yang sudah  hampir meledakkan peju. Kontolnya dikocok dengan cepat di sela-sela  tokedku. "Ouuh..", lenguhnya kenikmatan. Tak sampai setengah menit, dia  merasakan ada gerakan aliran dari pangkal batang kontolnya menuju ke  palkonnya. Rasa gatal di palkonnya pun semakin menghebat. Dan ledakan  orgasmenyapun terjadi juga "OOOOOHHHH… " lenguhnya keras. Semprotan peju  langsung menembak. Lelehannya memenuhi toked dan wajahku. Dan diapun  langsung terbaring lemas di sampingku.. Hampir 3 menit tidak ada yang berbicara. Hanya nafas memburu yang  terdengar semakin perlahan, seiring lewatnya badai kenikmatan seksual.  Dia memiringkan badannya dan langsung menatapku. "Gimana yang, nikmat  kan?" "Banget pah, tapi papah jadi ngecret diluar deh". "Gak apa, kan  masi ada ronde kedua, masi mau kan". "Banget pah, tapi aku istirahat  dulu yah, papah kuat banget ngentotnya, lama lagi, aku lemes banget  pah". "Tapi nikmatnya juga banget kan". Aku cuma menggangguk tersenyum.
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep,cerita sex,ceritasex,gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - ML Dengan Mahasiswi Fakultas Hukum, Lina               Apr 6th 2013, 03:47                                               Sejak berpacaran dengan Lina, mahasiswi Fakultas Hukum Universitas  terkemuka di Bandung, yang berbeda dua angkatan dengannya, Andi mulai  bergaul dengan teman-teman Lina. Aktifitas Lina membawanya sering  berkumpul dengan anak-anak Hukum yang seperti teman-teman baru bagi Andi
  Sejak berpacaran dengan Lina, mahasiswi Fakultas Hukum Universitas  terkemuka di Bandung, yang berbeda dua angkatan dengannya, Andi mulai  bergaul dengan teman-teman Lina. Aktifitas Lina membawanya sering  berkumpul dengan anak-anak Hukum yang seperti teman-teman baru bagi  Andi. Kenyataan ia satu-satunya anak Ekonomi saat berkumpul dengan  teman-teman Lina membuatnya mudah dikenali. Dari sering berkumpul ini  pula ia mulai kenal satu persatu anak Hukum. Sikapnya yang mudah bergaul  membuat ia juga diterima dengan tangan terbuka oleh komunitas anak-anak  Hukum.
  Sebagai anak Ekonomi dan punya pengalaman organisasi lebih banyak  dibanding teman-teman Lina, membuatnya sering memberikan wawasan baru  bagi anak-anak Hukum angkatan Lina.
  Di sini juga ia menjadi kenal Lira, yang sama seperti teman Lina yang  lain, sekedar kenal dengannya. Lira sering ikut datang karena statusnya  sebagai pacar Boy, salah satu pentolan angkatan Lina. Tidak ada  perhatian khusus Andi kepada Lira, kecuali tentu saja, sebagai laki-laki  normal, dadanya yang super. Meski bersikap biasa kepada Lira dan  cenderung bersikap sama terhadap teman Lina yang lain, kelebihan pada  tubuh Lira kerap membuatnya tak kuasa melirik lebih dalam, terutama saat  Lira memakai baju yang memamerkan lekuk tubuhnya secara sempurna,  apalagi kulit Lira putih bersih dan mulus.
  Perkenalan lebih terjadi saat Lina meminta Andi mengantarnya ke kost  Lira karena perlu meminjam bahan kuliah. Saat itu pun Andi masih belum  sadar Lira itu siapa, dan baru paham setelah disebutkan pacar Boy.  Meminjam buku menjadi waktu bertamu yang lebih absolutist setelah Andi  dan Lira ternyata punya selera musik yang sama. Obrolan itu masih dalam  batas koridor pertemanan, hanya bedanya setelah itu, Andi jadi lebih  ingat siapa Lira, batten tidak namanya. Lira sendiri sebetulnya bukan  teman akrab Lina. Bisa dikatakan beda gank, tapi hubungan mereka baik.
  Aktifitas mengantar Lina ke kampus pun kini menjadi lebih menyenangkan  bagi Andi karena ia sering bertemu Lira. Namun, sekali lagi ini sebatas  karena mereka punya selera musik yang sama. Batten tidak, saat menunggu  Lina berurusan dengan orang lain, terutama di lingkungan organisasi  mahasiswa kampus, Andi punya teman ngobrol baru yang nyambung diajak  ngobrol. Lina pun merasa beruntung Andi mengenal Lira karena ia jadi  lebih santai mengerjakan sesuatu di kampus terutama jika ia minta Andi  menunggunya.
  Sampai tiba masa-masa sibuk di organisasi mahasiwa Hukum yaitu pemilihan  ketua Badan Eksekutif Mahasiswa. Rapat-rapat sering digelar untuk  merumuskan strategi kampanye. Kasihan kepada Andi, pada suatu hari Lina  tidak minta ditunggu lagi oleh pacarnya itu, tapi ia minta dijemput lagi  pukul empat sore, dua jam setelah rapat dimulai. Andi pun memutuskan  untuk menunggu di kost-an salah satu teman yang kost di dekat kampus.  Sayang, saat tiba di kost-kostan tersebut temannya sedang keluar. Tak  habis akal ia menuju kost-an temannya yang lain. Namun, jalan ke kost-an  temannya itu melewati kost-an Lira. Dari jalan, yang hanya berjarak  sekitar 15 beat dari deretan kamar kost tersebut. Ia melihat Lira keluar  dari kamarnya hendak menjemur handuk. Andi melambatkan motornya dan  berharap Lira melihat. Dan, harapannya terkabul. Ia akhirnya memutuskan  capital di kost Lira sembari menunggu Lina selesai rapat.
  "Lina lagi rapat ya?"
  Lira membuka pembicaraan sambil sibuk menata rambutnya yang basah. Ia  mempersilakan Andi duduk di atas karpet karena di kamarnya memang tidak  ada kursi. Semua perabot terletak di bawah termasuk sebidang meja kecil  tempat Lira belajar.
  "Iya. Loe kok ngga ikut Lir?"
  "Males. Gue tau pasti lama. Lagian sekarang kan yang rapat pentolan aja."
  "Boy di sana juga?"
  "Iyalah, dia kan proyeknya. Masa' dia ngga dateng. Ini juga gue lagi  nungguin dia. Janjian ntar gue jemput jam enam, mau nonton."
  Andi baru sadar kalau ini adalah malam Minggu dan ia belum punya  rencana. Dari tadi pandangannya tidak lepas dari rambut ikal sebahu Lira  yang basah habis mandi. Ia hanya bisa menelan ludah melihat Lira yang  seksi sekali dalam kondisi seperti itu. Aroma yang cukup accustomed  baginya merebak dari rambut Lira yang masih basah.
  "Shampo loe shampo bayi ya, Deedee kan, rasa strawbery?"
  "Hahaha, kecium ya, kok tau sih?
  "Yah, elo Lir, gue kan juga pake Deedee. Cemen yah?"
  "Buset, orang kayak loe shamponya Deedee? Lina yang mau apa emang elo yang suka?"
  "Gue udah pake shampo itu sejak SMA,"
  "Hihihi…, geli gue, lucu aja, liat loe shamponya Deedee," ledek Lira sambil tertawa geli.
  Keduanya terdiam sesaat. Sampai tawa Lira berderai lagi.
  "Kok sama lagi sih. Kita emang udah jodoh ketemu kali nih. Jodoh jadi temen gitu maksud gue."
  Lira berusaha meluruskan kalimatnya karena sadar perkataannya bisa  diartikan berbeda. Keduanya memang saling nyambung awalnya karena punya  selera musik yang sama.
  "Mungkin kali ya…., loe bocor sih," sahut Andi terkekeh.
  Obrolan pun terus berlanjut mengalir seperti sungai. Lira yang cerewet  selalu punya bahan pembicaraan menarik demikian pula dengan Andi.  Uniknya obrolan tersebut selalu nyambung. Di tengah ngobrol Andi  sekali-sekali melirik dua tonjolan di dada Lira yang luar biasa ranum.  Soal cewe, selera Andi memang yang memiliki dada besar. Ia sudah  bersyukur punya Lina yang berdada lumayan berisi, namun melihat Lira,  rasanya rugi kalau diabaikan, membuat darahnya berdesir kencang.
  Saat melihat dari jalan tadi, Andi menemukan Lira hanya memakai bathrobe  mandi dan sedang menjemur handuk. Ia sempat diminta menunggu cukup  absolutist oleh Lira karena harus berpakaian dulu. Harapannya, Lira  keluar dengan pakaian lebih tertutup, tapi yang didapati adalah Lira  hanya memakai catchbasin top putih yang memamerkan ceplakan branya  dengan jelas hingga renda-renda di dalamnya berikut celana pendek yang  membuat 3/4 pahanya terbuka.
  "Eh, Lir, gue mo nanya nih…."
  "Apaan?"
  "Tapi jawab jujur ya…."
  "Apaan dulu??
  "Ya ini gue mo nanya?."
  "Oke, jujur…."
  "Anak-anak Hukum sebetulnya risih ngga sih gue sering ngumpul bareng mereka."
  "Angkatan gue??
  "Iya."
  "Jujur kan?…Ngga, yakin gue. Eh, tapi maksudnya ngumpul karena loe nemenin Lina kan?"
  "Iya."
  "Ya ngga sama sekali. Yang suka sama loe banyak kok."
  "Bener loe? Kalo cowo-cowonya gimana?"
  "Ngga juga. Kenapa sih? Ya kalo ada batten yang dulu naksir Lina tapi keserobot elo?hahahaha…."
  "Sialan loe?, serius nih gue."
  "Gue juga serius. Bener kok, percaya deh sama gue."
  "Mereka, terutama yang cewe, malah yang gue tau pada keki sama Lina."
  "Keki kenapa? emang salah gue apa?"
  "Maksudnya keki soalnya Lina dapet cowo kayak elo."
  "Emang gue kenapa?"
  "Ya?loe kan sabar banget tuh mau nungguin Lina, terus gabung sama kita-kita, maen bareng?"
  "Gitu ya…?"
  "Iya pak Andi. Nih ya, gue kasih bandingan: cowo gue yang dulu, itu sama  sekali ngga mau gabung. Sebates nganterin gue aja. Sombong banget,  kayak ngeliat apaan gitu kalo kita ngumpul. Ngga tau, pembawaan anak  teknik kali ya, berasa pintar sedunia."
  Lira nyerocos tapi dari sorot matanya terlihat ia sangat serius.
  "Dulu gue tuh sering nahan hati soalnya cowo gue itu diomongin terus  sama temen-temen gue. Sombong lah, belagu lah. Ya mereka sih ngomongnya  baik-baik, minta gue ajak dia bergabung. Tapi cowo gue ngga mau gimana.  Jadi serba salah kan?"
  "Anak teknik? Dani maksud loe?"
  "Betul pak! Dani. Mungkin juga karena ketuaan kali ya? Tapi ngga tau ah!  Nah, ketika loe masuk dan mau mencoba berbaur. Temen-temen gue, ngga  cewe ngga cowo, jelas seneng. Apalagi loe bisa nyambung. Yang cowo  respek sama loe, yang cewe,….hihihi, demen."
  Lira sengaja hanya sampai kata itu. Sebetulnya ia ingin bilang ke Andi  bahwa anak-anak, cewe-cewe tentunya, banyak yang naksir Andi.
  "Demen apaan?" Andi berusaha memaksa Lira memperjelas omongannya sambil tergelak.
  "Ya demen…ih, loe GR ya?" kata Lira sambil menunjuk Andi.
  "GR apaan? kan gue cuman minta diperjelas,"
  "Nih ya, ada satu temen gue yang bilang berharap banget loe putus sama Lina. Katanya, gue mau deh, biar bekas temen juga…tuh…"
  "Yang bener loe? Siapa?"
  "Ngga usah gue kasih tau. Kalo perasaan loe peka, loe pasti tau deh! Eh,  bener tuh, dalem hati loe pasti seneng juga kan disenengin  cewe-cewe….hahaha."
  "Sialan loe!" balas Andi sambil terkekeh.
  Tanpa sadar, Andi mendorong paha kiri Lina. Sejak perkenalan pertama  mereka saat ngumpul bersama teman-teman yang lain sepuluhan bulan yang  lalu. Baru kali ini mereka benar-benar saling bersentuhan secara fisik.  Meski sebuah sentuhan tanpa maksud apa-apa, tak kurang Lira tertegun  sejenak. Syaraf sensorik di pahanya seperti mengalirkan sesuatu yang  menbuatnya berdesir. Hampir tidak ada yang tahu, bagian yang didorong  dan disentuh Andi justru bagian batten sensitif pada Lira, bagian yang  mampu mengalirkan perasaan erotik dalam diri cewe berumur 20 tahun itu.
  Lira berusaha tidak memandang mata Andi, tapi ia tak kuasa menahannya.  Rangkaian kejadian yang hanya berlangsung sekitar satu detik itu seperti  membuat tubuhnya mengalirkan darah demikian cepat.
  "Eh, Lir, apologetic ya kalo terlalu keras. Ngga sakit kan?"
  Kali ini Lira malah berharap Andi kembali menyentuhnya. Desiran akibat  sentuhan tak sengaja tadi benar-benar membuatnya merasakan sensasi yang  selama ini belum pernah ia rasakan. Tapi, ia berusaha mengendalikan  diri. Pahanya yang merinding tersentuh tangan Andi berusaha ia tutupi.
  "Ngga kok Ndi, ngga papa, cuma kaget."
  "Aduh, gue jadi ngga enak. Bukan maksud gue mau lancang ke loe kok, Lir reflek aja."
  "Iya gue tau," Lira berusaha menahan agar mulutnya tidak mengatakan  bahwa bagian yang Andi sentuh adalah daerah batten sensitif dari  tubuhnya.
  Andi benar-benar jadi tidak enak dan salah tingkah. Lira bukan tidak  menyadari hal tersebut. Ia kini paham, Andi memang bukan tipe cowo yang  suka merayu perempuan, bukan cowo yang suka pegang-pegang perempuan  sembarangan. Memang tidak salah teman-teman di kampusnya banyak yang  suka pada Andi. Sikapnya admirer banget, sama sekali tidak terlihat  dibuat-buat. Dan, kenyataannya Andi memang benar-benar menyesal telah  berlaku kasar, menurut ukurannya, kepada seorang perempuan. Ia adalah  laki-laki yang batten tidak bisa berbuat kasar pada perempuan.
  "Gue juga termasuk yang dongkol sama Lina, kenapa gue justru nyambung  sama cowo-nya…hahaha," Lira berusaha mencairkan suasana dengan  melontarkan antic yang sejujurnya ngga lucu.
  Andi pun tertawa meski masih agak dipaksa. Ia benar-benar merasa  bersalah karena tanpa terkontrol menyentuh paha Lira terlalu dalam.  Maksudnya hanya pengakuan 'kekalahan' karena didesak soal banyak  perempuan yang menyenanginya. Sejujurnya ia juga suka Lira karena ia  anggap perempuan yang suka bicara tanpa basa basi, apalagi dengan orang  yang ia rasa bisa membuatnya nyaman. Sikapnya itu membuat Andi merasa  lebih dekat dengannya, meski dengan dasar suka sebagai teman.
  Dari sisi laki-laki, Andi juga terkesiap dengan sentuhannya itu. Ia jadi  menyadari Lira memiliki tubuh yang kencang dengan kulit yang halus.  Benar-benar membuat kelaki-lakiannya bangkit. Ingin rasanya berbuat  lebih dari itu. Tapi ia tidak tahu harus bagaimana. Ia juga sadar,  situasi seperti ini sudah cukup sebagai tanda bahaya bagi dua insan  berlainan jenis yang berada dalam satu ruangan. Hanya ia juga tak kuasa  dan tak mengerti bagaimana menghentikannya. Langsung pergi, jelas akan  membuat Lira marah, ia bisa menangkap bahwa Lira tidak menginginkan itu.
  Masih diliputi perasaan tak menentu dan membuatnya tertegun seperti  patung, Andi terkejut ketika Lira sudah menjulurkan tangan dan meraih  tangannya. Tapak tangannya digenggam kedua tangan Lira dan diarahkan ke  bibirnya. Dalam keadaan terbuka, Lira menciumi perlahan-lahan permukaan  telapak tangan kanannya. Andi benar-benar tegang bercampur kaget. Ia  tahu itu sudah lebih dari sekedar pertanda Lira menginginkan sesuatu,  lebih dari sekedar sentuhan tanpa sengaja. Lira pun bukan tanpa maksud  seperti itu. Ia sadar antara dirinya dan Andi baru benar-benar kenal  beberapa bulan belakangan. Tapi, akal sehatnya tak kuasa menahan  keinginannya untuk disentuh lebih dalam oleh Andi.
  Andi benar-benar bimbang. Ia tahu, Lira sudah membuka gerbang dan kini  dialah yang harus memainkan bola. Semua ada di tangannya. Di antara  bimbang untuk meneruskan, yang artinya ia dan Lira sudah melanggar  komitmen pada pasangan masing-masing, atau menghentikan, yang artinya ia  bisa kehilangan kesempatan merasakan sesuatu yang selama ini sering  membuat badannya bergetar dan hanya ia lampiaskan pada Lina, tangannya  seperti bergerak sendiri membelai pipi kiri Lira. Jantung Andi berdegup  kencang, bukan lagi takut Lira akan menolak, tapi sadar ia telah membuat  sebuah pilihan penuh resiko tapi pasti sangat menyenangkan.
  Lira tersenyum. Merasakan belaian lembut jemari Andi di pipinya. Andi  pun bergerak menyisir leher dan tengkuk Lira. Sampai di punggung, tangan  kirinya ikut merangkul Lira dan seketika keduanya sudah berpelukan.  Lira membenamkan seluruh tubuhnya ke Andi. Pelukannya bahkan lebih kuat  dari Andi dan pantatnya ia geser mendekat. Keduanya masih duduk di  lantai beralaskan sebuah karpet tebal berwarna merah. Andi mengangkat  wajah Lira perlahan. Ia bisa melihat Lira tersenyum bahagia merasakan  kehangatan tersebut. Andi sadar, ia melakukannya bukan untuk mengejar  perasaan Lira, tapi lebih pada nafsu. Nalurinya sebagai laki-laki  berkata bahwa ini adalah kesempatan merasakan nikmatnya tubuh seksi Lira  yang selama ini sudah ia kagumi. Dalam hati ia terus membatin untuk  tidak tanggung-tanggung dan ragu. Ia bertekad menunjukkan pada Lira  bahwa ia memang laki-laki sejati. Sambil mulai menjilati daun telinga  Lira, Andi berusaha membisikkan kata-kata rayuan ke telinga Lira.
  Glek! Mulutnya justru seperti terkunci. Semuanya sangat sulit untuk  dikatakan. Balasan Lira hanya sebuah erangan manja berikut usapan halus  disekujur punggung Andi. Tanpa ragu ia mendekatkan bibirnya yang merekah  menyentuh bibir Andi. Halus, lembut dan perlahan penuh perasaan,  keduanya saling mengulum bibir lawannya. Berpagutan dan saling bertukar  lidah membuat suasana semakin hangat.
  "Ndi…," Lira berusaha mengontrol dirinya. Ia ingin terus merasakan belaian laki-laki yang dikaguminya itu.
  Andi tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ia paham ini adalah titik  kebimbangan Lira. Memaksa Lira menyelesaikan apa yang ingin dikatakannya  sama saja berpeluang menghentikan semuanya. Ia terus mencium Lira penuh  kehangatan. Tangannya mulai menggerayangi sisi kiri tubuh Lira dan  berbalik ke atas menuju sebuah bongkah daging keinginan setiap  laki-laki. Ia mulai dengan meraba permukaannya halus dan meremasnya  pelan. Persis seperti yang ia lakukan pada Wita, sahabatnya, beberapa  tahun silam. Perbuatan berdasarkan naluri yang membuat ia dan Wita  hampir mengakhiri persahabatan erat yang mereka bangun sejak masuk  kuliah, runtuh hanya bersisa nafsu.
  Andi seperti merasakan kembali sensasi itu. Sensasi bercumbu dengan  perempuan yang rela menyerahkan tubuhnya secara absolute pada dirinya.  Sesuatu yang justru tidak ia rasakan saat melakukannya pertama kali  dengan Lina. Status berpacaran membuat mereka mudah melakukan apapun  seperti ciuman, pelukan, bahkan rabaan. Andai dulu ia mengabaikan  pertanyaan Wita apakah mereka benar melakukan hal tersebut, ia dan Wita  saat ini pasti sudah tak ubahnya dua insan yang saling mengejar nafsu.  Tidak ada lagi keindahan persahabatan dan keagungan sebuah kedekatan  yang tidak dilandasi nafsu, murni sebuah kasih sayang dua manusia yang  saling membutuhkan.
  Tapi dulu tindakannya tepat. Karena, ia dan Wita lebih membutuhkan  hubungan tanpa berlandaskan nafsu birahi. Walaupun akhirnya ia dan Wita  menghentikan semuanya sebelum keduanya bersatu dalam sebuah  persetubuhan, perlu waktu berbulan-bulan untuk membangun kembali  landasan yang telah mereka hancurkan sendiri.
  Kini, terhadap Lira, semuanya berbeda. Tidak ada halangan untuk  melakukannya saat ini. Benar atau salah, itu soal nanti, karena saat ini  nafsulah yang melandasi hubungan dirinya dengan Lira. Lira bukan teman  dekatnya. Sejak awal ia tertarik pada Lira karena tubuh Lira yang  menggoda iman. Kalau kemudian ia menjadi dekat dengan Lira karena  sesuatu hal, itu tak ubahnya alat untuk masuk ke dalam perasaan Lira.
  Remasannya ke dada Lira semakin kuat. Tanpa ragu, ia menyisipkan jarinya  dari sisi atas untuk merasakan langsung lembutnya bongkahan indah itu.  Lira mengerang dan berusaha mendekap Andi lebih kuat. Tangan Andi  meremasnya makin kuat dan semakin ia merasakan betapa kencangnya dada  Lira. Kencang, halus dan terawat. Ia pun kagum kepada Lira yang  menyadari bahwa bagian tubuhnya yang sedang remas Andi adalah daya tarik  utama dirinya, terbukti dari hasil perawatan yang dilakukannya itu.  Sembari tangan kanannya meremas dada Lira, dan lidahnya menjilati leher  Lira. Tangan kirinya membuka pengait bra di belakang. Sekali terbuka,  kedua tangannya menyusup dari bawah dan mengangkat pakaian Lira melewati  leher. Dan sekejab ia langsung bisa melihat bukit besar menantang itu  langsung di depan matanya. Sejenak ia kembali mengagumi keindahan yang  terpampang di depan matanya itu. Dua bongkah daging yang sejak setahun  lalu membuat dirinya kerap tak bisa tidur. Tak berlama-lama puting susu  Lira sudah menjadi sasaran mulutnya. Kuluman bibir, gigitan kecil  additional sapuan lidah membuat Lira terlonjak tak bisa menahan diri.  Badannya menegang setiap Andi menghisap putingnya. Ingin rasanya Andi  mengecup kuat breadth di kulit yang menutupi tonjolan dada Lira, tapi ia  sadar hal tersebut akan mempersulit posisi Lira. Apalagi Lira memohon  dengan suara lirih.
  "Jangan ada…bekasnya…Ndi…."
  Dua bukit besar itu seperti mainan baru bagi Andi. Ia juga sering  merasakannya dari Lina, tapi yang disodorkan Lira dua kali lebih nikmat.  Lina juga keras dan kencang, tapi tidak sebesar Lira. Besar tapi masih  proporsional. Ia bisa merasakan puting Lira menyentuh telinganya saat ia  berusaha membenamkan kepalanya ke sela-sela di antara dua bukit  tersebut.
  Erangan pelan mulai terdengar keras keluar dari mulut Lira. Nafas Lira  mulai memburu dan matanya terpejam. Mulutnya sedikit terbuka dan setiap  isapan Andi di putingnya mengeras, kepalanya terlonjak ke belakang.  Tangannya hanya bisa menekan kuat punggung Andi. Kendali dirinya  benar-benar sudah hilang tertutup kenikmatan isapan dan sapuan lidah  Andi di kedua payudaranya. Bahkan angin dingin khas kota Bandung yang  kencang dari luar sudah tak terasa lagi di kulitnya. Tak hanya Lira yang  terlena, Andi pun semakin bernafsu menggarap buah dada Lira yang  menggairahkan itu. Sensasinya seperti mendapatkan sebuah mainan baru. Ia  menjelahi setiap titik buah dada Lira tanpa terlewatkan. Ia ingin tahu  reaksi apa yang diberikan Lira setiap ia menjelajah setiap permukaan  buah dada itu.
  Keduanya sedikit tersentak ketika pintu kamar Lira tertutup sendiri  tertiup angin kencang dari luar. Andi terdiam dan memandangi Lira  sesaat.
  "Geblek, lupa ditutup…."
  Andi langsung bangkit dan memeriksa keadaan di luar dari jendela, apakah  ada mata-mata tersembunyi yang menyaksikan perbuatan mereka.
  "Kunci Ndi…, sekalian korden…"
  Sebut Lira dengan suara parau dan lemah.
  Lira langsung menggamit lengan Andi dan memeluk laki-laki itu dan  menempelkan keningnya ke dada bidang penuh bulu itu. Menunduk, ia bisa  melihat puting buah dadanya menempel di atas perut Andi.
  "Ndi…, tolong…,"
  Ia melepaskan tangan Andi yang mengusap-usap halus punggungnya. Tangan  kanannya membimbing tangan Andi ke arah selangkangannya. Ia merasakan  sendiri sedikit demi sedikit kewanitaannya mulai basah mengalirkan  cairan hangat. Ia tahu persis telah dihinggapi nafsu.
  Sejenak Lira was-was. Ia takut Andi melakukannya tindakan bodoh seperti  laki-laki lain yang tidak peduli fase-fase seksualitas wanita. Ia ingin  dilayani juga sebagai makhluk yang juga memiliki nafsu. Selama ini, yang  ia alami hanya melayani keinginan laki-laki tanpa ada balasan dari  laki-laki itu.
  Tapi kekhawatirannya segera lenyap saat Andi menyambut bimbingan  tangannya dan mulai aktif menggerayangi daerah kewanitaannya. Dimulai  dengan usapan lembut di atas daerah vaginanya yang masih tertutup dua  lapisan, celana dan celana dalam. Dilanjutkan gosokan sedikit keras yang  menekan alat genitalnya. Sekali lagi, saat Andi menyentuh paha bagian  dalamnya, darahnya berdesir kencang, nafsunya semakin melonjak.
  Aliran darah seketika seperti mengalir deras di tengah-tengah  selangkangannya. Andi pun tak mau berlama-lama menunggu. Sekali tarik,  ia meloloskan celana pendek dan celana dalam yang membuat Lira makin tak  berdaya telanjang bulat. Tangan Andi mulai mengusap-usap klitoris dan  bagian luar vaginanya. Rasanya seperti melayang setiap sapuan jemari  Andi mengenai alat kelaminnya itu. Dipadu permainan lidah di putingnya,  Lira semakin lemah tak berdaya. Lututnya terasa lemas yang membuat Andi  semakin mudah menjelajahi daerak kemaluannya karena menjadi terbuka.
  Tak tahan melakukannya sambil berdiri, Lira memundurkan tubuhnya dan  menjatuhkan badannya ke ranjang. Lututnya ditekuk dan kedua pahanya ia  buka lebar-lebar. Andi melepas sendiri kaus yang dikenakannya dan tak  menyia-nyiakan pemandangan indah bibir-bibir vagina berwarna coklat muda  yang terpampang di depannya. Bulu-bulu kemaluan Lira sangat terawat  karena terlihat dari cukuran yang rapi. Bulu-bulu itu hanya tersisa di  atas klitoris dan panjangnya tidak ada yang melebihi satu milimeter.
  Sambil memeluk pinggang Lira dengan tangan kiri, ia mulai memainkan jari  kanannya di seluruh permukaan kewanitaan Lira. Pengalaman dengan Lina  mengajarkannya untuk tidak langsung memasukkan jari ke dalam vagina. Ia  lebih mementingkan usapan di klitoris. Dengan ibu jari dan jari tengah,  ia membuka kulit penutup klitoris. Jari telunjuknya mulai meraba-raba  permukaan klitoris yang menyembul berwarna merah muda. Lonjakan pantat  Lira terasa kuat setiap ia mengusap klitoris itu dibarengi erangan keras  dari mulut Lira. Lira meremas-remas sendiri buah dadanya. Ia menahan  kenikmatan luar biasa yang dirasakannya.
  Puas jemarinya memainkan klitoris Lira, lidahnya mulai bergabung. Setiap  jilatan sanggup membuat Lira menjerit. Kedua pahanya berusaha menjepit  kepala Andi yang membuat Andi semakin ganas memainkan lidahnya. Sesekali  permainan itu ia gabung dengan isapan keras klitoris Lira. Tak usah  ditanya reaksi Lira karena perempuan muda itu semakin berisik  mengeluarkan erangan dari mulutnya.
  Rasanya memang gila permainan mereka, karena jika erangan Lira terdengar sampai keluar, entah apa yang akan terjadi.
  Andi sudah mengarahkan lidahnya turun menuju vagina Lira ketika Lira  menahan tubuh Andi dan bangkit meraih kancing celana Andi dan  melepasnya. Bersama celana dalam, satu sorongan ke bawah langsung  menjulurkan batang kemaluan Andi yang sudah mengacung sejak tadi. Lira  tahu, apa yang mereka lakukan adalah perbuatan bersama dan kini  gilirannya membelai, mencium, menjilat, dan meremas milik Andi. Tak  canggung ia menggenggam penis Andi yang mengacung keras. Kedua tangannya  mengenggam bersama, terasa besar dan penuh penis itu memenuhinya.
  Satu kocokan, kini giliran Andi yang terpaksa memejamkan mata merasakan  nikmatnya genggaman tangan halus nan hangat itu. Dari bawah, Lira  melirik ke atas dan tersenyum kepada Andi yang berlutut di kasur. Ia  paham arti senyum balasan Andi. Tanpa berlama-lama lagi, ia lumat batang  tersebut di dalam mulutnya. Sedikit gigitan, ia jilat seluruh  permukaannya yang mengkilat itu. Urat-urat di sekujur penis Andi semakin  membuat nafsunya memuncak. Ingin rasanya segera merasakannya merayap di  dinding vaginanya. Andi terengah merasakan isapan dan kulumannya. Masih  ada sedikit rasa dongkol pada Lina, kenapa temannya itu yang bisa  mendapatkan laki-laki yang mampu menggetarkan hati setiap wanita itu. Di  tengah usahanya memasukkan seluruh batang kemaluan Andi kemulutnya,  Lira hampir tersedak karena ujung kemaluan Andi menyentuh pangkal rongga  mulutnya sementara di luar masih tersisa. Ia semakin bernafsu mengulum  penis ini. Pelan tapi pasti ia keluar masukkan penis itu di mulutnya.  Lidahnya ia sentuhkan ke ujung penis yang kokoh itu. Ia paham laki-laki  amat senang diperlakukan seperti itu. Terlihat dari paha Andi yang  semakin terbuka membuat penisnya makin mengacung kencang. Seketika ia  melihat penis Andi, Lira langsung merasakan rangsangan semakin besar  dalam dirinya. Tanpa ragu ia berusaha memberikan pelayanan sempurna pada  Andi, laki-laki yang sanggup membuatnya panas dingin meski hanya beradu  pandang. Ia ingin Andi merasakan kenikmatan terdalam pelayanan  perempuan.
  Lira memang tidak salah karena Andi pun mulai merasakan apa yang  diharapkannya. Baru kali ini Andi merasakan perlakuan absolute perempuan  selain Lina terhadap dirinya. Apalagi saat Lira mulai menjilati dan  mengulum kantung buah zakarnya. Semuanya terasa berbeda, benar-benar  sensasi yang memabukkan. Selain merasakan nikmatnya kuluman dan isapan  Lira, pemandangan indah sekaligus ia dapatkan. Posisi Lira yang  merangkak setengah menunduk membuat bongkahan pantatnya menjulang ke  atas. Pasti nikmat membenamkan penisnya ke kemaluan Lira sekaligus  menggenggam dan mengusap pantat yang padat dan berisi itu.
  Lira merasa belum cukup ketika Andi menarik lengannya. Tapi, ia  mengikuti saja keinginan pujaan barunya itu dan menyambut kecupan hangat  Andi di bibirnya. Ia merebahkan tubuhnya sembari menarik Andi. Lira  sudah tahu kelakuan laki-laki. Jika sudah menarik dan merebahkan tubuh  perempuan berarti laki-laki itu sudah ingin melakukan penetrasi.
  Namun, dugaannya meleset. Andi justru merebahkan badannya di sisi Lira.  Berbaring miring, Andi mengisap lagi buah dadanya. Lira semakin kagum  akan laki-laki yang satu ini, benar-benar penuh kendali diri. Ia semakin  kaget ketika jemari Andi mulai bermain lagi di sekitar kemaluannya.  Kali ini usapannya sedikit keras dan cepat menggosok klitorisnya. Lira  menggelinjang menerima perlakuan Andi. Benar-benar laki-laki penuh  misteri, pikirnya.
  Laki-laki sempurna, pikir Lira menyadari betapa beruntungnya ia berhasil  mendapatkan Andi seperti sekarang. Bisa mendapatkan lagi sesuatu yang  dulu hilang direnggut kejamnya Dani terhadap dirinya. Kalau saja ia tahu  Dani hanya mempermainkannya saat itu, tidak akan ia mau menyerahkan  semua kehormatannya kepada laki-laki brengsek pengecut itu. Rasanya muak  hatinya mendengar semua orang membicarakan perkawinan Dani saat ia baru  dua bulan memadu kasih dengan laki-laki keparat itu.Untung Boy hadir  sebagai penyelamat. Ia sayang pada laki-laki ini, tapi kadang  perasaannya tak tega melihat kebaikkan hati Boy.
  Tapi kali ini ia ingin absolute merasakan kehangatan Andi. Kekagumannya  membuat ia semakin senang akan apa yang dilakukan Andi padanya saat ini.  Menikmati usapan jemari Andi yang cepat itu membuatnya ia sanggup  melupakan semua pikirannya pada dua laki-laki yang telah sempat mengisi  relung hatinya.
  Di tengah lonjakan-lonjakan kecil menikmati permainan Andi, tiba-tiba ia  merasakan sekujur tubuhnya sebuah rambatan energi tiada tara yang  membuat sejenak dirinya seperti melayang. Suara-suara di sekitarnya  seketika seperti lenyap, hanya terasa desiran tiada tara yang membuat  tubuh sempat terbujur kaku sejenak dan berikutnya terlonjak-lonjak  demikian kuat yang semakin absolutist semakin melemah frekuensi dan  intensitasnya. Matanya terpejam, ia baru saja merasakan sensasi terbesar  yang belum pernah sekalipun ia rasakan dengan laki-laki lain. Liang  vaginanya pun terasa berdenyut lebih kuat dan saat semuanya belum  mereda, Andi sudah menindih tubuhnya. Ia bisa merasakan bobot tubuh Andi  terutama di bagian bawah pinggangnya. Tangan Andi sudah tegak di sisi  buah dada Lira kekar menopang badannya sendiri. Ia bisa merasakan bagian  tubuh bawah Andi bergerak-gerak berusaha mengarahkan acungan penisnya.  Lira pun langsung meraih penis nan kokoh itu dan membimbingnya ke ujung  vaginanya.
  Andi tersenyum dan Lira membalasnya dengan senyuman manis diiringi  anggukan penuh kepasrahan tanpa paksaan. Terasa Andi mendorong kuat  pantatnya dan Lira juga bisa merasakan rengsekan batang kemaluan Andi di  dinding vaginanya. Sungguh halus dan penuh perasaan Andi memasukkan  penisnya ke vagina Lira. Perlahan cairan di dalam vagina melumasi  permukaan penis Andi. Tak ada rasa sakit sama sekali meski penis  tersebut lebih besar ketimbang milik Dani dan Boy. Itu karena Andi  melakukannya tanpa terburu-buru dan tanpa memaksa. Mulai terasa perih ia  menarik kembali penisnya sedikit dan membenamkannya lagi sampai akhir  seluruh penisnya dilumat vagina Lira. Sodokan pertama penis tersebut  masuk seluruhnya sanggup menyentuh bagian dalam vagina Lira yang belum  pernah tersentuh sebelumnya. Lira pun merasakan sekali lagi kenikmatan  luar biasa itu. Apalagi, Andi tidak langsung memompa pantatnya  cepat-cepat dan keras. Pertama masuk penuh, ia menahannya dan memandangi  wajah Lira dan kali ini ditambah sebuah kecupan mesra. Lira seperti  diawang-awang diperlakukan seperti itu. Ia merasa dirinya demikian  berharga di hadapan Andi,
  Andi sendiri merasa telah memenangi sebuah peperangan. Penisnya yang  sudah bersarang di vagina Lira adalah sebuah tanda babak baru  hubungannya dengan Lira yang tidak akan mudah dikembalikan seperti sedia  kala. Bersatunya kedua tubuh mereka adalah sebuah ikatan emosi yang  hanya bisa dirasakan oleh Andi dan Lira, tak seorangpun bisa merasakan  itu.
  Setelah itu, mulailah Andi menggerakkan pantatnya mengangkat dan menekan  yang membuat penisnya keluar masuk bergesekan dengan liang vagina Lira.  Hangat dan lembut bisa Andi rasakan lewat sekujur penisnya dari dalam  vagina Lira.
  Lira menyambut setiap gerakan Andi dengan jepitan dan gerakan kecil  pantatnya. Dari mulutnya keluar erangan yang semakin absolutist semakin  keras dan cepat berirama. Melihat Lira terpejam dan mengerang dengan  mulut yang sedikit terbuka sambil mendongakkan kepala membuat Andi makin  bernafsu. Lira semakin seksi dalam kondisi seperti itu. Lehernya yang  putih dan guncangan kuat pada buah dadanya membuat Andi semakin ingin  membenamkan penisnya dalam-dalam di vagina Lira. Apalagi setiap ujung  penisnya menyentuh pangkal vagina Lira. Rasanya sungguh tiada tara.  Derit ranjang mulai terdengar seiring semakin kuatnya sodokan Andi. Tapi  mereka sudah tidak peduli. Lira bukan tidak menyadari seseorang pasti  ada yang mendengar deritan tersebut di bawah. Apalagi kalau teman kost  yang menempati kamar di bawahnya sedang berada di kamar. Tapi ia yakin  semua temannya akan maklum.
  Semakin kuat dan cepat sodokan Andi membuat Lira merasakan lagi desakan  rasa luar biasa yang akan tiba. Ia hanya bisa mencengkram punggung Andi  keras-keras ketika desiran itu semakin kuat dan mencapai puncak.  Kepalanya benar-benar mendongak ke atas hingga kedua bola matanya hanya  terlihat tinggal putihnya. Setelah sampai, sekali lagi ia merasakan  tubuhnya ringan dan aliran darah mengalir deras ke arah vaginanya.  Dinding vaginanya berdenyut kuat hingga Andi juga bisa merasakannya.  Andi langsung menghentikan gerakannya membiarkan penisnya merasakan  cengkraman kuat yang terjadi hanya beberapa detik itu. Tindakan Andi  juga membuat Lira merasakan kenikmatan luar biasa. Kali ini terasa lebih  nikmat karena denyutan vaginanya tertahan penis Andi yang sedang  membenami kemaluannya itu. Semakin banyak saja kekaguman Lira pada Andi.  Tahu kapan ia akan merasakan puncak kenikmatan dan menghentikan sodokan  membuat Lira bisa merasakan sepenuhnya kenikmatan tersebut. Sebuah  teknik bercinta yang baru kali ini Lira rasakan.
  "Andi…,nikmat sekali…,"
  Lira memeluk Andi kuat-kuat dan menciumi pipi dan pundak laki-laki itu. Sekali lagi Andi tersenyum membalas Lira.
  "Enak?"
  "Banget!" Jawab Lira singkat dan tegas.
  "Gaya lain…?"
  Lira langsung mengangguk dan menunggu aba-aba Andi gaya apa yang diinginkan Andi.
  Andi membalik badan Lira dan mengangkat badan bagian bawah Lira dengan  memeluk pinggang dari belakang. Lira langsung berdebar-debar begitu tahu  Andi ingin melakukan gaya doggy. Missionari saja sudah sanggup mencapai  pangkal vaginanya, apalagi doggy.
  Tak menunggu absolutist Andi langsung memasukkan penisnya. Lira menunduk  sambil menggigit bibirnya merasakan seluruh penis Andi terbenam makin  dalam di vaginanya. Pantatnya terangkat tinggi yang membuat Andi semakin  tak bisa mengendalikan birahinya. Kali ini Andi langsung mendorong  dengan cepat dan Lira mengikuti irama dengan mendorong pantatnya ke  belakang. Keduanya sama-sama merasakan kenikmatan yang lebih dalam.
  Masuk hitungan belasan menit menyodok vagina Lira, belum ada tanda-tanda  dorongan Andi melemah. Sebaliknya justru makin kuat, membuat Lira makin  bernafsu. Tetesan peluh mulai membasahi keduanya, namun baik Lira dan  Andi justru makin bersemangat. Lira, yang bisa dua kali beruntun  merasakan kenikmatan puncak saat disodok Andi dari belakang justru  semakin ingin merenguk terus kenikmatan itu. Pantat dan pinggangnya  makin bergerak cheat membuat Andi tak mampu menahan lenguhannya.
  Tiba-tiba ganti Lira yang berinisiatif. Ia lepaskan penis Andi dari  vaginanya dan mendorong Andi sampai terlentang. Ia langsung memanjat  tubuh Andi dan duduk di atas acungan penis Andi yang masih kokoh  berdiri. Melihat Lira bergerak naik turun, Andi tak kuasa untuk tidak  meremas buah dada Lira yang terguncang-guncang. Telapaknya yang besar  berusaha meraup seluruh permukaan buah dada itu, tapi tidak pernah  berhasil. Remasannya makin kuat membuat Lira makin mempercepat  gerakannya.
  Sekali lagi Lira harus mengaku kalah. Karena meski ia telah mencoba  berbagai goyangan yang dipadu dengan gerakan naik turunnya, justru ia  yang kembali merasakan desakan kenikmatan dari liang vaginanya. Lira  langsung ambruk menindih Andi yang sudah siap menerimanya dengan pelukan  mesra dan kecupan hangat di ubun-ubunnya.
  "Kamu kuat banget Ndi…"
  "Kamu di bawah lagi ya…?"
  Lira mengangguk lemah dan menggulingkan badannya ke sisi kanan Andi.
  Sebelum Andi memasukkan lagi penisnya ke vagina Lira, Lira memberikan  sesuatu yang belum pernah ia lakukan pada laki-laki manapun yaitu  memasukkan penis tersebut ke mulutnya. Sebelumnya ia tidak mau mengulum  penis yang sudah masuk ke vaginanya. Tapi, untuk Andi, yang telah  memberikannya kenikmatan tiada tara, ia lakukan itu.
  Puas mengulum dan menjilati penis yang dipenuhi lendir sisa persetubuhan  mereka, Lira kembali merebahkan dirinya dan menyuruh Andi memulai lagi  aksinya. Andi langsung bergerak dan dorongan seperti saat pertama mereka  memulainya yaitu perlahan dan terus semakin absolutist semakin kuat dan  cepat. Lira sudah pasrah kalau ia harus sekali lagi merasakan orgasme,  tapi baru ia berpikirbegitu, tiba-tiba sodokan Andi terasa lebih keras  dari sebelumnya. Sesaat kemudian Andi mengerang panjang dan menyodokkan  penisnya sangat kuat beberapa kali. Lira pun bisa merasakan hangatnya  muncratan sperma Andi di dalam vaginanya. Andi masih terus menyodok  terputus-putus dan semakin melemah. Sperma Andi juga Lira rasakan  mengalir keluar setiap Andi menyodokkan lagi penisnya. Setelah  benar-benar selesai, Andi pun ambruk menindih Lira. Andi terdiam sesaat  di atas buah dada idamannya itu merasakan betapa nikmat persetubuhannya  dengan Lira.
  Lira mengusap lembut kepala Andi penuh kehangatan.
  "Puas Ndi…?"
  Andi hanya mengangguk. Badannya terasa lemas. Lira tersenyum bahagia  mendapatkan jawaban Andi. Batten tidak, tekadnya membuat Andi merasakan  kenikmatan tertinggi berhasil ia lakukannya.
  "Lir, nikmatnya benar-benar ngga ada yang nyamain…"
  "Kamu juga hebat Ndi. Baru kali ini aku ngerasain orgasme…."
  Keduanya pun duduk berdampingan di sisi ranjang. Lira merebahkan  kepalanya di pundak Andi. Sambil membakar rokok, Andi merangkul Lira.  Keduanya hanya bisa terdiam dan sama-sama tidak percaya apa yang baru  saja terjadi di antara mereka.
  Lira masih tidak percaya ia telah melakukan hubungan seks dengan Andi,  pacar Lina, teman satu angkatannya. Meski ia memang sudah kagum pada  Andi sejak pertama berkenalan, tapi akhirnya sampai berhubungan intim  dengan Andi, adalah sesuatu yang tidak terbayangkan sebelumnya.
  Andi, walaupun ia juga tertarik pada Lira diawali oleh ketertarikan  fisik, tetap saja apa yang baru saja ia alami benar-benar di luar  dugaannya. Apalagi Lira seperti menyambut keinginan terpendam Andi itu  yang sebetulnya ia simpan dalam-dalam. Ia kenal Boy dan tahu bagaimana  Boy selalu menerima sarannya dalam hal aktifitas di kampus. Ia juga tahu  Boy sangat menghormatinya terutama sebagai chief meski beda fakultas.
  Dalam diamnya, Lira tidak bisa membayangkan bagaimana marahnya Lina yang  terkenal emosional di kampus. Serupa dengan Lira, Andi juga sulit  membayangkan apa yang akan terjadi pada Boy jika ia tahu apa yang  dilakukannya dengan Lira. Boy memang pendiam dan tenang, tapi Andi tahu  Boy adalah orang yang keras.
  Andi mengeratkan rangkulannya pada Lira. Lira pun membalasnya diikuti  kecupan di bibir. Tapi Andi tak membalasnya yang membuat Lira bingung.
  "Kenapa…?"
  Andi menggeleng sambil tersenyum dan mengecup kening Lira dan mendekap Lira lebih dalam.
  "Yuk ke kampus…," ajak Andi sambil melepas pelukannya.
  Lira mengangguk sambil tersenyum. Berpakaian, kedua lantas keluar kamar  bersikap biasa. Andi lebih dulu menuju motornya di lantai bawah.
  "Bareng aja…," sahut Andi.
  "Oke!"
  Waktu saat itu menunjukkan pukul 4.15 sore. Keduanya tak sadar telah dua  jam bercumbu dan berhubungan intim. Kalau sesuai janji, Andi sebetulnya  sudah terlambat. Dan memang benar, saat tiba di kampus FH, anak-anak  yang rapat sudah duduk-duduk di koridor kampus.
  "Bareng Lira?" Tanya Lina tanpa curiga.
  "Iya, tadi ketemu di jalan, ya sekalian aja."
  "Tunggu bentar ya, 10 menit lagi."
  "Oke, aku tunggu di sini ya."
  Di tempatnya duduk, Andi melihat Lira berdiri di samping Boy. Boy masih  sibuk membahas beberapa masalah dengan teman-temannya. Lira pun melirik  ke arah Andi dan memberikan sebuah senyum yang manis. Keduanya memang  harus kembali bersikap normal, tapi di hati kecil mereka, baik Andi dan  Lira sama-sama berharap kejadian yang mereka alami terulang lagi?
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep,cerita sex,ceritasex, gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Nafsu Inge Teman kerja Sebelahku               Apr 6th 2013, 03:46                                                Kejadian ini saat aku belum menikah dan masih bekerja di perusahaan  distribusi makanan. Aku saat itu menjadi Chief Account Officer dan salah  seorang stafku yang baru bekerja 4 bulan namanya Inge, dia seorang  sarjana ekonomi yang baru setahun lulusnya umurnya masih 23 tahun. Dulu  saat pertama kali masuk kantor kulihat sering diantar dan dijemput pakai  motor oleh pacarnya, tetapi sudah ada seminggu terakhir Inge selalu  mengendarai motor sendiri. Memang Inge berwajah manis, hanya sayang  kurang tinggi sedikit.
  Yang menarik buat lelaki semacam saya adalah bibirnya yang selalu  kelihatan basah terus karena lidahnya sering dipakai membasahi bibirnya  dan selain itu model rambutnya yang pakai gaya sedikit yang terurai di  dekat telinga dan diberi jelly hingga kelihatan basah. Juga yang  kelihatan sensual adalah cara berpakaiannya karena Inge selalu pakai  baju atau kaos yang agak ketat sehingga perutnya kelihatan ramping dan  buah dadanya terlihat agak menonjol. Memang buah dadanya sendiri tak  terlalu besar tetapi cukup bagus bila pakai baju atau kaos yang ketat.
  Suatu saat aku tegur dia, "Inge, kenapa sekarang kamu naik motor sendiri?" "Yaahh, yang antarin sudah nggak ada", sahutnya. "Masak iya, kemana pacarmu itu?" tanyaku. "Aach, nggak tahu pergi kemana dia, biarin saja", jawabnya dengan nada kesal.
  Beberapa hari kemudian, saat makan siang, aku melewati kamarnya,  kebetulan cuma Inge seorang diri dan sedang makan, rupanya yang lain  makan keluar, segera kumasuk dan duduk di depan mejanya. "Makan  sendirian saja?"
  "Iya Pak, sahutnya. Sambil makan, Inge melihat-lihat iklan bioskop di koran. Tiba-tiba Inge berbicara, "Waah, film Mandarin ini bagus Pak, Inge kepingin nonton tapi nggak ada teman sekarang." "Kalau memang nggak ada teman nanti saya temani" kataku. "Ah, Bapak bisa saja, nanti pacar Bapak marah lho!" sahutnya. "Yaa, jangan sampai ketahuan dong, sekali-kali kan nggak apa-apa", kataku. "Kalau sungguh, kapan Bapak bisanya? asal jangan yang malam-malam, paling lambat yang pukul 7.00 malam", jelas Inge. "Besok malam? Pokoknya jangan Sabtu dan Minggu malam itu acara Bapak sudah patent" kataku. "Kalau gitu besok malam ya Pak?" "Boleh, Bapak jemput jam berapa?" "Inge sampai kost jam 5 sore, lalu mandi dulu, jadi kira-kira pukul 6 sore ya!" "Oke", sahutku.
  Besok sorenya setelah saya pulang ke kost dan mandi lalu siap ke kostnya  Inge. Sampai di sana ternyata Inge belum selesai hingga kutunggu  beberapa menit, kemudian kita langsung berangkat. Karena baru pukul 6.10  padahal filmnya mulai pukul 7, maka kita putar-putar kota dulu. Dalam  mobil aku bilang dengan Inge kalau lagi nggak dinas begini jangan  panggil aku Pak, sebab umur kami paling hanya berbeda 7 tahun, aku jadi  nggak enak dong. Akhirnya setelah putar-putar kita langsung ke bioskop  dan beli tiket lalu masuk, aku memang sengaja minta tempat duduk yang di  pinggir. Rupanya filmya kurang bagus, sebab sampai saat mulai  penontonnya hanya sedikit.
  Memang artis-artis yang main seksi-seksi, apalagi film Mandarin  terhitung banyak yang berani juga actionnya. Kalau pas adegan yang hot  Inge tiba-tiba memegang tanganku, suatu saat kalau adegan panas sebelum  tangannya Inge yang beraksi kupegang dulu telapak tangannya erat-erat.
  Walaupun adegan panas sudah berlalu tangannya tetap kupegang terus dan  perlahan-lahan tangannya kuletakkan di atas pahanya. Ketika Inge masih  diam saja atas aksi ini, maka jari-jariku kupakai untuk mengutik-utik  pahanya yang sudah terbuka karena roknya yang agak pendek itu naik kalau  buat duduk. Beberapa menit hal itu kulakukan dan Inge pun masih diam,  lalu tangannya kutarik ke paha lebih atas sekaligus untuk menyingkap  roknya supaya naik ke pangkal paha.
  Setelah kulihat roknya menyingkap sampai hampir pangkal pahanya sehingga  paha yang mulus itu terlihat remang-remang dengan penerangan cahaya  dari film saja. Aku pura-pura diam sebentar, kebetulan ada adegan panas  lagi dan tanganku segera memegang pahanya dan tangan Inge memegang  bagian atas tanganku. Kupikir Inge akan melarang kegiatan tanganku itu,  tetapi tangannya hanya ditumpangkan saja di tanganku. Kuberanikan lagi  operasi ini, tanganku kuusapkan ke pahanya dari atas lutut sampai ke  atas dekat pangkal pahanya. Sudah ada 5 menit aku melakukan ini  bergantian paha kanan dan kiri, tapi Inge tetap diam hingga nafasku yang  mulai memburu.
  Akhirnya kuberanikan tanganku untuk mengusap pahanya sampai ke  selakangannya hingga menyentuh CD-nya dan bagian kemaluannya kugelitik  dengan 2 jariku. Saat itu Inge kelihatan mendesah sambil membetulkan  duduknya. Kugelitik terus clitorisnya dengan jari dan kadang-kadang  jariku kumasukkan ke dalam lubang vaginanya, ternyata lubangnya sudah  basah juga.
  Belum beberapa lama, Inge menggeliat duduknya dan bilang, "Oom, Jangan  digitukan nanti basah semua vagina Inge juga CD-nya, sebab Inge punya  banyak keluarnya." Lalu tanganku kutarik dan kupindahkan ke pahanya  saja. Aku bisiki, "Nanti lain kali saja sambil santai di hotel ya?". Inge mengangguk dan berkata, "Kira-kira minggu depan saja sebab kalau sering pergi malam nanti nggak enak dengan tante kost".
  Setelah film selesai sambil jalan keluar, kurangkul pundaknya dan Inge  pun memegang pinggangku sambil kepalanya disandarkan ke bahuku. Kuajak  Inge makan malam sekalian sambil ngobrol macam-macam. Aku bertanya, "Inge, biasanya kamu diajak pacarmu santai di mana?" "Yaah,kadang-kadang di hotel P atau Hotel NP di atas Candi kadang-kadang  juga di Hotel R di bawah kalau malas jauh-jauh." Dengan jawaban Inge  itu, aku sudah dapat mengambil kesimpulan bahwa Inge saat ini sudah  bukan perawan lagi, jadi aku berani untuk mengajaknya ke hotel minggu  depan.
  Selesai makan kuantarkan Inge pulang, sebelum turun mobil kupeluk dia  dan dia pun membalasnya dengan merangkul leherku kuat-kuat untuk  menerima ciuman dan kecupan-kecupan pada bibirnya dan selesai itu dengan  sedikit teknik tanganku menyambar dan memijit buah dadanya. "Acch..  nakal ya Oom? katanya, dan "Bye… bye…." Pada keesokan harinya saya  bertemu Inge di kantor dan kita bersikap biasa-biasa saja sehingga tak  ada teman yang curiga kalau kita telah pacaran semalam. Saat kutanya  kenapa sang pacar tak mengantar lagi, Inge bilang kalau pacarnya  sekarang lagi renggang walaupun belum putus 100 % karena pacarnya yang  SH itu dan bekerja sebagai salesman electronic itu belakangan suka  tersinggung tanpa sebab yang jelas. Mungkin iri atau malu karena Inge  dapat kerjaan dengan gaji yang semetara ini lebih besar dari padanya.
  Suatu siang di hari Rabu seminggu setelah kita menonton, kebetulan Inge  datang ke kamarku dengan membawa laporan-laporan yang kuharus tanda  tangani. Inge bertanya, "Pak, nanti malam Bapak ada waktu?" "Kenapa?" tanyaku pura-pura sebab dalam hatiku saat-saat inilah yang kunantikan. "Kalau Bapak ada waktu, Inge kepingin makan di luar tapi kok nggak ada teman", sahutnya. "Oke, kalau Inge yang ngajak saya bersedia. Jam 6 sore seperti minggu lalu saya datang ke kost, ya Inge?" kataku. "Terima kasih ya Pak."
  Sore itu aku cepat-cepat pulang dan segera mandi. Jam 5.30 sore aku siap  berangkat ke kost Inge, karena terlalu pagi Inge belum siap dan  kutunggu di ruang tamu. Baru kira-kira 10 menit kemudian Inge keluar.  Aku sempat terpesona beberapa saat, karena Inge yang saya tahu biasanya  memakai rok agak mini dengan baju atau kaos pendek perutnya dan agak  ketat. Kali ini tampil dengan memakai gaun panjang warna ungu dengan  belahan yang agak tinggi di bagian paha sebelah kirinya, sehingga kalau  jalan pahanya yang kiri dan putih bersih itu kelihatan dengan jelas dan  bagian dalam pahanya kanan juga tampak samar-samar.
  "Ceeek…. ceekkk…. ceeekkk", komentarku. Inge bahkan tersenyum manis dan  kemudian memutar tubuhnya dan bagian punggungnya terbuka lebar sampai ke  bawah dengan model huruf V sampai di atas pinggulnya. Aku yakin sekali  kalau Inge pasti tidak pakai bra sekarang. Tanpa duduk, Inge langsung  mengajak berangkat. kurangkul pinggangnya, Inge jadi agak kikuk takut  kalau tante kostnya tahu. Begitu masuk mobil kuminta untuk mengecup dulu  bibirnya yang merah merekah dan basah terus itu, sambil punggungnya  yang terbuka itu kuusap-usap dan ternyata dugaanku benar saat dadanya  kutekan erat-erat ke dadaku terasa gumpalan daging yang kenyal dengan  nama payudara tanpa terlindungi spons BH menempel di dadaku. Denyut  jantungku langsung berdetak cepat. Kemudian mobil mulai kujalankan dan  tangan Inge diletakkan di atas paha kiriku sambil kadang-kadang memijit  pahaku. "Mau makan kemana Inge?" "Terserah Bapak", katanya. Memang Inge tetap tak mau panggil aku dengan sebutan lain, ia pilih  dengan "Pak" karena takut salah ngomong kalau di kantor nanti. "Kalau makan sate kambing apakah Inge suka?" tanyaku. "Mau Pak, malah sebenarnya Inge sudah lama tak pernah makan itu karena pacar Inge tak suka daging kambing", katanya. Akhirnya kita ke rumah makan sate kambing. Saat turun dari mobil dan  masuk ke rumah makan sekarang ganti Inge yang selalu merangkul  pingganku. Inge duduk di sebelah kananku. memang kuatur demikan supaya  tangan kananku bisa dekat dengan paha kirinya yang terbuka sampai ke  atas untuk kuraba-raba.
  Memang kali ini Inge berbeda dengan waktu nonton film, kali ini Inge  tampak ceria dan manja. Saat duduk makan Inge duduknya merapatkan  tubuhnya ke tubuhku serta tangannya memegang pahaku. Tanganku sebelum  beraksi di pahanya kupakai untuk mengusap-usap punggungnya yang terbuka. Untuk saat itu rumah makan masih sepi pengunjung,jadi aku agak bebas  berkarya. Setelah puas meraba punggungnya tanganku kususupkan ke dalam  roknya ke daerah pinggang dan turun di sana tanganku meraba CD-nya.
  Kemudian tanganku bergerak ke atas dan menyusup ke bawah ketiaknya dan  menuju ke samping depan sehingga ujung jariku dapat menyentuh samping  payudaranya yang benar-benar masih kenyal. Pekerjaan tanganku berhenti  saat pelayan membawa makanan ke meja kami. Saat makan tanganku kadang  mulai meraba pahanya kiri yang terbuka itu.
  Inge betul-betul penuh pengertian saat tangan kananku sibuk meraba  pahanya, ia yang menyuapkan nasi ke mulutku hingga tanganku diberi  keleluasaan untuk bermain di pahanya dan sampai vaginanya pun  kuraba-raba dengan penuh kemesraan. Kadang-kadang tangan kananku kupakai  untuk menyendok makanan lagi, tapi lebih sering kupakai untuk berkarya  di paha dan lubang vaginanya sedang Inge yang terus dengan kasih  sayangnya menyuapiku dengan makanan sampai suatu saat Inge mendesah dan  memegang tanganku yang berkarya erat-erat seraya berkata, "Pak, karya  tangan Bapak benar-benar hebat bisa membuat Inge basah."
  Lalu kuraba vaginanya ternyata CD-nya juga sudah basah apalagi lubang  vaginanya, ujung jar-jariku kumasukkan ke lubangnya untuk bisa mengkait  lendir yang menempel di bibir vaginanya, ternyata usahaku itu berhasil  juga. Kulihat ada lendir kental mirip cendol menempel di ujung  telunjukku, segera kujilati lendir itu dan kutelan bersama makanan yang  disuapkan oleh Inge. Aku betul-betul merasa "hot" makan daging kambing  dicampur lendir Inge, kurebahkan kepalaku ke kepalanya Inge sambil  berbisik, "Inge sayang, saya menyayangimu." Inge menjawab, "Pak,  sebentar lagi Inge menjadi kepunyaan Bapak seluruhnya, Inge akan  memberikan segalanya yang terbaik untuk Bapak nanti. Percayalah!" sambil  mencium pipiku.
  Selesai makan, kita langsung menuju Hotel CB di kota atas yang banyak  pemandangannya walaupun itu hotel kuno. Kita langsung check in. Inge  tetap manja, jalan sambil merangkul pinggangku dengan badannya  disandarkan ke tubuhku. Pintu kamar segera kukunci setelah pelayan  menyiapkan air minum, sabun dan handuk.
  Inge ganti kupeluk dan ia pun merangkul leherku erat-erat hingga  permainan ciuman mulut, bibir dan lidah berlangsung dengan hangatnya dan  penuh kemesraan. Karena saat aku menciumnya, kukecup dalam-dalam  bibirnya dengan penuh perasaan hingga Inge bukan merasakan kenikmatan  saja tetapi juga merasakan kasih sayangku. Setelah berciuman dengan  mesranya untuk beberapa saat, maka tanganku kupakai untuk meraba  punggungnya yang terbuka, kurasakan tubuh Inge cukup hangat lalu  kupegang rok bagian kedua pundaknya dan kutarik ke depan, Inge pun  membantu dengan meluruskan tangannya ke depan sehingga roknya bagian  atas langsung lepas dan payudaranya yang masih kenyal dan hangat kalau  diraba itu terlihat dengan jelas di depan mataku ditambah putingnya yang  kelihatan mulai membesar dan tegang dengan warna merah padma membuatku  terpesona.
  Walaupun aku sudah sering menelanjangi dan meniduri pacarku di hotel,  tetapi bentuk tubuhnya yang berbeda itu mempunyai daya rangsang yang  tersendiri. Hanya karena kebiasaan yang sudah sering melihat pacarku  dalam keadaan telanjang bulat itu yang bisa membuat aku mengendalikan  emosi dan gelora nafsu mudaku. Roknya terus kutarik ke bawah sehingga  terlepas semua kemudian kuambil dan kutaruh di atas meja dan Inge  kuangkat untuk kutidurkan di ranjang dengan masih memakai CD saja. Tapi  CD-nya pun kulorot untuk dilepas dan vaginanya yang seperti bukit kecil  itu tertutup oleh rambut yang cukup lebat.
  Aku kemudian melepas T-Shirtku dan celana panjang serta CD-ku sambil  memandangi tubuh Inge yang telentang di ranjang dengan pose yang  menggiurkan ditambah lidahnya yang sering membasahi bibirnya itu.  Kudekati Inge kemudian kuciumi seluruh wajahnya dengan tangan  menjelajahi seluruh daerah dadanya termasuk lembah dan bukit maupun  puncak payudaranya sampai ke pusarnya dan perut bagian bawah. Setelah  ciumanku berpindah ke bagian dadanya terutama bukit-bukit payudaranya,  tanganku mulai beraksi di sekitar vaginanya serta pahanya serta  sekali-kali rambut bawahnya kutarik pelan-pelan sambil jari tengahku  menggelitik clitorisnya yang mulai nongol.
  Lalu kuciumi terus perutnya bawah sampai rambut kemaluannya dan daerah  sekitar vaginanya dan pahanya serta tanganku terus mengusap dan memijit  betis serta telapak kakinya. Ciumanku terus ke lututnya, kemudian ke  betis, tumit kaki lalu telapak kakinya sampai jari-jari kakinya pun  kuhisap satu persatu semua baru aku balik naik menghisap daerah  selakangannya dengan membuka lebar-lebar pahanya lalu daerah antara anus  dan vagina itu kucium dan kukecup serta kujilati sehingga Inge mendesah  kenikmatan dan terasa ada cairan lendir yang menyemprot keluar dari  lubang vaginanya. Setelah kulihat benar terlihat dari lubangnya vagina  mengalir keluar cairan lendir dengan bau khusus.
  Langsung kucucup lubangnya dan kusedot kuat-kuat hingga sruuuuttt…  lendirnya masuk ke dalam mulutku dan kugelitik terus selangkangannya  supaya cairan nya keluar lagi lebih banyak dan kusedot terus dan  ternyata benar Inge masih mengeluarkan lendirnya yang masuk kemulutku.  Rasanya asin2, asem dengan bau khas seperti juga milik pacarku, aku  memang jadi semangat dengan minum lendirnya.
  Langsung saja Inge kuajak main dengan pose 69, aku segera naik ke atas  tubuhnya dan penisku kupaskan dihadapan mulut Inge supaya mudah ia untuk  mempermainkan penisku dengan lidah dan mulutnya sedang aku sendiri  segera menyingkap rambut kemaluannya yang rimbun itu untuk menjilati  clitorisnya. Lalu kugigit-gigit dan kutarik-tarik juga clitorisnya  dengan bibirku. Inge tampak terangsang sekali dengan permainan mulutku  di daerah vaginanya, apalagi pahanya sekarang kubuka lebar-lebar dan  selangkangannya antara anus dan vaginanya kugosok terus dengan  jari-jariku dan kadang-kadang kujilati.
  Begitu clitorisnya kugetarkan dengan ujung lidahku yang bergerak begitu  cepat (seperti lidah cecak katanya pacarku) hanya semenit saja Inge  sudah berontak dengan kakinya dan pantatnya digerakan kesana kemari  kemudian mengaduh, "Aduuuuh Pak, Inge nggak tahan… sudah keluar dan  lemas Pak." Saat itu terasa lendirnya menyemprot dan mengenai hidungku,  segera kucucup lagi lubang vaginanya untuk kusedot semua lendirnya yang  sudah keluar di lubang vaginanya. Aku merasakan kenikmatan juga dari  semprotan lendirnya itu dan vaginanya jadi basah semua.
  Aku sekarang membelai rambutnya dan mengusap keringat yang banyak dikeningnya serta bertanya, "Inge sayang, apakah Inge sudah capai?" "Belum Pak, Inge cuma lemas saja karena tak kuat menahan kenikmatan yang  luar biasa dari permainan lidah Bapak tadi, rasanya sampai ujung rambut  dan ujung kaki Pak" sahutnya. "Kalau begitu kita main lagi ya?" kataku. Inge mengganggukan kepala. Lalu aku naik lagi ketubuhnya dan kumasukkan  penisku pelan-pelan ke lubang vaginanya, kemudian kutarik keluar lagi  pelan-pelan setelah masuk keluar ini lancar berulang-ulang lalu penisku  langsung kubenamkan seluruhnya ke dalam vaginanya, sampai Inge menghela  napas panjang menahan sakit dan nikmatnya karena katanya masuknya  terlalu dalam.
  Setelah itu kugerakan pantatku memutar searah jarum jam sehingga Inge  menjerit kenikmatan terus karena clitorisnya tergesek oleh rambut  kemaluanku dan dinding dalam vaginanya tergesek oleh batang penisku yang  mengeras sehingga ia berbisik, "Aduuuh Pak, nikmat rasanya luar biasa.  Aku mau orgasme Pak." Mendengar itu aku langsung menciumi payudaranya  yang sebelah kiri, karena Inge bilang lebih sensitive dari pada yang  kanan dan putingnya langsung kugetarkan lagi dengan ujung lidahku. Tanpa  basa basi lagi hanya beberapa detik terasa vaginanya mencengkeram  penisku dan berdenyut-denyut serta ada lendir hangat yang menyiram  penisku. Inge sudah klimaks, ia tampak terkulai lemas.
  "Capai Inge, sayang?" tanyaku. "Iya… Pak" sahutnya lirih manja. "Tolong Inge diberi air maninya Pak" pintanya. "Sekarang?" tanyaku. "Iya Pak." "Tahan sebentar lagi iya, nanti aku semprotkan".
  Lalu aku mengkonsentrasikan segenap pikiranku pada segala keindahan  tubuh Inge yang sedang kunaiki ini dan tingkah polanya yang merangsang  sambil memandang bibirnya yang merah basah merangsang. Kugenjot terus  gerakan penisku naik turun dan semakin lama semakin cepat sampai Inge  menggeliat, menggelinjang tak karuan sambil menarik lepas sprei dan  meremas-remasnya dan akhirnya, crruuuutttt… cruuuuuttttt… crrruuuutt,  maniku menyemprot kedalam vaginanya sambil kutekan terus penisku  dalam-dalam ke vaginanya.
  "Sssseeetttt…. aacccchh, Inge merasakan kehangatan yang luar biasa dari  air mani Bapak." Dan Inge pun orgasme lagi karena penisku merasakan  vaginanya berdenyut-denyut lagi. Setelah beberapa menit kita istirahat  dengan tidur bertindihan sambil berpelukan, kita bangun tidak terasa jam  telah menunjukkan pk 9.30. Karena sudah agak malam Inge cepat-cepat  bangun dan mengambil handuk yang dibasahi lalu membersihkan penisku dan  kemudian vaginanya. Kita tak cuci karena makan waktu lama. Segera Inge memakai roknya lagi, demikian juga aku. Sedang CD-nya  dilipat dan dimasukkan ke dompetnya karena masih basah kena lendir saat  kugosok clitorisnya di rumah makan tadi. Dalam perjalanan pulang Inge  sempat bertanya,
  "Bapak jadi kawin kapan?" "Iya masih 2-3 tahun lagi, tunggu pacarku selesai kuliah", sahutku. "Kenapa?" tanyaku. Inge merebahkan kepalanya ke bahuku sambil berkata, "Inge tak akan kawin dulu kok tunggu kalau mungkin ada mukjizat." "Maksud Inge?" tanyaku. "Siapa tahu suatu saat Inge dapat kabar gembira dari Bapak. Sebab Inge  malam ini benar-benar merasakan kenikmatan yang hebat dari Bapak dan  lebih dari itu Inge merasakan Bapak meniduri Inge dengan penuh kasih dan  kemesraan yang layaknya suami istri yang dipenuhi rasa cinta.  Kapan-kapan Inge boleh merasakan lagi ya Pak?" "Kapan saja Inge kangen saya bersedia, tapi Inge harus benar-benar atur waktunya jangan sampai Inge hamil yaa!" pesanku. Saat mobil sampai di rumah kost, Inge tak segera turun ia malah  merangkul leherku dan ditariknya aku, lalu diciuminya seluruh wajahku  dengan penuh perasaan hatinya dan terlihat matanya memerah dan  berkaca-kaca. Aku jadi terenyuh dibuatnya, kubelai rambutnya dan kuusap  matanya yang berair lalu kubisiki, "Inge jangan sedih, kan tiap hari  kita masih bertemu. Inge malam ini capai nanti langsung istirahat ya,  jangan melamun macam-macam ya sayang?" pesanku sambil kubelai sayang  dari rambutnya pipinya terus payudaranya sampai pahanya yang terbuka  itu, baru Inge mau turun dengan senyum kecil.
  Esok harinya di kantor pagi-pagi saat kupanggil Inge untuk memberikan  tugas, ia masuk ke kamarku dengan senyum-senyum manja, setelah  kujelaskan tugas-tugas yang harus dikerjakan kutanya kenapa kok  senyum-senyum. Inge menjawab sambil mendekat ke sisiku, "Pak, air  maninya semalam baru keluar tadi saat Inge duduk di kantor, sekarang CD  Inge jadi basah." Karena Inge sudah mendekat tandanya minta untuk  dibuktikan, maka kuraba melalui bawah roknya dan benar CD bagian  vaginanya basah juga sela-sela pahanya basah agak licin dan ternyata  baunya memang seperti maniku. Aku bilang, "Inge kamu cuci dulu sana ya."  Inge menggelengkan kepalanya dan berkata, "Biarin saja Pak, Inge toch  nggak punya CD lagi di kantor malah nggak enak kalau dilepas CD-nya,  sampai nanti sore juga tak apa-apa malah nanti siang mungkin sudah  kering sendiri." Lalu tanganku digenggam erat-erat dan memandang tajam  penuh arti dan berkata,
  "Kapan Bapak mau memberikan kemesraan dan kepuasan lagi pada Inge?" "Kapan saja terserah Inge", kataku.
  Semenjak itu aku sering diajak kencan hampir tiap minggu sekali dan  setelah pacarnya baik kembali hubungannya, hubungan seks tetap  berlangsung terus kira-kira tiap bulan sekali sambil cerita-cerita apa  saja yang dilakukan suaminya padanya. Sampai sekarang sudah hampir  sepuluh tahun berlalu dan aku sudah pindah kerja di bank, sedang Inge  menggantikan jabatanku dan kami masing-masing telah berkelarga dan punya  anak, tapi hubungan intim itu masih tetap berlangsung di siang hari  saat jam makan siang, hanya frekuensinya jauh berkurang kira-kira 3-4  bulan sekali. Tapi justru karena waktu yang lama itu menyebabkan tiap  kali hubungan intim itu tambah mesra saja dan bukan menjadi kebosanan.
 
 
 
 
          Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep,cerita sex,ceritasex,gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Vera, Mira, Mely yang Dahsyat !!               Apr 6th 2013, 03:44                                                Aku dulu kuliah di Fasilkom Universitas swasta di Jakarta. Sekarang  sudah buka toko komputer. Teman-teman cewekku pada bilang kalau aku  cakep dan menarik. Pertama aku mengenal yang namanya seks pada saat aku  SMP kelas 2 lewat film-film porno yang kutonton di rumah sendiri sambil  sembunyi-sembunyi. Aku merasakan seks sendiri pada saat aku kelas 2 SMU,  dimana teman-temanku mengajakku ke diskotik. Temanku Alex sangat  berpengalaman dalam hal seks.
  Di disko itu aku bersama 5 teman aku yang lain membooking tiga cewek.  Semuanya seksi dan menarik. Cewek pertama, Vera namanya. Alex yang  pertama menggarap dia, tanpa disuruh, Vera telentang. Kedua kakinya di  buka lebar-lebar, dadanya dibusungkan hingga punggungnya melengkung.  Alex mulai beraksi. Dengan keras dan ganas, dia meremas payudaranya  seperti memeras santan kelapa. Vera mendesah sekaligus menjerit  kesakitan, tetapi Alex tidak perduli.
  Setelah puas memeras payudaranya, Alex beralih ke vagina Vera yang  tengah terkuak lebar. Dan tanpa basa-basi lagi, dimasukkannya panisnya  dengan sekali tusuk dan Vera menjerit, tidak dapat menahan terjangan  keperkasaan Alex. Alex menggoyang-goyangkan pinggulnya naik-turun,  membuat Vera mendesah sambil meremas rambut Alex yang panjang. Alex  semakin brutal, sehingga ranjangnya berderit-derit dan bergoyang-goyang.  Dan akhirnya dia berteriak keras seiring tubuhnya menegang dan akhirnya  jatuh di atas tubuh Vera yang juga mengalami hal serupa.
  Giliran selanjutnya adalah Boby. Dia punya cara sendiri untuk mrmuaskan  nafsunya. Dia memasang tindik di kedua payudara Vera yang sebelumnya  telah dia persiapkan. Tindik itu berbentuk segitiga. Dua di antaranya  dipasang di kedua payudara Vera, satunya lagi dipasang di klitoris Vera,  dan rantai itu melewati punggung Vera, sehingga apabila Vera  membungkuk, klitorisnya akan tertarik keluar dengan rasa sakit dan  perih. Boby sedikit keterlaluan memang, tetapi idenya boleh juga.
  Disuruhnya Vera merangkak sambil membusungkan dadanya yang subur dan  besar mengelilingi kami berenam. Gerakannya yang menggiurkan itu membuat  Boby, Fredy ,Tony dan aku tidak kuasa menahan nafsu. Dihempaskannya  tubuh Vera ke atas ranjang yang luas itu setelah Boby melepas tindiknya.  Tony langsung mengarahkan penisnya ke arah mulut Vera, aku punya jatah  meremas bebas payudara Vera, Boby tengah asyik menikmati vagina Vera,  sedangkan Fredy menusukkan penisnya ke anus Vera dari bawah. Sungguh  pemandangan yang indah dan erotis, membuat penisku semakin tegang.
  Vera merintih karena tubuhnya disatroni 4 penis sekaligus, tetapi kami  makin bergairah. Setelah Boby melepas nafsunya, Fredy beraksi. Kedua  paha Vera dikuakkannya lebar-lebar sehingga Vera menjerit ketika pahanya  hampir horizontal. Fredy memantek vagina Vera dengan kedua tangannya,  dan begitu bagian dalam vagina Vera tersembul, dengan perlahan Fredy  memasukkan penisnya. Mula-mula seperempat, setengah, tiga perempat,  setengah lagi, tiga berempat, setengah, dan tarus berulang-ulang, hingga  akhirnya Vera menegang dan Fredy dengan sigap mengejankan seluruh  spermanya ke Vagina Vera, dan terdengarlah desahan nikmat dari mulut  Vera dan Fredy.
  Giliran selanjutnya adalah aku. Aku tidak tahu harus berbuat apa, karena  aku baru pertama kali melakukannya, tetapi nafsuku harus tersalurkan  segera. Vagina Vera yang banjir sperma itu membuat penisku licin dan  berkali-kali terpeleset memasuki gua garbanya. Akhirnya, aku mengganjal  pantat Vera dengan bantal, sehingga possisinya lebih ke atas dari  tubuhnya yang masih digerayangi 3 orang temanku. Sungguh nikmatnya aku  melepas keperjakaanku.
  Kunikmati ketika penisku perlahan menyusup ke liang vagina Vera yang  terkuak menantang berwarna kemerahan dan merekah itu. Aku memejamkan  mataku merasakan kenikmatan yang sangat. Penisku langsung melesat ke  dalam, dan anehnya Vera menggelinjang dan bergerak tidak beraturan,  tetapi geraknya ditahan oleh ketiga temanku yang masih asyik berkaraoke.  Kukerahkan penisku seluruhnya ke vagina Vera, dan kulihat sendiri  penisku benar-benar habis tertelan vagina Vera. Aku senang ketika aku  melihat dan merasakan sendiri bagaimana penis itu tertancap habis dan  kulihat sendiri vagina Vera yang merah itu menjepit, menerima penisku  dengan senang hati.
  Suatu buncahan dalam jiwaku ingin kukeluarkan ketika Vera menjepit-jepit  penisku di dalam sana. Ooohhh… aku merasa sangaaat nikmat. Kugerakan  pinggulku seperti persneling, ke segala arah. Hal itu membuat Vera  semakin menggelinjang dan merintih nikmat. "Uuuhhh… ahhh… yeah.." aku juga merintih nikmat ketika Vera dengan cepat menjepit-jepit penisku. Dan kurasakan klitoris Vera berdenyut-denyut tanda orgasme. Aku masih  menunggu klimaksku sambil terus menggenjot vagina Vera dengan cepat. Dan… "Oouuukkhhh..!" aku merintih nikmat mencapai klimaks ketika seluruh  spermaku keluar dengan deras kembali membanjiri vagina Vera.
  "Kamu lain dari yang lain..!" kata Vera setelah kulepaskan vaginanya keras-keras dengan batang kejantananku. Kulihat vaginanya berkedut-kedut cepat, dan kitorisnya yang merah tua  itu ikut berkedut. Aku tergoda untuk menggigitnya, dan aku lakukan.
  Kugigit klitoris Vera dengan keras, hampir keluar semua. Vera menjerit  keras, tubuhnya menggelinjang hebat, melengkung-lengkung. Aku suka  adegan itu. Kembali kugigit, kucucup klitorisnya dan dia semakin  bergerak gila. Dia menjerit-jerit sambil mendesah nikmat. Kuakhiri  dengan menyodok-nyodok sebuah benda bulat ke vaginanya untuk mengganjal  denyutan vaginanya.
  Cewek kedua Mira namanya. Disuruhnya dia nungging, dan beramai-ramai  kami menyantapnya. Aku mencoba menusukkan penisku ke anusnya, sempit dan  sulit kudobrak. Vaginanya yang lezat itu disikat Fredy sambil meremas  habis kedua payudaranya, sedangkan Tony berkaraoke. Sewaktu giliranku,  kusuruh Mira menunging lebih tinggi, dan tampaklah vagina merah yang  merekah, lebar sekali. Kembali kutusukkan penisku disana dengan keras  karena aku tidak tahan berlama-lama seperti tadi karena energiku mulai  terkuras.
  Posisisku yang seperti menungganginya itu hanya bertahan 10 menit,  dibanding menunggangi tubuh Vera dalam waktu 30 menit. Dan semua  teman-temanku mulai bosan, sedangkan tersisa satu cewek lagi yang lebih  menarik. Payudaranya itu, membusung besar dibalik bajunya yang ketat.
  Aku yang mulai kelelahan kembali terangsang ketika kulihat Mely duduk di  kursi, menaikkan kedua kakinya ke tangan kursi, melenguh-lenguh sambil  menggoyang-goyangkan tubuhnya secara erotis, dan kedua tangannya  diangkat ke belakang kursi, membuat semua yang terlihat di tubuhnya  begitu menggairahkan. Aku langsung menyerbu ke arahnya.
  Vaginanya yang merekah, sangat merekah itu menggodaku untuk menusuknya  dengan penisku. Sulit memang memasukkan penis ke vagina Mely yang  posisinya seperti itu, tetapi aku tidak menyerah, meskipun aku harus  menahan pegal pantatku, tidak urung aku segera merojok vaginanya dengan  penisku yang berukuran 15 cm dengan diameter 3cm.
  "Uuhhh… aaahhh..!" desahku ketika kulihat penisku tenggelam di dalam vaginanya. "Ayoo… kocok dong..! Kontolmu lemah sekali..!" Mely mengejek. Tetapi aku sudah tidak tahan lagi, hanya 7 menit aku langsung ereksi.  Dan aku sakit hati ketika dihina tadi. Untuk membalasnya, vaginanya  kuangkat tepat tersodor di depan batang hidungku, dan langsung saja  kugigit klitorisnya dengan keras, dan dia menjerit sangat keras, aku  tidak perduli, aku menikmatinya.
  Teman-temanku mengacungkan jempol kepadaku atas kelakuanku pada Mely.  Dan akhirnya Mely mengeluarkan cairan dari dalam vaginanya, kusedot  keras sampai habis dan kembali kugigigt-gigit klitorisnya seiring dengan  teriakannya yang semakin keras, dan aku tidak perduli meskipun  klitorisnya hampir putus.
  Pengalaman bersama-sama teman-temanku lah yang membuatku sekarang  ketagihan dengan permainan seks. Dan sejak itu pula aku menjadi berani  menghadapi cewek-cewek.
  Vera, Mira, Mely dimanakah kalian berada?
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep,cerita sex,ceritasex,gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Nakalnya Suster-suster Rumah Sakit               Apr 6th 2013, 03:43                                               Hari pertama
  Suatu siang di jalan Dharma Wangsa ke arah campus Airlangga sedang  terjadi keributan, ngga' jelas siapa lawan siapa… saat itu aku melintas  dengan BMW M50ku sendirian dan sedang asyik dengerin radio Suara  Surabaya… cuek saja saat melintasi perkelahian itu sambil sedikit  menoleh ke arah seorang laki-laki yang sedang dikeroyok 4 orang  lawannya… dia dikejar habis-habisan dan mencoba menerobos kerumunan  penonton untuk mencari selamat. Terbelalak mataku bengitu sadar siapa lelaki yang sedang dikerjar  tersebut… ternyata dia Kakak temanku… namanya Anton. Yang ngga' jelas  kenapa dia ada di sana dan dikeroyok orang segala, tapi aku sudah tidak  sempat berpikir lebih jauh… segera saja aku pinggirkan kendaraanku dan  aku turun untuk membantunya.
  Aku tarik dua orang yang sedang memukulnya karena Anton sudah jatuh  terduduk dan dihajar berempat… sekarang Anton mengurus dua orang dan aku  dua orang… memang masih tidak seiimbang… dalam perkelahianku aku  berhasil menangkap satu dari lawanku dan aku jepit kepalanya dengan  lengan kiriku sedang lengan kananku aku gunakan untuk menghajarnya…  sementara aku berusaha menggunakan kakiku untuk melawna yang satunya  lagi… aku tak sempat lihat apa yang dilakukan Anton… waktu seakan sudah  tidak dapat dihitung lagi demikian cepatnya sampai hal terakhir yang  masih aku ingat adalah aku merasakan perih di pinggang kanan belakangku…  dan saat kutengok ternyata aku ditusuk dengan sebilah belati dari  belakang oleh entah siapa… sambil menahan sakit aku merenggangkan  jepitanku pada korbanku dan berusaha melakukan tendangan memutar…  sasaranku adalah lawan yang di depanku. Namun pada saat melakukan  tendangan memutar sambil melayang… tiba-tiba aku melihat ayunan stcik  soft ball ke arah kakiku yang terjulur… ngga' ampun lagi aku jatuh  terjerembab dan gagal melancarkan tentangan mautku… sesampainya aku di  tanah dengan agak tertelungkup aku merasakan pukulan bertubi-tubi…  mungkin lebih dari 3 orang yang menghajarku. Terakir kali kuingat aku  merasakan beberapa kali tusukan sampai akhirnya aku sadar sudah berada  di rumah sakit.
  Aku tidak jelas berada di rumah sakit mana yang pasti berisik sekali dan  ruangannya panas… dalam ruangan tersebut ada beberapa ranjang… pada  saat aku berusaha untuk melihat bagian bawahku yang terluka aku masih  merasakan nyeri pada bagian perutku dan kaki kananku serasa gatal dan  sedikit kebal ( mati rasa )… aku coba untuk geser kakiku ternyata berat  sekali dan kaku. Kemudian aku paksakan untuk tidur…
  Sore itu aku dijenguk oleh Dian adik Anton… Dian ini teman kuliahku… dia  datang bersama dengan Mita adiknya yang di SMA… katanya habis jenguk  Anton dan Anton ada di ruang sebelah…
  " Makasih ya Joss… kalo ngga' ada kamu kali Anton sudah… " katanya sambil menitikkan air mata…
  " Sudahlah… semua ini sudah berlalu… tapi kalo boleh aku tau kenapa Anton sampe dikeroyok gitu ?" tanyaku penasaran. " Biasa gawa-gara cewek… mereka goda cewek Airlangga dan cowoknya marah  makanya dikeroyok… emang sich bukan semua yang ngeroyok itu anak  Airlangga sebagian kebetulan musuh Anton dari SMA, sialnya Anton saja  ketemu lagi dan suasananya kaya' gitu… jadi dech di dihajar rame-rame"  jawab Mita.
  "Kak Jossy yang luka apanya saja ?" tanya Mita.
  "Tau nih… rasanya ngga' keruan " jawabku… " Lihat aja sendiri… soalnya  aku ngga' bisa gerak banyak… kamu angkat selimutnya sekalian aku juga mo  tau " lanjutku pada Mita. "Permisi ya Kak" kata Mita langsung sambil membuka selimutku ( hanya diangkat saja ).
  Sesaat dia pandangi luka-lukaku dan mungkin karena banyak luka sehingga  dia sampe bengong gitu… dan pas aku lihat pinggangku dibalut sampe  pinggul dan masih tembus oleh darah… di bawahnya lagi aku melihat…. ya  ampun pantes ni anak singkong bengong… meriamku tidak terbungkus apa-apa  dan yang seremnya kepalanya yang gede kelihatan menarik sekali… seperti  perkedel. Sesaat kemudian aku masih sempat melihat kaki kananku digips…  mungkin patah kena stick soft ball.
  Mita menutup kembali selimut tadi dan Dian tidak sempat melhat lukaku  karena dia sibuk nangis… hatinya memang lemah… sepertinya dia melankolis  sejati.
  "Mita sini aku mo bilangin kamu " kataku…
  Mitapun menunduk mendekatkan telinganya ke mulutku.
  "Jangan bilang sama Dian soal apa yang kamu lihat barusan… kamu suka ngga' ?" kataku berbisik.
  "Serem " bisiknya bales.
  " Dian… kamu jangan lihat lukaku… nanti kamu makin ngga' kuat lagi nahan nangis… " kataku. " Tapi paling tidak aku mo tau… boleh aku raba ? " tanyanya…
  " Silahkan… pelan-pelan ya… masih belum kering lukanya. " jawabku. Dian pun memasukkan tangannya ke balik selimut… dan mulai meraba dari  dada… ke perut… di situ dia merasakan ada balutan… digesernya ke kanan  kiri… terus ke bawahan dikit…
  " Kok perbannya sampe gini… lukanya kaya' apa ? " " Wah aku sendiri belum jelas… " aku jawab pertanyaan Dian.
  Turun lagi tangannya ke pinggul kanan… kena kulitku… terus ke tengah…  kena meriamku… dia raba setengah menggenggam… untuk meyakinkan apa yang  tersentuh tangannya… tersentak dan dia menarik tangannya sedikit sambil  melepas pengangannya pada meriamku…
  "Sorry… ngga' tau…. " " Ngga' apa-apa kok… malah enak kalo sekalian dipijitin… soalnya badanku sakit semua… " kataku nakal.
  "Nah…. Kak Dian pegang anunya Kak Joss ya ? " goda Mita… Merah wajah Dian ditembak gitu. Dian terus saja meraba sampe pada kaki kananku dan dia menemukan gips… " Lho… kok digips ?"
  " Iya patah tulangnya kali " jawabku asal untuk menenangkan pikirannya…
  Dian selesai merabaiku… tapi tampak sekali dia masih kepikiran soal  sentuhan pada meriam tadi… dan sesekali matanya masih melirik ke sekitar  meriamku… sedang aku juga sedang menikmati dan membayangkan ulang  kejadian barusan… Flash back lah. Tanpa sadar tiba-tiba meriamku meradang dan mulai bangun sehingga tampak  pada selimut tipis kalo ada sesuatu perkembangan di sana.
  "Kak Joss… anunya bangun " bisik Dian padaku sambil dia ambil selimut  lain untuk menutupnya… tapi tangannya berhenti dan diam di atasnya… "  "Supaya Mita ngga' ngelihat " bisiknya lagi. Aku cuman bisa mengangguk…  aku sadar ujung penisku masih dapat menggapai telapaknya… aku coba  kejang-kejangkan penisku dan Dian seperti merasa dicolek-coleh  tangannya. "Mit… kamu pamit sama Mas Anton dech… kita bentar lagi pulang  dan biar mereka istirahat… " kata Dian… dan Mitapun melangkah keluar  ruangan… " "Kak Joss…. nakal sekali anunya ya " bisik Dian… aku balas  dengan ciuman di pipinya.
  "Dian… tolongin donk… diurut-urut itunya… biar lupa sakitnya… " pintaku…
  "Iya dech… " jawab Dian langsung mengurut meriamku… dari luar selimut…  biar ngga' nyolok dengan pasien lain… walaupun antara ranjang ada  penyekatnya…
  "Ian… dari dalem aja langsung… biar cepetan…. " pintaku karena merasa  tanggung dan waktunya mepet sekali dia mo pulang., Dian menuruti  permintaanku dengan memeriksa sekitar lebih dulu… terus tangannya  dimasukkan dalam selimutku langsung meremas meriamku… dielusnya batangku  dan sesekali bijinya… dikocoknya… lembut sekali… wah gila rasanya… lama  juga Dian memainkan meriamku… sampe aku ngga' tahan lagi dan  crrooottt….. crot…. ccrrroooo..tttt…. beberapa kali keluar… Tiba-tiba Mita datang dan buru-buru Dian tarik tangannya dari balik  selimut… sedikt kena spermaku telapak tangan Dian… dia goserkan pada  sisi ranjang untuk mengelapnya…
  " Sudah Kak Joss… aku sama Mita mo pulang…. " pamit Dian… " Sudah keluar  khan… " bisiknya pada telingaku… cup… pipiku diciumnya… " Cepet  sembuhnya… besok aku tengok lagi " Dia sengaja menciumku untuk  menyamarkan bisikannya yang terakhir.
  "Eh… kalo bisa bilangin susternya aku minta pindah kelas satu donk… di sini gerah " pintaku pada mereka.
  Merekapun keluar kamar dan melambaikan tangan… satu jam kemudian aku  dipindahkan ke tempat yang lebih bagus… ada ACnya dan ranjangnya ada  dua. Tapi ranjang sebelah kosong. Posisi kamarku agak jauh dari pos jaga  suster perawat… itu aku tau saat aku didorong dengan ranjang beroda.
  "Habis gini mandi ya " kata suster perawat sehabis mendorongku…
  Tidak lama kemudian dia sudah balik dengan ember dan lap handuk… dia  taruh ember itu di meja kecil samping ranjangku dan mulai menyingkap  selimutku serta melipatnya dekat kakiku. terbuka sudah seluruh tubuhku…  pas dia lihat sekita meriamku terkejut dia… ada dua hal yang  mengagetkannya…
  Yang pertama adalah ukuran meriam serta kepalanya yang di luar normal…  besar sekali… Dan yang kedua ada hasil kerjaan Dian… spermaku masih  berantakan tanpa sempat dibersihkan… walaupun sebagian menempel di  selimut… tapi bekasnya yang mengering di badanku masih jelas terlihat.
  "Kok… kayaknya habis orgasme ya ? " tanyanya. Lalu tanpa tunggu aju jawab dia ambil wash lap dan sabun…
  "Sus… jangan pake wash lap… geli… saya ngga' biasa " kataku.
  Suster itu mulai dengan tanganku… dibasuh dan disabunnya… usapannya  lembut sekali… sambil dimandiin aku pandangi wajahnya… dadanya… cukup  gede kalo aku lihat… orangnya agak putih… tangannya lembut. Selesai  dengan yang kiri sekarang ganti tangan kananku… dan seterusnya ke leher  dan dadaku… terus diusapnya… sapuan telapak tangannya lembut aku rasakan  dan akupun memejamkan mata untuk lebih menikmati sentuhannya. Sampe juga akhirnya pada meriamku… dipegangnya dengan lembut…. ditambah  sabun… digosok batangnya… bijinya… kembali ke batangnya… dan aku ngga'  kuat untuk menahan supaya tetap lemas… akhirnya berdiri juga… pertama  setengah tiang lama-lama juga akhirnya penuh… keras…. dia bersihkan juga  sekitar kepala meriamku sambil berkata lirih
  "Ini kepalanya besar sekali… baru kali ini saya lihat kaya' gini besarnya" "Sus… enak dimandiin gini… " kataku memancing.
  Dia diam saja tapi yang jelas dia mulai mengocok dan memainkan batangku… kaya'nya dia suka dengan ukurannya yang menakjubkan…
  "Enak Mas… kalo diginikan ? " tanyanya dengan lirikan nakal.
  "Ssshh… iya terusin ya Sus… sampe keluar… " kataku sambil menahan rasa  nikmat yang ngga' ketulungan… tangan kirinnya mengambil air dan membilas  meriamku… kemudian disekanya dengan tangan kanannya… kenapa kok diseka  pikirku… tapi aku diam saja… mengikuti apa yang mau dia lakukan…  pokoknya jangan berhenti sampe sini aja… pusing nanti… Dia dekatkan kepalanya… dan dijulurkan lidahnya… kepala meriamku  dijilatnya perlahan… dan lidahnya mengitari kepala meriamku… sejuta  rasanya… wow… enak sekali… lalu dikulumnya meriamku… aku lihat mulutnya  sampe penuh rasanya dan belum seluruhnya tenggelam dalam mulutnya yang  mungil… bibirnya yang tipis terayun keluar masuk saat menghisap maju  mundur.
  Lama juga aku diisep suster jaga ini… sampe akhirnya aku ngga' tahan  lagi dan crooott…. crooott… nikmat sekali. Spermaku tumpah dalam rongga  mulutnya dan ditelannya habis… sisa pada ujung meriamkupun dijilat serta  dihisapnya habis…
  "Sudah sekarang dilanjutkan mandinya ya… " kata suster itu dan dia  melanjutkan memandikan kaki kiriku setelah sebelumnya mencuci bersih  meriamku… badanku dibaliknya… dan dimandikan pula sisi belakang badanku. Selesai acara mandi….
  "Nanti malam saya ke sini lagi nanti saya temenin… " katanya sambil  membereskan barang-barangnya. terakhir sebelum keluar kamar dia sempat  menciumku… pas di bibir… hangat sekali…
  "Nanti malam saya kasih yang lebih hebat " begitu katanya.
  Akupun berusaha untuk tidur… nikmat sekali sore ini dua kali keluar…  dibantu dua cewek yang berbeda… ini mungkin ganjaran dari menolong  teman… gitu hiburku dalam hati… sambil memikirkan apa yang akan kudapat  malam nanti akupun tertidur lelap sekali.
  Tiba-tiba aku dibangunkan oleh suster yang tadi lagi… tapi aku belum  sempat menyanyakan namanya… baru setelah dia mo keluar kamar selesai  meletakkan makananku dan membangunkanku… namanya Anna. Cara dia  membangunkanku cukup aneh… rasanya suster di manapun tidak akan  melakukan dengan cara ini… dia remas-remas meriamku… sambil digosoknya  lembut sampe aku bangun dari tidurku.
  Langsung aku selesaikan makanku dengan susah payah… akhirnya selesai  juga… lalu aku tekan bel… dan tak lama kemudian datang suster yang lain…  aku minta dia nyalakan TV di atas dan mengakat makananku. Aku nonton acara-acara TV yang membosankan dan juga semua berita yang ditayangkan… tanpa konsentrasi sedikitpun.
  Sekitar jam 9 malam suster Wiwik datang untuk mengobati lukaku dan  mengganti perban… pada saat dia melihat meriamkupun dia takjub…
  "Ngga' salah apa yang diomongkan temen-temen di ruang jaga " demikian komentarnya.
  "Kenapa Sus ? " tanyaku ngga' jelas.
  "Oo… itu tadi teman-teman bilang kalo pasien yang dirawat di kamar 26 itu kepalanya besar sekali. " jawabnya.
  Setelah selesai dengan mengobati lukaku dan dia akan tinggalkan ruangan…  sebelum membetulkan selimutku dia sempatkan mengelus kepala meriamku…
  " Hmmm… gimana ya rasanya ? " gumamnya tanya meminta jawaban.
  Dan akupun hanya senyum saja. Wah suster di sini gila semua ya pikirku…  soalnya aku baru kenal dua orang dan dua-duanya suka sama meriamku…  minimal tertarik… dan lagian ada promosi gratis di ruang jaga suster  kalo ada pasien dengan kepala meriam super besar… promosi yang  menguntungkan… semoga ada yang terjerat ingin mencoba… selama aku masih  dirawat di sini.
  Jam 10an kira-kira aku mulai tertidur… aku mimpi indah sekali dalam  tidurku… karena sebelum tidur tadi otakku sempat berpikir jorok. Aku  merasakan hangat sekali pada bagian selangkanganku… tepatnya pada bagian  meriamku… sampe aku terbangun ternyata… suster Anna sedang menghisap  meriamku… kali ini entah jam berapa ? Dengan bermalas-malasan aku nikmat  terus hisapannya… dan aku mulai ikut aktif dengan meraba dadanya… suatu  lokasi yang aku anggap paling dekat dengan jangkauanku. Aku buka  kanding atasnya dua kancing… aku rogoh dadanya di balik BH putihnya… aku  dapati segumpal daging hangat yang kenyal… kuselusuri… sambil  meremas-remas kecil.. sampe juga pada putingnya… aku pilin putingnya…  dan Sus Annapun mendesah… entah berapa lama aku dihisap dan aku merabai  Sus Anna… sampe dia minta
  "Mas… masih sakit ngga' badannya ? " " Kenapa Sus ? " tanyaku bingung. "Enggak kok… sudah lumayan enakan… "  dan tanpa menjawab diapun meloloskan CDnya… dimasukkan dalam saku baju  dinasnya. Lalu dia permisi padaku dan mulai mengangkangkan kakinya di  atas meriamku… dan bless… dia masukkan batangku pada lobangnya yang  hangat dan sudah basah sekali… diapun mulai menggoyang perlahan… pertama  dengan gerakan naik turun…lalu disusul dengan gerakan memutar… wah…  suster ini rupanya sudah prof banget… lobangnya aku rasakan masih sangat  sempit… makanya dia juga hanya berani gerak perlahan… mungkin juga  karena aku masih sakit… dan punya banyak luka baru. Lama sekali  permainan itu dan memang dia ngga' ganti posisi… karena posisi yang  memungkinkan hanya satu posisi… aku tidur di bawah dan dia di atasku.  Sampe saat itu belum ada tanda-tanda aku akan keluar… tapi kalo tidak  salah dia sempat mengejang sekali tadi dipertengahan dan lemas sebentar  lalu mulai menggoyang lagi… sampe tiba-tiba pintu kamarku dibuka dari  luar… dan seorang suster masuk dengan tiba-tiba… Kaget sekali kami berdua… karena tidak ada alasan lain… jelas sekali  kita sedang main… mana posisinya… mana baju dinas Suster Anna terbuka  sampe perutnya dan BHnya juga sudah kelepas dan tergeletak di lantai.  Ternyata yang masuk suster Wiwik… dia langsung menghampiri dan bilang
  "Teruskan saja An… aku cuman mau ikutan… mumpung sepi "
  Suster Wiwikpun mengelus dadaku… dia ciumin aku dengan lembut… aku  membalasnya dengan meremas dadanya… dia diam saja… aku buka kancingnya…  terus langsung aku loloskan pakaian dinasnya… aku buka sekalian BHnya  yang berenda… tipis dan merangsang… membal sekali tampak pada saat BH  itu lepas dari badannya… dada itu berguncang dikit… kelihatan kalo masih  sangat kencang… tinggal CD minim yang digunakannya.
  Suster Anna masih saja dengan aksinya naik turun dan kadang berputar…  aku lhat saja dadanya yang terguncang akibat gerakannya yang mulai liar…  lidah suster Wiwik mulai memasuki rongga mulutku dan kuhisap ujung  lidahnya yang menjulur itu… tangan kiriku mulai merabai sekitar  selangkangan suster Wiwik dari luar… basah sudah CDnya… pelan aku kuak  ke samping… dan kudapat permukaan bulu halus menyelimuti liang  kenikmatannya… kuelus perlahan… baru kemudian sedikit kutekan… ketemu  sudah aku pada clitsnya… agak ke belakang aku rasakan makin menghangat.
  Tersentuh olehku kemudian liang nikmat tersebut… kuelus dua tiga kali  sebelum akhirnya aku masukkan jariku ke dalamnya. Kucoba memasukkan  sedalam mungkin jari telunjukku… kemudian disusul oleh jari tengahku…  aku putar jari-jariku di dalamnya… baru kukocok keluar masuk… sambil  jempolku memainkan clitsnya. Dia mendesar ringan… sementara suster Anna  rebahan karena lelah di dadaku dengan pinggulnya tiada hentinya  menggoyang kanan dan kiri… suster Wiwik menyibak rambut panjang suster  Anna dan mulai menciumi punggung terbuka itu… suster Anna makin  mengerang… mengerang…. dan mengerang…. sampai pada erangan panjang yang  menandakan dia akan orgasme… dan makin keras goyangan pinggulnya…  sementara aku mencoba mengimbangi dengan gerakan yang lebih keras dari  sebelumnya… karena dari tadi aku tidak dapat terlalu bergoyang… takut  lukaku sakit.
  Suster Anna mengerang…. panjang sekali seperti orang sedang kesakitan…  tapi juga mirip orang kepedasan… mendesis di antara erangannya… dia  sudah sampe… rupanya… dan… dia tahan dulu sementara… baru dicabutnya  perlahan… sekarang giliran suster Wiwik… dilapnya dulu… meriamku  dikeringkan… baru dia mulai menaikiku… batin… kurang ajar suster-suster  ini aku digilirnya… dan nanti aku juga mesti masih membayar biaya rawat…  gila… enak di dia… tapi….. enak juga dia aku kok… demikian pikiranku…  ach… masa bodo…. POKOKNYA PUAS !!! Demikian kata iklan.
  Ketika suster Wiwik telah menempati posisinya… kulihat suster Anna  mengelap liang kenikmatannya dengan tissue yang diambilnya dari meja  kecil di sampingku. Suster Wiwik seakan menunggang kuda… dia goyang maju  mundur… perlahan tapi penuh kepastian… makin lama makin cepat iramanya…  sementara tanganku keduanya asyik meremas-remas dadanya yang mengembung  indah… kenyal sekali rasanya… cukup besar ukurannya dan lebih besar  dari suster Anna punya… yang ini ngga' kurang dari 36… kemungkinan cup  C… karena mantap dan tanganku seakan ngga' cukup menggenggamnya.
  Sesekali kumainkan putingnya yang mulai mengeras… dia mendesis… hanya  itu jawaban yang keluar dari mulutnya… desisan itu sungguh manja  kurasakan… sementara suster Anna telah selesai dengan membersihkan liang  hangatnya… kemudian dia mulai lagi mengelus-elus badan telanjang suster  Wiwik dan tuga memainkan rambutku… mengusapnya… Kemudian karena sudah cukup pemanasannya… dia mulai menaiki ranjang  lagi… dikangkangkannya kakinya yang jenjang di atas kepalaku… setengah  berjongkok gayanya saat itu dengan menghadap tembok di atas kepalaku…  dan kedua tangannya berpegangan pada bagian kepala ranjangku. Mulai  disorongkannya liangnya yang telah kering ke mulutku… dengan cepat aku  julurkan lidahku…. aku colek sekali dulu dan aku tarik nafas…. hhhmmmm……  harus khas liang senggama…. kujilat liangnya dengan lidahku yang memang  terkenal panjang… kumainkan lidahku… mereka berdua mengerang  berbarengan kadang bersahutan…
  Aku ingin tau sekarang ini jam berapa ? Jangan sampe erangan mereka  mengganggu pasien lain… karena aku mendengarnya cukup keras… aku tengok  ke dinding… kosong ngga' ada jam dinding… aku lihat keluar… kearah  pintu… mataku terbelalak… terkejut… shock… benar-benar kaget aku…  lamat-lamat aku perhatikan… di antara pintu aku melihat seberkas sinar  mengkilap… sambil terus menggoyang suster Wiwik… meninggalkan jilatan  pada suster Anna… aku konsentrasi sejenak pada apa yang ada di belakang  pintu… ternyata… pintupun terbuka… makin gila aku makin kaget… dan deg…  jantungku tersentak sesaat… lalu lega… tapi… yang dateng ini dua temen  suster yang sedang kupuaskan ini… kaya'nya kalo marah sich ngga'  bakalan.. mereka sepertinya telah cukup lama melihat adegan kami  bertiga… jadi maksud kedatangannya hanya dua kemungkinan… mo nonton dari  dekat atau ikutan… ternyata….
  "Wah… wah… wah… rajin sekali kalian bekerja… sampe malem gini masih  sibuk ngurus pasien… " demikian kata salah seorang dari mereka… "Mari kami bantu " demikian sahut yang lainnya yang berbadan kecil kurus  dan berdada super… Jelas ini jawabannya adalah pilihan kedua. Merekapun langsung melepas pakaian dinas masing-masing… satu mengambil  posisi di kanan ranjang dan satu ngambil posisi di kiri ranjang… secara  hampir bersamaan mereka menciumi dada… leher… telinga dan semua daerah  rangsanganku… akupun mulai lagi konsentrasi pada liang suster Anna…  sementara kedua tanganku ambil bagian masing-masing… sekarang semua  bagian tubuhku yang menonjol panjang telah habis digunakan untuk  memuaskann 4 suster gatel…… malam ini… tidak ada sisa rupanya…. terus  bagaimana kalo sampe ada satu lagi yang ikutan ?
  Jari-jariku baik dari tangan kanan maupun kiri telah amblas dalam liang  hangat suster-suster gatel tersebut… untuk menggaruknya kali… aku  kocok-kocokkan keluar masuk ya lidahku… ya jariku… ya meriamku… rusak  sudah konsentrasiku… Ini permainan Four Whell Drive ( 4 WD )atau bisa juga disebut Four Wheel  Steering ( 4 WS )… empat-empatnya jalan semua… kaya'nya kau makin  piawai dalam permainan 4DW / 4 WS ini karena ini kali dua aku mencoba  mempraktekkannya. Lama sekali permainannya… sampe tiba-tiba suster Wiwik mengerang…. kesar dan panjang serta mengejang…
  Setelah suster Wiwik selesai… dan mencabut meriamku… suster Anna  berbalik posisi dengan posisi 69… kami saling menghisap dan permainan  berlanjut… sekali aku minta rotasi… yang di kananku untuk naik… yang di  atas ( suster Anna ) aku minta ke kiri dan suster yang di kiri aku minta  pindah posisi kanan. Tawaran ini tidak disia-siakan oleh suster yang berkulit agak gelap dari  semua temannya… dia langsung menancapkan meriamku dengan gerakan yang  menakjubkan… tanpa dipegang…. diambilnya meriamku yang masih tegang  dengan liangnya dan langsung dimasukkan… amblas sudah meriamku dari  pandangan. Diapun langsung menggoyang keras… rupanya sudah ngga' tahan…
  Benar juga sekitar 5 menit dia bergoyang sudah mengejang keras dan  mengerang…. mengerang…. panjang serta lemas. Sementara tingal dua korban  yang belum selesai… aku minta bantuan suster yang masih ada di sana  untuk membantu aku balik badan… tengkurap… kemudian aku suruh suster  yang pendek dan berdada besar tadi untuk masuk ke bawah tubuhku….  sedangkan suster Anna aku suruh duduk di samping bantal yang digunakan  suster kecil tadi. Perlahan aku mulai memasukkan meriam raksasaku pada  liang suster yang bertubuh kecil ini… sulit sekali… dan diapun membantu  dengan bimbingan test…. Setelah tertancap… tapi sayangnya tidak dapat  habis terbenam… rasanya mentok sekali… dengan bibir rahimnya… akupun  mulai menggoyang suster kecil dan menjilati suster Anna. Mereka berdua  kembali mendesah…. mengerang…. mendesah dan kadang mendesis… kaya' ular.
  Aku sulit sekali sebenarnya untuk mengayun pinggulku maju mundur…. jadi  yang bisa aku lakukan cuman tetap menancapkan meriamku pada liang  kenikmatan suster mungil ini sambil memutar pinggulku seakan  meng-obok-obok liangnya… sedangkan dadanya yang aku bilang super itu  terasa sekali mengganjal dadaku yang bidang… kenikmatan tiada tara  sedang dinikmati si mungil di bawahku ini… dia mendesis tak keruan…  sedang lidahku tetap menghajar liang kenikmatan suster Anna… sesekali  aku jilatkan pada clitsnya… dia menggelinjang setiap kali lidahku  menyentuh clitsnya… mendengar desisan mereka berdua aku jadi ngga'  tahan… maka dengan nekat aku keraskan goyangan pinggulku dan hisapanku  pada suster Anna… dia mulai mengejang… mengerang dan kemudian disusul  dengan suster yang sedang kutindih…. suster Anna sudah lemas… dan  beranjak turun dari posisinya….
  Aku tekan lebih keras suster mungil ini…. sambil dadanya yang  menggairahkan ini aku remas-remas semauku… aku sudah merasakan hampir  sampe juga… sedang suster mungil masih mengerang…. terus dan terus…  kaya'nya dia dapat multi orgasme dan panjang sekali orgasme yang  didapatnya…. aku coba mengjar orgasmenya… dan…. dan…. berhasil juga  akuhirnya… aku sodok dan benamkan meriamku sekuat-kuatnya… sampe dia  melotot… aku didekapnya erat sekali… dan
  "Adu…..uh enak sekali… " demikian salah satu katanya yang dapat aku dengar.
  Akupun ambruk diatas dada besar yang menggemaskan itu… lunglai sudah  tubuh ini rasanya… menghabisi 4 suster sekaligus… suatu rekord yang  gila… permainan Four Wheel Drive kedua dalam hidupku… pada saat  mencabutnyapun aku terpaksa diantu suster yang lain…
  "Kasihan pasien ini nanti sembuhnya jadi lama… soalnya ngga' sempet istirahat" kata suster yang hitam. "Iya dan kaya'nya kita akan setiap malam rajin minta giliran kaya' malem ini " sahut suster Wiwik. "Kalo itu dibuat system arisan saja " kata suster Anna sadis sekali kedengarannya. Emangnya aku meriam bergilir apa ?
  Malam itu aku tidur lelaap sekali dan aku sempat minta untuk suster  mungil menemaniku tidur, aku berjanji tiap malam mereka dapat giliran  menemaniku tidur… tapi setelah mendapat jatah batin tentunya. Suster  mungil ini bernama Ratih dan malam itu kami tidur berdekapan mesra  sekali seperti pengantin baru dan sama-sama polos… sampe jam 4 pagi… dia  minta jatah tambahan… dan kamipun bermain one on one ( satu lawan satu,  ngga' keroyokan kaya' semalem ). Hot sekali dia pagi itu… karena kami lebih bebas… tapi yang kacau adalah  udahannya… aku merasa sakit karena lukaku berdarah lagi… jadi terpaksa  ketahuan dech sama yang lain kalo ada sesi tambahan… dan merekapun  rame-rame mengobati lukaku…. sambil masih pengen lihat meriam dasyat  yang meluluh lantakkan tubuh mereka semaleman. Abis gitu sekitar jam 5 aku kembali tidur sampe pagi jam 7.20 aku  dibangunkan untuk mandi pagi. Mandi pagi dibantu oleh suster Dewi dan  sempat diisep sampe keluar dalam mulutnya… nah suster Dewi ini yang  kulitnya hitaman semalam. Nama mereka sering aku dapat setelah tubuh  mereka aku dapat.
  Hari kedua
  Pagi jam 10 aku dibesuk oleh Dian dan Mita… mereka membawakan buah jeruk  dan apel… aslinya sich aku ngga demen makan buah… setengah jam kami  ngobrol bertiga. sampe suatu saat aku bilang pada Dian
  "Aku mo minta tolong Ian… kepalaku pusing… soalnya aku dari semaleman  ngga' dapet keluar… dan aku ngga' bisa self service " demikian kataku  membuka acara… dan akupun bercerita sedikit kebiasaanku pada Dian dengan  bumbu tentunya.
  Aku cerita kalo biasa setiap kali mandi pagi aku suka onani kalo  semalemnya ngga' dapet cewek buat nemenin tidur… dan sorenya juga suka  main lagi… Dian bisa maklum karena aku dulu sempat samen leven dengan  Nana temannya yang hyper sex selama 8 bulan lebih… dia juga tahu  kehidupanku tidak pernah sepi cewek. Dengan dalih dia mo bantu aku  karena hal ini dianggap sebagai bales jasa menyelamatkan jiwa kakaknya…  yang aku selamatkan dari keroyokan kemarin… sampe akhirnya aku sendiri  masuk rumah sakit.
  Dia minta Mita adiknya keluar dulu karena malu, tapi Mita tau apa yang  akan dilakukan Dian padaku… karena pembicaraan tadi di depan Mita.  Sekeluarnya Mita dari kamar… Dian langsung memasukkan tangannya dalam  selimutku dan mulailah dia meremas dan mengelus meriamku yang sedang  tidur… sampe bangun dan keras sekali… setelah dikocoknya dengan segala  macam cara masih belum keluar juga sedang waktu sudah menunjukkan pukul  10.45 berarti jam besuk tinggal 15 menit lagi maka aku minta Dian  menghisap meriamku. Mulanya dia malu… tapi dikerjakannya juga… demi  bales jasa kaya'ya… atau dia mulai suka ?
  Akhirnya keluar juga spermaku dan kali ini tidak diselimut lagi tapi  dalam mulut Dian dan ini pertama kali Dian meneguk spermaku… juga  pertama kali teman kuliahku ini ngisep punyaku… kaya'nya dia juga belum  mahir betul… itu ketahuan dari beberapa kali aku meringis kesakitan  karena kena giginya. Spermaku ditelannya habis… sesuai permintaanku dan aku bilang kalo  sperma itu steril dan baik buat kulit… benernya sich aku ngga' tau  jelas… asal ngomong aja dan dia percaya… setelah menelan spermaku dia  ambil air di gelas dan meminumnya… belum biasa kali. Aku tengok ke  jendela luar saat Dian ambil minum tadi… ternyata aku melihat jendela  depan yang menghadap taman tidak tertutup rapat dan aku sempat lihat  kalo Mita tadi ngintip kakaknya ngisep aku…
  Jam 11.05 mereka berdua pamit pulang… selanjutnya aku aku makan siang  dan tidur sampe bangun sekitar jam 3 siang. Dan aku minta suster jaga  untuk memindahkanku ke kursi roda… sebelum dipindahkan aku diobati dulu  dan diberi pakeaian seperti rok panjang terusan agak gombor. dengan  kancing banyak sekali di belakangnya.
  Pada saat mengenakan pakaian tersebut dikerjakan oleh dua suster shift  pagi… suster Atty dan suster Fatima, pada saat mereka berdua sempat  melihat meriamku… mereka saling berpandangan dan tersenyum terus melirik  nakal padaku… aku cuek saja… pada saat aku mo dipindahkan ke kurasi  roda aku diminta untuk memeluk suster Fatima… orangnya masih muda  sekitar 23 tahunan kira-kira… rambutnya pendek… tubuhnya sekitar 159 Cm…  dadanya sekitar 34 B… pada saat memeluk aku sedikit kencangkan sambil  pura-pura ngga' kuat berdiri… aku dekap dia dari pinggang ke pundak (  seperti merengkuh ) dengan demikian aku telah menguncinya sehingga dia  tidak dapat mengambil jarak lagi dan dadanya pas sekali dipundakku…  greeng… meriamku setengah bangun dapat sentuhan tersebut.
  "Agak tegak berdirinya Mas… berat soalnya badan Masnya " kata suster Fatima.
  Akupun mengikut perintahnya dengan memindahkan tangan kananku seakan  merangkulnya dengan demikian aku makin mendekatkan wajahnya ke leherku  dan aku dorong sekalian kepalaku sehingga dia secara ngga' sadar  bibirnya kena di leherku… sementara suster Atty membetulkan letak kursi  roda… aku lihat pinggulnya dari berlakang… wah… bagus juga ya… Suster Fatima bantu aku duduk di kursi roda dan suster Atty pegang kursi  roda dari belakang…pada saat mo duduk pas mukaku dekat sekali dengan  dada suster Fatima… aku sempetin aja desak dan gigit dengan bibir  berlapis gigi ke dada tersebut… karena beberapa terhenti aku dapat  merasakan gigitan itu sekitar 2 detikan dech… dia diam saja… dan saat  aku sudah duduk…. dan suster Atty keluar kamar…
  "Awas ya… nakal sekali " kata suster Fatima sambil mendelik. Aku tau dia ngga' marah cuman pura-pura marah aja
  "Satunya belum Sus," kataku menggoda…
  "Enak aja… geli tau ?" jawabnya sewot.
  "Nanti saya cubit baru tau " lanjutnya sambil langsung mencubit  meriamku… dan terus dia ngeloyor keluar kamar dengan muka merah… karena  meriamku saat itu sudah full standing karena abis nge-gigit toket… jadi  terangsang… "Sus… tolong donk saya di dorong keluar kamar" kataku  sebelum sempat suster Fatima keluar jauh. Diapun kembali dan mendorongku  ke teras kamar… menghadap taman. Aku bengong di teras… sambil menghisap  rokokku… di pangkuanku ada novel tapi rasanya males mo baca novel itu…  jadinya aku bengong saja sore itu di teras sambil ngelamun aku mikirin  rencana lain untuk malam ini… mo pake gaya apa ya ?
  Tiba-tiba aku dikejutkan dengan telapak tangan yang menutup mataku…  "Siapa ini ? Kok tangannya halus… dingin dan kecil… Siapa ni ? " kataku…  Terus dilepasnya tangan tersebut dan dia ke arah depanku… baru kutau  dia Mita adik Dian. Kok sendirian ?
  "Mana Mita ?" tanyaku…
  "Lagi ketempat dosennya mo ngurus skripsi" jawab Mita.
  "Jadi ngga' kesini donk ? " tanyaku penasaran. "Ya ngga' lah… ini saya bawain bubur buatan Mama" katanya sambil  mendorongku masuk kamar… dia letakkan bubur itu di atas meja kecil  samping ranjang. Terus kami ngobrol… sekitar 10 menit sampe aku bilang "Mit… ach ngga'  jadi dech… " kataku bingung gimana mo mulainya… maksudku mo jailin dia  untuk ngeluarin aku seperti yang dilakukan kakaknya tadi pagi… bukankah  dia juga udah ngintip… kali aja dia pengen kaya' kakaknya… mumpung lagi  cuman berduaan…
  "Kenapa Kak ?" aku tak menjawab hanya mengernyitkan dahi saja… "Pusing ya ?" tanyanya lagi.
  "Iya ni… penyakit biasa" kataku makin berani… kali bisa… " Kak… gimana ya ? Tadi khan udah ? " katanya mulai ngerti maksudku…  tapi kaya'nya dia bingung dan malu… merah wajahnya tampak sekali. "Mit… sorry ya… kalo kamu ngga' keberatan tolongin Kakak donk… ntar  malem Kakak ngga' bisa tidur… kalo… " kataku mengarah dan sengaja tidak  menyelesaikan kata-kataku supaya terkesan gimana gitu…. "Iya Mita tau Kak… dan kasihan sekali… tapi gimana Mita ngga' bisa… Mita malu Kak… " "Ya udah kalo kamu keberatan… aku ngga' mo maksa… lagian kamu masih kecil…" "Kak… Mita ciumin aja ya… supaya Kakak terhibur… jangan susah Kak… kalo  Mita sudah besar dan sudah bisa juga mau kok bantuin Kak Jossy kaya tadi  pagi " kata dia sambil mencium pipiku. "Iya dech… sini Kak cium kamu " kataku dan diapun pindah kehadapanku.
  Dia membungkuk sehingga ada kelihatan dadanya yang membusung… aduh….  gila… usaha harus jalan terus ni… gimana caranya masa bodo… harus dapet…  aku udah pusing berat. Dan Mitapun memelukku sambil membungkuk… aku cium pipinya, dagunya…  belakang telinganya kadang aku gigit lembut telinganya… pokoknya semua  daerah rangsangan… aku coba merangsangnya… ciuman kami lama juga sampe  nafasnya terasa sekali di telingaku. Tangaku mencoba meremas dadanya… diapun mundur… mo menghidar… "Mit… gini dech… aku sentuh kamu saja… ngga' ngapain kok… supaya aku lebih tenang nanti malem " "Maaf Kak… tadi Mita kaget… Mita ngerti kok… Kak Joss gini juga  gara-gara Mas Anton " jawabnya penuh pengertian… atau dia udah kepancing  ?
  Diapun kembali… mendekat dan kuraih dadanya… aku remas…dan dia kembali  menciumku… dari tadi tidak ada ciuman bibir hanya pipi dan telinga…  saling berbalasan… sampe remasanku makin liar dan mencoba menyusup pada  bajunya… melalui celah kancing atasnya. Tangan Mita mulai turun dari dadaku ke meriamku… dan meremasnya dari luar…
  "Aduh… enak sekali Mit… terusin ya… sampe keluar… biar aku ngga' pusing nanti " kataku nafsu menyambut kemajuannya.
  Lama remasan kami berlangsung… sampe akhirnya Mita melorot dan  berjongkok di depanku dan menyingkap pakaianku… dia mulai mo mencium  meriamku… dengan mata redup penuh nafsu dia mulai mencium sayang pada  meriamku. " Masukin saja Mit… " kataku.
  Mitapun memasukkan meriamku dalam mulut mungilnya… sulit sekali  tampaknya… dan penuh sekali kelihatan dari luar… dia mulai menghisap dan  aku bilang jangan sampe kena gigi… Tak perlu aku ceritakan proses isep-isepan itu… yang pasti saat aku  ngga' tahan lagi… aku tekan palanya supaya tetap nancep… dan aku  keluarkan dalam mulut mungil Mita… terbelalak mata Mita kena *******  spermaku. " Telen aja Mit… ngga' papa kok " kataku… Diapun menelan spermaku… lalu dicabutnya dari mulut mungil itu… sisa  spermaku yang meleleh di meriamku dan bibir mungilnya dilap pake tissue…  dan dia lari ke kamar mandi…. sedang aku merapikan kembali pakaianku  yang tersibak tadi.
  Ada orang datang… kelihatan dari balik kaca jendela… " Sorry Joss… aku  baru bisa dateng sekarang… ngga' dapet pesawat soalnya " kata Bang  Johnny yang datang bersama dengan kak Wenda dan Winny… "Iya ini juga langsung dari airport " kata Kak Wenda. "Kamu kenapa si… ceritanya gimana kok bisa sampe kaya' gini ?" tanya Winny… "Lha kalian tau aku di sini dari mana ?" tanyaku bingung. "Tadi malem kami telpon ke rumah ngga' ada yang jawab sampe tadi pagi kami telpon terus masih kosong" kata Kak Wenda. "Aku telpon ke rumahnya Donna yang di Kertajaya kamu ngga' di sana… aku  telpon rumahnya yang di Grand Family juga kamu ngga' ada, malah ketemu  sammy di sana" kata Winny. "Sammy bilang mo bantu cari kamu… terus siang tadi Donna telpon katanya  dia abis nelpon Dian dan katanya kamu dirawat di sini dan dia cerita  panjang sampe kamu masuk rumah sakit " kata Winny lagi.
  Mereka tuh semua dari Jakarta karena ada saudara Kak Wenda yang menikah…  dan rencananya pulangnya kemarin sore… pantes Kak Wenda telpon aku  kemarin mungkin mo bilangin kalo pulangnya ditunda. Malah dapet berita  kaya' gini. Mita keluar dari kamar mandi yang ada dalam kamarku itu kaget juga tau banyak orang ada di sana dan dia kaya'nya kikuk juga… Setelah aku perkenalkan kalo ini Mita adiknya Dian dan kemudian Mita pamit mo jenguk kakaknya diruang lain. Kamipun ngobrol seperginya Mita dari hadapan kami. Winny memandangku  dengan sedih… mungkin kasihan tapi juga bisa dia cemburu sama Mita…  ngapain ada dalam kamar mandi dan sebelumnya cuman berduaan aja sama aku  di sini.
  Selanjutnya tidak ada cerita menarik untuk diceritakan pada kalian  semua… yang pasti mereka ngobrol sampe jam 5.20 karena minta  perpanjangan waktu dan jam 5 tadi Mita datang lagi cuman pamit langsung  pulang. Malamnya seperti biasa… kejadiannya sama seperti hari pertama…  mandi sore diisep lagi… kali ini sustenya lain… dia suster Fatima yang  sempet aku gigit toketnya tadi siang. Dan malemnya aku main lagi… dan  tidur dengan suster Wiwik… suster Anna off hari itu… jadi waktu main  cuman suster Wiwik, suster Ratih dan suster Dewi…
  TAMAT
          Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep,cerita sex,ceritasex, gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                            |             
              
Tidak ada komentar:
Posting Komentar