|                               Cerita Sex - Goyangan Gadis Desa               Apr 8th 2013, 15:30                                                Kisah ini merupakan pengalaman pertamaku bermain cinta dengan wanita  selain istri, peritstiwa itu sendiri terjadi kira-kira 3 bulan yang lalu  disuatu daerah di Jawa Tengah, diawali dari adanya tugas kantor yang  mengharuskan aku untuk melakukan suatu training untuk beberapa cabang di  daerah. Saat itu menginap di hotel kota S dan kadang tidur  dikantor/unit yang ada di desa.
  Kejadian ini bermula secara tidak sengaja waktu aku nginap di desa A,  yaitu paginya hari Sabtu yang ternyata merupakan hari pasaran untuk desa  A sehingga aku tidak melepaskan kesempatan untuk melihat keramaian di  pasar…begitu asiknya memperhatikan barang dagangan yang ada tanpa  sengaja menabrak ibu yang belanja, sehingga semuanya tumpah termasuk  gelas yang baru dibelinya…..karena merasa bersalah maka saya memaksa  untuk mengganti gelas tersebut, nama ibu itu sebut saja Ibu Mirna dengan  usia kira2 41 tahun dan setelah menyebutkan letak rumahnya yaitu di  ujung jalan desa belok ke kiri, saya berkata akan datang sore nanti  untuk mengganti gelas yang pecah. Jam 4 sore setelah mandi, langsung berangkat ke rumah Ibu Mirna dan  ternyata rumah tersebut terletak di ujung jalan yang cukup sepi, ditemui  oleh seorang lali-laki yang berusia kira2 50 Th yaitu bapak Najib yang  ternyata suami Ibu Mirna setelah menjelaskan maksud kedatangan saya,  terjadilah obrolan yang semakin akrab. Setelah dipanggil keluarlah ibu  Mirna membawa minuman dan kue, dan tanpa sengaja saya memperhatikan dan  tergetarlah hati, karena dengan memakai kebaya yang sedikit ketat dan  rambut basah sehabis mandi, terlihat kecantikan khas wanita desa dengan  kulit putih dan bodi yang kencang walau telah berusia 41 tahun, dan yang  membuat mata melotot adalah belahan buah dadanya yang kelihatan montok  sekali.
  Tanpa terasa waktu makan malam telah tiba, dan mereka memaksa saya untuk  ikut makan malam, stelah makan Pak Najib pamit untuk menghadiri  pertemuan di desa sebelah untuk urusan pengairan sawah, dan saya  dipersilakan untuk berbincang dengan ibu. Rumah tersebut sepi karena  anak pertama yang sudah kelas 1 SMA sedang camping, anak kedua yang SMP  sedang belajar dirumah teman dan sikecil sedang di rumah Saudara, suatu  kebetulan yang tidak terduga. Sepanjang obrolan mata tidak pernah lepas  dari tubuh dan dada ibu Mirna, dan akhirnya ibu Mirna bertanya, "Dik  Amar matanya ngeliat apasih?"
  sambil malu saya berkata jujur bahwa saya kagum akan kecantikannya.
  "Orang desa gini kok dikatakan cantik, dikota pasti bayak yang cantik?" kata bu Mirna.
  "Iya sih bu…tapi ibu lain, karena walau udah punya anak tiga tapi badan masih bagus, khususnya…….?" Saya berhenti berkomentar.
  "Khususnya apa dik?" desaknya.
  "Maaf bu…itu tetek ibu besar dan masih kencang?"
  Ibu Mirna terlihat malu sambil berusaha menutup dengan tangannya…..dan akhirnya pembicaraan mengarah ke hal yang berbau porno.
  "Oh ya dik Amar punya anak berapa dan istri usia berapa?" tanya bu Mirna.
  "Satu usia 2 tahun, dan istri usia 27 tahun saya sendiri 29 tahun?" jawab saya.
  "Wah sedang panas-panasnya dong?" lanjutnya.
  "Panas apanya bu?" saya berusaha memancing pembicaraan ke arah yang  lebih hot, karena saya merasa horny dan bagaimana caranya bisa merasakan  bersetubuh dengan wanita setengah baya.
  "Ah dik Amar berlagak nggak tau…..?" kata bu Mirna sambil tersipu.
  "Ibu juga kelihatan segar, pasti kebutuhan itunya juga hot?" pancing saya terus.
  Tapi ibu Mirna malah kelihatan sedih….sehingga saya bertanya, "kok jadi kelihatan sedih bu?".
  Akhirnya bu Mirna cerita bahwa kebutuhan bathinnya sejak dua tahun ini  jarang terpenuhi, yaitu sejak suaminya jatuh dari pohon kelapa,  kejantanan suaminya jarang sekali bisa maksimal.
  "Maaf bu…..padahal menurut saya orang seusia ibu pasti sedang puber kedua?"
  "Yah memang begitu dik…..tapi harus ibu tahan?"
  "Gimana caranya?" lanjut saya
  "Ya dengan mencari kesibukan di ladang…..sehingga malamnya capek terus tertidur?" Lanjutnya.
  "Wah kalo saya bisa pusing….karena saat ini baru pisah 4 hari dengan  istri saya juga udah gak tahan ????" kata saya sambil bergeser duduk  mendekat.
  "Dik Amar sih gampang, kan di hotel pasti juga nyediain?" katanya.
  "Dik Amar kok gak dengerin sih…." kata bu Mirna sambil menepuk paha saya.
  Tangan bu Mirna saya pegang…sambil berkata, "abis ada pemandangan yang  lebih bagus", sambil mata terus memandang ke belahan dadanya.
  "Ah nakal dik Amar ini?" kata bu Mirna.
  Akan tetapi tangannya tatap saya pegang sambil saya remas, karena diam saja berarti kesempatan nih.
  Terus tangan saya beralih kepahanya….
  "jangan dik?" kata bu Mirna tanpa berusaha menolak.
  Dan akhirnya saya beranikan untuk menciumnya, bu Mirna mundurkan  kepalanya berusaha menolak… tetapi setelah saya pegang kedua tangannya  sambil menatap, akhirnya bu Mirna memejamkan matanya sambil mulutnya  sedikit terbuka. Langsung saya cium bibirnya perlahan…dan lama kelamaan  ibu Mirna memberikan respon dengan membalas ciuman saya.
  Tangan saya langsung tidak bisa diam membiarkan tetek yang begitu  menggairahkan, perlahan saya pegang teteknya..sambil sedikit meremas….
  "ah..ah jangan dik" tapi tangan bu Mirna malah menekankan tangan saya ke teteknya.
  Ciuman saya terus turun ke lehernya sambil berusaha memasukkan tangan ke  belahan dadanya, bu Mirna semakin mendesah? "ah…uh…ah terus dik, enak?"  kata bu Mirna.
  Saya semakin bernafsu…sehingga kancing baju bu Mirna langsung saya lepas? "jangan dik…ntar keterusan?" kata bu Mirna.
  "Oh bu…saya udah gak bisa nahan bu, tolonglah? kita sama-sama butuhkan bu?" kata saya.
  Akhirnya bu Mirna menyerah..membiarkan mulut saya menyedot putting  susunya yang semakin menegang…… "ah…ah….ahhhh dik nikmat dik, terus  dik?" desahnya.
  Sementara tangan kanan meremas susu sebelah kanan, mulut terus menjilat dan menyedot yang sebelah kiri…..
  "ahhhhh…uhhh…..ahhhhh dik udah dik? ibu nggak tahan".
  Tapi tangan bu Mirna malah mengandeng tangan saya ke arah pahanya, yang  entah kapan kebayanya udah disingkapkan…..tangan saya langsung ke  gundukan memeknya yang masih tertutp cd, dan terasa jembutnya keluar  dari samping cdnya.
  Tangan saya terus menggosok-gosok memek bu Mirna……..
  "ah…ahhhh…ahhhh dik terus dik terus…enak banget?" desahnya dengan logat jawa yang kental.
  Akhir dengan seijin bu Mirna…..cd itu saya pelorotin, sehingga  terpampanglah memek bu Mirna yang menggunung dan empuk tersebut, dengan  bernafsu langsung saya gesek memek tersebut…sambil berusaha menemukan  itilnya, tersedengar ibu Mirna semakin mendesah tidak karuan…..
  "dik ahhhh enaaaaak dik…enaaaaaakkkkk banget".
  Dan ciuman saya terus bergerak turun…..akhirnya terciumlah bau khas  memek wanita, yang membuat saya semakin bernafsu, dan langsung saya  jilat memek yang kemerah-merahan tersebut.
  "ahhh berhenti dik…jangannnnn?" kata bu Mirna setelah tahu saya telah menjilat memeknya……
  saya berhenti dan bertanya, "kenapa harus berhenti bu?".
  "Jangan dijilat dik memek ibu….jijik dan jorok" kata bu Mirna.
  "Emang bapak dulu ndak pernah jilatin memek ibu?" kata saya.
  "Ndak…?" kata bu Mirna.
  "Wah rugi bu?" kataku sambil terus meremas tetek dan menusukkan jari tengah saya ke lubang memek.
  "Rugi kenapa dik?" tanya bu Mirna.
  "Rasnya nggak kalah sama ngentotin memek ibu….dan juga bikin tambah  nafsu" kata saya sambil langsung menjilat memek bu Mirna…..setelah  menjilat bibir memek langsung lidah saya masuk mengelitik lubang memek  yang semakin basah oleh lender kenikmatan…….lidah terus kuputar dirongga  memek sehingga menambah kenikmatan….
  "ahhh…ahhhhhh dik…….uhhhhh….ahhhhh…nikmat banget dik? terus dik…terus..jilatin memek ibu….ya disitu dik…terus ….terus….."
  Saat itil bu Mirna aku jilatin dan aku sedot…….  "ahhhhh…ahhhhhh….uhhhh…..uuuuuhhhhh dik Irfaaannnnnn ibu mau  keluar…ahhhhhhhhh dikkkkkkkkkkk ibu keluar…."
  kepala saya langsung ditekan kememek bu Mirna dengan keras…..dan terasa  dilidah lendir hasil dari orgasme ibu Mirna. Ibu Mirna memejamkan mata  merasakan kenikmatan yang baru didapatnya…….sambil berkata, "benar dik  Amar ternyata memek kalo dijiliat dan disedot rasanya nikmat banget….."
  Tiba-tiba ada suara orang datang dari halaman rumah, dan tergesa-gesa  kami merapikan baju…….sedangkan cd bu Mirna langsung diumpetin kekolong  kursi,….ternyata anak bu Mirna yang kedua pulang dari tempat belajarnya.
  Setelah anaknya masuk…..langsung bu Mirna ngomel kenapa kok anaknya pulang cepat nggak sperti biasanya ?
  "Ibu belum puas ya…?" Goda saya.
  Ibu tersipu sambil berkata……."iya sih abis sudah lama ibu tidak  merasakan hal seperti ini……..apalagi memek ibu pengin dientot pakai  ****** dik Amar biar sama2 bisa puas…kan dik Amar belum keluar?" kata bu  Mirna.
  "Iya sih bu….nanggung rasanya kontolku ini? tapi udahlah bu…karena malam  ini saya harus ke kota nginep di hotel, dan lagian anak ibu juga sudah  pulang. Tapi yang jelas saya senang bisa memuaskan hasrat ibu….." sambil  tangan saya meremas buah dadanya.
  "Ahhhh..dik Amar, tapi rasanya tidak adil kalo Cuma ibu yang mendapat  kepuasan…..kalo gitu ibu besok ke kota dan mampir ke hotel boleh nggak  dik?" kata bu Mirna.
  "Boleh…boleh bu? tapi benar ya bu….iya besok jam 10 pagi" kata bu Mirna sambil tersenyum.
  Jam 10 pagi, pintu kamar hotel diketuk orang dan ternyata bu Mirna menepati janji datang, langsung saya peluk dan saya cium…..
  "ah dik Amar kok gak sabaran sih?" kata bu Mirna.
  Saya nggak peduli…langsung saya lucuti semua pakaian yang dikenakan ibu  Mirna, hingga terpampang tubuh telanjang yang begitu menggairahkan,  kubimbing ibu Mirna ke ranjang dang langsung saya emut dan saya remas  buah dada yang begitu montok dan empuk tersebut?
  "aaaaaaahhhhhhhh dik……..dilepas dong bajunya" kata bu Mirna sambil  tanggannya melepas baju yang saya kenakan, sekarang kami sama2  telanjang.
  Kembali saya cium bibir bu Mirna…terus turun kesemua lekuk tubuhnya..  "ahhhhh….uhhhhh…hisap tetek ibu ……hisap?" mulutku langsung pindah ke  susu bu Mirna….sambil tangan menggesek-gesek memek yang terasa kenyal  dan hangat, "ahhhhh…..uhhhhhh…..dik……nikmat ……dik…..ib….uuu sudah lama  nggak merasakan ngentot…terus…..teruuuuuusssss dik?".
  Ciuman saya terus turun ke perut dan akhirnya sampai ke gundukan memek  yang begitu merangsang…..langsung saya jilat….dan saya sedot itil bu  Mirna, sambil menggeser posisi ke 69, dan bu Mirna pun tanpa diminta  langsung menngemut ****** saya…..
  "uhhhhh nikmat sekali buuuuu?" ****** saya terus diemut keluar masuk  mulut bu Mirna sambil dipijat….. "uhhhhh….ahhhhhhh….enak sekali buuuuu",  saya juga tidak mau kalah, langsung saya putar lidah saya di memek bu  Mirna……sambil tangan saya sedikit menusuk-nusuk anusnya.
  "aduhhhhhh dik….apalagi ini……enaaaaaak banget dik….. ahhhhhhhh…….  ahhhhhhhhhh", tiba2 ibu Mirna mengejang dan terasalah cairan yang keluar  membasahi bibir, yang langsung aku sedot hingga habis.
  Aku biarkan bu Mirna istirahat sejenak…sambil terus memainkan putting  susunya yang masih menegang……setelah beberapa saat, mulai saya hujami  tubuh bu Mirna dengan ciuman sehingga ibu Mirna kembali memberikan  reaksi yang lebih panas……..
  "ahhhhhh….uuuhhhhhhh….dik, ayo dik entotin memek ibu…..ibu sudah kangen  dientot…..ahhhhhhhhh", sayapun memutar tubuh bu Mirna untuk mengambil  posisi doggy, hingga tampaklah gundukan memek ibu Mirna yang menantang,  dengan perlahan kumasukkan batang penisku secara perlahan…karena  terdengar ibu Mirna menjerit seraya berkata
  "perlahan dik….. memek ibu sudah lama gak dientot……" perlahan aku masuk  dan keluarkan kontol….hingga akhirnya semuanya amblas ke dalam memek bu  Mirna ……dan reaksi bu Mirna sungguh diluar perkiraan karena dengan  goyangan pantatnya yang besar…kontol saya terasa ditarik dan dipijit  dengan nikmatnya…..
  "ahhhhhh….uuuuuuuhhhhhhhh…buuuuu…ueenna aaak sekali memek ibu?"
  Dan saya pun tak mau kalah dengan mengambil strategi 3:1, tiga kali  tusukan setangah ****** dan sekali tussukan ****** hingga amblas ke  memek bu Mirna…… sepuluh menit kemudian desahan bu Mirna semakin  keras…..
  "ahhhhhhh dik…memek ibu enak banget…..uhhhhhh ****** adik enaakk banget……uhhhh..ahhhhhh.uuuuuuuuu..ahhhhhh"
  "Terus dik…memek ibu udah nggak kuat…….dik…..dik …dik Amar……ibu  kekkeeluaaaarrrrrr…..ahhhhhhhhhh", desahan bu Mirna semakin panjang  seiring keluarnya lendir kenikmatan.
  Setelah istirahat sejenak…bu Mirna langsung mengurut penis dan mengemutnya dengan lincah sekali.
  "ahhhhh bu……uuuhhhhhh nikmat sekali bu?" desah saya.
  kemudian bu Mirna berhenti sambil berkata "dik Amar sesuai janji ibu  semalem….maka hari ini ibu akan memberikan kenimatan yang tidak  terlupakan bagi ****** dik Amar?".
  Ibu Mirna langsung mengambil posisi di atas…setelah mengurut kontolku  beberapa saat….bu Mirna langsung ngangkang dengan membimbing kontolku  untuk memasuki lubang memeknya……..terasa sekali perbedaan dengan entotan  yang pertama tadi, kali ini memek bu Mirna terasa lebih seret dan  terasa lebih hangat.
  "oooooohhhhhh……ahhhhhh……uhhhhhhhh bu enankkkkkk sekali memeeeeek  ibu……..ohhhhhh ****** saya ibu apain…..uuhhhhhh nikmat banget bu?".
  Ibu Mirna hanya menjawab dengan desahan nafsnya……
  "ahhhhhhh…….uuuuuuhhhhhh dik…memek ibu juga nikmat sekali…….", pantat bu  Mirna masih terus bergoyang dengan sekali-kali diangkat, sehinggga  membuat kontolku terasa sangat nikmat…..melebihi yang aku rasakan dengan  istri.
  "ooooooohhhhhhhh…..uuuuuuhhhhhh ennnnnaaakkkk sekali bu………", nggak  percuma aku menginginkan entot dengan wanita berumur 35-42 tahunan  karena memang berbeda permainan sex mereka, mungkin karena lebih  berpengalaman…seperti bu Mirna yang memeknya terasa sekali empotannnya  kataku dalam hati.
  "Ahhhhhhhh…..uuuhhhhhhhhhibu aku udah gak tahan"
  "sebentar dik Amar, bareng sama ibu…", kata bu Mirna sambil terus  menggoyang pantat dan menaikkan turunkan sambil mendesah….  "ahhhhh…..dikkkk ..uuuuuuuhhhhh ibu enaaak sekali….ahhhhhh dik ibu juga  mau keluar……..".
  "ya bu aku juga…….ahhhhhhhhh………",
  Ibu Mirna mengejang dan terasa lendir membahasi memeknya.
  "terus goyang…bu ….terus ….nikmat buuuuuuuu…ahhhhhhhhhhhhh", aku  menyemprotkan pejuhku kedalam memek bu Mirna secara kuat, akhirnya kami  tertidur, hingga jam 12 siang kami makan dan terus melanjutkan ke babak  kedua.
  Karena waktu tugas di kota S tinggal 3 hari, maka dua hari kemudian kami  janjian untuk mengulangi kenikmatan seperti kemarin, itulah pengalaman  saya yang pertama dan mungkin yang terakhir, karena saat ini saya sudah  tidak bekerja di tempat yang lama, saya sendiri tidak menyangka akan  mendapat sensasi kenikmatan yang luar biasa dengan mengentot wanita usia  35 – 42 tahunan, sehingga penis saya yang normal ukuran orang Indonesia  hingga saat ini masih menginginkan hal tersebut terulang, tapi karena  tempat bu Mirna yang jauh dan untuk jajan rasanya takut, terpaksalah  melakukan onani apabila melihat wanita setengah baya yang menggairahkan.
 
 
          Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Pakai Memek Mama               Apr 8th 2013, 15:29                                                "Huh.., bete banget deh" sungut Lia sambil mematikan TV.
  Sekarang Lia sedang sendirian di rumah. Sudah seminggu ini, Papa Lia  tugas keluar kota dan rencananya baru pulang minggu depan. Mama Lia  sedang pergei arisan di rumah temannya. Bombom juga pergi menginap di  rumah temannya. Pembantu mereka pulang kampung menjenguk keluarganya  yang sakit. Ibu peri juga jarang menjenguk Lia. Bosan menonton TV, Lia  lalu pergi ke kamarnya di lantai dua.
  "Coba Bombom nggak pergi, kita bisa main kayak kemarin dulu" pikir Lia.
  Memang sejak pengalaman oral seksnya dengan Bombom, Lia sering  mengulangi perbuatannya dengan Bombom. Tentu saja diam-diam kalo Mama  dan Papa Lia lagi nggak ada dirumah. Bahkan Ibu peri pun tidak Lia beri  tahu tentang aktivitasnya yang satu ini.
  Lia berdiri di depan cermin besar yang ada di kamarnya. Kemudian dia  melepas pakaian, BH, dan celana dalamnya. Sekarang Lia telanjang bulat  sambil memandang dirinya sendiri di cermin. Lia memandangi wajahnya yang  cantik manis, kulitnya yang putih mulus, dadanya yang baru tumbuh  dengan puting mencuat gara-gara bombom sering gemas kalo mengulum puting  itu, dan vaginanya yang terawat dengan bulu-bulu halus yang masih  jarang.
  "Uuhh.., enak.", desah Lia sambil tangannya yang kiri mengelus lembut dadanya sendiri.
  Sesekali dipilinnya putingnya sambil mMore...embayangkan kalo Kak Rendi  yang sedang melumat putingnya itu. Tangan kanannya juga tidak Lia  biarkan menganggur tetapi sibuk mengusap lembut vaginanya terutama  bagian agak menonjol yang bernama klitoris seperti yang sudah dipelajari  Lia dalam pelajaran anatomi tubuh manusia di sekolah. Lia merasa nikmat  sekali bila klitorisnya diusap-usap, apalagi kalo dihisap mulutnya  bombom. Mata Lia terpejam, kelihatannya dia asyik menikmati perbuatannya  itu sampai Lia tidak menyadari kalo ada seseorang membuka pintu  kamarnya.
  "LIA! Apa yang kamu lakukan?!"
  Lia kaget sekali. Dia segera menghentikan kegiatannya lalu menoleh ke  pintu kamarnya. Ternyata disana sudah berdiri Mama Lia dengan wajah yang  kelihatannya sangat marah.
  "Mmaa.. Ma", kata Lia sambil ketakutan.
  "Ehm ternyata kalo lagi sendirian, kamu sering melakukan perbuatan kurang ajar seperti ini ya?!", cibir Mama Lia.
  "Mm.. maafin Lia, Ma", jawab Lia ketakutan sambil berusaha menutupi dada dan kemaluannya.
  Mama Lia mendekat sambil memandang Lia yang masih telanjang.
  "Ehm.. anak kurang ajar ini rupanya sudah tumbuh jadi gadis yang cantik  sekali. Sekarang aku punya kesempatan mencoba oleh-oleh dari temenku  dari Belanda sambil mempraktekan apa yang kulihat dari VCD kemarin.",  pikir Mama Lia dalam hati.
  "Kamu akan Mama hukum. Sekarang tunggu disini dan jangan pakai bajumu.  Kalo kamu tidak mau menurut sama Mama, akan Mama beritahukan perbuatan  kamu ini ke Papa.", kata Mama Lia sambil keluar kamar.
  "Iya, Ma.", jawab Lia pelan.
  Lia takut sekali kalo Mama mengadukan dia ke Papa. Lia berpikir hukuman  apa yang akan dijatuhkan Mama. Apa dia akan dipukul? Tapi Lia berpikir  lebih baik dipukul daripada diadukan ke Papa.
  Tak lama kemudian Mama Lia kembali dengan hanya memakai kimono sambil  membawa sebuah kotak. Mama menyuruh Lia berdiri mendekat. Kemudian Mama  melepas kimononya. Lia kaget, ternyata Mamanya tidak memakai apa-apa di  balik kimononya. Diam-diam Lia kagum terhadap Mamanya yang jelas merawat  tubuhnya dengan baik. Lia mengamati wajah Mamanya yang masih cantik,  tubuhnya yang masih langsing dan bagus, dadanya juga indah, besar tapi  tidak turun dan masih padat, dan vagina Mamanya ternyata bulunya dicukur  habis.
  "Sekarang kamu harus menurut sama Mama dan jangan ceritakan ini ke siapa  pun. Kalo tidak Mama akan melaporkan kamu ke Papa", perintah Mama.
  "Iya, Ma.", jawab Lia ketakutan.
  Tiba-tiba Mama Lia mencium bibir Lia dengan penuh nafsu. Mama Lia  penasaran ingin tahu rasanya bercinta sesama perempuan setelah dia  melihat VCD porno milik temennya yang ada adegan lesbinya. Sekarang dia  bisa mencobanya dengan anak tirinya ini.
  Lia terkejut tetapi dia tidak berani melawan perbuatan Mamanya.  Diam-diam Lia bersyukur bahwa hukumannya ternyata tidak dipukul seperti  biasanya. Lia heran dengan perbuatan Mamanya tapi lama-lama Lia juga  menikmatinya. Lidah Mamanya bergerak liar dimulutnya, Lia pun meniru  perbuatan Mamanya. Mulanya memang Lia agak kaku dan risih, tapi kemudian  dia menikmatinya. Apalagi tangan Mamanya juga mulai meremas-remas  pantat Lia sambil sesekali mampir mengusap-usap memek Lia, dan tangan  satunya liar beroperasi di dada Lia sambil memilin putingnya. Nafsu Lia  mulai naik seperti kalo dia lagi oral dengan bombom. Lia merasa kakinya  mulai lemas oleh kenikmatan.
  "Ma, Lia capek berdiri.", keluh Lia.
  "OK. Sekarang kita ke ranjang aja.", jawab Mama sambil mendahului tidur di ranjang Lia.
  "Kamu juga naik kesini dan cium susu Mama sambil diremas-remas."
  Lia menurut. Lia menciumi payudara Mamanya yang besar itu sambil tangannya meremas payudara yang satunya.
  "Eehhm.. yeah. Terusin La, isep putingnya. ookh.. anak pintar.", desah Mama Lia keenakan.
  Lia senang mendengar Mamanya senang. Mama nggak pernah memuji Lia  sebelumnya. Lagipula Lia suka melakukan perintah Mamanya yang satu ini.  Lia gemas dengan payudara Mamanya, dia suka sekali kalo Mamanya mendesah  keenakan ketika putingnya Lia isap keras-keras.
  "Aakh.. bagus sayang. Memek Mama coba kamu usap pake tangan kamu. aakh..  yeah begitu. Jari kamu masukin ke lubang memek Mama, pakai tiga jari  biar lebih enak. ookh kocok-kocok keluar masuk. aakh.."
  Lia mengocok memek Mamanya, mula-mula pelan lalu bertambah cepat. Lia  merasakan jarinya basah oleh cairan, memek Mamanya jadi agak becek oleh  cairan kenikmatan yang membanjir.
  "Eehm.. sekarang jilatin memek Mama.", perintah Mama Lia.
  Lia mencoba apa yang sering dilakukan Bombom pada memeknya kalo lagi  oral. Lia menciumi memek Mamanya, lidahnya bergerak liar sambil sesekali  menusuk lubang memek itu. Tak lupa, Lia juga mengulum klitoris Mamanya  dengan kuat karena Lia merasa paling enak kalo Bombom mengulum  klitorisnya. Tubuh Mamanya kontan tersentak, dan pantatnya agak  terangkat sebentar.
  "Ookh.. eehm.. belajar dari mana kamu sayang?", tanya Mama Lia.
  Lia tak berani menjawab kalo Bombom yang mengajari. Lia meneruskan  mengerjai memek Mamanya sambil sekarang jarinya ikut mengocok memek  Mamanya dengan cepat.
  "Aakkhh.. Mama nyampe sayang. aakkhh..", jerit Mama sambil menjepitkan pahanya dan tangannya menjambak rambut Lia.
  Mama Lia beristirahat sejenak sambil menikmati sisa-sisa orgasmenya yang  pertama. Kemudian Mama Lia menyuruh Lia tidur telentang. Sekarang  gantian Mama Lia yang beroperasi.
  "Kamu cantik sekali La. Mama akan bikin kamu merasa keenakan.", puji Mama.
  Lia senang sekali. Mama mencium bibir Lia sambil tangannya meraba-raba  tubuh Lia. Ciuman Mama turun ke leher. Lia menikmatinya, nafsunya mulai  naik. Kemudian mulut Mama beroperasi di dada Lia yang baru tumbuh dan  masih terlihat datar. Puting Lia dikulum kuat-kuat oleh Mama sambil  tangannya mulai aktif di memek Lia.
  "Eehmm.. Enak Ma esstt..", desah Lia.
  Puting Lia bertambah keras dan besar karena rangsangan dari Mama.  Kemudian kaki Lia dibuka karena Mama Lia akan mengerjai memek anaknya  itu. Mama Lia mulai menjilat memek anaknya.
  "Sstt aakh.. terus Ma.", erang Lia bertambah keras.
  Lidah Mamanya terasa mengorek-ngorek liang memeknya dengan liar. Lia  mendesah merasakan nikmat birahi yang melanda dirinya. Apalagi ketika  Mamanya menyedot klitorisnya, badan Lia sampai melengkung ke atas  menahan nikmat. Mama Lia pun menemukan keasyikan tersendiri menjilati  memek anak tirinya itu. Dia terus menjilati memek anaknya. Semakin Lia  mendesah dengan keras dan merasa nikmat, Mama Lia pun semakin  bersemangat mempermainkan memek mungil yang masih perawan itu. Mama Lia  pun menahan diri untuk tidak menggunakan jarinya, belum waktunya pikir  Mama Lia.
  "Aakkhh.. aah Ma, Lia.. eh.. Lia..aakh..".
  Lia merasakan ada sesuatu dalam dirinya yang mau jebol keluar dan dia  tidak dapat menahannya lagi. Kakinya dirapatkan menjepit kepala Mamanya.  Lia pun mengalami orgasmenya yang pertama. Cairan kenikmatan Lia yang  membanjir keluar ditelan habis oleh Mamanya. Setelah itu badan Lia lemas  dan dia terkulai di ranjangnya.
  "Hukuman untukmu belum selesai Lia.", kata Mamanya.
  Lia melihat Mamanya berdiri dan menghampiri kotak yang ada di meja.  Kelihatannya Mamanya mengambil sesuatu dari dalam kotak lalu memasangnya  seperti sabuk melingkari pinggang dan pantatnya. Lia tidak bisa melihat  benda itu dengan jelas karena Mamanya memunggunginya. Dan ketika  Mamanya berbalik, Lia kaget sekali. Benda itu ternyata berbentuk seperti  burungnya bombom tetapi dari karet dan dua kali lebih besar dari punya  Bombom. Penis karet dipasang Mamanya hingga seakan-akan Mamanya adalah  laki-laki.
  "Ma, kok Mama pake barang kayak gitu sih?", tanya Lia heran.
  "He.. he.. kamu pasti suka sama barang ini. Sekarang kamu kulum ****** ini pake mulut kamu.", perintah Mama.
  Lia menurut, lagipula Lia memang suka mengulum burungnya Bombom. Dan  punya Mama kelihatannya lebih besar dan menarik sekali. Lia mempraktekan  pengalamannya dengan burung Bombom pada mainan Mamanya. Tapi penis  mainan Mama ternyata lebih besar, mulut Lia hampir tidak muat menampung  besarnya benda itu. Walaupun dipaksa, penis mainan itu cuma bisa masuk  separuhnya. Mama Lia memegangi kepala Lia sambil memaju mundurkan  pinggulnya seperti memperkosa mulut Lia. Mama Lia menikmati perbuatannya  itu sambil tertawa senang. Kemudian Mama Lia mengajak Lia memainkan  posisi 69 dengan Mama Lia dibawah agar dapat menjilati memek anaknya  lagi.
  "Eehm.. eehhmm.. sst.. aakh Mama.. enak Ma ehhm.. eehm.", desah Lia saat dia mengambil nafas, lalu dia meneruskan kulumannya.
  Lia pun mulai terangsang kembali. Kemudian Mama Lia menyuruh Lia tidur  terlentang. Lalu mengambil posisi misionaris untuk memerawani Lia dengan  penis mainannya itu.
  "Apa yang Mama lakukan?", tanya Lia.
  "Tenang saja sayang, kamu pasti senang.", jawab Mama Lia sambil menggesek-gesekkan kepala penis mainan itu ke memek Lia.
  Lia merasa nikmat saat memeknya digesek ujung mainan Mamanya. Apalagi  Mamanya mulai melumat bibirnya lagi sambil tangannya memilin putingnya  yang kini semakin keras.
  "Aduuh.. sakiitt Maa.", jerit Lia karena Mama mulai berusaha memasukkan penis itu ke memeknya.
  "Cuma sebentar, nanti juga enak lagi.", jawab Mama sambil memompa penis yang baru masuk kepalanya saja.
  Lia mulai merasa enak bercampur sedikit perih. Sampai..
  "AAKKH.. SAKIIT MAA..", jerit Lia ketika Mamanya tiba-tiba menekan amblas hingga penis itu menjebol selaput daranya.
  Mama Lia mendiamkan dulu gerakannya agar memek Lia terbiasa dengan penis  besar itu. Dia pun mencium lagi bibir anaknya dan memainkan payudara  anaknya agar Lia teralihkan rasa sakit akibat jebol keperawanannya.  Ketika Lia sudah agak tenang, Mama Lia mulai memompa pelan-pelan.
  "Aakh.. ii.. iiya Ma. Terus Ma.", desah Lia ketika dia mulai merasakan  nikmatnya seks walaupun masih ada sedikit rasa perih. Mama Lia pun  merasa keasyikan tersendiri ketika dia berperan sebagai laki-laki dengan  penis mainannya itu.
  "Uukkhh.. enak Ma. Terusin Ma. Lia sayang Mama.", desis Lia.
  Lia memang merasakan kenikmatan yang belum pernah dia rasakan  sebelumnya, bahkan melebihi permainannya dengan Bombom. Mama Lia semakin  bersemangat mendengar desahan Lia dan diapun makin mempercepat  pompaannya di memek anaknya.
  "He..he.. kamu suka khan dientot sama ****** Mama ini?", kata Mama.
  "Iiya Ma. Lia suka.", jawab Lia.
  "Suka ngapain? Ayo bilang. Kamu suka dientot sama ****** Mama ini. Ayo.", perintah Mama Lia.
  "Aakkh.. Lia suka.. aakh Lia suka dientot sama ****** Mama yang gede.", jawab Lia yang mulai terhanyut dalam permainan Mamanya.
  Mama Lia senang mendengar Lia ngomong jorok begitu, dan dia pun makin  gencar melakukan tusukannya sambil diselingi goyangan agar Lia bertambah  nikmat.
  "Uukkh.. terus Ma. Enaakk.. aakkhh.", desah Lia sambil menggoyang pinggulnya mengikuti irama pompaan Mamanya.
  "Kamu memang *censored**censored**censored**censored**censored* kecil.  *censored**censored**censored**censored**censored* yang suka dientot  sama ****** besar.", kata Mama Lia yang semakin terangsang dengan  ngomong yang jorok-jorok.
  "Iya, Ma. Lia ini *censored**censored**censored**censored**censored*  yang senang dientot. aakkhh Entot terus Ma.", jawab Lia meniru kata-kata  Mamanya yang jorok.
  Mama Lia senang mendengar desahan dan ucapan jorok Lia. Dia menikmati  melihat wajah Lia yang terangsang. Gadis cantik yang baru tumbuh dewasa  itu terengah-engah keenakan. Kadang dia menggigit bibirnya menahan  nikmat. Ekspresinya yang sedang terangsang membuat Lia semakin kelihatan  cantik.
  "Ma, Lia.. aakh.. Lia mau..", desis Lia.
  Melihat anaknya akan orgasme, Mama Lia mengangkat pantat Lia dan memompa Lia semakin cepat.
  "Aakkhh.. Lia nyampe, Ma.", erang Lia saat mencapai orgasmenya yang kedua.
  Lia menjepitkan kakinya ketat ke pinggul Mamanya. Tangannya menarik dan  memilin putingnya sendiri. Matanya terlihat putihnya saja dan bibir  bawahnya digigit sendiri menahan sensasi orgasme yang dia rasakan. Mama  Lia akan membiarkan Lia istirahat sebentar ketika..
  "Ma, Bombom boleh ikutan nggak?", tanya suara dari arah pintu kamar.
  Mama Lia kaget. Saat dia menoleh ke arah pintu, dia melihat anaknya si  Bombom sudah telanjang bulat sambil memegangi burungnya yang sudah  berdiri.
  Tetapi Mama Lia malah tersenyum dan berkata, "Boleh, sayang. Ayo kesini".
  Bombom kegirangan, dan segera naik ke ranjang. Dia berdiri di atas  lututnya dan mengangkangi tubuh Lia. Bombom lalu menyuruh Lia  mengkaraoke burungnya. Lia menurut walaupun sudah lemas.
  "Aakh enak La. Helen aja kalah pinter kalo urusan kayak begini.", kata Bombom.
  Sementara itu, Mama Lia sedang membersihkan memek Lia dengan kain lap.  Terlihat ada noda merah di cairan Lia, tanda kalo dia sudah tidak  perawan lagi. Kemudian dia menjilati memek Lia untuk membangkitkan  birahi anak tirinya lagi.
  "Ma, minggir dulu, Ma. Bombom pengen ngentot nih.", pinta Bombom dengan nafsu.
  "Tunggu, sayang. Kamu tiduran saja di situ. Mama mau ambil sesuatu.", perintah Mama.
  Bombom menurut, dia tiduran setengah bersandar pada kepala ranjang  dengan diganjal bantal pada punggungnya. Mama Lia pergi ke kotak di  meja, melepas penis mainan dan mengambil bungkusan kecil. Setelah  Mamanya mendekat, Bombom baru tahu kalo yang diambil Mamanya adalah  kondom. Lalu Mama memasang kondom itu pada burung Bombom.
  "Ayo, Lia. Naik ke atas Bombom.", perintah Mama.
  "Tapi Lia masih capek, Ma.", jawab Lia lemah.
  "Jangan membantah. Bombom sudah pengen ngentot kamu. Sini Mama bantu.", jawab Mama sambil membantu Lia.
  Mama membimbing Lia duduk diatas Bombom dengan memeknya tepat di atas  burung Bombom. Mama menuntun penis Bombom memasuki memek Lia yang walau  sudah tak perawan tapi masih rapat.
  "Aakkhh.. memek kamu enak banget, La. Burungku kayak dijepit.", desah Bombom.
  Bombom senang posisi ini karena dia bisa melihat wajah Lia yang cantik  dan tangannya pun bisa mengerjai puting Lia. Sementara itu, Mama Lia  yang memeluk Lia dari belakang membantu Lia memompa penis Bombom sambil  menciumi leher Lia dari belakang.
  Pelan-pelan, birahi Lia naik lagi karena kocokan penis Bombom di  memeknya, putingnya yang dipilin Bombom dengan gemas, juga ciuman Mama  di lehernya. Lia mulai mendesah pelan mengiringi desahan Bombom yang  keenakan.
  Setelah Lia mulai pulih, Mama meninggalkan kedua anaknya yang asyik  ngentot. Mama mengambil penis mainan dari dalam kotak dan memakainya.  Tetapi yang ini lebih kecil dari yang tadi, kira-kira besarnya sama  dengan burung Bombom. Mama kembali lagi ke ranjang sambil membawa botol  kecil dari plastik. Kemudian Mama menyeret tubuh Bombom agak ke bawah  hingga Bombom tidur terlentang. Lalu Mama mendorong tubuh Lia ke depan  hingga Lia telungkup merapat dengan Bombom, dan memek Lia masih  mencengkeram burung Bombom. Bombom menyambut Lia dengan melumat bibir  Lia. Kemudian Mama menjilati anus Lia dan menusukkan lidahnya ke lubang  anus itu.
  "Uukh.. geli, Ma. Enak.", desah Lia.
  Mama tersenyum, dia mau mencoba ide yang muncul saat Bombom minta  bergabung tadi. Mama mengambil botol kecil tadi, lalu menyemprotkan  isinya ke lubang anus Lia. Kemudian diratakan dengan jarinya yang  berusaha membuka sedikit anus Lia hingga cairan itu bisa masuk ke dalam  liang belakang Lia.
  "Apa itu Ma? Rasanya dingin.", tanya Lia.
  "Kamu tenang aja. Mama jamin ini lebih enak dari yang tadi.", bujuk Mama.
  Lalu Mama memposisikan penis mainannya yang sudah dipasang kondom dan  diolesi cairan pelumas dari botol tadi ke liang anus Lia. Mama mulai  berusaha memasukkan penis mainannya ke anus Lia.
  "Aduh Ma. Mama ngapain Ma? Sakit Ma.", rintih Lia.
  "Pertamanya aja kok yang agak sakit. Ntar juga enak.", bujuk Mama.
  Mama terus memaksa mainannya masuk, dan nggak peduli Lia yang merintih  kesakitan. Penis mainan itu dimasukkan pelan-pelan sampai masuk  semuanya. Lalu Mama membiarkan dulu sampai Lia agak tenang. Bombom juga  membantu Lia melupakan rasa sakitnya dengan melumat bibir Lia lagi.
  Beberapa saat kemudian Mama mulai memompa penis mainannya pelan-pelan.  Mula-mula Lia merasa anusnya perih sekali, tubuhnya terasa penuh dengan  dua penis di kedua lubangnya. Tapi setelah lancar, Lia mulai merasakan  sensasi kenikmatan yang melebihi persetubuhannya dengan satu penis.  Apalagi Mama mulai meningkatkan irama kocokannya. Bombom yang ada  dibawah pun merasa nikmat sekali. Memek Lia terasa lebih rapat dan  menggigit karena penis Mama yang ada di anus Lia. Walaupun Bombom tidak  bergerak tapi kocokan Mama diatas membuat pergerakan otot memek Lia  seperti memijat-mijat burungnya.
  "Aakkhh.. iya, Ma. Sekarang rasanya jadi enak lagi. aakh.. sst.. terus..  entotin yang cepet, Ma.", erang Lia yang mulai merasakan sensasi nikmat  threesome.
  "Uuhf.. memek kamu rasanya tambah sempit. Kamu suka kontolku, La?", rayu  Bombom. Bombom mengimbangi gerakan Lia dan Mamanya dengan menggoyang  pinggulnya memutar.
  "****** kamu enak juga kok Mbom. aakh..eehhmm..", Lia mendesis keenakan.
  Ibu dan anak-anaknya itu terus memacu birahi mereka. Tubuh mereka sudah mengeluarkan peluh.
  "Hei *censored**censored**censored**censored**censored*  , kamu suka  dientot dua ****** begini? Ayo, jawab.", Mama mulai ngomong jorok lagi  sambi mempercepat kocokannya. Rambut Lia yang panjang dijadikan pegangan  untuk lebih cepat mengocok.
  "Suka, Ma. Lia paling suka ngentot. aakkhh entot Lia terus Ma. Tiap hari.", sahut Lia.
  Lia merasa memek dan anusnya penuh. Gerakan dua penis di memek dan  anusnya memberikan sensasi yang luar biasa. Putingnya yang menempel di  dada Bombom, tergesek-gesek dan membuat putingnya makin mengeras karena  nikmat. Tiba-tiba Lia merasa seperti gunung mau meletus.  Kenikmatan-kenikmatan yang dia terima membuat kelenjar didalam tubuhnya  mengumpul dan mau muntah keluar melalui memeknya. Kenikmatan ini lebih  dari orgasme sebelumnya.
  "Aakhh.. sstt.. aakkhh.. Lia mau nyampe.", erang Lia.
  Lia pun menggapai orgasmenya yang ketiga dan keempat sekaligus. Lia baru  merasakan indahnya multi orgasme. Mama melepaskan penis mainannya dari  anus Lia. Bombom yang belum keluar segera membalik tubuh Lia dan  bersiap-siap menggenjot Lia lagi.
  "Berhenti dulu, mBom. Lia capek bener nih.", pinta Lia memelas.
  "Sini. Pake memek Mama aja, mbom.", sahut Mama yang sudah melepas peralatannya.
  Mama mengambil posisi menungging di atas tubuh Lia. Bombom pun langsung  mengocok memek Mamanya dari belakang dengan cepat. Lia pun tidak  ketinggalan mengajak Mama berciuman sambil tangannya meremas-remas dada  Mamanya.
  "Uuhhff.. Bagus, anak-anak. Kalian pintar sekali.", desah Mama keenakan.
  Bombom terus mengocok memek Mamanya yang masih terasa menggigit walau  sudah punya anak. Apalagi goyangan Mamanya, top. Tak lama, Bombom mulai  merasa kalo mau keluar.
  "Ma.. Bombom mau keluar, Ma."
  "Tunggu Mama. Mama juga mau nyampe. aakkh..", erang Mama.
  Kemudian Ibu dan anak itu orgasme bersamaan. Setelah itu mereka bertiga  istirahat dan tertidur di ranjang bersama-sama. Sejak saat itu, mereka  sering bermain seks bila Papa tidak ada dirumah. Kadang berdua, kadang  bertiga. Lia juga senang sekali karena sikap Mama terhadapnya berubah  menjadi baik, tidak lagi seperti dulu
 
 
          Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Gadis panti pijat dan temannya               Apr 8th 2013, 15:28                                               
  Dengan modal tubuh seksinya, cewek seksi ini terus menggoda para  pelanggan untuk berbuat mesum, karena harapannya biasanya berhubungan  dengan uang. Hal tersebut telah menjadi rutinitas bagi cewek pekerja  dipanti pijat. Adegan seks mesum terus menjadi aktivitas tiada henti  bagi kedua belah pihak. Seks mesum pun adalah cerita yang sangat membuat  nafsu birahi semua orang bangkit. Berikut cerita dewasa selengkapnya.
 
 
  Pada suatu hari Kamis tahun 2003, saya sedang dipijit oleh Sonya.  Kebetulan hari Senin adalah hari libur, maka iseng-iseng saya ajak Sonya  untuk minta dipijit ekstra.
  "Pijit ekstra dimana?" tanya Sonya. "Kemana ya? Keluar kota aja tapi jangan jauh-jauh" sahut saya. "Terserah kamu yang punya uang" jawab Sonya. "Ke Bogor aja yuk, di Novotel" "Boleh aja"
  Sonya yang berkulit putih, tingginya 168 cm mempunyai wajah yang manis.  Walaupun wajahnya tidak seayu Wina tetapi ia memiliki daya tarik  tersendiri. Gaya pijatnya pun enak dan tidak mengecewakan. Sonya  akhirnya sepakat untuk ber-long weekend di Bogor. Sebelum selesai  memijit, kami berjanjian untuk bertemu di satu tempat pada hari Sabtu  siang sebelum ke Bogor.
  Hari Sabtu siang, saya menjemput Sonya di Plaza Senayan. Sonya membawa  tas berukuran kecil, ia mengenakan kemeja warna putih dan celana jeans.
  "Enggak bawa baju? Kan nginap 2 malam" tanya saya. "Bawa baju kok, tapi untuk apa bawa banyak-banyak kalau toh nggak dipakai?" jawab Sonya dengan senyuman nakal.
  Kami langsung berangkat ke Bogor menuju Hotel Novotel. Setiba di hotel,  kami check in. Saya meminta kamar yang ada jacuzzi. Kamar ini cukup luas  dan ada jacuzzi yang menghadap ke balkon tetapi didepan balkon itu  ditanam dengan pohon-pohon yang berdaun lebar sehingga orang dari luar  tidak bisa melihat ke dalam kamar.
  Begitu tiba di kamar, saya minta room service untuk menyalakan jacuzzi.  Setelah selesai, room service keluar dari kamar. Sonya sedang asyik  nonton TV Infotainment. Tanpa basa-basi, saya langsung menyerang Sonya  dengan ciuman di pipi dan bibir. Sonya sedikit kaget tetapi ia langsung  membalas ciumanku. Payudaranya saya remas dari balik kemejanya. Perlahan  jari-jari saya membuka kancing baju Sonya dan kemudian dilanjutkan  dengan membuka BH. Masih dalam posisi ciuman, saya membuka celana jeans  Sonya dan menariknya kebawah. Sonya praktis sudah telanjang dada dan  hanya mengenakan celana dalam mini warna merah tua.
  "Curang, saya udah telanjang tapi kamu belum" protes Sonya.
  Sonya langsung membuka baju kaos dan celana jeans plus celana dalam. Ia  sempat tertegun melihat kontolku tapi kemudian langsung ia hisap. Saya  rebahan ditempat tidur tapi kaki saya terjuntai kebawah, sedangkan Sonya  berlutut disamping tidur sambil menghisap kontolku.
  "Umm.. Enak, gede banget Arthur" gumam Sonya.
  Sonya menghisap kontolku selama beberapa menit, setelah puas saya  menarik Sonya ke Jacuzzi. Sonya membuka celana dalamnya sehingga ia  telanjang bulat. Bulu kemaluannya ia cukur habis sehingga bibir  vaginanya bisa terlihat dengan jelas. Di Jacuzzi kami kembali berciuman.  Payudaranya tak henti-hentinya saya remas dan jari jemariku juga ikut  memainkan klitoris Sonya. Sonya hanya pasrah menerima serangan dari  tangan-tangan saya ditubuhnya.
  Kemudian saya angkat tubuh Sonya dan mendudukkannya di tepi Jacuzzi.  Sonya merentangkan kakinya sambil bersandar di dinding. Vaginanya  langsung saya jilat, tak luput dari jilatanku adalah daerah anus dan  selangkangannya. Sonya sampai menggelinjang kegelian.
  Puas menikmati vaginanya, saya membalikkan tubuh Sonya dan minta  nungging. Pantat Sonya yang besar saya jilat dari belakang lalu belahan  pantatnya saya buka. Anusnya terlihat menggairahkan dan menantang.  Kembali saya jilat anus Sonya. Tak henti-hentinya Sonya berseru dengan  nikmat menikmati lidah saya di anusnya.
  "Aduh, masukan Arthur, entotin saya sekarang" pinta Sonya.
  Tanpa diminta kedua kalinya, saya mengarahkan kontolku ke vagina Sonya.  Sonya langsung melenguh dengan kencang tiap kali ****** saya dibenamkan  ke vaginanya. Tangan Sonya mencengkeram tepi Jacuzzi sementara tangan  saya meremas pantat Sonya dengan gemas. Air hangat dari Jacuzzi membuat  tubuh kami berdua berkeringat. Tampaknya Sonya tipe wanita yang  vaginanya banyak mengeluarkan cairan karena terdengar clipak-clipuk  setiap kali ****** saya keluar-masuk vaginanya. Beberapa menit kemudian  saya merasakan akan ejakulasi
  "Mau keluar nih" seru saya.
  Sonya langsung membalikkan badannya dan meraih kontolku kemudian  menghisapnya. Peju saya muncrat dengan deras di mulut Sonya. Sonya  sempat sedikit gelagapan karena tak sangka peju saya akan sedemikian  banyak tetapi ia terus menghisap dan menelan semua peju. Setelah bersih,  kami duduk berpelukan di Jacuzzi sambil ciuman.
  Jam 5 sore, saya mengajak Sonya untuk berenang. Sonya mengenakan pakaian  renang model bikini berwarna biru cerah. Di kolam renang, beberapa tamu  pria melirik ke Sonya dan memperhatikan bikini Sonya yang kelihatannya  kekecilan dibandingkan dengan ukuran payudaranya. Tetapi si Sonya  kelihatannya cuek saja melihat para tamu pria tersebut dan ia langsung  nyemplung ke kolam. Saya juga ikut nyemplung.
  20 menit kemudian setelah selesai berenang, kami keluar dari kolam dan  duduk dipinggir kolam sambil menikmati juice. Tiba-tiba ada yang  memanggil Sonya.
  "Woi, Sonya!"
  Sonya menengok dan tertawa.
  "Eh, ngapain loe disini?" tanya Sonya. "Lagi temenin keponakan berenang" kata si perempuan. "Eh iya, kenalin ini temen saya" kata Sonya. "Halo, saya Arthur" "Saya Dian" kata Dian.
  Dian wajahnya sangat mirip dengan artis Titi Kamal. Rambutnya panjang,  tingginya 165, tubuhnya langsing dan dibalik kaos putihnya yang ketat  terlihat payudaranya yang lumayan besar. Rupanya Dian adalah teman kost  Sonya.
  "Lagi nginap disini?" tanya Dian. "Iya, mumpung lagi long weekend" jawab Sonya.
  Saya membiarkan kedua perempuan itu ngobrol dan saya melanjutkan  berenang. Sambil berenang, saya melihat si Dian masih ngobrol dengan  Sonya tapi matanya terus tertuju pada saya. Saya pikir boleh juga nih  Dian di prospek. Tak lama kemudian, Sonya kembali berenang sedangkan  Dian sudah pergi.
  Selesai berenang, kami kembali ke kamar lalu mandi. Di kamar mandi  kembali kami bersetubuh. Selesai mandi, kami turun ke restaurant untuk  makan malam.
  "Si Dian nanyain kamu tuh" kata Sonya. "Nanyain apa?" tanya saya. "Dia bilang body elo OK banget" kata Sonya. "Hehehe, body Dian juga OK" kata saya.
  Sonya bercerita tentang Dian. Ternyata Dian adalah seorang penari  striptis di Klub 1001 di kawasan Gajah Mada. Saya tidak tahu apakah di  Klub 1001 ia dikenal sebagai Dian atau ia punya nama samaran lainnya.
  "Wah boleh nih minta dia nari" kata saya. "Mau nih? Dia mau loh kalau diajak gabung" kata Sonya. "Oya? Boleh aja. Kapan? Malam ini?" jawab saya dengan penuh minat "Malam ini dia kerja. Besok siang kalau mau" "Boleh. Telepon aja minta gabung dengan kita besok siang"
  Sonya langsung menelepon Dian.
  "Sip, besok jam 11 dia udah disini" kata Sonya
  Selesai makan malam, kita jalan-jalan ke Bogor lalu ke Puncak. Jam 23:00  kita kembali ke hotel. Malam itu kita agak capek sehingga tidak ada  gairah untuk bersetubuh walaupun demikian Sonya tidur tidak mengenakan  apa-apa begitu juga dengan saya.
  Hari Minggu pagi jam 8:00, kita bangun kemudian langsung mengenakan  pakaian renang dan kembali berenang. Selesai berenang, kita mandi  terlebih dahulu kemudian sarapan dan duduk-duduk di coffee shop sambil  menunggu Dian. Jam 11 tepat si Dian sudah muncul. Ia mengenakan rok mini  warna merah, kaos ketat tanpa lengan warna putih dan sepatu tennis  warna putih. Beberapa tamu pria yang sedang duduk-duduk di coffee shop  langsung memperhatikan Dian dengan muka horny.
  Sonya melambaikan tangannya dan Dian langsung melihat ke arah kita. Kita  bertiga masih ngobrol-ngobrol sebentar di coffee shop sampai akhirnya  Sonya mengajak balik ke kamar. Sambil berjalan melewati tamu-tamu pria  di coffee shop, saya dengan iseng melingkarkan tanganku ke pundak Sonya  dan Dian. Sudah persis seperti raja Arab dengan selir-selirnya.
  Setiba di kamar, saya langsung duduk di tempat tidur sedangkan Sonya rebahan ditempat tidur sambil mengganti channel TV.
  "Dian jago nari kan? Sekarang saya minta Dian striptis dulu didepan kita" kata saya. "Ah, masa disuruh nari? Jangan dong" protes Dian. "Harus mau dong" kata saya sambil mengambil remote control dari tangan  Sonya lalu mengganti channel. Saya menemukan channel MTV yang sedang  menyiarkan video klip lagu Heavy Metal. Pas untuk nari striptis! "Nah, ini ada yang pas untuk nari. Ayo mulai" kata saya.
  Dian tersenyum. Ia membuka sepatu dan kaos kakinya. Dian kemudian  berdiri dihadapanku dan mulai meliukkan tubuhnya. Tangan kanannya ia  angkat ke rambut lalu rambutnya yang panjang digulung keatas kepala,  sementara tangan kirinya meremas-remas payudaranya. Setelah meremas  payudara, tangan kirinya turun ke pahanya lalu rok mininya diangkat  sehingga terlihat celana dalam g-string warna hitam berenda. Jari  jemarinya mengusap-usap vaginanya dari balik celana dalam. Dian  memejamkan matanya sambil menggigit bibir bawahnya. Wajahnya sungguh  erotis!
  Dian terus meliukkan tubuhnya mengikuti irama lagu heavy metal.  Sekali-sekali roknya ia angkat tinggi mempertontonkan kakinya yang putih  dan panjang. Kemudian ia mulai melepaskan kaosnya. BHnya yang berwarna  hitam berenda turut ia lepas juga. Payudaranya yang besar saya taksir  berukuran 36C. Sambil menonton, Sonya beringsut kebelakang saya dan  mulai membuka kaos saya. Kemudian Sonya jongkok didepanku dan membuka  celana pendekku. Saya duduk ditepi tempat tidur dengan hanya mengenakan  celana dalam. Sedangkan Sonya sendiri sudah telanjang bulat. Entah kapan  ia membuka bajunya.
  Dian membuka risleting rok mininya dan langsung rok mininya merosot  melewati sela kakinya. Saya rasa g-string yang dikenakan Dian adalah  g-string tertipis yang pernah saya lihat. Kain yang menutupi daerah  vaginanya saya rasa hanya berukuran 10 x 10 cm, selebihnya semuanya  hanya tali nilon yang melilit dipinggang dan turun ke belahan pantatnya.  She is really a professional stripper! Berkali-kali saya menelan ludah  melihat tubuh Dian yang sensual. Dibandingkan Sonya, Dian masih jauh  lebih sensual dan erotis. Pokoknya kalau mau membayangkan Dian, silakan  lihat Titi Kamal. Dian menghampiri saya kemudian memutar tubuhnya  sehingga ia membelakangi saya.
  Pantatnya dengan gaya memutar-mutar ia naik turunkan didepan muka saya,  kemudian Dian duduk dipangkuan saya. Pantatnya tak henti-hentinya ia  putar diatas kontolku seakan-akan sedang bersetubuh. Kontolku terasa  seperti mau meledak mendapat perlakuan seperti itu. Ingin rasanya  langsung saya setubuhi. Dian lalu berdiri dan meminta Sonya membuka  celana dalam saya. Setelah celana dalam saya dibuka Sonya, Dian  mendorong dada saya lalu saya merebahkan diri ke kasur. Dian jongkok  dihadapanku. Ia menjilat dengkul kanan lalu naik ke paha hingga pangkal  paha, turun ke selangkangan dan menjilat bijiku. Sonya turut merangsang  saya dengan cara menghisap puting saya. Setelah puas Dian menjilat  bijiku, Dian menjilat kepala kontolku dan mulai menghisapnya.
  "Oh yes, enak sekali Dian, hisap terus yang keras" ujar saya keenakan.
  Entah kenapa saya rasanya ingin cepat ejakulasi saat sedang dihisap  Dian, tetapi saya langsung menahan diri agar tidak keluar. Dian lalu  berdiri dan kembali menjilat perut, ke dada lalu mencium bibirku. Kita  saling berpagutan selama beberapa menit. Saya merasakan ****** saya  dihisap oleh Sonya. Dian lalu membalikkan tubuhnya dan kita berada dalam  posisi 69. Celana dalam g-string super mini itu langsung saya tarik  kebawah dan vaginanya saya jilat dengan penuh nafsu. Dian sendiri  kembali menghisap kontolku. Tak henti-hentinya saya dan Dian  mengeluarkan suara mendesis menikmati hisapan dan jilatan. Sonya rupanya  tidak mau kalah, ia jongkok didepanku dan ia menjilat bijiku.
  Kembali saya merasakan mau ejakulasi tapi langsung saya tahan. Saya  membalikkan tubuh Dian dan tanpa nunggu diperintah, langsung saya  hujamkan kontolku ke vaginanya dalam posisi doggy style. Dian mengerang  dengan penuh nikmat. Payudaranya yang besar tampak menggelantung dan  dengan gemas saya meremas-remas payudara Dian. Kembali Sonya mengambil  posisi untuk membuat saya bertambah nikmat. Ia duduk dibelakang saya  sambil memegang sebotol baby oil. Tangannya ia lumasi dengan baby oil  lalu ia menyelinapkan tangannya diantara selangkanganku. Dengan sedikit  heran saya melihat Sonya dan bertanya dalam hati. Tanpa ditanya, Sonya  mulai memainkan biji saya. Tangannya naik turun mulai dari belahan  pantat turun ke biji lalu diremas kemudian diulang terus berkali-kali.  Apabila saudara sedang three-some, cobalah minta si partner wanita untuk  melakukan itu bagi anda. Nikmat sekali!
  Dian bagaikan kuda liar. Dengan penuh semangat, ia mengikuti gerakan  tubuhku dan kadang kala ia sendiri yang menghentakan pinggulnya ke  pinggulku. 10 menit menggenjot Dian membuat saya berkeringat. Saya  berhenti sejenak. Saya keluarkan kontolku dari vaginanya. Dian  merebahkan tubuhku dan ia langsung naik ke atas pinggulku dan memasukkan  kontolku ke vaginanya. Tanpa mengenal lelah, Dian terus menerus  menggenjot kontolku dalam vaginanya. Sonya lalu jongkok diperutku  kemudian mencondongkan dadanya ke mulutku sehingga ia berada dalam  posisi bersimpuh diatas perutku sedangkan Dian masih asyik mengocok  kontolku. Saya langsung menerkam payudara Sonya dan menghisap putingnya.  Saya meraih tangan Dian dan mengarahkannya ke payudara Sonya, tetapi  Dian dengan halus menarik kembali tangannya dari payudara Sonya.
  "Saya dan Dian bukan Bi-seks" bisik Sonya.
  5 menit berlalu dan akhirnya saya ejakulasi. Saya muntahkan seluruh  pejuku di vagina Dian. Dian berkali-kali berteriak "yes, yes". Tubuhnya  mengejang dan matanya terpejam. Ada sekitar 1 menit Dian dalam posisi  jongkok di pinggulku dan matanya masih terpejam. Kelihatannya ia masih  menikmati sisa-sisa birahi yang baru ia rasakan. Setelah itu ia membuka  matanya, ia tersenyum melihat Sonya yang sudah berbaring disamping saya.
  "Gila, enak banget. Sonya ternyata tidak berlebihan waktu kemarin sore  di pinggir kolam dia cerita ngentot sama kamu rasanya puas banget" kata  Dian setengah mendesah.
  Dian turun dari pinggulku lalu berbaring disebelah kiriku. Kita bertiga  beristirahat dan kemudian kembali bersetubuh. Sonya kembali saya  setubuhi disaksikan oleh Dian sambil ia menikmati kue coklat. Sorenya  setelah kita bertiga berenang, saya menyetubuhi Dian di kamar mandi.  Lalu jam 8 malam setelah makan malam, kita bertiga berinisiatif  melakukan sesuatu yang lebih menantang. Saya menyetubuhi Dian didekat  tempat volley yang ditutupi oleh pohon yang rimbun. Sonya sendiri  mendapat giliran jaga pertama. Setelah puas menggenjot Dian, Dian  mendapat tugas jaga sementara saya menyetubuhi Sonya. Bersetubuh seperti  ini sangat asyik karena dilakukan dengan penuh waspada jangan sampai  tertangkap.
  Hari Senin pagi kami bertiga check out dan kembali ke Jakarta. Sonya  pulang naik mobil Dian sedangkan saya langsung pergi ke suatu acara  reuni teman-teman dari SMA.
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - ML sama Keponakan Pembantuku               Apr 8th 2013, 15:28                                               Kisah ini kembali terulang ketika keluarga gw membutuhkan seorang  pembantu lagi. Kebetulan saat itu mbak Dian menganjurkan agar  keponakannya Rini yang bekerja disini, membantu keluarga ini. Mungkin  menurut ortu gw dari pada susah susah cari kesana kesini, gak pa pa lah  menerima tawaran Dian ini. Lagian dia juga sudah cukup lama berkerja  pada keluarga ini. Mungkin malah menjadi pembantu kepercayaan keluarga  kami ini. Akhirnya ortu menyetujui atas penawaran ini dan mengijinkan keponakannya  untuk datang ke Jakarta dan tinggal bersama dalam keluarga ini. Didalam pikiran gw gak ada hal yang akan menarik perhatian gw kalau  melihat keponakannya. "Paling paling anaknya hitam, gendut, trus jorok.  Mendingan sama bibinya aja lebih enak kemutannya." Pikir gw dalam hati. Sebelum kedatangan keponakannya yang bernama Rini, hampir setiap malam  kalau anggota keluarga gw sudah tidur lelap. Maka pelan pelan gw ke  kamar belakang yang memang di sediakan keluarga untuk kamar tidur  pembantu.
  Pelan pelan namun pasti gw buka pintu kamarnya, yang memang gw tahu mbak  Dian gak pernah kunci pintu kamarnya semenjak kejadian itu. Ternyata  mbak Dian tidur dengan kaki mengangkang seperti wanita yang ingin  melahirkan. Bagaimanapun juga setiap gw liat selangkangannya yang di  halus gak di tumbuhi sehelai rambutpun juga. Bentuknya gemuk montok,  dengan sedikit daging kecil yang sering disebut klitoris sedikit mencuat  antara belahan vagina yang montok mengiurkan kejantanan gw. Perlahan  lahan gw usap permukaan vagina mbak Dian yang montok itu, sekali kali gw  sisipin jari tengah gw tepat ditengah vaginanya dan gw gesek gesekan  hingga terkadang menyentuh klitorisnya. Desahan demi desahan akhirnya  menyadarkan mbak Dian dari tidurnya yang lelap.
  "mmmm....sssshh.....oooohh, Donn... kok gak bangun mbak sih. Padahal  mbak dari tadi tungguin kamu, sampai mbak ketiduran." Ucap mbak Dian  sama gw setelah sadar bahwa vaginanya disodok sodok jari nakal gw. Tapi  mbak Dian gak mau kalah, tanpa diminta mbak Dian tahu apa yang gw paling  suka. Dengan sigap dia menurunkan celana pendek serta celana dalam gue hingga  dengkul, karena kejantanan gw sudah mengeras dan menegang dari tadi. Mbak Dian langsung mengenggam batang kejantanan gw yang paling ia kagumi semenjak kejadian waktu itu. Dijilat jilat dengan sangat lembut kepala kejantanan gw, seakan  memanjakan kejantanan gw yang nantinya akan memberikan kenikmatan yang  sebentar lagi ia rasakan. Tak sesenti pun kejantanan gw yang gak tersapu  oleh lidahnya yang mahir itu. Dikemut kemut kantong pelir gw dengan  gemasnya yang terkadang menimbulkan bunyi bunyi "plok.. plok". Mbak Dian  pun gak sungkan sungkan menjilat lubang dubur gw. Kenikmatan yang mbak  Dian berikan sangat diluar perkiraan gw malam itu.
  "Mbak....uuuh. enak banget mbak. Trus mbak nikmatin kont*l saya mbak."  Guyam gw yang udah dilanda kenikmatan yang sekarang menjalar.
  Semakin ganas mbak Dian menghisap kont*l gw yang masuk keluar mulutnya,  ke kanan kiri sisi mulutnya yang mengesek susunan giginya. Kenikmatan  yang terasa sangat gak bisa gw ceritain, ngilu. Hingga akhirnya pangkal  unjung kont*l gw terasa ingin keluar.
  "Mbak... Donny mau keluar nih..." sambil gw tahan kont*l gw didalam  mulutnya, akhirnya gw muncratin semua sperma didalam mulut mungil mbak  Dian yang berbibir tipis itu. "Croot... croot... Ohhh... nikmat banget mbak mulut mbak ini, gak kalah  sama mem*k mbak Dian. Namun kali ini mbak Dian tanpa ada penolakan,  menerima muncratan sperma gw didalam mulutnya. Menelan habis sperma yang  ada didalam mulutnya hingga tak tersisa. Membersihkan sisa sperma yang  meleleh dari lubang kencing gw. Tak tersisa setetespun sperma yang  menempel di batang kont*l gw. Bagaikan wanita yang kehausan di tengah  padang gurun sahara, mbak Dian menyapu seluruh batang kont*l gw yang  teralirkan sperma yang sempat meleleh keluar dari lubang kencing gw.
  Lalu dengan lemas aku menindih tubuhnya dan berguling ke sisinya.  Merebahkan tubuh gw yang sudah lunglai itu dalam kenikmatan yang baru  tadi gue rasakan. "Donn... mem*k mbak blom dapet jatah... mbak masih pengen nih, nikmatin  sodokan punya kamu yang berurat panjang besar membengkak itu menyanggah  di dalam mem*k mbak...." pinta mbak Dian sambil memelas. Mengharapkan  agar gw mau memberikannya kenikmatan yang pernah ia rasakan sebelumnya. "Tenang aja mbak... mbak pasti dapat kenikmatan yang lebih dari pada  sebelumnya, karena punya saya lagi lemes, jadi sekarang mbak isep lagi.  Terserak mbak pokoknya bikin adik saya yang perkasa ini bangun kembali.  Oke."
  Tanpa kembali menjawab perintah gw. Dengan cekatan layaknya budak seks.  Mbak Dian menambil posisi kepalanya tepat di atas kont*l gw, kembali  mbak Dian menghisap hisap. Berharap keperkasaan gw bangun kembali.  Segala upaya ia lakukan, tak luput juga rambut halus yang tumbuh  mengelilingi batang kont*l gw itu dia hisap hingga basah lembab oleh air  ludahnya. Memang gw akuin kemahiran pembantu gw yang satu ini hebat sekali dalam  memanjakan kont*l gw didalam mulutnya yang seksi ini. Alhasil kejantanan  gw kembali mencuat dan mengeras untuk siap bertempur kembali. Lalu gw juga gak mau lama lama seperti ini. Gw juga mau merasakan  kembali kont*l gw ini menerobos masuk ke dalam mem*knya yang montok  gemuk itu. Mengaduk ngaduk isi mem*knya. Gw memberi aba aba untuk memulai ke tahap yang mbak Dian paling suka.  Dengan posisi women on top, mbak Dian mengenggam batang kont*l gue.  Menuntun menyentuh mem*knya yang dari setadi sudah basah. kont*l gw di  gesek gesek terlebih dahulu di bibir permukaan mem*knya. Menyentuh,  mengesek dan membelah bibir mem*knya yang mengemaskan. Perlahan kont*l  gw menerobos bibir mem*knya yang montok itu. Perlahan lahan kont*l gw  seluruhnya terbenam didalam liang kenikmatannya. Goyangan pinggulnya  mbak dian membuat gw nikmat banget. Semakin lama semakin membara pinggul  yang dihiasi bongkahan pantat semok itu bergoyang mempermainkan kont*l  gw yang terbenam didalam mem*knya.
  "uh... Donn. Punya kamu perkasa banget sih. Nikmat banget...." dengan  mimik muka yang merem melek menikmati hujaman kont*l gw ke dalam liang  senggamanya.
  "mem*k mbak Dian juga gak kalah enaknya. Bisa pijit pijit punya saya... mem*k mbak di apain sih... kok enak banget."
  "Ih... mau tahu aja. Gak penting diapain. Yang penting kenikmatan yang  diberikan sama mem*k mbak sama kamu Donn...." sahut mbak Dian sambil  mencubit pentil tetek gw.
  "Donn... ooohh.... Donn.... mbak mmmmauu kluuuuaaarr... ooohh." Ujar  mbak Dian sambil mendahakkan kepalanya ke atas, berteriak karena  mencapai puncak dari kenikmatannya. Dengan lunglai mbak Dian ambruk  merebahkan tubunya yang telanjang tepat di atas badan gw. Untung saja  posisi kamar mbak Dian jauh dari kamar kamar saudara dan ortu gw.  Takutnya teriakan tadi membangunkan mereka dan menangkap basah  persetubuhan antara pembantu dengan anak majikannya. Gak kebayang deh  jadinya kayak apa. Lalu karena gw belum mencapai kenikmatan ini, maka dengan menyuruh mbak  Dian mengangkatkan pantatnya sedikit tanpa harus mengeluarkan batang  kont*l gw dari dalam liang kenikmatannya. Masih dengan posisi women on  top. Kembali kini gue yang menyodok nyodok mem*knya dengan bringas.  Sekarang gw gak perduli suara yang keluar dari mulut mbak Dian dalam  setiap sodokan demi sodokan yang gw hantam kedalam mem*knya itu.
  "Donn.... kamu kuat banget Donn... aaah... uuuhhh... ssshhhh....  ooohhh..." erangan demi erangan keluar silih berganti bersama dengan  keringat yang semakin mengucur di sekujur badan gw dan mbak Dian. "Truuuus... Donn... sodok trusss mem*k mbak Doooonn. Jangan perduliin  hantam truuuss." Erangan mbak Dian yang memerintah semakin membuat darah  muda gw semakin panas membara. Sekaligus semakin membuat gw terangsang. "Suka saya ent*t yah mbak... kont*l saya enak'kan... hhmmm." Tanya gw memancing birahinya untuk semakin meningkat lagi. "hhhhhmmmm... suka....sssshhh... banget Donn. Suka banget." Kembali  erangannya yang tertahan itu terdengar bersama dengan nafasnya yang  menderu dera karena nafsu birahinya kembali memuncak. "Bilang kalau mbak Dian adalah budak seks Donny." Perintah gw. "Mbak budak seks kamu Donn, mbak rela meskipun kamu perkosa waktu itu.... Ohhhh... nikmatnya kont*l kamu ini Donn."
  Semakin kencang kont*l gw ent*tin mem*knya mbak Dian. Mungkin seusai  pertempuran ranjang ini mem*knya mbak Dian lecet lecet karena sodokan  kont*l gw yang tak henti hentinya memberikan ruang untuk istirahat. Merasa sebentar lagi akan keluar, maka gw balikkan posisi tubuh mbak  Dian dibawah tanpa harus mengeluarkan kont*l yang sudah tertanam rapi  didalam mem*knya. Gw peluk dia trus gw balikin tubuhnya kembali ke  posisi normal orang melakukan hubungan badan. Gw buka lebar lebar selangkangan mbak Dian dan kembali memompa mem*k  mbak Dian. Terdengar suara suara yang terjadi karena beradunya dua  kelamin berlainan jenis. "plok... plok..." semakin kencang terdengar dan  semakin cepat daya sodokan yang gw hantam ke dalam liang vaginanya.  Terasa sekali bila dalam posisi seperti ini, kont*l gw seperti menyentuh  hingga rahimnya. Setiap di ujung hujangan yang gw berikan. Maka erangan  mbak Dian yang tertahan itu mengeras.
  Sampai saatnya terasa kembali denyut denyutan yang semula gw rasakan,  namun kali ini denyut itu semakin hebat. Seakan telah di ujung helm  surga gw. Gw tahan gak mau permainan ini cepat cepat usai. Setiap mau  mencapai puncaknya. Gw pendam dalam dalam kont*l gw di dalam lubang  senggamanya mbak Dian.
  Tiba tiba rasa nikmat ini semakin.... ooohhh....ssshhhh...
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Cewek Pemijat               Apr 8th 2013, 15:22                                                Cerita ini fiksi, nama dan tempat hanya bayangan penulis. Sabtu awal bulan, di pagi menjelang siang hari tepatnya jam 10:30 yang  cerah, aku sudah duduk di rumah makan cepat saji yang cukup populer di  Jakarta. Setelah memesan makanan, kupilih tempat duduk dekat kaca, agar  dapat melihat situasi di luar. Dari pantulan cermin aku melihat di  belakangku ada pria dan wanita. Yang pria sedang membaca surat kabar  dengan posisi mengahadap kaca di sampingnya sedangkan wanitanya melahap  makanan yang tersaji di hadapannya sehingga tidak ada suara, hanya suara  musik yang terdengar sayup-sayup.
  Karena aku nggak biasa sarapan pagi, jadi sarapannya tidak bisa cepat,  sedikit-sedikit yang penting masuk. Nampak di belakangku mulai ada  pembicaraan, semakin lama semakin keras. Oh, ternyata lagi ada  pertengkaran, namun suaranya tidak terlalu keras. Bagus juga idenya  kalau bertengkar cari tempat di luar rumah. Si wanita cemburu terhadap  pasangannya, namum disanggah oleh si pria. Dia tak mungkin berseligkuh  dikarenakan semua penghasilannya sudah diberikan padanya.
  Tiba-tiba kulihat di luar ada seorang wanita berjalan dengan cepat  sambil membawa tas plastik merah. Sepertinya kenal. Aku ingat-ingat. Oh  iya, itukan Mbak Indah. Kulihat jam menunjukkan jam 11:30, berarti mulai  berdatangan WP di depan rumah makan ini, tetapi ini masih yang  juniornya alias yang baru lulus training. Aku sudah tidak memfokuskan ke  pembicaraan orang di belakangku. Tak lama sepeda motor berpenumpang  melintas dan menurunkan penumpangnya tepat di belakang kendaraanku yang  kuparkir di seberang rumah makan dan hanya tiga blok dari sebuah panti  pijat tradisional (Papitra). Dia turun dan memberikan uang. Oh ternyata  naik ojek, itu kan Mbak Anita. Saat Mbak Anna masuk, sebuah bajaj  berhenti lagi di belakang kendaraanku. Setelah bajaj berlalu tampak Mbak  Ayu, dengan cepat melangkah masuk. Lama kelamaan parkir mulai penuh di  sekitar Papitra, dan banyak pengemudi masuk ke situ. Nampak roda  kehidupan Papitra mulai berputar.
  Tanpa terasa suasana rumah makan mulai ramai. Pengunjung sudah  bergantian keluar-masuk. Makananku pun sudah mulai habis. Aku pesan  makanan penutup, sambil tidak sedikitpun membuang pandanganku ke arah  sekitar mobilku. Bukannya takut kehilangan mobilku, tetapi di situlah  rata-rata para WP turun dari kendaraan yang mengangkut mereka - mungkin  malu dengan "pengantar"nya bahwa mereka bekerja di Papitra, sedangkan  yang naik bis pasti berjalan kaki untuk mencapai tempat bekerjanya.
  Hari semakin siang, sudah menunjukkan jam 13:00. Wp masih berdatangan.  Ada yang muda dan kecil, rata-rata mereka menggunakan pakaian serba  ketat atau hanya bawahannya saja yang ketat, nanti setelah masuk mereka  akan menggunakan pakaian dinasnya yang setiap hari berganti warna tetapi  dengan model yang sama, mempunyai bordiran nama di dada kanan sedangkan  rok mininya ditulis nama WP dengan spidol di bagian dalam lipatan  pinggang. Nah jam segini yang datang biasanya para senior-senior. Ada  yang keluar dari taksi sambil bicara dengan HP-nya. Begitu taksi yang  menutupi pandanganku jalan, baru aku tahu kalau itu Mbak Febby. Ada yang  jalan kaki tetapi sambil bicara juga dengan HP-nya, kalau nggak salah  ini Mbak Anna, dari penampilan mereka rata-rata HP yang digunakan  keluaran terbaru.
  Tidak berapa lama ada seorang wanita berpakaian ungu muda keluar dari  taksi. Begitu taksi pergi, dia jalan menuju ke Papitra. Siapa yah? orang  barukah? kataku dalam hati sambil menyentuh daerah antara hidung dan  bibir atas dengan telunjuk kiriku - rasa penasaran dan petualanganku  mulai tumbuh - dari penglihatanku umurnya kurang lebih sekitar 30 tahun.  Yang menarik adalah pinggulnya cukup besar. Bila berjalan seperti  bebek, megal megol, seperti orang hamil (???), apa mungkin orang hamil  bekerja di Papitra?.
  Didorong rasa ingin tahu, aku menelpon ke Papitra di depan rumah makan itu. "Hallo selamat siang," suara resepsionis. "Siang Mbak Ani," jawabku. "Mau pesan, Pak Budi?" katanya, masih ingat namaku. Mana mungkin lupa,  khan setiap datang selalu diberi uang tip. (Hati-hati ada pengganti Mbak  Ani, yang setiap mengembalikan uang jasa pijat selalu mengatakan  kembaliannya kurang karena nggak ada uang kecil. Dia hanya menyediakan  uang terkecil 10.000,- jadi di bawah nilai ini tidak akan dikembalikan -  "pemerasan terselubung" alias tip maksa. Aku kalau bertemu dengan orang  ini, selalu aku membayar lewat WP, agar kembaliannya tidak jatuh ke  tangannya. Lebih baik jatuh ke tangan WP - khan dia yang "memeras").
  "Mbak Ani, yang barusan baru masuk menggunakan baju ungu siapa sih?" tanyaku. "Oh itu Mbak Desi," jawabnya. "Sepertinya kok lagi hamil, Mbak?" tanyaku sambil menebak. "Emang bener, Pak," jawabnya. "Mbak Ani, sorry aku nanyanya agak-agak nih, kalau lagi hamil tugas, berarti hanya mijat dong?" tanyaku mendesak. "Dalam kamar siapa yang tahu Pak?" jawabnya diplomatis, benar juga. "Sudah ada yang pesan?" tanyaku, jadi ingin coba, karena rasa keingintahuanku. "Belum, Pak Budi mau pesan?" "Iya deh." "Untuk jam berapa?" "Hmmm," mikir dikit, dia baru sampai, butuh istirahat, waktu makan siang sudah lewat, yah 30 menit cukup lah. "Setengah jam lagi deh Mbak," jawabku.
  Empat puluh lima menit kemudian aku sudah tanpa baju hanya menggunakan  CD dengan isi sudah pada posisi. Tidur telungkup menghadap tembok di  kamar lantai tiga ukuran 2x3 dengan penyejuk ruangan. Tak lama tirai  dibuka dan ditutup kembali.
  "Selamat siang Pak," sapanya. "Siang," jawabku sambil menolehkan muka ke arah atas, tetapi tetap tidur telungkup. "Mau minum apa?" tanyanya, sambil meletakkan barang bawaannya, handuk,  sabun, sprei, dan cairan pelicin untuk pijat di atas satu-satunya sofa  yang ada di ruang itu. "Air mineral nggak dingin," jawabku. Dia keluar dan nggak lama membawa  yang kuminta. Dia tidak menanyakan pijat berapa jam, karena aku berada  di ruang VIP yang mempunyai waktu minimal satu setengah jam.
  Terdengar dia melepaskan seragam dinasnya (padahal suhu ruang cukup  dingin). Menutupkan selembar handuk ke punggungku mulai leher hingga  pantat dan mulai memijit telapak kakiku. Selanjutnya aku tidak  menjelaskan tahapan-tahapan pijat.
  "Sebentar ya Pak, mau ke toilet," ijinnya. "Ya," jawabku singkat. Saat kembali dia mulai memijat kembali, mungkin terlalu lama berdiri  saat memijat tadi, sehingga dia naik ke tempat tidur dan memijat kaki  sebelahku yang belum disentuhnya dari tadi. Selanjutnya dengan  mengangkang dia memijat punggungku. Terasa pahanya dibungkus dengan  celana ketat, saat bersentuhan dengan pahaku.
  "Kamu nggak pernah diisengin sama tamu, Mbak?" tanyaku. "Itu sih sering Pak, santapan setiap hari!" katanya. "Yang paling nyebelin seperti apa Mbak?" tanyaku. "Belum lama ini ada tamu, saat lagi nafsu dia bilang, Mbak ngentot yuk?  aku jawab aja, sama siapa Pak? dia jawab ya sama kamu, kirain sama  kambing kataku, ngomongnya kasar banget," jawabnya. Mungkin ada benarnya kata tukang gado-gado langgananku di blok M. Dia  mengatakan bahwa kelemahan wanita ada di telinga. Artinya kalau dia  disanjung, diajak bicara yang indah-indah, pasti akan tunduk. Jadi  bicaralah yang baik dengan wanita siapapun dia, pasti kalau kamu minta  sesuatu dengannya akan diberikan. "Maaf Pak, saya tinggal ke toilet lagi," ijinnya. "Ya," jawabku singkat, membuyarkan lamunanku.
  Nggak lama dia meneruskan pijatan yang belum selesai. Setelah menyelesaikan pijatan tadi, dia berkata. "Pakai krim nggak, Pak?" tanyanya. "He em," kataku. "Maaf Pak," katanya sambil melipat CD-ku, menjepitnya ke celah-celah  pantat, dan akan menutup sisi CD dengan handuk, tetapi.. "Tolong dilepas  aja Mbak," kataku. Dia menarik handuk dan melepaskan CD-ku. Nah  telanjang deh aku sekarang. Dia mulai meratakan krim di seluruh  permukaan kulit kakiku, dan mulai memijit, dan beberapa menit  kemudian...
  "Sebentar ya Pak, mau ke toilet lagi," ijinnya untuk ke tiga kalinya. "Ya" jawabku singkat, tanpa protes, karena aku memaklumi, karena saat  hamil kandung kemih tertekan oleh kandungan, atau ada yang lain yang aku  nggak tahu. "Yah beginlah Pak kalau kondisinya seperti ini," katanya saat masuk ke kamar. "Aku maklum kok, Mbak," jawabku.
  Dia mulai memijat kaki satunya lagi. Setelah selesai dia mengeringkan  krim dengan handuk, karena kakiku cukup banyak bulunya dia menaburi  bedak bayi di seluruh permukaan ke dua kaki (kalau dilihat nggak ubahnya  seperti bayi yang habis mandi terus dibedaki), sehingga minyaknya  bergabung dengan bedak, kemudian di gosok dengan handuk satunya lagi,  hasilnya lumayan kering.
  Kemudian dia naik ke tempat tidur (biasanya WP bisa melakukannya dengan  berdiri, mungkin karena beratnya menahan perut sehingga lebih baik  sambil duduk di tempat tidur guna mengistirahatkan kedua kakinya).  Wanita lagi hamil mana ada yang memakai rok mini, biasanya selalu serba  longgar kan, kecuali wanita yang saat ini ada di atas pantatku.
  Karena nggak ada tempat lagi untuk duduk, akhirnya dia mengangkangiku  sehingga dia menduduki pantatku (asli lho, duduk plek, soalnya berat  banget) dengan berlapiskan handuk dan mulai mengolesi krim. Saat sebelah  kakinya diangkat untuk mengangkang terasa pahaku bergesekan dengan paha  bagian dalamnya yang licin dan dingin. Tetapi anehnya kok sudah tidak  memakai celana ketatnya lagi. Setelah punggung rata dengan krim dia  mulai memijat. Posisi memijat adalah maju mundur, mulai dari pinggangku  ke arah pundak. Karena gaya pijat dan tumpuan duduknya pada tempat yang  tidak rata walaupun dilapisi oleh handuk, lama kelamaan dia bergeser  tepatnya terpeleset ke arah pangkal paha, kan ada sedikit bekas krim  serta berat tubuhnya yang lumayan berat.
  Dia mengembalikan posisi duduknya ke pantatku lagi. Akan tetapi tanpa  handuk hanya beralaskan roknya. Sewaktu gaya maju - saat mengurut dari  pinggang ke arah pundak - dia terpeleset lagi. Sewaktu mengembalikan  pantatnya ke pantatku sudah tanpa handuk, sebab irama pijatannya sudah  agak cepat, jadi kalau sebentar-sebentar ngurusin handuk nggak  selesai-selesai mijatnya.
  Semakin cepat pijatannya, yang kurasakan bukan punggungku lagi, akan  tetapi di pantatku ada sesuatu yang sangat kasar. Ternyata roknya sudah  tidak menjadi alas untuk duduk. Iseng, aku menoleh ke belakang bawah.
  "Sudah, nggak usah lihat-lihat," kata Mbak Desi, tetapi sekilas aku  dapat melihat dia jongkok dengan roknya sudah di pinggang sementara di  atas pantatku ada daging yang cukup tebal tanpa bulu (dicukur) nggak  seperti bagasi mobilku, lebih tepatnya nonong. Pantes pahanya kok licin,  nggak pakai celana!.
  Aku ikutin perintahnya, prajurit muda lebih mengandalkan tenaga,  berhadapan langsung, dan menekan sebaliknya prajurit tua lebih  mengandalkan pikiran, menghindari kontak langsung, cenderung mengikuti  (bukan mengalah), hasilnya tak jauh beda dengan yang muda hebatnya lagi  tanpa keluar tenaga.
  "Kenapa kok nggak pakai CD sih? Kamu khan lagi hamil," tanyaku. "Habis capek tiap kencing harus melorotin celana ketat. Tadi sewaktu  keluar yang ke tiga udah kebelet banget jadi pas masuk nggak ketahan  keluar. Yah sudah basah, mau pakai cadangan ada di lemari bawah, naik  turun kan capek Mas. Tadi kencing pertama aja udah nggak bisa jongkok,"  jawabnya panjang lebar. Perhatikan, panggilan sudah berubah. Artinya dia  sudah mulai mengenal. Pantes saat kontak dengan pahanya terasa dingin  kemungkinan dari air saat membasuh setelah kencing.
  "Memangnya kenapa? Khan ada toliet jongkok," kataku. "Toliet khan jorok Mas bekas orang banyak, jadi kencingnya sambil  berdiri tetapi kakinya dibuka lebar biar nggak kena," jawabnya. "Kamu nggak takut kerja tanpa CD?" kataku. "Aku tadi diberi tahu sama Mbak Anita, kalau Mas orangnya nggak reseh," katanya. Ha ha, belum tahu dia, jawabku dalam hati. Mungkin pergantian panggilan  tadi berubah setelah ada sekilas info dari Mbak Anita. Setelah selesai  memijat punggung, dia mulai mengeringkan krim dengan cara seperti tadi.
  "Mas balik," katanya. Aku segera membalikkan badanku, sambil kulihat wajahnya, dia tidak  melihatku, tetapi melihat kemaluanku yang masih "bobo siang" sambil  menutupnya dengan handuk kecil. "kok dicukur Mas?" tanyanya setelah melihat burung yang tanpa bulu. "Kamu sendiri kenapa kok dicukur?" tanyaku. "Kalau ditanya dijawab dulu dong Mas!" katanya. "Yah biar bersih aja," jawabku. "Apa nggak geli Mas dicukur gitu?" tanyanya. "Eh, kamu nanya terus kapan jawabnya?" tanyaku. Dianya tersenyum. Bibir  bagian bawahnya (yang di wajah yah) lumayan tebal ada belahan di bagian  tengahnya. Bibirnya dibalut pewarna berwarna pink, kontras dengan kulit  putihnya. Matanya bulat sekali. "Yah biar bersih juga. Nanti kalau sewaktu-waktu melahirkan, nggak  buru-buru mencukurnya. Mas aku ke toilet dulu yah?" jawabnya sembari  ijin yang ke empat kalinya.
  Kalau melihat posisi kandungannya sih udah di bawah, nampak sudah  waktunya. Dia masuk ke kamar, dan naik ke atas tempat tidur,  meminggirkan ke dua kakiku, sehingga bisa duduk di pinggi tempat tidur.
  "Berapa usia kandunganmu?" tanyaku. "Tujuh bulan lewat, Mas," jawabnya. "Suamimu kok tega, udah seperti ini kok masih disuruh kerja," tanyaku. "Lebih tega lagi Mas, dia tidak mengakui ini hasilnya, dan pergi begitu saja," jawabnya sambil menunduk dan terus memijat. "kok nggak di batalin aja?" tanyaku lagi. "Biarin deh Mas, umurku sudah semakin tua, nanti nggak ada yang ngurus  aku. Biarin deh aku usahakan sendiri," jawabnya kalem bersamaan dengan  selesainya mengeringkan salah satu kaki. Setelah kering dia menggosok  betisku yang berbulu dengan handuk, kemudian mengangkangi kakiku tadi  dan menggosok pahaku dengan handuk, dan terasa bulu betisku terasa  beradu dengan sesuatu yang kasar. Aku pura-pura tidak tahu dan  kuperhatikan wajahnya tidak berubah sedikitpun. Perubahan terjadi di  balik handuk yang menutupi kemaluanku, seperti ada yang sedang  mendirikan tenda.
  Dia memijat kakiku yang sebelah. Perlakuan yang sama dengan kakiku yang  sebelah tadi. Juga acara gesek-menggesek, sehingga makin sempurnalah  rubuhnya tenda. Yah, dalam posisi terlentang kalau lagi "konak" nggak  mungkin tegak sembilan puluh derajat, yang ada juga posisi jam sepuluh  kurang sepuluh menit. Setelah selesai dengan kaki, diturunkan handuk  kecil hingga menutupi kemaluanku saja dan...
  "Perutnya dipijat Mas?" tanyanya. "Terserah," jawabku. Repot juga dia akan memijatnya, kalau sambil  berdiri dia akan capek kalau dari samping membutuhkan tenaga yang  lumayan banyak untuk menekan badanku. Yah terpaksa dia mengangkangi  kemaluanku yang hanya dilapisi handuk kecil. Mulai memijat dari arah  perut ke atas melebar ke sekitar pundak. Perlahan-lahan, semakin lama  irama agak dipercepat.
  Aku tidak tahu apakah percepatannya disebabkan prosedur pijatnya,  ataukah ganjalan di kemaluannya yang semakin keras dan berdenyut-denyut.  Disengaja atau tidak posisi batang kemaluanku berada di sela-sela bibir  kemaluannya, hanya dipisahkan oleh handuk.
  "Mas, kata Mbak Anita sama Mbak Anna, kalau ke sini nggak pernah main, kenapa sih?" tanyanya. "Yang pentingkan puas Mbak, nggak main aja puas kok," jawabku. "Kalau sekarang aku ingin main sama Mas, gimana?" tanyanya. Sewaktu berkata demikian, handuk sudah hilang sebagai pembatas.  Hilangnya bukan ditarik tetapi terdorong oleh goyangan pantatnya. Jadi  antara batangku dan bibirnya melekat. "Berapa tips-nya?" tanyaku. Dia sudah menggoyangkan pinggulnya,  kesepakatan belum terjadi pekerjaan sudah dimulai. Sebagai gambaran,  bibir bawahnya lumayan tebal dan sudah cukup basah untuk penetrasi,  maklum hamil (orang hamil lebih cepat basahnya karena kelenjar yang  memproduksi lendir tertekan oleh kandungan). "Seperti yang Mas berikan dengan Mbak Anita atau Mbak Anna," katanya. Wah dilarang dumping harga rupanya di sini. "Ya, sudah," kataku. Begitu selesai aku bicara, bersamaan dengan mulai  masuknya kemaluanku ke dalam kemaluannya. Ups, licin sekali (jadi ingat  main bola saat kecil di tanah lapang dari tanah liat, nggak pernah  membawa bola jauh, selalu terpeleset apalagi bila bertemu lawan pasti  jatuh) tapi agak longgar, mungkin karena tekanan kandungan, dan ada  sesuatu yang menyentuh di ujung kemaluan seperti ada benjolan di bagian  dalam kemaluannya. Ternyata mulut rahimnya juga sudah turun.
  Dia tidak melakukan gerakan naik turun, mungkin sudah terlalu lelah,  jadi hanya bergoyang-goyang, tetapi goyangannya semakin lama semakin  merunduk, bak padi yang semakin berisi, di kepalanya semakin berat,  terdongak ke belakang, sementara pahanya terbuka sangat lebar mengingat  perut besarnya. Dia berusaha agar klitorisnya bergesekan dengan bulu  kemaluanku yang tumbuh kasar di atas batang kemaluanku. Beberapa menit  kemudian dia membalikkan badannya tanpa melepas batangku yang tertanam.  Sekarang dia menghadap ke kakiku. Gerakan yang sama dia lakukan, tanpa  naik turun, tetapi menekan serta menggesek lubang anusnya yang agak  keluar, bukan ambein lho, tetapi itu tekanan kandungan, sehingga lapisan  bagian dalam anus yang lembut tergesek oleh bulu kemaluanku. Dia tidak  mengeluarkan suara, tepatnya menahan lenguhannya, agar tak terdengar di  luar kamar. Hanya deru nafasnya yang berfrekuensi tinggi, isap buang  isap buang, semua dilakukan melalui hidung. Mungkin mulutnya dikunci  dengan menggigit bibir bawahnya takut tak sengaja keluar suara.
  Akhirnya tangannya meremas pergelangan kakiku dan mengedan. Terasa  sekali denyutan lubang anusnya. Tidak berapa lama aku pun keluar juga.  Dia diam sejenak menikmati semburan spermaku. Setelah selesai, sudah  tidak ada semburan dia mengangkat pantatnya, dan saat batangku telepas  dari lubangnya, dia berusaha menjepit labia minoranya dengan jarinya  tetapi tetap aja ada yang berjatuhan spermaku yang agak kental di  kemaluanku.
  "Banyak banget sih Mas?" tanyanya, sambil membersihkan vaginanya yang  tembem banget dan nonong, tetapi masih mengangkang di atas kemaluanku. "Iya udah lama nih nggak dikeluarin," jawabku, sambil membersihkan spermaku yang berjatuhan. "Kamu suka nyabu?" tanyanya, sambil turun dari tempat tidur dengan sangat hati-hati. "Suka nyapu rumah, nyapu halaman," jawabku. Dia tersenyum. "Maksudku narkoba," katanya. "Nggak, kenapa sih?" kataku. "Pantes. Udah keluar kok nggak mengecil, masih besar dan keras," katanya. "Sok tahu" kataku. "Eh iya lho Mas, aku punya tamu dia habis nyabu (sekarang sudah jadi  trend memakai narkoba di kamar Papitra, kadang bersama WP-nya) aduh  setengah mati aku ngeluarin pejunya," katanya polos. Wah habis "O"  ngomongnya udah nggak terkontrol nih sih Mbak. Saat aku bangun memang  sih kemaluanku masih keras dan berdiri hanya sembilan puluh derajat  ditunjang dengan beberapa urat yang menonjol.
  "Terima kasih yah, Mbak. Kamu lagi hamil gini, semua tamu kamu perlakukan seperti ini semua?" tanyaku. "Yah nggak Mas, kebetulan aku udah lama nggak ngewe, terus lihat punya  Mas keras banget, udah gitu aku dapat info dari Mbak-Mbak kalau kamu  kalau ke sini nggak pernah main, tetapi bayar penuh, artinya khan Mas  orang bersih." "Oh, jadi di kamar tunggu WP, banyak saling tukar informasi yah?" "Harus itu, biar kita nggak salah, yang lebih penting lagi ini," katanya  sambil menunjukkan leleran sperma yang meleleh keluar dari vaginanya. "Maksudmu?" kataku nggak mudeng. "Aku taruhan sama Mbak-Mbak yang pernah sama Mas, lumayan sepuluh ribuan  sepuluh orang, ini sebagai bukti bahwa kamu main sama aku," katanya. Ha, kaget aku. Wah gila aku dijadikan obyek judi, dasar. "Sebentar Mas, aku ke toilet," katanya. Aduh bukan tamunya yang didulukan, malah dia yang duluan.
  Nggak lama dia masuk, dan... "Nih aku bawain handuk yang baru," katanya dengan wajah yang kelihatan seneng banget. "Katanya nggak kuat naik turun, kok sudah bawa handuk bersih dari bawah?" tanyaku. "Khan minta tolong sama room boy," katanya. "Nah tadi ngambil CD minta tolong aja sama dia," kataku. "Nggak enak lagi Mas nanti dikira macam-macam, lagian khan tadi belum ada modal buat nyuruh room boy," katanya. "Maksudnya?" tanyaku lagi. "Khan menang taruhan, yah bagi-bagi rejeki. Aku kasih uang room boy-nya  untuk ambil handuk, mereka kalau nggak ada uangnya nggak gerak Mas!"  katanya. Aku geleng-geleng. "Iya setali tiga uang sama kamu, kalau nggak ada uang juga nggak goyang," kataku tapi dalam hati. "Mbak Desi, kok kamu duluan sih ke kamar mandi?" tanyaku sambil memakai kimono dan membawa handuk serta sabun. "Aku tadi buru-buru ke sebelah ngasih tahu sama Mbak Anita, kalau dia  kalah taruhan dengan menunjukan sperma Mas yang ngucur dari memekku,"  katanya. Waduh udah kotor nih mulut Mbak Desi, mungkin terlalu gembira  dengan kemenangannya dan "O"-nya.
  Setelah mandi, berpakaian dan memberikan tips, aku bilang, "Kamu dapat tiga aku Cuma satu lho, Mbak!" kataku. "Iya deh, lain kali aku kasih bonus," katanya, tahu maksudku kalau dia dapat tips, menang taruhan dan "O"-nya. "Janji yah, makasih Mbak," kataku, sambil aku cium pipi kiri dan kanannya.
  Saat turun ke depan resepsionis Mbak Desi mengikuti di sampingku, guna memberi tahu ke resepsionis berapa jam dan minum apa.
  Aku bayar tagihanku dan tak lupa kuberikan lebihan buat Mbak Ani. "Terima Kasih Pak," katanya. Saat aku membalikkan badan untuk menuju  pintu keluar, sekilas aku melihat beberapa pasang mata di ruang tamu  memandang bergantian antara aku dan Mbak Desi. Apa ada yang aneh? Oh  mungkin lihat perutnya Mbak Desi yang nonong sementara tamunya terlihat  "segar" sekali.
 
  TAMAT
 
 
          Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Ngentot cs bank               Apr 8th 2013, 15:16                                               Gue sangat terobsesi sekali dengan wanita2 bekulit kuning, seperti  keturunan Cina, Menado, Palembang, atau wanita Dayak. Sebagian wanita  Sunda juga mempunyai kulit seperti ini, juga wanita2 Jawa yang terkenal  dengan perawatan kulit tradisionalnya. Apalagi dengan paha, kaki dan  betis yang terawat mulus, apalagi dengan rok model mini. Gue mengaggumi  wanita2 dengan tubuh kecil, padat dengan warna kulit kuning seperti ini,  dilengkapi lagi dengan kondisi badan yang berisi padat, susu tidak  besar, kecil tapi padat, sangat menggairahkan gue.
  Mini, adalah gadis yang gue kenal sebagai Staff CS Bank Swasta, kami  kenal saat gue ngurus kredit, dan Mini banyak membantu proses kredit gue  ini. Mini juga mengenal istri dan anak gue, karena sering gue ajak  kekantornya saat ngurus kredit ini.  Mini, wajahnya cantik, bertubuh  kecil, tinggi dengan warna kulit kuning. Sekilas, seperti keturunan  Cina, tapi ternyata gadis asli Jakarta. Jarang gue ketemu Gadis Betawi  yang cantik seperti Mini, dan dia jadi target Petualangan gue kali ini. Karena urusan kredit, komunikasi dengan telepon sering, sampai suatu  saat gue mulai bicara yang sifatnya pribadi. Gue Tanya apa aktifitas dia  setelah jam kantor, Mini menjawab, suka jalan sama temen, main, makan  karaoke dsb…dsb….dsb…  Lalu gue iseng menanyakan, apakah dia mau jalan  sama gue setelah jam kantor, diluar dugaan gue, Mini menjawab oke.  Akhirnya kami janjian untuk date….. Sore itu, gue janjian di Hotel H, karena Mini gak mau dijemput kekantor,  tentunya untuk menjaga status kita masing2. Gue dikenal sebagai nasabah  oleh teman2nya, bukan sebagai teman kencan dan sebaliknya. Sore itu gue ajak Mini makan disuatu restoran yang cukup enak, tapi  tidak ramai dengan pengunjung, karena restoran ini menghidangkan khas  makanan2 Belanda/Eropa. Suasananyapun sunyi, memang enak untuk date  disini. Kami ngobrol macam2 sambil gue menikmati pemandangan kecantikan  Mini.  Karena waktu masih sore, gue ajak Mini nonton Jazz di Klub Jazz  dekat resotran itu. Penonton sudah penuh, sehingga tempat dudukpun sudah  tidak ada.
  Kami berdua berdiri berdekatan sekali, sekali2 tangannya halus dengan  bulu2 halus gue pegang Mini diam saja. Posisi padat pengunjung, membuat  kami harus makin rapat berdiri, karena Mini sedikit lebih pendek dari  gue, dia berdiri didepan membelakangi gue, pinggangnya gue rangkul  pelan. Mini tidak menolak, bahkan tangan gue diarahkan kebagian depan  tubuhnya melingkar dan didekapnya. Sekali2 wangi parfum yang dia pakai  merangsang otak dan pikiran gue, pelan namun pasti gue dekatkan hidung  dan mulut gue kekuduknya, kadang kelehernya. Mini diam saja tanpa  memberikan reaksi negative, seolah ia menikmati sensasi ini. Tangan gue  juga makin gue eratkan memeluk tubuh Mini, sepertinya Mini mengharapkan  itu, karena selain ruangan yang dingin, terasa hangat dengan posisi kami  berdiri seperti itu. Sempat gue curi cium pipi Mini, juga Mini tidak  memberikan reaksi negatif, malah kepalanya direbahkan dibahu kiri gue,  sambil menikamti iram pop jazz. Keadaan ini tidak menguntungkan, karena ada tugas pagi dikantor, dan  Mini juga harus menemui nasabahnya pagi2. Sehingga kami sepakat untuk  pulang dan akan kembali menikmati suasana malam Jkt dilain waktu. Selang kurang dari seminggu, gue ngajak date Mini, kali ini dia ngajak  gue Karaoke di Hotel B didaerah Barat Jkt, sekitar Jalan Toll. Mobil gue  luncurkan setelah menjemput dia disuatu tempat yang kita janjikan. Kami dapat ruangan yang relatif baik, lengkap dengan Km/WC didalam.  Suasana saat masuk, sangat terang, tapi kemudian dibuat redup oleh  pelayan, dan sungguh romantis sekali. Sebelum karaoke-an, Mini gue ajak  makan dulu, sambil pilih2 lagu. Saat kami mulai berkaraoke, otak gue sudah tidak konsentrasi, sambil  duduk disofa panjang menghadap TV, dan bergantian bernyanyi dengan Mini,  gue mulai aktif tapi dengan gentle. Awalnya tangan gue merangkul  bahunya sambil nyanyi, Mini malah merapatkan badannnya. Kondisi ini  tidak bertahan lama, saat menunnggu operator memutar lagu berikutnya,  pelan tapi pasti, muka Mini gue rengkuh, bibirnya yang halus lembut, gue  kecup perlahan, Mini diam saja. Mata Mini masih setengah terpejam, saat  kecupan lembut kedua gue mulai kebibirnya, tangan gue mulai membelai  muka Mini, dan kecupan lembut mulai gue tingkatkan dengan lumatan French  Kissis. Mini mebalasanya. Cukup lama kami berciuman, hamper 5 menit  tanpa lepas. Pada tahap berikut, tangan gue mulai aktif dengan lembut  juga, Mini malah merangkulkan tangannya dileher gue, dadanya yang kecil  mulai menjadi sasaran tangan tangan gue. Sementara tangan kiri merangkul  leher Mini yang ditumbuhi bulu2 halus. Sangat menawan. Pelan tapi pasti, tangan ini mulai masuk disela belahan baju Mini,  dipermukaan renda BHnya yang halus. Ciuman tidak kami hentikan, tangan  gue pun mulai meremas halus dada Mini. Erangan Mini mulai terdengar  ditelinga gue, halus tapi pasti, Ternyata Mini mulai menikmati permainan  ini. Mini tidak seperti Ina, yang relative pasif dalam bercinta. Ciuman gue  mulai menjalar kemuka, dahi, kening, dan leher Mini. Mini merespon  dengan merangkul pelukannnya lebih erat saat lehernya gue kecup halus,  sambil napas gue hembuskan. Sampai ditelinganya, gue jilat halus juga,  dan reaksi Mini sangat responsif sekali. Ternyata Mini sangat sensitif  pada bagian2 tubuhnya yang mulai gue incar. Tangan gue yang sejak tadi bekerja didada Mini, mulai menyelusup dibalik  BHnya, tangan kiri gue sudah tidak dipundak Mini lagi, tapi sudah turun  kebagian punggung, menyelinap dibalik blousnya, dengan usapan halus  naik keatas, mencari kaitan untuk melepaskan BHnya. Mini sama sekali tidak menolak, saat BHnya lepas, dan buah dadanya  terlihat jelas, kulit halus membukit sampai keputingnya yang kecil padat  berisi. Kancing blous Mini yang sudah lepas, memberikan ruangan yang lebih  leluasa buat gue untuk mengulum puting halus Mini. Mini terlena sekali  dengan aktifitas gue ini. Kuluman gue sekali2 menggigit halus putting  susu Mini, membuat tangan mini mendekap kepala gue keras, seolah tidak  melepaskan mulut ini dari putting susunya. Sambil beraktifitas gue berfikir, apakah Mini masih perawan atau sudah  biasa dengan permainan2 seperti ini. Itu akan terjawab sesaat lagi………… Seluruh tubuh bagian atas rok Mini sudah terbuka bebas, tangannyapun  mulai menggapai kancing baju gue, dasi yang sejak tadi masih melingkar  dileher gue ternyata sudah dilepas Mini, tanpa gue tahu sama sekali.  Suara2 erangan kenikmatan memang tidak keras, tapi telinga gue yang  dekat dengan mulut Mini, yakin mendengar erangan halus kenikmatan  ini….ouuuggghhh…..oouuugggghhh bang Dimas…. Otak gue masih bepikir, apakah tangan gue harus mulai merambah ke inti  kewaniataan Mini…..pikiran itu hanya sekejap, karena secara refleks,  tangan ini mulai mangusap paha Mini sambil menyingkapkan rok Mininya.  Rok mini yang dipakai tidak sulit untuk menyingkapkannya keatss,  sehingga terlihat jelas CD Mini berwarna pink. Oh indah sekali,  dikombinasikan dengan kulit kuning Mini. Tangan gue menggosok permukaan  CD bagian bawah Mini, terasa basah, ternyata vagina Mini sudah  mengeluarkan lendirnya. Tangan gue mulai menyelusup dibalik CDnya untuk memainkan peran dalam CD  Mini, terasa bulu2 halus diselingkar vagina Mini, jari2 gue yang masuk  kebali CDnya langsung menuju liang yang ternyata sudah merekah. Ada dorongan tolakan tangan Mini saat tangan gue mulai beraksi divagina  Mini……dia berkata, bang Dimas……sambil mengerang rasa nikamt elusan  tangan dibibir vaginannya……"Mini masih perawan, belum pernah sama sekali  bang…..jangan lakukan itu……ouuuggghhhh" Respon Mini itu gue jawab…..kamu mau kita stop saja??? Kelihatan keraguan dimuka Mini….saat dia dalam kondisi bimbang itu, gue  kecup halus bibirnya….lalu dia Tanya….bagaimana kalau hamil??? Gue Cuma jawab, tidak akan melepaskan muntahan mani dalam liang  vaginanya…..ada reaksi berseri dimuka Mini, seolah mengerti apa yang gue  maksud. Tubuh Mini sudah terlentang setengah telanjang disofa ruang Karaoke,  lampu redup memberikan efek pada kulit Mini yang kuning, halus dan  bersih terawat itu. Lagu2 Karaoke yang kami pesan terus diputar oleh  operator musik. Hanya berbentuk suara instrumentalia saja, karena  vokalnya sudah dikecilkan operator. Mini diam, dengan elusan tangan dan kecupan gue ditubuhnya, kembali  putting susunya gue kulum sambil tangan gue meremas-remas halus. Teras  susunya mulai keras, tangan kiri gue membuka resleting rok mini Mini.  Tangan kanan gue kembali beroperasi divagina Mini. Mini tetap pasif  dalam merespon aktifitas gue ini. Disatu sisi terlihat bahwa Mini memang  belum pernah mengalami sentuhan laki2 sampai sejauh apa yang gue  lakukan. Mungkin, apa yang dia kerjakan selama ini dengan teman laki2  lain, hanya sebatas touch n kiss saja, tidak lebih. Tangan gue lebih  proaktif disekitar bibir vagina Mini yang sudah sangat basah dengan  lendirnya, mata Mini terpejam menikamti semua ini, tangannya tidak lepas  dari kepala gue, sambil sekali2 menekan, dan kadang seolah mencubit  atau menggenggam keras bahu gue, saat tubuh Mini memberikan reaksi  sensitive akibat operasi tangan gue. Pelan2 gue lepaskan seluruh blous, rok dan CDnya. BH Mini sudah  tergeletak dilantai ruang Karaoke, baju gue juga dah dilepas, hanya  berkaos dalam, resleting celana mulai gue lepas. Mini sudah telanjang  bulat dihadapan gue, matanya terpejam, saat gue memperhatikan tubuh yang  indah ini. Bulu2 halus disekitar vagina Mini, sangat terawatt dan  tertata baik….Sungguh cantik wanita ini…..luar biasa. CD gue juga sudah  lepas, terlihat Mini sudah pasrah antara berharap kenikmatan dan takut  dengan lepas perawannya. Tapi gue memperlakukan Mini dengan sangat gentle sekali, tidak ada  kekerasan seperti emosional yang sudah dipengaruhi nafsu. Otak jernih  gue masih berjalan rapi, sesuai dengan strategi yang gue lakukan, agar  Mini bisa menerima dan menikmati sorga dunia ini. Tibah2 dia merengkuh bahi gue, dan sambil mengerang minta penis gue  untuk segera dimasukan dalam vaginannya. Ternyata Mini sudah tidak tahan  dengan reaksi yang timbul akibat fourplay yang gue kasih. Mungkin dia  berpikir, jangan sampai mubazir…..erangan Mini gue balas dengan kecupan  lembut bibirnya yang ranum itu. Mini malah membalasnya dengan permainan  lidanya dimulut gue. Sangat lihai sekali Mini dalam hal French kiss ini.  Akhirnya badan gue mulai gue rebahkan diatas tubuh Mini, tangannya  langsung merangkul pinggul gue dan menariknya. Penis gue sudah menekan  vagina Mini, lendir divaginanya menolong penetrasi masuknya penis gue,  ada rasa basah lekat dibatang penis gue. Gue angkat pantat gue pelan2,  dan unjung penis gue arahkan ketitik pusat vagina Mini yang sudah basah  dengan lendir kenikmatan Mini. Memang lubang vagina Mini masih rapat  sekali, sekali2 terdengar erangan kesakitan Mini akibat tekanan yang gue  kasih, tapi tangan Mini tetap menolong dengan menekan pinggul gue  kearah tubuhnya…..sllleeeeps…masuklah seluruh penis gue ke lubang vagina  Mini, dan aksi tekanan turun naik gue lakukan, membuat badan Mini  menggeliat menikmati ayunan penis gue dalam vaginannya. Dorongan2 halus, membuat reaksi sensitifitas Mini, tangannya yang  melingkar dibahu gue muali mengaikt lebih keras dengan dekapan. Pipi gue  diciumnya dengan gemas, mulutnya mencari bibir gue. Kami kembali  melakukan French kiss, sambil pinggul dan pantat gue aktif melakukan  tugas pemompaan dengan irama yang gue sesuiakan dengan irama musik ruang  karaoke saat itu. Akhirnya, Mini mencapai klimaks orgasmenya, dengan memuntahkan cairan  hangat diliang vagina, terasa hangat dipenis gue. Mini menggigil seperti  orang kedingina menahan reaksi orgasme yang dia alami. Penis gue tetap  bekerja karena gue baru saja mulai mendadki kepuncak kenikamatan. Tegang waktu kira2 3 menit, Mini mulai terangsang lagi, tapi kelihatan  dia sudah lelah dengan orgasme tadi. Pinggulnya mulai memberikan reaksi  atas permainan penis gue divaginannya. Mini sudah mulai merespon  permainan penis gue. Tangan Mini mendekap muka gue sambil menatap dengan  senyumnya. Bibirnya kembali gue kecup lembut. Mini membalas kecupan  lembut juga sambil memeluk gue erat. Mini mulai mendaki kearah orgasme kedua, pinggulnya makin kencang  bergoyang, kadang menjepit dan melingkarkan kakinya kepinggul gue,  sehingga lubang vaginannya terasa menjepit penis gue. Pada saat seperti  ini, Mini kembali memeluk erat tangan yang dilingkarkannya dibadan  gue….dan kembali erangan Mini keluar, sambil berkata….bang Dimas  teruuuss…..ouuugghhh bang ……. teruuuss bang …….. ouuugghhh….. ouuuggghh  bang Dimas…. Gue bilang tahan Min, bang Dimas hampir sampai juga…..kita sama2 aja  kepuncaknya tapi saya akan keluarkan diluar saja….Mini hanya bisa  menjawab dengan erangan…..biar didalam saja baannng, jangan  dicabuuuut…aagghhhh…baaanngg…Akhirnya Mini kembali mencapai puncak  orgasme kedua, dengan menuangkan lendir hangat…..sementara gue yang  tidak jadi mengangkat penis dari vagina Mini, juga sudah mencapai  puncak, dan dengan genjotan kuat dan dalam gue tembakan air mani gue  dalam vagina Mini…Mini mengerang kenikmatan menerima air mani gue.  Karena penis gue mencapai puncak ereksinya…dan itu membongkar dinding  halus vagina Mini. Kami berpelukan kelelahan…..suara musik terus mengalun dari loudspeaker  stereo…..Mini berkata….bang Dimas, suka nyeleweng ya…??? Kasihan mbak  dirumah lho….. Gue tersenyum dengan celoteh Mini itu, sambil gue kecup lagi bibirnya  yang mungil gue jawab….gak mudah buat abang untuk nyeleweng seperti  dengan Mini ini. Kamu cantik dan imut2 membuat abang lupa diri….. Mini menjawab….abang telah Mini kasih kartu Perdana lho…..hati2 jangan sampai lupa ngisinya kalau pulsanya habis….. Gue ngerti apa yang dimaksud Mini, ternyata dia telah memberikan  keperawannya kegue, dan gue justru balik nannya…kenapa kartu Perdananya  dikasih keabang??? Mini cuma jawab… Mini suka sama abang sejak pertama  kali lihat waktu datang kekantor urus kredit dulu….jadi gak apa2 kok,  Mini suka bang……. Sejak saat itu, beberapa kali kami melakukan date sampai tuntas dalam  rangka mengisi ulang kartu perdana yang dikasih Mini….sampai akhirnya  Mini minta distop, takut makin terbawa arus perasaan wanitanya,  sementara gue dengan jiwa petualang……
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Perjaka ku               Apr 8th 2013, 04:24                                               Namaku ANJAS , Aku Seorang Pemuda Biasa berumu 17 , Gayaku yang Biasa  saja Bahkan bisa di bilang URAKAN ini jika dipandang wanita mungkin  tidak menarik.Aku mempunyai seorang teman dekat sebut saja Tomo.Dia  merupakan teman dekat bahkan bisa dibilang seorang sahabat karib sejak  kecil.Aku sering main ke rumah Tomo.Keluarganya yg baik & ramah  membuatku betah jika aku berada di rumahnya.Ibu nya TOMO sebut saja Bu  Mawar , Ibu 38 Tahun (kira kira) yg sangat baik terhadap anak nya bahkan  Diriku ini sangat dimanja ketika aku bermain di rumah Tomo , sedangkan  ayahnya adalah Pak Pai berprofesi sebagai buruh pabrik.
  Suatu Saat aku Pernah ditawari Tomo untuk tidur di rumah nya , Pas  banget waktu itu ada acara Bola dan yg bermain adalah klub sepakbola  kesukaanku & Tomo tentunya.Akhirnya akupun setuju saja ketika di  suruh untuk tidur di rumah Tomo karena di saat bersamaan ayah tomo  ditugaskan keluar kota.Akhirnya tiba lah hari itu , aku sudah bersiap  dengan "dandan'an"yang Rapih (maklum ini kan mau tidur di rumah teman ,  Sopan donk hehe).Namun aku tidak langsung ke rumah tomo , melainkan aku  ingin mencari angin segar dan lagipula acara Sepakbola itu mulai dini  hari.Pukul 7 malam aku sudah bersiap menanti Tomo untuk sekedar mencari  angin & kami pun memutuskan untuk pergi ke angkringan , disitu kami  pun ngopi ngopi sambil menikmati Gorengan yg ada.Kami Pun memutuskan  untuk langsung Pergi ke rumah TOMO karena ibu nya sudah berulang kali  Telfon & sms kalau hari sudah larut malam , memang tak terasa kami  nongkrong sudah 4 jam lamanya (pukul 11malam).Sesampai nya di rumah Tomo  kami pun langsung di sambut oleh ibu Mawar. Bu Mawar : "kemana saja kamu , jam segini baru pulang , mamah di rumah  sendirian sayang , tak ada laki laki di rumah ini , jadi maaf saja kalau  mamah Was Was" Tomo : "Maaf mah , aku habis nongkrong bareng Anjas di angkringan" Bu Mawar : "oh" Aku : "maaf bu , ini semua aku yg mengatur (dengan kepala tertunduk hehe)" Bu Mawar : "Gpp sayang (sejak kecil memang dia memanggilku dengan kata  sayang) , lain kali kalau mau pergi lama bilang ibu dulu ya" Aku pun hanya mengangguk dengan sedikit senyuman. Saat itu Bu Mawar hanya menggunakan Kaos Ketat berwarna Putih &  Celana Pendek (kira kira sepaha gan).Sengaja kucuri curi perhatian ke  arah Payudara Bu mawar yg pada saat itu mengenakan BH berwarna  hitam."Wah kenapa dengan ku , kok rasanya ada yg beda dengan bu mawar"  gumamku dalam hati.
  Akhir nya kami masuk rumah , sembari kami menunggu acara bola , Tomo pun  memutuskan untuk tidur dulu & minta di bangunkan oleh aku.Tiba Tiba  saja aku mendadak ingin Kencing , lalu kuputuskan untuk pergi ke kamar  Mandi , Saat itu keadaan rumah Gelap , karna sudah biasanya orang rumah  ini tidur dengan keadaan gelap.Aku pun hanya menggunakan Senter dari  HP.Aku pun tiba di depan WC , namun keadaan WC terkunci.Akhir nya aku  pun mengetuk pintu WC itu dan Sedikit bertanya apakah ada Orang , dan  ternyata Bu Mawar sedang buang air kecil.Aku pun terpaksa menunggu ,  namun aku sudah sangat tidak tahan , kemudian aku pun bertanya kepada Bu  Mawar. Aku : "bu bisa cepetan diki ga , anjas udh g tahan nih" Bu Mawar : "oh iya iya" dan akhirnya bu Mawar keluar dari WC.Aku pun lega.Setelah kencing ,  niatku hanya langsung menuju Kamar TOMO , namun tanpa Kusangka ternyata  Bu Mawar belum beranjak dari depan pintu WC. Aku: "lho , ibu kok blm masuk" Bu Mawar : "nunggu kamu , aku takut" Aku : "loh bukan nya tadi ibu berani sendirian ke WC (terheran heran). Bu Mawar : "gpp kok , ibu cuma ingin masuk bersama mu saja Njas (dengan sedikit senyuman". Ohhh tidak , Penisku menjadi tegang gara gara melihat Buah Dada bu Mawar  yg lumayan besar yg tertutupi BH hitamnya.Aku pun menjadi pucat karena  Malu kalau ketahuan Penisku ini sudah Ngaceng berat. Bu Mawar : "ayo masuk" Aku : "i..iii ya , dengan perlahan lahan aku berjalan" Bu Mawar : "kamu kenapa Njas (tanya bu Mawar)" Aku : "ehh Anu bu , Gpp kok" Bu Mawar pun cuek saja.
  Sesampai nya di depan kamar bu Mawar. (kamar Tomo berada di depan , sedangkan kamar Orang tuanya berada di Tengah). Bu Mawar : "kamu mau ga temenin ibu tidur?" Aku pun sangat terkejut. Aku : "hah , apaan bu ga denger aku nya (pura pura bego" Bu Mawar : "Kamu mau ga temenin Ibu Tidur , ibu takut sendirian sayang (dengan sedikit senyuman)" Aku : "ehhmm tapi Bu .. TOMO gimana nan.." Bu Mawar : "sudah ayo masuk saja tidak apa apa (sambil menarik kaos ku). Aku sedikit gemetaran , apakah maksud bu mawar ini , dan aku pun pasrah karena tidak mungkin aku menolak nya (tdk enak gan). Malam itu terasa sangat Panas , akhir nya aku meminta izin untuk membuka jendela ventilasi rumah Aku : "Bu ini Ventilasi nya di buka sedikit ya , Gerah banget" Bu Mawar : "oh ya sudah buka saja , senyaman mungkin lah kamu di rumah ini Njas , mumpung suami ku tidak berada di rumah" Aku :"hehehe iya bu (sedikit senyuman)". Waktu sudah menunjukan pukul 1 malam , dan sampai saat itu pun aku blum  bisa tidur , dan aku jg memikirkan tomo yg ingin dibangunkan nanti jika  acara bola nya sdh mulai. Kamar bu Mawar ini lumayan Besar , Rapih dan Bagus.Bu Mawar tidak  menyarankan aku untuk menyalakan AC & Kipas angin (aku pun hany  mengikuti saja). Bu Mawar : "belum tidur kamu Njas" Aku : "blum bu panas banget ni padahal ventilasi udh di buka , aku kira ibu sudah tidur daritadi" Bu Mawar : "klo memang masih panas , di buka aja Baju nya , ibu ndak bisa tidur , insomnia mungkin" Aku : "emang gpp bu kalo baju Anjas ni di buka? , oh insomnia to (dengan lugu nya gan "D)" Bu Mawar :"gpp sayang , buka aja , buat senyaman mungkin saja , iya ibu  sering insomnia ga tau kenapa , mungkin saat ini gara gara ada kamu". Memang sebelum nya aku blm pernah tidur di rumah Bu Mawar ini. Aku :"oke deh.eh sekalian celana boleh ga Bu , kan gerah pake Levis".  Aku pun pura pura tidak perkataan yang tadi Bu Mawar. katakan. Bu Mawar : "ehmm .. it's oke" lalu kubuka kaos & celana ku , kni aku hanya di balut dengan celana dalam.
  Tiba tiba timbul pikiran kotor ku. Aku : "Bu apa ibu ga gerah dengan pakaian seperti itu?" tanyaku. Bu Mawar pun kaget. Bu Mawar : "sebener nya sih Gerah njas , tapi apa engga apa apa klo ibu buka" Aku : "lho gpp lah bu , emg kenapa , kan ibu yg punya rumah , jadi terserah ibu donk". Bu Mawar : "sekalian celana ya (sedikit kedipan mata)" Dibukalah baju & celana bu Mawar.WOOOOOOOOOW dalam hati ku , tubuh  nya indah banget , payudaranya jg montok , bokong nya pun kencang ,  maklum mereka hanya punya 1 anak yaitu cuma TOMO. Bu Mawar : "gimana , gpp kan ? suka ga klo ibu kaya gini" Aku : "suka bu , cantik banget klo penampilan ibu kaya gini" Bu Mawar pun hanya tersenyum Malu mendengar perkatan ku. Aku : "bu , kita jangan 1 ranjang ya tidur nya" Bu Mawar : "engga , pokok nya 1 ranjang (dengan nada kesal mendengar perkataanku)". Aku : "ya udh deh klo itu mau nya ibu"
 
  Bu Mawar hanya tersenyum.Kemudian kami pun langsung menuju kasur empuk  dan kami hanya di balut selimut (untuk 2 orang gan).Jantung ku merasa  berdebar debar , darahku serasa naik , Hangat sekali rasanya".Karna  sudah memuncak , Penisku menjadi Keras dan ingin rasanya ku muncratkan  sperma ku ini di payudara Bu Mawar.Karena sudah tidak tahan , ku coba  untuk mengocok Penisku ini , namun secara perlahan lahan takut bu Mawar  terbangun dair tidurnya.Sambil ku kocok , ku lirik payudara bu Mawar yg  lumayan Besar.Shiit Dammmn tanpa kusadari ternyata bu Mawar belum  tidur.. Bu Mawar : "lagi ngapain kamu Njas (sambil tersenyum". Aku : "ehmm ,,aa ann,,anuu Buu"Tegang banget disini. Bu Mawar :"Ibu tau kok yg Kamu Lakuin , Kamu Terangsang yah gara gara ibu memakai pakaian seperti ini". Aku : "engg..ehh iyya bu sedikit". Bu Mawar :"Ibu sengaja pancing kamu untuk menemani ibu tidur , Ibu sudah jarang di sentuh oleh Suami ibu" Aku :"ooo.h..oohh" Bu Mawar :"Jadi , Mau kah Kamu Njas"tanya bu Mawar padaku. Aku :"ehh ,, Mmm MakSuud ibu ap..appa"pura pura bego. Bu Mawar :"udah lah jgn berlagak gitu ahh , ibu jg tau kok klo kamu..." Aku : "iii ..iiyaa Bbbu".
  Tanoa Basa Basi , Bu Mawar langsung membuka Selimut yg menutupi kami ber  2.Disini aku pun terus terang karena aku belum pernah melakukan hal  seperti ini. Aku :"Bu , aa..n.u , sblumnya anjas blm pernah ngelakuin kaya gini". Bu Mawar :"ohh bagus donk , Pasti bisa banyak nih muncrat nya" Aku :"iii.y.a bu" Langsung saja bu Mawar membuka celana dalam ku , dan dia pun terkejut  karna ukuran Penis ku yg lumayan besar , katanya sih punya suami bu  mawar ini kalah jauh. Bu Mawar :"suka banget sama Penis mu sayang , punya suami ibu kalah jauh" Aku :"eemang iya bu? (sedikit senyuman)" Bu Mawar : "iya donk .." First , Bu Mawar langsung melumat bibir ku ,. Bu Mawar :"ayo mainin bibir mu njas". Aku :"emmh iya bu" setelah 10 menit kami Berciuman , Tangan bu indah pun langsung menuju ke penisku. Bu Mawar :"aduuh ibu jadi geregetan , penismu bagus sekali sayang" Aku :"hehe" Bu Mawar :"ini di BJ aja dlu ya , klo baru pertana kali , biasanya ga lama" Akukarna blm tau BJ , aku pun hanya mengangguk) Wow pintar sekali bu Mawar memainkan Penis ku , tak lama kemudian ..... Aku :"Bu ..aaakkk...uuu" semakin cepat saja bu Mawar mengocok Penisku,Dannn Ahhhh , Akhir Spermaku berceceran di muka Bu Mawar. Aku :"makasih buu , cukup kah segini saja?" Dia blm menjawab pertanyaanku , karna sedang sibuk membersihkan sperma  yg ada di penis & menjilati seluruh Spermaku yg berada di Payudara  nya. Bu Mawar :"eiits tunggu dlu donk sayang , ini mah belum apa apa" Aku : "maksud nya?"
  Lalu bu Mawar membuka BH & CD nya . Dan WOW aku terkagum kagum.Tak  lama kemudian Bu Mawar Duduk & bersandar.Lalu dia menarik Kepala ku ,  tepat di hadapanku Vagna yang sangat bagus milik bu Mawar , Rapih gan  tercuku dan masih lumayan karna jarang di sentuh suami nya. Bu Mawar :"Jilat Vagina Ibu Njas" Aku :"iya bu" Kemudian aku pun Menjilati Vagina Bu Mawar TERSAYANG (hehe). Bu Mawar :"Ahhh ,, Uhhh ,, "sambil menjambak rambutku. tak berapa lama , Bu Mawar menyuruh ku untuk berhenti , (shiit padahal lagi enak enaknya , tapi apa boleh buat). Bu Mawar :"masukin ya" Aku :"iya bu" karna baru pertama kali melakukan nya , aku pun masih kesusahan  (hehe).Bu Mawar pun tersenyum melihat ku kesusahan memasukan Penisku ke  dalam Lubang Vagina nya. Bu Mawar :"Yeee .. Susah ya?" Aku :"iiya nih bu ,,, maap ya karna baru pertama kali"sambil tersenyum. Bu Mawar pun memegang penis ku , dan mengarahkan nya ke Vagina milik nya.Sleeep Akhir nya masuk juga [] . Bu Mawar :"Tekan , lalu gerakin ya Njas". Aku :"iya bu , tapi sambil di ajarin ya" dan Bu Mawar pun Hanya mengangguk.Aku tekan tekan Penis ku dan Memain kan nya. Aku:"Begini bkn bu?" Bu Mawar :"iya sayang , nanti klo mau keluar di percepat dikit ya gerakan nya" Ahhh Ohhh ummmHHH ahhhh Anjaas ahhhh Uhhh Ummh ucap bu Mawar.. Aku:"ahh buuu ,, emmhh" Kemudian aku melepaskan Batang Penisku dari Vagina Bu Mawar. Bu Mawar :"Lho kenapa ?" Aku :"Ganti Posisi ya" Bu Mawar :"Y udh ... Anal aja ya" aKU :"apa itu bu" Bu Mawar :"Kamu tusukkan Penismu ke Anus Ibu" Aku:"Ohh .. iya bu" Kemudian Bu Mawar pun membalikan Badan nya , Disini aku sudah sedikit  lihai karna tadi sudah di ajarkan oleh bu Mawar.Sleeep Masuk jg. Aku Mainkan Penisku , Aku:"ahhh buu ,, ummh nikmatt bu ahhh oouuhh" Bu Mawar:"ahhh .. terus sayang ahh woow .. buat ibu puas malam ini" Aku:"Buuu klo di keluarkan di dalam bagaimana?" Bu Mawar :"Keluarkan saja tidak apa apa .. Ouuuhh Ahhhh Emmmh Sayanngg" Sekitar 5 menit ..... Aku:"Buu Akkkuuuu KelllluuArrr" Bu Maya :"ahh ahhhhh ohhhhh ahhhh sayaangg emmmmhhh ahhhh" Crooot Croot ,, spermaku pun keluar di dalam. Bu Mawar:"jgn di lepas , biarkan saja , tunggu mengecil sendiri" Aku :"Ahhhh ,, Capek & Lemes nih Bu" Setelah Penisku mengecil sendiri , akhir nya kucabut.Lalu Kami ber 2 berbaring bersama. Bu Mawar :"Makasih banget Njas ,, malam ini ibu Puas"(kemudian mengecup bibirku). Aku:"Sama Sama Bu ,, baru pertama kali Anjas ngelakuin kaya gini ,, Makasih banget" Bu Mawar :"Iya sayangg"(dengan senyuman manja ny)
  Lalu Aku pun memakai Kaos & Celana ku kembali , tapi Bu Mawar masih  Berbaring di tempat tidur nya mungkin dia kelelahan.Waktu sudah  menunjukan Pukul 02.00. Aku:"Aku ke kamar TOMO dlu yah Bu , takut dia marah" Bu Mawar :"iya sayang , jgn bilang bilang ya (senyum gembira nya ) , sini mendekat sebentar. Kami melakukan Kissing sekitar 5 menit , aku pun bergegas ke kamar Tomo  & melambaikan tangan ku ke arah Bu Mawar , dan dia pun hanya  tersenyum         Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Selakangan Bu Guru...               Apr 8th 2013, 04:23                                               Rina adalah seorang guru sejarah di smu. Umurnya 30 tahun, cerai tanpa  anak. Kata orang dia mirip Demi Moore di film Striptease. Tinggi 170, 50  kg, dan 36B. Semua murid-muridnya, terutama yang laki-laki pengin  banget melihat tubuh polosnya.
 
  Suatu hari Rina terpaksa harus memanggil salah satu muridnya ke  rumahnya, untuk ulangan susulan. Si Anto harus mengulang karena ia  kedapatan menyontek di kelas. Anto juga terkenal karena kekekaran  tubuhnya, maklum dia sudah sejak SD bergulat dengan olah raga beladiri,  karenanya ia harus menjaga kebugaran tubuhnya.
 
  Bagi Rina, kedatangan Anto ke rumahnya juga merupakan suatu kebetulan.  Ia juga diam-diam naksir dengan anak itu. Karenanya ia bermaksud memberi  anak itu 'pelajaran' tambahan di Minggu siang ini."Sudah selesai  Anto?", Rina masuk kembali ke ruang tamu setelah meninggalkan Anto  selama satu jam untuk mengerjakan soal-soal yang diberikannya."Hampir  bu""Kalau sudah nanti masuk ke ruang tengah ya saya tinggal ke  belakang..""Iya..""Bu Rina, Saya sudah selesai", Anto masuk ke ruang  tengah sambil membawapekerjaannya."Ibu dimana?""Ada di kamar.., Anto  sebentar ya", Rina berusaha membetulkan t-shirtnya. Ia sengaja mencopot  BH-nya untuk merangsang muridnya itu. Di balik kaus longgarnya itu  bentuk payudaranya terlihat jelas, terlebih lagi puting susunya yang  menyembul.
 
  Begitu ia keluar, mata Anto nyaris copot karena melotot, melihat tubuh  gurunya. Rina membiarkan rambut panjangnya tergerai bebas, tidak seperti  biasanya saat ia tampil di muka murid-muridnya."Kenapa ayo duduk dulu,  Ibu periksa.."Muka Anto merah karena malu, karena Rina tersenyum saat  pandangannya terarah ke buah dadanya."Bagus bagus..., Kamu bisa gitu kok  pakai menyontek segala..?""Maaf Bu, hari itu saya lupa untuk  belajar..""oo..., begitu to?""Anto kamu mau menolong saya?", Rina  merapatkan duduknya di karpet ke tubuh muridnya."Apa Ibu?", tubuh Anto  bergetar ketika tangan gurunya itu merangkul dirinya, sementara tangan  Rina yang satu mengusap-uasap daerah 'vital' nya."Tolong Ibu ya..., dan  janji jangan bocorkan pada siapa--siapa"."Tapi tapi..., Saya"."Kenapa?,  oo..., kamu masih perawan ya?".Muka Anto langsung saja merah mendengar  perkataan Rina"Iya""Nggak apa-apa", Ibu bimbing ya.
 
  Rina kemudian duduk di pangkuan Anto. Bibir keduanya kemudian saling  berpagutan, Rina yang agresif karena haus akan kehangatan dan Anto yang  menurut saja ketika tubuh hangat gurunya menekan ke dadanya. Ia bisa  merasakan puting susu Rina yang mengeras. Lidah Rina menjelajahi mulut  Anto, mencari lidahnya untuk kemudian saling berpagutan bagai ular.
 
  Setelah puas, Rina kemudian berdiri di depan muridnya yang masih  melongo. Satu demi satu pakaiannya berjatuhan ke lantai. Tubuhnya yang  polos seakan akan menantang untuk diberi kehangatan oleh perjaka yang  juga muridnya ini."Lepaskan pakaiannmu Anto", Rina berkata sambil  merebahkan dirinya di karpet. Rambut panjangnya tergerai bagai sutera  ditindihi tubuhnya."Ahh cepat Anto", Rina mendesah tidak sabar.
 
  Anto kemudian berlutut di samping gurunya. Ia tidak tahu apa yang harus  dilakukan. Pengetahuannya tentang seks hanya di dapatnya dari buku dan  video saja."Anto..., letakkan tanganmu di dada Ibu",Dengan gemetar Anto  meletakkan tangannya di dada Rina yang turun naik. Tangannya kemudian  dibimbing untuk meremas-remas payudara Rina yang montok itu."Oohh...,  enakk..., begitu caranya..., remas pelan-pelan, rasakan putingnya  menegang.." Dengan semangat Anto melakukan apa yang gurunya  katakan."Ibu..., Boleh saya hisap susu Ibu?".Rina tersenyum mendengar  pertanyaan muridnya, yang berkata sambil menunduk, "Boleh..., lakukan  apa yang kamu suka".
 
  Tubuh Rina menegang ketika merasakan jilatan dan hisapan mulut pemuda  itu di susunya. Perasaan yang ia pernah rasakan 3 tahun lalu saat ia  masih bersama suaminya."Oohh..., jilat terus sayang..., ohh", Tangan  Rina mendekap erat kepala Anto ke payudaranya.
 
  Anto semakin buas menjilati puting susu gurunya tersebut, mulutnya tanpa  ia sadari menimbulkan bunyi yang nyaring. Hisapan Anto makin keras,  bahkan tanpa ia sadari ia gigit-gigit ringan puting gurunya  tersebut."mm..., nakal kamu", Rina tersenyum merasakan tingkah muridnya  itu."Sekarang coba kamu lihat daerah bawah pusar Ibu".Anto menurut saja.  Duduk diantara kaki Rina yang membuka lebar. Rina kemudian menyandarkan  punggungya pada dinding di belakangnya."Coba kamu rasakan", ia  membimbing telunjuk Anto memasuki vaginanya."Hangat Bu.."Bisa kamu  rasakan ada semacam pentil...?""Iya..""Itu yang dinamakan kelentit, itu  adalah titik peka cewek juga. Coba kamu gosok-gosok"Pelan-pelan jari  Anto mengusap-usap clitoris yang mulai menyembul itu."Terus..., oohh...,  ya..., gosok..., gosok", Rina mengerinjal-gerinjal keenakan ketika  clitorisnya digosok-gosok oleh Anto."Kalo diginiin nikmat ya Bu?", Anto  tersenyum sambil terus menggosok-gosok jarinya."Oohh..., Antoo..., mm",  tubuh Rini telah basah oleh peluh, pikirannya serasa di awang-awang,  sementara bibirnya merintih-rintih keenakan.
 
  Tangan Anto semakin berani mempermainkan clitoris gurunya yang makin  bergelora dirangsang birahi. Nafasnya yang semakin memburu pertanda  pertahanan gurunya akan segera jebol."Ooaahh..., Anntoo", Tangan Rina  mencengkeram pundak muridnya, sementara tubuhnya menegang dan otot-otot  kewanitaannya menegang. Matanya terpejam sesaat, menikmati kenikmatan  yang telah lama tidak dirasakannya."Hmm..., kamu lihai Anto...,  Sekarang..., coba kamu berbaring".Anto menurut saja. Penisnya segera  menegang ketika merasakan tangan lembut gurunya."Wah..., wahh.., besar  sekali", tangan Rina segera mengusap-usap penis yang telah mengeras  tersebut.
 
  Segera saja benda panjang dan berdenyut-denyut itu masuk ke mulut Rina.  Ia segera menjilati penis muridnya itu dengan penuh semangat. Kepala  penis muridnya itu dihisapnya keras-keras, sehingga Anto merintih  keenakan."Ahh..., enakk...,enakk", Anto tanpa sadar menyodok-nyodokkan  pinggulnya untuk semakin menekan penisnya makin ke dalam kuluman Rina.  Gerakannya makin cepat seiring semakin kerasnya hisapan Rina."oohh  Ibu..., Ibbuu"Muncratlah cairan mani Anto di dalam mulut Rina, yang  segera menjilati cairan itu hingga tuntas."Hmm..., manis rasanya Anto",  Rina masih tetap menjilati penis muridnya yang masih tegak."Sebentar ya  aku mau minum dulu".
 
  Ketika Rina sedang membelakangi muridnya sambil menenggak es teh dari  kulkas. Tiba-tiba ia merasakan seseorang mendekapnya dari  belakang."Anto..., biar Ibu minum dulu"."Tidak..., nikmati saja ini",  Anto yang masih tegang berat mendorong Rina ke kulkas.Gelas yang  dipegang rina jatuh, untungnya tidak pecah. Tangan Rina kini menopang  tubuhnya ke permukaan pintu kulkas."Ibu..., sekarang!""Ahhkk", Rina  berteriak, saat Anto menyodokkan penisnya dengan keras ke liang  vaginanya dari belakang. Dalam hatinya ia sangat menikmati hal ini,  pemuda yang tadinya pasif berubah menjadi liar."Antoo..., enakk...,  ohh..., ohh". Tubuh Rina bagai tanpa tenaga menikmati kenikmatan yang  tiada taranya. Tangan Anto satu menyangga tubuhnya, sementara yang lain  meremas payudaranya. Dan penisnya yang keras melumat liang  vaginanya."Ibu menikmati ini khan", bisik Anto di telinganya"Ahh...,  hh", Rina hanya merintih, setiap merasakan sodokan keras dari  belakang."Jawab..., Ibu", dengan keras Anto mengulangi  sodokannya."Ahh...,iyaa""Anto..., Anto jangann..., di dal.. La" belum  sempat ia meneruskan kalimatnya, Rina telah merasakan cairan hangat di  liang vaginanya menyemprot keras. Kepalang basah ia kemudian menyodokkan  keras pinggulnya."Uuhgghh", penis Anto yang berlepotan mani itupun  amblas lagi ke dalam liang Rina."Ahh".
 
  Kedua insan itupun tergolek lemas menikmati apa yang baru saja mereka rasakan.
 
  Setelah kejadian dengan Anto, Rina masih sering bertemu dengannya guna  mengulangi lagi perbuatan mereka. Namun yang mengganjal hati Rina adalah  jika Anto kemudian membocorkan hal ini ke teman-temannya.
 
  Ketika Rina berjalan menuju mobilnya seusai sekolah bubar, perhatiannya  tertumbuk pada seorang muridnya yang duduk di sepeda motor di samping  mobilnya, katakanlah dia Reza. Ia berbeda dengan Anto, anaknya agak  pembuat onar jika di kelas, kekar dan nakal. Hatinya agak tidak enak  melihat situasi ini."Bu Rina salam dari Anto", Reza melemparkan senyum  sambil duduk di sepeda motornya."Terima kasih, boleh saya masuk", Ia  harus berkata begitu karena sepeda motor Reza menghalangi pintu  mobilnya."Boleh..., boleh Bu saya juga ingin pelajaran tambahan seperti  Anto."Langkah Rina terhenti seketika. Namun otaknya masih berfungsi  normal, meskupun sempat kaget."Kamu kan nilainya bagus, nggak ada  masalah kan..", sambil duduk di balik kemudi."Ada sedikit sih kalau Ibu  nggak bisa mungkin kepala guru bisa membantu saya, sekaligus melaporkan  pelajaran Anto", Reza tersenyum penuh kemenangan."Apa hubungannya?",  Keringat mulai menetes di dahi Rina."Sudahlah kita sama-sama tahu Bu.  Saya jamin pasti puas".
 
  Tanpa menghiraukan omongan muridnya, Rina langsung menjalankan mobilnya  ke rumahnya. Namun ia sempat mengamati bahwa muridnya itu mengikutinya  terus hingga ia menikung untuk masuk kompleks perumahan.Setelah mandi  air hangat, ia bermaksud menonton TV di ruang tengah. Namun ketika ia  hendak duduk pintu depan diketuk oleh seseorang. Rina segera menuju  pintu itu, ia mengira Anto yang datang. Ternyata ketika dibuka"Reza!  Kenapa kamu ngikuutin saya!", Rina agak jengkel dengan muridnya  ini."Boleh saya masuk?"."Tidak!"."Apa guru-guru perlu tahu  rahasiamu?"."!!"dengan geram ia mempersilakan Reza masuk."Enak ya  rumahnya, Bu", dengan santainya ia duduk di dekat TV. "Pantas aja Anto  senang di sini"."Apa hubunganmu dengan Anto?, Itu urusan kami berdua",  dengan ketus Rina bertanya."Dia teman dekat saya. Tidak ada rahasia  diantara kami berdua"."Jadi artinya", Kali ini Rina benar-benar  kehabisan akal. Tidak tahu harus berbuat apa."Bu, kalo saya mau melayani  Ibu lebih baik dari Anto, mau?", Reza bangkit dari duduknya dan berdiri  di depan Rina.Rina masih belum bisa menjawab pertanyaan muridnya itu.  Tubuhnya panas dingin.
 
  Rina masih belum bisa menjawab pertanyaan muridnya itu. Tubuhnya panas  dingin. Belum sempat ia menjawab, Reza telah membuka ritsluiting  celananya. Dan setelah beberapa saat penisnya meyembul dan telah berada  di hadapannya."Bagaimana Bu, lebih besar dari Anto khan?".Reza ternyata  lebih agresif dari Anto, dengan satu gerakan meraih kepala Rina dan  memasukkan penisnya ke mulut Rina."Mmpfpphh"."Ahh yaa..., memang Ibu  pandai dalam hal ini. Nikmati saja Bu..., nikmat kok"Rupanya nafsu  menguasai diri Rina, menikmati penis yang besar di dalam mulutnya, ia  segera mengulumnya bagai permen. Dijilatinya kepala penis pemuda itu  dengan semangat. Kontan saja Reza merintih keenakan."Aduhh..., nikmat  sekali Bu oohh", Reza menyodok-nyodokkan penisnya ke dalam mulut Rina,  sementara tangannya meremas-remas rambut ibu gurunya itu. Rina merasakan  penis yang diisapnya berdenyut-denyut. Rupanya Reza sudah hendak  keluar."oohh..., Ibu enakk..., enakk..., aahh".Cairan mani Reza muncrat  di mulut Rina, yang segera menelannya. Dijilatinya penis yang berlepotan  itu hingga bersih. Kemudian ia berdiri."Sudahh..., sudah selesai kamu  bisa pulang", Namun Rina tidak bisa memungkiri perasaannya. Ia menikmati  mani Reza yang manis itu serta membayangkan bagaimana rasanya jika  penis yang besar itu masuk ke vaginanya."Bu, ini belum selesai. Mari ke  kamar, akan saya perlihatkan permainan yang sebenarnya.""Apa! beraninya  kamu memerintah!", Namun dalam hatinya ia mau. Karenanya tanpa  berkata-kata ia berjalan ke kamarnya, Reza mengikuti saja.
 
  Setelah ia di dalam, Rina tetap berdiri membelakangi muridnya itu. Ia  mendengar suara pakaian jatuh, dugaannya pasti Reza sedang mencopoti  pakaiannya. Ia pun segera mengikuti jejak Reza. Namun ketika ia hendak  melepaskan kancing dasternya."Sini saya teruskan", ia mendengar Reza  berbisik ke telinganya. Tangan Reza segera membuka kancing dasternya  yang terletak di bagian depan. Kemudian setelah dasternya jatuh ke  lantai, tangan itupun meraba-raba payudaranya. Rina juga merasakan penis  pemuda itu diantara belahan pantatnya."Gilaa..., besar amat", pikirnya.  Tak lama kemudian iapun dalam keadaan polos. Penis Reza  digosok-gosokkan di antara pantatnya, sementara tangan pemuda itu  meremasi payudaranya. Ketika jemari Reza meremas puting susu Rina,  erangan kenikmatan pun keluar."mm oohh".Reza tetap melakukan aksi  peremasan itu dengan satu tangan, sementara tangan satunya melakukan  operasi ke vagina Rina."Reza..., aahh..., aahh", Tubuh Rina menegang  saat pentil clitorisnya ditekan-tekan oleh Reza."Enak Bu?", Reza kembali  berbisik di telinga gurunya yang telah terbakar oleh api birahi itu.
 
  Rina hanya bisa menngerang, mendesah, dan berteriak lirih. Saat usapan,  remasan, dan pekerjaan tangan Reza dikombinasi dengan gigitan ringan di  lehernya. Tiba-tiba Reza mendorong tubuh Rina agar membungkuk. Kakinya  di lebarkan."Kata Anto ini posisi yang disukai Ibu""Ahhkk..., hmm...,  hmmpp", Rina menjerit, saat Reza dengan keras menghunjamkan penisnya ke  liang vaginanya dari belakang.""Ugghh..., innii..., innii", Reza  medengus penuh gairah dengan tiap hunjaman penisnya ke liang Rina.  Rinapun berteriak-teriak kenikmatan, saat liang vaginanya yang sempit  itu dilebarkan secara cepat."Adduuhh..., teruss.., teruss Rezaa...,  oohh", Kepala ibu guru itu berayun-ayun, terpengaruh oleh sodokan Reza.  Tangan Reza mencengkeram pundak Rina, seolah-olah mengarahkan tubuh  gurunya itu agar semakin cepat saja menelan penisnya."Oohh Rina...,  Rinnaa".Rina segera merasakan cairan hangat menyemprot di dalam  vaginanya dengan deras. Matanya terpejam menikmati perasaan yang tidak  bisa ia bayangkan.
 
  Rina masih tergolek kelelahan di tempat tidur. Rambutnya yang hitam  panjang menutupi bantalnya, dadanya yang indah naik-turun mengikuti  irama nafasnya. Sementara itu vaginanya sangat becek, berlepotan mani  Reza dan maninya sendiri. Reza juga telajang bulat, ia duduk di tepi  tempat tidur mengamati tubuh gurunya itu. Ia kemudian duduk mendekat,  tangannya meraba-raba liang vagina Rina, kemudian dipermainkannya pentil  kelentit gurunya itu."mm capek..., mm", bibir Rina mendesah saat  pentilnya dipermainkan. Sebenarnya ia sangat lelah, tapi perasaan  terangsang yang ada di dalam dirinya mulai muncul lagi. Dibukanya  kakinya lebar-lebar sehingga memberikan kemudahan bagi Reza untuk  memainkan clitorisnya."Rezz aahh", Tubuh Rina bergetar,  menggelinjang-gelinjang saat Reza mempercepat permainan  tangannya."Bu..., balik..., Reza pengin nih""Nakal kamu ahh", dengan  tersenyum nakal, Rina bangkit dan menungging. Tangannya memegang kayu  dipan tempat tidurnya. Matanya terpejam menanti sodokan penis Reza. Reza  meraih payudara Rina dari belakang dan mencengkeramya dengan keras saat  ia menyodokkan penisnya yang sudah tegang"Adduuhh..., owwmm", Rina  mengaduh kemudian menggigit bibirnya, saat lubang vaginannya yang telah  licin melebar karena desakan penis Reza."Bu Rina nikmat lho vagina  Ibu..., ketat", Reza memuji sambil menggoyang-goyangkan  pinggulnya."mm..., aahh..., ahh..., ahhkk", Rina tidak bisa bertahan  untuk hanya mendesah. Ia berteriak lirih seiring gerakan Reza. Badannya  digerakkannya untuk mengimbangi serangan Reza. Kenikmatan ia peroleh  juga dari remasan muridnya itu."Ayoo..., aahh.., ahh... Mm.., buat Ibu  keluuaa.. Rr lagi...". Gerakan Rina makin cepat menerima sodokan Reza.
 
  Tangan Reza beralih memegangi tubuh Rina, diangkatnya gurunya itu  sehingga posisinya tidak lagi "doggy style", melainkan kini Rina  menduduki penisnya dengan membelakangi dirinya. Reza kini telentang di  tempat tidur yang acak-acakan dan penuh oleh mani yang  mengering."Ooww..", Teriakan Rina terdengar keras saat ia tidak bisa  lagi menahan orgasmenya. Tangannya mencengkeram tangan Reza, kepalanya  mendongak menikmati kenikmatan yang menjalar ke seluruh tubuhnya.  Sementara Reza sendiri tetap menusuk-nusukkan penisnya ke vagina Rina  yang makin becek."Ayoo..., makin dalam dalamm"."Ahh.., aahh..., aahh..",  Rezapun mulai berteriak-teriak."Mau kelluuaarr"Rina sekali lagi  memejamkan matanya, saat mani Reza menyemprot dalam liang vaginanya.  Rina kemudian ambruk menindih tubuh Reza yang basah oleh keringat.  Sementara diantara kaki-kaki mereka mengalir cairan hangat hasil  kenikmatan mereka."Bu Rina..., sungguh luar biasa, Coba kalau Anto ada  disini sekarang"."mm memangnya kamu mau apa", Rina kemudian merebahkan  dirinya di samping Reza. Tangannya mengusap-usap puting Reza."Kita bisa  main bertiga, pasti lebih nikmat.."Rina tidak bisa menjawab komentar  Reza, sementara perasaannya dipenuhi kebingungan.
 
  Akhirnya hari kelulusan murid klas 3 sampai juga. Dengan demikian Rina  harus berpisah dengan kedua murid yang disayanginya, terlebih lagi  ketika ia harus pindah ke kota lain untuk menempati pos baru di Kanwil.  Karenanya ia memanggil Anto untuk datang ke rumahnya untuk  memberitahukan perihal kepindahannya.Ketika seputar Indonesia mulai  ditayangkan, Anto muncul. Ia langsung dipersilakan duduk."Bu, Anto  kangen lho"."Iya deh..., nanti. Gini, Ibu bulan depan pindah ke kota B,  soalnya akan dinaikkan pangkatnya. Jadi..., jadi..., Ibu ingin malam ini  malam terakhir kita", mata Rina berkaca-kaca ketika mengucapkan  itu."…………..", Anto tidak bisa menjawab. Ia kaget mendengar berita itu.  Baginya Rina merupakan segalanya, terlebih lagi ia telah mendapatkan  pelajaran berharga dari gurunya itu."Tapi Anto masih boleh berkirim  surat kan?".Rina bisa sedikit tersenyum melihat muridnya tabah, "Iya...,  boleh..., boleh"."Minum dulu Nto, ada es teh di meja makan. Kalau sudah  nonton VCD di kamar yaa", Rina mengerling nakal ke muridnya sambil  beranjak ke kamar. Di kamar ia mengganti pakaiannya dengan kimono  kegemarannya, melepas BH, menghidupkan AC dan tentu saja menyetel VCD  'Kamasutra-nya Penthouse". Lalu ia tengkurap di tempat tidur sambil  menonton TV.
 
  Diluar Anto meminum es teh yang disediakan Rina dan membiarkan pintu  depan tidak terkunci. Ia mempunyai rencana yang telah disusun rapi.Lalu  Anto menyusul Rina ke kamar tidur. Begitu pintu dibuka ia melihat  gurunya tengkurap menonton VCD dengan dibalut kimono merah tipis, lekuk  tubuhnya jelas terlihat. Rambutnya yang panjang tergerai di punggungnya  bagai gadis iklan shampo Pantene."Ganti pakaian itu Nto..", Rina  menunjuk celana pendek dan kaos tipis yang terlipat rapi di meja  riasnya.
 
  Ketika Anto sedang mencopot celananya Rina sempat melihat penis pemuda  itu menyembul di balik CD GT Man-nya. Setelah selesai Anto juga  tengkurap di samping Rina."Sudah liat film ini belum? Bagus lho untuk  info posisi-posisi ngesex"."Belum tuh...", Mata Anto tertuju pada posisi  dimana si wanita berdiri memegang pohon sementara si pria memasukkan  penisnya dari belakang, sambil meremas-remas payudara partnernya."mm...,  itu posisi fave saya. Kalau kamu suka nanti CD itu bisa kamu  ambil"."Thanx..", Anto kemudian mengecup pipi gurunya.
 
  Adegan demi adegan terus bergulir, suasana pun menjadi semakin panas.  Rina kini tengkurap dengan tidak lagi mengenakan selembar benangpun.  Demikian pula Anto. Anto kemudian duduk di sebelah gurunya itu,  dibelainya rambut Rina dengan lembut, kemudian disibakkannya ke sebelah  kiri. Bibir Anto kemudian menciumi tengkuk Rina, dijilatinya  rambut-rambut halus yang tumbuh lebat."aahh..."Setelah puas, Anto  kemudian memberi isyarat pada Rina agar duduk di pangkuannya."Bu, biar  Anto yang puasin ibu malam ini...", Bisik Anto di telinga Rina. Rina  yang telah duduk di pangkuan Anto pasrah saja saat kedua tangan muridnya  meremas-remas payudaranya yang liat. Kemudian ia menjerit lirih saat  puting susunya mendapat remasan."Akhh...", Rina memejamkan  matanya."Anto..., jilatin vagina ibu..."
 
  Anto kemudian merebahkan Rina, dibukanya kaki gurunya itu lebar-lebar,  kemudian dengan perlahan ia mulai menjilati vagina gurunya. Bau khas  dari vagina yang telah basah oleh gairah itu membuat Anto kian  bernafsu."oohh..., teruss..., teruuss...", Rina bergetar merasakan  kenikmatan itu. Tangannya membimbing tangan Anto dalam meremasi susunya.  Memberikan kenikmatan ganda."Jilatin..., pentil itu..., oohohh", Bagai  dikomando Anto menjilati pentil clitoris Rina, dengan penuh  semangat."Aduuhh….. Oohh…oohh…hh.. Hh…..""Anto..., massuukk".
 
  Kaki Rina kemudian disampirkannya ke pundak, dan dengan cepat  disodokkannya penisnya ke vagina Rina yang becek."mm...", Rina menggigit  bibirnya. Meskipun lubang vaginanya telah licin, namun penis yang besar  itu tetap saja agak kesulitan menerobos masuk."Uuhh..., masih susah  juga ya Bu...", Anto sambil meringis memaju mundurkan penisnya. Ia  merasakan penisnya bagai diremas-remas oleh tangan yang sangat halus  saat di dalam. Tangan Rina mempermainkan puting Anto. Dengan gemas  dicubitnya hingga Anto berteriak."Uhh..., nakal, Ini balasannya!",  sodokan Anto makin keras, lebih keras dari saat ia memasukkan  penisnya."aa...".
 
  Tiba-tiba pintu kamar tebuka! Spontan Rina terkejut, tapi tidak bagi  Anto. Reza sudah berdiri di muka pintu, senjatanya telah tegak  berdiri."mm..., hot juga permainan Ibu dengan Dia, boleh saya  bergabung?", Reza kemudian berjalan mendekati mereka. Rina yang hendak  berdiri ditahan oleh Anto, yang tetap menjaga penisnya di dalam vagina  rina."Nikmati saja..."Reza kemudian mengangkangi Rina, penisnya berada  tepat di mukanya."Isap... Ayoo", sambil memasukkan penisnya. Saat itu  pula Anto menghentakkan gerakannya. Saat Rina berteriak, saat itu pula  penis Reza masuk."Ahh..., nikmat..", Rina merem-melek menghisap-hisap  penis muridnya, sementara Anto dengan puas menggarap  vaginanya."uufff..., jilatin..., jilatt", tangan Reza memegangi kepala  Rina, agar semakin dalam saja mengisap penisnya.
 
  Posisi itu tetap bertahan hingga akhirnya Anto keluar duluan. Maninya  menyemprot dengan leluasa di lubang vagina gurunya yang cantik.  Sementara Reza tetap mengerang-erang sambil medorong-dorong kepala  Rina.Setelah Anto mengeluarkan penisnya dari vagina Rina, "Berdiri  menghadap tembok Bu!"Rina masih kelelahan. Ia telah orgasme pula saat  Anto keluar, namun ia tidak bisa teriak karena ada penis di mulutnya.  Saat ia berdiri dengan tangan di tembok menahan tubuhnya, mani anto  menetes ke lantai."mm..., Nto..., liat tuh punya kamu..", seru Reza  sambil tertawa. Ia kemudian menempelkan tubuhnya ke Rina. Penisnya tepat  berada di antara kedua pantat Rina."Nih Bu rasakan punya Reza juga ya".
 
  Anto dengan santai menyaksikan temannya menggarap gurunya dari belakang.  Tangan Reza memegangi pinggang Rina saat ia menyodok-nyodokkan penisnya  keluar masuk dengan cepat. Saat Rina merintih-rintih menikmati  permainan mereka, Anto merasakan penisnya tegang lagi. Ia tidak tahan  melihat pemandangan yang sangat erotik sekali.Kedua insan itu saling  mengaduh, mendesah, dan berteriak lirih seiring kenikmatan yang mereka  berikan dan rasakan."ooww...", Tubuh Rina yang disangga Reza menegang,  kemudian lemas. Anto menduga mereka berdua telah sampai di puncak  kenikmatan. Timbul isengnya, ia kemudian mendekati mereka dan menyusup  diantara Rina dan tembok. Dipindahkannya tangan Rina ke pundaknya, dan  penisnya menggantikan posisi milik Reza."Anto...", Lagi-lagi Rina  mendesah saat penis Anto masuk dan pinggulnya didorong oleh Reza dari  belakang."Ahh.. Ahh…. Dorongg…dorongg………….""aa.. Aa... Aa"."oohhkk...,  kk..., kk..", Rina berteriak keras sekali, saat dorongan Reza sangat  keras menekan pinggulnya. penis Anto amblas hingga mencapai pangkalnya  masuk ke vagina Rina. Saat itu pula ia merasakan penis yang  berdenyut-denyut itu melepaskan muatannya untuk kedua kali.               Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex -   Istri dan adik ipar               Apr 8th 2013, 04:22                                                          "Mas.. kalau tidur ditutup sarungnya.. jangan dibuka kayak tadi.. kemana-mana tuh..!!" kata Mey.
 
 Spontan aku kaget, dan tanya ke dia,"Masa sih Mey??" "Yaah.. namanya juga tidur.. mana aku tahu.." lanjutku sekenanya.
  "Untung gak ada orang tadi, makanya langsung aku tutup pakai sarung.." kata Mey.
  Makin kaget aku.. "Gila lu ya.. Masa sih..??" sambil garuk-garuk kepala.
  "Daah, santai aja.. lagian aku kan cuma nutup doang.." Kata Mey "Iya.. nutup doang, tapi kan lihat.. Iya kan..?" tanyaku penasaran.
  "Dikit Mas.. salah sendiri ngacung gak jelas.. mana keras banget lagi kayaknya.."
  Penasaran......... Bangeeet gak seeeeh.......????? 
  Awal Februari 2013, semua nama aku samarkan, Mas Bro itu panggilanku di  rumah.. pulang pagi mendekati subuh.. Sekitar jam 0415 waktu Cilandak –  Jakarta Selatan.. Parkir mobil agak jauh di depan.. Jalan gontai,  kecapean karena pulang entertaint klien. Sampai depan rumah ambil kunci  di dalam tas selempang MontBlanc andalanku... buka pintu dan lepasin  semua yang ada dibadan....
  Pelan-pelan aku jalan menuju kamar mandi di belakang berbatasan dengan  dapur, cuci muka dan bersih-bersih badan.. sambil berpikir tentang  produksi yang mudah-mudaha akan aku dapat dalam dua atau tiga minggu ke  depan.. lumayan bisa buat hidup keluarga selama empat bulan kedepan.. Namanya juga pekerja di perusahaan broker asuransi, dan pastinya  entertaint klien itu perlu... ditambah tadi itu, aku memang minum  tequilla agak banyak.. tapi untungnya masih bisa konsentrasi pegang  setir dan selamat sampai di rumah.
  Selesai dari kamar mandi aku langsung menuju kamar, hanya pakai sarung  yang sudah disiapkan di depan kamar mandi dan telanjang dada, aku buka  pintu kamar perlahan. Kuatir membangunkan istri dan anak-anakku. Kamar  kami memang menjadi satu, berhubung di rumah mertuaku memang cuma ada  tiga kamar. Padahal kalau saja istriku mau tinggal di Bekasi, kita bisa  punya kamar sendiri, dan anak-anak juga punya kamar sendiri. Tapi apa  boleh buat, istriku kerja di area Buncit, jadi lebih dekat dan lebih  irit biaya pulang perginya. Mertuaku tidur di kamar depan dan adik  iparku tidur di kamar belakang.
  Kaget pas aku buka pintu kamar dan aku nyalakan lampu, ternyata adik  iparku, Mey, tidur di kamar kami. Selain itu, tumben juga nih, kok gak  ada yang terbangun. Mungkin karena dinginnya AC dan cuaca yang mendukung  setelah hujan malam tadi. Yang paling aku kaget dan bikin horny, cara  tidur Mey yang berantakan, jadi rok dasternya tersingkap sampai di atas  perut. Hasilnya aku bisa menikmati melihat paha, bongkahan memiy (yang  menurutku) masih perawan, walaupun tidak semulus dan seputih paha  istriku sendiri, Santi, kakaknya Mey. Mataku tetap memandangi memiy nya  dengan jembi yang rada jarang. Mey pakai celana dalam yang agak kendor  dan tipis, jadi semua bisa terlihat dengan jelas, apalagi lampu aku  nyalakan. Haduuuh... Pemandangan yang membuat aku makin pusing dan horny  di pagi hari buta.
  Puas aku melihat memiy Mey, penasaran sih pengen pegang dan ngepel alias  jilmey, tapi kan ada Santi. Berabe kalau Mey teriak. Ya sudah, aku  tahan dan sengaja aku matikan lampunya lagi tanpa menutup pintu, dan  pelan tapi pasti aku keluar kamar lagi dan jatuhkan botol kosong di  dekat dispenser, biar salah satu dari mereka bangun. Istriku ternyata  yang pertama kali terbangun dan langsung menegur Mey, kalau dasternya  tersingkap.
  "Mey, dastermu itu.. Untung Mas Bro di luar tuh.." kata Santi.
  Mey langsung rapikan dasternya, lalu bangun dan langsung menuju kamarnya  tanpa melihat aku yang sedang minum tapi memperhatikan pantatnya yang  bulat. Memang adik iparku ini lebih tinggi dan agak cubby, dengan toket  yang ukurannya lebih besar daripada kakaknya. Sebenarnya proporsional,  tapi kulitnya eksotis Indonesia, sawo matang kekuningan. Sedangkan  istriku lebih pendek dan sintal, dengan kulit putih mirip orang cina.  Wajah mereka sama-sama cantik dan bikin penasaran orang yang melihat.
  Aku masuk ke kamar dan langsung masuk ke dalam selimut di samping  istriku, sambil cium pipinya dan peluk badannya. Ternyata istriku NO  BRA, akhirnya aku coba rangsang dia dengan pegang dan puter-puter pelan  pentil kecilnya.
  Istriku melengguh pelan,"Yah, gak capek..? kan baru pulang..?" tanya istriku. "Kalau pulang yang didapat kayak begini" sambil aku remas dan isep toketnya. "Gak akan pernah cape aku" dan kusingkap dasternya.
  Aku telanjangi Santi dengan sedikit kasar sambil aku isap pentilnya, dan  dia menikmati ssetiap rabaan dan cumbuanku. Lengkuhannya saat aku  pegang dan gerayangi memiy nya. Bugillah istriku hanya dengan celana  dalam seksi G string tali sampingnya saja.
  "Yaaaah.. aku horny" saat jari tangan kiri ku membuat basah memiy nya  dan masuklah jari tengah ke dalam memiy Santi. Disaat yang sama bibirku  tidak diam, mengarah ke semua penjuru toket, leher dan pentil Santi.
  "Uuuukhhhh.. Ayaaaah... Cepetaan..!!!"
  Aku lepas sarung yang aku pakai dan tongki ku aku arahkan ke mulut  Santi, dan aku ganti jari tengah tangan kiriku dengan mulutku yang  sekarang sudah menghisap memiy indah milik Santi dan tangan kananku  melepas tali G String nya, posisi kami menjadi 69, aku diatas.
  "Mmmffh....mmffh..slruuuph..slruuuph.." suara horny Santi dan hisapan mulutnya ke kontol ku. Aku terus jilmey dan hisap klitoris Santi, sampai akhirnya... "Aaaaakkkhkhhhh...Yaahh..." dijepitnya kepalaku dengan pahanya. Dengan kedua tangannya peluk pinggang dan lidahnya hisap dan jilat daerah antara sunhole dan kontolku.
  Orgasme pertama untuk Santi. Aku langsung balik badan dan masukkan  kontol ku ke dalam memiy Santi.. "Sleeeeeph... saking basahnya belahan  memiy Santi, jadi langsung masuk semua kontolku ke dalam memiy nya...  dan dia melengguh lagi.. "aaaaakkkkhhh.. Ayaaaahhhh...  eeeennnnaaaakkkhhhh nyaahhh...." lalu dia gigit bibir bawahnya sambil  menaikkan bagian perut dan dadanya agak keatas dan menahan nafasnya,  menikmati sodokan kontolku yang tiba-tiba dan agak kencang. Aku akui,  memang hari ini aku sangat nafsu dengan Santi, istriku, karna
  Aku diamkan sebentar kontolku yang memang keras dan agak panjang sekitar  17cm itu di dalam memiy Santi. Pelaaaaaan... perlahaaaan... aku tarik..  dan aku sodok agak keras ke memiy nya... pelaaaan... perlahaaan... aku  tarik dan aku sodokkan lagi ke memiy nya berulang-ulang... sampai 15  kali... Sebenarnya kuatir juga... kuatir kalau anak-anak bangun.. aku  lirik mereka.. dan aku bisikkan ke telingan santi untuk pindah di lantai  saja, pakai kasur lipat yang sudah setia menunggu kami di bawah tempat  tidur jati kami yang kokoh ini.
  "Ayah.. cepeet ya sayang.. sudah mau subuh..?" kata istriku. Memang  setiap kali ngentot, kami butuh waktu antara 45 menit sampai satu jam  dan aku anggukkan kepala tanda setuju, ditambah memang aku butuh  istirahat secepatnya, karena besok siang aku harus ke kantor untuk buat  laporan kerja. Istriku tidur telentang dengan kaki agak sedikti terbuka  di kasur lipat yang sudah aku gelar sebagai alas per-ngentotan kami. Aku  langsung tindih dan masukkan kontolku.. . "Sleeeph... Cleepot ...Sleeephhh... Cleepot .....Sleephh... Cleepot......" Bunyi yang keluar dari memiy Santi yang basah dan terdengar suara seperti kentut memiy nya ditambah dengan beradunya paha kami..
  "Akkh..Akkh..Ayaaah.. Nikmat banget kontol Ayaaah... Ayo sayaanggghhh..  Aakkh.. Enak kontol Ayah...Akkkhh...Akkkhh..Akkkhhh...."Santi meracau  tertahan.
  Dan sambil aku sodok terus memiy Santi, aku bisikkan ke kupingnya  "Apa..yang.. Nikmat Buunda...?? Apa... yaaang.. ennnakkkh  Buuuundaa..???"
  "Koo..ooon..toooll.....Ayyy..yaaahkkh..Ennnnaakkkh .." "Kooo..ooon..toooll...Ayyaahhkkh...Nikh..maaattth. .." "Terrrr..rruuuuusss...Yaaaaahhhkkhh..Akkkhuuu..maa  auuuhhhggh...keeeeluuuaaaarrrhhhh...." Sambil meracau dan menjawab  pertanyaanku... Santi orgasme yang kedua..
  Aku langsung ubah posisi Woman On Top (WOT) tanpa memberikan waktu  istirahat kepada Santi.. dan Santi langsung memutar-mutarkan.. dan  memaju mundurkan pantatnya hampir bersamaan.. dengan desahan yang luar  biasa liar..
  Aku remas toketnya dan aku juga imbangi permainan pantat nya dengan menusuk-nusuk memiy nya yang bergerak membabi buta.. "Aaakkkhhhhhh...Aaaaayyyyyaaahhh..." lengkuhan panjang dan nikmat dia  dapat kembali.. orgasme Santi ketiga.. dan rebahkan badannya ke dadaku.
  Tapi aku tidak berhenti juga menusuk memiy Santi.. Bahkan makin kuat aku menusuk-nusuk memiy Santi.. Sebentar kemudian aku  merasakan ada yang mau meledak di batang kontolku.. daaaannnn.... "Aaaaakhhhhh..Buuuuunnnnnddddhhhhaaaa..." melesat semua pejuh ku ke  dalam rahim Santi, sampai lima kali tersemprot di dalamnya dan terus  tersenggal-senggal semua badan dan kontolku menikmati orgasme yang hebat  dan Santi juga menikmati permainan keras pagi itu.
  Setelah kepuasan kami dapat, tanpa sadar kami tertidur pulas sekitar 15  menit-an dengan kontolku masih berada di dalam memiy Santi, dan kami  terbangun pada saat kami mendengar bunyi kokok ayam tetangga, ternyata  sudah jam 0555. Untungnya lagi, anak-anak belum terbangun dari tidur  nyenyak dan mimpi indah mereka.
  Istriku terburu bangun sambil menarik memiy dari kontolku dan hal itu  membuat kontolku terbangun tuing tuing dengan cepatnya. Lalu kami  merapikan ajang pertempuran dan aku melanjutkan kembali tidur di tempat  tidur bersebelahan dengan anak-anak menggunakan sarung saktiku. Karena  tanpa sarung itu, tidurku tidak akan nyenyak.
  AYAH.. CAPE BANGET YA.. ANAK-ANAK SUDAH RAPI DAN AKU BAWA ANAK-ANAK KE RUMAH BIBI PENGASUH. BIAR MEREKA GAK GANGGU TIDUR NYENYAK AYAH. AKU BERANGKAT SENDIRI AJA KE KANTOR NAIK OJEK. SUDAH TELAT JUGA.. KALAU HARUS BARENG AYAH... BELUM MACETNYA.. OKE C U THIS EVENING AYAH.. KONTOL NYA AKU YANG NIKMAT DAN ENAK DIJAGAIN YAAA.. MUUACHH. AYAH LEBIH HEBAT DARI BIASANYA PAGI INI.....
  BUNDA
  Secarik kertas aku dapati di samping tempat ku tidur di kasur yang  empuk. Ternyata sudah jam 0900 pas, saat aku terbangun dari tidur  nyenyakku. Terdengar suara orang mandi, pasti si Mey, kalau mandi lama.  Dan kontol ku ikut bangun, karena aku ingat pagi tadi aku lihat memiy  dan jembi Mey itu.
  Aku bangun dari tempat tidur dan langsung ke kamar mandi. Tepat saat Mey  keluar dari kamar mandi, langsung saja aku kencing tanpa tutup pintu  dan kembali ke ruang tamu di depan kamarku untuk minum air putih dan  kopi yang telah dingin hasil racikan Santi sebelum dia berangkat kerja  tadi.
  Setelah itu, aku kembali ke kamar mandi dan langsung mandi, sedang Mey  sudah menutup pintu kamarnya dari tadi untuk siap-siap kerja. Oh iya..  Mey itu bidan di Rumah Sakit Ibu dan Anak terkenal di Jakarta.
  Selesai mandi, aku keringkan badanku dan hanya melilitkan handuk untuk  menutupi kontol ku, langsung menuju kamar untuk ambil celana dalam,  sedangkan baju kerjaku ada di kamar Mey. Tapi Mey belum selesai juga  dalam kamar.. "Hadduuh, lama banget nih adik ipar gue.." rutuk ku.
  Akhirnya aku ketok kamar Mey untuk ambil pakaian kerjaku. Lemari  pakaianku Santi dan aku memang ada di kamar Mey, karena tempat yang  tidak memadai di kamar kami untuk menaruh lemari di dalam. Setelah Mey  buka pintu, ternyata dia masih menggunakan handuk dan masih mengeringkan  rambutnya yang panjang bergelombang.
  "Lama banget sih Mey, mau bareng ke depan gak..?" aku tanya Mey. "Iya Mas.. bareng.. " jawab Mey spontan. "Tapi bentaran.. aku libur kok.. aku cuma mau jalan ke Mal deket rumah" lanjutnya.
  Tiba-tiba Mey tanya aku yang masih mengambil celana dan memilih baju yang cocok. "Tadi pagi hot banget Mas..?" "Sampai kedengeran ke sini" katanya lagi.
  Kaget juga aku, dan spontan aku jawab "Biasalah.. nanti juga kamu akan begitu"
  "Gak laaah.. aku sih santai kalee.. Gak mau kayak gitu ah.. malu.." jawab Mey.
  Dan aku senyum-senyum sambil keluar kamarnya, tapi sebelum keluar kamar  Mey bicara yang membuat aku agak kaget dan spontan berhenti.
  "Mas.. kalau tidur ditutup sarungnya.. jangan dibuka kayak tadi.. kemana-mana tuh..!!" kata Mey. Spontan aku kaget, dan tanya ke dia,"Masa sih Mey??" "Yaah.. namanya juga tidur.. mana aku tahu.." lanjutku sekenanya.
  "Untung gak ada orang tadi, makanya langsung aku tutup pakai sarung.." kata Mey.
  Makin kaget aku.. "Gila lu ya.. Masa sih..??" sambil garuk-garuk kepala.
  "Daah, santai aja.. lagian aku kan cuma nutup doang.." Kata Mey "Iya.. nutup doang, tapi kan lihat.. Iya kan..?" tanyaku penasaran.
  "Dikit Mas.. salah sendiri ngacung gak jelas.. mana keras banget lagi kayaknya.."
  Otakku langsung ngeres dan aku taruh baju di kamarku, lalu aku balik ke kamar Mey sambil tanya "Emang kamu lihat ya Mey..?" "Iya lah.. lumayan.. cukuplah.." katanya. "Halaaaah.. paling-paling juga kontol pacar mu gak segede aku" ledekku ke Mey. "Enak aja.. lebih panjang dikit doong.." spontan dia jawab. "Nah looh.. jadi..." sambil aku tunjuk dia.
  Muka Mey langsung merah dan dia tutup mulutnya pakai tangan kanannya.. "Hahahaha.. nah bandel ya.. ??" kataku sekenanya. "Gak kok Mas.. gak ngapa-ngapain.. cumaaa... dikit doang.." katanya.
  Aku langsung memberanikan diri masuk ke kamarnya dan tutup sambil kunci  kamar Mey. Dia sempat kaget karena aku juga langsung buka handuk yang  melilit di pingganku. "Mas.. mau ngapain..?" kaget dia sambil mundur dan terduduk di tempat tidurnya. "Kamu curang.. kamu kan sudah lihat kontol ku, sekarang gantian.. aku lihat memiy kamu..!" kataku.
  "Gak ah...!" "Aku teriak nih..!" dia mengancam.
  Aku gak kalah cerdik, langsung aja aku jawab "Silahkan teriak.. toh kita berdua di kamar, kamu cuma pakai handuk.. sama dengan aku kan..??" "lagi pula ini sudah tanggung, cuma minta dicium doang kontolnya aku.." menenangkan Mey.
  "Bener ya Mas.. Cuma aku cium doang.." tanya dia. "Aku baru sekali Mas.. sumpah deh.. itu aja sakit, tapi ada darah keluar" Mey mengakui perbuatannya dengan pacarnya.
  "Ya sudah.. gak apa-apa.. aku gak akan adukan ke siapa-siapa.." jawabku menegaskan.
  Lalu aku majukan kontolku ke muka Mey. Dia pegang dan cium-cium kontolku  dan ditambah agak dijilat-jilat kecil oleh lidahnya. Semakin lama  pastinya sentuhan, ciuman dan jilatan lidah Mey membuat kontolku semakin  membesar dan tegak sempurna.
  "Isep aja Mey..!" perintahku dengan lembut sambil mengelus rambut samping sebelah kupingnya.
  Tanpa menunggu lama, Mey langsung masukkan kontolku ke mulutnya dan  menghisap juga memaju mundurkan mulutnya. Tanpa sadar, handuknya  terlepas dengan tidak sengaja dan terlihatlah toket besar adikku dengan  puting yang masih kecil, ditambah masih segar agak kemerahan warnanya.  Tangan kiriku tidak tinggal diam, langsuung aku pegang dan remas toket  besar itu, yang aku tahu ternyata 36D, itupun karena dia yang bilang.
  Remasan tanganku ke toketnya membuat Mey semakin terangsang dan makin  dia cepat memaju mundurkan mulutnya sambil menghisap kontolku. Setelah  beberapa lama, aku hentikan kegiatan blow job nya, yang menurutku sangat  piawai. Lalu aku berdirikan dia dari tempat tidur tempat Mey duduk, dan  aku cium perlahan pinggiran bibirnya dengan perlahan. Terus aku ciumi  lehernya, kembali naik ke atas ke arah pinggir bibirnya dan aku cium  bibirnya dengan perlahan pula.
  Memang Mey sudah sangat termakan nafsu, saat aku cium bibirnya, dia  malah membalas dengan pagutan yang penuh dengan birahi. Tangan kiriku  masih memainkan toketnya, dan tangan kananku mulai bergerak mengarah ke  punggungnya, lalu perlahan dan pasti mengarah ke bongkahan pantatnya  yang bulat dan mengkal.. lalu perlahan mulai mengarah ke memiynya yang  luar biasa basah oleh cairan intim Mey sendiri.
  "Mhaaaaasss.. aku keppp...phheengg..nngeen..." ratapan nafsu birahi Mey mulai menjalar. "Iya.. sayang.. kamu duduk ya dan tiduran.. Mas buat kamu enak dan menikmati surga..!" kataku
  Mey duduk dan langsung tidur di tempat tidurnya, aku langsung menciumi  toket nya yang besar dan mejilatinya dengan halus dan perlahan.. lalu  putingnya aku cium dan aku pilin-pilin dengan hati-hati.. aku hisap dari  pelan sampai aku gemes dan aku sedot penuh nafsu.. sehingga di beberapa  bagian toketnya meninggalkan cupangan yang cukup banyak.
  Aku sejajarkan tubuh Mey dengan tempat tidur dan aku naiki tubuhnya.  Pelan... pelan.. sambil aku tatap wajah dan matanya.. lalu.. aku cium  dan pagut bibirnya yang sedikit terbuka.. perlahan namun pasti, aku raba  dan sentuh memiynya. Dan Mey melengkuh dengan gemetaran...
  "Mhaaasssss... oooohhhkk.. akhuuuu... maaa..uuuu..phippp..piiisss.." Mey agak meregang.
  "Pipis aja Mey.. gak apa-apa.." jawabku.
  Pelan-pelan aku tindih dan arahkan kontolku ke lubang memiy nya. Dan  perlahan aku tempelkan ujung kontolku ke depan mulut memiynya.. Mey  pasrah.. dia hanya bilang
  "masukin Mas.. aku mau.. cepetan..."
  Tanpa dikomando ulang aku langsung tusuk perlahan dan pelan sekali,  karena aku yakin pasti sakit jika langsung aku masukkan kontol ku ke  memiynya. Perlahan.. kepala kontolku bisa masuk sempurna.. lalu setengah  kontolku.. sambil aku maju mundurkan.. pelan-pelan.. dan Mey hanya  mendesah dan mengerang sakit.. tapi enak... Tanpa menunggu waktu yang lama... akhirnya kontolku bisa masuk dan aku diamkan sebentar di dalam memiy Mey.
  Lalu aku tarik pelaaaan.. tapi Mey terkaget-kaget.. sambil meliukkan badannya.. "Mhaaasss.. ennnaaakk..bangggeeeettt.. oooohhhkk..."
  Lalu aku masukkan perlahan lagi.. terus..terus..terus seperti itu dan  akhirnyakurang dari 5 menit Mey mengalami orgasme yang luar biasa  hebat.. sambil memeluk badanku...
  "Aaaakkkkhhhhhhhhhh....Mmmmhhaaaaaasss....ooooohhh k.." Dan aku tetap merasakan cairan keluar dari lubang memiy nya dan mendiamkan kontolku di dalam memiynya.. "Enak banget mas.." hanya itu yang dia bilang, setelah hantaman orgasme Mey mereda.
  "Kita lanjut ya.." tanyaku dengan kontol masih di dalam memiy Mey.
  Tetap dengan perlahan aku sodokkan kontolku ke dalam memiy Mey. Tetapi  lama-kelamaan memang aku percepat sodokan-sodokanku ke dalam memiynya.  Memang, mungkin baru sekali memiynya disodok oleh pacarnya. Karena  semppitnya memiy Mey sungguh luar biasa berasa dan aku benar-benar sudah  merasakan akan ada ledakan yang maha dahsyat dari kontolku.
  Mey merasakan hal yang sama dan kami saling mengimbangi permainan dengan  menggoyangkan pantat kami secara beraturan. Mey menghantamkan memiynya  dari bawah, sedangkan aku makin mempercepat sodokanku. Yang pada  akhirnya....
  "Aaakkhh..oohhhh..Mmmhaaassss...,Mhhheeeyy..kheeee luuaarrrhhkkk.."Mey meregang tertahan "Mmhheeyyy.. akhhuuuu jhuuuggg..ghaaa.." sambil membenamkan seluruh  kontolku ke dalam memiy Mey yang sempit dan tersemprotlah beberapa kali  pejuhku ke dalam memiy Mey dan merasakan mentok sampai ke rahimnya.
  Kami terdiam dan menghayati gelombang perasaaan nikmat dan puas.. sambil berpelukan.. Itu semua kami lakukan hanya dengan gaya missionary.. standard style of fucking.
  Dan sejak saat itu, pasti brotha dan sistha tahu.. kami selalu lakukan  berulang-ulang saat ada kesempatan. Dan sejak awal bulan.. Mey dan aku  sudah melakukan 15 kali mengentot nikmat di setiap kesempatan. Dan  kebetulan memang adik iparku, Mey, sempat cuti 5 hari dan baru masuk  hari ini         Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Tante Ninik Nyokap temen Gue               Apr 8th 2013, 04:21                                               Halo agan agan,, lama gak posting nih, kini gue ada cerita Panas terbaru  dari pengalaman gue sendiri dengan tante tante, bukan tante girang sih,  tapi sensasinya emang bikin deg deg ser karena ngeseks dengan wanita  setengah baya. Berikut cerita lengkapnya, baca dengan tenang dan santai  ya Tante ninik Ibu temanku.
  Ngentot tante "Kriing.." jam di meja memaksa aku untuk memicingkan mata. "Wah gawat,  telat nih" dengan tergesa-gesa aku bangun lalu lari ke kamar mandi. Pagi  itu aku ada janji untuk menjaga rumah tanteku.
  Oh ya, tanteku ini orangnya cantik dengan wajah seperti artis sinetron,  namanya Ninik. Tinggi badan 168, payudara 34, dan tubuh yang langsing.  Sejak kembali dari Malang, aku sering main ke rumahnya. Hal ini aku  lakukan atas permintaan tante Ninik, karena suaminya sering ditugaskan  ke luar pulau.
  Oh ya, tante Ninik mempunyai dua anak perempuan Dini dan Fifi. Dini  sudah kelas 2 SMA dengan tubuh yang langsing, payudara 36B, dan tinggi  165. Sedangkan Fifi mempunyai tubuh agak bongsor untuk gadis SMP kelas  3, tinggi 168 dan payudara 36. Setiap aku berada di rumah tante Fifi aku  merasa seperti berada di sebuah harem. Tiga wanita cantik dan seksi  yang suka memakai baju-baju transparan kalau di rumah.
  Kali ini aku akan ceritakan pengalamanku dengan tante Ninik di kamarnya  ketika suaminya sedang tugas dinas luar pulau untuk 5 hari.
  Hari Senin pagi, aku memacu motorku ke rumah tante Ninik. Setelah  perjalanan 15 menit, aku sampai di rumahnya. Langsung aku parkir motor  di teras rumah. Sepertinya Dini dan Fifi masih belum berangkat sekolah,  begitu juga tante Ninik belum berangkat kerja.
  "Met pagi semua" aku ucapkan sapaan seperti biasanya. "Pagi, Mas Firman. Lho kok masih kusut wajahnya, pasti baru bangun ya?" Fifi membalas sapaanku. "Iya nih kesiangan" aku jawab sekenanya sambil masuk ke ruang keluarga. "Fir, kamu antar Dini dan Fifi ke sekolah ya. Tante belum mandi nih.  Kunci mobil ada di tempat biasanya tuh." Dari dapur tante menyuruh aku. "OK Tante" jawabku singkat. "Ayo duo cewek paling manja sedunia." celetukku sambil masuk ke mobil. Iya lho, Dini dan Fifi memang cewek yang manja, kalau pergi selalu minta diantar. "Daag Mas Firman, nanti pulangnya dijemput ya." Lalu Dini menghilang dibalik pagar sekolahan.
  Selesai sudah tugasku mengantar untuk hari ini. Kupacu mobil ke rumah tante Ninik. Setelah parkir mobil aku langsung menuju meja makan, lalu mengambil  porsi tukang dan melahapnya. Tante Ninik masih mandi, terdengar suara  guyuran air agak keras. Lalu hening agak lama, setelah lebih kurang lima  menit tidak terdengar gemericik air aku mulai curiga dan aku hentikan  makanku. Setelah menaruh piring di dapur. Aku menuju ke pintu kamar  mandi, sasaranku adalah lubang kunci yang memang sudah tidak ada  kuncinya. Aku matikan lampu ruang tempatku berdiri, lalu aku mulai  mendekatkan mataku ke lubang kunci. Di depanku terpampang pemandangan  alam yang indah sekali, tubuh mulus dan putih tante Ninik tanpa ada  sehelai benang yang menutupi terlihat agak mengkilat akibat efek cahaya  yang mengenai air di kulitnya. Ternyata tante Ninik sedang masturbasi,  tangan kanannya dengan lembut digosok-gosokkan ke vaginanya. Sedangkan  tangan kiri mengelus-elus payudaranya bergantian kiri dan kanan.
  Terdengar suara desahan lirih, "Hmm, ohh, arhh". Kulihat tanteku  melentingkan tubuhnya ke belakang, sambil tangan kanannya semakin  kencang ditancapkan ke vagina. Rupanya tante Ninik ini sudah mencapai  orgasmenya. Lalu dia berbalik dan mengguyurkan air ke tubuhnya. Aku  langsung pergi ke ruang keluarga dan menyalakan televisi. Aku tepis  pikiran-pikiran porno di otakku, tapi tidak bisa. Tubuh molek tante  Ninik, membuatku tergila-gila. Aku jadi membayangkan tante Ninik  berhubungan badan denganku.
  "Lho Fir, kamu lagi apa tuh kok tanganmu dimasukkan celana gitu. Hayo  kamu lagi ngebayangin siapa? Nanti aku bilang ke ibu kamu lho."  Tiba-tiba suara tante Ninik mengagetkan aku. "Kamu ini pagi-pagi sudah begitu. Mbok ya nanti malam saja, kan enak ada lawannya." Celetuk tante Ninik sambil masuk kamar. Aku agak kaget juga dia ngomong seperti itu. Tapi aku menganggap itu  cuma sekedar guyonan. Setelah tante Ninik berangkat kerja, aku sendirian  di rumahnya yang sepi ini. Karena masih ngantuk aku ganti celanaku  dengan sarung lalu masuk kamar tante dan langsung tidur.
  "Hmm.. geli ah" Aku terbangun dan terkejut, karena tante Ninik sudah  berbaring disebelahku sambil tangannya memegang Mr. P dari luar sarung. "Waduh, maafin tante ya. Tante bikin kamu terbangun." Kata tante sambil  dengan pelan melepaskan pegangannya yang telah membuat Mr. P menegang  90%. "Tante minta ijin ke atasan untuk tidak masuk hari ini dan besok, dengan  alasan sakit. Setelah ambil obat dari apotik, tante pulang." Begitu  alasan tante ketika aku tanya kenapa dia tidak masuk kerja. "Waktu tante masuk kamar, tante lihat kamu lagi tidur di kasur tante,  dan sarung kamu tersingkap sehingga celana dalam kamu terlihat. Tante  jadi terangsang dan pingin pegang punya kamu. Hmm, gedhe juga ya Mr. P  mu" Tante terus saja nyerocos untuk menjelaskan kelakuannya. "Sudahlah tante, gak pa pa kok. Lagian Firman tahu kok kalau tante tadi pagi masturbasi di kamar mandi" celetukku sekenanya. "Lho, jadi kamu.." Tante kaget dengan mimik setengah marah. "Iya, tadi Firman ngintip tante mandi. Maaf ya. Tante gak marah kan?" agak takut juga aku kalau dia marah.
  Tante diam saja dan suasana jadi hening selama lebih kurang 10 menit.  Sepertinya ada gejolak di hati tante. Lalu tante bangkit dan membuka  lemari pakaian, dengan tiba-tiba dia melepas blaser dan mengurai  rambutnya. Diikuti dengan lepasnya baju tipis putih, sehingga sekarang  terpampang tubuh tante yang toples sedang membelakangiku. Aku tetap  terpaku di tempat tidur, sambil memegang tonjolan Mr. P di sarungku. Bra  warna hitam juga terlepas, lalu tante berbalik menghadap aku. Aku jadi  salah tingkah.
  "Aku tahu kamu sudah lama pingin menyentuh ini.." dengan lembut tante berkata sambil memegang kedua bukit kembarnya. "Emm.., nggak kok tante. Maafin Firman ya." aku semakin salah tingkah. "Lho kok jadi munafik gitu, sejak kapan?" tanya tanteku dengan mimik keheranan. "Maksud Firman, nggak salahkan kalau Firman pingin pegang ini..!" Sambil  aku tarik bahu tante ke tempat tidur, sehingga tante terjatuh di atas  tubuhku. Langsung aku kecup payudaranya bergantian kiri dan kanan. "Eh, nakal juga kamu ya.. ihh geli Fir." tante Ninik merengek perlahan. "Hmm..shh" tante semakin keras mendesah ketika tanganku mulai meraba kakinya dari lutut menuju ke selangkangannya.
  Rok yang menjadi penghalang, dengan cepatnya aku buka dan sekarang  tinggal CD yang menutupi gundukan lembab. Sekarang posisi kami berbalik,  aku berada di atas tubuh tante Ninik. Tangan kiriku semakin berani  meraba gundukan yang aku rasakan semakin lembab. Ciuman tetap kami  lakukan dibarengi dengan rabaan di setiap cm bagian tubuh. Sampai  akhirnya tangan tante masuk ke sela-sela celana dan berhenti di tonjolan  yang keras.
  "Hmm, boleh juga nih. Sepertinya lebih besar dari punyanya om kamu deh." tante mengagumi Mr. P yang belum pernah dilihatnya. "Ya sudah dibuka saja tante." pintaku. Lalu tante melepas celanaku, dan  ketika tinggal CD yang menempel, tante terbelalak dan tersenyum. "Wah, rupanya tante punya Mr. P lain yang lebih gedhe." Gila tante Ninik  ini, padahal Mr. P-ku belum besar maksimal karena terhalang CD.
  Aksi meremas dan menjilat terus kami lakukan sampai akhirnya tanpa aku  sadari, ada hembusan nafas diselangkanganku. Dan aktifitas tante  terhenti. Rupanya dia sudah berhasil melepas CD ku, dan sekarang sedang  terperangah melihat Mr. P yang berdiri dengan bebas dan menunjukkan  ukuran sebenarnya. "Tante.. ngapain berhenti?" aku beranikan diri bertanya ke tante, dan rupanya ini mengagetkannya. "Eh.. anu.. ini lho, punya kamu kok bisa segitu ya..?" agak tergagap juga tante merespon pertanyaanku. "Gak panjang banget, tapi gemuknya itu lho.. bikin tante merinding"  sambil tersenyum dia ngoceh lagi. Tante masih terkesima dengan Mr. P-ku  yang mempunyai panjang 14 cm dengan diameter 4 cm.
  "Emangnya punya om gak segini? ya sudah tante boleh ngelakuin apa aja  sama Mr. P ku." Aku ingin agar tante memulai ini secepatnya. "Hmm, iya deh." Lalu tante mulai menjilat ujung Mr. P. Ada sensasi enak  dan nikmat ketika lidah tante mulai beraksi naik turun dari ujung sampai  pangkal Mr. P "Ahh.. enak tante, terusin hh." aku mulai meracau.
  Lalu aku tarik kepala tante Ninik sampai sejajar dengan kepalaku, kami  berciuman lagi dengan ganasnya. Lebih ganas dari ciuman yang pertama  tadi. Tanganku beraksi lagi, kali ini berusaha untuk melepas CD tante  Ninik. Akhirnya sambil menggigit-gigit kecil puting susunya, aku  berhasil melepas penutup satu-satunya itu. Tiba-tiba, tante merubah  posisi dengan duduk di atas dadaku. Sehingga terpampang jelas vaginanya  yang tertutup rapat dengan rambut yang dipotong rapi berbentuk segitiga.
  "Ayo Fir, gantian kamu boleh melakukan apa saja terhadap ini." Sambil tangan tante mengusap vaginanya. "OK tante" aku langsung mengiyakan dan mulai mengecup vagina tante yang bersih. "Shh.. ohh" tante mulai melenguh pelan ketika aku sentuh klitorisnya dengan ujung lidahku. "Hh.. mm.. enak Fir, terus Fir.. yaa.. shh" tante mulai berbicara tidak teratur.
  Semakin dalam lidahku menelusuri liang vagina tante. Semakain kacau pula  omongan tante Ninik. "Ahh..Fir..shh..Firr aku mau keluar." tante  mengerang dengan keras. "Ahh.." erangan tante keras sekali, sambil tubuhnya dilentingkan ke  kebelakang. Rupanya tante sudah mencapai puncak. Aku terus menghisap  dengan kuat vaginanya, dan tante masih berkutat dengan perasaan enaknya.
  "Hmm..kamu pintar Fir. Gak rugi tante punya keponakan seperti kamu. Kamu  bisa jadi pemuas tante nih, kalau om kamu lagi luar kota. Mau kan?"  dengan manja tante memeluk tubuhku. "Ehh, gimana ya tante.." aku ngomgong sambil melirik ke Mr. P ku sendiri. "Oh iya, tante sampai lupa. Maaf ya" tante sadar kalau Mr. P ku masih berdiri tegak dan belum puas.
  Dipegangnya Mr. P ku sambil bibirnya mengecup dada dan perutku. Lalu  dengan lembut tante mulai mengocok Mr. P. Setelah lebih kurang 15 menit  tante berhenti mengocok. "Fir, kok kamu belum keluar juga. Wah selain besar ternyata kuat juga  ya." tante heran karena belum ada tanda-tanda mau keluar sesuatu dari  Mr.Pku.
  Tante bergeser dan terlentang dengan kaki dijuntaikan ke lantai. Aku  tanggap dengan bahasa tubuh tante Ninik, lalu turun dari tempat tidur.  Aku jilati kedua sisi dalam pahanya yang putih mulus. Bergantian  kiri-kanan, sampai akhirnya dipangkal paha. Dengan tiba-tiba aku  benamkan kepalaku di vaginanya dan mulai menyedot. Tante menggelinjang  tidak teratur, kepalanya bergerak ke kiri dan kanan menahan rasa nikmat  yang aku berikan. Setelah vagina tante basah, tante melebarkan kedua  pahanya. Aku berdiri sambil memegang kedua pahanya. Aku gesek-gesekkan  ujung Mr. P ke vaginanya dari atas ke bawah dengan pelan. PErlakuanku  ini membuat tante semakin bergerak dan meracau tidak karuan.
  "Tante siap ya, aku mau masukin Mr. P" aku memberi peringatan ke tante. "Cepetan Fir, ayo.. tante sudah gak tahan nih." tante langsung memohon  agar aku secepatnya memasukkan Mr. P. Dengan pelan aku dorong Mr. P ke  arah dalam vagina tante Ninik, ujung kepalaku mulai dijepit bibir  vaginanya. Lalu perlahan aku dorong lagi hingga separuh Mr. P sekarang  sudah tertancap di vaginanya. Aku hentikan aktifitasku ini untuk  menikmati moment yang sangat enak. Pembaca cobalah lakukan ini dan  rasakan sensasinya. Pasti Anda dan pasangan akan merasakan sebuah  kenikmatan yang baru.
  "Fir, kok rasanya nikmat banget.. kamu pintar ahh.. shh" tante berbicara sambil merasa keenakan. "Ahh.. shh mm, tante ini cara Firman agar tante juga merasa enak" Aku membalas omongan tante. Lalu dengan hentakan lembut aku mendorong semua sisa Mr. P ke dalam vagina tante. "Ahh.." kami berdua melenguh.
  Kubiarkan sebentar tanpa ada gerakan, tetapi tante rupanya sudah tidak  tahan. Perlahan dan semakin kencang dia menggoyangkan pinggul dan  pantatnya dengan gerakan memutar. Aku juga mengimbanginya dengan sodokan  ke depan. Vagina tante Ninik ini masih kencang, pada saat aku menarik  Mr. P bibir vaginanya ikut tertarik. "Plok.. plok.. plokk" suara benturan pahaku dengan paha tante Ninik semakin menambah rangsangan. Sepuluh menit lebih kami melakukan gaya tersebut, lalu tiba-tiba tante mengerang keras "Ahh.. Fir tante nyampai lagi"
  Pinggulnya dirapatkan ke pahaku, kali ini tubuhnya bergerak ke depan dan  merangkul tubuhku. Aku kecup kedua payudaranya. dengan Mr. P masih  menancap dan dijepit Vagina yang berkedut dengan keras. Dengan posisi  memangku tante Ninik, kami melanjutkan aksi. Lima belas menit kemudian  aku mulai merasakan ada desakan panas di Mr. P. "Tante, aku mau keluar nih, di mana?" aku bertanya ke tante. "Di dalam aja Fir, tante juga mau lagi nih" sahut tante sambil tubuhnya  digerakkan naik turun. Urutan vaginanya yang rapat dan ciuman-ciumannya  akhirnya pertahananku mulai bobol.
  "Arghh.. tante aku nyampai". "Aku juga Fir.. ahh" tante juga meracau. Aku terus semprotkan cairan  hangat ke vagina tante. setelah delapan semprotan tante dan aku  bergulingan di kasur. Sambil berpelukan kami berciuman dengan mesra. "Fir, kamu hebat." puji tante Ninik. "Tante juga, vagina tante rapet sekali" aku balas memujinya. "Fir, kamu mau kan nemani tante selama om pergi" pinta tante. "Mau tante, tapi apa tante gak takut hamil lagi kalau aku selalu keluarkan di dalam?" aku balik bertanya. "Gak apa-apa Fir, tante masih ikut KB. Jangan kuatir ya sayang" Tante membalas sambil tangannya mengelus dadaku.
  Akhirnya kami berpagutan sekali lagi dan berpelukan erat sekali. Rasanya  seperti tidak mau melepas perasaan nikmat yang barusan kami raih dalam cerita panas  kami. Lalu kami mandi bersama, dan sempat melakukannya sekali lagi di kamar mandi.
  Demikian gan, walau sederhana, tapi cerita panas gue benar benar  kejadian nyata alias bukan rekayasa, gue melakukannya dengan tante,  ngeseks dengan tante ninik yang bahenol dan montok, masih seger kayak  daun muda gan..Tante tante emang bisa mendatangkan sensasi lebih.         Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - janda berjilbab yg bohay               Apr 8th 2013, 04:19                                               Perkenalkan,namaku sofi. Aku adalah seorang wanita berusia 27 tahun yang  berstatus janda beranak 1. Dalam keseharianku, aku selalu mengenakan  jilbab. Walaupun Jilbab yang aku kenakan bukan tergolong jilbab akhwat,  akan tetapi, dalam berpakaian aku sudah cukup sopan. Jilbabku menjulur  menutupi setengah dadaku. Aku selalu mengenakan baju kurung longgar  dengan bawahan rok semata kaki. Kedua kakiku senantiasa terbalut oleh  kaus kaki.
   Aku telah menjanda sejak 3 tahun yang lalu, akibat konflik yang tidak  terselesaikan dengan mantan suamiku. Setelah usia pernikahan kami  menginjak 1 tahun, mantan suamiku mulai menunjukan watak aslinya. Ia  mulai suka bermain tangan ketika marah. Begitu pula, ia tidak pernah  memberiku nafkah, karena dia seorang pengangguran. Secara umum, ia bukan  laki-laki yang bertanggung jawab. Pada akhirnya, ia pun menceraikanku,  setelah berselingkuh dengan wanita lain. Pada saat itu aku sedang  mengandung anak hasil perkawinanku denganya. Kekalutan yang kualami  akibat perceraian itu membuatku mengalami depresi selama beberapa bulan,  hingga akhirnya aku menyadari bahwa aku harus bangkit.
   Perlahan-lahan akupun mulai bangkit, dan melupakan perceraian tragis  yang menimpa diriku. Aku ingat, bahwa aku harus menghidupi* anaku.  Akupun pun bekerja pada sebuah biro konsultasi psikologi, mengingat aku  adalah sarjana psikologi. Bisa dikatakan, penghasilanku hanya pas-pasan  untuk menghidupi diriku dan anaku. Pada saat ini, anaku, yang berusia 4  tahun kutitipkan pada neneknya di kota Y. Sedangkan aku sendiri bekerja  di kota S, sebuah kota di jawa tengah. Di kota tersebut aku tinggal di  kamar kost sederhana. Setiap akhir pekan aku mengunjungi anaku di rumah  neneknya.
   Banyak pria yang mengatakan bahwa aku memiliki wajah yang cantik dan  keibuan. Dengan balutan jilbab yang selalu ku kenakan, aku menjadi  Nampak anggun di mata para pria. Di samping itu, tak ada tanda-tanda  bahwa aku adalah seorang ibu beranak satu. Banyak yang mengagnggap aku  masih gadis. Tinggi badanku adalah 165 cm. Ukuran payudaraku tidaklah  besar, hanya 32 B, akan tetapi, pantatku bulat, padat dan membusung.  Walaupun sudah beranak 1, aku memiliki perut yang datar. Hal ini  tercapai karena ku memang rajin berolah raga. Tak heran, meskipun  statusku janda beranak 1, masih banyak pria yang mengharap cinta dariku.  Akan tetapi, pada saat itu, aku belum berfikir untuk menjalin hubungan  yang serius dengan seorang priapun. Hal ini disebabkan karena masih ada  sisa-sisa trauma akibat perceraian yang menyakitkan tersebut. Aku  memiliki pandangan bahwa semua pria adalah pendusta. Untuk apa aku  menikah lagi kalau hanya untuk bercerai lagi. Sudahlah…aku sudah merasa  hidup bahagia sebagai single parent.
   Tak dapat kupungkiri bahwa aku merindukan pelukan pria. Tentu saja,  karena aku pernah merasakan manisnya seks, maka akupun seringkali  merindukanya. Hingga saat ini, aku masih kuat untuk menahan hasrat itu,  sehingga aku tidak terjerumus dalam seks bebas. Di samping dalam rangka  menjaga norma dan keyakinan yang aku anut, Aku juga harus menjaga imej  ku sebagai seorang wanita berjilbab yang selalu berpakaian rapih dan  sopan. Sejujurnya, aku seringkali bermasturbasi untuk mengurangi hasrat  seksku tersebut. Heranya, semakin sering ku bermasturbasi, keinginanku  untuk disetubuhi oleh pria justru semakin menggebu-gebu. Masturbasi  hanya mengurangi hasratku untuk sementara, hanya pemuasan kebutuhan  biologis semata, namun kepuasan psikologis tidaklah aku dapatkan. Adapun  alat yang sering ku pakai untuk bermasturbasi adalah buah mentimun.  Uhhh…sungguh beruntungnya buah mentimun itu…Sementara para pria yang  menghrap cinta padaku saja belum ada yang berhasil menikmati jepitan  lubang di pangkal pahaku, tapi buah mentimun silih berganti telah  menyodok berkali-kali. Terkadang diam-diam aku melakukan masturbasi  sambil menonton film porno di kkomputerku ketika di kost sendirian.
   Dengan status jandaku, tentu saja ada beberapa pria yang menganggap  diriku adalah perempuan gampangan, yang butuh dibelai. Dengan demikian,  ada beberapa pria yang sering melakukan perilaku yang menjurus pada  pelecehan seks, dari verbal hingga pada sentuhan fisik. Salah satunya  adalah bosku, seorang cina, yang sekaligus pemilik dari biro konsultasi  tempatku bekerja. Dengan pura-pura tidak sengaja, ia terkadang meremas  pantatku atau teteku. Aku sebenarnya risih dengan hal itu, dan tidak  krasan untuk bekerja di situ. Ia seakan tidak peduli bahwa aku adalah  seorang wanita berjilbab yang selalu sopan dalam berpakaian dan  berperilaku. Ia bahkan pernah menempelkan penisnya di belahan pantatku  ketika aku sedang membungkuk, karena membetulkan mesin printer di  kantor. Aku terkejut, karena di sela-sela pantatku terasa ada batang  keras yang menekan. Aku pun lalu segera menghindar. Aku tidak bias marah  padanya,karena aku masih berharap untuk bias bekerja di biro miliknya  tersebut. Aku hanya menampilkan ekspresi muka tidak suka, sambil pipiku  memerah karena malu. Ia hanya tersenyum mesum sambil pergi berlalu. Ia  Nampak paham sekali bahwa aku memang sedang butuh untuk terus bekerja di  bironya. Sunguh aku sangat benci dan jijik dengan perilaku bosku  tersebut. Bosku tersebut seorang pria Cina berusia 40 tahunan. Ia telah  berkeluarga, dan keluarganya tinggal di luar Jawa. Namanya Pak Tan. Ia  memiliki tinggi 160 cm, dengan badan yang agak gemuk perut yang buncit.  Ia Nampak gempal.
   Pada suatu hari, aku menerima kabar dari ibuku yang tinggal di kota Y,  bahwa anaku sakit keras, hingga harus opname. Bahkan dokter menyatakan  bahwa anaku harus dioperasi secapatnya, kalau tidak, bias fatal. Untuk  biaya operasi tersebut butuh uang sebanyak lima juta rupah. Orang tuaku  menyatakan bahwa mereka telah kehabisan dana untuk biaya pengobatan  anaku. Sementara, aku sendiri sudah kehabisan uang karena kini sudah  tanggal tua. Uang hanya cukup untuk menyambung hidup beberapa hari. Aku  pun bingung, harus mendapatkan uang darimana lagi. Masih banyak hutangku  pada kawan-kawanku, sehingga aku segan untuk berhutang lagi pada  mereka. Satu-satunya yang bias aku lakukan adalah mengeluh pada Pak Tan.  Tapi aku merasa ngeri, karena itu berarti memberinya kesempatan untuk  melecehkanku secara seksual. Aku pun menjadi ragu. Akan tetapi, karena  aku sudah sangat panic, akhirnya aku beranikan diri untuk mengungkapkan  hal itu pada Pak Tan. Dengan perasaan tidak karuan, aku memberanikan  diri untuk menuju ruang Pak Tan. Saat itu, aku mengenakan jilbab warna  pink sepanjang lengan, dengan baju kurung yang sewarna, serta rok  panjang hitam dari bahan kain yang lemas. Dengan demikian, celana  dalamku agak tercetak di permukaan luar roku.
   Tok…tok..tok..tok…suara ketukanku di kamar kerja Pak Tan
   "Masuk"…..aku dengar suara pak tan berseru dari dalam ruangan
   Aku pun membuka pintu. Pak tan* yang sedang duduk di belakang meja  kerjanya menatapku dengan tatapan mesumnya, yang seolah menelanjangi  tubuhku.
   "silahkan duduk", katanya mempersilahkanku untuk duduk
   "Ada apa cah ayu?….dia bbertanya padaku dengan nada menggoda..
   Sambil menunduk, akupun pun mengatakan keperluanku pada pak tan sambil terbata-bata…
   "Mmmaaaff Pak, anak saya sedang sakitt kerass…
   Keringat dinginku mulai mengucur….
   Terus??? Pak tan bertanya dengan nada sedikit ketus..
   "Mmaksud saya, saya mau pinjam uang sama bapak??"…Unntuk pengobatan anak saya"
   Saya sudah tidak ada uang…
   Ketika aku berkata seperti itu, pak tan hanya mengangguk-amgguk dengan tatapan melecehkan
   "Sofiii, dengan berat hati saya katakana ke kamu, kalo saya tidak ada uang yang bias saya pinjamkan ke kamu…?"
   "Tolongkah saya pak, anak saya sakit.. berikan saya lima juta rupiah  saja…nanti bias dipotong gaji saya"…kataku menghiba..Air mataku mulai  mengalir dari sudut-sudut mataku..
   "Kamu tau kan, biro ini sedang kekurangan modal", kata pak tan dengan  datar dan tenang.. "jumlah klien kita semakin sedikit", "makanya  pemasukan ke biro juga sedikit.."
   "Ya sudahlah, aku bisa usahakan uang itu"…kata pak tan…
   Kemudian ia membuka laci mejanya dan mengeluarkan beberapa gepok uang  50ribu rupiahan. Ia pun memberikanya padaku. Setelah dihitung, ia telah  memberikan uang padaku sebanyak 6juta rupiah, lebih banyak dari  harapanku.
   Pak Tan berkata, Uang itu boleh kamu pinjam dulu..Kamu nggak usah  mikirin ntar gimana ngembalikanya…Udah,cepet, kamu bawa pulang..kamu  tunggu anak kamu sampe operasinya selesai…kamu boleh libur…
   Dengan perasaan senang dan rasa terima kasih yang tidak terkira, aku pun berpamitan dengan pak tan dengan menyalami tanganya..
   Aku pun bersyukur, operasi anaku berjalan dengan lancer. Setelah itu,  aku* kembali bekerja di kantor Pak Tan. Semenjak itu, Pak Tan semakin  menjadi-jadi dalam melecehkanku secara seksual. Karena hutang budiku  padanya,aku pun tak bias berbuat apapun selain pasrah dengan perlakuan  Pak Tan. Setiap kali berpapasan denganku, ia tak akan membiarkan  pantatku lolos dari jamahanya..Seringkali, ia mengejutkanu dari belakang  dengan cara meremas pantatku. Aku hanya bias menjerit kecil. Semakin  lama iapun semakin berani untuk menjamah tubuhku yang lain. Payudaraku  dan pangkal pahaku pernah diremasnya. Yang aku heran,dia tetap paling  suka meremas pantatku, walaupun ia sesungguhnya dapat dengan bebas untuk  menjamahi payudara dan pangkal pahaku. Ketika aku sedang berdiri di  dekatnya, ia mengakaku ngobrol sambil jarinya menelusuri belahan  pantatnya.
   Dengan perasaan malu aku ingin menghindari setiap perlakuanya, namun ku  tak berdaya. Sungguh, aku merasa menjadi seorang perempuan murahan yang  bias dinikmati oleh pria cina itu demi sejumlah uang. Sungguh kontras  dengan penampilanku yang selalu berjilbab sopan ini.
   Suatu ketika, seorang pesuruh kantor bernama Pak Tatang memberitahuku bahwa pak tan memanggilku untuk dating ke ruanganya.
   "Mbak, Pak Tan manggil mbak ke ruangnya"
   "Huh…ada apa lagi nih??"…tanyaku dalam hati…Pelecehan apa lagi yang kan aku terima???? Gumamku
   "Mhhh….iya pak…Nanti saya ke sana…
   "Cepet ya mbak"…Pak Tan minta mbak dating cepet…." Kata pak Tatang sambil berlalu
   "Iya…iya Pak Tatang"…Kataku sambil tersenyum pada Pak Tatang..
   Hari itu aku mengenakan jilbab warna krem yan menutupi dua bukit  mungilku, dengan baju kurung dan rok panjang…Dengan gontai dan perasaan  yang tidak tenang akupun dating ke ruang Pak Tan.
   "tok…tok…tok" ku ketuk pintu ruang Pak Tan
   "Masuk"…terdengar teriakan Pak Tan dari dalam ruangan
   Aku pun masuk, dan Pak Tan mempersilahkanku duduk.
   Dengan senyum jahat tersungging di bibrnya, ia menatapku dengan  pandangan nafsu. Aku hanya menunduk dengan muka yang malu bercampur  cemas.
   "Mhhhhh, begini Sofi…., saya Cuma mau informasikan ke kamu,kalau hutang  kamu ke kantor sudah jatuh tempo…Kantor butuh uang itu segera. Kamu  bilang mw angsur hutang kamu,tapi sampai sekarang,sudah tiga bulan, kamu  sama sekali belum angsur..Saya udah kasih kamu keringanan looo…." Pak  tan berkata dengan nada serius.
   Jantungku berdetak keras,memompa darahku cepat sekali..  Wah,cilaka…pikirku.. Aku jelas tidak mampu untuk membayar hutangku.  Bahkan untuk mengangsur pun aku tidak mampu. Kini hutang itu telah  ditagih.. Ohhhh…betapa malang nasibku, jeritku di hati.
   "Mhhhh….mmaaf pak,saya belum mampu membayarnya…" jawabku terbata-bata…
   "Kebutuhan saya banyak sekali, dan uang gaji saya saja tidak cukup"….
   Tak terasa, air mataku mulai meleleh.
   "Iya, saya tau…tapi masalahnya, kantor ini juga butuh biaya..Kan sudah  aku bilang, kalau biro ini lagi seret…Klien kita semakin sedikit???"  Suara Pak Tan mulai meninggi…
   Air matakupun semakin deras mengalir.. Tak sadar aku mulai sesenggukan.  Dengan ujung jilbabku aku usap air mataku. Pak Tan masih Nampak cuek,  sambil sesekali meliriku. Sorot matanya menunjukan kelicikan..
   "Hmmmmm….apapun kamu harus membayar hutang kamu"…."Atau kita selesaikan saja secara hokum??"..Ancam Pak Tan…
   Aku semakin panic dengan ancaman itu…
   "Ssaya mohon jangan pak…" "Saya pasti akan bayar…Saya masih punya anak pak…." Kataku tersedu-sedu…
   "Trus, kamu mau bayar pake apa?" "Kamu bilang nggak punya uang?"
   "Beri saya waktu barang satu minggu, saya bias usahakan"….jawabku putus  asa… Satu minggu pun aku tidak yakin akan mendapatkan uang sejumlah  itu.
   "Wah…wah…Aku meragukan kamu bakalan sanggup membayar"…Paling hanya  menunda waktu…Gak ada gunanya"… "Saya nggak akan kasi keringanan lagi"
   "Sssayaaa mohon pakkk"….aku berusah menahan tangisku agar tak semakin keras…
   "Mhhhhh…baik…baik…." "Aku bias kasi kamu solusi"…."Supaya kamu bias lunasin utang kamu"
   Aku agak lega mendengar ucapan Pak Tan…Aku memandanginya dengan pandangan bertanya..
   "Mhhhhh…boleh tau pa solusinya pak?" ungkapku
   "Kamu bias bayar hutangmu dengan tubuh molek kamu itu"…Kata pak tan sambil melirik padaku dengan sorot mata birahi…
   Bagai disambar petir…aku terkejut mendengar ucapan Pak Tan..Aku kehabisan kata kata…
   "Nggak,nggak mau"….jawabku sambil menangis
   "Kamu bisa apa….??Kalo kamu ngga bayar sekarang, ya diselesaikan lewat  hokum. Aku akan laporkan kamu ke polisi"… Ancam Pak Tan…Dia sungguh  lihai mempermainkan perasaanku.. Aku merasa semakin putus asa.. Aku  hanya bias menangis. Tangisku yang tertahan pun mulai keluar juga… Namun  Pak Tan tetap tak peduli.. Aku hanya tertunduk sambil menangis. Air  mataku telah basahi jilbabku.
   "Hehehe…lagian,kamu kan sudah lama jadi janda..Masa sih,ga kangen sama  kontol??? Kamu puas,hutangmu lunas…Tawaran menarik kan?? Goda pak tan…  "Kamu tinggal ngangkang aja,biar memekmu disodok pke kontol-kontol  lelaki birahi"…Dengan tubuh kaya kamu, gak sulit kok kamu dapet duit  banyak..heheheh"…Apalagi yang jilbaban kaya kamu, pasti banyak  peminatnya..
   Tanpa ku sadar, pak tan telah berdiri di sampingku, dan tanpa  basa-basi, iapun menarik tanganku hingga aku berdiri. Aku ingin menolak  dan lari, namun aku sadar bahwa aku tidak lagi punya kuasa. Bahkan pada  diriku sendiri. Kini aku telah dikuasai oleh pak tan. Aku hanya pasrah  ketika ia menarik tubuhku hingga berdiri.
   Dengan penuh birahi, pak tan menariku ke dalam pelukanya. Dengan rakus  pak tan melumat mulutku dengan mulutnya. Tanganya menjamahi dua  payudaraku yang masih tertutup jilbab itu. Kurasakan perut buncit pak  tan menekan tubuhku. Mhhhh…..mphhhhhh….aku berusaha meronta,menghindari  ciuman pak tan…namun mulutnya terus mengejar mulutku. Dengan kasar  dibaliknya tubhku hingga aku membelakanginya. Lalu ditekanya tubuhku  hngga perutku menempel di tepi mejanya. Tanganku berpegangan pada meja  agar menopang badanku. Kini aku dalam posisi agak membungkuk, dengan  pantat yang membusung kea rah pak tan. Kini pantatku begitu bebas untuk  dijamahinya. Dengan kasar ia meremas pantatku. Aku merasakan ada sesuatu  yang menganjal di pantatku.. Ohhhh,ternyata itu adalah penis pa tan  yang sudah mengang dan mengeras.
   Sambil menggesek-gesekan penisnya di pantatku, pak salah satu tangan  pak tan juga meremasi bongkahan pantatku yang montok dan padat itu,  sedang tangan yang lain kini telah mencengkram salah satu payudaraku  yang masih tertutup jilbab. Jilbab itu menjadi kusut akibat remasan  tangan pak tan..Aku merasakan bahwa tangan pak tan telah mulai menyusup  masuk ke balik jilbabku yang menutup dadaku. Ia meremasi payudaraku dari  balik baju kurungku… Mhhhh….ahhhh….ohhhhh….jeritan-jeritan kecil  terlontar dari mulutku ketika pak tan menyentil ujung payudaraku dengan  keras, sementara penis nya yang masih berada di dalam celana itu menekan  pantatku ke depan. Tangan yang satunya kini telah meremas-remas pangkal  pahaku..mulut pak tan dengan rakus menggigit leherku yang masih  tertutup jilbab warna krem itu, hingga Nampak basah bekas gigitan.  Kepalaku yang tertutup jilbab krem itu hanya bias menggeleng-geleng, dan  terkadang mengadah ke atas, setiap kali pak tan menyodokan penisnya ke  pantatku..
   Kini tangan pak tan mulai menarik ritsleting baku kurungku yang ada di  punggungku. Dengan termpil tanganya menurunkan baju bagian atas baju  kurung itu, dan menyampirkan jilbabku ke pundak. Kini pundak dan  punggung putihku pun terbuka. Tak lama kemudian, aku merasa bahwa  pengait braku di bagian belakang telah terbuka. Secara umum, bagian atas  tubuhku telah setengah terbuka, dan dua payudara ku yang tak seberapa  besar itu menggelantung di atas meja. Dengan rakus pak tan menciumi dan  menjilati punggungku, hingga basah oleh liurnya. Kedua tangan pak tan  pun tak tak henti-hentinya meremas dan memilin dua putting mungilku yang  berwarna coklat muda itu.
   Ahhhhhhh…..udahhh…lama aku menunggu saat ini…bisik pak tan di telingaku yang tertutup jilbab itu…
   Mhhhh,ohhhhh….mhhhhhh…..desahku….
   Walaupun aku telah lama tidak menikmati sentuhan pria, subgguh, aku  tetap tidak bias menikmati perlakuan pak tan itu. Aku justru merasa  terhina, karena penis seorang pria yang bukan suamiku kini sedang  menggesek-gesek pantatku yang masih tertutu rok itu. Selama ini  hanyaalah mantan suamiki yang pernah menikmati bibirku, menghisap dua  putingku yang sedang mengeras, dan menyodokan penisnya di lubang surgaku  yang basah. Saat ini, seorang pria yang bukan suamiku dengan bebas  dapat penikmati pantatku, dan tanganya dengan bebas memilin dan meremas  putting payudaraku..Ohhh,betapa malang nasibku..
   Aku dengar suara ritsleting clana pak tan.. Tak lama kemudian pak tan  pun membalikan tubuhku hingga posisiku berhadapan denganya. Terlihatlah  pemandangan yang membuatku takjub. Penis pak tan yang menjulang  sepanjang 17 cm. Jauh lebih besar daripada milik mantan suamiku. Dengan  rakus pak tan pun menghisap putting payudara kiriku, sementara tangan  satunya memilin dan meremas payudaraku yang kanan. Terasa gigitanya pada  payudaraku, yang ke,mudian disentakanya hingga aku menjerit…
   "ahhhhhhhhh". Pantatku kini bersandar pada tepi meja, dengan posisi  tangan menekan meja di belakang tubuhku. Mhhh,ahhhhh,….jeritan dan  rintihan yang keluar dari mulutku semakin membakar birahi pak tan. Pak  tan seringkali menyampirkan kembali ujung* jilbabku yang turun hingga  menutupi dadaku ke pundaku. Pak tan pun kemudian mengangkat rok ku ke  atas..nampaklah dua kaki dan paha mulusku telanjang, dan secarik kain  celana dalam di pangkalnya. Salah satu tangan pak tan memegangi ujung  rok ku agar tak turun, sementara tangan lain melebarkan dua pahaku,  hingga pangkalnya yang masih terutup celana dalam itu semakin menganga.  Kurasakan benda keras mulai menyusuri be;lahan kemaluanku . Salah satu  tangan pak tan menuntun benda keras itu agar mengesek-gesek dengan  belahan vaginaku yang tertutup clana dalam itu. Ohhhhh….walau aku  berusaha mengingkarinya, tak dapat kupungkiri bahwa sensasi gatal di  vaginaku mulai kurasakan. Akupun mulai merasa lemas dan birahi. Aku  berada dalam dilemma. Aku dipaksa untuk menikmati perlakuan pak tan,  walaupun sesungguhnya aku enggan. Tangan pak tan pun mulai mencari-cari  ritsleting rok ku, dan segera melepasnya. Kini bagian bawahku telah  benar-benar telanjang, hanya celana dalam putihku yang masih melindungi  lubang kehormatanku. Sedangkan kepalaku dibiarkanya tetap berjilbab, dan  payudaraku telah menggelantung indah dengan bekas gigitan dan bash air  liur pak tan.
   Dengan kasar pak tan menarik jilbabku hingga aku terjatuh dalam keadaan  bersimpuh. Dihadapanku kini sebatang penis pak tan yang tegang dan  mengeras itu.. Sambil mengarahkan kepalaku dengan tanganya kea arah  penisnya, pak tan mengatakan "Ayo…Kulum kontol bapak…!!!"..Dengan  perasaan jijik, akupun memenuhi permintaanya. Kepalaku yang tertutup  jilbab itu nmpak maju mundur…Sementara payudaraku tengah bebas  menggelantung, dan bagian bawahku telah telanjang, hanya celana dalam  yang tersisa…mphhhhh…mhhhhh…lenguhku saat penis pak tan menerobos  mulutku.. pak tan menyuruhku menjilati ujung penisnya hingga lubang  kontolnya. Uhhhh….aku merasa ingin muntah…Mulutku pun penuh oleh  penisnya. Tak satu jengkalpun bagian penisnya yang tidak berkesempatan  menikmati pelayanan bibir dan lidahku. Bahkan testisnyapun turut aku  jilati.. Dengan perasaan muak, aku terpaksa melakukn hal itu.
   Setelah puas, pak tan memintaku berdiri.. Dengan kasar ia mencengkram  pantatku yang masih tertutup celana dalam itu, dan menariknya hingga  posisiku membelakanginya. Ia menarik turun celana dalamku, hingga kini  tak ada lagi yang melindungi lubang kehormatanku. Pak tan pun berlutut  di belakangku. Kini ia menguakan bongkahan pantatku lebar-lebar. Kini,  lubang anus dan kemaluanku telah mengarah tepat di depan  wajahnya…Tiba,tiba, aku merasakan sensasi hangat di permukaan  anusku…Ternyata Pak tan telah menjilati anusku. Sensasi geli kurasakan  menjalar dari anus ke seluruh badan. Tubuhku terasa lemas setiap kali  lidah pak tan menyentuh permukaan anusku. Aku heran, dia tidak merasa  jijik. Setelah ia puas, lidahnya pun berpindah ke belahan lubang  vaginaku.. Ia menguakan bibir bagian lluar vaginaku. Tak lama kemudian,  ia pun menjilati seluruh permukaanya. Klitorisku tak luput dari jilatan  dan gigitan lembutnya. Aku semakin pasrah dengan perlakuan Pak Tan.  Kurasakan vaginaku semakin basah, baik oleh air liur pak tan maupun  cairan cinta yang kluar dari dalam vaginaku.
   Ohhhhhh….mphhhhhh….ampuuunnnn….jangan diteruskannnnn….rancauku…
   Slurp…slurppp…terdengar sedotan pak tan di permukaan vaginaku semakin bernafsu.
   Tak lama kemudian pak tan pun berdiri. Ia menarik pinggulku ke  belakang, hingga pantatku dan vaginaku semakin terkuak lebar.,  Tiba-tiba, aku rasakan sebatang penis yag keras telah melesak masuk ke  dalam liang kenikmatanku dari bagian belakang. Aku merasakan perdih pada  dinding vagnaku saat batang penis pak tan bergesekan dengan dinding  liang kenikmatanku, yang selama ini terjaga dari penis pria selain  suamiku. Ahhhhhhhhhhhhhhhhh…..lengkinganku saat penis pak tan disodokan  dengan keras…Rasanya lubang vaginaku hamper terbelah.
   "Ouhhhh….sofiiii…..memekmu enak banget…udah lama bapak ngga ngrasain  memek kaya punyamu…mhhhh…ouhhhhh….akhhhhhh…..rancau pak tan sambil  menggenjot lubang memeku…
   Cepok,cepok,cepok..suara pinggul pak tan saat bertumbukan dengan  bongkahan pantatku yang sedang membusung ke arahnya. Aku sedang  dinikmati dengan posisi doggy. Aku heran, ia nampaknya memang begitu  terobsesi dengan pantatku, hingga selama memakaiku pun ia lebih banyak  meremas pantatku daripada dua payudaraku.
   Ohhhh…mhhhh….oughhhhh….badanku bergoncang-goncang. Kepalaku yang  berjilbab itu hanya mampu menggeleng dan mendongak ke atas. Payudaraku  bergoyang seiring hentakan penis pak tan di dalam liang kenikmatanku..  mhhhhhh…ahhhhhh…mhhhhh….rintih dan jeritku setiap kali penis pak tan  melesak dalam vaginaku.
   Soffff….memekmu masih serettttt…..rancau pak tan…Kepalamu berjilbab  bikin aku tambah ngaceng…ouhhhh…..Bapak ketagihan diservis sama  tempikmu…..enak bangetttt…..walopun janda tapi tempikmu masih nggigit….
   Mhhhh..ouhhhhh….akhhhhhhh….jawabku dengan desah dan rintih……
   Masih dalam posisi dogi, pak tan tiba-tiba menarik penisnya keluar dari  vaginaku. Kini tubuhku yang lemas hanya bias terbaring tengkurap dia  tasa meja. Kepalaku yang masih berjilbab aku sandarkan di meja,sedang  dua tanganku terentang berpgang pada tepian meja. Sementara itu, aku  merasakan cairan dingin di anusku..aku hanya bias pasrah..
   "mhhhh…..silitmu kayanya masih pramawan nihh…Sini, biar bapak prawanin…
   Aku ketakutan, dan berusaha menolak. .
   "Udahhh,jangan nolak…kok beraninya kamu nolak permntaan bapak…"
   Akupun pasrah..Cairan itu adalah cairan pelumas. Aku merasakan kepala  penis pak tan mulai menempel di lubang matahariku..perlahan-lahan,kepala  penis itu mulai menguakan lubng matahariku.. kurasakan kepala penis itu  semakin dalam masuk ke dalam anusku. Rasanya sungguh perih, walaupun  telah dibantu oleh cairan pelumas itu. Pak tan pun mulai mempercepat  genjotanya dalam anusku. Akhhhhh…..ouhhhhh….terasa panas di dinding  anusku akibat gesekan penis pak tan  itu…ouhhhhh….sakkkkiiiiittt…..ahhhh..akhhhhhh….jer itku….Sambil  menggenjot anusku, kedua tangan pak tan meremasi kedua payudaraku.  Bahkan satu tangan pak tan menarik ujung jilbabku ke belakang, hingga  kepalaku terdongak keatas. Mhhh ohhh…akhhhhh….jeritku kesakitan…
   Pak tan nampaknya telah hamper klimaks.. Iapun segera menarik penisnya  dari anusku dan menarik. Seperti kesetanan ia melompat ke atas meja lalu  membalikan tubuhku hingga terlentang di atas meja. Kini posisinya duduk  berlutut dengan penis yang mengarah ke wajahku…Dua pahanya mengangkangi  wajahku……
   Akhhhhhhhhhhhhhhh………..teriakan pak tan yang telah klimak  itu….Crott………crorttt….crottttt…..cairan putih kental yang berbau tak  sedap itu pun menyembur ke wajah dan mulutku..aku hanya memejam, agar  cairan itu tak masuk ke dalam mataku. Sebagian telah tertelan.. Jilbabku  basah oleh cairan kental berbau amis itu, begitu pula baju  kurungku…Kulihat pak tan terengah-engah setelah mencapi klimaks..Aku  hanya terlentang lemas setelah satu jam ia menikmati semua lubang  kepuasan di tubuhku…
   "Tempik sama silitu memang hebat sof…Bapak ketagihan buat make  kamu..Selama setahun bapak Cuma bias ngremesin pantatmu, sambil bermimpi  suatu saat bias njebol lubang silitmu…." Kata pak tan
   Aku sebetulnya merasa tersinggung dengan ucapanya. Harga diriku telah  hilang sekarang..* Kini aku harus siap untuk dinikmatin kapan saja oleh  pak tan. Aku tak bias berbuat apa-apa kini..
   Setelah beristirahat selam 30 menit, sambil ku menangis sesenggukan,  aku pun minta ijin kepada pak tan untuk membersihkan diri di kamar mandi  yang ada di ruangnya..
   "ohhhh, tidak usah…kamu kan capek" sekarang saatnya kamu yang dilayani" kata pak tan
   "Maksud bapak??" jawabku
   "Biar pak tatang saja yng bersihkan tubuh sofi…heheheh"
   Ouhhhh….laki-laki gila…belum puas ia menghancurkan kehormatan dan harga  diriku.. kni aku harus rela dijamah oleh satu pria lagi. Nampak Pak Tan  menelpon dengan HPnya, menyuruh pak tatang masuk sambil membawa ember  air hangat dan lap basah. Tak lama pak tatang pun masuk.. Ia sungguh  terkejut melihatku dalam keadaan berjilbab, namun dengan baju kurung  yang terbuka setengah, hingga payudaraku menggelantung indah, dan bagian  bawah yang telah telanjang bulat…
   "Lhoooo,mbak sofi?????" Tanya pak tatang keheranan…
   Aku hanya tertunduk malu, sementara aku tahu bahwa mata pak tatang tidak lepas memandang tubuh telanjangku..
   "Tenang pak tatang", kata pak tan pada pak tatang???? "Mbak sofi  barusan kerja keras, jadi dia sekarang gerah dan capek….hehehehe…."  "makanya dia kepengen bersihin badanya" "Kan kasian,daripada dia  bersihin badanya sendiri, kan lebih baik diladenin sama pak  tatang…hehehh"
   "Maksud bapak? Tanya pak tatang masih kebingungan…
   "Maksudnya ya tolong pak tatang ngelapin tubuhnya mbak sofi, terutama  bagian lubang tempik sama silitnya itu" Gimana pak tatang?
   "Haaaaa, bapak beneran????tanya pak tatang tidak percaya…
   Beneran…sudah,ngga usah banyak omong…bapak mau ga????tanya pak tan…
   "Mauuu…mau…iya pak…mau…." Sorak pak tatang
   "Yaudah sana…" pak tan menyahut
   "Ayoooo,sini mbak sofi…cah ayuuu….biar bapak ngelapin tempikmu" seru pak tatang kegirangan…
   Aku hanya menunduk.. Tapi badanku sudah terlalu lemah, sehingga aku  hanya bias pasrah saat pak tatang menggandengku menuju kamar mandi.. ia  pun melucuti seluruh sisa pakaianku termasuk jilbabku, sehingga aku  telanjang bulat. Dengan lap basah, ia ia mulai membasuh tubuhku dari  ujung kepala hingga ujung kaki. Saat menggosok liang vaginaku, ia pun  berkomentar.."Wahhhh,tempiknya mbak sofi ni masih sempit yah..sambil  jarinya meyentil-nyentil klitorisku…beda sama tempiknya lonte  lokalisasi..udah pada lower" Aku hanya terdiam dsambil menahan  tangisanku. Pak tatang memeluku dari belakang. Satu tanganya meremasi  payudaraku, sedang tangan lainya sibuk menggosok vaginaku.
   "Mbak,yang bagian dalem tempik mbak belum dibersihkan, biar kontol  bapak nanti yang nggosokin bagian dalem tempiknya mbak…hahahaha", kata  pak tatang.. Pak tan berdiri di pintu kamarr mandi* senyum-senyum  melihat ulah pak tatang kepadaku.
   "Kontol bapak udah ngaceng niyy" Wahhh…mimpi apa bapak semalem..selama  ini bapak Cuma mbayangin ngentu mbak sofi…impiaan bapak jadi kenyataan..
   "Pak tatang, itu jilbabnya dipakein lagi" "lebih ngacengin kalo make jilbab"
   "Siapp bosss…" kata pak tatang
   Setelah selesai membersihkan diriku, aku pun disuruhnya lagi memakai  jilbab, namun dengan tubuh yang telanjng bulat. Kini telah kukenakan  jilbab warna kremku yang masih ada bercak-bercak sperma pak tan..
   "Pak tatang, ini uang bwat pak tatang" Pak tan mengeluarkan uang seratus ribuan dan diberikan pada pak tatang
   "Syaratnya, pak tatang harus tutup mulut tentang rahasia di kantor  ini…na,sekarang, pak tatang boleh nikmatin mbak sofi sepuasnya…
   "Siap bossss" Kata pak tatang
   Pak tatang mendorongku ke sofa di ruang pak tan…Tanpa basa-basi ia pun  mengeluaran penisnya yang berukuran 20 cm. Dengan kasar ia menarik  jilbabku hingga kepalaku mengarah ke penisnya..
   "Ayo,dimut mbak" kontolnya bapak sudah lama nggak dibasahin nih…" kata  pak tatang disambut dengan tawa pak tan.. Tanpa aku sadar, pak tan telah  dating dengan membawa sebuah handicam untuk merekam persetubuhanku  dengan pak tatang..
   "Hehehe, kamu memang cocok jadi bintang bokep" "Apalagi bokep cewek berjilbab" hehehehe
   Mhhhhh…oukhhhhh……kepalaku yang berjilbab itu maju mundur mnegulum penis  pak tatang yang keras.. Laki-laki duda berusia 50 tahun itu Nampak  merem melek menikmati kulumanku. Ia duduk di sofa, sedangkan aku kini  tersimpuh di lantai ruang itu..
   Ohhh…mbak sofi…ohhhh…kuluman mbak lebih enak dari lonte pelabuhan" hhhhhh…mhhhh..
   Setelah puas dengan mulutku, pak tatang menyuruhku untuk terlentang di  sofa. Dengan rakus, ia pun mengulumi payudaraku, dan menggigit-ggit  putingnya yang mungil kecoklatan itu…
   Owhhhh…mhhhh…pak tatang….sakkkittttt….
   Pak tatang semakin liar,mengulum putingku. Satu tanganya memilin-milin  payudaraku yang lain, sedang tangan satunya lagi memainkan  klitorisnya…kni aku merasakan kegelian…kurasakan jari-jari pak tatang  menusuk-nusuk liang vaginaku…
   Pak tatang kemudian melebarkan kedua pahaku dan  blessssssssssssssssss….penis pak tatang pun terjepit dlam liang  nikmatku…Tubuhku terguncang-guncang, sementara tangan pak tatang sibuk  memilin-milin putingku…"ohhhh,mbak sofi….tempikmu enak banget…..bapak  belum pernah ngrasain tempik kaya punya mbak sofi……
   Tiba-tiba pak tatang menghentikan genjotanya, dan menarik penisnya..Ia  membalik tubuhku hingga tengkurap, lalu menyuruhku menungging.. Aku  hanya pasrah mengikuti arahan pak tatang…
   Dalam posisi menungging, sekali lagi pak tatang menyodokan penisnya  dalam liang nikmatku. Dengan sodokan-sodokanya yang keras, tubuhupun  terguncang-guncang. Tanganya meremasi payudaraku dan sesekali menampar  paha dan pantatku hingga terasa pedih.Aku diperlakukanya seperti seekor  kuda tunggangan atau sebuah boneka seks…. Aku hanya bias pasrah menerima  perlakuan itu..
   "Mhhhh,…tempik lonte jilbaban ternyata enak…mhhhh…ouhhhh" rancau pak  tatang saat penisnya terje[pit dalam liang kenikmatan. Pak tatang yang  telah lama menduda, dan selama ini memuaskan hasrat seks nya dengan  pelacur pelabuhan, yang tentu saja tua-tua dan tidak higienis. Kini  penis pak tatang berkesempatan untuk menikmati liang vagina seorang  wanita muda berjilbab, yang liang vaginanya selalu terjaga dan terawatt.  Bahkan pria kaya dan tampan pun belum tentu kuijinkan untuk bias  menjepitkan penisnya dalam lubang vaginaku, kecuali menikahiku, namun  kini, seorang pesuruh kantor yang tua malah berkesempatan menikmati  liang vagina miliku dengan gratis…ohhhhh…nasibku….
   Bukan hanya liang vginaku, penis pak tatang pun kini telah merasakan  pula jepitan lubang anusku…kali ini tidak terlalu sakit…justru anehnya,  akupun mulai menikmati permainan pak tatang..
   Pak tatang menarik penisnya, lalu menari k jilbabku hingga kepalaku  mendekat kea rah penisnya. Tangan satunya sedikit mencekik  leherku,shingga mulutku terbuka, dan aKHHHHHHHHHHHHHHHH….teriakan pak  tatang saat orgasme…..Crotttt…croootttttt…croottttt….cairan putih hangat  masuk seluruhnya ke mulutku..Bukan hanya itu, pak tatang pun menyuruhku  untuk menelan semua spermanya….hueekkkkkkk….rasanya muak sekali..namun  aku terpaksa…nampak sisa-sisa sperma mengalir dari sela-sela bibirku,  hingga menambah noda di jilbab kremku…Sisa-sisa sperma yang ada di  lantai dan sofa pun harus kujilati pula.
   Semua adegan itu direkam oleh pak tan.. Pak tan mengancam,jika aku  melaporkan kejadian ini pada polisi, atau tidak mau menuruti  kehendaknya, maka video itu akan tersebur. .Kejadian di kantor saat itu  barulah sebuah awal penderitaanku. Pak tan ternyata menjualku pada para  pria hidung belang, bukan sekedar untuk membayar hutangku, namun juga  untuk membiayai bironya yang hampir bangkrut itu… Dengan jilbab di  kepala dan wajahku yang keibuan, banyak bos-bos yang rela merogoh  koceknya dalam-dalam untuk diberikan pada pak tan, demi memperoleh  kesempatan menjepitkan penisnya ke dalam liang vagina dan anusku, dengan  tetap mengenakan jilbabku…
   Bahkan pak tan pernah sekedar iseng mengumpankanku pada sekelompok  supir truk yang sedang mabuk, sehinga aku disetubuhi beramai-ramai di  atas bak truk..Dia memasangiku kamera kecil, sehingga ia bias merekamnya  dari mobinya yang parkir di suatu tempat.                Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex -  Anak SMU Desa               Apr 8th 2013, 03:26                                               
    Aku  tinggal di Cirebon tapi tempat kerjaku di dekat Indramayu yang berjarak  sekitar 45 Km dan kutempuh dengan kendaraan kantor (nyupir sendiri)  sekitar 1 jam. Bagi yang tahu daerah ini, pasti akan tahu jalan mana  yang kutempuh. Setiap pagi kira-kira jam 06.30 aku sudah meninggalkan  rumah melewati route jalan yang sama (cuma satu-satunya yang terdekat)  untuk berangkat ke kantor. Pagi hari di daerah ini, seperti biasa  terlihat pemandangan anak-anak sekolah entah itu anak SD, SMP ataupun  SMU, berjajar di beberapa tempat di sepanjang jalan yang kulalui sambil  menunggu angkutan umum yang akan mereka naiki untuk ke sekolah mereka  masing-masing. Karena angkutan umum sangat terbatas, biasanya mereka  melambai-lambaikan tangannya dan mencoba menyetop kendaraan yang lewat  untuk mendapatkan tumpangan. Kadang-kadang ada juga kendaraan truk  ataupun pick-up yang berhenti dan berbaik hati memberikan tumpangan,  sedangkan kendaraan lainnya jarang mau berhenti, karena yang  melambai-lambaikan tangannya berkelompok dan berjumlah puluhan. Suatu hari Senin di bulan Oktober 98, aku keluar dari rumah agak  terlambat yaitu jam 06.45 pagi. Kuperhatikan anak-anak sekolah yang  biasanya ramai di sepanjang jalan itu mulai agak sepi, mungkin mereka  sudah mendapatkan kendaraan ke sekolahnya masing-masing. Saat  perjalananku mencapai ujung desa Bedulan (tempat ini pasti dikenal oleh  semua orang karena sering terjadi tawuran antar desa sampai saat ini),  kulihat ada seorang anak sekolah perempuan yang melambai-lambaikan  tangannya.Setelah kulihat di belakangku tidak ada kendaraan lain, aku mengambil  kesimpulan kalau anak sekolah itu berusaha mendapatkan tumpangan dariku  dan karena dia seorang diri di sekitar situ maka segera kuhentikan  kendaraanku serta kubuka kacanya sambil kutanyakan, "Mau ke mana dik?".  Kulihat anak sekolah itu agak cemas dan segera menjawab pertanyaanku,  "Pak boleh saya ikut sampai di SMA-------- (edited by Yuri)", dari tadi  kendaraan umum penuh terus dan saya takut terlambat?, dengan wajah yang  penuh harap. "Yaa..., OK lah.., naik cepat", kataku. "Terima kasih  paak", katanya sambil membuka pintu mobilku. Jarak dari sini sampai di sekolahnya kira-kira 10 Km dan selama  perjalanan kuselingi dengan pertanyaan-pertanyaan ringan, sehingga aku  tahu kalau dia itu duduk di kelas 3 SMU di------dan bernama War (edited  by Yuri). Tinggi badannya kira-kira 155 cm, warna kulitnya bisa dibilang  agak hitam bersih dan tidak cantik tapi manis dan menarik untuk  dilihat, entah apanya yang menarik, mungkin karena matanya agak sayu. Tidak terlalu lama, kendaraanku sudah sampai di daerah-------dan War  segera memberikan aba-aba. "Ooom..., sekolah saya ada di depan itu",  katanya sambil jarinya menunjuk satu arah di kanan jalan. Kuhentikan  kendaraanku di depan sekolahnya dan sambil menyalamiku War mengucapkan  terima kasih. Sambil turun dari mobil, War masih sempat bertanya,  "Oom..., besok pagi saya boleh ikut lagi.., nggak Oom, lumayan Oom...,  bisa naik mobil bagus ke sekolah dan sekalian menghemat ongkos.., boleh  yaa.. Oom?". Aku tidak segera menjawab pertanyaan itu, tapi kupandangi  wajahnya, lalu kujawab, "Boleh boleh saja War ikut Oom, tapi jangan  bergerombol ikutnya yaa"."Enggak deh Oom, saya cuma sendiri saja kok selama ini". Setiap pagi sewaktu aku mencapai desa itu, War sudah ada di pinggir  jalan dan melambaikan tangannya untuk menghentikan mobilku. Dalam setiap  perjalanan dia makin lama makin banyak bercerita soal keluarganya,  kehidupannya di desa, teman-teman sekolahnya dan dia juga sudah punya  pacar di sekolahnya. Ketika kutanya apakah pacarnya tidak marah kalau  setiap hari naik mobil orang, War bilang tidak apa-apa tapi tanpa ada  penjelasan apapun, sepertinya dia enggan menceritakan lebih jauh soal  pacarnya. War juga cerita bahwa selama ini dia tidak pernah kemana-mana,  kecuali pernah dua kali di ajak pacarnya piknik ke daerah wisata di  Kuningan. Seminggu kemudian di hari Jum'at, waktu War akan naik di mobilku kulihat  wajahnya sedih dan matanya bengkak seperti habis menangis dan War duduk  tanpa banyak bicara.Karena penasaran, kusapa dia, "War, habis nangis yaa..., kenapa..? coba  War ceritakan.., siapa tahu Oom bisa membantu". War tetap membisu dan  sedikit gelisah. Lama dia diam saja dan aku juga tidak mau mengganggunya  dengan pertanyaan-pertanyaan, tetapi kemudian dia berkata, "Oom, saya  habis ribut dengan Bapak dan Ibu", lalu dia diam lagi."Kalau War percaya pada Oom, tolong coba ceritakan masalahnya apa, siapa  tahu Oom bisa membantu", kataku tetapi War saja tetap membisu.Ketika mobilku sudah mendekati sekolahnya, tiba-tiba War berkata,  "Oom..., boleh nggak War minta waktu sedikit buat bicara di sini,  mumpung masih belum sampai di sekolah". Mendengar permintaannya itu,  segera saja kuhentikan mobilku di pinggir jalan dan kira-kira jaraknya  masih 2 Km dari sekolahnya. "Ada apa War...?", Kataku. War tetap diam dan sepertinya ada keraguan untuk memulai berbicara."Ayoo..., lah War (sebenarnya pengarang penuliskan tiga harus terakhir  dari namanya, tapi terpaksa oleh Yuri diganti jadi 3 huruf terdepan),  jangan takut atau ragu..., ada apa sebenarnya", tanyaku lagi."Begini..., Oom, kata War", lalu dia menceritakan bahwa tadi malam dia  minta uang kepada orang tuanya untuk membayar uang sekolahnya yang sudah  tiga bulan belum dibayar dan hari ini adalah hari terakhir dia harus  membayar, karena kalau tidak dia tidak boleh mengikuti ulangan. Orang  tuanya ternyata tidak mempunyai uang sama sekali, padahal uang sekolah  yang harus dibayar itu sebesar 80 ribu rupiah. Alasan orang tuanya  karena panen padi yang diharapkan telah punah karena hujan yang terus  menerus. Dan katanya lagi orang tuanya menyuruh dia berhenti sekolah  karena tidak mampu lagi untuk membayar uang sekolah dan mau dikimpoikan  dengan tetangganya. Aku tetap diam untuk mendengarkan ceritanya sampai selesai dan karena  War juga terus diam, lalu kutanya, "Teruskan ceritamu sampai selesai  War". Dia tidak segera menjawab tapi yang kulihat airmatanya terlihat  menggenang dan sambil mengusap air matanya dia berkata, "Oom, sebetulnya  masih banyak yang ingin War ceritakan, tapi saya takut nanti Oom  terlambat ke kantornya dan War juga harus ke sekolah, serta lanjutnya  lagi..., kalau Oom ada waktu dan tidak keberatan, saya ingin pergi  dengan Oom supaya saya bisa menceritakan semua masalah pribadi saya".  Setelah diam sejenak, lalu War berkata lagi, "Oom, kalau ada dan tidak  keberatan, saya mau pinjam uang Oom 80 ribu untuk membayar uang sekolah  dan saya janji akan mengembalikan setelah saya dapat dari orang tua  saya". Mendengar cerita War walaupun belum seluruhnya, hatiku terasa tersayat  dan segera kurogoh dompetku dan kuambilkan uang 200 ribu dan segera  kuberikan padanya."Lho Oom, kok banyak benar..., saya takut tidak dapat mengembalikannya",  katanya sambil menarik tangannya sebelum uang dari tanganku  dipegangnya."War.., ambillah..., nggak apa-apa kok, sisanya boleh kamu belikan  buku-buku atau apa saja..., saya yakin War membutuhkannya", dan segera  kupegang tangannya sambil meletakkan uang itu ditangannya dan sambil  kukatakan, "War.., ini nggak usah kamu beritahukan kepada siapa-siapa,  juga jangan kepada orang tuamu..., dan War nggak perlu  mengembalikannya". Belum selesai kata-kataku, tiba-tiba saja dari tempat duduknya dia maju  dan mencium pipi kiriku sambil berkata, "Terima kasih banyak Oom..,  Oom.. sudah banyak menolong saya". Aku jadi sangat terkesiap dan  berdebar, bukan karena mendapat ciuman di pipiku, tapi karena tangan  kiriku tersentuh buah dadanya yang terasa sangat empuk sehingga tidak  terasa penisku menjadi tegang dan sementara War masih mencium pipiku,  kugunakan tangan kananku untuk membelai rambutnya dan kucium hidungnya."Ayoo..., War..., sudah lama kita di sini, nanti kamu terlambat sekolahnya".War tidak menjawab tapi kulihat dikedua matanya masih tergenang air  matanya. Ketika sudah sampai di depan sekolahnya sambil membuka pintu  mobil, War berkata, "Oom.., terima kasih yaa.. Ooom dan kapan Oom ada  waktu untuk mendengar cerita War"."Kalau besok gimana..?, kataku."Boleh.., oom", jawabnya cepat."Lho..., besok kan masih hari Sabtu dan War kan harus sekolah", jawabku."Sekali-kali mbolos kan nggak apa apa Oom..., hari Sabtu kan pelajarannya tidak begitu padat dan kurang penting", kata War."Oklah..., kalau begitu..., War, kita ketemu besok pagi ditempat biasa kamu menunggu". Dalam perjalanan ke kantor setelah War turun, masalah War terasa  mengganggu pikiranku sehingga tidak terasa aku sudah sampai di kantor.  Sebelum pulang kantor, aku izin untuk tidak masuk besok Sabtu pada  Bossku dengan alasan akan mengurus persoalan keluarga di Kuningan.  Demikian juga waktu malamnya kukatakan pada istriku kalau aku harus ke  Jakarta untuk urusan kantor dan kalau selesainya telat terpaksa harus  menginap dan pulang pada hari Minggu. Besok paginya dengan berbekal 1 stel pakaian yang telah disiapkan oleh  Istriku, aku berangkat dan sampai di tempat yang biasa, kulihat War  tetap memakai baju seragam sekolahnya. Setelah dia naik ke mobil,  kembali kulihat matanya tetap seperti habis menangis.Lalu kutanya, "War..., habis perang lagi yaa?, soal apa lagi?"."Oom, ceritanya nanti saja deh", katanya agak malas."Kita mau kemana Oom?", Tanyanya."Lho..., terserah War saja.., Oom sih ikut saja"."Oom..., saya kepingin ke tempat yang agak sepi dan nggak ada orang  lain..., jadi kalau-kalau War nangis, nggak ada yang melihatnya kecuali  Oom".Sambil memutar mobilku kembali ke arah Cirebon, aku berpikir sejenak mau  ke tempat mana yang sesuai dengan permintaan War, dan segera teringat  kalau di pinggiran kota Cirebon yang ke arah Kuningan ada sebuah  lapangan Golf dan Cottage CPN.Segera saja kukatakan padanya, "War... Tempat yang sesuai dengan  keinginanmu itu kayaknya agak susah, tapi..., bagaimana kalau kita ke  CPN saja..?"."Dimana itu Oom dan tempat apaan?",tanya War.Aku jadi agak susah menjelaskannya, tapi kujawab saja, "Tempatnya sih  nggak jauh yaitu sedikit di luar Cirebon dan..., begini saja deh..,  War.., kita ke sana dulu dan kalau War kurang setuju dengan tempatnya,  kita cari tempat lain lagi".
  Setelah sampai di tempat dan mendaftar di receptionist serta memesan  minuman ringan serta mengambil kunci kamarnya, segera aku kembali ke  mobil dan kutanyakan pada War--"gimana War.., kamu mau disini..?, lihat  saja tempatnya sepi (maklum saja masih pagi-pagi. Receptionistnya saja  seperti terheran-heran, sepertinya berfikir kok ada tamu pagi-pagi  sekali dan nomor mobilnya bukan dari luar kota). Setelah mobil kuparkir di depan kamar, sebelum turun kutanya dia  kembali, "War..., gimana.., mau di sini? atau mau cari tempat lain?".  War tidak segera menjawab pertanyaanku, tapi dia ikut turun dari mobil  dan mengikutiku ke arah pintu kamar motel. Segera setelah sampai di  dalam, dia langsung duduk di tempat tidur sambil memperhatikan seluruh  ruangan. Karena kulihat dia tetap diam saja, aku jadi merasa tidak enak  dan segera kudekati dia yang masih tetap duduk di pinggiran tempat tidur  dan sambil agak berlutut, kucium keningnya beberapa saat dan tiba-tiba  saja War memelukku dan terdengar tangisan lirih sambil terisak-isak.  Sambil masih memelukku, kuangkat berdiri dari duduknya dan kuelus-elus  rambutnya, sambil kucium pipinya serta kukatakan, "War coba tenangkan  dirimu dan ceritakan semua masalah mu pada Oom..., siapa tahu Oom bisa  membantumu dalam memecahkan masalahmu itu". War masih saja memelukku  tapi senggukan tangisnya mulai mereda. Beberapa saat kemudian kubimbing  dia ke arah tempat tidur dan perlahan kutelentangkan War di tempat tidur  dan kurangkulkan tangan kiriku di bahunya dan kupandangi wajahnya,  sambil kukatakan, "War cobalah ceritakan masalahmu itu dan biar Oom bisa  mengetahui permasalahanmu itu". War tetap diam saja dan memejamkan matanya, tapi tak lama kemudian,  sambil menyeka air matanya dia membuka matanya dan memandang ke arahku  yang jaraknya antara wajahnya dan wajahku sangat dekat sekali."Oom...", katanya seperti akan memulai bercerita, tapi lalu dia diam  lagi. "War...", kataku sambil kucium pipinya dan kuusap-usapkan jari  tangan kananku di rambutnya, "cerita lah". Lalu War mulai bercerita dan dia menceritakan secara panjang lebar soal  kehidupan keluarganya yang miskin, dia anak pertama dari 3 bersaudara,  tentang pacarnya di sekolah tapi lain kelas yang sudah 2 tahun pacaran  dan sekarang sudah meninggalkan dia karena mendapatkan pacar baru di  kelasnya dan dia juga menceritakan kalau orang tuanya sudah menjodohkan  dengan tetangganya yang sudah punya istri dan anak, tapi kaya dan  rumahnya tidak terlalu jauh dari rumah War dan dia harus segera berhenti  dari sekolahnya karena akan dikimpoikan pada bulan Maret akan datang.  War katanya kepingin sekolah dulu dan belum pingin kimpoi, apalagi  kimpoi dengan orang yang sudah punya Istri dan anak. War punya keinginan  mau lari dari rumahnya, tapi tidak tahu mau ke mana. War juga  menceritakan bahwa sebetulnya dia masih cinta kepada kawan sekolahnya  itu, apalagi dia sudah telanjur pernah tidur bersama sewaktu piknik ke  Kuningan dulu, walaupun katanya dia tidak yakin kalau punya pacarnya itu  sudah masuk ke vaginanya apa belum, karena belum apa-apa sudah keluar  katanya. "Jadi..., gimana.., Oom.., apa yang harus saya perbuat dengan masalah ini, katanya setelah menyelesaikan ceritanya."War", kataku sambil kembali kuelus-elus rambutnya dan kucium pipinya di dekat bibirnya."War..., masalahmu kok begitu rumit, terutama persoalan lamaran  tetanggamu itu. Begini saja War..., sebaiknya kamu minta kepada  orangtuamu untuk menunda perkimpoian itu sampai kamu selesai sekolah.  Bilang saja..., kalau ujian SMA-mu hanya tinggal beberapa bulan lagi"."Katakan lagi..., sayang kalau biaya yang telah dikeluarkan selama  hampir tiga tahun di SMA harus hilang percuma tanpa mendapatkan Ijasah.  War..., sewaktu kamu mengatakan ini semua, jangan pakai emosi, katakan  dengan lemah lembut, mudah-mudahan saja orang tuamu mau mengerti dan  mengundurkan perjodohanmu dengan tetanggamu itu"."Kalau orang tuamu setuju, jadi kamu bisa konsentrasi untuk menyelesaikan sekolahmu dan yang lainnya bisa dipikirkan kemudian".Setelah selesai memberikan saran ini, lalu kembali kucium pipinya seraya  kutanya..., "War..., bagaimana pendapatmu dengan saran Oom ini?".Seraya saja War bangkit dari tidurnya dan memelukku erat-erat sambil  menciumi pipiku dan berkata, "Ooom..., terima kasih.., atas saran Oom  ini..., belum terpikir oleh saya sebelumnya hal ini..., Oom sangat baik  terhadap War entah bagaimana caranya saya membalas kebaikan Oom", dan  terasa air matanya menetes di pipiku. Setelah diam sesaat, kembali kurebahkan badan War telentang dan kulihat  dari matanya yang tertutup itu sisa air matanya dan segera kucium kedua  matanya dan sedikit demi sedikit cimmanku kuturunkan ke hidungnya dan  terus turun ke pipi kirinya, setelah itu kugeser ciumanku mendekati  bibirnya. Karena War masih tetap diam dan tidak menolak, keberanianku  semakin bertambah dan secara perlahan-lahan kugeser ciumanku ke arah  bibirnya, dan tiba-tiba saja War menerkam dan memelukku serta mencari  bibirku dengan matanya yang masih tertutup. Aku berciuman cukup lama dan  sesekali lidahku kujulurkan ke dalam mulutnya dan War mengisapnya.  Sambil tetap berciuman, kurebahkan badannya lagi dan tangan kananku  segera kuletakkan tepat di atas buah dadanya yang terasa sangat kenyal  dan sedikit kuremas. Karena tidak ada reaksi yang berlebihan serta War  bukan saja mencium bibirku tapi seluruh wajahku, maka satu persatu  kancing baju SMU-nya berhasil kulepas dan ketika kusingkap bajunya,  tersembul dua bukit yang halus tertutup BH putih tipis dan ukurannya  tidak terlalu besar. Ketika kucoba membuka baju sekolahnya dari tangan kanannya, War  kelihatannya tetap diam dan malah membantu dengan membengkokkan  tangannya. Setelah berhasil melepas baju dari tangan kanannya, segera  kucari kaitan BH-nya di belakang dan dengan mudah kutemukan serta  kulepaskan kaitannya, sementara itu kami masih tetap berciuman, kadang  dibibir dan sesekali di seluruh wajah bergantian. BH-nya pun dengan  mudah kulepas dari tangan kanannya dan ketika kusingkap BH-nya,  tersembul buah dada War yang ukurannya tidak terlalu besar tapi  menantang dan dengan puting susunya berwarna kecoklatan. Dan dengan tidak sabar dan sambil meremas pelan payudara kanannya,  kuturunkan wajahku menyelusuri leher dan terus ke bawah dan sesampainya  di payudaranya, kujilati payudara War yang menantang itu dan sesekali  kuhisap puting susunya, sementara War meremas-remas rambutku seraya  terdengar suara lirih, "aahh..., aahh..., ooomm..., ssshh..., aahh". Aku  paling tidak tahan kalau mendengar suara lirih seperti ini, serta merta  penisku semakin tegang dan kugunakan kesempatan ini sambil tetap  menjilati dan menghisap payudara War, kugunakan tangan kananku untuk  menelusuri bagian bawah badan War Ketika sampai di celana dalamnya serta kuelus-elus vaginanya, terasa  sekali ada bagian CD yang basah. Sambil masih tetap menjilati payudara  War, kugunakan jari tanganku menyusup masuk dari samping CD-nya untuk  mencari bibir vaginanya dan ketika dapat dan kuelus, badan War terasa  menggelinjang dan membukakan kakinya serta kembali terdengar, "aahh...,  ssshh..., ssshh..., aahh". Aku jadi semakin penasaran saja mendengar  suara War mengerang lirih seperti itu. Segera kulepas tanganku yang ada  di vaginanya dan sekarang kugunakan untuk mencari kancing atau apapun  yang ada di Rok sekolahnya untuk segera kulepas. Untung saja rok sekolah  yang dipakai adalah rok standard yaitu ada kaitan sekaligus  ritsluiting, sehingga dengan mudah kutemukan dan kubuka kaitan dan  ritsluitingnya, sehingga roknya menjadi longgar di badan War. Lalu perlahan-lahan kuturunkan badanku serta ciumanku menelusuri perut  War seraya tanganku berusaha menurunkan roknya. Roknya yang sudah  longgar itu dengan mudah kuturunkan ke arah kakinya dan kuperhatikan War  mengenakan CD warna merah muda dan kulihat juga vaginanya yang  menggunung di dalam CD-nya. Badan War menggelinjang saat ciumanku menelusuri perut dan pada saat  ciumanku mencapai CD di atas gunungan vaginanya, gelinjang badan War  semakin keras dan pantatnya seakan diangkat serta tetap kudengar  suaranya yang lirih sambil meremas-remas rambutku agak keras serta  sesekali memanggil, "ssshh..., aahh..., ssshht..., ooom..., aahh".  Sambil kujilati lipatan pahanya, kuturunkan CD-nya perlahan-lahan dan  setelah setengahnya terbuka, kuperhatikan vagina War masih belum banyak  ditumbuhi bulu sehingga terlihat jelas belahan vaginanya dan basah. Setelah berhasil melepas CD-nya dari kedua kaki War yang masih menjulur  di lantai, kuposisikan badanku diantara kedua paha War sambil  merenggangkan kedua pahanya. Dengan pelan-pelan kujulurkan lidahku dan  kujilati belahan vaginanya yang agak terbuka akibat pahanya kubuka agak  lebar. Bersamaan dengan jilatanku itu, tiba-tiba War bangun dari  tidurnya dan berkata, "Jaa..., ngaan..., Ooom", sambil mencoba  mengangkat kepalaku dengan kedua tangannya. Karena takut War akan marah, maka dengan terpaksa aku bangkit dan  kupeluk War serta berusaha menidurkannya lagi sambil kucium bibirnya  untuk menenangkan dirinya. War tidak memberikan komentar apa-apa, tapi  kami kembali berciuman dan War sepertinya lebih bernafsu dari sebelumnya  dan lebih agresif menciumi seluruh wajahku. Sementara itu tanganku  kugunakan untuk melepas baju dan BH War yang sebelah dan yang tadi belum  sempat kulepas, War sepertinya mendiamkan saja, malah sepertinya  membantuku dengan memiringkan badannya agar bajunya mudah kulepas.  Sambil tetap berciuman, sekarang aku berusaha untuk melepas baju dan  celanaku sendiri. Setelah aku berhasil melepas semua pakaianku termasuk CD-ku, lalu dengan  harap-harap cemas karena aku takut War akan menolaknya, aku menempatkan  diriku yang tadinya selalu di samping kiri atau kanan badan War,  sekarang aku naik di atas badan War. Perkiraanku ternyata salah, setelah  aku ada di atas badan War, ternyata dia malah memelukkan kedua  tangannya di punggungku sambil sesekali menekan-nekan. Dalam posisi  begini, terasa penisku agak sakit karena tertindih di antara badanku dan  paha War. Karena tidak tahan, segera kuangkat kaki kananku untuk  mencari posisi yang nikmat, tapi bersamaan dengan kakiku terangkat,  kurasakan War malah merenggangkan kedua kakinya agak lebar, tentu saja  kesempatan ini tidak kusia-siakan, segera saja kutaruh kedua kakiku di  bagian tengah kedua kakinya yang dilebarkan itu dan sekarang terasa  penisku berada di atas vagina War. War masih memelukkan kedua tangannya  di punggungku dan meciumi seluruh wajahku. Sambil masih tetap kujilat dan ciumi seluruh wajahnya, kuturunkan  tanganku ke bawah dan sedikit kumiringkan badanku, perlahan-lahan kuelus  vagina War yang menggembung dan setelah beberapa saat lalu kupegang  bibir vaginanya dengan jariku dan kurasakan kedua tangan War serasa  mencekeram di punggungku dan ketika jari tengahku kugunakan untuk  mengelus bagian dalam vaginanya, terasa vagina War sangat basah dan  kurasakan badan bawah War bergerak perlahan-lahan sepertinya mengikuti  gerakan jari tanganku yang sedang mengelus dan meraba bagian dalam  vaginanya dan sesekali kupermainkan clitorisnya dengan jari-jariku  sehingga War sering berdesis, "Ssshh..., ssshh..., aahh..., ssshh",  sambil kurasakan jari kedua tangannya menusuk punggungku. Setelah sekian lama kupernainkan vaginanya dengan jariku, kemudian  kulepaskan jariku dari vagina War dan kugunakan tangan kananku untuk  memegang penisku serta segera saja penisku kuarahkan ke vagina War  sambil kugosok-gosokan ke atas dan ke bawah sepanjang bagian dalam  vagina War, serta kembali kudengar desis suaranya, "ssshh..., ssshh...,  ooom..., aahh..., ssshh", dan pantatnya diangkat naik turun pelan-pelan.  Karena kulihat War sudah sangat terangsang nafsunya, segera saja  kuhentikan gerakan tanganku dan kutujukan penisku ke arah bawah bagian  vaginanya dan setelah kurasa pas, segera kulepaskan tanganku dan kutekan  pelan-pelan penisku k edalam vagina War. Kuperhatikan wajah War agak mengerenyit seperti menahan rasa sakit serta  menghentikan gerakan pantatnya serta bersuara pelan tepat di dekat  telingaku, "Aduuuhh..., ooomm..., Jangaannn..., sakiiittt..., Asiihh..,  takuuut., Oom". Mendengar suaranya yang sedikit menghiba itu, segera  kuhentikan tusukan penisku dan kuelus-elus dahinya sambil kucium  telinganya serta kubisikan, "Tidak..., apa-apa..., sayaang..., Oom...,  pelan-pelan saja..., kok", untuk menenangkan ketakutan War. War tidak  segera menanggapi kata-kataku dan tetap diam saja dengan tetap masih  memelukkan kedua tangannya di punggungku. Karena dia diam saja dan memejamkan kedua matanya, segera secara  perlahan-lahan, kutusukan kembali penisku ke dalam vaginanya dan  terdengar lagi War berkata lirih di dekat telingaku, "Aduuuhh...,  sakiiittt..., ooom..., Asihh.., takuuut", padahal kurasakan kalau War  mulai lagi menggerakkan pantatnya perlahan-lahan. Mendengar kata-katanya yang lirih ini, kembali kuhentikan tusukan  penisku tapi masih tetap ditempatnya yaitu di lubang vaginanya, dan  kembali kuciumi bibir dan wajahnya serta kuelus-elus rambutnya sambil  kubisiki, "Takut apa sayang..". War tidak segera menjawab pertanyaanku  itu. Sambil menunggu jawabannya, kuteruskan ciumanku di bibirnya dan War  mulai lagi melayani ciumanku itu dengan memainkan lidahku yang  kujulurkan ke dalam mulutnya dan kurasakan War mulai memindahkan kedua  tangannya dari punggung ke atas pantatku. Aku tetap bersabar menunggu  dan tidak terburu-buru untuk menusukkan penisku lagi. Tetap dengan masih  menghisap lidahku, kurasakan kedua tangan War sedikit menekan pantatku,  entah perintah supaya aku menusukkan penisku ke vaginanya atau hanya  perasaanku saja. Sementara aku diamkan saja dan dengan masih berciuman, kutunggu reaksi  War selanjutnya. Ketika ciumanku kualihkan ke daerah dekat telinganya,  kulihat War berusaha mengelak mungkin karena kegelian dan kembali  kurasakan kedua tangannya seperti menekan pantatku. Lalu kembali kulumat  bibirnya dan perlahan tapi pasti, kembali kutekan penisku ke dalam  liang kewanitaannya, tapi War tidak kuberi kesempatan untuk berkata-kata  karena mulutnya kusumpal dengan mulutku dan penisku makin kutekankan ke  dalam vaginanya serta kulihat mata War menutup rapat-rapat seperti  menahan sakit. Karena penisku belum juga menembus vaginanya, lalu sedikit kuangkat  pantatku dan kembali kutusukkan ke dalam vagina War dan, "Bleeesss",  terasa penisku sepertinya sudah menembus vagina War dan, "aahh...,  sakiiit..., ooom Ketika sampai di celana dalamnya serta kuelus-elus vaginanya, terasa  sekali ada bagian CD yang basah. Sambil masih tetap menjilati payudara  War, kugunakan jari tanganku menyusup masuk dari samping CD-nya untuk  mencari bibir vaginanya dan ketika dapat dan kuelus, badan War terasa  menggelinjang dan membukakan kakinya serta kembali terdengar, "aahh...,  ssshh..., ssshh..., aahh". Aku jadi semakin penasaran saja mendengar  suara War mengerang lirih seperti itu. Segera kulepas tanganku yang ada  di vaginanya dan sekarang kugunakan untuk mencari kancing atau apapun  yang ada di Rok sekolahnya untuk segera kulepas. Untung saja rok sekolah  yang dipakai adalah rok standard yaitu ada kaitan sekaligus  ritsluiting, sehingga dengan mudah kutemukan dan kubuka kaitan dan  ritsluitingnya, sehingga roknya menjadi longgar di badan War. Lalu perlahan-lahan kuturunkan badanku serta ciumanku menelusuri perut  War seraya tanganku berusaha menurunkan roknya. Roknya yang sudah  longgar itu dengan mudah kuturunkan ke arah kakinya dan kuperhatikan War  mengenakan CD warna merah muda dan kulihat juga vaginanya yang  menggunung di dalam CD-nya. Badan War menggelinjang saat ciumanku menelusuri perut dan pada saat  ciumanku mencapai CD di atas gunungan vaginanya, gelinjang badan War  semakin keras dan pantatnya seakan diangkat serta tetap kudengar  suaranya yang lirih sambil meremas-remas rambutku agak keras serta  sesekali memanggil, "ssshh..., aahh..., ssshht..., ooom..., aahh".  Sambil kujilati lipatan pahanya, kuturunkan CD-nya perlahan-lahan dan  setelah setengahnya terbuka, kuperhatikan vagina War masih belum banyak  ditumbuhi bulu sehingga terlihat jelas belahan vaginanya dan basah. Setelah berhasil melepas CD-nya dari kedua kaki War yang masih menjulur  di lantai, kuposisikan badanku diantara kedua paha War sambil  merenggangkan kedua pahanya. Dengan pelan-pelan kujulurkan lidahku dan  kujilati belahan vaginanya yang agak terbuka akibat pahanya kubuka agak  lebar. Bersamaan dengan jilatanku itu, tiba-tiba War bangun dari  tidurnya dan berkata, "Jaa..., ngaan..., Ooom", sambil mencoba  mengangkat kepalaku dengan kedua tangannya. Karena takut War akan marah, maka dengan terpaksa aku bangkit dan  kupeluk War serta berusaha menidurkannya lagi sambil kucium bibirnya  untuk menenangkan dirinya. War tidak memberikan komentar apa-apa, tapi  kami kembali berciuman dan War sepertinya lebih bernafsu dari sebelumnya  dan lebih agresif menciumi seluruh wajahku. Sementara itu tanganku  kugunakan untuk melepas baju dan BH War yang sebelah dan yang tadi belum  sempat kulepas, War sepertinya mendiamkan saja, malah sepertinya  membantuku dengan memiringkan badannya agar bajunya mudah kulepas.  Sambil tetap berciuman, sekarang aku berusaha untuk melepas baju dan  celanaku sendiri. Setelah aku berhasil melepas semua pakaianku termasuk CD-ku, lalu dengan  harap-harap cemas karena aku takut War akan menolaknya, aku menempatkan  diriku yang tadinya selalu di samping kiri atau kanan badan War,  sekarang aku naik di atas badan War. Perkiraanku ternyata salah, setelah  aku ada di atas badan War, ternyata dia malah memelukkan kedua  tangannya di punggungku sambil sesekali menekan-nekan. Dalam posisi  begini, terasa penisku agak sakit karena tertindih di antara badanku dan  paha War. Karena tidak tahan, segera kuangkat kaki kananku untuk  mencari posisi yang nikmat, tapi bersamaan dengan kakiku terangkat,  kurasakan War malah merenggangkan kedua kakinya agak lebar, tentu saja  kesempatan ini tidak kusia-siakan, segera saja kutaruh kedua kakiku di  bagian tengah kedua kakinya yang dilebarkan itu dan sekarang terasa  penisku berada di atas vagina War. War masih memelukkan kedua tangannya  di punggungku dan meciumi seluruh wajahku. Sambil masih tetap kujilat dan ciumi seluruh wajahnya, kuturunkan  tanganku ke bawah dan sedikit kumiringkan badanku, perlahan-lahan kuelus  vagina War yang menggembung dan setelah beberapa saat lalu kupegang  bibir vaginanya dengan jariku dan kurasakan kedua tangan War serasa  mencekeram di punggungku dan ketika jari tengahku kugunakan untuk  mengelus bagian dalam vaginanya, terasa vagina War sangat basah dan  kurasakan badan bawah War bergerak perlahan-lahan sepertinya mengikuti  gerakan jari tanganku yang sedang mengelus dan meraba bagian dalam  vaginanya dan sesekali kupermainkan clitorisnya dengan jari-jariku  sehingga War sering berdesis, "Ssshh..., ssshh..., aahh..., ssshh",  sambil kurasakan jari kedua tangannya menusuk punggungku. Setelah sekian lama kupernainkan vaginanya dengan jariku, kemudian  kulepaskan jariku dari vagina War dan kugunakan tangan kananku untuk  memegang penisku serta segera saja penisku kuarahkan ke vagina War  sambil kugosok-gosokan ke atas dan ke bawah sepanjang bagian dalam  vagina War, serta kembali kudengar desis suaranya, "ssshh..., ssshh...,  ooom..., aahh..., ssshh", dan pantatnya diangkat naik turun pelan-pelan.  Karena kulihat War sudah sangat terangsang nafsunya, segera saja  kuhentikan gerakan tanganku dan kutujukan penisku ke arah bawah bagian  vaginanya dan setelah kurasa pas, segera kulepaskan tanganku dan kutekan  pelan-pelan penisku k edalam vagina War. Kuperhatikan wajah War agak mengerenyit seperti menahan rasa sakit serta  menghentikan gerakan pantatnya serta bersuara pelan tepat di dekat  telingaku, "Aduuuhh..., ooomm..., Jangaannn..., sakiiittt..., Asiihh..,  takuuut., Oom". Mendengar suaranya yang sedikit menghiba itu, segera  kuhentikan tusukan penisku dan kuelus-elus dahinya sambil kucium  telinganya serta kubisikan, "Tidak..., apa-apa..., sayaang..., Oom...,  pelan-pelan saja..., kok", untuk menenangkan ketakutan War. War tidak  segera menanggapi kata-kataku dan tetap diam saja dengan tetap masih  memelukkan kedua tangannya di punggungku. Karena dia diam saja dan memejamkan kedua matanya, segera secara  perlahan-lahan, kutusukan kembali penisku ke dalam vaginanya dan  terdengar lagi War berkata lirih di dekat telingaku, "Aduuuhh...,  sakiiittt..., ooom..., Asihh.., takuuut", padahal kurasakan kalau War  mulai lagi menggerakkan pantatnya perlahan-lahan. Mendengar kata-katanya yang lirih ini, kembali kuhentikan tusukan  penisku tapi masih tetap ditempatnya yaitu di lubang vaginanya, dan  kembali kuciumi bibir dan wajahnya serta kuelus-elus rambutnya sambil  kubisiki, "Takut apa sayang..". War tidak segera menjawab pertanyaanku  itu. Sambil menunggu jawabannya, kuteruskan ciumanku di bibirnya dan War  mulai lagi melayani ciumanku itu dengan memainkan lidahku yang  kujulurkan ke dalam mulutnya dan kurasakan War mulai memindahkan kedua  tangannya dari punggung ke atas pantatku. Aku tetap bersabar menunggu  dan tidak terburu-buru untuk menusukkan penisku lagi. Tetap dengan masih  menghisap lidahku, kurasakan kedua tangan War sedikit menekan pantatku,  entah perintah supaya aku menusukkan penisku ke vaginanya atau hanya  perasaanku saja. Sementara aku diamkan saja dan dengan masih berciuman, kutunggu reaksi  War selanjutnya. Ketika ciumanku kualihkan ke daerah dekat telinganya,  kulihat War berusaha mengelak mungkin karena kegelian dan kembali  kurasakan kedua tangannya seperti menekan pantatku. Lalu kembali kulumat  bibirnya dan perlahan tapi pasti, kembali kutekan penisku ke dalam  liang kewanitaannya, tapi War tidak kuberi kesempatan untuk berkata-kata  karena mulutnya kusumpal dengan mulutku dan penisku makin kutekankan ke  dalam vaginanya serta kulihat mata War menutup rapat-rapat seperti  menahan sakit. Karena penisku belum juga menembus vaginanya, lalu sedikit kuangkat  pantatku dan kembali kutusukkan ke dalam vagina War dan, "Bleeesss",  terasa penisku sepertinya sudah menembus vagina War dan, "aahh...,  sakiiit..., ooom….", kudengar suara War sambil seperti menahan rasa  sakit dan berusaha menarik pantatku. Untuk sementara tidak kugerakkan  pantatku dan setelah kulihat War mulai tenang dan kembali mau menciumi  wajahku, lalu perlahan-lahan kutekan penisku yang sudah menembus  vaginanya supaya masuk lebih dalam lagi "aahh..., oom..., pelan..., pelaan..", kudengar War berkata lirih."Iyaa..., sayaang..., ooom pelah-pelan", jawabku serta kubelai  rambutnya. Setelah kudiamkan sebentar, lalu kugerakkan pantatku naik  turun sangat pelan agar War tidak merasa kesakitan, dan ternyata  berhasil, wajah War keperhatikan tidak tegang lagi sehingga pergerakan  penisku keluar masuk vagina War sedikit kupercepat dan belum berapa lama  terdengar suara War, "ooom..., ooom..., aaduuuhh..., ooomm..., aahh",  sambil kedua tangannya mencengkeram punggungku dengan kuat dan menciumi  keseluruhan wajahku dengan sangat bernafsu dan badannya berkeringat,  lalu War berteriak agak keras, "aahh..., ooomm..., aduuuhh..", lalu War  terkapar dan terdiam lemas dengan nafas terengah-engah. Rupanya Aku  yakin kalau War sudah mencapai orgasmenya padahal nafsuku baru saja akan  naik. Karena kulihat War sepertinya sedang kelelahan dengan kedua  matanya tertutup rapat, jadi timbul rasa kasihanku, lalu sambil kuseka  keringat wajahnya kuciumi pipi dan bibirnya dengan lembut, tapi War  tidak bereaksi dan tanpa kuduga di gigitnya bibirku yang sedang  menciumnya seraya berkata lirih, "ooom..., nakal..., yaa, War baru  sekali ini merasakan hal seperti tadi", sambil mencubit punggungku. Aku  tidak menjawab komentarnya tapi yang kuperhatikan adalah nafasnya sudah  mulai teratur dan secara perlahan-lahan aku mulai menggerakkan penisku  lagi keluar masuk vagina War. Kuperhatikan War mulai terangsang lagi, War mulai menghisap bibirku dan  mulai mencoba menggerakkan pantatnya pelan-pelan dan gerakannya ini  membuat penisku seperti di pelintir keenakan. Gerakan penisku keluar  masuk semakin kupercepat dan demikian juga War mulai makin berani  mempercepat gerakan putaran pantatnya, sambil sesekali kedua tangannya  yang dipelukkan dipinggangku berusaha menekan sepertinya menyuruhku  untuk memasukkan penisku ke dalam vaginanya lebih dalam lagi dan  kudengar War mulai bersuara lagi..., "aahh..., aahh..., ooohh...,  oomm..., aah", dan tidak terasa akupun mulai berkicau, "aacchh...,  aahh..., Siiihh..., enaakk..., teruuus..., Siiih". Ketika nafsuku sudah  mulai memuncak dan kudengar juga nafas War semakin cepat, dengan  perlahan-lahan kupeluk badan War dan segera kubalik badannya sehingga  sekarang War sudah berada di atasku dan kupelukkan kedua tanganku di  pantatnya, sedangkan wajah War ditempelkan di wajahku. Dengan sedikit  makan tenaga, kucoba menggerakkan pantatku naik turun dan setiap kali  pantatku naik, kugunakan kedua tanganku menekan pantat War ke bawah dan  bisa kurasakan kalau penisku masuk lebih dalam di vagina War, sehingga  setiap kali kudengar suaranya sedikit keras, "aahh..., oooh". Dan  mungkin karena keenakan, sekarang gerakan War malah lebih berani dengan  menggerakkan pantatnya naik turun sehingga kedua tanganku tidak perlu  menekannya lagi dan setiap kali pantatnya menekan ke bawah sehingga  penisku serasa masuk semuanya di vagina War, kudengar dia bersuara  keenakan, "Aahh..., aah disertai nafasnya yang semakin cepat, demikian  juga aku sambil berusaha menahan agar maniku tidak segera keluar. Gerakan War semakin cepat saja dan kurasakan wajahnya semakin ditekankan  ke wajahku sehingga kudengar nafasnya yang sangat cepat itu di dekat  telingaku dan, "Aduuuh..., aahh..., aahh..., ooomm.., War..., mauuu..,  keluaar..., aah"."Tungguuu..., Waarrr.., kitaa..., samaa..., samaa., ooom.., Jugaa.., mauuu..., keluarr"."aahh..., aahh..., ooomm", teriak War sambil mengerakkan pantatnya  menggila dan akupun karena sudah tidak tahan menahan maniku dari tadi  segera kegerakkan pantatku lebih cepat dan, "Crreeettt..., ccrreeett...,  ccccrrreeett..., dan "aahh..., siiihh..., ooom keluaar", sambil kutekan  pantat War kuat-kuat. Setelah beristirahat sebentar, kuajak War ke kamar mandi untuk  membersihkan badan dan War kembali menjatuhkan badannya di tempat tidur,  mungkin masih merasakan kelelahan. Tak terasa jam sudah menunjukkan  hampir jam 12 siang dan segera saja kupesan makan siang     Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                            |             
              
Tidak ada komentar:
Posting Komentar