|                               Cerita Sex - Tukang Lulur Istriku               Apr 10th 2013, 14:57                                                Kring… kring… kring!! Telepon di ruang kerjaku berdering. "Hallo, pap.  Mama pulangnya agak malam, Istri pemilik usaha ini minta di temani  jalan." Dan bla-bla-bla, istriku mengoceh terus, tanpa kuperhatikan  isinya. Tapi yang pasti, dia memintaku untuk menggantikannya dilulur.  Dia merasa tidak enak dan kasihan sama Bu Eka (tukang lulur  langganannya) kalau membatalkan janjian lulurnya. Akhirnya aku pun  menyanggupi permintaan istriku untuk dilulur, walaupun aku tidak  mempunyai masalah kebersihan pada tubuhku. Jam 04.00 sore aku sudah sampai di rumah. Rupanya Bu Eka belum datang.  Aku pun memutuskan untuk menyantap hidangan ringan sedikit. Belum habis  kudapannya, Bu Eka sudah berada di muka pintu gerbang rumahku. Karena  sudah terbiasa, dia langsung saja masuk dan segera membereskan kamar  olah raga (biasanya dipakai istriku untuk senam dan luluran, dan  dipakaiku untuk berolahraga kalau malas pergi ke pusat kebugaran).  Sebelumnya pembantuku, Ning namanya, sudah aku beritahu kalau istriku  tidak luluran. Akulah yang menggantikannya luluran. Sambil membawakan  air minum, pembantuku memberitahuku kalau Bu Eka sudah menungguku dan  siap untuk melulur. "Sore Bu.." sapaku sambil membuka pakaianku dan juga celananya. Kulihat  Bu Eka terkesima saat melihatku telanjang. Aku pun merasa maklum dan  tidak merasa heran setiap kali melihat kaum wanita yang terkesima  melihatku telanjang. Walau sudah berusia lebih dari setengah abad,  tetapi fisikku masih layak dan pantas untuk dilihat, tidak kalah dengan  fisik pria-pria yang lebih muda. Sekarang aku hanya memakai celana dalam saja. Harusnya seperti istriku,  kalau luluran tidak memakai apa-apa. Tetapi karena aku seorang lelaki,  dan baru kali ini akan dilulur, tidak enak juga rasanya kalau harus  telanjang bulat. Bisa dibilang baru kali ini aku mengobrol banyak dengan  Bu Eka. Meskipun aku sudah sering melihatnya melulur istriku, tetapi  aku jarang berkata-kata padanya. Dari obrolan kami, kutahu dia sudah  lama menjadi tukang lulur. Kira-kira 10 tahun dan menjadi tulang  punggung keluarganya. Dia bercerai dengan suaminya sudah sekitar 5  tahunan, dengan menanggung 2 anak yang beranjak remaja. Sambil tiduran  (karena di lulur), aku perhatikan Bu Eka secara seksama. Umurnya  kira-kira 35 tahun. Kulitnya putih (turunan Tionghoa) dan tingginya  kira-kira 172 cm dengan berat sekitar 67 kg. Wajah menarik, kalau tidak  bisa dibilang cantik. Sesekali Bu Eka menunduk, sambil menggosok badanku  dengan lulur. Wah… tangan Bu Eka ini ternyata lembut juga. Mungkin  karena pekerjaannya, tangannya jadi lembut. Aku benar-benar tidak menyangka kalau Bu Eka ini memiliki payudara yang  besar. BHnya berukuran kira-kira 36 D. Saat dia menunduk, payudaranya  seakan tumpah ke bawah karena bagian penutup dadanya yang rendah. Aku  menelan ludahku, menyaksikan pemandangan yang indah itu. Langsung saja  kontolku ikut bergetar, terangsang dengan keindahan payudara dan  keharuman tubuhnya. Ingin rasanya kutiduri dirinya. Ingin juga aku  memasukkan kontolku ke dalam lubang kemaluannya. Hanya saja aku tidak  mempunyai keberanian untuk itu, takut ketahuan istri dan pembantuku.  Kalau ketahuan, alamat cilaka tiga belas! Hanya saja pemandangan payudaranya yang menggiurkan, yang terus berulang  ketika dia menunduk untuk melulurku, membuat darahku bergerak liar.  Seketika nafsu birahiku terpancing, dan darah petualangku kembali naik  ke kepala. Membuatku laksana cacing yang kepanasan. Jadi tidak ya,  kukerjai janda cantik ini? Jadi/tidak. Jaadi/tidaak. Jaaadi/tiidaak.  Akhirnya kuputuskan untuk mengerjainya, selagi istriku belum pulang, dan  pembantuku asyik merumpi dengan pembantu tetangga. Sambil tak  lepas-lepasnya mengamati payudaranya, dengan jakun yang turun naik,  coba-coba kupancing dirinya. "Bu… pernah nggak ngelulur laki-laki?" sambil bertanya, kusibakkan  celana dalamku. Maksudku supaya dia turut melulur selangkanganku juga. "Sering Pak. Malah beberapa langganan saya suaminya juga sering luluran…" terangnya. "Nggak malu Bu? Kalau sampai ada yang buka celana gimana? Ibu'kan bisa  melihat barang antiknya?" pancingku sambil tersenyum nakal, dan sengaja  menekankan kata 'barang antik' padanya. Nah… nah… nah… kelihatannya dia  sudah mulai terbawa suasana mesum yang kutebarkan. Sambil tersipu-sipu,  dia menjawab dengan sedikit tertawa; "Ya nggak dong Pak. 'Kan cuma  melihat saja. Tidak diapa-apain. Paling-paling cuma dipegang saja" Mendengar jawabannya, aku berteriak Yes! dalam hati. Perasaanku berkata; "Kayaknya perempuan ini nakal juga nih" Pikiran kotorku mulai beraksi. Dia sama saja dengan perempuan-perempuan lain yang pernah kutiduri sebelumnya. "Kalau gitu, saya buka celana dalamnya ya Bu, biar bisa dilulur sekalian  selangkangannya. Kayaknya dakinya banyak di situ" Tanpa ba-bi-bu,  celana dalam segera kulepas. ****** kesayanganku ini sontak berdiri  tegak ke atas. Berdiri tegak dengan jantannya. Kini dihadapan Bu Eka  berbaring dalam posisi menantang, seorang pria bertubuh tinggi, tegap,  padat, kekar, dan atletis. Juga kontolnya yang sudah dalam keadaan siap  tempur. Kulihat ekspresi mukanya yang berubah sedikit. Entah kaget atau takjub  melihat kontolku yang besar, panjang, dan berotot ini. "Lho… koq? Bisa  gede juga Pak, adik kecilnya?" tanya Bu Eka sambil meledekku. Matanya  tetap tidak berkedip memandang kontolku ini. Bisa kurasakan kalau  birahinya mulai menggelora dan terbakar dari tatapan matanya ke tubuh  bugil dan ke kontolku ini. "Wah… ini sih belum apa-apa Bu. Kalau dipanasi bisa tambah greng lho!"  ujarku sambil memegang tangannya. Kuarahkan tangan lembut itu ke batang  kontolku. Tapi ternyata Bu Eka tidak kelihatan menolak. Bukannya  mengelak, malah tangannya mulai memain-mainkan batang dan kepala  kontolku. Gila! acara lulurannya pun jadi berubah! Jadi acara  remas-remas tongkat sakti lelaki! Kurasakan kenikmatan yang menyebar saat tangan-tangan Bu Eka yang lembut  dan halus itu memainkan kontolku dengan mesranya. Diremas, diusap, dan  dikocoknya pelan, membuat batang dan kepala kontolku kian membesar dan  memanjang. Aku dapat melihat ekspresi wajah Bu Eka yang semakin  terangsang, saat dia memainkan kontolku dan mendengarkan desahan  nikmatku. "Aah… mmhh…" Tidak kusia-siakan kesempatan ini. Setelah mengocok  kontolku beberapa saat, segera kulepas tangannya dari kontolku. Spontan  langsung kumasukkan kontolku ke mulut Bu Eka. Bibir lembut dan seksinya  segera beraksi, untuk mengkulum dan menyedot kontolku. "Whoom… whoomm…  whoop… whoopp" Bunyi mulutnya tatkala mengocok kontolku. "Besar sekali…  Pak, sampe nggak muat ke mulut saya", Sambil tersenyum nakal Bu Eka  kembali beraksi. Masuk-keluar, maju-mundur, kontolku masuk ke mulut Bu  Eka. "Uuhh… oohh… nikmat sekali… Buuhh… teruusshh… Buusshh… aduh…  ennakkhh bangetthhh!" jerit nikmatku. Aku benar-benar merasakan kenikmatan dioral oleh tukang lulur seseksi  ini. Hampir saja aku keluar, tapi aku berusaha menahannya. Aku ingin  spermaku keluar di dalam lubang memeknya Bu Eka. Sementara aku asyik  mengerang-erang penuh kenikmatan, Bu Eka semakin menjadi-jadi  tingkahnya. Dia menjadi tambah semangat dalam mengoral kontolku di  mulutnya. "Uuhhh… Bbuhh… ennaakhhh sekalliihh.. ooohh… nikmaatthh…  terusshhh Bbuhhh… Oohhh…" begitulah racauan nikmatku sambil terus  meremas-remas kepalanya dan membelai-belai sayang rambut indahnya yang  harum. Aku tidak puas dengan kulumannya. Aku ingin merasakan kuluman  payudaranya juga. Selain itu aku ingin menyetubuhinya sebelum pembantuku  selesai merumpi. Mulailah aku buka bajunya, kupegang payudaranya yang  tadi membuatku terangsang. Payudaranya yang indah dan besar itu,  kuremas-remas dengan lembut. Sepasang puting susunya, kupelintir  bergantian. Merasakan kenakalan tanganku di payudaranya, Bu Eka tambah  terangsang dan kuluman mulutnya menjadi semakin liar. Aku terus berusaha  membuka bajunya, sementara dia tetap asyik dengan kontolku. Dari rintihan-rintihan nikmatnya, aku tahu, dia sudah terangsang berat.  Dia juga tampaknya sudah di bawah kendaliku. Aku menjadi semakin  bernafsu.. kuminta dia hentikan sejenak kulumannya, lalu dengan penuh  semangat dia membantuku melepas semua pakaiannya. Tak lama kami pun  sudah sama-sama telanjang. Aku menelan ludahku berkali-kali ketika  menatap tubuhnya yang nyaris bugil itu. Walaupun usianya sudah kepala 3  dan punya anak 2, tapi keindahan fisiknya tidak kalah dengan  wanita-wanita yang lebih muda. Setelah kami sama-sama telanjang, tanpa dikomando aku langsung menyergap  bibirnya yang indah dan seksi itu. Sementara tanganku mulai bergerilya  di payudaranya. Tak lama aku Bu Eka seperti lepas kendali… saling cium,  peluk, raba, remas, dan sebagainya. Tubuhku yang masih berbalut cairan  lulur menambah hangatnya pergumulan itu. Payudaranya yang besar terasa  nikmat menempel di bukit dadaku. Bergetar nafsuku merasakan kekenyalan  payudaranya itu. "Aaah.." Bu Eka sedikit mengerang, sewaktu payudaranya kujelajahi. Aku  membuat gerakan mencium, menyedot, menjilat, dan menggigit di kedua  payudaranya. Bibir dan lidah kasarku bergerak berpindah-pindah.  Terkadang bermain di payudaranya, di lain waktu bermain di leher,  ketiak, dan wajahnya yang cantik. Tanpa kami sadari, posisi pergumulan  ini sudah berubah, aku sekarang asyik menindihnya. Puas bermain di  payudaranya, kutelusuri perutnya. Lidahku mulai bermain di perutnya yang  langsing dan ramping itu. Semua detil kulit perutnya kucium, kujilati,  dan kusedot-sedot. Tak lama lidahku pun meluncur ke bawah perutnya, ke  arah paha dan betisnya. Aroma tubuh Bu Eka begitu harum. Mungkin karena  dia suka melulur, tubuhnya juga ikutan harum. Paha dan betisnya juga indah. Tidak tampak lemak sedikitpun pada  keduanya. Tampaknya dia rajin berolahraga juga. Puas bermain di paha dan  betisnya, lidahku pun mulai bergerak ke tujuan utamanya. Lidahku terus  melata dan melata hingga akhirnya aku sampai di daerah kemaluannya. Kutemukan bulu-bulu halusnya yang menyembul dari balik celana dalamnya.  Sedikit usaha terlepas sudah celana dalamnya. Kelihatan bulu-bulu hitam  menyembul di daerah kewanitaannya yang harum itu. Bulu-bulu hitam itu  tampak rapi, tampaknya dia sangat telaten dalam mencukurnya. Aku mencoba  melihat ke bawahnya, bulu-bulu hitamnya kusibakkan dan terlihat lubang  kenikmatan yang berwarna merah muda menantang. Aku tidak tahan! Kujilati  semuanya… bulu-bulunya, klitorisnya, lubang memeknya. Sisi-sisi memek  Bu Eka tidak ada yang tidak kujilati. Semuanya basah oleh ludahku, aku  hisap dan kujilat-jilat… "Aahh… Oooh… aduh… aadduuhh nggak tahan… Pak..!" "Ohhh… aahh… Paakkk… Ennaakhhh… Paakkhhh… Oohh… Uuuhh… Terusshhh…"  Erangan nikmatnya menambah liar nafsuku. Tidak henti-hentinya kujilati  memeknya dan kukulum klitorisnya. Kugigit-gigit kecil daerah memeknya  sampai akhirnya… "Aahh… Aadduuhh… Oohh… Aaah…. Ssayaahh  keluaaarrrsshh…." jerit nikmatnya. Sampailah dia di puncak ejakulasinya  yang pertama. Kubiarkan dia beristirahat sambil kusedot habis cairan  birahinya yang memancar keluar. Rasanya gurih agak sedikit asin dan  manis. Karena aku masih tegang oleh nafsu birahi, begitu kurasa dia  cukup beristirahat, kutarik tangannya agar dia duduk menghadap ke  arahku. Akupun langsung berdiri. Segera kuarahkan kontolku yang masih  haus sentuhan perempuan ini ke arah bibirnya… "Slluurrppp… Whhomm… Wwhhomm… Whhommm…" dikulumnya sekali lagi kontolku.  "Oooh… aahhh… bagusshh Buuuhh… terussshhh masukin semuanya…  hisaappphh…. Buuhhss…." erangku saat merasakan kulumannya yang membuatku  mabuk kepayang ini. Dari ujung ****** hingga ke bola-bolanya semua  bersih dijilat, dihisap, dikulum, masuk-keluar… "Oohh… Bbuhhh… Aahsss…  Ooohhss…." Tidak puas dengan itu, kusuruh dia menjepit kontolku dengan payudaranya.  Ternyata nikmat sekali rasanya kontolku dijepit oleh sepasang payudara  besar yang indah dan montok ini. "Aaahhh… aahhh… ooohhh… bagusshh… bangethhhss… toketthh Ibbuuhh…" ujarku  penuh kenikmatan, sambil asyik memajumundurkan kontolku yang tengah  dijepit rapat payudaranya. "Ayo Pak… terus pompa adik kecilnya…" ujar Bu Eka dengan senyuman nakal  menyemangatiku. Karena birahi kami sudah semakin memuncak, kutarik  kontolku dari jepitan payudaranya. Berikutnya kembali kupagut dengan  ganas bibirnya, lalu kudorong lembut tubuhnya untuk berbaring di atas  matras olahraga itu. Pahanya kubuka, betisnya kusampirkan ke bahuku,  hingga tampak lubang kenikmatannya terbuka. Pelan tapi pasti kudorong  kontolku masuk ke liang surganya, sambil dituntun oleh tangan halusnya.  "Blleepp…" sedikit basah… "Sreet… blleep… Blleeppp…" kontolku  maju-mundur, mencoba menembus lubang kenikmatan Bu Eka. "Blleepp… ssrettt… bbleeppp…" Semakin lama semakin dalam aku benamkan  kontolku, hingga menembus bagian dalamnya memeknya. Cairan birahi Bu Eka  semakin banyak keluar. Cairan itu juga mempermudah ****** kesayanganku  untuk menembus lapisan terdalam memeknya. Mulailah aku melakukan  pemompaan. Semakin lama semakin cepat, kasar, dan bertenaga. "Pllookk…  Pllookkk… Plloookkk…" terdengar irama indah kala pahaku dan paha Bu Eka  beradu akibat semakin kencangnya sodokan kontolku di memeknya. "Sshhh… Oohhhss… Paakkhh… Paakhhh… Oohhhss… Ennaakhhh… Oohss…" "Aahhsss… aaahhsss… apaahhh Bbuhh… yang ennaakhhhss…?" "Paakkhhh… Oohhsss… Adikkhhh… kecilnyaahh… ennaakhhh…" "Aahhss… aahhhss… yangg… beneerrsshh Bbuhhsss…?" "Summpaahh… Paakhhh… Ennnaakhh… gilaahsss… terasaa… bangethhhss… Oouuhh…" Kutatap Bu Eka yang sedang asyik berah, uh, oh kala kupompa liang  surganya dengan kontolku. Wajah cantiknya tampak semakin menggemaskan.  Mulutnya yang indah tampak komat-kamit dengan racauan nikmat yang terus  terdengar. Payudaranya indah tampak bergoyang-goyang liar menantang.  Tidak tahan melihat pemandangan itu, segera kupagut bibirnya, dan sesaat  kami saling berpagutan dengan liar. Sepasang payudaranya tidak lepas  kuremas-remas dan kujilati bergantian. "Oouuhh… Bbuhhhss… Ibbuuhh… Suddaahh… laaammaahhh… nggaakk ngentothhss… yaaahhh…?" "Iyaahh.. Paahhss.. oouuhh… yaahh… sayaahhh… sudaahh… lamaahh… nggaakk dientotsshhh… samaahhh lelakihhh…oouhhh" "Emangnyaahhh kenapaahhh… Ouuhh… aahhh… aahhh… Paaakkhss…?" "Ouuhh… aahhh… oohhh… inihhh… jepitannnyaahh… kerasaahhh… bangethhss…" "Aahhh… aahhh… mmasaahh sihhss… Paakkhhss…?" "Sumpaahhss… Bbuhhss… Ennakkhh… Gilaahhss… Sempiithhss.. Ohhss… assooyysshhh…" "Ouuhh… paakkkhh… punyaaahhh… bapaakkhhh… jugaahhh… besarsshh bangethhss…" "Iyaahh Bbuhh… benerrsshhh…?" "Aahhh… oohhh… besaarrrhhh… keraasshhh… panjanggg laggihhh… oohhh…" "Ennakhhh… Bbuhhh… Ennakhhh…?" "Pasttihhh… Paakkkhhh… Bangethhss… Ennakkhhhss bangethsss…" …. "Beruntungnyaahh… Bu Dianhhss… punyaaahhh… suamiihh… sepertihhss… Bapakkhh…" "Udaahsss… gantenghhss… tinggihhh… machooo… oouhhh… aahhh… adiiikkhhh… kecilnyahhh… dahssyyatthh… " "Kalauuhhss… sayaahhss… beruntunghhss… kenallsshh.. Saamaahh… Ibbuhss…, cantikkhhss… seksiihh… wangihhss… memeknyahhss legithhss…" "Aahhss… Oohhss… Bapakhhss… bisaahhh ajaahhss…" Begitulah racauan birahiku dengan Bu Eka sambil asyik memompa dan  dipompa. Ketika pandanganku berlabuh ke kaca di ruang olahraga itu, aku  melihat bayangan lelaki dan perempuan yang sedang asyik bergumul beradu  kelamin dengan keringat yang mengalir deras. Bayangan persetubuhan di  cermin itu, membuat nafsuku semakin menggelora, dan akibatnya aku  semakin ganas memompa kemaluanku di liang surganya Bu Eka. Setelah  beradu kelamin cukup lama, sampailah Bu Eka di puncak orgasmenya yang  kedua. Beberapa sodokan berikutnya, lalu… "Oooohhhh… aaahhh… sayahhsss  keluaaarrrssshh… Ppakkkhhh!" jeritnya dengan mata yang terbelalak. Tubuhnya tampak berkejat-kejat karena gelombang orgasme yang menimpanya,  sementara di bawah sana aku merasa kontolku seperti disiram cairan  hangat dari bibir rahimnya. Kuperlambat tempo sodokan kontolku, hingga  akhirnya berhenti sama sekali. Kubiarkan Bu Eka untuk beristirahat  sejenak, tanpa melepaskan kontolku dari jepitan memeknya. Kuciumi Bu  Eka, bibir, leher, dan payudaranya. Bu Eka membalas mesra tindakanku  dengan mengelus-elus rambut dan kepalaku. Tak lama beristirahat, giliran  Bu Eka yang berinisiatif. Ditariknya kontolku keluar dari memeknya, dan  mulai dikulumnya kembali. Tanpa rasa jijik kontolku yang masih  belepotan cairan ejakulasinya, keluar-masuk bibirnya yang indah itu.  Pelan tapi pasti nafsu birahiku naik kembali. Sambil terus mengerang nikmat, kuminta Bu Eka menyudahi kulumannya, lalu  kuminta Bu Eka naik ke atas pangkuanku. Dengan antusias dan wajah  nakal, Bu Eka segera mengarahkan kontolku ke kemaluannya. Setelah  digesek-gesekkan beberapa saat, lalu… "Blleeppp… bblleepp… blleepp…"  masuk sudah kontolku ditelan memeknya kembali. "AAAAAHHHHH….!!!" erangan  nikmat kami terdengar bersamaan, mengiringi amblasnya kontolku ditelan  liang surganya. Mulailah kami memompa dan dipompa. Sodokan kontolku semakin lama semakin  cepat, sementara Bu Eka naik-turun semakin liar… sepasang tanganku  tidak lepas mempermainkan payudaranya yang bergoyang-goyang liar.  Meraba, meremas, memuntir puting susunya, bergantian dengan bibir dan  lidahku. Bu Eka tidak mau kalah action denganku. Jari-jemarinya yang  berkuku panjang tapi terawat, dia cakarkan ke kulit dada, bahu dan  punggungku yang liat. Bibirnya membuat cupangan di bahu, dan dadaku.  Puting susuku yang besar ini sudah basah kuyup karena jilatan lidahnya.  Tidak puas dengan itu, tangan kirinya bergerak turun untuk meremasi  kantung spermaku. Sesekali kami asyik berpagutan bertukar lidah dan  menghisap bibir-bibir lawannya. Tak lama kemudian, dengan semakin tingginya intensitas persetubuhan  kami, sampailah Ibu Eka di puncak orgasmenya yang ketiga. Seperti tadi,  dia menjerit nikmat dengan tubuh yang berkejat-kejat akibat terpaan  gelombang orgasmenya. Rupanya posisi kali ini merupakan titik lemahnya  Bu Eka. Kalau tadi dia baru keluar setelah 30 menit kupompa memeknya,  pada posisi kali ini tidak lebih dari 15 menit, dia sudah sampai di  puncaknya. "Ppaakkkhhh… saaayyyaaahhh… keluaarrrsshhh….!!!" Kulirik jam tanganku. Sudah menunjukkan pukul 5 lebih 10. Karena aku  masih belum keluar, kuminta dia untuk menungging. Kuuruh dia berpegangan  pada palang barbel seberat 50 kg yang biasa kupakai untuk berolahraga.  Aku ingin menyetubuhinya dengan gaya ******. Lubang pantatnya kelihatan  jelas, aku gosok-gosokkan kontolku di lubang duburnya, sambil kontolku  turun ke bawah mencari lubang kenikmatan Bu Eka. Kuintip sejenak lubang  memeknya, gila! Bagaikan sumur dalam yang tidak ada ujungnya. Aku segera  mengarahkan senjataku tepat di lubang surganya, lalu… "Aahhhh…" "Blesshhh… bllesshhh… blleeppp… Sreet… bleep…" kontolku dengan lancarnya  tertelan lubang memeknya. Lalu mulai kupompa Bu Eka… "Bleepp… sreet…." terdengar bunyi kontolku dan memek Bu Eka, bersatu padu. "Aahh.. aahhh… aduhhhss… Pakkhh…." Bu Eka menjerit-jerit kecil. Pada  posisi ini aku benar-benar seperti kuda liar, lepas kendali. Sepasang  tanganku tidak henti-hentinya meremasi payudaranya yang bergoyang-goyang  liar itu. Sementara sepasang tanganku asyik menampar-tampar pantatnya  bergantian hingga tak lama kulit pantatnya yang putih berubah menjadi  kemerahan karena ulah nakal tanganku ini. Gerakan sodokanku kupercepat,  karena aku ingin membuatnya keluar kembali. Kurasakan memeknya mulai  membasah tanda dia kembali terangsang akibat sodokan kontolku di  memeknya. "Aaahhh… Paakhhhss… oohhh… ayyoohh… terusshhh… Paakhhhss…" terdengar  raungan nikmat Bu Eka, menyusul semakin gencarnya irama sodokanku di  liang surganya. Dia tidak henti-hentinya meracau, dan memberiku semangat  agar lebih ganas lagi. Akibatnya konsentrasiku hilang. Tidak sampai  memompa 30 menit, aku pun mulai merasakan akan keluar. Dengan nafas yang  mendengus-dengus, aku meracau… "Hhuuhh… hhhohhh… hhhohhh… Bbuhhh…  Bbuhhh… Ekkaahhhss… akkuuhh mauuhh… kkeluaarr…nnihhh" "Oohhh… aaahhh… aayoohhh… Paakhhh… sayaahhhss… jugaaahhh mauuhhh keelluuarrsshhh…" "Ooouhh… aahhh… hhohhh… hhhohhh… di dalammhhss… atauhhhsss… di luarsshhh Bbuhhh…?" "Aahhhsss… Oouuhhh… Aaahhsss… Ddiii ddaalaammsss saajaahhh… Paakkhhh…" Lima menit kemudian dengan perasaan yang melayang-layang, sampailah aku  dan Bu Eka di puncak kenikmatan dengan tempo yang bersamaan. "Aahh…  oohh… oohhh… ssaayaahhh… kkeeluuaarrss Bbuhh…!" "Oouhhh… aahhhh… oohhh… ssaayaaahhss jugaahh kkeeluaarrrsshhh…!!" "Croot… croottt… ccroottt!!" Kontolku muntah berkali-kali di lubangnya.  Mungkin ada sekitar 6 kali semburan spermaku di memeknya. Terasa hangat  sekali di permukaan kulit kontolku. Tampaknya selain spermaku, kontolku  juga tersiram cairan birahi Bu Eka yang meleleh keluar dari dalam  rahimnya. Untuk sesaat kubiarkan kontolku terbenam di memeknya.  Kupastikan agar tidak ada sisa sperma yang tertinggal di kepala  kontolku. Saat itulah aku merasa ****** kebanggaanku itu disedot-sedot.  Ternyata itu ulah nakal Bu Eka, yang sengaja memainkan lubang nikmatnya. Sesudahnya, Bu Eka berbalik lalu kami pun asyik berpagutan. Sesaat kami  asyik berpagutan sambil berpelukan mesra sebelum akhirnya kami segera  bergegas untuk berbenah. Jam 09.00 malam istriku sampai di rumah, di antar supir kantornya.  Panjang lebar dia cerita tentang kegiatannya hari itu dengan istri  bosnya pemilik perusahaan. Sambil terus mengoceh, dia melihat tubuhku  dan memujinya; "Papa tambah gagah lho… kulit papa tampak putih dan bersih… Pinter ya Pa, Bu Eka melulurnya?" Aku hanya mengangguk saja. "No comment!" Padahal dalam hati, pikiranku melayang membayangkan lubang Bu Eka! Untungnya sebelum kami berpisah tadi, aku menawarinya untuk bercinta  lagi di lain waktu dan Bu Eka menanggapinya dengan antusias…
 
 
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Kemaluan Bapak Kost masih menyesaki vaginaku               Apr 10th 2013, 14:55                                                Pagi itu kulihat Oom Pram sedang merapikan tanaman di kebun,  dipangkasnya daun-daun yang mencuat tidak beraturan dengan gunting.  Kutatap wajahnya dari balik kaca gelap jendela kamarku. Belum terlalu  tua, umurnya kutaksir belum mencapai usia 50 tahun, tubuhnya masih kekar  wajahnya segar dan cukup tampan. Rambut dan kumisnya beberapa sudah  terselip uban. Hari itu memang aku masih tergeletak di kamar kostku.  Sejak kemarin aku tidak kuliah karena terserang flu. Jendela kamarku  yang berkaca gelap dan menghadap ke taman samping rumah membuatku merasa  asri melihat hijau taman, apalagi di sana ada seorang laki-lai setengah  baya yang sering kukagumi. Memang usiaku saat itu baru menginjak dua  puluh satu tahun dan aku masih duduk di semester enam di fakultasku dan  sudah punya pacar yang selalu rajin mengunjungiku di malam minggu. Toh  tidak ada halangan apapun kalau aku menyukai laki-laki yang jauh di atas  umurku.
  Tiba-tiba ia memandang ke arahku, jantungku berdegup keras. Tidak, dia  tidak melihaku dari luar sana. Oom Pram mengenakan kaos singlet dan  celana pendek, dari pangkal lengannya terlihat seburat ototnya yang  masih kecang. Hari memang masih pagi sekitar jam 9:00, teman sekamar  kostku telah berangkat sejak jam 6:00 tadi pagi demikian pula penghuni  rumah lainnya, temasuk Tante Pram istrinya yang karyawati perusahaan  perbankan.
  Memang Oom Pram sejak 5 bulan terakhir terkena PHK dengan pesangon yang  konon cukup besar, karena penciutan perusahaannya. Sehingga kegiatannya  lebih banyak di rumah. Bahkan tak jarang dia yang menyiapkan sarapan  pagi untuk kami semua anak kost-nya. Yaitu roti dan selai disertai susu  panas. Kedua anaknya sudah kuliah di luar kota. Kami anak kost yang  terdiri dari 6 orang mahasiswi sangat akrab dengan induk semang. Mereka  memperlakukan kami seperti anaknya. Walaupun biaya indekost-nya tidak  terbilang murah, tetapi kami menyukainya karena kami seperti di rumah  sendiri. Oom Pram telah selesai mengurus tamannya, ia segera hilang dari  pemandanganku, ah seandainya dia ke kamarku dan mau memijitku, aku  pasti akan senang, aku lebih membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari  obat-obatan. Biasanya ibuku yang yang mengurusku dari dibuatkan bubur  sampai memijit-mijit badanku. Ah.. andaikan Oom Pram yang melakukannya…
  Kupejamkan mataku, kunikmati lamunanku sampai kudengar suara siulan dan  suara air dari kamar mandi. Pasti Oom Pram sedang mandi, kubayangkan  tubuhnya tanpa baju di kamar mandi, lamunanku berkembang menjadi makin  hangat, hatiku hangat, kupejamkan mataku ketika aku diciumnya dalam  lamunan, oh indahnya. Lamunanku terhenti ketika tiba-tiba ada suara  ketukan di pintu kamarku, segera kutarik selimut yang sudah terserak di  sampingku. "Masuk..!" kataku. Tak berapa lama kulihat Oom Pram sudah  berada di ambang pintu masih mengenakan baju mandi. Senyumnya mengambang  "Bagaimana Lina? Ada kemajuan..?" dia duduk di pinggir ranjangku,  tangannya diulurkan ke arah keningku. Aku hanya mengangguk lemah.  Walaupun jantungku berdetak keras, aku mencoba membalas senyumnya.  Kemudian tangannya beralih memegang tangan kiriku dan mulai  memjit-mijit.
  "Lina mau dibikinkan susu panas?" tanyanya."Terima kasih Oom, Lina sudah  sarapan tadi," balasku."Enak dipijit seperti ini?" aku mengangguk.VDia  masih memijit dari tangan yang kiri kemudian beralih ke tangan kanan,  kemudian ke pundakku. Ketika pijitannya berpindah ke kakiku aku masih  diam saja, karena aku menyukai pijitannya yang lembut, disamping  menimbulkan rasa nyaman juga menaikkan birahiku. Disingkirkannya selimut  yang membungkus kakiku, sehingga betis dan pahaku yang kuning langsat  terbuka, bahkan ternyata dasterku yang tipis agak terangkat ke atas  mendekati pangkal paha, aku tidak mencoba membetulkannya, aku pura-pura  tidak tahu.
  "Lin kakimu mulus sekali ya.""Ah.. Oom bisa aja, kan kulit Tante lebih  mulus lagi," balasku sekenanya.Tangannya masih memijit kakiku dari bawah  ke atas berulang-ulang. Lama-lama kurasakan tangannya tidak lagi  memijit tetapi mengelus dan mengusap pahaku, aku diam saja, aku  menikmatinya, birahiku makin lama makin bangkit."Lin, Oom jadi  terangsang, gimana nih?" suaranya terdengar kalem tanpa emosi."Jangan  Oom, nanti Tante marah.."Mulutku menolak tapi wajah dan tubuhku bekata  lain, dan aku yakin Oom Pram sebagai laki-laki sudah matang dapat  membaca bahasa tubuhku. Aku menggelinjang ketika jari tangannya mulai  menggosok pangkal paha dekat vaginaku yang terbungkus CD. Dan… astaga!  ternyata dibalik baju mandinya Oom Pram tidak mengenakan celana dalam  sehingga penisnya yang membesar dan tegak, keluar belahan baju mandinya  tanpa disadarinya. Nafasku sesak melihat benda yang berdiri keras penuh  dengan tonjolan otot di sekelilingnya dan kepala yang licin mengkilat.  Ingin rasanya aku memegang dan mengelusnya. Tetapi kutahan hasratku itu,  rasa maluku masih mengalahkan nafsuku.
  Oom Pram membungkuk menciumku, kurasakan bibirnya yang hangat menyentuh  bibirku dengan lembut. Kehangatan menjalar ke lubuk hatiku dan ketika  kurasakan lidahnya mencari-cari lidahku dan maka kusambut dengan lidahku  pula, aku melayani hisapan-hisapannya dengan penuh gairah. Separuh  tubuhnya sudah menindih tubuhku, kemaluannya menempel di pahaku  sedangkan tangan kirinya telah berpindah ke buah dadaku. Dia meremas  dadaku dengan lembut sambil menghisap bibirku. Tanpa canggung lagi  kurengkuh tubuhnya, kuusap punggungnya dan terus ke bawah ke arah  pahanya yang penuh ditumbuhi rambut. Dadaku berdesir enak sekali,  tangannya sudah menyelusup ke balik dasterku yang tanpa BH, remasan  jarinya sangat ahli, kadang putingku dipelintir sehingga menimbulkan  sensasi yang luar biasa.
  Nafasku makin memburu ketika dia melepas ciumannya. Kutatap wajahnya,  aku kecewa, tapi dia tersenyum dibelainya wajahku."Lin kau cantik  sekali.." dia memujaku."Aku ingin menyetubuhimu, tapi apakah kamu masih  perawan..?" aku mengangguk lemah.Memang aku masih perawan, walaupun aku  pernah "petting" dengan kakak iparku sampai kami orgasme tapi sampai  saat ini aku belum pernah melakukan persetubuhan. Dengan pacarku kami  sebatas ciuman biasa, dia terlalu alim untuk melakukan itu. Sedangkan  kebutuhan seksku selama ini terpenuhi dengan mansturbasi, dengan  khayalan yang indah. Biasanya dua orang obyek khayalanku yaitu kakak  iparku dan yang kedua adalah Oom Pram induk semangku, yang sekarang  setengah menindih tubuhku. Sebenarnya andaikata dia tidak menanyakan  soal keperawanan, pasti aku tak dapat menolak jika ia menyetubuhiku,  karena dorongan birahiku kurasakan melebihi birahinya. Kulihat dengan  jelas pengendalian dirinya, dia tidak menggebu dia memainkan tangannya,  bibirnya dan lidahnya dengan tenang, lembut dan sabar. Justru akulah  yang kurasakan meledak-ledak.
  "Bagaimana Lin? kita teruskan?" tangannya masih mengusap rambutku, aku  tak mampu menjawab.Aku ingin, ingin sekali, tapi aku tak ingin perawanku  hilang. Kupejamkan mataku menghindari tatapanbya."Oom… pakai tangan  saja," bisikku kecewa.Tanpa menunggu lagi tangannya sudah melucuti  seluruh dasterku, aku tinggal mengenakan celana dalam, dia juga telah  telanjang utuh. Seluruh tubuhnya mengkilat karena keringat, batang  kemaluannya panjang dan besar berdiri tegak. Diangkatnya pantatku  dilepaskannya celana dalamku yang telah basah sejak tadi. Kubiarkan  tangannya membuka selangkanganku lebar-lebar. Kulihat vaginaku telah  merekah kemerahan bibirnya mengkilat lembab, klitorisku terasa sudah  membesar dan memerah, di dalam lubang kemaluanku telah terbanjiri oleh  lendir yang siap melumasi, setiap barang yang akan masuk.
  Oom Pram membungkuk dan mulai menjilat dinding kiri dan kanan  kemaluanku, terasa nikmat sekali aku menggeliat, lidahnya menggeser  makin ke atas ke arah klitosris, kupegang kepalanya dan aku mulai  merintih kenikmatan. Berapa lama dia menggeserkan lidahnya di atas  klitosriku yang makin membengkak. Karena kenikmatan tanpa terasa aku  telah menggoyang pantatku, kadang kuangkat kadang ke kiri dan ke kanan.  Tiba-tiba Oom Pram melakukan sedotan kecil di klitoris, kadang disedot  kadang dipermainkan dengan ujung lidah. Kenikmatan yang kudapat luar  biasa, seluruh kelamin sampai pinggul, gerakanku makin tak terkendali,  "Oom… aduh.. Oom… Lin mau keluar…." Kuangkat tinggi tinggi pantatku, aku  sudah siap untuk berorgasme, tapi pada saat yang tepat dia melepaskan  ciumannya dari vagina. Dia menarikku bangun dan menyorongkan kemaluannya  yang kokoh itu kemulutku. " Gantian ya Lin.. aku ingin kau isap  kemaluanku." Kutangkap kemaluannya, terasa penuh dan keras dalam  genggamanku. Oom Pram sudah terlentang dan posisiku membungkuk siap  untuk mengulum kelaminnya. Aku sering membayangkan dan aku juga beberapa  kali menonton dalam film biru. Tetapi baru kali inilah aku  melakukannya.
  Birahiku sudah sampai puncak. Kutelusuri pangkal kemaluannya dengan  lidahku dari pangkal sampai ke ujung penisnya yang mengkilat  berkali-kali. "Ahhh… Enak sekali Lin…" dia berdesis. Kemudian kukulum  dan kusedot-sedot dan kujilat dengan lidah sedangkan pangkal kemaluannya  kuelus dengan jariku. Suara desahan Oom Pram membuatku tidak tahan  menahan birahi. Kusudahi permainan di kelaminnya, tiba-tiba aku sudah  setengah jongkok di atas tubuhnya, kemaluannya persis di depan lubang  vaginaku. "Oom, Lin masukin dikit ya Oom, Lin pengen sekali." Dia hanya  tersenyum. "Hati-hati ya… jangan terlalu dalam…" Aku sudah tidak lagi  mendengar kata-katanya. Kupegang kemaluannya, kutempelkan pada bibir  kemaluanku, kusapu-sapukan sebentar di klitoris dan bibir bawah, dan…  oh, ketika kepala kemaluanya kumasukan dalam lubang, aku hampir terbang.  Beberapa detik aku tidak berani bergerak tanganku masih memegangi  kemaluannya, ujung kemaluannya masih menancap dalam lubang vaginaku.  Kurasakan kedutan-kedutan kecil dalam bibir bawahku, aku tidak yakin  apakah kedutan berasal dariku atau darinya.
  Kuangkat sedikit pantatku, dan gesekan itu ujung kemaluannya yang sangat  besar terasa menggeser bibir dalam dan pangkal klitoris. Kudorong  pinggulku ke bawah makin dalam kenikmatan makin dalam, separuh batang  kemaluannya sudah melesak dalam kemaluanku. Kukocokkan kemaluannya  naik-turun, tidak ada rasa sakit seperti yang sering aku dengar dari  temanku ketika keperawanannya hilang, padahal sudah separuh. Kujepit  kemaluannya dengan otot dalam, kusedot ke dalam. Kulepas kembali  berulang-ulang. "Oh.. Lin kau hebat, jepitanmu nimat sekali." Kudengar  Oom Pram mendesis-desis, payudaraku diremas-remas dan membuat aku  merintih-rintih ketika dalam jepitanku itu. Dia mengocokkan kemaluannya  dari bawah. Aku merintih, mendesis, mendengus, dan akhirnya kehilangan  kontrolku. Kudorong pinggulku ke bawah, terus ke bawah sehingga penis  Oom Pram sudah utuh masuk ke vaginaku, tidak ada rasa sakit, yang ada  adalah kenikmatan yang meledak-ledak.Dari posisi duduk, kurubuhkan  badanku di atas badannya, susuku menempel, perutku merekat pada  perutnya. Kudekap Oom Pram erat-erat. Tangan kiri Oom Pram mendekap  punggungku, sedang tangan kanannya mengusap-usap bokongku dan analku.  Aku makin kenikmatan. Sambil merintih-rintih kukocok dan kugoyang  pinggulku, sedang kurasakan benda padat kenyal dan besar menyodok-nyodok  dari bawah.
  Tiba-tiba aku tidak tahan lagi, kedutan tadinya kecil makin keras dan  akhirnya meledak. "Ahhh…" Kutekan vaginaku ke penisnya, kedutannya keras  sekali, nimat sekali. Dan hampir bersamaan dari dalam vagina terasa  cairan hangat, menyemprot dinding rahimku. "Ooohhh…" Oom Pram juga  ejakulasi pada saat yang bersamaan. Beberapa menit aku masih berada di  atasnya, dan kemaluannya masih menyesaki vaginaku. Kurasai vaginaku  masih berkedut dan makin lemah. Tapi kelaminku masih menyebarkan  kenikmatan.
  Pagi itu keperawananku hilang tanpa darah dan tanpa rasa sakit. Aku tidak menyesal.
 
   Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Sebut saja namaku Lila Perawan Liar               Apr 10th 2013, 14:54                                                Sebut saja namaku Lila, umurku 16 tahun, kelas 2 SMA. Sebagai anak SMA,  tinggiku relatif sedang, 165 cm, dengan berat 48 kg, dan cup bra 36B.  Untuk yang terakhir itu, aku memang cukup pede. Walau sebenarnya wajahku  cukup manis (bukannya sombong, itu kata teman-temanku…) aku sudah  lumayan lama menjomblo, 1 tahun. Itu karena aku amat selektif memilih  pacar… enggak mau salah pilih kayak Yang terakhir kali. Di sekolah aku punya teman akrab namanya Stella. Dia juga lumayan  cantik, walau lebih pendek dariku, tapi dia sering banget gonta-ganti  pacar. Stella memang sangat menarik, apalagi ia sering menggunakan  seragam atau pakaian yang minim… peduli amat kata guru, pesona jalan  terus! Saat darmawisata sekolah ke Cibubur, aku dan dia sekamar, dan empat  orang lain. Satu kamar memang dihuni enam orang, tapi sebenarnya  kamarnya kecil bangeeet… aku dan Stella sampai berantem sama guru yang  mengurusi pembagian kamar, dan alhasil, kami pun bisa memperoleh villa  lain yang agak lebih jauh dari villa induk. Disana, kami berenam tinggal  dengan satu kelompok cewek lainnya, dan di belakang villa Kami, hanya  terpisah pagar tanaman, adalah villa cowok.
  "Lil, lo udah beres-beres, belum?" tanya Stella saat dilihatnya aku  masih asyik tidur-tiduran sambil menikmati dinginnya udara Cibubur, lain  dengan Jakarta. "Belum, ini baru mau." Jawabku sekenanya, karena masih malas bergerak. "Nanti aja, deh. Kita jalan-jalan, yuk," ajak Stella santai. "Boljug…" gumamku sambil bangun dan menemaninya jalan-jalan. Kami  berkeliling melihat-lihat pasar lokal, villa induk, dan tempat-tempat  lain yang menarik. Di jalan, kami bertemu dengan Rio, Adi, dan Yudi yang  kayaknya lagi sibuk bawa banyak barang. "Mau kemana, Yud?" sapa Stella. "Eh, Stel. Gue ama yang lain mau pindahan nih ke villa cowok yang  satunya, villa induk udah penuh sih." Rio yang menjawab. "Lo berdua mau  bantu, nggak? Gila, gue udah nggak kuat bawa se-muanya, nih." Pintanya  memelas. "Oke, tapi yang enteng ajaaa…" jawabku sambil mengambil alih beberapa barang ringan. Stella ikut meringankan beban Adi dan Yudi. Sampai di villa cowok, aku bengong. Yang bener aja, masa iya aku dan  Stella harus masuk ke sana? Akhirnya aku dan Stella hanya mengantar  sampai pintu. Yudi dan Adi bergegas masuk, sementara Rio malah  santai-santai di ruang tamu. "Masuk aja kali, Stel, Lil." Ajaknya cuek. "Ngng… nggak usah, Yud." Tolakku. Stella diam aja. "Stella! Sini dong!" terdengar teriakan dari dalam. Aku mengenalinya sebagai suara Feri. "Gue boleh masuk, ya?" tanya Stella sambil melangkah masuk sedikit. "Boleh doooong!!" terdengar koor kompak anak cowok dari dalam. Stella  langsung masuk, aku tak punya pilihan lain selain mengikutinya.
  Di dalam, anak-anak cowok, sekitar delapan orang, kalo Rio yang diluar  nggak dihitung, lagi asyik nongkrong sambil main gitar. Begitu melihat  kami, mereka langsung berteriak girang, "Eh, ada cewek!! Serbuuuuu!!"  Serentak, delapan orang itu maju seolah mau mengejar kami, aku dan  Stella langsung mundur sambil tertawa-tawa. Aku langsung mengenali  delapan orang itu, Yudi, Adi, Feri, Kiki, Dana, Ben, Agam, dan Roni.  Semua dari kelas yang berbeda-beda. Tak lama, aku dan Stella sudah berada di antara mereka, bercanda dan  ngobrol-ngobrol. Stella malah dengan santai tiduran telungkup di kasur  mereka, aku risih banget melihatnya, tapi diam aja. Entah siapa yang  mulai, banyak yang menyindir Stella.
  "Stell… nggak takut digrepe-grepe lu di atas sana?" tanya Adi bercanda. "Siapa berani, ha?" tantang Stella bercanda juga. Tapi Kiki malah  menanggapi serius, tangannya naik menyentuh bahu Stella. Cewek itu  langsung mem*kik menghindar, sementara cowok-cowok lain malah ribut  menyoraki. Aku makin gugup. "Stell, bener ya kata gosip lo udah nggak virgin?" kejar Roni. "Kata siapa, ah…" balas Stella pura-pura marah. Tapi gayanya yang kenes  malah dianggap seb-agai anggukan iya oleh para cowok. "Boleh dong, gue  juga nyicip, Stell?" tanya Dio. Stella diam aja, aku juga tambah risih. Apalagi pundak Feri mulai  ditempelkan ke pundakku, dan entah sengaja atau tidak, tangan Agam  menyilang di balik punggungku, seolah hendak merangkul. Bingung karena  diimpit mereka, aku memutuskan untuk tidak bergerak. "Gue masih virgin, Lila juga… kata siapa itu tadi?" omel Stella sambil  bergerak untuk turun dari kasur. Tapi ditahan Roni. "Gitu aja marah,  udah, kita ngobrol lagi, jangan tersinggung." Bujuknya sambil  mengelus-elus rambut Stella. Aku tahu Stella dulu pernah suka sama Roni,  jadi dia membi-arkan Roni mengelus rambut dan pundaknya, bahkan tidak  marah saat dirangkul pinggangnya. "Lil, lo mau dirangkul juga sama gue?" bisik Agam di telingaku. Rupanya  ia menyadari kalau aku memperhatikan tangan Roni yang mengalungi  pinggang Stella. Tanpa menunggu jawaban, Agam memeluk pinggangku, aku  kaget, namun sebelum protes, tangan Feri sudah menempel di pahaku yang  terbungkus celana selutut, sementara pelukan Agam membuatku mau tak mau  berbaring di dadanya yang bidang. Teriakan protes dan penolakanku  tenggelam di tengah-tengah sorakan yang lain. Rio bahkan sampai masuk ke  kamar karena mendengar ribut-ribut tadi. "Gue juga mau, dong!" Yudi dan Kiki menghampiri Stella yang juga lagi  dipeluk Roni, sementara Adi, Ben, dan Rio menghampiriku. Berbeda  denganku yang menjerit ketakutan, Stella malah kelihatan keenakan  dipeluk-peluki dari berbagai arah oleh cowok-cowok yang mulai kegirangan  itu. "Jangan!" teriakku saat Rio mencium pipi, dan mulai merambah bibirku.  Sementara Ben menjilati leherku dan tangannya mampir di dada kiriku,  meremas-remasnya dengan gemas sampai aku ke-gelian. Kurasakan genggaman  kuat Feri di dada kananku, sementara Adi menjilati pusarku. Terny-ata  mereka telah mengangkat kaosku sampai sebatas dada. Aku menjerit-jerit  memohon supaya mereka berhenti, tapi sia-sia. Kulirik Stella yang sedang  mendapat perlakuan sama dari Roni, Yudi, dan Kiki, bahkan Dana telah  melucuti celana jins Stella dan melemparnya ke bawah kasur. Lama-kelamaan, rasa geli yang nikmat membungkus tubuhku. Percuma aku  menjerit-jerit, akhir-nya aku pasrah. Melihatnya, Agam langsung melucuti  kaosku, dan mencupang punggungku. Feri dan Rio bahkan sudah membuka  seluruh pakaian mereka kecuali celana dalam. Aku kagum juga melihat dada  Feri yang bidang dan harumnya khas cowok. Aku hanya bisa terdiam dan  meringis nikmat saat dada bidang itu mendekapku dan menciumi bibirku  dengan ganas. Aku membalas ciu-man Feri sambil menikmati bibir Adi yang  tengah mengulum payudaraku yang ternyata sudah terl-epas dari  pelindungnya. Vaginaku terasa basah, dan gatal. Seolah mengetahuinya,  Rio membuka celanaku sekaligus CDku sehingga aku langsung bugil. Agak  risih juga dipandangi dengan begitu liar dan berhasrat oleh cowok-cowok  itu, tapi aku sudah mulai keenakan. "Ssshh…. aaakhh…" aku mendesis saat Adi dan Ben melumat payudaraku  dengan liar. "Mmmh, toket lo montok banget, Liiiil…" gumam Ben. Aku  tersenyum bangga, namun tidak lama, karena aku langsung menjerit kecil  saat kurasakan sapuan lidah di bibir vaginaku. "Cihuy… Lila emang masih  perawan…" Agam yang entah sejak kapan sudah berada di daerah rahasiaku  menyeringai. "Akkkhh… jangan Gam…" desahku saat kurasakan kenikmatan  yang tiada tara.
  "Gue udah kebelet, niih… gue perawanin ya, Lil…" Tak terasa, sesuatu  yang bundar dan keras menyusup ke dalam vaginaku, ternyata penis Agam  sudah siap untuk bersarang disana. Aku men-desah-desah diiringi jeritan  kesakitan saat ia menyodokku dan darah segar mengalir. "Sakiiit…"  erangku. Agam menyodok lagi, kali ini penisnya sudah sepenuhnya masuk,  aku mulai terbiasa, dan ia pun langsung menggenjot dan menyodok-nyodok.  Aku mengerang nikmat. "Ssshh… terusss… yaaa, akh! Akh! Nikmat, Gam! Teruuss… sayang, puasin gue… Akkkhh…" Sementara pantat Agam masih bergoyang, cowok-cowok lain yang sudah  telanjang bulat juga mulai berebutan menyodorkan penis mereka yang sudah  tegang ke bibirku. "Gue dulu ya, Lil… nih, lu karaoke," ujar Rio sambil menyodokkan  penisnya ke dalam mulutku. Aku agak canggung dan kaget menerimanya, tapi  kemudian aku mulai mengulumnya dan mempe-rmainkan lidahku menjelajahi  barang Rio. Ia mendesah-desah keenakan sambil merem-melek. Sementara Ben  masih menikmati buah dadaku, Adi nampaknya sudah mulai beranjak ke arah  Stella yang dikerubuti dan digenjot juga sama sepertiku. Bedanya,  kulihat Stella sudah nungging, ala doggy style, penis Dana tengah  menggenjot vaginanya dan toketnya yang menggantung sedang dilahap oleh  Kiki, sementara mulutnya mengoral penis Yudi. Stella nampak amat  menikm-atinya, dan cowok-cowok yang mengerumuninya pun demikian.  Beberapa saat kemudian, kulihat Dana orgasme, dan kemudian Rio yang  keenakan barangnya kuoral juga orgasme dalam mulutku, aku kewalahan dan  hampir saja memuntahkan cairannya. Mendadak, kurasakan vaginaku banjir, ternyata Agam sudah orgasme dan  menembakkan sper-manya di dalam vaginaku, cowok itu terbaring lemas di  sampingku, untuk beberapa menit, kukira ia tidur, tapi kemudian ia  bangun dan menciumi pusarku dengan penuh nafsu. Kini, vaginaku suda-h  diisi lagi dengan penis Beni. Penisnya lebih besar dan menggairahkan,  sehingga membuat mata-ku terbelalak terpesona. Beni menyodokkan penisnya  dengan pelan-pelan sebelum mulai mengg-enjotku, rasanya nikmat sekali  seperti melayang. Kedua kakiku menjepit pinggangnya dan bongka-han  pantatku turut bergoyang penuh gairah. Kubiarkan tubuhku jadi milik  mereka. "Akkkhh…. ssshh… terus, teruuusss sayaaang… akh, nikmat, aaahhh…"  erangku keenakan. Tok-etku yang bergoyang-goyang langsung ditangkap oleh  mulut dan tangan Rio. Ia memainkan puting susuku dan mencubit-cubitnya  dengan gemas, aku semakin berkelojotan keenakan, dan meracau tidak  jelas, "Akkkhh… teruuuss… entot gue, entooott gue teruuss! Gue milik  luu… aakhh…!!" "Iya sayyyaangg… gue entot lu sampe puasss…" sahut Ben sambil  mencengkeram pantatku dan mempercepat goyangan penisnya. Rio juga  semakin lahap menikmati gunung kembarku, menjilat, menggigit, mencium,  seolah ingin menelannya bulat-bulat, dan sebelum aku sempat meracau  lagi, Agam telah mendaratkan bibirnya di bibirku, kami saling berpagutan  penuh gairah, melilitkan lidah dengan sangat liar, dan klimaksnya saat  gelombang kenikmatan melandaku sampai ke puncaknya. "Aaakkhh…. gue mau…!" Belum selesai ucapanku, aku langsung orgasme. Ben  menyusul beber-apa saat kemudian, dan vaginaku benar-benar banjir. Tubuh  Ben langsung jatuh dengan posisi penisnya masih dalam jepitan vaginaku,  ia memeluk pinggangku dan menciumi pusarku dengan lemas. Sementara aku  masih saja digerayangi oleh Agam yang tak peduli dengan keadaanku dan  meminta untuk dioral, dan Rio yang menggosok-gosokkan penisnya di  toketku dengan nikmat. Beberapa saat kemudian, Agam pun orgasme lagi. Agam jatuh dengan posisi  wajah tepat di sampingku, sementara Rio tanpa belas kasihan memasukkan  penisnya ke vaginaku, dan mengge-njotku lagi sementara aku berciuman  penuh gairah dengan Agam. Selang beberapa saat Rio org-asme dan jatuh  menindihku dengan penis masih menancap, ia memelukku mesra sebelum  kemud-ian tertidur. Aku sempat mendengar erangan nikmat dari arah  Stella, sebelum akhirnya benar-benar tertidur kecapekan, membiarkan Beni  dan Agam yang masih menciumi sekujur tubuhku.
  Selama tiga hari kami disana, kami selalu melakukannya setiap ada  kesempatan. Sudah tak ter-hitung lagi berapa kali penis mereka mencumbu  vaginaku, namun aku menikmati itu semua. Bahk-an, bila tak ada yang  melihat, aku dan Stella masih sering bermesraan dengan salah satu dari  mereka, seperti saat aku berpapasan dengan Agam di tempat sepi, aku  duduk di pangkuannya sementara tangannya menggerayangi dadaku, dan  bibirnya berciuman dengan bibirku, dan penis-nya menusuk-nusukku dari  bawah. Sungguh pengalaman yang mendebarkan dan penuh nikmat—tubuhku ini  telah digauli dan dimiliki beramai-ramai, namun aku malah ketagihan.
 
 
 
 
          Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Permainan Sex Kakak Fifi               Apr 10th 2013, 14:54                                                Cerita dewasa merupakan sebuah pengalaman dari cerita smu yang pernah  dialami oleh seorang wanita. Cerita ini merupakan hasil pribadiku dengan  permainan sex kakak fifi yang memang sangat dekat dengan diri ku sejak  dulu. Cerita ini bisa dikatakan juga cerita perselingkuhan dari  pengalaman saya, bagaimana ceritanya mari kita baca. Sejak peristiwa  sexku dengan Diana aku semakin aktif untuk mengikuti senam, yach biasa  untuk menyalurkan hasratku yang menggebu ini. Kegiatan ini semua  tentunya juga rapi karena ku nggak kepingin istriku tahu hal ini. Suatu  ketika aku diperkenalkan pada teman-teman diana satu kelompok, dan  pinter sekali diana bersandiwara dengan berpura-pura telah bertemu  denganku pada suatu pesta pernikahan seseorang sehingga temannya tidak  ada yang curiga bahwa aku telah berhubungan dengan diana.
  Hari ini, seusai senam jam 08.30 aku harus langsung kekantor untuk  mempersiapkan pertemuan penting nanti siang jam 14.00. Kubelokkan  kendaraanku pada toko buku untuk membeli perlengkapan kantor yang  kurang, saat aku asyik memilih tiba-tiba pinggangku ada yang mencolek,  saat kutoleh dia adalah fifi teman diana yang tadi dikenalkan. "Belanja Apa De…, kok serius banget…", Tanyanya dengan senyum manis. "Ah enggak cuman sedikit untuk kebutuhan kantor aja kok…" Akhirnya aku terlibat percakapan ringan dengan fifi. Dari pembicaraan  itu kuperoleh bahwa Fifi adalah keturunan cina dengan jawa sehingga  perpaduan wajah itu manis sekali kelihatannya. Matanya sipit tetapi  alisnya tebal dan…, Aku kembali melirik kearah dadanya.., alamak besar  sekali, kira-kira 36C berbeda jauh dengan diana sahabatnya. "Eh.., De aku ada yang pengin kubicarakan sama kamu tapi jangan sampai tahu diana ya", pintanya sambil melirikku penuh arti. "Ngomong apaan sih.., serius banget Fi…, apa perlu?", tanyaku penuh selidik. "Iya perlu sekali…, Tunggu aku sebentar ya…, kamu naik apa..", tanyanya lagi. "Ada kendaraan kok aku…" timpalku penasaran. Akhirnya kuputuskan Fifi  ikut aku walaupun mobilnya ada, nanti kalau omong-omgngnya sudah selesai  Fifi tak antar lagi ketempat ini. "Masalah apa Fi kamu kok serius banget sih…", tanyaku lagi. "Tenang De…, ikuti arahku ya…, santai saja lah…", pintanya. Sesekali kulirik paha Fifi yang putih itu tersingkap karena roknya  pendek, dan Fifi tetap tidak berusaha menutupi. Sesuai petunjuk arah  dari Fifi akhirnya aku memasuki rumah besar mirip villa dan diceritakan  oleh Fifi bahwa tempat itu biasa dipakai untuk persewaan.
  "Ok fi sekarang kita kemana ini dan kamu mau ngomong apaan sih", tanyaku  tak sabar, setelah aku masuk ruangan dan Fifi mempersilahkan duduk. "Gini De langsung aja ya…, Kamu pernah merasakan Diana ya..?", tanyanya. Deg…, dadaku berguncang mendengar perkataan Fifi yang ceplas ceplos itu. "Merasakan apaan sih Fi?", tanyaku pura-pura bodoh. "Alaa De jangan mungkir aku dikasih tahu lho sama Diana, dia  menceritakan bagaimana sukanya dia menikmatimu…, Hayooooo masih mungkir  ya…". Aku hanya diam namun sedikit grogi juga, nampak wajahku panas mendengar  penuturan Fifi yang langsung dan tanpa sungkan tersebut. Aku terdiam  sementara Fifi merasa diatas angin dengan berceloteh panjang lebar  sambil sesekali dia senyum dan menyilangkan kakinya sehingga nampak  pahanya yang mulus tanpa cacat. Aku hanya cengar cengir saja mendengar  semua omomgannya. "Gimana De masih mau mungkir nih…, Bener semua kan ceritaku tadi…?", Tanyanya antusias. Aku hanya tersenyum kecut. Kuperhatikan Fifi meninggalkan tempat  duduknya dan tak lama kemuadian dia keluar sambil membawa dua gelas air  minum. Fifi kembali menatapku tajam aku seperti tertuduh yang menunggu  hukuman. Tak lama berselang kembali Fifi berdiri dan duduk disampingku.
  "De…", sapanya manja. Aku melirik dan, "Apa?", jawabku kalem. "Aku mau seperti yang kau lakukan pada Diana De…", aku sedikit terkejut  mendengar pengakuannya dan tanpa membuang waktu lagi kudekatkan bibirku  pada bibirnya. Pelan dan kurasakan bibir Fifi hangat membara. Kami berpagut bibir,  kumasukkan lidahku saat bibir Fifi terbuka, sementara tanganku tidak  tinggal diam. Kusentuh lembut payudaranya yang kenyal dia tersentak  kaget. Bibirku masih bermain semakin larut dalam bibirnya. Fifi  kelihatan menikmati sekali sentuhan tanganku pada payudaranya. Sementara  tangan kananku mengusap lembut punggungnya. Fifi semakin menjadi  leherku diciumi dan tangan Fifi berada dipunggungku. Tanganku beroperasi  semakin jauh dengan meraba paha Fifi yang mulus dia semakin  menggelinjang saat tangan kananku mulai masuk dalam payudaranya. Tanpa  menunggu reaksi lanjutan aku menaikkan BH sehingga tanganku dengan mudah  menyentuh putting yang mulai mengeras.
  Kudengar nafas Fifi memburu dengan diselingi perkataan yang aku tak  mengerti. Fifi mulai pasrah dan kedua tangaku menaikkan kaos sehingga  kini Fifi hanya memakai rok mini yang sudah tidak lagi berbentuk  sedangkan BH hitam sudah tidak lagi menutup payudaranya. Kudorong  perlahan Fifi untuk berbaring di Sofa, Aku terkagum melihat putihnya  tubuh yang nyaris tanpa cacat. Kuperhatikan putting susunya memerah dan  kaku, bulu-bulu halus berada disekitar pusar menambah gairahku. Fifi  hanya terpejam dan aku mulai menurunkan rok mini setelah jariku berhasil  menyentil pengait dibawah pusar. Kini Fifi hanya tinggal memakai CD dan  BH hitam kontras dengan warna kulitnya. Aku bergegas mempreteli  pakaianku dan hanya tinggal CD. Cepat-cepat kutindih tubuh mulus itu dan  Fifi mulai menggelinjang merasakan sesuatu mengganjal dibawah pusarnya.  Aku turun menciumi kakinya sesenti demi sesenti. "Enggghh hhss", hanya suara itu yang kudengar saaat mulutku beraksi di lutut dan pahanya.
  Penisku terasa sakit karena kejang. Mulutku mulai menjalar di paha..,  benar-benar kunikmati sejengkal demi sejengkal. Tanganku mencoba  menelusuri daerah disela pahany, Dan kudengar suara itu semakin menjadi  saat tanganku berhasil menyusup dari pinggir CD hitam dan berhasil  menemukan tempat berbulu dengan sedikit becek didalamnya. Tanganku terus  membelai bulu-bulu kaku dan tangan satunya berusaha mempermudah dengan  menurunkan CD didaerah pada berpapasan dengan mulutku. Kusibak semua  penghalang yang merintangi tanganku untuk menjamah kemaluan, dan kini  semakin nampak wajah asli kemaluan Fifi indah montok putih kemerahan  dengan bulu jarang tapi teratur letaknya. Mataku terus mengawasi  kemaluan Fifi yang menarik, kulihat klitorisnya membengkak keluar merah  muda warnamya…, aku semakin terangsang hebat.
  Mulutku masih disela pahanya sementara tanganku terus menembus liang  semakin dalam dan Fifi semakin menggelinjang terkadang mengejang saat  kupermainkan daging kecil disela gua itu. Kusibakkan dua paha dengan  merentangkan kaki kanan pada sandaran sofa sedangkan kaki kiri kubiarkan  menyentuh lantai. Kini kemaluan Fifi semakin terbuka lebar. Mulutku  sudah tak sabar ingin merasakan lidahku sudah berdecak kagum dan  berharap cepat menerobos liangnya beradu dengan daging kecil yang manja  itu dengan bulu yang tidak banyak. Kumisku bergeser perlahan beradu  dengan bulu halus milik Fifi dan dia hanya bisa terpejam dengan lenguhan  panjang setengah menjerit. Kubirakan dia mengguman tak karuan. Lidahku  mulai menjilat dan bibirku menciba menghisap daging kecil milik Fifi  yang menjorok keluar. Kuadu lidahku dengan daging kecil dan bibirku tak  henti mengecup, kurasakan kemaluan semakin basah.
  Fifi berteriak semakin keras saat tangaku juga mengambil inisiatif untuk  meremas payudaranya yang bergerak kiri kanan saat Fifi bergoyang  kenikmatan. Aku juga tidak tahan melihat semua ini. Kutarik bibirku  menjauh dari kemaluanya dan kulepas Cdku sehingga nampaklah batang  penisku yang sudah tegak berdiri dengan ujung merah dengan sedikit  lendir. Kusaksikan Fifi masih terpejam kudekatkan ujung penisku sampai  akhirnya menyentuh kecil kemaluan Fifi. Jeritan Fifi semakin menjadi  dengan mengangkat pantatnya supaya penisku menjenguk lubangnya.  Kujauhkan penisku sebentar dan kulihat pantat Fifi semakin tinggi  mencari. Kugesek gesekkan lagi penisku dengan keras, aku terkejut  tiba-tiba tanfan Fifi menagkap batang penisku dan dituntun menuju lubang  yang telah disiapkan. Denga lembut dan sopan penisku masuk perlahan.  Saat kepala penis masuk Fifi menjerit keras dan menjepitkan kedua kainya  dipinggangku. Kupaksakan perlahan batang penisku akhirnya berhasil  menjenguk lubang terdalam milik Fifi. Kaki Fifi kaku menahanku dia  membuka mata dan tersenyum.
  "Jangan digoyang dulu ya De…", pintanya dan dia terpejam kembali. Aku menurut saja. Kurasakan kemaluan Fifi berdenyut keras memijit  penisku yang tenggelam dalam tanpa gerak. Akhirnya Fifi mulai  menggoyangkan pantatnya perlahan. Aku merasakan geli yang luar biasa.  Kuputar juga pantatku sambil bergerak maju mundur dan saat penisku  tenggelam kurasakan bibir kemaluan Fifi ikut tenggelam dengan kulit  penisku. Tak seberapa lama aku merasakan penisku mulai panas dan geli  yang berada diujung aku semakin menekan dan manarik cepat-cepat. Fifi  merasakan juga rupanya, dia mengimbangi dengan menjepitkan kedua kakinya  dipinggangku sehingga gerak penisku terhambat. Saat penis masuk karena  bantuan kaki Fifi semakin dalam kurasakan tempat yang dituju. Aku tidak kuat dan, "Fi aku mau keluar", lenguhku. Fifi hanya tersenyum dan semakin mempererat jepitan kakinya. Akhirnya,  Kutekan semua penisku dalam-dalam dan kusaksikan Fifi terpejam dan  berteriak keras. Kurasakan **an luar biasa didalam kemaluan Fifi. Dan  aku terus menggoyangnya, tiba-tiba Fifi berteriak dan tangannya  memelukku kuat-kuat. Bibirnya menggigit dadaku sementara pantatnya terus  mengejang kaku, aku hanya terdiam merasakan nikmatnya semua ini. Aku menindih Fifi dan penisku masih kerasan didalam liang sanggamanya.  Fifi mengelus punggungku perlahan seolah merasa takut kehilangan  kenikmatan yang sudah direguknya. Perlahan kujauhkan pantatku dari tubuh  Fifi dan kurasakan dingin penisku saat keluar dari liang kenikmatan.  Aku terlentang merasakan sisa-sisa kenikmatan. Fifi kembali bergerak dan  berdiri. Dia tersenyum melangkah menuju kamar mandi. Kudengar suara  gemericik air mengguyur…, Fifi kembali mendekatiku, aku duduk diatas karpet untuk berdiri hendak  membersihkan penisku yang masih belepotan, aku terkejut saat Fifi  kembali mendorongku untuk tidur. "Eh fi aku mau ke kamar mandi dulu.., bersih- bersih nih…" Tapi tak kudengar jawaban karena Fifi menunduk di sela pahaku dan  kurasakan mulut Fifi kembali beraksi memanjakan penisku dengan lidahnya.  Aku geli menggelinjang merasakan nikmatnya kuluman mulut Fifi ke  penisku. Telur penisku dijilat dan dihisap perlahan. Serasa ujung  syarafku menegang.
  Kujepit kepalanya dengan dua pahaku, Aku mulia menggumam tak karuan tapi  Fifi semakin ganas melumat penisku. Ujung penisku dihisap kuat-kuat  kemudian dilepas lagi dan tangnnya mengocok tiada henti. Akhirnya aku  menyerah untuk merasakan kenikmatan mulut Fifi yang semakin menggila.  Kulihat kepala Fifi naik turun mengelomoh penisku yang menegang. Saat  mulutnya menghisap kusaksikan pipi Fifi kempot seperti orang tua.  Penisku dikeluarkan dari mulutnya dan kusaksikan kepala penisku sudah  memerah siap untuk menyemprotkan air kehidupan. Fifi kembali menggoyang  mulutnya untuk penisku tiada henti. Kepala penisku mendapat perlakukan  istimewa. Dihisap dan dikulum. Lidahnya menjilat dan mengecap seluruh  bagian penisku. Tangan Fifi membantu mulutnya yang mungil memegangi  penisku yang mulai tak tentu arah. Aku kegerahan, kupegang kepalanya dan  kuataur ritme agar aku tidak cepat keluar.
  Hanya suara aneh itu yang sanggup keluar dari mulutku. Aku mencoba duduk  untuk melihat seluruh gerakan Fifi yang semakin liar pada penisku.  Kepala Fifi tetap dalam dekapan tangaku, kuciumi rambutnya yang halus  dan kobelai punggungnya yang putih licin, dia mulai berkeringat  mengagumu penisku. Mulut Fifi berguman menikmati ujung penisku yang  semakin membonggol. Tanganku kuarahkan untuk meremas payudaranya. Saat  kegelianku datang, payudaranya jadi sasaran amuk tanganku. Kuremas kuat  Fifi hanya mengguman dan melenguh. Gila, Sayang aku tidak berhasil  mengatur waktu yang lebih lama lagi untuk tidak mengeluarkan cairanku.  Mulut Fifi sekain ganas melihat tingkahku yang mulai tak karuan.  Lenguhku semakin keras. diluar dugaan Fifi semakin kuat melakukan  kuluman dan hisapan peda penisku. Akhirnya aku tidak tahan merasakan  kenikmatan yang tiada tara ini. Kuangkat pantatku tinggi – tinggi,  rupanya Fifi mengerti maksudku, dimasukkannya dalam-dalam penisku dan  kurasakan Fifi tambah kuat menghisap cairanku aku jadi merasa tersedot  masuk dalam mulutnya.
  Tak seberapa lama setelah cairanku habis, Fifi masih mengulum dan  membersihkan sisa-sisa dengan mulutnya. Aku hanya bisa tengadah  merasakan semuanya. Setelah itu Fifi mulai melepas mulutnya dari  penisku. Kulihat semuanya sudah bersih dan licin. Fifi tersenyum dan dia  mengelus dadaku yang masih telanjang. Aku baru bisa berdiri dan menuju  ke kamar mandi saat Fifi beranjak dari duduknya untuk membuatkan aku  minuman. Kubersihkan diriku. Aku minum sejenak, dan Fifi hanya diam saja  memandangiku. "Kenapa Fi…?", tanyaku. Dia memandangku dan berkata, "Maaf ya De sebenarnya aku tadi hanya  memancingmu saja kok, aku nggak tahu kamu udah pernah main ama Diana  atau belum, abisan aku lihat tatapan mata Diana sama kamu kadang mesra  sekali sih aku jadi curiga" "Gila, kupikir", tapi aku hanya senyum saja mendengarnya.
  Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 12.45 aku harus bergegas untuk  menyiapkan rapat. Kami berdua menuju ke toko tempat Fifi memarkir  mobilnya. Selama diperjalanan kami semakin mesra dan berkali-kali  kudengar lenguh manja Fifi seakan masih menikmati sisa-sisa orgasmenya.  Tangankupun sekali-kali tidak lagi takut menelungkup disela pahanya atu  penggelayut dipayudaranya yang besar. Bahkan Fifi semakin membiarkan  pahanya terbuka lebar dengan rok terangkat untuk mempermudah tanganku  mengembara dikemaluannya. Fifipun tak mau kalah penisku jadi sasaran  tangannya saat tangaku tidak menempati kemaluannya. Kurasakan penisku  tegang kembali. Fifi hanya tersenyum dan meraba terus penisku dari luar  celana. Akhirnya sampai juga ditempat Fifi memarkir mobil dan kami  berpisah, Fifi memberikan kecup manja dan ucapan terima kasih. Aku hanya tersenyum dan bergumam, "Besok aku mau lagi.." Fifi mengangguk dan berkata "Kapanpun Ade mau, Fifi akan layani" Hati setanku bersoak mendengar jawaban yang mengandung arti kemanjaan  sebuah penis dan keganasan kemaluan memerah dengan bulu halus. Diana  tidak mengetahui kalau aku sering merasakan kemaluan Fifi yang putih dan  empuk itu. Mereka masih tetap akrab dan berjalan bersama seperti  biasanya.
 
 
 
       
 
 
   Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Tante Liza My new Playmate               Apr 10th 2013, 14:53                                               Hubunganku dg MH sudah normal lagi. Aku sudah bersedia ML dg suamiku  lagi. Tapi rasanya seperti menjalankan kewajiban saja dan aku nggak tau  masih cinta atau tidak. Rasa bersalah yg ada didiriku bercampur dg  taunya aku kalau MH ada main dg yang lain mungkin jadi penyebabnya. 
  Di rumah walaupun aku ada laptop dan bisa chatting dengan MH setiap  saat, tapi tidak pernah bisa seperti dulu. Seperti saat2 pertama  hubunganku dg MH terjalin mesra lewat chatting. Aku malah akrab dg  beberapa teman lama kantorku. Diantara mereka aku sekarang paling sering  chatting dengan Mas Dede. Dia dulu manager kami. Sekarang dia berposisi  sebagai senior manager. Dari beberapa chatting dia menawari aku  beberapa kerjaan sampingan yg lumayan bisa aku kerjakan di rumah dan  hanya sekali2 saja harus ke kantor. Nah ini yg penting buat aku supaya  aku bisa keluar rumah dan ada alasannya. 
  Pekerjaan pertama yg aku dapat adalah merapihkan data rekonsiliasi bank  dan piutang. Selama mengerjakan proyek ini lumayan aku bisa beberapa  kali ketemu Pak Bowo. Hari itu aku baru mengambil fee di kantor dan  setelah makan siang dengan Mas Dede aku jalan2 ke blok M. Maunya sih  kalau PB bisa aku ingin sekali ketemu dia. Tapi setelah beberapa kali  telepon dan sms nampaknya dia benar2 sibuk. Akhirnya aku spend waktu di  mall saja. Tadinya pengen ganti HP tapi aku pikir fee yg hanya 5 juta  itu sayang juga kalau dipakai beli HP. Habis muter2 tanpa sengaja aku  melihat suamiku sedang makan siang bersama Regy di O la la, hahaha.  Dasar pikirku. Yah jadi juga tuh orang. Ahh tauk ahh, bukan salah Regy  juga, kan aku sendiri yg manas2in. Ah aku nggak ngerti kenapa sih aku  harus gitu kemaren. Campur aduk perasaanku menyalahkan diriku sendiri. 
  Aku sempat berjalan ke arah O la la, tapi urungkan niatku saat melihat  mereka siap2 beranjak pergi. Ahh penakut juga akunya. Aku putuskan untuk  pergi ketempat lain saja. Di sebuah toko baju aku membeli tank top dan  rok jeans ketat, dan langsung aku pake. Rasanya cukup sexy penampilanku  saat itu. Beberapa laki2 sempat melirikku dan aku senang dibuatnya. Aku  seperti sedang fashion show naik turun di Blok M plaza. Beberapa laki2  yg mencuri pandang kepadaku sengaja aku balas menatapnya dengan berani.  Bahkan mendekatinya. Tapi belum ada yg berani menyapaku. Bahh aku agak  sebel. Aku berbalik arah, kayanya tadi ada deh yg sendirian liat2 aku.  Eh bener aja aku papasan lagi sama dia. Aku pura2 masuk ke sebuah toko  CD. Dari balik kaca jendela aku liat dia memang sedang ngeliatin aku.  Tampangnya orang kantoran banget. Cowok gini memang beraninya liat2 aja  apa gimana ya?. Aku langsung aja keluar lagi. "Kok liat2 memangnya kenal  ya?" Tanyaku. "Ohhh maaf maaf, nggak apa2 kok. Cuma sedang liat2 CD"  katanya berkilah. "Kok gak jadi beli CD mbak?" Tanyanya lagi. "Abis  diliatin. Ya udah mau beli CD apa mau nemenin aku minum?". "Ohhh ya mau  minum aja kalau gitu" jawabnya. "Aku Yan, kamu siapa?" Ajaknya  berkenalan. "Namaku ga penting, terserah lo mau panggil siapa" jawabku  sambil tetep bersalaman. "Yah gimana sih curang masa aku panggil Eh?"  "Ya udah bagus juga. Singkat padat dan pastinya aku tetep noleh" jawabku  sambil nyengir. 
  Yan mengajakku nongkrong di Olala. Ahhh ini kan tempat tadi si Regy sama  MH nongkrong tapi ya sudahlah pikirku. Kami ngobrol basi di situ. "Ahh  bosen akunya" kataku memotong pertanyaannya tentang pekerjaan dan  keluargaku. "Eh, namanya baru kenalan ya nanya2 dong" katanya sewot.  "Bosen aku nanyanya gitu kaya interview aja. Nonton aja yuk" kataku.  "Hayuuk, ya udah bawa aja minumannya lumayan bekel nonton" katanya. "Ga  boleh tauk, kalau ga ada duit biar aku yg bayar" kataku. 
  Yan yang beli tiket nonton sementara aku beli makanan kecil. Filmnya  baru maen jam setengah 4 berarti masih setengah jam lagi. "Eh,nanti gak  kedinginan?" "Aku bawa baju kok. Kalau perlu aku dobelin nanti" kataku.  "Aku jamin ga bakalan bisa pake baju dobel".  "Emang kenapa? Peraturan bioskop ya? Iihhh garing" "Ihhh nggak ihh, pokonya ada aja" "Emang kita mau nonton apa?" "Nggak tau, yang penting nonton aja."
  Kami masuk studio. Yan memesan tempat duduk paling belakang, pojok  kanan. Aku disuruhnya duduk samping tembok. Pas extra HPku berbunyi, aku  lupa mematikannya. Akupun cepat2 mengambilnya di tasku yang aku taro di  bawah. Kesempatan itu digunakan Yan untuk melingkarkan tangannya. Aku  diam saja. "Kok nggak di jawab" "Suami gue, mau gua jawab apa? Nonton? Sama elo?" "Sms aja, bilang aja apa kek. Nanti dia bolak balik nelpon lagi" Bener juga nih orang. Pikirku. Aku bilang aja masih meeting. Mudah2an  dia gak nanya Mas Dede. Tapi kok MH telp dr kantor ya? Bukannya dia tadi  jalan sama Regy. Aku coba sms Regy.  "Cepet amat pacarannya. Udah kelar Re?"  "Ihhh bolak balik nuduh aja" "Kan gue ngegapin lo di Olala tadi" "Yah orang tadi gak sengaja ketemu. Gua abis beli sepatu buat fitness.  Gak tau dia abis apa. Coba aja cek di kantor kalau gak percaya week"
  Yahhh. Kalau bener, aku salah sangka dong. 
  "Oo gitu. Tapi udah akrab dong sekarang. Hehehe"
  Smsku ga di jawab. Ahhhh aku salah sangka nih. Tapi biarlah. Mana tangan  Yan sudah melingkar di pundakku. Dan mulai membelai2 rambutku. Aku diam  saja. Yan mencium pipiku. Aku biarin juga. Yan makin menjadi2.  Diraba2nya susuku dan langsung tanpa babibu dia singkap tank top ku.  Dirogohnya susuku tanpa malu2.  Yan menciumi leherku sambil memainkan puting susuku. "Cao yuk, kita cari tempat lain" ajak Yan.  "Nggak mau! Emang aku cewe murahan. Enak aja maen buka2 baju orang.  Masih untung ga gw tampar." Aku benahi bajuku dan segera pergi.  Terserah!!!
  BUZZ!!! Tiba2 Mas Dede mengagetkan aku.  aku "Ya mas, kaget deh" MD "He he he. Lagi ngapain nih pagi2 udah online" aku "Ya kan lagi santai aja mas. Kerjaan udah kelar. Jadi lagi buka2 FS aja" (waktu itu belum ada FB ya....) MD "Oh, liat di fs ku deh. Ada foto mu waktu masih ngantor" aku "Iya... Kok tau. Ini juga lagi buka" MD "Hahaha" Aku "Cupu ya gue" MD "Huuuh, cuuantik punya ya?" Aku "Ahh... Basi deh" MD "Hmmm lo ga tau aja guys talk di kantor. O iya Liza kan aku yg interview dulu" MD "Hahaha.... Baju putih, pake blazer dan rok abu2" aku "Ihhh kok inget sih" MD "Inget banget nget nget" MD "Ada yg aku inget juga" aku "Apa'an mas?" MD "Pake lipstik pink" Aku "Ihhh gombal! Dasar lelaki" MD "Tapi bener kan? Tapi matching kok" Aku "Iya aku suka warna baju yg gak terlalu mencolok" MD "Maksudnya??" Aku "Iya aku pake baju putih, abu2" MD "Ahh bukan itu maksud gue. Cape deh" MD "Lipstik pink matching bgt sama bra-nya" Aku "Huuuuaaaaaaaaaa. Mas ngintip" MD "Kok ngintip, bajunya kan putih tipis. Salahnya pake bra pink. Pastilah keliatan" Aku "Pantesan interviewnya lama. Ngintip2" MD "Yg aku interview kan orangnya bukan bra-nya" Aku "Huuu, tapi pandangannya ke dadaku kan?" MD "Nggak dong.... Kalau berhadapan aku lebih suka liat bibirmu hahaha" Aku "Hahhhh memang kenapa bibirku" MD "Don't want to answer it" Aku "Ahhhhh" Aku "Kalau nggak berhadapan liat apanya?" MD "Huuuu, ada yg mau dipuji" Aku "Apaaaanya hayo" MD "Gak mau jawab" Aku "Pan bes ya?" MD "Ida tuh pan bes, kalau lu mah bohay" Aku "Hahaha akhirnya ngaku juga" MD "Dasar..." Aku "Terus kalu bibir?" MD "Kaluu....." Aku "Kalau, cepetan ngaku. Aku kan agak monyong apanya yg abgus?" MD "Abgus.... Hihihi ada yg ga sabar" Aku "Cepetaaaaannnn!!!" MD "Bentar, ada yg panjang umur" Aku "Oh ada yg ultah ya?" MD "Nggak! Ida sama pan besnya lewat" Aku "Panjang umur Ida hahaha..." Aku "Masss..... Apa'an hayoo" Aku "Ihhh gitu ih" Aku "Ihhh mas ih cepetan" MD "Hmmm aku mau ngaku. Tapi idupin web camnya dong" Aku "Nyebelin....." Tapi aku nyalain juga webcamku Aku "Mana masnya kok ga ada?" MD "Yahhh ini kan comp kantor mana ada web cam?" Aku "Curaaaang. Ayo jawab kenapa?" MD "Duh tuh bibir... " Aku "Mau cium bilang aja... Muah" MD "Mmmuah.... Tapi enaknya bukan dicium sih" Aku "Ahhhh terus?" MD "Dirujak cingur hahaha" Aku "Ihhh kejam aku matiin nih" MD "Jangan dong, aku kan sedang menikmati bibir yg ngegemesin" Aku "Oooohh...itu toh fantasinya" MD "Hmmmm senyumnya." Aku "Mas gak kerja nih?" MD "Kan udah kelar... Eh mau kemana?" Aku kebetulan ngambil bantal untuk aku peluk. Dan kembali duduk sambil bersila.  MD "Celana pendek item...." Aku "Hehehe curang ih" MD "Uangnya udah abis ya?" Aku "Nggak, aku beliin baju" MD "Ooohhh mau liat dong bajunya" Aku "Ihh malu deh mas. Tau nggak aku beli tank top hahaha" MD "Yah nggak apa2. Cuma tumben beli baju sexy. Nyenengin suami ga apa2 sih" Aku "Wahhh malah dia nggak tau kok" MD "Nanggung, biar sexy pake rok mini dong" Aku "Hahhh.... Kok tau?" MD "Oh ya..... Mau liat" Aku "Weeekkk" MD "Mau mau mau" Aku "No no no" MD "Yes yes yes" Aku "Nggggaaaak" MD "Yah gak aku kasih job lagi nih" Aku "Silakan aja, berarti gak ketemu lagi kan" MD "Bisa banget sih" Aku "Emang ada kerjaan apa lagi mas" MD "Banyak" Aku "Boleh dunk" MD "Boleh buanget" Aku "Rekon lagi?" MD "Nggak, peluk aku, cium aku banyak deh" Aku "Hahhhh?" MD "Iya... Mupeng nih" Aku "Iri sama bantal ya. Makanya sini dong" MD "Bener nih?" Aku "Bener nanti aku pake tank topnya" MD " Ya udah, masih di situkan rumahnya. Daaaaahh" Aku "Masih lah" Aku "Ada yg ngebet nih" Aku "Mass. Kok diem?" Baru aja aku mau Buzz YMnya mati. 
  Aku telpon dia. 3 kali miscall segera aku sms "aku becanda" tapi ga  dijawab. 1/2 jam aku coba telpon masih gak di jawab. Kurang dr satu jam  dia sudah sampe. Aku bingung. Aku canggung bingung aja liat dia di depan  pager.  "Kok ga pake tank top" "Gimana caranya buka pager pake tank top?" Begitu di ruang tamu, dia duduk langsung duduk di sebelahku. Diambilnya  bantal yang sempat aku peluk. "Masih mau peluk bantal. Kan ada aku  gimana sih" katanya sambil makin mendekat. "Mas, aku kan tadi becanda" "Terserah..." Dengan sigap dia memelukku dan menciumku. Aku gak mampu  menolaknya. Pagutannya makin membuatku agak tersengal2. Tangannya  meraba2 pahaku yg terbuka karena aku hanya menggunakan celana pendek.  Mas Dede terus mencoba merangsangku dengan merogoh punggungku  berbarengan dengan ciumannya berpindah ke telingaku aduh geliii.  Kemudian dia menjilati leher dan tengkukku aku makin geli. Kedua  tangannya menyelinap dibalik kaosku dan menggerayangi punggungku hingga  aku merinding. Mas Dede kembali mencium bibirku atau lebih tepatnya  melumat bibirku. Kedua tangan Mas Dede makin ke atas dan dengan mudah  membuka pengait bh ku. Kini tangan itu leluasa memainkan pentilku hingga  tegak mengeras. Tangan itu ke atas lagi kearah ketiakku dan dengan  mudahnya membuka kaos t shirt dan bh ku terbuka. Kini aku topless  didepannya dan langsung diciuminya pentil susuku. Pintar juga Mas Dede  memainkannya. Salah satu tangan Mas Dede merogoh pantatku. Hmmm enak  juga dikelamutin susuku sambil dimainkan pantat begini. Tangan Mas Dede  membuka retsleting celanaku. Kemudian kembali kedua tangan itu kembali  memainkan pantat bohay kesukaannya. Dari memegang kedua gundukan pantat  Mas Dede mudah melorotin celanaku uhhhhh pinter banget dia menelanjangi  aku. 
  Mas Dede sambil tetap mencium susuku membuka satu2 kancing bajunya  setelah itu dia mencium bibir ku sambil membuka bajunya. Baru setelah  itu dia berdiri dan membuka celananya. Terlihat kepala rudalnya sudah  sedikit nongol di atas celana dalamnya aku diam sambil menunggu saat  mendebarkan dia membuka celdamnya. Setelah terbuka terpampang jelas  penis ramping panjang didepanku. Mas Dede kembali memelukku dan mencium  bibirku sambil merebahkan aku di sofa. Setelah puas menciumku dia  kembali duduk ditariknya aku bangkit. "Ayo Liza, ciumin dulu biar enak"  aku jongkok didepannya dan aku pegang penisnya dan siap menyepongnya.  Penis panjang Mas Dede itu ternyata agak melengkung ke atas. Agak geli  aku mengoralnya. Mas Dede mengangkat ku "masukin" perintahnya. Aku  kangkangin Mas Dede yg tetap duduk di sofa. Aku masukin penis itu.  Setelah kepalanya masuk perlahan2 aku turun sedikit2. Gerrrt...... Penis  itu masuk agak seret mungkin karena veggyku belum cukup basah. Aku  mulai naik turun. Tapi masih seret aduuh mungkin gara2 agak melengkung  ya jadi agak seret. Untung saja tak begitu lama veggyku lumayan basah  hingga aku bisa naik turun lebih lancar. 
  Mas Dede membimbingku untuk menarik pinggulku perlahan2 sambil menjepit  penisnya. Ternyata itu membuatku kelojotan. Beberapa kali saja aku  begitu aku sudah gak tahan. Mas Dede membaringkan aku di sofa. Diciumnya  betis pahaku hingga mulut itu berhenti di selangkanganku. Mas Dede  memainkan lidah dan jarinya di situ. Aku yang awalnya agak risih dengan  serangan Mas Dede di situ kini malah membuka lebar2 kakiku. Aku pegang  kepalanya yang naik turun di selangkanganku. Enaknya jilatan Mas Dede  menjalar ke mana2. Aku mencubit2 putting susuku sendiri. Jari Mas Dede  di veggy makin bergerak liar. Aku tak tau berapa jarinya yg masuk, aku  melenguh2 keenakkan aduuuuh rasanya bikin puyeng hingga saatnya akupun  sudah nggak kuat menahannya lagi. Aku jambak2 rambutnya dan ketika aku  mencapai klimaksnya aku jepit kepala Mas Dede yang sedang mengoralku.  Tapi eranganku masih tak digubrisnya hingga aku bangkit terduduk.  "Massssss sudah suda……ahhhhh sudah." Jari-jari Mas Dede membuatku makin  kesetanan, aku berteriak-teriak gak karuan. Mas Dede tiba-tiba bangkit  aku yang sedang menggelepar2 itu dihajarnya lagi dengan dimasukkannya  penis ke veggyku. "ampunnnn mas…..tunggu. tunggu" aku memohon dia untuk  berhenti. Mas Dede memelukku diciumnya leherku sambil digigit2 kecil  "ampun mas….. aw. ……. Auf" Mas Dede menghentak2an pinggulnya. Cairan di  veggyku mengalir deras sekali. Baru kali ini aku mengalaminya. 
  Mas Dede akhirnya memberiku sedikit untuk istirahat walaupun sama sekali  tidak melepas penisnya. Tapi aku cukup berterimakasih karena diberi  waktu bernafas. Aku ciumi dia walaupun mulut itu baru mengoralku. Luar  biasa oralan Mas Dede.
  Mas Dede membalikkan badanku. Dengan kaki kiriku di lantai dan kanan di  sofa aku siap didoggy. Bless penis itu masuk lagi. Ohhhhhhh kali ini  lumayan rasanya. Terus terang jika gaya misionaris atau woman on top aku  kurang menikmatinya mungkin karena bentuk penis Mas Dede yang  melengkung seperti pisang. Penis Mas Dede tidak terlalu besar walaupun  panjang, hingga dalam posisi doggy aku masih bisa menjepitnya. Beda  dengan Pak Bowo. Penisnya tidak panjang tapi besar dan kerasss, sehingga  tak mungkin aku menjepitnya lagi.
  Kini gantian Mas Dede yg mendesis2 keenakan. Senang rasanya bisa  membalas perlakuan Mas Dede saat mengoral aku tadi. "Lizzzzz…. Gila!!!  Ayo lagi sayang" kata Mas Dede tertahan. Mas Dede mendesis dan melenguh2  keenakan. Kini gantian aku yg bergerak maju mundur sambil menjepit  penis itu. Mas Dede menyumpahi perbuatanku itu tangannya meremas susuku  dan menjambak rambutku hingga aku sedikit kesakitan. Akibatnya aku tidak  sempat menjepit penisnya dan kesempatan ini digunakan Mas Dede memompa  penisnya. Aku membiarkan dulu Mas Dede beraksi. Tiba2 Mas Dede  melepaskan penisnya. Dia mengambil sabuknya dan dipakaikan ke  pinggangku. Tangan Mas Dede menarik sabuk yang melingkar di pinggangku  dan penis itu dimasukkan lagi. Blessss……. Kemudian dia seperti  pengendara kuda menggenjotku lagi. Aku tak lagi dijambak rambutnya oleh  Mas Dede. Tangan Mas Dede sekali2 menepuk2 pantat dan meremas2 susuku. Aku kembali menjepit penis Mas Dede, dia mengaduh2 merasakan jepitanku.  Dia berhenti menggenjotku. Aku jepit kuat2 penis itu hingga saat aku  sedikit bergeser kedepan mau nggak mau Mas Dede ikut ke tarik.  "adddduuuuuhhhhhh" pekik Mas Dede. Aku ulangi lagi Mas Dede tak kuat  lagi berdiri. Dia jatuh terduduk di sofa. Melihat itu aku duduki Mas  Dede dengan membelakanginya dan kumasukkan lagi penis itu. Mas Dede  pasrah duduk dibelakangku. Aku bergerak naik turun kemudian aku coba  maju mundur. Hmmm enak juga kalau begini pikirku. Ini istimewanya penis  panjang dan melengkung pikirku. Karena bisa begini. Ketika aku coba  menjepit2 lagi Mas Dede pasrah saja. Mas Dede menciumi punggungku dan  tangannya memainkan putingku. Aku goyangkan pinggulku pelan2 Mas Dede  melenguh2 nggak karuan. Kumis tipis Mas Dede yang menempel di punggungku  membuatku geli. 
  Mas Dede menarik badanku kebelakang hingga bersandar padanya. Mas Dede  memelukku. Ketika ia mencoba membaringkan aku lagi di sofa aku  menolaknya. "Mas pindah aja yuk ke kamar" ajakku. Di kamar tamu di  sebelah aku langsung naik ke kasur dan siap dengan posisi nungging. Aku  tidak memberi pilihan buat Mas Dede. Mas Dedepun siap dibelakangku dan  memasukkan lagi penisnya. Sabuk yg masih di pinggulku lagi2 digunakannya  untuk menjadi pegangan. Dimintanya aku lebih mengkangkang hingga Mas  Dede bisa mempercepat kocokannya karena aku sulit menjepitnya kalau  begini. Ahhh pintar juga dia pikirku.
  Tak lama aku mulai merasakan hampir sampai lagi. Mas Dede nampaknya juga  begitu. Ketika aku klimaks mau tidak mau veggyku berkontraksi dan penis  Mas Dede kejepit lagi. Mas Dede mengaduh2 gak karuan dan diapun  orgasme. Berdua kami jatuh tersungkur di kasur. Nafas kami terengah2.  Jantungku berdebar2 seperti habis berlari jauh. Sperma Mas Dede sudah  berhenti keluar. Aku jepit2 lagi penis itu Mas Dede pun tertawa. "iya deh yang empot2….. aduh aku gak kuat deh. Tuh kan… terus aja gitu"  kata Mas Dede saat aku masih menjepit2 penis yg makin lama makin  mengecil. Mas Dede menciumku. "Jadi, mas ngasih kerjaan ini supaya bisa gini ya?" tanyaku padanya. "Nggak lah. Bisa ketemu lagi aja aku udah bersyukur. Aku kan your secret  admirer Liz. Mimpi apa aku semalem bisa begini sama kamu." Banyak yg kami bicarakan waktu itu. Yang penting Mas Dede mau menurutiku  agar tidak menjalin hubungan ini hingga pacaran serius. "anggap aja  kita little bit carried away hari ini ya mas"
  Begitulah awal kisahku dengan Mas Dede. Setelah itu aku masih mendapat  kerjaan sampingan dari Mas Dede. Aku menolak menjadi karyawan tetap, dan  Mas Dede mau mengerti. Setiap kali ketemu di kantorpun kami biasa2 saja  seperti tak pernah terjadi hal seperti ini sebelumnya.
    Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Guru SMAku pasangan ngentottku               Apr 10th 2013, 14:52                                               Sebuah cerita seks yang menurutku paling seru, karena dengan cerita ini  maka seseorang akan merasakan sensasi persis seperti yang kurasakan  beberapa waktu yang lalu. Cerita seks tersebut begini, berawal dari  reuni SMA-ku di Jakarta. Setelah itu aku bertemu dengan guru bahasa  inggrisku, kami ngobrol dengan akrabnya. Ternyata Ibu Shinta masih segar  bugar dan amat menggairahkan. Penampilannya amat menakjubkan, memakai  rok mini yang ketat, kaos top tank sehingga lekuk tubuhnya nampak begitu  jelas. Jelas saja dia masih muda sebab sewaktu aku SMA dulu dia adalah  guru termuda yang mengajar di sekolah kami. Sekolahku itu cuma terdiri  dari dua kelas, kebanyakan siswanya adalah wanita. Cukup lama aku  ngobrol dengan Ibu Shinta, kami rupanya tidak sadar waktu berjalan  dengan cepat sehingga para undangan harus pulang. Lalu kami pun berjalan  munuju ke pintu gerbang sambil menyusuri ruang kelas tempatku belajar  waktu SMA dulu.
  Tiba-tiba Ibu Shinta teringat bahwa tasnya tertinggal di dalam kelas  sehinga kami terpaksa kembali ke kelas. Waktu itu kira-kira hampir jam  dua belas malam, tinggal kami berdua. Lampu-lampu di tengah lapangan  saja yang tersisa. Sesampainya di kelas, Ibu Shinta pun mengambil tasnya  kemudian aku teringat akan masa lalu bagaimana rasanya di kelas bersama  dengan teman-teman. Lamunanku buyar ketika Ibu Shinta memanggilku. "Kenapa Jack" "Ah.. tidak apa-apa", jawabku. (sebetulnya suasana hening dan amat  merinding itu membuat hasratku bergejolak apalagi ada Ibu Shinta di  sampingku, membuat jantungku selalu berdebar-debar). "Ayo Jack kita pulang, nanti Ibu kehabisan angkutan", kata Ibu Shinta. "Sebaiknya Ibu saya antar saja dengan mobil saya", jawabku dengan ragu-ragu. "Terima kasih Jack". Tanpa sengaja aku mengutarakan isi hatiku kepada Ibu Shinta bahwa aku  suka kepadanya, "Oh my God what i'm doing", dalam hatiku. Ternyata  keadaan berkata lain, Ibu Shinta terdiam saja dan langsung keluar dari  ruang kelas. Aku panik dan berusaha minta maaf. Ibu Shinta ternyata  sudah cerai dengan suaminya yang bule itu, katanya suaminya pulang ke  negaranya. Aku tertegun dengan pernyataan Ibu Shinta. Kami berhenti  sejenak di depan kantornya lalu Ibu Shinta mengeluarkan kunci dan masuk  ke kantornya, kupikir untuk apa masuk ke dalam kantornya malam-malam  begini. Aku semakin penasaran lalu masuk dan bermaksud mengajaknya  pulang tapi Ibu Shinta menolak. Aku merasa tidak enak lalu menunggunya,  kurangkul pundak Ibu Shinta, dengan cepat Ibu Shinta hendak menolak  tetapi ada kejadian yang tak terduga, Ibu Shinta menciumku dan aku pun  membalasnya. Ohh.., alangkah senangnya aku ini, lalu dengan cepat aku menciumnya  dengan segala kegairahanku yang terpendam. Ternyata Ibu Shinta tak mau  kalah, ia menciumku dengan hasrat yang sangat besar mengharapkan  kehangatan dari seorang pria. Dengan sengaja aku menyusuri dadanya yang  besar, Ibu Shinta terengah sehingga ciuman kami bertambah panas kemudian  terjadi pergumulan yang sangat seru. Ibu Shinta memainkan tangannya ke  arah batang kemaluanku sehingga aku sangat terangsang. Lalu aku meminta  Ibu Shinta membuka bajunya, satu persatu kancing bajunya dibukanya  dengan lembut, kutatap dengan penuh hasrat. Ternyata dugaanku salah,  dadanya yang kusangka kecil ternyata amat besar dan indah, BH-nya  berwarna hitam berenda yang modelnya amat seksi. Karena tidak sabar maka kucium lehernya dan kini Ibu Shinta setengah  telanjang, aku tidak mau langsung menelanjanginya, sehingga  perlahan-lahan kunikmati keindahan tubuhnya. Aku pun membuka baju  sehingga badanku yang tegap dan atletis membangkitkan gairah Ibu Shinta,  "Jack kukira Ibu mau bercinta denganmu sekarang.., Jack, tutup pintunya  dulu dong", bisiknya dengan suara agak bergetar, mungkin menahan  birahinya yang juga mulai naik Tanpa disuruh dua kali, secepat kilat aku segera menutup pintu depan.  Tentu agar keadaan aman dan terkendali. Setelah itu aku kembali ke Ibu  Shinta. Kini aku jongkok di depannya. Menyibak rok mininya dan  merenggangkan kedua kakinya. Wuih, betapa mulus kedua pahanya.  Pangkalnya tampak menggunduk dibungkus celana dalam warna hitam yang  amat minim. Sambil mencium pahanya tanganku menelusup di pangkal  pahanya, meremas-remas liang senggamanya dan klitorisnya yang juga  besar. Lidahku makin naik ke atas. Ibu Shinta menggelinjang kegelian  sambil mendesah halus. Akhirnya jilatanku sampai di pangkal pahanya. "Mau apa kau sshh… sshh", tanyanya lirih sambil memegangi kapalaku erat-erat. "Ooo… oh.. oh..", desis Ibu Shinta keenakan ketika lidahku mulai  bermain-main di gundukan liang kenikmatannya. Tampak dia keenakan meski  masih dibatasi celana dalam. Serangan pun kutingkatkan. Celananya kulepaskan. Sekarang perangkat  rahasia miliknya berada di depan mataku. Kemerahan dengan klitoris yang  besar sesuai dengan dugaanku. Di sekelilingnya ditumbuhi rambut yang  tidak begitu lebat. Lidahku kemudian bermain di bibir kemaluannya.  Pelan-pelan mulai masuk ke dalam dengan gerakan-gerakan melingkar yang  membuat Ibu Shinta makin keenakan, sampai harus mengangkat-angkat  pinggulnya. "Aahh… Kau pintar sekali. Belajar dari mana hh…" Tanpa sungkan-sungkan Ibu Shinta mencium bibirku. Lalu tangannya  menyentuh celanaku yang menonjol akibat batang kemaluanku yang ereksi  maksimal, meremas-remasnya beberapa saat. Betapa lembut ciumannya, meski  masih polos. Aku segera menjulurkan lidahku, memainkan di rongga  mulutnya. Lidahnya kubelit sampai dia seperti hendak tersendak. Semula  Ibu Shinta seperti akan memberontak dan melepaskan diri, tapi tak  kubiarkan. Mulutku seperti melekat di mulutnya. "Uh kamu pengalaman  sekali ya. Sama siapa? Pacarmu?", tanyanya diantara kecipak ciuman yang  membara dan mulai liar. Aku tak menjawab. Tanganku mulai mempermainkan  kedua payudaranya yang tampak menggairahkan itu. Biar tidak  merepotkanku, BH-nya kulepas. Kini dia telanjang dada. Tak puas, segera  kupelorotkan rok mininya. Nah kini dia telanjang bulat. Betapa bagus  tubuhnya. Padat, kencang dan putih mulus. "Nggak adil. Kamu juga harus telanjang.." Ibu Shinta pun melucuti kaos,  celanaku, dan terakhir celana dalamku. Batang kemaluanku yang tegak  penuh segera diremas-remasnya. Tanpa dikomando kami rebah di atas  ranjang, berguling-guling, saling menindih. Aku menunduk ke  selangkangannya, mencari pangkal kenikmatan miliknya. Tanpa ampun lagi  mulut dan lidahku menyerang daerah itu dengan liar. Ibu Shinta mulai  mengeluarkan jeritan-jeritan tertahan menahan nikmat. Hampir lima menit  kami menikmati permainan itu. Selanjutnya aku merangkak naik.  Menyorongkan batang kemaluanku ke mulutnya. "Gantian dong.." Tanpa menunggu jawabannya segera kumasukkan batang  kemaluanku ke mulutnya yang mungil. Semula agak kesulitan, tetapi  lama-lama dia bisa menyesuaikan diri sehingga tak lama batang kemaluanku  masuk ke rongga mulutnya. "Justru di situ nikmatnya.., Selama ini sama  suami main seksnya gimana?", tanyaku sambil menciumi payudaranya. Ibu  Shinta tak menjawab. Dia malah mencium bibirku dengan penuh gairah.  Tanganku pun secara bergantian memainkan kedua payudaranya yang kenyal  dan selangkangannya yang mulai basah. Aku tahu, perempuan itu sudah  kepengin disetubuhi. Namun aku sengaja membiarkan dia menjadi penasaran  sendiri. Tetapi lama-lama aku tidak tahan juga, batang kemaluanku pun sudah ingin  segera menggenjot liang kenikmatannya. Pelan-pelan aku mengarahkan  barangku yang kaku dan keras itu ke arah selangkangannya. Ketika mulai  menembus liang kenikmatannya, kurasakan tubuh Ibu Shinta agak gemetar.  "Ohh…", desahnya ketika sedikit demi sedikit batang kemaluanku masuk ke  liang kenikmatannya. Setelah seluruh barangku masuk, aku segera  bergoyang naik turun di atas tubuhnya. Aku makin terangsang oleh  jeritan-jeritan kecil, lenguhan serta kedua payudaranya yang ikut  bergoyang-goyang. Tiga menit setelah kugenjot, Ibu Shinta menjepitkan kedua kakinya ke  pinggangku. Pinggulnya dinaikkan. Tampaknya dia akan orgasme. Genjotan  batang kemaluanku kutingkatkan. "Ooo… ahh… hmm… ssshh…", desahnya dengan  tubuh menggelinjang menahan kenikmatan puncak yang diperolehnya.  Kubiarkan dia menikmati orgasmenya beberapa saat. Kuciumi pipi, dahi,  dan seluruh wajahnya yang berkeringat. "Sekarang Ibu Shinta berbalik.  Menungging di atas meja.., sekarang kita main dong di atas meja ok!" Aku  mengatur badannya dan Ibu Shinta menurut. Dia kini bertumpu pada siku  dan kakinya. "Gaya apa lagi ini?", tanyanya. Setelah siap aku pun mulai menggenjot dan menggoyang tubuhnya dari  belakang. Ibu Shinta kembali menjerit dan mendesah merasakan kenikmatan  yang tiada taranya, yang mungkin selama ini belum pernah dia dapatkan  dari suaminya. Setelah dia orgasme sampai dua kali, kami istirahat. "Capek?", tanyaku. "Kamu ini aneh-aneh saja. Sampai mau remuk tulang-tulangku". "Tapi kan nikmat Bu..", jawabku sambil kembali meremas payudaranya yang menggemaskan. "Ya deh kalau capek. Tapi tolong sekali lagi, aku pengin masuk agar  spermaku keluar. Nih sudah nggak tahan lagi batang kemaluanku. Sekarang  Ibu Shinta yang di atas", kataku sambil mengatur posisinya. Aku terletang dan dia menduduki pinggangku. Tangannya kubimbing agar  memegang batang kemaluanku masuk ke selangkangannya. Setelah masuk  tubuhnya kunaik-turunkan seirama genjotanku dari bawah. Ibu Shinta  tersentak-sentak mengikuti irama goyanganku yang makin lama kian cepat.  Payudaranya yang ikut bergoyang-goyang menambah gairah nafsuku. Apalagi  diiringi dengan lenguhan dan jeritannya saat menjelang orgasme. Ketika  dia mencapai orgasme aku belum apa-apa. Posisinya segera kuubah ke gaya  konvensional. Ibu Shinta kurebahkan dan aku menembaknya dari atas.  Mendekati klimaks aku meningkatkan frekuensi dan kecepatan genjotan  batang kemaluanku. "Oh Ibu Shinta.., aku mau keluar nih ahh.." Tak lama  kemudian spermaku muncrat di dalam liang kenikmatannya. Ibu Shinta  kemudian menyusul mencapai klimaks. Kami berpelukan erat. Kurasakan  liang kenikmatannya begitu hangat menjepit batang kemaluanku. Lima menit  lebih kami dalam posisi rileks seperti itu. Kami berpelukan, berciuman, dan saling meremas lagi. Seperti tak  puas-puas merasakan kenikmatan beruntun yang baru saja kami rasakan.  Setelah itu kami bangun di pagi hari, kami pergi mencari sarapan dan  bercakap-cakap kembali. Ibu Shinta harus pergi mengajar hari itu dan  sorenya baru bisa kujemput. Sore telah tiba, Ibu Shinta kujemput dengan mobilku. Kita makan di mall  dan kami pun beranjak pulang menuju tempat parkir. Di tempat parkir  itulah kami beraksi kembali, aku mulai menciumi lehernya. Ibu Shinta  mendongakkan kepala sambil memejamkan mata, dan tanganku pun mulai  meremas kedua buah dadanya. Nafas Ibu Shinta makin terengah, dan  tanganku pun masuk di antara kedua pahanya. Celana dalamnya sudah basah,  dan jariku mengelus belahan yang membayang. "Uuuhh.., mmmhh..", Ibu  Shinta menggelinjang, tapi gairahku sudah sampai ke ubun-ubun dan aku  pun membuka dengan paksa baju dan rok mininya. Aaahh..! Ibu Shinta dengan posisi yang menantang di jok belakang dengan  memakai BH merah dan CD merah. Aku segera mencium puting susunya yang  besar dan masih terbungkus dengan BH-nya yang seksi, berganti-ganti kiri  dan kanan. Tangan Ibu Shinta mengelus bagian belakang kepalaku dan  erangannya yang tersendat membuatku makin tidak sabar. Aku menarik lepas  celana dalamnya, dan nampaklah bukit kemaluannya. Akupun segera  membenamkan kepalaku ke tengah ke dua pahanya. "Ehhh…, mmmhh..". Tangan  Ibu Shinta meremas jok mobilku dan pinggulnya bergetar ketika bibir  kemaluannya kucumbui. Sesekali lidahku berpindah ke perutnya dan  menjilatinya dengan perlahan. "Ooohh.., aduuuhh..". Ibu Shinta mengangkat punggungnya ketika lidahku  menyelinap di antara belahan kemaluannya yang masih begitu rapat.  Lidahku bergerak dari atas ke bawah dan bibir kemaluannya mulai membuka.  Sesekali lidahku membelai klitorisnya yang membuat tubuh Ibu Shinta  terlonjak dan nafas Ibu Shinta seakan tersendak. Tanganku naik ke  dadanya dan meremas kedua bukit dadanya. Putingnya membesar dan  mengeras. Ketika aku berhenti menjilat dan mengulum, Ibu Shinta  tergeletak terengah-engah, matanya terpejam. Tergesa aku membuka semua  pakaianku, dan kemaluanku yang tegak teracung ke langit-langit,  kubelai-belaikan di pipi Ibu Shinta. "Mmmhh…, mmmhh.., ooohhm..". Ketika  Ibu Shinta membuka bibirnya, kujejalkan kepala kemaluanku, kini iapun  mulai menyedot. Tanganku bergantian meremas dadanya dan membelai  kemaluannya. "Oouuuh Ibu Shinta.., enaaaak.., teruuuss…", erangku. Ibu Shinta terus mengisap batang kemaluanku sambil tangannya mengusap  liang kenikmatannya yang juga telah banjir karena terangsang menyaksikan  batang kemaluanku yang begitu besar dan perkasa baginya. Hampir 20  menit dia menghisap batang kemaluanku dan tak lama terasa sekali sesuatu  di dalamnya ingin meloncat ke luar. "Ibu Shinta.., ooohh.., enaaak..,  teruuus", teriakku. Dia mengerti kalau aku mau keluar, maka dia  memperkuat hisapannya dan sambil menekan liang kenikmatannya, aku lihat  dia mengejang dan matanya terpejam, lalu.., "Creet.., suuurr..,  ssuuur.." "Oughh.., Jack.., nikmat..", erangnya tertahan karena mulutnya tersumpal  oleh batang kemaluanku. Dan karena hisapannya terlalu kuat akhirnya aku  juga tidak kuat menahan ledakan dan sambil kutahan kepalanya,  kusemburkan maniku ke dalam mulutnya, "Crooot.., croott.., crooot..",  banyak sekali maniku yang tumpah di dalam mulutnya. "Aaahkk.., ooough", ujarku puas. Aku masih belum merasa lemas dan masih  mampu lagi, akupun naik ke atas tubuh Ibu Shinta dan bibirku melumat  bibirnya. Aroma kemaluanku ada di mulut Ibu Shinta dan aroma kemaluan  Ibu Shinta di mulutku, bertukar saat lidah kami saling membelit. Dengan  tangan, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku ke celah di selangkangan Ibu  Shinta, dan sebentar kemudian kurasakan tangan Ibu Shinta menekan  pantatku dari belakang. "Ohm, masuk.., augh.., masukin" Perlahan kemaluanku mulai menyeruak masuk ke liang kemaluannya dan Ibu  Shinta semakin mendesah-desah. Segera saja kepala kemaluanku terasa  tertahan oleh sesuatu yang kenyal. Dengan satu hentakan, tembuslah  halangan itu. Ibu Shinta me**kik kecil. Aku menekan lebih dalam lagi dan  mulutnya mulai menceracau, "Aduhhh.., ssshh.., iya.., terus.., mmmhh..,  aduhhh.., enak.., Jack" Aku merangkulkan kedua lenganku ke punggung Ibu Shinta, lalu membalikkan  kedua tubuh kami sehingga Ibu Shinta sekarang duduk di atas pinggulku.  Nampak kemaluanku menancap hingga pangkal di kemaluannya. Tanpa perlu  diajari, Ibu Shinta segera menggerakkan pinggulnya, sementara  jari-jariku bergantian meremas dan menggosok payudaranya, klitoris dan  pinggulnya, dan kamipun berlomba mencapai puncak. Lewat beberapa waktu, gerakan pinggul Ibu Shinta makin menggila dan  iapun membungkukkan tubuhnya dengan bibir kami saling melumat. Tangannya  menjambak rambutku, dan akhirnya pinggulnya berhenti menyentak. Terasa  cairan hangat membalur seluruh batang kemaluanku. Setelah tubuh Ibu  Shinta melemas, aku mendorongnya hingga telentang, dan sambil  menindihnya, aku mengejar puncak orgasmeku sendiri. Ketika aku mencapai  klimaks, Ibu Shinta tentu merasakan siraman air maniku di liang  kenikmatannya, dan iapun mengeluh lemas dan merasakan orgasmenya yang  kedua. Sekian lama kami diam terengah-engah, dan tubuh kami yang basah  kuyup dengan keringat masih saling bergerak bergesekan, merasakan  sisa-sisa kenikmatan orgasme
       
 
   Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Arisan Para Suami               Apr 10th 2013, 06:28                                               
 
 Tulisan ini diangkat berdasarkan kisah dan pengalaman yang sesungguhnya  dengan nama pelaku serta tempat yang telah diubah. Apabila terdapat  kesamaan nama maupun tempat peristiwa dalam tulisan ini, hal itu hanya  merupakan suatu kebetulan belaka dan tidak ada hubungannya dengan siapa  pun juga. â€Å“Apa yang akan aku lakukan di sini?†pikirku ketika tiba di depan  pintu gerbang villa itu. Villa tersebut terletak di sebuah bukit  terpencil di tengah kerimbunan hutan pinus. Untuk sampai di sana kita  harus melalui sebuah jalan kecil yang merupakan jalan pribadi yang  menghubungi villa tersebut dengan jalan utama. Di ujung jalan tersebut  kita akan menjumpai sebuah pintu gerbang yang kokoh terbuat dari besi  memagari sebuah bangunan artistik dikelilingi oleh taman yang asri.  Begitu kami mendekati gerbang tersebut, tiba-tiba dua orang laki-laki  berpotongan rambut pendek dengan tubuh kekar menghampiri kami. Suamiku  segera menyodorkan sebuah kartu nama yang entah dari mana dia peroleh.  Kemudian dengan wajah ramah mereka membukakan pintu dan mempersilakan  kami masuk.
  Di dalam pekarangan villa itu kulihat beberapa mobil telah terparkir di  sana dan salah satunya adalah mobil Priyono sahabat suamiku. Keluarga  kami dan keluarga Priyono memang bersahabat. Umur kami tidak jauh  berbeda sehingga kami mempunyai persamaan dalam pergaulan. Suamiku seorang pengusaha muda sukses, demikian juga Priyono. Baik  suamiku maupun Priyono mereka sama-sama sibuknya. Mereka kelihatannya  selalu dikejar waktu untuk meraih sukses yang lebih besar lagi bagi  keuntungan bisnisnya. Sehingga boleh dikatakan hidup kami sangat  berlebih sekali akan tetapi di lain sisi waktu untuk keluarga menjadi  terbatas sekali. Hanya pada hari-hari weekend saja kami baru dapat  berkumpul bersama. Dan itu pun apabila suamiku tidak ada urusan  bisnisnya di luar kota. Keadaan itu dialami juga oleh istri Priyono, Novie. Sehingga antara aku  dan istri Priyono merasa cocok dan akrab satu sama lainnya. Kami juga  selalu mengatur waktu senggang bersama untuk melakukan  pertemuan-pertemuan rutin atau rekreasi bersama. Kebetulan istri  Priyono, juga agak sebaya denganku. Bedanya dia baru berumur tiga puluh  tahun sedangkan aku telah berumur tiga puluh lima tahun. Apalagi  wajahnya masih tetap seperti anak-anak remaja dengan tahi lalat di atas  bibirnya membuat penampilan istri Priyono kelihatan lebih muda lagi.  Selain itu bentuk tubuhnya agak mungil dibandingkan denganku. Badannya  semampai namun berbentuk sangat atletis. Maklumlah selain dia secara  rutin mengikuti kegiatan latihan di salah satu fitness center, dia juga  memang seorang atlet renang. Sehingga warna kulitnya agak  kecoklatan-coklatan terkena sinar matahari. Berbeda denganku yang berkulit agak putih dengan bentuk tubuh yang agak  lebih gemuk sedikit sehingga buah dada dan pinggulku lebih kelihatan  menonjol dibandingkan dengan istri Priyono. Menurut pandanganku  penampilan istri Priyono manis sekali. Ada suatu daya tarik tersendiri  yang dimilikinya setidak-tidaknya demikian juga menurut suamiku. Aku  tahu hal itu karena suamiku sering membicarakannya dan malahan pernah  bergurau kepadaku bagaimana rasanya sekiranya dia melakukan hubungan  seks dengan istri Priyono. Pertemuan kami dengan keluarga Priyono pada mulanya diisi dengan pergi  makan malam bersama atau mengunjungi club rekreasi para eksekutif di  setiap akhir pekan. Sekali-sekali kami bermain kartu atau pergi  berdarmawisata. Akan tetapi ketika hal tersebut sudah mulai terasa  rutin, pada suatu saat suamiku dan Priyono mengajak kami untuk ikut  menjadi anggota CAPS. â€Å“Apa artinya itu..?†kataku. â€Å“Artinya adalah Club Arisan Para Suami atau disingkat CAPS, kalau  diucapkan dalam bahasa Inggris jadi kep’es, tuh gagah nggak  namanyaâ€, jawab Priyono. â€Å“Walah, baru tahu sekarang para suami juga kayak perempuan, pakai arisan segalaâ€, kataku. â€Å“Ini arisan bukan sembarang arisan..â€, kata Priyono membela diri. â€Å“Dahulu mau dinamakan The Golden Key Club, tapi gara-gara Eddy Tanzil  maka namanya diganti jadi CAPS, Club Arisan Para Suamiâ€, katanya lagi. â€Å“Ya sudah kalau begitu.., kalau arisan para suami kenapa istri perlu dibawa-bawa ikut jadi anggota?†debatku lagi. â€Å“Rupanya belum tahu dia..!†kata Prioyono dalam logat Madura seraya  menunjukkan jempol ke arahku sambil melirik kepada suamiku. Suamiku juga  jadi ikut tertawa mendengar logat Prioyono itu. â€Å“Hei, rupanya pake rahasia-rahasiaan segala ya..!†kataku sambil memukul pundaknya. â€Å“Iya Mbak.., mereka berdua sekarang ini lagi selalu kasak-kusuk saja.  Jangan-jangan memang punya rahasia yang terpendamâ€, tiba-tiba kata  istri Priyono menimpaliku. â€Å“Eh, jangan marah dulu.. club arisan ini merupakan suatu club yang  ekslusif. Tidak sembarangan orang boleh ikut! Hanya mereka yang  merupakan kawan dekat saja yang boleh ikut dan itu juga harus memenuhi  syarat!†â€Å“Syarat apa..?!†â€Å“Misalnya para anggota harus terdiri dari pasangan suami istri yang  sah! Betul-betul sah.. saah.. saah!†katanya meniru gaya Marisa Haque  diiklan TV. â€Å“Kalau belum beristri atau bukan istri yang sah, dilarang keras untuk  ikut! Oleh karena itu untuk ikut arisan ini perlu dilakukan seleksi yang  ketat sekali dan tidak main-main! Jadi nggak ada yang namanya itu  rahasiaan-rahasiaan..!†kata Priyono lagi. â€Å“Ah kayak mau jadi caleg saja.. pakai diseleksi segala! Nggak mau  sekalian juga pakai Litsus, terus penataran! Arisan ya arisan saja..!  Dimana-mana juga sama! Paling-paling Bapak-bapaknya ngumpul ngobrolin  cewek-cewek dan Ibu-ibunya ngerumpi sambil comot makanan disana-sini..,  akhirnya perutnya jadi gendut dan pulang-pulang jadi bertengkar di rumah  karena dengar gosip ini itu!†kataku. â€Å“Nah, disini masalahnya. Arisan kita itu bukan arisan gosip, tapi arisan yang sip!†kata Priyono. â€Å“Jadi arisan apa pun itu, apa sip, apa sup, apa saham, emas, berlian,  Mercy atau BMW, ya akhirnya semua sama saja.., yang keluar duluan hanya  gosip?†kataku ketus. â€Å“Bukan.., bukan seperti itu. Malahan sebaliknya.., arisan ini justru  bertujuan buat mengharmoniskan kehidupan perkawinan antara suami  istri!†jawab Priyono. â€Å“Lho, untuk itu kenapa mesti arisan..?†kataku lagi. â€Å“Boleh nggak diberi tahu Mas?†kata Priyono sambil melirik kepada suamiku. Suamiku tersenyum sambil mengangguk. â€Å“Begini Mbak, terus terang saja, arisan kita itu bentuknya kegiatan tukar-menukar pasanganâ€, katanya. â€Å“Pasangan?! Pasangan apa..?†jawabku dengan sangat heran. â€Å“Ya itu, pasangan suami-istriâ€, tiba-tiba suamiku menyeletuk. â€Å“Mengapa harus ditukar-tukar sih? Dan apanya yang ditukar?†tanyaku  karena aku jadi semakin tidak mengerti atas penjelasan suamiku itu. â€Å“Walah, penjelasannya panjang.., ini kan jaman emansipasiâ€, kata suamiku. â€Å“Memangnya apa hubungannya dengan jaman emansipasi!†aku menyela kata-kata suamiku. â€Å“Begini.., kegiatan club ini sebenarnya bertujuan untuk  mengharmoniskan kehidupan suami istri dalam rumah tanggaâ€, kata  suamiku. â€Å“Jadi..†â€Å“Jadi.., jadi ya kau ikut saja dulu deh! Nanti baru tahu manfaatnya!†kata Priyono menyeletuk. â€Å“Nggak mau ah kalau hanya ikut-ikutan!†â€Å“Begini Neng!†kata suamiku. â€Å“Singkatnya menurut pandangan para  pakar seksualogi dalam kehidupan perkawinan seseorang pada saat-saat  tertentu terdapat suatu periode rawan dimana dalam periode tersebut  kehidupan perkawinan seseorang itu mengalami krisis. Krisis ini apabila  tidak disadari akan menimbulkan bencana yang besar yaitu tidak adanya  kegairahan lagi dalam kehidupan perkawinan. Apabila tidak ada kegairahan  lagi antara suami-istri biasanya akan membawa akibat yang fatalâ€,  kata suamiku lagi. â€Å“Misalnya bagaimana?†â€Å“Ya dalam kehidupan perkawinan itu secara tidak disadari timbul  kejenuhan-kejenuhan. Kejenuhan yang paling utama dalam periode tersebut  biasanya dalam masalah hubungan badan antara suami istri, pada periode  tersebut hubungan seks antara suami-istri tidak lagi menyala-nyala  sebagaimana pada masa setelah pengantin baru. Kedua belah pihak biasanya  telah kehilangan kegairahan dalam hubungan mereka di tempat tidur yang  disebabkan oleh berbagai faktor. Hubungan badan suami istri tersebut  akhirnya terasa menjadi datar dan hanya merupakan suatu hal yang rutin  saja. Untuk mengatasi hal itu bagi para pasangan suami istri perlu  mendapatkan penggantian suasana, khususnya suasana dalam hubungan di  tempat tidurâ€, kata suamiku. â€Å“Ah itu kan hanya alasan yang dicari-cari saja.., bilang saja kalau  sudah bosan dengan istri atau mau cari yang lain!†kataku. â€Å“Nah, disinilah memang letak masalahnya.., yaitu ‘kebosanan’..,  dan ‘wanita lain’. Hal itu sangat betul sekali.., karena  ‘kebosanan’ merupakan sifat manusia, sedangkan ‘keinginan kepada  wanita lain’ secara terus terang itu merupakan sifat naluri kaum  laki-laki secara umum, disadari atau tidak disadari, diakui atau tidak  diakui, mereka mempunyai naluri poligamis, yaitu berkeinginan untuk  melakukan hubungan badan tidak dengan satu wanita saja. Akan tetapi  sifat-sifat ini justru merupakan ’sumber konflik utama’ dari krisis  kehidupan perkawinan seseorang! Nah!, hal inilah yang akan dicegah dalam  kegiatan club itu!†â€Å“Jelasnya bagaimana?†kataku. â€Å“Apabila seorang suami menuruti naluri kelaki-lakiannya itu, maka dia  cenderung akan melakukan penyelewengan dengan wanita lain secara  sembunyi-sembunyi. Mengapa..? Karena dia tahu hal itu akan merupakan  sumber konflik dalam rumah tangga yang sangat berbahaya. Pertama-tama  karena dia tahu istri tidak menyetujuinya, oleh karena itu dilakukan  secara sembunyi-sembunyi, yang kedua hal itu membuat suatu keadaan yang  tidak adil dalam kehidupan suami-istri. Kalau suaminya bisa merasakan  orang lain, untuk mendapatkan kenikmatan seksual yang lain daripada  istrinya, kenapa istrinya tidak..!†â€Å“Apakah memang demikian problem dari sebuah perkawinan? Aku kira bukan  hanya soal seks saja yang menjadi konflik dalam hubungan suami istri,  namun juga tentunya ada unsur lainnya!†kataku berargumentasi. â€Å“Tidak salah pendapatmu! Memang benar dalam suatu perkawinan banyak  unsur yang mempengaruhinya, akan tetapi dalam perkawinan hanya ada dua  unsur saja yang paling dominan, ibarat kopi dengan susunya!†kata  suamiku. â€Å“Apa hubungan perkawian dengan kopi susu?†tanyaku agak heran. â€Å“Begini..†kata suamiku selanjutnya. â€Å“Dalam suatu perkawinan  sebenarnya merupakan campuran antara dua unsur yang sangat berbeda,  yaitu antara unsur ‘cinta’ dan unsur ‘kenikmatan seks’. Kedua  unsur ini saling melengkapi dalam hubungan perkawinan seseorang. Unsur  cinta adalah merupakan faktor yang dominan yang merupakan faktor utama  terjalinnya suatu ikatan batin antara dua insan yang berlainan jenis.  Unsur cinta ditandai dengan adanya kerelaan pengabdian dan pengorbanan  dari masing-masing pihak dengan penuh keihlasan dan tanpa mementingkan  egoisme dalam diri pribadi. Sedangkan unsur kenikmatan seks adalah  merupakan unsur penunjang yang dapat memperkokoh dan mewarnai unsur  cinta tersebut. Unsur ini ditandai dengan manifestasi adanya keinginan  melakukan hubungan hubungan tubuh dari dua insan yang berlainan jenis,  adanya kobaran nafsu birahi serta adanya keinginan dari masing-masing  pihak untuk mendominasi pasangannya secara egois. Adanya nafsu birahi  ini dalam diri kita sebagai mahluk alam adalah wajar dan bukan sesuatu  yang memalukan. Nah.., kedua unsur tadi apabila kita ibaratkan seperti  minuman tidak bedanya sebagai ‘kopi’ dengan ’susunya’. Unsur  cinta dapat diibaratkan sebagai kopi dan unsur kenikmatan seks dapat  diibaratkan sebagai susunya. Kedua unsur yang saling berbeda ini dapat  dinikmati dengan berbagai cara. Apakah ingin dicampur sehingga menjadi  sesuatu yang baru yang lain rasanya daripada aslinya atau dinikmati  secara sendiri-sendiri sesuai dengan rasa aslinya!†â€Å“Jadi apa hubungannya dengan arisanmu sekarang?†â€Å“Nah, arisan ini bertujuan untuk membuat keadaan yang adil dan  berimbang di antara suami dan istri. Kedua-duanya harus mempunyai hak  yang sama dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan tuntutan dari  wanita itu sendiri untuk beremansipasi. Dan hak itu tidak terkecuali  walaupun dalam hubungan seks, para istri juga harus diberi kesempatan  yang sama seperti para suami. Para istri juga harus dapat memilih  kehendaknya, apakah sewaktu-waktu dia ingin minum ‘kopinya’ saja,  atau ’susunya’ saja, atau ‘kopi susunya’. Masalahnya sekarang,  bagaimana mewujudkan hal itu. Kalau dilakukan oleh para suami atau para  istri itu secara sendiri-sendiri, maka akan menjadi kacau dan malahan  tujuannya mungkin tidak akan tercapai. Oleh karena itu perlu diusahakan  secara terorganisir. Yang paling gampang ya, dalam bentuk kegiatan  arisan seperti iniâ€, kata suamiku. â€Å“Iya Mbak, siapa tahu akhirnya para istri juga akan dapat  menikmatinya.., eh malahan jangan-jangan jadi lebih doyan!†kata  Priyono menimpali komentar suamiku. â€Å“Ah, kau kayak bensin saja.., langsung nyamber!†kataku. â€Å“Kalau begitu bukankah hal itu juga merupakan suatu penyelewengan  dalam perkawinan?†tiba-tiba kata istri Priyono berkomentar. â€Å“Tentu saja bukan..! Karena apa definisi menyeleweng itu? Seseorang  itu dikatakan menyeleweng apabila dia melakukan hal di luar pengetahuan  pasangannya. Atau dengan kata lain dia melakukan itu secara  sembunyi-sembunyi sehingga pasangannya tidak tahu dan tidak pernah  menyetujuinya. Berlainan dengan kegiatan ini. Semuanya terbuka dan  melalui persetujuan bersama antara kedua pasangan suami-istri ituâ€,  jawab suamiku. Pada akhirnya setelah menjalani debat yang panjang dalam forum resmi  maupun tidak resmi, aku dan istri Priyono mengalah. Resolusi para suami  itu kami terima dengan catatan kami ikut dalam kegiatan club ini  semata-mata hanya untuk sekedar ingin tahu saja dan tidak ada tujuan  lain yang lebih dari itu. Selain daripada itu kami mengalah untuk  membuat hati para suami senang. Oleh karena itulah malam ini akhirnya  aku berada di tempat ini. Aku mengenakan gaun dari bahan satin yang agak tipis yang agak ketat  melekat di tubuhku. Aku mengenakan gaun ini adalah juga atas anjuran  suamiku. Suamiku berkata bahwa aku sangat menarik apabila mengenakan  pakaian yang agak ketat dan terbuka. Aku kira pendapat suamiku benar,  karena dengan memakai gaun ini aku lihat bentuk tubuhku jadi semakin  nyata lekak-lekuknya. Apalagi dengan model potongan dada yang agak  rendah membuat pangkal buah dadaku yang putih bersih kelihatan agak  tersembul keluar membentuk dua buah bukit lembut yang indah. Tidak berapa lama kami berdiri di depan pintu, seseorang membuka pintu dan langsung menyalami kami. â€Å“Selamat datang dan selamat malamâ€, katanya langsung sambil menyalami kami. â€Å“Perkenalkan saya Djodi, tuan rumah di sini, dan ini istriku..,  panggil saja Siska!†katanya langsung memperkenalkan seorang wanita  yang tiba-tiba muncul. Dandanannya agak menor untuk menutupi kerut  wajahnya yang sudah dimakan usia. Tapi secara keseluruhan bentuk  tubuhnya masih boleh jugalah. Buah dadanya subur walaupun perutnya  kelihatan agak gendut. Kelihatannya dia itu seorang keturunan Cina.  Selanjutnya kami dipersilakan masuk ke dalam ruangan tamu. Suasana dalam ruangan itu kudapati biasa-biasa saja. Di sudut-sudut  ruangan terdapat makanan kecil dan buah-buahan. Di sudut lainnya ada  sebuah bar yang kelihatan lengkap sekali jenis minumannya. Sementara itu  suara iringan musik terdengar samar-samar mengalun dengan lembut dari  ruang tamu yang besar. Yang membedakannya adalah para tamunya.  Kelihatannya tidak begitu banyak, kuhitung hanya ada belasan orang dan  wanitanya semua berdandan secantik mungkin dengan pakaian yang lebih  seksi daripada yang kukenakan. Demikian juga aku tidak melihat seorang  pelayan pun atau petugas catering yang biasanya mengurusi konsumsi dalam  pesta-pesta yang diadakan di rumah-rumah mewah seperti ini. â€Å“Silakan.. help your self sajaâ€, kata nyonya rumah kepada kami dalam  bahasa Inggris logat Cina Singapore. â€Å“Memang sengaja para pembantu  semuanya sudah disuruh ngungsi.., you know kan, agar privacy kita tidak  terganggu!†katanya lagi dengan suara yang genit. Kami segera berbaur dengan pasangan-pasangan lainnya yang sudah ada di  sana. Priyono dan istrinya sedang mengobrol dikelilingi beberapa  pasangan lainnya. Aku lihat istri Priyono benar-benar sangat menarik  sekali malam itu dengan pakaiannya yang agak tembus pandang membuat mata  kita mau tidak mau akan segera terjebak untuk memperhatikannya dengan  seksama, apakah dia memakai pakaian dalam di balik itu. Sehingga dalam  pakaian itu dia tidak saja kelihatan sangat cantik akan tetapi juga  seksi. Melihat penampilan istri Priyono, suamiku jadi sangat antusias  sekali. Dia terus memperhatikan istri Priyono tanpa mempedulikanku lagi.  Sikap suamiku yang demikian menimbulkan juga rasa cemburu di hatiku.  Jadi benar dugaanku, rupanya suamiku benar tertarik kepada istri  Priyono. Pantas saja dia sering memujinya bahkan sering mengatakan  kepadaku secara bergurau bagaimana rasanya kalau berhubungan kelamin  dengan istri Priyono. Tidak berapa lama kemudian tuan rumah beserta istrinya menghampiri kami.  â€Å“Mari kita ambil minum dahuluâ€, katanya sambil langsung menuju bar.  Salah seorang tamu kemudian bertindak sebagai bar tender. Dengan  cekatan dia membuatkan minuman yang dipilih masing-masing orang dan  kebanyakan mereka memilih minuman yang bercampur akohol. Kecuali aku dan  istri Priyono. Aku memang tidak begitu tahan terhadap minuman  beralkohol. â€Å“Anda minum apa?†tanyanya kepadaku dan istri Priyono. â€Å“Coca cola saja..!†kataku. â€Å“Pakai rum, bourbon atau scotch?†â€Å“Terima kasih.., coca cola saja..!†â€Å“Oo, di sini tidak boleh minum itu! Itu termasuk minuman kedua yang  dilarang di sini..!†katanya dalam nada yang jenaka. â€Å“Minuman  pertama yang dilarang adalah cola atau lainnya yang dicampur dengan  Baygone! Yang kedua minuman yang anda pilih tadi, jadi mau tidak mau  harus dicampur sedikit dengan rum atau lainnya. Saya kira ‘rum and  cola’ cocok untuk anda berdua!†katanya lagi sambil terus mencampur  rum dan segelas cola serta menaruh es batu ke dalamnya. â€Å“Ini.., cobalah dahulu.., buatan bar tender terkenal!†katanya sambil menyodorkan gelas itu kepada kami. Selesai membuat minuman dia segera bergabung dengan kami. â€Å“Anda cantik sekali dengan busana iniâ€, katanya seraya memegang pundakku yang terbuka. Aku agak menjauhinya seketika karena kukira dia mabuk. Tapi sesungguhnya  hal itu disebabkan aku tidak terbiasa beramah-ramah dengan seorang pria  asing yang belum kukenal benar. â€Å“Terima kasihâ€, kataku berusaha menjawabnya. â€Å“Dada anda bagus sekaliâ€, katanya sambil menatap dalam-dalam ke arah belahan dada gaunku. Dia diam sejenak. Kemudian dia mulai memperhatikanku secara khusus.  Kelihatannya dia sedang menilaiku. Aku dapat membacanya dari senyumnya  yang tersembunyi. Apabila waktu yang lalu ada seorang laki-laki yang  memandang diriku secara demikian maka suamiku mungkin akan segera  mengirimkan bogem mentah kepadanya. Aku pun kemudian mulai memperhatikan penampilannya. Aku berpikir apakah  dia laki-laki yang akan meniduriku nanti? Tidak begitu jelek juga,  pikirku. Tinggi badannya kira-kira 170 cm, dengan bahu yang bidang dan  wajah yang ramah menarik. Aku berpikir rupanya dalam club ini untuk  dapat tidur dengan seorang wanita tidak berbeda bagaikan akan membeli  seekor sapi saja. Namun secara tidak disadari aku menyukai juga  ucapannya itu terutama datangnya dari seorang pria yang tidak aku kenal  dan di hadapan suamiku. Kuharap dia dengar kata-kata itu. Kata-kata itu  ditujukan kepadaku, bukan kepada istri Priyono. Ya, pada saat itu aku  merasa agak melambung juga walaupun hanya sedikit. Aku segera menghabiskan minumanku. Aku memang selalu berbuat itu, akan  tetapi rupanya dia mengartikannya lain bahwa aku ingin segera memulai  sesuatu. â€Å“Jangan terburu-buru!†katanya. â€Å“Kita belum lagi tahu cottage mana yang akan anda tempatiâ€, katanya  sambil menambah minumanku. â€Å“Akan tetapi saya senang sekali apabila  nanti kita dapat tempat yang sama dan segera ke sana.†bisiknya. Aku menjadi agak terselak seketika. Hal ini disebabkan bukan hanya aku  kaget mendengar bisikannya itu, tetapi juga minumanku terasa sangat  keras sehingga kepalaku langsung terasa mulai berat. â€Å“Saya benar-benar baru pertama kali mengikuti pertemuan iniâ€, tiba-tiba aku berkata secara spontan. â€Å“Ohhâ€, katanya agak kaget. Kemudian dia menatapku dengan pandangan yang menyesal. â€Å“Saya harap kata-kata saya tadi tidak menyinggung anda.†bisiknya dengan nada minta maaf. â€Å“Sungguh.. sungguh tidakâ€, kataku sambil memberikan senyuman. Tidak berapa lama kemudian tuan rumah mengumumkan akan melakukan  penarikan nomor arisan. Semula aku mengira tuan rumah akan menarik nama  pasangan yang akan mendapat arisan bulan ini sebagaimana arisan-arisan  biasa lainnya. Akan tetapi dugaanku meleset. Mula-mula tuan rumah  meminta kami untuk berkelompok secara terpisah antara suami istri. Para  suami membuat kelompok sendiri dan para istri juga membuat kelompok  sendiri. Selanjutnya kami masing-masing diminta mengambil amplop kecil  dalam dua buah bowl kristal yang berbeda yang diletakkan pada  masing-masing kelompok. Satunya untuk para suami dan satunya lagi untuk  para istrinya. Amplop kecil tersebut ternyata berisi sebuah kunci dengan  gantungannya yang bertuliskan sebuah nomor. Aku bertanya kepada wanita di sebelahku yang kelihatan sudah biasa dalam kegiatan ini. â€Å“Kunci ini adalah kunci cottage yang ada di sekitar villa ini..† katanya. â€Å“Jadi nanti kita cocokkan nomor yang ada di kunci itu dengan  nomor bungalow atau kamar di sana.†â€Å“Terus..†kataku selanjutnya. â€Å“Terus..!?†katanya sambil memandang kepadaku dengan agak heran.  â€Å“Terus..? Oh ya.., kita tunggu saja siapa yang dapat kunci dengan  nomor yang sama!†Tiba-tiba hatiku menjadi kecut. Aku tidak dapat membayangkan apa yang  akan dilakukan dalam cottage itu. Apalagi hanya berduaan dengan  laki-laki yang bukan suami kita. â€Å“Jadi kita hanya dengan berdua dalam cottage itu?†â€Å“Ya, karena kuncinya sudah pas sepasang-sepasang!†â€Å“Jadi kita tidak tahu siapa yang dapat kunci dengan nomor yang sama dengan nomor kita?†kataku untuk menegaskan dugaanku. â€Å“Ya, memang sekarang ini sistemnya berbeda. Dahulu pada waktu club ini  disebut The Golden Key Club memang kita bisa ketahui karena para  pesertanya mula-mula berada dalam sebuah kamar masing-masing. Jadi kita  tahu siapa di kamar nomor berapa. Kemudian baru para suami keluar dan  saling tukar menukar kunci kamar mereka dimana para istrinya berada di  dalamnya. Sekarang sistem itu telah dirubah. Karena dengan sistem itu  ada anggota yang suka curang. Dia memilih pasangan yang diincarnya  sehingga timbul komplain dari anggota yang lain. Sekarang masing-masing  pasangan mengambil kunci kamar secara diundi dan disaksikan oleh semua  anggota. Sehingga sekarang lebih fair karena anggota tidak dapat memilih  pasangannya yang diincar terlebih dahulu. Kelemahannya dalam sistem ini  ada kemungkinan pasangan suami-istri itu juga akan mendapatkan nomor  yang sama. Kalau sudah begitu ya nasibnya lah.., kali ini dia tidak  dapat apa-apa.†Sekarang aku baru mengerti mengapa club ini dahulu dinamakan The Golden  Key Club. Selesai kami mengambil kunci semua berkumpul kembali di ruang  tamu. Tuan rumah meminta kami untuk mengambil gelas sampanye  masing-masing kemudian kami bersulang. Aku mereguk sampanye itu  sekaligus sehingga kepalaku kini terasa semakin berat. â€Å“Dapat nomor berapa?†kata suamiku yang tiba-tiba sudah berada di sampingku. â€Å“Nomor delapan..!†jawabku. â€Å“Untung..! †â€Å“Kenapa untung?†â€Å“Ya untung tidak dapat nomor yang sama.., nomorku duabelas!†katanya. â€Å“Itu bukan untung tapi cilaka.., cilaka duabelas namanya!†â€Å“Ya tapinya untung juga..!†jawab suamiku. â€Å“Kenapa..?†â€Å“Untung bukan cilaka tigabelas!†jawabnya sambil tertawa. â€Å“Sudah percuma berdebat di sini..!†kataku. â€Å“Eh kalau Novie dapat nomor berapa ya?†kataku lagi. â€Å“Iya ya.., nomor berapa dia, tolong kau tanyakan dong!†Rupanya aku tidak usah berpayah-payah mencari Novie karena tiba-tiba Priyono dan istrinya sudah berada di dekat kami. â€Å“Eh, kamu dapat nomor berapa?†aku berbisik kepada Novie. â€Å“Nomor duabelas Mbak..†jawabnya. Aku jadi terhenyak. Jadi maksud suamiku untuk meniduri istri Priyono  kini tercapai. Aku segera memberi isyarat kepada suamiku bahwa nomornya  sama dengan nomor dia. Suamiku kelihatan berseri-seri sekali ketika  menerima isyaratku. Aku jadi agak cemburu lagi melihat tingkahnya. Dia  bernyanyi-nyanyi kecil mengikuti irama musik yang mengalun di ruangan  itu. Tidak berapa lama kemudian lampu-lampu di seluruh ruangan itu mulai  meredup. Ruangan itu kini menjadi agak gelap dan alunan musik berirama  slow terdengar lebih keras lagi. Suasana dalam ruangan itu kini jadi  lebih romantis. Aku lihat beberapa pasangan yang mulai berdansa tapi  kebanyakan dari mereka menyelinap satu persatu, mungkin menuju  cottage-nya masing-masing, tapi ada juga yang masih duduk-duduk  mengobrol di sofa. Tiba-tiba Priyono mengajakku untuk berdansa. Dan sudah barang tentu  suamiku segera juga mengajak istri Priyono berdansa. Ketika kami  berdansa Priyono mendekapku erat-erat. Begitu sangat eratnya sehingga  seolah-olah kami dapat mendengar degub jantung di dada masing-masing. â€Å“Kamu dapat nomor berapa?†tiba-tiba Priyono berbisik di telingaku. â€Å“Nomor delapan!†jawabku. â€Å“Ah, sayang..†â€Å“Mengapa?†kataku lagi. â€Å“Aku nomor enam!†katanya lagi. â€Å“Siapa itu..?†tanyaku. â€Å“Aku dengar sih Nyonya Siska, istrinya tuan rumah!†â€Å“Wah, enak dong.., orangnya sintal, mungkin tiga hari nggak habis dimakan!†kataku berseloroh. â€Å“Jangan ngeledek ya..!†katanya. â€Å“Memangnya kenapa..? Kan betul orangnya sintal!†â€Å“Potongan seperti itu bukan typeku!†katanya. â€Å“Typemu seperti apa sih?†kataku. â€Å“Seperti kamu..!†katanya lagi sambil terus mendusal-dusal leherku. Aku jadi agak bergelinjang juga leherku diciumi Priyono sedemikian rupa.  Selama kami bergaul belum pernah dia melakukan hal yang tidak senonoh  denganku. Dia sangat sopan terhadapku. Tapi malam ini tiba-tiba saja dia  berbuat itu. Apakah karena pengaruh alkohol yang dia minum tadi atau  memang selama ini dia juga mempunyai perasaan yang terpendam terhadap  diriku. Perasaanku kini jadi melambung kembali. Ditambah dengan pengaruh  alkohol yang aku minum tadi, aku merasakan adanya gairah birahi yang  timbul dalam diriku ketika berdekapan Priyono sehingga aku pasrah saja  leherku didusal-dusalnya. â€Å“Eh, kau ngerayu, atau mabok..? Kenapa dari dulu-dulu nggak bilang!† kataku sambil terus mendekapkan tubuhku lebih erat lagi sehingga buah  dadaku terasa menyatu dengan dadanya. â€Å“Malu sama suamimu!†â€Å“Kenapa malu.., dia sendiri juga sering cerita bahwa dia suka sama  istri kamu, eh sekarang dia dapat nomor kamar istrimu lagi!†kataku  lagi. â€Å“Oh ya..?†kata Priyono. â€Å“Kalau aku dulu bilang.., kau terus mau apa?†â€Å“Tentunya kita nggak usah payah-payah ikut arisan di sini.. di rumah saja!†â€Å“Ah, kau..!†katanya sambil terus menempelkan pipinya ke pipiku.  Selanjutnya begitu irama musik hampir selesai, tiba-tiba Priyono meraih  wajahku dan langsung mengecup bibirku dengan lembut. Ketika kami kembali ke tempat semula kudapati suamiku dan istri Priyono  sudah tidak ada di sana. Aku pikir mereka sudah tidak sabar lagi dan  masuk ke cottagenya ketika kami sedang berdansa tadi. Baru saja kami  duduk tiba-tiba sepasang suami istri datang menghampiri kami dan  mengulurkan tangannya. â€Å“Saya Alex.., dan ini istri saya Miraâ€, katanya memperkenalkan diri. Priyono dan aku menyebutkan nama kami masing-masing. Selanjutnya kami berbasa-basi berbincang-bincang sejenak. â€Å“Anda dapat nomor berapa?†dia bertanya kepada Priyono. â€Å“Enam!†jawab Priyono singkat. â€Å“Saya nomor delapan dan istri saya nomor enambelas†katanya. Aku jadi tersentak seketika, demikian juga Priyono. â€Å“Itu adalah nomorkuâ€, kataku. â€Å“Oh ya!†kata Alex agak kaget.  â€Å“Saya kira anda berdua sudah bernomor sama.., tapi anda kan bukan  pasangan suami istri?†katanya lagi. â€Å“Ya..!†kataku hampir serempak. Kemudian dia berpaling kepada Priyono dan mengamit lengannya menjauhi kami. â€Å“Bolehkah kita bernegosiasi..†bisiknya kepada Priyono. â€Å“Saya lihat anda senang sekali dengan nomor delapan. Sebenarnya saya  juga senang dengan penampilannya, akan tetapi saya sudah mempunyai janji  dengan nomor enam. Bagaimana kalau kita bertukar nomor? Anda mengambil  nomor delapan dan saya nomor enam. Sedangkan istri saya memang sudah  sesuai dengan nomor enambelas yang juga kebetulan tuan rumah kita.  Memang hal ini tidak diperbolehkan apabila ada anggota lainnya yang  tahu. Tapi saya harap hal ini hanya di antara kita saja.†Bagaikan mendapatkan durian runtuh, Priyono segera saja mengiyakan. Kemudian kulihat mereka bertukar nomor kunci. â€Å“Oh, dear!†kata Alex. â€Å“Kali ini saya tidak akan menginterupsi  kalian. Lain kali saya harap saya dapat nomor anda lagi!†Kemudian dia  melingkarkan tangannya ke tubuhku dan memberikan sebuah kecupan kecil  di bibirku. Selanjutnya tidak ayal lagi Priyono segera memegang tanganku  dan menuntunku menuju cottage nomor delapan. Ketika kami memasuki pintu cottage itu aku berpikir di sinilah  kemungkinan awalnya perubahan hidupku. Seumur hidupku aku belum pernah  melakukan hubungan badan dengan laki-laki lain kecuali dengan suamiku  sendiri, akan tetapi hal itu akan berubah dalam waktu beberapa menit  ini. Aku akan menjadi seorang istri yang serong dan semuanya ini  disebabkan oleh ulah suamiku sendiri. Apakah ada orang yang akan percaya  mengenai hal itu? Secara jujur begitulah keadaanku dan itulah apa yang  kupikirkan waktu itu. Aku tahu dengan ini aku memberikan suamiku semacam  kepuasan seks lain sebagaimana yang dia inginkan. Begitu memasuki cottage itu Priyono langsung merangkulku dan mulai  menghujani wajahku dengan kecupan-kecupan kecil. Dia kelihatan begitu  sangat bernafsu sekali terhadap diriku. Aku benar-benar tidak menyangka  Priyono dapat bersikap seperti itu. Selama ini kukenal dia wajar-wajar  saja apabila bertemu denganku. Apakah pada acara-acara rutin kami atau  kesempatan lainnya. Kupikir apakah hal itu akibat pengaruh alkohol yang  diminumnya tadi atau mungkin juga memang sejak dahulu dia sudah  mempunyai minat yang besar terhadap diriku namun dia terlalu sopan untuk  mengungkapkannya dalam kesempatan yang biasa. Tidak berapa lama kemudian tangannya segera menyusup ke balik busanaku  yang memang berpotongan rendah dan menjalar menelusuri punggungku.  Tiba-tiba kusadari betapa nikmatnya itu semua. Aku merasakan suatu hal  yang luar biasa yang belum pernah kualami sebelumnya, aku merasa  bagaikan kembali pada saat-saat dimana aku mengalami ciuman yang pertama  dari seorang laki-laki. Hanya kini rasa sensasi yang muncul dalam  diriku aku rasakan tidak asing lagi. Aku ingin segera ditiduri. Ketika bibirnya menempel di bibirku aku pun langsung melumatnya dengan  kuat. Selanjutnya dia merenggangkan mulutku dan mendorongkan lidahnya di  antara gigiku mencari-cari lidahku yang segera kujulurkan untuk  menyambutnya. Sungguh merupakan suatu ciuman yang panjang dan lama  sekali. Selanjutnya dengan segera tangannya mulai meraba daerah sekitar  buah dadaku. Aku mempunyai suatu kelemahan mengenai buah dadaku, aku  maksudkan buah dadaku sangat sensitif sekali. Begitu buah dadaku  tersentuh maka praktis akan membuatku terus bergelinjang. Oleh sebab itu  ketika tangannya menyentuh langsung puting susuku maka aku menjadi  bergelinjang dan meliuk-liuk dengan liarnya. Jari-jariku menghujam di  punggungnya menahan suatu perasaan yang sangat dahsyat. Pada saat tubuh kami terlepas satu sama lainya, nafas kami pun memburu  dengan hebat. Dia mulai meneliti busanaku mencari kancing atau pun  reitsleting untuk segera melepaskan busana itu dari tubuhku. Akan tetapi  busanaku memang hanya mempergunakan karet elastis saja, maka dengan  mudah aku segera melepaskan busana itu melalui kepala. Aku tidak  mengenakan apa-apa lagi di balik busanaku itu kecuali dua carik pakaian  dalam model bikini yang tipis dengan warna yang senada dengan kulitku. â€Å“Saya senang dengan puting susu yang besarâ€, katanya sambil  menyentuh puting susuku dengan lembut. â€Å“Karena cukup untuk menyusui  anaknya dan sekaligus bapaknya.†Aku tidak menjawab. Kupikir dalam  kesempatan seperti ini dia masih saja bisa berkelakar. Akan tetapi  sebenarnya saat itu aku juga ingin berkata kepadanya bahwa aku juga  ingin segera menyaksikan bagaimana bentuk tubuh aslinya di balik kemeja  dan pantalonnya itu. Namun aku merasa masih sangat malu untuk berkata  secara terus terang. Rupanya dia dapat membaca apa yang ada dalam  pikiranku. Sehingga selanjutnya kudapati dia mulai membuka kancing  kemejanya dan melepaskan kemeja itu dari tubuhnya. Aku masih teringat bagaimana bentuk dadanya itu dan bagaimana ketika dia  memperlakukan diriku. Dadanya kecoklat-coklatan hampir berwarna sawo  matang penuh ditumbuhi dengan bulu dada keriting berwarna hitam di  tengahnya. Otot-ototnya pun semua kelihatannya sangat kokoh dan  seimbang. Ingin rasanya aku menyentuhkan wajah serta puting susuku ke  dadanya, dan tidak berapa lama kemudian secara tidak kusadari aku telah  melakukan hal itu. Aku mengecup dadanya kemudian puting susunya. Betapa  aku menggali kenikmatan dari itu semua. Ketika aku merapatkan tubuhku ke tubuhnya, aku dapat merasakan gumpalan  alat kejantanannya di balik pantalonnya yang sudah menjadi besar dan  keras sekali. Dia menggesek-gesekkan alat kejantanannya tersebut ke  tubuhku yang hanya mengenakan BH serta celana dalam nylon yang tipis.  Sementara itu tangannya telah menyusup ke balik celana dalamku  menelusuri daerah sekitar pantatku dan meremas-remasnya dengan kuat  daging pantatku yang lembut dan berisi. Selanjutnya dengan serta merta  dia melucuti celana dalamku ke bawah kakiku, sementara aku pun merasa  semakin bergelinjang dengan hebatnya. Segera saja kulemparkan celana  dalam itu dengan kakiku jauh-jauh dari tubuhku. Dia pun kini melepaskan  BH-ku sehingga kini tubuhku benar-benar berada dalam keadaan  bertelanjang bulat berdiri di hadapannya. Kemudian Priyono agak menjauh beberapa saat untuk menurunkan reitsleting  calananya. Begitu reitsleting diturunkan dalam sekejap pantalonnya pun  juga ikut tergusur ke bawah. Dan sudah barang tentu pemandangan  selanjutnya yang kusaksikan adalah sebuah alat kejantanan yang sangat  besar dan gempal sedang berdiri dengan tegaknya menentang diriku. Aku tidak melihat banyak perbedaan dengan bentuk alat kejantanan  suamiku, akan tetapi yang mengesankan adalah alat kejantanan yang  kulihat sekarang adalah milik seorang laki-laki lain walaupun dia  sahabat suamiku. Seumur hidupku aku belum pernah menyaksikan alat  kejantanan seorang laki-laki dewasa yang begitu dekat jaraknya dengan  tubuhku kecuali alat kejantanan suamiku sendiri, apalagi aku sendiri  dalam keadaan bertelanjang bulat, dan tidak berapa lama lagi dia akan  menyetubuhi diriku dengan alat tersebut. Sehingga secara tidak sadar  kurasakan timbul suatu keinginan dalam diriku untuk segera memegang  bahkan menghisap alat kejantanan itu, akan tetapi sekali lagi aku masih  tidak mempunyai keberanian melakukan hal itu. Selanjutnya Priyono meraih dan membopong tubuhku yang telah bertelanjang  bulat itu ke atas tempat tidur. Aku segera telentang di sana dengan  segala kepolosan tubuhku menanti kelanjutan dari dari kesemuanya itu  dengan pasrah. Akan tetapi rupanya Priyono belum mau memasukkan alat  kejantanannya ke liang kewanitaanku. Dia masih tetap saja berdiri  menikmati pemandangan keindahan tubuhku dengan pandangan yang penuh  dengan kekaguman. Tatapan mata Priyono ke seluruh tubuhku yang bugil di lain keadaan juga  menumbuhkan semacam perasaan erotis dalam diriku. Aku merasakan adanya  suatu kenikmatan tersendiri bertelanjang bulat di hadapan seorang  laki-laki asing yang bukan suamiku sendiri dan memperlihatkan seluruh  keindahan lekuk tubuhku yang selama ini hanya disaksikan oleh suamiku  saja. Sehingga secara tidak sadar kubiarkan tubuhku dinikmati mata  Priyono dengan sepuas-puasnya. Malahan ketika tatapan mata Priyono  menyapu bagian bawah tubuhku secara reflek aku renggangkan keduabelah  pahanya agak lebar seakan-akan ingin memberikan kesempatan yang lebih  luas lagi kepada mata Priyono untuk dapat menyaksikan bagian dari  tubuhku yang paling sangat rahasia bagi seorang wanita. Puas menikmati keindahan tubuhku kini tangan Priyono mulai sibuk di  seluruh tubuhku. Tangannya mulai meraba dan meremas seluruh bagian  tubuhku yang sensitive. Mulai dari buah dadaku yang subur berisi sampai  pada liang senggamaku yang ditumbuhi oleh bulu-bulu halus yang sangat  lebat. Aku menjadi tambah bergelinjang dan tubuhku terasa bergetar  dengan hebat. Secara tidak sadar aku mulai menggoyang-goyangkan  pinggulku dengan hebat. Liang senggamaku tambah berdenyut dengan hebat  dan terasa licin dengan cairan yang keluar dari dalamnya. Aku heran  bagaimana seorang laki-laki yang bukan suamiku dapat membuat diriku  menjadi sedemikian rupa. Tidak pernah kubayangkan sebelumnya bahwa aku  dapat merasakan gelinjang birahi yang sedemikian hebat dari laki-laki  lain yang bukan suamiku. Tidak berapa lama kemudian dia berlutut di depanku dan merenggangkan  kedua belah pahaku lebih lebar lagi. Selanjutnya dia merangkak di antara  kedua belah pahaku dan menatap langsung ke arah alat kewanitaanku. Lalu  dia membungkukkan tubuhnya agak rendah dan mulai menciumi pahaku yang  lama kelamaan semakin dekat ke arah liang kenikmatanku. Kembali aku  merasakan suatu sensasi yang hebat melanda diriku. Aku benar-benar  merasa semakin bertambah liar. Aku berteriak liar dengan suara yang sukar dipercaya bahwa itu keluar  dari mulutku. Bagaikan serigala yang ganas Priyono segera melumat  habis-habisan alat kewanitaanku. Mula-mula dia menjulurkan lidahnya dan  mulai menyapu klitorisku dengan sangat halus sekali namun cukup untuk  membuatku menjadi lupa daratan. Pinggulku secara otomatis mulai bergerak  turun naik bagaikan dikendalikan oleh sebuah mesin dalam tubuhku. Priyono kemudian menurunkan lidahnya lebih ke bawah lagi dan membuat  putaran kecil di sekitar liang senggamaku dan akhirnya dia sorongkan  lidahnya dengan mahir ke dalamnya. Aku merasakan darahku menggelegak.  Lidahnya terus keluar masuk berputar-putar menari-nari. Betapa tingginya  seni permainan lidahnya itu tidak dapat kulukiskan dengan kata-kata.  Lebih jauh dari itu aku tidak tahan lagi dan aku langsung mencapai  puncak orgasme yang hebat. â€Å“Sudah.. sudahlahâ€, akhirnya aku berkata. Priyono tetap meneruskan  melahap liang senggamaku. Sementara itu aku terus-menerus mengalami  orgasme bertubi-tubi namun pada akhirnya dia berhenti juga. Dan pada  saat dia mengambil posisi untuk menyetubuhi diriku, aku segera bangkit  dan kini tanpa merasa risih lagi aku segera meraih alat kejantanannya  yang hangat berwarna kemerah-merahan lalu memasukkannya ke dalam mulutku  dan mulai bekerja dengan lidahku di sepanjang alat kejantanannya yang  begitu terasa keras dan tegang. Aku merasakan suatu kenikmatan yang lain  yang belum pernah aku rasakan. Aku merasakan alat kejantanan Priyono  mempunyai aroma yang berlainan dengan alat kejantanan suamiku. Kini aku baru sadar alat kejantanan dari setiap laki-laki juga mempunyai  perbedaan rasa yang khas yang tidak sama antara satu lelaki dengan  lelaki lainnya. Bukan saja dari bentuk dan ukurannya akan tetapi juga  dari aroma yang dipancarkan oleh masing-masing alat kejantanan itu.  Selain itu aku merasakan alat kejantanan laki-laki lain ternyata terasa  lebih nikmat daripada alat kejantanan suamiku sendiri. Mungkin hal itu  karena aku mendapatkan sesuatu yang lain dari apa yang selama ini  kurasakan. Jadi walaupun serupa tetapi tidak sama rasanya. â€Å“Sekarang giliranku untuk meminta berhentiâ€, katanya dengan tenang.  Sebenarnya aku enggan melepaskan alat kejantanan yang menggiurkan itu  dari mulutku. Aku ingin merasakan betapa alat kejantanannya itu  memancarkan sperma dalam mulutku, akan tetapi kupikir tidak akan  senikmat sebagaimana bila alat kejantanannya itu meledak dalam rahimku  dalam suatu persetubuhan yang sempurna, sehingga kuturuti permintaannya  dan membaringkan tubuhku dengan kedua belah kakiku ke atas. Selanjutnya  aku menyaksikan sebuah dada yang bidang menutupi tubuhku dan tidak lama  kemudian kurasakan alat kejantanannya itu mulai terbenam ke dalam liang  senggamaku yang hangat dan basah. Aku jadi agak mengerang kecil ketika  alat kejantanan yang besar dan gempal itu memasuki tubuhku. â€Å“Oh, sayang.., sayangâ€, kata Priyono bergumam. â€Å“Teruskan.., teruskan! Rasanya dahsyat sekali..!†kataku secara  spontan sambil mengencangkan otot liang senggamaku sehinga alat  kejantanan Priyono itu terjepit dengan kuat. Kemudian dengan suatu  kekuatan bagaikan sebuah pompa hydroulis, liang kewanitaanku menghisap  dalam-dalam alat kejantanan itu sehingga terasa menyentuh leher rahimku. Secara perlahan-lahan dia mulai menggerakkan tubuhnya di atas tubuhku.  Untuk beberapa saat aku telentang tanpa bergerak sama sekali menikmati  diriku disetubuhi oleh seorang laki-laki yang bukan suamiku. Sungguh  sulit dipercaya, aku merasa hal ini sebagai suatu mimpi. Seorang  laki-laki lain yang bukan suamiku kini sedang memasukkan alat  kejantanannya ke dalam tubuhku dan aku pun sedang menggali semua  kenikmatan darinya. Selanjutnya aku mulai menggoyang-goyangkan pinggulku dalam suatu putaran  yang teratur mengikuti gerakan turun naik tubuhnya. Dengan garang  Priyono terus-menerus menikamkan alat kejantanannya sedalam-dalamnya ke  liang senggamaku secara bertubi-tubi. Alat kejantanannya dengan teratur  keluar masuk dan naik turun di liang senggamaku yang membuka serta  meremas dengan erat alat kejantanan itu. Aku merasakan persetubuhan yang  sedang kami lakukan ini betul-betul sangat hebat. Dan kesemuanya ini  disebabkan oleh alat kejantanan seorang laki-laki lain yang bukan  suamiku. Selanjutnya Priyono mulai menghujamkan tubuhnya ke tubuhku semakin kuat  dan semakin kencang. Kami jadi bergumulan dengan hebat di atas tempat  tidur saling cabik mencabik tubuh masing-masing. Tubuh kami bersatu dan  merenggang dengan hebat. Setiap hunjamannya membawaku ke suatu alam  fantasi yang jauh entah dimana yang tidak pernah kuketahui dan belum  pernah kualami sebelumnya. Yang aku tahu pada saat itu hanyalah suara  desahan kenikmatan yang keluar dari mulut kami masing-masing. Tiba-tiba puncak dari itu semua, kurasakan alat kejantanannya yang  berada dalam liang senggamaku menjadi sedemikian membesar dan tegang  dengan keras. Liang senggamaku pun terasa berdenyut lebih keras lagi dan  akhirnya aku merasakan suatu cairan yang hangat dan kental terpancar  dari alat kejantanannya membanjiri liang senggamaku. Nafas Priyono  dengan kuat menyapu wajahku. Saat yang mendebarkan itu berlangsung lama  sekali. Sangat sukar aku lukiskan betapa kenikmatan yang kualami dari  kesemuanya itu. Akhirnya kami terbaring dengan segala kelelahan namun  dalam suatu alam kenikmatan lain yang belum pernah aku alami bersama  suamiku. Yang terang ketika Priyono menarik alat kejantanannya dari  liang senggamaku, aku merasakan ada sesuatu yang hilang dari dalam  tubuhku. Sisa malam itu tidak kami sia-siakan begitu saja. Kami menghabiskan sisa  malam itu dengan melakukan hubungan intim beberapa kali lagi bagaikan  sepasang suami-istri yang sedang berbulan madu dalam suatu hubungan  persetubuhan yang sangat dahsyat dan belum pernah kualami bersama  suamiku selama ini. Kami terus berasyik-masyuk sampai saat-saat terakhir  kami kembali ke rumah masing-masing ketika hari sudah menjelang subuh. Keesokan harinya ketika aku terbangun, aku merasa bagaikan seorang  wanita yang baru dilahirkan kembali. Demikian pula suamiku. Aku  merasakan adanya suatu kesegaran dan kecerahan lain dari yang lain dan  penuh dengan semangat kegairahan hidup. Hal ini membawa pengaruh kepada  hari-hariku selanjutnya. Aku merasa mendapatkan suatu horizon baru dalam  kehidupan. Demikian juga suamiku, kurasakan cinta kasih kami semakin  bertambah dari waktu-waktu sebelumnya. Kehidupan rumah tangga kami  serasa lebih harmonis penuh dengan keceriaan dan kegembiraan daripada  waktu-waktu yang lalu. Dengan demikian tidak mengherankan kiranya  apabila aku dan suamiku terus menghadiri arisan itu beberapa kali dan  selama itu pula aku telah dapat merasakan berbagai macam type alat  kejantanan laki-laki dalam berbagai macam bentuk dan ukuran serta  berbagai macam tehnik permainan hubungan kelamin dengan para suami orang  lain. Akan tetapi yang penting dari kesemuanya itu, di lain keadaan,  aku menyadari suatu hal yang selama ini tidak pernah terpikirkan maupun  kubayangkan sebelumnya, bahwa alat kejantanan suami kita sendiri  sesungguhnya juga mempunyai suatu keistimewaan tersendiri. Aku dapat  mengetahuinya kesemuanya itu karena aku telah dapat membandingkannya  dengan alat kejantanan dari suami-suami orang lain.      Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita sex - Si Montok Tante Ana               Apr 10th 2013, 06:26                                               
 
      Diawali dengan masuknya aku ke salah satu kampus yang kebetulan  memang tempat cita-citaku sebagai ahli komputer. Pada tahun 1994,  kepindahanku dari Jakarta Barat ke Bandung, tepatnya aku tinggal di  daerah perumahan yang dulu pernah ditinggali kedua orang tuaku, dan  sekarang aku tinggal bersama pembantu dan seorang anak kecil.
  Beranjak dari kehidupanku yang jauh dari kedua orang tua dan aku baru  saja memiliki motor untuk mendukungku berangkat ke kampus. Aku mulai  terbiasa dengan kehidupan bertetangga dan aku sering dipanggil untuk  membantu tetangga dekat yang kadang kuperhatikan sepertinya adalah  seorang wanita beranak satu dan suaminya jarang di rumah. Usianya  kira-kira 32 tahun, di sini namanya aku samarkan saja yaitu Anna. Aku  memanggilnya Tante Anna.
  Satu tahun sudah aku tinggal, di akhir tahun 1995 aku mulai merasakan  gejolak nafsu yang amat sangat terhadap wanita. Pada suatu malam aku  mulai merasa ingin sekali bermain/bertamu ke rumah tante Anna namun aku  selalu tidak berani dan merasa takut kalau nanti suaminya akan datang  dan aku akan dikomentari tidak baik.
  Bulan itu adalah bulan Januari 1996, usiaku pada saat itu baru 19 tahun  dan tepat pada bulan Januari tanggal 20 aku genap 20 tahun. Di sini aku  mengkisahkan hal sangat nyata yang terjadi dalam diriku. Malam itu malam  Jum'at, cuaca sangat tidak mendukung dan tiba-tiba hujan sangat deras  dengan diikuti angin kencang.
  Aku sangat sedih dengan kesendirianku, karena malam ini adalah malam  kelahiranku. Aku duduk-duduk seorang diri sambil menghisap rokok  kesukaanku, namun malam semakin tidak mendukung karena cuacanya. Aku  berusaha mencari kesibukan dengan membaca-baca buku pelajaran, tiba-tiba  aku dikejutkan dengan bunyi pagar samping yang khas, seorang wanita  menghampiriku yang ternyata adalah tetangga sebelahku (Tante Anna).
  "Ada apa tante?" aku mulai bertanya. "Bob, (namaku) tolong dong pasangin lampu kamar saya di rumah,"
  Ternyata lampu kamar tante Anna putus dan aku disuruh memasangkannya.  Lalu aku mengikutinya dari belakang menuju rumahnya melalui pintu  belakang. Di saat aku mengikutinya aku sempat terangsang dengan  sentuhannya pada saat memasuki pintu belakang, karena ternyata dia tidak  menggunakan bra dan aku sempat gemetar.
  Sementara ini aku berkonsentrasi dengan permintaanya agar aku  memasangkan lampu di dalam kamarnya. Setelah selesai kukerjakan,  cepat-cepat aku keluar kamarnya dan berusaha tenang, kemudian aku  diminta untuk duduk dulu minum kopi karena kopinya sudah disuguhkan. Aku  duduk sambil melihat tayangan TV dan aku lihat anaknya yang baru satu  sedang tidur pulas di depan TV. Kemudian tidak berapa lama baru anaknya  dipindahkan ke kamar. Sekarang tinggal aku dan tante Anna berdua di  ruangan tengah.
  Waktu sudah menunjukkan pukul 22.30 dan aku minta izin untuk pulang  namun aku dicegah, ia memintaku menemaninya ngobrol. Lama kelamaan aku  mulai mengantuk dan dimintanya aku untuk rebahan dan diambilkannya  bantal dan aku menurut saja. Ia bercerita bahwa tadi ada telepon dari  temannya, katanya ia ditakut-takuti karena sekarang malam Jum'at ada  hantu kalau sendirian di rumah.
  Asyik juga lama-lama acara mengobrolnya hingga tanpa kusadari tante Anna  mulai mendekatiku dan meletakkan kepalanya di paha sebelah kiriku,  karena aku rebahan agak di belakang dari tante Anna. Perasaanku mulai  tak karuan, jantungku berdebar sangat keras serta sekujur tubuhku  dingin. Karena baru pertama kali ini aku diperlakukan seperti itu (aku  masih perjaka). Tiba-tiba tangan tante Anna mulai bergerak menuju  selangkanganku, dan meremasnya kemudian mengusapnya. Saat itu aku  memakai celana pendek berbahan lemas.
  "Hei, Bob!, ini kamu kok bangun?" tanya tante Anna.
  Saat itu aku sangat malu dan tidak bisa berkata-kata lagi. Kemudian  Tante mematikan lampu dan memintaku pindah ke kamarnya dengan menarikku  ke atas tempat tidur. Pikiranku sangat kacau dan sangat gugup saat  tiba-tiba aku dipeluk dan ditindih kemudian diciumi. Hingga pada saat  bibirku dikulumnya aku mulai panas dan terangsang amat sangat.
  Lama aku dibuatnya terlena dalam kemelut yang dibuatnya. Hingga tante  itu mulai menuruni lekuk tubuhku sampai pada selangkanganku dan membuka  celanaku. Sesaat kemudian seluruh pakaianku sudah terlepas dan apa yang  terjadi ternyata penisku dimasukkan ke mulutnya. Aku merasa sangat  tegang dan memang baru pertama kali aku mengalami hal seperti ini.  Dengan lembut dan penuh penghayatan, penisku dipegangnya, kadang  dijilatnya kadang dihisapnya namun juga kadang digigitnya hingga sampai  pada buah zakarku juga di kulumnya.
  "Bob, jangan keluar dulu ya?" ujarnya dengan mulutnya yang tertutup oleh penisku. "Akh.. Mmnyamm"
  Aku sudah dapat membaca bahwa tante sangat haus akan sex. Seperti orang  yang lama tidak bersetubuh hingga dengan ganasnya aku mulai ditindihnya  dan aku mulai merespons. Dengan naluri rangsangan, aku dorong Tante Anna  kemudian aku buka pakaiannya secara perlahan sambil menciuminya,  kemudian kulumat teteknya yang tidak begitu besar namun masih kencang.  Aku hisap dan kumain-mainkan lidahku di sekitar puting susunya, Tante  Anna mulai terangsang sambil menggeliat-geliat dan menekan kepalaku agar  aku lebih keras lagi menghisapnya.
  Lama aku bermain di sekitar payudaranya sampai akhirnya aku disuruh  menjilat bagian yang sensitif di antara selangkangannya. Aku mulai  sedikit mengerti. Dengan dibantu tangannya, aku mengerti yang mana yang  harus aku jilat dan kulumat. Hingga pada akhirnya aku ditariknya kembali  ke atas sampai aku menindihnya dan dadaku menekan toketnya yang semakin  agak keras. Lalu aku didorong ke sampingnya dan aku mulai ditindihnya  kembali namun sekarang tante Anna memegang penisku yang semakin keras  kemudian dengan perlahan tante Anna membimbingnya memasuki liang  kenikmatannya.
  Posisi tante Anna berada di atas seperti orang naik kuda,  menggoyang-goyangkan pinggulnya dan kadang menaik turunkan bokongnya.  Lama sekali dia bertahan pada posisi itu, hingga akhirnya Tante menjerit  kecil menahan sesuatu namun sambil mencengkeram bahuku..
  "Akhh, Bob, saaya keluar nih, ahh.. Ahh.. Ohh.. Bob kamu belum keluar ya?"
  Kemudian aku membalikkan tubuhnya dan sekarang aku ganti berada di  atasnya dengan penisku masih menancap di liang kenikmatan itu. Aku mulai  menyerang, dan sekarang aku mengeluarmasukkan penisku. Lalu aku  mengambil posisi duduk di antara selangkangannya sambil mengocoknya.  Suara yang keluar dari mulut Tante Anna membuatku sangat terangsang.
  "Bob, yang keras dong, lebih cepat kamu kocoknya," kata tante sambil  memegang kedua tanganku. Aku merasa belum akan sampai, tapi tiba-tiba  tante Anna mulai menggeliat-geliat sangat kasar hingga aku dipeluknya. "Bob, ah.. Saya mau keluar lagii. Bob.. Ahh.. Ohh Bob"
  Lalu aku disuruhnya mencabut penisku dan tante Anna keluar menuju kamar  mandi. Tidak berapa lama dia kembali dan membawa kain basah lalu  mengusapkannya di penisku yang mulai lengket. Kemudian, tante Anna mulai  menaiki tubuhku kembali dan memasukkan penisku ke vaginanya yang  ternyata sudah kering. Ia memulai dengan gerakan lambat dengan  menggoyangkan pinggulnya maju mundur dan aku kemudian diminta berposisi  di atas.
  Sekarang aku yang mencoba memasukkan penisku ke dalam vaginanya dan  mulai bereaksi namun sangat seret dan terasa penisku dijepitnya. Aku  mencoba memasukkannya lebih dalam dan menekan penisku agar lebih masuk  kemudian aku mencoba dengan perlahan kugerakkan maju mundur diiringi  goyangan pinggul Tante Anna, sesekali kedua pahanya mengapit rapat. Lama  aku mulai merasakan terangsang. Dengan mengulum toketnya aku mulai  bereaksi dan aku mulai merasa ingin keluar. Akhirnya aku keluar dengan  diiringi jeritan kecil tante Anna yang ternyata juga keluar bersamaan  sampai aku tak bisa menahan diri. Kemudian aku langsung dipeluknya  erat-erat dan tidak boleh mencabut penisku sampai aku tertidur.
  Terdengar suara samar-samar dari kejauhan, orang sudah ramai di luar  seperti tukang roti dan lainnya. Aku terbangun dan kulihat tak ada  seorangpun di sampingku dengan pintu kamar masih tertutup rapat dan  hordeng jendela masih tertutup. Aku sempat kaget dan kulihat diriku  dalam keadaan tanpa sehelai benang pun yang menempel di kulitku. Aku  berusaha mencari pakaianku yang tadi malam dilempar ke sisi spring bed  Tante Anna. Tak berapa lama kemudian Tante Anna membuka pintu dan masuk  kembali ke kamar.
  "Bobby! Kamu sudah bangun?" "Ya.." jawabku sambil melihat seluruh tubuh Tante Anna yang ternyata baru selesai mandi dengan hanya menggunakan handuk.
  Handuk itu hanya menutupi sebatas toketnya dan pangkal pahanya yang  putih merangsang. Lalu aku duduk di pinggir tempat tidur sambil  memandangi pemandangan yang indah itu. Tiba-tiba saja penisku yang sudah  loyo bangun kembali, namun kuurungkan niatku untuk bermain di pagi  hari. Dengan cepat aku keluar dari kamar menuju kamar mandi.
  Selesai dari kamar mandi aku masuk kembali ke kamar tidur untuk minta  handuk, tapi ternyata yang kulihat di dalam kamar, Tante Anna belum juga  berpakaian sementara handuk yang melekat di tubuhnya sudah tidak ada.  Aku pandangi terus tubuh tanpa busana itu, lalu aku mendekatinya dan  sempat kucium bahunya, namun dengan gerakan yang cepat sekali aku  didorongnya ke atas tempat tidur oleh tante Anna dan tanpa basa basi  lagi dikulumnya lagi penisku hingga basah oleh liurnya.
  Pagi ini ternyata aku sudah mulai on kembali oleh kuluman, hisapan, dan  belaian tante Anna pada penisku. Lalu aku dimintanya berdiri dan melumat  toketnya yang sudah agak mengeras pada putingnya yang berwarna agak  kemerahan. Kujilat, kuhisap kadang kuremas pada toket yang satunya.  Kembali aku didorong dan ditindihnya lalu.. Bless.. Slepp.. Ternyata  penisku sudah digiringnya masuk kembali ke liang kenikmatannya. Dengan  agresif dan penuh nafsu, digoyangkannya maju mundur pantat Tante Anna  hingga aku pun mengiringinya dari bawah, sambil kuremas-remas kedua  toketnya dengan kedua tanganku.
  "Ah.. Aah.. Ahh.. Ohh, Booby saya puaas ssekalii. Bob, saya mau.. Keeluaar.. Ahhohh.."
  Lalu Tante Anna mencabut penisku dari memeknya dan membersihkannya  dengan kain di sekitar, kemudian aku dengan ganasnya memasukkan kembali  senjataku lalu kugoyang-goyangkan lalu kutekan kembali hingga Tante Anna  menjerit kecil..
  "Aahh.. Oohh, Bobb.. Mentok nih? Terus bob tekan punya kamu, oh Bob!"
  Lama sekali aku memainkan Tante Anna, kemudian aku mencoba kembali  dengan posisi Doggy Style. Tante Anna sambil membungkukkan badannya di  atas kasur kucoba untuk memasukkan penisku dan Blees.. Slepp..
  "Ahh, Bobb.. Terus Bob, Masukin sampai dalam, oh Bobb.. Yang kasar Bob"
  Lalu dengan cepat aku memaju mundurkan pantatku hingga aku sudah tidak  tahan lagi. Dan kemudian aku sudah sampai pada dimana kenikmatan itu  terasa sampai ujung rambut. Dan cairan yang kukeluarkan tidak kubuang  keluar.
  Setelah selesai, aku mulai merasa letih dan sangat lapar. Aku mencoba  beristirahat sebentar, kutatap langit-langit yang ada di kamar itu.  Kuatur nafasku perlahan dan kupeluk kembali Tante Anna, kuusap-usap  toketnya lalu aku mencoba menghisap-hisap pelan hingga sampai  kumain-mainkan dengan tanganku.
  "Bob, udah ah, nanti lagi".
  Lalu aku lepaskan tanganku dan aku langsung bangun menuju kamar mandi.  Pukul 07.15 aku sudah rapi, lalu aku minta izin untuk pulang. Setelah  itu aku mulai dengan pekerjaanku di rumah. Di dalam rumah aku sempat  berfikir tentang apa yang telah terjadi semalam dengan Tante Anna.
  Malam pun tiba, aku seperti biasa ada di rumah sambil menyaksikan  tontonan TV. Tiba-tiba pintu samping ada yang mengetuk dan kubuka,  ternyata Tante Anna membawa makanan buatku. Dengan senyumnya aku  ditawari makan lalu aku diciumnya, namun tangan tante Anna kembali  menggerayangi penisku. Aku terangsang tapi niatku untuk bersetubuh lagi  dengannya tertunda karena aku ada janji dengan teman.          Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Bonus Mengintip               Apr 10th 2013, 06:25                                               
 
      Aku Andy. Beberapa waktu lalu aku pernah bercerita tentang nenek  Elsa yang cantik (istri dari adik kakekku). Setelah membuat affair  dengan nenekku, aku juga merasakan kenikmatan adik dan sepupu nenek.  Salah satunya dengan Tante Wine, usianya 38 tahun. Sekarang aku mau  berbagi cerita nyata tentang affairku dengan Tante Wine ini.
  *****
  Sejak tinggal dirumah nenek, aku bener-bener dimanja soal sex, juga soal  duit. Sampai suatu ketika rumah nenek kedatangan tamu dari Manado,  namanya Tante Wine. Menurut nenek Tante Wine ini tinggalnya di desa jadi  agak kolot gitu. Tapi pas pertama dikenalkan, aku tidak melihat wajah  desa dari Tante Wine. Raut muka yang cantik (nggak berbeda jauh dengan  nenek Elsa) dengan postur yang semampai lagipula putih bersih membuat  orang tidak mengira kalau Tante Wine adalah wanita desa. Satu-satunya  yang bisa meyakinkan kalau Tante Wine orang desa adalah logat bahasanya  yang bener-bener medok.
  Akupun langsung akrab dengan Tante Wine karena orangnya lucu dan suka  humor. Bahkan aku sering ngeledek karena dialeknya yang ngampung itu.  Wajahnya keliatan agak Indo dengan tinggi kutaksir 162 cm. Pinggangnya  langsing, lebih langsing dari nenek Elsa, dan yang bikin pikiran kacau  adalah buah dadanya yang lumayan gede. Aku nggak tau persis ukurannya  tapi cukup besar untuk menyembul dari balik daster.
  Pikiran kotorku mulai bermain dan mengira-ngira. Apakah Tante Wine haus  sex seperti kakaknya? Kalau kakaknya mau kenapa adiknya nggak dicoba?  Akan merupakan sebuah pengalaman sex yang seru kalo aku bisa  menidurinya. Pikiran-pikiran seperti itu berkecamuk dibenak kotorku.  Apalagi dengan bisanya aku tidur dengan nenekku, (dan banyak wanita STW)  rasanya semua wanita yang umurnya diatas 35 kuanggap akan lebih mudah  ditiduri, hanya dengan sedikit pujian dan rayuan.
  Dirumah, nenek Elsa sudah beberapa kali wanti-wanti padaku jangan sampe  aku perlakukan Tante Wine sama sepertinya, rupanya Elsa cemburu karena  ngeliat kemingkinan itu ada. Sampai suatu ketika nenek sedang pergi  dengan kakek ke Surabaya selama dua hari. Sehari sebelum berangkat aku  sempat melampiaskan nafsuku bersama Elsa di sebuah motel deket rumah,  biar aman. Disana sekali lagi nenek Elsa wanti-wanti. Aku mengiyakan,  aku bersusaha meyakinkan.
  Setelah nenek dan kakek berangkat aku mulai menyusun rencana. Dirumah  tinggal aku, Tante Wine dan seorang pembantu. Hari pertama niatku belom  berhasil. Bebeapa kali aku menggoda Tante Wine dengan cerita-cerita  menjuurus porno tapi Tante nggak bergeming. Saking nggak tahan nafsu  ingin menyetubuhi Tante Wine, malamnya aku coba mengintip saat dia  mandi. Dibelakang kamar mandi aku meletakkan kursi dan berencana  mengintip dari lubang ventilasi.
  Hari mulai malam ketika Tante Wine masuk kamar mandi, aku memutar  kebelakang dan mulai melihat aktifitas seorang wanita cantik didalam  kamar mandi. Perlahan kulihat Tante Wine menanggalkan daster merah  jambunya dan menggantungkan di gantungan. Ups! Ternyata Tante Wine tidak  memakai apa-apa lagi dibalik daster tadi. Putih mulus yang  kuidam0idamkan kini terhampar jelas dibalik lubang fentilasi. Pertama  Tante Wine membasuk wajahnya. Sejenak dia bengong dan tiba-tiba  tangannya mengelus-elus lehernya, lama. Perlahan tangan itu mulai  merambah buah dadanya yang besar. Aku berdebar, lututku gemetaran  melihat adegan sensual didalam kamar mandi. Jemari Tante Wine menjeljah  setiap jengkal tubuhnya yang indah dan berhenti diselangkangannya. Badan  Tante Wine bergetar dan dengan mata mengatup dia sedikit mengerang ohh!  Dan tubuhnya kelihatan melemas. Dia orgasme. Begitu cepatkah? Karena  Mr. Happy-ku juga sudah menggeliat-geliat, aku menuntaskan nafsuku  dibelakang kamar mandi dengan mata masih memandang ke dalam. Nggak sadar  aku juga mengerang dan spermaku terbang jauh melayang.
  Dalam beberapa detik aku memejamkan mata menahan sensasi kenikmatan.  Ketika kubuka mata, wajah cantik Tante Wine sedang mendongak menatapku.  Wah ketahuan nih. Belum sempat aku bereaksi ingin kabur, dari dalam  kamar mandi Tante Wine memanggilku lirih. "Andy, nggak baik mengintip," kata tante Wine. "Ma ma maafin," jawabku gagap. "Nggak apa-apa, dari pada disitu mendingan..," kata Tante Wine lagi  sambil tangannya melambai dan menunjuk arah ke dalam kamar mandi. Aku paham maksudnya, dia memintaku masuk kedalam. Tanpa hitungan ketiga  aku langsung loncat dan berlari memutar kedalam rumah dan sekejab aku  sudah stand by di depan pintu kamar mandi. Smataku sedikit melongok  sekeliling takut ketahuan pembantu. Hampir bersamaan pintu kamar mandi  terbuka dan aku bergegas masuk. Kulihat Tante Wine melilitkan handuk  ditubuhnya. Tapi karena handuknya agak kecil maka paha mulusnya jelas  terlihat, putih dan sangat menggairahkan.
  "Kamu pake ngitip aku segala," ujar Tante Wine. "Aku kan nggak enak kalo mau ngomong langsung, bisa-bisa aku di tampar, hahaha," balasku. Tante Wine memandangku tajam dan dia kemudian menerkam mulutku. Dengan  busanya dia mencumbuku. Bibir, leher, tengkuk dan dadaku nggak lepas  dari sapuan lidah dan bibirnya. Melihat aksi ini nggak ada rasa kalo  Tante Wine tuh orang desa. Ternyata keahlian nge-sex itu tak memandang  desa atau kota ya.
  Sekali sentak kutarik handuknya dan wow! Pemandangan indah yang tadi  masih jauh dari jangkauan kini bener-bener dekat, bahkat menempel  ditubuhku. Dalam posisi masih berdiri kemudian Tante Wine membungkuk dan  melahap Mr. happy yang sudah tegak kembali. Lama aku dihisapnya, nikat  sekali rasanya. Tante Wine lebih rakus dari nenek Elsa. Atau mungkin  disinilah letak 'kampungan'nya, liar dan buas. Bebrapa detik kemudian  setelah puas mengisapku, tante Wine mengambil duduk dibibir bak mandi  dan menarik wajahku. Kutau maksudnya. Segera kusibakkan rambut indah  diselangkangannya dan bibir merah labia mayora menantangku untuk  dijilat. Jilatanku kemudian membuat Tante Wine menggelepar. Erangan demi  erangan keluar dari mulut Tante Wine.
  "Andi kamu hebat, pantesan si Elsa puas selalu," cerocos Tante Wine. "Emangnya Tante Wine tau?" jawabku disela aktifitas menjilat. "Ya nenekmu itu cerita. Dan sebelum ke Surabaya dia wanti-wanti jangan menggodaku, dia cemburu tuh," balas Tante Wine. Ups, rupanya rahasiaku sudah terbongkar. Kuangkat wajahku, lidahku menjalar menyapu setiap jengkal kulit putih mulus Tante Wine. "Sedari awal aku sudah tau kamu mengintip, tapi kubiarkan saja, bahkan  kusengaja aja tadi pura-pura orgasme untuk memancingmu, padahal sih aku  belum keluar tadi, heheh kamu tertipu ya, tapi Ndy, sekarang masukin  yuk, aku bener-bener nggak tahan mau keluar," kata Tante Wine lagi. Aku sedikit malu juga ketahuan mengintip tadi.
  Masih dalam posisi jongkok di bibir bak mandi, kuarahkan Mr. happy ke  vaginanya. Tante Wine mengerang dan merem melek setiap kuenjot dengan  batang kemaluanku yang sudah besar dan memerah. Lama kami bertarung  dalam posisi ini, sesekali dia menarik tubuhku biar lebih dalam. Setelah  puas dengan sensasi ini kami coba ganti posisi. Kali ini dalam posisi  dua-duanya berdiri, kaki kanannya diangkat dan diletakkan diatas toilet.  Agak sedikit menyamping kuarahkan Mr. Happy ke vaginanya. Dengan posisi  ini kerasa banget gigitan vaginanya ketiga kuenjot keluar masuk. Kami  berpelukan dan berciuman sementara Mr. Happy masih tetep aktif keluar  masuk.
  Puas dengan gaya itu kami coba mengganti posisi. Kali ini doggie style.  Sambil membungkuk, tante Wine menopangkan tangan di bak mandi dan dari  belakangnya kumasukkan kemaluanku. Uhh terasa nikmatnya karena batang  Mr. Happy seakan dijepit dengan daging yang kenyal. Kutepuk tepuk  pantatnya yang mulus dan berisi. Tante Wine mendesis-desis seperti  kepedesan. Lama kami mengeksplorasi gaya ini.
  Dalam beberapa menit kemudian Tante Wine memintaku untuk tiduran di  lantai kamar mandi. Walaupun agak enggan, kulakuin juga maunya, tapi aku  tidak bener-bener tiduran karena punggungku kusenderkan didinding  sementara kakiku selonjoran. Dan dalam posisi begitu aku disergapnya  dengan kaki mengangkangi tubuhku. Dan perlahan tangan kanannya memegang  Mr. Happy, sedikit dikocoknya dan diarahkan ke vagina yang sudah  membengkak. Sedetik kemudian dia sudah naik turun diatas tubuhku.  Rupanya Tante Wine sangat menikmati posisi ini. Buktinya matanya  terpejam dan desisannya menguat.
  Lama kubiarkan dia menikmati gaya ini. Sesekali kucium bibirnya dan  kumainkan pentil buah dadanya. Dia mengerang nikmat. Dan sejenak  tiba-tiba raut mukanya berubah rona. Dia meringis, mengerang dan berteriak. "Ndy, aku mau nyampe nih, oh, oh, oh, ah, ah nikmatnya," erangnya. Tangannya meraih tubuhku dan aku dipeluknya erat. Tubuhnya menggeliat-geliat panas sekali. "Ohh," ditingkah erangan itu, kemudian tubuhnya melemah dipangkuanku.
  Dalam hatiku curang juga nih Tante, masak aku dibiarkan tidak tuntas.  Masih dalam posisi lemas, tubuhnya kutelentangkan di lantai kamar mandi  tanpa mencabut mr happy dari vaginanya. Dan perlahan mulai kuenjot lagi.  Dia mengerang lagi mendapatkan sensasi susulan. Uh tante Wine memang  dahsyat, baru sebentar lunglai sekarang sudah galak lagi. Pinggulnya  sudah bisa mengikuti alur irama goyanganku. Lama kami menikmati alunan  irama seperti itu, kini giliranku mau sampai. "Tante aku mau keluarin ya", kataku menahan gejolak, bergetar suaraku. "Sama-sama ya Ndy, aku mau lagi nih, ayo, yok keluarin, yok, ahh". Dibalik erangannya, akupun melolong seperti megap-megap. Sejurus  kemudian kami sudah berpelukan lemas dilantai kamar mandi. Persetan  dengan lantai ini, bersih atau nggak, emangnya gue pikirin. Kayaknya aku  tertidur sejenak dan ketika sadar aku segera mengangkat tubuh Tante  Wine dan kamipun mandi bersama.
  Selesai mandi, kami bingung gimana harus keluar dari kamar mandi. Takut  Bi Ijah tau. Kubiarkan Tante Wine yang keluar duluan, setelah aman aku  menyusul kemudian. Namun bukannya kami kekamar masing-masing, Tante Wine  langsung menysul ke kamarku setelah mengenakan daster. Aku yang masih  telanjang di kamarku langsung disergapnya lagi. Dan kami melanjutkan  babak babak berikutnya. Malam itu kami habiskan dengan penuh nafsu  membara. Kuhitung ada sekitar 7 kali kami keluar bersama. Aku sendiri  heran kenapa aku bisa orgasme sebanyak itu. Walaupun di ronde-ronde  terakhir spermaku sudah tidak keluar lagi, tapi rasa puas karena multi  orgasme tetap jadi sensasi.
  Selama 2 hari nenek Elsa di Surabaya, aku habiskan segala kemampuan  sexualku dengan Tante Wine. Sejak kejadian itu masih ada sebulan tante  Wine tinggal dirumah nenek Elsa. Selama itu pula aku kucing-kucingan  bermain cinta. Aku harus melayani nenek Elsa dan juga bermain cinta  dengan Tante Wine. Semua pengalaman itu nyata kualami. Aku nggak merasa  capek harus melayani dua wanita STW yang dua-duanya punya nafsu tinggi  karena aku juga menikmatinya.     Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita sex - Warung Langganan               Apr 10th 2013, 06:23                                                Namaku Otong (bukan nama sebenarnya), aku bekerja di sebuah  perusahaan cukup terkenal di Jawa Barat, di sebuah kota yang sejuk, dan  saya tinggal (kost) di daerah perkampungan yang dekat dengan kantor. Di  daerah tersebut terkenal dengan gadis-gadisnya yang cantik & manis.  Aku dan teman-teman kost setiap pulang kantor selalu menyempatkan diri  untuk menggoda cewek-cewek yang sering lewat di depan kost. Di sebelah  kostku ada sebuah warung kecil tapi lengkap, lengkap dalam artian untuk  kebutuhan sehari-hari, dari mulai sabun, sandal, gula, lombok, roti,  permen, dsb itu ada semua. Aku sudah langganan dengan warung sebelah.  Kadang kalau sedang tidak membawa uang atau saat belanja uangnya kurang  aku sudah tidak sungkan-sungkan untuk hutang. Warung itu milik Ibu Ita  (tapi aku memanggilnya Tante Ita), seorang janda cerai beranak satu yang  tahun ini baru masuk TK nol kecil. Warung Tante Ita buka pagi-pagi  sekitar jam lima, terus tutupnya juga sekitar jam sembilan malam. Warung  itu ditungguin oleh Tante Ita sendiri dan keponakannya yang SMA, Krisna  namanya.
 
  Seperti biasanya, sepulang kantor aku mandi, pakai sarung terus sudah  stand by di depan TV, sambil ngobrol bersama teman-teman kost. Aku bawa  segelas kopi hangat, plus singkong goreng, tapi rasanya ada yang  kurang.., apa ya..?, Oh ya rokok, tapi setelah aku lihat jam dinding  sudah menunjukkan jam 9 kurang 10 menit (malam), aku jadi ragu, apa  warung Tante Ita masih buka ya..?, Ah.., aku coba saja kali-kali saja  masih buka. Oh, ternyata warung Tante Ita belum tutup, tapi kok sepi..,  "Mana yang jualan", batinku.
 
  "Tante.., Tante.., Dik Krisna.., Dik Krisna", lho kok kosong, warung ditinggal sepi seperti ini, kali saja lupa nutup warung.
 
  Ah kucoba panggil sekali lagi, "Permisi.., Tante Ita?".
 
  "Oh ya.., tungguu", Ada suara dari dalam. Wah jadi deh beli rokok akhirnya.
 
  Yang keluar ternyata Tante Ita, hanya menggunakan handuk yang dililitkan  di dada, jalan tergesa-gesa ke warung sambil mengucek-ngucek rambutnya  yang kelihatannya baru selesai mandi juga habis keramas.
 
  "Oh.., maaf Tante, Saya mau mengganggu nich.., Saya mo beli rokok gudang garam inter, lho Dik Krisna mana?
 
  "O.., Krisna sedang dibawa ama kakeknya.., katanya kangen ama cucu..,  maaf ya Mas Otong Tante pake' pakaian kayak gini.. baru habis mandi  sich".
 
  "Tidak apa-apa kok Tante, sekilas mataku melihat badan yang lain yang  tidak terbungkus handuk.., putih mulus, seperti masih gadis-gadis, baru  kali ini aku lihat sebagian besar tubuh Tante Ita, soalnya biasanya  Tante Ita selalu pakai baju kebaya. Dan lagi aku baru sadar dengan hanya  handuk yang dililitkan di atas dadanya berarti Tante Ita tidak memakai  BH. Pikiran kotorku mulai kumat.
  Malam gini kok belum tutup Tante..?
 
  "Iya Mas Otong, ini juga Tante mau tutup, tapi mo pake' pakaian dulu?
 
  "Oh biar Saya bantu ya Tante, sementara Tante berpakaian", kataku.  Masuklah aku ke dalam warung, lalu menutup warung dengan rangkaian  papan-papan.
 
  "Wah ngerepoti Mas Otong kata Tante Ita.., sini biar Tante ikut bantu  juga". Warung sudah tertutup, kini aku pulang lewat belakang saja.
 
  "Trimakasih lho Mas Otong..?".
 
  "Sama-sama.."kataku.
 
  "Tante saya lewat belakang saja".
  Saat aku dan Tante Ita berpapasan di jalan antara rak-rak dagangan,  badanku menubruk tante, tanpa diduga handuk penutup yang ujung handuk  dilepit di dadanya terlepas, dan Tante Ita terlihat hanya mengenakan  celana dalam merah muda saja. Tante Ita menjerit sambil secara reflek  memelukku.
 
  "Mas Otong.., tolong ambil handuk yang jatuh terus lilitkan di badan  Tante", kata tante dengan muka merah padam. Aku jongkok mengambil handuk  tante yang jatuh, saat tanganku mengambil handuk, kini di depanku  persis ada pemandangan yang sangat indah, celana dalam merah muda,  dengan background hitam rambut-rambut halus di sekitar vaginanya yang  tercium harum. Kemudian aku cepat-cepat berdiri sambil membalut tubuh  tante dengan handuk yang jatuh tadi. Tapi ketika aku mau melilitkan  handuk tanpa kusadari burungku yang sudah bangun sejak tadi menyentuh  tante.
 
  "Mas Otong.., burungnya bangun ya..?".
 
  "Iya Tante.., ah jadi malu Saya.., habis Saya lihat Tante seperti ini mana harum lagi, jadi nafsu Saya Tante..".
 
  "Ah tidak apa-apa kok Mas Otong itu wajar..".
 
  "Eh ngomong-ngomong Mas Otong kapan mo nikah..?".
 
  "Ah belum terpikir Tante..".
 
  "Yah.., kalau mo' nikah harus siap lahir batin lho.., jangan kaya'  mantan suami Tante.., tidak bertanggung jawab kepada keluarga.., nah  akibatnya sekarang Tante harus bersetatus janda. Gini tidak enaknya jadi  janda, malu.., tapi ada yang lebih menyiksa Mas Otong.. kebutuhan  batin..".
 
  "Oh ya Tante.., terus gimana caranya Tante memenuhi kebutuhan itu..", tanyaku usil.
 
  "Yah.., Tante tahan-tahan saja..".
 
  Kasihan.., batinku.., andaikan.., andaikan.., aku diijinkan biar  memenuhi kebutuhan batin Tante Ita.., ough.., pikiranku tambah usil.
  Waktu itu bentuk sarungku sudah berubah, agak kembung, rupanya tante juga memperhatikan.
 
  "Mas Otong burungnya masih bangun ya..?".
 
  Aku cuma megangguk saja, terus sangat di luar dugaanku, tiba-tiba Tante Ita meraba burungku.
 
  "Wow besar juga burungmu, Mas Otong.., burungnya sudah pernah ketemu sarangnya belom..?".
 
  "Belum..!!", jawabku bohong sambil terus diraba turun naik, aku mulai  merasakan kenikmatan yang sudah lama tidak pernah kurasakan.
 
  "Mas.., boleh dong Tante ngeliatin burungmu bentarr saja..?", belum  sempat aku menjawab, Tante Ita sudah menarik sarungku, praktis tinggal  celana dalamku yang tertinggal plus kaos oblong.
 
  "Oh.., sampe' keluar gini Mas..?".
 
  "Iya emang kalau burungku lagi bangun panjangnya suka melewati celana  dalam, Aku sendiri tidak tahu persis berapa panjang burungku..?", kataku  sambil terus menikmati kocokan tangan Tante Ita.
 
  "Wah.., Tante yakin, yang nanti jadi istri Mas Otong pasti bakal seneng  dapet suami kaya Mas Otong..", kata tante sambil terus mengocok  burungku. Oughh.., nikmat sekali dikocok tante dengan tangannya yang  halus kecil putih itu. Aku tanpa sadar terus mendesah nikmat, tanpa aku  tahu, Tante Ita sudah melepaskan lagi handuk yang kulilitkan tadi, itu  aku tahu karena burungku ternyata sudah digosok-gosokan diantara buah  dadanya yang tidak terlalu besar itu.
 
  "Ough.., Tante.., nikmat Tante.., ough..", desahku sambil bersandar  memegangi dinding rak dagangan, kali ini tante memasukkan burungku ke  bibirnya yang kecil, dengan buasnya dia keluar-masukkan burungku di  mulutnya sambil sekali-kali menyedot.., ough.., seperti terbang rasanya.  Kadang-kadang juga dia sedot habis buah salak yang dua itu.., ough..,  sesshh.
  Aku kaget, tiba-tiba tante menghentikan kegiatannya, dia pegangi  burungku sambil berjalan ke meja dagangan yang agak ke sudut, Tante Ita  naik sambil nungging di atas meja membelakangiku, sebongkah pantat  terpampang jelas di depanku kini.
 
  "Mas Otong.., berbuatlah sesukamu.., cepet Mas.., cepet..!".
  Tanpa basa-basi lagi aku tarik celana dalamnya selutut.., woow..,  pemandangan begini indah, vagina dengan bulu halus yang tidak terlalu  banyak. Aku jadi tidak percaya kalau Tante Ita sudah punya anak, aku  langsung saja mejilat vaginanya, harum, dan ada lendir asin yang begitu  banyak keluar dari vaginanya. Aku lahap rakus vagina tante, aku mainkan  lidahku di clitorisnya, sesekali aku masukkan lidahku ke lubang  vaginanya.
 
  "Ough Mas.., ough..", desah tante sambil memegangi susunya sendiri.
 
  "Terus Mas.., Maas..", aku semakin keranjingan, terlebih lagi waktu aku  masukkan lidahku ke dalam vaginanya, ada rasa hangat dan denyut-denyut  kecil semakin membuatku gila.
  Kemudian Tante Ita membalikkan badannya telentang di atas meja dengan kedua paha ditekuk ke atas.
 
  "Ayo Mas Otong.., Tante sudah tidak tahan.., mana burungmu Mas..  burungmu sudah pengin ke sarangnya.., wowww.., Mas Otong.., burung Mas  Otong kalau bangun dongak ke atas ya..?". Aku hampir tidak dengar  komentar Tante Ita soal burungku, aku melihat pemandangan demikian  menantang, vagina dengan sedikit rambut lembut, dibasahi cairan harum  asin demikian terlihat mengkilat, aku langsung tancapkan burungku  dibibir vaginanya.
 
  "Aughh..", teriak tante.
 
  "Kenapa Tante..?", tanyaku kaget.
 
  "Udahlah Mas.., teruskan.., teruskan..", aku masukkan kepala burungku di vaginanya, sempit sekali.
 
  "Tante.., sempit sekali Tante.?".
 
  "Tidak apa-apa Mas.., terus saja.., soalnya sudah lama sich Tante tidak ginian.., ntar juga nikmat..".
 
  Yah.., aku paksakan sedikit demi sedikit.., baru setengah dari burungku  amblas.., Tante Ita sudah seperti cacing kepanasan gelepar ke sana ke  mari.
 
  "Augh.., Mas.., ouh.., Mas.., nikmat Mas.., terus Mas.., oughh..".
 
  Begitu juga aku.., walaupun burungku masuk ke vaginanya cuma setengah,  tapi sedotannya oughh luar biasa.., nikmat sekali. Semakin lama  gerakanku semakin cepat. Kali ini burungku sudah amblas dimakan vagina  Tante Ita. Keringat mulai membasahi badanku dan badan Tante Ita.  Tiba-tiba tante terduduk sambil memelukku, mencakarku.
 
  "Oughh Mas.., ough.., luar biasa.., oughh.., Mas Otong..", katanya sambil merem-melek.
 
  "Kayaknya ini yang namanya orgasme.., ough..", burungku tetap di vagina Tante Ita.
 
  "Mas Otong sudah mau keluar ya..?". Aku menggeleng. Kemudian Tante Ita  telentang kembali, aku seperti kesetanan menggerakkan badaku maju  mundur, aku melirik susunya yang bergelantungan karena gerakanku, aku  menunduk dan kucium putingnya yang coklat kemerahan. Tante Ita semakin  mendesah, "Ough.., Mas..", tiba-tiba Tante Ita memelukku sedikit agak  mencakar punggungku.
 
  "Oughh Mas.., aku keluar lagi..", kemudian dari kewanitaannya aku  rasakan semakin licin dan semakin besar, tapi denyutannya semakin  terasa, aku dibuat terbang rasanya. Ach rasanya aku sudah mau keluar,  sambil terus goyang kutanya Tante Ita.
 
  "Tante.., Aku keluarin dimana Tante..?, di dalam boleh nggak..?".
 
  "Terrsseerraah..", desah Tante Ita. Ough.., aku percepat gerakanku,  burungku berdenyut keras, ada sesuatu yang akan dimuntahkan oleh  burungku. Akhirnya semua terasa enteng, badanku serasa terbang, ada  kenikmatan yang sangat luar biasa. Akhirnya spermaku aku muntahkan dalam  vagina Tante Ita, masih aku gerakkan badanku rupanya kali ini Tante Ita  orgasme kembali, dia gigit dadaku.
 
  "Mas Otong.., Mas Otong.., hebat Kamu Mas".
  Aku kembali kenakan celana dalam serta sarungku. Tante Ita masih tetap telanjang telentang di atas meja.
 
  "Mas Otong.., kalau mau beli rokok lagi yah.., jam-jam begini saja ya..,  nah kalau sudah tutup digedor saja.., tidak apa-apa.., malah kalau  tidak digedor Tante jadi marah..", kata tante menggodaku sambil  memainkan puting dan clitorisnya yang masih nampak bengkak.
 
  "Tante ingin Mas Otong sering bantuin Tante tutup warung", kata tante  sambil tersenyum genit. Lalu aku pulang.., baru terasa lemas sakali  badanku, tapi itu tidak berarti sama sekali dibandingkan kenikmatan yang  baru kudapat. Keesokan harinya ketika aku hendak berangkat ke kantor,  saat di depan warung Tante Ita, aku di panggil tante.
 
  "Rokoknya sudah habis ya.., ntar malem beli lagi ya..?", katanya penuh  pengharapan, padahal pembeli sedang banyak-banyaknya, tapi mereka tidak  tahu apa maksud perkataan Tante Ita tadi, akupun pergi ke kantor dengan  sejuta ingatan kejadian kemarin malam.     Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Wanita Berkeringat               Apr 10th 2013, 06:22                                               
 
 Jakarta yang panas membuatku kegerahan di atas angkot. Kantorku  tidak lama lagi kelihatan di kelokan depan, kurang lebih 100 meter lagi.  Tetapi aku masih betah di atas mobil ini. Angin menerobos dari jendela.  Masih ada waktu bebas dua jam. Kerjaan hari ini sudah kugarap semalam.  Daripada suntuk diam di rumah, tadi malam aku menyelesaikan kerjaan yang  masih menumpuk. Kerjaan yang menumpuk sama merangsangnya dengan seorang  wanita dewasa yang keringatan di lehernya, yang aroma tubuhnya tercium.  Aroma asli seorang wanita. Baunya memang agak lain, tetapi mampu  membuat seorang bujang menerawang hingga jauh ke alam yang belum pernah  ia rasakan.
  "Dik.., jangan dibuka lebar. Saya bisa masuk angin." kata seorang wanita setengah baya di depanku pelan.
 
  Aku tersentak. Masih melongo.
 
  "Itu jendelanya dirapetin dikit..," katanya lagi.
 
  "Ini..?" kataku.
 
  "Ya itu."
 
  Ya ampun, aku membayangkan suara itu berbisik di telingaku di atas  ranjang yang putih. Keringatnya meleleh seperti yang kulihat sekarang.  Napasnya tersengal. Seperti kulihat ketika ia baru naik tadi, setelah  mengejar angkot ini sekadar untuk dapat secuil tempat duduk.
  "Terima kasih," ujarnya ringan.
 
  Aku sebetulnya ingin ada sesuatu yang bisa diomongkan lagi, sehingga  tidak perlu curi-curi pandang melirik lehernya, dadanya yang terbuka  cukup lebar sehingga terlihat garis bukitnya.
  "Saya juga tidak suka angin kencang-kencang. Tapi saya gerah." meloncat begitu saja kata-kata itu.
 
  Aku belum pernah berani bicara begini, di angkot dengan seorang wanita,  separuh baya lagi. Kalau kini aku berani pasti karena dadanya terbuka,  pasti karena peluhnya yang membasahi leher, pasti karena aku terlalu  terbuai lamunan. Ia malah melengos. Sial. Lalu asyik membuka tabloid.  Sial. Aku tidak dapat lagi memandanginya.
  Kantorku sudah terlewat. Aku masih di atas angkot. Perempuan paruh baya  itu pun masih duduk di depanku. Masih menutupi diri dengan tabloid.  Tidak lama wanita itu mengetuk langit-langit mobil. Sopir menepikan  kendaraan persis di depan sebuah salon. Aku perhatikan ia sejak bangkit  hingga turun. Mobil bergerak pelan, aku masih melihat ke arahnya, untuk  memastikan ke mana arah wanita yang berkeringat di lehernya itu. Ia  tersenyum. Menantang dengan mata genit sambil mendekati pintu salon. Ia  kerja di sana? Atau mau gunting? Creambath? Atau apalah? Matanya  dikerlingkan, bersamaan masuknya mobil lain di belakang angkot. Sial.  Dadaku tiba-tiba berdegup-degup.
  "Bang, Bang kiri Bang..!"
 
  Semua penumpang menoleh ke arahku. Apakah suaraku mengganggu ketenangan mereka?
 
  "Pelan-pelan suaranya kan bisa Dek," sang supir menggerutu sambil memberikan kembalian.
 
  Aku membalik arah lalu berjalan cepat, penuh semangat. Satu dua, satu  dua. Yes.., akhirnya. Namun, tiba-tiba keberanianku hilang. Apa katanya  nanti? Apa yang aku harus bilang, lho tadi kedip-kedipin mata, maksudnya  apa? Mendadak jari tanganku dingin semua. Wajahku merah padam. Lho,  salon kan tempat umum. Semua orang bebas masuk asal punya uang. Bodoh  amat. Come on lets go! Langkahku semangat lagi. Pintu salon kubuka.
  "Selamat siang Mas," kata seorang penjaga salon, "Potong, creambath, facial atau massage (pijit)..?"
 
  "Massage, boleh." ujarku sekenanya.
 
  Aku dibimbing ke sebuah ruangan. Ada sekat-sekat, tidak tertutup  sepenuhnya. Tetapi sejak tadi aku tidak melihat wanita yang lehernya  berkeringat yang tadi mengerlingkan mata ke arahku. Ke mana ia? Atau  jangan-jangan ia tidak masuk ke salon ini, hanya pura-pura masuk. Ah.  Shit! Aku tertipu. Tapi tidak apa-apa toh tipuan ini membimbingku ke  'alam' lain.
  Dulu aku paling anti masuk salon. Kalau potong rambut ya masuk ke tukang  pangkas di pasar. Ah.., wanita yang lehernya berkeringat itu begitu  besar mengubah keberanianku.
 
  "Buka bajunya, celananya juga," ujar wanita tadi manja menggoda, "Nih pake celana ini..!"
 
  Aku disodorkan celana pantai tapi lebih pendek lagi. Bahannya tipis,  tapi baunya harum. Garis setrikaannya masih terlihat. Aku menurut saja.  Membuka celanaku dan bajuku lalu gantung di kapstok. Ada dipan kecil  panjangnya dua meter, lebarnya hanya muat tubuhku dan lebih sedikit.  Wanita muda itu sudah keluar sejak melempar celana pijit. Aku tiduran  sambil baca majalah yang tergeletak di rak samping tempat tidur kecil  itu. Sekenanya saja kubuka halaman majalah.
  "Tunggu ya..!" ujar wanita tadi dari jauh, lalu pergi ke balik ruangan ke meja depan ketika ia menerima kedatanganku.
 
  "Mbak Wien.., udah ada pasien tuh," ujarnya dari ruang sebelah. Aku jelas mendengarnya dari sini.
 
  Kembali ruangan sepi. Hanya suara kebetan majalah yang kubuka cepat yang  terdengar selebihnya musik lembut yang mengalun dari speaker yang  ditanam di langit-langit ruangan.
  Langkah sepatu hak tinggi terdengar, pletak-pletok-pletok. Makin lama  makin jelas. Dadaku mulai berdegup lagi. Wajahku mulai panas. Jari  tangan mulai dingin. Aku makin membenamkan wajah di atas tulisan  majalah.
 
  "Halo..!" suara itu mengagetkanku. Hah..? Suara itu lagi. Suara yang  kukenal, itu kan suara yang meminta aku menutup kaca angkot. Dadaku  berguncang. Haruskah kujawab sapaan itu? Oh.., aku hanya dapat menunduk,  melihat kakinya yang bergerak ke sana ke mari di ruangan sempit itu.  Betisnya mulus ditumbuhi bulu-bulu halus. Aku masih ingat sepatunya tadi  di angkot. Hitam. Aku tidak ingat motifnya, hanya ingat warnanya.
  "Mau dipijat atau mau baca," ujarnya ramah mengambil majalah dari hadapanku, "Ayo tengkurep..!"
 
  Tangannya mulai mengoleskan cream ke atas punggungku. Aku tersetrum.  Tangannya halus. Dingin. Aku kegelian menikmati tangannya yang menari di  atas kulit punggung. Lalu pijitan turun ke bawah. Ia menurunkan sedikit  tali kolor sehingga pinggulku tersentuh. Ia menekan-nekan agak kuat.  Aku meringis menahan sensasasi yang waow..! Kini ia pindah ke paha, agak  berani ia masuk sedikit ke selangkangan. Aku meringis merasai sentuhan  kulit jarinya. Tapi belum begitu lama ia pindah ke betis.
  "Balik badannya..!" pintanya.
 
  Aku membalikkan badanku. Lalu ia mengolesi dadaku dengan cream. Pijitan  turun ke perut. Aku tidak berani menatap wajahnya. Aku memandang ke arah  lain mengindari adu tatap. Ia tidak bercerita apa-apa. Aku pun segan  memulai cerita. Dipijat seperti ini lebih nikmat diam meresapi remasan,  sentuhan kulitnya. Bagiku itu sudah jauh lebih nikmat daripada  bercerita. Dari perut turun ke paha. Ah.., selangkanganku disentuh lagi,  diremas, lalu ia menjamah betisku, dan selesai.
  Ia berlalu ke ruangan sebelah setelah membereskan cream. Aku hanya  ditinggali handuk kecil hangat. Kuusap sisa cream. Dan kubuka celana  pantai. Astaga. Ada cairan putih di celana dalamku.
  Di kantor, aku masih terbayang-bayang wanita yang di lehernya ada  keringat. Masih terasa tangannya di punggung, dada, perut, paha. Aku  tidak tahan. Esoknya, dari rumah kuitung-itung waktu. Agar kejadian  kemarin terulang. Jam berapa aku berangkat. Jam berapa harus sampai di  Ciledug, jam berapa harus naik angkot yang penuh gelora itu. Ah sial.  Aku terlambat setengah jam. Padahal, wajah wanita setengah baya yang di  lehernya ada keringat sudah terbayang. Ini gara-gara ibuku menyuruh  pergi ke rumah Tante Wanti. Bayar arisan. Tidak apalah hari ini tidak  ketemu. Toh masih ada hari esok.
  Aku bergegas naik angkot yang melintas. Toh, si setengah baya itu pasti  sudah lebih dulu tiba di salonnya. Aku duduk di belakang, tempat  favorit. Jendela kubuka. Mobil melaju. Angin menerobos kencang hingga  seseorang yang membaca tabloid menutupi wajahnya terganggu.
 
  "Mas Tut.." hah..? suara itu lagi, suara wanita setengah baya yang kali  ini karena mendung tidak lagi ada keringat di lehernya. Ia tidak  melanjutkan kalimatnya.
 
  Aku tersenyum. Ia tidak membalas tapi lebih ramah. Tidak pasang wajah perangnya.
  "Kayak kemarinlah..," ujarnya sambil mengangkat tabloid menutupi wajahnya.
 
  Begitu kebetulankah ini? Keberuntungankah? Atau kesialan, karena ia  masih mengangkat tabloid menutupi wajah? Aku kira aku sudah terlambat  untuk bisa satu angkot dengannya. Atau jangan-jangan ia juga disuruh  ibunya bayar arisan. Aku menyesal mengutuk ibu ketika pergi. Paling  tidak ada untungnya juga ibu menyuruh bayar arisan.
  "Mbak Wien..," gumamku dalam hati.
 
  Perlu tidak ya kutegur? Lalu ngomong apa? Lha wong Mbak Wien menutupi  wajahnya begitu. Itu artinya ia tidak mau diganggu. Mbak Wien sudah  turun. Aku masih termangu. Turun tidak, turun tidak, aku hitung kancing.  Dari atas: Turun. Ke bawah: Tidak. Ke bawah lagi: Turun. Ke bawah lagi:  Tidak. Ke bawah lagi: Turun. Ke bawah lagi: Tidak. Ke bawah lagi: Hah  habis kancingku habis. Mengapa kancing baju cuma tujuh?
  Hah, aku ada ide: toh masih ada kancing di bagian lengan, kalau belum  cukup kancing Bapak-bapak di sebelahku juga bisa. Begini saja daripada  repot-repot. Anggap saja tiap-tiap baju sama dengan jumlah kancing  bajuku: Tujuh. Sekarang hitung penumpang angkot dan supir. Penumpang  lima lalu supir, jadi enam kali tujuh, 42 hore aku turun. Tapi eh..,  seorang penumpang pakai kaos oblong, mati aku. Ah masa bodo. Pokoknya  turun.
  "Kiri Bang..!"
 
  Aku lalu menuju salon. Alamak.., jauhnya. Aku lupa kelamaan menghitung  kancing. Ya tidak apa-apa, hitung-hitung olahraga. Hap. Hap.
  "Mau pijit lagi..?" ujar suara wanita muda yang kemarin menuntunku menuju ruang pijat.
 
  "Ya."
 
  Lalu aku menuju ruang yang kemarin. Sekarang sudah lebih lancar. Aku  tahu di mana ruangannya. Tidak perlu diantar. Wanita muda itu mengikuti  di belakang. Kemudian menyerahkan celana pantai.
  "Mbak Wien, pasien menunggu," katanya.
 
  Majalah lagi, ah tidak aku harus bicara padanya. Bicara apa? Ah apa  saja. Masak tidak ada yang bisa dibicarakan. Suara pletak-pletok  mendekat.
 
  "Ayo tengkurap..!" kata wanita setengah baya itu.
 
  Aku tengkurap. Ia memulai pijitan. Kali ini lebih bertenaga dan aku memang benar-benar pegal, sehingga terbuai pijitannya.
  "Telentang..!" katanya.
 
  Kuputuskan untuk berani menatap wajahnya. Paling tidak aku dapat melihat  leher yang basah keringat karena kepayahan memijat. Ia cukup lama  bermain-main di perut. Sesekali tangannya nakal menelusup ke bagian tepi  celana dalam. Tapi belum tersentuh kepala juniorku. Sekali. Kedua kali  ia memasukkan jari tangannya. Ia menyenggol kepala juniorku. Ia masih  dingin tanpa ekspresi. Lalu pindah ke pangkal paha. Ah mengapa begitu  cepat.
  Jarinya mengelus tiap mili pahaku. Si Junior sudah mengeras. Betul-betul  keras. Aku masih penasaran, ia seperti tanpa ekspresi. Tetapi eh..,  diam-diam ia mencuri pandang ke arah juniorku. Lama sekali ia memijati  pangkal pahaku. Seakan sengaja memainkan Si Junior. Ketika Si Junior  melemah ia seperti tahu bagaimana menghidupkannya, memijat tepat di  bagian pangkal paha. Lalu ia memijat lutut. Si Junior melemah. Lalu ia  kembali memijat pangkal pahaku. Ah sialan. Aku dipermainkan seperti anak  bayi.
  Selesai dipijat ia tidak meninggalkan aku. Tapi mengelap dengan handuk  hangat sisa-sisa cream pijit yang masih menempel di tubuhku. Aku duduk  di tepi dipan. Ia membersihkan punggungku dengan handuk hangat. Ketika  menjangkau pantatku ia agak mendekat. Bau tubuhnya tercium. Bau tubuh  wanita setengah baya yang yang meleleh oleh keringat. Aku pertegas bahwa  aku mengendus kuat-kuat aroma itu. Ia tersenyum ramah. Eh bisa juga  wanita setengah baya ini ramah kepadaku.
  Lalu ia membersihkan pahaku sebelah kiri, ke pangkal paha. Junior  berdenyut-denyut. Sengaja kuperlihatkan agar ia dapat melihatnya. Di  balik kain tipis, celana pantai ini ia sebetulnya bisa melihat arah  turun naik Si Junior. Kini pindah ke paha sebelah kanan. Ia tepat berada  di tengah-tengah. Aku tidak menjepit tubuhnya. Tapi kakiku saja yang  seperti memagari tubuhnya. Aku membayangkan dapat menjepitnya di sini.  Tetapi, bayangan itu terganggu. Terganggu wanita muda yang di ruang  sebelah yang kadang-kadang tanpa tujuan jelas bolak-balik ke ruang  pijat.
  Dari jarak yang begitu dekat ini, aku jelas melihat wajahnya. Tidak  terlalu ayu. Hidungnya tidak mancung tetapi juga tidak pesek. Bibirnya  sedang tidak terlalu sensual. Nafasnya tercium hidungku. Ah segar.  Payudara itu dari jarak yang cukup dekat jelas membayang. Cukuplah kalau  tanganku menyergapnya. Ia terus mengelap pahaku. Dari jarak yang dekat  ini hawa panas tubuhnya terasa. Tapi ia dingin sekali. Membuatku tidak  berani. Ciut. Si Junior tiba-tiba juga ikut-ikutan ciut. Tetapi, aku  harus berani. Toh ia sudah seperti pasrah berada di dekapan kakiku.
  Aku harus, harus, harus..! Apakah perlu menhitung kancing. Aku tidak  berpakaian kini. Lagi pula percuma, tadi saja di angkot aku kalah lawan  kancing. Aku harus memulai. Lihatlah, masak ia begitu berani tadi  menyentuh kepala Junior saat memijat perut. Ah, kini ia malah berlutut  seperti menunggu satu kata saja dariku. Ia berlutut mengelap paha bagian  belakang. Kaki kusandarkan di tembok yang membuat ia bebas berlama-lama  membersihkan bagian belakang pahaku. Mulutnya persis di depan Junior  hanya beberapa jari. Inilah kesempatan itu. Kesempatan tidak akan datang  dua kali. Ayo. Tunggu apa lagi. Ayo cepat ia hampir selesai  membersihkan belakang paha. Ayo..!
  Aku masih diam saja. Sampai ia selesai mengelap bagian belakang pahaku  dan berdiri. Ah bodoh. Benarkan kesempatan itu lewat. Ia sudah  membereskan peralatan pijat. Tapi sebelum berlalu masih sempat melihatku  sekilas. Betulkan, ia tidak akan datang begitu saja. Badannya berbalik  lalu melangkah. Pletak, pletok, sepatunya berbunyi memecah sunyi. Makin  lama suara sepatu itu seperti mengutukku bukan berbunyi pletak pelok  lagi, tapi bodoh, bodoh, bodoh sampai suara itu hilang.
  Aku hanya mendengus. Membuang napas. Sudahlah. Masih ada esok. Tetapi  tidak lama, suara pletak-pletok terdengar semakin nyaring. Dari iramanya  bukan sedang berjalan. Tetapi berlari. Bodoh, bodoh, bodoh. Eh..,  kesempatan, kesempatan, kesempatan. Aku masih mematung. Duduk di tepi  dipan. Kaki disandarkan di dinding. Ia tersenyum melihatku.
  "Maaf Mas, sapu tangan saya ketinggalan," katanya.
 
  Ia mencari-cari. Di mana? Aku masih mematung. Kulihat di bawahku ada kain, ya seperti saputangan.
 
  "Itu kali Mbak," kataku datar dan tanpa tekanan.
 
  Ia berjongkok persis di depanku, seperti ketika ia membersihkan paha  bagian bawah. Ini kesempatan kedua. Tidak akan hadir kesempatan ketiga.  Lihatlah ia tadi begitu teliti membenahi semua perlatannya. Apalagi yang  dapat tertinggal? Mungkin sapu tangan ini saja suatu kealpaan. Ya,  seseorang toh dapat saja lupa pada sesuatu, juga pada sapu tangan.  Karena itulah, tidak akan hadir kesempatan ketiga. Ayo..!
  "Mbak.., pahaku masih sakit nih..!" kataku memelas, ya sebagai alasan juga mengapa aku masih bertahan duduk di tepi dipan.
 
  Ia berjongkok mengambil sapu tangan. Lalu memegang pahaku, "Yang mana..?"
 
  Yes..! Aku berhasil. "Ini..," kutunjuk pangkal pahaku.
 
  "Besok saja Sayang..!" ujarnya.
 
  Ia hanya mengelus tanpa tenaga. Tapi ia masih berjongkok di bawahku.
 
  "Yang ini atau yang itu..?" katanya menggoda, menunjuk Juniorku.
  Darahku mendesir. Juniorku tegang seperti mainan anak-anak yang dituip melembung. Keras sekali.
 
  "Jangan cuma ditunjuk dong, dipegang boleh."
 
  Ia berdiri. Lalu menyentuh Junior dengan sisi luar jari tangannya. Yes.  Aku bisa dapatkan ia, wanita setengah baya yang meleleh keringatnya di  angkot karena kepanasan. Ia menyentuhnya. Kali ini dengan telapak  tangan. Tapi masih terhalang kain celana. Hangatnya, biar begitu, tetap  terasa. Aku menggelepar.
  "Sst..! Jangan di sini..!" katanya.
 
  Kini ia tidak malu-malu lagi menyelinapkan jemarinya ke dalam celana  dalamku. Lalu dikocok-kocok sebentar. Aku memegang teteknya. Bibirku  melumat bibirnya.
 
  "Jangan di sini Sayang..!" katanya manja lalu melepaskan sergapanku.
 
  "Masih sepi ini..!" kataku makin berani.
 
  Kemudian aku merangkulnya lagi, menyiuminya lagi. Ia menikmati, tangannya mengocok Junior.
  "Besar ya..?" ujarnya.
 
  Aku makin bersemangat, makin membara, makin terbakar. Wanita setengah  baya itu merenggangkan bibirnya, ia terengah-engah, ia menikmati dengan  mata terpejam.
 
  "Mbak Wien telepon..," suara wanita muda dari ruang sebelah menyalak, seperti bel dalam pertarungan tinju.
 
  Mbak Wien merapihkan pakaiannya lalu pergi menjawab telepon.
 
  "Ngapaian sih di situ..?" katanya lagi seperti iri pada Wien.
  Aku mengambil pakaianku. Baru saja aku memasang ikat pinggang, Wien menghampiriku sambil berkata, "Telepon aku ya..!"
 
  Ia menyerahkan nomor telepon di atas kertas putih yang disobek  sekenanya. Pasti terburu-buru. Aku langsung memasukkan ke saku baju  tanpa mencermati nomor-nomornya. Nampak ada perubahan besar pada Wien.  Ia tidak lagi dingin dan ketus. Kalau saja, tidak keburu wanita yang  menjaga telepon datang, ia sudah melumat Si Junior. Lihat saja ia sudah  separuh berlutut mengarah pada Junior. Untung ada tissue yang tercecer,  sehingga ada alasan buat Wien.
  Ia mengambil tissue itu, sambil mendengar kabar gembira dari wanita yang  menunggu telepon. Ia hanya menampakkan diri separuh badan.
 
  "Mbak Wien.., aku mau makan dulu. Jagain sebentar ya..!"
 
  Ya itulah kabar gembira, karena Wien lalu mengangguk.
  Setelah mengunci salon, Wien kembali ke tempatku. Hari itu memang masih  pagi, baru pukul 11.00 siang, belum ada yang datang, baru aku saja. Aku  menanti dengan debaran jantung yang membuncah-buncah. Wien datang. Kami  seperti tidak ingin membuang waktu, melepas pakaian masing-masing lalu  memulai pergumulan.
  Wien menjilatiku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Aku menikmati  kelincahan lidah wanita setengah baya yang tahu di mana titik-titik yang  harus dituju. Aku terpejam menahan air mani yang sudah di ujung.  Bergantian Wien kini telentang.
  "Pijit saya Mas..!" katanya melenguh.
 
  Kujilati payudaranya, ia melenguh. Lalu vaginanya, basah sekali. Ia membuncah ketika aku melumat klitorisnya. Lalu mengangkang.
 
  "Aku sudah tak tahan, ayo dong..!" ujarnya merajuk.
 
  Saat kusorongkan Junior menuju vaginanya, ia melenguh lagi.
 
  "Ah.. Sudah tiga tahun, benda ini tak kurasakan Sayang. Aku hanya main  dengan tangan. Kadang-kadang ketimun. Jangan dimasukkan dulu Sayang, aku  belum siap. Ya sekarang..!" pintanya penuh manja.
  Tetapi mendadak bunyi telepon di ruang depan berdering. Kring..! Aku mengurungkan niatku. Kring..!
 
  "Mbak Wien, telepon." kataku.
 
  Ia berjalan menuju ruang telepon di sebelah. Aku mengikutinya. Sambil menjawab telepon di kursi ia menunggingkan pantatnya.
 
  "Ya sekarang Sayang..!" katanya.
  "Halo..?" katanya sedikit terengah.
 
  "Oh ya. Ya nggak apa-apa," katanya menjawab telepon.
 
  "Siapa Mbak..?" kataku sambil menancapkan Junior amblas seluruhnya.
 
  "Si Nina, yang tadi. Dia mau pulang dulu ngeliat orang tuanya sakit katanya sih begitu," kata Wien.
  Setelah beberapa lama menyodoknya, "Terus dong Yang. Auhh aku mau keluar ah.., Yang tolloong..!" dia mendesah keras.
 
  Lalu ia bangkit dan pergi secepatnya.
 
  "Yang.., cepat-cepat berkemas. Sebantar lagi Mbak Mona yang punya salon ini datang, biasanya jam segini dia datang."
 
  Aku langsung beres-beres dan pulang.      Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               cerita Sex - Tetangga Baruku               Apr 10th 2013, 06:21                                               
 
      Panggil saja aku Ade, panggilan sehari-hari meski aku bukan anak  bontot. Aku murid SMU kelas 3. Aku tinggal di sebuah perumahan di  Jakarta. Daerahnya mirip-mirip di PI deh, tapi bukan perumahan "or-kay"  kok. Sekitar beberapa bulan lalu, rumah kontrakan kosong di sebelah kiri  rumahku ditempati oleh keluarga baru. Awalnya mereka jarang kelihatan,  namun sekitardua minggu kemudian mereka sudah cepat akrab dengan  tetangga?tetangga sekitar. Ternyata penghuninya seorang wanita dengan  perkiraanku umurnya baru 30-an, anak perempuannya dan seorang PRT. Nama  lengkapnya aku tidak tahu, namun nama panggilannya Tante Yana. Anaknya  bernama Anita, sepantaran denganku, siswi SMU kelas 3. Ternyata Tante  Yana adalah janda seorang bulekalau tidak salah, asal Perancis. Sikapnya  friendly, gampang diajak ngobrol. Tapi, yang paling utama adalah  penampilannya yang "mengundang". Rambutnya ikal di bawah telinga.  Kulitnya coklat muda. Bodinya tidak langsing tapi kalau dilihat terus,  malah jadi seksi. Payudaranya juga besar. Taksiranku sekitar 36-an.
  Yang membikin mengundang adalah Tante Yana sering memakai baju  sleeveless dengan celana pendek sekitar empat jari dari lutut. Kalau  duduk, celananya nampak sempit oleh pahanya. Wajahnya tidak  cantik?cantik amat, wajah ciri khas Indonesia, tipe yang disuka  orang-orang bule. Seperti bodinya, wajahnya juga kalau diperhatikan,  apalagi kalau bajunya agak "terbuka", malah jadi muka?muka ranjang gitu  deh. Dari cara berpakaiannya aku mengira kalau Tante Yana ituhypersex.  Kalau Anita, kebalikan ibunya. Wajahnya cantik Indo, dan kulitnya putih.  Rambutnya hitam kecoklatan, belah pinggir sebahu. Meski buah dadanya  tidak terlalu besar, kecocokan pakaiannya justru membuat Anita jadi  seksi. Nampaknya aku terserang sindrom tetangga sebelah nih.
  Berhari-hari berlalu, nafsuku terhadap Tante Yana semakin bergolak  sehingga aku sering nekat ngumpet di balik semak-semak, onani sambil  melihati Tante Yana kalau sedang di luar rumah. Tapi terhadap Anita,  nafsuku hanya sedikit, itu juga karena kecantikannya dan kulit putihnya.  Nafsu besarku kadang-kadang membuatku ingin menunjukkan batangku di  depan Tante Yana dan onani didepan dia. Pernah sesekali kujalankan  niatku itu, namun pas Tante Yana lewat, buru-buru kututup "anu"-ku  dengan baju, karena takut tiba-tiba Tante Yana melapor sama ortu. Tapi,  kenyataannya berbeda. Tante Yana justru menyapaku, (dan kusapa balik  sambil menutupi kemaluanku), dan pas di depan pagar rumahnya, ia  tersenyum sinis yang menjurus ke senyuman nakal. "Ehem.. hmm.." dengan  sorotan mata nakal pula. Sejenak aku terbengong dan menelan ludah, serta  malah tambahnafsu.
  Kemudian, pada suatu waktu, kuingat sekali itu hari Rabu. Saat aku  pulang kuliah dan mau membuka pagar rumah, Tante Yana memanggilku dengan  lembut, "De, sini dulu.. Tante bikinin makanan nih buat papa-mamamu."  Langsung saja kujawab, "Ooh, iya Tante.." Nafasku langsung memburu, dan  dag dig dug. Setengah batinku takut dan ragu-ragu, dan setengahnya lagi  justru menyuruh supaya "mengajak" Tante Yana. Tante Yana memakai baju  sleeveless hijau muda, dan celana pendek hijau muda juga. Setelah masuk  ke ruang tamunya, ternyata Tante Yana hanya sendirian, katanya  pembantunya lagi belanja. Keadaan tersebut membuatku semakin dag dig  dug. Tiba-tiba tante memanggilku dari arah dapur, "De, sini nih..  makanannya." Memang benar sih, ada beberapa piring makanan di atas baki  sudah Tante Yana susun.
  Saat aku mau mengangkat bakinya, tiba-tiba tangan kanan Tante Yana  mengelus pinggangku sementara tangan kirinya mengelus punggungku. Tante  Yana lalu merapatkan wajahnya di pipiku sambil berkata, "De, mm.. kamu..  nakal juga yah ternyata.." Dengan tergagap-gagap aku berbicara, "Emm..  ee.. nakal gimana sih Tante?" Jantungku tambah cepat berdegup. "Hmm  hmm.. pura-pura nggak inget yah? Kamu nakal.. ngeluarin titit, udah gitu  ngocok-ngocok.."Tante Yana meneruskan bicaranya sambil meraba-raba pipi  dekat bibirku. Kontan saja aku tambah gagap plus kaget karena Tante  Yana ternyata mengetahuinya. Itulah sebabnya dia tersenyum sinis dan  nakal waktu itu. Aku tambah gagap, "Eeehh? Eee.. itu.." Tante Yana  langsung memotong sambil berbisik sambil terus mengelus pipiku dan  bahkan pantatku. "Kamu mau yah sama Tante? Hmm?" Tanpa banyak  omong-omong lagi, tante langsung mencium ujung bibir kananku dengan  sedikit sentuhan ujung lidahnya.
  Ternyata benar perkiraanku, Tante Yana hypersex. Aku tidak mau kalah,  kubalas segeraciumannya ke bibir tebal seksinya itu. Lalu kusenderkan  diriku di tembok sebelah wastafel dan kuangkat pahanya ke pinggangku.  Ciuman Tante Yana sangat erotis dan bertempo cepat. Kurasakan bibirku  dan sebagian pipiku basah karena dijilati oleh Tante Yana. Pahanya yang  tadi kuangkat kini menggesek-gesek pinggangku. Akibat erotisnya ciuman  Tante Yana, nafsuku menjadi bertambah. Kumasukkan kedua tanganku ke  balik bajunya di punggungnya seperti memeluk, dan kuelusi punggungnya.  Saat kuelus punggungnya, Tante Yana mendongakkan kepalanya dan terengah.  Sesekali tanganku mengenai tali BH-nya yang kemudian terlepas akibat  gesekan tanganku. Kemudian Tante Yana mencabut bibirnya dari bibirku,  menyudahi ciuman dan mengajakkuuntuk ke kamarnya.
  Kami buru-buru ke kamarnya karena sangat bernafsu. Aku sampai tidak  memperhatikan bentuk dan isi kamarnya, langsung direbah oleh Tante Yana  dan meneruskan ciuman. Posisi Tante Yana adalah posisi senggama  kesukaanku yaitu nungging. Ciumannya benar-benar erotis. Kumasukkan  tanganku ke celananya dan aku langsung mengelus belahan pantatnya yang  hampir mengenai belahan vaginanya. Tante Yana yang hyper itu langsung  melucuti kaosku dengan agak cepat. Tapi setelah itu ada adegan baru yang  belum pernah kulihat baik di film semi ataupun di BF manapun. Tante  Yana meludahi dada abdomen-ku dan menjilatinya kembali. Sesekali aku  merasa seperti ngilu ketikalidah Tante Yana mengenai pusarku. Ketika aku  mencoba mengangkat kepalaku, kulihat bagian leher kaos tante Yana  kendor, sehingga buah dadanya yang bergoyang-goyang terlihat jelas.  Kemudian kupegang pinggangnya dan kupindahkan posisinya ke bawahku.  Lalu, kulucuti kaosnya serta beha nya, kulanjutkan menghisapi puting  payudaranya. Nampak Tante Yana kembali mendongakkan kepalanya dan  terengah sesekali memanggil namaku.
  Sambil terus menghisap dan menjilati payudaranya, kulepas celana  panjangku dan celana dalamku dan kubuang ke lantai. Ternyata pas  kupegang "anu"-ku, sudah ereksi dengan level maksimum. Sangat keras dan  ketika kukocok-kocok sesekali mengenai dan menggesek urat-uratnya. Tante  Yana pun melepas celana-celananya dan mengelusi bulu-bulu dan lubang  vaginanya. Ia juga meraup sedikit mani dari vaginanya dan memasukkan  jari-jari tersebut ke mulutku. Aku langsung menurunkan kepalaku dan  menjilati daerah "bawah" Tante Yana. Rasanya agak seperti  asin-asinditambah lagi adanya cairan yang keluar dari lubang "anu"-nya  Tante Yana. Tapi tetap saja aku menikmatinya. Di tengah enaknya  menjilat-jilati, ada suara seperti pintu terbuka namun terdengarnya  tidak begitu jelas. Aku takut ketahuan oleh pembantunya atau Anita.
  Sejenak aku berhenti dan ngomong sama Tante Yana, "Eh.. Tante.."  Ternyata tante justru meneruskan "adegan" dan berkata, "Ehh.. bukan  siapa-siapa.. egghh.." sambil mendesah. Posisiku kini di bawah lagi dan  sekarang Tante Yana sedang menghisap "lollypop". Ereksikusemakin  maksimum ketika bibir dan lidah Tante Yana menyentuh bagian-bagian  batangku. Tante Yanamengulangi adegan meludahi kembali. Ujung penisku  diludahi dan sekujurnya dijilati perlahan. Bayangkan, bagaimana ereksiku  tidak tambah maksimum?? Tak lama, Tante Yana yang tadinya nungging,  ganti posisi berlutut di atas pinggangku. Tante Yana bermaksud melakukan  senggama. Aku sempat kaget dan bengong melihat Tante Yana dengan  perlahan memegang dan mengarahkan penisku ke lubangnya layaknya film BF  saja. Tapi setelah ujungnya masuk ke liang senggama, kembali aku seperti  ngilu terutama di bagian pinggang dan selangkanganku dimana kejadian  itusemakin menambah nafsuku.
  Tante mulai menggoyangkan tubuhnya dengan arah atas-bawah awalnya dengan  perlahan. Aku merasa sangat nikmat meskipun Tante Yana sudah tidak  virgin. Di dalam liang itu, aku merasa adacairan hangat di sekujur  batang kemaluanku. Sambil kugoyangkan juga badanku, kuelus pinggangnya  dan sesekali buah dadanya kuremas-remas. Tante Yana juga mengelus-elus  dada dan pinggangku sambil terus bergoyang dan melihatiku dengan  tersenyum. Mungkin karena nafsu yang besar, Tante Yana bergoyang sangat  cepat tak beraturan entah itu maju-mundur atau atas bawah. Sampai-sampai  sesekali aku mendengar suara "Ngik ngik ngik" dari kaki ranjangnya.  Akibat bergoyang sangat cepat, tubuh Tante Yana berkeringat. Segera  kuelus badannya yang berkeringat dan kujilatitanganku yang penuh  keringat dia itu.
  Lalu posisinya berganti lagi, jadinya aku bersandar di ujung ranjang,  dan Tante Yana menduduki pahaku. Jadinya, aku bisa mudah menciumi dada  dan payudaranya. Juga kujilati tubuhnya yang masih sedikit berkeringat  itu, lalu aku menggesekkan tubuhku yang juga sedikit berkeringat kedada  Tante Yana. Tidak kupikirkan waktu itu kalau yang kujilati adalah  keringat karena nafsu yang terlalu meledak. Tak lama, aku merasa akan  ejakulasi. "Ehh.. Tante.. uu.. udaahh.." Belum sempat aku menyelesaikan  kata-kataku, Tante Yana sudah setengah berdiri dan nungging di depanku.  Tante Yana mengelus-elus dan mengocok penisku, dan mulutnya sudah  ternganga dan lidahnya menjulur siap menerima semprotan spermaku. Karena  kocokan Tante Yana, aku jadi ejakulasi. "Crit.. crroott.. crroott.."  ternyata semprotan spermaku kuhitung sampai sekitar tujuh kali dimana  setiap kencrotan itu mengeluarkan sperma yang putih, kental dan banyak.  Sesekali jangkauan kencrotannya panjang, dan mengenai rambut Tante Yana.  Mungkin ada juga yang jatuh ke sprei. Persis sekali film BF.
  Kulihat wajah Tante Yana sudah penuh sperma putih kental milikku. Tante  Yana yang memanghyper, meraup spermaku baik dari wajahnya ataupun dari  sisa di sekujur batangku, dan memasukkan ke mulutnya. Setelah itu, aku  merasa sangat lemas. Staminaku terkuras oleh Tante Yana. Aku langsung  rebahan sambil memeluk Tante Yana sementara penisku masih tegak  namuntidak sekeras tadi.
  Sekitar seminggu berlalu setelah ML sama Tante Yana. Siang itu aku  sedang ada di rumah hanya bersama pembantu (orang tuaku pulangnya sore  atau malam, adikku juga sedang sekolah). Sekitar jam satu-an, aku yang  sedang duduk di kursi malas teras, melihat Tante Yana mau pergi entah  kemana dengan mobilnya. Kulihat Anita menutup pagar dan ia tidak  melihatku. Sekitar 10 menitkemudian, telepon rumahku berdering. Saat  kuangkat, ternyata Anita yang menelepon. Nada suaranya agak ketus,  menyuruhku ke rumahnya. Katanya ada yang ingin diomongin. Di ruang  tamunya, aku duduk berhadapan sama Anita. Wajahnya tidak seperti  biasanya, terlihat jutek, judes, dan sebagainya. Berhubung dia seperti  itu, aku jadi salah tingkah dan bingung mau ngomong apa.
  Tak lama Anita mulai bicara duluan dengan nada ketus kembali,
 
  "De, gue mau tanya!"
 
  "Hah? Nanya apaan?" Aku kaget dan agak dag dig dug.
 
  "Loe waktu minggu lalu ngapain sama nyokap gue?" Dia nanya langsung tanpa basa-basi.
 
  "Ehh.. minggu lalu? Kapan? Ngapain emangnya?"
 
  Aku pura-pura tidak tahu dan takutnya dia mau melaporkan ke orang tuaku.
 
  "Aalahh.. loe nggak usah belagak bego deh.. Emangnya gue nggak tau? Gue  baru pulang sekolah, gue liat sendiri pake mata kepala gue.. gue intip  dari pintu, loe lagi make nyokap gue!!"
 
  Seketika aku langsung kaget, bengong, dan tidak tahu lagi mau ngapain,  badan sudah seperti mati rasa. Batinku berkata, "Mati gue.. bisa-bisa  gue diusir dari rumah nih.. nama baik ortu gue bisa jatoh.. mati deh  gue."
  Anita pun masih meneruskan omongannya,
 
  "Loe napsu sama nyokap gue??"
 
  Anita kemudian berdiri sambil tolak pinggang. Matanya menatap sangat  tajam. Aku cuma bisa diam, bengong tidak bisa ngomong apa-apa. Keringat  di leher mengucur. Anita menghampiriku yang hanya duduk diam kaku beku  perlahan masih dengan tolak pinggang dan tatapan tajam. Pipiku sudah  siap menerima tamparan ataupun tonjokan namun untuk hal dia akan  melaporkannya ke orang tuaku dan aku diusir tidak bisa aku pecahkan.  Tapi, sekali lagi kenyataan sangat berbeda. Anita yang memakai kaos  terusan yang mirip daster itu, justru membuka ikatan di punggungnya dan  membukakaosnya. Ternyata ia tidak mengenakan beha dan celana dalam. Jadi  di depanku adalah Anita yang bugil. Takutku kini hilang namun bingungku  semakin bertambah. "Kalo gitu, loe mau juga kan sama gue?" Anita  langsung mendekatkan bibir seksi-nya ke bibirku. Celana pendekku nampak  kencang di bagian "anu".
  Kini yang kurasakan bukan ciuman erotis seperti ciuman Tante Yana, namun  ciuman Anita yang lembut dan romantis. Betapa nikmatnya ciuman dari  Anita. Aku langsung memeluknya lembut. Tubuh putihnya benar-benar mulus.  Bulu vaginanya sekilas kulihat coklat gelap. Sesegera mungkin kulepas  celana-celanaku dan Anita membuka kaosku. Lumayan lama Anita menciumiku  dengan posisimembungkuk. Kukocok-kocok penis besarku itu  sedikit-sedikit. Aku langsung membisikkannya, "Nit, kita ke kamarmu  yuk..!" Anita menjawab, "Ayoo.. biarlebih nyaman." Anita kurebahkan di  ranjangnya setelah kugendong dari ruang tamu. Seperti ciuman tadi, kali  ini suasananya lebih lembut, romantis dan perlahan. Anita sesekali  menciumi dan agak menggigit daun telingaku ketika aku sedang mencumbu  lehernya. Anita juga sesekali mencengkeram lenganku dan punggungku. Kaki  kanannya diangkat hingga ke pinggangku dan kadang dia gesek-gesekkan.  Dalam pikiranku, mungkin kali ini ejakulasiku tidak selama seperti sama  Tante Yana akibat terbawa romantisnya suasana.
  Dari sini aku bisa tahu bahwa Anita itu tipe orang romantis dan lembut.  Tapi tetap saja nafsunya besar. Malah dia langsung mengarahkan dan  menusukkan penisku ke liang senggamanya tanpa adegan-adegan lain.  Berhubung Anita masih virgin, memasukkannya tidak mudah. Butuh sedikit  dorongan dan tahan sakit termasuk aku juga. Wajah Anita nampak menahan  sakit. Gigi atasnya menggigit bibir bawahnya dan matanya terpejam keras  persis seperti keasaman makan buah mangga atau jambu yang asem. Tak  lama, "Aaahh.. aa.. aahh.." Anita berteriak lumayan keras, aku takutnya  terdengar sampai keluar. Selaput perawannya sudah tertembus. Aku mencoba  menggoyangkan maju-mundur di dalam liang yang masih sempit itu. Tapi,  aku merasa sangat enak sekali senggama di liang perawan. Anita juga  ikutan goyang maju-mundur sambil meraba-raba dadaku dan mencium bibirku.  Ternyata benar perkiraanku. Sedikit lagi aku akan ejakulasi. Mungkin  hanya sekitar 6 menit. Meski begitu, keringatku pun tetap mengucur.  Begitupun Anita.
  Dengan agak menahan ejakulasi, gantian kurebahkan Anita, kukeluarkan  penisku lalu kukocokdi atas dadanya. Mungkin akibat masih sempit dan  rapatnya selaput dara Anita, batang penisku jadi lebih mudah tergesek  sehingga lebih cepat pula ejakulasinya. Ditambah pula dalam seminggu  tersebut aku tidak onani, nonton BF, atau sebagainya. Kemudian, "Crit..  crit.. crott.." kembali kujatuhkan spermaku di tubuh orang untuk kedua  kalinya. Kusemprotkan spermaku di dada dan payudaranya Anita. Kali ini  kencrotannya lebih sedikit, namun spermanya lebih kental. Bahkan ada  yang sampai mengenai leher dan dagunya. Anita yang baru pertamakali  melihat sperma lelaki, mencoba ingin tahu bagaimana rasanya menelan  sperma. Anita meraup sedikit dengan agakcanggung dan ekspresi wajahnya  sedikit menggambarkan orang jijik, dan lalu menjilatnya.
  Terus, Anita berkata dengan lugu, "Emm.. ee.. De.. kalo 'itu' gimana sih  rasanya?" sambil menunjuk ke kejantananku yang masih berdiri tegak dan  kencang. "Eh.. hmm hmm.. cobain aja sendiri.." sambil tersenyum ia  memegang batang kemaluanku perlahan dan agak canggung. Tak lama, ia  mulai memompa mulutnya perlahan malu-malu karena baru pertama kali.  Mungkin ia sekalian membersihkan sisa spermaku yang masih menetes di  sekujur batangku itu. Kulihat sekilas di lubang vaginanya, ada noda  darah yang segera kubersihkan dengan tissue dan lap. Setelah selesai,  aku yang sedang kehabisan stamina, terkulai loyo di ranjang Anita,  sementara Anita juga rebahan di samping. Kami sama-sama puas, terutama  aku yang puas menggarap ibu dan anaknya itu.      Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Gelora Gairah Teh Tita               Apr 10th 2013, 06:07                                               
 
      Di kamar kostnya Abi berbaring sambil ngelamun. Diluar gerimis yang  turun sejak sore belum juga usai sehingga menambah dinginnya udara  malam, dikota yang memang berhawa sejuk. Malam minggu tanpa pacar dan  hujan pula membuat Abi suntuk. Dicobanya memejamkan matanya membayangkan  sesuatu. Yang muncul adalah seraut wajah cantik berkerudung. Teh Tita,  ibu kostnya. Teh atau Teteh adalah sebutan kakak dalam bahasa Sunda. Dibayangkannya  perempuan itu tersenyum manis sambil membuka kerudungnya, mengeraikan  rambutnya yang hitam panjang. Membuka satupersatu kancing bajunya.  Memperlihatkan kulit putih mulus dan sepasang buah dada montok yang  disangga BH merah jambu. Dan buah dada itu semakin menampakkan  keindahannya secara utuh ketika penyangganya telah dilepaskan. Sepasang  bukit kembar padat berisi dengan puting merah kecoklatan di dua  puncaknya menggantung indah.Lalu tangannya membuka kancing celana  panjang yang segera meluncur kebawah. Tinggallah secarik celana dalam,  yang sewarna BH, membungkus pinggul montok. Bagaikan penari strip-tease,  secarik kain kecil itu segera pula ditanggalkan. Menampakkan  selangkangannya yang membusung dihiasi bulu jembut menghitam, kontras  dengan kulitnya yang putih mulus. Dihadapannya kini berdiri perempuan  telanjang dengan keindahan bentuk tubuh yang menaikan nafsu syhawat.
  Blarrrr! Suara guntur membuyarkan lamunannya. Abi bangkit berdiri sambil  menggaruk batang kontol di selangkangnnya yang mulai tegang dan keluar  dari kamarnya menuju dapur untuk membuat teh panas. Setelah membuat teh  kemudian keruang duduk untuk nimbrung nonton TV bersama keluarga tempat  ia kost. Baru sekitar satu bulan ia kost dirumah keluarga Pak Hamdan  setelah dia pindah dari tempat kostnya yang lama. Hamdan telah beristri  dengan anak satu berumur tujuh tahun.
  Ternyata ruang duduk itu sepi, TV nya juga mati. Mungkin Teh Tita sudah  tidur bersama anaknya karena Pak Hamdan sedang ke Bandung menemani  ibunya yang akan dioperasi. Akhirnya Abi duduk sendiri dan mulai  meghidupkan TV. Ternyata hampir semua saluran TV yang ada gambarnya  kurang bagus. Abi mencoba semua saluran dan cuma Indosiar saja yang agak  terlihat gambarnya meski agak berbintik. Mungkin antenanya kena angin,  pikirnya.Dengan setengah terpaksa dinikmati sinetron yang entah judulnya  apa, kerena Abi selama ini tidak pernah tertarik dengan sinetron  Indonesia.
  Tiba-tiba Abi mendengar pintu kamar dibuka. Dan dari kamar keluarlah  perempuan yang biasa dipanggil Teh Tita. Abi kaget melihat kehadiran  perempuan itu yang tiba-tiba.
  "Eh, Teteh belum tidur? Keberisikan ya?" tanya Abi tergagap
  "Ah, tidak apa-apa. Saya belum tidur kok" jawab perempuan itu dengan logat Sunda yang kental.
  Yang membuat Abi kaget sebenarnya bukan kedatangan perempuan itu, tapi  penampilannya yang luar dari kebiasaanya. Sehari-hari Tita, seperti  kebanyakan ibu rumah tangga di kota ini, selalu berkerudung rapat.  Sehingga hanya wajahnya saja yang terlihat. Dan itulah yang pada awalnya  membuatnya tertarik kost dirumah ini ketika bertamu pertama kali dan  bertemu dengan Tita.
  Dengan berkerudung justru semakin menonjolkan kecantikan wajah yang  dimilikinya. Dengan alismatanya yang tebal terpadu dengan matanya yang  bening indah, hidungnya mancung bangir dan bibirnya yang merah merekah.  Dengan postur tubuh dibalik bajunya terlihat tinggi serasi.Entah mengapa  Abi selalu tertarik dengan perempuan cantik berkerudung. Pikiran  nakalnya adalah apa yang ada dibalik baju yang tertutup itu. Dan pada  saat itupun pikiran kotornya sempat melintas mencoba membayangkan Tita  tanpa busana. Tapi pikiran itu dibuangnya ketika bertemu dengan suaminya  yang terlihat berwibawa dan berusia agak lebih tua dari Tita yang masih  dibawah tigapuluh tahun. Akhirnya jadilah ia kost di paviliun disamping  rumah tersebut dan pikiran kotornya segera dibuang jauh, karena ia  segan pada Pak Hamdan. Tapi secara sembunyi ia kadang mencuri pandang  memperhatikan kecantikan Tita dibalik kerudungnya dan kadang sambil  membayangkan ketelanjangan perempuan itu dibalik bajunya yang tertutup,  seperti tadi.
  Tapi malam ini Tita berpenampilan lain, tanpa jilbab/kerudung! Rambutnya  yang tak pernah terlihat, dibiarkan terurai. Demikian juga dengan  bajunya, Tita memakai daster diatas lutut yang sekilas cukup menerawang  dan hanya dilapisi oleh kimono panjang yang tidak dikancing. Sehingga  dimata Abi, Tita seperti bidadari yang turun dari khayangan. Cantik dan  mempesona. Mungkin begitulah pakaiannya kalau tidur.
  "Gambar tivinya jelek ya?" tanya Tita mengagetkan Abi.
  "Eh, iya. Antenenya kali" jawab Abi sambil menunduk.
  Abi semakin berdebar ketika perempuan itu duduk disebelahnya sambil  meraih remote control. Tercium bau harum dari tubuhnya membuat hidung  Abi kembang kempis. Lutut dan sebagian pahanya yang putih terlihat jelas  menyembul dari balik dasternya. Abi menelan ludah.
  "Semuanya jelek", kata Tita, "Nonton VCD saja ya?".
  "Terserah Teteh" kata Abi masih berdebar menghadapi situasi itu.
  "Tapi adanya film unyil, nggak apa?" kata Tita sambil tersenyum menggoda.
  Abi faham maksud Tita tapi tidak yakin film yang dimaksud adalah film porno.
  "Ya terserah Teteh saja" jawab Abi. Tita kemudian bangkit dan menuju  kamar anaknya. Abi semakin berdebar, dirapikan kain sarungnya dan  disadari dibalik sarung itu ia cuma pakai celana dalam. Diteguknya air  digelas. Agak lama Tita keluar dari kamar dengan membawa kantung plastik  hitam.
  "Mau nonton yang mana?" tanyanya menyodorkan beberapa keping VCD sambil  duduk kembali di samping Abi. Abi menerimanya dan benar dugaannya itu  VCD porno.
  "Eh, ah yang mana sajalah" kata Abi belum bisa menenangkan diri dan menyerahkan kembali VCD-VCD itu.
  "Yang ini saja, ada ceritanya" kata Tita mengambil salah satu dan menuju alat pemutar dekat TV. Abi mencoba menenangkan diri.
  "Memang Teteh suka nonton yang beginian ya?" tanya Abi memancing
  "Ya kadang-kadang, kalau lagi suntuk" jawab Tita sambil tertawa kecil
  "Bapak juga?" tanya Abi lagi
  "Ngga lah, marah dia kalau tahu" kata Tita kembali duduk setelah  memencet tombol player. Memang selama ini Tita menonton film-film itu  secara sembunyi-sembunyi dari suaminya yang keras dalam urusan moral.
  "Bapak kan orangnya kolot" lanjut Tita "dalam berhubungan suami-istri juga ngga ada variasinya. Bosen!"
  Abi tertegun mendengar pengakuan Tita tentang hal yang sangat rahasia  itu. Abi mulai faham rupanya perempuan ini kesepian dan bosan dengan  perlakuan suaminya ditempat tidur. Dan mulai bisa menangkap maksud  perempuan ini mengajaknya nonton film porno. Dalam hati ia bersorak  girang tapi juga takut, berselingkuh dengan istri orang belum pernah  dilakukannya.
  Film sudah mulai, sepasang perempuan dan lelaki terlihat mengobrol  mesra. Tapi Abi tidak terlalu memperhatikan. Matanya justru melirik  perempuan disebelahnya. Tita duduk sambil mengangkat satu kakinya keatas  kursi dengan tangannya ditumpangkan dilututnya yang terlipat, sehingga  pahanya yang mulus makin terbuka lebar. Abi sudah tidak ragu lagi.
  "Teteh kesepian ya?" Tanya Abi sambil menatap perempuan itu Tita balik  menatap Abi dengan pandangan berbinar dan mengangguk perlahan.
  "Kamu mau tolong saya?" tanya Tita sambil memegang tangan Abi.
  "Bagaimana dengan Bapak ?" tanya Abi ragu-ragu tapi tahu maksud perempuan ini.
  "Jangan sampai Bapak tahu" kata Tita. "Itu bisa diatur" lanjut Tita sambil mulai merapatkan tubuhnya.
  Abi tak mau lagi berpikir, segera direngkuhnya tubuh perempuan itu.  Wajah mereka kini saling berhadapan, terlihat kerinduan dan hasrat yang  bergelora dimata Tita. Dan bibirnya yang merah merekah basah mengundang  untuk di kecup. Tanpa menunggu lagi bibir Abi segera melumat bibir yang  sudah merekah pasrah itu. Abi semakin yakin bahwa perempuan ini haus  akan sentuhan lelaki ketika dirasakan ciumannya dibalas dengan penuh  nafsu oleh Tita.
  Bahkan terkesan perempuan itu lebih berinisiatif dan agresif. Tangan  Tita memegang belakang kepala Abi menekannya agar ciuman mereka itu  semakin lekat melumat. Abi mengimbangi ciuman itu dengan penuh gairah  sambil mencoba merangsang perempuan itu lebih jauh, tangannya mulai  merabai tubuh hangat Tita. Dirabanya paha mulus yang sedari tadi menarik  perhatiannya, diusapnya perlahan mulai dari lutut yang halus lembut  terus keatas menyusup kebalik dasternya.
  Tita bergetar ketika jemari Abi menyentuh semakin dekat daerah pangkal  pahanya. Tangan Abi memang mulai merambah seputar selangkangan perempuan  itu yang masih terbungkus celana dalam. Dengan ujung jarinya  diusap-usap selangkangan itu yang makin terbuka karena Tita telah  merenggangkan kedua pahanya. Dan rupanya Tita telah semakin larut  hasratnya dan ingin merasakan rabaan yang langsung pada selangkangannya.  Dengan sigap tanpa malu-malu ditariknya celana dalam itu, dibantu oleh  Abi dengan senang hati, sehingga terbuka poloslah lembah yang menyimpan  lubang kenikmatan itu.
  Segera saja tangan Abi merambahi kembali lembah hangat milik Tita yang  telah terbuka itu. Dirasakan bulu-bulu jembut yang lebat dan keriting  melingkupi lembah sempit itu. Jemari Abi membelai bulu jembut itu mulai  dari bawah pusar terus kebawah.Tita makin mendesah ketika jemari Abi  mulai menyentuh bibir memeknya. Itulah sentuhan mesra pertama dari  jemari lelaki yang pernah Tita rasakan pada daerah kemaluannya.
  Suaminya tidak pernah mau melakukan hal itu. Dalam bercinta suaminya  tidak pernah melakukan pemanasan atau rabaan yang cukup untuk  merangsangnya. Biasanya hanya mencium dan meraba buah dadanya sekilas  dan ketika batang kontolnya sudah tegang langsung dimasukan ke lubang  memek Tita. Bahkan ketika lubang memek itu masih kering, sehingga rasa  sakitlah yang dirasakan Tita. Selama hampir delapan tahun menikah, Tita  belum pernah merasakan nikmatnya bercinta secara sesungguhnya. Semuanya  dikendalikan dan diatur oleh suaminya. Berapa hari sekali harus  bercinta, cara apa yang dipakai, dan sebagainya. Hamdan suaminya yang  berusia hampir empatpuluhlima tahun ternyata lelaki yang ortodok dan  tidak pernah memperhatikan keinginan istrinya. Apalagi ia menderita  ejakulasi prematur. Sehingga sudah jarang frekuensinya, cepat pula  keluarnya.
  Soal teknik bercinta, jangan ditanya. Tidak ada variasi dan dilarang  istrinya berinisiatif. Baginya meraba kemaluan istri apalagi menciumnya  adalah dosa. Melihat istri telanjang adalah saat memenuhi kewajiban  suami istri di ranjang. Baginya bersenggama adalah memasukan batang  kemaluannya yang tegang ke dalam kemaluan istri dengan tujuan  mengeluarkan airmani didalam lubang itu secepatnya, tidak perlu bertanya  istrinya puas atau tidak.Sehingga selama bertahun-tahun, Tita tidak  lebih dari benda yang mati yang punya lubang buat membuang airmani  suaminya bila tangkinya sudah penuh. Tita sebagai perempuan, yang  ternyata mempunyai hasrat menggebu, cuma bisa berkhayal bercumbu dengan  lelaki yang bisa memberikan kenikmatan dengan penuh fantasi.
  Selama bertahun-tahun. Hanya kira-kira setahun ini Tita bertemu dengan  seorang wanita sebayanya yang juga mengalami nasib hampir sama  dengannya. Mereka kemudian berteman akrab, saling curhat dan bersimpati.  Dari wanita ini, Lilis namanya, Tita mendapatkan film-film porno yang  dipinjamkan secara sembunyi-sembunyi. Hubungan mereka sangat akrab  karena keduanya juga takut melakukan selingkuh dengan mencari lelaki  lain. Yang berani mereka lakukan akhirnya kadang-kadang bermesraan  berdua sebagai pasangan lesbian.
  Tetapi sebagai perempuan normal Tita tidak terlalu mendapatkan  kenikmatan yang diharapkan dari hubungan itu. Dan kini ketika jemari  lelaki yang dengan penuh perasaan merabai daerah sensitifnya, semakin  berkobarlah nafsu ditubuh Tita. Seakan haus yang selama ini ada telah  menemukan air yang dingin segar.
  "Ah..terus Bi.." desahnya membara.
  Kuluman bibir mereka terus saling bertaut. Lidah mereka saling menjilat,  berpilin mesra. Abi mengeluarkan semua kemampuannya, demikian juga  dengan Tita mencoba melepaskan hasrat yang dipendamnya selama ini.  Selama bertahun-tahun Tita dapat meredam hasratnya. Tak ada keberanian  untuk menyeleweng, meski niat itu ada. Tapi sudah sejak beberapa bulan  terakhir ini suaminya semakin jarang menyentuhnya. Sehingga hasratnya  semakin menggumpal.Malam ini keberaniannya muncul ketika suaminya tidak  ada dirumah. Sejak Abi kost dirumahnya, Tita telah memperhatikannya dan  ia juga tahu pemuda itu juga memperhatikannya.
  Malam ini Tita tidak perduli lagi dengan dosa apalagi suaminya. Ia ingin  hasratnya terlampiaskan.Mulut mereka sudah saling lepas, dan mulut Abi  mulai menyusuri leher jenjang Tita yang selama ini tertutup rapat. Mulut  Abi menciumi leher jenjang yang lembut itu beberapa saat terus kebawah  sepertinya hendak kedaerah belahan dada Tita, tapi tiba-tiba Abi  bergeser dari duduknya dan bersimpuh di lantai dan melepaskan ciumanya  sehingga mukanya berada diantara paha Tita yang mengangkang dimana bibir  memeknya sedang dirabai jemari pemuda itu.Rupanya Abi ingin memberikan  rangsangan yang lebih lagi dan rupanya Tita juga faham maksud Abi.
  Dengan berdebar dan antusias ditunggunya aksi Abi lebih lanjut terhadap  selangkangannya dengan lebih lebar lagi mengangkangkan kedua kakinya.  Tita menunduk memperhatikan kepala Abi dicondongkan kedepan dan mulutnya  mulai mendekati selangkangannya yang terbuka. Dilihatnya TV yang juga  sedang menayangkan gambar yang tidak kurang hotDihadapan Abi  selangkangan perempuan yang telah terkangkang bebas. Terlihat bulu  jembut yang menghitam agak keriting menumbuhi lembah yang sempit  diantara paha montok yang putih mulus.
  Abi menelan ludah melihat pemandangan yang indah itu. Labia mayoranya  terlihat merekah basah, dihiasi bulu jembut menghitam ditepi dan  atasnya. Kontras dan indah dipandang. Kedua tangannya memegang kedua  paha yang telah mengangkang itu. Dijulurkan lidahnya menyentuh belahan  kemerahan yang sudah terkuak itu. Tercium wangi harum dari lembah  itu.Kedua tangan Abi bergeser mendekati lubang memek itu untuk lebih  menguakkannya
  "Ahhh.!" Tita mendesah dan pinggulnya bergetar ketika ujung lidah itu menyentuh bibir memeknya.
  Desahannya semakin menjadi ketika lidah Abi mulai menjilati bibir yang  merekah basah itu dan dengan ujung lidahnya mengelitik kelentit yang  tersembunyi dibelahannya. Dan itu semakin membuat Tita blingsatan  merasakan nikmat yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Pinggulnya  dihentak-hentakkan keatas menikmati sentuhan yang belum pernah dirasakan  tapi telah lama dihayalkan. Abi terus melakukan jilatan yang nikmat itu  dan tangannya yang satu mulai merambah keatas meremasi buah dada yang  montok padat.
  Rupanya Tita sudah merasa semakin panas meskipun diluar hujan masih  turun. Segera dibuka kimono dan dasternya, juga BH yang membungkus  sepasang bukit kembar, sehingga perempuan yang sehari-hari selalu  berbaju tertutup dan terlihat alim ini kini duduk telanjang bulat disofa  dengan kedua kakinya mengangkang dimana seorang pemuda bersimpuh sedang  menjilati memeknya. Mata Tita merem melek menikmati jilatan lidah dan  rabaan tangan Abi. Hasrat yang telah lama dihayalkan kini mulai  terwujud. Ia bertekad untuk mewujudkan dan melaksanakan semua hayalan  yang selama ini disimpannya. Banyak hayalan gila-gilaan yang pernah di  rekanya, hasil dari pengamatannya menonton film-film porno.
  Demikian juga dengan Abi, impiannya kini tercapai. Bukan hanya melihat  perempuan berkerudung telanjang tapi juga bisa merabai tubuhnya bahkan  mungkin sebentar lagi bercinta dengannya. Jilatan dan rabaan Abi rupanya  telah menaikkan nafsu Tita makin tinggi hingga akhirnya dirasakan  hasrat itu semakin memuncak. Tita yang belum pernah merasakan orgasme  selama berhubungan dengan suaminya, tapi dari rangsangan ketika  berhubungan lesbian dengan Lilis dan ketika menonton film porno sambil  merabai kemaluannya sendiri, ia tahu akan segera orgasme. Dengan ganas  di tariknyanya kepala Abi agar makin rapat keselangkangannya sambil  menggerakkan pinggulnya naik turun, sehingga bukan hanya mulut Abi yang  mengesek memeknya tapi juga hidung dan dagu pemuda itu.
  "Ahhhduh gusti! Ahhh! enak euy !" jeritnya tertahan ketika akhirnya orgasme itu datang juga.
  Abi sempat tidak bisa bernafas ketika mukanya dibenamkan rapat  keselangkangan itu ditambah Tita merapatkan kedua pahanya menjepit  kepalanya. Beberapa saat Tita menyenderkan kepalanya disandaran sofa  dengan mata terpejam menikmati untuk pertama kali klimaks karena dicumbu  lelaki, nafas memburu dan perlahan kedua kakinya yang menjepit kepala  Abi kembali membuka sehingga Abi dapat melepaskan diri. Muka Abi basah  bukan hanya oleh keringat tapi juga oleh cairan yang keluar dari lubang  kenikmatan Tita.
  Abi bangkit berdiri sambil membuka kausnya yang digunakan untuk mengelap  mukanya. Tubuhnya berkeringat. Dipandangi perempuan telanjang itu yang  duduk mengangkang. Baru ini dapat diamati tubuh telanjang perempuan itu  secara utuh.
  "Hatur nuhun ya Bi" kata Tita berterima kasih sambil membuka matanya sehabis meresapi kenikmatan yang baru diraihnya.
  Dan matanya kembali berbinar ketika dilihatnya Abi telah berdiri  telanjang bulat dengan batang kontol mengacung keras. Batang kontol yang  besar dan panjang. Jauh lebih besar dari punya suaminya. Ini untuk  pertama kalinya ia melihat lelaki telanjang bulat selain suaminya. Abi  mendekat dan meraih tangan Tita, dan menariknya berdiri. Kemudian Abi  mundur dua langkah mengamati tubuh telanjang perempuan itu lebih  seksama.
  "Kenapa sih?" tanya Tita sambil senyum-senyum.
  "Saya lagi memandangi tubuh indah sempurna yang selama ini tertutup"  jawab Abi yang memang terpesona dengan apa yang ada dihadapannya.
  Ternyata benar yang sering diangankannya tentang apa yang ada dibalik  baju tertutup yang selama ini dipakai Tita, bahkan lebih indah dari yang  dibayangkannya karena ini benar-benar nyata. Tubuh Tita memang nyaris  sempurna. Badannya tinggi semampai dengan wajah yang cantik dan lekuk  setiap tubuhnya saling mendukung dan proposional. Buah dadanya besar  padat berisi, pinggangnya ramping dengan pinggul dan pantat yang montok  serta sepasang kaki jenjang dengan paha yang padat berisi. Semuanya  dibalut dengan kulit yang putih mulus tanpa cela. Dan sesuatu yang  rimbun berbulu kehitaman di pangkal pahanya menambah pesona.
  Pemandangan itu semakin memperkeras acungan batang kontol Abi. Dan Tita  yang sudah terpesona dengan benda itu dari tadi segera meraih dan  mengenggamnya. Tita kembali duduk sambil tetap menggengam batang kontol  itu. Abi mengikuti dan tahu maksudnya. Ternyata perempuan ini penuh  dengan fantasi yang hebat, pikirnya. Dengan mata berbinar diperhatikan  batang kontol yang tegang dihadapannya. Kontol yang jauh lebih besar dan  panjang dari punya suaminya. Telah lama Tita ingin merasakan mengulum  kontol lelaki seperti yang dilihatnya difilm porno.
  Dipandangnya otot tegang dalam genggaman tangannya. Dengan ujung  lidahnya dijilat perlahan kepala kontol yang mengkilap kecoklatan itu.  Terasa aneh, tapi diulang lagi dan lagi sehingga hasratnya makin  menggebu. Maka dengan perlahan dibuka mulutnya sambil memasukan batang  kontol yang telah basah itu dan dikulumnya. Abi meringis nikmat  diperlakukan begitu. Apalagi Tita mulai melumati batang kontol didalam  mulutnya dengan semakin bernafsu.
  Tita mencoba mempratekkan apa yang dilihatnya difilm. Ia tidak hanya  menggunakan lidahnya tapi menggaruk batang kontol itu dengam giginya,  membuat Abi semakin meringis nikmat. Satu lagi ingin dirasakan Tita  adalah rasa air mani lelaki. Karena itu ia ingin merangsang Abi agar  pemuda itu orgasme dan menumpahkan cairan mani di mulutnya. Tita yang  selama ini kecewa dengan kehidupan sex bersama suaminya hingga terlibat  hubungan lesbian dan sering menghayalkan fantasi-fantasi liar yang  pernah ditontonnya di film.
  Kini ia punya kesempatan untuk mewujudkannya. Tak ada lagi rasa malu  atau jijik. Telah dilepaskan semua atribut sebagai istri yang patuh dan  saleh. Yang ada didalam benaknya adalah menuntaskan hasratnya.Abi yang  batang kontolnya dikulum sedemikian rupa semakin terangsang tinggi.  Kuluman mulut Tita meskipun baru untuk pertama kali melakukannya tapi  cukup membuatnya mengelinjang nikmat. Sangat lain sensasinya. Hingga  akhirnya.
  "Ah Teh, sudah mau keluar nih" desis Abi mengingatkan sambil mencoba menarik pinggulnya.
  Tapi Tita yang memang mau merasakan semburan mani dimulutnya malah  semakin menggiatkan kulumannya. Hingga akhirnya tanpa bisa ditahan lagi,  batang kontol itu menumpahkan cairan kenikmatan didalam mulut Tita. Abi  meregang, dengkulnya terasa goyah. Dan Tita semakin menguatkan kuluman  bibirnya di kontol itu. Dirasakannya cairan hangat menyemprot didalam  mulutnya, rasanya aneh sedikit tapi gurih. Enak menurutnya. Tanpa ragu  Tita semakin keras mengocok batang kontol itu dan dengan lahap  ditelannya cairan yang muncrat dari lubang kontol Abi, bahkan sampai  tetes terakhir dengan menghisap batang kontol itu. Tanpa rasa jijik atau  mual.
  "Bagai mana rasanya Teh?" tanya Abi. Ia kagum ada perempuan yang mau menelan air maninya dengan antusias.
  "Enak, gurih" kata Tita tanpa ragu. Keduanya duduk diatas sofa mengatur nafas. Kemudian Tita bangkit.
  "Sebentar ya, saya buatkan minuman buat kamu" katanya sambil kedapur  dengan hanya mengenakan kimono. Abi sambil telanjang mengikuti dari  belakang dan ke kamar mandi membersihkan batang kontolnya sambil  kencing. Setelah itu didapatinya Tita di dapur membuatkan minuman.
  Abi mendekati dari belakang dan mendekapnya sambil tangannya meremas  sepasang bukit kembar yang menggantung bebas. Tita menggelinjang  merasakan remasan di dadanya. Apalagi ketika kuduknya diciumi Abi.  Perlahan dirasakan batang kontol Abi mulai bangkit lagi mengganjal  dipantatnya. Tita semakin mengelinjang ketika tangan Abi yang satunya  mulai merambahi selangkangannya.
  "Sudah nggak sabar ya" katanya sambil ketawa dan berbalik. Kembali keduanya berciuman dengan rakus.
  "Dikamar saja ya" ajak Tita ketika ciuman mereka semakin larut. Mereka  masuk kekamar yang biasanya untuk tamu. Disana ada tempat tidur besar  dengan kasur empuk.
  Tita mendorong tubuh Abi keranjang dan jatuh celentang. Tita juga segera  menjatuhkan tubuhnya di ranjang menyusul Abi. Keduanya kembali  berciuman dengan buas. Tapi tidak lama karena Tita mendorong kepala Abi  kebawah. Ia ingin Abi mengerjai buahdadanya. Abi menurut karena ia pun  sudah ingin merasakan lembutnya sepasang bukit kembar yang montok berisi  itu. Tita mendesah sambil mengerumus rambut Abi yang mulai menjilati  dan menghisapi salah satu pentil buahdadanya. Sedangkan yang satunya  diremasi tangan Abi dengan lembut. Abi merasakan buahdada yang lembut  dan perlahan terasa semakin menegang dengan puting yang mengeras.
  "Oh Bi! Geliin..terus akh!" Tangan Abi yang satunya mulai merambahi  kembali selangkangan perempuan itu. Tita menyambutnya dengan  merenggangkan kedua kakinya.
  "Ahh..terus sayang!" desisnya ketika jemari pemuda itu mulai menyentuh  kemaluannya. Jemari Abi dengan perlahan menyusuri lembah berbulu dimana  didalamnya terdapat bibir lembut yang lembab. Tita semakin menggelinjang ketika ujung jari Abi menyentuh kelentitnya.  Kini mulut dan tangan Abi secara bersamaan memberikan rangsangan kepada  perempuan kesepian yang haus seks itu. Sementara Tita juga sangat  menikmati jilatan dan rabaan pemuda itu.Beberapa lama kemudian Abi  mengambil inisiatif setelah puas merambahi sepasang bukit ranum itu,  perlahan mulutnya mulai bergerak kebawah menyusuri perut mulus Tita dan  berhenti di pusarnya.
  Tita menggelinjang ketika pusarnya dijilat lidah pemuda itu. Tita  rupanya tidak mau nganggur sendiri. Ditariknya pinggul Abi kearah  kepalanya. Abi faham maksudnya. Dengan segera dikangkangi kepala Tita  diantara kedua pahanya dan menempatkan pangkal pahanya dengan batang  kontol yang menegang keras diatas muka Tita. Yang segera disambut  kuluman Tita dengan bernafsu. Abi juga sudah menempatkan kepalanya  diantara paha Tita yang mengangkang. Mulutnya mulai merambahi kembali  lembah harum berjembut lebat itu. Keduanya melakukan tugas dengan nafsu  yang semakin tinggi dan terus berusaha merangsang pasangan  masing-masing.
  Tita istri kesepian yang bertahun-tahun menyimpan hasrat, sehingga  sekarang seakan mempunyai nafsu yang sepertinya tak habis-habis untuk  ditumpahkan. Demikian juga dengan Abi pemuda lajang yang cukup  berpengalaman dalam urusan perempuan tapi baru kali ini bercinta dengan  istri orang, sehingga fantasi yang dirasakan sangat beda dari yang  pernah dialami sebelumnya.
  "Oh! Bi, lakukanlah" desah Tita mulai tak tahan menahan hasratnya. Abi  segera menghentikan jilatannya dan mengatur posisi. Tita celentang  pasrah dengan kedua paha terbuka lebar menantikan hujaman batang kontol  Abi pada lubang memeknya yang telah semakin berdenyut.
  Dadanya berdebar kencang, mengingatkannya pada malam pertama ketika  untuk pertama kali diperawani suaminya. Usianya belum lagi tujuhbelas  tahun waktu itu. Tak ada kemesraaan dan kenikmatan, yang ada hanya  kesakitan ketika batang kontol Hamdan merobek lubang kemaluannya. Untung  cuma berlangsung sebentar karena suaminya cepat keluar air maninya.  Dilihatnya wajah puas suaminya ketika ada bercak darah disprei, tanda  istrinya masih perawan.
  Tita tersentak dari mimpi buruknya ketika terasa benda hangat menyentuh  bibir memeknya. Direngkuhnya tubuh Abi ketika perlahan batang kontol  yang keras itu mulai menyusuri lubang memeknya.
  "Akh! enak Bi!" desisnya. Tangannya menekan pinggul Abi agar batang kontol pemuda itu masuk seluruhnya.
  Abi juga merasakan nikmat. Memek Tita masih terasa sempit dan seret. Abi  mulai menggerakkan pinggulnya perlahan naik-turun dan terus dipercepat  diimbangi gerakan pinggul Tita. Keduanya terus berpacu menggapai nikmat.
  "Ayo Bi geyol terusss!" desis Tita makin hilang kendali merasakan nikmat  yang baru kali ini dirasakan. Abi mengerakkan pinggulnya semakin cepat  dan keras. Sesekali disentakkan kedepan sehingga batang kontolnya tuntas  masuk seluruhnya kedalam memek Tita.
  "Oh..Bi !"jerit Tita nkmat setiap kali Abi melakukannya.Terasa batang kontol itu menyodok dasar lubang memeknya yang terdalam.
  Semakin sering Abi melakukannya, semakin bertambah nikmat yang dirasakan  Tita sehingga pada hentakan yang sekian Tita merasakan otot diseluruh  tubuhnya meregang. Dengan tangannya ditekan pantat Abi agar hujaman  bantang kontol itu semakin dalam. Dan terasa ada yang berdenyut-denyut  didalam lubang memeknya.
  "Ahk..! Ahduh akhh!" teriaknya tertahan merasakan orgasme yang untuk  pertama kali saat bersanggama dengan lelaki. Sangat nikmat dirasakan  Tita. Seluruh tubuhnya terasa dialiri listrik berkekuatan rendah yang  membuatnya berdesir. Abi yang belum keluar terus menggerakkan pinggulnya  semakin cepat. Menyebabkan Tita kembali berusaha mengimbangi.
  Diangkat kedua kakinya keatas dan dipegang dengan kedua tangannya,  sehingga pinggulnya sedikit terangkat sehingga memeknya semakin  menjengkit. Menyebabkan hujaman kontol Abi semakin dalam. Abi yang  berusaha mencapai kenikmatannya, merasa lebih nikmat dengan posisi Tita  seperti itu. Demikian juga dengan Tita, perlahan kenikmatan puncak yang  belum turun benar naik lagi.Tita mengangkat dan menumpangkan kakinya  dipundak Abi, sehingga selangkangannya lebih terangkat. Abi memeluk kedua kaki Tita, sehingga tubuhnya setengah berdiri.  Dirasakan jepitan memek Tita lebih terasa sehingga gesekan batang  kontolnya menjadi semakin nikmat. Abi semakin menghentakkan pinggulnya  ketika dirasakan kenikmatan puncak sudah semakin dekat dirasakan.
  "Ahhh" Abi mendesah nikmat ketika dari batang kontolnya menyembur cairan  kenikmatannya. Dikocoknya terus batang kontol itu untuk menuntaskan  hasratnya. Bersamaan dengan itu Tita rupanya juga merasakan kenikmatan  yang kedua kalinya.
  "Akhh!!" jeritnya untuk kedua kali merasakan orgasme  berturut-turut.Tubuh Abi ambruk diatas tubuh Tita. Keduanya saling  berdekapan. Kemaluan mereka masih bertaut. Keringat mengucur dari tubuh  keduanya, bersatu. Nafas saling memburu.
  "Hatur nuhun ya Bi, hatur nuhun" kata Tita terbata mengucapkan terima  kasih diantara nafasnya yang memburu. Tuntas sudah hasratnya. Dua tubuh  yang panas berkeringat terus berdekapan mengatasi dinginnya malam.
  Tak sampai sepuluh menit mereka saling berdekapan ketika dirasakan Abi,  batang kontolnya yang telah lepas dari lubang memek Tita mulai dirabai  dan diremas kembali oleh tangan Tita. Rupanya perempuan ini sudah ingin  lagi. Abi tersenyum dalam hati, lembur nih ini malam! Memang Tita sudah  bangkit lagi hasratnya. Nafsunya yang lama terpendam seakan-akan segera  muncul kembali meskipun baru terpenuhi. Sepertinya ia tidak ingin  melepaskan kesempatan malam ini untuk bercinta sebanyak mungkin dengan  Abi sampai besok pagi, dengan berbagai teknik dan posisi yang selama ini  cuma diangankannya. Dan malam itu mereka melewati malam panjang dengan penuh keringat,  cumbuan, rabaan, hentakan nafas dan desahan nikmat berkali-kali sampai  pagi.
  ***
  Abi bangun ketika dirasakan sinar matahari menyinari tubuhnya yang masih  telanjang cuma ditutupi selimut. Ia masih terbaring diranjang tempat  dia bercinta sepanjang malam dengan Tita. Dilihatnya jam sudah pukul  sembilan. Badannya terasa segar meskipun sepanjang malam mengeluarkan  tenaga untuk melayani dan mengimbangi nafsu Tita yang ternyata tak kenal  puas. Tak kurang dari lima ronde dilewati oleh mereka dengan sebentar  saja istirahat.
  Abi ingat setiap dua atau tiga ronde, Tita selalu membuatkannya minuman  sejenis jamu yang ternyata sangat berkhasiat memulihkan energinya  sehingga sanggup melayani perempuan yang haus sex itu berkali-kali. Abi  masih berbaring. Dicobanya membayangkan kejadian tadi malam. Seperti  mimpi tapi benar terjadi. Perempuan yang terlihat lembut tapi ternyata  sangat ganas di tempat tidur. Berbagai posisi bercinta telah mereka  lakukan semalam.
  Tiba-tiba pintu kamar dibuka dan masuklah Tita dengan pakaian lengkap  dengan jilbab rapat menutup rambutnya membawa nampan berisi roti dan  minuman.
  "Eh sudah bangun, bagaimana tidurnya nyenyak" katanya sambil tersenyum dan langsung duduk ditepi ranjang.
  "Nih sarapan dulu, nantikan kerja keras lagi" katanya sambil senyum menggoda.
  Disodorkanya gelas yang berisi telor setengah matang dicampur minuman  yang menurut Tita ramuan rahasia menambah gairah lelaki. Kemudian Tita  memberikannya sepotong roti yang dilahap oleh Abi dengan cepat. Baru  terasa perutnya sangat lapar.
  "Teteh mau kemana sih kok rapi" tanya Abi
  "Baru nganter anak saya ke rumah Teh Siti. Biar kita bebas" kata Tita  kembali tersenyum nakal. Abi merasa girang karena hasratnya juga mulai  berkobar lagi justru karena melihat Tita berpakaian lengkap.
  "Teteh beda banget deh kalau pake jilbab gini. Jadinya takut aku  macem-macem sama teteh alimmm banget." Goda Abi sambil pura-pura  menutupi tubunya yang masih bugil itu.
  "Kamu bisa aja sih Bi, biar pake jilbab aku kan juga manusia biasa  pengen kehangatan, pengen kenikmatan" jawabnya sambil mencubit paha Abi,  sambil tangan kanannya mencoba melepas jilbabnya.
  "Teh .. jangan dilepas dulu jilbabnya Teteh mau ngga memenuhi permintaan saya?" kata Abi.
  "Apa sih?" tanya Tita agak heran.
  "Maaf nih Teh, "kata Abi, "Teteh mau ngga bergaya seperti penari striptease, membuka satu-persatu baju Teteh didepan saya?".
  "Kenapa tidak" kata jawab Tita Tita tersenyum manis sambil bangkit dan  mulai bergaya seperti penari salsa. Mengerakkan tangannya juga  pinggulnya. Sambil berputar berusaha melepas jilbabnya.
  "Jilbabnya jangan dilepas dulu teh" seru Abi.Abi memperhatikannya sambil  berbaring menyender di ranjang. Matanya berbinar menyaksikan gaya dan  aktrasi Tita. Dengan masih bergoyang, Tita mulai membuka kancing bajunya  sehingga mencuatlah buah dada montoknya yang terbungkus BH. Sambil  terus menggoyangkan pinggulnya meluncurlah celana panjang yang  dipakainya, hingga kini Tita hanya mengenakan jilbab, BH dan Celana  dalam berwarna pink.
  Dalam keadaan setengah bugil itu goyangan Tita semakin seronok dan  menggoda. Kedua tangannya meremasi buahdadanya sambil pinggulnya  bergoyang maju-mundur. Abi benar-benar terpesona memandang didepan  matanya seorang wanita berjilbab menari erotis hanya menggunakan BH dan  celana dalam wow dan perlahan batang kontolnya mulai ngaceng.
  Tita naik keatas ranjang. Tariannya kini semakin liar. Disorongkannya  pangkal pahanya ke muka Abi sambil menurunkan celana dalamnya sedikit,  memperlihatkan bulu jembutnya. Abi menanggapi dengan meraba paha Tita  dan membelainya. Kini selangkangan Tita tepat dimuka Abi.Dengan  tangannya ditariknya kebawah celana dalam Tita dan langsung dijilati  rimbunan jembut menghitam yang dibaliknya terdapat lembah yang nikmat.  Tita mengangkangkan kedua kakinya sambil sedikit menekuk lututnya.  Tangannya memegang tembok.
  Pinggulnya kini bergerak perlahan mengimbangi jilatan lidah Abi pada  selangkangannya.Abi menengadah dengan mulut dan lidahnya merambahi  daerah kemaluan Tita dengan rakus. Tita mendesah nikmat diperlakukan  seperti itu, satu tangannya kini meremasi buahdadanya yang telah  terbuka. Dengan ujung lidahnya Abi menjilati lubang memek Tita yang  sudah dikuakkan jari tangannya.
  Dengan penuh nafsu belahan lembut itu tidak hanya dijilat tapi juga  dihisap. Sangat eksotis sekali melihat pemandangan ini, seorang wanita  yang masih mengenakan kerudung/jilbabnya sedang dalam keadaan terangsang  berat dan kedua tangannya meremas buah dadanya sendiri. Tita merintih  nikmat ketika satu jari tengah Abi dimasukkan kedalam lubang memeknya  yang semakin basah. Abi menggerakkan jarinya keluar masuk di liang  kenikmatan itu dengan sesekali mengoreknya seperti mencari sesuatu,  ditambah lidahnya terus menjilati kelentit perempuan itu, menyebabkan  Tita semakin mengelinjang liar.
  Tita semakin keras meremasi buah dadanya. Tubuhnya bergetar hebat  menerima sentuhan pada lubang memeknya. Kaki Tita terasa tidak kuat  menyangga tubuhnya hingga terduduk. Jari Abi masih terhujam dilubang  memeknya. Tita membaringkan tubuhnya kebelakang sedangkan pinggulnya  diangkat keatas sehingga posisinya melengkung seperti pemain akrobat.  Kemaluannya mendongak keatas disangga kedua kakinya yang terbuka.  Sehingga kembali mulut Abi dapat merambahi lembah berbulu itu dengan  bebas.
  Entah kenapa, Abi sangat suka menjilati seputar memek Tita, selain  berbau harum juga sangat indah bila dipandang. Dan tentu Tita juga  sangat menyukai perlakuan Abi itu, sesuatu yang telah didambakan selama  bertahun-tahun.Setelah beberapa lama, rupanya Tita ingin segera disodok  lubang memeknya dengan batang kontol pemuda itu yang telah keras  mengaceng.
  Diturunkan tubuhnya dan mengarahkan selangkangannya kebatang kontol Abi  yang telah mengaceng keatas. Abi membantu mengarahkan batang kontolnya  kelubang yang telah basah merekah itu. Tita mendesah ketika kepala  kontol Abi perlahan menyusup kedalam lubang memeknya yang sempit. Lubang  memek Tita meskipun sudah pernah melahirkan masih terasa sempit dan  peret. Itu hasil dari rutinnya ia minum ramuan warisan orang tuanya.  Sehingga selain lebih rapet juga memeknya berbau harum. Begitu juga  ramuan yang diberikan kepada Abi, ramuan khusus untuk lelaki yang  membuatnya perkasa dan selalu siap tempur. Dan itu dirasakan oleh Abi  setelah minum ramuan buatan Tita. Tubuhnya kembali segar dan batang  kontolnya selalu siap tempur.Secara normal Abi memang lelaki yang kuat  berhubungan sex, tapi semalaman lima kali bertempur pastilah pagi ini ia  masih kecapaian.
  Nyatanya pagi ini ia kembali bergairah bahkan semakin tinggi dorongan  birahinya. Abi sempat bertanya kenapa ramuan itu tidak diberikan kepada  suaminya. Ternyata Tita pernah memberikan suaminya minuman itu, tapi  ternya suaminya marah-marah dan melempar gelasnya. Baginya haram minum  minuman yang cuma untuk meningkatkan nafsu belaka.
  Abi merasakan selusuran batang kontolnya didalam lubang memek Tita yang  kering tapi lembut. Sehingga sentuhan kepala kontolnya yang sensitif  pada dinding lubang memek itu menjadi lebih nikmat. Tita mulai  menggerakkan tubuhnya naik turun perlahan dan semakin cepat diselingi  hentakan-hentakan yang liar. Posisi Abi yang duduk menyandar di sandaran  tempat tidur hanya bisa sedikit mengimbangi gerakan Tita yang semakin  cepat. Tangannya memegang pinggul montok perempuan itu mengikuti gerakan  turun naiknya.
  Sepasang buah dada yang montok itu terguncang-guncang menggesek muka  Abi. Sesekali Tita menghempaskan pingulnya kebawah sehingga batang  kontol Abi menghujam seluruhnya didalam lubang memeknya. Dan itu  mendatangkan nikmat yang sangat bagi Tita ketika kepala kontol Abi  menghujam lubang memeknya yang terdalam yang paling sensitif. Tita terus  mehentakkan pinggulnya semakin cepat ketika dirasahan tubuhnya mulai  dialiri getaran yang semakin keras, dan tanpa bisa dicegah tubuhnya  mengejang ketika getaran itu mencapai puncaknya.
  "Achhh..!! " jeritnya keras merasakan puncak kenikmatan.
  Tubuhnya mendekap Abi dengan ketat. Abi yang belum tertuntaskan  hasratnya kemudian mendorong tubuh Tita kebelakang hingga terlentang  dengan tubuh Abi berada diatasnya. Batang kontolnya masih bertaut dalam  dilubang memek Tita. Segera Abi mengerakkan pinggulnya naik turun  melanjutkan gerakan yang dibuat Tita. Gerakan Abi langsung cepat karena  ia juga ingin membuat Tita orgasme yang kedua kalinya berturut-turut,  seperti yang selalu dilakukan sepanjang malam tadi. Bahkan ia ingin  membuat hatrick, yaitu membuat Tita klimaks tiga kali berturut-turut.
  Abi merasa mampu karena tubuhnya terasa segar sedangkan batang kontolnya  masih belum terasa sensitif. Dan nyatanya dihentak sedemikian rupa  klimaks Tita yang belum surut, kembali berkobar semakin tinggi. Tita  mencoba mengimbangi goyangan Abi, tapi ternyata hanya sebentar ketika  orgasme yang kedua kali melandanya.
  "Duh gusti.!.ackhh..oh! " jeritnya nikmat.
  Ia merasa puas dengan kemampuan Abi, bukan semata karena ramuan yang  diberikannya tapi karena pemuda ini memang pintar bercinta dengan teknik  yang bisa mengimbangi hasratnya. Abi terus saja menggerakkan pinggulnya  tanpa perduli, ia ingin memberikan yang terbaik kepada perempuan ini.  Kembali Abi berusaha memacu kembali hasrat Tita yang baru klimaks dan  memang tak lebih dari satu menit kembali tubuh Tita diguncang getaran  yang paling nikmat.
  "Aaaarrggghh..!" desahnya kembali.
  Belum pernah ia merasakan orgasme tiga kali berturut-turut. Bahkan yang  dua kali secara beruntun. Sehingga tubuhnya terasa melayang kelangit  kenikmatan ketujuh. Abi yang masih segar belum menghentikan goyangannya  bahkan semakin cepat karena ia mulai merasakan nikmat pada batang  kontolnya. Tita yang telah KO tiga kali hanya bisa celentang pasrah,  seluruh persendiannya terasa lemas. Tapi tiba-tiba hasratnya untuk  menikmati airmani Abi muncul.
  "Bi, saya mau kulum punya kamu" pintanya kembali bersemangat.
  Abi menghentikan goyangannya, dia maklum rupanya Tita sudah haus ingin  minum. Minum air maninya. Abi juga merasa senang karena ada kenikmatan  lain menumpahkan air maninya didalam mulut perempuan itu. maka  dicabutnya batang kontol dari lubang kenikmatan itu. Tita mengatur  posisi. Kepalanya diganjal dengan bantal sehingga setengah berbaring.  Abi segera berlutut mengangkangi badan Tita dengan batang kontolnya  mengacung tepat dimuka Tita yang langsung menyambarnya dan mengulumnya  dengan nikmat.
  Benar-benar pemandangan yang penuh sensasi. Luar biasa, seorang wanita  terbaring telanjang bulat dengan hanya mengenakan jilbab, suatu paduan  yang bertolak belakang apalagi mulut wanita berjilbab ini membuka siap  menerima batang kontolnya yang keras dan basah dengan lendir vaginanya.  Abi merem-melek, gairahnya seakan semakin terbakar melihat dan merasakan  bibir wanita berjilbab ini melahap dan mengulum batang kontolnya yang  sedang ngaceng dan Abi sangat menikmati sentuhan itu, dibiarkan  perempuan itu memperlakukan kontolnya dengan mulutnya.
  Tita dengan penuh nafsu mengulum dan menjilatinya. Cara perlakuannya  semakin pintar dan terampil, hingga nikmat yang dirasakan Abi semakin  tinggi.Jarang ada perempuan yang dikencaninya mau mengulum batang  kontolnya apa lagi menelan air maninya. Yang mau melakukan itu biasanya  perempuan bayaran. Tapi kini perempuan baik-baik, seorang istri yang  kesepian dengan rakus melakukannya. Abi merasa beruntung bertemu dengan  Tita.
  Tidak terpikirkan apa reaksi Pak Hamdan bila tahu perbuatan mereka.Abi  merasa batang kontolnya semakin sensitif dikulum dan dilumati mulut Tita  yang semakin rakus. Dan tanpa dapat ditahan lagi muncratlah cairan  kenikmatan hangat dari otot tegang itu, yang segera dilahap dengan  nikmat oleh Tita. Batang kontol itu dikulum hingga hampir sepenuhnya  masuk kedalam mulutnya sehingga airmani yang tercurah langsung masuk  ketenggorokannya dan tertelan. Enak sekali dirasakan Tita.
  Demikian juga dengan Abi, tubuhnya meregang tersentak-sentak seiring  curahan cairan kenikmatannya yang dengan rakus ditelan perempuan itu.  Tita bahkan juga menjilati cairan yang meleleh dibatang kontol hingga  tuntas. Dan tuntas juga ronde pertama dipagi itu. Di pagi itu, seperti  malam tadi, mereka terus kembali merengkuh kenikmatan hingga sore.     Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Beli Mobil Berbonus Seks               Apr 10th 2013, 06:06                                               
 
      Namaku Wawan. Umurku 23 tahun, dan sekarang sedang kuliah di  tingkat terakhir di sebuah PTS di Jakarta. Asalku dari Sukabumi, dimana  aku menghabiskan masa anak-anak dan remajaku, sampai kemudian aku pindah  ke Jakarta empat tahun yang lalu.
  Ekonomi keluargaku termasuk pas-pasan. Ayahku hanyalah seorang pensiunan  pegawai bank pemerintah di Sukabumi. Sedangkan ibuku bekerja sebagai  guru sebuah SMA negeri di sana. Aku tinggal di tempat kos di daerah  Jakarta Barat. Karena uang kiriman orang tuaku kadang-kadang terlambat  dan terkadang bahkan tidak ada kiriman sama sekali, untuk bertahan  hidup, akupun menjadi guru privat anak-anak SMA. Memang aku beruntung  dikaruniai otak yang lumayan encer.
  Akupun hidup prihatin di ibukota ini, terkadang seharian aku hanya makan  supermie saja untuk mengganjal perutku. Aku pikir tidak mengapa, asal  aku bisa hemat untuk bisa membeli buku kuliah dan lain sebagainya,  sehingga aku bisa lulus dan membanggakan kedua orang tuaku. Terkadang  aku iri melihat teman-teman kuliahku. Mereka sering dugem, berpakaian  bagus, bermobil, mempunyai HP terbaru, dll.
  Salah satu dari teman kuliahku bernama Monika. Dia seorang gadis cantik  dan kaya. Ia anak seorang direktur sebuah perusahaan besar di Jakarta.  Percaya atau tidak, dia adalah pacarku. Kadang aku heran, kok dia bisa  tertarik padaku. Padahal banyak teman laki-laki yang bonafid,  mengejarnya. Ketika kutanyakan hal ini, ini bukan ge-er, dia bilang  kalau menurutnya aku orang yang baik, sopan dan pintar. Disamping itu,  dia suka dengan wajahku yang katanya "cute", dan perawakanku yang kekar.  Nggak percuma juga aku sering latihan karate waktu di Sukabumi dulu.
  Monika dan aku telah berpacaran semenjak dua tahun belakangan ini.  Walaupun kami berbeda status sosial, dia tidak tampak malu berpacaran  denganku. Akupun sedikit minder bila menjemputnya menggunakan motor  bututku, di rumahnya yang berlokasi di Pondok Indah. Sering orang  tuanya, mereka juga baik padaku, menawarkan untuk menggunakan mobil  mereka jika kami akan pergi bersama. Tetapi aku memang mempunyai harga  diri atau gengsi yang tinggi (menurut Monika pacarku, gengsiku  ketinggian), sehingga aku selalu menolak. Kemana-mana aku selalu  menggunakan motor bersama Monika.
  Monikapun tidak berkeberatan bahkan mengagumi prinsip hidupku. Saat  makan atau nonton, aku selalu menolak bila dia akan mentraktirku. Aku  bilang padanya sebagai laki-laki aku yang harus bayarin dia. Meskipun  tentu saja kami akhirnya hanya makan di rumah makan sederhana dan nonton  di bioskop yang murah. Itupun aku lakukan kalau sedang punya uang.  Kalau tidak ya kami sekedar ngobrol saja di rumahnya atau di tempat  kostku.
  Monika adalah gadis baik-baik. Aku sangat mencintainya. Sehingga dalam  berpacaran kami tidak pernah bertindak terlalu jauh. Kami hanya  berciuman dan paling jauh saling meraba. Memang benar kata orang, bila  kita benar-benar mencintai seseorang, kita akan menghormati orang  tersebut. Monika pernah bilang padaku, kalau ia ingin mempertahankan  keperawanannya sampai ia menikah nanti. Terlebih akupun waktu itu masih  perjaka. Mungkin hal ini sukar dipercaya oleh pembaca, mengingat trend  pergaulan anak muda Jakarta sekarang.
  Keadaanku mulai berubah semenjak beberapa bulan yang lalu. Saat itu aku  ditawari sebuah peluang untuk berwiraswasta oleh seorang temanku. Aku  tertarik mendengar cerita suksesnya. Terlebih modal yang dibutuhkanpun  sangat kecil, sehingga aku berpikir tidak ada salahnya untuk mencoba.
  Hasilnya ternyata luar biasa. Mungkin memang karena bidang ini masih  banyak peluang, disamping strategi pemasaran yang disediakan oleh  program ini sangat jitu. Penghasilankupun per bulan sekarang mencapai  jutaan rupiah. Mungkin setingkat dengan level manajer perusahaan kelas  menengah. Bekerjanyapun dapat part-time sambil disambi kuliah. Memang  beruntung aku menemukan program ini.
  Semenjak itu, penampilanku berubah. Gaya hidup yang sudah lama aku  impikan sekarang telah dapat kunikmati. HP terbaru, pakaian bagus, sudah  dapat aku beli. Semakin sering aku mengajak Monika untuk makan di  restoran mahal serta nonton film terbaru di bioskop 21. Monika sempat  kaget dengan kemajuanku. Sempat disangkanya aku berusaha yang ilegal,  seperti menjual narkoba. Tetapi setelah aku jelaskan apa bisnisku, dia  pun lega dan ikut senang. Disuruhnya aku bersyukur pada Tuhan karena  telah memberikan jalan kepadaku.
  Hanya satu saja yang masih kurang. Aku belum punya mobil. Setelah  menabung dari hasil usahaku selama berbulan-bulan, akhirnya terkumpul  juga uang untuk membeli mobil bekas. Kulihat di suratkabar dan tertera  iklan tentang mobil Timor tahun 1997 warna gold metalik. Aku tertarik  dan langsung kutelpon si penjualnya.
  "Ya betul... mobil saya memang dijual". Suara seorang wanita menjawab di ujung telepon. "Harganya berapa Bu?" "Empat puluh delapan juta" "Kok mahal sih Bu?" "Kondisinya bagus lho.. Semuanya full orisinil"
  Dengan cepat kukalkulasi danaku. Wah.. Untung masih cukup, walaupun aku  harus menjual motorku dulu. Tetapi akupun berpikir, siapa tahu harganya  masih bisa ditawar. Kuputuskan untuk melihat mobilnya terlebih dahulu.
  "Alamatnya dimana Bu?"
  Diapun kemudian memberikan alamatnya, dan aku berjanji untuk datang ke sana sore ini sehabis kuliah.
  *****
  Setelah mencari beberapa lama, sampai juga aku di alamat yang dimaksud.
  "Selamat sore" sapaku ketika seorang wanita cantik membuka pintu. "Oh sore.." jawabnya.
  Aku tertegun melihat kecantikan si ibu. Usianya mungkin sekitar 35  tahunan, dengan kulit yang putih bersih, dan badan yang seksi.  Payudaranya yang tampak penuh di balik baju "you can see" menambah  kecantikannya. Agar pembaca dapat membayangkan kecantikannya, aku bisa  bilang kalau si ibu ini 80% mirip dengan Sally Margaretha, bintang film  itu.
  "Saya Wawan yang tadi siang telepon ingin melihat mobil ibu" "Oh.. Ya silakan masuk."
  Akupun masuk ke dalam rumahnya.
  "Tunggu sebentar ya Wan. Mobilnya masih dipakai sebentar menjemput anakku les. Mau minum apa?" "Ah.. Nggak usah ngerepotin.. Apa saja deh Bu"
  Akupun kemudian duduk di ruang tamu. Tak lama si ibu datang dengan membawa segelas air sirup.
  "Kamu masih kuliah ya," tanyanya setelah duduk bersamaku di ruang tamu "Iya Bu.. Hampir selesai sih " "Ayo diminum.. Beruntung ya kamu.. Dibelikan mobil oleh orang tuamu" si ibu berkata lagi.
  Kuteguk sirup pemberian si ibu. Enak sekali rasanya menghilangkan dahagaku.
  "Oh.. Ini saya beli dari usaha saya sendiri, Bu. Mangkanya jangan mahal-mahal dong" jawabku. "Wah.. Hebat kamu kalau gitu. Memang usaha apa kok masih kuliah sudah bisa beli mobil" "Yah usaha kecil-kecilan lah" jawabku seadanya. "Ngomong-ngomong mobilnya kenapa dijual Bu?" "Aduh kamu ini ba Bu ba Bu dari tadi. Saya kan belum terlalu tua.  Panggil saja tante Sonya." jawabnya sambil sedikit tertawa genit. "Mobilnya akan saya jual karena mau beli yang tahunnya lebih baru" "Oh begitu.." jawabku.
  Kemudian tante Sonya tampak melihatku dengan pandangan yang agak lain.  Agak rikuh aku dibuatnya. Terlebih tante Sonya duduk sambil menumpangkan  kakinya, sehingga rok mininya agak sedikit terangkat memperlihatkan  pahanya yang putih mulus.
  "Anaknya berapa tante. Terus suami tante kerja dimana?" tanyaku untuk menghilangkan kerikuhanku. "Anakku satu. Masih SD. Suamiku sudah nggak ada. Dia meninggal dua tahun yang lalu" jawabnya. "Waduh.. Maaf ya tante" "Nggak apa kok Wan.. Kamu sendiri sudah punya pacar?" "Sudah, tante" "Cantik ya?" "Cantik dong tante.." jawabku lagi.
  Duh, aku makin rikuh dibuatnya. Kok pembicaraannya jadi ngelantur begini. Tante Sonya kemudian beranjak duduk di sebelahku.
  "Cantik mana sama tante.." katanya sambil tangannya meremas tanganku. "Anu.. Aduh.. Sama-sama, tante juga cantik" jawabku sedikit tergagap. "Kamu sudah pernah begituan dengan pacarmu?".
  Sambil berkata, tangan tante Sonya mulai berpindah dari tanganku ke pahaku.
  "Belum.. Tante.. Saya masih perjaka.. Saya nggak mau begituan dulu"  jawabku sambil menepis tangan tante Sonya yang sedang meremas-remas  pahaku.
  Jujur saja, sebenarnya akupun sudah mulai terangsang, akan tetapi saat  itu aku masih dapat berpikir sehat untuk tidak mengkhianati Monika  pacarku. Mendengar kalau aku masih perjaka, tampak tante Sonya  tersenyum.
  "Mau tante ajarin caranya bikin senang wanita?" tanyanya sambil  tangannya kembali merabai pahaku, dan kemudian secara perlahan  mengusap-usap penisku dari balik celana. "Aduh.. Tante.. Saya sudah punya pacar.. Nggak usah deh.." "Mobilnya kapan datang sih?" lanjutku lagi. "Sebentar lagi.. Mungkin macet di jalan. Mau minum lagi? "
  Tanpa menunggu jawabanku, tante Sonya pergi ke belakang sambil membawa  gelasku yang telah kosong. Lega juga rasanya terlepas dari bujuk rayu  tante Sonya. Beberapa menit kemudian, tante Sonya kembali membawa  minumanku.
  "Ayo diminum lagi" kata tante Sonya sambil memberikan gelas berisi sirup padaku.
  Kuteguk sirup itu, dan terasa agak lain dari yang tadi. Tante Sonya kemudian kembali duduk di sebelahku.
  "Ya sudah.. Kamu memang setia nih ceritanya.. Kita ngobrol aja deh sambil menunggu mobilnya datang, OK?" "Iya tante.." jawabku lega. "Kamu ngambil jurusan apa?" "Ekonomi, tante" "Kenal pacarmu di sana juga?"
  Waduh.. Aku berpikir kok si tante kembali nanyanya yang kayak begituan.
  "Iya dia teman kuliah" "Ceritain dong gimana ketemuannya"
  Yah daripada diminta yang nggak-nggak, aku setuju saya menceritakan  padanya tentang kisahku dengan Monika. Kuceritakan bagaimana saat kami  berkenalan, ciri-cirinya, acara favorit kami saat pacaran, tempat-tempat  yang sering kami kunjungi.
  Setelah beberapa lama bercerita, entah mengapa nafsu birahiku terangsang  hebat. Akupun merasakan sedikit keringat dingin mengucur di dahiku.
  "Kenapa Wan.. Kamu sakit ya" tanya tante Sonya tersenyum sambil kembali meremas tanganku.
  Tangannya kemudian beralih ke pahaku dan kembali diusap dan diremasnya perlahan.
  "Anu tante rasanya kok agak aneh ya?" jawabku. "Tapi enak kan?"
  Tante Sonyapun kemudian mendekatkan wajahnya ke wajahku, dan kemudian  bibir kamipun telah saling berpagut. Tak kuasa lagi aku menolak tante  Sonya. Nafsuku telah sampai di ubun-ubun.
  "Saya tadi dikasih apa tante" tanyaku lirih. "Ah.. Cuma sedikit obat kok. Supaya kamu bisa lebih rileks" jawabnya sambil tangannya mulai membuka retsleting celanaku. "Ayo, tante ingin merasakan penismu yang masih perjaka itu" lanjutnya sambil kembali menciumi wajahku.
  Tante Sonyapun kemudian membuka celanaku beserta celana dalamnya sekaligus.
  "Hmm.. Besar juga ya punyamu. Tante suka kontol besar anak muda begini".
  Tangannya mulai mengocok penisku perlahan. Kemudian tante Sonya  merebahkan kepalanya dipangkuanku. Diciumnya kepala penisku, dan lantas  dengan bernafsu dikulumnya penisku yang sudah tegak menahan gairah  berahi.
  "Ah.. Tante.." desahku menahan nikmat, ketika mulut tante Sonya mulai menghisap dan menjilati penisku.
  Tangan tante Sonyapun tak tinggal diam. Dikocoknya batang penisku, dan  diusap-usapnya buah zakarku. Setelah sekian lama penisku  dipermainkannya, kembali tante Sonya bangkit dan menciumiku.
  "Kita lanjutin pelajarannya di kamar yuk sayang.." bisiknya.
  Akupun sudah tak kuasa menolak. Nafsu berahi telah menguasai diriku.  Kamipun beranjak menuju kamar tidur tante Sonya di bagian belakang  rumah. Sesampainya aku di kamar, tante Sonya kembali menciumiku.  Kemudian tangankupun diraihnya dan diletakkan di payudaranya yang  membusung.
  "Ayo sayang.. Kamu remas ya"
  Kuikuti instruksi tante Sonya dan kuremas payudara miliknya. Tante Sonyapun terdengar mengerang nikmat.
  "Sayang... tolong bukain baju tante ya".
  Tante Sonya membalikkan badan dan akupun membuka retsleting baju "you  can see"nya. Setelah terbuka, tante Sonya kembali berbalik menghadapku.
  "BHnya sekalian donk sayang.." ujarnya.
  Kuciumi kembali wajahnya yang ayu itu, sambil tanganku mencari-cari pengait BH di punggungnya.
  "Aduh.. Kamu lugu amat ya.. Tante suka.." katanya disela-sela ciuman kami. "Pengaitnya di depan, sayang.."
  Kuhentikan ciumanku, dan kutatap kembali BHnya yang membungkus payudara  tante Sonya yang besar itu. Kubuka pengaitnya sehingga payudara kenyal  itupun seolah meloncat keluar.
  "Bagus khan sayang.. Ayo kamu hisap ya.."
  Tangan tante Sonya merengkuh kepalaku dan didorong ke arah dadanya.  Tangannya yang satunya lagi meremas payudaranya sendiri dan  menyorongkannya ke arah wajahku.
  "Ah.. Enak.. Anak pintar.. Sshh" desah tante Sonya ketika aku mulai menghisap payudaranya. "Jilati putingnya yang.." instruksi tante Sonya lebih lanjut. Dengan  menurut, akupun menjilati puting payudara tante Sonya yang telah  mengeras.
  Kemudian aku kembali menghisap sepasang payudaranya bergantian. Setelah  puas aku hisapi payudaranya, tante Sonya kemudian mengangkat kepalaku  dan kembali menciumiku.
  "Sekarang kamu buka rok tante ya"
  Tante Sonya merengkuh tanganku dan diletakkannya di pantatnya yang  padat. Kuremas pantatnya, lalu kubuka retsleting rok mininya. Aku  terbelalak melihat Tante Sonya ternyata menggunakan celana dalam yang  sangat mini. Seksi sekali pemandangan saat itu. Tubuh tante Sonya yang  padat dengan payudara yang membusung indah, ditambah dengan sepatu hak  tinggi yang masih dikenakannya.
  Kembali tante Sonya mencium bibirku. Lantas ditekannya bahuku, membuatku  berlutut di depannya. Tangan tante Sonya lalu menyibakkan celana  dalamnya sehingga vaginanya yang berbulu halus dan tercukur rapi nampak  jelas di depanku.
  "Cium di sini yuk sayang.." perintahnya sambil mendorong kepalaku perlahan. "Oh..my god.. Sshh" erang tante Sonya ketika mulutku mulai menciumi vaginanya.
  Kujilati juga vagina yang berbau harum itu, dan kugigit-gigit perlahan bibir vaginanya.
  "Ahh.. Kamu pintar ya.. Ahh" desahnya.
  Tante Sonya lantas melepaskan celana dalamnya, sehingga akupun lebih bebas memberikan kenikmatan padanya.
  "Jilat di sini sayang.." instruksi tante Sonya sambil tangannya mengusap klitorisnya.
  Kujilati klitoris tante Sonya. Desahan tante Sonya semakin menjadi-jadi  dan tubuhnya meliuk-liuk sambil tangannya mendekap erat kepalaku.  Beberapa saat kemudian, tubuh tante Sonyapun mengejang.
  "Yes.. Ah.. Yes.." jeritnya.
  Liang vaginanya tampak semakin basah oleh cairan kewanitaannya. Kusedot  habis cairan vaginanya sambil sesekali kuciumi paha mulus tante Sonya.  Tak percuma ilmu yang kudapat selama ini dari pengalamanku menonton  video porno.
  "Kita terusin di ranjang yuk.." ajaknya setelah mengambil nafas panjang.
  Akupun kemudian melucuti semua pakaianku. Tante Sonya lalu membuka  sepatu hak tingginya, sehingga sambil telanjang bulat, kami merebahkan  diri di ranjang.
  "Ciumi susu tante lagi dong yang.."
  Aku dengan gemas mengabulkan permintaannya. Payudara tante Sonya yang  membusung kenyal, tentu saja membuat semua lelaki normal, termasuk aku,  menjadi gemas. Sementara mulutku sibuk menghisap dan menjilati puting  payudara tante Sonya, tangannya menuntun tanganku ke vaginanya. Akupun  mengerti apa yang ia mau. Tanganku mulai mengusap-usap vagina dan  klitorisnya.
  Tante Sonya kembali mengerang ketika nafsu berahinya bangkit kembali.  Ditariknya wajahku dari payudaranya dan kembali diciuminya bibirku  dengan ganas. Selanjutnya, tante Sonya menindih tubuhku. Dijilatinya  puting dadaku dan kemudian perutkupun diciuminya.
  Sesampainya di penisku, dengan gemas dijilatinya lagi batangnya. Tak  lama kemudian, kepala tante Sonyapun sudah naik turun ketika mulutnya  menghisapi penisku.
  "Sekarang tante pengin ambil perjakamu ya.."
  Sambil berkata begitu, tante Sonya menaiki tubuhku. Diarahkannya penisku  ke dalam vaginanya. Rasa nikmat luar biasa menghinggapiku, ketika  batang penisku mulai menerobos liang vagina tante Sonya.
  "Uh.. Nikmat sekali.. Tante suka kontolmu.. Enak.." desah tante Sonya sambil menggoyangkan tubuhnya naik turun di atas tubuhku. "Heh.. Heh.. Heh.." begitu suara yang terdengar dari mulut tante Sonya. Seirama dengan ayunan tubuhnya di atas penisku. "Tante suka.. Ahh.. Ngentotin anak muda.. Ahh.. Seperti kamu.. Yes.. Yes.."
  Tante Sonya terus meracau sambil menikmati tubuhku. Tangannya kemudian  menarik tanganku dan meletakkannya di payudaranya yang bergoyang-goyang  berirama. Akupun meremas-remas payudara kenyal itu. Suara desahan tante  Sonya semakin menjadi-jadi.
  "Enak.. Ahh.. Ayo terus.. Entotin tante.. Ah.. Anak pintar.. Ahh.."
  Tak lama tubuh tante Sonyapun kembali mengejang. Dengan lenguhan yang  panjang, tante Sonya mengalami orgasme yang kedua kalinya. Tubuh tante  Sonya kemudian rubuh di atasku. Karena aku belum orgasme, nafsukupun  masih tinggi menunggu penyaluran. Kubalikkan tubuh tante Sonya, dan  kugenjot penisku dalam liang kewanitaannya. Rasa nikmat menjalari  seluruh tubuhku. Kali ini eranganku yang menggema dalam kamar tidur itu.
  "Oh.. Enak tante.. Yes.. Yes.." erangku ditengah suara ranjang yang berderit keras menahan guncangan. "Wawan mau keluar tante.." kataku ketika aku merasakan air mani sudah sampai ke ujung penisku. "Keluarin di mulut tante, sayang.."
  Akupun mencabut keluar penisku dan mengarahkannya ke wajah tante Sonya.  Tangan tante Sonya langsung meraih penisku, untuk kemudian dimasukkan ke  dalam mulutnya.
  "Ahh.. Tante.." jeritku ketika aku menyemburkan air maniku dalam mulut tante Sonya.
  Tante Sonya lantas mengeluarkan penisku dan mengusap-usapkannya pada seluruh permukaan wajahnya yang cantik.
  *****
  Setelah membersihkan diri, kamipun kembali duduk di ruang tamu.
  "Enak Wan?" tanyanya sambil tersenyum genit. "Enak tante... memang tante sering ya beginian" "Nggak kok.. Kalau pas ada anak muda yang tante suka saja.." "Oh.. Tante sukanya anak muda ya.." "Iya Wan.. Disamping staminanya masih kuat.. Tante juga merasa jadi lebih awet muda." jawab tante Sonya genit.
  Tak lama mobil yang dinantipun datang. Akhirnya aku jadi membeli mobil  tante Sonya itu. Disamping kondisinya masih bagus, tante Sonya  memberikan korting delapan juta rupiah.
  "Asal kamu janji sering-sering main ke sini ya" katanya sambil tersenyum saat memberikan potongan harga itu.
  Kejadian ini berlangsung sebulan yang lalu. Sampai saat ini, aku masih  berselingkuh dengan tante Sonya. Sebenarnya aku diliputi perasaan  berdosa kepada Monika pacarku. Tetapi apa daya, setelah kejadian itu,  aku jadi ketagihan bermain seks. Aku tetap sangat mencintai pacarku, dan  tetap menjaga batas-batas dalam berpacaran. Tetapi untuk menyalurkan  hasratku, aku terus berhubungan dengan tante Sonya.
  Bisniskupun makin lancar. Keuanganku semakin membaik, sehingga aku  sanggup memberikan hadiah-hadiah mahal pada Monika untuk menutupi rasa  bersalahku.     Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                            |             
              
Tidak ada komentar:
Posting Komentar