|                               Cerita Sex - Mbak Sus Terpuaskan               Apr 17th 2013, 06:11                                                Seperti sebagian besar teman senasib, saat menjadi mahasiswa saya  menjadi anak kost dengan segala suka dan dukanya. Mengenang masa-masa  sekitar lima belas tahun lalu itu saya sering tertawa geli. Misalnya,  karena jatah kiriman dari kampung terlambat, padahal perut keroncongan  tak bisa diajak kompromi, saya terpaksa mencuri nasi lengkap dengan  lauknya milik keluarga tempat saya kost. Masih banyak lagi kisah-kisah  konyol yang saya alami. Namun sebenarnya ada satu kisah yang saya simpan  rapat-rapat, karena bagi saya merupakan rahasia pribadi. Kisah rahasia  yang sangat menyenangkan.
  Keluarga tempat kost saya memiliki anak tunggal perempuan yang sudah  menikah namun tetap tinggal di rumah orang tuanya. Mbak Sus, demikian  kami anak-anak kost memanggil, berumur sekitar 35 tahun. Tidak begitu  cantik tetapi memiliki tubuh bagus dan bersih. Menurut ibu kost, anaknya  itu pernah melahirkan tetapi kemudian bayinya meninggal dunia. Jadi tak  mengherankan kalau bentuk badannya masih menggiurkan. Kami berlima  anak-anak kost yang tinggal di rumah bagian samping sering iseng-iseng  memperbincangkan Mbak Sus. Perempuan yang kalau di rumah tak pernah  memakai bra itu menjadi sasaran ngobrol miring.
  "Kamu tahu nggak, kenapa Mbak Sus sampai sekarang nggak hamil-hamil?" tanya Robin yang kuliah di teknik sipil suatu saat. "Aku tahu. Suaminya letoi. Nggak bisa ngacung" jawab Krus, anak teknik mesin dengan tangkas. "Apanya yang nggak bisa ngacung?" tanya saya pura-pura tidak tahu. "****! Ya penisnya dong", kata Krus. "Kok tahu kalau dia susah ngacung?" saya mengejar lagi. "Lihat saja. Gayanya klemar-klemer kaya perempuan. Tahu nggak? Mbak Sus sering membentak-bentak suaminya?" tutur Krus. "Kalian saja yang nggak tanggap. Dia sebenarnya kan mengundang salah  satu, dua, atau tiga di antara kita, mungkin malah semua, untuk  membantu", kata Robin. "Membantu? Apa maksudmu?" tanyaku tak paham ucapannya. Robin tertawa sebelum berkata, "Ya membantu dia agar segera hamil. Dia  mengundang secara tidak langsung. Lihat saja, dia sering memamerkan  payudaranya kepada kita dengan mengenakan kaus ketat. Kemudian setiap  usai mandi dengan hanya melilitkan handuk di badannya lalu-lalang di  depan kita" "Ah kamu saja yang GR. Mungkin Mbak Sus nggak bermaksud begitu", sergah Heri yang sejak tadi diam. "Nggak percaya ya? Ayo siapa yang berani masuk kamarnya saat suaminya dinas malam, aku jamin dia tak akan menolak. Pasti"
  Diam-diam ucapan Robin itu mengganggu pikiranku. Benarkah apa yang dia  katakan tentang Mbak Sus? Benarkah perempuan itu sengaja mengundang  birahi kami agar ada yang masuk perangkapnya?
  Selama setahun kost diam-diam aku memang suka menikmati pemandangan yang  tanpa kusadari sering membuat penisku tegak berdiri. Terutama  payudaranya yang seperti sengaja dipamerkan dengan lebih banyak berkaus  sehingga putingnya yang kehitam-hitaman tampak menonjol. Selain  payudaranya yang kuperkirakan berukuran 36, pinggulnya yang besar sering  membuatku terangsang. Ah betapa menyenangkan dan menggairahkan kalau  saja aku bisa memasukkan penisku ke selangkangannya sambil meremas-remas  payudaranya.
  Setelah perbincangan iseng itu aku menjadi lebih memperhatikan  gerak-gerik Mbak Sus. Bahkan aku kini sengaja lebih sering mengobrol  dengan dia. Kulihat perempuan itu tenang-tenang saja meski mengetahui  aku sering mencuri pandang ke arah dadanya sambil menelan air liur.
  Suatu waktu, ketika berjalan berpapasan, tanganku tanpa sengaja menyentuh pinggulnya. "Wah... maaf, Mbak. Nggak sengaja..." kataku sambil tersipu malu. "Sengaja juga nggak apa-apa kok dik", jawabnya sambil mengerlingkan matanya. Dari situ aku mulai menyimpulkan apa yang dikatakan Robin mendekati  kebenaran. Mbak Sus memang berusaha memancing, mungkin tak puas dengan  kehidupan seksual bersama suaminya.
  Makin lama aku bertambah berani. Beberapa kali aku sengaja menyenggol  pinggulnya. Eh dia cuma tersenyum-senyum. Aksi nakal pun kutingkatkan.  Bukan menyenggol lagi tetapi meremas. Sialan, reaksinya sama saja. Tak  salah kalau aku mulai berangan-angan suatu saat ingin menyetubuhi dia.  Peluang itu sebenarnya cukup banyak. Seminggu tiga kali suaminya dinas  malam. Dia sendiri telah memberikan tanda-tanda welcome. Cuma aku masih  takut. Siapa tahu dia punya kelainan, yakni suka memamerkan perangkat  tubuhnya yang indah tanpa ada niat lain. Namun birahiku rasanya tak  tertahankan lagi. Setiap malam yang ada dalam bayanganku adalah menyusup  diam-diam ke kamarnya, menciumi dan menjilati seluruh tubuhnya, meremas  payudara dan pinggulnya, kemudian melesakkan penis ke vaginanya.
  Suatu hari ketika di rumah sepi. Empat temanku masuk kuliah atau punya  kegiatan keluar, bapak dan ibu kostku menghadiri pesta pernikahan  kerabatnya di luar kota, sedangkan suami Mbak Sus ke kantor. Aku  mengobrol dengan dia di ruang tamu sambil menonton televisi. Semula  perbincangan hanya soal-soal umum dan biasa. Entah mendapat dorongan  dari mana kemudian aku mulai ngomong agak menyerempet-nyerempet.
  "Saya sebenarnya sangat mengagumi Mbak Sus lho", kataku. "Kamu ini ada-ada saja. Memangnya aku ini bintang sinetron atau model ?". "Sungguh kok. Tahu nggak apa yang kukagumi pada Mbak?" "Coba apa...". "Itu...". "Mana?". Tanpa ragu-ragu lagi aku menyentuhkan telunjukku ke payudaranya yang seperti biasa hanya dibungkus kaus. "Ah... kamu ini".
  Reaksinya makin membuatku berani. Aku mendekat. Mencium pipinya dari  belakang kursi tempat duduknya. Mbak Sus diam. Lalu ganti kucium  lehernya yang putih. Dia menggelinjang kegelian, tetapi tak berusaha  menolak. Wah, kesempatan nih. Kini sambil menciumi lehernya tanganku  bergerilya di bagian dadanya. Dia berusaha menepis tanganku yang ngawur,  tetapi aku tak mau kalah. Remasanku terus kulanjutkan.
  "Dik... malu ah dilihat orang", katanya pelan. Tepisannya melemah. "Kalau begitu kita ke kamar?" "Kamu ini nakal yaa", ujarnya tanpa berusaha lagi menghentikan serbuan tangan dan bibirku. "Mbak...". "Hmm...". "Bolehkah mm..., bolehkah kalau saya...". "Apa hh..." "Bolehkah saya memegang susu Mbak ?". "Hmm...", Dia mendesah ketika kujilat telinganya. Tanpa menunggu jawabannya tanganku langsung menelusup ke balik kausnya.  Merasakan betapa empuknya daging yang membukit itu. Kuremas dua  payudaranya dari belakang dengan kedua tanganku. Desahannya makin kuat.  Lalu kepalanya disandarkan ke dadaku. Aduh mak, berarti dia oke.  Tanganku makin bersemangat. Kini kedua putingnya ganti kupermainkan.
  "Dik, tutup pintunya dulu dong", bisiknya dengan suara agak bergetar,  mungkin menahan birahinya yang juga mulai naik. Tanpa disuruh dua kali  secepat kilat aku segera menutup pintu depan. Tentu agar keadaan aman  dan terkendali. Setelah itu aku kembali ke Mbak Sus. Kini aku jongkok di  depannya. Menyibak rok bawahnya dan merenggangkan kedua kakinya. Wuih,  betapa mulus kedua pahanya. Pangkalnya tampak menggunduk dibungkus  celana dalam warna krem. Sambil menciumi pahanya tanganku menelusup di  pangkal pahanya, meremas-remas vagina dan klitorisnya yang juga besar.  Lidahku makin naik ke atas. Mbak Sus menggelinjang kegelian sambil  mendesah halus. Akhirnya jilatanku sampai di pangkal pahanya.
  "Mau apa kau sshh... sshh", tanyanya lirih sambil memegangi kapalaku erat-erat. "Mbak belum pernah dioral ya ?". "Apa itu ?". "Vagina Mbak akan kujilati". "Lo itu kan tempat kotor ...". "Siapa bilang ?". "Ooo... oh.. oh ...", desis Mbak Sus keenakan ketika lidahku mulai  bermain-main di gundukan vaginanya. Tampak dia keenakan meski masih  dibatasi celana dalam.
  Serangan pun kutingkatkan. Celananya kepelorotkan. Sekarang perangkat  rahasia miliknya berada di depan mataku. Kemerahan dengan klitoris yang  besar sesuai dengan dugaanku. Di sekelilingnya ditumbuhi rambut tak  begitu lebat. Lidahku kemudian bermain di bibir vaginanya. Pelan-pelan  mulai masuk ke dalam dengan gerakan-gerakan melingkar yang membuat Mbak  Sus kian keenakan, sampai harus mengangkat-angkat pinggulnya. "Aahh... Kau pintar sekali. Belajar dari mana hh...". "mm film biru dan bacaan porno kan banyak mm...", jawabku.
  Tiba-tiba, tok.. tok.. tok. Pintu depan ada yang mengetuk. Wah berabe nih. Aksi liarku pun terhenti mendadak. "Sst ada tamu Mbak", bisikku. "Cepat kau sembunyi ke dalam", kata Mbak Sus sambil membenahi pakaiannya  yang agak berantakan. Aku segera masuk ke dalam kamar Mbak Sus. Untung  kaca jendela depan yang lebar-lebar rayban semua, sehingga dari luar tak  melihat ke dalam. Sampai di kamar berbau harum itu aku duduk di tepi  ranjang. Penisku tegak mendesak celana pendekku yang kukenakan. Sialan,  baru asyik ada yang mengganggu. Kudengar suara pintu dibuka. Mbak Sus  bicara beberapa patah kata dengan seorang tamu bersuara laki-laki. Tidak  sampai dua menit Mbak Sus menyusul masuk kamar setelah menutup pintu  depan.
  "Siapa Mbak ?". "Tukang koran menagih rekening". "Wah mengganggu saja itu orang. Baru nikmat-nikmat...". "Sudahlah", katanya sambil mendekati aku. Tanpa sungkan-sungkan Mbak Sus mencium bibirku. Lalu tangannya menyentuh  celanaku yang menonjol akibat penisku yang ereksi maksimal,  meremas-remasnya beberapa saat. Betapa lembut ciumannya, meski masih  polos. Aku segera menjulurkan lidahku, memainkan di rongga mulutnya.  Lidahnya kubelit sampai dia seperti hendak tersedak. Semula Mbak Sus  seperti akan memberontak dan melepaskan diri, tapi tak kubiarkan.  Mulutku seperti melekat di mulutnya.
  Lama-lama dia akhirnya dia bisa menikmati dan mulai menirukan gaya permainan ciuman yang secara tak sadar baru saja kuajarkan. "Uh kamu pengalaman sekali ya. Sama siapa ? Pacarmu ?", tanyanya di  antara kecipak ciuman yang membara dan mulai liar. Aku tak menjawab.  Tanganku mulai mempermainkan kedua payudaranya yang tampak menggairahkan  itu. Biar tak merepotkan, kausnya kulepas. Kini dia telanjang dada. Tak  puas, segera kupelorotkan rok bawahnya. Nah kini dia telanjang bulat.  Betapa bagus tubuhnya. Padat, kencang, dan putih mulus.
  "Nggak adil. Kamu juga harus telanjang dong", Mbak Sus pun melucuti  kaus, celana pendek, dan terakhir celana dalamku. Penisku yang tegak  penuh segera diremas-remasnya. Tanpa dikomando kami rebah ke ranjang,  berguling-guling, saling menindih. "Mbak mau saya oral lagi?" tanyaku. Mbak Sus hanya tersenyum. Aku menunduk ke selangkangannya mencari-cari  pangkal kenikmatan miliknya. Tanpa ampun lagi mulut dan lidahku  menyerang daerah itu dengan liar. Mbak Sus mulai mengeluarkan  jeritan-jeritan tertahan menahan nikmat. Kelihatan dia menemukan  pengalaman baru yang membius gairahnya. Hampir lima menit kami menikmati  permainan itu. Selanjutnya aku merangkak naik. Menyorongkan penisku ke  mulutnya. "Gantian dong, Mbak". "Apa muat segede itu....". Tanpa menunggu jawabannya segera kumasukkan penisku ke mulutnya yang  mungil. Semula agak kesulitan, tetapi lama-lama dia bisa menyesuaikan  diri sehingga tak lama penisku masuk rongga mulutnya. Melihat Mbak Sus  agak tersiksa oleh gaya permainan baru itu, aku pun segera mencabut  penisku. Pikirku, nanti lama-lama pasti bisa.
  "Sorry ya Mbak". "Ah kau ini mainnya aneh-aneh". "Justru di situ nikmatnya, Mbak ... Selama ini Mbak sama suami main seksnya gimana ?", tanyaku sambil menciumi payudaranya. "Ah malu. Kami main biasa saja kok". "Langsung tusuk begitu maksudnya ...?". "Nakal kau ini", katanya sambil tangannya mengelus-elus penisku yang masih tetap tegak berdiri. "Suami Mbak mainnya lama nggak ?". "Ah ...". dia tersipu-sipu. Mungkin malu untuk mengungkapkan. "Pasti Mbak tak pernah puas ya ?". Mbak Sus tak menjawab. Dia malah menciumi bibirku dengan penuh gairah.  Tanganku pun ganti-berganti memainkan kedua payudaranya yang kenyal atau  selangkangannya yang mulai berair. Aku tahu, perempuan itu sudah  kepengin disetubuhi. Namun aku sengaja membiarkan dia menjadi penasaran  sendiri.
  Tetapi lama-lama aku tak tahan juga. Penisku pun sudah ingin segera  menggenjot vaginanya. Pelan-pelan aku mengarahkan barangku yang kaku dan  keras itu ke arah selangkangannya. Ketika mulai menembus vaginanya,  kurasakan tubuh Mbak Sus agak gemetar. "Ohh ...", desahnya ketika sedikit demi sedikit batang penisku masuk vaginanya. Setelah seluruh barangku masuk, aku segera bergoyang naik turun di atas  tubuhnya. Aku makin terangsang oleh jeritan-jeritan kecil, lenguhan, dan  kedua payudaranya yang ikut bergoyang-goyang.
  Tiga menit setelah kugenjot, Mbak Sus mulai menjepitkan kedua kakinya ke  pinggangku. Pinggulnya dinaikkan. Tampaknya dia akan orgasme. Genjotan  penisku kutingkatkan. "Ooo... ahh... hmm... ssshh...", desahnya dengan tubuh menggelinjang menahan kenikmatan puncak yang diperolehnya. Kubiarkan dia menikmati orgasmenya beberapa saat. Kuciumi pipi, dahi, dan seluruh wajahnya yang berkeringat. "Enak Mbak ?", tanyaku. "Emmhh ...". "Puas Mbak ?". "Ahh ...", desahnya. "Sekarang Mbak berbalik. Menungging". Aku mengatur badannya dan Mbak Sus menurut. Dia kini bertumpu pada siku dan kakinya. "Gaya apa lagi ini ?", tanyanya. "Ini gaya doggy. Senggama lewat belakang. Pasti Mbak belum pernah".
  Setelah siap aku pun mulai menggenjot dan menggoyang dari belakang. Mbak  Sus kembali menjerit dan mendesah merasakan kenikmatan tiada tara yang  mungkin selama ini belum pernah dia dapatkan dari suaminya. Setelah dia  orgasme sampai dua kali, kami istirahat. "Capek ?", tanyaku. "Kamu ini aneh-aneh saja. Sampai mau remuk tulang-tulangku". "Tapi kan nikmat Mbak", jawabku sambil kembali meremas payudaranya yang menggemaskan. "Kita lanjutkan nanti malam saja ya". "Ya deh kalau capek. Tapi tolong sekali lagi, aku pengin masuk agar  spermaku keluar. Nih sudah nggak tahan lagi penisku. Sekarang Mbak yang  di atas", kataku sambil mengatur posisinya.
  Aku terletang dan dia menduduki pinggangku. Tangannya kubimbing agar  memegang penisku masuk ke selangkangannya. Setelah masuk tubuhnya  kunaik-turunkan seirama genjotanku dari bawah. Mbak Sus tersentak-sentak  mengikuti irama goyanganku yang makin lama kian cepat. Payudaranya ikut  bergoyang-goyang menambah gairah nafsuku. Apalagi ditingkah lenguhan  dan jeritannya menjelang sampai puncak. Ketika dia mencapai orgasme aku  belum apa-apa. Posisinya segera kuubah ke gaya konvensional. Mbak Sus  kurebahkan dan aku menembaknya dari atas. Mendekati klimaks aku  meningkatkan frekuensi dan kecepatan genjotan penisku. "Oh Mbak... aku mau keluar nih ahh ...". Tak lama kemudian spermaku muncrat di dalam vaginanya. Mbak Sus kemudian  menyusul mencapai klimaks. Kami berpelukan erat. Kurasakan vaginanya  begitu hangat menjepit penisku. Lima menit lebih kami dalam posisi  relaksasi seperti itu.
  "Vaginamu masik nikmat Mbak", bisikku sambil mencium bibir mungilnya. "Penismu juga nikmat, Dik". "Nanti kita main dengan macam-macam gaya lagi ya". "Ah Mbak memang kalah pintar dibanding kamu". Kami berpelukan, berciuman, dan saling meremas lagi. Seperti tak  puas-puas merasakan kenikmatan beruntun yang baru saja kami rasakan.
  "Mbak kalau pengin bilang aja ya". "Kamu juga. Kalau ingin ya langsung masuk ke kamar Mbak. Tetapi sst... kalau pas aman lho". "Mbak mau nggak main ramai-ramai ?". "Maksudmu gimana ?". "Ya misalnya aku mengajak salah satu teman dan kita main bertiga. Dua  lawan satu. Soalnya Mbak tak cukup kalau cuma dilayani satu cowok." "Ah kamu ini ada-ada saja. Malu ah...". "Tapi mau mencoba kan ?". Mbak Sus tidak menjawab. Dia malah kemudian menciumi dan menggumuli aku  habis-habisan. Ya aku terangsang lagi jadinya. Ya penisku tegak lagi. Ya  akhirnya aku mesti menggenjot dan menembaknya sampai dia orgasme  beberapa kali. Ah Mbak Sus, Mbak Sus.
 
 
 
 
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Aku dan Kak Desy               Apr 17th 2013, 06:10                                               Nama aku Zaki 19 tahun, aku dua bersaudara, aku anak kedua dimana  kakakku perempuan berusia 5 tahun lebih tua dariku. Aku ngin  menceritakan kejadian yang menimpa kehidupan seks aku 3 tahun yang lalu.
  Pada waktu itu aku berumur 16 tahun masih 1 smu, sedangkan kakak aku  berusia 22 tahun dan sudah kuliah. Kakakku orangnya memakai jilbab.  Meskipun kakakku memakai jilbab dia sangat sexy, orang bilang mukanya  sexy banget, demikian pula postur tubuhnya, tinggi 160 cm, kulit putih  dan bra aku kira 36-an, tapi yang paling menyolok dari dia adalah  pantatnya yang bulat besar dan bahenol, ini dapat aku nilai karena aku  sering mengintip dia waktu dia sedang mandi atau sedang ganti pakaian.  Jika berjalan ke mal ataupun kemanapun dia pergi, dia selalu pakai baju  yang agak ketat meskipun dia memakai jilbab, orang selalu memandang  goyangan pinggul dan pantatnya. Sampai-sampai aku sebagai adik  kandungnyapun sangat menyukai pantat dan pinggul kakakku itu.
  Meskipun kakakku memakai jilbab, kebetulan kakakku menyukai baju-baju  model agak ketat dan celana agak ketat pula sehingga agak mencetak  kemontokan dan keindahan tubuhnya. Apalagi jika dirumah, meskipun dia  selalu memakai jilbab atau kerudung, dia selalu memakai baju tidur yang  panjang tapi agak tipis sehingga agak terlihat belahan pantat dan celana  dalamnya. Sebagai remaja yang baru puber dan juga olok-olok dari  teman-temanku diam-diam aku sangat terangsang bila melihat pinggul  kakakku. Sebaga efek sampingnya aku sering melakukan onani di kamarku  atau di kamar mandi sambl membayangkan gimana rasanya kemaluanku dijepit  diantara pantat montoknya.
  Keinginan itu kurasakan sejak aku duduk di bangku 1 smu ini, aku sering  mencuri-curi pandang untuk mengitip CD-nya apabila dia memakai rok. Dia  mempunyai pacar yang berumur setahun lebih muda dari padanya. Aku sering  memergoki mereka pacaran di ruang tamu, saling meremas tangan sampai  mereka berciuman. Suatu hari aku memergoki pacarnya sedang menghisap  buah dada kakakku di kamar tamu meskipun baju dan jilbabnya tetap  terpasang di badannya, kakakku hanya mengeluarkan buah dadanya dari  kancing yang terlepas sebagian, mereka langsung belingsatan buru-buru  merapihkan bajunya. Malam harinya kakakku mendatangi kamarku dan memohon  kepadaku agar tidak menceritakan apa yang aku lihat ke orang-orang  terutama pada ayah dan ibuku.
  Dik, jangan bilang-bilang yah, abis tadi si Hendra (pacarnya) memaksa  Mbak, katanya. Aku Cuma mengganguk dan melongo karena kakakku masuk  kekamarku menggunakan jilbab dan baju yang longgar(daster) tetapi agak  tipis sambil membawa sebuah novel, sehingga paha dan dadanya yang montok  terlihat karena dikamarku agak gelap sedangkan diluar lampu terang  benderang. "hai, kok melongo???? " …aku jadi gelagapan dan bilang "ia-  ia mbak, aku ngga akan bilang-bilang" kataku.
  Tiba-tiba dia rebahan di ranjangku dengan tertelungkup sambil membaca  novel, aku memandanginya dari belakang membuat kemaluanku ngaceng karena  pantat kakakku seolah-olah menantang kemaluanku. Berkali-kali aku  menelan ludah. Dan pelan-pelan aku meraba kemaluanku yang tegang. Sampai  kira-kira lima menit, dia menoleh ke arahku dan aku langsung melepas  tanganku dari kemaluanku dan berpura-pura belajar. Kakakku mengajakku  lari pagi besok hari dan dia memintaku menbangunkannya jam 5 pagi. Aku  mengiakannya. Ketika dia keluar kamarku, aku melihat goyangan pinggulnya  sangat sexy, dan begitu dia menutup pintu, aku langsung mengeluarkan  kemaluanku dan mengocoknya, tapi sialnya tiba-tiba kakakku balik lagi  dan kali ini da melihatku mengocok kemaluanku. Dia pura-pura tidak  melihat dan berkata "jangan lupa bangunin mbak jam 5 pagi ". Lagi-lagi  aku gelagapan "ia- ia – ia" kataku. Kakakku langsung pergi lagi sambil  ngelirik ke-arah kemaluanku dan tersenyum. Malam itu aku ngga jadi  beronani karena malu dipergoki kakakku.
  Pagi harinya jam 5 pagi aku ke kamarnya dan kudapari dia sedang tidur  mengakang…. Lagi-lagi aku melotot melihat pemandangan itu dan aku mulai  meraba-raba pahanya, sampai kira-kira 2 menit dan ku-remas paha  montoknya dia terbangun danku buru-buru melepaskan tanganku dari  pahanya.
  Singkat cerita kami lari pagi, dia mengenakan jilbab atau kerudung  sedangkan bajunya dia mengenakan training yang agak ketat sehingga  setiap lekuk pinggul dan pantatnya terlihat sexy sekali dan tiap  laki-laki yang berpapasan selalu melirik pantat itu. Begitu selesai lari  pagi, kita pulang naik angkutan bus dan kebetulan penuh sesak,  akibatnya kita berdesak-desak. Entah keberuntungan atau bukan, kakaku  berada di depanku sehingga pantat montoknya tepat di kemaluanku .  Perlahan-lahan kemaluanku berdiri dan aku yakin kakakku merasakannya.  Ketika bus semakin sesak, kemaluanku makin mendesak pantatnya dan aku  pura-pura menoleh ke-arah lain. Tiba-tiba kakakku mengoyangkan  pantatnya, karuan aku kenikmatan. 'dik, kamu kemarin ngapain waktu mbak  ke kamar kamu?" katanya "kamu onani yah??? Katanya lagi aku diam seribu  basa karena malu. 'makanya buru-buru cari pacar" katanya. "emang kalo  ada pacar bisa digini yah?" kataku nekat sabil menonjokkan kemaluanku  dipantatnya. "setidaknya ada pelampiasan" timpal kakakku. . "wah enak  dong mbak ada pelampiasan?"tanyaku. "tapi ngga sampe gini" kata kakakku  lagi sambil menggoyangkan lagi pantatnya. "kenapa" tanyaku. Sebelum dia  menjawab kami sudah sampai tempat tujuan.
  Pada sore hari itu, ketika aku pulang sekolah, kudapat rumah sepi sekali  dan perlahan-lahan aku masuk rumah dan ternyata kakakku dan pacarnya  sedang diruang tamu saling cium dan saling raba. Aku terus mengintip  dari balik pintu, selembar demi selembar pakaian pacar kakakku terlepas  sedangkan kakakku masih memakai jilbab dan baju jubahnya masih terpasang  tetapi sudah tersingkap sampai sebatas perut, sehingga terlihat CD  hitamnya yang mini dan sexy dan pacarnya sudah tinggal memakai CD saja.  Kulihat tangan kakakku menelusup ke dalam CD pacarnya dan meremas serta  mengocok kemaluan pacarnya yang tegang.
  Pelan-pelan tangan pacarnya membuka CD kakakku dan terbukalah pantat  bahenol nan montok milik kakakku. Pacarnya meremas-remas sambil meringis  karena kocokan kakakku pada kemaluannya. 'oh, aku udah ngga tahan" kata  pacarnya "aku pengen masukin ke memekmu" katanya sambil mendorong  kakakku sehingga tertelungkup di sofa. Ku lihat dia semakin mengangkat  baju kakakku tetapi jilbabnya tetap terpasang tetapi sudah agak kusut  dan menindihinya dari belakang kan berusaha menyodokan kemaluannya ke  kemaluan kakakku dari arah belakang. Tapi begitu nempel di pantatnya,  kuliha ar maninya tumpah ke pantat kakakku. "ohhh" dia melenguh dan  kakakku menoleh kebelakang" kok udah" tanyanya Pacarnya bilang "maaf aku  ngga tahan" katanya . Tiba-tiba lampu padam dan telepon HP sang pacar  berdering dan di balik pintu aku sedang beronani ria sambil melihat  kemontokan tubuh kakakku. Setelah menerima HP, sang pacar menyalakan  sebatang lilin kecil diatas lemari dan dia berpakaian dan buru-buru  pamit. "Aku ngga anterin kedepan pintu yah " kata kakakku sambil tetap  tertelungkup di sofa….. Begitu sang pacar hilang , nafsuku sudah ke  ubun-ubun, di kegelapan remang-remang aku mendekati kakakku dan setelah  dekat, dari jarak kira-kira satu meter aku memandangi bagian belakang  tubuh telanjang kakakku, berkali-kali menelan ludah melihat pantat  bahenol kakakku.
  Karena udah ngga tahan, aku pelan-pelan membuka celanaku sampai copot  dan kulihat kemaluanku yang besar dan panjang (itu menurut teman-temanku  sewaktu kami berenang dan membandingkan kemaluan kami) berdenyut-denyut  minta pelampiasan. Aku langsung menindihinya dari belakang, dan  untungnya kakakku mengira sang pacar belum pulang dan masih ingin  ngentot dia. "aw…., dra (nama pacarnya hendra) kok ngga jadi pulang"  tanyanya , karena kondisi ruangan sangat gelap sehingga dia tidak  menyadari bahwa adiknya sedang berusaha menempelkan kemaluannya ke  kemaluanya. "aw dra jangan dimasukan aku masih perawan katanya  ditempelin aja dra aku masih perawan' katanya memohon. Karena aku udah  tahan, maka pelan-pelan ku bimbing tangannya untuk menggengam kemaluanku  dan agar ditutun ke kemaluannya. Begitu dia megang "dra, kok gede amat  sih"katanya heran (soalnya punya pacarnya jauh lebih kecil daripada  punyaku)sambil membimbing kemaluanku dan menempelkan kekemaluannya.  "gosok pelan-pelan dra", aku menekan dan gila bener-bener nikmat.  Setelah kira kira dua menit aku menggosokkan kemaluanku ke kemaluan  kakakkut akhirnya aku mencapai klimaksnya dan crot…crot..crot…spermaku  menyembur ke pantat kakakku.
  Aku tetap memeluk tubuh kakakku dan pelan-pelan aku meninggalkannya.  "dra, mau kemana?" teriaknya aku buru-buru memungut celana dan memasuki  kamarku dan masih celana dan CD ku belum kupakai aku rebahan di  ranjangku sambil kututupi dengan selimut tipis membayangkan kenikmatan  yang barusan terjadi.
  Tba-tiba telepon berdering dan lampu menyala. kudengar kakaku menerima  telepon itu dia herannya setengah mati karena yang menelepon adalah  pacarnya si henra. "dra, kok kamu udah ada di rumah lagi jangan  main-main yah kamu dimana, udah enak langsung lari" Beberapa saat  kemudian kudengar bunyi telpon dibanting. Dan dikamarku, aku cepat-cepat  mematikan lampu dan pura-pura tidur. Semenit kemudian kakakku masuk ke  kamarku dan melihat aku tidur berselimut dia menghampriku dan duduk di  tepi ranjangku. Di kegelapan kamarku kuintip kakakku masih memakai pakai  dan jilbab yang tadi dia pakai,dia ngga berani membagunkanku malahan  rebahan disampingku. Kesunyian sekitar 15 menit, kemudian kuintip  ternyata kakakku tertidur. Akupun tertidur sampai keesokan harinya.
  Setelah kejadian hari itu aku selalu membayangkan betapa enaknya tubuh  kakakku meskipun hanya menempelkan dan menggosokan kemaluanku pada  kemaluannya saja. Pada suatu siang, aku ingin meminjam kaset lagunya.  Karena sudah biasa, aku pun masuk tanpa mengetuk pintunya. Dan betapa  terkejutnya aku ketika kulihat mbak Desi kakakku sedang tidur-tiduran  sambil memejamkan matanya. Tangannya masuk kedalam CD nya sedangkan  jilbab dan bajunya masih terpasang, hanya bajunya sudah tersingkap  sebatas perut. Spontan, ia terkejut ketika melihatku. Aku segera keluar.
  Tak sampai satu menit, mbak Desi keluar (pakaiannya sudah rapi meskipun  jilbabnya agak kusut). Ia memintaku agar merahasiakan hal itu dari ayah  ibuku. Lalu kujawab: "Aku janji ga bakal bilangin hal ini ke ayah ibu koq." "Thank's ya dik." "Eh, emangnya onani itu dosa ya?" Bukan jawaban yang kudapatkan, malah tatapan kakaku yang lain dari  biasanya. Bagai disihir, aku diam saja saat dia menempelkan bibirnya ke  bibirku. Dilumatnya bibirku dengan lembut. Dikulumnya, lalu lidahnya  mulai menembus masuk ke dalam mulutku. Aku segera menarik diri darinya,  tapi ia malah memegang tanganku lalu mengarahkannya ke dadanya dan  kurasakan betapa empuknya buah dada kakakku. Refleks aku berontak karena  aku malu. Tetapi kakakku bilang,"lakukanlah dik seperti yang kau  lakukan tempo hari padaku". Aku kaget "ja..jadi mbak tahu apa yang kulakukan pada mbak tempo hari." jawabku gugup. "ya" jawab kakakku. "maafkan aku mbak..." ucapku Belum selesai aku berkata, ia sudah melumat bibirku. Dan kali ini  lidahnya berhasil memasuki mulutku. Kami berciuman sangat lama. Setelah  puas berciuman, Ia malah menarikku ke kamarnya. Disana aku direbahkan,  dan ia membuka celana dan CD ku. Kakakku tersenyum melihat kemaluanku  yang sudah mengacung tegak. Ukurannya sekitar 18 cm. Lebih panjang dari  punya pacar kakakku, Hendra. Melihat kakakku tersenyum, aku mulai menarik ke atas baju kakakku.  Rupanya kakakku sudah membuka Branya sehingga akupun bisa langsung  melihat payudaranya yang berukuran 36B itu. Kumulai menyentuh dan  meremas Payudara kakakku yang lembut, sementara baju dan jilbabnya masih  terpasang walaupun agak kusut. Kakakku menggelinjang merasakan  kenikmatan dan mendesah keenakan. Setelah aku melihat kakaku sudah terangsang, Aku membuka CD warna hitam  kakakku sehingga kini terpangpanglah kemaluan kakakku yang berbulu lebat  tapi halus itu.
  Sekarang aku memegang kemaluanku dan mengarahkan kemaluanku ke mulutnya. Dia menutup mulutnya rapat-rapat.
  "Ayo donk mbak! Isep! Kayak mbak ngelakuinnya buat pacar mbak." "Koq kamu tahu?" "Ya tahu donk..kan aku sering ngintipin mbak begituan ama pacar mbak" "Ayo mbak." Rengekku. Kakakku pun mulai tertantang mempraktekkan kemampuan lidahnya.  Kemaluanku segera diaremas-rems. Setelah itu dijilati dengan penuh  gairah, seolah itu adalah lollipop yang manis. Kakakku pun mulai  memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya. Tidak bisa semua, tapi  setidak-tidaknya sudah setengah yamg masuk. Di gigit-gigit kecil kepala  kemaluanku sambil memainkan buah pelirnya. Akupun memejamkan mata  keenakan.
  Kakakku melepaskan kemaluanku dari mulutnya, tangannya mengangkat baju  panjangnya dan menempelkan kemaluanku ke payudaranya aku pun membuka  mataku. Lalu meraih kuraih kemaluanku, kuarahkan kemaluan itu ke  kekemaluannya yang sedari tadi sudah basah. Kugosok-gosoknya ke  klitorisnya, aku jadi merinding dibuatnya. Desahan tak karuan pun keluar  dari mulutku. Di satu sisi aku tahu ini salah, tapi di sisi lain, aku  benar-benar menikmatinya.
  Setelah puas bermain-main dingan klitorisnya, kemaluanku segera ku  arahkan ke lubang kemaluannya. Tetapi kakakku bilang "Jangan dimasukan,  aku masih perawan. Ditempelkan dan digosokan aja seperti tempo hari" Akupun mengangguk dan segera ku tempelkan dan kugosokan kemaluanku ke  kemaluan kakakku. Setelah beberapa saat kemaluanku ku tekan tekan ke  lubang kemaluan kakakku maka crot...crot.. crott spermaku menyembur di  perut kakakku. Dengan kemaluan masih menempel di perut kakakku, kami mulai bercumbu  lagi, kujilat payudara kakaku sampai perutnya. Setelah itu kami  mengambil posisi 69. Aku pun mulai menjilati kemaluannyanya yang sudah  basah oleh cairan kewanitaannya. Sementara ia menjilati kemaluanku.
  Kami saling berpelukan bugil, setelah puas bermain, kami pun menuju  kamar mandi, namun belum sempat bermain di kamar mandi, kudengar suara  mobil orangtuaku. KAmi cepat-cepat kembali ke kamar dan berpakaian. Saat  orangtua kami masuk, aku sudah berpakaian lengkap sedang kakaku pun  sudah berpakaian lengkap dengan jilbabnya. Sejujurnya saat itu aku  sedang tegang dan gugup. Untunglah orangtuaku tak curiga. Kami pun  ternsenyum berdua dengan penuh arti. Sejak saat itu kami saling  memuaskan walupun tidak sampai memasukan kemaluanku kedalam kemaluannya  karena aku takut kakakku kehilangan keperawanannya. Kadang-kadang kami  juga main di sofa, di lantai, dan kamar mandi.
            Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Rahasia Kita Berdua               Apr 17th 2013, 06:07                                                Ketika itu saya baru berumur 12 tahun, sebagai anak tunggal. Sewaktu  orang tua saya sedang pergi keluar negeri. Teman baik ibuku, Tante Susi,  yang berumur 26 tahun, diminta oleh orang tuaku untuk tinggal di rumah  menjagaiku. Karena suaminya harus keluar kota, Tante Susi akan menginap  di rumahku sendirian. Tante Susi badannya agak tinggi, rambutnya  dipotong pendek sebahu, kulitnya putih bersih, wajahnya ayu, pakaian dan  gayanya seksi. Tentu saja saya sangat setuju sekali untuk ditemani oleh  Tante Susi. 
  Biasanya, setiap ada kesempatan saya suka memainkan kemaluanku  sendirian. Tapi belum pernah sampai keluar, waktu itu saya masih belum  mengerti apa-apa, hanya karena rasanya nikmat. Mengambil kesempatan  rumah lagi kosong dan Tante Susi juga belum datang. Setelah pulang  sekolah, saya ke kamar tidurku sendirian memijit-mijit kemaluanku  sembari menghayalkan tubuh Tante Susi yang seksi. Kubayangkan seperti  yang pernah kulihat di majalah porno dari teman-temankuku di sekolah.  Selagi asyiknya bermain sendirian tanpa kusadari Tante Susi sudah tiba  di rumahku dan tiba-tiba membuka pintu kamarku yang lupa kukunci. 
  Dia sedikit tercengang waktu melihatku berbaring diatas ranjang  telanjang bulat, sembari memegangi kemaluanku yang berdiri. Aduh malunya  setengah mati, ketangkap basah lagi mainin burung. Segera kututupi  kemaluanku dengan bantal, wajahku putih pucat.  Melihatku ketakutan, Tante Susi hanya tersenyum dan berkata",Eh, kamu  sudah pulang sekolah Asan., Tante juga baru saja datang". Saya tidak  berani menjawabnya.  "Tidak usah takut dan malu sama Tante, itu hal biasa untuk anak-anak  mainin burungnya sendiri" ujarnya. Saya tetap tidak berani berkutik dari  tempat tidur karena sangat malu. Tante Susi lalu menambah, "Kamu  terusin saja mainnya, Tante hanya mau membersihkan kamar kamu saja,  kok".  "Tidak apa-apa kan kalau Tante turut melihat permainanmu", sembari  melirik menggoda, dia kembali berkata "Kalau kamu mau, Tante bisa  tolongin kamu, Tante mengerti kok dengan permainanmu, Asan.", tambahnya  sembari mendekatiku.  "Tapi kamu tidak boleh bilang siapa-siapa yah, ini akan menjadi rahasia  kita berdua saja". Saya tetap tidak dapat menjawab apa-apa, hanya  mengangguk kecil walaupun saya tidak begitu mengerti apa maksudnya. 
  Tante Susi pergi ke kamar mandi mengambil Baby Oil dan segera kembali ke  kamarku. Lalu dia berlutut di hadapanku. Bantalku diangkat  perlahan-lahan, dan saking takutnya kemaluanku segera mengecil dan  segera kututupi dengan kedua telapak tanganku.  "Kemari dong, kasih Tante lihat permainanmu, Tante janji akan  berhati-hati deh", katanya sembari membujukku. Tanganku dibuka dan mata  Tante Susi mulai turun ke bawah kearah selangkanganku dan memperhatikan  kemaluanku yang mengecil dengan teliti. Dengan perlahan - lahan dia  memegang kemaluanku dengan kedua jarinya dan menuruni kepalanya, dengan  tangan yang satu lagi dia meneteskan Baby Oil itu di kepala kemaluanku,  senyumnya tidak pernah melepaskan wajahnya yang cantik.  "Tante pakein ini supaya rada licin, kamu pasti suka deh" katanya sembari mengedipkan sebelah matanya. 
  Malunya setengah mati, belum ada orang yang pernah melihat kemaluanku,  apa lagi memegangnya. Hatiku berdebar dengan kencang dan wajahku merah  karena malu. Tapi sentuhan tangannya terasa halus dan hangat.  "Jangan takut Asan., kamu rebahan saja", ujarnya membujukku. Setelah  sedikit tenang mendengar suaranya yang halus dan memastikan, saya mulai  dapat menikmati elusan tangannya yang lembut. Tangannya sangat mahir  memainkan kemaluanku, setiap sentuhannya membuat kemaluanku bergetar  dengan kenikmatan dan jauh lebih nikmat dari sentuhan tanganku sendiri.  "Lihat itu sudah mulai membesar kembali", kemudian Tante Susi melumuri  Baby Oil itu ke seluruh batang kemaluanku yang mulai menegang dan kedua  bijinya. Kemudian Tante Susi mulai mengocok kemaluanku digenggamannya  perlahan-lahan sambil membuka lebar kedua pahaku dan mengusap bijiku  yang mulai panas membara. 
  Kemaluanku terasa kencang sekali, berdiri tegak seenaknya dihadapan muka  Tante Susi yang cantik. Perlahan Tante Susi mendekati mukanya kearah  selangkanganku, seperti sedang mempelajarinya. Terasa napasnya yang  hangat berhembus di paha dan di bijiku dengan halus. Saya hampir tidak  bisa percaya, Tante Susi yang baru saja kukhayalkan, sekarang sedang  berjongkok diantara selangkanganku. 
  Setelah kira -kira lima menit kemudian, saya tidak dapat menahan rasa  geli dari godaan jari-jari tangannya. Pinggulku tidak bisa berdiam  tenang saja di ranjang dan mulai mengikuti setiap irama kocokan tangan  Tante Susi yang licin dan berminyak. Belum pernah saya merasa seperti  begitu, semua kenikmatan duniawi ini seperti berpusat tepat  ditengah-tengah selangkanganku. Mendadak Tante Susi kembali berkata,  "Ini pasti kamu sudah hampir keluar, dari pada nanti kotorin ranjang  Tante hisap saja yah". Saya tidak mengerti apa yang dia maksud. Dengan  tibatiba Tante Susi mengeluarkan lidahnya dan menjilat kepala kemaluanku  lalu menyusupinya perlahan ke dalam mulutnya. 
  Hampir saja saya melompat dari atas ranjang. Karena bingung dan kaget,  saya tidak tahu harus membikin apa, kecuali menekan pantatku keras ke  dalam ranjang. Tangannya segera disusupkan ke bawah pinggulku dan  mengangkatnya dengan perlahan dari atas ranjang. Kemaluanku terangkat  tinggi seperti hendak diperagakan dihadapan mukanya. Kembali lidahnya  menjilat kepala kemaluanku dengan halus, sembari menyedot ke dalam  mulutnya. Bibirnya merah merekah tampak sangat seksi menutupi seluruh  kemaluanku. Mulut dan lidahnya terasa sangat hangat dan basah. Lidahnya  dipermainkan dengan sangat mahir. Matanya tetap memandang mataku seperti  untuk meyakinkanku. Tangannya kembali menggenggam kedua bijiku.  Kepalanya tampak turun naik disepanjang kemaluanku, saya berasa geli  setengah mati. Ini jauh lebih nikmat daripada memakai tangannya. 
  Sekali-sekali Tante Susi juga menghisap kedua bijiku bergantian dengan  gigitan-gigitan kecil. Dan perlahan turun ke bawah menjilat lubang  pantatku dan membuat lingkaran kecil dengan ujung lidahnya yang terasa  sangat liar dan hangat. Saya hanya dapat berpegangan erat ke bantalku,  sembari mencoba menahan rintihanku. Kudekap mukaku dengan bantal, setiap  sedotan kurasa seperti yang saya hendak menjerit. Napasku tidak dapat  diatur lagi, pinggulku menegang, kepala saya mulai pening dari  kenikmatan yang berkonsentrasi tepat diantara selangkanganku. Mendadak  kurasa kemaluanku seperti akan meledak. Karena rasa takut dan panik,  kutarik pinggulku kebelakang. Dengan seketika, kemaluanku seperti  mempunyai hidup sendiri, berdenyut dan menyemprot cairan putih yang  lengket dan hangat ke muka dan ke rambut Tante Susi. Seluruh badanku  bergetar dari kenikmatan yang tidak pernah kualami sebelumnya. Saya  tidak sanggup untuk menahan kejadian ini. Saya merasa telah berbuat  sesuatu kesalahan yang sangat besar. Dengan napas yang terengah -engah,  saya meminta maaf kepada Tante Susi atas kejadian tersebut dan tidak  berani untuk menatap wajahnya.  Tetapi Tante Susi hanya tersenyum lebar, dan berkata "Tidak apa-apa kok,  ini memang harus begini", kembali dia menjilati cairan lengket itu yang  mulai meleleh dari ujung bibirnya dan kembali menjilati semua sisa  cairan itu dari kemaluanku sehingga bersih. "Tante suka kok, rasanya  sedap", tambahnya. 
  Dengan penuh pengertian Tante Susi menerangkan bahwa cairan itu adalah  air mani dan itu wajar untuk dikeluarkan sekali-sekali. Kemudian dengan  penuh kehalusan dia membersihkanku dengan handuk kecil basah dan  menciumku dengan lembut dikeningku. 
  Setelah semuanya mulai mereda, dengan malu-malu saya bertanya, "Apakah perempuan juga melakukan hal seperti ini?".  Tante Susi menjawab "Yah, kadang-kadang kita orang perempuan juga  melakukan itu, tapi caranya agak berbeda". Dan Tante Susi berkata yang  kalau saya mau, dia dapat menunjukkannya. Tentu saja saya bilang yang  saya mau menyaksikannya. 
  Kemudian jari-jari tangan Tante Susi yang lentik dengan perlahan mulai  membuka kancing-kancing bajunya, memperagakan tubuhnya yang putih. Waktu  kutangnya dibuka buah dadanya melejit keluar dan tampak besar membusung  dibandingkan dengan perutnya yang mengecil ramping. Kedua buah dadanya  bergelayutan dan bergoyang dengan indah. Dengan halus Tante Susi  memegang kedua tanganku dan meletakannya di atas buah dadanya. Rasanya  empuk, kejal dan halus sekali, ujungnya agak keras. Putingnya warna  coklat tua dan agak besar. Tante Susi memintaku untuk menyentuhnya.  Karena belum ada pengalaman apa-apa, saya pencet saja dengan kasar.  Tante Susi kembali tersenyum dan mengajariku untuk mengelusnya  perlahanlahan. Putingnya agak sensitif, jadi kita harus lebih perlahan  disana, katanya. Tanganku mulai meraba tubuh Tante Susi yang putih  bersih itu. Kulitnya terasa sangat halus dan panas membara dibawah  telapak tanganku. Napasnya memburu setiap kusentuh bagian yang tertentu.  Saya mulai mempelajari tempat-tempat yang disukainya. 
  Tidak lama kemudian Tante Susi memintaku untuk menciumi tubuhnya. Ketika  saya mulai menghisap dan menjilat kedua buah dadanya, putingnya terasa  mengeras di dalam mulutku. Napasnya semakin menderu-deru, membuat buah  dadanya turun naik bergoyang dengan irama. Lidahku mulai menjilati  seluruh buah dadanya sampai keduanya berkilat dengan air liurku mukanya  tampak gemilang dengan penuh gairah. Bibirnya yang merah merekah digigit  seperti sedang menahan sakit. Roknya yang seksi dan ketat mulai  tersibak dan kedua lututnya mulai melebar perlahan. Pahanya yang putih  seperti susu mulai terbuka menantang dengan gairah di hadapanku. Tante  Susi tidak berhenti mengelus dan memeluki tubuhku yang masih telanjang  dengan kencang. Tangannya menuntun kepalaku ke bawah kearah perutnya.  Semakin ke bawah ciumanku, semakin terbuka kedua pahanya, roknya  tergulung ke atas. Saya mulai dapat melihat pangkal paha atasnya dan  terlihat sedikit bulu yang hitam halus mengintip dari celah celana  dalamnya. Mataku tidak dapat melepaskan pemandangan yang sangat indah  itu. 
  Kemudian Tante Susi berdiri tegak di hadapanku dengan perlahan Tante  Susi mulai membuka kancing roknya satu persatu dan membiarkan roknya  terjatuh di lantai. Tante Susi berdiri di hadapanku seperti seorang  putri khayalan dengan hanya memakai celana dalamnya yang putih, kecil,  tipis dan seksi. Tangannya ditaruh di pingulnya yang putih dan tampak  serasi dengan kedua buah dadanya diperagakannya di hadapanku. Pantatnya  yang hanya sedikit tertutup dengan celana dalam seksi itu bercuat  menungging ke belakang. Tidak kusangka yang seorang wanita dapat  terlihat begitu indah dan menggiurkan. Saya sangat terpesona memandang  wajah dan keindahan tubuhnya yang bercahaya dan penuh gairah. 
  Tante Susi menerangkan yang bagian tubuh bawahnya juga harus dimainkan.  Sambil merebahkan dirinya di ranjangku, Tante Susi memintaku untuk  menikmati bagiannya yang terlarang. Saya mulai meraba-raba pahanya yang  putih dan celana dalamnya yang agak lembab dan bernoda. Pertama-tama  tanganku agak bergemetar, basah dari keringat dingin, tetapi melihat  Tante Susi sungguh-sungguh menikmati semua perbuatanku dan matanya juga  mulai menutup sayu, napasnya semakin mengencang. Saya semakin berani dan  lancang merabanya. Kadang-kadang jariku kususupkan ke dalam celana  dalamnya menyentuh bulunya yang lembut. Celana dalamnya semakin  membasah, noda di bawah celana dalamnya semakin membesar. Pingulnya  terangkat tinggi dari atas ranjang. Kedua pahanya semakin melebar dan  kemaluannya tercetak jelas dari celana dalamnya yang sangat tipis itu. 
  Setelah beberapa lama, Tante Susi dengan merintih memintaku untuk  membuka celana dalamnya. Pinggulnya diangkat sedikit supaya saya dapat  menurunkan celana dalamnya ke bawah. Tante Susi berbaring di atas  ranjang tanpa sehelai benangpun yang menutupi tubuhnya. Disitu untuk  pertama kali saya dapat menyaksikan kemaluan seorang wanita dari jarak  yang dekat dan bukan hanya dari majalah. Bulu-bulu di atas kemaluannya  itu tampak hitam lembut, tumbuh dengan halus dan rapi dicukur, sekitar  kemaluannya telah dicukur hingga bersih membuat lekuk kemaluannya tampak  dari depan. Tante Susi membuka selangkangannya dengan lebar dan  menyodorkan kewanitaannya kepadaku tanpa sedikit rasa malu. Sembari  bangkit duduk di tepi ranjang, Tante Susi memintaku untuk berjongkok  diantara kedua pahanya untuk memperhatikan vagina nya dari jarak dekat.  Dengan penuh gairah kedua jarinya mengungkap bibir kemaluannya yang rada  tebal dan kehitam-hitaman dan memperagakan kepadaku lubang vaginanya  yang basah dan berwarna merah muda. 
  Dengan nada yang ramah, Tante Susi menggunakan jari tangannya sendiri  dengan halus, menerangkan kepadaku satu persatu seluruh bagian tubuh  bawahnya. Tempat-tempat dan cara-caranya untuk menyenangkan seorang  wanita. Kemudian Tante Susi mulai menggunakan jari tanganku untuk  diraba-rabakan kebagian tubuh bawahnya. Rasanya sangat hangat, lengket  dan basah. Clitorisnya semakin membesar ketika saya menyentuhnya. Aroma  dari vaginanya mulai memenuhi udara di kamarku, aromanya menyenangkan  dan berbau bersih. Dari dalam lubang vaginanya perlahan-lahan keluar  cairan lengket berwarna putih dan kental dan mulai melumuri semua  permukaan lubang vaginanya. Mengingat apa yang dia sudah lakukan dengan  air maniku, saya kembali bertanya "Boleh nggak saya mencicipi air mani  Tante?" Tante Susi hanya mengangguk kecil dan tersenyum. 
  Perlahan saya mulai menjilati pahanya yang putih dan sekitar lubang  vagina Tante Susi yang merah dan lembut. Cairannya mulai mengalir keluar  dengan deras ke selangkangannya. Lidahku menangkap tetesan itu dan  mengikuti aliran cairan itu sampai balik ke asal lubangnya. Rasanya agak  keasinan dengan berbau sangat khas, tidak seperti kata orang, cairan  Tante Susi sangat bersih dan tidak berbau amis. Begitu pertama saya  mencicipi alat kelamin Tante Susi, saya tahu yang saya dapat  menjilatinya terus-menerus, karena saya sangat menyukai rasanya. Tante  Susi mendadak menjerit kecil ketika lidahku menyentuh clitorisnya. Saya  tersentak takut karena mungkin saya telah membuatnya sakit. Tetapi Tante  Susi kembali menjelaskan bahwa itu hal biasa kalau seseorang mengerang  waktu merasa nikmat. 
  Semakin lama, saya semakin berani untuk menjilati dan menghisapi semua  lubang vagina dan clitorisnya. Pinggulnya diangkat naik tinggi.  Tangannya tidak berhenti memeras buah dadanya sendiri, cengkramannya  semakin menguat. Napasnya sudah tidak beraturan lagi. Kepalanya  terbanting ke kanan dan ke kiri. Pinggul dan pahanya kadang-kadang  mengejang kuat, berputar dengan liar. Kepalaku terkadang tergoncang  keras oleh dorongan dari kedua pahanya. Tangannya mulai menjambak  rambutku dan menekan kepalaku erat kearah selangkangannya. Dari bibirnya  yang mungil itu keluar desah dan rintihan memanggil namaku, seperti  irama di telingaku. Keringatnya mulai keluar dari setiap pori-pori  tubuhnya membuat kulitnya tampak bergemilang di bawah cahaya lampu.  Matanya sudah tidak memandangku lagi, tapi tertutup rapat oleh bulu mata  yang panjang dan lentik. Sembari merintih Tante Susi memintaku untuk  menyodok-nyodokkan lidahku ke dalam lubang vaginanya dan mempercepat  iramaku. Seluruh mukaku basah tertutup oleh cairan yang bergairah itu. 
  Kemudian Tante Susi memintaku untuk berbalik supaya dia juga dapat  menghisap kemaluanku bersamaan. Setelah melumuri kedua buah dadanya yang  busung itu dengan Baby Oil, Tante Susi menggosok-gosokkan dan  menghimpit kemaluanku yang sudah keras kembali diantara buah dadanya,  dan menghisapinya bergantian. Kemudian Tante Susi memintaku untuk lebih  berkonsentrasi di clitorisnya dan menyarankanku untuk memasuki jariku ke  lubang vaginanya. Dengan penuh gairah saya pertama kalinya merasakan  bahwa kelamin wanita itu dapat berasa begitu panas dan basah. Otot  vaginanya yang terlatih terasa memijiti jari tanganku perlahan. Bibir  dan lubang vaginanya tampak merekah, berkilat dan semakin memerah.  Clitorisnya bercahaya dan membesar seperti ingin meledak. Setelah tidak  beberapa lama, Tante Susi memintaku untuk memasukkan satu jariku ke  dalam lubang pantatnya yang ketat. Dengan bersamaan, Tante Susi juga  masukkan satu jarinya pula ke dalam lubang pantatku. Tangannya  dipercepat mengocok kemaluanku. Pahanya mendekap kepalaku dengan keras.  Pinggulnya mengejang keras. Terasa dilidahku urat-urat sekitar dinding  vaginanya berkontraksi keras ketika dia keluar. Saya menjerit keras  bersama-sama Tante Susi sembari memeluknya dengan erat, kita berdua  keluar hampir bersamaan. Kali ini Tante Susi menghisap habis semua air  maniku dan terus menghisapi kemaluanku sampai kering. 
  Setelah itu kita berbaring telanjang terengah mengambil napas. Badannya  yang berkeringat dan melemah, terasa sangat hangat memeluki tubuhku dari  belakang, tangannya tetap menghangati dan mengenggam kemaluanku yang  mengecil. Aroma dari yang baru saja kita lakukan masih tetap memenuhi  udara kamarku. Wajahnya tampak gemilang bercahaya menunjukan kepuasan,  senyumnya kembali menghiasi wajahnya yang terlihat lelah. Lalu kita  jatuh tertidur berduaan dengan angin yang sejuk meniup dari jendela yang  terbuka. Setelah bangun tidur, kita mandi bersama. Waktu berpakaian  Tante Susi mencium bibirku dengan lembut dan berjanji yang nanti malam  dia akan mengajari bagaimana caranya bila kejantananku dimasukkan ke  dalam kewanitaannya. 
  Sejak hari itu, selama satu minggu penuh, setiap malam saya tidur di  kamar tamu bersama Tante Susi dan mendapat pelajaran yang baru setiap  malam. Tetapi setelah kejadian itu, kita tidak pernah mendapat  kesempatan kembali untuk melanjutkan hubungan kami. Hanya ada peristiwa  sekali, waktu orangtuaku mengadakan pesta di rumah, Tante Susi datang  bersama suaminya. Di dapur, waktu tidak ada orang lain yang melihat,  Tante Susi mencium pipiku sembari meraba kemaluanku, tersenyum dan  berbisik "Jangan lupa dengan rahasia kita Asan." Dua bulan kemudian  Tante Susi pindah ke kota lain bersama suaminya. Sampai hari ini saya  tidak akan dapat melupakan satu minggu yang terbaik itu di dalam sejarah  hidupku. Dan saya merasa sangat beruntung untuk mendapat seseorang yang  dapat mengajariku bersetubuh dengan cara yang sangat sabar, sangat  profesional dan semanis Tante Susi.
 
 
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Akibat tergiur hadiah               Apr 17th 2013, 06:06                                                Namaku Elly. Usiaku kini 23 tahun. Aku sudah menikah dengan Albert yang  kini berusia 25 tahun, dan kini aku adalah seorang ibu muda, dengan  seorang anak yang baru berusia 6 bulan yang kami beri nama Michael.  Sejak pacaran dan menikah sampai sekarang ini, suamiku sering berpergian  ke luar negeri untuk urusan pekerjaan. Aku sendiri adalah wanita yang  mendapat karunia wajah yang cantik, itu menurut teman temanku. Aku  memiliki rambut yang lurus dan panjang sampai sebahu. Tubuhku sudah  kembali ramping dan indah seperti pujian suamiku, meskipun aku baru  melahirkan setengah tahun yang lalu. Mungkin hal itu karena aku rajin  mengikuti senam aerobik, dan memang aku menjaga pola makan supaya  badanku tak semakin melar, dan aku sedikit banyak bangga karenanya.
  Aku sendiri tidak bekerja di luar, karena suamiku memiliki penghasilan  yang lebih dari cukup. Dan memang suamiku ingin aku menjadi ibu rumah  tangga yang baik saja, dengan tinggal di rumah untuk merawat anak kami  dengan baik. Kehidupan seks kami juga luar biasa. Suamiku adalah lelaki  perkasa di tempat tidur, dan aku sungguh menikmati kehidupanku ini. Kini  kalau suamiku tak ada di rumah, aku hanya tinggal dengan anakku, juga  pembantu kami yang kupanggil bi Iyem, satpam kami yang bernama Adrian,  tukang kebun kami yang bernama pak Jono, dan juga sopir kami yang  bernama Sarman. Di usiaku yang sekarang ini, nafsu seksku tentu sedang  tinggi tingginya. Ditinggal oleh suamiku bekerja seperti ini, kadang aku  amat merindukan bermain cinta dengannya. Demikian sekilas tentang  keadaanku dan keluargaku.
  Hari itu hari Sabtu. Siang hari itu, aku menerima telepon dan aku  terkejut dengan berita yang aneh. Aku mendapatkan hadiah sebuah mobil  lewat undian sebuah produk. Dan seingatku, aku tak pernah mengikuti  prosedur undian itu.
  Dengan santai aku berkata, "Pak, terserah bapak mau bicara apa, tapi  saya tak akan pernah mentransfer uang apapun untuk pajak atau yang  lain".
  Dan orang itu berkata panjang lebar, "Ibu Elly, kami memaklumi kalau ibu  berhati hati, memang kami tak menyuruh ibu membayar apapun, karena  pajak hadiah ditanggung oleh kami. Kami akan mengantarkan hadiah itu  langsung ke rumah ibu sekitar satu jam lagi. Gratis bu, tak dipungut  biaya apapun. Ibu boleh mencobanya, kalau ternyata mobilnya bermasalah  kami langsung mengganti dengan yang baru. Tapi itu tidak akan terjadi  bu, karena kami sudah melakukan More...pemeriksaan terhadap mobil ini".
  Mendengar hal ini, aku hanya bisa mengangkat bahu dan berkata, "Ya terserah bapak. Maaf, dengan bapak siapa saya bicara?".
 
  Dan orang itu menjawab, "Dengan bapak Anto. Ibu bisa menghubungi kantor  kami di nomer *** ****. Aku mengiyakan saja dan kemudian memutus  pembicaraan. Dalam hati aku merasa aneh, tapi ya kalau gratis, apa  salahnya?
  Kulihat sekarang ini adalah jam 1 siang. Aku baru selesai makan siang,  maka aku menyusui dan menidurkan anakku, supaya nanti ketika aku pergi  aku tak begitu kuatir. Dan memang satu jam kemudian aku mendengar bel  rumahku berbunyi, dan ketika aku keluar, aku melihat sebuah mobil Kijang  Innova keluaran terbaru, dengan cat yang mulus mengkilap. Di  belakangnya berhenti sebuah mobil Kijang pickup. Mungkin untuk mereka  yang mengantar mobilku ini pulang nanti. Aku agak terkejut juga, berarti  mungkin ini benar. Seseorang turun dari mobil pickup itu, sementara  orang yang sudah berdiri di depan pintu rumah menyapaku.
  "Bu Elly? Saya Anto", kata orang yang bernama Anto itu sambil mengulurkan tangannya.
  Aku menjabat tangannya dengan sedikit perasaan ragu dan menjawab "Elly".
  Orang itu memang penampilannya rapi. Tapi wajahnya agak seram. Aku  mencoba membuang semua pikiran negatif. Dan kemudian orang satunya yang  berpenampilan biasa biasa, yang juga berwajah biasa biasa, menjabat  tanganku.
  "Seto", katanya.
  Aku menjabat tangannya dan menjawab, "Elly".
  Setelah acara kenalan yang menurutku hanya formalitas ini, kami duduk di  teras rumah, dan aku disodori formulir yang aku baca di bagian awal dan  akhir saja, untuk memastikan aku tak keluar uang apapun untuk  mendapatkan hadiah ini. Lalu Anto menawarkan padaku untuk mencoba mobil  itu, karena nantinya aku harus mengisi formulir untuk memberikan  'penilaian' tentang kondisi mobil itu, sebelum acara serah terima surat  kendaraan dilakukan. Aku setuju saja, dan aku menerima kunci mobil itu  dari Anto. Aku masuk ke dalam mobil itu, joknya masih terbungkus plastik  semua, baunya khas mobil baru. Dan dengan didampingi mereka, aku mulai  mencoba mobil itu.
  Semua baik baik saja, sampai tiba tiba di sebuah gang yang sepi di dekat  rumahku, Anto yang duduk di kursi depan menarik handbrake. Aku terkejut  sekali, sampai lupa menginjak pedal kopling dan mesin mobil ini mati.  Aku menoleh kepada Anto, tapi belum sempat aku bertanya, dari belakang  aku dibekap, oleh Seto tentunya. Kurasakan bau yang menyengat, dan tak  lama kemudian semuanya gelap…
  —
  Perlahan aku mulai sadar. Aku mengeluh perlahan, ketika aku tak bisa  menggerakkan kedua tanganku yang terentang. Sakit rasanya. Aku mulai  mencoba mengerti apa yang terjadi pada diriku. Ternyata kedua  pergelangan tanganku yang terentang ini, terikat erat pada semacam pilar  di ruangan ini. Sedangkan aku sendiri terbaring di atas matras. Yang  membuatku tercekat, aku sudah tak mengenakan apa apa lagi selain bra dan  celana dalamku. Kakiku memang masih bebas, tapi apa artinya? Aku kini  sudah tak berdaya dengan tangan yang terpasung seperti ini. Aku  memejamkan mata dan menggigit bibir, tak sanggup membayangkan apa yang  akan terjadi padaku. Aku mulai menyesali kebodohanku tadi, mengapa bisa  terjebak dengan iming iming hadiah itu.
  Tiba tiba pintu ruangan ini terbuka, lalu masuk seseorang yang membuatku ternganga tak percaya pada pengelihatanku.
  "Arman?", seruku tak percaya.
  "Halo Elly… lama tak jumpa… bagaimana kabarnya?", kata Arman dengan  senyum yang membuat hatiku dingin seperti disiram air es. Aku takut  sekali.
  "Arman… apa yang kamu lakukan ini? Ingat Arman, aku ini kakak iparmu.  Tolong lepaskan aku..", aku mencoba menyadarkan Arman walaupun aku tahu  ini mungkin sekali merupakan hal yang sia sia.
  Aku tahu Arman memang menginginkan aku sejak aku dikenalkan Albert pada  keluarganya. Arman adalah adik Albert yang kini berusia 24 tahun.  Wajahnya memang cukup tampan. Dan sejak ia mengenalku, ia sudah beberapa  kali mencoba mendekatiku, tapi tentu saja aku tak memberinya respon.  Suatu hari ketika aku berkunjung ke rumah Albert saat masih tinggal  bersama keluarganya, Arman nekat dan nyaris berhasil memperkosaku.  Untung saja waktu itu kepulangan Albert menyelamatkanku, dan sejak itu  aku tahu aku harus menghindari orang ini. Tapi kini aku sudah jatuh ke  dalam tangannya. Tanpa sadar aku bergidik ngeri.
  Mendengar kata kataku, Arman hanya tertawa. Ia mendekatiku dan 'krek…'. Arman merenggut braku hingga tali talinya putus.
  "Aduh…", aku mengeluh perlahan, sedikit sakit rasanya pada bagian  tubuhku yang tertekan tali braku saat Ellyrik Arman. Aku memejamkan  mataku erat erat, malu sekali rasanya payudaraku terlihat oleh laki laki  lain selain suamiku.
  "Elly… Elly… kamu kira aku segoblok itu sudah bersusah payah menjebakmu  seperti ini dan melepaskan kamu begitu saja? Hahaha… aku belum gila,  Elly", kata Arman sambil menyeringai mengerikan saat aku menatapnya  dengan marah bercampur takut.
  "Arman, kamu gila… lepaskan aku!!", aku mulai panik dan membentaknya.
  'breeet… breeet'… seruanku dijawab Arman dengan merenggut robek celana dalamku, hingga kini aku sudah telanjang bulat.
  Aku menjerit kecil. Kini aku hanya bisa memandangi Arman dengan jantung  berdebar ketika ia mulai melucuti pakaiannya sendiri. Sesekali aku  mencoba meronta, tapi tak ada hasil sama sekali karena aku benar benar  tak bisa menggerakkan kedua tanganku yang terentang lebar. Aku tahu,  nasib yang buruk akan segera menimpaku, dan perlahan aku mulai menangis.
  "Lho sayang… kok nangis sih? Tenang saja, sebentar lagi kamu juga akan  keenakan kok", ejek Arman yang sudah bersiap di selangkanganku.
  Aku semakin ngeri, dengan suara gemetar aku memohon, "Arman, tolong  jangan begini… aku ini kakakmu… kakak iparmu… masa kamu tega berbuat  begini padaku…".
  Arman tertawa sinis dan berkata dengan suara kasar, "Diam Elly. Kamu  telah merendahkanku. Kamu selalu menolakku. Kamu tak pernah menghargai  aku".
  Aku sadar kalau aku memang selalu menjaga jarak dengannya, karena aku  merasa ia berbahaya. Dan kini memang semuanya terbukti kan?
  Dan sambil merenggangkan kedua pahaku lebar lebar, Arman melanjutkan,  "Kamu tak pernah mau aku ajak pergi makan berdua. Kamu anggap aku tak  layak pergi berdampingan bersamamu. Benar benar perempuan sombong!  Karena itu sekarang rasakan pembalasanku!".
  Berkata begitu, Arman menempelkan kepala penisnya ke bibir liang  vaginaku. Aku makin panik dan berusaha menggerakkan pinggulku  menghindari hunjaman penis Arman saat Arman mulai memajukan pinggulnya.
  Berhasil, penis itu tak sampai melesak masuk menerobos liang vaginaku.
  Tapi rupanya Arman marah dengan perbuatanku, ia menamparku dengan keras, hingga aku mengaduh dan menangis kesakitan.
  "Jangan coba coba lagi Elly, atau nanti kamu akan kuberikan pada dua  kacungku di depan itu!", ancam Arman dengan suara yang mengerikan.
  Mendengar hal itu aku langsung melemas dan pasrah, di sela tangisanku, aku hanya bisa mengumpat getir, "Kamu gila.. Arman".
  Arman hanya tertawa dan aku hanya bisa membiarkan kepala penis Arman  menemukan bibir liang vaginaku, dan sesaat kemudian aku mengerang  kesakitan saat liang vaginaku tertembus oleh batang penis Arman.
  Aku mulai menangis saat Arman memompa liang vaginaku. Walaupun aku sudah  pernah melahirkan, tapi berkat senam dan ramuan khusus, liang vaginaku  kembali menyempit. Konsekuensinya, kini aku merasa kesakitan karena  liang vaginaku dipompa penis Arman yang cukup besar.
  Aku memalingkan mukaku supaya tak melihat wajah Arman yang kesenangan  karena berhasil mendapatkan tubuhku. Ia meremasi kedua payudaraku dengan  gemas, seolah melampiaskan segala nafsunya yang tak kesampaian untuk  menikmati tubuhku sejak dulu. Sedangkan aku sendiri hanya bisa terus  menggeliat kesakitan.
  "Elly… punyamu enaak", erang Arman dengan tatapan penuh gairah padaku sambil terus menggenjotku.
  Ingin aku menamparnya, tapi kedua tanganku tak bisa kugerakkan. Aku  hanya bisa merelakan liang vaginaku ditembusi oleh laki laki yang  harusnya memperlakukanku sebagai kakak iparnya. Tapi Arman memang sudah  kesetanan, ia mulai mencumbuiku dengan sangat bernafsu. Bibirku  dilumatnya dengan ganas, sementara kedua payudaraku diremasnya dengan  kuat.
  Perlahan aku mulai terangsang karena perbuatan adik iparku ini, rasa  terhina karena diperkosa mulai berganti dengan rasa nikmat yang melanda  selangkanganku dan juga sekujur tubuhku.
  Rupanya vaginaku sudah mampu beradaptasi dengan ukuran penis Arman yang  tadinya terasa begitu menyesakkan. Aku malu sekali, ingin rasanya aku  menyembunyikan wajahku yang terasa panas ini. Tapi tentu saja hal itu  tak bisa kulakukan, maka aku hanya bisa pasrah namun mati matian  berusaha menahan diri supaya tak kelihatan menikmati hal ini.
  Tapi sayangnya, tubuhku terlalu jujur, perlahan tanpa mampu kucegah,  pinggangku terangkat saat aku menahan nikmat yang luar biasa. Kurasakan  penis Arman melesak begitu dalam ketika ia menghunjamkan kuat kuat  kedalam liang vaginaku, membuatku menggeliat keenakan seperti cacing  kepanasan.
  Arman tertawa sinis dan mulai menghinaku, "Ternyata kamu menikmati  punyaku juga Elly. Makanya kamu jadi cewek jangan sok suci.. hahaha..  kalau sudah kemasukan gini, toh kamu keenakan juga..".
  Sambil menghinaku Arman terus memompa liang vaginaku dengan gencar. Aku  sudah tak tahu apa yang harus kulakukan, karena perlahan tapi pasti aku  sedang diantar menuju orgasme.
  "Arman… oohh… sudaah… ampuuun… ennngghh", aku mulai mengerang dan melenguh.
  "Kenapa El? Enak ya?", ejek Arman dan malah makin gencar memompa liang vaginaku.
  "Kamu…", aku tak bisa menjawab, tubuhku menggigil, selangkanganku serasa akan meledak.
  Aku terus mengerang dan melenguh, sampai akhirnya aku mengejang hebat,  kepalaku terlempar ke sana kemari karena aku menggelepar dihantam badai  orgasme ini.
  "Oh Elly… kamu cantik sekali kalau seperti ini", desah Arman yang tak  menunjukkan tanda tanda akan orgasme, sementara aku sendiri sedang  menderita dalam kenikmatan orgasme yang berkepanjangan ini, dan  nikmatnya selangkanganku yang terus dipompa Arman semakin menjadi jadi.
  Namun rasa ngilu mulai menghampiri liang vaginaku, dan makin lama rasa itu makin menderaku.
  Aku sudah tak kuat lagi, dan berteriak "Armaaan… aaaaah… hentikaaaan… amppuuuun…".
  Ia benar benar perkasa seperti suamiku, hanya saja suamiku lebih  pengertian, membiarkanku beristirahat kala aku mengalami orgasme.  Sedangkan Arman sama sekali tak memperdulikan keadaanku, ia hanya  mencari kenikmatannya sendiri.
  Aku makin menderita dalam kenikmatan ini, rasanya tulang tulang di dalam  tubuhku terlepas semua dari sambungannya, sementara tubuhku meliuk liuk  dan menggelepar terhempas badai orgasme yang terus menerus ini. Entah  cairan cintaku sudah membanjir berapa banyak, aku mulai pening dan tak  mampu mengerang lagi. Dengan kejam Arman terus memompa liang vaginaku,  sampai akhirnya ruangan ini rasanya berputar, semuanya gelap…
  —
  Ketika aku mulai sadar, kurasakan kedua puting susuku seperti ada yang  mengulum dan menyedoti dengan kuat. Vaginaku masih terasa sedikit sakit,  tapi sudah tak terasa sesak, artinya Arman sudah selesai memompa liang  vaginaku. Becek sekali rasanya liang vaginaku, aku tahu si brengsek itu  pasti mengeluarkan spermanya di dalam sana. Untungnya aku sedang dalam  masa tidak subur, jadi aku tak perlu takut hamil. Tapi kini aku sadar,  ada dua orang sekaligus yang mengulum puting susuku, yang berarti ada  orang lain selain Arman. Dan aku mulai mengenali mereka berdua ini,  bahkan Arman bukan salah satu dari mereka. Ternyata Anto dan Seto yang  kini sedang menyusu pada kedua payudaraku.
  "Jangaaaan", aku menjerit ngeri.
  Aku tak bisa berbuat apa apa, kedua tanganku yang terentang ini tak bisa  kugerakkan sedikitpun, sementara mereka berdua dengan santai meneruskan  perbuatan mereka.
  "Lepaskan aku… Armaaan kamu bajingaaaan…", aku mengumpat dalam keputus asaanku.
  Dan kudengar tawa yang membuatku bergidik ngeri. Kemudian aku melihat Arman masuk, dan memegang handycam.
  Ia merekamku! Merekamku yang sedang pasrah tak berdaya saat kedua puting susuku disedot oleh kedua kacungnya.
  "Biadab kamu Arman… Kamu kan sudah janji..", aku langsung terdiam.
  Bajingan ini memang tak pernah berjanji apa apa.
  "Kenapa Elly? Kok diam? Apa aku salah? Aku memang tak pernah berjanji  kalau kamu tak akan kuberikan pada mereka bukan? Hahahaha…", Arman  tertawa dengan memuakkan.
  Aku hanya bisa menangis. Habislah aku, aku sudah dalam cengkeraman Arman  sepenuhnya. Entah seperti apa nasibku di hari hari berikutnya.  Sementara kedua kacung Arman ini tertawa senang, dan mereka kembali  mencucup kedua puting susuku dengan bersemangat, tak lupa tentunya  mereka juga meremasi payudaraku.
  Beberapa saat kemudian, dengan gaya yang menjijikkan, mereka membuka mulut mereka yang penuh air susuku ke arah kamera.
  "Wow.. air susu Elly", kata Arman sambil menyorot mulut kedua kacungnya.
  Kedua orang itu menelan air susuku.
  "Bagaimana rasanya Anto? Seto? Enak tidak?", tanya Arman penasaran.
  "Gurih abis bos, susu amoy gini", kata Anto.
  "Lebih enak dari susu sapi", sambung Seto.
  Kurang ajar sekali mereka ini. Dan Arman kelihatannya penasaran, lalu ia menaruh handycamnya.
  "Aku juga ingin coba", gumannya.
  Ia mendekati payudaraku, dan setelah memberikan beberapa jilatan yang  membuatku mau tak mau merasa terangsang, tiba tiba ia sudah mencucup  puting susuku. Beberapa sedotan dilakukannya, sementara aku hanya bisa  mendesah keenakan.
  "Bos, susunya diremas", kata Anto.
  "Bisa tambah banyak keluarnya", Seto menyambung.
  Maka Arman menyedot puting susuku sambil meremasi payudaraku. Aku  sedikit menggeliat kesakitan. Ia terus melakukannya sampai puas,  sementara aku hanya bisa menggigil menahan nikmat.
  "Susu yang enak, Elly", kata Arman dengan nada puas.
  "Nanti aku minta lagi", sambungnya sambil kembali mengambil handycamnya.
  "Lanjutkan", perintah Arman pada Anto dan Seto.
  Mereka berdua yang sudah melepaskan semua baju mereka hingga telanjang  bulat selagi menunggu Arman mencicipi susuku. Mereka tentu saja kembali  mengerubutiku dengan kesenangan.
  Handycam itu kembali merekamku. Kini Anto dan Seto berniat memuaskan  diri mereka sendiri, bisa terlihat dari mereka mengocok penis mereka  sendiri untuk makin menegangkan ereksi penis mereka. Melihat ukuran  penis mereka berdua ini, aku makin ngeri. Baik panjang maupun  diameternya semuanya lebih dari ukuran milik Arman.
  Aku berusaha mematikan semua perasaanku. Kini aku digumuli oleh dua  kacung si Arman. Kedua pahaku dilebarkan oleh Anto. Aku masih terlalu  lemas untuk mencoba menghindar.
  Akibatnya, bless… kembali liang vaginaku tertusuk oleh sebatang penis.
  Aku menggigit bibir, menahan segala perasaan malu dan sakit ini, air  mataku terus mengalir. Handycam yang dipegang Arman terus menyorot ke  arah vaginaku yang sedang dipompa oleh Anto. Mukaku rasanya panas sekali  membayangkan aku sedang membintangi film porno amatir ini.
  Perlahan Arman mengarahkan sorotan handycamnya ke arah tubuhku bagian  atas, dan sempat berhenti agak lama ketika menyorot kedua payudaraku.  Seto sempat meremasi kedua payudaraku dan semua itu disorot oleh Arman.  Sementara itu tubuhku harus terus menggeliat karena menerima rangsangan  dua orang sekaligus. Liang vaginaku dipompa dengan gencar oleh Anto  sementara kedua payudaraku diremas dengan gemas oleh Seto. Aku sendiri  antara mendesah keenakan dan merintih kesakitan. Liang vaginaku masih  belum beradaptasi sepenuhnya dengan ukuran penis Anto, tapi sudah  mendatangkan nikmat yang membuatku serasa melayang.
  "Sudah… hentikaaan…", aku mengerang dan mulai menggelepar, karena kurasakan liang vaginaku kembali ngilu dipompa segencar itu.
  Anto sendiri kelihatannya sudah akan berejakulasi, tubuhnya bergetar  hebat saat menggenjotku, dan tak lama kemudian ia mengerang panjang dan  meneriakkan namaku, "Ooouuuhhh… bu Ellyyy…".
  Tubuhnya berkelojotan di atasku, dan kurasakan penisnya berdenyut keras  di dalam sana. Beberapa semprotan lahar panas kurasakan membasahi liang  vaginaku, dan Arman segera bergerak ke tempat yang bagus untuk  menyorotan handycamnya ke arah vaginaku. Kurasakan Anto mencabut  penisnya perlahan, dan Arman terus menyorot daerah vaginaku, aku malu  sekali. Gejolak yang sempat membuatku hampir orgasme kini mereda. Tapi  gilanya, si Seto langsung bersiap menggilirku, ia sudah mengarahkan  penisnya ke liang vaginaku. Aku memang tak bisa apa apa, hanya bisa  menggigit bibir saat kurasakan liang vaginaku tertusuk oleh penisnya  Seto. Hanya saja sekarang rasanya tak begitu sakit, dan setelah beberapa  genjotan, Arman menyorot mukaku, karena si Anto sudah menempelkan  penisnya ke mulutku.
  "Elly, ayo kulum", perintah Arman.
  Aku hanya bisa menurut, toh aku sudah tak ada gunanya lagi membantah.  Daripada aku mendapat tamparan atau siksaan lain, aku lebih baik  mengikuti kemauan bedebah ini. Perlahan kubuka mulutku, dan penis Anto  yang masih belepotan sperma dan cairan cintaku, menerjang masuk ke dalam  mulutku. Rasanya amis dan asin, membuatku ingin muntah. Tapi aku  berusaha tak memikirkan rasanya, dan ingin cepat menyelesaikan tugasku.  Aku terus mengulum penis si Anto ini, kubersihkan cepat cepat dan  kutelan semua sisa spermanya dan cairan cintaku sendiri. Anto yang sudah  tak tahan mengerang panjang dan menarik penisnya dari mulutku.
  Penderitaanku belum selesai.
  "Buka mulutmu, Elly", perintah Arman sambil menyorotkan handycamnya ke mulutku.
  "Perlahan!", perintahnya lagi.
  Aku mulai membuka mulutku perlahan, dan Arman terus menyorot mulutku.
  "Bagus", katanya dengan puas.
  Aku malu sekali, pasti aku terlihat layaknya seorang wanita nakal dalam  handycam itu. Tak lama kemudian tubuhku terguncang guncang, rupanya Seto  mulai menikmati liang vaginaku. Dengan bersemangat ia menggenjot liang  vaginaku, sementara aku tak tahu bagaimana sekarang raut wajahku saat  menahan malu dan nikmat dan disorot oleh handycam milik Arman. Panas  sekali wajahku rasanya, untungya Arman kemudian ganti menyorot tubuhku  bagian bawah. Kini aku tinggal memusatkan perhatianku pada si Seto.
  Diam diam aku melakukan gerakan kegel, sejenis gerakan menahan buang air  kecil, sambil pura pura merintih keenakan, supaya Seto cepat ejakulasi  dan semua ini segera berakhir. Sesuai harapanku, tak lama kemudian Seto  yang terangsang habis habisan, melolong lolong dan meneriakkan namaku.
  "Aaaaarrrrghh… Bu Ellyyyyy…", jeritnya dan kemudian ia menarik penisnya,  tentu saja setelah di dalam sana liang vaginaku dibasahi lahar  panasnya.
  Arman dengan giat terus menyorot liang vaginaku yang tentunya tak mampu  menampung sperma kedua pemerkosaku ini. Jari tangannya ditusukkan ke  liang vaginaku mengorek sisa sperma Anto dan Seto. Seto sendiri segera  beranjak ke arah wajahku, aku tahu ia hendak menagih jatah servis oral  dariku.
  Seperti tadi, Arman yang buru buru mengarahkan handycamnya ke wajahku  memberikan instruksi instruksi padaku hingga membuatku kembali terlihat  seperti pelacur. Tapi aku hanya bisa menurutinya, walaupun dengan hati  pedih.
  Setelah semua selesai, Arman mematikan handycamnya.
  "Arman, sudah, lepaskan aku… please", aku memohon.
  Tapi Arman tak menjawab, malah ia dengan bernafsu melihat ke arah payudaraku.
  Aku langsung tersadar dan teringat keinginan Arman tadi, yaitu ingin merasakan air susuku lagi.
  Dan memang benar, Arman segera melumat puting susuku, ia menyedot susuku  sepuas puasnya. Aku mendesah keenakan, memang rasanya nikmat sekaligus  amat merangsangku. Aku menggigit bibir, apalagi Anto ikutan melakukan  hal yang sama pada puting susuku yang sebelah. Kini dua orang dewasa  menyusu pada kedua payudaraku seperti bayi, dan aku hanya bisa  memejamkan mata berharap mereka segera selesai.
  Aku melamunkan suamiku… maafkan aku Albert… aku bahkan sempat orgasme ketika diperkosa adikmu…
  —
  Tak terasa sampai si Seto juga sudah puas menyusu, dan akhirnya ikatanku  dilepaskan. Lega rasanya, walaupun terasa sakit pada bekas ikatan di  kedua pergelangan tanganku. Aku duduk dan mengurut kedua pergelangan  tanganku, dan aku memandang Arman dengan benci sekaligus takut, karena  dengan rekaman handycam itu, ia pasti akan menggunakannya untuk  mengancamku agar menurutinya kelak kalau ia menginginkan tubuhku lagi.  Ia tersenyum dengan penuh kemenangan ketika bersama dua kacungnya  melihat hasil rekaman film porno tadi.
  Aku malu sekali, dan aku mencari cari pakaian luarku yang ternyata berserakan tak jauh dari tempat aku digangbang tadi.
  "Sudah puas kalian?", bentakku dengan jengkel dan menahan tangis.
  Aku memakai pakaianku tanpa bra dan celana dalam. Keduanya memang sudah  tak bisa aku pakai karena tadi direnggut paksa dari tubuhku hingga  robek. Mereka tertawa tawa dan beberapa saat lamanya mereka menonton  rekaman pemerkosaan terhadap diriku, kemudian Arman mematikan  handycamnya. Ia menghampiriku dan tiba tiba melumat bibirku.
  Aku menarik wajahku ke belakang untuk melepaskan diri dari ciumannya, lalu aku menamparnya, keras sekali.
  "Bajingan kamu Arman! Kamu tega sekali melakukan ini semua… sekarang antarkan aku pulang!", kataku lirih, sambil menangis.
  Arman mengelus pipinya yang baru kutampar keras itu dan memandangku  dengan aneh. Aku bergidik ditatap oleh Arman seperti itu. Lalu Arman  melangkah ke arah luar diikuti oleh kedua kacungnya. Aku mengikuti  mereka, dan dengan tegang aku masuk ke dalam mobil Kijang Innova pembawa  petaka itu. Aku duduk di kursi penumpang depan, Arman yang menyetir,  sementara Anto dan Seto duduk di belakang.
  Dalam perjalanan, kami semua diam, sedangkan aku sendiri dalam  ketegangan yang luar biasa, karena aku berada semobil dengan para  pemerkosaku. Tapi untungnya mereka tak melecehkanku lebih lanjut, dan  mobil sialan ini mengarah ke rumahku.
  Ketika aku turun dari mobil, aku mendengar Arman berkata, "Elly, sampai ketemu lagi, kapan kapan kita main main lagi ya".
  Dengan muak aku membanting pintu mobil, dan aku segera masuk ke dalam rumah sambil menahan tangis.
  Aku segera melihat anakku. Agak lega melihatnya masih tertidur pulas.
  Aku segera mandi dan keramas, membersihkan tubuhku yang sudah ternoda  oleh adik iparku yang bejat itu, yang tega menyerahkanku pada dua  kacungnya. Aku memang rindu bermain cinta, tapi itu adalah dengan  suamiku sendiri, bukan dengan Albert, bukan dengan mereka ini. Apalagi  diperkosa seperti tadi, sakit sekali hatiku rasanya. Tanpa sadar aku  kembali menangis.
  Aku tahu hari ini adalah hari pertama aku mengalami penghinaan seperti ini, dan ini bukan hari terakhir.
  Terbukti dua hari kemudian, aku mendapat kiriman DVD dari Arman, yang  berisi rekaman pemerkosaan terhadap diriku oleh dua kacungnya itu,  dengan sebuah surat bertuliskan "Elly, lain kali kita bermain tanpa  ikatan pada kedua tanganmu… kamu pasti akan lebih menikmatinya"
 
 
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Kenang-kenangan ngentot dgn tanteku               Apr 17th 2013, 06:05                                                Aku masih duduk di bangku SMA saat itu. Di saat aku dengan teman-teman  yang lain biasa pulang sekolah bersama-sama. Usiaku masih terbilang  hijau, sekitar sembilan belas tahun. Aku tidak terlalu tahu banyak  tentang wanita saat itu. Di kelas aku tergolong anak yang pendiam  walaupun sering juga mataku ini melirik pada keindahan wajah teman-teman  wanita dikelasku waktu itu. Hal ini jugalah yang membawa aku bersama 2 temanku Bambang dan Eko  kedalam sebuah pengalaman yang tak terlupakan bagi kami saat duduk  dibangku SMA dulu. Semuanya bermula dari kegigihan Bambang terhadap perempuan. Kebiasaannya  untuk tak melewatkan barang sedetikpun perhatiannya terhadap keindahan  wanita membawa aku, dia dan Eko kesebuah rumah di komplek pemukiman  Griya Permai. Mulanya aku dan Eko sedang asyik bercanda,. Secara  tiba-tiba Bambang menepuk pundakku dengan keras. Matanya tertuju kesatu  rumah dengan tajamnya. Ternyata disana kulihat ada seorang wanita dengan  mengenakan rok mini baru saja keluar meninggalkan mobilnya untuk  membuka pintu pagar rumah. Heh, bang. Kenapa sih elu tiap lihat perempuan mata elu langsung melotot kayak begitu dan" tegurku. "Elu itu buta ya, wan. Elu kagak lihat bagaimana bongsornya bodi tuh wanita dandan" balasnya cepat. "Bambang, Bambang.. bisa-bisanya elu nilai perempuan dari jarak jauh begini-ini" sambung Eko "Itu mata.. apa teropong" "Wah, kalau untuk urusan wanita kita nggak pake mata lagi, men. Nih,  pake yang disini nih.. dibawah sini" jawab Bambang sambil  menunjuk-nunjuk kearah kemaluannya. "Kalau gua udah ngaceng, perempuan diseberang planet juga bisa gua lihat" kata Bambang dengan senyum penuh nafsu. "Jadi sekarang elu lagi ngaceng, nih dan!" tanya gue yang sedari tadi hanya bisa tenggelam dengan pikiran-pikirannya. "So pasti, men. Nih ****** udah kayak radar buat gua. Makanya gua tahu  disana ada mangsa" jawab Bambang dengan lagi-lagi menunjuk ke arah  kemaluannya. "Gila lu, bang" kataku. "Sekarang begini aja" ujar Bambang kemudian "Elu pada berani taruhan berapa, kalau gua bisa masuk kerumah tuh wanita dan" "Elu itu udah gila kali ya, bang. Elu mau masuk kerumah itu perempuan dandan" jawabku cepat. "Udah deh.. berapa dan Goceng dandan"tantangnya kepada kami. Sejenak  aku, dan Eko hanyut dalam kebingungan. Teman kami yang satu ini memang  sedikit nekat untuk urursan wanita. "Goceng dandan"potong Eko cepat "Wah gua udah bisa beli mie bakso tuh" "Ha-alah, bilang aja kalau elu takut jatuh miskin. Iya kan, ko dan" balas Bambang dengan sedikit menekan. "Siapa bilang, kalau perlu, ceban juga hayo" jawab Eko tak mau kalah. "Oke, oke.. heh, heh, heh. Sekarang tinggal elu nih, wan. Kalau melihat tampang elu sih, kayaknya gua ragu" "Heit tunggu dulu" ujar gue. Gue langsung cepat-cepat merogoh kantong  celananya. Selembar uang kertas lima ribuan langsung dikibas-kibaskan  didepan kedua mata Bambang. "Gua langsung buktikan aja sama elu.. nih" "Oke. Sekarang elu pada buka tuh mata lebar-lebar" kata Bambang kemudian. Bambang langsung berjalan menuju kerumah yang dimaksud. Tampak disana  sang pemilik rumah telah memasukkan mobilnya. Saat ia hendak menutup  pagar, aku lihat Bambang berlari kecil menghampirinya. Disana kulihat  mereka sepertinya sedang berbicara dengan penuh keakraban. Aneh memang  temanku ini. Baru saja bertemu muka dia sudah bisa membuat wanita itu  berbicara ramah dengannya, penuh senyum dan tawa. Dan yang lebih aneh lagi kemudian, beberapa saat setelah itu Bambang  melambaikan tangannya kearah kami bertiga. Dia mengajak kami untuk  segera datang mendekatinya. Setelah beberapa langkah aku berjalan,  kulihat Bambang bahkan telah masuk ke pekarangan rumah menuju ke pintu  depan rumah dimana wanita itu berjalan didepannya. Bambang memang  memenangkan taruhannya hari itu. Di dalam rumah kami duduk dengan  gelisah, khususnya aku. Bagaimana mungkin teman kami yang gila perempuan  ini bisa dengan mudah menaklukkan wanita yang setidaknya dua puluh  tahun lebih tua usianya dari usia kami. Sesaat setelah Bambang selesai  dengan uang-uang kami ditangannya, akupun menanyakan hal tersebut. "Gila lu, bang. Elu kasih sihir apa tuh wanita, sampai bisa jinak kayak merpati gitu dandan" tanyaku penasaran. Heh, heh, heh.. kayaknya gua harus buka rahasianya nih sama elu-elu pada" jawabnya. "Jelas dong, bang. Goceng itu sudah cukup buat gua ngebo"at. Elu kan tahu itu" tambah Eko lagi. "Begini. Kuncinya itu karena elu-elu semua pada blo"on" jelas Bambang serius. "Apa maksudnya tuh !" tanya gue cepat. "Iya, elu-elu pada blo"on semua karena elu-elu kagak tahu kalau  perempuan itu sebenarnya tante gua.. tante Ayu, dia istrinya om harso,  adik mama gue" tambahnya lagi. "Wah, sialan kita sudah dikadalin nih sama playboy cap kampak" kata Eko. "Itu kagak sah, bang. Itu berarti penipuan"sambung gue. "Itu bukan penipuan. Kalau elu tanya apa gua kenal kagak sama tuh  perempuan, lalu gua jawab enggak.. itu baru penipuan" jelas Bambang. Untung aja pertengkaran diantara gue dan teman-teman saat itu nggak lama  karena tidak lama tante ayu yang ternyata tante si Bambang itu datang  dengan membawa minuman segar buat kami. "Ada apa kok ribut-ribut. Kelamaan ya minumannya dan" tanya tante Ayu.  Suaranya terdengar renyah ditelinga kami dan senyumannya yang lepas  membuat kami berempat langsung terhenyak dengan kedatangannya yang  tiba-tiba. "Ah, nggak apa-apa tante" jawab Eko. Bambang yang duduk disebelahnya terlihat serius dengan pikirannya  sendiri. Baju t-shirt yang dikenakan tante Ayu memiliki belahan dada  yang rendah sehingga disaat beliau membungkuk menyajikan gelas kepada  kami satu-persatu, Bambang terlihat melongok-longokkan kepalanya untuk  dapat melihat isi yang tersembunyi dibalik pakaian beliau saat itu. Aku  sendiri bisa menyaksikannya, kedua payudara beliau yang besar, penuh  berisi. Menggelantung dan bergoncangan berulangkali disetiap ia  menggerakkan badannya. "Ini tante buatkan sirup jeruk dingin untuk kalian, supaya segaran" jelas tante Ayu "Hari ini panasnya, sih" Saat tante Ayu selesai dengan gelas-gelasnya, iapun kembali berdiri  tegak. Keringat yang mengucur deras dari kedua dahinya memanggil untuk  diseka, maka beliaupun menyekanya. Tangan beliau terangkat tinggi, tanpa  sengaja, ketiak yang putih, padat berisi terlihat oleh kami. Beberapa  helai bulunya yang halus begitu menarik terlihat. Jantungku terasa mulai  cepat berdetak. Karena saat itu juga aku tersadarkan kalau dibalik  pakaian yang dikenakan tante Ayu telah basah oleh keringat. Lebih  memikat perhatian kami lagi, disaat kami tahu bahwa tante Ayu tidak  mengenakan BH saat itu. Kedua buah puting susunya terlihat besar menggoda. Mungkin karena basah  keringatnya atau tiupan angin disiang hari yang panas, membuat keduanya  terlihat begitu jelas dimataku. "Tante habis mengantar om kalian ke bandara hari ini. Jadi tante belum  sempat beres-beres ngurus rumah, apa kabar mama papa kamu bangdan"  katanya lagi. "eh oh, baik2 aja tante, tante kapan dong main ke rumah lagi" Bambang tampak grogi. "duh tante lagi sibuk2nya ngurusin bayi, dulu juga tante ngurusin kamu,  skr kamu udah ABG gini" tante ayu mencubit pipi Bambang. Bambang  tersipu. Ditengah pesona buah dada yang menggoda nafsu birahi kami semua,  perhatian terpecah oleh tangisan suara bayi. Aku baru tahu kemudian,  bahwa itu adalah anak tante Ayu dan om harso yang bungsu. Anak mereka  baru dua dan yang sulung sudah kelas 6 SD. Jadi agak jauh bedanya dengan  yang ke dua. Beliaupun terpanggil untuk menemuinya dengan segera. "Kalian minum dulu, ya. Tante kebelakang dulu.. oh, iya Bambang. Tadi  mama kamu tlp, nanti kamu jangan lupa tlp rumah ya bilang kalo kamu di  sini" "Iya tante." kata Bambang. Hanya selang beberapa menit kemudian, tante Ayu sudah menemui kami  kembali di ruang tamu. Namun satu hal yang membuat kami terkejut  kegirangan menyambut kedatangannya dikarenakan beliau terlihat asyik  menyusui bayinya saat itu. Bayi yang lucu tetapi buah dada yang menjulur  keluar lebih menyilaukan pandangan jiwa muda kami berempat. Beliau  sudah memakai BH namun satu cup nya di buka untuk menyusui bayinya. Tante Ayu terlihat tidak acuh dengan mata-mata liar yang menatapi buah  dada segar dimulut bayinya yang mungil. Ia bahkan terlihat sibuk  mengatur posisi agar terasa nyaman duduk diantara Bambang dan Eko saat  itu. "Ini namanya Bobby" jelas tante Ayu lagi sambil menatap anak bayinya yang imut itu "Usianya baru sembilan bulan" "Wah, masih kecil banget dong tante" balas Bambang. "Iya, makanya baru boleh dikasih susu aja" "ASI ya, tante dan" tanya Bambang polos. "Oh, iya. Harus ASI, nggak boleh yang lain" jelas beliau dengan serius. "Kalau orang bilang susu yang terbaik itu ASI, tante dan" "Betul, Bambang. Dibandingkan dengan susu sapi misalnya. Ya, susu ibu  itu jauh lebih bergizi.. heh, heh, heh" tambah tante Ayu penuh yakin. "Mamaku juga suka bikinkan saya susu setiap pagi, tante" kata Bambang menjelaskan. "Oh, iya… bagus itu" "Tapi susu yang saya minum setiap hari.. ya, susu sapi tante" sambung  Bambang lagi penasaran. Sementara tante Ayu masih terlihat sibuk dengan  bayinya . Namun beberapa saat setelah itu beliau mengatakan sesuatu yang  mengejutkan kami. "Susu ibu tetap lebih bagus. Bahkan di India ada yang bisa menyusui anaknya hingga berusia sepuluh tahun" "Wah, asyik juga tuh" sela Eko cepat. Tante Ayu hanya tersenyum simpul. Tiba2 entah mendapat ide gila dari mana Eko yang sedari tadi hanya duduk diam mendengarkan nyeletuk dengan seenakknya. "Coba ya kita bisa cicipin asi tante, duh pasti asyik yadan" Kami semua, apalagi Bambang terkejut setengah mati. Tentunya dia lebih  kaget krn itu adalah tantenya sendiri. Jantungku terasa berhenti  berdetak saking kagetnya. Rasanya ingin lari saja dari ruangan itu  karena malu dan takut dimarahi. Ternyata Tante Ayu tidak marah. "yah kalo kalian mau, di dapur ada tuh ASI tante yang di peras dan masukan dalam botol. Kami semua berpandangan. "maksud kami langsung minum dari sumbernya tante" kata Eko malu2. Tante  Ayu melotot, Km sudah siap dia meledak mengomeli kekurangajaran Eko.  Tapi ternyata tidak. Ia malah tertawa cekikikan, dadanya berguncang2. "aduhhh kalian ini nakal sekali ya. Kalo langsung berarti kalian liat  buahdada tante dong. Tapi kalian susah besaar, sudah ABG, 19 tahun kan  kamu Bambang,Irwan dan Ekodan Kami mengangguk serempak. "emang kenapa kalo udah 19 tantedan" aku memberanikan diri bertanya. Tante menggosok2 rambutku dengan lembut. "kalo sudah besar sudah ada nafsunya Irwan sayang. Masa mau liat  buahdada wanita dewasadan terlalu besar resikonya memberikan payudara  tante untuk kalian hisap," Mendengar tante menyebut kata "buahdada" saja sudah membuat darahku  berdesir, aku yakin begitu juga dengan teman2ku. Namun setelah kami  semua membujuk tante, serta berusaha meyakinkan tante bahwa kami tidak  akan berbuat lebih dari mencicipi asi tante, beliau luluh juga. Apalagi  setelah melihat mata Eko yang tampak sangat "ngenes" menginginkan  pengalaman baru yang bagi kami saat itu sudah sangat luar biasa. "ya udah, tante mau deh. Tapi janji ya, kalian udah selesai sebelum oom kalian pulang" "iya iya tante" "Bambang, kalo papa mama kamu tau kamu nakal gini sama tante, bisa  dicabut uang jajan kamu. Apalagi kalo tante bilang om harso, bisa  dihajar kamu abis2an" "ya jangan ngadu dong tante" Bambang ketakutan. "Dan janji ya kalian. hanya minum asi saja, tante nggak pengen kalian  macem-macem sama tante. "Nggak kok, tante, kami janji" sambil berkata  begitu mata kami bertiga tidak lepas dari dada tante Ayu sambil meneguk  ludah berkali2. Tentunya kami akan berkata apapun agar mimpi km  terpenuhi saat itu. Kami tidak sabar menanti pemandangan indah itu  sebentar lagi. Tante sepertinya menyadari hal itu dan tersenyum2 sendiri  melihat kami tingkah bertiga. Tante meminta ijin untuk menaruh si bayi  sejenak di boxnya. Kami duduk rapi berjejer di sofa. Tak lama tante  muncul lagi dan berdiri di depan kami. Kami duduk manis dengan tegang.  Tante hanya senyum2. "Siapdan Godanya. "Ssss sssi ssiap tante" kata kami hampir serentak. Tante menyunggingkan senyum sekali lagi, maniss sekali. Pemandangan yang ditunggu2 pun datanglah sudah. Tante meloloskan bagian  atas dasternya yg sdh dlm posisi terbuka kancing atasnya secara  perlahan. Kini bagian atas tubuh mulus itu hanya tertutup BH saja.  Bagian bawah masih tertutup daster yang tersangkut di pinggangnya. Seksi  abisss!! Jantung kami bertiga seperti ensemble perkusi saja berdetak  kencang sekali, untung saja tante tidak mendengar. Kemudian tangannya  meraih ke belakang punggunnya, meraih hook BH dan melepaskannya. Mata  kami mengikuti setiap milisecond gerakan tante membuka bh tersebut dan  memperlihatkan kulit dadanya yg putih mulus. Seperti kartu yang dipirit,  dada kirinya tersingkap. Kini payudara kirinya benar2 bulat2 terpampang  di hadapan kami tanpa terhalang kepala bayi lagi. Mula2 tante hanya  membuka salah satu cupnya saja. Tapi kami protes. "Dua2nya aja tante". "Ampun kamu pinter banget berdebat sih, iya deh tp janji ya jgn liar  ngeliat tante telanjang dada yaa" sambil berkata demikian tante menuruti  kemauan kami dengan membuka cup yang satunya lagi. "nihh, puasdan" goda tante ayu sambil mengerling menggoda ke arah kami. Barulah terpampang di depan kami lengkap sepasang payudara yang super  indah. Sungguh tidak ada celanya. Dengan puting yg merah muda, padhal  usia tante sudah hampir 35 th tp mungkin karena kulitnya yang sangat  putih dan perawatan yang baik sehingga payudaranya masih terliat sangat  mengkal dan kencang, dg puting yg imut warna muda dan posisi mengacung  ke atas. Tentu saja kami bengong, bungkam seribu bahasa sambil bengong  menatap benda terindah yang pernah kami liat saat itu. Tante Ayu  tersenyum meliat kegenitan bocah2 itu. "gimanadan masih montok kandan Kalian suka gkdan" serentak kami menjawab: "suka suka tante" Dia duduk di sofa, kami saling berpandangan siapa yang duluan mulai.  Akhirnya Ekopun memulai duluan. Ia duduk di samping tante, mula2 ia  memegang tante tante dan dipinggirkannya agar tidak menghalangi tubuhnya  yang duduk merapat wanita cantik itu. Dengan gemetar dia mendekatkan  mulutnya ke puting yang sangat menggoda tersebut. Tante tampak sedikit  grogi. Dan akhirnya sampailah mulut Eko di surga dunia tersebut. Kedua  bibirnya mengatup dan mengunci putting kiri tante. Dia langsung tergegas  menghisapnya. Tante Ayu melenguh perlahan. Maklum, kali ini "bayi" yang  menyusu padanya adalah remaja tanggung dengan gigi yang lengkap! Tangan  tante memegang kepala eko. Ia menggigit bibir bawahnya dan matanya  mendelik ke atas. Pasti karena perasaan aneh yang melandanya saat itu. Sungguh pemandangan yang menegangkan. Seorang wanita dewasa yang sangat  cantik dan sintal menurut kami, sudah menikah, membiarkan mulut seorang  anak tanggung hinggap di payudaranya yang putih mengkal. Susu keliatan  mengalir deras ke dalam mulut Eko. Keliatan dari mulut teman kami itu  yang menggembung penuh oleh cairan. Dengan nekad Eko melanjutkan dengan  meremas buah dada beliau serta mulai berani memainkan puting susunya  dengan beberapa gerakan memelintir "Pentil yg satunya nggak usah dipencet-pencet lagi. Udah keluar kok.  Kamu coba langsung menghisapnya kayak anak tante ini" jelas beliau lagi.  Setelah berapa lama, Eko pun tampak puas. Ia menarik mulutnya dari  putting tante ayu yang keliatan mulai memerah sambil menyeka mulutnya.  Sesekali ia melepas kenyotannya dan memainkan putting tante dengan  sapuan melingkar lidahnya mengelilingi putting itu. Tante protes. "Okhh Eko, apa2an sih kamu, jangan gitu, jangan dijilat2 doong" Eko  menurut namun sesekali ia mencuri2 lagi kesempatan. Akhirnya tante  keliatan rada kesal dan mendorong Eko menjauh. "udah ah, cukup ah kamu, genit banget sih, jelek" dengan wajah dicemberut2kan, Eko menarik diri sambil nyengir. Kini giliran Bambang. Awalnya dia juga tampak grogi banget, maklum,  tante ayu kan istri oomnya sendiri. Dia kebingungan mengambil posisi  harus bagaimana mulai menyusu. Aku dan Eko tidak tinggal diam untuk  membantu. Tante pun kami baringkan dlm posisi telentang di sofa. Mula2  tante bingung tapi tetap menurut juga. Aku dan Eko meratakan kakinya di  sofa, mata kami nanar melihat daster tante yg tipis dan menerawang,  memperlihatkan celana dalamnya di balik itu. Ada bayangan hitam di sana,  apalgi kalo bukan bulu2 halus kemaluan. Angan2 kami terus melambung  tinggi mengharapkan dapat menikmati sesuatu yg lebih dari ASI malam itu.  Apalagi kalau bukan "sari" tante, tante Ayu sebagai wanita seutuhnya.  Namun tentunya kita tidak bisa berharap angan itu akan menjadi  kenyataan, untuk bisa berbuat ini saja kami sudah sangat beruntung..  Bambang merangkak di atas tubuh putih mulus itu. Mulutnya melahap dg  rakus payudara kiri tante Ayu smtr tangannya sibuk membelai satunya lg.  km melotot meliat kenekadan Bambang. Tante Ayu hanya tersenyum2 simpul  sambil membelai kepala Bambang. "ini dia keponakan tante yang paling nakal sama tantenya sendiri. Untung  tante baik gk akan ngadu sama mamanya" Bambang merah mukanya. "santai aja ya sayang. Gk usah terlalu bersemangat. Sakit lho. Tante gk  ke mana2 kok" ujarnya perlahan. Sesekali ia merintih dan tubuh moleknya  itu menggelinjang. Bambang terus menyedot seakan tidak ingat giliran  yang lain. Bunyi berdecap terdengar kencang sekali. Otot payudara tante  sampai tertarik ke atas. Terlihat jelas sekali urat2 payudara tante  serta pori2nya. Kami sangat terangsang. Tante menggelinjang hebat,  "ouwww Bambangdd, kok dijilat2 sihhh sayangg. km mau minum susu atau apa  sih sayang, nggghhhhhh, ouhhh, ngghhhh, kamu dan eko sama genitnya  nihh" "minum susu tante" ujar Bambang tersipu. "itu namanya mencabuli tante sayang, gak boleh ya, kamu sudah mulai  besar tapi belum cukup dewasa untuk berbuat cabul begtu, yahdan Awas kmu  macem2 tante aduin mama kamu yaa" Bambang nyengir malu. Ia menghentikan aksinya sebentar. Sambil terus  menatap nanar puting merah muda tersebut. Kemudian kembali menghisap  tanpa jilatan seperti permintaan tante Ayu. Yg tidak bisa dihindarkan  adalah penisnya yang membengkak dari balik celananya menyundul2  selangkangan tante Ayu. Wanita molek itu menyadari hal itu dan mencoba  memposisikan dirinya tidak seperti sedang disetubuhi remaja tersebut,  tapi Bambang tetap memaksakan sehingga tante Ayu terpojok di pojok atas  sofa tanpa bisa berontak lebih lanjut. "Bambang, Bambang, Bambang, stop dulu sayang, stop stoppp" Bambang menyetop aksinya. Tante duduk sambil melotot: "inget gk sama janji kamu tadidan" omelnya. Tapi dia tidak tampak marah betulan, mungkin hanya kesal. Bambang menunduk. "maaf tante, kebawa emosi" "iya tante ngerti kalian ini masih tinggi2nya libido di usia kalian itu,  tante kan sudah kasih kalian kesempatan untuk sedikit menikmati  keindahan tubuh wanita. Tante rela sedikit memperlihatkan tubuh tante  untuk kalian krn tante sayang kalian. Untuk memperlihatkan buahdada  tante ke kalian saja, tante sudah terbilang nekad, apalagi tante kan  bersuami dan kalian sudah cukup beruntung". Kami hanya  mengangguk-angguk. "kalo tadi penis si Bambang melejit dan nyelonong masuk vagina tante  gimanadan Masa kamu mau penetrasi tante sendiridan Kamu kebayang gk  dosanya sperti apadan kalo kalian gk mau kontrol, tante batalkan saja  deh acara minum susu ini," ambeknya. "jangan-jangan tante, kita janji deh" aku menyela. Yg lain juga mendukung sambil mengangguk-angguk. Sisa malam itu kami menghormati peraturan yang tante berikan, kami hanya  strict dengan acara menghisap payudara tanpa embel2 kenakalan lain  walaupun harapan kami bisa lebih beruntung daripada itu. Sambil  mengenakan kembali BHnya tante menepuk2 kepala kami satu per satu.  "tante senang kalian mengikuti aturan tante. Tante harus tegas walaupun  tante tau kalian pasti sangat terangsang bisa melihat isi BH tante,  tante yakin kalian sudah membayangkan bisa menyetubuihi tante bukandan" Alangkah malunya kami tante bisa menebak piikiran kami. Kami hanya mengangguk-angguk lemah sambil menundukkan kepala. "Bukannya tante munafik, terus terang tante agak2 penasaran juga gimana  rasanya kalian setubuhi, pemuda2 setampan dan segagah kalian. Tapi tante  akan terus merasa bersalah sama oom kalian kalo tante menuruti emosi  membiarkan tubuh tante kalian nikmati. Kalau kalian menghormati om  harso, tentu kalian menghormati beliau kandan Bayangkan perasaan oom  kalo tau istrinya kalian setubuhi bertigadan Coba kalo kelak kalian  punya istri kemudian disetubuhi orang lain, anak2 tanggung lagi. Kalo  kalian terus menurut begini, tante gk keberatan kalo kalian ingin lagi  sekali2 nikmati dada dan susu btante." Kami tentunya tidak bisa berbuat  lain selain mengangguk-angguk. "Ngomong2, kalo kalian ingin lepaskan, buang aja dulu tuh di kamar mandi  tante, tapi ingat ya, siram lho. Tante gk mau oom liat genangan sperma  di kamar mandinya" sambil berkata begitu tante tersenyum ke arah kami  bertiga. Malunya bukan kepalang lagi mendengar tante tahu saja tekanan  biologis kami. Kami pun masuk kamar mandi untuk mengluarkan isi "peluru"  kami. Namun Bambang belum, ckup lama setelah kami keluar, Bambang  akhirnya keluar juga. "tante, aku gk bisa" "lho kenapadan Ya sudah di ruma saja nanti ya sayang" kata tante. "hmmm, tante boleh nggak aku keluarin di antara dada tantedan" ucapnya malu2. Tante tersenyum. "iya deh liat ke sini.km kbyakan liat bf kyknya nih.sini" Bambang memelorotkan celananya. Tante berjongkok di depan keponakannya  itu sambil membuka kembali baju atas dan behanya. Terliat lagi sepasang  payudara indah itu. Bambang pun mulai mengocok sambil membelai2 payudara  tersebut. Suatu pemandangan yang ganjil bagi kami saat itu tapi sangat  merangsang. Akhirnya Bambang pun keluar. Spermanya muncrat dengan deras  menyirami payudara dan sebagian wajah tantenya tersayang itu. Kami  tertegun tidak berkata apapun melihat itu. Tante menyeka sisa2 sperma  sambil tersenyum2 simpul. "dasar ABG" kerlingnya lagi. Kamipun beres2 dan pulang setelah itu. Semenjak hari beruntung itu, pada setiap hari-hari tertentu dalam  seminggu kami pasti berkunjung kerumah tante Ayu tentunya jika oom harso  tidak ada. Tante Ayu senantiasa menyambut kami dengan ramah dan penuh  perhatian. Beliau tidak pernah mengecewakan kami. Menyusui kami dengan  sabar satu persatu. Tidak pernah sejenakpun kami merasa bosan dengan  buahdada dan putingnya yang selalu mengacung tegang tiap kali kami  mainkan. Setelah waktu berlalu, tante mulai memperlunak sikapnya. Beliau  tidak lagi marah bila kami menekan-nekan pistol kami di  selangkangannya. Hisapan kami pun tambah bervariasi. Bambang suka  menjilati sekitar putting, aku suka menggesekkan bibirku ke seluruh  permukaan payudara beliau yang sangat halus tersebut, dan Eko senang  sekali membenamkan wajahnya ke antara ke dua gunung kembar tersebut.  Tangan kami pun makin hari makin liar, dan tante seperti nya sudah capek  menjaga tangan kami sehingga akhir2nya beliau pasrah saja dengan  kenekadan dan kejahilan tangan2 kami dalam menjamah bagian2 sensitif  tubuhnya. Dimulai dg Bambang. Akhirnya km semua pernah merasakan  mengobel vagina wanita bersuami itu. Akhirnya kami semua bisa merasakan  anatomi vagina tante ayu mulai dari labia, klitoris, sampai masuk-masuk  ke dalam ke rahim, alangkah indahnya. Suara menjerit dan merintih tante  setiap kali jari kami menyelip masuk diantara kedua paha mulusnya  terdengar sangat merdu dan menggoda. Namun semua itu kami lakukan tanpa  sekalipun dibolehkan meliat langsung ke arah vagina teresbut. Sampai  selama itu, senakal2nya kami, kami tetap menjaga kehormatan tante Ayu  dan tidak mencoba2 mengusik daerah terlarangnya walaupun keinginan kami  untuk melakukannya sudah memuncak sampai ujung kepala. Adalah Bambang yang mula2 mencetuskan keinginannya melihat kemaluan  Tante Ayu. Semula kami kita tante akan marah tapi ternyata tante  menanggapi permintaan kurang ajar Bambang itu dg tertawa geli. "ya ampunn, buat apa sih Bambangdan Kalian kan dah puas korek2 itudan" "kepingin aja tante, aku belum pernah liat soalnya hehehe.." "terus kalo dah liat mau ngapaindan" "ya nggak ngapa2in, mau liat ajaa" kami tegang sekali mendengar  pembicaraan tersebut. Kami takut sekali tante marah dan mengadukan kami  kepada Oom harso. Akhirnya terjadi juga. Sambil tersenyum2 menggoda, tante melepaskan  celana dlmnya dan perlahan2 memperlihatkan kpd km utk pertama kalinya  benda yang saat itu kami impi2kan untuk melihatnya. Km hampir berteriak  saking senangnya. Namun tentunya kami tidak berani berkata apapun selain  menahan nafas. Kemaluan kami yang pasti sudah tidak tertahankan lagi  sedang tegang2nya di dalam celana masing2. Tante Ayu tentunya menyadari  keadaan ini. Ia tersenyum simpul menyadari reaksi kami sambil mengelus2  sisi2 dari kemaluannya yang tidak tertutup bulu. "Apa bagusnya sih benda begini ajadan" godanya. Kami tidak mendengarkan dan terus saja melotot memandangi sela paha yang sama sekali tidak tertutup itu. "udah yadan" kata tante ayu sambil pura2 hendak menaikkan celananya lagi. "Beluuum"!!" serentak kami berteriak. "udah dong anak2, ini punya oom kalian lhoo. Tante kan malu. Lagian nanti kalo ada yang masuk gimanadan" rajuknya. "kita pindah ke kamar aja ya tante" pancingku untung2an. Mulanya tante gak ragu. "ihhh kamu genit yaa, awas yaa, tp tante sih mau aja, tapi awas jangan  lupa daratan ya di kamar. Tante mau kalian jaga tante. Tante sudah  berikan banyak buat kalian lho" "iya tante" kami manut2 saja. Tapi tentunya kayalan kami melayang ke mana2. "Tante mau deh pinjamkan tubuh tante. Puaskan imaginasi erotis kalian dg  tubuh ini. Satu hal yang tante minta, kalian janji mau jaga kehormatan  tantedan" "iyaaa tanteeee" serempak kami menjawab. Dengan girang Bambang mengambil  inisiatif menggendong tante ke dalam kamar. Di dalam kamar kami  melemparkan tante ayu ke ranjang. "auuwwww, ya ampun" pekik tante ayu. "ranjang tante dan oom kalian ini  lho, kalian hati2 ya ponakan2ku tersayang. Tante gk mau kalian melewati  batas apalagi di ranjang oom kalian dan tante yaaa". Sekarang terlihat  tante agak kuatir. Maklum suasana malam itu sepi sekali. Kami hanya senyum2 saja. Mata kami nanar meliat pemandangan yang sangat  luar biasa kali ini: tante ayu telanjang bulat!! Tubuhnya telentang di  atas kasur pasrah dengan kenakalan bocah2 ini. sangat putih lagi montok,  mulus dan sangat menantang hasrat kelakian kami. Pahanya tidak lg  tertutup memperliatkan gundukan daging tertutup bulu yang seakan  menantang kami untuk menerobosnya dgn penis2 liar kami. Jantung km  berdegup tidak menentu. Harapan kami bertiga saat itu sama: agar om  harso tidak cepat pulang. Kali ini Eko yang duluan naik ke atas ranjang. Terliat tante agak grogi  meliat tubuh Eko di atas tubuhnya yg telanjang di ranjang. "aduh Eko, hati2 sayang, Eko, auhhh, hati hatiii…"" tante agak panik ketika berapa kali kepala penis Eko tergesek diatas  bulu2 kemaluannya ketika anak tanggung itu sedang memperbaiki posisinya. Eko melirik ke arah kita dengan pandangan agak nakal. Kami menangkap  sinyal yang dilemparkan eko namun belum berani memutuskan apa2. Maklum.  Ini semua terlalu beresiko, kami tidak yakin apakah tante ayu akan tetap  sebaik sekarang kalau kami melangkah lebih jauh dari biasanya. Untuk sementara, Eko menuruti kata-kata tante untuk menghindarkan  penisnya tergesek ke benda "keramat" itu. Tante pun mulai kembali relax.  Ia mulai "memperlakukan" Eko dengan baik. Ia biarkan anak tanggung itu  merangkah di atas tubuhnya dan menjilati seluruh permukaan payudaranya.  Eko menikmati licinnya kulit payudara tante dengan jilatan2 lembut dan  sangat perlahan. Saat menyentuh putting tante, eko tambah memperlambat  gerakan lidahnya dan memutari putting tersebut dengan gerakan melingkar2  dengan ujung lidahnya. Sesekali ia menyapu putting tersebut dengan  suatu jilatan halus. Terlihat tante ayu meregang. Badannya sesekali  melengkung ke atas menggelinjang menikmati jilatan2 eko yang mulai  pintar itu. Eko menangkap reaksi baik tante ayu itu dan memindahkan  tangan kirinya ke antara paha tante. Mula2 ia membelai2 bulu2 tersebut  dengan sangat lembut, kemudian jari tengahnya mulai menyelip. Dan bless,  dalam tempo bbrp milisecond kami menyaksikan jari tengahnya menghilang  di antara bulu2 halus dan tipis tersebut, menerobos di gundukan daging  imut melalui celah2nya. Tante ayu menjerit halus. Namun sempat cekikikan  geli. Kami menganga, adegan itu membuat adik2 kecil kami berdiri dengan  tegangnya dan tidak seperti biasanya, kami tidak buru2 ingin rekan kami  menyelesaikan gilirannya. Kami pun tidak habis pikir mengapa Eko kali  itu sangat sabar dan cukup canggih memancing reaksi tante! Tante keliatan bimbang. Dia mulai berontak namun tiap kali jari Eko  meneborobos, matanya mendelik ke atas. Tindakan preventif tante adalah  dia menutup pahanya dan membelokkannya ke samping sehingga remaja  tanggung itu tidak bisa mengarahkan penisnya di antara selangkangan  wanita berusia jauh di atasnya itu. Namun Eko tidak buru2 keliatannya.  Dia benamkan berkali2 jarinya, sampai basah sekali. Bambang berkali2 meliat ke luar jendela meliat ke pagar. Jelas dialah  yang paling panik dari semua di antara kita, karena yang sedang  dikerjain adalah tantenya sendiri. Ruangan ber AC tp kami berempat  berkeringat. Apalagi Eko dan Tante Ayu. Mereka terus bergumul di  saksikan mata melotot saya dan bambang. Tiba2 bambang menghentikan  aksinya, bangkit dan berdiri begitu saja di samping tempat tidur,  Penisnya yang sudah sangat bengkak terjuntai begitu saja tepat di  samping badan tante Ayu. Tante yang sintal itu ikut heran seperti kami. "sudah ekodan Kamu kenyang yadan" kami tahu maksud tante dengan kenyang  adalah puas tp tidak enak dia menggunakan kata itu. Tentunya dia heran  karena Eko belum ejakulasi. Dan dia pasti maklum, kali ini sasaran kami  adalah sampai ejakulasi tidak seperti biasanya. Walaupun untuk  mengharapkan ejakulasi di dalam vagina tante ayu masih terlalu muluk  bagi kami saat itu. Eko hanya tersenyum-senyum saja. Dia menelan sisa2 susu tante ayu yang  masih ada dalam mulutnya. Tante bangun dari posisi telentang, ia  mengambil kain di sisi tempat tidur dan menyeka payudaranya. Kami semua  terdiam tidak tahu apa yang harus kami lakukan saat itu. Nafsu binatang  sudah memuncak sampai ke ubun2 kami semua. Bahkan Bambang keliatan sudah  tidak perduli lagi hubungan darahnya dengan tante ayu. Kami bertiga  tertegun memperhatikan tante ayu yang masih telanjang bulat itu selama  beberapa menit. Tiba2 Eko memeluk tante ayu. Tante yang tidak curiga tersenyum manis dan memeluk balik anak tanggung itu. "kamu udah ya gilirannyadan Sekarang gantian sama Bambang atau Wawan yadan" Eko mengangguk2. Namun tangannya meremas payudara tante sekali lagi.  Tante memegang tangan nakal itu dan memindahkannya ke perutnya. "Sudah ya sayang. Cukup ya. Kasian yang lain kepingin juga tuh". Eko  dalam tempo bberapa detik memindahkan balik tangan tante ke penisnya dan  memberi tanda ke tante untuk mengocoknya. Lagi2 tante dengan sabar  tersenyum dan menuruti. Mungkin dengan demikian ia pikir Eko akan cepat  keluar dan menyelesaikan "penasaran"nya pada tubuhnya yang bugil total  saat itu. Mungkin itu juga dalam rencananya ke pada aku berdua Bambang.  Supaya cepat selesai dan kami cepat keluar dari rumahnya. Namun  dugaannya meleset jauh. Nafsu yg sudah memuncak Eko memberinya  keberanian utk membaringkan Tante Ayu sekali lagi. Tante yang keliatan masih bertanya2 mula2 menurut. Namun ketika Eko  menggunakan tangannya mengangkangkan kedua pahanya. Ia berontak dengan  keras! "Eko!! Mau ngapain kamudandandandan" jeritnya tertahan. Karena saat itu,  tangan Eko yang satu menekan tangan kiri tante ke tempat tidur dan  menggiring penisnya mengarah kepada kemaluan tante yang sudah keliatan  basah. Aku dan Bambang bengong tanpa mampu berbuat apa2. Sebagian dari  pikiran kami panik takut sekali ini akan jadi peristiwa pemerkosaan dan  kami akan terlibat di dalamnya. Sebagian lain dari otak kami,  menginginkan Eko membuka peluang itu untuk kami juga. Tak ada seorang  pun di antara kami yang sanggup menahan godaan seksuil memandang tubuh  yang selama ini hanya ada dalam khayalan kami itu dalam keadaan polos  tanpa sehelai benangpun. Tanpa saling bicara kami sadar dalam hati bahwa  kesepakatan kali ini hanya satu: menikmati tubuh itu bergantian! Namun sekuat2nya tante ayu melawan, tenaga eko lebih kuat. Dengan  memaksa ujung penis eko mulai menguak celah surgawi milik istri om harso  itu. Kami hampir tidak berani meliat. Ketegangan, ketakutan, bercampur  dengan harap2 cemas bahwa tante akan menyerah saja dan setelah itu kami  mendapatkan giliran kami masing-masing. Yang kami lihat saat itu ialah  tante yang pucat pasi dan panik luar biasa. Namun karena tenaganya sudah  mulai habis, perlawanannya pun melemah. Usaha terakhirnya ialah  mendorong dada eko sekuatnya. Namun ekok sudah kerasukan. Kepala helm  terus merangsek masuk senti demi senti. "oh my god oh my god, eko, eko, sadar sayang, eko, elin elingggg…  nggggghhhh. Eko itu masuk, masuk sayang. Please udah udah, tante mohon  sayang, eko ya ampun, ekoo ampunnnn dehhhh…. ohhhh.. om bentar lagi  pulang eko… udah yaaaa… auuuuuuwwww ekkkkoooo…. " kami meliat ujung  penis eko sudah mulai menghilang. Astagaaaaa. Seakan kami tidak  mempercayai apa yang kami liat malam itu. Eko berhasil melakukan sesuatu  yang selama ini hanya mimpi! Eko benar2 pahlawan kami saat itu. Seiring dengan melesaknya si jagoan kecil eko, mata tante mendelik2  sehingga cuma keliatan putihnya saja. Hidungnya kembang kempis, nafasnya  tambah memburu. putingnya yang selama ini memang sudah memunjung  posisinya tambah memunjung ke atas. Siapapun yang melihat dia dalam  posisi ini pasti akan terangsang dan mungkin akan join dengan eko untuk  mengerjainya. Keberanian tante bermain dengan resiko selama ini menjadi  bumerang. Akhirnya ia harus termakan kenakalannya sendiri yang dimulai  dari niat flirting saja. Seorg anak tanggung berhasil mempenetrasinya!!!  Ini adalah ganjaran yg mgkn akan disesali tante Ayu seumur hidupnya.  Sisa-sisa tenaga tante ayu mungkin tidak cukup lagi untuk menghentikan  Eko. Eko mulai mencumbu wanita yang jauh lebih tua dari mereka itu. Ia  menciumi leher tante ayu, dan menjilati dadanya. Tangan tante ayu  direntangkan dan dia terus menekan masuk sepnuhnya masuk dalam liang  pertahanan terakhir tante ayu. Tante ayu pun menjerit ckup kencang kali  ini. Ia melenguh sangat panjang namun tidak bisa memungkiri kenikmatan  yang diperolehnya dari kenekadan pemuda yang tidak sampai setengah  umurnya dari dia tersebut. "ekkkooooo, gila kamu sayang… owwww… itu masuk semua.. Ya ampun Eko,  what the hell are you doing… ekkoooo jangan sayanggggg, oh God, you"re  fucking me Eko, please stoppppp…." . dan blesssss… kami mnahan nafas. Eko sejenak terdiam. Ini berhenti dalam posisi penisnya terbenam  seluruhnya sampai ke pangkal rahim tante. Terasa ujungnya menyentuh  dinding2 hangat yang sangat nyaman rasanya. Ia menghentikan aksi  dorongnya krn sudah tidak bisa mendorong lagi. Semua terdiam . kami  menunggu reaksi tante selanjutnya. Eko mulai tampak bimbang dan takut.  Mungkin ia menyadari kenekadannya saat itu dan resiko besar yg akan  diterimanya bila tante marah dan memutuskan melaporkan kami ke om Harso  atau lebih parah, polisi!! Posisi mereka tetap sama, eko menindih tante  dari atas dan penisnya tertancap dalam2. Setelah bbrp menit, tante mulai buka suara. Ia mulai keliatan tenang dan berusaha menguasai diri. "eko, km sadar gk kamu lagi apa sayangdan Km udah gaulin tante sayang"  suaranya lirih dan lembut namun terdengar sedih. Dibelainya rambut  remaja tanggung pertama yg berhasil melakukan hal tabu thd dirinya itu. "enggg, iya tante" wajah eko keliatan ketakutan sekali dan penuh rasa  bersalah. Namun dia tidak mau menarik penisnya dari dalam liang tante.  Tante mendorong Eko perlahan, penis Eko pun tercabut dari liangnya.  Flop! Mereka berdua tetap duduk di ranjang. Perkataan tante Ayu selanjutnya  membuat kami shock dan tidak akan kami lupakan seumur hidup kami. "ya sudah. Kalau ini yang kalian mau, tante cuman bisa pasrah. Eko  sekarang kamu lanjutkan saja ya, selesaikan apa yg km dah mulai. yang  lain ke luar dulu. Tante akan puasin kalian satu persatu. Tante rela  kok. Asal ini menjadi rahasia kita berempat" serasa petir di siang bolong pernyataan itu. Saya dan bambang termangu  seperti orang **** namun perlahan menurut dan beranjak meninggalkan  ruangan. "Bambang dan wawan, tolong liat2 ke luar, tante takut om pulang tiba2″ kami pun menunggu di luar pintu kamar. Sambil berjalan ragu ke luar  kamar, kami sempat menengok ke belakang, Eko beranjak naik ke kasur  sementara tante menunggu pasrah. Nampaknya tante sudah putus akal gimana  menghadapi kenakalan dan kekurangajaran kami bertiga. Mungkin dengan  cara ini sajalah ia merasa kami tidak akan lagi kurang ajar besok2  terhadap dirinya. Cara yang sangat menguntungkan kami: melayani kami! Ini lah titik paling berkesan dalam hidup kami dan kami sadari itu.  Alangkah beruntung nya kami dan alangkah kasiannya Oom Harso, istrinya  yang cantik jelita sebentar lagi akan dilahap 3 anak tanggung kurang  ajar. Dari dalam arah kamar terdengar suara rintihan tante dan erangan Eko.  Gila tu anak, emang nekadnya jangan ditanya lagi deh. Tp hari ini segala  kenekadannya membuahkan hasil. Siapa nyana dia berhasil menyetubuhi  wanita secantik, semolek tante ayudan Bahkan untuk mengkhayalkan saja  untuk kami sudah terlalu muluk saat itu. Kami berusaha mengintip tp  sulit sekali karena lubang angin di atas pintu terlalu tinggi dan lubang  kunci terlalu kecil untuk dapat melihat jelas ke dalam. Dari balik  lubang kunci kami hanya bisa melihat kaki Eko di antara kaki tante dan  dalam posisi menggenjot tante. Ouch, Damn lucky bastard!! Pikir kami  saat itu. Tak lama berselang, terdengar Eko menjerit tertahan. Hmm,  selesai juga anak bedebah itu, pikir aku dan Bambang. Untuk beberapa  lama Eko dan Tante terdiam. Kami tidak berani mengintip lagi takut  mereka ke luar kamar tiba2. Tak lama berselang pintu di buka, Eko keluar  dengan tampang lemas tapi puas. "siapa lagi tuhdan" Seringainya. Aku dan Bambang berpandang2an. Akhirnya  Bambang memberikan kode kepadaku untuk masuk duluan. Dia masih tampak  ragu berat melakukan hal ini walaupun kami semua tau dia sangat  menginginkannya. Dengan deg2an aku masuk ke kamar. Nampak Tante Ayu baru aja selesai  basuh2 dari kamar mandi. Ia mengerling ke arahku dengan wajah sendu. "kamu mau skarangdan Tapi pelan2 ya, tante masih capek." Aku cuman mengangguk. Tante memeluk aku dan mencium keningku. "Mudah2an setelah ini, kamu gk ngelakuin ini sama siapapun seblum kamu  nikah ya. Tante yakin tante akan menyesal tp tante melakukan ini karena  tante sayang sama kalian." "iya tante" Aku hanya mengangguk2, tapi tentunya tak sedikitpun  mengindahkan ucapan itu. Selagi ia memeluknya, pandanganku hanya ke arah  dadanya yang membusung indah dan hanya ditutupi daster tipis. Aah, Eko,  hebat lo bisa merasakan tubuh ini pertama kali. Setelah "wejangan2nya" tante menuntunkku ke arah ranjang. Aku memeluknya  dari belakang. Harum. Ia memegang pinggulku ke arah belakang. Aku  melingkarkan tangah membelai perutnya. Aku menaikkan bagian bawah daster  sampai ke pinggang sambil menciumi lehernya. Tanganku membelai  pinnggangnya yg kecil dan liat, menyelipkan jariku di pusarnya. Mataku  sesekali menyapu pandangan ke sekeliling kamar. Tidak ada perasaan  bersalah sedikitpun melihat foto2 tante ayu, suami dan keluarganya. Akal  sehatku mati, yg ada hanyalah keinginan untuk mencetak score pertamaku.  Dan dengan wanita secantik dan semulus itu!!! Tanganku membelai bagian  tengah pahanya yg sudah kembali terbalut celana dalam, meraba tekstur  bulu2 halus itu dari balik celana dalam tipis merupakan pengalaman  menarik tersendiri. Jariku mulai meraba ke arah "belahan bawah". Hmm  sudah mulai basah. Andai saat itu aku sudah pernah merasakan seks,  tentunya aku akan terus melanjutkan foreplay dengan berbagai macam  teknik, namun aku tak kuat. Secepatnya aku dotong badannya agar menekuk  dan menungging di pinggir kasur. Aku pelorotin celana dalamnya. Yang aku  liat skarang adalah belahan vagina yg tertutup bulu2 halus dan pendek.  Aku terpana. Ini kah vagina pertamakudan Seindah ini kahdan Pantat tante  membulat sempurna, pinggangnya begitu kecil dan kencang, tidak  sedikitpun seperti orang yg pernah melahirkan 2 anak. Aku memelorotkan  celanaku sendiri dan blesssss… aku seakan hendak berteriak kencang namun  bisa mengontrol diri, agar tetangga tidka mendengar. Tante berusaha  meraih kepalaku ke arah belakang punggungnya, sehingga badannya agak  meliuk. Aku mulai menggenjot, struktur kulit dan tulang di dalam vagina  benar2 baru bagiku saat itu. Aku menggenjot dan menggenjot. Namun tidak  sampai 5 menit, semprotan kencang spermaku tidak dapat lagi aku tahan.  Aku menyemprot dan menyemprot sampai tetes terakhir, semua nya di dalam,  tak satupun yg aku keluarkan. Vagina tante berdenyut kencang sekali,  mencengkram penisku seperti memerasnya. Tak lama aku terkulai lemas.  Tante mengambil tissue dan mengelap liang vaginanya. "aduuh,, supply nya banyak sekali protein murni deh buat tante hari ini" wajahnya tetap jenaka, aku memandang tubuhnya sekali lagi seakan tidak percaya. Tante mencium kening ku sekali lagi. "udah sayangdan" Aku tersenyum lemah. "sudah tante" "ok, kamu sekarang basuh2, terus panggil bambang ya. Lupakan apa yang  barusan terjadi. Tante senang kamu menikmatinya, tante ingin kamu kenang  barusan sebagai sex pertama kamu, tp bukan dengan tante" aku hanya  mengiyakan. Giliran selanjutnya tentunya bambang. Aku menyuruhnya masuk, dan  menunggu di luar dengan eko. Di luar dugaan, bambang berada di dalam  lama sekali. Hampir satu jam. Belakangan dia baru cerita justru anti  klimaks, tidak bisa ereksi, mungkin karena terlalu tegang dan merasa  kikuk serta bersalah. Namun akhirnya berhasil dengan ketelatenan tante  Ayu yg sangat tenang dan cool malam itu. Kami benar2 mendapatkan  pelajaran yang sangat berharga. Setelah bambang selesai, hampir satu jam  kami duduk2 di ruang TV menonton acara komedi. Namun pikiran kami tak  satupun yang tau apa isi acara. Terbayang pengalaman luar biasa ygn baru  terjadi. Ketika aku kuliah, sempat sekali pulang dan menelpon tante Ayu, dia  sudah anak 3, bambang dan Eko sudah pindah jg. Eko ke Melbourne  melanjutkan kuliah malah. Aku janjian dengan tante di KFC dekat rumah  tante. Pulangnya aku menjemput anak bungsu tante ke sekolah dengan tante  jg. Sesampai di rumah, anak itu langsung makan dan tidur siang. Aku  melahap tante Ayu sebagai nostalgia, pinggangnya sudah lumayan besar dan  badannya agak kendor namun jangan tanya berapa orgasme yang aku dapat  sore itu.
 
 
 
 
 
    Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - keperawanan ku hilang di penginapan               Apr 17th 2013, 06:04                                               Pengalaman ini terjadi sekitar awal bulan Februari tahun 2011.  Pengalaman ini tidak kukarang sendiri tapi berdasarkan cerita asli yang  kualami di tahun 2001 ini. Cerita panas ini bermula saat aku berkenalan  dengan seorang cowok, sebut saja ...namanya Muki. Orangnya tampan,  tinggi sekitar 170 cm, dan tubuhnya atletis. Pokoknya sesuai dengan pria  idamanku. Perbedaan umur kami sekitar 8 tahun, dan dia baru saja lulus  dari universitas swasta terkenal di Jakarta. Kami kenalan pada saat aku  sedang mempersiapkan acara untuk perpisahan kelas III di SMA-ku. SMAku  di kawasan Jakarta Barat. Dan pada saat itu Muki sedang menemani adiknya  yang kebetulan panitia perpisahan SMA kami. Pada saat itu Muki hanya  melihat-lihat persiapan kami dan duduk di ruangan sebelah. 
  Oh ya, sampai lupa memperkenalkan diri. Perkenalkan nama panggilanku  Maya. Aku baru berusia 18 tahun (SMA kelas III). Tinggiku lumayan  sekitar 168 cm dan warna kulitku kuning bersih. Rambutku pendek sebahu,  dan dadaku tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil juga. Sangat  proporsional antara tinggi dan berat badanku. Kata orang-orang aku  sangat cocok untuk seorang model. Dan aku belum mempunyai pacar. Aku  anak ke 3 dari 4 bersaudara dan semua perempuan. Kakak-kakakku semua  sudah mempunyai pacar, kecuali adikku yang paling kecil kelas dua SMP.  OK dilanjut ya … 
  Akhirnya pada saat istirahat siang, inilah pertama kalinya kami  ngobrol-ngobrol. Dan pada saat kenalan tersebut kami sempat menukar  nomor telepon rumah. Kira -kira tiga hari kemudian, Muki menelepon ke  rumahku.  "Hallo selamat sore, bisa bicara dengan Maya, ini dari Muki."  "Ada apa, kok tumben mau nelepon ke sini, aku kira sudah lupa."  "Gimana kabar kamu, mana mungkin aku lupa. Hmm, May ada acara nggak malam minggu ini."  Aku sempat kaget Muki mengajakku keluar malam minggu ini. Padahal baru  beberapa hari ini kenalan tapi dia sudah berani mengajakku keluar. Ah,  biarlah, cowok ini memang idamanku kok.  "Hmmm… belum tau, mungkin nggak ada, dan mungkin juga ada," jawabku.  "Kenapa bisa begitu," balas Muki.  "Ya, kalaupun ada bisa dibatalin seandainya kamu ngajak keluar, dan kalo  batal acaranya aku bakalan akan nggak terima telpon kamu lagi," balasku  lagi.  "Ooo begitu, kalau gitu aku jemputnya ke rumahmu, sabtu sore, kita jalan-jalan aja. Di mana alamat rumahmu."  Kemudian aku memberikan alamat rumahku di kawasan Maruya. Dan ternyata  rumah Muki tidak begitu jauh dari rumahku. Ya, untuk seukuran Jakarta,  segala sesuatunya dihitung dengan waktu bukan jarak. 
  Tepat hari sabtu sore, Muki datang dengan kendaraan dan parkir tepat di  depan rumahku. Setelah tiga puluh menit di rumah, ngobrol -ngobrol dan  pamitan dengan orang rumah, akhirnya kami meninggalkan rumah dan belum  tahu mau menuju ke mana. Di dalam mobil kami berdua, ngobrol sambil  ketawa-ketawa dan tiba-tiba Muki menghentikan mobilnya tepat di lapangan  tenis yang ada di kawasan Jakarta Barat. 
  "May, kamu cantik sekali hari ini, boleh aku mencium kamu," bisik Muki mesra.  "Muk, apa kita baru aja kenalan, dan kamu belum tau siapa aku dan aku  belum tau siapa kamu sebenarnya, jangan-jangan kamu sudah punya pacar."  "Kalo aku sudah punya pacar, sudah pasti malam minggu ini aku ke tempat pacarku."  "Muk, terus terang semenjak pertama kali melihat kamu aku langsung tertarik."  Tiba-tiba tangan Muki memegang tanganku dan meremasnya kuat -kuat.  " Aku juga May, begitu melihat kamu langsung tertarik." 
  Dan Muki menarik tanganku hingga badanku ikut tertarik, lalu Muki  memelukku erat-erat dan mencium rambutku hingga telingaku. Aku merinding  dan tiba-tiba tanpa kusadari bibir Muki sudah ada di depan mataku. Dan  pelan-pelan Muki mencium bibirku. Pertama-tama, sempat kulepaskan.  Karena inilah pertama kali aku dicium seorang laki-laki. Dan tanpa pikir  panjang lagi, aku yang langsung menarik badan Muki dan mencium  bibirnya. Ciuman Muki sepertinya sudah ahli sekali dan membuatku begitu  bernafsu untuk menarik lidahnya. Oh.. betapa nikmatnya malam ini. Dan,  lama-kelamaan tangan Muki mulai meraba sekitar dadaku.  "Jangan Muk, aku tidak mau secepat ini, lagi pula kita melakukannya di depan jalan, aku malu Muk," jawabku. Sebenarnya aku ingin dadaku diremas oleh Muki karena aku sudah  mengidam-idamkan dan sudah membayangkan apa yang akan terjadi  berikutnya.  " May, bagaimana kalau kita nonton aja. Sekarang masih jam setengah delapan dan film masih ada kok." Akhirnya aku setuju. 
  Di dalam bioskop kami mencari tempat posisi yang paling bawah. Muki  sepertinya sudah sangat pengalaman dalam memilih tempat duduk. Dan  begitu film diputar, Muki langsung melumat bibirku yang tipis. Lidah  kami saling beradu dan aku membiarkan tangan Muki meraba di sekitar  dadaku. Walaupun masih ditutupi dengan baju. 
  Tiba-tiba Muki membisikkan sesuatu di telingaku,  "May, kamu membuat nafsuku naik."  "Aku juga Muk," balasku manja. Dan Muki menarik tanganku dan mengarahkan tanganku ke arah penisnya.  "Astaga," pikirku. Ternyata diluar dugaanku, penis Muki sudah sangat  tegang sekali. Dan aku tidak menyia-nyiakan kesempatan yang pertama kali  ini.  "Teruskan may, remas yang kuat dan lebih kuat lagi." 
  Tak lama kemudian, tangan Muki sudah berhasil membuka bajuku. Kebetulan  saat itu aku memakai kemeja kancing depan. Sehingga tidak terlalu susah  untuk membukanya. Kebetulan aku memakai BH yang dibuka dari depan.  Akhirnya tangan Muki berhasil meremas susuku yang baru pertama kali ini  dipegang oleh seseorang yang baru kukenal. Muki meremasnya dengan lembut  sekali dan sekali-kali Muki memegang puting susuku yang sudah keras. 
  "Teruskan Muk, aku enak sekali.." 
  Dan tanpa sengaja aku pun sudah membuka reitsleting celananya, yang pada  saat itu memakai celana kain. "Astaga," pikirku sekali lagi, tanganku  dibimbing Muki untuk memasuki celana dalam yang dipakainya. Dan sesaat  kemudian aku sudah meremas-remas penis Muki yang sangat besar. Kami  saling menikmati keadaan di bioskop waktu itu.  "Teruskan Muk, aku enak sekali.."  Tidak terasa film yang kami tonton berlalu dengan cepat. Dan akhirnya kami keluar dengan perasaan kecewa. 
  "Kita langsung pulang ya May sudah malam," pinta Muki.  "Muk, sebenarnya aku belum mau pulang, lagian biasanya kakak-kakakku  kalau malam mingguan pulangnya jam 11:30 malam, sekarang masih jam  10:15, kita keliling-keliling dulu ya." bisikku mesra. 
  Sebenarnya dalam hatiku ingin sekali mengulang apa yang sudah kami  lakukan tadi di dalam bioskop. Namun rasanya tidak enak bila kukatakan  pada Muki. Mudah-mudahan Muki mengerti apa yang kuinginkan.  "Ya, sudah kita jalan-jalan ke senayan aja, sambil ngeliat orang-orang yang lagi bingung juga," balas Muki dengan nada gembira. 
  Sampai di senayan, Muki memarkirkan mobilnya tepat di bawah pohon yang  jauh dari mobil lainnya. Dan setelah Muki menghentikan mobilnya,  tiba-tiba Muki langsung menarik wajahku dan mencium bibirku.  Kelihatannya Muki begitu bernafsu melihat b...ibirku. Sebenarnya inilah  waktu yang kutunggu-tunggu. Kami saling melumat bibir dan permainan  lidah yang kami lakukan membuat gairah kami tidak terbendung lagi.  Tiba-tiba Muki melepaskan ciumannya. 
  "May, aku ingin mencium susumu, bolehkan.." 
  Tanpa berkata sedikit pun aku membuka kancing kemejaku dan membuka  kaitan BH yang kupakai. Terlihat dua gundukan yang sedang mekar  -mekarnya dan aku membiarkannya terpandang sangat luas di depan mata  Muki. Dan kulihat Muki begitu memperhatikan bentuk bulatan yang ada di  depan matanya. Memang susuku belum begitu tumbuh secara keseluruhan,  tapi aku sudah tidak sabar lagi untuk dicium oleh seorang lelaki. 
  "May, apa ini baru pertama kali ada yang memegang yang menciumi susumu," bisik Muki.  "Iya, Muk, baru kamu yang pertama kali, aku memberikan ke orang yang benar -benar aku inginkan," balasku manja.
  Tak lama kemudian, Muki dengan lembutnya menciumi susuku dan memainkan  lidahnya di seputar puting susuku yang sedang keras. Aduh enak sekali  rasanya. Inilah waktu yang tunggutunggu sejak lama. Nafsuku langsung  naik pada saat itu. 
  "Jangan berhenti Muk, teruskan ya… aku enak sekali.." 
  Dan tanganku pun dibimbing Muki untuk membuka reitsleting celananya. Dan  aku membukanya. Kemudian Muki mengajak pindah tempat duduk dan kami pun  pindah di tempat duduk belakang. Sepertinya di belakang kami bisa  dengan leluasa saling berpelukan. Baju kemejaku sudah dilepas oleh Muki  dan yang tertinggal hanya BH yang masih menggantung di lenganku.  Reitsleting celana Muki sudah terbuka dan tiba-tiba Muki menurunkan  celananya dan terlihat jelas ada tonjolan di dalam celana dalam Muki.  Dan Muki menurunkan celana dalamnya. Terlihat jelas sekali penis Muki  yang besar dan berwarna kecoklatan. Ditariknya tanganku untuk memegang  penisnya. Dan aku tidak melepaskan kesempatan tersebut. Muki masih terus  menjilati susuku dan sekali-kali Muki menggigit puting susuku. 
  "Muk, teruskan ya… jilat aja Muk, sesukamu.." desahku tak karuan. 
  Sementara aku masih terus memegang penis Muki. Dan sepertinya Muki makin  bernafsu dengan permainan seksnya. Akhirnya Muki sudah tidak tahan  lagi. 
  "May, kamu isap punyaku ya… mau nggak?" "Isap bagaimana.."  "Tolong keluarin punyaku di mulutmu." 
  Sebenarnya aku masih bingung, tapi karena penasaran apa yang dimaui  Muki, maka aku menurut saja apa permintaannya. Dan Muki merubah posisi  duduknya, Muki menurunkan kepalaku hingga aku berhadapan langsung dengan  kepunyaan Muki. 
  "Muk, besar sekali punyamu."  "Langsung aja may, aku sudah tidak tahan.." 
  Aku langsung mengulum pelan-pelan kepunyaan Muki. Inilah pertama kali  aku melihat, memegang dan mengisap dalam satu waktu. Aku menjilati dan  kadang kutarik dalam mulutku kepunyaan Muki. Sekali-kali kujilati dengan  lidahku. Dan sekali-kali juga kujilati dan kuisap buah kepunyaan Muki.  Aku memang menikmati yang namanya penis. Mulai dari atas turun ke bawah.  Dan kuulangi lagi seperti itu. Dan kepala penis kepunyaan Muki aku  jilatin terus. Ah… benar-benar nikmat. 
  Sekitar lima menit aku menikmati permainan punya Muki, tiba-tiba, Muki menahan kepalaku dan menyuruhku mengisap lebih kuat. 
  "Terus May, jangan berhenti, terus isap yang kuat, aku sudah tidak tahan lagi.." 
  Dan tidak lama setelah itu, Muki mengerang keenakan dan tanpa sadar,  keluar cairan berwarna putih dari penis Muki. Apakah ini yang namanya  sperma, pikirku. Dalam keadaan masih keluar, aku tidak bisa melepaskan  penis Muki dari mulutku, aku terus mengisap dan menyedot sperma yang  keluar dari penis Muki. Ah… rasa dan aromanya membuatku ingin terus  menikmati yang namanya sperma. Aku pun tidak bisa melepaskan kepalaku  karena ditahan oleh Muki. Aku terus melanjutkan isapanku dan aku hanya  bisa melebarkan mulutmu dan sebagian cairan yang keluar tertelan di  mulutku. Dan Muki kelihatan sudah enak sekali dan melepaskan tangannya  dari kepalaku. 
  "May, aku sudah keluar, banyak ya.."  "Banyak sekali Muk, aku tidak sanggup untuk menelan semuanya, karena aku belum biasa."  "Tidak apa-apa May.." 
  Kemudian Muki mengambil cairan yang terbuang di sekitar penisnya dan  menaruh ke susuku. Aku pun memperhatikan kelakuan Muki. Dan Muki  mengelus-elus susuku. Akhirnya jam sudah tepat jam 11 malam. Dan aku  diantar oleh Muki tepat jam 11 lewat 35 menit. Karena besoknya kami  berjanji akan ketemu lagi. Malamnya entah mengapa aku sangat sulit  sekali tidur. Karena pengalamanku yang pertama membuatku penasaran,  entah apa yang akan kulakukan lagi bersama Muki esoknya.Dan, malam itu  aku masih teringat akan penis Muki yang besar dan aroma sperma serta  ingin rasanya aku menelan sekali lagi. Ingin cepat-cepat kuulangi lagi  peristiwa malam itu. 
  Besoknya dengan alasan ada pertemuan panitia perpisahan, aku akhirnya  bisa keluar rumah.Akhirnya sesuai jam yang sudah ditentukan, Muki  menjemputku dan Muki membawaku ke suatu tempat yang masih teramat asing  buatku. 
  "Tempat apa ini Muk," tanyaku.  "May, ini tempat kencan, daripada kita kencan di mobil lebih bagus kita  ke sini aja, dan lebih aman dan tentunya lebih leluasa. Kamu mau."  "Entahlah Muk, aku masih takut tempat seperti ini."  "Kamu jangan takut, kita tidak keluar dari mobil. Kita langsung menuju kamar yang kita pesan." 
  Dan sampai di garasi mobil, kami keluar, dan di garasi itu hanya ada  satu pintu. Sepertinya pintu itu menuju ke kamar. Benar dugaanku. Pintu  itu menuju ke kamar yang sudah dingin dan nyaman sekali, tidak seperti  yang kubayangkan. Terlihat ada kulkas kecil, kamar mandi dengan shower,  dan TV 21, dan tempat tidur untuk kapasitas dua orang. "Maya, kita  santai di sini aja ya… mungkin sampai sore atau kita pulang setelah  magrib nanti, kamu mau.." pinta Muki. "Aku setuju saja Muk, terserah  kamu."  Setelah makan siang, kami ngobrol-ngobrol dan Muki membaringkan badanku di tempat tidur.  "May, kamu mau kan melakukannya sekali lagi untukku." 
  Aku setuju. Sebenarnya inilah yang membuatku berpikir malamnya apa yang  akan kami lakukan berikutnya. Muki berdiri di depanku, dan melepaskan  kancing kemejanya satu persatu, dan membuka celana panjang yang  dipakainya. Terlihat sekali lagi dan sekarang lebih jelas lagi kepunyaan  Muki daripada malam kemarin. Ternyata kepunyaan Muki lebih besar dari  yang kubayangkan. Dan, dalam sekejap Muki sudah terlihat bugil di  depanku. Muki memelukku erat-erat dan membangunkanku dari tempat tidur.  Sambil mencium bibirku, Muki menarik ke atas baju kaos ketat yang  kupakai. Dan memelukku sambil melepaskan ikatan BH yang kupakai. Dan  pelan-pelan tangan Muki mengelus susuku yang sudah keras. Dan lama  -kelamaan tangan Muki sudah mencapai reitstleting celanaku dan membuka  celanaku. Dan menurunkan celana dalamku. Aku masih posisi berdiri, dan  Muki jongkok tepat di depan vaginaku. Muki memandangku dari arah bawah.  Sambil tangannya memeluk pahaku. 
  "May, bodi kamu bagus sekali." 
  Muki sekali lagi memperhatikan bulu-bulu yang tidak terlalu lebat dan menciumi aroma vaginaku. 
  "May, seandainya hari ini perawanmu hilang, kamu bagaimana."  "Terserah kamu Muk, aku tidak peduli tentang perawanku, aku ingin  menikmati hari ini, denganmu berdua, dan aku kepengen sekali  melakukannya denganmu.." 
  Akhirnya aku pasrah apa yang dilakukan oleh Muki. Kemudian Muki  meniduriku yang sudah tidak memakai apa-apa lagi. Kami sudah sama-sama  bugil. Dan tidak ada batasan lagi antara kami. Muki bebas menciumiku dan  aku juga bebas menciumi Muki. Kami melakukannya sama-sama dengan nafsu  kami yang sangat besar. Baru pertama kali ini aku melakukannya seperti  hubungan suami istri. Muki menciumi seluruh tubuhku mulai dari atas  turun ke bawah. Begitu bibir Muki sampai di vaginaku yang sudah sangat  basah, terasa olehku Muki membuka lebar vaginaku dengan jari-jarinya.  Ah… nikmat sekali. Seandainya aku tahu senikmat ini, ingin kulakukan  dari dulu. 
  Ternyata Muki sudah menjilati klitorisku yang panjang dan lebar. Dengan  permainan lidahnya di vaginaku dan tangan Muki sambil meremas susuku dan  memainkan putingku, aku rasanya sudah sangat enak sekali. Sepertinya  tidak kusia-siakan kenikmatan ini tiap detik. Muki sekali-kali memasukan  jarinya ke vaginaku dan memasukkan lidahnya ke vaginaku. Akhirnya  dengan nafsu yang sudah tidak bisa kutahan lagi, kukatakan pada Muki. 
  "Muk, masukkan punyamu ke punyaku ya… masukannya pelan -pelan," pintaku.  Muki lalu bangkit dari arah bawah. Dan menciumi bibirku. 
  "May, kamu sudah siap aku masukkan, apa kamu tidak menyesal nantinya."  "Tidak Muk, aku tidak menyesal. Aku sudah siap melakukannya."
  Lalu Muki melebarkan kakiku dan terlihat jelas sekali punya Muki yang  sangat besar sudah siap-siap untuk masuk ke punyaku. Vaginaku sudah  basah sekali. Dan kubimbing penis Muki agar tepat masuk di lubang  vaginaku. Pertama-tama memang agak sakit, tapi punyaku sepertinya sudah  tidak terasa lagi akan sakit yang ada, lebih banyak nikmatnya yang  kurasakan. Dengan dorongan pelan dan pelan sekali, akhirnya punya Muki  berhasil masuk ke dalam lorong kenikmatanku. 
  "Oh… enak sekali," jeritku. 
  Terasa seluruh lorong dan dinding vaginaku penuh dengan penis besar  kepunyaan Muki. Dengan sekali tekan dan dorongan yang sangat keras dari  penis Muki, membuat hari itu aku sudah tidak perawan lagi. Muki  membisikkan sesuatu di telingaku,  "May, kamu sudah tidak perawan lagi."  "Ngga apa-apa Muk, jangan dilepas dulu ya…"  "Terus Muk, goyang lebih kencang, aku enak sekali.."  Dengan posisi aku di bawah, Muki di atas, kami melakukannya lama sekali.  Muki terus menciumi susuku yang sudah keras, penis Muki masih terbenam  di vaginaku. Akhirnya puncak kenikmatanku yang pertama keluar juga. 
  "Muki sepertinya aku sudah tidak tahan lagi… aku mau keluar."  "Keluarin terus May, aku tidak akan melepaskan punyaku."  "Muk, aku tidak tahan lagi… a..ahh… aaahh.. aku keluar Muk, aku keluar..  keluar Muk..enaak sekali, jangan berhenti, teruskan… aaaa… aaaa.." 
  Pada saat orgasme yang pertama, Muki langsung menciumi bibirku. Oh…  benar -benar luar biasa sekali enaknya. Akhirnya aku menikmati  kehangatan punya Muki dan aku masih memeluk badan Muki. Walaupun udara  di kamar itu sangat dingin, tapi hawa yang kami keluarkan mengalahkan  udara dingin. 
  "May, aku masih mau lagi, tidak akan kulepaskan… sekarang aku mau posisi  enam sembilan. Kamu isap punyaku dan aku isap punyamu." 
  Kemudian kami berubah posisi ke enam sembilan. Muki bisa sangat jelas  mengisap punyaku. Dan kelihatan kliotorisku yang sangat besar dan  panjang. 
  "May punyamu lebar sekali."  "Isap terus Muk, aku ingin mengeluarkan sekali lagi dan berkali-kali." 
  Aku terus mengisap punya Muki sementara Muki terus menjilati vaginaku  dan kami melakukannyasangat lama sekali. Penis Muki yang sudah sangat  keras sekali membuatku bernafsu untuk melawannya. Dan permainan mulut  Muki di vaginaku juga membuatku benar-benar terangsang dan sepertinya  saat-saat seperti ini tidak ingin kuakhiri. 
  "Muk… aku mau keluar lagi… aku tidak tahan lagi honey…"  "Tahan sebentar May, aku juga mau keluar.." 
  Tiba-tiba Muki langsung merubah posisi. Aku di bawah dan dia di atas.  Dengan cepat Muki melebarkan kakiku, dan oh.. ternyata Muki ingin  memasukkan penisnya ke vaginaku. Dan sekali lagi Muki memasukkan  penisnya ke vaginaku. Walaupun masih agak sulit, tapi akhirnya lorong  kenikmatanku dapat dimasuki oleh penis Muki yang besar. 
  "Dorong yang keras Muk, lebih keras lagi," desahku. Muki menggoyangan badannya lebih cepat lagi.  "Iya Muk, seperti itu… terus… aaa..aaa… enak sekali, aku mau melakukannya terusmenerus denganmu.."  "May, aku sudah tidak tahan lagi… aku mau keluar…"  "Aku juga Muk, sedikit lagi, kita keluar sama -sama ya… aaa.."  "May… aku keluar.."  "Aku juga Muk… aaa… aa… terasa Muk, terasa sekali hangat spermamu.."  "Aduh, May… goyang terus May, punyaku lagi keluar…"  "Aduh Muk… enak sekali…" 
  Bibirku langsung menciumi bibir Muki yang lagi dipuncak kenikmatan. Tak  lama kemudian kami sama-sama terdiam dan masih dalam kehangatan pelukan.  Akhirnya kami mencapai kenikmatan yang luar biasa. Dan sama-sama  mengalami kenikmatan yang tidak bisa diukur. 
  "May… spermaku sekarang ada di dalam punyamu."  "Ia Muk…" Tidak lama kemudian, Muki membersihkan cairan spermanya di vaginaku.  "May, kalo kamu hamil, aku mau bertanggungjawab."  "Iya Muk.." jawabku singkat. 
  Akhirnya kami mandi sama-sama. Di kamar mandi kami melakukannya sekali  lagi, dan aku mengalami kenikmatan sampai dua kali. Sekali keluar pada  saat Muki menjilati vaginaku dan sekali lagi pada saat Muki memasukkan  penisnya ke vaginaku. Muki pun mengalami hal yang sama. 
  Sorenya kami melakukannya sekali lagi. Kali melakukannya berulang kali.  Dan istirahat kami hanya sebentar, tidak sampai satu jam kami sudah  melakukannya lagi. Benar-benar luar biasa. Aku pun tidak tahu kenapa  nafsuku begitu bergelora dan tidak mau berhenti. Kalau dihitunghitung  dalam melakukan hubungan badan, aku sudah keluar 8 kali orgasme. Dan  kalau hanya sekedar diisap oleh Muki hanya 3 kali. Jadi sudah 11 kali  aku keluar. Sementara Muki sudah 7 kali. 
  Malamnya tepat jam 8.30 kami keluar dari penginapan. Padahal jika  dipikir-pikir, hanya dalam waktu dua hari saja aku sudah melepaskan  keperawananku ke seseorang. Dan sampai sekarang hubunganku dengan Muki  bukan sifatnya pacaran, tapi hanya bersifat untuk memuaskan nafsu saja.  Dan, baru kali ini aku bisa merasakan tidur yang sangat pulas  sesampainya di rumah. 
  Besoknya aku harus sekolah seperti biasa dan tentunya dengan perasaan  senang dan ingin melakukannya berkali-kali. Seperti biasa setiap tanggal  20, aku datang bulan. Dan kemarin (tanggal 20 Februari 2001) ini aku  masih dapat. Aku langsung menelepon Muki sepulang dari sekolah.  "Muk, aku dapat lagi, dan aku tidak hamil."  "Iya May… syukurlah…"  "Muk, aku ingin melakukannya sekali lagi, kamu mau Muk.." 
  Dan, ternyata kami bisa melakukannya di mana saja. Kadang aku mengisap  penis Muki sambil Muki menyetir mobil yang lagi di jalan tol. Dan  setelah cairan sperma Muki keluar yang tentunya semua kutelan, karena  sudah biasa, setelah itu tangan Muki memainkan vaginaku. Kadang juga  sebelum pulang aku tidak lagi mencium bibir Muki, tapi aku mengisap  kepunyaan Muki sebelum turun dari mobil, hanya sekitar 2 menit, Muki  sudah keluar. Dan aku masuk rumah masih ada sisa-sisa aroma sperma di  mulutku. Di tiap pertemuan kami berdua selalu saling mengeluarkan. Jika  kami ingin melakukan hubungan badan, biasanya kami menyewa penginapan  dari siang sampai sore dan hanya dilakukan tiap hari sabtu karena pada  saat itu sepulang sekolah Muki langsung mengajakku ke penginapan.
       
 
   Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                            |             
              
Tidak ada komentar:
Posting Komentar