|                               Cerita Sex - Akibat buah terlarang               Apr 26th 2013, 13:50                                                Istri sudah punya. Anak juga sudah sepasang. Rumah, meskipun cuma rumah  BTN juga sudah punya. Mobil juga meski kreditan sudah punya. Mau apalagi  Pada awalnya aku cuma iseng-iseng saja. Lama-lama jadi keterusan juga.  Dan itu semua karena makan buah terlarang.
  Kehidupan rumah tanggaku sebetulnya sangat bahagia. Istriku cantik,  seksi dan selalu menggairahkan. Dari perkawinan kami kini telah terlahir  seorang anak laki-laki berusia delapan tahun dan seorang anak cantik  berusia tiga tahun, aku cuma pegawai negeri yang kebetulan punya  kedudukan dan jabatan yang lumayan.
  Tapi hampir saja biduk rumah tanggaku dihantam badai. Dan memang semua  ini bisa terjadi karena keisenganku, bermain-main api hingga hampir saja  menghanguskan mahligai rumah tanggaku yang damai. Aku sendiri tidak  menyangka kalau bisa menjadi keterusan begitu.
  Awalnya aku cuma iseng-iseng main ke sebuah klub karaoke. Tidak disangka  di sana banyak juga gadis-gadis cantik berusia remaja. Tingkah laku  mereka sangat menggoda. Dan mereka memang sengaja datang ke sana untuk  mencari kesenangan. Tapi tidak sedikit yang sengaja mencari laki-laki  hidung belang.
  Terus terang waktu itu aku sebenarnya tertarik dengan salah seorang  gadis di sana. Wajahnya cantik, Tubuhnya juga padat dan sintal, Kulitnya  kuning langsat. Dan aku memperkirakan umurnya tidak lebih dari delapan  belas tahun. Aku ingin mendekatinya, tapi ada keraguan dalam hati. Aku  hanya memandanginya saja sambil menikmati minuman ringan, dan  mendengarkan lagu-lagu yang dilantunkan pengunjung secara bergantian.
  Tapi sungguh tidak diduga sama sekali ternyata gadis itu tahu kalau aku  sejak tadi memperhatikannya. Sambil tersenyum dia menghampiriku, dan  langsung saja duduk disampingku. Bahkan tanpa malu-malu lagi meletakkan  tangannya di atas pahaku. Tentu saja aku sangat terkejut dengan  keberaniannya yang kuanggap luar biasa ini. Sendirian aja nih..., Omm.., sapanya dengan senyuman menggoda. Eh, iya.., sahutku agak tergagap. Perlu teman nggak.. dia langsung menawarkan diri.
  Aku tidak bisa langsung menjawab. Sungguh mati, aku benar-benar tidak  tahu kalau gadis muda belia ini sungguh pandai merayu. Sehingga aku  tidak sanggup lagi ketika dia minta ditraktir minum. Meskipun baru  beberapa saat kenal, tapi sikapnya sudah begitu manja. Bahkan seakan dia  sudah lama mengenalku. Padahal baru malam ini aku datang ke klub  karaoke ini dan bertemu dengannya.
  Semula aku memang canggung, Tapi lama-kelamaan jadi biasa juga. Bahkan  aku mulai berani meraba-raba dan meremas-remas pahanya. Memang dia  mengenakan rok yang cukup pendek, sehingga sebagian pahanya jadi  terbuka.
  Hampir tengah malam aku baru pulang. Sebenarnya aku tidak biasa pulang  sampai larut malam begini. Tapi istriku tidak rewel dan tidak banyak  bertanya. Sepanjang malam aku tidak bisa tidur. Wajah gadis itu masih  terus membayang di pelupuk mata. Senyumnya, dan kemanjaannya membuatku  jadi seperti kembali ke masa remaja.
  Esoknya Aku datang lagi ke klub karaoke itu, dan ternyata gadis itu juga  datang ke sana. Pertemuan kedua ini sudah tidak membuatku canggung  lagi. Bahkan kini aku sudah berani mencium pipinya. Malam itu akau  benar-benar lupa pada anak dan istri di rumah. Aku bersenang-senang  dengan gadis yang sebaya dengan adikku. Kali ini aku justru pulang  menjelang subuh.
  Mungkin karena istriku tidak pernah bertanya, dan juga tidak rewel. Aku  jadi keranjingan pergi ke klub karaoke itu. Dan setiap kali datang,  selalu saja gadis itu yang menemaniku. Dia menyebut namanya Reni. Entah  benar atau tidak, aku sendiri tidak peduli. Tapi malam itu tidak seperti  biasanya. Reni mengajakku keluar meninggalkan klub karaoke. Aku menurut  saja, dan berputar-putar mengelilingi kota Jakarta dengan kijang  kreditan yang belum lunas.
  Entah kenapa, tiba-tiba aku punya pikiran untuk membawa gadis ini ke  sebuah penginapan. Sungguh aku tidak menyangka sama sekali ternyata Reni  tidak menolak ketika aku mampir di halaman depan sebuah losmen. Dan dia  juga tidak menolak ketika aku membawanya masuk ke sebuah kamar yang  telah kupesan.
  Jari-jariku langsung bergerak aktif menelusuri setiap lekuk tubuhnya.  Bahkan wajahnya dan lehernya kuhujani dengan ciuman-ciuman yang  membangkitkan gairah. Aku mendengar dia mendesah kecil dan merintih  tertahan. Aku tahu kalau Reni sudah mulai dihinggapi kobaran api gairah  asmara yang membara.
  Perlahan aku membaringkan tubuhnya di atas ranjang dan satu persatu aku  melucuti pakaian yang dikenakan Reni, hingga tanpa busana sama sekali  yang melekat di tubuh Reni yang padat berisi. Reni mendesis dan merintih  pelan saat ujung lidahku yang basah dan hangat mulai bermain dan  menggelitik puting payudaranya. Sekujur tubuhnya langsung bergetar hebat  saat ujung jariku mulai menyentuh bagian tubuhnya yang paling rawan dan  sensitif. Jari-jemariku bermain-main dipinggiran daerah rawan itu. Tapi  itu sudah cukup membuat Reni menggerinjing dan semakin bergairah.
  Tergesa-gesa aku menanggalkan seluruh pakaian yang kukenakan, dan  menuntun tangan gadis itu ke arah batang penisku. Entah kenapa,  tiba-tiba Reni menatap wajahku, saat jari-jari tangannya menggenggam  batang penis kebanggaanku ini, Tapi hanya sebentar saja dia menggenggam  penisku dan kemudian melepaskannya. Bahkan dia melipat pahanya yang  indah untuk menutupi keindahan pagar ayunya. Jangan, Omm..., desah Reni tertahan, ketika aku mencoba untuk membuka kembali lipatan pahanya. Kenapa tanyaku sambil menciumi bagian belakang telinganya. Aku..., hmm, aku... Reni tidak bisa meneruskan kata-katanya. Dia malah  menggigit bahuku, tidak sanggup untuk menahan gairah yang semakin besar  menguasai seluruh bagian tubuhnya. Saat itu Reni kemudian tidak bisa  lagi menolak dan melawan gairahnya sendiri, sehingga sedikit demi  sedikit lipatan pahanya yang menutupi vaginanya mulai sedikit terkuak,  dan aku kemudian merenggangkannya kedua belah pahanya yang putih mulus  itu sehingga aku bisa dengan puas menikmati keindahan bentuk vagina  gadis muda ini yang mulai tampak merekah.
  Dan matanya langsung terpejam saat merasakan sesuatu benda yang keras,  panas dan berdenyut-denyut mulai menyeruak memasuki liang vaginanya yang  mulai membasah. Dia menggeliat-geliat sehingga membuat batang penisku  jadi sulit untuk menembus lubang vaginanya. Tapi aku tidak kehilangan  akal. Aku memeluk tubuhnya dengan erat sehingga Reni saat itu tidak bisa  leluasa menggerak-gerakan lagi tubuhnya. Saat itu juga aku menekan  pinggulku dengan kuat sekali agar seranganku tidak gagal lagi.
  Berhasil!, begitu kepala penisku memasuki liang vagina Reni yang sempit,  aku langsung menghentakkan pinggulku ke depan sehingga batang penisku  melesak ke dalam liang vagina Reni dengan seutuhnya, seketika itu juga  Reni memekik tertahan sambil menyembunyikan wajahnya di bahuku, Seluruh  urat-urat syarafnya langsung mengejang kaku. Dan keringat langsung  bercucuran membasahi tubuhnya. Saat itu aku juga sangat tersentak kaget,  aku merasakan bahwa batang penisku seakan merobek sesuatu di dalam  vagina Reni, dan ini pernah kurasakan pula pada malam pertamaku, saat  aku mengambil kegadisan dari istriku. Aku hampir tidak percaya bahwa  malam ini aku juga mengambil keperawan dari gadis yang begitu aku sukai  ini. Dan aku seolah masih tidak percaya bahwa Reni ternyata masih  perawan.
  Aku bisa mengetahui ketika kuraba pada bagian pangkal pahanya, terdapat  cairan kental yang hangat dan berwarna merah. Aku benar-benar terkejut  saat itu, dan tidak menyangka sama sekali, Reni tidak pernah  mengatakannya sejak semula. Tapi itu semua sudah terjadi. Dan rasa  terkejutku seketika lenyap oleh desakan gairah membara yang begitu  berkobar-kobar.
  Aku mulai menggerak-gerakan tubuhku, agar penisku dapat bermain-main di  dalam lubang vagina Renny yang masih begitu rapat dan kenyal, Sementara  Reni sudah mulai tampak tidak kesakitan dan sesekali tampak di wajahnya  dia sudah bisa mulai merasakan kenikmatan dari gerakan-gerakan maju  mundur penisku seakan membawanya ke batas ujung dunia tak bertepi.
  Malam itu juga Reni menyerahkan keperawannya padaku tanpa ada unsur  paksaan. Meskipun dia kemudian menangis setelah semuanya terjadi, Dan  aku sendiri merasa menyesal karena aku tidak mungkin mengembalikan  keperawanannya. Aku memandangi bercak-bercak darah yang mengotori sprei  sambil memeluk tubuh Reni yang masih polos dan sesekali masih terdengar  isak tangisnya. Maafkan aku, Reni. Aku tidak tahu kalau kamu masih perawan. Seharusnya kamu bilang sejak semula..., kataku mencoba menghibur.
  Reny hanya diam saja. Dia melepaskan pelukanku dan turun dari  pembaringan. Dia melangkah gontai ke kamar mandi. Sebentar saja sudah  terdengar suara air yang menghantam lantai di dalam kamar mandi.  Sedangkan aku masih duduk di ranjang ini, bersandar pada kepala  pembaringan.
  Aku menunggu sampai Reni keluar dari kamar mandi dengan tubuh terlilit  handuk dan rambut yang basah. Aku terus memandanginya dengan berbagai  perasaan berkecamuk di dalam dada. Bagaimanapun aku sudah merenggut  kegadisannya. Dan itu terjadi tanpa dapat dicegah kembali. Reni duduk  disisi pembaringan sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk lain.
  Aku memeluk pinggangnya, dan menciumi punggungnya yang putih dan halus.  Reni menggeliat sedikit, tapi tidak menolak ketika aku membawanya  kembali berbaring di atas ranjang. Gairahku kembali bangkit saat handuk  yang melilit tubuhnya terlepas dan terbentang pemandangan yang begitu  menggairahkan datang dari keindahan kedua belah payudaranya yang kencang  dan montok, serta keindahan dari bulu-bulu halus tipis yang menghiasi  di sekitar vaginanya.
  Dan secepat kilat aku kembali menghujani tubuhnya dengan kecupan-kecupan  yang membangkitkan gairahnya. Reni merintih tertahan, menahan gejolak  gairahnya yang mendadak saja terusik kembali. Pelan-pelan, Omm. Perih..., rintih Reni tertahan, saat aku mulai kembali  mendobrak benteng pagar ayunya untuk yang kedua kalinya. Renny  menyeringai dan merintih tertahan sambil mengigit-gigit bibirnya  sendiri, saat aku sudah mulai menggerak-gerakan pinggulku dengan irama  yang tetap dan teratur.
  Perlahan tapi pasti, Reni mulai mengimbangi gerakan tubuhku. Sementara  gerakan-gerakan yang kulakukan semakin liar dan tak terkendali. Beberapa  kali Reni memekik tertahan dengan tubuh terguncang dan menggeletar  bagai tersengat kenikmatan klimaks ribuan volt. Kali ini Reni mencapai  puncak orgasme yang mungkin pertama kali baru dirasakannya. Tubuhnya  langsung lunglai di pembaringan, dan aku merasakan denyutan-denyutan  lembut dari dalam vaginanya, merasakan kenikmatan denyut-denyut vagina  Reni, membuatku hilang kontrol dan tidak mampu menahan lagi permainan  ini.. hingga akhirnya aku merasakan kejatan-kejatan hebat disertai  kenikmatan luar biasa saat cairan spermaku muncrat berhamburan di dalam  liang vagina Renny. Akupun akhirnya rebah tak bertenaga dan tidur  berpelukan dengan Reni malam itu.
 
 
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Pengalaman Paling Mengasyikkan               Apr 26th 2013, 13:48                                                Aku sekedar ingin berbagi pengalaman ketika aku making love dengan  temanku bernama Reni. Ia adalah tema kuliahku yang berkulit putih mulus  serta sexy sekali. Sebenarnya sudah cukup lama aku sangat tertarik  dengan bodynya.Kalau melihat dia, aku sering bayangkan betapa asyiknya  jika making love dengannya.
  Suatu ketika aku berkunjung ke rumahnya, kebetulan saat itu rumahnya  sedang kosong. Ketika aku diajak masuk, aku nggak ngira kalau dia lagi  nyetel VCD. Aku kemudian diajak nonton bareng. Ternyata disetel adalah  film BF. Kulihat dia cukup menikmati tontonan tersebut. Beberapa saat  kemudian secara nggak sadar ia mengelus elus pahaku dan terus naik ke  barangku yang sudah tegang lihat adegan di TV. Ia terus mengelus elus  barangku.
  Akhirnya aku jadi nggak sabar, kupelorotkan aja celanaku. Ia tampak  girang melihat barang ku yang sudah berdiri tegak dengan gagah. Ia  Tampak bernafsu dan langsung mengelus-elus barangku, serta menciumi  kemaluanku.
  Aku jadi tambah nggak sabar, langsuang saja kujejalkan kemaluanku  kemulutnya. Ternyata ia menyambutnya dan dengan canggih sekali ia  mainkan barangku di mulutnya. Aku benar-benar nggak ngira kalau dia ahli  sekali melakukan oral sex dan kuakui bahwa permainan mulutnya cukup  hebat. Ia demikian ahli mengombinasikan antara hisapan, gigitan serta  jilatan.
  Aku merasakan sangat kenikmatana yang luar biasa. Dan ia tampaknya  semakin bersemangat ketika aku juga merespon dengan mengenjot kemaluanku  di mulutnya. Bahkan ketika aku mencoba untuk mencabutnya, ia berusaha  mencegahnya, sehingga kemaluanku tidak bisa lepas dari mulutnya. Bukan  hanya batang kemaluanku saja yang dimainin. Bijikupun kadang-kadang  dikulum-kulum sambil sesekali digigit-gigit.
  Akh... luar biasa sekali. Sambil menggigit bijiku, batang kemaluanku  dileus-elus serta diremas-remas. Dan ketika aku sudah nggak tahan lagi,  tampaknya ia tahu dan langsung batang kemaluanku kembali dimasukkan ke  mulutnya dan memperhebat kuluman serta sedotannya.
  Akhirnya aku benar-benar nggak tahan dan bermasuk mencabut dari  mulutnya. Tapi rupanya ia nggak rela kemaluanku keluar dari mulutnya,  sehingga spermaku keluar di mulutnya. Ahhh... benar-benar kurasa nikmat  ketika spermaku tertumpah keluar. Ia tampak gembira sekali dengan  keluarnya spermaku. Ia sedot semua spermaku seakan-akan nggak rela  spermaku tertumpah denga percuma. Namun karena aku mengeluarkan sperma  cukup banyak sehingga sebagian keluar menetes dimulutnya. Reni mengusap  spermaku yang keluar dari mulutnya dengan tangannya, kemudian menjilati  tangannya yang belepotan spermaku. "Ah... San punyamu enak sekali".
  Rupanya Reni belum puas dengan permainan awal tersebut. Ia kembali  menjilati kemaluanku, sehingga dalam waktu singkat kemaluanku kembali  tegang. Ia tampak gembira sekali. Namun untuk kali ini aku juga ingin  merasakan vaginanya. Langsung aja aku telanjangi dia, sehingga tubuhnya  yang mulus terpampang di depanku. Aku terkagum dengan bodynya yang  aduhai. Payudaranya cukup besar dan kencang, sedangkan bulu-bulu  kemaluannya cukup lebat menutupi vaginanya. Langsung aku buka  lebar-lebar kedua pahanya, dan aku tancapkan kemaluanku.... AHHH... "ia  menjerit kecil ketika kemaluan menancap sebagian. Aku masih nggak puas  karena baru sebagian yang masuk, sehingga aku tancapkan lebih dalam  lagi. Reni benar-benar kelojotan ketika kemaluanku mulai merojok-rojok  kemaluannya dengan dengan hebat. Ia berusaha mengimbangi dengan  goyang-goyangnya yang menurutku luar biasa sekali, sehingga aku merasa  kan seakan-akan kemaluanku diplintir-plintir.
  "... ah... ah... ah... " Ia terus mengerang-ngerang ketika genjotan  kemaluanku semakin kuperhebat, hingga tiba-tiba ia menggerang dengan  hebat, dan kemudian lemas, dan tampak kelelahan. Aku tahu ia sudah  orgasme. Tapi aku nggak perduli. Bahkan aku memperhebat genjotanku. Dan  ketika aku sudah mulai merasakan akan keluar, segera kucabut kemaluanku  dan kembali kujejalkan ke mulutnya. Reni tampak senang sekali, ketika  untuk kedua kalinya spermaku tertumpah dimulutnya. Dan untuk kedua  kalinya pula ia hisap habis spermaku.
 
 
 
 
          Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Larasati, Pertama Kali Aku Selingkuh               Apr 26th 2013, 13:47                                                Sebenarnya umurku sudah tidak bisa dibilang muda lagi, bahkan bisa  dibilang sudah kakek-kakek karena saat ini umurku sudah 58 tahun. Namun  demikian banyak orang mengira umurku masih di bawah 40 tahun.  Orang-orang di kantorku mengatakan kalau secara fisik aku memang hebat.  Otot masih kencang dan wajah hampir tidak ada keriput. Demikian juga  isteriku, masih seksi dan kenyal, kulitnya juga masih kencang. Yang  menunjukkan berapa umurku sebenarnya adalah rambutku yang sudah hampir  tidak ada hitamnya lagi. Atas saran isteriku, rambutku aku cat hitam  sehingga lengkap sudah penampilanku bagai lelaki yang masih berumur  30-an. Mungkin ini khasiat kami rajin berolah raga. Di samping itu kami  selalu menyertakan sayuran atau buah sebanyak mungkin dalam menu makan  kami, di samping sumber-sumber protein utama. 
  Kehidupan seksualku juga masih normal, walaupun isteriku yang tiga tahun  lebih muda dariku sudah menopause, tapi seminggu tiga-empat kali kami  melakukan hubungan sex. Memang harus memakai lubricant gel agar isteriku  tidak kesakitan ketika ML karena lendir vaginanya sudah tidak produktif  lagi. Tapi semua terasa indah dan bisa kami menikmati. Akupun tak  pernah selingkuh. Bagiku isteriku adalah segala-galanya.
  Secara ekonomi hidupku sukses besar. Beberapa perusahaan sudah aku  miliki dan semuanya telah berkembang dengan baik. Dalam kehidupan  berkeluarga pun aku cukup bahagia. Aku punya isteri masih cantik dan  seksi dan dua orang anak laki-laki yang gagah, ganteng, dan cerdas yang  kuberi nama Arga Putra Pratama dan Bagas Putra Sentosa. Mereka sudah  dewasa dan sedang menyelesaikan program S3 di Royal Melbourne Institute  of Technology (RMIT). Di samping anak-anak kandungku, aku juga membiayai  dan menghidupi sejumlah anak asuh. Mereka kebanyakan berasal dari  anak-anak jalanan, anak yatim, dan anak yatim piatu, di samping ada pula  yang berasal dari keluarga lengkap tetapi kurang mampu. 
  Aku menerapkan syarat yang ketat bagi anak-anak asuhku. Syarat pertama  adalah mereka wajib mengikuti pertemuan anak asuh di rumahku sebulan  sekali. Syarat kedua, mereka tidak boleh menjadi anak jalanan, terutama  bagi mereka yang berasal dari anak jalanan. Bagi yang tidak punya rumah,  termasuk anak jalanan dan yatim piatu, mereka wajib tinggal di rumah  asuh yang aku bangun untuk menampung mereka. Setelah mereka lulus  sekolah atau perguruan tinggi, jika mau, mereka aku beri pekerjaan di  salah satu perusahaanku. Akupun mempersilahkan mereka jika mereka mau  mencari pekerjaan sendiri atau membuka usaha sendiri. 
  Isteriku sendiri yang secara langsung menangani rumah asuh itu. Metode  yang diterapkan dalam pengelolaan rumah asuh berdasarkan kebutuhan anak,  bukan berdasarkan keinginan kami, selaku penyedia dana dan pengelola  rumah asuh. Tak heran anak asuh yang ada di rumah asuh sangat akrab  dengan isteriku.
  Pertemuan dengan anak-anak asuhku, selain bermanfaat untuk memantau  aktivitas mereka, juga bermanfaat untuk mengobati kerinduanku dengan  anak-anak kandungku yang tidak lagi pulang di awal bulan seperti waktu  SMA dulu, tapi mereka pulang sesuka hati mereka. Memang di era informasi  sekarang, komunikasi bisa dilakukan lewat email, chatting dan telepon  tetapi terasa tidak puas jika hanya bertemu anak-anakku lewat layar  monitor. 
  Hasil pertemuan itu, aku juga bisa akrab dengan mereka. Hubungan kami  lebih sebagai keluarga atau orang tua dengan anak-anaknya daripada  pemberi dan penerima dana. Aku dan isteriku biasa bercanda dengan mereka  dan mereka tidak lagi sungkan untuk sekedar ngobrol dengan kami. Tak  jarang mereka datang di luar jadwal pertemuan untuk sekedar bertemu atau  bersalaman dan mencium tangan kami sambil berkata, "Apa kabar Ayah dan  Ibunda?" atau "Ayah dan Ibunda sehat kan?" Kalimat-kalimat yang mereka  ucapkan cukup sederhana, tetapi dalam artinya bagi kami. Bukan karena  merasa dihormati, tetapi kami merasa seolah menemukan kembali anak-anak  kami yang seolah hilang dalam kedewasaan mereka.
  Suatu hari isteriku diajak teman-temannya jalan-jalan ke Australia.  Tentu saja isteriku antusias menanggapi ajakan mereka, karena sekalian  menengok Arga dan Bagas anak-anak kami. Dan benar saja (walaupun kalau  minta ijin pasti aku berikan) tanpa minta persetujuanku mereka berangkat  ke Australia. Setengah delapan pagi mereka pamit. Aku tertawa mengiring  kepergian mereka di pintu rumahku. 
  "Dasar nenek-nenek centil…" gumamku saat dengan manja isteriku pamitan.  Dia hanya tersenyum mendengarnya. Sambil tetap tersenyum dia melambaikan  tangannya dari balik jendela mobil yang akan membawa ke Bandara Ahmad  Yani.
  Setelah mereka berangkat kesepian menyergapku. Kulampiaskan rasa sepi  dengan berlatih fitness di gym pribadiku yang ada di lantai dua. Setelah  warming up dengan cukup, aku memacu treadmill dengan kecepatan agak  tinggi sambil mendengarkan musik lewat ipod. Setengah jam aku berpacu di  atas treadmill. Keringat yang mengucur deras akibat pacuan treadmill  membuat aku gerah. Rupanya aku masih memakai kemeja yang aku pakai waktu  mengiring kepergian isteriku. Tanpa berhenti berlari di atas treadmill  aku lepas bajuku dan kulempar ke sudut ruang gym lalu kulanjutkan memacu  treadmill dengan penuh semangat. 
  Tiba-tiba dari pantulan cermin di depanku nampak pintu gym pribadiku  terbuka dan muncullah seorang gadis dengan seragam putih abu-abu yang  sangat kukenal. Dia adalah Laras, anak asuhku yang paling aku banggakan.  Selain cantik dia juga cerdas dan cekatan. Rencananya setelah lulus SMA  nanti, Laras akan kubiayai untuk kuliah di RMIT agar bisa aku tempatkan  di salah satu perusahaanku sebagai manajer setelah lulus kelak. Terlalu  sayang kalau anak cerdas dan cekatan seperti Laras tidak mendapatkan  pendidikan yang terbaik. Namun aku tak pernah memberi tahu rencana ini  kepada siapapun kecuali isteri dan anak-anakku.
  "Ayah…" sapanya manja sambil mendekat. "Bunda pergi ya..?" "Yups" sahutku sambil terus memacu treadmill. "Darimana kamu tahu?" "Mbak Ayu yang kasi tahu, Yah" kata Laras sambil duduk di shoulder press machine. Ayu adalah pembantuku. "Baru jam sembilan lebih sedikit kok sudah pulang? Bolos ya..?" kataku sambil senyum "Tidak ada kata membolos dalam kamus anak Ayah" kata Laras sambil  tertawa. "Laras habis uji coba ujian nasional, Ayah. Hari ini hari  terakhir uji cobanya, jadi setelah uji coba selesai, Laras langsung  kemari." Kata Laras menjelaskan. "Sayang Laras tidak ketemu Ibunda…"  katanya dengan wajahnya berubah jadi sedih. "Ada perlu sama Ibunda?" tanyaku ketika melihat wajahnya yang sedih  "Kangen sama Ayah dan Ibunda. Dua minggu Laras tidak kemari rasanya lama sekali"
  Bangga dan bahagia merembes dalam hatiku ketika mendengar Laras merasa  kangen pada kami. Aku tatap mata Laras sambil tersenyum. Laras memang  yatim piatu. Orang tuanya bercerai waktu dia masih bayi, dan ibunya  meninggal ketika dia baru berumur dua tahun. Saat itulah aku lewat dan  melihat orang bergerombol di trotoar sebuah taman kota. Ada dua mobil  polisi dan sebuah ambulan. Aku suruh sopir untuk berhenti dan melihat  apa yang terjadi. Ternyata ada seorang tunawisma tewas dengan anak masih  berumur dua tahun. Segera aku turun dari mobil dan menghampiri perwira  polisi yang sedang memberi komando kepada anak buahnya. Ternyata dia  mengenal aku sebagai bapak asuh dari anak-anak jalanan. Ketika aku  bilang agar anak kecil itu di antar ke rumah asuh-ku , mereka langsung  setuju. Sejak saat itu anak tadi aku beri nama Larasati karena tidak ada  catatan tentang nama dia yang sebenarnya. Kini, empat belas tahun  kemudian, anak itu sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik dan ada  di depanku. Seandainya aku punya anak perempuan…
  "Ayah melamun?" Tanya Laras mengejutkanku "Ah tidak" kataku sambil senyum "Kamu sudah besar sekarang" "Kelihatannya Ayah sedih..?" katanya sambil mendekat. "Enggak… Ayah enggak apa-apa" kataku meyakinkan Laras. "Oh ya! Suruh Ayu  menyiapkan makan siang sementara Ayah mandi. Banyak keringat.. lengket  nih.." kataku sambil turun dari treadmill.
  Laras menghampiri aku dengan membuka tangannya lebar-lebar ingin memeluk. "Hei… Ayah masih berkeringat… bau lagi!" kataku sambil berusaha menahan  pelukan Laras. "Nanti saja peluknya setelah ayah mandi hehehe…" "Ahhh.. Ayah…" kata Laras sambil merengek. "masa obat kangennya nunggu ayah mandi sih.." 
  Akhirnya kudekap Laras dengan penuh kasih sayang. Kasih sayang seorang  lelaki tua yang merindukan anak perempuannya. Kuangkat wajah Laras dan  kucium ubun-ubun dan keningnya. Pelukan Laras makin erat. Kubelai rambut  Laras yang dipotong pendek. 
  "Ih… dada Ayah asin…" kata Laras tiba-tiba sambil tertawa "Kamu sih… ngotot minta peluk, Ayah sudah bilang, masih berkeringat…"  jawabku sambil menjatuhkan kepalan tangan kananku pelan ke atas  ubun-ubunnya. "Udah Ayah mandi dulu, setelah mandi kita makan di luar  aja…" "Ayah bau.. asin dan asem jadi satu" kata Laras sambil tertawa ketika berlari menuruni tangga.  "Hahaha… Salah sendiri minta dipeluk" sahutku setengah berteriak. Aku  segera mengambil baju yang tadi aku lempar dan turun menuju kamar mandi  yang ada di dalam kamarku di lantai satu. Semburan shower benar-benar  menyegarkan tubuhku. Selesai mandi aku keluar dengan handuk melilit  tubuhku. Ternyata Laras ada di dalam kamarku.  "Hey… ayo keluar dulu. Ayah mau ganti pakaian" kataku.
  Laras berdiri sambil tersenyum. Tangannya mengembang dan setengah berlari menubruk aku.
  "Aku masih kangen.. aku pengen dipeluk Ayah lagi.." kata Laras sambil  memeluk ku. Sekali lagi kubelai rambut Laras yang sedang mengelus-elus  dadaku kiriku sambil menyandarkan kepalanya di bahu kananku.  "Berapa sih umur ayah?" katanya sambil menatap dada dan six packs di perutku.  "Emang kenapa dengan umur Ayah?" "Pengen tahu aja.. Kok badannya masih bagus dan kecang. Juga nggak ada di kerutan wajah Ayah…" suara Laras seperti kagum. "Tumben nanya-nanya umur… Coba kamu tebak aja" "Empat puluh sekian" "Ah.. anak Ayah kok jadi o'on sekarang.." kataku sambil tertawa. "Masa  orang berumur empat puluhan sudah punya anak berumur 32 tahun. Emangnya  ayah nikah umur berapa?" "Masa Ayah umurnya lebih dari 50 tahun sih…" jawab Laras. "tuh..  badannya aja masih kenceng dan berotot gini.." kata laras sambil  berusaha mencubit dadaku, tapi gagal karena ototnya terlalu penuh dan  padat kencang untuk dicubit.  "Nyubitnya aja susah…" katanya lagi. "Ayah sudah 58 tahun, Laras… Ini semua karena Ayah rajin berolah raga dan selalu makan sayuran dan buah" jawabku. 
  Kurasakan tangan Laras mengelus-elus punggungku. Sementara tangan  satunya mempererat pelukannya. Wajahnya menempel ketat di dadaku.  Mulutnya tersenyum damai sambil matanya terpejam. Laras mengelus  punggungku dengan ujung kukunya dengan lembut. Ujung kukunya terasa  meraba, bukan mengelus dari pangkal leher turun sepanjang tulang  belakangku dan berhenti di bagian bawah pinggangku karena terhalang  handuk, tapi gerakan ujung kuku Laras tidak berhenti tetapi bermain-main  melingkar pinggangku. Gerakan kuku Laras membuat kelaki-lakianku  bangkit. Aku angkat wajah Laras. Aku cium lagi ubun-ubun dan keningnya.  Laras masih terpejam, tapi bibirnya tidak lagi tersenyum melainkan  setengah terbuka. 
  "Ayaahhh…" Laras melenguh. Tiba-tiba dia menjilat dadaku dan menggigit putingku sambil memainkan lidahnya.  Sesaat aku sadar. Laras adalah anak asuhku dan sudah aku anggap anak sendiri. 
  "Sudah Laras… Ayah mau pakai pakaian dulu, terus kita makan di resto.."  kataku sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan Laras. Bagaimanapun  juga aku harus menghentikan rangsangan yang sudah hampir menghancurkan  akal sehatku. Bukannya melepaskan, Laras malah makin mempererat  pelukannya. Bibirnya dan lidahnya terus bermain di dadaku. Tak lagi aku  mampu mencegah, penisku langsung ereksi. "Apakah aku nggak boleh merasakan kasih sayang Ayah?" sahut Laras sambil  terus mengigit-gigit dadaku. Lidahnya menjilat-jilat. Aku sudah tak  lagi mampu membendung nafsuku. Kuangkat wajah Laras, Kucium keningnya,  lalu mata kiri dan kanannya.  "Ahhh.. Ayah… Laras sayang Ayah… Ahhh" Laras mendesah dengan dengusan nafas yang tersengal. 
  Matanya terbuka sedikit, tapi hanya putih bola matanya yang nampak.  Bibirnya yang merekah basah mengkilat mengundangku untuk mengulum dan  menghisapnya. Tanpa sadar aku mengecup bibir Laras dan melumatnya dengan  lebut. Laras membalas dengan menghisap bibirku. Lidahnya menjulur masuk  ke dalam mulutku. Menyapu seluruh relung rongga mulutku dan  menggosok-gosok gusiku. Aku hisap lidah Laras sambil aku kaitkan lidahku  pada lidahnya. Agak lama kami bermain-main dengan lidah. Kami saling  hisap, saling gosok rongga mulut, dan saling mengaitkan lidah. Tanganku  meremas pelan payudara Laras dari luar baju seragam. Bra yang dikenakan  cukup tipis membuat aku bisa merasakan kenyal dan lembutnya payudara  Laras. 
  Aku benar-benar dikuasai nafsu sekarang. Kulepas bibirku dari bibirnya,  lalu aku susuri lehernya yang jenjang dengan bibir dan lidahku.  Kugunakan kedua bibirku untuk menggigit leher Laras. Kemudian kucium dan  kuhisap telinga Laras. Aku korek telinganya dengan lidahku sambil  sekali-sekali menjilat dan menghisap bagian belakang telinganya. Akibat  tindakanku itu Laras menggelinjang. Nafasnya terengah-engah. Mulutnya  berkali-kali mengerang melampiaskan nafsunya yang makin meledak.
  "Ayaaahhh… sayangi Laras… Yaaahhh…" Laras mendesah.  "Ayyaahh ssaayyang Larasss… sshhh" jawabku sambil terus mencium dan menghisap lehenr dan telinganya.
  Tangannya mengapai penisku dari luar handuk lalu meremasnya. Laras  kemudian menyibakkan handuk yang aku pakai dan merogoh penisku yang  sudah sangat tegang. Handuk yang melilit di pinggangku dilepaskannya.  Sejenak dia diam sambil menatap penisku. 
  "Kenapa sayang.." tanyaku saat Laras berdiam diri. "Enggak apa-apa… Cuma heran… kok penis Ayah segede ini ternyata…" jawab Laras sambil meraih penisku dan meremas-remas. 
  Cairan kenal bening sedikit mengalir keluar dari penisku. Laras  menggunakan cairan itu untuk mengusap kepala penisku dengan jempolnya  yang mungil dan halus. Jempol itu diputar-putar di kepala penisku yang  licin karena cairan yang keluar dari ujung penisku. Nikmat sekali  rasanya.
  "Laraasss.. hhh…" aku mendesah karena nikmat. 
  Segera aku buka kancing baju seragamnya. Tampak bra ukuran 34-B warna  kulit membungkus payudara Laras yang bulat dan kencang. Bra itu terlalu  tipis sehingga mencetak bentu payudara Laras dan putingnya. Aku kecup  dan jilat pangkal payudaranya, kemudian aku gigit dengan bibirku sambil  menghisapnya. Dengan tak sabar segera aku buka baju seragam Laras, lalu  aku raih kait bra yang ada di punggung Laras untuk melepasnya. Laras  telanjang dada sekarang. Payudaranya bulat indah dengan puting yang  mengeras berwarna cokelat muda kemerahan. Kurendahkan tubuhku agar dapat  kukecup puting Laras. Laras memeluku sambil mendesis-desis.
  Dengan penuh kelembutan aku nikmati sepenuhnya payudara Laras. Dengan  cara menghisap, menjilat, dan mengulumnya. Lidahku menelusuri tiap  sentimeter payudaranya yang kenyal. Puting yang mengeras aku hisap dan  aku pilin dengan lidahku. Erangan demi erangan keluar dari mulut Laras.  Erangan yang menggairahkan naluri birahiku.
  "Ahhh.. sshhh… Ayaaahh… nikmaatt…terussss…. Aaahhh…" Laras mendesis-desis. 
  Tangan kanannya menekan kepalaku sementara tangan kirinya meremas dadaku  dan memilin putingku. Berganti-ganti payudara kanan dan kirinya aku  jilat, aku sedot dan aku gigit pelan-pelan. Setelah puas menghisap  payudara Laras, aku arahkan lidahku ke perut Laras. Lidahku menari  dengan penuh perasaan di permukaan perut Laras. Agar tak menghalangi  aksiku, segera kuraih kancing rok seragam Laras dan membukanya. Aku  tarik resletingnya ke bawah. Rok yang dipakai Laras pun melorot dan  lepas. Kini Laras hanya memakai celana dalam berwarna kulit senada  dengan branya. Lidahku berpindah menari di pusarnya. Perlahan lidahku  bergerak ke bawah. Di antara pusar dan karet celana dalamnya aku jilat  dan aku sedot dengan bibirku. 
  Kemudian sambil jongkok, kulihat celana dalam Laras basah di bagian  vaginanya. Segera aku gigit perlahan-lahan vagina Laras dari luar celana  dalamnya sambil kuletakkan kedua tanganku di pantatnya untuk  meremas-remas pantat yang masih kencang dan padat. 
  "Aahhh Ayaahh…" desah Laras sambil menekan kepalaku ke vaginanya. 
  Pinggulnya bergerak maju mundur perlahan. Sambil meremas pantatnya, aku  selipkan jariku ke dalam celana dalamnya. Aku usapkan jari-jariku di  belahan pantat Laras. Laras menggelinjang lagi sehingga vaginanya  menabrak mukaku dengan agak keras karena kepalaku juga ditarik ke arah  vaginanya. Segera aku pelorotkan celana dalam Laras ke bawah hingga  terlepas. Vagina Laras benar-benar menawan. Vaginanya tebal dan penuh  dengan selakang putih bersih di kanan kirinyanya. Bulu-bulu halus yang  tumbuh di sekitar vagina masih belum sempurna menambah daya tarik vagina  yang baru matang. Ada cairan yang merembes keluar. Rupanya Laras  benar-benar telah terangsang. Aku usap bibir vagina luarnya dengan  jempol kananku. Cairan vaginanya membuat jempolku dengan licin mengusap  vagina Laras. Permainaku aku lanjutkan ke klitoris Laras. Mula-mula aku  usap klitoris Laras dengan jempolku, kemudian sambil menekan  klitorisnya, jempolku bergerak memutar mengitari klitorisnya. Setelah  itu dengan jari dan jempol aku pijit klitoris Laras lalu aku urut dari  atas ke bawah. 
  "Ayahhh.. aku sayang Ayah…" Laras mengerang sambil menggelinjang. "Iya.. Ayah juga sayang Laras…"
  Kupuaskan mataku untuk melihat vagina gadis yang baru mekar ini sambil  terus memainkan jempol dan jariku di bibir vagina dan klitorisnya.  Dengan jari-jari dan jempol tangan kiriku, kusibak kedua bibir vagina  Laras. Tampak bagian dalam vagina laras berwarna merah muda yang terus  mengeluarkan cairan sedikit demi sedikit. Jempol kananku kupercepat  mengusap mengitari klitoris Laras. Tiba-tiba Laras menjambak rambutku  dan menariknya mendekatkan wajahku ke vaginanya. Segera aku hisap vagina  Laras. Lidahku perlahan menjilat-jilat vagina dan klitoris Laras  seperti kucing mandi. 
  "Ayah.. uh… nikmat…."
  Kujawab lenguhan Laras dengan memainkan lidahku di lubang vaginanya.  Lalu dengan cepat aku sedot klitoris Laras sambil memasukkan lidahku ke  dalam lubang vaginanya. Kugunakan lidahku untuk menusuk dan mengorek  lubang vaginanya. Laras menggerakkan pinggulnya mengikuti gerakan lidah  dan mulutku yang melumat vaginanya. Kusedot vaginanya sambil memutar  lidahku di klitoris Laras. Jambakan pada rambutku makin kencang.  Kepalaku dihentak-hentakkan ke arah vaginanya. Tak kubiarkan gadis yang  masih segar ini untuk berlama-lama tersiksa menanti orgasme. Kutusukkan  lidahku ke dalam vaginanya sambil kugetarkan dengan cepat. Lalu dan  tubuh Laras menggelinjang hebat, dia berdiri sambil meliuk-liuk seolah  pohon cemara yang tertiup puting beliung. Kemudian Tubuhnya mengejang  kemudian dia melolong keras dan panjang.
  "Ayyyaaahh…. Ah…uh…. Aku mau pipis…" teriak Laras sebagai cara menikmati orgasmenya. "Keluarkan saja sayang… supaya Laras merasakan kenikmatannya" kataku  memberi instruksi di sela jikatanku di klitorinya yang makin cepat. "Tapi Ayah…. Auw..aahhh…" Laras kembali teriak dan mengerang. "nikmat banget… Laras puas… puas Yah…"
  Dan… serrr…serrr cairan orgasme Laras mengalir dengan deras. Tubuhnya  membungkuk ke depan kemudian mendongak seperti akan terjatuh ke  belakang. Tubuh Laras makin mengejang. Kembali cairan orgasme Laras  mengucur. Tangan kananku berusaha menopang tubuh Laras yang bergerak  liar sambil kejang-kejang. Sedotanku di vaginanya makin intens, menyedot  habis cairan orgasmenya sambil menjilat-jilatinya. 
  Setelah beberapa saat, perlahan aku berdiri. Tanganku tetap menopang  tubuh Laras yang kini terkulai lemas dan lututnya menggigil akibat  orgasme yang dia alami. Laras memeluku sambil bergayut dengan terpejam  dan menggigit bibirnya bawahnya sendiri. Segera aku menenangkan Laras  dengan mencium kedua matanya, pipinya, hidungnya dan kemudian aku hisap  bibirnya. 
  "Ayah…." Laras memanggil sambil matanya tetap terpejam. "Ya sayang…?" "Ayah sayang Laras..?" "Tentu, Ayah sayang Laras" jawabku sambil terus menciumi wajahnya. 
  Laras mempererat dekapannya untuk menjaga keseimbangan agar tak jatuh.  Agar lebih mudah menopangnya, tubuh Laras aku balik sehingga dia  membungkuk membelakangi aku. Sambil tetap bertahan untuk berdiri, aku  peluk tubuhnya dari belakang. Aku kecup tengkuknya. Aku cium sekujur  punggungnya sementara tangan kananku menopang tubuh Laras sedangkan  tangan kiriku bermain-main kecil di vaginanya. Penisku yang masih  berdiri dengan gagah aku gesek-gesekkan di belahan pantatnya. Tapi  rupanya Laras sudah tak mampu berdiri lagi. Segera aku menggendong Laras  sambil mencium bibirnya yang menyunggingkan senyuman. Matanya sayu  menatapku mesra. Aku baringkan Laras pelan-pelan di tempat tidur tanpa  melepaskan hisapan bibirku di bibirnya. Kemudian aku berbaring miring di  samping Laras dengan posisi menghadap ke arahnya. 
  Sambil menatap gadis muda yang sedang mekar itu. Aku belai wajahnya.  Nafasnya sudah tidak tersengal lagi dan mulai teratur. Sementara itu  ketegangan penis mulai turun. Aku peluk Laras. Wajahnya aku benamkan di  dadaku. Komunikasi tanpa kata-kata ini membuat Laras tersenyum.  Tangannya menggapai meraih wajahku lalu menariknya ke arah wajahnya  kemudian Laras melumat bibirku. Aku mencoba pasif dengan membalas  sekedarnya. Laras menjilat dan menghisap seluruh permukaan wajahku.  Lidahnya lincah menari-nari membuat aku tak tahan bersikap pasif. Aku  pagut bibir Laras dan menghisapnya kuat-kuat. Laras bangkit menindihku.  Kubiarkan aksinya yang liar menjilat sekujur tubuhku. Tangannya meremas  penisku dan mengocoknya. Kemudian ujung penisku dijilat dan dikulum  sambil disedot. Mula-mula dengan halus dan pelan. Aku benar-benar  melayang dibuatnya. Rasa nikmat menjalar dari ujung penis sampai ke  sekujur sumsum tulangku.
  Penisku perlahan-lahan kembali tegang. Tak tahan dengan perlakuan Laras  atas penisku, aku bangkit dan kubalik tubuh Laras sehingga dia ada di  bawah kembali. Laras meronta dan protes.
  "Ayah kok gitu sih… Biarkan Laras di atas dong… Laras ingin Ayah menikmati aja permainan Laras" katanya sambil berontak. 
  Aku ingin sedikit menggoda Laras, oleh karena itu aku tak memberi  kesempatan kepada dia untuk berada di atas. Segera aku kulum puting  Laras dan mengisapnya sambil memutar-mutar lidahku. Kembali Laras  menggelinjang dan tak mampu berontak dan protes lagi. 
  "Ayah nakal..." kata Laras sambil melingkarkan tangannya di leherku. 
  Kepalaku ditekan ke bawah sampai-sampai kepalaku terbenam dalam lembah  di antara payudara Laras. Kemudian tangannya mengapai penisku yang sudah  sangat tegang. Kubiarkan Laras meremas dan mengocok penisku sambil  mengisap payudaranya. Aku ingin menikmati aksi tangannya terhadap  penisku. Sekali lagi cairan yang keluar dari ujung penis digunakan Laras  untuk mengelus kepala penisku dengan jempolnya. Sambil mengelus kepala  penisku Laras mengocok batang penisku. 
  Mula-mula Laras menggocok maju mundur dengan lembut, lama kelamaan  kocokannya diputar ke kiri dan ke kanan dengan cepat seperti orang  mengulek sambel. Akan tetapi karena posisi Laras di bawah, dia tidak  leluasa dan aku merasa kurang nikmat. Laras minta sekali lagi agar aku  yang berada di bawah. Aku jawab permintaan Laras dengan menjepit  tubuhnya dengan kakiku dan memeluknya erat-erat. Kemudian aku berguling  menjatuhkan diri ke samping kiri sambil mengangkat tubuhnya sehingga dia  ada di posisi atas. Rupanya Laras tidak siap ketika aku berguling. 
  "Auw… Hihihi…" Laras memekik lalu tertawa. "Ayah bener-bener nakal… Masa Laras dibikin kaget sih…" "Kan Laras tadi yang minta di atas…" sahutku sambil meremas payudaranya dan memelintir putingnya. 
  Laras menghentikan jawabanku dengan mengulum mulutku. Lidahnya  mencari-cari lidahku. Setelah bertemu lidahku dikait-kait dengan  lidahnya. Aku hanya memberi reaksi seperlunya. Aku biarkan Laras  bermain-main dengan mulut dan lidahku, Sementara vaginanya  digesek-gesekkan ke penisku. Penisku yang sejak tadi tegang dan keras  berkali-kali menyodok klitorisnya. Laras bergerak maju mundur sambil  mendesis-desis. Karena gesekan vagina dan klitoris Laras, penisku terasa  hangat dan basah oleh cairan yang keluar dari vagina Laras. 
  Ciuman Laras berhenti, bibir dan lidahnya menyusuri wajahku, mencium  telingaku dan leherku. Gerakan lidahnya lincah sekali berpindah  menyusuri kulit dadaku. Bibirnya mengecup dan menghisap-hisap putingku,  sambil terus menggesekkan vagina dan klitorisnya di penisku. Kini Laras  duduk sambil terus bergerak maju mundur sambil menekan penisku dengan  vagina dan klitorisnya. Gerakan Laras makin cepat. Dia nampak merasakan  nikmatnya gesekan vagina dan klitorisnya dengan penisku. Matanya  terpejam sementara bibirnya mendesis dan mengerang. Kubantu Laras  memenuhi kenikmatan yang diperolehnya dengan meremas-remas payudaranya  serta memutar-mutar putingnya.
  "Aahh.. Ayah… Nikmat sekali…" kata Laras sambil mempercepat gerakkannya. 
  Tubuhnya melengkung bungkuk ke depan, lengannya bertumpu pada dadaku.  Mukanya menunduk dengan mata terpejam. Bibir bawahnya digigit sendiri.  Sesekali Laras mendongak ke belakang, lalu membungkuk lagi. Kugunakan  tangan kananku untuk meremas payudara Laras dan memilin putingnya,  tangan kiriku meremas-remas pantat Laras. Sesekali aku oleskan jariku ke  bagian luar anusnya setelah aku basahi dengan ludahku, dan setiap  jariku mengoles anusnya, Laras memekik. Gerakan Laras makin cepat dan  liar. Rupanya dia segera akan mendapatkan orgasme lagi.
  "Ayah… ah…ah..uh.. Laras mau pipis lagi…" 
  Kembali tubuh laras mengejang beberapa saat, cairan vaginanya keluar  dengan deras kembali. Pantatnya menekan ke bawah menjepit penisku dengan  kedua bibir vaginanya. Klitorisnya terasa berdenyut-denyut kenyal.  Laras yang lemas tak berdaya menjatuhkan diri di dadaku kemudian  memeluku lalu dengan gemas diciumnya leher dan dadaku. Aku diamkan Laras  untuk beristirahat. Sambil membelai dan menciumi kening dan matanya.  Bagaimanapun juga dua kali orgasme tentu membuatnya lelah.  Perlahan-lahan Laras membuka matanya dan tersenyum.
  "Ayah… Ayah hebat…" kata Laras dibarengi senyum. "aku bisa keluar dua kali tanpa bersetubuh" 
  Sepertinya Laras merasakan penisku kini kembali tegang dan terasa  mengganjal tertindih tubuhnya, walau tadi sempat menurun kekerasannya  tapi belum sampai benar-benar lembek,. Aku peluk Laras sambil mengelus  punggungnya. Beberapa saat kemudian Laras mencium lagi leherku sambil  disedot dan dijilat. Penisku yang mengganjal vaginanya kembali  tergesek-gesek karena Laras mulai menggoyangkan pinggulnya. Gerakannya  mula-mula pelan dan tidak teratur, lama kelamaan gerakanya kurasakan  memutar ke kiri, kemudian ke kanan. Hal ini membuat penisku terasa  nikmat.
  "Ah… Laras…" aku mendesah. Aku tidak bisa melanjutkan perkataanku karena Laras segera mencium bibirku dan melumatnya.  "Ayah nggak boleh boleh nakal lagi… Ayah harus nurut sama Laras. Laras  nggak boleh dibalik di bawah lagi.." kata Laras sambil terus  menggoyangkan pinggulnya.
  Aku hanya menggangguk sambil mendesah menikmati gerakan dan gesekan  vagina Laras di penisku. Laras kembali duduk sambil terus menggesekkan  vaginanya di penisku. Kemudia, tanpa dikomando Laras mundur ke belakang  kemudian bersimpuh di antara kedua lututku dan meraih penisku, lalu  dikocoknya sambil kembali mengelus kepala penisku yang basah karena  cairan orgasmenya sendiri dengan jempolnya. Tiba-tiba Laras sudah  mengulum penisku. Lidahnya berusaha menari di dalam rongga mulutnya yang  penuh dengan penisku. Usaha Laras untuk memuaskanku dengan oral cukup  keras. Dia berusaha memasukkan semua penisku ke dalam mulutnya yang  tentu saja tak akan bisa. baru separo saja penisku sudah memenuhi rongga  mulutnya. Berkali-kali Laras hampir tersedak karena penisku menyodok  tenggorokannya dan masuk ke dalam kerongkongannya. Aku merasakan  kenikmatan yang luar biasa ketika penisku masuk dalam kerongkongannya.  Serasa dijepit dan dikocok benda lunak yang kenyal. 
  Walaupun aku merasakan kenikmatan yang luar biasa dengan cara Laras  meng-oral penisku aku merasa kasihan juga melihat dia berkali-kali  hampir tersedak, aku raih lengan Laras dan aku tarik tubuhnya. Laras  menggelengkan kepalanya sebagai tanda menolak dan ingin bertahan dengan  posisinya.
  "Aku juga pengen cium vagina Laras.." kataku, tapi Laras tetap bergeming, asyik dengan penisku. 
  Lama-kelamaan pertahananku hampir jebol. Kocokan mulut dan kerongkongan  Laras membuat penisku berdenyut-denyut. Segera aku duduk dan meraih  badan Laras.
  "Laras… Ayah udah ga kuat…" Kataku sambil meraih kedua lengan Laras.  Penisku yang terlepas dari mulutnya tampak keras dan ujungnya berwarna  kemerah-merahan. "Ayah belum ejakulasi. Aku mau…" protes Laras tak berlanjut karma aku aku lumat bibirnya. 
  Segera aku posisikan Laras di bawah lagi dan dengan lembut aku cium dan  aku hisap payudaranya. Kemudian aku tindih Laras sambil terus mengulum  dan memainkan putingnya. Laras mendesis, dan aku bergerak menyusuri  tubuhnya dengan lidahku. Saat sampai di vaginanya, dengan rakus aku  hisap cairan yang merembes keluar. Lidahku kembali memainkan klitorisnya  lalu memasuki liang vaginanya secara berganti-ganti. Laras menjerit  kecil. Kepalaku dijepit dengan kedua pahanya sambil ditekan dengan kedua  tangannya. Laras kembali terangsang hebat. Aku ingin memasukkan penisku  ke dalam vaginanya
  Aku segera bangkit dan kembali menindih tubuh Laras. Penisku yang sudah  sangat tegang berada di bibir vaginanya. Perlahan aku gesekkan kepala  penisku di klitorisnya. Laras mendesis sambil memejamkan mata. Dengan  perlahan gesekan penisku bergeser ke bawah dan ujungnya masuk ke dalam  vagina Laras. Laras menggigit bibirnya sambil meringis. Aku tarik  kembali penisku dan pelan-pelan kembali aku masukkan. Walaupun liang  vagina Laras sudah sangat basah, ternyata sulit juga penisku melakukan  penetrasi. Vagina Laras masih sempit, atau kemungkinan besar masih  perawan. Tusukan penisku kuhentikan. Laras membuka matanya dan  tersenyum.
  "Ayah… Pelan-pelan masukinnya ya…" kata Laras sambil mengelus dan meremas dadaku. 
  Aku jawab permintaan Laras dengan mendorong penisku sedikit lagi. Laras  menahan nafas sambil berjengit. Sekarang sudah seperempat bagian yang  masuk ke dalam vagina Laras. Aku cium dan aku kulum puting Laras. Laras  membuka matanya. Kembali aku lihat senyuman Laras.
  "Masukin lagi Yah… Tapi pelan-pelan ya…" "Ya sayang… Ayah akan pelan-pelan masukinnya. Sakit ya..?" tanyaku  sambil mendorong kembali penisku. Kini sudah separo yang masuk. "Enggak sakit…" kata Laras sambil menggelengkan kepalanya. "Laras ingin  Ayah masukin semuanya ke dalam… Auw…sshhh" Laras kembali memekik kecil  ketika penisku aku tarik keluar perlahan dan aku masukkan lagi. 
  Aku tahu Laras kesakitan ketika penisku maju memasuki vaginanya lebih  dalam lagi. Air matanya meleleh, tapi hebatnya, dia masih menyunggingkan  senyuman. Aku kocok penisku pelan-pelan yang baru masuk setengahnya.
  "Ayo... masukin lagi Yah… biar tuntas…" Laras kembali memintaku untuk memasukkan penisku lebih dalam. 
  Aku kasihan melihat dia meringis kesakitan ketika penisku keluar masuk,  walaupun baru setengah bagian. Aku luruskan tangan kananku agar bisa  menopang tubuhku dengan posisi setengah tegak. Dengan demikian satu  tanganku bisa leluasa mengelus vaginanya. Aku pijit-pijit dengan lembut  klitoris Laras, kemudian jempolku aku putar-putar di klitorisnya. Laras  melingkarkan kedua kakinya dipinggangku, dan tanpa aku duga, dia angkat  pinggulnya dengan keras dan cepat sambil menekan pantatku dengan kedua  telapak kakinya sehingga penisku masuk semuanya. 
  "Aaww…" Laras menjerit kesakitan sendiri akibat tindakannya itu. Wajahnya memerah menahan sakit. ""Laras… Sakit ya…?" kataku sambil mencium bibirnya untuk menenangkan.  "Ayah akan pelan-pelan supaya sakitnya hilang dan berganti dengan  nikmat."
  Laras berusaha tersenyum walapun masih terlihat ekspresi kesakitannya.  Aku diam sejenak agar vagina Laras menyesuaikan diri dengan penisku.  Kemudian perlahan aku angkat penisku sampai keluar tiga per empatnya,  lalu aku dorong masuk lagi. Laras masih menahan nyeri, terlihat dia  menggigit bibir sambil meringis. Air matanya merembes keluar lagi. Aku  tarik lagi penisku, lalu aku masukkan lagi berulang-ulang dengan pelan.  Laras membuka matanya menatapku. Kuberi Laras senyuman yang dia balas  dengan rangkulan mesra dan mencium bibirku. Gerakan penisku makin mantap  keluar masuk vaginanya walaupun dengan kecepatan tidak sampai maksimal.  Laras mulai menggoyangkan pinggulnya dan mendesah.
  "Ayah… terus…" "Nggak sakit kan sayang…" bisikku di telinga Laras sambil menjilatinya.
  Laras tersenyum menatapku, kemudian diraihnya kepalaku lalu bibirku  dilumat dan disedot. Lidahnya menari di dalam rongga mulutku. setelah  yakin Laras tidak kesakitan lagi, aku percepat gerakan penisku sedangkan  Laras juga makin mantap memutar pinggulnya. Kakinya tetap melingkar di  pinggangku, sementara telapak kakinya yang ada di atas pantatku  menghentak-hentakkan pinggulku hingga makin dalam tusukkan penisku di  vaginanya. Laras terlihat sangat menikmati persetubuhan ini.  Berkali-kali dia mendesah dan mengerang karena nikmat. Matanya kadang  menatapku sambil tersenyum lalu terpejam menikmati tusukkan penisku di  vaginanya. 
  Aku juga sangat menikmati goyangan pantat Laras. Vaginanya terasa sempit  dan licin, sehingga menambah rasa nikmat yang muncul di batang penisku.  Vagina Laras seperti mempunyai jari yang meremas penisku. Remasan  vagina Laras makin nikmat ketika dia memutar pinggulnya. Penisku serasa  disedot dan dipijit vagina Laras. Kaki Laras makin erat menjepit  pinggangku dari sisi kanan dan kiri, sementara telapak kakinya makin  kencang menghentakkan pantatku. 
  Kemudian aku mengambil posisi agak tegak dengan meluruskan tanganku yang  bertumpu di springbed. Kembali aku pompa vagina Laras sambil bertumpu  dengan jari kakiku seperti orang push up. Akibatnya, tusukkan penisku  makin mantap dan makin dalam. Laras berkali-kali menjerit dan mengerang  karena keluar masuknya penisku. Tangan Laras berusaha menggapai  kepalaku. setelah didapatkan, kepalaku ditarik. Aku menjatuhkan diri  perlahan sambil bibirku mengulum putingnya, lalu Laras memelukku dengan  erat sambil meraih kepalaku kemudian menciumi wajahku. Bibirnya dengan  ganas dan liar melumat dan menyedot bibirku, sementara goyangan pinggul  Laras dan hentakan penisku di vaginanya makin cepat, bibir Laras dengan  cepat mengulum telingaku hingga aku menggelinjang nikmat. Lidahnya  menyusup di dalam daun telingaku dan mengkorek-korek lubang telingaku.  Kurasakan vagina Laras sudah sangat basah dan semakin licin sehingga  penisku makin mudah keluar masuk di dalamnya. 
  Kurasakan kaitan kaki Laras makin erat, hentakan telapak kakinya  dipantatku makin keras, tetapi tidak langsung dilepas seperti tadi,  melainkan waktu penisku menghujam di vaginanya, Laras menekan pinggulku  akan lama dan tentu saja penis agak lama juga berdiam diri di dalam  vagina Laras. Yang kurasakan saat penisku berdiam di dalam vagina Laras  beberpa detik, terasa vaginanya makin hangat dan makin basah, hingga  sampai suatu saat Laras memekik sambil mengangkat pantatnya  tinggi-tinggi. Penisku amblas seluruhnya di dalam vagina Laras. Apalagi  ditambah tekanan telapak kaki Laras di pinggulku juga makin kencang.  Pelukan Laras makin erat. Tiba-tiba kuku tangan kanannya yang tajam  mencengkeram pundak kiriku sementara tangan kirinya mengkait erat  leherku.
  "Ayah… Sshh… Nikmat sekali Ayah… Laras pipis lagi…" teriak Laras di sela-sela orgasme yang ketiga. 
  Aku percepat kocokan penisku untuk menyempurnakan orgasme Laras. Mulutku  mencari-cari putingnya lalu menghisapnya dengan kuat. Laras melenguh  panjang lalu diam lemas tak bergerak.
  "Kita istirahat dulu ya, Sayang… Laras capek kan..?" kataku sambil  menciumi wajahnya lalu berhenti dengan membiarkan penisku tetap di dalam  vagina Laras.  "Nggak mau…" Laras merengek manja. 
  Di tengah kelelahannya, tangan Laras kembali memelukku dengan kencang.  Bibir dan lidahnya menyusuri muka dan leherku, sedangkankan kedua  kakinya kembali melingkar pinggangku dengan erat. Rupanya Laras tak  ingin aku berhenti mempompakan penisku di vaginanya. Kembali aku ayunkan  pantatku untuk memompa vagina Laras.
  "Ayah belum apa-apa, kan?" katanya lagi. 
  Penisku yang belum tercabut dari vaginanya digoyang dan dikocok vagina  Laras. Gerakan pinggul Laras tak seganas tadi, lebih lebih lembut dan  pelan tapi terasa sangat nikmat. Dengan semangat dan bergairah aku  pompakan penisku ke dalam vaginanya, dan kembali Laras mengerang sambil  meremas rambutku. Berkali-kali bibirnya mencari bibirku kemudian melumat  dan menyedot. Lidahnya mengait lidahku. Kami saling hisap dan saling  menggoyangkan pinggul.  Kembali aku mengambil posisi agak tegak dengan meluruskan kedua  lenganku. Lalu aku raih kaki Laras satu per satu dan aku angkat ke depan  dadaku lalu kurapatkan kedua kakinya kemudian aku tekuk lututnya.  Dengan posisi ini, vagina Laras menyempit dan terasa lebih menjepit  penisku. demikian pula gesekan penisku di vagina Laras lebih terasa.  Laras berkali-kali mengerang dan menjerit.
  "Ayah… Laras nikmat sekali… Sshh… Aahhh…" kata Laras di sela desahannya. "Ayah nikmat nggak…?" "Iyaahh… nikmat sekali sayang…" sahutku.
  Aku memompa vagina Laras dengan cara cepat dan pelan berganti-ganti.  Kadang aku mengujamkan dengan keras penisku, kadang aku tarik dengan  cepat tapi tidak sampai lepas kemudian aku hujamkan lagi dengan cepat  dan keras. Erangan, teriakan dan desahan Laras makin sering dan makin  keras terdengar. Hal ini membuat aku makin bergairan menusuk-nusukkan  penisku. Apalagi kemudian badan Laras meliuk-liuk ke kakan dank e kiri  seperti ular yang mengejar mangsanya. Aku percepat gerakan pinggulku  memompa Laras lalu aku pelankan lagi.
  "Ssshhh… Ayah nakal…ahhh…" "Laras suka…?" "Suka… Nikmat sekali Yah…" sahut Laras. "Aahhh… Ayah juga suka..? Aahhh… Ayah juga nikmat?" tanya Laras kemudian "iyaaahhh… Ayah suka… ssshhh… Nikmat sekali sayang…"
  Aku mencari klitorisnya dengan jari tangan kananku sementara tangan  kiriku menahan kedua kakinya agar tetap tertekuk dan rapat di depan  dadaku. Kemudian, aku elus klitoris Laras sambil terus mengocok penisku.  Reaksi Laras sungguh luar biasa ketika jari dan jempolku mengelus dan  memijit klitoris Laras yang tegang dan licin terkena cairan yang  terus-menerus merembes keluar dari vaginanya. Erangannya makin keras.  Pinggulnya bergoyang makin hebat. Tiba-tiba dengan kuat kedua tangannya  mencengkeram tanganku yang mengesek-gesek klitorisnya sampai kuku-kuku  tangannya menghujam ke dalam kulit lenganku. Rasa sakit dan perih akibat  luka terkena tusukan kuku Laras lak kuhiraukan. Jari dan jempolku  teruis mengelus dan meijit klitoris Laras dengan cepat.
  Tubuh Laras meliuk-liuk tak karuan, kadang ke kanan dan ke kiri, lalu  melengkung ke belakang, lalu membungkuk ke depan, lalu ke belakang lagi,  ke depan lagi dan seterusnya. Akhirnya terdengar jeritan Laras yang  sangat keras disertai gerakan tubuhnya yang mengejang dengan kuat sambil  melengkung ke belakang. Kepalanya mendongkak, pinggulnya bergetar hebat  sampai aku dapat merasakan penisku seperti dipijat dan digetarkan, lalu  vagina Laras terasa sangat basah dan hangat. Selanjutnya aku melepas  kedua kaki Laras yang tertekuk dan rapat di depan dadaku. Kaki Laras  kembali membelit pinggangku. Selanjutnya aku peluk Laras sambil  menggeser tubuhku sehingga pangkal penisku berada di bagian atas  vaginanya. 
  Ini aku maksudkan agar pangkal penisku berada di bagian atas vaginanya  sehingga klitoris Laras makin merasakan tekanan penisku. Genjotanku  makin aku perkuat dan percepat. Jeritan Laras makin menjadi, gerakannya  makin liar, sementara vaginanya makin kuat mencengkeram dan menggetarkan  penisku. Vaginanya seolah memijat dan menghisap penisku. Penisku serasa  diremas kemudian dipilin dengan benda yang sangat kenyal, licin dan  hangat. Akibatnya penisku pun berdenyut-denyut. Rasa nikmat yang luar  biasa mulai aku rasakan di ujung penisku, lalu perlahan menjalar menuju  pangkalnya. Rasa nikmat itu kembali mengalir dari pangkal penisku dan  dengan cepat menuju ujungnya. 
  "Laras… sshhhh… Ayah mau keluarrrr…" Kataku mengeksperesikan kenikmatan yang aku rasakan. 
  Laras menjawab dengan mengaitkan kakinya kembali ke pinggangku kemudian  menariknya sehingga penisku menghujam makin dalam. Aku tekan vagina  Laras dengan penisku dalam-dalam kemudian aku peluk Laras sambil kucari  bibirnya lalu melumat dan menghisapnya kuat-kuat saat spermaku muncrat  di dalam vagina. Laras memekik kecil karena **an spermaku mengenai  dinding liang vaginanya.
  "Oh… Ayah… nikmat sekali…" "Iya sayang… nikmat sekali…."
  Kemudian kami terkulai dengan posisi aku menindih tubuh Laras. Laras  masih berusaha menciumi wajahku dan menghisap bibirku. Kubuka mataku dan  menatap mata Laras. Kami tersenyum puas lalu kembali Laras mencium  bibirku. 
  "Ayah cabut ya…?" kataku "Jangan dulu… Laras masih ingin penis Ayah ada di dalam" jawab Laras.  Maka aku biarkan sejenak penisku sampai mengendur dan mengecil di dalam  vagina Laras. Beberapa saat kemudian aku berguling ke samping kiri  Laras.  "Ayah puas…?" Tanya Laras samil memelukku.  "Puas sekali, Sayang…" jawabku. 
  Aku balas pekukan Laras dengan meletakkan tangan kiriku sebagai bantal  kepala Laras sedangkan tanganku membelai wajahnya. Laras menelusupkan  wajahnya di dadaku. 
  "Laras puas nggak..?" Tanyaku balik. 
  Laras tidak menjawab. Dia hanya tersenyum sambil memejamkan mata  kemudian menggigit putingku. Kami beristirahat sambil tiduran  berpelukan. Perlahan kesadaran nalarku pulih. Aku menengok jam weker  didital yang ada di atas nakas. Jam 14.36. Berarti sudah hampir sore.  Aku lirik Laras yang meringkuk dalam pelukanku, ternyata dia sudah  tidur. Perlahan aku angkat kepala Laras dan aku meletakkan batal di bawah  kepalanya, lalu aku bangun menuju kamar mandi. Tiba-tiba aku melihat  pintu kamarku sedikit terbuka dan ada seorang di balik pintu. Sepertinya  seorang perempuan. Orang itu dengan cepat menghilang dari pintu. Aku  kejar orang itu sambil menyarungkan handuk di pinggangku. Sampai di  pintu aku tidak melihat siapa-siapa. Yang jelas bukan isteriku, tubuh  orang itu lebih pendek dari isteriku. 
  Ah… Siapa dia? Pembantuku kah? Di rumah ini hanya ada aku dua orang  pembantu, seorang tukang kebun, seorang sopir, dua orang satpam dan  Laras. Selain Laras, wanita di rumah ini hanya Ayu yang bertugas memasak  dan Wiwid yang bertugas membersihkan rumah. Siapa dia? Ayu atau Wiwid?  Aku tidak mungkin mengejar wanita itu lebih jauh. Aku segera menutup  pintu dan menguncinya. Aku kembali ke tempat tidur. 
  Aku berbaring di samping Laras kembali. Aku tatap Laras yang tidur  dengan nyenyak. Aku mencoba mengingat peristiwa yang aku alami dari pagi  sampai sore ini. Apa yang baru saja aku lakukan? Menyetubuhi Laras,  anak asuhku yang paling aku banggakan? Kenapa Laras mau dengan mudah  menyerahkan kegadisannya? Mengapa Laras sangat ahli memanjakan nafsuku?  Darimana dia belajar hubungan sex? Apa..? Kenapa..? Bagaimana…? Berbagai  pertanyaan muncul di kepalaku dan tak satupun dapat aku jawab. 
  Berbagai pertanyaan yang berkecamuk membuat aku ingat isteriku. Marahkah  dia jika tahu? Ah, tentu saja isteriku akan marah jika tahu aku sudah  menyetubuhi Laras. Haruskah aku menyesal…? Menyesal setelah menikmati  tubuh perawan yang baru tumbuh? Perawan yang mempercayakan hidupnya  kepadaku karena aku sudah mengangkat dia sebagai anak asuhku… Sungguh  pengecutnya aku kalau sampai hal itu terjadi. Aku tak akan menyesali  persetubuhan ini.
  "Baiklah Laras… aku akan bertanggung jawab atas perbuatanku..."
 
 
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Nirmala, the lovely virgin               Apr 26th 2013, 13:46                                                "Mamah,,mamah,,!!", teriak Nirmala histeris. "Papah,,papah,,!!!", air mata Nirmala terus menerus mengalir keluar dari  matanya seperti sungai yang airnya tak habis-habis. Hujan mengguyur  tubuh mungilnya, hati Nirmala sangat terpukul dengan apa yang baru saja  menimpanya. Nirmala mengais-ngais tanah sehingga kedua tangannya sangat  kotor dan berlumuran tanah yang basah alias lumpur sambil terus  menangisi kedua orang tuanya. Nirmala baru saja selamat dari longsor  yang menimbun rumahnya. Dia beruntung bisa selamat dari longsor itu,  tapi Nirmala malah mau ikut tertimbun tanah bersama kedua orang tuanya  karena Nirmala tidak mempunyai sanak saudara selain kedua orang tuanya. "Nirmala,,sudah,,jangan bersedih,,", kata seorang ibu sambil memeluk Nirmala dari belakang. "papa dan mama masih hidup !!", teriak Nirmala bersikeras. Ibu itu pun  melepaskan pelukannya untuk membiarkan Nirmala melampiaskan kesedihannya  sepuas-puasnya. Akhirnya, Nirmala pun menyerah, tangisannya lama  kelamaan mulai melemah karena Nirmala sudah lelah dan tak sadar Nirmala  tertidur di atas timbunan tanah. Ketika Nirmala terbangun, dia menyadari kalau dia sudah berada dalam satu ruangan. "tenang,,nak Nirmala,,kamu sekarang ada di rumah ibu,,", kata ibu yang tadi memeluk Nirmala. "te,,terima,,kasihh,,bu,,", kata Nirmala masih gugup. Ibu yang membawa  Nirmala adalah istri dari ketua RT di desa Nirmala, dia bernama Bu Erna.  Bu Erna merasa sangat iba melihat Nirmala yang sangat murung dan sedih  karena Nirmala kehilangan bapak dan ibunya sekaligus. Bu Erna dan  suaminya, Pak Joko, memutuskan untuk mengangkat Nirmala sebagai anak  mereka. Nirmala pun tidak menolak karena dia tidak mempunyai sanak  saudara lain di kampungnya. Bu Erna & Pak Joko membesarkan, merawat,  dan memelihara Nirmala dengan penuh kasih sayang dan menganggap Nirmala  benar-benar sebagai anak mereka. Untung ada Bu Erna & Pak Joko,  kalau tidak, mungkin Nirmala sudah putus asa dan bunuh diri. Nirmala  bisa melupakan kesedihannya meski kenangan akan kedua orang tuanya masih  ada. Nirmala pun tumbuh menjadi gadis cantik, berkulit putih mulus tanpa ada  goresan satu senti pun. Bu Erna & Pak Joko senang melihat Nirmala  tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik luar dalam karena selain  Nirmala cantik, dia terkenal lemah lembut & baik kepada semua orang  sehingga tak heran para laki-laki di kampungnya banyak yang mati-matian  mengejar-ngejar Nirmala. "Mala,,mau kemana?", tanya Herman, salah satu pria yang naksir berat dengan Nirmala. "mau ke pasar Bang Herman,,emang kenapa Bang?". "mau abang temenin gak?". "ah,,gak usah bang,,ntar ngerepotin,,". "nggak kok,,mau ya?". "nggak usah bang,,bener deh,,". "abang pengen nemenin,,boleh ya?". "terserah bang Herman aja deh,,". Begitulah sifat Nirmala, dia merasa  tidak enak kalau seseorang memaksa kepadanya. Oleh karena sifatnya itu,  banyak laki-laki yang merasa diberi harapan untuk pdkt oleh Nirmala,  padahal Nirmala sama sekali tidak bermaksud demikian. Bukan hanya para  pemuda yang suka kepada Nirmala, tapi para bapak-bapak yang sudah  mempunyai anak & istri juga tidak bisa menahan nafsu jika melihat  Nirmala yang cantik jelita. "Nirmala,,mau gak jadi pacar abang?". "ah,,bang Herman suka becanda,,". "gak,,abang gak becanda,,mau ya?". "mm,,gimana ya?". "kamu gak mau ya?". "kalo jawabnya nggak sekarang,,boleh nggak bang?". "yaudah,,tapi jangan lama-lama ya,,soalnya abang pengen banget jadi pacar kamu,,". "saya usahain ya bang,,saya masuk ke rumah dulu ya bang,,", kata Nirmala karena dia sudah berada di depan rumahnya. "kalo gitu,,abang pulang ya,,inget,,mikirnya jangan lama-lama,,daah,,".  Nirmala hanya melambaikan tangannya dan tersenyum. Begitu Nirmala  membalikkan badannya, wajah manis dihiasi senyuman Nirmala langsung  berubah menjadi wajah penuh rasa bingung dan bt karena Herman menjadi  cowok ke-13 di daftar waiting list untuk menjadi pacarnya. "Mala pulang,,", kata Nirmala setelah mengetuk pintu rumahnya sendiri. "eh,,kamu udah pulang,,", sapa Pak Joko. "ibu mana pak?". "tuh,,udah nungguin kamu di dapur,,". "yaudah,,Mala ke dapur dulu ya Pak,,". "yaudah,,masak yang enak,,". "ya pak,,". Nirmala menuju ke dapur. "Bu,,nih,,dagingnya,,jadi kan bikin gulai dagingnya?". "jadi,,kok kamu ngebet banget pengen gulai daging?". "ya masa Ibu gak tau,,kan Mala suka banget ama gulai daging,,". "tau lah,,bapak kamu juga suka ama gulai daging,,". "yaudah,,mulai masak yuk Bu,,udah laper nih,,". Nirmala mulai memasak  gulai daging bersama Bu Erna. Aroma wangi gulai daging yang menggugah  selera memenuhi semua ruangan di dalam rumah Nirmala, Pak Joko langsung  menghampiri dapur. "hemm,,masak gulai daging ya,,", kata Pak Joko sambil mengendus-endus aroma gulai daging yang menggugah selera. "iya,,hush,,sana,,belum selesai,,", kata Bu Erna sambil mengusir Pak  Joko keluar dari dapur sementara Nirmala asik memasak gulai daging. "masaknya jangan lama-lama ya,,", kata Pak Joko. "iya Pak,,", jawab Nirmala. Nirmala selesai memasak gulai daging, dia  langsung menghidangkannya di meja makan. Bu Erna, Pak Joko, dan Nirmala  makan bersama dengan hati yang senang. Meskipun keluarganya yang sekarang sangat harmonis dan damai, tapi jauh  di lubuk hati Nirmala, kenangan ibu & ayah kandungnya tidak akan dan  tidak bisa hilang. Selesai makan, Nirmala mencuci piring sedangkan Pak  Joko & Bu Erna keluar rumah karena ada urusan. Tiba-tiba, Herman  datang bertamu ke rumah Nirmala. "eh,,bang Herman,,ada apa bang?". "mau maen ke rumah kamu aja,,sekalian mau tau jawaban kamu?". "mm,,saya nyediain minum dulu deh,,". Nirmala pergi ke dapur dan kembali ke ruang tamu dengan membawa minuman. "nih minumannya bang,,". "makasih ya La,,jadi gimana jawabannya?". "aduh,,gimana ya?", Nirmala kebingungan mau jawab apa. Wajah Herman yang  bernilai 4 dari skala 1-10 membuat Nirmala malas menjawab 'Ya', tapi  Nirmala juga memikirkan jawaban 'Tidak' karena Nirmala takut Herman  menjadi kesal dan berbuat kasar kepadanya. "jadi,,gimana?", tanya Herman sambil terus mendekat ke Nirmala. "mm,,", Nirmala terus bergeser tempat duduk untuk menjaga jarak dengan Herman hingga akhirnya Nirmala terpojok. "mau ya jadi pacar abang?", kata Herman sambil berusaha mengelus-elus paha kiri Nirmala yang masih tertutup rok panjang. "bang,,jangan,,", kata Nirmala sambil berusaha menepis tangan Herman  yang ngelaba di pahanya. Herman tidak tahan lagi melihat kecantikan  Nirmala, apalagi kulit Nirmala yang begitu putih dan sangat mulus. Nafsu  Herman mulai tak terkendali karena kuping Herman dipenuhi bisikan  setan. "ude,,embat aje,,kalo gak jadi pacar,,yang penting lo ude nyobain memeknye die,,", bisik setan di telinga kiri Herman. "jangan Herman,,kalau kamu baik kepadanya,,mungkin dia mau jadi pacar  kamu,,dan bahkan mungkin dia mau jadi istri kamu,,", bisik malaikat di  telinga kanan Herman. "tu liat,,masa lo gak mau ngentot ama cewek secantik die,,mana bodynya  montok,,kulitnya mulus banget,,ayo Man,,langsung embat,,kapan  lagi,,kesempatan gak dateng 2 kali apalagi 3 kali,,". Tentu saja,  bisikan setan yang menang karena Herman ingin sekali merasakan  kehangatan tubuh Nirmala sejak pertama kali dia mengenal Nirmala. Herman mencengkram kedua tangan Nirmala lalu memeganginya sehingga Nirmala tidak bisa menggerakkan kedua tangannya. "bang,,jangan,,jangann,,tol,,mmffhh,,", teriak Nirmala tertahan karena  Herman membungkam mulutnya. Nirmala terus meronta-ronta berusaha lepas  dari Herman, tapi perlawanan lemah Nirmala sama sekali tidak berpengaruh  karena tenaga Herman sudah bertambah 100% dari nafsu setannya. Nirmala  menggelengkan kepalanya ke kanan & kiri untuk melepaskan tangan  Herman dari mulutnya agar dia bisa berteriak, tapi percuma, Herman  memencet pipi Nirmala hingga kata-kata yang keluar dari mulut Nirmala  menjadi tidak jelas. Herman mendekatkan wajahnya ke wajah Nirmala dengan  api birahi yang sudah berkobar-kobar di mata Herman karena Herman sudah  tidak sabar ingin segera melumat habis-habisan bibir Nirmala yang merah  merekah dan pastinya sangat lembut karena bibir Nirmala belum pernah  diinvasi oleh lelaki manapun. Sedikit air mata mengalir dari mata Nirmala karena dia tidak pernah  berpikir akan melakukan 'first kiss'nya bersama Herman yang akan  memerkosanya. Ketika bibir Herman hanya berjarak 5 cm dari bibir Nirmala  dan sebentar lagi bibir mereka berdua akan menempel, tiba-tiba pintu  rumah terbuka. "Herman !! sedang apa kamu?!!". Herman menengok ke arah pintu dan  langsung melepaskan Nirmala yang tidak berdaya. Herman langsung lari  pontang-panting menerobos orang yang ada di pintu masuk karena orang itu  adalah Pak Joko. Bu Erna langsung masuk ke dalam dan duduk di sebelah  Nirmala. Nirmala langsung menangis di pundak Bu Erna, Bu Erna pun  memeluk Nirmala untuk menenangkannya. "udah,,udah,,kamu gak apa-apa kan?". Nirmala hanya mengangguk pelan. "sialan tuh si Herman,,mau merkosa anak angkat gue,,", ujar Pak Joko yang sangat kesal kepada Herman. "udah,,Mala,,kita ke kamar aja yuk,,", ajak Bu Erna. "iya Mala,,kamu istirahat aja di kamar sama ibu,,biar si Herman sialan itu bapak yang urus,,". Nirmala & Bu Erna pun masuk ke dalam kamar Nirmala sementara Pak  Joko keluar dengan perasaan yang sangat marah. Pak Joko menuju ke rumah  Herman. "eh Herman,,keluar lo !!", teriak Pak Joko sambil mengusung goloknya  yang sangat besar itu. Tentu saja, Herman tidak berani keluar karena  melihat Pak Joko membawa golok. Mendengar Pak Joko yang  berteriak-teriak, para warga yang ada di dekat rumah Herman pun langsung  berhamburan keluar dari rumah mereka masing-masing. "ada apa pak?", tanya seorang warga. "ini,,si Herman mau merkosa Nirmala di rumah saya sendiri,,". Warga pun  langsung percaya pada perkataan Pak Joko karena dalam sehari-hari Pak  Joko selalu baik dan berkata jujur kepada semua warga. Warga mendobrak  pintu rumah Herman secara paksa lalu mereka mencari-cari Herman di  setiap ruangan. Akhirnya, mereka menemukan Herman sedang ngumpet di  kolong tempat tidurnya. Para warga menggiring Herman keluar dari  rumahnya dan menghadap ke Pak Joko yang sudah tenang dan tidak terlalu  marah lagi karena warga yang lain berhasil membuat Pak Joko menjadi  tenang. "Herman,,kenapa lo berani mau merkosa Nirmala?". "ampun Pak,,saya gak bakal ngulangin lagi,,", kata Herman sampai  berlutut di hadapan Pak Joko sambil meneteskan air mata, entah itu air  mata penyesalan atau hanya air mata buaya. "udah pak,,gibas aje,,", teriak warga bersahut-sahutan. "saya gak bisa bunuh orang,,jadi saya bakal kasih kamu hukuman biar kapok,,". "potong aje anunya pak,,", celetuk seorang warga. "jangan pak,,ampun pak,,", pinta Herman memelas. "hukuman yang pantas buat tukang perkosa seperti kamu,,diarak keliling kampung dengan telanjang,,". "ampun pak,,jangan pak,,pak". "sekarang buka baju kamu !!". Tentu saja, Herman tidak mau melepas  bajunya sehingga para warga pun ikut campur. Ibu-ibu yang membawa  anaknya langsung membawa anaknya pulang. Sementara para warga yang lain  tertawa terbahak-bahak melihat Herman yang sudah telanjang karena  ternyata penis Herman tidak normal karena hanya 1 cm saja. "modal ****** segini aje mau merkosa kembang desa lo,,", seorang warga mengolok-ngolok Herman. "tau,,Nirmala juga bakal ketawa ngeliat ****** lo,,", tambah seorang  warga yang lain. Setelah itu, Herman pun di arak keliling desa tanpa  ditutupi sehelai benang pun. Setiap orang yang melihatnya pasti  menertawai Herman. Dalam hatinya, Herman benar-benar kapok dan tidak  akan mengulanginya lagi karena rasa malunya tak bisa dia bendung lagi.  Hari-hari sudah berlalu sejak kejadian itu, Nirmala sudah kembali ceria  sementara Herman menjadi bahan olok-olokkan di kampung. Herman sampai  tidak berani memandang mata Nirmala setiap berpapasan dengan Nirmala  karena Herman malu kepada Nirmala. Dan bagi Nirmala, Herman hanyalah  laki-laki rendahan dan kurang ajar yang harusnya tidak ada di dunia ini.  Nirmala kembali ke kehidupan normalnya, menjadi gadis cantik yang baik  hati. Para lelaki yang tadinya punya niat untuk memperkosa Nirmala  menjadi berpikir ulang puluhan kali karena mereka tidak ingin diarak  keliling kampung tanpa pakaian seperti Herman. Nirmala tidak tau sama sekali kalau orang yang disayanginya menderita  penyakit yang sangat gawat. Bu Erna ternyata menderita tumor di  kepalanya dan sudah stadium 3. Nirmala jadi jarang keluar karena dia  merawat Bu Erna yang hidupnya tidak lama lagi. Akhirnya, hidup Bu Erna  pun berakhir sudah. Nirmala & Pak Joko pun sangat sedih ditinggal Bu  Erna karena Bu Erna merupakan ibu & istri yang baik. Sebulan sudah  berlalu sejak Bu Erna meninggal, Nirmala & Pak Joko hidup berdua  saja di rumah itu dengan tenang dan damai. "eh,,Nirmala,,ngapain kamu ke sini?", tanya Pak Edi. "ini om,,disuruh bapak nganter ini,,", kata Nirmala sambil menyerahkan bungkusan. "oh,,iya,,makasih ya Nirmala,,". "iya om,,gak apa-apa,,". Nirmala sudah menganggap Pak Edi sebagai omnya  dan sebaliknya, Pak Edi pun menganggap Nirmala sebagai keponakannya  sendiri jadi, meskipun Nirmala sering datang dan mengobrol dengannya,  Pak Edi sama sekali tidak ada pikiran kotor terhadap Nirmala walaupun  Nirmala bukan keluarganya. "yaudah,,om,,Mala pulang dulu ya,,". "oh ya,,ati-ati di jalan,,". Nirmala berjalan pulang ke rumahnya dan  saat di tengah perjalanan, tiba-tiba ada cowok yang mendekat ke arahnya. "Mala,,". "mm,,bang Dani,,", kata Nirmala sambil tersenyum manis. "mau kemana?". "mau pulang bang,,". "boleh saya anterin pulang?", tanya Dani. "mm,,boleh,,", jawab Nirmala sambil tersipu malu. Nirmala & Dani  sama-sama saling menyukai, terlihat sekali dari cara mereka berdua  mengobrol, sama-sama salah tingkah & tersipu malu. Nirmala menyukai  Dani selain wajahnya lumayan, Dani juga sangat baik hati. "bang,,udah sampe,,Mala masuk ke dalam rumah ya,,". "makasih banget ya Mala,,udah ngebolehin saya nganterin kamu,,". "iya,,sama-sama bang Dani,,makasih udah nganterin Mala pulang,,ati-ati ya bang pulangnya,,". "iya,,daah,,". "Mala pulang,,". "bungkusannya udah dianterin ke Pak Edi?". "udah,,Pak,,". "tadi kamu dianterin ama Dani ya?". "iya Pak,,", jawab Nirmala dengan malu-malu. "lagi kasmaran ni kayaknya,,". "ah,,bapak mah ngeledek Mala terus,,gak Mala masakkin nih,,". "eh jangan,,bapak kan cuma becanda,,". "iya,,tenang aja,,Mala bakal masakkin bapak kok,,". "nah gitu baru anak yang berbakti,,". Begitulah kehiupan Nirmala dengan  Pak Joko, tenang dan damai hingga tak terasa setahun sudah berlalu sejak  Bu Erna meninggal. Pak Joko mulai merasa kesepian, mau menikah lagi,  tapi Pak Joko sudah malas mencari calon yang cocok jadi, Pak Joko  memutuskan untuk sendiri saja. Sudah terlalu lama Pak Joko sendiri, lama  kelamaan Pak Joko melihat Nirmala dengan cara pandang yang sama sekali  berbeda daripada sebelumnya. Bayangkan, seorang bapak yang kesepian dan  nafsu yang sudah 1 tahun tidak tersalurkan melihat seorang gadis cantik  yang berkeliaran di dekatnya setiap hari. "pak,,udah nih makannya?", tanya Nirmala. "oh,,udah,,tolong bawa kebelakang,,". "ya pak,,". Nirmala membungkukkan badannya untuk mengambil piring bekas  makan Pak Joko yang ada di meja pendek. Pak Joko bisa melihat payudara  Nirmala yang masih tertahan bh karena Pak Joko duduk di sofa yang ada di  depan meja. Kaos Nirmala longgar sehingga tentu saja, Pak Joko pun mendapat  pemandangan yang begitu menggiurkan karena payudara Nirmala terlihat  begitu putih, mulus, menggoda, dan sangat indah. Nirmala pergi ke dapur  sambil membawa piring kotor bekas Pak Joko makan. Setan pun makin mudah  membisikkan kata-kata ajaibnya karena Pak Joko memandangi pantat  Nirmala. Nirmala mulai mencuci piring sambil bernyanyi. "Terlalu sadis caramu,,menjadikan diriku,,pelampiasan cintamu,,agar dia  kembali padamu,,tanpa peduli sakitnya aku,,". Ketika sedang asik-asiknya  mencuci piring sambil menyanyi lagu kesukaannya, tiba-tiba Pak Joko  menyergapnya dari belakang dan memeluknya dengan erat. "aduh,,pak,,ngapain sih?", tanya Nirmala tanpa curiga sedikit pun. Pak  Joko tidak menjawab pertanyaan Nirmala. Pak Joko langsung memegangi  kedua tangan Nirmala sambil menciumi tengkuk leher Nirmala. "jaangan,,Pak,,sa,,saya,,anak bapak,,". Merasa Nirmala bukan anak  kandungnya, Pak Joko tidak merasa salah dan terus menciumi tengkuk leher  Nirmala. "tolongg,,jaangaan,,Paakk!!", pinta Nirmala dengan air mata yang mulai  keluar dari sela mata kanan & mata kirinya. Pak Joko tidak khawatir  dengan teriakan dan rintihan Nirmala karena rumahnya lumayan jauh dari  rumah-rumah warga yang lain sehingga Pak Joko bisa memfokuskan dirinya  untuk membuat Nirmala terangsang sedikit demi sedikit. Nirmala  meronta-ronta untuk melepaskan dirinya dari pelukan Pak Joko, tapi  percuma, Pak Joko tidak bakal membiarkan gadis secantik Nirmala lepas  dari pelukannya. Pak Joko pun semakin semangat menciumi leher Nirmala  karena aroma wangi yang keluar dari tubuh Nirmala meskipun Nirmala sama  sekali tidak memakai parfum. Tangan Pak Joko pun sudah berada di dalam  kaos Nirmala. Pak Joko meremas-remas kedua buah payudara Nirmala yang  masih tertutup bh dengan lembut. "jangaan,,jaaa,,nngannhh,,Pakhh,,", lama kelamaan suara Nirmala menjadi pelan. "jaang,,,mmhhm,,", tanpa sadar Nirmala mendesah yang berarti dia menikmati remasan demi remasan dari Pak Joko. Pak Joko menyingkapkan bh Nirmala ke atas sehingga kulit telapak tangan  Pak Joko dan kulit permukaan kedua buah payudara Nirmala saling bertemu.  Dengan gemasnya, Pak Joko memilin, memelintir, dan menarik-narik kedua  puting Nirmala. "jaammhhh,,", Nirmala tidak bisa bohong terhadap tubuhnya lagi karena  Pak Joko memang lihai menggunakan tangannya untuk memainkan payudara  Nirmala. Nirmala tidak percaya, orang yang dulu telah menyelamatkannya  dari Herman, sekarang malah sedang asik memainkan dan meremasi gunung  kembarnya. Dengan sedikit memaksa, Pak Joko menarik kaos Nirmala  melewati kepalanya lalu Pak Joko membuat Nirmala membalikkan tubuhnya.  Pak Joko terkesima melihat Nirmala, gadis cantik yang berdiri di  hadapannya dan sudah bertelanjang dada. Wajah cantik Nirmala memang  membuat Pak Joko terkesima, tapi air liur Pak Joko dengan deras mengalir  karena Pak Joko melihat sepasang payudara yang putih mulus, kenyal,  kencang, dan mancung di hadapannya. Tanpa pikir panjang, Pak Joko langsung memegang kedua buah payudara  Nirmala lalu Pak Joko mulai mengemut-emut kedua puting Nirmala  bergantian. Nirmala berusaha mendorong kepala Pak Joko untuk menjauh  tapi tenaga Nirmala berkurang terus karena rasa nikmat yang menjalar di  sekujur tubuhnya. Pak Joko sangat leluasa mencupangi, menjilati, dan  menggigiti payudara Nirmala membuatnya meringis keenakan sambil sedikit  sakit. Kulit payudara Nirmala pun jadi memerah, lalu Pak Joko berdiri  dan mendekatkan wajahnya ke wajah Nirmala dan langsung menyedot bibir  Nirmala. Nirmala menangis karena dia tidak pernah berpikir first kiss  yang seharusnya indah dan dilakukan bersama orang yang dicintai, dia  malah mendapatkan first kissnya dalam keadaan diperkosa dan dengan orang  yang dia anggap sebagai ayahnya sendiri. Nirmala tidak bisa melakukan  apa-apa selain menutup matanya dan membiarkan Pak Joko melumat bibirnya  habis-habisan. Nirmala juga tidak bisa membendung lidah Pak Joko yang  menelusuri rongga mulutnya. Dengan mudahnya, Pak Joko menyelipkan tangannya untuk meremasi bongkahan  pantat Nirmala karena Nirmala memakai rok yang pinggangnya terbuat dari  karet. "ayo,,bukain celana bapak !!", teriak Pak Joko. Sambil terus menerima  lumatan Pak Joko di bibirnya, Nirmala terpaksa menuruti suruhan Pak Joko  hingga penis Pak Joko sudah terbebas dari sangkarnya. Pak Joko  melepaskan bibir Nirmala dan menekan pundak Nirmala ke bawah hingga  Nirmala jongkok di depan Pak Joko. "ayo sekarang buka mulut kamu,,". "nggaak,,". Nirmala menutup mulutnya rapat-rapat dan berusaha menjauh.  Tapi, dengan sigap Pak Joko memegangi kepala Nirmala lalu Pak Joko  mendorong penisnya ke mulut Nirmala yang masih tertutup rapat. Pak Joko  memencet pipi Nirmala sehingga otomatis mulut Nirmala terbuka lebar. Pak  Joko pun langsung mendorong penisnya ke dalam mulut Nirmala yang sangat  hangat. "anget bangetthh,,", desah Pak Joko. "sekarang jilatin ****** bapak,,", seru Pak Joko. Pak Joko mendorong penisnya ke dalam mulut Nirmala hingga Nirmala  tersedak yang membuat Nirmala batuk-batuk dan mual, tapi tentu saja Pak  Joko tidak mengindahkan penderitaan Nirmala. Sementara lidah Nirmala  sedang bergerak-gerak mengelus-elus penis Pak Joko karena Nirmala tidak  punya pilihan lain. Pak Joko tetap memencet pipi Nirmala karena Pak Joko  tidak ingin Nirmala menggigit penisnya. "oooh,,,", desah Pak Joko sambil menggelinjang karena keenakan merasakan  lidah Nirmala yang menari-nari di sekujur penisnya. Sekitar 5 menit,  Pak Joko membiarkan kenikmatan itu, tapi Pak Joko terpaksa mengeluarkan  penisnya dari mulut Nirmala karena penisnya sudah berdenyut-denyut dan  Pak Joko tidak mau cepat-cepat selesai menikmati kehangatan tubuh  Nirmala karena masih banyak bagian tubuh Nirmala yang belum dijamah oleh  Pak Joko. Pak Joko menyuruh Nirmala bangun dan melepaskan roknya, entah  apa yang ada di pikiran Nirmala, tapi Nirmala langsung melakukan  perintah Pak Joko tanpa pikir panjang dan tanpa paksaan seperti  sebelumnya. "udah nyerah ya?", tanya Pak Joko tersenyum licik karena dia merasa  sudah menguasai Nirmala. Nirmala menutupi daerah vaginanya dengan kedua  tangannya. Pak Joko melihat pangkal paha Nirmala sangat putih mulus  sehingga membuat Pak Joko tidak sabar ingin melihat vagina Nirmala yang  belum terekspos ke laki-laki manapun. Pak Joko jongkok sehingga wajah  Pak Joko tepat berada di depan vagina yang masih ditutupi oleh  pemiliknya yaitu Nirmala. Pak Joko menyingkirkan tangan Nirmala bagaikan  membuka hordeng jendela. Mata Pak Joko pun langsung terbelalak menatap  vagina Nirmala yang begitu indah dan menggiurkan. Ketika Pak Joko sedang  menatapi vagina Nirmala, Nirmala mendorong Pak Joko hingga Pak Joko  tidur terlentang dengan kaki yang terbuka lebar. "aduwhh,,maksud kamu ngedorong bapak apa?". Nirmala tidak menjawab, dia langsung menendang buah zakar Pak Joko. "aakhh,,AWWHH,,!!", jerit Pak Joko kesakitan sambil memegangi buah  zakarnya. Nirmala pun menginjak batang penis Pak Joko bagai sedang  mematikan puntung rokok hingga teriakan kesakitan Pak Joko semakin  kencang. Saking paniknya, Nirmala hanya mengambil kaos dan roknya tanpa mengambil  celana dalam dan bhnya lalu Nirmala langsung ngacir keluar meninggalkan  Pak Joko yang sedang meringis kesakitan. Nirmala sudah keluar dari  rumah, dia terus berlari sekencang-kencangnya menjauhi rumah sial itu.  Karena takut dikejar Pak Joko, Nirmala berlari dengan telanjang di bawah  guyuran hujan yang sangat deras. Untungnya sudah larut malam dan sedang  hujan sangat deras sehingga Nirmala tidak perlu cemas ada yang  melihatnya berlari tanpa menggunakan pakaian. Tanpa sadar, Nirmala  berlari ke arah jalan yang biasa dilalui mobil pengangkut sayur. Ada  mobil yang melintas ketika Nirmala akan menyebrang jalan. Mobil itu pun  berhenti di depan Nirmala yang masih telanjang. Nirmala takut apa yang  akan terjadi selanjutnya karena dia masih telanjang, tapi perasaan  Nirmala menjadi tenang karena orang yang menyetir mobil sayur itu adalah  Pak Edi. "Nirmala,,sedang apa kamu? telanjang begitu?". "Om Edi,,!!", Nirmala menangis. "sudah,,kamu masuk ke mobil om dulu,,". "makasih Om,,". Nirmala masuk ke dalam mobil pick-up itu dan duduk di samping Pak Edi. "maaf Om,,joknya jadi basah,,". "gak apa-apa,,nih pake jaket Om aja,,". Pak Edi menutupi tubuh Nirmala yang basah dengan jaketnya. "makasih Om,,", jawab Nirmala sambil menggigil kedinginan. "memangnya kamu kenapa sih? lari-lari gak pake baju gini?". Nirmala  menceritakan semua yang baru saja dia alami ke Pak Edi sambil menangis. "yaudah,,yaudah,,mulai sekarang,,kamu tinggal ama Om aja,,", kata Pak Edi mengelus-elus kepala Nirmala. "makasih banyak Om,,". Jaket Pak Edi hanya bisa menutupi sebagian tubuh  Nirmala saja sehingga paha Nirmala yang putih mulus bisa terlihat oleh  Pak Edi, tapi Pak Edi tidak terpengaruh karena dia menganggap Nirmala  benar-benar sebagai keponakannya. "sekarang Om mau kemana?". "mau ke kota,,kamu mau langsung ke rumah Om?". "nngg,,Mala ikut aja deh,,tapi Mala boleh tidur gak?". "boleh,,boleh,,justru Om mau nyuruh kamu tidur,,". "oh,,yaudah,,Mala tidur dulu,,". Nirmala meringkuk agar tubuhnya hangat  sementara Pak Edi menyetir mobilnya dalam gelapnya malam serta derasnya  hujan. Wajah Nirmala yang sedang tidur terlihat imut-imut bagaikan putri  yang sedang tidur di cerita sleeping beauty. Nirmala bangun setelah  puas tidur. "enak tidurnya?", tanya Pak Edi. "enak Om,,seger jadinya,,". Jalannya licin karena hujan jadi, ketika ada  belokan, ban mobil Pak Edi terselip sehingga mobil itu tidak bisa  membelok dan otomatis menabrak tiang listrik. Pak Edi meninggal  seketika, tapi Nirmala selamat dari kecelakaan itu. Dan anehnya, tubuh  Nirmala sama sekali tidak tergores sedikit pun, mungkinkah ayah dan ibu  kandungnya yang melindunginya?. Nirmala berhasil merangkak keluar dari  mobil itu. Setelah menangisi Pak Edi, satu-satunya laki-laki yang tidak  pernah mempunyai keinginan untuk memperkosanya, Nirmala berjalan  menelusuri jalan kota yang belum pernah dia lihat. Hujan tidak lagi mengguyur Nirmala sehingga Nirmala tidak kedinginan  lagi, meskipun hanya jaket Pak Edi yang menutupi tubuhnya karena baju  & roknya berada di dalam mobil Pak Edi yang sudah hancur. Nirmala  terus berjalan dalam kegelapan malam tanpa menggunakan alas kaki dan  hanya dibalut dengan jaket Pak Joko yang hanya bisa menutupi tubuhnya  sampai beberapa senti saja dari selangkangannya. Nirmala tidak tau  beberapa meter dari tempatnya ada 3 orang preman yang sedang  minum-minum. "hai cantik,,". Dalam sekejap, 3 orang preman sudah mengelilingi Nirmala dengan nafas mereka yang bau alkohol. "jangan ganggu saya,,", kata Nirmala pelan karena dia sudah sangat lelah setelah jauh berjalan. "ah,,udah,,neng diem aja,,". "jaangann !!". "hehehe,,", 3 orang preman terkekeh membayangkan mereka akan bisa menikmati kehangatan tubuh cewek secantik Nirmala. "tol,,hmmfh,,".
 
 
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Isteri temanku Jadi Kekasih Gelapku               Apr 26th 2013, 13:45                                                Saat kami tiba disalah satu kamar yang ada di didalam ruangan tengah rumahnya, Perli dengan posisi masih mengggandeng tangan ku tiba-tiba mengarahkan kami masuk kekamar tersebut. "Mau ngapa kita dikamar ini Perli" Tanyaku sembari perasaanku semakin bingung dengan apa sebenarnya yang dimaukan Perli. "ini!" Perli tba-tiba langsung memberi ku sebuah pil bulat berwarna pink. "Obat apa ini Perli" tanyaku penasaran. "Udah.. telan aja, kita kan udah lama tidak Happy bersama" ujar Perli lagi padaku. "Oooh" aku tau, apa yang ada di tangan ku adalah pil setan. Yah! "ini extasi alias inek' tuturku dalam hati. Sambil ku berpikir-pikir dalam hati, ku lihat tiba-tiba Yeni dengan penampilan nya masih seperti tadi, masuk kekamar menghampiri Perli yang kulihat mulai sibuk hendak menyetel musik. "Aman bang… anak kita udah tidur dikamar sebelah" ujar Yeni memberi tau Perli suaminya. Sambil melirik kearahku kulihat Yeni dan Perli sama-sama sedang menegak sesuatu kemulutnya dan kemudian disusul dengan minum air. Rupanya mereka berdua menelan extasi itu. "Aduh gimana ini ya, aku kan udah lama tidak makan pil setan ini" tuturku dalam hati sambil masih memegang-megang setengah pil yang masih ada di tanganku. Ada rasa takut yang bercampur dengan rasa ragu-ragu dihati ku saat itu, ketika aku disuruh menelan extasi itu. Malkumlah… bukan nya munapik, meski dulu pernah namun aku sdh lama tidak memakai pil setan itu, mgkn sudah tiga tahun aku tak pernah lagi menelan pil setan tersebut. "Udah bang…. Ditelan aja, pokoknya mlm ini kita Happy" ujar Yeni yang tiba-tiba berdiri disamping ku. Sesaat aku kembali melihat keseksian tubuh Yeni yang putih yang begitu menggiurkan sekali. Sementara kulihat Perli masih asyik menyetel-nyetel musik house. "ini bang airnya, Ayo ditelan bang… apa mau aku suapkan?" Ujar Yeni nakal merayuku agar aku segera menelan eksatasi itu. "iya… ini abang telan" jawabku sambil meraih air minum yang ada di tangan Yeni. "Nah… gitu dong" ujar Yeni seperti kesenangan melihatku menelan ekstasi itu. Usai memberiku minum, kulihat Yeni melangkah mendekati suaminya seraya membisikan sesuatu kepada suaminya. "Oke Brother… malam ini kita Happy" ujar Perli sambil mengacungkan jempol kepadaku. Usai membalas Acungan Jempol Perli, kudengar suara dentuman bas musik House pun mulai menggema terdengar diteliga ku. Hampir pada waktu yang bersamaan tiba-tiba saja lampu kamar yang tadinya terang benerang kini telah berubah jadi remang-remang menyinari kamar yang sudah dipasang peredam oleh Perli, sekuat apapun musik dibunyikan suaranya tak akan sampai keluar. Ditambah lagi suhu ruangan yang dingin oleh AC (Air Conditioner/ pendingin ruangan ½ PK) membuat suasana ruangan kamar itu seperti ruangan VIP ditempat-tempat karaoke saja. Semakin lama musik yang berbunyi terdengar semakin keras saja. Sementara aku masih saja melongo duduk di salah satu kursi, kulihat di tengah-tengah ruangan Perli dan Yeni sudah asyik bergoyang mengikuti alunan-alunan musik house yang semakin bredentum-dentum suaranya. Hampir 5 menit setelah ku telan extasi tadi, kini aku mulai merasakan reaksi nya. Sulit untuk ku katakan bagaimana rasanya setelah obat itu bereaksi, yang pasti aku mulai merasa horny dan tanpa kusadari aku pun akhirnya ikut bergoyang bersama Perli dan Yeni.
  Semakin lama kami bertiga akhirnya bergoyang dan terus menari terbuai oleh mabuk nya Extasi. Didalam keremangan cahaya kamar malam itu, secara tak sengaja aku juga disuguhi tontonan asyik. Mungkin karena sudah terlalu horny oleh pengaruh Extasi, dikeremangan kamar itu kulihat tubuh Yeni meliuk-liuk Erotic seperti sedang merangsang bergoyang mengikuti irama musik. Sesekali juga kadang kulihat Yeni mengangkat baju T-shirt nya sambil tangannya kanannya seperti sedang meremas buah dadanya dibalik baju kaos yang kenakannya, tangan kirinya jg terlihat menepel di perutnya masuk kedalam celana pendeknya seakan-akan sedang memain-mainkan vaginanya sendiri, ditambah lagi terkadang sikap Perli yang sambil goyang juga sambil memeluk dan meraba perut Yeni dari belakang. Seperti tak menghiraukan kebaradaan ku, tak lama setelah itu kulihat Yeni dan Perli saling berpagutan bibir. Sambil meremas-remasi pantat isterinya, Perli terus melumat bibir Yeni dengan buasnya. "Ookh…" sialan gerutuku dalam hati, sungguh aku jadi terangsang dan aku jadi bernafsu melihat aksi mereka.
  Gara-gara melihat aksi mereka, horny ON ku jadi semakin naik. Kupejamkan mataku, lalu geleng-gelengkan kepalaku kiri dan kanan, pelan hingga gelengan kepalaku semakin kencang, dan tubuhku juga bergoyang mengikuti alunan music house yang temponya semakin cepat. Tiba-tiba "Goyang bang…" Aku kaget sekali mendengar suara itu. Bedesir darah ku saat ku tau siapa yang ada diibelakang ku! Yah….seseorang dibelakangku!! Saat kubuka mataku dan menoleh kebelakang, kulihat Yeni di belakangku, dengan kedua tangan nya memegang pinggangku. Sambil tertawa dan berteriak-teriak. ku genggam kedua tangannya yang berpegangan di pinggulku, ku ikuti rentak goyangan Yeni. Perli juga melakukan hal yang sama. Dia beradal di belakang Yeni sambil terus begoyang kedua tangannya juga menempel di pinggang Yeni. Kini kami bertiga seperti sedang main barongsai saja. Aku didepan, Yeni menepel di belakangku, dan Perli dibelakang isterinya. Cukup lama kami bergoyang dengan gaya seperti itu. Oleh karena birahi ku yang sdh terangsang oleh tontonan tadi, ditambah lagi pengaruh horny Extasi yang bawaannya membangkitkan nafsu sex, aku pun jadi sengaja mencari-cari kesempatan untuk dapat menyentuh Yeni Dalam posisi sepeti itu, Setiap kali Yeni terdorong oleh Perli, secara otomatis tubuh Yeni langsung nempel di belakangku. Saat itu kurasakan bagian dadanya yang kenyal itu nempel di punggungku, dan saaat itu juga dengan pura-pura tak sengaja tanganku kuarahkan kebelakang hingga menyentuh bagian selakangan nya. Karena Yeni menggunakan celana pendek berbahan katun, saat tanganku menyentuh selakangannya aku dapat merasakan kelembutan belahan vaginanya. Aku sangat menikmati gesekan itu "Oooohkkhhhhh….sungguh hal itu semakin membakar nafsu ku"
  Setelah hampir 3 jam kami berjojing ria, akhirnya reaksi obat yang memabukan kami pun ngedrop. Karena tubuhku berkeringat akupun kemudian kekamar mandi untuk mencuci muka ku agar terasa segar. Saat keluar dari kamar mandi, ku lihat Yeni berdiri didepan ku sambil wajahnya kulihat tersenyum menyodorkan handuk kepadaku. Ku tatap wajah Yeni yang seski akibat pipinya yang memerah dan rambutnya yang basah kuyup oleh keringat karena tak henti-henti berjoget tadi, tanpa banyak bicara aku pun menerima handuk dari Yeni dengan perasaaan nafsu ku yang tertahan.
  Begitu Yeni masuk kekamar mandi, akupun meninggalkan nya melangkah untuk kembali kekamar. Didalam kamar aku tak menemukan Perli. "Kemana ya dia?" tanyaku dalam hati. "Perli…. Per….. Perli…..!!" aku memanggil-manggil mencarinya Perli. Karena tidak ada jawaban juga aku pun memlih untuk duduk saja dikamar tadi sambil kembali menikmati alunan musik house dengan volumenya yang samara-samar saja (Volume kecil) . Meski sudah tidak sekuat tadi, pengaruh extasi kurasakan ditubuhku masih terasa. Sambil bergoyang pelan, dalam samara-samar musik house itu, sesekali ku coba memejamkan mataku. "Oh…aku terbawa dalam hayalan, Fantasiku saat itu semakin memacu nafsu berahiku.. Okhhh., aku saat itu sempat berhalusinasi, aku melihat Yeni sedang menghisap kontolku! Oookkkhhhh… ngilu sekali rasanya kepala kontolku saat itu. kudengar suara, "Yah…itu suara Yeni, jelas sekali memanggil" tiba-tiba fantasi ku buyar, satelah aku merasa seperti ada yang mencolek-colek tanganku. Saat ku buka mataku, aku menadapati ternyata Yeni ada di depanku. Sempat aku mencubit tanganku untuk memastikan bahwa aku tidak sedang berhayal. "Kenapa Bang…, koq bengnong gitu" ujar Yeni menyapa sembari meyakinkan ku bahwa dia benar-benar nyata ada di hadapan ku. "Eng…. Ah, Nggak Yen.., Perli mana?" jawabku dan kembali menanyakan suaminya. "Biasa bang., dia emang begitu. Kalau udah ngedrop lagi begini bawaannya selalu pengen berjudi" jawab Yeni lagi padaku. Mendengar penuturan Yeni, nafsuku pun menjadi-jadi, dan pikiran kotor ku pun membuat otakku berpikir mencari-cari kesempatan agar bisa menyetubuhi tubuh Yeni. Sambil kami terus bergoyang perlahan mengiringi samarnya suara musik house, aku kembali coba bertanya pada Yeni. "Ooh… kapan bisanya Perli pulang nya Yen?" tanyaku lagi "Paling cepat juga ntar malam baru dia pulang bang, emang kenapa bang?" Yeni kembali bertanya padaku. "Nggak Yen… emang sekarang udah jam berapa Yen, nggak papa ya abang disini?" kembali kutanya Yeni untuk memastikan apakah aku memang akan punya kesempatan menyetubuhinya, Maklum.. disamping pengaruh extasi yang kurasakan bawaaan nya membuat nafsu jadi bergejolak, ditambah akibat tontonan erotis tadi aku menjadi sangat terobsesi sekali untuk bisa ML dengan nya. "Nggak papa Bang… sekarang baru pukul 04.00 Wib pagi, Lanjut aja goyangnya, Toh tadi bang Perli juga suruh aku temani abang" Ujar Yeni memberi ku harapan. "Y E S!! " tuturku dalalm hati kegirangan. "Kalau pulang juga abang kan g ada teman nya dirumah… klu disinikan Yeni bisa nemenin abang.." ujar nya menggodaku. "Makudnya nemani apa Yen?" ku Tanya Yeni krn penasaran apa mksd dari perkataan nya. "Ya nemenin abang goyang lah bang… masa' iya nemenin abang gituan…" ujarnya semakin membuat darah ku berdesir..
  Mendengar Ucapan Yeni, aku menjadi semakin bernafsu saja, otak ku pun akhirnya berputar untuk mencari akal gimana caranya dapat menyetubuhi Yeni. "Kini hanya tinggal aku dan Yeni dalam ruangan ini" turur ku lagi dalam hati. Tanpa kata-kata hampir selama lima menit kami terdiam dan terus saja bergoyang mengikuti irama-irama musik house yang sayup terdengar ditengah cahaya yang menerangi ruangan kamar itu. Sesekali kulirik wajah Yeni yang semakin seksi dengan rambutnya yang basah kuyup oleh keringat, dan suhu kamar pun saat itu kurasakan semakin dingin oleh pendingin AC yang semakin menjadikan suasana saat itu romantis sekali. Gugup sekali rasanya dalam hatiku saat itu, namun karena perasaan nafsuku yang semakin bergejolak terhadap Yeni akhirnya tumbuh juga keberanian ku. Saat itu aku melihat mata Yeni kulihat ia terpejam sambil terus bergoyang… Tak ingin membuang waktu dan kesempatan, aksi ku pun kumulai. Pertama kuraih tangan Yeni…. Dingin sekali tangan nya saat aku genggam lalu kuremas tangan nya, Yeni tidak protes, malah tangannya sekarang kurasakan lembut mengusap-usap permukaan tanganku. Aku pun tak mau kalah dengan mengelus-elus lengannya, kemudian rambutnya yang hitam dan panjang terasa tangan dan rambutnya basah oleh keringat. Yeni tampak menikmati elusanku, terbukti dia langsung baringkan wajahnya manja ke bahuku, meskipun telah basah oleh keringat, namun aroma sampo masih tercium dirambutnya yang terurai dibahuku. Kesempatan itu tidak kusia-siakan, langsung kupeluk tubuh hangatnya dan kucium dikepalanya sambil tanganku terus membelai rambutnya. Tiba-tiba kurasakan kontolku berdenyut-denyut tegang dan semakin membesar hingga terlihat sekali memenuhi celana jeans yang ku pakai. Hampir satu menit kurasakan kelembutan tangan Yeni. Masih dengan posisi tangan kami saling berpegangan, ku lihat mata Yeni saat itu masih terpejam sambil terus saja tubuhnya bergoyang seakan menungguku untuk memberikan rangsangan kepadanya. nafsu birahiku pun jadi semakin tinggi, darahku rasanya mengalir cepat keseluruh tubuhku, seiring dengan degup jantungku yang makin cepat. "Sungguh aku terpesona sekali saat menatap cahaya yang menyinari bagian bibir Yeni yang basah merekah, yang semakin menaikan libido kelelakian ku saja. Perlahan tapi pasti ku tarik tangan Yeni, hingga semakin dekat dan akhirnya tubuh kami pun menempel saling berhadapan. Semakin tak menentu saja rasanya perasaanku saat itu. Kurasaka didadaku menempel dua daging kenyal yang semakin membakar naluri kelelakian ku. Kutatap wajah Yeni yang cantik itu dari kedekatan yang hanya berjarak 10CM, sesaat ku rasakan dengusan napas Yeni, tercium aroma pasta gigi harum sekali…. Dag.. dig.. dug.. derr! Wow.. Perasaanku saat itu benar-benar berkecamuk Hingga akhirnya tanpa sadar, spontan saja aku membisikan sesuatu ditelinga Yeni "Yen… Abang terangsang sekali sama kamu" Seiring usai bisikan ku di telingaya, kulihat mata Yeni terbuka lalu kembali berkedip perlahan sambil tersenyum seakan memberi isyarat bahwa dia tidak keberatan mendengar ucapanku. "Hmm.. " sungguh saat itu aku tak bisa berkata-kata lagi… Yang ku tau saat itu Yeni semakin kupeluk erat. kontolku pun semakin keras saja, tepat menempel di bagian selakangan Yeni Dalam beberapa menit kami hanyut dalam suasana yang romantis itu. ku iringi goyangan-goyangan Yeni yang terus mengiringi alunan musik hingga kami terlihat seperti orang yang sedang berdansa saja. Setiap kali bergoyang aku merasakan kontolku yang menggesek mengenai bagian vaginanya. Yah..!! Gesekan itu nikmat sekali kurasakan. Dan aku yakin Yeni pun pasti merasakan gundukan kontolku yang menggesek-gesek tepat di bagian selakangannya itu. "Mmm…." Kudengar desahan keluar dari bibir Yeni dengan mata yang terpejam.. Melihat reaksi Yeni yang sama sekali tidak memperlihatkan bahwa dia menolak, tanpa membuang waktu lagi kudekatkan bibirku pada bibirnya. Dengan perlahan kurasakan bibir Yeni hangat membara. Kujilat bibirnya dengan mesra. Tanpa ada kata-kata kamipun berpagut bibir, kumasukkan lidahku saat bibir Yeni terbuka, kulumat bibirnya dengan penuh nafsu. Yeni pun dengan buas melumat bibirku juga. "Yes" girangku dalam hati. Rupanya dia pun sudah terbakar oleh nafsu, hanya dia tak ingin memulai sebelum aku yang memulainya. Buktinya ciuman kami semakin panas membara, dan lidah kami saling melilit seperti ular. "Okhh.." Yah…! Kini tangan nya yang dingin mulai berani, aku merasakan tangan Yeni sudah berada dibalik celana jeans ku sedang meremas kontolku dengan lembutnya. Sambil bibir kami terus berpautan akupun seperti tak mau kalah, kedua tanganku kumasukan kedalam bajunya, namun sebelum kuserang kedua buah dadanya aku harus membuka bra nya dulu. Hanya dalam waktu singkat aku akhirnya berhasil membuka pengait bra dari belakang punggungnya. Saat cumbuan kami semakin panas bergelora, tiba-tiba yeni melepaskan ciuman kami. "Sebentar ya bang" ujarnya langsung keluar dari kamar. Namun hanya dalam beberapa detik saja kulihat Yeni kembali masuk lagi. "Aku lupa mengunci pintu depan bang" ujar Yeni tiba-tiba bersuara sambil kulihat dia juga menutup pintu kamar yang kami gunakan.
  Layaknya sepasang suami isteri, saat itu tidak ada lagi perasaan malu ataupun sungkan yang timbul di benak kami berdua. Usai menutup pintu kamar, Yenipun langsung memeluk dan mengulum bibirku. Sambil berciuman, tanganku pun bergerilya meraba bagian punggung tubuh Yeni yang menggiurkan. Perlahan baju T-shirt Yeni kubuka, dan kemudian branya juga kulepas. meski dalam keremangan cahaya, keindahan tubuh Yeni yang putih mulus masih dapat kulihat dengan jelas. Sungguh aku terpesona melihat tubuhnya yang putih serta kedua gunung kembar Yeni yang montok itu. untuk pertama kalinya tak ku sangka aku akan menikmati kesintalan tubuh Yeni. Kutatapi seluruh bagian tubuh Yeni yang memang betul-betul sempurna. Biasanya aku hanya dapat melihatnya dari kejauhan, itu pun dengan terhalang pakaian. Berbeda kini bukan hanya melihat, tapi dapat menikmati. Sungguh, ini suatu yang tidak pernah terduga olehku. Seperti ingin melahapnya saja. Sungguh tolol dan bodohnya Perli, masa' isteri secantik Yeni disia-siakan, kalau aku jadi Perli sudah tentu si Yeni akan ku entot terus. Aku berpikir dalam hati.
  Masih dalam posis berdiri kusandar kan tubuh Yeni hingga menempel kedinding. Dengan kedua tangan ku kuraih tangan Yeni dan kusatukan kedua telapak tangan kami hingga jari kami saling berpaut.. Perlahan ku angkat kedua tangan nya hingga menempel di dinding kamar. Wow…!! Sesaat aku kembali terdiam menyaksikan keindahan tubuh Yeni yang putih besih itu. Tepat didepan wajahku tampak ketiak Yeni putih mulus tanpa ada bulu sedikitpun. Meski berkeringat tercium aroma yang enak dari ketiak Yeni, dan bau itu semakin membakar nafsu birahi ku saja. Tanpa banyak pikir lidahku pun langsung beraksi menjilati ketiak Yeni. Meski agak asin tapi aku suka. "Bang….. Oookhhh…" Parau terdengar rintihan nya. Seperti orang yang kelaparan saja, seacara bergantian dengan lahap aku melahap menjilati kedua ketiak Yeni bergantian dari kiri ke kanan hingga aroma ketiaknya berubah oleh bau liurku yang membasahi ketiaknya. Dari ketiak jilatanku kemudian turun kebawah mencari sasaran lain. Dengan penuh lembutnya kini aku mulai menjilati kedua gunung kembar milik Yeni. Sungguh kenyal payudara yeni, meski sudah punya anak namun puting susu Yeni kecil sekali, seperti susu anak ABG saja. Perlahan tapi pasti, saat ku kulum dan mulai kuhisap pentil susunya, tba-tiba tubuh Yeni menggelinjang dan tangan nya juga menekan kepalaku membuat wajahku kuat menepel didadanya, sehingga aku sempat kesulitan bernapas. "Baang… Enak… isap terus bang…" ujar Yeni lirih merangsang. Melihat reaksi Yeni yang semakin tak terkendali itu, tanganku pun semakin lincah bergerilya masuk kedalam celana pendeknya, ternyata dia tidak pakai CD. Perlahan kini jilatan ku kini bergeser agak kebawah. Layaknya kucing yang sedang memandikan anaknya, tak sedikitpun bagian tubuh Yeni yang terlewat oleh jilatanku. Tubuh Yeni terus saja menggelinjang sambil mulutnya terus mengeluarkan kata-kata, akupun kini asyik menjilati lubang pusar di perutnya. Seakan ingin ku makan apa yang ada didalam lubang pusar itu, lidahku terus masuk menusuk dan menjilat lubang pusarnya. Sambil terus menjilati bagian perutnya, perlahan lidahku mulai bergeser kebawah menjilati bagian bawah pusarnya. Kini kedua tanganku mulai menurunkan celana pendek Yeni namun hanya sebatas lutunya saja. "Sebentar ya Yang" ujarku pada Yeni. Karena penasaran ingin melihat keindahan tubuh dan memek milik yeni yang tidak ada bulu sedikit pun. Aku pun berdiri untuk mencari saklar lampu. "Klik" bunyi saklar lampu saat ku tekan, bohlam neon 40 Watt pun hidup. Dan seketika itu juga ruangan pun menjadi terang benderang. Mungkin karena silau kulihat mata Yeni langsung sipit. "Wooww…" Sungguh indah tubuh Yeni. Kulitnya putih sekali… licin… sungguh sempurna tubuhnya. Jelas sekali terlihat oleh mataku. Buah dadanya putih dengan putingnya yang mungil berwarna kemerahan. "Ih abang…. kenapa diterangkan, aku jadi malu nih" ujar Yeni menggodaku. Tak ingin menyia-nyiakan keindahan tubuh Yeni, akupun segera menghampiri dan langsung memeluk tubuhnya. "Tubuh mu sempurna Yen, kenapa harus malu" ujar ku merayunya dan langsung kembali mengulum bibir seksinya. Dalam posisi yang masih berdiri menyandar didinding, sambil berciuman kuturunkan celana pendek Yeni yang tadi masih nyangkut di kedua lutunya dengan kaki kiriku. Mudah saja, hanya dengan sekali ku injakkan kaki kiriku, aku berhasil melepaskan celananya dan Yeni pun bugil, tanpa sehelai benang pun kini menutupi bagian tubuhnya. Belum sempat aku melanjutkan aksi ku tiba-tiba Yeni melepaskan ciuman dan langsung tangannya manarik dan membuka baju kaos T-shirt yang kupakai. Setelah berhasil menanggalkan bajuku, Yeni langsung melemparkan bajuku dan langsung dia menjilati pentil susuku. "Yen…. Teruskan sayang….." ujark ku terangsang oleh gelitikan lidah Yeni yang memain-mainkan puting susuku sambil sesekali dia menggigitnya. Tak perduli oleh tubuhku yang basah oleh keringat, dengan rakusnya Yeni terus menjilati dadaku dan sesekali diulanginya gigitan lembut di puting susuku. Kurasakan jilatannya semakin liar dan semakin kebawah hingga bagian perutku, sehingga membuat posisi tubuhnya jadi menungging. "Eghh, Yen…." aku terangsang sekali dengan jilatan-jilatannya. Melihat posisi Yeni yang menungging sambil menjilati bagian perutku, tanganku pun ku langusng meremas2 pantatnya yang montok putih serta mulus itu. Dalam terangnya sinaran lampu neon 40Watt tidak sedikitpun kutemukan bekas luka atau cacat di kulitnya. Putih…. Mulus…. Ditambah lagi bodynya yang montok sintal, sungguh Yeni adalah merupakan wanita yang sangat sempurna.
  Enak bercampur geli kursakan saat lidah Yeni menusuk bermain di lubang pusarku, lidahnya seperti ular saja, lincah menjilati bagian perut dan pusarku. Puas menjilati seluruh tubuhku Yeni menghentikan nya, kini tangan Yeni mulai beraksi membuka ikat pinggangku lalu membuka pengait celana jeansku. "Sreeet…" resleting celanaku terbuka, dan dengan sedikit agak memaksa, Yeni berhasil menurunkan celana jeans panjangku yang memang agak sempit itu. Setelah melempar celanaku, seperti tak sabar Yeni langsung membuka CD ku hingga kini akupun bugil. "Hei… koq bengkok gini bang…!!" teriak Yeni setelah melihat ****** ku yang bengkok tegang mengacung. "Hmmm…. Tapi kamu suka kan Yen?" ujarku sambil tersenyum padanya. Tanpa menjawab pertanyaanku, Yeni langsung saja menggenggam Penisku lalu didekatkannya ke mulutnya. "Cuuh..croot.." tiba-tiba saja Yeni meludahi penisku, dari mulai kepala hingga seluruh batangnya, penisku diluluri Yeni dengan air ludahnya dan kemudian tangan kanannya mulai maju mundur mengocok-ngocok penisku, sementara tangan kirinya sibuk meremas-remas kantong buah jakarku. Sesekali kepala penisku diemutnya, sambil terus mengocok penisku sesekali lidah Yeni juga menjilati bagian kantong buah jakar ku. "Yen… kamu hebat…" seluruh tubuhku terasa kejang mengerang merasakan nikmatnya dikocok dan di Oral oleh Yeni, dan hanya kata itu yang bisa terucap dari mulutku, sungguh aku seakan melayang dibuat Yeni. Seperti tak memperdulikan ucapanku, Yeni malah jadi semakin liar, dengan bernafsunya mengoral penisku dengan mulutnya. Dengan penuh semangat dia terus mengulum kontolku. "Yen, nikmat banget emutanmu", erangku. "Aaahhhhh… oooohhh…" desahku tidak menentu.. Tak tahan menahan geli saat dia menjilati lubang penisku, pantatku pun tertarik sedikit kebelakang, hingga peniskupun spontan keluar dari mulutnya. "Plok!" kemaluaku berdiri tegak langsung menyentak keluar dari mulut Yeni.
  Suasana yang romantis itu seketika saja buyar ketika tiba-tiba ada bunyi yang setelah kucermati ternyata bunyi itu adalah bunyi pangilan masuk dari telpon genggam ku yang ada dari balik saku celana panjangku. "Sebentar ya Yen itu bunyi HP abang" dengan rasa penasaran aku langsung menghampiri celanaku lalu cepat2 kuambil HPku. Saat kulihat di layar nya tertulis (Perli incoming call) "Dari Perli Yen…" ujarku menjelaskan kepada Yeni sambil tanganku menekan tombol YES utk menyambut call tersebut. "Sory Brade… aku tadi buru-buru harus keluar, karena ada urusan penting" (Suara Perli di HP ku) ujarnya beralasan. "Ya udah, Is OK sih, cuma kamu kapan pulangnya" Ujarku ingin tau kapan Perli pulang. Yang pasti saat itu aku sangat berharap Perli tidak akan pulang cepat, karena aku masih belum puas menikmati keindahan tubuh isterinya. "Udah… kamu rilex aja dirumahku, mgkn paling cepat malam baru aku bisa pulang, dan kalau usrusan nya blm selesai, bisa jadi lusa aku baru bisa plg" Ujar Perli meyakinkan ku. "YES" berarti aku akan punya banyak waktu utk bercinta dengan istri mu, ujarku dalam hati sambil mataku melirik menatap Yeni yang dalam keadaan bugil duduk dilantai diatas karpet lembut warna krim, sedang sibuk memilih-milih CD lalu megutak-atik tombol sound sytem yang ada, lalu terdengarlah alunan musik bernuansa slow. Mengirukan sekali tubuh Yeni, putih dan mulus sekali tubuhnya. Kontolku yang tadi sempat down lemas, jadi tegang kembali. "Oklh brade… udah dulu ya" ujar Perli mengakhiri pembicaraan kami di HP, lalu akupun memasukan kembali HP kedalam saku celanaku.
  Dengan perasaan nafsu yang amat bergejolak, saat kuhampiri Yeni, aku langsung meraih dan menarik tangannya. Seakan mengerti apa yang ku inginkan, Yeni langsung bangun dan berdiri hingga posisi kami pun jadi saling berhadapan.
  "Begitulah dia bang…. Kadang bisa satu minggu tuh baru dia pulang" ujar Yeni seakan memberitahuku ulah suaminya. "Jangan khawatir… kpn pun, abang siap koq menemani Yeni" ujarku langsung memeluk tubuhnya lalu ku cubit batang hidungnya mesra sambil ku melirik melihat jam yang ada didinding tepat diatas kepala Yeni, dan saat itu jam menunjukan pukul 04.15 Wib. "Yeee…. Mau nya….!" Ujarnya penuh manja. "Kau sungguh sempurna Yen…" ujar ku memberi sanjungan seraya membisikan ditelinganya. "Geli….hikhik…" Ujarnya riang sambil cekikikan menahan geli saat bibirku nempel ditelinganya. Layaknya sepasang suami isteri, saat itu tak ada lagi rasa canggung diantara kami berdua.
  Dalam posisi yang masih saling berpelukan, entah kenapa tiba-tiba mata kami terpaut saling berpandangan, dan seketika suasana pun saat itu jadi hening. Hanya suara musik saja terdengar sayup perlahan kulihat kelopak mata Yeni menutup seakan memberi tanda bahwa dia sudah siap utuk bercinta dengan ku. Perlahan… kuawali mengecup dagunya dengan penuh kelembutan, lalu naik kebibirnya. ku kecup lalu ku emut dengan perlahan bibirnya yang atas dan yang bawah secara bergantian. "Eeeggghhh…" Terdengar suara Yeni lirih merangsang "Srooup….." tiba-tiba Yeni dengan ganasnya mengulum bibir ku. Dengan bernafsunya kamipun asyik berkuluman dan berpaut bibir satu sama lain. Kulumat mesra lalu kujulurkan lidahku. Mulutnya terbuka perlahan menerima lidahku. Lama aku mempermainkan lidahku di dalam mulutnya. Lidahnya begitu agresif menanggapi permainan lidahku, sampai-sampai nafas kami berdua menjadi tidak beraturan.
  Puas melumat bibir Yeni yang merah merakah, perlahan kini aku mulai meciumi daerah belakang telinga nya. Kertika tercium aroma rambutnya yang wangi aku jadi semakin terangsang dibuatnya. Pelan tapi pasti lehernya yang putih jenjang pun tak luput dari jilatanku, sambil tanganku juga terus bergerilya meraba-raba bagian perut dan gunung kembarnya.
  Sejenak kuhentikan ciumanku, dengan kedua tanganku ku peganga bahu Yeni lalu ku putar tubuhnya hingga membelakangiku, kini tubuh bagian depannya menempel kedinding. Sejenak ku kembali terpana melihat keindahan tubuh Yeni, dari belakang dia sangat terlihat seksi dan menggiurkan sekali. Terus terang saja, jika di bandingkan isteriku, Yeni jauh lebih cantik. Tubuh Yeni montok dan tinggi, sementara isteriku bertubuh kecil namun imut-imut. Dibandingkan isteriku emang kulit Yeni sedikit lebih putih dari isteriku. Sungguh baru kali ini rasanya aku melihat wanita sesempurna dia. Sudahlah cantik, kullitnya putih mulus, pantatnya montok dan padat pula, lekukan pantatnya sungguh sempurna sekali.. Pahanya sangat mulus dan padat, betisnya putih bersih, namun tidak terlampau besar dan pergelangan kakinya pun pas ukurannya. Pokoknya dia wanita paling sempurna yang pernah kulihat dan yang ku nikmati. Saat kurapatkan tubuhku hingga menempel di belakang tubuhnya, Terasa hangatnya hawa yang keluar dari tubuh kami. kurasakan kontolku tepat berada lembut menempel di pantatnya. Inci demi inci mulai kuciumi bagian belakang lehernya. Sambil kedua tanganku menerobos dari balik ketiaknya brgerilya sebelah tangan ku memain-mainkan payudaranya, sebelahnya lagi tangan ku meraba-raba daerah perutnya yang datar lalu perlahan turun mengitari lembah di bawah perutnya hingga daerah selakangannya. "Est .. Ah ..uh ouw .. " Yeni mendesah merangsang sambil tangannya juga tak mau diam terus mengocok-ngocok kontolku. Saat tangan ku berada di belahan Vagina nya yg lembut tanpa bulu sedkitpun itu, terasa dibelahan itu sudah mulai basah, Aku terus mempermainkan jari tengahku untuk menggelitik bagian yang paling pribadinya. Perlahan kutarik kembali jariku yang basah itu terus kuacungkan dekat hidungku, terciumlah bau aroma khas yang enak, dan bau itu semakin membuatku bernafsu saja, lalu kumasukan jari telunjukku yang basah itu kemulutku, kujilati lalu kutelan cairan itu. Meski sedikikt anyir, namun aku suka rasanya, Enak dan gurih sekali.
  "Aku capek berdiri terus bang… kita pindah kesitu yuk" ujarYeni sambil tangannya menunjuk kasur yang ada diruangan itu dan kemudian dia membimbing menarik tanganku. kuiringi Yeni dari belakang mengahampiri kasur yang ukurannya hanya cukup untuk satu orang itu. Kasian Yeni, pasti dia sangat keletihan akibat lama berdiri tadi, dan dia langsung merebahkan diri diatas kasur itu. Karena ukuran kasurnya sangat kecil, Dan karena sempitnya kasur itu, aku terpaksa mengambil posisi duduk tengah kedua kakinya tepat dibawah selakangannya. Perlahan pertama ku dengan tangan kananku ku angkat betis kanan Yeni lalu ku letakkan di bahuku. Indahnya betis putih Yeni yang mulus, kulitnya halus dan licin sekali. Perlahan kuturunkan kaki indah Yeni dari bahuku, dengan kedua tanganku kakinya sedikit ku tekuk. Mulai dari ujung jari kakinya, perlahan ku kukecup satu persatu semua jari kakinya kemudian kulahap ke dalam mulutku. "Bang… Geli…Eghhh…" Yenipun mulai terangsang lagi Puas melahap jari-jari kakinya, aku lanjutkan kecupan dan jilatanku ke pergelangan kakinya, pelan-pelan naik ke betis dan lututnya. sampai ke pertengahan pahanya yang mulus. Aku nikmati betul setiap inci kulit paha mulus dan halusnya dgn sapuan bibir dan lidahku. Akhirnya mulutku mulai mendekati pangkal pahanya. sementara tangan kiriku pun tak tinggal diam mengelus-elus bagian pahanya yang mulus itu. "hikhik….. Geli bang… please aku tak tahan nih….. udah ah…." ujarnya kegelian.
  Saat ku hentikan jilatanku, Aku memperhatikan bibir vaginanya yang mekar bagaikan bunga.seakan berharap agar aku segera menikmati vaginanya, kulihat Yeni membuka kedua kakinya hingga mengangkang, dan sungguh menggodaku, vaginnya mungil sekali… putih dan tidak ada bulunya sama sekali. Di bagian belahannya yang berwarna merah muda terlihat ada cairan yang membasahi di belahan itu
  Kini kemaluan Yeni terlihat semakin terbuka lebar. Rasanya aku sudah tak sabar lagi, ingin mulutku segera mendarat di bagian daging montok nan putih mulus yang tidak ditumbuhi bulu selembar pun itu, dan tentunya lidahku juga tak sabar ingin menerobos liangnya. Kutempelkan hidungku dan kihirup aroma vagina Yeni dalam-dalam, tercium aromanya yang khas, sungguh segar dan memabukkan ku. Setelah beberapa kali kuhirup dan kunikmati aromanya, kujulurkan lidahku hingga menyentuh bibir vaginanya. Lembut, basah dan menakjubkan. Kujilat vaginanya pelan-pelan seperti kucing menjilati anaknya. Lalu kusedot dan Kutelan semua cairan yang membanjiri liang vaginanya itu, rasanya enak, meski agak asin-asin dan sedikit anyir tapi aku suka. Semakin lama lidahku bermain-main, liang vaginanya pun makin basah saja, seperti baru ketemu makanan lezat saja, aku pun semakin bernafsu melahap dan menyedot madu yang mengalir dengan deras yang membasahi vaginanya. Tak dapat dihindari, suara sedotan pun terdengar nyaring. Saking asyiknya mengemut vagina Yeni, akupun tidak melihat lagi bagaimana ekspresi atau keadaan Yeni, yang kurasakan saat itu beberapa kali tubuh Yenny bergetar dan berkali-kali pantat Yeni terangkat dan kembali terhempas dikasur. Sehingga saat dia mengangkat pantatnya wajahku pun amblas menempel di bagian vaginanya, hingga seluruh wajahku jadi basah oleh cairan hasratnya.
  Lenguhan panjang setengah menjerit terdengar dari mulutnya ketika ku gigit Klitoris vaginanya. "Oowwwhhhh…… Enakkkk baaaaannnng…Eeggghhhhhh" ujar Yeni tiba-tiba menjerit memecahkan kesunyian saat kusapu lubang anusnya dengan lidahku. "Sssttt… ntar anak kamu bangun" ujarku menenangkan Yeni. "I i.. iya bang… maaf, habisnya enak sih…" katanya seperi merasa bersalah. Tanpa mempedulikan jawaban Yeni, dengan lahap kembali kujilati vaginanya. Kini jilatanku semakin liar, masuk menusuk-nusuk liang vagina Yeni. "Akhh, banng.. aku mauu.. akhh.." tiba-tiba tangan Yeni menjambak rambutku lalu menekan wajahku kuat ke bagian selakagannya, sambil menggelinjang dia mengangkat pantatnya. Aku hampir tak bisa bernapas dibuatnya. "hikhik…. Udah bang please….. Geliiiii…." Tiba-tiba tangannya menjauhkan wajahku dari selakakngannya. "Hmmm…Ternyata dia sudah mencapai orgasme" ujarku dalam hati sambil melihat Yeni yang lemas terkapar karena telah mencapai orgasme. Belum habis aku mengerutu dalam hati, tiba-tiba Yeni bangun dari kasur lalu duduk tepat di depanku. kemudian dia berjingkit dengan kedua lututnya, dan kedua tangannya dirangkulkannya di leherku. "Muuaachhhh…." Yeni mengecup bibirku. Sayu matanya memandangku, lalu akupun membalas mengecup lembut dikeningnya. Tak sadar bibir kami akhirnya bertemu, dan dengan mesranya kamipun berciuman saling melumat bibir, dan ketika kurasakan Tangan Yeni yang lembut membelai-belai penisku, Woow.. burungkupun kembali mengeras. "Bisakah kapan-kapan kita ulangi ini lagi bang…" Ujar Yeni membisikan ditelingaku lalu kemudian dia menatapku seakan memohon padaku agar aku bisa sesering mungkin berbagi kenimatan dengannya. "Kapanpun kau mau aku akan siap untuk kembali berbagi dengan mu" kataku kepadanya, sambil kembali ku mengecup keningnya. "Bang…aku sayang kamu…" wajahnya lalu disandarkannya didadaku, dan kamipun saling berpelukan. Sama seperti yang telah Yeni ungkapkan, saat itu aku juga merasakan hal yang sama terhadapnya. "Apa mungkin kami berdua jatuh cinta….??" Ujarku bertanya dalam hati, sambil tanganku terus membelai-belai rambutnya, tangan Yeni pun asyik membelai dan mengocok penisku dengan perlahan.
  "Bang aku udah pengen kali ngerasain sibengkok menerobos memek ku" Ujar Yeni menyebut ****** ku dengan panggilan sibengkok, sambil kedua tangannya mendorong tubuhku perlahan, agar aku berbaring di kasur yang tadi direbahinya. "Iya sayang,sibengkok juga udah kebelet tuh…" ujar ku menjawab seraya merebahkan diriku dikasur.Dan tanpa basa-basi Yeni langsung mengangkangi ku yang sudah rebahan di kasur, dengan sedikit agak menungging Yeni meraih dan menggenggam kemaluanku dengan tangan kanannya.Perlahan pantatnya turun, sejajar kearah kemaluanku yang sudah mengacung ditangannya. "sungguh indah tubuh wanita ini" Sekali lagi aku terkesima melihat keindahan tubuh Yeni yang sedang berdiri mengangkangi ku. Vaginnya yang mungil dan gundul tanpa bulu itu sangat indah kulihat dari bawah. Saat kemaluan kami menempel, Yeni langsung menggoyangkan sebelah tangannya yang menggenggam kontolku, tepat dibibir vaginanya. Dengan posisi setengah jongkok, Yeni menggesek-gesekan kepala kontolku di belahan vaginanya, Rasa geli menggelitik kepala kon tolku. Namun hanya beberpa detik saja Yeni menghentikan gerakan tangannya, dan dengan perlahan dia menurunkan pantatnya tepat diatas kontolku. ""Sssh… sssh… zzz…ah… ah… hhh…" Yeni mulai mendesah ketika kepala kontolku mulai menyeruak menusuk lobang kemaluananya. Meski sudah pernah melahirkan seoarang anak, Ternyata tidak sulit juga menembus liang surga milik Yeni. Ujung kulit penisku tertahan, padahal Yeni kan sudah bukan perawan lagi. namun memek Yeni kayak masih perawan aja, sempit banget. Kasian Yeni. Kulihat pantatnya sampai bergetar ketika dia memaksakan menduduki kontolku agar masuk keliang vaginanya. Sementara kulit batang kontolku terasa bagai diplirid oleh bibir memeknya yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi: srrrt! "Auuooooohhhhhhhhh….." Tiba-tiba Yeni tepekik panjang, dan kedua tangannya erat sekali mencengkram bagian pahaku, sepertinya dia kesakitan. Kini sekujur batang kontolku sudah terbenam dijepit oleh vagina Yeni. Dia diam sesaat, membiarkan kontolku tertanam seluruhnya di dalam memeknya tanpa bergerak sedikit pun. Dengan posisi jongkok diatas pahaku otot vaginanya tersasa kuat sekali mencengkram batang kontolku, dgn kedua tangannya yg bertumpu diatas dada ku Yeni mulai menggerakkan pinggulnya turun naik dan juga dengan gerakan memutar. terus menaik turunkan menghentakkan agak keras pantatnya menekan lalu mengocok kontolku hingga ambles di lubang memeknya, rasanya mentok di mulut rahimnya. "Auhh.. Aakkhh.. Iihh.. Uhh.. Oohh.. Sstt…. Plak..plek…plekk" Suara hentakan pantat dan erangan Yeni semakin kuat. Takut kalau-kalau suara Yeni bakal terdengar oleh anaknya yang masih tidur dikamar sebelah, cepat-cepat aku bangkit. Dengan posisi duduk kurangkul kepala Yeni dan langsung kulumat bibirnya. "Enghhhh…..Hehhmmmmm…Baaaaaa….nnnngg…" erangan suara Yeni tertahan didalam mulutku yang mengulum mulutnya. Sudah 10 menit kami mengejar kenikmatan dengan posisi ini, Yeni terus menggenjot pantatnya kayak kesetanan, agar dia tak bersuara ku tarik lidahnya dengan mulutku, lalu ku emut lidahnya terus, sesekali air liurnya juga kutelan. "Plaaak…Plekkkkk…..plaakkkkkk…" suara hentakan keras pantat Yeni yang mengenai bawah perutku terus berbunyi. Pendingin ruangan kamar itu pun sudah tak terasa lagi, dari rambut hingga sekujur tubuh kami berdua pun sudah basah oleh karena mandi keringat. ""Bang, gantian donkk … capek nih…" ujar Yeni menghentikan genjotannya. Diangkatnya pantatnya. "Plok" Kontolku pun keluar dari liang vagina Yeni. Bagian batang Kontolku becek oleh cairan vagina Yeni yang telah berubah jadi seperti busa sabun, akibat gesekan konotolku yang terus keluar masuk mengocok liang vaginanya makanya cairan nya jadi seperti itu. Dengan Rambutnya yang basah kuyup dan tubuhnya yang mengkilat oleh keringat,Yeni tampak seksi sekali, dia beridiri dihadapanku, dan wajahku dekat sekali dengan vaginanya. "Kamu capek ya sayang…." Ujarku menggodanya. "Yeee….. sudah jelas capek masih pake nanya…. Trus skrg gimana nih…" Yeni bersikap manja seraya meminta aku untuk mengubah gaya permainan kami. "Ya udah…. Sekarang kamu tengkurap di kasur… trus tindih perutmu kebantal ini" ujarku meminta Yeni tengkurap. Dengan posisi bantal yang mengganjal di bagian perutnya, maka bokong Yeni yang behaenol pun jadi agak menungging. Dan dengan posisi itu, dari antara belahan pantatnya yang putih mulus, terlihat Vagina indahnya menantang menantikan kontolku. Sungguh ini sebuah pemandangan yang langka bagiku. Tanpa melalui pemanasan lagi, akupun langsung mengambil posisi duduk diatas pantat nya, dengan tangan kiri, ku tuntun kontolku menuju belahan vaginanya yang bersembunyi dari belahan pantatnya itu. Dengan perlahan begitu kepala kontolku menempel di belahan vagina Yeni, alon-alon kutekan pinggulku maju kedepan hingga kepala kontolku sedikit-demi sedikit penisku tenggelam dalam kehangatan liang Yeni yang basah dan nikmat. Ketika hampir seluruh batang penisku memasuki vagina, aku mencabutnya kembali. Kemudian kembali memasukkannya perlahan.di antara belahan itu. "Ohhh …. ahhhh ….. hhhhh … shhhh ….Bannnng…." wajah Yeni menoleh kebelakang menatap ku sambil mendesah, kulihat matanya sayu merangsang, saat seluruh batang kontolku tertanam seluruhnya kedalam liang senggamanya. Lalu aku tengkurap diatas tubuhnya. Dengan kedua kakiku, kurapatkan posisi kakiYeni yang tadi agak terbuka hingga merapat. Dengan posisi seperti ini Dinding vagina Yeni seakan semakin kuat memijit batang penisku dan lebih terasa kesat. "Bannnnng….. ooooohhhhhh…. kalau begini aa….kuu.. tak kuaaatt", jerit Yeni keenakan. "Tak apa sayang…. silahkan orgasme, kan nanti masih bisa kita ulang" tantangku. Kini kutambah rangsangan dengan menjilati bagian kupingnya. Tidak berapa lama kemudian dia menjerit…. ".auuuuuuuuwwww aku keluar Baaang oooooooooooohhhhhhh hhenak sekali….." Yeni menggelinjang seperti buaya, dia sdh mau mencapai orgasme. Akupun sudah merasakan spermaku sudah akan tumpah, aku pacu sekencang mungkin, pantat Yeni yang kenyal bergoyang seirama dengan hentakanku, "Tuunnnngguuuuu……..abannng……….juugaaaaaa…hampiiiir  r … Ooookkkkkhhhhh" "Keluarkan didalam ajaaa baaaaannng…" ujar Yenipun serak akibat nafsunya. Dan tak lama, selang beberapa detik setelah Yeni meminta aku menyemprotkan cairan pejuhku didalam vaginanya, seluruh tubuhku meregang kaku, aliran kenikmatan menuju peniskupun akhirnya memuntahkan laharnya kedalam vagina Yeni. "Croooot…crooott…….crooot" Ada sekitar sepuluh kedutan nikmat yang aku tumpahkan kedalam vaginanya, sementara Yeni ku lihat mulutnya menggigit sprey dihadapannya.
  Setelah kami sama-sama mencapai puncak, puas dan menikmati persetubuhan yang sesungguhnya, kami lalu berdua tergeletak. Aku trebaring diatas karpet sementara Yeni masih dengan posisi tengkurap tidak bertenaga di atas kasur. Aku lihat jam dinding menunjukkan pukul 7.00 pagi. tanpa terasa kami bermain kurang lebih 3 jam. Sudah jadi kebiasaan nya setiap pagii yang harus mengantarkan anaknya kesekolah disalah satu PAUD, pagi itu Yeni langsung mandi lalu pergi mengantarkan anaknya kesekolah. Karena kupiir aku lagi ditinggal isteriku, maka setelah mencuci tubuhku aku memilih tidak pulang dan akan istirahat di kamar tadi saja, toh, Perli juga udah memberi ku izin. Hanya dengan mengenakan celana panjang, tanpa pakai baju, aku kemudian langsung baring diatas kasur tampat aku ML ama Yeni tadi.Hingga akupun tertidur lelap. harus bisa membagi waktu yang seadil-adilnya utntuk memenuhi hasrat bercinta
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Leny Kekasihku Penghuni Saritem               Apr 26th 2013, 13:42                                               Aku Agus, sekarang berusia 30 tahun. Aku mulai mengenal seks/Making Love  pada usia 18 tahun (12 tahun sudah aku berpetualang seks).  Keperjakaanku sendiri aku lepas di lokalisasi Malvinas di Bekasi.  Setelah itu aku tinggal lama di Bandung, kebiasaanku ML semakin menjadi,  aku mulai mengenal lokalisasi Dewi Sartika di Bandung sampai aku  menjalin cinta dengan PSK di sana bernama Ida. Kami berhubungan selama 2  tahun. Setelah itu petualanganku semakin menjadi dengan mencoba PSK di  Saritem dengan kelas yang lebih tinggi dibanding Dewi Sartika. Di  Saritem aku semakin terlena karena dengan service yang memuaskan  (karoke, 69, jilat dubur dll service).
  Kemudian aku juga berhubungan dengan ABG diskotik bernama Kiki, kami  berhubungan selama 1 tahun, seminggu sekali kami ML di hotel-2 di  Bandung dan Jakarta. Dengan Kiki tidak begitu berkesan karena Kiki hanya  mau ML dengan gaya konservatif (mungkin masih malu karena saat itu Kiki  masih berusia 16 tahun, sedangkan aku sudah 23 tahun). Petualangan di  Saritem kembali terjadi setelah aku terpisah dengan Kiki, di saat itu  juga aku berhubungan dengan PSK yang berlokasi di Show Room Pasir Kaliki  Bandung namanya Yanti, kami berhubungan 6 bulan. Setelah putus dengan  Yanti aku kembali bertualang di Saritem dan berhubungan dengan PSK  Saritem benama Santi, kami berhubungan selama 6 bulan, sungguh berkesan  bercinta dengan Santi, karena dia salah satu wanita impianku. Setelah  melepaskan Santi, aku berhubungan dengan seorang SPG di Manggarai  bernama Eky (hampir saja terjadi pernikahan walaupun baru pernikahan  secara siri, tapi karena kami berjauhan maka akhirnya terputus lagi.
  Setelah putus dengan Eky aku mulai bertualang di eks lokalisasi  pelacuran Boker di Ciracas, di Boker aku main dengan beberapa cewe yang  sesuai dengan seleraku. Setelah bosan dengan cewe Boker, aku bertualang  kembali di Saritem dan berhubungan dengan Gesha selama 6 bulan. Setelah  aku melepaskan Gesha aku terus berganti pasangan ML di Saritem sesuai  dengan keinginan aku ML sama cewe. Setelah beberapa lama ML dengan cewe  pilihanku, aku mulai dekat dengan Leny PSK Saritem, dan kami berikrar  untuk menjalin hubungan cinta. Leny tidak begitu cantik jika  dibandingkan dengan PSK sekelasnya, tapi perhatian dan service yang  santai dan memuaskan yang membikin aku jatuh hati sama Leny. Seminggu  sekali aku menemui Leny di Saritem dan aku selalu membooking Leny paling  cepat 3 jam. Biarpun setiap ML dengan Leny aku booking 3 jam tetap aja  aku rasakan waktunya kurang, karena begitu perhatiannya Leny padaku (aku  gak tau mungkin sama tamu lain juga sama perhatiannya). Saat Ramadhan  tiba, Saritem tutup dan otomatis Leny harus tinggal di rumah selama 1  bulan Ramadhan. Karena kami sudah menjalin cinta, maka aku mengunjungi  Leny di rumahnya. Agar aku bisa leluasa ML, maka aku nginep di sebuah  hotel selama 2 malam. Di hotel ini kami ML bagaikan suami istri yang  sedang bulan madu, karena tidak ada batasan waktu kami untuk saling  memuaskan. Kami tidak menyia-2kan waktu kami menginap kami isi dengan ML  berbagai gaya. Yang lebih berkesan sampai sekarang adalah saat Leny  minta ML lewat duburnya (sodomi), suatu pengalakan yang sangat berkesan  karena baru kali ini aku ML sama Leny melalui dubur Leny, begitu sempit  dan nikmat (sebelumnya di Saritem pernah aku ML sodomi dengan PSK tapi  jauh lebih nimkat ML sodomi dengan Lenny karena lebih sempit).
  ML melalui dubur aku selingi dengan ML melalui vagina secara bergantian  sungguh sensasi yang sangat memukau. Dua malam kami lalui dengan  kenangan yang indah dan sangat berkesan.
  Karena sensasi sodomi ke dubur Leny, maka aku jadi ketagihan, seminggu  kemudian aku kembali nginep di hotel sama Leny dan kami ML melalui  vagina dan dubur. Sekarang 2 minggu berlalu, aku belum menemui Leny,  rencananya Hari Sabtu aku akan menemui Leny dan akan mengulang kenangan  indah ML melalui dubur. Ikatan cinta kami dan seks tentunya membawa kami  berencana untuk menikah, tapi Leny minta waktu 6 bulan untuk  mengumpulkan uang sebagai bekal keluar dari saritem, aku menyetujuinya  karena waktu 6 tidak begitu lama, dan aku pastikan dalam 6 bulan ke  depan Leny akan keluar dari Saritem selamanya dan akan memulai hidup  baru denganku. Ayank (biasa kami saling memanggil) cepat keluar dari  Saritem ya, karena jika terlalu lama akan membuat kamu terlena di  Saritem....
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita sex - Nikmatnya adek ipar               Apr 26th 2013, 02:53                                               Aku punya adik ipar, Ayu namanya. Orangnya cantik, masi di SMU. Bodinya  proporsional, gak toge tapi tocil juga enggak. Pinggulnya rada gede juga  sehingga kalo liat dia jalan pake jins ketat dari blakang, goyangan  pantatnya merangsang juga. Yang lebi merangsang lagi, Ayu punya kumis  halus diatas bibir mungilnya. Pasti jembutnya rimbun deh, dan yang lebi  penting lagi napsunya besar. 
  Aku gak tau napa kok dia dikirim ortunya ke tempat kakaknya (istriku)  untuk melanjutkan sekolahnya, padahal dia baru kelas 1. Biasanya kalo  dah lulus SMU ya mo nerusin skolah pindah bisa dimengerti. Aku gak  banyak nanya ke istri tentang kepindahan Ayu kerumahku. Yang aku tau,  Ayu tu bukan adik kandung istri tapi dia diangkat anak oleh mertuaku  sejak kecil, dan sudah dianggap sebagai anak sendiri. Istriku kerja  sebagai tenaga marketing suatu perusahan asing sehingga sering sekali  mendapat tugas keluar kota, sedang aku bekerja sebagai konsultan  freelance, sehingga banyak melakukan pekerjaan dari rumah saja. Ketempat  klien kalo diperlukan saja. Ya gak apa si, itung2 aku jadi penunggu  rumah. 
  Makanya aku seneng banget ketika Ayu tinggal dirumahku. Aku membantu  mengurus kepindahan Ayu ke SMU yang deket dengan rumahku, repot juga  birokrasinya, tapi dengan sedikti pelicin semuanya akhirnya beres dan  Ayu diterima disekolah tersebut dan boleh langsung masuk. Baru 2 hari  Ayu dirumah, istriku dapet tugas keluar kota lagi ke Sulawesi sehingga  makan waktu 2 mingguan. Ya namanya tugas, harus dilaksanakan, baeknya  kami belon punya anak, sehingga aku gak repot kalo ditinggal2 seperti  itu. aku terbiasa mengurus rumahtangga, karena sejak dulu aku selalu  hidup sendiri. 
  Sore itu, Ayu aku ngajak ngobrol di sofa. Dia pake celana pendek yang  pendek banget dan tanktop, kayanya gak pake bra, sehingga toketnya  bergerak mengikuti gerakan badannya. Merangsang juga ni anak. Aku nanya  kenapa kok dia pindah ketempatku. "Mangnya mas gak tau ya", kata Ayu.  "Aku gak nanya kakakmu Yu, dia juga gak crita apa2 ke aku, cuma bilang  kamu mo pindah skolah kesini ja". "ayu malu ni mas critanya". "Napa  malu, aku kan masmu sendiri". "aku maen ma om tetangga rumah mas". 
  "Wah, enak dong si om dapetin kamu". "Ah mas, Ayu serius ni". "Ya  terus?" "Si om juga yang mrawanin Ayu, tapi enak, makanya Ayu jadi  ketagihan terus deh maen ma si om". "Kamu maennya dimana Yu'. "Mula2  dirumah si om, waktu tantenya lagi pergi. Dah gitu suka janjian ketemuan  di mal, trus cek in ke motel, waktu ayu pulang skolah". "maennya brapa  ronde kalo dimotel". "Karna gak bisa lama2 ya cuma 2 ronde, kan mesti  pulang sore Ayu nya". "Gak perna sampe nginep ya Yu". Perna mas, si om  bohong ma tante katanya mo pergi keluar kota, padahal cek in ma Ayu di  hotel semalem. Ayu bilang ma bonyok nginep dirumah temen. Wah si om  napsu banget maennya dihotel, ampe 4 ronde mas". "Wah mas jadi kringeten  neh ngebayangin Ayu maen ma si om". "Kok ngebayangin si mas". "La iya  lah, kamu critanya napsuin gitu". "Trus mas ngaceng ya" "La iya lah,  lelaki mana yang gak ngaceng kalo dengerin Ayu crita lagi maen. Trus  kenapa kok Ayu disuru ketempat mas ma kakak?" "Ketauan juga mas ma  bonyok. Ada yang bilang dia liat Ayu ma si om gandengan di ml. Ya udah  deh, Ayu gak bisa ngelit lagi. Heboh juga karena bonyok mengcounter si  om. Baiknya bisa didamein, tadinya bokap mo bawa kasus ini ke polisi  segala. Baeknya enggak". "Kadung malu, makanya Ayu disuru ke tempat mas  ma kakak. Mas masi kringeten?" tanyanya sambil tertawa, manis sekali ni  akan, seksi lagi cuma celana pendek banget dan tanktop tanpa bra. "Mas,  dah nikah segini lama kok gak punya anak si, mas gak bisa ya". "Enak  aja, mo mas buktiin ma kamu kalo mas bisa?" jawabku membuka front.  "Mangnya mas brani ngelakuin ma Ayu?" "Napa enggak, kalo Ayunya mau  tapi". Ayu diem saja. "Mau gak Yu, aku si mau banget lo". "Gak enak ma  kakak mas". "Ya tapi kakakmu tu kerjanya kluar kota terus, mas ditinggal  sendiri terus, gimana mo bikin anak kan". 
  "Kacian, mas kesepian ya, kan skarang ada Ayu yang nemenin". Dia duduk  merapat ke aku. "Mau ya Yu", kataku sambil mengelus pipiku. Ayu noleh ke  aku, aku tidak menyia2kan kesempatan ini, perlahan tapi pasti aku  mengecup bibir mungilnya. Ayu membiarkan aku mengulum2 bibirnya,  kemudian ciuman kuarahkan ke lehernya, terus menyusur kepipinya.  Tubuhnya bergeser makin merapat, bibirnya kulumat lagi dengan lembut.  Sambil kunikmati lidahnya yang menjelajah di mulutku, tangan kuslusupkan  kedalam tanktopnya dan meremas lembut toketnya yang masih terbungkus  bra. Ohh.., toketnya ternyata tercakup seluruhnya dalam tanganku. 
  Dan ayu rasanya sudah tidak kuat menahan gejolak napsunya, padahal baru  awal pemanasan. "Kamu dah pengen ya Yu". "Iya mas, dah lama rasanya ayu  gak ngerasain nikmat lagi". "Mau kan aku kasi kenikmatan". 
  "Mau banget mas". Bibirku mulai meneruskan jelajahannya, sambil  melepaskan tanktopnya, lehernya kukecup, kujilat kadang kugigit lembut.  Sambil tanganku terus meremas-remas toketnya. Kemudian tanganku menjalar  ke punggungnya dan melepas kaitan branya sehingga toketnya bebas dari  penutup. Bibirku terus menelusur di permukaan kulitnya. Dan mulai pentil  kirinya tersentuh lidahku dan kuhisap. Terus pindah ke pentil kanan.  Kadang-kadang seolah seluruh toketnya akan kuhisap. Dan tangan satuku  mulai turun dan memainkan pusernya, membuat ayu merasa geli tapi nikmat,  napsunya makin berkobar karena elusan tanganku. 
  Kemudian tanganku turun lagi dan menjamah selangkangannya. me meknya  yang pasti sudah basah sekali. Lama hal itu kulakukan sampai akhirnya  aku kemudian membuka ristsluiting celana pendeknya dan menarik celananya  ke bawah. Tinggalah CD mininya yang tipis yang memperlihatkan jembutnya  yang lebat, saking lebatnya jembutnya muncul di kiri kanan dan dibagian  atas dari cd mini itu. jembutnya lebih terlihat jelas karena CDnya  sudah basah karena cairan me meknya yang sudah banjir. Kubelai celah me  meknya dengan perlahan. Sesekali jariku menyentuh i tilnya' karena  ketika dielus pahanya otomatis mengangkang agar aku bisa mengakses  daerah me meknya dengan leluasa. kemudian CDnya yang sudah basah itu  kulepaskan. Ayu mengangkat pantatnya agar aku bisa melepas pembungkus  tubuhnya yang terakhir. 
  Jariku mulai sengaja memainkan i tilnya. Dan akhirnya jariku itu masuk  ke dalam me meknya. bibirku terus bergantian menjilati pentil kiri dan  kanan dan sesekali kuhisap dan terus menjalar ke perutnya. Dan akhirnya  sampailah ke me meknya. Kali ini kucium jembutnya yang lebat dan bibir  me meknya kubuka dengan dua jari. Dan akhirnya kembali me meknya  kumainkan dengan bibirku, kadang bibirnya kuhisap, kadang i tilnya,  akhirnya lidahku masuk di antara kedua bibir me meknya sambil menghisap i  tilnya. Hanya dalam beberapa menit ayu benar-benar tak tahan. Dan.. Ayu  mengejang dan dengan sekuatnya ayu berteriak sambil mengangkat  pantatnya supaya merapatkan i tilnya dengan mulutku, dia meremas-remas  rambutku. Aku terus mencumbu me meknya, belum puas aku memainkan me  meknya hingga napsunya bangkit kembali dengan cepat. 
  "Mas, Ayu sudah pengen dien tot." katanya memohon sambil membuka pahanya  lebih lebar. Aku pun bangkit, mengangkat badannya yang sudah lemes dan  kubawa ke kamar. Ayu kubaringkan di ranjang dan aku mulai membuka baju,  kemudian celana. Ayu terkejut melihat kon tolku yang besar dan panjang  nongol dari bagian atas CDku. Kemudian aku juga melepas CDku. 
  "Mas, gede banget kon tol mas, mana panjang lagi". "Mana gedean ma si  om?" "gedean mas lah". Sementara itu ayu terbaring menunggu. kon tolku  yang besar dan panjang dan sudah maksimal ngacengnya, tegak hampir  menempel ke perut. Ayu merinding apakah muat kon tol segitu besarnya di  me meknya. Dan saat aku pelan-pelan menindihnya, ayu membuka pahanya  makin lebar, rasanya tidak sabar me meknya menunggu masuknya kon tolku  yang extra gede itu. Ayu pejamkan mata. Aku mulai mendekapnya sambil  terus mencium bibirnya, bibir me meknya mulai tersentuh ujung kon tolku.  Sebentar kuusap-usapkan dan pelan sekali mulai kurasakan bibir me  meknya terdesak menyamping. Terdesak kon tol besarku itu. Ohh, benar  benar kurasakan penuh dan sesak liang me meknya dimasuki kon tolku. Ayu  menahan nafas. Mili per mili. Pelan sekali terus masuk kon tolku. Ayu  mendesah tertahan karena rasa yang luar biasa nikmatnya. Terus..  Terus..Akhirnya ujung kon tolku menyentuh bagian dalam me meknya, maka  secara refleks Ayu merapatkan pahanya, aku terus menciumi bibir dan  lehernya. Dan tanganku tak henti-henti meremas-remas toketnya. kon tol  besarku mulai kuenjotkan halus dan pelan. supaya ayu tidak kesakitan.  Ayu benar benar cepat terbawa ke puncak nikmat yang belum pernah dia  alami. Nafasnya cepat sekali memburu, terengah-engah. Ayu benar benar  merasakan nikmat luar biasa merasakan gerakan kon tol besar ku. Maka  hanya dalam waktu yang singkat ayu makin tak tahan. aku tahu bahwa ayu  semakin hanyut. Maka makin gencar aku melumat bibir dan lehernya, dan  remasan di toketnya makin kuat. Dengan tusukan kon tolku yang agak kuat  dan kupepet i tilnya dengan menggoyang goyangnya, ayu menggelepar,  tubuhnya mengejang, tangannya mencengkeram kuat-kuat sekenanya. me  meknya menegang, berdenyut dan mencengkeram kuat-kuat, benar-benar  puncak kenikmatan yang belum pernah dia alami. ayu benar benar menerima  kenikmatan yang luar biasa. Ayu tak ingat apa-apa lagi kecuali  kenikmatan dan kenikmatan. "Mas, Ayu nyampe maas", teriaknya. Setelah  selesai, pelan pelan tubuhnya lunglai, lemas. dua kali ayu nyampe dalam  waktu relatif singkat, aku membelai rambutnya yang basah keringatan. Dia  membuka matanya, aku tersenyum dan menciumnya lembut sekali, tak henti  hentinya toketnya kuremas-remas pelan. 
  Tiba tiba, serangan cepat bibirku melumat bibirbya kuat dan diteruskan  ke leher serta tanganku meremas-remas toketnya lebih kuat. Napsunya naik  lagi dengan cepat, saat kembali aku mengenjotkan kon tolku semakin  cepat. Uhh, sekali lagi ayu nyampe, yang hanya selang beberapa menit,  dan kembali ayu berteriak lebih keras lagi. Aku terus mengenjotkan kon  tolku dan kali ini aku ikut menggelepar, wajahku menengadah. Satu  tanganku mencengkeram lengannya dan satunya menekan toketnya. 
  Ayu makin meronta-ronta tak karuan. Puncak kenikmatan diikuti semburan  peju yang kuat di dalam me meknya, menyembur berulang kali. Oh, terasa  banyak sekali peju kental dan hangat menyembur dan memenuhi me meknya,  hangat sekali dan terasa sekali peju yang keluar seolah menyembur  seperti air yang memancar kuat. 
  Setelah selesai, aku memiringkan tubuh dan tanganku tetap meremas lembut  toketnya sambil mencium wajahnya. Ayu senang dengan perlakuanku  terhadapnya. "Yu, kamu luar biasa, me mekmu peret dan nikmat sekali",  pujiku sambil membelai dadanya. "Mas juga hebat. Bisa membuat Ayu nyampe  beberapa kali, dan baru kali ini Ayu bisa nyampe dan merasakan kon tol  raksasa. Hihi.." "Jadi kamu suka dengan kon tolku?" godaku sambil  menggerakkan kon tolku dan membelai belai wajahnya. 
  "Ya mas, kon tol mas nikmat, besar, panjang dan keras banget" jawabnya  jujur. "Enak mana mas, ngen totin kakak apa ngen totin Ayu". "Nikmat ma  kamu Yu, me mek kamu peret banget". "Mangnya me mek kakak gak perert,  kan kakak belon punya anak". "Gak tau deh, aku puas banget ngen totin  kamu". "Ya udah, mas ngen totin Ayu ja kalo kakak kluar kota". Aku tidak  langsung mencabut kon tolku, tapi malah mengajak mengobrol sembari kon  tolku makin mengecil. Dan tak henti-hentinya aku mencium, membelai  rambutnya dan yang paling aku suka membelai toketnya. Ayu merasakan  pejuku yang bercampur dengan cairan me meknya mengalir keluar. Setelah  cukup mengobrol dan saling membelai, pelan-pelan kon tol kucabut sambil  menciumnya lembut sekali. Benar benar ayu terbuai dengan perlakuanku.  Ayu tertidur dalam pelukanku, sepertinya dia merasa nyaman dan  benar-benar terpuaskan dan merasakan apa yang selama ini hanya  dibayangkan saja. 
  Ayu bangun masih dalam pelukanku. "Kamu tidur nyenyak sekali, Yu",  kataku sambil membelai rambutnya. Kurang lebih setengah jam kami  berbaring berdampingan. Aku lalu mengajaknya mandi. Kubimbing ayu ke  kamar mandi, saat berjalan ayu merasa masih ada yang mengganjal me  meknya dan ternyata masih ada peju yang mengalir di pahanya, saking  banyaknya aku mengecretkan peju di dalam me meknya. Dalam bathtub yang  berisi air hangat, ayu duduk di atas pahaku. Aku mengusap-usap menyabuni  punggungnya, dan ayupun menyabuni punggungku. Aku memeluknya sangat  erat hingga dadaku menekan toketnya. Sesekali ayu menggeliatkan badannya  sehingga pentilnya bergesekan dengan dadaku yang dipenuhi busa sabun.  pentilnya semakin mengeras. Pangkal pahanya yang terendam air hangat  tersenggol2 kon tolku. Hal itu menyebabkan napsunya mulai berkobar  kembali. 
  Ayu kutarik sehingga menempel lebih erat ke tubuhku. Aku menyabuni  punggungnya. Sambil mengusap-usapkan busa sabun, tanganku terus menyusur  hingga tenggelam ke dalam air. Aku mengusap-usap pantatnya dan  kuremasnya. kon tolku pun mulai ngaceng ketika menyentuh me meknya.  Terasa bibir luar me meknya bergesekan dengan kon tolku. Dengan usapan  lembut, aku terus menyusuri pantatnya. Aku mengusap beberapa kali hingga  ujung jariku menyentuh lipatan daging antara lubang pantat dan me  meknya. "Mas nakal!" desahnya sambil menggeliat mengangkat pinggulnya.  Walau tengkuknya basah, ayu merasa bulu roma di tengkuknya meremang  akibat nikmat dan geli yang mengalir dari me meknya. Ayu menggeliatkan  pinggulnya. Aku mengecup lehernya berulang kali sambil menyentuh bagian  bawah bibir me meknya. Tak lama kemudian, tanganku semakin jauh menyusur  hingga akhirnya mengusap2 lipatan bibir luar me meknya. Aku berulang  kali mengecup lehernya. Sesekali kujilat, sesekali kugigit dengan gemas.  "Aarrgghh.. Sstt.. Sstt.." rintihnya berulang kali. Lalu ayu bangkit  dari pangkuanku. Ayu tak ingin nyampe hanya karena jari yang terasa  kesat di me meknya. 
  Tapi ketika berdiri, kedua lututnya terasa goyah. Dengan cepat aku pun  bangkit berdiri dan segera membalikkan tubuhnya. Aku tak ingin ayu  terjatuh. Aku menyangga punggungnya dengan dadaku. Lalu kuusapkan  kembali cairan sabun ke perutnya. Aku menggerakkan tangan keatas,  meremas dengan lembut kedua toketnya dan pentilnya kujepit2 dengan  jempol dan telunjuk. Pentil kiri dan kanan kuremas bersamaan. Lalu aku  mengusap semakin ke atas dan berhenti di lehernya. "Mas, lama amat  menyabuninya" rintihnya sambil menggeliatkan pinggulnya. Ayu merasakan  kon tolku semakin keras dan besar. Hal itu dapat dirasakannya karena kon  tolku makin dalam terselip di pantatnya. Tangan kirinya segera meluncur  ke bawah, lalu meremas biji pelerku dengan gemas. Aku menggerakkan  telapak kanan ke arah pangkal pahanya. Sesaat aku mengusap usap jembut  lebatnya, lalu mengusap me meknya berulang kali. Jari tengahku terselip  di antara kedua bibir luar me meknya. Aku mengusap berulang kali. i  tilnya pun menjadi sasaran usapanku. 
  "Aarrgghh..!" rintihnya ketika merasakan kon tolku makin kuat menekan  pantatnya. Ayu merasa lendir membanjiri me meknya.Ayu jongkok agar me  meknya terendam ke dalam air. Dibersihkannya celah diantara bibir me  meknya dengan mengusapkan 2 jarinya. 
  Ketika menengadah ayu melihat kon tolku telah berada persis didepannya.  kon tolku telah ngaceng berat. "Mas, kuat banget sih, baru aja ngecret  di me mek Ayu sekarang sudah ngaceng lagi", katanya sambil meremas kon  tolku, lalu diarahkan ke mulutnya. Dikecupnya ujung kepala kon tolku.  Tubuhku bergetar menahan nikmat ketika ayu menjilati kepala kon tolku.  Aku meraih bahunya karena tak sanggup lagi menahan napsu. Setelah ayu  berdiri, kaki kirinya kuangkat dan kuletakkan di pinggir bath tub. Ayu  kubuat menungging sambil memegang dinding di depannya dan aku  menyelipkan kepala kon tolku ke celah di antara bibir me meknya. "Argh,  aarrgghh..,!" rintihnya. 
  Aku menarik kon tolku perlahan-lahan, kemudian mendorongnya kembali  perlahan-lahan pula. Bibir luar me meknya ikut terdorong bersama kon  tolku. Perlahan-lahan menarik kembali kon tolku sambil berkata "Enak  Yu?" "Enaak banget mas". Aku mengenjotkan kon tolku dengan cepat sambil  meremas bongkah pantatnya dan tanganku satunya meremas toketnya. 
  "Aarrgghh..!" rintihnya ketika merasakan kon tolku kembali menghunjam me  meknya. Ayu terpaksa berjinjit karena kon tolku terasa seolah membelah  me meknya karena besarnya. Terasa me meknya sesek kemasukan kon tolku  yang besar dan panjang itu. Aku dengan erat mememegang pinggulnya dan  mengenjotkan kon tolku keluar masuk dengan cepat dan keras. 
  Terdengar 'cepak-cepak' setiap kali pangkal pahaku berbenturan dengan  pantatnya. "Aarrgghh.., aarrgghh..! Mas.., Ayu nyampe..!" Ayu lemas  ketika nyampe lagi untuk kesekian kalinya. Aku juga tidak dapat menahan  pejuku lebih lama lagi. "Aarrgghh.., Yu", kataku sambil menghunjamkan  kon tolku sedalam-dalamnya. "Mas.., sstt, sstt.." katanya karena  berulangkali merasa tembakan pejuku dime meknya. "Aarrgghh.., Yu,  enaknya!" bisikku ditelinganya. "Mas.., sstt.., sstt..! Nikmat sekali ya  dien tot mas", jawabnya karena nikmat ketika dia nyampe. aku masih  mencengkeram pantatnya sementara kon tolku masih nancep dime meknya.  Beberapa saat kami diam di tempat dengan kon tolku yang masih menancap  di me meknya. 
  Kemudian aku membimbingnya ke shower, menyalakan air hangat dan kami  berpelukan mesra dibawah kucuran air hangat. Setelah selesai aku keluar  duluan, sedang ayu masih menikmati shower. Selesai dengan rambut yang  masih basah dan masih bertelanjang bulat, ayu keluar dari kamar mandi.  Aku sudah menyiapkan makan seadanya. 
  Ayu kupersilakan minum dan makan sambil mengobrol, dan diiringi lagu  lembut. Setelah makan, aku lalu memintanya duduk di pangkuanku. Ayu  menurut saja. 
  Sambil mengobrol, ayu kumanja dengan belaian. Kuraih dagunya, dan kucium  bibirnya dengan hangatnya, ayu mengimbangi ciumanku. selanjutnya aku  mulai meremas-remas lembut toketnya, kemudian menelusuri antara dada dan  pahanya. ayu sadar bahwa sesuatu yang dia duduki terasa mulai agak  mengeras. Ohh, langsung ayu bangkit. Ayu bersimpuh di depanku, kon tolku  sudah mulai ngaceng, walau masih belum begitu mengeras. Kepala kon  tolku sudah mulai sedikit mencuat keluar dari kulupnya lalu  diraih,dibelai dan kulupnya ditutupkan lagi. sebelum penuh ngacengnya  langsung ayu mengulum kon tolku. Ayu memainkan kulup kon tol yang tebal  dengan lidahnya. Ditariknya kulup ke ujung, membuat kepala kon tolku  tertutup kulupnya dan segera dikulum, dimainkan kulupku dengan lidahnya  dan diselipkannya lidahnya ke dalam kulupku sambil lidahnya berputar  masuk di antara kulup dan kepala kon tolku. Enak rasanya. Tapi hanya  bisa sesaat, sebab dengan cepatnya kon tolku makin membengkak. aku mulai  menggeliat dan berdesis menahan kenikmatan permainan lidahnya dan  membuat mulutnya semakin penuh. "Mas hebat ya sudah ngaceng lagi, kita  lanjut yuk mas", katanya yang juga sudah terangsang. Aku makin tak tahan  menerima rangsangan lidahnya. 
  Maka ayu kuajak ke tempat tidur. kakinya kutahan sambil tersenyum,  kuteruskan dengan membuka kakinya dan aku langsung menelungkup di antara  pahanya. "Aku suka melihat me mek kamu yu" ujarku sambil membelai bulu  jembutnya yang lebat. "Mengapa?" "Sebab jembutmu lebat dan cewek yang  jembutnya lebat napsunya besar, kalau dien tot jadi binal seperti kamu,  juga tebal bibirnya". 
  Aku terus membelai jembutnya dan bibir me meknya. Kadang-kadang kucubit  pelan, kutarik-tarik seperti mainan. Ayu suka me meknya dimainkan  berlama-lama, ayu terkadang melirik apa yang kulakukan. Seterusnya  dengan dua jari aku membuka bibir me meknya, ayu makin terangsang dan  makin banyak keluar cairan dari me meknya. aku terus memainkan me meknya  seolah tak puas-puas memperhatikan me meknya, kadang kadang kusentuh  sedikit i tilnya, membuat ayu penasaran. Tak sadar pinggulnya mulai  menggeliat, menahan rasa penasaran. Maka saat ayu mengangkat pinggulnya,  langsung kusambut dengan bibirku. Aku menghisap lubang me meknya yang  sudah penuh cairan. Lidahku ikut menari kesana kemari menjelajah seluruh  lekuk me meknya, dan saat kujilat i tilnya dengan ujung lidah, cepat  sekali menggelitik ujung i tilnya, benar benar ayu tersentak. Terkejut  kenikmatan, membuat ayu tak sadar berteriak.. "Aauuhh!!". Benar benar  hebat dia terangsang, dan ayu sudah tak tahan lagi. "Ayo dong mas, Ayu  pingin dien tot lagi" ujarnya sambil menarik bantal. 
  Aku langsung menempatkan tubuhku makin ke atas dan mengarahkan kon tol  gedeku ke arah me meknya. Ayu masih sempat melirik saat aku memegang kon  tolku untuk diarahkan dan diselipkan di antara bibir me meknya. saat  kepala kon tolku telah menyentuh di antara bibir me meknya, ayu menahan  nafas untuk menikmatinya. setelah kepala kon tolku mulai menyelinap di  antara bibir me meknya dan menyelusup lubang me meknya, pelan-pelan  kutekan dan aku mulai mencium bibirnya lembut. Makin ke dalam. Ayu  merapatkan pahanya supaya kon tolku tidak terlalu masuk ke dalam. Aku  langsung menjepit kedua pahanya hingga terasa sekali kon tolku menekan  dinding me meknya. kon tolku semakin masuk. Belum semuanya masuk, aku  menarik kembali seolah akan dicabut hingga tak sadar pinggulnya naik  mencegahnya agar tidak lepas. Beberapa kali kulakukan sampai akhirnya  ayu penasaran dan berteriak-teriak sendiri. Setelah aku puas  menggodanya, tiba tiba dengan hentakan agak keras, kupercepat gerakan  mengenjot hingga ayu kewalahan. Dan dengan hentakan keras serta digoyang  goyangkan, aku meremas toketnya dan menciumi lehernya. Akhirnya ayu  mengelepar-gelepar. Dan sampailah ayu kepuncak. Tak tahan ayu berteriak,  terus. 
  aku menyerang dengan dahsyatnya, rasanya tak habis-habisnya ayu melewati  puncak kenikmatan. Lama sekali. Tak kuat ayu meneruskannya. Ayu  memohon, tak kuat menerima rangsangan lagi, benar benar terkuras  tenaganya dengan orgasme berkepanjangan. Akhirnya aku pelan-pelan  mengakhiri serangan dahsyatku. Ayu terkulai lemas sekali, keringatnya  bercucuran. Hampir pingsan ayu menerima kenikmatan yang berkepanjangan.  Benar-benar ayu tidak menyesal ngen tot dengan aku, aku dapat mengolah  tubuhnya menuju kenikmatan yang tiada tara.
  Kemudian pahaku mulai kembali menjepit kedua pahanya dan kurapatkan,  tubuhku menindihnya serta lehernya kembali kucumbu. Ayu memeluk tubuhku  yang besar dan aku kembali meremas toketnya. Pelan-pelan mulai  kuenjotkan kon tolku. Kali ini ayu ingin lebih menikmati seluruh  rangsangan yang terjadi di seluruh bagian tubuhnya. Tanganku terus  menelusuri permukaan tubuhnya. Dadaku merangsang dadanya setiap kali  bergeseran mengenai pentilnya. Dan kon tol kupompakan dengan sepenuh  perasaan, lembut sekali, bibirku menjelajah leher dan bibirnya. Lama  kelamaan tubuhnya yang semula lemas, mulai terbakar lagi. Ayu berusaha  menggeliat, tapi tubuhnya kupeluk cukup kuat, hanya tangannya yang mulai  menggapai apa saja yang dia dapat. Aku makin meningkatkan cumbuan dan  memompakan kon tolku makin cepat. Gesekan di dinding me meknya makin  terasa. Dan kenikmatan makin memuncak. Maka kali ini lehernya kugigit  agak kuat dan kumasukkan seluruh batang kon tolku serta kugoyang-goyang  untuk meningkatkan rangsangan di i tilnya. Maka jebol lah bendungannya,  ayu mencapai puncak kembali. Kali ini terasa lain, tidak liar seperti  tadi. Puncak kenikmatan ini terasa nyaman dan romantis sekali, tapi tiba  tiba aku dengan cepat mengenjot lagi. Kembali ayu berteriak sekuatnya  menikmati ledakan orgasme yang lebih kuat, ayu meronta sekenanya. dia  menggigit pundakku saat aku menghujani dengan kenikmatan yang  bertingkat-tingkat. Sesaat aku menurunkan gerakanku, tapi saat itu  kubalik tubuhnya hingga ayu di atas tubuhku. Ayu terkulai di atas  tubuhku. 
  Dengan sisa tenaganya ayu mengeluarkan kon tolku dari me meknya. Dan  diraihnya batang kon tolku. Tanpa pikir panjang, kon tol yang masih  berlumuran cairan me meknya sendiri dikulum dan dikocok. Dan pinggulnya  kuraih hingga akhirnya ayu telungkup di atasku lagi dengan posisi  terbalik. Kembali me meknya yang berlumuran cairan jadi mainanku, ayu  makin bersemangat mengulum dan menghisap sebagian kon tolku. Aku memeluk  pinggulnya. Kuhisap i tilnya sambil ujung lidahku menari cepat sekali.  Tubuhnya mengejang dan dia menjepit kepalaku dengan kedua pahanya dan  dirapatkannya pinggulnya agar bibir me meknya merapat ke bibirku. Ayu  gak bisa berteriak tapi karena mulutnya penuh, dan tanpa sadar ayu  menggigit agak kuat kon tolku dan dicengkeramnya dengan kuat saat dia  masih menikmati orgasme. "Yu, aku mau ngecret yug, di dalam me mekmu  ya", kataku sambil menelentangkan ayu. 
  "Ya, mas", jawabnya. Aku menaiki ayu dan dengan satu hentakan keras, kon  tolku yang besar sudah kembali menyesaki me meknya. Aku langsung  mengenjot kon tolku keluar masuk dengan cepat dan keras. Dalam beberapa  enjotan saja tubuhkupun mengejang. Pantat dihentakkannya ke atas dengan  kuat sehingga kon tolku nancap semuanya ke dalam me meknya dan akhirnya  crot .. crot ..crot, pejunya muncrat dalam beberapa kali semburan kuat.  Herannya, ngecret yang ketiga masih saja pejuku masi keluar banyak. Aku  menelungkup diatasnya sambil memeluknya erat2. "Yu, nikmat sekali ngen  tot sama kamu, me mek kamu kuat sekali cengkeramannya ke kon tolku",  bisikku di telinganya. "Ya mas, Ayu juga nikmat sekali, tentu saja  cengkeraman me mek Ayu terasa kuat karena kon tol mas kan gede banget.  Rasanya sesek deh me mek Ayu kalau mas neken kon tolku masuk semua.  Kalau ada kesempatan, Ayu dien tot lagi ya mas", jawabnya. "Ya sayang",  lalu bibirnya kucium dengan mesra.           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                            |             
              
Tidak ada komentar:
Posting Komentar