|                               Cerita Sex - Pesona kakak ipar               Apr 15th 2013, 13:05                                               Saya termasuk yang mempunyai nafsu besar dan cepat terangsang melihat  cewek-cewek cantik dan seksi serta terobsesi dengan perempuan yang sudah  bersuami. Kejadian ini bermula dari abang istri saya atau ipar saya  dapat tugas keluar negeri untuk waktu yang cukup lama yaitu 6 bulan.  Ipar saya ini mempunyai istri yang bernama Milky dan seorang anak yang  berumur satu tahun. Sejak dulu (waktu abang istri saya kawin) saya  memang sudah tertarik sama Milky karena selain orangnya cantik,  badannyapun seksi dan walaupun sudah punya anak badannya tetap terawat  bagus serta mempunyai bulu yang banyak ditangan dan dikakinya (mungkin  didalam juga ya..).   Waktu ipar saya ini kawin waktu itu saya dan istri saya serta anak saya  masih tinggal dirumah mertua. Karena obsesi saya terhadap Milky besar  sekali saya pernah mengintip dia waktu sedang pakaian sehabis mandi di  kamarnya. Badan saya langsung bergetar begitu menyaksikan tubuhnya yang  aduhai dan setelah itu saya selalu membayangkan dia dalam berhubungan  dengan istri saya. Sejak kepaergiaan ipar saya ini saya berusaha  mencari-cari kesempatan untuk dapat menikmati tubuh Milky karena saya  pikir pasti dia akan kesepian ditinggal suaminya.   Hingga suatu saat dimana mereka harus pindah rumah ke rumah yang baru  (bulan Maret), saya pikir inilah kesempatan saya bisa lebih dekat lagi  sama Milky karena ipar saya sedang berada diluar negeri dan sudah pergi  empat bulan maka tidak ada yang membantu mereka pindah. Saya selalu  menawarkan diri saya untuk membantu mengangkat barang-barang yang akan  dipindahkan dan untuk tidak mencolok saya bilang ke istri saya bahwa  kasihan mereka kalau tidak dibantu. Waktu itu hari Sabtu saya akan  mengangkat barang yang masih ada dari rumah lama ke rumah baru. Milky  dan anaknya serta pembantunya memang sudah tinggal dirumah baru mereka.  Setelah barang-barang saya masukin ke dalam mobil saya segera bergerak  ke rumah ipar saya yang baru.   Waktu saya tiba Milky yang mengenakan daster sedang membenahi lemari  pakaian mereka di kamar sementara anaknya sedang di temani pembantu di  halaman belakang. Setelah barang saya turunkan, saya coba untuk  berlama-lama di rumah itu dengan ikut membenahi barang-barang. Waktu itu  saya membersihkan kipas angin yang sudah kotor dan tidak ada salahnya  saya bersihkan. Setelah saya bersihkan debu-debu yang ada dikipas angin  maka saya pikir lebih bersih lagi kalau dicuci. Saya memanggil Milky  dari arah pantry (karena ada pintu yang langsung kekamar mandi yang  terdapat dalam kamar ipar saya, kamar mereka cukup luas dan ada kamar  mandi didalamnya serta dari kamar mandi bisa langsung ke pantry) untuk  menanyakan kepada Milky dimana saya bisa menyiram tutup kipas angin  dengan air keran yang ada selangnya. Milky menyuruh saya membersihkan di  kamar mandi dengan menggunakan shower. Saya membersihkan kipas angin  sambil terus berpikir bagaimana caranya saya bisa menikmati tubuh ipar  saya yang seksi ini.   Akhirnya saya dapat ide, saya akan berpura-pura jatuh karena lantai  kamar mandi yang licin karena kena cipratan dari shower. Setelah saya  selesai, akhirnya saya pura-pura jatuh dan menghempaskan kaki saya ke  lantai sehingga menimbulkan bunyi jatuh. Saya kemudian merintih  kesakitan dan minta tolong, dengan harapan didengan Milky. Dengan  tergopoh-gopoh Milky datang menghampiriku yang terduduk di kamar mandi.   "Kenapa Dri," tanya Milky kepadaku dengan cemas. "Aduh.. Mil, sakit nih, aku kepeleset," kataku sambil memegang pantatku seolah-olah kesakitan karena jatuh. "Mana yang sakit" kata Milky kemudian. "Ayo coba berdiri, Dri" kata Milky sembari membantuku berdiri dengan setengah memelukku.   Akhirnya aku berdiri dengan dibantu oleh Milky dan sewaktu dia  membopongku masuk ke kamarnya kurasakan payudaranya yang montok sesak di  tangan kananku. Kemudiaan Milky membaringkan aku ditempat tidurnya  untuk dapat mengobatiku. Akhirnya dengan susah payah Milky  membaringkanku di tempat tidurnya. Namun karena dengan setengah  memelukku akhirnya Milky ikut terjatuh juga ketempat tidurnya dengan  posisi menindihku, sehingga kurasakan tubuh seksinya diatasku dan muka  kami saling berhadapan dengan sangat dekat sekali bahkan hembusan  napasnya terasa hangat dimukaku.   Milky langsung malu melihat posisi kami itu dan tanpa membuang waktu aku  memeluk Milky sambil mengusap rambut panjangnya. Milky pun terbuai  dengan perlakuanku itu dan segera kudekatkan bibirku ke bibitnya yang  terbuka merekah. Aku melumat bibirnya dengan lembut dan ternyata Milky  membalasnya pula. Sambil melumat bibirnya aku meremas pantatnya yang  montok dan nafasnya kelihatan semakin memburu. Namun tiba-tiba Milky  tersadar dan seolah menarik dirinya dariku tetapi agak kutahan tarikan  tubuhnya.   "Adri, kita tidak boleh melakukan ini" Milky berkata kepadaku. "Mil, sudah lama aku menantikan saat-saat begini" kataku kepadanya. "Dari dulu aku sudah tertarik sama kau dan aku selalu memikirkan kau" sahutku kepadanya sambil terus memeluknya. "Kau pasti kesepian ditinggal suamimu.., aku akan memuaskan kau.. Mil.." Kataku kemudian.   Milky hanya terdiam saja mendengar perkataanku, Ia kelihatan bimbang dan  ragu. Sambil membelai lembut aku kemudian mencium bibirnya lagi dan  kami kembali bergumul.   "Oh.. Adri.. Beri aku kepuasan.." kata Milky kepadaku. "Tentu.. Sayang.. Aku akan memuaskan kau.." sahutku.   Kami berguling-guling saling pagut dan aku meremas payudaranya dengan bernafsu sekali.   "Tunggu dulu sayang.." Milky berkata kepadaku sambil melepaskan dirinya  dan merapikan daster dan rambutnya yang sudah acak-acakan. "Kenapa Mil.." sahutku kemudian "Martin dan Ipah ada di belakang, ntar aku suruh dulu mereka pergi ke  minimarket" imbuh Milky mengingatkan anak dan pembantunya yang bermain  di halaman belakang.   Kemudian Milky pergi menyuruh mereka pergi membeli sesuatu di minimarket  supaya kami bisa melanjutkan hasrat birahi kami yang sudah tidak  tertahankan. Setelah mengunci pintu rumah Milky segera kembali ke kamar  dan aku sudah siap menunggunya.   "Sudah pergi mereka sayang..?" kataku dan tanpa menjawab Milky segera  menyumpal mulutku dengan mulutnya. Kami saling mencumbu dan saling  meremas.   Segera aku menarik ke atas daster yang dikenakannya dan tampaklah tubuh  seksi dan menggairahkan yang benar-benar sempurna. Kulepas pengait BH  nya dan benar-benar takjub aku menyaksikan payudaranya dan munjung dan  montok dengan puting yang coklat dan bulu-bulu halus disekelilingnya.  Aaku tidurkan Ia ditempat tidur dan segera saja aku menerkamnya. Ku  melumat puting kanannya dan tangan kananku meremas payudaranya yang  kiri.   Sementara tangannya meremas rambutku dan mengusap-usap punggungku.  Bergantian aku mengulum dan menjilat puting kiri dan kanannya, terus  jilatanku turun keperutnya yang rata walaupun sudah punya anak satu.  Kelihatan sekali Milky sudah sangat bernafsu karena celana dalamnya  sudah basah dari luar. Aku turunkan celana dalamnya dengan bantuannya  mengangkat pantatnya. Tampaklah pemandangan yang luar biasa yang belum  pernah aku saksikan. vagina yang indah dengan bulu yang sangat lebat  hampir sampai ke pusarnya dan menutup lubang memeknya. Memang Milky  termasuk yang mempunyai bulu banyak, tangan dan kakinya mempunyai bulu  yang banyak namun tetap seksi, inilah salah satu yang membuat aku sangat  menginginkannya.   Aku segera menjilati dan melahap memeknya, klitorisnya aku gigit kecil dengan gemas.   "Oh.. Dri.. Enak banget sayang, kau tahu membuatku enak" Milky mulai merintih. "Terus.. Sayang.. Akh.. Aku hampir tidak kuat.." erang Milky.   Aku menyibakkan bulu memeknya dan terus menjilati memeknya dan sesekali  aku masukkan lidahku ke dalam memeknya dan kugoyang-goyangkan sehingga  Milly semakin merintih keenakan. Namun aku ingin membuat Milky penasaran  dan segera menghentikan aksiku. Kemudian aku berdiri dan segera  melepaskan baju dan celanaku. Kulihat Milky begitu penasaran melihat aku  membuka pakaianku. Begitu aku menurunkan celanaku, tampak matanya  terbelalak melihat celana dalamku, karena kontolku yang sudah tegang  sekali sehingga sampai keluar dari CD-ku. Kulepas celana dalamku dan  tampaklah kontolku mengacung dengan tegang dan keras.   Aku kemudian menghampiri Milky dan menciumnya, Milky segera menangkap  kontolku, rupanya Ia sudah tidak sabar lagi untuk memegang kontolku.   "Akh.. Adri.. Besar banget kontolmu sayang.., aku suka sekali.." imbuh Milky kepadaku. "Ayo dong sayang.. Masukin kontolmu.. Ngentotin memekku.. Please.. Aku  sudah nggak tahan.." Milky berkata kepadaku dengan tidak sabar lagi,  rupanya kesepiannya selama ini membuat Dia tidak tahan lagi.   Akupun segera memasukkan kontolku ke memeknya dengan diarahkan oleh  tangannya. Segera aku tekan kontolku dan masuk ke memeknya, terasa  sempit juga memeknya....... Dan.... bless........ Amblaslah kontolku ke  dalam memeknya.   "Oh.. Oh.. Sayang.." desah Milky. "Mil, memekmu enak sekali" imbuhku. "Dri.. Goyang terus sayang.. entotin terus" erangnya. "Akh.. Ohh.. Kamu hebat sayang.." hanya itu yang keluar dari mulut kami  Milky sangat pintar memainkan pantatnya, diangkat.. diputar..  bergantian. Hampir 30 menit kami mengentot sampai akhirnya sudah hampir  puncaknya.   "Dri.., aku mau keluar.. Mau puas.." teriak Milky. "Genjot terus sayang.. Akh.. Akhh.." desah Milky.   Crop.. Crop.. Kecrop.. bunyi persetubuhan kontolku dan vagina Milky yang sudah becek.   "Aku juga sudah hampir keluar.. Mil.." imbuhku.   Kugenjot terus vagina Milky sementara kakinya menjepitkan pinggangku.  Pinggulnya dinaikkan. Tampaknya dia akan orgasme. Genjotan penisku  kutingkatkan.   "Ooo.. Ahh.. Hmm.. Ssshh.. Aku keluarr.." erangnya dengan tubuh menggelinjang menahan puncak kenikmatan yang diperolehnya.   Kurasakan air maninya yang hangat membasahi kontolku didalam memeknya.  Akupun sudah tidak tahan lagi untuk mencapai puncak kenikmatan.   "Mil.. Aku juga mau keluarr.. Keluarin dimana sayang.." kataku kepada Milky. "Di dalam aja.. Yang paling dalam.. Ugh.." sahut Milky.   Crett.. Crooott.. Croooott.. Crooottttt..   akhirnya spermaku keluar dengan derasnya sampai-sampai memeknya tidak  cukup menampung air kenikmatanku, tampak spermaku keluar dari memeknya.  Akhirnya tubuhku roboh menindih tubuh Mlky sambil berpelukan sementara  kontolku masih di dalam memeknya menumpahkan sisa spermaku.   "Mil.. Kau puas sayang..?" kataku kepada Milky sambil kukecup lembut bibirnya. "Puas sekali sayang.. Belum pernah aku sepuas ini.. Apalagi sudah 4 bulan aku sudah tidak ngentot.." katanya. "Aku akan selalu memuaskanmu dalam kesepianmu.." kataku "Kenapa kita tidak dari dulu bisa merasakan kenikmatan ini" desahnya kepadaku. "Iya.. sayang.. Tapi hari ini aku bahagia sekali.." sahutku sambil memeluk dan mencium bibirnya yang basah. "Ayo.. cepat bangun, sebentar lagi Martin dan Ipah pulang.." sergah  Milky sembari berdiri dan menarikku pergi ke kamar mandi untuk  membersihkan diri.   Mulai hari itu aku dan Milky selalu membuat janji untuk dapat mengulangi  kembali persetubuhan kami yang nikmat. Aku dan Milky selalu bersikap  biasa diantara ipar maupun istriku. Kadang kami bertemu ditempat yang  telah kami tentukan bahkan kadang Milky membawa anak dan pembantunya ke  rumah kakaknya kemudian Ia kembali kerumah sambil menjemput aku terlebih  dahulu untuk melewatkan nafsu kami yang sudah memuncak. Kejadian ini  terus berulang.......berulang........   berulang............                Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Pengalaman Sex Bersama ANNA.               Apr 15th 2013, 13:00                                               Pengalamanku saat bermain berempat dengan Anna dan keponakannya, Sinta  membuat Dicky penasaran. Agaknya ia mendengar dari Anna bagaimana Sinta  dan aku bermain begitu rupa, hingga ia yang pernah juga main dengan  Sinta dan Anna, suatu ketika meminta istrinya untuk mengajak Sinta dan  aku bermalam di rumah mereka. Karena Sinta mau ujian semester selama dua  minggu, kami tidak mengusiknya. Kesempatan kami untuk bertemu terjadi  pada suatu malam minggu setelah Sintai selesai ujian.
  Anna dan Dicky menyiapkan jamuan makan mewah, sebab masakan yang dipesan  dari salah satu restoran mahal di bilangan Jakarta ini. Dengan  mengenakan celana panjang coklat tua dan kaos berleher berwarna coklat  muda, aku tiba di rumah mereka pukul 18 dan melihat Sinta telah ada di  sana. Dicky mengenakan celana panjang hitam dan hem biru muda bertangan  pendek. Anna mengenakan gaun warna biru muda, seperti warna hem  suaminya, agak ketat membungkus tubuhnya yang seksi, gaun itu tergantung  di pundaknya pada dua utas tali, sehingga memperlihatkan sebagian  payudaranya. Sinta tak ubahnya seorang putri, memakai gaun berwarna  merah muda, ketat menampilkan lekuk-lekuk tubuhnya yang menggairahkan,  juga dengan belahan dada agak rendah dengan potongan setengah lingkaran.  Keduanya seolah-olah ingin menunjukkan keindahan payudaranya di depanku  dan Dicky untuk menyatakan payudara siapa yang paling indah. Payudara  kedua perempuan itu memang tidak terlalu besar, tetapi cukup merangsang  buatku. Milik Anna lebih kecil sedikit daripada milik Sinta. Hal itu  sudah kubuktikan sendiri ketika mencoba menelan payudara keduanya.  Payudara Sinta masih tersisa lebih banyak daripada payudara Anna, waktu  kuisap sebanyak-banyaknya ke dalam mulutku.
  Kami berempat duduk di ruang makan menikmati jamuan yang disediakan tuan  rumah. Hidangan penutup dan buah-buahan segar membuat kami sangat  menikmati jamuan tersebut.
  Dari ruang makan, kami beranjak ke ruang keluarga. Anna menyetel musik  klasik, sedangkan Dicky mengambil minuman bagi kami, ia menuangkan  tequila buat Anna dan Sinta, sedangkan untuknya dan aku, masing-masing  segelas anggur Prancis, agak keras kurasa alkoholnya. Rona merah  membayang pada wajah mereka bertiga, dan kupikir demikian juga denganku,  akibat pengaruh minuman yang kami teguk. Percakapan kami yang semula  ringan-ringan di seputar kerja dan kuliah Sinta makin beralih pada  hal-hal erotis, apalagi waktu Anna melihat ke arahku dan berkata, "Wah,  pengaruh anggur Prancis sudah membangunkan makhluk hidup di paha Agus.  Lihat nggak tuh Sin?" Sinta menengok ke bagian bawah tubuhku dan  membandingkan dengan Dicky, "Lho, yang satu ini pun sudah mulai bangkit  dari kubur, hi… hi….hi…"
  Sinta yang duduk di dekatku menyenderkan kepalanya pada bahu kananku.  Anna mengajak suaminya berdiri dan berdansa mengikuti irama lagu The  Blue Danube-nya Strauss. Entah pernah kursus atau karena pernah di luar  negeri, mereka berdua benar-benar ahli melakukan dansa. Setelah lagu  tersebut berlalu, terdengar alunan Liebestraum. Dicky melepaskan  pelukannya pada pinggang Anna dan mendekati Sinta, lalu dengan gaya  seorang pangeran, meminta kesediaan Sinta menggantikan Anna menemaninya  melantai, sementara Anna mendekatiku.
  Aku yang tak begitu pandai berdansa menolak dan menarik tangan Anna agar  duduk di sampingku memandang suaminya berdansa dengan keponakannya.  Rupanya Sinta pun tidak jelek berdansa, meskipun tak sebagus Tantenya,  ia mampu mengimbangi gerakan Dicky. Saat alunan lagu begitu syahdu,  mereka berdua saling merapatkan tubuh, sehingga dada Dicky menekan  payudara Sinta. Di tengah-tengah alunan lagu, wajah Dicky mendekati  telinga Sinta dan dengan bibirnya, ia mengelus-elus rambut di samping  telinga Sinta dan dengan kedua bibirnya sesekali cuping telinga Sinta ia  belai. Tatapan Sinta semakin sayu mendapati dirinya dipeluk Dicky  sambil dimesrai begitu. Lalu bibir Dicky turun ke dagu Sinta, menciumi  lehernya. Kami dengar desahan Sinta keluar dari bibirnya yang separuh  terbuka. Lalu ia dengan masih berada pada pelukan Dicky di pinggangnya,  mengarahkan ciuman pada bibir Dicky. Mereka berpagutan sambil berpelukan  erat, kedua tangan Dicky melingkari pinggul Sinta, sedangkan kedua  tangan Sinta memeluk leher Dicky. Permainan lidah mereka pun turut  mewarnai ciuman panas itu.
  Dicky lalu membuka gaun Sinta hingga terbuka dan melewati kedua  pundaknya jatuh ke lantai. Kini Sinta hanya mengenakan kutang dan celana  dalam berwarna merah muda. Tangan Sinta ikut membalas gerakan Dicky dan  membuka hemnya, kemudian kulihat jari-jarinya bergerak ke pinggang  Dicky membukai ikat pinggang dan risleting celana Dicky. Maka  terlepaslah celana Dicky, ia hanya tinggal memakai celana dalam. Lalu  jari-jari Sinta bergerak ke belakang tubuhnya, membuka tali kutangnya,  hingga menyembullah keluar kedua payudaranya yang sintal. Keduanya masih  saling berpelukan, melantai dengan terus berciuman. Namun tangan  keduanya tidak lagi tinggal diam, melainkan saling meraba, mengelus;  bahkan tangan Dicky mulai mengelus-elus bagian depan celana dalam Sinta.  Sinta mendesah mendapat perlakuan Dicky dan mengelus-elus penis Dicky  dari luar celana dalamnya, lalu dengan suatu tarikan, ia melepaskan  pembungkus penis tersebut sehingga penis Dicky terpampang jelas  memperlihatkan kondisinya yang sudah terangsang. Dicky mengarahkan  penisnya ke vagina Sinta dan melakukan tekanan berulang-ulang hingga  Sinta semakin liar menggeliatkan pinggulnya, apalagi ciuman Dicky pada  payudaranya semakin ganas, dengan isapan, remasan tangan dan pilinan  lidahnya pada putingnya. Sinta terduduk ke karpet diikuti oleh Dicky  yang kemudian meraih tubuh Sinta dan membaringkannya di sofa panjang.  Dengan jari-jari membuka celah-celah celana dalam Sinta, mulutnya  kemudian menciumi vagina Sinta. Erangan Sinta semakin meninggi berganti  dengan rintihan. "Dick, ayo sayang ….. ooooohhhh …. Yahhh, gitu sayang,  adddduhhhh … nikmat sekali ….. aaakkkhhhh …. "
  Setelah beberapa saat mengerjai vagina Sinta, Dicky berlutut dekat Sinta  dengan kaki kanan bertelekan di lantai, sedangkan kaki kirinya naik ke  atas sofa, ia arahkan penisnya ke vagina Sinta dari celah-celah celana  dalam Sinta. Lalu perlahan-lahan ia masukkan penisnya ke vagina Sinta  dan mulai melakukan tekanan, maju mundur, sehingga penisnya masuk keluar  vagina Sinta.
  Anna yang duduk di sebelah kiriku terangsang melihat Dicky dan Sinta,  lalu mencium bibirku. Kubalas ciumannya dengan tak kalah hebat sambil  mengusap-usap punggungnya yang terbuka. Anna memegangi kedua rahangku  sambil menciumi seluruh wajahku, lidahnya bermain di sana-sini, membuat  birahiku semakin naik, apalagi ketika lidahnya turun ke leherku dan  dibantu tangannya berusaha membuka kaosku. Kuhentikan gerakannya  meskipun ia membantah, "Ayo dong Gus?"
  "Tenang sayang …. " kucium bibirnya sambil menunduk dan dengan tangan  kiri menahan lehernya, tangan kananku mengangkat kakinya hingga ia jatuh  ke dalam boponganku dan kugendong menuju kamar tidur mereka. Kami tak  pedulikan lagi Dicky dan Sinta yang semakin jauh saling merangsang.  Kurebahkan tubuhnya di ranjang dan kubuka seluruh pakaianku.
  "Cepet banget Gus, udah sampai ke ubun-ubun ya sayang?" tanya menggoda sambil berbaring.
  "Udah berapa minggu nich, kangen pada tubuhmu …" jawabku sambil mendekati dirinya.
  Kembali kulabuhkan ciuman pada bibirnya sambil jari-jariku mengelus  pundaknya yang terbuka sambil membukai kedua tali di pundaknya. Lidahku  mencari payudaranya dan mengisap putingnya. Isapan mulutku pada  putingnya membuat Anna mengerang dan menggelinjang, apalagi ketika  sesekali kugigit lembut daging payudaranya dan putingnya yang indah,  yang sudah tegang. Mungkin karena pengaruh minuman keras dan tontonan  yang disajikan Sinta dan Dicky barusan, kami berdua pun semakin liar  saling mencium tubuh yang lain satu sama lain. Pakaian kami sudah  terlempar kesana kemari. Ciuman bibir, elusan jari-jari dan bibir,  remasan tangan, jilatan lidah menyertai erangan Anna dan aku. Kami  berdua seolah-olah berlomba untuk saling memberikan kepuasan kepada yang  lain. Apalagi ketika Anna menindih tubuhku dari atas dengan posisi  kepala tepat pada pahaku dan mengerjai penisku dengan ganasnya.  Vaginanya yang tepat ada di atas wajahku kuciumi dan kujilati,  klitorisnya kukait dengan lidah dan kugunakan bibirku untuk mengisap  klitoris yang semakin tegang itu. Setelah tak tahan lagi, Anna segera  bangkit lalu menungging di depanku. Rupanya ia mau minta aku melakukan  doggy style posisi yang sangat ia sukai. Dari ruang keluarga, kudengar  rintihan Sinta dan erangan Dicky. Mungkin mereka sudah semakin hebat  melakukan persetubuhan.
  Kuarahkan penisku ke vagina Anna. Kugesek-gesekkan kepala penis hingga  ia kembali merintih, "Guuussss, jangan permainkan aku! Ayo masukin dong,  aku nggak tahan lagi, sayaaaanngg!" pintanya.
  Penisku mulai masuk sedikit demi sedikit ke dalam vaginanya. Kupegang  pinggulnya dan memaju-mundurkan tubuhnya mengikuti alunan penis masuk  keluar vaginanya. Sekitar lima menit kulakukan gerakan begitu, ia belum  juga orgasme, begitu pula aku. Kemudian kuraba kedua payudaranya yang  menggantung indah dari belakang. Kuremas-remas sambil merapatkan dadaku  ke punggungnya. Ia mengerang, mendesah dan merintih. "Ahhhh ….. sshsshh,  ouuughhhh, nikmatnyaaaa …… sayangkuuuuu. …." Mendengar suaranya dan  merasakan geliat tubuhnya di bawah tubuhku, membuatku makin terangsang.  Lalu kutarik kedua tangannya ke belakang tubuhnya. Kupegang lengannya  dengan sentakan kuat ke arah tubuhku hingga ia mendongakkan kepalanya.  Kedua tangannya berusaha menggapai payudaranya dan meremas-remas  payudaranya sendiri. Kami berdua kini dalam posisi bertelekan pada lutut  masing-masing, agak berlutut, ia tidak lagi menungging, penisku  membenam dalam-dalam ke vaginanya. Rintihan Anna semakin tinggi dan saat  kuhentakkan beberapa kali penisku ke dalam vaginanya, ia menjerit,  "Aaaaahhhhhh ….. oooooggghhh ….." Penisku terasa diguyur cairan di  dalam. Aku tak kuat lagi menahan nafsuku dan menyusul dirinya mencapai  puncak kenikmatan. Ia lalu menelungkup dengan aku menindih punggungnya  yang sesekali masih memaju-mundurkan penisku di dalam vaginanya.  Keringat bercucuran di tubuh kami, meskipun pendingan kamar itu cukup  dingin ketika kami baru masuk tadi.
  Kemudian kami berbaring berpelukan, aku menelentang sedangkan Anna  merebahkan tubuhnya di atasku. Di ruang sana tak terdengar lagi suara  Dicky dan Sinta, mungkin mereka juga sudah orgasme. Tanpa sadar, aku  tertidur, juga Anna. Aku terjaga ketika merasakan ciuman pada bibirku.  Kubalas ciuman itu, tetapi aromanya berbeda dengan mulut Anna. Kubuka  kelopak mataku, kulihat Sinta masih telanjang membungkuk di atas tubuhku  sambil menciumi aku. Mataku terbuka lebar sambil memagut bibirnya  memainkan lidahku di dalam mulutnya, ia membalas perlakuanku hingga  lidah kami saling berkaitan. Sedangkan Dicky kulihat mendekati Anna dan  menciumi payudara istrinya. Anna menggeliat dan membalas ciuman dan  pelukan suaminya. Tangannya mengarah ke bagian bawah tubuh Dicky meraih  penis suaminya yang sudah melembek. Ia rabai dan kocok penis itu, hingga  kuperhatikan mulai bangun kembali. Sinta yang semula hanya menciumi  bibirku dan memainkan lidahnya, menurunkan ciumannya dan mencari dadaku,  di sana putingku diciumi dan digigitnya lembut. Lama-lama gigitannya  berubah semakin buas, hingga membuatku merintih sakit bercampur nikmat,  "Kenapa, sayang? Sakit ya?" tanyanya menghentikan permainannya sambil  menatapku. Aku menggelengkan kepala dan memegang kepalanya agar kembali  meneruskan ulahnya. Lidahnya kembali terjulur dan bermain di putingku  bergantian kiri dan kanan. Setelah itu, ia turunkan ciumannya ke penisku  yang masih ada sisa-sisa sperma dan cairan vagina Anna. Ia lumat dan  masukkan penisku ke dalam mulutnya. Penis yang sudah lembek itu kembali  tegang mendapat perlakuan mulutnya. Tangannya memegang pangkal penisku  melakukan gerakan mengocok. Bibirnya dan lidahnya juga bermain di  testisku dan "Uuuuhhhh …." aku mendesah, sebab kini lidahnya menjilati  analku tanpa rasa jijik sedikit pun. Setelah itu kembali mulutnya  bermain di testisku dan memasukkan kedua testis itu bergantian ke dalam  mulutnya. Sedotan mulutnya membuat birahiku kembali muncul. Sementara  rintihan Anna kembali terdengar. Kuintip mereka, Dicky kini menciumi  paha istrinya, sama seperti perbuatan Sinta padaku.
  Sinta melihat penisku makin tegang, tetapi kemudian ia melangkah ke  bufet kecil di samping ranjang. Tak lama kemudian ia kembali ke ranjang  sambil memegang dildo berwarna merah di tangannya. Penis buatan itu  memiliki tali yang kemudian ia ikatkan ke pinggangnya sehingga kini  Sinta terlihat seperti seorang laki-laki, tetapi memiliki payudara.
  Dicky masih terus menciumi paha isterinya ketika Sinta memegang rambut  Dicky dan meminta Dicky menciumi payudara isterinya, sedangkan penis  buatan sudah ia arahkan ke vagina Anna. Dicky menoleh sekilas ke arah  Sinta, tetapi ia tidak menolak dan meremas-remas payudara istrinya  sambil menciumi dan memilin putingnya. Desahan Anna semakin kuat  disertai geliat tubuhnya, apalagi saat dildo Sinta mulai memasuki  vaginanya yang kembali basah. Sinta kemudian memaju-mundurkan tubuhnya  hingga dildo itu masuk keluar vagina Anna. Anna mengerang dan meracau  dengan tatapan mata sayu. Kudekati wajahnya dan kupagut bibirnya sambil  turut membelai payudaranya membantu suaminya yang masih terus meremas  dan menciumi payudaranya.
  Beberapa saat dengan posisi itu, membuat Anna kembali naik birahi. Sinta  kemudian membalikkan tubuhnya ke samping sambil memegangi pinggang Anna  agar mengikuti gerakannya. Aku membantu gerakannya dan menggeser tubuh  Anna hingga kini berada di atas tubuh Sinta dengan dildo Sinta yang  tetap menancap pada vagina Anna. Anna yang ada di atas Sinta kini,  menduduki perut Sinta sambil melakukan gerakan seakan-akan sedang  menunggang kuda. Desahan Anna semakin kuat sebab dildo itu benar-benar  masuk hingga pangkalnya ke dalam vaginanya. Sinta tidak banyak bergerak,  hanya pasif, tetapi jari-jarinya bermain di sela-sela vagina Anna  merangsang klitoris Anna. Aku memeluk Anna dari belakang punggungnya,  sedangkan Dicky dari arah depan tubuh Anna meremas-remas dan sesekali  menciumi dan menjilati payudara Anna.
  "Gus, masih ada lubangku yang nganggur, ayo sayangg….. oooohhhh, nikmatnya" desahnya memohon.
  Aku menyorong tubuh Anna agar rebah di atas tubuh Sinta, lalu kusentuh  lubang analnya. Kubasahi dengan sedikit ludah bercampur cairan vaginanya  sendiri. Lalu setelah cukup pelumas, kumasukkan penisku ke dalam  analnya. Kugerakkan penisku maju mundur, sedangkan Anna dan Sinta saling  berciuman, dan Dicky meremas-remas payudara kedua perempuan itu  bergantian. Rintihan kedua perempuan itu semakin kuat terdengar.
  Mungkin karena merasa tindihan dua tubuh di atasnya agak berat, Sinta  agak megap-megap kulihat, sehingga kuajak mereka berdua melakukan  gerakan ke samping. Aku kini berbaring terlentang. Penisku yang tegang  dipegangi tangan Anna dan diarahkannya masuk ke dalam analnya sambil  merebahkan tubuhnya terlentang di atasku. Lalu Sinta kembali berada di  atas tubuh Anna memasukkan dildo pada pangkal pahanya ke dalam vagina  Anna. Gerakan Sinta kini aktif, berganti dengan aku yang pasif pada anal  Anna. Tak lama kemudian Anna orgasme disertai rintihan panjangnya.  Kupeluk ia dari bawah, sedangkan bibirnya diciumi oleh Sinta dengan  ganasnya. Dicky masih terus meremas-remas payudara kedua perempuan itu.  Lalu Sinta mencabut penis buatan dari vagina Anna dan berbaring di  sampingku, sementara Dicky meletakkan tubuhnya di samping Sinta sambil  memeluk tubuh Sinta dan mencium bibirnya.
  Sekitar sepuluh menit kemudian, Anna bangun dari atas tubuhku dan membuka tali yang mengikat dildo pada pinggang Sinta.
  Diperlakukan seperti tadi, rupanya membuat Anna juga ingin mencoba apa  yang dilakukan oleh Sinta terhadap dirinya. "Mas, Gus, pegangi tangan  dan kaki Sinta. Yuk buruan, jangan berikan kesempatan buat dia!" katanya  memerintah kami berdua. Sinta yang masih kecapekan karena mengerjai  Anna tadi mencoba meronta-ronta ketika tanganku memegangi kedua  tangannya dan mementangkan lebar-lebar, sedangkan Dicky memegangi kedua  telapak kakinya sehingga kedua paha dan kakinya terpentang lebar. "Ah,  Tante curang, masak pake pasukan mengeroyok ponakannya …" katanya  protes.
  "Biarin, abis ponakan nakal kayak gini. Masak Tantenya dihabisi kayak  tadi?" gurau Anna sambil berlutut di antara kedua paha Sinta. Ia lalu  menundukkan wajahnya menciumi dan menjilati vagina Sinta. Sinta  benar-benar tidak bisa berkutik, meskipun ia menggeliat-geliat, apalah  artinya, sebab tangan dan kakinya dipegangi oleh dua lelaki dengan  kuatnya. Puas menciumi vagina Sinta, Anna mengangkangkan pahanya di luar  paha Sinta, lalu menujukan dildo pada pahanya ke dalam vagina Sinta.  Setelah dildo tersebut masuk, kedua pahanya bergerak ke arah dalam ke  bawah kedua paha Sinta, sehingga kedua paha Sinta semakin rapat mengunci  dildo yang sudah masuk dengan mantap ke dalam vaginanya. Sedangkan di  bawah, kedua tungkainya mengunci kedua tungkai Sinta. Kini tanpa  dipegangi oleh tangan Dicky pun, kaki Anna sudah mengunci paha dan kaki  Sinta dengan ketatnya. Mulut Anna mengarah pada payudara Sinta dan  melumat habis kedua payudara keponakannya. Sedangkan aku, sambil  mementangkan kedua tangan Sinta, mencium bibirnya dan memasukkan lidahku  ke dalam mulutnya. Sesekali kuangkat wajahku dan berciuman dengan Anna.
  Erangan Sinta yang tak menduga serangan Tantenya semakin dahsyat,  terdengar semakin berubah menjadi rintihan. Apalagi Tantenya semakin  cepat menggerakkan dildo ke dalam vaginanya. Beberapa kali ia malah  menghentakkan dalam-dalam dildo tersebut ke vagina Sinta. Mungkin karena  sudah sering melihat bagaimana gerakan penis suaminya atau penisku  masuk keluar vaginanya, ia pun tergoda untuk melakukan aksi serupa. Cuma  sekitar lima menit diserang begitu, Sinta tak kuasa lagi bertahan, ia  merintih lirih, "Tante Annnnaaaaa, aku dapet ….. aaahhhhhh …… nikmattt  …… sssshhhhh .…… ooouuugghhh ….. aaaakkkhhh."
  Anna masih terus merojok vagina Sinta, hingga Sinta memaksaku melepaskan  kedua tangannya dan menolakkan tubuh Tantenya, "Tante, udah dong, bisa  pecah ntar memiawku!! Ahhh … sadis deh Tante!!" katanya. Kami tertawa  mendengar kalimatnya, sebab tahu mana mungkin pecah vaginanya dengan  alat yang mirip penisku dan penis Dicky. Anna merebahkan tubuh di  samping Sinta seraya mencium bibir Sinta dengan lembut. Keduanya  berciuman agak lama dan kembali berbaring terlentang berdampingan. Aku  dan Dicky mengambil tempat di samping mereka berdua.
  Setelah itu, Anna memintaku menyetubuhinya dengan posisi ia di atas dan  aku berbaring di bawah, kemudian ia minta lagi Sinta untuk memakai penis  buatan tadi ke dalam analnya lalu meminta penis suaminya untuk ia lumat  habis-habisan. Sinta yang ingin membalas perbuatan Tantenya, tidak  menolak. Dengan cepat diikatkannya tali dildo itu dan menyerang anal  Tantenya. Rintihan Anna kembali terdengar di sela-sela lumatan bibir dan  mulutnya pada penis suaminya. Dicky masih mau diperlakukan demikian  beberapa kali, tetapi mungkin karena tak tahan melihat ada vagina  menganggur, ia kemudian mendekati bagian bawah tubuh kami dan kulihat  mengusap-usap pantat Sinta. Lalu ia memasukkan penisnya ke dalam vagina  Sinta. Empat tubuh telanjang berkeringat kini saling bertindihan. Dicky  paling atas menyetubuhi Sinta, sementara Sinta dengan dildo-nya  mengerjai vagina Anna, dan aku paling bawah mengerjai anal Anna dengan  penisku yang tegang terus. Sprey ranjang sudah acak-acakan oleh tingkah  kami berempat, tapi kami tak peduli lagi pada kerapihan.
  Masih dengan napas tersengal-sengal, Sinta membisikkan sesuatu ke  telinga Dicky. Dicky yang sudah melepaskan dirinya dari tubuh Sinta,  memeluk tubuh istrinya melepaskan analnya dari hunjaman penisku. Sinta  kemudian mendekati aku dan berbisik, "Gus, kita kerjai Tante lagi yuk?  Sekarang coba masukin penis kalian berdua ke memiawnya, ntar aku bantu  dengan dildo pada analnya."
  Wah ide yang unik, pikirku sambil mengangguk. Kemudian kuraih tubuh  Anna, "Ada apa sich Gus, aku masih capek sayang!" Tapi penolakannya tak  kuhiraukan. Kutarik tubuhnya rebah menelungkup di atas tubuhku sambil  menggenggam penis yang kuarahkan pada vaginanya. Dasar vaginanya masih  merekah, dengan mudahnya penisku melesak ke dalam, membuatnya kembali  mendesah. Tak lama kemudian, Dicky mendekati kami dan mengarahkan  penisnya ke dalam vagina Anna. Penisku yang masih berada di dalam vagina  Anna, bergesekan dengan penis Dicky yang mulai menyeruak masuk keluar  ke dalam. Mata Anna yang tadinya sayu mendapat seranganku, membeliak  merasakan nikmat akibat dimuati dua penis pada vaginanya. Ia tak kuasa  melawan walaupun semula merasa vaginanya begitu padat dimasuki dua penis  sekaligus.
  Kemudian kulihat Sinta memperbaiki letak dildo yang masih ia kenakan.  Lalu dengan hati-hati ia menempatkan dirinya di antar tubuh Dicky dan  pantat Anna. Dicky memberikan ruang gerak padanya dengan mencondongkan  tubuhnya ke arah belakang dan menahan berat badannya dengan kedua  tangannya, sehingga Sinta bebas memasukkan dildo ke dalam anal Anna. Aku  dan Dicky menghentikan gerakan dengan tetap membiarkan kedua penis kami  berada di dalam vagina Anna. Begitu dildo Sinta masuk ke dalam analnya,  Dicky mulai menggerakkan penisnya lagi, merasakan gerakan itu, aku  mengikuti irama mereka berdua. Rintihan Anna meninggi saat dildo Sinta  memasuki analnya bersamaan dengan kedua penis kami. Kututup rintihannya  dengan mencium bibir Anna. Ia memagut bibirku dengan kuat, bahkan sempat  menggigit bibirku dan mengisap lidahku kuat-kuat. Mungkin pengaruh  desakan dua penis sekaligus pada vaginanya dan penis buatan pada  analnya, membuat Anna melayang-layang mencapai puncak kenikmatan yang  lain dari biasanya.
  Ia tidak lagi mengerang atau mendesah, melainkan merintih-rintih dan  bahkan sesekali menjerit kuat. "Auuuhhh …. Ooooohhhhh …. gila ….. kalian  bertiga benar-benar gila! Uuuukhhhh ….. sssshhhhh ….. aakkkkhhhh ….."  rintihnya sambil menggeliat-geliatkan tubuhnya menerima serangkan kami  bertiga. Pagutan bibirku menutup rintihannya dengan lilitan lidah yang  menjulur memasuki rongga mulutnya. Sinta merapatkan tubuhnya ke punggung  Tantenya dan kedua tangannya bergerak meremas-remas kedua payudara  Tantenya. Anna merintih menikmati serangan di sekujur tubuhnya terutama  pada bagian-bagian vitalnya. Entah sudah berapa puluh kali penisku dan  penis Dicky bergerak masuk keluar vagina Anna dan analnya dirojok dildo  Sinta. Sementara kedua tangan Dicky masih menyangga tubuhnya, ia tak  bisa berbuat apa-apa walaupun kulihat beberapa kali mencoba meraih  punggung Sinta untuk meremas-remas kedua payudaranya dari belakang, tapi  posisinya tidak menguntungkan. Ia kemudian memusatkan pikiran pada  gerakan penisnya yang semakin cepat kurasakan bergesekan dengan penisku  di dalam vagina Anna yang sudah semakin becek.
  Rintihan Anna semakin tinggi berubah menjadi jeritan. Ia memiawik-mekik  nikmat, ketika mencapai orgasme. Dicky menyusul menghentakkan penisnya  kuat-kuat ke dalam vagina istrinya, tapi kedua tangan Anna menahan  pantat suaminya, agar tetap melabuhkan penisnya di dalam vaginanya. Ia  seakan tidak rela penis kami keluar dari vaginanya, meskipun ia sudah  orgasme. Tak lama kemudian, suaminya menyerah, mencabut penisnya.
  Aku masih bertahan dan meminta Sinta berbaring dengan Tantenya  terlentang di atas tubuhnya dan dildo yang dipakainya ia masukkan ke  anal Anna, sementara aku menancapkan penisku ke vagina Anna. Meskipun  Sinta berada di bawah tubuh Tantenya, tubuh Anna kupegangi agar tidak  membebani Sinta. Kuraih pundaknya agar merapat ke tubuhku. Tangan Anna  bermain di kedua payudara Sinta sambil menikmati hunjaman dildo Sinta  pada analnya dan penisku pada vaginanya yang barusan sudah mencapai  kenikmatan. Dicky berbaring di sisi Sinta sambil membantu Anna membelai  dan meremas-remas payudara Sinta dan sesekali mencium bibir Sinta.  Tangan Dicky bermain di bagian bawah tubuh Sinta, rupanya ia  mengorek-ngorek vagina Sinta, hingga gadis itu tidak hanya menancapkan  dildo ke vagina Tantenya, tetapi juga menaiki anak tangga kepuasan oleh  permainan tangan Dicky.
  Sinta menggeliat-geliat di bawah dengan dildo*-nya menancap dengan dalam  pada vagina Anna, sambil menikmati ulah jari-jari Dicky pada vaginanya.  Rintihan Sinta semakin kuat bercampur dengan jeritan Anna yang kuserang  habis-habisan dengan gerakan sekuat-kuatnya dan sedalam-dalamnya  membenamkan penisku ke dalam vaginanya. Ia menjerit-jerit seperti waktu  penis suaminya bersama penisku masih berada di vaginanya. Penisku  kupegangi dan kutekan kanan kiri merambah, mengeksplorasi dinding  vaginanya dan menarik tanganku hingga penisku masuk hingga pangkalnya.  Jari-jariku mencari klitorisnya dan membelai-belainya sedemikian rupa  hingga ia tak berhenti memiawik.
  Sekujur tubuh Anna bersimbah peluh dan kuperhatikan ada tetesan air  keluar dari matanya turun ke pipi. Rupanya saking nikmatnya multiorgasme  yang ia rasakan, tanpa terasa air matanya menetes. Tentu saja air mata  bahagia. Kukecup kelopak matanya menciumi air matanya dan bibirku turun  ke bibirnya, melakukan kecupan yang liar dan panas.
  "Ooooooooogggghhhhhhhh ….. Gussssss ……. Uuuhhh ……. Ssssshhhhh ….  Sintaaaaa …… nikmatnyaaaaaahhhhhhh …… Aaaahhhhhh!!!" teriakannya  terdengar begitu kuat sambil menekankan vaginanya kuat-kuat ke penisku.
  Seperti biasanya kalau ia mencapai orgasme yang luar biasa, air seninya  ikut muncrat bersamaan dengan cairan vaginanya. Semprotan cairannya  membasahi penisku, sela-sela paha Sinta dan sprey di bawah kami.  Mulutnya menolak mulutku dan menggigit pundakku hingga terasa giginya  menghunjam agak perih di kulitku.
  Dari bawah kulihat Sinta juga semakin kuat menekan dildo ke anal Anna.  Sinta pun merintih, "Tanteeeee ….. aku …. juga dapeetttt nicchhhh …..  oooohhh, jari-jarimu lincah benar Oooommmm ….." pujiannya keluar memuji  perbuatan Dicky terhadap dirinya. Dicky mencium bibir Sinta dan  mengelus-elus payudaranya.
  Terakhir, aku menghentakkan penisku sedalam-dalamnya dan sambil  mengerang nikmat, muncratlah spermaku memasuki vagina Anna. Kutarik  tubuh Anna berbaring di atas tubuhku yang berbaring terlentang,  sedangkan Sinta memeluk Dicky yang menindih tubuhnya sambil terus  berciuman dan memasukkan jari-jarinya sedalam-dalamnya ke dalam vagina  Sinta yang pahanya sudah merapat satu sama lain dan menjepit jari-jari  dan tangan Dicky dengan kuatnya.
  Napas Anna, Sinta dan aku yang terengah-engah semakin mereda sambil  mencari posisi yang enak untuk berbaring. Kuamati payudara kedua  perempuan itu sudah merah di sana-sini, akibat ciuman dan gigitan Dicky,  aku dan mereka berdua satu sama lain. Pundakku yang perih akibat  gigitan Anna tadi, diciuminya dengan lembut seraya minta maaf, "Gus,  maaf ya, jadi kejam gini sama kamu, abis nggak tau lagi sih mau ngapain.  Yah udah, pundakmu jadi sasaran mulut dan gigiku." Kuelus-elus  rambutnya sambil berkata, "Tak apa, sayang. Ntar juga cepat sembuh koq,  apalagi sudah kau obati dengan ludahmu."
  Setelah itu, kami berempat terbaring nyenyak setelah beberapa jam main  tak henti-hentinya. Kami baru bangun ketika matahari sudah naik tinggi  dan jarum jam dinding menunjuk pukul 11.00 WIB. Kami mandi berempat di  kamar mandi. Bathtub yang biasanya hanya dimuati satu atau dua tubuh  orang dewasa, kini menampung tubuh kami berempat yang sambil berciuman,  menggosok, meraba dan meremas satu sama lain, tetapi karena tenaga kami  sudah terkuras habis, kami tak main lagi pagi itu. Namun siangnya, usai  makan, Sinta sempat memintaku untuk main lagi dengannya. Dicky dan Anna,  sambil tertawa-tawa dan memberi komentar, hanya menonton keponakan  mereka main denganku di karpet ruang keluarga mereka. Sinta seolah tak  kenal lelah, tidak cukup hanya meminta vaginanya kukerjai, tetapi juga  analnya, baik dengan posisi terlentang dengan kedua kakinya kupentang  lebar maupun dengan posisi ia menungging dan kutusuk dari belakang. Jika  kuhitung, ada sekitar tiga kali lagi ia orgasme, sementara aku hanya  sekali, tetapi untungnya penisku tetap bisa diajak kompromi untuk terus  main melayani permintaannya. Tepukan tangan Dicky dan Anna memuji  kekuatan kami berdua mengakhiri persetubuhan kami berdua, lalu Anna  membersihkan penisku yang dilelehi cairan vagina dan anal Sinta serta  spermaku, sedangkan Dicky membaringkan tubuh Sinta di sofa panjang dan  membersikan vaginanya dengan bibir dan lidahnya. Pelayanan kedua suami  istri itu benar-benar luar biasa terhadap keponakannya, Sinta dan aku.               Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Kampung SEX !!!!               Apr 15th 2013, 12:59                                               kampung sex bebas..
   Aku menemukan satu kampung unik ini secara kebetulan. Temanku yang  bekerja di salah satu kementerian suatu hari mengajakku melakukan survey  advance. Demikian istilah yang sering mereka gunakan untuk  mempersiapkan suatu acara seremonial besar. Acara yang dipersiapkan  adalah "Panen Raya Kedelai".
   Temanku ini bekerja di bagian biro protokol, sehingga tugasnyalah  menyiapkan segala sesuatu untuk kelancaran acara bagi menteri. Aku  dengar malah bukan hanya menteri yang akan hadir, tetapi juga Presiden.
   Aku berdua dengan temanku sebut saja namanya Johan meluncur dengan  kendaraan dinasnya ke arah Kabupaten Subang. Jam 9 pagi kami sudah  berada di kantor Kabupaten Subang untuk melakukan koordinasi dengan  pejabat setempat sekaligus membawa penunjuk jalan untuk menuju lokasi.  Kami sempat rapat sebentar dengan Bupati dan segenap Muspida untuk  persiapan acara ini.
   Akhirnya dipersingkat saja ceritanya aku dan Johan serta staf Dinas  Pertanian Subang sampai di lokasi. Perkampungan yang agak jauh dari  jalan raya. Tadi kuingat, dari Subang mengarah ke Pamanukan lalu  membelok ke arah Timur. Dari jalan raya kami melalui jalan perkebunan  tebu hampir satu jam baru sampai ke lokasi. Tempat yang kami datangi  memang menghampar tanaman kedelai. Tempat acara sudah dipilih oleh  pejabat setempat, suatu petak sawah yang kedelainya siap dipanen.
   Selesai meninjau lokasi kami melakukan rapat berlarut-larut di kantor  kelurahan yang baru tuntas sekitar pukul 5 sore. "Pak menginap di sini  saja pak, dari pada harus kembali ke Subang," kata Lurah. Dia lalu  memperkenalkan kepada kami kepada seorang wanita dengan umur kitaran 30  tahun yang memperkenalkan diri bernama Aminah. Dia adalah Sekretaris  penggerak PKK desa setempat.
   Mbak Aminah kemudian ikut mobil kami untuk menunjukkan dimana kami akan  menginap. Aminah membawa kami ke kampung . Mobil berhenti di sebuah  bangunan yang bagian depannya terdapat warung kopi. " Pak mari turun,  ini rumah saya," katanya. Aku dan Johan diajak masuk ke dalam rumahnya.  Lumayan lega juga di dalam. "Bapak nginap di sini saja, ini ada 3 kamar  kosong, tapi ya keadaannya sederhana, maklum di desa," kata Aminah. Kami  lalu diajak meninjau kamar, seperti kami meninjau kamar hotel. Untuk  ukuran desa kamar yang dimiliki Aminah cukup lumayan dan bersih. Aku  kagum, karena tempat tidurnya semua adalah spring bed. Aku jadi  bertanya-tanya siapa Aminah, apa kerjanya dan mana suami dan  anak-anaknya. Kami setuju dan Aminah mengarahkan agar kami bertiga  mengambil kamar sendiri-sendiri. "Santai saja pak, di sini tidak perlu  buru-buru kayak di Jakarta," kata Aminah. Rumah Aminah cukup besar dan  sejak aku datang sampai selesai mandi dan ngopi aku belum menemukan  suaminya atau anak-anaknya. " Kamu tinggal sama siapa mbak, " tanyaku  penuh penasaran. "Sendiri saja pak, paling ya ditemeni sama yang kerja  di warung itu. Saya sudah tidak punya suami lagi pak, sudah jomblo,"  katanya genit.
   Aku menanyakan kenapa rumahnya punya banyak kamar, seperti hotel. " O  itu biasalah pak, sering ada yang nginap, kadang-kadang dari Jakarta  juga, mereka kan mau rileks di sini," kata Aminah sambil senyum genit.  Ketika Aminah ke belakang Pak Cecep, staf Dinas Pertanian Subang  menjelaskan kepada kami bahwa di daerah ini kehidupan sangat bebas.  Siapa saja yang kita inginkan, baik dia sedang punya suami, janda atau  masih perawan bisa diajak tidur. Aku jadi berpandang-pandangan dengan  Johan. Kami berdua memang penjahat kelamin.
   Sekembalinya Aminah bergabung dengan kami pak Cecep tanpa basa basi  menanyakan ke Aminah mengenai teman tidur yang bisa disediakan malam  ini. " Bapak-bapak mau yang model apa, " tanya Aminah. Agak repot juga  menjawab pertanyaannya. " Ya udah nanti pada saya panggilin, bapak-bapak  tenang saja, ada yang abg ada yang stw," kata Aminah lalu berlalu. Dia  berbicara dengan pembantu lakinya yang tidak lama kemudian pembantu itu  pergi membawa sepeda motor.
   Sekitar 2 jam setelah kami makan malam, kami diajak melihat warung di  depan. " Itu pak anak- anaknya, bapak-bapak tinggal pilih saja yang mana  itu ada 8 orang yang bisa siap malam ini nginap. Aku dan Johan menyapu  pandangan ke seluruh cewek yang duduk di warung. Cukup lumayan juga.  Johan dan Cecep sudah menentukan pilihan. Aminah memanggil mereka yang  terpilih. " Bapak yang mana," tanya Aminah kepadaku. "Wah agak susah  juga nih menyebutnya, " kataku. " Kenapa pak gak ada yang cocok ya,  nanti biar dipanggil lagi yang lain, " kata Aminah. "Nggak bukan itu ,  ndak perlu manggil lagi, tapi saya dari tadi naksir sama yang punya  rumah," kataku terus terang. " Ah bisa aja si Bapak, saya mah udah tua,  udah kendor pak, takutnya nanti ngecewain," katanya tersipu malu dengan  pandangan genit. " Ah tapi pandangan saya, yang punya rumah yang terbaik  dari semua itu," kataku mulai melambungkan pujian.
   Aminah lalu memberi kode ke pada pembantunya laki-laki dan kepada  perempuan yang tidak terpilih satu persatu meninggalkan warung.
   Cecep dan Johan langsung menggiring pasangannya masuk ke kamar,  sementara aku masih ngobrol dengan Aminah. Aku banyak mengorek  keterangan mengenai kehidupan di kampung ini. Menurut Aminah masyarakat  di kampung ini bebas terhadap masalah sex. Dia tidak tahu bagaimana  awalnya sampai adat kampung ini demikian. " Kalau bapak tinggal di sini  baru bisa merasakan bahwa di sini masyarakatnya ramah dan masalah sex  bukan hal yang tabu," katanya. "Tapi bagaimana istri orang kok bisa  diajak nginep," tanyaku. " Disini uang kan susah pak, Kalau istrinya  dibooking, berarti kan dia dapat duit, seratus duaratus sudah besar di  kampung, pak" katanya. "Pak kita terusin ngobrolnya dikamar saya saja  pak," kata Aminah sambil menggandeng tanganku.
   Di dalam kamar Aminah melepas semua pakaiannya, BH nya tinggal celana  dalam dan dia memakai sarung setinggi dada. Dia tidak malu- malu  bertelanjang di depan saya. Susunya cukup besar dan pahanya juga tebal  sekali.
   Aku tidak perlu menceritakan secara rinci bagaimana pertempuranku  dengan Aminah. Dia memulai dengan memijat seluruh tubuhku lalu mengoral  dan akhirnya kami mengayuh birahi. Permainannya cukup trampil dan  memeknya bisa dia mainkan sehingga penisku seperti di pijat-pijat. Kami  bermain dua ronde lalu tertidur lelap sampai pagi.
   Pagi-pagi Aminah sudah menyiapkan nasi goreng dengan telur mata sapi  serta dua telur ayam kampung setengah matang untuk kami masing- masing.  Aku merasakan ketenangan dan kedamaian di desa yang teduh. Hari ini aku  dan Johan melanjutkan rapat koordinasi untuk ancara Panen Raya Kedelai.  Soal apa yang kukerjakan kurang menarik untuk diceritakan, tetapi,  ketika semua rampung sekitar pukul dua siang kami berdua kembali ke  rumah Aminah. Pak Cecep kembali ke Subang.
   Aminah menyambut kami, kami mengobrol sebentar. Saat Johan ke kamar  mandi, Sofei mendekatiku, " Pak ada janda baru cerai masih muda, anaknya  cantik, saya lagi suruh dia di bawa kemari," kata Aminah. Aku  sebenarnya agak rikuh, karena semalam sudah menunggangi Aminah. Untuk  berpindah ke lain hati sepertinya saya tidak punya perasaan. Tapi, si  Aminah yang menawarkan. "Begitu bebaskah pergaulan di desa ini sehingga  tidak ada rasa memiliki," batinku.
   Tidak lama kemudian datang 2 sepeda motor. Aminah menyambut dan  menggandeng salah seorang yang lalu diperkenalkan kepadaku. Gadis yang  masih kelihatan masih sangat remaja itu disuruh duduk disampingku.  Kuakui dia memang cukup cantik dan seksi. Yang seorang lagi juga  seimbang cantiknya, tetapi tubuhnya lebih pendek, dan dia dijodohkan ke  Johan.
   Aminah tanpa basa-basi membuka omongan dengan memperkenalkan gadis yang  disebelahku bernama Yaya, janda baru 3 bulan dan cewek Johan Mimin  belum pernah kawin tapi sudah janda. Selama 3 hari kami menginap di  rumah Aminah, aku puas karena setiap malam berganti- ganti pasangan.  Setelah pekerjaan Johan selesai dan dia harus kembali ke Jakarta, aku  masih bertahan di desa itu.
   Selama seminggu aku memuaskan fantasi sex ku dikampung sex bebas ini.  Kehadiranku di situ, rupanya cepat diketahui peduduk kampung. Warung  Aminah jika sudah sore sekitar jam 5 sering didatangi cewek-cewek.  Mereka sengaja datang untuk aku pilih menjadi teman tidurku. Kegilaanku  makin mejadi-jadi, karena aku mencoba berbagai tipe, dari mulai yang  gendut, kurus, muda , STW dan berbagai tipe. Suatu hari aku digamit  Aminah, " Pak itu ada orang nawarin anaknya yang masih perawan, bapak  berminat gak. Aku melepas pandangan ke warung, terlihat seorang ibu  didampingi gadis kecil. Kutaksir umurnya masih dibawah 15 tahun. Aku  jadi penasaran ingin pula mencoba perawan kampung. Aku setuju dan harga  yang ditawarkan ternyata juga tidak terlalu tinggi. Gadis kecil itu  digandeng Aminah masuk ke ruang tamu lalu dia menyuruh menyalamiku.
   Buset masih kecil sekali. Teteknya memang sudah nyembul, tetapi masih  kecil sekali. Anaknya duduk disampingku menunduk malu diam saja. Aku  berusaha mengorek informasi ternyata umurnya baru 13 tahun, baru lulus  SD." Kamu benar berani tidur dengan saya," tanyaku. Dia menjawab dengan  anggukan saja. "Sudah pernah pacaran," tanyaku. Dia menggeleng. "Sudah  pernah dicium laki-laki," tanyaku lagi. Dia menggeleng lagi. Aku lantas  bertanya dalam hati apa aku sanggup memerawani anak sekecil ini. Bukan  soal menusukkan penis ke memeknya, tetapi mengolahnya bagaimana ?
   Aku berdiri dan menarik Aminah. Kami berbicara di dalam. Intinya aku  minta bantuan Aminah untuk mengajari anak ini memuaskan laki-laki.  Aminah terdiam, tampaknya dia berpikir sebentar. " Emang kenapa kok  pakai perlu dituntun, tancep aja kan sudah, kan anaknya juga sudah  pasrah," kata Aminah. Aku lalu menjelaskan ke Aminah bahwa anak sekecil  itu belum bisa membayangkan kejadian seperti apa yang bakal dia alami  ketika berdua dengan laki-laki. Aku minta Aminah melakukan kursus  singkat mempersiapkan dia agar benar- benar siap. Bukan hanya itu,  Aminah juga harus ikut di dalam kamar menunjukkan contoh dan cara  meladeni laki-laki.
   Mungkin ini adalah pengalaman pertama bagi Aminah memberi training sex  sampai pada praktek. Aku pun baru pertama kali ini menghadapi perempuan  kecil. Jiwa petualanganku lah yang mendorong aku ingin mencicipi daun  muda.
   Aminah akhirnya paham. Dia lalu menarik anak itu dan kelihatannya dia  diminta membantu-bantu Aminah. Aku memang mencadangkan energi untuk  eksekusinya nanti malam sekitar jam 10. Sekarang baru jam 5 sore. Aminah  punya waktu 5 jam untuk mempersiapkan anak itu sebelum ditikam.  Sementara itu aku memanfaatkan waktu senggang dengan beristirahat tidur  dulu mempersiapkan stamina. Selama ini setiap malam aku bertempur  minimal 3 ronde.
   Jam 8 malam aku dibangunkan Aminah untuk makan malam. Aku duduk di meja  makan. Kulihat Aminah mengajari Dini, demikian namanya untuk meladeniku  makan. Ia mengambilkan piring, lalu menyendokkan nasi, mengambilkan  lauknya lalu menyerahkan ke aku. Setelah itu dia makan disampingku.  Pembawaannya kelihatan masih canggung, malu menunduk terus, tidak bicara  kalau tidak ditanya. Dini cukup ayu, kulitnya agak gelap, rambutnya  sebahu lebih sedikit. Rambutnya kelihatan masih belum begitu kering,  sekelebat memancarkan bau harum. Tadi ketika baru datang terasa bau anak  kampung, dan rambutnya samar-samar bau minyak kelapa. Aminah  kelihatannya membersihkan dan mempersiapkan Dini sebelum aku santap  nanti malam.
   Selesai makan kami ngobrol sambil menonton TV. Sekitar sejam kemudian  kami digiring Aminah memasuki kamar. Setelah di dalam kamar, Aminah  mengajak Dini keluar lagi. Aku berganti celana pendek dan kaus oblong  lalu berbaring di tempat tidur. Tidak lama kemudian Aminah dan Dini  masuk. Mereka berdua sudah berkemben sarung. Aku diminta Aminah membuka  kaus dan tidur telungkup. Aminah mengajari Dini memijati seluruh  tubuhku. Pijatannya tidak terasa, tekanannya terlalu ringan. Aku maklum  sajalah, karena dia masih kecil dan mungkin baru pertama kali memijat  laki-laki dewasa. Berrkali-kali Aminah memberi instruksi cara memijat.
   Setelah seluruh bagian belakang badanku dipijat, aku diminta telentang.  Aminah mengajak Dini membuka sarungnya. Mereka berdua lalu bugil  setengah badan. Tetek Aminah besar bergayut- gayut, sementara susu Dini  masih kecil, kelihatannya baru tumbuh. Pentilnya masih kecil. Aminah  mengarahkan Dini melepas celana luar dan celana dalamku. Gerakannya agak  kaku, malah terasa agak gemetar. Penisku langsung tegak ketika celana  dalamku diloloskan. Aminah dengan bahasa setempat mengajari Dini  memegang- megang penisku lalu disuruh mengocok pelan. Nikmat sekali  rasanya meskipun genggamannya kecil. Aminah mengambil alih dan mengajari  bagaimana melakukan oral terhadap penisku. Mulanya Dini menolak, kata  dia jijik. Aminah lalu mencontohkan mengoralku. Aminah memang sudah  piawai dengan hisapan dan jilatan. Dini diminta mengikuti apa yang baru  saja dilakukan Aminah. Dengan ragu-ragu mendekatkan kepalanya dan dia  mulai menjulurkan lidahnya menjilat penisku. Aminah setengah memaksa,  sampai akhirnya Dini mau mengulum kepala penisku dan menjilati buah  zakarnya. Tidak begitu nikmat rasanya, tetapi karena yang menjilat ini  adalah anak yang belum punya pengalaman, aku merasakan sensasi yang luar  biasa.
   Hampir setengah jam aku dioral, lalu Dini dibaringkan di sebelahku. Ia  membuka dulu celananya, sehingga Dini dan Aminah sekarang sudah bugil.  Belum ada bulu jembut dikemaluan Dini, Memeknya cembung dan belahannya  rapat seperti memek anak bayi.
   Aku dipersilakan Aminah untuk mencumbu Dini. Aku bangkit dan mulai  menciumi pipi Dini. Wajah Dini ketakutan. Kupegang, telapak tangannya  dingin. Aku mencoba mengulum bibirnya. Aminah terus-menerus memberi  instruksi bagaimana Dini harus membalas ciumanku. Meski kelihatan agak  terpaksa, Dini membuka mulutnya dan menyambut uluran lidahku. Setelah  kurasa cukup mengulum bibirnya. Ciumanku berpindah ke bagian telinga  lalu turun ke leher. Dini menggelinjang sambil mengatakan rasanya geli  sekali. Sementara itu aku merabai tetek kecilnya yang masih sangat  kenyal. Aku berhati-hati meremas, karena mungkin saja dia kesakitan  kalau aku remas terlalu keras.
   Aku menjilati kedua puting susunya yang mengeras, dan masih sangat  kecil. Dini tertawa sambil menahan geli. Aminah memarahi Dini agar  jangan ketawa dan harus menahan rasa gelinya. Dini terus saja  menggelinjang-gelinjang menahan rasa geli dari jilatanku. Aku mengindra  bahwa nafas Dini mulai memburu dan terdengar detak jantungnya semakin  cepat. Mungkin saja anak ini mulai terangsang, atau dia sedang merasakan  ketakutan. Sambil kujilati teteknya aku meraba selangkangannya. Belahan  memeknya masih kering. Jika cewek dewasa, tanda di memeknya yang masih  kering itu berarti dia belum terangsang, tetapi bagi cewek bau kencur  ini, aku belum punya pengalaman. Bisa saja dia sudah mulai terangsang,  tetapi lendir vaginanya belum berproduksi sempurna. Atau memang dia  belum terangsang sama sekali, karena tercekam rasa takut dan kegelian.
   Dari bagian teteknya aku turun menciumi gundukan memeknya. Aminah  membantuku melebarkan kakinya. Aku berpindah diantara kedua kakinya lalu  menjulurkan lidahku ke belahan memeknya. Dini menggelinjang-gelinjang  sambil tertawa kegelian. Aminah memarahi Dini agar jangan tertawa. Dini  beralasan dia tidak dapat menahan rasa geli. Aku menguak belahan  memeknya, Terlihat merah di dalamnya dan lubang vaginanya sangat kecil.  Tampaknya satu jariku pun tidak muat ditusukkan ke lubang itu. Lipatan  bibir dalamnya agak menonjol, sehingga ketika memeknya tertutup lipatan  kulit labia minoranya menyembul keluar. Belum ada kerutan di kulit labia  minoranya. Aku mulai menjilati lipatan kulit memek bagian dalam itu.  Dini menggelinjang terus kegelian. Aku memaksa menjilatinya terus, tanpa  menyentuh bagian clitorisnya.
   Aku sadar kalau dia belum terangsang maka rasa geli dan ngilu tidak  akan mampu dia tahan. Setelah Dini agak tenang dan tidak bergerak-gerak  lagi, lidahku baru mulai menggapai kulit penutup clitorisnya. Dini  menggelinjang setiap kali lidahku menyentuh kulit penutup clitoris itu.  Dia menggelinjang-gelinjang terus. Namun dari perasaanku mengatakan  bahwa gelinjang nya kali ini karena rangsangan. Lidahku mulai mencari  ujung clitorisnya. Agak terasa mengeras daging seperti daging tumbuh.  Dini mulai memasuki gelombang rangsangannya sehingga secara tidak sadar  dia merengek-rengek nikmat. Aku meraba lubang memeknya mulai terasa  berlendir. Cukup lama juga aku mengoral Dini, sampai aku pegal, tetapi  dia tidak bisa mencapai orgasme. Karena bosan akhirnya aku bangkit dan  melanjutkan episode berikutnya memerawaninya.
   Sebelum penisku ku tusukkan Aminah mengalasi bagian bawah memek Dini  dengan kain batik. Mungkin Aminah menghindarkan spreinya terkena darah  perawan. Aku melumuri penisku dengan ludah sebanyak-banyaknya dan juga  lubang memek Dini. Dengan bantuan dan tuntunan Aminah penisku diarahkan  ke lubang memek Dini. Dia agak berjingkat ketika penisku mulai menusuk  gerbang memeknya. Dini mengeluh memeknya perih. Aminah menginstruksikan  Dini menahan sakit yang kata aminah cuma sebentar.
   Penisku pelan-pelan menikam lubang memek Dini. Ketat sekali rasanya  lubang memek anak bau kencur ini. Meski penisku sudah di dalam lubang  memek, tetapi untuk memajukannya sulit sekali. Aku mencoba menarik  sedikit lalu menekan lagi demikian berkali-kali sampai kepala penisku  masuk seluruhnya. Untuk masuk lebih jauh terasa halangan selaput  daranya. Dini sudah bercucuran air mata dan dia kelihatannya menangis  meski tanpa suara. Aminah mengusap-usap rambutnya sambil menghibur bahwa  sakitnya cuma sebentar. " Sebentar lagi kamu ngrasai enak, tahanlah,"  begitulah kira-kira kata Aminah dalam bahasa lokal.
   Setelah agak lancar gerakanku, aku mulai menekan perlahan-lahan dengan  tenaga ekstra sampai terasa menjebol sesuatu di dalam rongga memek itu.  Dini menjerit kesakitan. Penisku langsung bisa maju terus sampai  akhirnya tertelan memek Dini seluruhnya. Aku menahan beberapa saat  sampai Dini tenang dan berkurang rasa sakitnya. Setelah itu ketika aku  melakukan gerakan menarik sedikit Dini kelihatan tegang dan merintih.  Aku hunjamkan lagi begitu berkali-kali sampai dia tidak terlihat  ekspresi kesakitan. Aku pun lantas melakukan gerakan lebih jauh maju  mundur. Memang terasa sempit dan ketat sekali. Maklumlah memek anak  kecil yang belum berkembang dipaksa menerima penis orang dewasa. Aku  tidak mampu bertahan sehingga lepaslah spermaku di dalam memeknya.  Ketika kucabut penisku, terlihat ada guratan merah bercampur dengan  sperma. Dini terdiam pasrah, seperti orang pingsan. Aminah membantu  membereskan bekas maniku dan membersihkan batang penisku dengan handuk  basah. Dia juga membersihkan memek Dini yang ada lelehan maniku  bercampur darah.
   Sekitar satu jam kami bertiga istirahat berbaring. Aku dipinggir  disebelahku Dini lalu Aminah. Kami bertiga bugil. Aku merasa canggung  juga meminta Aminah ikut di dalam pertempuran ini. Perannya memang  besar. Jika dia tidak memberi arahan, bisa-bisa aku gagal memerawani  Dini. Untuk membalas jasanya aku bangkit dan langsung nyosor menindih  Aminah. Aminah tidak siap dia terkejut. Dia mungkin sudah setengah  tidur. Aku menciumi mulutnya menghisap kedua teteknya yang menggelembung  dan menyedot-nyedot pentilnya. Setelah dia terbakar birahinya aku mulai  turun menjilati clitorisnya. Aminah tanpa malu- malu mengerang-ngerang  nikmat. Dia kuoral sampai orgasme yang ditandai dengan jeritannya. Semua  adegan itu disaksikan Dini sambil dia duduk bersila.
   Aku lalu menancapkan penisku yang sudah 75 persen mengeras. Aku genjot  Aminah dengan posisi MOT. Bosan pada posisi itu kami ganti posisi Aminah  diatas. Dia menggenjot penisku sampai dia mencapai orgasmenya dengan  jeritan dan ambruk ke dadaku. Penisku masih menegang dan belum ada  tanda-tanda mencapai puncaknya. Aminah kuminta nungging lalu aku  menusuknya dari belakang. Aminah mengerang-negerang kembali sampai dia  mendapat orgasme lagi. Lubang memek Aminah sudah sangat licin sehingga  aku mengambil handuk basah untuk membersihkan lendir dari penisku dan  menyeka lendir dari memek Aminah. Aku kembali mengambil posisi MOT,  dengan berbagai gaya mulai dari kaki Aminah ditekuk sampai kakinya di  letakkan di pundakku. Hampir 45 menit aku menggenjot Aminah dengan  berbagai gaya dan aku sudah merasa mulai lelah, maka aku berusaha  berkosentrasi untuk mencapai puncak kenikmatan. Akhirnya sampai juga  kenikmatanku dan aku benamkan sedalam-dalamnya penisku ke dalam memek  Aminah.
   Setelah beristirahat sebentar Aminah lalu keluar berbalut sarung  bersama dengan Dini. Mereka kelihatannya menuju kamar mandi. Setelah  mereka keluar, aku juga merasa agak sesak pipis, maka dengan hanya  bersarung aku menuju kamar mandi satu-satunya dirumah itu. Aku  mengetuknya dan Aminah membuka pintunya. Aminah dan Dini sedang jongkok  membersihkan memeknya. Aminah mengajari Dini berkumur dengan larutan  penyegar dan membersihkan daerah kewanitaan dengan sabun khusus.  Sementara itu aku ditelanjangi Aminah dan Dini disuruh menyabuni seluruh  bagian kelaminku sampai bagian dubur. Kami bertiga keluar dari kamar  mandi. Jam di dinding menunjukkan pukul 1 dini hari. Perutku terasa  lapar dan hal itu kusampaikan ke Aminah. Dia menawarkan membuatkan mi  instan. Aku pun setuju. Dengan hanya berkemben sarung Aminah dan Dini  mempersiapkan mi instan ditambah dengan telur. Kami bertiga makan mi  instan hangat. Lumayan kenyang juga. Aku lalu kembali ke kamar mandi  mengosok gigi. Mereka berdua sudah berbaring di bed ketika aku masuk  kamar. Aku disisakan tempat di tengah. Kami pun tidur bertiga sampai  pagi. Pada pagi hari penisku masih bisa berdiri dan aku menggarap Dini.  Dia tidak terlalu merasa sakit, tetapi di wajahnya terlihat masih ada  trauma. Aku akhirnya tinggal sebulan di rumah Aminah, mendapat 5 perawan  dan setiap malam berganti- ganti pasangan. Aku senang dengan suasa desa  itu. Aku sampai bercita-cita membeli sebidang tanah dan rumah serta  sawah di kampung ini.
   Dari pengalamanku menjajal potensi desa ini aku mendapatkan kesimpulan  bahwa wanita yang berkulit agak gelap, tetek tidak terlalu besar dan  badannya terlihat kencang serta mukanya bersih dari jerawat, memeknya  rasanya sangat nikmat. Sementara itu wanita yang teteknya gede alias  Toge, hanya indah dipandang, tetapi memeknya kurang nikmat dan  permianannya di ranjang kurang agresif. Aku sering ke desa ini  menghabiskan liburanku. Aku akhirnya dikenal luas di desa ini sampai ke  aparat desa pun aku akrab               Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Sang pengintip               Apr 15th 2013, 04:08                                                Heru dan Wina, sama – sama berusia 36 tahun, suami istri yang bahagia.  Anak mereka satu, Riki, 16 tahun, baru awal kelas 2 SMU. Dahulu mereka  kawin muda sekali, di usia 18 tahun, cinta sejati begitu istilahnya.  Dari SMP mereka pacaran. Saat lulus SMA, daripada kebablasan, orangtua  mereka menikahkan mereka. Lagipula kedua orangtua mereka berkecukupan.  Jadilah mereka menikah, lalu melanjutkan kuliah. Heru juga akhirnya  bekerja, dan kini sudah mapan, sebagai wakil dan orang kepercayaan  Bosnya di sebuah Perusahaan Swasta.Kini 18 tahun sudah usia perkawinan  mereka. Tadinya mereka berharap bisa mendapatkan anak lagi, namun  setelah tak kunjung berhasil, mereka menerima kondisi ini. Kata dokter  yang memeriksa ada gangguan pada rahim Wina setelah melahirkan Riki.
  Walau sudah kawin sekian lama, namun tak mengurangi kemesraan mereka,  tentu ada pertengkaran – pertengkaran kecil sesekali, namun bukanlah  masalah bagi mereka. Cuma masalah kecil, sebentar juga rukun lagi.Secara  materi juga berkecukupan dan terjamin. Kehidupan seks mereka ? Harus  diakui oleh mereka, justru semakin bergairah di tahun – tahun belakangan  ini. Memang kuncinya adalah mereka berdua selalu terbuka, mengungkapkan  keinginan dan fantasinya, mendiskusikan hal ini dengan pasangannya.  Heru sendiri, menurut standartnya sendiri tentu, adalah lelaki yang  setia, tak ada perselingkuhan, sesekali memang ia melakukan hubungan  dengan wanita lain, namun itu murni terpaksa dan tak bisa ditolak (  Nanti akan dijelaskan lebih lanjut ). Wina sendiri, awalnya bekerja,  dulu waktu Riki masih kecil, Riki dititipkan di orangtua mereka  bergantian, pulang kerja dijemput, namun setelah Heru mapan dan sukses  di karirnya, ia meminta Wina berhenti bekerja dan konsentrasi menjadi  ibu rumah tangga. Dan Wina karena di rumah Cuma ada Heru dan Riki,  memutuskan tak memakai pembantu, dia sendiri bisa menghandle urusan  rumah tangga, tak terlalu merepotkan. Bukan pelit, tapi memang tak  perlu.
  Heru sedang duduk sendirian di ruang tamu malam itu. Baru saja ia  melewatkan satu ronde hubungan yang panas bersama Wina, istrinya  tercinta. Istrinya baru saja terlelap dangan wajah puas. Karena belum  mengantuk, Heru memutuskan merokok sebentar sambil minum air es.  Sebelumnya ia membuka pintu kamar anaknya, Riki, anaknya sudah tertidur  pulas. Jam menunjukkan pukul 1 lewat sedikit. Heru duduk di kegelapan  sambil menghisap rokoknya. Pikirannya sedang memikirkan suatu hal yang  sedikit banyak sudah lama ia bayangkan.
  Karirnya memang melesat cepat, karena ia memang bekerja dengan giat dan  juga mencintai pekerjaannya yang memang sesuai dengan hatinya. Lagipula  Bosnya, juga berjiwa sama dan satu visi dengannya. Usianya juga tak beda  jauh, paling hanya beda 2 atau 3 tahun. Ayah Bosnya sendiri memang  seorang pengusaha dan pejabat terkenal. Ia punya banyak Perusahaan,  dibagi untuk dipegang oleh beberapa anaknya. Bosnya mendapat jatah  Perusahaan ini dan 2 lagi. Awalnya Heru hanya bekerja dan dipercaya di  satu Perusahaan saja, namun karena ia terbukti mampu dan juga bisa  menunjukkan potensi, ia akhirnya dipercaya menjadi wakil juga di  Perusahaan lainnya. Pendeknya dari semua anak si Pengusaha sukses itu,  Perusaahan yang dipegang sama Bosnyalah yang paling berkembang pesat.  Namun bukan karena pengaruh ayahnya, tapi memang Bosnya juga punya otak  encer dan kemampuan bisnis baik, maka Perusahaan itu makin maju dan  berkembang. Secara karir Heru amat baik dan tak beresiko. Track  recordnya baik dan sudah dikenal oleh banyak pengusaha lainnya, bahkan  beberapa secara terang – terangan berusaha membajak Heru dengan iming –  iming posisi dan gaji yang lebih besar. Namun Heru tak mau, karirnya  dibangun dari nol bersama Bos nya ini. Tak mungkin ia meninggalkan tmpat  yang sudah membuatnya nyaman dan banyak kenangan. Heru sangat  menghargai loyalitas, kalaupun ada masalah toh ia tak akan sulit mencari  pekerjaan.
  Seiring karir, kepercayaan dan keakraban pun makin terjalin dengan  Bosnya. Selain wakil, boleh dibilang Heru adalah tangan kanan, sahabat  karib Bosnya. Banyak hal dan rahasia yang dipercaya padanya. Bosnya suka  karena Heru tak banyak cakap dan bisa memegang rahasia. Setelah jam  kantor, tentu tanpa sopir, kadang Heru, kadang Bosnya sendiri yang  menyetir, sering mereka menghabiskan waktu bersama. Ke Klub, ke Pub, ke  Cafe. Bosnya juga sudah berkeluarga, namun hiburan setelah kerja  sifatnya mutlak, mengurangi stress. Kalau awalnya Bosnya hanya  mengajaknya ke tempat – tempat biasa, suatu hari yang masih Heru ingat,  Bosnya memanggil, menceritakan sesuatu, mengajak Heru dan meminta Heru  berjanji tak akan membocorkan hal itu. Tentu saja Heru tak akan  membocorkannya.
  Maka dimulailah petualangan Heru ke tempat dan suasana rahasia yang gila  – gilaan, sesuatu yang dulu hanya bisa ia baca di majalah khusus pria  yang meliput secara eksklusif mengenai yang namanya klub para Bos yang  di dalamnya penuh seks bebas. Sangat eksklusif dan rahasia. Heru sangat  beruntung bisa masuk ke dalamnya, banyak pria pasti akan iri dengan  keberuntungannya ini. Memang tempatnya berpindah – pindah. Kadang di  rumahan, kadang di apartment, terkadang dengan dekorasi tertentu. Tapi  temanya sama seks bebas. Bebas di sini adalah sepuasnya, dengan siapa  saja, dan di mana saja di ruangan itu, ganti pasangan juga sah.  Pengelolanya selalu menyediakan cewek – cewek yang super hot dan sangat  proffessional, baik lokal maupun luar. Cewek – ceweknya sungguh aduhai,  sangat sensasional, seperti pemain sinetron dan film bokep. Seksnya luar  biasa liar. Kadang Heru mendapati beberapa pria dan wanita yang sedang  memakai bubuk haram, namun ia dan Bosnya sendiri tidak. Mengenai tempat  ini Bosnya bercerita, memang untuk seperti ini, harus menjadi member,  biayanya besar, setiap member boleh membawa 1 teman setiap datang.  Setiap datang, ada keamanan yang mengecek, jangan harap bisa masuk kalau  bukan member atau kalau tidak diajak member. Lalu kalau sudah masuk,  terserah...puaskan diri anda dengan wanita – wanita yang ada, yang  nyaris tanpa pakaian atau memang tak berpakaian. Awalnya tentu saja Heru  kaget, tak mengira bisa masuk ke dunia seperti ini, yang hanya bisa ia  fantasikan setelah membaca liputan dari majalah. Juga, Heru yakin, pria  manapun, sekuat dan setegar apapun tekadnya, seperti dirinya saat itu,  pasti akan jebol juga. Bagaimana tidak, apa yang akan anda lakukan bila  wanita yang luar biasa cantik dan berbodi seksi sekali juga mulus, yang  bugil atau nyaris bugil, bukan hanya seorang, menggoda anda, mengelus  celana anda, membisikkan rayuan yang merangsang ?
  Dan Heru akhirnya juga melakukan hal itu. Di ruangan itu, di sofa, di  lantai, di pojokkan, sejauh mata memandang hanya ada orang yang sedang  asik melampiaskan nafsu purbanya. Bahkan ada yang dengan 2 wanita  sekaligus, atau seorang wanita dengan 2 pria. Kalau anda bosan, tinggal  tukar saja pasangannya. Semua wanita di ruangan itu sepenuhnya bebas  anda pakai. Tapi untungnya Heru tak berminat dengan konsep menyetubuhi  wanita bersama pria lain. Ia lebih suka bersamaan dengan 2 wanita  sekaligus hehehe. Dan seiring makin seringnya ia mengunjungi tempat itu  bersama Bosnya, juga semakin sering ia melihat adegan pasangan yang  sedang bersetubuh, Heru mendapati dirinya menikmati hal itu. Semakin  lama ia semakin sering memikirkan hal itu dan makin terobsesi dengan hal  itu. Heru memang pernah membaca artikel mengenai hal ini, entah di  majalah atau koran atau saat browsing internet, entahlah, istilahnya  juga ia lupa, yang pasti Heru menyadari, dirinya terangsang bila melihat  orang lain bersetubuh. Secara fungsi dan kemampuan seksual, Heru tak  ada masalah, hanya sekarang ia memang sangat merasa makin terangsang  bila melihat orang lain bersetubuh. Beda sekali dengan nonton film  bokep, ia terangsang bila melihat secara langsung, lebih nyata.
  Heru menyalakan rokok baru, lalu kembali meneruskan berpikir. Belakangan  ini dorongan itu semakin kuat, tentu saja Bosnya masih sering  mengajaknya ke sana, tapi tidak tentu dan setiap hari. Kadang seminggu  sekali. Saat di sana Heru benar – benar terpuaskan fantasinya. Tapi itu  kalau ke sana. Kalau tidak ? Jelas hal ini mulai mengganggu Heru. Malam  ini pun ia kembali memikirkan hal itu. Ada...ada satu ide dalam benak  Heru. Namun entah Wina mau melaksanakannya atau tidak ? Memang selama  ini mereka saling terbuka satu sama lain dalam hal seks, namun kali ini  tidak sama, Heru tidak yakin. Intinya Heru memikirkan ia dapat melihat  atau mengintip Wina sedang berhubungan intim. Pokoknya yang melakukan  harus Wina, istrinya. Walau fantasinya sudah gila, namun Heru tidak  sebegitu gilanya merelakan Wina berhubungan dengan lelaki lain...No Way !  Satu –satunya yang terpikir dan Heru juga tidak keberatan adalah bila  Wina melakukannya dengan....Riki, anak mereka. Heru lalu mematikan  rokoknya. Kayaknya ia harus mendiskusikan kemungkinan ini sama Wina,  sedikit improvisasi tentunya, kalau Wina bertanya, bokis sedikitlah, tak  mungkin dong ia cerita kalau ia mulai memikirkan fantasi ini karena ia  suka diajak Bosnya ke tempat seperti itu. Hampir jam 2. Heru masuk ke  dalam kamar.
  Di dalam kamar, Wina nampak tertidur, masih bertelanjang bulat, hanya  berselimut saja. Biasanya memang Wina hanya mencuci m3meknya saja  sehabis berhubungan, lalu akan tidur telanjang, tahu suaminya kadang  suka mau lagi, ia akan berpakaian kalau suaminya memang sudah lelah dan  tidur. Heru merasakan gairahnya naik kembali. Ia segera membuka bajunya.  Perlahan ia singkapkan selimut Wina, tubuh istrinya sungguh  mengagumkan. Di usia ke 36 masih menawan dan tak pernah membuatnya  bosan. Teteknya besar, dengan pentil yang menggairahkan. Perut rata.  Atas permintaan Heru, Wina tak mencukur keteknya, lebih merangsang kata  Heru. Jembutnya lebat dan hitam. Kont01 Heru mulai keras. Ia segera  mendekatkan mulutnya ke selangkangan Wina, mulutnya mulai menciumi  jembut istrinya, menjilatinya sesekali. Diarahan lidahnya ke it1l  istrinya. It1l Wina sendiri cukup besar dan menonjol. Jarinya dengan  gemas ikut memainkan it1l tersebut, lalu lidahnya asik menjilati it1l  tersebut, sesekali dikulumnya lembut. Terasa nikmat bagai kacang polong  di mulutnya. Jarinya dengan lincah mulai menyodok lobang m3mek Wina.  Wina yang sedang tertidur, mulai merasakan m3meknya sedang mendapat  serangan yang enak, perlahan tersenyum dan membuka matanya, tahu  suaminya mulai jahil lagi, lalu ia segera berbicara manja pada suaminya.  Seperti kebiasaan mereka, mereka hanya saling memanggil nama.
  "Aaaw....jahil kamu Her...aku lagi tidur juga...padahal...ooohhh belum lama kamu Ngewekin aku..."
  Heru tak menjawab, makin asik mengulum dan menjilati it1l Wina. Sekian  lama menikah, ia sudah hafal titik – titik sensitif milik Wina. Wina  makin melebarkan kakinya, mulutnya mulai mendesah keenakkan, tangannya  sesekali meremas teteknya sendiri....
  "Yessss......Uwwwaahhh....Sssh h..." "Teruuuusss....Herr....OOOOhhh h..." "Enaaakkk.......Aaaahhhh...... "
  Wina mengangkat sedikit pantatnya, agak mengejan, dan memuntahkan  orgasmenya, Heru tak pernah gagal dalam permainan lidahnya. Wina  mendesah puas, lalu memutar tubuhnya, saatnya dia yang memberikan  service balasan. Heru sudah berbaring pasrah. Tangan Wina mulai  menggenggam kont01 Heru. Cukup besar. Dibelainya penuh sayang kont01 dan  biji peler suaminya. Sedikit dikocoknya dengan lembut. Mulutnya mulai  mendekat, lidahnya menari dengan lincah menjilati kont01 Heru, diemutnya  dan dihisapnya dengan lembut dan sesekali dengan kuat. Mulutnya naik  turun menjelajah kont01 Heru. Heru mendesah tertahan, merem melek, dalam  hal ini Wina sangat ahli, tahu kapan harus cepat kapan harus pelan.  Kepala kont01nya kini mendapat perhatian lebih, diemut dan dijisap,  sesekali dirasakannya lidah Wina menggelitik lobang pipisnya, lalu  kembali Wina melumat seluruh kont01nya. Mantaaap pikir Heru.  Oke...cukuplah, saatnya beraksi. Dengan lembut Heru menahan gerakan  kepala Wina. Wina paham maunya Heru, iapun segera berbaring sambil  mengangkangkan kakinya selebar mungkin, menunggu Heru yang sedang  bersiap di atasnya...Blesss....terasa nikmat saat kont01 Heru menyodok  m3meknya.
  Heru mulai memompa dengan santai, tangannya mulai meremas dan memainkan  pentil Wina yang besar dan mengacung. Kont01nya keluar masuk,  menggelitik bibir m3mek Wina. Sesekali ia menghujamkan sedalam mungkin,  membuat Wina mendesah tertahan. Ia mulai menciumi dan menghisap pentil  Wina, enak, terasa banget di mulut, sangat menggelitik. Wina sesekali  menggoyangkan pantatnya, menambah rasa nikmat pada kont01nya. Dengan  gemas Heru mulai menciumi ketek istrinya, lebat dan harumnya menggoda,  memberikan rangsangan tersendiri pada naluri seksnya. Habis ia ciumi dan  jilati, lalu ia mulai menjilati dan menggelitik leher mulus istrinya,  Wina kegelian....geli – geli nikmat. Heru makin mempercepat sodokannya,  m3mek istrinya sudah sangat basah. Kont01nya bergerak bebas dan mantap.  Wina makin mendesah, lalu kembali mengalami orgasmenya. Heru terus  beraksi, tak mengurangi kecepatannya. Sudah lumayan lama ia menyodok  m3mek Wina, kali ini puas dengan posisi ini saja. Tak lama ia merasakan  desiran hangat di kont01nya, ia segera mencium bibir Wina, dan  memeluknya erat....Crooottt...crooot....p ejunya memancar...tak terlalu  banyak, sudah banyak keluar saat main sebelumnya. Ah lega dan enak, Heru  terkulai sesaat, diciumnya kembali bibir hangat Wina, lalu ia segera  mencabut kont01nya, berbaring di samping Wina. Wina tersenyum, lalu  menjilati kont01 Heru, membersihkan dan merasakan sisa peju yang  menempel.
  "Sudah..? Kalau masih mau lagi, aku nggak pakai baju." "Kayaknya malam ini sudah Win. Besok aku kerja kan." "Oke...aku ke kamar mandi dulu ya."
  Heru berbaring, menunggu Wina kembali. Tak lama Wina kembali, sudah  memakai baju tidurnya yang seksi dan menggairahkan. Dia naik ke atas  tempat tidur, berbaring, mau tidur lagi. Heru memandangnya sebentar lalu  memulai pembicaraan.
  "Win...dengarin aku bentar deh, tunda dulu tidurnya." "Duh Her, aku ngantuk nih...tadi kan lagi enak tidur, kamu jahilin aku, besok saja deh..." "Sebentar deh, penting banget nih, sudah lama kepikiran sih..."
  Mau tak mau Wina agak meninggikan badannya kembali, bersiap mendengarkan omongan Heru.
  "Ya sudah, kamu ngomong deh, aku dengarin." "Oke...gitu dong jadi istri yang baik." "Gombal kamu Her, ngomong apaan sih.." "Ngg…anu…soal..itu…soal ya..nggak jauh dari soal ngewek sih Win…" "Duh Her, kirain soal penting apa. Kalau kamu punya ide atau fantasi  baru, kenapa tadi pas kita ngewek nggak kamu omongin dulu atau praktekin  saja saat itu." "Habis yang ini lain…special."
  Wina rada BeTe, dipikirnya apa, ngomongin gini kan bias besok pagi. Ya  sudahlah, sudah terlanjur bangun dan mendengarkan, sekalian saja.
  "Lalu apanya yang spesial...omongin saja, biasanya juga kita selalu  senang dan terbuka membahas ide – ide atau fantasi seks kita, ya sudah  ngomongin saja Her, masa malu sama istri sendiri." "Ba..baiklah, kamu dengarin ya yang. Jangan sewot nih...." "Iya...lama amat sih...sok misterius deh kamu Her hehehe." "Gi...gini...sebenarnya belakangan aku mulai sering membayangkan kamu  bersetubuh...eh...a..anu dengan pria lain dan aku melihatnya entah  secara langsung atau bersembunyi dan jujur aku sangat terangsang sekali  memikirkan hal itu. Bahkan kont01ku bisa mengaceng sangat keras  karenanya."
  Wina hanya diam mendengar penuturan Heru, dahinya agak berkenyit,  sedikit terperangah. Heru menatapnya agak berhati – hati. Kali ini Wina  yang membuka percakapan kembali. Nada suaranya terdengar normal dan  netral.
  "Terus jadinya kamu mau aku Ngewek sama laki – laki lain ? Benar kamu  mau aku seperti itu, disodok sama laki – laki lain sementara kamu asik  melihat atau ngintipin ?" "Ya nggak dong Win, mana mungkin aku rela...gila, m3mek kamu ya punya aku seorang." "Nah...sudah. Kamu sudah menjawabnya sendiri kan Her. Thanks sudah jujur  dengan fantasi kamu. Sayangnya kali ini fantasi kamu tak mungkin bisa  kita laksanakan, karena melibatkan pihak ketiga yang mana kamu sendiri  keberatan. Dan aku jelas sekali tidak akan mau dan membiarkan m3mekku  ini disodok oleh pria lain. Oke, aku tidur dulu, kamu juga sebaiknya  tidur, besok kerja...selamat tidur."
  Heru bengong sendiri, jelas Wina benar dan dengan cerdas bisa mengetahui  kalau Heru sendiri tak akan bersedia bila Wina digarap lelaki  lain...itu pasti. Tapi Heru belum kelar.....
  "Win...tunggu dulu, aku belum kelar ngomongnya nih..." "Duh Her, apalagi sih soal angan kamu tadi...lupain saja deh,  impossible. Aku takkan malu. Kadang fantasi tak semuanya bias  dilaksanakan." "Justru aku mau nerusin ngomongin itu, yang." "Nih orang tengah malam gini malah yang aneh – aneh saja deh, ya sudah,  ngomong deh Her, semuanya dan sejelasnya, aku dengarkan, tapi setelah  itu jangan ada sambungannya lagi. Biarkan aku tidur. Kalau ada  lanjutannya, tunda sampai besok pagi saja saat aku sudah segar dan nggak  ngantuk lagi…oke ?" "Iya…nah Win, memang tadi aku bilang aku nggak mungkin banget merelakan kamu digituin sama pria lain. Nggak banget deh."
  Wina mau tak mau jadi sebel berat. Nih malam Heru suaminya, ngeselin  banget, ngomongnya muter – muter, hal yang sama diomongin lagi, baru  saja ia mau ngomong, Heru sudah kembali bicara.
  "Tapi ide ini amat sangat terlalu sering kupikirkan dan amat  merangsangku. Aku sangat ingin mewujudkannya. Maka dari itu aku  mempunyai satu solusi, aku bisa melihat kamu atau dalam kasus ini  mengintip saat kamu berhubungan dengan pria lain itu." "HAH ? AKU APA ? Her...kamu waras nggak sih ? Kamu mabok ya ? Kamu  menyuruh aku secara terang – terangan untuk Ngewek sama pria lain..? ARE  YOU CRAZY ?" "Iya...dan aku tidak gila. Lebih tepatnya aku terobsesi bukan gila.  Nggak...kamu nggak salah dengar. Kamu boleh melakukannya dengan pria  ini. Aku ijinkan, relakan dan hanya...ingat hanya dengan pria ini saja  aku relakan. Aku tak akan marah bila kamu melakukannya dengan dia." "Ah aku rasa kamu memang sudah sinting Her. Mana ada sih suami yang  menyuruh istrinya untuk begituan sama pria lain. Bahkan merestui dan  rela. Mana mungkin, siapapun pria itu." "Ada kok Win. Aku...aku suami yang rela itu Dan pria yang aku pilih itu juga kamu kenal kok, bukan pria yang asing." "Siapa...? Tunggu...tunggu, jangan bilang, biar aku terka...Bos kamu ?"
  Wina sebenarnya pusing sama omongan suaminya, jelas ia tak akan mau,  namun ia penasaran juga, pria mana yang bisa membuat suaminya rela dan  mengijinkan untuk Ngewek dengannya.
  "Bukan...bukan Bosku dong. No Way...." "Lalu siapa ?" "Riki…" "HAH ? ASLI KAMU BENAR – BENAR GILA HARI INI. SUDAH AKU MAU TIDUR. DAN  JANGAN PERNAH KAMU MEMBAHAS HAL INI LAGI....GILA KAMU HER."
  Winapun segera membalikkan tubuhnya, memunggungngi Heru, tidur.  Pikirannya berkecamuk, sungguh suaminya sedang edan malam ini. Heru  sendiri tak berkata lagi, ia juga memejamkan matanya, bersiap tidur.  Dadu sudah dilemparkan, tak bisa ditarik kembali. Tinggal ia sebagai  bandar harus meyakinkan Wina sampai Wina yakin.
  Besok paginya Wina bangun dengan enggan, namun ini bukan hari Sabtu,  Riki anaknya masuk sekolah, dan sebagai mamanya ia harus bangun,  menyiapkan sarapan. Riki sendiri sebenarnya pernah bilang, kalau mamanya  memang ngantuk tidur saja, toh ia bisa membuat sarapan sendiri, atau  kalau tidak nanti beli diluar sekalian jalan sekolah. Tapi Wina sebisa  mungkin dan selelah apapun dia akan berusaha bangun dan menyiapkan  keperluan anaknya dan suaminya yang berangkatnya agak siangan.  Diliriknya suaminya...masih tidur, mau tak mau ia teringat pembicaraan  semalam, kesalnya timbul kembali, bergegas ia turun dan ke kamar  mandinya di kamar, mencuci muka, lalu keluar kamar. Sudah biasa  berpakaian tidur atau daster yang seksi dan mini di depan Riki. Riki kan  anaknya, bukan siapa – siapa, jadi ia tak canggung. Heru pun tak pernah  menegurnya karena hal ini. Hal yang biasa dan wajar.
  Saat ia keluar dari kamar, dilihatnya Riki baru keluar dari kamar mandi  yang di luar, hanya bercelana pendek sambil mengeringkan rambutnya  dengan handuk. Disapanya anaknya.
  "Hai yang, kirain belum bangun. Mau sarapan apa kamu Rik ?" "Duh sebenarnya mama nggak perlu repot – repot. Ya sudah, apa saja deh ma." "Oke...roti saja ya sama susu."
  Riki hanya mengangguk, masuk sebentar ke kamarnya, cepat saja. Tak lama  ia sudah keluar mengenakan celana SMA, hanya berkaos singlet. Ia paling  senang melihat mamanya di pagi hari, berpakaian tidur yang mini dan  seksi. Menghibur dan membuat Riki menjadi benar – benar terbangun  sepenuhnya. Ia lalu duduk di meja makan, baju seragam nanti saja dipakai  kalau sudah mau jalan, nyisir juga nanti. Rugi nolak rejeki.....  Diliriknya mamanya, baju tidur hitam yang Riki senang melihatnya. Agak  berenda di bagian atas dadanya. Sedikit banyak memperlihatkan belahan  tetek mamanya. Teteknya nampak besar di balik baju tidur itu. Nampak  pentil mamanya yang besar agak tercetak di balik bahan kain sutra baju  tidurnya. Sekilas nampak ketek mamanya yang rimbun saat mamanya  mengangkat tangannya saat mengambil gelas tadi. Buset...pagi – pagi  sudah kenceng dan keras kont01 gue pikir Riki. Untungnya mamanya tak  menyadari matanya yang sedang asik menatap mamanya. Tak lama mamanya  selesai membuatkan sarapan. Mamanya duduk menemani, ikut sarapan juga.  Riki mulai memakan rotinya, sesekali mereka bercakap – cakap. Akhirnya  Riki selesai. Ia memakai seragamnya, sepatunya, lalu ke kamar menyisir  rambutnya yang agak panjang, mengambil tas dan jaket, siap berangkat. Ia  naik motor ke sekolah. Papanya tak keberatan saat ia meminta membelikan  motor. Kata papanya, nggak masalah asal jangan ngebut, papa juga waktu  seumuran kamu naik motor, pacaran sama mama kamu juga naik motor. Riki  mendekati mamanya, berpamitan, tak lupa seperti kebiasaannya mengecup  kening dan pipi mamanya.
  "Ma, Riki pergi dulu ya..." "Iya hati – hati, jangan ngebut. Duit kamu masih cukup nggak..." "Baru juga 2 hari yang lalu dikasih ma. Masihlah, kalau kurang pasti Riki minta."
  Riki melambaikan tangan lalu keluar. Wina tak mengantar sampai depan,  kalau ia sedang tak memakai baju tidur mini, baru ia mengantar Riki  sampai Riki jalan. Kalau kayak gini ? Bisa – bisa tetangganya di sebelah  yang setiap pagi rajin mengurus tanamannya melotot matanya. Didengarnya  Riki mengeluarkan dan memanaskan motornya, bercakap sebentar dengan  suami istri paru baya tetangganya. Tak lama motor Riki meninggalkan  rumah. Wina segera membereskan piring dan gelas, menaruhnya di bak  cucian, nyuci nanti, sekalian kalau sudah agak banyak. Wina lalu  menyalakan TV, menonton acara pagi. Suaminya tak ia bangunkan, biasa,  sebagai pegawai yang sudah tinggi posisinya, memang suaminya tak harus  datang pagi ke kantor, namun pulangnya pasti selalu malam. Suaminya baru  akan memesan untuk dibangunkan pagi atau memasang alarm, bila ada rapat  atau urusan ketemu klien. Maka Wina menonton TV dan menunggu suaminya  bangun.
  Jam 8 lewat Heru bangun, sudah cuci muka di kamar mandi dalam. Wina  ketika melihat suaminya keluar kamar, segera mematikan TV, lalu menuju  ruang makan di mana Heru sudah duduk, Wina mulai membuatkan roti dan  kopi kesukaan suaminya. Biasanya kalau pagi sepi dan Riki sudah pergi  sekolah, kadang Heru suka kumat isengnya, pagi – pagi Ngewekkin Wina di  ruang makan. Tapi jelas pagi ini tidak ada mood. Wina menyiapkan sarapan  suaminya. Sebisa mungkin tak menyinggung hal yang suaminya ungkapkan  semalam. Heru mulai memakan sarapannya. Mulai berbincang, untunglah  bukan topik itu. Wina pun menemaninya sambil mengobrol. Tak lama Heru  mandi, Wina menanyakan Heru mau pakai baju apa, ia segera menyiapkan  baju suaminya. Tak lama Heru keluar sambil bertelanjang, sudah handukan  di dalam kamar mandi, memakai bajunya dan merapikan diri. Siap  berangkat, dan....duh kenapa dia memulai lagi membicarakan ide gilanya  itu...batin Wina sebel.
  "Win....aku serius dengan ideku semalam..." "Her...aku juga serius untuk tidak sedikitpun mempertimbangkan ide  konyolmu itu. Itu adalah hal paling gila dan konyol yang pernah aku  dengar. FORGET IT...!!!" "Tentu saja....tapi setidaknya setelah sekali saja kau melakukan ideku itu." "AH SUSAH NGOMONG SAMA KAMU. IDE KAMU KALI INI GILA DAN TAK MASUK AKAL. SAMA ANAK SENDIRI ? SINTING....!!!"
  Wina marah, segera menuju kamar mandi, menutup pintunya keras, sempat  sekilas ia mendengar Heru berkata untuk mempertimbangkannya.  Never.....sahutnya dalam hati. Ia membuka bajunya, lebih baik mandi dan  belanja buat masak nanti siang. Didengarnya Heru mengucapkan salam mau  berangkat, Ia diam saja, terlalu kesal sama suaminya dan ide gilanya.
  Siang itu Riki pulang. Tadi mamanya SMS, katanya pergi sama Tante Ira,  tetangga dekat sini ke mall. Pulangnya sorean, kalau mau makan sudah ada  di meja. Riki pulang membuka pintu dengan kuncinya, lalu ia makan.  Setelah makan, mumpung sepi ia meyalakan rokoknya. Ia belum berani  terang – terangan, mungkin papanya maklum, papanya sejauh ini selalu  mengerti dia. Pasti papanya akan berkata, papanya juga pernah muda,  kalau kenakalan remaja seumuran Riki, selama wajar, papa bisa ngertiin.  Tapi nggak sama mama, agak ketat. Riki sendiri anak yang masih wajar  nakalnya, nakal anak ABG saja. Sekolahnya juga tak mengecewakan, walau  tak menonjol, tapi nilainya selalu memuaskan.
  Dan seperti anak seumuran Riki, tentu saja mulai aktif mencari dan  belajar mengenai wanita dan seks. Riki belum pernah pacaran, apalagi  mengenal hubungan seks. Masih menjadi misteri dan juga obsesi baginya.  Kalau lagi dengar cerita temannya yang sudah pernah melakukan dengan  pacar atau sedikit kreatif dengan bayar pecun, katanya sih nggak enak.  Lho kok nggak enak..tanya Riki culun. Lalu jawab temannya itu...iya gue  salah Rik....awalnya pas nyoba, gue kirain enak...dan ternyata gue salah  banget......karena ternyata ngewek itu....nggak tahunya enak banget.  Sial diledekin gue pikir Riki. Dan Riki makin penasaran, tapi tak berani  mencobanya dengan pecun atau jablay. Ngeri penyakit.
  Tentu saja Riki tak selugu itu, ia aktif juga mencari majalah, film  porno, saling barter sama teman. Dan sering banget browsing internet. Di  rumahnya masang internet, Riki paling sering nongkrong di kamarnya,  pura – pura belajar, padahal buka situs jorok. Juga hobi download film  bokep gratisan di internet. Asal kreatif pasti dapat linknya. Hal mana  yang sering membuat Heru heran, karena kalau sedang memakai internet di  ruang kerjanya, koneksinya suka lemot. Dikiranya dari providernya,  padahal sih karena Riki lagi download film bokep hehehehe. Mamanya...ya  mamanya, Wina tentu saja menempati rangking paling atas dalam  khayalannya.
  Setelah kelar merokok, Riki menyemprotkan pengharum ruangan, membuka  jendela sedikit. Ia lalu menuju.....ke tempat cucian mamanya. Mamanya  jarang mencuci setiap hari, karena hanya mereka saja bertiga di rumah,  maka biasanya mamanya suka menumpuk cucian sampai agak banyak, baru  nanti dicuci dengan mesin cuci. Perlahan Riki mengaduk bak tempat baju  kotor. Yang ia cari.....pakaian dalam mamanya. Riki menemukan BH dan CD  hitam berenda milik mamanya. Diciumnya BH mamanya, wangi tubuh mamanya  memenuhi rongga hidungnya. Dilihatnya ukuran BH mamanya...38..tapi  sepertinya lebih deh. Kayaknya teteknya lebih gede, BHnya Cuma buat  penyangga saja. Kont01nya mengeras. Riki mengantongi BH dan CD tersebut,  untunglah sejauh ini mamanya tak curiga, mungkin karena mamanya punya  banyak BH dan CD sejenis. Lagipula Riki setelah berapa lama dan bau  aroma tubuh mamanya hilang dari BH dan CD itu,akan segera menaruh dan  menggantinya lagi. Terkadang ia suka menemukan rambut kasar di balik CD  mamanya. Riki mengunci pintu rumah, lalu masuk ke kamarnya dan mulai  mengeluarkan kont01nya yang lumayan mengesankan menurutnya, lalu mulai  mengocok sembari berfantasi dengan mencium BH dan CD mamanya. Hal yang  sering Riki lakukan setiap melamunkan tubuh indah Wina. Cuma mengkhayal  dan sesekali mencuri pandang saat mamanya sedang memakai baju tidur atau  daster seksi saja yang bisa ia lakukan. Selebihnya cukup ia bayangkan  dari film bokep saja. Riki merasa sedikit banyak ia paham dan mengerti  tentang bagaimana orang Ngewek itu ya karena film bokep.
  Hampir seminggu ini Heru merengek pada Wina dengan mimik memelas,  mengutarakan ide dan obsesi nyelenehnya itu. Sampai bosan Wina jadinya.  Dari mulai marah sampai kehilangan semangat lagi buat menjawab. Akhirnya  Wina cuekin saja setiap Heru ngomomngin hal itu. Biarin saja, nanti  juga diam sendiri kalau tak ditanggapi. Dan memang biasanya Heru akan  diam dan pergi dengan wajah BeTe setelah sadar ia dicuekin.
  Tapi benarkah Wina cuek sepenuhnya. Salah....sedikit banyak karena  didesak terus ama Heru, ia mulai sering berpikir, terutama saat sedang  sendiri, saat Heru di kantor dan Riki di sekolah. Keterbukaan dalam hal  seks memang menjadi kebiasaan mereka. Wina pun tak canggung membicarakan  kalau ia ingin seperti ini atau mencoba yang kayak begitu kepada Heru.  Buat apa canggung atau malu dengan pasangan sendiri kalau tujuannya buat  kepuasan bersama. Secara umum, ia menganggap fantasi Heru wajar dan  mungkin terjadi, memang ia juga pernah membaca hal ini di rubrik  seksiologi di situs internet yang biasa ia browsing kalau senggang dan  lagi sendirian. Ada kok yang berfantasi seperti ini, bisa dengan  mengintip orang lain yang sedang berhubungan. Bisa juga dengan menyuruh  pasangannya melakukannya dengan orang lain. Banyak caranya, ada yang  ekstrim membayar orang lain, dan ia duduk anteng menyaksikannya. Namun  dalam hal Heru, memang agak menyimpang lagi. Heru mau dan jelas  menginginkan hal ini, namun tak rela kalau Wina diewek sama lelaki lain.  Cuma rela dan mau mengijinkan kalau Wina melakukannya dengan Riki. Dari  awalnya memandang ide Heru gila, lama lama Wina mulai terpengaruh,  fantasinya dan juga gairahnya perlahan mulai terbakar dengan ide Heru.  Makin lama dan sering ia pikirkan, makin tertarik juga dirinya. Biarlah,  satu kali saja demi Heru. Walau memang menyimpang, toh Riki anak  mereka, tak ada pria luar dalam hal ini. Dan sejujurnya, sedikit banyak  saat memikirkan ia berhubngan dengan Riki, Wina menemukan dirinya tanpa  bisa dicegah menjadi terangsang sekaligus penasaran. Riki anak  kesayangannya, dan juga dari segi fisik dan wajah, Riki termasuk oke  seperti papanya. Wina memantapkan diri.
  Dan memang Heru kembali merayu Wina sesaat setelah ia selesai meniduri  istrinya. Sedikit sudah terbiasa dengan dicuekin Wina sebenarnya, tapi  tetap gigih memperjuangkan fantasinya, juga tebel muka sih, makanya dia  kaget ketika Wina memberikan respons.
  "Eh...Her...gimana ya...setelah aku pikir baik – baik....aku siap mewujudkan impianmu." "Be...benarkah itu Win. Serius...gila...senang banget aku."
  Heru mengecup istrinya membabi buta mengekspresikan girangnya, Wina mendorongnya, dia belum kelar bicara.
  "Tapi gimana kamu melihatnya ? Apa kamu pikir Riki nggak bakalan  canggung ? Melakukan hal ini bersamaku dan kamu melihatnya ? Aku tak  yakin itu." "Itu bisa diatur, kamu bisa melakukannya di kamarnya, jangan kamu tutup  pintunya...eh jangan...jangan nggak bisa begitu, oh ya, aku akan intip  dari jendela, pastikan kamu membuka sedikit hordengnya. Jendela kamar  dia kan gelap seperti kamar kita, pasti tak akan kelihatan kalau aku  mengintip di pojokan." "Baiklah, kurasa bisa dilakukan Her. Iya aku akan buka sedikit gordengnya nanti."
  Memang kamar Wina dan Riki berseberangan, dibatasi taman kecil dalam  ruangan, yang atapnya tertutup fiberglass dan jeruji pengaman. Sengaja  dibuat begitu supaya walau dalam ruangan, tetap bisa membuka jendela dan  menyegarkan mata. Wina kembali melanjutkan pembicaraan.
  "Eh..trus bagaimana caranya aku bilang ke Riki...nggak mungkin dong  secara tiba – tiba, bisa kaget dan takut dia nantinya. Gimana nih Her ?" "Win....soal itu sepenuhnya aku serahkan dan percayakan sama kamu. Kamu ahlinya." "Lho...kok begitu ? Maksudmu aku itu ahlinya apa?" "Win...Riki itu anak lelaki.., dan anak lelaki seusia dia sedang dalam  masa puber dan penasaran yang tinggi akan wanita dan seks. Sebagai  lelaki aku paham banget hal itu. Dan kamu itu.... begini maksudku, tak  peduli kamu itu mamanya atau bukan, namun menempatkan kamu sebagai  wanita, lebih dari sekedar seksi dan menarik....apapun yang kamu pakai  atau lakukan pasti akan membuatnya tertarik. Pasti, dan kalau aku jadi  dia, juga pasti sama akan tertarik dan penasaran. Kamu pasti bisa  menggodanya. Ya kalau saat kamu menggodanya, kebablasan, anggap saja  latihan buat anak itu...dia kan harus pintar juga nantinya dalam hal  ini, dan kamu akan menjadi guru yang hebat baginya." "Begitu ya...baiklah akan kuusahakan." "Nah sekarang yang paling penting Win..." "Apa lagi Her ?" "Mendengar kamu setuju dan mau melaksanakan ide ini, membuat kont01ku  bersemangat lagi, ayo kita lanjutkan ronde berikutnya hehehe...."
  Maka Heru menunggu dengan tak sabaran hari – hari ke depan yang akan  segara mewujudkan obsesi liarnya. Dan Wina sendiri ? Beberapa hari ini  mulai menggoda Riki. Sepulang Riki sekolah, Riki mulai mendapati Wina  masih berpakaian tidur atau daster yang mini. Biasanya Wina hanya  memakai itu saat mau tidur atau baru bangun tidur di pagi hari. Tentu  saja Riki tak menanyakan kenapa. Buat apa...dia juga senang melihatnya.  Juga Wina mulai sering secara "Tak sengaja" menyenggol Riki kalau  berjalan, entah itu menyentuhkan teteknya, pantatnya. Juga Wina mendadak  suka "Lupa" menutup pintu kamarnya, melepas handuknya untuk memakai  baju saat habis mandi sore dan belagak "Tidak tahu" dengan Riki yang  melihatnya dari ruang TV. Riki makin terangsang melihat Wina. Tapi tak  berani bertindak lebih jauh dan gegabah.
  Hari itu agak sore, Riki sedang menonton TV, santai, besok sekolah  libur. Dia baru kelar mandi, mamanya lagi mandi di kamar mandi di dalam  kamarnya. Dan Riki memang mendadak jadi amat rajin menonton TV di sore  hari sejak beberapa hari yang lalu saat ia secara tak sengaja melihat  mamanya yang tak menutup pintu kamar sewaktu memakai baju sehabis  mandi....dan betul saja mamanya beru keluar dari kamar mandi hanya  membalut tubuh montoknya dengan handuk yang minim. Mata Riki mulai  melirik, mamanya dengan santai memelorotkan handuknya, memperlihatkan  gunung kembarnya yang sangat busung dan rimbunan lebat di  selangkangannya, asik memilih baju tidur dan memakainya...seakan tak  peduli kalau dari luar Riki bisa melihatnya dengan leluasa, tiba – tiba  mamanya menjerit....Aduh, Riki kaget dan bergegas masuk ke kamar  mamanya. Menatap dengan bingung dan bertanya pada mamanya yang sudah  memakai baju tidurnya. Kali ini sangat mini dan tipis, pentilnya jelas  terlihat. Riki belagak tak ngeh....
  "Kenapa Ma ?" "Aduh...kayaknya lengan mama keseleo,waktu memakai baju barusan...." "Kok bisa...?" "Ya...bisalah, namanya saja keseleo...aduh...Rik, tolong bantuin mama sebentar, pijitin tangan mama."
  Tanpa menunggu jawaban Riki, mamanya segera dengan manis duduk bersandar  di tempat tidur, sekilas Riki melihat CD-nya waktu mama duduk tadi.  Wina menjulurkan tangannya, menunggu Riki memijatnya, tampak bulu  keteknya di sela lengannya. Riki duduk di pinggir tempat tidur mulai  memijit tangan mamanya. Wina, untuk mencairkan suasana mulai bercakap –  cakap.
  "Rik, kamu kan sudah gede...sudah punya pacar belum ? kenalin dong ke mama." "Ah si mama....belumlah...belum kepikiran." "Lho kenapa...memangnya kamu tak suka perempuan ? Wah gawat dong..." "Ya kagak begitulah ma, doyan dong sama perempuan. Cuma memang belum ketemu saja yang sesuai buat jadi pacar." "Oh gitu.....enak juga pijitan kamu yang. Sekalian deh pijitin badan mama, lagi pegel nih."
  Dan mamanya tanpa menunggu jawaban, segera berbaring tengkurap. Rii agak  naik sedikit, mulai memijat punggung mamanya, lalu pinggangnya. Mamanya  kembali memulai percakapan.
  "Memang kamu sukanya perempuan seperti apa Rik...?" "Ya...yang cantik, baik, pintar, sayang....." "Oh gitu tapi itu mah lebih ke sifat,Rik. Maksud mama juga secara fisik ?" "Idih mama, malu ah Riki ngomongnya...." "Ye...kamu ini...sama mama sendiri saja malu, ngomong sajalah, mama juga  ngerti, anak seumuran kamu kayak gimana. Lagian wajar kan mama pingin  tahu kriteria calon mantu mama nanti" "Ya sudah...Riki sukanya yang cantik, seksi dan montok. Dan ini karena  mama maksa nanya lho...Ehm...itunya juga sukanya yang gede..hehehe, tuh  kan jadi malu nih" "Itunya apaan Rik...? maksud kamu Teteknya...dasar kamu...." "Hehehe...kan mama sendiri yang nanya." "Iya juga sih...enak Rik pijitannya...duh kayaknya sedikit berkurang nyamannya deh karena masih memakai baju ini."
  Dan yang terjadi selanjutnya cuma hanya membuat Riki bengong dan  melongok. Wina dengan cuek bangun sambil membuka baju tidurnya, nampak  teteknya yang besar bergelantungan dengan indah dan menantang. Wina  kembali tengkurap hanya memakai CD putihnya. Rini meneguk lidah  menyaksikan tubuh Wina.
  "Kok bengong, terusin mijitnya yang." "I...iya ma."
  Riki mulai melanjutkan memijit, tangannya agak bergetar. Kont01nya sudah  ngaceng di balik celana pendeknya. Untung tak kentara banget. Wina  kembali memulai percakapan.
  "Jadi kamu suka yang kayak gitu, tapi agak bingung juga nih mama  jadinya, contohnya dong Rik, seperti siapa, siapa saja artis kek, foto  model kek, penyanyi, biar mama bisa punya bayangan, seperti apa sih  persisnya perempuan yang anak mama idamkan itu." "Eng...eng...ya sebenarnya sih nggak usah jauh – jauh buat contohnya...itu tuh yang seperti mama dong." "Hahaha...bisa saja kamu muji mama." "Enggak ma, serius kok."
  Wina tak menjawab, saat itu Riki sedang memijit daerah pantatnya, tangan  anaknya ia rasakan agak gemetar, mau tak mau Wina yang lagi tengkurep  dan wajahnya tak terlihat Riki, jadi nyengir sendiri, namun ia menahan  tawanya.
  "Eng...Rik, kalau susah, kamu buka saja Celana dalamnya, nggak kenapa kok." "Eng..enggak ah ma. Malu ah." "Malu apa malu nih ? Katanya suka yang kayak mama.Lagian ngapain malu,  kamu nggak usah pura – pura deh, mama tahu kok kamu suka ngambil BH sama  CD mama dari bak baju kotor, habisnya suka secara ajaib menghilang lalu  muncul lagi kemudian. Nggak perlu mungkir deh, siapa lagi di rumah  ini...? Papa kamu ?Ya nggak mungkin...sudah buka saja."
  Ye...tengsin gue...kirain mama nggak tahu gue suka ngumpetin BH sama CD  nya. Dengan sangat gemetar Riki menurunkan celana dalam putih mamanya,  Wina agak menaikkan pantatnya, supaya Riki mudah menariknya. Riki kini  diam terpaku, menatap panta mamanya yang mulus dan montok.Semok banget  Belahannya sangat menggoda, samar Riki melihat belahannya ditumbuhi  jembut. Tangannya mulai memijit atau tepatnya meremas pantat yang montok  itu, tersiksa sekali Riki, celananya terasa sesak sekali oleh kont01nya  yang sudah sangat...sangat keraaaasss. Matanya juga menatap belahan  m3mek mamanya yang dihiasi rambut kasar yang agak panjang.  Ampuuunnnn......nggak tahan banget gue, batin Riki.
  Seakan menambah deritanya, Wina malah berbalik dengan santai, kedua  tangannya terlipat, dijadikan bantal untuk kepalanya, keteknya yang  dihiasi bulu kehitaman dan lebat terpampang jelas, lalu teteknya yang  besar dan keras, dengan pentil besar berwarna coklat yang dikelilingi  lingkaran besar kecoklatan, perutnya yang rata, lalu daerah selangkangan  yang ditumbuhi dan dihiasi jembut yang lebat dan menawan, belum lagi  belahan m3meknya yang tebal....Riki benar – benar terangsang dan  tersiksa.
  "Kok bengong, terusin mijitnya yang, terserah mulai dari mana, eh  mungkin kamu bisa mijit tetek mama dulu. Ayo, nggak apa, mama nggak  marah, memang mama yang minta kamu mijitin mama."
  Riki mulai menyentuh tetek besar yang sangat ia dambakan itu. Terasa  empuk dan juga kenyal di tangannya, masih agak takut – takut, karena  mamanya hanya memejamkan mata dan diam, keberaniannya mulai timbul, ia  mulai berani menyentuh pentil mamanya, belum berani memegangnya. Lumayan  lama Riki "memijat" daerah sekitar tetek mamanya, mamanya masih  memejamkan mata, Riki bersyukur jadinya, sebab ia bisa dengan leluasa  juga memandang daerah indah di selangkangan Wina. Belahan m3meknya itu  lho.....dengan jembut di sekelilingnya....pusiiing gue....teriak Riki  dalam hati. Suatu hal yang ia sering bayangkan, namun ia tahu tak  mungkin terjadi, kini malah telah terjadi. Saking seriusnya Riki menatap  dan memelototin m3mek Wina, dia tak sadar Wina telah membuka matanya  kembali, dan kini satu tangannya terjulur, memegang bahkan mengelus  pelan tonjolan di balik celana Riki...
  "Lho kenapa itu kamu Rik ? Kok keras...kamu terangsang dan ngaceng ya melihat mama ?" "Ah..mama...jelas dong, biar gimana juga, Riki kan anak laki ma.  Ngelihat mama yang nafsuin kayak gini, ya jelaslah Riki bangun. Cuma  orang nggak normal yang nggak ada reaksinya melihat hal kayak gini  ma...."
  Wina masih asyik mengelus tonjolan di balik celana Riki, Riki jadi grogi....
  "Rik...kamu belum pernah begituan kan...?" "Pacar saja belum punya ma, apalagi begituan...kok mama nanyanya aneh sih..." "Masa sih...? Eng...Rik, kalau mama ajari kamu begituan, mau nggak..." "Apa ma...? Yang benar...? Gila....ya mau banget dong ma." "Tapi...ingat, jangan sampai papa kamu tahu. Nah sekarang kamu buka baju  dan celana kamu, kasihan tuh kont01mu sampai sesak begitu, dari setadi  minta dibebasin dari sarangnya."
  Wina sebenarnya hanya bersiasat dengan mengatakan agar hal ini jangan  sampai diketahui Heru, ia juga ingin membuat Riki nyaman dengan sedikit  melempar canda. Dan rencana awalnya dia memang hanya sebatas akan  memberi Riki oral seks saja, sekedar membuat anaknya makin tergoda.  Biarlah nanti saat Riki memasuki m3meknya, itu dilakukan saat Heru  mengintip. Tapi tentu saja Riki tak tahu pikiran Wina, dan mempunyai  agenda tersendiri di benak remajanya. Saat itu remaja puber itu sedang  dengan sangat cepat melepas bajunya. Wina nampak sejenak mengamati  kont01 anaknya, sebenarnya ia juga masih canggung, tapi ia memantapkan  diri.
  "Rik, kesinian dikit, mama mau lihat kont01 kamu...wah nggak beda sama  papa kamu, sedikit lebih kecil..namun pastinya bisa menandingi atau  lebih nantinya, kamu kan masih dalam masa pertumbuhan. Ada potensi ke  sana nih..." "Yang benar ma...?" "Iya...percaya deh sama mama. Nah sekarang kamu senderan, mama akan  hisap kont01 kamu, istilahnya oral seks, atau kalau anak seumur kalian  biasa bilang nyepong....kamu diam saja, kalau kamu berasa mau keluar,  keluarin saja, nggak kenapa. Malah mama senang, karena kamu masih  perjaka. "
  Riki duduk bersandar dengan tegang, sementara Wina mendekati kont01nya,  posisinya agak nungging. Riki sebenarnya sudah sering melihat hal ini di  film bokep. Tapi merasakan langsung, jelas beda dengan menonton.  Mamanya, Wina, mulai mendekatkan kepalanya, tangannya memegang dan  mengenggam kont01 Riki. Memainkannya sebentar, sangat enak terasa bagi  Riki. Lalu lidahnya mulai menjilati kepala kont01 Riki. Riki yang seumur  – umur baru pernah merasakan, mati – matian menahan rasa geli dan  nikmat itu. Lidah mamanya, menjelajahi kepala kont01nya, lalu mulai  menjilati batang kont01nya. Menggelitik setiap saraf yang sensitif di  wilayah kont01nya, kont01nya berdenyut geli dan nikmat. Belum habis  sensasi nikmat yang Riki rasakan, kont01nya mulai ditelan oleh mamanya,  dikulum, dihisap, diemut, terasa enak banget saat bibir mamanya  bersentuhan dengan batang kont01nya yang sedang dikulum naik turun oleh  mulut mamanya. Riki mendesah nikmat. Mulai bisa menikmati dan mengontrol  dirinya. Gila....luar biasa, hari yang tak akan aku lupakan...batin  Riki. Benar kata teman gue...bukannya enak, tapi enak banget. Ini baru  pakai mulut, gimana saat gue masukin kont01 gue ke m3mek mama. Riki  menjadi sangat bergairah, dan secara naluriah, juga berkat "pendidikan"  dari para aktor dan artis bokep, ia mulai mendekatkan badannya ke arah  pantat mamanya yang agak menungging saat menghisap kont01nya. Dia mau  mempraktekan dan merasakan semua yang ia lihat di film.
 
  Maka tangan Riki mulai menyentuh pantat mamanya, meremasnya. Wina diam  saja, masih biasa dan reaksi normal saja kok pikirnya, tangan Riki  sedikit mengelus belahan pantat dan m3meknya, sedikit  melebarkannya....tak masalah, mungkin mau memuaskan penasarannya pikir  Wina lagi. Dan akhirnya Wina merasakan belahan m3meknya mulai diciumi  dan dijilati oleh mulut anaknya itu, ini jelas nggak biasa pikirnya. Ia  agak kaget, tak menyangka Riki seagresif itu, namun mau melarang juga  tak mungkin. Ia tetap melanjutkan menghisap kont01 Riki. Riki sendiri  merasakan m3mek Wina sangat harum dan mengeluarkan aroma yang  menyenangkan dan memabukkan hawa nafsunya. Jarinya mulai makin  melebarkan belahan m3mek itu, indahnya, merah merekah, dan Riki dengan  statusnya yang masih hijau itu memulai pelajarannya , ia mulai menjilati  sejadinya semua daerah m3mek itu, belum paham benar yang mana it1l  mamanya. Cuek saja, asik menjilati dengan rakus dan tak ada puasnya.  Awalnya Wina merasakan kurang nyaman, namun lama – lama seiring sapuan  lidah anakya yang cepat dan rakus, ia mulai merasakan nikmat, jilatan  lidah Riki memang kadang kena it1lnya, dan apaan nih....ya  ampun...Riki...ia malah mulai menusukkan jarinya ke lobang m3mekku,  untung nggak nyasar ke lobang pantat. Wah kacau nih anak gue terlalu  berinisiatif...pikir Wina agak nyengir. Karena merasa mulai enak dengan  aksi Riki, Wina makin hot melumat kont01 Riki dengan mulutnya, sampai  Riki yang masih hijau ini kelojotan, saking geli dan enak, Riki tak  sanggup lagi meneruskan kegiatannya mempelajari m3mek milik mamanya.  Terlalu sulit berkonsentrasi. Dan aduh....Crooot...croot.....pej unya  mengalir dengan tanpa permisi lagi membnjiri mulut Wina. Wina  menghentikan aksinya, mulai menelan peju itu, lalu menjilati sisanya  yang meleleh di sekitar kont01 anaknya. Riki lemas tak berdaya. Wina  kembali menghadap ke arahnya, nyengir melihat Riki yang terkulai.
  "Ingat ya yang, jangan bilang – bilang papamu. Sekarang kamu cuci tuh  kont01 kamu, nanti malam mama ajarin lagi yang jauh lebih enak,  nanti...kalau papa kamu sudah tidur."
  Baru saja Wina mau mengambil baju tidurnya, Riki tiba – tiba menarik  bahunya, agak kasar memang. Membaringkannya, tangannya agak terangkat,  dipegang kuat oleh kedua tangan Riki, dengan cepat Riki sudah di atas  tubuhnya, menindihnya...
  "Aduh...kamu ngapain si Rik...sakit nih mama." "Ma...nggak perlu nunggu sampai malam deh. Yang sekarang ya sekarang.  Sudah terlanjur...nggak perlu nunggu malam. Bisa gila Riki kalau  menunggu sampai malam."
  Riki lalu menciuminya dengan ganas, bibir, leher, keteknya, teteknya,  pentilnya....masih sangat kasar sekali tekhniknya. Akhirnya Wina  menyerah...ya sudah deh sekalian belajar biar pintar.
  "Rik...Rik...Riki sayang....baiklah, tapi jangan kayak gini dong..mama nggak bisa nafas nih, sakit."
  Riki mulai tenang, tangannya juga tak lagi menahan tangan mamanya. Saat  ini ia asik memainkan dan menghisap pentil mamanya. Wina dengan sayang  membelai rambut anaknya. Lalu Wina mulai berbicara...
  "Ayo deh Rik, kalau kamu memang kepingin, jangan takut, mama akan  bimbing. Keluarin saja di dalam, tak masalah. Mama sudah tak mungkin  hamil. Nah mama sudah melebarkan lobang m3mek mama, siniin kont01 kamu,  biar mama pegang pakai tangan yang ini, nah...ikuti saja, biar mama yang  arahkan...."
  Mulanya meleset...coba lagi meleset lagi..akhirnya...blessss.....t ubuh  Riki serasa melayang. Hanya diam dulu, menindih tubuh mamanya. Terasa  sangat...sangat nyaman, kont01nya seakan dibelai dan direndam dalam  pelumas yang sejuk dan nyaman. Dengan naluriahnya, ia mulai menaik  turunkan pantatnya, memompa kont01nya, matanya memandang wajah cantik  mamanya. Gila...setelah ia mulai memompa...ternyata rasanya jauh lebih  enak...jadi inikah rasanya nikmatnya memasuki m3mek seorang wanita. Riki  cuma mampu melakukan hal ini saja saat ini, tak ada hal lain yang ia  pikirkan. Bahkan....croot...crooot.....y a ampun...kok cepat  amat.....kecewa dia. Mamanya diam sebentar, lalu agak mendorong  tubuhnya, mencabut kont01nya.
  "Sudah...jangan kamu pikirkan, itu wajar buat kamu yang baru pertama  kali, belum mampu mengontrol diri. Dulu juga papa kamu pertamanya kayak  begitu. Tapi nanti juga bisa tahan. Percayalah....Sudah kamu bersih –  bersih dulu." "Eng ma...." "Iya sayang...." "Tapi janji ya, nanti malam ajarin Riki, Riki tunggu dikamar ya." "Iya....tungguin papa kamu tidur dulu ya."
  Riki lalu mencium pipi mamanya, segera mengambil pakaiannya dan ke kamar  mandi di luar. Wina kini berbaring sendiri, masih terasa peju anaknya  yang mengalir di m3meknya. Sedikit heran mendapati bahwa dirinya merasa  nyaman saat kont01 Riki memasuki m3meknya. Oke...semua sudah terjadi dan  sesuai rencana. Tinggal nanti malam, biar suaminya Heru bisa mengintip.
  Malamnya suaminya pulang, baru jam 7 lewat, kebetulan Wina sedang makan  sama Riki, hal yang biasa, karena kalau menunggu Heru, suka tak pasti  jam pulangnya. Heru masuk, mengucapkan basa basi salam dan langsung  duduk, sekalian ikut makan deh, mandinya nanti saja, lelah sekali ia  hari ini. Mengobrol sejenak kepada Wina dan Riki. Wina memang tak  menelepon atau mengabarkan apapun pada Heru. Saat Riki tak melihat, dan  Heru kebetulan memandangnya. Wina mengedipkan mata sambil mengangkat  tangannya memberi tanda jempol...sudah oke. Mendadak saja rasa lelah  Heru langsung hilang.
  Saat kelar makan, Riki menonton TV, Heru mandi, Wina mencuci piring.  Setelah kelar, ia membawa tumpukan baju yang sudah disetrika ke kamar  Riki, sekalian menaruhnya di lemari, juga...ia memastikan gordengnya  agak terbuka, agar Heru cukup mendapatkan sudut pandang yang luas,  bahkan melonggarkan jendelanya sehingga Heru bisa mengintip dan  mendengar dengan jelas. Yang pasti Riki jarang sekali menutup  jendelanya, paling malas, asal kelihatan sudah ketutup ya sudah, nggak  mengecek lagi apakah sudah rapi atau rapat.
  Wina merapikan baju di kamar Riki dengan agak berdebar. Beberapa waktu  lagi, ia akan melakukan hubungan lagi dengan anaknya di kamar ini,  diintip suaminya, Heru. Tubuhnya agak bergidik sekaligus bergairah  membayangkannya.
  Heru mandi dengan perasan girang, tadi saat Wina masuk kamar ia sampai  merasa perlu memastikan lagi. Ternyata memang sudah bisa dilakukan malam  ini. Gairahnya meningkat, membayangkan apa yang diimpikannya akan  terealisasi dalam waktu singkat ini. Namun ia memutuskan tak akan ngewek  sama Wina sebelum ia mengintip. Biar makin maksimal....Heru melanjutkan  mandinya sambil berdendang.....sya lalalala....du bidu bi dam....
  Riki menonton TV dengan perasaan tak menentu, bahkan sebenarnya apa yang  ia tonton juga ia tak tahu atau perduli. Otaknya mengembara entah ke  mana. Matanya melirik mamanya yang sedang merapikan baju di kamarnya.  Sungguh hari yang luar biasa. Tubuh mamanya yang mempesona dan ia  dambakan, hari ini bukan hanya bisa ia lihat sepuasnya, ia bahkan telah  merasakan nikmatnya. Memang masih sangat culun dan memalukan, tapi nanti  malam masih ada kesempatan, ia bertekad untuk melakukannya dengan  sebaik mungkin...ah nikmatnya...kont01nya mulai ngaceng saat ia  membayangkan tubuh mamanya. Sayang ada papanya saat ini, kalau  tidak...pasti ia sudah menerkam tubuh mamanya lagi.
  Gong......lonceng sudah dibunyikan....semua sudah siap dengan rencana  dan pikirannya masing – masing. Mari kita tunggu waktunya tiba.....
  Mendadak malam itu semuanya sangat...sangat cepat mengantuk...cepat  sekali, jam 9 kurang sedikit, saat mereka di ruang tamu menonton TV.  Heru membaca koran. Yang sebenarnya acara TV dan juga koran itu sama  sekali tak menarik sedikitpun bagi benak mereka. Mula – mula Riki  menguap, lalu Heru, terakhir Wina. Wah ngantuk banget nih, yuk kita  semua tidur saja kata Heru. 5 menit kemudian semua sudah masuk kamar,  tadi Wina sempat mampir ke kamar Riki, standart seperti biasanya,  mengucapkan selamat tidur, sambil mengatakan supaya Riki menunggu, tak  akan lama karena kalau papanya capek pulang kerja, pasti dia akan cepat  tidur dan pulas. Di kamarnya Heru kembali bercakap dengan Wina...
  "Nanti...beri waktu setengah jam...biar dia nggak curiga." "Iya aku juga paham." "Gimana si Riki....sampai begituan nggak tadi ?" "Ya...sama kayak kamu dulu...waktu pertama kali ngewek sama aku. Masih hijau dan culun. Tapi juga menyimpan potensi." "Hahaha...bisa saja kamu Win."
  Mereka kembali bercakap, mencoba santai. Akhirnya Heru merasa waktunya  sudah pas, yang tak akan membuat Riki curiga, jam 10 kurang seperempat.  Wina mulai mematut dirinya di depan kaca, memandang penampilannya,  sedikit menyemprotkan parfum ke leher, belahan teteknya dan kedua  pangkal lengannnya. Wina melihat Heru dari cermin, tersenyum nakal dan  menggoda. Mau nggak mau Heru nyengir melihatya. Duh bini gue, dulu mati –  matian nolak...sekarang ...malah antusias.
  Wina membuka pintu kamarnya perlahan, lalu melihat ke depan, khawatir  Riki ada di depan, setelah memastikan keadaan aman, ia lalu keluar dan  memberi tanda pada Heru yang segera melesat bagai ninja. Ia menutup  pintu kamar. Heru segera mengendap ke jendela kamar Riki. Sebuah tempat  yang sangat aman dan strategis bagi Heru. Jendela ini boleh dibilang  sudut mati Riki. Kalaupun saat sedang gituan sama Wina, Riki mau ke WC  atau ke dapur mengambil air, ia akan keluar dari kamarnya dan belok ke  kiri, tak mungkin ke kanan, yang menuju kamar Wina. Heru segera  mengintip, nampak jelas dan bebas sekali pandangannya. Dilihatnya  anaknya, Riki sedang berbaring, tak tidur, hei...sedang apa dia ?  Hehehe, dasar bocah, lagi mengelus – ngelus pangkal celana pendeknya.  Kemudian dia lihat Riki agak kaget dan menghentikan kegiatannya,  pegangan pintu tampak bergerak, pintu kamar terbuka. Wina masuk sambil  tersenyum nakal ke arah Riki. Jantung Heru mulai berdebar. Yes...This is  it....serunya dalam hati...it's showtime....
  Wina tersenyum pada Riki, lalu duduk di pinggiran tempat tidurnya. Ia  memkai baju tidurnya yang tadi sore. Riki mendekat, tak berkata sepatah  katapun. Perlahan Riki menarik bahunya, menyenderkan badan mamanya pada  kepala tempat tidurnya, lalu perlahan Riki turun. Wina jadi nyengir  melihat aksi anaknya...biar masih culun inisiatifnya mulai meningkat  pikirnya. Riki mulai beraksi, ia kangkangkan kaki mamanya, menatap paha  dan CD putih yang Wina kenakan sejenak, lalu tangannya mulai membelai  paha dan permukaan CD itu. Wina hanya diam saja memperhatikan. Tak lama  Riki menarik dan membuka CD-nya. Dengan tangannya ia lebarkan kaki  mamanya, biar puas dan lebih jelas. Riki menatap m3mek tebal itu,  mengagumi jembutnya yang lebat dan juga belahannya yang merangsang. Riki  dengan cepat segera mendekatkan mulutnya ke arah m3mek yang menggoda  itu...tak sabar. Wina segera berbicara...
  "Yang....nanti mama bilangin ya, bagian yang mana yang musti kamu jilati  dan mainin. Cara kamu tadi sore masih kasar dan nggak pas...."
  Riki mulai menggunakan jarinya untuk melebarkan m3mek mamanya, hidungnya  mencium aroma harum dan sekaligus mengundang. Wina masih diam saja.  Dengan agak ragu Riki mulai menciumi permukaan m3mekWina, lama – lama  makin ganas. Kini lidahnya menyapu permukaan m3mek Wina...
  "Aahh....bukan itu yang....yang adanya sedikit di atas lobang m3mek  mama, coba kamu lihat...ada gundukan daging yang agak menonjol, nah itu  it1lnya mama. Setiap wanita, jika pria menjilati dengan lidah atau  memainkannya dengan jari secara benar, pasti akan kelojotan menahan rasa  enak. Nah kamu mulai mainin sama jari kamu dan jilati...."
  Riki berhenti memainkan lidahnya, matanya mencari yang dikatakan  mamanya...nah itu dia, agak menonjol dan besar. Ujung jari jempol dan  telunjuknya mulai memainkan it1l mamanya. Terasa banget di jarinya, lama  – lama makin keras. Mamanya mulai mendesah, sambil melebarkan kakinya.  Riki makin nafsu mendengar desahan mamanya. Lidahnya mulai menjilati,  mula – mula hanya menjilati, lama – lama ia mulai mahir memainkannya,  digoyangkannya it1l Wina ke sana kemari, membuat Wina makin kelojotan  dan mendesah, makin percaya diri, Riki mulai menusukkan jari tengahnya  ke lobang m3mek mamanya yang memang sangat membuatnya terangsang.  Dimainkannya jarinya menyodok – nyodok m3mek Wina. Wina mendesah, Hampir  5 menit lebih Riki belum puas juga memainkan it1l dan m3mek indah  tersebut, desahan mamanya makin kuat dan pantatnya juga mulai bergoyang.
  "Aaaahh....SShhhhh...Ughhhhhh. ..." "Pinteeeerrrr....kamuuuuu..... .Wooowwww...... "Awww.....Aduuuhhh......Yessss ....."
  Wina menyemburkan cairan hangat orgasmenya, Riki merasakan ada sedikit  rasa asin dan kental membasahi lidahnya. Nalurinya mengatakan mamanya  mengalami apa yang namanya orgasme, seperti yang pernah ia lihat di  film. Bisa seahli Heru nantinya...pikir Wina mengomentari permainan  lidah Riki.
  Di luar Heru menurunkan celananya, asik mengocok pelan  kont01nya....gila....gilaaaa.. ..ini jauh...jauuuhhh lebih baik dari apa  yang ia bayangkan. Ekspresi Wina tadi sungguh hebat. Benar – benar  merangsang dan menaikkan birahi. Wajahnya Wina saat mendesah dan merem  melek menahan gempuran nikmat permainan lidah Riki tadi sangat mesum  sekali.....gilaaaa.....batin Heru bersorak.
  Di kamar Riki mulai berdiri, membuka baju dan celananya. Lalu Riki  mendekati Wina, membuka bajunya...astaga wangi sekali mamanya....sampai  memakai parfum guna melayaninya....Riki benar – benar terangsang. Dengan  cepat ia memburu bibir Wina...awalnya Wina enggan melakukan ciuman  dengan Riki, tapi Riki terus memaksa, akhirnya bibir mereka bertemu,  Riki menciumnya dengan kasar dan masih sangat hijau, namun gairahnya  mampu menutupi kehijauannya, Wina mulai terangsang dengan ciuman  menggelora anaknya, membalasnya dengan panas sekaligus mencontohkan  bagaimana cara berciuman yang enak sekali pada Riki. Tangan Riki mulai  giat meremas dan memilin, memainkan pentilnya yang sudah mengacung dan  mengeras, masih tetap berciuman. Tangan Wina mencari kont01 Riki,  mengenggamnya dan mengocoknya, sesekali ia belai dan remas dengan lembut  biji peler Riki....membuat Riki merasakan seperti melayang.
  Walau Riki sudah bertekad untuk mengontrol dirinya, tak urung birahinya  naik dengan cepat, tubuh mamanya, Wina, sangatlah seksi dan menggiurkan,  sulit baginya untuk tidak menjelajahi tubuh montok itu. Perlahan ia  rebahkan mamanya, ia ciumi ketek mamanya yang rimbun, harum  sekali....lalu ia mulai pasang ancang – ancang...Wina membiarkan Riki  mencoba sendiri. Ugh...masih meleset.....sekali lagi...blesss....masuk  dan menerobos dengan sempurna...Perlahan Riki mulai memompa, perlahan  sekali, matanya menatap wajah mamanya, sungguh sulit mengontrol dirinya,  kala matanya menatap wajah mamanya yang sangat ngeseks itu. Ia mulai  mengalihkan diri dengan kembali menciumi tetek mamanya.
  Di luar Heru asik menyaksikan saat Riki menaik turunkan pantatnya  memompa m3mek Wina, istrinya. Wina nampak mengangkat kedua kakinya,  merenggangkannya. Memudahkan anak mereka Riki, menjalankan tugasnya.  Tangan Heru masih dengan seru mengocok kont01nya, matanya tak mau lepas  dri pemandangan mendebarkan yang ia saksikan di dalam kamar.
  Riki merasakan belaian nikmat pada kont01nya, mulai agak memepercepat  pompaannya, sejauh ini ia sudah cukup mampu menahan diri. Tangan Wina  sesekali membelai pantat dan punggungnya. Riki makin bergairah.  Pompaannya agak lepas kontrol....gawat nih pikirnya, ia berhenti  bergerak, mencabut kont01nya....untung nggak ngecret...Wina paham,  anaknya sedang mencoba belajar mengendalikan dirinya. Sekalian ganti  gaya deh, pikir Riki...praktekin yang ia lihat di film bokep...
  Riki segera berbaring di samping mamanya. Wina paham mau anaknya, segera  ia mengangkat satu kakinya ke atas, agak miring menyamping, Riki  memasukkan satu kakinya di bawah kaki Wina, memegang kont01nya, lalu  bless...dari samping kini ia mulai menyodok mamanya...ternyata lebih  nyaman dan santai dengan posisi ini.Riki mulai memompa kont01nya dengan  perlahan dan berhati – hati. Tangannya kini sangat bebas merangkul  mamanya dari samping, dengan gemes ia remas dan mainin pentil Wina  sepuas hatinya. Wina menyandarkan kepalanya ke bahu Riki, satu tanganya  memegang bagian belakang kepala Riki, Riki melihat rimbunan ketek  mamanya yang sangat merangsang. Lidahnya segera menjilati dan menciumi  ketek mamanya, sampai basah jadinya.
  Heru makin terangsang dan semangat melihatnya, ia makin kuat mengocok  kont01nya. Sengaja ia mainkan. Kalau sudah terasa mau keluar ia  berhenti, berdiam agak lama, kalau sudah tenang ia lanjutkan. Tak mau  sampai keluar, nanti disimpan buat Wina.
  Dari atas Riki dengan jelas bisa melihat rimbunnya jembut mamanya,  sementara kont01nya leluasa keluar masuk menyodok m3mek enak milik  mamanya. Ia mulai bisa mengontrol dirinya...Wina juga mulai bisa  menikmati dan merasakan kont01 milik anaknya ini, mulai nendang  istilahnya. Riki sudah mulai bisa mengontrol emosinya, namun masih butuh  waktu, kemampuannya sekarang belum akan bisa membuatnya orgasme.
  Riki kembali mencium bibir mamanya, kont01nya sudah terasa linu, kali  ini Wina sedikit jahil, disedotnya lidah Riki saat mereka berciuman,  Riki kelojotan tak terkira, sangat....sangat...bikin terangsang sekali  ciuman mamanya, kocokan kont01nya makin kuat dan crooot...croot tanpa  ampun pejunya memancar kuat di lobang m3mek mamanya. Wina mau tak mau  nyengir nakal.
  Setelah Riki mencabut kont01nya, Wina segera mendekat dan sambil  nungging, ia mulai menjilati kont01 Riki, habis ia jilati dan emut,  sampai tak bersisa sisa peju yang menempel di kont01 anaknya. Riki hanya  bisa berbaring lemas, sambil mendesah puas menikmati emutan maut  mamanya. Di Luar Heru meneguk ludah melihat adegan  tersebut...imajinasinya liar dan puas dengan hal ini.
  Ternyata Riki benar – benar kuat juga pikir Wina. Nggak bisa Wina  menyudahi permainannya, Riki menahannya, semangat dan kondisinya yang  masih muda juga karena memang Riki sangat terangsang dengan tubuh  telanjang Wina, membuat kont01nya cepat pulih dan keras lagi. Sampai 3  ronde Wina harus melayani Riki, bahkan di ronde terakhir tadi Riki bisa  membuatnya orgasme, bukan degan permainan lidahnya, tapi dengan sodokan  kont01nya....bakalan berbakat nih anak gue...pikir Wina. Sebenarnya Riki  enggan melepas Wina kembali ke kamarnya, namun jam sudah menunjukkan  hampir jam 1an....masih bisa besok kata Wina. Sungguh ia memang mulai  terbiasa dan menikmati saat dirinya disodok kont01 Riki. Lalu kembali ia  berpura – pura berhati – hati, mengamati sekeliling saat membuka pintu,  Wina ikut Riki ke kamar mandi di depan, mencuci dan membersihkan m3mek  dan kont01 mereka. Ia kembali berpakaian dan Riki menciumnya terlebih  dahulu dengan ganas sebelum ia kembali ke kamarnya. Dilihatnya ke  jendela, Heru sudah tak ada. Perlahan ia membuka pintu kamarnya. Baru  juga ia masuk dan menutup pintu, Heru sudah memeluknya dan menariknya  dengan kuat ke tempat tidur, mencumbu dan menyetubuhinya secara luar  biasa dan gila – gilaan, nampaknya Heru melampiaskan nafsunya setelah  berhasil mendapatkan fantasinya. Berkali – kali Heru menggarapnya,  berkali – kali pula ia orgasme.....sungguh sangat memuaskan.
  Sudah 2 bulan berlalu sejak peristiwa itu. Wina sedang sendiri, Heru  kerja, Riki sekolah. Sedang asyik melamun. Memang akhirnya Riki juga  menjadi mahir, dan juga kuat. Dan selalu hampir setiap siang dan sore  Riki menyodoknya. Kini dirinya benar – benar terpuaskan oleh 2 lelaki  yang paling ia cintai dalam hidupnya, Heru, suaminya dan Riki, anak  kesayangannya. Bahkan untuk menambah seru, Heru mendapatkan ide  tambahan. Ceritanya Wina berhasil meyakinkan Riki untuk melakukan  hubungan di kamarnya. Di samping Heru yang pura – pura tidur. Wina  bilang ke Riki pasti aman, karena kalau papanya capek sekali, papanya  akan minum obat tidur, saat Riki masuk dan masih ragu, Wina pur – pura  membangunkan dan mengguncang – guncang tunuh Heru, yang mati – matian  menahan tawa. Akhirnya ia dan Riki melakukannya, agak di pinggir  ranjang, biar Heru leluasa mengintip. Setelah itu, belum lama Riki  keluar kamar, dan ia juga bahkan belum mencuci m3meknya....Heru segera  menggarapnya secara luar biasa. Dalam lamunannya Wina nyengir, ide Heru  kali ini walau awalnya ia tentang ternyata berakhir indah bagi semua.  Dasar si pengintip...begitulah kadang ia memanggil Heru dengan jahil.
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Keperawanaku untuk kakak iparku               Apr 15th 2013, 04:05                                                Aku lea umur 28 thn. umur perkawinanku baru 5 bulan tapi aku mengulagi kegilaanku sebelum menikah... BERSELINGKUH DENGAN KAKAK IPARKU.
  aku akan mulai cerita kebejatanku dari pertama kali aku berhubungan seks dng suami kakakku.
  sebelum kawin aku tinggal dgn kakakku, mbak shinta yg sdh berkeluarga.  suaminya,mas toni adalah pria yang ramah sabar, dan hangat. sementara  mbak sinta wanita mandiri yg agak galak. aku dan mas toni sangat akrab. aku menganggap dia seperti kakak  kandungku sendiri. kami bahkan bkerja di gedung yg sama di t.b.  simatupang walau lain kantor. ini membuat aku selalu nebeng motornya  pulang pergi kantor. tapi keakraban kami dgn cepat berubah menjadi perselingkuhan.
  waktu itu aku berumur 26 thn dan mas toni 30 thn. hari itu jumat, pulang kantor aku minta diantar ke depok. pulang dari  depok menuju kerumah kami di pancoran turun hujan. kami akhirnya  berteduh di dekat UI. waktu itu sekitar jam 9 malam.
  di pos jaga yang agak remang semua itu dimulai. aku duduk agak rapat dng tubuh mas toni. 15 menit kemudian ia memeluk  dan mencium bibirku. aku kaget sekali, baru kali itu bibirku dilumat  seorg pria. kutolak tubuhnya.
  aku tdk bisa berbicara. tanpa kuminta, mas toni bercerita ttg perasaannya selama ini. ia  terangsang dgn tubuhku yang katanya seksi. payudara dan pantatku  membuatnya sering berfantasi sdg bercinta dngku. ditambah kebiasaanku yg  sembrono berpakaian di rumah yang tdk memakai BH membuat susuku  merangsangnya. ia bahkan tdk bisa melupakan tubuhku yg telanjang di  kamar mandi. mas toni berpikir aku sengaja menggodanya. aku ingat memang pernah lupa mengunci kamar mandi dan ia melihatku  bugil. walau semua sdh aku lupakan tapi itu membekas dipikirannya.
  aku merasa bersalah krn membuatnya salah sangka. maka ketika ia menciumku aku tdk bisa menolaknya.
  ia melumat bibirku, lidahku bahkan melepaskan blous-ku dan mencumbui payudaraku. awalnya aku diam saja tapi rangsangannya membuatku membalas birahinya.  aku sgt menikmati pagutan dan cumbuan liar dan panas kami.
  sampai dirumah aku coba bersikap biasa. malamnya aku tdk bisa tidur, perasaanku bercampur aduk.
  jam 3 subuh aku bangun ke kamar kecil, rupanya mas toni sedang nonton di ruang tengah. ia menarikku keruang tamu dan membujukku utk meneruskan cumbuan kami. aku takut sekali tapi entah kenapa aku tdk bisa menolaknya. dan diatas karpet ruang tamu yg gelap, keperawananku kuserahkan dengan rela pada mas toni.
  entah apakah karena belum pernah bersentuhan dgn pria, pengalaman seks malam itu rasanya sungguh luar biasa. kami bergumul telanjang, aku yg mulanya diam saja mau tak mau bergelinjang liar. tubuhku dijilati, diciumi, digigit lembut. susuku diremas, putingku diisap bahkan pantatku-pun dijilati. nikmat menyerang tubuhku, aku rasanya terbang.
  nafas kami memburu dan kami mengerang-erang tertahan. dan yg paling tdk bisa kulupa adalah mas toni memaini vaginaku dgn mulut  dan lidahnya. lidahnya menggeliat dlm liangku seperti ada ular yg masuk  kedlm lubang vaginaku.
  entah apa namanya, susah menjelaskan rasa apa yg menyelimuti tubuhku. setelah tubuhku mengejang-ngejang yg rupanya adalah awal orgasmeku dan  vaginaku terasa basah berlendir, mas toni menusuk vaginaku dgn  kontolnya. vaginaku sakit karena tusukan kontolnya tapi nikmat.
  setelah beberapa kali kocokan akhirnya...terdengar bunyi halus,  SLEEPPP... terasa benda keras menerobos vaginaku dan menyentuh dasarnya.  benda itu berdenyut lembut dan hangat. bisa kurasakan dinding vaginaku  bereaksi meremas kontolnya. ini memberi sensasi yg membuat kakiku terasa  lemas. vaginaku terasa hangat. terasa mas toni menekan kontolnya  sedalam mungkin.
  karena terhanyut dgn keadaan itu tanpa sadar, tanganku yg sedari tadi  meremas pantatnya, menarik pantatnya agar kontolnya tertanam lebih  dalam. sakit, nikmat itu yng memenuhi vaginaku.
  setelah beberapa menit. akhirnya mas toni bergerak mengocok vaginaku.  terasa kontolnya keluar masuk. pantatku tanpa diperintah bergoyang  kanan-kiri. akal sehatku menolak tp tubuhku tdk bisa menolak setiap tetes kenikmatan yg mas toni berikan.
  inikah yg mbak shinta nikmati di ranjangnya. inikah yg membuatnya  berdesah, merintih, dan mengerang kalau kebetulan aku lewat dekat  kamarnya dimalam hari. aku telah mengambil kenikmatan ini dr mbak shinta.
  setelah beberapa saat, tubuhku serasa terbang, kocokannya makin cepat  dan ganas. vaginaku terasa letih dan sakit tapi aku tdk ingin berhenti  karena ****** mas toni yg begitu nikmat.
  aku melenguh pelan... nikmat...aku sampai, orgasme. tubuh mas tonipun terasa menegang, keringatnya dingin tp kulitnya panas.  ia mencabut kontolnya dan spermanya disemprotkan kepahaku. ia melenguh  tertahan panjang dan tubuhnya jatuh menindihku. aku membuatnya orgasme.
  dikamar mandi ada darah segar dan lendir licin hangat divagina dan selangkanganku. keperawananku hilang tapi aku tdk menyesal karena tubuhku terasa nikmat.
  sehebat itukah mas toni atau nikmat yg luar biasa ini karena ini pengalaman pertamaku?
  setelah malam itu aku sempat menolaknya karena takut ketahuan mbak  shinta tapi karena sudah tahu rasanya seks kemudian aku berdalih toh  mbak shinta kasar pada mas toni aku kasihan pada mas toni akhirnya kami  menjadi sepasang kekasih yg dimabuk birahi. aku tdk pernah menolak ajakan mas toni utk bercinta. ia mengajariku berbagai macam cara menikmati seks. aku paling tdk tahan jika vaginaku dioral olehnya. itulah yg paling aku suka saat bercinta dgnnya.
  dari semua permainan seks terlarang kami ada satu yg paling aku sukai. ada saat dimana selama seminggu mbak shinta pulang purwokerto karena ibu  kami sakit. karena aku tdk dapat cuti, aku tinggal dirumah berdua saja  dgn mas toni.
  lima hari aku menggantikan mbak shinta menjadi istri mas toni. itulah  saat terindah dan paling memuaskan selama hampir dua tahun kami  berselingkuh.
  hari pertama mbak shinta pergi, sorenya kami bercinta di kamar mandi.  kami saling memandikan. mas toni mengoral vaginaku dibawah siraman  shower. setelah itu kami lanjutkan di ranjang kamarnya.
  saat itulah pertama kali ia memintaku mengoral kontolnya. memang aku  suka vaginaku dijilati mas toni tapi aku takut jika harus menghisap  kontolnya. tapi ia selalu punya cara membujukku.
  dalam keadaan fly setelah selesai bercinta, ia menjelaskan ttg betapa  senangnya pria jika kontolnya di hisap pasangannya, mengoral ****** tdk  berbahaya dan lebih bersih dr pd vagina, lagipula kami sdh mandi katanya  kemudian ia merangsangku lagi. pahaku dibuka, vaginaku di gosok-gosok dng wajahnya, bibir vaginaku yg  bulunya sdh kucukur dijilatinya. klitorisku diisapnya. aku mulai  terangsang lagi. tubuhku merinding keenakan. "ssshhh....." aku mendesis enak.
  saat aku hampir sampai mas toni berhenti. aku protes krn aku sebentar  lagi kepuncak. tapi mas toni hanya memutar posisi. wajahnya masih  divaginaku, tapi tubuhnya diatasku, kakinya mengangkagi wajahku,  kontolnya skrg tepat didepan wajahku.
  batang kejantanannya ereksi, tegang. warnanya coklat gelap, panjangnya  mungkin 16 atau 17 cm tapi terlihat besar dan menakutkan. ada urat yg  menyembul membuatnya kelihatan ......gemuk. ****** ini rasanya menakutkan tapi enak sekali jika masuk vaginaku. aku mengerti mas toni minta diisap. mas toni mulai lagi memaini vaginaku, lama-kelamaan ****** itu terlihat manyenangkan, apakah aku fly lagi?
  "pegang sayang, remas yg lembut" bagai tersihir aku meremas. kontolnya hangat berdenyut. mas toni mengerang "nikmat...OOOO......leaaa.........." melihat mas toni bergetar aku makin semangat. kukocok ****** itu pantat mas toni bergerak-gerak. geliat lidahnya di  vaginaku makin cepat dan dalam, aku makin keenakan dan membuatku makin  bernafsu memberi ****** mas toni kenikmatan.
  entah kapan, kontolnya skrg ada dlm mulutku, mas toni mengerang, "eeerrrggghhhh........." kuisap, kukulum kontolnya. tubuhku yg meriang karena vaginaku dioral memaksa mulutku terus mengocok kontolnya dgn mulutku. ****** mas toni lama-kelamaan makin enak dan meggairahkan. aku baru sadar kalau kontolnya enak sekali.
  mas toni tdk melepas mulutnya dr vaginaku, rupanya ia sengaja karena orlannya membuatku makin bersemangat mengulum kontolnya.
  setelah 10 menit aku mengoralnya disertai erangan nafsu. terasa mas toni  tdk bisa mengontrol kontolnya. tubunya mengejang dan mulutnya berhenti  menjilati liangku. ia mendorong kontolnya kedalam mulutku. sepertinya ia  hampir orgasme.
  ia memutar tubuhnya ke posisi tradisional.
  "lea...mas mau masuk..." suaranya memelas, wajahnya basah peluh, liur dan lendir.
  kugenggam kontolnya dan membimbing ke vaginaku. begitu alat kelamin kami bersentuhan, mas toni mendesak masuk kontolnya. "aaaghgghhhh.........massss....." aku tercekat. hanya dlm sekali tusukan, kontolnya terbenam. kasar sakit sekali. mas toni jadi buas, ia mengocok kontolnya berulang-ulang. nafasnya  memburu. walau sakit aku mulai ikut bernafsu, pinggulku bergerak  mengikuti tusukan kontolnya. ranjang ikut bergerak.
  "oghhhhhhhhhh.....masssss...ennghhh....." aku berteriak "Saaa...yyaangg....kkauuu ggadiiisss...hhheeebbbbaattttttttt." mas toni mengerang.
  beberapa saat. "massss... lleeeaaa... mmauu saaammm....eeengghhhhh...paaaiiii...." tubuhnya mulai mengejang. kontolnya yg di isap membuat mas toni kesetanan.
  "akkuu...bbeellummm... maass...." aku harap mas toni blm orgasme dulu.
  tiba-tiba mas toni menarik tubuhku menjadi posisi duduk. kami berhadapan. ia memangkuku. "ayo kocok sayang" pintanya aku mengerti dlm posisi ini aku yg akan duluan sampai sedangkan ******  mas toni yg terjepit menahan spermanya mengalir kebatangnya.
  aku bergerak maju mundur. tubuhmya tdk bergerak, ia menghisap susuku. "ogghhhhh.....mmmaassss....." isapnnya membuat tubuhku yg sdh terangsang makin menegang. kupercepat gerakanku. aku seperti joki kuda yg sedang menunggangi mas  toni. wajahnya menempel di dadaku. kontolnya seret menggosok dinding  vaginaku. luarbiasa nikmat...
  5 menit, 10, 15 menit akhirnya aku bobol, cairan maniku membanjiri vaginaku, hangat.
  aku mendongak,mataku gelap tubuhku terasa terangkat ke awan. aku melenguh panjang, "Heeeennnngggggghhhh.......masss... a..ku....OOOgggghhhhh......" tubuhku jatuh lemas ke ranjang.
  mas toni kembali menindihku. kontolnya yg msh tertancap di vaginaku  dikocoknya. aku mendengar mas toni merintih nikmat terputus-putus.  "Hegh...hegh...hegh..." sampai.."leaaa... mas....samm...."kata-katanya terputus ia ambruk menimpaku. tubuhnya lemas, kami berpelukan. tubuh kami panas bersatu.
  malam itu kami bercinta sampai 4 kali. ngilu vaginaku, tubuhku capek sekali. tapi nikmatnya tubuh mas toni melebihi semua itu.
  setiap malam selama mbak shinta tdk ada kami bercinta sepuas-puasnya. aku tidak lagi takut mengulum ****** mas toni. malam kelima, malam sabtu, mas toni mengajakku menginap di hotel kawasan  cikini. suasana romantis membuat kami tdk tidur semalaman, yg kami  lakukan hanya bercinta-dan bercinta , mereguk seks sepuasnya. sabtu paginya kami naik kereta dari gambir ke purwokerto menyusul mbak shinta.
 
 
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - malming bareng abg montok +pic               Apr 15th 2013, 04:04                                                cerita ini berawal waktu gw kuliah di universitas swasta jakarta, pangil aja gw andi.  gw ngekost di daerah jakarta selatan, waktu itu gw sengaja cari tempat  bukan yg enak, melainkan yg banyak cewe nya, haha lumaynah lah klo lgi  bete sama kuliah lumayan kan kalo liat cewe, singakat nya, gw udah  6bulan di kosan tersebut.. dan udah mulai akrab sama lingkunganya. dan emang bner, disini  kbanyhakan abg cewe yang terbilang masih labil dan nakal" ada satu yg gw  incar, mungkin ga terlalu cakep sih, tapi dari body nya, bikin gw sange  bro, montoook banget dan dia emang dah deket sama gw juga. anaknya aga  nakal pula,, makin tepat deh sasaran gw.. pangil aja namanya dea. kata tmn gw sih dia udah ga V, ahh bodo amat deh, yg penting gw bisa dapet cinta 1 malemnya hahaha abis toketnyha bikin gw ga tahan sob, apa lagi dia pake bajunya yg bikin gw konak mulu. nih sekilas potonya
 
 
 waktu itu malem minggu jam 4, gw baru balik kampus dan dan gw emang mls  ikut acara anak" klo udah cape, akhirnyha gw diem sendiri di kosan, yhah   baringan di kamar aja paling, sampe akhirnya ada yg ketok pintu. dan  setelah gw buka ternyata si dea, wiih penampilanya waktu itu hot banget,  sampe bikin gw konaak, dia pake tangtop merah sama celana jeans pendek,  dan belahan toketnya yg bikin gw ngiler, dea emang duka maen ke kosan  gw, paling iseng ngobrol ataw maen laptop,, eeh deaa, ngapain nih, tumben malem minggu ke kosan. hhhmm, ga papa ko ka, lgi bete aja. ooh sini masuk, gw pun duduk di samppingnya kosanyha sepi yah ka, pada kmana emang? iyha pada keluar nih, km ko ga malmingan sama cowo kamu, oohh, iya nih co aku lagi ada acara sama temenyha. oooh, terus kmu mau ngapain ksini, hehe ikut buka facebook yhah ka,  ooh iya boleh, gw dan dea pun beranjak ke kamar gw,,  dea pun online dan memasukan beberapa foto yahah bisa di bilang lmyan  sexy abis potonya pake baju ketat, terus ngeliatin belahan toketnyha  muluu,, bikin gw makin konak daahh.. sejenak gw tinggalin untuk ambil minum, nih dea minum dulu.. iyhaah mksih kaa. sambil tetep online sejenak gw nikmati ngeliatin pemandangan indah ini,, sambil sesekali gw elus kon"" yg mulai aga naik.. de, poto kamu kaka liat sexy" yahah, aah  biasa aja ko ka, diih yg gini aja biasa gimana yhg sexy nya yah, hhahaha yaah aku kan emang udah sexy dari lahir haha pembicaraan pun mulai akrab, gw pun mulai mancing, de kita poto bareng yuu pake webcam. boleeh yhu kaan, aku mau banget,, beberapa poto kami lakukan dengan gaya biasa dengan duduk besampingan. gayhanya kurang seru yhaah, yang lebih seru mau ga? boleeh gima tuh ka? kaka di belakang km deh ya, biar lbih gampang, gw pun beranjak dan duduk di belakangnyha, kbetulan posisinya lesehan.. dengan cepat gw duduk di belakang dan otomatis posisi kont" nusuk pantatnya, aahhhh gila enak banget, gw makin terangsang. tangan gw pun meyilang di balik ketiaknyha,  entah karena dia sibuk maen hp atau apa, yg jelas di ga marah, karena kont" udah keras dan nyander di pantatnyha.. yuu de kita poto lagi. tangan gw pun sesekali menyentuh toket sampingnyha, aahhahh posisinya bner" bikin gw ga tahan deeh.. gw dengan leluasa bisa liat toketnya yg montok, dan kont" udah nyaman baget. beberapa" kali aku mulai memberanikan diri, dengan berpoto sambil  memegang perutnyha, awalnya memang dea kaget, tapi dia mengijinkanya.. kamu cantik" yah klo di poto,  ahaha tapi ko keliatan gendut yhah ka, nga aaah, kmu tuh sexy ko,alias montok. iih si kaka bisa aja. posisi kami masih seperti tadi. sambil sesekali mengelus pahanya yg mulus. iih si kaka genit niih, geli tau geli apa enak niiih, sambil desahan nafas gw ke arah telinganya, biar dia mkin terangsang.. geli iih ka udaah aah.. gw pun udah ga tahan, gw mulai beraniin diri, gw puluk erat dea dari belakng tangan gw melingkar ke arah pertunya.. sambil menjilat lehernyaa,, aaaah kaaa udaahh dong geli nihih, gw rasa dia mulai menyukainyha, karena tidak ada reflex ppenolakan atau gerakan menghindar dari pelukan gw.. ciuman pun mulai mendarat di pipinyaa, daan semakin dekat ke bibir dea pun mulai terbawa suasana,, kami pun saling berciumaan dengan mesra.. ciuman dea emang ganas, lidahnya terus bergerak selama gw cipok dia,  tangan gw pun mulai berani memegang toketnyaa, yg montok di balik tangtopnya, aahaaah toketnya emang montok banget,dan ternyata dia ga pake BH, gw pun  makin leluasa meremas" dengan kencang sambil memelintir putingnya yg  udah naik dan keras.. aaaahhh, kamu ganas banget yah nyium nya, de kaka sih yg mulai aku jadi kebawa deh, tapi kamu suka kaan, sambil sentum gw masih eluk dia, dan tangan gw ngelus" perutnya kaka udah dong geli nih, kasian tuh burungnya udah tegang banget,pengen di keluarin. kmu tau aja de, puting kamu juga udan naek tuh, sambil gw cubit putingya yg keras awww nakal nih si kaka, tanganya dea pun mulai nakal dia meremas kont" yg tterbungkus clana boxer.. iiih gede banget kaa keras lagi. sambil meremas" kont gw aaaah iyaah de udah keras bgt nih, enaak bgt de kont kaka di remes sama kamu. gw pun pindah posisi ke hadapanya. kami pun berciuman kembali  tangan gw mulai masuk merayap ke dalam tangtopnya, tangan dea pun mulai  masuk ke dalam kolor gw, bahkan dia mulai menarik kont" gw keluar  sambil mengocoknya dengan pelan. tangan kanan gw pun mulai berasa mengoosk mekinya dea, terasa hangat  banget karena pahanyha yhg montok menjepit tangan gw waktu mengesekanya. de, buka aja semuanyha yhaah biar lebih leluasa, tanpa menunggu jawaban, gw pun berdiri dam meleaskan kaos dan kolor gw. gw pun membantu dea melepaskan clana dan tangtopnyha, tanpa sadar kita udah terbawa suasana, dan bugil bareng"  PIC toket kamu gede banget sih de, gw pun ngemut putingnyha ahaaaah ka enaaaak geliiii, tanganyha mulai mengacak" rambut gw. kedua toketnya gw sikat abis, sedangkan tangan kanan gw masih memainkan klirotis nya, gw terus mancing dea, sampe dia becek.. 10 menit gw melakukan roleplay seperti itu, dah akhirnya dea pun mencapai puncaknya aaahaaahhhh ka teruus ka, dea pengen keluar dikit lagi tangan gw pun makin nakal, dea pun mulai tidak bisa menahan diri..  aaaaah kaaaa deaa pengen keluaar niiih,, gw pun beranjak dan menjilati mekinya, pahanya dea menekan kepala gw, ga lama kemudia, crooot crooot aaah ka enaak enaak, ampun kaaa, croooot croot,, gw isep cairan yhg keluar itu, dia pun masih sedikit kejang" karena efek dari gw tadi,, dimana de enak ga? enak ka enak banget,, dea baru tau kaka sejago itu, padahal ini kan baru mulai.. sini ka kont nya biar dea emut, kasian tuh udah mau loyo, gw pun duduk di kursi, dan dea nyepong gw dari bawah,, aaaaaaaaahhhh enak de, emuut teruuus de,, hhhmmmmm dia terus ngisep kont, gw, lidahnyha bergoyang mnjilati batang kont gw.. 5mnt berlangusng dea terus ngisep konttol gw,  kaka hebat yhah berlum keluar juga, dea udah pegel nih, hya udaah, masuk aja yha de biar sama" enak   dea pun mengikuti perinta gw, kita beranjak ke kasur,, gw melakukan  pemanasan dulu,gw cium dea dari biibir ke toket sampe ke mekinyha,, aahaah enak kaa, terus kaaan,, jilaat disituu, aaahaah kaa masukin sekarang dong pliss, dea uda ga tahan niiih,, gw pun mengarahkan kont gw ke ara mekinyha. perlahan" gw gesekin dulu di bibir mekinyha. aahahaaaaaaah ka gelii, masukin dong ka pliiiiss, dea terus memohon" ge pun memasuk secara perlahaan,, sreeeet ahaah dee maki kmu masih sempit yaaah, abis punya kaka gede banget siih, gw pun dengan bangga, terus berusaha memasukan kont gw.. seletelah masuk setengah gw, mulai ga tahan gw masukin semua secara langsung bleeess aahaah,, pahanya yg montok, mengikat kont, seakan terjepit, dan main nikmattt aaaaah kaaaaa,, enaaak.. gw pun mulai mengocok secara perlahan, tangan kiri gw meremas toket kirinhya nyha, mulut gw pun menghisap  putingnyhaa.. aaaaahh ka ampuuun, tangan nya mnjambak rambut gw gw mulai percepat permainan, hingga dea puhn kembali mecapai puncaknyhaa,, ahaah kaaaaa teruuus dea pengen keluar lagi niiih,, gw pompa dengn cepet daan, terasa mekinyha sangat licit, tapi nikamt, makinya terasa berdenyhut sambil menekan kont gw,, aahah kaka hebat dea udah keluar2x tapi kaka ko belum keluar sih, ihya nih dee, kaka masih betah belum bisa keluar,, kont gw masih tertancap di calam mekinyha, dea, de ganti posisi yaah, iyha kaah, dea di pangkuh di depan hyaah,, biar kaka bisa ngisep tetek dea kayha tadi, dea seneng banget, abis geli sih  gadis ini emang nakal dan centil, gw turutis kemauanyha,, dea duduk di pangkuan gw,tangan kanan gw menahan punggungnyha. kedua tangan dea berada di pundak ku, seakan koboi yg sedang menunggangi  kuda, dea berlaga bagaikan koboi, toketnya pun, naik turun, plaak plaaak plaaaak, terasa sentuhan pantat dea yg montok menghantam  paha ku,, gaya ini emang bener nikmat banget, gw pun mulai kebawa  suasana, dan akhirnyaaa,, de teruuuss, aahaaaaah kaka udahaah pengen keluar niiih, kaa dea cape kaka genjot kayha tadi aja yah,  gw pun langsung membaringkan dea, gw kompa dengan kencang, plaak plaaak suara pantat dea yhg motok.. dee keluarin di dalem yhaah,  jangan ka dea lagi suhbuhr nih di luar aja yhaah,, teruus kaaa, dea juga pengen keluar juga niih,, ahhahaah kaa deaa uhdah keluar niiih,, tahaan de kaka keluar juga niiihi gw pun mencabut penis gw, dan memuncratkan mani gw ke perutnyaa. ahaahh aaah croot croooot croooottt,, enaak de, tangan dea pun mengambil  alih, dia mengocok kont" hingga sperma gw bersih terkuras.,, perut dea pun di basahi oleh sperma gw PIC dea pun ngemut ****** gw dan menghisap sisa sperma yg ada di kont gw,, enaak de, kamu emang hebat,, kaka juga hebat dea udah puas banget, mksih yaah kaa. 
 
 
    Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - kubuka lebar-lebar kaki luci               Apr 15th 2013, 04:03                                                Kejadian ini 1 tahun lalu, saat itu saya masih kuliah semester akhir di  Jakarta. Nama cewek ini Luci, waktu itu saya dikenalkan oleh temanku.  Saat itu saya sedang pulang kampung, soalnya liburan semester. Orangnya  cantik sekali, potongan rambutnya pendek seleher, kulitnya putih,  bodinya oke, dan cukup supel juga. Tidak heran kalau temanku bilang dia  naksir berat pada Luci. Luci waktu itu masih kelas 2 SMU. Waktu itu  kebetulan lagi libur catur wulan dan kami merencanakan untuk pergi  menginap di villa salah seorang teman selama 4 hari.
  Kami pergi bertujuh, 4 cewek dan 3 cowok. Sebenarnya saya dengan Luci  sama sekali bukan pacaran. Cuma kebetulan saja waktu itu dia berdua di  mobil bersamaku, sedangkan yang lainnya bersama-sama. Selama perjalanan  kami semakin akrab, dan kelihatannya dia naksir kepadaku. Sesampainya di  villa waktu itu sudah malam, lalu saya mengajaknya jalan-jalan. Waktu  itu saya mulai beranikan diri merangkulnya, dan dia ternyata diam saja  bahkan semakin merapatkan tubuhnya. Lalu saya mulai merayunya, hingga  suatu saat saya berkata "wah, Lus kalau dekat sama kamu terus bikin  hangat gimana kalau entar tidurnya kita bareng aja". Eh, dia malah  tersenyum dengan muka malu-malu. Lalu dia pelan berbisik "boleh aja,  ayo..".
  Lalu langsung saya bawa dia ke kamar di belakang biar tidak ketahuan  oleh teman-teman. Di sana saya mulai menciumnya, pertama dia diam saja,  lama-lama dia memberi respon juga. Dia memang jago kissnya. Lalu saya  mulai menggerayangi tubuhnya, saya pegang payudaranya, lalu saya remas,  dia mulai mendesah-desah tidak karuan. Lalu pelan-pelan saya lepaskan  kaosnya, kemudian BH-nya sehingga kelihatan bukitnya yang indah  menjulang. Melihat itu saya makin keras meremas payudaranya sambil  mengisap putingnya yang indah itu. Setelah puas meremas-remas tanganku  mulai menggerayangi pangkal pahanya. Pelan-pelan saya mulai memasukkan  tangan ke dalam celananya, ketika jariku mulai menyentuh bibir  kemaluannya, dia menjerit kaget dan berusaha menarik tanganku. Saya  pikir wah gawat nih salah langkah, tapi saya masih berusaha  mempertahankan tanganku di dalam celananya dan tanganku yang satunya  menarik tangannya dan meletakkan di penisku, lalu saya bisikin dia  "remasin Lus.., nikmat rasanya", dengan malu-malu dia mulai  meremas-remas penisku. Sepertinya dia menikmati kegiatan barunya itu,  dia tidak lagi berusaha menarik tanganku. Lalu saya mulai melanjutkan  pekerjaanku, tanganku mulai menggosok-gosok bibir kemaluannya dengan  cepat. Makin cepat saya gosok makin kencang pula dia meremas penisku.
  Kemudian saya mulai melepaskan celana berikut celana dalamnya. Di sana  saya mulai melihat liang kewanitaannya yang merekah dengan sedikit  rambut di atasnya menantang untuk dimakan. Lalu saya mulai menjilati  bibir kemaluannya, hingga dia mulai mendesah nikmat. Saya mainkan bibir  kemaluannya dengan lidahku, kemudian saya hisap bibir kemaluannya sambil  saya tarik sedikit. Ah rasanya sudah kepingin sekali memasukkan penisku  ke dalam liang senggamanya. Dan dia makin keras mendesahnya. Setelah  puas saya berhenti dan melepas baju. Kemudian saya berkata kepadanya  agar membuka celanaku. Dia sepertinya juga sudah tidak tahan, makanya  dia langsung menurut saja. Dia mulai melepaskan celana jeansku lalu  celana dalamnya. Setelah itu dia mulai memainkan penisku sambil tertawa  kecil. Lalu saya berbisik kepadanya "Isap, donk..!" dia sepertinya tidak  mau, lalu saya rayu dengan sedikit memaksa. Akhirnya dia mau juga, dia  mulai menjilat penisku lalu dimasukkan ke mulutnya dan mulai menghisap.  Ah nikmat banget hisapannya, dia pintar banget mengisapnya sampai saya  pikir jangan-jangan dia itu sudah pernah beginian. Setelah saya rasa  cukup keras saya menyuruh dia berhenti dan saya dorong dia ke ranjang.
  Lalu saya buka kakinya lebar-lebar dan mulai menaruh penisku ke liang  kewanitaannya. Dia memejamkan matanya rapat-rapat menunggu penisku.  Kemudian pelan-pelan saya masukkan penisku ke liang senggamanya.  Ternyata lubang kemaluannya kecil sekali, penisku agak susah masuknya.  Ketika masuk setengahnya dia mulai mendesah kencang, lantas saat masuk  semuanya dia mulai menjerit kecil seperti kesakitan. Lantas saya mulai  mendorong penisku ke liang senggamanya dan dia makin kencang menjerit  serta tubuhnya menggeliat-geliat tidak karuan.
  Lalu dia mulai menjerit. Lantas saya tanya dia pernah bersetubuh begini  nggak? ternyata dia belum pernah, ini first timenya dia. Lalu saya  bilang jangan takut sebentar lagi sakitnya hilang malah nanti bakal  nikmat rasanya. Dia menurut saja, makanya saya melanjutkan lagi  genjotanku, tapi saya genjot pelan-pelan takut dia kesakitan lagi.  Setelah beberapa lama saya mulai merasakan pantatnya naik-turun sendiri.  Ternyata dia mulai merasakan nikmat malah mau minta lebih dahsyat.  Langsung saya cepatin genjotanku, penisku makin cepat keluar-masuk liang  kenikmatannya. Dia mulai mendesah-desah lagi kesenangan. Waktu itu saya  mulai merasakan enaknya liang kewanitaan seorang wanita. Penisku mulai  dipijit-pijit oleh dinding kemaluannya. Saya makin mempercepat  genjotannya bahkan saya hantam dengan keras penisku ke liang  kewanitaannya, sehingga membuatnya menjerit kecil. Setelah beberapa  lama, dia tiba-tiba diam dan mendesah panjang, saat itu saya mulai  merasakan cairan panas di pangkal pahaku. Ternyata dia sudah keluar,  tapi saya belum karena itu saya teruskan menggenjot liang surganya.  Ternyata saya keluarnya agak lama juga, dia sepertinya sudah mulai  kesakitan. Akhirnya dia bicara kepadaku "San, rada sakit nih.., lo udah  keluar belum?". Saya bilang "belum Lus, sebentar lagi kamu tahan dulu  aja", dia cuma mengangguk. Makanya saya makin mempercepat genjotan di  liang kewanitaannya, sampai dia berteriak-teriak hingga saya bekap  mulutnya takut ketahuan teman-teman. Dan saya teruskan sampai akhirnya  saya rasa sudah tidak tahan, saya keluarkan semua isi spermaku ke dalam  liang senggamanya. Dan dia pun mulai mendesah lega.
  Setelah itu kita cool-down, dia tiduran di dadaku sambil bermanja-manja,  dia berkata bahwa dia benar-benar suka kepadaku dan ini pertama kalinya  dia berhubungan seks. Saya bisa lihat dari tetesan darah di kasur bahwa  dia tidak berbohong. Lantas saya bilang bahwa saya juga suka kepadanya,  dan apa dia mau jadi pacarku? dia bilang mau dan saya langsung memberi  kiss hangat lagi buatnya, lalu kamipun berpakaian dan bergabung lagi  bersama teman-teman.
  Akhirnya dia jadi pacarku. Selama 4 hari di Villa kita bersenggama terus  setiap hari, dan sesudahnya dari sana kita juga sering bersetubuh.  Biasanya kita lakukan kalau saya lagi ada libur dan pulang kampung.  Kalau sudah begitu kadang-kadang bisa hampir setiap hari kita senggama,  soalnya rumahku kosong dan saya sering mengajaknya ke sana kalau lagi  horny. Kita pacaran sampai hampir setengah tahun kemudian, saya lulus  dan melanjutkan study ke Aussie dan kita akhirnya putus.
  Saya tidak pernah lagi mendengar kabarnya sampai akhirnya saya dengar  dari teman, katanya dia tidak sekolah lagi karena hamil. Wah..,  bisa-bisa itu anakku. Ah tapi saya tidak ambil pusing, kalau itu memang  pekerjaanku dia pasti menghubungiku. Lagian sekarang saya juga sudah ada  girl friend sendiri. Sekarang Saya hanya bisa mengenang masa-masa  manisku bersamanya.
  TAMAT
 
 
          Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Adik iparku yang masih perawan               Apr 15th 2013, 04:02                                                kisah ini terjadi ketika istriku yang tercinta Narty . sedang mengandung  anakku yang pertama kira-kira satu setengah tahun yang lalu.saat  menjelang bulan yang kedelapan,perut Narty sudah sangat besar.dan tidak  memungkinkan lagi bagi Narty untuk mengurus semua urusan keluarga  seperti mencuci piring,gelas,dan lain-lain.ia harus lebih banyak  istirahat.
  Praktis deh sejak saat itu semua pekerjaan rumah tangga semua menjadi  tangung jawabku.mulai dari mencuci sampai memasak.Narty sebenarnya nggak  tega melihat aku bekerja habis-habisan di dapur.namun apa boleh buat  dia sendiri harus mematuhi anjuran dokter untuk beristirahat total.dari  rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga.
  Akhirnya karena terlalu banyak menghabiskan waktu dirumah untuk menjaga  Narty dan jabang bayinya .pekerjaanku di kantor pun terganggu banyak  file-file keuangan yang belum sempat kuselesaikan dan akupun jadi sering  mbolos ngantor.bosku tentu saja marah.ia bahkan mengancam akan  menskorsingku.wah celaka…….! Maka mau tak mau aku harus sering ke kantor  untuk menyelesaikan semua pekerjaanku sementara Narty akan menghubungi  adik bungsunya Pita yang baru lulusan SMA.untuk menemaninya.aku memang  nggak pernah bertemu Pita sebelumnya. lantaran ia sekolah di kota madiun  dan tinggal bersama neneknya dikota tersebut.dan akhirnya kuijinkan aja  Pita menemani Narty.
  Semula nenek Pita keberatan kalau Pita harus tinggal bersama kami namun  karena desakan Narty yang cucu kesayangan ini.nenek pun berkenan  membiarkan Pita tinggal bersama kami di Bandung.bahkan Pita berniat  untuk melanjutkan pendidikanya di kota ini sambil bekerja dan mencari  pengalaman hidup.katanya saat itu kamipun berniat membiayai pendidikan  Pita.karena bagaimanapun pendidikan adalah yang utama.
  Sekarang mari kita bicarakan tentang body Pita. body Pita sangat  menawan.payudaranya lumayan montok juga sanggup memancing hawa nafsu  kaum adam sepertiku.bibirnya sangat sexy ingin sekali aku  mengulumnya.rambutnya panjang terurai lurus.wajahnya  keindo-chinese-san.pantatnya juga semok.pokoknya sexy abiss bo..!
  Aku berharap kelak bisa mengentotnya.sekalipun itu tidak mung kin  terjadi karena Pita adalah adik bungsu Narty yang notabene istriku  sendiri.dengan kata lain ia adalah adik iparku sendiri.ah betapa  gobloknya aku dulu andai dulu yang kunikahi Pita bukan Narty.batinku  kala itu.
  Suatu hari sifat keisengankupun kumat lagi.saat Pita mandi aku  mengintipnya.saat itu Narty sedang tak ada dirumah lantaran harus ke  dokter kandungan.dengan sedikit tehnik yang kupelajari di kala "SLTP"  dulu.aku berhasil menggintip Pita. ternyata tubuh Pita memang sangat  sensual kedua payudaranya bukan Cuma besar ,tapi sangat indah dan  kenyal.ingin saat itu aku meremasnya dan mengulum kedua putingng nya  yang hitam kecoklatan itu.namun aku nggak ingin terburu-buru.melihat  tubuh adik ipar kan nggak bisa setiap hari jadi harus kunikmati waktu  emas ini sebaik-baiknya.
  Matakupun mulai menyisir tubuh Pita secara perlahan-lahan leher  jejangnya,dadanya,serta memek perawannya yang diselimuti bulu-bulu  halus, saat ia menyabuni tubuhnya ,juga saat ia keramas semua terlihat  dengan sangat detail.benar-benar pemandangan yang eksotis.tak akan  tertukar dengan pemandangan gunung willis sekalipun pokoke oke.dan tanpa  sadar "adik kecil"kupun terbangun.
  Namun aku harus menelan ludah. jam dinding sudah menunjuk angka 08.00  aku harus bersiap-siap ke kantor.dan dikantorpun aku tak berkonsentrasi  bayang-bayang tubuh Pita mengisi terus seluruh otakku.ingin rasanya aku  pulang dan mengentot sorang wanita ABG.
  Dan begitu aku pulang. Aku jadi pusing tujuh keliling batang kemaluanku  sudah "READY FOR ACTION" namun aku tak bisa meminta "jatah" ke Narty  lantaran ia hamil tua maka akupun memutuskan untuk menggumbar hawa  nafsuku dengan melihat VCD porno alias BF aku harus melihat vcd ginian  waktu tengah malam. lantaran pada tengah malam begini biasanya Narty dan  Pita pasti sudah tidur terlelap.Narty paling nggak suka kalau aku liat  vcd beginian.dan kalau ketahuan Pita yang masih ABG itu bisa hilang  wajahku.
  Saat aku tengah asyik-asyiknya melihat tiba-tiba ada seseorang menepuk  pundakku "Pit…..Pita ka……mu be…belum tidur"ujarku gelagapan saat  mengetahui bahwa yang menepuk pundakku adalah Pita. sembari menyetop  jalannya BF dengan remote televisi yang terletak dismping sofa tempatku  duduk. ''belum,mas malam ini panas banget,ya jadi gerah nih"  "oh…"jawabku datar. "mas,mas suka ngeliat yang beginian ya?" "ah,nggak  juga Cuma iseng doang kok,eh Pita jangan bilangin hal ini ke mbak Narty  ya soalnya dia nggak suka kalo mas liat ginian" "boleh aja mas pake  rahasia-rahasiaan tapi……" "tapi apa?" "mas harus kasih liat tuh vcd ke  Pita" gila kali nih anak, baru lulus SMA sudah berani liat beginian  .tapi ya sudah lah toh aku sudah ketangkep basah jadi mau nggak mau  kustel lagi deh BF tersebut.dan kami pun melihat BF itu berduaan di sofa  kayak Romi dan yuli.
  Akhirnya tibalah adegan dimana pemain pria dikulum batang kemaluaannya  oleh si pemain wanita.(oral sex). "mas kenapa sih kok tuh cowok seneng  banget waktu "anunya" dikulum sama sicewek itu"Tanya Pita kujawab saja  dengan jujur"ehh….tuh cowok kerangsang kali. aku bilangin ya pit cowok  itu kalo dikulum anunya bakal kerangsang." "emang kalo "anunya" mas  digituin mas ya kerangsang?'' "jelas dong"kataku saat itu. gila nih anak  pertanyaannya kok menjurus amat ke hal-hal khusus dewasa. "mas,mas mau  nggak kalo digituin sama Pita." "gendheng kamu pit,aku ini kan kakak  iparmu bagaimana kalau mbak Narty tau" "lho,mbak Narty kan sudah tidur  mas,nggak bakalan tahu deh" belum sempat aku berkata apa-apa Pita sudah  membuka celana ku dan langsung mungulum kemaluanku.aku gelagapan.
  suara mulut Pita yang tertahan burungku itu akhirnya membuat aku  kerangsang juga.akhirnyapelan-pelan aku mulai mengikuti permainnan lidah  Pita kugoyangkan pantatku searah dan perlahan.kubelai-belai rambut Pita  yang terurai panjang.sementara itu Pita mengulum kemaluanku bagai  seorang bayi mengulum lollipop mulutnya mengulum mengitari kemaluanku  kadang ia menngigit lembut kepala kemaluanku dan saat itulah aku  memmekik ringan.hingga akhirnya: air surgawiku tertumpah semua ke mulut  Pita .Pita berusaha menelan semuanya dan setelah itu dengan  jilatan-jilatan kecilnya ia menbersihkan kemaluanku hinngga bersih dan  klinclong.
  "hah….hah mas aku kan sudah ngulumin punyanya mas,sekarang giliran emas  dong yang ngulumin punya Pita" "oke deh pit buka dong dasternya biar mas  kulumin memek kamu " dengan cepatnya Pita membuka baju dasternya bahkan  juga bra dan cdnya .dan setelah itu kulihat lagi tubuh Pita polos tanpa  sehelai benangpun sama persis dengan yang kulihat dikamar mandi tempo  hari(saat aku mengintipnya remember).maka dengan segera tanganku  mengengam kedua buah gumpalan dagingnya dan mulai meremasnya dengan  kasar sembari kadang-kadang memainkan putingnya yang sudah mengeras  akibat rangsangan ransangan yang didapatnya ketika menggulumku tadi.
  "akh……oooooooh……mas jangan mas kulumin memekku dulu dong pleeeeaaze"  'ini dulu baru itu Pit"kataku menirukan bunyi iklan di tv sembari  menciumi kedua daging kembar itu bergantian.
  Setelaah puas menciumi kedua susu Pita barulah aku mulai menciumi  memeknya pertama kujilati bulu-bulu halusnya rintihan pita terdengar.  tampaknya titik lemah Pita ada di memeknya.itu dapat dibuktikan .begitu  ia mengerakan pantatnya dengan antusias membiarkan lidahku menari  bergerak bebas didalam memeknya yang sempit dan begitu kutemukan  chrytorysnya(yg sebesar kacang kedelai) lansung saja kukulum tanpa  ammpun "akh………oooooooooo…………….akkkhh…………………  akh………oooooooooo…………….akkkhh…………………  akh………oooooooooo…………….akkkhh…………………maaaaas maaaasukin aja burung mas ke  dalam memek aku akh……………." "tapi ,Pita kamu kan masih perawan"  "askh….nggak peduli pokoke puasin aku mas"kata Pita sembari menancapkan  burungku ke vaginanya.
  "aaaaaaaaaaaaaaaaaa…………..oooooooooo…………." masuklah semua burungku  seiring dengan erangan Pita (menahan sakitnya hujaman anuku).setelah itu  mulailah kugenjot tubuh Pita semakin lama semakin cepat.Pita terus  memekik keras namun aku sudah gelap mata.maka semakin keras erangan Pita  semakin keras pula goyanganku.
  Aku terus mengoyang Pita hingga akhirnya Pita mencapai klimaks. Cairan  orgasmenya keluar bersama darah keperawanannya.tubuh kami berdua bagai  bermandi keringat.kubiarkan pita istirahat sekitar 15 menit.saat itu  kulihat Pita menyeka air matanya mungkin ia menangis karena menahan  sakitnya hujaman "burungku".kejadian ini mengingatkanku saat kuperawani  Narty .kala itu Narty juga mengeluarkan air mata..dasar adik kakak sama  saja. Lalu kubiarkan sekali lagi Pita mengulum anuku hingga keluar  cairan surgawi untuk kedua kalinya kali ini fekwendsinya lebih banyak  karena kulihat Pita tak mampu menelannya..air surgawiku tampak belepotan  diwajahnya.kubantu Pita untuk membersihkan spermaku di wajahnya dengan  kertas tissue.setelah itu kami akhiri perbuatan nista kami ini dengan  cumbuan mesra.
  "Pita,kita baru saja melakukan sebuah perbuatan yang dilarang oleh  agama,sadarkah kamu,Pita" "ah,nggak papa mas.apa urusannya agama sama  kita.toh kita Cuma melakukan hubungan sex tidak lebih"masyaallah …! Dia  Cuma berkata seperti itu setelah berselingkuh dengan aku,kakak iparnya  sendiri ck…ck…..ck… "tapi aku kan sudah memerawanimu itu sama artinya  dengan merusak masa depanmu dan aku juga telah menghianati cinta  mbakyumu Narty" "ah mas ini gimana toh asal kita nggak buka mulut siapa  sih yang tahu kalau aku sudah nggak segelan lagi" "tapi…'' "dan lagipula  mas kan nggak maksa aku nglakuin ginian,orang aku yang mau kok,mas asal  mas tau aja ya aku tuh sudah lama menunggu saat dimana "segelku" dibuka  sama mas,makanya tadi waktu mas ngintip aku biarin aja." "jadi kamu tau  kalo tadi pagi aku……" "ya,jelas tau dong mas ,mas dimataku mas itu  seorang yang gagah dan baik jadi aku nggak akan nyesel ngasih  keperawananku ke mas" "tapi gimana kalau sampai mbak Narty tahu he…"  "kita rahasiain hal ini dari semua orang mas gimana mas setuju nggak?"  "baiklah aku rasa inijalan yang baik untuk kita berdua Pita aku mohon  anggap saja malam ini tak pernah terjadi" dan mulai saat itu kami  merahasiakan hal ini pada siapapun.Pita tinggal dikost-kostsan dengan  alas an agar lebih dekat ke fakultas dimana ia menimba ilmu.(padahal ia  tinggal di kost-kostsan untuk menghindari kecurigaan Narty}ia hidup  tanpa beban seolah-olah apayang telah kulakukan tak pernah terjadi namun  kin giliran aku yang repot karena aku tak bisa melupakan nikmatnya oral  sex Pita
 
 
           			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Gelora Gadis Muda               Apr 15th 2013, 04:01                                               Kembali ini adalah kisah true storyku, yang terjadi pada masa-masa  kuliahku. Nama pelaku dalam kisah ini disamarkan, guna menghindari  kesalahpahaman. Komentar dan saran pembaca silakan email
  Kisah ini terjadi saat Dino berumur kira-kira 22 tahun. Pada  masa-masanya dimana keinginan mencoba segala hal baru selalu mendorong  setiap perbuatan manusia. Hanya logika dan iman yang kuat yang dapat  mengalahkan setiap keinginan itu. Dan Dino tidaklah termasuk pada  golongan yang disebutkan diatas.
  Pada masa - masa itu sepertinya kehadiran seorang teman sangatlah  penting. (..masa sich..?) Begitu juga Dino yang memiliki banyak teman  itu tak pernah merasa sepi. Ada saja teman yang mendampinginya, baik  saat – saat mereka bepergian ataupun kumpul-kumpul bersama. Biasanya  yang selalu menjadi obrolan mereka apabila telah suntuk adalah para  gadis – gadis. Ada saja cerita mengenai gadis- gadis yang kadang membuat  mereka penasaran, melongo dengan takjub atau tertawa terpingkal –  pingkal.
  Suatu sore Dino mendapat telepon dari temannya Dudi, yang tinggal di  seputaran wilayah Buahbatu. Dudi memintanya datang sore itu juga.
  ' Ada apa ya dengan Dudi ini……..?'tanya Dino dalam hati. Tetapi biasanya  Dudi ini selalu membuat kejutan. Ada saja hal yang tidak di duga Dino  dan teman – temannya yang dilakukan Dudi. Tapi sejauh ini hal-hal  tersebut adalah hal – hal positif (…dari sudut pandang siapa  ?…he..he..). Tak berpikir panjang Dino menyanggupinya.
  Sore Sabtu itu Dino meluncur di jalanan, menggunakan mobil carry putih  yang dipinjamnya kepada orangtuanya dengan berbagai alasan. Mengenakan  jeans dan kaos berkrah setelah mandi sebelumnya ( ..rapi sekali…..!!).  Sambil menyetir mulutnya bersiul mengikuti irama lagu riang yang  terdengar mengalun dari Clarion, tape mobil masa itu. Jalanan belumlah  seramai sekarang, sehingga tidak harus berkonsentrasi penuh menjalankan  kendaraan.
  Berbelok ke kanan pada lampu traffic, terus melaju dengan lancar. Kurang  lebih 15 menit melaju di jalan Buahbatu itu kemudian berbelok ke kiri,  masuk pada jalan kecil. Daerah itu merupakan tempat kediaman yang cukup  strategis. Karena terletak dekat kota dan hamper semua penduduknya  merupakan penduduk asli. Bangunan yang berdiri di daerah itupun sebagian  besar adalah bangunan lama gaya tahun 60-70an. Meskipun tidak sebagus  bangunan- bangunan di daerah jalan dago. Katanya daerah ini merupakan  daerah pemukiman pekerja-pekerja administrasi pada jaman tersebut.
  Setelah berbelok ke kanan pada ujung jalannya, mobil yang di kendarai  Dino berhenti 200 meter dari belokan terakhir. Terlihat Dudi yang  sebelumnya duduk di sebuah warung mendatanginya. Menyapanya dengan  hangat. 
  " Nah,…datang juga………………" ujar Dudi setelah berada di samping mobil. "Santai kan……………………….?"tanyanya. "Ayo ke rumah dulu……………..."ajakn Dudi melangkah menuju arah rumahnya yan  masuk ke dalam dari jalan tersebut. Setelah mengunci mobil, Dino  berjalan mengikuti langkahnya dari belakang. Berbelok ke kanan, terus  samapai pada sebuah belokan jalan kecil yang juga merupakan jalan masuk  ke rumah Dudi temannya itu.Begitu memasuki pintu,….
  " Duduk 'No,……… oh ya kenalin ini, Neng Indri, satunya Dian…." Ujar Dudi menyilakan. "Dian itu cewekku.., jangan di ganggu…"kelakar Dudi menambahkan "Dino………………" "Dian………………" "Indri……………..." sahut gadis muda yang tengah duduk di kursi di ruang tamu tersebut. "Ini lho neng…., Aa Dino yang Aa' ceritakan kemarin itu" terang Dudi  sambil mengocok sendok pada gelas minum yang tengah ia bikinkan. 'Gadis yang mungil' bisikku dalam hati menatap Indri. Manis wajahnya  yang masih polos, tapi leluk-lekuk tubuhnya telah membentuk. 
  " Sebentar ya……., Aa' Dudi salin dulu……………………"teriak Dudi dari kamarnya  setelah menghidangkan 3 cangkir teh hangat. Dino menyeruputnya, hmm  begitu nikmat rasanya di sore ini. Tak lupa sebatang rokok menyelip di  bibirnya menemani pembicaraan mengalir diantara mereka. Indri ternyata  tidaklah sepolos wajahnya, pembicaraan yang Dino lontarkan dapat di  imbanginya dengan baik. Berbeda dengan Dian yang lebih banyak diam.
  ' Hmm anak ini cukup bagus juga wawasannya…….."batinku kembali berbisik. "Yok kita berangkat………."ajak Dudi yang telah rapih keluar dari kamarnya.  Berempat kami melangkah ke luar dari rumah itu setelah pamit pada orang  tuanya Dudi. "Neng di depan ya…………….?"perintah pada Indri. "Aa' mo pacaran di belakang, jangan liat-liat ya……"kelakar Dudi sambil  memeluk pinggang Dian. Dian tersenyum kecil mencubit pinggang Dudi.  Mobilpun melaju. "Kemana kita ni Dud………….."Tanya Dino melihat dari spion. "Oh…ya bisa antar ke teteh dulu kan…." Jawab Dudi sambil memberitahu  alamat kakaknya itu. Mobil pun mengarah ke selatan menuju rumah kakaknya  Dudi. Dan sepanjang perjalanan itu Indri berbicara, mengajak ngobrol  Dino. Ada-ada saja bahan pembicaraannya sehingga kekakuan mulai tersa  mencair.
  30 menit kemudian mobilpun menepi pada sebuah rumah di sebuah komplek. Dudi keluar sambil menggamit Dian.
  " Sebentar ya 'No…………………"ujarnya melangkah memasuki halaman rumah  tersebut. Entah ada apa keperluannya Dino tak mengerti. 'Biar  sajalah……..toh ada Indri yang menemaniku ngobrol'batinnya.
  Dan pembicaran mereka berdua di mobilpun semakin hangat. Dino sangat  respek pada gadis mungil itu. Kadang-kadang mereka berdua tertawa  bersama. Celotehannya itu tak ada henti-hentinya. Tak lama Dudi pun  datang kembali diiring Dian dan tetehnya Dudi. Setelah basa basi sesaat  merekapun berangkat. Menuju selatan lagi ke sebuah tempat pariwisata  seperti usul Dudi. Dino mengilkuti saja, pengen tau apa kelanjutan  rencana Dudi teman baikknya itu.
  Adzan magrib berkumandang saat mereka sampai di tepian sebuah danau.  Embun sudah mulai turun. Dudi melangkah di ikuti Dian menuju sebuah  warung. Langsung duduk bersila.
  "No, Indri……… mo pesan apa…….."teriak Dudi melongokkan wajahnya di jendela warung. Dino menatap pada gadis muda di sampingnya…. "Aa' mau pesan kopi dengan jagung bakar, Indri pesan apa……"Tanya Dino. "Hmm…….teh manis dengan itu..tu, gorengan………………….." jawabnya tersenyum. 'Manis sekali senyumannya……..' "Dud, kopi satu, teh manis satu, jagung bakar dan gorengan……"teriak Dino. "Ga pakai lama ya……………………….."tambah Dino.
  Kembali mereka berdua tenggelam dalam percakapan yang hangat. Saling  berkelakar, ataupun berbincang serius. Pesanan pun datang, yang langsung  di terima Dino. Meletakkan minuman mereka di dashboard, dan memberikan  sepiring gorengan kepada Indri. Dan sambil memgunyah makanan mereka  masing-masing obrolan pun mengalir kembali. Embun makin turun, sehingga  jarak pandang menjadi semakin pendek. Cahaya lampu di warungpun tak  cukup menerangi mereka berdua yang berada di dalam mobil.
  " Ayo kita pulang………………………….". terdengar suara Dudi mendekat. Dino dan Indri serempak terperanjat.  "Bikin kaget aja kamu Dud………………"ujar Dino, mengemasi remah – remah sisa makanan mereka yang tak habis. "Ini kembalikan dulu piring dan gelasnya….."ujar Dino menyerahkan piring  dan gelas yang telah kosong. Berlari kecil Dudi menuju warung,  menyerahkan benda tersebut ke tangan seprang ibu tua pedagang warung  tersebut, lalu kembali menuju mobil di tengah gerimis yang turun.
  " Uh……..dingin…………………."ujarnya menutupkan pintu mobil. Tak kecuali Dian  yang telah berada di dalam mobil menggemeletukkan bibirnya. Langsung  saja mobil berangkat, merayap pelan, karena pandangan yang terbatas  akibat gerimis dan kabut. Setelah sampai di jalan utama mobil langsung  Dino arahkan menuju kost-annya Dian sebagaimana petunjuknya. "Aku nginap disini……."ujar Dudi mengedipkan mata. Dino melongo, tak bisa berkata-kata. 'Trus bagaimana aku dengan Indri gadis muda ini?' pik1r Dino. Sambil  menjalankan mobil perlahan. Bingung tak tau harus bagaimana. "Indri Aa' anterin pulang jam segini ga pa-pa?" Tanya Dino harap-harap cemas. "Jangan A' jangan kerumah, sudah terlalu malam.."sahutnya denganmata bingung. "Teruss………" " Pokoknya jangan ke rumah aja….."ujarnya manja.
  Terus terang, Dino bingung sekali saat itu, uang yang ada di dompetnya  saat itu tak mencukupi untuk menginap di hotel. Pikirannya terus  berputar …. Akhirnya teringat ia pada Nunu, temannya sekomplek yang rumahnya biasa  menjadi tempat berkumpul teman-temannya. Rumahnya hanya di isi oleh Nunu  seorang sebab orangtuanya selalu berada di luar kota. Kesanalah mobil  Dino mengarahkan mobilnya. Tepat jam 11 malam itu mobil putih dan isinya  tiba di halaman rumah kecil tersebut. Kecil tapi cukup resik.Melongok  dari celah pintu sebuah wajah lugu temannya itu.
  " Ada apa Din…, malam-malam gini….?"tanyanya sambil menyilakan masuk.  Dino segera mendekat dan mengatakan hal yang membuatnya bingung. Nunu  manggut-manggut dan mengerti keadaannya. Lalu ia bergerak ke sebuah  kamar yang kosong yang diperuntukkan untuk tamu. Setelah mencuci muka  dan bersih-bersih, mereka bertiga pun ngobrol di ruang tamu dengan  hangat. Cukup akrab memang. Tak terasa waktu berlalu hingga Nunu yang  tadi telah mengantuk kembali menguap.
  " Kalian teruskan saja ngobrol, aku tidur dulu sudah ga kuat……."Ujarnya beranjak menuju kamarnya. "Ok bos……."sahut Dino dan Indri berbarengan.Kembali mereka tengeelam  dalam percakapan hangat, cukup intim malah. Indri bersandar di bahu di  dada Dino. Menonton acara TV yang membosankan. Dino mengelus-elus bahu  Indri memberikan kenyamanan perlindungan. Mengharumi rambut gadis muda  tersebut. Rasa hangat mengalir dari tubuh yang berdempetan tersebut,  menyebar ke seluruh relung tubuh. Kadang mulut Dino mencium ubun-ubun  gadia muda itu, tak ingin kehilangan rasa wangi yang terbersit disana.
  " A'………"bisik Indri hamper tak terdengar. "Hmm….."gumam Dino menanggapi. "Indri ngantuk…………."ucapnya perlahan. "Ya sudah kamu ke kamar saja….., Aa' biar disini saja , ga enak sama  Nunu"jelas Dino. Indri bangkit dan tiba-tiba. Sebuah kecupan kecil  dijatuhkannya pada pipi Dino dan langsung melangkah mnuju kamar..
  Dino terpana, terdiam, kembali tenggelam pada cara Tv yang membosankan  itu. Menunggu kantuknya yang tak datang-datang juga. Akhirnya tak  menunggu Dino pun bersiap-siap merebahkan dirinya di sofa di ruangan  tengah tersebut Menatiksarung yang diberikan oleh Nunu. Baru saja  matanya hendak terpejam.
  " A………….."sebuah bisikan terdengar didepannya. "Ng…………, ada apalgi………..?tanya Dino . Terpaut pandangannya pada wajah Inri yang telah berada di depannya. "Indri takut……ga mo tidur sendiri…….."ujarnya dengan ekspesi meyakinkan. "Temanin Indri di kamar….ya A'……….."tambahnya lagi sambil menyeret  lengan Dino. Mau tak mau Dino terpaksa bangkit, mengikuti gadis muda  yang menarik tangannya memasuki kamar. Indri menutupkan pintu kamar  tersebut perlahan. Gadis itupun berbaring di sebelah kiri Dino  memunggunginya. Gelisah ia rupanya. Terasakan dari gerakannya yang  menjalar di kasur di ruangan itu.
  " Kenapa…., ga bisa tidur..?"Tanya Dino berbisik. "Aa' belum tidur……………? Tanyanya. "Ga tau nih mata ga mo terpejam…….."tambahnya lagi seraya membalikkan  badan, menatap ke arah Dino. Dino menundukkan wajahnya menatap mata  gadis muda tersebut. Menarik dan mendekapnya hangat.
  " Ya, kesini deh lebih mendekat ke Aa'………………"pinta Dino lembut. Gadis  muda itu menggeser tubuhnya, merebahkan kepalanya di dada Dino.  Mendengarkan debur jantung lelaki itu berdegup bergemuruh. Dino mengecup  kepala gadis muda itu dengan lembut, mengirimkan berjuta kedamaian.  Indri mengangkat wajahnya, memandang ke arah Dino. Kembali kecupan di  jatuhkan Dino, kini pada kening yang di hiasi rambut-rambut halus.  Perlahan sekali, sangat perlahan….. 
  Setelah kecupan itu berlalu, Indri membuka matanya dan sambil menatap  Dino bergerak keatas mewnjajari wajah lelaki itu. Diiringi kedua bola  matanya meredup bibirnya mengecup lembut bibir Dino. 'Lembut dan segar  sekali bibir Indri ini' batin Dino.
  Dino bergerak mengambil inisiatif atas kesamaan hasrat yang terbaca  sudah. Mengait bibir lembut yang bergerak menjauh. Segera melumatnya  dengan hangat. Kedua bola mata Indri terbelalak lalu meredup pelan, ikut  larut dalam irama alunan gelora hasrat yang mulai terbersit dalam  dirinya. Kini kedua bibir mereka bertautan erat, saling melumat dan  mengulum, membangkitkan hangatnya bara asmara dalam kebersamaan.
  " Mmmfhh…………………….."desah Indri perlahan.
  Lidah Dino kini mencoba lebih intens, menyelusup melalui ke dua bibir  lembut milik gadis muda itu, mencoba menemukan pasangannya. Kemudan  mengait lidah lancip sang gadis mengajaknya bercengkrama dalam  kelembutan basah mulutnya. Indri pun tak kalah hangatnya membalas. Lidah  mereka saling berpalun, saling membelit dengan panasnya.
  Tangan kiri Dino menjalar turun. Menyelusur di sepanjang punggung sang  gadis, mengirimkan kehangatan di sepanjang perjalanannya. Bibir mereka  masih bertaut makin erat, saling melumat tak henti-hentinya. Tangan Dino  terus turun, meluncur di sepanjang kaos ketatnya Indri, terus ke bawah,  menaik pada pinggang yang ramping menemukan bongkahan yang masih  dilapisi rok tersebut. Meremasnya lembut……!!!
  Indri membuka matanya, bergerak perlahan menaiki tubuh Dino. Dan kembali  melumat dan menngulum seperti sebelumnya. Tangan kanan Dino bergerak,  Menyusuri bagian samping tubuh gadis muda itu , mengelusnya perlahan,  terus naik turun , kadang bergerak agak kedepan menyentuh pangkal  bulatan dadanya , mengelus denganibu jarinya.
  " Uhhhhh……………………."Rintih gadis muda itu perlahan. Tubuhnya sedikit  mengangkat memberikan ruang gerak keleluasaan pada jari Dino. Sementara  tangan yang sebelah lagi tak henti-hentinya meremas dan mengelus di  belakang.
  Tak cukup begitu jari Kino menyelusup ke balik kaos yang dikenakan  Indri, meraba kehalusan kulit tubuh sang gadis, mengelusnya sambil  bergerak naik, menemukan bongkahan dadanya yang masih terbalut bra  tersebut. Tangan Dino bergerak terus menyelinap ke balik pembungkus dada  tersebut…!!!
  Menemukan bulatan padat kenyal berlapiskan kulit halus yang hangat.  Merabanya dan mengelusnya dengan lembut, jarinya tak berhenti menaiki  bulatan padat tersebut, menemukan putik mungil di puncaknya. Memilinnya  perlahan….!!!
  " Ouhhhh…………….."Desis Indri menggeliatkan tubuhnya. Rasa geli gatal melanda syaraf-syaraf kewanitaannya. 'Terus….A'…………..'batinnya menyetujui tindakan Dino. Bibir Indri turun  mengecup bola mata Dino, bergerak kesamping melumat cuping telinga Dino  dengan ganas…
  Dino merasa kegelian atas perlakuan Indri pada telinganya. Langsung di  peluknya tubuh mungil tersebut, Ia bangkit hingga terdudukdengan Indri  dalam pangkuannya. Menarik lepas kaos gadis muda tersebut hingga lepas.  Tak ketinggalan dengan bra dan roknya. Indri p[un berbuat sama,  melepaskan pakaian Dino… Dan kini mereka hanya di lapisi oleh secarik  kain tipis yang menutupi selangkangan mereka masing-masing.
  Sambil dalam posisi demikian mereka kembali saling melumat dan mengulum.  Lidah Dino menjalari leher gadis muda itu. Menjilati permukaannya di  sepanjang perjalannannya, terus menaik menjumpai pangkal telinganya.  Menjilati bagian belakang telinga tersebut berkali-kali. Terus mengulum  cuping teringa tersebut dengan rakusnya.
  " Ahhh………………."erang Indri. Tubuhnya mulai berkelejat-kelejat di pangkuan  Dino. Pinggulnya secara demonstratif bergoyang, mengekspresikan  kegeliab dan kegatalan yang melandanya. Akibat goyangan tersebut  kewanitaannya yang terlapis oleh kain tipis itu menggerus batang  kejantanan Dino yang telah tegak , malah kegelian dan kegatalannya makin  memuncak.
  Wajah dan bibir Dino kini beralih pada bulatan padat di dada sang gadis.  Mengecup di sekeliling bungkahan kenyal itu, menjilat di sepanjang  lingkaran lerengnya. Berputar terus ke atas menuju puncaknya. Mengulum  dengan kuat pada putik yang berada di puncak dada tersebut.
  " Ouhhhhhh………….Aa'…."erang gadis muda itu. Matanya terbeliak sesaat dan  kembali meredup. Terdengar napasnya telah memburu. Desah dan rintih tak  henti-hentinya terdengar meluncur dari bibir munginya. Kadang bibirnya  menganga melepaskan keluhan nikmatnya. Dino tak berhenti, bergantian  dada kiri dan kanan Indri menerima lumatan dan kuluman yang tak kenal  lelah,makin bersemangat dan makin ganas….!!!
  Indri tak tahan. Gelombang demi gelombang yang menderanya menaikkan  tingkat birahinya pada titik yang lebih tinggi. Tak cukup hanya  begitu,tangan mungilnya menjamah ke bawah. Terasa oleh Dino betapa  pinggul gadis muda itu terangkat. Tak tau apa yang dilakukannya, hanya  tiba-tiba tangan lentik itu telah berada kemabali diatas dengan  menggenggam secarik segitiga satin, yang langsung di lontarkannya di  atas kasur. Tak lama kembali terasa kedua tangan tersebut telah berada  di pinggang Dino, menarik karet pakaian terakhirnya. Dino mengangkat  tubuhnya memberikan keleluasaan pada sang gadis. Mereka kini telah  telanjang….!!!
  Langsung tangan mungil itu kembali bergerak, terasa menggenggam batang  berototnya yang telah tegak. Menempatkannya pada lepitan basah yang  hangat. Pinggulnya bergerak intuitif bergoyang, mengurut dan membelai  batang kenyal tersebut naik turun.
  Dino bergerak. Merangkul tubuh mungil gadis muda tersebut. Mendekapnya  erat di tengah goyangan dan gerakan erotisnya. Menempelkan tubuh mereka  yang telah berkeringat erat ke tubuhnya. Merasakan gosokan putik bulatan  padat dada Indri pada dadanya. Merasakan api yang mkembakar mereka  bergejolak makain membara, siap menghanguskan mereka.
  Kedua tangan Indri berpegangan pada bahu Dino. Pinggulnya tak henti  bergerak, menggali semua kenikmatan yang ada di sepanjang batang kenyal  lelaki yang ia duduki. Mata indahnya terpejam. 
  Tiba-tiba tangan mungil Indri bergerak kembali ke bawah, menemukan  batang berotot Dino yang telah tegak maksimal, menggengamnya dan  menuntunya pada muara lepitan kewanitaannya, menggosok kepala membolanya  dengan lepitan basahnya. Melumasinya berkali-kali. Lengannya kembali  pada pundak Dino seiring dengan kakinya yang kini berubah tumpuan.  Lututnya kini menjadi tumpuan tubuhnya yang berada di pangkuan Dino.  Perlahan tumpuan lututnya bergerak, melebar…..!!!
  " Ahhhh…….."pekik lirih Indri. Kedua lututnya yang melebar mengakibatkan  tubuhnya turun. Lepitan basah kewanitaannya ikut turun…menyebabkan  lepitan itu terkuak oleh batang tegar Dino. Menelan kepala membola itu  dalam jepitan halus basah tetapi liat mencekal. Tubuh sang gadis  mengejang sesaat. Kembali pinggulnya bergerak memutar. "Ohhh…. Aa'………………………"rintihnya lirih di sela gerakan tubuhnya di bawah.
 
  Dino merasakan kedua tangan Indri mencengkram erat pundaknya. Liang  hangat di bawah terasa mencekal erat kepala batang tegarnya. Ditambah  lagi dengan gerakan memutar pinggul sang gadis membuatnya tak bisa lagi  menahan diri. Dipeluknya ketat tubuh Indri dengan kedua lengannya,  hingga tubuh mungil tak dapat bergerak lagi. Lalu menggerakkan tubuhnya  naik. Meneruskan pembukaan yang telah dilakukan sang gadis. Membenamkan  batang tegarnya dalam kelembutan liat kewanitaan sang gadis. Mili demi  mili batang berotot itu tenggelam,terbenam. 
  ' Sungguh erat cekalannya…….'batin Dino. 'Bukan main punya Aa' ini…….'batin Indri. Tak tahan oleh geli dan gatal  yang melanda, Indri membenamkan giginya pada pundak Dino. Menggigitnya  dengan gemas.
  " Ahhhhhhh………………………" pekik Indri. Napasnya terengah-engah seolah-olah  tengah berlari jauh. Akhirnya amblas sudah batang berotot Dino, terbenam  utuh dalam kekenyalan liang kewanitaan Indri diringi pekikan kecilnya.  Mereka terdiam sesaat, saling berpandangan lekat. Perlahan tubuh mungil  Indri bergerak, naik turun dengan pelan. Mulai menggali semua kenikmatan  yang akan memenuhinya, Makin lama temponya menaik. Terkadang bergerak  maju mundur mengayunkan pinggulnya dengan konstan. 
  Dino tak tinggal diam, mencoba menambah pasokan birahi dengan kembali  melumat dan mengulum putik bongkahan dadanya yang telah mengeras,  mengkilat oleh butir-butir keringat di timpa temaram cahaya. Bergerak  seirama mengayunkan pimggulnya naik turun bak piston mesin mengebor. 
  Gerakan mereka makin cepat. Dengus dan erangan tak hentinya terdengar  dari kedua insane yang tengah mendayung perahu birahinya, di selingi  kecipak-kecipak pertemuan tubuh mereka di bawah. Tubuh mereka telah  basah mengkilat dimana-mana. Melicinkan gerakan merekan yang makin liar.  Puncak makin mendekat….
  Lalu gerakan Indri mengayun pinggulnya berubah manjadi sangat cepat. Melentingkan tubuhnya ke belakang, memejamkan matanya.
  " Ahhhh…………………….."pekiknya saat keputusan puncak di capainya. Kembali  bergerak cepat memacu pinggulnya, Kembali sambil melentingkan tubuhnya  menjerit terputus-putus… "Ahhh, …….ahhhhhh, ………ahhhh…."gelombang yang lebih dahsyat  menggulungnya,membolak-balikkan emosinya bercampur aduk. Melontarkannya  ke langit berwarna warni. Tak kuat menahankannya, memeluk ketat bahu  Dino seraya giginya telah membenam di pundak Dino. Rengekannya pecah  sepanjang gelombang demi gelombang yang melandanya.
  " Nggghh……………………."rengek Indri dengan nafas tersengal-sengal. Terasakan  oleh Dino betapa liang tersebut bergerak peristaltik, mengurut dan  memijat batang berototnya dalam tempo cepat. Dino tak tertahankan, makin  cepat, selain menyempurnakan pencapaian sang gadis juga letupan-letupan  syarafnya hampir meledak. Memompa batangnya terus menerus tak henti.  Mengenggam pinggul sang gadis denga kedua tangannya seolah- olah tengah  memaku sang gadis dengan batang berototnya pada liang yang telah basah  di bawah.
  " Arghhh…………………….."sambil menggeram Dino membenamkan batang berototnya  sedalam-dalamnya pada liang basah tersebut. Ototnya berdenyut sesaat.  Bendungan laharnya meledak, berkejaran di sepanjang pembuluh darah  batang berototnya menemukan pelepasannya. Menyembur dalam kehangatan  liang yang mencekal erat, membasahi dan membanjirinya hingga tak  tertampungkan dan mengalir perlahan ke muara liang tersebut.
  Hening sejenak. Mereka tenggelam dalam keletihan yang sangat. Meresapi  sisa deburan gelombang yang masih terasa. Diam tak berkata-kata…
  " Makasih…..A'"ujar Indri lirih mengecup bibir Dino. "Hmmm…….."gumam Dino tak menjawab, hanya dekapan lengannya makin erat  pada tubuh mungil yang berkeringat tersebut. Tak dapat ia wujudkan  kebanggan perasaannya. mengantarkan gadis muda itu menggapai puncak  kenikmatan yang beruntun dalam persetubuhan ini.
        
    Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                            |             
              
Tidak ada komentar:
Posting Komentar