|                               Cerita Sex - Gila enak banget mbak Sita               Apr 22nd 2013, 15:35                                                Setelah berganti beberapa posisi, mengambil puluhan foto dan memory saya  habis pemotretan kami akhiri… tapi kenikmatan yang saya rasakan tidak  mau saya lewatkan begitu saja. Kami terus bergoyang sampai akhirnya  penis saya akan mengeluarkan sperma… Buru – buru saya mau cabut dan tapi  dia tahan "jangan sekarang… aku lagi …. terusin dulu…", pinta Sita  sambil mencengkeram pantat saya. Akhirnya saya nggak bisa tahan lagi,  penis saya berdenyut – denyut dan pancaran sperma ke dalam vaginanya.
  "Gila enak banget mbak Sita …", saya kecup bibirnya, dia cuma diam..
  Saya adalah seorang fotografer yang bekerja di sebuah majalah wanita.  Selama ini saya sering memotret model tapi mereka semua mengenakan  busana lengkap dengan mode terakhir. Sewaktu ribut – ribut soal  pornografi dan pornoaksi beberapa waktu yang lalu di kantor kami juga  terjadi perdebatan seru, saya termasuk yg menganggap biasa saja tentang  soal itu.
  Salah seorang teman kantor (sebut saja namanya Sita) menanyakan pada  saya, "…(sorry nama saya harus disensor…) apakah kamu pernah memotret  model bugil?" Terus terang saya belum pernah jadi saya jawab dengan  mantap, "Belum mbak, emang kenapa?" "Aku nggak ngerti kenapa ya ada  orang yang mau dipotret begitu", jawabnya.
  Memang Sita orangnya manis banget, berjilbab dan sudah berkeluarga.  Umurnya baru 27 tahun, punya anak berumur 1 tahun. Dia juga salah satu  editor andalan perusahaan kami. Boleh dibilang dia adalah primadona di  kantor kami. Saya coba iseng-iseng tanya meminta Mbak Sita untuk  dipotret tanpa busana (gila ya…? kalo dia marah … atau dia mau trus kalo  ketahuan suaminya bisa bubar….!!! Padahal pacar sendiri aja belum  pernah difoto bugil…).
  So, saya to the point aja, "Ehm … Mbak Sita mau nggak kalo saya potret  tanpa busana, tapi ini bukan porno lho, saya buat yang artistik".
  Dan ternyata dia mau, saya sendiri tidak menyangka jawabannya,"Betul  nih, aku mau dong tapi dengan syarat, muka dan tanda-tanda fisik aku  disamarkan atau ketutup. Pokoknya orang lain nggak boleh tau itu  fotoku", ujarnya.
  Saya sendiri kaget setengah mati mendengar jawabannya, tapi udah  kepalang basah saya bilang,"Oke, jadi kapan mbak Sita bisa punya  waktu….". "Gimana kalo nanti malam setelah meeting redaksi", katanya.
  Saya setuju. So… the moment came… Selepas meeting, kami ke ruangan dia  sambil membawa perlengkapan foto. "Mau dimana mbak…? Di studio aja ya,  supaya nggak usah pasang lighting lagi", tanya saya. Kebetulan di kantor  kami ada sebuah ruangan di sudut yang dijadikan studio foto.
  "Boleh, yuk kita kesana…", kata Sita sambil berjalan menuju studio.  Sesampainya di studio saya menyiapkan lampu dan perlengkapan lain,  sementara itu saya melirik dia mulai buka kerudung, atasan dan celana  panjangnya. Setelah ngelepas bra dan CD, Sita diam sebentar.. mikir  kayaknya, "Jadi nggak ya…, nggak deh, nggak jadi aja…" katanya.
  Saya nggak coba bujuk cuma bilang "Ya udah…., kalo memang belum siap sih lain kali aja, atau memang dibatalkan aja".
  Sita diam sejenak terus dia pake lagi bra dan CDnya. Saya sih tidak  masalah, bisa melihat tubuh telanjang Sita saja sudah anugerah besar.  Ternyata dibalik kerudungnya selama ini tubuhnya masih sangat menarik.
  "Ya sudah mbak, kalo gitu saya pulang aja ya…", saya pamit pada Sita.
  Eh tapi ternyata dia malah merasa nggak enak,"ng…. sorry…aku nggak enak  sama kamu karena udah janji…" katanya. "Sebenarnya aku nggak apa – apa  kok… cuma malu aja telanjang didepan kamu, apalagi biasanya aku pake  kerudung".
  Akhirnya bra dan CD yang udah kembali dipake dia buka lagi. "Tapi …  janji nggak kelihatan mukanya ya…" pinta Sita. "Iya deh mbak, saya janji  …", saya jawab sekenanya karena hati saya berdegup keras melihat  tubuhnya yang telanjang itu
  Akhirnya pemotretan jadi dilakukan. Awalnya cuma beberapa jepretan, saya  coba arahkan dia untuk berpose "Mbak, tangan kirinya diangkat  kebelakang kepala… oke bagus….trus kakinya dibuka sedikit…". Sita  menurut semua arahan saya, sampai akhirnya dia mau juga difoto  seluruhnya dan tampak muka. "Mbak… udah bagus posenya, difoto seluruh  badan ya… oke sekarang mukanya menghadap kamera…"
  Saya sudah lupa sama janji pada Sita untuk tidak memperlihatkan mukanya  tapi dia sendiri kemudian bilang, "Yah… keliatan deh mukanya, tapi udah  kepalang deh… terusin aja… nggak apa-apa kok. Tapi awas kalo nggak  bagus…".
  Malah akhirnya dia mau difoto abis – abisan dan saya coba tanya apakah  Sita mau berpose 'hardcore', "Kalo posisi ML mau kan ya mbak…". Sita  agak kaget, "Sama siapa … emang ada siapa lagi diluar…kalo sama kamu  nanti siapa yang motret". "ya sama saya tentunya mbak, abis sama siapa  lagi… mau saya panggilkan Ucup", saya sebut nama office boy kantor.
  "Gila ah… nggak mau kalo sama dia…mending sama kamu…", Sita protes. "Iya  deh mbak…nanti saya pake tripod, timer dan remote…jadi bisa ditinggal.  Cuma meskipun nggak sampe 'keluar' tapi 'masukinnya' beneran ya supaya  kelihatan natural", saya berkilah (terus terang ini pertama kalinya buat  saya, sama pacar sendiri aja belum pernah)
  "Iya deh…tapi kalo udah nggak tahan cepet keluarin di luar ya", kata  Sita. "Mudah – mudahan lho, soalnya saya belum pernah nih…", saya  berterus terang. "Wah… aku merawanin kamu dong …", kata Sita lagi. Saya  set kamera saya dan mendekati Sita.
  Vaginanya sudah basah sewaktu saya coba pegang, "Udah basah kok…jadi  nggak akan sakit", Sita meyakinkan saya. Saya buka retsleting membuka  celana dan mengeluarkan penis yang sedari tadi sudah tegang. Akhirnya  penis saya masuk juga ke dalam vaginanya. Terasa nikmat sekali, sambil  menggoyangkan pinggul Sita mendesah lirih. Kami melakukannya sambil  setiap kali saya nyalakan remote untuk mengambil gambar kami.
  Setelah berganti beberapa posisi, mengambil puluhan foto dan memory saya  habis pemotretan kami akhiri… tapi kenikmatan yang saya rasakan tidak  mau saya lewatkan begitu saja. Kami terus bergoyang sampai akhirnya  penis saya akan mengeluarkan sperma… Buru – buru saya mau cabut dan tapi  dia tahan "jangan sekarang… aku lagi …. terusin dulu…", pinta Sita  sambil mencengkeram pantat saya. Akhirnya saya nggak bisa tahan lagi,  penis saya berdenyut – denyut dan pancaran sperma ke dalam vaginanya.
  "Gila enak banget mbak Sita …", saya kecup bibirnya, dia cuma diam  sepertinya malu dan bersalah banget… saya juga jadi ikut ngerasa salah…  "Maaf ya mbak…mustinya nggak sampe keterusan…", saya meminta maaf
  "Nggak apa – apa… aku juga yang nggak bisa nahan…", Sita berkata lirih.  "Sini aku bersihkan dulu penis kamu…", Sita mengambil tissue dan  menjilati seluruh penis saya. Setelah itu dia mengelap dengan  tissue,"Kalo nggak dibersihin dulu nanti jadi lengket, kasihan kamu kan  pulangnya jauh.."
  Akhirnya saya memakai kembali celana, kemudian mengambil kamera dan  mengeluarkan memorynya. Sita masih telanjang dengan posisi terlentang di  karpet, sementara kedua kakinya terbuka lebar.
  "Mbak, saya ambil memory satu lagi ya…nanti sambil pake bajunya saya  foto lagi", saya bergegas ke meja saya untuk mengambil memory cadangan.  Tapi sewaktu akan kembali ke studio, saya merasa ingin kencing, sehingga  saya mampir dulu ke toilet. Sewaktu kembali saya melihat pintu studio  masih terbuka (saya lupa menutupnya…) dan saya intip ternyata Sita masih  dalam posisi yang sama dan memejamkan matanya menikmati apa yang baru  terjadi.
  Saya mengambil beberapa foto termasuk close up vaginanya yang melelehkan  sperma saya, lalu keluar dari studio membiarkan dia beristirhat.  Sewaktu keluar saya melihat si Ucup sedang membersihkan ruangan.  "Cup…kamu jangan masuk studio dulu ya", saya memberitahu Ucup. "Kenapa  pak, emang Bu Sita masih di situ…", tanya Ucup polos. "Lho kok kamu tahu  tadi ngintip ya…",saya agak kaget mendengannya. "Tadi waktu bapak  keluar dari studio dan ke toilet, saya sempat masuk kedalam mau  membersihkan tapi saya lihat Bu Sita lagi telanjang disitu ya saya  keluar lagi, tapi sebelumnya saya sempat pegang tetek dan itunya, Bu  Sita cuma mendesah…", kata Ucup
  "Ibu Sita lihat kamu…",tanya saya. "Kayaknya sih nggak soalnya merem dan  nggak bergerak lagi", jawabnya. "Yah sudah… ini duit 50 ribu, kamu  jangan bilang siapa-siapa ya", perintah saya. "Oke boss…tapi kalo boleh  saya berkomentar, body Ibu Sita bagus banget ya pak…kalo saya punya  istri kayak dia pasti tiap hari udah saya kerjain, wong begitu saja saya  udah basah kok", Ucup berkomentar sambil cengar-cengir. "Yah sudah,  kamu pulang aja…besok datang agak pagi buat terusin bersih-bersih".
  Sita saya bangunkan, dan sambil memakai baju saya terus mengambil foto.  Setelah selesai Sita bilang,"Aku bisa difoto dengan pakaian lengkap  begini dong, yang cantik ya… tapi setidaknya aku pernah punya "foto  nude" , meski cuma sekali… ". Aku mengambil sekitar 30 foto Sita dengan  mengenakan Jilbab. Menurutku dia malah lebih terlihat menarik dengan  pakaian seperti itu.
  Setelah itu kami pulang, Sita menganggap hal itu seperti tidak pernah  terjadi. Malah foto – foto itu nggak pernah dia tanyain apalagi dilihat…  malu kali ya, padahal hubungan saya dengan dia masih baik-baik…
 
 
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Membuntingkan Ibu dan Anak               Apr 22nd 2013, 15:34                                               Baru-baru ini aku mendapat panggilan telefon daripada Kak Zah. Kak Zah  merupakan salah satu daripada customer aku dulu. Kali terakhir aku  berjumpa dengan dia semasa perkahwinan anak perempuan dia, Sarah, 4  tahun dulu. Katanya ada satu perkara penting yang dia nak bincang dengan  aku. Dia menjemput aku ke rumahnya di Damansara Perdana. Umur Kak Zah  sudah mencecah 40 tahun tapi dia pandai menjaga badan. Lagi pula, dia  cuma mempunyai seorang anak iaitu Sarah. Jadi, tubuh badannya sangat  terjaga; ditambah pula dia mempunyai raut wajah yang sangat ayu. Sarah  saling tak tumpah seperti ibunya. Dia sangat comel dan tubuhnya juga  sangat mantap.
  Setiba aku di rumah Kak Zah, dia menjemput aku minum. Setelah setengah  jam berborak, Kak Zah mula bercerita pada aku. Sebenarnya ia bukan  masalah dia, tetapi masalah Sarah. Kak Zah runsing kerana Sarah belum  mengandung lagi. Aku bertanya samada suami Sarah selalu meniduri dia.  Kata Kak Zah, dia sudah bertanyakan soalan serupa kepada anaknya itu.  Menurut Sarah, suaminya menjamah tubuhnya hampir setiap malam, dan  setiap kali itulah dia memancutkan benihnya ke dalam pantat Sarah.  Selanjutnya aku bertanya samada Sarah dan suaminya sudah berjumpa  doktor. Kata Kak Zah, ujian doktor membuktikan bahawa Sarah sangat  subur. Aku terkedu seketika.
  Kalau begitu, kataku, tentu suami Sarah mandul. Kak Zah cuma mengangguk  lemah. Jadi aku bertanya lagi, kenapa Kak Zah memanggilku. Dengan suara  bergetar, Kak Zah berkata:
  "Kak Zah nak minta satu benda daripada you… Berat rasanya Kak Zah nak cakap…" "Cakaplah, Kak Zah… Apa-apa yang saya boleh bantu, saya akan bantu…" "Kak Zah… Kak Zah… Kak Zah nak you tolong buntingkan Sarah… Tolonglah…" "Kak Zah!!! Kak Zah dah fikir habis-habis ke? Bagaimana pula dengan Sarah???"
  Rupa-rupanya Kak Zah dah berbincangkan hal ini dengan Sarah sejak  setahun lepas. Inilah saja caranya Sarah untuk mendapat zuriat dan Kak  Zah mendapat cucu. Aku terkedu lagi.
  "Baiklah, Kak Zah, kalau itu yang Kak Zah mahukan. Cuma…" "Cuma apa??? Tolonglah Kak Zah… Tolonglah Sarah…"
  Aku mengangguk bersetuju. Kacau jiwa aku memikirkan soal ini. Tapi nafsu  aku mula panas sejak tadi kerana Kak Zah hanya berseluar pendek. Geram  juga aku menatap paha montok dan betis gebu Kak Zah. Kak Zah meminta aku  mengikutnya ke dalam satu bilik. Katanya dia mahu aku membajak dan  membenihkan Sarah hari itu juga. Aku cuma menuruti belakang Kak Zah  sambil menatap kepadatan dan kelebaran bontot wanita itu. Sesampainya  kami ke dalam sebuah bilik tetamu, Kak Zah menyingkap baju tee aku. Aku  membiarkan saja. Kemudian dia membuka tali pinggang aku dan seterusnya  melorotkan seluar jeans aku. Dia terhenti apabila terlihat bonjolan  zakar aku.
  Seterusnya dia menarik seluar dalam aku ke bawah. Terpacak zakar aku di  depan muka dia. Dia tergamam seketika melihat zakar aku yang sepanjang  tujuh inci itu. Memang zakar aku panjang dan gemuk. Ketika itu Kak Zah  masih melutut jadi takuk zakar aku memang rapat sangat dengan muka dia.  Dia merenung mata aku seketika dan kemudian mencapai batang pembiakanku  itu sambil mengusapnya. Aku rasa Kak Zah juga sangat bernafsu ketika  itu. Tapi aku cuma andaikan bahawa dia mahu memastikan zakarku  benar-benar keras maksima sebelum menebuk Sarah. Seketika kemudian dia  mula menyoyot zakar aku. Mencanak-canak batang aku dalam mulut dia!
  Aku terpaksa memujuk Kak Zah supaya berhenti menyonyot. Takut nanti  benih terbazir di dalam mulut dia. Mencungap Kak Zah setelah dia  mengeluarkan takuk zakar aku dari mulut dia. Terlalu besar katanya. Tapi  Kak Zah masih belum mahu melepaskan genggamannya pada zakar aku.  Setelah dia berdiri, dia membelai lembut kantung telur aku. Aku berasa  selesa sangat dengan belaian Kak Zah itu sehingga air maziku mula  menitis. Kak Zah akhirnya berkata bahawa aku telah bersedia. Dia  memimpin aku ke arah bilik Sarah dengan menarik zakarku. Kami  masing-masing tersenyum dengan sikap Kak Zah itu. Aku rasa Kak Zah juga  mahukan kejantanan aku.
  Aku tergamam apabila pintu bilik Sarah dibuka. Sarah sedang berbaring  telanjang mengiring ke arah sebelah sana. Aku menelan air liur  melihatkan bontot Sarah yang putih mulus dan padat lebar itu. Aku juga  boleh lihat dengan jelas ketembaman cipap Sarah terkepit di antara kedua  belah pahanya yang montok dan mantap. Kak Zah senyum kepadaku lalu  melepaskan tangannya daripada zakarku. Aku berjalan perlahan ke arah  katil Sarah lalu aku peluk dia daripada belakang. Sarah memalingkan  mukanya kepadaku lalu aku menyedari betapa cantiknya anak Kak Zah ini.  Kuyu mata bundar Sarah semasa aku mula mengucup bibirnya dan membelai  buah dadanya yang segar ranum itu.
  Tangan Sarah mencapai zakarku dan dia terhenti apabila genggamannya  melekap di batangku. Dia melihat ke arah zakarku seperti terkejut. Tanpa  dia sedar, terkeluar perkataan 'besarnya' daripada bibir mungilnya. Aku  tersenyum memandang dia lalu aku kucup bibir dia semula dan hisap  lidahnya. Tanganku juga mula membelai lembut ketembaman cipap Sarah.  Apabila aku mula merana jari-jariku melekit dengan lendir pantat Sarah,  aku tiarapkan dia lalu naik ke atas belakangnya. Mendengus aku kegeraman  melihatkan bontot Sarah yang berlemak dan berisi itu. Aku tonggengkan  bontotnya sedikit lalu menghalakan takuk zakarku ke arah bibir cipap  yang paling tembam aku pernah lihat.
  Meraung Sarah apabila zakarku yang seperti belalai itu menjolok masuk ke  dalam lubuk betinanya. Meremang bulu roma aku marasai kenikmatan yang  tak terhingga. Gila babi punya lazat dan lembut pantat Sarah!!! Seketika  kemudian aku menyantak padat sehingga Sarah melentik menanggung  keseluruhan panjang dan gemuk zakarku. Kak Zah bergegas ke arah kami  lalu duduk di kepala katil dan mengusap rambut anak manjanya itu. Dia  meminta Sarah bersabar dan memujuk supaya Sarah bertenang supaya Sarah  sendiri dapat menikmati persetubuhan itu. Apabila Sarah mula tenang, aku  mula menikmati badan yang sangat ranum dan subur itu. Tak terkata  keenakan yang aku rasa!
  Semakin lama jolokan aku semakin padu. Sebenarnya Kak Zah cuma mahu aku  menjolok Sarah sedikit saja dan mahu aku terus pancut ke dalam pantat  anaknya itu. Tapi aku berasa sangat rugi kalau aku hanya menjamah Sarah  dalam masa yang singkat. Kemontokan badan Sarah memberikan nikmat yang  tak terperi kepada zakarku. Ditambah lagi dengan minat aku terhadap  gadis yang bertubuh mantap dan montok seperti Sarah. Sudah sepuluh minit  aku rodok cipap tembam Sarah. Sekali lagi aku katakan, cipap Sarah  sangat tembam dan lembut, malah ia bersih dan tak berbulu. Sarah  akhirnya tewas di batang aku dan menggelinjang kepuasan sambil aku  menyantak padu.
  Aku tak berhenti menyantak semasa Sarah sedang mengalami kepuasan  persetubuhan. Aku dapat rasakan cipap Sarah mengemam-ngemam batangku  manakala bontotnya pula tertonggeng-tonggeng. Kak Zah meletakkan kepala  anak manjanya itu ke atas pahanya semasa aku menyambung menjamah bontot  Sarah. 20 minit sudah berlalu dan aku sudah tak mampu membendung lagi.  Aku peluk Sarah erat-erat lalu aku pantak padat dan aku semburkan benih  jantan aku semahu-mahunya ke dalam cipap tembam Sarah. Sekali lagi Sarah  melalak kerana cipapnya tak pernah dibenihkan sebegitu rupa. Menjelir  lidah gadis comel itu sambil betisnya menendang-nendang angin.
  Kak Zah memujuk Sarah supaya mengemam dan memerah setiap titis air  maniku untuk memastikan Sarah terus bunting. Berbelas das ledakan benih  jantan yang sangat pekat dan subur aku lepaskan ke dalam cipap Sarah  yang subur dan ranum itu. Kami berdua terus lembik namun aku masih  meneruskan jolokan-jolokan lemah ke dalam pantat Sarah. Air maniku masih  meleleh walaupun selepas dipancutkan sebanyak itu. Sarah menangis  teresak-esak, mungkin kerana berasa bersalah membiarkan pantat tembamnya  dirodok dan dibenihkan oleh jantan lain. Suaminya pasti akan menyangka  Sarah membuntingkan anak mereka sedangkan anak aku yang dikandungnya.
  Aku rasa aku terlelap dalam 10 minit. Ketika aku tersedar kelihatan  Sarah dan Kak Zah masih lena. Aku menarik zakarku yang masih keras  perlahan-lahan keluar dari lubuk betina yang sangat lazat tadi. Apabila  aku berdiri di tepi katil, aku tiba-tiba berasa geram dengan kemontokan  paha dan kegebuan betis Kak Zah. Kerana dia cuma memakai seluar pendek,  amat mudah untuk aku melorotkannya lalu terdedahlah selambak bontot  wanita ranum yang sangat berisi dan lebar. Dengan cepat aku menaiki Kak  Zah dan aku rodok batang aku ke dalam pantat matangnya. Kak Zah terkejut  dari lenanya tapi sebelum dia mampu berbuat apa-apa aku santak zakarnya  aku sedalam-dalamnya.
  Kejantanan aku terus menewaskan Kak Zah yang sedang menggelupur  menanggung nikmat dibedal oleh belalai aku yang amat jantan itu. Aku  tahu Kak Zah juga bernafsu denganku sejak awal tadi. Aku tak memberikan  ruang untuk Kak Zah berfikir dengan waras jadi aku merodok bontot  keibuannya dengan rakus. Aku dapat menikmati betapa padatnya bontot Kak  Zah dalam posisi itu. Dia tertiarap dan tertonggeng ketika aku menjamah  lemak bontot suburnya. Aku tak mahu lama-lama sebab takut ada sesiapa  yang pulang nanti. Cukup 10 minit aku peluk badan subur Kak Zah lalu aku  menyantak sedalam mungkin lalu aku lepaskan anak aku ke dalam rahim Kak  Zah. Ah!!! Nikmatnya!!!
  Seperti anaknya, Sarah, Kak Zah melalak apabila merasakan pancutan demi  pancutan benih subur aku ke dalam pantat matangnya. Kak Zah menggelupur  kuat lalu aku gigit tengkuknya supaya dia tewas lagi lalu aku teruskan  memancut semahu-mahunya air maniku ke dalam tubuh Kak Zah. Puas aku kali  ini. Anak beranak aku buntingkan. Barulah adil. Sarah pula lena sampai  tak sedar bahawa ibunya juga telah aku buntingkan. Aku bangun setelah  air maniku habis dan sebelum aku pergi aku mengambil gambar-gambar tubuh  telanjang anak beranak itu. Bolehlah aku buat modal melancap nanti.  Dua-dua sama montok, sama padat. Kak Zah dan Sarah pastikan akan bunting  nanti.
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Cinta Terlarang itu Bersemi Kembali               Apr 22nd 2013, 15:33                                                Perceraian antara Ayah dan Ibuku yang semula menjadi mimpi buruk bagiku,  berangsur-angsur mulai dapat kuterima. Dan aku akhirnya bisa mengerti  mangapa ibu menuntut perceraian dari ayahku, aku juga lebih memilih ikut  dengan ibu dari pada ayah yang memilki temperamen emosional, keras yang  menjurus ke arah kasar.
  Hampir setahun lamanya ibuku menjanda, padahal di usianya yang menginjak  hampir empat puluh tahun, jika tidak bisa di bilang cantik ibuku masih  terlihat muda. Aku sendiri pernah menyatakan kepada ibu agar segera  menikah kembali. Karena walau bagaimanapun aku amat prihatin dengan  keadaan ibu yang berkerja keras sendirian untuk mencukupi kebutuhan  hidup kami berdua.
  Ibuku akhirnya merespon apa yang aku pinta dan ibu telah menemukan  pilihannya pada seorang duda kaya yang juga memiliki satu anak laki-laki  yang usianya sebaya denganku. Singkat cerita pernikahan ibu yang kedua  terlaksana walaupun dengan syukuran sederhana dan hanya mengundang  beberapa tetangga dan kerabat terdekat ibu.
  Komunikasiku dengan Arie kakak tiriku juga berjalan lancar, kami seakan  menemukan kecocokan satu sama lain, karena masing-masing dari kami  membutuhkan teman dalam menyelesaikan segala permasalahan baik soal  pendidikan maupaun hal lain yang berkaitan dengan persoalan anak muda.
  Celakanya hubungan yang seharusnya sebatas hubungan kakak beradik,  berlanjut menjadi hubungan yang lebih intim. Bahkan tak jarang secara  diam-diam kami sering saling mengunjungi saat ayah dan ibu sudah  tertidur lelap. Dan di saat-saat seperti itu tak jarang kami bercumbu  saling memberikan kenikmatan walaupun sebatas oral dan tak sampai  melakukan peting. Dan malam itu kami merasakan kepuasan untuk yang  kesekian kalinya setelah hampir setengah jam kami saling meraba,  mengelus, meremas dan menghisap.
  Sepandai-pandainya kami menyimpan rahasia, toh akhirnya terbongkar juga.  Hal ini membuat kedua orang tua kami shock. Akhirnya ayah mengirim  kakakku untuk meneruskan studinya ke luar negeri. Sejak itu kami  berpisah untuk waktu yang menurutku sangat lama dan mungkin aku tak akan  pernah bertemu lagi dengan Arie untuk selamanya. Aku sangat sedih dan  terpukul begitu juga dengan kakakku. Ada rasa frustasi dan galau di raut  wajahnya saat terakhir kami bertemu.
  Hampir enam tahun lamanya kami berpisah dan kenangan indah bersama Arie  akhirnya bisa terhapus dari ingatanku. Aku sendiri saat ini telah  menikah dan memilki seorang anak dan aku merasa pernikahan ini amat  membahagiakan, karena aku memiliki suami dan anak yang sangat  memperhatikanku. Sementara itu aku tak mengetahui kabar dan keberadaan  Arie, aku hanya bisa berdoa semoga ia dalam keadaan yang baik.
  Siang itu seperti biasa, aku selalu menyiapkan apa yang akan kumasak  sore nanti. Saat itu aku mendengar pintu depan diketuk, saat kubuka  darahku langsung mengalir dengan cepat. Aku menyaksikan Arie yang tengah  menatapku dengan senyumnya yang khas.
  Sedetik kemudian aku memeluknya, tak terasa air mataku mengalir deras  dan untuk sesaat aku tak bisa berkata apa-apa. Aku hanya bisa menangis  dan memeluknya dengan erat. Sementara Arie hanya bisa memberiku usapan  pada pundak dan kepalaku, usapan yang sangat kukenal dan membuatku  merasa amat nyaman dan tenang.
  Dan sepanjang siang hari itu aku puaskan diriku menatap wajahnya seakan  aku tak akan melihatnya lagi, kenangan indah lima tahun lalu terulang  lagi. Bukan hanya peluk, rabaan dan elusan saja yang kami lakukan, kami  melakukan hal yang sangat jauh, membenamkan seluruh dahaga kerinduan  hingga desahan nafas kami mendengus bak kuda yang tengah dipacu  sekencang-kencangnya.
  Satu jam kemudian kami mengerang dan mengejang, Arie memelukku dengan  sangat erat sementara bagian bawah tubuhnya mendesakku dengan sangat  keras hingga aku tersentak dalam kenikmatan tiada tara. Dan sejak saat  itu, saat suami dan anaku tak berada di rumah aku selalu menghubungi  Arie dan di saat itu pula aku melakukan penyelewengan.
  Terus terang saat ini aku seperti menemukan jiwaku kembali, rasa sayang  dan cinta yang sempat hilang akhirnya berkobar kembali. Rasa yang  sebenarnya sangat menakutkanku, takut bangkai yang kusimpan ini tercium  oleh suami dan kedua orang tuaku. Aku takut kehilangan semuanya, Arie,  suami dan kedua orang tuaku jika perbuatanku ini diketahui oleh mereka.
 
 
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Hasna sang penjaga minimarket               Apr 22nd 2013, 15:32                                                Aku sedikit menyesal karena aku tidak segera mendapat kerja ketika lulus  kuliah. Kini sudah genap 5 bulan umur pengangguranku. Harus kuakui,  semasa aku kuliah dulu, hidupku agak kacau, gemar kelayapan malam2, main  cewek, mabuk2an, dan hal2 yang bersifat keduniawian lainnya. Kini aku  harus menahan itu semua, setidaknya keinginan arus bawahku, karena  sekarang sudah tidak ada alasan lagi bagiku untuk meminta uang lebih  dari orang tua.
  Keluargaku bisa dibilang cukup mampu. Walaupun ayahku hanya seorang  pegawai BUMN biasa, tetapi beliau menurutku cukup pintar dengan membuka  kantong bisnis dimana2. Misalnya usaha fotokopian, penyewaan playstation  ataupun yang baru dibuka setengah tahun ini, sebuah minimarket non  franchise.
  minimarket tersebut bisa dibilang cukup laris, karena terletak di daerah  perumahan baru yang dimana penduduknya membutuhkan barang2 keperluan  sehari2 dengan cepat dan mudah. Tetapi ada yang aneh dengan minimarket  ini. Sudah tiga bulan perhitungan uang yang masuk dengan stok barang  berbeda. Walaupun untung, tetapi uang yang masuk selalu kurang  400-500ribu.
  ayahku sedikit curiga kepada Hasna, penjaga minimarket tersebut. Pegawai  ayaku memang tinggal disana, di sebuah kamar 2x3 di belakang minimarket  tersebut. Dia adalah keponakan pembantu di rumahku, umurnya belum  menginjak 20-an, masih 18 atau 19 tahun. Pembantu di rumahku  merekomendasikannya untuk menjagai minimarket itu, biasa bantu ibunya  jaga di warung, katanya. Anaknya tampak lugu, dan tampak seperti bukan  tipe orang yang suka nilep uang. Dan dia juga tampaknya tidak macam2.  Kalau aku mampir kesana, dia selalu tampak diam dan tenang menunggui  minimarket. 
  Kadang2 aku memperhatikan badannya. Mungil namun berisi. Buah dada dan  bokongnya yang Nampak proporsional dengan tubuh mungilnya kadang2  membangkitkan hasrat kelaki2anku. Wajahnya yang tampak lugu dan tipikal  gadis desa baik2 makin membuat fantasiku liar. tapi itu hanya sebatas  fantasiku saja. Tidak mungkin aku menggarapnya, bisa panjang urusannya  nanti.
 
 
  Hari itu seorang temanku main ke rumah. Namanya Edo. Bisa dibilang dia  adalah "partner in crime" ku. Orangnya agak nekat, dan biasanya dia yang  selalu berusaha menggoda gadis2 yang ditemui di tempat hiburan malam.  Karena keluarganya lebih berada dariku, maka dia tampaknya menjalani  hidup yang santai. Seperti tidak takut akan drop out dari kuliah,  meskipun dia bisa dibilang sudah bangkotan di kampus. 
  Seperti biasa dia mengajakku untuk ke tempat hiburan malam, bersenang2  sejenak melupakan kepenatanku yang sedikit stress karena bulan ini belum  mendapatkan panggilan interview satupun.
  "Udahlah, ngapain pusing-pusing gitu, kita kelayapan aja malam ini.." ujarnya. "buset.. masih siang juga. Udahlah ntar aja kalo gw udah dapet kerja" jawabku. "alah… seneng2 kan bisa kapan aja" "iya tapi gak sekarang ya, sabar dikit kenapa ?" walau sebenarnya aku ingin mengikuti ajakannya.  "cari cewek kita.. udah lama kan…"
  Tiba2 percakapan kami terhenti karena ibuku membuka pintu kamarku.
  "nak…"  "iya bu…" "tadi ayah telpon, katanya kamu disuruh ngecek ke minimarket, ayah telpon Hasna kok gak diangkat2, siapa tau ada apa2…" "eh… iya bu.." "berangkat sekarang ya…"
  Lalu ibuku berlalu begitu saja keluar dari kamarku. Aku dan Edo berpandang2an.  "jadi ke minimarket dulu, terus kelayapan, gimana ? " ajak Edo menyeringai. "ya… terserah deh, yang penting kita kesana dulu"
 
 
  Kami berdua parkir tak jauh dari minimarket milik ayahku. Suasana sore  hari ini sepi, dan aku melihat ada keanehan. Pintu minimarket itu  tergembok rapat. Dengan heran aku mengetuk pintunya. "Hasnaa…. Hasna…" aku memanggil Hasna.
  Tidak ada jawaban apapun.
  Edo berjalan ke belakang bangunan, dan berbisik memanggilku. "eh, itu pintu kamarnya kebuka setengah" katanya memberitahuku. "kayaknya dia ada deh. Masa pintu kamar ditinggalin begitu ?" perlahan aku menyusul Edo dan berjalan menuju pintu kamar Hasna.
  Aku mengintip pelan2 dari luar. Pemandangan yang mencurigakan terlihat.  Hasna terlihat sedang menghitung beberapa lembar lima puluh ribuan.  Menghitung untungkah ? tapi terlalu pagi untuk sebuah minimarket tutup. 
  "apaan ?" Tanya Edo pelan "lagi ngitung duit dia, ga tau duit apaan"
  Aku memberanikan diri untuk mengetuk kamarnya. "Hasna, kok minimarket udah tutup" ujarku mengagetkannya. "eh… mas.." uang yang ada di tangannya terjatuh dan berhambur di lantai.
  "uang apa itu hasna ?" tanyaku sambil masuk ke kamarnya. Aku dan Edo melihat pemandangan yang aneh. Barang2 pribadi hasna sudah tersimpan rapih di dalam tas, seakan dia mau pergi jauh. 
  "uang… itu mas… uang hasil jualan…" jawabnya ragu2. "kok gak langsung disetor ke bapak ?" tanyaku makin curiga. "anu… soalnya… itu…" Hasna semakin terlihat gelisah.
  Edo tanpa disuruh langsung memunguti uang itu sambil menghitungnya. "tiga juta semuanya" ujar Edo pelan.
  "tiga juta kok gak disetor ke bapak ?" tanyaku pelan. "anu itu… saya… tadinya mau minjem dulu….." jawabnya semakin gak karuan "minjem buat apa ? kenapa gak bilang langsung ke bapak ?" aku makin bingung "saya… saya…" "BUAT APA ?!?!" aku membentak Hasna.
  Hasna terdiam, berdirinya makin tidak nyaman.  "terus kok kamu kayak beres2 mau pergi ?" tanyaku "enggak mas.. Cuma sebentar… pulang sebentar…" dia menunduk dengan tatapan gelisah. "pulang kok gak ijin bapak ?"  "anu mas.. saya mau pulang sebentar….. terus duitnya saya minjem dulu….." ucapnya dengan nada bersalah. "buat ?"  "si bapak… di kampung…"  "kenapa ? sakit ?" aku berpandang2an dengan Edo. "enggak… bapak ada utang judi…" 
  "BUSET… kenapa mesti kamu yang bayar ?" aku tersentak. "janji mas… nanti saya balikin…." Nadanya setengah memohon. "terserah deh… tapi gak boleh kamu ambil duit begini " aku mengulurkan  tanganku ke Edo. Mengambil gepokan uang itu dan menaruhnya di meja kecil  yang ada disana. "tapi mas…." matanya dalam memandangku. Shit. Ekspresinya yang lugu tiba2 membangkitkan nafsu seksualku.
  Tanpa sadar aku memegang dagunya.  "sebenernya kalo mau duit gampang bisa aja sih" ujarku sambil melirik nakal ke arah Edo.
  "serius kamu pengen duit ?" tanyaku pelan "buat bantu bapak… kasian kena utang judi…" matanya melihat ke bawah "orang judi kok dibantuin ?" Edo mengerti sinyalku. Dia berjalan pelan ke belakang Hasna. "saya ditelpon ibu… dimarahin katanya kalo gak bantu durhaka…." "tapi kamu nyolong…" "saya mau balikin lagi mas… janji…" "tau darimana saya kalo kamu gak boong" aku mendekat pelan2. "saya jujur mas…" mukanya semakin tampak gelisah dan khawatir "orang nyolong harus dihukum lho….." ekspresi mukaku dan Edo sudah tidak  dapat dikontrol lagi. Seperti hewan buas lapar yang melihat hewan  ternak gemuk terperangkap di depan matanya.
  "saya mau diapain…. Jangan mas… AH!" Edo menyergap Hasna dari belakang.  Tangannya memeluk perutnya. Dan edo menjatuhkan dirinya ke kasur. Hasna  memberontak, tangannya memukul2 tidak terarah. Dia meronta2 tanpa henti.
  "hukumannya ya ngehibur kita…" aku berusaha meraih dan meremas buah dadanya. Tetapi tangannya yang terus meronta menyusahkanku.
  "ambil tali raffia tuh ada disana yang bekas dia packing barang" Edo memberi ide yang cukup nakal. "ntar" aku dengan kasar berhasil meremas2 buah dadanya. Aku tak peduli walau aku terpukul dan tertendang.
  "LEPAS MAS !! JANGAN….." mukanya merah menahan tangis. Aku tak peduli. Aku terus meremas2 buah dadanya sembari berusaha menciumi lehernya. 
  "susah nih cewek" aku mengeluh "makanya diiket aja" Edo tampak menggesek2an penisnya ke bokong Hasna. "balik badannya" perintahku.
  Edo dengan nafsunya dia membalikkan badan Hasna. Membuatnya tengkurap di  kasurnya. Edo lantas menindih badannya dan meraih tangannya kebelakang.  Edo menduduki bokongnya dan kembali membuat gerakan menggesek. 
  Aku dengan sigap mengambil tali raffia dan memotongnya. Dengan bantuan  Edo aku berhasil mengikat tangannya kebelakang tanpa perlawanan berarti.  
  "mas…. jangan mas…. jangan…." Kakinya menendang2 dengan kasar.  "eh jangan gerak2! Susah tau gw duduk" ejek Edo.  Mata Hasna sudah berkaca2.  "langsung hajar do !" aku memberi semangat. "jangan mas…. saya belum pernah gituan…." Tangis Hasna.
  "apa ?! kamu masih perawan" Edo tampak kaget "iya mas…." jawabnya di tengah tangisnya. "wah langka… kita main2in dulu aja sebelom dipake" gila. Edo memang penuh ide2 yang aneh dan porno.
  Kami membalikkan badan Hasna. Kami berdua tiduran di samping kiri dan  kanannya. Aku mulai meremas2 buah dadanya yang kanan. Edo meremas yang  satunya lagi. "unggh… mas jangan….."  "diem lu ah… bisanya cuman bilang jangan2 aja dari tadi" Edo  menghardiknya. Edo mulai menyosor ke lehernya, mendaratkan ciuman2 penuh  nafsu dan gigitan2 yang cenderung menyakiti. 
  Bosan hanya meremas sebelah buah dadanya, aku bangkit dan jongkok memegang kakinya.  "lu diem kek kenapa"  "gak mau mas…. saya masih gadis mas…." Hasna menunjukkan ekspresi muka  jijik saat edo menggerayangi buah dadanya dan melahap habis lehernya. "gw buka aja nih celana" aku meraih celana pendeknya dan dengan mudah mencabut celana itu.  Daerah kemaluannya ditutupi oleh celana dalam berwarna putih. Celana dalam murah yang bisa dibeli di pasar seharaga 5000an.  "gak sabar nih gw pengen merawanin" tangan kiriku memeluk kedua kakinya  dan tangan kananku menggesek bagian kewanitaannya dengan kasar.
  "ahhh… akhh… jangan…" wajah memelasnya dengan pipi dibasahi air mata membuat kami semakin bernafsu.
  Edo berpindah, menduduki perutnya dan meremas2 dengan kasar buah dadanya.
  "mas… akkh… jangan… sakit dada saya…" Hasna makin tampak memelas "siapa emang yang bilang gak sakit" Edo tersenyum melecehkan.
  "udah… buka bajunya" perintahku dengan tidak sabar "jangan, sayang lho… kita punya semaleman untuk ngerjain dia" entah ada rencana aneh apa lagi di kepala Edo.  "serius lo masih perawan" Tanya Edo "beneran mas…." damn. Muka lugu yang sedang menangis itu makin membangkitkan libidoku. "pernah ngisep ****** orang gak"  "gak mau saya mas…. udah mas… lepas…." Mohon Hasna. "belagu banget lo… bentar lagi gw jadiin perek tau rasa !" tangan kanan edo meraih leher Hasna.  "tunggingin do" Edo menuruti perintahku. Hasna tampaknya sudah tidak  memberi perlawanan yang berarti. Edo tanpa kesulitan memposisikan  badannya agar menungging. Walau kepalanya masih terkulai di kasur karena  tangannya yang terikat tidak dapat menopang tubuhnya. Air mata masih  mengalir deras dari matanya.
  Edo mengusap2 bokong Hasna sembari bertanya "lobang yang mana dulu nih  yang mau dimasukin ? memek, mulut ? atau mau pantat sekalian"  "gak semuanya mas….. AH!" Edo menampar pantatnya tanpa aba2 terlebih dahulu.  "sabar ya mbak, semuanya pasti kebagian" Senyum Edo menyeringai.  "jangan mas…. AHHH!!" Edo kembali menampar pantatnya. "ambilin gunting" Edo menunjuk gunting yang tergeletak di lantai, bekas Hasna memotong2 tali raffia untuk mengikat kardusnya. "bantuin gw dong" Aku dan Edo menarik tubuh Hasna dan memaksanya untuk  duduk. Walau ada sedikit2 gerakan berontak, tapi toh kekuatan tubuh  mungilnya tak ada bandingannya untuk kami. Edo menggunting pelan2  T-shirt yang dipakai Hasna. Dia memotongnya dengan rapih, sehingga kini  Hasna yang hanya memakai pakaian dalam dengan posisi terikat siap untuk  kami garap.
  "pegangin kepalanya dong, gw mau suruh dia isep ****** gw" aku bergerak  ke belakang hasna. Meraih dagu dan lehernya dari belakang. Edo berdiri  dan buru2 melepas celana dan celana dalamnya. Penis Edo mengacung tegak  di hadapan Hasna. Hasna tampak membuang pandangannya ke arah lain. "pertama mulut lo kita perawanin dulu" penis Edo menyentuh ujung hidung  Hasna. Hasna berusaha menghindar tetapi aku dengan sigap mengarahkan  kepalanya. Aku mencekiknya pelan dari belakang dan menarik dagunya ke  bawah agar mulutnya menganga.  "Kalo lu gigit awas ya… gw potong lu punya pentil" Hasna tampak terdiam  walau air matanya mengalir pelan. Penis Edo pelan2 masuk ke dalam  mulutnya.  "ah… anget" Edo pelan2 menggerakkan penisnya dalam mulut Hasna. Aku membantunya dengan menggerakkan kepala Hasna maju mundur.  "ukkh…mmmh… unnngg… ukkhhh" air liur Hasna menetes dari mulutnya.  Mukanya tampak mual. Pipinya memerah dan matanya tertutup rapat. Edo  tampak nyaman menggerakkan penisnya dalam mulut Hasna. 
  "UKKHH!!" Hasna tiba2 menyentak. Mungkin dia tidak tahan. "anjrit ! udah gw bilang jangan digigit !" Edo menarik penisnya.  Penisnya basah dengan liur Hasna. Hasna tampak helpless. Mukanya merah  dan air mata terus mengalir. Pandangannya agak kosong sekarang. Hasna  tidak menjawab. 
  "Sekali lagi !" Edo kembali memaksa memasukkan penisnya ke dalam mulut  Hasna. Hasna mengatupkan mulutnya rapat2 dan menggerakkan kepalanya  kesana kemari. Aku dengan sigap menangkap kepalanya dan kembali memaksa  membuka mulutnya. "Mas…. enggak… udah…." Hasna berusaha menghentikan  kami dengan memohon.  "iya ntar udahannya, kalo lo udah beres dibolak balik" jawabku melecehkannya. Begitu mulutnya terbuka, Edo langsung menghunjamkan penisnya dengan kasar ke mulut Hasna.
  "akkh… ukkhhh….uukkhhh…" Hasna kembali meracau. "kalo lu muntah gw gampar ya ?" Edo kembali mengancam Hasna.
  Edo terus dengan penuh nafsu menggerakkan penisnya, sesekali mendiamkan  penisnya di dalam mulut hasna dan mengocok pangkal batangnya. 
  "lama amat do… emang mau lu keluarin di dalem ? " tanyaku heran "iya dong…. Mau gw traktir peju nih cewek"  Aku tertawa mendengar jawaban Edo.
  "Gw mau keluar nih bentar lagi…" Edo makin semangat memaju mundurkan penisnya. "Hajar…." Ujarku member semangat.
  "Akkkhhh" Edo mengerang, tanda dia ejakulasi "ukkkkhhhh" Hasna kaget menerima cairan sperma yang hangat di dalam  mulutnya, sperma yang tidak tertampung di mulutnya menetes keluar. 
  "beres !" Edo mencabut penisnya. Cairan sperma menetes2 di ujung bibir  Hasna. "Telen" Perintah Edo pelan. Muka Hasna dengan ekspresi jijik  berusaha menelan cairan sperma itu. "uhk!... uhuk uhuk…." Hasna terbatuk ketika ia menelan sperma. Belum pernah seumur2 dia merasakan sperma.  "Eh jilatin tih ****** temen gw, bersihin dari sperma" perintahku. "ah!" Hasna kaget ketika aku menampar bokongnya. Hasna dengan enggan  menjulurkan lidahnya, menjilati sisa2 sperma di ujung penis Edo.  Ekspresi mukanya penuh kejijikan dan menahan muntah kurasa.  "gak sayang lo keluar sekarang ?" tanyaku. "gapapa, tar istirahat dulu sebelom ngerjain yang laen"  Hasna menghentikan jilatannya.  "udah mas…. saya gak kuat…. Gak usah diterusin mas…AH!" "woi belom juga diperawanin !" aku menampar bokongnya. Lantas aku meremas2 buah dadanya.
  "toket lo mau berontak keluar nih, gw bugilin ya" aku semakin bernafsu melihat perempuan yang tak berdaya ini.  "woi entar, bugilinnya tar aja… " Edo mencoba menahanku. "Ah gw udah ga tahan !" Aku mendorong Hasna agar jatuh telentang. Lantas  aku berdiri dan membuka celanaku. Setelah itu aku mengangkangi mukanya.  Aku sentuhkan dan kutekan2 penisku ke mukanya. "mas… saya jangan diperkosa gini mas…. udah mas…." Hasna terus merengek. "berisik ah" aku dengan kasar mengocok penisku sendiri dan mengarahkan kepalanya ke muka Hasna.  "buat lo cuci muka !" Hasna tampak tak berdaya. 
  "akh.." aku memuncratkan spermaku di muka Hasna. Muka Hasna kini dilumuri sperma.  "mas…. saya jangan diginiin mas…." Hasna mulai meneteskan air mata lagi.  Wajah lugunya penuh dengan spermaku. Dia menangis sesenggukan, lemas  terkulai dengan wajah dipenuhi sperma. 
  Aku bangkit dan duduk di sebelah Edo. "kita apain lagi nih ?" Tanya Edo "ntar… istirahat dulu" jawabku pelan. "tar kita DP yuk" ajak Edo. "DP apaan ?" tanyaku "Memek ama pantatnya dipake bareng" "gila lo!" aku pernah melihatnya di film porno, tapi tidak pernah membayangkan akan melakukannya. "cobain aja… gw juga belom pernah nyoba…" Edo kembali menyeringai. "sakit lo… diperkosa biasa aja kenapa emang"  "lumayan mumpung ada gratisan. Perek dimacem2in suka pada jual mahal "  Edo melihat kea rah langit2. Tampaknya dia merencanakan untuk melecehkan  Hasna lebih jauh.
  "eh disini ada jepit jemuran gak ?" Edo tiba2 bertanya. "buset buat apaan sih" aku makin heran dengan fantasi Edo. "lumayan buat jepit2 putting atau bibir memeknya" Edo menjawab "gila. Udah ah Do. Jangan aneh. Lu bikin gw ilfil ntar" aku mencoba menahan fantasi Edo agar tidak terlalu menggila. 
  "gw udah ngaceng lagi nih" Edo mengusap2 penisnya yang terlihat kembali mengeras. "cepet amat gila"  "soalnya kejadiannya lagi asik nih… jarang2" Edo senyum2 sendiri.
  "mas… udah mas…. saya mau diapain lagi… " Hasna merengek dengan air mata  yang mengering. Mukanya masih dibasahi sperma. Aku mengambil T-shirt  Hasna yang sudah robek2. Aku mengusap wajahnya yang basah oleh sperma  itu. 
  "temen gw mau merawanin lo kayaknya" jawabku pelan "jangan mas…. " Hasna menjawab dengan lemas.  "masih bisa berontak gak ? " Edo menghampiri Hasna dan memaksa kakinya untuk mengangkang. Dengan mudah Edo melakukannya. "nih mau memeknya gw pake" Edo meledek Hasna. Hasna mulai menangis sesenggukan pelan.  "ngapain nangis.. emang dikira gw bakal kasian" Edo menggesek2 daerah kewanitaannya. "udah….jangan mas… nanti saya hamil…" Hasna merengek "kalo elo hamil emang kenapa pula…." Edo membuka BH Hasna dengan kasar.  "akh…" Hasna mengerang kecil ketika putingnya dijilati oleh Edo. Bosan menjilatinya, Edo menggigitnya pelan2. "uhhh… akkh.. akkh…" Hasna mengerang diselangi tangisnya. "buset ni cewek ribut juga" ledek Edo. Aku memperhatikan Edo melecehkan  Hasna dan pelan2 penisku pun mulai mengeras. Tapi aku akan membiarkan  Edo beraksi terlebih dahulu. 
  "mau mukanya disiram sperma lagi atau langsung ditusuk memeknya ?" Tanya Edo dengan nada merendahkan. "jangan gituin saya lagi mas…. jangan…." Hasna berusaha terus menolak.  "gila nih cewek.. mukanya polos amat.. makin nafsu gw" aku bisa  mendengarkan nafas Edo memburu sambil meremas2 buah dadanya yang  proporsional dan sesekali menggigitnya. "hahahaha…" aku tertawa mendengarnya. 
  Edo mencengkram celana dalamnya dan melepasnya.  "wah jembut lo dirapihin ya… hahahaha" aku meledek Hasna Edo meraih daerah kewanitaannya dan mengusap2nya. "mana katanya ga pengen dientot kok basah gini ?"  Hasna hanya meringis sambil terus menangis. Edo mencolok2an jarinya dan mengusap2 klitoris Hasna. "aahh… akkh….aaahhhh…" Hasna mengerang "buset ni cewek ribut amat" 
  Cukup lama Edo melakukan hand-job pada Hasna. Hasna hanya bisa mengerang, meringis, bahkan sedikit2 badannya bergetar.  "woi katanya ga mau… ini makin basah ini" Edo semakin liar memainkan tangannya. "aakkkkhh…. Mas saya mau… ahh… saya mau kencing…. "  "uuppsss" Edo menghentikan kegiatannya. Dia tidak akan membiarkan Hasna merasakan orgasme sepertinya.
  "udah tusuk aja…" Aku tak sabar ingin merasakan vagina Hasna. Walau kurelakan keperawanannya pada Edo.  "hajar ya" Edo bangkit dan bersimpuh di hadapan vagina Hasna. Dia mulai  menggesek2an kepala penisnya di bibir vagina Hasna. Hasna kembali  menangis pelan. Badannya sudah tidak melawan, tetapi dia masih ingin  memohon agak kami tidak meneruskan perkosaan ini.  "AKH!" Hasna mengerang ketika penis Edo menghunjam vaginanya pelan2. "seret banget!" Edo tampak meringis  "Nggggghhh…. Nggghh…." Hasna meringis menahan kesakitan. Edo tampak  berkonsentrasi memasukkan penisnya. "ahh… enak nih perawan sempit  banget…" Edo mulai dengan pelan memaju mundurkan penisnya.  "Ahhhh…. Ahhh…… Lepas ! Ahhh !! " Hasna meracau tidak jelas saat penis  Edo beraksi didalam vaginanya. "Uhhh… AH ! Ah! Aggghhhh!!" Hasna terus  mendesah dengan keras. 
  "Buset berisik banget nih !" Edo mencabut penisnya. Penisnya tampak dilumuri oleh darah keperawanan Hasna.  "hhhh…. Hhhh…" nafas Hasna ngos2an. "alah… baru segitu aja !" Aku meledek Hasna. Sebenarnya aku agak  khawatir suara keras Hasna bisa menarik orang yang sedang lewat daerah  sekitar sini. Aku mendudukkan Hasna. Aku menggambil gumpalan T-Shirtnya  yang tadi dipakai untuk mengelap Sperma. Aku merobeknya sedikit, cukup  untuk menyumpal mulutnya. 
  "wah boleh juga, kayak di bokep2 jepang !" Edo menyeringai.  Aku menyumpal mulutnya dengan kain bekas itu dan mengikat kain itu ke belakang kepalanya. "nah beres !" Aku menjatuhkan badannya ke belakang. Edo kembali menghunjamkan penisnya ke dalam vagina Hasna. "mmmppphhh… mppphhhh" erangan Hasna terhalang oleh kain tersebut. "lumayan lah walaupun ribut"  "jangan keluarin di dalem lho" aku mengingatkan Edo. "santai…" Edo dengan semangat terus memompa penisnya di dalam vagina  Hasna. Tangannya mencengkram paha Hasna keras2. "mmmhh.. Mppphhh…."  "ugghh" Edo meringis. "woi cabut2!" aku mengingatkan. Edo langsung mencabut penisnya. "buset hamper… rapet banget memeknya soalnya" "wajar… perawan…" Aku mengambil posisi tiduran.  "angkatin dong" Edo membantuku, dia memposisikan Hasna agar menduduki  penisku. Aku pelan2 memasukkan penisku ke dalam vaginanya. "hhhmmppphhh  !!" Hasna mengerang ketika aku memasukkan penisku. Wah benar, sempit.  Tapi terimakasih untuk Edo yang telah memuluskan jalanku ke dalam vagina  Hasna.  "enak nih" Aku mendiamkan penisku dalam vagina Hasna untuk beberapa  lama. Aku lantas menjatuhkan badannya ke arahku dan mencengkram  pantatnya. Aku menggoyang2kan pantatnya dengan tanganku dan mulai dengan  susah payah melakukan gerakan memompa. Tapi tak sampai lima menit aku  menyerah. Karena posisi Hasna yang tangannya terikat menyulitkan dia  untuk bergerak.
  "susah juga nih, keluhku" Aku akan memposisikan Hasna seperti tadi "atau lepas aja ya iketannya, udah lemes ini"
  "udah lepas gih" Aku melepaskan ikatan tangannya dan Edo melepaskan kain  sumpal mulutnya. Tak di duga Hasna langsung melesat ke sudut ruangan  dan meringkuk sambil menangis disana.
  "wah… sedih dia.." ledekku. "iya, ayo kita hibur" kami berdua menghampiri Hasna. Edo meraih  tangannya dan memitingnya ke belakang. Menuntunnya dengan paksa kembali  ke kasur. Aku bersiap2 untuk tiduran kembali. Edo memerintahkan Hasna  untuk kembali duduk diatas penisku, posisi woman on top, dan agar dia  menggerakkan pantatnya agar aku tak perlu repot. Hasna dengan enggan  melakukan hal itu. Wajahnya melihat ke arah lain. Dia menggerakkan  pantatnya dengan lemas. Walaupun vaginanya rapat, tetapi tetap saja  sensasinya kurang. 
  "do, udah deh, hajar aja belakangnya" Aku member sinyal lampu hijau untuk double penetration. "asik…" Edo membasahi tangannya dengan ludah. Dia mulai mengolesi lubang pantat Hasna. 
  "mas… jangan yang itu… saya mau diapain lagi….." Hasna dengan lemas menolak dan tangannya berusaha menghalau tangan Edo.  "udah diem aja" aku mencengkram kedua tangan Hasna agar tidak bisa berbuat banyak.  "UKKHHH!!" Hasna meringis dan mukanya merah ketika penis Edo pelan2 memasuki lubang anusnya.  "lu semua yang merawanin lubang2nya do !" tapi sahutanku tidak dibalas. Edo konsentrasi untuk memasuki lubang anusnya.
  "AAAKKKHHH !!!! SAKIT !! SAKIT!!! LEPAS !!!! " Hasna berusaha berontak.  Mukanya makin merah dan dia meringis kesakitan. Aku bisa merasakan  goyangan penis Edo di dalam lubang anus Hasna. 
  "AAAUUUHH!!! UDAH!!! JANGAN !!! AH !!! TOLONG!!" Hasna meracau tak  jelas. Kami sudah tidak peduli lagi. Kamar sudah kami kunci rapat2.  Tetapi Edo mengambil inisiatif dengan membungkam. Mulutnya kembali.  Sejenak dia berhenti memompa, dan mengambil kain tadi untuk membungkam  Hasna.
  "MMMPHPHH!!! MPHH!!" teriakan tertahan hasna memenuhi kamar itu. Air matanya mengalir kembali.  "anjir enak banget…" Edo terus bergerak sambil menampar2 pantatnya.  Pantat Hasna sudah tampak merah. Aku mencengkram pinggangnya. Sambil  pelan2 memompakan penisku ke dalam vaginanya. tangannya meronta2,  memukul2 kasur dan kadang berusaha memukulku. Tapi tidak terasa.  Tenaganya sudah terkuras habis. 
  "ahh… bentar lagi…" Edo tampaknya akan ejakulasi di lubang pantat Hasna.  "hajar do" 
  Edo semakin semangat merusak lubang anus Hasna. Hasna makin meracau sejadi2nya.
  "ahhh……. Mmmm……. AAHHH……." Edo mengeluarkan spermanya di dalam anus  Hasna. Dia cepat2 mencabutnya. "pengen gw bersihin nih, pake mulut ni  cewe tapi…" katanya meringis. Aku mengerti. Aku mencabut penisku.  Bersama kami memaksa Hasna untuk menungging. Tak berapa lama aku  menggaulinya dari belakang. Edo melepas sumpal mulutnya dan memaksa  Hasna untuk memasukkan penisnya ke dalam mulutnya. Hasna tak ada pilihan  selain membuka mulutnya dengan tatapan kosong. "mmmhhh… ahhh….ahhh…" "kok beda ya suaranya… kayaknya keenakan ni cewe…" Edo meledek Hasna  yang tampaknya sudah pasrah. Dan entah dia menikmati atau pura2  menikmati. 
  "gak jadi gw keluarin di memeknya ah" Edo tampak kaget dengan pernyataanku "lah kenapa ?" tanyanya "jangan tar kalo hamil ga bisa dipake" "iya ya bener juga…." Aku lantas mencengkram pantatnya dan dengan  semangat memaju mundurkan penisku. Hasna semakin tenggelam mengulum  penis Edo. Pinggangnya sudah bergerak dengan sendirinya.
  "wah lama2 nurut juga nih cewek" ujarku. "Hajar terus….." Edo terus mengusap2 rambut Hasna sembari menikmati mulut Hasna. "
  "ahhh… gw mau keluar" Aku lantas mencabut penisku. Edo menyuruh Hasna  untuk duduk bersimpuh. Aku menyodorkan penisku dan memaksa Hasna membuka  mulutnya. Ah, akhirnya kurasakan hangat mulutnya menyentuh dinding2  batang penisku. "aaahhh…." Aku mengeluarkan spermaku di dalam mulut  Hasna. Sperma2 berlebih keluar dari sela2 mulutnya. 
  Hasna terkulai lemas diatas kasur. Aku dan Edo berpakaian kembali.
  "hasna, duit itu kamu ambil aja. Saya gak akan bilang bapak" Hasna terdiam. "tapi besok2 kalo saya pengen dilayanin kamu lagi harus mau" aku senyum2 sendiri.
  Kami berdua keluar dari kamar itu. Tak terasa setengah malam kami habiskan dengan memperkosa Hasna. 
 
  Satu bulan kemudian….
  Bekas2 kondom berserakan di lantai kamar Hasna. Dua buah dildo yang  ujungnya dilapisi lender kewanitaan tergolek juga di lantai tersebut.  Hasna sedang berlutut. Kedua tangannya sibuk memasturbasikan penisku dan  Edo. Tak berapa lama sperma kami keluar menyelimuti wajahnya. Hasna  mengambil handuk dan mengusap mukanya. Lalu meringkuk di atas kasur  dengan tatapan kosong.
  "bosen gak sih do gini2 terus" jujur saja kami jadi bingung harus bagaimanalagi mengeksploitasi Hasna. "iya. Diapain ya ni cewe… mau ngundang orang banyak2 biar dia kepayahan mau ga ?" jawab Edo "wah ide bagus…"
  TAMAT
 
 
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Berawal Sentuhan Telinga               Apr 22nd 2013, 15:32                                                Dari semua pengalaman gue selama ini, yang pertama-tama gue mau cerita  adalah pengalaman gue dengan seorang yang bernama Babe, sebutlah seperti  itu namanya. (gue pake nama samara karena ga mau ada orang yang bisa  menebak siapa gue sebetulnya)
  Sesungguhnya si Babe ini adalah adik gue sendiri. Kita satu ayah tapi  beda ibu. Dia bertumbuh dan besar di kampung selama ini. Dan pada suatu  saat (gue ga mau sebut tahunnya, takut ketebak ma orang), dia datang ke  kota dimana gue dan kakak perempuan gue tinggal (kakak perempuan gue itu  adalah saudara kandung gue dan dia sudah punya suami, sementara gue  tinggal dirumahnya). Babe waktu itu baru tamat smp dan mau melanjutkan sekolah ke jenjang smu  sementara gue masih kuliah tingkat skripsi tetapi sudah sambil bekerja.  Dan sejak gue perhatikan kedatangannya, dalam hati gue berpikir, ini  anak kampungan banget sih.
  Pokoknya masih polos-polos gitulah. Gue biasa-biasa aja pada permulaan  melihat dia, walaupun yang gue perhatiin dari dia adalah bahwa dia  mempunyai kulit yang cukup putih bersih dan tubuh yang padat walau  tinggi badannya sangat tidak ideal. Tapi tetap menarik untuk dilihat  pada umumnya.
  Dan berlalulah waktu tanpa terasa dirumah kakak gue ini dengan kehadiran  penghuni baru ini. Selayaknya seorang adik, dia memanggil gue dengan  sebutan kakak , tentunya. Si Babe ini tidurnya dengan keponakan gue yang  masih SD. Dan karena jadwal sekolahnya masuk siang jadi kalau pulang  kerja, gue menyempatkan diri untuk menjemput dia (karena tingkat skripsi  jadi hanya kadang-kadang aja ke kampus)dan pulang bareng-bareng ke  rumah.
  Oiya, ada beberapa waktu lamanya ketika ibu gue dari kampung juga sempat  tinggal di rumah kakak gue untuk menemani adik gue ini beradaptasi  dengan lingkungan yang baru dialaminya. Dan gue suka memperhatikan kalau  bangun pagi, adik gue ini tidak langsung melakukan aktivitas tetapi dia  menunggu dulu, ibu gue yang suka mengusap-usap telinganya sebagai  ritual pagi yang harus dilakukan dan baru setelah itu dia akan bangun  dan melakukan aktivitas dirumah.
  Dan disitulah awal daripada semua cerita ini. Ketika saatnya ibu pulang  ke kampung, kalau pagi-pagi gue bangun untuk siap-siap kerja, gue  perhatikan adik gue ini belum bangun. Paling gue hanya masuk ke kamarnya  dan lihat dia sudah buka mata tapi belum mau bangun (sementara  kebiasaan keponakan gue yang tidur bersamanya adalah, kalau bangun pagi  langsung pergi ke kamar ayah dan ibunya untuk dimanja-manja). Pertamanya  sih, gue biasanya hanya bilang ke dia seperti ini misalnya:"Ayo bangun  Babe, bantu-bantu sana di dapur…" Gue hanya ingetin dia supaya rajin  karena kita hanya menumpang tinggal saja. Tetapi entah kenapa, suatu pagi terlintas di benak, adik gue ini kasihan  juga karena dia sebetulnya membutuhkan kasih sayang dari orang tua,  setidaknya dari ibu yang biasanya mengelus-elus telinganya ketika dia  terbangun dipagi hari. Dan pada pagi itulah setelah gue selesai mandi  dan pergi ke kamarnya, gue rebahan disamping dia yang selalu posisi  tidurnya dengan gaya tidur samping dan langsung mengelus-elus telinganya  sambil mengatakan:"Kamu pasti kangen diginiin sama ibu ya…" si Babe  membalikkan badannya dan hanya tersenyum senang saja. Lalu selanjutnya,  beberapa hari ke depan, setiap pagi gue datang kekamarnya dan mengelus  telinganya tanpa punya perasaan apa-apa.
  Hingga pada suatu pagi, gue masuk ke kamarnya dan seperti biasanya  langsung mengelus-elus telinganya, ehhh, ketika dia membalikkan  badannya, tangan gue yang tadinya berada di telinga terturun karena  gerakan tubuhnya menjadi bersentuh dengan payudaranya. Entah kenapa, gue  mengalami perasaan yang berbeda saat itu. Lain banget perasaannya. Ada  sedikit mengalami ketegangan.
  Ketegangan pada jantung yang tiba-tiba berdetak lebih cepat. Ketegangan  pada nafas yang sedikit tertahan. Dan ketegangan pada penis gue yang  tiba-tiba menjadi keras. (sebetulnya ga aneh kalau penis pria mengeras  dipagi hari, karena itu memang sudah kodratnya, menurut ilmu kedokteran)
  Tapi yang gue rasa aneh adalah ketika gue sudah mulai menikmati semua  ketegangan ini. Dan entah setan darimana yang sudah menunggu kesempatan  ini untuk menjatuhkan iman gue, entah kenapa ketika adik gue telentang  seperti biasanya kalau sudah mulai dielus telinganya, seharusnya gue  memilih mengelus telinga yang terdekat dengan posisi gue disampingnya.  Tapi kali ini, gue bersikap diluar kebiasaan, yaitu dengan mencari  telinga yang justru disebelah kirinya.
  Sudah pasti dapat ditebak, dengan posisi kita berdua sama-sama tidur,  tentu saja ketika gue meraih telinga yang disebelah kiri, maka itu  berarti gue harus menjulurkan jangkauan lebih jauh dan itu artinya bahwa  lengan gue akan menindih payudaranya yang terliwati oleh tangan gue.
  Dan jujur, itulah sebetulnya yang gue sudah rencanakan dengan tiba-tiba  pada pagi itu. Sementara gue mengelus telinganya, pada saat itu juga,  lengan gue tergesek-gesek oleh payudaranya yang menyembul.
  Mungkin bisa dikatakan tidak terlalu montok, tetapi lumayanlah untuk  merasakan bahwa itu adalah payudara perempuan yang sedang ranum-ranumnya  berkembang. Tapi gilanya, itu adalah payudara adik gue sendiri! Adik  tiri, tepatnya! Kejadian pagi itu, menjadi berulang pada hari-hari selanjutnya.  Kadang-kadang adik gue terlentang kalau dielus telinganya tapi sering  juga dia hanya dalam posisi miring tidurnya, sehingga kalau demikian  yang terjadi maka gue tidak bisa merasakan sentuhan dengan payudaranya.
  Tetapi ada kebiasaan baru yang gue dapatkan kalau seandainya adik gue  tidur pada posisi miring: maka karena tidak terlihat oleh dia, gue  sambil tengkurap tidurnya, tangan memegang telinganya, tetapi badan gue  gesek-gesekan ke kasur sambil membayangkan sedang bersenggama dengan  wanita.
  Jujur, kalau sudah melakukan gesekan seperti itu, biasanya gue tidak  akan berhenti menggesekan penis gue itu hingga akhirnya benar-benar  orgasme.
  Mungkin sensasi yang gue dapatkan karena gue menyentuh telinga seorang wanita, meskipun itu adalah adik gue sendiri. Kejadian sejak saat itu akhirnya menjadi kenikmatan baru gue. Dan itu  bertambah aneh rasanya, kalau gue sedang membonceng adik gue dimotor  ketika jemput dia pulang ke rumah.
  Dalam perjalanan, pasti ada saja situasi yang membuat payudaranya  tersentuh dengan punggung gue, rasanya, badan gue langsung jadi tegang  dan pikiran mendadak menjadi kotor, membayangkan hal yang tidak-tidak  bersama adik gue ini. (dia kalau dibonceng tidak pernah pegangan  dibagian tubuh gue)
  Tetapi semua itu hanyalah pikiran didalam hati yang masih jauh untuk  dilaksanakan dalam kenyataan. Hingga pada suatu saat, gue lupa kapan  tepatnya adik gue ini curhat, bahwa dia lagi dekat dengan seorang pria  teman sekolahnya.
  Entah kenapa, waktu mendengar cerita itu, gue pura-pura seneng tapi  dalam hati seperti ada kata penolakan. Menolak kalau menerima kenyataan,  adik gue akan berpacaran dengan seorang pria. Dan kenyataan  selanjutnya, gue mencari tahu siapa cowo yang sedang dekat sama dia.
  Waktu gue jemput dia pulang suatu saat (oiya, gue ga selamanya bisa  jemput dia karena terkadang pulang dari kerja langsung ke kampus) gue  tanya apakah ada cowo yang naksir dia, diantara murid-murid sekolah yang  sedang kumpul didekatnya. Dan dia menunjukkan seorang cowo: tinggi,  putih dan cakep (bukan ganteng loh) Lalu langsung timbul perasaan aneh  lagi.
  Sepertinya, perasaan ini adalah perasaan cemburu. Gue yakin banget. Itu  adalah perasaan cemburu. Kalau itu memang perasaan cemburu, apakah ini  berarti tanpa gue sadari, gue sudah mencintai adik gue sendiri? Atau  sedikitnya, menyukai dia? Ada perasaan gue tidak mau kehilangan dia.  Lalu apa yang harus gue lakukan? Seperti biasanya pada pagi selanjutnya, ritual memegang telinga  dilakukan kembali. Tetapi pagi itu, tekad gue sudah bulat. Kali ini akan  berbeda dari pagi-pagi sebelumnya. Ketika gue rebahan disampingnya,  seperti biasanya dia tidur gaya menyamping.
  Dia tidak terlentang ketika gue mengelus telinganya, sehingga rencana  yang sudah disusun sebelumnya berganti. Hanya sebentar gue mengelus  telinganya, dan sebagai gantinya, jari tangan gue sekarang menekan-nekan  bagian pundaknya, sambil seakan-akan sedang memijit dengan lembut.
  Nafas gue langsung memburu dengan tindakan gue ini. Jantung serasa mau  copot karena ini tindakan yang tidak biasa dilakukan pada adik gue ini.  Pertama, dia hanya diam saja, tetapi lama-kelamaan dia sudah mulai  menggelinjang dengan pijitan gue ini.
  Gilanya, gue juga mendekatkan mulut gue ketelinganya dan bilang:"Enak ya  'de…" dan dia hanya menjawab singkat:"Heeh…" Sebelum ponakan gue masuk  kamar dan melihat kejadian yang diluar kebiasaan ini, gue langsung  hentikan pijitan kecil ini dengan harapan besok akan dilanjutkan. Dan itulah yang terjadi kemudian, besok paginya, gue kembali datang ke  kamarnya dan hanya sebentar untuk mengelus telinganya dan langsung  memijit tubuhnya lagi dari samping.
  Tetapi kali ini, gue sudah lebih berani lagi untuk memijit langsung  dengan memasukkan tangan gue kedalam kaosnya. Tentu saja dia menjadi  kaget, karena tentunya berbeda kalau dipijit ada kaos yang menjadi  penghalang dan dipijit tangan langsung ketemu dengan kulit.
  Tapi dengan sigap gue bisikkan, "Biar ga seret tangan gue memijitnya…",  Alasan yang masuk akal!!! Dan bertambah berdegup jantung ini waktu mijit  dan kena bagian bra. Seakan-akan pengen langsung buka aja bra-nya biar  sensasinya semakin gila.
  Jujur gue harus bilang, adik gue ini permukaan kulitnya, sangatlah  mulus. Dan karena dia membelakangi gue dia tidak tahu sambil memijitnya,  gue tengkurap dan menggesek-gesekkan penis gue ke kasur, hingga  akhirnya gue orgasme seperti biasanya. Kalau sudah seperti itu, gue akan  dengan cepat-cepat keluar kamar. Nafsu seakan langsung reda kalau sudah  tertumpah sperma ini. Hingga pada suatu pagi, petualangan gue semakin bertambah derajatnya.  Karena sudah terbiasa dengan memijit bagian punggung, gue sekarang sudah  mulai pelan-pelan menyusuri bagian depan tubuhnya. Dengan posisi dia  tidur tengkurap, itu pasti susah dijangkau.
  Tetapi dengan posisi tidur miring, maka segalanya menjadi mudah. Dan  yang terjadi adalah, pelan-pelan gue memijit dia seperti biasanya, naik  turun pundak-punggung-pinggang. Dan setelah cukup dirasa waktunya, gue  mulai memijit bagian pinggang samping dan mulai naik ke ketiaknya.
  Pertama-tama dia merasa kegelian, tetapi lama-kelamaan dia terbiasa juga  dengan sentuhan gue ini. Dan ketika dia sudah terbiasa, tangan gue  mulai merambah kebagian yang lainnya. Sudah mulai berani lagi maju  kebagian depannya, yaitu kebagian perut.
  Berputar-putar memijit bagian perutnya (lebih tepatnya sih, seperti  hanya mengelus saja) dan mulai berani naik kebagian yang lebih atas  lagi, dan sudah bisa ditebak, tangan gue akan bertemu dengan payudaranya  disana.
  Bayangkan, kalau sebelumnya, gue pernah merasakan bersentuhan dengan  payudaranya, itu hanya sebatas sentuhan lengan saja dan dipisahkan  dengan baju atau kaus yang melekat ditubuhnya, tetapi sekarang, jemari  tangan seorang kakak akan dengan sengaja memulai petualangannya untuk  menyentuh bagian payudara dari adiknya sendiri. Tepatnya, adik tirinya! Kebiasaan gue yang paling baik adalah, selalu sabar. Jangan  terburu-buru. Gue akan melihat dulu bagaimana reaksi dari adik gue ini  ketika tangan gue perlahan sudah mulai naik kebagian atas tubuhnya,  yaitu kebagian payudaranya. Rasanya tidak masuk akal kalau dia tidak  merasakan pergerakan tangan gue yang sudah mulai kelihatan aneh.
  Tetapi tidak masuk akal juga, kalau seorang wanita sudah membiarkan  tangan laki-laki lain menjamahnya sudah semakin jauh, meskipun itu  adalah kakaknya sendiri, lalu kemudian tiba-tiba menolaknya dengan  drastis. Dan yang terjadi kemudian adalah, penolakan terjadi juga  terhadap tangan ini dengan dikibaskannya dengan pelan tangan gue oleh  adik gue dan kemudian dia mengambil posisi tengkurap, yang artinya,  cukup sampai disini usahamu kakakku. Yang bisa gue lakukan hanya  mengeluarkan tangan gue dari dalam kaosnya, dan kemudian kembali memijit  punggungnya dari luar sebentar saja dan selanjutnya keluar dari kamar.
  Oiya, gue terkadang merasa bersyukur juga karena selama ini, kakak gue  dan suaminya, apalagi keponakan gue yang masih kecil itu, tidak menaruh  curiga dengan kegiatan gue tiap pagi di kamar dimana adik gue tidur,  karena pasti mereka berpikir, gue adalah kakak yang baik, yang tidak  mungkin berpikiran macam-macam. Tapi yang gue ingat pada pagi selanjutnya adalah, usaha untuk bisa  melangkah lebih jauh tetap dengan gigih gue lakukan. Singkat cerita,  jemari tangan gue dari posisi perut, sudah menunjukkan tanda-tanda akan  segera naik kebagian atas. Dan anehnya, adik gue seperti tidak lagi  perduli, entah dia menikmati juga pergerakan jemari gue yang mengusap  tubuhnya dengan lembut, atau entah dia juga merasa tidak enak kalau  melawan kehendak kakaknya yang sudah kebawa nafsu kotor ini.
  Hingga akhirnya, jemari tangan gue sudah mulai tiba dibagian  payudaranya, tetapi tentu saja payudaranya tertutup dengan bra yang  dikenakannya.
  Bagi gue itu tidak penting! Yang penting adalah, adik sudah mengetahui  apa rencana gue terhadap dirinya dan menangkap sinyal yang telah gue  berikan selama ini kenapa tiap pagi gue menjadi rajin masuk kedalam  kamarnya, dan kalau dia sudah tidak menampik tangan gue, itu berarti dia  sudah setuju untuk gue gerayangin seluruh tubuhnya tanpa syarat apapun  juga.
  Itulah yang terjadi, gue tidak berhenti menelan air liur gue ketika gue  sudah mulai menjelajahi payudara sebelah kanannya. Meskipun tertutup  bra, tetapi sensasinya sampai bikin gue pusing ketika gue meremasnya.
  Gue tidak bisa melihat bagaimana reaksi wajah adik gue ketika gue  menekan dengan lembut payudaranya karena dia berposisi tidur menyamping.  Tapi gue bisa memastikan, tubuh gue seakan melayang dengan tindakan gue  yang tidak senonoh ini. Apalagi ketika gue kemudian berpindah lagi  untuk menekan payudaranya yang lain.
  Dari sentuhan lembut, pelan-pelan mulai agak meremas dengan keras dan  itulah kali pertamanya gue mendengar suara adik gue yang mulai  mendesah-desah. Sepertinya, gayung bersambut dengan positif dan ini  menambah semangat gue untuk melakukan aksi nikmat selanjutnya.  Logikanya, kalau dia tidak menikmati, atau hanya sekedar terpaksa, tidak  mungkin dia akan mendesah.
  Karena mendesah bagi gue artinya adalah, dia menikmati semua sentuhan  ini. Tidak puas hanya membelai dan meremas dengan bra menjadi  pemisahnya, maka jemari tangan gue sudah mulai menyelusup masuk kedalam  payudara yang sebelumnya tersembunyi itu.
  Ketika itu terjadi, wowww…rasanya, jantung gue sudah mau copot saja.  (ini bukan kali pertama gue menyentuh payudara wanita, tetapi kalau itu  adalah payudara adik sendiri, disinilah sensasi yang tak terkatakan  dapat dirasakan) Pertamanya, dia agak menggelinjang ketika jemari gue  menyentuh putingnya. Entah karena kaget atau mungkin karena kenikmatan.
  Tapi yang pasti gue tidak akan membuang waktu lagi untuk segera  menggesek-gesekan penis gue kekasur sambil terus mulai meremas-remas  payudaranya.
  Semakin cepat gue menggesek penis dikasur, semakin kuat gue meremas  payudaranya. Dan ketika tiba waktunya untuk orgasme, gue benar-benar  menikmati semuanya itu dengan puas tetapi dengan masih sejuta penasaran  yang lain yang seakan muncul: apakah hanya sejauh ini? Apakah gue cukup  puas dengan masturbasi sendiri sambil menyentuh bagian tubuh dari adik  sendiri? Anehnya, ketika gue punya kesempatan menjemput dia pulang dari sekolah,  sepanjang perjalanan pulang di motor, kita berdua seakan-akan pura-pura  tidak tahu apa yang terjadi setiap paginya dengan hubungan kita berdua.
  Justru yang dibicarakan oleh adikku itu adalah tentang cowo yang sedang  terus mengejarnya. Dan setiap mendengar cerita itu, tiba-tiba saja  muncul perasaan aneh didalam perasaan gue ini, yaitu perasaan nafsu  birahi untuk bisa melakukan sesuatu yang lebih lagi terhadap adik gue  ini.
  Dan itu memang terjadi pada suatu pagi selanjutnya. Kalau yang  sudah-sudah, gue membiarkan dia dalam posisi tidur samping dan gue akan  menggerayangi tubuhnya dengan puas tanpa kita berdua harus bertatapan  muka (gue pikir-pikir, itu pasti cara teraman yang dilakukan adik gue  supaya kita berdua tidak menjadi malu kalau sampai bertatapan muka  ketika terjadinya perbuatan ini) tapi pagi itu, gue langsung menariknya  dengan pelan agak tidur dengan posisi terlentang.
  Selanjutnya tanpa takut ataupun malu, gue langsung menindihnya dengan  tubuh gue diatas tubuhnya dan langsung gue beraksi. Suasana pagi yang  masih gelap tanpa adanya lampu sangat menunjang aksi seperti ini karena  sesungguhnya, kita berdua tidak dengan jelas bisa saling memandang.
  Gue langsung mencium bagian lehernya dengan lembut sembari tangan gue  langsung masuk kebagian tubuhnya. Sebenarnya rencana gue hanya  sederhana, seperti yang sudah-sudah, gue harus orgasme karena  menggesek-gesekan penis gue ini. Tapi kalau sebelumnya gue menggesekkan  penis ini di kasur tapi kali ini gue harus gesekkan diatas bagian tubuh  adik gue ini. Dan gue mencari posisi yang pas hanya untuk urusan penis  yang diarahkan kebagian selangkangannya. Gue tidak butuh tangan masuk  kedalam payudaranya tetapi cukup hanya meremas dari luar, tetapi yang  penting, penis gue yang sudah menegang itu digesek-gesekan kebagian  selangkangannya saja. I
  tu sudah menambah sensasi nikmatnya seks gue ke jenjang yang lebih  tinggi lagi. Selama perbuatan ini berlangsung, samar-samar gue melihat  tampang adik gue seperti menutup matanya dengan terpaksa (mungkin untuk  menghindari tatapan langsung dengan gue) tetapi dia tidak dapat menutupi  mulutnya yang perlahan mendesah-desah menikmati gesekan penis gue  diatas vaginanya yang tertutup oleh short yang dikenakannya.
  Gue sangat puas dengan kejadian saat itu, karena sebetulnya secara  terbuka, adik gue sudah memberikan tanda, bahwa dia tidak keberatan  dengan aksi gue selama ini dan bahkan mungkin menikmatinya dengan  sangat.
  Dan itulah memang perangkap setan: kita tidak pernah puas dengan apa  yang sudah didapatkan tetapi malah penasaran untuk mencoba ke jenjang  yang lebih tinggi. Dan kesempatan untuk merasakan sesuatu yang lebih nikmat lagi datang  pada gue dan adik. Itu bermula ketika kakak ipar gue harus tugas luar  kota. Seperti biasanya, keponakan gue akan pindah tidur bersama ibunya  dan itu berarti bahwa adik gue akan tidur sendiri.
  Sepanjang hari gue sudah merencanakan untuk melakukan aksi yang lebih  hebat lagi. Walaupun jujur, gue tidak berharap banyak kalau rencana dan  aksi ini akan berlangsung mulus. Ketika malam tiba, jantung gue berdetak  dengan cepat karena menanti kapan saatnya seluruh penghuni akan  tertidur dengan lelap, khususnya kakak dan keponakan.
  Sedikit-sedikit mata melihat kearah jarum jam sambil berpikir kapan  waktu yang tepat. Mungkin karena saking tegangnya, malam itu entah  kenapa, gue jatuh tertidur dengan lelapnya. Ketika bangun pagi, di otak  langsung muncul harus kekamar adik.
  Tetapi ketika gue membuka gagang pintunya, ternyata terkunci dari dalam.  Dan baru mengertilah gue selama ini, kalau pintu biasanya tidak  terkunci, itu karena keponakan gue sudah bangun dan pindah kekamar orang  tuanya. Sementara kali ini terkunci karena adik gue masih tidur.
  Tapi gue membaca kejadian ini sebagai petunjuk bahwa, bisa saja adik gue  tidak mau memberikan kesempatan untuk gue agar bisa masuk kekamarnya  dan itu artinya suatu tanda yang buruk bagi gue secara pribadi.
  Gue bertanya, apa iya adik gue memang tidak menginginkan kehadiran gue  dikamarnya? Apa iya selama ini dia terpaksa menerima aksi bejat gue?  Atau mungkin dia sudah sadar bahwa semua ini adalah tidak etis dan dosa? Sempat kacau perasaan ini sepanjang hari itu sambil menebak-nebak apa yang sebetulnya sedang terjadi.
  Terlebih pada pagi itu sampai gue berangkat ke kantor, gue tidak melihat  adik keluar dari kamarnya. Sehingga pada malamnya, ketika pulang kantor  dan juga tidak melihat adik di ruang tamu, ruang makan ataupun ruang  TV, gue berpikir, lenyap sudah rencana-rencana jahat yang ada di otak  yang akan dilakukan terhadap adik gue itu.
  Sehingga akhirnya, malam itu gue pergi tidur agak cepat dari biasanya.  Tapi disitulah letak misterinya dosa: antara sadar dan tidak sadar, gue  mendengar ada suara yang membangunkan gue dari tidur ditengah malam.
  Ketika gue membuka mata, adik gue sudah didepan gue sambil memohon:"Ka,  temenin aku tidur donk…hujan keras dan petir, bikin aku ketakutan…" dan  memang benar, diluar terdengar hujan keras, tapi tidak terdengar  petirnya. Entah kenapa, yang ada dipikiran gue saat itu adalah, apakah  kakak gue harus mengetahui gue tidur menemani adik tiri kita malam itu.
  Mungkin karena memang ada apa-apanya, gue takut kalau kakak gue tahu  kejadian ini. Tentu saja gue dengan senang hati akan menemani dia tidur  tapi kakak gue tidak boleh mengetahuinya.
  Jadi yang gue lakukan adalah, suruh dia pergi kekamarnya duluan dan  berjanji akan menyusul. Gue takut kalau nanti terdengar berisik kalau  kita berdua berjalan bersama-sama.
  Mungkin sekitar setengah jam baru kemudian gue menyusul kekamarnya, dan  tentu saja kali ini kamar tersebut tidak terkunci. Gue melihat dalam  kegelapan adik gue tidak bereaksi dengan kedatangan gue ini, mungkin dia  sudah kembali tertidur pulas atau mungkin, justru pura-pura tidur. Gue langsung mengambil posisi berbaring disebelahnya dan tentu saja  kembali jantung berdegup dengan keras (saat ini saja ketika sedang  kembali menuliskan pengalaman ini, jantung gue berdebar-debar, karena  seakan-akan kejadian itu masih ada didepan mata) ketika rebah tidur  disampingnya.
  Gue sempat memejamkan mata tetapi itu hanya terjadi sebentar saja.  Debaran jantung membuat gue tidak bisa menutup mata lama-lama. Dipikiran  saat itu adalah, gilaaaaa….sekarang tidur disamping gue adalah wanita  yang sudah menjadi korban pelampiasan seks yang tidak direncanakan dan  selama ini gue sudah sangat bersyukur menikmati hanya dengan tangan gue  yang meraba-raba bagian tubuhnya.
  Disamping gue tidur wanita yang tadi malam gue punya rencana untuk  mengajaknya berpetualang seks lebih jauh lagi tapi sepertinya waktu  tidak berpihak padaku. Disamping gue telah berbaring, adik tiri gue  sendiri. Perlahan gue mulai berganti posisi tidur dengan gaya menyamping  sementara hujan masih terdengar dengan kerasnya, tetapi tetap belum  terdengar suara petir seperti yang dikatakan adikku ini.
  Gue melihat adikku ini hanya bahunya saja karena memang inilah gaya  tidurnya. Masih jelas diingatan gue, adik gue ini suka tidur dengan kaos  dan short. Itulah yang membuatnya tidak menggairahkan dan seksi karena  tidak ada sesuatu yang tersingkap. Kalau saja dia memakai daster, pasti  akan seksi banget melihatnya dia tidur. Tapi semua itu tidak membuat pikiran kotor dari kemarin, luruh dengan  sendirinya. Bisa satu ranjang dengan seorang wanita, siapapun itu  orangnya, adalah anugrah dan menimbulkan sensasi.
  Tapi cukup waktu lama untuk mengambil keputusan agar merapat mendekat  kepada tubuhnya. Karena hal ini tetap harus diperhitungkan. Kalau pagi  hari menyentuhnya itu karena ada alasan ritual memegang telinga pada  awalnya tetapi pada malam ini, apa alasannya untuk menyentuhnya? Tetapi  otak ini berlogika, tidak mungkin dia tidak tahu apa resikonya mengajak  kakak tirinya ini tidur satu ranjang sepanjang malam ini kalau dia tidak  mempertimbangkan apa yang sudah terjadi pada hari-hari sebelumnya.
  Seharusnya, dia pasti sudah mengambil resiko dengan apa yang akan dibuat  oleh kakaknya pada malam ini. Mungkin dia berpikir, lebih takut kepada  setan ditengah malam ini daripada takut kepada kakak tirinya yang sudah  jelas-jelas memiliki nafsu birahi kepada adiknya sendiri. Dimulailah per jalanan yang menegangkan malam itu. Pertama, gue hanya  menyentuh pinggangnya dengan tangan tanpa melakukan gerakan apa-apa. Ini  hanya mau menguji, apakah dia mau menolak atau hanya berdiam saja.  Sumpah, jantung gue memompa dengan keras karena harus mengalirkan darah  dengan cepat ke penis yang mulai ereksi dan otak yang mulai tegang.
  Untuk sekian lama dia hanya berdiam diri saja. Apakah memang benar-benar  sudah tertidur, atau pura-pura tidak perduli dengan tangan yang ada  dipinggangnya? Ini membuat gue semakin tegang karena sudah akan menambah  sentuhan ke jenjang yang lebih tinggi. Kali ini tangan gue mulai  memegang lengan tangannya dan merapatkan tubuh semakin dekat.
  Kemudian mulai memberikan kecupan ringan dibagian punggungnya yang  terilindung oleh kaos yang digunakannya. Tidak ada reaksi untuk sekian  saat. Dan itu semakin membuat gue berani untuk melakukan hal lainnya.
  Jemari tangan sekarang mulai turun kebawah dan mengelus paha sampingnya  sambil mulai meremas pantatnya, sesuatu yang belum pernah gue lakukan  sebelumnya. Terus kecupan-kecupan singkat dilayangkan dibagian  punggungnya sambil tangan terus menggerayangi bagian pahanya. Sesudah  dirasa cukup waktunya, akhirnya gue menarik pelan tubuhnya yang  menyamping itu agar menjadi posisi terlentang.
  Gue menghindari untuk melihat wajahnya secara langsung meskipun kamar  dalam keadaan gelap jadi yang gue lakukan adalah langsung membenamkan  kepala kebagian bawah tubuhnya, tepatnya dibagian paha kebawah, sembari  terus memberikan kecupan-kecupan kering (maksudnya tidak pake lidah  ciumnya) sudah pasti dia kegelian karenanya tapi gue masih tidak pasti  apakah dia kegelian dalam tidurnya atau memang sudah terjaga dari tadi.
  Itu tidak penting untuk mengetahuinya, yang penting adalah sejauh ini  adik gue tidak mengadakan penolakan terhadap aksi gue itu. Dan  selanjutnya gue sudah mulai berani merangsek kebagian atas. Gue tetap  menciumi seluruh bagian tubuhnya yang tertutup short dan kaos.
  Tapi ciuman itu tidak mengurangi sensasi yang gue rasakan dan tentunya  yang dirasakan olehnya. Apalagi ketika gue sudah tiba dibagian  payudaranya, gue menggigit dengan pelan, meski tertutup kaos dan bra,  tapi dia bisa merasakan sentuhan kecil ini karena sementara tangan gue  juga menelusuri bagian selangkangannya dengan jemari gue ini.
  Ada suatu saat ketika gue menekan shortnya dibagian yang gue rasa itu  adalah posisi vaginanya berada, dan yang terjadi adalah, desahan pelan  yang membuat gue semakin berani. Tapi tetap gue belum bertatapan  langsung dengan matanya karena gue sibuk membenamkan kepala gue diantara  dua payudaranya. Gue tetap takut untuk melihat dia secara langsung.
  Badan gue ini saja masih belum berani untuk menindihnya seperti  pagi-pagi sebelumnya. Gue bener-bener mau semua berlangsung dengan  lembut dan menggairahkan dirinya untuk menikmati sentuhan selanjutnya.
  Dan setelah berlangsung cukup lama foreplay tersebut, gue mulai  menaikkan kepala gue untuk langsung pergi kearah lehernya. Tetap gue  hanya melihat secara sejenak bagaimana adik gue memeramkan matanya dan  gue menikmati hal tersebut, karena kita berdua seakan-akan secara tidak  langsung mengatakan: ini bukan hubungan adik dan kakak.
  Ini bukan hubungan terlarang. Ini hubungan yang saling memberi  kenikmatan satu kepada yang lainnya. Dimulailah penjelajahan terhadap  lehernya. Dia menggelinjang setiap gue mengecup dia dengan kecupan basah  (ini baru pake lidah gue) dan sementara tangan gue tetap menjelajah  bagian tubuh lainnya, karena sekarang sudah naik ke payudaranya (gue  menghindari menekan terlalu lama bagian vaginanya karena takut nanti dia  sudah kehilangan sensivitasnya).
  Tentu saja tangan gue tidak mau berlama-lama dipisahkan dengan kaos dan  bra, sehingga jemari langsung menyelusup masuk ke bagian dalam kaosnya  (dan gue menghindari tergesa-gesa untuk membuka kaosnya, sampai merasa  yakin banget dia sudah terlena dengan sentuhan gue) jemari gue langsung  mengangkat keatas bra dan langsung meremas payudaranya dengan lembut  sementara bibir sudah mulai naik kebagian bibir adik gue.
  Sebelumnya gue tidak pernah mencium adik gue ini tetapi kali ini, ketika  nafsu setan semakin membahana, tidak sempurna kalau gue tidak mulai  melumat bibir dan lidah yang ada didalamnya.
  Tentu saja gue memulai dengan mencium pipinya, terkadang tiba-tiba turun  ke leher, ke dagunya dan kemudian ke bagian bawah telinganya lalu baru  ke bibirnya. Dan adik gue tetap dalam keadaaan tertutup mata sembari  sesekali mendengar desahannya yang membuat gue semakin birahi. Tiba  untuk sekarang mengeksplorasi bagian bibirnya: dengan tangan gue pegang  pipinya dan mulai mencium bibirnya, merangsek masuk lidah gue untuk  menyentuh bibirnya tetapi entah kenapa dia tidak membiarkan bibirnya  terbuka.
  Tidak kehilangan akal, tangan gue berpindah kearah bagian short bawahnya  dan menekan bagian vaginanya dengan lembut. Ketika dia mengerang dengan  sentuhan tersebut, baru kemudian gue melihat ada celah bibirnya yang  terbuka dan langsung gue masukkan lidah gue kedalamnya. Sungguh, adik  gue ini belum pengalaman untuk berciuman.
  Bayangkan dia hanya membuka bibirnya tetapi giginya tetap tertutup  dengan rapat sehingga gue tidak bisa untuk menjangkau lidahnya. Ini  membuat gue semakin gemas dan penasaran, sehiingga akhirnya kalau tadi  gue dalam keadaan disamping tubuhnya sekarang gue meletakkan tubuh gue  keatas tubuhnya dan mencari posisi yang pas untuk meletakkan posisi  penis gue yang mengeras itu agar bisa diletakkan diatas vaginanya.
  Gue gerakkan pahanya agar sedikit terbuka sehingga selangkangannya  terbuka agak lebar dan pada saat itulah posisi penis gue taruh tepat  diatas vaginanya. Mungkin tidak tepat sekali, tapi itu cukup untuk  membuat adik gue semakin bergairah dengan sentuhan gesekkan penis gue  disekitar vaginanya.
  Dan itulah kesempatan ketika gue membisikkan kata:"Buka mulut kamu 'de…"  antara sadar dan tidak dia melakukannya, maka lengkaplah sudah lidah  gue mengulum lidahnya dengan leluasa.
  Kadang menggigit bibirnya dengan lembut, kadang menari-narikan lidah itu  kebagian dalam mulutnya, mengulum lidahnya, dan juga sembari penis  dibawah tetap digesek-gesekan dengan irama tertentu yang membuat bukan  hanya dia mengerang tetapi gue juga dibuatnya mabuk kepayang. Tetapi  permainan belum lagi dimulai, ini semua baru pemanasan. Karena ketika  gue melihat adik gue mulai terbang dengan serangan atas dan bawah, mulai  gue menarik kaosnya pelan-pelan keatas untuk membukanya.
  Tidak sulit untuk melakukan semua itu kalau wanita sudah hampir setengah  sadar dibuat seperti ini. Malahan dengan jelas tangannya turut membantu  untuk membuka kaosnya. Itulah yang membuat gue bertambah berani.  Pokoknya, yang terjadi, terjadilah. Ditengah malam yang gelap dengan  suasana hujan yang turun, kegairahan gue semakin menjadi-jadi.
  Gelapnya malam tidak dapat menyembunyikan putihnya tubuh dari adik gue  ini, meski bra masih melekat diatas payudaranya. Gue mulai menciumi  sekujur tubuhnya meski bra menjadi penghalang gue untuk menjilat  putingnya.
  Desahan dan desahan terdengar tidak putusnya dan saat itulah yang tepat  untuk melucuti branya yang terkancing di bagian punggungnya dan  mencampakkannya dibawah ranjang. Ohhh… ketika bagian tubuh atas telah  dilucuti, hanya tinggal menunggu waktu untuk bisa melepaskan semua  penutup tubuhnya. Dan langkah pertama adalah melucuti kaos gue sendiri  dengan cepat dan segera merapatkan tubuh gue ke atas tubuhnya.
  Biar dia merasakan sensasi kulit kita yang bertemu satu dengan yang  lainnya. Sementara gue dengan perlahan tanpa disadarinya sudah juga  membuka bagian celana gue beserta cd-nya sekaligus. Dalam keadaan  telanjang bugil, nafsu untuk menggauli adik sendiri semakin  menjadi-jadi.
  Bayangkan, hanya dengan menjilat putingnya, lalu tiba-tiba naik ke  bibirnya, sementara tangan langsung meremas-remas payudaranya, desahan  kecilnya, lama kelamaan menjadi keras dan mirip seperti sebuah erangan  merintih.
  Kencan dengan tidak menggunakan suara memang tidak mengenakkan tapi gue  memang sudah memasang taktik untuk tidak menggunakan suara supaya dia  tidak mendengar suara kakaknya dan membangunkan dia dari  ketidaksadarannya itu bahwa dia sedang digarap oleh kakaknya sendiri.  Yang gue lakukan hanya membalas erangannya dengan erangan gue sendiri  supaya dia juga terangsang mendengar suara gue yang merintih-rintih  kenikmatan. Tiba saatnya ketika gue harus mengerahkan daya upaya agar bisa melucuti  short dan cd yang dikenakan oleh adik gue ini. Ini bukan pekerjaan sulit  (gue sudah sering melakukannya pada wanita-wanita lain sebelumnya) gue  hanya cukup dengan sabar membuat dia menggelinjang kenikmatan dengan  sentuhan gue dan saatnya tiba ketika gue tidak langsung membuka  celananya tetapi justru menyelusupkan jemari gue masuk kedalam cd-nya.
  Gue hanya meletakkan jari gue diatas cdnya dan merasa pasti diatas  vaginanya gue menekan dengan lembut, yang terjadi sungguh sangat  diharapkan, adik gue langsung memegang tangan gue dan menahannya disana.  Ini adalah sinyal positif: saatnya untuk segera membuka shortnya.
  Dan itu gue lakukan dengan mudah sekali, karena adik gue juga dengan  cepat turut membantu membuka celana yang dikenakannya. Tetapi gue tetap  tidak mau terburu-buru untuk membuka cd-nya. Melihat adik gue sudah 95%  telanjang, dengan kemulusan yang tidak terkata, itu sudah sangat  menggairahkan buat gue.
  Tapi gue akan membuat bagaimana supaya dia juga menginginkan permainan  malam itu. Maka langkah selanjutnya adalah, gue menaruh tubuh gue  diatasnya dengan terlebih dulu melebarkan selangkangannya, dan  menjepitkan penis gue diantara kedua pahanya dengan vagina yang masih  terbungkus dengan cd yang dikenakannya.
  Lalu kembali tangan gue menyusuri seluruh tubuhnya yang sudah nyaris  telanjang sembari mulut gue kembali menciumi leher, bawah telinga, bibir  dan kemudian mengulum putingnya yang mulai mengeras tetapi yang  sebetulnya membuat dia terlena adalah karena pada saat bersamaan,  dibagian bawah selangkangannya, penis gue naik turun diatas permukaan  cd-nya yang menutupi vaginanya.
  Menurut pengalaman sebelumnya, gue yakin seyakinnya, kalau ini sudah  terjadi, maka perempuan pasti akan memohon supaya gue dengan cepat  membuka cd mereka dan memasukkan penis gue kedalam vagina mereka.
  Gue terus menggesek-gesek penis gue naik turun diantara selangkangannya,  sambil mendengar desahan nafsu yang tertahan dari adik gue. Tapi sekian  menit gue tunggu, dia tidak juga menurunkan tangannya kebawah untuk  menekan badan gue lebih dalam dan itu bisa saja terjadi karena dia masih  sungkan sebagai adik yang meminta jatah kepada kakaknya walaupun dia  sudah sangat menginginkannya.
  Maka yang gue lakukan supaya permainan ini menjadi lebih menarik adalah,  gue turunkan setengah posisi cd yang dikenakannya dan memasukkan penis  gue kedalamnya. Gue sangat mengetahui bahwa itu tidak akan menembus  vaginanya, karena posisinya tidak sangat tepat, tapi memang itu gue  sengaja supaya dia merasakan nikmat yang setengah saja dan membuatnya  penasaran untuk merasakan lebih jauh lagi.
  Dan taktik itu berhasil dengan suksesnya. Setelah gue menggesek-gesekkan  penis gue diantara jembut tipisnya, dia mulai merintih dengan  menggoncang-goncangkan tubuhnya secara perlahan, ke kiri kekanan dan  berputar-putar. Sangat erotis! Tidak pernah terbayangkan, adik gue yang  masih kelas 1 SMU melakukan hal ini.
  Seks itu memang naluri. Tidak perlu diajarkan sebelumnya tetapi ketika  gairah itu muncul, maka orang bisa melakukan sesuatu yang mungkin tidak  pernah direncanakan sebelumnya. Dan goyangan dia semakin membuat gue  belingsatan, terlebih ketika merasakan ada cairan-cairan disekitar  jembutnya itu.
  Tentu saja dia menggoyang karena dia sedang mencari posisi yang pas agar  penis gue bisa masuk kedalam vaginanya. Itu naluri untuk mencari  kenikmatan yang lebih! Tapi tidak akan pernah bisa masuk penis gue  kedalamnya kalau cd-nya belum terbuka semuanya.
  Dan memang rencana gue adalah, ketika gue membuka sebagian dari cd-nya,  gue mau dia yang melakukan pekerjaan sisanya. Gue mau membuat dia  merasakan bahwa dia juga menginginkan kejadian malam itu. Dan memang  itulah yang terjadi kemudian.
  Dengan reflex yang cepat karena mungkin setelah sekian lama bergoyang  dan menggelinjang tetapi belum merasakan penis gue masuk kedalam  vaginanya, tiba-tiba saja dia memelorotkan celana dalamnya kebawah dan  langsung menekan pantat gue dari belakang dengan kedua tangannya.  Sabar…kembali gue harus bersabar…! Gue yakin meskipun terlihat sudah  mulai liar adik gue ini tapi sesungguhnya gue percaya dia masih perawan.
  Gue pasti adalah orang pertama yang akan memerawani dia malam itu tapi  gue mau melakukan semua itu dengan lembut dan berkesan. Dan tidak grasak  grusuk seperti maunya.
  Gue tidak mau dia trauma dengan kejadian pertama. Oleh karenanya, gue  tetap menahan pantat gue untuk tidak terdorong dengan tekanan tangannya  yang keras.
  Dia tentu saja belum berpengalaman sehingga tidak mengetahui apa yang  akan terjadi kalau gue langsung mencobloskan penis gue kedalam  vaginanya. Yang gue butuhkan adalah kesabaran dan kelembutan dalam  bercinta. Dan caranya adalah gue membisikkan kalimat:"Sabar ya, 'de…"  Kalimat pertama yang terdengar dari gue sekali lagi, selain suara  erangan-erangan sebelumnya.
  Gue ingin memastikan bahwa dia sudah basah, bahkan becek dengan cairan  pelumas disekitar vaginanya. Ini adalah pengalaman pertamanya. Dan gue  harus meyakininya bahwa malam pertama ini akan sungguh sangat berkesan  dengan kenikmatan yang tak terkata.
  Oleh karenanya, mulailah gue kembali menggesekkan penis gue diatas  permukaan vaginanya, sambil sesekali mencoba untuk memasukkan penis gue  dengan lembut. Yang terjadi adalah, dia mengerang kesakitan, dan itu  pertanda bahaya.
  Karena kalau sampai dia merasakan sakit lebih besar daripada nikmatnya,  maka otomatis, cairan pelumasnya akan berhenti keluar dan akan  menyebabkan vagina yang kering dan susah untuk dimasuki. Jadi yang gue  kerjakan adalah mengeluarkan segenap kemampuan untuk terus membuatnya  terangsang dengan lidah, tangan dan penis yang menjelajahi seluruh  tubuhnya.
  Semakin dia terangsang, semakin basah dan becek disekitar vaginanya, dan  itulah saat yang tepat untuk sekali-sekali menghunjamkan penis gue  kedalam vaginanya.
  Pertama-pertamanya agak sulit untuk menembus keperawanan dari adik gue  ini tetapi dengan kesabaran gue melakukan semua ini dengan segenap hati.  Seperti misalnya, kalau gue anggap perlu, gue turunkan kepala gue  kedaerah selangkangannya dan kemudian tanpa ragu menjilat vaginanya.
  Jujur, gue sebetulnya jijik melakukan hal ini tapi demi membuat agar dia  terus terangsang, dengan senang hati gue melakukan pengorbanan ini.  Cukup lama untuk bisa menembus hutan belantara keperawanan adik gue ini,  tetapi dengan rangsangan bertubi-tubi yang sudah dipersiapkan, yang  mulanya masih didepan, sekarang perlahan-lahan ****** gue sudah mulai  menancap masuk kedalam.
  Dan nikmat yang gue rasakan bukan karena penis yang sudah menembus  vaginanya tetapi justru karena erangannya yang merintih dan gelinjangan  tubuhnya yang erotis. Dari pengalaman sudah diketahui bahwa tidak pernah  penis bisa menikmati vagina dengan indahnya pada pertemuan pertama.
  Yang penting, selama hantaman penis ke vagina adik gue itu tidak  membuatnya sakit yang parah sehingga membuatnya trauma untuk bersenggama  lagi, bagi gue itu sudah cukup berhasil. Dan malam itu berakhir dengan  tumpahan sperma gue disekitar perutnya tanpa merasakan kenikmatan yang  dahsyat seperti kalau gue bersetubuh dengan wanita lainnya yang  berpengalaman.
  Ada yang aneh ketika gue harus mengakhiri permainan malam itu. Gue  merasa aneh harus menyeka sperma diatas tubuhnya dengan kaos gue dan  harus membisikkan:"Pake bajumu ya 'de…" dan kemudian gue dengan  berjinjit keluar dari kamarnya malam itu dengan perasaan berdosa. Tapi dosa ternyata menyebar dengan cepat.
  Besoknya, dengan sengaja gue tidak menjemput adik gue pulang walaupun  sebetulnya ada kesempatan. Gue tidak menginginkan bertemu dengan dia  tapi tidak mengetahui apa yang harus dibicarakan. Gua hanya mau bertemu  dengan dia dengan menggunakan bahasa tubuh saja.
  Dan itu artinya, pada malam berikutnya, mumpung adik gue masih tidur  sendiri, tunggu hingga jam satu pagi, baru gue berani memberanikan diri  untuk menyelinap ke kamarnya dengan keyakinan, kali ini hanya pintu  kamarlah yang menjadi tanda diantara kita berdua.
  Kalau dia tidak menguncinya, itu berarti dia memang menginginkan  kedatangan kakaknya di tengah malam untuk mengulangi hal yang pasti  dianggapnya luar biasa tadi malam. Tapi kalau dia mengunci kamarnya, itu  berarti, kejadian tadi malam hanyalah kecelakaan semata.
  Tentu saja sangat menegangkan untuk mengetahui apakah pintu terbuka atau  terkunci. Tetapi yang pasti, ketegangan itu sudah sangat berkurang  drastis karena gue sebelumnya malam itu sudah bermasturbasi dengan  suksesnya sebelum mengendap-endap menuju kamar adik gue.
  Dan ketika gue membuka gagang pintu dan mendorongnya, ternyata pintu  bergerak kedalam, dan itu artinya…..jantung gue kini bergemuruh dengan  hebat! Masih belum bisa menerima kenyataan bahwa ternyata adik gue  sengaja tidak mengunci pintu kamarnya yang artinya, dia memang sedang  menunggu kakaknya yang cabul ini masuk kedalam kamar dan akan  melanjutkan permainanan malam sebelumnya yang belum mendapatkan  nikmatnya. Mungkin karena terlalu lama menunggu, adik gue memang sepertinya  benar-benar tertidur. Ini terlihat dari posisi tidurnya yang terlentang.  Dalam keadaan seperti ini, gue tidak mau membuang-buang waktu lagi. Gue  yakin sekarang bukan saatnya lagi untuk foreplay dengan durasi yang  lama. Gue dengan polosnya langsung membuka seluruh baju gue dan celana  beserta cd-nya.
  Gue merasa yakin, kali ini adalah permainan seks yang memang bergayung  sambut. Jangan membuang waktu lama untuk hal-hal yang sudah dilakukan  tadi malam. Sekarang hanya melanjutkan saja apa yang telah terjadi pada  malam sebelumnya. Yang dilakukan adalah, dengan tubuh telanjang,  langsung tidur disamping adik gue dan langsung pelan-pelan menurunkan  shortnya. Ada sedikit pergerakan darinya, tetapi seperti antara sadar  dan tidak sadar.
  Setelah shortnya dilucuti, jemari gue menekan bagian vagina yang  ditutupi cd-nya. Ada sedikit gerekan menggelinjang. Dan kini tiba  saatnya untuk untuk menciumi lehernya yang tak terlindung sembari naik  perlahan kearah bibirnya. Tidak ada perlawanan. Malah sepertinya ketika  bibir gue tiba di bibirnya, dia sudah membuka bibirnya dengan otomatis  menjulurkan lidahnya. Tunggu apa lagi.
  Langsung melumat bibirnya sembari tangan kembali meremas payudaranya  yang tertutup kaos. Tidak sabar lagi, gue langsung menindih tubuhnya  dengan tubuhku dan seperti biasanya meletakkan posisi penis tepat diatas  vaginanya sambil menggesekkannya meski tertutup cd-nya. Gue suka dengan  gaya yang bikin penasaran ini.
  Karena kemudian adik gue akan mulai menggoyangkan dengan pelan tubuhnya  dan tanpa membuang waktu gue langsung membuka kaos dan bra-nya. Gue  sudah telanjang bulat dari pertamanya tapi dia masih tersisa cd dan  tugas gue selanjutnya adalah memastikan bahwa dia akan benar-benar basah  hingga becek sehingga penelusuran lubang vagina oleh penis gue akan  berjalan lebih nikmat dari pada malam sebelumnya.
  Dan seperti taktik gue sebelumnya, gue tidak akan pernah mau membuka cd  wanita sebelum dia memang menginginkan untuk dilucuti, bahkan lebih  bagus lagi kalau dia sendiri yang melucuti.
  Jadi yang gue lakukan adalah menggerayangi tubuhnya dengan lidah basah  sembari tangan terus meremas-remas payudaranya. Memastikan bahwa kedua  puting payudaranya menjadi keras adalah pekerjaan susah. Padahal menurut  pengalaman, disitulah letak seorang wanita benar-benar birahi.  Terkadang kita sentuh bagian kiri, mengeras tapi bagian kanannya tidak  dan begitu sebaliknya.
  Gue tidak mau menggarap seorang wanita sebelum dia betul-betul  menginginkannya. Dan ketika semua sudah berjalan dengan sesuai rencana.  Maka gue membisikkan kalimat:"Kita harus pindah ke lantai, 'de…"  Sebetulnya ini adalah permintaan yang beresiko, karena alam bawah  sadarnya kembali terjaga sehingga dia bisa saja menolak pindah. Tapi gue  memang benar-benar sudah memperhitungkan segala sesuatu dengan cermat.
  Gue tidak mau lagi hebat-hebatnya bergoyang dan terganggu oleh karena  bunyi derit tempat tidur yang bisa membangunkan kakak dan keponakan gue.  Langsung gue melemparkan selimut dan bantal kebawah lantai dan  menariknya turun kebawah.
  Dia hanya menurut saja dan itu adalah anugrah. Sehingga dengan  beralaskan selimut saja, walaupun kerasnya lantai tidak mengurangi  semangat kita berdua untuk memulai petualangan yang lebih hebat dari  sebelumnya. Dan itulah yang terjadi: gue langsung kembali mencium bibir  dan melumat lidahnya.
  Menindihnya dengan tubuh gue yang langsung menyelipkan ****** diantara  kedua pahanya. Menggesekkannya dengan lembut sembari tangan memainkan  payudara beserta putingnya.
  Dalam hati gue bersyukur juga, menikmati tubuh mulus adik gue ini  seperti suatu mukjizat. Mana pernah ada pengalaman bisa mengadakan  hubungan seks dengan keluarga sendiri, meskipun itu hanyalah adik tiri.  Sepertinya takut dosa sudah tidak ada lagi. Yang ada hanyalah nafsu yang  membara untuk menggarap tubuhnya ini dengan tekad untuk memberikannya  kepuasan yang tidak terkira.
  Mungkin karena sebelumnya sudah masturbasi, sehingga permainan gue agak  sedikit lembut dan penis berdiri tidak begitu kencang. Dan ini sangat  menguntungkan gue karena gue jadi bisa mengendalikan permainan. Yang  terjadi adalah, adik gue memburu dengan sedikit malu-malu sementara gue  seperti berkesan jual mahal.
  Tapi sampai kapan ini akan bertahan? Ketika tiba saatnya ketika gue  mulai melucuti perlahan cd adik gue ini kebawah, nafsu birahi gue seakan  tiba-tiba muncul. Entah kenapa gue bertindak liar dengan menarik cd itu  dengan gigi gue kebawah dan kemudian langsung mengarahkan lidah gue  kearah vagina adik gue.
  Gue hanya menciumnya sesaat, karena memang bukan ciri gue untuk menjilat  vagina wanita, gue hanya mau memastikan bahwa vaginanya cukup pelumas  untuk segera ditancapkan penis gue kedalamnya. Tapi itulah gue, selalu  membuat wanita penasaran.
  Gue tetap hanya menyenderkan penis gue keatas vaginanya tanpa bermaksud  memasukkannya sementara gue pura-pura sibuk untuk mengulum bibir dan  lidahnya sambil mendekap tubuhnya dengan kedua tangan gue.
  Justru adik guelah yang sibuk menggoyangkan tubuhnya supaya ****** gue  bisa menghujam kemaluannya. Dan gue tidak membiarkan dia berlama-lama  melakukan itu karena gue kemudian berbisik kepadanya:"Kamu mau 'de.."  dengan tenangnya gue bertanya. Seperti tersekat ditenggorakan  jawabannya:"Terserah kakak…" Inilah saatnya gue menunjukkan kepada adik tirinya, siapa gue  sebenarnya. Dengan sigap gue sekarang memegang ****** gue dengan jari  gue dan mulai membelai-belai permukaan vaginanya dengan penis gue. Itu  sangat membuat wanita manapun akan bergairah untuk mengeluarkan lebih  banyak lagi pelumas cairannya.
  Dan erangan yang keluar dari adik gue semakin membuat gue semangat untuk  terus menggesek-gesekan ****** gue di atas permukaan vaginanya. Ketika  dirasa cukup licin, mulai pelan-pelan gue dorong ****** ini dengan  tangan gue masuk kedalam vaginanya.
  Itu cukup untuk membuat tubuh adik gue terdorong kebelakang karena  mungkin sakit dan nikmatnya bergabung menjadi satu. Kalau sudah begitu  gue akan menarik kembali keluar ****** gue dan kemudian memasukkannya  kembali perlahan. Kembali tubuh adik gue terdorong kebelakang tetapi  sekarang sudah tidak sekeras sebelumnya.
  Dalam hati gue, ini harus menjadi lebih baik dari pada malam sebelumnya.  Lalu secara konstan, gue mulai memasuk-keluarkan ****** gue kedalam  setengah lubang vaginanya, hanya untuk memancing agar cairan pelumasnya  terus keluar dengan lancar. Itulah yang terjadi beberapa saat kemudian,  ketika gue mulai merasakan bahwa lubang ini sudah mulai lancar untuk  terus dipompa keluar masuk ****** gue.
  Akhirnya gue melepas jari gue dari ****** dan membiarkan ****** gue  mencari sendiri jalan masuk lobang kedalam vagina adik gue dan sekarang  saatnya tangan gue akan memindahkan sentuhannya ke payudara adik gue.  Sambil memeras payudaranya, gue secara perlahan menggenjot pantat gue  naik turun membenamkan ****** gue kedalam memeknya. Bisa dipastikan  terjadi erangan yang lebih hebat dari sebelumnya keluar dari mulut adik  gue, tetapi dengan sigap gue tutup kepalanya dengan bantal agar  erangannya tidak terdengar. Dari yang pertamanya masih seret, tetapi  lama kelamaan sudah mulai lancar masuk keluarnya ****** gue didalam  memek adik gue ini. Ini tentu saja akan membuat gue untuk terus  menuntunnya kepermainan yang lebih nikmat lagi. Dan dimulailah gue  mengangkat satu kakinya untuk disilangkan dan gue juga menyilangkan kaki  gue untuk mengajarkan padanya ngentot dengan gaya bintang. Gue suka  banget gaya ini dan gue mau adik gue merasakannya juga. Gue merasa gaya  ini betul-betul bisa menjebloskan seluruh ****** kita kedalam memek  wanita yang kita garap. Adik gue hanya menurut saja permintaaan gue  dengan tatapan yang aneh. Gue tetap risih melihata tatapannya tapi  selama dia masih bersedia untuk digarap, gue tidak perduli. Maka  selanjutnya yang terjadi adalah, gue mengocok seluruh tubuh gue dengan  gaya bintang kedalam memeknya. Tentu saja kali ini dia bukan lagi  mengerang dibuatnya tetapi sudah sedikit berteriak. Gue terganggu dengan  teriakannya sehingga gue menurunkan tempo goyangannya tetapi yang  terjadi justru dia yang mengocoknya dari bawah sembari menutup sendiri  mulutnya dengan kedua tangannya supaya teriakan yang keluar tidak  terdengar. Gila, gue bener-bener horny sekarang kalau membayangkan apa  yang terjadi pada waktu itu. Permainana dengan seorang perawan selalu  mengejutkan pada kali yang kedua. Tetapi yang lebih mengejutkan disini  adalah gue memerawani adik gue sendiri. Gilanya kita bisa bersetubuh  hingga berjam-jam malam itu, hingga dia bertanya, apakah semua cowo  seperti ini kuatnya. Gue hanya tersenyum tanpa memberitahu bahwa  rahasianya adalah gue sudah masturbasi sebelumnya, makanya tidak  muncrat-muncrat pada malam itu. Itu ternyata sangat berkesan didalam  dirinya, sehingga kemudian, diwaktu-waktu selanjutnya setiap ada  kesempatan yang memungkinkan kita berdua melakukan perbuatan bejat ini  tanpa ragu-ragu lagi. Bahkan pernah, ketika kita berdua mengikuti  camping bersama disuatu tempat, pada siang hari kita ngentot di dalam  tenda tanpa ada yang mengetahui. Siapa yang mau curiga, kalau mereka  tahu si Babe adalah adikku sendiri.Seorang adik tiri yang akhirnya  menjadi gila seks karena diajarkan berbuat nafsu bejat itu oleh kakaknya  sendiri yang berawal dari sentuhan di telinga.
 
 
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Akibat Merokok di WC Sekolah               Apr 22nd 2013, 15:31                                               Saya punya kebiasaan onani sama seperti cowok teman-teman saya. Tapi  sebagai perangsang, saya nggak hanya memakai buku atau film BF tapi juga  orang. Soalnya saudara saya banyak yang cewek plus cakep-cakep masih  SMP, bodinya jadi. Karena rumah saya yang besar, saudara saya (terutama  yang perempuan) sering menginap, nah waktu itu yang saya suka. Biasanya  malam-malam saya naik ke kamar tamu, dan mengendap-ngendap. Saya naik ke  atas ranjang dan mulai aksi saya dengan pegang-pegang bodi saudara saya  sambil ngocok. Nggak jarang saudara saya tidur nyenyak banget sehingga  saya bisa ngobel-ngobel vaginanya. Nah, kebetulan minggu lalu pas libur Sidang Umum saudara saya menginap.  Ada satu saudara perempuan saya yang asli cantik namanya Joyce. Saya  kepingin benar ngobel vaginanya tapi nggak dapat, soalnya dia baru  kepegang paha saja sudah sadar. Tapi ini malam lain, saya memulai  petualangan saya lagi. Saya naik ke kamar atas, terlihat si Joyce tidur  dengan posisi nafsuin. Menghadap ke atas (telentang) kaki rada  mengangkang. Darah saya sudah berdesir saja. Saya mulai naik ke atas  ranjang, ternyata dia memakai celana longgar. perlahan-lahan saya mulai  tarik celananya ke bawah dan mengintip ke dalam. Kelihatan CD-nya. Saya  sudah mau masukan tangan saja. Tapi saya takut dia bangun. Tapi,  lama-lama saya nggak tahan juga. Saya masukan tangan saya, wah dia diam  saja. Saya masuk lebih dalam lagi. Nyentuh CD-nya, saya mulai mau tarik  CD-nya. Tangan saya satu lagi ngocok-ngocok penis saya. Tahu-tahu dia  bagun dan melihat saya lagi pegang penis saya. Wah, saya kaget dan  buru-buru kabur sambil berharap dia melupakan dan dikira mimpi. Saya mau  tidur lagi, "Sialan", dalam hati saya. Saya belum klimaks nih. Akhirnya  saya tidur juga. Eh, malamnya saya merasa ada yang memegang tubuh saya.  Saya bangun, ternyata si Joyce lagi memegang penis saya sambil  tangannya masuk ke dalam CD-nya. Astaga, dia kaget juga, tapi terus  berbicara. "Dengan ini kita seri ya?" terus dia mau pergi. Menyadari gelagat asyik ini saya langsung berkata, "Eh jangan pergi. " Terus dia bertanya "Emang kenapa loe marah?" "Nggak kok, loe demen pegangin barang gua, gue kepenget liat barang loe gimana kalau kita tukeran?" Dia diam sebentar terus bicara, "Yang benar?" "Iya", "Ya sudah dech, tapi loe duluan ya?" Terus saya pun tarik celana saya yang longgar (maklum piyama) dan  terlihatlah penis saya yang asli tegang (Penis saya 12 cm diameter 4  cm). Lumayan buat anak 16 tahun. Dia kelihatan senang ditambah horny. "Boleh gue pegang?" "Loe mau apain juga boleh asal jangan disakitin." Tangannya bergerak perlahan gemeteran, dia pegang penis saya. Darah saya  berdesir waktu tangannya menyentuh penis saya. Baru sekali penis saya  dipegang, dielus sama perempuan. Tangan yang satunya memegang celananya  sendiri sambil sesekali menggesek. Saya lihat tambah horny. "Eh, Joyce cukup donk, giliran lu." "Nggak ah malu", "Eh, loe sudah janji, lagian cuma kita berdua kok." "Ya sudah." Dia pun mulai memegang celananya. "Eh, tunggu, boleh nggak saya yang buka?" Dia berpikir terus bilang, "Boleh dech", Tangan saya mulai memegang celananya. Terus saya gesek bagian vaginanya  dia diam saja. Terus perlahan-lahan saya tarik celananya turun,  kelihatan CD-nya putih. Terlihat di bagian vagina agak basah, perlahan  dari samping saya tarik CD-nya. Tangan saya gemetar. Dia juga terlihat  agak malu. Saya tarik ke samping, terlihat vaginanya, bulu kemaluannya  paling baru 5 lembar (maklum baru 13). Saya buka sedikit, bau amis  campur pesing mulai menyebar. "Boleh saya elus?" "Boleh", Saya mulai mengelus vaginanya, pas saya buka sedikit, kelihatan ada daging kecil di bagian atas, saya heran. "Ahh, nikmat Di! Lagi donk", Tiba-tiba dia teriak, saya kaget. Terus saya dapet ide, "Gimana kalau vagina lu gue gesek pakai penis saya?" "Hah, jangan saya masih mau perawan", "Tenang cuma luarnya doang gua jamin perawan lu nggak hilang", "Benar?" "Benar", "Ya sudah." Terus CD-nya saya tarik ke bawah dan CD saya saya turuni sendiri. Saya  suruh dia tiduran, terus saya letakan penis saya di atas vaginanya  (waktu itu saya sudah takut ketahuan bokap) terus saya gesek naik turun. "Ahh nikmat Di, nikmat banget cepetan dikit Di." Wah saya semakin nafsu saja saya gesek lagi, sementara vaginanya semakin banjir. "Ahh terus Di, clit gua donk diutamain", "Hah, apaan tuh clit?" "Itu daging kecil yang tadi loe pegang", "Oohh." Terus saya mulai mencari "clit" tersebut dan saya gesek pakai kepala penis saya. "Ahh nikmat Di terus Di." Saya semakin nafsu saja, terus dia bercanda bicara begini, "Ahh, uhh, ini mah dimasukin lebih nikmat kali ya?" Saya yang nafsu senang benar dengar begitu. Saya ambil koran terus saya alaskan pantatnya. "Ngapain Di?" Saya diam saja terus saya pelan-pelan cari lubang vaginanya dan saya sodok masuk penis saya. "Ahh, jangan Di, adduuh sakit Di, please jangan ahh!"Saya kasihan juga  saya tarik sedikit. Terus saya sodok sekuat tenaga"Ahh sakit banget Di,  aduhh…" Saya cuek terus saya sodok sedikit. Sambil memegang payudaranya saya  bisa melihat dia menangis. Tapi saya cuek, saya kayuh saja terus. "Ahh Di sakit Di, loe tega loe Di, pokoknya perawan gue lu yang ambil."Tapi lama-lama dia diam juga, dia malah mulai menikmati. "Ahh, Ahh, ohh, terus nikmat juga, teruss." Mungkin karena sama-sama baru, nggak lebih dari 15 menit kita sama-sama  klimaks, saya keluarkan sperma saya di dalam, asli nikmat banget.  Setelah selesai, kita duduk senderan, koran tatakan tadi ada noda darah,  darah perawan dia. Saya lihat dia menangis sambil nmenyandarkan  kepalanya ke dada saya. "Ah, Di, loe ngambil perawan gue, gue nyesel, tapi nikmat kok, gue tapi  nggak ngarep loe mau tanggung jawab, asal loe mau begini terus sama gue,  lagian gue juga kok yang mulai." "Nggak, apapun yang terjadi saya tanggung, setelah cukup umur loe bakal gue nikahin apapun resikonya." "Benar?" "Suer!" "Asyikk, loe baik deh, lain kali gue mau lagi deh." Sekian pengalaman saya dahh! TAMAT
 
 
        
    Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita sex - rehabilitasi narkoba               Apr 22nd 2013, 02:56                                               Untuk kesekian kalinya orang tua nadine memergoki anaknya masih menggunakan obat obat terlarang. karena khawatir akan keselamatan nadine , maka ayahnya menganjurkan agar  gadis itu dimasukkan ke panti rehabilitasi. pada awalnya ibunya nadine  merasa keberatan , namun demi masa depan anakknya ia pun setuju. dan untuk menjaga nama baik keluarga diputuskan bahwa nadine akan  dimasukkan ke pusat rehabilitasi alternatif di luar kota pimpinan ki  guntur.
  nadine tentu saja kecewa dengan keputusan ini , namun ia tak bisa berbuat banyak. selama dua jam perjalanan tak sepatah katapun keluar dari mulut nadine,  tanda bahwa ia tak suka dikirim ke panti rehab dimana segalanya diatur. nadine agak sedikit terkaget ketika mereka sampai ke tempat rehab,  lokasinya sangat terpencil, jauh darimana mana, dan strukturnya malah  lebih mirip bangunan penjara.
  "ayah...ga salah nih..kita kesini..." tanya nadine
  "enggak..pokoknya kamu tinggal disini untuk beberapa lama..ini juga demi masa depan kamu....." jawab ayahnya.
  seorang berpakaian serba putih menyambut mereka dan langsung mengantarkan tamunya ke ruangan ki guntur.
  "saya berharap anak saya bisa disembuhkan ki guntur......" kata ayah nadine
  "hmmm...tak usah khawatir pak frans.....saya jamin anak anda sekeluar  dari sini akan sembuh dan menjauhi narkoba...." kata ki guntur  meyakinkan.
  dan begitulah mulai hari itu , nadine resmi jadi penghuni panti rehab  tersebut, dan harus mengikuti berbagai program dan aturan yang berlaku  di tempat itu. jika ada pelanggaran maka tak ayal lagi hukuman akan menunggu, biasanya  hukuman berupa hukuman fisik berupa olahraga atau bekerja, atau hukuman  pengasingan alias dikurung di suatu ruangan dengan jangka waktu  tertentu.
  suatu waktu , nadine dipanggil ki guntur ke ruangannya , nadine menduga  ia dipanggil karena ia beberapa kali bolos di waktu pelajaran.
  "nadine ...duduk......." kata ki guntur sambil menunjuk sebuah kursi di tengah ruangan. nadine duduk di kursi itu, entah mengapa jantungnya berdegub kencang, perasaanya ga enak.
  "nadine.....saya sudah diberi kewenangan penuh untuk melakukan cara  apapun oleh orang tua kamu,agar kamu bisa sembuh.......dan juga ingat  jika kamu tidak mengikuti perintah, kamu akan kena sangsi..." kata ki  guntur yang membuat perasaan nadine mulai tidak karuan.
  nadine berusaha duduk tenang meski hatinya gelisah, gadis ini baru  berusia 18 tahun , tapi bodynya sungguh mengaggumkan, buah dadanya cukup  menonjol sempurna ,kakinya yg lenjang dan bulatan pantat yang  menggiurkan. Ki guntur menatap tubuh gadis itu penuh nafsu, pusat  rehabnya sering dititipi gadis cantik anak orang kaya seperti ini , dan  ki guntur selalu punya therapy khusus untuk gadis gadis kota seperti  ini.
  "baik...coba duduk tegak.....lutut rapat dan tangan dilipat...." ki  guntur memberi instruksi yang kemdudian diikuti patuh oleh nadine.
  "ingat nadine..ikuti semua instruksi saya......kalau tidak kamu kena sangsi....paham..?'
  "paham, ki...."
  "bagus.....kamu memang gadis cantik yang penurut. sekarang angkat tangan kamu ke atas kepala ,dan duduk tetap tegak lurus.."
  nadine mengikuti isntruksi itu dan mulai merasa tak nyaman, karena  dengan posisi seperti itu otomatis buah dadanya membusung ke depan,  apalagi ia sempat melihat tatapan mata ki guntur yang tak lepas dari  buah dadanya itu.
  "hahaha..bagus bagus....dada kamu besar juga ya.......sekarang coba kamu buka lebar kaki kamu sampai ke ujung kursi..."
  dengan sedikit risih nadine membuka kakinya lebar, pahanya terlihat menggiurkan.
  "ayo..kurang lebar...lebih lebar......" perintah ki guntur
  muka nadine memerah saat membuka kakinya makin lebar, ia merasa tak  nyaman saat melihat ki guntur terus menatap buah dadanya yang membusung  ke depan , dan roknya yg terangkat kian tinggi karena kakinya dibuka  lebar.
  "hmmm...bagus bagus.......coba sekarang kamu buka blouse kamu...."
  nadine dengan perlahan membuka satu persatu kancing blousenya, sehingga menampakkan buah dadanya yang masih tertutup oleh bra.
  "hmmm..ok........coba posisinya seperti tadi...tangan ke atas...dada busungkan..punggung lurus/....."
  saat nadine melakukan itu, ki guntur mengambil kursi dan duduk tepat dihadapan nadine. ki guntur lalu mengelus elus bulatan dada nadine yang menonjol dengan lembut
  "diam...jangan bergerak......" kata ki guntur lalu meremas buag dada  nadine, tangannga bahkan meneluup masuk mencari puting susu gadis cantik  ini. nadine hanya menahan nafas saat buah dadanya diremas remas, ia tak  berani melawan karena khawatir nasibnya akan lebih buruk, ia hanya  berharap semua ini cepat selesai.
  "coba buka branya juga...kamu telanjang dada dihadapan saya....." perintah ki guntur
  nadine berdiri dan meraih bagian belakang branya, melepas dan menjatuhkan branya ke lantai. belum pernah ada laki laki manapun yang pernah melhat nadine telanjang  dada, tapi kini ia harus melakukannya di depan seorang lelaki tua yang  katanya dihormati.
  "ya..duduk lagi.....busungkan dadanya seperti tadi......"
  ki guntur kini leluasa meremas dan mencubiti buah dada ranum milik  nadine, bulatan indah itu ia remas kuat dan putingnya ia tarik tarik,  sehingga kian lama puting nadine kian mengeras, membuat remasan ki  guntur makin bersemangat pula, rintihan kesakitan mulai terdengar dari  bibir nadine.
  "ok...bangun dan buka rok dan celana dalam kamu......"
  nadine bangkit dan membuka roknya namun ia ragu ketika harus membuka celananya.
  "ayo...ayo...cepat.....tunggu apa lagi....." ki guntur tak sabar
  dengan perlahan ia melepas celana dalamnya memperilhatkan vaginanya yg membangkitkan birahi.
  "bagus..duduk..dan buka paha kamu lebar lebar....."
  dan tak membuang waktu sedetikpun , setelah nadine duduk kembali, ki  guntur kemudian mengelus elus paha mulus nadine sampai ke vaginanya,  membuat nadine merintih rintih.
  "kamu pernah telanjang di depan orang lain nadine....?" tanya ki guntur
  "belum...ki, ...ini pertama kalinya...." kata nadine menahan malu
  "nanti juga terbiasa...kamu setiap terapi harus telanjang bulat...biar ilmunya cepat menyerap...."
  jari jari ki guntur mulai bergerak naik turun menyusuri bibir vagina  nadine,lalu lanjut menuju ke clit nya dan memutar mutarnya, hal ini  menyebabkan rintihan nadine kian kentara. tangan ki guntur yag lain bergerak ke belakang dan meremas pantat indah nadine.
  "hmm....pantat kamu juga sempurna.......diam ya...."
  kiini kedua tangan ki guntur melakukan rangsangan di vagina dan pantat  nadine,membuat gadis ini menggeliat dan menggelinjang tak karuan menahan  berbagai rasa, makin lama tubuhnya terasa seoalh akan meledak.
  "aaahhhh...." nadine mulai menangis, "ahhhh...awa.....udahhh..ki...cukup...aaahhhhh....  " tangis nadine meledak seiring dengan orgasme yg dialaminya. setelah beberapa lama terisak, akhirnya gadis itu terdiam juga, perasaan aneh menjalar ke seluruh tubuhnya.
  Ki guntur kemudian memposisikan nadine membungkuk memegang meja, dengan kaki dilebarkan. posisi ini membuat ki guntur leluasa meremas dan memainkan pantat gadis cantik ini,nadine hanya menggigit bibir menahan tangis. nadine juga mendengar suara retsleting dibuka, dan belum sempat berpikir  banyak , tiba tiba ia merasakan benda keras mencoba memasuki pantatnya.
  "aaaaaaaaawwwwwwwwwwwwwww..........!!!!!!.." nadine berteriak kesakitan  saat penis ki guntur mulai memasuki pantatnya. nadine kian menangis  kesakitan saat ki guntur bergerak maju mundur, menekan penis itu masuk  makin kedalam, seinci demi inci sampai akhirnya penis itu terbenam di  pantat mulus nadine.
  nadine terengah engah menahan sakit saat pantatnya dipompa sedemikain  rupa, ia berusaha berontak agar penis itu dicabut namun sia sia, yang  ada malahan gerakan ki guntur makin brutal dan menyakitkan.
  sambil terus menekan penisnya di pantat nadine, ia tak lepas meremas  buah dada gadis cantik ini dan mencubiti putingnya, sementara tangan  lainnya bermain di seputar vagina. pijatan dan rangsangan di clitnya membuat nadine mengerang nikmat bercampur kesakitan akibat di perkosa di pantat. saat nadine merasa akan mencapai orgasme , ia bisa merasakan penis ki  guntur masuk semakin dalam dan menyemburkan cairannya di dalam pantat  nadine.
  puas dengan "terapi" , ki guntur mencabut penisnya dari nadine, gadis  itu langsung ambruk ke lantai , karena lelah akibat orgasme, juga akibat  kesakitan saat pantatnya diperkosa dengan kasar.
 
  "bagus......kamu boleh kembali ke kamar kamu dan beristirahat. besok  kamu kembali lagi dan terapi lagi, setelah lewat pantat, besok kamu akan  ditherapi lewat mulut dan kemaluan kamu.....sekarang istirahat dan  bersiap siap untuk besok."
  nadine kembali ke kamarnya dengan pantat yg panas , dan kepala yg penuh  kekhawatiran.....apa lagi yang akan dialaminya besok.....    Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita sex -     Kangen Adik dan Mamaku               Apr 22nd 2013, 02:55                                               
   				   						 							 							 						 						 				
 																		Kuliah adalah tempat seseorang untuk menuntaskan cita-citanya.  Dan juga mungkin tempat di mana kita akan mengenal sebuah dunia baru.  Dunia ini begitu luas, sampai-sampai kita tak sadar bahwa dunia itu  sedikit demi sedikit mempengaruhi kita. Kita tak heran banyak  orang-orang yang pergi kuliah pulang ke kampung halamannya sudah berubah  drastis. Dari mereka yang sifatnya lugu menjadi sok gaul, dari mereka  yang sifatnya jelek bisa jadi pulang menjadi orang yang alim banget.  Inilah yang terjadi padaku, sebuah pengalaman yang entah aku harus  menyebutnya apa. Namaku Gun, sebut saja begitu. Seorang mahasiswa  fakultas Tehnik di kampus X, salah satu PTS terkenal di kota Y.
  Ada perasaan kangen sebenarnya ama kampung halaman. Dan perasaan itu pun  masih ada sampai sekarang, maklum karena kesibukanku, aku pulang hanya  setahun sekali. Selain mengikuti organisasi kampus dan banyak  ekstrakulikuler, aku juga dihadapkan pada jadwal perkuliahan yang padat.  Namun pada semester kelima ini, aku mau mengambil cuti untuk beberapa  waktu. Kabar tak enak datang dari kampung halaman. Baru saja keluargaku  di kampung halaman mendapatkan musibah, sebuah kecelakaan. Ayah  meninggal dan ibuku mengalami koma. Sedangkan adikku baik-baik saja.  Mulai dari sinilah kehidupanku berubah.
  Ayah yang satu-satunya orang yang membiayai kuliahku pergi. Sehingga  dari sini, aku harus membanting tulang sendirian, untuk ibuku, adikku  dan diriku sendiri. Akhirnya kuliah ini aku tunda dulu. Aku mengajukan  cuti satu semester. Waktu cuti itu aku manfaatkan untuk membanting  tulang. Aku tak bisa mengandalkan dari warisan ayahku. Sebab kalau aku  mengandalkannya, aku tak bisa membiayai semua keperluan kami. Dan  syukurlah aku diterima bekerja di sebuah perusahaan swasta, walaupun  berbekal kemampuanku di bidang analisis data, aku mendapatkan gaji yang  cukup.
  Ibuku adalah seorang wanita yang sangat cantik sebenarnya. Usianya baru  38 tahun. Ia menikah muda dengan ayahku. Dan sampai sekarang ia tetap  bisa menjaga kemolekan tubuhnya. Pernah sih waktu masih remaja aku  beronani membayangkan ibuku sendiri. Tapi hal itupun tak berlangsung  lama, hanya beberapa saat saja. Dan adikku masih sekolah SMP, namanya  Arin. Seorang gadis periang, cantik dan imut. Banyak cowok2 yang  tergila-gila pada adikku itu. Dan paling tidak ada salah satu teman  cowoknya yang pedekate ama dia, tapi yaaa…masih takut-takut.
  Dua minggu setelah kecelakaan itu, ibuku sadar dari komanya. Mulanya ia  tak ingat apa-apa, namun setelah tiga hari berada di rumah, ia pun  ingat. Tapi karena kondisinya yang masih lemah, ia pun tak bisa berbuat  banyak. Aku dan Arin gantian menjaganya. Sebagai anak laki-laki  satu-satunya beliau benar-benar menyayangiku. Katanya ia mengingatkanku  pada ayah. Aku tahu ia sangat shock dengan kejadian yang baru saja  menimpanya. Aku dan Arin terus berusaha menghiburnya, sampai ia  benar-benar sehat.
 
  Hari itu seperti hari-hari sebelumnya, tapi sedikit istimewa, karena  teman-teman kuliahku mau mengunjungiku. Ketika pulang kerja, kami  sempatkan sejenak untuk berkumpul. Mereka semua ikut berbela sungkawa  terhadap keadaanku sekarang. Tapi selain itu mereka mencoba menghiburku,  ada-ada saja ulah mereka, yaitu memberiku kaset bokep, dan majalah2  hardcore. Kata mereka, "Ini buat menghibur loe sobat, biar nggak berduka  terus". Sialan. Tapi nggak apa-apalah, soalnya juga sudah lama aku  nggak nonton yang begituan. Namun ternyata inilah sumber dari kejadian  selanjutnya.
  Aku pulang dan aku lihat adikku sedang belajar di kamarnya. Ibuku sudah  bisa sedikit berjalan, walau masih berpegangan pada apapun yang ada di  dekatnya.
  "Kau sudah pulang Gun?", tanyanya.
  "Iya bu", kataku.
  "Kalau mau makan, di meja makan tadi adikmu beli sesuatu", kata ibuku.
  "iya", kataku singkat.
  Singkatnya aku mandi dan mengurung diri di kamar. Aku pun mulai menonton  bokep dan majalah-majalah hardcore. Mulanya sih agak aneh aja aku  melakukan hal ini, tapi rupanya sedikit bisa menghiburku. Jam  menunjukkan pukul sebelas malam, aku tak sadar kalau sudah lama aku  berada di dalam kamar mengocok sendiri punyaku dan menontoni tubuh para  wanita itu. Aku keluar kamar dengan maksud hati untuk makan apa pun yang  ada di meja makan.
  Ketika keluar dari kamar, aku melewati kamar ibuku. Astaga, apa yang aku  lihat itu? Ibuku yang memakai daster itu tampak tersingkap dasternya,  sehingga aku bisa melihat CD-nya. Memang badannya masih mulus. Aku mulai  berpikiran jorok, ini pasti akibat barusan aku nonton bokep. Wajahnya  masih cantik, dan aku bisa melihat wajahnya yang polos ketika tidur. Aku  berdiri di pintu kamarnya, memang pintunya sengaja di buka agar  sewaktu-waktu kalau ia memanggilku aku bisa dengar. Entah setan mana  yang menguasaiku, akupun mengocok punyaku sambil membayangkan beliau  membelai punyaku. Aku kocok pelan-pelan. "Ohh….Mega..", aku panggil nama  ibuku berbisik. Aku terus mengocok, makin lama makin cepat, dan maniku  muncrat…CROOT….CROTT…, banyak banget sampai mengotori lantai, buru-buru  aku bersihkan dengan kain pel yang ada di sebelah pintu. Entah kenapa  aku mulai berpikiran seperti itu. Namun rencana jelekku nggak sampai di  situ saja.
  Esoknya, aku libur, sebab hari ini adalah hari sabtu. Kantorku sabtu dan  minggu libur. Arin sudah pergi ke sekolah. Aku bangun agak kesiangan.  Mungkin kelelahan karena peristiwa kemarin. Aku pun entah dari mana  punya pikiran yang aneh-aneh lagi. Aku berniat memandikan ibuku, aku  ingin melihat tubuhnya yang utuh. Aku pun ke kamar ibuku, ia sudah  bangun dan sedang bersiap mandi.
  "Ibu, ibu mau mandi?", tanyaku.
  "Iya Gun", katanya.
  "Boleh Gun, mandiin ibu?", tanyaku.
  "Nggak usah Gun, ibu sudah bisa sendiri koq", jawabnya.
  "Nggak apa-apa bu, kondisi ibu masih belum pulih benar", kataku merayu.
  Tak punya pikiran lainnya, ibuku pun menjawab, "Baiklah".
  Akupun mengantarnya ke kamar mandi. Inilah saatnya pikirku. Aku  melihatnya melepas daster, BH dan CD-nya satu per satu. Tampaklah dua  buah toket yang masih mancung dan miss-v yang aku ingin lihat dari dulu.  Aku hanya terbengong, dan tak terasa tongkolku sudah tengah. Darah  mengalir cepat ke ubun-ubunku.
  "Kenapa Gun?", tanya ibu.
  "Ah..nggak apa-apa ", jawabku.
  "Bajunya dilepas dong Gun, nanti basah", kata ibuku. "Kamu belum mandi juga kan?"
  "I…iya",kataku.
  Aku pun melepas pakaianku. Ibuku agak terkejut melihat punyaku yang  tegang. Lalu dia duduk di pinggir bak mandi. Seakan mengerti, akupun  mengambil gayung dan menyiramkan ke tubuhnya. Ia membasuh mukanya, ia  ganti mengambil gayung dan menyiramkannya ke tubuhku. Kami benar-benar  saling menggayung. Tibalah saat menyabun. Aku mengambil sabun cair.  Kusabuni punggungnya. Busanya melimpah, lalu dari belakang aku menyusuri  pundak, hingga ke depan, aku agak takut menyentuh dadanya. Takut kalau  dia marah. Tapi ternyata tidak. Akupun sedikit membelai toketnya, dan  agak meremas. Kami diam, dan hanya bahasa tubuh saja yang saling  berucap. Ku basuh dari dadanya, hingga ke perut. Ketika mau menuju  miss-v, ibuku menahan.
  "Jangan pakai sabun ini, tidak baik untuk kewanitaan", katanya. "Bersihkan dulu tubuh ibu".
  Aku pun menurut, aku guyang ia pakai air. Sabun yang ada di tubuhnya  hilang, lalu ia mengambil pembersih khusus kewanitaan. Lalu  menyerahkannya kepadaku. Aku mengerti lalu mulai menyabun tempat itu  pakai sabun tersebut. Mulanya aku hanya sekedar menggosok, tapi  lama-lama aku sedikit menyentuh kelentitnya, ibuku memejamkan mata  sejenak. Sepertinya ia keenakan, aku teruskan, namun aku tak berani  lama-lama. Ia agak tersentak ketika aku menyudahinya. Ia menghirup nafas  agak dalam, sepertinya ia sedikit horni.
  Aku mengguyang air di daerah kewanitaannya. Bersihlah sudah sekarang.  Lalu giliranku. Aku disabun oleh ibuku. Mula-mula punggung, dadaku yang  bidang, lalu perut, dan sampai di tongkolku yang tegang. Ia mengurut  tongkolku sesaat, lalu menggosok buah pelirku, sepertinya ia tahu  bagian-bagian itu. Enak sekali sentuhan ibuku.
  "E…bu…boleh Gun minta sesuatu?", tanyaku.
  "Apa itu?"
  "Gun kan sudah dewasa, dan mengerti soal beginian. Kalau boleh aku ingin  ibu mengocok punya Gun sebentar bu", aku mengatakan hal yang aneh-aneh.  Yang memang tak perkikirkan sebelumnya.
  Ibuku terdiam.
  "Maaf bu, aku tak bermaksud demikian, hanya saja, aku sebagai laki-laki  normal siapa saja, pasti akan merasakan hal seperti ini", kataku.
  "Iya, ibu faham, anak ibu sudah dewasa", katanya.
  Tangannya yang lembut itu pun akhirnya mengocok punyaku, membelainya.  Oh…apa ini? Aku serasa melayang. Ia benar-benar mengocok tongkolku yang  sudah tegang. Peristiwa itu sangat erotis sekali. CLUK….CLUK…CLUK…bunyi  tongkolku yang dikocok berpadu dengan air sabun. Busanya sangat banyak,  aku ingin sekali meremas toket ibuku.
  "Bu, boleh Gun meremas dada ibu?", tanyaku. "Gun sangat terangsang sekali".
  "Maafkan ibu nak, seharusnya tidak begini. Gun tak boleh macam-macam sama ibu, ibu sakit Gun", kata ibu.
  "Kalau ibu tidak mengijinkan juga tidak apa-apa, tapi Gun tidak tahan lagi", kataku.
  Aku pun mencengkram pundak ibuku, pertanda mau orgasme. Ibuku tahu hal  itu, dan ia mengocok tongkolku dengan cepat,  CROOT…..CROOT…..CROT….sperma muncrat ke wajahnya, dadanya, dan perutnya.  Banyak sekali. Sebagian membeler di jemarinya.
  "Sudah Gun?", tanya ibu.
  "I…iya…", kataku lemas.
  Ibuku lalu membersihkan spermaku yang ada di tubuhnya dengan membasuhnya dengan air.
  "Jangan bilang ini sama Arin ya", katanya. "Atau orang lain."
  Kami segera keluar dari kamar mandi. Entah apa yang aku lakukan barusan.  Tapi aku sangat menikmatinya. Ibuku dan aku hanya memakai handuk saja.  Aku membawanya sampai ke kamar. Di kamar aku masih horny, dengan posisi  ibuku yang sekarang hanya pakai handuk saja, membuatku makin terangsang.
  Aku tak kuasa menahan godaan ini. Setelah ibuku aku dudukkan. Aku duduk di sebelahnya.
  "Bu, maaf kalau tadi Gun lancang di kamar mandi", kataku.
  "Tak apa-apa Gun, laki-laki normal pun pasti demikian, bahkan bisa lebih", kata ibuku.
  "Bu, apakah boleh Gun lihat lagi dada ibu?", tanyaku.
  "Buat apa Gun?", tanyanya. "Ibu masih sakit Gun".
  "Sebentar saja bu, boleh ya?", tanyaku.
  "Baiklah", katanya.
  Ia membuka handuknya, tampaklah dua buah bukit kembar yang aku inginkan.  Aku memegang putingnya, entah kenapa tiba-tiba aku menyusu di sana.
  "Oh…Gun…jangan Gun….ahkk", ibuku tampak tak melawan walaupun aku  menghisap susunya. Mengunyah putingnya, menggigit dan meremas keduanya.  Tak terasa, ia sudah berbaring tanpa sehelai benang pun. Aku pun  menciumi perutnya, hingga ke miss-v-nya. Miss-v-nya yang keset membuatku  makin bergairah. Ibuku terus meronta jangan dan jangan. Aku tak peduli,  nafsu sudah di ubun-ubun. Ibuku tampak terangsang dengan perlakukanku  itu. Ia pun secara tak sengaja membuka pahanya, tongkolku sudah siap,  dan aku sudah ada di atas ibuku. Kedua bibir kemaluan bertemu. Ibuku  tampak meneteskan air mata.
  "Maaf, bu, tapi Gun tak kuasa menahan ini", kataku lagi.
  Penisku kugesek-gesekkan di bibir miss-v-nya. Agak geli dan enak. Ini  adalah aku melepaskan keperjakaanku kepada ibuku sendiri. Aku  senggol-senggol klitorisnya, ibuku memejamkan mata, ia menggelinjang,  setiap kali kepala penisku menyentuhnya. Lalu akupun memasukkannya.  Miss-v-nya sudah basah sekali. Tak perlu tenaga banyak untuk bisa masuk.  SLEEB!! Sensasinya luar biasa. Aku tak peduli ia ibuku atau bukan  sekarang. Aku sudah menggenjotnya naik turun. Pinggulku aku gerakkan  maju mundur dengan ritme sedang. Kurasakan sensai miss-v ibuku yang  masih seret menjepit tongkolku yang panjang dan besar itu. Aku usahakan  ibuku juga merasakan sensasi ini. Aku angkat bokongnya, aku remas.  Kakinya mulai kejang dan menjepit pinggangku.
  "Ohh….Ahh…terus Gun…cepat selesaikan, cepat Gun….", kata ibuku. Ia  mencengkram sprei tempat tidur. Ia menggigit bibirnya. Wajahnya yang  cantik dan bibirnya yang seksi membuatku terangsang. Dadanya naik turun,  oh…seksi sekali.
  "Mega, tubuhmu nikmat Mega…ahh….aku ingin ngent*t terus denganmu, aku  ingin keluar Mega…OOHH…Ahhhh", aku percepat goyanganku. Ibuku pun  sepertinya mau keluar, ia bangkit dengan bertumpu kepada kedua  tangannya, pertanda orgasme. Aku juga keluar. Spermaku muncrat di dalam  rahimnya, aku tekan kuat-kuat. Akhirnya fantasiku untuk ngent*t dengan  ibuku sendiri kesampaian. Aku benamkan dalam-dalam penisku, sampai  spermaku benar-benar tak keluar lagi. Ibuku lemas. Ia masih beralaskan  handuk bekas mandi. Aku perlahan mencabut penisku. PLOP..!! suaranya  ketika aku cabut.
  "Maafkan aku bu, tapi enak sekali", kataku.
  Aku berbaring di samping ibuku. Ibuku memukulkan tangannya ke dadaku.  "Kamu bajingan!!" Ibuku lalu menangis. Ia membelakangiku, sambil memeluk  dirinya sendiri.
  Butuh waktu lama untuk dirinya bisa diam. Sampai kurang lebih 30 menit  kemudian, nafsuku bangkit lagi, karena masih melihatnya telanjang. Aku  mempersiapkan penisku yang tegang lagi. Kali ini bukan fantasi, inilah  yang aku rasakan. Aku mendekatkan penisku ke pantatnya, aku sentuh  pinggulnya, lalu aku masukkan penisku ke vaginanya. Nggak perlu  susah-susah dan Bless…."Aah…Gun, kamu mau apa lagi? Tidak cukupkah kamu  menyiksa ibu?"
  "Gun, tak tahan nih bu, Gun jugakan masih perjaka", kataku. Posisiku  kini dari samping. Dan aku keluar masukkan penisku. Pantatnya dan  perutku beradu. Sensasinya luar biasa. Pantatnya benar-benar seksi,  semok dan menggiurkan. Aku tak butuh waktu lama untuk bisa ejakulasi  lagi di dalam rahimnya. Dan ketika puncak itu aku memeluk ibuku.
  Sensasinya aneh memang, tapi nikmat sekali. Setelah itu aku benar-benar memohon maaf.
  "Maafkan Gun bu, maafkan Gun", kataku.
  Lalu ibuku menyuruhku untuk keluar kamar. Aku pun keluar. Aku kembali ke  kamarku dan memikirkan apa yang terjadi barusan. Aku sudah menjadi anak  durhaka.
  *******
  Arin pulang. Ibuku bertingkah seperti biasa. Seolah-olah tidak terjadi  apa-apa. Tapi tatapan kami mempunyai arti. Antara malu, takut dan senang  aku bingung.
  Esoknya, hari minggu. Ibuku tampak agak senang. Kesehatannya sedikit  pulih. Ia bisa berjalan normal. Ia seolah melupakan kejadian kemarin.  Apakah mungkin gara-gara apa yang aku lakukan kemarin? Bisa jadi. Tak  perlu waktu lama memang untuk bisa mencerahkan wajahnya lagi. Ia sudah  senang dengan perkembangan kesehatannya.
  Malamnya, ibuku ingin tidur di kamarku. Entah kenapa ia ingin begitu.  Dan aku pun mengiyakannya. Pukul 12 malam. Ketika Arin sudah tidur. Dan  aku berada di samping ibuku. Kami seranjang. Aku tahu bisa saja saat itu  aku sudah bercinta dengannya, tapi ada sesuatu yang membuat kami tidak  melakukannya.
  "Sepertinya kesehatan ibu mulai pulih akibat itu Gun", katanya.
  "Tapi inikan baru satu hari bu, dan Gun sangat menyesal melakukannya kemarin", kataku.
  Ibu bangkit, lalu ia menurunkan celana pendekku. Tanpa babibu, ia sudah  mengulum penisku. Aku kaget mendapatkan sensasi itu. Tidak ada wajah  jaim, tidak ada rasa penyesalan seperti kemarin. Ia sudah mengulum  penisku, seorang Blow Jober pro. Ia mengocok, mengulum, menjilat. Dengan  ganas ia lumat tongkolku dengan mulutnya yang seksi itu. Ia juga  gesek-gesekkan ujung penisku ke putingnya, lalu ia jepit dengan dadanya.  Akupun tak menyia-nyiakan ini, aku segera melepas bajuku, lalu bajunya.  Kami sudah telanjang, dan ia masih mengoralku. Aku berbaring dengan  menikmati sensasi yang sedikit aneh, tapi nikmat. Oh tidak, rasanya aku  mau keluar….sedotannya benar-benar mantap. Aku tak kuasa lagi  dan…aahh..benar…CROT…CROT…CROT…spermaku tak sebanyak kemarin pagi. Tapi  cukup untuk memenuhi isi mulutnya. Ia menyedot spermaku sampai habis.
  "Nih lihat", kata ibuku sambil membuka sedikit mulutnya. Aku bisa lihat lidahnya yang terbungkus cairan putih spermaku.
  "Ibu hebat", kataku.
  "Ibu masih belum puas", katanya. Ia lalu menelan spermaku bulat-bulat."Ah.."
  Aku bangkit dan langsung nenen. Aku menenen kepadanya seperti bayi, kali  ini kami All Out. Tidak seperti kemarin. Kami saling mendesat, saling  menggigit. Ibuku ada di atas, dan aku berbaring. Penisku sudah tegang  lagi dan mengacung ke atas. Ia berjongkok dan menuntun penisku masuk  miss-v-nya dengan tangannya. Ia pun naik turun sambil tangannya bertumpu  pada pahaku. Makin lama ia makin cepat gerakannya. Aku juga tak kuasa,  bahkan aku bisa-bisa jebol duluan. Ia tahu kalau aku mau jebol, Ia  hentikan gerakannya, ia ganti dengan meremas-remas telurku. Oh…ini baru,  tehnik baru. Ketika ia meremas telurku, tampak nafsuku yang sudah  dipuncak tiba-tiba hilang. Lalu setelah beberapa saat kemudian, ia  bergoyang lagi naik turun. Ia terus mengulangi hal itu kalau aku mau ke  puncak, rasanya spermaku berkumpul di ujung penisku. Seolah-olah pijatan  itu membuatku seperti menahan bom. Dan benar, ketika ibuku mau orgasme,  ia lebih cepat bergerak. Ia naik turunkan lebih cepat dari sebelumnya,  ia tak lagi bertumpu di pahaku, tapi di dadaku. Dan ia mengigau,  "Oh…Gun…Oh…anak mama yang nakal….tongkolmu gedhe Gun. Nikmat banget.  Ibumu ini jadi budakmu Gun…Ahh…Sampai…sampai…ibu mau sampai, kamu juga  ya sayang, basahi rahim ibumu, hamili ibumu ini".
  Aku pun keluar dan langsung bangkit memeluk ibuku. Kami orgasme  bersama-sama. Vaginanya sangat basah, begitu juga punyaku. Sperma itu  masuk ke rahimnya lagi. Banyak sekali, dan benar, spermaku tadi yang  tertahan terkumpul di ujung dan melepas dengan semprotan yang luar  biasa. Kami berpandangan sesaat, aku mencium bibirnya. Kami berciuman,  aku masih memangkunya, dan tak perlu waktu lama. Kami ambruk dan saling  berpelukan. Kami tertidur.
  ******
  Hubunganku dan ibuku sendiri sekarang sudah seperti suami istri. Aku tak  tahu bagaimana kami menyebutnya. Setiap malam aku selalu melakukannya,  bahkan tidak tiap malam. Hampir setiap hari, dan kesehatan ibuku makin  membaik dari hari ke hari. Dokter pun terheran-heran dengan hal ini. Dan  setiap hari kami melakukan gaya yang berbeda-beda. Dan lambat laun hal  ini pun tercium oleh Arin.
  Suatu saat ketika ibu tidur lebih awal, sehabis main denganku. Aku  nonton tv. Di ruang tengah tampak Arin juga ada di sana. Aku duduk  berdekatan.
  "Aku tahu kakak gituan sama ibu", kata Arin.
  Aku kaget tentu saja.
  "Gituan gimana?", tanyaku jaim.
  "Alaah, nggak usah sok alim deh kak. Kakak ngent*t ama ibu kan?", tanyanya.
  "Kalau iya kenapa?", tanyaku menantang.
  "Asal ibu bahagia saja, Arin senang. Walau pun agak aneh rasanya kakak yang melakukan itu ama ibu", katanya.
  "Kamu kepengen ya?",
  "Nggak ah"
  "Alah, kalau kau mau bilang aja, nggak usah malu-malu, atau kamu sudah pernah gituan ya?"
  "Belum pernah, dan jangan ngejek ya!?"
  "Kakak nggak percaya, kamu pasti udah nggak perawan", kataku.
  "Kakak jahat!", katanya sambil memukul bahuku.
  "Aduh, koq mukul", kataku.
  "Habisnya kakak jahat!", katanya.
  "Kau harus tahu, aku melakukan ini juga untuk kesembuhan ibu, semakin kakak melakukannya ibu semakin membaikkan?"
  Arin diam sejenak, "Iya juga sih, ibu makin membaik".
  "Mau tau rahasia?", tanyaku.
  "Apa ?", tanyanya.
  "Sebenarnya sudah sejak dari dulu kakak ingin begini sama ibu", kataku.
  "Busett…kakak ternyata…", Arin menggeleng-geleng.
  "Yee…ini juga karena memang ibu wanita yang cantik", kataku. "Apalagi kakak juga sudah dewasa kan?"
  Entah bagaimana aku juga ingin begitu dengan adikku. Melihat dia hanya  pakai celana pendek, bahkan aku bisa melihat putingnya yang menonjol.  Kebiasaan dia kalau di rumah tak pakai BH. Alasannya gerah. Jadi hal ini  pun membuatku makin terangsang.
  Guna memancingnya aku keluarkan penisku. Dan mengurutnya.
  "Kakak ngapain? Jorok ih", katanya.
  "Yeee…suka-suka dong", kataku. Aku mengocok perlahan sambil menatap adikku itu. "Kamu boleh koq sentuh"
  "Nggak ah..", katanya.
  "SENTUH!!", aku sedikit membentak.
  Adikku entah bagaimana ia tiba-tiba spontan menyentuh penisku.
  "Nah, gitu…", kataku. Sensasinya mulai aku rasakan. "Sekarang kocok dong!!"
  "Udah ya kak, jangan deh", katanya.
  "Kocok!", kataku.
  Ia menurut. Mungkin perbedaan sikapku yang tadi membuat ia sedikit  kaget. Aku tahu jantungnya berdegup kencang. Ia mengocoknya terus, tak  beraturan. Tapi itu saja sudah membuatku nikmat. Aku lalu merangkulnya  dan menciumnya, sembari ia masih mengocok. Ia kaget dan mencoba  melepaskan diri, tapi aku lebih kuasa. Adikku yang SMP itu kini first  kis denganku.
  Lidahku menari-nari di dalam mulutnya, ia tampak kewalahan, bahkan aku  sigap kaosnya dan kuremas dadanya yang montok itu. Lalu aku menyusu  kepada adikku itu, aku lucuti pakaiannya, ia meronta, "Kak…jangan…"
  Terlambat sudah, aku sudah menduduki perutnya, ia tak bisa ke mana-mana.  Aku lucuti pakaianku, kini kami telanjang. Aku julurkan penisku ke  mulutnya.
  "Ayo isep!", kataku.
  "Nggak ah kak, koq jadi gini sih", katanya.
  "Isep!", kataku.
  Ia hanya nurut. Ia buka mulutnya dan aku jambak rambutnya. Kugerakkan  kepalanya maju mundur. Nikmat sekali. Tak perlu lama-lama, aku sudahi  permainan itu karena aku mengincar vaginanya. Segera, aku berbalik di  posisi 69. Aku menjilati miss-vnya. Vagina perawan memang beda. Aku  rasanya cairan itu membasahi mulutku. Lidahku terus menari-nari di  dalamnya. Sementara adikku mengulum penisku dengan  suara…"Hmmmhh…hmmmh…hmmmh…"
  Cairan kewanitaan itu makin banyak. Dan vagina itu basah sekali. Aku  sudah benar-benar puas. Lalu aku berbalik. Dan aku siap untuk menusukkan  penisku yang besar dan panjang ini ke vagina Arin yang sempit. Mulanya  kepalanya yang masuk, sulit sekali. Lalu aku dorong perlahan, aku tarik  lagi, aku dorong lagi, vaginanya berkedut-kedut meremas-remas punyaku.  Punyaku serasa ingin dia hisap.
  "Kaakk….sakit kaak…jangan perkosa Arin", katanya meminta.
  "Nanti juga enak koq Rin", kataku.
  Dan aku pun mulai mendorongnya sekuat tenaga. Arin memiawik tertahan.  Nafasnya memburu. Vaginanya berdenyut-denyut, ia menerima ransangan  penisku, aku mulai bergoyang teratur. Sembari aku menindihnya aku  menciumi bibirnya. Kakak adik ini sekarang sudah bersatu. Tak kusangka  penisku bisa masuk penuh memenuhi rongga vagina adikku sendiri. Kini aku  tak kuasa ingin keluar. Padahal juga baru sepuluh menit bergoyang. Dan  aku pun tak bisa menyia-nyiakan ini, aku memang ingin keluar.
  "Rin, kakak mau menghamili kamu….ahh…keluar riiinn…Akkkhh…aaahhkkk",  benar sekali. Spermaku muncrat dengan energi penuh. Adikku merangkulku.  Karpet itu jadi saksi bahwa keperawanan adikku aku renggut. Agak lama  kami berpelukan dan berguling di karpet. Sampai kemudian aku cabut  punyaku. Dan melihat karpet itu bernoda.
  Sperma tampak sedikit keluar dari vaginanya, karena terlalu banyak yang  keluar tadi. Malam itu aku membopong adikku ke kamarnya. Ia menangis.  Tentu saja ia kaget dengan yang kulakukan barusan, bahkan ia kuperkosa.
  "Maafkan kakak ya", kataku. "Kalau kau mau marah, kakak ada di sini"
  "Percuma Arin marah, kakak sudah memerawaniku", katanya. "Kakak harus  janji, selain ibu dan Arin, kakak nggak boleh dengan wanita lain!!"
  "Baiklah kakak berjanji", kataku.
  "Mulai sekarang, Arin ingin jadi istri kakak", katanya.
  Setelah itu, aku berterus terang kepada ibuku tentang kejadian tadi  malam. Ibuku tak marah. Ia mengerti keadaanku yang kecanduan sex. Boleh  dibilang, hubungan incest ini tak ada orang yang tahu. Bahkan ketika  ibuku melahirkan anak hasil hubungan kami, demikian juga Arin. Entahla  ini namanya apa. Tapi kami berjanji akan menjaga anak-anak kami sampai  ia dewasa nanti. Dan yang pasti. Hari-hariku melakukan sex dengan mereka  berdua tak akan pernah usai. Dan anehnya setiap saat aku ingin sekali  melakukannya dengan mereka. Ibuku yang suka dan mahir blow job, ditambah  Arin yang vaginanya sempit membuatku ingin setiap hari menggaulinya.  Kau tahu kalau kalian menganggap kisah ini bualan, kalian salah. aku  benar-benar melakukannya dengan ibu dan adikku.      Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita sex - anton sayang mama               Apr 22nd 2013, 02:54                                               Namaku Anton, umur 30 tahun, punya pengalaman unik, bersetubuh dengan  ibu kandungku sendiri sewaktu aku berusia 14 tahun. Ceritanya begini,  aku adalah anak laki-laki satu-satunya dari dua bersaudara. Waktu aku  SMP, orang tuaku, yang adalah pedagang beras di kota Tuban, mengirim aku  sekolah ke Surabaya, tempat kakak perempuanku yang sudah di SMA juga  belajar. Aku kost di rumah ibu Sandra, yang rumahnya tepat di depan  rumah kost kakak perempuanku di daerah Tambaksari. Biasanya tiap bulan  ibuku datang ke Surabaya untuk menengok dan memberi kami uang saku. Dia  biasanya tidur sekamar dengan kakak perempuanku, Rina, di kamar kostnya.  Tapi waktu itu kebetulan, Mbak Rina lagi ikut camping ke Tretes, maka  ibu terpaksa tidur di kamar kostku. Ibu Sandra, pemilik rumah kost tentu  mengizinkan, karena kami adalah anak dan ibu kandung. Rupanya, ibu  tidak tahu bahwa anaknya yang kini sudah kelas tiga SMP ini mulai suka  perempuan, dan bukan anak ingusan lagi. Maka terjadilah peristiwa itu.  Ceritanya begini, karena terlalu capek, ibu langsung tertidur pulas di  tempat tidurku. Tapi aku, entah bagaimana tiba-tiba terbangun pada pukul  12 malam. Entah, setan mana yang merasuki aku, malam itu penisku memang  tegang alias ngaceng melihat daster tipis yang dipakai ibuku  tersingkap. Hatiku sudah dag-dig-dug antara mau menyetubuhinya atau  tidak. Aku memang malu kalau ketahuan melakukan itu, tapi nafsuku susah  kuredam. Maka pelan-pelan kusingkapkan daster ibuku sampai ke pinggang.  Hatiku makin keras berdegup melihat kedua paha ibu yang putih mulus.  Dalam usianya yang 38 tahun, ibu masih tampak segar. Pelan-pelan kulorot  celana dalam ibu, dan kulihat bulu-bulu halus tampak di sekitar  selangkangannya. Tepat di tengah selangkangan itu kulihat sebuah garis  dua garing memanjang bewarna merah tua, kemaluan ibuku. Melihat ini, aku  seakan lupa kalau wanita yang telentang itu adalah ibu, maka aku segera  melucuti celana dalamku sendiri, dan merangkak di antara kedua pahanya.  Batang kemaluanku yang sudah berdenyut-denyut karena tegang itu segera  kuarahkan ke sebuah lubang kecil di antara kedua garis merah itu. Sekali  ayunkan pantat, masuklah batang penisku ke dalam liang vagina yang  limabelas tahun yang lalu melahirkan aku ke dunia ini. Sreettt... kepala  kemaluanku menggesek dinding kemaluan ibu, aduuhhh rasanya enuaaak!  Semakin dalam kubenamkan kemaluanku semakin enaak rasanya. Blessss!  Amblas sudah seluruh kemaluanku ke dalam vagina ibu. Srettt... aduh enak  rasanya ketika kutarik. Blesss... aduhh masuk lagi, enak lagi, Srettt,  aduh enaknya ketika kutarik lagi. Bless-Sreettt-Blesss-Srettt, akupun  makin hanyut dalam kenikmatan. Batang kemaluanku seperti dipilin-pilin,  nikmat! Tiba-tiba ibu membuka mata, dia membelalak kaget ketika  mengetahui aku berada di atas tubuhnya yang terlentang. "Haii, Anton!  apa-apaan ini?" bisiknya, takut kalau orang lain mendengar suaranya.  Mata ibu makin membelalak ketika melihat batang kemaluanku sudah amblas  ke liang vaginanya. "Ton, kau gila apa? aku ini khan ibu kandungmu?"  kata ibu sambil mendorong aku sekuat tenaga. Plep! batang kemaluanku  tercabut dari vagina ibu ketika aku terdorong sampai jatuh terduduk.  "Ampun, bu, aku nggak tahan," kataku sambil menutup kemaluanku. Malu  rasanya berbuat begitu pada ibu sendiri. "Lho, kamu khan masih SMP,  masih 14 tahun, masak sudah pingin begituan," kata ibu. "Bu, aku sungguh  pingin, tapi tidak ada salurannya. Tadinya aku mau ke tempat pelacuran,  tapi ibu keburu datang, maka jadilah semua ini," bisikku sambil  menunduk malu. "Lho, kamu tidak boleh main dengan pelacur! kotor itu,  nanti kamu sakit," kata ibu. "Tapi aku sungguh ndak tahan bu," kataku  masih menunduk. Tiba-tiba ibu mendekatkan wajahnya ke mukaku dan  berkata,"Ton, kamu jangan ke pelacur, malam ini ibu kasih kamu  kesempatan untuk merasakan seks, tapi janji kamu tidak ke pelacur,"  katanya. Aku kaget, tidak kusangka ibu tidak marah. Rupanya dia lebih  kawatir kalau aku main dengan pelacur. "Ibu tidak marah?" kataku seolah  tidak percaya. "Daripada kamu ke pelacur," katanya.. Lalu ibu melepas  pakaiannya sehingga dia kini telanjang bulat. Harus kuakui ibuku adalah  seorang wanita seksi, buah dadanya tampak masih padat, perutnya datar,  kulit tubuhnya halus. Melihat ini batang kemaluanku tegang lagi.  Langsung aku menindih tubuh ibu, kujilati semua bagian tubuhnya, ketiak  dan selangkangannya tidak terkecuali. Dan puncaknya pun tiba, kemaluanku  kembali menelusuri jepitan dinding vagina ibu.  Blesss-srett--bless-srettt-bless, srettt, batang penisku semakin cepat  keluar masuk liang vagina ibu untuk merasakan kenikmatan yang semakin  memuncak. Ibu tampak memejamkan mata, tangannya sekali-kali membelai  punggungku. Aku pun juga sekali-kali menghentikan gerakan penisku,  maklum berkali-kali aku merasakan kenikmatan yang luar biasa sehingga  hampir memuncratkan air mani. Sambil berhenti aku membenamkan  dalam-dalam batang penisku dalam jepitan vagina ibu yang licin dan  hangat. Sementara itu bibirku rajin menjilati buah dadanya, kuhisap  kedua putingnya, kuciumi dan kujilati kedua ketiaknya. Shhhhh,  nikmatttt! Bunyi lendir yang terkocok makin keras bunyinya ketika aku  kembali menggerakkan pantatku naik turun. Ibu memang nikmat, batang  kemaluanku seperti diurut-urut oleh daging lincin dan berlendir, enuaaak  rasanya. Tiba-tiba aku tidak dapat mengontrol kenikmatan ini, batang  kemaluanku betul-betul menyentuh bagian ternikmat dalam vagina ibu,  sehingga aku meregang, tegang, aduuuuhhh enakknyaaa buuu,  "crut,crut,crut,crut" air maniku muntah ke dalam vagina ibu. Akupun  lemas, tertidur di sebelah tubuh ibu. Pagi harinya, ibu berpesan agar  aku tidak menceritakan kepada siapa-siapa kejadian itu, dan agar aku  tidak ke pelacur. Pengalaman bersetubuh dengan ibu kandungku yang kedua  kalinya terjadi sebulan kemudian, ketika ibu kembali mengunjungi aku dan  kakak perempuanku. Sudah dua malam itu ibu tidur dengan kakak  perempuanku, biasanya ibu tinggal sampai empat malam di Surabaya sebelum  kembali ke Tuban. Pada malam ke tiga, aku mampir ke rumah kost kakak  perempuanku yang terletak persis di depan rumah kostku. Kulihat ibu  tengah duduk sendirian di kamar kakakku, rupanya kakak lagi pergi kursus  malam itu. "Lho, kamu koq nggak belajar?" sapa ibu ketika melihat aku  memasuki rumah kost itu. "Aku lagi pusing, bu?" jawabku pelan. "Kenapa,  kamu sakit?" tanya ibu sambil menempelkan tangan kanan di keningku. "Ah  enggak, cuma......" kataku tertahan. "Cuma apa?" Ibu mengejar. "Bu,  maaf... saya lagi pengin bener untuk melakukan lagi," bisikku.  "Melakukan apa?" cecar ibu. "Itu lho, yang kita lakukan di kamar saya  bulan lalu," jawabku sambil tersipu-sipu. "Ya ampun, Ton, kamu mau  lagi?" tanyanya. "iya bu, nggak kuat rasanya," kataku menunduk. "Tapi  kamu tahan khan selama ini, tidak ke pelacur?" tanya ibu lagi. "Ndak bu,  saya takut kena penyakit," jawabku lagi. "Oke deh, kamu pulang dulu ke  kamarmu, nanti sebentar lagi ibu menyusul ke sana," Jawab ibu sambil  berdiri. Hatiku pun dag-dig-dug membayangkan apa yang bakal terjadi.  Batang penisku kontan menggeliat-geliat ingin segera merasakan  elusan-elusan dan pilinan-pilinan dari vagina ibu. Aku segera ngacir  pulang ke rumah kostku, dan masuk ke kamar. Tak lama kemudian, kudengar  ibu bercakap-cakap dengan ibu kostku, Bu Sandra. "Bagaimana anak saya,  Bu Sandra?" tanya ibu. "Oh, baik-baik saja bu, dia rajin sekali  belajarnya," Jawab Bu Sandra. "Ini bu, saya mau berbicara agak pribadi  dengan anak saya, boleh kan saya masuk ke kamarnya?" tanya ibu. "Oh  silahkan bu, silahkan saja, monggo," kata Bu Sandra. Sementara itu, aku  sudah nggak tahan, sambil menunggu ibu, telapak tanganku mengelus-elus  kepala batang penisku, aduuh, enaknya, apalagi ujung penis itu sudah  mengeluarkan cairan bening dan licin. Lalu pintu kamarku terbuka, dan  masuklah ibuku, yang malam itu masih mengenakan celana pendek warna  hitam dan kaus putih. Buah dadanya tampak padat menggelayut. Melihat aku  tiduran sambil memainkan batang penisku, ibu tersenyum sambil  menggelengkan kepala. "Ya ampun anak ibu sudah nggak sabaran," katanya,  lalu tangannya bergerak melepas kausnya, breettt. Aku terbelalak,  melihat kulit tubuh ibu yang masih mulus, kuning langsat. Glek, glek,  aku menelan ludah beberapa kali. Breet, ya ampun, kini kutangnya pun  ditanggalkannya. Glek, glek, aku kembali menelan ludah membayangkan  nikmatnya menjilati kedua buah dada yang kenyal dan padat itu. Sroott,  kini malah celana pendeknya dilorotnya, lalu sroot lagi, kini dia sudah  telanjang bulat. Aduhh mak! aku ndak tahan menyaksikan ibu telanjang  bulat. Batang penisku makin berdenyut-denyut. Dengan langkah pelan ibu  mendekati aku, ia tersenyum melihat aku gemetaran. Aku makin menggigil  ketika tangan kanan ibu menyelusup masuk ke celana pendekku. Kurasakan  ada aliran kenikmatan di batang penisku ketika jari-jari tangan itu  mengusap batang penisku. "Sebenarnya kamu masih kecil nak, burungmu pun  masih kecil, tapi koq kamu sudah punya keinginan kuat untuk bersetubuh,"  kata ibu. "Ayo lepas pakaianmu," tambahnya. Tanpa dikomando dua kali,  aku segera melucuti pakaianku. Kini kami berdua telanjang bulat. Ibu pun  mulai merebahkan badannya di ranjang, kedua pahanya dibuka untuk  menyambut tubuhku. Tepat di tengah selangkangannya, kulihat dua garis  merah tua terbuka, dan persis di tengah garis itu, kulihat ada lubang  kecil yang terbuka sedikit, liang vagina ibu. Tapi aku tidak segera  memasukkan batang penisku ke sana, meski batangku meronta-ronta seperti  memprotes keras. Aku lebih tertarik untuk menciumi dulu kedua gundukan  daging di dada ibu, sambil meremas-remas, mengelus-elus gundukan susu  itu. Mmmmm.....enak katakku dalam hati ketika mencium bau wangi campur  keringat di buah dada ibu. Ingin rasanya kugigit kedua puting susunya,  tapi aku tidak sampai hati. Ibu sendiri tampak pasrah, matanya terpejam,  tangannya mengelus-elus punggungku. Kini aku sudah nggak tahan betul,  sebab batang kemaluanku sudah meronta keras. Maka pelan-pelan kuarahkan  batang kemaluan itu ke liang vagina ibu, dan Blesssssss, enaaaaakkkkk,  masuklah batang penisku untuk keduakalinya keliang memek ibu, yang  dahulu melahirkan aku ke dunia ini. Blesss, srettt, bless, sretttt,  batang kemaluanku kembali melakukan gerakan keluar masuk liang vagina  itu. Aduuuuuhhhhh seperti diurut-urut deh rasanya, enakkkk seperti  dielus-elus daging basah, kenyal dan berlendir licin. Bless, srett,  bless, sretttt, enuaaakkkkk, serasa otot-otot lingkar dalam kemaluan ibu  ikut-ikutan berdenyut-denyut menjepit-jepit batang kemaluanku. Ibu  masih memejamkan mata, tapi gerakan tangannya makin cepat mengelus-elus  punggungku, mungkin dia juga merasakan kenikmatan ini. Semakin cepat aku  melakukan gerakan memompa, semakin nikmat rasanya, seolah ada ribuan  semut yang lari dari ujung kemaluanku ke pangkal kemaluanku, geli-geli  nikmat. Buah dada ibu yang besar itu ikut bergoyang-goyang seirama  dengan sodokan kemaluanku. "Aduhhh bu, aku nggak tahan lagi," desahku  dalam kenikmatan yang amat sangat. Bless, srettt, bless, srettt,  kemaluanku terus mengocok di dalam liang vagina ibu yang sempit.  Cplak-cplak-cplak bunyi lendir yang terkocok dalam liang vagina ibu  terdengar seirama dengan makin memuncaknya kenikmatan yang kurasakan.  Tiba-tiba aku merasakan kenikmatan itu sudah memenuhi selangkanganku,  buah pelirku sudah penuh dengan kenikmatan, dan siap memuntahkannya.  Adduuuuuhhh kataku sambil mempercepat gerakan penisku.  Bless-srettt-blesss-srettt....... Aukhhhhh Crut-crut-crut-crut, air  maniku muncrat ke liang memek ibu. "Aduh bu, enaaaaakkkk" kataku pelan,  ibu cuma tersenyum. "Nanti kalau kamu lulus SMP dengan nilai bagus, ibu  akan memberimu pelayanan yang terbaik, ternikmat," kata ibu tersenyum.  Hubungan seksku dengan ibu kandungku berlangsung setiap bulan sekali,  yakni ketika dia mengunjungiku. Janjinya untuk memberi pelayanan  istimewa kalau aku lulus dengan nilai baik pun jadi kenyataan, karena  aku termasuk dalam tiga besar lulusan terbaik di SMP-ku. Pelayanan  istimewa itu tidak diberikan di kamar kostku di Surabaya, melainkan di  satu losmen di Tretes, yang berhawa dingin itu. Losmen itu menjadi saksi  bisu dari pelayanan istimewa yang diberikan ibu. Malam itu ibu meminta  aku melucuti pakaianku hingga telanjang bulat, dan memintaku telentang  di tempat tidur. Lalu, dia juga melucuti pakaiannya sampai telanjang  bulat juga. Busyet!!! kemaluanku langsung meronta-ronta, nyut-nyut-nyut,  berdenyut-denyut begitu mataku melihat tubuh ibu yang kuning langsat,  dan kedua buah dadanya yang padat tanpa sehelai benangpun. "Tenang dulu,  kamu tidur dulu, pejamkan mata," kata ibu padaku yang hampir menubruk  tubuhnya. Akupun menurut, kuletakkan kepalaku di bantal, dan memejamkan  mata. Tiba-tiba, aku merasa ada sesuatu yang hangat di kepala  kemaluanku. Hangat basah.....apa ini??? Ya ampunnn kepala penisku sudah  masuk ke mulut ibu. Aduuhhhh, enaknya ketika lidah ibu memainkan ujung  batang penisku. Aduuuhhh....sshhhhhhh. Aku mendesis ketika lidah itu  terus mengusap-usap ujung penisku dan kepala bagian bawah dari penisku.  Rasanya geliiiiii, nikmattttt. Lidah ibu terus menyusur ke batang  penisku dengan gerakan mengusap-usap. Aduuhhhhh....rintihku. Lidah itu  kini sudah sampai di buah pelirku, memandikan buah pelirku dengan air  liur ibu yang hangat. Geliiiii deeeehhhhhh. Sssshhhhhhh.... Setelah itu,  giliran pangkal paha kananku diselusurinya. Lidah itu mengusap-usap  pangkal paha kananku, terus menyusur ke paha, lutut, ke ujung kaki.  Aduuhhhhh Sssshhhhhh. Lalu ke ujung kaki kiri, naik lagi ke tulang  kering, ke lutut, ke pangkal paha, dan naik terus ke buah zakar, ke  batang penis, ke kepala penis. Ampuunnnnnn enuaaaknyaaaaa. Kini, lidah  itu sudah naik menyusuri perutku, menjilat-jilat pusarku, terus naik  lagi ke dada kanan, melumuri puting susu kananku dengan air liur yang  hangat, puting susu kiri juga, lalu ke leher, dan akhirnya ke mulut....  Mmmmmmm kuhisap lidah itu ketika memasuki mulutku, kugigit sedikit  dengan gemasssss... Tiba-tiba, aduuhhhh...aku merasa batang kemaluanku  memasuki jepitan daging hangat, kenyal dan berlendir....vagina ibu.  Rupanya saat mulutku asyik menikmati lidahnya, ibu menyodokkan vaginanya  ke batang kemaluanku yang memang sudah nyut-nyut-nyut itu. Tanpa  mengeluarkan lidahnya dari mulutku, ibu mulai menekan pantatnya ke  bawah. Blesssss.... Ujung penisku seolah diurut oleh daging yang  bergerinjal, dan basah dalam vagina ibu, enuaakkkkkkkkkkkkkkkkkkk. Ibu  terus melakukan gerak memompa. Blesss-sretttt-blesss-srettt.......  aduhhhhh batang kemaluanku kembali merasakan elusan dan remasan dinding  vagina ibu. Akupun menggelepar sehingga lidah ibu keluar dari mulutku.  Tapi lidah ibu terus mengejar, sehingga bisa kembali masuk ke dalam  mulutku. Sementara pantatnya tetap memompa, crep-crep-crep-crep.  Aduhhhhh... bu, enaak....rintihku pelan. Tiba-tiba ibu melepaskan  mulutnya dari mulutku. Kini tangannya bertumpu pada dadaku, dan dia  mulai memutar-mutar pantatnya seolah gerakan seorang penyanyi dangdut.  Serrrrrr-serrrrr-serrrrr batang peniskupun ikut terputar kekiri dan ke  kanan seirama dengan putaran pantat ibu. Addduuuuuuhhhh, nggak tahaannn  nih.... desisku. Ibu tidak ambil pusing dengan rintihanku, dia tetap  memutar, memompa, memutar, memompa pantatnya. Crot-crot-crot, bunyi  lendir terkocok terdengar dari vagina ibu. Buah dada ibu yang padat itu  juga ikut tergoyang-goyang seirama dengan gerakkan tubuhnya, sementara  perutnya tampak menahan dan melepaskan nafas. Sekitar lima menit aku  terombang-ambing dalam kenikmatan yang luar biasa, sampai ketika ibu  mulai mengubah posisi. Kini wajah dan badannya membelakangi aku,  sehingga pantat dan punggungnya yang menghadap ke mukaku. Sementara  tangannya bertumpu pada lututku, pantatnya kembali memompa.  crot-crot-crot lendir kembali terkocok, tapi kali ini lebih keras karena  batang penisku tertekan mengarah ke ujung kaki, bukan ke atas ke  kepala. Aduhhhhhh enaaakknyaaaa.......Seluruh otot lingkar dalam vagina  ibu makin erat melingkari batang penisku sehingga tiap tarikan dan  tusukan memberi rasa pijatan yang nikmat pada batang penisku.  Ssshhhhhhhh..... enaakkk. Kenikmatan itu makin menumpuk dan mendekati  puncaknya ketika gerakan pantat ibu makin cepat. Batang penisku makin  membengkak karena serasa tertekan ke bawah, sehingga menambah kenikmatan  yang menjalar di sana. Ketika ibu makin mempercepat kocokkannya, aku  tak tahan lagi, aku segera bangun memeluk tubuh ibu dari belakang,  kuremas buah dadanya, sementara batang penisku terus mengalami  kocokan-kocokan dari vagina ibu. Crot-crot-crot, bunyi lendir makin  keras, dan akhirnya oohhhhhhhhhh.... crut-crut-crut-crut, air maniku  muncrat, membasahi liang vagina ibu. "Aduhhhh puas bu," kataku kembali  merebahkan diri. Ibu cuma tersenyum lalu berkata,"itu hadiah kelulusan  kamu dari SMP." "Terimakasih bu, tapi masih ada ronde kedua dan ketiga  khan?" tanyaku. "Pasti deh...., tapi nanti ibu mau bersihin dulu,"  katanya sambil menuju kamar mandi dalam kamar losmen itu. Malam itu aku  mengalami ejakulasi dua kali lagi dari ronde kedua dan ketiga dengan  ibu. Esoknya kami check-out dari losmen untuk menuju ke Tuban.          Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                            |             
              
Tidak ada komentar:
Posting Komentar