|                               Cerita Sex - Tugas Kenikmatan               Apr 5th 2013, 14:16                                                                                                      
                   Halo, perkenalkan namaku Dana usia 27 tahun berasal dari Sumatra  Utara. Aku sudah berkeluarga dengan 1 anak yang masih berusia 3 tahun.  Aku dan R suamiku hidup sangat romantis dan sebenarnya keharmonisan kami  sudah terbentuk sejak kami masih berteman (R adalah rekan kerja satu  kantor sampai sekarang) yang seiring berjalannya waktu kamipun  berpacaran.
  Ternyata keasikan pertemanan kami setelah memasuki masa pacaran tidak  mengalami perubahan malah semakin kompak karena untuk pulang kerumah aku  tidak perlu kuatir jam berapapun karena R dengan setia siap mengantarku  pulang atau kalau aku yang lembur maka R akan pulang duluan lalu  kembali ke kantor untuk menjemput. Maklumlah sekalipun posisiku dikantor  masih tergolong pegawai biasa tetapi kesibukan seolah tidak pernah  berhenti dan aku sangat menikmati pekerjaan itu.
  Oh ya aku saat ini aku bekerja di bagian keuangan salah satu NGO asing  yang menangani perpajakan sehingga banyak sekali tugasku menuntut aku  harus banyak menghabiskan waktu untuk berhubungan dengan orang-orang  pajak yang sudah menjadi rahasia umum sangat banyak tuntutan. Akupun  jadi terbiasa menghadapi mereka dan tak jarang untuk dapat "melunakkan"  hati mereka aku harus bersikap seluwes bahkan cenderung berpura-pura  genit termasuk tampil agak seronok dengan tujuan supaya tugasku dapat  selesai dengan mudah. Untungnya suamiku cukup bijaksana dan dapat  memahami keberadaanku dengan memberikan kepercayaan 100% kepadaku.  Ternyata keleluasaan ini justru membawa aku kedalam situasi yang sulit  hingga akhirnya aku memasuki satu dunia yang belum pernah kukenal tapi  gilanya aku jadi sulit untuk keluar dari dunia tersebut yaitu threesome  sex.
  Awalnya ketika itu kantorku menjelang tutup buku dan seperti biasanya  kesibukan kami di keuangan menjadi luar biasa tingginya sampai-sampai  ada beberapa rekanku yang harus pulang kantor menjelang pagi. Aku  sendiri tetap pada tugas utama yaitu merapihkan laporan-laporan pajak  dengan dibantu oleh petugas-petugas pajak. Syukurlah kali ini yang  ditugasi untuk konsolidasi ada 2 orang yang sudah tidak asing bagiku  yaitu Heru (26) dan Dimas (25) sehingga aku tidak perlu buang-buang  waktu untuk beradoptasi dan menjelaskan kondisi kantorku.
  Kami janjian ketemu di Hertz Chicken untuk makan siang sekaligus  berdiskusi awal menyepakati hal-hal apa yang harus dilakukan dan  pembagian tugasnya. Karena sudah akrab kamipun menyelingi diskusi dengan  senda gurau dan setelah itu kami lanjutkan pekerjaan inti di kantor  mereka yang letaknya cukup jauh yaitu di Tanggerang. 3 hari pertama  semua berlangsung normal, ketika memasuki hari ke 4 volume pekerjaan  semakin serius sehingga tidak terasa sudah jam 8 malam. Sedangkan target  selesai kerjaan kami hari ke 6 sudah harus dilaporkan. Akupun jadi  gelisah sendiri dan rupanya Heru menangkap gelagat itu dan mencoba  membantuku mencari solusinya.
  "Bukan apa-apa Her, rumahku kan jauh sekali di Bogor sedangkan jam segini aku masih di Tanggerang" "Ya udah begini saja, bagaimana kalau Mbak Muti bermalam saja di cottage  dekat kantor lalu besok pagi minta tolong suami Mbak Dana membawakan  pakaian ke kantor. Tapi sekarang harus kasih tahu dulu sama suami supaya  dia tidak gelisah nungguin," usul Heru "Boleh juga, usul diterima" sambutku gembira dan mengangkat tangan untuk TOSH dengan Heru.
  Segera kutelpon suamiku R yang sedang berada di luar kota untuk minta  ijin dan R menyetujui bahkan menyuruhku supaya mentuntaskan. Setelah  makan malam nasi goreng di kantor akupun minta tolong Heru mengantarku  ke cottage yang dimaksud. Setiba disana ternyata tempatnya cukup  menyenangkan karena tersedia ruang tamu dan 2 kamar ditambah lagi hari  itu ada rate khusus berkenaan dengan ulang tahun cottage tersebut.  Melihat itu spontan aku langsung setuju bahkan menyesali.
  "Tahu begitu kita kerja disini saja lebih enak" Rupanya reaksiku ini disambut oleh Heru, "kalau begitu bagaimana kalau  kita melanjutkan tugas kita disini supaya aku dan Dimas enggak perlu  repot-repot karena disini kan bisa sekalian mandi lalu tidur, mumpung  kamarnya dua.. gimana Mbak?" "Boleh saja," jawabku pendek tapi dalam hati menyesali spontanitasku  tadi karena berarti malam ini aku akan berada bersama 2 laki-laki dalam  satu atap rumah.
  Namun keraguanku pupus karena aku berusaha berpikir positif, toh kita  nggak akan macam-macam karena kamar kami terpisah, kalaupun terjadi  apa-apa atas diriku aku bisa berteriak. Ah, jahatnya hati ini.. kalau  dilihat dari sikap dan penampilan mereka yang intelek mana mungkinlah  mereka mau berbuat macam-macam.
  Tak lama kemudian Dimaspun datang dengan membawa beberapa tumpuk order  dan meletakkan di meja makan yang rencananya akan kami jadikan meja  kerja. Untuk menghilangkan rasa lelah aku memutuskan untuk berendam di  kamarku yang juga dilengkapi dengan kamar mandi. Tapi baru kusadar aku  tidak membawa pakaian, untunglah aku membawa kaos mirip singlet dan  kebetulan dibalik celana panjang yang kupakai aku juga mengenakan celana  sport stretch hitam sebatas diatas lutut. Masalah lain adalah aku hanya  membawa CD yang menempel.. Duh bagaimana ya..
  Akhirnya aku dapat ide untuk mencuci CD itu dan menjemur di kamar mandi  dengan harapan besok pagi sudah kering. Sebagai pengganti CD aku  melapisi kemaluanku dengan panty liner yang kutempelkan langsung di  celana. Beress.. Kan?? Lalu mandilah aku dengan air panas yang sudah  kuatur sesuai selera. Usai mandi akupun berbusana seperti yang sudah aku  pikirkan dan ketika keluar kamar kulihat Heru dan Dimas sudah segar  karena mereka juga sudah mandi dan seolah sudah janjian mereka sama-sama  mengenakan celana pendek, tapi bagian atasnya hanya Heru yang  mengenakan kaos singlet sedangkan Dimas bertelanjang dada saja  membiarkan dadanya yang bidang berotot dan berbulu itu terpampang  membuat darahku sedikit berdesir.
  "Maaf Mbak Dana aku terpaksa tidak pakai apa-apa karena tadi waktu mau mandi bajuku jatuh dari kapstok sehingga basah"
  Dimas berusaha menjelaskan dan menutupi rasa saltingnya karena mataku menatap tajam.
  "O ya, tapi sudah dijemur kan?" tanyaku basa basi. "Sudah sih," jawab Dimas sambil pura-pura sibuk dengan kerjaannya lagi. "Ah, bilang aja mau pamer bulu sama Mbak Dana.. ck, ck, ck.. Di  kampungnya aja segitu banyak apalagi di kotanya.. ha, ha, ha" ganggu  Heru sambil melirik ke aku dan kulihat Dimas semakin malu.
  Rupanya introduksinya Heru tidak berhenti disitu karena akhirnya kami  kembali bersenda gurau yang selanjutnya topikpun beralih serius menjadi  diskusi tukar pikiran seputar hal-hal yang sangat pribadi dan kamipun  tenggelam asik dalam pembicaraan tentang teknik-teknik ML. Dari situ  baru kuketahui dari kisah-kisah mereka ternyata Heru sangat piawai dalam  teknik sex. Heru terus bercerita tentang pengalamannya dengan beberapa  teman gadisnya yang menurut pengakuannya cewek-cewek itu sangat  tergila-tergila dengan permainannya.
  Lain halnya dengan Dimas yang lebih banyak mendengarkan tapi tanpa sadar  Dimas sudah menutupi bagian auratnya dengan bantal, mungkin malu kalau  ketahuan "adik"nya sudah meronta-ronta. Semula aku bertahan untuk tidak  menceritakan pengalamanku, tapi karena Heru pandai memanfaatkan suasana  akhirnya kuceritakan juga apa saja yang aku dan suamiku pernah lakukan  tapi masih dalam batas yang sopan karena itu hal yang tabu untuk  disampaikan kepada orang lain apalagi lawan jenis dan bukan suami  sendiri.
  Lama kelamaan level cerita kamipun meningkat, aku sudah semakin berani  menyampaikan hal yang sekecil-kecilnya tentang apa saja yang masing aku  dan suamiku sukai. Begitu juga dengan Dimas yang berhasil dibuat mengaku  kalau ternyata selama ini mengalami minder akibat bawaan lahir karena  memiliki penis yang sangat besar. Dengan tetap berusaha keras  mengendalikan hormon wanitaku aku berusaha untuk menghibur Dimas.
  "Ah, kenapa harus minder.. Justru seharusnya bangga dong. Seperti aku,  maaf kata nih, aku suka minder karena memiliki rambut yang berlebihan.  kalau laki-laki seperti kamu sih nggak apa-apa, tapi aku suka kuatir  suamiku tidak menyukainya. Buktinya setiap aku memintanya untuk mengoral  selalu ditolak halus, tapi jangan salah.. Dia selalu puas dengan coitus  kami"
  Hari semakin malam dan topik diskusi kami semakin panas dan kamipun  sudah berpindah ke sofa. Ketika kami membahas threesome sex dan entah  sadar atau tidak sambil bercerita posisi duduk sudah tak karuan.. Aku  bersandar di pegangan sofa dengan kaki diatas pangkuan Heru dan kaki  sebelah berjuntai ke karpet dimana Dimas duduk dilantai sambil menikmati  Heru yang memijat betis indahku dengan bulu-bulu halus yang tumbuh  rapih disitu dan Dimas memijit telapak kakiku yang putih bersih dengan  kuku dilapisi kutex transparan.
  Begitu nikmat sensasi pijatan yang mereka berdua lakukan akhirnya aku  merasa melayang apalagi pijitan Heru sudah naik ke arah pahaku dan aku  ingat aku hanya mengangguk dengan mata terpejam ketika Heru dan Dimas  melepaskan celana sportku dengan alasan untuk memudahkan pemijitan dan  lupa kalau itulah pertahananku terakhir. Ketika kubuka mata untuk  mencegah upaya mereka tapi ternyata terlambat karena celana itu baru  saja terlepas dari ujung kakiku.
  "Duh.. Kalian ini.. Aku jadi malu"
  Tapi mereka tidak menggubris sebab mereka sudah asik masing-masing  dengan kakiku.. Dan aku semakin bergumul dengan diri ini antara menolak  dan sebaliknya.. Yang kesimpulannya aku dengan perlahan dan sambil  menggoyang-goyangkan pinggul akibat sensasi yang begitu hebat membuka  kakiku terbuka lebar-lebar dan melupakan rasa malu karena telah  memamerkan bagian dari wanita yang mestinya aku tutupi dan hanya dapat  dibuka didepan suamiku. Tapi peraturan itu seolah tidak berlaku karena  dibawah selangkanganku sana dua lelaki muda sedang menggeluti pahaku  dan.. Oow mereka tiba-tiba berubah seperti hewan lapar sedang rebutan  makanan dan begitulah mereka sedang saling dorong untuk bisa melahap  kemaluanku..
  Dan akhirnya Dimas mengalah membiarkan Heru melahap kemaluanku dengan  rakusnya, selanjutnya giliran Dimas yang berbeda dari Heru.. Lebih  lembut tapi oougghh seluruh permukaan kemaluanku terasa dikunyah,  penasaran mau tahu apa yang sedang Dimas lakukan, kubuka mata dan  kulihat mulutnya yang ditumbuhi janggut dan kumis tebal itu telah  menutupi kemaluanku membuat aku kegelian hebat serta tiba-tiba kurasakan  ada sesuatu yang mendesak dari bagian bawahku yang ternyata cairan  kewanitaanku mengalir deras memenuhi rongga kemaluanku..
  Setelah puas menggeluti kemaluanku Heru mengambil handuk dan menyeka  kemaluanku.. Dan mengambil sesuatu yang ternyata krim cukur jenggot dan  shaver.. Aku tahu apa yang akan Heru lakukan tapi akibat kenikmatan oral  sex itu aku seperti tidak berdaya dan tetap telentang dengan posisi  mengangkang..
  "Heru apa yang mau kamu lakukan??"
  Tapi pertanyaanku tidak digubris malah Heru memberi kode kepada Dimas  yang kemudian Dimas menghampiriku dan didepan mataku dia menurunkan  celana pendeknya.. Dan wow.. Batang kemaluan Dimas ternyata sudah memuai  sampai sebesar tangan bayi.. Dengan tetap lembut Dimas menyodorkan  Super Dicknya ke mulutku sehingga mulutku sekarang penuh sesak dengan  penis milik Dimas sementara dibawah sana Heru rupanya asik mencukuri  kemaluanku.. Semua proses itu berlangsung kira-kira 15 menit dan ketika  "pekerjaan" Heru selesai Dimaspun mencabut penisnya dari mulutku.
  Ketika kutengok kemaluanku sudah licin memerah.. Setelah membersihkan  sofa dari bulu-buluku Heru memulai tugas lainnya, penisnya yang tidak  kalah besarnya dari milik Dimas segera melompat dari celana pendeknya..  Sehingga yang terlihat sekarang 3 insan berlawanan jenis sudah polos  tidak mengenakan apa-apa terlebih aku sudah seperti bayi karena  kemaluanku sudah tidak ditumbuhi bulu lagi dan sedang digosok-gosok oleh  batang kemaluan Heru sampai cairanku keluar seolah menyatakan siap  untuk menyambut penis Heru yang besar dan penuh urat..
  "Sshh.."
  Hanya desisan itu yang keluar dari mulutku ketika kepala cendawan itu  menerobos perlahan kewanitaanku yang selama ini hanya digunakan oleh  suamiku R. Secara naluri mulutku terbuka lebar ketika kurasakan batang  kemaluan Heru sudah tertanam seluruhnya di dalam liang senggamaku..  Setelah beberapa saat didiamkan yang ada dibenakku adalah betapa  sesaknya kemaluanku dan gatalnya minta ampun sehingga tanpa sadar  pinggulku bergoyang yang disambut dengan genjotan Heru..
  Selang beberapa lama Heru tiba-tiba membalikkan tubuh kami dengan penis  masih tetap tertanam sehingga sekarang aku berada diatas Heru memberiku  kesempatan untuk mencari sensasi sendiri.. Hal ini berlangsung cukup  lama entah sudah berapa kali aku orgasme.. Tak lama kurasakan bokongku  ada memukul-mukul pelan, ketika kutengok ternyata Dimas sedang dalam  posisi tegak dibelakangku dan mengoleskan baby oil ke anusku..  Selanjutnya yang terjadi adalah kenyataan 2 penis besar mereka sudah  tertanam dalam tubuhku.. Luar biasa nikmatnya sampai akhirnya merekapun  ejakulasi dan menumpahkan di wajahku..
  Setelah itu kami bertiga tertidur pulas dan pagi-pagi kami bangun  melanjutkan pekerjaan yang tersisa. Bedanya dengan kemarin-kemarin  adalah sekarang kami bekerja tanpa sehelai benangpun dan bila sudah  mulai bosan kami selingi dengan persetubuhan.. Kadang aku melayani  sekaligus berdua, kadang satu-satu dan sementara salah satu dari mereka  tetap bekerja.
  Lucu memang.. Tapi itulah pengalaman dahsyat yang aku alami dan membuat  aku jadi sekarang jadi ketagihan.. Malah aku pernah melayani Heru dan  Dimas ditambah 3 orang temannya yang lain.. Luar biasa.. Benar-benar aku  sudah punya dunia sendiri diluar ijin suamiku R.          Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - bercinta dengan Rini               Apr 5th 2013, 14:05                                               
 
  Rini adalah seorang nyonya muda berumur 27 tahun dan belum  memiliki anak. Dalam kehidupan perkawinannya dengan Herman selalu  berjalan mulus dan penuh kebahagian.Rini dikarunia postur tubuh yang  tinggi 161cm dan berkulit putih mulus dan ditambah tonjolan buah dada  yang sedang.Pasangan ini dalam kesehariannya selalu sibuk dalam mengejar  kariernya. 
  Hendra adalah eksekutif pada sebuah bank swasta terkenal dikota solo dan  Rini juga bekerja pada sebuah bank pemerintah dikota yang sama.Hendra  dikantornya menduduki posisi yang amat menentukan dan tidak heran ia  slalu di tugaskan keluar daerah untuk melakukan ekspansi bank tersebut. 
  Hari itu malam minggu , seperti biasanya Hendra dan Rini malam itu  keluar rumah untuk menghilangkan kepenatan selama dalam  pekerjaannya.Malam itu tujuan mereka adalah sebuah Restoran ternama yang  terletak pada sebuah hotel dikota itu.. Dengan kebahagiaan yang dalam  pasangan ini menikmati suasana malam di restoran itu sambil makan malam.  Setelah merasa kenyang dan menyelesaikan pembayaran, Pasangan ini lalu  beranjak pulang . Hendra menyetir BMWnya keluar dari pelataran parkir  hotel itu menuju kejalan raya. 
  Suasana jalan malam itu amat ramai dan dipenuhi oleh pasangan2 muda yang  bermaklam minggu. Namun dalam keramaian itu tanpa disengaja Hendra  mobilnya menyenggol mobil di sebelahnya. Lalu Hendra menepikan mobilnya  dan mobil yang tersderempet olehnya tadi juga menepi. Hendra keluar dari  mobilnya dan melihat keadaan mobilnya, oo,, nggak apa apa cuma lecet  dikit ! kata Hendra kepada Rini. Namun tidak demikian dengan pengemudi  mobil Kijang itu. Sopirnya yang berbadan kekar dan ditaksir berumur 53  tahun itu marah marah disertai kata kata kasar kepada Hendra. Hayyyy...  kemana aja mata kamu haaaaaa.... hardik sopir itu. maaf pak saya yang  salah , jawab Hendra sabar. Coba kau lihat bumper mobilku.. kata sopir  itu lagi, hancur kan? Nah kamu harus menggantinya kalau tidak malam ini  kau ku tahan kata sopir itu lagi.Hendra melihat mobil bapak itu, dan  memang penyok dan ia bersedia menggantinya. 
  Sopir kijang itu lalu meminta SIM Hendra , Lho apa hak bapak minta SIM  saya kata Hendra, asal kau tahu ya anak muda, aku polisi sini, kau bisa  ku bawa kekantor bagaimana? Haaa... dengan arogan Bapak berkata pada  Hendra. Lalu Hendra menyerahkan SIMnya pada oknum polisi itu.Karena hari  saat itu malam, Hendra minta pada oknum itu untuk menyelesaikan masalah  itu esok harinya, sambil memberikan alamat rumahnya. Oknum itupun  menyanggupi setelah sempat memandang kedalam mobil Hendra dan melihat  Rini yang malam itu sangat cantik dan anggun dengan blus ungu ketat. 
  Rini yang berada dalam mobil saat itu melihat kejadian itu dengan cemas  dan mengkhawatirkan Hendra dengan melihat kesombongan oknum itu.Setelah  oknum itu dan Hendra sepakat menyelesaikan masalah itu esok harinya di  rumah Hendra. Lalu masing2 masuk kemobilnya dan bergerak untuk pulang. 
  Minggu pagi itu seperti yang di sepakati, oknum itu datang kerumah  Hendra dan diterima Hendra dengan baik. Dengan sedikit basa basi oknum  itu memperkenalkan diri dan namanya adalah Markus dan bertugas di  kepolisian kota itu dengan pangkat iptu.Pagi minggu itu disepakati untuk  kebengkel bersama Hendra untuk menanyakan perbaikan mobil Iptu Markus  itu.Sebelum berangkat Rini dengan ramah menyilahkan tamu itu untuk minum  pagi dulu setelah berjabat tangan dengan oknum polisi itu. Oknum polisi  yang bernama Markus itu amat terpesona akan kecantikan Rini yang pagi  itu amat segar bugar dengan kaos ketat dan celana 3/4 sampai betis. 
  Lalu Hendra dan Markus berangkat kebengkel dengan mobil Markus. Setelah  di ketahui yang rusak dan yang harus diganti maka Hendra menyetujui  anggaran perbaikan mobil Markus itu dan karena Hendra tidak membawa  mobil maka Dijanjikan esok hari Senin mobil Pak Markus masuk bengkel.  Siang harinya Markus menagntar Hendra kerumahnya yang terbilang asri  dikota itu. Setelah pamit pada Hendra dan Rini maka Markus pulang. 
  Senin itu mobil Pak markus di perbaiki dibengkel dan baru selesai esok  harinya. Setelah mobilnya selesai dan kembali seperti sedia kala maka  Markus mendatangi rumah Hendra malam selasa itu untuk minta tambahan  biaya perbaikan. 
  Setiba dirumah Hendra malam selasa,ia mengetuk pintu rumah itu.Pak  Markus memencet bel dan tidak lama kemudian pintu dibuka oleh Rini.  Oo... pak Markus apa kabar pak? tanya Rini sambil menyilahkan markus  masuk kedalam ruang tamu saat itu. Mengenai yang kemaren Buk.. kan pak  Hendra berjanji akan menambah kekurangan biayanya. jawab pak markus. Oo  ya... saya ngerti jawab Rini... Tapi Mas Hendra sedang ke Medan untu  seminggu ini dan ia titip pesan bahwa masalah itu biar saya saja yang  handel , terang Rini. baiklah bu... saya ngerti koq jawab Pak Markus.  Wah.... mau minum apa pak? tanya Rini .. saya teh saja bu... jawab  Markus.. bentar ya pak... saya bikinkan...kata Rini sambil beranjak  kedapurnya. saat itu Timbul pikiran kotor di otak Markus karena Rini  hanya sendiri dan suaminya tidak dirumah ditambah oranglain tidak  ada.Maka ia berencana untuk menaklukan Rini karena sejak ia lihat malam  itu di mobil ia slalu membayangkan sosok Rini. 
  Beberapa saat kemudian Rini keluar dari dapur dan membawa minuman dan  sedikit makanan kecil. Nih pak tidak seberapa dicicipi ya pak? Rini  menyilahkan tamunya minum sambil jongkok . Saat itu Markus melihat  belahan dada rini yang putih mulus itu ditutupi bra putih.Lalu Rini  duduk didepan pak Markus.sambil berbincang bincang kesana kemari dan  hari beranjak malam saat itu, namun pak Markus belum juga mau pulang.  Sedang Rini sudah salah tingkah malam itu. Sebab ia merasa tidak enak  hati jika menyuruh tamunya pulang . 
  Markus adalah Oknum polisi yang sudah berpengalaman dengan wanita .  Sebagai polisi ia amat pintar memanipulasi keadaan dan memancing  informasi dari seseorang. Dengan keahliannya ia pancing Rini untuk  memberitahukan ttg kehidupannya ttg pekerjaan dan kehidupan ranjangnya.  Tanpa disadarinya Rini terjebak dalam alur manipulasi markus yang seumur  dengan ayahnya itu. 
  Rini yang biasanya amat membanggakan Hendra dalam berbagai hal ,saat itu  tak berkutik dengan kata2 Markus yang menerangkan bahwa sebagai laki2  Hendra itu tidak bisa dibanggakan karena tidak bisa melindungi istrinya  ditambah sapai saat ke tahun 3 perkawinan mereka belum di karunia anak.  Rini merasa di telanjangi dan merasa pikirannya kosong dengan kemampuan  Markus membawa emosi Rini kearah pemberontakan diri. 
  Dengan sedikit menggeser duduknya kesamping Rini, Markus dengan leluasa  memegang jari Rini yang saat itu terpaku. Sambil berkata, Dek Rini nggak  usah khawatir, serahkan masalah adek itu pada saya , bujuk  Markus,sambil merangkul bahu Rini kedadanya.Rini menurut seakan ia  mendapat tempat perlindungan saat itu.sambil membelai rambut dan balik  telinga Rini Pak Markus terus memberikan sugesti dan manipulasi keadaan  pada Rini.Rini terhanyut karena nya. 
  Markus yang penuh dengan pengalaman bisa mengusai Rini dan seperti  terhipnotis, Rini menurut saja dan memejamkan matanya saat Markus  mencium bibirnya yang merah jambu itu. Lalu tangan kekar yang ditumbuhi  bulu itu meraih pinggiran buah dada rRini dan memilinnya.Rini hanya  terdiam dan hanyut terbawa alunan permainan tangan Markus. Lalu markus  menghentikan tindakannya dan minta diri untuk pulang karena malam sudah  larut. Ia tahu saat itu Rini telah pasrah akan perbuatannya namun ia  untur karena ia tidak mau terburu nafsu. Bu... saya pulang ya? Besok  saya kesini lagi.. ooo ya bagaimana jika saya jemput dari kantor besok?  tanya Markus... ooo nggak usah pak. Dirumah saja jawab Rini seakan  memberi peluang pada Markusuntuk datang esok malam. 
  Malam yang dijanjikan itu dengan menumpang taksi Markus sampai dirumah  Rini. malam Bu... sapa markus.. ooo masuk pak... duduk dulu ya? kata  Rini. malam itu Rini berdandan seperti menanti seorang yang istimewa.  Dengan bincang2 sebentar lalu pakMarkus pindah duduk disamping Rini dan  memulai tindakan yang tertunda malam kemaren. Rini yang saat itu memang  telah dikuasai markus membiarkan setiap tindakan tangan dan mulut Markus  yang berani membelai dada dan meremasnya. 
  Karena malam itu Markus ingin menjalankan aksinya maka ia berdiri dan  mengunci pintu rumah itu dari dalam. Lalu ia kembali kesamping Rini dan  dengan leluasa memegang apa saja yang ia sukai di tubuh Rini. Markus  merasa tidak nyaman di ruang tamu itu lalu membimbing Rini kekamarnya.  Dikamar yang asri dan ber AC itu markus lalu melepaskan satu persatu  busana Rini hingga yang tertinggal hanya bra dan cdnya saja. Dengan  keahlian dan lihainya ia giring Rini untuk menurut. Markuspun lalu  membuka busananya dan lalu kedua makluk berbeda usia itu sama2 bugil dan  membelai. Markus dengan sosok yang keakr diusianya yang mulai tua itu  tapi penisnya tidak demikian >penisnya tegak berdiri dan  siapdisarangkan ke kemaluan Rini. 
  Markus lalu memberikan kesempatan pada Rini untuk mengulum penisnya...  Rini dengan malu lalu mengulumnya dalam bibirnya dan menjilatnya hingga  penuh semua rongga mulutnya. Sedang Markus pun terus memasukan jari  tangannya kekemaluan Rini dan memainkan klitoris Rini. Tidak lama  kemudian Rini orgasme dan lobang vaginanya basah oleh cairan cintanya.  pak Markus belum juga klimak namun pada waktu ke20 ia keluarkan maninya  dimulut Rini dan tertelan oleh Rini, saat itu Rini mau muntah karena ia  tidak biasa begitu dengan suaminya. 
  Rini berlari kekamar mandi dengan bertelanjang, dalam kamar mandi ia  muntah dan berusaha mengeluarkan mani Markus.namun tetap ada yang  tertelan olehnya. Kemudian ia kembali kekamar dan melihat Pak Markus  Tiduran dan memandang kearahnya. Bagaimana Rin? Kita lanjutkan? Tanya  markus sabar. Rini diam. Kediaman Rini memberi sinyal bahwa Markus harus  merangsangnya lagi. 
  Markus lalu kembali membaringkan Rini di ranjang yang biasa ditiduri  Rini Degan Hendra itu. lalu markus menjilati permukaan kulit Rini yang  penuh keringat itu hingga Rini kembali bergairah dan siap untu babak  kedua.Setelah beberapa saat di ransang maka Markus bersiap untuk  menjalankan babak terakhir. Ia angkat kedua kaki Rini yang putihmulus  itu, lalu ia buka dan letakan di bahunya yang kekar itu.Penisnya tegak  terarah kemulut lobang Rini. Sekali dorong masuklah kepala penisnya dan  memang agak sempit karena belum pernah melahirkan. Rini merasa ngilu di  lubangnnya.. pakk... aduhhh sakit pak... sambil tangannya mencengkram  bahu Markus. Tenang Rin.... bentar lagi ya... Markus berhenti dan  kembali ia hujamkan penisnya hingga mentok Rini menjerit aduhhhhh...  pakkkkk... dan dari sudut matanya keluar air mata karena menahan sakit  di hantam penis Markus yang luar biasa besar dan panjangnya itu. 
  Saat penisnya telah masuk semua markus mendorong keluar masuk lambat  lambat dan mempercepat gerakan maju mundur. Sementara Rini memegang erat  lengan Markus dan keringatnya mengucur deras dari kulitnya yang pitih  mulus itu. Sesekali payudaranya di remas Markus denag tangannya dan  mulutya mengulum bibir Rini. Karena kerasnya goyangan dan gerakan Markus  hingga membuat payudara Rini turun naik mengikuti irama gerakan Markus  itu. 
  Dengan takluknya Rini pada Markus maka ia dengan penuh semangat  terusmemompa hingga Rini orgasme berulang ulang. #5 Menit kemudian  Rinitelahlemas dan tak bertenaga barulah Markus memuntahkan airmaninya  didalam vagina Rini. Penisnya ia biarkan didalam lubang itu hingga  mengecil. Rini merasa setiap sendi tulangnya lemas dan lunglai saat itu  diam saja. pak markus masih tetap diatas tubuh Rini dan tertidur.  Tubuhnya yang hitam kekar itu masih terus menutupi tubuh Rini yang penuh  campuran keringat kedua manusia itu. 
  Malam itu merupakan malam kemenangan Markus karena telah dapat menguasai  Rini. paginya saat bangun Rini merasa capai dan ia minta izin untuk  tidak kekantor. Selama siangnya dirumah Rini Markus mengulangi  persenggamaaan itu, hingga sorenya baru ia pulang. Rini setelah kejadian  itu mendapatkan kepuasan sex yang belum pernah ia rasakan selama  perkawianannya . Sejak saat itu secara sembunyi2 Rini dan Markus  melakukan hub terlarang itu baik di rumahnya atau hotel. 
  Rini telah menjadi wanita yang butuh kehangatan , iapun terus menjaga  ritme hubungan dengan suaminya Hendra. bagaimanpun ia tidak ingin  rumahtangganya terganggu oleh affairnya dengan markus yang notabene  seusia ayahnya dan oknum polisi itu 
    Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               cerita Sex -  ngentot adik kelas               Apr 5th 2013, 14:03                                               
 
  Aku duduk di kelas 3 SMU saat ini. Namaku Nia, lengkapnya  Lavenia, aku sangat terkenal di sekolah, teman-teman kagum akan  kecantikanku, apalagi cowok-cowok, yang sering mengusilli aku dengan  menggoda, aku sih cuek saja, soalnya aku juga senang sih. Aku punya  sebuah "geng" di sekolah, Manda dan Lea adalah teman-teman dekatku.  Kemanapun aku pergi mereka seperti biasanya selalu ada.
 
  Tahun ajaran baru kali ini sudah tiba, banyak adik-adik kelas baru yang  baru masuk kelas 1. Sherry Andhina, nama gadis itu, ia baru duduk di  kelas 1, tetapi ia sudah terkenal di sekolah ini. Bahkan ia bisa  menyaingiku. Memang dia cantik, lebih cantik dari aku, kulitnya putih  bersih terawat, dengan wajah agak kebule-bulean dan rambut sebahu,  tubuhnya juga bagus, sintal, dan sexy. Baru 2 bulan bersekolah, nama  Sherry sering jadi bahan pembicaraan cowok-cowok kelas 3 di kantin, ada  yang naksir berat, bahkan kadang-kadang mereka suka berbagi fantasi seks  mereka tentang Shery. Sherry tidak seperti aku, ia gadis pendiam yang  nggak banyak tingkah. Mungkin itu yang membuat kaum cowok tergila-gila  padanya.
 
  Semakin hari Sherry semakin terkenal, keegoisanku muncul ketika kini aku  bukan lagi jadi bahan pembicaraan cowok-cowok. Kekesalanku pun memuncak  kepada Sherry, akhirnya aku, Manda dan Lea merencanakan sesuatu,  sesuatu untuk Sherry. Seperti aku, Sherry juga anggota cheerleaders  sekolah, siang itu aku menjalankan rencanaku, aku bohongi Sherry untuk  tidak langsung pulang sekolah nantinya, karena akan ada latihan cheers  yang mendadak, ia menolak, namun dengan segala upaya aku membujuknya  sampai ia mau.
 
  Sore itu, sekolah sudah sepi, tersisa aku, Manda, Lea, Sherry dan 4 orang penjaga sekolah. Aku pun mulai menjalankan rencana ku.
 
  "Kak, sampai kapan Sherry mesti nunggu disini?"
 
  "Udah tunggu aja, sebentar lagi!!"
 
  Sherry mulai kelihatan cemas, ia mulai curiga terhadapku.
 
  "Sudah beres Non" Tejo si penjaga sekolah melapor padaku.
 
  "Oke" jawabku.
 
  Rencana ini sudah kusiapkan dengan matang, sampai aku membayar 4 penjaga  sekolah untuk mau bekerja sama denganku, bukan hal yang berat bagiku,  aku anak orang kaya.
 
  "Ya udah, ikut gue sekarang!!" perintahku untuk Sherry.
 
  Dengan ragu-ragu, Sherry mengikuti aku, Lea dan Manda. Kubawa ia ke  ruang olahraga sekolah, tempat dimana kita biasa latihan cheerleaders.
 
  Sherry menangis karena bentakan dari aku, Manda dan Lea, ia terlihat  ketakutan, tetapi kami terus menekannya secara psikologis, sampai ia  menagis.
 
  "Sherry salah apa Kak?" ia menangis terisak-isak.
 
  "Lo baru masuk sekolah 2 bulan aja udah banyak lagak, lo mau nyaingin kita-kita yang senior? hormatin dong!!" bentakku
 
  "Nggak kok Kak, Sherry nggak begitu"
 
  "Nggak apaan? Nggak usah ngebantah deh, Lo mau nyaingin kita-kita kan?!" Lea menambahkan bentakanku.
 
  Setelah puas membentak-bentak Sherry, aku memberi tanda kepada Manda.  Tak lama kemudian 4 penjaga sekolah yang sudah kuajak bekerjasama itu  masuk ke ruang olahraga, mereka adalah Tejo, Andre, Lodi dan Seto. Dari  tadi mereka sudah kusuruh menuggu di luar. Sherry saat itu terkejut dan  sangat ketakutan.
 
  "He.. he.. he.. ini dia Non Sherry yang ngetop itu" Seto berujar sambil tersenyum menyeringai.
 
  "Cantik banget, sexy lagi.." tambah tejo.
 
  Sherry gemetaran ia terlihat sangat takut.
 
  "Sikat aja tuh!!" perintahku pada 4 pria itu.
 
  "Oke, sip bos!! He.. he.. he.." Tejo menyeringai.
 
  Manda yang dari tadi diam mulai menyiapkan sebuah kamera handycam yang  memang bagian dari rencanaku. Seto mencengkram tangan kanan Sherry,  sementara Lodi mencengkram tangan kirinya. Tubuh Sherry mereka seret ke  atas sebuah meja sekolah. Sherry terlihat sangat ketakutan ia pun  menangis sambil menjerit-jerit minta tolong.
 
  "Gue duluan ya" Tejo mendekati Sherry.
 
  Aku hanya tersenyum melihat keadaan Sherry sekarang, aku puas melihat ia ketakutan.
 
  "Mau apa Pak? Tolong saya, ampun Pak?" Sherry memohon ampun.
 
  Tapi Tejo sudah tidak perduli lagi dengan permohonan Sherry, ia sudah  dibakar oleh nafsu. Perlahan Tejo mendaratkan tangannya menyentuh  payudara Sherry, Sherry menjerit ketakutan. Tanpa menghiraukan teriakan  Sherry, Tejo meremas-remas payudara Sherry perlahan-lahan.
 
  "Yang kenceng Jo!!" perintahku.
 
  Tejo mengeraskan cengkramannya di buah dada Sherry. Sherry berteriak, ia  nampak kesakitan, dan aku pun sangat menikmati ekspresi wajah Sherry  saat itu. Dipenuhi nafsu yang membara, Tejo membuka seragam SMU sherry  kancing demi kancing sampai payudara Sherry yang tertutup BH terlihat.
 
  "Gila!! Seksi banget nih toket, putih banget!!" sahut Tejo sambil tertawa gembira.
 
  Perlahan Tejo menyentuh kulit payudara Sherry, Sherry pun terlihat gemetaran.
 
  "Tolong jangan Pak!!" sahut Sherry memelas.
 
  Seluruh orang di ruangan ini sudah tidak sabar lagi menyuruh Tejo  menanggalkan penutup payudara Sherry itu. Tejo pun akhirnya melepas BH  yang menutupi keindahan payudara Sherry itu. Aku tergelak menahan ludah,  payudara Sherry indah sekali, mulus, bersih dengan puting yang merah  muda merekah, seksi sekali pikirku.
 
  "Abisin aja Pak!!" Lea meminta Tejo dengan wajah cemburu, ia sepertinya iri pada keindahan payudara Sherry.
 
  "Ok Sherry sayang, tenang aja ya? Nggak sakit kok, dijamin nikmat deh.."  Tejo berseloroh, ia terlihat bernafsu sekali seperti halnya Lodi dan  Seto yang masih memegangi tangan Sherry supaya ia tidak melawan,  sementara Andre berdiri dibelakangku sambil memperhatikan dengan  nafsunya.
 
  "Jangan Pak!! ampun Kak!! tolong Sherry.." Sherry memohon dengan wajah pasrah, namun aku tidak perduli.
 
  Sama sepertiku, Tejo juga tidak perduli dengan permintaan Sherry. Tejo  mulai memainkan tangannya di payudara Sherry, ia mulai meremas  perlahan-lahan sambil sesekali mengelus dan menekan-nekan puting  payudara Sherry dengan jarinya. Lodi dan Seto tidak ketinggalan, mereka  menikmati mulusnya kulit lengan Sherry dengan mengelusnya dan terkadang  mencium dan menjilatinya, aku pun mulai merasa panas.
 
  "Ah.. cukup Pak.. ampun Kak.." Sherry mulai mendesah.
 
  Tejo kian bernafsu, ia memutar-mutar jarinya di sekitar puting payudara  Sherry, akupun bisa membayangkan apa yang dirasakan Sherry ketika bagian  sensitifnya dirangsang, ia pasti merasa kenikmatan.
 
  Melihat suasana yang panas itu, Andre akhirnya turun tangan, pria hitam  bertubuh gendut itu maju mendekati Sherry. Andre dan Tejo saling berbagi  payudara Sherry, kiri dan kanan, dengan nafsu mereka mulai memainkan  lidah mereka menyapu kulit payudara Sherry dan menjalar dengan liar di  sekitar puting payudara Sherry, kadang mereka melakukan hisapan dan  gigitan kecil di puting payudara Sherry. Sherry mendesah sambil  ketakutan, terlihat ia baru pertama kali diperlakukan seperti itu. Manda  pun beraksi merekam seluruh kejadian yang menimpa payudara Sherry  dengan seksama melalui handy cam-nya.
 
  Tejo menurunkan ciuman dan jilatannya ke perut Sherry yang juga indah  dan mulus, aku cukup terkejut melihat pusar Sherry yang ditindik itu,  terlihat seksi. Setelah puas mencium dan menjilati daerah pusar Shery.  Tejo berhenti dan menyuruh Andre yang sedang menikmati puting payudara  Sherry berhenti. Tejo lalu mulai menyingkap rok sekolah Sherry, sambil  mengelus paha Sherry. Ia memainkan jarinya menelusuri halusnya paha  Sherry yang mulus dan putih itu. Tangan Tejo perlahan naik menyentuh  selangkangan Sherry yang ditutup celana dalam pink itu.
 
  "Jangan Pak!! Ampun!!" Sherry memohon pada Tejo. Andre pun ikut mendekat ke Tejo.
 
  "Wah, Celana dalam Non Sherry lucu sekali.." ejek Andre.
 
  Tejo yang sudah sangat nafsu perlahan membuka celana dalam Sherry. Tak  berapa lama kemudian, Celana dalam itu sudah terlepas dari tempatnya.
 
  "Wow Non Sherry!! Vaginanya indah banget!!" Tejo tampak bersemangat.
 
  Vagina Sherry memang terlihat terawat, daerah selangkangannya putih,  bersih, dan Sherry sepertinya tidak suka dengan rambut-rambut yang  tumbuh di sekitar vaginanya, ia membiarkan vaginanya tertampang mulus  tanpa rambut kemaluan. Perlahan tangan Tejo dan Andre menjelajahi paha,  dan sekitar selangkangan Sherry. Sherry hanya bisa menggeliat kesana  kemari menghadapi rangsangan itu.
 
  Tak lama kemudian tangan Tejo dan Andre, tiba di bagian vital Sherry.  Dengan nafsu membara, Andre membuka bibir vagina Sherry, sementara Tejo  memasukkan jarinya kedalam liang vagina Sherry. Perlahan jari tangan  Tejo menyolok-nyolok vagina Sherry, dan makin lama gerakannya makin  cepat. Tubuh Sherry nampak menegang, sambil mendongakkan wajahnya,  Sherry mendesah perlahan.
 
  Tejo dengan pandai memainkan kecepatan jarinya menyolok-nyolok vagina  Sherry, sementara aku dan teman-temanku memperhatikan kejadian itu.  Setelah hampir 2 menit jari Tejo menembus liang vagina Sherry, dari  bibir vagina Sherry kulihat cairan kewanitaan yang keluar, rupanya  Sherry terangsang.
 
  "Wah Non, terangsang nih? Enak ya? Mau lebih cepat?"
 
  "Jangan Pak, tolong!!" Sherry memohon.
 
  Tejo tidak mempedulikan permohonan Sherry, Jarinya keluar masuk vagina Sherry dengan cepat.
 
  "Ahh.. stop Pak!! Tolong..!" Sherry kelihatan sangat terangsang, namun ia berusaha melawan.
 
  "Ahh..!" Sherry vaginiak pelan, sepertinya ia hampir mencapai orgasme sambil menahan kesakitan di lubang vaginanya.
 
  "Payah lo!! Baru segitu aja udah mau orgasme.. cuih.. " aku meledek  Sherry, aku membayangkan jika aku dalam posisi Sherry, pasti aku akan  lebih lama lagi orgasme.
 
  "Dasar perek amatir, baru gitu aja udah mau orgasme!!" Lea ikut mengejek.
 
  Tejo menghentikan jarinya yang menyolok-nyolok vagina Sherry, nampaknya  ia belum mau Sherry mencapai puncaknya. Namun aku sudah tak sabar,  dendam di dadaku terus membara ingin mempermalukan Sherry. Kutarik jari  Tejo keluar dari vagina Sherry, lalu kudorong tubuhnya menjauhi Sherry.
 
  "Lho Non.. saya belum puas nih.." Tejo terlihat bingung.
 
  "Sabar dulu!! Nanti lo dapat giliran lagi!!" bentakku pada Tejo.
 
  Saat kulihat Sherry dihadapanku, nafsu dan amarahku membara. Aku tak  tahan lagi, kujongkokkan tubuhku hingga wajahku tepat menghadap vagina  Sherry. Tertampang jelas keindahan vagina Sherry di mataku, bibir  vaginanya yang memerah karena gesekan jari Tejo dan cairan yang  membasahi sekitar selangkangannya membuat aku menahan ludah. Perlahan  kudekatkan wajahku ke vagina Sherry, dan kucium harum vagina Sherry, Ia  terlihat sangat merawat daerah vitalnya ini. Dengan penuh nafsu dan  dendam, perlahan kubasuh vaginanya dengan lidahku.
 
  Semua yang ada disitu spontan terkejut, dan Sherry terlihat sangat kaget.
 
  "Waduuh.. Non Nia ternyata juga mau ngerasain vagina Non Sherry ya?" Andre berseloroh meledek.
 
  "Bilang dong Non dari tadi, kalo gini saya malah jadi tambah horni nih.." Tejo menimpali.
 
  Aku tak perduli dengan ledekan Tejo dan Andre, yang kupikirkan hanya satu, aku ingin membuat Sherry malu di tanganku.
 
  "Aaah.. Kak.. mau apa Kak? Jangan Kak.." Sherry mulai merasa terangsang  lagi, perlahan kurasa otot selangkangannya menegang. Kubasuh vagina  Sherry dengan jilatan lidahku, dan kujalari daerah selangkangannya  dengan ciuman dan jilatan erotis. Kutelusuri bibir vagina Sherry dengan  lidahku, sambil kubuka liang vaginanya dengan jariku supaya lidahku  dengan leluasa menjalar di daerah sensitifnya.
 
  Tak berapa lama kutemukan klitoris Sherry, perlahan kujilat dan kuberi  dia hisapan-hisapan kecil dari mulutku. Semua laki-laki yang ada  diruangan ini kurasa sangat beruntung menyaksikan dua bunga sekolah ini  terlibat aktivitas seksual.
 
  "Ahh.. ah.. ah.." Sherry tak sanggup berkata-kata lagi, ia hanya bisa  berteriak kecil merasakan rangsangan di klitorisnya. Perlahan tubuh  Sherry menggelinjang kesana kemari, keringatnya makin deras membasahi  tubuh dan seragam sekolahnya. Sampai akhirnya kurasakan vagina Sherry  memuncratkan cairan-cairan kewanitaan yang menggairahkan membasahi  mulutku, tanpa kusadari akupun terangsang dan menghirup cairan  kewanitaan Sherry dalam-dalam.
 
  Hampir 5 menit kunikmati vagina Sherry, daerah selangkangannya sudah  sangat basah, sama seperti tubuhnya yang dibanjiri keringat. Sherry  hanya bisa mendesah pasrah sambil menikmati rangsanganku. Tak berapa  lama, kurasa otot vaginanya menegang, Sherry agak terhentak, lalu kedua  tangannya tiba-tiba mencengkram pundakku, ia hampir mencapai puncak.  Saat itu pula kuhentikan jilatanku, lalu menarik nafas istirahat. Sherry  terkulai lemas, tubuhnya tergeletak tak berdaya diatas meja sambil  perlahan mencoba mengumpulkan nafas. Tejo, Seto, Lodi dan Andre hanya  bisa terpaku menatap aku dan Sherry, sementara Lea dan Manda terlihat  puas melihat "siksaan"ku terhadap Sherry. Aku berdiri setelah istirahat  sejenak.
 
  "Gilaa!! Non Nia hebat!! Saya jadi horni banget nih lihat cewek lesbian kayak gitu" Seto angkat bicara.
 
  Kutatap Sherry yang terkulai lemas dengan pandangan nafsu dan dendam.
 
  Kulebarkan kedua kaki Sherry sampai ia mengangkang. Kutarik pinggulnya  sampai sisi meja. Kali ini akan aku buat ia orgasme. Kutanggalkan rok  sekolahku lalu kulepas celana dalamku. Semua pria yang ada disitu  tergelak menahan ludah, menanti kejadian selanjutnya. Kubuka seragam  sekolahku karena udara sudah sangat panas, sambil kutanggalkan BH-ku,  begitu juga dengan Sherry, kubuat ia telanjang bulat.
 
  Posisi kaki Sherry yang mengangkang membuat vaginanya melebar, membuka  bibir vaginanya, dan itu membuatku terangsang. Kuangkat kaki kiriku  keatas meja, lalu kudekatkan selangkanganku ke selangkangan Sherry.  Posisi tubuhku dan Sherry Seperti dua gunting yang berhimpitan pada  pangkalnya. Dengan nafsu yang membara kugesekkan vaginaku dengan vagina  Sherry yang masih terkulai lemas itu.
 
  "Hmm.. aah.. cukup Kak.. aah.." Sherry mendesah memohon padaku.
 
  Tanpa perduli pada Sherry, aku yang sudah dibakar nafsu terus melaju.  Sementara Pria-pria yang ada disana mulai mengeluarkan kemaluan mereka  kemudian melakukan onani sambil menyaksikan aku dan Sherry. Semakin lama  semakin kupercepat gesekkan vaginaku, sambil kulihat wajah Sherry yang  cantik itu dengan nafas memburu, membuatku kian terangsang. Tubuhku dan  Sherry bergerak seirama, kurasakan keringat mengucur dari tubuhku, serta  vaginaku kian basah oleh cairan kewanitaanku yang bercampur dengan  cairan kewanitaan Sherry. Selama hampir 5 menit kupacu tubuh Sherry, dan  tiap detik pun kurasakan kenikmatan dan rasa dendam yang terbayar.
 
  Di tengah deru nafasku yang saling memacu dengan nafas Sherry, tiba-tiba  kumerasa sesosok tubuh besar memelukku dari belakang. Ternyata itu  Andre, pria hitam bertubuh gendut itu sudah telanjang bulat dan memeluk  tubuhku sambil memainkan jemarinya di puting payudaraku.
 
  "Saya juga ikutan ya Non Nia? Habis Non Nia bener-bener hot sih"  permintaan Andre kuturuti tanpa menjawab, sebab jarinya yang memilin  puting payudaraku semakin membuat aku berenang dalam lautan kenikmatan.
 
  Kulirik Sherry yang menarik nafas terengah-engah dan kulihat tubuhnya  mulai menggelinjang merasakan kenikmatan. Kupercepat gerakanku, sambil  mencoba untuk mengatur nafas, tiba-tiba sebuah benda kurasa menyentuh  pantatku lalu menelusup diantara belahannya. Aku mendengar Andre  melenguh, ternyata benda itu adalah penisnya yang menegang dan berusaha  meyodok lubang anusku.
 
  "Non Nia, saya nggak tahan lagi nih.." permintaan Andre kupenuhi, kubiarkan penisnya masuk ke lubang anusku.
 
  Dengan sedikit hentakan, penis Andre menerobos masuk anusku. Kurasakan benda itu berukuran besar, memenuhi lubang anusku.
 
  "Aaah.. lobang Non Nia masih rapet banget nih.." Andre mencoba menekan  pinggulnya untuk memasukkan seluruh batang penisnya. Sambil terus kupacu  tubuh Sherry, Andre juga mulai memompa penisnya di lubang anusku. Tak  berhenti, Andre menjelajahi bagian atas tubuhku dengan tangannya.
 
  Kejadian ini berlangsung hampir 7 menit sebelum, Sherry berteriak  kencang memperoleh puncak kenikmatannya. Tak berapa lama kemudian  giliranku dan Andre yang mencapai orgasme bersamaan, ditandai semburan  spermanya di lubang anusku. Aku sangat lelah, tubuhku basah oleh  keringat, namun aku sangat puas, puas karena dendamku terbayar dan puas  atas kenikmatan yang kuperoleh tadi. Kubiarkan Sherry beristirahat  selama kurang lebih 5 menit, sampai akhirnya "penyiksaan" ini dimulai  lagi.
 
  Aku duduk menjauh dari Sherry, kali ini kuputuskan menjadi penonton  saja. Tongkat komando kini dipegang Lea, ia kini yang memerintah semua  yang ada disitu. Tejo, Lodi dan Seto mendekati tubuh Sherry yang  tergeletak tak berdaya. Lea memberi tanda pada Seto yang dijawab dengan  anggukan kepalanya. Seto memegang pinggul Sherry yang lemas itu kemudian  memutar tubuhnya. Posisi Sherry kini telungkup dengan memperlihatkan  bulatan pantatnya yang padat berisi.
 
  "Nah, Non Sherry siap-siap ya!" Seto berujar sambil mengangkat pinggul  Sherry sampai ia dalam posisi menungging. Sherry cuma bisa menunggu  siksaan apa lagi yang akan diterimanya dengan pasrah. Meski tubuh Sherry  tampak lemas, ia masih saja menggairahkan. Seketika saja Sherry  mendesah pelan, Seto dengan nafsunya meremas bongkahan pantat Sherry  sambil mengelusnya.
 
  "Hajar aja!!" perintah Lea.
 
  Setelah mendengar perintah Lea, Seto yang sudah menunggu dari tadi  langsung melesakkan penisnya yang menegang itu ke lubang vagina Sherry.  Wajah Sherry terlihat terkejut sambil menahan sakit. Ukuran penis Seto  yang besar memaksa masuk ke lubang vagina Sherry yang rapat itu. Sherry  berteriak tiap kali Seto mendorong penisnya masuk.
 
  "Vagina Non Sherry rapet banget nih, aahh.." Seto berkata sambil mendorong penisnya lagi memasuki vagina Sherry.
 
  Setelah seluruh penis Seto masuk dalam lubang vagina Sherry, seto  berhenti sejenak, ia membiarkan Sherry mengambil nafas sejenak. Namun  Seto tidak membiarkan Sherry berlama-lama, perlahan-lahan ia mulai  memompa penisnya didalam vagina Sherry. Gerakan Seto makin cepat, deru  nafas Sherry dan Seto terdengar keras dibarengi gerakan mereka yang  seirama. Sambil terus memompa penisnya, Seto memainkan tangannya  menjelajahi pantat dan pinggul Sherry yang basah oleh keringat. Sekali  lagi Lea memberi tanda, Seto mempercepat lagi gerakannya, membuat tubuh  Sherry bergerak kian liar. Tejo maju menghampiri Sherry, ia berdiri di  depan wajahnya. Tejo mengangkat tubuh Sherry sampai ia dalam posisi  merangkak.
 
  "Aaah.. cukup Pak.. ah.." Sherry memohon pada Tejo.
 
  Dengan senyum mengejek Tejo memaksa Sherry membuka mulutnya. Dengan  nafsu yang membara ia memaksa penisnya masuk ke bibir mungil Sherry.
 
  "Ayo isep penis saya Non!! isep!!" Paksa Tejo.
 
  Karena ketakutan, Sherry dengan pasrah menerima batangan penis Tejo  menembus bibirnya. Besarnya penis Tejo nampak memenuhi seluruh mulut  Sherry. Tak bisa kubayangkan betapa puasnya Tejo, ketika gadis SMU  secantik Sherry kini sedang mengulum penisnya.
 
  Dari jauh kulihat Sherry menangis, airmata jatuh ke pipinya, ia merasa  terhina dan jijik. Dendamku benar-benar terbalas, Sherry benar-benar  menderita. Dibalik semua itu aku juga merasa kasihan padanya. Tejo mulai  memompa penisnya, melakukan gerakan maju mundur dihadapan wajah Sherry.  Kini mulut dan vagina Sherry telah dipompa dua batang penis. Keringat  membasahi seluruh tubuhnya, membuat tubuh Sherry terlihat berkilau  seksi. Hanya Lodi saja yang belum menikmati Sherry, kini ia naik keatas  meja, lalu memposisikan dirinya diatas punggung Sherry seolah-olah ia  sedang menaiki kuda. Lodi meletakkan penisnya diatas punggung Sherry,  sambil kemudian ia gesekkan. Tangan lodi menjelajah kedua payudara  Sherry yang tergantung.
 
  Tiga orang itu sekaligus menikmati tubuh Sherry, tak bisa kubayangkan  perasaan Sherry saat ini. Vagina, mulut, punggung, payudara, hampir  seluruh bagian tubuhnya dirangsang. Kulihat Seto berejakulasi di dalam  liang vagina Sherry, sperma yang melimpah keluar dari penis Seto  mengalir keluar melalui liang vagina Sherry, seketika itu juga Sherry  bergumam sembari menaikkan pinggulnya, ia berorgasme. Setelah Seto puas  membasahi vagina Sherry dengan spermanya, giliran Lea menggantikan  posisi Seto. Dengan liar, Lea menjilati vagina Sherry yang masih basah  oleh sperma Seto.
 
  Selang berapa menit kemudian Tejo berejakulasi, ia berteriak kencang  memanggil nama Sherry sembari memuncratkan spermanya di wajah Sherry,  kulihat Sherry menerima semburan sperma itu di sekitar bibir dan  pipinya, bahkan ia menelannya, mungkin Sherry sudah pasrah dan memilih  untuk menikmati kejadian ini.
 
  Setelah Tejo, giliran Lodi berejakulasi diatas punggung Sherry. Sperma  lodi nampak membasahi kulit punggung Sherry yang putih mulus. Andre yang  dari tadi diam, bergerak menggantikan Lea yang kini merubah posisi  Sherry menjadi terlentang, lalu memegangi tangan Sherry keatas.
 
  Penis Andre yang ekstra besar itu menembus vagina Sherry, dan dengan  liar memompa tubuh Sherry. Sherry yang sudah sangat lelah hanya mendesah  pelan sambil menikmati. Hampir 10 menit Andre memompa penisnya didalam  vagina Sherry sampai akhirnya gerakan Andre dipercepat, Sherry  berteriak, pinggulnya naik, tubuhnya nampak bergetar, ia kembali  berorgasme. Tidak lama kemudian Andre berejakulasi di luar vagina  Sherry, ia membiarkan spermanya jatuh membasahi selangkangan Sherry.
 
  Suasana sunyi hanya terdengar desah nafas Sherry yang mencoba mengatur  kembali nafasnya. Tubuhnya basah oleh keringat, selangkangannya dipenuhi  sperma, Sherry hanya tergeletak diatas meja itu. Kubayar uang yang  kujanjikan pada Tejo, Andre, Seto dan Lodi. Mereka lalu pergi  meninggalkan ruangan ini dengan senyum puas.
 
  "Nah, sekarang kapok kan lo?" bentak Lea kepada Sherry.
 
  "Makanya jangan macam-macam, kalo lo bilang-bilang kejadian ini sama  siapapun, rekaman video tentang lo bakal gue sebar luas!! Terus lo bisa  jadi bintang porno terbaru dan terkenal, he.. he.. he.. " ancamku pada  Sherry.
 
  "Sekarang lo bilang!! Gimana rasanya tadi?! Ayo jawab!!" bentak Lea.
 
  "Kok diem aja?! Ayo jawab tolol!!" bentakku.
 
  "Enak Kak.." jawab Sherry ketakutan.
 
  "Enak?! lo seneng dientot?!" bentak Lea lagi.
 
  "Iya Kak.. enak sekali.. nikmat.." Sherry menjawab.
 
  "Lo mau lagi?!" Manda yang dari tadi diam kini bicara.
 
  "Ma..mau Kak.." jawab Sherry.
 
  Aku, Lea dan Manda saling berpandangan sambil tersenyum. Ya, akhirnya  Sherry kini menjadi bagian gengku, geng gila seks yang suka sekali  mencari kenikmatan, haus akan hal-hal berbau seks. Dan si cantik Sherry,  adik kelasku menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam petulangan seks  ku selanjutnya.       
    Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Kepuasan Dalam Perselingkuhan               Apr 5th 2013, 14:00                                               
 
 Awalnya aku hanya iseng mengobrol mengisi waktu luang di waktu  jam istirahat, Namun lama-kelamaan Dewi salah satu staffku yang agak  manis malah penasaran dan bertanya lebih jauh tentang orgasme. Ya sebuah  misteri yang kelihatannya mudah namun susah diungkapkan.
  Memang banyak sekali wanita yang belum sadar akan arti pentingnya sebuah  orgasme, bahkan menurut penelitian hanya 30% wanita yang dapat meraih  orgasme, banyak hal-hal yang mempengaruhi wanita dalam meraih orgasme,  baik dari faktor si wanitanya ataupun dari faktor prianya atau bahkan  dari suasana, perasaan, dll. Termasuk Dewi salah satu staffku ini,  selama menikah 2 tahun lalu, dia belum tahu apa itu orgasme, yang dia  tahu hanya rasa enak saat penis suaminya memasuki kewanitaannya, Dan  berakhir saat penis suaminya menyemprotkan cairan hangat kedalam  kewanitaannya.
  Aku hanya geleng-geleng kepala mendengar ceritanya, lalu aku korek lebih  jauh tentang perasaan, foreplay, gaya, waktu, dan lain-lain tentang  hubungannya dengan suaminya, Dengan malu-malu Dewi pun menceritakan  dengan jujur bahwa selama ini memang dia sendiri penasaran dengan apa  yang namanya orgasme namun dia tak tahu harus bagaimana, yang jelas saat  berhubungan dengan suaminya dia cukup foreplay, bahkan suaminya senang  mengoral kewanitaannya sampai banjir, dan selama penis suaminya masuk  sama sekali tidak ada rasa sakit, yang ada hanya enak saja namun tidak  bertepi, rasanya menggantung tidak ada ujung, dan tahu-tahu sudah  berakhir dengan keluarnya sperma suaminya ke dalam kewanitaannya.
  "Kira-kira berapa lama penis suami kamu bertahan dalam kewanitaan kamu?" tanyaku. "Mungkin sekitar 10 menit" jawabnya pasti. "Gaya apa yang dipakai suami kamu?" "Macam-macam, Pak, malah sampai menungging segala" Aku hanya tersenyum mendengar jawabannya yang polos. "Kira-kira berapa besar penis suami kamu?" "Berapa ya?, saya tidak tahu Pak!" jawabnya bingung. Akupun jadi bingung dengan jawabannya, tapi aku ada tidak kekurangan akal. "Waktu kamu genggam punya suami kamu pakai tangan, masih ada lebihnya tidak?" Dewi diam sejenak, mungkin sedang mengingat-ingat. "Kayanya masih ada lebih, pas kepalanya, Pak!" Aku tak dapat menahan senyumku. "Maksud kamu, 'helm'nya masih nongol?" "Ya!" Dewipun tersenyum juga.
  Aku suruh tangannya menggenggam, aku pandangi secara seksama tangannya  yang sedang mengepal, yang berada dalam genggamanku, sungguh halus  sekali, Namun aku sadar bahwa aku ditempat umum. "Aku perkirakan penis suami kamu berukuran 10-14 cm, berarti masih normal, Wi!" "Bagaimana dengan kekerasannya?" tanyaku lagi. "Keras sekali, Pak, seperti batu!"
  Aku diam sejenak mencoba berfikir tentang penghambatnya meraih orgasme,  sebab dari pembicaraan tadi sepertinya tidak ada masalah dalam kehidupan  seksnya, tapi kenapa Dewi tidak bisa meraih orgasmenya?
  "Kok diam Pak?" "Aku lagi mikir penyebabnya." "Apa mungkin masalah lamanya, Pak? Sebab sepertinya saya sedikit lagi  mau mencapai ujung rasa enak, tapi suami saya keburu keluar" terangnya. Aku diam sejenak, mencoba mencerna kata-katanya, tapi tak lama Dewi sendiri membantahnya. "Tapi, tidak mungkin kali, Pak, sebab biarpun kadang lebih lama dari  sepuluh menit, tapi tetap saya merasa hampir di ujung terus, tanpa  pernah terselesaikan." Aku sedikit mengerti maksudnya, "Maksud kamu, kalau 10 menit kamu maunya semenit lagi? Namun kalau 12  menit atau 15 menit pun kamu maunya tetap semenit lagi?" tanyaku. "Ya, betul, kenapa ya Pak?" Aku kini mulai mengerti posisi sebenarnya, kemungkinan besar ada titik  dalam vaginanya yang belum tersentuh secara maksimal, Itu kesimpulan  sementara, Namun aku belum sempat mengucapkan apa-apa, keburu jam  istirahat kerja habis. "Ya udah Wi, nanti kita terusin via SMS, oke?" "Oke deh!" sahutnya riang sambil meninggalkan aku.
  Di meja kerjaku, aku kembali memikirkan benar-benar masalah yang Dewi  hadapi, sebenarnya ada niat untuk memanfaatkan kesempatan dalam  kesempitan, karena setelah aku pikir-pikir Dewi punya kelebihan di Buah  dada dan pantatnya yang besar juga kulitnya yang bersih dengan bulu-bulu  halus, Namun Dewi akrab dengan istriku, dan aku sendiri kenal sudah  lama dengannya dan suaminya, ini yang jadi masalah, Lama aku berfikir,  akhirnya aku putuskan untuk mencoba menolongnya semampuku tanpa  mengharapkan apapun darinya, Aku yakin aku bisa membantunya berbekal  pada pengalamanku selama ini.
  Aku kirim SMS kepadanya, "Wi, Sepertinya masalah kamu agak kompleks,  Kalau sempat, bisa tidak nanti pulang kerja kita cari tempat yg enak utk  mengobrol?" 5 menit aku tunggu belum ada jawaban juga, Aku jadi tegang sendiri,  jangan-jangan dia marah, karena aku dianggap kurang ajar, Tapi untunglah  tak lama HPku bergetar 2x pertanda SMS masuk, Aku langsung lihat  pengirimnya Dewi, aku baca isinya. "Boleh, tapi jangan di tempat sepi ya.., kata nenek itu berbahaya" Aku tersenyum membaca balasannya yang sedikit bergurau, lalu aku balas kembali, "Wi, jangan salah tangkap ajakanku ya.. aku cuma tidak enak saja kalau  kita terlalu mencolok, karena kamu istri orang & aku suami orang  juga"
  Singkat kata Pukul 5 sore kami janjian ketemu di sebuah rumah makan yang  nyaman di daerah Jakarta timur, Suasana rumah makan yang agak temaram  menambah rileks obrolan kami, Sambil makan kami melanjutkan obrolan kami  yang tadi siang, Aku utarakan kesimpulan sementaraku bahwa ada kurang  sentuhan di area vaginanya, aku sarankan agar nanti malam mencari titik  tersebut dan jika sudah ketemu aku suruh Dewi meminta kepada suaminya  untuk menekan lebih kuat saat hubungan intim, Dewi mengangguk mengerti.
  "Menurut Bapak, apakah body saya cukup bagus?" Tiba-tiba saja Dewi bertanya seperti itu. Aku kaget mendengarnya,  berarti kemungkinan Dewi kurang percaya diri dengan tubuhnya, dan  menurut yang aku tahu ini sangat berbahaya untuk meraih orgasme. "Wi, dalam sebuah hubungan intim, Jangan merasa body kamu jelek atau  vagina kamu tidak wangi atau buah dada kamu jelek atau apa saja yang  menurut kamu negatif, itu faktor yang sangat penting dalam meraih  orgasme, Ingat Wi, kalau tubuh kamu tidak bagus kan tidak mungkin suami  kamu mau mencumbu kamu, dan mau berhubungan dengan kamu!" "Justru kamu harus berfikir bahwa wajah dan tubuh kamu sangat bagus, buktinya suami kamu minta melulu, kan?" "Tapi, saya tidak nyaman dengan perut saya yang tidak ramping" "Wi, yang lebih gendut dari kamu banyak, ingat itu, lagian menurutku  perut kamu tidak terlalu gendut, Biasa saja!" jawabku tegas. "Pokoknya malam ini, kamu coba untuk menghilangkan rasa tidak percaya  diri kamu, dan saat ada sentuhan nikmat yang kamu bilang tidak berujung,  suruh suami kamu menekannya lebih kuat, itu saja dulu, besok aku tunggu  kabarnya!" Aku jadi terkesan menyuruh, mungkin karena dikantor Dewi bawahanku,  sehingga menjadi kebiasaan. Karena waktu sudah menunjukan jam 19.00 kami  pun pulang ke rumah masing-masing, aku antar Dewi sampai tempat dia  biasa menunggu angkot.
  Keesokan paginya, Aku baru saja ngopi dan HP baru aku aktifkan, Sudah  ada pesan dari Dewi, bunyinya singkat, "Belum berhasil, Pak!". Aku lihat dikirim jam 23.10 malam, berarti kemungkinan Dewi mengirimnya saat baru selesai berhubungan dengan suaminya. Sampai dikantor aku baru membalas SMSnya. "Memang kenapa?" Tak lama Dewi pun membalasnya. "Tidak tahu kenapa, apa nanti sore kita bisa ketemu lagi, Pak?, saya merasa nyaman mengobrol dengan Bapak."
  Aku berfikir tentang arti pesannya, Apakah dia mengajakku selingkuh?  Atau hanya perasaanku saja? Atau memang dia hanya ingin mengobrol saja?  Sebagai lelaki jelas aku tidak mungkin menampiknya, Sorenya kami janjian  di tempat yang kemaren, dan ungkapan Dewi yang jujur sangat  mengagetkanku. "Pak, terus terang, keinginan saya untuk meriah orgasme jadi tambah  kuat, tapi herannya malah saya inginnya dari Bapak, Entahlah saya yakin  sekali saya bisa meraihnya bersama Bapak" Jantungku terasa berhenti berdetak mendengarnya, belum selesai aku  menenangkan pikiranku, Dewi kembali melanjutkan pembicaraannya. "Tapi bukan berarti saya ingin berhubungan dengan Bapak lho, saya hanya ingin tahu kenapa perasaan saya begini?" Aku hanya diam, namun aku mengambil kesimpulan dalam hati bahwa  kemungkinan Dewi terkesan dengan aku karena aku atasannya, bisa saja dia  tanpa sadar kagum dengan cara kerjaku, atau apalah yang berhubungan  dengan pekerjaan, Karena kalau secara fisik tidak mungkin, jauh lebih  ganteng dan atletis suaminya dari pada aku. Namun hal ini tidak aku ungkapkan kepadanya.
  Suasana hening diantara kami beberapa saat, tapi tiba-tiba saja tangan Dewi meraih tanganku, "Pak." Hanya itu yang keluar dari mulutnya Tatapan mata kami beradu, Aku melihat ada gairah disana, Aku balas  meremas jarinya, Sentuhan halus kulitnya terasa menimbulkan  percik-percik gairah di antara kami, Akhirnya aku beranikan diri untuk  mengajaknya, "Wi, Bagaimana kalau kita diskusi langsung dengan praktek untuk meraih  orgasme kamu?" suaraku terasa agak bergetar, mungkin agak canggung. "Terserah Bapak deh" jawabnya manja sambil mencubit tanganku.
  Pucuk dicinta ulampun tiba, aku segera membayar makanan kami dan  langsung menuju hotel, sepanjang jalan ke hotel, jari-jari kami saling  bertaut mengantarkan kehangatan ke jiwa kami, Dan setelah sampai di  kamar hotel yang asri, Kami lamgsung mulai.. Meskipun awalnya agak  canggung, Namun akhirnya kami dapat menikmati semuanya,
  Masih dalam keadaan berpakaian, aku memeluk tubuh Dewi yang padat, bibir  kami saling melumat lembut, kadang lidah kami saling kait dan saling  dorong, sehingga gairah di dada kami semakin membuncah, Satu per satu  pakaian kami bertebaran dilantai, seiring dengan nafsu kami yang semakin  menggebu, Kini Seluruh organ tubuhku bekerja untuk memenuhi hasrat  Dewi, aku rebahkan tubuh mulusnya di ranjang, sungguh pemandangan yang  indah dan mendebarkan, dengan kulit tubuh yang putih bersih kontras  dengan bulu-bulu halus dipermukaan kulitnya apalagi di kemaluannya yang  begitu lebat menghitam. Aku langsung mengelus buah dadanya yang padat  dengan lembut, sementara mulut dan lidahku menciumi dan menjilati centi  demi centi tubuhnya tanpa terlewati, "Tubuh kamu bagus sekali, Wi!" Aku mencoba memberinya rasa percaya diri.
  Sementara Jilatanku sudah sampai pada vaginanya, aku sibakkan bulunya  dengan lidahku, aku kemut lembut klitorisnya, kadang lidahku menusuk  langsung vaginanya, Jari-jariku ikut membantu memberi kenikmatan dengan  memilin-milin puting buah dadanya yang semakin mencuat, Sehingga membuat  Dewi mengerang dalam nikmat, Sementara Dewi pun tidak tinggal diam, dia  balas mengelus dadaku, kadang ujung dadaku di pilinnya, Tangan yang  satunya lagi meremas-remas dan mengocok senjataku sehingga semakin  meregang kaku dalam genggamannya, Yang aku yakin berdasarkan ceritanya  pasti punyaku lebih besar dari pada punya suaminya, Gairah yang  membuncah didadaku membuat aku lupa bahwa aku punya tugas untuk  mengantarnya meraih orgasme.
  Tubuh kami berguling-guling dikasur saling memberikan rangsangan dan  kenikmatan, hingga akhirnya Dewi sendiri yang tidak tahan dan mengambil  inisiatif, dia langsung mengangkangi tubuhku, dan langsung memegang  senjataku untuk dibimbing kedalam liang surganya, Perlahan, centi demi  centi, senjataku memenuhi rongga vaginanya berbarengan dengan rasa  nikmat dan hangat disenjataku, Cengkraman vaginanya yang begitu kuat  terasa mengurut senjataku, Dewi terus menggoyangkan pantatnya yang bulat  padat, Tanganku memilin kedua putingnya, butir-butir keringat mulai  membasahi tubuh kami berdua, tak lama Dewi berteriak histeris dan  menggigit pundakku, tubuhnya mengejang kaku, dan wajahnya agak memerah  melepas orgasmenya, Aku berhasil mengantarnya meraih orgasme, Tubuhnya diam sejenak diatas tubuhku. "Terima kasih, Pak" ia mencium keningku. "Saya masih mau lagi" ucapnya serak.
  Sungguh diluar dugaan, mungkin karena baru kali ini dia meraih orgasme,  Dewi begitu liar, hanya beberapa detik, tubuhnya mulai bergoyang diatas  tubuhku, Dan anehnya lagi, Hampir disetiap gaya Dewi bisa meraih  orgasmenya begitu cepat, Mungkin ada 6 kali dia sudah orgasme tapi dia  belum puas juga, sementara aku sendiri bersusah payah menahan orgasmeku,  Aku benar-benar ingin memuaskan dahaganya, Apalagi saat gaya doggy,  sambil meremas buah pantatnya yang bulat, aku benar-benar tak kuat lagi  menahan semprotan dalam spermaku, sentuhan buah pantatnya di pangkal  senjataku menambah sensasi tersendiri.
  "Wi, aku mau keluar, di dalam atau di luar?" sambil aku mempercepat kocokanku. "Di dalam aja Pak, cepat sodok yang kuat!" erangnya. Akhirnya Seluruh tubuhku bagai tersetrum nikmat, aku melepas orgasmeku,  menyemburkan cairan hangat ke dalam kemaluan Dewi yang telah basah  berbarengan dengan kedutan-kedutan kecil hangat dari dalam liang vagina  Dewi. Yah, kami orgasme berbarengan, Sungguh nikmat sekali.
  Waktu sudah menunjukan pukul 9 malam, namun Dewi kelihatannya belum puas  juga, aku sampai bingung sendiri, biasanya istriku sekali orgasme tidak  bisa lagi orgasme, Namun memang pernah aku baca ada wanita yang seperti  Dewi.
  Akhirnya waktu jualah yang harus memisahkan kami, kembali ke kehidupan  nyata, Aku dengan istriku dan Dewi dengan suaminya, Namun sejak saat itu  hubungan kami semakin hangat membara, Ada satu kelebihan Dewi yang  tidak bisa aku lupakan, Vaginanya sangat mencengkram meskipun sudah  puluhan kali kami berhubungan, Pernah aku Tanya katanya dia sering minum  jamu, Dan Dewi sendiri pun jelas sangat membutuhkan orgasme dariku,  Karena terakhir cerita dia belum bisa meraih dengan suaminya, entahlah  sampai kapan..                Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - cindy selingkuhan sibokap               Apr 5th 2013, 13:59                                               
 
 
  mengenai kisah perselingkuhanku dnegan Cindy cewek cantik dan genit  selingkuhan bokapku. Ternyata bokapku jago juga bisa dapetin cewek cakep  seperti ini. Berikut cerita selangkapnya.
  Indra pulang lebih awal berhubung dia dihubungi oleh kakaknya untuk  segera pulang, misterius banget beritanya. Selama dalam perjalanan  pulang hatinya galau dan cemas, apakah terbaca oleh kakaknya no hp si  Budi di iklan kamar kost. Sesampainya Indra di rumah, terlihat muka  masam kakak perempuannya,hm.. gawat.
  "Ada apa kak? Kok kelihatannya gawat?" Tanya Indra cemas, semoga saja bukan masalah Budi. "Tadi Vera menelpon, Papa kita sepertinya berselingkuh dengan salah satu pegawainya" Indra merasa lega (rumah kost maksiatnya masih bisa terus beroperasi),  tetapi dia kebingungan mendengarnya, kok bisa sih bokapnya selingkuh  dengan pegawainya, setahu dia sistem perekrutan pegawainya sama dengan  konsep kakaknya, tidak boleh ada yg lebih cantik dari Nyokap dan  Kakaknya, kalo lebih muda yah lumrah, lagian si Vera kakak perempuan  sulungnya menjabat sebagai seketaris dan asisten Bokapnya, semua pegawai  biasanya di sensor dulu olehnya, kok bisa kebobolan atau Bokapnya  sekarang sudah rabun tua, jelek terlihat cantik di matanya? "Jadi si Vera nangkep basah Papa lagi berduaan sama selingkuhannya?"  Indra bertanya sambil berusaha untuk tidak membayangkan Bokapnya yg sama  kurusnya dengan dia tetapi lebih bungkuk badannya dan telah beruban  sedang menggenjot cewek ceking , atau barangkali gembrot di kantornya.
  "Tidak, hanya saja Papa menyuruh Vera untuk memberikan bonus untuknya  mobil yg lebih mewah dari standard bonus pegawai lain," Kakak Indra  mencak2," Papa juga terlalu sering meeting dengan kliennya bersamanya  tanpa melibatkan Vera, Mama juga curiga akan hal ini, Vera ingin kita  menyelesaikan masalah ini, kasihan Mama," "oh.. Gituh" Indra merasa dia harus ikut prihatin," jadi rencana kalian gimana," "Vera setuju dengan Papa bahwasannya prestasi Cindy ,pegawai genit itu  memang bagus, dan berhubung kliennya dari Jakarta, maka sudah seharusnya  dia mendapatkan mobil tersebut dan pindah ke Jakarta agar bisa lebih  dekat dengan kliennya, hi..hi.. kita buka kantor khusus hanya untuk dia  saja..jadi tidak menganggu moral kerja pegawai lain dan papa akan  kesulitan menemuinya lagi..hi..hi." Kakak Indra tertawa sinis mirip  tokoh2 wanita jahat ala sinetron tv . "Papa setuju?" Indra bertanya," Dan kenapa tidak dipecat saja daripada susah2 pindahin dia," "Hm..rencananya sih begitu, tetapi klien yg dibawanya memberikan kontrak  jumlah besar pada kita, dan menurut Vera pemilik perusahaan itu Ortu  daripada Ipar Cindy, jadi kita tidak mau beresiko diputuskan kontrak,  malah bisa2 Besan Cindy merasa kita membalas jasa baik Cindy bila dia  kita pindahkan ke sini dan dapat kantor khusus untuknya…hi..hi.." Indra  merinding mendengar tawa licik kakaknya. "wah.. hebatnya rencana kalian, berarti sudah beres donk ," Indra sudah  tak sabar ingin kembali ke rumah kostnya dan menggarap Desy," jadi sudah  bereskan , .. saya mau lanjutkan belajar bareng Budi" "Hei,.. jangan egois gituh," kakak Indra menatap tajam," Dia sudah  diberangkatkan tadi siang oleh Vera, kamu jemput dia sekarang dan kamu  carikan dia tempat tinggal sementara, cari saja hotel murahan sementara  dulu, ntar besok kamu carikan rumah sewa sekalian yg bisa dijadikan  kantor untuknya," "Lho.. kok hotel?" Indra yg kesal karena tidak bisa balik ke rumah kost  mereka menyela," Bukankah kita sudah ada kandang buat orang jelek di  sebelah rumah Ini," Kakak Ipar Indra sedari tadi diam saja tiba2 saja memuncratkan kopi yg  diminumnya saat mendengar perkataan terakhir Indra, kakak Indra melotot  pada Indra lalu mendelik matanya pada suaminya yg tak sanggup menahan  tawanya, terbahak2 dia dan menghindar berlari ke kamar mandi. "Kamu ,…huhh.. dasar anak durhaka… kamu tidak sayang Mama"Muka Kakak  Indra merah padam menahan marah hingga mukanya yg tidak cantik menjadi  jelek ( apa bedanya yah?) "Iyah…yah….Gue berangkat,.. " Indra buru2 kabur meninggalkan kakaknya yg  belum berhenti mengomel2 . Indra tidak peduli bahwa dia tadi lupa  menanyakan manifest penerbangan Cindy pada kakaknya, segera berangkat ke  airport, dia kesal banget karena tidak berkesempatan menggarap Desy  gara2 Cindy, hm… yg ini gimana orangnya,.. Indra penasaran dengan selera  Bokapnya, kalo wajahnya tebak Indra pasti dibawah kategori, cuman  Bodynya saja yg bisa dinilai seperti kebanyakan pegawai lainnya.  Sesampainya di Airport baru teringat olehnya data2 Cindy tidak ada, ogah  dia menelpon kakaknya Indra lalu mengikuti jejak penjemput lainnya, dia  menuliskan nama Cindy dan nama perusahaan Bokapnya di kertas dan  bergabung dengan mereka di pintu keluar domestik. Saat Indra baru ingin  berjongkok karena merasa akan lama di sana, dari kerumunan sekelompok  orang melangkah keluar seorang wanita cantik, sepertinya baru saja  diajak oleh orang2 itu foto bareng, artis kali yah Indra berpikir.  Wanita itu berjalan kearah Indra yg tertegun karena sepertinya artis  penyanyi kris Dayanti mendekatinya, Indra melihat2 ke kiri kanan dan  belakangnya, takut ntar ke ge.er.. an, manatau aja ada cowok ganteng di  belakangnya yg menjemput artis itu. Artis itu semakin mendekat ke Indra  yg mulai berdebar2 gugup, lalu Artis itu berkata padanya dan menyodorkan  tangannya bersalaman, "hai.. saya Cindy.. kamu pasti Indra putera tunggal pak Mulyono kan?" "hah..iii…iii..yyahh..?" gugup Indra menjawab dan mulutnya ternganga melongo memandangi sang Artis. "Ka..kamu Bu..bu..kan Kris dayanti?" Indra kebingungan bertanya. "hi.. hi.. kamu lucu Indra… saya Cindy, kalo mau dianggap kris dayanti juga boleh" Cindy tertawa. Indra yg masih takjub dengan penampilan Cindy lalu menyalaminya dan  membantunya membawa kopernya yg gede, dia berjalan ke areal parkir  diikuti oleh Cindy di belakangnya, sepanjang perjalanan mata semua orang  menatap mereka. Sesampainya di mobil Indra lalu memasukkan koper Cindy  dan Cindy membuka pintu penumpang depan, Indra masuk dan menghidupkan  mobil, sambil terus melirik ke Cindy setiap kesempatan. Dalam hati Indra  terus memikirkan bagaimana bisa Vera kebobolan memasukkan cewek  secantik artis ini bekerja padanya,.. hm .. rupanya mata Bokapnya belum  rabun,. Dia saja kalo ada kesempatan pasti habis digarapnya cewek  secakep artis ini. "Kamu mirip dengan papa kamu yah, berarti dulu Pak Mulyono pasti  seganteng kamu," Cindy memecahkan keheningan dalam mobil, " Kurusnya  juga sama..hi..hi.." "eh..engg..ah masa sih gue ganteng?" Indra membusungkan dadanya bangga. "I..yah dong.. kamu sembunyikan saja sih.. dengan kacamata kamu , ntar..  kalo kita jalan2 bareng saya pilihkan kacamata yg cocok buat kamu,"  Cindy menggoda Indra. "wah.. gue percaya saja sama Mbak Cindy, " Hidung Indra kembang kempis  dipuji Cindy, "mbak Cindy juga cantik,.. tadi saya Kira artis Kris  Dayanti," "Oh.. yah pantesan tadi banyak yg ngajak saya foto bareng..hi..hi..  rupanya saya dikira artis penyanyi" Cindy tertawa lepas sehingga  payudanya yg ukurannyapun mirip sang artis berguncang, glek Indra  menelan ludah melihatnya. Indra yg tak tahan penasaran akhirnya memberanikan diri menanyakan pada  Cindy, bagaimana wanita secantik Cindy bisa nyasar ke perusahaan  Bokapnya. Cindy yg mulanya diam sejenak lalu meminta Indra berjanji  menjaga rahasiannya sebelum diceritakan, disanggupi oleh Indra. Cindy  rupanya melakukan operasi plastik pada seluruh wajahnya, hidungnya  dimancungkan dan pipinya sengaja di kempotkan sehingga lesungnya jelas  terlihat dan melakukan liposucktion di beberapa bagian tubuhnya sehingga  mendapatkan bentuknya yg aduhai seperti sekarang ini, Dia sengaja  memesan dokter bedah plastik tersebut untuk membuatnya semirip mungkin  dengan artis penyanyi idolanya.Dalam hati Indra menertawakan kakaknya yg  kebobolan,.. tak pernah terpikirkan oleh mereka kemajuan zaman yg bisa  mengubah wajah seseorang dari jelek menjadi cantik, seharusnya mereka  juga ikutan dioperasi plastik..he..he.. biar perusahaan Bokapnya bisa  lebih bersinar daripada sekarang yg lebih mirip LPT (Lembaga Perawan  Tua) saking banyaknya pegawai jelek yg pada jomblo. "Aku mau dibawa kemana nih Indra?" Tanya Cindy kemudian. "eng… Tadi dipesan kakak gue tuk bawain kamu ke hotel duluan…, ntar  besok baru nyari Ruko untuk kamu jadiin rumah dinas dan kantor kamu,"  gelagapan Indra menjawab saat dia lihat Cindy merengut sewaktu dia  bilang hotel. "Huh kakak kamu ituh, cemburuan banget," Cindy merengut," Saya tidak  suka ke hotel, masa saya di tinggal seorang diri di sana , sayakan  takut, Indra temenin saya yah," Glek,.. tentu saja Indra mau, tetapi yg keluar dari mulutnya," Bisa  mencak2 Sella kakak saya kalo gue gak pulang malam ini, apalagi kalo  tahu gue nginap bareng kamu," "hi..hi.. kamu takut yah sama kakak kamu, lebih berani Papa kamu donk kalo gituh,"tantang Cindy. "Lho.. jadi beneran kamu memang selingkuh sama Papaku?" Indra kaget. "lha..iyalah.. perawan saya Papamu yg renggut," Cindy sengaja  mencemberutkan wajahnya, padahal dalam pikirannya terbayang nikmat saat  bersetubuh dengan Papa Indra. "waduh, nekat juga yah Papa gue," Indra nyegir, dalam otaknya yg sudah  ngeres membayangkan nikmatnya melahap Selingkuhan bokapnya seperti  cerita stensilan yg sering dia baca semasa kecil. "Hm.. bagus kagak permainan Papa gue?" Indra mulai memancing.Cindy kaget melihat senyum nakal Indra menggodanya lalu membalas, "Mantep dong, punya Papamu anunya panjang," "Oh yah,.. hm.. masak sih,.. tapi biasanya orang bilang buah jatuh tidak  jauh dari pohon lho," Indra tertawa makin ngeres otaknya setelah  melihat sepertinya Cindy juga mulai terbawa suasana.( suasana saling  pengen lahap-melahap gituh) "Hm,.. kalo tidak Nampak mana terbukti," Cindy melirik ke selangkangan  Indra," Makanya elu nginap saja malam ini bareng gue dan buktikan  donk..hi..hi.." "wah..wah..nantang gue nih," Indra semakin bingung , Dia sebenarnya  sudah pengen menikmati Cindy tetapi kalo tidak pulang malam ini Sella  kakaknya pasti curiga dan bisa ngadu sama nyokapnya. Indra diam dan  berpikir, terbesit diotaknya ide untuk membawa Cindy ke rumah kostnya,  lha di sana dia kan ada yg nemani, dan dia bisa pulang sehabis menggarap  Cindy..hm.. ide bagus menurutnya. "Kalo gitu, gimana kalo saya bawa kamu ke rumah kost saja, disana  sedikit rame, jadi kamu tidak perlu takut," Indra lalu lanjut berkata,"  di sana ramah2 penghuninya, yg punya temen karib gue, kamarnya bersih  dan mewah kok, ada acnya lagi tiap kamar,gimana mau?" "kamu ikut nginapkan?" Cindy bertanya dengan suara manja. "Eng.. saya temani sampe malam saja yah,..toh ntar gue kenalin sama  mereka,.. jadi kamu kan ada yg nemani gituh,.. pokoknya gue atur deh  kamu jangan sampe kecewa malam ini," Indra keluarkan jurus wajah penuh  perhatian dan pengertian palsunya. "janji yah..Indra," Cindy tersenyum tanda setuju. Sepanjang perjalanan  ke rumah kost Indra mereka ngobrol dan tentunya makin lama makin ngeres  arah obrolannya membuat Cindy makin berani mengelus2 Indra dan  merebahkan dirinya pada Indra, layaknya sepasang kekasih. Saat Indra  membawa Cindy ke dalam rumah yg berteriak paling keras kaget adalah si  Desy, sama seperti yg lainnya dia mengira Indra membawa pulang kris  Dayanti. Indra mengenalkan Cindy pada Desy, Ayu dan Budi. Mereka  sebenarnya mau ngobrol dengan Cindy, tetapi Indra lalu membawa masuk  Cindy ke kamar yg masih kosong dengan beralasan pada mereka Cindy lelah,  padahal dia sudah tak sabar ingin melahapnya. Begitu pintu tertutup,  Indra langsung meletakkan kopernya dan langsung memeluk Cindy dan  menciumnya, dan dibalas oleh Cindy penuh nafsu. Budi menggigit bibir  bawah Cindy dan memainkan lidahnya dalam mulutnya, saat lidah Cindy  membalas masuk dalam mulut Indra langsung menyedot dan menggigit halus,  hm.. Cindy merasakan nikmatnya permainan bibir Indra, 1-0 untuknya  dibanding Bokapnya. Tangan Cindy lalu mulai membuka kancing baju Indra,  tetapi Indra lalu menyambung membuka sendiri dan celananya cepat, Cindy  juga menelanjangi dirinya. Mereka lalu merebahkan diri ke atas ranjang  baru yg belum dilapisi sprei oleh Ayu. Indra bergerak meremas lembut  payudara Cindy dan memainkan lidahnya pada puting Cindy, dijilatinya,  lalu di gigit lembut, dan diemut2. Hm… Cindy mendesah kuat, 2-0 untuk  Indra, permainan lidahnya Indra nikmat sekali, Cindy yg hanya pernah  bersetubuh dengan Bokap Indra merasakan awalnya saja sudah sangat nikmat  bersama Indra gimana selanjutnya, dia mendesah terangsang hebat. Indra  bergerak turun dan memainkan lidahnya pada kelentit vagina Cindy, lalu  bibir vaginanya dan lubang duburnya berganti2an. Indra lalu memasukkan  jarinya kedalam lubang Vagina Cindy, tangannya mengobel dan mengelus2  dinding dalam vagina Cindy, yg membuatnya mendesah makin Kuat dan  mengelinjang. Cindy takjub dengan permainan oral Indra yg baru dia  rasakan, seumur dia tak pernah merasakan sensasi yg begitu nikmat,  hm..gila.. tak mungkin lagi ngasi angka, Indra menang mutlak dibanding  Bokapnya, Cindy memejamkan matanya menikmati. Saat Indra berhenti Cindy  yg masih memejamkan mata merasakan nikmat dengan mulutnya yg memang lagi  menganga merasa ada sesuatu yg memasukinya, dia terbelalak saat melihat  yg masuk dalam mulutnya Zakar panjang Indra. Hm.. permainan apa pula  sekarang Indra lakukan, Cindy lalu merasakan hangat dan denyutan zakar  Indra dalam mulutnya, ditambah sodokan Indra sehingga kepala zakar Indra  menabrak2 dining tenggorokannya, hm..nikmat juga permainan ini, "hm.. hm.." Cindy mendesah dengan zakar Indra dalam mulutnya, dimainkan  lidahnya pada zakar Indra sehingga dia semakin merasakan denyutan zakar  Indra. Sesaat kemudian Indra mencabut zakarnya dan menyuruhnya nungging,  Cindy turuti dan dia rasakan zakar Indra memasuki lubang vaginanya,..  hm.. nikmat sekali dan terasa olehnya dinding lubang vaginanya merasakan  hangat dan denyutan zakar Indra hingga terasa dalam sekali, lebih dalam  nikmatnya daripada zakar Bokapnya. "oh….ah..ah…arghh" Cindy mendesah kuat menikmati zakar Indra yg sekarang  bergerak maju mundur dalam vaginanya, perlahan dan kemudian makin  cepat, Cindy juga makin mempercepat desahannya ..oh..nikmat sekali dia  rasakan saat itu. Sayup2 suara desahan dan erangan Indra dan Cindy terdengar sampai ruang  keluarga yg senyap karena Desy sepertinya sudah kecapekan membual, Budi  mengajak mereka tidur, Ayu bingung, "Mas Budi ngajak Ayu atau mbak Desy?" tanya Ayu. "Maunya aku yah kalian berdua " jawab Budi yg berusaha mengelak cubitan Desy, "iih.. maunya… hi..hi.?" Desy tertawa. Budi lalu merangkul Ayu dan menggandeng Desy berjalan ke kamarnya. Budi  yg terbiasa tidur hanya berkolor ria membuka baju dan celananya, Ayu yg  tidak tahu mengenai itu mengira Budi bersiap2 untuk bertarung, Ayu lalu  menelanjangi dirinya sendiri dan naik ke atas ranjang dan tangannya lalu  menyusup masuk kolor dan meremas2 zakar Budi. Desy terkejut melihat Ayu  yg begitu agresif, tidak mau kalah lalu ikut bertelanjang ria, ah..  masak gue kalah sama cewek udik, Desy berkata dalam hati. Desy lalu naik  ke ranjang dan mencium puting Budi dan memainkan lidahnya pada  putingnya. Budi yg awalnya kaget dengan tindakan kedua cewek tersebut  tidak jadi menolak, dia lalu menikmati permainan kedua cewek tersebut  apalagi saat Ayu memasukkan zakarnya ke dalam mulutnya dan menghisap  serta memainkan lidahnya pada kepala zakarnya langsung merem melek  kenikmatan. Desy lalu mencium Budi penuh nafsu dan mengarahkan tangan  Budi ke vaginanya, Budi lalu mengelus dan memasukkan jarinya ke lubang  vagina Desy dan menggerakan jarinya maju mundur cepat membuat Desy  mendesah menikmatinya. Tangan Budi lalu meremas2 payudaranya dan  memainkan jarinya pada puting Desy, sesekali Budi memindahkan tangannya  mengobel2 lubang vagina Ayu yg telah bergeser ke arahnya. Ayu yg melihat zakar Budi telah mengeras lalu cepat2 berganti posisi  menaiki tubuh Budi dan memasukkan zakar budi dalam Lubang Vaginanya ,  dia takut terserobot Desy. Ayu lalu mendesah dan menggerakkan pinggulnya  maju mundur dan memutar mencari posisi yg dia rasa paling mantap  menikmati zakar Budi. Desy yg kheki melihat gerak cepat Ayu lalu menaiki  tubuh Budi juga dan mengarahkan Vaginanya ke wajah Budi, dia rasakan  ciuman dan jilatan lidah Budi pada kelentit dan bibir vaginanya,..hm..  nikmat sekali , dia lalu meraih tangan budi dan menuntunnya meremas  payudaranya. Ayu yg memandangi punggung Desy mengeliat nikmat tidak mau  kalah meraih tangan Budi yg lain dan meletakkannya pada payudarnya, oh..  ah.. sengaja dia mendesah kuat saat tangan Budi meremas payudaranya dan  memainkan putingnya. Desy tidak mau kalah, dia juga ikut mendesah makin  kuat sehingga suara desahan mereka memenuhi kamar, "oh.. ah.. ah…arh…..oh.." Desy yg tidak mau terserobot lagi membalikkan tubuhnya dan kali ini  pantat montoknya yg menghadap ke wajah Budi, Desy kembali mendesah saat  Budi kembali memainkan lidahnya, kali ini dia rasakan geli2 nikmat lidah  Budi bergerak menjilati dari bibir anusnya hingga kelentitnya. Desy  sekarang menatap ke arah wajah cantik Ayu, dia melihat hidung mancung  Ayu dan bibir mungilnya ternganga mendesah menikmati zakar Budi,  hm..emang manis wajah pembokat ini, tanpa sadar Desy yg sudah terangsang  lalu gemas memeluk Ayu dan mencium bibirnya, Ayu kaget tetapi dia tidak  menolak saat merasakan sensasi nikmat ciuman Desy,hm.. sama nikmatnya  dengan ciuman kedua jurangan mudanya, Ayu lalu membalas ciuman Desy.  Kedua tangan Ayu lalu bergerak meremas buah payudara Desy, lalu satu  tangan turun dan mengelus2 vagina Desy, Budi heran karena tiba2 saja  Desy menjauhkan vaginanya dari wajahnya, dia lalu melihat kedua cewek  tersebut berciuman dan saling meremas payudara masing2 diatas tubuhnya,  Budi kaget, tetapi dia menikamati pemandangan di depannya, kedua  tangannya lalu menopang kepalanya agar bisa melihat dengan nyaman.  Tangan Desy mengelus2 atasan vagina Ayu dan memainkan jarinya pada  kelentit Ayu, sementara jari Ayu mengobel2 lubang vagina Desy. Tangan  Budi lalu bergerak mengelus2 punggung Desy lalu bergerak memutar ke  depan dan meremas2 payudara Desy. Ayu melepaskan Ciuman Desy dan  mendesah makin kuat dan makin cepat menggoyang pinggulnya, lalu dia  memekik merasakan dahsyat nikmat orgasmenya, Ayu merebahkan dirinya ke  samping Budi dan memeluk Budi dan tangannya mengelus2 dada Budi dan  sesekali dia mencium dan memainkan lidahnya pada puting Budi. Desy lalu  mengantikan posisi Ayu, sekarang dia menghadap ke Budi dan mulai  menggoyangkan pinggulnya dengan zakar Budi dalam lubang vaginanya.  Desahannya cepat mengikuti goyangan pinggulnya. Tangan Budi lalu meraih  payudara besar Desy yg juga berguncang cepat mengikuti gerakan  pinggulnya, diremas2nya payudara Desy. Sesaat kemudian Desy memekik  nikmat, dia lalu naik dan melihat mengambil kolor Budi lalu melap zakar  Budi kemudian dia mulai melakukan oral pada zakar Budi dengan tangannya  dia mengocok2 zakar Budi. Ayu tidak mau ketinggalan lalu ikut  mengerumuni zakar Budi, berganti2 an Ayu dan Desy saling menjilati zakar  Budi membuat Budi mengerang nikmat, saat erangan Budi makin kuat, Desy  yg tahu Budi hampir mencapai klimaksnya lalu mendorong Ayu dan merebut  zakar Budi dan memasukkannnya ke dalam mulut. Desy langsung menyedot  kuat saat dia rasakan semburan sperma Budi dalam mulutnya, Budi langsung  melolong kuat kenikmatan. Begitu selesai Ayu dan Desy tertawa terbahak2  mengenang aksi mereka barusan, Budi tersenyum senang. Mereka lalu  tertidur seranjang dalam kamar master room. Sementara di kamar yg lain Cindy yang memekik merasakan nikmatnya  orgasme dengan zakar Indra dalam vaginanya dengan kedua tangan Indra yg  meremas2 payudaranya, hm.. nikmat sekali dia rasakan, sepertinya dua  kali lebih nikmat dibandingkan dia orgasme saat masturbasi, sedangkan  dengan Bokap Indra, dia tidak pernah orgasme, bokap Indra terlalu cepat  nembak,sedangkan anaknya,.. wow.. masih belum nembak. Dia lalu makin  mempercepat gerakan pinggulnya agar Indra segera nembak. Indra akhirnya  menembakkan spermanya dengan posisi Cindy diatasnya, sepanjang permainan  mereka terus berganti2 gaya, Indra sengaja melakukan banyak gaya  tersebut untuk memamerkan bahwa dia lebih jago memuaskan cewek dibanding  Bokapnya. "oh..ah..arghh.." Budi mengerang nikmat saat dia menembakkan spermanya,  sementara Cindy memelankan goyangannya lalu berhenti dan memeluk Indra  dan berusaha membujuk Indra agar tidak pulang malam itu, dia masih ingin  orgasme lagi bareng Indra sekali lagi. Indra yg sudah melampiskan  Birahinya pada Cindy malam itu, sedangkan siang sebelumnya pada Ayu  mampu mengontrol dirinya, tidak terpengaruh dengan suara manja Cindy,  dia janji besok sepagi mungkin dia datang dan memberikan orgasme kepada  Cindy terlebih dahulu sebelum kuliah. Indra meninggalkan Cindy saat jam  menunjukkan pukul sebelas malam, sepanjang perjalanan pulang Indra  merancang skenario untuk kakaknya agar dia tidak curiga saat dia pulang  begitu larut malam.       
         Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               CErita Sex - sari nama ku               Apr 5th 2013, 13:57                                               Namaku Sari, asli dari Solo, pernah 4 kali menikah, tapi tidak pernah  bisa hamil, sehingga mantan-mantan suami semua meninggalkanku, bodyku  sexy, kulitku kuning langsat, tinggiku 161 cm dengan berat badan 50 kg,  "kamu persis Desy Ratnasari, Sari!", kata mantan suamiku terakhir.  Banyak laki-laki lain juga mengatakan aku persis seperti Desy Ratnasari.
  Aku bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT) di kota Gudeg  Yogyakarta, majikanku seorang janda berusia 50 thn, Ibu Sumiati yang  masih bekerja sebagai pegawai negeri di Gubernuran. Anaknya 3 orang.Yang  pertama perempuan, Aryati 28 thn, bekerja sebagai sekretaris, 2 bulan  lagi menikah. Yang kedua juga perempuan, Suryati 25 thn, bekerja sebagai  guru. Yang ketiga laki-laki, satu-satunya laki-laki di rumah ini,  tampan dan halus budi-pekertinya, Harianto 22 tahun, masih kuliah, kata  Ibu Sum, Mas Har (demikian aku memanggilnya) tahun depan lulus jadi  insinyur komputer. Wah hebat, sudah guaaanteng, pinter pula...
  Setiap pagi, aku selalu bangun jam 4:30, sebelum bekerja aku sudah mandi  dengan sangat bersih, berpakaian rapi. Aku selalu memakai rok panjang  hingga semata-kaki, bajuku berlengan panjang. Aku tahu, Ibu Sum senang  dengan cara berpakaianku, dia selalu memujiku bahwa aku sopan dan  soleha, baik sikap yang santun, maupun cara berpakaian. Meskipun begitu,  pakaianku semuanya agak ketat, sehingga lekuk-lekuk tubuhku cukup  terlihat dengan jelas.
  Mas Har sering melirik ke arahku sambil terkagum-kagum melihat bentuk  tubuhku, aku selalu membalasnya dengan kedipan mata dan goyangan lidah  ke arahnya, sehingga membuat wajahnya yang lugu jadi pucat seketika.  Paling telat jam 7:15, mereka semua berangkat meninggalkan rumah,  kecuali Mas Har sekitar jam 8:00. Aku tahu, Mas Har sangat ingin  menghampiriku dan bercumbu denganku, tapi ia selalu nampak pasif,  mungkin ia takut kalau ketahuan ibunya. Padahal aku juga ingin sekali  merasakan genjotan keperjakaannya.
  Pagi itu, mereka semua sudah pergi, tinggal Mas Har dan aku yang ada di  rumah, Mas Har belum keluar dari kamar, menurut Ibu Sum sebelum  berangkat tadi bahwa Mas Har sedang masuk angin, tak masuk kuliah.  Bahkan Ibu Sum minta tolong supaya aku memijatnya, setelah aku selesai  membersihkan rumah dan mencuci pakaian. "Baik, Bu!", begitu sahutku pada  Ibu Sum. Ibu Sum sangat percaya kepadaku, karena di hadapannya aku  selalu nampak dewasa, dengan pakaian yang sangat sopan. Setelah pasti  mereka sudah jauh meninggalkan rumah, aku segera masuk kamarku dan  mengganti pakaianku dengan rok supermini dan kaus singlet yang ketat dan  sexy. Kusemprotkan parfum di leher, belakang telinga, ketiak, pusar dan  pangkal pahaku dekat lubang vagina. Rambutku yang biasanya kusanggul,  kuurai lepas memanjang hingga sepinggang. Kali ini, aku pasti bisa  merenggut keperjakaan Mas Har, pikirku.
  "Mas Har. Mas Har!" panggilku menggoda, "tadi Ibu pesan supaya Mbak Sari  memijati Mas Har, supaya Mas Har cepat sembuh. Boleh saya masuk, Mas  Har?"
  Pintu kamarnya langsung terbuka, dan nampak Mas Har terbelalak melihat penampilanku,
  "Aduh, kamu cantik sekali, Mbak Sari... Persis Desy Ratnasari... ck, ck, ck..."
  "Ah, Mas Har, bisa saja, jadi mau dipijat?"
  "Jadi, dong..." sekarang Mas Har mulai nampak tidak sok alim lagi, "ayo,  ayo...", ditariknya tanganku ke arah tempat tidurnya yang wangi....
  "Kok Wangi, Mas Har?" Rupanya dia juga mempersiapkan tempat tidur percumbuan ini, dia juga sudah mandi dengan sabun wangi.
  "Ya dong, kan ada Desy Ratnasari mau datang ke sini,".
  Kami mulai mengobrol ngalor-ngidul, dia tanya berapa usiaku, dari mana  aku berasal, sudah kawin atau belum, sudah punya anak atau belum, sampai  kelas berapa aku sekolah. Omongannya masih belum "to-the-point",  padahal aku sudah memijatnya dengan sentuhan-sentuhan yang sangat  merangsang. Aku sudah tak sabar ingin bercumbu dengannya, merasakan  sodokan dan genjotannya, tapi maklum sang pejantan belum berpengalaman.
  "Mas Har sudah pernah bercumbu dengan perempuan?", aku mulai mengarahkan pembicaraan kami, dia hanya menggeleng lugu.
  "Mau Mbak Sari ajari?", wajahnya merah padam dan segera berubah pucat.  Kubuka kaus singletku dan mulai kudekatkan bibirku di depan bibirnya,  dia langsung memagut bibirku, kami bergulingan di atas tempat tidurnya  yang empuk dan wangi, kukuatkan pagutanku dan menggigit kecil bibirnya  yang merah delima, dia makin menggebu, batang penisnya mengeras seperti  kayu...
  Wow! dia melepas beha-ku, dan mengisap puting susuku yang kiri, dan meremas-remas puting susuku yang kanan...
  "Aaah.. sssshhhh, Mas Har, yang lembut doooong..." desahku makin membuat nafasnya menderu...
  "Mbak Sari, aku cinta kamu...." suaranya agak bergetar..
  "Jangan, Mas Har, saya cuma seorang Pembantu, nanti Ibu marah,"  kubisikkan desahanku lagi.... Kulucuti seluruh pakaian Mas Har, kaos  oblong dan celana pendeknya sekaligus celana dalamnya, langsung kupagut  penisnya yang sudah menjulang bagai tugu monas, kuhisap-hisap dan  kumaju-mundurkan mulutku dengan lembut dan terkadang cepat...
  "Aduuuh, enaaaak, Mbak Sari...." jeritnya...
  Aku tahu air-mani akan segera keluar, karena itu segera kulepaskan  penisnya, dan segera meremasnya bagian pangkalnya, supaya tidak jadi  muncrat. Dia membuka rok-miniku sekaligus celana dalamku, segera kubuka  selangkanganku.
  "Jilat itil Mbak Sari, Mas Haaaarrr..., yang lamaaa...", godaku lagi...  Bagai robot, dia langsung mengarahkan kepalanya ke vegie-ku dan  menjilati itilku dengan sangat nafsunya....
  "Sssshhhh, uu-enaaak, Mas Haaaarrrr...., sampai air mani Mbak Sari keluar, ya mas Haaar".
  "Lho, perempuan juga punya air mani..?" tanyanya blo'on. Aku tak menyahut karena keenakan...
  "Mas Haaarrr, saya mau keluaaar..." serrrrrr.... serrrrrrrrr.... membasahi wajahnya yang penuh birahi.
  "Aduuuuh, enak banget, Mas Har! Mbak Sari puaaaaaassss sekali bercinta  dengan Mas Har..... penis Mas Har masih keras? ...belum keluar ya? Mari  saya masukin ke liang kenikmatan saya, Mas! Saya jamin Mas Har pasti  puas-keenakan...."
  Kugenggam batang penisnya, dan kutuntun mendekati lubang vegieku,  kugosok-gosokkan pada itilku, sampai aku terangsang lagi... Sebelum  kumasukkan batang keperkasaannya yang masih ting-ting itu ke lubang  vegieku, kuambil kaos singletku dan kukeringkan dulu vegieku dengan  kaos, supaya lebih peret dan terasa uuenaaaak pada saat ditembus  penisnya Mas Har nanti...
  "Sebelum masuk, bilang 'kulonuwun' dulu, dong sayaaaaaang...", Candaku....
  Mas Har bangkit sebentar dan menghidupkan radio-kaset yang ada di atas  meja kecil di samping ranjang..... lagunya.... mana tahaaaan....  "Kemesraan ini Janganlah Cepat Berlalu......"
  "Kulonuwun, Mbak Sari...cintakuuuuu...."
  "Monggo, silakan masuk, Mas Haaaarrr Kekasihkuuuuu...", segera kubuka  lebar-lebar selangkanganku, sambil kuangkat pinggulku lebih tinggi dan  kuganjel dengan guling yang agak keras, supaya batang penisnya bisa  menghujam dalam-dalam.... Sreslepppppp......... blebessss.....
  "Auuuuuow....", kami berdua berteriak bersamaan.....
  "Enaaaak banget Mbak Sari, vegie Mbak Sari kok enak gini sih....?"
  "Karena Mbak Sari belum pernah melahirkan, Mas Har... Jadi vegie Mbak  Sari belum pernah melar dibobol kepala bayi..... kalau pernah  melahirkan, apalagi kalau sudah melahirkan berkali-kali, pasti vegienya  longgar sekali, dan nggak bisa rapet seperti vegienya Mbak Sari begini,  sayaaaaang... lagi pula Mbak selalu minum jamu sari-rapet, pasti  SUPER-PERET....", kami berdua bersenggama sambil cekikikan keenakan...  Kami berguling-guling di atas ranjang-cinta kami sambil berpelukan erat  sekali....
  Sekarang giliranku yang di atas... Mas Har terlentang keenakan, aku  naik-turunkan pinggulku, rasanya lebih enak bila dibanding aku di bawah,  kalau aku di atas, itilku yang bertumbukan dengan pangkal penis Mas  Har, menimbulkan rasa nikmat yang ruaaaaarbiassssa uu-enaaaaaaknya.....
  Keringat kami mulai berkucuran, padahal kamar Mas Har selalu pakai AC,  sambil bersenggama kami mulut kami tetap berpagutan-kuat. Setelah bosan  dgn tengkurap di atas tubuh Mas Har, aku ganti gaya. Mas Har masih tetap  terlentang, aku berjongkok sambil kunaik-turunkan bokongku. Mas Har  malah punya kesempatan untuk menetek pada susuku, sedotannya pada  tetekku makin membuatku tambah liar, serasa seperti di-setrum sekujur  tubuhku.
  Setelah 10 menit aku di atas, kami berganti gaya lagi... kami berguling-gulingan lagi tanpa melepaskan penis dan vegie kami.
  Sekarang giliran Mas Har yang di atas, waduuuuh... sodokannya mantep  sekali... terkadang lambat sampai bunyinya blep-blep-blep... terkadang  cepat plok-plok-plok... benar-benar beruntung aku bisa senggama dengan  Mas Harianto yang begini kuaaaatnya, kalau kuhitung-kuhitung sudah tiga  kali cairan vegieku keluar karena orgasme, kalau ditambah sekali pada  waktu itilku dijilati tadi sudah empat kali aku orgasme... benar-benar  vegieku sampai kredut-kredut karena dihujam dengan mantapnya oleh penis  yang sangat besar dan begitu keras, bagaikan lesung dihantam alu.....  bertubi-tubi.... kian lama kian cepat...... waduuuuhhhhh......  Wenaaaaaaaaakkkkk tenaaaaan......
  "Mbak Sari, aku hampir keluaaaaaar nih...!!" ....
  "Saya juga mau keluar lagi untuk kelima kalinya ini, Mas Haaaaar.... Yuk  kita bersamaan sampai di puncak gunung kenikmatan, yaaa sayaaaaanngggg"
  "Ambil nafas panjang, Mas Har... lalu tancepkan penisnya  sedalam-dalamnya sampai kandas...... baru ditembakkan, ya Maaaasss...  ssssshhhhhh........"
  Sambil mendesis, aku segera mengangkat pinggulku lagi, kedua kakiku  kulingkarkan pada pinggangnya, guling yang sudah terlempar tadi kuraih  lagi dan kuganjelkan setinggi-tingginya pada pinggulku, hujaman penis  Mas Har semakin keras dan cepat, suara lenguhan kami berdua  hhh...hhhhh....hhhhhh..... seirama dengan hujaman penisnya yang semakin  cepat.....
  "Tembakkan sekaraaaaang, Maaaasssss!", Mas Har menancapkan penisnya  lebih dalam lagi, padahal sedari tadi sudah mentok sampai ke mulut  rahimku.... bersamaan dengan keluarnya cairan vegieku yang kelima kali,  Mas Har pun menembakkan senjata otomatis berkali-kali dengan sangat  kerasnya....
  CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!!  CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! Berhenti sebentar dan  CROOTTTTT!!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! lagi..... Seperti wong edan,  kami berdua berteriak panjaaaaanggg bersamaan;
  "Enaaaaaaaaaakkkkk!"..... sekujur tubuhku rasanya bergetar semuanya...  dari ujung kepala sampai ujung kaki, terutama vegieku sampai seperti  "bonyok" rasanya..... Mas Har pun rebah tengkurep di atas tubuh  telanjangku..... sambil nafas kami kejar-mengejar karena  kelelahan..................
  "Jangan cabut dulu, ya Maaasss sayaaaang... masih terasa enaknya...  tunggu sampai semua getaran dan nafas kita reda, baru Mas Har boleh  cabut yaaa......" pintaku memelas..... kami kembali bercipokan dengan  lekatnya...... penisnya masih cukup keras, dan tidak segera loyo seperti  punya mantan-mantan suamiku dulu....
  "Mbak Sari sayaaaang, terima kasih banyak ya..... pengalaman pertama ini  sungguh-sungguh luar biasa... Mbak Sari telah memberikan pelayanan dan  pelajaran yang maha-penting untuk saya...... saya akan selalu mencintai  dan memiliki Mbak Sari selamanya...."
  "Mas Har cintaku, cinta itu bukan harus memiliki... tanpa kawin pun  kalau setiap pagi --setalah Ibu & Mbak-mbak Mas Har pergi kerja--,  kita bisa melakukan senggama ini, saya sudah puas kok, Massss.....  Apalagi Mas Harianto tadi begitu kuatnya, setengah jam lebih lho kita  tadi bersetubuhnya, Mas! Sampai vegie saya endut-endutan rasanya  tadi....."
  "Aku hari ini tidak pergi kuliah, kebetulan memang ada acara untuk  mahasiswa baru... jadi ndak ada kuliah...", kata Mas Harianto.
  "Nah... kalau begitu, hari ini kita kan punya banyak waktu, pokoknya  sampai sebelum Ibu dan Mbak-mbak Mas Har pulang nanti sore, kita main  teruuuusss, sampai 5 ronde, kuat nggak Mas Har?", sahutku semakin  menggelorakan birahinya.
  "Nantang ya?" Tanyanya sambil tersenyum manis, tambah guanteeeeng dia.....
  "aku cabut sekarang, ya Mbak? sudah layu tuh sampai copot sendiri...."
  kami tertawa cekikikan dengan tubuh masih telanjang bulat.... setelah  mencabut penisnya dari vegieku, Mas Har terlentang di sisiku, kuletakkan  kepalaku di atas dadanya yang lapang dan sedikit berbulu.... radio  kaset yang sedari tadi terdiam, dihidupkan lagi... lagunya masih tetap  "kemesraan ini janganlah cepat berlaluuuuuu...."
  Setelah lagunya habis, "Mas sayaaang, Mbak Sari mau bangun dulu ya.... Mbak Sari harus masak sarapan untuk Mas...."
  "Untuk kita berdua, dong, Mbak Sari.... masak untuk dua porsi ya...  nanti kita makan berdua sambil suap-suapan. Setuju?", sambil ditowelnya  tetekku, aku kegelian dan "auuuwwww! Mas sudah mulai pinter nggangguin  Mbak Sari ya.., Mbak Sari tambah sayang deh".
  Aku bangkit dari ranjang, dan berlari kecil ke kamar mandi yang jadi satu dengan kamar tidurnya,
  "Mas, numpang cebokan, ya..."
  Kuceboki vegieku, vegie Sari yang paling beruntung hari ini, karena bisa  merenggut dan menikmati keperjakaan si ganteng Mas Har... waduuuuhhh...  benar-benar nikmat persetubuhanku tadi dengannya.. meskipun vegieku  sampai kewalahan disumpal dengan penis yang begitu gede dan kerasnya --  hampir sejengkal-tanganku panjangnya.... wheleh.. wheleh....
  "Sebelum bikin nasi goreng, nanti Mbak bikinkan Susu-Telor-Madu-Jahe  (STMJ) buat Mas Har, biar ronde-ronde berikutnya nanti Mas tambah kuat  lagi, ya sayaaaaaang...."
  Kuambil selimut dan kututupi sekujur tubuhnya dengan selimut, sambil  kubisikkan kata-kata sayangku... "Sekarang Mas Har istirahat dulu,  ya..." kuciumi seluruh wajahnya yang mirip Andy Lau itu...
  "Terima kasih, Mbak Sari... Mbak begitu baik sama saya... saya sangat sayang sama Mbak Sari...".
  Kupakai pakaianku lagi, segera aku lari ke dapur dan kubuatkan STMJ  untuk kekasihku.... setelah STMJ jadi, kuantarkan lagi ke kamarnya,
  "Mas Har sayaaaang.... mari diminum dulu STMJ-nya, biar penisnya keras  kayak batang kayu nanti, nanti Mbak Sari ajari lagi gaya-gaya yang lain,  ada gaya kuda-kudaan, ******-anjingan, gaya enam-sembilan (69), dan  masih ada seratus gaya lagi lainnya, Masssss," kataku membangkitkan lagi  gelora birahinya... selesai minum diciuminya bibirku dan kedua  pipiku.... dan Mas Harianto-ku, cintaanku, tidur lagi dengan tubuh  telanjang dilapisi selimut.
  Aku segera kembali ke tempat biasanya aku mencuci pakaian majikanku,  menyapu rumah dan mengepelnya.. semua kulakukan dengan cepat dan bersih,  supaya tidak ada ganjelan utang kerjaan pada saat bersenggama lagi  dengan Mas Har nanti....
  Kumasakkan nasi goreng kesukaan Mas Har dalam porsi yang cukup besar,  sehingga cukup untuk sarapan berdua dan juga makan siang berdua...  hmmm.... nikmat dan mesranya... seperti penganten baru rasanya...
  Setelah nasi gorengnya jadi, kusiapkan dalam piring yang agak lebar,  kutata penyajian dengan kelengkapan tomat, timun, telur mata-sapi, dan  kulengkapi pula dengan sebuah pisang mas yang agak mungil, kusiapkan  pula segelas coca-cola kesukaannya. Dengan memakai daster tipis tanpa  beha dan celana dalam, kuantarkan makanan tadi ke kamarnya. Langsung  kubuka saja pintu kamarnya
  Aduh! Betapa terkejutnya diriku, ketika kulihat Mas Har sudah bangun  dari tidurnya, tanpa memakai selimut lagi, Mas Har sedang ngeloco  (mengocok penisnya) dengan wajah merah-padam... Segera kuletakkan  makanan di atas meja tulisnya..
  "Aduuuuhhh, jangan seperti itu, sayang, ngocoknya... nanti bisa lecet...  nanti pasti Mbak Sari kocokin... tapi Mas Har harus makan dulu, supaya  ada tenaga lagi... kalau ndak makan dulu, nggak bisa kuat dan tahan lama  senggamanya, Mas!"
  Kutanggalkan dasterku, segera dia menyergap tubuh telanjangku,  dihisapnya puting tetekku yang kanan, sedang tangannya memilin tetekku  yang kiri... Kupikir ini pasti gara-gara STMJ tadi,
  "Sabar dong, Mas-ku tersayaaaaang..., yuk kita makan nasi goreng  kesukaan Mas, sepiring berdua Mas, kayak judulnya lagu dangdut..."
  Kusuapi Mas Har-ku dan disuapinya pula aku, sambil tangannya  mengkilik-kilik itilku dengan sangat nakalnya. Wah! Edhiaan tenan reaksi  STMJ tadi.... Hihihi...
  "Mas Har sayang, jangan kenceng-kenceng dong kilikannya, nggak  nikmaaat....", dia memperlambat kilikannya, sambil kami lanjutkan dan  tuntaskan sarapan kami. Selesai makan, kuambilkan pula segelas besar  coca-cola, kuulurkan gelas coca-cola ke mulutnya. Minum seteguk, Mas Har  pun mengambil gelas dan mengulurkan pula ke mulutku.... wah! mesranya,  Mas Har-ku ini...
  Kuambil pisang mas, kukupas dan kubuang kulitnya, lalu aku berbaring di  samping Mas Har, kubuka selangkanganku lebar-lebar, dan kumasukkan  pisang tadi ke dalam liang vegieku.... Mas Har agak terkejut,
  "Ayo! Bisa nggak makan pisang sampai habis dari lubang vegie Mbak Sari?  Kalau bisa, nanti Mbak Sari ajari teknik-teknik dan gaya-gaya senggama  yang lain deh!"
  "Siapa takut!" sahut Mas Har...
  Dia segera menaiki tubuhku, dengan posisi tengkurap... mulutnya di depan  vegieku, ditariknya pisang itu dengan pelan-pelan dan sedikit-sedikit  digigitnya daging pisangnya, sedangkan penisnya pun terjuntai ngaceng di  depan mulutku.... segera kugenggam dan kumasukkan barangnya yang  ngaceng itu ke dalam mulutku, kumainkan lidahku mengusap-usap kepala  penisnya, dan dimaju-mundurkannya pisang mas tadi dalam liang vegieku,  sehingga menimbulkan perasaan yang sangat nikmaaaaat dan memerindingkan  seluruh bulu-bulu tubuhku....
  "Mbak Sari, pisangnya sudah habis.... hebat kan?" Katanya lugu...
  "Mas Har memang nomer satu buat Mbak Sari..." sahutku memujinya, membuatnya tersanjung dan sangat ditinggikan harga dirinya.
  "Sekarang apa lagi?" tanya Mas Har...
  "Silakan Mas jilati dan mainkan lidah dalam liang vegie saya... dan saya  akan meng-emuti dan mengocok penis Mas dengan mulut saya.... ini  namanya gaya 69, Mas sayaaang... mulut Mas ketemu vegie saya dan mulut  saya ketemu penis Mas Har.... Enaaaak kan, sayaaang?"
  "Wah! Sensasinya luar-biasa, Mbak......"
  "Kalau bercinta itu jangan buru-buru, Mas.... harus sabar dan tenang,  sehingga emosi kita bisa terkendali. Kalau Mas mau sampai duluan dengan  cara ngeloco seperti tadi, kalau sempat keluar.. kan saya harus nunggu  lagi penis Mas tegang lagi... kasian dong sama saya, Mas," suaraku  kubikin seperti mau menangis.....
  "Maafkan saya, ya Mbak Sari.... saya belum ngerti... mesti harus banyak belajar sama Mbak....."
  Kami lanjutkan gaya 69 kami, kutelan habis penisnya, kuhisap-hisap dan  kumaju-mundurkan dalam mulutku.... sementara Mas Har meluruskan lidahnya  dan menjilati itil-ku, kemudian memasukkan lidahnya yang kaku ke dalam  liang vegieku... ini berlangsung cukup lama...
  Pada menit kelimabelas, serrr... serrrr... serrrr.... cairan hangat  vegieku meluap, sekarang Mas Har malah menelannya.... aooowwww!
  Dan pada menit keduapuluhlima, serrr... serrrr... serrrr.... lagi, kali  ini lebih enaaaak lagi, kukejangkan seluruh tubuhku.... sambil mulutku  tetap terus mengocok penisnya yang kerasnya minta-ampuuuuun.... pada  waktu itu juga, penisnya memuncratkan air-peju dengan sangat derasnya,  langsung kutelan seluruhnya, sampai hampir keselek......
  "Enaaaakkkk....." Mas Har berteriak keenakan.....
  Kami berguling, sekarang saya yang di atas, dengan tetap memagut  penisnya yang masih cukup keras, kuhisap terus penisnya, sampai tubuh  Mas Har berkedut-kedut memuncratkan tembakan-tembakan terakhirnya.....  kujilati penis Mas Har sampai bersiiiiih sekali dan segera aku berputar,  sehingga kepala kami berhadap-hadapan dengan posisi aku masih tetap di  atas...
  "Gimana, Mas Har sayaaang.... Enak enggak..?" godaku...
  "Uu-enaaaaaaakkkkk tenaaaan....", kata Mas Har menirukan gaya pelawak Timbul dalam sebuah iklan jamu.....
  Kami berciuman lagi dan berguling-guling lagi.... mulut kami tetap  berpagutan dengan sangat kuaaaatnya..... Kucari penisnya dan kupegang...  wah sudah keras lagi rupanya..... luar biasa kuatnya Mas Har kali ini,  lebih kuat dari ronde tadi pagi.....
  "Mas Har... saya ajari gaya kuda-kudaan... mau nggak?",
  "Mau dong, sayaaaang.... Gimana?", tanyanya penasaran....
  "Mas Har duduk menyender dulu....."
  Dia segera mengikuti perintahku, duduk menyender landai pada sebuah  bantal yang kutegakkan di punggung ranjang, akupun segera mengambil  posisi jongkok membelakanginya. Kugenggam penisnya dan kutancapkan ke  vegieku dari belakang.... BLESSS!!!, tangan Mas Har mendekap kedua  tetekku dari belakang....
  Sekarang giliranku yang harus menaik-turunkan pantatku seperti orang  naik kuda.... semuanya berlangsung dengan sangat halus.... sehingga  tidak sampai menimbulkan lecet pada penis Mas Har maupun vegieku.....
  "Gimana Mas?", tanyaku untuk mengalihkan konsentrasi, supaya air-pejunya tidak segera muncrat......
  "Benar-benar Mbak Sari pantas menjadi dosen percintaan saya.....",  katanya sambil mendesah-desah dan mendesis-mendesis keenakan...
  Itilku kembali bertumbukan nikmat dengan tulang selangkang Mas Har...  Nikmatnya sudah sampai mneggeletarkan segenap perasaanku, membuat  perasaanku semakin menyatu dan terikat kuat dengan perasaan Mas Har.....  inilah arti sesungguhnya persetubuhan....
  Kuatur kecepatan pacuan kuda-kudaan ini, sehingga kenikmatannya bisa  kukendalikan, sementara Mas Har terlentang dengan tenang, makin  didekapnya kedua buah dadaku, diremas-remasnya, dipilin-pilinnya,  diremas-remas lagi... membuatku kembali ingin mencapai puncak  kenikmatan.... kukejangkan seluruh anggota tubuhku.... Mas Har sudah  mulai mengerti bahwa aku akan mencapai puncak.....
  "Keluar lagi ya, Mbak?" tanyanya.....
  "Ya..!! ...sssssshhhhh..." desahku kencang.
  .....serrr... serrrr... serrrrr.... kembali cairan hangat vegieku  tertumpah lagi.... kelelahan aku rasanya...... lelah tapi enaaak....
  Aku melepaskan penisnya dari lubang vegieku, kekeringkan vegieku dengan  dasterku supaya peret lagi... Mas Har melihat pemandangan ini dengan  wajah lugu, kuberi dia senyum manis....
  "Saya sudah capek, Mas.... Gantian dong... Mas Har sekarang yang goyang, ya?"
  Sekarang aku mengambil posisi menungging di pinggir ranjang..... Mas Har  kuminta berdiri dan menembakkan rudalnya yang super-keras dari  belakang,
  "Yang ini gaya ******-anjingan, Mas..... tapi jangan salah masuk ke  lubang pantat ya... pas yang di bawahnya yang merah merekah itu, lho  ya...."
  "Kalau di lubang pantat katanya lebih enak, Mbak Sari?" tanyanya lucuuuu....
  "memang lebih enak untuk laki-laki, tapi tidak untuk perempuan..... itu  kan namanya tidak adil, Mas.... Lagipula lubang pantat itu kan saluran  untuk tai, kotoran yang kita buang, itu tidak sehat namanya, bisa kena  penyakit aids, Mas.... Aids itu mematikan dan tidak ada obatnya lho,  hiiii.... seremmmm...."
  Mas Har memasukkan penisnya pelan-pelan ke lubang vegieku dari belakang  sambil berdiri di pinggir ranjang, pelan-pelan sekaliiiiii.....  seolah-olah dia takut kalau sampai merusakkan lubang nikmat ini..... aku  tahu sekarang.... Mas Har sangat sayang padaku, sehingga tingkah-laku  persenggamaannya pun melukiskan betapa besar perasaan cintanya pada  diriku....
  "Aaaaahhhhhh....", aku mendesah sambil merasakan hujaman penisnya yang  kembali menembus vegieku, demikian juga dengan Mas Har...  dilingkarkannya tangan kirinya di perutku, sedang tangan kanannya  meremas tetekku...... Dia mulai menggoyangkan penisnya maju mundur....  blep-blep-blep......aduuuuhhh..... mantapnyaaaa...... tenaganya sangat  kuat dan berirama tetap...... membuat aliran-darahku menggelepar di  sekujur tubuhku.......
  "Enaaaak, Maaaaasssss.......", lagi-lagi kukejangkan seluruh anggota  tubuhku sambil kukeluarkan lagi cairan hangat vegieku kesekian  kalinya...... puaaaasssss sekali tiada taranya.......
  "aaaaaahhhhhhhh..........", lenguhku........
  "Lap dulu dong, Mbak Sariiii..... becek sekali nih...." pintanya.....
  Kuambil dasterku dan kuserahkan padanya...... segera dia mengeringkan  vegieku dan juga penisnya yang basaaaah tersiram cairan hangatku.....
  "Mbak, aku sudah hampiiiirrr keluaaaarrr....." desahnya membuatku semakin terangsang......
  "Tembakkan saja, Massss........"
  Tembakannya masih sekencang yang sebelumnya...... sampai vegieku penuh dengan air-pejunya yang ekstra-kental itu.......
  "Aaaaahhhhhhhh......." Mas Har berteriak keenakan...... demikian juga  dengan aku, kukejangkan tubuhku dan kusiram lagi penisnya dengan cairan  hangat kenikmatan vegieku......
  "Aaaaaaahhhhhhh, Massss Harrrrr........ Mbak Sari cintaaaaa banget sama Mas Har......."
  "Aku juga Mbak..... selain Mbak Sari, tidak ada perempuan lain yang aku  cintai di dunia ini .....", aku tahu kata-kata ini sangat jujur....  membuatku semakin menggelinjang kenikmatan......
  "Terima kasih Mas Harrrrrr..... untuk cinta Mas Har yang begitu besar  kepada saya....." Dengan tanpa melepaskan penisnya, Mas Har dengan  hati-hati dan penuh perasaan menengkurapkan tubuhnya di atas tubuh  telanjangku.... dan aku kemudian meluruskan kakiku dan tubuhku mengambil  posisi tengkurap..... dengan Mas Har tengkurap di belakangku.....
  Mulutnya didekatkan pada telingaku.... nafasnya menghembusi tengkukku.... membuatku terangsang lagi......
  "Enaaaak dan puassss sekali, Mbak Sari..... Apa Mbak Sari juga puas?"
  "Tentu, Mas Har..... dari pagi tadi sudah sembilan kali vegie saya  memuntahkan air hangatnya..... Pasti saya puasssss bangettt, Mas!"
  "Terima kasih, ya sayaaaang...... aku ingin setiap hari bercinta dengan Mbak Sari seperti ini......."
  "Boleh, Massss.... saya juga siap kok melayani Mas Har setiap hari.....  kecuali hari Minggu tentunya..... Ibu dan Mbak-mbak kan ada di rumah  kalau Minggu...."
  Mas Har melepaskan penisnya dari lubang vegieku, aku segera mengambil  posisi terlentang, dan Mas Har pun merebahkan dirinya di sisiku....
  am dinding sudah menunjukkan jam 10.40...... sambil berpelukan dan  berciuman erat, kutarik selimut untuk menutupi tubuh telanjang kami  berdua... dan kami pun tertidur sampai siang.....
  Sudah hampir jam satu ketika aku terbangun, pantes perutku rasanya lapar  sekali. Mas Har masih belum melepaskan pelukannya sedari tadi, rasanya  dia tidak ingin melewatkan saat-saat nikmat yang sangat langka ini, bisa  seharian bersenggama dengan bebasnya. Kucium bibirnya untuk  membangunkan lelaki kesayanganku ini,
  "Mas sayaaang, bangun yook, kita makan siang. Nanti abis makan kita bercinta lagi sampai sore...."
  "Mmmm..." Mas Har menggeliat, "sudah jam berapa, istriku?"
  "Jam satu, suamikuuuu.....", jawabku genit....
  "Makan-nya di ruang makan, yok Mas, nggak usah pakai baju nggak apa-apa,  kan pintu-pintu dan korden-korden sudah Mbak Sari tutup tadi...."
  Dengan bugil bulat, kami berdua bangun dan berjalan ke ruang tamu, sambil Mas Har menggendong/mengangkatku ke ruang tamu.
  "Edhian tenan, koyok penganten anyar wae....." kataku dalam hati.... ("gila benar, seperti pengantin baru saja")....
  Selesai makan siang, Mas Har kembali menggendongku ke kamar, sambil  kuelus-elus penis Mas Har yang sudah mengeras seperti batang kayu  lagi.....
  Direbahkannya diriku dengan hati-hati di atas ranjang cinta kami. Aku  segera mengambil posisi memiringkan tubuh ke kanan, supaya Mas Har juga  mengambil posisi miring ke kiri, sehingga kami berhadap-hadapan....
  "Mas sayaaang, kita senggama dengan posisi miring seperti ini, ya.....,  lebih terasa lho gesekan penis Mas Har di dalam vegie Mbak Sari nanti,"  ajakku untuk membangkitkan rangsangan pada Mas Har....
  Kami tetap berposisi miring berhadap-hadapan sambil berciuman kuat dan  mesra. Kali ini Mas Har lebih aktif mencium seluruh wajah, tengkuk,  belakang telinga, leher, terus turun ke bawah, payudara-kiriku  kuisap-isapnya, sementara yang kanan dipilin-pilinnya lembut.....
  Rangsangan ini segera membangkitkan birahiku. Mulutnya bergerak lagi ke  bawah, ke arah pusar, dijilatinya dan ditiupnya lembut, kembali aku  mendesah-mendesis nikmat, sambil jari tangannya mengobok-obok lembut  lubang vegieku, mengenai itilku, menimbulkan kenikmatan yang  hebaaaat..., kukejangkan seluruh tubuhku, sampai pingganggku tertekuk ke  atas, serrrrrr.... kubasahi tangannya yang lembut dengan semburan  cairan hangat yang cukup deras dari vegieku...
  "Mas, masukkan sekarang, Masssss..... Mbak Sari udah nggak tahaaaannnn......", pintaku manja.....
  Tetap dengan posisi miring-berhadapan, kubuka selangkanganku  tinggi-tinggi, kugenggam penisnya dan kusorongkan lembut ke lubang  kenikmatan.....
  "aaaaahhhhhh......." lenguhan kami kembali terdengar lebih seru....  Penis Mas Har baru masuk setengahnya dalam vegieku, dimajukannya lagi  penisnya, dan kumajukan pula vegieku menyambut sodokannya yang  mantap-perkasa.....
  "Mas sayaaaang... maju-mundurnya barengan, ya.....", ajakku sambil  mengajari teknik senggama yang baru, kunamakan gaya ini "Gaya Miring",  dengan gaya ini kami berdua bisa sama-sama goyang, tidak sepihak  saja.....
  Kami maju dan mundur bersamaan tanpa perlu diberi aba-aba.... rasanya  lebih enak dibandingkan pria di atas wanita di bawah.... Kulihat Mas Har  merem-melek, demikian juga dengan diriku, penis Mas Har dengan irama  teratur terus menghujam-mantap berirama di dalam liang kenikmatanku.....  vegieku mulai tersedut-sedut lagi, tanda akan mengeluarkan semburan  hangatnya.....
  "Aduuuuhhhh, Maaaaassssss, enaaaaakkkkkkk........", aku agak berteriak sambil mendesis.......
  Air mani Mas Har belum juga muncrat, luarbiasa kuatnya kekasihku ini.....
  "Ganti gaya, Maaaasssss.... cabut dulu sebentar....." ajakku lagi,  sambil kuputar tubuhku, tetap pada posisi miring membelakanginya, Mas  Har memelukku kuat dari belakang, sambil meremas lembut kedua tetekku,  kuangkat kakiku sebelah, dan kuhantar lagi penisnya memasuki  vegieku......
  "aaaaaaaaahhhhhhhhhhh.... enak, Mbak Sariiiiii......., gesekannya lebih  terasa dari yang tadiiiiii....." Mas Har mendesah nikmat.....
  Kali ini aku hanya diam, sedang Mas Har yang lebih aktif  memaju-mundurkan penisnya yang belum muncrat-muncrat juga  air-maninya......
  ......Sudah jam setengah-tiga, hampir satu jam dengan dua gaya yang baru ini......
  "Mbak Sari, siap-siap yaaa.... rudalku hampir nembak...."
  Kupeluk erat guling, dan Mas Har semakin mempercepat irama maju-mundurnya......
  "Aaah, aaah, aaahh...." Mas Har mendesah sambil mengeluarkan air maninya  dengan tembakan yang kuat-tajam-kental bagai melabrak seluruh  dinding-dinding rahimku..... setrumnya kembali menyengat seluruh kujur  tubuhku.....
  "Aaaaaaaa........." aku berteriak panjang sambil kusemburkan juga air vegieku......
  Tenaga kami benar-benar seperti terkuras, getaran cinta kami masih terus  terasa..... tanpa melepaskan pelukan dan juga penisnya, masih dengan  posisi miring, kami tertidur lagi beberapa menit... sampai semua getaran  mereda......
  am tiga sudah lewat.... berarti masih bisa satu ronde lagi sebelum Ibu Sum dan kakak-kakak Mas Har pulang dari kerja.....
  "Mas, bangun, Mas.... sudah jam tiga lewat..... saya kan mesti  membereskan kamar ini, mandi dan berpakaian sopan seperti biasanya bila  ada Ibu....."
  "Mandi bareng, yok..... di sini aja di kamar mandiku, ada air hangatnya kan?" ajaknya....
  Dicabutnya penisnya dari lobang vegieku yang sudah kering, aduuuhhhh  enaknya...... Aku pun segera bangun dan menarik tangannya, Mas Har  bangkit dan memelukku, menciumku, menggelitiki tetek dan vegieku,  kembali birahiku naik..... Sampai di bawah kran pancuran air hangat,  kami berdua berpelukan, berciuman, merangkul kuat.... Dengan posisi  berdiri kembali penis Mas Har mengeras bagai batu, segera kurenggut dan  kugenggam dan kumasukkan lagi ke vegieku. Dengan tubuh basah disiram air  hangat dari pancuran, dan tetap dengan berdiri, kami bersenggama  lagi...... bagai geregetan, Mas Har kembali menggerakkan penisnya  maju-mundur, sementara aku bagai menggelepar memeluk erat tubuhnya yang  perkasa.....
  "Mas, sabunan dulu, ya sayaaaanggg....", tanpa melepaskan kedua alat  kelamin kami, kami saling menyabuni tubuh kami, khususnya di  bagian-bagian yang peka-rangsangan....
  "Lepas dulu, ya sayaaanggg.... kuambilkan handuk baru untuk  kekasihku.....", Mas Har melepaskan tusukannya, menuju lemari pakaian,  dan diambilnya dua handuk baru, satu untukku satu untuknya... Selesai  handukan, aku bermaksud mengambil dasterku untuk berpakaian, karena  kupikir persenggamaan hari ini sudah selesai.....
  "Eiittt, tunggu dulu, istriku..... Rudalku masih keras nih, kudu dibenamkan lagi di liang hangat cinta kita......"
  ......Edhiaaan, mau berapa kali aku orgasme hari ini.....  kuhitung-hitung sudah 12 kali aku menyemburkan air vegie sedari pagi  tadi......
  Aku mengambil posisi sederhana, terlentang menantang... biar Mas Har menindihku dari atas.....
  Kami bersenggama lagi sebagai hidangan penutup..... dengan "Gaya  Sederhana" pria diatas wanita dibawah, melambangkan kekuatan pria yang  melindungi kepasrahan wanita.... Mas Har terus menggoyang penisnya  maju-mundur.....
  Kembali aku akan mencapai puncak lagi, sedang Mas Har masih terus dengan mantapnya maju-mundur begitu kuat.....
  "Mas Har, Mbak Sari sudah mau keluar lagiiiiii......", kukejangkan kedua kakiku dan sekujur tubuhku.....
  "Mbak, aku juga mau keluar sekarang......", dalam waktu bersamaan kami  saling menyemprotkan dan memuncratkan cairan kenikmatan kami  masing-masing......
  "Enaaaaaaaaaaakkkkkkk, Mas Haaaaaarrrrrr......."
  "Puaaaaassssss, Mbak Sariiiiii.........."
  Mas Har langsung ambruk di atas tubuh telanjanganku, waktu sudah hampir  jam empat..... semua sendi-sendiku masih bergetar semuanya rasanya.....
  "Mas, sebentar lagi Ibu pulang, Mbak Sari mau siap-siap dulu ya, sayaang..."
  Mas Har segera bangkit sekaligus mencabut penisnya.... "Hari ini adalah  hari yang paling luar-biasa dalam hidupku, Mbak Sariii... Bagaimana aku  akan sanggup melupakannya?"
  Kupakai dasterku, kukecup lagi kedua pipi dan bibir Mas Har.... segera  aku lari menuju kamarku, membersihkan air mani Mas Har yang masih  menetes dari lubang vegieku yang agak bonyok.....
  Kukenakan celana dalam, rok dalam, beha, rok panjang, dan blus berlengan  panjang, rambut kusisir rapi, kusanggul rapi ke atas.... semua ini  untuk "mengelabui" Ibu Sumiati dan kedua kakak Mas Harianto, untuk  menutupi sisi lain kehidupanku sebagai seorang Ratu Senggama.
  Demikianlah... selanjutnya hari-hariku selalu ku isi dengan  persenggamaan yang kian hari kian liar, kian panas, dan kian bervariasi  dengan Mas Har, pangeran cintaku yang tampan dan perkasa. Pertempuran  kami berlangsung di banyak tempat di seluruh penjuru rumah... bahkan tak  jarang Mas Har sengaja mencegatku di saat-saat aku berbelanja keperluan  bulanan di Pasar Kota. Hotel dan Losmen yang ada di kota selalu menjadi  tempat persinggahan kami untuk menuntaskan dendam birahi kami... Hanya saat Mas Har harus kuliah dan saat dia mengantar hasil job-job sampingannya saja yang dapat menunda pertempuran kami... Mas Har memang ngotot mengambil job sampingan yang bisa tetap dikerjakan  di rumah, karena dia ngotot ingin menabung supaya bisa membeli rumah  sendiri dan membiayai kehidupannya kelak dengan calon istri  tercintanya....... aku.              Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Lomba mengecrot memek               Apr 5th 2013, 04:00                                                Semua berawal pada suatu ketika dimana aku dan istriku pindah ke sebuah  rumah kost di sebuah kota besar, sebut saja kota X, dimana aku harus  pindah ke kota itu karena tempat kerjaku menugaskan aku untuk menjadi  kepala cabang di kantor yang baru. Kost yang kami tempati ini memang  khusus untuk karyawan dan juga keluarga oleh sebab itu kost ini sangat  lengkap mulai dari dapur hingga kamar mandi dalam semua ada. Sudah  sebulan kami tinggal disini, aku dan istriku sudah mulai terbiasa  bergaul dengan para tetangga kost kami. "Pagi mas Ridwan. Berangkat kerja?" sapa seorang perempuan. Dia adalah  istri tetangga kost kami yang bernama Susno, perempuan ini sendiri  bernama SaFarah. "Iya nih mbak. Mau bareng?" tanyaku kepada SaFarah atau  mbak Farah begitu kami biasa menyapanya. Memang lokasi kerjanya  berdekatan dengan kantorku. Mbak Farah lalu mengangguk tanda setuju,  "Boleh mas. Tapi nggak apa-apa nih nebeng di mobilnya mas Ridwan? Ntar  mbak Nia marah lagi." Kata mbak Farah kepadaku. Aku hanya tertawa karena  saat itu Nia, istriku juga berada disampingku. Nia ikut tertawa  mendengar candaan mbak Farah. Aku dan Nia memang pasangan baru. Kami baru menikah 1 tahun lalu dan  belum dikaruniai seorang anak. Istriku Nia berusia 27 tahun, 2 tahun  lebih muda dariku. Sementara itu pasangan Susno dan SaFarah berusia  sekitar 32 tahun dan 29 tahun. Jadi bisa dibilang mbak Farah itu  seumuran denganku. Suaminya, Susno memang tidak bekerja karena sudah  satu tahun ini dia di PHK, makluk sedang krisis ekonomi jadi banyak PHK  dimana-mana. Dulunya dia bekerja di perusahaan plastik sementara  istrinya bekerja sebagai pegawai perusahaan keuangan yang cukup terkenal  di Indonesia walaupun dia hanya sebagai bawahan. Sesampainya di kantor  aku berpisah dengan mbak Farah yang memang berjalan kaki dari kantorku  menuju kantor tempat dia bekerja. Beberapa karyawan melirik kearah kami dan aku yakin mereka  bertanya-tanya siapa sebenarnya perempuan yang dibawa atasannya itu. Aku  sih tidak ambil pusing karena memang pada dasarnya SaFarah memang cukup  cantik walaupun tidak secantik istriku. Namun body nya memang lebih  yahud dan berisi. Terutama buah dadanya yang sedari tadi kuperhatikan sekitar F-Cup jauh  lebih besar dibandingkan istriku yang cuman C-Cup. Ah ada apa dengan  diriku ini? Kenapa aku malah kepikiran mengenai tubuh istri orang.  Akhirnya aku masuk juga ke gedung kantorku sambil berusaha melepaskan  pikiran mesum itu dari otakku. Hari demi hari berlalu dan aku sering  sekali berangkat bareng dengan mbak Farah, memang sih baik istriku  maupun suami mbak Farah tidak pernah cemburu atau keberatan. "Kasihan  mbak Farah mas kalau sendirian jalan." Kata istriku saat aku bilang apa  dia keberatan kalau aku berangkat bareng dengan mbak Farah. Memang sih  dari tempat kost kami untuk mencapai daerah tempat kerjaku harus jalan  sekitar 100 meter menuju jalan besar yang kemudian harus naik angkot  sebanyak dua kali agar bisa sampai ke daerah tujuan kami. Aku bisa  membayangkan kalau Mbak Farah berangkat kerja sebelum ada aku dulu  seperti apa susahnya. Pagi hari itu aku seperti biasa bersiap untuk ke  kantor dan istriku membawakan aku bekal makan siang. Nia memang juru masak yang handal. Selama ini aku tidak menolak tiap  kali dia membawakan bekal karena memang masakannya luar biasa enak,  maklum setahun kursus masak waktu kuliah dulu. "Mas, maaf udah nungguin  lama yah? Habisnya mas Susno tadi rewel terus minta dilayanin sih. Maaf  ya kalo kelamaan nunggunya." Kata mbak Farah ramah. Aku kaget juga  melihat penampilan mbak Farah kali ini. Memang dia mengenakan pakaian  kerja tetapi rok nya kulihat lebih pendek dari biasanya begitu juga  dengan kerah bajunya seperti lebih lebar dan terkesan lebih turun. Mbak  Farah lalu mengenakan sepatunya dengan posisi setengah menungging. Aku  yang saat itu sedang berdiri didepannya, kontan saja melihat pemandangan  aduhai dari depan. Sepasang payudara mbak Farah seperti menggelantung  seolah ingin melepaskan dirinya dari bra warna ungu yang membungkusnya.  Besar dan bentuknya indah sekali, batinku dalam hati. Mas Susno  benar-benar beruntung memiliki istri seperti mbak SaFarah. Sudah cantik, bodynya bagus, dadanya juga besar, pastilah hebat saat  bermain diranjang. Sesaat aku membandingkan dengan istriku. Penyesalan  muncul dibenakku. Akh, lelaki macam apa aku ini, membayangkan istri  orang lain sementara aku sendiri sudah beristri dan istrikupun juga  selalu setia terhadapku. Bahkan akhir-akhir ini setidaknya seminggu  belakangan ini istriku terasa lebih hangat dari sebelumnya. Kami menjadi  seperti pasangan suami istri baru lagi. Tadi malam saja dia minta untuk  bercinta sampai dua kali padahal sebelumnya paling tiga atau empat hari  sekali. Entah apa yang mempengaruhi hasrat seksualnya sekarang ini.  "Wah kok macet ya? Padahal kalau lewat jalan ini nggak macet tuh jam  segini." Celetukku pelan. Mbak Farah tersenyum terus meneruskan membaca  buku laporan keuangan yang dia pegang. Sesekali aku melirik kearah  pahanya yang tersingkap karena mobilku ini memang tempat duduknya cukup  rendah jadi aku bisa melihat paha mulus mbak Farah dengan jelas. "Eh mas. Sepertinya ada demo deh disana? Waduh bakalan telat kalo gini."  Mbak Farah kelihatan mulai khawatir. Memang benar ada demo di  persimpangan jalan didepan kami. Entah apa topik demonya karena aku juga  tidak begitu peduli lagi, yang kupedulikan hanyalah pekerjaanku di  kantor dan kesempatan lirik-lirik paha mbak Farah. Lumayan buat  selingan, batinku. Habis sudah rasa penyesalanku tadi. Untungnya kami  sampai kantor tepat pada waktunya. Kali ini sampai di kantor ada kejutan  yaitu temanku waktu kuliah dulu yang sekarang bekerja sebagai manager  sebuah perusahaan kimia swasta berkunjung. "Wah, Rid, sekarang kamu udah  sukses ya. Sudah jadi pimpinan cabang sekarang. Hahaha…" seloroh  sobatku yang satu ini. Aku hanya membalasnya ringan, aku memang bukan  tipe orang yang suka memamerkan prestasi sih. "Eh, cewek yang tadi  bareng sama kamu itu siapa sih? Kece juga tuh cewek. Bodynya keren dan  wajahnya juga mantap punya tuh. Siapa sih? Kenalin donk!" goda Iwan  temanku ini. Aku hanya tersenyum simpul saja tapi dia malah semakin penasaran dan  membombardirku dengan berbagai pertanyaan susulan. "OK, OK, gua jawab.  Dia tuh tetangga kost gua. Dia tinggal di kamar sebelah kamar kost gua.  Lagian dia kerja didekat sini maka dari itu gua anterin dia kesini  barengan ma gua. And sekedar informasi, dia udah punya suami bro."  kataku menjelaskan daripada nanti di berondong pertanyaan lagi. "Heh?  Emangnya istrimu nggak cemburu tuh? Kalian khan pasangan muda, biasanya  istri suka cemburu kalau suaminya bareng cewek lain yang cantik. Khan  bawaan dari masa pacaran masih ada hahaha…" Iwan kembali menggodaku  sambil melihat-lihat foto-foto di dinding ruang kantorku. Aku hanya  menghela nafas saja, "Istriku nggak seperti itu lagi. Dia orangnya kagak  pencemburu. Dia juga yang nyuruh gua buat nganterin mbak Farah dari  pada ntar dia jalan sendiri khan kasihan." Kataku padanya. Iwan tertawa  lagi, "Wah boleh juga tuh. Kalo ntar aku punya istri aku pengin kaya  istrimu tuh, orangnya nggak cemburuan. Nggak kaya pacarku sekarang ini, cemburuannya minta ampun. Tiap jam  telepon terus kalau nggak ya sms. Dikira aku pembantunya apa yah…"  selorohnya sambil tertawa. Memang sih pacar Iwan pencemburu berat  padahal sudah pacaran selama 3 tahun lebih. "Tapi Rid…" Iwan menimpali  lagi, "Memangnya kamu nggak ada rasa tertarik sama mbak Farah itu? Dia  cantik lho dan seksi lagi. Bayangin aja kalau kamu di ranjang dilayanin  dia sama istrimu…pasti seru tuh…hahahaha….threesome gitu." Katanya lagi.  Aku memang tidak kaget dengar ucapan itu dari Iwan karena sejak waktu  kuliah dulu memang mulutnya sering mengeluarkan ucapan-ucapan seronok  apa adanya. Dia paling gemar berbicara soal seks walaupun tidak pernah  berhubungan seks dengan perempuan manapun selama ini. "Halah…lo ini  ngomong apaan sih. Mana mau istri gua diajakin threesome. Dia orangnya  konvensional kok." Kataku pada Iwan. Memang selama ini istriku selalu  konvensional dalam bermain cinta. Selama satu tahun ini kami hanya  bermain cinta menggunakan gaya-gaya yang itu-itu saja. Kecuali dua hari terakhir ini dimana kami berdua menggunakan gaya baru  sama sekali dalam bercinta dan memang efeknya dahsyat. Aku sendiri tidak  tahu dari mana dia mendapatkan gaya tersebut. Sesiang ini aku  memikirkan ucapan sahabatku itu. Threesome, sepertinya menarik tapi mana  mau istriku melakukannya. Lagipula mana mau mbak Farah melakukannya  karena didekat kami juga terdapat suaminya. Tentu saja resiko sangat  tinggi jika suaminya sampai tahu mengenai hal ini. Sore harinya aku  mendapat kejutan keduaku. Mbak Farah datang berkunjung ke kantorku.  Memang kala itu kantorku sudah tutup dan tinggal aku bersama dengan dua  orang satpam diluar dan dua orang petugas cleaning service. "Lho, mbak  Farah belum pulang? Ini khan sudah jam 5 sore. Bukannya mbak Farah  selesai kerja jam 4 tadi?" kataku sambil mempersilakan perempuan cantik  ini masuk kantor kerjaku. Mbak Farah tersenyum manis, "Iya nih mas. Tadi  saya telat pulang karena pembukuan akhir bulan masih menumpuk lalu saya  kerjain aja sekalian biar besok lebih senggang waktunya. Kirain mas  Ridwan belum selesai kerjanya ternyata sudah ya…" "Akh, ini mbak, biasa tender dengan klien sudah selesai dan rapatnya  diundur tiga hari lagi karena klien yang satunya berhalangan hadir.  Sebenarnya sih jadwalnya pulang jam 6 nanti tapi kalau sudah tidak ada  yang dikerjakan ya mau apalagi." Kataku menjelaskan. Memang para  karyawan sudah pulang sejak jam 4 tadi sementara aku tetap disini karena  menghindari macet dan biasa mulai pulang jam 7 atau setengah 7 untuk  menghindari kemacetan. "Ohh gitu. Kirain sedang ada apa. Wah berarti  saya mujur dong karena nggak ketinggalan hehehe…" kata mbak Farah  bercanda. Dalam hatiku sih aku senang-senang saja malam ini dia pulang  bareng denganku karena malam ini dia pakai pakaian yang sangat seksi.  Kenapa harus dilewatkan, iya khan? Kami lalu ngobrol berdua di ruangan  kantorku sambil minum sereal hangat yang kubuat. Sesekali mbak Farah  mengalihkan silangan kakinya dari kiri ke kanan saat itulah aku bisa  melihat jelas celana dalam mbak Farah karena kami duduk  berhadap-hadapan. Pahanya yang mulus putih itu semakin lama membuatku semakin tak kuasa  menahan rasa ingin memeluknya dan mencumbu perempuan cantik ini dan  mengabaikan kalau dia ini istri orang lain. Jam sudah menunjukkan pukul 6  malam. Masih tersisa waktu setengah jam lagi untuk kami berduaan.  Serasa hatiku ini tidak rela untuk pulang dan ingin berlama-lama dengan  wanita didepanku ini. Aku tahu ini salah tetapi hasrat sebagai seorang  lelaki membuatku tak dapat berpikir jernih. "Mas, gimana kalau sambil  menunggu jam tujuh kita makan dulu. Didepan kantor ada warung makan yang  enak." Usul mbak Farah kepadaku. Aku sih setuju-setuju saja. Lagipula  perutku juga sudah mulai lapar. Padahal biasanya aku betah-betahin untuk  menahan lapar sehingga sampai dirumah nanti bisa makan masakan istriku.  Tetapi kali ini berbeda. Jadi juga akhirnya kami berdua makan di warung  makan itu. Walaupun tidak begitu besar tetapi bersih dan masakannya  juga enak walaupun tidak seenak masakan istriku tentunya. "Sudah jam 7  kurang 15 menit. Kita masuk mobil saja dulu sepertinya jalanan sudah mulai longgar tuh."  Kataku pada Mbak Farah. Perempuan ini mengangguk setuju dan akhirnya  kami masuk ke mobil sedanku. Sebuah peristiwa tak terduga terjadi secara  tak sengaja. Mbak Farah tersandung saat akan masuk kedalam mobil.  Tubuhnya terhempas kedepan dan menindih aku yang sudah duduk di kursi.  Untung saja kepalanya tidak terantuk setir mobilku. Namun yang membuatku  gugup adalah kepalanya pas sekali ambruk di atas selangkanganku.  Tanganku juga tak sengaja tertindih payudaranya yang besar itu. Entah  apa yang merasukiku, tanganku tanpa dapat kukendalikan lagi meremas  payudara perempuan ini. Mbak Farah melenguh pelan lalu bangkit dari  terpuruknya. Wajahnya memerah sepertinya menahan malu. Aku sendiri juga  malu setelah sadar kalau batang kemaluanku ternyata sudah tegang saat  wajah mbak Farah tanpa sengaja menyentuh selangkanganku ini. Kami berdua  terdiam cukup lama di dalam mobil ini. Aku mencoba membuka percakapan  dan saat itulah kami bertatapan muka. Pandangan kami beradu cukup lama. Entah apa yang mempengaruhiku, aku mulai berani mendekatkan wajahku  kepadanya. Sesaat kemudian bibir kami saling bersentuhan. Setan apa yang  mendorongku aku sendiri juga tidak tahu. Yang jelas selang beberapa  detik saja kami sudah saling melumat bibir satu sama lain. Mobil itu  menjadi saksi betapa panasnya ciuman kami berdua, diluar dugaan Mbak  Farah sangat mahir dalam berciuman. Dia juga tidak sungkan ketika aku  menggunakan lidahku dalam berciuman. Tidak cukup hanya itu, tanganku  sudah mulai meraba payudara Mbak Farah lagi yang saat itu masih  berbalutkan pakaian kerja. Aku copot jas kerjanya lalu satu demi satu  kancing kemeja Mbak Farah aku lepaskan hingga sekarang tinggal bra warna  krem-lah yang menjadi penghalang mataku dengan payudara indah wanita  cantik ini. Remasan-remasan tanganku sepertinya sudah berhasil  membangkitkan gairah terpendam milik Mbak Farah. Dia semakin liar saja.  Bahkan tangannya sudah berani mengusup kedalam celana panjangku dan  hanya butuh waktu beberapa detik saja sebelum akhirnya dia berhasil  menemukan batang penisku yang memang bukan hanya sudah tegang tetapi  sudah basah. Mbak Farah tersenyum begitu tahu kalau aku juga terangsang berat. Lalu  dia merebahkan kursinya dan mencopot bra yang dia pakai sehingga aku  bisa dengan leluasa menikmati pemandangan indah tersebut. Buah dada Mbak  Farah memang benar-benar besar. Sesuai dengan dugaanku yaitu F-Cup. Aku  tak sabar ingin meremas dan menciumi payudara indah tersebut beserta  puting susunya yang sudah tegang menantang itu. Sesekali tubuh Mbak  Farah membusung tiap kali aku menghisap puting susunya yang mancung itu.  Tanganku meraba vagina wanita cantik ini dan ternyata celana dalamnya  sudah basah sekali. Tanpa pikir panjang segera ku singkap rok mininya  itu sehingga tersingkap keatas lalu kutarik celana dalamnya hingga  lepas. Sekarang bukan cuma payudara Mbak Farah yang terlihat jelas  tetapi juga vaginanya dapat jelas kulihat. Perempuan ini masih sedikit  malu-malu ketika aku berhasil melucuti celana dalamnya. Sebelah  tangannya berusaha untuk menutupi vaginanya yang tercukup rapi itu.  Namun aku tak ambil pusing, jemariku segera bekerja disana. Jari telunjuk dan jari kelingkingku membuka bibir vagina Mbak Farah yang  sudah basah itu sementara jaru tengan dan jari manisku kuarahkan  kedalam vaginanya. Dengan gerakan menusuk-nusuk membuat mbak Farah  semakin kalang kabut dibuatnya. Desahan demi desahan tak terhindarkan  lagi keluar dari mulutnya. "Akhh..Mas..jangan disitu…akhhh…" desahnya  lagi saat jemariku berkarya di liang kewanitaannya. Cairan pelumas  segera kembali meluber membasahi bibir vagina wanita cantik ini. Memang  soal permainan jari aku sudah ahli. Istriku saja sampai kubuat orgasme  dengan jari saja. Klitorisnya mulai menegang dan tanda dia akan orgasme  semakin dekat saja. Beberapa menit kemudian berkat permainan jemariku di  vaginanya ditambah dengan cumbuan tangan dan bibir beserta lidahku di  sepasang payudaranya, Mbak Farah mencapai klimaksnya. Dia mendesah cukup  keras sambil menahan jeritan nikmat. Bibir bawahnya dia gigit sendiri  menahan sensasi kenikmatan yang meluap dari dalam dirinya. Tubuhnya  mengejang sesaat lalu setengah menit kemudian dia lemas. Peluh membasahi tubuh seksi dan montok wanita ini. Mbak Farah akhirnya  mencapai klimaksnya hanya dengan petting saja. Aku tersenyum melihatnya  terduduk lemas di bangku mobilku yang sudah disandarkan. "Mbak Farah  benar-benar hebat. Mas Susno beruntung punya istri secantik dan seseksi  mbak Farah." Pujiku. "Aku sebenarnya sudah lama suka dengan mbak Farah  hanya saja selalu kutahan, sekarang aku sudah puas bisa bermesraan  dengan wanita secantik mbak ini." Pujiku lagi. Wajah mbak Farah memerah  entah karena pergumulan tadi atau karena menahan malu karena sudah  menyerahnya separuh dirinya padaku padahal dia punya seorang suami yang  menunggunya dirumah. "Mas Ridwan ini memujinya kok tinggi banget sih?  Ntar aku jadi ke ge-er-an lho. Lagian mas Ridwan khan juga punya istri  cantik. Pasti mbak Nia juga setiap malam merasakan keahlian tangan mas  Ridwan ini, beruntungnya mbak Nia ya…" ujar Mbak Farah. Aku tersanjung  dibuatnya karena dia mengakui kehebatan jemariku ini. Belum sempat aku  bicara tiba-tiba tangan Mbak Farah menyentuh penisku lalu dengan cekatan  dia mengocoknya perlahan. Batang kejantananku yang sebelumnya sudah setengah tiang sekarang  kembali perkasa hanya dengan sedikit sentuhan dan rangsangan dari Mbak  Farah. Lalu tanpa kuduga Mbak Farah mengarahkan bibirnya ke ujung  penisku dan menciumnya perlahan lalu lidahnya bermain di ujung penisku  itu dan pada akhirnya seluruh batang kemaluanku itu dilumatnya masuk  kedalam mulut wanita cantik ini. Rasanya bagaikan di awang-awang.  Disertai dengan rangsangan tangannya pada buah zakarku, mulut Mbak Farah  maju mundur seolah mengocok penisku sembari dari dalam, lidahnya tak  henti-hentinya melumat batang kemaluanku ini. "Mbak Farah…akhhh…"  desahku menahan rasa nikmat. Tak butuh waktu lama sampai akhirnya aku  merasa akan mencapai klimaks. Lalu Mbak Farah mencabut penisku dari  mulutnya begitu dia tahu kalau aku sudah nyari ejakulasi. Aku lalu  mengarahkan penisku ke belahan payudaranya. Mbak Farah lalu menggunakan himpitan sepasang payudaranya untuk mengocok  batang penisku ini. "Keluarin aja semua mas. Aku pengen mas Ridwan juga  merasakan nikmat seperti yang aku rasakan tadi." Kata Mbak Farah sambil  sesekali menjilati ujung kemaluanku. "Akhh..mbak…aku keluar…akhhh…" racauku sambil kedua tanganku menekan  pundak Mbak Farah. Batang kemaluanku berdenyut sangat cepat lalu cairan  putih kental menyembur membasahi sepasang buah dada wanita cantik ini  bahkan beberapa sempat menyemprot kearah wajah Mbak Farah. "Maaf mbak.  Tadi nggak sempet aku kontrol. Wajah mbak jadi kotor deh." Kataku  meminta maaf. Mbak Farah hanya tersenyum sambil membersihkan wajahnya  dengan tissue sementara aku membantu membersihkan payudaranya dengan  tissue juga. "Nggak apa-apa kok. Kalau mas Susno sering nakal sih  menyemprotkan didalam mulut tanpa bilang-bilang padahal saya nggak suka  dengan rasanya, jadi pengen muntah mas." Sahutnya pelan. "Mungkin karena  belum biasa aja kali mbak." Kataku. Padahal istriku sendiri juga tidak  pernah mau menelan spermaku. Dia selalu marah-marah ketika aku tanpa  sengaja atau sengaja menyemprotkan cairan maniku kedalam mulutnya ketika  melakukan oral seks. Akibatnya dia sering kali menolak melakukan oral  seks tersebut. Jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam. Kami lalu merapikan diri dan bergegas pulang. Sepanjang perjalanan aku  tak henti-hentinya meraba-raba payudara Mbak Farah yang sudah terbungkus  oleh bra itu. Wanita cantik itu hanya tersenyum melihat ulahku. Dia  sempat membalas dengan meraba dan mengocok kembali penisku namun karena  aku nyaris kehilangan kendali atas setir mobilku maka niatan itu dia  hentikan. Sesampainya dirumah, Mbak Farah langsung masuk kamarnya  sementara aku sudah ditunggu istriku. "Mas, kok baru pulang? Macet ya?"  tanya istriku, aku hanya mengiyakan saja. Seandainya dia tahu kalau aku  habis petting habis-habisan dengan Mbak Farah entah apa yang akan dia  lakukan. Malam itu istriku tumben tidak meminta jatah malamnya. Tapi  bagiku tidak masalah karena aku sudah mendapatkan dari Mbak Farah  walaupun hanya sebatas blow job saja. Dua hari kemudian, tepat akhir  pekan, pekerjaanku sepertinya sudah selesai semua dan aku mempunyai  waktu luang cukup banyak. Semua laporan dan pembukuan sudah ditangani  dan sejak jam 12 siang aku sudah bebas dari pekerjaan. Sebenarnya aku bisa saja pulang namun aku iseng ingin kembali mengulang  kebersamaanku dengan mbak Farah tempo hari. Iseng-iseng aku telepon Mbak  Farah lewat telepon kantorku dan dia menyahutnya. Ternyata Mbak Farah  juga sedang senggang. Lalu kami makan siang berdua. "Wah kebetulan mas,  saya juga sedang nggak ada kerjaan. Maklum selama dua hari terakhir ini  selalu lembur jadi semua laporan sudah selesai. Mas sendiri habis ini  mau kemana?" tanya Mbak Farah diselang makan siang kami. "Hmmm, nggak  tahu yah. Tapi kalau Mbak Farah memang udah nggak ada kerjaan gimana  kalau kita keluar aja. Kebetulan tadi ada selebaran promo mengenai  tempat karaoke yang baru. Tempatnya nggak begitu jauh dari sini dan  katanya sih lumayan eksklusif gitu." Ajakku. Dalam hati aku berharap  agar dia setuju. Mbak Farah menghabiskan minumannya lalu beranjak  berdiri. "Boleh juga tuh mas. Ayo! Lagi pula dari pada bengong di  kantor." Dia setuju dan dengan hati gembira penuh pengharapan aku  melajukan mobilku kearah tempat tujuan kami. Ternyata tempat karaoke itu  benar-benar eksklusif, jadi wajar saja kalau promonya juga  besar-besaran di perkantoran. Aku lalu memesan kamar untuk kami berdua selama dua jam. Pelayan disana  lalu menyajikan menu minuman dan makanan ringan untuk teman karaoke  kami. Setelah selesai administrasinya kami langsung menuju ke kamar yang  di maksud. "Wah, gede juga yah. Ini sih bisa untuk delapan sampai  sepuluh orang mas." Kata Mbak Farah kepadaku. Memang sih kamarnya cukup  besar dengan televisi LCD ukran 30 Inchi dan sound lengkap. Sofanya yang  besar juga empuk bahkan pas buat tidur sekalipun….tidur? Ya, pikiran  itu terbersit di otakku baru saja. Selama lima belas menit pertama kami  hanya berkaraoke berdua sambil sesekali menenggak minuman dalam botol.  Aku tahu minuman itu mengandung alcohol sekitar 5% namun Mbak Farah  sepertinya tidak sadar dan menganggap kalau muniman itu hanyalah soft  drink biasa. Setelah hampir dua botol minuman itu habis kami tenggak,  aku mulai melihat Mbak Farah sudah mulai tipsy walaupun belum sepenuhnya  mabuk. Bicaranya mulai sedikit ngelantur. Aku mempergunakannya untuk  mendekatinya. Sengaja aku mendekatkan wajahku dengan wajahnya dan sesuai dugaanku tak  butuh waktu lama untuk akhirnya kami berdua berciuman dengan mesra atau  lebih tepatnya dengan panas. Nafsu sudah sampai diujung kepala dan tak  tertahankan lagi. Baik aku maupun Mbak Farah masing-masing saling  melucuti baju pasangannya. Sejak awal memang aku sudah mengunci pintu  kamar ini sehingga aku sudah bebas kekhawatiran jika ada orang masuk.  Sekarang dihadapanku adalah Mbak Farah yang sudah bugil total. Dia tidak  mengenakan sehelai benangpun ditubuhnya begitu juga denganku. Kami lalu  berpagutan mulut kembali. Lidah kami berdua saling melilit dan menjilat  satu sama lain sementara kedua tangan kami bergerilya ke area rawan  pasangan masing-masing. Tangan Mbak Farah mulai mengocok penisku  sementara tangan yang satunya mengelus dadaku yang bidang ini. Sementara  itu dia membiarkan kedua payudaranya aku mainkan malah dengan tangannya  dia mengarahkan sebelah tanganku yang satu lagi untuk menstimulsi  vaginanya yang sangat basah itu. Kembali Mbak Farah merasakan kenikmatan  permainan tanganku yang memang pernah membuatnya orgasme dua hari lalu.  Sekarang tidak ada lagi bunyi orang bernyanyi yang ada hanya bunyi  desahan kami berdua yang sedang berpacu dengan kenikmatan. Aku lalu merebahkan tubuh Mbak Farah ke sofa yang lebar itu lalu  mengangkat kedua tungkai kakinya dan menyandarkan kedua tungkai kakinya  tersebut ke pundakku. Perlahan aku mengarahkan penisku kearah vagina  Mbak Farah namun Mbak Farah sepertinya sadar hal tersebut dan dengan  kedua tangannya berusaha untuk menutupi vaginanya agar aku tidak bisa  penetrasi. "Mas Ridwan, jangan! Aku masih belum siap. Aku nggak mau  mengkhianati mas Susno lebih dari ini." Ujar Mbak Farah sambil berusaha  mencegahku. Namun nafsuku sudah sampai di ubun-ubun membuatku tidak  peduli lagi. Aku lalu menindih tubuhnya sambil kedua tanganku menarik  tangannya keatas kepala Mbak Farah dan mencekalnya supaya tidak berontak  lagi sambil bibirku terus menjelajah bibir, leher dan payudara wanita  cantik ini. Akhirnya Mbak Farah kehabisan tenaga untuk melawan, mungkin  juga karena dia sudah tipsy sebelumnya. Wanita cantik itu hanya menyerah  begitu saja ketika ujung penisku mulai menyentuh bibir vaginanya yang  merah merekah itu. Dengan sedikit dorongan akhirnya kepala penisku masuk  juga kedalam liang senggamanya diiringi dengan desahan yang keluar dari  mulut perempuan seksi ini. "Mas Ridwan…akhhh…" desahnya sambil  memalingkan mukanya kesamping mungkin Mbak Farah malu karena penisku  sekarang sudah menjebol batas kesetiaannya kepada suaminya. Sekarang  penis pria yang bersarang di vaginanya bukanlah milik suaminya melainkan  milik orang lain. "Mbak Farah, ternyata vagina mbak Farah masih sempit ya. Mas Susno pasti  senang tiap hari dapat jatah dari Mbak Farah." Ujarku dan Mbak Farah  semakin malu dibuatnya. Wajahnya memerah dan tak ada satu patah katapun  terucap dari bibir manisnya itu. "Akhhh…pelan mas…" ujar Mbak Farah  ketika aku mulai kembali mendorong masuk batang penisku yang tersisa.  Apa mungkin penisku ini lebih besar dari milik Mas Susno atau memang  vagina Mbak Farah yang memang sempit. Perlahan tapi pasti akhirnya aku  berhasil melesakkan seluruh bagian penisku kedalam vagina Mbak Farah.  Pelan-pelan aku mulai menyodok-nyodok penisku yang bersarang di liang  kewanitaan perempuan cantik ini. Sekarang Mbak Farah seolah tergolek tak  berdaya di depanku. Aku menindihnya dengan nafsu yang terus bertambah.  Pompaanku yang semula pelan sekarang sudah mulai cepat. Entah berapa  kali pompaanku berhasil membuat ujung penisku menyodok dinding rahim  Mbak Farah. "Akhh..mas..pelan-pelan!" ucap Mbak Farah lirih diiringi  desahan suaranya. Suara seksi desahan yang keluar dari mulut wanita ini bercampur dengan  bunyi kecipak cairan kedua kemaluan kami yang saling beradu. Suara khas  orang bercinta ini memenuhi seluruh ruangan. Untungnya ruangan ini kedap  suara karena jika tidak maka bisa terdengar diluar sana. Aku mengangkat  tubuh Mbak Farah hingga kami sekarang duduk berhadap-hadapan sementara  tubuhnya aku pangku dengan pahaku. Aku tak henti-hentinya  mengangkat-angkat pantatnya agar penisku tetap bisa memompa vagina Mbak  Farah sambil sesekali menggoyangnya kekiri dan kekanan sehingga ujung  penisku ini bisa menelusuri dinding liang senggama istri Mas Susno ini.  Namun tak butuh waktu lama sampai Mbak Farah mulai terhanyut dalam  permainanku dan dia dengan sukarela menaik turunkan selangkangannya  sendiri sehingga sekarang aku tinggal menikmati pelayanan Mbak Farah  ini. Dengan gaya women on top perempuan ini semakin beringas saja. Aku  bisa melihat payudaranya bergoyang kesana kemari karena ukurannya yang  besar sehingga menjadikan pemandangan seksi sekali bagiku karena milik  istriku tidak sampai sehebat itu berguncangnya. Sambil tanganku meremas-remas buah dadanya aku ikut membombardir vagina  Mbak Farah dari bawah. Cairan kemaluan keluar deras dari vagina Mbak  Farah disertai tubuhnya yang mengejang. Ternyata Mbak Farah sudah  mencapai klimaksnya kali ini. Namun aku masih belum puas, lalu aku  kembali menindih wanita cantik ini dan kembali menumpangkan kedua  tungkai kakinya di bahuku dan menindih tubuh seksinya itu sehingga lutut  Mbak Farah sekarang menyentuh buah dadanya sendiri. Lalu dengan tak  kalah beringas aku memompa penisku didalam vaginanya dengan cepat hingga  beberapa menit kemudian aku merasakan penisku mulai berkedut keras dan  akhirnya menyemburkan cairan putih kental di dalam rahim Mbak Farah. Tak  ada nada protes dari mulut Mbak Farah walaupun kala itu dia tahu kalau  didalam rahimnya telah penuh cairan spermaku. Beberapa bahkan mengalir  keluar lewat bibir vaginanya. Tak ada pikiran takut akan resiko hamilnya  Mbak Farah nanti. Kami berdua hanya memikirkan kepuasan hasrat kami  saja. Sepuluh menit kemudian kami lalu merapikan diri dan menyudahi acara  karaoke ini walaupun baru satu jam kurang lebih kami menggunakan ruangan  tersebut. Setelah menyelesaikan urusan administrasi kami segera cabut  dari tempat itu dan pulang kerumah. Hanya ada diam selama di dalam mobil  yang melaju kala itu. Mbak Farah terdiam begitu juga dengan aku.  Mungkin Mbak Farah menyesali semua keputusannya yang menyerahkan  kesetiaan cintanya akan sang suami dengan hasrat seksualnya denganku.  Aku sendiri diam karena bingung harus ngomong apa dengannya. Sesampainya  dirumah kost, sepertinya rumah masih sepi dan seluruh penghuni kost  tidak ada dirumah. Maklumlah karena semua penghuni kost merupakan  karyawan dan jika ada pasangan suami istri tinggal disana juga adalah  pasangan muda yang baik lelaki maupun perempuannya bekerja dan pulang  biasanya jam 5 sore atau malam malahan. Berarti tinggal ada istriku Nia  dan suami Mbak Farah, batinku dalam hati. Ketika kami berdua melangkah  dan mendekati kamar kami yang bersebelahan, aku mendengar suara rintihan  dan desahan dari kamar Mas Susno dan Mbak Farah. Sepertinya Mbak Farah juga mengetahui hal tersebut dan memintaku agar  berjalan perlahan. Bagaikan maling yang mengincar barang berharga, kami  berdua mengendap-endap mendekati jendela kamar Mbak Farah. Karena  jendela bagian depan kamar tertutup rapat maka kami memutuskan untuk  mengintip dari bagian belakang. Bagian belakang kamar mereka memang  terdapat lubang kecil dengan ukuran sekitar 30cm-40cm yang dulu  merupakan bekas exhause fan namun sekarang hanya tinggal lubangnya saja.  Semakin dekat dengan lubang itu aku semakin mendengar jelas desahan  yang keluar dari kamar itu. Itu jelas-jelas desahan seorang wanita  tetapi siapa? Semakin dekat aku semakin jelas dan tiba-tiba terbersit  dalam benakku kalau desahan dan rintihan wanita itu seperti milik  istriku, Nia. Desahan tersebut sangat mirip sekali dan begitu aku  mengintip lewat lubang tersebut benar saja aku kaget bukan kepalang. Aku  melihat Nia, istriku sedang disetubuhi oleh Mas Susno. Keduanya sudah  dalam keadaan telanjang. Suara televisi yang di nyalakan tidak dapat  mengelabui suara desahan yang keluar dari mulut mereka berdua. Mereka  sedang bercinta. Istriku dengan posisi merangkak sedang Mas Susno dibelakangnya terus  membombardir vagina istriku dengan sodokan-sodokan penisnya. Tubuh  istriku yang langsing dan putih mulus berkebalikan dengan tubuh Mas  Susno yang cokelat kehitaman dan sedikit gemuk. Mbak Farah menahan rasa  terkejutnya melihat suaminya bermain cinta dengan wanita lain. "Akhh…mas  Susno…terusss…masss.." desah istriku. Aku tak percaya istriku meminta  Mas Susno agar terus menyetubuhinya. "Enak ya dik dientotin sama mas  Susno? Kalau sampai Mas Ridwan tahu gimana coba…hehe…" ujar Mas Susno  sambil menyodok vagina istriku dengan keras. Istriku menjerit kecil,  "Akhh…nggak apa-apa. Mas Ridwan juga jarang dirumah pulang  baru…akhhh…nanti malam…" ujarnya kemudian keduanya berciuman hangat.  Brak!!! Keduanya kaget ketika pintu dibuka oleh Mbak Farah. Memang Mbak  Farah mempunyai kunci duplikat untuk jaga-jaga seandainya dia pulang pas  Mas Susno sedang pergi. Keduanya kelimpungan mencari kain untuk  menutupi tubuh mereka yang telanjang. Namun selimut yang diraih Mas  Susno sudah buru-buru di serobot oleh Mbak Farah. Dalam kebingungan, istriku hanya menangis lalu menghambur kearahku dan  bersujud dikakiku sambil berlinang air mata. Segala macam ucapan  permintaan maaf keluar dari bibirnya. Dadaku sesak melihat istriku yang  telanjang ini telah habis di garap oleh orang lain selain diriku. Namun  terbersit ucapan Iwan tempo hari mengenai variasi seks lalu aku mencegah  saat Mbak Farah akan melabrak suaminya. Lalu meng-kode-nya agar dia  tenang dan sepertinya dia tahu maksudku. Lalu setelah menutupi tubu  bugil Mas Susno dan istriku kami menutup pintu kamar dan menanyai  hubungan mereka berdua. Dari semua pengakuan mereka ternyata hubungan  Mas Susno dengan istriku baru berlangsung dua hari yang lalu ketika aku  telat pulang kantor. Sementara itu istriku sudah terlanjur minum obat  perangsang. Itu menjelaskan mengapa hari-hari sebelumnya dia begitu  hangat, ternyata dia meminum obat perangsang dosis tinggi sehingga dia  selalu minta jatah berulang kali padaku dan dua hari lalu dia malah  tidak minta sama sekali, ternyata dia sudah memperoleh jatahnya dari Mas  Susno, suami Mbak Farah. Bahkan sampai 4 kali dalam dua jam. Aku lalu bertanya apakah mereka menggunakan pelindung waktu itu dan  mereka menjawab tidak karena istriku mengatakan dia sudah meminum pil KB  sebelum dan sesudah berhubungan intim tersebut. Dia sama sekali tidak  sengaja bercinta dengan Mas Susno jika bukan karena pengaruh obat  tersebut. Karena waktu itu Mas Susno sedang datang untuk meminjam tang  untuk memotong kawat sementara istriku tidak tahu tempat penyimpanannya  sehingga mereka berdua dikamar mencarinya. Kala itu istriku hanya  mengenakan daster untuk tidur karena memang dia rencananya akan  menyambut kepulanganku. Tak disangka yang menuai malah Mas Susno. Sore  itupun mereka berdua bercinta habis-habisan. Dan peristiwa barusan juga  karena istriku dan Mas Susno berunding agar hal itu tidak terjadi lagi  namun karena rayuan Mas Susno akhirnya istriku takluk juga untuk kedua  kalinya. Dan mereka berdua bercinta habis-habisan lagi, hanya saja kali  ini sudah ketahuan terlebih dahulu. Dengan berlagak marah aku dan Mbak  Farah menghakimi mereka. Baik istriku maupun Mas Susno sama-sama meminta  maaf berulang kali dan tidak ingin bercerai. Bahkan Mas Susno sampai menyembah-nyembah kami berdua agar memaafkannya.  Sebuah ide yang sudah lama tertanam diotakku langsung kukeluarkan. "OK  kalau begitu. Karena kalian berdua sudah sering bercinta maka sebagai  balasannya aku dan Mbak Farah akan bercinta juga. Bukan cuman itu tapi  kami akan berhubungan intim didepan kalian berdua." Ucapku. Mas Susno  protes namun karena Mbak Farah kembali menakannya maka dia hanya pasrah.  Akhirnya jadi juga aku bercinta dengan Mbak Farah. Siang itu aku  kembali memompa vagina Mbak Farah kali ini dengan posisi doggy style  seperti yang dilakukan istriku dengan Mas Susno. Aku sengaja  memeperlihatkan ekspresi wajah Mbak Farah didepan suaminya yang masih  bugil itu (baik Mas Susno maupun Nia tidak diijinkan untuk memakai  pakaian mereka kala itu). Aku tertawa dalam hati melihat penis Mas Susno  yang menegang melihat istrinya aku kerjai. Tak puas hanya menggarap  Mbak Farah sekarang aku memanggil Nia agar bergabung. Sekarang Nia,  istriku aku minta untuk berbaring terlentang sementara diatasnya aku  minta Mbak Farah dalam posisi merangkak. Sekarang didepanku terpampang dua vagina siap sodok. Di bagian atas Mbak  Farah vaginanya yang sempit dan basah itu sementara itu di bawahnya  terdapat bibir vagina Nia istriku yang berbulu agak lebat itu.  "Akkhhh…mas Ridwan…ekkhhh…" desah Mbak Farah ketika aku menusukkan lagi  batang penisku kedalam vaginanya. Lalu setelah beberapa kali pompaan aku  lalu mencabutnya dan mengarahkan penisku ke vagina Nia istriku dan  melesakkannya kedalam vaginanya. Bergantian istriku dan Mbak Farah  merasakan kenikmatan sodokan penisku. Mungkin karena aku sudah  berejakulasi sebelumnya sehingga permainanku kali ini jauh lebih lama.  Bergantian kedua perempuan ini mencapai klimaks mereka. Istriku mencapai  orgasmenya lebih dulu lalu setelah beberapa detik kemudian segera aku  alihkan sodokanku ke vagina Mbak Farah dan kami berdua mencapai orgasme  bersama. Sebagian spermaku menyembur di vagina mbak Farah lalu dengan  cepat kucabut dan kumasukkan kedalam liang kemaluan Nia istriku dan  menghabiskan sisa spermaku disana. Mbak Farah lalu terkulai lemas di  atas tubuh istriku. Aku puny ide tambahan lagi meminta mereka berdua berciuman. Adegan lesbi  yang menggairahkan lalu aku minta supaya keduanya kembali melayaniku  walaupun kali ini aku tidak sampai orgasme. Aku melihat Mas Susno yang  termenung melihat polah istrinya yang disetubuhi orang lain. Aku  kemudian menghentikan gerakan sodokanku di vagian Mbak Farah. "Mas.  Kalau mas Susno mau silakan pakai aja Nia untuk sementara ini. Dari pada  bengong, aneh juga kalau pas ngentotin cewe ada yang nonton." Ujarku  kepadanya. Mas Susno bingung tapi setelah itu sebuah senyuman  tersungging di bibirnya. Akhirnya kami menutup tragedy itu dengan sebuah  swing party antara aku, istriku, Mbak Farah dan Mas Susno. Sesekali aku  melihat Mas Susno yang sedang asik menggarap tubuh molek istriku yang  dibaringkan terlentang disamping tubuh Mbak Farah yang memang sedang  kutindih. Kami berdua berlomba mengerjai istri lawan kami masing-masing.  Sengaja atau tidak tapi aku melihat istriku mencium mesra mas Susno  lalu Mbak Farah membalasnya dengan menciumku lebih panas lagi. Seperti lomba saja jadinya, hanya saja lomba kali ini adalah lomba seks.  Entah sudah berapa kali sperma tumpah di tubuh istriku atau di tubuh  Mbak Farah. Baik vagina maupun bagian perut mereka berdua sudah  diselimuti cairan sperma baik dari milikku maupun Mas Susno. Beberapa  kali aku bertukar posisi dengan Mas Susno, dan baik Mbak Farah maupun  Nia sepertinya merasakan kenikmatan tersendiri ketika pergantian penis  tersebut. Percintaan itu kami akhiri dengan pasangan resmi kami  masing-masing. Mas Susno menyemprotkan hasil ejakulasinya yang ketiga  sore itu di dalam vagina istrinya, Mbak Farah. Sementara itu aku  menumpahkan sisa spermaku yang mulai encer itu kedalam rahim Nia,  istriku. Lalu kami berpelukan dengan pasangan masing-masing. Walaupun  beberapa kali tangan Mas Susno mencoba bermain-main dengan puting  istriku. Entah petualangan kali ini apakah akan berlanjut ke hal yang  lebih seru atau tidak karena aku dan Mbak Farah jelas tidak ingin  menyudahi kenikmatan ini.
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Buah Dada Syeni Pasien Ku               Apr 5th 2013, 03:58                                               Sudah masuk tahun ketiga aku buka praktek di sini semuanya berjalan  biasa-biasa saja seperti layaknya praktek dokter umum lainnya. Pasien  bervariasi umur dan status sosialnya. Pada umumnya datang ke tempat  praktekku dengan keluhan yang juga tak ada yang istimewa. Flu, radang  tenggorokan, sakit perut, maag, gangguan pencernaan, dll.Aku pun tak ada  masalah hubungan dengan para pasien. Umumnya mereka puas atas hasil  diagnosisku, bahkan sebagian besar pasien merupakan pasien "langganan",  artinya mereka sudah berulang kali konsultasi kepadaku tentang  kesehatannya. Dan, ketika aku iseng memeriksa file-file pasien, aku baru  menyadari bahwa 70 % pasienku adalah ibu-ibu muda yang berumur antar 20  – 30 tahun. Entah kenapa aku kurang tahu.
  "Mungkin dokter ganteng dan baik hati" kata Nia, suster yang selama ini membantuku.
  "Ah kamu bisa aja"
  "Bener Dok" timpal Tuti, yang bertugas mengurus administrasi praktekku.
  Oh ya, sehari-hari aku dibantu oleh kedua wanita itu. Mereka semua sudah  menikah. Aku juga sudah menikah dan punya satu anak lelaki umur 2  tahun. Umurku sekarang menjelang 30 tahun.
  Aku juga berpegang teguh pada sumpah dan etika dokter dalam menangani  para pasien. Penuh perhatian mendengarkan keluhan mereka, juga aku tak  "pelit waktu". Mungkin faktor inilah yang membuat para ibu muda itu  datang ke tempatku. Diantara mereka bahkan tidak mengeluhkan tentang  penyakitnya saja, tapi juga perihal kehidupan rumah tangganya,  hubungannya dengan suaminya. Aku menanggapinya secara profesional, tak  ingin melibatkan secara pribadi, karena aku mencintai isteriku.
  Semuanya berjalan seperti biasa, wajar, sampai suatu hari datang Ny. Syeni ke meja praktekku.
  Kuakui wanita muda ini memang cantik dan seksi. Berkulit kuning bersih,  seperti pada umumnya wanita keturunan Tionghwa, parasnya mirip bintang  film Hongkong yang aku lupa namanya, langsing, lumayan tinggi, dan ….  inilah yang mencolok : dadanya begitu menonjol ke depan, membulat tegak,  apalagi sore ini dia mengenakan blouse bahan kaos yang ketat bergaris  horsontal kecil-kecil warna krem, yang makin mempertegas keindahan  bentuk sepasang payudaranya. Dipadu dengan rok mini warna coklat tua,  yang membuat sepasang kakinya mulusnya makin "bersinar".
  Dari kartu pasien tertera Syeni namanya, 28 tahun umurnya.
  "Kenapa Bu?" sapaku.
  "Ini Dok sesak bernafas, hidung mampet, trus perut saya mules"
  "Kalau menelan sesuatu sakit engga Bu?"
  "Benar dok"
  "Badannya panas?"
  Telapak tangannya ditempelkan ke dagunya.
  "Agak anget kayanya"
  Kayanya radang tenggorokan.
  "Trus mulesnya. Ke belakang terus engga?"
  "Iya Dok"
  "Udah berapa kali dari pagi?"
  "Hmmm… dua kali"
  "Ibu ingat makan apa saja kemarin?"
  "Mmm rasanya engga ada yang istimewa, makan biasa aja di rumah"
  "Buah-buahan?"
  "Oh ya… kemarin saya makan mangga, 2 buah"
  "Coba ibu baring disitu, saya perika dulu"
  Sekilas paha putih mulusnya tersingkap ketika ibu muda ini menaikkan kakinya ke dipan yang memang agak tinggi itu.
  Seperti biasa, aku akan memeriksa pernafasannya dulu. Aku sempat  bingung. Bukan karena dadanya yang tetap menonjol walaupun dia  berbaring, tapi seharusnya dia memakai baju yang ada kancing  ditengahnya, biar aku gampang memeriksa. Kaos yang dipakainya tak  berkancing.
  Stetoskopku udah kupasang ke kuping. Ny. Syeni rupanya tahu kebingunganku. Dia tak kalah bingungnya.
  "Hmmm gimana Bu"
  "Eh.. hmmm.. Gini aja ya Dok" katanya sambil agak ragu melepas ujung  kaos yang tertutup roknya, dan menyingkap kaosnya tinggi-tinggi sampai  diatas puncak bukit kembarnya. Kontan saja perutnya yang mulus dan cup  Bhnya tampak.
  Oohh… bukan main indahnya tubuh ibu muda ini. Perutnya yang putih mulus  rata, dihiasi pusar di tengahnya dan BH cream itu nampak ketat menempel  pada buah dadanya yang ampuun .. putihnya dan menjulang.
  Sejenak aku menenangkan diri. Aku sudah biasa sebenarnya melihat dada  wanita. Tapi kali ini, cara Ibu itu membuka kaos tidak biasa. Bukan dari  atas, tapi dari bawah. Aku tetap bersikap profesional dan memang tak  ada sedikit pun niatan untuk berbuat lebih.
  Kalau wanita dalam posisi berbaring, jelas dadanya akan tampak lebih  rata. Tapi dada nyonya muda ini lain, belahannya tetap terbentuk, bagai  lembah sungai di antara 2 bukit.
  "Maaf Bu ya.." kataku sambil menyingkap lagi kaosnya lebih keatas.
  Tak ada maksud apa-apa. Agar aku lebih leluasa memeriksa daerah dadanya.
  "Engga apa-apa Dok" kata ibu itu sambil membantuku menahan kaosnya di bawah leher.
  Karena kondisi daerah dadanya yang menggelembung itu dengan sendirinya  stetoskop itu "harus" menempel-nempel juga ke lereng-lereng bukitnya.
  "Ambil nafas Bu."
  Walau pun tanganku tak menyentuh langsung, melalui stetoskop aku dapat merasakan betapa kenyal dan padatnya payudara indah ini.
  Jelas, banyak lendir di saluran pernafasannya. Ibu ini menderita radang tenggorokan.
  "Maaf Bu ya.." kataku sambil mulai memencet-mencet dan mengetok perutnya.
  Prosedur standar mendiagnosis keluhan perut mulas. Jelas, selain mulus  dan halus, perut itu kenyal dan padat juga. Kalau yang ini tanganku  merasakannya langsung.
  Jelas juga, gejalanya khas disentri. Penyakit yang memang sedang musim bersamaan tibanya musim buah.
  "Cukup Bu."
  Syeni bangkit dan menurunkan kakinya.
  "Sakit apa saya Dok" tanyanya.
  Pertanyaan yang biasa. Yang tidak biasa adalah Syeni masih membiarkan  kaosnya tersingkap. Belahan dadanya makin tegas dengan posisinya yang  duduk. Ada hal lain yang juga tak biasa. Rok mini coklatnya makin  tersingkap menampakkan sepasang paha mulus putihnya, karena kakinya  menjulur ke bawah menggapai-gapai sepatunya. Sungguh pemandangan yang  amat indah.
  "Radang tenggorokan dan disentri"
  "Disentri ?" katanya sambil perlahan mulai menurunkan kaosnya.
  "Benar, bu. Engga apa-apa kok. Nanti saya kasih obat" walaupun dada dan  perutnya sudah tertutup, bentuk badan yang tertutup kaos ketat itu tetap  sedap dipandang.
  "Karena apa Dok disentri itu?"
  Sepasang pahanya masih terbuka. Ah! Kenapa aku jadi nakal begini?  Sungguh mati, baru kali ini aku "menghayati" bentuk tubuh pasienku. Apa  karena pasien ini memang luar biasa indahnya? Atau karena cara membuka  pakaian yang berbeda?
  "Bisa dari bakteri yang ada di mangga yang Ibu makan kemarin" Syeni sudah turun dari pembaringan.
  Tinggal lutut dan kaki mulusnya yang masih "tersisa"
  Oo.. ada lagi yang bisa dinikmati, goyangan pinggulnya sewaktu dia  berjalan kembali ke tempat duduk. Aku baru menyadari bahwa nyonya muda  ini juga pemilik sepasang bulatan pantat yang indah. Hah! Aku makin  kurang ajar. Ah engga.. Aku tak berbuat apapun. Cuma tak melewatkan  pemandangan indah. Masih wajar.
  Aku memberikan resep.
  "Sebetulnya ada lagi Dok"
  "Apa Bu, kok engga sekalian tadi"
  Aku sudah siap berkemas. Ini pasien terakhir.
  "Maaf Dok .. saya khawatir.. emmm .." Diam.
  "Khawatir apa Bu?"
  "Tante saya kan pernah kena kangker payudara, saya khawatir."
  "Setahu saya itu bukan penyakit keturunan" kataku memotong, udah siap-siap mau pulang.
  "Benar Dok"
  "Ibu merasakan keluhan apa?"
  "Kalau saya ambil nafas panjang, terasa ada yang sakit di dada kanan"
  "Oh… itu gangguan pernafasan karena radang itu. Ibu rasakan ada suatu benjolan engga di payudara"
  Tanpa disadarinya Ibu ini memegang buah dada kanannya yang benar-benar montok itu.
  "Saya engga tahu Dok"
  "Bisa Ibu periksa sendiri. Sarari. Periksa payudara sendiri" kataku.
  "Tapi saya kan engga yakin, benjolan yang kaya apa.."
  Apakah ini berarti aku harus memeriksa payudaranya? Ah engga, bisa-bisa aku dituduh pelecehan seksual. Aku serba salah.
  "Begini aja Bu, Ibu saya tunjukin cara memeriksanya, nanti bisa ibu periksa sendiri di rumah, dan laporkan hasilnya pada saya"
  Aku memeragakan cara memeriksa kemungkinan ada benjolan di payudara, dengan mengambil boneka manequin sebagai model.
  "Baik dok, saya akan periksa sendiri"
  "Nanti kalau obatnya habis dan masih ada keluhan, ibu bisa balik lagi"
  "Terima kasih Dok"
  "Sama-sama Bu, selamat sore"
  Wanita muda cantik dan seksi itu berlalu. Lima hari kemudian, Ny Syeni  nongol lagi di tempat praktekku, juga sebagai pasien terakhir. Kali ini  ia mengenakan blouse berkancing yang juga ketat, yang juga menonjolkan  buah kembarnya yang memang sempurna bentuknya, bukan kaos ketat seperti  kunjungan lalu. Masih dengan rok mininya.
  "Gimana Bu udah baikan?"
  "Udah Dok. Kalo nelen udah engga sakit lagi"
  "Perutnya?"
  "Udah enak"
  "Syukurlah … Trus, apa lagi yang sakit?"
  "Itu Dok .. Hhmmm .. Kekhawatiran saya itu Dok"
  "Udah diperiksa belum..?"
  "Udah sih cuman …" Dia tak meneruskan kalimatnya.
  "Cuman apa."
  "Saya engga yakin apa itu benjolan atau bukan .."
  "Memang terasa ada, gitu "
  "Kayanya ada kecil tapi ya itu… saya engga yakin"
  Mendadak aku berdebar-debar. Apa benar dia minta aku yang memeriksa? Ah, jangan ge-er kamu.
  "Maaf Dok .. Apa bisa …. Saya ingin yakin" katanya lagi setelah beberapa saat aku berdiam diri.
  "Maksud Ibu, ingin saya yang periksa" kataku tiba-tiba, seperti di luar kontrol.
  "Eh.. Iya Dok" katanya sambil senyum tipis malu-malu.
  Wajahnya merona. Senyuman manis itu makin mengingatkan kepada bintang film Hongkong yang aku masih juga tak ingat namanya.
  "Baiklah, kalau Ibu yang minta"
  Aku makin deg-degan. Ini namanya rejeki nomplok. Sebentar lagi aku akan  merabai buah dada nyonya muda ini yang bulat, padat, putih dan mulus!
  Oh ya… Lin Chin Shia nama bintang film itu, kalau engga salah eja.
  Tanpa disuruh Syeni langsung menuju tempat periksa, duduk, mengangkat  kakinya, dan langsung berbaring. Berdegup jantungku, sewaktu dia  mengangkat kakinya ke pembaringan, sekilas CD-nya terlihat, hitam juga  warnanya. Ah… paha itu lagi makin membuatku nervous. Ah lagi, penisku  bangun! Baru kali ini aku terangsang oleh pasien.
  "Silakan dibuka kancingnya Bu"
  Syeni membuka kancing bajunya, seluruh kancing! Kembali aku menikmati  pemandangan seperti yang lalu, perut dan dadanya yang tertutup BH. Kali  ini warnanya hitam, sungguh kontras dengan warna kulitnya yang bak  pualam.
  "Dada kanan Bu ya."
  "Benar Dok"
  Sambil sekuatnya menahan diri, aku menurunkan tali BH-nya. Tak urung  jari-jariku gemetaran juga. Gimana tidak. Membuka BH wanita cantik,  seperti memulai proses fore-play saja..
  "Maaf ya Bu." kataku sambil mulai mengurut.
  Tanpa membuka cup-nya, aku hanya menyelipkan kedua telapak tanganku. Wow! bukan main padatnya buah dada wanita ini.
  Mengurut pinggir-pinggir bulatan buah itu dengan gerakan berputar.
  "Yang mana Bu benjolan itu?"
  "Eehh… di dekat puting Dok… sebelah kanannya."
  Aku menggeser cup BH-nya lebih ke bawah. Kini lebih banyak bagian buah  dada itu yang tampak. Makin membuatku gemetaran. Entah dia merasakan  getaran jari-jariku atau engga.
  "Dibuka aja ya Dok" katanya tiba-tiba sambil tangannya langsung ke punggung membuka kaitan BH-nya tanpa menunggu persetujuanku.
  Oohhh… jangan dong. Aku jadi tersiksa lho Bu, kataku dalam hati. Tapi engga apa-apalah..
  Cup-nya mengendor. Daging bulat itu seolah terbebas. Dan.. Syeni memelorotkan sendiri cup-nya…
  Kini bulatan itu nampak dengan utuh. Oh indahnya… benar-benar bundar  bulat, putih mulus halus, dan yang membuatku tersengal, puting kecilnya  berwarna pink, merah jambu!
  Kuteruskan urutan dan pencetanku pada daging bulat yang menggiurkan ini.  Jelas saja, sengaja atau tidak, beberapa kali jariku menyentuh puting  merah jambunya itu.
  Dan.. puting itu membesar. Walaupun kecil tapi menunjuk ke atas! Wajar  saja. Wanita kalau disentuh buah dadanya akan menegang putingnya. Wajar  juga kalau nafas Syeni sedikit memburu. Yang tak wajar adalah, Syeni  memejamkan mata seolah sedang dirangsang!
  Memang ada sedikit benjolan di situ, tapi ini sih bukan tanda-tanda kangker.
  "Yang mana Bu ya."
  Kini aku yang kurang ajar. Pura-pura belum menemukan agar bisa terus  meremasi buah dada indah ini. Penisku benar-benar tegang sekarang.
  "Itu Dok… coba ke kiri lagi.. Ya… itu." katanya sambil tersengal-sengal.
  Jelas sekali, disengaja atau tidak, Syeni telah terangsang.
  "Oh… ini.. bukan Bu… engga apa-apa"
  "Syukurlah"
  "Engga apa-apa kok" kataku masih terus meremasi, mustinya sudah berhenti.
  Bahkan dengan nakalnya telapak tangnku mengusapi putingnya, keras! Tapi  Syeni membiarkan kenakalanku. Bahkan dia merintih, amat pelan, sambil  merem! Untung aku cepat sadar. Kulepaskan buah dadanya dari tanganku.  Matanya mendadak terbuka, sekilas ada sinar kekecewaan.
  'Cukup Bu" kataku sambil mengembalikan cup ke tempatnya.
  Tapi …
  "Sekalian Dok, diperiksa yang kiri." katanya sambil menggeser BH-nya ke bawah.
  Hah? Kini sepasang buah sintal itu terbuka seluruhnya. Pemandangan yang  merangsang.. puting kirinya pun sudah tegang. Sejenak aku bimbang,  kuteruskan, atau tidak. Kalau kuteruskan, ada kemungkinan aku tak bisa  menahan diri lagi, keterusan dan… melanggar sumpah dokter yang selama  ini kujunjung tinggi. Kalau tidak kuteruskan, berarti aku menolak  keinginan pasien, dan terus terang rugi juga dong… aku kan pria tulen  yang normal. Dalam kebimbangan ini tentu saja aku memelototi terus  sepasang buah indah ciptaan Tuhan ini.
  "Kenapa Dok?" pertanyaan yang mengagetkan.
  "Ah.. engga apa-apa… cuman kagum"
  Ah! Kata-kataku meluncur begitu saja tak terkontrol. Mulai nakal kamu ya, kataku dalam hati.
  "Kagum apa Dok"
  Ini jelas pertanyaan yang rada nakal juga. Sudah jelas kok ditanyakan.
  "Indah ."
  Lagi-lagi aku lepas kontrol
  "Ah… dokter bisa aja… indah apanya Dok" Lagi-lagi pertanyaan yang tak perlu.
  "Apalagi ."
  "Engga kok . biasa-biasa aja" Ah mata sipit itu .. Mata yang mengundang !
  "Maaf Bu ya ." kataku kemudian mengalihkan pembicaraan dan menghindari sorotan matanya.
  Kuremasi dada kirinya dengan kedua belah tangan, sesuai prosedur.
  Erangannya tambah keras dan sering, matanya merem-melek. Wah . ini sih  engga beres nih. Dan makin engga beres, Syeni menuntun tangan kiriku  untuk pindah ke dada kanannya, dan tangannya ikut meremas mengikuti  gerakan tanganku .. Jelas ini bukan gerakan Sarari, tapi gerakan  merangsang seksual . herannya aku nurut saja, bahkan menikmati.
  Ketika rintihan Syeni makin tak terkendali, aku khawatir kalau kedua  suster itu curiga. Kalaupun suster itu masuk ruangan, masih aman, karena  dipan-periksa ini ditutup dengan korden. Dan . benar juga, kudengar ada  orang memasuki ruang praktek. Aku langsung memberi isyarat untuk diam.  Syeni kontan membisu. Lalu aku bersandiwara.
  "Ambil nafas Bu " seolah sedang memeriksa. Terdengar orang itu keluar lagi.
  Tak bisa diteruskan nih, reputasiku yang baik selama ini bisa hancur.
  "Udah Bu ya . tak ada tanda-tanda kangker kok"
  "Dok .." Katanya serak sambil menarik tanganku, mata terpejam dan mulut setengah terbuka.
  Kedua bulatan itu bergerak naik-turun mengikuti alunan nafasnya. Aku  mengerti permintaanya. Aku sudah terangsang. Tapi masa aku melayani  permintaan aneh pasienku? Di ruang periksa?
  Gila!
  Entah bagaimana prosesnya, tahu-tahu bibir kami sudah beradu. Kami berciuman hebat. Bibirnya manis rasanya.
  Aku sadar kembali. Melepas.
  "Dok .. Please… ayolah…" Tangannya meremas celana tepat di penisku.
  "Ih kerasnya.."
  "Engga bisa dong Bu ..'
  "Dokter udah siap gitu…"
  "Iya.. memang.. Tapi masa…"
  "Please dokter… Cumbulah saya."
  Aku bukannya tak mau, kalau udah tinggi begini, siapa sih yang menolak bersetubuh dengan wanita molek begini?
  "Nanti aja. Tunggu mereka pulang" Akhirnya aku larut juga.
  "Saya udah engga tahan."
  "Sebentar lagi kok. Ayo, rapiin bajunya dulu. Ibu pura-pura pulang,  nanti setelah mereka pergi, Ibu bisa ke sini lagi" Akhirnya aku yang  engga tahan dan memberi jalan.
  "Okey… okey. Bener ya Dok"
  "Bener Bu"
  "Kok Ibu sih manggilnya, Syeni aja dong"
  "Ya Syeni" kataku sambil mengecup pipinya.
  "Ehhhhfff"
  Begitu Syeni keluar ruangan, Nia masuk.
  "Habis Dok"
  Dia langsung berberes. Rapi kembali.
  "Dokter belum mau pulang?"
  "Belum. Silakan duluan"
  "Baiklah, kita duluan ya"
  Aku amati mereka berdua keluar, sampai hilang di kegelapan. Aku  mencari-cari wanita molek itu. Sebuah baby-bens meluncur masuk, lalu  parkir. Si tubuh indah itu nongol. Aku memberi kode dengan mengedipkan  mata, lalu masuk ke ruang periksa, menunggu.
  Syeni masuk.
  "Kunci pintunya" perintahku.
  Sampai di ruang periksa Syeni langsung memelukku, erat sekali.
  "Dok …"
  "Ya. Syeni ."
  Tak perlu kata-kata lagi, bibir kami langsung berpagutan. Lidah yang  lincah dan ahli menelusuri rongga-ronga mulutku. Ah wanita ini.  Benar-benar.. ehm.
  Sambil masih berpelukan, Syeni menggeser tubuhnya menuju ke pembaringan  pasien, menyandarkan pinggangnya pada tepian dipan, mata sipitnya tajam  menatapku, menantang. Gile bener.
  Aku tak tahan lagi, persetan dengan sumpah, kode etik dll. Dihadapanku  berdiri wanita muda, cantik dan sexy, dengan gaya menantang.
  Ku buka kancing bajunya satu-persatu sampai seluruhnya terlepas.  Tampaklah kedua gumpalan daging kenyal putih yang seakan sesak tertutup  BH hitam yang tadi aku urut dan remas-remas. Kali ini gumpalan itu  tampak lebih menonjol, karena posisinya tegak, tak berbaring seperti  waktu aku meremasnya tadi. Benar-benar mendebarkan.
  Syeni membuka blousenya sendiri hingga jatuh ke lantai. Lalu tangannya  ke belakang melepas kaitan BHnya di punggung. Di saat tangannya ke  belakang ini, buah dadanya tampak makin menonjol. Aku tak tahan lagi…
  Kurenggut BH hitam itu dan kubuang ke lantai, dan sepasang buah dada  Syeni yang bulat, menonjol, kenyal, putih, bersih tampak seluruhnya di  hadapanku. Sepasang putingnya telah mengeras. Tak ada yang bisa  kuperbuat selain menyerbu sepasang buah indah itu dengan mulutku.
  "Ooohhh.. Maaassss.." Syeni merintih keenakan, sekarang ia memanggilku Mas!
  Aku engga tahu daging apa namanya, buah dada bulat begini kok kenyal  banget, agak susah aku menggigitnya. Putingnya juga istimewa. Selain  merah jambu warnanya, juga kecil, "menunjuk", dan keras. Tampaknya,  belum seorang bayi pun menyentuhnya. Syeni memang ibu muda yang belum  punya anak.
  "Maaaasss.. Sedaaaap.." rintihnya ketika aku menjilati dan mengulumi puting dadanya.
  Syeni mengubah posisi bersandarnya bergeser makin ke tengah dipan dan  aku mengikuti gerakannya agar mulutku tak kehilangan puting yang  menggairahkan ini. Lalu, perlahan dia merebahkan tubuhnya sambil  memelukku. Aku pun ikut rebah dan menindih tubuhnya. Kulanjutkan  mengeksplorasi buah dada indah ini dengan mulutku, bergantian kanan dan  kiri.
  Tangannya yang tadi meremasi punggungku, tiba-tiba sekarang bergerak menolak punggungku.
  "Lepas dulu dong bajunya, Mas." kata Syeni
  Aku turun dari pembaringan, langsung mencopoti pakaianku, seluruhnya.  Tapi sewaktu aku mau melepas CD-ku, Syeni mencegahnya. Sambil masih  duduk, tangannya mengelus-elus kepala penisku yang nongol keluar dari  CD-ku, membuatku makin tegang aja. Lalu, dengan perlahan dia menurunkan  CD-ku hingga lepas. Aku telah telanjang bulat dengan senjata tegak siap,  di depan pasienku, nyonya muda yang cantik, sexy dan telanjang dada.
  "Wow.. bukan main.." katanya sambil menatap penisku.
  Wah tak adil nih, aku sudah bugil sedangkan dia masih dengan rok  mininya. Kembali aku naik ke pembaringan, merebahkan tubuhnya, dan mulai  melepas kaitan dan rits rok pendeknya. Perlahan pula aku menurunkan rok  pendeknya. Dan …. Gila!
  Waktu menarik roknya ke bawah, aku mengharapkan akan menjumpai CD hitam  yang tadi sebelum memeriksa dadanya, sempat kulihat sekejap. Yang  "tersaji" sekarang dihadapanku bukan CD hitam itu, meskipun sama-sama  warna hitam, melainkan bulu-bulu halus tipis yang tumbuh di permukaan  kewanitaan Syeni, tak merata. Bulu-bulu itu tumbuh tak begitu banyak,  tapi alurnya jelas dari bagian tengah kewanitaannya ke arah pinggir. Aku  makin "pusing"…
  Kemana CD-nya? Oh.. dia udah siap menyambutku rupanya. Dan Syeni kulihat senyum tipis.
  "Ada di mobil" katanya menjawab kebingunganku mencari CD hitam itu.
  "Kapan melepasnya?"
  "Tadi, sebelum turun."
  Kupelorotkan roknya sampai benar-benar lepas.. kini tubuh ibu muda yang  putih itu seluruhnya terbuka. Ternyata di bawah rambut kelaminnya,  tampak sebagian clit-nya yang berwarna merah jambu juga! Bukan main. Dan  ternyata, pahanya lebih indah kalau tampak seluruhnya begini. Putih  bersih dan bulat.
  Syeni lalu membuka kakinya. Clitnya makin jelas, benar, merah jambu. Aku  langsung menempatkan pinggulku di antara pahanya yang membuka,  merebahkan tubuhku menindihnya, dan kami berciuman lagi. Tak lama kami  berpagutan, karena..
  "Maass.. masukin mas.. Syeni udah engga tahan lagi.."
  Wah, dia maunya langsung aja. Udah ngebet benar dia rupanya. Aku  bangkit. Membuka pahanya lebih lebar lagi, menempatkan kepala penisku  pada clitnya yang memerah, dan mulai menekan.
  "Uuuuuhhhhhh.. sedaaaapppp .." rintihnya.
  Padahal baru kepala penisku aja yang masuk. Aku menekan lagi.
  "Ouufff.. pelan-pelan dong Mas.."
  "Sorry…"
  Aku kayanya terburu-buru. Atau vagina Syeni memang sempit.
  Aku coba lebih bersabar, menusuk pelan-pelan, tapi pasti… Sampai penisku  tenggelam seluruhnya. Benar, vaginanya memang sempit. Gesekannya amat  terasa di batang penisku. Ohh nikmatnya.
  Sprei di pembaringan buat pasien itu jadi acak-acakan. Dipannya berderit setiap aku melakukan gerakan menusuk.
  Sadarkah kau? Siapa yang kamu setubuhi ini? Pasienmu dan isteri orang Mestinya kamu tak boleh melakukan ini.
  Habis, dia sendiri yang meminta. Masa minta diperiksa buah dadanya,  salah siapa dia punya buah dada yang indah? Siapa yang minta aku merabai  dan memijiti buah dadanya? Siapa yang meminta remasannya dilanjutkan  walaupun aku sudah bilang tak ada benjolan?
  Okey, deh. Dia semua yang meminta itu. Tapi kamu kan bisa menolaknya?  Kenapa memenuhi semua permintaan yang tak wajar itu? Lagipula, kamu yang  minta dia supaya datang lagi setelah para pegawaimu pulang.
  Okey deh, aku yang minta dia datang lagi. Tapi kan siapa yang tahan  melihat wanita muda molek ini telanjang di depan kita dan minta  disetubuhi?
  Begitulah, aku berdialog dengan diriku sendiri, sambil terus menggenjot  memompa di atas tubuh telanjangnya… sampai saatnya tiba. Saatnya  mempercepat pompaan. Saatnya puncak hubungan seks hampir tiba. Dan tentu  saja saatnya mencabut penis untuk dikeluarkan di perutnya, menjaga  hal-hal yang lebih buruk lagi.
  Tapi kaki Syeni menjepitku, menahan aku mencabut penisku. Karena memang aku tak mampu menahan lagi..
  Creetttttttt………..
  Ku semprotkan kuat-kuat air maniku ke dalam tubuhnya, ke dalam vagina Syeni, sambil mengejang dan mendenyut…
  Lalu aku rebah lemas di atas tubuhnya.
  Tubuh yang amat basah oleh keringatnya, dan keringatku juga. …
  Oh.. Baru kali ini aku menyetubuhi pasienku. Pasien yang memiliki vagina yang "legit".
  Aku masih lemas menindihnya ketika handphone Syeni yang disimpan di  tasnya berbunyi. Wajah Syeni mendadak memucat. Dengan agak gugup  memintaku untuk mencabut, lalu meraih HP-nya sambil memberi kode supaya  aku diam. Memegang HP berdiri agak menjauh membelakangiku, masih bugil,  dan bicara agak berbisik. Aku tak bisa jelas mendengar percakapannya.  Lucu juga tampaknya, orang menelepon sambil telanjang bulat!  Kuperhatikan tubuhnya dari belakang. Memang bentuk tubuh yang ideal,  bentuk tubuh mirip gitar Spanyol.
  "Siapa Syen" tanyaku.
  "Koko, Suamiku" Oh.. Mendadak aku merasa bersalah.
  "Curiga ya dia"
  "Ah… engga." katanya sambil menghambur ke tubuhku.
  "Syeni bilang, masih belum dapat giliran, nunggu 2 orang lagi" lanjutnya.
  "Suamimu tahu kamu ke sini"
  "Iya dong, memang Syeni mau ke dokter"
  Tiba-tiba dia memelukku erat-erat.
  "Terima kasih ya Mas… nikmat sekali.. Syeni puas"
  "Ah masa… "
  "Iya bener… Mas hebat mainnya."
  "Ah… engga usah basa basi"
  "Bener Mas… malah Syeni mau lagi ."
  "Ah… udahlah, kita berberes, tuh ditunggu ama suamimu"
  "Lain kali Syeni mau lagi ya Mas"
  "Gimana nanti aja… entar jadi lagi"
  "Jangan khawatir, Syeni pakai IUD kok" Inilah jawaban yang kuinginkan.
  "Oh ya..?"
  "Si Koko belum pengin punya anak"
  Kami berberes. Syeni memungut BH dan blouse-nya yang tergeletak di  lantai, terus mengenakan blousenya, bukan BH-nya dulu. Ternyata BH-nya  dimasukkan ke tas tangan.
  "Kok BH-nya engga dipakai?"
  "Entar aja deh di rumah"
  "Entar curiga lho, suamimu"
  "Ah, dia pulangnya malem kok, tadi nelepon dari kantor"
  Dia mengancing blousenya satu-persatu, baru memungut roknya. Sexy banget  wanita muda yang baru saja aku setubuhi ini. Blouse ketatnya membentuk  sepasang bulatan dada yang tanpa BH. Buah dada itu berguncang ketika dia  mengenakan rok mini-nya. Aku terangsang lagi. Cara Syeni mengenakan rok  sambil sedikit bergoyang sexy sekali. Apalagi aku tahu di balik blouse  itu tak ada penghalang lagi.
  "Kok ngliatin aja, pakai dong bajunya"
  "Habis… kamu sexy banget sih …"
  "Ah… masa… Kok bajunya belum dipakai?"
  "Entar ajalah… mau mandi dulu."
  Selesai berpakaian, Syeni memelukku yang masih bugil erat-erat sampai bungkahan daging dadanya terasa terjepit di dadaku.
  "Syeni pulang dulu ya Yang. Kapan-kapan Syeni mau lagi ya."
  "Iya… deh. Siapa yang bisa menolak.."
  Tapi, kenapa nih… Penisku kok bangun lagi.
  "Eh… Bangun lagi ya…" Syeni ternyata menyadarinya.
  Aku tak menjawab, hanya balas memeluknya.
  "Mas mau lagi..?"
  "Ah… kamu kan ditunggu suami kamu"
  "Masih ada waktu kok …" katanya mulai menciumi wajahku.
  "Udah malam Syen, lain waktu aja"
  Syani tak menjawab, malah meremasi penisku yang udah tegang. Lalu  dituntunnya aku menuju meja kerjaku. Disingkirkannya benda-benda yang  ada di meja, lalu aku didudukkan di meja, mendorongku hingga punggungku  rebah di meja. Lalu Syeni naik ke atas meja, melangkahi tubuhku,  menyingkap rok mininya, memegang penisku dan diarahkan ke liang  vaginanya, terus Syeni menekan ke bawah duduk di tubuhku…
  Penisku langsung menerobos vaginanya. Syeni bergoyang bagai naik kuda. Sekali lagi kami bersetubuh.
  Kali ini Syeni mampu mencapai klimaks, beberapa detik sebelum aku menyemprot vaginanya dengan air maniku.
  Lalu dia rebah menindih tubuhku… Lemas lunglai.
  "Kapan-kapan ke rumahku ya … kita main di sana.." katanya sebelum pergi.
  "Ngaco… suamimu?"
  "Kalo dia sedang engga ada dong…"
  Baiklah, kutunggu undanganmu.
  Sejak saat itu, aku jadi makin menikmati pekerjaanku. Menjelajahi dada  wanita dengan stetoskop membuatku jadi "syur", padahal sebelum itu,  merupakan pekerjaan yang membosankan. Apalagi ibu-ibu muda yang menjadi  pasienku makin banyak saja dan banyak di antaranya yang sexy.
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Kisah kelam di WC mal               Apr 5th 2013, 03:53                                                Minggu siang itu udara Jakarta panas sekali. Sebuah metromini masih  ngetem di depan sebuah gedung di Jakarta utara, menunggu penumpang.  Meski kesal, para penumpang terpaksa bersabar. Tak lama, masuk seorang pemuda preman. Sebut saja namanya Joni. Dengan  mulut bau minuman, dia lantas beraksi di depan para penumpang metromini.  "Siang bapak-ibu, langsung aja, saya minta duit recehnya 500 atau 1000  perak. Receh buat anda, berharga buat saya!". Joni lantas menadahkan tangannya ke tiap penumpang. Ada yang ngasih, ada  yang cuma melambaikan tangan. Di pojok, seorang mahasiswi asyik dengan  handphonenya sehingga dia tidak sadar kalau Joni sudah di depannya dan  menadahkan tangan. "Mbak! recehnya dong!" kata Joni sambil nyolek mahasiswi itu. "Ih apaan sih! Ga ada!" kata mahasiswi yang kita sebut saja Merry itu  sambil sebal. Dia lantas bangkit dan pindah duduk ke bangku depan. Joni melotot. Dalam hatinya dia ngedumel "Sialan lo! awas lo ya!".  Biasanya langsung turun, Joni kali ini tetap di dalam metromini, duduk  sambil agak sembunyi di bangku belakang. Metromini berjalan lagi. Saat sampai di depan sebuah mal besar,  metromini berhenti. Beberapa penumpang turun termasuk Merry. Dia tidak  sadar kalau Joni ikut turun dan membuntuti agak jauh di belakang. Merry keluar-masuk beberapa toko di dalam mal, sedangkan Joni  memperhatikannya terus. Selang beberapa saat, Joni melihat Merry  berjalan ke arah WC. "Ini die kesempatan gue. Awas lo ya!" kata Joni  dalam hati. Sambil celingak-celinguk, Joni memperhatikan sekeliling. Kebetulan WC  itu berada di pojok gedung dan suasana sepi. Dia melihat Merry sudah  masuk ke dalam WC perempuan. Joni segera ikut masuk setelah melihat tidak ada penjaga di situ. Dia  lalu mengganjal pintu masuk dengan bangku di situ supaya tidak ada yang  bisa masuk lagi. Dia kemudian bersembunyi di sebuah kamar toilet yang  kosong sambil mendengarkan Merry yang sedang buang air.  Joni mendengar pintu toilet tempat Merry berada terbuka. Pelan-pelan dia  mengintip dan melihat Merry sudah keluar dan kini sedang berada di  depan kaca sambil membetulkan roknya. "Ini die saatnya!" kata Joni. Dengan cepat dia keluar dari toilet lalu  berlari ke belakang Merry, memiting lehernya lalu membantingnya ke  lantai. Merry yang tidak tahu bakal diserang menjadi kaget. Dia mencoba  bangun tapi Joni segera memukul wajahnya dan perutnya. Buk! Buk! Saking kerasnya pukulan, Merry langsung mengerang kesakitan. Joni tidak  tanggung-tanggung lagi. Dia segera menyibakkan rok yang dipakai Merry,  langsung menarik celana dalam putih yang dipakai mahasiswi itu. "Awas lo  ****** lo!" kata Joni dengan ganas. Joni lantas menindih Merry, tangannya berusaha membuka paha Merry  lebar-lebar. Merry yang masih kesakitan berusaha menangkis tapi tidak  kuat melawan Joni yang sudah nafsu. Dengan terburu-buru, Joni lalu  membuka retsleting celananya dan memperosotkan celananya. Kontolnya yang  sudah tegang langsung keluar. Sambil tangan kanannya memegang kedua tangan Merry, Joni memakai tangan  kirinya untuk mengarahkan kontolnya ke arah vagina mahasiswi itu. Merry  mulai menangis tapi langsung ditampar Joni. Joni mulai mencoba  memasukkan kepala kontolnya tapi masih susah karena lobang vagina Merry  kecil dan masih kering. "****** lo!" sumpah Joni lagi sambil membuang  ludah yang kemudian dipakai membasahi kontolnya. Kali ini kepala kontolnya mulai bisa masuk. Joni lantas mengangkat kedua  kaki Merry supaya dia lebih leluasa beraksi. Merry terus menangis dan  mengerang, tapi tidak bisa apa-apa karena tangannya dipegangi. Dengan  sekuat tenaga Joni mencoba memasukkan batang kontolnya dan kali ini  mulai masuk. Joni merasa ada sesuatu yang menghalangi. "Ini die perawan asli!" kata  Joni dalamhati sambil ketawa-ketawa. Dia agak mencabut keluar kontolnya,  lalu dengan sekuat tenaga mendorong kontolnya sejauh-jauhnya ke dalam  vagina Merry. Slep! Srot! Selaput dara Merry pecah! "Aaa..huhuhuhuh!" jerit Merry yang kesakitan setelah selaput daranya  pecah ditembus ****** Joni. Perlahan darah kental mulai keluar dari  lobang vaginanya, membasahi lantai WC.  Joni masih terengah-engah, kontolnya keluar-masuk vagina Merry. Peluh  Joni menetes membasahi muka mahasiswi yang terus menangis. "Rasain lo  ******!" kata Joni sambil kembali menampar perempuan manis itu. Karena sudah tidak tahan lagi, Joni segera mengangkat kaki Merry  lebar-lebar, lalu sambil mengeden keras, dia segera mengucurkan seluruh  air maninya di dalam vagina perempuan itu. "Aaah...!" kata Joni sambil  mengeden menahan kenikmatan. Joni terdiam sejenak. Seluruh kenikmatan itu membuat badannya bergetar.  di bawah badannya, Merry masih mengguguk menangis kesakitan.  Perlahan Joni bangun, mengusap kepala kontolnya yang masih berlumur  darah dengan celana dalam Merry. Lantas celana dalam itu dilemparkannya  ke muka perempuan itu. "Nih rasain lo ******!"  Joni lantas memakai kembali celananya dan perlahan sambil  celingak-celinguk melihat keluar dari pintu WC. Aman, tidak ada orang  lain. Dia segera sedikit berlari keluar dari mal itu dan lantas mencegat  sebuah metromini untuk kembali ke tempat nongkrongnya. Merry sendiri perlahan bangkit dari lantai WC. Vaginanya perih sekali.  Dia menangis lalu berusaha bangkit sambil berpegangan ke dinding WC.  Darah masih mengalir dari vaginanya dan jatuh ke paha. Dengan  terseok-seok Merry kembali masuk toilet dan menggunakan celana dalamnya  untuk membersihkan diri. Sungguh hari itu menjadi hari kelam baginya.
  The end
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex -  Milla Budak sex Pak Solihin               Apr 5th 2013, 03:52                                                Besoknya jam 10 .50 pagi , pintu kantornya di ketuk . Dan Milla masuk  menemui pak Solihin . " Ah Milla , sayang kamu tepat waktu , " kata pak  Solihin, sambil melihat jam tangannya .
  Lalu pak Solihin , duduk di sofa . Milla masih berdiri , terpaku . Dia menunggu dan menebak kira kira apa perintah gurunya .
  " Milla , kamu boleh pilih , mau aku entot , apa kulum ******Ku sampai  aku keluar.." kata gurunya . Milla diam dan menjawab pelan " saya kulum  punya bapak saja.." .
  " Ok , tapi kamu buka rok kamu yah , saya mau lihat celana dalam kamu.."  kata pak Solihin lagi . Milla membuka roknya . " Milla , kemarin celana  dalam kamu putih , hari ini juga putih , apa kamu tak punya celana  dalam warna lain.. " tanya pak Solihin . Milla diam , dan mengeleng .
  Lalu pak Solihin membuka celananya sebatas lutut , berikut kolornya .  ****** besarnya sudah ngaceng keras . " Ayo , kulum ******Ku."  Perintahnya .
  Milla berlutut , dan menjilati ujung penis pak Solihin . Pak Solihin ,  mendesah kenikmatan . " iyah , benar begitu , oh enak sekali lidah kamu ,  sayang…" . Milla terus saja menjilat , tapi tidak memasukan dalam mulutnya . Pak  Solihin mulai gusar " Milla , ayo kulum , masa mesti di paksa sih.."  katanya.
  Mau tak mau Milla membuka lebar lebar mulutnya dan mengulum penis pak  solihin . "iyah , begitu dong , sedot dong " . Lalu pak Solihin  mengerakan pantatnya . Penis itu seperti menonjok nonjok kerongkongannya  , membuat Milla tesedak beberapa kali .
  Tapi pak Solihin tak peduli , dan terus melakukan itu . Saat pak Solihin  hampir mendekati klimak , Pak Solihin mencabut penisnya . Dan  mendudukkan Milla di sofa Lalu pak Solihin menyibak celana dalam  putihnya .
  Milla protes " pak saya sudah kulum , jangan di masukin.." . Pak Solihin  berkata " tenang Aku cuma gesek gesek doang " . Lalu mulai mengesek  kepala penisnya di klitoris Milla .
  Begitu sudah mencapai klimak , ujung penis itu di tekan masuk ke liang  vagina Milla Membuat Milla menjerit " aduhhh , pak jangan.." . Lalu  Milla merasa liang vaginanya penuh dengan cairan hangat . 
  Tangan pak Solihin , merogoh kantong bajunya , dan mengambil carefree  yang sudah di siapkan sebelumnya . Lalu Ujung penisnya di cabut , lalu  dengan cepat carefree , itu di taruh di vaginanya . Setelah itu celana  dalam Milla di rapikan kembali .
  " Milla , memek kamu penuh dengan pejuKu , awas jangan di cuci , aku mau  memek kamu basah dengan pejuku , ha ha ha.." . kata pak Solihin . Milla bengong , tak mengerti sifat aneh gurunya. " tapi pak , kalau saya mau pipis bagaimana..? " Milla sedikit protes . 
  " Kamu mesti tahan , kalau sudah benar benar tidak tahan kamu ke mari , dan pipis di sini.." kata pak Solihin sambil tertawa .
  Bel berbunyi , tanda di mulainya jam pelajaran . Milla memakai kembali roknya , lalu segera berlalu untuk masuk ke kelas .
  Pada jam 3.00 , bel istirahat berbunyi tapi Milla belum ke kantor pak  Solihin . Tapi pada istirahat kedua , pukul 4.30 sore Milla kembali  datang ke ruang pak Solihin . 
  " Pak , saya sudah tak tahan kebelet mau pipis, izinkan saya ke WC  pak.." pinta Milla . Pak Solihin tertawa . " tidak , kamu pipis di sini  dan berdiri pipisnya " . Pak Solihin memberinya ember platik . 
  Milla yang sudah kebelat , langsung membuka celana dalamnya , lalu  berdiri . Yang pertama kali keluar ialah cairan putih , spema pak  Solihin yang sudah encer . Dan di susul cairan kekuningan , pipis Milla .  
  Pak Solihin memberinya tisuue untuk melap vaginanya .Setelah itu , Pak  Solihin melepas carefree yang basah dari celana dalamnya , dan  memakaikan celana dalamnya kembali .
  " bagus Milla , kamu murid yang baik , ha ha ha…" kata pak Solihin .  Lalu Mila hendak meninggalkan ruang pak Solihin . Tapi pak Solihin  menarik tangannya . " Milla tunggu , duduk dulu di sofa itu " kata pak  Solihin
  " Tapi pak sebentar lagi , saya harus masuk kelas " kata Milla . " Milla  ,kamu lupa yah, habis istirahat ini jam pelajaran matematika , itu jam  saya mengajar di kelas 
  Milla akhirnya duduk di sofa itu . Pak Solihin meraih kedua kaki Milla  dan membukanya, membuat nafas Milla kembali tersentak. Tetapi teringat  akan hukuman yang ia akan dapatkan , kalau melawan, maka ia sama sekali  tidak melawan perbuatan gurunya. 
  Sekarang ia terduduk di sofa dengan kaki terbuka, dan rok mini biru nya  dengan sendirinya terangkat sampai ke pinggangnya. Pak Solihin membuka  sebuah laci dan mengambil sebuah dildo – sebuah benda berbentuk penis  yang terbuat dari karet keras – berwarna hitam. "Tetap buka kaki kamu  Milla " , perintah gurunya
  Pak Solihin menyibak celana dalamnya lalu mulai mendorong dildo itu agar  masuk ke vagina Milla. Milla mengerang beberapa kali, dan, dildo  sepanjang 10 senti itu masuk seluruhnya ke dalam liang vagina Milla.  Lalu Pak Solihin juga menempelkan carefree yang baru , di celana dalam  Milla . Dan merapikan kembali celana dalam Milla . Dildol itu sekarang  berada di liang vagina Milla dangan mantap .
  Dildol itu bekerja dangan remote control . Ketika tombol on di tekan ,  Dildol itu bergetar dan berputar . " ohh oh aghh…" Milla tersentak . Pak  solihin menekan tombol off dan bertanya " apa yang kamu rasakan  Milla..". Milla tak menjawab . dia menunduk . D an pak Solihin menekan tombol on lagi . Dan Milla tersentak lagi  "..oohhh…" . Dan menekan tombol off lagi , " Milla apa rasanya.." tanya  pak Solihin lagi. " Ah.. anu.. memek saya seperti di korek korek pak.. "  jawab Milla.  Pak Solihin tertawa " ha ha ha kamu suka Milla.." . Milla diam menunduk dan Pak Solihin tertawa .
  "Milla, jam pelajaran ini memek kamu bakalan basah, dengan begitu dildo  yang ada di dalam vagina kamu juga akan basah." Katanya lagi . Milla  hanya diam , dia akan di permalukan gurunya di depan teman teman .
  " Dan Milla , apapun yang terjadi kamu tak boleh ke WC.." kata pak Solihin lagi . 
  " Teng , teng , teng" bel berbunyai , tanda istirahat telah selesai , waktunya kembali ke kelas .
  " nah Milla sayang , ayo jalan ,masuk kelas.." kata pak Solihin . Milla  berdiri , dan berjalan Milla agak sudah berjalan , karena ada dildol  yang menganjal di vaginanya . Pak Solihin hanya tersenyum, sambil  berjalan di belakang Milla. Begitu tiba di kelas , Milla langsung duduk di bangkunya . Dan Pak  Solihin juga masuk ke kelas . " selamat sore anak anak.." . kata pak  Solihin . " Sore pak…" begitu sambut murid muridnya .
  " pelajaran kita sampai di mana yah.." tanya pak Solihin pada murid  muridnya . Pak Solihin pun mulai mengajar . Matanya melihat ke Milla .  Milla sedang melihat buku matematikanya .Dan tiba tiba pak Solihin  menekan tombol on . Membuat dildol itu bergetar dan berputar di liang  vagina Milla .
  Tanpa sadar Milla menjerit tersentak " aghhhh… ….." . Teman teman  menengok ke Milla . " eh kamu kenapa Milla " , tanya seorang temannya. "  eh , anu perutku sakit.." kata Milla . " Eh anak anak , ayo sudah  belajar , perhatikan buku masing masing.." kata pak Solihin. 
  Murid murid itu kembali melihat buku matematikanya ,dan mengerjakan soal latihan 
  Sementara , Milla mengigit bibirnya , merasakan sensasi , getaran dildol  itu , berputar cepat di liang kewanitaannya. Pak Solihin terus menatap  Milla . Milla juga menatap pak Solihin . Terlihat Milla mengigit  bibirnya sendiri , dan tangan Milla mengepal , menahan nikmat . 
  Pak Solihin lalu berjalan ke papan tulis , dia menulis satu soal  matematika. Dan kembali duduk di kursinya . Lalu mematikan dildol di  vagina Milla , dengan menekan tombol off , di remotenya . Milla agak  tenang " Milla coba ke depan kerjakan soal di papan tulis itu.."  perintah pak Solihin .
  Milla perlahan bangun , dan berjalan pelan ke papan tulis . Dan pak  solihin menekan tombol on . " ohhh…." Mila tersentak dan memegang  vaginanya . Kembali murid murid melihatnya . Milla berjalan pelan ,  Milla semakin sulit berjalan bila dildol itu bergetar .Dan kembali pak  Solihin mematikan dildol itu . Dia berdiri di depan papan tulis memegang  spidol , dan tak mengerjakan apa apa . " Milla kenapa tak bisa.." tanya  pak Solihin . Tiba tiba ada yang nyeletuk " dia mana bisa , bisa cuma  pacaran.." . Murid lain tertawa tawa .
  " Anak anak tenang.." kata pak Solihin . Lalu Pak solihin menghidupkan  dildol itu . Kembali Milla tersedak , " ohhhh….." . Pak Solihin terus  membiarkan Dildol itu bergetar, Milla berdiri dengan kaki terbuka lebar .  Tubuhnya gemetar , sebelah tanganya tertumpu di papan tulis . Kepalanya  menunduk .
  Pak Solihin terus memperhatikan ,Milla . Kakinya kejang , dan tubuh  terus bergetar Milla terus berdiri sampai kira kira 10 menit , Miila  Akhirnya berteriak " aghhhh saya tak tahan pak , ampunn…" . Lalu Dia  jangkok dan menangis tersedu sedu .
  Mata semua murid murid tertuju ke Milla. 
  Pak Solihin segera mematikan Dildol itu . Lalu Menghampiri Milla .  Memegang tanganya dan Milla berdiri masih terisak menangis ." Ayo  kembali duduk di bangku kamu ." kata pak Solihin .
  " anak anak , lihat tingkah laku kalian , kalian meledek Milla sampai dia menagis " kata pak Solihin .
  Dan tak lama terdengan bel , tanda usai sekolah .
  Mudir murid berteriak gembira . Lalu berebut keluar kelas . " Hi anak  anak , jangan lupa mengerjakan PR yah.." pesan pak Solihin . Milla masih  terduduk di bangkunya . Dan ketika semua murid sudah keluar , Dan tak  ada orang lagi pak Solihin menghapirnya .
  Pak Solihin membelai rambut Milla . " Milla , ayo ke ruangKu.." kata pak Solihin . Milla berjalan mengikuti gurunya .
  Setelah di ruang itu Milla langsung duduk di Sofa . Dia duduk melebarkan  kakinya . Pak Solihin menghapirinya , lalu melepas celana dalamnya .  Dan menemukan carefree yang basah sekali . 
  Lalu perlahan mencabut dildol itu dari liang vagina Milla . Lalu Segera  lidah pak Solihin menyapu bibir vagina Milla . Milla mengelijing. Dan  tangan Milla segera melebarkan bibir vaginanya . Sehingga klitorisnya  yang bengkak terlihat jelas .  Pak Solihin tersenyum, " wah , memek eloe pasti sudah gatel banget yah " . Dan mulai menjilati klitoris Milla .
  Milla mendesah nikmat , merasakan jilatan lidah gurunya di klitorisnya .  Pak Solihin terus menjilati klitorisnya , Tak lama Milla mengajang "  ohhhh……" . Tubuhnya gematar , berkejet kejet , Milla orgasme di buat  gurunya .
  Setelah beberapa saat , pak Solihin membuka celananya , ****** besarnya ngaceng keras , Dan segera di arahkan ke vagina Milla .
  " jangan pak , jangan saya takut " kata Milla . " Milla kamu curang yah ,  kamu sudah saya puaskan , masa saya tak boleh entotin kamu.." kata pak  Solihin . Sambil mengesek ujung penisnya di vagina Milla. Yang menbuat  Milla mengelijing
  " Jangan pak saya kulum saja.." kata Milla . Pak Solihin cuma tertawa .  Dan Milla menjerit keras " AHGGGG sakittt…" . Ketika dengan tiba tiba  pak Solihin menekan masuk , seluruh batang penisnya ke liang vagina  Milla .
  Pak Solihin bernafsu sekali , dan terus bergoyang dan menghentak keras  di liang vagina Milla. Milla menjerit jerit kesakitan . Kembali liang  vagina Milla di paksa membuka lebar oleh penis besar gurunya. Rasa nyeri  kembali mendera Milla. 
  Milla kembali menjerit kesakitan . setelah kira kira 10 menit , Dan  suara Milla semakin parau , Pak Solihin pun , sudah tak bisa menahan  nafsunya , lalu memuntahkan spremanya di liang kewanitaan Milla. 
  Perlahan mencabut penisnya . Vagina Milla terlihat memerah agak memar .  Hari ini Milla merasa sangat sakit . Karena pak Solihin menyetubuhi ABG  ini , secara cepat dan kasar 
  Setelah diam beberapa saat Milla memakai kembali celana dalamnya . Lalu  Dia berjalan pelan , tertatih , karena rasa nyeri di vaginanya . Pak  Solihin cuma tertawa " Milla , sakit yah.." . Milla Diam dan terus  berjalan pelan , keluar pintu . 
  " Milla tunggu , mau saya antar pulang.." kata pak Solihin . Milla tak menjawab , dia terus berjalan . Lalu pak Solihin menyusulnya  dan menarik tangannya . " tidak usah pak saya bisa pulang sendiri.."  katanya. Lalu pak Solihin membiarkan dia pergi .
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Pembantu yang binal dan hypersex               Apr 5th 2013, 03:48                                                Aku berusia 37 tahun saat ini, sudah beristeri dan mempunyai 4 orang  anak. Rumahku terletak di pinggiran kota Jakarta yang bisa disebut  sebagai kampung. Orang tuaku tinggal di sebuah perumahan yang cukup  elite tidak jauh dari rumahku. Orang tuaku memang bisa dibilang  berkecukupan, sehingga mereka bisa mempekerjakan pembantu. Nah pembantu  orang tuaku inilah yang menjadi 'pemeran utama' dalam ceritaku ini.
  Bapakku baru dua bulan yang lalu meninggal dunia, jadi sekarang ibuku  tinggal sendiri hanya ditemani Enny, pembantunya yang sudah hampir 4  tahun bekerja disitu. Enny berumur 26 tahun, dia masih belum bersuami.  Wajahnya tidak cantik, bahkan giginya agak tonggos sedikit, walaupun  tidak bisa disebut jelek juga. Tapi yang menarik dari Enny ini adalah  bodynya, seksi sekali. Tinggi kira-kira 164 cm, dengan pinggul yang  bulat dan dada berukuran 36. Kulitnya agak cokelat. Sering sekali aku  memperhatikan kemolekan tubuh pembantu ibuku ini, sambil  membandingkannya dengan tubuh isteriku yang sudah agak mekar.
  Hari itu, karena kurang enak badan, aku pulang dari kantor jam 10.00  WIB, sampai di rumah, kudapati rumahku kosong. Rupanya isteriku pergi,  sedang anak-anakku pasti sedang sekolah semua. Akupun mencoba ke rumah  ibuku, yang hanya berjarak 5 menit berjalan kaki dari rumahku. Biasanya  kalau tidak ada di rumah, isteriku sering main ke rumah ibuku, entah  untuk sekedar ngobrol dengan ibuku atau membantu beliau kalau sedang  sibuk apa saja.
  Sampai di rumah ibuku, ternyata disanapun kosong, cuma ada Enny, sedang memasak. Kutanya Enny, "En, Bu Dewi (nama isteriku) kesini nggak?" "Iya Pak, tadi kesini, tapi terus sama temannya" jawab Enny. "Terus Ibu sepuh (Ibuku) kemana?" Tanyaku lagi. "Tadi dijemput Bu Ina (Adikku) diajak ke sekolah Yogi (keponakanku)" "Oooh" sahutku pendek. "Masak apa En? tanyaku sambil mendekat ke dapur, dan seperti biasa,  mataku langsung melihat tonjolan pinggul dan pantatnya juga dadanya yang  aduhai itu. "Ini Pak, sayur sop" Rupanya dia ngerasa juga kalau aku sedang memperhatikan pantat dan dadanya. "Pak Irwan ngeliatin apa sih" Tanya Enny. Karena selama ini aku sering juga bercanda sama dia, akupun menjawab, "Ngeliatin pantat kamu En. Kok bisa seksi begitu sih En?" "Iiih Bapak, kan Ibu Dewi juga pantatnya gede" "Iya sih, tapi kan lain sama pantat kamu En" "Lain gimana sih Pak?" tanya Enny, sambil matanya melirik kearahku. Aku yakin, saat itu memang Enny sedang memancingku untuk kearah yang lebih hot lagi. Merasa mendapat angin, akupun menjawab lagi, "Iya, kalo Bu Dewi kan cuma menang gede, tapi tepos" "Terus, kalo saya gimana Pak?" Tanyanya sambil melirik genit. Kurang ajar, pikirku. Lirikannya langsung membuat tititku berdiri. Langsung aku berjalan kearahnya, berdiri di belakang Enny yang masih mengaduk ramuan sop itu di kompor. "Kalo kamu kan, pinggulnya gede, bulat dan kayaknya masih kencang", jawabku sambil tanganku meraba pinggulnya. "Idih Bapak, emangnya saya motor bisa kencang" sahut Enny, tapi tidak menolak saat tanganku meraba pinggulnya.
  Mendengar itu, akupun yakin bahwa Enny memang minta aku 'apa-apain'. Akupun maju sehingga tititku yang sudah berdiri dari tadi itu menempel  di pantatnya. Adduuhh, rasanya enak sekali karena Enny memakai rok  berwarna abu-abu (seperti rok anak SMU) yang terbuat dari bahan cukup  tipis. Terasa sekali tititku yang keras itu menempel di belahan pantat  Enny yang, seperti kuduga, memang padat dan kencang. "Apaan nih Pak, kok keras? tanya Enny genit. "Ini namanya sonny En, sodokan nikmat" sahutku. Saat itu, rupanya sop yang dimasak sudah matang. Ennypun mematikan  kompor, dan dia bersandar ke dadaku, sehingga pantatnya terasa menekan  tititku. Aku tidak tahan lagi mendapat sambutan seperti ini, langsung  tanganku ke depan, ku remas kedua buah dadanya. Alamaak, tanganku  bertemu dengan dua bukit yang kenyal dan terasa hangat dibalik kaos dan  branya.
  Saat kuremas, Enny sedikit menggelinjang dan mendesah, "Aaahh, Pak"  sambil kepalanya ditolehkan kebelakang sehingga bibir kami dekat sekali.  Kulihat matanya terpejam menikmati remasanku. Kukecup bibirnya  (walaupun agak terganggu oleh giginya yang sedikit tonggos itu), dia  membalas kecupanku. Tak lama kemudian, kami saling berpagutan, lidah  kami saling belit dalam gelora nafsu kami. TItitku yang tegang  kutekantekankan ke pantatnya, menimbulkan sensasi luar biasa untukku  (kuyakin juga untuk Enny).
  Sekitar lima menit, keturunkan tangan kiriku ke arah pahanya. Tanpa  banyak kesukaran akupun menyentuh CDnya yang ternyata telah sedikit  lembab di bagian memeknya. Kusentuh memeknya dengan lembut dari balik CDnya, dia mengeluh kenikmatan, "Ssshh, aahh, Pak Irwan, paak.. jangan di dapur dong Pak" Dan akupun menarik tangan Enny, kuajak ke kamarnya, di bagian belakang rumah ibuku. Sesampai di kamarnya, Enny langsung memelukku dengan penuh nafsu, "Pak, Enny sudah lama lho pengen ngerasain punya Bapak" "Kok nggak bilang dari dulu En?" tanyaku sambil membuka kaos dan roknya. Dan.. akupun terpana melihat pemandangan menggairahkan di tubuh pembantu ibuku ini.
  Kulitnya memang tidak putih, tapi mulus sekali. Buah dadanya besar tapi  proporsional dengan tubuhnya. Sementara pinggang kecil dan pinggul besar  ditambah bongkahan pantatnya bulat dan padat sekali. Rupanya Enny tidak  mau membuang waktu, diapun segera membuka kancing bajuku satu persatu,  melepaskan bajuku dan segera melepaskan celana panjangku.
  Sekarang kami berdua hanya mengenakan pakaian dalam saja, dia bra dan  CD, sedangkan aku hanya CD saja. Kami berpelukan, dan kembali lidah kami  berpagut dalam gairah yang lebih besar lagi. Kurasakan kehangatan kulit  tubuh Enny meresap ke kulit tubuhku. Kemudian lidahku turun ke  lehernya, kugigit kecil lehernya, dia menggelinjang sambil mengeluarkan  desahan yang semakin menambah gairahku, "Aahh, Bapak".
  Tanganku melepas kait branya, dan bebaslah kedua buah dada yang indah  itu. Langsung kuciumi, kedua bukit kenyal itu bergantian. Kemudian  kujilati pentil Enny yang berwarna coklat, terasa padat dan kenyal (Beda  sekali dengan buah dada isteriku), lalu kugigit-gigit kecil pentilnya  dan lidahku membuat gerakan memutar disekitar pentilnya yang langsung  mengeras.
  Kurebahkan Enny ditempat tidurnya, dan kulepaskan CDnya. Kembali aku  tertegun melihat keindahan kemaluan Enny yang dimataku saat itu, sangat  indah dan menggairahkan. Bulunya tidak terlalu banyak, tersusun rapi dan  yang paling mencolok adalah kemontokan vagina Enny. Kedua belah bibir  vaginanya sangat tebal, sehingga klitorisnya agak tertutup oleh daging  bibir tersebut. Warnanya kemerahan. "Pak, jangan diliatin aja dong, Enny kan malu" Kata Enny.
  Aku sudah tidak mempunyai daya untuk bicara lagi, melainkan kutundukkan  kepalaku dan bibirkupun menyentuh vagina Enny yang walaupun kakinya  dibuka lebar, tapi tetap terlihat rapat, karena ketebalan bibir  vaginanya itu. Enny menggelinjang, menikmati sentuhan bibirku di  klitnya. Kutarik kepalaku sedikit kebelakang agar bisa melihat vagina  yang sangat indah ini. "Enny, memek kamu indah sekali, sayang" "Pak Irwan suka sama memek Enny? tanya Enny. "Iya sayang, memek kamu indah dan seksi, baunya juga enak" jawabku sambil kembali mencium dan menghirup aroma dari vagina Enny. "Mulai sekarang, memek Enny cuma untuk Pak Irwan" Kata Enny. "Pak Irwan mau kan?" "Siapa sih yang nggak mau memek kayak gini En?" tanyaku sambil menjilatkan lidahku ke vaginanya kembali. Enny terlihat sangat menikmati jilatanku di klitorisnya. Apalagi saat  kugigit klitorisnya dengan lembut, lalu lidahku ku masukkan ke liang  kenikmatannya, dan sesekali kusapukan lidahku ke lubang anusnya. "Oooh, sshshh, aahh.. Pak Irwan, enak sekali Pak. Terusin ya Pak Irwan sayang"
  Sepuluh menit, kulakukan kegiatan ini, sampai dia menekan kepalaku  dengan kuat ke vaginanya, sehingga aku sulit bernafas"Pak Irwan.. aahh,  Enny nggak kuat Pak.. sshh"Kurasakan kedua paha Enny menjepit kepalaku  bersamaan dengan itu, kurasakan vagina Enny menjadi semakin basah. Enny  sudah mencapai orgasme yang pertama. Enny masih menghentak-hentakkan  vaginanya kemulutku, sementara air maninya meleleh keluar dari  vaginanya. Kuhirup cairan kenikmatan Enny sampai kering. Dia terlihat  puas sekali, matanya menatapku dengan penuh rasa terima kasih. Aku  senang sekali melihat dia mencapai kepuasan.
  Tak lama kemudian dia bangkit sambil meraih kemaluanku yang masih  berdiri tegak seperti menantang dunia. Dia memasukkan kemaluanku kedalam  mulutnya, dan mulai menjilati kepala kemaluanku. Ooouugh, nikmatnya,  ternyata Enny sangat memainkan lidahnya, kurasakan sensasi yang sangat  dahsyat saat giginya yang agak tonggos itu mengenai batang kemaluanku.  Agak sakit tapi justru sangat nikmat. Enny terus mengulum kemaluanku,  yang semakin lama semakin membengkak itu. Tangannya tidak tinggal diam,  dikocoknya batang kemaluanku, sambil lidah dan mulutnya masih terus  mengirimkan getaran-getaran yang menggairahkan di sekujur batang  kemaluanku.
  "Pak Irwan, Enny masukin sekarang ya Pak?" pinta Enny. Aku mengangguk, dan dia langsung berdiri mengangkangiku tepat di atas  kemaluanku. Digenggamnya batang kemaluanku, lalu diturunkannya  pantatnya. Di bibir vaginanya, dia menggosok-gosokkan kepala kemaluanku,  yang otomatis menyentuh klitorisnya juga. Kemudian dia arahkan  kemaluanku ke tengah lobang vaginanya. Dia turunkan pantatnya, dan..  slleepp.. sepertiga kemaluanku sudah tertanam di vaginanya. Enny  memejamkan matanya, dan menikmati penetrasi kemaluanku.
  Aku merasakan jepitan yang sangat erat dalam kemaluan Enny. Aku harus  berjuang keras untuk memasukkan seluruh kemaluanku ke dalam kehangatan  dan kelembaban vagina Enny. Ketika kutekan agak keras, Enny sedikit  meringis. Sambil membuka matanya, dia berkata, "Pelan dong Pak Irwan,  sakit nih, tapi enak banget". Dia menggoyangkan pinggulnya  sedikit-sedikit, sampai akhirnya seluruh kemaluanku lenyap ditelan  keindahan vaginanya.
  Kami terdiam dulu, Enny menarik nafas lega setelah seluruh kemaluanku  'ditelan' vaginanya. Dia terlihat konsentrasi, dan tiba-tiba.. aku  merasa kemaluanku seperti disedot oleh suatu tenaga yang tidak terlihat,  tapi sangat terasa dan enaak sekali. Ruaar Biasaa! Kemaluan Enny  menyedot kemaluanku!
  Belum sempat aku berkomentar tentang betapa enaknya vaginanya, Ennypun  mulai membuat gerakan memutar pinggulnya. Mula-mula perlahan, semakin  lama semakin cepat dan lincah gerakan Enny. Waw.. kurasakan kepalaku  hilang, saat dia 'mengulek' kemaluanku di dalam vaginanya. Enny  merebahkan badannya sambil tetap memutar pinggulnya. Buah dadanya  yangbesar menekan dadaku, dan.. astaga.. sedotan vaginanya semakin kuat,  membuat aku hampir tidak bertahan.
  Aku tidak mau orgasme dulu, aku ingin menikmati dulu vagina Enny yang  ternyata ada 'empot ayamnya' ini lebih lama lagi. Maka, kudorong tubuh  Enny ke atas, sambil kusuruh lepas dulu, dengan alasan aku mau ganti  posisi. Padahal aku takut 'kalah' sama dia.
  Lalu kusuruh Enny tidur terlentang, dan langsung kuarahkan kemaluanku ke  vaginanya yang sudah siap menanti 'kekasihnya'. Walaupun masih agak  sempit, tapi karena sudah banyak pelumasnya, lebih mudah kali ini  kemaluanku menerobos lembah kenikmatan Enny.
  Kumainkan pantatku turun naik, sehingga tititku keluar masuk di lorong sempit Enny yang sangat indah itu. Dan, sekali lagi akupun merasakan sedotan yang fantastis dari vagina  Enny. Setelah 15 menit kami melakukan gerakan sinkron yang sangat nikmat  ini, aku mulai merasakan kedutan-kedutan di kepala tititku. "Enny, aku udah nggak kuat nih, mau keluar, sayang", kataku pada Enny. "Iya Pak, Enny juga udah mau keluar lagi nih. Oohh, sshh, aahh.. bareng  ya Pak Irwan.., cepetin dong genjotannya Pak" pinta Enny.
  Akupun mempercepat genjotanku pada lobang vagina Enny yang luar biasa  itu, Enny mengimbanginya dengan 'mengulek' pantatnya dengan gerakan  memutar yang sangat erotis, ditambah dengan sedotan alami didalam  vaginanya. Akhirnya aku tidak dapat bertahan lebih lama lagi, sambil  mengerang panjang, tubuhku mengejang. "Enny, hh.. hh, aku keluar sayaang" Muncratlah air maniku ke dalam vaginanya. Di saat bersamaan, Enny pun mengejang sambil memeluk erat tubuhku. "Pak Irwaan, Enny juga keluar paakk, sshh, aahh".
  Aku terkulai di atas tubuh Enny. Enny masih memeluk tubuhku dengan erat,  sesekali pantatnya mengejang, masih merasakan kenikmatan yang tidak ada  taranya itu. Nafas kami memburu, keringat tak terhitung lagi banyaknya.  Kami berciuman.
  "Enny, terima kasih yaa, memek kamu enak sekali" Kataku. "Pak Irwan suka memek Enny?" "Suka banget En, abis ada empot ayamnya sih" jawabku sambil mencium bibirnya. Kembali kami berpagutan. "Dibandingin sama Bu Dewi, enakan mana Pak?" pancing Enny. "Jauh lebih enak kamu sayang" Enny tersenyum. "Jadi, Pak Irwan mau lagi dong sama Enny lain kali. Enny sayang sama Pak Irwan" Aku tidak menjawab, hanya tersenyum dan memeluk Enny. Pembantu ibuku yang sekarang jadi kekasih gelapku
 
 
 
 
 
 
          Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Dari Adik nya dapet Kakaknya               Apr 5th 2013, 03:45                                               Dari Adiknya, Dapat Kakaknya Selesai sekolah Sabtu itu langsung dilanjutkan rapat pengurus OSIS.  Rapat itu dilakukan sebagai persiapan sekaligus pembentukan panitia  kecil pemilihan OSIS yang baru. Seperti tahun-tahun sebelumnya,  pemilihan dimaksudkan sebagai regenerasi dan anak-anak kelas 3 sudah  tidak boleh lagi dipilih jadi pengurus, kecuali beberapa orang pengurus  inti yang bakalan "naik pangkat" jadi penasihat.
  Usai rapat, aku bergegas mau langsung pulang, soalnya sorenya ada acara  rutin bulanan: pulang ke rumah ortu di kampung. Belum sempat aku keluar  dari pintu ruangan rapat, suara nyaring cewek memanggilku.
  "Didik .. " aku menoleh, ternyata Sarah yang langsung melambai supaya  aku mendekat. "Dik, jangan pulang dulu. Ada sesuatu yang pengin aku  omongin sama kamu," kata Sarah setelah aku mendekat.
  "Tapi Rah, sore ini aku mau ke kampung. Bisa nggak dapet bis kalau kesorean," jawabku.
  "Cuman sebentar kok Dik. Kamu tunggu dulu ya, aku mberesin ini dulu,"  Sarah agak memaksaku sambil membenahi catatan-catatan rapat. Akhirnya  aku duduk kembali.
  "Dik, kamu pacaran sama Nita ya?" tanya Sarah setelah ruangan sepi,  tinggal kami berdua. Aku baru mengerti, Sarah sengaja melama-lamakan  membenahi catatan rapat supaya ada kesempatan ngomong berdua denganku.
  "Emangnya, ada apa sih?" aku balik bertanya.
  "Enggak ada apa-apa sih .. " Sarah berhenti sejenak. "Emmm, pengin nanya aja."
  "Enggak kok, aku nggak pacaran sama Nita," jawabku datar.
  "Ah, masa. Temen-temen banyak yang tahu kok, kalau kamu suka jalan bareng sama Nita, sering ke rumah Nita," kata Sarah lagi.
  "Jalan bareng kan nggak lantas berarti pacaran tho," bantahku.
  "Paling juga pakai alasan kuno 'Cuma temenan'," Sarah berkata sambil  mencibir, sehingga wajahnya kelihatan lucu, yang membuatku ketawa.  "Cowok di mana-mana sama aja, banyak bo'ongnya."
  "Ya terserah kamu sih kalau kamu nganggep aku bohong. Yang jelas, sudah aku bilang bahwa aku nggak pacaran sama Nita."
  Aku sama sekali tidak bohong pada Sarah, karena aku sama Nita memang  sudah punya komitmen untuk 'tidak ada komitmen'. Maksudnya, hubunganku  dengan Nita hanya sekedar untuk kesenangan dan kepuasan, tanpa janji  atau ikatan di kemudian hari. Hal itu yang kujelaskan seperlunya pada  Sarah, tentunya tanpa menyinggung soal 'seks' yang jadi menu utama  hubunganku dengan Nita.
  "Nanti malem, mau nggak kamu ke rumahku?" tanya Nita sambil melangkah keluar ruangan bersamaku.
  "Kan udah kubilang tadi, aku mau pulang ke rumah ortu nanti," jawabku.
  "Ke rumah ortu apa ke rumah Nita?" tanya Sarah dengan nada menyelidik dan menggoda.
  "Kamu mau percaya atau tidak sih, terserah. Emangnya kenapa sih, kok nyinggung-nyinggung Nita terus?" aku gantian bertanya.
  "Enggak kok, nggak kenapa-kenapa," elak Sarah. Akhirnya kami jalan  bersama sambil ngobrol soal-soal ringan yang lain. Aku dan Sarahpun  berpisah di gerbang sekolah. Nita sudah ditunggu sopirnya, sedang aku  langsung menuju halte. Sebelum berpisah, aku sempat berjanji untuk main  ke rumah Nita lain waktu.
  *****
  Diam-diam aku merasa geli. Masak malam minggu itu jalan-jalan sama Sarah  harus ditemani kakaknya, dan diantar sopir lagi. Jangankan untuk ML,  sekedar menciumpun rasanya hampir mustahil. Sebenarnya aku agak  ogah-ogahan jalan-jalan model begitu, tapi rasanya tidak mungkin juga  untuk membatalkan begitu saja. Rupanya aturan orang tua Sarah yang ketat  itu, bakalan membuat hubunganku dengan Sarah jadi sekedar roman-romanan  saja. Praktis acara pada saat itu hanya jalan-jalan ke Mall dan makan  di 'food court'.
  Di tengah rasa bete itu aku coba menghibur diri dengan mencuri-curi  pandang pada Mbak Indah, baik pada saat makan ataupun jalan. Mbak Indah,  adalah kakak sulung Sarah yang kuliah di salah satu perguruan tinggi  terkenal di kota 'Y'. Dia pulang setiap 2 minggu atau sebulan sekali.  Sama sepertiku, hanya beda level. Kalau Mbak Indah kuliah di ibukota  propinsi dan mudik ke kotamadya, sedang aku sekolah di kotamadya  mudiknya ke kota kecamatan.
  Wajah Mbak Indah sendiri hanya masuk kategori lumayan. Agak jauh  dibandingkan Sarah. Kuperhatikan wajah Mbak Indah mirip ayahnya sedang  Sarah mirip ibunya. Hanya Mbak Indah ini lumayan tinggi, tidak seperti  Sarah yang pendek, meski sama-sama agak gemuk.
  Kuperhatikan daya tarik seksual Mbak Indah ada pada toketnya. Lumayan  gede dan kelihatan menantang kalau dilihat dari samping, sehingga  rasa-rasanya ingin tanganku menyusup ke balik T-Shirtnya yang longgar  itu. Aku jadi ingat Nita. Ah, seandainya tidak aku tidak ke rumah Sarah,  pasti aku sudah melayang bareng Nita.
  Saat Sarah ke toilet, Mbak Indah mendekatiku.
  "Heh, awas kamu jangan macem-macem sama Sarah!" katanya tiba-tiba sambil memandang tajam padaku.
  "Maksud Mbak, apa?" aku bertanya tidak mengerti.
  "Sarah itu anak lugu, tapi kamu jangan sekali-kali manfaatin keluguan dia!" katanya lagi.
  "Ini ada apa sih Mbak?" aku makin bingung.
  "Alah, pura-pura. Dari wajahmu itu kelihatan kalau kamu dari tadi bete,"  aku hanya diam sambil merasa heran karena apa yang dikatakan Mbak Indah  itu betul.
  "Kamu bete, karena malem ini kamu nggak bisa ngapa-ngapain sama Sarah,  ya kan?" aku hanya tersenyum, Mbak Indah yang tadinya tutur katanya  halus dan ramah berubah seperti itu.
  "Eh, malah senyam-senyum," hardiknya sambil melotot.
  "Memang nggak boleh senyum. Abisnya Mbak Indah ini lucu," kataku.
  "Lucu kepalamu," Mbak Indah sewot.
  "Ya luculah. Kukira Mbak Indah ini lembut kayak Sarah, ternyata galak juga!" Aku tersenyum menggodanya.
  "Ih, senyam-senyum mlulu. Senyummu itu senyum mesum tahu, kayak matamu  itu juga mata mesum!" Mbak Indah makin naik, wajahnya sedikit memerah.
  "Mbak cakep deh kalau marah-marah," makin Mbak Indah marah, makin menjadi pula aku menggodanya.
  "Denger ya, aku nggak lagi bercanda. Kalau kamu berani macem-macem sama  adikku, aku bisa bunuh kamu!" kali ini Mbak Indah nampak benar-benar  marah.
  Akhirnya kusudahi juga menggodanya melihat Mbak Indah seperti itu,  apalagi pengunjung mall yang lain kadang-kadang menoleh pada kami.  Kuceritakan sedikit tentang hubunganku dengan Sarah selama ini, sampai  pada acara 'apel' pada saat itu.
  "Kalau soal pengin ngapa-ngapain, yah, itu sih awalnya memang ada. Tapi,  sekarang udah lenyap. Sarah sepertinya bukan cewek yang tepat untuk  diajak ngapa-ngapain, dia mah penginnya roman-romanan aja," kataku  mengakhiri penjelasanku. "Kamu ini ngomongnya terlalu terus-terang ya?" Nada Mbak Indah sudah mulai normal kembali.
  "Ya buat apa ngomong mbulet. Bagiku sih lebih baik begitu," kataku lagi.
  "Tapi .. kenapa tadi sama aku kamu beraninya lirak-lirik aja. Nggak berani terus-terang mandang langsung?"
  Aku berpikir sejenak mencerna maksud pertanyaan Mbak Indah itu. Akhirnya  aku mengerti, rupanya Mbak Indah tahu kalau aku diam-diam sering  memperhatikan dia.
  "Yah .. masak jalan sama adiknya, Mbak-nya mau diembat juga," kataku sambil garuk-garuk kepala.
  Setelah itu Sarah muncul dan dilanjutkan acara belanja di dept. store di  mall itu. Selama menemani kakak beradik itu, aku mulai sering mendekati  Mbak Indah jika kulihat Sarah sibuk memilih-milih pakaian. Aku mulai  lancar menggoda Mbak Indah.
  Hampir jam 10 malam kami baru keluar dari mall. Lumayan pegal-pegal kaki  ini menemani dua cewek jalan-jalan dan belanja. Sebelum keluar dari  mall Mbak Indah sempat memberiku sobekan kertas, tentu saja tanpa  sepengetahuan Sarah.
  "Baca di rumah," bisiknya.
  ***
  Aku lega melihat Mbak Indah datang ke counter bus PATAS AC seperti yang  diberitahukannya lewat sobekan kertas. Kulirik arloji menunjukkan jam  setengah 9, berarti Mbak Indah terlambat setengah jam.
  "Sori terlambat. Mesti ngrayu Papa-Mama dulu, sebelum dikasih balik  pagi-pagi," Mbak Indah langsung ngerocos sambil meletakkan hand-bag-nya  di kursi di sampingku yang kebetulan kosong. Sementara aku tak berkedip  memandanginya. Mbak Indah nampak sangat feminin dalam kulot hitam,  blouse warna krem, dan kaos yang juga berwarna hitam. Tahu aku pandangi,  Mbak Indah memencet hidungku sambil ngomel-ngomel kecil, dan kami pun  tertawa. Hanya sekitar sepuluh menit kami menunggu, sebelum bus  berangkat.
  Dalam perjalanan di bus, aku tak tahan melihat Mbak Indah yang merem  sambil bersandar. Tanganku pun mulai mengelu-elus tangannya. Mbak Indah  membuka mata, kemudian bangun dari sandarannya dan mendekatkan kepalanya  padaku.
  "Gimana, Mbaknya mau di-embat juga?" ledeknya sambil berbisik.
  "Kan lain jurusan," aku membela diri. "Adik-nya jurusan roman-romanan,  Mbak-nya jurusan … " Aku tidak melanjutkan kata-kataku, tangan Mbak  Indah sudah lebih dulu memencet hidungku. Selebihnya kami lebih banyak  diam sambil tiduran selama perjalanan.
  ***
  Yang disebut kamar kos oleh Mbak Indah ternyata sebuah faviliun.  Faviliun yang ditinggali Mbak Indah kecil tapi nampak lux, didukung  lingkungannya yang juga perumahan mewah.
  "Kok bengong, ayo masuk," Mbak Indah mencubit lenganku. "Peraturan di  sini cuman satu, dilarang mengganggu tetangga. Jadi, cuek adalah cara  paling baik."
  Aku langsung merebahkan tubuhku di karpet ruang depan, sementara setelah  meletakkan hand-bag-nya di dekat kakiku, Mbak Indah langsung menuju  kulkas yang sepertinya terus on.
  "Nih, minum dulu, habis itu mandi," kata Mbak Indah sambil menuangkan air dingin ke dalam gelas.
  "Kan tadi udah mandi Mbak," kataku.
  "Ih, jorok. Males aku deket-deket orang jorok," Mbak Indah tampak  cemberut. "Kalau gitu, aku duluan mandi," katanya sambil menyambar  hand-bag dan menuju kamar. Aku lihat Mbak Indah tidak masuk kamar, tapi  hanya membuka pintu dan memasukkan hand-bag-nya. Setelah itu dia  berjalan ke belakang ke arah kamar mandi.
  "Mbak," Mbak Indah berhenti dan menoleh mendengar panggilanku. "Aku mau mandi, tapi bareng ya?"
  "Ih, maunya .. " Mbak Indah menjawab sambil tersenyum. Melihat itu aku  langsung bangkit dan berlari ke arah Mbak Indah. Langsung kupeluk dia  dari belakang tepat di depan pintu kamar mandi. Kusibakkan rambutnya,  kuciumi leher belakangnya, sambil tangan kiriku mengusap-usap pinggulnya  yang masih terbungkus kulot. Terdengar desahan Mbak Indah, sebelum dia  memutar badan menghadapku. Kedua tangannya dilingkarkan ke leherku.
  "Katanya mau mandi?" setelah berkata itu, lagi-lagi hidungku jadi  sasaran, dipencet dan ditariknya sehingga terasa agak panas. Setelah itu  diangkatnya kaosku, dilepaskannya sehingga aku bertelanjang dada.  Kemudian tangannya langsung membuka kancing dan retsluiting jeans-ku.  Lumayan cekatan Mbak Indah melakukannya, sepertinya sudah terbiasa.  Seterusnya aku sendiri yang melakukannya sampai aku sempurna telanjang  bulat di depan Mbak Indah.
  "Ih, nakal," kata Mbak Indah sambil menyentil rudalku yang terayun-ayun akibat baru tegang separo.
  "Sakit Mbak," aku meringis.
  "Biarin," kata Mbak Indah yang diteruskan dengan melepas blouse-nya  kemudian kaos hitamnya, sehingga bagian atasnya tinggal BH warna hitam  yang masih dipakainya. Aku tak berkedip memandangi sepasang toket Mbak  Indah yang masih tertutup BH, dan Mbak Indah tidak melanjutkan melepas  pakainnya semua sambil tersenyum menggoda padaku.
  Birahi benar-benar sudah tak bisa kutahan. Langsung kuraih dan naikkan  BH-nya, sehingga sepasang toket-nya yang besar itu terlepas.
  "Ih, pelan-pelan. Kalau BH-ku rusak, emangnya kamu mau ganti," lagi-lagi  hidungku jadi sasaran. Tapi aku sudah tidak peduli. Sambil memeluknya  mulutku langsung mengulum tokenya yang sebelah kanan.
  Mbak Indah tidak berhenti mendesah sambil tangannya mengusap-usap  rambutku. Aku makin bersemangat saja, mulutku makin rajin menggarap  toketnya sebelah kanan dan kiri bergantian. Kukulum, kumainkan dengan  lidah dan kadang kugigit kecil. Akibat seranganku yang makin intens itu  Mbak Indah mulai menjerit-jerit kecil di sela-sela desahannya.
  Beberapa menit kulakukan aksi yang sangat dinikmati Mbak Indah itu,  sebelum akhirnya dia mendorong kepalaku agar terlepas dari toketnya.  Mbak Indah kemudian melepas BH, kulot dan CD-nya yang juga berwarna  hitam. Sementara bibirnya nampak setengah terbuka sambil mendesi lirih  dan matanya sudah mulai sayu, pertanda sudah horny berat.
  Belum sempat mataku menikmati tubuhnya yang sudah telanjang bulat,  tangan kananya sudah menggenggam rudalku. Kemudian Mbak Indah berjalan  mundur masuk kamar mandi sementara rudalku ditariknya. Aku meringis  menahan rasa sakit, sekaligus pengin tertawa melihat kelakuan Mbak Indah  itu.
  Mbak Indah langsung menutup pintu kamar mandi setelah kami sampai di  dalam, yang diteruskan dengan menghidupkan shower. Diteruskannya dengan  menarik dan memelukku tepat di bawah siraman air dari shower. Dan …
  "mmmmhhhh …. " bibirnya sudah menyerbu bibirku dan melumatnya. Kuimbangi  dengan aksi serupa. Seterusnya, siraman air shower mengguyur kepala,  bibir bertemu bibir, lidah saling mengait, tubuh bagian depan menempel  ketat dan sesekali saling menggesek, kedua tangan mengusap-usap bagian  belakang tubuh pasangan, "Aaaaaahhh," nikmat luar biasa.
  Tak ingat berapa lama kami melakukan aksi seperti itu, kami  melanjutkannya dalam posisi duduk, tak ingat persis siapa yang mulai.  Aku duduk bersandar pada dinding kamar mandi, kali ku luruskan, sementar  Mbak Indah duduk di atas pahaku, lututnya menyentuh lantai kamar mandi.  Kemudian kurasakan Mbak Indah melepaskan bibirnya dari bibirku, pelahan  menyusur ke bawah. Berhenti di leherku, lidahnya beraksi menjilati  leherku, berpindah-pindah. Setelah itu, dilanjutkan ke bawah lagi,  berhenti di dadaku. Sebelah kanan-kiri, tengah jadi sasaran lidah dan  bibirnya. Kemudian turun lagi ke bawah, ke perut, berhenti di pusar.  Tangannya menggenggam rudalku, didorong sedikit ke samping dengan  lembut, sementara lidahnya terus mempermainkan pusarku. Puas di situ,  turun lagi, dan bijiku sekarang yang jadi sasaran. Sementara lidahnya  beraksi di sana, tangan kanannya mengusap-usap kepala rudalku dengan  lembut. Aku sampai berkelojotan sambil mengerang-erang menikmati aksi  Mbak Indah yang seperti itu.
  Pelahan-lahan bibirnya merayap naik menyusuri batang rudalku, dan  berhenti di bagian kepala, sementara tangannya ganti menggenggam bagian  batang. Kepala rudalku dikulumnya, dijilati, berpindah dan  berputar-putar, sehingga tak satu bagianpun yang terlewat. Beberapa saat  kemudian, kutekan kepala Mbak Indah ke bawah, sehingga bagian batanku  pun masuk 2/3 ke mulutnya. Digerakkannya kepalanya naik turun  pelahan-lahan, berkali-kali. Kadang-kadang aksinya berhenti sejenak di  bagian kepala, dijilati lagi, kemudian diteruskan naik turun lagi.  Pertahananku nyaris jebol, tapi aku belum mau terjadi saat itu. Kutahan  kepalanya, kuangkat pelan, tapi Mbak Indah seperti melawan. Hal itu  terjadi beberapa kali, sampai akhirnya aku berhasil mengangkat kepalanya  dan melepas rudalku dari mulutnya.
  Kuangkat kepala Mbak Indah, sementara matanya terpejam. Kudekatkan, dan  kukulum lembut bibirnya. Pelan-pelan kurebahkan Mbak Indah yang masih  memejamkan mata sambil mendesis itu ke lantai kamar mandi. Kutindih  sambil mulutku melahap kedua toketnya, sementara tanganku meremasnya  bergantian.
  Erangannya, desahannya, jeritan-jeritan kecilnya bersahut-sahutan di  tengah gemericik siraman air shower. Kuturunkan lagi mulutku, berhenti  di gundukan yang ditumbuhi bulu lebat, namun tercukur dan tertata rapi.  Beberapa kali kugigit pelan bulu-bulu itu, sehingga pemiliknya  menggelinjang ke kanan kiri. Kemudian kupisahkan kedua pahanya yang  putih,besar dan empuk itu. Kubuka lebar-lebar. Kudaratkan bibirku di  bibir memeknya, kukecup pelan. Kujulurkan lidahku, kutusuk-tusukan pelan  ke daging menonjol di antar belahan memek Mbak Indah. Pantat Mbak Indah  mulai bergoyang-goyang pelahan, sementara tangannya menjambak atau  lebih tepatnya meremas rambutku, karena jambakannya lembut dan tidak  menyakitkan. Kumasukkan jari tengahku ku lubang memeknya, ku keluar  masukkan dengan pelan. Desisan Mbak Indah makin panjang, dan sempat ku  lirik matanya masih terpejam. Kupercepat gerakan jariku di dalam lubang  memeknya, tapi tangannya langsung meraih tanganku yang sedang beraksi  itu dan menahannya. Kupelankan lagi, dan Mbak melepas tangannya dari  tanganku. Setiap kupercepat lagi, tangan Mbak Indah meraih tanganku  lagi, sehingga akhirnya aku mengerti dia hanya mau jariku bergerak  pelahan di dalam memeknya.
  Beberapa menit kemudian, kurasakan Mbak Indah mengangkat kepalaku  menjauhkan dari memeknya. Mbak Indah membuka mata dan memberi isyarat  padaku agar duduk bersandar di dinding kamar mandi. Seterusnya merayap  ke atasku, mengangkang tepat di depanku. Tangannya meraih rudalku,  diarahkan dan dimasukkan ke dalam lubang memeknya.
  "Oooooooooooohh ," Mbak Indah melenguh panjang dan matanya kembali  terpejam saat rudalku masuk seluruhnya ke dalam memeknya. Mbak Indah  mulai bergerak naik-turun pelahan sambil sesekali pinggulnya membuat  gerakan memutar. Aku tidak sabar menghadapi aksi Mbak Indah yang  menurutku terlalu pelahan itu, mulai kusodok-sodokkan rudalku dari bawah  dengan cukup cepat. Mbak Indah menghentikan gerakannya, tangannya  menekan dadaku cukup kuat sambil kepala menggeleng, seperti melarangku  melakukan aksi sodok itu. Hal itu terjadi beberapa kali, yang sebenarnya  membuatku agak kecewa, sampai akhirnya Mbak Indah membuka matanya,  tangannya mengusap kedua mataku seperti menyuruhkan memejamkan mata. Aku  menurut dan memejamkan mataku.
  Setelah beberapa saat aku memejamkan mata, aku mulai bisa memperhatikan  dengan telingaku apa yang dari tadi tidak kuperhatikan, aku mulai bisa  merasakan apa yang dari tadi tidak kurasakan. Desahan dan erangan Mbak  Indah ternyata sangat teratur dan serasi dengan gerakan  pantatnya,sehingga suara dari mulutnya, suara alat kelamin kami yang  menyatu dan suara siraman air shower seperti sebuah harmoni yang begitu  indah. Dalam keterpejaman mata itu, aku seperti melayang-layang dan  sekelilingku terasa begitu indah, seperti nama wanita yang sedang  menyatu denganku. Kenikmatan yang kurasakan pun terasa lain, bukan  kenikmatan luar biasa yang menhentak-hentak, tapi kenikmatan yang  sedikit-sedikit, seperti mengalir pelahan di seluruh syarafku, dan  mengendap sampai ke ulu hatiku.
  Beberapa menit kemudian gerakan Mbak Indah berhenti pas saat rudalku  amblas seluruhnya. Ada sekitar 5 detik dia diam saja dalam posisi  seperti itu. Kemudian kedua tangannya meraih kedua tanganku sambil  melontarkan kepalanya ke belakang. Kubuka mataku, kupegang kuat-kuat  kedua telapak tangannya dan kutahan agar Mbak Indah tidak jatuh ke  belakang. Setelah itu pantatnya membuat gerakan ke kanan-kiri dan terasa  menekan-nekan rudal dan pantatku.
  "Aaa .. aaaaaa … aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhh," desahan dan jeritan kecil  Mbak Indah itu disertai kepala dan tubuhnya yang bergerak ke depan.  Mbak Indah menjatuhkan diri padaku seperti menubruk, tangannya memeluk  tubukku, sedang kepalanya bersandar di bahu kiriku. Ku balas memeluknya  dan kubelai-belai Mbak Indah yang baru saja menikmati orgasmenya. Sebuah  cara orgasme yang eksotik dan artistik.
  Setelah puas meresapi kenikmatan yang baru diraihnya, Mbak Indah  mengangkat kepala dan membuka matanya. Dia tersenyum yang diteruskan  mencium bibirku dengan lembut. Belum sempat aku membalas ciumannya, Mbak  Indah sudah bangkit dan bergeser ke samping. Segera kubimbing dia agar  rebahan dan telentang di lantai kamar mandi. Mbak Indah mengikuti  kemauanku sambil terus menatapku dengan senyum yang tidak pernah lepas  dari bibirnya. Kemudian kuarahkan rudalku yang rasanya seperti  empot-empotkan ke lubang memeknya, kumasukkan seluruhnya. Setelah amblas  semuanya Mbak Indah memelekku sambil berbisik pelan.
  "Jangan di dalam ya sayang, aku belum minum obat," aku mengangguk pelan  mengerti maksudnya. Setelah itu mulai kugoyang-goyang pantatku  pelan-pelan sambil kupejamkan mata. Aku ingin merasakan kembali  kenikmatan yang sedikit-sedikit tapi meresap sampai ke ulu hati seperti  sebelumnya. Tapi aku gagal, meski beberapa lama mencoba. Akhirnya aku  membuat gerakan seperti biasa, seperti yang biasa kulakukan pada tante  Ani atau Nita. Bergerak maju mundur dari pelan dan makin lama makin  cepat.
  "Aaaah… Hoooohh," aku hampir pada puncak, dan Mbak Indah cukup cekatan.  Didorongnya tubuhku sehingga rudalku terlepas dari memeknya. Rupanya dia  tahu tidak mampu mengontrol diriku dan lupa pada pesannya. Seterusnya  tangannya meraih rudalku sambil setengah bangun. Dikocok-kocoknya dengan  gengaman yang cukup kuat, seterusnya aku bergeser ke depan sehingga  rudalku tepat berada di atas perut Mbak Indah.
  "Aaaaaaaah … aaaaaaahhh … crottt… crotttt ..," beberapa kali spermaku  muncrat membasahi dada dan perut Mbak Indah. Aku merebahku tubuhku yang  terasa lemas di samping Mbak Indah, sambil memandanginya yang asyik  mengusap meratakan spermaku di tubuhnya.
  "Hampir lupa ya?" lagi-lagi hidungku jadi sasarannya waktu Mbak Indah mengucapkan kata-kata itu.
  *** Selama di bus dalam perjalanan pulang aku memejamkan mata sambil  mengingat-ingat pengalaman yang baru saja ku dapat dari Mbak Indah. Saat  di kamar mandi, dan saat mengulangi sekali lagi di kamarnya. Seorang  wanita dengan gaya bersetubuh yang begitu lembut dan penuh perasaan.
  "Kalau sekedar mengejar kepuasan nafsu, itu gampang. Tapi aku mau lebih.  Aku mau kepuasan nafsuku selaras dengan kepuasan yang terasa di  jiwaku."
  Kepuasan yang terasa di jiwa, itulah hal yang kudapat dari Mbak Indah  dan hanya dari Mbak Indah, karena kelak setelah gonta-ganti pasangan,  tetap saja belum pernah kudapatkan kenikmatan seperti yang kudapatkan  dari Mbak Indah. Kepuasan dan kenikmatan yang masih terasa dalam jangka  waktu yang cukup lama meskipun persetubuhan berakhir.
  "Ingat ya, jangan pernah sekali-kali kamu lakukan sama Sarah. Kalau  sampai kamu lakukan, aku tidak akan pernah memaafkan kamu!" Aku  terbangun, rupanya dalam tidurku aku bermimpi Mbak Indah  memperingatkanku tentang Sarah, adiknya. Dan bus pun sudah mulai masuk  terminal.
 
          Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                            |             
              
Tidak ada komentar:
Posting Komentar