|                               Cerita Sex - malam itu di kamar salma               Apr 18th 2013, 04:35                                                Ceritanya aku nemuin surat milik Saskia, teman sekamarku waktu aku lagi  bersih-bersih kamar. Waktu aku baca, isi surat itu bener-bener bikin aku  berkeringat dingin. Surat itu dari Salma, seorang janda muda yang  tinggal di rumah induk. Dan isinya, Salma pingin ketemuan sama Saskia  dan Salma pingin berhubungan badan dengan Saskia. What? Maksudnya,  Saskia lesbian? Gawat! Jadi selama ini aku sekamar dengan lesbi? Tapi  kenapa Salma pingin tidur dengan Saskia ya? Apa dia juga lesbi? "Aku nggak tahan lagi, Sas. Sudah lama hatiku kering, dan aku merindukan  pelukan yang hangat dan mesra. Tapi, aku nggak mau ambil resiko. Jadi  aku rasa aku mau menuruti tawaranmu. Malam ini rumah induk sepi. Aku  tunggu kau di kamarku jam tujuh." Begitu penggalan surat Salma.
  Jam tujuh kurang seperempat. Aku sudah siap di kamar Bella, sebelah  kamarnya Salma. Beruntung, karena dua hari lalu ketika Bella hendak  pulang dia menitipkan kunci kamarnya ke aku. Segera aku cari tempat yang  strategis buat ngintip suasana kamar Salma. Pas! Ada lobang angin-angin  yang menghubungkan kamar Bella dan kamar Salma. Dan dengan mudah dan  jelas aku bisa mengintip ke kamar Salma.
  Salma sedang duduk menyisir rambutnya di depan meja rias. Wajah ayunya  dihiasi dengan senyum. Matanya yang sayu berkali-kali memandangi jam  dinding. Benar juga, nampaknya Salma menanti seseorang. Jam tujuh kurang  lima menit. Tok.. tok.. tok.. "Salma.. ini aku, Saskia." Salma membukakan pintu kamarnya. Nampak Saskia tersenyum manis sambil menyapa, "Hai!". Busyet! Kayak ngapel ke rumah pacar saja, batinku.
  Saskia segera masuk dengan mengunci pintu kamar. Dipandanginya wajah  Salma sesaat. Dibelainya wajah halus Salma yang tanpa cacat. Tapi  nampaknya Salma sudah tak tahan lagi. Segera diburunya bibir Saskia.  Kedua bibir yang sama-sama mengenakan lipstik itu saling melumat dan  menghisap. Bisa kubayangkan lidah-lidah mereka yang bertarung mengganas.  Tangan-tangan mereka saling meremas dan memeluk kepala pasangannya.  Salma menghisap kuat-kuat bibir Saskia, dan Saskiapun membalasnya dengan  menggigit bibir atas Salma.
  Saskia segera melepaskan daster yang dikenakan Salma, dan kemudian  kembali mereka bercumbu. Daster itu meluncur turun meninggalkan tubuh  Salma yang kini tinggal berlapis BH dan CD tipis. Begitupun yang  dilakukan Salma. Dilepasnya tali kimono Saskia hingga nampak tubuh  Saskia yang berbalut lingerin hitam.
  "Wah, bagus banget!" seru Salma ketika melihat lingerin yang dikenakan  Saskia. Bagus apaan! Menurutku lingerin itu menjijikkan. Warnanya hitam  lagi transparan, dan cuman menutup payudara Saskia sampai diujung saja.  Hingga kedua gumpalan payudara berukuran 36 itu bagai ingin melompat  keluar. Pakai lingerin atau bugil, kayaknya sama saja.
  "Aku ingin hanya diriku yang kau puji sayang.. bukan lingerin ini." kata Saskia merajuk. "Iya deh.." kata Salma kembali memburu bibir seksi Saskia. Bibir mereka kembali bergumul. Tangan Saskia menyusup masuk ke balik CD  Salma. Perlahan-lahan diremasnya kedua pantat kenyal Salma. "Aah.." desis Salma keenakan. Saskia semakin ganas meraba-raba Salma hingga kemudian melepaskan  pengait BH Salma. Penutup dada Salma itu mengendor lalu terjatuh. Ciuman  Saskia turun ke leher dan dada Salma. Tak disia-siakannya setiap inchi  dada Salma yang mungil. Dicumbuinya penuh nafsu hingga ke perut lalu  berhenti sebentar di pusarnya dan kemudian naik lagi hingga kembali ke  bibir Salma. Diperlakukan seperti itu Salma mendesis-desis penuh birahi, "Sass.. ashh..ehmm..".
  Saskia mendorong Salma terlentang di atas kasur dan menindihnya. Ciuman  Saskia kembali menurun hingga ke dada Salma. Diciuminya kedua bongkahan  gunung kembar Salma yang sudah menegang. Putingnya berwarna kecoklatan  menantang. Tanpa malu ladi dimasukkannya salah satu puting itu ke dalam  mulutnya.
  "Uagghh.. Sas.. ahh.. terus.. say.." gumam Salma meremas rambut Saskia yang cepak. Saskia meremas-remas buah dada yang baru saja dikulumnya itu. Dan  sekali-kali diplintirnya putingnya hingga membuat Salma bergelinjangan.  Dan kemudian dihisapnya kuat-kuat. Sedang telapak tangan kirinya menekan  kemaluan Salma yang masih dilapisi oleh CD. "Saskiaa.." teriak Salma menghentak-hentak keasyikan.
  "Hmm.. ehm.." gumam Saskia keenakan. Tak dipedulikannya erangan Salma.  Kedua bukit kembar Salma digarapnya bergantian. Dikenyot-kenyotnya  payudara Salma yang sudah bengkak benar bagai bayi yang amat kehausan.  Salma yang sudah lama tak merasakan kenikmatan itu bagai menikmatinya  dengan sepenuh hati.
  Kupalingkan muka sejenak, karena tak tahan dengan libidoku sendiri yang  mulai terbakar. Keringat dingin yang menetes di dahiku. Tapi aku segera  kembali mengikuti permainan itu, nggak ingin rasanya tertinggal sedetik  saja.
  Saskia segera merosot satu-satunya CD yang melekat di tubuh Salma yang  terlentang di ranjang hingga janda muda itu bagai bayi yang baru  terlahir. Kemudian Saskia berdiri di hadapan Salma yang mengerang  pasrah. "It's show time." kata Saskia.
  Salma terdiam memandangi Saskia yang mulai melucuti lingerinnya. Kain  tipis itu meluncur turun meninggalkan tubuh Saskia yang bugil total.  Nampaklah dada Saskia yang membusung bengkak menggemaskan, juga bukit  kemaluannya yang licin tanpa bulu. Saskia mulai meremas-remas buah  dadanya sendiri, membangkitkan gairah Salma hingga pada titik puncaknya.  Diremasnya kedua payudaranya dengan gerakan memutar hingga kedua gunung  kembar itu bergoyang-goyang menantang. Dan bagai iklan sabun Saskia  membelai tubuhnya sendiri, dari dada.. perut.. hingga kemaluannya yang  gundul. Tubuhnya meliuk-liuk lalu menungging membelakangi Salma dan  memamerkan kesekalan bokongnya kemudian menyibak lorong kecil yang merah  merekah. Nampak liang kawin Saskia yang berlumuran lendir putih kental.  Saskia memasukkan jemari telunjuknya ke dalam liang kawin itu. "Aagh.."  desah Saskia pelan. Lalu ditariknya telunjuk yang telah basah itu.  Kemudian dijilatnya dengan mata sayu menatap Salma. Oh, Batara Kala..  jangankan Salma, akupun merasa terbakar gairah.
  Salma segera memburu Saskia. Dalam keadaan berdiri diterkamnya kedua  payudara Saskia secara bergantian sedangkan tangannya mengerayangi  setiap lekuk kemaluan Saskia yang telah basah betul. "Sall.. ough.."  desah Saskia sambil mendekap kepala Salma erat. Dengan buas Salma  melakukan pembalasan atas semua lumatan Saskia. "Aaagghh.." pekik Saskia ketika Salma menghisap puting payudaranya sekuat tenaga.
  Saskia berkelojotan ambruk di kasur. Salma menindihnya dan terus melumat  buah dada Saskia yang bagai mau meledak. Kedua kaki Saskia menyilang  bagai mengunci tubuh Salma. Jemari Salma kembali beroperasi di sekitar  kemaluan Saskia. "Sal.. ayo.. masukkan Sal.. aghh.." ujar Saskia sambil  mengacung-acungkan sebatang dildo kepada Salma. Salma mengerti apa yang  Saskia mau. Maka Salmapun segera memasukkan dildo itu perlahan-lahan  pada lubang kawin Saskia.
  "Ee.. eghh.. ehh.." Saskia mengedan sebentar lalu, krak! nampaknya  selaput dara Saskia semakin sobek saking kerasnya sodokan Salma. "Aagh.. brengsek..!" pekik Saskia ketika Salma menghunjamkan dildo itu  seluruhnya ke dalam lubang kawin Saskia. Agak sakit mungkin, karena  sebelumnya Saskia selalu melakukannya dengan perlahan-lahan dan tidak  sepenuh itu. Tapi sodokan yang keras dan cepat itu memberikan kenikmatan  yang belum pernah Saskia rasakan.
  "Tenanglah Sas.. nanti pasti enak.." kata Salma sembari  menggoyang-goyangkan batang dildo yang tinggal dua senti itu. Dan benar  saja, tubuh Saskia terguncang-guncang nikmat. Peluh membanjir di seluruh  tubuhnya yang terkulai lemas. Kelincahan tangan-tangan Salma yang  menggoyang tubuhnya sambil terus meremas-remas payudaranya membuat  Saskia tak tahan lagi. "Sal.. aku keluar nih.. eghh.." Saskia mengedan sebentar lalu terkapar lemas.
  Salma segera menarik dildo dari lubang kawin Saskia. Dildo itu  berlumuran cairan kawin Saskia yang membanjir. Salma berbaring di  samping Saskia dengan wajah kecewa. "Makasih ya, Sal. Aku puas banget." kata Saskia "Sas, kamu curang. Aku kan belum selesai." ujar Salma kesal. "Iya, tunggu sebentar say.. biar aku pulihkan tenaga." jawab Saskia membelai wajah Salma.
  Salma hanya diam, tapi roman mukanya kurang sedap. Karena merasa tak  enak hati, maka Saskia kembali membelai-belai payudara Salma. Salma  memandang Saskia degan mata sayu, kemudian di belainya kemaluan Saskia  yang masih basah. "Hik.. kik.." Saskia mengikik kegelian sedang Salma tersenyum-senyum  menikmati rasa dingin yang menyiram tubuhnya yang ditimbulkan dari  gelitikan jemari Saskia di kedua puting susunya. Saskia meraih batang  dildo yang tergeletak tak jauh darinya lalu menyodorkannya ke wajah  Salma. "Ayo jilatlah sayang.." bisik Saskia.
  Walaupun sedikit jijik, Salma menuruti keinginan Saskia. Dijilatinya  ujung dildo yang masih basah oleh lendir kawin Saskia itu. Pikiran Salma  melayang pada Bas, mantan suaminya. Maka dengan ganas dijilatinya ujung  dildo itu bagaikan menjilati penis Bas yang luar biasa besarnya.  Walaupun belum pernah melakukannya sebelumnya, tapi nampaknya Salma  sangat menikmatinya. Apalagi jemari Saskia mengutak-atik isi  kemaluannya. Menyusuri lorong sempit di antara rimbunan belantara dan  menyentil-nyentil daging kecil yang tumbuh diantara goanya.
  "Ough.. Saskii.." Salma menumbruk Saskia dengan liar. Namun Saskia lebih  cepat membantingnya, hingga posisinya kembali berada di bawah kendali  Saskia. Saskia segera mengambil posisi 69. "Ayo Sall.. kamu makan bagianmu, dan aku makan bagianku yach.." Terhampar di depan Saskia sebidang hutan nan lebat yang telah basah dan  becek. Jemari Saskia ikut membantu menyibak belukar basah itu. Lidahnya  menjulur melintasi semak belukar hingga masuk ke mulut goa. Lidah itu  menyusuri goa itu hingga kemudian menjilati ujung daging kecil yang  tersembul merah dan kenyal. Dihisapnya hingga daging kecil itu  mengembang hingga membuat Salma yang sibuk dengan vagina Saskia  mendengking tertahan, "Achh.. ehmm.. eennaakk.."
  Tak tahan dengan rangsangan Saskia yang begitu dasyat, Salma  menggigit-gigit kecil vagina mayora Saskia. Saskia pun mendengking  perlahan, "Ough.. Sal.. sakit.." Dan secara bersamaan tubuh keduanya menegang dan.. "Uachg..!" Suurr.. lendir-lendir kenikmatan mereka mengalir dengan  deras. Salma merintih dalam nikmat. Lalu keduanya saling menjilat  seluruh cairan kental itu hingga tandas. Rasa nikmat yang tercipta  seakan ikut terasa olehku. Akupun merasa ada cairan basah yang menetes  dari kemaluanku.
  "Saski.. ayo masukkan penisnya.. sebelum aku keluar.." perintah Salma.  Saskiapun segera meraih dildo dan membenamkannya ke dalam lubang kawin  Salma. Namun lubang kawin Salma tak selebar milik Saskia, hingga Saskia  harus perlahan-lahan menyodokkannya. "Engh.. terus Sass.." pekik Salma yang terdiam menikmati sodokan Saskia. Perlahan batang dildo itu amblas dimakan oleh lubang kawin Salma. Janda  itu menangis merasakan kenikmatan yang lama tak terasakan itu. Saskia  bangkit dan segera mengocok dildo yang bersarang di lubang kawin Salma.  Gerakannya yang ritmis membuat Salma terantuk-antuk. Ranjang itu  berdecit-decit seakan bersorak atas rasa puas yang dirasakan oleh Salma.  Dan untuk kedua kalinya Salma mengalami orgasme yang nikmatnya tiada  tara.
  Aku berpaling dan menjauh dari lubang pengintipanku itu ketika Salma  menangis bahagia. Dan Saskia memeluknya mesra seraya berkata, "Salma,  mulai sekarang akulah milikmu. Kau tak sendiri lagi karena aku akan  selalu sayang padamu. Maukah kau menjadi kekasihku, Salma?" Dan Salma  pun menangis di pelukan Saskia.
  Kubasuh peluh yang mengalir di keningku dan juga airmata yang membasah  di pipiku. Akupun segera meningalkan kamar Bella. Malam itu di kamar  Salma, aku mendapati pengalaman yang tak mungkin terlupakan.
 
 
 
 
 
 
    Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Henny Yang Manis dan Anna Yang Cantik               Apr 18th 2013, 04:34                                                Suatu sore, Anna meneleponku meminta datang ke rumah mereka, sebab ada  Henny, teman kuliahnya dulu di Australia. Aku ke sana dengan pakaian  santai, hanya mengenakan kaus ringkas dan celana panjang. Aku dikenalkan  dengan Henny, perempuan Sunda. Lebih pendek daripada Anna, tapi  orangnya manis. Kulitnya putih, bersih, hidungnya agak mancung,  rambutnya panjang sebahu, lebih panjang daripada Anna yang potongan  rambutnya pendek. Kami makan malam berempat dengan diterangi cahaya  lilin. "Agar romantis," kata Anna. "Ini untuk merayakan ulang tahun  perkawinanku dengan Dicky," tambahnya.
 
 
  Usai makan malam, kami duduk di teras belakang rumah Anna dan Dicky. Ada  taman kecil di situ. Cahaya lampu taman yang redup memberikan nuansa  romantis. Kami duduk sambil menikmati white wine, kesukaan Henny, "Untuk  menghormati sahabat lama," kata Anna sambil menuangkan white wine ke  gelas kami masing-masing. Kami minum setelah bersulang. Dicky dan Anna  saling memberi selamat sambil berpagutan bibir disaksikan olehku dan  Henny. Lama mereka berciuman barulah Henny memberi selamat kepada  mereka. Henny menyalam Dicky dan menyalami Anna. Waktu mereka bersalaman  dan berciuman, aku sempat terkejut sebab ternyata mereka tidak  berciuman pipi, melainkan berciuman bibir. Kupikir Dicky tidak melihat  hal itu, tetapi ia justru tersenyum menyaksikan mereka dan menatapku  seolah-olah berkata tidak ada masalah dengan itu.
 
 
  Aku menyalami Dicky dan Anna. Waktu menyalam Anna, ia tidak mau hanya  kusalam, ditariknya tubuhku rapat-rapat ke tubuhnya dan mencium bibirku,  "Cium dong, koq malu-malu gitu sih, Gus?" Kurasakan wajahku memerah  diperlakukan begitu di depan Henny. "Nggak apa-apa koq, Henny bukan  orang lain," jelas Anna.
 
 
  Kembali kami berempat duduk sambil bercakap-cakap. Mula-mula tentang  hal-hal yang dialami Anna dan Henny waktu sekolah di Australia. Kemudian  merembet ke masalah perkawinan. Henny bercerita bahwa suaminya seorang  pengusaha setengah baya, yang sudah menikah dan menjadikan dirinya istri  muda. Ia mengaku terjebak oleh ulah si pengusaha, tetapi demi kebutuhan  ekonomi keluarga dan menyekolahkan adik-adiknya, ia terpaksa melakukan  itu. Ia justru bersyukur tidak hamil hingga kini. "Aku pernah minta  cerai, tapi suamiku tidak mengijinkan," katanya iba. "Tapi aku juga  mikir, kalau menjanda, apa ada jejaka yang masih mau padaku?" katanya  lagi.
 
 
  Aku menatap jauh ke depan. Macam-macam saja kehidupan manusia ini,  pikirku. Ada yang sudah nikah, tidak bisa hamil oleh suaminya lalu aku  yang jadi semacam pejantannya. Ini ada lagi yang jadi istri muda, mau  cerai tapi tidak bisa dan hanya bermimpi bisa punya suami baik kelak.
 
 
  "Gus, jangan ngelamun gitu dong!" kata Anna sambil mencubit tanganku. "Tuh, Henny nanya kamu!"
 
 
  Aku gelagapan, "Eh, maaf, nanya apa tadi Wiek?"
 
 
  "Waduh, payah deh ada orang bisa ngelamun di keramaian," goda Henny,  kemudian sambungnya, "Tadi aku nanya kamu, koq belum kawin juga?"
 
 
  "Dia mach sudah sering kawin, nikah yang belum," sambut Anna menambah risih perasaanku.
 
 
  "Ya deh, aku ngerti koq," kata Henny, "Banyak lelaki suka mikir-mikir  cari jodoh, apalagi jika ketemu wanita sepertiku, takut terjerat ntar,"  katanya seakan menyesali nasib.
 
 
  "Jangan bicara gitu Wiek. Masih ada laki-laki yang baik. Kalau suatu  ketika kamu dapat lepas dari suamimu sekarang dan dipertemukan dengan  pria demikian, pasti kamu bahagia," kataku menghibur, walaupun tidak  tahu arah kata-kataku.
 
 
  "Daripada ngobrol tak tentu, kita ke dalam aja yuk!" ajak Anna. Kami  masuk dan duduk di karpet sambil main kartu. Mula-mula hanya iseng,  tetapi kemudian Anna mempunyai ide aneh, siapa yang kalah wajib membuka  bajunya sedikit demi sedikit. Aku kaget dengan ide gilanya, tetapi  suaminya dan Henny malah sebaliknya, mereka menyambut gembira usul  tersebut. Aku tak bisa berkutik, sebab kartu sudah dibagi.
 
 
  Pertama-tama Anna kalah. Ia membuka baju bagian atasnya hingga kelihatan  BH-nya yang berwarna merah marun. Pada permainan berikut, suaminya  Dicky kalah hingga membuka kausnya. Selanjutnya aku yang kalah dan  membuka kausku. Henny masih beruntung belum kalah. Kali berikut Dicky  kalah lagi dan membuka celana panjangnya. Ia kini bertelanjang dada dan  mengenakan celana pendek. Berikutnya ia kalah lagi dan membuka celana  pendeknya hingga hanya bercelana dalam. Setelah itu barulah Henny kalah  dan membuka gaunnya sebab ia mengenakan pakaian terusan. Aku melihat  sekilas ke arah tubuhnya. Ia masih mengenakan pakaian dalam menutupi  kutang dan celana dalamnya yang terlihat membayang di baliknya.  Berikutnya Anna kalah lagi dan membuka roknya. Ia kini hanya mengenakan  BH dan celana dalam berwarna merah marun. Kali berikut Henny kembali  kalah dan terpaksa membuka pakaian dalamnya yang berwarna kuning gading.
 
 
  Sekarang Dicky yang hanya bercelana dalam ditemani dua perempuan yang  sama-sama hanya berkutang dan bercelana dalam, sedangkan aku masih  mengenakan celana panjang. Kali berikut Anna kalah lagi dan melepaskan  tali BH-nya, terlihatlah payudaranya yang indah, "Wuihh, payudaramu  masih cantik seperti dulu, An," puji Henny sambil mengelus lembut  payudara Anna. Anna hanya tersenyum mendapat pujian dan perlakuan begitu  dari temannya. Kulirik Dicky, ia hanya menatap ke kartu yang  dipegangnya sambil senyum-senyum. Aku tidak beruntung, sehingga kalah  dan terpaksa membuka celanaku. Kini aku hanya bercelana dalam. Anna  menatapku sambil tertawa-tawa, "Hitam nich yee!" godanya sambil menyebut  warna celana dalamku. Kali berikut Dicky kalah dan terpaksa membuka  celana dalam putihnya. Ia duduk bertelanjang, tetapi tak risih ada  Henny. Aku heran juga, sebab kalau kami bertiga, sudah biasa kami main  bertiga, tentu tak malu lagi, tetapi kini ada Henny, koq ia tidak malu.  Belakangan aku tahu bahwa Henny sudah sering menginap di rumah mereka  dan tidur bertiga. Dari cerita Anna beberapa hari kemudian, kuketahui  bahwa baik Anna maupun Henny adalah biseks. Memang mereka bulan lesbian  murni, tetap menghendaki lelaki dalam hidup mereka, tetapi tak mampu  melupakan teman intimnya dulu. Rupanya waktu di Australia mereka tinggal  bersama di apartemen. Giliran berikut Henny kalah dan membuka celana  dalamnya. Ia duduk dengan hanya mengenakan BH kuning gading, sedangkan  celana dalamnya dilemparkan begitu saja entah kemana.
 
 
  "Lho, koq itu dulu yang dibuka?" tanya Anna.
 
 
  "Biarin. Ntar kamu balas dendam megangin susuku," katanya sambil membagi  kartu. Dicky dan Anna tertawa mendengar jawaban Henny, aku hanya  tersenyum sambil sesekali melirik ke arah paha Henny yang putih bersih,  agaknya bulu kemaluannya dicukur bersih. Penasaran juga ingin tahu  bagaimana bentuknya, apakah seindah vagina Anna, tapi walaupun penisku  makin tegang melihat payudara Anna dan paha Henny, aku tak berani  berharap macam-macam. "Jangan bermimpi, ini kan hanya sebatas permainan  kartu," pikirku. Aku tidak tahu bahwa diam-diam permainan ini sudah  dirancang mereka bertiga secara cerdik untuk mengajakku masuk dalam  permainan erotis berempat.
 
 
  Kami kembali main kartu. Di akhir permainan, Henny kembali kalah dan  terpaksa membuka kutangnya. "Horeee, kelihatan deh harta karunnya!"  sorak Anna seperti anak-anak mendapatkan hadiah dan mencubit puting  payudara Henny.
 
 
  "Nah, betul kataku, kan? Kamu emang usil deh, suka balas dendam," kata  Henny menjauhkan tubuhnya dari gangguan temannya. Henny membagi kartu.  Kulirik ke arah tubuhnya. Payudaranya lebih besar kurasa daripada Anna,  kutaksir ukurannya 34 C, bentuknya masih seperti payudara gadis, dengan  putting yang agak kehitaman, beda dengan Anna yang putingnya lebih  coklat. Kuamati lagi sekilas sekujur tubuh Henny, seakan memberi  penilaian. Henny menatapku sambil tersenyum penuh arti. Entah disengaja  atau tidak ia memperbaiki letak duduknya, dan kini duduk bersila hingga  sekilas nampak belahan vaginanya mengintip memperlihatkan labianya.  Penisku semakin tegang, sedangkan penis Dicky kulihat sudah sejak tadi  tegang tanpa dapat dicegah. Di akhir permainan, Anna kalah dan harus  membuka celana dalamnya. Kini mereka bertiga benar-benar telanjang  bulat, tinggal aku yang masih mengenakan celana dalam.
 
 
  "Wah, jagoan kita ini hebat benar, masih menguasai permainan dan jadi  pemenang," kata Henny memuji sambil melirik ke arah celana dalamku.
 
 
  Pada permainan ini, kembali Henny kalah, hingga Anna berteriak, "Wah,  kamu tidak punya apa-apa lagi yang bisa dibuka. Kita apain Henny, hai  kaum Adam?"
 
 
  Dicky memberi usul, "Kalau gitu, ia harus mencium orang yang ia inginkan sebagai hukuman."
 
 
  "Baiklah, para juri sekalian, aku siap menjalani hukuman paduka," Henny  bangkit dari duduknya dan berdiri. Tiba-tiba kedua tangannya memegang  pipiku dan memagut bibirku tanpa kuduga. Aku megap-megap diserang  tiba-tiba. Apalagi ciumannya begitu lama dan lidahnya masuk ke dalam  rongga mulutku menggelitik langit-langit mulutku. Darahku semakin  terpompa ke ubun-ubun mendapat ciuman demikian. Kubalas ciumannya dan  lidah kami berpilinan.
 
 
  "Udah, udah, jangan lama-lama, ntar ada yang cemburu tuh!" kata Anna sambil menarik tubuh Henny duduk kembali ke tempatnya.
 
 
  Henny membagi kartu lagi. Kali ini Anna yang kalah. Seperti yang terjadi  pada Henny, ia diminta mencium orang yang ia sukai. Tadinya kupikir ia  akan mencium Dicky atau aku, ternyata dugaanku meleset. Ia bangkit dan  mencium bibir Henny sambil meremas-remas payudara Henny. Henny membalas  ciuman Anna sambil tangannya bermain di sela-sela paha Anna. Desahan  mereka berdua terdengar di sela-sela ciuman terlarang yang mereka  lakukan. Dicky dan aku hanya dapat menonton perbuatan mereka. Beberapa  saat kemudian mereka kembali duduk dan Anna membagi kartu.
 
 
  Giliran berikutnya suaminya Dicky kalah. Dicky memilih Anna untuk dicium  dan meremas payudara Anna, tapi herannya tangannya bermain di kedua  payudara Henny. Henny hanya tersenyum menatapku yang keheranan, bahkan  tangan kirinya meraba-raba punggung dan pantat Dicky sedangkan tangan  kanannya mengikuti tangan Dicky meremas payudara Anna. Setelah itu,  mereka bertiga kembali duduk dan Dicky membagi kartu. Kali ini aku yang  apes, hingga harus mengikuti mereka bertiga, bertelanjang bulat! Wajahku  agak memerah waktu kulepaskan celana dalam hitamku.
 
 
  "Wow, indah nian. Benda apakah gerangan itu?" Anna berkomentar, diikuti  oleh Henny, "Ah, betapa beruntungnya wanita yang berkesempatan  berkenalan dengan benda itu?" Aku hanya tersipu-sipu digoda kedua  perempuan itu dan membagi kartu dengan tangan agak gemetar. Rupaya Henny  memperhatikan tanganku, ia pegangi tanganku sambil mengelus lembut  punggung tanganku."Tenang aja Gus! Kamu ada di tengah para sahabat koq."
 
 
  Kali berikut Anna kalah lagi. Kini ia memilih aku untuk dicium. Namun  entah meniru suaminya, sambil menciumi aku, tangannya bermain di  payudara Henny, meremas dan memainkan putingnya. Henny mendesah mendapat  serangan Anna. Dicky mengelus-elus punggung Anna sambil ikutan meremas  payudara Henny. Aku melepaskan diri dari ciuman Anna. Anna kembali duduk  diikuti oleh Dicky dan Henny.
 
 
  Permainan berikut Dicky kalah lagi dan kini ia memilih Henny untuk  dicium, tetapi sebelah tangannya menarik tangan istrinya ikut mengambil  peran mengeroyok Henny. Henny membalas ciuman Dicky diikuti oleh ciuman  Anna. Ketiganya terlibat dalam ciuman panas bertiga. Kulihat bagaimana  lidah mereka saling bertemu dan melumat.
 
 
  Kali berikut Henny kalah, tapi sebelum ia memilih orang yang disukainya  untuk dicium, Anna berkata, "Sekarang yang kalah harus mau diperlakukan  apa saja, ok tuan-tuan?"
 
 
  "Ya, ya, betul," kata suaminya, sambil bertanya padaku, "Gimana Gus, setuju?"
 
 
  "Aku ngikut aja dech," kataku sambil berharap akan sesuatu yang lebih erotis.
 
 
  Henny kelihatan merengut, tapi tidak membantah. "Ok silakan, aku mau diapain nich?" katanya pasrah.
 
 
  Anna menarik kedua tangan Henny dan membaringkan tubuh Henny di karpet.  Lalu ia mencium bibir Henny sambil meminta suaminya mengerjai bagian  bawah tubuh Henny dengan isyarat tangan. Suaminya memegangi kedua belah  paha Henny dan membukanya lebar-lebar, lalu mencium vagina Henny yang  bersih tanpa rambut. Henny mengerang diperlakukan begitu oleh suami  istri tersebut. Aku hanya memandangi mereka. Tak lama kemudian kudengar  Anna berkata, "Gus, kamu tidak ingin ikut menjatuhkan hukuman pada  penjahat ini?" Aku diam saja sambil menggelengkan kepala. Anna kembali  menciumi bibir Henny sambil meremas-remas payudara Henny; sedangkan  Dicky sambil menciumi vagina Henny, tangannya mencari payudara Henny  yang sebelah lagi. Habislah Henny diserang oleh kedua orang itu. Lebih  lama daripada yang tadi-tadi, ketiganya seakan tidak peduli atas  kehadiranku, mereka terpaku pada apa yang ada di hadapannya. Apalagi  kulihat Anna sudah berganti posisi dengan suaminya, dan gilirannya  mengerjai vagina Henny, sedangkan suaminya kini menciumi payudara Henny,  putingnya dilumat hingga Henny semakin kuat merintih. Kedua tangan Anna  kulihat memegang labia Henny dan membukanya lebar-lebar, lalu dengan  suatu gerakan lembut ia menjulurkan lidahnya menusuk liang vagina Henny.  Henny merintih, "Oooouhhhh Annnnn, terusin ….. yang dalam sayang!!!!  Yahh gitu sayangggg ……" Remasan tangan Dicky pada payudara Henny  berganti-ganti dengan gigitan lembut, membuat Henny semakin  mengawang-awang menggapai kenikmatan. Anna mendukung aksi suaminya  dengan menjilati dan mengisap klitoris Henny. Pantat Henny sesekali  terangkat dan pinggulnya menggeliat-geliat diserang Anna. Aku hanya  melihat mereka sambil sesekali menelan ludah. Anna menatapku dan menarik  tanganku mendekati mereka. Ia mencium bibirku. Kurasa aroma khas vagina  Henny pada ciuman Anna. Kami berpagutan dengan erat. Dicky masih terus  mencium dan meremas payudara Henny. Anna mengajakku bersama-sama mencium  vagina Henny. Kuikuti ajakannya.
 
 
  Tiba-tiba Henny berkata, "Udah dulu dong! Masak aku diserang tiga orang sekaligus?" Kami tertawa-tawa.
 
 
  Anna kemudian berkata, "Kita ke kamar aja yuk biar lebih enak pada permainan sesungguhnya?"
 
 
  Dicky tidak menjawab, tapi mengikuti ucapannya. Henny masih terbaring  dengan napas tersengal-sengal menahan nafsu yang mendekati puncak.
 
 
  Aku berdiri bergandengan dengan Anna mengikuti Dicky, tapi kutahan  langkahku melihat Henny masih terbaring di karpet. "Kenapa Gus? Yah  udah, kalau kamu kasihan pada Henny, gendong aja dia, udah lemes tuh!"  katanya melepaskan tanganku. Aku berlutut di samping Henny, kuletakkan  tangan kiriku di bawah lehernya dan tangan kananku di bawah lututnya.  Lalu tanpa meminta ijinnya, kugendong dia. Kedua tangan Henny memeluk  leherku seakan-akan takut jatuh. Sambil menggendongnya kulangkahkan kaki  ke kamar tidur Dicky dan Anna. Henny sesekali mengangkat lehernya dan  mencuri cium bibirku. Aku membalas sambil membawa tubuhnya yang indah  dan ketika tiba di kamar, tubuhnya kubaringkan di ranjang. Anna sudah  membaringkan tubuhnya lebih dulu di situ. Begitu tubuh Henny terlentang  di ranjang, Anna langsung memagut bibir Henny sambil jari-jarinya  mengelus-elus sekujur tubuh Henny. Dicky melihat mereka berdua sambil  memberi isyarat padaku untuk menonton adegan yang dipertontonkan kedua  perempuan itu. Henny membalas ciuman Anna dan balas menciumi bibir Anna  dan dengan ganas turun ke leher dan dada Anna. Anna kini ada di bagian  bawah, dengan Henny di atas tubuhnya menciumi leher, payudara, perut dan  kini mengarah ke paha Anna. Ciuman Henny berhenti di paha Anna dan  kedua tangannya menguakkan labia vagina Anna serta mencari klitoris dan  menjilati vagina Anna. Anna tidak mau tinggal diam diperlakukan seperti  itu, pantat Henny ia tarik dan ia tempatkan paha Henny tepat di atas  wajahnya, lalu ia melakukan hal yang serupa terhadap Henny. Kedua  perempuan itu kini berada dalam posisi 69. Saling mencium, menjilat,  sambil mendesah, mengerang dan merintih. Rintihan mereka semakin  memuncak ketika keduanya kami perhatikan menusukkan jari ke dalam vagina  yang lain sambil menciumi vagina dan klitoris. Dengan suatu jeritan  panjang, keduanya mengalami orgasme bersama-sama. Lalu keduanya saling  berciuman bibir, bersama-sama berbagi cairan vagina yang diperoleh.  Keduanya berpelukan di ranjang. Sedangkan aku dan Dicky mendekati mereka  berdua. Ranjang itu kini dimuati empat orang dewasa sekaligus.
 
 
  Anna ada di dekatku, sedangkan Henny ada di dekat suaminya. "Gus, Henny  pengen sekali kenalan dengan penismu," bisik Anna lembut di telingaku  sambil menciumi dagu dan bibirku. "Hmmm, makin gila aja kita ini,"  kataku sambil membalas ciumannya. Kulirik Dicky juga sedang berciuman  dengan Henny.
  Dicky semakin ganas menciumi bibir, leher dan dada Henny. Mungkin ia  masih terpengaruh oleh adegan lesbian tadi yang ditampilkan kedua  perempuan itu. Aku sendiri merasa hampir orgasme tadi, tetapi kutahan  dengan mengalihkan perhatian kepada hal-hal lain.
 
 
  Dicky menciumi setiap liku-liku tubuh Henny hingga kembali Henny  mendesah dan mengerang. Anna menciumi tubuhku hingga penisku mencapai  ketegangan puncak. Saat akan kumasukkan penisku ke dalam vagina Anna, ia  justru menolak tubuhku, "Ntar Gus, giliran Henny dulu. Sudah lama ia  berharap."
 
 
  "Lho, dia kan sedang main dengan suamimu?" protesku.
 
 
  "Nggak apa-apa, kalian berdua kerjai dia dulu. Ntar baru giliranku.  Sudah lama ia tidak dikunjungi suaminya. Haus banget tuh!" katanya  menjawab protesku.
 
 
  "Kulihat Henny mendesah-desah diciumi vaginanya oleh Dicky. Kedua  tangannya meremas-remas payudaranya. Anna mendekati mereka berdua dan  mencium bibir Henny sambil meremas-remas payudara Henny. Kedua tangan  Henny kini mengelus punggung Anna sambil sesekali meremas payudara  temannya. Anna memainkan lidahnya dan menggelitik leher Henny. Henny  menggelinjang. Tanganku ditarik oleh Anna mendekat, sehingga aku kini  ikut ke dalam kancah pertempuran. Pantatku ditarik oleh Anna mendekati  wajah Henny hingga penisku tepat berada di atas mulutnya. Lidahnya mulai  menjulur keluar dan menjilati kepala penisku. Lalu ia mengangkat  lehernya dan dengan bantuan tangan kirinya, dipegangnya penisku memasuki  mulutnya. Tak kalah dengan permainan lidah dan mulut Anna, Henny pun  memainkan penisku dengan hebatnya. Aku merasakan darahku mengalir deras  memasuki setiap sel di penisku dan gelora birahi mencapai ubun-ubunku  hingga rasanya sudah ingin mencapai orgasme. Tapi kutahan gelora  tersebut. Kudengar Anna berkata pada suaminya, "Mas, kasih kesempatan  pada Agus dong, biar mereka dulu yang main sayang!"
 
 
  Suaminya bangkit dan memberi kesempatan padaku untuk mendekati bagian  vagina Henny. Aku tidak lagi menciumi vaginanya, kuatir spermaku  muncrat. Kugesekkan penis pada klitorisnya dan kemudian ke celah-celah  vaginanya. Henny mengerang sambil menarik pantatku agar semakin dalam  memasukkan penis ke dalam vaginanya. Aku menancapkan penis ke dalam  vaginanya dengan irama pelan namun teratur. Henny semakin meracau  mendapat perlakuan demikian, "Gus, yang dalam dong. Cepetan, aku sudah  nggak kuat nich?" pintanya.
 
 
  "Nggak ku ku nich yeee?" goda Anna dan ditimpali suaminya dengan ucapan,  "Iya tuh Gus, masak tidak kasihan pada kaum yang lemah sich?"
 
 
  Kupercepat gerakan pantatku menekan sambil melempar senyum pada Anna dan  Dicky. Sambil memaju-mundurkan pantatku, dalam hati aku berterima kasih  pada kedua suami istri ini, sebab mereka membuatku dapat merasakan  vagina perempuan Sunda seperti Henny. Agak beda dengan Anna. Di bagian  dalam vaginanya seakan-akan ada mpot ayamnya. Tak ingin menyerah  padanya, kutarik penisku keluar vaginanya dan kupegang penisku pada  pangkalnya dengan tangan kananku lalu kugesek-gesekkan kembali pada  klitorisnya. Henny mendesah dan merintih semakin lirih, "Gussss, ayooooo  masukin lagi sayang! Aku mau sampai nich….. Oooouggghhhh enak banget  siccchhhh?" Geliat pinggulnya semakin cepat. Payudaranya diciumi dan  diremas oleh Dicky sedangkan bibirnya dilumat lagi oleh Anna. Diserang  bertiga begitu, tentu saja ia blingsatan. Kembali penis kumasukkan  sedalam-dalamnya ke vaginanya. "Ahhhhhh, nikmaattttnya Gusss!!!"  rintihnya.
 
 
  Gerakanku kini semakin kencang mengimbangi geliat tubuhnya, apalagi  ketika pantatnya terangkat-angkat seakan-akan menginginkan penisku masuk  lebih dalam lagi. Kuletakkan kedua tanganku di bawah pinggulnya dan  agak kuangkat pantatnya hingga hunjaman penisku semakin dalam. Kedua  pahanya melingkari pinggulku dengan ketat. "Kuat benar perempuan Sunda  ini, jepitannya maut," batinku. "Ahhhh, Guss …. Aku dapat ……  oooooouuugghhhh ….. sshshhhhh," jeritnya sambil menyorongkan pantat dan  pinggulnya ke arah pahaku sehingga kedua kemaluan kami begitu rapat  menyatu, seakan tak dapat dipisahkan lagi.
 
 
  "Ya sayang, sama-sama, aku juga dapet niccchhh …. Akkkkhhhh …." geramku  sambil menancapkan penis hingga ke pangkalnya. Kurasakan mpot-mpot ayam  di dalam vaginanya meremas-remas kepala penis dan denyutan dinding  vaginanya begitu hebat menjepit kulit batang penisku. Kuhentakkan  beberapa kali penis sedalam-dalamnya ke dalam vagina Henny. Dicky  meremas dan menggigit mesra payudara Henny bergantian kiri dan kanan,  sedangkan Anna tak melepaskan bibir Henny dari pagutan mautnya.
 
 
  Henny masih terengah-engah waktu kucabut penisku. Dicky yang melihat  Henny terbaring mencoba mengarahkan penisnya ke dalam vagina Henny, tapi  Henny menolak, "Jangan dulu Dick, masih lemas nich! Kamu dengan Anna  dulu dech!" Dicky tampak agak kecewa, tapi Anna mencium bibir Dicky  sambil menghibur, "Benar sayang, kenapa kamu tidak denganku saja dulu,  ntar kalau Henny sudah segar lagi, baru kau kerjai dia."
 
 
  Dicky tak menjawab. Setelah membalas ciuman Anna, ia menyuruh istrinya  nungging dan menempatkan diri di belakang istrinya. Entah ia dendam atas  kata-kata istrinya, ia tidak pakai aba-aba lagi, bukannya memasukkan  penisnya ke dalam vagina, malah ia langsung mengarahkan penisnya ke anal  Anna.
 
 
  Anna yang juga sudah naik birahi melihatku main dengan Henny, menerima  saja perlakuan suaminya. Namun ia menempatkan wajahnya di antara kedua  pahaku yang berbaring di samping Henny. Sambil menikmati hunjaman penis  suaminya, ia mencium dan menjilati penisku yang masih belepotan dengan  cairan vagina temannya dan spermaku. Tanpa merasa jijik sedikit pun, ia  melakukan hal itu, sambil menggenggam penisku yang kembali tegang  diperlakukan seperti itu. Henny tersenyum melihat mereka dan melabuhkan  ciumannya pada bibirku. Aku meraba payudara Henny sambil menikmati  kuluman bibir dan jilatan lidah Anna pada penisku. Henny kembali  terangsang kuremas dan kurabai payudaranya. Tapi aku tidak memberikan  peluang untuknya lagi, sebab sudah punya rencana sendiri.
 
 
  Kuangkat wajah Anna dari celah-celah pahaku dan kupindahkan ke vagina  Henny. Semula Anna mau protes, tetapi ia mungkin belum mengerti apa yang  akan kulakukan. Aku bangkit dari posisi berbaring dan kutarik tubuh  Anna agar berada pada posisi berlutut. Sambil tetap dikerjai suaminya  dari belakang, aku ciumi bibir Anna dan kutempatkan tubuhku tepat di  bawah tubuhnya. Kini vaginanya tepat berada di atas penisku. Kuarahkan  penisku ke vaginanya sambil terus menciumi bibirnya. Anna tersenyum,  sekarang baru ia mengerti mengapa aku menaruh wajahnya tadi pada vagina  temannya. Kini penisku berada di dalam vagina Anna, sedangkan penis  suaminya menancap di anal Anna. Mulutku kuarahkan pada payudara Anna  agar ia kembali dapat mencium dan menjilati vagina temannya. Henny  kembali diserang oleh Anna yang mendapat keroyokan suaminya dan aku.
 
 
  Anna semakin mendesah dan rintihannya seperti biasanya, yang cenderung  ke arah jeritan, membahana ketika penis suaminya semakin cepat masuk  keluar analnya, sedangkan penisku masuk keluar ketika ia  memaju-mundurkan tubuhnya di atasku. "Aaaauuuuhhhhh, enakknnyaaa ….  Aduuuhhhh …. nikmat !!!" keluar dari dalam mulutnya.
 
 
  Suaminya memegang kedua pinggulnya sambil menghentakkan penis  sedalam-dalamnya sambil bertanya, "Mana yang paling enak, sayang?  Punyaku di pantatmu atau punya Agus di memekmu?"
 
 
  Anna menjawab di sela-sela rintihannya, "Ssshshh, aaaahhhhh…. punyamu  enak banget sayang, besar dan panjang, tapi jangan terlalu kuat, ntar  pecah ususku, sayang! Ooouggghhhh, punyamu juga enak Gus, tidak terlalu  besar, eeehhhsss, tapi mainnya lincah banget sichhhhh? Ohhhhhh …."
 
 
  Dicky memperlambat laju pantatnya maju mundur di belakang pantat Anna.  Henny kudengar merintih makin kuat, mungkin sebentar lagi ia akan  orgasme pula.
 
 
  Dicky mengerang dan memeluk tubuh istrinya kuat-kuat dari belakang. Ia rupanya sudah orgasme.
 
 
  Anna, entah karena sudah sering kami kerjai berdua, semakin kuat  melawan, agak lama baru orgasme. Pada puncak orgasmenya, ia menggeram  kuat-kuat dan memeluk punggungku dengan kuatnya sambil mencium bibirku  dan menggigit lidahku, sementara payudaranya diremas kuat-kuat oleh  tangan suaminya dari belakang. Bersamaan dengan itu, jari-jarinya  menekan klitoris dan vagina Henny, dan kudengar Henny juga menjerit,  "Annnn, aduuhhhh aku dapet lagi sayang!!!!"
 
 
  Aku sendiri, karena baru orgasme waktu dengan Henny, belum keluar lagi.  Dengan penis yang mulai layu, Dicky menarik tubuhnya dari belakang tubuh  istrinya. Istrinya masih berbaring menelungkup di atas tubuhku sambil  menikmati penisku yang masih tegang dalam vaginanya. Dicky beringsut ke  dekat Henny dan berciuman sambil berpelukan dengan Henny sambil  menyaksikan istrinya masih menindih tubuhku di bagian bawah mereka.  Vagina Anna masih berdenyut-denyut menjepit penisku. Tak lama kemudian  ia mengangkat tubuhnya dari atasku dan menarik diriku berbaring di dekat  suaminya dan Henny. Kami berempat berbaring bersisian sambil sesekali  berciuman atau mengusap lembut tubuh yang lain.
  Setengah jam kemudian Henny bangkit menarik tanganku dan Dicky dan  mengajak kami berdua main lagi dengannya. Rupanya ia penasaran melihat  temannya kami serang berdua tadi. Dicky tidak menolak. Ia berciuman  dengan Henny sambil mengusap-usap payudara Henny dan merabai vaginanya.  Aku masih berbaring menatap mereka berdua sambil mengelus-elus payudara  Anna. Kutoleh ke arah Anna seolah meminta persetujuan, Anna seakan  mengerti maksud tatapanku, berkata, "Ayo Gus, kamu ladeni lagi Henny. Ia  juga kuat koq, jangan kuatir ia bakal pingsan ntar. Kamu udah tahu  kehebatan memeknya tadi, kan?"
 
 
  "Iya tuh, kayak ada cincin baja aja dalam memeknya, penisku hampir tak bisa bernafas dibuatnya," kataku bercanda.
 
 
  "Emangnya aku tukang besi, sampe memasukkan cincin baja ke dalam  memekku?" bantah Henny di sela-sela ciuman bibirnya dengan Dicky. Kami  berempat tertawa.
 
 
  Aku masih berbaring ketika Dicky menempatkan tubuh Henny di atas  tubuhku. Rupanya Dicky ingin aku mengerjai anal Henny sambil ia  memasukkan penisnya ke dalam vagina Henny. Henny berjongkok di atas  pinggangku, membelakangi wajahku dan perlahan-lahan menaruh penisku  tepat di atas analnya. Kurasa ia agak mengalami kesulitan, sebab agak  lama barulah penisku dapat memasuki analnya. "Aaauuuhhh, koq agak sakit  An? Waktu kamu masukkan penis buatan koq tidak sesakit ini?" tanyanya  pada Anna.
 
 
  "Penis buatan kan lebih kecil daripada ****** Agus, sayang! Coba kamu  nikmati, ntar lagi bakalan enak deh, dijamin halal," katanya.
 
 
  Henny tidak menjawab, desah kesakitan yang keluar dari mulutnya berganti  dengan rintihan nikmat, agaknya ia mulai merasakan kenikmatan akibat  masuknya penisku ke dalam analnya. Sejenak kami berdua merasakan posisi  tersebut. Anna kulihat berlutut di sebelah kiri kepalaku, meremas-remas  payudara Henny sambil memberikan vaginanya kukerjai. Dicky mendekati  Henny dan menempatkan penisnya ke vagina Henny. Maka mulailah episode  baru seperti yang dialami Anna tadi, dengan pemain utama yang berbeda,  yaitu Henny. Henny melenguh pelan waktu penis Dicky yang agak besar  melesak ke dalam vaginanya. "Ehssshhhh, pelan-pelan Dick, penismu jumbo  sich!" desisnya disertai tawa ringan Anna mendengar gurauan temannya  terhadap penis suaminya. "Emangnya ikan lele, Hen?"
 
 
  Desahan nikmat Henny bercampur erangan Dicky dan aku. Anna belum  terdengar mengerang, mungkin karena vaginanya belum tuntas kukerjai.  Kedua tangan Henny bertumpu ke belakang menahan tubuhnya, sedangkan  Dicky terus memasuk-keluarkan penisnya ke dalam vaginanya, sementara  penisku dari bawah berada pada posisi pasif bergantung pada kehendak  Henny menaik-turunkan pantatnya agar analnya masuk keluar menikmati  hunjaman penisku. Kugeser letak kedua paha Anna agar berpindah tempat  hingga kini posisinya berlutut tepat di atas wajahku, tubuhnya tepat  berada di belakang Henny, menyangga tubuh Henny yang melengkung ke  belakang di atas tubuhku. Kulihat dari bawah, kedua tangan Anna  meremas-remas payudara Henny. Terangsang melihat ulahnya, kuarahkan  kedua tanganku meremas-remas kedua payudara Anna. Dicky kudengar semakin  kuat menggeram, mungkin ia semakin dekat ke puncak kenikmatannya. Laju  penisnya kurasa semakin cepat di atas tubuhku, masuk keluar vagina  Henny. Desahan kami berempat bercampur, tetapi rintihan kedua perempuan  itu mengalahkan suara Dicky dan aku. Cairan vagina Anna semakin deras  menetes ke dalam mulutku. Apalagi sewaktu kujulurkan lidahku dalam-dalam  ke liang vaginanya atau ketika klitorisnya kuisap kuat-kuat. "Sssshh,  terusin Gus, yah, yahhhhh gitu sayang! Enakkkkhhh tuuuuhhh,  ooouggghhh….." rintihnya sambil meliuk-liukkan tubuh di atas wajahku.  Kupercepat isapan pada klitorisnya sambil memberi variasi dengan  menjilat dan mengisap kedua labia vaginanya bergantian, kiri kanan.
 
 
  "Henn, aku mau keluar nih …. Kamu sambut ya sayang?" kudengar suara  Dicky dan tiba-tiba ia mencabut penisnya dan mengarahkannya ke mulut  Henny. Henny menyambut gembira penis Dicky. Digenggamnya dengan tangan  kanan batang penis Dicky sedang tangan kirinya mengusap lembut testis  Dicky. Beberapa isapan mulutnya membuat Dicky tak kuasa lagi menahan  **an spermanya dan ia mendorong penisnya ke dalam mulut Henny. Anna  kulihat semakin kuat menggeliat dan mengerang. Agaknya ia pun bakal  menyusul suaminya. "Ooohhh, Gus, aku orgasme sayang!" erangnya sambil  menggesek-gesekkan labianya ke wajahku. Habislah wajahku dipenuhi oleh  vaginanya yang basah dengan sedikit rambut halusnya.
 
 
  Kedua suami istri itu kemudian saling berpelukan dan berciuman sambil  melihat kami berdua, Henny dan aku masih dalam posisi semula.
 
 
  "Tukar posisi dulu Hen, biar kamu cepet sampai!" saran Anna.
 
 
  Henny bangkit berdiri hingga penisku keluar dari dalam analnya. Lalu ia  menungging membelakangiku, berharap aku mengerjainya dengan doggy style.  Aku berdiri di belakang tubuhnya, mengusap-usap pahanya yang putih  mulus dan dengan perlahan-lahan memegang kedua pangkal pahanya dengan  kedua tanganku. "Lho, mau pakai gaya apa Gus?" tanyanya penasaran.  "Tenang saja, sayang, pokoknya nikmati saja!" kataku sambil mengangkat  kedua belah pahanya mendekati pinggangku dan kuarahkan penisku ke dalam  vaginanya. Diperlakukan begitu olehku, Kedua tangannya hampir tak kuat  menahan tubuhnya, ia menahan tubuh bagian atasnya dengan kedua siku  tangannya sedangkan vaginanya mulai disusupi oleh penisku. Dengan doggy  style yang divariasi begini, membuat tusukan penisku pada klitoris dan  liang vaginanya semakin maksimal, dan desahan Henny berganti menjadi  jeritan-jeritan kecil penuh kenikmatan.
 
 
  "Ahhh, nikmat sekali An! Pinter banget temanmu ini memberi kenikmatan padaku?"
 
 
  Anna hanya tersenyum memandangi Henny. Suaminya Dicky duduk bersandar di punggung ranjang menatap kelakuan kami.
 
 
  Penisku masuk keluar vagina Henny semakin kuat. Kedua belah pahanya  kutarik dan kudorong makin cepat hingga penisku mendapat tekanan yang  hebat ketika kutarik kedua pahanya, tetapi ketika kudorong ke depan,  denyutan vaginanya seolah-olah tak rela ditinggalkan penisku. Dengan  beberapa kali hentakan, kuhantarkan Henny ke puncak kenikmatannya.  Teriakan panjangnya terdengar, tetapi dengan cepat mulutnya disumpal  oleh mulut Anna yang begitu lincah memagut. "Auuuggghhhh, mmmppppfff ….  Aaahhh."
 
 
  Kami berempat berbaring sambil meredakan nafas yang terengah-engah. Aku  masih belum orgasme lagi sementara mereka bertiga sudah mendapatkan  orgasme barusan. Rasa kurang puasku agaknya dipahami Anna yang tahu  bagaimana daya tahanku, sebab ia selama ini sangat tahu bagaimana cara  memuaskanku.
 
 
  "Kalian berdua di sini dulu, ya? Aku mau berduaan dengan Agus dulu," katanya sambil menarik tanganku dan turun dari ranjang.
 
 
  "Wah, ada rahasia apa nih Dick, koq kita berdua tidak diajak ya?" goda  Henny sambil melihat ke arah Dicky. Dicky hanya mengangkat bahu sambil  menarik tangan Henny agar mendekati dia. Dicky memeluk tubuh Henny  sambil mencium bibirnya dengan lembut. Henny membalas dan mereka kembali  terlibat dalam ciuman yang memabukkan, tak peduli lagi terhadap Anna  dan aku.
 
 
  Dengan bertelanjang, Anna menarik tanganku. Kami berdua melangkah ke  ruang tengah. Anna mengajakku ke arah sofa, tapi tidak untuk duduk,  melainkan menempatkan tubuhnya di atas sandaran sofa dengan kaki  kanannya naik mengangkangi sandaran sofa, sedangkan kaki kirinya menapak  ke lantai. Ini salah satu variasi dari doggy style yang juga merupakan  salah satu posisi favoritnya. Perlahan-lahan kugesekkan penisku ke  vaginanya dari belakang. Masih lembab kurasakan vaginanya.
 
 
  "Masukin Gus, ayo!" pintanya. Kumasukkan penisku makin dalam ke  vaginanya. Beberapa tusukan yang kulakukan membuat Anna merintih, tidak  hanya mendesah. Itu akibat tekanan penisku pada klitoris dan dinding  vaginanya.
 
 
  "Lebih cepat lagi, sayang!!!" rengeknya manja. Kuikuti permintaannya  dengan semakin mempercepat laju pantatku maju mundur, sehingga penisku  makin cepat masuk keluar vaginanya. Kedua tanganku kujulurkan ke depan  merabai kedua payudaranya, yang kiri berada di sebelah kiri sandaran  sofa sedang payudara kanannya berada di sebelah kanan sandaran sofa.  Remasan tanganku pada kedua payudaranya ditambah tusukan penisku  membuatnya makin terangsang hebat. Apalagi ketika tubuhku kutempatkan  tepat di atas punggungnya sambil meremas dan menusuk, kujilati  punggungnya dan sesekali menggigit lembut pundaknya. Rintihan Anna  semakin menaik dan geliat pinggulnya semakin kuat.
 
 
  "Guuusss ….. aaaahhhhh ….. enaknyaaa …. Aku dapat lagiiiii sayangggg …."
 
 
  Aku ingin bersamaan mencapai puncak kenikmatan, sehingga berusaha  mengejar dirinya dengan semakin kuat menggerakkan penisku di dalam  vaginanya yang semakin kuat menyedot penisku. Denyutan dinding vaginanya  membuat penisku sampai pada puncak aksinya dan dengan suatu erangan  kenikmatan, kutusukkan penisku sedalam-dalamnya sambil memeluk tubuh  Anna dan meremas payudaranya. Penisku merasakan kenikmatan yang hebat  sewaktu kepala penisku kubenamkan dalam dan membiarkannya di dalam  vaginanya. Kedutan-kedutan halus kurasakan pada kepala penisku, hingga  rasanya aku tak lagi menjejak bumi.
 
 
  "Plok, plok, plok, plok," kudengar suara tepukan dua pasang tangan.  Rupanya Dicky dan Henny sudah berdiri tinggal beberapa meter dari kami  dan melihat kami berdua main. "Ada acara nambah nich yee?" gurau Henny  sambil mendekati kami dan bersama-sama Dicky duduk di sofa dekat kami.
 
 
  Aku tersenyum mendengar kata-kata Henny. Beberapa saat kemudian kucabut  penisku dan berdiri lalu mengambil tempat duduk di dekat mereka. Anna  lalu menyusul hingga kami berempat duduk di sofa dalam keadaan masih  bertelanjang bulat.
 
 
  "Aku jadi pengen lagi nih Dick. Gimana, bisa bantu aku nggak?" tanya Henny pada Dicky.
 
 
  "Sepanjang bisa kulakukan, silakan tuan putri," sambut Dicky dengan gaya seorang hamba terhadap tuan putrinya.
 
 
  Henny lalu berdiri dan mengalungkan kedua lengannya ke leher Dicky,  sambil mencium bibir Dicky ia berbisik pelan tanpa dapat aku dan Anna  dengar apa yang ia bisikkan. Kami hanya tersenyum melihat ulah Henny.
 
 
  Setelah beberapa saat mereka berciuman sambil berpelukan dalam keadaan  berdiri, tiba-tiba kami amati Dicky berjongkok dan memegang pergelangan  kaki Henny lalu membalikkan tubuh Henny hingga kini kedua tangan Henny  bertumpu ke lantai sedangkan kedua kakinya berada di atas dipegangi oleh  kedua tangan Dicky pada bagian pergelangan kakinya.
 
 
  "Posisi 69 dimodifikasi," bisik Anna perlahan. "Asyik juga tuch. Kapan-kapan kita coba ya, Gus?" sambungnya.
 
 
  Aku mengangguk sambil menatap lekat-lekat pada Dicky dan Henny. Sambil  bertumpu pada kedua tangannya yang ada di lantai, kepala Henny  bergerak-gerak mendekati pangkal paha Dicky mencari penisnya. Lalu  lidahnya mencium dan menjilati penis Dicky. Dicky sendiri tidak tinggal  diam, diperlakukan demikian, ia tak kalah ganasnya, lidahnya terjulur ke  vagina Henny yang ada tepat di depan wajahnya. Keduanya saling mencium,  menjilat dan mengisap kemaluan yang lain dalam posisi enam sembilan,  namun dalam posisi si pria berdiri, sedangkan si perempuan berada pada  posisi terbalik dengan kedua tangannya bertumpu di lantai.
 
 
  Anna bangkit berdiri mendekati mereka berdua. Ia mendekati belakang  tubuh Henny dan menciumi pantat Henny. Kadang-kadang mulutnya bertemu  dengan mulut suaminya. Mereka berciuman dan sesekali sama-sama menjilat  vagina Henny. Lubang anal Henny tak luput dari jilatan lidah mereka  berdua. Henny benar-benar dikerjai habis-habisan oleh kedua suami istri  itu. Rintihan Henny tak membuat mereka menghentikan aksinya, bahkan  semakin liar mencium, menjilat dan jari-jari Anna turut bekerja masuk  keluar vagina dan anal Henny, hingga tak kuasa lagi Henny pun meraung  mencapai titik kenikmatan tertinggi. Entah bagaimana cara mereka  mengerjai Henny, tapi aku terkejut juga sewaktu melihat Henny menjerit,  sebab dari vaginanya kulihat cairan muncrat beberapa kali. Mungkin  karena ia benar-benar sampai kepada kenikmatan yang tak terkira hingga  air seninya turut keluar bersamaan dengan cairan vaginanya, pikirku dan  kuingat kejadian yang suka dialami Anna kalau main sampai begitu  hebatnya denganku. Dicky mengangkat dan meletakkan tubuh Henny di sofa  panjang tepat di samping kiriku. Anna mengambil tempat di sebelah  kananku, sedangkan Dicky duduk di sebelah kiri Henny. Beberapa ciuman  didaratkan Dicky pada bibir Henny. Anna tak kalah buas dengan suaminya,  memagut bibirku dengan lahapnya sambil jari-jarinya mengelus-elus  dadaku. Henny sendiri mengelus-elus penisku sambil terus berciuman  dengan Dicky.
 
 
  Aku melirik ke jam dinding, menunjukkan pukul 02.30. Tiga jam sudah kami  berempat melakukan hubungan seks gila-gilaan sejak main kartu tadi.  Setelah mengaso beberapa saat, Dicky kembali terangsang sebab elusan  jari-jari Henny pada penisnya membuat penisnya kembali tegang.  Bertelekan pada sofa kecil tanpa sandaran, dengan sebelah kaki menekuk,  Henny dihajar dari belakang oleh Dicky. Melihat mereka, Anna tak mau  ketinggalan. Ia memintaku melakukan hal yang sama dalam arah yang  berlawanan, sedemikian rupa hingga wajahnya berdekatan dengan wajah  Henny. Aku menyetubuhi Anna dari belakang, sedang suaminya, Dicky,  menancapkan penisnya ke vagina temannya, Henny. Dicky dan aku makin  terangsang dan mempercepat laju permainan kami manakala melihat Henny  dan Anna berciuman dengan mesranya sambil tangan mereka bermain  meremas-remas payudara satu sama lain. Dicky tak lama kemudian orgasme  dan menarik diri dari arena pertempuran, namun kedua perempuan itu belum  mencapai puncak kenikmatan lagi.
 
 
  Kubaringkan tubuhku di karpet dan meraih tubuh Henny agar menindih  tubuhku. Dengan posisi menduduki perutku berhadapan denganku, Henny  memasukkan penisku ke dalam vaginanya lalu mulai menaik-turunkan  tubuhnya di atas perutku. Anna yang melihat permainan kami berlutut di  samping kami berdua. Kuraih pahanya agar mendekatiku, dan kutempatkan  vaginanya tepat di atas wajahku. Dengan aku berbaring di bawah tubuh  mereka berdua, penisku menancap dengan mantapnya di dalam vagina Henny,  sedangkan vaginan Anna kucium dan jilat semakin gencar. Permainan  bertiga kami semakin hangat ketika kedua perempuan itu saling berciuman.  Sambil berciuman, Henny meremas-remas payudara Anna dan mengelus-elus  putingnya. Tak mau ketinggalan aksi, Anna pun meremas-remas payudara  temannya, bahkan sesekali menarik-narik putingnya hingga mata Henny  membeliak-beliak menahan nikmat. Gerakan Henny semakin buas naik-turun  di atas perutku. Kusambut gerakannya dengan sesekali menaik-turunkan  pinggul hingga penisku benar-benar masuk sedalam-dalamnya ke vaginanya.  Anna membantu aksiku dengan merabai klitoris temannya pakai tangan  kanannya, sedangkan tangan kirinya terus meremas payudara Henny dan  memilin-milin putingnya. "Uuuhh, oooohh …. Sssshhhh…. Gila kamu An,  diapain klitorisku?" desahnya sambil terus menarik-turunkan tubuhnya dan  meremas-remas payudara Anna. Diserang dari dua jurusan seperti itu,  membuat Henny makin kencang menggeliat-geliatkan tubuhnya dan dengan  satu lengkingan kuat, ia mencapai orgasme. Dengan lincahnya, Anna  memagut bibir temannya kuat-kuat dan memegang kedua payudara Henny  dengan remasan yang amat kuat, sehingga kedua putingnya kulihat  menyembul begitu indah dan runcing. Lengkingan Henny berubah menjadi  rintihan ketika Anna mencium bibirnya dan menyedot puting payudaranya  secara bergantian dengan gerakan yang cepat, "Ooohhhh, ssss…. Ahhhhh …..  ooouuggghhhhh ….. Annnn ……" "Luar biasa kedua perempuan ini, tak kenal  lelah. Pantas Dicky suka kewalahan melayani istrinya yang begini kuat  main seks," kataku dalam hati.
 
 
  Anna kemudian menggeser tubuh Henny agar bangkit berdiri. Anna kemudian  menempatkan tubuhnya di atas perutku, seperti posisi yang barusan  dilakukan temannya dan menarik tubuh Henny agar berganti dengannya.  Diserang dari dua jurusan seperti itu lagi, membuat penisku terus tegang  dan kembali memasuki vagina yang berbeda. Kini vagina Anna dengan  sedikit rambut halusnya mendapat giliran untuk kuhantarkan ke gerbang  kenikmatan. Vagina Henny yang masih basah kuyup dan tetesan cairan  vaginanya di sela-sela pahanya, kujilati dengan lembut dan kumasukkan  lidahku ke dalam vaginanya, menelan seluruh cairan yang masih tersisa di  dalam. Anna bergerak naik turun di atas perutku, tak ingin kalah aksi  dengan temannya barusan, ia pun menggeliat-geliatkan tubuhnya sedemikian  rupa dengan gerakan erotis, hingga penisku kurasa mendapatkan remasan  yang kuat dan denyutan yang luar biasa di dalam vaginanya. Sesekali ia  menghentikan gerakannya dan berkonsentrasi pada vaginanya yang melakukan  gerakan menyedot dan mengisap penisku. Denyutan dinding vaginanya  begitu nikmat membuatku seakan-akan terbang di angkasa. Rupanya ia ingin  menunjukkan kebolehannya dibandingkan temannya tadi. Henny tersenyum  melihat aksi temannya dan meremas-remas payudara Anna. Sesekali Henny  menampar ringan pantat Anna, sehingga Anna memekik-mekik, "Ahhh ….  Ooohhh ….. terusin Hen …… oooohhh …. ssssssshh ….. adddduuuhhhhh ….  nikmaatttt …. aaahhhhh …."
 
 
  Menyaksikan perbuatan kedua perempuan di atasku, membuatku tambah  bersemangat. Kuhentakkan pinggul dan perutku kuat-kuat ke atas, hingga  tubuh Anna tersentak ke atas, "Oooouuggghhh …… enak Gussss …. Oooohhhh  …. sssshhh …" desisnya seperti orang kepedasan. Remasan Henny pada  payudara Anna membuat Anna semakin kuat menggeliat-geliatkan tubuhnya  dan kembali ia menaik-turunkan tubuhnya di atas perutku.
 
 
  Sementara itu, jilatan dan isapan bibir dan lidahku semakin ganas  mengerjai vagina dan klitoris Henny. Sesekali lubang analnya kukait-kait  dengan lidahku, hingga Henny pun kembali merintih. Merasakan rangsangan  pada vaginanya, membuat Henny kembali menciumi bibir Anna dengan kuat.  Henny dengan sisa-sisa kekuatannya mencoba bertahan, tetapi dengan  isapan bibirku dan jilatan lidahku, membuatnya tak lama kemudian kembali  orgasme. "Aaaahhhh… Gus, aku dapat lagiiiii sayangggg!" rintihnya.  Hebat juga, bisa berturutan dalam waktu berdekatan, ia capai kembali  puncak kenikmatan. Ia mencoba menarik kedua pahanya dari serangan mulut  dan lidahku, tetapi kutahan kedua pahanya dengan tanganku sambil  meremas-remas payudaranya. Anna yang melihat temannya sudah orgasme  lagi, membalas ciuman Henny dan membelai-belai punggung Henny,  meremas-remas pantat dan juga payudara temannya.
 
 
  Penisku yang dikerjai Anna semakin tak kuasa membendung aliran yang akan  keluar. "Ann ….. uuuuhhh … aku mau keluar, sayanggggg!!!" erangku  sambil menggerakkan pinggulku ke kiri dan kanan.
 
 
  "Ok sayang, kita bareng ya? Aku juga mau dapet nihhh …. Ayo tancap yang  kuat, oooohhhhh …. uuuuhhh …. mmmmfffhhhhhh ……. Ooooouuugggghhhh …."  rintihan Anna berubah menjadi jeritan memenuhi ruangan itu.
 
 
  Kurasakan aliran spermaku keluar dengan derasnya ke dalam vagina Anna.  Anna pun mencapai kenikmatan hingga tubuhnya melengkung ke belakang  disertai serangan bibir dan lidah Henny pada payudaranya. Agak lama Anna  melakukan itu, denyutan liang vaginanya meremas-remas penisku masih  terasa begitu kuat, ketika Henny menarik dirinya dari atas wajahku dan  menciumi bibir temannya. Kedua perempuan itu berciuman dengan mesra  sambil mengelus-elus tubuh yang lain secara serempak. Anna mangangkat  tubuhnya dan mengeluarkan penisku dari dalam vaginanya, lalu seolah-olah  sudah sepakat, keduanya menundukkan muka di pangkal pahaku dan menciumi  penisku. Jilatan lidah keduanya membuat aku semakin mengawang. Kedua  tanganku kugunakan untuk meremas-remas payudara kedua perempuan itu.  Rasa geli bercampur nikmat memenuhi diriku. Lidah yang satu bergantian  menjilati kepala penisku. Batang penisku tak luput dari sasaran mereka.  Bahkan testisku turut dikulum dimasukkan ke dalam mulut mereka secara  bergantian. Henny yang pertama-tama kulihat memasukkan penisku ke dalam  mulutnya hingga masuk sedalam-dalamnya. Sekitar tiga menit ia melakukan  itu, lalu menyorongkan penisku ke mulut Anna. Anna menyambut dan  menciumi kepala penisku, lubang kencingku dijilatinya dan dengan  lahapnya ditelannya penisku hingga ke pangkalnya, persis seperti yang  dilakukan temannya barusan. Setelah puas menelan penisku secara  bergantian, mereka berciuman sambil memegangi penisku.
 
 
  Permainan itu mengakhiri sesi kami saat itu. Sebab setelah sama-sama  orgasme, kedua perempuan itu mengajak kami masuk kamar lagi dan akhirnya  kami berempat tidur dalam keadaan telanjang hingga pukul 9 pagi.  Paginya kami mandi berempat dan sempat saling berciuman di kamar mandi,  tetapi tak ada permainan panas lagi di situ, sebab perut kami sudah  lapar minta diisi. Anna hanya memanaskan nasi dan menggoreng telur mata  sapi untuk sarapan kami berempat, lalu kami berempat duduk-duduk di  teras belakang membahas permainan kami semalam sambil tertawa-tawa.
 
 
  Begitulah pengalamanku main berempat dengan Dicky, istrinya Anna dan  teman istrinya, Henny. Sebelum hamilnya Anna, pernah ia mengajakku  menginap di rumahnya waktu suaminya bertugas ke Hongkong selama 2  minggu. Waktu aku menginap itu, temannya Henny datang beberapa kali  sehingga kami bertiga melakukan hubungan seks panas.
 
 
  Dua hari menjelang pulangnya Dicky, Henny menginap lagi bersama kami,  tetapi kali ini ia tidak sendiri, melainkan membawa seorang temannya,  Arie, seorang gadis lajang peranakan Madura Ambon, orangnya tomboy,  tidak cantik, tetapi dengan kulitnya yang hitam manis, dengan sedikit  kumis tipis di atas bibirnya, membuat dirinya menarik, walaupun  payudaranya paling kecil dibandingkan Anna dan Henny. Mula-mula aku tak  begitu senang karena melihatnya ngomong ceplas-ceplos, tetapi begitu  kenal semakin lama, enak juga ngobrol dengannya. Malamnya ketika habis  makan, ketiga perempuan itu mengajakku nonton film blue berempat. Film  yang mereka putar adalah film lesbi, tetapi menjelang akhir film  tersebut, dipertunjukkan kehadiran seorang pria yang dikeroyok tiga  orang perempuan. "Wah, apa ini pertanda baik atau buruk?" pikirku,  harap-harap cemas. Pengen main dengan Henny dan Anna seperti biasanya,  tetapi malu ada teman mereka. Lagi-lagi hal itu merupakan bagian dari  rencana Henny dan Anna untuk mengerjaiku, sebab Arie adalah teman Henny,  juga bukan lesbi tulen, tetapi berulang-kali patah hati oleh perlakuan  pria, hingga tak pernah berniat lagi untuk menikah. Kehadiran Arie ini  membuka babak baru petualangan seksku, sebab ternyata ia sangat ahli  dalam bermain seks, bahkan dengan alat bantu penis buatan, ia mampu  membuat Henny dan Anna menjerit-jerit nikmat. Hebatnya lagi, mereka  bertiga berhasil memperdaya diriku untuk mengajak main seks misterius,  di mana kedua mataku ditutupi kain hitam, lalu kedua kaki dan kedua  tanganku dipentang lebar-lebar dan diikat dengan tali ke empat sudut  ranjang. Aku yang memang penasaran akan pengalaman baru, mau saja  diperlakukan begitu. Belakangan barulah aku tahu, bahwa Arie ingin  mengerjai analku dengan penis buatan yang ia ikatkan tepat di depan  vaginanya. Sambil mengangkat kedua pahaku agar penis buatan itu masuk ke  dalam analku, Henny dan Anna bergantian menduduki perutku dan  memasukkan penisku ke dalam vagina dan anal mereka secara bergantian.  Arie dengan penis buatannya juga mampu menyetubuhi Henny dan Anna secara  bergantian sambil memintaku merojok vagina dan analnya dari belakang.  Kisah itu akan kuceritakan pada kali berikut. Sayang, ketika Dicky  pulang, Arie sudah kembali ke Australia, sebab ia mendapat kesempatan  untuk meneruskan ke jenjang master, sehingga hanya cerita yang ia  peroleh dari kami walaupun rasa penasaran membuatnya begitu ingin  bertemu dan main bersama Arie.
 
 
 
 
 
 
 
    Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Menantuku Perkasa               Apr 18th 2013, 04:33                                                Setelah kematian putriku dalam kecelakaan lalu lintas, aku sangat  bersedih. Suami putriku yakni menantuku juga sangat sedih. Dia tak mau  meninggalkan rumah. Alasannya, siapa yang mengasuh anak mereka yang  masih berusia 1 tahun sementara keluarganya nun jauh di Kalimantan?  Akhirnya, menantuku Hasan tinggal bersama dengan kami. Sebagai putri  bungsu yang meninggal, tentu tiga anakku yang lain sudah berumah tangga  semua sudah berpisah dari kami. Tinggallah aku, suamiku dan menantuku  serta cucu yang ditinggal pergi oleh putriku.
  Kami sudah membujuk Hasan untuk menikah lagi dan kami mengikhlaskan agar  dia menikah lagi agar ada yang mengasuh anak mereka. Tapi menantuku  Hasan mengatakan, dia takut, kalau ibu tiri nanti anaknya akan  tersia-siakan. Dia bersedia menduda sampai anaknya SMP dan sudah bisa  dimasukkan ke asrama untuk sekolah dan sekali dalam seminggu bisa  dijemput dari asrama sekolah. Kami pun senang mendengarnya, karena dia  menantu yang setia dan sayang pada anaknya, yakni cucu kami. Terlebih  suamiku sangat sayang pada cucu kami.
  Semakin lama menantuku tinggal di rumah kami, aku sendiri tak mengerti  entah setan mana yang membuatku jadi tertarik padanya. Tubuhku yang  mungil, kecil mampu melahirkan anak-anak yang sedikit lebih tinggi  dariku, karena mereka mengikuti gen papanya. Tapi menantuku Hasan jauh  lebih tinggi dari suamiku. Aku juga kasihan melihatnya yang selalu  termenanung dan menyibukkan diri dengan pekerjaan agar dia bis  amelupakan almarhumah putri kami Saya dan suami akhirnya menyayangi  Hasan seperti anak kandung kami sendiri, terlebih sikap sopan santun  Hasan yang begitu baik dan lemah lembut, baik dalam bertutur kata maupun  bersikap.
  Saat suamiku memeriksa perkebunan sawitnya, dia biasanya pergi dua hari  dalam dua minggu sekali. Saat itu, Hasan olahraga di pekarangan rumah  kami yang dipagar tembok tinggi. Dia membuka pakaiannya dan memakai  celana pendek yang ketat. Biasa dia melakukan itu, tapi selama ini tidak  membuat getaran dalam hatiku. Kali ini, ketika aku meletakkan air putih  di meja kecil dekat taman, aku melihat semua oitot-ototnya dan aroma  keringatnya membuat diriku jadi bernafsu. Hasan pun melap tubuhnya  dengan handuk sampai bersih.
  "Bentuk tubuhmu baguis sekali San," kataku memuji, karena memang benar demikian. Hasan tersenyum. "Mama juga cantik," katanya memujiku pula dan membuat aku merasa  melambung tinggi. Aku merasa pujiannya sangat benar, karena aku baru  saja luluran dan merawat wajahny dan tubuhku di saloon. Kai duduk di  taman sementara baby sitter menjaga cucu kami dan bermain di lantai  atas. Sebentar-sebentar dengan nakal matanya meliirik ke pahaku dan  sesekali ke dadaku. Aku jadi risih sebenarnya, tapi lirikannya entah  kenapa membuatku senang dan banga. Aku yakin dia sedang mengagumi  tubuhku. Sementara suamiku tidak pernah lagi mengagumi tubuhku,  sementara aku begitu menjaga kebudatran tubuhku walaupun usiaku sudah 51  tahun.
  Aku semakin yakin, saat aku melihat ke selangkangannya, jelas terlihat  olehku ada benjolan besar. Aku yakin dia sedang ereksi. Aku semakin  bangga, karena Hasan bisa ereksi karean tubuhku yang masih cantik dan  seksi. Aku pun tersenyum. Eh.. taunya Hasan juga tersenyum menatapku. "Mama masih tetap cantik," katanya. "Ah kamu ini ada-ada saja. Kan mama sudah tua," kataku. "Tapi mama tetap cantik. Andaikan mama bukan mertuaku, akyu masih mau  menikahi mama, katanya dengan penuh santun. Dadaku bergetar mendengar  ucapannya. "Ah... kamu..." kataku seperti mengatakan pada diriku sendiri.
  Hasan pun mendekati diriku dan dia duduk satu kuris denganku di kursi  panjang. Lalu... tiba tiba dia memelukku dan mencium bibirku. Beguitu  cepat gerakannya dan bibirku sudah berada dalam kulumannya. Oh... kenapa  aku tidak melawan dan memarahinya. Kenapa aku menerima begitu saja dia  mengecup bibirku dan mengulusnya dan mempermainkan lidahnya dalam  mulutku. Aku.
 
  Aku tertunduk setelah dia mengecup bibirku dan waku merasakan wajahku jadi panas. Mungkin memerah atau merona. "Mama cantik.." bisiknya antara kedengan dan tidak. Aku diam saja. Aku  bangkit, kemudian berjalan menuju rumah karena aku sangat malu. Begitu  memasuki rumah aku tak sadar, kalau Hasan mengikutiku dari belakang.  Rumah yang sepi, membuat Hasan lebih leluasa. Aku dipangkunya.  Diangkatnya tubuhku, seperti latyaknya dia mengangkat sekilo kapas saja  dan aku dibopongnya ke kamar tidurnya di bagian belakang rumah kami.  Sepertinya aku terpukau dan tak bisa mengatakan apa-apa bahkan tidak  melawan sama sekali, bahkan aku seperti kerbau yang dicucuk hidunya.
  Di ranjangntya, aku ditelentangkan, kemudian dia menciumi bibirku dan  menjilati leherku. Aku sudah pasrah dan menyerah saat pakaianku  dipretelinya. Pentil tetekku pun sudah berada di dalam kulumannya  sementara tangannya mengelus-elus vaginaku. Akua benar-benar tak tau  harus berbuat apa-apa lagi. Aku menikmatinya, tapi haruskah kejadian ini  berjalan lebih jauh lagi? Bukankah dia menantuku, suami putri bungsuku.  Tidakkah aku menghianati putriku sendiri dan menghianati suamiku?  Oh....
  Lidahnya sudah menjalar kemana-mana, di perutku di pentil tetekku, di  perutku dan sudah mendarat pula di celah bibir vaginaku dan sudah pula  mempermainkan klitorisku. Oh.... aku menggelinjang. Aku sudah lupa pada  cucuku, pada baby sitter yang menjaganya, pada suamiku yang sedang  memeriksa kebun sait dasn para almarhumah putriku. Aku sudah berada  entah dimana. Aku sudah basah.
  Saat itu, Hasan mengangkangkan kedua kakiku, kemudian dia menindihku dan  menusuk vaginaku dan kontolnya sudah bersembunyi dalam kemaluanku.  SDaat itu tengkukku dia tarik akhirnya aku berada dalam pangkuannya.  Kedua kakiku mengangkangi kedua kakinya yang rapat, sementara kontolnya  tetap berada dalam vaginaku.
  Aku merasakan ujung kontolnya sudah menyentuh bagian tubuhku di dalam  vaginaku yangterdalam. Hasan memelukku dan sebelah tangannya memegang  buah pantatku. Teteku demikian lengket ke tubuhnya dan perlahan-lahan  dia mengerakkan pantatku agar kontolnya bisa keluar masuk dalam  vaginaku. Aku tak mampu membendung rasa nikmatku. Sadar atau tidajksadar  akhirnyaq aku sendiri menggerak-gerakkan pantatku mengeluar dan  memasykkan ****** Hasan dalam vaginaku. Kedua tanganku melingkar  ditengkuknya dan dia terus menjilatileherku.
  Sampai akhrinya kami sama-sama terkulai lemas setelah kami sama-sama  orgasme. Aku menarasakan sangat puas sekali. Selama ini, aku tidak tau  apakah aku pernah orgasme atau tidak, tapi yang jelas aku bisa hamil.  Begitu nafas kami sudah teratur kembali, Hasan memakaikan pakaianku satu  persatu, myulai dari celana dalamku, Bra dan pakaianku selengkapnya.  Aku tak pernah diperlakukan manja seperti ini oleh suamiku sendiri.  Sejak saat itu, kami selalu melakukan persetubu8han kami secara  sembunyi-sembunyi dan sangat rahasia.
 
 
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Bu Ani yang Binal               Apr 18th 2013, 04:32                                                Siang hari itu, Azis pulang sekolah lebih awal dari biasanya. Dengan  bernyanyi-nyanyi kecil dia melangkah menuju rumahnya. Begitu membuka  pintu rumahnya Azis terkejut, pintu rumahnya tidak terkunci. Azis  merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Dengan mengendap-endap Azis  masuk kedalam rumahnya. Samar-samar Azis mendengar suara orang  mendesah-desah diselingi rintihan-rintihan. Azis penasaran dibuatnya.  Azis berusaha mencari sumber suara-suara itu. Ketika dia mendekati kamar  ibunya, suara-suara itu, semakin keras terdengar. Azis menghentikan  langkahnya didepan kamar ibunya. Suara itu semakin keras terdengar. Ibu  lagi ngapain ya, pikirnya. Rasa ingin tahunya semakin kuat, Azispun  mengintip dari lubang pintu. Alangkah terkejutnya Azis, melihat  pemandangan di dalam kamar ibunya. Didalam kamar, Bu Ani,ibunya sedang  berdiri sambil memeluk tubuh Pak Kades. Tangan Bu Ani melingkar  dipinggang Pak Kades. Sedangkan tangan Pak Kades sedang meremas-remas  pantat Bu Ani, yang padat berisi. Tanpa melepaskan tangannya dari pantat  Bu Ani, Pak Kades mencium pipi Bu Ani, kemudian menjulurkan lidahnya  mengecup bibir Bu Ani. Bu Ani membuka mulutnya, menyambut kecupan Pak  Kades dengan lumatan-lumatan yang tak kalah hebatnya. Saking asiknya  mereka bercumbu, tanpa mereka sadari sepasang mata sedang mengintip  dengan hati yang panas. Bahkan percumbuan mereka makin panas saja.  Beberapa saat berlalu, Pak Kades melepaskan lumatannya pada bibir Bu  Ani. Tangannya kemudian bergerak melepaskan seluruh pakaian Bu Ani.  Setelah semuanya terlepas, Pak Kades memandangi sebentar tubuh Bu Ani  yang telanjang bulat sambil berdecak kagum. "Oh, luar biasa An, tubuhmu  masih sexy," puji Pak Kades. Bu Ani tersenyum mendengar pujian Pak  Kades, sambil menggerakkan tangannya, melepaskan seluruh pakaian Pak  Kades. Kini kedua insan berlainan jenis itu sama-sama telanjang bulat.  Tanpa membuang waktu, Pak Kades menyuruh Bu Ani tidur terlentang diatas  ranjang. Kemudian Pak Kades merangkak diatas tubuh Bu Ani dengan posisi  sungsang. Selangkangan Pak Kades berada diatas wajah Bu Ani, begitu juga  sebaliknya. Wajah Pak Kades berada diatas selangkangan Bu Ani. Pak  Kades membuka paha Bu Ani lebar-lebar, tangannya meraba-raba bibir  vagina Bu Ani yang ditumbuhi bulu-bulu tipis. Pak Kades mencucuk-cucuk  lubang vagina Bu Ani dengan jari-jarinya. "Ohh…., Mas…, enakk…, truss…,  truss," rintih Bu Ani saat Pak Kades mulai menjilati vaginanya. Pak  Kades menyedot-nyedot kelentit Bu Ani yang memerah dan basah. Pantat Bu  Ani terangkat-angkat menyambut jilatan-jilatan Pak Kades pada lubang  vaginanya. "Jilatin punyaku An," pinta Pak Kades. Bu Ani menuruti saja  permintan Pak Kades. Tangannya meraih penis Pak Kades, yang sudah  setengah tegang. Dikocok-kocoknya sebentar, kemudian diarahkannya  kemulutnya. Pak Kades menurunkan pantatnya, hingga penisnya menyentuh  mulut Bu Ani. Bu Ani membuka mulutnya dan menjulurkan lidahnya. Bu Ani  mulai menjilati kepala penis Pak Kades. Lidahnya berputar-putar di  kepala penis Pak Kades kemudian turun kepangkal. Seluruh Batang penis  Pak Kades dijilatinya tanpa sejengkalpun terlewatkan. "Ohh…, An…,  nikmatt…, truss…, kulum…, truss," desis Pak kades saat Bu Ani memasukkan  penis Pak Kades kemulutnya. Pak Kades menaik turunkan pantatnya,  membuat penisnya keluar masuk dari mulut Bu Ani. Sesekali Bu Ani  menggigit penis Pak Kades. Pak Kades meringis dibuatnya. Sekitar dua  puluh menit berlalu, Pak Kades merubah posisinya. Kini dia tidur  terlentang diatas ranjang. Bu Ani disuruhnya naik keatas tubuhnya. Bu  Ani mengikuti saja perintah Pak Kades. Bu Ani berjongkok diatas  selangkangan Pak Kades. Diraihnya penis Pak Kades, dituntunnya kelubang  vaginanya. Setelah dirasa pas, Bu Ani mulai menurunkan pantatnya.  Sedikit demi sedikit penis Pak Kades masuk kelubang vagina Bu Ani. BU  Ani terus menurunkan pantatnya sampai seluruh batang penis Pak Kades  amblas tertelan lubang vaginanya. Kemudian Bu Ani menggerakkan pantatnya  naik turun. dimulai dengan irama pelan, semakin lama semakin cepat.  Sesekali Bu Ani memutar-mutar pantatnya. Membuat penis Pak Kades serasa  dipelintir. Pak Kades tak mau ketinggalan. Dia menyodok-nyodokkan  pantatnya mengimbangi gerakkan pantat Bu Ani. Azis yang dari tadi  mengintip ibunya sedang bersetubuh dengan Pak Kades, sedikit kagum  melihat goyangan pantat ibunya diatas tubuh Pak Kades. Nafsu birahinya  bangkit. Dilepaskannya seluruh pakaian seragam sekolahnya. Setelah  telanjang bulat, Azis meraih penisnya. Dikocok-kocoknya penisnya sendiri  sambil mengintip. Tak terasa sudah tiga puluh menit Bu Ani  menggoyang-goyangkan pantatnya. Bu Ani semakin cepat menggenjot tubuh  Pak Kades, saat dirasakannya orgasmenya sudah dekat. Demikian juga Pak  Kades, sodokkan-sodokkan pantatnya semakin cepat. "Ohh…, Mas…, akuu…,  mauu…, keluarr," jerit Bu Ani. "Akuu…, jugaa…, An…, " sahut Pak Kades.  Beberapa saat kemudian kedua insan yang sedang bersetubuh itu, merasakan  otot-ototnya menegang. Diiringi teriakkan yang hampir bersamaan, tubuh  mereka menggelepar. Pak Kades menyemprotkan spermanya didalam lubang  vagina Bu Ani. Setelah menuntaskan birahinya, Bu Ani turun dari atas  tubuh Pak kades, kemudian merebahkan tubuh dan tertidur disamping Pak  Kades. Pak Kades kemudian bangkit dan mengenakan pakaian. Dipandanginya  tubuh Bu Ani yang sedang tertidur pulas. Dengan melompati jendela kamar,  Pak Kades keluar dari kamar Bu Ani. Begitu Pak Kades keluar dari kamar  ibunya, Azis yang sudah dirasuki nafsu birahi, segera membuka kamar  ibunya. Sambil mengocok-ngocok penisnya yang sudah tegang, Azis  memandangi wajah ibunya yang sedang tertidur pulas. Nafsu setan sudah  merasuki diri Azis. Tanpa berpikir panjang Azis segera menindih tubuh  ibunya. Kedua kaki ibunya, dibukanya lebar-lebar. Kemudian Azis  menggenggam penisnya dan diarahkan kelubang vagina ibunya. Dan Azis  mulai menurunkan pantatnya, sedikit demi sedikit, sampai seluruh  penisnya amblas tertelan lubang vagina ibunya. Saat Azis mulai  menggerakkan pantatnya naik turun, Bu Ani terbangun dari tidurnya.  Betapa terkejutnya dia, saat tahu Azis, anak kandungnya sedang  menyetubuhinya. "Zis, jangan Zis, aku ibumu," teriaknya berusaha  berontak. Tapi sia-sia. Azis terlalu kuat baginya. Dengan mudah azis  meringkus ibunya. Azis memegang erat-erat kedua tangan ibunya dan  menyumpal mulut ibunya dengan mulutnya. Dengan buasnya Azis melumat  mulut ibunya. Bu Ani yang sudah kehabisan separuh tenaganya, sehabis  bersetubuh dengan Pak Kades tadi tak kuasa melawan keberingasan anaknya.  Perlawanannya mulai melemah. Sodokan-sodokan penis Azis pada lubang  vaginanya, pelan-pelan membangkitkan nafsu birahinya. Tanpa sadar Bu Ani  mengimbangi gerakan pantat Azis, dengan menyodok-nyodokkan pantatnya.  Sambil meracau dan mengeluarkan ucapan-ucapan yang sangat jorok, yang  seharusnya tidak keluar dari mulut seorang ibu. Azis semakin bersemangat  menggopyang-goyangkan pantatnya. "Ohh, Zis truss Zis, entot ibu Zis,"  rintih Bu Ani merasakan nikmat. Azis semakin cepat memompa vagina  ibunya, ketika dirasakannya vagina ibunya berkedut-kedut. Otot-otot  vagina ibunya menegang. Bu Ani mencakar-cakar punggung Azis disertai  teriakkan panjang. "Zis…, ibu…, keluarr," jeritnya. Vaginanya menjepit  penis Azis dan tangannya menarik pantat Azis, membuat penis Azis semakin  terbenam di lubang vaginanya. Dan akhirnya Bu Ani mencapai orgasmenya.  Cairan hangat membasahi dinding vaginanya. Azis yang belum mencapai  orgasmenya, membalikkan tubuh ibunya lalu menarik kaki ibunya hingga  menjuntai ke lantai. Kemudian dia mendekatkan wajahnya kelubang anus  ibunya. Azis menjulurkan lidahnya menjilati lubang anus ibunya.  Jilatan-jilatan azis membangkitkan lagi nafsu birahi ibunya. Bu Ani  pasrah saja atas perlakuan anaknya. Bu Ani menggelinjang , saat Azis  mencucuk-cucuk lubang anusnya. Tangannya bergerak kebelakang meraih  kepala Azis, membenamkannya dipantatnya. Puas menjilati anus ibunya,  azis meraih penisnya. Dituntunnya kelubang anus ibunya. BU Ani berteriak  kesakitan, saat Azis memaksakan penisnya menembus lubang anusnya. Rasa  panas dan perih pada dinding dan bibir anusnya tak tertahankan lagi. Bu  Ani berusaha berontak menghindar, tetapi tangan Azis yang menekan  punggungnya, membuatnya tak berdaya. Azis mulai mendorong dan menarik  pantatnya memompa lubang anus ibunya. Tubuh Bu Ani terguncang-guncang  oleh sodokkan-sodokkan anaknya. Dia melolong menahan rasa sakit yang  luar biasa. Dengan terus menyodomi ibunya, Azis memeluk tubuh ibunya  dari belakang dan meremas-remas buah dada ibunya. Nafasnya  terengah-engah. Nafsu birahinya benar-benar tak terkendali. Saat  mendekati puncak birahinya, Azis mempercepat pompaanya. Diiringi  lolongan panjang, Azis menyemprotkan spermanya dilubang anus ibunya.  Membasahi bibir dan dinding anus ibunya. Sesaat kemudian Azis bangkit  dan menyuruh ibunya duduk ditepi ranjang. Azis menyodorkan penisnya  kemulut ibunya. Meminta ibunya menjilati sisa-sisa spermanya. Bu Ani  menggelengkan kepalanya kekiri dan kekanan, menolak permintaan anaknya.  Tapi Azis tak kehabisan akal. Ditariknya kepala ibunya dan dibenamkan  keselangkangannya lalu dipencetnya hidung ibunya. Membuat ibunya  kesulitan bernafas dan terpaksa membuka mulutnya. Saat itulah Azis  langsung menyodokkan penisnya dan menjejalkan kemulut ibunya. "Ayo Bu,  isep sampai bersih," pinta Azis. Dengan sangat terpaksa,dan menahan rasa  jijik, Bu Ani mengulum penis anaknya dan menjilati sisa-sisa sperma  anaknya. Malam itu, azis memaksa ibunya melayani nafsu birahinya sampai  pagi. Sampai dia benar-benar puas. Bu Ani tak kuasa menolak keinginan  anaknya. Hari-hari berikutnya, Bu Ani menjadi budak nafsu anaknya. Dia  harus selalu siap melayani nafsu birahi anaknya. Mula-mula Bu Ani  melakukannya dengan terpaksa, tetapi lama-lama dia ketagihan juga  disetubuhi anaknya.
 
 
          Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokepgimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..?  klik disini  			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Asri Anak Ibu Kost               Apr 18th 2013, 04:32                                               Aku tinggal di Jakarta waktu aku diterima untuk masuk ke Universitas  Indonesia. Karena aku berasal dari daerah, maka aku tinggal di rumah  kost di Kelapa Gading. Yang tinggal di sana perempuan semua, dan mereka  memanggilku Mara, kependekan dari Tamara.
  Kejadian ini pada siang hari, waktu aku mendapat liburan pendek karena  ada perbaikan komputer network di tempat kerjaku. Aku bangun agak siang  dan sehabis mandi, aku bedaki badanku dengan bedak bayi Johnson dan aku  cuma membelitkan handukku di pinggang.
  Tiba tiba pintu terbuka, dan Asri, anak ibu kostku masuk dengan membawa  pakaian bersihku yang telah rapi terlipat. Asri kaget melihatku setengah  telanjang. Dengan terbata-bata dia berkata, "Oh.., oh.., maaf Mbak, Asri kira Mbak pergi kerja..", dan dia terlihat tersipu-sipu. Aku menenangkan dia, "Nggak apa-apa kok, tolong dong bedakin punggung Mbak.., taruh aja pakaiannya di atas laci". Dengan agak ragu-ragu, dia datang mendekat dan masih memandangi buah  dadaku yang menggantung dengan bebasnya. Aku berikan botol bedak ke  tangannya. Dia mulai mengusap punggungku dengan perlahan dan hati-hati,  seolah-olah takut akan menggores punggungku. Matanya masih terpaku di  buah dadaku, yang aku boleh berbangga, dengan putingnya yang kelihatan  mendongak ke atas dan berwarna coklat muda. Waktu tangannya membedaki  pinggangku, aku menggeliat kegelian, dan handuk yang dari tadi  bertengger di pinggangku jatuh ke lantai, aku dapat melihat mukanya  merah menahan malu, tapi matanya masih melihat ke liang kewanitaanku  yang berambut tidak begitu lebat. Dan tanpa disadari, dia masih  mengusap-usap pinggangku dan malah turun ke pantatku yang padat, tidak  terlalu besar, tapi mempunyai bentuk yang nikmat dipandang, pacarku juga  bilang juga nikmat diremas. Aku tidak yakin dia melakukannya dengan  sengaja, atau karena terbawa emosi. Lalu kutanya dia, "Asri mau dibedakin juga?". Dia tidak menjawab, hanya mengangguk pelan. Lalu aku suruh dia untuk  melepas kaosnya, dan juga BH-nya. Buah dadanya tidak sebesar punyaku,  tapi mempunyai bentuk yang bagus, seperti buah pear dibelah dua, dengan  putingnya yang berwarna kemerah-merahan menonjol keluar, warnanya serasi  sekali dengan warna kulitnya yang kecoklatan.
  Aku bedaki dadanya, dan kurasakan buah dadanya yang empuk dan lembut.  Tanganku tidak berhenti sampai di situ, aku usap perut, dan dengan  nakalnya jariku bermain-main di pusarnya, Asripun menggeliat kegelian.  Dan aku menaikkan tanganku kembali ke buah dadanya, yang kuusap dan  setengah kuremas juga, dia hanya menggeliat. "mmbak.., aah..". Putingnya tidak ketinggalan kupilin, dan kucubitin  kecil, tidak terlalu keras. Kusuruh dia untuk berbalik supaya aku bisa  mengusap punggungnya, hanya kuusap sebentar saja. Dari belakang tanganku  pergi ke dadanya lagi, sedangkan dadaku menempel di punggungnya,  sesekali dia bergoyang dan aku merasa punggungnya bergesekan dengan  putingku yang mulai mengeras. Dan dari kaca aku bisa melihat bahwa dia  senyum-senyum keenakan, tanganku bukan hanya mengusap lagi, tapi sudah  mulai meremas buah dadanya yang bergantung indah, lebih keras dari  sebelumnya, dan putingnya kucubit perlahan lalu kupilin-pilin. Asri hanya menggeliat sambil mengeluarkan suara, "Ah.., ehm.., nikmat  Mbak.., ahaa.., jangan keras-keras dong Mbak..!", dan aku hanya  tersenyum melihat kelakuannya. Kucium tengkuknya, dan kugigit kecil dari  samping, dan dia masih, "Ah.., ua..", dengan tertahan. Lalu aku bertanya, "Celananya dibuka ya..?", sebelum dia berkata  apa-apa, tanganku telah membuka kancing dan retsleting celananya, dan  kuturunkan sekalian celana dalamnya, aku bisa melihat bercak basahnya  telah menembus ke celana dalamnya.
  "Tiduran aja di ranjang Mbak.., saja.., ya..", kataku dan Asri hanya  menurut saja, kakinya kugeser sehingga bergantung di sisi ranjang. Aku  mulai menciumi paha dalamnya, tercium bau sabun LUX yang dipakainya,  bertanda dia belum lama mandinya. Kugigit kecil antara paha dalam kanan  dan kiri. Mulutku mulai bergerak menuju liang kewanitaannya, dengan  rambut yang jarang, bau aroma birahinya sangat terasa sekali. Aku mulai  menjilati pinggiran hutannya, dan kemudian perlahan kutaruh lidahku di  tengah-tengah vaginanya. Kakinya kuangkat ke pundakku supaya aku dapat  lebih leluasa menjilatinya. Rasanya agak anyir tapi setelah lidahku  masuk lebih dalam rasanya berubah menjadi asin dan gurih. Asripun  bertambah menggeliatnya. Tanganku dengan merangkul pahanya mencari bibir  vaginanya lalu kubuka dengan menariknya ke samping, supaya lidahku bisa  merasakan lendirnya yang lebih dalam. Asri juga tidak mau kalah  kepalaku mulai didorong dan ditariknya karena gemas dan kegelian.
  Pada saat itu aku masih belum menemukan clitorisnya, lidahku masih  menjilati dan mencari-cari, bagian atas dari vaginanya, aku masukkan  lidahku dalam vaginanya, dan menari-nari di dalamnya, dan membuat dia  keenakan dan kegelian, pinggulnyapun mulai bergoyang. Sekitar 5 menit  lidahku bermain-main di situ. Sampai pada suatu saat aku merasa ada  benjolan kecil, aku mencoba untuk menguak hutannya, dan akhirnya aku  temukan clitorisnya, kulihat dia mulai meremas-remas buah dadanya, dan  tanpa membuang waktu kuhisap clitorisnya perlahan, dan saking gemasnya  dia mengepit kepalaku di antara kedua pahanya, dan menggeliat pada waktu  yang bersamaan. Dengan jariku clitorisnya kuusap, dan gesek, lidahkupun  masuk ke dalam vaginaya yang masih basah, aku juga merasakan makin  banyak cairan yang keluar setelah aku gesek clitorisnya. Lidahku masih  menari-nari di dalam vaginanya sambil sekali-kali aku hisap lendir dari  dalam vaginanya. Penutup clitorisnya kubuka, dan kujilati juga waktu  masih basah kutiup clitorisnya dari dekat, dan dia rupanya kedinginan. "Mbak Mara jangan ditiup dingin..", Karena clitorisnya sudah ketemu maka  kuhisap lagi sambil tanganku membantu untuk meremas dadanya, satu  tangan meremas dadanya, dan tangan satunya aku mainkan vaginaku. Aku  sendiri sudah basah dan waktu aku lihat di lantai, ternyata ada beberapa  tetes lendirku sudah menetes di lantai.
  Kali ini aku hisap clitorisnya dan lendir Asri keluar lebih banyak, dan  akupun masih dengan semangat menjilatinya. Aku masukkan jari kecilku di  lubangnya yang masih perawan. Lendir Asri masih keluar juga, dan jari  kecilkupun berganti dengan jari telunjuk, kudengar, "Ah.., Mbak.., Mbak  Mara, pegel Mbak, ah..", aku tahu dia sudah hampir keluar, hisapanku  tidak berhenti sampai disitu, aku hisap sambil kugeleng-gelengkan  kepalaku yang mana membuat Asri kegelian, badannyapun mulai mengejang,  dan aku masih mengisap, dan kadang-kadang menjilati bagian dalam  vaginanya. Aku merasa himpitan pahanya tiba-tiba mengejang, dan  vaginanya memuntahkan lendir yang berwarna putih bening, kuhisap dan  jilati, tapi aku tidak menelannya. Masih dalam mulutku, aku naik di atas  Asri, dan aku ciumi bibirnya sambil kukeluarkan lendirnya sedikit demi  sedikit, biar dia juga ikut merasakannya. Kita mulai berciuman dan  lidahnya bermain pedang di dalam mulutnya, kemudian bergatian di  mulutku, kadang-kadang dihisapnya lidahku olehnya yang membuatku  terangsang sekali. Kita berpelukan sambil tiduran selama 20 menit,  sambil mengatur napas, dan beristirahat. Sejak itu jika dia sedang libur atau suntuk Asri sering main ke kamarku,  aku tidak keberatan, karena terkadang aku juga merasa kesepian kalau  dia tidak mampir.
  E N D
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                                                                           |                               Cerita Sex - Anak Manja Sekali               Apr 18th 2013, 04:31                                               Namaku andre hidup bersama dengan kedua ortu dan nenek serta adik mama  yang belum menikah. usiaku waktu itu menginjak 19 taahun dan sedang  menjalani beberapa ujian sekolah yang menentukan kenaikan kelasku.  sebagai anak tunggal tentunya apapun keinginanku selalu terkabul, bahkan  ketika minta kamar sendiri, guru privat bahkan komputer yang bisa ke  dunia maya disediakan ortuku. berawal dari ketidakbisaanku pada mata pelajaran matematika aku minta  mama untuk meminta tanteku sebut saja tante mirna untuk membantuku dalam  menyelesaikan soal2 matematika. dan tanpa harus berdebat tanteku mau mengajariku sehabis jam 8 malam.  tentu saja belajar bersama tante sampai larut malam terkadang kami  tertidur bersama. dari kedekatan kami inilah terjalin kasih sayang tante  yang amat besar padaku. hingga pada suatu hari ketika tanpa sengaja lututku terbentur meja  hingga aku susah berdiri...refleks tante memijat dan mengelus-elus  lututku. terasa nyaman hingga aku terlena dan memegang bahu tante. tante  diam saja...tanpa terasa aku mulai merasa nyaman dan memberanikan diri  untuk meremas bahu tante mirna...sejurus kemudian tante mirna melepaskan  pijatan dilututku dan aku hanya pasang wajah masam tante mirna mulai  memijat lagi hingga tak terduga aku mulai konak dan tante melihat  perubahan pada celana pendekku. entah malu atau bangga ketika mulai  terjadi oerubahan pada celanaku hingga tante yang berumur 29th  menundukkan wajah dan pasang tampang biasa saja. tapi aku tahu dari tarikan napas tante yang semakin cepat kalo tanteku  mlai terpengaruh dengan perubahan celanaku. tanpa malu lagi aku aku  meminta tante untuk memijat lebih keatas lagi dan lagi hingga mencapai  batas antara pinggang dan kaki. oooohhh my goood betapa lembut dan halus  pijatan tantekuu...Yang membikin mengundang adalah Tante Yana sering  memakai baju sleeveless dengan celana pendek sekitar empat jari dari  lutut. Kalau duduk, celananya nampak sempit oleh pahanya. Wajahnya tidak  cantik–cantik amat, wajah ciri khas Indonesia, tipe yang disuka  orang-orang bule. Seperti bodinya, wajahnya juga kalau diperhatikan,  apalagi kalau bajunya agak "terbuka", malah jadi muka–muka ranjang gitu  deh. Dari cara berpakaiannya aku mengira kalau Tante Yana ituhypersex.  Kalau Anita, kebalikan ibunya. Wajahnya cantik Indo, dan kulitnya putih.  Rambutnya hitam kecoklatan, belah pinggir sebahu. Meski buah dadanya  tidak terlalu besar, kecocokan pakaiannya justru membuat Anita jadi  seksi. Nampaknya aku terserang sindrom tetangga sebelah nih.
  Berhari-hari berlalu, nafsuku terhadap Tante Yana semakin bergolak  sehingga aku sering nekat ngumpet di balik semak-semak, onani sambil  melihati Tante Yana kalau sedang di luar rumah. Tapi terhadap Anita,  nafsuku hanya sedikit, itu juga karena kecantikannya dan kulit putihnya.  Nafsu besarku kadang-kadang membuatku ingin menunjukkan batangku di  depan Tante Yana dan onani didepan dia. Pernah sesekali kujalankan  niatku itu, namun pas Tante Yana lewat, buru-buru kututup "anu"-ku  dengan baju, karena takut tiba-tiba Tante Yana melapor sama ortu. Tapi,  kenyataannya berbeda. Tante Yana justru menyapaku, (dan kusapa balik  sambil menutupi kemaluanku), dan pas di depan pagar rumahnya, ia  tersenyum sinis yang menjurus ke senyuman nakal. "Ehem.. hmm.." dengan  sorotan mata nakal pula. Sejenak aku terbengong dan menelan ludah, serta  malah tambahnafsu.
  Kemudian, pada suatu waktu, kuingat sekali itu hari Rabu. Saat aku  pulang kuliah dan mau membuka pagar rumah, Tante Yana memanggilku dengan  lembut, "De, sini dulu.. Tante bikinin makanan nih buat papa-mamamu."  Langsung saja kujawab, "Ooh, iya Tante.." Nafasku langsung memburu, dan  dag dig dug. Setengah batinku takut dan ragu-ragu, dan setengahnya lagi  justru menyuruh supaya "mengajak" Tante Yana. Tante Yana memakai baju  sleeveless hijau muda, dan celana pendek hijau muda juga. Setelah masuk  ke ruang tamunya, ternyata Tante Yana hanya sendirian, katanya  pembantunya lagi belanja. Keadaan tersebut membuatku semakin dag dig  dug. Tiba-tiba tante memanggilku dari arah dapur, "De, sini nih..  makanannya." Memang benar sih, ada beberapa piring makanan di atas baki  sudah Tante Yana susun.
  Saat aku mau mengangkat bakinya, tiba-tiba tangan kanan Tante Yana  mengelus pinggangku sementara tangan kirinya mengelus punggungku. Tante  Yana lalu merapatkan wajahnya di pipiku sambil berkata, "De, mm.. kamu..  nakal juga yah ternyata.." Dengan tergagap-gagap aku berbicara, "Emm..  ee.. nakal gimana sih Tante?" Jantungku tambah cepat berdegup. "Hmm  hmm.. pura-pura nggak inget yah? Kamu nakal.. ngeluarin titit, udah gitu  ngocok-ngocok.."Tante Yana meneruskan bicaranya sambil meraba-raba pipi  dekat bibirku. Kontan saja aku tambah gagap plus kaget karena Tante  Yana ternyata mengetahuinya. Itulah sebabnya dia tersenyum sinis dan  nakal waktu itu. Aku tambah gagap, "Eeehh? Eee.. itu.." Tante Yana  langsung memotong sambil berbisik sambil terus mengelus pipiku dan  bahkan pantatku. "Kamu mau yah sama Tante? Hmm?" Tanpa banyak  omong-omong lagi, tante langsung mencium ujung bibir kananku dengan  sedikit sentuhan ujung lidahnya.
  Ternyata benar perkiraanku, Tante Yana hypersex. Aku tidak mau kalah,  kubalas segeraciumannya ke bibir tebal seksinya itu. Lalu kusenderkan  diriku di tembok sebelah wastafel dan kuangkat pahanya ke pinggangku.  Ciuman Tante Yana sangat erotis dan bertempo cepat. Kurasakan bibirku  dan sebagian pipiku basah karena dijilati oleh Tante Yana. Pahanya yang  tadi kuangkat kini menggesek-gesek pinggangku. Akibat erotisnya ciuman  Tante Yana, nafsuku menjadi bertambah. Kumasukkan kedua tanganku ke  balik bajunya di punggungnya seperti memeluk, dan kuelusi punggungnya.  Saat kuelus punggungnya, Tante Yana mendongakkan kepalanya dan terengah.  Sesekali tanganku mengenai tali BH-nya yang kemudian terlepas akibat  gesekan tanganku. Kemudian Tante Yana mencabut bibirnya dari bibirku,  menyudahi ciuman dan mengajakkuuntuk ke kamarnya.
  Kami buru-buru ke kamarnya karena sangat bernafsu. Aku sampai tidak  memperhatikan bentuk dan isi kamarnya, langsung direbah oleh Tante Yana  dan meneruskan ciuman. Posisi Tante Yana adalah posisi senggama  kesukaanku yaitu nungging. Ciumannya benar-benar erotis. Kumasukkan  tanganku ke celananya dan aku langsung mengelus belahan pantatnya yang  hampir mengenai belahan vaginanya. Tante Yana yang hyper itu langsung  melucuti kaosku dengan agak cepat. Tapi setelah itu ada adegan baru yang  belum pernah kulihat baik di film semi ataupun di BF manapun. Tante  Yana meludahi dada abdomen-ku dan menjilatinya kembali. Sesekali aku  merasa seperti ngilu ketikalidah Tante Yana mengenai pusarku. Ketika aku  mencoba mengangkat kepalaku, kulihat bagian leher kaos tante Yana  kendor, sehingga buah dadanya yang bergoyang-goyang terlihat jelas.  Kemudian kupegang pinggangnya dan kupindahkan posisinya ke bawahku.  Lalu, kulucuti kaosnya serta beha nya, kulanjutkan menghisapi puting  payudaranya. Nampak Tante Yana kembali mendongakkan kepalanya dan  terengah sesekali memanggil namaku.
  Sambil terus menghisap dan menjilati payudaranya, kulepas celana  panjangku dan celana dalamku dan kubuang ke lantai. Ternyata pas  kupegang "anu"-ku, sudah ereksi dengan level maksimum. Sangat keras dan  ketika kukocok-kocok sesekali mengenai dan menggesek urat-uratnya. Tante  Yana pun melepas celana-celananya dan mengelusi bulu-bulu dan lubang  vaginanya. Ia juga meraup sedikit mani dari vaginanya dan memasukkan  jari-jari tersebut ke mulutku. Aku langsung menurunkan kepalaku dan  menjilati daerah "bawah" Tante Yana. Rasanya agak seperti  asin-asinditambah lagi adanya cairan yang keluar dari lubang "anu"-nya  Tante Yana. Tapi tetap saja aku menikmatinya. Di tengah enaknya  menjilat-jilati, ada suara seperti pintu terbuka namun terdengarnya  tidak begitu jelas. Aku takut ketahuan oleh pembantunya atau Anita.
  Sejenak aku berhenti dan ngomong sama Tante Yana, "Eh.. Tante.."  Ternyata tante justru meneruskan "adegan" dan berkata, "Ehh.. bukan  siapa-siapa.. egghh.." sambil mendesah. Posisiku kini di bawah lagi dan  sekarang Tante Yana sedang menghisap "lollypop". Ereksikusemakin  maksimum ketika bibir dan lidah Tante Yana menyentuh bagian-bagian  batangku. Tante Yanamengulangi adegan meludahi kembali. Ujung penisku  diludahi dan sekujurnya dijilati perlahan. Bayangkan, bagaimana ereksiku  tidak tambah maksimum?? Tak lama, Tante Yana yang tadinya nungging,  ganti posisi berlutut di atas pinggangku. Tante Yana bermaksud melakukan  senggama. Aku sempat kaget dan bengong melihat Tante Yana dengan  perlahan memegang dan mengarahkan penisku ke lubangnya layaknya film BF  saja. Tapi setelah ujungnya masuk ke liang senggama, kembali aku seperti  ngilu terutama di bagian pinggang dan selangkanganku dimana kejadian  itusemakin menambah nafsuku.
  Tante mulai menggoyangkan tubuhnya dengan arah atas-bawah awalnya dengan  perlahan. Aku merasa sangat nikmat meskipun Tante Yana sudah tidak  virgin. Di dalam liang itu, aku merasa adacairan hangat di sekujur  batang kemaluanku. Sambil kugoyangkan juga badanku, kuelus pinggangnya  dan sesekali buah dadanya kuremas-remas. Tante Yana juga mengelus-elus  dada dan pinggangku sambil terus bergoyang dan melihatiku dengan  tersenyum. Mungkin karena nafsu yang besar, Tante Yana bergoyang sangat  cepat tak beraturan entah itu maju-mundur atau atas bawah. Sampai-sampai  sesekali aku mendengar suara "Ngik ngik ngik" dari kaki ranjangnya.  Akibat bergoyang sangat cepat, tubuh Tante Yana berkeringat. Segera  kuelus badannya yang berkeringat dan kujilatitanganku yang penuh  keringat dia itu.
  Lalu posisinya berganti lagi, jadinya aku bersandar di ujung ranjang,  dan Tante Yana menduduki pahaku. Jadinya, aku bisa mudah menciumi dada  dan payudaranya. Juga kujilati tubuhnya yang masih sedikit berkeringat  itu, lalu aku menggesekkan tubuhku yang juga sedikit berkeringat kedada  Tante Yana. Tidak kupikirkan waktu itu kalau yang kujilati adalah  keringat karena nafsu yang terlalu meledak. Tak lama, aku merasa akan  ejakulasi. "Ehh.. Tante.. uu.. udaahh.." Belum sempat aku menyelesaikan  kata-kataku, Tante Yana sudah setengah berdiri dan nungging di depanku.  Tante Yana mengelus-elus dan mengocok penisku, dan mulutnya sudah  ternganga dan lidahnya menjulur siap menerima semprotan spermaku. Karena  kocokan Tante Yana, aku jadi ejakulasi. "Crit.. crroott.. crroott.."  ternyata semprotan spermaku kuhitung sampai sekitar tujuh kali dimana  setiap kencrotan itu mengeluarkan sperma yang putih, kental dan banyak.  Sesekali jangkauan kencrotannya panjang, dan mengenai rambut Tante Yana.  Mungkin ada juga yang jatuh ke sprei. Persis sekali film BF.
  Kulihat wajah Tante Yana sudah penuh sperma putih kental milikku. Tante  Yana yang memanghyper, meraup spermaku baik dari wajahnya ataupun dari  sisa di sekujur batangku, dan memasukkan ke mulutnya. Setelah itu, aku  merasa sangat lemas. Staminaku terkuras oleh Tante Yana. Aku langsung  rebahan sambil memeluk Tante Yana sementara penisku masih tegak  namuntidak sekeras tadi.
  Sekitar seminggu berlalu setelah ML sama Tante Yana. Siang itu aku  sedang ada di rumah hanya bersama pembantu (orang tuaku pulangnya sore  atau malam, adikku juga sedang sekolah). Sekitar jam satu-an, aku yang  sedang duduk di kursi malas teras, melihat Tante Yana mau pergi entah  kemana dengan mobilnya. Kulihat Anita menutup pagar dan ia tidak  melihatku. Sekitar 10 menitkemudian, telepon rumahku berdering. Saat  kuangkat, ternyata Anita yang menelepon. Nada suaranya agak ketus,  menyuruhku ke rumahnya. Katanya ada yang ingin diomongin. Di ruang  tamunya, aku duduk berhadapan sama Anita. Wajahnya tidak seperti  biasanya, terlihat jutek, judes, dan sebagainya. Berhubung dia seperti  itu, aku jadi salah tingkah dan bingung mau ngomong apa.
  Tak lama Anita mulai bicara duluan dengan nada ketus kembali, "De, gue mau tanya!" "Hah? Nanya apaan?" Aku kaget dan agak dag dig dug. "Loe waktu minggu lalu ngapain sama nyokap gue?" Dia nanya langsung tanpa basa-basi. "Ehh.. minggu lalu? Kapan? Ngapain emangnya?" Aku pura-pura tidak tahu dan takutnya dia mau melaporkan ke orang tuaku. "Aalahh.. loe nggak usah belagak **** deh.. Emangnya gue nggak tau? Gue  baru pulang sekolah, gue liat sendiri pake mata kepala gue.. gue intip  dari pintu, loe lagi make nyokap gue!!" Seketika aku langsung kaget, bengong, dan tidak tahu lagi mau ngapain,  badan sudah seperti mati rasa. Batinku berkata, "Mati gue.. bisa-bisa  gue diusir dari rumah nih.. nama baik ortu gue bisa jatoh.. mati deh  gue."
  Anita pun masih meneruskan omongannya, "Loe napsu sama nyokap gue??" Anita kemudian berdiri sambil tolak pinggang. Matanya menatap sangat  tajam. Aku cuma bisa diam, bengong tidak bisa ngomong apa-apa. Keringat  di leher mengucur. Anita menghampiriku yang hanya duduk diam kaku beku  perlahan masih dengan tolak pinggang dan tatapan tajam. Pipiku sudah  siap menerima tamparan ataupun tonjokan namun untuk hal dia akan  melaporkannya ke orang tuaku dan aku diusir tidak bisa aku pecahkan.  Tapi, sekali lagi kenyataan sangat berbeda. Anita yang memakai kaos  terusan yang mirip daster itu, justru membuka ikatan di punggungnya dan  membukakaosnya. Ternyata ia tidak mengenakan beha dan celana dalam. Jadi  di depanku adalah Anita yang bugil. Takutku kini hilang namun bingungku  semakin bertambah. "Kalo gitu, loe mau juga kan sama gue?" Anita  langsung mendekatkan bibir seksi-nya ke bibirku. Celana pendekku nampak  kencang di bagian "anu".
  Kini yang kurasakan bukan ciuman erotis seperti ciuman Tante Yana, namun  ciuman Anita yang lembut dan romantis. Betapa nikmatnya ciuman dari  Anita. Aku langsung memeluknya lembut. Tubuh putihnya benar-benar mulus.  Bulu vaginanya sekilas kulihat coklat gelap. Sesegera mungkin kulepas  celana-celanaku dan Anita membuka kaosku. Lumayan lama Anita menciumiku  dengan posisimembungkuk. Kukocok-kocok penis besarku itu  sedikit-sedikit. Aku langsung membisikkannya, "Nit, kita ke kamarmu  yuk..!" Anita menjawab, "Ayoo.. biarlebih nyaman." Anita kurebahkan di  ranjangnya setelah kugendong dari ruang tamu. Seperti ciuman tadi, kali  ini suasananya lebih lembut, romantis dan perlahan. Anita sesekali  menciumi dan agak menggigit daun telingaku ketika aku sedang mencumbu  lehernya. Anita juga sesekali mencengkeram lenganku dan punggungku. Kaki  kanannya diangkat hingga ke pinggangku dan kadang dia gesek-gesekkan.  Dalam pikiranku, mungkin kali ini ejakulasiku tidak selama seperti sama  Tante Yana akibat terbawa romantisnya suasana.
  Dari sini aku bisa tahu bahwa Anita itu tipe orang romantis dan lembut.  Tapi tetap saja nafsunya besar. Malah dia langsung mengarahkan dan  menusukkan penisku ke liang senggamanya tanpa adegan-adegan lain.  Berhubung Anita masih virgin, memasukkannya tidak mudah. Butuh sedikit  dorongan dan tahan sakit termasuk aku juga. Wajah Anita nampak menahan  sakit. Gigi atasnya menggigit bibir bawahnya dan matanya terpejam keras  persis seperti keasaman makan buah mangga atau jambu yang asem. Tak  lama, "Aaahh.. aa.. aahh.." Anita berteriak lumayan keras, aku takutnya  terdengar sampai keluar. Selaput perawannya sudah tertembus. Aku mencoba  menggoyangkan maju-mundur di dalam liang yang masih sempit itu. Tapi,  aku merasa sangat enak sekali senggama di liang perawan. Anita juga  ikutan goyang maju-mundur sambil meraba-raba dadaku dan mencium bibirku.  Ternyata benar perkiraanku. Sedikit lagi aku akan ejakulasi. Mungkin  hanya sekitar 6 menit. Meski begitu, keringatku pun tetap mengucur.  Begitupun Anita.
  Dengan agak menahan ejakulasi, gantian kurebahkan Anita, kukeluarkan  penisku lalu kukocokdi atas dadanya. Mungkin akibat masih sempit dan  rapatnya selaput dara Anita, batang penisku jadi lebih mudah tergesek  sehingga lebih cepat pula ejakulasinya. Ditambah pula dalam seminggu  tersebut aku tidak onani, nonton BF, atau sebagainya. Kemudian, "Crit..  crit.. crott.." kembali kujatuhkan spermaku di tubuh orang untuk kedua  kalinya. Kusemprotkan spermaku di dada dan payudaranya Anita. Kali ini  kencrotannya lebih sedikit, namun spermanya lebih kental. Bahkan ada  yang sampai mengenai leher dan dagunya. Anita yang baru pertamakali  melihat sperma lelaki, mencoba ingin tahu bagaimana rasanya menelan  sperma. Anita meraup sedikit dengan agakcanggung dan ekspresi wajahnya  sedikit menggambarkan orang jijik, dan lalu menjilatnya.
  Terus, Anita berkata dengan lugu, "Emm.. ee.. De.. kalo 'itu' gimana sih  rasanya?" sambil menunjuk ke kejantananku yang masih berdiri tegak dan  kencang. "Eh.. hmm hmm.. cobain aja sendiri.." sambil tersenyum ia  memegang batang kemaluanku perlahan dan agak canggung. Tak lama, ia  mulai memompa mulutnya perlahan malu-malu karena baru pertama kali.  Mungkin ia sekalian membersihkan sisa spermaku yang masih menetes di  sekujur batangku itu. Kulihat sekilas di lubang vaginanya, ada noda  darah yang segera kubersihkan dengan tissue dan lap. Setelah selesai,  aku yang sedang kehabisan stamina, terkulai loyo di ranjang Anita,  sementara Anita juga rebahan di samping. Kami sama-sama puas, terutama  aku yang puas menggarap ibu dan anaknya itu.
  Persahabatanku dengan Feris begitu dekatnya dan secara kebetulan kami  juga punya pengalaman pernah berhubungan intim dengan Tante Yanti, Bibi  Feris sendiri. Disini kubuka ceritaku dengan pengalaman Feris terlebih  dulu.
  Sewaktu keluarga Tante Yanti pindah dari Yogya ke Jakarta, Feris  keponakannya ikut dibawa untuk bersekolah di Jakarta dan di situlah aku  mulanya bergaul akrab dengan Feris. Hubungan intim antara Feris dengan  tantenya, berawal sejak mereka masih sama-sama di Yogya. Dari
 
 
 
           Teman Onani,cerita dewasa, kumpulan cerita sex,cerita sex dewasa, cerita seks dewasa,tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis,  cerita sex,cerita kenikmatan,cerita bokep,cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi,cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep gimana.? udah hot.? mau yang lebih hot..? klik disini   			                                                                         |                                                                            |             
              
Tidak ada komentar:
Posting Komentar